ghadir khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah nabi. menurut al -qur’an,...

79
2017 kkMAN 1/1/2017 Ghadir Khum

Upload: phungtram

Post on 21-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

2017

kkMAN

1/1/2017

Ghadir Khum

Page 2: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

1

Hadits Ghadir Khum dan Seputar Kejadiannya Menurut Perspektif Syi’ah Dan Sunni

PERSPEKTIF SYI’AH

BAB I

Keutamaan Imam Ali di mata Ahlussunnah

Keutamaan (Afdhaliyyah) secara istilah atau yang dimaksud dalam tulisan ini ialah “memiliki keunggulan khusus yang diberikan oleh Allah (thawab) karena yang bersangkutan telah melakukan banyak sekali perbuatan baik”

Setiap Muslim yakin bahwa “Keutamaan” ini tidak bisa ditentukan oleh diri kita sendiri dan tidak ada cara lain untuk mengetahui atau menentukan bahwa seseorang itu memiliki keutamaan atau tidak melainkan hanya dengan melihat dan merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Al-Ghazali, seorang ulama besar di kalangan Ahlussunnah menulis sebagai berikut:

“Hakikat dari keutamaan (afdhaliyyah) itu ialah sesuatu yang berasal dari Allah; dan itu tidak bisa diketahui melainkan oleh Rasulullah sendiri”

(jadi karena hanya Rasulullah yang tahu, maka hanya Rasulullah-lah yang bisa memberikan kita penjelasan tentang orang yang memiliki keutamaan itu—red)

Kebanyakan dari saudara kita dari kalangan Ahlussunnah percaya bahwa manusia yang paling utama atau manusia yang memiliki keutamaan itu bisa diurutkan mulai dari khalifah yang empat. Jadi setelah Rasulullah maka manusia yang paling utama itu ialah Abu Bakar karena ia khalifah pertama setelah Nabi wafat. Lalu yang kedua ialah Umar dan Umar dianggap lebih mulia daripada Utsman. Lalu Utsman karena ia dianggap lebih mulia daripada Ali. Dan begitu seterusnya………………

Akan tetapi sayangnya keyakinan ini sama sekali tidak berdasarkan bukti yang kuat dan bahkan tidak setiap Sunni percaya pada hal yang sama. Kaum Sunni (Ahlussunnah) sekarang ini banyak dari mereka yang tidak memiliki keyakinan seperti ini. Di zaman Rasulullah, kita lihat ada beberapa sahabat Nabi yang utama seperti Salman al-Farisi, lalu Abu Dzar al-Ghifari, Miqdad al-Kindi, Ammar bin Yasir, Khabbab bin al-Aratt, Jabir bin Abdillah al-Ansari, Hudzhaifah bin al-Yaman, Abu Sa’id al-Khudri, Zayd bin Arqam dan beberapa lagi yang lainnya percaya dan yakin bahwa Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang paling utama dibandingkan sahabat-sahabat lainnya (selain karena pada kenyataannya ia memang seorang anggota Ahlul Bayt Nabi—red). (Lihat: Ibn Abdil Barr: al-Isti’ab, volume 2, halaman 470)

Page 3: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

2

Ahmad bin Hanbal pernah ditanya pada suatu ketika oleh anaknya sendiri tentang siapakah manusia yang paling utama setelah Nabi.

Ahmad bin Hanbal menjawab: “Abu Bakar dan Umar dan Utsman.”

Anaknya lalu bertanya lagi, “Bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib?”

Ahmad bin Hanbal menjawab, “Ia dari Ahlul Bayt. Tidak ada seorangpun yang bisa menyamai keutamaannya.” (Lihat al-Qunduzi: Yanabi’u l-mawaddah, halaman 253)

Ubaydullah Amritsari menulis dalam kitabnya yang terkenal yaitu Arjahu l-matalib: “Karena keutamaan (afdhaliyyah) itu ialah memiliki keunggulan sifat yang diberikan oleh Allah (thawab), maka untuk mengetahuinya kita harus merujuk kepada hadits nabi…………dan apabila ada banyak hadits yang bertentangan satu sama lainnya maka hadits-hadits yang shahih-lah yang harus kita ambil; dan hadits yang lebih kuat harus diutamakan daripada hadits yang lemah.”

Al-Allamah bin Abdil Barr pernah menulis dalam kitabnya yang berjudul Al-Isti’ab (Lihat: Ibn Abdi l-Barr: al-Isti’ab, volume 3, halaman 1115) mengenai hadits yang menceritakan tentang keutamaan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Al-Allamah bin Abdil Barr menulis sebagai berikut:

“Imam Ahmad bin Hanbal, al-Qadi Ismail bin Ishaq, Imam Ahmad bin Ali bin Shu’ayb an-Nasa’I, dan al-Hafiz Abu Ali an-Naysaburi (Lihat: Ibn Hajar al-Haytami: Sawa’iqu ‘l-muhriqah, halaman 72; Ibn Hajar al-‘Asqalani: Fathu’l-bari, volume 8, halaman 71) semuanya mengatakan:

‘Tidak banyak hadits lain yang memiliki rantai sanad dan perawi yang kuat dan baik selain hadits-hadits yang menceritakan tentang keutamaan Imam Ali bin Abi Thalib”

“Lebih jauh lagi apabila kita melihat keutamaan khusus yang dimiliki Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib dan berpikir tentang bagaimana ia mendapatkan itu semua sehingga ia dikaruniai keutamaan yang banyak dari Allah ta’ala, maka mau tidak mau kita harus mengakui bahwa DIA adalah MANUSIA YANG PALING UTAMA SETELAH NABI” (Lihat: Amritsari, Arjahu ‘l-matalib, halaman 112)

Yang menulis tulisan di atas adalah seorang Sunni dan ia telah menuliskan tentang hal ini dalam bab ke-3, halaman 103—516 dalam buku atau kitab yang telah disebutkan sebelumnya dalam tulisan ini.

Kami selaku penulis tidak bisa menuliskan daftar ayat al-Qur’an dan hadits nabi yang berkenaan dengan hal ini karena saking banyaknya dan saking susahnya untuk mengutamakan yang satu dengan yang lain. Cukuplah di sini kami sebutkan bahwa ada paling tidak 86 ayat Al-Qur’an yang menunjukkan keutamaan Imam Ali bin Abi Thalib; sementara untuk hadits-hadits yang berkenaan dengan hal ini banyak sekali dan tidak bisa dihitung dengan jari saking banyaknya.

Ini dengan jelas menunjukkan kepada kita (bahkan kepada orang yang awam sekalipun) bahwa Imam Ali itu adalah MANUSIA YANG PALING UTAMA SETELAH RASULULLAH SAAW.

Page 4: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

3

BAB II

Seorang Imam itu haruslah terjaga dari dosa; konsep “Ishmah” atau kema’shuman

Mari kita lihat apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an tentang Ahlul Bayt Nabi atau keluarga Nabi yang berdasarkan garis darah Nabi.

Menurut Al-Qur’an, orang-orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang-orang yang dimaksud ialah Rasulullah, Ali, Fathimah, Hasan dan Husein. Ayat pensucian yang mengenai diri mereka ialah ayat berikut ini:

ريا ه ط ت رمك ه ط ت وی ي ب ل ل ا ه س أ� رج ل ا مك ن ب ع ه ذ ی ل رید ا�� ا � �م ن � ا

“……….. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya….” (QS. Al-Ahzab: 33)

Telah disepakati bersama secara ijma bahwa keempat nama di atas (termasuk Rasulullah tentunya) adalah orang-orang yang dimaksud dengan “Ahlul Bayt” atau keluarga Nabi dan mereka semua ma’shum atau terpelihara dari berbuat dosa baik dosa kecil apalagi dosa besar.

Dalam ayat itu (QS. Al-Ahzab: 33) kalimat sebelum dan sesudah ayat itu ditujukan untuk para isteri nabi dan kata ganti yang dipakai adalah kata ganti FEMINIM; sedangkan untuk ayat pensucian di atas, kata ganti yang dipakai ialah kata ganti MASKULIN. Alasan mengapa ayat ini ditempatkan di tengah-tengah atau diapit dua kalimat yang berkata ganti FEMINIM sudah bisa kita tebak sebelumnya. Terlalu mudah untuk mencari alasannya. Mari kita dengarkan saja apa yang dikatakan oleh seorang ulama terkenal yang bernama Allamah Puya yang menuliskan sebuah footnote no. 1857 untuk terjemahan Al-Qur’an yang ditulis oleh S. V. Mir Ahmed Ali. Allamah Puya menulis:

“Mengapa ayat yang berkenaan dengan kesucian keluarga Ahlul Bayt ini diletakkan di sini dan dalama konteks ini memerlukan penjelasan yang sederhana. Ayat ini sebenarnya merupakan ayat yang terpisah secara sendirinya akan tetapi diletakkan di sini seolah-olah ayat ini berhubungan dengan para isteri Nabi. Lokasi atau tempat ayat ini—apabila kita selidiki dengan seksama—maka akan jelaslah bahwa penempatan ayat ini memiliki arti yang sangat penting dan memiliki tujuan yang penting. Ketika di awal ayat, kalimat yang digunakan menggunakan kata ganti FEMINIM, kemudian mengalami perubahan kata ganti di tengah-tengah ayat ini dari kata ganti FEMINIM ke kata ganti MASKULIN. Ketika ayat ini menceritakan tentang para isteri Nabi, kata ganti yang digunakan ialah kata ganti FEMINIM. Ketika menceritakan tentang sekumpulan orang yang terdiri dari laki-laki dan wanita, maka kata ganti yang digunakan ialah kata ganti MASKULIN. Perubahan kata ganti secara tata bahasa menggambarkan secara jelas bahwa kalimat ini merupakan kalimat yang khusus untuk sekelompok orang yang khusus (yaitu anggota keluarga Ahlul Bayt—red) yang bukan kelompok orang yang disebut sebelumnya (para isteri Nabi—red). Dan ayat ini diletakkan di sini untuk menunjukkan KEDUDUKAN AHLUL BAYT dibandingkan dengan KEDUDUKAN PARA ISTERI NABI. ‘Amr bin Abi Salamah yang dibesarkan oleh Rasulullah pernah berkata:

Page 5: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

4

“Ketika ayat ini turun, Rasulullah sedang berada di rumahnya Ummu Salamah. Tepat ketika ayat ini turun: “……….. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya….” Rasulullah mengumpulkan puterinya Fathimah, kemudian kedua putera Fathimah yaitu Hasan dan Husein, serta suaminya Fathimah yaitu Ali. Rasulullah menutupi mereka semuanya termasuk dirinya sendiri dengan sebuah mantel (KISA) dan kemudian berkata: “Ya, Allah! Inilah keluargaku! Bersihkanlah mereka dari segala kotoran dan dosa; bersihkanlah mereka dengan pensucian sebersih-bersihnya.” Ummu Salamah, salah seorang isteri Rasulullah yang shalehah—yang sedang melihat peristiwa menakjubkan ini—dengan segenap kerendahan hati datang kepada Nabi sambil berkata, “Ya, Rasulullah! Bolehkah aku bergabung dengan kalian semua?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Tidak. Tetaplah engkau di tempatmu. Walaupun begitu, engkau tetap berada pada kebaikan.” (Lihat: Holy Qur’an, terjemahan bahasa Inggris oleh S. V. Mir Ahmed Ali, footnote no. 1857, halaman 1261).

Di dalam tulisan sederhana ini bukanlah tempatnya untuk menuliskan semua referensi yang banyak sekali jumlahnya mengenai ayat ini. Akan tetapi perkenankanlah kami menuliskan satu saja referensi yang sengaja kami pilih, yaitu referensi yang berasal dari saudara kami dari kalangan Ahlussunnah (Sunni).

Seorang ulama Ahlu Sunnah yang terkenal yang bernama Maulana Wahidu’z-Zaman pernah menulis tafsir Al-Qur’an dan juga menulis kitab terkenal berjudul Anwaru ‘l-lughah (kamus Al-Qur’an dan Hadits) dan keduanya adalah rujukan yang cukup dikenal luas. Ia menulis dalam tafsir Qur’an-nya mengenai ayat ini. Ia menulis sebagai berikut:

“Ada kalangan yang mengatakan bahwa ayat ini tentang keluarga Nabi yang masih memiliki hubungan darah dengan Nabi yaitu Ali, Fathimah, Hasan dan Husein. Para ahli tafsir itu mengatakan bahwa hadits-hadits shahih yang tersambung kepada Nabi (tidak terputus) mendukung pernyataan ini dengan kuatnya karena ketika Rasulullah sendiri menyatakan bahwa keluarganya itu hanyalah ini, maka menerima pernyataan Rasulullah itu dan meyakininya sebagai kebenaran adalah wajib hukumnya. Dan salah satu bukti lain lagi yang juga cukup kuat yang mendukung para ahli tafsir itu ialah kata ganti yang digunakan sebelum dan sesudah ayat ini semuanya adalah kata ganti FEMINIM, sementara untuk ayat ini digunakan kata ganti MASKULIN…….” (Lihat: Wahidu’z-ZAman: Tafsir Wahidi (di catatan pinggir dari terjemahan Qur’an yang ditulis oleh penulis yang sama), paragraph 22, footnote no. 7, halaman 549).

Kami mengutip dua rujukan ini hanya untuk menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan bahwa ayat (QS. Al-Ahzab: 33) itu untuk Ahlul Bayt (dan bukan untuk isteri Nabi) bukan sementara pendapat dari kalangan Syi’ah saja melainkan juga pendapat dari para ulama Ahlussunnah yang terkenal seperti yang telah kami sebutkan. Para ulama Ahlussunnah itu juga memiliki pendapat yang sama dengan kami yaitu bahwa menurut aturan tata bahasa Arab yang baku dan juga menurut hadits-hadits yang bersambung kepada Rasulullah dan tak terputus, ayat itu memang untuk Ali, Fathimah, Hasan dan Husein. Ini sekaligus menunjukkan bahwa mereka itu tidak memiliki dosa atau terjaga dari berbuat dosa (ma’shum) dan pandangan ini juga diyakini oleh sebagian para ulama Sunni. Mereka berpendapat bahwa Ahlul Bayt itu paling tidak terjaga dari berbuat dosa kalau tidak bisa dikatakan terbebas sepenuhnya dari dosa.

Masih banyak lagi ayat lain dan hadits-hadits lain yang menyiratkan tentang kema’shuman Ahlul Bayt akan tetapi karena tempat yang sangat terbatas maka kami memilih untuk tidak menuliskannya di sini. Masih

Page 6: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

5

ada tempat lain untuk menuliskan itu………misalnya dengan buku-buku yang memiliki ruang yang lebih luas untuk tujuan ini.

Page 7: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

6

BAB III

Penunjukkan Ali sebagai pewaris nabi

Setelah kita membahas tentang “Keutamaan” atau afdhaliyyah dan “Kesucian atau Keterjagaan dari dosa (kema’shuman)” atau ishmah, sekarang kita akan membahas tentang masalah yang juga sama pentingnya yaitu “Penunjukkan” oleh Allah.

Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah telah menyatakan secara tegas dan gamblang bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang yang kelak akan menggantikan posisinya untuk memimpin umat ini menuju kesempurnaan akhlak. Ali akan menjadi penerusnya, ahli warisnya dan khalifahnya.

Perlu disimak bahwa penunjukkan atau deklarasi pengangkatan pertama terjadi pada masa-masa awal Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi akhir zaman. Pernyataan bahwa Ali akan menggantikan kedudukannya dilakukan pada acara jamuan makan malam di rumah Rasulullah.

Ketika ayat berikut ini diturunkan:

وأنذر عشريتك ا�قربني

Rasulullah menyuruh Ali untuk mempersiapkan makanan dan kemudian mengundang karib kerabat dari Abdul Mutthalib supaya Rasulullah bisa menyampaikan perkataan dari Allah. Setelah acara jamuan makan malam selesai, maka Rasulullah berkehendak untuk berbicara kepada mereka tentang masalah ini akan tetapi Abu Lahab memotong pembicaraan dengan berkata: “Sesungguhnya, ia ingin mempengaruhi kita semua dengan perkataannya.” Demi mendengar itu maka mereka semua serempak pergi meninggalkan rumah Rasulullah.

Di hari yang lain, Rasulullah mengundang kembali mereka untuk perjamuan makan yang sama. Setelah mereka selesai makan Rasulullah segera berkata di hadapan mereka:

“Wahai anak-anak keturunan Abdul Muthalib. Aku telah membawakan kebaikan kepada kalian dan segera menyusul kebaikan yang lain. Aku telah ditunjuk oleh Allah

untuk menyeru kalian kepadaNya. Oleh karena itu, aku bertanya kepada kalian: ‘Siapakah diantara kalian yang bersedia mengurus urusan ini semua bersamaku dan

menjadi saudaraku, serta menjadi penerus dan khalifahku setelahku?’”

Tidak ada satupun orang yang menjawab pertanyaan Rasulullah itu kecuali Ali yang masih kecil dan termasuk orang termuda yang hadir pada acara perjamuan itu. Rasulullah kemudian menepuk-nepuk leher Ali dan kemudian berkata:

“Wahai umatku! Ini Ali saudaraku, penerusku, dan khalifah setelahku untuk kalian. Dengarkanlah dia dan patuhilah dia”

Page 8: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

7

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Lihat:

1. Ibnu ‘l-Athir; al-Kamil; volume 5, halaman 62—63 2. al-Baghawi; at-Tafsir, volume 4, halaman 127 3. al-Bayhaqi; Dala’ilu ‘n-nubuwwah; volume 1, halaman 428—430 4. as-Suyuthi; ad-Durru ‘l-mantsur; volume 5, halaman 97 5. al-Muttaqi’ al-Hindi; Kanzul Ummal; volume 15; halaman 100, 113, 115—157) 6. Abu ‘l-Fida; al-Mukhtasar; volume 1; halaman 116—117 7. at-Tabari; at-Tarikh; volume 1; halaman 171—173 8. Carlyle, T; On Heroes, Hero Worship and the Heroic in History; halaman 54 9. Gibbon, E; The Decline and Fall of the Roman Empire; volume 3; halaman 94 10. Davenport, J; An Apology for Muhammad and the Koran; halaman 21 11. Irving, W; Mahommet and His Successors; halaman 45 12. Untuk lebih jelas dan rinci lagi bisa dirujuk dalam (Amini; al-Ghadir; volume 2; halaman 278—289)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Sangat menarik untuk disimak di sini ialah dalam tarikh at-Tabari (Edisi Leiden; tahun 1879 Masehi atau tahun 1173 Hijriyyah) ada kalimat dari Rasulullah yang berbunyi: WASIYYI WA KHALIFATI atau berarti “PENERUSKU DAN KHALIFAHKU”; akan tetapi dalam edisi CAIRO yang ditulis tahun 1963 (yang konon katanya telah dicek ulang dengan menggunakan edisi Leiden yang sudah disebutkan sebelumnya) kata-kata yang sangat bersejarah ini dihilangkan dengan kata-kata yang sama sekali tidak memiliki arti yaitu KHADZA WA KHADZA” (atau berarti BEGINI DAN BEGITU)!

Sangat menyedihkan dan memprihatinkan sekali melihat dunia akademisi keIslaman mengorbankan kejujurannya dan integritasnya hanya untuk sesuatu tujuan politis dan ekonomis! Betapa dunia ilmiah dalam dunia Islam telah mereka korbankan gara-gara fanatisme yang sempit!

Page 9: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

8

BAB IV

Ayat Penunjukkan Ali sebagai pewaris nabi

Setelah kita membahas tentang penunjukkan Imam Ali sebagai khalifah penerus Nabi pada saat Imam Ali masih belia sekali, sekarang kita akan membahas tentang ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengingatkan kita bahwa khalifah yang hak setelah Nabi wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan bukan yang lain. Semua ayat dan hadits ini mengingatkan kaum Muslimin bahwa pemimpin yang harus mereka ikuti sepeninggal Nabi ialah Imam Ali.

Salah satu dari ayat yang paling penting kita ingat ialah:

امنا ولیمك هللا ورسو� وا��ن أمنوا ا��ن یقميون الصالة ویؤتون الزاكة ومه راكعون

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al-Maidah: 55)

Para ulama baik itu dari kalangan Ahlussunnah maupun Syi’ah memiliki penafsiran yang sepakat bahwa ayat ini memang ditujukan untuk menghormati Imam Ali. Ayat itu dengan jelas menunjukkan bahwa ada 3 pemimpin yang merupakan pemimpin kaum beriman yaitu yang pertama ialah ALLAH; yang kedua ialah RASULULLAH; dan yang ketiga ialah IMAM ALI (dengan sebelas Imam yang datang setelahnya)

Abu Dzar al-Ghifari (salah satu sahabat nabi yang mulia dan utama) pada suatu hari sedang shalat bersama Rasulullah ketika pada waktu itu datanglah seorang pengemis meminta-minta di mesjid Nabi. Tidak ada satupun yang merespon kedatangannya dan tidak ada satu orangpun yang mau memberikan sedekah padanya. Pengemis itu menengadahkan tangannya ke langit seraya memohon, “Ya, Allah! Saksikanlah aku datang ke mesjid NabiMu dan tidak ada satu orangpun yang mau memberiku sedekah.” Ali pada waktu itu sedang dalam keadaan ruku dan mendengar perkataan pengemis ini. Ali memberikan isyarat dengan kelingkingnya yang padanya ada sebuah cincin. Pengemis itu mendekati Ali dan kemudian mengambil cincin itu. Kejadian ini terjadi ketika Rasulullah ada di tempat kejadian itu dan ia menengadah ke langit seraya berdo’a:

“Ya, Allah! Saudaraku Musa telah berdo’a kepadaMu untuk membukakan dadanya dan memberikannya kemudahan dalam pekerjaannya; ia juga memohon agar

lidahnya tidak terasa kelu ketika berdakwah sehingga setiap orang bisa memahami perkataannya; ia juga berdo’a agar saudaranya (Harun) dijadikan wakilnya untuk

mempermudah pekerjaannya. Ya, Allah! Engkau berkata kepada Musa, “Kami akan menguatkan kedua tanganmu dengan saudaramu untuk menguatkan tulang

punggungmu. Sekarang tidak ada satu orangpun yang bisa membahayakan diri kalian berdua!”

“Ya, Allah! Aku ini Muhammad dan Engkau telah memberiku keutamaan. Bukalah hatiku dan mudahkanlah pekerjaanku dan pilihlah dari keluargaku yaitu Ali sebagai

Page 10: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

9

wakilku untuk menguatkan tulang punggungku.” Rasulullah belum sampai selesai berdo’a ketika Jibril membawakan sebuah kabar gembira baginya (yaitu ayat di atas:

QS. Al-Maidah: 55).

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

LIHAT:

1. at Tabari; at-Tafsir; volume 6; halaman 186

2. as-Suyuti; ad-Durrul Mantsur; volume 2; halaman 293—294

3. ar-Razi; at-Tafsirul Kabir; volume 12; halaman 26

4. az-Zamakhshari; at-Tafsir (al-Kashshaf); volume 1; halaman 694

5. al-Jassas; Ahkamul Qur’an; volume 2, halaman 542—543

6. al-Khazin; at-Tafsir; volume 2, halaman 68

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini hanya memberikan gambaran singkat dan tidak cukup untuk menuliskan semua referensi yang dari setiap hadits yang jumlahnya banyak sekali (ada sekitar ratusan hadits; jadi untuk menuliskannya lengkap dengan daftar sanad dan daftar pustakanya diperlukan ruang yang jauh lebih luas dari sekedar tulisan dalam blog). Ayat ini (AL-QUR’AN) ditambah dengan do’a Nabi (AL-HADITS) masing-masing memiliki kekuatan sendiri sebagai hujah dan apabila digabungkan menjadi kekuatan hujah yang jauh lebih dasyhat lagi. Hujah-hujah ini menunjukkan bahwa Ali sejak awal memang dirancang untuk menjadi Pemimpin bagi kaum beriman sepeninggal Nabi dimana hanya orang-orang berimanlah yang mau mengakui dan berwilayah kepada Imam Ali sepeninggal Nabi.

Page 11: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

10

BAB V

Deklarasi di Ghadir Khum; Penunjukkan Imam Ali sebagai pemimpin kaum Muslimin

Semua perkataan Rasulullah yang telah secara eksplisit menunjukkan bahwa Ali akan menjadi penerus dan penjaga risalah Islam yang sudah kita bahas dalam tulisan yang lalu (LIHAT: Serial Ghadir Khum sebelumnya) adalah merupakan prelude atau mukadimah dari deklarasi Ghadir Khum yang agung. Rasulullah seolah-olah telah mempersiapkan sebelumnya pengangkatan Imam Ali yang akan diumumkan pada hari dan tempat yang sangat khusus.

Peristiwa Ghadir Khum ini telah disepakati (memang terjadi) oleh para sejarahwan dan ulama baik dari kalangan Ahlussunnah maupun Syi’ah. Di sini kami akan menunjukkan apa saja persiapan yang dilakukan oleh Rasulullah sebelum Rasulullah mendeklarasikan Ali sebagai khalifah sepeninggalnya. Khalifah yang

Ghadir Khum itu adalah sebuah tempat yang berlokasi di Juhfa antara Mekah dan Madinah. Ketika Rasulullah sedang dalam perjalanan pulang setelah melaksanakan haji Wada, Jibril membawakan sebuah pesan atau berita yang sangat penting dari Allah Ta’ala:

� أهيا الرسول بلغ ما أنزل الیك من ربك وان مل تفعل مفا بلغت رسالته وهللا یعصمك من الناس ان هللا ال هيدي القوم

الاكفر�ن

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al-Maidah: 67)

Rasulullah menghentikan perjalanannya seketika dan memerintahkan semua orang yang telah mendahului kafilah Rasulullah agar kembali dan berkumpul bersama Rasulullah. Rasulullah juga memerintahkan agar mereka menunggu orang-orang yang belum sampai ke tempat itu. Ketika setiap karavan telah berkumpul; ketika setiap orang hadir di tempat itu, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk membuat mimbar sederhana dari sadel unta yang ditumpuk—tumpuk. Kemudian duri-duri dari pohon akasia disingkirkan agar tidak melukai orang-orang yang hadir di sana. Rasulullah kemudian naik ke mimbar itu (agar bisa dilihat setiap orang yang hadir di sana) dan mulai memberikan khutbah yang panjang (yang dicatat oleh para penulis Rasulullah).

Page 12: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

11

Ghadir Khum

Hari sangat panas membakar pada waktu itu. Orang-orang yang hadir sampai harus memanjangkan pakaiannya untuk melindungi kaki mereka dan juga kepala mereka dari sengatan matahari gurun yang tiada ampun. Rasulullah memulai dakwahnya sebagai berikut:

“Wahai Manusia! Ketahuilah bahwa Jibril telah datang kepadaku beberapa kali membawakan perintah dari Tuhan yang maha pengampun agar aku berhenti di

tempat ini dan memberitahu setiap manusia, baik yang berkulit putih maupun yang berkulit hitam, bahwa Ali, putera dari Abu Thalib, adalah saudaraku dan washy-ku

(pemegang wasiat ku), dan khalifah sepeninggalku, dan Imam setelahku. Kedudukan dia terhadapku seperti kedudukan Harun terhadap Musa, hanya tidak ada lagi Nabi

setelahku. Dan ia adalah pemimpin kalian setelah Allah dan RasulNya.”

“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah mengangkatnya menjadi Imam dan pemimpin kalian. Ketaatan kepadanya diwajibkan baik bagi Muhajirun maupun

Page 13: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

12

Anshar dan bagi mereka yang mengikuti dalam kemuliaan; juga bagi para penduduk kota dan kaum pengembara (nomad); orang Arab maupun ‘Ajam (non-Arab); orang merdeka maupun hamba sahaya; yang muda maupun yang tua; yang besar maupun yang kecil; yang putih maupun yang hitam. Perintahnya haruslah kalian patuhi; kata-

katanya bersifat mengikat; dan anjurannya adalah kewajiban untuk ditaati oleh mereka yang percaya bahwa Tuhan itu Esa. Terkutuklah orang-orang yang

membangkang perintahnya dan diberkahilah orang-orang yang setia mengikutinya; dan mereka yang beriman kepada dia adalah termasuk orang-orang yang takwa”

“Wahai manusia! Ini adalah terakhir kalinya aku berdiri di hadapan kalian dalam sebuah majelis. Oleh karena itu, dengarlah aku dan patuhilah aku dan berserah

dirilah kepada perintah Tuhanmu. Sesungguhnya Allah, Dia adalah pemimpin dan Tuhanmu; dan setelahNya adalah RasulNya, Muhammad, yang sedang berbicara

kepada kalian. Dia adalah pemimpin kalian; kemudian setelahku adalah Ali. Dialah pemimpin kalian dan Imam kalian sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepada kalian untuk dipatuhi. Dan setelahnya ada Imamah yang akan berlangsung

melalui keturunanku dan akan lahir darinya hingga hari dimana kalian akan bertemu dengan Allah dan RasulNya”

“Wahai manusia! Bacalah Al-Qur’an dan pahamilah ayat-ayatnya; renungkanlah ayat-ayat yang terang dan jangan pertentangkan ayat yang membingungkan.

