hedronefrosis. print

30
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan

Upload: debby-hidayat

Post on 29-Nov-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gjg

TRANSCRIPT

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap

ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir

dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.Jika aliran air kemih tersumbat, air

kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus

renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini

akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang

rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak

jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi

otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan

fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding

ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak  terjadi selama

kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan

memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal

mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila

kehamilan berakhir.

Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang

ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu

untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani

infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.

2

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian hidronefrosis ?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi dari hidronefrosis ?

1.2.3 Apa saja etiologi hidronefrosis?

1.2.4 Apa saja tanda dan gejala dari hidronefrosis ?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari hidronefrosis ?

1.2.6 Apa saja komplikasi dan prognosis dari hidronefrosis ?

1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan dari hidronefrosis ?

1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang dari hidronefrosis ?

1.3 Tujuan

1.3.1 untuk mengetahui apa pengertian hidronefrosis

1.3.2 untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari hidronefrosis

1.3.3 untuk mengetahui apa saja etiologi hidronefrosis

1.3.4 untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari hidronefrosis

1.3.5 untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari hidronefrosis

1.3.6 untuk mengetahui apa saja komplikasi dan prognosis dari hidronefrosis

1.3.7 untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan dari

hidronefrosis

1.3.8 untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari hidronefrosis

1.4 Manfaat

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk

menambah pengetahuan tentang penyakit hidronefrosis serta untuk mengetahui

asuhan keperawatan yang sesuai pada pasien dengan hidronefrosis.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

3

2.1 Pengertian

Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran

keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis

membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena

aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal

terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam

pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal (Price, 2001). Dalam

keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah.

Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-

tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat

pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal

menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan

hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara

perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

2.2 Epidemologi

Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung

kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan

ureter serta atrofi pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis

yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau

mengidap hidronefrosis. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya angka

kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena hidronefrosis rata-rata pada

usia 41,5 tahun.

4

2.3 Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan

ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :

a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis

terlalu tinggi

b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;

c. Batu di dalam pelvis renalis;

d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya

abnormal, dan tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan

ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:

a. Batu di dalam ureter;

b. Tumor di dalam atau di dekat ureter;

c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran

atau pembedahan;

d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter;

e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat

pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid);

f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih);

g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul

lainnya;

h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra

akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;

i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera;

j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi

kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim

menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena

5

mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung

kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya

pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang

berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal

mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan

kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan

yang menetap.

2.4 Tanda dan gejala

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksiakut

dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadiinfeksi maja

disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi. Hematuri dan

piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal

kronik akan muncul, seperti:

a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);

b. Gagal jantung kongestif;

c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);

d. Pruritis (gatal kulit);

e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);

f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;

g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;

h. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002).

2.5 Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga

tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,

tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah

satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

6

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk

di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat

diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses

atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai

akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang

menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah

obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis

juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.

Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan

kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang

mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara

bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan

Bare, 2002).

2.6 Komplikasi dan Prognosis

Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa

menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk

sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh. Hidronefrosis bisa

menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa

kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai menurun

segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan

pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan

berlangsung hingga 6 minggu.

2.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan

2.7.1 Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari

hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungifungsi

7

ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi

atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa

urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk

pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah

satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal)

dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).

2.7.2 Pengobatan

a.    Hidronefrosis akut

1.    Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,

maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan

(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit)

2.    Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,

maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu

b.    hidronefrosis kronik

1.    Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air

kemih

2.   Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui

pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali

3.   Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.

Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan

pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali

di sisi kandung kemih yang berbeda

4.    Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:

a. terapi hormonal untuk kanker prostat

b. pembedahan

c. pelebaran uretra dengan dilator

8

2.8 Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :

1.   Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika

ginjal sangat membesar.

2.     USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih

3.     Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal

4.     Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung

5.     Laboratorium

        Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena ginjal tidak

mampu membuang limbah metabolik.

2.9 Pencegahan

Segera mencari pengobatan dari penyebab yang mendasari kondisi medis ini.

