higiene alat cls
TRANSCRIPT
![Page 1: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI SERTA KEAMANAN INDUSTRI
"HIGIENE PERALATAN“
OLEH :
CHARLES
05071007038
KELOMPOK 5
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2009
![Page 2: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/2.jpg)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Higiene adalah ilmu yang mempelajari cara mempertahankan kondisi
kesehatan. Segala penelitian, analisa, pengukuran hasil dari ilmu ini yang bertujuan
mencegah mewabahnya atau menyebabkan penyakit, semuanya tercakup dalam
istilah “higiene”. Higiene sebagai ilmu pengetahuan dasar mengenai kesehatan,
haruslah mempertimbangkan keberadaan lingkungan dimana manusia dan hewan
tinggal sebagai satu kesatuan. Observasi lingkungan yang dimaksud, kemudian
diikuti penetapan sejumlah aturan-aturan yang sesuai sehingga dapat
mempertahankan dan miningkatkan kesehatan umum serta dapat mencegah
penyebaran penyakit.
Higiene tidak hanya muncul dalam konteks air untuk diminum, untuk
mencuci dan untuk kegunaannya lainnya, akan tetapi dalam kontek semua aspek
kehidupan. Sebagian sumber-sumber utama masalah higiene adalah perumahan
(termasuk ruang kerja), rumah sakit, sanitasi perkotaan, transportasi umum, industri,
tempat-tempat perawatan, sekolah , sandang/pakaian, kebersihan diri, makanan serta
faktor-faktor lingkungan lainnya yang lebih luas seperti udara, air dan tanah. Semua
sumber ini dapat menjadi persinggahan potensial bagi agen penyebab penyakit
berbahaya apakah itu berasal dari zat-zat kimiawi atau fisika yang dibawa oleh
tanaman, mikroorganisme, parasit. Karena alasan ini, maka bila kita
mempertimbangkan penetapan standard higiene untuk air, haruslah tidak terlupakan
arti penting efek-efek potensial yang dapat ditimbulkan oleh lingkungan secara
keseluruhan pada kesehatan manusia dan hewan Higiene dan sanitasi di dalam
kehidupan sehari-hari sangatlah penting, karena rangkaian kata higiene dan sanitasi
menjadi satu kesatuan makna mempunyai arti yang tepat untuk menggambarkan
kondisi yang berhubungan dengan tingkat kebersihan dan kesehatan (Surono, 2002).
Secara harfiah, higiene berarti bersih, dan higienis mempunyai arti bersifat
bersih. Dari aspek apapun, kata higien selalu dikaitkan dengan kebersihan.
![Page 3: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/3.jpg)
Sementara itu, kata sanitasi berasal dari kata latin, sanitas yang berarti sehat, dan
saniter adalah ungkapan untuk menyatakan sifat yang berhubungan dengan kesehatan
Pembersihan yang efektif merupakan inti dalam santitasi dalam industri
pangan, sebab faktor yang menentukan kwalitas produk yang diproses ditentukan
dari kebersihan lingkungan dimana produk diproses. Kebanyakan bahan yang akan
diolah mempunyai sifat mudah rusak, dan harus diproteksi dari kontaminsi mikrobia
jika kwalitas yang baik akan dipertahankan. Kontaminasi bahan oleh
mikroorganisme segera terjadi pada peralatan yang kotor, terutama jika terjadi
dekomposisi serpihan bahan yang melekat pada peralatan. Hal ini dapat dihilangkan
dengan pencucian (Pambayun et al., 2001).
Media utama pembersih adalah air. Untuk meningkatkan kemampuan
membersihkan pada umumnya dilakukan penambahan bahan kimia pembersih.
Banyak faktor yang menentukan jenis dan jumlah bahan kimia pembersih yang
digunakan antara lain komposi permukaan yang akan dibersihkan, intensitas kotoran,
metode yang digunakan dan ketersediaan air. Salah satu sumber kontaminasi utama
dalam pengolahan pangan berasal dari penggunaan wadah dan alat-alat pengolahan
yang kotor. Perlakuan sanitasi terhadap alat-alat tersebut harus efektif sehingga alat-
alat tidak mengandung mikrobia pembusuk maupun patogen yang dapat
membahayakan kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai Higiene Peralatan ini adalah untuk
mengetahui berbagai jenis bahan pencuci yang diberikan terhadap peralatan sebagai
bagian penting pada proses pengolahan.
