hanjar latihan manajemen kewilayahan (kapolsek);akbp dadang dk;spn polda jambi
TRANSCRIPT
BAB I
TUGAS POKOK FUNGSI DAN PERAN-PERAN KAPOLSEK DAN PARA PEJABATNYA PADA LEVEL POLSEK/TA
A. Kompetensi DasarMemahami tentang memahami tugas pokok dan fungsi para Kapolsek/Ta, artinya
para Kapolsek harus mengetahui tupoksinya dan memiliki kemampuan dasar Manajemen
Operasional Polsek bagi para Kapolsek dalam mengendalikan peran dan tugas personilnya
serta harkamtibmas pada wilayah hukumnya di tingkatan kewilayahan.
B. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain :
1. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa tugas pokok Kapolsek/ Ta?
2. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa fungsi Kapolsek?
3. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa saja kegiatan yang harus
dilakukan oleh Kapolsek/Ta?
4. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan apa Tugas Pokok Polsek/ Ta
jajaran Polres/Ta diwilayah hukum Polda Jambi?
5. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan masing-masing Seksi dan Unit?
Polsek adalah lini institusi Polri terdepan pada satuan kewilayahan, yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkewajiban untuk memberikan pelayanan
terdepan setiap ada kejadian pelanggaran masyarakat, kasus kriminal, permasalahan konflik
sosial, sengketa lahan dan pertanahan, termasuk segala aktifitas undangan dan perijinan
yang menyangkut urusan dinamika kegiatan masyarakat.1
Polsek adalah institusi Polri yang berada pada tingkat kecamatan yang
berkewajiban memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan melalui
perangkat Babinkamtibmas berperan untuk menampung segala permasalahan dan
1 AKBP Dadang Djoko Karyanto, Latihan Manajemen Kewilayahan (Kapolsek), SPN Polda Jambi,Jambi, 2016, hal. 14.
1
memberikan solusinya sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas)
dapat terjaga.
C. Apa Tugas Pokok Kapolsek/ Ta?Tugas pokok Kapolsek/Ta adalah bertugas memimpin, membina, mengatur dan
mengendalikan satuan Organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksanaan kewilayahan
dalam jajarannya termasuk kegiatan pengamanan markas serta memberikan saran
pertimbangan kepada Kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.2
D. Apa fungsi Kapolsek?Fungsi Kapolsek adalah Pengawasan, pengendalian, pemimpin dan pembina
satuan organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya
termasuk kegiatan pengamanan markas. Kemudian memberikan saran pertimbangan kepada
Kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.
E. Apa saja kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta?Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memberikan arahan dan kebijakan strategis Polsek di bidang pembinaan maupun
operasional di lingkungan unsur Pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana
tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
2. Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan pembantu pelaksana pimpinan,
unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas
kewilayahan.
3. Menerima laporan pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang
operasional dari unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok,
unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
4. Pimpinan Gelar Tingkat Polsek : Kapolsek/Waka/Kaunit (disesuaikan dengan kebutuhan
dan kepentingan gelar perkara).
F. Tugas Pokok Polsek/Ta jajaran Polres/Ta jajaran diwilayah hukum Polda Jambi. Tugas pokok Polsek/Ta adalah bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri
dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian
2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor, Mabes Polri, Jakarta.
2
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain
dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
Secara umum pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Polsek/ Ta Polres/Ta diwilayah
hukum Polda Jambi tersebut diatas, diselenggarakan secara terkoordinasi, terintegrasi dan
efektif selaras dengan kewenangan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan Tata Cara
Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan perincian tugas selektif di masing-masing
Seksi dan Unit. Pelaksanaan Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan
perincian tugas selektif di masing-masing Seksi dan Unit sebagai berikut :4
1. Unit Provos memiliki peran dan fungsi antara lain adalah:
a. Berfungsi sebagai unsur pelayanan pengaduan masyarakat tentang
penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri.
b. Berfungsi sebagai unsur penegakan disiplin dan ketertiban personel Polsek.
c. Berfungsi sebagai unsur pengamanan internal, dalam rangka penegakan
disiplin dan kode etik profesi Polri.
d. Berfungsi sebagai unsur pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap
personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan
kode etik profesi.
e. pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah melaksanakan hukuman
berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan
2. Seksi Umum memiliki fungsi antara lain adalah:
a. perencanaan kegiatan, pelayanan administrasi umum serta ketatausahaan
dan urusan dalam antara lain kesekretariatan dan kearsipan di lingkungan
Polsek.
b. pelayanan administrasi personel dan sarpras.
c. pelayanan markas antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler
untuk upacara, dan urusan dalam di lingkungan di lingkungan Polsek.
d. perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti.
3.Seksi Humas memiliki fungsi antara lain adalah: :
a. pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Polsek.
b. pengelolaan dan penyajian informasi sebagai bahan publikasi kegiatan
Polsek.
3 Ibid, hal 32.4 Ibid, hal 36.
3
6. Seksi Hukum :
a. pemberian pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek
beserta keluarganya.
b. pemberian pendapat dan saran hukum.
c. penyuluhan hukum kepada personel Polsek dan masyarakat serta pembinaan
hukum di lingkungan Polsek.
5. Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) :
a. pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam
bentuk Laporan Polisi (LP), Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP),
Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP), Surat
Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat
Izin Keramaian.
b. pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan, antara lain
Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), Turjawali, dan
pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah.
c. pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telepon,
pesan singkat, faksimile, jejaring sosial (internet).
d. pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. penyiapan registrasi pelaporan, penyusunan dan penyampaian laporan
harian kepada Kapolsek.
4
6. Unit Intelkam :
a. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen di
lingkungan Polsek.
b. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya
deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning),
pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan personel
pengemban fungsi intelijen.
c. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau
informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat
kecamatan/kelurahan.
d. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan
serta penyusunan produk intelijen.
e. penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil
analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
f. pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya, penerbitan SKCK kepada masyarakat yang memerlukan,
serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.
7. Unit Reskrim :
a. pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.
b. pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik
sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan.
8. Unit Binmas :
a. pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam
rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum
dan peraturan perundang-undangan.
b. pembinaan dan penyuluhan di bidang ketertiban masyarakat terhadap
komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak.
c. pemberdayaan peran serta masyarakat dalam kegiatan Polmas yang meliputi
pengembangan kemitraan dan kerja sama antara Polsek dengan masyarakat
dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan serta organisasi non
pemerintah.
9. Unit Sabhara :
5
a. pelaksanaan tugas Turjawali;
b. penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli,
pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa.
c. pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum Tipiring dan
pengamanan TPTKP.
d. penjagaan dan pengamanan markas.
10. Unit Lantas :
a. pembinaan partisipasi masyarakat di bidang lalu lintas melalui kerja sama
lintas sektoral dan Dikmaslantas.
b. pelaksanaan Turjawali lalu lintas dalam rangka Kamseltibcarlantas
c. pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu
lintas dalam rangka penegakan hukum.
11. Unitpolair :
a. menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi patroli perairan,
penegakan hukum di perairan, pembinaan masyarakat pantai dan perairan
lainnya.
b. Unitpolair menyelenggarakan fungsi pelaksanaan patroli, pengawalan,
penegakan hukum di wilayah perairan, dan pembinaan masyarakat pantai di
daerah hukum Polsek, dan pelaksanaan transportasi kepolisian di perairan.
Unitpolair dipimpin oleh Kanitpolair yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolsek.
6
BAB II
PENJABARAN PEMAHAMAN KAPOLSEK TENTANG MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
A. Kompetensi DasarPara Kapolsek harus memahami dan mampu melaksanakan Manajemen
Operasional Polri (MOP), baik dalam kegiatan Kepolisian dan operasional Kepolisian. Artinya
para Kapolsek wajib memahami dan memiliki kemampuan dasar Manajemen Operasional
Polri serta mampu melaksanakan dalam mengendalikan peran dan tugas personilnya serta
harkamtibmas pada wilayah hukumnya di tingkatan kewilayahan baik dalam kegiatan
Kepolisian dan operasional Kepolisian.
B. Indikator Hasil Belajar. Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain :
1. Mampu menjelaskan bagian-bagian yang menunjukkan Manajemen Operasional
Polsek, tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja(SOTK)?
2. Mampu menjelaskan fungsi dasar Manajemen (POAC) George R Terry, terkait
manajemen operasional polsek(MOP);
3. Mampu menjelaskan manajemen operasional Kepolisian (MOK) mendasari Perkap No.9
tahun 2011 tentang manajemen operasi kepolisian;
Polsek merupakan lini institusi Polri terdepan pada satuan kewilayahan, yang
bertugas bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkewajiban untuk memberikan
pelayanan terdepan setiap ada kejadian pelanggaran masyarakat, kasus kriminal,
permasalahan konflik sosial, sengketa lahan dan pertanahan, termasuk segala aktifitas
undangan dan perijinan yang menyangkut urusan dinamika kegiatan masyarakat.
Sehubungan perihal diatas maka Polsek sengaja dibentuk dan patut berada di tengah
kehidupan masyarakat pada tingkatan kecamatan, maka Polsek tersebut memiliki perangkat
organisasi.
7
Karena Polsek adalah sebuah organisasi pada tataran kewilayahan tingkat
kecamatan, maka Polsek harus diisi dengan personil yang memiliki kualifikasi kemampuan
komunikasi sosial (komsos).
Polsek merupakan institusi Polri yang berada pada tingkat kecamatan yang
berkewajiban memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan melalui
perangkat Babinkamtibmas berperan untuk menampung segala permasalahan dan
memberikan solusinya sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehubungan
dengan bahasan tersebut diatas, maka keberadaan organisasi Polsek juga memiliki dasar
yang tertera di dalam Peraturan Kaplri Nomor. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja(SOTK) tingkat Polres.
C. Jelaskan bagian-bagian apa saja yang menunjukkan Manajemen Operasional Polsek tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja(SOTK) :
Bagian yang menunjukkan Manajemen Operasional Polsek tugas pokok dan fungsi
Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
(SOTK) adalah sebagai berikut Manajemen Operasional Polsek/ta tertera di dalam Bagian
Kedua, tentang Susunan Organisasi pada pasal 80, susunan organisasi Polsek terdiri dari,
unsur pimpinan, unsur pengawas, unsur pelayanan dan pembantu pimpinan, unsur
pelaksana tugas pokok, dan unsur pelaksana tugas Kewilayahan.
Pada pasal 81, unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a, terdiri dari
Kepala Polsek (Kapolsek) dan Wakil Kepala Polsek (Wakapolsek).
Pasal 82 unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf b, yaitu Unit
Provos.
Pasal 83, unsur pelayanan dan pembantu pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
huruf c, terdiri dari, Seksi Umum (Sium), Seksi Hukum (Sikum), dan Seksi Hubungan
Masyarakat (Sihumas).
Pasal 84 unsur pelaksana tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf d, terdiri
dari SPKT, Unit Intelijen Keamanan (Unitintelkam), Unit Reserse Kriminal (Unitreskrim), Unit
Pembinaan Masyarakat (Unitbinmas), Unit Samapta Bhayangkara (Unitsabhara), Unit Lalu
Lintas (Unitlantas), dan Unit Polisi Perairan (Unitpolair).
Pasal 85 unsur pelaksana tugas Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf
e yaitu Kepolisian Subsektor (Polsubsektor).
8
Bagian ketiga unsur pimpinan paragraf 1 Kapolsek pasal 87(1) Kapolsek sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 huruf a merupakan pimpinan Polsek yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kapolres. (2) Kapolsek bertugas memimpin, membina,
mengawasi, mengatur dan mengendalikan
satuan organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya
termasuk kegiatan pengamanan
markas, dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres yang terkait dengan
pelaksanaan tugasnya.
Paragraf 2 Wakapolsek pasal 88 (1) Wakapolsek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81
huruf b merupakan unsur pimpinan Polsek yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kapolsek. (2) Wakapolsek bertugas membantu Kapolsek dalam melaksanakan
tugasnya dengan mengawasi, mengatur, mengendalikan, dan mengkoordinir pelaksanaan
tugas seluruh satuan organisasi Polsek, dalam batas kewenangannya memimpin Polsek
dalam hal Kapolsek berhalangan, dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolsek
dalam hal pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas pokok Polsek.
Pasal 89 menyebutkan tipe polsek antara lain Polsek Tipe Metropolitan, Polsek Tipe Urban,
dan Polsek Tipe Rural, Kapolsek
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakapolsek.
Bagian Keempat adalah unsur pengawas yaitu Unit Provos pasal 90 (1) Unit Provos
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 merupakan unsur pengawas yang berada di bawah
Kapolsek. (2) Unit Provos bertugas melaksanakan pembinaan disiplin, pemeliharaan
ketertiban, termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik
profesi Polri dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan
tindakan personel Polri, (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Unit Provos menyelenggarakan fungsi pelayanan pengaduan masyarakat tentang
penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri, penegakan disiplin dan ketertiban
personel Polsek, pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik profesi
Polri, pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel Polsek yang sedang dan
telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik profesi, dan pengusulan rehabilitasi
personel Polsek yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan
penilaian yang dilakukan.
Pasal 91Unit Provos dipimpin oleh Kanit Provos yang bertanggung jawab kepada Kapolsek
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
9
Pasal 93 Unit Provos dalam melaksanakan tugas dibantu oleh perwira, Unit Pengamanan
Internal (Unitpaminal), yang bertugas melakukan pengamanan internal dalam rangka
penegakan disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, pengusulan rehabilitasi personel Polsek
yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian, dan Unit
Provos, yang bertugas melakukan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan
perilaku dan tindakan personel Polri, penegakan
disiplin dan ketertiban personel Polsek, serta pelaksanaan pengawasan dan penilaian
terhadap personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau
kode etik profesi Polri. Pasal 94 Unit Paminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf a,
hanya terdapat pada Polsek Tipe Metropolitan.
Bagian Kelima unsur Pelayanan dan Pembantu Pimpinan Paragraf 1 Sium Pasal 95 (1) Sium
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a merupakan unsur staf pembantu pimpinan
dan pelayanan yang berada di bawah Kapolsek. (2) Sium bertugas menyelenggarakan
perencanaan, pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam, pelayanan
markas, perawatan
tahanan serta pengelolaan barang bukti di lingkungan Polsek. (3) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sium menyelenggarakan fungsi perencanaan
kegiatan, pelayanan administrasi umum serta ketatausahaan dan urusan dalam antara lain
kesekretariatan dan kearsipan di lingkungan Polsek, pelayanan administrasi personel dan
sarpras, pelayanan markas antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler untuk
upacara, dan urusan dalam di lingkungan di lingkungan Polsek; dan perawatan tahanan dan
pengelolaan barang bukti. Pasal 96 Sium dipimpin oleh Kasium yang bertanggung jawab
kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 97 Sium dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Urusan Perencanaan Administrasi
(Urrenmin), yang bertugas melakukan
perencanaan kegiatan dan administrasi personel serta sarpras, Urusan Tata Urusan Dalam
(Urtaud), yang bertugas melakukan pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan
dalam, kearsipan, dan pelayanan markas di lingkungan Polsek. Kemudian Urusan Tahanan
dan Barang Bukti (Urtahti), yang bertugas melakukan perawatan tahanan dan pengelolaan
barang bukti.
Paragraf 2 Sikum Pasal 98 (1) Sikum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf b
merupakan unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek. (2)
Sikum bertugas memberikan pelayanan bantuan hukum, pendapat dan
10
saran hukum, penyuluhan hukum serta pembinaan hukum di lingkungan Polsek. (3) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sikum menyelenggarakan fungsi
pemberian pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek beserta
keluarganya, pemberian pendapat dan saran hukum, dan penyuluhan hukum kepada
personel Polsek dan masyarakat serta pembinaan hukum di lingkungan Polsek. Pasal 99
Sikum dipimpin oleh Kasikum yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 100 Sikum dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Sub Seksi Bantuan Hukum
(Subsibankum), yang bertugas memberikan
pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek beserta keluarganya, dan
Sub Seksi Penerapan Hukum (Subsirapkum), yang bertugas memberikan pendapat dan saran
hukum, pembinaan serta penyuluhan hukum. Pasal 101 Sikum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 huruf b, hanya terdapat pada Polsek Tipe Metropolitan dan Polsek Tipe Urban.
Paragraf 3 Sihumas Pasal 102 (1) Sihumas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf c
merupakan unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek. (2)
Sihumas bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta
dokumentasi yang berkaitan dengan tugas Polsek.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sihumas
menyelenggarakan fungsi pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan
dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Polsek; dan pengelolaan
dan penyajian informasi sebagai bahan publikasi kegiatan Polsek.
Pasal 103 Sihumas dipimpin oleh Kasihumas yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 104 Sihumas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Sub Seksi Dokumentasi dan
Peliputan (Subsidokliput), yang bertugas mendokumentasikan dan meliput informasi yang
berkaitan dengan tugas Polsek, dan Sub Seksi Publikasi (Subsipublikasi), yang bertugas
melaksanakan pengelolaan informasi dan mempublikasikan informasi kegiatan yang berkaitan
dengan penyampaian berita di lingkungan Polsek. Pasal 105 Sihumas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83 huruf c, hanya terdapat pada Polsek Tipe Metropolitan, Polsek Tipe
Urban dan Polsek Tipe Rural.
Bagian Keenam unsur Pelaksana Tugas Pokok Paragraf 1 SPKT Pasal 106 (1) SPKT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf a merupakan unsur pelaksana tugas pokok
yang berada di bawah Kapolsek. (2) SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian
11
secara terpadu terhadap laporan/pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan
pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi. (3) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), SPKT menyelenggarakan fungsi pelayanan kepolisian
kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam bentuk Laporan Polisi (LP), Surat
Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan
(SP2HP), Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat Izin Keramaian,
pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan, antara lain Tindakan Pertama di
Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), Turjawali, dan pengamanan kegiatan masyarakat dan
instansi pemerintah, c. pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain
telepon, pesan singkat, faksimile, jejaring sosial (internet), pelayanan informasi yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dan penyiapan registrasi pelaporan, penyusunan dan penyampaian laporan harian kepada
Kapolsek. Pasal 107 SPKT dipimpin oleh Ka SPKT yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Paragraf 2 Unitintelkam Pasal 108 (1) Unitintelkam sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf b
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitintelkam
bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan
keterangan/informasi untuk keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat, serta pelayanan perizinan, (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Unitintelkam menyelenggarakan fungsi pembinaan kegiatan intelijen
dalam bidang keamanan dan produk intelijen di lingkungan Polsek, pelaksanaan kegiatan
operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan
peringatan dini (early warning), pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan
personel pengemban fungsi intelijen, pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata
tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat
kecamatan/kelurahan, pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan
lingkungan serta penyusunan produk intelijen, penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen
keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat
perhatian pimpinan, dan pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan
kegiatan masyarakat lainnya, penerbitan SKCK kepada masyarakat yang memerlukan, serta
melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya. Pasal 109 Unitintelkam
12
dipimpin oleh Kanitintelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolsek, dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 110 khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitintelkam dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melakukan pembinaan
kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, dan mengumpulkan, menyimpan, dan melakukan
pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan
pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, pendokumentasian dan penganalisisan terhadap
perkembangan lingkungan serta penyusunan produk intelijen untuk mendukung kegiatan
Polsek, dan pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen Perwira Unit Administrasi
(Panitmin), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan,
memberikan pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya,
surat pemberitahuan kegiatan politik, dan SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan, dan
melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya, dan Sub Unit (Subnit), yang
bertugas melaksanakan tugas-tugas operasional meliputi kegiatan operasional intelijen dasar
guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning),
pengembangan jaringan informasi dan penyusunan prakiraan intelijen dan menyajikan hasil
analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
Paragraf 3 Unitreskrim Pasal 111 (1) Unitreskrim sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf c
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitreskrim
bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindakpidana, termasuk fungsi
identifikasi. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unitreskrim
menyelenggarakan fungsi, pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana,
pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku
maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan. Pasal 112 Unitreskrim dipimpin oleh
Kanitreskrim yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 113 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitreskrim dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melakukan pembinaan
pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, menganalisis kasus beserta
penanganannya, Perwira Unit Administrasi (Panitmin), yang bertugas melaksanakan kegiatan
administrasi penyidikan dan ketatausahaan, Sub Unit Identifikasi (Subnitident), yang bertugas
13
melakukan identifikasi untuk kepentingan penyidikan, dan Sub Unit, yang bertugas
melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana di daerah hukum Polsek, dan
memberikan pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik
sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 4 Unitbinmas Pasal 114 (1) Unitbinmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
huruf d merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2)
Unitbinmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan pemberdayaan
Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa, serta kegiatan kerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Unitbinmas menyelenggarakan fungsi a. pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan, pembinaan dan penyuluhan di bidang
ketertiban masyarakat terhadap komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita,
dan anak, dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam kegiatan Polmas yang meliputi
pengembangan kemitraan dan kerja sama antara Polsek dengan masyarakat dan pemerintah
tingkat kecamatan/kelurahan serta organisasi non pemerintah.
