h_1_180_isi

180
S aya yakin para pembaca yang terhormat pasti sering mendengar, bahkan mengucapkan, kata “pembangunan”. Benar bukan? Pembangunan memang kata yang sangat populer, sering diucapkan dan digunakan dalam berbagai bentuk komunikasi di semua lapisan masyarakat, baik formal maupun informal. Dalam arti luas, pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan melembaga dalam rangka membangun masyarakat (development are conscious and institutionalized attempt at societal development). Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa pembangunan bermakna sebuah tindakan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pihak yang membangun, yaitu pemerintah (government state) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selaras dengan pemahaman tersebut, dalam konteks penye- lenggaraan pemerintahan, pembangunan menggambarkan adanya perilaku atau tindakan pemerintah dengan segenap unit dan bagiannya, menjalankan tugas pemerintahan, tugas pembangunan, dan tugas pelayanan kepada masyarakat secara berdaya guna dan dapat membawa hasil. Dalam pemahaman yang lebih operasional, membangun dapat berarti mendirikan, PENDAHULUAN Menggugat Konsep Pembangunan Bab I Isi 2.indd 1 Isi 2.indd 1 9/17/2014 8:47:38 PM 9/17/2014 8:47:38 PM

Upload: rajasiringkiron

Post on 05-Feb-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Revolusi dari desa

TRANSCRIPT

Page 1: H_1_180_Isi

Saya yakin para pembaca yang terhormat pasti sering mendengar, bahkan mengucapkan, kata “pem bangun an”. Benar bukan? Pem bangunan memang kata yang sangat

populer, sering diucapkan dan diguna kan dalam ber bagai bentuk komunikasi di semua lapisan masyarakat, baik formal maupun informal. Dalam arti luas, pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan melembaga dalam rangka membangun masyarakat (development are conscious and institutionalized attempt at societal development). Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa pembangunan ber makna sebuah tindakan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pihak yang membangun, yaitu pemerintah (government state) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selaras dengan pemahaman tersebut, dalam konteks penye-lenggaraan pemerintahan, pembangunan menggambarkan adanya perilaku atau tindakan pemerintah dengan segenap unit dan bagiannya, menjalankan tugas pemerintahan, tugas pembangunan, dan tugas pelayanan kepada masyarakat secara berdaya guna dan dapat membawa hasil. Dalam pema haman yang lebih operasional, membangun dapat berarti mendirikan,

PENDAHULUAN

Menggugat Konsep Pembangunan

Bab I

Isi 2.indd 1Isi 2.indd 1 9/17/2014 8:47:38 PM9/17/2014 8:47:38 PM

Page 2: H_1_180_Isi

2 REVOLUSI DARI DESA

mengadakan, memperbaiki, melengkapi, menyem purna kan atau melakukan sesuatu yang bermakna baik (good under-standing). Membangun merupakan suatu tindakan dalam melakukan pembinaan dan/atau pendidikan untuk mengubah dan membentuk sesuatu. Dengan kata lain, mem bangun juga bisa disebut sebagai upaya peningkatan keman faatan kualitas sumber daya pembangunan, baik menyangkut sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Membangun merupakan upaya dan tindakan nyata yang terus-menerus dilakukan oleh seseorang, kelompok, golongan, pemerintah, atau pun negara untuk mewujudkan sebuah harapan atau sesuatu yang sangat diimpikan oleh berbagai lapisan masyarakat tersebut. Proses membangun melibat kan sege nap aktor pemangku kepentingan (stakehol-ders) yang masing-masing memiliki peran dan fungsi berbeda tetapi terkait satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

Membangun memang mudah dikatakan tetapi kenya-taannya sungguh tidak mudah dilaksanakan. Terdapat berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan mem bangun. Tantangan tersebut biasanya berawal dari sejumlah per tanyaan, seperti: Apakah persoalan utama yang dihadapi dalam mem-

bangun? Apakah strategi dan pola yang harus dijalankan dalam

mem bangun? Bagaimanakah berbagai potensi penunjang yang sesung-

guhnya tersedia harus dikelola menjadi kekuatan?

Kendati berbagai upaya telah dilakukan, tantangan terbesar justru datang dari para pemangku kekuasaan. Berbagai potensi kekuatan yang diprediksi akan mendukung justru seringkali berlaku sebaliknya terhadap upaya dan kerja keras yang dilaksanakan dalam pembangunan.

Isi 2.indd 2Isi 2.indd 2 9/17/2014 8:47:50 PM9/17/2014 8:47:50 PM

Page 3: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 3

Banyak pengalaman yang kita peroleh dari berbagai lang-kah dan tindakan yang telah dilakukan dalam pembangunan. Meski demikian, sampai saat ini apa yang telah dicapai masih sangat kurang memuaskan, bahkan tidak dapat men-jawab persoalan yang dihadapi. Persoalan pemenuhan kebu-tuhan masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan, dan pem bangunan di berbagai bidang, atau persoalan lainnya belum secara hakiki dapat diatasi. Kesimpulannya, pola pem-bangunan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (for the people, from the people, and by the people) yang selama ini digaungkan, belum dapat diwujudkan.

Berbagai konsep, model, dan strategi telah dijalankan oleh semua pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, maupun kota) sesuai dengan visi dan misinya masing-masing. Namun, kondisi yang dihadapi tetaplah tidak mengalami per-ubahan yang signifi kan; tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat belum meningkat. Yang sering terjadi justru munculnya persoalan baru, sebagai akibat dari kebijakan yang kurang konsisten dan tidak berkelanjutan. Persoalan itu tetap klasik dan silih berganti dihadapi oleh semua daerah. Misalnya persoalan kemiskinan, pengangguran, rendahnya kualitas sumber daya manusia, keterbatasan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi semu.

Sungguh sesuatu yang sangat dilematik, apabila kita amati berbagai fenomena sosial dan ekonomi masyarakat. Sebut saja masalah seputar pertumbuhan ekonomi dan produktivitas. Kata nya, kehadiran industri besar akan berpengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat di sekitarnya. Namun faktanya tidak selalu demikian. Kondisi yang kita saksikan justru sangat meng herankan dan memprihatinkan. Kondisi masyarakat sekitar tetap terpuruk. Kelompok yang lemah menjadi kian lemah, sementara kelompok yang kaya semakin kaya dan kuat.

Isi 2.indd 3Isi 2.indd 3 9/17/2014 8:47:50 PM9/17/2014 8:47:50 PM

Page 4: H_1_180_Isi

4 REVOLUSI DARI DESA

Jurang kemiskinan semakin lebar dan sebagian besar masyarakat menjadi sangat termarjinalkan. Apabila hal ini tidak diatasi secara mendasar, maka kondisinya akan semakin memprihatinkan. Pada saat nya mungkin saja akan menjadi faktor negatif yang memperlemah ke dudukan pemerintah untuk men jalankan tugas dan ke wajibannya dalam pem bangunan. Kesalahan kon-sepsi pembangunan, me nyebabkan banyak sekali t ujuan pem bangunan yang tidak tercapai. Oleh karena itu, kita ha rus meng ubah konsep dan strategi pem-bangunan ter sebut.

Konsep yang Kurang TepatSebagaimana yang diulas di atas, proses pembangunan yang berlangsung hingga saat ini selalu menempatkan masya-rakat berada di pihak yang lemah. Hal ini disebabkan oleh model dan strategi yang dijalankan pemerintah tidak mampu menyentuh aspek dasar. Hal tersebut juga tidak mampu mengakomodasi berbagai kekuatan yang ada di masya-rakat. Pembangunan yang terkesan tidak berpihak kepada masyarakat menjadikan beban pemerintah semakin berat. Pemerintah harus menanggung dan menangani masalah kemiskinan terus-menerus. Sebuah proses tiada akhir, ibarat mata rantai yang tidak pernah terputus. Langkah besar yang ditempuh seringkali menimbulkan kesan sebagai langkah politis. Pemerintah menjalankan tindakan preventif per su-asif namun temporer dengan tujuan menjaga keseimbangan ke hidupan masyarakat. Misalnya dengan memperbesar sub-sidi.

Kita dapat melihat pola tindakan ini pada berbagai model kebijakan yang dijalankan oleh setiap pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sejak

Isi 2.indd 4Isi 2.indd 4 9/17/2014 8:47:50 PM9/17/2014 8:47:50 PM

Page 5: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 5

pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, bahkan sampai pemerintahan Orde Reformasi ini. Memang benar, angka-angka menunjukkan keberhasilan, dilihat dari pertumbuhan ekonomi (GNP, GDP, atau pendapatan per kapita). Namun pada dasarnya, hal tersebut tidak terlalu menggeser esensi persoalan yang dihadapi. Isu utama pembangunan tetaplah pada topik yang sama yaitu masalah kemiskinan dan pengang-guran, plus masalah infrastruktur, sumber daya manusia dan informasi.

Masalah bukan hanya pada kondisi masyarakat, melainkan juga pada kebijakan-kebijakan yang tidak tepat tersebut. Pemerintah seringkali menganggap kebijakannya sudah tepat, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Kondisi tersebut tidak pernah disadari, sehingga terus berulang. Saya melihat banyak sekali kebijakan yang keliru, bahkan tidak masuk akal. Misalnya saja dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Banyak sekali kebijakan yang tidak jelas dan tidak diperlukan, karena sangat jauh dari esensi persoalan yang dihadapi. Bagaimana mau mengatasi masalah, jika caranya tidak tepat?

Tidak heran jika berbagai kebijakan pemerintah sebagai-mana digambarkan di atas seringkali mengundang sikap skeptis dari sekelompok orang. Betapa tidak, kebijakan yang telah dilakukan tidak memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Bahkan seringkali pemerintah membuat kebijakan yang dalam implementasinya justru melahirkan kerumitan baru. Kesan yang diberikan kepada masyarakat justru adalah karut-marutnya pemerintahan di semua sektor.

Sudah berapa banyak aturan hukum yang dibuat? Ganti pemerintahan, ganti pula aturannya, tapi intinya sama. Cara berpikirnya tetap sama, sehingga masalah kemiskinan tidak pernah teratasi. Aneh! Seolah-olah kita tidak punya solusi lain untuk mengatasi kemiskinan. Data dari BPS per Januari 2014 menyebutkan jumlah orang miskin di Indonesia mencapai

Isi 2.indd 5Isi 2.indd 5 9/17/2014 8:47:50 PM9/17/2014 8:47:50 PM

Page 6: H_1_180_Isi

6 REVOLUSI DARI DESA

lebih dari 25 juta orang. Memang terus menurun, tapi sangat lambat. Di sejumlah daerah, jumlah orang miskin malah tidak berkurang.

Saya ingat kalimat bijak dari Albert Einstein yang berkata, “Gila, jika kita mengharapkan hasil ber beda, dengan melakukan cara yang sama.” Anda tidak bisa berharap hasil yang berbeda, jika cara yang Anda lakukan itu-itu juga.

Kelompok skeptis ini berpandangan bahwa sesungguhnya kita telah kehilangan arah dalam membangun, ibarat mene-lusuri benang kusut. Upaya membangun yang dilakukan tidak lebih hanya sekadar dinamika organisasi. Hanya men -cerminkan upaya dan kerja keras dalam memperkuat ke-dudukan pemerintah untuk menjalankan kewajibannya. Pemerintah hanya menampakkan “kesan” memiliki tang-gung jawab yang besar kepada rakyat dan hanya bersikap memelihara kewibawaannya dalam menjalankan tugas mulia untuk membangun masyarakatnya. Sedangkan urusan hasil? Itu nomor kesekian.

Memang benar, setiap pemerintah yang berkuasa selalu menunjukkan kerja kerasnya dalam membangun, tetapi hasil yang diperoleh sesungguhnya tidak berdampak maksimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Ibarat sebuah “fatamorgana” yang menggambarkan pemandangan indah di depan mata, namun faktanya sangat kontradiktif. Meminjam istilah Michael Lipton (1980) telah terjadi kemiskinan struktural (structural poverty). Pemerintah telah bekerja keras untuk memerangi kemiskinan tetapi kerja keras itu tetap melahirkan kemiskinan secara terstruktur yang tidak pernah berubah dari keadaan sebelumnya. Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah: why poor people stay poor?

Isi 2.indd 6Isi 2.indd 6 9/17/2014 8:47:50 PM9/17/2014 8:47:50 PM

Page 7: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 7

Demikianlah bahwa apa yang telah dilakukan oleh para pelaku pembangunan hanyalah sebuah kerja keras tanpa hasil yang seimbang sesuai jerih lelahnya. Kita bekerja dan berupaya keras memberdayakan unsur pemerintah, sesungguhnya hanyalah untuk memperkuat pemerintahan dan memperkuat birokrasinya saja. Sistem dan sumber daya manusianya di-bangun dengan sangat ideal. Namun sangat lemah dalam pencapaiannya. Motivasi, sistem informasi, dan strategi yang dikembangkan tidak fokus terhadap pencapaian tujuan.

Menurut saya, pemerintahan sejak kemerdekaan sam-pai saat ini hanya sukses menjalankan dan menghidup-kan birokrasi pemerintahan saja. Mere ka silih berganti menjalankan strategi, yang sebenarnya sama saja. Ibarat sebuah barang dagangan yang hanya berganti kemasan.

Indonesia ini ibarat sebuah negeri impian di dalam dongeng. Negeri tercinta ini dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan besar dan melimpah yang sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan. Indonesia memiliki kedaulatan sebagai sebuah negara yang

merdeka. Indonesia mempunyai sumber daya alam yang luar biasa,

baik kuantitas maupun kualitas, yang terkandung di dalam perut bumi, di atas tanah, laut, dan udara.

Indonesia juga dianugerahi sumber daya manusia yang besar (Indonesia merupakan negara nomor empat dengan penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat).

Kita juga diwarisi oleh budaya yang sangat beragam se-perti sifat dan semangat gotong royong, toleransi dan kekeluargaan, serta berbagai kearifan lokal yang dimiliki

Isi 2.indd 7Isi 2.indd 7 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 8: H_1_180_Isi

8 REVOLUSI DARI DESA

masyarakat; demokratisasi yang ditopang oleh sikap musyawarah dan mufakat. Indonesia juga menjadi negara dengan jumlah bahasa terbanyak di dunia — lebih dari 700 jenis bahasa.

Studi Furnivall (1967) telah menyatakan bahwa Indonesia adalah masyarakat multikultural (multicultural society) yang memiliki kemajemukan horizontal, yaitu ragam bahasa, ragam suku bangsa, ragam budaya, ragam agama, dan ragam adat istiadat. Hal tersebut adalah suatu kekuatan pem-bangunan yang luar biasa apabila mampu dikelola dengan baik.

Koes Plus, grup band yang populer pada tahun 1970-an, pernah menggambarkan betapa luar biasanya kekayaan Indonesia melalui lirik lagunya. “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman,” mereka gunakan untuk menggambarkan betapa suburnya negeri ini. Lirik itu memang di luar logika. Namun, sangat pas untuk menunjukkan bahwa tanah Indonesia memang sangat makmur. Bayangkan, batu saja bisa jadi tanaman!

Masih dalam judul lagu yang sama, terdapat pula lirik, “bukan lautan hanya kolam susu,” yang merupakan peng gam baran lain dari Koes Plus tentang kekayaan alam Indo nesia. Sungguh penggambaran yang unik, yang bisa jadi kita yakini sebagai sebuah kebenaran. Betapa negeri kita dianugerahi keindahan dan kekayaan yang melimpah ruah, bukan?

Namun sayang, penggambaran dan imajinasi dalam lagu Koes Plus itu tidak terjadi pada masyarakat kita. Benar, kita kaya dengan alam dan sumber daya, tetapi di banyak tempat kondisinya masih memprihatinkan. Benar pula, negeri kita bertaburan dengan mutiara mutu manikam dan permata di mana-mana, tetapi sebagian masyarakat kita tetap miskin.

Isi 2.indd 8Isi 2.indd 8 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 9: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 9

Ubah Konsep PembangunanSebagai anak bangsa yang cinta pada negerinya, saya peduli dengan kondisi tersebut, terlebih kepada kita sebagai bagian yang turut menentukan strategi dan kebijakan yang sangat menentukan ini. Kita wajib dan bertanggung jawab untuk mendorong dan melakukan sesuatu yang inovatif, kreatif serta berinisiatif untuk mengubah wajah negeri ini. Tentu dengan langkah yang konkret dan serius, bukan hanya sekadar wacana dan opini. Sebagai bentuk konsistensi dari sikap ini, saya sudah melakukan langkah-langkah yang bisa disebut “revolusioner” dalam melaksanakan pembangunan, melalui konsep baru yang berbeda dibanding sebelumnya. Kita harus menyatukan daya dan energi serta semangat untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Inisiatif, kreasi, dan inovasi yang saya maksud adalah se-buah gagasan baru, berani, dan implementatif sebagai suatu dasar dan pedoman yang kuat selama mengemban amanah sebagai Kepala Daerah (Bupati) di Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Amanah sebagai bupati tidaklah ringan. Masyarakat telah memberikan kepercayaan kepada saya secara legitimate untuk memimpin Malinau. Tujuannya hanya satu, yaitu agar kesejahteraan mereka meningkat. Terangkat dari kehidupan miskin ke arah kehidupan yang lebih sejahtera. Tentu saya tidak menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan ini. Melalui perenungan panjang saya berusaha memahami persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat baik secara konseptual maupun secara kontekstual.

Secara konseptual, semula kita menganut paradigma pertumbuhan (growth paradigm). Penerapan paradigma ini secara hakiki belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi secara masif telah berhasil namun hanya sebagian kecil masyarakat yang diuntungkan oleh kebijakan ini. Sedangkan sebagian

Isi 2.indd 9Isi 2.indd 9 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 10: H_1_180_Isi

10 REVOLUSI DARI DESA

besar masyarakat lainnya masih miskin. Inilah bentuk ke-gagalan dari paradigma pertumbuhan. Kritik sosial melalui lirik sebuah lagu menyatakan, “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”

Kegagalan paradigma ini memunculkan paradigma be-ri kut nya yakni paradigma pemerataan (generalization para-digm). Pemerataan pembangunan melalui pendekatan top-down terus diupayakan dengan tujuan agar keberhasilan pembangunan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Harapannya jurang kemiskinan dapat dikikis atau bahkan dapat diwujudkan masyarakat sejahtera secara keseluruhan dan merata (welfare state).

Harapan di atas belum sepenuhnya dapat diwujudkan, sehingga muncullah paradigma baru pembangunan yang berpusat pada sumber daya manusia (people centered deve-lopment paradigm). Sumber daya manusia di berbagai lapisan perlu dipahami kebutuhan, tuntutan, ataupun keinginannya. Mengiringi paradigma ini, dikenal pula paradigma pem-bangunan partisipatif (partisipative approach). Sebuah pen-dekatan pembangunan yang menekankan pada pentingnya inisiatif, kreativitas, dan inovasi yang berpijak dari keinginan masyarakat.

Peran pemerintah lebih banyak sebagai fasilitator dan dinamisator yang menyalurkan partisipasi tersebut, agar arah pembangunan tetap berada pada koridor yang tepat sasaran. Pendekatan ini dikenal pula se-bagai pendekatan pembangunan dari bawah (bottom-up approach).

Peran pemerintah, pusat maupun daerah, sangat dibutuh-kan, khususnya dalam hal mengarahkan agar tujuan dan sasaran pembangunan sesuai dengan partisipasi masyarakat.

Isi 2.indd 10Isi 2.indd 10 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 11: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 11

Pemerintah wajib menjamin agar proses pembangunan dapat berjalan secara demokratis. Pemerintah juga wajib menjamin pembangunan dapat berlangsung secara efektif dan efi sien. Dengan kata lain, pendekatan partisipatif dalam pembangunan sangat diperlukan tetapi juga perlu dukungan pendekatan teknokratik (technocratic approach). Peran pemerintah pusat, daerah, dan perangkat daerah (local bureaucracy) seba gai teknokrat yang profesional sangat diperlukan untuk mewu-judkan keberhasilan pembangunan.

Berbagai pendekatan pembangunan sebagaimana dike-mukakan di atas sangatlah baik. Kekurangan pada suatu paradigma dapat disempurnakan oleh paradigma lainnya. Secara silih berganti, pemerintah telah berupaya menerapkan paradigma dan pendekatan pembangunan tersebut. Tetapi ada satu hal penting yang perlu perenungan dan pengkajian lebih mendalam, yaitu:

Mengapa penerapan berbagai konsep, strategi, para-digma, atau pendekatan pembangunan itu belum mem-buahkan hasil yang signifi kan?

Masyarakat perkotaan dan pedesaan masih banyak yang dililit kemiskinan. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin masih menganga, infrastruktur di daerah-daerah pedalaman dan perbatasan belum memadai, dan berbagai permasalahan lainnya yang seolah amat sulit dipecahkan.

Pengalaman Nyata Bukan Sekadar TeoriAtas dasar hal-hal tersebut, tulisan ini menyajikan pengalaman saya selama menjadi camat sampai menjadi sekretaris daerah dan saat ini memimpin Kabupaten Malinau dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara kontekstual. Paradigmanya sungguh berbeda dan saya namakan sebagai konsep “Gerakan Desa Membangun” atau lebih populer

Isi 2.indd 11Isi 2.indd 11 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 12: H_1_180_Isi

12 REVOLUSI DARI DESA

disebut GERDEMA. Gerakan ini saya gagas dan canangkan setelah melalui perenungan panjang dan mendalam untuk menjawab pertanyaan:

Mengapa elite-elite lokal dan birokrasi pemerintahan daerah yang selama ini telah bekerja keras belum mem-buahkan hasil yang signifi kan dalam mening katkan ke se jahteraan rakyat, khususnya masyarakat desa di Kabupaten Malinau?

Kunci jawaban atas pertanyaan tersebut adalah perlunya pelibatan masyarakat dalam pembangunan. Bahkan peme rin-tah harus memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Peran pemerintah daerah hanyalah membimbing, meng arahkan, sekaligus memberi dukungan penuh melalui segenap potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk dalam hal du kungan dana. Biarkan masyarakat mengelolanya secara mandiri.

Segenap unsur pimpinan; DPRD, kepala daerah, dan jajaran perangkat daerah dengan penuh keseriusan, ketulusan, dan kesabaran mencurahkan perhatian sepenuhnya terhadap proses pembangunan yang bermuara pada masyarakat desa. Masyarakat desa dimotivasi dan diarahkan agar dapat berkreasi dan berinovasi untuk mewujudkan pemerintahan desa yang mandiri (local self government) dalam membangun. Tidak berhenti sampai di sini, masyarakat desa bersama pemerintah desa dan pemerintah daerah juga diberikan kepercayaan untuk mewujudkan keberdayaannya (empower) dalam pem -bangunan melalui program-program pemberdayaan (empo-werment program). Melalui langkah-langkah seperti inilah pembangunan di Kabupaten Malinau menemukan titik-titik terang keberhasilan.

Pokok-pokok pikiran di atas dapat dipahami bahwa dalam konteks Kabupaten Malinau, ‘membangun’ merupakan

Isi 2.indd 12Isi 2.indd 12 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 13: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 13

gambaran perilaku dari tekad serta semangat. Semuanya ditopang oleh ketulusan dan komitmen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Malinau. Dalam mewujudkan tekad, semangat, ketulusan serta komitmen yang sungguh-sungguh tersebut, Pemerintah Kabupaten Malinau melak-sanakan GERDEMA dengan sikap yang bulat, tegas dan trans-paran.

Sebelum menjalankan GERDEMA, seluruh pemangku kepentingan di Malinau terlebih dahulu harus memahami dan menguasai konsep serta implementasi dengan baik. Para pelaksana wajib memahami berbagai nilai utama sebagai target yang ingin dicapai. Visi yang menjadi landasan gerak pembangunan Malinau dijalankan berdasarkan sebuah konsepsi yang disertai dengan sebuah semangat yang ideal dan mendasar (fundamental). Setelah terbukti dapat dijalankan, GERDEMA dapat menjadi contoh pola yang baik dalam membangun. Contoh bagi siapa saja yang peduli dan tertarik terhadap permasalahan serta pemberdayaan masyarakat desa.

Percaya Penuh Kepada Masyarakat DesaGERDEMA adalah sebuah paradigma baru dalam pem-bangunan. Konsepsi GERDEMA memiliki cara pandang yang spesifi k dan fokus terhadap desa. Suatu cara pandang yang berbeda jauh dengan perilaku kebijakan pembangunan oleh banyak pemerintah daerah selama ini. Sebagai paradigma baru, GERDEMA merupakan perilaku kebijakan inovatif yang percaya sepenuhnya kepada masyarakat desa. Suatu keyakinan bahwa apabila diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang jelas, masyarakat desa pasti akan mengemban kepercayaan itu dengan baik. Jika masyarakat desa dapat dipercaya, dibina, dan dibentuk kemampuannya, maka mereka menjadi terampil untuk menjalankan tugas dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan desa. Hasilnya, niscaya pembangunan akan

Isi 2.indd 13Isi 2.indd 13 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 14: H_1_180_Isi

14 REVOLUSI DARI DESA

lebih apresiatif melahirkan kekuatan besar dalam mewujudkan perubahan yang maju dan sejahtera.

Sikap percaya kepada masyarakat desa ini merupakan suatu sikap yang sangat hakiki dan sesungguhnya sangat strategis bagi setiap pengambil kebijakan. Sikap ini dapat menjadi pemantik tekad dan semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. GERDEMA berjalan dengan moto “Berubah, Maju, Sejahtera”, serta dilandasi oleh “tekad untuk bekerja keras dan cerdas dengan ketulusan hati yang bersih dan berkomitmen”. Semua elemen masyarakat dan pemangku kepentingan berkomitmen dengan penuh semangat bersama-sama memberi yang terbaik dalam pembangunan desanya.

GERDEMA akan berhasil jika semua pemangku kepen-tingan terlibat secara aktif. Itulah sebabnya, sebelum GER-DEMA dilaksanakan saya mengharapkan, bahkan meng-haruskan semua pihak untuk mengetahui, memahami, dan menguasai nilai-nilai utama GERDEMA. Dengan memahami nilai utamanya, maka semua kalangan tersebut akan lebih bersemangat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Hal ini juga bertujuan untuk mengendalikan tindakan yang dijalankan oleh setiap individu, segenap elemen masyarakat, serta semua unit dalam pemerintahan pada seluruh tingkatan agar tetap konsisten dan terarah kepada pencapaian visi Malinau yaitu: “Terwujudnya Kabupaten Malinau yang Aman, Nyaman, dan Damai Melalui Gerakan Desa Mem bangun”.

Pemahaman semua pemangku kepentingan tersebut sangat mendasar, karena Gerakan Desa Membangun tidak sekadar sebagai sebuah visi daerah. GERDEMA merupakan obsesi pembangunan yang bernilai adil, bahkan bisa menjadi koreksi terhadap paradigma pembangunan nasional. Gerakan Desa Membangun menuntut suatu perubahan yang sistematis dan menyeluruh, yang meliputi:

Perubahan pada sistem nilai, mindset dan culture set, serta harus menjadi tegas teraplikasi secara nyata

Isi 2.indd 14Isi 2.indd 14 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 15: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 15

dalam semua perilaku, baik perilaku birokratis, pejabat fungsional maupun perilaku personal; yaitu perilaku masyarakat, perilaku para birokrat (PNS) maupun pelaku ekonomi atau para wiraswasta, serta seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan di daerah.

Tekad dan komitmen daerah untuk mewujudkan kese-jahteraan masyarakat Malinau melalui Gerakan Desa Mem-bangun ini hanya dapat dicapai melalui upaya yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Tiada henti-hentinya, saya mengajak semua pihak untuk membangun pengetahuan, pemahaman, penguasaan dan keterampilan dari masyarakat desa terhadap konsepsi dan perangkat penerapan GERDEMA. Untuk menjaga konsistensi dalam mencapai tujuan tersebut, buku ini menjadi blue print atau cetak biru bagi GERDEMA, sehingga kita dapat memahami dan mengerti tentang motivasi, profi l, dan indikator keberhasilannya.

Buku ini juga dapat menjadi panduan bagi semua stake-holders, terutama seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (PNS SKPD), Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa, BPD, LPMD, Lembaga Ekonomi Desa, Lembaga Adat, PKK Desa), masyarakat, para wiraswasta, dan para pemangku kepentingan lainnya bahkan berbagai pihak yang ingin memahami dan belajar tentang bagaimana mem-bangun desa secara tepat.

Isi 2.indd 15Isi 2.indd 15 9/17/2014 8:47:51 PM9/17/2014 8:47:51 PM

Page 16: H_1_180_Isi

Isi 2.indd 16Isi 2.indd 16 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 17: H_1_180_Isi

Dalam pendekatan manajemen strategi (manajemen pembangunan) dikemukakan bahwa sebuah pro-gram akan mendapatkan hasil yang optimal dan

terukur dampaknya jika didasarkan pada visi bersama (shared vision). Visi tersebut perlu dipahami oleh segenap pemangku kepentingan (stakeholder), sehingga semua program pembangunan mempunyai irama dan arah yang sama, yaitu kesejahteraan rakyat. Intinya, keberhasilan pembangunan akan lebih mudah diukur jika:1. Berpijak pada visi2. Dijabarkan ke dalam misi 3. Dirumuskan melalui arah kebijakan pembangunan yang

jelas4. Dioperasionalisasikan ke dalam berbagai program dan ke-

giatan5. Dilaksanakan melalui partisipasi yang efektif, efi sien, dan

dinamis

Sebagaimana dikemukakan dalam Bab Pendahuluan, untuk mengatasi persoalan pembangunan perlu perenungan,

Teknik Merancang Pembangunan

Bab II

Isi 2.indd 17Isi 2.indd 17 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 18: H_1_180_Isi

18 REVOLUSI DARI DESA

kajian mendalam, ketulusan dan keteguhan hati, kebersamaan serta komitmen yang kuat dari semua pihak. Itulah sebabnya dalam merancang rencana pembangunan Malinau, kami meru muskan visi setelah melakukan analisis situasi secara men-dalam dan penetapan masalah yang dihadapi secara sak sama.

Visi (point of view) dalam pembangunan Kabupaten Malinau, dijabarkan ke dalam 10 misi daerah yang berisi rincian cita-cita yang hendak dicapai. Untuk mendukung pen-capaian misi tersebut, ditetapkan empat pilar pem bangunan Malinau. Pilar-pilar tersebut menjadi kekuatan sinergis dan merupakan subsistem yang berkaitan dengan subsistem (pilar) lainnya. Sasaran yang tercantum dalam visi, misi, dan pilar pembangunan akan terlaksana secara efektif dan efi sien jika didukung oleh komitmen segenap stakeholders. Dalam bab ini juga dikemukakan tiga komitmen penting untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Malinau.

Visi, misi, pilar pembangunan, dan komitmen merupakan pijakan untuk mewujudkan program GERDEMA, “Revolusi Dari Desa, Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat”. Seperti yang dikemukakan oleh Cole dan Parston (2006) bahwa hasil dan dampak layanan publik serta pembangunan akan dapat diperoleh secara optimal jika terjadi efi siensi biaya, termasuk biaya sosial (social cost), dengan cara menjunjung tinggi komitmen sebagai suatu bentuk nilai-nilai yang disepakati bersama (shared value).

A. Visi Kabupaten MalinauSalah satu ciri organisasi modern adalah organisasi yang berbasis pada pemahaman konsep manajemen strategis dan perencanaan strategis (strategic management and strategic planning). Oleh karena itu, ketika kita mengarahkan pelak-sanaan kegiatan organisasi sebagaimana tujuannya, maka perlu dipandu oleh sebuah visi. Visi merupakan deskripsi dari perilaku dan harapan organisasi, sebagai sasaran yang ingin

Isi 2.indd 18Isi 2.indd 18 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 19: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 19

dicapainya. Visi juga merupakan bentuk pengungkapan pe-mikiran dasar dari seseorang sebagai pemimpin dan/atau ke-lompok yang menyepakati bersama tentang pemikiran dasar tersebut. Hal ini sangat penting dan mendasar, karena akan mampu menghimpun seluruh kekuatan dan daya yang dimi-liki untuk mewujudkan visi.

Dalam perundang-undangan disebutkan bahwa se-tiap kepala daerah wajib memiliki visi sebagai bentuk pemi-kiran yang ingin diwujudkan. Bahkan dalam kampanye pemilihannya pun, calon pemimpin harus sudah punya visi. Visi merupakan cara pandang seorang calon kepala daerah yang ditawarkan kepada rakyat sebagai dasar dan alasan kenapa harus memi lih nya. Juga sebagai bentuk dari tanggung jawab jika dia di percaya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab memimpin daerahnya.

Sebagai bentuk janji dan komitmen dalam me mimpin Kabupaten Malinau periode 2011-2016, visi kepala daerah yang selanjutnya ditetapkan sebagai Visi Dae-rah adalah sebagai berikut: “TERWUJUDNYA KABUPATEN MALINAU YANG AMAN, NYAMAN DAN DAMAI MELALUI GERAKAN DESA MEM-BANGUN.”

Visi ini dirumuskan melalui kajian mendalam berdasarkan pengalaman saya setelah menjadi birokrat kurang lebih selama 26 tahun di pemerintahan. Di samping pengalaman panjang tersebut, selama mengabdi, saya juga terus berusaha mendekat-kan diri kepada rakyat. Saya yakin, hanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyatlah pembangunan dapat meningkat-kan kesejahteraan rakyat. Cara pandang itulah yang menye-babkan sebagian besar masyarakat Malinau memercayai saya untuk memimpin mereka sebagai bupati, mulai tahun 2011.

Isi 2.indd 19Isi 2.indd 19 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 20: H_1_180_Isi

20 REVOLUSI DARI DESA

Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang visi yang tersebut di atas:1. AMAN Berarti masyarakat Kabupaten Malinau dapat hidup dengan

tenang tanpa ada rasa takut. Baik aman dari tindakan krimi-nal maupun tekanan dari pihak manapun, sehingga ma-syarakat dapat bekerja, beraktivitas, dan berkreasi dengan bebas, baik, normal, dan wajar.

2. NYAMAN Berarti menunjukkan suatu keadaan yang sehat, sejuk, ber-

sih, dan menyenangkan karena didukung oleh suasana ling kungan sosial yang kondusif dan lingkungan fi sik yang sehat dan bersih.

3. DAMAI Berarti masyarakat Kabupaten Malinau yang memiliki

kemajemukan suku bangsa, agama, dan latar belakang yang berbeda, dapat hidup berdampingan, saling menghormati, tolong menolong, saling menghargai serta memiliki sifat toleran terhadap warga lainnya yang berbeda suku, keya-kinan, dan latar belakangnya. Laksana pelangi dengan warna-warninya yang indah.

Cita-cita visioner yang terangkum dalam kata-kata aman, nyaman, dan damai sebagaimana dijelaskan di atas dapat dicapai secara demokratis, efektif, dan efi sien melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). Pedoman pen-capaian visi tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam Misi Kabupaten Malinau dalam membangun berdasarkan permasalahan, isu strategis, dan potensi sumber daya yang dimiliki.

B. Sepuluh Misi DaerahMisi merupakan tindakan nyata yang harus dilakukan sebagai bentuk dari kewajiban untuk mewujudkan mimpi, harapan,

Isi 2.indd 20Isi 2.indd 20 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 21: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 21

dan cita-cita yang tertuang dalam visi daerah. Kita perlu sangat berhati-hati dalam menetapkan “isu pembangunan” karena posisinya sangat penting sebagai dasar pencapaian visi. Ketika isu tersebut telah ditetapkan, maka akan menjadi panduan dalam menentukan langkah tindak (action step) pembangunan daerah.

Keseluruhan isu merupakan penggambaran dari situasi, kondisi, dan permasalahan daerah. Semuanya memiliki rele-vansi, akselerasi, dan aksesibilitas yang tinggi, yang harus di-tangani dengan langkah strategis dan komprehensif. Saya telah menemukan beberapa isu strategis pembangunan Malinau berdasarkan analisis data objektif secara mendalam. Sebagian isu strategis itu termasuk dalam kategori prioritas yang harus segera dirumuskan. Kebanyakan adalah kebutuhan dasar yang harus ditangani secara paralel. Rumusan tersebut tercermin dalam 10 Misi Pembangunan Kabupaten Malinau, yaitu:1. Menuntaskan pemecahan masalah isolasi wilayah per-

batasan, wilayah pedalaman, dan wilayah terpencil melalui program pembangunan yang bermuatan lokal.

2. Pemecahan masalah penyelenggaraan pendidikan yang ber kualitas, yang meliputi pendidikan dasar hingga pen-didikan menengah, dengan mengacu pada penye leng-garaan pendidikan berdasarkan standar belajar mengajar di sekolah. Juga pengembangan pendidikan yang bernuansa kebangsaan, peningkatan kualitas kesehatan terutama bagi masyarakat kurang mampu, dan peningkatan pem-berdayaan masyarakat miskin melalui program yang teren-cana dan benar-benar pro-rakyat.

3. Pemecahan masalah penyediaan kapasitas listrik yang me-madai bagi seluruh rumah tangga dan industri, penyediaan air bersih, penanganan gizi buruk, dan kualitas lingkungan yang bersih.

4. Penetapan dan pengaturan tata ruang ibu kota kabupaten dan kecamatan serta pedesaan dengan berpedoman pada

Isi 2.indd 21Isi 2.indd 21 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 22: H_1_180_Isi

22 REVOLUSI DARI DESA

sistem tata ruang nasional dan regional yang berdasar potensi lokal.

5. Penyelesaian permasalahan pembangunan pertanian, per -ke bunan, peternakan, perikanan, dan industri, baik me-nyang kut aspek teknologi, produksi, permodalan, hingga pengembangan jaringan pemasaran.

6. Pembentukan sikap dan perilaku yang pro-lingkungan sebagai perwujudan komitmen mempertahankan “Malinau sebagai Daerah Hijau untuk Konservasi.”

7. Perencanaan dan implementasi pembangunan perdesaan melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) dalam rangka memperkuat otonomi desa dan penciptaan ke-kuatan masyarakat serta pemerintahan desa, untuk menye-lenggarakan pemerintahan, pembangunan desa, dan pela-yanan berkualitas kepada masyarakat.

8. Peningkatan kebutuhan masyarakat yang belum diimbangi oleh penyediaan barang dan jasa, serta rendahnya daya saing produk lokal, sehingga peningkatan kualitas produk serta jaringan pemasarannya perlu dikembangkan secara optimal.

9. Peningkatan disiplin dan kinerja PNS untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bebas KKN, yang dapat diwujudkan jika didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang memadai.

10. Melaksanakan pembangunan tanpa korupsi. Hal ini da-pat terwujud apabila pemerintah bekerja secara optimal dengan mengedepankan prinsip-prinsip profesionalitas, responsibilitas, dan akuntabilitas dalam melaksanakan fungsi pemerintahan.

Pemecahan masalah dalam 10 Misi Kabupaten Malinau tersebut, dapat dikelompokkan ke dalam empat pilar pem-bangunan Kabupaten Malinau. Pilar-pilar pembangunan ter sebut merupakan fokus pembangunan yang perlu men-

Isi 2.indd 22Isi 2.indd 22 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 23: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 23

dapatkan prioritas sebagai dasar percepatan pembangunan bidang-bidang lainnya.