9

BAB 3. PATHWAY

Proses infeksi

Infeksi pada uretra

peradangan

Terbentuknya jaringan parut

Obstruksi sebagian atau total aliran

Tumor/neoplasma di sekitar ureter atau uretra

Kompresi pada ureter/uretra

Pembesaran pada uterus pada saat kehamilan

Kompresi pada saluran kemih

Metabolisme meningkat

Panas/demam

HIPERTERMI

Obstruksi akut

Kolik renalis/nyeri pinggang

NYERI AKUT/NYERI KRONIS

Urine mengalir balik

hidroureter

Urine reflak ke pelvis ginjal

Penekanan pada medulla

ginjal/pada sel sel ginjal

Gangguan fungsi ginjal

Kerusakan sel-sel ginjal

Gagal Ginjal

Urine yang keluar sedikit karena ada penyempitan ureter/uretra

GANGGUAN ELIMINASI URINE

Kegagalan ginjal untuk membuang limbah metabolik

Peningkatan ureum dalam darah

Bersifat racun dalam tubuh

System pencernaan

lambung

Ureum bertemu dengan HCL

Mual muntah

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI

KURANG DARI KEBUTUHAN

TUBUH

10

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Klien

1. Nama

Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien

2. Umur

Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi

pada orang dewasa.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria lansia

penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung

kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi

akibat pembesaran uterus.

4. Agama

5. Pendidikan

6. Pekerjaan

Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita

hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak

untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine.

7. Status kawin

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu   

Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,

tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang   

11

Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti

klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih,

nyeri panggul.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga    

Riwayat kesehatan keluarga yaitu selain klien yang menderita penyakit

hidrokel mungkin keluarga klien ada yang menderita penyakit polikistik

ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.

3. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Tanggapan px mengenai kesehatan dan kalau sakit di bawa kemana

pemakaian obat-obatan dibeli dari apotik atau toko sesuai dengan resep

dokter.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi keteraturan makan Kx dan Kx biasanya mengalami gangguan

kebutuhan nutrisi karena merasa mual.

c. Pola aktivitas

Kx biasanya membatasi gerakannya karena merasa nyeri pada perut

bawah dan pinggang.

d. Pola persepsi dan kognitif

Mengenai persepsi Kx tentang penyakit yang menimpanua dan sejauh mana

Kx mengetahui penyakit dan kesehatannya.

e. Pola tidur dan istirahat

Biasanya Kx mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tidur karena

nyeri yang timbul dan rasa cemas atas apa yang diderita.

f. Pola persepsi diri

Adanya perasaan cemas, takut dan khawatir dengan apa yang akan

dijalaninya.

g. Mekanisme koping

12

Cara dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi dan dengan bantuan siapa

saja Kx mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

h. Pola eliminasi muksi dan defekasi

Biasanya pada BAB tidak mengalami gangguan dan ada kemungkinan BAK

terganggu.

i. Pola reproduksi dan sexual

Menikah atau tidak serta jumlah anak

j. Pola hubungan dan peran

Hubungan biasanya tidak mengalami gangguan

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Meliputi keadaan umum klien seperti kesadarannya, tanda-tanda fisik dan

BAK.

b. Dada dan abdomen

Meliputi bentuk, nyeri tekan pada abdomen

c. Sistem respirasi

Pernafasan beberapa kali dalam 1 menit, ada atau tidak retraksi otot dan bantu

pernafasan, suara nafas tambahan.\

d. Sistem kardiovakuler

Biasanya tidak mengalami gangguan

e. Sistem perkemihan

Meliputi adanya gangguan : keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul.

f. Sistem pencernaan

Meliputi adanya mual, muntah.

g. Sistem musculoskeletal

Meliputi adanya gangguan pada pergerakan tubuh.

13

4.2 Diagnosa

1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan ureter/uretra yang

ditandai dengan sedikitnya urine yang keluar.

2. Nyeri akut/nyeri kronis berhubungan dengan obstruksi akut yang ditandai dengan

adanya tumor pada ureter/ uretra.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

bercampurnya ureum dan HCL di lambung yang ditandai dengan mual dan

muntah.

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh klien.

14

4.3 Perencanaan

NAMA

DIAGNOSA

TUJUAN &

KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

Gangguan eliminasi

urine berhubungan

dengan penyempitan

ureter/uretra

Tujuan:

dapat berkemih

dengan jumlah

normal dewasa ½ -

1 ml/kgbb/jam.

Kriteria hasil:

- Klien sudah tidak

mengalami tanda

obstruksi pada

ureter/uretranya.

- Intake dan out put

seimbang

1. Observasi perubahan

status mental, perilaku

atau tingkat kesadaran

2. Awasi pemeriksaan

laboratorium, ureum,

creatinin

3. Anjurkan meningkatkan

pemasukan cairan

4. Tentukan pola berkemih

normal dan perhatikan

variasi

5. Selidiki keluhan kandung

kemih penuh, palpasi

untuk distensi suprapubik.