Pasal 115 Unitbinmas dipimpin oleh Kanitbinmas yang bertanggung jawab kepada Kapolsek
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 116 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitbinmas dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas merencanakan dan
menyelenggarakan administrasi kegiatan operasional pembinaan Masyarakat, Sub Unit
Pembinaan Perpolisian Masyarakat (Subnitbinpolmas), yang bertugas memberdayakan peran
serta masyarakat dan kegiatan Polmas, yang meliputi pengembangan kemitraan dan kerja
sama antara Polsek dengan masyarakat dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan serta
organisasi non pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Sub Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Subnitbintibmas),
yang bertugas melakukan pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak; dan Sub Unit Pembinaan
Keamanan Swakarsa (Subnitbinkamsa), yang bertugas melaksanakan koordinasi dan
pembinaan teknis terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan.
14
Paragraf 5 Unitsabhara Pasal 117 (1) Unitsabhara sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf e
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitsabhara
bertugas melaksanakan Turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi
pemerintah, objek vital, TPTKP, penanganan Tipiring, dan pengendalian massa dalam rangka
pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat serta pengamanan markas. (3) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unitsabhara menyelenggarakan fungsi pelaksanaan
tugas Turjawali, penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli,
pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa, pemeliharaan ketertiban umum berupa
penegakan hukum Tipiring dan pengamanan TPTKP, dan penjagaan dan pengamanan
markas. Pasal 118 Unitsabhara dipimpin oleh Kanitsabhara yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 119 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitsabhara dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas mengendalikan kegiatan
Turjawali, penegakan hukum Tipiring, TPTKP dan pengamanan markas, Perwira Unit
Administrasi (Panitmin), yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan administrasi
umum yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unitsabhara, Sub Unit Patroli
(Subnitpatroli), yang bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali, penegakkan hukum Tipiring
dan TPTKP, dan Sub Unit Pengendalian Massa (Subnitdalmas), yang bertugas
melaksanakan pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa serta melaksanakan
kegiatan penjagaan dan pengamanan markas.
Paragraf 6 Unitlantas Pasal 120 (1) Unitlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf f
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitlantas
bertugas melaksanakan Turjawali bidang lalu lintas, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hukum di bidang lalu lintas. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Unitlantas menyelenggarakan fungsi, pembinaan partisipasi
masyarakat di bidang lalu lintas melalui kerja sama lintas sektoral dan Dikmaslantas,
pelaksanaan Turjawali lalu lintas dalam rangka Kamseltibcarlantas, dan pelaksanaan
penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum. Pasal 121 Unitlantas dipimpin oleh Kanitlantas yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
15
Pasal 122 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitlantas dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh, Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melaksanakan dan
mengendalikan Dikmaslantas dan kerja sama di bidang lalu lintas, Perwira Unit Administrasi
(Panitmin) yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan administrasi umum yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unitlantas, Sub Unit Kecelakaan (Subnitlaka), yang
bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, dan Sub Unit
Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Subnitturjawali), yang bertugas
melaksanakan kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam
rangka penegakan hukum dan Kamseltibcarlantas.
Paragraf 7 Unitpolair Pasal 123 Unitpolair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf g
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. Unitpolair bertugas
menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi patroli perairan, penegakan
hukum di perairan, pembinaan masyarakat
pantai dan perairan lainnya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Unitpolair menyelenggarakan fungsi pelaksanaan patroli, pengawalan, penegakan hukum
di wilayah perairan, dan pembinaan masyarakat pantai di daerah hukum Polsek, dan
pelaksanaan transportasi kepolisian di perairan. Pasal 124 Unitpolair dipimpin oleh Kanitpolair
yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
bawah kendali Wakapolsek.
Bagian Ketujuh unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan Pasal 125
Polsubsektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 merupakan unsur pelaksana tugas
kewilayahan yang berada di bawah Kapolsek. Pasal 126 Polsubsektor bertugas
menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, dan pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 127 Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126, Polsubsektor berfungsi penyelenggaraan patroli
dan pengamanan kegiatan masyarakat dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, serta penegakan hukum Tipiring, pemberian pelayanan kepolisian kepada
masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian
bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat, pemberdayaan peran
serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, guna terwujudnya kemitraan serta membangun kepercayaan masyarakat
16
terhadap Polri, dan penyelenggaraan administrasi umum dan ketatausahaan. Pasal 128
Polsubsektor dipimpin oleh Kapolsubsektor yang bertanggung jawab kepada Kapolsek.
Pasal 129 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126,
Polsubsektor dibantu oleh Urusan Administrasi (Urmin), yang bertugas menyelenggarakan
administrasi umum dan ketatausahaan di lingkungan Polsubsektor. Unit Patroli, yang bertugas
melaksanakan patroli dan pengamanan kegiatan masyarakat, serta penegakan hukum tindak
pidana ringan, dan Unit Pelayanan Masyarakat (Unityanmas), yang bertugas memberikan
pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan
laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan
masyarakat, serta melakukan pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Polmas dalam
rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, guna terwujudnya kemitraan
serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
D. Apakah itu manajemen, Jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) menurut teori dan konsep George R Terry?
Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai
suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan tertentu. Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli manajemen,
seperti : Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pemberian
Komando), Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan) oleh Henry Fayol;
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai),
Directing (Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan),
Budgeting (Anggaran) oleh Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai),Directing (Pembinaan Kerja), Controlling
(Pengawasan) oleh Harold Koontz dan Cyril O’Donnel; dan beberapa ahli manajemen lagi.
Namun dalam materi ini akan memuat fungsi manajemen yang lebih sederhana dan bersifat
menyeluruh oleh George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing, Actuating &
17
Controlling). Mengapa POAC ? Karena POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat
umum dan meliputi keseluruhan proses manajerial. Banyak para ahli yang menambah banyak
pengertian dari fungsi-fungsi manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut,
didalamnya sudah termasuk keempat fungsi yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerak dan Pengawasan.
Menejemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui
usaha kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan
sumber-sumber daya. Dengan kata lain menejemen tidak lain daripada usaha
meleksanakan hal-hal tertentu melalui manusia.5
Kapolsek harus berperan menjalankan manajemen dibidang pengorganisasian
antara lain berkewajiban menyatukan berbagai tipikal pemikiran manusia dalam hal ini adalah
anggota dan staf polsek yang dipimpinnya, Kapolsek harus mampu menumbuhkan pemikiran
loyalitas bawahan terhadap pekerjaannya, institusi dimana mereka bekerja (polsek),
tumbuhnya loyalitas anggota /staf kepada atasan/ Kapolsek, kemudian Kapolsek harus
mampu membuat situasi harmoni dalam kehidupan organisasi polsek.
E. Pertanyaan berikutnya adalah jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) George R Terry terkait manajemen operasional polsek?
Secara umum pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Polsek/ Ta Polres/Ta
diwilayah hukum Polda Jambi tersebut diatas, diselenggarakan secara terkoordinasi,
terintegrasi dan efektif selaras dengan kewenangan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan
Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan perincian tugas selektif di
masing-masing Seksi dan Unit. Pelaksanaan Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi
Polsek /Ta dengan perincian tugas selektif di masing-masing Seksi dan Unit sebagai berikut :
1. PLANNING (PERENCANAAN)Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur
untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga
diartikan sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan
memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan
merencanakan aktivitas organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi
polsek difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.
5 George R.Terry alih bahasa DR.Winardi,SE. by Richard D Irwin, Asas-Asas Menejemen,
Edisi Kedelapan, Penerbit Alumni/1986/Bandung Kota Pos 272.Bandung, 1977,hal.4
18
Seksi Umum memiliki fungsi antara lain adalah: perencanaan kegiatan, artinya Sium
berupaya membantu Kapolsek/ Wakapolsek didalam menyusun rencana kebutuhan dan
kegiatan dan sebagai bahan laporan masukan tentang berbagai rencana kebutuhan tingkat
polsek ke Kapolres terutama kepada Kabag perencanaan (Bagren Polres yang memiliki peran
sebagai subbagian Program dan Anggaran (Subbagprogar) membantu menyusun rencana
jangka sedang dan jangka pendek Polres, antara lain Renstra, Rancangan Renja, dan Renja;
dan membantu menyusun rencana kebutuhan anggaran Polres dalam bentuk RKA-KL, DIPA,
penyusunan penetapan kinerja, KAK atau TOR, dan RAB. Subbagian Pengendalian Anggaran
(Subbagdalgar), berperan membantu dalam membuat administrasi otorisasi anggaran tingkat
Polres dan menyusun LRA dan membuat laporan akuntabilitas kinerja Satker). Sium dipimpin
oleh Kasium yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolsek
2. ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang
yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih
orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-
orang itu dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin
pencapaian tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut George R. Terry, tugas
pengorganisasian adalah mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda,
mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan seluruh kemampuan
kesuatu arah tertentu.
Artinya seorang pemimpin dalam hal ini adalah Kapolsek harus mampu
mengorganisir dan mengakomodir seluruh kepentingan-kepentingan anggota, staf Polsek,
baik yang sejalan/ kooperatif ataupun personil yang berseberangan dengan kebijakan
Kapolsek, memberdayakan segenap kemampuan, mengatur mekanisme kerjanya, sehingga
seluruh komponen menjadi guyup, selaras, teratur, bersedia diperintah dan harmonis.
Tugas Kapolsek/Ta adalah memimpin, membina, mengatur dan mengendalikan
satuan Organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksanaan kewilayahan dalam
jajarannya termasuk kegiatan pengamanan markas. Artinya Kapolsek menjalankan peran
pengorganisasian (Organizing), hal ini dapat dilihat secara rinci berbagai kegiatan yang harus
dilakukan oleh Kapolsek/Ta antara lain adalah sebagai berikut:
19
1. Mempedomani dan melaksanakan Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja(SOTK) adalah sebagai berikut Manajemen Operasional
Polsek/ta tertera di dalam bagian Kedua, tentang Susunan Organisasi pada pasal 80,
susunan organisasi Polsek terdiri dari, unsur pimpinan, unsur pengawas, unsur
pelayanan dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, dan unsur pelaksana
tugas Kewilayahan. Aplikasi dan wujud nyata dalam pelaksanaan tugas kesehariannya
mendasari SOTK Perkap No. 23 tahun 2010 yang merupakan cerminan pelaksanaan
struktur organisasi polsek yang terpajang di dinding Mapolsek/Ta;
Pada pasal 81, unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a, terdiri
dari Kepala Polsek (Kapolsek) dan Wakil Kepala Polsek (Wakapolsek);
2. Memberikan arahan dan kebijakan strategis Polsek di bidang pembinaan maupun
operasional di lingkungan unsur Pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana
tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
3. Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan pembantu pelaksana pimpinan,
unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas
kewilayahan.
4. Menerima laporan pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang
operasional dari unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok,
unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
5. Pimpinan Gelar Tingkat Polsek : Kapolsek/Waka/Kaunit (disesuaikan dengan
kebutuhan dan kepentingan gelar perkara).
3. ACTUATING (PENGGERAKAN)Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti
dengan pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah
disusun. Setiap pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran,
keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua anggota
kelompok untuk bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta yang sejalan dengan fungsi
actuating (penggerak) antara lain adalah Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas
dan pembantu pelaksana pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan
20
unsur pelaksana tugas kewilayahan. Kapolsek menggerakkan unit-unit opsnal dalam
menciptakan situasi yang kondusif di wilayah hukum polsek tersebut.
4. CONTROLLING (PENGENDALIAN/ PENGAWASAN)Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan
aktivitas organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila diperlukan dapat mengadakan
koreksi. Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat
dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah
proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka
dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana
sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat
segera dilakukan antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi,
kondisi dan perkembangan lingkungan sekitar organisasi.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat
perkembangan organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin
mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan
korektif sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi,
maka upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Polsek/Ta adalah sebuah organisasi, tugas Kapolsek adalah mengakomodir fungsi
pengawasan/ pengendalian (controlling) antara lain adalah Kapolsek menerima laporan
pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang operasional dari unsur
pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan
unsur pelaksana tugas kewilayahan. Melalui fungsi Unit Provos, Kapolsek melaksanakan
peran dan tugasnya antara lain adalah:
1. Berfungsi sebagai unsur pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan
perilaku dan tindakan personel Polri.
2. Berfungsi sebagai unsur penegakan disiplin dan ketertiban personel Polsek.
3. Berfungsi sebagai unsur pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan
kode etik profesi Polri.
4. Berfungsi sebagai unsur pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel
Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik profesi.
21
5. pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan
hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan
Melalui tugas dan fungsi Unit Intelkam, Kapolsek berperan :
1. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen di lingkungan
Polsek.
2. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini
(early detection) dan peringatan dini (early warning), pengembangan jaringan informasi
melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen.
3. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal
organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan.
4. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan serta
penyusunan produk intelijen.
5. penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis
setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
6. pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya, penerbitan SKCK kepada masyarakat yang memerlukan, serta melakukan
pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.
Petunjuk bagi suksesnya menejerial terkait 4 (empat) macam saran sederhana
antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ketahuilah tujuan-tujuan institusi/organisasi, 2.pilihlah
bawahan yang efektif, 3. Lakukan tindakan delegasi dengan jalan menyuruh para bawahan
mengambil keputusan-keputusan dalam bidang pekerjaan mereka masing-masing dan, 4.
Lakukanlah penelitian untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai, memuaskan.
Daftar lain meliputi tindakan-tindakan antara lain adalah sebagai berikut:1. Pilihlah
anggota-anggota kelompok saudara dengan cermat , 2.memotivasikan
mereka,3.kembangkanlah komunikasi yang baik, 4. Usahakanlah untuk mencapai hubungan
antar perorangan yang efektif antar mereka, 5. Usahakanlah agar konflik-konflik antara para
anggota kelompok seminimal mungkin.6
Kapolsek juga berperan menggerakkan unit-unit opsnal yang dimiliki oleh Polsek dalam
melakukan kegiatan pengawasan/ pengendalian (controlling) kegiatan masyarakat, artinya
pengawasan/ pengendalian (controlling) yang dilakukan oleh Kapolsek dan perangkat unit-
unit Polsek adalah dalam rangka cipta kondisi kamtibmas yang kondusif.
6 Ibid, hal.10
22
F. Jelaskan manajemen operasional Polri (MOP) mendasari Perkap No.9 tahun 2011 tentang manajemen operasi kepolisian;
Perkap Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Manajemen Operasi Kepolisian (Mok), Bab
I (satu) Ketentuan Umum Pasal 1 (ayat 2-16), dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
2. Manajemen Operasi Kepolisian adalah suatu proses penyusunan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam rangka melaksanakan
operasi kepolisian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
3. Rencana Operasi yang selanjutnya disingkat Renops adalah suatu produk
perencanaan yang akan dijadikan pedoman dalam melakukan operasi kepolisian yang
berisi situasi, tugas pokok, pelaksanaan, pengendalian, administrasi, personel, sarana
prasarana dan anggaran.
Operasi Kepolisian adalah serangkaian tindakan Polri dalam rangka pencegahan,
penanggulangan, penindakan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat (Kamtibmas), serta penanganan bencana yang diselenggarakan dalam
kurun waktu, sasaran, cara bertindak (CB), pelibatan kekuatan dan dukungan sumber
daya tertentu oleh beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk satuan tugas (Satgas).
4. Sasaran Operasi Kepolisian adalah bentuk potensi gangguan, ambang gangguan dan
gangguan nyata tertentu yang ditanggulangi dengan operasi kepolisian.
5. Potensi Gangguan yang selanjutnya disingkat PG adalah situasi/kondisi yang
merupakan akar masalah dan/atau faktor stimulan/pencetus yang berkorelasi erat
terhadap timbulnya AG atau gangguan Kamtibmas.
6. Ambang Gangguan yang selanjutnya disingkat AG adalah suatu situasi/kondisi
Kamtibmas yang apabila tidak dilakukan tindakan kepolisian, dikhawatirkan akan
menimbulkan GN.
7. Gangguan Nyata yang selanjutnya disingkat GN adalah gangguan berupa kejahatan,
pelanggaran hukum atau bencana yang dapat menimbulkan kerugian harta benda,
jiwa-raga maupun kehormatan.
8. Target Operasi yang selanjutnya disingkat TO adalah sasaran yang dipertajam
berdasarkan skala prioritas dan dapat diukur untuk ditangani, dicapai dalam
penyelenggaraan operasi kepolisian.
10. Kontinjensi adalah suatu kejadian yang muncul secara tiba-tiba yang tidak dapat
diprediksikan (unpredictable), dapat menimbulkan gangguan Kamtibmas yang
disebabkan oleh faktor alam, manusia dan hewan.
23
11. Kuratif adalah CB yang dilakukan dalam operasi kepolisian berbentuk pertolongan dan
penyelamatan.
12. Rehabilitasi adalah suatu upaya yang dilakukan dalam operasi kepolisian untuk
memulihkan atau mengembalikan keadaan atau situasi keamanan dan ketertiban
seperti keadaan semula.
13. Direktif adalah persetujuan, petunjuk dan arahan dari penanggung jawab kebijakan
operasi mengenai bentuk operasi, sandi operasi, waktu operasi dan sumber anggaran
yang akan digunakan untuk menyelenggarakan operasi kepolisian.
14. Perintah Operasi yang selanjutnya disingkat PO adalah dokumen administrasi operasi
kepolisian yang berisikan jenis, sandi dan waktu dimulainya operasi kepolisian.
15. Surat perintah pelaksanaan operasi yang selanjutnya disingkat Sprinlakops adalah
perintah kepada para petugas yang dilibatkan dalam operasi kepolisian untuk
melaksanakan operasi kepolisian dengan sandi, waktu dan rincian tugas tertentu.
16. Latihan Praoperasi yang selanjutnya disingkat Latpraops adalah pelatihan yang berupa
teori dan praktek dalam rangka kesiapan sebelum pelaksanaan operasi kepolisian.
Tujuan peraturan MOK tertera di Pasal 2, Dapat kita lihat Tujuan peraturan MOK antara lain
adalah sebagai berikut:
a. sebagai pedoman bagi pelaksana fungsi operasional Polri dalam operasi kepolisian;
b. agar operasi kepolisian dapat terselenggara secara efektif dan efisien; dan
c. agar sasaran dan TO dapat dicapai sesuai rencana operasi.
Prinsip-prinsip dalam Manajemen Operasi Kepolisian tertera di dalam Pasal 3. Prinsip-prinsip
dalam Manajemen Operasi Kepolisian, meliputi:
a. integratif, yaitu melibatkan beberapa fungsi kepolisian dan unsur-unsur di luar Polri
yang dilandasi sikap saling memahami peran dan tugas masing-masing;
b. proporsional, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilakukan harus seimbang dengan
tugas, sasaran dan target dalam operasi kepolisian;
c. akuntabilitas, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan harus dapat
dipertanggungjawabkan;
d. efektif dan efisien, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan keseimbangan yang wajar antara hasil yang akan dicapai dengan
upaya, sarana prasarana dan anggaran yang digunakan;
e. proaktif, yaitu pelaksanaan tugas operasi kepolisian dilakukan secara lebih aktif untuk
menuntaskan TO yang telah ditentukan; dan
24
f. non diskriminatif, yaitu setiap anggota Polri wajib menghormati dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan perlakuan yang sama kepada setiap orang yang dilayani.
Pedoman dasar manajemen operasi kepolisian, tertera didalam Bab 2 Manajemen Operasi
Kepolisian, Bagian Kesatu tentang , Pedoman Dasar , Pasal 4. Pedoman dasar manajemen
operasi kepolisian, meliputi:
a. penetapan sasaran;
b. waktu operasi;
c. penentuan CB;
d. pelibatan kekuatan;
e. dukungan anggaran; dan
f. pengawasan dan pengendalian.
Di dalam Pasal 5, ayat 1-4 antara lain adalah sebagai berikut:
(1) Penetapan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, merupakan
kegiatan yang direncanakan berdasarkan perkiraan khusus (Kirsus) intelijen,
selanjutnya ditetapkan sasaran atau objek yang akan dihadapi.
(2) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui analisis bentuk
sasaran, waktu, tempat dan aspek-aspek yang menyertainya, selanjutnya dipertajam
dalam TO.
(3) TO sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. orang;
b. benda atau barang;
c. lokasi atau tempat;
d. kegiatan;
e. perkara; dan
(4) TO sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. perkiraan keadaan khusus intelijen;
b. TO dapat dicapai dan dituntaskan selama operasi berlangsung; dan
c. TO dapat diukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif.
Pasal 6, menjelaskan tentang waktu operasi, dan penetapan lama waktu operasi kepolisian,
antara lain tertera di dalam ayat :
(1) Waktu operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, merupakan jumlah hari
yang ditetapkan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian.
25
(2) Penetapan lama waktu operasi kepolisian disesuaikan dengan bentuk, sasaran, TO
dan anggaran yang tersedia.
Di dalam Pasal 7 membahas tentang penentuan CB, CB digolongkan dalam bentuk CB
tehnis, CB taktis antara lain adalah sebagai berikut:
(1) Penentuan CB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, merupakan urutan
tindakan yang dipilih dalam pelaksanaan operasi kepolisian dengan memperhatikan
resiko kegagalan yang paling kecil.
26
(2) CB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. preemtif;
b. preventif;
c. represif;
d. kuratif; dan/atau
e. rehabilitasi.
(3) Cara Bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digolongkan dalam bentuk :
a. Cara Bertindak tehnis; dan
b. Cara Bertindak taktis.
(4) CB tehnis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan CB yang telah
diatur dalam masing-masing Peraturan Fungsi Kepolisian.
(5) CB taktis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan CB dari Satgas
yang bersifat taktis kepolisian terhadap TO yang ditangani dan penerapannya
disesuaikan dengan situasi di lapangan.
Di dalam Pasal 8 menyatakan bahwa, Pelibatan kekuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf d yang diorganisir dalam setiap operasi kepolisian, harus memperhatikan:
a. Sasaran atau TO;
b. Cara Bertindak (CB);
c. kemampuan personel;
d. sarana dan prasarana; dan
e. anggaran.
Di dalam Pasal 9 menyebutkan bahwa:
(1) Dukungan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, merupakan
anggaran yang mendukung kebutuhan operasi kepolisian.
(2) Anggaran penyelenggaraan operasi kepolisian sudah tersedia sebelum operasi
dilaksanakan (cash on hand).
Didalam Pasal 10 menyebutkan bahwa : Pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, merupakan bagian dari kegiatan manajemen operasi agar
dinamika operasi kepolisian dapat terselenggara sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan.
Bagian Kedua, adalah Jenis, pada Pasal 11, menyatakan bahwa Jenis operasi kepolisian,
terdiri dari:
a. operasi kepolisian terpusat; dan
27
b. operasi kepolisian kewilayahan.
Didalam Pasal 12 menjelaskan bahwa
(1) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a
merupakan operasi kepolisian yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh
Mabes Polri.
(2) Operasi Kepolisian Terpusat meliputi operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Mabes Polri secara mandiri;
b. Mabes Polri yang melibatkan personel satuan kewilayahan (Satwil); dan
c. Mabes Polri dan Satwil.
(3) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
operasi yang diselenggarakan oleh Mabes Polri tanpa melibatkan Satwil.
(4) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan
operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Mabes Polri dengan melibatkan
personel dari Satwil sebagai anggota Satgas.
(5) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
operasi yang diselenggarakan oleh Mabes Polri dan Satwil, yang masing-masing
melaksanakan fungsi manajemen dengan bentuk dan waktu operasi ditetapkan oleh
Mabes Polri.
Pada Pasal 13 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
dilaksanakan pada tingkat:
a. Polda; dan
b. Polres.
(2) Operasi Kepolisian Kewilayahan merupakan operasi kepolisian yang manajemen
operasinya diselenggarakan oleh Polda dan Polres.
(3) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Polda secara mandiri;
b. Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres; dan
c. Polda dan Polres.
(4) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
merupakan operasi yang diselenggarakan secara mandiri oleh Polda.
28
(5) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
merupakan operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polda dengan back up dari Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres sebagai anggota Satgas.
(6) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
merupakan operasi kepolisian yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh
Polda dan Polres.
Pasal 14 menyebutkan bahwa :
(1) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf
b meliputi operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Polres secara mandiri; dan
b. Polres yang diback up Polda.
(2) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan operasi yang diselenggarakan secara mandiri oleh Polres.
(3) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polres dengan back up dari Polda sebagai anggota Satgas.
Sifat, Pasal 15, artinya pada pasal tersebut menyatakan “Sifat operasi kepolisian”:
a. terbuka; atau
b. tertutup.
Didalam Pasal 16 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi Kepolisian Terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
merupakan operasi kepolisian yang dapat dipublikasikan dan mengedepankan tindakan
preemtif dan preventif.
(2) Operasi Kepolisian Tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b
merupakan operasi kepolisian yang dapat dipublikasikan secara terbatas dengan
mengedepankan tindakan intelijen dan/atau represif.
Bagian Keempat, ,Bentuk, Pasal 17 menyebutkan bahwa:
(1) Bentuk operasi kepolisian, meliputi:
a. operasi intelijen;
b. operasi pengamanan kegiatan;
c. operasi pemeliharaan keamanan;
d. operasi penegakan hukum;
e. operasi pemulihan keamanan; dan
f. operasi kontinjensi.
29
(2) Operasi intelejen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diselenggarakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
Didalam Pasal 18, menyebutkan bahwa :
(1) Operasi pengamanan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf
b merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan oleh Polri berkaitan dengan
kegiatan masyarakat dan/atau pemerintah yang berpotensi menimbulkan gangguan
keamanan secara nyata dan dapat mengganggu/menghambat perekonomian dan/atau
sistem pemerintahan.
(2) Operasi pengamanan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
operasi kepolisian yang bersifat terbuka dengan mengedepankan polisi berseragam,
diarahkan pada sasaran AG, penentuan TO secara kualitatif dan/atau kuantitatif,
dengan CB preventif.
Didalam Pasal 19 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi pemeliharaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf c merupakan operasi kepolisian yang kegiatannya mengedepankan tindakan
pencegahan dan penangkalan, melalui kegiatan pembinaan masyarakat, simpatik,
dalam rangka meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
(2) Operasi pemeliharaan keamanan merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka
dengan mengedepankan polisi berseragam, diarahkan pada sasaran PG, AG, dan TO
kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB preemtif, preventif, represif dan represif non
yustisial (persuasif edukatif).
Didalam Pasal 20 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf d
merupakan operasi kepolisian yang dilaksanakan berkaitan dengan penanggulangan
berbagai gangguan keamanan berupa kejahatan konvensional, transnasional,
kejahatan terhadap kekayaan negara serta kejahatan yang berimplikasi kontinjensi.
(2) Operasi penegakan hukum merupakan operasi kepolisian yang bersifat tertutup dengan
mengedepankan polisi tidak berseragam, diarahkan pada sasaran GN, TO kuantitatif,
dengan CB represif (penegakan hukum).
Didalam Pasal 21 menyebutkan bahwa:
30
(1) Operasi pemulihan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf e
merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan untuk pemulihan situasi
Kamtibmas yang terganggu akibat konflik sosial yang meluas, kejahatan yang
berintensitas tinggi dan dapat mengganggu stabilitas Kamtibmas.
(2) Operasi pemulihan keamanan merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka
dengan mengedepankan polisi berseragam, diarahkan pada sasaran AG dan GN, TO
kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB preventif dan represif (penegakan hukum).
Didalam Pasal 22 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi kontinjensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf f merupakan
operasi kepolisian yang dilaksanakan untuk menangani kejadian/ peristiwa yang
muncul secara mendadak, berkembang secara cepat dan meluas sehingga
mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri.
(2) Operasi kontinjensi merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka dan/atau
tertutup, diarahkan pada sasaran AG, GN, TO kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB
preventif, represif, kuratif dan rehabilitatif.
Pada Bagian Kelima, terdapat Fungsi Manajemen Operasi, Pasal 23 menyebutkan bahwa:
“Fungsi Manajemen Operasi Kepolisian diselenggarakan melalui tahap (Renorlakdal)”:
a. perencanaan;
b. pengorganisasian;
c. pelaksanaan; dan
d. pengendalian.
Pada Bab III Operasi Kepolisian Terpusat Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 24 yang
menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh
Mabes Polri secara mandiri, dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. penyusunan direktif Kapolri tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Baintelkam Polri;
c. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
d. penyusunan rencana Teknologi Informasi (TI) dibuat oleh Divisi TI Polri;
e. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
f. penyusunan surat perintah pelaksanaan operasi (Sprinlakops);
31
g. penyusunan rencana latihan (Renlat) dan penyelenggaraan latihan praoperasi
(Latpraops);
h. penyusunan dan pengiriman PO;
i. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
j. penyusunan hubungan dan tata cara kerja (HTCK) operasi kepolisian;
k. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
l. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
m. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian
sesuai kebutuhan; dan
n. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
Didalam Pasal 25 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh
Mabes Polri dengan melibatkan personel kewilayahan, dilaksanakan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a. melaksanakan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
b. memerintahkan Kapolda untuk menyiapkan kebutuhan personel, sarana dan prasarana
yang akan dilibatkan dalam operasi;
c. menerima penyerahan personel kewilayahan yang dilibatkan dalam operasi kepolisian
dari Kapolda; dan
d. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian terpusat dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Asops Kapolri.
Didalam Pasal 26 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh
Mabes Polri dan Satwil, dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Mabes Polri melaksanakan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24;
b. Satwil melaksanakan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. penyusunan Kirsus intelijen oleh Dit Intelkam Polda dan/atau Satintelkam Polres;
2. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
3. penyusunan rencana TI dibuat oleh Bid TI Polda dan TI Polres;
4. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
32
5. penyusunan Sprinlakops;
6. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
7. penyusunan dan pengiriman PO;
8. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
9. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
10. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
11. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
12. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi
kepolisian sesuai kebutuhan; dan
13. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel
data dalam bentuk digital.
Didalam Pasal 27 menyebutkan bahwa :
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian terpusat tercantum dalam lampiran
“A” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
33
Pada Bagian Kedua, adalah Pengorganisasian Pasal 28 menyebutkan bahwa:Pengorganisasian penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat meliputi:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Kepala Perencanaan dan Pengendalian Operasi (Karendalops);
d. Kepala Operasi (Kaops);
e. Wakil Kepala Operasi (Wakaops);
f. Kepala Sekretariat Operasi (Kasetops);
g. Kepala Pusat Data Operasi (Kapusdataops); dan
h. Kepala Satuan Tugas (Kasatgas).
Didalam Pasal 29 menyebutkan bahwa:
Pejabat yang mengawaki operasi terpusat yang dilaksanakan oleh Mabes Polri secara
mandiri dan/atau melibatkan personel kewilayahan, sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolri;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolri;
c. Karendalops dijabat oleh Asops Kapolri;
d. Kaops dijabat oleh fungsi yang dikedepankan pada tingkat Mabes Polri; dan
e. Wakaops, Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas dijabat oleh pejabat fungsi yang
dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Didalam Pasal 30 menyebutkan bahwa:
(1) Sebutan pejabat operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh Mabes Polri dan
Satwil, untuk membedakannya di belakang nama jabatan dalam struktur organisasi
operasi ditambahkan pusat (pus), daerah (da), atau Polres (res).
(2) Pejabat operasi tingkat Mabes Polri dan Satwil pada operasi kepolisian terpusat
sebagai berikut:
a. tingkat Mabes Polri:
1. Penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Kapolri;
2. Wakil penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Wakapolri;
3. Karendalopspus dijabat oleh Asops Kapolri;
4. Kaopspus dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan; dan
5. Wakaopspus, Kasetopspus, Kapusdataopspus dan Kasatgaspus dijabat
oleh pejabat fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
b. tingkat Polda:
1. Kaopsda dijabat oleh Kapolda;
34
2. Wakaopsda dijabat oleh Wakapolda;
3. Karendalopsda dijabat oleh Karoops Polda; dan
4. Kasetopsda, Kapusdataopsda dan Kasatgasda dijabat oleh pejabat fungsi
yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
c. tingkat Polres:
1. Kaopsres dijabat oleh Kapolres;
2. Wakaopsres dijabat oleh Wakapolres;
3. Karendalopsres dijabat oleh Kabagopsres; dan
4. Kasetopsres, Kapusdataopsres dan Kasatgasres dijabat oleh pejabat
fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pada Pasal 31 menyatakan:
Struktur organisasi operasi kepolisian terpusat tercantum dalam lampiran ”B” yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Ketiga Pelaksanaan Pasal 32, menyebutkan bahwa
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. gelar pasukan untuk operasi kepolisian yang bersifat terbuka;
b. membuat rencana kegiatan (Rengiat) Satgas operasi kepolisian;
c. menggerakkan Satgas operasi kepolisian untuk menangani TO yang telah ditetapkan;
d. memonitor, memetakan, dan ploting kegiatan operasi kepolisian;
e. menghimpun dan mendata laporan harian hasil operasi kepolisian;
f. membuat perkiraan cepat (Kirpat) apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan
CB dan pelibatan kekuatan bila diperlukan;
g. membuat analisa dan evaluasi (Anev) harian atau mingguan; dan
h. melaporkan pelaksanaan dan hasil operasi secara berjenjang kepada penanggung
jawab kebijakan operasi kepolisian melalui Karendalops.
Pada Bagian Keempat, Pengendalian, Pasal 33 menyebutkan bahwa:
Pengendalian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
b. pemberian petunjuk dan arahan secara langsung, melalui surat atau voice data video
(teleconfrence);
35
c. supervisi dan/atau asistensi;
d. konsolidasi sumber daya yang digunakan dalam operasi kepolisian;
e. penilaian yang berpedoman pada standar keberhasilan operasi kepolisian; dan
f. pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada penanggung jawab operasi melalui
Karendalops dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir,
dengan memuat:
1. pendahuluan;
2. pelaksanaan;
3. hasil yang dicapai; dan
4. penutup.
Pada Bab IV, Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polda, Bagian Kesatu, Perencanaan,
Pasal 34 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda secara mandiri dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. melaporkan kepada Kapolri tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan dan pengiriman direktif Kapolda kepada Kasatwil dan/atau Kasatker yang
akan dilibatkan dalam operasi kepolisian;
c. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Ditintelkam Polda;
d. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
e. penyusunan rencana TI dibuat oleh Bidang TI Polda
f. penyusunan Renops atau Renops kontinjensi;
g. penyusunan Sprinlakops;
h. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
i. penyusunan dan pengiriman PO;
j. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
k. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
l. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
m. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
n. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian
sesuai kebutuhan; dan
o. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
Pada Pasal 35, menyebutkan bahwa:
36
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres, dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a. operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda yang diback up Mabes
Polri:
1. Kapolda mengajukan permohonan bantuan kekuatan kepada Kapolri, terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Asops Kapolri;
2. permohonan disampaikan secara tertulis yang ditandatangani oleh Kapolda;
3. dalam hal permohonan disampaikan secara lisan, segera ditindaklanjuti dengan
permohonan secara tertulis;
4. menerima penyerahan personel Mabes Polri yang dilibatkan dalam operasi
kepolisian dari Asops Kapolri; dan
5. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Kapolda.
b. operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda dengan melibatkan
personel Polres:
1. Kapolda memerintahkan Kapolres untuk menyiapkan sarana prasarana dan
personel yang akan dilibatkan;
2. menerima penyerahan personel Polres yang dilibatkan dalam operasi kepolisian
dari Kapolres; dan
3. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Kapolda.
37
Pada Pasal 36, menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda dan Polres dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Polda melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34;
b. Polres melaksanakan kegiatan:
1. penyusunan Kirsus intelijen oleh Satintelkam Polres;
2. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
3. penyusunan rencana TI oleh Seksi Teknologi Informasi Kepolisian (SITIPOL);
4. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
5. penyusunan Sprinlakops;
6. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
7. penyusunan dan pengiriman PO;
8. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
9. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
10. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
11. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
12. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi
kepolisian sesuai kebutuhan; dan
13. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel
data dalam bentuk digital.
Pasal 37
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polda tercantum
dalam lampiran “C” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Kedua, Pengorganisasian, Pasal 38 menyebutkan bahwa:
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan meliputi:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Karendalops;
d. Kaops;
e. Wakaops;
f. Kasetops;
g. Kapusdataops; dan
h. Kasatgas.
38
Pada Pasal 39 menyebutkan bahwa:
Pejabat operasi tingkat Polda pada operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda secara mandiri dan Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel
Polres sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolda;
b. Wakil penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolda;
c. Karendalops dijabat oleh Karoops Polda;
d. Kaops dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan pada tingkat Polda; dan
e. Wakaops, Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas dijabat oleh pejabat fungsi yang
dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pada Pasal 40, menyebutkan bahwa :
(1) Sebutan pejabat operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda dan
Polres, untuk membedakannya di belakang nama jabatan dalam struktur organisasi
operasi ditambahkan daerah (da) atau Polres (res).
(2) Pejabat operasi tingkat Polda dan Polres pada operasi kepolisian kewilayahan sebagai
berikut:
a. tingkat Polda, meliputi:
1. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolda;
2. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolda;
3. Karendalopsda dijabat oleh Karoops Polda;
4. Kaopsda dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan; dan
5. Wakaopsda, Kasetopsda, Kapusdataopsda dan Kasatgasda dijabat oleh
pejabat fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
b. tingkat Polres, meliputi:
1. Kaopsres dijabat oleh Kapolres;
2. Wakaopsres dijabat oleh Wakapolres;
3. Karendalopsres dijabat oleh Kabagopsres; dan
4. Kasetopsres, Kapusdataopsres dan Kasatgasres dijabat oleh pejabat
fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pasal 41
Struktur organisasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polda tercantum dalam lampiran
”D” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
39
Pada Bagian Ketiga, Pelaksanaan, Pasal 42 menyebutkan bahwa :
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. gelar pasukan untuk operasi kepolisian yang bersifat terbuka;
b. membuat Rengiat Satgas operasi kepolisian;
c. menggerakkan Satgas operasi kepolisian untuk menangani TO yang telah ditentukan;
d. memonitor, memetakan, dan ploting semua kegiatan operasi kepolisian;
e. menghimpun dan mendata laporan harian hasil operasi kepolisian;
f. membuat Kirpat apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan CB dan pelibatan
kekuatan, bila diperlukan;
g. membuat Anev harian atau mingguan; dan
h. melaporkan pelaksanaan dan hasil operasi secara berjenjang kepada penanggung
jawab kebijakan operasi kepolisian melalui Karendalops.
Pada Bagian Keempat, Pengendalian, Pasal 43 menyatakan bahwa:
Pengendalian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
b. pemberian petunjuk dan arahan secara langsung melalui surat dan/atau voice data
video (teleconference);
c. supervisi dan/atau asistensi;
d. konsolidasi kekuatan yang digunakan dalam operasi kepolisian;
e. penilaian keberhasilan operasi kepolisian berpedoman pada standar keberhasilan
operasi kepolisian; dan
f. pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada Kapolri melalui Asops Kapolri dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir, dengan memuat:
1. pendahuluan;
2. pelaksanaan;
3. hasil yang dicapai; dan
4. penutup.
Pada Bab V, Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polres, Bagian Kesatu, Perencanaan,
Pasal 44, menyatakan bahwa:
40
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polres secara mandiri dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemberitahuan kepada Polda tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Satintelkam Polres;
c. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
d. penyusunan rencana TI dibuat oleh Seksi TI Polres
e. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
f. penyusunan Sprinlakops;
g. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
h. penyusunan dan pengiriman PO;
i. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
j. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
k. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
l. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
m. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian
sesuai kebutuhan; dan
n. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
Pasal 45
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polres yang diback up Polda, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Kapolres mengajukan permohonan bantuan kekuatan kepada Kapolda, yang terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Karoops Polda;
b. permohonan disampaikan secara tertulis yang ditandatangani oleh Kapolres;
c. dalam hal permohonan disampaikan secara lisan, segera ditindaklanjuti dengan
permohonan secara tertulis;
d. menerima penyerahan personel Polda yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dari
Karoops Polda; dan
e. menetapkan personel Polda yang dilibatkan, dengan surat perintah yang
ditandatangani oleh Kapolres.
Pasal 46
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres
tercantum dalam lampiran “E” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
41
Pada Bagian Kedua, Pengorganisasian, Pasal 47, menyatakan bahwa:
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Kaops;
d. Wakaops;
e. Karendalops;
f. Kasetops;
g. Kapusdataops; dan
h. Kasatgas.
Pada Pasal 48, menyebutkan bahwa:
Pejabat operasi tingkat Polres pada operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polres secara mandiri dan Polres yang diback up Polda sebagai berikut:
a. Penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Kapolda;
b. Wakil penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Wakapolda;
c. Kaops dijabat oleh Kapolres;
d. Karendalops dijabat oleh Kabagops; dan
e. Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan
atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pada Pasal 49, menyebutkan bahwa:
Struktur organisasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres tercantum dalam lampiran
”F” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Ketiga, Pelaksanaan, Pasal 50 menyebutkan bahwa:
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres
dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. gelar pasukan untuk operasi kepolisian yang bersifat terbuka;
b. membuat Rengiat Satgas operasi kepolisian;
c. menggerakkan Satgas operasi kepolisian untuk menangani TO yang telah ditentukan;
d. memonitor, memetakan dan ploting semua kegiatan operasi kepolisian;
e. menghimpun dan mendata laporan harian hasil operasi kepolisian;
42
f. membuat Kirpat apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan CB dan pelibatan
kekuatan, bila diperlukan;
g. membuat Anev harian/mingguan; dan
h. melaporkan pelaksanaan dan hasil operasi secara berjenjang kepada penanggung
jawab kebijakan operasi kepolisian melalui Karoops Polda.
Pada Bagian Keempat, Pengendalian, Pasal 51 menyebutkan bahwa:
Pengendalian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres
dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
b. pemberian petunjuk dan arahan secara langsung, melalui surat dan/atau voice data
video (teleconference);
c. supervisi dan/atau asistensi;
d. konsolidasi sumber daya yang digunakan dalam operasi kepolisian;
e. penilaian keberhasilan operasi kepolisian berpedoman pada standar keberhasilan
operasi kepolisian; dan
f. pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada Kapolda melalui Karoops Polda dalam
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah operasi berakhir, dengan memuat:
1. pendahuluan;
2. pelaksanaan;
3. hasil yang dicapai; dan
4. penutup.
Pada Bab VI, Tugas Dan Tanggung Jawab, Bagian Kesatu, Penanggung Jawab Kebijakan
Operasi, Pasal 52, menyebutkan bahwa:
Penanggung jawab kebijakan operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan mempunyai tugas
dan tanggung jawab:
a. menetapkan arah kebijakan operasi kepolisian; dan
b. memberikan direktif penyelenggaraan operasi kepolisian.
Bagian Kedua, Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi, Pasal 53:
Wakil penanggung jawab kebijakan operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan mempunyai
tugas dan tanggung jawab:
a. membantu tugas penanggung jawab kebijakan operasi dalam penetapan arah
kebijakan operasi kepolisian;
43
b. memberikan saran pertimbangan dan membantu pelaksanaan tugas penanggung
jawab kebijakan operasi; dan
c. mewakili tugas penanggung jawab kebijakan operasi apabila berhalangan dan
melaporkan hasilnya pada kesempatan pertama.
Pada Bagian Ketiga, Karendalops, Pasal 54, menyebutkan bahwa:
Karendalops operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. menerima arahan atau petunjuk dari penanggung jawab operasi untuk diteruskan
kepada jajaran pelaksana operasi;
b. membantu penanggung jawab operasi dalam pengendalian operasi;
c. melaksanakan rapat koordinasi dengan fungsi yang dilibatkan/instansi terkait;
d. menyusun Renops;
e. menyusun Sprinlakops;
f. menyusun Renlat dan menyelenggarakan Latpraops;
g. menyusun dan mengirim PO;
h. menyiapkan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
i. menyusun HTCK operasi kepolisian;
j. menyiapkan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
k. menyalurkan anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
l. melaksanakan pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi
kepolisian sesuai kebutuhan;
m. melaksanakan supervisi dan/atau asistensi;
n. memantau setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
o. memberikan petunjuk dan arahan secara langsung, melalui surat dan/atau voice data
video (teleconference);
p. melakukan konsolidasi sumber daya yang digunakan dalam operasi kepolisian;
q. melakukan penilaian terhadap keberhasilan operasi kepolisian dengan berpedoman
pada standar keberhasilan operasi kepolisian; dan
r. melaporkan hasil kepada penanggung jawab kebijakan operasi/ Kaops sesuai struktur
organisasi.
Pada Pasal 55, menyebutkan bahwa:
(1) Karendalops tingkat Mabes Polri bertanggung jawab kepada penanggung jawab
kebijakan operasi Mabes Polri.
44
(2) Karendalops tingkat Polda bertanggung jawab kepada penanggung jawab kebijakan
operasi Polda atau Kaopsda.
(3) Karendalops tingkat Polres bertanggung jawab kepada Kaops atau Kaopres.
Pada Bagian Keempat, Kaops, Pasal 56, menyebutkan bahwa:
(1) Kaops pada operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. melaksanakan Latpraops;
b. menyiapkan ruang pengendalian operasi yang berisi tentang peta situasi, tugas
pokok, pelaksanaan, administrasi, dan Kodal operasi kepolisian yang
ditempatkan di ruang pengendalian operasi dalam bentuk digital;
c. melaksanakan dan mengendalikan operasi; dan
d. memimpin kegiatan Anev dan melaporkan hasilnya kepada penanggung jawab
kebijakan operasi.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kaops dibantu oleh
Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas.
Pada Pasal 57, menyebutkan bahwa:
(1) Kaops tingkat Mabes Polri bertanggung jawab kepada penanggung jawab kebijakan
operasi Mabes Polri.
(2) Pada operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan Mabes Polri dan Satwil, Kaops
tingkat Polda bertanggung jawab kepada Kaopspus, dan Kaopsres bertanggung jawab
kepada Kaopsda atau Kapolda.
(3) Pada operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polda yang dilaksanakan secara bersama
oleh Polda dan Polres, Kaopsda bertanggung jawab kepada penanggung jawab
kebijakan operasi Polda atau Kapolda, dan Kaopsres bertanggung jawab kepada
Kaopsda.
(4) Pada operasi kepolisian kewilayahan secara mandiri yang dilaksanakan oleh Polres,
dan Polres yang diback up oleh Polda, Kaops tingkat Polres bertanggung jawab
kepada penanggung jawab kebijakan operasi Polda atau Kapolda.
Pada Bagian Kelima, Wakaops, Pasal 58, menyebutkan bahwa:
(1) Wakaops pada operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. memberikan saran pertimbangan dan membantu pelaksanaan tugas Kaops;
45
b. mewakili dan mengendalikan pelaksanaan operasi, bila Kaops berhalangan dan
melaporkan hasilnya kepada Kaops pada kesempatan pertama;dan
c. mengkoordinir tugas yang dilaksanakan Karendalops, Kasetops dan
Kapusdataops.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Wakaops bertanggung jawab kepada Kaops.
Pada Bagian Keenam, Kasetops, Pasal 59, menyebutkan bahwa:
(1) Kasetops pada operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. menyelenggarakan administrasi operasi;
b. menyusun Rengiat harian dan mingguan Kaops;
c. menghimpun Rengiat harian dan mingguan Kasatgas; dan
d. membuat laporan Anev harian/mingguan dan laporan akhir hasil operasi.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Kasetops dibantu oleh unsur administrasi dan sarpras,
dan bertanggung jawab kepada Kaops.
Pada Bagian Ketujuh, Kapusdataops, Pasal 60, menyebutkan bahwa:
(1) Kapusdataops pada operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. menyiapkan posko dan perlengkapannya;
b. menghimpun dan mencatat laporan harian dari para Kasatgas;
c. memantau perkembangan situasi; dan
d. menyiapkan akses komunikasi (voice data video/teleconference, internet, faximile, handy talky dan telepon).
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Kapusdataops bertanggung jawab kepada Kaops.
Pada Pasal 61, menyebutkan bahwa:
Kelengkapan ruang posko operasi kepolisian tercantum dalam lampiran “G” yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Kedelapan, Kasatgas, Pasal 62, menyebutkan bahwa:
(1) Kasatgas pada operasi kepolisian terpusat dan kewilayahan bertugas:
a. membuat Rengiat;
b. menetapkan CB teknis dan taktis;
c. memimpin pelaksanaan operasi dalam pengungkapan atau penyelesaian TO;
d. mengendalikan operasional Satgas; dan
e. melaporkan kegiatan dan hasil operasi.
46
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Kasatgas bertanggung jawab kepada Kaops.
Pada Bab VII, Sarana Prasarana Dan Anggaran, Bagian Kesatu, Sarana Prasarana,
Pasal 63, menyebutkan bahwa:
(1) Sarana prasarana menggunakan inventaris yang ada dan sarana prasarana lain
sesuai kebutuhan rencana operasi kepolisian.
(2) Sarana prasarana operasi kepolisian disiapkan oleh pengemban fungsi pendukung
bidang sarana prasarana yang dikoordinasikan dengan Karendalops.
(3) Penetapan spesifikasi teknis sarana prasarana ditentukan oleh pengguna akhir yang
dikoordinasikan dengan Karendalops.
(4) Pembiayaan operasionalisasi sarana prasarana khusus untuk operasi kepolisian
dibebankan pada anggaran operasi kepolisian.
Pada Bagian Kedua, Anggaran, Pasal 64, menyebutkan bahwa :
(1) Dukungan anggaran operasi kepolisian bersumber dari:
a. anggaran bersyarat Kapolri;
b. anggaran kontinjensi Satker Mabes atau Polda;atau
c. DIPA.
(2) Dalam hal satuan kewilayahan menerima bantuan kekuatan personel dari kesatuan
atas, anggarannya ditanggung oleh :
a. yang memberikan bantuan; dan/atau
b. yang menerima bantuan.
(3) Mekanisme penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
ditetapkan sesuai alokasi anggaran yang tersedia.
(4) Dukungan anggaran operasi kepolisian meliputi:
a. latihan pra operasi;
b. penggelaran personel operasi;
c. dukungan operasional perorangan berupa uang saku, uang makan/ektra
puding, dana satuan, jasa angkutan, bekal kesehatan dan kodal;
d. supervisi dan/atau asistensi;
e. perencanaan operasi;
f. pergeseran personel operasi;
g. operasional Satgas;
h. BBM;
47
i. akomodasi dan transportasi;
j. operasional kapal, pesawat dan/atau satwa;
k Kodal penanggung jawab kebijakan operasi;
l. administrasi operasi;
m. Anev operasi kepolisian;
n. penyelidikan dan penyidikan;
o. dukungan operasional TI;
p. penggelaran peralatan;
q. dokumentasi dan publikasi; dan
r. sarana kontak.
Pada ketentuan Bab VIII, Ketentuan Penutup, Pasal 65, menyebutkan bahwa:
Pada saat peraturan ini mulai berlaku, semua peraturan yang berkaitan dengan Manajemen
Operasi Kepolisiaan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan ini.
Pada Pasal 66 menyebutkan bahwa:
Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, Peraturan Kapolri diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 22 Juni 2011, oleh Kapolri Jenderal
Drs. Timur Pradopo. Dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor .
Diundangkan di Jakarta, pada tanggal 2011, oleh Menteri Hukum Dan Ham
Republik Indonesia, Patrialis Akbar
48
BAB IIIKEPEMIMPINAN
A. Kompetensi DasarPara Kapolsek harus memahami teori dan prinsip kepemimpinan dalam
mengendalikan peran dan tugas personilnya serta harkamtibmas pada wilayah hukumnya di
tingkatan kewilayahan.
Para Kapolsek berkewajiban memahami konsep pemimpin dan kepemimpinan,
memahami teori, pendekatan, tipe-tipe dan syarat-syarat kepemimpinan, memahami
karakteristik pemimpin, memahami tugas, fungsi dan peranan pemimpin.
B. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain :
1. Mampu memahami dan menjelaskan teori, dan prinsip kepemimpinan
2. Mampu memahami dan menjelaskan tipe-tipe dan pendekatan kepemimpinan;
3. Mampu memahami dan menjelaskan arti pemimpin dan kepemimpinan
4. Mampu memahami dan menjelaskan faktor-faktor penting dan Unsur-Unsur Mendasar
kepemimpinan, serta Kepemimpinan berdasarkan pendapat para ahli;
5. Mampu memahami dan menjelaskan tugas, fungsi dan peranan pemimpin
Kebanyakan pemimpin-pemimpin efektif merupakan orang-orang yang
bermotivasi tinggi. Mereka dengan sukarela berusaha mencapai sasaran-sasaran tinggi dan
menetapkan standard-standard prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui
banyak hal, bersifat enersik dan ditantang oleh problem-problem yang terpecahkan sekitar
mereka.
Seseorang pemimpin menggugah keinginan seseorang untuk melaksanakan
sesuatu hal , ia menunjukkan arah yang harus ditempuh dan ia membina anggota kelompok
kearah penyelesaian hasil kerja kelompok. 7
Seorang Kapolsek adalah seorang pemimpin, maka sudah seharusnya kapolsek
berusaha dan berjuang untuk menjadi pemimpin yang efektif, memiliki sasaran yang tinggi,
7 Ibid, hal 343.
49
berupaya untuk menetapkan standard prestasi tinggi dan berani menghadapi berbagai
tantangan problem yang menghadangnya.
C. Jelaskan teori, dan prinsip kepemimpinan !1.Teori-teori kepemimpinan
Teori-teori kepemimpinan, yang sering dipergunakan dan dikenal dilingkungan
akademisi, disajikan dalam proses pembelajaran terdiri dari :
a. Teori sifat ( Traits Theory )
b. Kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat-sifat atau perangai tertentu yang
menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Oleh karena itu pemimpin dianggap
memilik sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dan ia menjadi pemimpin karena
memiliki bakat-bakat kepemimpinan.
c. Teori lingkungan ( Environmental theory )
d. Pemimpin akan timbul dalam situasi tertentu, dimana sekelompok orang sangat
memerlukan seseorang yang memilki kelebihan dan ketrampilan tertentu untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang ada pada situasi tertentu.
e. Teori pribadi dan situasi ( Personal-situational theory )
f. Kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kepribadiannya dengan menyesuaikan
kepada situasi yang dihadapi.
g. Teori interaksi dan harapan ( Interaction-Expectation theory )
h. Teori ini mendasarkan diri pada variabel-variabel : aksi, reaksi, interaksi dan
perasaan. Seorang pemimpin menggerakkan pengikut dengan harapan bahwa ia
akan berhasil, ia akan mencapai tujuan organisasi, ia akan mendapatkan
keuntungan, penghargaan dan sebagainya.
i. Teori humanistik ( Humanistic theory )
j. Teori berdasarkan bahwa “ manusia karena sifatnya adalah organisme yang
dimotivasi, sedangkan organisasi karena sifatnya tersusun dan terkendali “. Teori
ini memberi kelonggaran kepada individu untuk mewujudkan motivasinya sendiri
yang potensial untuk memenuhi kebutuhannya dan memberikan sumbangan bagi
pencapaian tujuan organisasi.
k. Teori tukar-menukar ( Exchange theory )
l. Antara pemimpin dan yang dipimpin harus saling menerima dan memberi(tukar-
menukar pendapat ), sehingga akan selalu terjadi gerak, yaitu gerak dari
pengikutnya yang digerakkan oleh pemimpin.
50
Kemudian teori kepemimpinan yang terkenal yang sering ditampilkan oleh George
R Terry antara lain adalah Teori keadaan (The Situasional Theory), teori kelakuan pribadi
(The personal behavior theory), teori supportif (The supportive theory, teori sosiologi (The
sociological theory), teori psikologi (The psichological theory), teori otokratis (The autocratic
theory).8
2. Prinsip Kepemimpinan.
Prinsip Kepemimpinan yang sering disebut dan disampaikan di dalam kegiatan
seminar kepemimpinan sebagai pada saat ini antara lain adalah berikut :
a. Prinsip pelayanan, bahwa kepemimpinan sekolah harus menerapkan unsur-unsur
pelayanan dalam kegiatan operasional organisasinya.
b. Prinsip persuasi, pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan
situasi dan kondisi setempat demi keberhasilan keberhasilan kepemimpinannya
yang sedang dan yang akan dilaksanakan.
c. Prinsip bimbingan, pemimpin organisasi hendaknya membimbing personilnya
kearah tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi.
d. Prinsip efisiensi, mengarah pada cara hidup yang ekonomis dengan pengeluaran
sedikit untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
e. Prinsip berkesinambungan, agar pemimpin pendidikan ini diterapkan tidak hanya
pada satu waktu saja, tetapi perlu secara terus menerus.
D. Jelaskan tipe-tipe dan pendekatan kepemimpinan!Tipe-Tipe Kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan yang otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ingin memperlihatkan kekuasaan dan tanggung
jawabnya, sehingga maju mundurnya organisasi tergantung pada kepemimpinannya.
Oleh sebab itu pengawasan terhadap bawahannya sangat ketat, karena ia khawatir
kalau pekerjaan bawahannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Kepemimpinan yang pseudo-demokratis
Pemimpin memperlihatkan kesan demokratis dalam kepemimpinanya namun
sebenarnya bersifat otokratis. Pemimpin memberi hak dan kuasa kepada staff
dibawahnya untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia
bekerja dengan perhitungan, ia mengatur siasat agar supaya kemauannya juga yang
terwujud.
8 Ibid, hal 352.
51
3. Kepemimpinan yang “ Laissez-faire “
Kepemimpinan ini menghendaki supaya pada bawahannya diberikan banyak kebebasan.
Pemimpin membiarkan para staff dibawahnya bekerja sesuka hati, berinisiatif dan tidak
diawasi dalam melaksanakan tugasnya. Pemimpin ini bekerja tanpa rencana sehingga
pekerjaan secara keseluruhan diorganisasinya tersebut menjadi tidak teratur dan kacau
balau.
4. Kepemimpinan yang demokratis
Pemimpin demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya, yang
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha dan bertanggung jawab tentang
tercapainya tujuan bersama. Staff organisasinya bekerja dengan secara suka cita untuk
memajukan program-program kerja lembaganya. Semua program organisasinya
dilaksanakan sesuai rencana, yang disusun dan disepakati bersama, akhirnya
tercapailah suasana kekeluargaan yang harmonis dan menyenangkan.
E. Pendekatan Kepemimpinan;Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks sehingga para ahli mengkaji
masalah ini dari aneka sisi. Masing-masing sisi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan menjadi beberapa
pendekatan antara lain adalah sebagaiberikut :
1. Pendekatan Sifat (Trait);2. Pendekatan Keahlian (Skill);3. Pendekatan Gaya (Style);
4. Pendekatan Situasional;
5. Pendekatan Kontijensi;
6. Teori Path-Goal;7. Teori Pertukaran Leader-Member;8. Pendekatan Transformasional;
9. Pendekatan Otentik;
10. Pendekatan Tim;
11. Pendekatan Psikodinamik.
F. Jelaskan tentang arti pemimpin dan difinisi kepemimpinan! 1. Arti pemimpin
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-
52
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk
pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181) . Dalam bahasa Indonesia
"pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing,
pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan
istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin,
kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
2. Difinisi kepemimpinan
Difinisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga untuk
mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,
pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan
kerjasama dan kerja kelompok, perolehan dukungan, dan kerjasama dari orang-orang diluar
kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/ sukacita. Ada
beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan,
otoritas, dan bujukan.9
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang
dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa
dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Pemimpin jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi "LEADER", yang
mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota disekitarnya adalah pemimpin, maka seorang
pemimpin pastilah leader. Sedangkan makna LEAD sendiri adalah
9 Prof.Dr.Veithzal Rivai,MBA, Prof.Dr.Deddy Mulyadi,Msi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Edisi Ketiga. Rajawali Pers. Jakarta, 2012, hal. 2.
53
Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya, artinya
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan menumbuhkan kesetiaan kepada organisasi
atau kesatuan dan pekerjaannya, bawahan menjadi loyal kepada atasan, kemudian
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
Educate, seorang pemimpin harus mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan
mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada.
Discipline, yaitu seorang pemimpin harus mampu memberikan keteladanan dalam berdisiplin
dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya. Tacit Knowledge adalah
pengetahuan yang terdapat di dalam otak/pikiran kita sesuai dengan pemahaman, keahlian
dan pengalaman seseorang biasanya pengetahuan ini tidak terstruktur, susah untuk
didefinisikan dengan bahasa formal dan isinya mencakup pemahaman pribadi. Pengetahuan
ini umumnya belum terdokumentasikan karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau
pengalaman seseorang.
G. Pengertian KepemimpinanKepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar
supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123).
Sedangkan menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya
agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan
rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan
merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
organisasi.
Pengertian kepemimpinan, kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan para anggota kelompok. 3(Tiga) implikasi penting yang terkandung dalam hal ini
yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut, (2)
kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota
kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya, (3) adanya
54
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi
tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.10
H. Jelaskan faktor-faktor penting dan Unsur-Unsur Mendasari kepemimpinan! 1. Faktor-faktor penting
Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Pendayagunaan Pengaruh;
b. Hubungan Antar Manusia;
c. Proses Komunikasi dan;
d. Pencapaian Suatu Tujuan.
2. Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan
Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari definisi-definisi yang dikemukakan
di atas, adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan);
b. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau
kelompok;
c. Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
I. Tentang Kepemimpinan berdasarkan pendapat para ahli :1. “Perilaku individu ketika dia mengarahkan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama kelompok tersebut.” (Hemphill & Coons, 1957)2. “Pengaruh antarpersonal, dilakukan dalam suatu situasi, dan diarahkan melalui
proses komunikasi, untuk pencapaian suatu tujuan atau lebih.” (Tannenbaum, Weshler & Masarik, 1961).
3. “Suatu interaksi di antara sejumlah persona. salah seorang persona memberikan
informasi sedemikian rupa sehingga orang lain merasa yakin terhadap apa yang
disarankan atau diinginkan.” (Jacob, 1970)4. Adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan (Dubin, 1951) 5. Adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang
konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang berkaitan (Humphill, 1954)
6. Adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan
pencapaian tujuan (Stogdill, 1948)10 Ibid, hal.2.
55
7. Adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh
kemauan untuk tujuan kelompok (George Terry) 8. Adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
(Koontz Dan O’donnell) 9. Adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok
dalam usahanya mencapai tujuan di dalam suatu situasi tertentu (Blanchard) 10. Adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai
beberapa tujuan yang mereka inginkan (Ordway Tead) 11. Adalah suatu kemampuan untuk mengajak atau mengarahkan orang-orang tanpa
memakai perlawanan atau kekuatan formal jabatan atau keadaan luar (Reuter).12. Adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan
organisasi dengan efektivitas maksimum dan kerja sama dari tiap-tiap individu (G.L. Freeman & E.K. Taylor).
13. Adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain (F.A. Nigro) 14. Adalah kemampuan mengajak orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu
dengan penuh semangat (Keith Davis) 15. Beberapa istilah (terms) yang selama ini dikenal adalah : pemimpin (leader),
pimpinan, manajer. pemimpin (leader) adalah orang yang melakukan atau
menjalankan kepemimpinan (leadership). Sedangkan “Pimpinan” mencerminkan
kedudukan seseorang atau sekelompok pada hierarki tertentu dalam suatu
organisasi, yang mempunyai bawahan, karena kedudukannya dimana yang
bersangkutan mendapatkan atau mempunyai kekuasaan formal (wewenang,
authority), dan tanggung jawab. istilah lain yang mempunyai makna sama dengan
pimpinan adalah “atasan” atau “kepala” dan sebagaimana telah banyak dikenal
“manajer”. sedangkan khusus dalam lingkup publik/pemerintahan, pimpinan dikenal
dengan sebutan “pejabat” yaitu seseorang yang diangkat untuk menduduki/
memangku suatu jabatan.
J. Jelaskan tugas, dan peranan pemimpin!1. Tugas pemimpin
Tugas pemimpin antara lain menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang
pemimpin adalahsebagai berikut:
a. Pemimpin bekerja dengan orang lain. Seorang pemimpin bertanggung jawab
untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman
sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi;
56
b. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan
(akuntabilitas);
c. Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan;
d. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses
epemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin
Harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf;
e. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif;
f. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin
harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain;
g. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator
(penengah);
h. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya;
i. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.
2. Peranan Pemimpin
Peranan pemimpin menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah sebagai
berikut:
a. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin
yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi;
b. Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara;
c. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan
gangguan, sumber alokasi, dan negosiator
57
58
BAB IVMANAJEMEN FUNGSI TEKNIS POLRI
A. Kompetensi DasarPara Kapolsek harus memahami tentang manajemen fungsi teknis Polri.
Kemampuan untuk menguasai manajemen fungsi teknis Polri sangat diperlukan oleh
seluruh personil Polri terutama yang bertugas pada kewilayahan. Permasalahannya adalah
keterbatasan jumlah personil pada jajaran polsek, oleh karena itu seluruh personil polsek
harus mampu dan menguasai seluruh fungsi teknis Polri, mereka harus saling membantu
(back up) seluruh unit operasional yang ada.
B. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan menjelaskan fungsi teknis Shabara;
2. Mampu memahami dan menjelaskan fungsi teknis Binmas ;
3. Mampu memahami dan memjelaskan fungsi teknis Intelkam
4. Mampu memahami dan menjelaskan fungsi teknis reskrim;
5. Mampu memahami dan menjelaskan fungsi teknis lantas.
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.11
Oleh karena itu berkaitan dengan program latihan manajemen kewilayahan dimana
para Kapolsek sebagai sasaran dalam prolat maka sudah barang tentu materi dan pokok
bahasannya tidak terlepas dari keberadaan peran Polres kewilayahan. Sehubungan dengan
perihal tersebut diatas maka perlu diketahui tentang apa tugas Polres? Maka dapat
dijelaskan bahwa Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
11 Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo. 2011. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian. Mabes Polri, Jakarta, 2011, hal 2.
59
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas Polri
lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dijelaskan diatas, maka Polres menyelenggarakan
fungsinya yaitu memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk
penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, dengan kata lain pelayanan kepolisian
kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam bentuk Laporan Polisi (LP), Surat
Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan
(SP2HP), Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat Izin Keramaian.
Polsek juga memiliki unit intelkam sebagai pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang
keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning) di wilayah hukum polsek terutama tingkat kecamatan.
Polsek juga mengemban tugas penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, fungsi
identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum, serta
pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); pembinaan
masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perpolisian masyarakat,
pembinaan dan pengembangan bentuk–bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka
peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan masyarakat,
koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus; pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi
kegiatan pengaturan, penjagaan pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan
masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring),
pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan objek vital, pariwisata
dan Very Important Person (VIP); pelaksanaan fungsi lalu lintas, meliputi kegiatan Turjawali
lalu lintas, termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas serta
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penegakan hukum dan
pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas; pelaksanaan
fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan, penanganan pertama terhadap
tindak pidana perairan, pencarian dan penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan,
pembinaan masyarakat perairan dalam rangka pencegahan kejahatan, dan pemeliharaan
keamanan di wilayah perairan.
Dari uraian dan penjelasan diatas maka dapat dijabarkan bahwa tugas pokok dan
5 (lima) fungsi teknis kepolisian yang mana ruang lingkup dan tugasnya, Polres
berkewajiban menjalan fungsi tersebut. Kemudian peranan jajaran kewilayahan termasuk di
60
dalamnya polsek secara total harus melaksanakan peran tugas dan 5 (lima) fungsi teknis
kepolisian itu.
A. Jelaskan tugas pokok dan fungsi teknis Shabara! 1. Tugas Pokok Sabhara
a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat.
b. Mencegah dan menangkal seagala bentuk gangguan kamtibmas baik berupa
kejahatan maupun pelanggaran serta gangguan ketertiban umum lainnya.
c. Melaksanakan tindakan Refresif Tahap Awal ( Repawal ) terhadap semua
bentuk gangguan kamtibmas lainnya guna memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat.
d. Melindungi keselamatan orang, harta benda dan masyarakat.
e. Melakukan tindakan refresif terbatas (Tipiring dan pengakan Perda)
f. Pemberdayaan dukungan satwa dalam tugas operasional Polri.
g. Melaksanakan SAR terbatas.
2. Fungsi Sabhara
Fungsi Sabhara merupakan sebagian Fungsi Kepolisian yang bersifat
preventif yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus yang telah
dikembangkan lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi
Samapta perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Perumusan dan pengembangan Fungsi Samapta meliputi pelaksanaan tugas polisi
umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan pengaturan, penjagaan,
pengawalan, patroli, pengamanan terhadap hak Penyampaian Pendapat Dimuka
Umum (PPDU), Pembinaan polisi pariwisata, pembinaan badan usaha jasa
pengamanan ( BUJP ), SAR terbatas, TPTKP, TIPIRING dan GAK PERDA,
pengendalian massa ( dalmas ), negosiasi, pengamanan terhadap proyek vital / obyek
vital dan pemberdayaan masyarakat, pemberian bantuan satwa untuk kepentingan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan. pertolongan dan penertiban masyarakat.
B. Jelaskan Tugas Pokok dan Fungsi Teknis Binmas!1. Tugas Pokok Binmas
Tugas pokok Binmas adalah menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang
meliputi pembinaan teknis Polmas dan kerja sama dengan instansi pemerintah / lembaga /
organisasi masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa serta
61
pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka memberdayakan upaya
pencegahan masyarakat terhadap kejahatan serta meningkatkan hubungan sinergitas
Polri-masyarakat
2. Fungsi Binmas.
Fungsi Binmas antara lain adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan pembinaan teknis Polmas
b. Penyenggaraan kerjasama dengan instansi pemerintah / lembaga / organisasi
masyarakat
c. Pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
d. Pemberdayaan upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan
e. Peningkatan hubungan sinergitas Polri – masyarakat
C. Jelaskan Tugas Pokok Dan Fungsi Teknis Intelkam!1. Tugas Pokok Intelkam adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan dan membina fungsi Intelijen bidang keamanan, termasuk
perkiraan intelijen, persandian, pemberian pelayanan dalam bentuk surat
izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak,
kegiatan sosial politik masyarakat dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) kepada masyarakat serta melakukan pengamanan, pengawasan terhadap
pelaksanaannya.
b. Membina dan menyelenggarakan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan,
termasuk persandian dan produk intelijen, pembentukan dan pembinaan jaringan
intelijen Kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan Satuan Intelkam maupun
sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan opreasional dan
peringatan dini ( Early Warning ).
c. Memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api atau bahan
peledak, orang asing dan kegiatan sosial atau politik masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan dokumentasi
kegiatan Satuan Intelkam.
2. Fungsi Intelkam adalah sebagai berikut:
62
a. Penyelenggaraan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan antara lain
persandian dan produk intelijen di lingkungan polres.
b. Pelaksanaan kegiatan opreasional intelijen kemanan guna terselenggaranya
deteksi dini ( Early Detection ) dan peringatan dini (Early Warning) melalui
pemberdayaan personil pengemban fungsi Intelijen.
c. Pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau
informan organisasi social masyarakat, politik dan pemerintah.
d. Pengdokumentasian dan penganalisaan terhadap perkembangan lingkungan
strategi serta penyusunan produk intelijen untuk mendukung kegiatan polres.
e. Penyusunan prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil analisis setiap
perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
f. Pemberian pelayanan dalam bentuk surat ijin atau keterangan yang menyangkut,
orang asing, senjata api dan bahan peledak serta kegiatan sosial atau politik
masyarakat dan SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan serta melakukan
pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaan.
D. Jelaskan Tugas Pokok Dan Fungsi Teknis Reskrim !
1. Tugas pokok Reskrim
Tugas pokok Reskrim adalah sebagai berikut:Reskrim bertugas membina
fungsi dan menyelengarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
termasuk fungsi Identifikasi dalam rangka penegakan hukum, koordinasi dan operasional
dan adminitrasi penyidikan PPNS sesuai ketentuan-ketentuan dan peraturan yang berlaku.
2. Fungsi Teknis Reskrim
Fungsi Teknis Reskrim menyelengarakan fungsi antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Pembinaan fungsi / penyelidikan tindak pidana, termasuk fungsi Identifikasi serta
kegiatan-kegiatan lain yang menjadi tugas Sat Reskrim dalam lingkungan Polres.
b. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyelidikan / penyidikan tindak pidana umum
dan tertentu, dengan memberikan pelayanan / perlindungan khusus kepada korban /
pelaku remaja, anak dan wanita dalam rangka penegakan hukum sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.
c. penyelenggaraan Fungsi Identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan maupun
pelayanan umum.
63
d. Penyelenggaraan pembinaan teknis dan koordinasi dan pengawasan operasional dan
administrasi penyidik PPNS.
e. Pelaksanaan analisis setiap kasus dan isu-isu menonjol besetra penanganannya dan
mempelajari / mengkaji efektifitas pelaksanaan tugas-tugas fungsi Reskrim
E. Jelaskan Tugas Pokok Dan Fungsi Teknis Lantas !1. Tugas Pokok Lantas
Tugas Pokok Lantas melaksanakan Turjawali (pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan
patroli) lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi
dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas
(sidik lakalantas) dan penegakan hukum (gakkum) di bidang lalu lintas.
2. Fungsi Teknis Lantas
Fungsi Teknis Lantas adalah Penyelenggaraan tugas pokok Polri di bidang Lalu Lintas dan
merupakan penjabaran kemampuan teknis professional khas Kepolisian, yang meliputi :
a. Penegakan Hukum Lantas ( Police traffic Law Enforcement )
b. Pendidikan Masyarakat tentang Lantas ( Police Traffic Education )
c. Ketekhnikan Lantas ( Police traffic Engineering )
d. Registrasi/Identifikasi Pengemudi dan Kendaraan ( Driver and Vehicle
Identification )
BAB V KARAKTERISTIK WILAYAH TUGAS
A. Kompetensi DasarPara Kapolsek harus memahami karakteristik wilayah tugas. Kompetensi ini
diharapkan agar para Kapolsek beserta seluruh anggota unit operasional dan staf polsek
mampu menyesuaikan diri, tumbuhnya sikap kewaspadaan dan antisipasi terhadap segala
ancaman yang akan muncul terkait gangguan kamtibmas diwilayahnya, memahami berbagai
kendala yang akan dihadapi sedini mungkin, harapannya berupaya mencari solusinya dan
tidak mengeluh terhadap berbagai tugas yang diembannya dalam melayani dan mengayomi
masyarakat.
B. Indikator Hasil Belajar
64
Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan menjelaskan Profil dan Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi,
Letak Wilayah dan Topografi, Klimatologi, Penggunaan Lahan, Potensi Wilayah,
Demografi Penduduk;
2. Mampu memahami dan menjelaskan perlunya Polisi mengetahui Adat Istiadat suatu
daerah / tempat?
C. Jelaskan Profil dan Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi, Letak Wilayah dan Topografi, Klimatologi, Penggunaan Lahan, Potensi Wilayah, Demografi Penduduk!
Situasi klimatologi, profil dan letak wilayah dalam provinsi jambi, letak wilayah
dan topografi permasalahan penggunaan lahan, potensi wilayah, demografi penduduk,
adalah kondisi yang sangat mempengaruhi kemampuan personil Polisi dalam mengemban
tugas dikewilayahan
65
1. Profil dan Letak Wilayah dalam Provinsi JambiProvinsi Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun
1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan
Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran
Negara Tahun 1958 Nomor 112), yang terdiri dari 5 Kabupaten dan 1 Kota. Pada tahun 1999,
dilakukan pemekaran terhadap beberapa wilayah administratif di Provinsi Jambi melalui
Undang-undang Nomor 54 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Selanjutnya melalui Undang-undang nomor 25 tahun 2008, tentang Pembentukan Kota
Sungai Penuh, sehingga sampai tahun 2010, secara administratif Provinsi Jambi menjadi 9
Kabupaten dan 2 Kota.
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2011,
maka Gubernur juga berkewajiban menyampaikan informasi kegiatan yang dilaksanakan oleh
Instansi Vertikal yang berada pada wilayah Pemerintah Provinsi Jambi.12
2. Letak Wilayah dan Topografi.Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ Lintang Selatan, dan
101o10’-104o55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Riau. Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau,
sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena
langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia,
Malaysia, Singapura Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-
undang Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I
Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor
61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) adalah seluas 53.435,72 km2
dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95 Km2 yang terdiri atas :13
a. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)
b. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)
12 Tim Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PusdalOpsPB), Standart Operational Procedure (SOP) Provinsi Jambi, 2010, Jambi, hal.i-1.
13 Ibid.hal.i-1
66
c. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)
d. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)
e. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)
f. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)
g. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)
h. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)
i. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)
j. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)
k. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)
Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi tahun
2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana jumlah Kecamatan dan
Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu 24 Kecamatan dan 212
Desa/Kelurahan.
Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi ketinggian (Bappeda,
2010):
a. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah. Daerah
dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin
b. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah tengah.
Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari;
dan
c. 3) Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini
terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.
Provinsi Jambi memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0
meter dpl di bagian timur sampai pada ketingian di atas 1.000 meter dpl, ke arah barat
morfologi lahannya semakin tinggi dimana di bagian barat merupakan kawasan pegunungan
Bukit Barisan yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang
merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
67
3. KlimatologiProvinsi Jambi sebagai salah satu Provinsi di Sumatera yang terkenal dengan iklim
tropis dan kaya akan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati, namun juga tetap
menjadi kerentanan terjadi perubahan iklim. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan
temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim hujan/kemarau, dan
kenaikan muka air laut, akan mengancam daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh
sektor pembangunan.
Sepanjang tahun 2011, Provinsi Jambi memiliki karakteristik curah hujan sedang
dan lembab, sehingga Jambi termasuk daerah yang beriklim tropis. Rata-rata curah hujan
pada tahun 2010 mencapai 3.030 mm, sedangkan jumlah penyinaran matahari 4,2 jam
perhari dengan kelembaban udara rata-rata sebesar 97%. Suhu udara rata-rata mencapai 27
derajat Celsius, sedangkan untuk dataran tinggi di Wilayah Barat mencapai 22 derajat celcius.
4. Penggunaan LahanDi luar hutan, penggunaan lahan Provinsi Jambi masih didominasi oleh perkebunan
karet dengan kontribusi sebesar 26,20%. Diikuti oleh perkebunan sawit sebanyak 19,22%.
Sebagian besar lahan di Provinsi Jambi digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian, baik
pertanian lahan sawah maupun pertanian lahan bukan sawah. Berdasarkan karakter komplek
ekologinya, perkembangan kawasan budidaya khususnya untuk pertanian terbagi atas tiga
daerah yaitu kelompok ekologi hulu, tengah dan hilir. Masing-masing memiliki karakter
khusus, dimana pada komplek ekologi hulu merupakan daerah yang terdapat kawasan
68
lindung, ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan ragam kegiatan yang sangat
bervariasi dan komplek ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan penerapan
teknologi tata air untuk perikanan budidaya dan perikanan tangkap.
5. Potensi WilayahBerdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau Iingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kawasan
strategis nasional yang berada di Provinsi Jambi ditetapkan dengan pertimbangan dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun Kawasan Strategis Nasional
yang termasuk dalam kawasan wilayah Provinsi Jambi meliputi :
a. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan
Sumatera Selatan);
b. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi);
c. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau);
d. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi);
6. Demografi Penduduk
69
Menurut BPS (2010), penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 berjumlah 3.092.265
jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata sebesar 61,65 jiwa/km2 kecuali Kota Jambi sebesar
2.588,99 jiwa/km2 dan Kota Sungai Penuh sebesar 210,20 jiwa/km2. Sebagaimana karakter
ibukota Provinsi pada umumnya yaitu sebagai pusat pemerintahan, industri dan perdagangan,
maka Kota Jambi juga merupakan daerah tujuan arus migrasi.
Dilihat dari posisi kewilayahan barat dan timur, maka prosentase distribusi
penduduk di kedua wilayah tersebut terlihat relative seimbang, yaitu 52% untuk wilayah timur
(Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi),
dan 48% untuk wilayah barat (Kerinci, Sungai Penuh, Merangin, Sarolangun, Bungo dan
Tebo).
D. Mengapa Polisi perlu mengetahui Adat Istiadat suatu daerah / tempat?
70
Polisi berperan sebagai pemecah masalah (solving problem) dalam berbagai
permasalahan yang menimpa masyarakat yang terjadi di wilayah penugasan, oleh karena itu
pada saat personil Polri berada di wilayah polsek maka yang perlu mendapat perhatian
utama adalah ketentuan yang berkaitan adat istiadat dalam rangka menerapkan menejemen
kesan. Hal ini diperlukan dalam rangka penyesuaian diri dan penegasan kepada diri pribadi
pada masing-masing personil Polsek untuk berusaha beradaptasi dengan masyarakat dan
lingkungannya. Kecepatan dan kemampuan beradaptasi terhadap situasi, kondisi
masyarakat, pada wilayah penugasan bertujuan meminimalisir konflik, meminimalisir
permasalahan sebagai akibat ketidaktahuan personil Polisi itu terhadap norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Kemudian mencegah pelanggaran yang sering dilakukan oleh personil
Polsek, dan mengurangi sikap arogansi ataupun kesewenang-wenangan terkait pelaksanaan
tupoksi Polri.
Polres/Ta beserta Polsek/Ta dan komunitas Babinkamtibmasnya memiliki peran
dalam penguasaan karakteristik, teritorial, dan wilayah hukumnya. Oleh karena itu perlu bagi
personil kepolisian yang bertugas dikewilayahan hendaknya memahami apa itu adat istiadat
masyarakat wilayah setempat.
1. Pengertian Adat IstiadatAdat Istiadat adalah tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan dan telah terstruktur
dalam kehidupan suatu masyarakat. Tingkah laku tersebut senantiasa dijunjung tinggi
dan ditaati oleh seluruh masyarakat yang berada dalam lingkungan daerah tersebut.
2. Polisi perlu ( harus ) mengetahui Adat Istiadat suatu daerah / setempat.Polisi perlu melakukan pendekatan secara humanis kepada masyarakatnya, terkandung
tujuan supaya dapat diterima oleh masyarakat setempat secara tulus dan ikhlas, oleh
karena itu, polisi harus memahami adat istiadat masyarakat dimana polisi tersebut
bertugas. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan / simpati dari
kelompok masyarakat setempat. Pendekatan yang harus dilakukan oleh polisi terutama
diarahkan kepada Tokoh Masyarakat (tokoh agama/alim ulama, tokoh pemuda,
cendekiawan dan lain-lain ). Kegiatan pendekatan oleh polisi terhadap masyarakat
adalah merupakan keharusan sebagai upaya beradaptasi / membaur dengan
masyarakat dimana polisi yang bersangkutan bertugas, sebagaimana pepatah
mengatakan : ” Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung ”.
3. Latar Belakang Hukum Adat Jambi
71
a. Hukum Adat Jambi telah ada sejak dahulu kala yang lahir bersama-sama dengan
Adat Jambi yang didalamnya mengandung Hukum Adat, berkembang sejalan
dengan perkembangan masyarakat Jambi itu sendiri.
b. Sejak Rangkayo Hitam selaku penguasa kerajaan Jambi membawa rakyat memeluk
agama Islam, kemudian Adat Jambi mulai menyesuaikan dengan kaidah agama
serta sepanjang tidak merusak iman dan taqwa menurut agama ada ketentuan-
ketentuan Hukum Syarak yang disesuaikan dengan ketentuan Hukum Adat.
c. Keadaan Demografi / Kependudukan
Penduduk Jambi terdiri atas beberapa suku atau etnis baik penduduk asli maupun
penduduk pendatang, yaitu :
1). Penduduk Asli, terdiri dari :a) Suku Kubu yang dikenal dengan Suku Anak Dalam ( SAD )
b) Suku Bajau
c) Suku Kerinci dan Orang Batin
d) Suku Melayu Jambi
72
2). Penduduk PendatangPenduduk pendatang dari daerah lain juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
jumlah penduduk Jambi dari tahun ke tahun, dimana penduduk pendatang
dimaksud antara lain :
a) Suku Minangkabau, yang disebut masyarakat adat ” Penghulu ”
b) Palembang ( Sumatera Selatan ), yang disebut masyarakat ”suku Pindah ”
c) Suku Jawa
d) Suku Sunda
e) Suku Bugis
f) Suku Banjar
g) Suku Batak
h) Suku Aceh
i) Suku/Etnis keturunan ( Cina, Arab dan India)
d. Penduduk asli Suku Kubu yang terkenal dengan sebutan “ Suku Anak Dalam ( SAD ) adalah juga bagian dari masyarakat / penduduk “ Pucuk Jambi Sembilan Lurah “, namun mereka tidak tunduk pada Hukum Adat Jambi karena mereka mempunyai hukum adat sendiri.
e. Sebagai bagian dari masyarakat Jambi, penduduk pendatang senantiasa
tunduk pada Hukum Adat Jambi, seperti kata pepatah : “ Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, Dimana Tembilang dicacak, disitu tanaman tumbuh, Dimana Air disauk disitu ranting dipatah “. Daerah
Hukum Adat Jambi disebut juga “ Pucuk Jambi Sembilan Lurah “.
f. Masyarakat Jambi ( Penduduk Asli ) seluruhnya beragama Islam dan
mereka sepakat menetapkan azas yang berbunyi : “ Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah “ artinya : Adat Jambi harus sesuai dengan
Syari’at ajaran Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadist.
4. Tujuan Hukum Adat Jambia. Para ahli hukum sebahagian berpendapat bahwa Hukum Adat adalah Hukum
yang tidak tertulis / tidak memiliki Naskah, namun pendapat tersebut tidak
selamanya benar karena Hukum Adat Jambi dibuat dalam bentuk naskah
sebagaimana hukum positif, bentuk naskah dimaksud disebut pantun,
73
seloko, pepatah-petitih yang hidup dalam masyarakat secara turun temurun
dan disepakati, diakui dan dipatuhi oleh warga masyarakat tersebut.
b. Sebagai pelaksana Hukum Adat tersebut adalah para Tua Tengganai, cerdik
pandai, alim ulama dan tokoh-tokoh adat yang diumpamakan sebagai Daging Negeri ( pemimpin-pemimpin adat yang keberadaannya diakui oleh
masyarakat adat ). Hukum Adat merupakan Hukum Perdamaian yang tegak
kokoh ditengah masyarakat. Sanksi hukum yang paling berat bagi pelanggar
Hukum Adat ini adalah “ sanksi moral “ dari masyarakat, yaitu diasingkan
dari masyarakat ( dari Mukonando ).
c. Hukum Adat Jambi sebagai hukum perdamaian, putusannya selalu berdasar
rasa keadilan dan oleh karena itu warga masyarakat yang bersalah lebih
mengutamakan penyelesaian dengan Hukum Adat daripada hukum Positif.
Dalam Hukum Adat antara orang yang berperkara selalu diupayakan : “ keruh dijernihkan, bengkok diluruskan “, maksudnya dikembalikan kepada keadaan semula sebagaimana pepatah : “ Semak dihulu dikehulukan, semak dihilir dikehilirkan, semak ditengah, dikampungkan “. Dari pepatah tersebut jelas bahwa semua sanksi Hukum Adat, kembali
kepada rasa keadilan dan kepatutan.
5. Dasar-dasar Hukum Adat Jambia Hukum Adat Jambi memiliki dasar / sendi yang kuat, karena walaupun dalam
rentan waktu panjang dan hidup dalam kekuasaan permerintahan silih
berganti namun keberadaan hukum adat tersebut tetap kokoh ditengah –
tengah masyarakat hingga saat ini.
b Hukum Adat Jambi ternyata mengatur segi-segi kehidupan perorangan
maupun kemasyarakatan ( sosial ), sampai pada persoalan yang sekecil-
kecilnya dengan perangkat hukum yang sederhana berupa ” pepatah – petitih dan seloko adat ”. Hukum Adat Jambi senantiasa dilaksanakan
dengan jujur dan penuh rasa tanggung jawab oleh para pelaksananya yaitu “
pemangku adat “ hal tersebut dilakukan demi terwujudnya ketertiban dan rasa
aman ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
c Adapun yang menjadi dasar / landasan hukum adat Jambi adalah apa yang
disebut dengan “Induk Undang” yang sekaligus sebagai pandangan hidup
yang membentuk watak dan kepribadian anggota masyarakat Jambi yang
74
dikenal dengan semboya ” Pucuk Jambi Sembilan Lurah ”, terdiri dari 5
( lima ) macam :
1) Titian Teras Bertangga Batu
2) Cermin Nan Tidak Kabur
3) Lantak Nan Tidak Goyah
4) Nan tidak Lapuk karena Hujan, tidak Lekang karena Panas
5) Kato Seiyo
Kelima dasar / landasan Hukum Adat Jambi tersebut dinamakan : “Induk Undang Nan Lima”. Sesuai dengan kedudukannya maka dalam menetapkan
Hukum Adat atau menyelesaikan persoalan yang timbul harus berdalilkan
pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Induk Undang tersebut.
” PRINSIP-PRINSIP INDUK NAN LIMA ” dimaksud adalah :Dasar Pertama : “Titian Teras Bertangga Batu”, maksudnya :
ketentuan yang bersumber hadist Nabi dengan
Firman Allah yang tercantum dalam Al Qur’an yang
disebut “Syarak” dijadikan tuntunan utama.
Dasar Kedua : “Cermin Nan tidak Kabur”, maksudnya : ketentuan
yang sudah ada berasal dari masa berabad – abad
silam yang telah terbukti kebenarannya dan
kebaikannya dalam mengayomi masyarakat.
Dasar Ketiga : “Lantak Nan Tak Goyah”, maksudnya : dalam
menentukan hukum dan melaksanakannya orang
berwenang harus memiliki mental dan tekad yang
teguh sehingga keadilan bagi semua orang dapat
ditegakkan.
Dasar Keempat : “Nan Tidak Lapuk karena Hujan, tidak Lekang karena Panas”, maksudnya : berpegang pada
kebenaran yang tidak berubah “Dianjak Layu,
dianggu mati”.
Dasar Kelima : “Kato Seiyo”, maksudnya : pembicaraan yang
sudah dimusyawarahkan / dimufakati. Kato Seiyo
diperoleh melalui perundingan dengan
mendengarkan pendapat orang yang patut didengar
sehingga dicapai kesepakatan yang harus diakui dan
75
dipatuhi bersama, sebagaimana bunyi seloko adat
berikut ini :
- Elok air karena pembuluh- Elok kato karena mufakat- Bulat boleh digulingkan- Pipih boleh dilayangkan
6. Hukum Tanah Adata. Tanah Adat
1). Pada Zaman pemerintahan Sultan, daerah jambi dibagi menjadi
beberapa daerah yang disebut kalbu. Kalbu dipimpin oleh seorang wakil
Raja dengan nama “Temenggung”. Setiap daerah / kalbu mempunyai
daerah bawahan, segala sesuatu persoalan diselesaikan dengan
musyawarah dalam kerapatan adat yang dipimpin Raja.
2). Pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1927 mengadakan
pembagian daerah administratif sebagai daerah bawahan yang disebut
marga. Marga dikepalai oleh seorang Pesirah yaitu sebagai kepala
Pemerintahan juga kepala Adat Marga tersebut.
3). Kelompok masyarakat hukum adat yang ada pada kalbu dan marga,
secara bersama-sama atau individu mempunyai hubungan hukum
dengan tanah yang berada dikawasan masyarakat tersebut. Demikian
juga dengan tanah warisan leluhur berisikan wewenang untuk
mempergunakan / mengolah tanah dan segala yang ada di atas /
bawahnya termasuk perairan, sungai dan danau serta isinya.
4). Hubungan hukum antara masyarakat dengan tanah lingkungan serta
penggunaannya menjadi wewenang kepala Adat setempat dan
menurut konsepsi hukum dalam wilayah masyarakat hukum adat yang
bersangkutan merupakan kekuasaan dari pada masyarakat itu sendiri
sehingga mereka dapat mengatur segala urusan yang berkenaan
dengan tanah yang ada dalam wilayah persekutuannya.
7. Tanah Margoa. Status tanah dalam hukum adat disamping hak margo juga dikenal hak milik
perorangan.
- Tanah hak Margo, adalah hak yang dipunyai oleh semua anggota masyarakat
Margo, untuk menguasai seluruh tanah dalam lingkungan wilayahnya.
76
- Tanah perorangan, adalah suatu hak yang diberikan kepada warga desa atau
orang luar atas sebidang tanah yang berada dalam wilayah hak Margo.
b. Berdasar Hukum Adat, tanah bagi masyarakat Jambi mempunyai arti luas dan
status yang tersendiri dibanding dengan harta benda yang lainnya. Masalah tanah
berkaitan erat dengan kewenangan dari masyarakat Hukum Adat untuk
menguasai tanah yang ada dalam lingkungannya, maupun dalam hubungannya
dengan penguasaan tanah oleh warga masyarakat dan untuk memanfaatkannya
maupun memungut hasil dari tanam tumbuh yang hidup diatasnya.
c. Proses terjadinya penguasaan dan milik perorangan atas Tanah hak Margo,
adalah :
1) Membuka HutanMasyarakat Margo dalam membuka hutan dapat dilakukan secara
perseorangan ataupun secara bersama-sama. Jika membuka lahan
dilakukan secara perseorangan, maka tanah tersebut menjadi hak milik
perseorangan, tetapi jika dikerjakan secara bersama-sama akan menjadi hak
milik bersama yang disebut dengan “ punyo besama “ misalnya kebun
karet, kebun durian, kebun duku, sawah atau tanaman lainnya.
77
2) Melalui perwarisan dan hibahSebagai kelangsungan pemilikan tanah oleh ahli waris dari tanah yang
bersumber dari Hak Margo melalui pewarisan, yaitu jika yang empunya
meninggal dunia maka harta berupa tanah menurut hukum waris akan jatuh
kepada ahli waris. Sementara pemberian tanah melalui hibah seorang
kepada orang lain yang disukainya, hibah tersebut kadang-kadang tidak
memakai surat hanya dengan lisan dan diberitahukan kepada anggota
keluarga.
3) Transaksi tanahTransaksi tanah terjadi melalui pembelian atau jual beli, hak atas tanah telah
beralih dari pemilik asal kepada si pembeli.
4) Perjajian bagi tanaman ( paroan )5) Penguasaan tanah melalui hubungan sewa menyewa.
d. Keadaan tanah hak Margo dapat diukur dengan 3 (tiga) unsur, yaitu :
1) Unsur masyarakat adat, yaitu kelompok orang yang masih terikan tatanan
hukum adatnya sebagai warga suatu persekutuan.
2) Unsur wilayah, terdapatnya wilayah atau milik masyarakat hukum adat yang
menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut.
3) Unsur hubungan antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya, yaitu
terdapatnya tatanan hukum adat mengenai perngurusan, penguasaan dan
penggunaan tanah tersebut.
8. Semboyan masing-masing daerah dalam wilayah Provinsi Jambi :a. Provinsi Jambi : “Sepucuk Jambi Sembilan lurah”
b. Muaro Jambi : “Bumi Sailun Salimbai”
c. Batang Hari : “Serentak Bak Regam”
d. Tanjabbarat : “Bumi Serengkuh Dayung Serentak Ketujuan”
e. Tanjabtimur: :“Sepucuk Nipah Serumpun Nibung”
f. Bungo : :“Bumi Langkah Serentak Limbai Seayun”
g. Tebo : “Serentak Galah Serengkuh Dayung”
h. Merangin : “Tali Undang Tambang Jeleti”
i. Sarolangun : “Sepucuk Adat Serumpun Peseko”
j. Kerinci : “Sepenggal Tanah Surga, Bumi Sakti Alam Kerinci”
BAB VITERAMPIL MELAKSANAKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KAPOLSEK
78
A. Kompetensi DasarPara Kapolsek harus mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi sebagai Kapolsek. Pada pokok bahasan ini diharapkan peserta didik/ siswa para
Kapolsek mampu mengambil sikap, berbuat, berupaya melalui tindakan nyata, menguasai
prinsip dasar, asas-asas dan teori manajemen dalam mengendalikan Polsek/Ta. Cepat
tanggap darurat dalam situasi kontijensi, Mahir dalam penguasaan manajemen operasional
Kepolisian dalam menjalankan kegiatan operasi dan menggerakkan unit operasional pada
struktur organisasi Polsek. Mumpuni, cepat, tanggap dalam berkomunikasi pada tingkatan
satuan atas Polres, bahkan tingkat Polda.
B. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu
atau parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses)
dalam peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami dan menjelaskan apa itu Polsek dan perlunya komunikasi sosial
serta manajemen kesan
2. Mampu memahami dan menjelaskan peran Polsek menerapkan Sistem manajemen bagi
pelayanan umum
3. Mampu menerapan analisa SWOTdalam menganalisa permasalahan
4. Perihal Terampil dalam melaksanakan tupoksi Kapolsek artinya mampu memahami dan
menjelaskan langkah-langkah Kapolsek;
5. Mampu mendiskusikan permasalahan dengan segera, mengambil inisiatif cepat dalam
kontijensi, menjalankan peran problem solving, memahami dan memjelaskan kejadian
dan permasalahan dengan runtut, teratur, dan sistematis, menerapkan analisa Swot;
Polsek merupakan institusi Polri yang berada pada tingkat kecamatan yang
berkewajiban memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan melalui
perangkat Babinkamtibmas berperan untuk menampung segala permasalahan dan
memberikan solusinya sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehubungan
79
dengan bahasan tersebut diatas, maka keberadaan organisasi Polsek juga memiliki dasar
yang tertera di dalam Peraturan Kapolri Nomor. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja(SOTK) pada tingkat Polres dan Polsek.
C. Jelaskan apa itu Polsek dan mengapa perlu adanya komunikasi sosial serta manajemen kesan!
Polsek dan Babinkamtibmasnya merupakan lini institusi Polri terdepan pada
satuan kewilayahan, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkewajiban untuk
memberikan pelayanan terdepan setiap ada kejadian pelanggaran norma-norma masyarakat,
kasus kriminal, permasalahan konflik sosial, sengketa lahan dan pertanahan, termasuk
segala aktifitas undangan dan perijinan yang menyangkut urusan dinamika kegiatan
masyarakat. Sehubungan perihal diatas maka Polsek sengaja dibentuk dan patut berada di
tengah kehidupan masyarakat pada tingkatan kecamatan, maka Polsek tersebut memiliki
perangkat organisasi.
Karena Polsek merupakan sebuah organisasi pada tataran kewilayahan tingkat
kecamatan, maka Polsek harus diisi dengan personil yang memiliki kualifikasi kemampuan
komunikasi sosial (komsos) yang baik kepada masyarakat. Kemudian yang menjadi
pertanyaan kita adalah wajibkah Kapolsek dan perangkat personilnya memiliki kemampuan
dan penguasaan hukum adat, segala norma-norma yang hidup dan timbul ditengah
masyarakat?
Supaya terbangun komunikasi sosial yang baik, maka setiap personil Polsek wajib
mempelajari, memahami, menguasai segala norma-norma yang telah terbangun dan ada di
masyarakat. Dimanapun personil polsek itu bertugas wajib menguasai karakteristik, perilaku
masyarakat dan segala halnya terkait dinamika kehidupan warganya. Kemudian yang tidak
kalah pentingnya adalah penguasaan terhadap diri pribadi personil tersebut, dengan kata lain
pengendalian diri yang tentunya dibekali pemahaman karakter masyarakat, aturan institusi
dan norma yang terbangun ditengah kehidupan masyarakat dan norma agama. Selain itu
kuasailah dan dapatkan segala data para pelaku kriminal, para pelaku sumber permasalahan
yang selalu meresahkan masyarakat (penyebab timbulnya pemasalahan / trouble maker) dan
kuasai masyarakatnya.