Penanganan dan pengembangan masing-masing ling kup empat pilar tersebut memberi daya dorong dan saling keter-kaitan yang cukup luas dan kuat terhadapan penyeleng garaan misi lainnya.

C. Empat Pilar Pembangunan Kabupaten MalinauTelah ditegaskan di atas bahwa Pemerintah Daerah Malinau telah menetapkan empat pilar pembangunan sebagai kekuatan utama yang menopang pencapaian visi dan misi daerah. Lang-kah ini juga bertujuan untuk memperkuat pencapaian terwu-judnya penanganan 10 isu utama pembangunan. Empat pilar juga dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan po-tensi dan sinergisme kinerja dari semua lini pembangunan.

Untuk itu perlu diuraikan dengan jelas, tegas, dan lebih tajam tentang nilai isu tersebut ke dalam indikator strategis pembangunan yang selanjutnya dijadikan pilar utama pemba-ngunan Malinau, yaitu:

1. Pembangunan Infrastruktur DaerahHal ini diprogramkan sebagai upaya untuk mewujudkan akses antar desa, kecamatan, dan kabupaten serta memaksimalkan aspek aksesibilitas dan produktivitas di semua sektor. Lemah-nya infrastruktur daerah selama ini kurang menjadi perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah. Akibatnya, terjadi kepincangan dalam mengelola potensi dan kekuatan pem-bangunan. Aspek geostrategis dan potensi yang dimiliki suatu daerah (termasuk di Kabupaten Malinau) tidak selalu berda-ya guna bagi kepentingan pembangunan. Keadaan ini tentu sangat merugikan kita. Pembangunan mandek, tidak kreatif, dan inovatif. Malah kadang menimbulkan pemborosan besar, sehingga pembangunan tidak terarah. Akibatnya, masyarakat-lah yang dirugikan.

Isi 2.indd 23Isi 2.indd 23 9/17/2014 8:47:52 PM9/17/2014 8:47:52 PM

Page 24: H_1_180_Isi

24 REVOLUSI DARI DESA

Sebagai bentuk tanggung jawab moral dan konstitusional, saya tentu tidak bisa membiarkan kondisi tersebut terus ber-lanjut. Karena jika dibiarkan, masalahnya akan semakin rumit, melebar, dan kompleks sehingga makin sulit diatasi. Menyika-pi keadaan ini, Pemerintah Kabupaten Malinau mengembang-kan konsep pembangunan yang berbasiskan masyarakat desa.

Pemkab Malinau melakukan langkah konkret untuk meme-cahkan isolasi wilayah, yaitu: Membuka jalur-jalur berupa jalan tembus. Membangun akses sektor produksi masyarakat dengan

membangun jembatan dan jalan tani ke area kelompok tani.

Membangun sarana produksi untuk meningkatkan akse-sibilitas daerah dan desa, baik sarana transportasi darat maupun udara.

Mewujudkan terjadinya mobilisasi yang tinggi di semua sektor kehidupan sehingga produktivitas daerah menjadi semakin meningkat.

Kondisi tersebut akan mampu menciptakan peluang besar bagi bertumbuhnya harapan hidup masyarakat di semua desa.

Tekad dari setiap pemerintah untuk mewujudkan kese-jahteraan rakyatnya adalah hal yang lumrah. Demikian juga upaya untuk membangun infrastruktur berupa fasilitas umum (fasum) dan fasilitas khusus (fasus). Setiap pemda wajib memfasilitasi masyarakat agar berdaya dan bangkit mem-bangun diri.

Dampak lanjutannya adalah menciptakan semangat par-tisipasi dalam pembangunan daerah. Semua ini pada saatnya akan menciptakan peluang pertumbuhan dari berbagai sektor serta akan mendorong timbulnya semangat kompetisi

Isi 2.indd 24Isi 2.indd 24 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 25: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 25

antar sektor, bahkan antar pribadi di dalam masyarakat desa. Untuk mewujudkan keberhasilan Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), memang sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur daerah yang berdampak pada peningkatan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage). Melalui kepemilikan infrastruktur yang memadai, maka setiap pemda mempunyai peluang untuk memaksimalkan potensi daerahnya.

2. Membangun Sumber Daya ManusiaKetersediaan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) selalu menjadi sebuah persoalan utama dan klasik yang harus dihadapi di Indonesia ini. Bukan hanya oleh institusi pemerintah, melainkan juga dihadapi oleh pihak swasta dan masyarakat. Sayangnya, hingga saat ini kita masih belum memiliki model perilaku dan standar ideal dalam menentukan kualitas SDM.

Kita harus mengakui bahwa sikap terhadap kualitas SDM masih kurang tepat, mulai dari rekrutmen sampai pembinaannya. Mekanisme rekrutmen yang keliru, berlanjut pada penempatannya yang tidak tepat, dan pembinaan yang tidak terstruktur. Akibatnya, kinerja SDM jauh di bawah harapan. Padahal, organisasi—termasuk pemerintahan—terus-menerus menghadapi tantangan yang semakin sulit dan mem-butuhkan kualitas SDM yang memadai.

Dalam praktik penyelenggaraan sistem pemerintahan yang baik (good governance) kita mengenal tiga domain utama penopang kekuatan pemerintahan, yaitu: a. Pemerintahan yang baik (pemerintah pusat, provinsi, kabu-

paten, kecamatan, dan pemerintah desa)b. Swasta yang baik (para pelaku ekonomi pada semua

tingkatan baik pengusaha berskala besar, skala menengah, maupun pengusaha kecil)

Isi 2.indd 25Isi 2.indd 25 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 26: H_1_180_Isi

26 REVOLUSI DARI DESA

c. Masyarakat yang baik, yaitu masyarakat yang merupakan pemilik modal sosial yang sangat besar.

Grindle (1989) menyebutkan bahwa SDM pada semua domain di atas harus memiliki kualitas yang kompeten dan profesional apabila menginginkan terwujudnya pemerintahan yang baik. Kompetensi dan keterampilan SDM pemerintah berkaitan dengan bidang tugasnya dalam pelayanan publik dan pembangunan yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat. Kualitas SDM sektor swasta diperlukan dalam menunjang keberhasilan program-program pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan peran serta masyarakat adalah ber -kaitan dengan kearifan lokal (local wisdom) yang diperlukan untuk kepentingan pelembagaan program-program pem-bangunan.

Meski sesungguhnya Indonesia memiliki modal yang be-sar untuk mendapatkan SDM yang ideal pada ketiga domain, namun nyatanya hal tersebut bukanlah perkara mudah untuk diwujudkan. Kita merupakan bangsa yang sangat menghargai nilai kemanusiaan dan memiliki nilai kecerdasan manusia yang tinggi. Ditambah lagi kita juga menganut sistem demokrasi yang sangat melibatkan peran serta masyarakat. Atas dasar itu, secara bersama-sama kita harus memperkuat posisi ketiga do-main di atas demi kepentingan rakyat.

Secara teoritis, kita mungkin amat paham dengan makna pemerintahan yang baik. Namun dalam praktiknya, sulit sekali menemukan penyelenggaraan pemerintahan yang baik itu. Salah satu kelemahan utamanya adalah kita cenderung fokus pada peningkatan kualitas birokrasi pemerintah, tetapi meng-abaikan peningkatan kualitas di sektor swasta dan masyarakat. Seharusnya, kita berimbang dalam menyikapi kualitas SDM sehingga menjadi kekuatan besar untuk mewujudkan keber-hasilan program pembangunan.

Isi 2.indd 26Isi 2.indd 26 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 27: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 27

Sebenarnya, sebagian dari kita sudah menyadari betapa pentingnya kualitas sumber daya manusia dalam meningkat-kan produktivitas nasional atau daerah. Kualitas SDM meru-pakan pengungkit terbesar keberhasilan pembangunan. Na-mun selama ini, kita masih kurang cerdas dalam mengelola SDM.

Kisah tentang pengeboman Hiroshima dan Naga -saki mungkin dapat menjadi contoh betapa dah syat -nya peran kualitas SDM. Setelah penge boman itu, pemerintah Jepang fokus mengumpulkan guru, men-didik mereka, mengirim kannya ke luar negeri untuk kemudian mengajari masyarakat Jepang, agar meng -hasilkan SDM berkualitas. Hasilnya, dalam jangka waktu satu dekade saja, Jepang mampu bangkit.

3. Membangun Ekonomi Daerah Melalui Sektor Ekonomi KerakyatanStrategi pengembangan sektor riil dalam konteks pem-bangunan ekonomi daerah ini sangat tepat dan sebanding dengan potensi serta karakter daerah. Selanjutnya hanyalah bagaimana mekanisme pengelolaannya yang berdaya guna dan berkelanjutan. Kabupaten Malinau memiliki potensi alam yang sangat besar, baik dalam jumlah maupun keane-karagamannya. Namun potensi tersebut sampai saat ini belum sepenuhnya dikelola secara baik. Memang ada beberapa potensi yang telah dikelola, seperti batu bara dan kayu produktif. Namun, hal tersebut tidak dapat sepenuhnya diandalkan menjadi kekuatan ekonomi rakyat.

Proses pembangunan yang selama ini terjadi, meski sudah mengelola potensi yang ada, tetap tidak memberikan man faat yang besar untuk masyarakat. Daya dorong hasil pembangunan terhadap produktivitas masyarakat, masih

Isi 2.indd 27Isi 2.indd 27 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 28: H_1_180_Isi

28 REVOLUSI DARI DESA

amat rendah. Salah satu penyebabnya, karena rendahnya keterlibatan masyarakat setempat dalam proses pembangunan. Silakan amati perusahaan-perusahaan tambang yang ber-operasi di sebuah wilayah. Berapa banyak warga setempat yang bekerja dengan posisi layak di situ?

Demikian halnya dengan peluang ekonomi dari penge-lolaan pengumpulan hasil hutan melalui IUPHH (Izin Usaha Pemungutan Hasil Hutan) yang sangat rendah, karena keterlibatan masyarakat sangat kecil. Kalaupun terlibat hanya menjadi buruh dengan penghasilan yang amat minim. Kebijakan ini tidak cukup memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, malah justru muncul dampak negatif bagi masyarakat sekitar, antara lain kerusakan lingkungan dan musnahnya berbagai ragam hayati yang bernilai ekonomi tinggi (berbagai jenis tanaman: rotan, gaharu, anggrek, binatang yang merana karena sumber makanannya sudah musnah, dan lain-lain).

Prinsip ekonomi yang sehat tidaklah sekadar menggam-barkan pertumbuhan yang tinggi, namun yang utama adalah bagaimana pertumbuhan tersebut mampu menghidupkan kekuatan ekonomi kerakyatan. Bertumbuhnya ekonomi kerak yatan akan merangsang investasi yang mendorong per-tum buhan ekonomi ideal bagi terwujudnya pemerataan hasil pembangunan yang dirasakan sebagai sebuah kesejahteraan. Kebijakan strategis yang wajib dijalankan untuk mewujudkan prinsip pemerataan ini adalah melalui pendekatan dan pengem bangan sektor riil sebagai kekuatan utama yang men-dominasi ekonomi kerakyatan.

Tidak ada pilihan lain, pemerintah memang harus me-nerapkan ekonomi kerakyatan sebagai bentuk keber pihakan kepada rakyat. Hal itu juga menunjukkan bahwa pemerintah memang fokus dalam mengurus rakyat. Indonesia masih punya modal besar berupa potensi kekayaan sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain. Tentu sebagai negara yang

Isi 2.indd 28Isi 2.indd 28 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 29: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 29

berdaulat, Indonesia juga masih punya cukup waktu untuk melakukan langkah strategis dan tepat dalam menanganinya. Dan kesempatan itu masih sangat terbuka lebar.

Demikian pula Malinau, yang memiliki sumber daya alam melimpah. Salah satu yang sekarang menjadi perhatian adalah komoditas hasil hutan seperti rotan. Saat ini Pemerintah Daerah Malinau telah mendorong masyarakat, melalui peru-sahaan daerah, untuk menghidupkan usaha ke rajinan rotan.

Melalui kebijakan ini, pemerintah mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja. Masyarakat, dengan relatif mu-dah dapat menguasai teknologi kerajinan rotan. Demikian pula dengan hasil produksi kerajinan rotan tersebut dapat diserap oleh masyarakat dan bahkan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan untuk mewajibkan penggunaan hasil olahan kerajinan rotan oleh masyarakat luas. Kebijakan ini tentu merupakan tindakan yang lumrah dan perlu diambil untuk memberi perlindungan kepada produk lokal atau produksi masyarakat

Untuk lebih meningkatkan daya saing, pemerintah memberi pembinaan agar kualitas dan desainnya menjadi semakin baik. Pemerintah juga membantu memberi layanan perkreditan tanpa agunan dan bunga sebagai modal usaha. Bahkan pemerintah juga turut membantu pengrajin rotan dalam memasarkan produknya.

Hal ini tentu sejalan dengan prinsip pemberdayaan, yaitu memberikan perlindungan kepada produk masyarakat dengan menciptakan persaingan yang seimbang dan jauh dari tekanan para pemodal besar. Para pemegang investasi besar ini justru di dorong untuk menjadi “bapak asuh” bagi pemodal kecil yang memproduksi barang jadi di daerah.

Selain sejalan dengan prinsip pemberdayaan, kebijakan ini juga selaras dengan kebijakan perdagangan luar negeri kita saat ini. Pemerintah mewajibkan para eksportir untuk mengekspor produknya berupa barang jadi atau setengah jadi untuk

Isi 2.indd 29Isi 2.indd 29 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 30: H_1_180_Isi

30 REVOLUSI DARI DESA

menaikkan nilai tambah. Kebijakan tersebut secara langsung memberi peluang kepada sektor ekonomi kerakyatan yang umumnya dikelola oleh pengusaha kecil, sehingga dampak dari kebijakan ini membuat lapangan kerja makin terbuka dan pendapatan riil masyarakat cukup meningkat.

Atas dasar berbagai pemikiran di atas, pilar membangun ekonomi daerah melalui ekonomi kerakyatan difokuskan pada pertumbuhan usaha kecil dan menengah sebagai potensi besar masyarakat Malinau. Tentu hal ini perlu didukung oleh berbagai kebijakan menyangkut pengembangan teknologi, produksi, permodalan, hingga jaringan pemasaran yang me-mungkinkan usaha tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable)

Pemkab Malinau juga menjalankan kebijakan eko nomi kreatif (creative economic policy) untuk mema jukan pertumbuhan ekonomi rakyat yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan.

4. Membangun Sektor KepemerintahanKebijakan ini diawali dengan melakukan penyesuaian ter-hadap mekanisme, fungsi, dan tugas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), juga memperkuat dan memperbesar bobot penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat kecamatan dan desa. Langkah ini merupakan konsekuensi dari semangat Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) yang menuntut perhatian besar dari SKPD terhadap pembangunan desa. Semua unit kerja dan pemangku kepentingan di daerah, harus memusatkan perhatian pada hal ini.

Dengan cara ini, pembangunan menjadi lebih fokus pada penanganan permasalahan di desa. Tujuannya agar terjadi sirkulasi kebijakan strategis antar pemerintahan (kabupaten,

Isi 2.indd 30Isi 2.indd 30 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 31: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 31

kecamatan, dan desa) secara lebih serius dan menyentuh ke-pentingan dasar masyarakat desa. Perhatian yang besar ini di-lakukan melalui pemberian kewenangan kepada kecamatan dan urusan kepada desa disertai dengan pemberian sumber pembiayaan kepada mereka.

Sesungguhnya selama ini, desa sudah cukup menjadi per-hatian pemerintah dan berbagai lembaga kemasyarakatan. Banyak literatur dan produk hukum yang mengupas dan meng atur tentang pemerintahan desa. Namun yang mem-buat prihatin adalah perhatian yang besar itu tidak dibarengi de ngan sistem dan mekanisme pelaksanaan yang tepat. Ibarat-nya, kita memiliki banyak keunggulan di desa, namun tidak dikelola menjadi keunggulan kompetitif. Banyak pemikiran positif dan ideal yang disertai dengan aturan hukum yang baik, namun tidak dapat dijalankan secara konkret.

Birokrasi desa hanya bekerja sebagai formalitas saja dan jauh dari harapan untuk membangun desanya. Pemerintahan desa sama sekali belum bisa disebut menjalankan fungsinya untuk kesejahteraan rakyat. Demikian juga pola pelaksanaan tugas instansi pada seluruh jajaran birokrasi pemerintah atau SKPD. Sungguh terkesan tidak menunjukkan upaya dan kerja keras untuk menyejahterakan rakyat. Padahal hakikat keha-diran SKPD adalah bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Satuan Kerja Perangkat Daerah bertujuan mengupaya-kan penyelesaian teknis operasional pencapaian tujuan pem-bangunan yaitu menyejahterakan rakyat. Upaya teknis ini di-lakukan melalui pengelolaan sumber daya dan potensi yang ada di daerah dan bertindak mengatasi berbagai masalah yang ada untuk kemudian dijadikan potensi dan sumber kekuatan pembangunan.

BC Smith (1985) mengemukakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan akan berjalan secara baik jika terjadi keseim-bangan antara tersalurkannya tuntutan masyarakat melalui proses demokrasi dengan terpenuhinya kebutuhan administra-

Isi 2.indd 31Isi 2.indd 31 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 32: H_1_180_Isi

32 REVOLUSI DARI DESA

tif secara efektif dan efi sien. Demokrasi adalah tuntutan rak-yat yang harus dipenuhi oleh pejabat negara yang telah dipilih oleh rakyat. Manakala pejabat yang telah dipilih tidak dapat mengemban amanat rakyat, maka mereka bukanlah pejabat yang amanah. Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (for the people, from the people, and by the people). Semua kebijakan yang ditetapkan oleh wakil rakyat dan kepala pemerintahan harus benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat. Itulah makna sesungguhnya dari demokrasi yang baik dan benar.

Di samping itu, kebijakan sebagai langkah strategis harus benar-benar diimplementasikan secara efektif dan efi sien. Im-plementasi kebijakan yang efektif dan efi sien, bahkan ekono-mis, adalah kebutuhan administratif yang harus diemban oleh kepala pemerintahan atau kepala daerah dan birokrasi peme-rintahan atau perangkat daerah (SKPD). Kita butuh birokrat yang profesional, tulus, dan ikhlas dalam bekerja untuk me-menuhi kebutuhan rakyat. Sungguh suatu tugas mulia jika hal ini dapat diwujudkan dengan baik, tanggung jawab dan ama-nah oleh seluruh wakil rakyat dan kepala daerah serta seluruh perangkat daerah.

Sayang sekali, kondisi selama ini masih memprihatinkan. Perangkat daerah yang seharusnya melayani rakyat, ternya-ta tidak demikian. Motivasi perangkat pemerintahan dalam bekerja belum menjadi sebuah pengabdian untuk penguatan kepentingan rakyat. Sesungguhnya keadaan ini sangat dipe-ng aruhi oleh sistem pemerintahan itu sendiri, yang orientasi kepemerintahannya tidak terfokus kepada kepentingan rakyat. Sehingga mereka tidak sepenuhnya bekerja untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.

Isi 2.indd 32Isi 2.indd 32 9/17/2014 8:47:53 PM9/17/2014 8:47:53 PM

Page 33: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 33

Berbagai model kebijakan yang sudah dijalankan, tidak bergerak secara sistematis pada pemecahan masalah riil di masyarakat. Sebagian besar hanya ke-bijakan temporer dan insidental. Oleh sebab itu, per-soalan kepemerintahan dan kemasyarakatan itu tidak pernah tuntas ditangani oleh birokrasi dan akhirnya selalu menjadi persoalan klasik sampai saat ini.

Motivasi dalam mengatasi dan menjawab persoalan men-dasar inilah yang mendorong saya untuk melaksanakan konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). Selama ini sudah terbangun pola pikir dalam jajaran birokrasi, bahwa masyarakat tidak mampu mengurus dan mengatur dirinya sendiri. Mereka hanya berposisi untuk menerima dan menjalankan program yang disiapkan oleh pemerintah. Pemikiran ini terus menjalar dan tumbuh di kalangan birokrat dan itulah sebabnya mereka enggan memberi kepercayaan kepada desa. Apalagi memberi kekuasaan penuh untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga mereka sendiri.

Sejalan dengan prinsip yang telah berjalan secara ber-kelanjutan ini, tidak ada sedikit pun keinginan untuk keluar dari persoalan yang membelenggu kebebasan berimprovisasi dalam organisasi atau keluar dari cara berpikir umum. Semua mengembangkan berbagai kebijakan yang berpijak pada strategi yang keliru untuk mengatasi persoalan yang diha-dapi.

Ego pemerintah terlihat jelas dalam perilaku sektoral yang sangat mendominasi strategi dan berbagai kebijakan pem-bangunan. Segala strategi yang katanya dilakukan untuk ke-pentingan rakyat, nyatanya sama saja dengan yang sudah per-nah ada sebelumnya. Problem pembangunan tidak pernah bergeser kepada persoalan baru yang seharusnya terjadi.

Isi 2.indd 33Isi 2.indd 33 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 34: H_1_180_Isi

34 REVOLUSI DARI DESA

Pembangunan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan rakyat. Siapa yang tahu kebutuhan rakyat? Pastilah mereka sendiri. Mereka juga yang mengerti tentang masalah yang se-dang dihadapi. Langkah dan perilaku pemerintah baik di dae-rah maupun pusat harus memerhatikan apa yang menjadi ma-salah dan kebutuhan mereka. Sikap bijak pemerintah adalah mendengarkan, menampung, dan menjalankan secara sung-guh-sungguh kehendak rakyat. Akan lebih baik lagi jika yang mengerjakannya adalah masyarakat itu sendiri.

Kebutuhan dasar masyarakat merupakan amanat yang ter-surat dan tersirat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Amanat agung yang tidak boleh kita pung-kiri dan abaikan. Amanat ini harus menjadi motivasi moral dan panggilan hidup bagi aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Semuanya harus teraplikasi di dalam sistem pemerintahan dan semangat perilaku orga-nisasinya.

D. Tiga Komitmen Pembangunan Kabupaten MalinauKomitmen sangat penting fungsinya dalam memperkuat dan mempertegas sebuah program. Tanpa komitmen yang kuat, program sebagus apapun tidak akan berjalan dengan baik. Itulah sebabnya, dalam menjalankan program GERDEMA, saya mensyaratkan komitmen sejumlah pihak yang terlibat. Dengan komitmen yang kuat, kita dapat menghadapi berbagai persoalan sebesar apapun, dapat lebih fokus, dan konsisten un-tuk merealisasikan tujuan pembangunan.

Komitmen mengandung makna komplementatif yang se-sungguhnya merupakan kristalisasi dari berbagai nilai kebu-tuhan utama masyarakat. Komitmen juga sekaligus sebagai penajaman dari misi yang ingin diwujudkan. Cole dan Parston (2006) mengemukakan bahwa kinerja pemerintah dalam mewujudkan tujuan pembangunan dapat diukur dari keefek-

Isi 2.indd 34Isi 2.indd 34 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 35: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 35

tifan biaya (cost eff ectiveness) dan dampak (outcome) yang di-hasilkan. Dalam hal ini, komitmen sangat diperlukan untuk mewujudkan tingginya kinerja pembangunan (high-perfor-mance organization). Hal ini dapat dicapai jika pengeluaran bi-aya pembangunan dilakukan secara efektif dan yang dihasilkan dari proses pembangunan benar-benar berdampak pada pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat.

Komitmen Kabupaten Malinau adalah: “Mewujudkan Malinau sebagai kabupaten pari wisa ta, membangun pertanian melalui revitalisasi, dan mewu-judkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rumah sakit rujukan”.

Ketiga aspek ini dirasa mengandung nilai-nilai multiefek terhadap pengembangan sektor strategis untuk dipilih menjadi komitmen Kabupaten Malinau. Pembangunan sektor pariwi-sata, sektor pertanian, dan peningkatan peran RSUD dalam pemberian layanan kesehatan, dapat menjadi pengungkit (le-verage) terhadap keberhasilan pembangunan sektor-sektor lain-nya. Oleh karena itu menjadi kewajiban dan tanggung jawab untuk mewujudkannya melalui kerja keras, kerja tulus, kerja cerdas, dan kerja bersih dari segenap SKPD, stakeholder dae-rah, para pelaku pembangunan, dan masyarakat beserta sege-nap komponen pembangunan lainnya.

Berikut ini akan dijelaskan tentang komitmen Pemerintah Daerah Malinau sebagai berikut:

1. Mewujudkan Malinau sebagai Kabupaten Pariwisata Industri pariwisata merupakan sektor yang memberi

keuntungan sangat besar kepada pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pariwisata memiliki daya ungkit yang sangat tinggi. Sektor pariwisata juga memiliki aspek multidaya,

Isi 2.indd 35Isi 2.indd 35 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 36: H_1_180_Isi

36 REVOLUSI DARI DESA

multiefek, dan multiguna. Industri ini juga akan menggai-rahkan sektor lain, terutama di bidang ekonomi.

Malinau memiliki potensi keindahan alam (termasuk fl ora dan fauna) sebagai salah satu modal pariwisata. Selain itu, Malinau juga memiliki kekayaan budaya yang amat banyak, yang akan menjadi salah satu daya tarik tertinggi dalam pariwisata. Pemda Malinau menetapkan kebijakan pariwisata berdasarkan kekuatan-kekuatan tersebut. Misal-nya, sejak beberapa tahun silam, Malinau mencanangkan komitmen kabupaten konservasi. Komitmen ini membuat Malinau sebagai salah satu konservasi terbesar di Indonesia dan salah satu paru-paru dunia. Tidak salah jika Malinau di-juluki sebagai Heart of Borneo.

Dari hasil kajian, ternyata pengembangan pariwisata tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan menja-min pembangunan yang berkelanjutan. Itulah sebabnya, Pemda Malinau menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu komitmen utama. Apalagi pariwisata memberikan nilai tambah yang tinggi untuk masyarakat. Tentu hal ini akan menopang kekuatan ekonomi daerah dan nasional.

Dilihat dari aspek multidaya, multiguna, dan multiefek yang akan terjadi, dengan memanfaatkan kekuatan alam, maka pariwisata akan mendorong kita untuk bersemangat dalam memelihara alam agar tetap lestari. Dalam mewujud-kan komitmen ini, Pemerintah Kabupaten Malinau meng-ambil kebijakan yang menumbuhkembangkan semangat partisipasi dan pengembangan aset pariwisata misalnya ke-senian, kerajinan, dan berbagai sarana penunjang. Membi-na beberapa objek wisata serta menetapkan beberapa desa sebagai desa wisata.

Kriteria penetapan desa wisata adalah desa yang memi-liki kekuatan pada sektor sosial budaya dan lingkungannya, seperti tarian, seni ukir, seni suara tradisonal, keterampilan bercocok tanam, dan ramuan obat-obatan. Demikian pula

Isi 2.indd 36Isi 2.indd 36 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 37: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 37

sejumlah kearifan lokal dalam memelihara lingkungan, an-tara lain Tana Tepun, Pulung Kera (Dayak Lundayeh), dan Tanah Ulen (Dayak Kenyah). Desa Wisata itu juga memi-liki keanekaragaman hayati. Hal-hal itulah yang jarang di-miliki oleh wilayah lain.

Sebagai langkah awal, Pemerintah Kabupaten Malinau menetapkan tiga desa wisata, sekaligus sebagai contoh un-tuk sejumlah desa lainnya. Ketiga desa itu Desa Setulang di Kecamatan Malinau Selatan Hilir, Desa Long Alango, dan Desa Apau Ping di Kecamatan Bahau Hulu.

2. Membangun Sektor Pertanian Melalui Revitalisasi Sebagian besar masyarakat Malinau berprofesi sebagai

petani. Malinau memang luas sehingga wajar jika sektor pertanian menjadi salah satu komitmen. Selain itu, budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Malinau secara turun-temurun juga menjadi kekuatan besar dalam mewujudkan komitmen ini. Dilihat dari aspek geostrategis, maka Kabupaten Malinau dapat menjadi penopang dan penyangga kebutuhan pangan baik bagi daerah sekitar Malinau maupun untuk kebutuhan ekspor, minimal ke Malaysia bagian Timur, yang berbatasan langsung dengan negara bagian Serawak dan memiliki akses ke wilayah tersebut.

Selain dengan Malaysia, Malinau juga berbatasan dengan tujuh kabupaten, yaitu Kabupaen Nunukan, Kabupaten Tanah Tidung, Kabupaten Bulungan, Kabu-paten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Barat serta Kabupaten Mahakam Hulu. Secara sosial ekonomi, berbatasan dengan tujuh kabupaten ini sangat menguntungkan, karena dapat memberi akses yang tinggi terhadap tingkat produktivitas sektor per tanian.

Pengembangan sektor pertanian Kabupaten Malinau menjadi sebuah harapan besar meningkatkan taraf hidup

Isi 2.indd 37Isi 2.indd 37 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 38: H_1_180_Isi

38 REVOLUSI DARI DESA

sebagian besar masyarakat Malinau yang berprofesi se-bagai petani. Pembangunan sektor pertanian berkaitan dengan aspek teknologi, produksi, permodalan, dan pema saran. Pembangunan sektor ini perlu keterlibatan segenap pemangku kepentingan agar dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

3. Mewujudkan RSUD sebagai Rumah Sakit Rujukan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Demikian pula di Malinau. Menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan perhatian serius terhadap masalah kese-hatan rakyat. Aspek kesehatan sangat memengaruhi berbagai aspek lainnya, khususnya produktivitas pada berbagai sektor. Itulah sebabnya, Pemkab Malinau sangat serius dalam menyediakan pelayanan kesehatan dengan standar tertentu. Sejak dimekarkan menjadi kabupaten sendiri, Malinau berhasil membangun Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan bangunan beton dileng kapi fasilitas kesehatan yang cukup memadai di seluruh kecamatan.

Pemerintah Kabupaten Malinau juga berhasil mem-bangun sebuah RSUD yang sangat representatif dan pres-tisius. Memang sudah menjadi komitmen Malinau untuk menjadikan RSUD-nya sebagai rumah sakit rujukan. Keberadaan rumah sakit rujukan sangat strategis dan akan memberikan jaminan bagi ketahanan nilai hidup masyarakat Malinau. Saat ini RSUD Malinau telah ber-kembang cukup pesat dan dalam waktu kurang dari satu tahun telah berhasil naik dari tipe D (tipe rumah sakit paling rendah) menjadi tipe C. RSUD Malinau sedang berbenah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung baik alat kesehatan maupun tenaga medis yang berkualifi kasi tenaga ahli dan spesialis.

Selain penyediaan sarana kesehatan yang memadai, Pemkab Malinau juga menjalankan program pendidikan

Isi 2.indd 38Isi 2.indd 38 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 39: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 39

kesehatan, bekerja sama dengan sejumlah lembaga. Pemkab memberikan beasiswa khusus kepada putra-putri terbaik Malinau untuk menuntut ilmu kesehatan mulai dari perawat sampai dokter. Seluruh tenaga yang dididik akan bertugas di RSUD Malinau, dan di Puskesmas pada setiap kecamatan.

Komitmen mewujudkan RSUD sebagai Rumah Sakit Rujukan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen lainnya. Lebih khusus lagi, berkaitan erat dengan komitmen Kabupaten Malinau sebagai kabu-paten konservasi. Pada rencana pembangunan Malinau ke depan, RSUD ini akan menjadi Rumah Sakit Wisata (Hospital Tourism).

Mewujudkan komitmen rumah sakit rujukan ini memer-lukan dukungan dari seluruh masyarakat dan berbagai pihak. Nilai utama yang terpenting sebagai pendukung terwujudnya komitmen ini adalah perubahan perilaku dan sistem sosial, baik pada lingkungan birokrasi kesehatan maupun lingkungan masyarakat luas.

Komitmen-komitmen ini menunjukkan bahwa peme-rintah Kabupaten Malinau dan seluruh pelaku pembangunan berpihak kepada masyarakat, sesuai dengan program GER-DEMA. Memang seringkali kebijakan yang diambil tidak populer. Menguntungkan masyarakat, tapi tidak bagi kepentingan kekuasan. Tetapi sesungguhnya, kebijakan-ke bijakan ini mengandung nilai strategis karena akan mem-berikan kesadaran kepada masyarakat bahwa pemerintah sangat peduli kepada mereka. Jika demikian, masyarakat pun akan berperan aktif dalam pembangunan.

Isi 2.indd 39Isi 2.indd 39 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 40: H_1_180_Isi

Isi 2.indd 40Isi 2.indd 40 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 41: H_1_180_Isi

Inti pembangunan adalah memberikan keper caya an sepenuhnya kepada rakyat; dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimu-lai dari desa.

Penggunaan terminologi “Revolusi dari Desa” dalam bab ini memiliki tiga alasan. Pertama, secara konseptual terdapat dua pendekatan dalam pembangunan, yakni

pendekatan top-down sebagai tindak lanjut dari perencanaan teknokratik dan pendekatan bottom-up sebagai tindak lanjut perencanaan partisipatif. Penggabungan kedua pendekatan ini lazim diterapkan dalam proses pembangunan, baik pem-bangun an nasional, pembangunan daerah, maupun pemba-ngunan desa. Menurut saya, hal ini bersifat kontekstual. Dalam konteks pembangunan perdesaan kedua pendekatan tersebut dapat diterapkan.

Namun, mengingat sebagian besar adalah wilayah per-desaan, maka apa pun pendekatan yang digunakan haruslah

Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

Sebuah Revolusi dari Desa

Bab III

Isi 2.indd 41Isi 2.indd 41 9/17/2014 8:47:54 PM9/17/2014 8:47:54 PM

Page 42: H_1_180_Isi

42 REVOLUSI DARI DESA

bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Jika kedua pendekatan tersebut diterapkan secara terpadu dalam pembangunan desa, maka desa akan cepat maju dan sejahtera. Revolusi konsep pembangunan desa harus dimulai dari gerakan yang ada di desa itu sendiri.

Kedua, kebijakan pembangunan, termasuk pem bangun-an desa, pada dasarnya harus melibatkan jajaran pejabat, baik pejabat politik maupun pejabat karir atau pejabat birokrasi, mulai pejabat di tingkat pusat, tingkat daerah, bahkan hingga pejabat tingkat desa. Kebijakan yang telah dirumuskan oleh jajaran tersebut umumnya memiliki spirit meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, karena itu harus memiliki kon sistensi antara rumusan dan implementasinya. Jika imple -mentasinya dilaksanakan dengan spirit yang sama, penuh kegigihan, ketulusan, kejujuran, keikhlasan, dan pantang menyerah untuk mewujudkan keberhasilannya maka pening-katan kesejahteraan masyarakat desa akan segera ter wujud.

Selama ini para elite sebagai pelaku pembangunan sering-kali tidak memiliki konsistensi dalam implementasi kebijakan pembangunan desa. Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan terkesan sebagai rutinitas yang tidak berdampak signifi kan terhadap peningkatan kesejahteraan. Padahal, semua itu butuh konsistensi antara formulasi, implementasi, dan evaluasi yang dilakukan oleh para pelaku pembangunan, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa (societal of rural development).

Sebagai kekuatan penyeimbang konsistensi pelaku pem-bangunan dibutuhkan peran serta masyarakat desa (citizen participation). Upaya untuk meningkatkan partisipasi masya-rakat itu sangat diperlukan agar mereka sadar bahwa sesung-guhnya hakikat pembangunan desa semestinya datang dari mereka, dilakukan oleh mereka, dan akhirnya akan memberi manfaat besar secara langsung untuk mereka sendiri (from, for, and by the rural society).

Isi 2.indd 42Isi 2.indd 42 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 43: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 43

Di sinilah sebenarnya pemahaman tentang percaya sepenuhnya kepada rakyat itu. Sudah saatnya peran para elite pembangunan yang menguasai dan mengendalikan ber-bagai instrumen kebijakan bertindak dengan penuh ini-siatif, aktif, dan kreatif dalam mengarahkan, membentuk dan membimbing masyarakat agar mampu mencerna, me mahami dan mengevaluasi, sekaligus mampu memecah kannya secara mandiri menggunakan kearifan lokal yang dimiliki dalam menghadapi persoalan yang dialami. Melalui cara ini, rakyat juga akan dapat mengevaluasi program dan kegiatan apa saja yang telah berhasil untuk dapat dilanjutkan dan program mana yang dianggap belum berhasil, sehingga perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan melalui inovasi program dan kegiatan kreatif lainnya.

Revolusi dari desa merupakan sebuah gerakan dari bawah, yang juga dapat bermakna gerakan dari rakyat untuk kesejahteraan rakyat. Namun terkadang, pada situasi tertentu gerakan ini menghadapi persoalan apabila dihubungkan dan dikaitkan dengan pola perilaku kebijakan elite, yang kurang memahami dinamika masyarakat yang senantiasa berubah. Sesungguhnya merupakan kewajiban para elite untuk me ma-hami berbagai perubahan tersebut, sehingga mereka mampu menentukan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pe-nanganan terhadap perubahan itu.

Dalam konsepsi Gerakan Desa Membangun, para elite sudah harus mengubah cara pandang mereka terhadap masya-rakat. Bahwa masyarakat tidak hanya sebagai objek, tetapi sekaligus juga sebagai subjek pembangunan. Dalam pengertian ini, merekalah yang seharusnya melaksanakan pembangunan dan menikmati hasil pembangunan itu.

Ketiga, program dan kegiatan pembangunan desa perlu dukungan dana yang memadai dari pemerintah pusat, peme-rintah daerah, atau sumber pendanaan lainnya. Penge lolaan sumber pendanaan tersebut perlu diserahkan sepenuh nya

Isi 2.indd 43Isi 2.indd 43 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 44: H_1_180_Isi

44 REVOLUSI DARI DESA

kepada desa agar pemerintah desa bersama masyarakat dapat mengelola secara kreatif dan efektif. Baik menyangkut sumber pendapatan yang diterima (revenue) maupun penge lolaannya secara berimbang dan dinamis untuk kepen tingan pengeluaran anggaran (expenditure).

Prinsip pengelolaan anggaran yang berimbang dan dinamis (balance budget dynamic) oleh desa perlu diwujudkan agar anggaran yang dikelola dapat berkembang dengan baik dan berkelanjutan. Diberikannya kepercayaan penuh kepada pemerintah desa dan masyarakat desa untuk mengelola dana, akan berdampak positif pada kesadaran tentang kepemilikan dana tersebut. Nantinya, partisipasi masyarakat dalam penyer-taan dana pembangunan yang bersifat mandiri (local self budgeting) juga dapat ditingkatkan.

Aspek pendanaan ini sangat penting dalam menyukseskan Gerakan Desa Membangun. Dalam hubungan melaksanakan berbagai urusan yang telah diserahkan oleh Pemda Malinau kepada Pemerintahan Desa sebagai konsekuensi dari pem-berlakuan otonomi penuh di desa, maka sangat dibutuh kan dana sesuai kebutuhannya. Aspek dana menjadi sangat vital, untuk menopang pembangunan desa yang telah diran cang melalui mekanisme perencanaan desa.

