gulian barre
TRANSCRIPT
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 1/17
Guillain Barre Syndrom
A. Pengertian
GBS merupakan suatu kelompok heterogen dari proses yang diperantarai oleh
imunitas, di mana sistem imunitas tubuh menyerang sarafnya sendiri. GBS merupakan
suatu kelompok heterogen dari proses yang diperantarai oleh imunitas, suatu kelainan
yang jarang terjadi; dimana sistem imunitas tubuh menyerang sarafnya sendiri. GBS
merupakan suatu polineruopati demielinasi dengan karakteristik kelemahan otot
asendens yang simetris dan progresif, paralisis, dan hiporefleksi, dengan atau tanpa
gejala sensorik ataupun otonom. Namun, terdapat varian GBS yang melibatkan saraf
kranial ataupun murni motorik. Pada kasus berat, kelemahan otot dapat menyebabkan
kegagalan nafas sehingga mengancam jiwa.
Sindrom Guillain-Barre merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset
akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit
mencakup demieliminasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf perifer dan saraf
kranial.
B. Sifat-sifat GBS:
Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa
Jarang ditemukan pada manula
Lebih sering ditemukan pada kaum pria
Bukan penyakit turunan
Tidak dapat menular lewat kelahiran, terinfeksi atau terjangkit dari orang lain yang
mengidap GBS
Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.
C. Penyebab
Penyebab umum GBS disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atau pencernaan.
Semua kelompok usia dapat terkena penyakit ini, namun paling sering terjadi pada
dewasa muda dan usia lanjut. Pada tipe yang paling berat, sindroma Guillain-Barre
menjadi suatu kondisi kedaruratan medis yang membutuhkan perawatan segera. Sekitar
30% penderita membutuhkan penggunaan alat bantu nafas sementara.
Etiologinya tidak diketahui, tetapi respons alergi atau respons autoimun sangat
mungkin sekali. Beberapa peneliti berkeyakinan bahwa sindrom tersebut berasal dari
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 2/17
virus. Akan tetapi, tidak ada virus yang dapat diisolasi sejauh ini. Sindron Guillain-Barre
paling banyak ditimbulkan oleh adanya infeksi (pernafasan atau gastrointestinal)1
sampai 4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan neurologis. Pada beberapa
keadaan dapat terjadi setelah vaksinasi atau pembedahan. Hal ini juga dapat diakibatkan
oleh infeksi virus primer, reaksi imun dan beberapa proses lain, atau sebuah kombinasi
beberapa proses. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan
reaksi autoimun yang menyerang saraf perifer. Mielin merupakan substansi yang ada di
sekitar atau menyelimuti akson-akson saraf dan berperan penting pada transmisi impuls
saraf.
D. Patofisiologi
Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding akson tidak
bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus
Ranvier) tempat kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan ekstraselular.
Membran sangat permiabel pada nodus tersebut, sehingga konduksi menjadi baik.
Akson adalah suatu perpanjangan sel-sel saraf, berbentuk panjang dan tipis;
berfungsi sebagai pembawa sinyal saraf. Beberapa akson dikelilingi oleh suatu selubung
yang dikenal sebagai myelin, yang mirip dengan kabel listrik yang terbungkus plastik.
Selubung myelin bersifat insulator dan melindungi sel-sel saraf. Selubung ini akan
meningkatkan baik kecepatan maupun jarak sinyal saraf yang ditransmisikan. Sebagai
contoh, sinyal dari otak ke otot dapat ditransmisikan pada kecepatan lebih dari 50
km/jam.
Myelin tidak membungkus akson secara utuh, namun terdapat suatu jarak
diantaranya, yang dikenal sebagai Nodus Ranvier; dimana daerah ini merupakan daerah
yang rentan diserang. Transmisi sinyal saraf juga akan diperlambat pada daerah ini,
sehingga semakin banyak terdapat nodus ini, transmisi sinyal akan semakin lambat.
Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak pada nodus
Ranvier, sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari satu
nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput mielin
pada Sindrom Guillain-Barre membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan
transmisi impuls saraf dibatalkan.