![Page 4: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/4.jpg)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Beberapa Bahan Pencuci
1. Air
Air, yang merupakan sebuah zat cair istimewa untuk kehidupan, menutupi
dua pertiga dari permukaan bumi. Tubuh setiap makhluk hidup di bumi terbentuk
dari cairan yang sangat istimewa ini dengan perbandingan antara 50% - 95%. Dari
bakteri yang hidup di sumber air panas dengan suhu yang mendekati titik didih air,
sampai beberapa jenis lumut yang tumbuh pada gletser, kehidupan ada di setiap
tempat dimana terdapat air, tanpa memandang suhu. Bahkan pada setetes air yang
tergantung di ujung sebuah daun setelah hujan, ribuan mikroorganisme hidup
muncul, bereproduksi, dan mati (Mursaha, 2007).
Air sangat bermanfaat di dalam proses produksi, pengolahan, pasteurisasi dan
pada proses–proses tertentu untuk penyimpanan bahan pangan. Di dalam industri
pangan air juga digunakan sebagai bahan pada beberapa bahan pangan olahan. Pada
proses pengolahan bahan makanan, air yang digunakan memerlukan persyaratan
kebersihan yang tinggi. Air harus tersedia dengan cukup dan memenuhi persyaratan
untuk pembersihan, terutama diperhatikan pada tingkat kesadahannya. Sumber air
hendaknya tidak jauh dari lokasi yang dibersihkan sehingga efisiensi dan efektifitas
kerja dapat tercapai.
Pembersihan yang efektif merupakan inti dalam santitasi dalam industri
pangan, sebab faktor yang menentukan kwalitas produk yang diproses ditentukan
dari kebersihan lingkungan dimana produk diproses. Kebanyakan bahan yang akan
diolah mempunyai sifat mudah rusak, dan harus diproteksi dari kontaminsi mikrobia
jika kwalitas yang baik akan dipertahankan. Kontaminasi bahan oleh
mikroorganisme segera terjadi pada peralatan yang kotor, terutama jika terjadi
dekomposisi serpihan bahan yang melekat pada peralatan. Hal ini dapat dihilangkan
dengan pencucian (Pambayun et al., 2001).
![Page 5: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/5.jpg)
2. Sabun
Sabun adalah campuran pencuci yang digunakan bagi kegunaan peribadi atau
cucian sedikit. Ia biasanya dijual sebagai bentuk ketulan, dipanggil sebuku. Di
negara maju, pencuci sintatik telah menggantikan sabun bagi dobi. Kebanyakan
campuran sabun adalah sebatian sodium atau garam potassium dari asid lemak yang
boleh dihasilkan dari minyak atau lemak dengan bertindak balas dengan alkali
(seperti sodium atau potassium hidrosida) pada 80°–100 °C dalam proses yang
dikenali sebagai saponifikation. Lemak itu adalah hidrolisis oleh bahan asas,
menghasilkan glykerol dan sabun kasar. Dalam sejarah, alkali yang digunakan adalah
potash dihasilkan daripada pembakaran bahan tumbuhan seperti bracken, atau abu
kayu. Sabun dihasilkan daripada minyak atau lemak. Sodium Tallowate, bahan biasa
dalam kebanyakan sabun, sebenarnya adalah lemak haiwan. Sabun yang dihasilkan
dari minyak sayuran, seperti minyak zaiton, biasanya diistilahkan sebagai sabun
castile (Anonim, 2009).
3. Deterjen
Detergen merupakan bahan kimia yang dapat membantu mengefektifkan air
dalam proses pembersihan kotoran dari bahan organik maupun anorganik. Ada
bermacam-macam detergen di pasaran, baik yang mengandung bahan kimia tunggal
maupun kompleks, tergantung dari tujuan penggunaanya. Pemilihan terhadap ditegen
harus didasarkan pada sifat-sifat umum yang menunjukkan kemampuan ditergen
pada saat digunakan, maupun kemampuan yang berdasarkan pada hasil pengujian di
laboratorium.
Unsur utama dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan
yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan
pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air
dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat
bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang berarti
bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik
(sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu
![Page 6: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/6.jpg)
hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air. Ditergen tidak dapat diuraikan oleh
organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan
menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT,
dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa
penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan
masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang
memakan makanan itu (Lutfi, 2009).