Di sinilah letak masalah yang selama ini terjadi. Elite pemerintah baik pusat maupun daerah, masih belum per-caya untuk menyerahkan urusan kepada desa, apalagi menye-rahkan sejumlah dana kepada desa. Dalam GERDEMA, sikap tidak percaya ini sudah harus dihilangkan. GERDEMA bertujuan untuk memampukan perangkat desa dalam penye-lenggaraan pembangunan sekaligus pengelolaan keuangan-nya. Untuk hal itu, Kabupaten Malinau secara aktif, penuh keyakinan, dan serius melakukan pembinaan teknis dan pen-dampingan manajerial pemerintahan desa. Hasilnya sudah terlihat, dengan adanya geliat pembangunan dan penye-

Isi 2.indd 44Isi 2.indd 44 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 45: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 45

lenggaraan tata kelola pemerintahan desa yang kita dapat saksikan semakin baik.

Dari pelaksanaan konsep dan model GERDEMA ini, muncul keyakinan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin jika didasari oleh niat dan tekad yang kuat. Sikap percaya disertai dengan pembinaaan kepada aparat peme-rintahan desa merupakan langkah bijak dan strategis yang seharusnya kita lakukan dalam membangun daerah, bangsa dan negara.

Atas dasar ketiga alasan tersebut, Gerakan Desa Mem-bangun sebagai sebuah model Revolusi dari Desa sangat di-perlu kan untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan per-desaan. Revolusi-revolusi yang dimaksud mencakup hal-hal berikut: Revolusi dalam hal penerapan konsep pembangunan,

integrasi antara pendekatan partisipatif dan teknokratik yang bermuara di desa

Revolusi dalam penyerahan urusan dari perangkat teknis daerah kepada pemerintahan desa

Revolusi dalam hal konsistensi antara formulasi, imple-mentasi, dan evaluasi kebijakan pembangunan desa oleh pelaku pembangunan dan masyarakat desa

Revolusi dalam hal pengelolaan dana pembangunan, dengan memberikan kepercayaan penuh kepada desa mela-lui kontrol anggaran secara mandiri.

Revolusi dalam pelaksanaan otonomi secara penuh di desa, sebagai bagian komitmen membangun kedaulatan rakyat yang menjadi cermin kedaulatan negara yang hakiki.

Perwujudan dari revolusi tersebut dapat dijelaskan me-la lui penjabaran konsep Gerakan Desa Membangun (GER-DEMA), kinerja dan strategi pencapaiannya, fenomena kemis-kinan dan pengangguran di Malinau, peran utama dalam

Isi 2.indd 45Isi 2.indd 45 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 46: H_1_180_Isi

46 REVOLUSI DARI DESA

menyukseskan GERDEMA, serta fungsi-fungsi utama yang merepresentasikan gerakan ini.

A. Konsep Pembangunan Malinau melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)

1. Membangun Malinau dari Desa Makna pernyataan ini merupakan sebuah penegasan ten-

tang sebuah komitmen yang menggambarkan paradigma yang sangat besar, kuat, dan penuh perhatian terhadap pembangunan di desa. Pernyataan inilah yang sesungguh-nya membedakan paradigma pembangunan Malinau de-ng an paradigma pembangunan lainnya. Pada cara pandang ini, desa menjadi konsentrasi berpikir dan aktivitas dari se-tiap gerak pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerin-tah daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang model orientasi aktivitasnya tertuang di dalam Ang-garan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap ta-hunnya. Yang sangat mendasar dan hakiki pada konsep ini adalah apa yang dilaksanakan oleh desa melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) setiap tahun anggaran.

Konsep “Membangun Malinau dari Desa” ini menun-jukkan dan menegaskan kuatnya komitmen pemerintah dalam mewujudkan secara konkret dan tegas model pem-bangunan Malinau. Hal ini didasarkan pada beberapa pan-dangan: 1. Desa merupakan tempat bermukimnya masyarakat yang

ingin kita bangun dan kita sejahterakan.2. Desa memiliki aspek kearifan lokal yang sangat kaya dan

beragam, yang mendominasi dan mewarnai kehidupan desa. Hal tersebut sesungguhnya merupakan kekuatan utama yang menyemangati kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Isi 2.indd 46Isi 2.indd 46 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 47: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 47

3. Orientasi harus diarahkan atau tertuju ke desa apabila kita ingin sungguh-sungguh sukses mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan.

4. Desa merupakan tempat berpusatnya kegiatan dan akti-vitas seluruh elemen dan komponen masyarakat dalam pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan umum.

Pola pembangunan yang dilaksanakan selama ini, kurang maksimal untuk menyejahterakan rakyat. Hal ini disebab-kan karena niat dan strateginya kurang kuat, kurang jelas, dan kurang terarah ke penyelesaian masalah. Motivasi dan orientasinya lebih banyak untuk kepentingan elite (pim pin-an eksekutif dan legislatif ). Akibatnya terlalu banyak kebi-jakan yang jauh dari kebutuhan rakyat.

Kita sudah tahu bahwa seharusnya kepentingan rakyat yang menjadi patokan utama. Masyarakatlah yang seha-rus nya menjalankan dan merasakan sendiri hasil dari pem bangunan, karena hanya merekalah yang paling tahu kebutuhannya. Dengan melibatkan mereka dalam pemba-ngunan secara aktif, hasilnya secara langsung dapat dira-sakan oleh masyarakat itu sendiri. Nyatanya, saat ini kondisi yang terjadi di sebagian besar wilayah kita dalam pemba-ngunan adalah: Sangat rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pem-

bangunan Tidak teridentifi kasinya kebutuhan dasar masyarakat

yang terbaca dalam pemetaan potensi dan permasalahan desa.

Masih besar dan dominannya keterlibatan pemerintah dalam mengendalikan pembangunan di desa.

Akibat dari kondisi tersebut adalah masih terjadinya ke-tim pangan hasil pembangunan dengan apa yang diharap-kan masyarakat. Mereka tidak merasakan dampak

Isi 2.indd 47Isi 2.indd 47 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 48: H_1_180_Isi

48 REVOLUSI DARI DESA

pembangunan secara signifi kan. Terlalu besar disparitas antara harapan dan kenyataan. Pembangunan masih dirasa belum adil dalam menyejahterakan masyarakat dan tidak menyentuh ke akar masalah. Fakta menunjukkan bahwa kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah terbesar, yang sejak kita merdeka hingga kini, belum ter-selesaikan.

Dalam perspektif berbangsa dan bernegara, masalah kemiskinan dan pengangguran sesungguhnya dapat men-jadi sebuah tantangan, hambatan, gangguan, dan ancaman yang amat serius bagi satu bangsa yang berdaulat. Ibarat penyakit kanker yang merambah menyerang seluruh alat vital di sekujur tubuh kita. Sudah seharusnya kita sikapi dan perangi melalui kebijakan yang tepat.

Menangani persoalan yang amat serius ini sikap yang harus dikembangkan adalah sikap berani bertindak, ino-vatif, kreatif, dan tentunya sikap yang konsisten, menye-luruh serta terus-menerus sampai ke akar masalah. Butuh sikap mental, tekad, kerja keras, yang didasari oleh ketu-lusan dalam melaksanakannya.

Perubahan tatanan masyarakat secara fundamental memang tidak serta merta dapat dicapai melalui sikap hati yang tulus, bersih, dan berkomitmen kuat, serta semangat kerja keras saja. Namun hal itu menjadi awal dan dasar yang sangat penting dari berbagai perubahan.

2. Filosofi Pembangunan Malinau: “Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat”

Konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) me-nem patkan rakyat sebagai kekuatan kunci dari gerakan pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Malinau. Pencapaiannya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan tingkat partisipasi masyarakat. Rakyatlah yang akan menikmati hasil pembangunan, sehingga rakyatlah

Isi 2.indd 48Isi 2.indd 48 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 49: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 49

yang sangat mengerti dan memahami tentang kebutuhan dasar hidup mereka. Masyarakat desalah yang mengerti bagaimana cara mengelola nilai dan potensi yang ada di desa mereka, untuk peningkatan taraf hidup mereka.

Sebagaimana desa lainnya di Indonesia yang memiliki karakteristik sendiri, desa-desa di Kabupaten Malinau juga memiliki karakteristik dan kearifan lokalnya sendiri. Dua desa yang bertetangga sekalipun, memiliki karakter yang berbeda. Dalam keanekaragaman ini tentu tidak mungkin mengelola desa dengan pola yang seragam. Kita memiliki pengalaman panjang dalam membangun desa. Berbagai peraturan dan perundang-undangan terbit silih berganti mengatur dan mengurus desa. Kita pernah punya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, yang dalam semangatnya menyeragamkan pola dan mekanisme pembinaan serta pembangunan desa. Kenya taannya berbagai produk hukum ini tidak mampu mewujudkan pemerintahan desa yang bermaksud me-nyejah terakan rakyat.

Bahkan semua upaya tersebut terasa hanya sekadar sebagai formalitas saja. Fakta menunjukkan, misalnya, banyak desa yang kehilangan jati dirinya, identitas tra-disional yang merupakan kekayaan tak ternilai justru punah. Lahirlah kebijakan relokasi atau penggabungan desa, hingga penghapusan status desa. Desa hanya menjadi objek pembangunan oleh elite birokrasi yang sarat nuansa politik. Strategi yang dijalankan tidak tepat, karena hanya atas pertimbangan yang amat sempit dan politis, seperti pertimbangan hanya dari jumlah penduduk, sementara potensi wilayah dan keanekaragaman budaya dan potensi kekayaan alam sangat besar.

Kadang, masyarakat desa sama sekali tidak dilibatkan dalam proses kebjakan. Itulah sebabnya, dari dulu hingga sekarang kondisi masyarakat desa masih memprihatinkan

Isi 2.indd 49Isi 2.indd 49 9/17/2014 8:47:55 PM9/17/2014 8:47:55 PM

Page 50: H_1_180_Isi

50 REVOLUSI DARI DESA

dan sulit untuk maju. Maju di bidang kesehatan, maju di bidang ekonomi, maju di bidang pendidikan, maju di bidang teknologi, dan maju dalam desain sistem serta struktur, bahkan untuk maju pada kerangka model sosial yang pasti akan terbentuk dalam dimensi akulturasi budaya antar kelompok etnis dan budaya bangsa.

Demikian juga dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini semangat pemerintahan desa juga belum sesuai harapan. Desa terkesan hanya berfungsi sebagai atribut. Tak lebih dari aksesori dalam tata pemerintahan. Peran paling tinggi pemerintahan desa hanya bersifat administratif dan seremonial. Misalnya, hanya jadi tukang membuat surat keterangan untuk Kartu Tanda Penduduk (KTP). Tidak lebih.

Apabila dipahami dengan baik dan mendalam, maka sesungguhnya peran desa dapat lebih dimaksimalkan dari sekadar peran formalitas dan administratif saja. Bahkan sesungguhnya peran desa dapat diproyeksikan sebagai suatu instrumen pembangunan yang sangat besar dan strategis. Desa sesungguhnya memiliki potensi nilai fi losofi s dan kearifan yang sangat unik dan beragam, sehingga dapat menjadi kekuatan pembangunan. Namun amat disayangkan karena para pembuat kebijakan di tingkat yang lebih tinggi, gagal memahami dan mendalami kekuatan tersebut. Potensi desa tidak termanfaatkan. Akibatnya, keberhasilan pembangunan hanya sekadar angan-angan belaka.

Kita semua mengakui bahwa Indonesia punya keka-yaan berlimpah di segala bidang. Keanekaragaman hayati-nya bahkan terbesar kedua setelah Brasil. Sumber daya alamnya seolah tak ada habisnya. Jumlah suku bangsa dan ragam bahasanya terbanyak di dunia. Tradisi dan budaya-nya luar biasa. Hanya Indonesia yang memiliki kekayaan

Isi 2.indd 50Isi 2.indd 50 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 51: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 51

sebanyak itu. Berbagai kekayaan itu melimpah ruah di se-antero nusantara ini. Sebuah modal yang sangat besar, yang seharusnya mampu dioptimalkan untuk kesejahteraan rak-yat.

Saya melihat dan merasa bahwa kita belum meman-faatkan dengan tepat kekayaan tersebut. Bahkan yang mendasar sekalipun, termasuk pembangunan desa, belum kita manfaatkan. Warga desa, dengan karakter dan kekua-tannya, seringkali dianggap sebelah mata dan dicap tidak mampu. Itulah sebabnya, para pengambil kebijakan tidak pernah melibatkan mereka. Jangankan dalam perencanaan, dalam pelaksanaannya pun, hanya secuil kegiatan saja yang melibatkan warga. Partisipasi mereka sangat rendah, karena celah partisipasi itu ditutup rapat oleh para elite.

Pemerintah tidak pernah tulus dalam melibatkan warga desa, termasuk pemerintahan desa. Padahal, pembangunan desa hanya dapat terlaksana, jika akar masalah di desa dise-lesaikan. Bagaimana mau menyelesaikan akar masalah desa, jika warga dan pemerintahan desa tidak dilibatkan? Wajar jika semua peraturan perundangan yang mengatur desa, tidak pernah mampu menghasilkan pembangunan yang baik. Pada akhirnya yang kita sering lihat adalah pergantian pemerintahan dan kepemimpinan tidak pernah memberi-kan perubahan signifi kan dalam pembangunan desa.

UU Baru, Kesadaran BaruDi awal 2014, kita semua bergairah dengan terbitnya undang-undang baru yang mengatur secara khusus tentang desa. UU baru ini terpisah dari Undang-Undang Pemerintah Daerah yang selama ini menjadi dasar pengaturan tentang desa. Secara khusus, saya juga bernafas lega karena pemerintah mulai menyadari tentang esensi sistem pemerintahan menyangkut peran warga desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mulai berlaku, yang berisi semangat

Isi 2.indd 51Isi 2.indd 51 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 52: H_1_180_Isi

52 REVOLUSI DARI DESA

baru, mengatur desa dengan berbagai opsi yang lebih baik. Undang-undang ini menegaskan peran dan kedudukan desa yang sungguh sangat penting dalam menjalankan tugas dan wewenang untuk mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat. UU baru ini dari sisi struktur, isi, dan bobotnya relatif memiliki kelenturan terhadap kepentingan masyarakat desa. Misalnya aturan tentang desa adat yang hidup dan tumbuh subur di negeri kita tercinta ini.

Namun, saya melihat UU No. 6 ini masih belum secara tegas memberikan peran otonom kepada desa untuk terlibat secara aktif dalam urusan pemerintahan dan pembangunan. Sejak awal saya berkeyakinan bahwa otonomi desa harus dijalankan. Semangat masyarakat untuk membangun desanya sangat besar, sehingga harus diwadahi dengan peraturan yang mendukungnya.

Kini kita tinggal berharap pada pelaksanaan undang-undang tersebut. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak perundangan yang isinya bagus dan positif, namun menjadi sia-sia karena pelaksanaannya buruk. Pelaksanaan memang jauh lebih sulit dibanding aturannya sendiri. Siapa pun pelak sananya sangat ditentukan oleh motivasi, kesadaran, pema haman, dan konsistensi sikap. Peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan khususnya peraturan daerah yang akan menjadi pedoman pelaksanaannya menjadi sangat krusial. Aturan di bawah undang-undang inilah yang akan menjadi salah satu penentu apakah undang-undang itu akan berjalan dengan baik atau sebaliknya.

Saya berpendapat bahwa kedudukan desa harus dipertegas sebagai daerah otonom. Jangan sampai terdapat tafsir yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Jangan sampai aturan berganti tapi perilaku sama saja seperti sebelumnya. Dalam undang-undang ini disebutkan, bahwa pemerintah desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan desa, pelaksana

Isi 2.indd 52Isi 2.indd 52 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 53: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 53

pembangunan desa, pelaku pembinaan kemasyarakatan desa, dan pelaku pemberdayaan terhadap masyarakat desa ber-dasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika serta kepentingan masya rakat setempat.

Esensi dari undang-undang ini sangat cocok dengan apa yang sudah diterapkan di Malinau dalam program Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). Saya menyebutnya sebagai sebuah paradigma baru dalam membangun masyarakat desa. Itulah sebabnya, GERDEMA disebut juga sebagai gerakan Revolusi dari Desa. Dalam konsep GERDEMA, masyarakat ditempatkan sebagai kekuatan utama dalam pembangunan. Prinsip dasar GERDEMA adalah memberi kepercayaan penuh kepada masyarakat, dalam hal ini pemerintah desa, untuk mengelola dan mengurus rumah tangga desa untuk kese jahteraan rakyatnya. Semangatnya sangat jelas, yaitu pemerintahan desa adalah otonom berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

Praktik otonomi inilah yang sebenarnya menunjukkan semangat pembangunan yang sering disuarakan oleh para pemimpin dan kebanyakan orang, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Malinau tidak hanya menjadikan hal itu sebagai wacana, namun mempraktikkan dan membuktikan keberhasilannya. Kami sangat yakin bahwa sumber kekuatan pembangunan datang dari rakyat, yang pengelolaannya dikerjakan dan ditangani berdasarkan karakteristik kearifan lokal masyarakat desanya dan hasilnya secara langsung dinik-mati oleh rakyat desa itu sendiri.

Inilah yang harus menjadi roh dan semangat dari undang-undang dan aturan tentang desa. Hal ini sangat mendasar untuk menjadi pegangan hidup kita, karena sesungguhnya sikap arif bijaksana dalam menjalankan strategi pembangunan

Isi 2.indd 53Isi 2.indd 53 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 54: H_1_180_Isi

54 REVOLUSI DARI DESA

tidak boleh meninggalkan hakikat kebangsaan kita. Kita tidak boleh merapuhkan nilai-nilai kebangsaan kita yang sesungguhnya luar biasa.

Esensi Konsep Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)Terdapat tiga hal yang menjadi esensi konsep GERDEMA:

Gerakan Itu Berasal dari RakyatMasyarakat terlibat langsung melakukan evaluasi, pemetaan, dan mengartikulasikan potensi serta permasalahan di desa untuk ditetapkan sebagai materi perencanaan melalui mekanisme kerja Lembaga Pemberdayaan dan Partisipasi Pembangunan Masyarakat Desa (LP3MD). Masyarakat Desa dalam fi losofi pembangunan nasional merupakan objek pembangunan, sehingga sesungguhnya mereka menjadi titik awal yang baik untuk memulai sebuah upaya untuk mewu-judkan pembangunan nasional.

Benang merah dari sasaran pembangunan yang akan di-laksanakan haruslah konsisten berkorelasi kuat dengan proses untuk mencapai tujuan. Prinsip dasarnya adalah bahwa yang ingin kita capai harus menjadi bagian dari proses. Rakyat adalah objek dari pembangunan dan oleh karenanya harus menjadi titik awal dari semua gerak dan proses yang akan dilakukan dan terpelihara secara baik dalam mekanisme perencanaan dan pelaksanaannya.

Gerakan Itu Dilakukan oleh RakyatApa yang direncanakan dan ditetapkan sebagai kegiatan pem-bangunan desa, semuanya dilakukan oleh seluruh masyarakat desa. Mereka memahami konteks masalahnya, maka dengan mudah mereka memahami kekuatan dan kelemahannya. Mereka juga akan mudah menanganinya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, tentu

Isi 2.indd 54Isi 2.indd 54 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 55: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 55

akan sangat mudah pula untuk menggugah semangat mereka melibatkan diri dan lebih mudah bagi mereka untuk turut berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam pelaksanaannya.

Gerakan Itu Menghasilkan Manfaat untuk Masyarakat DesaSeluruh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, ber-tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa sendiri. Mereka sangat paham dan mengerti terhadap kebutuhan dasarnya, sehingga perencanaan yang dilakukan tentu di arah-kan untuk menangani dan mengeksplorasi kebutuhan mereka. Semuanya pasti dapat dinikmati secara langsung oleh rakyat Kabupaten Malinau sendiri.

Setiap desa memiliki kebutuhan yang beragam dan sering kali tidak sama antara satu desa dengan desa lainnya. Maka, hasil pembangunan tidak bisa diukur dengan indikator sama. Masyarakat setempatlah yang dapat mengukur tingkat keber-hasilan pembangunan yang sudah mereka jalankan. Mereka tahu dan merasakan sendiri, sehingga jika ada kekeliruan mereka bisa langsung memperbaikinya pada perencanaan pembangunan berikutnya.

Mari kita ambil contoh kehidupan seorang petani yang bercocok tanam padi. Dia akan mengolah sejengkal demi sejengkal lahan, dengan tekun, penuh semangat dan tulus. Dia menanam bibit padi pilihan, lalu memeliharanya dengan sabar. Dia juga bangga melihat hijau dan gemulainya daun padi. Pada saatnya, petani itu akan memetik butiran padi dan tidak akan meninggalkan sebutir pun menjadi sia-sia atau menjadi santapan ayam dan burung.

Petani itu menghargai hasil kerja kerasnya dan menikmati padinya untuk seluruh anggota keluarganya. Hasil dari kerja kerasnya itu sangat bermakna ketika seluruh anggota keluarga ikut menikmatinya, meski hanya disantap dengan sepotong tempe dan kecap. Dia dan keluarganya sudah merasakan

Isi 2.indd 55Isi 2.indd 55 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 56: H_1_180_Isi

56 REVOLUSI DARI DESA

kebahagiaan tak terkira. Perasaan yang aman, nyaman, dan damai itu sesungguhnya lahir dari kerja keras yang tulus, bersih dan komitmen kuat. Hal inilah yang menjadi salah satu ukuran keberhasilan GERDEMA di Malinau.

Sebenarnya, keinginan warga desa sangat sederhana, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar. Secara umum, penentuan strategi pembangunan harus berdasarkan pada tingkat ke-puasan dasar masyarakat, yaitu: Rasa bangga Rasa senang Rasa nyaman Rasa keindahan Rasa sehat (kesehatan) Rasa pintar (pendidikan) Rasa tertib (keamanan).

3. Desa sebagai Pusat Titik Perhatian (Fokus) dan Tempat Gerakan (Lokus) dari Pembangunan

Permasalahan besar selama ini adalah ketidakberdayaan masya rakat untuk berperan dalam pembangunan. Semua pemang ku kepentingan di daerah sangat mengerti ter-hadap kesulitan itu. Akibatnya ketergantungan masya rakat kepada peran pemerintah menjadi sangat tinggi. Kondisi yang tidak kita sadari telah memosisikan pemerintah menjadi pusat dalam menjalankan pemerin tahan dengan tidak berimbang.

Sebenarnya kita sudah mengenal prinsip akuntabilitas dan demokratisasi melalui pola perencanaan pembangunan dari bawah (bottom-up planning). Namun pada pelaksa-naannya, pola ini tidak konsisten karena yang berperan sebagai penentu kebijakan pada akhirnya adalah peme-rintah, bukan masyarakat. Bahkan dalam banyak hal, pemerintahlah pemegang kekuasaan dan penentu tunggal dalam perencanaan daerah, sehingga sesungguhnya pola

Isi 2.indd 56Isi 2.indd 56 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 57: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 57

perencanaan pembangunan kita masih berasal dari atas (top-down planning).

Konsep GERDEMA hadir sebagai jawaban dan koreksi atas pola tersebut. Bahkan GERDEMA tergolong sebuah inovasi karena belum pernah dilakukan sebelumnya oleh pemerintahan manapun. Itulah sebabnya, pada 2013 lalu, konsep GERDEMA di Malinau termasuk dalam penerima penghargaan Innovative Government Award dari Kementerian Dalam Negeri. GERDEMA memang berbeda dibanding konsep pembangunan selama ini. GERDEMA menjadikan desa sebagai pusat aktivitas pemerintahan, kegiatan pembangunan, dan pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Malinau membangun dan membentuk sumber daya manusia desa, menyerahkan berbagai urusan kepada desa dan menyediakan dana untuk dikelola desa dengan nominal sebesar Rp1,2 miliar pada 2014. Pemda juga memberikan kesempatan secara luas kepada desa untuk menggali sumber pendapatan asli desa untuk kepentingan desa mereka.

Konsekuensi dari hal tersebut sangat jelas bahwa pe-merintahan desa harus diberdayakan dan memberda-yakan diri, agar mampu menjalankan fungsi dan tugasnya. Perubahannya sangat signifi kan karena Pemkab Malinau menjadikan pemerintahan desa berkedudukan kuat dalam menjalankan otonomi desa. Kami menyerahkan secara penuh urusan tertentu kepada desa untuk menjadi kewenangan desa dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desanya. Jika dibandingkan dengan daerah lain, Pemerintah Kabupaten Malinau menjadi pemerintah daerah yang paling banyak menyerahkan urusan kepada desa (akan dibahas pada bagian selanjutnya).

Bukti dari sikap konsisten Pemerintah Kabupaten Malinau dalam menjalankan GERDEMA, dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Isi 2.indd 57Isi 2.indd 57 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 58: H_1_180_Isi

58 REVOLUSI DARI DESA

Penyusunan APBD setiap tahun adalah hasil perencanaan di tingkat desa. Perencanaan yang dilakukan oleh peme-rintahan dan masyarakat desa tidak boleh diubah apa-lagi dihilangkan oleh siapa pun, termasuk kepala daerah. Dampaknya, seluruh aktivitas pembangunan APBD merupakan input dari hasil perencanaan pembangunan desa melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pem-bangunan Desa (Pra-Musrenbangdes dan Musrenbangdes) yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh seluruh desa. Pemerintah Kabupaten Malinau mengawal hasil Musren-bangdes berdasarkan kebutuhan masyarakat desa, mem-pertimbangkan aspek aksesibilitas, serta memiliki konek-tivitas yang tinggi dengan pengembangan wilayah dan dalam rangka mengembangkan produk unggulan pada setiap desa.

B. Kinerja dan Strategi Pembangunan Malinau

1. Kinerja Daerah Sebelum dan Setelah GERDEMA Apa yang menjadi ukuran kinerja daerah termasuk ber-

hasil atau tidak? Tentu semua pihak akan sepakat bahwa kesejahteraan rakyatlah yang menjadi tolok ukur nya. Kinerja daerah akan dianggap berhasil, ketika masya-rakatnya makin sejahtera. Namun pada kenyataan nya, sering kali kinerja yang dianggap baik tidak sebanding dengan hasil pembangunan. Dalam sejumlah indikator, kinerja daerah termasuk baik, sesuai prosedur, dan siste-matis dalam berbagai hal. Tapi, kondisi masyarakatnya tetap saja kurang sejahtera.

Salah satu gambaran nyata tentang hal tersebut adalah hasil kajian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap kinerja pemerintah daerah. Setiap pemda berlomba-lomba mendapatkan penilaian positif dari BPK. Malinau pun demikian. Sejak dimekarkan sampai sekarang, Malinau

Isi 2.indd 58Isi 2.indd 58 9/17/2014 8:47:56 PM9/17/2014 8:47:56 PM

Page 59: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 59

berupaya mendapatkan penilaian positif dari BPK, khu-sus nya dalam pengelolaan keuangan daerah. Tingkat peni-laiannya adalah sebagai berikut:a. Opini disclaimer (kurang) Diberikan terhadap laporan keuangan daerah yang

ditolak karena tidak memiliki disiplin penganggaran dan tidak memiliki kepatuhan terhadap ketentuan penge-lolaan keuangan daerah.

b. Opini tidak wajar (cukup) Diberikan terhadap laporan yang relatif ada etiket atau

niat mengelola keuangan daerah dengan baik, namun masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya.

c. Opini wajar dengan pengecualian (cukup baik) Diberikan kepada pengelolaan keuangan daerah yang

sudah baik, namun masih diberi beberapa catatan yang penting untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan keten-tuan aturan yang berlaku.

d. Opini wajar tanpa pengecualian (baik) Diberikan kepada daerah sebagai pengelola keuangan

yang baik, yang memiliki kedisplinan penganggaran dan ketaatan penuh kepada aturan yang berlaku.

Kita berasumsi bahwa saat sebuah daerah mendapat-kan opini yang positif dari BPK, maka pencapaian pem-bangun annya pun positif. Nyatanya, tidak demikian. Opi-ni baik dari BPK dalam hal pengelolaan keuangan daerah, tidak serta-merta menunjukkan pencapaian pembangunan yang baik. Banyak sekali daerah, termasuk Malinau sebe-lum menjalankan GERDEMA, yang mendapatkan opini baik tapi hasil pembangunannya belum memadai.

Sebelum berlakunya GERDEMA, meski mendapat-kan opini baik dari BPK, tingkat kemiskinan di Malinau masih cukup tinggi, yaitu 26%. Masyarakat ma-sih sangat tergantung kepada pemerintah. Pemerintah pun

Isi 2.indd 59Isi 2.indd 59 9/17/2014 8:47:57 PM9/17/2014 8:47:57 PM

Page 60: H_1_180_Isi

60 REVOLUSI DARI DESA

memberikan sejumlah subsidi dan bantuan kepada ma-syarakat, karena memang itulah kewajiban dasar pemerin-tah. Gambar (1) di bawah ini dapat menunjukkan tentang korelasi antara kinerja pemerintah daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Gambar 1. Gambaran Awal Kinerja Pemerintah Daerah dan Korelasinya dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

di Kabupaten Malinau

Catatan: Walaupun opini hasil pemeriksaan BPK cukup baik, tetapi angka kemiskinan masih cukup tinggi.

2. Kerangka Formulasi APBD Sebelum Gerakan Desa Membangun

Mengapa kinerja keuangan yang dinilai baik oleh BPK, tidak sejalan dengan hasil pembangunan? Hal ini dise-babkan oleh paradigma pembangunan yang tidak tepat, sehingga strategi yang dijalankan pun tidak tepat. Campur tangan pemerintah sangat sentral, sangat besar, dan

Isi 2.indd 60Isi 2.indd 60 9/17/2014 8:47:57 PM9/17/2014 8:47:57 PM

Page 61: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 61

memperlihatkan “ego sektoral” yang sangat tinggi. Masing-masing sektor berjuang dan bersikeras untuk memperkuat serta mempertahankan kepentingan sektornya masing-masing. Kondisi ini tentu sangat merugikan pemerintah dan masyarakat, karena menyebabkan kurang fokusnya langkah-langkah pembangunan dan kurang tajamnya pen-capaian pembangunan. Terjadi pemborosan tenaga, waktu, dan keuangan, kurang efektif, dan kurang berdaya guna serta terjadi kemandekan pada banyak sektor, yang bermuara pada tidak terwujudnya kesejahteraan masya rakat.

Yang sangat krusial adalah refl eksi visi daerah nyaris tidak terlihat, kalaupun ada sangat kecil dan tidak jelas posisinya. Platform-nya hanya berada di dalam SKPD tertentu saja, sehingga tidak ada jaminan bahwa janji dan tekad pimpinan daerah dapat terwujud seperti yang tertuang di (RPJMD). Kondisi ego sektoral ini dapat kita lihat pada Gambar (2) tentang konsepsi APBD sebelum berlakunya GERDEMA dengan platform SKPD.

Gambar 2. Konsepsi APBD Sebelum GERDEMA Dengan Platform Pada SKPD

Isi 2.indd 61Isi 2.indd 61 9/17/2014 8:47:57 PM9/17/2014 8:47:57 PM

Page 62: H_1_180_Isi

62 REVOLUSI DARI DESA

Catatan:1. Masing-masing sektor berada di dalam kamarnya, yang

menggambarkan ego sektornya.2. Visi daerah hanya sepersekian persen saja, dan hanya

dititipkan pada sektor tertentu.

Jika paradigma ini tetap diteruskan, maka akan sangat merugikan masyarakat dan pemerintah. Oleh sebab itu harus disikapi dengan langkah inovatif dan reformatif, baik pada sistem, perilaku birokrasi, budaya masyarakat, maupun pemangku kepentingan. Keinginan untuk meng-ubah sebuah sistem harus disertai dengan langkah konkret. Hanya dengan itikad kuatlah, semua keinginan itu dapat terlaksana demi kesejahteraan rakyat.

Jadi, pola lama itu harus diakhiri karena tidak mem-berikan manfaat besar buat masyarakat dan Malinau sudah melakukannya melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). Kami lebih mengutamakan kepentingan rakyat sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara sebagai-mana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Kerangka Strategis APBD Model GERDEMA Butuh komitmen tinggi untuk mengubah pola lama

yang seolah sudah mapan, menjadi pola baru yang lebih reformatif, termasuk di Malinau. Komitmen tinggi men-jadi hal yang sangat mendasar, karena untuk meng ubah sesuatu yang sudah berjalan secara mapan tentu tidak mudah. Apalagi, pola lama itu seperti sudah mendarah daging dalam pikiran birokrat, tersistem dan didukung oleh perangkat hukum. Pastilah harus melalui proses panjang sehingga memerlukan kekuatan komitmen dari “kelompok top-leader” dan semua pemangku kepentingan di daerah.

Isi 2.indd 62Isi 2.indd 62 9/17/2014 8:47:57 PM9/17/2014 8:47:57 PM

Page 63: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 63

Prinsip utama GERDEMA adalah “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam melaksanakan prinsip ini, seluruh aspek dalam aktivitas SKPD yang merupakan wakil pemerintah, harus mencerminkan kehendak rakyat. Pemerintah harus memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam memperhatikan dan membina masyarakat desa. Semua perhatian itu sesungguhnya dapat terlihat dalam APBD yang disusun setiap tahun sebagai program pem-bangunan daerah.

Program pembangunan dalam APBD adalah hasil dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musren-bangdes) yang dilaksanakan di setiap desa. Musrenbangdes melibatkan berbagai pemangku kepen tingan seluruh masya rakat desa. Pemangku kepen tingan yang dimaksud seperti aparatur dan perangkat desa beserta seluruh eksponen desa, politisi, akademisi, praktisi, Pegawai Negeri Sipil, dan pemangku kepentingan lainya. Mekanisme ini akan menjamin terciptanya efi siensi dan efektivitas dalam mengoptimalkan sumber daya daerah.

Terdapat sejumlah pertimbangan Pemerintah Kabupaten Malinau dalam menentukan kegiatan pembangunan, yaitu: 1. Kebutuhan Kegiatan yang akan dijalankan merupakan kebutuhan

masyarakat saat itu dan ke depan. 2. Memiliki aksesibilitas yang tinggi Kegiatan yang akan dijalankan itu dapat dijangkau

(diakses) semua lapisan masyarakat dan akan memberi dampak terhadap faktor lainnya sehingga semakin mem-perkuat pencapaian tujuan pemerintah.

3. Unggulan Kegiatan yang akan dijalankan, haruslah sesuatu yang

diunggulkan dan representasi dari potensi yang tersedia secara luas di desa, juga diminati oleh masyarakat dan

Isi 2.indd 63Isi 2.indd 63 9/17/2014 8:47:57 PM9/17/2014 8:47:57 PM

Page 64: H_1_180_Isi

64 REVOLUSI DARI DESA

menjadi kebutuhan serta kekuatan pembangunan di desa.

4. Berdampak besar terhadap pengembangan wilayah Pembangunan itu harus bernilai besar bagi pengem-

bangan wilayah/daerah. Apa yang dilakukan harus men-cerminkan pemerataan, mendorong serta mem percepat pertumbuhan daerah yang memiliki potensi dan posisi strategis, sehingga menciptakan rasa keadilan bagi semua orang.

Kegiatan pembangunan oleh pemerintah daerah tidak terletak pada kuantitasnya, tetapi pada kualitas pelaks anaannya. Bagaimana pembangunan itu dijalan-kan? Kegiatan apa yang dikerjakan? Oleh sebab itu, kita harus meyakinkan diri bahwa jika mau mewujudkan sebuah “Perubahan Maju dan Sejahtera”, maka APBD yang disusun harus fokus terhadap kebutuhan rakyat, fokus dan memusatkan perhatian terhadap pengem -bangan wilayah, konsen, dan fokus terhadap pengem-bangan produk unggulan. Seluruh kegiatan itu akan mem bangun kekuatan aksesibilitas terhadap pengem-bangan sektor lainya.

Pada akhirnya pendekatan ini akan menciptakan efi siensi dan efektivitas penggunaan dana, tenaga, material, dan waktu sehingga penghematan daerah akan dapat terpelihara dan modal daerah (dana, tenaga, waktu dan pemikiran) juga tidak terkuras dengan sia-sia.

Isi 2.indd 64Isi 2.indd 64 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 65: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 65

Catatan:1. Desa menjadi fokus dan konsentrasi dari pembangunan

daerah.2. Visi daerah teraplikasi dalam semua aktivitas SKPD.

C. Fenomena Kemiskinan dan Pengangguran di Malinau

1. Kondisi Riil Kemiskinan Malinaua. Kondisi Kemiskinan Malinau Pola hidup dan produksi masyarakat menentukan ti-

po logi kemiskinan yang tergambar di Malinau. Pema -haman sederhana kita untuk menggambarkan kemis-kinan masyarakat Malinau dapat kita lihat pada asumsi di bawah ini, yakni:

Gambar 3. Alur Konsepsi Pelaksanaan Gerakan Desa Membangun Melalui Mekanisme Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Isi 2.indd 65Isi 2.indd 65 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 66: H_1_180_Isi

66 REVOLUSI DARI DESA

Masyarakat tradisional sangat puas menikmati hidup dengan hanya memanfaatkan potensi yang ada di se-kitarnya yang melimpah ruah

Masyarakat tradisional melakukan pekerjaan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari

Masyarakat belum sepenuhnya memahami aspek produktivitas ekonomi yang berdampak kepada kehi-dupan sosial ekonominya.

Dari asumsi di atas, maka kita dapat mengklasifi kasikan kemiskinan masyarakat Malinau ke dalam 3 (tiga) kelom-pok, yaitu:1. Masyarakat Malinau Tidak Miskin Absolut Masyarakat Malinau tidak benar-benar miskin. Secara

umum pemahaman kita tentang orang miskin adalah masyarakat yang sulit mendapatkan kesempatan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Berdasarkan pengertian ini, maka hampir seluruh masyarakat Malinau dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Alam dan lingkungan Malinau telah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

2. Kemiskinan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengertian kemiskinan jenis ini adalah sangat terbatasnya

penguasaan pengetahuan dan teknologi modern. Hal ini terlihat dari kemampuan rekayasa sosial, desain struktur, dan sistem sosialnya yang masih relatif rendah. Padahal kemampuan rekayasa sistem sosial dan desain struktur ini sangat penting, untuk lebih memperkaya dan meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat.

3. Kemiskinan Mental Masyarakat Malinau masih berada dalam lingkungan tra-

disional yang kental, sehingga cenderung memiliki peri-laku yang kurang responsif terhadap perubahan. Mereka juga tidak memiliki semangat memadai dalam menjalani

Isi 2.indd 66Isi 2.indd 66 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 67: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 67

kehidupan yang lebih dinamis dan modern. Pada satu sisi, karakter tradisional ini sangat positif dan menguntungkan karena dapat mempertahankan dan memelihara kearifan lokal sebagai kekayaan budaya bangsa.

Namun di sisi lain, terdapat sejumlah hal yang harus ber ubah dalam mengikuti perkembangan kondisi, terutama dalam perubahan pola pembangunan. Adap-tasi terhadap perkembangan dan kemajuan global harus terjadi agar tercipta akulturasi budaya dan ter-cipta nilai baru yang positif. Saat ini sikap sebagian masyarakat masih sering tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya produktivitas yang masih rendah dan ketidaksadaran bahwa kondisi tersebut merugikan. Kadang kita melewatkan peluang dan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan akibat sikap yang tidak tepat tersebut.

