hak anak dalam islam dan hak asasi...

22
Jurnal Misykat, Vol.III No. 1 Pebruari 2010 HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA Muhammad Maksum Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [email protected] Abstrak: Konsep hak anak dalam Islam dan HAM memiliki banyak kemiripan. Perbedaan prinsipnya pada pijakan filosofisnya, hak anak dalam Islam dipengaruhi oleh aturan-aturan agama, sedangkan hak anak menurut HAM berdasarkan pengalaman manusia. Konsep hak anak dalam Islam dan HAM berpengaruh pada konsep hak anak yang diadopsi oleh peraturan perundang- undangan di Indonesia. Kata kunci: Islam, hak asasi manusia, anak, hak anak A. Latar Belakang Anak juga manusia yang memiliki hak asasi sebagaimana manusia lainnya. Posisi anak termasuk rentan karena kelemahan yang dimilikinya. Anak belum bisa secara mandiri mengambil keputusan dan bertindak. Anak memiliki peluang untuk mendapatkan tindakan-tindakan yang tidak adil, baik dari keluarga sendiri, termasuk orang tua, dari masyarakat, maupun dari negara. Karena itu, perlindungan terhadap hak anak perlu dimajukan. Meski ada perbedaan konsep hak anak menurut Islam dan hak asasi manusia, penghormatan hak anak tetap menjadi prioritas. Agama-agama, terutama Islam, memberi perhatian yang serius terhadap hak anak bahkan sebelum anak lahir. 1 Perbedaan konsep itu berpengaruh pada penggunaan konsep hak anak di Indonesia. Konsep Islam dan HAM turut menyumbang konsep hak anak yang dianut di Indonesia. Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer. B. Pembahasan 1. Pengertian Anak 1 Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, dari Janin hingga Paska Kelahiran, (Muntilan: Al-Manar, 2003)

Upload: duongmien

Post on 18-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

Jurnal Misykat, Vol.III No. 1 Pebruari 2010

HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA

Muhammad Maksum

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected]

Abstrak: Konsep hak anak dalam Islam dan HAM memiliki banyak kemiripan.

Perbedaan prinsipnya pada pijakan filosofisnya, hak anak dalam Islam

dipengaruhi oleh aturan-aturan agama, sedangkan hak anak menurut HAM

berdasarkan pengalaman manusia. Konsep hak anak dalam Islam dan HAM

berpengaruh pada konsep hak anak yang diadopsi oleh peraturan perundang-

undangan di Indonesia.

Kata kunci: Islam, hak asasi manusia, anak, hak anak

A. Latar Belakang

Anak juga manusia yang memiliki hak asasi sebagaimana manusia

lainnya. Posisi anak termasuk rentan karena kelemahan yang dimilikinya.

Anak belum bisa secara mandiri mengambil keputusan dan bertindak. Anak

memiliki peluang untuk mendapatkan tindakan-tindakan yang tidak adil, baik

dari keluarga sendiri, termasuk orang tua, dari masyarakat, maupun dari

negara. Karena itu, perlindungan terhadap hak anak perlu dimajukan.

Meski ada perbedaan konsep hak anak menurut Islam dan hak asasi

manusia, penghormatan hak anak tetap menjadi prioritas. Agama-agama,

terutama Islam, memberi perhatian yang serius terhadap hak anak bahkan

sebelum anak lahir.1

Perbedaan konsep itu berpengaruh pada penggunaan konsep hak anak

di Indonesia. Konsep Islam dan HAM turut menyumbang konsep hak anak

yang dianut di Indonesia. Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau

komplementer.

B. Pembahasan

1. Pengertian Anak

1Abu Hadian Shafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, dari Janin hingga

Paska Kelahiran, (Muntilan: Al-Manar, 2003)

Page 2: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

Anak menurut pengertian Konvensi Hak Anak (KHA) yang telah

diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun

1990, adalah setiap manusia di bawah umur delapan belas tahun kecuali

menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai

lebih awal.

Usia delapan belas tahun menjadi batas bagi masa anak-anak dan

remaja (dewasa). Setiap orang sejak lahir hingga usia sebelum delapan

belas tahun disebut sebagai anak. Ada pengecualian dari usia anak, yaitu

mereka yang dianggap dewasa menurut peraturan perundang-undangan.

Ketentuan pengecualian ini seperti terjadi dalam peraturan tentang pemilu.

Menurut Undang-Undang Pemilihan Umum, seorang yang berhak memilih

dalam pemilu adalah mereka yang telah berusia delapan belas tahun atau

sudah menikah. Artinya, meskipun seseorang itu belum berusia delapan

belas tahun tetapi sudah menikah, menurut Undang-Undang ini tidak

dikategorikan sebagai anak-anak. Karenanya, ia berhak memilih.

2. Pengertian Hak-hak Anak

Pengertian hak secara bahasa adalah lawan dari kebatilan,

ketidakbenaran, ketidakadilan, atau bertentangan dengan kenyataan.2

Secara istilah, hak merupakan sesuatu yang dianggap sebagai hak bagi

seseorang maka merupakan kewajiban bagi orang lain. Misalnya hak

rakyat adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan hak

orang yang berhutang merupakan kewajiban bagi orang yang berpiutang.3

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib

dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan negara. Secara generik, hak asasi diartikan sebagai

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia

sebagai mahkluk Tuhan YME dan merupakan anugerahnya, yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,

pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan

2 Ibnu Mandzur, Lisan al-'Arab, (Kairo: Dal al-Ma'arif, tt.), j. 2. hal. 942. 3 Raf'at Farid Swilam, al-Islam wa huquq al-Thifl, (Kairo: Dar Mahsyin, 2002), hal. 19

Page 3: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

harkat dan martabat manusia.4 Pengertian di atas mengandung makna,

bahwa hak asasi merupakan hak yang given dimiliki oleh manusia. Hak

Asasi, sesuai definisinya, memiliki prinsip-prinsip universal, non

diskriminasi, dan imparsial.5

Hak anak dalam Islam berlaku dengan mempertimbangkan

ketentuan dalam agama. Sedangkan hak anak versi hak asasi manusia

disesuaikan dengan pengalaman manusia.

