halitosis dan gigi goyah sbg manifestasi oral dari dm
TRANSCRIPT
Halitosis dan gigi goyah sbg manifestasi oral dari DM
SKENARIO
Seorang pria berusia 35 thun datang ke drg mengeluhkan mulutnya berbau jika
berbicara dan ada beberapa giginya goyah. Pasien tersebut juga menceritakan giginya
goyah tetapi tidak terasa sakit hanya saja dia khawatir dengan kondisi tersebut yang
berbeda dengan orang lain. Keluarga pasien ada yang menderita kencing manis.
Drg tersebut menganjurkan untuk melakukan tes gula darah sewaktu dan ternyata
hasil yang didapat adalah 350 ml/dl. Drg tersebut merujuk ke Dr Sp penyakit dalam guna
mendapat perawatan lebih lanjut.
Step 1
1. Kencing manis (DM) :
- Penyakit yang diakibatkan keadaan tubuh tidak dapat
meregulasi keadaan gula.
- Penyakit metabolic yang ditandai dengan hiperglikemia.
- Metabolic kronis karena ketidakmampuan sel menghasilkan
sel beta pancreas.
- Hormone insulin tidak bekerja sebagaimana mestinya
2. Tes gula darah sewaktu :
- tes yg dilakukan 2 jam sebelum makan utk mengetahui
kadar gula darah pasien yg utk menentukan jenis type
diabetes mellitus.
STEP 2
- Hubungan halitosis dengan DM
- Hubungan kesehatan rongga mulut dg DM
- Manifestasi oral dari DM sbg peny sistemik
- Manifestasi peny sistemik (DM) peny gigi dan mulut
- Keadaan pasien KG dg indikasi DM
- Halitosis dan gigi goyah sbg manifestasi oral dari DM
STEP 3
- GIGI GOYAH
1. Ethiology :
Periodontitis manifestasi dari DM
2. Pathofisiology :
o DM I pancreas tdk menghasilkan insulin
o DM II pancreas dpt menghasilkan insulin tp tubuh
tdk dapat
Gigi goyah oleh karena bakteri anaerob gram (-)
3. Pemeriksaan
o Subjektif (Anamnesis (medical history)),
o objektif (pemeriksaan gigi, jar pendukung)
- HALITOSIS
4. Definisi
o Bau mulut
o Bau yg tidak sedap keluar dari mulut
5. Ethiology
o Faktor instrinsik (peny sistemik)
o Faktor ekstrinsik (makanan)
6. Pathfisiology
o Halitosis oleh karena asupan insulin
o Adanya karies
o Akumulasi plaque dan kalkulus pada oral
7. Perawatan
o Dari ethiology (jika insulin)
o Dari karies : penambalan
o Kalkulus : scalling
o Jika gastro intestinal : makanan yang menyebabkan
dikurangi
8. Klasifikasi DM (yg menyebabkan halitosis termasuk
dalam DM type berapa?)
DM type I : pancreas tdk menghasilkan
insulin hipokalsimea jar periodontal gigi
goyang ??
DM type II : insulin ttp diproduksi tapi tubuh tdk bisa
mengelola dg baik
DM type III : cacat genetic dari sel beta
DM type IV : pada masa kehamilan
Kemungkinan DM type II karena bisa dilihat dri
keadaan kadar gula darahnya.
9. Apakah gigi goyah pasti ditemukan setiap pasien DM ?
alasannya !
Ya karena resorbsi tulang meningkat sehingga gigi goyang.
Jika tidak mengapa ??
10. Bagaimana keadaan jar.pendukung pada pasien
penderita DM ?
o Gusinya berdarah, gingival enlargement.
o Periodontitis adanya kerusakan dari tulang.
STEP 4
Pasi
en dengan gigi goyah dan halitosis
Gigi goyah halitosis
Indikasi DM
Mekanisme = intake insulin - plak dan kalkulus
Drug induce
Odor dari ginjal
Intake insulin
Hipoklasimea
Jar periodontal PERAWATAN
Jenis DM dan kader DM yang
Membuat gigi goyang dan jenis DM
STEP 5
STEP 6
STEP 7
- GIGI GOYAH
1. Ethiology :
- Tulang penyangga gigi rusak karena adanya periodontitis
bisa juga karena abses pada penderita DM biasanya gigi
goyah secara keseluruhan gigi.
