askep klien dengan guillain barre syndrome
TRANSCRIPT
ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN SINDROMA GUILLAIN BARRE
DEFINISI
Sindroma Guillain Barre (SGB)/Guillain
Barre Syndrome (GBS) adalah terjadinya
suatu masalah pada sistem saraf yang
menyebabkan kelemahan otot,
kehilangan refleks, dan kebas pada
lengan, tungkai, wajah, dan bagian tubuh
lain. Kasus ini terjadi secara akut dan
berhubungan dengan proses auto imun.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
SGB mempunyai banyak sinonim,
antara lain :
Polineuritis akut pasca infeksi
Polineuritis akut toksik
Polineuritis febril
Poliradikulopati,dan
Acute ascending paralysis.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
ETIOLOGI
Etiologi BELUM DIKETAHUI PASTI
Pendapat ahli sistem saraf diserang oleh
sistem pertahanan diri tubuh (sistem
imun) penyakit autoimun.
Sindroma Guillain Barresistem imun
menyerang myelin yang kemudian
menyebabkan kerusakan saraf.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan SGB, antara lain:
Infeksi
Infeksi : radang tenggorokan atau radang lain
Infeksi virus : measles, mumps, rubella, influenza, Varicella zooster, infeksi mono nukleosis (vaccinia, variola, hepatitis, coxakie)
Infeksi yang lain: Mycoplasma pneumonia, Salmonella thyposa, Brucellois, Campylobacter jejuni (dapat menyebabkan salah satu bentuk keracunan makanan)
Vaksinasi
Pembedahan
Penyakit sistematikKarsinoma, Hodgkin’s disease, systemic lupus erythematosus, tiroiditis, penyakit Addison.
Kehamilan atau dalam masa nifas
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
PATOFISIOLOGI
Infeksi (virus atau bakteri) dan antigen lain
sel Schwann mereplikasi diri
mengaktivasi sel limfosit T mengaktivasi
proses pematangan limfosit B &
memproduksi autoantibodi spesifik
Autoantibodi mendestruksi myelin/axon
sel saraf tidak dapat mengirimkan sinyal
secara efisien Otot kehilangan
kemampuan merespon perintah otak
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
GAMBARAN KLINIS
Kebas atau mati rasa pada tangan dan kaki dan
kadang-kadang di sekitar mulut dan bibir
Kelemahan otot lengan dan tungkai serta wajah
Gangguan fungsi otonom sinus takikardi atau
sinus bradikardi (lebih jarang), wajah memerah
(facial flushing), hipertensi atau hipotensi yang
berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic
profuse diaphoresis, retensi urin atau
inkontinensia urin. Gangguan otonom jarang
menetap lebih dari 1 atau 2 minggu.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Kesulitan bicara, mengunyah dan menelan
Nyeri punggung
Tidak mampu menggerakkan mata
Kegagalan pernapasan Komplikasi utama yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Kegagalan pernapasan disebabkan oleh paralisis diafragma dan kelumpuhan otot-otot pernapasan.
Papiledema karena peningkatan kadar protein dalam cairan otot yang menyebabkan penyumbatan vili arachoidales sehingga absorbsi cairan otak berkurang
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Gejala biasanya diawali dengan kebas pada jari-jari tangan dan kaki terjadi kelemahan otot di kaki dan lengan ± 4 minggu, kebanyakan pasien membaik.
SGB akan mematikan jika terjadi kelemahan pada otot yang mengatur pernapasan, nadi, dan tekanan darah.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
KLASIFIKASI
Varian dari SGB dapat diklasifikasikan, yaitu:
Acute inflamatory demyelinating polyradiculoneuropathy
Subacute inflamatory demyelinating polyradiculoneuropathy
Acute motor axonal neuropathy
Acute motor sensory axonal neuropathy
Fisher’s syndrome
Acute pandysautonomia
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding Sindroma Guillain Bare adalah:
Miastenia gravis akut Otot mandibula penderita GBS tetap kuat, sedangkan pada miastenia otot mandibula akan melemah setelah beraktivitas; selain itu tidak didapati defisit sensorik ataupun arefleksia.
Thrombosis arteri basilaris Pada GBS, pupil masih reaktif, adanya arefleksia
Paralisis periodik Ditandai oleh paralisis umum mendadak tanpa keterlibatan otot pernafasan dan hipo atau hiperkalemia.
Botulisme Didapati pada penderita dengan riwayat paparan makanan kaleng yang terinfeksi. Gejala dimulai dengan diplopia disertai dengan pupil yang non-reaktif pada fase awal, serta adanya bradikardia; yang jarang terjadi pada pasien GBS.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Tick paralysis Umumnya terjadi pada anak-anak
dengan didapatinya kutu (tick) yang menempel pada
kulit.