Karena, demi Allah, tidak ada seorangpun (selain Rasulullah—red) yang mampu menjelaskan dengan benar dan terang apa yang terkandung di dalamnya baik itu

maknanya maupun perintahnya kecuali orang ini (sambil memegang tangan Imam Ali) yang tangannya saya angkat di hadapan kalian. Dan aku berkata kepada kalian

bahwa BARANGSIAPA YANG MEJANDIKANKU PEMIMPINNYA, MAKA ALI ADALAH PEMIMPINNYA; dan ia adalah Ali putera Abu Thalib, saudaraku dan WASHY-ku; dan

WILAYAH-nya (ketaatan kepadanya dan kecintaan kepadanya) adalah kewajiban yang telah diamanatkan oleh Allah yang maha kuat dan maha tinggi.”

Nama-nama Imam yang lain juga disebutkan dalam pidato ini dan hadits-hadits yang menyebutkan nama-nama Imam itu juga ada dan menunjukkan tingkat presisi yang sangat tepat. Misalnya sebuah hadits yang menggambarkan Rasulullah sedang menyapa Husein bin Ali bin Abi Thalib dengan sapaan sebagai berikut:

“Engkau adalah seorang Imam, putera dari seorang Imam, saudara dari seorang Imam, dan sembilan orang dari keturunanmu akan menjadi seorang Imam yang

shaleh; yang kesembilan dari mereka akan menjadi al-Qaim (ia yang akan bangkit)”.

LIHAT:

Page 14: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

13

1. Al-Qunduzi: Yanabi’ul Mawaddah; halaman 168

2. Amritsari: Arjahul matalib; halaman 448

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak perlu kecerdasan yang tinggi untuk memahami betapa pentingnya masalah suksesi kepemimpinan ini dalam Islam dengan landasan pemikiran bahwa apabila Rasulullah tidak pernah menunjuk seorang pemimpin setelahnya maka umat akan kebingungan dan akan terjadi pergesekan horisontal memperebutkan kekuasaan, yang pada akhirnya akan menjadi sebuah cacat sejarah yang memalukan (walau ini memang akhirnya terjadi—red).

Rasulullah mempersiapkan segala sesuatunya—atas perintah Allah—agar proses pelantikan ini berjalan dengan baik. Bisa kita bayangkan beliau menaiki mimbar di tengah terik matahari yang menyengat untuk melangsungkan prosesi ini. Ini sekaligus menunjukkan bahwa pelantikan ini sangat penting. Atau maha penting.

Pertama-tama, Rasulullah memberitahu kepada khalayak bahwa beliau hendak wafat dalam waktu yang sangat dekat. Kemudian beliau meminta mereka untuk menyaksikan bahwa tugas kenabiannya telah selesai. Kemudian beliau bertanya kepada mereka:

“Apakah aku memiliki hak terhadap kalian melebihi hak kalian terhadap diri kalian?”

Setiap yang hadir menjawab bahwa Rasulullah memang memiliki hak lebih terhadap diri mereka daripada mereka terhadap dirinya sendiri.

Kemudian Rasulullah melanjutkan:

“Barangsiapa yang menjadikan diriku pemimpin, maka Ali adalah pemimpinnya.”

Kemudian Rasulullah memanjatkan do’a untuk memberikan berkah kepada Ali:

“Ya, Allah! Cintailah mereka yang mencintai Ali, dan jadikanlah musuhMu orang-orang yang memusuhi Ali; berilah pertolongan kepada dia yang mau menolong Ali

dan tinggalkan dia yang meninggalkan Ali.”

Ketika upacara pelantikan itu selesai, maka turunlah ayat al-Qur’an berikut ini:

مك االسالم دیناالیوم أمكلت لمك دینمك وأمتمت �لیمك نعميت ورضيت ل

Page 15: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

14

“ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3)

Wahyu yang turun langsung dihadapan khalayak ramai ini dengan jelas menunjukkan bahwa karena pengangkatan Imam Ali menjadi seorang Imam maka agama ini menjadi lengkap sempurna; kenikmatan juga telah dicukupkan; dan keridhoan Allah telah digenapkan; serta agama Islam telah diridhoi oleh Allah.

Setelah turunnya ayat ini serempak orang-orang mengucapkan selamat kepada Ali bin Abi Thalib di hadapan Rasulullah. Orang-orang begitu padat berduyun-duyun seolah-olah sedang merayakan hari raya semuanya menuju ke satu titik dimana Rasulullah dan Ali berada.

Beberapa pujangga mulai menuliskan syair-syair dan puisinya untuk mengabadikan peristiwa bersejarah itu. Banyak sekali orang yang menuliskan atau mengingat peristiwa bersejarah ini lekat-lekat dan sebagiannya tertulis dalam hadits-hadits yang nanti akan kita bicarakan kemudian.

Page 16: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

15

BAB VI

Hadits tentang perisitiwa Ghadir Khum itu sangat kuat dan mutawatir

BERIKUT INI SENGAJA DIAMBIL LANGSUNG DARI KHASANAH ILMU AHLUSSUNNAH (diambil dari kitab-kitab yang ditulis dan digunakan oleh saudara-saudara kita dari kalangan Ahlussunnah). Berikut adalah petikan khutbah Rasulullah yang sangat legendaris itu:

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang amat berharga yaitu (1) Kitabullah dan (2) Ahlul Baytku (wa Ittrati) yang merupakan anggota-anggota keluargaku.

Mereka tidak akan berpisah satu sama lainnya hingga mereka menemuiku di dekat telaga Kautsar (sebuah telaga di surga). Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan

Aku ini pemimpin dari setiap orang beriman.”

Kemudian Rasulullah memegang tangan Imam Ali dan berkata:

“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah juga pemimpinnya.”

Kedua hadits di atas biasanya masing-masing memiliki nama julukan. Hadits yang pertama dijuluki hadits ats-Tsaqalayn (dua perkara yang berharga); sedangkan hadits yang lainnya disebut dengan hadits wilayah(kepemimpinan). Kedua hadits itu baik secara terpisah maupun secara kesatuan dalam hadits yang sama dengan redaksi yang lebih panjang keduanya diriwayatkan oleh banyak sekali ahli hadits. Ada ratusan orang jumlahnya dan terlalu naif apabila hadits itu diabaikan begitu saja.

Nawwab Siddiq Hasan Khan dari Bhopal, India, berkata:

“al-Hakim Abu Said berkata bahwa hadits “dua perkara yang berharga” itu dan hadits “barangsiapa menjadikanku pemimpin, maka Ali juga pemimpinnya” itu keduanya adalah hadits mutawatir (atau diriwayatkan secara tak terputus oleh banyak sekali orang sehingga takkan mungkin diragukan lagi kesahihannya), karena sejumlah besar para sahabat Nabi masing-masing meriwayatkan hadits-hadits ini. Begitu banyaknya hadits ini sehingga Muhammad ibn Jarir (seorang ulama ahlussunnah—red) saja menuliskan kedua hadits tersebut di atas dengan melalui 75 rantai sanad yang berbeda! Dan bahkan hebatnya lagi ia malah harus membuat sebuah buku khusus tentang hadits-hadits itu yang ia berijudul KITABUL WILAYAH.”

“al-Hafidz adh-Dhahabi (juga seorang ulama ahlussunnah) juga menulis sebuah buku yang detail sekali tentang sanad dari kedua hadits itu dan pada akhirnya ia memberikan fatwa tentang mutawatir-nya hadits itu”

Page 17: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

16

“Abul Abbas ibn Uqbah telah meriwayatkan hadits tetang peristiwa Ghadir Khum melalui 150 rantai sanad dan kemudian ia menulis buku tentang itu dengan sangat rinci sekali”

(LIHAT: Siddiq Hasan Khan: Manhajul Wusul, halaman 13)

Beberapa penulis yang fanatis buta mencoba untuk melemparkan keraguan terhadap kesahihan dari peristiwa Ghadir Khum ini akan tetapi mereka menemui kegagalan sama sekali. Ingatlah sekali lagi bahwa hadits-hadits ini mutawatir dan sesuatu yang disepakati oleh banyak orang takkan mungkin dirusak oleh beberapa gelintir orang yang penuh kedengkian.

Al-Allamah Al-Amini—seorang ulama terkenal—menulis sebuah kitab yang juga sama terkenalnya yaitu al-Ghadir. Dalam kitab itu ia menuliskan sebanyak 110 sahabat ternama Rasulullah (lengkap dengan kitab-kita referensi yang ia rujuk) yang meriwayatkan hadits-hadits tersebut di atas. Belum pernah ada hadits yang memiliki rantai sanad yang sangat kuat sekuat hadits-hadits tentang pelantikan Imam Ali di Ghadir Khum sehingga tidak mungkin lagi ada peluang untuk meragukan hadits tersebut kecuali kalau ada motif buruk dari orang yang meragukannya.

Sebagai contoh saja di sini kami akan menyebutkan nama-nama para sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tentang pelantikan Imam Ali. Kami akan menuliskan para sahabat yang namanya dimulai dari huruf Alif saja (namanya akan dituliskan sebelum tahun meninggalnya):

1. Abu Layla al-Ansari, meninggal tahun 37H

2. Abu Zaynab ibn Auf al-Ansari

3. Abu Fadalah al-Ansari, meninggal tahun 38H

4. Abu Qudamah al-Ansari

5. Abu Amrah ibn Amr ibn Muhassin al-Ansari

6. Abul Haytham ibn at-Tayyihan, meninggal tahun 37H

7. Abu Rafi al-Qibti, hamba sahaya Rasulullah

8. Abuu Dhuwayb Khuwaylid (atau Khalid) ibn Khalid al-Hudhali

9. Usamah ibn Zayd ibn Haritsah, meninggal tahun 54H

10. Ubayd ibn Ka’ab al-Ansari, meninggal tahun 30 atau 32

11. As’ad ibn Zurarah al-Ansari

12. Asma binti Umays

13. Ummu Salamah, isteri Rasulullah

14. Ummu Hani binti Abi Thalib

15. Abu Hamzah Anas ibn Malik al-Ansari

16. Abu Bakar ibn Abi Quhafah

17. Abu Hurayrah

Page 18: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

17

(LIHAT: al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 14—18)

Dan ada kurang lebih 84 tabi’in (murid-murid yang belajar pada para sahabat Rasulullah) yang meriwayatkan hadits-hadits ini dari jalur para sahabat yang sebagian namanya dituliskan di atas. Di sini kami akan tuliskan contohnya. Nama-nama tabi’in yang diambil di sini yang namanya dimulai dari Alif:

1. Abu Rashid al-Hubrani ash-Shami

2. Abu Salamah ibn Abdir-rahmah ibn Auf

3. Abu Sulayman al-Mu’adhin

4. Abu Salih as-Samman, Dhakwan al-Madani

5. Abu Unfuwanah al-Mazini

6. Abu ‘Abdir-rahman al-Kindi

7. Abul Qasim, Asbagh ibn Nutabah at-Tamimi

8. Abu Layla al-Kindi

9. Iyas ibn Nudhayr

(LIHAT: al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 14—18)

Para ahli hadits telah mencatat hadits-hadits ini dalam kitab-kitab mereka selama berabad-abad dan pada setiap jaman. Sebagai contoh di sini kami akan menuliskan nama-nama para penulis dan ulama yang telah meriwayatkan hadits ini pada abad kedua Hijriah:

1. Abu Muhammad, ‘Amr ibn Dinar al-Jumahi al-Makki, meniggal tahu 115H atau 116H

2. Abu Bakar Muhammad ibn Muslim ibn Ubaydillah al-Qurashi az-Zuhri, meninggal tahun 124

3. Abdurrahman ibn Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr at-Taymi al-Madani, wafat tahun 126H

4. Bakr ibn Sawadah ibn Thumamah, Abu Thumamah al-Basri, meninggal tahun 128H

5. ‘Abdullah ibn Abi Najih, Yasar ath-Thaqafi, Abu Yasar al-Makki, meninggal tahun 131H

6. al-Hafiz Mughirah ibn Muqassim, Abu Hisham ad-Dabbi al-Kufi, meninggal tahun 133H

7. Abu Abdirrrahim Khalid ibn Zayd al-Jumahi al-Misri, meninggal tahun 139H

8. Hasan ibn al-Hakam an-Nakha’I al-Kufi, meninggal tahun 140H

9. Idris ibn Yazid, Abu Abdillah al-Awdi al-Kufi,

10. Yahya ibn Said ibn Hayyan at-Taymi al-Kufi

11. al-Hafiz ‘Abdul Malik ibn Abi Sulayman al-Arzami al-Kufi, meninggal tahun 145H

12. Awf ibn Abi Jamilah al' Abdi al-Hajari al-Basri, meninggal tahun 146H

Page 19: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

18

13. Ubaydullah ibn Umar ibn Hafs ibn Asim ibn Umar ibn al-Khattab al ‘Adawi al-Madani, meninggal tahun 147H

14. Nu’aym ibn al-Hakim al-Madayini, meninggal tahun 148H

15. Thalhah ibn Yahya ibn Thalhah ibn Ubaydillah at-Taymi al-Kufi, meninggal tahun 148H

16. Abu Muhammad Kathir ibn Zayd al-Aslami, meninggal tahun 150H

17. al-Hafiz Muhammad ibn Ishaq al-Madani, meninggal tahun 151 atau 152H

18. al-Hafiz Mu’ammar ibn Rashid, Abu ‘Urwah al-Azdi al-Basri, meninggal tahun 153 atau 154H

19. al-Hafiz Mis’ar ibn Kidam ibn Zahir al-Hilali ar-Rawasi al-Kufi, meninggal tahun 153 atau 155H

20. Abu Isa Hakam ibn Aban al-‘Adani, meninggal tahun 154 atau 155H

21. Abdullah ibn Shawdhab al-Balkhi al-Basri, meninggal tahun 157H

22. al-Hafiz Shu’bah ibn al-Hajjaj, Abu Bistam al-Wasiti, meninggal tahun 160H

23. al-Hafiz Abul ‘Ala, Kamil ibn al-‘Ala at-Tamimi al-Kufi, meninggal tahun 160H

24. al-Hafiz Sufyan ibn Sa’id ath-Thawri, Abu ‘Abdillah al-Kufi, meninggal tahun 161H

25. al-Hafiz Israil ibn Yunus ibn Abi Ishaq as-Sabi’i Abu Yusuf al-Kufi, meninggal tahun 162H

26. Ja’far ibn Ziyad al-Kufi al-Ahmar, meninggal tahun 165 atau 167H

27. Muslim ibn Salim an-Nahdi, Abu Farwah al-Kufi

28. al-Hafiz Qays ibn ar-Rabi, Abu Muhammad al-Asadi al-Kufi, meninggal tahun 165H,

29. al-Hafiz Hammad ibn Salamah, Abu Salamah al-Basri, meninggal tahun 167H

30. al-Hafiz ‘Abdullah ibn Lahi’ah, Abu ‘Abdir-Rahman al-Misri, meninggal tahun 174H

31. al-Hafiz Abu ‘Uwanah al-Waddah ibn ‘Abdillah al-Yashkuri al-Wasiti al-Bazzaz, meninggal tahun 175 atau 176H

32. al-Qadi Sharik ibn ‘Abdillah Abu ‘Abdillah, Abu ‘Abdillah an-Nakhai al-Kufi, meninggal tahun 177H

33. al-Hafiz ‘Abdullah (atu Ubaydullah) ibn Ubaydur-Rahman (atau Abdurrahman) al-Kufi, Abu Abdir-Rahmanal-Ashja’I, meninggal tahun 182H

34. Nuh ibn Qays, Abu Rawh al-Huddani al-Basri, meninggal tahun 183H

35. al-Muttalib ibn Ziyad ibn Abi Zuhayr al-Kufi, Abu Talib, meninggal tahun 185H

36. al-Qadi Hassan ibn Ibrahim al-‘Anazi, Abu Hashim, meninggal tahun 186H

37. al-Hafiz Jarir ibn ‘Abdil- Hamid, Abu Abdillah ad-Dabbi al-Kufi ar-Razi, meninggal tahun 188H

38. al-Fadl ibn Musa, Abu Abdillah al-Marwazi as-Sinani, meninggal tahun 192H

Page 20: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

19

39. al-Hafiz Muhammad ibn Ja’far al-Madani al-Basri, meninggal tahun 193H

40. al-Hafiz Isma’il ibn ‘Uliyyah, Abu Bishr ibn Ibrahim al-Asadi, meninggal tahun 193H

41. al-Hafiz Muhammad ibn Ibrahim, Abu Amr ibn Abi Adiyy as-Sulami al-Basri, meninggal tahun 194H

42. al-Hafiz Muhammad ibn Khazim, Abu Mu’awiyyah at-Tamimi ad-Darir, meninggal tahun 195H

43. al-Hafiz Muhammad ibn Fudayl, Abu Abdir-Rahman al-Kufi, meninggal tahun 195H

44. al-Hafiz al-Wakil ibn al-Jarrah ar-Ru’asi al-Kufi, meninggal tahun 196H

45. al-Hafiz Sufyan ibn Uyaynah, Abu Muhammad al-Hilali al-Kufi, meninggal tahun 198H

46. al-Hafiz ‘Abdullah ibn Numayr, Abu Hisham al-Hamdani al-Kharifi, meninggal tahun 199H

47. al-Hafiz Hanash ibn al-Harith ibn Laqit an-Nakha’I al-Kufi

48. Abu Muhammad Musa ibn Ya’qub az-Zama’I al-Madani

49. al-‘Ala ibn Salim al-‘Attar al-Kufi

50. al-Azraq ibn Ali ibn Muslim al-Hanafi, Abul-Jahm al-Kufi

51. Hani ibn Ayyub al-Hanafi al-Kufi

52. Fudayl ibn Marzuq al-Agharr ar-Ru’asi al-Kufi, meninggal tahun 160H

53. Abu Hamzah Sa’d ibn Ubaydah as-Sulami al-Kufi

54. Musa ibn Muslim al-Hizami ash-Shaybani, Abu Isa al-Kufi at-Tahhan (Musa as-Saghir)

55. Ya’qub ibn Jafar ibn Abi Katsir al-Ansari al-Madani

56. Utsman ibn Sa’d ibn Murrah al-Qurashi, Abu ‘Abdillah (Abu ‘Ali) al-Kufi

(LIHAT: al-Amini; al-Ghadir, volume 1, halaman 73—81)

Hadits-hadits ini secara terus menerus diriwayatkan oleh begitu banyak perawi (ruwat) pada setiap masa hingga rantaian perawi ini membuat hadits-hadits itu sangat mutawatir. Di antara para ulama dan penulis yang telah meriwayatkan hadits-hadits ini paling tidak kita cukup mengambil salah satunya yaitu al-‘Allamah al-Amini yang telah menuliskan dan mengurutkan sebanyak 360 nama ulama yang ia ambil pada abad ke-14 saja.

(LIHAT: al-Amini; al-Ghadir, volume 1, halaman 73—151)

Ada beberapa kalangan yang mencoba-coba untuk menimbulkan keraguan atas para sanad (asnad) dari hadits-hadits ini. Karena setiap santri yang meneliti hadits tahu bahwa apabila suatu hadits itu dikatakan mutawatir, maka tidak perlu lagi melihat sanad dari hadits tersebut karena sanda yang satu akan menguatkan sanad yang lain. Akan tetapi untuk memperlihatkan kepada anda betapa dangkalnya tuduhan yang mereka lemparkan itu,

Page 21: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

20

BAB VII

Sanad dari Hadits tentang perisitiwa Ghadir Khum

Menyambung tulisan sebelumnya tentang para sahabat yang menjadi saksi sejarah yang melaporkan peristiwa Al-Ghadir Khum, di sini saya tuliskan tentang pendapat beberapa perawi dari kalangan Ahlussunnah terhadap hadits-hadits itu.

1. al-Hafidz Abu Isa at-Thirmidzi (meninggal tahun 279H) telah berkata (dalam kitabnya Sahih—yang termasuk salah satu dari as-Sihah as-Sittah) tentang hadits-hadits ini sebagai berikut: “Hadits-hadits itu baik (Hasan) dan benar (Shahih)” (LIHAT: at-Thirmidzi, as-Sahih, volume 2, halaman 298).

2. al-Hafidz Abu Ja’far at-Tahawi (meninggal tahun 321H) telah berkata dalam kitabnya Musykilu ‘l-athar bahwa: “Hadits ini sahih menurut para periwayatnya (asnad) dan tak ada seorangpun yang pernah berkata berlawanan dengan para periwayat hadits itu (maksudnya: tidak ada yang menentang kesahihan hadits itu—red). (LIHAT: at-Tahawi: Musykilu ‘l-athar, volume 2, halaman 308).

3. Abu Abdillah al-Hakim an-Naysaburi (meninggal tahun 405H) telah meriwayatkan hadits ini lewat beberapa jalur rantai sanad dalam kitabnya yang terkenal yaitu al-Mustadrak (haditsnya seringkali kita sebut sebagai hadits riwayat Hakim). Ia menuliskan dalam kitabnya itu bahwa hadits-hadits tentang Al-Ghadir Khum itu sahih (LIHAT: al-Hakim, al-Mustadrak, volume 3, halaman 109—110)

4. Abu Muhammad Ahmad ibn Muhammad al-Asimi telah berkata: “Hadits-hadits ini diterima oleh ummat dan hadits-hadits tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.” (LIHAT: Al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 295)

Berikut ini akan saya tuliskan beberapa nama penulis hadits yang menuliskan hadits-hadits tentang peristiwa Al-Ghadir Khum yang semuanya menyatakan bahwa hadits-hadits tentang peristiwa Al-Ghadir Khum itu nyata adanya dan sahih serta tak mungkin atau mustahil ditolak keberadaannya.

Para penulis hadits itu diantaranya ialah:

1. Abu Abdillah al-Mahamili al-Baghdadai dalam kitabnya AMALI

2. Ibn Abdi ‘l-Barr al-Qurtubi dalam kitabnya AL-ISTI’AB

3. Ibnu ‘l-Maghazili asy-Syafi’i dalam kitabnya AL-MANAQIB

4. Abu Hamid Ghazzali dalam kitabnya SIRRU ‘l-ALAMAYN

5. Abu ‘l-Faraj ibn al-Jawzi dalam kitabnya AL-MANAQIB

6. Sibt ibn al-Jawzi dalam kitabnya TADZKIRAT KHAWASSI ‘L-UMMAH

7. Ibn Abi ‘l-Hadid al-Mu’tazili dalma kitabnya SHARH NAHJUL BALAGHAH

Page 22: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

21

8. Abu Abdillah al-Ganji asy-Syafi’i dalam kitabnya KIFAYATUL-TALIB

9. Abu ‘l-Makarim ‘Alaud-Din as-Simnani dalam kitabnya AL-URWATU ‘L-WUTSQA

10. Ibn Hajar al Asqalani dalam kitabnya TAHDHIBU ‘L-TAHDHIB

11. Ibn Katsir ad-DImasyqi dalam kitabnya TARIKH

12. Jalaluddin as-Suyuthi

13. Al-Qastalani dalam kitabnya AL-MAWAHIBU ‘L-LADUNNIYYAH

14. Ibnu Hajar al-Makki dalam kitabnya AS-SAWA’IQU ‘-MUHRIQAH

15. Abdu ‘l-Haqq ad-Dihlawi dalam kitabnya SHARHU ‘L-MISHKAT

16. DAN MASIH BANYAK LAGI YANG TIDAK MUNGKIN DITULISKAN DALAM TULISAN SINGKAT INI

Patut dan layak serta perlu untuk dituliskan disini bahwa semua penulis hadits yang disebutkan di atas ialah kesemuanya berasal dari golongan AHLUSUNNAH. Mereka adalah orang-orang yang terpandang di kalangan saudara kita dari Ahlussunnah (Sunni). Dan di kalangan Ahlussunnah sebuah hadits itu dikatakan shahih apabila hadits tersebut melalui sebuah rantai sanad yang tak terputus yang terdiri dari orang-orang yang adil (Adl) terpercaya atau dianggap bisa dipercaya (Tsiqat); selain itu juga mereka harus memiliki ingatan (Dhab) yang kuat dan tidak pernah melakukan tindak asusila atau jahat dan tidak gila (LIHAT: Subhi as-Salih, Ulumu l’-hadits wa mustalahatuh, halaman 145)

Apabila semua karakter itu ada pada setiap orang yang ada pada rantai sanad sebuah hadits, maka hadits itu akan dipercaya dan dianggap sahih. Sedangkan apabila ada seorang sanad atau dua orang sanad yang tidak memiliki ingatan yang kuat, maka hadits itu akan digolongkan kedalam hadits yang hasan (baik). Saja. (LIHAT: ibid)

Jadi apabila para ulama Ahlussunnah berkata bahwa hadits al-Ghadir itu shahih maka itu artinya mereka secara tidak langsung menyebutkan bahwa para perawi atau pelapor hadits itu sebagai orang-orang yang dapat dipercaya dan jujur adanya; mereka tidak memiliki cela secara asusila; mereka tidak pernah melakukan perbuatan jahat pada masanya sekaligus juga mereka memiliki ingatan yang kuat untuk merekam hadits yang sahih itu. Dan hadits-hadits yang mereka tuliskan tentu saja memiliki kedudukan yang shahih dan baik serta bisa dijadikan rujukan bagi kaum Muslimin.

Page 23: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

22

BAB VIII

Arti kata “MAULA” pada hadits al-Ghadir Khum

Karena kaum Ahlussunnah tidak bisa menolak keabsahan dari hadits al-Ghadir Khum, maka sebagian dari mereka mencari cara lain untuk mengesampingkan pentingnya hadits tersebut dengan menyimpangkan makna kata Maula yang ada dalam hadits tersebut.

Mereka menerjemahkan kata Maula itu dengan kata Teman. Jadi kalau kata Teman itu dimasukkan kedalam hadits tersebut, maka bunyi hadits itu menjadi:

“BARANGSIAPA YANG MENJADIKAN DIRIKU SEBAGAI ‘TEMAN’, MAKA ALI AKAN MENJADI ‘TEMAN’-NYA”

Padahal sebelumnya hadits itu berbunyi:

“BARANGSIAPA YANG MENJADIKAN DIRIKU SEBAGAI ‘PEMIMPIN’. MAKA ALI AKAN MENJADI ‘PEMIMPIN’-NYA”

Kebetulan kata MAULA itu bisa diterjemahkan sebagai PEMIMPIN maupun TEMAN.

Akan tetapi masalahnya ialah tidak ada seorangpun yang hadir di wadi Ghadir itu yang menangkap kata-kata Rasulullah itu dan mengartikan MAULA dengan kata TEMAN. Hassan Ibn Tsabit misalnya. Ia adalah seorang penyair yang bekerja pada Rasulullah. Ia menggubah sebuah syair atau puisi yang mengabadikan apa yang terjadi di Ghadir Khum pada waktu itu. Ia membacakan puisinya itu di depan khalayak yang hadir pada hari itu di Ghadir Khum.

FAQOLA LAHU QUM YAA ‘ALI FA INNANII

RODHIYTUKA MIN BA’DI IMAAMAN WA HADII

Rasulullah kemudian berkata kepada Ali:

“Berdirilah engkau, ya Ali! Karena aku ridho untuk menjadikanmu Imam dan Petunjuk bagi umat sepeninggalku!”

Page 24: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

23

Umar bin Khattab yang juga hadir pada hari itu di tempat itu mendekat kepada Ali dan kemudian memberikan ucapan selamat kepada Ali seraya berkata:

“Selamat, selamat, ya putera Abu Thalib. Pagi ini engkau telah menjadi MAULA bagi setiap orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan.”

----------------------------------------------------------------------------------

LIHAT rujukan berikut ini :

1. al-Khatib at-Tabrizi: Mishkatu ‘l-masabih, halaman 557

2. Mir Khwand: Habibu ‘s-siyar, volume 1, pt 3, halaman 144

3. at-Tabari: al-Wilayah, ar-Razi: at-Tafsiru ‘l-kabir, volume 12, halaman 49—50

4. Ahmad: al-Musnad, volume 4, halaman 281

5. Ibn Abi Shaybah: al-Musannah;

6. Abu Ya’la: al-Musnad

7. Ahmad ibn ‘Uqbah: al-Wilayah, dan masih banyak lagi (anda bisa juga lihat dalam kitab al-Ghadir tulisan dari al-Amini, volume 1, halaman 270—283 untuk referensi lebih lengkapnya)

-----------------------------------------------------------------------------------

Kembali kepada pembahasan tentang kata MAULA. Kalau seandainya kata MAULA itu diartikan dengan kata TEMAN maka akan timbul banyak sekali pertanyaan yang susah untuk dijawab seperti misalnya:

1. Mengapa Umar mengucapkan “SELAMAT” kepada Ali karena Ali telah diangkat menjadi TEMAN bagi setiap kaum Muslimin sebagaimana kaum Muslimin telah menjadikan Rasulullah sebagai TEMAN?

2. Apakah Ali telah menjadi MUSUH kaum Muslimin sehingga Rasulullah mengadakan upacara seperti itu yang disaksikan lebih dari seratus ribu orang di sebuah padang pasir yang terik bukan kepalang?

3. Umar bin Khattab berkata: “Selamat, selamat, ya putera Abu Thalib. Pagi ini engkau telah menjadi MAULA bagi setiap orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan.” seolah-olah Ali sebelumnya bukanlah TEMAN bagi kaum Muslimin. Mengapa Umar berkata seperti itu kalau memang kata MAULA itu diartikan dengan kata TEMAN?

Imam Ali bin Abi Thalib sendiri pada suatu kesempatan menulis sebuah surat kepada Mu’awiyyah. Di dalam surat itu tertulis kata-kata:

“DAN RASULULLAH TELAH MEMBERIKU KEKUASAAN ATAS DIRI KALIAN PADA HARI GHADIR KHUM.”