- Destruksi ligament periodontal (bakteri anaerob gram
negative) perdarahan gingival gigi tanggal.
Hipotesa keterlibatan DM sebagai ethiology penyakit
gingival dan periodontal :
- Penebalan membrane basal pada penderita DM
- Secara biokimia, cAMP menurun (cAMP berperan
mengurangi inflamasi) pada penderita DM inflamasi
meningkat.
- Perubahan microbiology
- Perubahan imunologis
Kadar glukosa mempengaruhi kadar/derajat kegoyahan
gigi
Suplai darah dan O2
DM tergantung tingkat keparahan, DM rendah kerusakan
pada tulang ada walaupun sedikit karena insulin tdk di
produksi dg baik, DM meningkat dapat menyebabkan
kegoyahan gigi.
Pada periodontitis lebih banyak DM type 1 daripada DM
type 2
Penderita DM terkontrol kegoyahan gigi dapat
terkontrol penderita DM tidak selalu mengalami
kegoyahan gigi.
Jika tidak ada plak keparahan DM tergantung pada umur,
tingkat keparahan, pengetahuan tentang DM (olahraga,
diet), pemanage-an pd DM.
2. Pathofisiology :
Di dalam mulut diabetes mellitus dapat meningkatkan
jumlah bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan
pada jaringan periodontal. Pada penderita DM type 2
dengan hiperlipidemi dijumpai adanya inflamasi gingival
yang parah dan hilangnya perlekatan pada jaringan
periodontal. Berkembangnya penyakit periodontal dengan
DM mengakibatkan kerusakan pada jaringan periodontal
lebih parah sehingga gigi menjadi goyah dan akhirnya lepas.
Kadar glukosa pada penderita DM yang terkontrol dengan
baik dapat menyebabkan penurunan terjadinya infeksi.
3. Pemeriksaan
Dengan kadar glukosa darah. Untuk diagnosis pemeriksaan
yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
- HALITOSIS
4. Definisi
Bau mulut atau yang merupakan masalah yang sering
dialami banyak orang dan menjadi hal yang dianggap
memalukan.
5. Ethiology
Yang bersumber dari dalam mulut (local) :
1. Kebersihan mulut dan gigi
2. Jenis makanan yang dimakan
3. Penyakit pada gigi mulut dan gusi
4. Karies gigi yang besar dan banyak
5. Gangguan gusi
6. Pembersihan protesa yang kurang baik
7. merokok
Yang bersumber bukan dari dalam mulut (umum) :
1. Penyakit sistemik seperti penyakit gijal , sirosis hepatis ,
DM , TBC paru
2. Penyakit pada saluran pencernaan
3. Infeksi bentuk sinus
4. Infeksi tonsil
5. Kelainan darah
6. Pathofisiology :
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur),
sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana
alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari
dalam mulut.
selain itu, ada kelainan organik akibat penyakit kronis. Misalnya gangguan liver yang
kronis, gangguan fungsi ginjal, serta diabetes yang tidak terkontrol, sinusitis kronis, dan
lain-lainnya. Juga gaya hidup, seperti kebiasaan diet, minum alkohol, perokok dan makan
tidak teratur. Pada orang yang menderita halitosis, kadar volatile sulfur compound (VSCs)
di dalam mulut mengalami peningkatan.
VSCs sendiri merupakan zat yang terdapat di dalam rongga mulut. Zat ini mengandung
hidrogen sulfid, metil mercaptan, dan dimetil disulfid, yang merupakan produk bakteri
atau floral normal rongga mulut. Dengan meningkatnya kadar VSCs dalam mulut, bisa
menyebabkan bau VSCs tercium oleh indra penciuman.
7. Perawatan
Untuk mulut yang kering dokter gigi akan memberikan
saliva buatan. Perbanyak minum air putih dan konsumsi
sayuran serta buah buahan.
8. Klasifikasi DM (yg menyebabkan halitosis termasuk dalam
DM type berapa?)