3. Kedudukan Anak

Sebelum kedatangan Islam, posisi anak laki-laki sangat mulia

dibandingkan anak perempuan. Bahkan anak perempuan dikubur hidup-

hidup karena dianggap aib bagi keluarga.6 Islam datang merubah

paradigma dan struktur sosial masyarakat Arab. Islam menempatkan setara

antara anak laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan memiliki

hak yang sama.

Kovenan Hak-hak Anak mengakui seperangkat hak asasi yang

melekat pada anak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat

kemanusiaan. Negara berkewajiban menjamin terpenuhinya hak-hak anak

tersebut. Meski menempatkan anak sebagai individu, kovenan mengakui

peran penting orang tua dan masyarakat untuk memenuhi hak-hak anak.

Pasal 5 kovenan hak anak menyatakan: "Negara-negara Pihak harus

menghormati tanggung jawab, hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang

tua, atau apabila dapat diberlakukan, para anggota keluarga yang diperluas

atau masyarakat seperti yang diurus oleh kebiasaan lokal, wali hukum,

atau orang-orang lain yang secara sah bertanggung jawab atas anak itu,

untuk memberikan dalam suatu cara yang sesuai dengan kemampuan anak

yang berkembang, pengarahan dan bimbingan yang tepat dalam

pelaksanaan oleh anak mengenai hak-hak yang diakui dalam Konvensi

ini".

4 Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 5 David Weissbrodt, Hak Asasi Manusia: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia, 1994, h. 1 6 Abdul Razaq Husein, al-Islam wa al-Thifl, (Riyadh: tp.,tt.), hal. 9

Page 4: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

4. Hak Anak

Perbedaan Islam dan HAM dalam mengatur hak anak terletak pada

waktu dimilikinya hak tersebut dan beberapa kriteria hak anak. Islam

mengakui hak anak sebelum lahir dan setelah lahir, sedangkan HAM

hanya mengakui hak anak setelah lahir.

Islam memandang kehidupan anak dimulai sejak pembuahan sel

telur (ovum) dan sperma di dalam rahim seorang perempuan. Saat itu,

kehidupan mulai muncul dan saat itu pula melekat pada dirinya hak-hak

yang harus dilindungi.

a. Hak Anak Sebelum Lahir

1) Hak Mendapat Orang Tua Yang Shaleh

Hak mendapat orang tua yang baik ini menjadi kewajiban

pasangan suami dan istri. Islam menetapkan pranata perkawinan

sebagai gerbang mencetak keturunan yang baik. Pranata ini harus

dilalui oleh setiap pasangan yang akan mengikatkan diri pada

hubungan keluarga dan menghalalkan untuk berhubungan seks.

Untuk mencetak kader yang baik, Islam mengajarkan agar

calon mempelai memilih pasangan yang memenuhi criteria bobot,

bibit, dan bebet. Dalam sebuah hadis dinyatakan ketika memilih

calon istri memperhatikan kriteria agama, harta, nasab, dan

kecantikannya.7

2) Hak Hidup

Para pemikir muslim klasik (fukaha) sepakat bahwa janin

berusia empat bulan dilarang untuk diaborsi. Pada usia ini, Allah

telah meniupkan ruh ke dalam jasad bayi itu yang berarti

kehidupan telah dimulai. Sejak saat itu janin harus dipenuhi haknya

untuk hidup oleh kedua orang tuanya atau orang lain.

Sebagian pendapat, seperti kalangan Malikiyah8 dan al-

7 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, j.2, hadis nomor 4700, (Beirut:

Dar al-Qalam, 1987), hal. 395 8 Mazhab Malikiyah adalah sebuah paham pemikiran hukum Islam yang didirikan oleh

Page 5: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

Ghazali, mengatakan bahwa aborsi dilarang sejak pertumbuhan

bayi dimulai. Artinya, sejak pembuahan janin dilarang untuk

diaborsi karena sejak saat itu pertumbuhan bayi sudah mulai.

Pertumbuhan adalah salah satu bukti adanya suatu kehidupan.

3) Hak Perlindungan dan Perawatan

Islam memandang bahwa pertumbuhan anak dimulai sejak

berada dalam kandungan bukan setelah kelahiran. Hal ini dapat

dipahami dari penjelasan al-Qur’an yang menyatakan “Dialah yang

menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah

itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai

seorang anak”. (QS. Al-Mukmin (40) : 67)

Sebagai konsekuensi dari hak hidup dan untuk memelihara

pertumbuhan janin, orang tua harus memenuhi hak perlindungan

dan perawatan bagi janinnya. Semua perlidungan dan perawatan

ini akan menjaga eksistensi anak sesuai dengan fitrahnya yang

suci.9

b. Hak-hak Anak Setelah Lahir

Islam menganut paham keseimbangan antara hak dan

kewajiban. Hak dan kewajiban tidak bisa dipisahkan. Hak dan

kewajiban adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.

Adanya hak yang harus diterima berarti kewajiban yang harus

dilaksanakan. Adapun hak-hak yang melekat pada anak, menurut Islam

adalah sebagai berikut:

1) Hak Hidup. Hak hidup merupakan hak yang paling dasar dalam

Islam dan HAM, karena hak hidup merupakan pemberian dari

Tuhan, dan hanyalah Dia yang berhak untuk mencabut kehidupan

dari diri seseorang. Islam melarang mencabut hak hidup anak

dengan alasan apapun, seperti karena alasan kemiskinan, alasan

kehormatan, alasan malu, dan sebagainya. Bukti pengakuan Islam

Imam Malik bin Anas. Mazhab ini berkembang di Timur Tengah, terutama Madinah.

