haccp produk meses.pdf
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Petra
33
4. PERANCANGAN SISTEM HACCP
4.1. Deskripsi Produk
4.1.1. Produk Meses
Penggunaan produk meses: Produk jadi dan dapat digunakan untuk olah
lanjutan. Untuk roti, ice cream, dan makanan lain sesuai selera.
Tipe pengemasan: Meses dikemas dengan plastik kemudian dimasukkan ke
dalam kaleng.
Umur simpan: Kurang lebih 1 tahun. Disimpan pada tempat yang sejuk dan
kering/pada suhu kamar (27-28o C).
Dijual kepada: Pabrik-pabrik pembuatan roti, kue, permen, dan pabrik-pabrik
lain yang sejenis.
Instruksi label: Kode produksi, tanggal kadaluwarsa, komposisi bahan produk.
Distribusi: Suhu kamar (27-28o C), tidak terkena sianr matahari langsung.
4.1.2. Produk Coklat Batangan
a. Permen Coklat
Penggunaan permen coklat: Bahan jadi dapat langsung dikonsumsi.
Tipe pengemasan: Permen coklat dibungkus dengan aluminium foil,
dibungkus lagi dengan kertas pembungkus, kemudian dimasukkan plastik,
setelah itu dikemas dengan kardus.
Umur simpan: Kurang lebih 1 tahun. Disimpan pada tempat yang sejuk
dan kering/pada suhu kamar (27-28o C).
Dijual kepada: Toko-toko di daerah pedesaan.
Instruksi label: Kode produksi, tanggal kadaluwarsa, komposisi bahan
produk.
Distribusi: Suhu kamar (27-28o C), tidak terkena sianr matahari langsung.
b. White Coklat
Penggunaan white coklat: Bahan jadi dan dapat digunakan untuk olah
lanjutan.
Universitas Kristen Petra
34
Tipe pengemasan: White coklat dibungkus dengan aluminium foil,
kemudian dikemas dengan kardus.
Umur simpan: Kurang lebih 1 tahun. Disimpan pada tempat yang sejuk
dan kering/pada suhu kamar (27-28o C).
Dijual kepada: Pabrik-pabrik pembuatan roti, kue, permen, dan pabrik-
pabrik lain yang sejenis.
Instruksi label: Kode produksi, tanggal kadaluwarsa, komposisi bahan
produk.
Distribusi: Suhu kamar (27-28o C), tidak terkena sianr matahari langsung.
c. Dark Coklat
Penggunaan dark coklat: Bahan jadi dan dapat digunakan untuk olah
lanjutan.
Tipe pengemasan: Dark coklat dibungkus dengan aluminium foil,
kemudian dikemas dengan kardus.
Umur simpan: Kurang lebih 1 tahun. Disimpan pada tempat yang sejuk
dan kering/pada suhu kamar (27-28o C).
Dijual kepada: Pabrik-pabrik pembuatan roti, kue, permen, dan pabrik-
pabrik lain yang sejenis.
Instruksi label: Kode produksi, tanggal kadaluwarsa, komposisi bahan
produk.
Distribusi: Suhu kamar (27-28o C), tidak terkena sianr matahari langsung.
4.2. Komposisi Bahan Baku Tiap Jenis Produk
Berikut ini adalah jenis-jenis coklat yang diproduksi beserta dengan
prosentase komposisi bahan baku yang diperlukan untuk tiap jenis produk.
Universitas Kristen Petra
35
Tabel 4.1. Prosentase Komposisi Bahan Baku Tiap Jenis Produk
4.3. Proses Produksi
4.3.1. Proses Produksi Produk Jadi
Pada bagian ini akan diuraikan proses produksi untuk masing-masing
jenis produk jadi.
a. Proses Produksi Meses
Adapun proses pembuatan meses adalah sebagai berikut:
Gula halus dimasukkan ke dalam mesin penghalus gula untuk digiling. Hal
ini perlu dilakukan untuk menghaluskan gula-gula yang menggumpal,
kemudian dilakukan inspeksi sebelum dicampur dengan bahan baku yang
lain. Proses penggilingan gula ini dilakukan selama 10 menit dan
dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Gula halus dimasukkan ke mesin mixer bersama dengan bahan baku lain
(bubuk coklat, minyak coklat, tepung gaplek, susu, dan obat oplos). Proses
pencampuran bahan baku ini dilakukan selama 30 menit dan dilakukan
dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Setelah proses pencampuran, maka bahan-bahan baku tadi dimasukkan ke
dalam mesin walles 5 roll untuk dihaluskan. Proses penghalusan bahan-
bahan baku ini dilakukan selama 10 menit dan dilakukan dalam ruangan
dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Universitas Kristen Petra
36
Hasil proses penghalusan kemudian dimasukkan ke dalam mesin meng
untuk diaduk. Pada proses pengadukan ini ditambahkan sedikit minyak.
Tujuan dari proses pengadukan adalah untuk membuat bahan baku
menjadi seperti adonan/jeladren. Proses pengadukan dilakukan selama 30
menit dan dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Setelah itu, dilakukan inspeksi untuk melihat apakah adonan telah sesuai
dengan yang diinginkan. Inspeksi ini dilakukan oleh mandor.
Setelah proses pengadukan, maka adonan tadi didinginkan selama 20
hingga 30 menit. Proses pendinginan ini dilakukan dalam ruangan dengan
suhu 16o C.
Setelah didinginkan adonan dimasukkan ke dalam mesin extruder dan
hasilnya adonan akan menjadi berbentuk panjang menyerupai mie. Proses
penjojohan ini dilakukan dalam ruangan dengan suhu 16o C. Kemudian
dilakukan inspeksi untuk melihat apakah mie yang dihasilkan telah sesuai
dengan yang diinginkan. Inspeksi ini dilakukan oleh mandor.
Hasil dari mesin extruder tadi kemudian didinginkan hingga kering dengan
menggunakan mesin konveyor selama 30 menit. Proses pendinginan ini
dilakukan dalam ruangan dengan suhu 5o C.
Setelah kering, dilakukan proses penggorengan dengan menggunakan
mesin kenceng selama 1 hingga 1,5 jam. Pada saat dilakukan proses
penggorengan, meses juga diberi sirup agar mengkilap, selain itu juga
ditambahkan asam benzoat untuk pengawet. Selama proses penggorengan
dan pengkilapan di mesin kenceng, meses yang bentuknya panjang-
panjang seperti mie tadi akan putus sendiri menjadi kecil-kecil. Hal ini
dikarenakan gesekan yang terjadi pada saat mesin kenceng berputar.
Proses penggorengan dan pengkilapan dilakukan dalam ruangan dengan
suhu 12o C.
Setelah meses menjadi kecil-kecil, maka meses diayak dengan
menggunakan alat ayak. Proses pengayakan ini dilakukan dalam ruangan
dengan suhu 12o C.
Setelah diayak, meses kemudian diinspeksi dan dibungkus dengan
menggunakan plastik pembungkus yang kemudian dipacking dengan
Universitas Kristen Petra
37
kaleng pembungkus. Setelah itu meses disimpan di gudang barang jadi
yang memiliki suhu ruangan 14o C.
b. Proses Produksi Coklat Batangan
Proses pembuatan coklat batangan ini semuanya sama, baik untuk jenis
permen coklat, white coklat, dan dark coklat. Perbedaannya hanya pada
komposisi bahan baku, kualitas rasa, bentuk cetakan, dan harganya. Adapun
proses pembuatan coklat batangan ini adalah sebagai berikut:
Gula halus dimasukkan ke dalam mesin penghalus gula untuk digiling. Hal
ini perlu dilakukan untuk menghaluskan gula-gula yang menggumpal,
kemudian dilakukan inspeksi sebelum dicampur dengan bahan baku yang
lain. Proses penggilingan gula ini dilakukan selama 10 menit dan
dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Gula halus dimasukkan ke mesin premix bersama dengan bahan baku lain
(bubuk coklat, minyak coklat, susu, bahan pengawet asam benzoat dan
obat oplos). Proses pencampuran bahan baku ini dilakukan selama 15
hingga 20 menit dan dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C
(suhu kamar).