(LIHAT: al-Amini: al-Ghadir, volume 1, halaman 340)

-----------------------------------------------------------------------------------

Page 25: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

24

Dan masih banyak lagi para sahabat Rasulullah yang seringkali menggunakan kata MAULA dalam puisi-puisi yang mereka ciptakan untuk menggambarkan peristiwa Ghadir Khum dengan arti kata sebagai PEMIMPIN dan bukan sebagai TEMAN.

Banyak sekali para penafsir al-Qur’an, para ahli tata bahasa Arab, dan para ahli sastra Arab yang menerjemahkan kata MAULA dengan arti SESEORANG YANG DIBERIKAN KEKUASAAN. Sebagian kecil dari mereka itu saya akan tuliskan di bawah ini sebagai contoh. Dan anda bisa melihat rujukannya sekaligus sebagai daftar pustaka yang akan memperkuat hujjah kita:

1. Ibn Abbas (dalam kitab TAFSIR, pada catatan pinggir dari ad-Durru ‘l-mantsur, volume 5, halaman 355)

2. al-Kalbi (seperti dikutip dalam kitab AT-TAFSIRU ‘L-KABIR-nya ar-Razi, volume 29, halaman 227

3. al-Alusi (dalam kitab RUHUL-IMANI, volume 27, halaman 178)

4. al-Farra (Lihat ar-Razi, ibid; dan al-Alusi, ibid)

5. Abu Ubaydah Mu’ammar ibn Muthanna al-Basri (Lihat ar-Razi, ibid; dan asy-Syarif al-Jurjani, SHARHUL-MAWAQIF, volume 3, halaman 271)

6. al-Akhfash al-Ausath (dalam NIHAYATUL ‘UQUL)

7. al-Bukhari (dalam AS-SAHIH, volume 7, halaman 240)

8. Ibn Qutaybah (dalam AL-QURTAYN, volume 2, halaman 164)

9. Abu ‘l-Abbas Tha’lab (dalam SHARHU ‘S-SAB’AH AL-MU’ALLAQAH dari Az-Zuzani)

10. at-Tabari (dalam TAFSIR-nya, volume 9, halaman 117)

11. al-Wahidi (dalam AL-WASIT)

12. ats-Tsa’labi (dalam AL-KASHF WAL BAYAN)

13. az-Zamakhshari (dalam AL-KASHSHAF, volume 2, halaman 435)

14. al-Baydawi (dalam TAFSIR-nya, volume 2, halaman 497)

15. an-Nasafi (dalam TAFSIR-nya, volume 4, halaman 229)

16. al-Khazin al-Baghdadi (dalam TAFSIR-nya, volume 4, halaman 229)

17. Muhibbud-Din Afandi (dalam TANZILUL-AYAT)

UNTUK LEBIH LENGKAPNYA BISA DILIHAT DALAM:

AL-GHADIR, tulisan Al-Amini, halaman 344—350

Page 26: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

25

BAB IX

Arti kata “MAULA” dalam konteks kalimat pada hadits al-Ghadir Khum

Melanjutkan pembicaraan kita tentang arti kata MAULA pada pembahasan yang lalu (Lihat: BAB VIII : Arti kata “MAULA” pada hadits al-Ghadir Khum)), sekarang kita akan telaah kata MAULA itu dalam konteks kalimatnya.

Mari kita teliti arti kata yang mana yang bisa kita simpulkan dari sebuah hadits apabila kata yang sama itu memiliki arti yang berbeda-beda. Arti yang manakah yang akan kita ambil apabila sebuah kata itu memiliki lebih dari satu arti dengan konteks kalimat yang berbeda.

Apabila sebuah kata itu memiliki lebih dari satu makna, maka untuk melihat arti konotasi yang sebenarnya itu kita harus membuat sebuah asosiasi (qarinah) dan melihat konteks kalimat dimana kata itu digunakan. Ada petunjuk-petunjuk yang sangat kuat dalam hadits ini yang menggiring kita kepada satu pemahaman yang sama tentang arti kata MAULA yang hanya bisa diterjemahkan dengan padanan kata PEMIMPIN. Berikut adalah petunjuk-petunjuk yang bisa kita pakai:

PERTAMA: PERTANYAAN YANG DILEMPARKAN OLEH RASULULLAH SEBELUM DEKLARASI PENGANGKATAN ALI BIN ABI THALIB MENJADI IMAM KAUM MUSLIMIN.

Rasulullah bertanya: “Alastu Awliya bikum min anfusikum?” “Bukankah aku ini memiliki kuasa terhadap diri kalian daripada kalian terhadap diri kalian?” Ketika yang hadir menjawab, “Ya! Tentu saja”, kemudian Rasulullah melanjutkan: “Man kuntu mawlahu fahadza ‘Ali mawlahu”, “Barangsiapa yang menjadikan diriku sebagai penguasanya (maula), maka Ali adalah penguasanya (maula)!” Tanpa bisa diragukan lagi bahwa arti kata dari MAULA pada kalimat sebelumnya, memiliki kaitan yang erat dengan arti kata MAULA pada kalimat berikutnya. Kata kuasa dengan kata penguasa itu ada kaitan yang erat sekali. Pertanyaan Rasulullah yang mendahului pernyataan Rasulullah itu ada kaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Ada paling tidak 64 orang pakar hadits dari kalangan Ahlussunnah yang telah mengutip PERTANYAAN RASULULLAH yang mendahului PERNYATAANNYA, diantara mereka ada Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Majah, an-Nasai, dan Tirmidzi (LIHAT: al-Amini, al-Ghadir, halaman 370—371)

KEDUA: “DO’A YANG DIPANJATKAN OLEH RASULULLAH TEPAT SETELAH PENGANGKATAN IMAM ALI BIN ABI THALIB.

“Allahumma waali man walaahu; ‘aadin man ‘aadahu; wanshuru man sharahu; wakhdhul man khadhalahu” “Ya, Allah! Cintailah dia yang mencintai ‘Ali; dan jadikanlah musuhmu yang menjadikan ‘Ali musuhnya; dan tolonglah dia yang menolong ‘Ali dan tinggalkanlah dia yang meninggalkan ‘Ali!” Do’a ini menunjukkan bahwa ‘Ali, pada hari itu, diberikan sebuah TANGGUNG JAWAB YANG SANGAT BERAT sehingga apabila tanggung jawab itu dilaksanakan akan membuat orang-orang memusuhinya (dan tanggung jawab yang dimaksud ialah tanggung jawab ketika ia menjadi seorang PEMIMPIN dan bukan seorang TEMAN—lihat diskusi sebelumnya). Lihat lagi do’a Rasulullah di atas. Dalam do’a itu jelas Rasulullah menyiratkan bahwa ketika ‘Ali melaksanakan tanggung jawab itu. ‘Ali membutuhkan para

Page 27: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

26

penolong atau pembantu atau pengikut. Apakah penolong, pembantu, atau pengikut itu diperlukan dalam sebuah PERTEMANAN?

KETIGA: SEBELUM DEKLARASI GHADIR KHUM PADA HARI YANG BERSEJARAH ITU, RASULULLAH BERKATA: “TAMPAKNYA JELAS SEKALI AKU AKAN DIPANGGIL (OLEH ALLAH) DAN AKU AKAN MENJAWAB PANGGILAN ITU”

Pernyataan itu jelas sekali menunjukkan bahwa Rasulullah memberitakan akan wafatnya sendiri dan beliau sedang merencanakan sesuatu sepeninggalnya agar umatnya tidak cerai berai sepeninggalnya. Rasulullah jelas sekali membuat rencana penunjukkan pemimpin sepeninggalnya untuk mengurus kaum Muslimin. Jadi sangat tidak masuk akal apabila ia mengumumkan Ali sebagai TEMAN kaum Muslimin padahal konteks sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah mengucapkan kalimat-kalimat itu berbarengan dengan berita tentang wafatnya yang akan datang segera.

KEEMPAT: PARA SAHABAT MENGUCAPKAN SELAMAT KEPADA ‘ALI DAN MENGEKSPRESIKAN KEBAHAGIAANNYA.

Lihat pembahasan yang dulu ketika para sahabat mengucapkan selamat kepada ‘Ali termasuk Umar bin Khattab sekalipun. Apakah ucapan itu diberikan kepada orang yang dijadikan seorang TEMAN? Yang pantas diberi ucapan selamat ialah penunjukkan ‘Ali sebagai pemimpin daripada sebagai teman.

KELIMA: KESEMPATAN, TEMPAT DAN WAKTU DARI TERJADINYA KEJADIAN ITU

Bayangkan Rasulullah menangguhkan perjalanan pulangnya di sebuah gurun tandus yang panas menyengat di tengah hari bolong. Bayangkan Rasulullah menunggu dulu para sahabat yang ketinggalan agar menyusul dan sahabat yang telah berangkat lebih dulu agar kembali supaya semuanya bisa bergabung di Ghadir Khum. Bayangkan seluruh sahabat yang berhaji pada waktu itu yang jumlahnya sekitar 100,000 orang semuanya bergabung untuk menyaksikan peristiwa akbar itu. Mereka terpanggang panasnya gurun Arabia pada siang hari; duduk di tempat yang penuh dengan tumbuhan berduri dan pasirnya menyengat bagai api. Mereka kemudian membuat mimbar untuk Nabi dengan menumpuk-numpuk pelana unta agar nantinya Rasulullah bisa berkhutbah di sana dengan disaksikan seratus ribu pasang mata hingga tempat terjauh darinya.

Rasulullah kemudian memberikan khutbah terakhirnya di sana. Patutkah Rasulullah (dengan mempertimbangkan kesempatan, tempat, dan waktu yang sedemikian ekstrimnya) mengumpulkan para sahabat hanya untuk mengucapkan kalimat: “Barangsiapa yang menganggapku sebagai TEMAN; maka jadikanlah Ali sebagai TEMANNYA”. Pesan ini sungguh terlalu sepele dibandingkan dengan kondisi ekstrim yang dijadikan tempat dan waktu bersejarah yang disaksikan seratus ribu orang!!!!!

Kalau Rasulullah ingin agar orang-orang mencintai Ali dan menganggap Ali sebagai TEMANNYA, maka Rasulullah tidak akan mengumpulkan orang-orang sedemikian banyak di suatu tempat. Malahan orang-orang akan bertanya-tanya: Ada apakah gerangan dengan Ali karena menurut mereka pribadi adalah pribadi tanpa cela jadi hanya orang-orang jahatlah yang membencinya dan tidak mau berteman dengannya.

Page 28: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

27

Kalau misalnya saja ada percekcokan antara Ali dengan beberapa sahabat tertentu (seperti yang dikhayalkan oleh saudara kita dari Ahlussunnah) yang oleh karenanya (menurut mereka) Ali harus didamaikan dengan para sahabat yang bersitegang dengannya, maka Rasulullah tidak akan mengumpulkan para sahabat sedemikian banyak yang hampir semuanya tidak punya masalah dengan Ali. Cukup Rasulullah mengumpulkan saja orang-orang yang bersitegang itu dan itu jauh lebih baik dan lebih bijak karena tidak menularkan masalah itu ke semua orang yang tidak mengetahui masalahnya. Karena sumbernya itu hanya khayalan, maka tidak mudah untuk mempertahankannya.

Mustahil Rasulullah mengumpulkan sedemikian banyak sahabat untuk mengucapkan kalimat: “BARANGSIAPA YANG MENGANGGAPKU SEBAGAI TEMAN, MAKA JADIKANLAH ALI SEBAGAI TEMANNYA”. Ini terlalu musykil dan mengada-ada.

Adalah pantas dan layak Rasulullah mengumpulkan sedemikian banyak sahabat untuk membuat deklarasi bersejarah sambil mengucapkan kalimat: “BARANGSIAPA YANG MENGANGGAPKU SEBAGAI PEMIMPIN, MAKA JADIKANLAH ALI SEBAGAI PEMIMPINNYA”. Ini masuk akal dan sangat pas dengan konteks sejarah dan semua laporan berupa hadits mendukung dan selaras dengannya.

Page 29: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

28

BAB X

Ali di mata Nabi dan hadits-hadits lain tentang keutamaan Ali

Hadits-hadits Keutamaan Ali r.a.

Banyak sekali hadits yang menunjukkan keutamaan dan keunggulan Ali dibandingkan para sahabat lain dari Rasulullah. Tidak mungkin untuk menyebutkan semuanya dalam ruang yang sangat sempit seperti blog ini. Akan tetapi ada beberapa hadits dan riwayat yang mungkin kita bisa ketengahkan di sini. Peristiwa Mubahalah mungkin adalah contoh klasik yang bisa kita ketengahkan di sini.

Pada suatu kesempatan ada 14 utusan yang beragama Nasrani yang berasal dari Najran datang untuk menemui Nabi. Ketika mereka bertemu dengan Nabi mereka segera mengemukakan sebuah pertanyaan:

“Apa pendapatmu tentang Yesus Kristus?”

Rasulullah menjawab:

“Kalian sebaiknya istirahat dulu hari ini; besok kalian akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan kalian itu”

Keesokan harinya turunlah 3 buah ayat (QS. 3: 59—61):

مفن �آ�ك فيه من بعد ما �اءك احلق من ربك فال �كن من املمرت�ن ان مثل �يىس عند هللا مكثل أدم �لقه من �راب مث قال � �ن فيكون

مث نبهتل فنجعل لعنة هللا �ىل الاكذبنيمن العمل فقل تعالوا ندع أبناء� وأبناءمك و�ساء� و�ساءمك وأنفس�نا وأنفسمك

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.”

Ketika orang-orang Nasrani itu tidak mau menerima firman Allah dan malah bersikeras untuk tetap pada keyakinan mereka yang salah maka Rasulullah mengajak mereka untuk ber-mubahalah.

Keesokan harinya orang-orang Nasrani itu keluar ke tanah lapang dan membentuk sebuah barisan di satu sisi. Kemudian Rasulullah juga keluar dengan membawa kedua cucunya yang tercinta. Husein di

Page 30: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

29

gendongnya dan Hasan dituntunnya. Di belakangnya berjalan dengan langkah pasti, puterinya—Fathimah—dan di belakang Fathimah ada Ali yang juga melangkah dengan pasti.

Demi melihat mereka berjalan beriringan seperti itu orang-orang Nasrani itu termanggu terpana dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Demi melihat 5 orang suci itu, orang-orang Nasrani itu membatalkan rencananya untuk ber-mubahalah dan mereka mengajukan permohonan untuk damai dari Nabi.

Ayat tersebut di atas, menurut Jabir ibn Abdillah al-Ansari kata-kata: ANAK-ANAK KAMI itu mengacu tidak lain melainkan kepada HASAN DAN HUSEIN. Sementara kata-kata ISTRI-ISTRI KAMI itu diwakili oleh FATHIMAH dan DIRI KAMI mengacu kepada NABI DAN ALI. Jadi diri Ali dalam ayat Mubahalah ini disejajarkan dengan diri Nabi.

(LIHAT: al-Wahidi: Asbabun Nuzul, halaman 40; dan As-Suyuthi: Durrul Mantsur, volume 2, halaman 38)

Dengan ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kalau ada orang yang mengambil pemimpin lain berdasarkan keutamaan dan kemuliaan akhlak maka ia sudah seharusnya memilih Ali karena Ali dan Rasulullah memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda. Apabila ada orang yang melebihkan Ali atas Rasulullah maka itu berarti ia telah sesat karena Ali memiliki keutamaan dan kemuliaan di bawah Rasulullah akan tetapi tidak ada orang lain yang lebih utama setelah Rasulullah kecuali Ali-lah orangnya. Menganggap orang lain lebih utama daripada Ali sama saja dengan menganggap bahwa ia lebih utama dari Rasulullah.

Hadits-hadits lainnya

Setelah pelantikkan Ali di Ghadir Khum sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi bukti-bukti lainnya untuk membuktikan bahwa Ali adalah khalifah yang haq sepeninggal Rasulullah akan tetapi di sini saya akan menunjukkan beberapa buah hadits yang bisa diketengahkan untuk memperkuat kembali uraian yang sudah kita bahas di atas.

Dalam hadits “2 hal yang berharga” atau juga disebut dengan hadits “ats-Tsaqalayn” Rasulullah bersabda:

“Aku tinggalkan bersamamu dua perkara yang berharga yaitu Kitabullah dan Ahlul-Baytku. Apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya dan tidak meninggalkan

salah satunya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Mereka berdua tidak akan berpisah dari satu sama lainnya hingga menemuiku di telaga Kautsar (telaga di

surga nanti)”

(LIHAT: Hadits ats-Tsaqalayn ini adalah hadits yang sangat masyhur dan ada di hampir seluruh kitab hadits. Anda bisa melihat misalnya dalam

1. at-Tirmidzi: as-Sahih, volume 2, halaman 308; atau di

Page 31: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

30

2. Ibnu ‘l-Athir: Usdu ‘l-ghabah, volume 2, halaman 12; dan atau di

3. as-Suyuthi: Durru ‘l-mantsur, volume 6, halaman 7

4. al-Muttaqi al-Hindi: Kanzul ummal (Hyderabab, 1312H), halaman 48)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Kemudian ada juga hadits yang dinamakan dengan hadits al-manzilah. Kejadiannya seperti ini. Pada suatu ketika dalam peperangan Tabuk (yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriah), Rasulullah meninggalkan Ali di kota Madinah untuk menggantikan kepemimpinannya.

Ali bertanya dengan sedih kepada Rasulullah, “Apakah engkau akan meninggalkanku sendirian di sini?”

Rasulullah menjawab, “Wahai Ali! Tidakkah engkau puas dengan kedudukanmu yang sangat mulia itu? Kedudukanmu itu sama dengan kedudukan Harun di sisi Musa

hanya tidak ada lagi Nabi setelahku”

Rasulullah berkata seperti itu sekaligus ingin menunjukkan bahwa Musa telah meninggalkan Harun dan menyuruh Harun untuk mengurus umat karena Musa harus bertemu Tuhan untuk mendapatkan perintah Tuhan (the Commandments). Di sini Rasulullah juga telah menitipkan umat kepada orang yang paling ia percayai yaitu Ali bin Abi Thalib. Rasulullah juga ingin mendidik umatnya pada waktu itu agar umatnya terbiasa dipimpin oleh pemimpin yang kelak akan menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin sepeninggalnya.

(LIHAT: rujukan haditsnya adalah sebagai berikut:

1. Ibnu Majah: as-Sunan, halaman 12

2. Ahmad: al-Musnad, volume 1, halaman 174

3. An-Nasai: al-Khasa’is, halaman 15—16

4. at-Tahawi: Mushkilu ‘l-athar, volume 2, halaman 309

5. al-Muhibb at-Tabari: Dhakhairu ‘l-uqba, halaman 63)

--------------------------------------------------------------------------------------------

Ada juga peristiwa lainnya yaitu peristiwa dimana Rasulullah harus menyampaikan wahyu yang baru diterimanya yaitu surrah al-Bara’ah (atau disebut juga dengan surrah at-Taubah) kepada penduduk kota Mekah. Pertama-tama Rasulullah menyuruh Abu Bakar untuk menyampaikan dan membacakan surat Al-Bara’ah kepada musyrikin kota Mekah akan tetapi kemudian Rasulullah menyuruh Ali untuk menyusul Abu Bakar dan mengambil surat Al-Bara’ah itu darinya dan kemudian membacakannya sendiri di kota Mekah. Abu Bakar terpaksa kembali ke kota Madinah dengan segenap perasaan gundah. Padahal Abu Bakar sudah berjalan sekitar setengah perjalanan menuju kota Mekah. Setibanya di Madinah Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah apakah ada wahyu lain yang datang yang memerintahkan untuk melarang Abu Bakar membacakan surat Al-Bara’ah itu. Rasulullah menjawab:

Page 32: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

31

“Jibril datang kepadaku dan berkata bahwa tidak boleh ada satu orangpun yang menyampaikan wahyu dari Allah kecuali diriku atau orang yang berasal dari diriku.”

(LIHAT: rujukan berikut:

1. as-Suyuthi: ad-Durrul Mantsur, volume 6, halaman 206

2. at-Tabari: at-Tafsir, volume 10, halaman 47

3. an-Nasai: al-Khasa”is, halaman 20

--------------------------------------------------------------------------------------------

Selain dari peristiwa-peristiwa tersebut di atas, Rasulullah juga seringkali dilaporkan mengekspresikan secara gamblang pemihakkannya kepada Ali yang memang sengaja didesain untuk menjadi pemimpin menggantikan dirinya kelak. Seringkali Rasulullah terlihat memuji-muji Ali seperti:

“Ali senantiasa beserta kebenaran; dan kebenaran senantiasa bersama Ali; kemanapun Ali berpaling, kesitulah kebenaran akan berpaling dengannya”

Dengan itu tidak diragukan lagi bahwa kekhalifahan akan jatuh ke tangan Ali karena hanya Ali-lah yang tak mungkin salah dalam memimpin seperti yang disebutkan oleh Rasulullah bahwa kebenaran akan selalu bersama Ali.

(LIHAT rujukannya:

1. al-Khalil al-Khwarazmi: al-Manaqib, halaman 56

2. al-Hammuyi: Fara’idu’s-simtayn, volume 1, halaman 176

3. al-Khatib al-Baghdadi: Tarikh Baghdad, volume 14, halaman 321

----------------------------------------------------------------------------------------------

Masih ada satu lagi hadits yang bisa kita ketengahkan di sini untuk menutup serial Ghadir Khum ini. Hadits yang saya maksud ialah hadits “Cahaya Illahi” (atau juga dikenal dengan hadits An-Nuur). Sayyid ‘Ali Hamadani menulis dalam Mawaddatu ‘l-qurba, mengutip hadits yang disampaikan lewat Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah pernah bersabda:

“Aku dan Ali itu diciptakan dari satu cahaya yang sama (cahaya Illahi) sekitar 4000

tahun sebelum Adam diciptakan, dan ketika Adam diciptakan cahaya itu ditempatkan di sebuah tempat di tulang belakangnya (tulang belakang Adam).

Begitulah kami turun dari satu orang ke orang lain menghuni tempat yang sama

Page 33: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

32

hingga kemudian berpisahdi tulang punggungnya Abdul Muttalib. Oleh karena itu, padaku ada Kenabian sementara pada Ali ada kekhalifahan (Imamah).”

Dalam kitab Riyadu ‘l-fada’il, kalimat terakhir diganti dengan kalimat: '”Kemudian padaku ada kenabian dan pada Ali ada wasy (kepemimpinan)”

LIHAT rujukannya:

1. Mafatihu ‘l-matalib, halaman 396

2. al-Ganji: Kifayatu ‘t-talib, halaman 176

Diringkas dan diterjemahkan dari buku “IMAMATE” oleh Sayyid Saeed Akhtar Rizvi,

Wallahu a’lam…

Page 34: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

33

Hadis-Hadis Tambahan

Hadis Ghadir Khum yang menunjukkan kepemimpinan Imam Ali adalah salah satu hadis shahih yang sering dijadikan hujjah oleh kaum Syiah dan ditolak oleh kaum Sunni. Kebanyakan mereka yang mengingkari hadis ini membuat takwilan-takwilan agar bisa disesuaikan dengan keyakinan mahzabnya. Padahal Imam Ali sendiri mengakui kalau hadis ini adalah hujjah bagi kepemimpinan Beliau. Hal ini terbukti dalam riwayat-riwayat yang shahih dimana Imam Ali ketika menjadi khalifah mengumpulkan orang-orang di tanah lapang dan berbicara meminta kesaksian soal hadis Ghadir Khum. .

عن سعید �ن وهب وعن زید �ن یثيع قاال �شد �ىل الناس يف الرحبة من مسع رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل یقول یوم

مخ � قام قال فقام من قبل سعید س�تة ومن قبل زید س�تة فشهدوا اهنم مسعوا رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل یقول �د�ر

لعيل ريض هللا عنه یوم �د�ر مخ أليس هللا أوىل �ملؤمنني قالوا بىل قال اللهم من كنت مواله فعيل مواله اللهم وال من و�ه

و�اد من �اداه

Dari Sa’id bin Wahb dan Zaid bin Yutsai’ keduanya berkata “Ali pernah meminta kesaksian orang-orang di tanah lapang “Siapa yang telah mendengar Rasulullah SAW bersabda pada hari Ghadir Khum maka berdirilah?. Enam orang dari arah Sa’id pun berdiri dan enam orang lainnya dari arah Za’id juga berdiri. Mereka bersaksi bahwa sesungguhnya mereka pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda kepada Ali di Ghadir Khum “Bukankah Allah lebih berhak terhadap kaum mukminin”. Mereka menjawab “benar”. Beliau bersabda “Ya Allah barangsiapa yang aku menjadi pemimpinnya maka Ali pun menjadi pemimpinnya, dukunglah orang yang mendukung Ali dan musuhilah orang yang memusuhinya”. [Musnad Ahmad 1/118 no 950 dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Syakir]

Sebagian orang membuat takwilan batil bahwa kata mawla dalam hadis Ghadir Khum bukan menunjukkan kepemimpinan tetapi menunjukkan persahabatan atau yang dicintai, takwilan ini hanyalah dibuat-buat. Jika memang menunjukkan persahabatan atau yang dicintai maka mengapa ada sahabat Nabi yang merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika mendengar kata-kata Imam Ali di atas. Adanya keraguan di hati seorang sahabat Nabi menyiratkan bahwa Imam Ali mengakui hadis ini sebagai hujjah kepemimpinan. Maka dari itu sahabat tersebut merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya karena hujjah hadis tersebut memberatkan kepemimpinan ketiga khalifah sebelumnya. Sungguh tidak mungkin ada keraguan di hati sahabat Nabi kalau hadis tersebut menunjukkan persahabatan atau yang dicintai.

عنه الناس يف الرحبة مث قال هلم أ�شد هللا لك امرئ مسمل مسع رسول هللا صىل عن أيب الطفيل قال مجع �يل ريض هللا تعاىل

هللا �لیه و سمل یقول یوم �د�ر مخ ما مسع ملا قام فقام ثالثون من الناس وقال أبو نعمي فقام �س كثري فشهدوا �ني أ�ذه بیده

هللا قال من كنت مواله فهذا مواله اللهم وال من و�ه فقال للناس أتعلمون اىن أوىل �ملؤمنني من أنفسهم قالوا نعم � رسول

Page 35: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

34

و�اد من �اداه قال خفرجت و�ن يف نفيس شيئا فلقيت زید �ن أرمق فقلت � اىن مسعت �لیا ريض هللا تعاىل عنه یقول كذا

وكذا قال مفا تنكر قد مسعت رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل یقول ذ� �

Dari Abu Thufail yang berkata “Ali mengumpulkan orang-orang di tanah lapang dan berkata “Aku meminta dengan nama Allah agar setiap muslim yang mendengar Rasulullah SAW bersabda di Ghadir khum terhadap apa yang telah didengarnya. Ketika ia berdiri maka berdirilah tigapuluh orang dari mereka. Abu Nu’aim berkata “kemudian berdirilah banyak orang dan memberi kesaksian yaitu ketika Rasulullah SAW memegang tangannya (Ali) dan bersabda kepada manusia “Bukankah kalian mengetahui bahwa saya lebih berhak atas kaum mu’min lebih dari diri mereka sendiri”. Para sahabat menjawab “benar ya Rasulullah”. Beliau bersabda “barang siapa yang menjadikan Aku sebagai pemimpinnya maka Ali pun adalah pemimpinnya dukunglah orang yang mendukungnya dan musuhilah orang yang memusuhinya. Abu Thufail berkata “ketika itu muncul sesuatu yang mengganjal dalam hatiku maka aku pun menemui Zaid bin Arqam dan berkata kepadanya “sesungguhnya aku mendengar Ali RA berkata begini begitu, Zaid berkata “Apa yang patut diingkari, aku mendengar Rasulullah SAW berkata seperti itu tentangnya”.[Musnad Ahmad 4/370 no 19321 dengan sanad yang shahih seperti yang dikatakan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Tahdzib Khasa’is An Nasa’i no 88 dishahihkan oleh Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini]

Kata mawla dalam hadis ini sama halnya dengan kata waliy yang berarti pemimpin, kata waly biasa dipakai oleh sahabat untuk menunjukkan kepemimpinan seperti yang dikatakan Abu Bakar dalam khutbahnya. Inilah salah satu hadis Ghadir Khum dengan lafaz Waly.

ل هللا یوم �د�ر مخ یقول ان هللا ورسو� ويل املؤمنني عن سعید �ن وهب قال قال �يل يف الرحبة أ�شد �� من مسع رسو

ومن كنت ولیه فهذا ولیه اللهم وال من و�ه و�اد من �اداه وأنرص من نرصه

Dari Sa’id bin Wahb yang berkata “Ali berkata di tanah lapang aku meminta dengan nama Allah siapa yang mendengar Rasulullah SAW pada hari Ghadir Khum berkata “Allah dan RasulNya adalah pemimpin bagi kaum mukminin dan siapa yang menganggap aku sebagai pemimpinnya maka ini (Ali) menjadi pemimpinnya dukunglah orang yang mendukungnya dan musuhilah orang yang memusuhinya dan jayakanlah orang yang menjayakannya. [Tahdzib Khasa’is An Nasa’i no 93 dishahihkan oleh Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini].