Type 1, orang dengan tipe 1 DM sangat rentan terhadap
diabetes ketoasidosis. karena pankreas tidak menghasilkan
insulin, glukosa tidak bisa masuk sel dan tetap dalam aliran
darah. untuk memenuhi kebutuhan energi sel, lemak
dipecah melalui lypolisis, melepaskan gliserol dan asam
lemak bebas.
gliserol diubah menjadi glukosa untuk penggunaan
selular. asam lemak yang dikonversi menjadi
keton.menghasilkan tingkat keton increaseed dalam cairan
tubuh dan penurunan konsentrasi ion hidrogen (pH).keton
diekskresikan dalam urin, disertai dengan ammounts besar
air.akumulasi keton dalam cairan tubuh, penurunan pH,
kehilangan elektrolit dan dehidrasi dari buang air kecil
yang berlebihan dan perubahan pada sistem hasil vuffer
bikarbonat di ketoasidosis diabetes
9. Apakah halitosis ditemukan pada setiap pasien penderita
DM ?
- Jika terdapat komplikasi gagal ginjal bau mulutnya itu
seperti urea dikarenakan fungsi ginjal terganggu,
vaskularisasi terganggu jika dari xerostomia dari
- DM tidak terkontrol penurunan laju saliva sehingga
menyebabkan mulut terasa kering, laju aliran saliva
menurun terjadi ulserasi infeksi dan karies gigi. (icha)
- Non terkontrol terjadi hiposalivasi xerostomia diabetic
karena terjadi perubahan kelenjar parotis, xerostomia
terjadi (sumpil)
- DM type 1 terdapat bau mulut yang sangat khas yaitu keton
(rossi)
10. Bagaimana keadaan jar.periodontal pada pasien penderita
DM ?
Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita dengan
penyakit diabetes mellitus dievaluasi,ternyata penyakit
diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap kerusakan
jaringan . Oleh karena itu perlu diketahui sifat penyakit
diabetes tersebut terhadap struktur periodontal dan
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
berbagai perubahan yang merugikan . Pada penderita
diabetes mellitus dengan kelainan periodontal swelau
diikuti dengan factor iritasi lokal . Disebutkan bahwa
diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat
mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimlai
oleh agen microbial , perubahan vaskuler pada penderita
diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar dan kecil.
Perbahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada
arteriol, kapiler dan venula pada bermacam – macam organ
serta jaringan. Akibat adanya angiopati pada penderita
diabetes mellitus , pada jaringan periodontal akan
mengalami kekurangan suplai darah dan terjadi kekurangan
oksigen , akibatnya akan terjadi kerusakan
jaringanperiodontal . Selanjutnya akibat kekeurangan
oksigen pertumbuhanbakteri anaerob akan
meningkat.Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada
diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan dan
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan hipoksia
jaringan sehingga bakteri anaerob yang terdapat pada plak
subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen serta
menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal. Pada
neuropati diabetes mellitus yang mengenai syaraf otonom
yang menginervasi kelenjar saliva , akan mengakibatkan
produksi saliva berkurang dan terjadi xerostomia .1 .
Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan
dengan diabetes mellitus . Sehubungan dengan kejadian ini,
perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus
mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang6, antara
lain insulin meningkatkan uptake asam amino dan sintesis
kolagen oleh sel tulang , yang penting untuk formasi tulang
oleh osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus
menyebabkan hipokalsemia yang akan menimbulkan
peningkatan hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan
meningkat ) . regulasi jelek diabetes mellitus juga
mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan
menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan
merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang
akan meningkatkanresorbsi tulang. Semua pengaruh
diabetes mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan
adanya hubungan antara diabetes mellitus dengan
penurunan kepadatan tulang.
PEMBAHASAN
Diabetes melitus adalah kelainan metabolik dimana ditemukan ketidakmampuan untuk
mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal,
menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, dan
kelemahan
sumber : Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,1998. Hal 309.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan, gejalanya
sangat bervariasi. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah kaki, syaraf, dan lain-lain
Sumber : Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah, Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2004. Hal 571-705.
Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa
latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit
menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula
atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono,
2002).
DM tipe II adalah DM yang pengobatannya tidak tergantung pada insulin, umumnya
penderita orang dewasa dan biasanya gemuk serta mudah menjadi koma (Soesirah, 1990).