Setelah proses pencampuran, maka bahan-bahan baku tadi dimasukkan ke
dalam mesin boll mill untuk dihaluskan. Proses penghalusan bahan-bahan
baku ini dilakukan selama 1 jam dan dilakukan dalam ruangan dengan
suhu 27-28o C (suhu kamar).
Hasil proses penghalusan kemudian dimasukkan ke dalam mesin macantry
untuk diaduk. Tujuan dari proses pengadukan adalah agar bahan baku
tidak kental/mengeras di dalam. Proses pengadukan dilakukan selama 1
jam dan dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Setelah itu, dilakukan inspeksi untuk melihat apakah adonan telah sesuai
dengan yang diinginkan. Inspeksi ini dilakukan oleh mandor.
Proses selanjutnya adalah proses pencetakan, yang bertujuan untuk
memberi bentuk sesuai dengan yang diinginkan. Proses pencetakan ini
dilakukan dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Setelah dicetak, coklat kemudian digetarkan di mesin trill. Tujuannya
adalah untuk membuat padat, keras, dan tidak ada rongga udara di dalam
Universitas Kristen Petra
38
coklat yang dihasilkan. Dengan dipadatkannya coklat, maka permukaan
coklat yang ada pada cetakan akan turun, sehingga menyebabkan
volumenya berkurang. Untuk itu, perlu ditambahkan coklat lagi agar
volumenya sesuai dengan yang diinginkan. Proses ini juga dilakukan
dalam ruangan dengan suhu 27-28o C (suhu kamar).
Setelah proses pemadatan, coklat lalu didinginkan selama 45 hingga 60
menit dalam ruangan yang memiliki suhu 5o C.
Proses berikutnya adalah mengeluarkan coklat dari cetakannya
(dikentrok). Proses pengentrokan coklat ini dilakukan secara manual,
apabila ada coklat yang patah atau retak maka coklat tersebut akan dilebur
kembali. Pengentrokan coklat dilakukan dalam ruangan yang memiliki
suhu 14o C.
Permen coklat yang telah dikeluarkan dari cetakkannya kemudian
langsung dikemas/dibungkus dengan aluminium foil (pembungkus dalam)
dan kertas pembungkus (pembungkus luar), serta sekaligus dilakukan
inspeksi. Proses pembungkusan ini ada yang dilakukan oleh mesin dan ada
yang dilakukan secara manual. Pembungkusan permen coklat dilakukan
dalam ruangan dengan suhu 7-8o C. Setelah dibungkus, permen coklat
tersebut dipacking ke dalam plastik dan kemudian dimasukkan ke dalam
kardus. Untuk coklat batangan, setelah diinspeksi kemudian dibungkus
dengan aluminium foil dan dimasukkan ke dalam kardus. Permen coklat
dan coklat batangan setelah itu disimpan dalam gudang barang jadi yang
memiliki suhu ruangan 14o C.
4.3.2. Diagram aliran Proses
Diagran Aliran Proses untuk tiap jenis produk jadi dapat dilihat pada
lampiran 3 dan 4 halaman 74-75.
4.3.3. Mesin-Mesin yang Digunakan untuk Produk Jadi
a. Mesin-Mesin yang Digunakan untuk Produk Meses
Mesin Penghalus Gula: Berfungsi untuk menghaluskan gula yang
menggumpal.
Universitas Kristen Petra
39
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 150 cm
Lebar : 150 cm
Mesin Mixer: Berfungsi untuk mencampur bahan baku.
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 320 cm
Lebar : 185 cm
Mesin Walles 5 Roll: Berfungsi untuk menghaluskan bahan baku.
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 460 cm
Lebar : 375 cm
Mesin Meng: Berfungsi untuk mengaduk bahan baku hingga menjadi
adonan/jeladren.
Jumlah : 2 mesin
Panjang : 200 cm
Lebar : 185 cm
Mesin Extruder: Berfungsi untuk mencetak adonan coklat menjadi
berbentuk panjang mnyerupai mie.
Jumlah : 4 mesin
Panjang : 100 cm
Lebar : 70 cm
Mesin Konveyor: Berfungsi untuk mendinginkan adonan coklat yang telah
menjadi mie.
Jumlah : 3 mesin
Panjang : 480 cm
Lebar : 120 cm
Mesin Kenceng: Berfungsi untuk memotong-motong adonan coklat yang
keluar dari mesin extruder menjadi kecil-kecil (butir-butir) coklat. Selain
itu juga berfungsi untuk mengkilapkan permukaan coklat.
Jumlah : 18 mesin
Panjang : 60 cm
Lebar : 60 cm
Universitas Kristen Petra
40
Alat ayak: Berfungsi untuk memisahkan meses yang besar-besar dengan
meses yang sesuai ukuran (kecil-kecil).
Jumlah : 3 buah
Panjang : 120 cm
Lebar : 50 cm
b. Mesin-Mesin yang Digunakan untuk Produk Coklat Batangan
Mesin Penghalus Gula: Berfungsi untuk menghaluskan gula yang
menggumpal.
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 150 cm
Lebar : 150 cm
Mesin Premix: Berfungsi untuk mencampur bahan baku.
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 340 cm
Lebar : 180 cm
Mesin Boll Mill: Berfungsi untuk menghaluskan bahan baku.
Jumlah : 2 mesin
Panjang : 300 cm
Lebar : 160 cm
Mesin Macantry: Berfungsi untuk mengaduk bahan baku agar tidak
kental/mengeras di dalam.
Jumlah : 3 mesin
Panjang : 220 cm
Lebar : 200 cm
Meja Cetak: Berfungsi sebagai tempat untuk mencetak coklat batangan.
Jumlah : 2 meja
Panjang : 290 cm
Lebar : 150 cm
Mesin Trill: Berfungsi untuk memadatkan coklat dalam cetakan, sehingga
coklat yang terbentuk benar-benar padat dan tidak berongga.
Jumlah : 1 mesin
Panjang : 200 cm
Universitas Kristen Petra
41
Lebar : 100 cm
Mesin Pembungkus: Berfungsi untuk mengemas produk yang sudah jadi.
Jumlah : 2 mesin
Panjang : 260 cm
Lebar : 150 cm
4.4. Good Manufacturing Practice (GMP)
Prasyarat Support System adalah suatu jaringan penunjang/pendukung
untuk sistem HACCP. Salah satu prasyarat support system tersebut adalah Good
Manufacturing Practice (GMP). GMP merupakan pedoman praktis cara
memproduksi makanan dengan baik dan benar supaya produsen memenuhi
persyaratan tertentu guna menghasilkan produk makanan yang aman dan bermutu
sesuai tuntutan konsumen (Sucofindo, 2003).
Good Manufacturing Practice (GMP) PT Multi Aneka Pangan Nusantara
(PT MAPAN) ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan diskusi
dengan pihak perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa sumber potensial yang dapat menimbulkan resiko
cross contamination pada produk makanan yang biasanya terjadi selama proses
dari dalam lingkungan pabrik.
4.4.1. Layout
PT MAPAN terletak pada daerah/lingkungan yang mendukung (berada
pada kawasan pabrik), sehingga tidak ada rumah penduduk di sekitarnya yang
terganggu.
Bahan baku, bahan kimia, dan produk jadi pada layout pabrik memiliki
tempat yang terpisah. Selain itu, tempat penyimpanan bahan baku, bahan kimia,
dan produk jadi juga terpisah dengan lantai produksi. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang pada bahan baku, bahan kimia, dan produk. Bahan
baku disimpan di gudang bahan baku dengan luas 119 m2, bahan kimia disimpan
di ruang simpan dengan luas 12 m2, sedangkan produk jadi disimpan di gudang
jadi dengan luas 126 m2. Lantai produksi memiliki luas sebesar 1231 m2.
Universitas Kristen Petra
42
Di dalam pabrik tersedia air yang siap pakai (air yang memenuhi
persyaratan air minum) maupun air yang digunakan untuk membersihkan
peralatan, bangunan dan untuk fasilitas kebersihan pekerja. Air yang digunakan
harus dipastikan kebersihannya. Untuk itu perusahaan menggunakan filter untuk
menyaring air sebelum digunakan. Hal ini dilakukan untuk mencegah apabila ada
kemungkinan air terkontaminasi, sehingga akhirnya dapat mengkontaminasi
bahan baku dan produk. Selain air, dalam pabrik juga tersedia fasilitas toilet,
pencuci tangan (wastafel), dan tempat sampah tetapi fasilitas toilet, wastafel, dan
tempat sampah ini letaknya juga terpisah dengan lantai produksi.
Yang harus disediakan oleh perusahaan sebagai fasilitas tambahan
adalah adanya fasilitas kantin dalam perusahaan. Hal ini untuk mencegah pekerja
keluar dari pabrik untuk membeli makanan dan minuman, karena apabila pekerja
keluar dari pabrik maka pekerja akan terkena debu dan kotoran yang nantinya
dapat menimbulkan kontaminasi dengan produk.
4.4.2. Buildings
Bangunan pabrik harus dalam keadaan terpelihara dengan baik.
Bangunan diperbaiki dan dicat ulang setiap kali ada kesempatan (seperti libur
panjang), sedikitnya dua kali dalam setahun. Mengecat dan memperbaiki
bangunan hanya dilakukan pada waktu hari libur panjang saja karena untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk. Kecuali apabila
bangunan memang harus diperbaiki saat itu juga, seperti atap bocor, saluran air
tidak lancar, dan lain-lain. Karena jika tidak langsung diperbaiki kerusakan
tersebut dapat mengkontaminasi bahan baku maupun produk.
Lantai dan langit-langit/plafon harus dibersihkan secara rutin, untuk
lantai sedikitnya satu kali sehari dan untuk langit-langit sedikitnya satu minggu
sekali. Hal tersebut untuk mencegah kotoran dan debu mengkontaminasi bahan
baku dan produk, karena debu dan tanah merupakan sumber penularan mikroba
beserta sporanya.
Pada bangunan belum diberi penangkal hama/pengganggu. Untuk
memastikan bahwa bangunan terbebas dari hama/pengganggu, maka pada
bangunan wajib untuk diberi penangkal hama/pengganggu. Selain itu, perusahaan
Universitas Kristen Petra
43
belum memiliki prosedur kebersihan bangunan. Prosedur kebersihan tersebut
antara lain:
a. Bangunan wajib diperbaiki dan dicat.
b. Bangunan wajib diberi penangkal hama/pengganggu
c. Lantai wajib dibersihkan (disapu dan dipel) setiap sebelum dimulainya
aktivitas pekerjaan (tiga kali sehari/setiap pergantian shift), terutama lantai
produksi. Dilakukan oleh karyawan bagian pembersihan bangunan.
d. Langit-langit/plafon dibersihkan sedikitnya tiga hari sekali. Pembersihan
plafon dilakukan sebelum dimulainya aktivitas pekerjaan, hal ini untuk
mencegah produk terkontaminasi. Dilakukan oleh karyawan bagian
pembersihan bangunan.
e. Jendela dibersihkan setiap hari, dengan menggunakan bulu ayam/kemucing,
kain lap dan air bersih. Dilakukan oleh karyawan bagian pembersihan
bangunan.
4.4.3. Equipment
Setiap peralatan/mesin harus dijaga kebersihan dan dilakukan perawatan
secara rutin. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, maka
peralatan/mesin-mesin yang ada di pabrik apabila masih memiliki jarak yang
cukup dengan lantai (memiliki kaki) dapat diletakkan secara langsung di lantai.
Hal ini dapat dilakukan karena meskipun diletakkan secara langsung di lantai,
bagian bawah mesin masih dapat dibersihkan. Apabila peralatan/mesin-mesin
tersebut tidak memiliki jarak dengan lantai (tidak memiliki kaki)/jaraknya terlalu
dekat dengan lantai, maka peralatan/mesin-mesin tersebut harus diletakkan di atas
palet kayu terlebih dahulu/disegel. Setiap peralatan harus diketahui cara
penanganan dan pembersihannya.
Perusahaan seharusnya memiliki prosedur untuk pembersihan peralatan.
Berikut ini adalah prosedur untuk pembersihan peralatan.
a. Mesin Penghalus Gula:
Membuka tutup bagian atas mesin untuk menghilangkan sisa gula pada
bagian dalam mesin dengan mengerok, membilas dengan air, dan
menyedot kotoran. Daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian dari
Universitas Kristen Petra
44
mesin yang berfungsi untuk menghaluskan gula (menyerupai roda yang
dapat berputar), karena pada daerah tersebut agak sulit untuk dibersihkan.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
b. Mesin Mixer dan Mesin Premix:
Membuka bagian depan mesin untuk membersihkan sisa bahan baku pada
bagian dalam mesin dengan mengerok, membilas dengan air, dan
menyedot kotoran. Daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian dari
mesin yang berfungsi untuk mencampur bahan baku (menyerupai ulir yang
dapat berputar), karena pada daerah tersebut agak sulit untuk dibersihkan.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
c. Mesin Walles 5 Roll dan Mesin Boll Mill:
Membuka bagian depan mesin untuk membersihkan sisa bahan baku pada
bagian dalam mesin dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot
kotoran dan sebagainya. Daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian
dari mesin yang berfungsi untuk menghaluskan bahan baku (menyerupai
roda/roll yang dapat berputar), karena pada daerah tersebut agak sulit
untuk dibersihkan.
Universitas Kristen Petra
45
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
d. Mesin Meng dan Mesin Macantry:
Membersihkan sisa bahan baku pada bagian dalam mesin dengan
mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
e. Mesin Extruder:
Membuka bagian atas mesin untuk membersihkan sisa adonan pada bagian
dalam mesin dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran
dan sebagainya.
Melepas bagian mesin yang berfungsi untuk mencetak adonan dan
kemudian membersihkan sisa-sisa adonan yang terdapat di dalamnya,
dengan cara menyemprot dengan udara, membilas dengan air, dan
menyedot kotoran.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Universitas Kristen Petra
46
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
f. Mesin Konveyor:
Membersihkan sisa bahan baku pada bagian atas mesin dengan membilas
dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
g. Mesin Kenceng:
Membersihkan sisa meses pada bagian dalam mesin dengan mengorek,
membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
h. Alat Ayak:
Membersihkan sisa meses pada alat ayak, dan pada bagian bawah alat
ayak (bagian untuk menampung hasil ayakan) dengan cara mengorek,
membilas dengan air, dan menyedot kotoran.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa alat ayak telah
bersih.
Universitas Kristen Petra
47
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
i. Meja Cetak:
Membersihkan sisa adonan coklat pada permukaan meja cetak, dengan
diseka/dilap, dan dibilas dengan air.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa meja cetak
telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
j. Mesin Trill:
Membersihkan sisa adonan coklat pada permukaan mesin trill, dengan
diseka/dilap, dan dibilas dengan air.
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan
mesin trill telah bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari mesin dengan cara diseka/dilap. Cegah
jangan sampai terjadi genangan air, karena genangan air merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan kuman.
k. Sekop
Membersihkan sisa bahan baku pada permukaan sekop, dengan mengerok,
dan membilas dengan air.
Universitas Kristen Petra
48
Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa sekop telah
bersih.
Penggunaan desinfektan: untuk membunuh mikroba.
Penggunaan air bersih untuk membilas cairan desinfektan.
Pembilasan kering (drain dry): sisa air yang digunakan untuk membilas
cairan desinfektan dikeringkan dari sekop dengan cara diseka/dilap.
4.4.4. People
Pekerja diharuskan untuk menjaga kebersihan produk dan peralatan serta
fasilitas yang digunakan. Pekerja sebelum memulai aktivitas pekerjaannya
diharuskan mengenakan penutup kepala (untuk pekerja wanita), topi (untuk
pekerja pria), dan penutup mulut (untuk semua pekerja). Hal ini perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk atau bahan baku.
Selain itu, pekerja juga harus membersihkan debu yang ada di pakaiannya dengan
menggunakan selang udara. Hal tersebut dilakukan ketika mulai bekerja dan
setelah istirahat.
Ada beberapa hal yang perlu diterapkan oleh perusahaan pada seluruh
pekerjanya agar keamanan produk yang dihasilkan dapat terjamin. Diantaranya
adalah prosedur standar bagi higiene dan kesehatan karyawan, terutama bagi
mereka yang langsung kontak dengan makanan.
Prosedur tersebut harus dimulai sejak direncanakan untuk menerima
karyawan baru hingga higiene sehari-hari yang harus terpelihara secara
berkelanjutan. Ada tiga bidang yang saling terkait dan harus dilaksanakan secara
terpadu dalam prosedur tersebut, yaitu:
a. Seleksi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan karyawan.
Dalam melakukan seleksi karyawan, yang paling penting adalah
memeriksa kesehatan karyawan secara umum, dan yang terpenting adalah
memeriksa apakah seorang calon karyawan menderita penyakit infeksi secara
aktif maupun pasif (tifus, disentri, dan hepatitis). Setelah karyawan bekerja,
minimum satu tahun sekali harus dilakukan pemeriksaan ulang.
Universitas Kristen Petra
49
b. Pendidikan dan pengawasan higiene dan sanitasi.
Pendidikan harus dilaksanakan bukan hanya sampai pada taraf kognitif
(tahu), tetapi sampai pada perubahan pola tingkah laku (attitude). Untuk
sampai tahapan ini pendidikan harus dilakukan secara rutin, berkala, dan
diawasi terus menerus. Pendidikan yang diberikan harus mencakup:
Prinsip higiene dan sanitasi pada pabrik.
Berbagai sistem kebersihan dan sanitasi di pabrik harus ditegakkan dengan
konsekwen. Di setiap tempat harus selalu diingatkan (dalam bentuk poster,
karikatur, atau huruf-huruf yang menyolok) akan pentingnya kebersihan
dan sanitasi. Yang terpenting adalah karyawan harus mengerti mengapa
mereka harus menggunakan atau melakukan hal-hal tersebut, karena jika
tidak semua itu tidak akan ada gunanya.
Higiene pribadi/perorangan. Perilaku hidup bersih harus dimengerti dan
dijalankan. Hal tersebut meliputi:
1. Cuci tangan: biasakan mencuci tangan dengan seksama, dengan air
yang bersih dan memenuhi syarat air minum, dengan sabun atau
deterjen. Tangan harus dicuci sebelum mulai bekerja, setelah
menggunakan toilet, setelah memegang bahan terkontaminasi, atau
kapan saja bila diperlukan.
2. Kebersihan: secara umum karyawan harus tampak bersih, kulitnya
maupun pakaiannya.
3. Hindari kebiasaan tidak sehat: meludah, mengorek hidung, telinga,
menggaruk, mengunyah-ngunyah, dan lain-lain.
Rasionalisasi penggunaan berbagai alat pencegahan infeksi atau
kontaminasi di pabrik agar mereka mempunyai pola tingkah laku yang
sesuai dan selalu waspada akan higiene dan sanitasi.
c. Praktek higiene dan sanitasi di pabrik.
Kebersihan ruangan: karyawan harus menjaga agar lantai tetap bersih.
Karyawan sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang bersih.
Topi, masker, penutup kepala, sarung tangan, baju luar dan sepatu
merupakan pakaian kerja standar yang harus dipakai bila hendak masuk
Universitas Kristen Petra
50
ruangan kerja, dan dibuka bila meninggalkannya. Cara pemakaiannya
harus tepat pula.
Pakaian dan sepatu wajib diganti dan dicuci setiap hari dengan sabun cuci
khusus. Dilakukan oleh karyawan bagian pencucian.
4.4.5. Cleaning
Di dalam pabrik tersedia fasilitas kebersihan yang cukup untuk
pembersihan peralatan/mesin, seperti alat penyemprot, kain lap, dan lain-lain.
Selain untuk peralatan/mesin, fasilitas kebersihan juga disediakan untuk pekerja
dan bangunan. Untuk pekerja antara lain wastafel, selang udara, toilet, dan lain-
lain, sedangkan untuk bangunan adalah sapu, kain lap, kemucing, dan lain-lain.
Area pembersihan untuk pekerja terpisah dengan lantai produksi, hal ini untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk. Seluruh fasilitas
kebersihan ini mudah penggunaannya.
Ada beberapa fasilitas tambahan yang sebaiknya disediakan dalam
perusahaan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah:
Adanya fasilitas loker pakaian untuk karyawan, fasilitas ini diperlukan sebagai
tempat untuk menyimpan pakaian kerja karyawan, karena pakaian karyawan
harus diganti dan dicuci setiap hari.
Adanya fasilitas pencucian pakaian kerja karyawan. Hal ini diperlukan agar
pakaian kerja karyawan terjaga kebersihannya. Pakaian kerja karyawan harus
dicuci dengan menggunakan sabun cuci khusus yang dapat memastikan
kebersihannya.
Selain itu, setiap fasilitas yang ada dalam perusahaan wajib dibersihkan
secara rutin. Prosedur pembersihan fasilitas tersebut adalah:
Pekerja dilatih untuk menjaga/memelihara fasilitas yang ada, seperti wastafel,
toilet, dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar fasilitas-
fasilitas tersebut tetap terjaga kebersihannya.
Wastafel wajib dibersihkan setiap hari. Dilakukan oleh karyawan bagian
pembersihan bangunan. Pada wastafel harus diberi handuk tangan, untuk
mengeringkan tangan pekerja.
Universitas Kristen Petra
51
Toilet wajib dibersihkan tiga hari sekali. Dilakukan oleh karyawan bagian
pembersihan bangunan. Pintu toilet harus selalu dalam keadaan tertutup.
Toilet harus dijaga dalam keadaan yang baik setiap saat.
Handuk tangan wajib diganti setiap hari dan dicuci dengan menggunakan
sabun cuci khusus untuk memastikan keberihannya. Dilakukan oleh karyawan
bagian pencucian.
Tempat sampah wajib dibersihkan setiap harinya. Dilakukan oleh karyawan
bagian pembersihan bangunan.
4.4.6. Chemicals
Bahan kimia memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai, yaitu di
ruang simpan dengan luas 12 m2 dan suhu 27-28o C (suhu kamar). Setiap bahan
kimia diberi label yang berisi kode bahan kimia, tanggal kadaluwarsa, dan cara
penanganan yang benar. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam
penanganan dan penggunaan bahan kimia. Personel pemegang bahan kimia
seluruhnya dilatih untuk penanganan yang benar.
Perusahaan sebaiknya membuat prosedur tertulis yang dilabelkan untuk
cara penanganan bahan kimia dengan benar. Label tersebut antara lain berisi
tentang:
Nama bahan/larutan dalam bahan kimia..
Nama dan alamat produsen/distributor.
Petunjuk penggunaan.
Tanggal kadaluwarsa.
Apabila terjadi ketidaksesuaian pelabelan, penyimpangan, dan penggunaan bahan
kimia, maka yang perlu dilakukan adalah:
Memindahkan bahan kimia yang tidak benar penyimpanannya.
Mengembalikan kepada pemasok bahan yang tidak dilabel dengan benar.
Memperbaiki label.
Membuang wadah yang rusak.
Memeriksa keamanan produk.
Universitas Kristen Petra
52
Berikut ini akan dijelaskan mengenai bahan-bahan kimia yang
digunakan beserta dengan fungsi, faktor intrinsik dengan toleransi limit, dan
kriteria beserta limit mikrobiologikal, serta sampling plans-nya.
a. Bahan Pengawet
Bahan pengawet yang digunakan dalam memproduksi coklat ini adalah asam
benzoat, karena asam benzoat sangat efektif untuk mencegah timbulnya jamur
dan ragi. Asam benzoat ini berwarna putih, kering, dan tidak berbau.
Bahan baku asam benzoat memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 0,4% - 0,8%
pH : 3,76% - 4,5%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 8/g
Escherichia Colli = 0 – 8/g
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1 plastik asam benzoat, dan dari 1 plastik
tersebut diambil setengah kg untuk dites.
b. Obat Oplos
Obat oplos ini adalah suatu bahan kimia yang berwarna kuning kecoklatan dan
tidak berbau. Obat oplos ini ditambahkan dengan tujuan untuk memperkecil
viskositas dan memperbesar kemampuan alir dari adonan coklat yang akan
mengurangi penggunaan lemak coklat, sehingga minyak yang terdapat dalam
adonan coklat dapat melekat pada permukaan partikel gula.
Bahan baku obat oplos memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 0,4% - 0,8%
pH : 3,8% - 4,4%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 8/g
Escherichia Colli = 0 – 8/g
Universitas Kristen Petra
53
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1 plastik obat oplos, dan dari 1 plastik tersebut
diambil setengah kg untuk dites.
4.4.7. Raw Materials
Bahan baku memiliki ruang sendiri dalam penyimpanannya., yaitu
gudang bahan baku. Setiap bahan baku mempunyai label yang berisi kode bahan
baku, tanggal kadaluwarsa, dan cara penanganan yang benar agar tidak terjadi
kesalahan dalam penggunaan bahan baku. Setiap bahan baku diketahui cara
penanganannya, untuk hal ini ada pekerja yang disediakan khusus untuk
menangani setiap masalah yang berhubungan dengan bahan baku. Ukuran bahan
baku yang digunakan dikontrol oleh bagian pencampuran yang telah memiliki
pengalaman cukup tinggi.
Setiap bahan baku yang datang dari suplier langsung diperiksa dan dites
terlebih dahulu oleh kepala gudang dan kemudian oleh bagian laboratorium. Tes
bahan baku ini meliputi tes biologikal, kimia, dan fisik. Bahan baku yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak pabrik akan diterima, sedangkan bahan
baku yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan memiliki dua
kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah apabila masih dalam batas
yang dapat diterima maka bahan baku tersebut akan diterima, tetapi bila sudah
keluar dari batas yang diijinkan maka bahan baku tersebut akan
ditolak/dikembalikan.
Untuk memastikan bahwa bahan baku bebas dari hama/racun/
mikroorganisme yang berbahaya bagi konsumen perusahaan sebaiknya tidak
hanya melakukan dengan tes laboratorium saja, tetapi juga harus ditunjang dengan
meminta jaminan/sertifikasi dari suplier.
Bahan baku yang dipakai dalam pengolahan coklat ini yang utama
adalah bubuk coklat, gula halus, minyak coklat, dan susu, sedangkan yang lainnya
adalah bahan baku pembantu. Berikut ini akan dijelaskan mengenai macam-
macam bahan baku beserta dengan fungsi, faktor intrinsik dengan toleransi limit,
dan kriteria beserta limit mikrobiologikal, serta sampling plans-nya.
Universitas Kristen Petra
54
a. Bubuk Coklat
Bubuk coklat ini berasal dari biji coklat yang telah melalui proses
penghalusan. Warnanya coklat pekat.
Bahan baku bubuk coklat memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 6,15% - 8%
Kandungan lemak : 10,65% - 11,5%
pH : 6,32% - 7%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 10/g
Escherichia Colli = 0 – 10/g
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1 kg bubuk coklat untuk dites.
b. Minyak Coklat
Minyak coklat ini merupakan hasil pemrosesan biji coklat. Minyak coklat
memiliki warna kuning kecoklatan serta berbau khas coklat. Fungsinya adalah
untuk memudahkan pencampuran, penghalusan dan pengadukan coklat selama
diproses.
Bahan baku minyak coklat memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 0 - 0,3%
Kandungan lemak : 46,87% - 50%
pH : 7,25% - 8%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 15/g
Escherichia Colli = 0 – 15/g
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1 kg minyak coklat untuk dites.
c. Gula Halus
Gula halus ditambahkan pada pengolahan coklat ini karena memiliki fungsi
meningkatkan cita rasa coklat, yaitu dengan memberi rasa manis pada coklat.
Universitas Kristen Petra
55
Selain itu, kadar gula yang tinggi juga dapat berfungsi sebagai pengawet. Gula
halus ini berasal dari gula pasir kasar yang telah dihaluskan.
Bahan baku gula halus memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 3,35% - 4,2%
Kandungan lemak : 23,7% - 25%
pH : 5,22% - 5,8%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 10/g
Escherichia Colli = 0 – 10/g
Sampling plans = Diambil beberapa karung secara acak, kemudian dari
masing-masing karung diambil 2 kg gula untuk dites.
d. Susu Bubuk
Susu bubuk dalam proses pembuatan coklat ini memiliki fungsi untuk
meningkatkan nilai nutrisi dari coklat. Selain itu dengan ditambahkannya susu
bubuk ini, maka warna coklat yang dihasilkan tidak terlalu tua, karena apabila
warna coklat terlalu tua akan memberikan kesan rasa yang pahit.
Bahan baku susu bubuk memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 3,15% - 4,3%
Kandungan lemak : 20,54% - 22%
pH : 6,67% - 7,7%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 10/g
Escherichia Colli = 0 – 10/g
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1 kg susu untuk dites.
e. Tepung Gaplek
Tepung gaplek ditambahkan pada pengolahan coklat ini untuk membuat
adonan coklat menjadi seperti jeladren. Tepung gaplek memiliki warna putih
kekuningan. Tepung gaplek ini hanya digunakan untuk produk coklat meses.
Universitas Kristen Petra
56
Bahan baku tepung gaplek memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi
limitnya masing-masing, yaitu:
Kadar air : 2,43% - 3%
Kandungan lemak : 8,16% - 10%
pH : 6,58% - 7,5%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 10/g
Escherichia Colli = 0 – 10/g
Sampling plans = Diambil beberapa karung secara acak, kemudian dari
masing-masing karung diambil 1 kg tepung gaplek untuk dites.
f. Sirup
Sirup ditambahkan pada pengolahan coklat ini untuk memberi kesan kilap
pada produk. Warna sirup adalah putih kecoklatan. Sirup ini hanya
dipergunakan untuk produk coklat meses.
Bahan baku sirup memiliki beberapa faktor intrinsik dengan toleransi limitnya
masing-masing, yaitu:
Kadar air : 45,7% - 48%
Kandungan lemak : 24,65% - 26%
pH : 5,36% - 6%
Sedangkan kriteria dan limit mikrobiologikal serta sampling plans-nya adalah:
Salmonella = 0 – 15/ml
Escherichia Colli = 0 – 15/ml
Sampling plans = Diambil beberapa kardus secara acak, kemudian dari
masing-masing kardus diambil 1,5 liter sirup untuk dites.
g. Kertas Pembungkus
Kertas pembungkus ini digunakan untuk membungkus produk coklat batangan
yang telah selesai diproses. Kertas bungkus yang digunakan untuk permen
coklat ada dua macam, yaitu kertas pembungkus dalam yang terbuat dari
aluminium foil dan kertas pembungkus luar yang terbuat dari kertas biasa dan
diberi merk. Kertas pembungkus luar harus dibuat semenarik mungkin, karena
kertas pembungkus luar ini memiliki peran untuk menarik minat beli
konsumen. Oleh karena itu, kertas pembungkus luar ini dibuat dengan warna
Universitas Kristen Petra
57
yang bermacam-macam, ada yang merah, hijau, biru, putih, dan kuning
sehingga konsumen tertarik untuk membelinya. Sedangkan untuk white coklat
dan dark coklat kertas pembungkus yang digunakan hanya satu macam, yaitu
kertas pembungkus yang menggunakan aluminium foil yang sekaligus diberi
merk.
h. Plastik Pembungkus
Plastik pembungkus ini digunakan untuk produk coklat meses.yang telah
selesai diproses. Selain itu, plastik ini juga berfungsi untuk melapisi bagian
dalam dari kaleng pengemas.
i. Kaleng Pembungkus
Kaleng pembungkus ini digunakan untuk produk coklat meses yang telah
dibungkus plastik.
j. Karton/Kardus
Kardus akan digunakan untuk mengepak produk permen coklat yang telah
siap untuk dikirim.
4.4.8. Storage
Bahan baku disimpan dalam gudang bahan baku dengan suhu 27-28o C
(suhu kamar) dan bahan kimia disimpan di ruang simpan juga dengan suhu 27-28o
C, sedangkan produk jadi disimpan dalam gudang jadi dengan suhu 14o C. Ruang
penyimpanan memiliki pemisahan yang memadai, setiap produk jadi memiliki
area-area sendiri yang telah ditentukan sebelumnya. Tempat penyimpanan bahan
baku, bahan kimia, dan produk jadi terjaga kebersihannya. Setiap bahan baku,
bahan kimia, dan produk jadi tidak secara langsung diletakkan di lantai melainkan
diletakkan di atas palet kayu.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah keadaan kontainer. Kontainer
yang digunakan untuk mengirim bahan baku dipastikan kebersihannya, hal ini
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang selama bahan baku didistribusikan.
Kontainer yang digunakan untuk mengirim lebih dari satu jenis bahan baku, harus
dipastikan memiliki jarak yang cukup antar bahan baku yang satu dengan bahan
baku yang lain.
Universitas Kristen Petra
58
Ruang penyimpanan baik gudang bahan baku, ruang simpan, maupun
gudang jadi harus dipastikan terbebas dari gangguan/hama. Untuk itu ruang
penyimpanan wajib diberi penangkal hama/pengganggu. Hal ini untuk mencegah
baik bahan baku maupun produk jadi terkontaminasi.
Ruang penyimpanan juga harus dibersihkan dua kali sehari (lantai disapu
dan dipel serta jendela dibersihkan dengan kemucing, kain lap, dan air bersih).
Dilakukan oleh karyawan bagian pembersihan gedung.
4.4.9. Products
Lantai produksi diletakkan terpisah. Setiap produk harus ditangani dengan
benar dan dijaga kebersihannya agar produk yang dihasilkan higieneis dan tidak
terkontaminasi. Lantai produksi wajib untuk dibersihkan sedikitnya dua kali
sehari.
Agar produk yang dihasilkan terjamin keamanan/higienitasnya, maka
diperlukan prosedur penanganan dan kebersihan secara tepat. Berikut ini adalah
prosedur penanganan dan kebersihan produk.
Tempat bahan baku dan cetakan dicuci dan dibersihkan setiap kali akan
digunakan. Dilakukan oleh pekerja yang akan menggunakan tempat bahan
baku dan cetakan tersebut.
Pekerja dipastikan memenuhi prosedur kebersihan pekerja.
Peralatan/mesin dipastikan telah dibersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
Lantai produksi dipastikan telah dibersihkan.
4.4.10. Packaging
Pengepakan masing-masing produk dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan, sehingga produk tidak mengalami kerusakan selama
disimpan dan dikirim. Bahan-bahan yang digunakan untuk membungkus dan
mengepak harus diperiksa terlebih dahulu (apakah pada kardus terdapat lubang,
kaleng penyok, dan lain-lain) agar tidak terjadi kontaminasi silang selama produk
disimpan dan dikirim. Setiap produk harus diberi label yang berisi kode, tanggal
kadaluwarsa, serta cara penggunaan dan penanganan produk dengan benar.
Universitas Kristen Petra
59
Pada proses pengepakan, yang harus diperhatikan oleh perusahaan
adalah material yang digunakan untuk mengepak produk. Material tersebut antara
lain:
Untuk produk meses adalah plastik pembungkus. Plastik pembungkus harus
dipastikan terbebas dari bakteri, untuk itu plastik pembungkus harus dites
melalui laboratorium dan dilakukan sterilisasi. Selain itu, plastik pembungkus
yang digunakan sebaiknya dari bahan polyethylene atau polypropylene, karena
plastik dengan bahan tersebut dapat memberikan perlindungan pada produk
dari air, udara/gas, panas, dan debu.
Untuk produk coklat batangan adalah aluminium foil dan kertas pembungkus.
Aluminium foil dan kertas pembungkus harus dites melalui laboratorium dan
dilakukan sterilisasi untuk memastikan bahwa aluminium foil dan kertas
pembungkus terbebas dari bakteri.
Berikut ini adalah proses pengepakan untuk masing-masing produk.
Meses: Meses dimasukkan ke dalam plastik kemudian plastik tersebut ditutup.
Setelah itu plastik dimasukkan ke dalam kardus dan diberi perekat (lakban).
Permen coklat: Permen coklat dibungkus dengan menggunakan aluminium
foil, kemudian dibungkus lagi dengan menggunakan kertas bungkus. Setelah
itu, permen coklat dimasukkan ke dalam plastik dan kemudian dimasukkan
kardus yang diberi perekat (lakban).
White coklat: White coklat dibungkus dengan menggunakan aluminium foil,
kemudian dimasukkan ke dalam kardus dan diberi perekat (lakban).
Dark coklat: Dark coklat dibungkus dengan menggunakan aluminium foil,
kemudian dimasukkan ke dalam kardus dan diberi perekat (lakban).
4.5. Analisis Hazard dan Pengidentifikasian Tindakan Preventif/Pencegahan
Analisis bahaya dan pengidentifikasian tindakan preventif yang dilakukan
harus meliputi tiga unsur, yaitu unsur biologis, kimiawi, dan fisik yang dapat
menyebabkan bahan pangan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Analisis dan
pengidentifikasian ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan Lembar
Kerja Analisis Bahaya (Hazard).
Universitas Kristen Petra
60
4.5.1. Analisis Hazard dan Pengidentifikasian Tindakan Preventif/Pencegahan
untuk Proses Produksi Meses
a. Analisis Bahaya
Dari hasil analisis bahaya yang dilakukan, didapatkan beberapa bahaya yang
mungkin terjadi. Bahaya-bahaya tersebut adalah:
Bakteri Staphylococcus Aureus yang terdapat pada tangan pekerja untuk
proses pengangkutan bahan baku bubuk coklat, gula halus, minyak coklat,
tepung gaplek, sirup, susu, obat oplos, dan bahan pengawet asam benzoat.
Selain itu juga terdapat pada proses penghalusan gula, proses
pencampuran bahan baku, proses pendinginan pertama, dan proses
pendinginan kedua.
Bakteri Eschericia Colli yang terdapat pada tempat bahan baku bubuk
coklat, gula halus, minyak coklat, tepung gaplek, sirup, dan susu.
Bakteri pada plastik pembungkus.
Air, debu, udara/gas, dan panas yang dapat menyebabkan produk jadi
terkontaminasi setelah dilakukan proses pembungkusan.
b. Pengidentifikasian Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan untuk menghilangkan/mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya yang dapat membuat produk pangan menjadi
tidak aman untuk dikonsumsi. Tindakan-tindakan pencegahan tersebut antara
lain:
Setiap pekerja diwajibkan untuk mencuci tangannya dan kemudian
menggunakan sarung tangan ketika bekerja. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah bakteri Staphylococcus Aureus yang kemungkinan terdapat
pada tangan pekerja agar tidak mencemari produk pangan.
Membersihkan tempat bahan baku setiap kali akan digunakan untuk
mencegah timbulnya bakteri Escherichia Colli pada tempat bahan baku.
Meneliti plastik pembungkus melalui tes laboratorium terlebih dahulu dan
mensterilkan plastik pembungkus sebelum digunakan untuk membungkus
produk jadi. Hal ini diperlukan untuk mencegah kemungkinan adanya
bakteri pada plastik pembungkus yang dapat menyebabkan produk jadi
terkontaminasi.
Universitas Kristen Petra
61
Menggunakan plastik pembungkus yang terbuat dari bahan yang dapat
memberikan perlindungan bagi produk jadi sehingga produk jadi tidak
terkontaminasi oleh air, udara/gas, panas, dan debu.
Lembar Kerja Analisis Bahaya (Hazard) produk meses secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 5 dan 6 halaman 76 dan 79.
4.5.2. Analisis Hazard dan Pengidentifikasian Tindakan Preventif/Pencegahan
untuk Proses Produksi Coklat Batangan
Untuk analisis bahaya dan pengidentifikasian tindakan pencegahan
produk coklat batangan hasilnya kurang lebih sama dengan produk meses. Hal ini
dikarenakan adanya kesamaan beberapa bahan baku yang digunakan serta proses
produksi yang juga kurang lebih sama dengan proses produksi meses.
Perbedannya terletak pada mesin serta komposisi bahan baku yang digunakan.
a. Analisis Bahaya
Beberapa bahaya yang mungkin terjadi dari hasil analisis adalah:
Bakteri Staphylococcus Aureus yang terdapat pada tangan pekerja untuk
pengangkutan bahan baku bubuk coklat, gula halus, minyak coklat, susu,
obat oplos, dan bahan pengawet asam benzoat. Selain itu juga terdapat
pada proses penghalusan gula, proses pencampuran bahan baku, proses
pencetakan, dan proses pengentrokan/ mengeluarkan coklat dari cetakan
Bakteri Eschericia Colli yang terdapat pada tempat bahan baku bubuk
coklat, gula halus, minyak coklat, susu, dan cetakan.
Bakteri pada aluminium foil dan kertas pembungkus.
b. Pengidentifikasian Tindakan Pencegahan
Tindakan-tindakan pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghilangkan/
mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya-bahaya di atas adalah:
Setiap pekerja diwajibkan untuk mencuci tangannya dan kemudian
menggunakan sarung tangan ketika bekerja. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah bakteri Staphylococcus Aureus yang kemungkinan terdapat
pada tangan pekerja agar tidak mencemari produk pangan.
Universitas Kristen Petra
62
Membersihkan tempat bahan baku setidaknya satu minggu sekali untuk
mencegah timbulnya bakteri Escherichia Colli pada tempat bahan baku
dan cetakan.
Meneliti aluminium foil dan kertas pembungkus melalui tes laboratorium
terlebih dahulu dan mensterilkan aluminium dan kertas pembungkus
sebelum digunakan untuk membungkus produk jadi. Hal ini diperlukan
untuk mencegah kemungkinan adanya bakteri pada aluminium foil dan
kertas pembungkus yang dapat menyebabkan produk jadi terkontaminasi.
Lembar Kerja Analisis Bahaya (Hazard) produk coklat batangan secara lengkap
dapat dilihat pada lampiran 5 dan 7 halaman 76 dan 88.
4.6. Penetapan Titik Kendali Kritis (CCP)
Titik kendali kritis (CCP) dapat ditetapkan dengan menggunakan
pengetahuan dari proses dan semua hazard yang berpotensi. Selain itu CCP juga
dapat ditemukan dengan mengikuti setiap pertanyaan-pertanyaan yang ada pada
CCP decision tree. Pada laporan tugas akhir ini, CCP ditemukan dengan
menggunakan CCP decision tree.
a. Titik Kendali Kritis (CCP) Produk Meses
Penentuan CCP untuk produk meses dapat dilihat pada lampiran 8 halaman
95.
b. Titik Kendali Kritis (CCP) Produk Coklat Batangan
Penentuan CCP untuk produk coklat batangan dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 97.
4.7. Penentuan Batas Kritis (CL)
Batas kritis ditentukan untuk setiap faktor yang berhubungan dengan
keamanan pada CCP. Berikut ini adalah batas kritis untuk setiap produk jadi.
a. Batas Kritis/Critical Limits (CL) Produk Meses
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus pada tangan pekerja
CCP : Proses pengangkutan bahan baku bubuk coklat, minyak coklat,
susu, gula, tepung gaplek, sirup, obat oplos, dan asam benzoat.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
Universitas Kristen Petra
63
2. Batas toleransinya antara 0-10/g untuk bahan baku bubuk
coklat, susu, gula, dan tepung gaplek, 0-15/g untuk bahan
baku minyak coklat dan sirup, serta 0-8/g untuk obat oplos
dan bahan pengawet asam benzoat.
Hazards : Bakteri Escherichia Colli pada tempat bahan baku
CCP : Persiapan proses produksi.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g untuk bahan baku bubuk
coklat, susu, gula, dan tepung gaplek, 0-15/g untuk bahan
baku minyak coklat dan sirup, serta 0-8/g untuk obat oplos
dan bahan pengawet asam benzoat.