Dan perhatikan khutbah Abu Bakar ketika ia selesai dibaiat, ia menggunakan kata Waly untuk menunjukkan kepemimpinannya. Inilah khutbah Abu Bakar

عد أهيا الناس فآين قد ولیت �لیمك ولست خبريمك فان أحسنت فآعینوين وان أسآت فقوموين الصدق أمانة والكذب قال أما ب

خيانة والضعیف فيمك قوي عندي حىت أرجع �لیه حقه ان شاء هللا والقوي فيمك ضعیف حىت أ�ذ احلق منه ان شاء هللا ال

وال �ش�یع الفاحشة يف قوم اال معهم هللا �لبالء أطیعوين ما أطعت هللا یدع قوم اجلهاد يف سبيل هللا اال �ذهلم هللا ��ل

ورسو� فاذا عصيت هللا ورسو� فال طا�ة يل �لیمك قوموا اىل صال�مك �رمحمك هللا

Ia berkata “Amma ba’du, wahai manusia sekalian sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik diantara kalian maka jika berbuat kebaikan bantulah aku. Jika aku

Page 36: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

35

bertindak keliru maka luruskanlah aku, kejujuran adalah amanah dan kedustaan adalah khianat. Orang yang lemah diantara kalian ia kuanggap kuat hingga aku mengembalikan haknya kepadanya jika Allah menghendaki. Sebaliknya yang kuat diantara kalian aku anggap lemah hingga aku mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya jika Allah mengehendaki. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah timpakan kehinaan dan tidaklah kekejian tersebar di suatu kaum kecuali adzab Allah ditimpakan kepada kaum tersebut. Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi jika aku tidak mentaati Allah dan RasulNya maka tiada kewajiban untuk taat kepadaku. Sekarang berdirilah untuk melaksanakan shalat semoga Allah merahmati kalian. [Sirah Ibnu Hisyam 4/413-414 tahqiq Hammam Sa’id dan Muhammad Abu Suailik, dinukil Ibnu Katsir dalam Al Bidayah 5/269 dan 6/333 dimana beliau menshahihkannya].

Terakhir kami akan menanggapi syubhat paling lemah soal hadis Ghadir Khum yaitu takwilan kalau hadis ini diucapkan untuk meredakan orang-orang yang merendahkan atau tidak suka kepada Imam Ali perihal pembagian rampasan di Yaman. Silakan perhatikan hadis Ghadir Khum yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada banyak orang, tidak ada di sana disebutkan perihal orang-orang yang merendahkan atau mencaci Imam Ali. Kalau memang hadis ghadir khum diucapkan Rasulullah SAW untuk menepis cacian orang-orang terhadap Imam Ali maka Rasulullah SAW pasti akan menjelaskan duduk perkara rampasan di Yaman itu, atau menunjukkan kecaman Beliau kepada mereka yang mencaci Ali. Tetapi kenyataannya dalam lafaz hadis Ghadir Khum tidak ada yang seperti itu, yang ada malah Rasulullah meninggalkan wasiat bahwa seolah Beliau SAW akan dipanggil ke rahmatullah, wasiat tersebut berkaitan dengan kepemimpinan Imam Ali dan berpegang teguh pada Al Qur’an dan ithrati Ahlul Bait. Sungguh betapa jauhnya lafaz hadis tersebut dari syubhat para pengingkar.

Hadis yang dijadikan hujjah oleh penyebar syubhat ini adalah hadis Buraidah ketika ia menceritakan soal para sahabat yang merendahkan Imam Ali. Hadis tersebut bukan diucapkan di Ghadir Khum dan tentu saja Rasulullah SAW akan marah kepada sahabat yang menjelekkan Imam Ali karena Imam Ali adalah pemimpin setiap mukmin (semua sahabat Nabi) sepeninggal Nabi SAW . Disini Rasulullah SAW mengingatkan Buraidah dan sahabat lain yang ikut di Yaman agar berhenti dari sikap mereka karena Imam Ali adalah pemimpin bagi setiap mukmin sepeninggal Nabi SAW.

عن عبد هللا �ن �ریدة عن أبیه �ریدة قال بعث رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل بعثني اىل ا�مين �ىل أ�دهام �يل �ن أيب

زید طالب و�ىل ا�خر �ا� �ن الولید فقال اذا التقيمت فعيل �ىل الناس وان افرتق� فلك وا�د منكام �ىل جنده قال فلقينا بىن

من أهل ا�مين فاقتتلنا فظهر املسلمون �ىل املرشكني فقتلنا املقات� وس�بينا ا�ریة فاصطفى �يل امرأة من الس�يب لنفسه قال

�ریدة فكتب معي �ا� �ن الولید اىل رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل خيربه بذ� فلام أتيت النيب صىل هللا �لیه و سمل دفعت

أیت الغضب يف و�ه رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل فقلت � رسول هللا هذا ماكن العائذ بعثتين مع الكتاب فقرئ �لیه فر

ر�ل وأمرتين ان أطیعه ففعلت ما أرسلت به فقال رسول هللا صىل هللا �لیه و سمل ال تقع يف �يل فانه مىن وأ� منه وهو

ولیمك بعدي وانه مىن وأ� منه وهو ولیمك بعدي

Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya Buraidah yang berkata “Rasulullah SAW mengirim dua utusan ke Yaman, salah satunya dipimpin Ali bin Abi Thalib dan yang lainnya dipimpin Khalid bin Walid. Beliau SAW bersabda “bila kalian bertemu maka yang jadi pemimpin adalah Ali dan bila kalian berpisah maka

Page 37: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

36

masing-masing dari kalian memimpin pasukannya. Buraidah berkata “kami bertemu dengan bani Zaid dari penduduk Yaman kami berperang dan kaum muslimin menang dari kaum musyrikin. Kami membunuh banyak orang dan menawan banyak orang kemudian Ali memilih seorang wanita diantara para tawanan untuk dirinya. Buraidah berkata “Khalid bin Walid mengirim surat kepada Rasulullah SAW memberitahukan hal itu. Ketika aku datang kepada Rasulullah SAW, aku serahkan surat itu, surat itu dibacakan lalu aku melihat wajah Rasulullah SAW yang marah kemudian aku berkata “Wahai Rasulullah SAW, aku meminta perlindungan kepadamu sebab Engkau sendiri yang mengutusku bersama seorang laki-laki dan memerintahkan untuk mentaatinya dan aku hanya melaksanakan tugasku karena diutus. Rasulullah SAW bersabda “Jangan membenci Ali, karena ia bagian dariKu dan Aku bagian darinya dan Ia adalah pemimpin kalian sepeninggalKu, ia bagian dariKu dan Aku bagian darinya dan Ia adalah pemimpin kalian sepeninggalKu. [Musnad Ahmad tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan Hamzah Zain hadis no 22908 dan dinyatakan shahih].

Syaikh Al Albani berkata dalam Zhilal Al Jannah Fi Takhrij As Sunnah no 1187 menyatakan bahwa sanad hadis ini jayyid, ia berkata

هللا �ن �ریدة عن أبیه �ریدة واس�ناده جيد ر�ا� ثقات ر�ال الش�ی�ني �ري أخر�ه أمحد من طریق أ�لح الكندي عن عبد

أ�لح وهو ا�ن عبد هللا �ن حجیفة الكندي وهو ش�یعي صدوق

Dikeluarkan Ahmad dengan jalan Ajlah Al Kindi dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya Buraidah dengan sanad yang jayyid (baik) para perawinya terpercaya, perawi Bukhari dan Muslim kecuali Ajlah dan dia adalah Ibnu Abdullah bin Hujayyah Al Kindi dan dia seorang syiah yang (shaduq) jujur.

Page 38: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

37

PERSPEKTIF SUNNI

BAB XI

Hadits Ghadir Khum (perspektif Suni)

PENDAHULUAN

Tidak mungkin untuk membahas hadis Ghadir Khum tanpa memahami pertama kali konteks tertentu di mana Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan apa yang dia katakan. Ini adalah pedoman umum yang berkaitan dengan kanon Islam secara keseluruhan: penting untuk mengetahui latar belakang di mana suatu ayat Alquran diturunkan atau suatu hadis tertentu dikatakan.

Misalnya, ayat Quran “bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka” sering digunakan oleh orientalis untuk menyalahgunakan dan menjadikannya tampak seolah-olah Islam menganjurkan pembunuhan orang di mana saja dan kapan saja anda menjumpai mereka. Tentu saja, jika kita melihat ketika ayat ini diturunkan, kita menemukan bahwa ayat itu adalah khusus diwahyukan pada pertempuran antara Muslim dan Mushriks Quraisy, hal ini membuat kita menyadari bahwa hal itu bukanlah hukum umum untuk membunuh orang tetapi ayat tersebut diwahyukan pada situasi tertentu.

Demikian juga, Hadis Ghadir Khum hanya dapat dipahami dalam konteks pada peristiwa apa ia diucapkan:

Sekelompok tentara sangat keras mengkritik Ali bin Abi Thalib (رضى هللا عنھ) pada masalah tertentu, dan berita ini sampai kepada Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم), yang kemudian Beliau berkata apa yang Beliau katakan dalam hadis Ghadir Khum. Seperti orientalis, para propagandis Syiah berupaya untuk menghapus latar belakang konteks di mana Hadis tersebut dikatakan untuk memberikan gambaran yang sama sekali berbeda (dan menyesatkan).

Tujuannya Nabi mengatakan kembali apa yang dikatakan di Ghadir Khum sama sekali tidak untuk mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) sebagai khalifah tetapi itu hanyalah untuk membela Ali (رضى هللا عنھ) terhadap fitnah yang dikatakan terhadap dia. Hanya dengan membuang konteks latar belakang suatu hadits adalah mungkin untuk menciptakan pemahaman Syiah terhadap teks tersebut sesuai keinginan mereka. Untuk alasan inilah kita harus selalu mengingatkan saudara kita Syiah konteks latar belakang di mana Hadis Ghadir Khum dikatakan.

PENTINGNYA GHADIR KHUM UNTUK SYIAH

Syiah mengklaim bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menetapkan Ali (رضى هللا عنھ) secara ilahiah untuk menjadi penggantinya di suatu tempat yang disebut Ghadir Khum. Sebelum kita membahas peristiwa Ghadir Khum dengan saudara-saudara kita Syiah, pertama-tama kita harus mendefinisikan parameter debat. Dengan kata lain, kita harus “mengatur taruhannya”:

(1) Jika Syiah dapat membuktikan versi mereka tentang Ghadir Khum, maka pasti Ali (رضى هللا عنھ) telah ditunjuk oleh Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) secara ilaiyah dan akidah Syiah adalah benar.

Page 39: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

38

(2) Jika, kaum Sunni menyangkal gagasan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menunjuk Ali (رضى هللا عنھ) di Ghadir Khum, maka saudara kita Syiah harus bersedia menerima kenyataan bahwa Ali (رضى هللا عنھ ) tidak pernah ditunjuk sama sekali oleh Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) dan karena itu seluruh keyakinan Syiah tidak valid.

Alasan kita membuat “taruhan” ini sangat jelas bahwa sejak awal propagandis Syiah memiliki kemampuan luar biasa untuk memindahkan “tiang gawang” setiap kali mereka kalah debat. Mereka akan melompat dari satu topik ke yang lain, jika mereka kehilangan perdebatan Ghadir Khum, maka mereka akan membawa pada Insiden Pintu Rumah Fatimah, atau Saqifah, atau Fadak, atau siapa tahu apa lagi.

Seluruh pondasi Syi’ah bertumpu pada peristiwa Ghadir Khum ini, karena di sini Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم), dianggap mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) untuk menjadi penggantinya. Jika kejadian ini tidak sebagaimana klaim Syiah, maka Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak pernah mengangkat Ali (رضى هللا عنھ) dan Syiah harus meninggalkan semua klaim mereka, seperti ide bahwa Abu Bakar (رضى هللا عنھ) merebut kekhalifahan yang ditunjuk oleh Allah untuk Ali (رضى هللا عنھ).

Memang, peristiwa Ghadir Khum sangat penting bagi paradigma Syiah -dan begitu pentingnya bagi teologi Syiah-maka massa Syiah memiliki perayaan tahunan yang dikenal sebagai “Eid Al-Ghadir”.

Amaana.org says

Eid-e Gadhir is celebrated with great rejoicing by Shia Muslims where they remember Prophet Muhammad’s last instructions to the believers. Eid-e-Ghadir is one of the most important days of rejoicing for Shia Muslims around the world as that was the day our beloved Prophet Muhammad (s.a.s.) declared Hazrat Ali’s vicegerency at Ghadir e Khumm on his return from his last pilgrimage…

source: http://www.amaana.org/gadhir/gadhir1.htm ”

Berdasarkan apa yang seharusnya terjadi di Ghadir Khum, Syiah menolak kekhalifahan Abu Bakar ( رضى adalah yang pertama (رضى هللا عنھ) berpisah dari Muslim mainstream, dan menyatakan bahwa Ali ,(هللا عنھdari imam yang ditetapkan secara ilahiah. Situs Syiah, Al-Islam.org, merujuk pada Ghadir Khum sebagai “peristiwa penting” dan pondasi bagi Imamah Ali (رضى هللا عنھ).

Alasan perlunya sangat menekankan pentingnya Ghadir Khum bagi Syiah adalah bahwa kita akan menunjukkan bagaimana ‘senjata’ yang diduga kuat di gudang propaganda Syiah tersebut sebenarnya sangat lemah. Jika hal ini adalah sangat mendasar bagi Syi’ah, maka sesungguhnya doktrin Syi’ah adalah sangat lemah. Syiah mengatakan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menunjuk Ali (رضى هللا عنھ) di Ghadir Khum tapi logika sederhana menentukan sebaliknya.

Page 40: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

39

BAGAIMANA TERJADINYA KLAIM SYIAH TERSEBUT?

Al-Islam.org says

“After completing his last pilgrimage (Hajjatul-Wada’), Prophet [s] was leaving Makkah toward Madinah, where he and the crowd of people reached a place called Ghadir Khumm (which is close to today’s al-Juhfah). It was a place where people from different provinces used to greet each other before taking different routes for their homes.

In this place, the following verse of the Qur’an was revealed:

“O Apostle! Deliver what has been sent down to you from your Lord; and if you don’t do it, you have not delivered His message (at all); and Allah will protect you from the people …” (Qur’an 5:67)

The last sentence in the above verse indicates that the Prophet [s] was mindful of the reaction of his people in delivering that message but Allah informs him not to worry, for He will protect His Messenger from people.

Then followed the key sentence denoting the clear designation of ‘Ali as the leader of the Muslim ummah. The Prophet [s] held up the hand of ‘Ali and said:

“For whoever I am his Leader (mawla), ‘Ali is his Leader (mawla).”

Immediately after the Prophet [s] finished his speech, the following verse of the Qur’an was revealed:

“Today I have perfected your religion and completed my favour upon you, and I was satisfied that Islam be your religion.” (Qur’an 5:3)

The above verse clearly indicates that Islam without clearing up matter of leadership after Prophet [s] was not complete, and completion of religion was due to announcement of the Prophet’s immediate successor.

source: http://www.al-islam.org/ghadir/incident.htm”

MENGAPA TIDAK MASUK AKAL?

Syiah mengklaim bahwa ketika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menyelesaikan haji terakhir, mengatakan Kotbah Perpisahannya di puncak Gunung Arafah di Mekkah, dan kemudian setelah itu menunjuk Ali (رضى هللا عنھ) di Ghadir Khum.

Mari kita analisa klaim ini: Ghadir Khum terletak antara Mekah dan Madinah, di dekat kota Al-Juhfah, seperti yang disebutkan oleh situs Al-Islam.org. Ini adalah lubang air di tengah padang pasir. Pukulan telak kepada argumen Syiah adalah bahwa pada kenyataannya Ghadir Khum itu terletak sekitar 250 km dari Mekah. Fakta sederhana ini cukup untuk menghancurkan seluruh premis Syi’ah.

Page 41: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

40

Seperti kita semua tahu, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menyampaikan Khotbah Perpisahannya di Mekah pada haji terakhir. Ini terjadi di depan sebagian besar kaum muslimin, yang datang dari berbagai kota untuk melakukan haji. Jika Nabi ( مصلى هللا علیھ وآلھ وسل ) ingin menunjuk Ali (رضى هللا عنھ) sebagai penggantinya, maka sama sekali tidak ada penjelasan yg rasional mengapa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak melakukan hal ini selama Khotbah Perpisahan kepada semua kaum muslimin. Seluruh umat yang berkumpul di sana untuk mendengar kata-kata perpisahan, sehingga pasti merupakan saat dan kesempatan yang paling tepat untuk menunjuk penggantinya.

Nabi (صلى علیھ هللا وآلھ وسلم) dan Muslim menyelesaikan haji mereka dan setelah itu semua orang kembali ke kota masing-masing. Penduduk Madinah kembali ke Madinah, masyarakat Taif kembali ke Taif, orang-orang Yaman kembali ke Yaman, orang-orang Kufah kembali ke Kufah, masyarakat Suriah kembali ke Suriah, dan orang-orang Mekkah tetap tinggal di Mekah.

Hanya kelompok orang-orang yang hidup di kota-kota di sebelah Utara Semenanjung Arab yang melalui Ghadir Khum. Dan ini hanya akan terdiri dari orang-orang yang menuju Madinah dan minoritas Muslim yang tinggal di tempat seperti Suriah. Oleh karena itu, ketika Nabi ( وآلھ وسلمصلى هللا علیھ ) berhenti di Ghadir Khum dan ketika insiden yang dianggap terjadi, justru sejumlah besar kaum muslim tidak hadir, yaitu mereka yang tinggal di Mekah, Taif, Yaman, dll. Setelah Haji, orang Mekah tetap tinggal di Mekah, orang-orang Taif kembali ke Taif, orang-orang Kufah kembali ke Kufah, orang-orang Yaman kembali ke Yaman, dll. Hanya sekelompok orang yang pergi ke Madinah (atau lewat melalui / dekat) yang menyertai Nabi .menuju Ghadir Khum (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم)

Oleh karena itu, bertentangan dengan klaim Syiah, justru Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak menunjuk Ali di depan seluruh kaum muslimin, melainkan yang terjadi di Ghadir Khum hanya di depan (رضى هللا عنھ)sebagian Muslim yang sedang pulang menuju ke Madinah (atau lewat melalui / dekat). Mari kita lihat apa yang diklaim oleh situs Syiah:

The Thaqalayn Muslim Association says

“On the 18th of Dhul-Hajjah, after completing his “farewell pilgrimage” (Hajjatul- Wida’a), the Messenger of Allah (peace be upon him and his progeny) had departed Makkah en route to Madinah. He and the entire Muslim caravan, numbering over 100,000, were stopped at Ghadeer Khumm, a deserted-yet-strategically situated area that lies between Makkah and Madinah (near today’s Juhfah). In those days, Ghadeer Khumm served as a point of departure, where the various Muslims who had come to perform the pilgrimage from neighbouring lands would disperse and embark upon their own routes back home.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Situs Syiah mengklaim bahwa “Ghadeer Khum merupakan tempat kedatangan, di mana berbagai Muslim yang datang untuk melakukan haji dari daerah di sekitarnya akan menyebar dan memulai rute mereka sendiri untuk pulang.” Apa yang terlihat pada peta akan menunjukkan bagaimana hal tersebut benar-benar tidak masuk akal. Peta berikut datang dari Al-Islam.org:

Page 42: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

41

https://www.sjiieten-ontmaskerd.nl/AhlelBayt.com/www.ahlelbayt.com/wp/wp-content/uploads/2007/03/map.bmp

Dari peta di atas adalah jelas bahwa orang-orang yang melewati Ghadir Kum adalah hanya mereka yang menuju ke Madinah atau kota-kota di sebelah utara Ghadir Kum. Oleh karena itu, merupakan hal yang sangat tidak bijaksana bagi Nabi menyampaikan pidato penting tentang penggantinya di tempat itu, karena tidak seluruh muslim hadir di tempat itu. Akan lebih tepat jika pidato penting tersebut disampaikan di Mekah tempat di mana seluruh muslim berkumpul.

Ilustrasi detilnya adalah sebagai berikut:

Ketika umat Islam akan beribadah haji, mari kita asumsikan bahwa ini adalah rute normal yang mereka ambil:

https://www.sjiieten-ontmaskerd.nl/AhlelBayt.com/www.ahlelbayt.com/wp/wp-content/uploads/2007/03/arabia1.bmp

Sekarang kaum Muslim dari seluruh penjuru kota telah berkumpul di Mekah, bukankah ini merupakan waktu yang paling tepat untuk menyatakan siapa pengganti Nabi?

Page 43: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

42

Namun para propagandis Syiah ingin agar kita percaya bahwa Muslim yang akan pulang ke Taif dan Yaman setelah haji akan melakukan perjalanan tambahan sekitar 500 km, perjalanan bolak-balik dari Mekah ke Ghadir Khum dan kemudian baru melakukan perjalanan dari Makah ke arah kota asalnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Syiah sendiri, Ghadir Khum adalah sebuah lubang air dan tempat beristirahat bagi mereka yang bepergian … sesuatu hal yang mereka gagal untuk menyebutkan bahwa Ghadir Kum adalah tempat istirahat sepulang haji yang hanya cocok bagi mereka melewatinya, yaitu mereka yang pulang dari Mekah ke arah utara bukan bagi mereka yang pulang dari Mekah ke arah selatan!

Syiah ingin kita percaya bahwa perjalanan kembalinya Muslim setelah haji akan terlihat seperti ini:

https://www.sjiieten-ontmaskerd.nl/AhlelBayt.com/www.ahlelbayt.com/wp/wp-content/uploads/2007/03/arabiaWrong.bmp

Rute seperti di atas tentu saja tidak wajar dan aneh bahkan sulit diterima akal sehat. Semestinya setelah haji, semua orang kembali ke kota-kota atau rumah mereka masing-masing dan orang Mekah akan tetap tinggal di sana. Mengapa mereka setelah haji harus melalui rute melewati Ghodir Kum, mengingat fakta bahwa Muslim pada waktu itu kebanyakan berjalan kaki di gurun pasir yang berat. Perjalanan ekstra menuju Ghadir Khum sekitar 250 km dan kembali lagi akan menambahkan waktu beberapa minggu perjalanan. Apakah hal ini tidak aneh dan merendahkan akal sehat?

Semestinya, gambaran rute perjalanan pulang kaum muslimin setelah haji pada waktu itu adalah sebagai berikut:

Page 44: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

43

https://www.sjiieten-ontmaskerd.nl/AhlelBayt.com/www.ahlelbayt.com/wp/wp-content/uploads/2007/03/arabiaReturn.bmp

Oleh karena itu, kesimpulan kami adalah bahwa klaim Syiah bahwa Nabi menunjuk Ali di depan seluruh Muslim sangatlah tidak mungkin karena pada kenyataannya Nabi sama sekali tidak menyampaikan hal tersebut pada Khotbah Perpisahannya di Arafah. Adapun peristiwa Ghadir Khum, kita telah melihat bagaimana mungkin tempat ini akan menjadi tempat yang tepat yang digunakan Nabi untuk menunjuk Ali sebagai khalifah berikutnya, karena hal sepenting itu semestinya disampaikan oleh Nabi kepada seluruh muslimin sewaktu mereka masih berkumpul pada saat haji, bukan hanya kepada sebagian muslimin yang sedang melakukan perjalanan pulang ke arah sebelah utara kota Mekah.

APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI GHADIR KHUM ?

Tidak ada yang menyangkal adanya peristiwa Ghadir Khum, namun, apa yang kami sangkal adalah berlebihan-lebihannya Syiah berkaitan dengan cara yang mereka lakukan dalam mengungkapkan peristiwa tersebut.

Pertama, Syiah melebih-lebihkan tentang berapa banyak sebenarnya orang yang hadir di Ghadir Khum, mereka sering memberikan gambaran bahwa jumlahnya ratusan ribu. Seperti yang telah kami ilustrasikan di atas, bahwa hanya kaum Muslimin yang menuju ke Madinah saja yang hadir di Ghadir Khum, ini berarti bahwa orang-orang Mekah tidak hadir, demikian juga orang-orang Taif, Yaman, dll. Bahkan Syiah sering menyatakan bahwa 100.000 orang hadir di Ghadir Khum, suatu angka yang lebih tepat tentang jumlah orang yang hadir di Mekah untuk melaksanakan haji dari seluruh kota, bukan jumlah orang-orang yang kembali ke Madinah (yang hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut). Berapapun jumlahnya, yang jelas hanya sebagian dari Muslim yang tidak termasuk Muslim yang tinggal di Mekah, Taif, Yaman, dll

Selain dari itu, konteks Ghadir Khum harus juga dipertimbangkan.

Apa yang terjadi di Ghadir Khum adalah bahwa Nabi menanggapi individu tertentu yang mengkritik Ali bin Abi Thalib. Latar belakang di balik peristiwa ini adalah bahwa beberapa bulan sebelumnya, Nabi telah mengirim Ali bersama 300 orang pasukan ke Yaman dalam sebuah ekspedisi. Hal ini disebutkan di website Syiah, www.najaf.org: “Ali diangkat sebagai pemimpin ekspedisi ke Yaman.”

(http://www.najaf.org/english/book/20/4.htm)

Tentara yang dipimpin oleh Ali sangat sukses di Yaman dan mereka mendapatkan banyak jarahan perang. Perihal jarahan perang inilah terjadi perselisihan antara Ali di satu sisi dan tentaranya di sisi lain. Hal ini diceritakan dalam buku Ibn Kathir “Al-Bidayah Wan-Nihayah”:

Di antara seperlima dari harta rampasan tersebut terdapat cukup pakaian linen untuk seluruh tentara, tetapi Ali telah memutuskan bahwa hal itu harus diserahkan kepada Nabi dan tidak disentuh.

Setelah kemenangan di Yaman, Ali menempatkan wakil komandannya yang bertanggung jawab atas pasukan yang ditempatkan di Yaman, sementara ia sendiri menuju ke Mekah untuk menemui Nabi untuk berhaji. Kami membaca:

Page 45: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

44

Dalam kondisi tidak ada dia (Ali), bagaimanapun, orang yang ia tinggalkan sebagai petugas telah dibujuk untuk meminjamkan kepada setiap orang suatu perubahan baru pakaian selain dari linen tersebut. Perubahan tersebut sangat diperlukan karena mereka telah jauh dari rumah selama hampir tiga bulan.

Pasukan yang ditempatkan di Yaman kemudian berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji dengan Nabi:

Ketika mereka (para prajurit yang dikirim ke Yaman) belum jauh dari memasuki kota (Mekah), Ali berkuda keluar untuk menemui mereka dan heran melihat perubahan yang telah terjadi (dalam hal pakaian mereka).

“Aku memberi mereka pakaian,” kata wakil komandan, “bahwa penampilan mereka mungkin akan lebih pantas ketika mereka berada di kalangan masyarakat.” Orang-orang semua tahu bahwa setiap orang di Mekah sekarang mengenakan pakaian terbaik mereka untuk menghormati hari raya tersebut, dan mereka ingin terlihat yang terbaik. Tetapi Ali merasa ia tidak setuju kebebasan seperti itu dan ia memerintahkan mereka untuk mengenakan lagi pakaian lama mereka dan mengembalikan yang baru ke harta rampasan. Kebencian yang sangat dirasakan oleh seluruh tentara terhadap masalah ini, dan ketika Nabi mendengar hal itu, ia (Nabi) berkata: “Wahai manusia, jangan menyalahkan Ali, karena dia terlalu berhati-hati di jalan Allah untuk disalahkan.” Tetapi kata-kata ini belum cukup, atau mungkin hanya didengar oleh beberapa orang, dan kebencian masih berlanjut.

Dalam perjalanan pulang menuju Medina salah seorang pasukan mengeluhkan Ali kepada Nabi, yang membuat wajah Beliau berubah: “Bukankah aku tidak lebih dekat kepada orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri?” katanya, dan ketika orang itu mengiyakan, ia menambahkan: “Barangsiapa yang menjadikan saya sahabat tercintanya, maka Ali adalah (juga) sahabat tercintanya.” Kemudian dalam perjalanan tersebut, ketika mereka berhenti di Ghadir Khum, Ia (Nabi) mengumpulkan semua orang, dan mengambil tangan Ali sambil mengulangi kata-kata tersebut [yaitu siapapun yang mencintai saya, maka Ali ini adalah (juga) sahabat tercintanya]”, yang ia menambahkan doa: “Ya Allah, jadikanlah teman orang yang menjadikan dia temannya, dan musuhilah orang yang memusuhinya”, dan pengerutuan terhadap Ali tersebut menjadi tidak terdengar.

Para prajurit di bawah komando Ali tidak hanya terganggu perihal perubahan pakaian tersebut tetapi juga atas pembagian harta rampasan perang pada umumnya. Kaum muslimin, berkat kepemimpinan besar Ali, telah mendapatkan banyak unta, tetapi Ali melarang mereka dari mengambil kepemilikan unta tersebut. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Said bahwa Ali mencegah mereka dari mengendarai unta-unta dari harta rampasan perang yang telah mereka peroleh. Tetapi ketika Ali telah pergi ke Mekah, wakil komandannya menyerah pada permintaan pasukannya dan memungkinkan mereka menaiki unta tersebut. Ketika Ali melihat hal itu, ia menjadi marah dan ia menyalahkan wakil komandannya. Abu Sa’id berkata: “Ketika kami berada di perjalanan pulang ke Madinah, kami menyebutkan kepada Nabi sifat keras yang tidak mengenakkan yang kami lihat dari Ali , Nabi berkata: “Hentikan… demi Allah, aku telah mengetahui bahwa dia (Ali) telah melakukan hal baik karena Allah.”