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 3/17
E. Manifestasi Klinis
Pasien dengan GBS umumnya hanya akan mengalami satu kali serangan yang
berlangsung selama beberapa minggu, kemudian berhenti spontan untuk kemudian pulih
kembali.
Perjalanan penyakit GBS dapat dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase progresif
Umumnya berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai gejala
menetap, dikenal sebagai ‘titik nadir’. Pada fase ini akan timbul nyeri, kelemahan
progresif dan gangguan sensorik; derajat keparahan gejala bervariasi tergantung
seberapa berat serangan pada penderita. Kasus GBS yang ringan mencapai nadir
klinis pada waktu yang sama dengan GBS yang lebih berat. Terapi secepatnya akan
mempersingkat transisi menuju fase penyembuhan, dan mengurangi resiko
kerusakan fisik yang permanen. Terapi berfokus pada pengurangan nyeri serta
gejala.
2. Fase plateau
Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil, dimana tidak didapati
baik perburukan ataupun perbaikan gejala. Serangan telah berhenti, namun derajat
kelemahan tetap ada sampai dimulai fase penyembuhan. Terapi ditujukan terutama
dalam memperbaiki fungsi yang hilang atau mempertahankan fungsi yang masih
ada. Perlu dilakukan monitoring tekanan darah, irama jantung, pernafasan, nutrisi,
keseimbangan cairan, serta status generalis. Imunoterapi dapat dimulai di fase ini.
Penderita umumnya sangat lemah dan membutuhkan istirahat, perawatan khusus,
serta fisioterapi. Pada pasien biasanya didapati nyeri hebat akibat saraf yang
meradang serta kekakuan otot dan sendi; namun nyeri ini akan hilang begitu proses
penyembuhan dimulai. Lama fase ini tidak dapat diprediksikan; beberapa pasien
langsung mencapai fase penyembuhan setelah fase infeksi, sementara pasien lain
mungkin bertahan di fase plateau selama beberapa bulan, sebelum dimulainya fase
penyembuhan.
3. Fase penyembuhan
Akhirnya, fase penyembuhan yang ditunggu terjadi, dengan perbaikan dan
penyembuhan spontan. Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang
menghancurkan myelin, dan gejala berangsur-angsur menghilang, penyembuhan
saraf mulai terjadi. Terapi pada fase ini ditujukan terutama pada terapi fisik, untukmembentuk otot pasien dan mendapatkan kekuatan dan pergerakan otot yang
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 4/17
normal, serta mengajarkan penderita untuk menggunakan otot-ototnya secara
optimal. Kadang masih didapati nyeri, yang berasal dari sel-sel saraf yang
beregenerasi. Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat muncul relaps. Kebanyakan
penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6 bulan, namun pasien lainnya tetap
menunjukkan gejala ringan samapi waktu yang lama setelah penyembuhan. Derajat
penyembuhan tergantung dari derajat kerusakan saraf yang terjadi pada fase infeksi.
Terdapat enam subtipe sindroma Guillain-Barre, yaitu:
1. Radang polineuropati demyelinasi akut (AIDP)
Merupakan jenis GBS yang paling banyak ditemukan, dan sering disinonimkan
dengan GBS. Disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang membrane sel
Schwann.
2. Sindroma Miller Fisher (MFS)
Merupakan varian GBS yang jarang terjadi dan bermanifestasi sebagai paralisis
desendens, berlawanan dengan jenis GBS yang biasa terjadi. Umumnya mengenai
otot-otot okuler pertama kali dan terdapat trias gejala, yakni oftalmoplegia, ataksia,
dan arefleksia. Terdapat antibodi Anti-GQ1b dalam 90% kasus.
3. Neuropati aksonal motorik akut (AMAN) atau sindroma paralitik Cina
Menyerang nodus motorik Ranvier dan sering terjadi di Cina dan Meksiko. Hal ini
disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang aksoplasma saraf perifer.
Penyakit ini musiman dan penyembuhan dapat berlangsung dengan cepat. Didapati
antibodi Anti-GD1a, sementara antibodi Anti-GD3 lebih sering ditemukan pada
AMAN.