Sejumlah sikap negatif dari hasil observasi saya di Malinau antara lain: Menunda pekerjaaan Kurang menghargai waktu Tidak tahu prioritas Dalam masyarakat Dayak Lunda yeh ada istilah “na

kareb” atau “tidak ada waktu”. Padahal sesungguhnya mereka memiliki cukup banyak waktu.

Tidak punya motivasi yang memadai

Dan banyak lagi sikap mental lainnya yang tidak men-dukung upaya perubahan ke arah lebih baik. Masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan serta mereka tidak menyadari manfaat dan daya gunanya bagi kehidupannya. Kaya rayanya alam Malinau turut berkontribusi membentuk kemiskinan mental masyarakat ini. Mereka merasa segala sesuatu sudah tersedia

Isi 2.indd 67Isi 2.indd 67 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 68: H_1_180_Isi

68 REVOLUSI DARI DESA

di alam bebas, yang semuanya dapat mereka manfaatkan untuk menopang kehidupannya, kapan pun mereka mau mengelolanya dengan mudah.

b. Model Solusi yang Telah Dilaksanakan

1. Model Kesia-siaan Dari dulu sampai sekarang, kemiskinan menjadi

masa lah akut yang juga tidak terselesaikan. Peme rin -tahan pada setiap periode selalu menjadikan pengen-tasan kemiskinan sebagai program utama. Berbagai model dan pola strategi sudah dijalankan, namun kemiskinan tetap menjadi masalah utama dalam pembangunan di seluruh kabupaten atau kota di Indonesia. Saya menyebut berbagai model dan pola tersebut sebagai kesia-siaan. Saya melukiskannya dalam tiga ungkapan yakni:•Ibarat “membangun irigasi di padang pasir atau

menuang air di padang pasir” Ungkapan ini akan membawa pikiran kita mene-

rawang ke gurun atau padang pasir yang kering kerontang, tanpa setetes air yang dapat dialir-kan melalui sebuah irigasi. Demikian juga bagai-mana tindakan kita menuangkan air di gurun atau padang pasir. Sebanyak apa pun air yang dituangkan pastilah tidak akan berbekas, karena akan meresap ke bawah gurun. Tentu tidak akan bermanfaat bagi kepentingan pengembangan sektor produktif dalam usaha membangun masya-rakat yang sejahtera.

Tanpa kita sadari banyak fakta yang menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan sangat jauh dari efi sien dan efektif. Sungguh sangat disayangkan kita tidak pernah mencoba berani melakukan koreksi yang inovatif terhadap pola lama itu, yang

Isi 2.indd 68Isi 2.indd 68 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 69: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 69

nyata-nyata tidak membawa manfaat besar untuk membebaskan rakyat Indonesia dari cengkeraman kemiskinan.

•Memelihara Kemiskinan Sesungguhnya kita dapat membebaskan masya-

ra kat dari jerat kemiskinan dengan mengelola SDM dan persoalan utama yang melahirkan ke-miskinan itu. Misalnya, mencerdaskan masyara-kat, memberikan keterampilan kepada masyarakat, membangun fasilitas dan infrastruktur ekonomi masyarakat. Banyak sekali infrastruktur yang dapat dibangun, seperti prasarana jalan untuk pengembangan sektor pertanian, penyediaan lahan sawah baru, irigasi, dan pengadaan alat produksi pertanian. Kita seharusnya memberi kemampuan dan keterampilan teknis bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitasnya. Kita juga harus konsisten mendorong kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan potensinya.

Namun apa yang terjadi selama ini, tidak demikian. Usaha pengentasan kemiskinan tidak pernah menyelesaikan masalah. Oleh karena itu lah saya menyebut upaya-upaya itu seolah-olah “memelihara kemiskinan“. Pernah dengar pepatah “Tikus Mati di Lumbung Padi”? Sungguh sangat ironis, seekor tikus mati di lumbung padi. Bagaimana bisa mati di tempat yang berlimpah dengan makanan? Namun itulah kenyataan yang kita temui dalam realitas kehidupan bangsa kita. Kita sering tidak berdaya, padahal di sekitar kita bertaburan kekayaan alam yang luar biasa.

Mencermati kondisi ini, maka dapat kita tegaskan bahwa sesungguhnya semua ini terjadi karena niat, pola, dan strategi yang tidak tepat. Atau

Isi 2.indd 69Isi 2.indd 69 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 70: H_1_180_Isi

70 REVOLUSI DARI DESA

dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa kita sebenarnya tidak memiliki tekad yang membaja dan tidak berani melakukan langkah inovatif, untuk keluar dari kebiasaan berpikir umum yang telah membelenggu kita. Sehingga kita terus berulang kali melakukan tindakan yang sama sehingga hasil yang dicapai juga tetap sama.

•Bercermin pada Filosofi Monyet Filosofi ini sesungguhnya lebih tepat untuk meng-

ungkapkan perilaku birokrasi yang bertindak sen-tralistik dan seragam dalam mengatasi berbagai masalah. Ungkapan ini dapat menjadi kritik sosial terhadap pemikiran yang tidak menghargai kearifan lokal, baik budaya ilmu pengetahuan maupun teknologi tradisional yang sesungguhnya tidak kalah baiknya.

Konon di sebuah hutan belantara yang masih perawan tinggallah sekumpulan monyet. Mereka sudah menghuni belantara itu secara turun temurun. Kehidupan mereka sangat bergantung pada ketersediaan alam yang kaya luar biasa. Di sana tersedia aneka tanaman dan buah. Suasananya sangat menyenangkan karena terdapat banyak bunga yang memanjakan mata, aromanya semerbak, plus semilir angin yang seolah tiada henti berhembus. Belum lagi gemericik air sungai yang mengalir dengan tenang. Dalam suasana seperti itu, seekor monyet jantan yang gagah perkasa, duduk di sebuah bongkahan batu besar di pinggir sungai kecil. Matanya menatap ke sebuah lubuk air yang sangat jernih. Kehidupan di dalam lubuk itu, sungguh menarik perhatiannya. Terlihat banyak sekali ikan yang berenang dengan bebasnya. Tapi, si monyet itu berkata dalam hatinya, “Kasihan sekali ikan-ikan itu.

Isi 2.indd 70Isi 2.indd 70 9/17/2014 8:47:58 PM9/17/2014 8:47:58 PM

Page 71: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 71

Berenang ke sana ke mari tanpa tujuan. Berseliweran seperti kebingungan.” Monyet jantan itu ternyata tidak sekadar berkata. Dia kemudian hendak menolong ikan-ikan kebingungan itu. Dengan serta-merta dan penuh semangat, dia mulai menangkapi satu per satu ikan-ikan itu. Dia mau ikan-ikan itu juga dapat menikmati keindahan alam, aroma bunga, dan kekayaan buah-buahannya. Namun sungguh sayang, tanpa disadari oleh si monyet, tindakan yang didasari oleh niat baik dan empati luar biasa luhur itu, ternyata justru melahirkan kesengsaraan bagi ikan-ikan tersebut. Bahkan, menyebabkan kematian. Sungguh monyet itu tidak pernah tahu bahwa ikan memang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup di dalam air.

Ilustrasi tersebut sangat pas untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam pembangunan kita, khususnya me nyang kut strategi dan perilaku kebijakan yang kita lakukan dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Kita sering kali tidak menyadari bahwa setiap wilayah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Ciri khas dan keunikan tersebut justru dapat menjadi kekuatan dalam menopang pembangunan. Perilaku seperti monyet itulah yang biasanya melahirkan masalah baru, kerugian, dan kesia-siaan.

2. Model Pemborosan Setiap pemerintah pasti akan memilih model dan pola

pembangunan tertentu yang disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Sesungguhnya, masalah pembangunan di mana pun sama dan bukan hal baru. Permasalahan yang kita hadapi kapan pun, sesungguhnya telah dan

Isi 2.indd 71Isi 2.indd 71 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 72: H_1_180_Isi

72 REVOLUSI DARI DESA

tengah dihadapi juga oleh pihak lain di tempat lain. Perbedaannya terletak pada intensitas dan bobotnya. Bukanlah hal yang luar biasa jika kita menggunakan model pembangunan lama dalam menyelesaikan per-masalahan yang tengah dihadapi. Diperlukan suatu lang kah berani untuk mengambil terobosan dengan menerapkan model baru yang inovatif agar mendapatkan hasil yang luar biasa. Model yang didasarkan pada cara berpikir yang keluar dari cara berpikir umum.

Model pembangunan yang sekarang berlangsung seba-gian besar bisa dikategorikan sebagai model pemborosan, karena tidak mampu menjawab permasalahan kemis-kinan dan pengangguran. Banyak strategi yang dilaku-kan yang tidak relevan dengan masalahnya. Berikut ini adalah potensi kekuatan yang kita miliki namun tidak dimanfaatkan dengan baik: •Tersedianya potensi yang dapat dikelola Kekayaan alam Indonesia, termasuk di Malinau, jika

dibandingkan dengan kebutuhan hidup masyarakat, sesungguhnya sudah mencukupi.

•Tersedia tenaga kerja yang dapat didik

Jumlah tenaga kerja kita sangat mencukupi untuk me-menuhi kebutuhan SDM pembangunan. Kita harus jeli dalam memanfaatkan ketersediaan jumlah tenaga kerja tersebut. Melihat fakta ini, aneh sebenarnya jika peme-rintah sering kali mengeluhkan keterbatasan SDM. Se-harusnya, pemerintah secara bijak dan terus-menerus meningkatkan kemampuan kualitas SDM sehingga se-suai dengan kebutuhan pembangunan. Indonesia tidak akan pernah kekurangan jumlah tenaga kerja. Apalagi jika kita benar-benar mau memberdayakan masyarakat desa. Perlu upaya lebih dalam untuk meningkatkan kua-litas me reka.

Isi 2.indd 72Isi 2.indd 72 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 73: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 73

Jika kita memanfaatkan setiap potensi yang kita miliki, maka masalah yang dihadapi selama ini, yaitu pengang-guran dan kemiskinan, akan dapat diatasi dengan baik dan cepat. Hal konkret yang dapat kita lakukan adalah memanfaatkan potensi seperti sektor perkebunan (karet, kopi, kakao, dan sawit), perikanan, peternakan, dan per-tanian.

c. Strategi yang Harus Diambil1. Percaya sepenuhnya kepada masyarakat Sikap percaya kepada masyarakat ini merupakan

sebuah fi losofi yang sangat mendasar. Percaya kepada rakyat inilah yang sesungguhnya menjadi ciri utama dan kekuatan yang menjadi faktor pengungkit (leverage) dalam membangun rasa percaya diri masya-rakat untuk berperan dalam pembangunan. Percaya diri merupakan nilai yang sangat strategis dalam membangun semangat hidup individu dan masya-rakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang khas, budaya yang unik, yang secara turun-temurun dikem-bangkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara moral, mereka pasti terdorong untuk terus mempertahankan dan mengembangkannya sebagai suatu kekuatan sosial masyarakat. Kondisi itu makin kental di masya-rakat pedalaman seperti di Malinau. Mereka sangat konsisten dalam menjaga adat, budaya, dan kearifan lokal.

Jika kita hendak menerapkan kebijakan tertentu menyangkut masyarakat tersebut, maka mau tidak mau kita harus memahami dan menyadari kondisi mereka. Kita juga harus percaya bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk berperan dalam pem-bangunan. Pemerintah harus ikhlas memberikan

Isi 2.indd 73Isi 2.indd 73 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 74: H_1_180_Isi

74 REVOLUSI DARI DESA

kepercayaan kepada masyarakat desa untuk turut berkontribusi dalam membangun bangsa dan negara melalui desanya.

Pemikiran inilah yang melandasi keyakinan saya memilih pola tersebut. Pemerintah Daerah Malinau pun menjalankan paradigma baru pembangunan yaitu Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), dengan prinsip memberikan kepercayaan kepada masya rakat desa. Meski memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat, Pemerintah Kabupaten Malinau tetap berupaya bekerja keras untuk mem-bentuk dan memampukan pemerintah desa, masya-rakat desa serta sektor swasta, melalui berbagai ke giatan pemberdayaan. Dari rangkaian upaya pem-berdayaan ini diharapkan akan terbangun sikap peduli dan bangkit bersama membangun desa mereka sendiri.

Masyarakat tradisional Malinau sudah membukti-kan diri mampu bertahan hidup, memenuhi kebu-tuhan sehari-hari, dan berkembang. Jika kita bantu dengan pemberdayaan kemampuan dan keterampilan yang tepat, maka mereka akhirnya pasti akan bangkit dengan kekuatan baru yang dijiwai oleh kearifan lokal untuk membangun desanya dengan sebaik-baiknya. Inilah makna “Berubah Maju dan Sejahtera”.

2. Pelimpahan Urusan Kepada Pemerintah Desa Tindakan ini dimaksudkan untuk memberi kete-

gasan peran kepada masyarakat desa untuk melakukan usaha-usaha pembangunan. Sebagaimana kita dapat percaya kepada kemampuan masyarakat desa untuk membangun, maka dengan sendirinya kita juga percaya atas kemampuan pemerintah desa untuk mengemban urusan yang akan didelegasikan kepada mereka. Pendelegasian urusan tertentu kepada desa ini

Isi 2.indd 74Isi 2.indd 74 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 75: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 75

akan menjadi kekuatan bagi pemerintah desa dalam mengelola potensi yang dimilikinya. Hal inilah yang sesungguhnya menunjukkan bobot keseriusan dari Pemkab Malinau dalam mengatasi permasalahan dan untuk menyejahterakan masyarakat.

Sejauh ini, Pemkab Malinau telah melimpahkan 31 kewenangan kepada setiap kecamatan dan menye -rah kan 33 urusan kepada pemerintah desa. Penye-rahan kewenangan dan urusan substansinya dapat meng ubah tatanan masyarakat desa, termasuk dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran.

3. Membina dan Melatih Aparatur/Masyarakat Desa Hal ini merupakan langkah konkret untuk mem-

bangun wawasan, pengertian, pemahaman, dan ke-mam puan juga penguasaan terhadap konsep GER-DEMA serta berbagai teknik aplikasinya. Kita harus menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melaku-kan gerakan pembangunan sekaligus melakukan tindakan nyata.

Tanpa pembinaan dan pelatihan, proses pelak-sanaan GERDEMA akan sia-sia, sebagaimana yang ter jadi selama ini. Pembinaan dan pelatihan ini bertujuan untuk mewujudkan tekad berubah dan menjalankan paradigma baru pembangunan. Malinau ingin seluruh masyarakat maju. Makna maju tersebut meliputi: •Maju dalam berpikir (mind set), •Maju dalam berbudaya (culture set), •Maju dalam berperilaku (attitude set).

4. Pendampingan Pemerintahan dan Masyarakat Desa Pendampingan merupakan salah satu model pende-

katan utama dan sangat penting untuk suksesnya

Isi 2.indd 75Isi 2.indd 75 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 76: H_1_180_Isi

76 REVOLUSI DARI DESA

GERDEMA. Melalui upaya ini, masyarakat dan pe-me rintah desa diharapkan dapat dengan cepat mema-hami fungsi dan tugas pokoknya, serta mengerti dengan baik berbagai aspek pelaksanaannya.

d. Penyebab Masyarakat Menganggur Tidak ada satu orang pun yang menghendaki kondisi

menganggur. Semua jajaran pemerintahan juga tidak mau memiliki tingkat pengangguran yang tinggi. Tidak ada satu pun orang yang bercita-cita menjadi pengang-guran. Namun, kenapa terjadi pengangguran?

Untuk memahami gambaran pengangguran ini terdapat beberapa indikator yakni:a. Terdapat orang-orang yang tidak memiliki pema-

haman baik tentang kebutuhan dasarnya.b. Ada orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan

memadai untuk melakukan pekerjaan yang produktif.c. Terdapat orang-orang yang tidak memiliki kete ram-

pilan sama sekali.d. Adanya kondisi lingkungan yang tidak mendukung

yang dihadapi oleh masyarakat atau tenaga kerja.e. Para pencari kerja atau masyarakat tidak memiliki

semangat untuk bekerja.

D. Peran Utama dalam Menyukseskan GERDEMA1. Peran Pemerintah Konsekuensi dari penerapan konsep GERDEMA ada lah

terjadinya suatu pergeseran sistem nilai dalam pemerin-tahan, baik pada tingkat desa, kecamatan, maupun kabu-paten. Secara mendasar, sistem nilai yang berubah pada tingkat pemerintah kabupaten meliputi:

Pertama, sistem input kegiatan dan program kerja SKPD. Kedua, orientasi dan fokus pandang dari semua unit kerja

dan SKPD ditujukan ke desa.

Isi 2.indd 76Isi 2.indd 76 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 77: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 77

Ketiga, campur tangan pemerintah dan SKPD dalam penyelenggaraan kepemerintahan sangat dikurangi, ka-rena sepenuhnya urusan di desa ditangani oleh peme-rintah desa.

Secara prinsip, untuk mencapai keberhasilan GER-DEMA, gerakan pembangunan harus diperbesar pada tingkat bawah, yaitu desa. Maknanya tidak hanya mem -perbesar peran pemerintah tingkat desa dengan menye-rahkan sebagian urusan kepada desa (delegation of authority) dan memberikan dana pembiayaan (cost of money) terhadap penyelenggaraan pemerintahannya. Namun yang sangat mendasar dan strategis adalah tindakan memusatkan dan memperbesar fokus pandang dari SKPD dan pemangku kepentingan daerah, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat terpusat ke desa. Fokus pandang itu baik da lam bentuk keterlibatan peran secara langsung dalam pembangunan (tahap perencanaan, pelaksanaan, monito ring, dan evaluasi) maupun dalam proses perencanaan desa secara utuh yang dituangkan dalam APBD setiap tahunnya.

Selain itu, yang menjadi sangat prinsip dan mendasar dalam pelaksanaan GERDEMA adalah seluruh pejabat dan PNS wajib terjun secara langsung sesuai fungsinya masing-masing. SKPD memiliki kewenangan yang telah diserahkan menjadi kewenangan dan urusan di kecamatan dan desa, yang harus dikawal dan dibina secara ketat. Tindakan me musatkan gerakan ke desa ini merupakan bentuk komit men dan kesadaran bahwa pemerintah desa, kepala desa, dan segenap perangkatnya harus diperkuat dan dibuat mampu menggerakan roda pemerintahan desa. Gambaran ini merupakan antitesis dari perilaku elitis, feodalistis dari peja bat masa lalu, yang lebih senang dilayani daripada melayani.

Isi 2.indd 77Isi 2.indd 77 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 78: H_1_180_Isi

78 REVOLUSI DARI DESA

Setelah bergesernya peran pemerintah, maka peran pemerintah desa menjadi level pemerintahan terbawah dalam tatanan sistem pemerintahan Indonesia. Memang sulit melaksanakannya, karena selama ini kita melihat pemerintahan desa belum berjalan dengan semestinya sehingga sebagian besar dari kita tidak percaya kepada pemerintahan desa. Namun, Pemkab Malinau tetap melak-sanakan GERDEMA karena percaya dan yakin kepada kemampuan masyarakat dan pemerintahan desa.

Beberapa contoh yang dapat diberikan terhadap ga-gasan implementatif di atas: a. Untuk terwujudnya ketenteraman di desa, maka pe-

me rintah desa membuat peraturan desa tentang keten-teraman umum. Selanjutnya, kepala desa membuat keputusan desa untuk mengatur pelaksanaannya.

b. Untuk memaksimalkan pemanfaatan dari potensi eko-nomi, misalnya karet, maka desa melakukan kerja sama dengan lembaga ekonomi atau pengusaha untuk me-nampung dan memasarkan produk karet tersebut. Bahkan menciptakan produksi dalam meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh hasil usaha perkebunan masyarakat desa.

2. Peran Masyarakat Perbedaan yang paling nyata dari konsep GERDEMA

dengan konsep pembangunan yang berjalan selama ini terletak pada keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pembangunan. Pada dasarnya, masyarakatlah yang paling tahu apa yang diinginkan untuk dilakukan dalam menyejahterakan diri mereka. Secara ideal, nilai capaian pem bangunan bila diukur berdasarkan nilai kepuasan, maka capaiannya terletak pada respon atau pengakuan masya rakat itu sendiri. Oleh sebab itu, keberhasilan GERDEMA sangat

Isi 2.indd 78Isi 2.indd 78 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 79: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 79

ditentukan oleh seberapa besar parti sipasi masyarakat dalam pembangunan desanya.

Partisipasi masyarakat dalam konteks desa membangun dimulai dari mencari berbagai permasalaan dan potensi di desa dalam tahapan perencanaan, keterlibatan dalam pelaksanaan, bahkan ikut melakukan pengawasan, dan evaluasi serta memberi masukan untuk perbaikan. Masya-rakat desa dengan berbagai profesi dan fungsinya ber-sinergi dengan berbagai peran lainnya, baik formal maupun informal. Selama ini peran masyarakat sangat termar-jinalkan, bahkan sangat diabaikan. Padahal sesungguhnya masyarakat desa merupakan kekuatan yang sangat besar sebagai modal pembangunan.

Kedudukan masyarakat menjadi sumber kegiatan pem bangunan berupa nilai-nilai kebutuhan hidup masya-rakat (dari rakyat), pelaku pembangunan yang handal (oleh rakyat), sekaligus sebagai sasaran kesejahteraan sebagai mana tujuan pembangunan itu sendiri (untuk rakyat). Memperbesar dan memperkuat peran pemerintah desa, masyarakat desa dan swasta di desa merupakan langkah mendasar dan mutlak dalam GERDEMA. Peme-rintah, masyarakat dan swasta menjadi indikator serta kekuatan utama dalam keberhasilaan GERDEMA. Jadi, pemerintah, swasta, dan masyarakat harus terlibat secara langsung, sinergis, dan berkolaborasi sebagai pelaku dalam pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.

Berikut ini adalah contoh peran serta masyarakat dalam implementasi GERDEMA: a. Masyarakat desa bersemangat untuk berpartisipasi dan

memberi sumbangan dalam berbagai bentuk (gula, kopi, ikut melaksanakan ronda) untuk menghidupkan pelaksanaan Pos Keamanan Keliling Desa (Poskamling).

b. Masyarakat bersemangat melaksanakan kebersihan lingkungan desa.

Isi 2.indd 79Isi 2.indd 79 9/17/2014 8:47:59 PM9/17/2014 8:47:59 PM

Page 80: H_1_180_Isi

80 REVOLUSI DARI DESA

c. Masyarakat desa, dalam memaksimalkan pelayanan pen -didikan, membiayai tenaga guru privat, tenaga ke amanan sekolah, dan tenaga untuk usaha kesehatan sekolah.

d. Masyarakat desa aktif dan bersemangat menghadiri rapat Pra-Musrenbangdes yang dilaksanakan setiap tahunnya.

3. Peran Swasta GERDEMA sebagai sebuah gerakan menyeluruh pada

inti nya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa melalui berbagai peran strategis, termasuk peran swasta. Dalam praktiknya, selama ini peran swasta kurang dilibatkan dan kesadaran sektor swasta terhadap pem bangunan juga sangat rendah. Bahkan banyak yang tidak sadar. Padahal sesungguhnya keberadaan sektor swasta sangat strategis dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sektor swasta memiliki peran dalam memberi akses yang tinggi dalam mendorong kehidupan dan pertumbuhan ekonomi riil di masyarakat.

Dalam model GERDEMA semua potensi di desa ter-utama kelompok swasta didorong untuk terlibat secara lang sung untuk membangun ekonomi rakyat. Untuk mem-bangun kekuatan para usahawan ini, maka semua pelaku ekonomi, baik usaha kecil, menengah, maupun besar harus ber satu dan terlibat dalam mengembangkan perekonomian desa.

Dengan demikian, keberhasilan GERDEMA ada-lah tumbuh suburnya sektor produksi yang didorong oleh partisipasi peran sektor swasta secara luas di desa. Interkoneksi dan interakses dari berbagai bidang usaha yang digeluti oleh para pelaku ekonomi di desa sangat mendasar untuk dibangun dan dihidupkan (pedagang sembako, penyedia jasa, pengrajin, penjual sayur, tukang bangunan, kontraktor, kuli bangunan, peternak, pengusaha kebun, pengusaha ternak, dan berbagai peran lainnya).

Isi 2.indd 80Isi 2.indd 80 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 81: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 81

Beberapa contoh yang dapat diidentifi kasi terhadap penting nya kontribusi sektor swasta dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Para pengusaha menjadi “bapak asuh” dengan mela ku-

kan pembinaan kepada petani kopi, menampung hasil, dan membuat pabrik kopi bubuk.

b. Para usahawan menampung dan menjual hasil usaha tani masyarakat desa, seperti gabah padi dan menjual beras rakyat.

Ketiga domain peran utama tersebut (pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat) merupakan kesatuan nilai yang merekonstruksikan pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance). Model GERDEMA sungguh-sungguh menerapkan konsep good governance. Ketiga domain itu benar-benar sinergis dan terpadu mewarnai pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat desa untuk kesejahteraan rakyat.

E. Fungsi Utama yang Merepresentasikan GERDEMATujuan kesejahteraan rakyat melalui model GERDEMA dapat dicapai melalui tiga fungsi utama, yaitu:1. Fungsi manajemen pemerintahan, terdiri dari:

a. Bagaimana terjadinya proses maksimalisasi gerakan untuk pencapaian tujuan dilakukan melalui mekanisme kerja sama dan koordinasi antar lembaga di desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa, BPD, LPMD, PKK, Karang Taruna, LSM, Lembaga Adat, dan institusi lainnya).

b. Bagaimana lembaga di desa dapat menjalankan fungsi-nya masing-masing dengan aktif, saling menggerakkan, dan digerakkan.

c. Fungsi yang dominan dalam aspek pemerintahan adalah fungsi legal drafting (membuat berbagai pro-duk hukum atau aturan) dan implementasinya dengan melakukan perbaikan sumber daya manusia peme-

Isi 2.indd 81Isi 2.indd 81 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 82: H_1_180_Isi

82 REVOLUSI DARI DESA

rintah desa, swasta dan masyarakat serta penataan pen-da patan desa.

d. Fungsi pemerintahan merupakan kekuatan kunci utama dalam melakukan satu gerakan di dalam masya-rakat.

e. Fungsi pemerintahan menjadi katalisator di dalam GERDEMA.

2. Fungsi manajemen pembangunan, terdiri dari:a. Prinsip konsep Gerakan Desa Membangun yang

menempatkan bobot penyelenggaraan pembangunan desa pada kesiapan dan kemampuan pemerintahan desa dalam mengelola pembangunan desanya sendiri dengan mandiri.

b. Bobot penyelenggaraan pemerintahan yang sangat besar di desa, menumbuhkan semangat penyelenggaraan ma-na jemen pembangunan desa.

c. Melalui peran yang menjadi sangat besar dengan pe-nye rahan beberapa urusan kepada desa, menuntut ter-bangunnya kapasitas penyelenggaraan pembangunan, antara lain: Kemampuan dalam perencanaan Kemampuan dalam berkoordinasi Kemampuan dalam pelaksanaan kegiatan pem-

bangun anKemampuan melakukan monitoring Kemampuan dalam melalukan pengawasan Kemampuan dalam melakukan pengendalian Kemampuan dalam melakukan pembiayaan

3. Fungsi manajemen pelayanan umum, terdiri dari:a. Sesuai dengan prinsip pemerintahan dalam konsep

GERDEMA, desa memiliki peran sentral dalam mela-yani kepentingan rakyat.

Isi 2.indd 82Isi 2.indd 82 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 83: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 83

b. Dalam makna yang lebih konkret dan spesifi k sesuai dengan semangat GERDEMA, telah terjadi distribution of authority dan sharing of power antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah desa.

c. Desa menjalankan kewenangan dan kekuasaan ber-dasarkan fungsi desa otonom dan urusan yang telah di-serahkan kepadanya.

d. Dalam kaitan ini, desa membangun kiat dan kinerjanya dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat desanya.

e. Terwujudnya suatu aktivitas pelayanan yang dibangun berdasarkan kondisi dan karakter potensi serta kearifan lokal desa masing-masing.

f. Pemerintah desa mewujudkan pelayanan sebagaimana layaknya sebuah pemerintahan kepada masyarakat.

Sesuai paparan di atas, maka ketiga fungsi utama tersebut harus berjalan secara konsisten di desa. Sesuai dengan prin sip otonomi desa, untuk mengimplementasikan ke-wa jiban dan kemandirian desa, semuanya dilakukan me -la lui penyelenggaraan manajemen yang baik. Hal ini sangat mendasar untuk diwujudkan sebagai kon sekuensi penerapan Gerakan Desa Membangun, yang prin sipnya memperkuat dan memperbesar gerakan pada pemerin-tahan tingkat bawah. Pemeritahan desa harus mampu men-jalankan prinsip kepemerintahan secara aktif, maksimal, dan mandiri.

Dalam menjalankan prinsip ini, konsekuensi yang pasti dihadapi adalah kita harus bekerja keras untuk membentuk, mendidik, mendorong melalui pembinaan yang kontinu terhadap kemampuan aparatur pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta agar mampu berperan secara maksimal dalam Gerakan Desa Membangun. Kondisi ini harus dipahami oleh masyarakat, karena keterlibatan mereka

Isi 2.indd 83Isi 2.indd 83 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 84: H_1_180_Isi

84 REVOLUSI DARI DESA

secara langsung dalam pembangunan merupakan kekuatan kunci dalam GERDEMA.

Namun, kunci dari segala kunci keberhasilan GER-DEMA terletak pada kuatnya komitmen dari pemimpin puncak semua jenjang pemerintahan daerah yaitu bupati. GERDEMA mengubah banyak hal, bukan hanya berupa sistem setnya, tetapi yang teramat penting adalah mindset dan culture set. Sangat penting untuk menanamkan konsep berpikir dan berperilaku yang bertumpu pada kekuatan rakyat. Keberhasilan “Revolusi dari Desa” melalui Gerakan Desa Membangun ini akan tercapai ketika seorang bupati memiliki komitmen kuat dan konsisten dalam melak-sanakannya.

Isi 2.indd 84Isi 2.indd 84 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 85: H_1_180_Isi

Kepemimpinan menjadi syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan GERDEMA. Tanpa kepemimpinan yang tepat, GERDEMA tidak akan berjalan secara maksimal.

Kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, pem -bangunan, dan layanan publik. Aktivitas kepemim-

pinan yang berhasil dalam suatu organisasi, termasuk orga-nisasi pemerintahan, menyangkut dua hal.

Pertama, kemampuan pemimpin untuk mengelola (mana-gerial) tugas sesuai dengan posisi, tugas pokok, dan fungsi yang diembannya. Dalam birokrasi pemerintahan daerah, terdapat pemimpin yang berada pada level kebijakan (policy level). Posisi ini adalah kepala daerah dan DPRD yang telah merumuskan serta menetapkan berbagai kebijakan strategis untuk kepen-tingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan layanan publik.

Tingkatan di bawahnya adalah level manajerial (managerial level). Posisi dalam tingkatan ini ditempati oleh sekretaris dae-

Kepemimpinan dalam GERDEMA

Bab IV

Isi 2.indd 85Isi 2.indd 85 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 86: H_1_180_Isi

86 REVOLUSI DARI DESA

rah (Chief Executive Offi cer) dan para kepala SKPD, baik dalam lingkup sekretariat, dinas, badan, kantor, kecamatan dan kelu-rahan. Tingkatan di bawahnya atau paling rendah adalah level operasional (operational level) yang bertugas melaksanakan ke-bijakan di bawah kendali level manajerial.

Berdasarkan tingkatan-tingkatan ini, diperlukan pemim-pin-pemimpin yang kompeten dan terampil sesuai dengan tu-gas pokok dan fungsi yang diembannya. Pemimpin yang diper-lukan adalah mereka yang memiliki loyalitas tanpa batas dalam mengabdi kepada masyarakat dan daerah.

Pengabdian tanpa batas ini mengandung makna ketulusan, keikhlasan dengan komitmen yang tinggi, bekerja keras dan bekerja cerdas dalam melakukan tugas dan fungsinya. Tugas dan fungsi menggerakkan semua sendi-sendi pemerintahan dan meyakinkan masyarakat desa untuk menerima tanggung jawab membangun desa melalui GERDEMA. Pemimpin ha-rus mampu membangun dan memberi pemahaman, kesadar-an, dan pengetahuan kepada masyarakat desa serta memberi dan membentuk keterampilan teknis kepemerintahan, pem-bangunan, dan pelayanan kepada masyarakat desa.

Jadi, dalam konteks GERDEMA tidak hanya diperlukan competency and skill bagi pemimpin, tetapi diperlukan pula keteguhan, keseriusan, ketulusan, keikhlasan, dan inovasi yang tiada henti untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kedua, kemampuan pemimpin dalam berperilaku, me-nyangkut keteladanan, kejernihan, dan keteduhan dalam me-nyelesaikan berbagai persoalan. Juga kemampuan berkoor-dinasi secara efektif, membangun budaya organisasi yang kolegial, hingga mengayomi semua bawahannya agar bekerja dalam suasana yang nyaman dan kondusif. Dalam bahasa GERDEMA, diistilahkan dengan Aman, Nyaman, dan Da-mai. Teori kepemimpinan merumuskan bahwa perilaku (be-haviour) adalah fungsi (function) dari bawaan sejak lahir (he-redity) dan pengalaman yang diperoleh (experience). Artinya,

Isi 2.indd 86Isi 2.indd 86 9/17/2014 8:48:00 PM9/17/2014 8:48:00 PM

Page 87: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 87

pemimpin dapat berperilaku baik karena memang sejak lahir memiliki sifat-sifat yang baik yang juga perlu ditempa dari pengalamannya.

Dalam konteks pembangunan desa, selain memiliki sifat yang baik, pemimpin juga harus memiliki pengalaman dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat desa. Pengalaman tersebut akan menjadikan pemimpin semakin me-miliki kematangan dalam mengelola pembangunan desa.

Kepemimpinan menyangkut interaksi dengan bawah-an, kolega, atau masyarakat yang dipimpin. Defi nisi kepe-mimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memenga-ruhi orang lain atau sekelompok orang dengan menggunakan sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki, baik sumber for-mal maupun nonformal, untuk tujuan tertentu. Penggunaan sumber-sumber pengaruh saja tidak cukup, pemimpin perlu pula memahami tingkat kematangan (maturity) bawahan atau masyarakat yang dipimpin. Paul Hersey (1985) meng-hubungkan antara tingkat kematangan bawahan dengan gaya kepemimpinan (leadership style) yang diperlukan oleh seorang pemimpin.

Paul Hersey mengklasifi kasikan empat gaya kepe mimpinan berdasarkan tingkat kematangan bawahan, yang dapat di-jadikan alternatif dalam memimpin organisasi:1. Tingkat kematangan bawahan atau kemampuan masya ra kat

yang dikategorikan rendah atau terbatas, mem bu tuh kan gaya kepemimpinan yang bersifat instruktif (instructive).

2. Tingkat kematangan bawahan atau kemampuan masya-rakat yang dikategorikan rendah menuju sedang, membu-tuhkan gaya kepemimpinan yang bersifat konsultatif (consultative).

3. Tingkat kematangan bawahan atau kemampuan masya-rakat yang dikategorikan sedang menuju tinggi, membu-tuhkan gaya kepemimpinan yang bersifat partisipatif (parti-cipative).

Isi 2.indd 87Isi 2.indd 87 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 88: H_1_180_Isi

88 REVOLUSI DARI DESA

4. Tingkat kematangan bawahan atau kemampuan masya-rakat yang dikategorikan tinggi atau cerdas, mem bu tuh-kan gaya kepemimpinan yang bersifat delegatif (delegative).

Keempat gaya kepemimpinan di atas dapat dijadikan petunjuk dalam upaya menyukseskan GERDEMA. Tidak mungkin kita hanya menggunakan satu gaya kepemimpinan saja, sementara tingkat kematangan perangkat daerah, pe-rangkat desa, atau masyarakatnya beragam. Bahkan tidak jarang masing-masing desa memiliki kearifan lokal yang ber -beda. Oleh karena itu, kemampuan pemimpin untuk meng-gunakan gaya kepemimpinannya secara situasional (situati-onal leadership) sangat diperlukan dalam proses pem bangunan desa.

Cara memimpin dengan gaya kepemimpinan yang khas, didukung oleh kepemilikan kompetensi dan keterampilan serta perilaku kepemimpinan yang baik akan mengantarkan keberhasilan model Gerakan Desa Membangun.

Berkaitan dengan hal tersebut, di bawah ini akan dijelaskan tentang:* Nilai utama dalam kepemimpinan GERDEMA* Profi l desa yang menunjukkan tingkat kematangan po-

tensi masyarakat* Hubungan antar lembaga di desa dalam penyelenggaraan

pembangunan desa

Nilai Utama dalam Kepemimpinan GERDEMASebagaimana ditegaskan dalam Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), masalah kepemimpinan sangat penting dan strategis. Oleh karena itu, sangat perlu didiskusikan untuk mendapatkan pemahaman bersama, karena GERDEMA me-ngandung makna pembangunan yang berkarakter. Dalam

Isi 2.indd 88Isi 2.indd 88 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 89: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 89

konteks berkarakter inilah kita harus memahami dan menem-patkan kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun dan dibina.

Makna berkarakter dalam konteks GERDEMA adalah kepemimpinan yang sepenuhnya memberi kepercayaan ke-pada masyarakat dalam proses pembangunan desa, yang terdiri dari 3 (tiga) prinsip:1. Pembangunan harus mencerminkan identitas kebutuhan

masyarakat yang ingin dibangun.2. Pembangunan dilakukan oleh masyarakat sendiri. Masya-

rakat secara langsung terlibat aktif melalui perannya menge-lola potensi pembangunan, yang diyakini akan mampu memenuhi segala kebutuhan mereka.

3. Hasil pembangunan dirasakan secara langsung oleh masya-rakat dari hasil kerjanya sendiri.

Dari pemahaman terhadap ketiga prinsip di atas, maka mengharuskan kita untuk menjaga konsistensi pencapaiannya. Yang pasti adalah bahwa perwujudannya dilakukan melalui mekanisme hubungan kerjasama antar lembaga dan kuatnya partisipasi dari masyarakat. Hal itu berarti bahwa akan terjadi interaksi dari para pelaku dan partisipan pembangunan. Dan hubungan itu harus tetap terjaga baik agar tetap berada dalam koridor kebersamaan untuk mewujudkan suasana yang aman, nyaman, dan damai. Dalam hal ini, kepemimpinan diutamakan untuk: Merekatkan persatuan dan kesatuan antar personal dan

lembaga Mendorong partisipasi dan semangat kerja sama Menjaga dan memelihara konsistensi pergerakan misi

dalam mewujudkan visi desa.