Kejadian serupa ini telah dijelaskan dalam Sirah RasulAllah Ibnu Ishaq, kami membaca:

Ketika Ali datang (kembali) dari Yaman untuk memenuhi Rasul di Mekah, ia bergegas kepadanya dan meninggalkan orang yang bertanggung jawab atas pasukannya kepada salah seorang sahabatnya yang pergi dan memakaikan kepada setiap orang dalam pasukannya dengan pakaian dari linen yang dipunyai

Page 46: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

45

Ali. Ketika tentara mendekati, dia (Ali) pergi menemui mereka dan menemukan mereka mengenakan pakaian tersebut. Ketika ia bertanya apa gerangan yang telah terjadi, orang itu (wakilnya) mengatakan bahwa ia telah memakaikan orang-orang sehingga mereka kelihatan pantas ketika mereka berbaur dengan masyarakat. Dia (Ali) mengatakan kepada dia untuk melepas pakaian tersebut sebelum mereka menemui Rasul dan mereka melakukannya dan mengembalikan pakaian tersebut di antara harta rampasan perang. Tentara tersebut menunjukkan kebencian terhadap perlakuan yang merekaterima … ketika orang-orang mengeluhkan perihal Ali, Rasul muncul untuk mengatasi mereka dan dia (perawi) mendengar dia (Nabi) mengatakan: “Jangan salahkan Ali, karena dia terlalu teliti dalam hal-hal berkaitan dengan Allah, atau di jalan Allah, untuk disalahkan.”

(Ibnu Ishaq, Sirah Rasool-Allah, hal. 650)

Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang di pasukan tersebut (yaitu kontingen yang dikirim ke Yaman) mulai mengkritik Ali karena ia mencegah mereka dari menunggang unta dan mengambil kembali pakaian baru yang telah mereka peroleh. Yaitu orang-orang yang menyertai Nabi ke Madinah melalui Ghadir Khum, dan merekalah yang sedang dibahas dalam Hadis terkenal Ghadir Khum.

Bahkan, dalam “Tarikh al-Islam”, peristiwa Ghadir Khum berada di bawah judul “Penghiburan bagi Ali”. Kami membaca:

Penghiburan bagi Ali

Selama haji, beberapa pengikut Ali yang telah bersama dia ke Yaman mengeluh kepada Nabi tentang Ali. Beberapa kesalahpahaman orang Yaman telah menimbulkan keraguan. Ditujukan kepada para sahabat di Ghadir Khum, Nabi saw bersabda memuji Ali: “Seseorang yang dia teman saya adalah teman Ali …” Mengikuti ucapan Nabi tersebut, Umar mengucapkan selamat kepada Ali berkata: “Mulai hari ini Anda adalah teman special saya”. Nabi kemudian tiba kembali di Al-Madinah dan anaknya Ibrahim meninggal dunia.

(Tarikh al-Islam, Vol.1, hal. 241)

KANDUNGAN HADITS GHADIR KHUM

Rangkuman Hadits Ghadir Khum: Para prajurit tentara Ali sangat marah kepada Ali karena menolak mereka perihal linen dan unta dari rampasan perang, dan mereka tidak senang dengan fakta bahwa Ali sendiri mendapatkan bagian khusus dari Khums (yaitu seperlima dari harta rampasan perang). Tentu saja, Ali tidak dapat disalahkan untuk hak istimewa mengambil bagian ekstra dari Khums, yang merupakan hak yang diberikan kepada keluarga Nabi menurut Al-Quran. Meskipun demikian, orang-orang telah marah, sehingga mereka mengambil tindakkan khusus membela diri ketika Ali mengambil seorang budak wanita untuk dirinya dari Khums; para prajurit tersebut secara salah menuduh Ali sebagai seorang munafik karena menolak pakaian dan unta untuk para apasukan tetapi untuk dirinya sendiri mengambil seorang budak wanita. Adalah karena kritik yang keliru kepada Ali inilah maka Nabi membela Ali dalam hadits Ghadir Khum.

ShiaChat Member says

Page 47: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

46

You sick Saudi perverts can believe whatever filth you want about anyone at your own personal leisure but don’t dare bring this up here…

That accusation [that Imam Ali slept with a slave girl] is blatantly ummayyad propaganda to make our Mawla (A.S.) look bad…

Pertama-tama, Hadits Ghadir Khum sebagaimana yang tercatat dalam kitab Sahih Bukhari tidak dimaksudkan untuk menjadikan Ali terlihat jahat sama sekali. Bahkan, Nabi membela tindakan Ali. Perlu dicatat bahwa bahkan Nabi sendiri mengambil seorang budak wanita dan ini telah diriwayatkan baik dalam Hadits Sunni dan Syiah. Perbudakan adalah norma budaya pada zaman itu dan Nabi mendesak umat Islam untuk memperlakukan budak wanita mereka sebagai istri mereka. Pada kesempatan lain, Nabi akan mendorong penyetaraan budak dan menikahi mereka. Dalam setiap kasus, ada banyak artikel panjang yang mempertahankan posisi Islam tentang hal ini, dan pembaca bebas untuk mencari di internet bagi mereka.

Kedua, juga harus dicatat bahwa Buraida tidak mengkritik Ali karena dia pikir memiliki seorang budak wanita itu tidak bermoral. Sebaliknya, Buraida hanya mengkritik Ali karena mengambil bagian dari Khums sementara melarang kepada anak buahnya, bagi Buraida, merupakan hal yang tidak relevan terkait dengan apa yang Ali ambil dari Khums apakah itu berupa budakwanita, linen, atau unta.

Ketiga, fakta bahwa Ali mengambil seorang budak wanita dikisahkan dalam Hadits Syiah, lalu mengapa Syiah harus bereaksi begitu hebat ketika narasi yang sama ada dalam Hadits Sunni? Bukankah hal ini merupakan kemunafikan? Sesungguhnya, Buraida yang marah kepada Ali karena mengambil seorang budak wanita di Hadits Sunni, sama saja dengan Fatima yang marah kepada Ali karena mengambil seorang budak wanita di Hadits Syiah. Hadits Shia ini diriwayatkan oleh salah seorang tetua teologi Syiah, yaitu Ibnu Babaveh Al-Qummi, dan tersedia di YaZahra.com, sebuah situs Syiah terkemuka:

YaZahra.org says

Majlisi “Biharul anwar” 43/147

) فاھدیت لجعفر جاریة قیمتھا أربعة آالف 1عن أبي ذر رحمة هللا علیھ قال : كنت أنا وجعفر بن أبي طالب مھاجرین إلى بالد الحبشة ( . ا المدینة أھداھا لعلي علیھ السالم تخدمھ ، فجعلھا علي في منزل فاطمةدرھم ، فلما قدمن

فدخلت فاطمة علیھا السالم یوما فنظرت إلى رأس علي علیھ السالم في حجر الجاریة فقالت : یا أبا الحسن فعلتھا ، فقال : ال وهللا یا إلى منزل أبي رسول هللا صلى هللا علیھ والھ فقال لھا : قد أذنت بنت محمد ما فعلت شیئا فما الذي تریدین ؟ قالت تأذن لي في المصیر

. لك

فتجللت بجاللھا ، وتبرقعت ببرقعھا

[Terjemahan: Al-Qummi dan Al-Majlisi meriwayatkan berdasarkan otoritas Abu Thar: Saya berhijrah dengan Jafar bin Abi Thalib ke Abyssynia. Seorang gadis wanita senilai 4.000 dirham diberikan kepada Jafar sebagai hadiah. Ketika kami tiba di Madinah dia memberikannya kepada Ali sebagai hadiah untuk melayani dia. Ali menempatkannya di rumah Fathimah. Suatu hari Fatima masuk dan melihat kepala Ali ada di pangkuan gadis itu. Dia berkata: “Wahai Abu Al-Hasan! ?! Apakah Anda telah melakukannya “Dia berkata:”Wahai puteri Muhammad! Saya tidak melakukan apa-apa, apa itu yang kamu inginkan “Dia berkata: “Apakah kamu mengizinkan saya untuk pergi ke rumah ayahku? “Dia berkata:”Aku akan mengijinkan kamu”. Lalu, dia memakai Jilbabnya dan pergi menemui Nabi.

Page 48: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

47

(sumber: Ibnu Babaveh Al-Qummi’s “Elal Al-Sharae ‘”, hal.163, juga diriwayatkan di Bihar Al-Anwar, hal. 43-44, Bab tentang “Bagaimana dia hidup dengan Ali “)]

sumber: http://www.yazahra.net/ara/html/4/behar43/a15.html

Keempat- adalah kenyataan bahwa insiden ini disebutkan dalam sumber-sumber Syiah juga. Syaikh Mufid, sarjana klasik Syiah, menulis:

(Sebelumnya) Amirul mukminin telah memilih seorang budak wanita dari antara para tawanan. Sekarang Khalid mengirim Buraida kepada Nabi. Dia berkata: “Temui (Nabi) sebelum keduluan para pasukan. Katakan padanya apa yang telah Ali lakukan dalam memilih seorang budak-wanita untuk dirinya dari Khums dan membawa dirinya dalam aib … ”

Buraida pergi kepada Nabi. Dia (Buraida) telah membawa surat dari Khalid yang dengannya ia diutus. Dia mulai membacanya. Wajah Nabi mulai berubah.

“Rasul Allah,” kata Buraida, “jika Anda mengijinkan orang (bertindak) seperti ini, maka barang rampasan mereka akan hilang.”

“Celakalah atasmu, Buraida,” kata Nabi kepadanya. “Kamu telah melakukan suatu tindakan kemunafikan. Ali bin Abi Thalib diperbolehkan untuk memiliki apa yang diperbolehkan untuk saya dari rampasan perang mereka … Buraida, saya memperingatkan kamu bahwa jika kamu membenci Ali, maka Allah akan membencimu. ”

Buraida melaporkan: “Saya ingin bumi terbelah untuk aku agar saya bisa tertelan ke dalamnya. Lalu aku berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari kemarahan Allah dan kemarahan Rasul Allah. Rasul Allah, ampunilah aku. Aku tidak akan pernah membenci Ali dan aku hanya akan berbicara yang baik tentang dia. ”

Nabi memaafkan dia.

Kitab al-Irshad, oleh Syaikh Mufid, hal. 111-112)

Hadits Ghadir Khum diceritakan dalam kitab Sahih Bukhari (Volume 5, Buku 59 Nomor 637):

Dikisahkan oleh Buraida:

Nabi mengirim Ali kepada Khalid untuk membawa Khumus (barang jarahan) dan aku membenci Ali, dan Ali habis mandi (setelah tindakan seksual dengan seorang budak wanita dari Khumus). Aku berkata kepada Khalid, “Tidakkah kamu melihat ini (yaitu Ali)?” Ketika kami berjumpa Nabi, aku sebutkan hal itu kepadanya. Dia (Nabi) berkata, “Wahai Buraida! Apakah kamu membenci Ali? “Aku berkata,” Ya “Dia berkata,” Apakah kamu membenci dia, karena dia pantas menerima lebih dari itu dari Khumlus.. “

Ini adalah versi Ghadir Khum sebagaimana yang dikisahkan dalam Sahihayn (yaitu Bukhari dan Muslim), dengan tidak menyebutkan semua kata “mawla.” Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sebagaimana yang ia katakan ‘Jika saya “mawla” seseorang maka maka Ali adalah “mawla”-nya juga’, kalimat ini tidak ada dalam buku-buku Sahih (Bukhari dan Muslim), tetapi itu adalah salah satu laporan yang diriwayatkan oleh para ulama dan tentang keasliannya orang-orang berbeda pendapat. ”

Page 49: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

48

Oleh karena itu, kami melihat bahwa Syiah telah banyak mempermasalahkan sesuatu yang tidak ada relevansinya dengan imamah. Kandungan dan konteks Hadits Ghadir Khum jauh dari penunjukan dan pencalonan kekhalifahan. Ulama Syiah, SHM Jafri, menulis:

Sunni menjelaskan keadaan yang mengharuskan munculnya nasihat Nabi [di Ghadir Khum] bahwa beberapa orang menggerutu perihal Ali karena perlakuan kasar dan acuh tak acuh dalam distribusi dari harta rampasan dari ekspedisi Al-Yaman, yang baru saja terjadi di bawah Kepemimpinan Ali, dan dari sana ia, bersama dengan dia mereka yang berpartisipasi dalam ekspedisi tersebut, langsung pergi ke Mekah untuk bergabung dengan Nabi pada upacara haji. Untuk menghilangkan perasaan sakit terhadap sepupunya, Nabi berbicara dengan cara ini.

(Asal Usul dan Perkembangan Awal Islam Syiah, oleh SHM Jafri, hal. 21-22)

SYIAH BERUSAHA UNTUK MENAFIKAN KONTEKS TERSEBUT:

Kaum Sunni mengatakan bahwa Nabi ( وسلم وآلھ علیھ هللا صلى ) terpaksa membuat pernyataannya di Ghadir Khum adalah karena apa terjadi antara Ali ( عنھ هللا رضى ) dan tentaranya di Yaman. Syiah menanggapinya dalam salah satu dari dua cara. Respon pertama adalah menolak sama sekali kejadian Yaman, sambil mengklaim bahwa hanyalah “propaganda Umayyah” bahwa Ali ( عنھ هللا رضى ) pernah mengambil budak wanita seperti itu. Tentu saja, respons seperti ini langsung dapat disangkal dengan menunjukkan bahwa riwayat ini juga tersedia dalam sumber-sumber Syiah juga, termasuk buku Syaikh Mufid Kitab Al-Irshad. Oleh karena itu, propagandis Syiah harus kembali pada penjelasan lain, yang ditawarkan oleh “Taair-al-Quds” di bawah ini, yang mengakui bahwa peristiwa Yaman memang terjadi tetapi hal itu tidak ada hubungannya dengan Ghadir Khum.

Taair-al-Quds, Admin of ShiaOfAhlAlBayt says

“The Hadiths mentioning this incident [of Ali’s soldiers getting angry at him]…have nothing to do with the incident of Ghadeer Khumm.

The entire episode [of Ali’s soldiers getting angry at him] took place in Madinah in the Mosque around the Hujrah of the Prophet (s) and finished there and thus has nothing to do with the incident of Ghadir Khumm! The prophet (s) had already clarified this matter/issue which the Wahabi/ Nawaasib aim to present as the context in the incident of Ghadir, which took place at a latter time in history.

…The incident of Ghadeer took place on 18th DhilHajj while the incident of Yemen took place in Rabbi ul Aakhir (Thaani) or Jamaadi ul Ulaa according to historians. There is no compatibility or possibility of mixing both these incidents as one of them took place on return from Meccah after Hajj while the other took place in Yemen earlier on and got resolved earlier as well in Masjid e Nabavi, Medinah, before the Prophet (s) even left for Hajj! . ”

Pada kenyataanya, kedua peristiwa (apa yang terjadi di Yaman dan Ghadir Khum) terjadi pada tahun terakhir kehidupan Nabi. Menurut ulama Syiah klasik, Syekh Mufid, ekspedisi di Yaman mulai berakhir pada lima hari terakhir bulan Dhu al-Qa’dah (bulan Islam ke-11) dan peristiwa Ghadir Khum terjadi tepat

Page 50: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

49

setelah itu pada bulan Dhu al- Hijjah (bulan Islam ke-12). “Taair-al-Quds” telah melakukan penipuan dengan mengklaim bahwa ekspedisi Yaman terjadi pada bulan Rabi’ al-Thani (bulan Islam ke-4) atau Jumada al-Awwal (Bulan Islam ke-5), sedangkan Ghadir Khum terjadi di bulan ke-12, ini adalah setengah kebenaran yang mengerikan. Operasi militer Yaman berlangsung berbulan-bulan dan hingga bulan ke-11! Jadi ekspedisi Yaman mungkin sudah dimulai sejak beberapa bulan sebelumnya, pasti tidak berakhir sebelum lima hari terakhir bulan ke-11, yang setelahnya Ali dan tentaranya segera bergabung dengan Nabi di Mekkah untuk melakukan haji.

Adapun klaim “Taair-al-Quds” bahwa insiden Yaman itu diselesaikan di Madinah, maka ini adalah kejanggalan di pihaknya. Setelah apa yang terjadi di Yaman (yaitu dalam menyikapi Khums), Ali pergi berkuda untuk menemui Nabi di Mekah, bukan di Madinah. Ali dan anak buahnya melakukan haji dengan Nabi dan pada waktu itulah tentaranya menggerutu tentang Ali, yang memicu munculnya pernyataan di Ghadir Khum.

“Taair-al-Quds” menyebutnya sebagai propaganda “Wahabi/ Nawaasib” untuk mengklaim bahwa sengketa antara Ali dan tentaranya terjadi tepat sebelum Ghadir Khum. Kami ingin bertanya kepada “Taair-al-Quds”, apakah ia menganggap bahwa Syaikh Mufid adalah salah satu dari “Nawaasib”? Syaikh Mufid, dalam buku epiknya “Kitab al-Irshad” menyebutkan sengketa di Yaman (antara Ali dan tentaranya) pada bagian yang sama dengan bagian yang berjudul “Haji perpisahan Nabi dan Deklarasi di Ghadir Khum”! Kami membaca:

Haji perpisahan Nabi dan Deklarasi di Ghadir Khum:

… Rasul Allah, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, telah mengirim dia (Ali), kedamaian atasnya, ke Yaman untuk mengumpulkan bagian sperlima (khums) dari emas dan perak mereka dan mengumpulkan perisai dada dan hal-hal lain … Lalu Rasul Allah, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, memutuskan untuk pergi haji dan untuk melaksanakan tugas yang Allah Ta’ala, telah putuskan …

Dia, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, berangkat dengan mereka selama lima hari yang tersisa pada (bulan) Dhu al-Qa’da. Dia telah menulis kepada Amirul mukminin (Ali), kedamaian atasnya, tentang pergi menunaikan ibadah haji dari Yaman …

Sementara itu, Amirul mukminin, kedamaian atasnya, berangkat dengan para prajurit yang menemaninya ke Yaman. Dia telah membawa perisai dada yang telah dikumpulkan dari orang-orang Najran. Ketika Rasul Allah, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, sudah mendekati Mekah dalam perjalanannya dari Madinah, Amirul Mukminin (Ali), kedamaian atasnya, sudah mendekatinya dalam perjalanannya dari Yaman. Dia (Ali) mendahului tentaranya untuk bertemu Nabi, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, dan ia meninggalkan salah seorang dari mereka untuk bertanggung jawab terhadap mereka (pasukan). Ia datang kepada Nabi sebagai yang berikutnya melihat Mekah. Dia (Ali) menyambutnya (Nabi) dan menginformasikan kepadanya (Nabi) dari apa yang dia (Ali) telah lakukan dan apa yang dia (Ali) telah kumpulkan [dari Khums] dan bahwa ia telah bergegas mendahului tentaranya untuk bertemu dengannya. Rasul Allah, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya, senang pada hal itu dan senang bertemu dengannya…

Page 51: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

50

Amirul mukminin, kedamaian atasnya, mengucapkan selamat jalan kepadanya (Nabi) dan kembali ke pasukannya. Dia (Ali) bertemu mereka mendekatinya dan menemukan bahwa mereka telah mengenakan perisai dada yang mereka punya. Dia (Ali) mencela mereka untuk itu.

“Memalukan kamu!” Katanya (Ali) kepada orang yang sudah ditunjuk sebagai wakilnya atas mereka. “Apa yang membuat kamu memberikan mereka perisai dada sebelum kita menyerahkannya kepada Rasul Allah, semoga Tuhan memberkati dia dan keluarganya? Saya tidak memberi kamu izin untuk melakukan hal itu. ”

“Mereka meminta saya untuk membiarkan deck diri mereka keluar dan memasuki keadaan pensucian dengannya, dan kemudian mereka akan mengembalikan padaku,” jawabnya.

Amirul mukminin, kedamaian atasnya, mengambilnya dari orang-orang dan menempatkannya kembali di karung. Mereka tidak puas dengan dia karena hal itu. Ketika mereka tiba di Mekah, keluhan mereka terhadap Amirul Mukminin, kedamaian atasnya, menjadi tambah banyak. Rasul Allah memerintahkan panggilan yang akan diberikan antara orang-orang: “Hentikan lidah anda (membicarakan) Ali bin Abi Thalib, kedamaian atasnya. Dia adalah orang yang keras untuk kepentingan Allah, Yang Maha Kuasa dan maha Tinggi, bukan orang yang sesat dalam agama-Nya … ”

Ketika Rasul Allah melakukan ritual ibadah haji, ia menjadikan Ali sebagai pasangannya dalam pengorbanan hewan. Kemudian dia memulai perjalanannya kembali ke Madinah. (Ali) dan Muslim pergi dengan dia. Dia tiba di tempat yang dikenal sebagai Ghadir Khum …

(Kitab al-Irshad, oleh Syaikh Mufid, hal. 119-123)

(Note: Meskipun pada rangkaian kalimat di atas Syaikh Mufid menceritakan adanya perbedaan pendapat antara Ali dengan pasukannya yang semakin kuat di Mekah, namun sesuai keyakinan Syiah beliau tidak mengaitkan sama sekali kejadian di Ghadir Kum dengan adanya perbedaan pendapat dan adanya kebencian pasukan Ali terhadap Ali, namun justru mengaitkannya dengan asbabun nuzul ayat 5:67, yang akan kami bahas pada bagian selanjutnya)

SIAPA SAJA YANG MARAH KEPADA ALI ?

Para propagandis Syiah kemudian mengklaim bahwa hanya Khalid dan Buraida yang marah kepada Ali.

Taair-al-Quds, Admin of ShiaOfAhlAlBayt says

“None of the hadiths mention any third individual besides Khalid bin Walid and Burayda (or Bara as in Tirmidhi) to be the complainers or the ones who initiated this BUGHZ (hatred) campaign towards Imam Ali (a.s) as reported through this incident.”

Page 52: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

51

Ini adalah satu lagi kebohongan terang-terangan oleh “Taair -al-Quds”. Bahkan, semua (atau setidaknya sebagian besar) tentara Ali yang kecewa dengan dia, bukan hanya satu atau dua tentara. Syaikh Mufid menulis:

Amirul mukminin, damai atasnya, mengambilnya (perisai dada) dari orang-orang dan mengembalikan ke karung. Mereka tidak puas dengan dia karena hal itu. Ketika mereka tiba di Mekah, keluhan mereka terhadap Amirul Mukminin, damai atasnya, menjadi bertambah banyak. Rasul Allah memerintahkan panggilan yang akan diberikan antara orang-orang: “Hentikan lidah kamu semua (berbicara) tentang Ali bin Abi Thalib, damai atasnya. Dia adalah seorang yang keras untuk kepentingan Allah, Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, bukan seorang yang sesat dalam agama-Nya … ”

(Kitab al-Irshad, oleh Syaikh Mufid, hal. 121-122)

Keluhan terhadap Ali adalah “banyak” dan hal dilakukan oleh “orang-orang” yang tidak puas (tidak satu atau dua orang), dan Nabi memerintahkan panggilan kepada orang-orang secara umum. Hal ini jelas bahwa sebagian besar tentara Ali yang tidak puas dengannya karena ia menolak untuk membolehkan mereka memakai perisai dada dari Khums. Oleh karena itu, tidaklah pantas untuk menyalahkan kepada satu atau dua individu, karena kebenaran dari masalah ini adalah bahwa Ali telah membuat marah semua tentara-Nya, dan kami mencari perlindungan Allah dari menyalahkan siapa pun, terutama karena Nabi sendiri telah memaafkan Buraida dan yang lainnya.

Intinya, bagaimanapun, adalah bahwa banyak orang yang marah kepada Ali dan ini adalah alasan mengapa Nabi harus membuat deklarasi di Ghadir Khum, untuk melepaskan Ali dari tuduhan – tidak untuk mencalonkan Ali sebagai penggantinya.

TAMBAHAN KALIMAT PALSU

Taktik Syiah umum untuk menipu orang awam Sunni adalah menyatakan bahwa Hadits Ghadir Khum ada di Bukhari dan di buku-buku yang paling terpercaya di kalangan Sunni (seringkali memberi kesan kepada Sunni dengan daftar referensi yang banyak), dan kemudian mereka mengutip berbagai versi dari sumber yang kabur dan tidak bias dipercaya, yang menggambarkan Ghadir Khum dengan cara yang sangat berbeda dari yang dinyatakan sebenarnya dalam buku otentik tersebut. Taktik mengelabui orang seperti ini disebut “menerima dengan mengaitkan.”

Pada kenyataannya, hanya ada dua penambahan pada Hadits yang dianggap otentik dan itu pun hanya oleh beberapa ulama. Untuk tujuan debat, bagaimanapun, kita akan menerimanya sebagai otentik. Sekali lagi, dua tambahan ini tidak ada di Sahihayn tetapi mereka ada dalam berbagai variasi narasi dalam buku-buku lain. Sebagai murid Hadits tahu, bahwa Hadits memiliki berbagai tingkatan, seperti Hadits Ghadir Khum, yang paling otentik adalah apa yang ada di Sahih Bukhari seperti yang dikutip di atas. Namun, ada versi lain yang memiliki dua tambahan:

1. Penambahan pertama adalah: “Man Kuntu mawla fa` Ali mawla”. (Siapa yang menjadikan saya Mawla, maka Ali ini juga mawla-nya).

2. Penambahan kedua adalah: “Allahummu wali man walaah wa `adi man `adaah.” (Ya Allah, bertemanlah dengan siapa saja yang berteman dengan dia dan jadilah musuh siapa saja yang memusuhi dia).

Page 53: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

52

Penambahan pertama umumnya diterima, sedangkan yang kedua adalah lemah, namun beberapa ulama menganggapnya otentik. Sedangkan penambahan lainnya, sejauh ini tidak terdapat dalam buku otentik dan “mawdoo” atau dipalsukan. Secara umum, Syiah puas dalam mendasarkan argumen mereka pada dua tambahan pertama, tetapi tak diragukan lagi setelah mereka membantah, mereka kemudian seringkali akan meminta tolong untuk menggunakan sumber palsu untuk menghasilkan dukungan tambahan, seperti Nabi mengatakan Ali adalah Wasi-nya, Khalifah-nya, Imam, dll. Ini semua adalah palsu, dan secara historis Syiah telah memproduksi banyak Hadits palsu. Syiah mampu menghasilkan daftar panjang referensi palsu tentang Ghadir Khum karena mereka sendiri telah bertanggung jawab atas banyaknya pemalsuan berkaitan dengan Ghadir Khum.

Kami telah melihat versi Ghadir Khum dalam kitab Sahih Bukhari, dan bagaimana hal itu tidak mengandung penambahan “mawla”. Namun, penambahan “mawla” dapat ditemukan dalam variasi dari Hadits:

Buraida meriwayatkan: “Saya menyerbu Yaman dengan Ali dan aku melihat kedinginan dari bagian dia, maka ketika saya datang (kembali) kepada Rasul Allah dan menyebutkan Ali dan mengkritiknya, aku melihat wajah Rasulullah perubahan dan ia berkata: ‘Wahai Buraida, bukankah saya tidak lebih dekat dengan orang-orang yang beriman daripada mereka terhadap diri mereka sendiri?” kataku: “Ya, Wahai Rasulullah. ” Dia (lalu) berkata: ‘Siapa saja yang saya adalah mawlanya, maka Ali ini juga mawla nya. ”

(Musnad Ahmad [v5 / p347 / # 22995] dengan rantai transmisi yang sahih dan semua perawinya dapat dipercaya [thiqa] yang diandalkan oleh al-Bukhari dan Muslim, al-Nisa’i dalam Sunan al-Kubra [v5 / P45 / # 8145 ], al-Hakim dalam al-Mustadrak [v3 / p119 / # 4578]; Abu Nu`aym, Ibnu Jarir dan lainnya)

Dalam versi yang sedikit berbeda:

Buraida meriwayatkan: “Nabi mengutus saya ke Yaman dengan Ali dan aku melihat kedinginan dari bagian dia, ketika aku kembali dan mengeluh tentang dirinya kepada Rasulullah, dia (Rasulullah) mengangkat kepalanya ke arah (dia) dan berkata: ‘Wahai Buraida! ‘Siapa saja yang saya adalah mawlanya, maka Ali ini juga mawla nya. ”

(Sunan al-Kubra, v5, p130, # 8466, sebuah laporan serupa dapat ditemukan di Musannaf Ibnu Abi Shayba [v6, hal. 374])

Dalam riwayat lain, Nabi berkata: “allahummu wali man walaah wa adi man adaah”, yang diterjemahkan menjadi: “Ya Allah, menjadilah teman siapa saja yang berteman dengan dia dan menjadilah musuh siapa saja memusuhi dia”. Beberapa ulama telah meragukan keaslian pernyataan ini, tetapi kami akan menerima tambahan kedua ini sebagai otentik.

Ini adalah dua penambahan pada Hadits Ghadir Khum yang bisa dianggap otentik, dan oleh karena itu terhadap dua tambahan ini saja kami akan membahasnya lebih lanjut.

Para propagandis Syiah akan sering menambahkan berbagai macam riwayat dari sumber yang lemah dan tidak jelas, tetapi ini bukan suatu metodologi yang valid dalam berdebat. Sering kali, referensi tersebut tidak mungkin untuk dipakai memverifikasi dan sering kali mereka tidak ada sama sekali atau secara dramatis keluar dari konteks. Apa yang aneh dan sedikit lucu adalah bahwa Sunni seringkali mengutip dari Al-Kafi, buku yang paling otentik dari Hadits Syiah, dan Syiah langsung menolak Hadits ini sebagai dasar argumentasi. Jika seperti ini sikap Syiah terhadap buku Hadits mereka yang paling otentik, lalu kenapa

Page 54: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

53

Syiah mengharapkan kita untuk menerima riwayat dari sumber yang tidak jelas dan tidak dapat diandalkan? Dalam kasus apapun, untuk menjadi adil, hanya dua tambahan tersebut yang akan kita membahas, yaitu: (1) … ini adalah Ali juga mawla-nya …, dan (2) … jadilah teman barang siapa yang berteman dengan dia.

DEFINISI KATA “MAWLA”

Klaim Syiah bahwa kata “mawla” di sini berarti “pemimpin”/ “tuan”. Hal ini didasarkan pada terjemahan yang keliru dari kata tersebut yang mereka klaim bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mencalonkan Ali ( رضى sebagai penggantinya. Bahkan, kata “mawla” – sebagaimana banyak kata Arab lainnya – memiliki (هللا عنھbeberapa kemungkinan terjemahan.

Syiah awam mungkin akan terkejut jika mengetahui bahwa sesungguhnya definisi yang paling umum dari kata “mawla” sebenarnya adalah “hamba” dan bukan “tuan“. Seorang bekas budak yang menjadi seorang pembantu dan tidak memiliki hubungan suku disebut sebagai seorang Mawla. Seperti Salim yang dipanggil Salim mawla Abi Hudzaifah karena dia adalah pembantu Abu Hudzaifah.

Kita hanya perlu membuka sebuah kamus bahasa Arab untuk melihat berbagai definisi kata “mawla.” Ibnu Al-Atheer berkata bahwa kata “mawla” dapat digunakan untuk maksud, antara lain, sebagai berikut: tuan, pemilik, dermawan, pembebas, pembantu, kekasih, sekutu, budak, hamba, kakak ipar, sepupu, teman, dll

Sekarang mari kita periksa lagi hadis tersebut:

“Barangsiapa saya mawlanya, maka Ali ini juga mawlanya. Ya Allah, jadilah teman siapa saja yang berteman dengan dia dan musuhilah siapa saja yang memusuhi dia. “

Kata “mawla” di sini tidak dapat merujuk pada arti “pemimpin”, tetapi terjemahan terbaik dari kata “mawla” tersebut adalah “seorang teman tercinta”. Jelas bahwa “mawla” di sini bermakna mencintai/ menyayangi dan hubungan dekat, bukan Khilafah dan Imamah. Muwalat (cinta) adalah lawan dari kata Mu`adat (permusuhan). Definisi dari kata “mawla” yang ini paling masuk akal berkaitan dengan konteks kalimat karena Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) segera mengatakan Ya Allah, jadilah teman siapa saja yang berteman dengan dia dan musuhilah siapa saja yang memusuhi dia“. Lebih dari itu, makna tersebut juga sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakanginya.

Syiah dapat saja menolak untuk percaya bahwa mawla di sini berarti “sahabat tercinta”, tetapi kenyataannya adalah bahwa kata itu tidak dapat diterjemahkan dalam makna lain ketika kita mempertimbangkan bahwa tambahan kalimat yang mengikutinya adalah tentang berteman dengan dia, bukan tentang diperintah oleh dia atau yang seperti itu. Sebenarnya sulit dipercaya bahwa Syiah bisa menerjemahkan kata itu dengan arti Khalifah dan Imam ketika konteksnya tidak ada hubungannya dengan hal itu.

Al-Jazari mengatakan dalam al-Nihaayah:

Page 55: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

54

“Kata mawla sering disebutkan dalam hadits, dan ini adalah isim yang diterapkan pada banyak hal. Kata ini mungkin merujuk kepada seorang penguasa, seorang pemilik, seorang yang menguasai, seorang dermawan, orang yang membebaskan budak, seorang pendukung, orang yang mengasihi yang lain, seorang pengikut, seorang tetangga, seorang sepupu (anak paman dari pihak ayah), seorang sekutu, seorang budak, seorang budak yang sudah dibebaskan, seseorang yang kepadanya seseorang telah melakukan bantuan. Kebanyakan dari makna-makna ini disebut dalam berbagai Hadis, sehingga harus dipahami dengan cara yang disiratkan oleh konteks hadits yang didalamnya kata tersbut digunakan.“

Imam Syafi’i berkata berkaitan dengan mawla khusus dalam hadits Ghadir Khum ini:

“Yang dimaksud dengan itu adalah ikatan (persahabatan, persaudaraan, dan cinta) dalam Islam.”

Allah berfirman dalam Al-Quran:

Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu (teman setiamu). Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.” (Quran, 57:15)

Sesuai konteks kalimatnya, tidak ada penerjemah di dunia ini – bahkan Syiah yang setia – pernah menerjemahkan kata „mawla“ tersebut dengan arti “Imam” atau “khalifah”, karena akan menjadikan kalimat tersebut tidak bermakna. Api neraka pada ayat di atas disebut sebagai „mawla“ bagi orang-orang kafir karena kedekatan yang sangat mereka kepadanya, dan inilah definisi mawla yang sedang dimaksud dalam Hadis Ghadir Khum (kedekatan yang sangat yaitu kepada Nabi, Ali, dan orang yang beriman). Memang, kata “mawla” berasal dari “Wilayah” dan bukan “Walayah”. Wilayah mengacu pada cinta dan Nusrah (pertolongan dan bantuan), dan tidak boleh dikaburkan dengan kata Walayah, yang mengacu pada kepemimpinan.

Allah berfirman dalam Al-Quran:

“Itu karena Allah adalah mawla (yaitu melindungi teman, pelindung, dll) dari orang-orang yang beriman, dan karena orang-orang kafir tidak mempunyai mawla bagi mereka.” (Quran, 47:11)

Ayat ini tidak merujuk kepada Khilafah atau Imamah, tetapi lebih mengacu pada teman yang melindungi secara dekat. Jika tidak demikian, maka makna ayat itu akan menjadi tidak masuk akal. Para komentator Syiah tampaknya mengabaikan bagian kedua dari ayat ini dimana Allah berfirman: “orang-orang kafir tidak mempunyai mawla bagi mereka”. Apakah ini berarti bahwa orang-orang kafir tidak akan memiliki pemimpin? Tentu saja orang-orang kafir memiliki pemimpin, sebagaimana hari ini orang-orang kafir Amerika memiliki George Bush sebagai pemimpin mereka. Fakta ini disebutkan dalam Al-Quran sendiri:

“Perangi/ bunuh para pemimpin (A-IMMAH) orang-orang kafir.” (Quran, 09:12)

”Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin (A-IMMAH) yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.” (Quran, 28:41)

Jadi ketika Allah mengatakan “orang-orang kafir tidak mempunyai mawla bagi mereka”, maka hal ini merujuk kepada pelindung yang sangat dekat, bukan karena mereka tidak memiliki pemimpin. Ayat 47:11 sama sekali tidak menggunakan kata mawla yang berarti Imam atau Khalifah, tetapi lebih mengacu ke teman melindungi dekat. Untuk makna pemimpin secara tegas Allah menggunakan kata IMAM yang jamaknya A-IMMAH sebagaimana yang digunakan pada ayat 9:12 dan 28:41.

Page 56: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

55

Hadis Ghadir Khum dimaksudkan untuk ditafsirkan dengan cara yang sama. Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memberikan nasihat kepada orang-orang untuk mencintai Ali (رضى هللا عنھ) dan dekat dengan dia. Dan ini persis seperti apa yang Abu Bakar (رضى هللا عنھ), Umar (رضى هللا عنھ), dan Usman (رضى هللا عنھ) lakukan (yaitu mereka menjadi sahabat tercinta Ali). Bahkan, Umar (رضى هللا عنھ) begitu dicintai Ali (رضى هللا عنھ) bahwa ia (Ali) mengawinkan putrinya kepadanya (Umar). Ali (رضى هللا عنھ) menjabat sebagai wazir dan kepercayaan dekat bagi ketiga khalifah, sedemikian rupa terjadi rasa saling mengasihi dan hormat antara ketiga khalifah dan Ali (رضى هللا عنھ). Dengan kata lain, Hadis Ghadir Khum tidak ada hubungannya dengan Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) untuk menjadi penggantinya, tetapi hanyalah dimaksudkan agar orang-orang berhenti mengkritik Ali (رضى هللا عنھ ) dan mencintainya.

Allah berfirman dalam Al-Quran:

“Tentu mawla (teman-teman tercinta) kamu adalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang percaya – orang-orang yang menegakkan shalat dan melaksanakan zakat, dan mereka sujud dengan rendah hati. Adapun orang-orang yang berpaling (dari persahabatan) kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, (biarkan mereka tahu bahwa) itu adalah partai Allah yang akan menang “(Qur’an, 5:55-56).

Dalam ayat di atas, Allah merujuk kepada semua orang yang percaya sebagai mawla. Bagaimana bisa, klaim Syiah bahwa kata mawla mengacu pada kekhalifahan atau Imamah, kecuali kalau semua orang beriman itu tiba-tiba menjadi khalifah atau imam bagi Nabi? (Mengenai ini, justru Syiah akan membuat klaim keterlaluan bahwa ayat ini merujuk kepada Ali sendiri, meskipun ada fakta nyata bahwa pada ayat tersebut menyebut kepada orang-orang yang percaya dalam bentuk jamak. Memang tidak diragukan lagi, bahwa Ali – seperti kebanyakan orang-orang yang percaya lainnya – termasuk dalam ayat ini, tetapi tidak bisa disimpulkan hanya mengacu secara eksklusif baginya karena jelas dalam bentuk jamak). Memang, kata “mawla” di sini bermakna cinta, kedekatan yang ekstrim, dan membantu. Bahkan, tidak ada satu contoh dalam Quran di mana kata “mawla” digunakan untuk merujuk pada arti Imamah atau Khilafah.

Dalam ayat lain di Al- Quran, Allah berfirman:

“Tidak ada mawla akan menguntungkan Malwa dia di Hari Pembalasan.” (44:41)

Apakah ini berarti bahwa “pemimpin tidak akan menguntungkan pemimpin dia pada hari kiamat”? Tentunya ini tidak masuk akal. Sebaliknya, kami melihat dalam ayat tersebut bahwa Allah merujuk kepada dua orang dan panggilan keduanya harus mawla, jika mawla itu berarti pemimpin, maka hanya satu dari mereka yang bisa menjadi pemimpin yang lain. Tetapi jika mawla berarti teman tercinta, maka sesungguhnya mereka bisa mawla satu sama lain dan secara bahasa akan tepat untuk merujuk kepada mereka berdua sebagai mawla sebagaimana yang Allah lakukan dalam al-Quran.

Kata “mawla” yang digunakan dalam Hadis juga berarti sahabat tercinta, marilah kita periksa Sahih al-Bukhari (Volume 4, Buku 56, Nomor 715). Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan:

“Suku-suku Quraisy, Al-Ansar, Juhaina, Muzaina, Aslam, Ghifar dan Ashja ‘adalah penolong tercinta saya (Mawali), dan mereka tidak memiliki pelindung kecuali Allah dan Rasul-Nya.”

Apakah kata “mawla” di sini merujuk kepada Khilafah atau Imamah? Apakah suku-suku tersebut adalah Khalifah atau Imam atas Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم)? Tentu saja tidak. Akan lebih logis bahwa mereka dekat sekali dan cinta kepada Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) dan dengan demikian disebut sebagai Mawali (jamak dari mawla).

Page 57: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

56

Juga penting untuk ditunjukkan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak mengatakan “setelah saya” di hadis Ghadir Khum. Dia hanya mengatakan “siapapun yang saya mawlanya, Ali juga mawla-nya” tanpa memberikan kerangka waktu. Ini berarti bahwa keadaan yang diharapkan ini (mencintai Nabi dan Ali) adalah seterusnya.

Jika ucapan Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bermakna “siapapun yang saya pemimpinnya, Ali juga pemimpinnya”, sebagai makna yang dipahami oleh saudara-saudara kita Syiah, maka akan ada masalah yang sangat besar bagi umat Islam. Tidak akan pernah ada dua khalifah atau Imam di daerah yang sama pada saat yang sama, dan ada banyak hadis di mana Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memperingatkan tentang memiliki dua khalifah. Tanpa adanya kalimat “setelah saya”, ucapan di Ghadir Kum akan menjadi kalimat yang sangat membingungkan yang akan menimbulkan banyak fitnah.

Tentu saja, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak bermaksud seperti itu dan tidak ada para sahabat yang memahaminya seperti itu. Di sisi lain, sangatlah mungkin untuk memiliki lebih dari satu mawla (teman tercinta) pada waktu yang sama. Seseorang dapat mencintai Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) dan dekat dengan beliau, dan pada saat yang sama mencintai dan dekat dengan Ali (رضى هللا عنھ).

Jika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bermaksud untuk mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ), maka mengapa Nabi menggunakan kalimat yang ambigu seperti itu? Alih-alih mengatakan sesuatu yang jelas, seperti “siapa yang saya mawlanya, maka Ali juga mawlanya”, mengapa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak mengatakan sesuatu yang lebih jelas seperti “Saya mencalonkan Ali untuk menjadi khalifah setelah saya mati” atau “Ali adalah pengganti saya dan khalifah pertama kaum muslimin setelah saya”. Tentunya, ini akan membereskan masalah ini. Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) diperintahkan agar jelas dalam menyampaikan Pesan, dan tidak ada sahabat menafsirkan pernyataannya di Ghadir Khum bahwa Ali (رضى هللا عنھ) dinominasikan sebagai khalifah.

Untuk ini, propagandis Syiah akan membuat pernyataan bertentangan, sebagai berikut:

ShiaChat Member says

“The prophet (SAW) did in fact say clearly that IMAM ALI (A.S.) was his successor and the next Caliph and many other clearer things but these hadeeth were not transmitted by the sahaba and the sunnis because they wished to deny the imamate of IMAM ALI (A.S.). The sahaba and sunnis didnt remove the mawla hadeeth because it could be misinterpreted to deny the imamate of IMAM ALI (A.S.).

Some even say that the prophet (SAW) used intentionally vague wording otherwise people would have tampered his words. Had he used a more direct and clear term, then the sahaba would know that the people would think that it is about the IMAMATE of IMAM ALI (A.S.) and they would then take it out. In fact, in other SHIA hadeeths, the prophet (SAW) did in fact say it clearly that IMAM ALI (A.S.) is the successor and the next Caliph but the Sunnis reject those. ”

Argumen di atas sebenarnya mengakui seluruh perdebatan. Di sini, Syiah mengatakan:

1) Perkataan yang jelas dari Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) telah dihapus oleh Sunni.

Page 58: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

57

2) Hadis Ghadir Khum tentang Ali (رضى هللا عنھ) menjadi mawla tidak dihapus karena tidak langsung dan jelas tentang masalah Imamah atau Khilafah.

Kalau begitu, bukankah seluruh perdebatan selesai? Bukankah Syiah yang selalu bergumentasi bahwa hadis Ghadir Khum adalah bukti jelas dan pasti peruhal Imamah dan Kekhalifahan Ali (رضى هللا عنھ)? Dan memang, argumen Syiah tersebut mengakui kenyataan bahwa hadis tentang Ghadir Khum tidak berbicara jelas tentang Imamah/ Khilafah, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan bahwa Ali (رضى هللا عنھ) adalah mawla orang-orang yang percaya, yang dengan cara apapun tidak membuktikan bahwa Ali (رضى هللا عنھ) menjadi khalifah.

Bahkan, kalaulah seandainya jelas, maka tentu para sahabat tidak akan menyampaikan hadits tersebut, bukan? Karena itu, kami melihat bahwa – berdasarkan pada garis pemikiran ini – bahwa hadits Ghadir Khum tidaklah jelas tentang Imamah Ali (رضى هللا عنھ), jika tidak demikian maka hadits ini tidak akan pernah diriwayatkan oleh para sahabat yang sama-sama berusaha untuk merebut Khilafah Ali.

Sesungguhnya, hadis Ghadir Khum tidak pernah ditafsirkan bahwa Ali (رضى هللا عنھ) adalah khalifah, namun hanya untuk menunjukkan kebajikan Ali (رضى هللا عنھ). Jika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memuji seseorang, ini tidak otomatis membuat orang itu menjadi Khalifah umat. Adapun tentang adanya Hadis Syiah tentang masalah ini, maka tidak relevan dengan kami karena Syiah sangat dikenal sebagai pembohong dan banyak memalsukan hadits.

Kesimpulan

Bertentangan dengan klaim Syiah, hadis Ghadir Khum tidak ada hubungannya dengan Khilafah atau Imamah. Sebaliknya, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) hanyalah menyangkal sekelompok orang di bawah komando Ali (رضى هللا عنھ) yang mengkritik Ali (رضى هللا عنھ) dengan kata-kata yang sangat kasar. Berdasarkan ini, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mendesak orang-orang bahwa Ali (رضى هللا عنھ) adalah mawla (teman tercinta) dari semua kaum muslimin, seperti halnya Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم). Jika Nabi ( صلى هللا akan (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) sebagai khalifah, maka ia (رضى هللا عنھ) ingin mencalonkan Ali (علیھ وآلھ وسلمmelakukannya dalam Khotbah Perpisahan di Mekah bukan dalam perjalanan kembali ke Madinah di tengah gurun 250 km dari Mekah kepada sebagian muslimin.

MULLAH SYIAH MEMPERLAKUKAN AL-QURAN SEBAGAI MAINAN.

Al-Islam.org says

“In this place (of Ghadir Khumm), the following verse of the Qur’an was revealed:

“O Apostle! Deliver what has been sent down to you from your Lord; and if you don’t do it, you have not delivered His message (at all); and Allah will protect you from the people …” (Qur’an 5:67)

The last sentence in the above verse indicates that the Prophet [s] was mindful of the reaction of his people in delivering that message but Allah informs him not to worry,

Page 59: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

58

for He will protect His Messenger from people. source: http://www.al-islam.org/ghadir/incident.htm”

Ini adalah klaim yang sering diulang-ulang olehSyiah, yaitu bahwa ayat (5:67) ini diturunkan sehubungan dengan pencalonan Khalifah Ali. Dengan kata lain, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak perlu khawatir mengenai reaksi yang mengerikan dari para sahabat terhadap deklarasi Imamah dan Khilafah Ali.

Seperti yang biasanya terjadi, propagandis Syiah tidak ragu-ragu untuk mempermainkan Al-Quran dan menggunakan Al-Quran sebagai dalil pelengkap doktrin mereka . Kenyataanya, ayat 5:67 tidaklah mungkin telah diwahyukan dalam kaitannya dengan nominasi Ali, karena ayat itu diarahkan terhadap Ahli Kitab (yaitu Yahudi dan Kristen). Syiah menggunakan ayat di luar konteks, tanpa mempertimbangkan ayat sebelum dan sesudahnya. Mari kita lihat:

[5:66] Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.

[5:67] Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

[5:68] Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

Jadi kami melihat bahwa ayat sebelum dan setelahnya berbicara tentang Ahli Kitab, dan dalam konteks ini bahwa ayat 5:67 diturunkan, untuk meyakinkan Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bahwa dia tidak boleh takut kepada orang-orang Yahudi atau orang Kristen dan bahwa ia ( harus secara jelas ( علیھ وآلھ وسلمصلى هللاmenyampaikan pesan Islam yang akan lebih tinggi mengatasi Yahudi dan Kristen. Nabi ( صلى هللا علیھ وآلھ ,diceritakan dalam ayat 5:67 bahwa ia tidak boleh takut kepada orang-orang yang bermaksud jahat (وسلمdan pada ayat yang berikutnya (5:68) Allah mengatakan bahwa pesan Islam hanya akan “menambah kedurhakaan dan kekafiran mereka”. Adalah sangat jelas bahwa ayat tersebut sedang berbicara tentang kelompok orang yang sama, yaitu orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab yang bermaksud membuat kerusakan dan kekafiran.

Pada kenyataannya, hampir keseluruhan ayat sedang membicarakan Ahlul Kitab dan kami melihat ayat 5:59 hingga 5:86 adalah mengacu pada Ahli Kitab. Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

5:59. Katakanlah, “Wahai ahli Kitab, adakah kamu mendendami kami kerana kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan sebelumnya, dan bahwa kebanyakan kamu adalah orang-orang fasiq?”

5:60. Katakanlah, “Bolehkah aku memberitahu kamu, sebagai ganjaran di sisi Allah, yang lebih buruk daripada itu? Sesiapa yang Allah melaknatkan, dan padanya Dia murka, dan menjadikan antara mereka

Page 60: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

59

beruk dan babi, dan penyembah-penyembah Thagut – mereka itu lebih buruk tempatnya, dan lebih jauh sesat daripada jalan yang betul.”

5:61. Apabila mereka datang kepada kamu, mereka berkata, “Kami percaya”; tetapi mereka masuk dengan ketidakpercayaan, dan mereka keluar dengannya; Allah sangat mengetahui apa yang mereka menyembunyikan.

5:62. Kamu melihat kebanyakan antara mereka bersegera dalam dosa dan permusuhan, dan bagaimana mereka memakan yang haram; buruknya apa yang mereka buat!

5:63. Mengapakah rabani-rabani (orang-orang yang menguasai), dan habr (ulama agama) tidak melarang mereka daripada ucapan dosa, dan memakan yang haram? Buruknya apa yang mereka mengerjakan!

5:64. Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu.” Yang terbelenggu ialah tangan-tangan mereka, dan mereka dilaknati kerana apa yang mereka mengatakan. Tidak, tetapi tangan-Nya terjulur; Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia mengkehendaki. Dan apa yang diturunkan kepada kamu daripada Pemelihara kamu akan menambah kepada kebanyakan antara mereka, dalam kelampauan batas, dan ketidakpercayaan; dan Kami melemparkan di kalangan mereka, permusuhan dan kebencian, sampai Hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api untuk perang, Allah memadamnya. Mereka berusaha di bumi untuk membuat kerosakan padanya; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerosakan.

5:65. Tetapi sekiranya ahli Kitab percaya dan bertakwa, tentu Kami melepaskan mereka daripada kejahatan-kejahatan mereka, dan tentu Kami memasukkan mereka ke Taman Kebahagiaan.

5:66. Sekiranya mereka melakukan Taurat dan Injil, dan apa yang diturunkan kepada mereka daripada Pemelihara mereka, tentu mereka akan makan apa yang di atas mereka, dan apa yang di bawah kaki mereka. Antara mereka adalah umat yang adil, tetapi kebanyakan antara mereka, adalah jahat apa yang mereka buat.

5:67. Wahai rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepada kamu daripada Pemelihara kamu kerana, jika kamu tidak lakukan, tidaklah kamu menyampaikan Mesej-Nya. Allah melindungi kamu daripada manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang tidak percaya.

5:68. Katakanlah, “Wahai ahli Kitab, kamu tiada di atas sesuatu, sehingga kamu melakukan Taurat dan Injil, dan apa yang diturunkan kepada kamu daripada Pemelihara kamu.” Dan apa yang diturunkan kepada kamu daripada Pemelihara kamu akan menambah kepada kebanyakan daripada mereka dalam kelampauan batas, dan ketidakpercayaan; maka janganlah berdukacita terhadap kaum yang tidak percaya.

5:69. Sesungguhnya orang-orang yang percaya, dan orang-orang Yahudi, dan Sabiin, dan orang-orang Kristian, sesiapa yang percaya kepada Allah, dan Hari Akhir, dan membuat kerja-kerja kebaikan, maka tiadalah ketakutan pada mereka, dan tidaklah mereka bersedih.

5:70. Dan Kami telah mengambil perjanjian Bani Israil, dan Kami mengutus rasul-rasul kepada mereka. Setiap kali datang kepada mereka seorang rasul, dengan apa yang jiwa mereka tidak menginginkan, segolongan mereka mendustakan, dan segolongan lain mereka bunuh.

Page 61: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

60

5:71. Dan mereka menyangka bahwa tidak akan menjadi cubaan; mereka menjadi buta, dan menjadi pekak. Kemudian Allah menerima taubat mereka; kemudian mereka menjadi buta lagi, kebanyakan daripada mereka, menjadi pekak; dan Allah melihat apa yang mereka buat.

5:72. Merekalah orang-orang yang tidak percaya, yang berkata, “Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam.” Berkata al-Masih, “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Pemeliharaku dan Pemeliharamu. Sesungguhnya sesiapa menyekutukan Allah, Allah akan mengharamkannya Taman, dan tempat menginapnya ialah Api; orang-orang yang zalim tidak ada penolong-penolong.”

5:73. Orang-orang yang tidak percayalah yang berkata, “Allah ialah yang ketiga daripada yang Tiga.” Tidak ada tuhan selain Tuhan Yang Satu. Jika mereka tidak berhenti daripada apa yang mereka mengatakan, tentu akan menyentuh orang-orang antara mereka yang tidak percaya, azab yang pedih.

5:74. Tidakkah mereka bertaubat kepada Allah, dan meminta ampunan-Nya? Allah Pengampun, Pengasih.

5:75. Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling.

5:76. Katakanlah, “Adakah kamu sembah, selain daripada Allah, apa yang tidak boleh memudaratkan, atau memanfaatkan kamu? Dan Allah, Dia Yang Mendengar, Yang Mengetahui.”

5:77. Katakanlah, “Wahai ahli Kitab, janganlah berlebih-lebihan dalam agama kamu, selain daripada yang benar, dan janganlah mengikuti keinginan kaum yang telah sesat sebelumnya, dan menyesatkan ramai, dan sesat lagi daripada jalan yang betul.”

5:78. Telah dilaknati orang-orang yang tidak percaya daripada Bani Israil oleh lidah Daud, dan Isa putera Mariam; itu adalah kerana keingkaran mereka, dan pencabulan mereka.

5:79. Mereka tidak saling melarang daripada sebarang kemungkaran yang mereka melakukan; sungguh buruknya apa yang mereka buat!

5:80. Kamu melihat kebanyakan antara mereka menjadikan orang-orang yang tidak percaya sebagai sahabat-sahabat mereka. Buruknya apa yang mereka mendahulukan untuk diri-diri mereka sendiri, kerana kemurkaan Allah kepada mereka, dan dalam azab mereka tinggal selama-lamanya.

5:81. Sekiranya mereka mempercayai Allah, dan Nabi, dan apa yang diturunkan kepada mereka, tentu mereka tidak mengambil mereka sebagai wali-wali (sahabat-sahabat); tetapi kebanyakan antara mereka adalah orang-orang fasiq.

5:82. Sungguh, kamu mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang percaya ialah orang-orang Yahudi, dan orang-orang yang mempersekutukan; dan sungguh kamu mendapati yang paling dekat dengan mereka dalam kasih sayang terhadap orang-orang yang percaya ialah orang-orang yang berkata, “Kami adalah orang-orang Kristian”; itu adalah kerana sebahagian mereka adalah paderi-paderi dan rahib-rahib, dan mereka tidak menyombongkan diri.

5:83. Dan apabila mereka mendengar apa yang diturunkan kepada rasul, kamu melihat mata-mata mereka mencucurkan air mata kerana mereka mengenali yang benar. Mereka berkata, “Wahai Pemelihara kami, kami percaya, maka tuliskanlah kami antara para saksi.

Page 62: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

61

5:84. Tidakkah kami patut mempercayai Allah, dan yang benar yang datang kepada kami, dan menginginkan supaya Pemelihara kami memasukkan kami berserta kaum yang salih?”

5:85. Dan Allah mengganjari mereka kerana apa yang mereka mengatakan, dengan taman-taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, di dalamnya tinggal selama-lamanya; itulah balasan ke atas orang-orang yang berbuat baik.

5:86. Tetapi orang-orang yang tidak percaya, dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang Jahim.

Adalah sangat jelas bahwa semua ayat-ayat di atas adalah tentang orang Yahudi dan Kristen, dan anehnya Syiah memotong dan menyisipkan ayat Al-Quran sesuai dengan keinginan mereka. Ini adalah memanipulasi Firman Allah dan dosa yang sangat besar yang mengarah ke jalur kufur. Namun, Anda akan menemukan bahwa Syiah secara umum membuat klaim bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan Ghadir Khum dan pencalonan Ali (رضى هللا عنھ). Jadi ini adalah perjalanan panjang propagandis Syiah dalam rangka membelokkan/ mengeluarkan Al-Quran dan hadis dari konteksnya dalam rangka menciptakan kisah imajiner bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) menjadi khalifah.

APAKAH KEJADIAN GHADIR KHUM MERUPAKAN ASBANUN NUZUL AYAT 5:67 ?

Al-Islam.org says

“In this place, the following verse was revealed:

“O Apostle! Deliver what has been sent down to you from your Lord; and if you don’t do it, you have not delivered His message (at all); and Allah will protect you from the people …” (Quran 5:67).

Some of Sunni references confirming that the revelation of the above verse of Al-Quran was right before the speech of Prophet in Ghadir Khum:

(1) Tafsir al-Kabir, by Fakhr al-Razi, under commentary of verse 5:67, v12, pp 49-50, narrated on the authorities of Ibn Abbas, al-Bara Ibn Azib, and Muhammad Ibn Ali.

(2) Asbab al-Nuzool, by al-Wahidi, p50, narrated on the authorities of Atiyyah and Abu Sa’id al Khudri.