Perhatikan penurunan

keluaran urine

1. Akumulasi sisa

berkemih dan

ketidakseimbangan

elektrolit dapat

menjadi toksik di ssp

2. Peningkatan ureum,

creatinin

mengindikasikan

disfungsi ginjal

3. Peningkatan hidrasi

membilas bakteri darah

dan membantu

lewatnya batu

4. biasanya frekuensi

meningkat bila

Kalkulus mendekati

pertemuan

uretrovesikal

5. Retensi urine dapat

terjadi, menyebabkan

distansi jaringan dan

resiko infeksi, gagal

ginjal

15

Nyeri akut/nyeri

kronis berhubungan

dengan obstruksi

akut

Tujuan:

Nyeri berkurang

sampai hilang

Kriteria hasil:

1. Pasien tampak

rileks

2. Pasien

mengungkapkan

rasa nyeri

berkurang

1. Kaji tingkat nyeri

2. Beri penjelasan penyebab

nyeri

3. Ajarkan relaksasi dan

distraksi

4. Kolaborasi pemberian

analgetik

1. Mengetahui skala dan

kualitas nyeri

2. Meningkatkan

pemahaman serta

mengurangi

kecemasan px dan

keluarga

3. Teknik distraksi

relaksasi dapat

meminimalkan rasa

nyeri

4. Analgetik dapat

mengurangi rasa nyeri.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

bercampurnya

ureum dan HCL di

lambung

Tujuan:

Nutrisi pada klien

kembali seimbang

Kriteria hasil:

1. Masukan peroral

meningkat

2. Berat badan

dalam rentan

normal

3. Tidak adanya

ureum dalam

HCL di lambung

4. Mual muntah

1. Kaji/ catat pemasukan

nutrisi pada klien

2. Berikan makan sedikit tapi

sering

3. Berikan pasien/ orang

terdekat daftar makanan/

cairan yang diizinkan

dandorong terlibat pada

pilihan menu.

1. Membantu

mengidentifikasi

defisiensi dan

kebutuhan diet.

2. Meminimalkan

anoreksia dan mual

berhubungan dengan

status uremik.

3. Memberikan pasien

tindakan kontrol dalam

pembatasan diet.

Makanandari rumah

dapat meningkatkan

nafsu makan.

16

berkurang 4. Timbang berat badan tiap

hari.

4. Pasien puasa/katabolic

akan secara normal

kehilangan 0,2-0,5

kg/hari.Perubahan

kelebihan 0,5 kg dapat

menunjukkan

perpindahankeseimban

gan cairan.

Hipertermia

berhubungan dengan

proses infeksi

Tujuan:

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

diharapkan suhu

tubuh klien kembali

normal.

Kriteria hasil:

1. suhu tubuh

normal (36,8 -

37,2 0C)

2. klien tampak

segar dan

nyaman.

1. Monitoring TTV

2. Beri kompres air biasa

3. Jaga lingkungan sekitar

pasien

4. Anjurkan keluarga

memakaikan baju tipis.

5. Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian

obat penurun

panas,contoh paracetamol

1. Memantau suhu setip

saat apakah normal,

atau terjadi

peningkatan.

2. Menurunkan suhu

tubuh sampai batas

normal.

3. Pasien tetap nyaman

dengan mengatur suhu

ruangan.

4. Metabolisme dalam

tubuh tidak meningkat.

5. Akan meredakan

hipotalamus sebagai

pusat mengatur panas

sehinggapanas tubuh

berangsur-angsur turun.

17

4.4 Implementasi dan Evaluasi

NO. HARI/TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1. 1 S: klien mengatakan

tubuh terasa lemah

O:

1. klien tampak lemah.

2. TTV :130/80, Nadi

80x/ menit,

3. RR: 24x/ menit,

suhu 38oC

A: masalah belum

teratasi.

P : lanjutkan intervensi

2. 2 S : Klien mengatakan

nyeri berkurang dan

skala nyeri berkurang

menjadi 3 dari skala

nyeri (1-5)

O : klien tidak tampak

meringis lagi

TTV :130/80, Nadi 75x/

menit,

18

RR: 24x/ menit, suhu

39oC

A : masalah belum

teratasi

P : lanjutkan intervensi

3. 3 S : klien mengatakan

menghabiskan ¼ porsi

makannya

O : klien masih tampak

lemah

A : masalah belum

teratasi

P :lanjutkan intervensi

4. 4 S: Setelah dilakukan

tindakan keperawatan 1

x 60 menit, pasien

mengatakan badannya

sudah tidak panas.

O: Nadi: 60x/menit

RR: 24 x/menit

Suhu: 36 oC

A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan intervensi

19

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung

kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan

ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.  Apabila

obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi

kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau

kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi

berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solving

melalui proses keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah

untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi)

dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi

obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.

5.2 Saran

Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga

harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakaukan perawatan

mandiri kepada pasien setelah perawat memgajarkan cara perawatan mandiri

dirumah.

20

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I

Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica

Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC.