helda.doc

3
A. Daun lamtoro Lamtoro merupakan tananaman leguminosa yang mengandung gizi lebih baik dibandingkan dengan rumput lapangan, namun penggunaannya perlu dibatasi karena mengandung senyawa mimosin yang dapat memberikan efek negatif pada kulit, khususnya pelt kelinci B. Daun kelor Kelor (Moringa oleifer. Lam) merupakan tanaman asli Asia dan dipercaya berasal dari daratan India, Pakistan dan Afganistan. Di beberapa negara, tanaman kelor diolah dalam bentuk makanan seperti; tepung daun kelor, bubur, sirup, teh daun kelor, sauce kelor, biskuit kelor dan lainnya. Di Indonesia penggunaannya di beberapa daerah baru sebatas sebagai sayuran dan belum banyak masyarakat yang mengatahui penggunaan kelor sebagai pakan ternak. Kelor dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Lombok Utara menyebutnya maronggek, masyarakat Bima menyebutnya parongge dan masyrakat Timor menyebutnya marongga, sedangkan rumpun melayu menyebutnya kelor. Penggunaan kelor sebagai pakan ternak sudah banyak dilakukan di negara lain. Dengan tingkat kemampuan memproduksi hijauan yang tinggi, kelor dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pakan baru terutama untuk ternak sapi, kerbau, kambing dan domba di daerah Nusa Tenggara. Apalagi kandungan nutrisi kelor tidak kalah dengan jenis tanaman hijauan legume pohon yang banyak digunakan sebagai pakan ternak di Nusa Tenggara Barat seperti Gamal (Glircidia sepium), Lamtoro (Leucaena

Upload: helda-audya

Post on 24-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: helda.doc

A. Daun lamtoroLamtoro merupakan tananaman leguminosa yang mengandung gizi lebih baik

dibandingkan dengan rumput lapangan, namun penggunaannya perlu dibatasi karena

mengandung senyawa mimosin yang dapat memberikan efek negatif pada kulit,

khususnya pelt kelinci

B. Daun kelorKelor (Moringa oleifer. Lam) merupakan tanaman asli Asia dan dipercaya berasal dari

daratan India, Pakistan dan Afganistan. Di beberapa negara, tanaman kelor diolah dalam

bentuk makanan seperti; tepung daun kelor, bubur, sirup, teh daun kelor, sauce kelor,

biskuit kelor dan lainnya. Di Indonesia penggunaannya di beberapa daerah baru sebatas

sebagai sayuran dan belum banyak masyarakat yang mengatahui penggunaan kelor

sebagai pakan ternak.

Kelor dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Lombok Utara menyebutnya

maronggek, masyarakat Bima menyebutnya parongge dan masyrakat Timor

menyebutnya marongga, sedangkan rumpun melayu menyebutnya kelor. Penggunaan

kelor sebagai pakan ternak sudah banyak dilakukan di negara lain. Dengan tingkat

kemampuan memproduksi hijauan yang tinggi, kelor dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber pakan baru terutama untuk ternak sapi, kerbau, kambing dan domba di daerah

Nusa Tenggara. Apalagi kandungan nutrisi kelor tidak kalah dengan jenis tanaman

hijauan legume pohon yang banyak digunakan sebagai pakan ternak di Nusa Tenggara

Barat seperti Gamal (Glircidia sepium), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Turi

(Sesbania grandiflora). Selain itu beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelor

mempunyai kandungan asam amino yang lengkap, vitamin yang lengkap dan dengan

kandungan mineral yang tinggi.

Daun hijauan pohon legume seperti Turi, Gamal dan Lamtoro umumnya

diberikan pada ternak sebagai pakan tambahan. Kelor dengan kandungan nutrisi yang

tinggi berpotensi digunakan sebagai pakan tambahan di daerah tropis dengan musim

kering yang panjang seperti sebagian besar daerah Nusa Tenggara Barat, ternak

seringkali mengalami kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang panjang karena

kualitas rumput yang ada sudah menurun, menyebabkan rendahnya produktivitas ternak.

Pemberian suplemen/ tambahan dimaksudkan untuk menutupi dan mencukupi

kekurangan tersebut sehingga konsumsi terhadap pakan berkualitas rendah dapat

Page 2: helda.doc

ditingkatkan dan kebutuhan ternak dapat terpenuhi sehingga produksi meningkat. Jumlah

pemberian kelor sebagai pakan tambahan sangat ditentukan oleh kualitas pakan dasar

yang diberikan dan tingkat produksi yang diinginkan.

Pemberian tunggal daunan hijauan legume lamtoro, tidak dianjurkan karena tidak

memberikan pertambahan berat badan yang optimal. Hal ini terjadi karena sebagain besar

daunan hijauan legume termasuk kelor mempunyai faktor antinutrisi yang dapat

berpengaruh buruk terhadap nilai nutrisinya bila diberikan sebagi pakan tunggal tetapi

sangat baik diberikan sebagai pakan suplement. Dengan demikian penerapan prinsip yang

sama berlaku untuk daun hijauan kelor walaupun belum ditemukan referensi jumlah

minimum pemberian kelor sebagai supplemen yang dapat memberikan response produksi

yang optimum.

Kelor mempunyai nilai nutrisi yang tidak kalah dengan daunan hijauan legume

pohon yang sudah biasa digunakan pada ternak dan penggunaannya sebanyak 60% dari

pakan dasar rumput berpeluang memberikan pertambahan berat badan yang optimal.

C. Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas serealia yang mempunyai peran yang

strategis dan berpeluang untuk dikembangkan karena perannya sebagai sumber utama

karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan Batang dan daun tanaman yang masih

muda dapat digunakan sebagai pakan ternak, tanaman yang telah dipanen dapat

digunakan untuk pembuatan pakan atau pupuk organik. Data BPS (2012) menunjukkan

produksi jagung Indonesia mencapai kurang lebih 19 juta ton sementara kebutuhan

jagung untuk bahan baku industri pakan terus meningkat seiringmeningkatnya tingkat

konsumsi daging di Indonesia.