9 Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2004), hal. 171

Page 6: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

atas hak hidup dengan mengecam praktik pembunuhan anak yang

terjadi pra-Islam. Sejarah pra-Islam menggambarkan pencabutan

hak anak secara semena-mena karena alasan kemiskinan dan

kehormatan.10

Saking berharganya hak hidup ini, Tuhan secara langsung

dan tegas membenci dan memurkai orang yang mencabut hak

hidup orang lain. Kemurkaan Allah ini ditunjukkan pada komentar

Tuhan atas mereka yang membunuh orang, ”Karena dosa apakah

ia (anak perempuan) dibunuh”.11

Quraish Menafsirkan ayat ini sebagai bentuk kemarahan

Allah atas mereka yang menyia-nyiakan hak hidup manusia. Ayat

ini tidak saja berlaku bagi kalangan jahiliyah, melainkan berlaku

pula untuk konteks sekarang.12

Hak hidup merupakan hak yang paling dasar bagi seorang

anak. Untuk memenuhi hak ini, seorang anak harus mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik, mengikuti kegiatan imunisasi, dan

mendapatkan dukungan lingkungan dan masyarakat yang sehat

pula.13 Selain orang tua, negara berperan menyediakan sarana dan

prasarana kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas.

2) Hak Mendapatkan Identitas

Seorang anak berhak mendapatkan identitas dirinya terkait

dengan nama dan status keluarganya (hubungan nasab). Islam

memandang nama tidak sebatas sebagai identitas julukan

seseorang, tetapi lebih dari itu. Nama adalah doa dan cita-cita dari

maksud arti yang dikandung di dalam nama itu. Karena itu, Islam

mengajarkan agar seorang anak diberi nama dengan nama-nama

yang baik. Dengan nama yang baik itu diharapkan menjadi

pembeda dari nama-nama yang lain dan dapat membangkitkan

10 Rahim Umran dan M. Hasyim, Islam dan Keluarga Berencana, (Jakarta: Lentera,

1997), hal. 36 11 QS. AL-Takwir (81) : 9 12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 15, (Jakarta: Lentera, 2007), cet. ke-7, hal.

87 13 Irwanto, Anak Tanpa Jaminan Dasar, (Jakarta: LPDS dan Unicef, 2000), hal. 11

Page 7: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

cita-cita mulia.14

Selain nama, anak berhak mendapat identitas keturunan

(nasab). Identitas keturunan sangat penting karena memiliki akibat

hukum pada masalah kewarisan, perwalian, dan perkawinan. Salah

satu sebab kewarisan karena hubungan nasab (darah), salah satu

sebab adanya perwalian karena nasab (orang tua), dan salah satu

larangan menikah disebabkan karena hubungan darah (muhrim).

Selain nama, identitas menurut HAM adalah status

kewarganegaraan. Status kewarganegaraan ini akan menempatkan

hak dan kewajiban seseorang dalam konteks suatu negara hukum.

Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari

suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Setiap warga negara

mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga

negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggungjawab.15

3) Hak Ekonomi (makanan)

Sejak kelahirannya seorang anak berhak atas makanan yang

halal dan bergizi. Makanan dasar yang dibutuhkan oleh seorang

anak adalah air susu ibu (ASI). Islam mengajarkan agar seorang

ibu menyusui anaknya selama genap dua tahun. Firman Allah

menyatakan:

”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

penyusuan”.16

Makanan halal adalah sesuatu yang jika dikonsumsi tidak

mengakibatkan mendapat siksa (dosa).17 Sedangkan haram adalah

sesuatu yang oleh Allah dilarang dilakukan dengan larangan tegas

dimana orang yang melanggarnya diancam siksa oleh Allah di

14 Abu Hadiyan Syafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, hal. 64 15 Ahmad Ubaidillah (et.al), Pendidikan Kewargaan (civic Education) : Demokrasi,

Haka Azasi Manusia & Masyarakat Madani. Jakarta : IAIN Press, hal 59.. 16 QS. Al-Baqarah (2) : 233 17 Al-Jurjani (w. 816 H), al-Ta’rifat, Mesir: Maktabah wa mathba’ah Mushthafa al-Babi

al-Halabi wa Auladih, 1936, h. 82.

Page 8: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

akhirat.18 Banyak teks ayat atau hadis yang memerintahkan untuk

mengonsumsi yang baik dan halal.

Hak ekonomi tetap berlaku meskipun kedua orang tua

berpisah (bercerai). Seorang bapak wajib memenuhi kebutuhan

ekonomi mantan istri dan anaknya manakala mereka bercerai.

Biaya-biaya yang mendukung pelaksanaan pemenuhan hak

ekonomi menjadi tanggung jawab orang tuanya.

4) Hak Kesehatan

Anak memiliki hak untuk mendapatkan kesehatan jiwa dan

raganya. Kesehatan jiwa dan raga adalah faktor penting untuk

mendukung tumbuh-kembang anak. Bukti perhatian Islam terhadap

kesehatan ini ditunjukkan dengan diperkenalkannya berbagai

praktik yang dianggap dapat menciptakan kesehatan. Di antara

praktik itu adalah khitan,19 mencukur rambut, menjaga kebersihan,

dan sebagainya.

Pasal 24 kovenan menetapkan bahwa negara mengakui hak

anak atas penikmatan standar kesehatan yang paling tinggi dan atas

berbagai fasilitas untuk pengobatan penyakit dan rehabilitasi

kesehatan. Negara harus berusaha menjamin bahwa tidak seorang

anak pun dapat dirampas haknya atas akses ke pelayanan

perawatan kesehatan tersebut.