Nilai strategis utama yang memengaruhi kehidupan masya -rakat dan arah kebijakan pembangunan adalah nilai kepemim-

Isi 2.indd 89Isi 2.indd 89 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 90: H_1_180_Isi

90 REVOLUSI DARI DESA

pinan yang tercitra pada diri seseorang. Krisis kepemim pinan mengandung risiko yang sangat besar dibandingkan krisis ekonomi. Kepemimpinan mengandung nilai keteladanan yang dapat menjadi motivasi dan panutan bagi orang banyak yang mengikutinya. Revolusi kepemimpinan terjadi dikarenakan dan melalui berbagai aspek dalam kehidupan yang berkembang di tengah-tengah komunitas. Seorang pemimpin memiliki kesempatan luas untuk menampilkan perilaku kepemimpinannya agar dapat disaksikan oleh setiap orang di sekitarnya dan terhadap organisasi yang dipimpinnya. Kesadaran akan penting dan mendasarnya sebuah kepemimpinan dalam organisasi harus mendapatkan perhatian serius, agar tidak berdampak buruk bagi organisasi dan anggotanya.

Dari sisi moral, kepemimpinan menjadi landasan, roh, dan semangat hidup dari organisasi. Dari sisi teknis, kepe mim-pinan menjadi fi lter, perekat, dan pedoman bagi organisasi dan berbagai faktor yang berada di sekitarnya. Kepemimpinan menjadi peluang dan masa depan bagi organisasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun penguatan nilai yang menciptakan dan menjaga kemurnian kepemimpinan yang dapat diteladani oleh pengikutnya.

Adapun nilai-nilai utama yang menciptakan dan mem-perkuat kepemimpinan GERDEMA adalah:

1. Nilai Kecerdasan Spiritual Mengandung makna kesempurnaan akal budi seseorang

dan kepedulian antar sesama manusia serta alam sekitarnya berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki semangat kerohanian yang tinggi akan sangat mendukung seorang pemimpin menjalankan tugasnya. Kehidupan rohani yang baik akan menjadi nilai yang kuat dalam memberi arah yang jelas untuk melangkah. Nilai kerohanian juga dapat menjadi fi lter dalam berperilaku

Isi 2.indd 90Isi 2.indd 90 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 91: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 91

dan bertindak. Nilai kerohanian dilandasi oleh keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengajarkan hakikat kebenaran, cinta kasih, damai sejah-tera, dan keilahian. Dapat diyakini bahwa setiap pemimpin yang memiliki kecerdasan spiritual, pasti akan memiliki level kepemimpinan yang baik, benar, dan kuat.

GERDEMA merupakan aktivitas masyarakat yang memerlukan arahan dan binaan dari pemimpin yang memi-liki kecerdasan spiritual. Sebuah kecerdasan yang harus diimplementasikan sebagaimana yang tersirat dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesadaran akan kebesaran Tuhan inilah yang sesungguhnya menjadi kekuatan membangun kapasitas diri seseorang. Seorang pemimpin harus sadar sepenuhnya bahwa apa yang ada pada dirinya adalah anugerah dari Tuhan. Dia harus mensyu kuri hal itu, antara lain dengan mewujudkannya melalui perilaku kepemimpinan yang baik dan benar kepada setiap orang.

Harus disadari juga untuk setiap orang yang berada dalam level pemimpin, bahwa di antara orang yang di-pim pinnya terdapat banyak yang mumpuni dalam ke-hidupan rohaninya, bahkan keseluruhan masyarakat desanya memiliki kehidupan rohani yang baik. Sehingga dengan demikian, menjadi keharusan bagi sang pemimpin untuk memurnikan kehidupannya, agar pola dan perilaku kepemimpiannya dapat merasuk dan menyatu dengan masyarakat yang dipimpinnya. Dengan demikian, gerak dan langkah pembangunan akan menjadi lebih positif, kuat, dan terarah kepada harapan dan tujuan yang ingin diwujudkan secara bersama.

2. Nilai Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional menyangkut tingkat kesempurnaan

hati dan kepedulian terhadap sesama manusia dan alam

Isi 2.indd 91Isi 2.indd 91 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 92: H_1_180_Isi

92 REVOLUSI DARI DESA

sekitarnya. Kecerdasan emosional dibangun mela lui ke-kuatan rohani yang diekspresikan dalam bentuk keren-dahan hati, kesabaran, kemurahan hati, sikap mengasihi sesama dan kelemahlembutan atau keramah tamahan. Nilai ini menjadi kekuatan yang sangat besar dan penting pada diri seorang pemimpin untuk membangun komunikasi antar personal.

Kecerdasan emosional memiliki dampak yang sangat besar dalam memengaruhi tingkat kinerja. Hubungan kerja yang baik sangat ditentukan oleh proses komunikasi yang dipengaruhi oleh perasaan dari setiap anggota organisasi dan masyarakat. Oleh karena itu, kondisi emo-sional ini sangat penting untuk dimiliki, dibangun, dan dikuasai dengan baik oleh para pemimpin dan bahkan segenap anggota. Tingkat kecerdasan emosional akan menciptakan perilaku bijak dan mendorong semangat produktif setiap individu dalam organisasi. Terlebih ter-hadap masyarakat yang berbudaya dan beradab, setiap pemimpin mutlak harus memiliki kekuatan emosional yang baik dan humanis, karena hanya dengan kekuatan kecerdasan emosional yang baiklah akan lahir dan mampu menggerakkan spontanitas serta ketulusan dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

3. Nilai Kecedasan Intelektual Kecerdasan intelektual merupakan suatu nilai yang

menuntut pemberdayaan kualitas otak, hati, dan jasmani kita, yang memengaruhi kualitas interaksi dengan pihak lain. Aktivitas suatu organisasi sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh tingkat intelektualitas anggota organisasi tersebut. Sama halnya dengan masyarakat yang level aktivi-tasnya sangat ditentukan oleh kemampuan inteletual yang dimilikinya. Kemampuan rekayasa dan desain struktur, bahkan terbentuknya suatu tatanan serta sistem sosial yang

Isi 2.indd 92Isi 2.indd 92 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 93: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 93

baik, sangat ditentukan oleh kapasitas intelektual dalam organisasi dan masyarakat.

Kecerdasan intelektual ini juga sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan GERDEMA. Kecerdasan ini akan mendorong bertumbuhnya nilai positif desa seperti kepemimpinan, demokratisasi serta bertumbuh dan me-ning katnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu, kita harus membina dan mengembangkan tingkat intelektual serta kemampuan masyarakat desa.

Kondisi ketidakmampuan intelektual inilah yang se-lama ini menjadi keraguan dan ketidakyakinan peme rin-tah tingkat atas kepada desa untuk menjalankan program pembangunan. Apalagi untuk memberikan keper ca yaan berupa tanggung jawab pengelolaan dana dalam jum-lah besar. Kondisi masyarakat yang tidak mampu ini sebe-narnya sudah berlangsung lama. Walaupun sangat sadar akan kondisi ini, kita tidak pernah berupaya secara serius untuk mengatasai permasalahan ketidakmampuan ini dengan cara yang tepat. Padahal, jika hal tersebut diatasi, kemampuan masyarakat akan menjadi kekuatan baru dan besar bagi pembangunan.

Hal inilah yang dengan tegas dan serius dilakukan dalam GERDEMA, yaitu semangat pemberdayaan untuk memampukan masyarakat desa. Pemerintah daerah me-lalui Satuan Kerja Perngkat Daerah dan lembaga terkait serta Satuan Tugas (satgas) GERDEMA, memberikan pem binaan, bimbingan, dan berbagai kemampuan teknis administratif dan kepemerintahan serta keterampilan lain-nya agar masyarakat desa menguasai dan mampu melak-sanakan tugas pembangunan, agar mereka lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, GERDEMA berprinsip bahwa pembangunan harus me-li batkan masyarakat. Pemerintah harus memberikan

Isi 2.indd 93Isi 2.indd 93 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 94: H_1_180_Isi

94 REVOLUSI DARI DESA

kepercayaan kepada rakyat. Pemerintah Kabupaten Malinau berjuang keras untuk membantu masyarakat dan pemerintahan desa melalui pendampingan secara siste matis. Seperti mengerti tentang pemerintahan, mengerti tentang fungsi dan tanggung jawab tugas pokok, mengerti hakikat pembangunan dan menjalankan pemerintahan desa sebagai pemegang amanat dalam menangani kepentingan rakyat sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Desa, agar mereka siap menerima kepercayaan itu.

Dari pengalaman selama beberapa tahun menjalankan GERDEMA, banyak kekhawatiran dari kelompok elite terhadap masyarakat dan pemerintah desa yang ter-nyata, boleh disebut, tidak berdasar dan tidak memiliki alasan kuat. Terbukti dalam waktu yang relatif singkat, GERDEMA dapat berjalan dengan baik dan terus mening-kat. Setiap waktu terbentuk pola kesadaran dan kemam-puan desa dalam menjalankan pemerintahan desa. Ternyata masyarakat bisa dan mampu menjalankan kepercayaan itu dengan baik. Hal itu terjadi karena kita sungguh-sungguh memberikan kepercayaan kepada mereka dengan keyakinan penuh.

4. Nilai Kecerdasan Ekonomi Aspek kecerdasan ekonomi ini adalah kemampuan dalam

memaksimalkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, sekecil apapun, agar bernilai strategis dalam organisasi. Namun, banyak kalangan termasuk pemerintah mengabaikan kecerdasan ekonomi ini. Banyak peluang lewat begitu saja dan sia-sia karena ketidaksadaran terhadap nilai ekonomi. Padahal, jika ditangkap dan dikembangkan maka peluang tersebut dapat berdampak besar dan bernilai ekonomi tinggi untuk masyarakat.

Konsep berpikir dalam konteks kecerdasan ekonomi ini misalnya:

Isi 2.indd 94Isi 2.indd 94 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 95: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 95

Terbangunnya perilaku inovatif dalam berbagai aspek yang bernilai ekonomis.

Tindakan mengembangkan konsep ekonomi kreatif yang mengandung kuatnya aspek diversifi kasi dan pem-ber dayaannya, sehingga menjadi faktor pengung kit bagi bertumbuhnya semangat kerja keras dan kebangkitan dalam pembebasan masyarakat dari pengangguran dan kemiskinan yang membelenggu.

Indonesia memiliki tantangan besar dalam mengelola ekonomi. Pertumbuhan saat ini lebih banyak ditopang sektor konsumsi, investasi asing, pemodal besar, dan lain sebagainya yang belum ideal. Pertumbuhan terjadi tetapi belum merata. Kita punya modal besar berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah yang hingga saat ini belum juga dikelola secara maksimal. Dibutuhkan kecerdasan ekonomi yang memadai untuk mengelola semua hal tersebut, termasuk di wilayah kabupaten dan desa yang lebih sempit. Kecerdasan mengelola ekonomi menjadi hal yang amat mendasar karena menjadi satu strategi dasar dalam aspek kehidupan umat manusia.

Menurut saya, makna kecerdasan ini berkaitan dengan: 1. Keberanian dalam mengambil langkah strategis untuk

mengelola secara mandiri potensi ekonomi dengan kekuatan bangsa sendiri. Kita tidak boleh lebih percaya kepada kemampuan teknologi yang dikuasai pihak lain, sementara kemampuan dan kearifan lokal yang dimiliki anak bangsa dapat diandalkan.

2. Rendahnya pemikiran kreatif dan inovatif, sehingga banyak peluang besar yang terlewat atau tidak diberda-yakan secara optimal.

3. Kebijakan yang tidak mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Otonomi yang dijalankan masih

Isi 2.indd 95Isi 2.indd 95 9/17/2014 8:48:01 PM9/17/2014 8:48:01 PM

Page 96: H_1_180_Isi

96 REVOLUSI DARI DESA

setengah hati. Isunya memang otonomi yang seluas-luasnya, namun pada praktiknya tidak demikian. Masih terlalu banyak regulasi yang dikeluarkan dan diken-dalikan oleh pusat. Begitu pula pembiayaannya. Masih terlalu banyak yang dikelola oleh berbagai instansi dan kementerian pusat. Akibatnya, daerah kadang harus “mengemis” ke pusat untuk mendapat pembiayaan.

Gambaran di atas sungguh menunjukkan ketidakcerdasan kita dalam membangun, karena gagal memanfaatkan secara optimal seluruh kekuatan. Padahal modal yang kita miliki sudah sangat luar biasa. Setiap daerah punya keunggulannya masing-masing, namun tidak terkelola dengan baik. Kreativitas dan inovasi tidak muncul karena pemerintah tidak memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi masyarakat. Apalagi masyarakat desa cenderung termajinalkan dan hanya menjadi objek saja.

Perubahan yang dilakukan Pemkab Malinau dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat meliputi perubahan paradigma, perubahan mental, dan perubahan model pembangunan, melalui Gerakan Desa Membangun. Dengan menerapkan model ini, kita melihat beberapa perge seran dalam masyarakat, terutama dalam pola kon-sumsi dan gaya hidupnya. Kini, di desa tumbuh beragam kreasi pembangunan karena mereka mengelola sendiri urusan dan dananya. Mereka tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan, sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri.

5. Nilai Kecerdasan Nasionalis Kebangsaan Aspek kecerdasan nasionalis kebangsaan ini berkaitan

dengan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Seorang pemimpin haruslah menunjukkan jati diri sebagai seorang yang berjiwa nasionalis. Bangsa Indonesia hanya bisa dibangun secara maksimal oleh manusia yang mencintai

Isi 2.indd 96Isi 2.indd 96 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 97: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 97

bangsanya. Pribadi yang punya kecerdasan nasionalis kebangsaan, akan mampu membangun bangsanya dan menjadi teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Pemimpin dengan kecerdasan ini akan sangat penting perannya dalam mewujudkan tujuan GERDEMA. Dengan mensyaratkan pemimpin jenis ini, menunjukkan betapa seriusnya konsep GERDEMA, dalam membentuk karakter masyarakat. Dalam GERDEMA, terdapat tiga belas nilai keberhasilan, yaitu: 1. Kepemimpinan2. Demokrasi3. Keterbukaan 4. Keberpihakan 5. Toleransi6. Efi sien7. Efektif 8. Partisipasi 9. Swadaya10. Pertanggungjawaban 11. Pemberdayaan12. Inovasi13. Produktivitas

Pemimpin dengan kecerdasan nasionalis kebangsaan juga akan menjamin penguatan karakter kita dalam men-cintai bangsanya melalui pembangunan. Indonesia ada-lah negeri yang kaya akan keberagaman. Kekayaan itu harus menjadi kekuatan dan rahmat, bukan sebaliknya. Pemimpin jenis inilah yang dapat melakukannya. Dengan demikian, GERDEMA bukan hanya melulu menghasilkan pembangunan secara fi sik, melainkan juga membentuk nilai hakiki yang berkaitan pada hal-hal di bawah ini: Nilai persatuan semakin kokoh Perilaku toleransi menjadi norma hidup yang konsisten

Isi 2.indd 97Isi 2.indd 97 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 98: H_1_180_Isi

98 REVOLUSI DARI DESA

Perilaku saling menghormati harus menjadi gaya hidup Gotong royong menjadi perilaku dalam pembangunan

Nilai-nilai ini tidak boleh dibelokkan atau dilemahkan oleh pihak mana pun. Kuatnya nilai kearifan budaya bangsa yang menjalar dalam napas dan gerak budaya masyarakat, berkorelasi erat dalam interaksi sosial yang memperkuat terciptanya hasil pembangunan melalui Gerakan Desa Membangun (GERDEMA). Semua itu akan menjadi modal utama bangsa kita dalam mempertahankan ke-utuhan dan kedaulatan negara. Ketahanan masyarakat yang kuat menjadi titik awal dari ketahanan nasional yang kokoh.

Menjadi tanggung jawab kita untuk meletakan landasan kepemerintahan yang kuat. Menjadi kewajiban moral setiap anak bangsa untuk secara tegas, bulat, dan loyal memperkuat basis pembangunan masyarakat dan menjadi panggilan nurani kita untuk turut memberi pela -yanan sosial dalam komunitas yang plural dan multi-kultural. Model dan hakikat kepemimpinan yang bertum-buh dan berkembang dalam berbagai organisasi inilah yang akan menjadi penentu apakah semuanya akan mampu terwujud atau tidak.

Isi 2.indd 98Isi 2.indd 98 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 99: H_1_180_Isi

A. Profi l Desa

Filosofi desa dalam konteks kearifan lokal merupakan persekutuan masyarakat adat yang mengikat diri men-jadi satu komunitas masyarakat dan diakui oleh negara

sebagai kesatuan masyarakat formal. Dalam perkembangan selanjutnya lebih dipertegas dan diperbesar bobot dan kedudukannya dalam tatanan undang-undang sehingga memiliki makna sebagai suatu persekutuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga desanya masing-masing.

Dalam sistem pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, digambarkan bahwa desa merupakan bagian dari struktur pemerintahan daerah yang terbawah atau terendah yang berposisi sebagai daerah otonom (dalam makna kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangga desanya). Dalam makna inilah sesungguhnya desa me-miliki peran yang sangat strategis untuk menyejahterakan rakyat. Data statistik menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia (65%) tinggal di desa. Artinya, mayori-tas orang Indonesia adalah orang desa. Bahkan sebagian besar

Profi l Desa dan Hubungan Antar Lembaga

Bab V

Isi 2.indd 99Isi 2.indd 99 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 100: H_1_180_Isi

100 REVOLUSI DARI DESA

orang yang bekerja di kota menganggap bahwa kota adalah tempat untuk mencari nafkah saja. Itulah sebabnya pada setiap kesempatan saat hari-hari besar, dengan kasat mata kita dapat menyaksikan para pemudik berbondong-bondong kembali ke kampung halaman setiap tahunnya.

Kita wajib bersyukur karena kekayaan alam dan keaneka-ragaman bangsa kita sebagian besar berada di desa. Seharus-nya hal ini menjadi pembelajaran penting. Saya, dan tentu kita semua, sudah mendapatkan cukup banyak pembelajaran dari komposisi penduduk dan kekayaan kita di desa.

Pertama: Pembelajaran dapat kita peroleh dari tradisi mudik yang setiap tahunnya terjadi. Kita menyaksikan berbagai hal terjadi selama proses mudik, mulai dari kegiatan ekonomi, sosial sampai musibah. Semua ini seharusnya menjadi bahan pembelajaran yang serius dan penting. Sampai kapan kondisi tersebut akan berlangsung? Apakah tradisi itu benar-benar sudah memberikan manfaat untuk masyarakat? Apakah berdampak positif terhadap pembangunan? Dan beragam pertanyaan lainnya.

Kedua: Pelajaran dari banyaknya warga desa yang bekerja ke luar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan TKW (Tenaga Kerja Wanita). Sebagian besar dari mereka adalah warga desa dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga hanya mampu bekerja sebagai PRT alias Pembantu Rumah Tangga di negeri orang. Hal ini seharusnya menjadi bahan renungan yang amat serius bagi kita semua. Masalah ini seharusnya dapat menggugah kita untuk mengubah cara pandang dalam menentukan strategi pembangunan di negara kita. Kaum elite (para pejabat pengambil kebijakan, para pemerhati dan pemikir pembangunan dan sosial ekonomi,

Isi 2.indd 100Isi 2.indd 100 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 101: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 101

para praktisi dan pelaku-pelaku yang bergerak di bidang sosial dan ekonomi kerakyatan) sebagai pelaku harus sadar, bahwa kondisi tersebut tidak untuk dipertahankan dan harus segera kita hentikan, jika ingin mewujudkan negara yang berdaulat.

Dari dua hal tersebut, kita sudah dapat memahami bahwa masalah bangsa kita sesungguhnya berada di desa. Itulah masalah terbesar kita sejak Indonesia merdeka, sejak kita memulai pembangunan pada orde lama, orde baru, dan seka-rang orde reformasi. Pertanyaannya kenapa para elite tersebut tidak menyadarinya?

Yang terjadi selama ini, desa cenderung diabaikan. Pem-bangunan hanya terjadi di perkotaan, yang tidak secara langsung memberikan dampak kepada masyarakat desa. Pembangunan tidak melibatkan mereka secara positif dan hanya menempatkan masyarakat desa, seperti saya sebutkan di atas, hanya sebagai objek. Sangat ironis. Secara pasti dan kasat mata, kehidupan desa nampak kehilangan arah. Terlalu banyak nilai dan potensi di desa memudar dan berubah. Ter-lalu banyak hal baik dan positif beralih menjadi buruk dan negatif. Misalnya lahan pertanian beralih menjadi properti, tenaga kerja manusia diganti oleh mesin, kearifan tekologi lokal berganti dengan teknologi modern, orang desa pindah ke kota jadi penggangguran dan tetap menjadi pengangguran di desa karena tidak terampil hidup di desa yang juga telah me ngalami perubahan. Ditambah lagi semakin minimnya lahan untuk bertani.

Sebagian besar masyarakat desa sudah terpengaruh oleh kehidupan modern. Pola hidup mereka juga berubah akibat tuntutan modern yang sesungguhnya sangat sulit dan tidak mudah dikuasai dengan baik sebagai pengganti budaya baru. Sebagian di antaranya terpaksa harus hidup dalam tekanan global yang terus menyerang ke desa. Memang benar, bahwa

Isi 2.indd 101Isi 2.indd 101 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 102: H_1_180_Isi

102 REVOLUSI DARI DESA

terdapat sejumlah desa yang mampu beradaptasi dengan mem-bangun nilai baru melalui proses akulturasi budaya. Namun, tetap tidak secara utuh mampu mengekspresikan nilai hidup yang melekat erat dalam budaya bangsa. Terlalu banyak nilai dasar yang hanyut dalam budaya baru, yang celakanya adalah budaya negatif. Nilai spiritual memudar (baik agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kepercayaan). Aspek emosional masyarakat Indonesia yang menyatu dalam spirit Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tung-gal Ika dan kekuatan nilai keutuhan Negar Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga sudah mulai melemah.

Saya dan kita semua sangat prihatin dengan kondisi terse-but. Lebih prihatin lagi melihat kebijakan pemerintah yang ti-dak memperhatikan hakikat desa. Pemerintah tidak mengop-timalkan kekuatan lahan desa, yang selama ini dikenal sebagai wilayah agraris. Padahal lahan pertanian merupakan cerminan kekuatan dan warna desa. Kebanyakan kebijakan pemerintah justru ingin mengubah karakter dasar desa tersebut menjadi lebih modern, dengan strategi yang tidak tepat.

Akibatnya, kita punya kekayaan melimpah, tapi masih ba-nyak desa yang kondisinya tidak sejahtera. Padahal dengan logika sederhana saja, dengan hitungan sederhana saja, seha-rusnya kekayaan alam kita tidak akan pernah habis jika dibagi-bagikan kepada setiap warga negara. Bahkan mungkin masih akan tersisa melimpah buat anak cucu kita kelak.

Sejak beberapa tahun silam, saya selalu bertanya-tanya, apa yang salah dalam tindakan kita? Pertanyaan menarik yang terkesan sederhana dan lugu, namun sulit untuk menjawab-nya. Ibarat menelusuri benang kusut, pastilah tidak mudah. Tentu kita tidak berhenti pada rumitnya persoalan tersebut. Yang terjadi di negeri kita tercinta ini merupakan fenomena historis dan turun temurun. Mau dibawa ke mana bangsa kita? Mau berubah menjadi apa negeri kita ini?

Isi 2.indd 102Isi 2.indd 102 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 103: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 103

Dengan model apakah kita membuat bangsa ini berubah, maju, dan sejahtera?

Ketika GERDEMA akan dijalankan, kondisi Malinau pun seperti yang saya paparkan. Kemiskinan merupakan masa-lah terbesar, jumlahnya mencapai 26%, hampir dua kali lipat lebih tinggi dari persentase jumlah kemiskinan nasional. Dengan modal kesungguhan, tekad, dan ketulusan hati, maka pemerintah Kabupaten Malinau mencanangkan Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) sebagai jawaban atas kondisi terse-but. GERDEMA merupakan konsepsi dari peran masyarakat

dalam pembangunan. GERDEMA merupakan suara hati masyarakat. GERDEMA merupakan tekad dari masyarakat untuk

meng ubah hidup mereka menjadi lebih baik dan meme-nuhi standar hidup yang layak.

GERDEMA merupakan kekuatan, peluang, dan harapan masyarakat desa untuk “Berubah Maju dan Sejahtera”.

GERDEMA juga merupakan suara dan cermin ketulusan hati dan itikad positif seorang pemimpin yang percaya kepada rakyatnya. Percaya dengan menyerahkan urusan dan kewenangan kepada masyarakat atau pemerintah desa untuk mengubah nasib mereka sendiri, dengan tangan mereka sendiri.

Dengan tekad tersebut di atas, maka desa di Kabupaten Malinau adalah desa yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang kuat untuk menjalankan roda pemerintahan. Mereka juga mampu melakukan kegiatan pembangunan dan pela-yanan umum kepada seluruh masyarakat desanya. Sebagai bagian dari sistem pemerintahan di Indonesia, maka desa harus kuat dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemerintahan secara konsisten, bertanggung jawab, dan peduli serta

Isi 2.indd 103Isi 2.indd 103 9/17/2014 8:48:02 PM9/17/2014 8:48:02 PM

Page 104: H_1_180_Isi

104 REVOLUSI DARI DESA

tanggap menangani berbagai persoalan pembangunan dan kemasyarakatan.

Hal-hal dasar berikut ini harus menjadi kualifi kasi sebuah pemerintahan desa, yaitu: Kecakapan dalam melakukan perencanaan Kemampuan dalam melakukan pengawasan Kecakapan dalam melakukan pengorganisasian Kemampuan dalam melakukan pengendalian Kecakapan dan terampil dalam melakukan pelaporan Kemampuan dan keteladanan dalam kepemimpinan Kemampuan dan keterampilan legal drafting Kekuatan dan kemampuan kelembagaan desa Kemampuan mendeterminasikan dan melakukan langkah

percepatan

B. Hubungan Antar Lembaga di DesaHubungan antar lembaga merupakan nilai yang sangat men-dasar dalam keberhasilan Gerakan Desa Membangun. Akti-vitas kelembagaan inilah yang memberi nilai kuat dalam kegiatan membangun masyarakat desa. Terbentuk dan ter-bangunnya hubungan kelembagaan desa merupakan cermin keberadaan sebuah pemerintahan desa.

Pertanyaan yang baik bagi kita, apa sesungguhnya hakikat pemerintahan desa itu?

Sebagai institusi pemerintahan, desa memiliki sistem yang terbentuk dalam jaringan berbagai perangkat, dengan tugas dan fungsi serta prosedur yang jelas. Masing-masing tugas dan fungsi ini terakumulasi dalam jaringan kelembagaan yang ada di desa yang bisa kita sebutkan sebagai birokrasi desa. Kita harus berani tidak hanya menyebutnya saja, namun berani menghadirkannya sebagai pelaku peran pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa.

Lembaga-lembaga sebagai birokrasi desa ini memiliki kore lasi dan interkonektif yang sangat kuat dan sinergis

Isi 2.indd 104Isi 2.indd 104 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 105: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 105

dalam mewujudkan gerak pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat (12) dike-mu kakan bahwa:

“Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setem-pat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Lebih jauh di dalam UU Nomor 32 tahun 2004 ter dapat beberapa prinsip mengenai sistem penyelengaraan peme-rintahan desa:1. Pasal 200 ayat (1), dalam pemerintahan daerah kabupaten/

kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerin-tah desa dan badan permusyawaratan desa.

2. Pasal 200 ayat (2), pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat.

3. Pasal 200 ayat (3), desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan perda.

4. Pasal 202, pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

5. Pasal 203 ayat (1) dan ayat (3), kepala desa dipilih lang-sung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyara-kat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan

Isi 2.indd 105Isi 2.indd 105 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 106: H_1_180_Isi

106 REVOLUSI DARI DESA

hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

6. Pasal 204, masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

7. Pasal 206, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan penga turannya kepada desa; tugas pembantuan dari peme rintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabu paten/kota; urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

8. Pasal 212, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan ke-uangan desa.

Struktur organisasi pemerintahan desa yang berfungsi menye lenggarakan pemerintahan sebagaimana prinsip-prinsip di atas dapat digambarkan sebagai berikut:1. Badan Permusyawaratan Desa2. Kepala Desa3. Sekretariat Desa4. Seksi-Seksi (Kepala Urusan):

a. Seksi (Kaur) Pemerintahan b. Seksi (Kaur) Pemberdayaan Masyarakat c. Seksi (Kaur) Pelayanan dan Pemeliharaan Prasarana d. Seksi (Kaur) Ketenteraman dan Ketertibane. Seksi (Kaur) lainnya

Isi 2.indd 106Isi 2.indd 106 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 107: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 107

Keberadaan desa dapat dikatakan sebagai daerah oto-nom karena adat istiadat ataupun norma/nilai yang be r-kaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang diakui keberadaannya. Pemerintahan desa di dalamnya terdapat lembaga yang melaksanakan fungsi mirip dengan council, yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Des a melaksanakan fungsi memimpin penyelenggaraan peme-rintahan desa. Sekretariat sebagai unsur pembantu, dipim-pin oleh sekretaris desa dan melaksanakan fungsi koor dinasi penyelenggaraan pemerintahan untuk ke pentingan peru-musan kebijakan dan sosialisasi kebijakan. Seksi- seksi, kepala urusan, dan perangkat desa lainnya melak sana kan fungsi sesuai dengan tugasnya masing-masing dan bertang gung ja-wab kepada kepala desa melalui sekretaris desa.

Pemerintah desa merupakan perangkat yang menjalan-kan roda pemerintahan bersama lembaga lainnya serta semua produk-produk yang dilahirkan oleh lembaga-lembaga desa. Kepala desa memiliki peranan yang sangat penting dalam meng oordinasikan kinerja semua lembaga yang ada di desa. Tugas atau pun wewenang kepala desa yang diperlukan:1. Kepala desa menjalankan tugas pemerintahan, tugas pem -

bangunan melalui mekanisme perencanaan, pengor ga nisa -sian, menggerakkan dan pengawasan tugas kemasyara katan.

2. Dalam melaksanakan tugas di atas, kepala desa mempunyai wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Oleh sebab itu, kepala desa harus memiliki dan menguasai nilai-nilai utama kepemimpinan (spiritual, emosional, intelek-tual, ekonomis, nasionalis kebangsaan). Dia harus mampu mengendalikan dan menggerakkan semua kekuatan di desa untuk menjalankan amanat tugas dan rancangan pem-bangunan desa yang telah dirumuskan bersama dengan BPD.

3. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa. Kepala desa ber sama aparatnya berhak menyusun dan mengajukan

Isi 2.indd 107Isi 2.indd 107 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 108: H_1_180_Isi

108 REVOLUSI DARI DESA

peraturan desa untuk dibahas bersama Badan Perwakilan Desa. Pemikiran ini didorong oleh situasi tugas yang menuntut penanganan yang profesional dan proporsional. Satu hasil kajian yang komprehensif terhadap berbagai aspek di desa yang harus ditangani dan dikelola.

4. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan per-setujuan bersama BPD. Rancangan peraturan desa yang telah dibahas bersama melalui mekanisme yang panjang dan alot dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, ditetapkan oleh kepala desa sebagai produk hukum desa.

5. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. Stategi utama pemerintah adalah menyiasati pem-bangunan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Langkah strategis yang dilakukan adalah menyusun Ang-garan Pendapatan dan Belanja Desa. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa APBDes ini merupakan cermin manajemen pemerintahan, pembangunan, dan manajemen pelayanan umum. Jadi, kemampuan menyusun APBDes ini sangat penting dan menunjukan kemampuan, kedewasaan, dan kemajuan desa sehingga desa sudah dapat dikatakan mampu mandiri dan otonom. Dan inilah yang ingin diwu-judkan oleh GERDEMA.

6. Membina kehidupan masyarakat desa. Menjadi kewajiban kepala desa untuk melakukan pembinaan kepada masya-rakatnya. Antara lain menyangkut keterampilan masya-rakat, kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan semangat partisipasi pembangunan. Dalam menjalankan fungsi membina ini, kepala desa wajib membangun hubungan kerja dengan lembaga dan berbagai institusi serta ber-bagai elemen masyarakat dan swasta di desa, termasuk membangun hubungan kerja dengan berbagai institusi di kecamatan dan kabupaten.

7. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif. Menjalankan tugas pembangunan bukanlah tugas yang

Isi 2.indd 108Isi 2.indd 108 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 109: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 109

mudah, karena aspek pembangunan sangat luas. Kepala desa harus mampu melakukan koordinasi dengan berbagai pihak secara aktif, kreatif, reaktif dan tulus ikhlas. Misalnya menyangkut kesehatan lingkungan, kepala desa harus melakukan koordinasi dengan PKK Desa. Demikian juga misalnya mengoordinasikan kebersihan desa dengan Dinas Tata Kota, PKK, Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan serta dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, apabila desa menghadapi berbagai sengketa yang berkaitan dengan hukum, maka kepala desa dapat mewakili desa dan bahkan dapat menunjuk seorang kuasa hukum untuk mewakili desa dalam persidangan persengketaan tersebut.

9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepala desa dalam kedudukannya sebagai pelaksana tugas pemerintahan desa, dapat juga berposisi menjalankan kewenangan lain sesuai ketentuan yang berlaku, demi tegaknya kedaulatan negara di desanya masing-masing.

GERDEMA akan menjadikan setiap pemerintahan desa mampu berfungsi seperti yang disyaratkan dalam Undang-Undang sebelumnya, yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang terbaru, Nomor 6 Tahun 2014. Undang-undang itu menegaskan sikap negara terhadap posisi dan peran pemerintahan desa yang strategis dalam melayani kepentingan masyarakat.

Sebuah mimpi indah dari model Gerakan Desa Mem-bangun, yaitu hadirnya sebuah pemerintahan yang kapabel dengan dinamika yang luas dan dalam, serta memiliki korelasi dan koherensi kerja yang tinggi dan kuat dalam menjalankan pemerintahan untuk melayani kepentingan masyarakat luas.

Isi 2.indd 109Isi 2.indd 109 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 110: H_1_180_Isi

110 REVOLUSI DARI DESA

Dari dinamika penyelenggaraan pemerintahan desa yang telah berjalan di semua desa Malinau, memberi keyakinan kepada kita bahwa profi l desa yang didambakan bukan sebuah mimpi indah, tetapi suatu kenyataan adanya kapasitas dan integritas lembaga formal pemerintah desa, telah terbukti mampu bekerja untuk menyelengarakan kepentingan rakyat-nya.

Profi l desa yang menjadi harapan kita sebagaimana didam-bakan menjadi kekuatan dalam menjalankan Gerakan Desa Membangun adalah lahirnya kekuatan satuan kerja melalui terbangunnya kapasitas birokrasi dengan ditopang oleh kapabilitas individu sebagai kekuatan utama birokrasi desa.

Birokrasi desa ini pada akhirnya menjadi tujuan sebagai kekuatan dan juga peluang terwujudnya kekuatan gerakan di desa. Gerakan berupa formulasi keinginan dan kebutuhan masyarakat menjadi kegiatan. Gerakan sebagai model aktivitas proses menjalankan dan menyelenggarakan pemerintahan, proses melaksanakan dan mewujudkan tujuan pembangunan, dan gerakan dalam memberi pelayanan kepada masyarakat sebagai wujud dari upaya memberdayakan pemenuhan ha-rapan masyarakat.

Isi 2.indd 110Isi 2.indd 110 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 111: H_1_180_Isi

Implementasi Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) sebagai sebuah model, memerlukan mekanisme proses pelaksanaan yang mudah untuk dipahami. Mulai dari tahap perencanaan, pembiayaan, pengawasan, eva-lua si, pertanggungjawaban, indikator kinerja, hingga capaian keberhasilannya.

Secara umum, dalam manajemen pembangunan dikenal adanya fungsi manajemen (management function). Fungsi ini harus dipenuhi agar pembangunan tersebut

menuai keberhasilan sesuai dengan harapan.

Pertama, Fungsi Perencanaan (Planning) Fungsi ini dilakukan mulai dari tahap identifi kasi masalah (identifi cation) untuk memastikan masalah pembangunan yang perlu ditindaklanjuti dengan perencanaan yang lebih konkret. Dalam fungsi perencanaan ini terdapat dua tahapan, yaitu:

Mekanisme dan Keberhasilan GERDEMA

Bab VI

Isi 2.indd 111Isi 2.indd 111 9/17/2014 8:48:03 PM9/17/2014 8:48:03 PM

Page 112: H_1_180_Isi

112 REVOLUSI DARI DESA

Tahap persiapan (preparation) untuk menyusun rencana, baik menyangkut substansi yang direncanakan maupun du-kungan berbagai sumber daya yang diperlukan dalam per-siapan tersebut untuk menghasilkan kelayakan sebuah ren-cana.

Tahap selanjutnya menilai kelayakan usulan yang telah dibuat (appraisal), menyangkut kelayakan rencana untuk ditindaklanjuti, kelayakan pendanaan, kelayakan per so-nel yang terlibat dalam proses perencanaan, hingga pen-jadwalan waktu perencanaan itu dimulai, dilaksanakan, hingga dievaluasi.

Kedua, Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Menyangkut dukungan beberapa sumber daya, yaitu Sumber daya manusia (man) yang terlibat dalam pemba-

ngunan Sumber daya alami (material) yang diperlukan dalam pelak-

sanaan pembangunan Sumber pendanaan (money) yang dibutuhkan secara pro-

porsional Metode atau cara (method) yang dibutuhkan agar pem-

bangunan berjalan secara efektif dan efi sien Proses pelaksanaan yang menjamin dukungan berbagai

unsur secara sinergis (machine) Prediksi tentang pengguna (market) yang akan meman-

faatkan hasil-hasil pembangunan

Ketiga, Menggerakkan (Actuating) Berbagai sumber daya sebagaimana dikemukakan di atas harus digerakkan agar tujuan organisasi dapat segera terwu-jud. Dalam aspek menggerakkan, peran kepemimpinan sangat dibutuhkan. Menyangkut kompetensi maupun keterampilan yang di-

miliki sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya,

Isi 2.indd 112Isi 2.indd 112 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 113: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 113

Perilaku keteladanan dan mengayomi untuk menjamin keamanan, kenyamanan, dan kekompakan kinerja organi-sasi.

Keempat, Fungsi Pengawasan dan Evaluasi (Controlling) Fungsi ini untuk menjamin efektivitas dan efi siensi pencapaian tujuan pembangunan. Pengawasan dan evaluasi ini dilakukan saat: Perencanaan berlangsung (ex-ante) Pembangunan dilaksanakan (on going), dan Berakhirnya pelaksanaan pembangunan (ex-post).

Selain mengacu pada fungsi-fungsi manajemen di atas, pengelolaan pembangunan juga harus mengacu pada pen-dekatan manajemen strategis (strategic management) dan perencanaan strategis (strategic planning). Dalam pendekatan ini, baik perencanaan, pelaksanaan, mau pun evaluasi kinerja pembangunan harus mengacu pada visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui kerangka kerja semacam ini, evaluasi kinerja pembangunan akan lebih mudah diukur, baik menyangkut kinerja kegiatan, kinerja keuangan, mau-pun dampaknya dalam peningkatan kesejahteraan masya -rakat.

Selanjutnya akan dipaparkan secara berurutan mengenai proses dan mekanisme penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Malinau dengan “Model GERDEMA”. Seluruh proses dan mekanisme ini sesuai dengan prinsip manajemen.