Klasifikasi Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi glukosa (Tjokro Prawiro,
1999) :
a) Klasifikasi klinik
1). Diabetes Mellitus
(a) Diabetes Mellitus tergantung Insulin (Tipe I)
(b) Diabetes Mellitus tak tergantung Insulin(Tipe II)
-Tidak gemuk
-Gemuk
2). Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu :
(a) Penyakit pancreas
(b) Hormonal
(c) Obat atau bahan kimia
(d) Kelainan reseptor
(e) Kelainan gestional
3). Toleransi glukosa terganggu
a). Tidak gemuk
b). Gemuk
4). Diabetes Gestasional
a) Klasifikasi Resiko Statistik
1). Toleransi glukosa pernah abnormal
2). Toleransi glukosa potensial abnormal
Diabetes Mellitus dibedakan menjadi dua yaitu Tipe I atau IDDM ( Insulin-Dependen
DM) dan Tipe II atau NIDDM (Non Insulin-Dependent DM). DM tipe I atau IDDM
terjadi akibat kekurangan insulin karena kerusakan sel beta pankreas (Moore,1997).
Sedangkan DM tipe II disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya usia
harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko
akibat cara hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak, dan pola makan yang
tidak sehat (Suyono, 2002).
Menurut Mansjoer dkk. (1999), etiologi penyakit Diabe -tes Mellitus adalah
sebagai berikut :
a. Diabetes mellitus Tipe I (DMT I)
Diabetes Mellitus tipe ini disebabkan oleh deskripsi sel beta pulau
langer
haus akibat proses auto imun, sebab -sebab multi faktor seperti
presdisposisi
genetik.
b. Diabetes Mellitus Tipe II (DMT II)
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan kegagalan relatif sel beta
dan resistensi
insulin, resistensi insulin adalah tu -runnya kemampuan insulin
untuk
merangsang pengambilan glukkosa oleh jaringan perifer dan
untuk
menghambat pro-duksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak ada
maupun
mengimbangi resestensi insulin ini se penuhnya, artinya ter-jadi
defisiensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin
pada rangsangan gluko-sa, maupun pada rangsangan glukosa
bersama
bahan perangsang sekresi insuin lain. Berarti sel beta pankreas
mengalami
desensetisasi terhadap glukosa.
a. Menurut Brunner dan Suddarth(2001), patofisiologi DM yaitu:
1). Diabetes Tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pan-kreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiper-glikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post
prandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar : akibatnya, glukosa ter-sebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlabihan
diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolis -me protein
dan lemak yang menyebabkan penu-runan berat badan.
Pasien dapat mengalami pening - katan seera makan
(Polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori, gejala
lainnya mencakup kelelahan dan kele-mahan.
2). Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu
yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel
sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi sel resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan
demikian insuliin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mence -gah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini ter-jadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun untuk mengimbangi pe-ningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis
dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh darah di
otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada
jantung penyakit jantung koroner yang dapat berakibat
serangan jantung/infark jantung, pada ginjal menjadi
penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir
sehingga harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada
kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi
busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul
neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa
apa-apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau
terkena benda panas.6
sumber : Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada
Diabetes http://rds.yahoo.com/
Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan
adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan
adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa
terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar
sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah
berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba,
kulit tampak pucat atau kebiru-biruan, kemudian pada
akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk,
kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini
akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar
ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf,
disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa
(sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain
itu gangguan motorik, timbul kelemahan otot, otot
mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang tidak berasa
akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak
akan dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan
mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah gangren, kaki
harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut.6
sumber : Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada
Diabetes http://rds.yahoo.com/
Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama
arteriosclerosis dan emboli trombus kecil. Angiopati
diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati
perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik,
sensorik dan autonom yang masing-masing memegang
peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki
menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan di
sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan
menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga
terjadi kalus pada tempat itu.4
Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan
hilangnya perlindungan terhadap trauma sehingga
penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya,
kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai
dengan infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir
dengan gangren.
Sumber : Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler,
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara Jakarta,
1995; hal: 241-330.
Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya
sekresi kulit sehingga kulit kering dan mudah mengalami
luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini sukar
sembuh dan mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga
faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang
menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga
mekanisme radang jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah
lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan
bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-
vena di subkutis, aliran nutrien akan memintas tempat
infeksi di kulit.7
Sumber : Sjamsuhidayat R, De Jong WD : Buku ajar ilmu
bedah, EGC; Jakarta, 1997
Komplikasi DM pada oral
Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut
(Mansjoer, 1999) :
a. Komplikasi akut
1).Kronik hipoglikemia
2).Ketoasidosis untuk DM tipe I
3).Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II
b. Komplikasi kronik
1). Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pem
-buluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, dan pembu -luh darah otak
2). Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retino -pati diabetik dan
nefropati diabetic
3). Neuropati diabetic
4). Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5). Ulkus diabetikum
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus
diabetikum. Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif
kuman saprofit. Adanya kuman sap rofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus terjadi karena arteri menyempit
dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang merup akan
medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan
tanduk lemak, pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :
1). Grade 0 : tidak ada luka
2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4). Grade III : terjadi abses
5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal
6). Grade V : gangren pad seluruh kaki dan tungkak bawah distal
Mulut kering (xerostomia).
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur),
sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana
alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari
dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya
rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), infeksi, dan lubang
gigi.
• Radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan periodontal (periodontitis).
Selain ,merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari
tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk
memerangi infeksi, sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Jadi infeksi bakteri pada penderita diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat
periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor
sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan periodontal
membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan
gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi
meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab
utama hilangnya gigi pada orang dewasa.
• Luka sukar sembuh.
Diabetes yang tidak terkontrol membuat penyembuhan luka pada penderita
diabetes lebih lama dan lebih sulit daripada orang normal, karena adanya
gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.
• Oral thrush.
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi
infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi
penderita diabetes yang merokok, resiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.
Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada
penderita DM
Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita
dengan penyakit diabetes mellitus dievaluasi,ternyata
penyakit diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap
kerusakan jaringan . Oleh karena itu perlu diketahui sifat
penyakit diabetes tersebut terhadap struktur periodontal
dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
berbagai perubahan yang merugikan . Pada penderita
diabetes mellitus dengan kelainan periodontal swelau
diikuti dengan factor iritasi lokal . Disebutkan bahwa
diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang
dapat mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang
dimlai oleh agen microbial , perubahan vaskuler pada
penderita diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar
dan kecil. Perbahan pada pembuluh darah kecil dapat
dijumpai pada arteriol, kapiler dan venula pada bermacam
– macam organ serta jaringan. Akibat adanya angiopati
pada penderita diabetes mellitus , pada jaringan
periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan
terjadi kekurangan oksigen , akibatnya akan terjadi
kerusakan jaringanperiodontal . Selanjutnya akibat
kekeurangan oksigen pertumbuhanbakteri anaerob akan
meningkat.Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada
diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan dan
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan hipoksia
jaringan sehingga bakteri anaerob yang terdapat pada
plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen
serta menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal.
Pada neuropati diabetes mellitus yang mengenai syaraf
otonom yang menginervasi kelenjar saliva , akan
mengakibatkan produksi saliva berkurang dan terjadi
xerostomia .1 . Menurunnya kepadatan tulang seringkali
mempunyai kaitan dengan diabetes mellitus . Sehubungan
dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan
regulasi diabetes mellitus mempunyai pengaruh pada
metabolisme tulang6, antara lain insulin meningkatkan
uptake asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang ,
yang penting untuk formasi tulang oleh osteoblast.
Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan
hipokalsemia yang akan menimbulkan peningkatan
hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan meningkat ) .
regulasi jelek diabetes mellitus juga mengganggu
metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan
menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga
akan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa
sitokin yang akan meningkatkanresorbsi tulang. Semua
pengaruh diabetes mellitus pada tulang inilah yang
menyebabkan adanya hubungan antara diabetes mellitus
dengan penurunan kepadatan tulang.
Mekanisme terjadinya kerusakan jaringan periodontal
pada penderita DM
perawatannya __. Dikuretase dengan bentuk flap dan
periodontal pack decontrol DMnya sehingga pengaruh
ke soket periodontal sementum dan ligament
periodontal mempengaruhi Terjadi Destruksi
sehingga bakteri terjun bebas epitel
attachment INFEKSI