handout kuliah anafilaksis

Upload: dewa-surya

Post on 08-Mar-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yuhu

TRANSCRIPT

Hand-out Kuliah Semester VII

DR.dr. Ariyanto Harsono SpA(K)

Hand-out Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, 2005.ANAFILAKSIS

Difinisi:

Anafilaksis: keadaan mendadak mengancam jiwa yang disebabkan reaksi imunologi yaitu reaksi allergen ntibodi.

Anafilaktoid: keadaan yang sama dengan anafilaksis tetapi tidak disebabkan reaksi imunologi.

Anafilaksis biasanya disebabkan reaksi hipersensitifitas tipe I yaitu degenerasi sel mast oleh interaksi antigen-antibodi. Bisa juga oleh aktifasi komplemen.

PATOFIFIOLOGI

Ada 5 tahap terjadinya anafilaksis.

1. Perubahan dinding sel sel mast/basofil oleh rangsangan allergen-IgE, aktifasi

komplemen, atau agregasi kompleks imun.

2. Aktifasi enzim dinding sel, pemecahan asam arakidonat, penurunan ratio camp/cGMP.

3. Pelepasan mediator:

Preformed mediator: histamin, serotonin, Neutrofil Chemotactic Factor, Eosinophil

Chemotactic Factor

Newly generated mediator: Leukotrien B4, LTC4, LTD4, Thromboxan, Prostaglandine

D2, Kinin, Platelet Actifating Factor

4. Respons patologi fungsional: Peningkatan permeabilitas vaskuler:

*sembab, hipotensi

*Kontraksi Otot polos

*Sekresi mukus

*Perubahan eksitabilitas dan kontraktabilitas otot jantung

5. Keradangan dan keterlibatan mediator skunder:

*Penyusupan lekosit karena kemotaktik

*Agregasi platelet

*Aktifasi Komplemen

*Pemecahan proteolitik

ETIOLOGI1.Yang berkaitan sengan IgE

Protein Serum: antisera, antitoksin, Ab monoklonal, IgA

Bisa dan Sengat: lebah, hornet, semut api, ular, laba-laba, nyamuk, ubur-ubur

Enzym: tripsin, penisilinase

Vaksin/Ekstrak: DPT, Ekstrak polen, makanan

** * Hormon: Isulin, ACTH, Progesteron

Makanan: susu, Telur, Ikan laut

Polisakarida: Dekstran

Obat: Penisilin, Sefalosporin, Tetrasiklin, Aminoglikosid, Siklofosfamid,

Metrotrexate

Lain-lain: Heparin, Tubokurarin, Etilendiamin, kromolin

2. Penyebab Non IgE

Produk Darah: IgA, Albumin, Imonoglobulin, Komplemen C4, Kriopresipitat

Membran dialisa

Protamin

L-Asperginase

Murin monoklonal antibodi

Penisilin

3. Penyebab Anafilaktoid

Bahan diagnostik jodium, Decheolin, BSP, Fluoresin, Indosianin green

Analgetika: Salisilat, NSAID, Aminopirin

Antibiotika: AminoglikosidXylocainAlkaloid: Morfin, Kodein

Obat: Histamin, Amfetamin, Diuretik, Antikonvulsan

Aditif makanan: Sulfit, Tartrasin, Sodium BensoatGAMBARAN KLINIS

Kulit: Gatal, eritema, Urtika, Angioudem

Saluran nafas: bersin, pilek, buntu, batuk, wheezing; Sembab laring: sesak, serak, stridor, sianosis

Saluran Cerna: mual, mutah, diare, nyeri perut

Mata: gatal, airmata

Kardiovaskuler: kolaps, pingsan, hipotensi, pucat, dingin, takikardia,Aritmia, kardiak arrest

DIAGNOSA BANDING

Sinkope

Biasanya karena trauma misalnya nyeri, kepanasan.

Reda bila diletakkan pada posisi berbaring

T, N: Normal

Gejala anafilaktik lain tidak ada

PENCEGAHAN

1.Pada pemberian vaksin: Skrining pre-vaksinasi

(1)riwayat alergi terhadap komponen vaksin:

-telur

-gelatin,

-antibiotik

(2)sehat.

Skrining kadang-kadang tidak mudah, maka tindakan berikut perlu dilakukan.

2. Antisipasi

Pasien di observasi sekurang-kurangnya 15 menit.