Proses dan mekanisme yang dimaksud meliputi: Indikator keberhasilan Gerakan Desa Membangun Nilai capaian Gerakan Desa Membangun Pilar kebangsaan sebagai capaian yang utuh dari GERDEMA Sistem dan mekanisme pelaksanaan Gerakan Desa Mem-

bangun

Isi 2.indd 113Isi 2.indd 113 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 114: H_1_180_Isi

114 REVOLUSI DARI DESA

Mekanisme pelaksanaan keuangan GERDEMA Pengawasan dana GERDEMA

A. Indikator Keberhasilan Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)Masyarakat Malinau bersama seluruh elemennya, serta jaja-ran PNS dan stakeholders di daerah, harus menyadari bahwa paradigma Pemerintah Kabupaten Malinau telah berubah se-suai dengan prinsip dan semangat Gerakan Desa Memba ngun (GERDEMA). Prinsip dasar GERDEMA bertumpu pada kekuatan rakyat, yaitu bertumbuhnya gerakan masyarakat, yang lahir dari masyarakat desa. Wujud dari harapan dan ke-hendak rakyat yang diformulasikan dalam langkah kebijakan strategis desa. Tanpa harapan dan kehendak yang diformulasi-kan, maka tidak akan terjadi suatu gerakan.

Dengan demikian, gerakan merupakan kata kunci dari ke-berhasilan GERDEMA. Gerakan ini merupakan gambaran dari pelaksanaan otonomi desa secara konsisten pada level pemerintahan terendah dalam sistem pemerintahan Indonesia. Gerakan ini menunjukkan: Adanya kemampuan untuk melakukan sesuatu Mengerti dan menguasai teknik menjalankan tugas dalam

proses mekanisasi secara sistematis kepemerintahan Mengerti dan menguasai teknis menjalankan tugas untuk

mengemban amanat pembangunan, yaitu mewujudkan masyarakat yang aman, nyaman, dan damai melalui proses penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pela-yanan masyarakat di setiap desa.

Bukti dari terlaksananya GERDEMA dapat terlihat dari berjalannya pemerintahan desa secara aktif sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah be-serta seluruh perubahannya. Juga sesuai dengan peraturan per-undang-undangan yang terbaru, yaitu Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Isi 2.indd 114Isi 2.indd 114 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 115: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 115

Pemerintahan desa tidak lagi hanya berjalan sebagai sebuah formalitas saja seperti yang terjadi selama ini. Peraturan per-undangan tentang desa menyebutkan dengan jelas dan tegas tentang status, tugas, dan fungsinya. Namun, undang-undang tersebut kurang jelas mencantumkan kerangka implementasi-nya. Seharusnya, desa mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam sistem pemerintahan negara kita. Benar, desa disebut sebagai pemerintahan terendah tapi tidak secara penuh berperan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu ke-sejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan tegas menempatkan pemerintahan desa sebagai penyelenggara kepentingan rakyat. Sebuah formulasi hukum yang tepat un-tuk memosisikan pemerintahan desa pada tempat yang tepat. Namun, kita harus mencermati peraturan di bawahnya yang menjadi pedoman pelaksanaan undang-undang tersebut. Ja-ngan sampai terulang kembali seperti pada masa-masa sebe-lumnya.

Saya sangat gembira dengan esensi dari isi undang-undang terbaru tentang pemerintahan desa, karena sejalan dengan model GERDEMA yang mulai dijalankan pada 2012 lalu, dua tahun sebelum undang-undang tersebut berlaku. GERDEMA dijalankan secara konsisten dengan semangat baru yang lebih cepat dan maksimal menuju Malinau yang berubah maju dan sejahtera.

Peran pemerintahan desa dalam Gerakan Desa Memba-ngun (GERDEMA), dapat dilihat dari berbagai prinsip dan kebijakan strategis yang telah dan akan dijalankan, yaitu meli-puti: 1. Terwujudnya proses penyelenggaraan pemerintahan desa,

melalui aktivitas:a. Pembinaan rukun tetangga (RT), sebagai fondasi dan

jaringan kerja pemerintah desa. Kepala desa dan perang-katnya wajib melakukan penguatan peran RT, melalui

Isi 2.indd 115Isi 2.indd 115 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 116: H_1_180_Isi

116 REVOLUSI DARI DESA

pembinaan administratif dan fungsi sosial lainnya, yaitu: budaya, pendidikan, kesehatan lingkungan, penanganan aspek ekonomi, demografi , Kamtibmas, dan berbagai aspek kebutuhan hidup warganya.

b. Menyusun rencana kerja desa. Dengan ditetapkannya peraturan desa dan peraturan kepala desa, serta berbagai institusi desa serta APBDes, maka desa dapat menyu-sun rencana kerja sebagai bentuk implementasi semua produk hukum yang ada.

c. Berfungsinya BPD dengan baik sehingga dapat me-nyusun dan membahas peraturan desa, serta mengawasi pelaksanaan peraturan desa (perdes).

d. Kepala desa menyusun keputusan kepala desa (kades), memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa, dan melaksanakan perdes sehingga tercipta pelayanan kepada masyarakat yang berkelanjutan.

e. Berfungsinya sekretaris desa (sekdes) dengan baik, yang dapat dilihat dari terselenggaranya pelayanan admi nis-trasi, pembangunan dan pelayanan kepada masya rakat. Juga berbagai bentuk tugas ketatalaksanaan pada kantor desa dan tanggung jawabnya kepada kepala desa, serta upaya mengoordinasikan pelaksanaan tugas para kepala urusan (kaur) atau Pelaksana Teknis Lapangan (PTL) dan unsur kewilayahan.

f. Berfungsinya kepala urusan (kaur) atau Pelaksana Teknis Lapangan (PTL) dalam pemerintahan desa untuk mem-bantu sekretaris desa sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu kaur pemerintahan, kaur pem bangunan, kaur umum, kaur kesejahteraan rakyat, kaur keuangan, dan para kepala dusun.

g. Kepala desa beserta perangkat desa dapat melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah kabupaten, tugas perbantuan dan urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.

Isi 2.indd 116Isi 2.indd 116 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 117: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 117

h. Terselenggaranya tertib administrasi desa, yang meliputi administrasi umum, administrasi kependudukan, admi-nistrasi keuangan, administrasi pembangunan, dan admi nistrasi BPD.

i. Berjalan dengan baiknya mekanisme dan proses penyu-sunan RPJMDes, RKPDes, Renstra Desa, KUA PPAS Desa, dan RAPBDes oleh pemerintah desa (kepala desa dan perangkatnya), Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD).

j. Berjalan dengan baiknya penyusunan dan penyampaian Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Kepala Desa dalam Forum Sidang Paripurna Badan Perwakilan Desa (BPD).

k. Terwujudnya hubungan antar lembaga yang telah me-ngerti dan memahami serta menguasai dengan baik tugas dan fungsi masing-masing sebagai instrumen pe-me rintahan, pembangunan dan pelaksanaan pela yanan. Aspek penyelenggaraan hubungan antar lem baga ini mencerminkan telah berjalannya mekanisme birokrasi desa.

Birokrasi desa yang berjalan dengan baik mencerminkan tata kelola pemerintahan desa yang sesuai dengan undang-undang. Pemerintah Kabupaten Malinau terus bekerja keras agar penyelenggaraan kehidupan birokrasi desa dapat berjalan semakin baik. Keberhasilan GERDEMA tergantung dari korelasi dan sinergi tugas dari berbagai unit kerja di desa. Hasil ideal yang ingin dicapai sebagai keberhasilan hubungan kerja ini adalah terbangunnya kerja sama birokrasi yang dinamis, efi sien, dan efektif pada ja-jaran pemerintahan desa. Terjadinya interaksi dan sinergi hubungan kerja dari birokrasi desa menjadi cermin yang hakiki dari pemerintahan desa sebagai penyelenggara ke-pentingan rakyat, sebagaimana disyaratkan oleh Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Isi 2.indd 117Isi 2.indd 117 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 118: H_1_180_Isi

118 REVOLUSI DARI DESA

2. Terwujudnya penyelenggaraan pembangunan di desa, yang meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi, pelaporan yang dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti:a. Pra-Musrenbangdes untuk menginventarisasi, meng-

iden tifi kasi, dan mengartikulasikan masalah dan potensi desa.

Dalam praktiknya tahap ini bertujuan untuk melakukan pemetaan masalah yang terjadi di desa. Kegiatan ini di-lakukan melalui mekanisme kerja Lembaga Partisi-pa si Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (LP3MD). Dari tahapan ini akan diperoleh gambaran tentang kegiatan untuk membangun desanya.

b. Musrenbangdes untuk pembahasan dan menentukan pilihan utama serta menetapkan skala prioritas.

Pada tingkatan ini dilakukan verifi kasi terhadap se mua kegiatan yang telah dikumpulkan saat Pra-Musren-bangdes untuk memilah kegiatan yang akan dibiayai oleh APBDes, APBD, dan mungkin APBN.

c. Terbentuknya kemampuan aparatur desa dalam me-nangani berbagai permasalahan di desa.

Setiap unit kerja, yaitu kepala seksi dan kepala urusan ha-rus aktif melakukan pengawasan dan pengendalian serta meneliti dan menganalisis berbagai masalah di desa. Hal ini menjadi tanggung jawab moral dan formal dari para pelaku kepentingan di desa.

d. Kemampuan dalam pemeliharaan lingkungan dan infra-struktur desa serta berbagai fasilitas lainnya agar tetap berdaya guna.

Kegiatan ini lebih bersifat insidental dan temporer. Pe-rangkat desa melaksanakan kegiatan ini melalui me-kanisme inventarisasi dan perumusan.

e. Pengelolaan potensi dan peluang untuk meningkatkan perekonomian desa.

Isi 2.indd 118Isi 2.indd 118 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 119: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 119

Perangkat desa secara rutin memperkuat ekonomi masyarakat. Bentuk kegiatan dapat berupa fi sik dan nonfi sik yang dilakukan melalui mekanisme partisipasi serta swadaya berbagai pihak. Kegiatan bidang ekonomi ini dapat juga dilakukan melalui mekanisme kerja sama dengan berbagai pihak, baik perorangan, lembaga eko-nomi maupun dengan desa lainnya.

f. Terselenggaranya pemanfaatan dana yang bersumber dari corporate social responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan, sebagai pendapatan asli desa.

Seluruh sumber pendapatan di desa harus disatukan men jadi sumber pembiayaan pembangunan. Peman-faatan dana diatur melalui musyawarah desa dan kelem-bagaan desa, atau peraturan daerah.

g. Melakukan penguatan peran kelembagaan desa. Fungsi dan peran kelembagaan ini menjadi nilai yang

penting dan strategis di desa. Keberhasilan GERDEMA sangat ditentukan oleh peran lembaga dan birokrasi di desa. Gerakan akan menjadi lebih baik dan maksimal apabila terwujud penguatan kelembagaan yang ada di desa. Upaya yang dilakukan misalnya membina lembaga ekonomi desa seperti koperasi, UKM, dan unit-unit ekonomi swasta (seperti credit union, Badan Perkreditan Rakyat, Kantor Kas Bank Swasta, dan lain-lain). Kelem-bagaan kemasyarakatan seperti lembaga adat dan ber-bagai lembaga keagamaan.

h. Melakukan koordinasi, pengendalian, dan evaluasi ber-bagai aktivitas di desa.

Kegiatan ini meliputi koordinasi dalam membangun hu-bungan kerjasama antar lembaga, tindakan pengendalian perilaku negatif masyarakat, pengendalian terhadap kebutuhan sektor, misalnya; pengendalian hama dan penya kit pertanian, wabah penyakit, penanggulangan bencana, penangulangan ancaman narkoba, ancaman

Isi 2.indd 119Isi 2.indd 119 9/17/2014 8:48:04 PM9/17/2014 8:48:04 PM

Page 120: H_1_180_Isi

120 REVOLUSI DARI DESA

minuman keras, ancaman kebiasaan merokok, dan pe-nyakit masyarakat lainnya.

3. Terwujudnya proses penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat desa, melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:a. Menerbitkan surat rekomendasi, surat keterangan, ser-

tifi kat, berbagai dokumen legalitas formal, surat izin dan lain-lain sesuai tata naskah yang berlaku.

b. Berjalannya pemerintahan desa sesuai urusan yang dise-rahkan berupa 31 urusan sesuai Perbup No.13 Tahun 2011 tentang Penyerahan Urusan kepada Pemerintahan Desa. Urusan yang diserahkan meliputi: 1. Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan:

a. Pemberian rekomendasi izin usaha penangkaran benih pertanian

b. Pengaturan pemanfaatan air pada tingkat usaha tanic. Pemasyarakatan penggunaan alat mesin pertaniand. Pemasyarakatan pupuk organike. Kampanye benih unggulf. Pemasyarakatan penggunaan benih unggulg. Membantu penyediaan benih unggulh. Diversifi kasi hasil pertaniani. Pemeliharaan irigasi desaj. Pembinaan perkumpulan petani pemakai air

2. Bidang Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral:a. Pengelolaan dan pemberian izin pertambangan

bahan galian golongan C di bawah satu hektare tanpa memakai alat berat kepada penduduk desa yang bersangkutan

b. Rekomendasi pemberian izin pemanfaatan air tanah dan permukaan

Isi 2.indd 120Isi 2.indd 120 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 121: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 121

c. Rekomendasi pemberian izin penambangan bahan galian golongan C yang memakai alat berat diatas satu hektare

d. Rekomendasi pemberian izin pembangunan tenaga listrik yang baru

e. Rekomendasi pemberian izin pembukaan pertam-bangan rakyat di desa

f. Pembinaan terhadap pertambangan rakyatg. Rekomendasi pemberian izin pemanfaatan air

bawah tanah dan atau sumber mata air di desa.

3. Bidang Kehutanan dan Perkebunan:a. Pengelolaan dan pelestarian hutan desab. Rekomendasi pemberian izin terhadap pengam-

bilan tumbuhan dan penangkapan satwa liar yang dilindungi

c. Rekomendasi pemberian izin pengelolaan hutan yang ada dalam desa kepada pihak ketiga

d. Penghijauan dan konservasi tanah yang terdiri dari kebun bibit desa yang diserahkan kepada desa dan pengelolaan bangunan sipil teknis yang sudah di-bangun di desa

e. Rekomendasi pemberian izin angkutan kayu rakyat (akasia, asem kandis, durian, surian, jaban, jati pu-tih, karet, ketapang, kulit manis, macadamia, min-di, petai, puspa, sengon, dan sangkai)

f. Pengelolaan turus jalan desag. Rekomendasi pemberian izin perluasan tanaman

perkebunanh. Pembinaan penangkaran burung waleti. Pembinaan dan penataan lahan klasifi kasi kebunj. Perlindungan keanekaragaman hayati dan satwa

liar yang ada di desa.

Isi 2.indd 121Isi 2.indd 121 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 122: H_1_180_Isi

122 REVOLUSI DARI DESA

4. Bidang Perindustrian dan Perdagangan:a. Pengelolaan lalu lintas ternak yang ada di desab. Pengelolaan pemasaran hasil industric. Pengembangan hasil-hasil industrid. Rekomendasi pemberian izin investor di bidang in-

dustrie. Pengaturan terhadap aset bahan baku industri yang

ada di desaf. Pengawasan pencemaran limbah industrig. Rekomendasi pemberian izin dalam bidang perin-

dustrian yang ada di desah. Pemasyarakatan garam beryodiumi. Rekomendasi pemberian izin HOj. Pembinaan mengenai keamanan industri makanan

yang diproduksi rumah tangga di desak. Pembinaan rumah potong hewan yang ada di desal. Pembinaan persuteraan alam yaitu berupa pondok

sutera dengan peralatannya yang dibangun di desam. Pengelolaan pasar desa dan tempat pelelangan ikan

5. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah:a. Rekomendasi penerbitan dan pencabutan badan

hukum koperasib. Rekomendasi dan pembinaan dana kredit yang ada

di desac. Rekomendasi pemberian kredit program pada ko-

perasid. Pengelolaan danae. Pengelolaan kelompok usaha ekonomi produktif

6. Penanaman Modala. Memberikan informasi pasar lokalb. Memberikan informasi tempat investasi

Isi 2.indd 122Isi 2.indd 122 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 123: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 123

7. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasia. Pendataan dan pengklasifi kasian tenaga kerjab. Pendataan penduduk yang bekerja pada sektor per-

tanian dan sektor nonpertanianc. Pendataan penduduk menurut jumlah penduduk

usia kerja, angkatan kerja, pencari kerja, dan ting-kat partisipasi angkatan kerja

d. Pendataan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan jenis pe-kerjaan dan status pekerjaan

e. Pendataan penduduk yang bekerja di luar negerif. Pemberian surat rekomendasi bagi penduduk yang

akan bekerja ke luar negeri

8. Bidang Kesehatan:a. Penyuluhan sederhana tentang pemberantasan

penyakit menularb. Pembinaan bidan desa dan poliklinik desac. Memfasilitasi dan memotivasi pelaksanaan kegia-

tan gerakan sayang ibud. Pemantauan terhadap dukun bayie. Memfasilitasi pelaksanaan, pemberian makanan

tambahan, penyuluhan dan pemberian makanan tambahan pemulihan

f. Pengelolaan Posyandug. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradi-

sionalh. Pengelolaan dana sehati. Pengelolaan kegiatan tanaman obat keluarga (toga)j. Penyelenggaraan upaya sarana kesehatan tingkat

desak. Penyelenggaraan upaya promosi kesehatanl Pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan nar-

kotika dan zat adiktif di desa

Isi 2.indd 123Isi 2.indd 123 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 124: H_1_180_Isi

124 REVOLUSI DARI DESA

m. Pemantauan peredaran dan pemakaian alat kon-trasepsi

n. Pelaksanaan penyuluhan tentang keluarga berenca-na

o. Pembinaan terhadap kader keluarga berencanap. Pengelolaan kelompok-kelompok bina keluarga

9. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan:a. Memfasilitasi penyedian lahan untuk pem bangun-

an TK, SD, SLTP, SLTAb. Memberikan kontribusi untuk melengkapi, mera-

wat, dan merehabilitasi sarana pendidikan seperti: pembangunan fi sik, gedung, mebel, pengadaan laboratorium, perpustakaan dan buku pegangan siswa

c. Memberikan kontribusi untuk peningkatan kese-jahteraan tenaga kependidikan seperti uang lelah, kelebihan jam mengajar, transportasi, dan peru-mah an guru untuk daerah terpencil

d. Memberikan kontribusi penyediaan bahan belajar, tempat belajar dan fasilitas lain bagi pendidikan luar sekolah

e. Memfasilitasi terselenggaranya berbagai kursus ke-terampilan

f. Membina taman bacaan masyarakat pada pusat kegiatan belajar masyarakat

g. Memfasilitasi dan memotivasi kelompok-kelom-pok belajar yang ada di desa

h. Pendataan siswa untuk GN-OTA (Gerakan Nasio-nal Orang Tua Asuh)

i. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD);

j. Pendataan warga buta huruf/aksara.

Isi 2.indd 124Isi 2.indd 124 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 125: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 125

10. Bidang Sosial:a. Pembinaan terhadap masyarakat lokal adat seba-

gai pemilik sumber daya genetikb. Mengeluarkan surat keterangan miskinc. Memfasilitasi pengurusan orang terlantard. Rekomendasi pemberian izin pembangunan sara-

na sosiale. Menerbitkan surat keterangan untuk kegiatan so-

sialf. Menggali, membina, dan mengembangkan ber-

macam seni, upacara adat, dan adat istiadat yang berlaku di desa

g. Pendataan penyandang masalah sosial dan potensi kesejahteraan sosial

h. Pembinaan pekerja sosial, masyarakat, dan orga-nisasi sosial.

11. Bidang Penataan Ruang:a. Rekomendasi pemberian IMB (Izin Mendirikan

Bangunan) yang berada di jalan desab. Rekomendasi pemberian IMB untuk rumah se-

derhanac. Penataan tata lingkungan pada pemukiman per-

desaand. Pengelolaan lokasi perkemahan dalam desa

12. Bidang Permukiman/Perumahan:a. Penetapan dan pengelolaan tanah kas desa dan

aset desab. Pengaturan tata permukiman pedesaanc. Pemberian bantuan pemugaran rumahd. Penetapan standar rumah layak huni tingkat lokale. Memfasilitasi pembangunan rumah layak huni

tingkat lokal

Isi 2.indd 125Isi 2.indd 125 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 126: H_1_180_Isi

126 REVOLUSI DARI DESA

13. Bidang Pekerjaan Umum:a. Memfasilitasi pemeliharaan rutin jalan kabupaten

yang berada di desa yang terdiri dari pembersihan semak, saluran, bahu jalan, dan pembersihan gorong-gorong

b. Pengelolaan dan pemanfaatan proyek air bersih yang ada dalam desa

c. Pengelolaan dan pemeliharaan pompa dan ja-ringan irigasi yang ada di desa

d. Pengelolaan saluran irigasi yang terdiri dari rambahan dan membuang sedimentasi

e. Pengaturan kegiatan operasi dan perawatan ringan saluran irigasi sekunder, tersier, dan kuarter

f. Pengaturan operasi dan perawatan jaringan irigasi kecil (PIK) yang sudah dikonstruksi

g. Pengelolaan embung/telaga yang sudah dikon-struksi

h. Pengaturan dan pengendalian fungsi serta tertib pemanfaatan jalan desa

i. Pengelolaan sumber daya air di desaj. Menfasilitasi pembangunan dan mengelola tem-

pat mandi, cuci, dan kakus (MCK)k. Pemantauan kelas jalan kabupaten yang ada di

desa

14. Bidang Perhubungan:a. Pembinaan terhadap penggunaan alat UTTP

(Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perleng kapan-nya)

b. Pemeliharaan rambu-rambu jalan serta alat per-lengkapan jalan lainnya yang berada di desa

c. Rekomendasi pemberian izin pengelolaan ang-kutan antar desa dan pusat pertokoan di desa

d. Pembangunan terminal angkutan desa

Isi 2.indd 126Isi 2.indd 126 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 127: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 127

15. Bidang Lingkungan Hidup:a. Pengelolaan penampungan air hujanb. Pengawasan terhadap perusakan lingkungan hi-

dup di desa:1. Pengawasan dan pemantauan turus jalan2. Pengawasan dan pemantauan pupuk cair3. Pengawasan dan pemantauan limbah padat

atau cair4. Pengawasan dan pemantauan terhadap per bu-

ruan, penangkaran, perdagangan burung/satwa langka di desa

5. Melindungi suaka yang ada di desa6. Pengawasan dan pemantauan terhadap pe-

nang kapan ikan dan biota lainnya yang dila-kukan dengan racun, bahan peledak, stroom listrik di perairan umum di desa

16. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik:a. Memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan umumb. Penetapan organisasi pemerintah desac. Memfasilitasi pembentukan lembaga kemasyara-

katan di Desad. Memfasilitasi pembentukan BPDe. Memfasilitasi penetapan batas desaf. Memfasilitasi pembentukan Badan Usaha Milik

Desa (BUMDES)

17. Bidang Otonomi Desa:a. Rekomendasi pemberian izin pendirian tempat

penyewaan kaset video/CD, play station dan seje-nisnya

b. Penelitian dan pendataan potensi desac. Pemantauan peredaran/pemutaran fi lm keliling

Isi 2.indd 127Isi 2.indd 127 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 128: H_1_180_Isi

128 REVOLUSI DARI DESA

d. Rekomendasi pemberian izin pendirian warung telepon dan sejenisnya

e. Rekomendasi pemberian izin usaha perbengkelan, pertokoan, warung, pemondokan, rumah makan

f. Pengaturan kebijakan kelembagaan dan badan usaha tingkat desa di bidang pengairan

g. Rekomendasi pemberian izin mendirikan, mem-bongkar, mengubah saluran irigasi di desa

h. Penetapan kerja sama antar desa dalam peman-faatan irigasi air

i. Pembangunan jalan desaj. Pengelolaan jaringan irigasi skala kecil di desak. Rekomendasi pemberian izin pengelolaan dan

pengusahaan potensi sumber daya alam desal. Penetapan perangkat desam. Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDes)n. Pemberdayaan dan pelestarian lembaga adato. Penetapan peraturan desap. Penetapan kerja sama antar desaq. Rekomendasi pemberian izin parkir/pemangkalan

kendaraan di pasar, tempat wisata, dan lokasi lain-nya yang ada di dalam desa

r. Pemberian izin penggunaan gedung pertemuan/balai desa

s. Rekomendasi pemberian izin hak pengelolaan atas tanah kas desa

t. Rekomendasi pemberian izin keramaian di desa.

18. Bidang Perimbangan Keuangan:a. Pengelolaan bagian desa dari hasil penerimaan

pajak kabupaten/kotab. Pengelolaan bagian desa dari hasil penerimaan

retribusi tertentu kabupaten/kota.

Isi 2.indd 128Isi 2.indd 128 9/17/2014 8:48:05 PM9/17/2014 8:48:05 PM

Page 129: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 129

19. Bidang Tugas Pembantuan:a. Memberikan rekomendasi permintaan bantuan

kepada pemerintah daerahb. Pengelolaan dana bantuan bencana alam dan ke-

adaan darurat lainnya dari pemerintah pusat, pro-vinsi, pemerintah kabupaten dan pihak lain yang tidak mengikat

c. Penyelenggaraan tugas pembantuan.

20. Bidang Pariwisata:a. Pengelolaan obyek wisata dalam desa di luar ren-

cana induk pariwisatab. Pengelolaan tempat rekreasi dan hiburan umum

dalam desac. Rekomendasi pemberian izin pendirian pondok

wisata pada kawasan wisata di desad. Membantu pemungutan pajak hotel dan restoran

yang ada di desa

21. Bidang Pertanahan:a. Penetapan sasaran area dan lokasi kegiatan pe-

ngembangan lahanb. Memberikan surat keterangan hak atas tanahc. Memfasilitasi penyelesaian tanah tingkat desad. Penataan dan pemetaan tata guna lahan

22. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil:a. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut jenis

kelamin dan kelompok umurb. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut tingkat

kelahiran berdasarkan konsep Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH)

c. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut ting-kat kematian berdasarkan konsep angka kematian

Isi 2.indd 129Isi 2.indd 129 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 130: H_1_180_Isi

130 REVOLUSI DARI DESA

bayi, angka kematian balita dan angka kematian ibu saat persalinan

d. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut tingkat migrasi penduduk

e. Pelaksanaan registrasi penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan

f. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut jum-lah pasangan usia subur, akseptor KB, dan tingkat prevalensi

g. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut tingkat kesejahteraan rumah tangga berdasarkan kategori keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II

h. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut rata-rata jumlah anggota keluarga

i. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut besar-nya jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum

j. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut agama yang dianutnya

k. Pelaksanaan registrasi penduduk menurut alat kontrasepsi yang digunakan

l. Pelaksanaan pendataan perkembangan jumlah penduduk, lahir, mati, pindah, datang (LAMPID) dan menurut jenis kelamin

m. Pelaksanaan pendataan penduduk menurut besarnya jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum

n. Menerbitkan surat keterangan/pengantar untuk penerbitan KTP, KK, Akta Catatan Sipil, dan su-rat keterangan kependudukan lainnya

o. Pelaksanaan pendataan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP dan telah memiliki KTP

Isi 2.indd 130Isi 2.indd 130 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 131: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 131

p. Pelaksanaan pendataan jumlah penduduk yang wajib memiliki KK dan telah memiliki KK

q. Melakukan pembinaan dalam kegiatan pen daf-taran penduduk dan catatan sipil

23. Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masya-rakat:a. Penetapan desa dalam keadaan darurat b. Penetapan pos keamanan dan pos kesiapsiagaan

lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi so-sial masyarakat

c. Pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban ma-sya rakat desa

d. Pemantuan kewaspadaan dini terhadap terjadinya kejadian luar biasa berupa laporan.

24. Bidang Perencanaan:a. Penyusunan perencanaan pembangunan desa se-

cara partisipatifb. Penerapan Rencana Jangka Menengah Desa

(RPJMDesa)c. Penetapan Rencana Kerja Pembangunan Desa

(RKPDesa)

25. Bidang Penerangan/Informasi dan Komunikasi:a. Penanggulangan bencana alam skala desab. Penyelenggaraan sosialisasi berbagai kebijaksa-

naan daerah melalui media pertemuanc. Pembinaan kelompok-kelompok komunikasi so-

siald. Pembinaan pemancar radio desae. Pemantauan media informasi yang beredarf. Pengelolaan media komunikasi perdesaan

Isi 2.indd 131Isi 2.indd 131 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 132: H_1_180_Isi

132 REVOLUSI DARI DESA

g. Pengembangan jaringan informasi dan komuni-kasi

h. Jenis-jenis informasi pembangunan.

26. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:a. Rekomendasi pembentukan LSM perlindungan

anakb. Pembentukan kelompok bidang sosial dan pem-

berdayaan perempuan.

27. Bidang Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Kelu-arga:a. Penetapan standar keluarga sejahterab. Pemberian rekomendasi penggunaan alat kontra-

sepsic. Pengelolaan standar makanan sehat bagi balitad. Pemasyarakatan keluarga berencana dan keluarga

sehate. Penetapan standar pelayanan keluarga sehatf. Pengembangan gerakan imunisasi dan gizi kelu-

arga

28. Bidang Pemuda dan Olahraga:a. Pengembangan sarana dan prasarana olahragab. Rekomendasi perizinan pembangunan sarana

olahragac. Pembentukan dan pemberdayaan karang tarunad. Peningkatan sumber daya manusia bidang olah-

ragae. Penyaluran pemuda berprestasi bidang olah ragaf. Memfasilitasi pembinaan organisasi dan kegiatan

pemuda, misalnya kelompok pemuda produktif dan grup kesenian budaya

Isi 2.indd 132Isi 2.indd 132 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 133: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 133

g. Pemasyarakatan olahragah. Penyelenggaraan pekan olahraga masyarakati. Pengembangan sarana dan prasarana seni budaya

bagi pemudaj. Memfasilitasi dan mengembangkan olahraga ma-

sya rakat tradisional, misalnya menyiapkan la-pangan dan sarana olahraga lainnya.

29. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa:a. Melakukan identifi kasi potensi sumber daya ma-

nusia tingkat lokalb. Peningkatan peran serta masyarakat desa dalam

pembangunan tingkat lokalc. Penyiapan masyarakat yang menjadi pem ber-

dayaand. Penataan organisasi masyarakat desa

30. Bidang Statistik:a. Pengelolaan dan penyediaan data-data tingkat

lokalb. Penyusunan dan pengelolaan indeks pemba ngun-

an tingkat lokal

31. Bidang arsip dan Perpustakaan:a. Pengadaan dan pengelolaan taman bacaan dan

perpustakaan desab. Pengelolaan perpustakaan buku-buku petunjuk

teknis

Penyerahan urusan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah desa ini merupakan tindak lanjut dari prinsip berbagi kekua-saan (sharing power). Dengan kebijakan itu, pemerintah ber-sama-sama melaksanakan tugas-tugas menyejahterakan rakyat. Penyerahan urusan kepada desa ini merupakan salah satu pi-

Isi 2.indd 133Isi 2.indd 133 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 134: H_1_180_Isi

134 REVOLUSI DARI DESA

ranti utama dalam mewujudkan gerakan di desa. Juga se-bagai motivasi untuk masyarakat agar mau berinovasi dalam pembangunan. Penyerahan urusan kepada desa ini menjadi satu kebijakan strategis, juga sikap serius dan konsisten dalam kerangka membangun kapasitas pemerintahan negara yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Prinsip berbagi kekuasaan/kewenangan menjadi hal pen-ting untuk perhatian kita sebagai pemangku kepentingan di daerah, bahkan para pihak yang berkonsentrasi dalam mendo-rong terwujudnya sebuah pemerintahan yang bekerja untuk kepentingan rakyat. Prinsip pendelegasian kekuasaan ini harus sampai ke tingkat desa untuk mewujudkan kekuatan pemba-ngunan. Tidak seperti yang ada sekarang, semuanya berhenti pada ting kat kabupaten.

Pemerintah pusat hanya melihat masalah sampai di kabu-paten. Padahal, sesuai model GERDEMA, persoalan utama yang harus diselesaikan berada di desa. Oleh karena itu, bo-bot dan kekuatan serta daya karsa pemerintah harus diperkuat sampai pada tingkat pemerintahan desa. Kita harus berani un-tuk konsisten menyelenggarakan pemerintahan negara sampai ke desa. Hal itu harus dilakukan untuk mewujudkan sederet tujuan nasional kita yang tercantum dalam pembukaan UUD ’45, yakni: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ke-

merdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial

Semua tujuan ini tentu tidak semata menjadi nilai, warna, dan atribut pada simbol kekuasaan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten) tetapi harus merasuk sampai ke sendi-sendi

Isi 2.indd 134Isi 2.indd 134 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 135: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 135

dasar kekuasaan negara, yaitu rakyat yang dimanifestasikan dalam pemerintahan desa. Dari sudut pandang keadilan dan pemerataan, maka pembagian kekuasaan ini bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan dan semangat keadilan serta pe-merataan di semua wilayah terutama desa. Penyerahan urusan ini menjadi dasar dan motivasi desa dalam menyelenggarakan secara penuh pemerintahan desa.

Langkah selanjutnya dari penyerahan urusan itu adalah sosialisasi, pelatihan, pembinaan dan pendampingan kepada desa oleh SKPD agar aparatur desa dapat mengerti dan me-nguasainya. Sistem dan mekanisme pelaksanaan dari masing- masing urusan ini mengandung nilai strategis, yaitu:a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa ini memberi daya

dorong yang kuat dalam mengelola berbagai fungsi, ter-utama mengelola dana untuk kepentingan pem bangunan desa.

b. Terbentuknya kemampuan di desa dalam menjalankan prin sip pelayanan oleh aparatur pemerintah desa, sesuai dengan Keputusan Menpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003 ten tang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Pedoman itu terdiri dari 14 unsur, yaitu: 1. Prosedur pelayanan2. Persyaratan pelayanan3. Kejelasan petugas pelayanan4. Kedisiplinan petugas pelayanan5. Tanggung jawab petugas pelayanan 6. Kemampuan petugas pelayanan7. Kemampuan petugas pelayanan8. Kecepatan pelayanan9. Keadilan mendapatkan pelayanan10. Kesopanan dan keramahan petugas, 11. Kewajaran biaya pelayanan12. Kepastian biaya pelayanan

Isi 2.indd 135Isi 2.indd 135 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 136: H_1_180_Isi

136 REVOLUSI DARI DESA

13. Kepastian jadwal pelayanan14. Kenyamanan lingkungan, dan keamanan pelayanan

B. Nilai Capaian Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)Sebagai sebuah model aplikatif tentu kita ingin melihat dengan jelas bagaimana konsep, implementasi, dan capaiannya. GERDEMA memiliki nilai capaian yang menggambarkan profi l ideal desa yang mandiri dalam kapasitas mental, moral birokrasi, dan pembangunan desa.

GERDEMA memiliki 13 (tiga belas) nilai ideal yang harus dicapai sebagai perwujudan keberhasilannya, yaitu:

1. Tumbuh Dinamisnya Partisipasi Masyarakat yang Tulus, Bersih dan Berkomitmen dalam Proses Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Keberhasilan utama yang ingin dicapai dalam pem-bangunan, baik nasional maupun daerah, terutama di desa, termasuk GERDEMA di Malinau, dapat kita lihat dari bertumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melibatkan diri dalam berbagai aktivitas pembangunan. Kesadaran masyarakat desa yang tumbuh dengan dinamis dan antusias untuk membangun desanya akan sangat menentukan keberhasilan desa. Maju dan mundurnya pembangunan desa sangat ditentukan oleh seberapa besar keterlibatan dan kontribusi masyarakat. Keterlibatan tersebut dapat dilihat dari sejumlah hal, yaitu:a. Masyarakat terlibat aktif dalam proses demokrasi di desa,

melalui mekanisme Pra-Musrenbangdes dan Musren-bangdes yang dilaksanakan setiap tahun, pemilihan kepala desa, serta pemilihan umum.

b. Masyarakat aktif bersama-sama warga desa untuk ber-gotong royong dalam kegiatan bakti desa dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh kelembagaan di desa.

Isi 2.indd 136Isi 2.indd 136 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 137: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 137

c. Masyarakat aktif dan bersemangat untuk berswadaya membangun desa sesuai kemampuan serta keikh lasan-nya.

d. Masyarakat terlibat aktif dan bersemangat untuk turut menjaga persatuan dan kesatuan hidup di dalam desa.

e. Masyarakat terlibat aktif dan bersemangat menjaga ke-tenteraman dan ketertiban di dalam desa bersama masya-rakat desa dan aparat keamanan desa, karena merupakan tempat mereka hidup.

f. Masyarakat terlibat aktif dan bersemangat menjaga sua-sana kondusif di desa untuk bertumbuhnya kehidupan yang aman, nyaman, dan damai terutama bagi generasi penerus di desa.

g. Masyarakat aktif dan semangat bergiat membangun perekonomian desa.

h. Masyarakat terlibat aktif dan semangat membangun keluarga yang sejahtera, baik, mental, moral, ekonomi, sumber daya intelektual dan kesehatan keluarga.

Partisipasi merupakan nilai strategis dari suksesnya gerakan di desa. Tidak akan ada gerakan tanpa adanya partisipasi. Partisipasi mengandung makna kesadaran masyarakat un-tuk berbuat bersama-sama menangani persoalan dan pe-nataan layanan kepentingan desa. Partisipasi juga mengan-dung makna bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan kekuatan yang ada pada mereka sendiri.

2. Tumbuh dan Berkembangnya Demokrasi di Desa Gerakan Desa Membangun menempatkan seluruh ma-

syarakat desa sebagai kekuatan pembangunan. Oleh karena itu, penyatuan pandangan dan konsep pembangunan di-lakukan melalui komunikasi individual dan lintas peran serta fungsi di desa melalui berbagai lembaga, terutama me-

Isi 2.indd 137Isi 2.indd 137 9/17/2014 8:48:06 PM9/17/2014 8:48:06 PM

Page 138: H_1_180_Isi

138 REVOLUSI DARI DESA

lalui mekanisme Lembaga Partisipasi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (LP3MD) dan Forum Pe-rencanaan Partisipatif Pembangunan Desa (FP3D).

GERDEMA juga membangun semangat berdemokrasi. Setiap individu masyarakat mempunyai kedudukan yang sama tanpa melihat perbedaan latar belakangnya serta memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat dalam ber-bagai forum secara proporsional dan bertanggung jawab. Demokrasi merupakan kekuatan yang menghidupkan GERDEMA. Melalui proses ini terbuka kesempatan ber-peran bagi semua pihak untuk berkontribusi mem bangun desanya. Demokrasi juga akan mendatangkan berbagai nilai tambah karena pemikiran yang lahir dan berkembang akan memperkaya nilai hidup masyarakat. Ujungnya adalah penguatan tata kelola pemerintahan yang baik.

Kita harus menyadari sesungguhnya nilai yang sangat kokoh dan ideal dalam kehidupan masyarakat adalah musyawarah dan mufakat. Kita kenal nilai ini sebagai model demokrasi Pancasila. Sesungguhnya, menjadi sebuah kebanggaan bagi kita, sehingga nilai demokrasi ini harus kita bangun sebagai model khas demokrasi Indonesia. Sampai saat ini, nilai tersebut masih relevan untuk kita kembangkan.

