helda.doc
TRANSCRIPT
A. Daun lamtoroLamtoro merupakan tananaman leguminosa yang mengandung gizi lebih baik
dibandingkan dengan rumput lapangan, namun penggunaannya perlu dibatasi karena
mengandung senyawa mimosin yang dapat memberikan efek negatif pada kulit,
khususnya pelt kelinci
B. Daun kelorKelor (Moringa oleifer. Lam) merupakan tanaman asli Asia dan dipercaya berasal dari
daratan India, Pakistan dan Afganistan. Di beberapa negara, tanaman kelor diolah dalam
bentuk makanan seperti; tepung daun kelor, bubur, sirup, teh daun kelor, sauce kelor,
biskuit kelor dan lainnya. Di Indonesia penggunaannya di beberapa daerah baru sebatas
sebagai sayuran dan belum banyak masyarakat yang mengatahui penggunaan kelor
sebagai pakan ternak.
Kelor dikenal dengan berbagai nama, masyarakat Lombok Utara menyebutnya
maronggek, masyarakat Bima menyebutnya parongge dan masyrakat Timor
menyebutnya marongga, sedangkan rumpun melayu menyebutnya kelor. Penggunaan
kelor sebagai pakan ternak sudah banyak dilakukan di negara lain. Dengan tingkat
kemampuan memproduksi hijauan yang tinggi, kelor dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber pakan baru terutama untuk ternak sapi, kerbau, kambing dan domba di daerah
Nusa Tenggara. Apalagi kandungan nutrisi kelor tidak kalah dengan jenis tanaman
hijauan legume pohon yang banyak digunakan sebagai pakan ternak di Nusa Tenggara
Barat seperti Gamal (Glircidia sepium), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Turi
(Sesbania grandiflora). Selain itu beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kelor
mempunyai kandungan asam amino yang lengkap, vitamin yang lengkap dan dengan
kandungan mineral yang tinggi.
Daun hijauan pohon legume seperti Turi, Gamal dan Lamtoro umumnya
diberikan pada ternak sebagai pakan tambahan. Kelor dengan kandungan nutrisi yang
tinggi berpotensi digunakan sebagai pakan tambahan di daerah tropis dengan musim
kering yang panjang seperti sebagian besar daerah Nusa Tenggara Barat, ternak
seringkali mengalami kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang panjang karena
kualitas rumput yang ada sudah menurun, menyebabkan rendahnya produktivitas ternak.
Pemberian suplemen/ tambahan dimaksudkan untuk menutupi dan mencukupi
kekurangan tersebut sehingga konsumsi terhadap pakan berkualitas rendah dapat
ditingkatkan dan kebutuhan ternak dapat terpenuhi sehingga produksi meningkat. Jumlah
pemberian kelor sebagai pakan tambahan sangat ditentukan oleh kualitas pakan dasar
yang diberikan dan tingkat produksi yang diinginkan.
Pemberian tunggal daunan hijauan legume lamtoro, tidak dianjurkan karena tidak
memberikan pertambahan berat badan yang optimal. Hal ini terjadi karena sebagain besar
daunan hijauan legume termasuk kelor mempunyai faktor antinutrisi yang dapat
berpengaruh buruk terhadap nilai nutrisinya bila diberikan sebagi pakan tunggal tetapi
sangat baik diberikan sebagai pakan suplement. Dengan demikian penerapan prinsip yang
sama berlaku untuk daun hijauan kelor walaupun belum ditemukan referensi jumlah
minimum pemberian kelor sebagai supplemen yang dapat memberikan response produksi
yang optimum.
Kelor mempunyai nilai nutrisi yang tidak kalah dengan daunan hijauan legume
pohon yang sudah biasa digunakan pada ternak dan penggunaannya sebanyak 60% dari
pakan dasar rumput berpeluang memberikan pertambahan berat badan yang optimal.
C. Jagung
Jagung merupakan salah satu komoditas serealia yang mempunyai peran yang
strategis dan berpeluang untuk dikembangkan karena perannya sebagai sumber utama
karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan Batang dan daun tanaman yang masih
muda dapat digunakan sebagai pakan ternak, tanaman yang telah dipanen dapat
digunakan untuk pembuatan pakan atau pupuk organik. Data BPS (2012) menunjukkan
produksi jagung Indonesia mencapai kurang lebih 19 juta ton sementara kebutuhan
jagung untuk bahan baku industri pakan terus meningkat seiringmeningkatnya tingkat
konsumsi daging di Indonesia.