B. Alat-alat Pembersih
Sikat, sapu, selang air, spons serta perlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk prose pembersihan harus tersedia cukup dan berkondisi baik, sehingga pada
saat melakukan pembersihan peralatan, bahan kotoran dapat hilang dengan
sempurna. Pelaksanaan pembersihan pun dapat berjalan dengan baik dan mudah
dilakukan.
Sikat dan sapu harus disesuaikan dengan permukaan yang akan dibersihkan.
Begitu pun dengan spons. Spons digunakan terutama untuk membersihkan
permukaan peralatan yang dibuat dari logam. Tujuannya agar tidak menyebabkan
goresan pada permukaan peralatan yang terbuat dari logam. Apabila terjadi
penggoresan, reaksi pembentukan karat segera terbentuk. Pembersihan dengan spons
biasanya dibantu dengan larutan bahan detergen.
![Page 7: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/7.jpg)
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat dan waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya di Inderalaya. Pelaksanaan
praktikum pada hari Rabu, 11 Maret 2009 dimulai pukul 13.00 WIB sampai dengan
selesai.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah : 1) alat pemanas, 2) botol transparan (botol
kaca) yang telah dibersihkan, 3) karet untuk mengikat, 4) plastik penutup.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah sebagai berikut : 1) air biasa,
2) air panas, 3) deterjen, 4) minyak goreng, 5) sabun cair, 6) sabun cair untuk alat
serta buah dan sayur, 7) sabun colek, 8) susu kental manis sachet, 9) telur ayam, 10)
tepung tapioka.
C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini adalah :
a. Hari Pertama
1. Disiapkan empat botol transparan yang telah dibersihkan oleh masing-masing
kelompok.
2. Setiap botol diisi dengan bahan sesuai perlakuan, yaitu :
A = susu kental manis dan minyak goreng dicampur, kemudian dimasukkan
kedalam botol lalu digojog. Setelah itu dipanaskan dengan menggunakan
alat pemanas (kompor) selama 15 menit dan diberi label A.
B = satu butir telur ayam dikocok, lalu dimasukkan ke dalam botol kemudian
digojog. Botol tersebut diberi label B.
![Page 8: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/8.jpg)
C = satu butir telur ayam dikocok, lalu masukkan ke dalam botol kemudian
digojog. Botol tersebut kemudian di panaskan dengan menggunakan alat
pemanas (kompor) selama 15 menit, dan diberi label C.
D = satu sendok tapioka dilarutkan dalam 50 ml air, kemudian dimasukkan ke
dalam botol dan digojog, lalu dipanaskan dengan menggunakan alat
pemanas (kompor) selama 15 menit. Botol tersebut diberi label D.
3. Masing-masing botol yang telah diisi dengan bahan sesuai dengan perlakuan,
ditutup dengan menggunakan plastik dan diikat dengan karet.
4. Botol-botol tersebut disimpan selama 24 jam pada suhu ruang.
b. Hari Kedua
1. Masing-masing botol yang telah disimpan selama 24 jam, dicuci dengan
menggunakan bahan pembersih yang telah ditentukan untuk masing-masing
kelompok. Misalnya, kelompok 1 mencuci keempat botol mereka yang berisi
perlakuan yang berbeda-beda dengan menggunakan air panas, sedangkan
kelompok 2 mencuci dengan menggunakan air biasa tanpa bahan pembersih
kimia, dan bahan-bahan pembersih lainnya untuk kelompok-kelompok yang lain.
Pencucian dilakukan dengan penggojogan botol selama kurang lebih 2 menit.
Bahan-bahan pembersih kimia yang digunakan seperti deterjen, sabun colek, dan
sabun cair, harus ditambahkan air didalam penggunaannya.
2. Air bekas pencucian botol tersebut dibuang. Untuk botol-botol yang dicuci
dengan bahan pembersih kimia, setelah dicuci botol tersebut dibilas dengan air
biasa untuk membersihkan sisa dari bahan pembersih kimia tersebut.
3. Diamati tingkat kebersihan pada setiap botol yang telah dicuci dengan bahan
pencuci yang berbeda (secara visual).