(3) Nuzul al-Quran, by al-Hafiz Abu Nu’aym narrated on the authorities Abu Sa’id Khudri and Abu Rafi.

(4) al-Fusool al Muhimmah, by Ibn Sabbagh al-Maliki al-Makki, p24

(5) Durr al-Manthur, by al-Hafiz al-Suyuti, under commentary of verse 5:67

(6) Fathul Qadir, by al-Shawkani, under commentary of verse 5:67

(7) Fathul Bayan, by Hasan Khan, under commentary of verse 5:67

(8) Shaykh Muhi al-Din al-Nawawi, under commentary of verse 5:67

(9) al-Sirah al-Halabiyah, by Noor al-Din al-Halabi, v3, p301

Page 63: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

62

(10) Umdatul Qari fi Sharh Sahih al-Bukhari, by al-Ayni

(11) Tafsir al-Nisaboori, v6, p194

(12) and many more such as Ibn Mardawayh, etc…

source: http://www.al-islam.org/ghadir/incident.htm”

Para propagandis Syiah telah berbohong, karena tidak ada cara lain untuk menjelaskan masalah ini. Selain mengeluarkan dari konteksnya, mereka juga telah terkenal dalam mengutip referensi sepotong-sepotong.

Dalam masalah ini Syiah memberikan dua belas sumber/ refensi, marilah kita lihat satu per satu. Yang pertama adalah at-Tafsir al-Kabir oleh Imam Razi. Syiah berusaha untuk menipu Sunni dengan membuat seolah-olah Imam ar-Razi percaya bahwa ayat 5:67 ini diturunkan di Ghadir Khum. Padahal, dalam bukunya Imam Razi mengatakan yang sebaliknya!

Imam Razi menyebutkan bahwa orang-orang telah mengklaim bahwa ayat ini diturunkan pada kejadian yang berbeda-beda. Dia mendaftar sepuluh kemungkinan ketika ayat itu diwahyukan. Sudah dikenal bahwa gaya para ulama adalah mendaftar terlebih dahulu pandangan yang paling penting dan kemudian menampilkan yang paling penting. Seharusnya Syiah yang licik mengetahui bahwa Imam ar-Razi tidak menyebutkan Ghadir Khum sebagai yang paling mungkin, yang berarti di matanya peristiwa Ghadir Khum adalah pendapat mungkin paling lemah.

Sekarang kita akan membaca komentar kata demi kata dari Imam Razi:

Ulama tafsir telah menyebutkan banyak penyebab turunnya wahyu:

(1) Yang pertama adalah bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan perajaman dan pembalasan sebagaimana yang disebutkan sebelumnya dalam kisah orang Yahudi.

(2) Penyebab kedua adalah bahwa ayat itu telah diwahyukan karena kritik dan mengolok-olok agama yang dilakukan oleh orang Yahudi, dan Nabi tetap diam tentang mereka, sehingga ayat ini diturunkan.

(3) Ketiga: Ketika ayat pilihan diturunkan, yaitu “Hai Nabi! katakanlah kepada istri-istrimu: ” (yaitu 33:28), Nabi tidak menyampaikan ayat ini kepada mereka karena khawatir mereka memilih dunia, dan dengan demikian ayat itu (5:67) diturunkan.

(4) Keempat: Ayat ini diwahyukan berkaitan dengan Zayd dan Zaynab Bint Jahsh. Aisyah berkata: Barang siapa mengklaim bahwa Rasulullah menyembunyikan bagian dari apa yang telah diwahyukan kepadanya, maka ia telah melakukan kebohongan besar terhadap Allah, karena Allah telah berkata: “Wahai Rasul (Muhammad)! Beritakan (Pesan tersebut)” dan kalau seandainya Rasulullah menyembunyikan bagian dari apa yang telah diwahyukan kepadanya, maka dia telah menyembunyikan firman-Nya: “Dan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya “[33:37]

(5) Kelima: Ayat ini diungkapkan berkaitan dengan Jihad, karena orang-orang munafik membencinya, maka ia digunakan untuk menahan alasan mereka untuk Jihad.

(6) Keenam: Ketika firman Allah telah diwahyukan: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.[6:108], Nabi menahan diri dari memaki Tuhan mereka, jadi ayat ini diwahyukan, dan

Page 64: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

63

Dia berkata: “Nyatakan” yaitu kesalahan/ kritik tentang tuhan-tuhan mereka dan jangan menyembunyikannya, dan Allah akan melindungi kamu terhadap gangguan mereka.

(7) Ketujuh: Ayat ini diungkapkan berkaitan dengan hak-hak Muslim, karena di Haji Terakhir setelah ia menyatakan aturan dan ritual haji, ia berkata: Bukankah saya telah menyatakan (kepada Anda)? Mereka berkata: Ya. Dia berkata: Ya Allah saksikanlah.

(8) Kedelapan: Telah diriwayatkan bahwa ia sedang beristirahat di bawah pohon pada salah satu perjalanan dan menggantung pedangnya di atasnya, ketika seorang Badui datang saat ia sedang tidur dan menyambar pedang tersebut sambil berkata: “Wahai Muhammad, siapa yang akan melindungi kamu dari saya?”. Dia berkata: “Allah”, lalu tangan si Badui tersebut gemetar, pedang itu jatuh dari tangannya, dan ia memukulkan kepalanya ke pohon sampai pecah otaknya, jadi Allah menurunkan ayat ini dan menjelaskan bahwa Dia akan melindungi dia terhadap orang-orang.

(9) Kesembilan: Ia biasanya takut kepada Quraish, orang-orang Yahudi dan Kristen, maka Allah menghapuskan ketakutan ini dari hatinya dengan ayat ini.

(10) Kesepuluh: Ayat ini telah diwahyukan untuk menekankan keunggulan Ali, dan ketika ayat ini diwahyukan, Nabi memegang tangan Ali dan berkata: “Seseorang yang telah memiliki saya sebagai mawla-nya telah memiliki Ali sebagai mawla-nya. Ya Allah, Jadilah temannya yang berteman dengan dia, dan jadilah musuhnya siapa yang memusuhinya”. (Segera) setelah ini, Umar menemui dia (Ali) dan berkata:”. Wahai Ibnu Abi Thalib! Saya mengucapkan selamat kepada Anda, sekarang Anda adalah mawla saya dan mawla setiap mukmin laki-laki dan perempuan”. Ini adalah perkataan yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, Baraa bin Aazib dan Muhammad bin Ali.

Anda harus tahu bahwa, meskipun dengan riwayat yang banyak, adalah lebih cocok untuk menjelaskan bahwa ayat tersebut sebagai Allah sedang meyakinkan dia (Nabi) adanya perlindungan terhadap skema licik orang-orang Yahudi dan Kristen dan memerintahkan dia untuk mengumumkan risalah-Nya tanpa rasa takut terhadap mereka . Hal ini karena konteks sebelum ayat ini dan setelah ayat ini adalah dialamatkan kepada orang-orang Yahudi dan Kristen, adalah tidak akan mungkin untuk meletakkan ayat di tengah (ayat-ayat lain) menjadikannya asing (tidak relevan) dengan ayat sebelum dan sesudahnya.

(Sumber: Tafsir al-Kabir, by Fakhr al-Razi, di bawah komentar dari ayat 5:67, volume 12, hal. 49-50)

Dengan kata lain, Imam ar-Razi menyebutkan sepuluh kemungkinan, tetapi ia menyatakan bahwa pendapat yang kuat adalah bahwa ayat ini diturunkan tentang orang Yahudi dan Kristen dan itulah mengapa ia menyebutkan kemungkinan ini yang pertama.

Apa yang mengherankan adalah bahwa Encyclopedia Syiah yang licik tidak menyebutkan bahwa Imam ar-Razi menyebutkan sepuluh kemungkinan dan menyatakan bahwa satu-satunya yang masuk akal adalah yang pertama. Sebaliknya Syiah mengandalkan kutipan sepotong, dan memang wajar karena mereka adalah orang-orang yang mencintai Taqiyyah dan penipuan. Kami memperingatkan Sunni awam untuk tidak terkesima dengan daftar yang panjang referensi mereka, jika Syiah memberikan daftar referensi namun tidak ada kutipan yang lengkap, itu adalah tanda-tanda bahwa mereka memelintir teks sebagaimana mereka memesongkan/ memelintir Al-Quran dan bermain lego dengan itu.

Adapun narasi yang dilaporkan oleh Ibnu Abi Hatim, rantai perawinya adalah sebagai berikut:

Page 65: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

64

Ayah saya mengatakan kepada kami: Utsman Ibnu Khurzad mengatakan kepada kami: Ismail Ibnu Zakaria mengatakan kepada kami: Ali bin Abis mengatakan kepada kami: dari Al-Amash dari Atiya Al-Awfi dari Abu Saeed Al-Khudri.

Isnad tersebut lemah. Jika kita menganalisis para perawi, maka kita menemukan:

(1) Ismail Ibn Zakaria Al-Kufi

Abu Yahya meriwayatkan dari Ahmad Ibnu Hanbal: “Dia adalah lemah.”

Al-Nasai berkata dalam Jarh wa Tadeel: “Dia tidak kuat.”

(2) Ali Ibn Abis

Yahya Ibnu Maeen berkata: “Dia tida ada apa-apanya.” Dan seperti ini juga kata Ibrahim Ibnu Yaqub Al-Jozqani, Al-Nasai, dan Abu Al-Fath Al-Azdi.

Ibnu Hibban berkata: “kesalahannya berlebihan sehingga dia layak untuk diabaikan.”

(3) Al-Amash

Dia adalah Mudalis.

(4) Atiya Al-Awfi:

Ahmad mengatakan: “Dia adalah lemah.”

Al-Nasai mengatakan: “Dia adalah lemah.”

Ibn Hiban berkata: “Dia mendengar dari Abu Saeed hadits dan ketika dia meninggal, dia biasa duduk dengan Al-Kalbi, sehingga Al-Kalbi berkata: “Rasulullah saw bersabda seperti itu-dan itu,” ia akan mengingatnya dan dia memberinya kunya Abu Saeed dan meriwayatkan darinya. Jadi jika dikatakan kepadanya: “Siapa yang menceritakan ini padamu?” Dia akan berkata: “Abu Saeed meriwayatkan ini kepada saya”. Jadi mereka (yaitu orang-orang yang bertanya) akan berpikir bahwa yang ia maksudkan adalah Abu Saeed Al-Khudri, padahal pada kenyataannya yang dimaksud adalah Al-Kalbi.

Dia menyatakan lebih lanjut: “Tidak diperbolehkan menulis narasinya kecuali karena kagum tentang mereka.”

Dan kemudian dia mengaitkan dari Khalid Al-Ahmar bahwa ia berkata: “Al-Kalbi berkata kepada saya: Atiya berkata kepada saya: Aku telah memberikan kamu kunya Abu Saeed, sehingga aku berkata:. Abu Saeed menceritakan kepada kami”

Oleh karena itu, Abu Saeed dalam narasi ini bisa jadi sebenarnya Al-Kalbi dan bukan sahabat Nabi, yakni Abu Saeed Al-Khudri.

(5) Abu Sa’id: Ibnu Muhammad Al-Sae’b Al-Kalbi

Al-Suyuti berkata dalam Al-Itqan mengenai Tafsir Ibnu Abbas: “Dan rantai terlemahnya adalah jalan Al-Kalbi dari Abu Saleh dari Ibnu Abbas. Dan jika narasi tersebut dari Muhammad Ibn Marwan Al-Sadi, yang masih muda, ditambahkan maka ini adalah rantai kebohongan, dan cukup sering Al-Thalabi dan Al-Wahidi menceritakan melalui jalur itu. ”

Page 66: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

65

Yaqut Al-Hamawi mengatakan dalam Mu’jam Al-Udaba tafsir at-Tabari: “Dan dia (Tabari) tidak menjadikan referensi untuk setiap Tafsir yang tidak dipercaya, karena ia tidak memasukkan dalam bukunya apa pun dari buku Muhammad Ibn Al- Sa’eb Al-Kalbi atau Muqatil bin Sulaiman atau Muhammad bin Umar Al-Waqidi karena mereka menciptakan kecurigaan (athina’) dalam pandangannya, dan Allah mengetahui yang terbaik. ”

Al-Bukhari menyebutkan dalam bukunya Tareekh Al-Kabir: “Muhammad Ibn Al Sae’b Abu Al-Nadhir Al-Kalbi telah ditinggalkan oleh Yahya Ibnu Saeed.” Ibnu Mahdi dan Ali mengatakan kepada kami: “Yahya Ibnu Saeed mengatakan kepada kami: dari Sufyan: Al-Kalbi mengatakan kepadaku: Abu Shalih mengatakan kepadaku: semua yang saya katakan adalah kebohongan “.

Al-Nasai mengatakan: “Ia tidak dipercaya dan hadisnya seyogyanya tidak ditulis.”

Ahmad Ibn Haroon berkata: “Aku bertanya kepada Ahmad Ibnu Hanbal tentang Tafsir Al-Kalbi.” Dia berkata: “Kebohongan”. Aku berkata: “? Apakah diperbolehkan bagi saya untuk melihat ke dalamnya” Dia berkata: “Tidak”

KESIMPULAN: Riwayat ini tidak memiliki kredibilitas sama sekali.

Buku-buku lain yang dikutip oleh Syiah berisi rantai perawi yang sama, seperti Asbab Al Nuzul oleh Imam Wahidi al Naysaburi:

أخبرنا أبو سعید محمد بن علي الصفار قال: أخبرنا الحسن بن أحمد المخلدي قال: أخبرنا محمد بن حمدون بن خالد قال: حدثنا محمد بن ي سعید الخدري إبراھیم الخلوتي قال: حدثنا الحسن بن حماد سجادة قال: حدثنا علي بن عابس عن األعمش وأبي حجاب عن عطیة عن أب

قال: نزلت ھذه اآلیة (یا أیھا الرسول بلغ ما أنزل إلیك من ربك) یوم غدیر خم في علي بن أبي طالب رضي هللا عنھ

Dalam Tafsir Dar al-Manthur Imam Suyuti, kita menemukan bahwa rantai yang sama dikutip:

بن زكریا, ثنا علي بن عابس عن االعمش ابني الحجاب, عن عطیة العوفي عن حدثنا ابى ثنا عثمان بن حرزاد, ثنا اسماعیل 6609 # ابى سعید الخدري قال: نزلت ھذه االیة یا ایھا الرسول بلغ ما انزل الیك من ربك في علي بن ابى طالب

Dan sama halnya dengan Imam al-Shawkani dalam Fath Al Qadir.

Intinya adalah bahwa tidak ada sumber yang benar-benar membuktikan argumen Syiah. Jika mereka lakukan, maka Anda akan melihat Syiah memberikan kutipan lengkap, tetapi mereka tidak bisa melakukan hal itu karena akan mengungkap kelemahan argumen mereka! Menyimpulkan masalah ini, maka tidak ada sumber terpercaya Sunni yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan di Ghadir Khum.

Sebagaimana diketahui, bahwa peristiwa Ghadir Khum terjadi pada waktu yang dekat dengan wafatnya Nabi ketika seluruh Arabia telah ditundukkan oleh kaum Muslim di bawah bimbingan Nabi, termasuk orang-orang Kristen di Najran dan Yahudi di Yaman. Apa yang perlu ditakutkan oleh Nabi untuk memproklamasikan risalahnya ketika pengikut-pengikutnya telah meningkat ratusan kali lipat? Tidak akan masuk akal bahwa ayat ini telah diwahyukan pada saat puncak kekuasaan Nabi. Sebaliknya, ayat ini diturunkan pada tahap awal era kenabian ketika Islam masih berjuang untuk bertahan hidup yang dikelilingi oleh banyak musuh.

Page 67: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

66

APAKAH KEJADIAN GHADIR KHUM MERUPAKAN ASBABUN NUZUL AYAT 5:3?

Al-Islam.org says

“Revelation of Qur’anic Verse 5:3

Immediately after the Prophet [s] finished his speech, the following verse of the Qur’an was revealed:

“Today I have perfected your religion and completed my favour upon you, and I was satisfied that Islam be your religion.” (Qur’an 5:3)

The above verse clearly indicates that Islam without clearing up matter of leadership after Prophet [s] was not complete, and completion of religion was due to announcement of the Prophet’s immediate successor.

source: http://www.al-islam.org/ghadir/incident.htm”

Ini adalah satu lagi pemalsuan Syiah: Alquran ayat 05:03 (“hari ini aku telah menyempurnakan agamamu …”) diwahyukan pada akhir Khotbah Perpisahan di puncak Gunung Arafat. Fakta ini dilaporkan dalam Hadis yang diriwayatkan dalam kitab Sahih Bukhari, Sahih Muslim, al-Sunan, dan lain-lain:

“Ayat ini (yaitu ‘Hari ini aku telah menyempurnakan agamamu …’) diturunkan pada hari Jumat, hari Arafat …”

Saat itu, setelah semuanya, Khotbah Perpisahan Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) dan karena itu wajar untuk mengasumsikan bahwa itu adalah tempat yang tepat bagi agama untuk disegel. Bahkan, adalah karena alasan inilah kami menyangkal bahwa Ghadir Khum mungkin dalam kaitannya dengan Imamah Ali ( رضى Ayat “Hari ini saya telah menyempurnakan agamamu …” sudah diturunkan dan tidak ada lagi yang .(هللا عنھbisa ditambahkan untuk diimani setelah ini. Jika Syiah bersikeras bahwa sesuatu yang sepenting Imamah Ali (رضى هللا عنھ) ditambahkan setelah ini, maka mana ayat dalam Al-Quran tentang hal ini?

Mengapa Al-Quran benar-benar diam dalam hal pencalonan Ali (رضى هللا عنھ)? Sesungguhnya, Allah akan menyebutkan hal ini dalam Al-Quran jika hal ini sesuatu yang diperintahkan secara ilahiah? Mengapa Allah yang semestinya menurunkan ayat 5:67 dan 5:03 yang semuanya tentang Ali (رضى هللا عنھ) dan Imamahnya, tetapi Allah tidak memilih untuk mencantumkan nama Ali dalam ayat-ayat dan menjadikannya jelas bagi kaum muslimin bahwa Ali ( عنھ رضى هللا ) adalah pemimpin ilahiah yang ditunjuk berikutnya bagi kaum muslimin? Untuk menambah lebih banyak kebingungan mengenai masalah ini, tidak satu pun dari ayat-ayat ini berbicara tentang Imamah atau Khilafah sama sekali. Hal ini benar-benar menakjubkan bagaimana mungkin Syiah selalu mengatakan bahwa hal ini dan ayat Al-Qur’an ini mengacu pada Imamah Ali ( رضى .namun Allah sendiri tidak pernah mengatakan demikian ,(هللا عنھ

ShiaChat Member says

“Ghadir Khumm was a central location, a source of water that represented the last place where the people from different locations were together before splitting up on their separate ways to go home. It was the last moment during the hajj when indeed EVERYONE was present.”

Page 68: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

67

Ghadir Khum adalah suatu lokasi yang hanya bagi Muslim yang menuju ke arah utara, baik ke Madinah atau yang melewati Madinah ke tempat seperti Suriah. Sebagaimana telah kita bahas sebelumnya, bahwa Ghadir Khum itu terletak di antara Mekkah dan Madinah; Ghadir Khum terletak sekitar 250 km dari Mekah. Memang mungkin merupakan tempat berhenti umum bagi sebagian umat Islam yang ke Utara, tetapi bagaimanapun, bukan lokasi pemberhentian bagi umat Islam yang menuju ke arah lain, seperti ke Selatan Mekah ke Taif atau Yaman.

Apakah masuk akal logis bahwa orang-orang Mekah perlu melewati Ghadir Khum pada “perjalanan kembali” mereka ke Mekkah setelah haji? Apakah mereka belum berada di Mekkah, kota asal mereka? Kaum muslimin Mekah akan mengakhiri haji mereka di Mekkah, dan kaum Muslim Madinah akan pergi ke rumah mereka di Madinah, berhenti di Ghadir Khum tanpa ditemani kaum muslimin Mekah yang mereka tinggalkan di Mekah. Hal yang sama dapat dikatakan bagi orang-orang Yaman, Taif, dll. Sesungguhnya, semua muslim dari semua kota-kota besar tidak termasuk yang mendengar pidato nabi di Ghadir Khum, dan ini sangat aneh: Jika seandainya Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) ingin mencalonkan Ali ( رضى sebagai khalifah, maka semestinya Beliau akan melakukan hal ini di depan seluruh kaum muslimin (هللا عنھdari Mekah, Taif, Yaman, dll.

Bahkan, pendebat Syiah telah secara akut menyadari fakta ini dan itulah mengapa mereka bersikeras mengatakan kepada orang-orang bahwa Ghadir Khum adalah tempat dimana seluruh umat Islam menuju tempat tersebut sebelum berpisah untuk kembali ke rumah dan oleh karena itu Ghadir Khum dialamatkan kepada seluruh Muslim. “Fakta” ini hanya dipercaya oleh orang-orang yang tidak tahu yang tidak peduli pada peta dan benar-benar mencari tahu di mana lokasi Ghadir Khum ini. Setelah seseorang mengeluarkan peta, maka menjadi sangat jelas betapa bohongnya klaim Syiah tersebut; pada kenyataannya, hanya sebagian kecil dari kaum muslimin yang hadir di Ghadir Khum (yaitu orang-orang menuju Madinah).

Berdasarkan pada jarak dari Mekah ke Ghadir Khum, maka kami memastikan bahwa jauh lebih bisa diterima akal bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) adalah mengoreksi kelompok tertentu umat Islam (yaitu para prajurit dari Madinah yang telah dikirim ke Yaman) daripada dialamatkan kepada massa umum kaum muslimin. Pidato Ghadir Khum ditujukan terutama untuk kelompok orang yang telah mengecam Ali ( رضى tidak memasukkan masalah ini dalam pidato (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) dan itulah mengapa Nabi ,(هللا عنھKhotbah Perpisahan pada Haji Terakhir di depan massa Muslim yang lebih banyak dan lengkap.

The Thaqalayn Muslim Association says

“An Appeal to Common Sense:

Allah, the All-Knowing, describes the sublime character of the Prophet Muhammad (peace be upon him and his progeny) as follows:

“Certainly a Messenger has come to you from among yourselves; grievous to him is your falling into distress, excessively solicitous respecting you; to the believers (he is) compassionate… ” [9:128]

The Prophet (peace be upon him and his progeny) was an extremely kind-hearted and compassionate. He always took every effort to ensure the well-being and comfort of his followers, and was never known to impose any extra burden or hardship upon

Page 69: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

68

others. He was even known to shorten his prayers upon hearing the voice of a baby crying. It is impossible to infer that the Prophet, who was sent as “a mercy unto the worlds” had ordered his followers to sit in the burning heat of the Arabian desert, without any shade, for several hours, only to announce to them that ‘Ali ibn Abi Talib was his “friend.”

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

ShiaChat Member says

“why do you think Muhammad stopped 60 000 people in the middle of the desert months before he knew he was going to die? To say, “ya know, Ali is my buddy?!”

Pada kenyataannya, statement Syiah di atas telah mengangkat masalah yang harus mereka jawab sendiri. Kami ingin mengajukan pertanyaan yang sama persis: mengapa Nabi Muhammad (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) secara tidak masuk akal memaksa penduduk Mekah untuk keluar pergi sejauh 250 km ke lubang air Ghadir Khum yang terletak di tengah padang pasir? Mengapa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memaksa Rakyat Taif untuk pergi ke arah berlawanan (Utara) dari rute perjalanan pulang yang sebenarnya (ke arah Selatan)? Syiah yang tinggal Taif sekarang yang melakukan perjalanan ke Mekah, setelah menyelesaikan Haji, kemudian mereka akan kembali ke Taif. Mereka tidak merasa perlu untuk melakukan perjalanan 250 km ke Ghadir Khum dan kemudian berbalik arah melakukan perjalanan 250 km lagi kembali ke Mekah dan baru kemudian ke Taif di sebelah Selatan, sebuah perjalanan tambahan sia-sia yang akan menambah waktu beberapa minggu!

Sebaliknya, apa yang lebih mungkin adalah bahwa Nabi ( لمصلى هللا علیھ وآلھ وس ) dan Muslim yang menuju Madinah berhenti di lubang air Ghadir Khum untuk menyegarkan diri beristirahat. Di sana Nabi ( صلى هللاصلى هللا ) lagi walaupun sebelumnya Nabi (رضى هللا عنھ) masih mendengar orang mengkritik Ali (علیھ وآلھ وسلم ditujukan kepada (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) telah memperingatkan mereka. Oleh karena itu, Nabi (علیھ وآلھ وسلمmereka semua yang ada di Ghadir Khum, mendesak mereka untuk menjadikan Ali (رضى هللا عنھ) sebagai teman tercinta. Perlu dicatat bahwa Muslim yang menuju ke Madinah umumnya akan berhenti di Ghadir Khum karena merupakan sumber mata air, tempat itu adalah pemberhentian sementara dalam perjalanan ke Madinah, di mana umat Islam akan beristirahat untuk sementara dan selama istirahat tersebut Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memperingatkan mereka setelah sekelompok Muslim mengkritik Ali .(رضى هللا عنھ)

The Thaqalayn Muslim Association says

“Laudation from the Muslims

After his speech, the Messenger of Allah asked every body to give the oath of allegiance to ‘Ali (علیھ السالم) and congratulate him. Among the first Muslims to congratulate ‘Ali were ‘Umar and Abu Bakr, who said: “Well done, O son of Abu Talib! Today you have become the leader (Mawla) of all believing men and women.”

[Found in Musnad Ahmad Ibn Hanbal, Tafsir al-Kabir by Fakhrudeen al-Razi, Kitabul Wilayah by at-Tabari, and many others]

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Page 70: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

69

Ini adalah propaganda Syiah yang khas dan klasik, mereka akan mengatakan hal-hal seperti “itu ada di buku kamu sendiri” dan kemudian secara tidak sopan megutip buku-buku kami tetapi sambil menyuntikkan maksud mereka sendiri ke dalamnya. Apa yang ditemukan dalam teks laporan tersebut hanyalah bahwa Umar ( هللا عنھ رضى ) mengucapkan selamat kepada Ali (رضى هللا عنھ) untuk menjadi mawla (teman tercinta) untuk semua Muslim, tidak berisi laporan bahwa Umar (رضى هللا عنھ) membai’at Ali ( رضىصلى هللا علیھ ) sedang dikritik keras oleh anak buahnya dan dalam suasana ini Nabi (رضى هللا عنھ) Ali .(هللا عنھ dan memberitahu Muslim bahwa mereka tidak boleh membenci Ali (رضى هللا عنھ) membela Ali (وآلھ وسلم .namun mencintainya (رضى هللا عنھ)

Bahkan, argumen Syiah tersebut lebih tidak masuk akal. Jika Umar (رضى هللا عنھ) dan kaum Muslim yang ada di situ berjanji setia (baya’ah) kepada Ali (رضى هللا عنھ) dan berkata “hari ini Anda telah menjadi pemimpin …”, lalu bagaimana dengan kepemimpinan Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم)? Kata kunci di sini adalah “hari ini” dan “Anda telah menjadi”, yang berarti bahwa Ali (رضى هللا عنھ) pada saat itu Mawla. Jika kita mengambil definisi Mawla itu adalah Imam atau Khalifah, maka ini berarti bahwa Ali (رضى هللا عنھ) pada saat itu Imam/ Khalifah kaum muslimin dan bukanya Nabi Muhammad ( وآلھ وسلم صلى هللا علیھ ). Tentunya, umat Islam tidak boleh memiliki dua penguasa pada saat yang sama, dan ini dinyatakan pada Hadits Sunni dan Syiah.

Semestinya, jika Umar (رضى هللا عنھ) benar-benar memberi selamat kepada Ali (رضى هللا عنھ) sebagai calon Khalifah berikutnya, maka ia akan mengatakan seperti ini: “Selamat, wahai Ali bin Abi Thalib! Anda akan segera menjadi khalifah dari seluruh muslimin”. Atau mungkin: “Selamat, wahai Ali bin Abi Thalib! Anda dinominasikan untuk satu hari menjadi (future tense) Khalifah seluruh Muslim”. Dia tentu tidak akan berkata: “Selamat… hari ini Anda telah menjadi pemimpin”.

Pemahaman yang lebih tepat perihal ucapan selamat yang diberikan oleh Umar (رضى هللا عنھ) ini adalah bahwa Umar (رضى هللا عنھ) mengucapkan selamat kepada Ali ( ى هللا عنھرض ) untuk menjadi teman yang terkasih dari semua muslimin. Suasana yang demikianlah, yaitu dimana orang telah mengkritik dan menyakiti Ali (رضى هللا عنھ), sehingga Umar bin al-Khattab (رضى هللا عنھ) pergi untuk menghibur dia dan mengatakan kata-kata yang baik kepadanya. Pembaca yang cerdik akan mencatat bahwa Umar ( رضى هللا dan ini bertentangan dengan sudut pandang ,(رضى هللا عنھ) sangat baik dalam pujiannya kepada Ali (عنھSyiah yang memberikan gambaran adanya konflik antara Umar (رضى هللا عنھ) dan Ali (رضى هللا عنھ), yaitu penggambaran Umar (رضى هللا عنھ) sebagai penindas/ perampas hak Ali (رضى هللا عنھ). Apakah kata-kata tersebut nampak sebagai ucapan dari seseorang yang membenci Ali (رضى هللا عنھ) sebagai klaim Syiah?