4. Neuropati aksonal sensorimotor akut (AMSAN)
Mirip dengan AMAN, juga menyerang aksoplasma saraf perifer, namun juga
menyerang saraf sensorik dengan kerusakan akson yang berat. Penyembuhan lambat
dan sering tidak sempurna.
5. Neuropati panautonomik akut
Merupakan varian GBS yang paling jarang; dihubungkan dengan angka kematian
yang tinggi, akibat keterlibatan kardiovaskular dan disritmia.
6. Ensefalitis batang otak Bickerstaff’s (BBE)
Ditandai oleh onset akut oftalmoplegia, ataksia, gangguan kesadaran, hiperefleksia
atau refleks Babinski (menurut Bickerstaff, 1957; Al-Din et al.,1982). Perjalanan penyakit dapat monofasik ataupun diikuti fase remisi dan relaps. Lesi luas dan
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 5/17
ireguler terutama pada batang otak, seperti pons, midbrain, dan medulla. Meskipun
gejalanya berat, namun prognosis BBE cukup baik.
F. Anamnesis
Pengkajian terhadap komplikasi Sindrom Guillain-Barre meliputi pemantauan terus-
menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam kehidupan.
Komplikasi lain mencakup disritmia jantung, yang terlihat melalui pemantauan EKG dan
mengobservasi klienterhadap tanda trombosis vena profunda dan emboli paru-paru, yang
sering mengancam klien imobilisasi dan paralisis.
G. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan berhubungan dengan
kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum maupun lokal seperti melemahnya
otot-otot pernafasan.
H. Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang keluhan utama
klien. Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien Guillain-Bare Syndrome (GBS)
biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan proses demielinisasi. Keluhan
tersebut diantaranya gejala-gejala neurologis diawali dengan parestesia (kesemutan
kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstrimitas atas, batang
tubuh, dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang
lengkap.
Keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien GBS adalah gagal nafas.
Melemahnya otot pernafasan membuat klien dengan gangguan ini beresiko lebih tinggi
terhadap hipoventilasi dan infeksi pernafasan berulang. Disfagia juga dapat timbul,
mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstrimitas atas dan bawah hampir sama
seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan
dari fungsi kardiovaskuler, yang memungkinkan terjadinya gangguan sistem saraf
otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan
drastis yang mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital.
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 6/17
I. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkunkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahakah klien mengalami ISPA,
infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf.
Pengkajian pemakaian obat-obatan yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk menilai retensi
pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
J. Pengkajian Psikososiospiritual
Meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi
yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme
koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya. Kaji apakah ada
dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan kecacatan, cemas,
ketidakmampuanuntuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah.
K. Pemeriksaan Fisik
Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah jantung. Peningkatan frekuensi nafas
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada
sistempernafasan serta akumulasi sekret akibat insufisiensi pernafasan. Tekanan darah
didapatkan ortostatik hipotensi atau tekanan darah meningkat (hipertensi transien)
berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
B1 (Breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan
otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi pernafasan karena infeksi saluran pernafasan
dan yang paling sering ditemukan pada klien GBS adalah penurunan frekuensi
pernafasan karena melemahnya fungsi otot-otot pernafasan. Palpasi biasanya taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 7/17
klien dengan Sindrom Guillain-Barre berhubungan akumulasi secret dari infeksi saluran
napas.
B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular pada klien Sindrom Guillain-Barre menunjukkan
bradikardia akibat penurunan perfusi perifer. Tekanan darah didapatkan ortostatik
hipotensi atan tekanan darah meningkat (hipertensi transien) akibat penurunan reaksi
saraf simpatis dan parasimpatis.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
Pengkajian Tingkat Kesadaran. Pada klien Sindro Guillain Barre biasanya kesadaran
klien komposmentis. Apabila klien mengalami penurunan tingkat kesadaran makan
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk memonitoring pemberian asuhan.
Pengkajian Fungsi Serebral. Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, nilai
gaya bicara, ekpresi wajah, dan aktifitas motorik klien. Pada klien Sindrom Guillain
Barre tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
Pengkajian Saraf Kranial. Pengkajian saraf cranial meliputi pengkajian saraf cranial I-
XII.
Saraf I. Biasanya pada klien Sindrom Guillain Barre tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Saraf III, IV, dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup kelopak mata,
paralisis okular.