Siap dengan anaphilactic equipment

PENATALAKSANAAN

1. PENGOBATAN UTAMAAdrenalin 1:1000 dengan dosis 0,001ml/kg maksimum: 0,3 ml subkutan

Torniket pada proksimal sengatan/suntikan

Adrenalin bisa diulangi 3X selang 15-20

Oksigen dengan nose sprong/sungkup 2-3 L/men

Bebaskan jalan nafas, leher pada posisi hiper-ekstensi, kepala dimiringkan, isap lendir, monitor tanda-tanda vital

Resusitasi Paru

Orofaringeal airway

Tube endotrakeal

Trakeostomi

Kardiak kompresi

Dosis adrenalin berdasarkan umur:

2-6 Bulan 0.07 ml

12Bulan 0.1 ml

18-48 Bulan 0.15 ml

5 Tahun 0.2 ml

6-9 Tahun 0.3 ml

10-13 Tahun 0.4 ml

>14 Tahun 0.5 ml

2. PENGOBATAN PELENGKAP

Ditujukan untuk komplikasi:

Kejang: diasepam, fenobarbital

Spame bronkus: Aminofilin 7 mg dilarutkan dalam 10-20 ml NaCl 0,9% dilanjutkan 9 mg/kg/24 jam (dibagi 3 dosis)

-2 agonst nebuliser, contoh: Ventolin nebuliser 2 mg.

3 Pengobatan Tambahan

Antihistamin (H1 Receptor antagonist): Benadril 2 mg/kg i.m. dilanjutkan 3 mg/kg/24 jam oral (dibagi 3 dosis)

ada baiknya dikombinasi dengan H-2 receptor antagonist : Simetidine 20-40 mg/kg BB

Antihistamin (H1 Receptor antagonist): Benadril 2 mg/kg i.m. dilanjutkan 3 mg/kg/24 jam oral (dibagi 3 dosis)H-2 receptor antagonist : Simetidine

agonist: Ventolin nebulizer TERAPI CAIRAN

Pada syok anafilaksis terjadi kebocoran kapiler karena C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler.

Cairan yang diberikan boleh:

Kristaloid

Koloid

The most important is not the composition, but rather the rate of administration

Pada anak : 30ml/kg pada jam I

Pada anafilaksis terjadi anoksia, sehingga terjadi peningkatan resistensi jaringan perifer, sehingga cardiac output menurun. Dalam hal ini boleh diberikan:

Dopamine 2-20 mg/kg/menit

Harus diperhatikan bahwa:

Pemasangan torniket dilepas setiap 3 menit sampai gejala renjatan diatasi

Jika anafilaksis disebabkan pemberian vaksin subkutan, boleh ditambahkan adrenalin 0.005 ml/kg (max: 0.3 ml) pada tempat suntikan, satu kali saja !

Kepustakaan1. Fulginiti VA, 1996: Adverse reactions to vaccines: the complexity of vaccine safety, in: Bierman CW, Pearlman DS, Shapiro GG, Busse WW (eds): Allergy Asthma and immunology from infancy to adulthood.3rd ed. Philadelphia, WB Saunders: 384 391.

2. Lieberman PL, 1996: Specific and idiopathic anaphylaxis: Pathophysiology and treatment in: Bierman CW; Pearlman DS, Shapiro GG, Busse WW (eds): Allergy, Asthma and Immunology from infancy to adulthood. 3rd Ed, Philadelphia, WB Saunders; 297 319.

3. Mueller DL; Noxon JO, 1990: Anaphylaxis: pathophysiology and treatment. The compendium, 12: 157 171.

4. Popa VT, Lerner SA, 1984: Biphasic systemic anaphylactic reaction: The illustrative cases. Ann Allergy, 53: 151 155.

5. Sampson HA, Leung DYM. Anaphylaxis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB (eds): Nelson Textbook of Pediatrics. 17th Ed Philadelphia, WB Saunders, 2004.p.781-782.

6. Saryan JA; OLouglin JM,1992: Anaphylaxis in children. Pediatr Ann, 21: 590 598.

7. Scheifele DW, 1999: Initial management of anaphylaxis. Vaccines: Children and Practice, 2: 14 15

8. Shine K, Kuhn M, Young L, Tillisch J, 1980: Aspects of the management of shock. Ann Intern Med; 93: 723 734.

9. Viner NA, Rhany RK, 1975: Anaphylaxis manifested by hypotension alone. J Urol; 113: 108 112.

10. Yarbrough JA; Moffit JE; Brown DA, Stafford CT, 1989: Cimitidine in the treatment of refractory anaphylaxis. Ann Allergy, 63: 237 238.

PAGE 3