Hak atas kesehatan sangat terkait dengan hak anat untuk

tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik, anak tidak saja cukup hanya dengan

terpenuhi kesehatan, melainkan harus terpenuhi pula hak

memenuhi jiwanya melalui pendidikan, hak untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan, dan tumbuh menjadi dewasa sehingga

18 Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, t.t.: Dar al-Ma’rifah, 1985, h.

15. 19 Khitan adalah tempat atau letak pemotongan tutup kemaluan laki-laki maupun

perempuan. Mengkhitankan anak laki-laki berarti memotong tutup dzakarnya. Abu Hadiyan

Syafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam, hal. 76

Page 9: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri atau orang lain.20

Hak untuk tumbuh dan berkembang atau hak untuk

kelangsungan hidup (survival rights) ini harus berlaku secara

seimbang untuk pertumbuhan jiwa dan raganya. Dua komponen

anak ini menuntut pemenuhan dari segmen yang berbeda, segmen

jasmaniah dan ruhaniah.

Terpenuhinya hak kesehatan merupakan indikator dari

terpenuhinya prasarat untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Negara harus menempatkan program kesehatan sebagai salah satu

program primer, terutama untuk meningkatkan kesehatan anak.

Kovenan sendiri telah menetapkan beberapa indikator dari upaya

pemenuhan hak kesehatan bagi anak, yaitu berupa:

a) Pengurangan kematian bayi dan anak.

b) Jaminan penyediaan bantuan kesehatan yang diperlukan dan

perawatan kesehatan untuk semua anak dengan penekanan

pada perawatan kesehatan primer.

c) Perang terhadap penyakit dan kekurangan gizi yang termasuk

dalam kerangka kerja perawatan kesehatan primer melalui,

antara lain, penerapan teknologi yang dengan mudah tersedia

dan melalui penyediaan pangan bergizi yang memadai dan air

minum bersih, dengan mempertimbangkan bahaya-bahaya dan

resiko-resiko pencemaran lingkungan.

d) Jaminan perawatan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran

yang tepat untuk para ibu.

e) Jaminan bahwa semua bagian masyarakat, terutama orang tua

dan anak, diinformasikan, mempunyai akses ke pendidikan dan

ditunjang dalam penggunaan pengetahuan dasar mengenai

kesehatan dan gizi anak, manfaat-manfaat ASI, kesehatan dan

sanitasi lingkungan dan pencegahan kecelakaan.

f) Pengembangan perawatan kesehatan yang preventif, bimbingan

20 Irwanto, Anak Tanpa Jaminan Dasar, hal. 12

Page 10: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

bagi orang tua dan pendidikan dan pelayanan keluarga

berencana.

5) Hak Pengasuhan dan Perlindungan

Seorang anak berhak mendapatkan hadhanah21 dari kedua

orang tuanya. Pengasuhan orang tua berlangsung terus, bahkan

ketika terpaksa orang tuanya harus bercerai karena sebab tertentu,

pengasuhan terhadap anak tetap menjadi tanggung jawab kedua

orang tuanya. Pengasuhan di sini mengandung pula makna

perlindungan. Perlindungan anak mencakup perlindungan fisik dan

psikologis dari ancaman luar. Perlindungan fisik menyangkut

keamanan jiwa raganya dan perlindungan psikologis menyangkut

perkembangan emosi dan jiwanya.

HAM memerinci aspek-aspek perlindungan anak, yaitu:22

a) Perlindungan dari perlakuan diskriminasi. Anak berhak

diperlakukan secara adil dalam pemenuhan haknya tanpa harus

mempertentangkan perbedaan latar belakang. Perlakuan

diskriminasi adalah bentuk pengebirian terhadap anak yang

sejatinya memiliki kesempatan sama untuk mendapatkan hak-

haknya. (Pasal 2 KHA).

b) Perlindungan dari perlakuan eksploitatif. Perlakuan eksploitatif

terhadap anak dapat berupa perdagangan anak untuk keperluan

pemenuhan seks, pemaksaan anak untuk bekerja, atau

pemaksaan anak untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan

tertentu yang tidak layak dikerjakan oleh anak.

c) Perlindungan dari perlakuan menyimpang. Tindakan yang

menyimpang itu dapat berupa kekerasan fisik atau mental,

luka-luka atau penyalahgunaan, penelantaran atau perlakuan

alpa, perlakuan buruk atau eksploitasi, termasuk

penyalahgunaan seks selama dalam pengasuhan (para) orang

21 Hadhanah adalah kewajiban terhadap anak untuk mendidik dan melaksanakan

penjagaan, serta menyusun perkara-perkara yang berkait dengannya. 22 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1985), hal.

21

Page 11: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

tua, wali hukum atau orang lain manapun yang memiliki

tanggung jawab mengasuh anak.

d) Perlindungan dari penelantaran yakni dengan sengaja

mengabaikan perawatan dan pengurusan anak.

e) Perlindungan dari kekejaman yakni tindakan yang keji, bengis,

tidak menaruh balas kasihan anak.

f) Perlindungan dari kekerasan dan penganiayaan yakni perbuatan

mencederai, meluaki anak baik fisik, mental dan sosial.

g) Perlindungan dari ketidakadilan yakni kesewenang-wenangan

terhadap anak.

h) Perlindungan dari perlakuan salah lainnya yakni perbuatan

cabul terhadap anak23

6) Hak Pendidikan

Pendidikan merupakan proses transformasi ilmu dan

internalisasi nilai yang berlangsung secara terus-menerus. Sejak

kelahirannya di muka bumi, seorang anak memulai proses belajar

untuk menangkap, memaknai dan merespon setiap gejala yang ada

di hadapannya. Proses pendidikan demikian merupakan proses

pendidikan yang paling umum dan dasar, yang dilakukan oleh

semua manusia.

Anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Pendidikan yang

diselenggarakan pemerintah diharapkan tidak saja mampu

mengatrol kemampuan kognitif bagi anak, tetapi juga mampu

menebalkan afektif dan menguatkan kemampuan motorik anak.

Karena itu, pemerintah diharuskan menyelenggarakan pendidikan

yang baik.

Kovenan hak anak telah menetapkan standar pendidikan

yang harus diselenggarakan oleh pemerintah. Pada pasal 28

dinyatakan: negara mengakui hak anak atas pendidikan, dan

23 Apong Herlina, dkk., Perlindungan Anak Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: 20030, hal. 24

Page 12: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

dengan tujuan mencapai hak ini secara progresif dan berdasarkan

kesempatan yang sama, mereka harus, terutama:

a) Membuat pendidikan dasar diwajibkan dan terbuka bagi semua

anak;

b) Mendorong perkembangan bentuk-bentuk pendidikan

menengah yang berbeda-beda, termasuk pendidikan umum dan

pendidikan kejuruan, membuat pendidikan-pendidikan tersebut

tersedia dan dapat dimasuki oleh setiap anak, dan mengambil

langkah-langkah yang tepat seperti memperkenalkan

pendidikan cuma-cuma dan menawarkan bantuan keuangan

jika dibutuhkan;

c) Membuat pendidikan yang lebih tinggi dapat dimasuki oleh

semua anak berdasarkan kemampuan dengan setiap sarana

yang tepat;

d) Membuat informasi pendidikan dan kejuruan dan bimbingan

tersedia dan dapat dimasuki oleh semua anak;

e) Mengambil langkah untuk mendorong kehadiran yang tetap di

sekolah dan penurunan angka putus sekolah.

Pemenuhan hak pendidikan sangat dipengaruhi oleh

kemampuan ekonomi suatu negara dan komitmen aparat

pemerintahnya. Tidak sedikit negara yang kemampuan

ekonominya rendah tetapi memiliki komitmen tinggi untuk sektor

pendidikan, seperti Korea dan India. Indonesia dapat dikategorikan

sebagai negara yang komitmen untuk pendidikannya tidak

maksimal, meskipun sebenarnya penetapan 20% anggaran

pendidikan dalam APBN adalah cermin political will pemerintah.

Namun nyatanya angka itu hingga kini belum terpenuhi.

7) Hak untuk Berpartisipasi (participation rights)

Meski statusnya sebagai anak, hak untuk didengar

pendapatnya harus dijamin. Seorang anak dijamin untuk

menentukan pandangannya sendiri dan diberikan kesempatan

untuk menyampaikan pendapatnya sesuai kemampuan akalnya.

Page 13: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

Terutama dalam kebijakan tentang anak, mereka harus diberi

kesempatan dan dilibatkan untuk menyampaikan aspirasinya

sendiri. Pengambil kebijakan harus mendengar aspirasi anak

sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan. (Pasal 12

KHA).

8) Hak untuk beribadah menurut agamanya

Hak untuk beragama dan beribadah sesuai agamanya

adalah hak asasi yang mendasar bagi anak. Kovenan mengakui

kebebasan anak untuk memilih agama sesuai dengan tingkat

kemampuannya untuk memilih agama yang sesuai. Pilihan untuk

menentukan agama dalam konteks anak tentu akan sangat

dipengaruhi oleh informasi yang diterima seputar agama dan

lingkungan di sekitarnya.

Meski kebebasan berfikir dan beragama bagi anak dijamin,

kovenan mengakui adanya pembatasan-pembatasan yang diatur

secara resmi berdasarkan peraturan perundangan. Pembatasan itu

hanya dapat dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan anak

sendiri dan kepentingan masyarakat secara luas. Pembatasan hak

ini dituangkap pada pasal 14 ayat (3) yang menyatakan:

”Kebebasan untuk menyatakan agama seseorang atau kepercayaan

seseorang, dapat tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan

seperti yang ditentukan oleh undangundang dan yang diperlukan

untuk melindungi keselamatan umum, ketertiban umum, kesehatan

atau kesusilaan atau hak-hak atau kebebasan-kebebasan dasar

orang lain”.

Pembatasan hak asasi manusia ini dikenal pula di negara-

negara Barat, terutama Eropa. Mereka mengenal teori margin of

appreciation doctrin, yaitu suatu doktrin yang memungkinkan

suatu negara dapat mengesampingkan hak-hak asasi manusia

karena pertimbangan ketertiban masyarakat dan stabilitas negara.

Menanggapi tentang pembatasan ini, Muladi berpendapat:

“… berkembang di masyarakat Eropa, mereka memiliki

Page 14: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

human rights sendiri justru menentang instrumen-instrumen

internasional yang terlalu jauh, dia tidak bicara relativisme kultural

yang berbenturan universalisme, tetapi mereka merasa ada aspirasi

yang muncul di regional eropa sendiri yang seringkali harus

menyimpang dari standar-standar universal yang disebut margin of

appreciation doctrin, dikaji untuk pembenaran perbuatan

pelanggaran baik penyimpangan untuk derogable maupun non

derogable rights”.24

Dalam Islam, posisi orang tua sangat menentukan bagi

agama anaknya. Orang tua dapat menjadikan agama memeluk

agama tertentu.

9) Hak Pengangkatan Anak

Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat

menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan

terlantar maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak

asuh atau anak angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan

peraturan perindang-undangan yang berlaku.

Pengangkatan anak diakui dalam Islam. Hanya saja, Islam

mengakui bolehnya pengangkatan anak, namun pengangkatan anak

itu tidak berdampak pada hubungan hukum anak angkat dengan

orang tua angkat, seperti perwalian dan waris.

10) Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang

menyandang cacat dan hak mendapatkan pendidikan khusus bagi

anak yang memiliki keunggulan.