Saraf V. pada klien Sindrom Guillain Barre didapatkan paralisis wajah sehingga
mengganggu proses mengunyah.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris karena adanya
paralisis unilateral.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. paralisis otot orofaring, kesulitan berbicara, mengunyah, dan
menelan. Kemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu pemenuhan
nutrisi via oral.
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 8/17
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan
mobilisasi leher baik.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
Pengkajian Sistem Motorik. Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan
koordinasi pada Sindrom Guillain Barre tahap lanjut mengalami perubahan. Klien
mengalami kelemahan motorik secara umum sehingga mengganggu mobilitas fisik.
Pengkajian Refleks. Pemeriksaan reflex propunda, pengetukan pada tendon, ligamentum
atau periosteum derajat reflex pada respons normal. Gerakan involunter : tidak ditemukan
adanya tremor, kejang, tic dan distonia.
Pengkajian Sistem Sensorik. Parestesia (kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki,
yang dapat berkembang ke ektremitas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Klien
mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu.
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume
pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-
otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral
menjadi berkurang.
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien
secara umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh
orang lain.
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 9/17
L. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis GBS sangat bergantung pada riwayat penyakit dan perkembangan gejala-
gejala klinik dan tidak ada satu pemeriksaan pun yang dapat memastikan GBS;
pemeriksaan tersebut hanya menyingkirkan dugaan gangguan.
Lumbal pungsi dapat menunjukkan kadar protein normal pada awalnya dengan kenaikan
pada minggu ke-4 sampai ke-6. Cairan spinal memperlihatkan adanya peningkatan
konsentrasi protein dengan menghitung jumlah sel normal.
Pemeriksaan konduksi saraf mencatat transmisi impuls sepanjang serabut saraf.
Pengujian elektrofisiologis diperlihatkan dalam bentuk lambatnya laju konduksi saraf.
Sekitar 25% orang dengan penyakit ini mempunyai antibody baik terhadap
sitomegalovirus atau viru Epstein-Barr. Telah ditunjukkan bahwa suatu perubahan
respons imun pada antigen saraf perifer dapat menunjang perkembangan gangguan.
M. Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dapat merawat klien dengan GBS adalah untuk memberikan pemeliharaan
fungsi system tubuh, dengan cepat mengatasi krisis-krisis yang mengancam jiwa,
mencegah infeksi dan komplikasi imobilitas, serta memberikan dukungan psikologis
untuk klien dan keluarga.
Sindrom Guillain-Barre dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dank lien diatasi di
unit perawatan intensif. Klien mengalami masalah pernapasan yang memerlukan
ventilator, kadang untuk periode yang lama. Plasmaferesis (perubahan plasma) yang
menyebabkan reduksi antibiotic ke dalam sirkulasi sementara, yang dapat digunakan
pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memperburuk pada klien dan
demielinasi. Diperlukan pemantauan EKG kontinu, untuk kemungkinan adanya
perubahan kecepatan atau ritme jantung. Disritmia jantung dihubungkan dengan keadaan
abnormal autono yang diobati dengan propanolol untuk mencegah takikardi dan
hipertensi. Atropine dapat diberikan untuk menghindari episode bradikardia selama
pengisapan endotrakeal dan terapi fisik.
N. Komplikasi
Komplikasi GBS yang paling berat adalah kematian, akibat kelemahan atau paralisis
pada otot-otot pernafasan. Tiga puluh persen% penderita ini membutuhkan mesin bantu
pernafasan untuk bertahan hidup, sementara 5% penderita akan meninggal, meskipundirawat di ruang perawatan intensif. Sejumlah 80% penderita sembuh sempurna atau
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 10/17
hanya menderita gejala sisa ringan, berupa kelemahan ataupun sensasi abnormal, seperti
halnya kesemutan atau baal. Lima sampai sepuluh persen mengalami masalah sensasi
dan koordinasi yang lebih serius dan permanen, sehingga menyebabkan disabilitas berat;
10% diantaranya beresiko mengalami relaps.