Segala permasalahan yang timbul, pastilah diawali dengan munculnya suatu
komunikasi yang kurang baik, termasuk segala permasalahan yang terbangun terkait perilaku
adab dari personil Polsek. Solusinya adalah timbulkan Manajemen Kesan yang terbaik,
mengapa kita perlu tahu tentang manajemen kesan? Manajemen kesan meliputi kesan
pertama yang harus dimunculkan ketika kita bertugas dan tampil perdana ditengah publik,
80
wajib hadir ketika mendapatkan undangan masyarakat, berikan kesan yang terampil,
mumpuni, dan sikap yang baik ketika tampil dalam penyelesaian setiap konflik yang muncul
ditengah masyarakat, bangun sikap yang tegas namun humanis sehingga rasa keadilan akan
selalu muncul pada saat kita menyelesaikan setiap konflik yang ada dilingkungan kita.
Manajemen Kesan membahas kesan pertama pada saat muncul perdana diwilayah
tugasnya, personil polsek hendaknya menjauhkan sikap / gestur sombong, angkuh, merasa
sok hebat sekali, merasa paling pintar atau mumpuni sendiri, sehingga tidak mau
berkoordinasi dengan pihak manapun. Pedomani istilah diatas langit masih ada langit lagi.
Manajemen Kesan mendorong kita untuk selalu bersikap ramah, welcome ketika warga ingin
mendekat. Manajemen Kesan mendorong kita untuk bersedia datang kepada para tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidik masyarakat, dan segala hal dimana
keberadaan tetua atau orang yang disegani warganya wajib kita hormati, kita dekati dan
selayaknya untuk didatangi. Sebagai personil Polsek bersedia untuk menggalang tokoh
pemuda, menggerakkan seluruh kegiatan dan segenap potensi generasi pemuda dalam
bidang kepramukaan, bela diri (Karate, pencak silat dll), melakukan pendekatan kepada
seluruh pengurus cabang (pengcap) cabang olah raga, menggerakkan potensi perpolisian
melalui sekolah-sekolah dan perkampungan atau pedesaan yang ada diwilayah tugasnya.
Sikap welcome yang kita munculkan, tentunya dibarengi dengan kewaspadaan dan
penguasaan karakter wilayah tugas, penguasaan masyarakat dan segala halnya, serta
penguasaan terhadap perilaku diri pribadi masing-masing personil polsek.14
Manajemen Kesan mendorong personil Polsek untuk selalu mengedepankan
penampilan yang rapi dendi, jauh dari kesan kucel, kurang rapi, dan penggunaan baju dinas
dan atribut yang usang /lama sehingga terkesan kurang semangat dalam menekuni profesi
Polri dengan kata lain telah bosan untuk menjadi anggota kepolisian kewilayahan.
Manajemen Kesan mendorong individu Polri agar di dalam kesehariannya
mencerminkan perilaku patuh kepada aturan artinya tidak mengangkangi peraturan
pemerintah yang telah ditetap oleh eksekutif dan badan legislatif. Contoh sederhana di dalam
keseharian wajib memberikan keteladanan selama berkendaraan. Kalaupun menggunakan
motor R-2 hendaknya mengenakan helm keselamatan, kelengkapan motor R-2 sesuai
dengan standar pabrikan, jangan menggunakan knalopot resing sehingga berakibat
kebisingan dan terkesan mengganggu ketertiban umum. Cerminan kepatuhan kepada hukum
wajib kita tampilkan dan diperlihatkan kepada masyarakat.
14 AKBP Dadang Djoko Karyanto, Op.cit, hal. 124.
81
D. Polsek menerapkan Sistem manajemen bagi pelayanan umum Polsek mengemban pelayanan umum, artinya polsek secara nyata bertugas dan
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat berkaitan dengan pelayanan
SKCK, perijinan keramaian masyarakat, menerima pengaduan dan laporan kejadian terkait
permasalahan kriminalitas yang telah terjadi dan memberikan surat tanda penerimaan laporan
dan sebagainya. Selain itu Polsek juga mendukung kebijakan pemerintahan sekarang untuk
menegakkan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur negara, termasuk juga Polri
yang bersih dan berwibawa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat
Berkaitan dengan peningkatan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur
negara yang bersih dan berwibawa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat
memerlukan peningkatan profesi administrasi, mutu, dan perilaku para pegawai negeri.
Peningkatan efisiensi pelayanan umum dan penetapan sistem-sistem administrasi lainnya
yang mendukung . Untuk itu diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:15
1. Pemasyarakatan budaya kerja agar pegawai negeri beretos kerja dan menyukai
kerja dan menghasilkan kinerja yang bermutu;
2. Pelaksanaan melekat, yang benar-benar dilakukan secara nyata oleh setiap atasan,
baik dalam rangka pemasyarakatan budaya kerja, peningkatan mutu manajemen
adminstrasi unit kerja masing-masing atau pelaksanan tugas rutin sehari-hari;
3. Peningkatan mutu kepemimpinan melalui seleksi pengangkatan, dalam pangkat dan
jabatan serta pengiriman mengikuti dikalat;
4. Penilaian dan penetapan terhadap kurikulum dan silabi pendidikan dan pelatihan;
5. Peningkatan efisiensi manajemen pelayanan umum, dengan menghilangkan sampul
dan pos yang boros dan tidak diperlukan dalam implementasinya, upaya tersebut
dilakukan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
Polsek mulai sekarang berkewajiban untuk melakukan berbagai perubahan dan
pembenahan terkait manajemen pelayanan umum. Oleh karena itu pembenahan
manajemen pelayanan umum perlu segera dilakukan antara lain dibidang-bidang berikut
ini:16
1. Keterbukaan dan kemudahan prosedur;
2. Penetapan tarif yang jelas dan terjangkau;
3. Keterampilan aparatur dalam teknik pelayanan;
15 Achmad Batinggi. H. Badu Ahmad. Manajemen Pelayanan Umum, Edisi 2.Cetakan keenam,
Penerbit H Universitas Terbuka,Jakarta, 2011.hal.1.22.
16 Ibid hal.1.23.
82
4. Penyediaan penampungan keluhan masyarakat;
5. Penciptaan sistem pengawasan berganda terhadap pelaksanaan prosedur;
6. Pemasyarakatan budaya kerja yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
E. Penerapan Analisa SWOTdalam Menganalisa PermasalahanAnalisa SWOT adalah sebuah analisa yang dicetuskan oleh Albert Humprey
pada dasawarsa 1960-1970an. Analisa ini merupakan sebuah akronim dari huruf
awalnya
yaitu Strenghts(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan)
dan Threat (Ancaman). Metoda analisa SWOT ini bisa dianggap sebagai metoda
analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan
dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
benar, analisa SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau
tidak terlihat selama ini.
Analisa ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa
menjadi dua orang yang menganalisis pada sebuah organisasi akan memandang
berbeda pada ke empat bagian tersebut. Hal ini diwajarkan, karena analisis SWOT
adalah sebuah analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak
memberikan solusi “ajaib dalam sebuah permasalahan. “Luck is a matter of
preparation meeting opportunity ? Keberuntungan adalah sesuatu dimana persiapan
bertemu dengan kesempatan (Oprah Winfrey). Konsep teori analisa SWOT yaitu
penilaian terhadap hasil identifikasi situasi untuk menentukan kategori suatu kondisi sebagai
kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman yang selanjutnya diidentifikasikan guna
menentukan cara-cara solusi atau alternatif pemecahan masalah (Problem Solving) yang
dihadapi sehingga tercipta suatu kondisi sebagaimana yang diharapkan. Adapun dalam
melakukan analisa SWOT, maka akan diformulasikan suatu identifikasi situasi terhadap setiap
permasalahan yang ada dengan melakukan analisa dari penggabungan beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain:17
1. Strenghts (kekuatan)
17 Freddy, Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghaapi Abad 21, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 19.
83
Strenghts (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari organisasi atau program pada saat ini. Strenght ini bersifat internal dari
organisasi atau sebuah program. Contoh Jumlah anggota yang lebih dari cukup
(kuantitatif), Berpengalaman dalam beberapa kegiatan (kualitatif). Kenali kekurangan
diri sendiri agar tidak sombong dan ketahui kelebihan diri sendiri agar tidak rendah
diri.
2. Weaknesses (Kelemahan) Weaknesses (Kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak
berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak
dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah
kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan
solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada.Contoh
Kurang terbinanya komunikasi antar anggota, Jaringan yang telah terbangun tidak
dimaksimalkan oleh seluruh anggota.
3. Opportunity (kesempatan)Opportunity (kesempatan) adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan
dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk
memanfaatkannya. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal
mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat
atau isu yang sedang diangkat. Contoh Masyarakat sedang menyukai tentang hal-hal
yang bersifat reboisasi lingkungan, Isu yang sedang diangkat merupakan isu yang
sedang menjadi topik utama.
4. Threat (ancaman)Threat (ancaman) adalah faktor negatif dari lingkungan yang memberikan
hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi dan program.
Ancaman ini adalah hal yang terkadang selalu terlewat dikarenakan banyak yang ingin
mencoba untuk kontroversi atau out of stream (melawan arus) namun pada
kenyataannya organisasi tersebut lebih banyak layu sebelum berkembang. Contoh
Masyarakat sudah jenuh dengan pilkada, Isu agama yang berupa ritual telah membuat
masyarakat bosan. Dalam contoh-contoh tersebut maka kita dapat melihat apa yang
dapat kita lakukan dan kita gunakan, serta apa yang tidak dapat kita lakukan serta
harus kita lengkapi.
84
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan analisis SWOT adalah :
SWOT analisis bisa sangat-sangat subjektif. Bisa saja terjadi 2(dua) orang
menganalisa 1(satu) lembaga/ institusi/organisasi yang sama menghasilkan SWOT
yang berbeda. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai
arahan dan bukan pemecahan masalah.
a. Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan
kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak
terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan
b. Analisa harus didasarkan atas kondisi yang sedang terjadi dan bukan situasi yang
seharusnya terjadi
c. Hindari grey areas .
d. Hindari kerumitan yang tidak perlu dan analisa yang berlebihan. Buatlah analisa
SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin.
85
5. SWOT untuk organisasiSWOT untuk organisasi. Dalam sebuah organisasi biasanya setiap awal
periode kepengurusan akan dilaksanakan pembuatan rencana program kerja, untuk itu
biasanya akan dilakukan sebuah analisis kondisi mengenai suatu organisasi tersebut.
Analisis SWOT biasanya dicantumkan dalam GBHK (Garis-garis Besar Haluan Kerja)
yang menjelaskan tentang kondisi lingkungan organisasi baik kondisi internal maupun
external.
Setelah dilakukan analisis SWOT maka jadi mengetahui kondisi nyata apa
yang terjadi di lingkungan internal dan external organisasi, maka dapat mulai
membuat rencana program kerja yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dan
mampu untuk dilaksanakan oleh pengurus tersebut.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan
peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta
tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak
jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan
berguna jika tujuan telah ditetapkan. Dan yang menjadi tujuan dari sebuah organisasi
adalah Visi dan Misi dari organisasi tersebut. Sehingga analisa SWOT dapat berjalan
dengan baik apabila visi dan misi organisasi telah terbangun.
F. Perihal Terampil dalam melaksanakan tupoksi Kapolsek , adapun langkah Polsek adalah sebagai berikut:1. Kapolsek
- Ketika menerima laporan Informasi Polsek Sebagai Baris Deteksi Dini (PSBD);
- Mendisposisikan Ke Unit Jajaran / Membagi Tugas;
- Mengirimkan Laporan Info Khusus Ke Polres Tembusan Kasat Intel;
- Meminta Bantuan Polsek terdekat;
- Meminta perbantuan perkuatan BKO Polres;
- Koordinasi Tripika atau dengan istilah terkini Forkopimda;
2. Kanit Intel Polsek (sebagai Penyajian Intel Dasar)
KAPOLSEK
BAPULBAKET
SABHARA POLMAS
RESKRIM
86
- Mendalami kembali laporan informasi dengan materi :
- Merancang, merencanakan, dan mengakomodir titik-titik kumpul
3. Kanit Binmas (Babinkamtibmas)- Fokus Group Diskusi
- Tokoh-tokoh Berpengaruh
- Pejabat Pemda tingkat Polsek
- Jaringan Babinkamtibmas
- Kepala Desa
4. Kanit Sabhara (TURJAWALI)- Lakukan Patroli
- Menempatkan personel terbuka di lokasi
- Mengatur penempatan personel BKO
- Melakukan Pengawalan / permintaan Pengawalan
5. Kanit Reskrim (Upaya Pengalihan Hukum)
- Lakukan Upaya Gakkum Dengan Polres
- Koordinasi Dengan Satuan Intel Polsek
- Pantau Dan Tangkap Keberadaan Pelaku
- Titipkan Tahanan Ke Tingkat Polres
Kapolsek harus mampu mendiskusikan permasalahan dengan segera, mengambil
inisiatif cepat dalam situasi kontijensi, menjalankan peran problem solving, memahami dan
menjelaskan kejadian dan permasalahan dengan runtut, teratur, dan sistematis;
G. Studi kasus sebagai bahan diskusiPelaksanaan studi kasus yang akan dilaksanakan oleh para Kapolsek , diawali
dengan langkah-langkah pembagian jumlah siswa secara berimbang, kemudian gadik
memberikan berbagai kegiatan diskusi dan simulasi tentang berbagai langkah yang harus
JUMLAH RATIO
JUMLAH POLRI : JUMLAH PENDUDUKJUMLAH POLRI : JUMLAH MASA YG KONFLIK
JUMLAH RATIO
BABINKAMTIBMAS : JUMLAH PENDUDUKBABINKAMTIBMAS : JUMLAH MASA YG KONFLIK
87
dilakukan terkait permasalahan yang timbul secara tiba-tiba, ataupun telah diantisiapasi
bakalan terjadi melalui kegiatan intelijen tentang berbagai ancaman kamtibmas, sesuai
dengan karakteristik daerah.
1. Sengketa LahanDikembangkan isu ke beberapa tokoh masyarakat yang berpotensi konflik
mengenai ditemukannya titik lokasi yang mengandung barang tambang seperti intan,
batubara atau biji besi. Titik lokasi tersebut berada 3 KM dari perbatasan hutan lindung.
Kepada tokoh masyarakat diyakinkankalau batas 3 KM ke tengah hutan lindung itu
adalah lahan warga yang potensial. Digalanglah masa khusus untuk mengalih pancang
batas hutan lindung sepanjang 3 KM ke arah dalam.
Ketiga pihak kehutanan mengetahui, terjadilah perseturuan (konflik agrarian).
Disamping itu, beberapa investor sudah tanda tangan akan menggarap lahan yang
dimaksudkan mengandung barang tambang. Wartawan didatangkan. Berita mengenai
potensi local ditayangkan. Seterusnya berita konflik dan langkah – langkah pemerintah
dalam mengenainya. Keributan menjadi – jadi ketika di sekitar lahan tersebut terdapat
pula unsure masyarakat yang heterogen. Konflik utama muncul antara warga asli dengan
warga transmigrasi. Dan seterusnya ……
2. Sengketa AgamaDimulai dari isu pembelian sebidang tanah yang disana akan dibangun rumah
ibadah agama minoritas. Lahan tersebut sudah dikapling dan diberi tanda papanisasi
akan didirikan rumah ibadah agama minoritas. Protes dikemukakan tokoh agama
mayoritas atas pemberian izin membangun rumah ibadah di lokasi mereka.
Sejumlah LSM ikut memperkeruh keadaan dengan melakukan kegiatan yang
bersifat membela keberadaan pembangunan rumah ibadah tersebut. Beberapa kali telah
terjadi bentrok antar pihak yang merasa berkepentingan. Dan seterusnya.
3. Sengketa AdatDimulai dengan eksekusi penggusuran perkampungan tradisional yang di sana
juga terdapat pasar rakyat dengan dalil hukum, lokasi tersebut merupakan tanah Pemda.
Pemda sudah menyampaikan teguran tertulis kepada tetua suku yang bertempat dilokasi
bahwa akan dilakukan penggusuran terkait akan dibangunnya pusat perbelanjaan yang
lebih modern.
88
Terjadi kekisruhan soal mana tanah Pemda, mana pula tanah kaum adat.
Masyarakat adat berdemontrasi ke Pemda. Bentrok dengan orang tak dikenal. Dan
seterusnya ……
4. Konflik Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sumber Mulya Dengan Desa Kota Raja Kecamatan Pelepat Ilir, Bungo
Saya selaku Kades Sumber Mulya menghimbau kepada seluruh masyarakat,
pemuda agar bersatu untuk menduduki lahan perkebunan yang telah digarap oleh PT.
SAL.2 dimana lahan LU.2 milik kita dari transmigrasi sudah di klaim Desa Kota Raja dan
kita harus mengusir warga yang mengaku dan menduduki lahan tersebut karena ini
sudah tidak benar. Oleh karena itu kami menghimbau kepada para tokoh, pemuda
bapak-bapak agar mempersiapkan segala sesuatunya perlengkapan seperti dodo sawit,
parang, tombak dan bendera serta kecepet laras panjang dan cuka getah, bensin dll.
Karena saatnya kita harus merebut dan membela harga diri kita, haram hukumnya
mundur. Karena sertifikat LU.2 yang dikumpulkan adalah milik kita bukan milik warga
Kota Raja dan biang kerok dari semua ini adalah PT.SAL.2 kalau perlu nanti PT.SAL.2
kita bakar karena telah menjajah hak-hak warga masyarakat. Rawe-rawe rantas, malang-
malang tuntas. Maju terus pantang mundur. Kepada ibu-ibu dan anak-anak, orang tua
agar mengungsi dulu ke desa tetangga dan para kerabat terdekat. .
5. Konflik Agama Kehadiran Tarekat NaqsabandiahPara alim ulama, tokoh adat, pemuda kami menghimbau agar keberadaan aliran
tarekat Naqsabandiah ini musnahkan dan mari kami tolak dan bakar bangunan mesjid
yang akan dibangun di wilayah desa kita Dusun Daya Murni karena sudah jauh
menyimpang dari ajaran Islam yang benar dan tidak lagi sesuai dengan Al-Qura’an dan
Sunnah Rasul. Mari bakar dan penggal kepala mereka orang-orang kafir karena telah
menyesatkan ajaran Islam murni, halal darahnya para orang-orang kafir dan kami minta
tepat jam 12 malam nanti kita ramai-ramai mendatangi lokasi mesjid mereka, bawa
bensin, parang dan lain-lain. Seluruh masyarakat berkumpul di kantor balai Desa
dipimpim Ketua Pemuda.
89
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULANSetelah dicermati, disusun, dirancang, dan diupayakan penyusunan bahan belajar
latihan manajemen kewilayahan untuk para Kapolsek ini, maka disimpulkan bahwa s tandar
kompetensi untuk lulusannya yang akan diraih dan diharapkan oleh institusi Polri, agar para
Kapolsek antara lain adalah :
1. Memahami tugas pokok dan fungsi para Kapolsek.
2. Memahami dan mampu melaksanakan Manajemen Operasional Polri (MOP), baik
dalam kegiatan Kepolisian dan operasional Kepolisian;
3. Memahami teori dan prinsip kepemimpinan.
4. Memahami manajemen fungsi teknis Polri.
5. Memahami karakteristik wilayah tugas.
6. Terampil melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kapolsek.
Capaian yang demikian tidaklah semudah seperti membalikkan kedua telapak
tangan, oleh karena itu perlunya upaya kuat dari semua pihak (lembaga/SPN, siswa, tenaga
pendidik) dalam menciptakan situasi dan iklim pembelajaran yang kondusif dan penguasaan
materi yang lengkap, situasi kelas yang nyaman, terkini /up to date, terampil dan mumpuni
serta profesional dalam memberi pelatihan.