Setiap anak memiliki potensi berada yang telah melekat

pada dirinya. Sebagian memiliki keunggulan-keunggulan tertentu,

namun sebagian lain juga ada yang memiliki kekurangan-

kekurangan. Dalam memperoleh pendidikan, kedua anak ini tidak

bisa diberikan model pendidikan yang sama. Pemenuhan

24 Lihat Penelitian “Hukuman Mati Ditinjau dari Sudut Pandang HAM”, yang dilakukan

oleh Badan Litbang HAM Departemen Hukum dan HAM dengan Puskum-HAM UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Page 15: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

pendidikan kedua anak ini harus memperhatikan kelebihan dan

kekurangannya. Perlu penanganan khusus bagi keduanya, baik

penanganan khusus untuk menguatkan potensi bagi mereka yang

memiliki kelebihan, dan penanganan khusus untuk mereka yang

memiliki kecacatan.

Negara berkewajiban menyediakan sarana pendidikan yang

memungkinkan penyandang cacat dapat menikmati akses

pendidikan. Mereka tidak bisa disamakan dengan kemampuan rata-

rata umumnya anak. Karena kekurangannya itu, perlu penanganan

yang khusus.

11) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi sesuai dengan

minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Dunia anak tidak bisa dilepaskan dari dunia bermain dan

rekreasi. Orang tua harus memberikan arahan yang tepat agar

anaknya dapat menikmati rekreasi dengan baik dan benar. Bentuk-

bentuk rekreasi yang diberikan kepada anak harus memperhatikan

umur dan kecenderungan anak. Dengan begitu, anak akan merasa

terpenuhi kebutuhan istirahatnya karena mendapatkan suasana

rekreasi sesuai yang diharapkan.

Perwujudan rekreasi dapat dituangkan dalam bentuk

budaya dan seni. Sarana budaya dan seni sebagai saluran

menyalurkan rekreasi anak tentu harus disesuaikan dengan tingkat

kemampuan anak. Dan yang terpenting sarana budaya dan seni

tidak dijadikan alat eksploitasi bagi anak. Hal itu jelas tidak sesuai

dengan amanat dari konvensi hak anak ini.

5. Titik Persinggungan Islam dan HAM

Pada dasarnya Islam dan HAM memiliki banyak kesamaan dalam

mengatur hak-hak anak. Kedua norma hukum ini sama-sama mengakui

anak sebagai kelompok yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena

kelemahan dan kekurangannya. Namun demikian, kedua norma hukum ini

Page 16: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

mendudukkan anak sebagai manusia bermartabat yang memiliki hak asasi

yang melekat pada dirinya. Karena kelemahannya, pemenuhan hak asasi

ini menjadi tanggung jawab orang tua, negara, dan masyarakat.

Beberapa hak asasi anak yang menjadi konsen Islam dan HAM

merupakan hak yang secara umum melekat pada manusia. Selain itu, ada

hak-hak khusus anak yang karena kekurangannya harus diatur secara

khusus sebagai hak anak.

Hak hidup anak merupakan hak paling inti dalam Islam dan HAM.

Islam menempatkan dosa membunuh anak setara dengan dosa

menyekutukan Allah (QS. Al-An’am (6):151). Sama halnya dalam HAM,

sebagaimana ditegaskan pada pasal 6 KHA negara-negara penandatangan

konvensi hak anak harus mengakui hak hidup anak. Dengan segala upaya

negara harus menjamin sampai pada jangkauan semaksimum mungkin

memenuhi hak hidup itu.

Pemberian nama bagi anak juga merupakan hak yang harus

diberikan kepada anak. Islam memberi perhatian etik atas pentingnya

sebuah nama. Nama, bagi Islam, seharusnya mengandung makna yang

baik dan menyiratkan cita-cita yang dipikulkan pada pundak anak.25 Hak

anak lain yang menjadi konsen Islam dan HAM adalah hak ekonomi,

pendidikan, dan kesehatan. Sebagai kelompok rentan yang tidak mampu

memenuhi kebutuhannya sendiri, anak mempunyai hak ekonomi yang

harus dipenuhi orang tua, negara, dan masyarakat. Hak ekonomi paling

dasar bagi anak, Islam dan HAM sepakat, yaitu pemberian ASI sejak

kelahiran anak. Bahkan anak berhak untuk mendapatkan ASI ekslusif

setidaknya selama 6 bulan. Meskipun Islam sendiri menyarankan agar

pemberian ASI dilakukan sampai usia anak mencapai dua (2) tahun.26

Anak juga berhak untuk mengetahui dan diasuh oleh orang tuanya

sendiri. Pengasuhan (hadhanah) anak oleh orang tuanya memiliki

kelebihan secara psikologis, karena memiliki hubungan emosional yang

25 Dalam sebuah hadis Nabi dikatakan: ”Berilah nama anakmu dengan nama-nama para

nabi”. (HR. Abu Dawud) 26 QS. Al-Baqarah (2) : 233. ”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua

tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.