Dengan penatalaksanaan respirasi yang lebih modern, komplikasi yang lebih sering
terjadi lebih diakibatkan oleh paralisis jangka panjang, antara lain sebagai berikut:
1. Paralisis otot persisten
2. Gagal nafas, dengan ventilasi mekanik
3. Aspirasi
4. Retensi urin
5. Masalah psikiatrik, seperti depresi dan ansietas
6. Nefropati, pada penderita anak
7. Hipo ataupun hipertensi
8. Tromboemboli, pneumonia, ulkus
9. Aritmia jantung
10. Ileus
Komplikasi-komplikasi
Gagal pernafasan
Komplikasi yang paling berat dari SGB dan miastenia gravis adalah gagal nafas.
Melemahnya otot pernafasan membuat pasien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi
terhadap hipoventilasi dan infeksi pernafasan berulang. Disfagia juga dapat timbul,
mengarah pada respirasi. Mungkin terdapat komplikasi yang sama tentang imobilitas
seperti yang terdapat pada korban stroke.
Penyimpangan Kardiovaskuler
Mungkin terjadi gangguan sistem saraf otonom pada pasien SGB yang dapat
mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan
dalam tanda-tanda vital.
Komplikasi Plasmaferesis
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 11/17
Pasien dengan SGB atau miastenia gravis yang menerima plasmaferesi, berisiko terhadap
potensial komplikasi karena prosedur tersebut. Infeksi mungkin terjadi pada tempat akses
vaskuler. Hipovolemia dapat mengakibatkan hipotensi. Takikardia, pening, dan
diaphoresis. Hipokalemia dan hipokalsemia dapat mengarah pada disritmia jantung.
Pasien dapat mengalami sirkumolar temporer dan paresis ekstremitas distal, kedutan otot
dan mual serta muntah yang berhubungan dengan pemberian plasma sitrat. Pengamatan
dengan cermat pengkajian penting untuk mencegah masalah-masalah ini.
O. Pemeriksaan penunjang
1. Cairan serebrospinal (CSS)
Yang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik, yakni meningkatnya
jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya pleositosis (peningkatan
hitung sel). Pada kebanyakan kasus, di hari pertama jumlah total protein CSS
normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan lebih kanjut di saat
gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan menjadi sangat tinggi.
Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset. Derajat penyakit tidak berhubungan
dengan naiknya protein dalam CSS. Hitung jenis umumnya di bawah 10 leukosit
mononuclear/mm
2. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG)Manifestasi elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat demyelinasi
saraf, antara lain prolongasi masa laten motorik distal (menandai blok konduksi
distal) dan prolongasi atau absennya respon gelombang F (tanda keterlibatan bagian
proksimal saraf), blok hantar saraf motorik, serta berkurangnya KHS. Pada 90%
kasus GBS yang telah terdiagnosis, KHS kurang dari 60% normal.
3. EMG
Menunjukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pula dijumpaidegenerasi aksonal dengan potensial fibrilasi 2-4 minggu setelah onset gejala,
sehingga ampilitudo CMAP dan SNAP kurang dari normal. Derajat hilangnya
aksonal ini telah terbukti berhubungan dengan tingkat mortalitas yang tinggi serta
disabilitas jangka panjang pada pasien GBS, akibat fase penyembuhan yang lambat
dan tidak sempurna. Sekitar 10% penderita menunjukkan penyembuhan yang tidak
sempurna, dengan periode penyembuhan yang lebih panjang (lebih dari 3 minggu)
serta berkurangnya KHS dan denervasi EMG.
4. Pemeriksaan darah pada darah tepi
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 12/17
Didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan pergeseran ke bentuk
yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal dan fase aktif penyakit.
Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia jarang ditemui. Laju endap
darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara anemia bukanlah salah satu
gejala.
5. Dapat dijumpai respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat
Ditandain dengan peningkatan immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat
demyelinasi saraf pada kultur jaringan. Abnormalitas fungsi hati terdapat pada
kurang dari 10% kasus, menunjukkan adanya hepatitis viral yang akut atau sedang
berlangsung; umumnya jarang karena virus hepatitis itu sendiri, namun akibat
infeksi CMV ataupun EBV.
6. Elektrokardiografi (EKG)
Menunjukkan adanya perubahan gelombang T serta sinus takikardia.