3. Tumbuh Dinamisnya Kepemimpinan di Desa Kepemimpinan desa ini bermakna kolektivitas. Semua

pemimpin lembaga di desa (kepala desa, ketua BPD, ketua LPMD, ketua lembaga adat, ketua PKK, ketua karang taruna, dan lainnya) harus memiliki keahlian dan keterampilan kepemimpinan, agar fungsi lembaganya berjalan baik. Apabila fungsi kepemimpinan ini dapat dijalankan dengan baik, maka GERDEMA pun akan ber-hasil. Sebenarnya hal ini pasti terjadi, karena Pemerintah Kabupaten Malinau memberikan kesempatan tumbuh-

Isi 2.indd 138Isi 2.indd 138 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 139: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 139

nya kepemimpinan melalui penyerahan 31 urusan kepada desa.

Kepemimpinan desa sangat penting dalam mem-berikan arah dan kekuatan pembangunan di desa. Bah-kan boleh disebut kepemimpinan ini sebagai roh dari GERDEMA. Pemerintah Kabupaten Malinau, sebagaima-na telah dijelaskan pada bab sebelumnya, menanamkan nilai-nilai kepemimpinan khas dan spesifi k, untuk para pe-mimpin di desa, yaitu: Kemampuan spiritual: memiliki mental dan moral dan

perilaku yang baik. Kemampuan emosional: rendah hati, sabar, kasih sayang,

jujur, setia, ulet, tekun, ramah, baik hati, tulus, pekerja keras, dll.

Kemampuan intelektual: cerdas, berwawasan luas, inova-tif, kreatif, dan lain-lain.

Kemampuan ekonomi: memiliki sumber pendapatan sah dan produktif, cerdas dalam mengelola sumber penda-patannya, baik untuk konsumsi maupun untuk investasi.

Kemampuan wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalis: cinta NKRI, menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, setia dan taat kepada Pancasila, dan Undang Undang Dasar 1945.

4. Terwujudnya Transparansi di Desa. Penyelenggaraan Gerakan Desa Membangun menganut

semangat pembangunan yang terbuka berdasarkan prinsip dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dari aspek rentang kendali prinsip GERDEMA ini lebih dekat ke-pada rakyat. Penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksa-nakan dengan sifat keterbukaan ini, menjadikan masyara-kat dapat mengakses semua informasi secara langsung, tentang segala sesuatu dalam penyelenggaraan pemerin-tahan desa.

Isi 2.indd 139Isi 2.indd 139 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 140: H_1_180_Isi

140 REVOLUSI DARI DESA

Di dalam era keterbukaan ini, pemerintah desa harus mampu dan siap menyampaikan informasi secara terbuka tentang berbagai kebijakan, terutama menyangkut kebi-jakan publik seperti rencana pembangunan yang menggu-nakan dana masyarakat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan desa mulai dari perencanaan, pengalokasian plafon anggaran, pelaksanaan kegiatan, pengawasan, evalu-asi, dan pelaporan, harus melibatkan masyarakat.

Pemerintahan desa yang menjadi model dalam Gerakan Desa Membangun adalah desa yang dalam menye-lenggarakan pemerintahannya memiliki inisiatif kuat untuk membuka diri terhadap berbagai masukan dan keter libatan masyarakat. Demikian juga sikap keterbukaan dalam pelaksanaannya, termasuk melibatkan masyarakat dalam penyelengaraan pemerintahan, pembangunan, dan pela-yanan publik di desa mereka.

Secara fi losofi s perilaku keterbukaan ini menunjukkan kedewasaan, profesionalisme, kemampuan, nilai ketulusan hati, dan semangat dalam bekerja untuk suatu pengabdian. Pemerintah yang berjiwa terbuka dalam menyelenggarakan pemerintahannya menunjukkan kebesarannya. Sedikit pun tidak ada keraguan dan kekhawatiran, jika seluruh aktivitas-nya diketahui dan ikuti oleh masyarakat.

Keterbukaan ini akan melahirkan beberapa nilai posi-tif yang berdampak langsung terhadap hasil pembangunan, seperti: Tumbuhnya partisipasi yang besar dari masyarakat. Pemerintahan desa mendapatkan dukungan penuh dari

masyarakat. Terjadinya optimalisasi dalam pencapaian tujuan dan

tepat waktu, karena mendapatkan dukungan dari masya-rakat.

Pemerintahan dikelola secara bersih dan bebas dari pe-nyelewengan dan penyimpangan.

Isi 2.indd 140Isi 2.indd 140 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 141: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 141

Terjadi penghematan anggaran, terwujudnya pelayanan publik, terbiayainya seluruh kebutuhan pokok masya-rakat karena ketersediaan anggaran.

5. Terwujudnya Efi siensi di Desa Pemerintahan desa didorong untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan dengan efi sien, produktif, inovatif, dan adil. Masyarakat akan melihat pemerintahan desa yang sederhana, yang memudahkan mereka untuk berpartisi-pasi dan turut mengawasi pemerintahan. Efi siennya peme-rintahan desa juga akan memicu masyarakat untuk makin dinamis dan produktif. Peran serta masyarakat juga akan semakin meningkat, sehingga akan terjadi lingkaran positif kesinambungan pembangunan desa.

Dua hal yang sangat mendasar dalam capaian efi siensi, yaitu: Dengan berjalannya aktivitas pemerintahan, pem-

bangun an, dan pelayanan kepada masyarakat desa, se-perti yang dituangkan dalam konsep GERDEMA, akan menciptakan ketepatan waktu dengan meman faatkan tenaga yang tepat.

Dengan terpusatnya aktivitas pembangunan di desa, akan tercipta rentang kendali yang lebih pendek, sehing-ga menciptakan kecermatan di dalam pemantauan, pe-ngendalian, dan pengelolaan. Demikian juga akan lebih maksimal pelaksanaannya terutama dalam mendayagu-nakan kekuatan yang tersedia dengan baik di desa. Man-faatnya menjadi semakin lebih besar karena tepat guna bagi masyarakat.

Dari catatan ini, pelaksanaan GERDEMA yang mengan-dung nilai efi siensi, secara langsung akan menjadi daya ungkit dalam memaksimalkan pencapaian tujuan pem-bangunan secara menyeluruh. GERDEMA mengharuskan

Isi 2.indd 141Isi 2.indd 141 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 142: H_1_180_Isi

142 REVOLUSI DARI DESA

ketepatan waktu, tenaga, dana, dan daya guna sehingga melahirkan tabungan modal pembangunan yang besar pada sektor lainya (Saving Capital Development).

6. Terwujudnya Efektivitas di Desa Sebelum GERDEMA berlangsung, kegiatan pemerintahan

desa masih tidak efektif. Banyak hal mubazir yang terjadi sehingga tidak bermanfaat secara maksimal bagi masyara-kat. Pembangunan pun menjadi tidak tepat sasaran. GER-DEMA memicu terjadinya efektivitas di desa, karena masyarakat desa itu sendirilah yang melakukan semua ke-giatan. Inisiatif dari mereka, perencanaan dari mereka, dan mereka pula yang melaksanakannya. Dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pembangunan, maka efektivitas lebih terjamin. Sudah pasti terjadi peningkatan mutu kegiatan, penghematan biaya, dan peningkatan vo-lume kegiatan.

7. Terbangunnya Budaya Swadaya di Desa Model pembangunan yang melibatkan masyarakat se-

ca ra langsung ini, menjadi wahana yang sangat baik un-tuk mengukur nilai budaya swadaya masyarakat, yang merupakan indikator potensi pembangunan desa. Besar -nya nilai swadaya masyarakat dalam melaksana kan pem-bangunan di desanya menunjukkan tingkat kemampuan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan.

GERDEMA sebagai model dari masyarakat yang ber dikari, menempatkan swadaya sebagai peluang dan kekuatan pembangunan. Masyarakat berpartisipasi secara sukarela dalam melaksanakan Gerakan Desa Membangun. Sumbangan tenaga, pikiran, dan material dari masyarakat menjadi modal suksesnya pembangunan melalui GERDE-MA yang akan bernilai tinggi.

Semakin tinggi tingkat swadaya maka semakin tinggi pula efi siensi dan efektivitas serta partisipasi pembangunan

Isi 2.indd 142Isi 2.indd 142 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 143: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 143

desa. Partisipasi dan swadaya masyarakat sebenarnya sudah menjadi budaya kita, yang dapat kita kenali dalam bentuk toleransi, sukarela, dan gotong royong.

8. Tumbuhnya Prinsip Pemberdayaan di Desa Pemberdayaan merupakan salah satu kunci keberhasilan

Gerakan Desa Membangun. Pemberdayaan adalah ke-mam puan masyarakat melakukan sendiri kegiatan pem-bangunan. Jika masyarakat berdaya, maka pembangunan akan berjalan baik dan berkesinambungan. Pemkab Malinau menyiapkan pemberdayaan masyarakat sejak dica-nang kannya GERDEMA. Masyarakat harus diberdayakan dalam segala sektor, tanpa kecuali, termasuk kemampuan dalam merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan meng awasi serta mengendalikan program pembangunan.

Seperti sudah dikupas pada bagian sebelumnya, kita menghadapi masalah rendahnya kualitas SDM. Kemam-puan rata-rata masyarakat kita masih tidak memadai. Kondisi ini menyebabkan pemerintah belum percaya pada kemampuan masyarakat desa, sehingga tidak pernah memberdayakan mereka secara maksimal. Namun, GER-DEMA berbeda. Melalui gerakan ini, secara paralel ma-syarakat diberdayakan sambil secara perlahan memberikan kepercayaan kepada mereka. Itulah sebabnya, dalam GER-DEMA Pemkab Malinau berani menyerahkan 31 urusan kepada desa. Pemkab berani karena pada saat bersamaan, kami juga memberdayakan masyarakat dengan bekal pem-binaan dan pelatihan serta pendampingan.

9. Terbangunnya Budaya dan Perilaku Keberpihakan Kepada Kelompok Masyarakat yang Tidak Mampu Secara Sosial dan Ekonomi

Pemerintah harus mengubur paradigma lama, yang mela -kukan kegiatan pembangunan hanya berdasarkan sudut

Isi 2.indd 143Isi 2.indd 143 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 144: H_1_180_Isi

144 REVOLUSI DARI DESA

pandangnya sendiri. Bahkan sering terjadi hanya untuk menghabiskan anggaran dan untuk kepentingan sektornya sendiri. GERDEMA mengubah itu semua dan mengharus-kan seluruh aparat pemerintah berpihak pada kepentingan masyarakat.

Segala sesuatu yang akan dilakukan harus memperha-tikan masyarakat miskin dan tidak berdaya atau tindakan yang memperkuat masyarakat desa. Tindakan ini harus lahir dari kesadaran dan sikap peduli terhadap kepentingan ma-syarakat kecil. Juga harus menjadi perilaku dan pola pikir se-tiap insan pembangunan di semua level pemerintahan.

10.Bertumbuhnya Budaya dan Perilaku Inovatif di Desa Inovasi adalah sebuah kreasi dan implementasi formula

baru dalam berbagai bidang, baik aktivitas, produk, sistem kebijakan maupun sistem pelayanan. Dengan inovasi, pemerintah dan masyarakat akan mendapatkan nilai tam-bah. Pemerintah harus berani lebih kreatif, mengambil tin-dakan yang tidak umum, berani mengambil risiko, dan me-macu lahirnya pemikiran baru.

Tiga aspek utama yang menggambarkan kreativitas, yaitu: Kemampuan untuk berpikir luwes, fl eksibel, dan imaji-

natif Berkaitan dengan keahlian yang dimiliki Adanya motivasi dalam diri

Masyarakat sebagai kekuatan pembangunan model GER-DEMA dituntut memiliki perilaku inovatif sebagai budaya dan semangat baru dalam membangun. GERDEMA me-numbuhkembangkan sikap hidup tersebut sampai ke pe-losok desa. Sikap inovatif dapat menghasilkan suasana yang dinamis, kreatif, demokratis, bahkan kondusif. Gerakan Desa Membangun, memberikan ruang yang sangat besar, untuk terjadinya perilaku inovasi.

Isi 2.indd 144Isi 2.indd 144 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 145: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 145

11.Bertumbuhnya Sektor Produksi di Desa Ciri yang sangat menonjol yang menunjukkan keberhasilan

Gerakan Desa Membangun adalah terjadinya pertumbuhan kehidupan ekonomi rakyat dengan basis produksi di desa. Pertumbuhan sektor produktif ini lahir dari semangat partisipasi dan sinergi di desa. Berkembangnya sektor riil di desa menciptakan peluang yang sangat besar dalam me-macu bertumbuhnya semangat produktif. Semakin giatnya pertumbuhan produksi di desa, maka akan melahirkan ber-bagai kesempatan dan peluang meningkatnya pendapatan bagi masyarakat desa.

Kekuatan desa sangat ditentukan oleh kekuatan ber-produksi. Menguatnya sektor produktif ini menunjukkan lahirnya kekuatan desa yang telah bertumbuh. Kesadaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri terus berkembang maju. Aspek kemajuan ini pada akhirnya se-makin menuntut terjadinya penguatan sektor produktif. Ketika sudah memenuhi pasarnya sendiri, maka pada saat-nya hasil produktivitas itu akan melebar ke pasar-pasar yang lebih luas.

Dalam kaitan ini yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana kekuatan pasar mendorong penguatan pengelo-laan potensi lokal. Dengan terkelolanya potensi lokal akan menjadi daya dorong yang kuat bagi perbaikan sektor eko-nomi masyarakat desa. Ekonomi masyarakat desa yang kuat menjadi salah satu unsur terpenting dalam sistem ketahan-an nasional Indonesia.

12.Terbangunnya Perilaku Bertanggung Jawab dari Para Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Desa

Sikap bertanggung jawab ini merupakan nilai yang me-nunjukkan kedewasaan masyarakat, swasta, dan pemerintah desa. Tanggung jawab mutlak diperlukan untuk memba-ngun profi l pemerintahan desa yang berintegritas. Pemerin-

Isi 2.indd 145Isi 2.indd 145 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 146: H_1_180_Isi

146 REVOLUSI DARI DESA

tah yang bertanggung jawab adalah pemerintah yang sadar akan kewajibannya untuk menyejahterakan rakyat. Dua makna dasar tentang perilaku bertanggung jawab dari para pemangku kepentingan dan masyarakat, yaitu: Siap bertanggung jawab dan menanggung beban sebagai

pihak yang diberi kepercayaan serta amanah. Kesiapan dan kesediaan untuk menjalankan beban tang-

gung jawab berupa tugas dan fungsi yang terkandung di dalam proses dan penyelenggaraan Gerakan Desa Membangun.

Perilaku bertanggung jawab ini merupakan nilai yang amat penting di dalam orgnanisasi. Seorang pribadi akan menjadi bernilai baik apabila dia mampu menunjukkan tanggung jawabnya dalam melakukan sesuatu. Demikian pula masyarakat, yang merupakan kumpulan dari individu. Mereka harus saling bekerja sama, saling menopang, dan mendukung. Mereka harus membangun toleransi antar sesama yang menyatukan diri dalam ikatan masyarakat yang beretika, bermoral, dan berbudaya luhur. Masyarakat yang bertanggung jawab selalu mendahulukan kepentingan umum.

13.Terwujudnya Prinsip dan Nilai Keadilan dalam Masyara-kat Desa

Nilai keadilan merupakan kebutuhan dasar masyarakat desa. Nilai ini terwujud dari pemerintahan yang ber tang-gung jawab. Perlakuan yang tulus dan ikhlas terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan cerminan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Sesuai moto Kabupaten Malinau, yaitu “Bekerja dengan Tulus, Ber-sih, dan Berkomitmen”. Hal ini merupakan indikasi dari sikap adil yang ingin diwujudkan Pemerintah Kabupaten Malinau.

Isi 2.indd 146Isi 2.indd 146 9/17/2014 8:48:07 PM9/17/2014 8:48:07 PM

Page 147: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 147

Untuk mewujudkannya, cara pandang terhadap ni-lai kemanusiaan menjadi sangat penting. Harkat dan mar-tabat manusia menjadi barometer utama dalam mengukur ki nerja pemerintah yang berkeadilan. Nilai keadilan yang dapat kita lakukan secara nyata di masyarakat adalah mewu-judkan kegiatan pembangunan yang seimbang dan sesuai kebutuhan masyarakat. Jika tanggung jawab bersama ini di-jalankan dengan baik serta berjalan secara simultan dan pro-fesional, maka pembangunan akan berhasil.

C. Pilar Kebangsaan sebagai Sasaran Utuh GERDEMAKonsep dasar hidup berbangsa dan bernegara sangat diten-tukan oleh nilai-nilai yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari, tidak lebih dari itu. Keseharian masyarakat yang kita ke-nal sebagai masyarakat bangsa adalah masyarakat yang hidup di perdesaan. Masyarakat yang hidup di tengah hiruk pikuk serta dinamisnya kehidupan lapisan terbawah atau akar rum-put. Mengenali negara dan bangsa kita tercinta ini sesungguh-nya identik dengan pengenalan kita akan kehidupan kesehari-an di desa. Jika kita ingin memperkuat pilar bangsa dan negara, maka kita harus memulainya dari desa.

Sudahkah kita mengenal nilai-nilai dasar bangsa kita? Sudahkah kita menggali nilai-nilai itu dari sumber aslinya? Pertanyaan inilah yang sesungguhnya menjadi catatan penting untuk dijawab dengan baik. Kita harus tahu di mana nilai itu digali, dibangun, dan ditanam. Kondisi sekarang cukup meng-khawatirkan bukan? Nilai-nilai kebangsaan kita tampak sema-kin luntur dan suram.

Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) sebagai model pembangunan bertujuan mengembalikan nilai-nilai luhur tersebut. Nilai asli yang tumbuh di masyarakat yang dipolakan secara sistematis. Nilai kebaikan seperti ramah tamah, tole-ransi, kekeluargaan, musyawarah, dan gotong royong, dikem-

Isi 2.indd 147Isi 2.indd 147 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 148: H_1_180_Isi

148 REVOLUSI DARI DESA

balikan rohnya ke tempat sebagaimana mestinya. GERDEMA menghadirkan kembali nilai dan perilaku tersebut, di tengah masyarakat desa. Dengan berkembangnya nilai-nilai tersebut, maka GERDEMA ikut serta memperkuat ajaran empat pilar kebangsaan,yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti yang digambarkan dalam gambar dibawah ini:

Keinginan politik bangsa kita (political will) apa pun stra-tegi yang dijalankan memiliki tujuan utama yaitu kesejahte-raan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan itu, kita harus melalui nilai-nilai luhur bangsa yang kokoh. Oleh sebab itu, harus ada konsistensi yang terus menerus dari kita semua untuk menata nilai luhur di dalam keseharian hidup masyarakat. Proses dan mekanisme Gerakan Desa Membangun melahirkan nilai utama yang merupakan nilai luhur bangsa dan sangat relevan di tengah masyarakat desa.

Konsep pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Ma-linau yaitu GERDEMA, bertumpu pada kekuatan rakyat.

Isi 2.indd 148Isi 2.indd 148 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 149: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 149

Peran pemerintah desa, unsur masyarakat, dan keterlibatan kelompok swasta, sangat besar dan aktif. Kolaborasi antara kekuatan pemerintah, masyarakat, dan swasta, melahirkan konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dengan berperannya semua unsur strategis di desa, maka akan mela-hirkan fungsi yang baik dari pemerintahan desa dan pelayanan umum kepada seluruh masyarakat. Terselengaranya tiga fungsi ini dengan baik akan melahirkan nilai-nilai utama—13 nilai utama yang sudah dikupas pada bagian sebelumnya—yang menjadi kekuatan dalam mewujudkan tiga sasaran utama dari Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) yaitu, terwujudnya Kabupaten Malinau yang Aman, Nyaman dan Damai.

Dengan terlaksananya mekanisme dan proses tersebut dengan sebaik-baiknya, maka akan menjadi kekuatan dan polarisasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditopang oleh semangat Empat Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai roh dan kewi-bawaan bangsa Indonesia.

D. Sistem dan Mekanisme Perencanaan GERDEMASetiap program pembangunan harus disertai dengan sistem dan mekanisme yang baik jika ingin berjalan dengan sukses. Demikian pula GERDEMA. Konsep yang baik tidak akan ber-jalan sesuai harapan, jika sistem dan mekanisme perencanaan-nya buruk. Oleh karena itu, saya sudah menyusun sistem dan mekanisme perencanaan GERDEMA yang tepat demi keber-hasilan konsep ini. Sistem dan mekanisme disesuaikan dengan karakter dan keunggulan masing-masing wilayah, yang berbe-da satu dengan lainnya.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa konsep GERDEMA mempunyai pendekatan fokus ke desa. Masya-rakat desa adalah kekuatan strategis pembangunan, sehingga wajib dilibatkan secara penuh. Kebijakan ini terbukti dapat

Isi 2.indd 149Isi 2.indd 149 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 150: H_1_180_Isi

150 REVOLUSI DARI DESA

dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Malinau, sejak 2012 lalu. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dari sistem dan mekanisme perencanaan GERDEMA:

1. Pra-Musrenbangdes Tahapan ini sangat penting dan strategis karena pada tahap

inilah dilakukan identifi kasi masalah dan pemberian bobot melalui pemetaan potensi yang ada di desa. Untuk melak-sanakan pembangunan desa, perlu dirumuskan tindak-an yang harus dilakukan. Langkah ini dilakukan melalui pemetaan masalah di desa. Dengan demikian secara me-nyeluruh kita memahami kondisi dan karakter desa, sehing-ga kita mudah untuk menetapkan langkah konkret sesuai dengan bidang permasalahannya.

Kegiatan pemetaan potensi dan masalah desa dilakukan oleh berbagai pihak dan institusi, yaitu: DPRD Wiraswasta Satgas khusus Perguruan Tinggi Tokoh masyarakat Tokoh Agama Tokoh Adat Para pejabat daerah serta Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

Semua pihak tersebut dikoordinasi oleh Lembaga Partisi-pasi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (LP3MD). Hasilnya merupakan sekumpulan rencana ke-giatan yang akan disepakati dan diformalkan melalui me-kanisme diskusi dan pembahasan dalam Forum Perenca-naan Partisipatif Pembangunan Desa (FP3D). Tahapan Pra-Musrenbangdes ini merupakan ciri khas GERDEMA. Ada dua hal pokok yang menandakan Pra-Musrenbangdes

Isi 2.indd 150Isi 2.indd 150 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 151: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 151

ini sebagai sebuah model perencanaan yang khas dan sa-ngat strategis.

Pertama: Bahwa kegiatan pembangunan yang telah disepakati itu merupakan rumusan dari pemikiran berbagai lapisan masyarakat dan segenap komponen dari semua tingkatan pemerintahan. Kedua: Kita mengenal mekanisme dalam tahapan sistem peren-canaan terutama pada proses pembahasan anggaran antara peme rintah dan legislatif. Biasanya mekanisme ini disebut jaring asmara. Berbagai isu dan masalah diper-oleh dari hasil kun jungan kerja ke desa dan kecamatan. Substansi jaring asmara ini pada prinsipnya merupakan sesuatu yang baik. Namun, akuntabilitasnya masih dira-gukan karena tidak melibatkan masyarakat secara lang-sung seperti pra-musrenbangdes. Dalam GERDEMA, hasil dari jaring asmara masih bisa dipergunakan jika disampaikan kepada masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan dalam pra-musrenbangdes.

2. Musrenbangdes Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa ini meru-

pakan forum formal di desa, yang diselenggarakan oleh LPMD. Musrenbangdes dilaksanakan setiap tahun, mem-bahas berbagai usulan kegiatan pembangunan. Tahapan ini dilaksanakan setelah kegiatan Forum Perencanaan Par-tisipasi Pembangunan Desa (FP3D). Bobot pembahasan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa asumsi, yaitu:

Isi 2.indd 151Isi 2.indd 151 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 152: H_1_180_Isi

152 REVOLUSI DARI DESA

a. Berdasarkan kebutuhan desa, apakah kegiatan yang dilakukan itu benar-benar menjadi kebutuhan desa yang strategis menjawab tantangan pembangunan desa?

b. Apakah kegiatan yang dibahas memiliki tingkat akse-sibilitas yang tinggi dalam pembangunan desa? Apakah kegiatan itu memberi pengaruh yang cukup baik dan strategis dalam mendorong terjadinya petumbuhan di desa?

c. Seberapa besar pengaruh manfaat kegiatan tersebut dalam mendukung prospektif pengembangan wilayah yang dikaitkan dengan upaya menciptakan jaringan kerja wilayah pembangunan yang harus saling memberi daya dukung.

d. Apakah kegiatan itu sesuatu yang sangat spesifi k karena memiliki nilai unggulan?

e. Semua ini harus dibahas dengan mendalam karena sangat memengaruhi capaian pembangunan secara me-nyeluruh. Musrenbangdes merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dan erat kaitannya sebagai dokumen utama dalam perencanaan pembangunan daerah.

Musrenbangdes memiliki dua pendekatan utama, yaitu: Pertama, kegiatan untuk membahas program sesuai plafon

yang akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Kedua, menentukan kegiatan yang dibiayai melalui me-kanisme sektoral dan bantuan keuangan ke desa.

3. Musrenbangcam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan

ini me rupakan suatu proses dalam rangka upaya untuk me n yin kronkan berbagai program dan kegiatan dari ber -bagai desa untuk diteruskan sebagai bahan pem ba hasan pada musrenbang tingkat kabupaten. Dalam tahap ini, tidak ada

Isi 2.indd 152Isi 2.indd 152 9/17/2014 8:48:08 PM9/17/2014 8:48:08 PM

Page 153: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 153

upaya mengeliminasi atau meng hilang kan kegiatan yang telah diusulkan oleh desa, tetapi memberikan pertimbangan formal dan fi losofi s kepada desa untuk memutuskan sejauh mana kegiatan itu benar-benar memenuhi azas perencanaan, yaitu berdasarkan pertimbangan aspek ke-butuhan, aksesibilitas, pengem bangan wilayah, dan per-timbangan aspek unggulan.

4. Musrenbang Kabupaten Tahapan ini merupakan kegiatan puncak dari perencanaan

daerah, yang dilakukan secara lintas sektor dengan me-libatkan semua pemangku kepentingan, baik dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, serta melibatkan peme-rintah provinsi dan pemerintah pusat. Dalam konsep GERDEMA, musrenbang kabupaten ini berguna untuk membahas berbagai usul dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berasal dari dokumen Pra-Musren-bangdes dan Musrenbangdes.

Prinsip dasar GERDEMA adalah semua kegiatan bera-sal dari rakyat, dilaksanakan oleh rakyat, dan bermanfaat untuk rakyat (bottom up). Tidak dikenal lagi konsep top down yang mengabaikan suara rakyat, seperti yang terjadi selama ini. Semua kegiatan pembangunan harus bersumber dari dokumen perencanaan desa. Tidak boleh ada pengu-rangan sedikit pun.

5. Fungsi Pengawasan Dalam Model Gerakan Desa Membangun, pengelolaan

keuangan desa merupakan kesatuan dari pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, pengawasannya dilaku-kan secara melekat oleh pimpinan dan unit terkait di desa, khususnya oleh inspektorat kabupaten secara rutin dan prosedural. Hasil pengawasan ini dijadikan bahan penyem-purnaan kegiatan pada tahun berikutnya, terutama yang di-

Isi 2.indd 153Isi 2.indd 153 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 154: H_1_180_Isi

154 REVOLUSI DARI DESA

lakukan melalui mekanisme kerja LP3MD dan perbaikan serta pembinaan kepada desa dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD).

Prinsip pengelolaan keuangan berdasarkan sistem Ge-rakan Desa Membangun, membawa konsekuensi kepada tanggung jawab yang besar dari pemerintah desa. Peme-rintah desa menjadi salah satu parameter dalam mengukur kinerja daerah. Keberhasilan dan baiknya kinerja daerah ditentukan oleh kondisi keuangan pemerintah desa dalam mengelola APBDes.

Oleh sebab itu kemampuan dan semangat pengelolaan keuangan desa sudah harus berbasiskan kinerja keuangan daerah, sebagaimana diatur oleh ketentuan bidang pengelo-laan keuangan daerah. Langkah monitoring ini sangat pen-ting dilakukan. Disamping untuk perbaikan administrasi, juga dalam rangka terus-menerus meningkatkan kualitas mutu serta melakukan langkah inovatif agar dapat terba-ngun kreasi-kreasi baru dalam berbagai kegiatan.

6. Umpan Balik Hasil Pengawasan Prinsip dasar dari pengawasan terhadap desa adalah

pembinaan dan pengendalian dalam rangka pemberdayaan fungsi pemerintahan desa dan membangun partisipasi berbagai peran dalam masyarakat. Oleh sebab itu, semua hasil yang diperoleh harus ditindaklanjuti dan dijadikan bahan untuk memformulasikan kembali kegiatan pada tahun berikutnya.

Sebagai sebuah model konsep pemerintahan dan pem-bangunan, maka GERDEMA memiliki sistem operasio-nalisasinya. Hal ini sangat mendasar untuk menunjukkan nuansa dan semangat sebuah model sebagai suatu para-digma baru pembangunan yang dimiliki Kabupaten Malinau. Sistem operasionalisasi GERDEMA memiliki nilai:

Isi 2.indd 154Isi 2.indd 154 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 155: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 155

Partisipasi Demokratisasi Efi siensi Efektivitas Transparansi Inovasi Memiliki mekanisme yang konkret, mendasar, dan luas

sehingga benar-benar mampu berfungsi sebagai sarana dan prasarana perencanaan otonom dan strategis bagi desa.

Untuk lebih jelasnya dapat kita pahami dalam gambar di bawah ini:

Sistem dan Mekanisme Perencanaan GERDEMA

E. Mekanisme Pelaksanaan Keuangan GERDEMAPola keuangan GERDEMA dilaksanakan sesuai dengan meka nisme pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sumber utama sebagai kekuatan pengelolaan keuangan desa adalah Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Proses pelaksanaan

Isi 2.indd 155Isi 2.indd 155 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 156: H_1_180_Isi

156 REVOLUSI DARI DESA

APBDes ini dilakukan dengan berpedoman kepada Peraturan Bupati Malinau (Perbup) Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Peraturan Bupati ini mengatur tentang: Pertama: Azas pengelolaan keuangan desa yang meliputi transparansi,

akuntabilitas, partisipatif, tertib, dan disiplin anggaran. Kedua: Aspek kekuasaan pengelolaan keuangan desa, yang mene-

gaskan kepala desa sebagai kepala pemerintahan selanjutnya menjadi pemegang otoritas pengelolaan keuangan desa dengan diberi kewenangan yang kuat untuk mengelola kebijakan keuangan desa bersama sekretaris dan perangkat desanya.

Ketiga: Peraturan bupati ini mengatur secara teknis mendalam dan

menyeluruh struktur APBDes, baik itu berkenaan dengan pendapatan, belanja, pembiayaan maupun mengatur berbagai sumber pendapatan desa yang resmi dan mengikat.

Keempat: Mengatur pola, mekanisme, dan prosedur penyusunan ran-

cangan APBDes yang berpedoman kepada Rencana Pem-bangunan Jangka Panjang Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). Mengatur mekanisme penetapan rancangan APBDes, menegaskan mekanisme evaluasi rancangan APBDes, menegaskan me-kanisme dan prosedur pelaksanaan APBDes.

Kelima: Mengatur pola dan mekanisme adanya perubahan APBDes

yang wajib dilakukan setiap tahun berjalan. Pola ini adalah

Isi 2.indd 156Isi 2.indd 156 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 157: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 157

konsekuensi dalam prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang otonom.

Keenam: Mengatur mekanisme dan teknis penatausahaan APBDes.

Pada bagian ini secara tegas mengatur tentang berbagai teknis pelaksanaan penerimaan, pengeluaran serta berbagai pengaturan teknis kebijaksanaan keuangan desa.

Ketujuh: Mengatur pola dan mekanisme pertanggungjawaban dan

laporan pelaksanaan APBDes yang sarat dengan kegiatan tata kelola administrasi keuangan desa yang dilakukan oleh aparatur pemerintah desa.

Kedelapan: Mengatur secara teknis pola, mekanisme, dan prosedur penge-lolaan dana GERDEMA yang meliputi aspek tujuan: Dialokasikannya dana Pola pengelolaan dana Mekanisme penyaluran dana Pola pelaksanaan kegiatan GERDEMA, Pola pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan

desa.

Setelah ditetapkannya peraturan desa tentang APBDes ini, maka dana yang sudah ada dalam rekening desa dapat dicairkan melalui mekanisme Pelaksana Teknis Pengelo-laan Ke uangan Desa (PTPKDes). Besarannya sesuai dengan peng ajuan pertanggungjawaban kegiatan serta kebutuhan pembiayaan dari pemerintahan desa. Dana itu harus secara berkala dipertanggungjawabkan dan menjadi dasar pencairan dana alokasi kegiatan berikutnya.

Isi 2.indd 157Isi 2.indd 157 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 158: H_1_180_Isi

158 REVOLUSI DARI DESA

F. Pengawasan Dana Gerakan Desa Membangun (GERDEMA)Pertanggungjawaban dana dalam GERDEMA merupakan suatu kemutlakkan yang harus dilakukan oleh pemerintah desa. Hal ini dilakukan tidak lain, karena dana yang dikelola oleh desa merupakan dana yang bersumber dari APBD kabupaten. Pengelolaannya harus sesuai dengan ketentuan, dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mekanisme pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan terhadap dana GERDEMA ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan mekanisme pengawasan, baik secara internal oleh inspektur maupun secara eksternal yang dilakukan oleh BPKP dan BPK.

Sebagaimana mekanisme pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan daerah pada umumnya, maka setiap penge-luaran dana harus disertai dengan: Pembuktian dokumen yang sah Didukung oleh berbagai dokumen pembuktian berupa

bukti surat keterangan, rekomendasi, dan kuitansi. Dokumen foto kegiatan yang sedang dan telah dilaksa na-

kan. Semua itu harus dilakukan melalui proses manual atau

melalui mekanisme sistem teknologi informasi.

Sebagai suatu kewajiban formal dan moral, kepala desa sebagai kepala pemerintahan dan sebagai pengguna anggaran harus selaras dengan ketentuan yang berlaku, yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dan menjadikannya sebagai pedoman dalam mengelola kegiatan pembangunan di desa. Semua unit kerja sebagai birokrasi desa dan segenap kelembagaan di desa digerakkan untuk bekerja sesuai ke ten-tuan dan aturan yang berlaku.

Pelaksanaan GERDEMA yang tergambar dalam gerak birokrasi desa melekat dengan prinsip pengawasan secara konsisten, meliputi:

Isi 2.indd 158Isi 2.indd 158 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 159: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 159

1. Pengawasan Internal Pengawasan internal dilakukan oleh: Fungsi kepemimpinan aparatur dalam rangka meng-

arahkan pelaksanaan tugas teknis tetap berjalan secara konsisten berdasarkan aturan yang berlaku.

Fungsi pengawasan secara langsung oleh Inspektur Kabu paten Malinau dalam mengawasi pengelolaan admi nistrasi keuangan daerah, berdasarkan prosedur dan sistem pengawasan internal yang dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintah.

Fungsi pengawasan evaluasi dan pengendalian program GERDEMA yang dilakukan oleh Forum Partisipasi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (LP3MD). Pelaksanaan pengawasan ini bertujuan untuk memberi pembinaan kepada desa agar tetap konsisten dalam menjalankan GERDEMA. Hasil evaluasi yang dilakukan akan menjadi bahan untuk meningkatkan pelaksanaan pada tahun berikutnya.

2. Pengawasan Eksternal. Fungsi pengawasan eksternal ini dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tujuannya untuk meng -arahkan pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat sesuai sistem dan prosedur penge-lolaan keuangan daerah. Pemerintah desa bertanggung jawab untuk mengelola keuangan desa dan kegiatan pem-bangunan dari sumber bantuan keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten.

Untuk lebih meningkatkan mutu penyelenggaraan GER-DEMA agar menjadi lebih berkualitas, maka dilakukan dua prinsip utama pengawasan:

Isi 2.indd 159Isi 2.indd 159 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 160: H_1_180_Isi

160 REVOLUSI DARI DESA

1. Pengawasan preventif, yaitu tindakan pengawasan yang ditujukan pada upaya pencegahan agar tidak terjadi pe-nyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Tindakan ini dilakukan melalui sosialisasi produk hukum, pelatihan, dan pendidikan, serta bimbingan dan pendampingan teknis

2. Pengawasan represif, yaitu pengawasan dengan melakukan penindakan apabila terjadi penyalahgunaan wewenang yang merugikan negara. Pengawasan ini bersifat menekan kekeliruan dan kesalahan yang terjadi dalam sistem pelak-sanaan tugas.

Model GERDEMA menekankan pada pengawasan pre-ventif yang dilakukan oleh pengawas internal. Tujuannya ada lah agar semua pihak memiliki disiplin tinggi dalam melaksanakan program sesuai dengan aturan. Harus diakui bahwa aparatur pemerintah dan lembaga di desa, belum sepenuh nya menguasai tugas dengan baik. Oleh sebab itu, kita harus bijaksana dalam melakukan pengawasan dan pembi-naan untuk meningkatkan kemampuan individual dan kelem-bagaan di desa.

Isi 2.indd 160Isi 2.indd 160 9/17/2014 8:48:09 PM9/17/2014 8:48:09 PM

Page 161: H_1_180_Isi

Keberhasilan selalu menjadi kebanggaan setiap individu atau kelompok atas segala sesuatu yang telah sukses dilakukan. Dapat dipastikan bahwa semua semua

orang mendambakan suatu keberhasilan dalam setiap usaha dan pekerjaannya. Keberhasilan bukan kata akhir, melainkan suatu ukuran untuk menilai apa yang telah dikerjakan. Dari pencapaian itu, kita akan mengetahui apakah telah berhasil dengan baik atau justru sebaliknya. Apapun kondisinya, tetap akan berguna untuk evaluasi pekerjaan dan memperbaiki kegiatan berikutnya.

Demikian pula halnya, penyelenggaraan GERDEMA sebagai sebuah model pembangunan yang implementatif, konkret, dan berpihak kepada rakyat. Secara konsisten, Peme-rintah Daerah Kabupaten Malinau menjalankan GERDEMA sejak tahun 2012 hingga kini. Dalam menjalankan model ini, Pemerintah Daerah Malinau cukup menghadapi banyak tantangan. Bagaimana pun, konsep ini merupakan sesuatu yang baru, sehingga menuntut perubahan besar dari setiap pihak yang terlibat. Sebagaimana setiap gerakan perubahan yang selalu menghadapi kemapanan, pelaksanaan GERDEMA pun

Rekam Jejak Sebelum dan Setelah GERDEMA

Bab VII

Isi 2.indd 161Isi 2.indd 161 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 162: H_1_180_Isi

162 REVOLUSI DARI DESA

menghadapi situasi kemapanan, perilaku mental, budaya dan mindset yang lama, seperti suka dilayani, suka dihormati, suka berkuasa (feodal) dari jajaran pemerintahan (para teknokrat), demikian juga sikap mau menang sendiri (ego sektoral).