Page 17: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

lebih dalam ketimbang diasuh oleh orang lain. Islam dan HAM

memandang betapa pentingnya pemenuhan hak ini bagi anak. Titik temu

Islam dan HAM dalam hal hak anak yang lain terletak pada pengakuannya

atas hak perlindungan anak dari diskriminasi, eksploitasi, kekerasan, dan

penelantaran. Islam menempatkan anak lelaki dan perempuan setara dan

memiliki hak yang sama. Islam tidak memperkenankan perlakuan

diskriminatif terhadap salah satunya. Seperti penegasan dalam sebuah

hadis Nabi ”Berbuat adillah kepada anak-anakmu dalam pemberian”.27

Disamping memiliki persamaan, dalam beberapa konsep hak anak

antara Islam dan HAM berbeda. Hak asasi bagi anak, menurut Islam,

adalah hak-hak asasi yang diberikan Tuhan.28 Islam meletakkan al-Qur’an

dan hadis Nabi sebagai dasar dan penentuan konsep hak anak. Standar hak

anak diukur dari apa yang disebutkan dalam dua sumber hukum Islam itu,

termasuk apa yang dilarang dari sumber tersebut. Sementara HAM

meletakkan pengalaman kemanusiaan sebagai pijakannya. Pertimbangan

rasional-kemanusiaan menjadi filosofi dari terbentuknya konsep hak

anak.29

Konsep hak yang didasarkan pada pemikiran manusia akan

berubah sesuai dengan kebutuhan. Perubahan hukum (termasuk konsep

hak anak) senantiasa mengikuti perubahan yang terjadi dalam sistem

sosial. Dengan teorinya hukum rasional dan irrasional, Weber ingin

menjelaskan bahwa penyesuaian-penyesuaian hukum (hak anak) akan

selalu terjadi pada taraf-taraf perubahan sosial tertentu.30

Berangkat dari perbedaan pijakan filosofis di atas, perbedaan Islam

dan HAM dalam mengatur hak anak dapat dilihat dalam tabel berikut:31

Perbedaan Islam dan HAM

27 Al- Bukhary, Sahîh al-Bukhâry, hadis nomor 2397 28 Abul A’la Al-Maududi dalam Tahir Mahmood (ed.), Human Rights in Islamic Law,

(New Delhi, Jamia Nagar, 1993), hal. 2 29 Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan Antara Islam dan Barat, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), hal. 36 – 37 30 A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial, (Jakarta:

Sinar Harapan, 1988), hal. 368 – 403 31 Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam, hal. 40

Page 18: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

No HAM Islam

1 Bersumber pada pemikiran

filosofis semata

Bersumber pada ajaran al-Qur’an dan

hadis Nabi Muhammad

2 Bersifat antrhoposentris Bersifat teosentris

3 Lebih mementingkan hak

daripada kewajiban

Keseimbangan antara hak dan

kewajiban

4 Lebih bersifat individualistik Kepentingan sosial (kebersamaan)

diperhatikan

5 Manusia dilihat sebagai pemilik

sepenuhnya hak-hak dasar

Manusia dilihat sebagai makhluk yang

dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, dan

oleh karena itu mereka wajib

mensyukuri dan memeliharanya

Perbedaan mendasar lain terletak pada penentuan usia anak. HAM

menetapkan batas usia anak 18 tahun, sebelum tahun itu disebut anak,

ketika lebih masuk orang dewasa. Sementara Islam menempatkan kualitas

sebagai pembeda anak dan dewasa. Ketika seorang telah bermimpi basah

(mimpi bersenggama dan mengeluarkan mani) bagi laki-laki dan telah

mendapat menstuasi bagi perempuan serta mampu membedakan yang baik

dan buruk maka saat itu ia telah memasuki usia dewasa. Meski tidak ada

standar yang ketat tentang batas usia anak dalam Islam, para pemikir

hukum Islam (fuqaha) memperkirakan usia kedewasaan seorang laki-laki

dicapai pada usia sekitar 15 – 17 tahun, sementara perempuan lebih cepat

yaitu usia 12 – 15 tahun.

Dari sisi kapan hak anak diberikan, Islam menetapkan sebelum

lahir anak sudah memiliki hak. Islam menetapkan adanya hak anak

meskipun masih dalam kandungan, sementara HAM tidak mengakui hak

anak prakelahiran. Dalam Islam, anak yang berada dalam kandungan

diakui sebagai orang yang hidup, dengan bukti adanya perkembangan

janin.

Kebebasan dalam menentukan agama merupakan hak anak yang

diperdebatkan antara Islam dan HAM. Dalam kovenan hak anak dijelaskan

Page 19: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

pasal tentag kebebasan beragama dan beribadah bagi anak. Kebebasan ini

diberikan sesuai tingkat kecerdasan anak dalam memilih agama. Artinya,

kebebasan beragama diakui dalam kovenan hak anak. Islam pada

prinsipnya mengakui hak kebebasan beragama karena Islam menyakini

pemilihan seseorang terhadap Islam karena merupakan petunjuk (hidayah)

dari Allah. Namun dalam konteks agama anak, orang tua memiliki

intervensi besar untuk menentukannya. Agama anak dapat dikatakan

ditentukan oleh pilihan dari orang tuanya.

Perbedaan penting lain antara Islam dan HAM adalah pengakuan

adanya kewajiban anak dalam Islam. Islam mengakui keseimbangan

antara hak dan kewajiban. Selain menetapkan hak-hak anak, Islam juga

menetapkan kewajiban-kewajiban anak. Dengan adanya kewajiban, hak

akan timbul dengan sendirinya.32 Kewajiban yang harus dipenuhi oleh

anak, menurut Mahmud Syaltut, menyangkut kewajiban terhadap Tuhan,

terhadap sesama manusia, dan terhadap kehidupan dan alam seluruhnya.33

Kewajiban anak terhadap Tuhan adalah beriman kepada-Nya dan

Rasul-Nya serta dengan tulus ikhlas menyembah-Nya.34 Kewajiban

terhadap sesama manusia, terutama orang tuanya, seorang anak harus

menghormati dan berbuat baik kepadanya (ihsan). Anak dilarang

bertindak durhaka kepada orang tuanya. Tindakan durhaka ini termasuk

kategori dosa besar.35

6. Konteks Indonesia

Konsep hak anak Indonesia mengadopsi hak anak dalam hak asasi

manusia. Namun demikian, konsep hak anak tidak bisa dilepaskan dari

pengaruh konsep hak anak yang ada di dalam Islam. Artinya, konsep hak

32 Rusjdi Ali Muhammad, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Syariat Islam, (Aceh:

IAIN Al-Raniry, 2004), hal. 35 – 36 33 Mahmud Syaltut, Al-Islam, ‘Aqidah wa Syariah, (Mesir: Dar al-Qalam, 1966), cet. ke-

3, hal. 12 34 Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1987), hal. vii – viii; juga Abu A’la Al-Maududi, Towards Understanding Islam,

hal. 155 35 QS. Al-Baqarah (2) : 83; lihat juga Al-Nisah (4) : 36 dan Al-Isra (18) : 23

Page 20: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

anak yang ada di Indonesia lahir dan dipengaruhi oleh konsep hak anak

menurut HAM, konsep Islam, dan konsep budaya yang berkembang di

Indonesia.

