skripsi - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca...

70
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS II SDN 2 SELODOKO KEC. AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PEKAJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI Oleh : SISWANTO NIM. X 7108516 PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: lamnga

Post on 04-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS II SDN 2 SELODOKO

KEC. AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PEKAJARAN 2009/ 2010

SKRIPSI

Oleh :

SISWANTO NIM. X 7108516

PROGRAM S1 PGSD KUALIFIKASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang

ini terasa sekali bahwa kegiatan membaca boleh dikatakan tidak terlepas dari

kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media

cetak, dan bahkan yang melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan, atau

sebaliknya. Di sisi lain keterbatasan waktu selalu dihadapi oleh manusia itu sendiri.

Hal itu didasarkan pada adanya arus informasi berjalan begitu cepat, kesibukan

manusia sangat banyak, sehingga waktu yang tersedia sangat terbatas. Kegiatan

membaca untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tersebut mutlak

diperlukan.

Manusia kini, dihadapkan pada problema bagaimana mengatasi keterbatasan

waktu tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat membaca dalam waktu yang relatif

singkat, namun dapat memperoleh informasi yang maksimal. Dengan pernyataan

lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif,

sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain.

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang

bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan

memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua

yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu

mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas

wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang

sangat diperlukan oleh siapa saja yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh

karena itu, pembelajaran membaca memang benar- benar mempunyai peranan yang

sangat penting. Sebab selain bermanfaat seperti yang telah disebut di atas, melalui

pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan

Page 3: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

anak-anak Indonesia. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-

wacana yang berkaiatan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat

mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan nalar, dan kreativitas anak didik.

Pembelajaran membaca di kelas I dan II SD merupakan membaca tahap awal.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca berikutnya.

Kemampuan membaca di kelas I dan II SD benar-benar memerlukan

perhatian khusus dari guru karena jika dasar itu tidak kuat maka akan berpengaruh

pada tahap membaca lanjut, sebab siswa akan mengalami kesulitan untuk membaca

dengan mahir. Oleh sebab itu, guru kelas II SD harus berusaha sungguh-sungguh agar

ia dapat memberikan dasar kemampuan yang baik kepada anak didiknya. Hal itu akan

terwujud jika melalui pelaksanaan yang baik. Sebelum mengajar guru harus ada

perencanaan, baik mengenai materi, media, metode, dan yang lainnya.

Membaca permulaan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang

memungkinkan mampu menghasilkan siswa memiliki: (1) pengetahuan dasar yang

dapat digunakan sebagai dasar mendengarkan bahasa Indonesia; (2) pengetahuan

dasar untuk bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia; (3) pengetahuan dasar untuk

membaca bahasa Indonesia; (4) pengetahuan dasar untuk menulis bahasa Indonesia.

Hal ini membuktikan bahwa membaca permulaan adalah hal yang sangat penting.

Jelas bahwa membaca itu sangat penting dan mutlak ada dalam kurikulum Sekolah

Dasar.

Untuk meningkatkan prestasi belajar membaca siswa kelas II SD, guru

diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta

menggunakan pendekatan pembelajaran secara tepat. Pembelajaran bahasa lebih

ditekankan pada pendekatan komunikatif, yaitu keterampilan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar untuk berkomunikasi. Pendekatan komunikatif

sepenuhnya dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas apabila siswa

terlibat aktif. Siswa dilibatkan sejak awal dalam tahap memilih tema dan menentukan

topik sajian bahan pengajaran. Dengan demikian siswa dapat merasakan bahwa

kegiatan belajar yang dilakukan menjadi milik dan tanggungjawabnya. Tingkat

Page 4: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

keaktifan siswa yang paling tinggi adalah kemandirian siswa dalam belajar,

keingintahuan yang tinggi, kehausan mencari informasi baru, dan kelincahan dalam

mencari pemecahan masalah.

Membaca permulaan sebagai kemampuan dasar membaca siswa merupakan

alat untuk mengetahui makna dari isi mata pelajaran yang dipelajari di sekolah.

Makin cepat siswa dapat membaca makin besar peluang untuk memahami makna isi

pelajaran di sekolah. Meskipun guru sudah bekerja keras mengajar membaca

permulaan pada siswa, namun pada akhir tahun pelajaran masih juga terdapat siswa

yang belum dapat membaca.

Masalah yang terjadi di kelas II SD Negeri 2 Selodoko ini adalah siswa sulit

membaca kalimat di tahap permulaan. Penyebabnya adalah siswa kesulitan

membedakan bentuk huruf dan sulit membaca huruf konsonan yang ada di belakang.

Siswa sering terbalik membedakan huruf “n” dan huruf “m”, huruf : “b” dan huruf

“d” , dan seterusnya.

Tahap awal sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi

di kelas II. Hasil dari observasi sebelum diadakan penelitian adalah: keaktifan siswa

sedang, nilai yang dicapai siswa rendah, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran

rendah, tingkat keantusiasan rendah, keaktifan membaca permulaan rendah,

kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca masih rendah.

Untuk mengetahui masalah kesulitan membaca permulaan dalam belajar mengajar,

sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses

pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu faktor dari dalam diri siswa dan

faktor yang diperoleh dari luar siswa di antaranya adalah motivasi belajar. Faktor

yang berasal dari luar diri siswa di antaranya adalah kelengkapan/media dalam

pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan anak didik, sehingga dapat

mendorong terjadinya proses terjadinya belajar pada siswa (Miraso dalam Asep Herry

Hermawan, 2008: 11). Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya

Page 5: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

indera, hambatan jarak geografis dapat diatasi dengan pemanfaatan media

pembelajaran.

Berbagai cara mengatasi keterampilan membaca kalimat sederhana di kelas II

SD salah satunya menggunakan media pias-pias kata, proses pembelajaran dengan

menggunakan kartu huruf. Perhatian siswa akan tertarik dan terfokus pada mata

pelajaran, dan juga akan memberikan pengalaman yang nyata. Sehingga dapat

membantu para siswa untuk lebih mudah dan cepat dalam belajar membaca.

Kemampuan membaca kalimat sederhana merupakan dasar untuk menguasai

berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan

membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai

bidang studi pada kelas-kelas selanjutnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

prestasi belajar keterampilan membaca kalimat sederhana pada kelas II SD

diperlukan suatu bantuan media. Menurut peneliti media yang paling tepat digunakan

adalah media pias-pias kata. Media pias-pias kata merupakan media pandang dua

dimensi yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan dalam

pembelajaran. Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu siswa lebih mudah

dan berhasil dalam belajar membaca kalimat sederhana di kelas II SD.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian supaya

memperoleh data yang akurat, yang berguna untuk memberikan solusi yang terbaik

untuk mengatasi kesulitan belajar membaca kalimat sederhana siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Membaca dengan Menggunakan Media

Pias-pias Kata pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

Page 6: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1. Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Selodoko kurang tepat dalam menentukan strategi

pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca, sehingga anak

kurang tertarik.

2. Kurang tepatnya penggunaan metode dan media dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, sehingga tidak tercapai tujuan yang diharapkan.

3. Adanya siswa yang berkesulitan belajar membaca.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang diidentifikasikan di atas tidak dapat

diteliti secara keseluruhan. Penelitian hanya membatasi pada masalah penggunaan

media (pias-pias kata/kartu huruf) untuk meningkatkan keterampilan membaca pada

siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali tahun pelajaran 2009/2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

disusun suatu rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan keterampilan

membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

penggunaan media pias-pias kata (kartu huruf) untuk meningkatkan keterampilan

membaca siswa.

Tujuan penelitian ini adalah :

Page 7: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1. Meningkatkan keterampilan membaca melalui penggunaan media pias-pias kata.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

alternatif dalam mengembangkan kemampuan bahasa Indonesia, khususnya membaca

kalimat sederhana. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan

teknologi serta seni budaya, khususnya di bidang pendidikan, terfokus lagi dalam

bidang pengajaran Bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, yaitu :

1) Dapat meminimalkan kesulitan belajar membaca, sehingga dapat

meningkatkan keterampilan membaca.

2) Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, terutama dalam

keterampilan membaca.

3) Meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Bagi Guru, yaitu :

1) Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menghadapi dan

mengatasi siswa kelas II yang mengalami kesulitan belajar membaca

permulaan.

2) Dapat memberikan wawasan bagi guru dalam menyiapkan media yang

sesuai dengan kebutuhan/materi pelajaran Bahasa Indonesia.

3) Dapat mendorong guru dalam memberikan materi pelajaran dengan

memberikan kemampuan para siswa sebelumnya.

c. Bagi Sekolah/Lembaga

Page 8: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah/lembaga sebagai bahan masukan bagi

pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) untuk mengarahkan siswanya dalam

meningkatkan keterampilan berbicara.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1984: 19), prestasi adalah hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun

kelompok. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1985: 768), prestasi adalah

yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Masud

Khasan Abdul Qodir (dalam Syiful Bahri Djamarah (2003: 19)), prestasi

adalah sesuatu yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang

menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Senada

dengan pengertian tersebut di atas Sutartinah Tirtonegoro (1988: 43),

berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian hasil usaha yang dapat

Page 9: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

mencerminkan hasil yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, maupun

kalimat yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan prestasi adalah hasil suatu atau bukti keberhasilan yang

dicapai dengan jalan keuletan dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individu maupun kelompok melalui usaha belajar

dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat.