Gelombang T akan mendatar atau inverted pada leadlateral. Peningkatan voltase
QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.
7. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru)
Akan menunjukkan adanya insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan
(impending).
8. Pemeriksaan patologi anatomi
Umumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten; yakni adanya
infiltrat limfositik mononuklear perivaskuler serta demyelinasi multifokal. Pada fase
lanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demyelinasi ini akan muncul bersama dengan
demyelinasi segmental dan degenerasi wallerian dalam berbagai derajat Saraf perifer
dapat terkena pada semua tingkat, mulai dari akar hingga ujung saraf motorik
intramuskuler, meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada ventral root, saraf spinal
proksimal, dan saraf kranial. Infiltrat sel-sel radang (limfosit dan sel mononuclear
lainnya) juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa, jantung, dan organ lainnya.
Kriteria Diagnostik untuk Sindroma Guillain-Barre
1. Temuan yang dibutuhkan untuk diagnosis
a. Kelemahan progresif kedua anggota gerak atau lebih
b. Arefleksia
2. Temuan klinis yang mendukung diagnosis :
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 13/17
a. Gejala atau tanda sensorik ringan
b. Keterlibatan saraf kranialis (bifacial palsies) atau saraf kranial lainnya
c. Penyembuhan dimulai 2-4 minggu setelah progresivitas berhenti
d.
Disfungsi otonome. Tidak adanya demam saat onset
f. Progresivitas dalam beberapa hari hingga 4 minggu
g. Adanya tanda yang relatif simetris
3. Temuan laboratorium yang mendukung diagnosis:
a. Peningkatan protein dalam CSS dengan jumlah sel <10 sel/μl
b. Temuan elektrofisiologis mengenai adanya demyelinasi: melambatnya atau
terbloknya hantaran saraf
P. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan melemahnya otot-otot pernapasan.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
3. Resiko tinggi penurunan curah curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantung rotme dan irama bradikardia.
4. Resiko perubahan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
5. Habatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif.
6. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang
sensori, transmisi sensori, dan integrasi sensori.
7. Ansietas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang jelek.
Q. Perencanaan
Tujuan utama pada asuhan keperawatn klien mencakup mempertahankan fungsi
pernapasan, mencapai mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu
berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan ansietas, serta tidak ada komplikasi.
1. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELEMAHAN PROGRESIF CEPAT OTOT-OTOT PERBAFASAN,
DAN ANCAMAN GAGAL NAFAS
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 14/17
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan, pola nafas kembali efektif
Kriteria Hasil : secara subjektif sesak nafas tidak ditemukan, frekuensi nafas 16-20
kali/menit. Tidak menggunakan alat bantu nafas, gerakan dada normal.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji fungsi paru, adanya bunyi nafas
tambahan, perubahan irama dan
kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori
Menjadi bahan parameter monitoring
serangan gagal nafas dan menjadi data
dasar intervensi selanjutnya
Evaluasi keluhan sesak nafas, baik secara
verbal dan nonverbal.
Tanda dan gejala meliputi adanya kesulitan
bernafas saat berbicara, pernafasan dangkal
dan irregular, menggunakan otot-otot
aksesoris, takikardia dan perubahan pola
nafas
Beri ventilasi mekanik Ventilasi mekanik digunakan jika
pengkajian sesuai kapasitas vital klien
memperlihatkan perkembangan ke arah
kemunduran, yang mengindikasi ke arah
memburuknya kekuatan otot-otot
pernafasan.
Lakukan pemeriksaan kapasitas vital
pernafasan
Kapasitas vital klien dipantau lebih sering
dan dengan interval yang teratur dalam
penambahan kecepatan pernafasan dan
kualitas pernafasan, sehingga hal ini
menyebabkan kesulitan saat batuk dan
menelan, dan adanya indikasi
memburuknya fungsi pernafasan.
Kolaborasi :
Pemberian humidifikasi oksigen 3
liter/menit
Membantu pemenuhan oksigen yang
sangat diperlukan tubuh dengan kondisi
laju metabolisme sedang meningkat.