Konsep anak dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, memasukkan anak yang masih dalam kandungan.

Janin dimasukkan sebagai anak dengan tujuan mencegah adanya tindakan

dari orang yang tidak bertanggung jawab terhadap usaha penghilangan

janin yang dikandung seseorang.36 Definisi dalam UU ini sama dengan

definisi anak yang digunakan dalam Islam.

Konsep hak anak Indonesia mengakui adanya keseimbangan antara

hak dan kewajiban. Selain mengakui hak-hak yang mengikat pada anak,

juga mengakui adanya kewajiban bagi anak. Kewajiban anak seperti

disebutkan pada pasal 19 meliputi: menghormati orang tua, wali, dan guru;

mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; mencintai tanah

air, bangsa, dan negara; menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran

agamanya; dan melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Demikian halnya dengan kebebasan beragama. Anak dapat

menentukan agama ketika anak sudah dapat menentukan sendiri

pilihannya. Artinya, ketika anak belum menentukan pilihan agamanya,

maka agama anak adalah agama yang dipeluk oleh orang tuanya.

C. Penutup

Islam dan HAM pada dasarnya memiliki konsep yang sama mengenai

hak-hak anak. Keduanya mengakui bahwa hak anak melekat pada diri anak

sejak kelahirannya. Bedanya, Islam menempatkan keseimbangan antara hak

dan kewajiban. Hal ini berbeda dalam HAM yang hanya mengenal hak anak

dan tidak mengakui adanya kewajiban anak. Perbedaan konsep Islam dan

HAM tentang hak anak yang paling mendasar terletak pada filosofinya. Hak-

hak anak dalam Islam bersumber dari teks suci, sedangkan hak-hak anak

dalam HAM bersumber dari budaya manusia.

36 Apong Herlina, dkk., Perlindungan Anak, hal. 7

Page 21: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

Konsep hak anak di Indonesia mengadaptasi konsep hak anak dalam

HAM dan dipengaruhi oleh konsep hak anak dalam Islam. Ada beberapa

konsep yang selaras antara Islam dan konsep Indonesia, yaitu pengakuan hak

anak semasa di kandungan, menerapkan keseimbangan antara hak dan

kewajiban, dan pengakuan peran orang tua dalam menentukan agama anak.

Daftar Pustaka

Abdul Razaq Husein, al-Islam wa al-Thifl, (Riyadh: tp.,tt.)

Abul A’la Al-Maududi dalam Tahir Mahmood (ed.), Human Rights in Islamic

Law, (New Delhi, Jamia Nagar, 1993)

Abu Hadiyan Syafiyarrahman, Hak-hak Anak dalam Syariat Islam (Dari Janin

Hingga Paska Kelahiran), Terj. (Yogyakarta: Al-Manar, 2003), cet. ke-1

Ahmad Kosasih, HAM dalam Perspektif Islam, Menyingkap Persamaan dan

Perbedaan Antara Islam dan Barat, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003)

Ahmad Ubaidillah (et.al), Pendidikan Kewargaan (civic Education) : Demokrasi,

Haka Azasi Manusia & Masyarakat Madani. (Jakarta : IAIN Press)

Al-Jurjani, al-Ta’rifat, (Mesir: Maktabah wa mathba’ah Mushthafa al-Babi al-

Halabi wa Auladih, 1936)

Apong Herlina, dkk., Perlindungan Anak Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: 2003)

Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, (Jakarta: Akademika Presindo, 1985)

A.A.G. Peters dan Koesriani Siswosebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial,

(Jakarta: Sinar Harapan, 1988)

David Weissbrodt, Hak Asasi Manusia: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta, Yayasan

Obor Indonesia, 1994, h. 1

Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1987)

Muhammad Maksum, dkk., “Hukuman Mati Ditinjau dari Sudut Pandang HAM”,

yang dilakukan oleh Badan Litbang HAM Departemen Hukum dan HAM

dengan Puskum-HAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ibnu Mandzur, Lisan al-'Arab, (Kairo: Dal al-Ma'arif, tt.), j. IV

Irwanto, Anak Tanpa Jaminan Dasar, (Jakarta: LPDS dan Unicef, 2000)

Mahmud Syaltut, Al-Islam, ‘Aqidah wa Syariah, (Mesir: Dar al-Qalam, 1966), cet.

ke-3

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 15, (Jakarta: Lentera, 2007),

cet. ke-7

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, j.2, hadis nomor 4700,

(Beirut: Dar al-Qalam, 1987)

Raf'at Farid Swilam, al-Islam wa huquq al-Thifl, (Kairo: Dar Mahsyin, 2002), hal.

14; lihat pula M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera

Hati, 2003), Vol. 1

Rahim Umran dan M. Hasyim, Islam dan Keluarga Berencana, (Jakarta: Lentera,

1997)

Rusjdi Ali Muhammad, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Syariat Islam,

Page 22: HAK ANAK DALAM ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIArepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35930/1/2010 IIQ... · Persoalannya apakah perbedaan itu mendasar atau komplementer

(Aceh: IAIN Al-Raniry, 2004)

Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Depok: Inisiasi Press, 2004)

Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, (t.t.: Dar al-Ma’rifah,

1985)