4. Hasil yang diperoleh, diisikan pada tabel yang tersedia. Contoh tabel dapat dilihat
seperti dibawah ini :
![Page 9: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/9.jpg)
Tabel pengamatan
No Bahan pembersih yang digunakanBotol
A B C D1 Air panas2 Air biasa3 Deterjen4 Sabun colek5 Sabun cair6 Sabun cair untuk buah dan sayur
Keterangan pengisian tabel :
Kolom 3,4,5 dan 6 diisi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-
masing kelompok. Apabila botol tersebut belum bersih, maka dituliskan pada tabel
apakah masih terdapat sisa dari bahan yang melekat pada botol yang digunakan
sebagai pengisi botol (misal : sisa telur), atau masih terdapat minyak atau lemak, atau
warna botol menjadi buram, atau botol menjadi bau, atau masih terdapat sisa bahan
pembersih yang digunakan, dan sebagainya. Apabila botol benar-benar bersih
(kondisi botol sama seperti sebelum digunakan), maka ditulis ”bersih” pada tabel.
![Page 10: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/10.jpg)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah dilakukan pengamatan, didapatlah hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Visual Pembersihan Botol
NoBahan pembersih yang
digunakanBotol
A B C D1 Air panas 3, 6 1, 3, 4 1, 3, 4 4, 62 Air biasa 2, 3, 4 1, 3, 4 1, 3, 4 73 Deterjen 6 1, 3, 4, 5 1, 3, 4, 5 54 Sabun colek 2, 5 2, 4, 5 1, 3, 5 75 Sabun cair 5 5 1, 5 3, 5, 76 Sabun cair untuk buah dan sayur 6 1 6 3, 7
Keterangan :
1 = terdapat sisa telur
2 = terdapat lemak atau minyak
3 = warna botol menjadi buram
4 = botol menjadi bau
5 = masih terdapat sisa bahan pembersih yang digunakan
6 = apabila botol benar-benar bersih, maka ditulis ”bersih”
7 = masih ada sisa tepung
![Page 11: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/11.jpg)
B. Pembahasan
Semakin maju zaman semakin berkembang pula industri pangan dan industri
bidang lain yang menunjang, serta berkembangnya tingkat kemajuan masyarakat,
semakin penting aspek higiene dan sanitasi diaplikasikan. Jika kondisi bersih dan
sehat telah menjadi kebiasaan masyarakat, mau tidak mau aspek higien dan sanitasi
menjadi hal yang harus dilakukan pada setiap aspek kehidupan masyarakat. Proses
pencucian peralatan yang dilakukan di dalam praktikum ini menggunakan detergen,
sabun cair, air panas, dan air dingin. Data yang didapat dari praktikum yang telah
dilakukan terlihat bahwa botol yang diisi dengan telur dan dilakukan pemanasan
dengan suhu tinggi kemudian dicuci dengan berbagai macam bahan pencuci masih
meninggalkan banyak sisa telur dibagian dasar botol. Pemanasan ini dilakukan hanya
untuk membandingkan antara perlakuan yang dilakukan secara pemanasan dan tanpa
pemanasan.
Berdasarkan hasil praktikum ini terlihat bahwa pada bahan minyak yang
dicampurkan dengan susu atau pada botol A masih terdapat sisa bahan pembersih
yang digunakan, sdangkan pada botol B yaitu telur diperoleh masih terdapat sisa
bahan pencuci yag digunakan, hal ini sama dengan susu dengan minyak pada botol
A. Telur yang dipanaskan selama 15 menit pada botol C ketika dicuci dengan
menggunakan sabun cair maka masih terdapat sisa telur dan juga masih terdapat sisa
bahan pencuci yang digunakan. Pada botol D yaitu tepung tapioka yang dilarutkan
setelah dicuci dengan sabun cair warna botol tampak buram, masih terdapat sisa
bahan pencuci yang digunakan, serta masih ada sisa tepung yang menempel pada
botol.
Bahan-bahan yang diuji pada keempat botol menunjukan perbedaan saat dicuci
dengan menggunakan air panas. Pada botol A yaitu susu dengan minyak setelah
dicuci dengan air hangat tampak warna botol menjadi buram, tetapi tampak bersih
atau buram pada botol tampak homogen. Botol B yang berisikan telur setelah dicuci
dengan air hangat menunjukan masih terdapanya sisa telur, warna botol menjadi
buram, dan botolpun masih meninggalkan bau. Sementara pada botol C yaitu telur
yang dipanaskan selama 15 menit masih terdapat sisa telur, warnanya menjadi
![Page 12: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/12.jpg)
buram, serta botol menjadi bau. Botol D yang berisikan tepung tapioka setelah dicuci
dengan air hangat botol menjadi atau masih baud tetapi botol menjadi bersih.