2. RISIKO TINGGI PENURUNAN CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN
DENGAN PERUBAHAN FREKUENSI, IRAMA, DAN KONDUKSI
ELEKTRIKEL
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 15/17
Kriteria Hasil : stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas normal, curah
jantung kembali meningkat, input dan output sesuai, tidak menunjukkan tanda-tanda
disritmia).
INTERVENSI RASIONALISASI
Auskultasi TD, bandingkan kedua
lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila memungkinkan
Hipotensi dapat terjadi s/d disfungsi
ventrikel, hipertensi juga fenomena
umum s/d nyeri cemas pengeluaran
katekolamin.
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi Penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya kekuatan nadi
Catat adanya bunyi murmur Menunjukkan gangguan aliran darah
dalam jantung (kelainan katup, kerusakan
septum, atau vibrasi otot papilar)
Pantau frekuensi dan irama jantung Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukkan komplikasi disritmia
Kolaborasi :
Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
Oksigen yang dihirup akan langsung
meningkatkan saturasi oksigen darah.
3. RISIKO PERUBAHAN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN
BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN YANG TIDAK ADEKUAT
Tujuan : pemenuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil : setelah dirawat selama 3 hari klien tidak mengalami komplikasi akibat
penurunan asupan nutrisi
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan
nutrisi oral
Perhatian yang diberikan untuk nutrisi
yang adekuat dan pencegahan kelemahan
otot karena kurang makanan
Monitor komplikasi akibat paralisis
akibat insufisiensi aktivitas parasimpatis
Ilius paralisis dapat disebabkan oleh
insufisiensi aktivitas parasimpatis. Dalam
kejadian ini, makanan melalui intravena
dipertimbangkan diberikan oleh dokter
dan perawat memantau bising usus
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 16/17
sampai terdengar.
Berikan nutrisi via selang nasogastrik Jika klien tidak mampu menelan,
makanan diberikan melalui selang
lambung
Berikan nutrisi via oral bila paralisis
menelan berkurang
Bila klien dapat menelan, makanan
melalui oral diberikan perlahan-lahan dan
sangat hati-hati
4. HAMBATAN MOBILITAS FISIK B/D KERUSAKAN
NEUROMUSKULER, PENURUNAN KEKUATAN OTOT, DAN
PENURUNAN KESADARAN
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan mobilitas klien meningkat
atau teradaptasi.
Kriteria : peningkatan kemampuan dan tidak terjadi trombosis vena provunda dan
emboli paru merupakan ancaman klien paralisis, yang tidak mampu menggerakan
ekstrimitas. Dekubitus tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Victor Maurice, Ropper Allan H. Adams and Victor’s Principles of neurology. 7th edition.
USA: the McGraw-Hill Companies; 2001. p.1380-87.
Arnason Barry GW. Inflammatory polyradiculoneuropathies. In: Dyck PJ, Thomas PK,
Lambert EH. Peripheral neuropathies. Vol. II. USA: W. B. Saunders Company; 1975.
p.1111-48.Guillain-Barre Syndrome. [Update: 2009]. Available
from :http://www.caringmedical.com/conditions/Guillain-Barre_Syndrome.htm .
8/13/2019 Gulian Barre
http://slidepdf.com/reader/full/gulian-barre 17/17
Guillain-Barré Syndrome. [update 2009]. Available
from :http://bodyandhealth.canada.com/condition_info_popup.asp
channel_id=0&disease_id=325§ion_name=condition_info .
Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, Marsden CD. Editors. Neurology in clinical practice:
the neurological disorders. 2nd edition. USA: Butterworth-Heinemann; 1996. p.1911-
16.
Gilroy John. Basic neurology. 2nd edition. Singapore: McGraw-Hill Inc.; 1992. p.377-378.
Guillain-Barré Syndrome. Available from :http://www.medicinenet.com/guillain-
barre_syndrome/article.htm
Gutierrez Amparo, Sumner Austin J. Electromyography in neurorehabilitation. In: Selzer
ME, Clarke Stephanie, Cohen LG, Duncan PW, Gage FH. Textbook of neural repair
and rehabilitation Vol. II: Medical neurorehabilitation. UK: Cambridge University
Press; 2006. p.49-55.