Porfiria intermiten akut Terdapat paralisis respiratorik
akut dan mendadak
Neuropati akibat logam berat Umumnya terjadi pada
pekerja industri dengan riwayat kontak dengan logam
berat. Onset gejala lebih lambat daripada GBS.
Cedera medulla spinalis Gejala hampir sama yakni
pada fase syok spinal, dimana refleks tendon akan
menghilang.
Poliomyelitis Didapati demam pada fase awal
Mielopati servikalis Pada GBS, terdapat keterlibatan
otot wajah dan pernafasan
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
PROGNOSIS
Dahulu sebelum adanya ventilasi buatan ± 20% meninggal karena gagal napas.
Saat ini kematian ± 2–10 % dengan penyebab kematian karena kegagalan pernapasan, gangguan fungsi otonom, infeksi paru, dan emboli paru.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
60-80% sembuh secara
sempurna dalam waktu enam
bulan
7-22% sembuh dalam waktu 12
bulan dengan kelainan motorik
ringan dan atrofi otot-otot kecil di
tangan dan kaki.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
PEMERIKSAAN
Cairan serebrospinal
(CSS) Disosiasi
sitoalbuminik, yakni
meningkatnya jumlah
protein (100-1000
mg/dL) tanpa disertai
adanya pleositosis
(peningkatan hitung
sel).
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Pemeriksaan kecepatan hantar
saraf (KHS) dan elektromiografi
(EMG)
Gambaran elektrodiagnostik yang
mendukung diagnosis SGB adalah :
Kecepatan hantaran saraf motorik
dan sensorik melambat
Distal motor retensi memanjang
Kecepatan hantaran gelombang-f
melambat, menunjukkan
perlambatan pada segmen
proksimal dan radiks saraf.
Bila ditemukan potensial denervasi
menunjukkan bahwa penyembuhan
penyakit lebih lama dan tidak
sembuh sempurna .
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Pemeriksaan darah Darah tepi leukositosis
polimorfonuklear sedang dengan pergeseran ke
bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah
selama fase awal dan fase aktif penyakit.
Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis;
eosinofilia jarang ditemui.
- Respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat
- Peningkatan immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Elektrokardiografi (EKG)menunjukkan adanya perubahan gelombang Tserta sinus takikardia. Peningkatan voltase QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.
Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru) akan menunjukkan adanya insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan (impending).
Pemeriksaan patologi anatomi
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
PENATALAKSANAAN
SGB kedaruratan medis dan pasien diatasi di
ICU. Pasien dengan masalah pernapasan
memerlukan ventilator yang kadang-kadang
dalam waktu yang lama.
Sebagian besar penderita dapat sembuh
sendiri.
Pengobatan secara umum bersifat simptomatik
Tujuan terapi khusus: mengurangi beratnya
penyakit dan mempercepat penyembuhan
melalui sistem imunitas (imunoterapi).
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
1. Kortikosteroid: Kebanyakan penelitian mengatakan tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
2. Plasmaparesis/plasma exchange untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar.
Hasil yang baik perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek.
Prinsip pengobatan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
3. Pengobatan imunosupresan:
a. Imunoglobulin IV
Gamma globulin I.V lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
b. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
Azathioprine
cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
ASKEP KLIEN
DENGAN SINDROMA
GUILLAIN BARRE
PENGKAJIAN
Anamnesa
Identitas klien : meliputi nama,
alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama : kelumpuhan dan
kelemahan
Riwayat penyakit : sejak kapan, semakin
memburuknya kondisi/kelumpuhan, upaya
yang dilakukan selama menderita penyakit
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing): Kesulitan bernafas/sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital/paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
B2 (Bleeding): Hipotensi/hipertensi, takikardi/bradikardi, wajah kemerahan.
B3 (Brain): Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.
B4 (Bladder): Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
B5 ( Bowel): Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
B6 (Bone): Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera/injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Pemeriksaan Penunjang
Cairan Cerebrospinal (CSS)
disosiasi sitoalbumik
KHS & EMG
Pemeriksaan darah
EKG
Tes Fungsi Respirasi
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kelemahan otot-otot pernapasan atau paralisis,
berkurangnya refleks batuk, imobilisasi
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah,
menelan, kelelahan, paralisis ekstremitas
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan paralisis saraf kranial VII, trakheostomi
Gangguan eliminasi: konstipasi, diare
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
makanan, immobilisasi
Tidak efektifnya koping pasien berhubungan
dengan keadaan penyakitnya
Kuranganya pengetahuan pasien/keluarga
berhubungan dengan penyakit, pengobatan,
prognosis, dan perawatannya.
08
/05
/201
3A
lvita
Wija
ya
nti-M
icro
Theachin
g S
TIK
ES
Pe
rtam
edik
a, J
aka
rta-