Sedangkan saat dilakukan pencucuian dengan air biasa terjadi perbedaan pada botol
A dan botol D saja yang mana botol A terdapat minyak atau lemak, botol menjadi
buram dan botol menyisakan baum. Botol D yang dicuci dengan air biasa tadi
menunjukan masih adanya sisatepung.
Pencucian botol dengan menggunakan deterjen pada botol A menjadi bersih.
Sedangkan pada botol B, masih terdapat sisa telur, warna botol menjadi buram, botol
menjadi bau, serta masih terdapat sisa bahan pembersih yang digunakan. Pada botol
C, masih terdapat sisa telur, terdapat minyak atau lemak, botol menjadi bau, dan
masih terdapat sisa bahan pembersih yang digunakan. Sementara pada botol D,
hanya masih terdapat sisa bahan pembersih yang digunakan.
Pencucian botol dengan menggunakan sabun colek. Pada botol A, masih
terdapat minyak atau lemak dan masih terdapatsisa bahan pembersih yang
digunakan. Botol B terdapat minyak dan lemak, botol menjadi bau, serta masih
terdapat sisa bahan pembersih yang digunakan. Pada botol C, terdapat sisa telur,
warna botol berubah menjadi buram, dan masih terdapat sisa bahan pembersih yang
digunakan. Sedangkan pada botol D, hanya ada sisa tepung.
Sabun cair untuk buah dan sayur yang digunakan pada praktikum ini
menunjukkan pada botol A, botol tampak bersih, sedangkan botol B masih terdapat
sisa telur dan botol C menjadi bersih, sementara botol D, warna botol menjadi
buram, dan terdapat sisa tepung.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, untuk mencuci sisa susu dan minyak
pada peralatan pengolahan, yang paling baik digunakan adalah detergen dan sabun
cair untuk buah dan sayur. Sedangkan untuk sisa telur sebaiknya menggunakan
sabun cair, untuk telur yang dipanaskan bahan pencuci yang paling baik digunakan
adalah sabun cair untuk buah dan sayur. Sementara untuk sisa tepung sebaiknya
digunakan sabun colek.
![Page 13: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/13.jpg)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain :
1. Detergen merupakan bahan pembersih yang paling efektif digunakan.
2. Di dalam detergen terdapat senyawa kimia yang mampu mengefektifkan air
dalam proses pembersihan kotoran dari bahan organik maupun anorganik.
3. Sabun cair untuk alat serta buah dan sayur merupakan bahan pencuci yang efektif
digunakan untuk membersihkan botol dari bahan telur yang telah dipanaskan
selama 15 menit.
4. Detergen memiliki kemampuan membasahi permukaan benda dan peralatan yang
dibersihkan tinggi, mampu mengemulsi dan mensuspensi kotoran yang bersifat
hidrofobik seperti minyak dan lemak.
5. Sabun colek lebih efektif digunakan untuk menbersihkan kotoran dari sisa
tepung.
B. Saran
Dari praktikum kali ini, ada beberapa yang hendaknya diperhatihan yaitu :
1. Untuk membersihkan alat dari sisa minyak dan lemak sebaiknya digunakan
pembersih detergen atau sabuncair untuk alat serta buah dan sayur.
2. Untuk membersihkan alat dari sisa telur sebaiknya digunakan pembersih berupa
sabun cair.
3. Untuk membersihkan alat dari sisa tepung sebaiknya digunakan bahan pembersih
berupa sabun colek.
![Page 14: Higiene Alat Cls](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082401/553c26e1550346a43f8b4889/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sabun. (Online) (http://www.wikipedia.com, diakses 17 Maret 2009).
Lutfi, A. 2009. Sabun dan Deterjen. (Online) (http://www.google.com, diakses 17 Maret 2009).
Mursaha, M. 2007. Air, Si Molekul Ajaib. (Online) (http://www.chem-is-try.org, diakses 17 Maret 2009).
Pambayun, R., Romlah, T. W. Widowati. 2001. Diktat Muukadimah Higien dan Sanitasi Industri. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Inderalaya.
Surono. 2002. Cara Pengolahan Pangan Yang Baik. Bogor Press, Cetakan 1. Bogor .