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses penghalusan bahan baku gula.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pencampuran bahan baku.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pendinginan pertama bahan baku.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus pada tangan pekerja
CCP : Proses pendinginan kedua bahan baku.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri pada plastik pembungkus
CCP : Proses Pembungkusan.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada plastik
pembungkus
2. Batas toleransinya antara 0-5/plastik
Universitas Kristen Petra
64
Hazards : Air, udara/gas, panas, dan debu
CCP : Proses pembungkusan.
CL : Tidak ada air, udara/gas, panas, dan debu pada produk jadi.
b. Batas Kritis/Critical Limits (CL) Produk Coklat Batangan
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pengangkutan bahan baku bubuk coklat, minyak coklat,
susu, gula, obat oplos, dan asam benzoat.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g untuk bahan baku bubuk
coklat, susu, dan gula, 0-15/g untuk bahan baku minyak
coklat, serta 0-8/g untuk obat oplos dan bahan pengawet
asam benzoat.
Hazards : Bakteri Escherichia Colli
CCP : Persiapan proses produksi
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g untuk bahan baku bubuk
coklat, susu, dan gula, 0-15/g untuk bahan baku minyak
coklat, serta 0-8/g untuk obat oplos dan bahan pengawet
asam benzoat.
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses penghalusan bahan baku gula.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pencampuran bahan baku.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pencetakan bahan baku.
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Universitas Kristen Petra
65
Hazards : Bakteri Staphylococcus Aureus
CCP : Proses pengentrokan/mengeluarkan coklat dari cetakan
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada tangan pekerja
2. Batas toleransinya antara 0-10/g
Hazards : Bakteri pada aluminium foil dan kertas pembungkus
CCP : Proses Pembungkusan
CL : 1. Tidak ada bakteri staphylococcus aureus pada kertas
pembungkus dan aluminium foil
2. Batas toleransinya antara 0-5/kertas pembungkus dan
aluminium foil
4.8. Pemonitoran Setiap CCP
Proses pemonitoran dilakukan pada setiap CCP masing-masing produk.
a. Pemonitoran untuk Produk Meses
Pemonitoran untuk produk meses secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
10 halaman 99.
b. Pemonitoran untuk Produk Coklat Batangan
Pemonitoran untuk produk coklat batangan secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 11 halaman 104.
4.9. Tindakan Koreksi/Perbaikan
Tindakan koreksi/perbaikan dilakukan untuk setiap penyimpangan yang
terjadi pada batas kritis. Berikut ini adalah tindakan perbaikan yang harus diambil
ketika terjadi penyimpangan pada batas kritis untuk masing-masing produk.
a. Tindakan Perbaikan untuk Produk Meses
Untuk pengangkutan bahan baku bubuk coklat, minyak coklat, susu,
tepung gaplek, sirup, obat oplos, asam benzoat, dan gula memiliki
tindakan perbaikan yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan
proses, yaitu proses pengangkutan, selain itu juga karena memiliki
kesamaan batas kritis. Tindakan-tindakan perbaikan tersebut adalah:
1. Bahan baku diperiksa oleh pihak laboratorium.
2. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
Universitas Kristen Petra
66
3. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Persiapan Proses Produksi
1. Bahan baku diperiksa oleh pihak laboratorium.
2. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
3. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses penghalusan bahan baku gula
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil penghalusan gula
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pencampuran bahan baku
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pencampuran bahan baku.
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pendinginan pertama bahan baku
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pendinginan pertama bahan baku.
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pendinginan kedua bahan baku
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pendinginan kedua bahan baku.
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Universitas Kristen Petra
67
Proses pembungkusan
1. Produk diperiksa oleh pihak laboratorium.
2. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
3. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
b. Tindakan Perbaikan untuk Produk Coklat Batangan
Untuk pengangkutan bahan baku bubuk coklat, minyak coklat, susu, obat
oplos, asam benzoat, dan gula juga memiliki tindakan perbaikan yang
sama dengan produk meses. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan proses
(proses pengangkutan), kesamaan bahan baku, dan kesamaan batas kritis.
Tindakan-tindakan perbaikan tersebut adalah:
1. Bahan baku diperiksa kembali oleh pihak laboratorium.
2. Membuang apabila ada yang telah terkontaminasi.
3. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses penghalusan bahan baku gula
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil penghalusan gula
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pencampuran bahan baku
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pencampuran bahan baku.
3. Membuang apabila ada yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pencetakan bahan baku
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pencetakan bahan baku.
3. Membuang yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Universitas Kristen Petra
68
Proses pengentrokan/mengeluarkan coklat dari cetakan
1. Stop proses selanjutnya.
2. Pihak laboratorium memeriksa hasil pencetakan bahan baku.
3. Membuang yang terkontaminasi.
4. Bila tidak terkontaminasi/tidak melebihi batas toleransi, maka proses
selanjutnya dapat dilakukan.
5. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
Proses pembungkusan
1. Produk diperiksa oleh pihak laboratorium.
2. Membuang yang terkontaminasi.
3. Menginformasikan hal tersebut kepada manajer produksi.
4.10. Sistem Pencatatan
Sistem pencatatan dapat dilihat pada bagian lampiran 12 (record) halaman
109.
4.11. Verifikasi/Pengujian
Untuk memastikan agar sistem HACCP berjalan efektif, ada beberapa hal
yang perlu dilakukan. Hal-hal tersebut adalah:
a. Membuat jadwal untuk pengkalibrasian peralatan. Formulir jadwal kalibrasi
alat dapat dilihat pada lampiran 12 bagian record halaman 198.
b. Melakukan audit internal secara berkala dengan menggunakan sistem audit
checklist sesuai dengan instruksi yang terdapat di lampiran 12 bagian record
halaman 181. Setelah itu, informasi yang tercatat di checklist akan melaporkan
kepada tim HACCP tentang seberapa jauh rencana HACCP diikuti.
c. Menetapkan disiplin kerja dengan cara mengambil tindakan apabila terjadi
pelanggaran berkaitan dengan titik kendali kritis (CCP). Tindakan-tindakan
yang tersebut adalah:
Untuk karyawan yang tidak mencuci tangan, tidak menggunakan sarung
tangan, atau tidak mengenakan standar pakaian kerja yang diinstruksikan.
Selain itu juga apabila karyawan yang tidak membersihkan tempat bahan
baku, dan apabila karyawan bagian laboratorium yang tidak melakukan
Universitas Kristen Petra
69
pengetesan dan sterilisasi plastik pembungkus, aluminium foil, dan kertas
pembungkus. Tindakan-tindakan yang diberlakukan adalah:
1. Melanggar lima kali dalam satu bulan: Ditegur/diperingatkan.
2. Melanggar sepuluh kali dalam satu bulan: Diberi peringatan secara
tertulis.
3. Melanggar lima belas kali dalam satu bulan: Diberhentikan sementara.
Pemasok memberikan plastik yang tidak terbuat dari bahan yang dapat
memberikan perlindungan dari air, udara/gas, panas, dan debu. Tindakan
yang diberlakukan adalah:
1. Melanggar tiga kali dalam jangka waktu sepuluh kali pemesanan:
Ditegur/diperingatkan.
2. Melanggar lima kali dalam jangka waktu sepuluh kali pemesanan:
Dilakukan pemutusan hubungan dengan pemasok.
Sedangkan untuk karyawan yang telah mendisiplinkan diri, maka diberi
penghargaan guna memacu karyawan tersebut dan karyawan yang lain untuk
lebih mendisiplinkan diri masing-masing.