Menurut peneliti bahwa yang dimaksud prestasi adalah hasil yang

dicapai siswa dari usaha belajar yang dilakukan dengan jalan keuletan kerja

yang dikerjakan atau diciptakan secara individu atau kelompok dalam bentuk

simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam periode tertentu.

b. Pengertian Belajar

Belajar dapat dipandang suatu perubahan pada diri individu yang

disebabkan dari hasil pengalaman, di mana guru terutama melihat siswa

dalam bentuk terakhir dari bebagai pengalaman interaksi belajar mengajar.

Dari situ terlihat sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dimilikinya.

Seorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan

tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu antara lain tentang :

1) Penguasaan pengetahuan baru (kognitif)

2) Penguasaan keterampilan baru (psikomotor)

3) Pengembangan sikap dan minat baru (afektif)

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik dilihat

dari jenis maupun sifatnya. Karena itu tidak semua perubahan dalam diri

seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 60), belajar (learning) adalah

merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan

latihan. Hal di atas sependapat dengan Skinner dalam Muhibbin Syah (1995:

Page 10: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

89), bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah

laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa proses

adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi

penguatan. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar

adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif

sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Menurut Suhaenah Suparno (2001: 2), belajar merupakan suatu

aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen sebagai

akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut tidak

disebabkan faktor kelelahan, (fatique), kematangan, ataupun karena

mengkosumsi obat tertentu.

Sejalan dengan perumusan di atas, menurut Hilgard dan Bower dalam

Ngalim Purwanto (1990: 84), mengemukakan bahwa belajar adalah

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang

dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan

atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan

sesaat dari seseorang (kelelahan, kecelakaan).

Sedangkan menurut Slameto (1995: 2), berpendapat belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Senada dengan

pendapat Oemar Hamalik (2003: 327), belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah

suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman melalui interaksi

dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, psikomotor dan afektif.

Belajar adalah suatu usaha kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari pengalaman yang berulang-ulang. Sedangkan

Page 11: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

menurut penulis yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses kegiatan

atau usaha dengan melalui latihan dan pengalaman yang berulang-ulang

dalam proses belajar agar mendapatkan perubahan tingkah laku yang bersifat

lebih baik dan tersimpan dalam jangka waktu yang lama.

Jadi jelas seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar

apabila terjadi adanya perubahan tingkah laku yang baru pada orang tersebut,

yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya belum bisa

menjadi bias, sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Untuk mencapai pestasi belajar yang optimal, perlu memperhatikan

faktor-faktor yang mempegaruhi prestasi belajar. Di bawah ini beberapa

faktor yang berkaitan dengan keberhasilan belajar yang dikemukakan oleh

para ahli.

Menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249), menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar antara lain :

1) Faktor yang berasal dari individu. Faktor ini digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a) Faktor-faktor Nasional, seperti : (1) Suhu udara (2) Cuaca (3) Waktu (4) Tempat (letak pergedungan)

(5) Alat-alat belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku dan alat peraga)

b) Faktor-faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses belajar, seperti perhatian dan keadaan lingkungan kelas.

2) Faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a) Faktor fisiologis, antara lain : (1) Keadaan jasmani pada umumnya seperti lelah, lesu, ngantuk,

sakit. (2) Keadaan fungsi jasmani terutama fungsi panca indera. b) Faktor psikologis, yaitu :

(1) Sifat ingin tahu,

Page 12: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

(2) Kreativitas, (3) Simpati dariorang lain, (4) Memperbaiki kegagalan, (5) Rasa aman,

Muhibbin Syah (1995: 32), menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua aspek, yakni : a) Aspek fisiologi yaitu kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek psikologis yaitu faktor-faktor rohani siswa yang meliputi: (1) Kecerdasan (intelegensi) siswa adalah kemampuan psikofisik

untuk merealisasi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

(2) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif yang berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek secara positif maupun negatif.

(3) Bakat siswa Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. (4) Minat siswa Minat (interes) berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (5) Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme manusia yang

mendorong untuk berbuat sesuatu.

2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) faktor tersebut

terdiri atas dua macam, yaitu :

a) Lingkungan sosial, yaitu :

(1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar

siswa.

Page 13: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

(2) Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga

teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa.

(3) Lingkungan sosial yang lain adalah orang tua dan keluarga siswa

itu sendiri yang banyak mempengaruhi kegiatan siswa.

b) Lingkungan masyarakat

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan masyarakat ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu yang digunakan.

3) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar meliputi beberapa tingkatan, pendekatan tinggi,

pendekatan sedang dan pendekatan rendah. Ada tiga faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal (faktor yang berasal

dari dalam diri individu), faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar

diri individu), dan faktor pendekatan belajar. Seseorang mengalami

proses belajar, agar belajar siswa dapat berhasil dengan tujuan yang

diharapkan, perlu memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar.

Menurut Slameto (1995 : 54) faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor intern Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor yaitu :

a) Faktor Jasmani (1) Faktor kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap kegiatan belajar orang tersebut. Seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

Page 14: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

(2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu seperti buta, setengah buta, atau gangguan mata, tuli, setengah tuli atau gangguan pendengaran, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga khusus atau diusahakan alat bantu.

b) Faktor psikologis

Ada beberapa faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang

dapat mempengaruhi belajar, antara lain adalah :

(1) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

kecakapan sebagai berikut : (1) kecakapan untuk menghadapi

dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif; (2) mengetahui atau menggu-nakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif; (3) mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat.

(2) Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari, jika bahan

pelajaran tidak menarik perhatian siswa akan bosan, sehingga

siswa tidak suka untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan

baik, bahan pelajaran harus menarik perhatian dengan cara

mengusahakan pelajaran sesuai dengan hobi atau bakatnya.

(3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya

terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari

tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar

Page 15: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Sehingga

siswa tidak memperoleh kepuasan dalam belajar.

(4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar

atau berlatih. Bakat akan mempengaruhi belajar jika bahan

pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajar lebih baik karena siswa senang belajar dan selanjutnya

siswa akan lebih giat lagi belajarnya.

(5) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam petumbuhan

seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak

dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus, untuk itu

diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

(6) Kesiapan

Kesiapan adalah kesedian untuk memberi respons atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti

kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan perlu

diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan

sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani

terlihat dalam lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang

lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan

Page 16: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat

terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa

istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada

variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai

dengan bakat, minat dan perhatian. Dari uraian di atas dapatlah

dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa

dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi

kelelahan dalam dirinya.

2. Tinjauan Tentang Media

a. Pengertian Media

Media merupakan alat peraga yang berasal dari kata peraga yang

artinya alat-alat, atau dalam bahasa sehari-hari sering digabungkan menjadi

alat peraga. Dalam dunia pendidikan media dikenal sebagai alat komunikasi

antara guru dan siswa untuk mencegah verbalisme.

Ada beberapa batasan tentang media, sebagai berikut : menurut

Heinich dalam Udin S Winataputra (2006 : 53) kata media berasal dari

bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara

harfiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan.

Menurut Wilbar Schramm dalam Asep Herry Hernawan (2008 : 11)

mengidentifikasikan media pembelajaran adalah sebagai teknologi pembawa

pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Menurut Gagne dalam Ngadino Yustinus (2002 : 8) mengatakan

media adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Briggs dalam Ngadino Yustinus (2002 : 8)

mengidentifikasikan media sebagai segala alat fisik yang dapat menyajikan

Page 17: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

pesan serta merangsang siswa untuk belajar, misalnya: buku, film, kaset,

slide, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994 : 153)

mengidentifikasikan media pembelajaran sebagai setiap alat, baik hardware

maupun softwere yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang

bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belaja mengajar.

Pendapat jurnal internasional Rene Hobbs (Assoasiate Profesor Of

Comunication Temple University, Philadelphia). “Reading the media is a

shining beach of modern students need to be educated to better comprehend,

analyze, and evaluate eternally vociferous media meesages”. Maksudnya,

membaca media adalah sebuah rambu-rambu istimewa siswa modern yang

perlu menjadikan pendidikan lebih dipahami, dianalisis, dan dievaluasi

secara terus-menerus sehingga maksud dari pembelajaran menjadi mudah

dimengerti.

Selain itu media baca juga merupakan sebuah sumber yang hebat

untuk ditemukan sebagai media acuan dalam kurikulum itu sendiri, sebagai

bahan media acuan membuat informasi pilihan, mengarang dari berbagai

ide/pendapat dengan menggunakan simbol sistem yang bervariasi/peralatan

dan teknologi yang sangat menarik dalam mempraktikkan bagi warga negara,

khususnya bagi para siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa media baca merupakan sebuah sumber yang

digunakan sebagai alat bantu dalam proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa, sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa

sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dan tujuan dari

pembelajaran dapat tercapai.

b. Tujuan Penggunaan Media

Penggunaan media mempunyai tujuan, yaitu :

Page 18: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1) Agar anak dapat mengamati langsung dan mendorong untuk bertanya dan

berdiskusi.

2) Untuk menarik perhatian anak agar memperhatikan materi pelajaran.

3) Untuk memberikan dasar yang konkrit dalam berfikir.

4) Untuk menghindari pengertian yang abstrak.

5) Untuk meletakkan dasar yang penting dalam perkembangan belajar,

sehingga apa yang dipelajari lebih tahan lama dalam ingatan.

Menurut Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994: 153), secara

khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media paling tepat menurut karakteristik bahan.

2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.

3) Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.

4) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Udin S. Winataputra (2006: 59), mengidentifikasi beberapa fungsi

media pembelajaran yaitu :

1) Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang lebih efektif. 2) Dapat menciptakan situasi belajar yang diharapkan. 3) Mempermudah dan mempercepat daya tangkap siswa terhadap bahan ajar

dan meningkatkan kualitas proses belajar siswa. 4) Menjadikan hasil belajar siswa akan lebih tahan lama mengendap,

sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi. d. Nilai Media dalam Pendidikan

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa media merupakan alat yang

digunakan dalam rangka pencapain tujuan dalam pendidikan. Nilai media

dalam pendidikan adalah : (1) meletakkan dasar yang konkret dalam berpikir;

(2) meningkatkan perhatian para siswa pada pelajaran; (3) meletakkan dasar

Page 19: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

yang penting untuk perkembangan daya fikir siswa; (4) memberikan

pengalaman yang nyata, yang dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk

berusaha belajar mandiri.

Agar media bermanfaat, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai

berikut : (1) otentik, artinya secara jujur melukiskan objek/peristiwa seperti

kalau orang melihatnya; (2) sederhana, harus menunjukkan dengan bagian-

bagian pokok yang jelas; (3) ukuran relatif, untuk mempermudah orang

membayangkan ukuran benda yang sebenarnya.

3. Tinjauan tentang Membaca Permulaan

a. Pengertian Membaca

Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan. Empat

keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pelajaran bahasa Indonesia di

sekolah-sekolah meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Sebenarnya keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi dua

kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang

meliputi keterampilan membaca dan menyimak, serta keterampilan yang

bersifat mengungkapkan (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan

membaca (Muchlisoh, 1992 : 119).

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam

kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri lagi. Ada

beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara

lain : kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat

memperkuat suatu keyakinan atau kepercayaan pembaca, sebagai suatu

pelatihan estetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan

sebagainya.

Page 20: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan

membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD, karena keterampilan

ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.

Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar

di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka.

Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa

akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang

disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan

sumber-sumber belajar tulis yang lain. Akibatnya kemajuan belajarnya juga

lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami

kesulitan dalam membaca.

Pengertian membaca menurut Sabarti Akhadiah (1991 : 22) adalah

sutau kesatuan kegiatan yang terpadu dan mencakup beberapa kegiatan

seperti mengenali huruf dan kata-kata menghubungkannya dengan bunyi

serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Menurut A.S. Broto dalam Abdurahman (2003 : 200) mengemukakan

bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang

bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.

Dengan demikian, membaca pada hakekatnya merupakan suatu bentuk

komunikasi tulis. Dalam Depdiknas (2002 : 21) menyatakan bahwa suatu

unsur (misalnya unsur huruf) dan mempunyai makna jika unsur tersebut

berhubungan dengan unsur lain (huruf lain), sehingga membentuk suatu arti.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

membaca permulaan merupakan aktivitas yang komplek yang mencakup

fisik dan mental. Aktivitas yang terkait dengan membaca adalah gerak mata

dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental yang mencakup ingatan dan

pemahaman. Orang akan dapat membaca dengan baik jika mampu melihat

huruf-huruf dengan jelas, mampu mengerakan mata secara lincah, mengingat

simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup

Page 21: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

untuk memahami bacaan. Membaca dapat pula diartikan proses aktif dari

pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan

membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk

memperoleh makna.

b. Tujuan Membaca

Tujuan membaca dalam Depdikbud (1991 : 5) adalah :

1) Memupuk dan mengembangkan kemampuan cara membaca siswa. 2) Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengena huruf. 3) Melatih siswa untuk mengubah tulisan menjadi suara dan tulisan. 4) Melatih keterampilan siswa mampu membaca sesuai teknik tertentu. 5) Melatih siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca dan

mengingatnya. 6) Melatih siswa dapat menetapkan arti dari sebuah kata dalam kalimat. 7) Mengungkapkan ide/pesan sederhana secara lisan atau tulis.

Tujuan membaca menurut Henry Guntur Tarigan (1995 : 9) adalah

sebagai berikut :

1) Bagi lingkungan masyarakat tertentu, membaca merupakan sebagian kegiatan sehari-hari yang dilakukan sebagai kebiasaan atau bahkan kebutuhan di samping kebutuhan pokok lainnya seperti : makan dan minum. Lingkungan tersebut adalah lingkungan terpelajar seperti para cendikiawan, para pejabat pemerintah, wartawan, guru, mahasiswa, penulis dan sebagainya.

2) Bagi lingkungan masyarakat lain, kegiatan membaca mempunyai makna yang berbeda. Makna ini bersangkutan dengan latar belakang pendidikan, keadaan sosial, ekonomi, serta profesi. Selain tujuan membaca tersebut di atas, ada juga tujuan membaca yang lain, yaitu: a) Untuk mendapatkan informasi yang mencakup informasi tentang

fakta dan kegiatan sehari-hari sampai informasi tentang teori-teori, serta penemuan para ilmiah yang canggih.

b) Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat.

c) Untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia jenuh, sedih, bahkan putus asa.

d) Rekreatif atau untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. e) Untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan

nilai-nilai kehidupan lainnya.

Page 22: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

c. Pengertian Membaca Permulaan

Secara umum kegiatan membaca di Sekolah Dasar ada dua tahapan.

Pertama, belajar membaca yang diberikan pada tahun-tahun pertama Sekolah

Dasar yang dikenal dengan sebutan membaca permulaan. Kedua adalah

membaca untuk belajar atau membaca lanjut yang perlu dikuasai oleh anak-

anak di kelas atas.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi

siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh

kemampuan dan teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan

baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan

baik, sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu

yang menyenangkan.

Membaca permulaan sering disebut membaca lugas atau membaca

dalam tingkat awal. Kegiatan dalam tingkat ini belum sampai pada

pemahaman secara komplek. Materi yang dibicarakan masih sangat

sederhana, meliputi sekitar pengalaman anak serta aktivitas kehidupan

sehari-hari dalam keluarga ataupun lingkungan keluarga dan sebagainya.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki

keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam

tahap belajar untuk memperoleh keterampilan/ kemampuan membaca.

Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa

tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-

lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca

diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan: (a) lambang-

lambang tulis; (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti; (c) memasukkan

makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan proses

keterampilam kognitif. Proses keterampilan menunju pada pengenalan dan

penguasaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami

makna suatu kata atau kalimat.

Page 23: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai nilai yang

strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa.

Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui teks bacaan (wacana,

kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai

pendidikan, nilai sosial, nilai emosional-spiritual, dan berbagai pesan lainnya

sebagai dasar pembentukan kepribadian yang baik bagi siswa. Arsito Rahadi,

(2003 : 49) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca, guru dapat

mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak

didik.

Menurut Ngalim Purwanto (1997: 29), disebut pengajaran membaca

permulaan jika maksud pengajaran membaca itu yang diutamakan adalah :

1) Memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna.

2) Melancarkan teknik membaca pada anak-anak. Jadi sama halnya pada berhitung permulaan yang mengutamakan

penanaman pengertian bilangan dan pengajaran angka maka pada membaca

permulaan pun mengutamakan pengajaran huruf dan rangkaiannya, serta

melancarkan teknik membaca.

d. Kategori Siswa Mampu Membaca Permulaan

Siswa dikategorikan mampu membaca permulaan jika :

1) Siswa mampu membedakan bentuk huruf-huruf.

2) Siswa dapat mengenali huruf, suku kata, dan kata dalam rangkaian

kalimat.

3) Siswa tidak merasa kesulitan untuk belajar membaca permulaan.

4) Kemampuan membaca permulaan siswa makin meningkat.

e. Tujuan Pengajaran Membaca Permulaan

Page 24: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Menurut Djauzah Ahmad (1995 : 4) menyatakan tujuan membaca

permulaan adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat

sederhana dengan lancar dan tepat. Tujuan membaca menurut Julie Salmons

yang tertuang dalam jurnal internasional menyatakan pendapat dalam bahasa

Inggris sebagai berikut : Julie Salmons (Booth Elementary Pust Reading

First, 2008), who coaches in reading and tutors struggling readers, believes

meetings spurred by Reading First helped to create and maintain a “sense of

urgency to in crease student achievement” which is why, she says, the

meatings are far from being merely a review of numbers. Maksud dari

pernyataan di atas adalah: bahwa Julie Salmons adalah seorang pelatih para

guru dalam membaca dan guru pribadi para pembaca yang berjuang,

mempercayai data dari pertemuan yang membahas tentang tujuan membaca

permulaan adalah dapat membantu untuk menciptakan dan mempertahankan

suatu pengertian atau pengetahuan yang didapat siswa yang berfungsi untuk

menambah atau meningkatkan prestasi siswa.

4. Tinjauan Materi Membaca Bahasa Indonesia di Kelas 2 SD

Sebelum guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengawali

berbagai kegiatan yang dapat merangsang dan menggali pengalaman bahasa

anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM

dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi.

Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan

membuat siswa termotivasi untuk betah dan belajar di sekolah. Membaca

permulaan bagi siswa kelas II SD dapat dibedakan ke dalam dua tahap, yakni

belajar tanpa buku dan belajar membaca dengan menggunakan buku.

Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku perlu ada:

a. Menunjukan gambar

Page 25: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Guru memerlihatkan gambar keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua

anak (laki-laki dan perempuan), hal ini dimaksudkan untuk menarik minat

dan perhatian anak.

b. Menceritakan gambar

Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-

peran yang terdapat di dalam gambar tersebut. Penanaman tokoh-tokoh

hendaknya menggunakan huruf-huruf yang hendak diperkenalkan kepada

siswa.

c. Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu

huruf. Ada hal yang penting yang harus diperhatikan guru dalam

menguraikan suku kata menjadi bunyi huruf-huruf.

Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan dengan

menggunakan buku setelah kita memastikan diri bahwa siswa-siswa telah

mengenal huruf-huruf dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku,

langkah selanjutnya siswa diperkenalkan lambang-lambang tulisan yang tertulis

dalam buku. Langkah awal yang paling penting di dalam pembelajaran membaca

di kelas II SD dengan buku adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa

agar mereka merasa tertarik dengan buku (bacaan lain) dan mau belajar dengan

keinginannya sendiri tanpa merasa terpaksa untuk melakukannya. Ada beberapa

langkah pembelajaran membaca di kelas II SD antara lain sebagai berikut :

a. Membaca buku pelajaran (buku paket)

Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-

lihat buku tersebut. Mereka membuka-buka dan membolak-balik halaman

demi halaman dari buku tersebut hanya sekedar melihat-lihat gambar saja.

Selanjutnya pembelajaran membaca dimulai, diawalai dengan pemberian

contoh (membaca pola kalimat yang tersedia dengan lafal dan intonasi yang

baik dan benar). Untuk langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya

Page 26: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

menjadi pilihan utama. Kosa kata yang dipakai dalam bacan tersebut

hendaknya mengandung huruf-huruf yang sudah dikenal siswa.

b. Menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru di papan tulis,

hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua siswa telah mengenal

huruf dengan baik.

c. Menulis halus/indah, dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris

untuk melakukan latihan menulis.

d. Dikte/imla, dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengkoordinasi antara

ucapan, pendengaran, ingatan, sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar,

diingat, dan dipindah ke dalam wujud tulisan dengan benar.

e. Melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang sengaja

dihilangkan.

B. Kerangka Pemikiran

Aktivitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua

aktivitas belajar dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap

siswa yang sedang menjalani studi di sekolah tersebut. Namun aktivitas belajar bagi

siswa terkadang mengalami kesulitan, baik yang berasal dari dalam diri siswa

maupun yang berasal dari luar diri siswa.

Semula guru mengajar membaca permulaan hanyalah dengan tulisan di papan

tulis saja. Kegiatan siswa hanyalah membayangkan penjelasan guru. Akibat yang

terjadi siswa merasa bosan dan malas memperhatikan pelajaran, apalagi kegiatan

membaca. Dengan demikian keaktifan siswa rendah, belajar untuk membaca malas,

sehingga siswa mengalami kesulitan untuk membaca dengan lancar. Dengan adanya

kondisi yang semacam itu, guru termotivasi untuk mengubah strategi mengajarnya.

Guru mengambil langkah mengajar dengan menggunakan media, terutama media

pias-pias kata (kartu huruf). Media merupakan alat untuk mendorong belajar siswa,

sehingga pembelajaran lebih menarik. Penggunaan media pias-pias kata diharapkan

Page 27: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

dapat mengatasi kesulitan belajar siswa, terutama membaca kalimat sederhana siswa

kelas II SD Negeri 2 Selodoko.

Dengan perubahan ini guru berharap siswa merasa tertarik dengan pelajaran

membaca khususnya pelajaran bahasa Indonesia. Sehingga keaktivwn siswa menjadi

lebih baik, siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran membaca, dan siswa akan

dapat membaca dengan lancar. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat skema

kerangka pemikiran seperti gambar 1 :

Kondisi Awal

1. Pembelajaran lebih berpusat pada guru.

2. Siswa enggan atau malas belajar membaca.

3. Prestasi belajar bahasa Indonesia (membaca permulaan) rendah.

Tindakan

1. Guru menggunakan alat peraga

pias-pias kata.

2. Guru memberi Motivasi belajar

kepada siswa.

3. Guru memberi penjelasan tentang

cara belajar membaca dengan

pias-pias kata.

Kondisi Akhir

1. Prestasi belajar keterampilan

membaca permulaan siswa kelas

II meningkat.

2. Siswa lebih termotivasi dan

terlatih untuk belajar

keterampilan membaca permulaan.

Page 28: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut : jika pembelajaran bahasa Indonesia

keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata, maka

kesulitan belajar keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD Negeri 2

Selodoko dapat teratasi.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Page 29: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali. Pemilihan tempat penelitian dengan pertimbangan antara

lain karena menghemat waktu dan biaya, serta melihat kondisi siswa yang

banyak mengalami kesulitan belajar terutama membaca permulaan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010,

selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai bulan November 2009. Pada bulan

Juli peneliti mulai menyusun proposal. Pada bulan Agustus, peneliti melakukan

kegiatan perbaikan proposal yang telah dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing. Perijinan penelitian di Kampus UNS Pusat, penyusunan RPP, dan

Page 30: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I ini memerlukan waktu dua minggu,

jadi dilaksanakan pada minggu ke dua dan minggu ke tiga bulan Oktober 2009.

Siklus II dilaksanakan satu minggu pada minggu ke empat pada bulan Oktober

dan pelaksanaan siklus III dilaksanakan pada minggu pertama bulan November

2009. Pelaksanaan penelitian sebanyak 3 siklus. Selanjutnya peneliti

menganalisis data yang diperoleh yang memerlukan waktu tiga minggu. Pada

pertengahan bulan November peneliti mulai menyusun hasil laporan selama tiga

minggu, dan pada awal bulan Desember peneliti meminta pengesahan laporan

dan dilanjutkan ujian. Dari uraian di atas, secara rinci dapat pada jadwal

penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan

Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010 pada Semester ganjil. Siswa

yang mengalami masalah kesulitan balajar keterampilan membaca permulaan, yaitu

10 dari 15 siswa. Siswa kelas II terdiri dari 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Jadi jumlah siswa kelas II adalah 15 anak.

C. Sumber Data

Beragam informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Informasi tersebut akan digali dari

berbagai sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Sumber data pokok (primer), yaitu dari para siswa, guru, kepala sekolah dan

orang tua siswa SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Apel Kabupaten Boyolali.

2. Sumber data sekunder meliputi arsip/dokumen, tes hasil belajar, dan lembar

observasi.

Page 31: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan

tes.

1. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk menjaring data keadaan siswa pada proses

pembelajaran di kelas. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi

langsung. Maksud observasi langsung adalah tanpa perantara yang bertujuan

agar hasilnya lebih objektif. Peneliti menentukan metode untuk memperoleh data

dengan cara menyusun/membuat instrumen.

2. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain observasi

adalah tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

membaca permulaan siswa. Tes yang dimaksud tes membaca permulaan.

a. Pengertian Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 127) tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok. Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penelitian

dengan memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan

data tentang nilai dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan yang

dicapai temannya, apakah nilai tersebut sudah mencapai KKM (Kretiria

Ketuntasan Minimal) atau belum. Apabila belum mencapai KKM, maka

siswa tersebut perlu diremidi agar dapat tuntas. Dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas II, batas KKM adalah 67 berdasarkan Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSPN).

Page 32: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

b. Syarat tes yang baik

Suatu tes yang digunakan sebagai instrumen pengukuran akan dapat

sesuai sasaran bila tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang baik.

Ciri-ciri tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 57) yaitu

memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis.

Penjelasan dari ciri-ciri tes yang baik adalah sebagai berikut :

1) Validitas

Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat menunjukkan apa yang

hendak diukur.

2) Reliabilitas

Tes dikatakan reliabel jika memiliki/memberikan hasil yang tetap

apabila diteskan berkali-kali.

3) Objektivitas

Tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu

tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi hasil tes.

4) Praktibilitas

Tes memiliki praktibilitas apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah

pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Tes dikatakan ekonomis apabila tes tersebut tidak membutuhkan

ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

E. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data kualitatif yang akan

dikumpulakan dalam penelitian ini, digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Page 33: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1. Trianggulasi data, yaitu memanfaatkan data-data sejenis dari data yang berbeda

dan data yang sudah ada.

2. Trianggulasi sumber, yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang berbeda.

F. Teknik Analisis Data

Agar hasil penelitian terwujud sesuai dengan tujuan maka dalam menganalisis

data ini digunakan teknik analisis data interaktif. Kegiatan pokok analisis model ini

adalah meliputi reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan yang terdiri dari

penarikan/verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif selama proses pengumpulan

data masih berlangsung.

1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Reduksi yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengerahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya

gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Hasil dari data observasi dan tes yang telah didapatkan dari laporan

penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya.

Page 34: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar tidaknya hasil dari

laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di

lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data

yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu

merupakan validitasnya.

Secara lebih jelasnya kita dapat melihat siklus analisis data tersebut pada

gambar 2 :

Gambar 2. Sumber : (Milles dan Hubberman)

G. Jadwal Penelitian

Pengumpulan data Penyajian data

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan / Verifikasi

Reduksi data

Page 35: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil (1) tahun pelajaran

2009/2010, selama 5 bulan. Mulai bulan Juli sampai bulan November 2009. Dengan

rincian jadwal penelitian pada tabel 1.

Tabel 1 : Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Juli

09

Agustus

09

September

09

Oktober

09

November

09

1. Penyusunan dan

Pengajuan Proposal

X X X X

2. Mengurus ijin X X X X

Page 36: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Penelitian

3. Pelaksanaan

penelitian

X X X X

4. Analisis Data X

5. Penyusunan

Pelaporan

X X X

6. Pelaksanaan Ujian X X

7. Revisi X X

H. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui permasalahan

yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar bahasa Indonesia terutama dalam

penguasaan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko

dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan

pokok permasahan yang dirumuskan dalam judul penelitian ini, maka data yang

diperlukan dalam penelitian adalah mengenai penggunaan alat peraga pias-pias kata

yang dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung.

Page 37: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Data dikumpulkan melalui pengamatan pada saat peneliti melaksanakan tugas

mengajar dengan menggunakan alat peraga pias-pias kata.

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan

penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah yaitu :

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan mencakup kegiatan :

a) Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti merancang skenario

pembelajaran dengan menggunakan media.

b) Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti, menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) dengan indikator mampu mengucapkan huruf

vokal dan konsonan selama pengadaan penelitian.

c) Guru yang sekaligus bertidak sebagai peneliti memilih dan membuat media

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran (ada 2 kali tatap muka)

sesuai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni tentang kemampuan

mengucapkan huruf dan pemahaman pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko,

dengan menggunakan media kartu huruf, pembelajaran ini dilaksanakan oleh

guru kelas, sedangkan pengamat yaitu kepala sekolah melakukan observasi

terhadap proses berjalannya pembelajaran.

3. Tahap Observasi

Dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru kelas II dengan instrumen

pengamatan (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada pedoman yang

telah diteliti.

Page 38: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

4. Tahap Refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi

dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar membaca

pada kelas II maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila

belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan belajar membaca maka

dibuat siklus II. Demikian juga untuk siklus III, dan selanjutnya sampai

keterampilan membaca meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 : Model Penelitian Kemmis dan Taggart

(Sumber : Kurt Lewin 2003 : 1)

Kalau hasilnya sudah cukup satu siklus, tidak usah dilanjutkan ke siklus yang

lain. Namun apabila belum adanya peningkatan prestasi membaca dalam

pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko, maka dibuat

siklus II yang meliputi : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap

observasi dan tahap refleksi. Demikian juga siklus II pembelajaran apabila belum ada

peningkatan maka dilanjutkan sampai prestasi membaca dalam pembelajaran bahasa

Indonesia menunjukkan adanya peningkatan.

Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Rencana 1 Rencana 2

Refleksi 1 Tindakan 1 Refleksi 2 Tindakan 2

Observasi 1 Observasi 2

1

Siklus n

Rekomendasi

Page 39: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1. Rencana siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II, yang mana masih ada

beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia. Ternyata setelah diteliti ada beberapa siswa yang

belum lancar membaca, sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru

perlu memilih dan menggunakan media (alat peraga) yang sesuai materi

pembelajaran yakni media pias-pias kata atau juga disebut kartu huruf.

b. Tahap Pelaksanaan

Dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran sesuai dengan RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni tentang kemampuan

menggunakan kartu huruf. Guru mengajak siswa membaca kalimat yang

dirangkai dari kartu huruf, ini dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang

sampai siswa yang belum lancar membaca dapat membaca dengan benar.

Guru memberi motivasi kepada semua siswa dan membantu siswa yang

mengalami kesulitan dalam membaca. Guru selalu mengamati perkembangan

kemajuan siswa dalam belajar membaca.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru mengumpulkan data dan mengamati siswa pada

waktu proses pembelajaran membaca secara langsung, sehingga dapat

diketahui apakah siswa sudah dapat membaca dan menggabungkan kata

menjadi kalimat yang disampaikan guru dengan benar.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan

hasil observasi. Dengan demikian analis dilaksanakan terhadap proses dan

hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh suatu

kesimpulan. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan

apabila semakin banyak siswa yang mampu dan tidak mengalami kesulitan

membaca lancar dengan lafal yang benar.

Page 40: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

2. Rancangan Siklus II

Pada siklus II, perencanaan tindakan kelas dikaitkan dengan hasil yang

telah ada pada tindakan siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut

dengan materi pembelajaran yang sesuai denga kurikulum, sehingga pelaksanaan

penelitian ini tidak mengganggu jadwal pelajaran. Tujuan penelitian adalah untuk

mengatasi kesulitan belajar membaca kalimat sederhana pada siswa kelas II SD

Negeri 2 Selodoko, maka sebelum melaksanakan siklus II peneliti harus

mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan terutama media kartu huruf.

Media yang akan digunakan pada siklus II ini harus lebih menarik. Pada siklus II

guru mempersiapkan materi pelajaran, dan media yang digunakan adalah kartu

huruf. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes membaca dan hasilnya

dinilai oleh guru.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajar

bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata (kartu huruf).

Dinyatakan berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan 41% – 60%

dengan kriteria cukup, 61% – 80% dengan kriteria baik, dan 81% – 100% dengan

kriteria sangat baik.

Tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan (Planing )

Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan kartu huruf dalam

belajar permulaan. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang disampaikan

guru adalah membaca tulisan di bawah gambar dan menggabungkan huruf

menjadi suku kata. Guru selalu memantau dan mencatat perkembangan siswa

dalam belajar membaca yaitu membaca tulisan tanpa gambar dan

menggabungkan suku kata menjadi kata.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Page 41: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Dari hasil membaca tulisan di bawah gambar dan menggabungkan

huruf menjadi suku kata, guru selalu memberikan penguatan kepada siswa

yang sudah dapat membaca atau menggabungkan suku kata menjadi kalimat

dan memberi bantuan serta motivasi kepada siswa yang belum bisa membaca

agar lebih giat lagi dalam belajar membaca untuk mencapai hasil yang lebih

baik. Langkah selanjutnya guru menunjukkan tulisan tanpa gambar. Guru

menunjuk siswa yang sudah lancar membaca untuk memberi contoh

membaca dan menggabungkan kata menjadi kalimat kepada siswa yang lain.

Selanjutnya siswa membaca bersama-sama dan berulang-ulang. menanam

jagung dieja sesuai abjad.

Contohnya : em.e-me en.a-na en.a.em-nam je.a-ja ge.u-gu eng-ung,

menjadi suku kata me-na-nam ja-gung sehingga menjadi kata

menanam – jagung.

Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam membaca

dan menggabungkan suku kata menjadi kata dari kata menjadi kalimat.

c. Observasi ( Observing )

Pada tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan media pisa-pias kata (kartu huruf) yang sesuai dengan materi

atau kompetensi dasar. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau tes

membaca. Hasil atau nilai yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan

untuk menganalisis perkembangan atau kemajuan proses belajar siswa

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

d. Pengolahan Data ( Reflecting )

Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama

pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Setiap akhir

pembelajaran selalu diadakan tes membaca dan hasilnya dinilai oleh guru

untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran

Page 42: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata. Dalam

pengolahan data yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil apabila telah

mencapai target keberhasilan 41% – 60% dengan kriteria cukup, 61% – 80%

dengan kriteria baik dan 81% – 100% dengan kriteria sangat baik.

Berdasarkan refleksi tersebut, apabila kemampuan belajar membaca kelas II

SD belum menunjukkan peningkatan guru melaksanakan pertemuan

berikutnya yaitu siklus III. Tetapi apabila sudah mencapai KKM tidak

dilaksanakan siklus III.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Page 43: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksnakan selama dua minggu mulai tanggal 5 sampai

17 Oktober 2009. Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu tanggal 26

Oktober 2009. Tindakan siklus III dilaksanakan selama satu minggu tanggal 7

November 2009. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga

siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapan pada siklus I

sebagai berikut :

a. Perencana Tindakan

Pada tahapan ini dilakukan observasi tahap awal yang mendapatkan

informasi sebagai data awal. Subjek penelitian siswa kelas II sebanyak 15

siswa, terdapat 10 siswa (66,6%) yang belum lancar membaca kalimat dan

mencapai KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) dan 5 siswa (33,4%) yang

sudah lancar membaca kalimat dan mencapai KKM. Dalam pembelajaran

bahasa Indonesia guru perlu memilih dan menggunakan media (alat peraga)

yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam hal ini berupa media pias-pias

kata atau kartu huruf. Guru memperagakan kartu kata atau tulisan pada setiap

pembelajaran. Misalnya : ta-man in-dah, siswa disuruh mengamati tulisan

tersebut kemudian membacanya. Apabila terjadi kesalahan guru

membenarkan dengan memberi contoh membaca. Dari kartu kata atau tulisan

tersebut di atas, siswa disuruh menggabungkan suku kata menjadi kata.

Masing-masing siswa disuruh mendemonstrasikan dengan menggunakan

media pias-pias kata agar siswa terlibat langsung dan lebih jelas. Dari hasil

menggabungkan suku kata menjadi kata, hasilnya selalu dinilai oleh guru.

Siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan. Sedangkan

siswa yang menggabungkan suku kata dengan benar guru memberi pujian,

sehingga siswa menjadi lebih senang dan bersemangat.

Page 44: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas kepada 15 siswa dalam

pembelajaran keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan

media pias-pias kata atau kartu huruf. Pembelajaran yang telah disusun pada

siklus I dengan menggunakan media pias-pias (kartu huruf) ini dilaksanakan

dua kali pertemuan. Pada pertemuan siklus I materi bahasa Indonesia yang

diajarkan tentang membaca permulaan dengan indikator mengucapkan vokal

dan konsonan sampai mampu mengucapkan huruf vokal dan konsonan dan

sampai mampu membaca suku kata. Pada penelitian siklus I ini, guru

memilih pokok bahasan rekreasi. Alasan memilih pokok bahasan tentang

rekreasi karena media yang digunakan guru sebagian besar berhubungan

dengan alam sekitar. Tujuannya agar siswa tertarik dengan pelajaran dan

aktif dalam mengikuti pembelajaran. Setelah kegiatan berdoa bersama dan

absensi selesai, kemudian guru mengawali pelajaran dengan appersepsi.

Guru memberi pertanyaan pada siswa yang ada hubungannya dengan

pelajaran, misalnya : Dimana kamu menanam bunga? Setelah appersepsi,

guru mulai memasuki materi dengan menggunakan media pias-pias kata atau

kartu huruf. Media pias-pias kata yang digunakan pada siklus I ini adalah

kartu huruf dari huruf A sampai Z. Siswa diberi tugas untuk mengucapkan

huruf secara berulang-ulang hingga indikatornya dapat tercapai, yaitu mampu

mengucapkan huruf vokal dan konsonan. Contoh taman indah terdiri dari

huruf t, a, m, a, n, i, n, d, a, h. Kemudian disusun menjadi suku kata dan

kata, t, a = ta, m, a, n = man, i, n = in, d, a, h = dah, digabungkan menjadi, ta

– man = taman, in- dah = indah.

Secara rinci jalannya kegiatan pada siklus 1 ini adalah sebagai berikut :

Sebagai kegiatan awal, guru menunjukkan media yang berupa bentuk-bentuk

huruf dari A sampai Z. Kemudian siswa disuruh mengucapkan semua

susunan huruf tersebut, dan juga hurufnya ditunjuk secara acak. Kegiatan ini

Page 45: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

bertujuan supaya siswa ingat akan bentuk-bentuk huruf tersebut. Setelah

kegiatan ini selesai, guru menunjukkan media kata. Contoh :

ta man in dah

Kegiatan semacam ini diulang-ulang dengan kartu huruf yang berbeda-

beda sampai siswa mengetahui betul tentang materi yang diajarkan. Untuk

mengetahui keberhasilan materi, guru menunjuk salah satu siswa untuk

membaca huruf atau kata yang ditunjukkan oleh guru, dan menulis di papan

tulis.

c. Observasi

Selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas, guru melakukan

pencatan dengan menggunakan daftar observasi. Mendiagnosis keaktifan

siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran,

tingkat keantusiasan, keaktifan membaca permulaan, kemampuan

membedakan huruf, aktivitas siswa, aktivitas guru, penilaian keterapilan

mebaca dan kemampuan membaca siswa. Pada pelaksanaan siklus I ini, hasil

observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas lainnya adalah :

keaktifan siswa sedang, nilai yang dicapai sedang, tingkat ketertarikan siswa

terhadap pelajaran sedang, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan membaca

sedang, kemampuan membedakan huruf rendah, dan kemampuan membaca

siswa rendah.

t, a, m, a, n, i, n, d, a, h

taman indah

Page 46: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

d. Refleksi

Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh

melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan selama proses tindakan, baru lima siswa yang

sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan. Kelima siswa tersebut sudah

mulai mampu membaca kalimat sederhana. Dari hasil pengamatan selama

proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan apa

yang disampaikan guru dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan

guru. Kemampuan siswa dalam membaca pada siklus I sudah menunjukkan

perubahan yang belum berarti. Karena nilai rata-rata kelas hanya mencapai

62, namun siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 6 siswa atau

40% dari 15 siswa kelas II.

Pembelajaran berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai nilai

rata-rata kelas lebih dari KKM (67) dan siswa yang memperoleh nilai KKM

mencapai 90%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 62 dan

siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 40% menunjukkan

bahwa pembelajaran yang menggunakan media pias-pias kata atau kartu

huruf pada siklus I belum berhasil, jadi perlu dilakukan penelitian siklus II.

Persentase nilai tes kelompok eksperimen pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1.

Nilai Jumlah

Siswa Presentasi

70 6 40 %

60 6 40 %

50 3 20 %

Jumlah 15 100 %

Page 47: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Kegiatan belajarnya menekankan pada membaca huruf vokal dan

konsunan dengan media pias-pias kata (kartu huruf). Analisis data pada

siklus I dapat dilihat pada tebel 3

Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

No Nilai

1 70

2 50

3 70

4 70

5 60

6 60

7 70

8 50

9 60

10 70

11 60

12 50

13 60

14 60

15 70

Rata-rata = 62

Page 48: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Dari rincian nilai pada siklus I dapat dibuat grafik pada gambar 5.

Grafik nilai siklus I

0

1

2

3

4

5

6

Nilai 50 Nilai 60 Nilai 70

Jml Siswa

Gambar 5. Grafik Nilai Membaca Permulaan pada Siklus I

2. Tindakan Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 26 Oktober

sampai dengan tanggal 31 Oktober 2009. Adapun tahapan kegiatannya meliputi :

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I

diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar

yang memuaskan. Karena dari tiga indikator yang ditetapkan baru indikator

nomor 1 dan 2 yang berhasil (mampu mengucapkan huruf vokal dan

konsonan). Sedangkan indikator nomor 3, belum menunjukkan peningkatan

prestasi belajar yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti dengan arahan

kepala sekolah dan pengawas kembali mengulang pembelajaran materi bahasa

Page 49: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Indonesia (membaca permulaan) dengan indikator membaca suku kata dan

kata dengan lafal yang tepat. Guru menunjukkan media pias-pias kata (kartu

huruf), setelah itu siswa menyebutkan suku katanya. Setelah siswa

menyebutkan suku kata tersebut, guru menyuruh siswa untuk membacanya.

ta man in dah

taman indah

Bacalah dengan tepat dan nyaring !

Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I.

Indikator yang tepat untuk siklus II adalah siswa mampu mengucapankan

suku kata atau kata dengan lafal yang tepat. Adapun indikator yang dibuat

sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran yang tepat pada siklus II

adalah sebagai berikut :

1) Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang

hendak dicapai.

2) Mempersiapkan alat-alat/media yang akan digunakan.

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

kesepakatan yang telah disepakati bersama. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) selengkapnya terlampir.

Mengingat hasil analisis siklus I, sebagian besar siswa masih

mengalami kesulitan membaca suku kata/kata dengan lafal yang tepat, maka

rencana penelitian pada siklus II ini adalah peneliti menggunakan media kartu

taman indah

Page 50: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

suku kata/kata. Presentasi nilai sebelum diadakan penelitian menggunakan

media pias-pias kata/kartu huruf dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Persentase hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan.

Nilai Jumlah Siswa Presentasi

70 3 20%

60 8 53,3%

50 4 26,7%

Jumlah 15 100 %

Anilisis data sebelum tindakan dapat dilihat pada tebel 5.

Tabel 5. Persentase hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan

No Nilai

1 70

2 50

3 60

4 60

5 60

6 50

7 70

8 50

9 60

10 50

11 70

12 60

Page 51: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Dari rincian nilai sebelum diadakan tindakan dapat dilihat pada gambar 7.

Grafik nilai siklus II sebelum diadakan tindakan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Nilai 50 Nilai 60 Nilai 70

Jml Siswa

13 60

14 60

15 60

Rata-rata = 59,3

Page 52: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Gambar 7. Grafik nilai membaca permulaan sebelum diadakan tindakan

Jadi analisis data sebelum tindakan materi membaca permulaan rata-

rata nilai siswa hanya 59,3. Pada siklus I rata-rata nilai siswa meningkat

menjadi 62 dan pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat lagi menjadi

69,3. Hasil analisis dapat kita lihat pada tabel 6.

Tabel 6. Persentase hasil belajar siswa pada siklus II

Kegiatan belajar menekankan pada membaca suku kata/kata yang

tepat dengan media pias-pias kata atau kartu huruf/kata. Analisis data pada

siklus II dapat dilihat pada tebel 7.

Tabel 7. Daftar nilai hasil belajar pada siklus II

No Nilai

1 80

2 60

3 70

4 70

5 60

6 80

Nilai Jumlah Siswa Presentasi

80 4 27,7%

70 6 40%

60 5 33,3%

Jumlah 15 100%

Page 53: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

7 70

8 60

9 80

10 70

11 60

12 80

13 70

14 70

15 70

Rata-rata = 69,3

Dari rincian nilai pada siklus II dapat dilihat gambar 8.

Grafik nilai membaca permulaan pada siklus II

Page 54: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

0

1

2

3

4

5

6

Nilai 60 Nilai 70 Nilai 80

Jml Siswa

Gambar 8. Grafik nilai membaca permulaan pada siklus II

Pada pelaksanaan siklus II ini, masih terdapat 5 siswa yang nilainya di

bawah batas KKM. Untuk menuntaskan 5 siswa tersebut agar nilainya mampu

di atas KKM, maka peneliti akan melanjutkan penelitian kembali pada siklus

III guna mengetahui bagian mana yang masih dianggap sulit oleh 5 siswa

tersebut.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias

kata sesuai dengan pembelajaran 1 kali pertemuan (2 X 35’). Guru mengawali

dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan

konsentrasi pada pembelajaran, guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang

materi pelajaran yang lalu. Setelah apersepsi, guru mulai memasuki materi

pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias kata/kartu huruf yang

digunakan pada siklus II ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan

contoh kepada teman yang lain cara merangkai suku kata menjadi kata,

kemudian siswa membaca bersama-sama.

Page 55: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

2) Misalnya “menanam jagung“ dieja menjadi me-na-nam ja-gung sehingga

menjadi menanam jagung.

3) Guru selalu memberikan motivasi kepada semua siswa dalam belajar

membaca.

4) Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan

dalam membaca dan memberikan pemahaman agar lebih banyak latihan

membaca, sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik.

5) Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam

membaca.

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan media pias-pias kata. Observasi ini ditujukan pada

kegiatan siswa, yaitu mendiagnosis keaktifan siswa, nilai yang dicapai siswa,

tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran, tingkat keantusiasan, keaktifan

kemampuan membaca permulaan, aktivitas guru, aktivitas siswa dan penilaian

keterampilan membaca permulaan. Keseluruhan data yang diperoleh dalam

kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan

masukan untuk menganalisis perkembangan prestasi belajar membaca

permulaan siswa. Hasil observasi pada siklus II adalah sebagai berikut :

Keakifan siswa tinggi, nilai yang dicapai siswa sedang, tingkat ketertarikan

siswa terhadap pelajaran tinggi, tingkat keantusiasan sedang, keaktifan

membaca permulaan sedang, dan kemampuan membaca permulaan sedang.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh peneliti, dan Kepala Sekolah, hasil analisis

pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias kata

pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang cukup baik.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan

Page 56: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

memahami kekurang-kekurangan kecil antara lain kurang kontrol waktu dan

belum memberikan tindak lanjut.

Persentase hasil belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran

meningkat. Siswa banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan dari

guru, lebih bersemangat dan kreatif. Merangkai huruf menjadi suku kata dan

menjadi kata meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan

dalam membaca permulaan. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran

yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi aktif dan menyenangkan.

Dari analisis hasil tes pada siklus II ini diketahui bahwa nilai rata-rata siswa

adalah 69,3 dan siswa yang memperoleh nilai di bawah batas KKM sebanyak

5 siswa atau 33,3%.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi

siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa

melalui tes akhir pembelajaran nilai rata-rata kelas 67 dan Persentase siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 90%. Atas dasar ketentuan

tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing siklus, maka

pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata

yang dilaksanakan siklus II dikatakan belum berhasil, karena yang nilainya

mencapai KKM hanya 66,7%.

3. Tindakan Siklus III

Tindakan siklus III dilaksanakan dalam waktu satu minggu mulai tanggal 2

November sampai dengan 7 November 2009. Adapun tahapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus II dapat diketahui bahwa pada siklus I nilai rata-rata kelas 62 dan pada

siklus II nilai rata-rata 69,3 dan yang belum berhasil mencapai KKM terdapat

Page 57: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

5 siswa. Oleh karena itu, peneliti dengan pertimbangan dari kepala sekolah

dan guru kelas yang lain kembali menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan lebih teliti untuk persiapan

melaksanakan penelitian siklus yang ke III. Langkah-langkah penyusunan

rencana pembelajaran seperti pada siklus II yang memilih/menentukan

kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang hendak dicapai,

mempersiapkan alat dan media pias-pias kata atau kartu huruf yang akan

digunakan. Contoh dari kegiatan tersebut adalah seperti di bawah ini :

KARTU KATA

ta man in dah

Mengingat hasil analisis hasil siklus II sebagian siswa masih

mengalami kesulitan dalam mengeja suatu kata, maka rencana kegiatan

balajar mengajar menekankan pada latihan mengeja suku kata. Hal ini

merupakan pengulangan dari siklus II yang sudah dilaksanakan guru dengan

mempertimbangkan agar siswa mampu membaca lancar tanpa mengeja.

Sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam

mata pelajaran yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pembelajaran bahasa Indonesia ini yang akan diajarkan adalah

kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media pias-pias kata

taman indah

taman indah

Page 58: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

dengan indikator mampu membaca suku kata atau kata dengan lafal yang

tepat. Sebagai kegiatan awal atau pembukaan, guru memusatkan perhatian

dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, kemudian untuk memusatkan

perhatian dan konsentrasi siswa diajak menyanyi bersama lagu “Lihat

Kebunku“ sambil mengadakan beberapa pertanyaan yang ada kaitannya

dengan tanaman di kebun.

Memasuki materi guru membagi kartu kata yang telah dipersiapan

untuk dibagikan pada siswa. Kegiatan selanjutnya siswa menunjukkan kartu

kata yang sesuai dengan materi pelajaran. Selanjutnya siswa diberi tugas

untuk membuat suatu kalimat pendek yang berhubungan dengan tanaman di

kebun atau halaman sekolah.

Presentase nilai pada siklus dapat diliaht pada table 8.

Tabel 8. Persentase hasil belajar pada siklus III

Kegiatan belajarnya menekankan pada membaca suku kata atau kata

dengan lafal yang tepat dengan media pias-pias kata. Analisis data pada siklus

III dapat dilihat pada tabel 9.

Nilai Jumlah Siswa Persentase

90 4 26,6 %

80 7 46,8 %

70 4 26,6 %

Jumlah 15 100 %

Page 59: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Tabel 9. Daftar nilai hasil belajar siswa pada siklus III

N0 Nilai

1 90

2 90

3 70

4 80

5 80

6 90

7 70

8 80

9 80

10 80

11 70

12 80

13 70

14 90

15 80

Rata-rata = 80

Page 60: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Dari rincian nilai pada siklus III dapat dilihat pada gambar 10.

Grafik nilai hasil belajar siswa pada siklus III

0

1

2

3

4

5

6

7

Nilai 70 Nilai 80 Nilai 90

Jml Siswa

Gambar 10. Grafik nilai hasil belajar membaca permulaan siklus III

c. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

yang menggunakan media pias-pias kata atau kartu huruf. Obsevasi ini

ditujukan pada kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu

mendiagnosis kegiatan siswa, nilai yang dicapai siswa, tingkat keaktifan

siswa, tingkat keantusiasa, keaktifan membaca permulaan, kemampuan

membedakan huruf, kemampuan membaca permulaan, aktivitas guru,

aktivitas siswa dan penilaian keterampilan membaca permulaan. Hasil

observasi pada siklus III adalah : keaktifan siswa tinggi, nilai yang dicapai

Page 61: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

siswa sedang, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran tinggi, dan

kemampuan membaca siswa tinggi. Keseluruhan data yang diperoleh dalam

kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau

masukan untuk menganalisis perkembangan prestasi belajar membaca

permulaan siswa.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

pias-pias kata pada siklus III, secara umum telah menunjukkan perubahan

yang cukup memuaskan, di mana dalam melaksanakan pembelajaran semakin

mantap dan luwes dengan kekurangan-kekurangan kecil antara lain kurang

kontrol waktu dan belum memberikan tindak lanjut. Persentase aktivitas atau

partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa banyak

memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif.

Kemampuan membaca siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap

kemampuan dalam membaca kata dan mampu membuat kalimat sederhana

semakin meningkat, suasana kelas menjadi hidup dan menyenangkan.

Dari analisis hasil tes pada siklus III ini diketahui bahwa nilai rata-rata

kelas mencapai 80 dan siswa yang memperoleh nilai di atas batas KKM

adalah 15 siswa atau 100%. Hasil ini sangatlah memuaskan dan penelitian ini

dikatakan berhasil.

Dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi

siswa dalam pembelajaran meningkat. Selain itu hasil yang dicapai siswa

melalui tes akhir pembelajaran mencapai nilai di atas KKM, yaitu 80 dan nilai

batas KKM 67. Persentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 100%.

Atas dasar ketentuan tersebut dan melihat hasil yang diperoleh pada masing-

masing siklus, maka pembelajaran yang menggunakan media pias-pias kata

untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa yang dilaksanakan pada

siklus III dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus

Page 62: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

berikutnya. Namun guru tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk

perbaikan prestasi dan melaksanakan pengayaan maupun tindak lanjut.

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan peneliti membagi menjadi dua, yaitu pembahasan secara

kuantitatif berupa nilai sebelum penelitian, nilai siklus I, nilai siklus II dan nilai siklus

III, serta pembahasan secara kualitatif yang berupa temuan pada waktu pelaksanaan

penelitian. Pembahasan secara kuantitatif dengan cara membadingkan nilai yang

diperoleh sebelum penelitian dan sesudah diadakan penelitian seperti tabel di bawah

ini :

Hasil belajar kelas II sebelum dan sesudah penelitian

Tabel 10. Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian

No Nilai Sebelum Tindakan Nilai Siklus I Nilai Siklus II Nilai Siklus III

1 70 70 80 90 2 50 50 60 70 3 60 70 80 90 4 60 70 70 80 5 60 60 60 80 6 50 60 70 70 7 70 70 80 90 8 50 50 60 70 9 60 60 70 80

10 50 50 60 80

Page 63: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

11 70 70 80 80 12 60 50 60 70 13 60 60 70 80 14 60 60 70 90 15 60 70 70 80

Rata- rata = 59,3 Rata-rata = 62 Rata-rata= 69,3 Rata-rata = 80

Berdasarkan hasil nilai membaca seperti tabel di atas, sesuai dengan nilai rata-ratanya

dapat dijelaskan dengan diagram dan dapat dilihat pada gambar 11.

Grafik Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Sebelumsiklus

Siklus I Siklus II Siklus III

Nilai Rata-rata

Page 64: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Gambar 11. Grafik Perbandingan Nilai pada Pembahasan Penelitian dari

Sebelum Tindakan Sampai Siklus III

Pembahasan secara kualitatif

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan sudah dapat

dikatakan berhasil. Hal tersebut terbukti nilai membaca permulaan siswa dari

sebelum tindakan sampai pelaksanaan siklus III terus meningkat, dan nilai rata-

rata kelas pun naik. Semula sebelum tindakan, nilai Bahasa Indonesia dengan

materi membaca permulaan rata-rata nilai kelasnya hanya 59,3. Setelah diadakan

tindakan, yaitu mengajar dengan menggunakan media pias-pias kata atau kartu

huruf pada siklus I. Nilai rata-ratanya naik menjadi 62. Pada siklus 1 terdapat 9

siswa yang nilainya belum mencapai KKM, maka peneliti melanjutkan penelitian

siklus II. Pada siklus II ini, nilai rata-rata kelas mencapai 69,3 keadaan tersebut

belum dikatakan berhasil, karena masih terdapat 5 siswa yang nilainya belum

mencapai KKM. Tahap selanjutnya peneliti melakukan siklus yang ke III. Pada

tahap ini peneliti bisa dikatakan berhasil. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila

sudah mencapi 90% siswa yang berhasil. Pada siklus III ini, Persentase siswa

yang sudah berhasil pembelajaran membaca permulaannya adalah 100 % dengan

nilai rata-rata 80.

2. Pada penelitian ini, seluruh siswa kelas 2 mencapai nilai pembelajaran

keterampilan membaca ≥ nilai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 67. Hal ini

terjadi karena siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti

pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata.

Page 65: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

3. Mengajar dengan menggunakan media pias-pias kata atau kartu huruf ini mampu

menumbuhkan siswa lebih mudah mengingat bentuk huruf, cara mengucapkan

huruf, cara mengeja suku kata dan cara membaca suatu kata sehingga siswa

menjadi lebih termotivasi dan tertarik dalam pelajaran bahasa Indonesia

khususnya pada materi membaca dan untuk meningkatkan keterampilan membaca

permulaan pada siswa kelas 2 Sekolah Dasar.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan media pias-pias kata dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan membaca

permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2 Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali, dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan media pias-pias

kata. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata kemampuan keterampilan membaca siswa

yang relatif lebih tinggi bila proses pembelajarannya menggunakan media pias-pias

kata dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya sebelum

menggunakan media pias-pias kata. Nilai rata-rata siswa yang pembelajarannya

sebelum menggunakan media pias-pias kata nilainya ≥ 67 adalah 59,3. Nilai rata-rata

siswa yang pembelajarannya menggunakan media pias-pias kata pada siklus I

nilainya ≥ 67 adalah 62, pada pelaksanaan tindakan siklus II nilainya ≥ 67 adalah

69,3 dan pelaksanaan pada siklus III nilainya ≥ 67 adalah 80.

Dengan demikian berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III, ternyata hipotesis yang dirumuskan

telah terbukti kebenarannya. Artinya, dengan menerapkan pembelajaran dengan

Page 66: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

menggunakan media pias-pias kata dapat mengatasi kesulitan belajar keterampilan

membaca dan meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 2

Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media pias-pias kata dapat

meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas II SD Negeri 2

Selodoko.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka berikut ini dikemukakan

implikasi hasil penelitian sebagai berikut :

1. Implikasi Teoretis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pias-pias

kata dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD

Negeri 2 Selodoko tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi guru SD dalam menangani siswa

berkesulitan belajar keterampilan membaca permulaan. Penggunaan media

gambar dan pias-pias kata dalam pembelajaran akan lebih menarik dan

menyenangkan siswa. Bagi siswa yang berkesulitan belajar akan termotivasi

untuk meningkatkan kemampuan membaca.

2. Implikasi Praktis

Penggunaan media pias-pias kata dapat mempermudah melafalkan atau

menyebutkan sebuah kata dan memperluas pemikiran dalam membuat kata atau

kalimat sederhana, serta berbicara atau bercerita. Media pias-pias kata juga untuk

melengkapi referensi mengenai masalah pelayanan siswa luar biasa, khususnya

untuk anak berkesulitan belajar membaca. Penggunaan media pias-pias sangat

Page 67: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan terutama pada

siswa kelas rendah (kelas 2) Sekolah Dasar.

C. Saran

Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka dapat

disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

Oleh karena penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan

keterampilan membaca permulaan siswa kelas II SD, maka sebaiknya kepala

sekolah sebagai penentu kebijakan di lingkungan sekolah untuk menganjurkan

para guru kelas rendah, khususnya guru kelas II SD menggunakan media pias-

pias kata dalam proses pembelajaran keterampilan membaca. Hal ini

dimaksudkan agar kemampuan belajar membaca siswa dapat maksimal dan

mengurangi jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca. Dengan

demikian keterampilan membaca siswa dapat meningkat.

2. Bagi Guru

Mengingat bahwa kelas rendah khususnya kelas II SD merupakan dasar

penentu keberhasilan pembelajaran kelas-kelas di atasnya, maka proses

pembelajaran harus matang dan lancar dalam membaca, menulis dan berhitung.

Untuk itu guru SD kelas II hendaknya lebih kreatif dalam memilih metode dan

media dalam pembelajaran membaca. Salah satunya adalah menggunakan media

pias-pias kata. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan media pias-pias

kata memerlukan waktu pembelajaran yang cukup lama, membutuhkan banyak

tenaga, maupun biaya. Namun bila dilaksanakan dengan baik, maka proses

pembelajaran membaca khususnya kelas II SD akan berhasil dan mampu

mengurangi tingkat siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca.

Page 68: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

3. Bagi Siswa

Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca, hendaknya dalam

belajarnya menggunakan alat bantu yang konkret, contohnya seperti macam-

macam gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Karena dengan alat

bantu yang konkret, maka siswa akan lebih mudah dalam belajar membaca,

termotivasi dan dapat memusatkan perhatian dalam belajar karena tertarik oleh

bermacam-macam media atau alat bantu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman.1999. Kesulitan Siswa Membaca Permulaan. Jakarta : Rineka Cipta. --------------------. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :

Rineka Cipta.

Aristo Rahardi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti.

Asep Herry Hermawan. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Darmiyati Zuchdidan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.

Depdikbud. 1991. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2002. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas.

Page 69: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

--------------------. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Dirjen Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djauzah Ahmad. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Herry Guntur Tarigan. 1995. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hobbs Rence. 2007. Reading The Media. Internet Bookwatch.

http://find.galegroup.com/ips/start.do?prodld=IPS> http://find.galegroup.com/ips/retrieve.do?contentSet=IAC. Document&resultListType=RESULTLIST&QrySerl=Locale(en%2C%

2C3AFQE%3D(KE%2Cnone%2C16)media+in+english%24& sgHitCountTipy=None%inPS=True%sort=dateDescend&searchType=B

asicSearchForm&tabID=T003&prodld=IPS&search=R19&currentPosition=4&userGroupName=iduns&doeId=A166240906&docType=IAC&contentSet =IAC-Documents. 20 Oktober 2009.

Muchlisoh.1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung : Rosdya Karya.

Ngalim Purwanto. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Jakarta : Rosda Jayaputra. Ngadino Yustinus. 2002. Media Pembelajaran. Surakarta : Universitas Sebelas

Maret. Oemar Hamalik. 1987. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Jakarta : Mandar

Maju Ban. --------------------. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Purwadarminto. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka. Sabarti Akhadiah. 1991. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Liberty

Salmon Julie. 2008. Booth Elementary Pust ReadingFirst. The Achiever. http://.galegroup.com/ips/start.do?prodld=IPS>. 20 Oktober 2009.

Page 70: SKRIPSI - digilib.uns.ac.id · lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipto.

Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi. 1994. Strategi Belajar Mengajar Universitas Terbuka. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Suharsimi Arikunto. 2002 . Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata.1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Surtatinah Tirtonegoro. 1988. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.

Jakarta : Bina Aksara.

Syaiful Bahri Djamarah. 1984. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Udin S. Winataputra. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.