B. SARANSaran perlu disampaikan terkait keinginan pimpinan agar tercipta komunikasi 2(dua)
arah antara gadik dan siswa untuk memperoleh kemajuan bersama dalam rangka mendidik
dan memajukan personil Polri yang bertugas di kewilayahan. Kemudian terkondisikan
suasana belajar mengajar yang nyaman, sesuai dengan kompetensinya. Oleh karena itu
disarankan antara lain adalah :
1. Disarankan hanjar pelatihan manajemen kewilayahan (para kapolsek ) yang ada ini
menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas para Kapolsek dan berkelanjutan;
2. Disarankan hanjar pelatihan manajemen kewilayahan (para kapolsek ) apabila dirasa
perlu untuk mendapatkan muatan yang lebih terkini sekiranya semua pihak membantu
memperkaya isi atau muatan keilmuan sehingga penulis bangga hasil karyanya
mendapatkan apresiasi dari siapapun.
90
3. Penguasaan keilmuan yang mendorong agar siswanya terampil dalam mengemban
tugas kepolisian terutama ilmu manajemen, kepemimpinan, penguasaan peraturan
perundangan adalah urgent dan utama, akan tetap yang paling pokok, prinsip dan
terpenting adalah perihal pengendalian diri, berupaya meningkatkan mutu adab,
akhlakul karimah/ akhlak yang baik dan terpuji sebagai cerminan aparatur negara
yang mencerminkan perilaku Pancasila dan beragama. Artinya negara mengharapkan
terbentuk sosok personil Polri yang berakhlak mulia/ terpuji yang memiliki
pengetahuan.
Demikian Bahan Belajar (Hanjar) Manajemen Kewilayahan (Kapolsek) yang
perdana ini disusun sebagai pedoman, dengan harapan para Kapolsek menjadi terpola
teliti, praktis, efektif, efisien, dan waspada serta terampil dalam memberikan pelayan dan
pengayoman kepada masyarakat sebagaimana yang tertera di dalam peraturan Kapolri yang
mengatur tentang manajemen operasional kepolisian dan susunan organisasi dan tata kerja
pada tingkat kepolisian resort dan kepolisian sektor, serta bagamana mengelola suatu
gangguan kamtibmas dan penanganan permasalahan yang muncul, kemudian mengatur,
mengendalikan anggota unit operasional dan staf polsek secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
91
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Mabes Polri, Jakarta.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor. Mabes Polri, Jakarta.
Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo. 2011. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2011 tentang Manajemen Operasi Kepolisian. Mabes Polri, Jakarta.
George R.Terry alih bahasa DR.Winardi,SE. by Richard D Irwin.1977. Asas-Asas Menejemen. Edisi Kedelapan. Penerbit Alumni/1986/Bandung Kota Pos 272.Bandung.
Prof.Dr.Veithzal Rivai,MBA, Prof.Dr.Deddy Mulyadi,Msi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Ketiga. Rajawali Pers. Jakarta.
Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Cetakan Pertama. Mandar Maju, Bandung.
Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo. 2013. Pedoman Teknis tentang Penanganan Konflik Sosial (Konsep). Mabes Polri, Jakarta.
Letnan jenderal Polisi Anto Soedjarwo. 1982. Petunjuk Pelaksanaan Nopol Juklak/14/1982 tentang Sistem Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Lingkungan Operasi Polri. ABRI Mabes Polri. Jakarta.
H. Achmad Batinggi. H. Badu Ahmad.2011. Manajemen Pelayanan Umum. Edisi 2.Cetakan keenam.Penerbit Universitas Terbuka.Jakarta.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2012. Manajemen Pendidikan. Cetakan ke-5. Alfabeta. Bandung.
Dadang Djoko Karyanto.2013.Optimalisasi Kemampuan Bagdalops dalam Pengumpulan dan Pengolahan Data serta Penyajian Informasi dan Dokumentasi kegiatan Operasi dalam Rangka Terwujudnya Stabilitas Kamtibmas. Edisi ke-1. Biro Operasi Polda Jambi. Jambi.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2008. Manajemen Pendidikan. Cetakan ke-1. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Tim Biro Operasi.2010. Prosedur Tetap Sistim Pengamanan Markas Komando Kepolisian Daerah Jambi.Biro Ops Polda Jambi.Jambi
92
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar HAM dalam penyelenggaraan Tugas Polri. Mabes Polri, Jakarta.
Tim Biro Operasi.2009. Rencana Kontijensi Menghadapi Bencana Alam di Polda Jambi.Biro Ops Polda Jambi.Jambi.
Tim Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (PusdalOpsPB).2010. Standart Operational Procedure (SOP) Provinsi Jambi..Jambi.
Freddy, Rangkuti.2013 Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghaapi Abad 21, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
AKBP Dadang Djoko Karyanto. 2016. Latihan Manajemen Kewilayahan (Kapolsek), SPN Polda Jambi. Jambi
93
SILABUS DAN DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN
LATIHAN MANAJEMEN KEWILAYAHAN (KAPOLSEK)
BAHAN BELAJAR (HANJAR)
Disusun dalam rangka Pelatihan Manajemen Kewilayahan Para Kapolsek
TIM GADIK GEL. III (TIGA)KA TIM AKBP DADANG DK,SIP,SH,MH.
AKBP MUFRIZAN, SPd.KP. SUPARMAN.
KP. ABU NANDIM,SH.KP. MAS EDY.
SEKOLAH POLISI NEGARA POLDA JAMBIJAMBI 2016
94
SILABUS DAN DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN
LATIHAN MANAJEMEN KEWILAYAHAN (KAPOLSEK)
BAHAN BELAJAR (HANJAR)
Disusun dalam rangka Pelatihan Manajemen Kewilayahan Para Kapolsek
TIM GADIK GEL. III (TIGA)KA TIM AKBP DADANG DK,SIP,SH,MH.
AKBP MUFRIZAN, SPd.KP. SUPARMAN.
KP. ABU NANDIM,SH.KP. MAS EDY.
SEKOLAH POLISI NEGARA POLDA JAMBIJAMBI 2016
95
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyusun materi bahan belajar (hanjar) pelatihan
manajemen kewilayahan bagi para kapolsek yang berjudul “Pelatihan Manajemen
Kewilayahan ( Kapolsek) ”.
Penulisan materi Hanjar ini bertujuan untuk memenuhi atau sebagai prosedur, syarat
dan ketentuan yang harus dilengkapi oleh tenaga pendidik (Gadik) SPN Polda Jambi,
sebelum menyampaikan program latihan pembelajaran kepada siswa latihan para Kapolsek
pada waktu yang telah ditentukan. Perlu diketahui bersama bahwa materi ini adalah materi
hanjar perdana, artinya baru pertama kali diselenggarakan kegiatan pelatihan dan
pembelajaran manajemen kewilayahan bagi para Kapolsek, dan sebagai dasar ataupun
rujukan materi belum ada serta belum dibuat. Oleh karena itu sebagai wujud rasa tanggung
jawab dan pengabdian pada dunia pendidikan terutama pendidikan Polri, maka penulis /
penyusun memberanikan diri untuk tampil mempersembahkan naskah bahan belajar (Hanjar)
ini
Tersusunnya bahan belajar (hanjar) ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Kepala Sekolah Polisi Negara (KA SPN) Polda Jambi, AKBP TJUK WINARKO,SH,MH.
selalu motivator yang secara tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan dalam
dalam penyelesaian penulisan bahan belajar (Hanjar) ini;
2. Rekan para tenaga pendidik (Gadik) SPN Polda Jambi, yang turut memberikan saran
masukan untuk lebih berbobotnya bahan belajar ini;
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
rekan-rekan tenaga pendidik (gadik) , yang telah memberikan semangat dan motivasi yang
diiringi doa tulus-ikhlas, sehingga kegiatan pendidikan Penulis berjalan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas pengertiannya,
semua tim yang telah mempercayakan kepada ketua tim untuk menyelesaikan bahan
mengajar tersebut. Berkat kesabaran dan ketulusannya selalu memberikan semangat agar
segera menyelesaikan hanjar tepat pada waktunya.
Dengan semua dorongan semangat dan doanya sehingga kegiatan pembelajaran,
pengajaran dan pelatihan yang Penulis selenggarakan berjalan sesuai dengan rencana.
Akhirnya materi bahan belajar (hanjar) pelatihan manajemen kewilayahan bagi para kapolsek
yang berjudul “Pelatihan Manajemen Kewilayahan ( Kapolsek)” ini Penulis persembahkan i
96
kepada semua pihak / rekan Gadik SPN Polda Jambi yang berkenan untuk menggunakan
bahan belajar (hanjar) ini.
Penulis berusaha berbuat nyata untuk dunia pendidikan Polri, dengan semboyan “
Berbuat, dan berbuat daripada berdiam diri, lebih baik menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat daripada merenungkan diri dan tidak bergerak alias tidak menghasilkan sesuatu
apapun”, “Tidak ada gading yang tak retak”, artinya penulis merasa jauh dari kesempurnaan
dan itulah apa adanya saya berusaha untuk mempersembahkan karya Hanjar ini. Semoga
amal dan partisipasi semua pihak, baik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dapat
mendapatkan keridhoan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
walaupun hanya berupa pemikiran-pemikiran yang sederhana, namun paling tidak dapat
menambah cakrawala pemikiran, pandangan dalam penyempurnaan materi bahan belajar
(hanjar) pelatihan manajemen kewilayahan bagi para kapolsek yang berjudul “Pelatihan
Manajemen Kewilayahan ( Kapolsek) Amin.
Jambi, 7 April 2016
Ketua Tim
Dadang Djoko Karyanto,SIP,SH,MH. AKBP NRP.72120646
ii
97
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i-iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I TUGAS POKOK FUNGSI DAN PERAN-PERAN KAPOLSEK DAN PARA
PEJABATNYA PADA LEVEL POLSEK/TAA. Kompetensi Dasar ......................................................................................... 1
B. Indikator Hasil Belajar .................................................................................... 1
C. Apa Tugas Pokok Kapolsek/ Ta..................................................................... 2
D. Apa fungsi Kapolsek..................................................................................... 2
E. Apa saja kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta........................... 2
F. Tugas Pokok Polsek/Ta Jajaran Polres/ Ta…………………........................... 3
BAB II PENJABARAN PEMAHAMAN KAPOLSEK TENTANG MANAJEMEN OPERASIONAL POLSEK
A. Kompetensi Dasar......................................................................................... 7
B. Indikator Hasil Belajar..................................................................................... 7
C. Jelaskan bagian-bagian apa saja yang menunjukkan Manajemen
Operasional Polsek tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap
No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja(SOTK) :... 8
D. Apakah itu manajemen, Jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC)
menurut teori dan konsep George R Terry?................................................. 18
E. Pertanyaan berikutnya adalah jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC)
George R Terry terkait manajemen operasional polsek?............................. 19
1. Planning (Perencanaan............................................................................. 19
2. Organizing (Pengorganisasian ............................................................. 20
3. Actuating (Penggerakan............................................................................ 21
4. Controlling (Pengendalian/ Pengawasan................................................... 22
F. Jelaskan manajemen operasional Polri (MOP) mendasari Perkap No.9
tahun 2011 tentang manajemen operasi kepolisian; .................................... 24
BAB III KEPEMIMPINAN A. Kompetensi Dasar......................................................................................... 51
iii
98
B. Indikator Hasil Belajar.................................................................................... 51
C. Jelaskan teori, dan prinsip kepemimpinan ................................................... 52
D. Jelaskan tipe-tipe dan pendekatan kepemimpinan ...................................... 53
E. Pendekatan Kepemimpinan.......................................................................... 54
F. Jelaskan tentang arti pemimpin dan kepemimpinan..................................... 55
G Pengertian Kepemimpinan............................................................................ 56
H. Jelaskan Faktor-faktor penting dan unsure-unsur mendasari kepemimpinan… 57
BAB IV MANAJEMEN FUNGSI TEKNIS POLRIA. Kompetensi Dasar.......................................................................................... 61
B. Indikator Hasil Belajar..................................................................................... 61
C. Jelaskan Tugas Pokok dan Fungsi Teknis Intelkam!......................................... 64
D. Jelaskan Tugas Pokok dan Fungsi Teknis Reskrim!..................................... 65
E. Jelaskan Tugas Pokok dan Fungsi Teknis Lantas......................................... 66
BAB V KARAKTERISTIK WILAYAH TUGASA. Kompetensi Dasar......................................................................................... 67
B. Indikator Hasil Belajar.................................................................................... 67
C. Jelas Profil dan Letak Wilayah Dalam Provinsi Jambi, Letak Wilayah dan
Topografi, Klimatologi, Penggunaan Lahan, Potensi Wilayah....................... 67
1. Profil dan Letak Wilayah Dalam Propinsi Jambi....................................... 68
2. Letak Wilayah Dan Topografi................................................................... 68
3. Klimatologi................................................................................................ 70
4. Penggunaan Lahan.................................................................................. 71
5. Potensi Wilayah........................................................................................ 71
6. Demografi Penduduk................................................................................ 72
D. Mengapa Polisi Perlu Mengetahui Adat Istiadat Suatu Daerah/Tempat?......... 73
1. Pengertian Adat Istiadat........................................................................... 73
2. Polisi Perlu (Harus) Mengetahui Adat Istiadat Suatu Daerah/Setempat... 74
3. Latar Belakang Hukum Adat Jambi.......................................................... 74
4. Tujuan Hukum Adat Jambi....................................................................... 75
5. Dasar-dasar Hukum Adat Jambi.............................................................. 76
BAB VI TERAMPIL MELAKSANAKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KAPOLSEKA. Kompetensi Dasar .......................................................................................... 81
B. Indikator Hasil Belajar..................................................................................... 81
iii
iv
99
C. Jelaskan apa itu Polsek dan mengapa perlu adanya komunikasi sosial serta
manajemen kesan......................................................................................... 82
D. Polsek menerapkan Sistem manajemen bagi pelayanan umum...................... 84
E. Penerapan Analisa SWOTdalam Menganalisa Permasalahan................. 85
1. Strenghts (kekuatan.................................................................................. 86
2. Weaknesses (Kelemahan......................................................................... 86
3. Opportunity (kesempatan......................................................................... 86
4. Threat (ancaman....................................................................................... 87
5. SWOT untuk organisasi............................................................................ 88
F. Perihal Terampil dalam melaksanakan tupoksi Kapolsek................................. 88
1. Kapolsek..................................................................................................... 88
2. Kanit Intel Polsek........................................................................................ 89
3. Kanit Binmas (Babinkamtibmas.................................................................. 89
4. Kanit Sabhara (Turjawali............................................................................. 89
5. Kanit Reskrim (Upaya Pengalihan Hukum................................................. 89
G. Studi kasus sebagai bahan diskusi................................................................... 90
1. Sengketa Lahan.......................................................................................... 90
2. Sengketa Agama......................................................................................... 90
3. Sengketa Adat .......................................................................................... 91
4. Konflik Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sumber Mulya Dengan
Desa Kota Raja Kecamatan Pelepat Ilir, Bungo.......................................... 91
5. Konflik Agama Kehadiran Tarekat Naqsabandiah...................................... 91
v
100
BAB V P E N U T U P
A. Kesimpulan............................................................................................ 93
B. Saran..................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
vi101
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAMBI SEKOLAH POLISI NEGARA POLDA JAMBI
LATIHAN MANAJEMEN KEWILAYAHAN (KAPOLSEK)
Umum
Bahwa berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Polres dan Polsek, kesatuan Polri tingkat Polsek/Ta sebagai kesatuan tingkat
kewilayahan menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait peran strategis Polsek/Ta sebagai salah satu unsur pelaksana tugas tingkat
Kewilayahan yang berada di bawah Kapolres/Ta, yang bertugas menyelenggarakan tugas
pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas
Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
maka tugas Polsek saat ini dan kedepan dihadapkan kepada tantangan tugas yang tidak
semakin ringan namun sebaliknya semakin multi kompleks sehingga menambah spektrum
beban tugas Polres/Ta kedepan, antara lain menyangkut peran Polsek/Ta sebagai pelaksana
tugas pokok Polri ditingkat kewilayahan.
Dalam rangka kesamaan visi persepsi dan pola tindak yang sama terhadap
implementasi penyelenggaraan dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, maka dipandang perlu membuat/ menyusun naskah Latihan
Manajemen Kewilayahan (Kapolsek), artinya bagaimana tentang tata cara menerapkan
strategi manajemen dalam pengelolaan Polsek, bagaimana cara bertindaknya Kapolsek,
bagaimana personil seksi/fungsi polsek/ta, selain itu juga membahas bagaimana cara
mengatur secara tegas dan jelas reaktualisasi kegiatan harkamtibmas dan pelayanan
terhadap masyarakat secara terpadu, tertib dan terkoordinasi setiap seksi dan fungsi/unit
Polsek.
Dengan penyusunan membuat/ menyusun naskah Latihan Manajemen Kewilayahan
(Kapolsek), terkait manajemen operasional polsek (MOP)” dimaksud adalah terkandung
102
sebagai media pembelajaran dan pedoman dasar manajemen untuk mengatur polsek/Ta ,
kemudian sebagai acuan / kerangka kerja bagi unsur pelaksanaan dilapangan maupun staf
pada tingkat Polsek dalam melaksanakan berbagai kegiatan harkamtibmas dan pelayanan
terhadap masyarakat untuk menciptakan situasi yang kondusif dan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat yang mempedomani kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta terintegrasi.
Sebagai dasar dan pedoman implementasi bagi unsur pelaksana tugas tingkat
Kewilayahan Polsek/ Ta dalam pelaksanaan manajemen operasional (MOP) dan tata cara
bertindak bagi personil seksi/fungsi pada tingkat Polsek, sehingga lebih terkoordinasi, efektif,
efisien dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat umum di wilayah hukum
Polsek/ta pada Polres/ta jajaran Polda Jambi.
Selain itu untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari Manajemen Operasional
Polsek (MOP) ini agar dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh personil Polsek/ Ta.
Dengan diberikannya materi Pelatihan Manajemen Operasional Polsek (MOP)
diharapkan mampu menerapkan dasar manajemen untuk mengatur polsek/Ta , kemudian
sebagai acuan / kerangka kerja bagi unsur pelaksanaan dilapangan maupun staf pada
tingkat Polsek dalam melaksanakan berbagai kegiatan harkamtibmas dan pelayanan
terhadap masyarakat.
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menjamin pemahaman tentang Manajemen
Operasional Polsek (MOP) hubungan tata cara kerja dan bertindak personil Seksi/Fungsi
Polsek/ Ta, sehingga tidak ragu-ragu dalam melakukan tindakan. Untuk memastikan
penerapan Prinsip dasar Manajemen Operasional Polsek (MOP) guna terwujudnya
persamaaan Visi, Persepsi, Kesatuan Tindak dan Keseragaman dalam tindakan dilapangan
pada pelaksanaan Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek/ Ta.
Sebagai Pedoman atau kerangka kerja Polsek /Ta pada Polres/Ta jajaran Polda
Jambi agar selalu mendasari prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Naskah Latihan
Manajemen Kewilayahan (Kapolsek) mendasari pedoman manajemen operasional polsek
(mop) dan hubungan tata cara kerja dan bertindak personil Seksi/Fungsi Polsek/Ta ” dalam
setiap kegiatan, tugas pokok, fungsi dan perannya. Untuk mengintegrasikan berbagai
kegiatan harkamtibmas dan pelayanan yang diberikan oleh Polsek/ Ta yang sudah sesuai
dengan keinginan masyarakat dalam mendukung terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif
dan mendapatkan pelayanan yang prima.
Harapannya semoga dengan dibuatnya Bahan Ajar Latihan Manajemen Kewilayahan
103
(Kapolsek), ini dapat menghasilkan personel yang memiliki kemampuan mengendalikan,
menata, menjalankan manajemen operasional polsek secara tertib dan profesional.
Standar Kompetensi
Standar kompetensi untuk lulusannya yang diharapkan adalah :
1. Memahami tugas pokok dan fungsi para Kapolsek.
2. Memahami dan mampu melaksanakan Manajemen Operasional Polri (MOP), baik
dalam kegiatan Kepolisian dan operasional Kepolisian;
3. Memahami teori dan prinsip kepemimpinan.
4. Memahami manajemen fungsi teknis Polri.
5. Memahami karakteristik wilayah tugas.
6. Terampil melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kapolsek.
104