Dari berbagai pihak, muncul sikap yang sinis dan meng-anggap perubahan sebagai kesia-siaan. Sebagian bahkan cenderung menolak dan bersikap menentang perubahan para digma pemerintahan dan pembangunan tersebut. Pada -hal sudah sangat jelas, bahwa sebuah kemajuan tanpa per-ubahan adalah suatu kebohongan. GERDEMA menuntut suatu perubahan tidak hanya pada dimensi visi, tetapi juga perubahan yang hakiki pada perilaku, budaya, dan pola pikir.

Dalam tatanan kepemerintahan, perubahan tidak hanya ter jadi pada tingkat pemerintahan desa dan kecamatan, tetapi juga perubahan mendasar pada lingkungan strategis peme-rintahan daerah kabupaten, yaitu: Bupati dan Wakil Bupati DPRD SKPD Berbagai institusi kelembagaan daerah

Sesungguhnya perubahan penting dan masif harus terjadi pada level pemerintahan tingkat atas. Kondisi pembangunan yang selama ini terjadi tidak menyentuh persoalan dasarnya akibat sikap dan perilaku para elite sebagai pembuat kebijakan yang menetapkan strategi pembangunan beserta dengan perangkat aturannya (Th e think tank and regulator policy).

Mereka menganggap pemerintahan dan masyarakat desa tidak mampu membangun dirinya sendiri. Mereka tidak percaya dan tidak akan pernah berniat memberikan keper-cayaan serta tanggung jawab kepada desa untuk mengelola dirinya sendiri. Sikap itulah yang harus diubah. Cara pandang pesimistis melahirkan perilaku pemerintah yang salah dalam pembangunan desa. Sikap ikut campur berlebihan dalam

Isi 2.indd 162Isi 2.indd 162 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 163: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 163

mengurus dan mengendalikan pemerintahan desa, baik langsung maupun tidak langsung, melalui regulasi sesung-guhnya tidak diperlukan. Satu sikap yang ambivalen, kurang konsisten. Pada tataran aturan semuanya baik dan sangat ideal, namun pada aspek implementasinya tidak berjalan dengan baik, karena sikap yang kurang konsisten dalam menerapkan dan menjalankan apa yang telah digariskan sebagai sebuah kebijakan strategis.

GERDEMA mengubah semua itu, karena model ini mem-berikan kepercayaan penuh kepada desa. Kita tidak perlu membuang waktu, tenaga, pikiran, bahkan dana, untuk ikut campur terlalu besar dalam pembangunan desa. Sebenarnya pemerintah dan masyarakat desa, sudah dapat menanggung dan mengerjakan sendiri urusan pembangunan dan peme-rintahan desanya.

Kita dapat menyaksikan dari perjalanan Gerakan Desa Membangun yang sudah berjalan selama dua tahun lebih, kita patut memberi apresiasi terhadap hasil yang telah dicapai. Semua pihak terkait, khususnya di jajaran pemerintahan daerah kabupaten, yang telah mampu memberi motivasi dalam mendidik dan membina serta melatih aparatur pemerintahan desa dan masyarakatnya. Pemerintah desa, bahkan masyarakat dan pelaku ekonomi desa, yang telah cukup memiliki keyakinan. Tumbuhnya kepercayaan diri dalam menerima tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan pemerintah daerah kepada mereka untuk menyelenggarakan pemerintahan desa demi kepentingan rakyatnya.

Kini mereka memiliki berbagai keterampilan teknis dan kemampuan dalam tata kelola pemerintahan serta secara perlahan telah mampu membangun wawasan kepemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik sebagai kekuatan dalam menyukseskan GERDEMA.

Isi 2.indd 163Isi 2.indd 163 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 164: H_1_180_Isi

164 REVOLUSI DARI DESA

Sebagai bahan kajian dan pemahaman bagi kita, pada bagian ini, akan saya paparkan berbagai pencapaian dari GERDEMA, yang mencakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Pemaparan pencapaian ini dilakukan dengan cara membandingkan kondisi masyarakat sebelum berlakunya GERDEMA dan setelah ber jalannya GERDEMA pada tahun 2012 dan tahun 2013.

Program GERDEMA berjalan mulai dari tahap peren-canaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi dan pelaporan, juga menyangkut dukungan dari berbagai sumber daya, yaitu sumber daya aparatur, masyarakat, ke-uangan, sumber daya alam, hingga peran kepemimpinan di semua tingkatan pemerintahan daerah.

Hasil pelaksanaan GERDEMA yang disajikan diukur ber-da sarkan 12 indikator kinerja yang jelas yaitu: Perencanaan desa Alokasi dana yang langsung dikelola desa Sumber pendapatan desa Kinerja aparatur Pelaksanaan tugas-tugas pemerintah desa Peran dan hubungan antar lembaga desa Pertanggungjawaban keuangan desa Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan Dampak kebijakan Percepatan pembangunan desa (infrastruktur, SDM,

ekonomi kerakyatan, dan reformasi birokrasi) Pola pikir aparat kecamatan dan kabupaten Prinsip penyusunan APBD

Keberhasilan kinerja GERDEMA ditampilkan berdasarkan hasil evaluasi dalam dua tahun, yaitu 2012 dan 2013, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Isi 2.indd 164Isi 2.indd 164 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 165: H_1_180_Isi

Tabe

l 1. P

erba

ndin

gan

Kon

disi

Mas

yara

kat d

an D

esa

Sebe

lum

dan

Set

elah

Pel

aksa

naan

Mod

el G

ERD

EMA

Tah

un 2

012

No

Indi

kato

rSe

belu

m G

ERD

EMA

Sete

lah

GER

DEM

AKe

tera

ngan

1.Pe

renc

anaa

n de

sa

a. P

elak

sana

an M

usre

nban

g d

ak

berja

lan

efek

f ka

rena

min

imny

a ke

terli

bata

n m

asya

raka

t ser

ta

sifat

nya

yang

lebi

h to

p do

wn

b. T

idak

ada

nya

doku

men

pe

renc

anaa

n ya

ng je

las b

aik

RPJM

Des m

aupu

n RK

PDes

c. T

idak

satu

pun

des

a yg

mem

iliki

RP

JMDe

s

a. P

elak

sana

an P

ra-M

usre

nban

gdes

/FP3

D da

n M

usre

nban

gdes

ber

jala

n le

bih

efek

f de

ngan

ke

terli

bata

n se

luru

h un

sur m

asya

raka

t den

gan

pend

ampi

ngan

LP3

MD,

sert

a ha

dirn

ya S

KPD

dala

m

pela

ksan

aan

Mus

renb

angd

es. P

rogr

am-p

rogr

am

tahu

n be

rjala

n la

ngsu

ng b

isa d

iket

ahui

ole

h m

asya

raka

t dan

per

mas

alah

an p

emba

ngun

an ju

ga

bisa

lang

sung

dire

spon

SKP

D.b.

Ters

edia

nya

doku

men

per

enca

naan

des

a de

ngan

bai

k, y

aitu

RPJ

MDe

s dan

RKP

Des

deng

an p

enda

mpi

ngan

SKP

D te

rkai

t dal

am

peny

usun

anny

a.c.

Pad

a ta

hun

2012

(tah

un p

erta

ma

pela

ksan

aan

GERD

EMA)

seba

nyak

68,

60%

des

a te

lah

mem

iliki

RP

JMDe

s dan

sisa

nya,

31,

40%

, mas

ih d

alam

pro

ses

peny

usun

an.

2.

Alok

asi d

ana

yang

la

ngsu

ng d

ikel

ola

desa

Rp20

0–50

0 ju

ta/d

esa

/tah

unRp

1,2

Mili

ar–1

,3 M

iliar

/des

a/ta

hun

Tahu

n pe

rtam

a pe

laks

anaa

n GE

RDEM

A di

alok

asik

an R

p 0,

9–1,

2 M

iliar

/Des

a

3.Su

mbe

r pen

dapa

tan

desa

Be

rsifa

t ban

tuan

keu

anga

n, y

ang

penc

aira

nnya

terp

usat

di p

emer

inta

h ka

bupa

ten

Bers

ifat t

rans

fer,

yang

pen

caira

nnya

lang

sung

mel

alui

ba

nk y

ang

ditu

njuk

ole

h pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

(BN

I 46

)

Isi 2.indd 165Isi 2.indd 165 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 166: H_1_180_Isi

4.Ki

nerja

apa

rat d

esa

a. P

engh

asila

n re

ndah

(Rp8

00 ri

bu/

bula

n)b.

Disi

plin

rend

ah (a

para

t jar

ang

ngan

tor)

. Han

ya a

para

t di k

ota

saja

yan

g ak

f, se

dang

kan

daer

ah

peda

lam

an d

an p

erba

tasa

n,

berk

anto

r di r

umah

mas

ing-

mas

ing.

c. P

eral

atan

pen

unja

ng k

erja

mas

ih

sead

anya

. Han

ya d

esa-

desa

di

seki

tar k

ota

saja

yan

g m

emili

ki

kom

pute

r.d.

Pel

ayan

an m

asya

raka

t mas

ih

sead

anya

kar

ena

dak

did

ukun

g ol

eh p

engh

asila

n da

n pe

rala

tan.

e. S

DM a

para

tur m

asih

min

im k

aren

a fr

ekue

nsi p

ela

han

yan

g m

asih

te

rbat

as (h

anya

dila

kuka

n ol

eh

BPM

D).

a. P

engh

asila

n cu

kup

(Rp1

,2ju

ta/b

ulan

bel

um

term

asuk

hon

or p

enan

ggun

g ja

wab

se a

p ke

giat

an)

b. Te

rjadi

pen

ingk

atan

disi

plin

apa

rat (

hasil

m

onito

ring

dan

eval

uasi

(MO

NEV

) seb

anya

k 61

,68%

apa

rat d

esa

ak f

beke

rja d

i kan

tor,

seba

nyak

38,

32%

ak

vita

s di k

anto

r mas

ih

terb

atas

)c.

Per

alat

an p

enun

jang

ker

ja su

dah

mem

adai

(k

enda

raan

ber

mot

or, k

e n

ng,

lapt

op, p

rinte

r, AC

, dll.

) Sem

ua d

esa

tela

h di

duku

ng o

leh

kom

pute

r da

n pr

inte

r ser

ta k

enda

raan

, bai

k m

otor

mau

pun

ke n

ng

untu

k m

endu

kung

kin

erja

nya.

d. P

elay

anan

mas

yara

kat s

emak

in b

aik

kare

na

didu

kung

ole

h pe

ngha

silan

yan

g cu

kup

dan

pera

lata

n ya

ng m

emad

ai.

e. S

DM a

para

tur s

emak

in b

aik

deng

an se

ringn

ya

dila

ksan

akan

pel

a h

an, b

aik

di k

abup

aten

, ke

cam

atan

mau

pun

desa

(se

ap

tahu

n di

adak

an p

ela

han

unt

uk a

para

t des

a, b

aik

yang

di

laks

anak

an B

appe

da, B

PMD,

bag

ian

keua

ngan

, ba

gian

huk

um d

an b

agia

n Ta

pem

)

5.Pe

laks

anaa

n tu

gas-

tuga

s pe

mer

inta

h de

sa

Hany

a m

elak

sana

kan

tuga

s-tu

gas

atau

kew

enan

gan

yang

seja

k du

lu m

eman

g m

enja

di tu

gas d

an

kew

enan

gan

desa

(bus

sine

ss a

s us

ual)

Adan

ya p

enye

raha

n 33

uru

san

dari

pem

erin

tah

kabu

pate

n ke

pada

pem

erin

tah

desa

(Per

bup

Nom

or

13 Ta

hun

2011

)

Isi 2.indd 166Isi 2.indd 166 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 167: H_1_180_Isi

6.Pe

ran

dan

hubu

ngan

ant

ar

lem

baga

des

a

a. M

asin

g-m

asin

g le

mba

ga b

erja

lan

send

iri-s

endi

ri ka

rena

pel

aksa

naan

pe

mba

ngun

an b

ersif

at to

p do

wn

b. F

ungs

i lem

baga

des

a d

ak b

erja

lan

seba

gaim

ana

mes

nya

.c.

Fre

kuen

si ra

pat k

oord

inas

i an

tar l

emba

ga d

esa

hany

a pa

da

saat

Mus

renb

angd

es sa

ja (s

atu

kali

seta

hun)

kar

ena

mod

el

pem

bang

unan

yan

g le

bih

top

dow

n.

a. P

emer

inta

h de

sa d

an le

mba

ga d

esa

salin

g be

rsin

ergi

kar

ena

pela

ksan

aan

pem

bang

unan

ya

ng b

ott o

m u

p, y

ang

men

ghar

uska

n se

luru

h un

sur s

alin

g be

kerja

sam

a se

jak

pere

ncan

aan,

pe

laks

anaa

n, d

an p

enga

was

an.

b. F

ungs

i lem

baga

des

a da

pat b

erja

lan

deng

an b

aik

kare

na fu

ngsi

mas

ing-

mas

ing

lem

baga

suda

h di

atur

dal

am p

edom

an G

ERDE

MA

dan

Pera

tura

n Bu

pa N

omor

3 Ta

hun

2013

Tent

ang

Pedo

man

Pe

nyus

unan

APB

Des.

c. F

reku

ensi

rapa

t koo

rdin

asi l

ebih

serin

g di

laku

kan

(has

il M

ON

EV se

bany

ak 2

3,41

% d

esa

men

yata

kan

bahw

a ra

pat k

oord

inas

i ant

ar le

mba

ga d

ilaku

kan

seca

ra ru

n; 6

4,36

% m

enya

taka

n m

elak

ukan

rapa

t ko

ordi

nasi

sesu

ai k

ebut

uhan

, dan

sisa

nya

12,2

3%

belu

m m

elak

ukan

rapa

t koo

rdin

asi)

7.Pe

rtan

ggun

gjaw

aban

ke

uang

an d

esa

Pert

angg

ungj

awab

an k

euan

gan

desa

han

ya d

iket

ahui

ole

h ap

arat

de

sa sa

ja ta

npa

adan

ya k

ewaj

iban

pe

nyam

paia

n pe

laks

anaa

n an

ggar

an

kepa

da m

asya

raka

t.

Pert

angg

ungj

awab

an k

euan

gan

desa

lebi

h tr

ansp

aran

ka

rena

disa

mpa

ikan

dal

am si

dang

par

ipur

na, y

ang

dila

ksan

akan

BPD

dan

terb

uka

untu

k um

um. S

ampa

i de

ngan

Apr

il 20

13, s

udah

ada

satu

des

a ya

ng m

ampu

m

enya

mpa

ikan

LPJ

Desa

.

8.Pa

r sip

asi m

asya

raka

t da

lam

pel

aksa

naan

pe

mba

ngun

an

Par

spas

i mas

ih te

rbat

as k

aren

a m

inim

nya

duku

ngan

dan

a da

n m

asih

ada

nya

inte

rven

si pe

mer

inta

h ka

bupa

ten

dala

m p

eren

cana

an d

an

pela

ksan

aan,

sehi

ngga

pro

gram

-pr

ogra

m y

ang

disu

sun

buka

nlah

ke

butu

han

sesu

nggu

hnya

dar

i m

asya

raka

t des

a.

Par

sipas

i mas

yara

kat s

emak

in m

enin

gkat

kar

ena

duku

ngan

dan

a ya

ng m

enin

gkat

dan

da

k ad

anya

in

terv

ensi

pem

erin

tah

kabu

pate

n, b

aik

dala

m

pere

ncan

aan

mau

pun

pela

ksan

aan.

Pro

gram

-pr

ogra

m y

ang

disu

sun

bena

r-ben

ar b

erda

sark

an

kebu

tuha

n m

asya

raka

t seh

ingg

a m

asya

raka

t mer

asa

mem

iliki

dan

ber

pera

n ak

f m

elak

sana

kan

prog

ram

te

rseb

ut. H

asil

MO

NEV

men

yata

kan

bahw

a 74

,05%

m

asya

raka

t tel

ah te

rliba

t dal

am p

elak

sana

an m

odel

GE

RDEM

A.

Isi 2.indd 167Isi 2.indd 167 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 168: H_1_180_Isi

9.Da

mpa

k ke

bija

kan

Mas

ih te

rbat

as k

aren

a m

inim

nya

dana

dan

rend

ahny

a pa

r sip

asi

Terja

di p

enin

gkat

an k

aren

a m

enin

gkat

nya

dana

dan

m

enin

gkat

nya

par

spas

i mas

yara

kat d

esa.

Sel

ain

itu,

prog

ram

yan

g di

buat

des

a da

pat l

angs

ung

dira

saka

n m

anfa

atny

a ol

eh m

asya

raka

t. Co

ntoh

: bea

sisw

a un

tuk

sisw

a be

rpre

stas

i bisa

lang

sung

dia

loka

sikan

da

lam

APB

Des

10.

Perc

epat

an p

emba

ngun

-an

des

a (In

frast

rukt

ur,

SDM

, eko

nom

i ker

akya

tan

dan

refo

rmas

i biro

kras

i)

a. B

elum

terja

di p

erce

pata

n pe

mba

ngun

an d

esa

kare

na

dana

yan

g te

rbat

as se

rta

pros

es

penc

aira

n ya

ng le

bih

lam

a.b.

Pro

gram

des

a da

n SK

PD

berja

lan

send

iri-s

endi

ri se

hing

ga

dak

terja

di si

nerg

i dal

am

pem

bang

unan

des

a.

a. Te

rjadi

per

cepa

tan

kare

na d

ukun

gan

dana

yan

g cu

kup

sert

a pr

oses

pen

caira

n da

na y

ang

rela

f le

bih

mud

ah d

an c

epat

. Pro

gram

-pro

gram

stra

tegi

s de

sa b

isa la

ngsu

ng d

ieks

ekus

i den

gan

dana

AP

BDes

. b.

Pro

gram

Des

a da

n SK

PD sa

ling

bers

iner

gi se

hing

ga

pem

bang

unan

des

a da

pat l

ebih

cep

at te

rlaks

ana

(Sel

uruh

pro

gram

SKP

D be

rdas

arka

n ke

butu

han

desa

).

11.

Min

dset

apa

rat k

ecam

atan

da

n ka

bupa

ten

Tida

k be

rorie

ntas

i pad

a de

saBe

rorie

ntas

i pad

a de

sa k

aren

a ke

bija

kan

pem

erin

tah

daer

ah y

ang

men

ekan

kan

agar

alo

kasi

angg

aran

di

kb

erat

kan

pada

des

a.

12.

Prin

sip p

enyu

suna

n AP

BD

Mas

ing-

mas

ing

SKPD

ber

jala

n se

ndiri

-sen

diri

kare

na k

ebija

kan

pem

bang

unan

yan

g bi

as d

an to

p do

wn.

a. T

idak

ber

dasa

rkan

pag

u SK

PD, t

etap

i ber

dasa

rkan

ke

butu

han.

b. P

embi

ayaa

n pe

mba

ngun

an b

enar

-ben

ar

berd

asar

kan

kebu

tuha

n ny

ata.

c. M

empe

rha

kan

aks

esib

ilita

s pem

bang

unan

dan

da

ya d

ukun

g an

tars

ekto

r.d.

Ber

dasa

rkan

pen

gem

bang

an k

awas

an.

e. B

erda

sark

an fa

ktor

ung

gula

n.

Isi 2.indd 168Isi 2.indd 168 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 169: H_1_180_Isi

13.

Dem

okra

sas

i

Belu

m a

dany

a pr

oses

dem

okra

sas

i di

des

a ka

rena

hub

unga

n ke

lem

baga

an d

an p

eran

mas

yara

kat

desa

yan

g m

asih

min

im

Dem

okra

sas

i di d

esa

sem

akin

tum

buh

kare

na

hubu

ngan

kel

emba

gaan

dan

per

an m

asya

raka

t des

a ya

ng se

mak

in b

esar

.

14.

Kepe

mim

pina

n

Belu

m m

uncu

lnya

kep

emim

pina

n ya

ng k

apab

el b

aik

apar

at d

esa

mau

pun

lem

baga

des

a ka

rena

le

mah

nya

pera

n pe

mer

inta

h de

sa

sehi

ngga

pel

aksa

naan

tuga

s-tu

gas

berja

lan

sead

anya

.

Mun

culn

ya p

emim

pin

yang

kap

abel

, bai

k ap

arat

des

a m

aupu

n le

mba

ga d

esa

kare

na p

eran

pem

erin

tah

dan

lem

baga

des

a ya

ng se

mak

in k

uat s

erta

upa

ya

peni

ngka

tan

SDM

yan

g cu

kup

bany

ak d

ilaks

anak

an

oleh

pem

erin

tah

daer

ah.

15.

Pere

kono

mia

n de

sa

Belu

m b

erke

mba

ng d

enga

n ba

ik

kare

na fo

kus p

emba

ngun

an

lebi

h di

kb

erat

kan

pada

dae

rah

perk

otaa

n se

hing

ga d

aera

h-da

erah

pe

dala

man

dan

per

bata

san

sem

akin

te

r ng

gal.

Berk

emba

ng le

bih

baik

dan

lebi

h ce

pat k

aren

a or

ient

asi p

emba

ngun

an y

ang

berp

ihak

kep

ada

desa

se

rta

pere

dara

n ua

ng y

ang

cuku

p be

sar d

i des

a. H

asil

MO

NEV

, seb

anya

k 77

,85%

mas

yara

kat m

enya

taka

n ba

hwa

GERD

EMA

mem

puny

ai d

ampa

k po

si f

pada

ko

ndisi

sosia

l eko

nom

i mas

yara

kat.

Isi 2.indd 169Isi 2.indd 169 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 170: H_1_180_Isi

170 REVOLUSI DARI DESA

Pada pelaksanaan GERDEMA tahun 2012, kita dapat melihat semua indikator berubah cukup menggembirakan dan membanggakan. Kondisi tersebut memberi keyakinan kepada Pemda Malinau, bahwa konsep GERDEMA sesuai dengan harapan. Perubahan sangat mendasar terjadi pada sistem perencanaan, partisipasi masyarakat, demokratisasi di pedesaan, kepemimpinan desa, peran serta kelembagaan desa.

Kemudian pada tahun 2013, evaluasi keberhasilan GER-DEMA lebih ditekankan pada perilaku masyarakat, aparatur desa dan kelembagaan desa, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan satuan tugas. Sejauh mana upaya pemberdayaan dilakukan meliputi: Peningkatan pemahaman terhadap proses perencanaan dan

penyusunan kegiatan Penganggaran Pelaksanaan kegiatan Pengendalian dan pengawasan kegiatan Serta pelaporan kegiatan dapat dipahami dan dijalankan

dengan baik sesuai ketentuan.

Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar aparatur mengetahui perencanaan GERDEMA, baik itu penyusunan Rencana Jangka Menengah Desa (RPJMDesa), maupun penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa). Namun demikian, pemahaman terhadap hal yang sama di tingkat masyarakat masih rendah, terutama terhadap RPJM Desa, sebagaimana yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Isi 2.indd 170Isi 2.indd 170 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 171: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 171

Tabel 2. Pemahaman Masyarakat dan Aparatur Terhadap Proses Perencanaan dan Penyusunan Kegiatan GERDEMA (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. Perencanaan GERDEMA:a. RPJM Desa 78,26 80,00 61,88 65,71 89,33 38,21

b. RKP Desa 84,24 86,67 76,50 74,29 93,42 46,30

2. Penyusunan Kegiatan:a. Penyusunan Kegiatan

82,16 93,33 71,67 74,29 97,37 40,89

b. Penentuan Kegiatan Prioritas

76,76 93,33 69,78 72,25 88,16 39,95

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Tabel 2 di atas juga menunjukkan bahwa: Pemahaman masyasrakat desa terhadap penyusunan ke-

giatan GERDEMA secara keseluruhan maupun kegiatan prioritas masih relatif rendah dibandingkan dengan pema-haman aparatur.

Pemahaman aparatur dan masyarakat dalam proses peng-anggaran GERDEMA, dan pemanfaatan anggaran relatif tinggi.

Sebagian besar masyarakat mengetahui dan memahami proses penganggaran GERDEMA. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan terhadap aparatur dan masyarakat dapat dikatakan berhasil dengan baik.

Namun demikian, partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran masih belum maksimal, yaitu di bawah 50%, baik dalam pembahasan RAPBDes maupun pembahasan penggunaan anggaran.

Isi 2.indd 171Isi 2.indd 171 9/17/2014 8:48:10 PM9/17/2014 8:48:10 PM

Page 172: H_1_180_Isi

172 REVOLUSI DARI DESA

Tabel 3. Pemahaman Masyarakat dan Aparatur Terhadap Proses Penganggaran GERDEMA (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. a. Proses Penganggaran: Mengetahui RAPBDes 84,15 100,00 68,13 74,42 97,30 40,74b. Mengetahui Jumlah Dana yang Diterima 90,71 100,00 80,00 80,59 95,95 52,64

2. Pemanfaatan Anggaran:a. Mengetahui Penggunaan Dana 89,07 93,75 81,42 82,46 97,30 53,33b. Mengetahui Pengguna dan Penerima Manfaat 87,36 100,00 77,47 83,14 95,95 52,56

3. Par sipasi dalam ProsesPenganggaran:a. Pembahasan RAPBDes 71,11 62,50 57,22 59,88 79,73 32,48b. Pembahasan Penggunaan Dana 76,50 75,00 52,46 62,57 84,93 29,59

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Tabel 3 memperlihatkan bahwa: Pemahaman masyarakat dan aparatur terhadap pelaksanaan

GERDEMA relatif tinggi. Aparatur dan masyarakat telah mengetahui dengan baik

pelaksanaan kegiatan dan jenis-jenis kegiatan yang dilak-sanakan dalam rangka GERDEMA.

Mereka juga mengetahui siapa yang menjadi pelaksana GER DEMA dan mengetahui pembelian barang yang dilakukan oleh pelaksana dalam kegiatan GERDEMA. Pemahaman ini penting agar masyarakat dapat ikut meng-awasi pelaksanaan GERDEMA, karena mereka mengenal aparatur pelaksananya dan proses pelaksanaan kegiatan GERDEMA yang berlangsung di desa mereka.

Isi 2.indd 172Isi 2.indd 172 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 173: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 173

Tabel 4. Pemahaman Masyarakat dan Aparatur Terhadap Pelaksanaan GERDEMA (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. Pelaksanaan GERDEMA:a. Mengetahui Pelaksanaan 95,05 100,00 78,14 83,43 98,65 61,55b. Mengetahui Jenis Kegiatan 93,41 93,75 79,60 84,62 95,95 58,05

2. Pelaksana danPembelian Barang:a. Mengetahui Pelaksana 89,01 93,75 77,60 80,36 95,89 51,51b. Mengetahui Pembelian

Barang 85,16 81,25 74,30 70,59 86,49 49,00

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Tabel 4 menggambarkan bahwa: Walaupun masyarakat mengetahui pelaksana GERDEMA

dan pengadaan barang dalam kegiatan GERDEMA, namun mereka belum memahami sepenuhnya tata cara pengendalian dan pengawasan dalam kegiatan GERDEMA.

Hal ini dapat dilihat dari relatif sedikitnya kelompok ma-sya rakat yang berpartisipasi dalam kegiatan pengen dalian dan pengawasan.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyu sunan laporan yang masih rendah.

Isi 2.indd 173Isi 2.indd 173 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 174: H_1_180_Isi

174 REVOLUSI DARI DESA

Tabel 5. Pemahaman Masyarakat dan Aparatur Pengendalian dan Pengawasan Kegiatan (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. Mengetahui tata carapengendalian dan pengawasan

70,00 68,75 54,19 54,44 81,08 29,07

2. Mengetahui pelaksanapengendalian danpengawasan

77,78 62,50 64,61 65,50 89,19 35,94

3. Mengetahui laporanhasil pengendalian danpengawasan

66,29 62,50 54,75 56,40 69,33 28,97

4. Mengetahui ndak lanjut pengendalian danpengawasan

60,89 62,50 44,13 46,20 67,11 26,89

5. Par sipasi dalam kegiatanpengendalian danpengawasan

77,78 87,50 42,78 51,74 68,00 22,36

6. Par sipasi dalam penyusunan laporan 78,13 75,00 32,78 41,52 66,67 21,93

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa: Hanya LPMD yang masih rendah tingkat partisipasinya,

baik dalam pengendalian dan pengawasan, maupun dalam kegiatan penyusunan laporan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan partisipasi mereka di masa yang akan datang.

Dampak GERDEMA terhadap pelayanan publik dapat dilihat dari pelayanan dalam bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan air bersih, pelayanan ketersediaan listrik perdesaan, dan pelayanan pemerintahan. Dari keseluruhan jenis pela-yanan tersebut, selama sekitar dua tahun program GERDEMA diimplementasikan, masyarakat perdesaan betul-betul mera-sakan dampak program tersebut dalam pelayanan publik. Hal ini ditunjukkan oleh persepsi aparatur dan masyarakat yang menjadi target program GERDEMA.

Isi 2.indd 174Isi 2.indd 174 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 175: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 175

Tabel 6. Persepsi Aparatur dan Masyarakat Terhadap Dampak GERDEMA dalam Pelayanan Publik (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. Pelayanan pendidikan:a. Peningkatan mutu pendidikan

88,46 93,75 85,00 81,40 92,11 76,22

b. Pemerataan pendidikan 85,64 93,75 77,09 80,12 84,21 75,322. Pelayanan kesehatan:

a. Peningkatan mutu kesehatan

85,47 87,50 79,78 74,27 81,58 75,48

b. Pemerataan kesehatan 77,53 75,00 76,40 71,76 82,89 73,853. Pelayanan air bersih:

a. Peningkatan penyediaan air bersih 67,83 70,95 62,50 68,93 68,61 67,83

b. Pemerataan penyediaan air bersih 63,27 67,59 50,00 63,07 63,59 63,27

4. Pelayanan listrik desa:a. Peningkatan penyediaan

listrik 67,84 70,95 62,50 68,93 68,60 67,84b. Pemerataan penyediaan

listrik 65,31 65,36 68,75 66,29 65,12 65,315. Pelayanan pemerintahan:

a. Mutu layanan pemerintah desa

93,44 87,50 88,14 87,28 97,26 80,24

b. Kecepatan layanan pemerintah desa 95,58 93,75 90,91 88,44 95,89 78,43c. Pemerataan layanan pemerintah desa 92,90 93,75 88,70 87,28 94,52 79,15

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Dampak GERDEMA juga terjadi dalam mendorong ke-

ma juan desa, yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan pro duksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pen ciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masya rakat perdesaan. Sebagian besar aparatur dan masya-rakat yang menjadi responden dalam survei pelaksanaan GER-DEMA menyatakan bahwa Program GERDEMA berdampak bagi kemajuan pembangunan perdesaan. Hanya untuk sektor pariwisata desa program GERDEMA belum memberikan dam pak yang signifi kan. Hal ini nampak dari masih relatif

Isi 2.indd 175Isi 2.indd 175 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 176: H_1_180_Isi

176 REVOLUSI DARI DESA

rendahnya jumlah responden yang menyatakan bahwa program tersebut belum dapat meningkatkan sektor pariwisata per desaan. Sebagaimana yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7. Persepsi Aparatur dan Masyarakat Terhadap Dampak GERDEMA dalam Mendorong Kemajuan Desa (%)

No. URAIAN Aparat Desa

SKPD LPMD BPD SATGAS Masyarakat

1. Peningkatan hasil pertanian dan perkebunan

93,44 87,50 88,14 87,28 97,26 71,59

2. Peningkatan hasil perikanan

59,66 42,86 52,57 53,49 66,67 54,37

3. Peningkatan hasilpeternakan

61,02 50,00 59,20 55,75 62,50 62,84

4. Peningkatan pariwisata 60,45 40,00 43,10 52,33 65,28 45,225. Penciptaan lapangan

kerja 86,19 81,25 79,55 77,71 86,30 70,256. Peningkatan pendapatan

masyarakat 90,11 93,75 85,39 82,18 83,56 72,93

Sumber: Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan GERDEMA Tahun 2013

Berdasarkan data dalam Tabel 7 terlihat bahwa: Masyarakat merasakan bahwa Program GERDEMA telah

mampu menciptakan lapangan kerja di desa (70,25% responden)

Telah meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan (72,93% responden). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat dampak signifi kan dari kegiatan GERDEMA terhadap pembangunan perdesaan yang dengan demikian juga ber-makna terhadap pembangunan daerah.

Tidak ada sesuatu yang mustahil untuk dilakukan dengan sikap yang selalu optimis. Sepanjang kita menyadari bahwa tujuan utama kita mengabdi kepada bangsa dan negara adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Niat suci dan bulat untuk percaya sepenuhnya

Isi 2.indd 176Isi 2.indd 176 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 177: H_1_180_Isi

REVOLUSI DARI DESA 177

kepada rakyat merupakan sebuah pengabdian yang tulus, dan bukanlah sebuah pengorbanan, tetapi justru suatu keharusan untuk dilakukan.

Sikap inilah yang menjadi tantangan utama bagi setiap jajaran pemerintah, terutama para elitenya dalam menjalankan Gerakan Desa Membangun ini.

Selama ini pemerintah lebih banyak bergiat dengan pro-aktif untuk membangun desa atau membangun masyarakat desa. Tetapi dalam pendekatan model Gerakan Desa Mem-bangun (GERDEMA) terjadi pergeseran paradigma pem-bangunan. Dalam paradigma baru ini yang melakukan pem-bangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Peran utama pemerintah adalah mendorong, membina, dan memampu-kan pemerintahan desa untuk membangun kapasitas dirinya menjalankan gerakan pembangunan di desa melalui GER-DEMA.

Apa yang kita pelajari dari hasil evaluasi terhadap penca-paian pelaksanaan GERDEMA dalam dua tahun ini, dapat men jadi sebuah bahan dalam menyimpulkan sikap kita ter-hadap implementasi berbagai aturan khususnya Undang-Undang Tentang Desa. Apakah hanya sekadar menunjukkan bahwa kita sangat peduli terhadap kepentingan masyarakat desa, atau sebaliknya tidak secara signifi kan mengubah peri-laku pembangunan di desa.

Ada beberapa catatan penting yang dapat menjadi bahan renungan dan kajian bagi kita, untuk menjawab tantangan pembangunan di desa sebagai implemetasi dari pemerintahan desa sebagai penyelenggara kepentingan rakyat:1. Dalam sejarah pemerintahan Indonesia, bahkan sebelum

kemerdekaan, sejak zaman kerajaan, desa sudah mempu-nyai kedudukan yang kuat. Walaupun dengan istilah yang beragam untuk memaknai status desa di seluruh nusantara, intinya desa memiliki satu makna strategis dalam mengelola kehidupan rakyat Indonesia sejak dahulu kala.

Isi 2.indd 177Isi 2.indd 177 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 178: H_1_180_Isi

178 REVOLUSI DARI DESA

2. Desa sebagai komunitas terbesar dan terkuat, yang terbukti masih mempertahankan dan menjalankan norma hakiki kehidupan budaya bangsa dari nenek moyang bangsa Indo-nesia. Hal itu sesungguhnya tetap relevan untuk dipelihara sebagai identitas dan karakter bangsa.

3. Desa sebagai komunitas terbesar, tempat hidupnya 60% warga negara Indonesia, yang berarti kita harus arif dan bi-jaksana untuk menjalankan strategi yang tepat dalam me-ngelola persoalan rakyat.

4. Tidak ada kota di Indonesia yang mampu melepaskan diri dari hakikat desa sebagai distribusi konsumsi masyarakat kota yang notabene sebagian besar adalah juga masyarakat yang berasal dari desa.

Dari catatan penting ini, GERDEMA terbukti berdampak besar terhadap terjadinya perubahan perilaku yang positif dan bermanfaat dalam membentuk kemampuan penyelenggaraan pemerintahan desa. Syaratnya, dengan memberi kepercaya-an sepenuhnya, melakukan pembinaan, dan pendampingan yang konsisten dan terus menerus kepada pemerintah desa, masyarakat desa dan pelaku ekonomi di desa. Kemampuan pe-nyelenggaraan pemerintahan desa inilah yang menjadi tujuan utama suksesnya Gerakan Desa Membangun.

Isi 2.indd 178Isi 2.indd 178 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 179: H_1_180_Isi

Dr. Yansen TP., M.Si lahir di  Pa’ Upan,  Krayan Selatan,  14 Januari  1960. Ia ditetapkan sebagai Bupati Malinau ter pilih untuk masa jabatan 2011–2016 oleh KPU Malinau pada tang-gal 31 Januari 2011 berpasangan dengan wakil bupati Topan Amrullah.

Yansen TP., merupakan warga Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat, dan merupa kan bupati kedua Malinau. Mendiang ayahnya adalah seorang guru, itulah sebabnya sejak kecil ia hidup disiplin, ulet, dan tekun menun-tut ilmu. Dengan berbagai kesibukannya, Yansen TP., meraih gelar doktor, di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Sejak kecil, bakat kepemimpinan Yansen TP., menonjol. Pada waktu SMP dia telah dipercaya jadi Sekretaris Dewan Kerja Pramuka se-Kecamatan Tarakan. Ketika kuliah di Aka-demi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Samarinda, diri-nya diangkat sebagai Komandan Batalion Resimen Mahasiswa Gabungan beberapa universitas di Kalimantan Timur. Selama tiga tahun ia menjadi Kokantib Kampus senat mahasiswa APDN.

Profi l Penulis

Isi 2.indd 179Isi 2.indd 179 9/17/2014 8:48:11 PM9/17/2014 8:48:11 PM

Page 180: H_1_180_Isi

180 REVOLUSI DARI DESA

Lulus tahun 1986, Yansen TP., memulai karir PNS di kan-tor gubernur dan staf sekretariat DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Karena berprestasi, pada 1993 dia dipercaya sebagai Camat Mentarang, kemudian menjadi Camat Kayan Hilir pada 1996, dan Camat Peso pada tahun 1998. Tahun 2001, Yansen TP., diminta membantu mengembangkan Kabupa-ten Malinau yang baru saja dimekarkan sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Malinau.

Tugas utama Yansen TP., saat itu menenangkan berbagai gejolak di masyarakat yang sulit ditangani sejak tahun 1999–2000. Dia tekun merangkul semua pihak hingga akhirnya tercipta suasana yang damai. Keahlian Yansen TP., merangkul semua pihak itu terbukti dan teruji, karena sejak muda ia ter-biasa aktif di berbagi organisasi kemasyarakatan, keagamaan, olahraga, adat, sosial dan pemuda. Bahkan, ia dipercaya jadi pengurus DPD KNPI selama tiga periode (1987–1994).

Pada tahun 2002, Yansen dipercaya sebagai Sekretaris Dae-rah Malinau. Sebagai pekerja keras berdisiplin tinggi, saat itu Yansen TP., menghantar Malinau sebagai satu-satunya kabupa-ten di Kalimantan yang meraih penghargaan dari Kemenkeu RI dalam bidang keuangan serta ekonomi.

Buku ini merupakan hasil kajian doktoralnya, yang kemu-dian dipraktikkan di Malinau sejak masa baktinya sebagai bu-pati dan sejauh ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beliau bukan sekadar seorang birokrat, melainkan juga seorang intelektual. Indonesia butuh pemimpin intelektual yang sangat mencintai bangsanya.

Isi 2.indd 180Isi 2.indd 180 9/17/2014 8:48:12 PM9/17/2014 8:48:12 PM