Jika kita menerjemahkan kata “mawla” di sini berarti “pemimpin”, lalu mengapa Umar (رضى هللا عنھ) mem-baya’ah kepada Ali dengan begitu penuh kasih dengan mengucapkan selamat kepada Ali (رضى هللا عنھ)? Syiah sebelumnya mengklaim bahwa Allah telah menurunkan ayat 5:67 untuk mendorong Nabi ( صلى هللا :tanpa rasa takut akan pembalasan dari orang-orang (رضى هللا عنھ) untuk mencalonkan Ali (علیھ وآلھ وسلم

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al-Quran, 5:67).

Syiah mengatakan bahwa “orang-orang (yang mengganggu)” ini adalah para sahabat khususnya Abu Bakar -(رضى هللا عنھ) Jika ayat ini benar-benar diungkapkan tentang Umar .(رضى هللا عنھ) dan Umar (رضى هللا عنھ)dan jika Umar (رضى هللا عنھ) benar-benar berusaha untuk merebut kekhalifahan Ali (رضى هللا عنھ)-lalu

Page 71: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

70

mengapa Umar (رضى هللا عنھ) mengucapkan selamat kepada Ali (رضى هللا عنھ) pada pencalonannya? Paling tidak, kita mengharapkan bahwa orang tersebut akan enggan memberikan Baya’ah, atau sama sekali tidak mau. Tapi di sini, kita melihat bahwa Umar (رضى هللا عنھ) adalah yang pertama memberi selamat kepada Ali (رضى هللا عنھ) berkaitan dia menjadi mawla. Intinya adalah bahwa jika kata “mawla” berarti pemimpin, maka Umar (رضى هللا عنھ) tidak akan mengucapkan selamat kepadanya. Pujian yang dikatakan oleh Umar harus (رضى هللا عنھ) ini disebarkan secara luas kepada masyarakat, lalu mengapa Umar (رضى هللا عنھ)melakukan hal itu, yaitu mendukung Ali (رضى هللا عنھ) jika ia benar-benar melawan dia atau jika “mawla” benar-benar berarti “pemimpin”? Umar (رضى هللا عنھ) menginterpretasikan “mawla” adalah “sahabat tercinta” dan bukan “pemimpin” dan ini adalah makna yang dipahami oleh orang-orang waktu itu.

The Thaqalayn Muslim Association says

“The Meaning of Mawla

The schools of thought differ on the interpretation of the word “Mawla.” In Arabic, the world “Mawla” has many meanings. It can mean master, friend, slave, or even client. If a word has more than one meaning, the best way to ascertain its true connotation is to look at the association (qarinah) and the context. There are scores of “associations” in this hadith which clearly show that the only meaning fitting the occasion can be “master”. Some of them are as follows.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Kami pasti setuju dengan penulis Syiah ini, bahwa ada banyak arti yang berbeda untuk kata “mawla” dan kami senang bahwa mereka setidaknya mengakui adanya banyak arti. Dari sinilah harapan kami bahwa Syiah awam setidaknya mengakui kenyataan ini dalam berdebat, bukannya keras kepala sehubungan dengan pandangan bahwa mawla hanya bisa berarti “pemimpin”. Meskipun yang kita kutip di atas dari sebuah artikel propaganda Syiah, setidaknya kami tanpa diragukan lagi setuju dengan statement pendahuluan tersebut, yaitu bahwa:

1) mawla memiliki banyak arti yang berbeda.

2) Kita harus melihat konteks dimana kata itu dikatakan/ digunakan untuk memastikan artinya.

Namun, kami tidak setuju dengan pasal yang menyatakan bahwa mawla di sini harus diterjemahkan sebagai „pemimpin“ atau „tuan“. Mari kita lohat artikel ini point demi pint, Insya-Allah:

SalamIran.org says

“In addition, there is also what (the Prophet), peace be on him and his family, said on the day of Ghadir Khumm. The community had gathered to listen to the sermon (in which he asked):

“Am I not more appropriate for authority (awla) over you than yourselves?”

“Yes”, they answered.

Then he spoke to them in an ordered manner without any interruption in his speech:

Page 72: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

71

“Whomsoever I am the authority over (mawla), Ali is also the authority over.”

source: http://www.salamiran.org/Religion/Imam1/index.html ”

The Thaqalayn Muslim Association says

“First: The question which the Holy Prophet asked just before this declaration: “Do I not have more authority (awla) upon you than you have yourselves?” When they said: “Yes, surely,” then the Prophet proceeded to declare that: “Whoever whose mawla I am. ‘Ali is his mawla.” Without doubt, the word “mawla” in this declaration has the same meaning as “awla” (having more authority upon you).

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Justru artinya tidak seperti itu. Awla dan mawla adalah dua kata yang berbeda!

Ketika menjelaskan dirinya, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan:

“Apakah aku tidak lebih sesuai menjadi seorang Awla (otoritas) atas kamu dari pada dirimu sendiri?”

Dan ketika menggambarkan Ali (رضى هللا عنھ), tiba-tiba Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) beralih mengucapkan:

“Barangsiapa yang saya adalah mawla-nya, maka Ali ini juga mawla-nya.”

Apapun alasannya, dengan adanya perubahan kata tersebut (AULA vs MAWLA) justru sepenuhnya meniadakan klaim Syiah!

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) semestinya hanya cukup mengatakan bahwa Ali (رضى هللا عنھ) adalah Awla atas orang-orang, tapi dia sebagai gantinya justru mengatakan mawla. Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menyatakan pertama bahwa Allah memiliki kewenangan atas orang-orang, kemudian ia mengatakan bahwa ia sendiri memiliki kewenangan atas orang-orang, tapi kemudian tiba-tiba ia beralih dan menggunakan kata “mawla” untuk Ali (رضى هللا عنھ), meskipun dia telah menggunakan kata “Awla” untuk Allah dan dirinya sendiri.

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menyebutkan bahwa ia memiliki kewenangan atas orang-orang beriman sehingga mereka akan mendengarkan dia dan melakukan perintahnya untuk mencintai Ali (رضى هللا عنھ) seperti keinginannya. Kaum Muslimin di bawah komando Ali telah membenci dia, sehingga Nabi ( صلى هللارضى ) menggunakan pengaruhnya/ kewenangannya untuk membuat mereka mencintai Ali (علیھ وآلھ وسلم .dan menjadikan dia sebagai teman setianya (عنھ هللا

Tampaknya Syiah sedang mencengkeram sedotan sambil mencoba menyuntikkan makna Imamah atau Khilafah ke dalam kata “mawla”. Dalam rangka membangun pernyataan mereka, mereka akan memanfaatkan ayat-ayat Al-quran yang sama sekali tidak ada relevansinya. Bagaimanapun kelihatan bagusnya hasil kerja Syiah, tidak ada kebenaran apapun di dalamnya, karena di sini, Syiah ingin agar kita percaya bahwa Awla sama dengan mawla. Syiah hanya perlu selangkah lagi untuk mengklaim bahwa Ali .haruslah seorang Wali karena kata-kata “Ali” dan “Wali” begitu mirip (رضى هللا عنھ)

The Thaqalayn Muslim Association says

Page 73: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

72

“Second: The following prayer which the Holy Prophet uttered just after this declaration: “O Allah! Love him who loves ‘Ali, and be the enemy of the enemy of ‘Ali; help him who helps ‘Ali, and forsake him who forsakes ‘Ali.”

This prayer shows that ‘Ali, on that day, was entrusted with a responsibility which, by its very nature, would make some people his enemy; and in carrying out that responsibility he would need helpers and supporters. Are helpers ever needed to carry on a friendship?

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Al-Islam.org says

“Glitters of Ahadith Relevant to the Ghadir Incident

“To whomsoever I have been a master, this `Ali is [henceforth] his master; O Lord! Befriend whoever befriends him, and be the enemy to whoever antagonizes him.”

source: http://al-islam1.org/murajaat/54.htm”

Penulis Syiah dari artikel tersebut telah dengan jelas menyatakan bahwa dalam rangka untuk mencari tahu apa makna dari “mawla”, kita memerlukan petunjuk dari sisi konteks kalimatnya. Dan ia menunjukkan kepada kami kalimat berikutnya di mana Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan: “Ya Allah! Bertemanlah dengan siapa yang berteman dengan dia, dan menjadilah musuh kepada siapapun yang memusuhi dia. “.

Ini adalah hujjah (bukti) kuat terhadap klaim Syiah! Kata yang digunakan adalah “berteman” atau “mencintai” yang berarti bahwa mawla dalam konteks ini sedang digunakan untuk merujuk kepada “sahabat tercinta”. Adalah jelas dari sini bahwa “mawla” di sini menunjuk pada cinta dan kedekatan hubungan, bukan Khilafah dan Imamah. Muwalat (cinta) adalah lawan kata dari Mu`adat (permusuhan). Definisi kata “mawla” inilah yang paling masuk akal sesuai konteksnya, karena Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) segera mengatakan “Ya Allah, menjadilah teman dengan siapa saja yang berteman dengan dia dan menjadilah musuh dengan siapa saja yang memusuhi dia.”

Bagaimana bisa diterjemahkan dengan makna lain ketika kita harus mempertimbangkan bahwa tambahan kalimat berikutnya adalah tentang berteman dengan dia, bukan tentang diperintah oleh dia atau sesuatu yang seperti itu? Hal ini sebenarnya sulit dipercaya bahwa Syiah bisa menerjemahkan kata itu dengan makna Khilafah dan Imamah ketika konteksnya tidak ada hubungannya dengan itu.

Adapun bagian ini:

The Thaqalayn Muslim Association says

“This prayer shows that ‘Ali, on that day, was entrusted with a responsibility which, by its very nature, would make some people his enemy; and in carrying out that responsibility he would need helpers and supporters.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Page 74: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

73

Hal di atas hanyalah semata-mata dugaan dan imajinasi Syiah saja. Imajinasi Syiah telah dikenal tidak mengenal batas dan dia (Syiah) dapat membaca (mereka-reka?) suatu teks sesuatu hal yang menakjubkan. Seolah-olah Syiah memiliki jenis kemampuan khusus atau kacamata super yang hanya dia yang dapat membaca apa yang manusia normal tidak bisa membacanya, dan ini adalah sepasang kacamata yang dia gunakan ketika membaca baik ayat-ayat Al-Quran maupuan Hadits. Mungkin alien dari Mars yang akan menyerang dan mereka membenci Ali (رضى هللا عنھ), jadi karena inilah Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan ini! Dan lihatlah, tulisan kata “alien” yang memiliki kata “Ali” di dalamnya! Syiah lupa pada fakta sebelumnya bahwa para sahabat yang menjadi pasukannya telah tunduk kepada komnado Ali ketika menyerang Yaman dan berhasil. Jadi tidak ada sama sekali kebencian terhadap kepemimpinannya, tetapi kebencian kepada Ali muncul akibat kebijakannya terhadap harta rampasan perang.

Tidak ada perlunya menanggapi tebakan dan dugaan Syiah tersebut ketika kita sudah tahu mengapa Ali telah (رضى هللا عنھ) memiliki banyak musuh. Ada beberapa riwayat tentang bagaimana Ali (رضى هللا عنھ)marahi tentaranya dengan mengambil kembali barang-barang rampasan perang mereka dan orang-orang ini mengeluhkan tentang Ali (رضى هللا عنھ). Dalam suasana seperti itulah Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) ingin membela Ali (رضى هللا عنھ) dan mendesak orang-orang untuk mencintai dan berteman dengan Ali ( رضى هللا harus dicintai oleh seluruh umat Islam, dan memang semua Ahlus Sunnah (رضى هللا عنھ) karena Ali (عنھmencintai Ali (رضى هللا عنھ) sampai hari ini.

Sejauh gagasan yang tidak masuk akal yang mengatakan bahwa teman itu bukanlah penolong, maka kami bertanya-tanya, teman seperti apa yang dipunyai oleh penulis Syiah ini? Bagian yang sangat penting dari persahabatan/ pertemanan adalah berkisar sekitar menolong, memberikan dukungan, dll. Nabi ( صلى هللا ,mengatakan dalam banyak hadits bahwa Muslim harus menolong saudara-saudara, teman (علیھ وآلھ وسلمtetangga, mereka dll.

The Thaqalayn Muslim Association says

“Third: The declaration of the Holy Prophet that: “It seems imminent that I will be called away (by Allah) and I will answer that call.” This clearly shows that he was making arrangements for the leadership of the Muslims after his death.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Bagaimana bisa jelas? Hal itu tidak jelas sama sekali. Jika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bermaksud seperti itu, lalu kenapa dia tidak (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan hal itu? Mengapa harus Syiah yang menjadi juru bicara Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) yang selalu mengatakan kepada kita bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bermaksud begini dan begitu meskipun Nabi hanya berkata begini dan begitu? Tentunya, Nabi ( صلى هللا bisa saja mengatakan “Saya akan mati dan karena itu saya khawatir tentang siapa yang akan (علیھ وآلھ وسلمmenjadi penerus saya dan inilah sebabnya mengapa saya mencalonkan Ali untuk menjadi khalifah sesudah aku.” Namun sebaliknya, kita harus menebak dan percaya kepada Syiah bahwa inilah apa yang benar-benar Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) maksudkan, dan kita semua tahu bagaimana kreatifitas imajinasi Syiah ini.

Bantahan terhadap klaim Syiah ini adalah pada kenyataannya bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan sesuatu yang mirip di atas dalam Khotbah Perpisahan di puncak Gunung Arafat, yang memulai pidatonya dengan mengatakan:

Page 75: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

74

“Wahai manusia, pinjamkan kepada saya telinga dengan penuh perhatian, karena saya tidak tahu apakah setelah tahun ini, saya masih akan ada di antara kalian lagi.” (Baihaqi)

Namun, setelah itu Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) sama sekali tidak menyebutkan kepemimpinan kaum muslimin dalam pidato tersebut. Jadi kami melihat bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) telah mengemukakan kata pendahuluan tersebut karena ia akan meninggal, dan ini tidak berarti bahwa ia sedang berbicara tentang kepemimpinan. Bahkan, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) khawatir tentang keluarganya setelah kematiannya, ini adalah emosi dan kekhawatiran manusia normal. Setiap orang dari kita akan khawatir tentang apa yang akan terjadi pada anak-anak, istri atau kerabat dekat kita setelah kita mati. Ini adalah kekhawatiran umum ketika manusia di ranjang kematian mereka. Dan kekhawatiran dalam kasus Nabi ini meningkat karena ada Muslim tertentu yang mengkritik dan (secara emosional) (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم)menyakiti sepupunya.

The Thaqalayn Muslim Association says

“Fourth: The congratulations of the Companions and their expressions of joy do not leave room for doubt concerning the meaning of this declaration.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Kami telah membahas hal ini sebelumnya. Syiah sebelumnya mengklaim bahwa Allah telah menurunkan ayat 5:67 untuk mendorong Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) tanpa rasa takut akan gangguan dari orang-orang:

“Hai Nabi! Wartakan pesan yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika tidak, maka kamu tidak memenuhi dan menyatakan risalah-Nya. Allah akan melindungi kamu dari (gangguan) manusia. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ” (Quran, 5:67).

Dan Syiah mengatakan bahwa para sahabat adalah orang-orang pertama-tama menentang pencalonan Ali (رضى هللا عنھ). Namun sekarang, artikel tersebut mengklaim bahwa para sahabat telah “mengekspresikan rasa sukacita”. Apakah ini tidak kontradiktif? Jika orang-orang dan para sahabat begitu menentang pencalonan Ali sehingga Allah telah menurunkan sebuah ayat Al-Quran mengenai hal ini, maka mengapa mereka mengucapkan selamat kepada Ali (رضى عنھ هللا) dan dengan “ekspresi sukacita”? Ini sungguh kontradiksi yang sangat besar, tetapi tak diragukan lagi itu adalah hasil tak terelakkan untuk melanjutkan setiap argumen – tidak peduli seberapa palsunya – dalam rangka memperkuat argumen seseorang. Apa yang terjadi adalah bahwa propagandis Syiah melakukan hal seperti ini begitu sering, ia lupa argumen sebelumnya dan tanpa disengaja terdapat dua klaim yang saling bertentangan.

Sungguh aneh bagaimana Syiah mencoba untuk mengecilkan kebesaran dari pernyataan sebagai “sahabat tercinta”: kami sering melihat Syiah yang mengatakan hal-hal seperti “tentu tidak mungkin berarti ‘hanya sekedar teman'”. Kami tidak mengerti apa yang mereka maksudkan dengan “hanya sekedar“ teman. Pertama-tama, bukan teman lama, tetapi teman tercinta, menunjukkan kasih sayang dan cinta yang mendalam. Nabi Ibrahim (علیھ السالم) disebut sebagai “Khaleel-Allah” yang berarti “sahabat Allah” dan julukan ini diberikan kepadanya oleh Allah. Ini adalah julukan istimewa besar, dan tak seorang pun akan berkata “hanya sekedar teman” di sini. Dinyatakan sebagai sahabat Allah bukanlah hal yang kecil, dan juga bukan suatu hal yang kecil/ remeh disebut sebagai “kekasih ummat”.

Page 76: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

75

The Thaqalayn Muslim Association says

“…only to announce to them that ‘Ali ibn Abi Talib was his “friend.”

Such a claim is yet more absurd when one considers the fact that ‘Ali already had an exalted status in comparison with the other Muslims.

source: http://www.utm.thaqalayn.org/files/ghadeer.pdf”

Benar, bahwa Ali (رضى هللا عنھ) telah memiliki status mulia, tetapi adalah hal yang konyol jika mengatakan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) hanya dapat memuji seseorang sekali atau dua kali.

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) meninggikan status Umar (رضى هللا عنھ) pada berbagai kesempatan, namun kita tidak akan pernah menemukan salah satu dari Sunni yang meragukan keaslian pujian Nabi hanya karena ia telah memuji sebelumnya. Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) sering memuji kepada orang-orang layak menerima pujian, dan Ali (رضى هللا عنھ) adalah salah satu individu tersebut. Dan meskipun Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) telah meninggikan Ali (رضى هللا عنھ) dalam berbagai cara dan kesempatan sebelumnya, maka di sini ia memberinya kehormatan menjadi dicintai umat.

Selain dari itu, kejadian ini harus dilihat dalam konteks yang sesuai. Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menanggapi kelompok tertentu yang membenci Ali (رضى هللا عنھ) dan menjadi musuh-musuhnya. Menanggapi kejadian ini, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mendesak umat Islam untuk mencintai Ali (رضى هللا عنھ). Oleh karena itu, apa yang dikatakan di Ghadir Khum harus diletakkan pada konteksnya: seandainya Sahabi lain telah dihina dan dibenci, maka kemungkinan Nabi akan memberikan pidato seperti itu juga untuk Sahabi tersebut. Hal ini tentu saja tidak dapat ditafsirkan sebagai bukti untuk Imamah atau Khilafah dari Sahabi tersebut.

Al-Islam.org says

“Number of Companions in Ghadir Khumm

Allah ordered His Prophet [s] to inform the people of this designation at a time of crowded populous so that all could become the narrators of the tradition, while they exceeded a hundred thousand.

Narrated by Zayd b. Arqam: Abu al-Tufayl said: “I heard it from the Messenger of Allah [s], and there was no one (there) except that he saw him with his eyes and heard him with his ears.”

source: http://al-islam1.org/murajaat/54.htm”

Syiah sering membawa narasi ini untuk membuktikan entah bagaimana bahwa semua Muslim seolah-olah hadir di Ghadir Khum. Namun, kami mendesak para pembaca untuk tidak bias ketika melihat teks yang hanya mengatakan: “tidak ada seorangpun (di sana) kecuali bahwa ia melihat dia dengan matanya dan mendengarkan dia dengan telinganya.” Sederhananya adalah bahwa semua yang hadir di Ghadir Khum mendengar Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan apa yang ia katakan tentang Ali (رضى هللا عنھ). Kami sudah sepakat bahwa orang-orang di Ghadir Khum sedang diberi arahan oleh Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم), tetapi masalahnya adalah bahwa hanya sebagian kecil dari kaum muslimin yang melewati Ghadir Khum pada hari itu.

Page 77: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

76

PENDIRIAN CUCU ALI, AL-HASAN BIN HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB (رضى هللا عنھ)

Diriwayatkan dalam “Al-Tabaqat Al-Kubra” Ibnu Saad :

Seorang Rafidhi (orang yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar) berkata kepadanya (Al-Hasan bin Hasan), “Bukankah Rasulullah berkata kepada Ali: ‘Jika saya mawla seseorang, Ali adalah mawla-nya?” ”

Dia (Al Hasan) menjawab, “Demi Allah, jika ia bermaksud bahwa hal itu adalah kepemimpinan dan pemerintahan, maka semestinya dia akan lebih eksplisit kepada kamu dalam menyatakan hal itu, sama seperti ketika ia secara eksplisit kepada kamu tentang Salat, zakat dan ibadah haji ke Rumah suci. Ia semestinya akan mengatakan kepada kamu, ‘Wahai manusia! Ini adalah pemimpin kamu setelah saya ‘Rasulullah memberikan nasihat terbaik kepada orang-orang (yaitu dengan arti yang jelas).. ”

(Sumber: Al-Tabaqat Al-Kubra, Volume 5)

Pujian serupa untuk sahabat yang lain.

Fakta bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) menunjuk Ali (رضى هللا عنھ) sebagai “mawla” (teman tercinta) tidak dapat digunakan sebagai bukti pencalonan Ali (رضى هللا عنھ) oleh Nabi sebagai khalifah. Banyak sahabat lain yang dipuji dengan cara yang serupa, namun tidak seorang pun memahami kalimat tersebut bermakna bahwa sahabat lain ditetapkan secara ilahiah sebagai Imam yang tidak bersalah. Mari kita ambil contoh Hadis mengenai dengan Umar bin Al-Khattab (رضى هللا عنھ).

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Kebenaran, setelah saya, adalah dengan Umar dimanapun dia berada” (HR. ibn Abbas)

Namun, tidak ada yang menggunakan hadits ini untuk mengatakan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mencalonkan Umar (رضى هللا عنھ) sebagai penggantinya, bahkan Umar (رضى هللا عنھ) sendiri tidak menafsirkan seperti itu, dan dia sendiri yang dicalonkan oleh Abu Bakar (رضى هللا عنھ) untuk menjadi khalifah penggantinya. Dalam hadis lain, kami membaca:

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Jika seorang Nabi menggantikan saya, maka itu adalah Umar ibn al-Khattab.” (Sunan al-Tirmidzi)

Jika seandainya hadis di atas tentang Ali (رضى هللا عنھ), tentu Syiah akan mengutipnya di kiri, kanan, dan tengah, tetapi pemahaman yang rasional Ahlus Sunnah tetap mempertimbangkan berbagai hadis lain di mana Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memuji banyak sahabat dengan berbagai cara. Ini semua adalah bukti untuk meninggikan sahabat tetapi hadits-hadits tersebut tidak berarti pencalonan Nabi untuk kekhalifahan dan hadits-hadits tersebut tidak bermakna pengangkatan secara ilahiah oleh Allah. Dalam hadis lain, kami membaca:

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Yang pertama yang padanya kebenaran akan berjabat tangan dengan Umar …” (diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’b)

Dan dalam hadis lain, kami membaca:

Page 78: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

77

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Terdapat bangsa-bangsa sebelum kamu yang terinspirasi, dan jika ada satu diantara umatku maka ia adalah Umar.” (Riwayat Abu Hurrairah)

Oleh karena itu, berdasarkan Hadis ini dan banyak Hadis serupa lainnya yang dikatakan kepada sahabat lain, kami melihat bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) memanggil Ali (رضى هللا عنھ) menjadi “mawla” (teman tercinta) bukan merupakan pencalonan Nabi untuk menjadi Khilafah, karena orang lain juga dipuji dengan cara serupa.

Nyatanya, apa yang Syiah lakukan adalah menolak semua Hadis yang terkait dengan orang-orang yang tidak mereka sukai dan hanya menerima hadits-hadits yang terkait dengan Ali (رضى هللا عنھ). Apa yang agak lucu dan aneh adalah bahwa Syiah tidak peduli untuk memeriksa Isnad, tetapi bagi Shia suatu Hadis akan otentik jika berisi pujian kepada Ali (رضى هللا عنھ) dan suatu hadits adalah palsu jika memuji sahabat lainnya. Ini adalah “ilmu” Hadits dari Syiah, dan memang tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Syiah akan menerima suatu hadits dengan perawi Mickey Mouse jika memuji Ali (رضى هللا عنھ), dan mereka akan menolak hadits yang diriwayat melalui Ali (رضى هللا عنھ) jika hadits itu memuji Abu Bakar (رضى هللا عنھ), Umar (رضى هللا عنھ), dll

Sekarang mari kita lihat kalimat selanjutnya pada Hadits tersebut, yaitu sebagai berikut:

Nabi ( آلھ وسلمصلى هللا علیھ و ) berkata: “Jadikan teman siapa saja yang berteman dengan dia (yaitu Ali), dan musuhi siapa saja yang berlawanan dengan dia.”

Syiah akan menggunakan hadits ini untuk mengkritik para sahabat yang berbeda berpendapat dengan Ali juga pernah mengatakan (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) namun apakah mereka tidak tahu bahwa Nabi ,(رضى هللا عنھ)hal serupa kepada sahabat lainnya? Sebagai contoh, kami membaca Hadis berikut:

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Siapa pun yang marah dengan Umar berarti marah dengan saya. Barangsiapa mengasihi Umar berarti mencintaiku” (At-Tabrani).

Bahkan, Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) mengatakan hal ini tidak hanya tentang Ali (رضى هللا عنھ) dan Umar :tetapi tentang semua sahabatnya ,(رضى هللا عنھ)

Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) berkata: “Allah, Allah! Takut kepada-Nya sehubungan dengan sahabat saya! Jangan membuat mereka sebagai target setelah aku! Barangsiapa mencintai mereka (berarti) mengasihi mereka dengan cintanya bagi saya, dan barangsiapa membenci mereka (berarti) membenci mereka dengan kebenciannya bagi saya. Barangsiapa membawa permusuhan kepada mereka, (berarti) membawa permusuhan kepada saya, dan barangsiapa membawa permusuhan kepada saya, (berarti) membawa permusuhan kepada Allah. Barangsiapa membawa permusuhan kepada Allah akan binasa!”. (Diriwayatkan dari Abdallah ibn Mughaffal oleh Al-Tirmidzi, oleh Ahmad dengan tiga rantai baik dalam Musnad-nya, al-Bukhari dalam Tarikh-nya, al-Baihaqi dalam Shu`ab al-Iman dan lain-lain. Al-Suyuti menyatakan hadits tersebut hasan di Jami `al-Saghir # 1442).

Kata perpisahan

Syiah telah menjauhkan peristiwa Ghadir Khum dari konteksnya. Hadis Ghadir Khum tidak ada hubungannya sama sekali dengan Imamah atau Khilafah, dan jika tidak demikian, maka tidak ada yang

Page 79: Ghadir Khum - alwudud.files.wordpress.com · berdasarkan garis darah Nabi. Menurut Al -Qur’an, orang -orang berikut ini terjaga dari dosa atau tidak memiliki dosa sama sekali. Orang

78

menghalangi Nabi ( علیھ وآلھ وسلم صلى هللا ) untuk menyatakan dengan jelas dari pada menggunakan kata “mawla” yang dikenal oleh semua orang bermakna “sahabat tercinta”.

Lebih-lebih lagi, Ghadir Khum terletak 250 km dari Mekah: jika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) bermaksud untuk mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) maka semestinya dia akan melakukan hal itu pada pertemuan yang lebih besar di puncak Gunung Arafat selama Khotbah Perpisahan di depan semua kaum muslimin dari setiap penjuru kota.

Paradigma Syiah secara keseluruhan didasarkan pada ide sekilas dan mudah disangkal bahwa Ghadir Khum adalah lokasi sentral di mana semua umat Islam akan berkumpul bersama sebelum berpisah dan pergi ke rumah masing-masing. Padahal, hanya Muslim yang menuju ke Madinah yang akan melewati Ghadir Khum, bukan Muslim yang tinggal di Mekah, Taif, Yaman, dll.

Ratusan tahun yang lalu, massa Syiah dengan mudah bisa saja disesatkan karena banyak dari mereka tidak mempunyai peta untuk memeriksa di mana Ghadir Khum ini dan mereka hanya akan menerima mitos umum bahwa Ghadir Khum adalah tempat pertemuan bagi umat Islam sebelum mereka berpisah. Namun pada hari ini, di era informasi dan teknologi, peta yang akurat ada kentikan jari kita dan tidak ada orang yang berakal bisa dibodohi oleh mitos Syiah.

Kami telah menunjukkan bahwa Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) di Ghadir Khum sebagaimana klaim Syiah. Ini adalah pondasi keyakinan Syi’ah, yang tanpanya iman mereka tidak memiliki dasar apapun: jika Nabi (صلى هللا علیھ وآلھ وسلم) tidak mencalonkan Ali (رضى هللا عنھ) menjadi khalifah, maka Syiah tidak bisa lagi mengklaim bahwa Abu Bakar (رضى هللا عنھ) atau Sunni merebut penunjukan ilahiah penugasan Ali (رضى هللا عنھ). Dan dengan itu, seluruh paham Syi’ah runtuh dengan sendirinya, karena jarak 250 km yang tidak diperhitungkan oleh Syiah yang memisahkan Ghadir Khum dari Mekah, telah memisahkan Syi’ah dari kebenaran.

Artikel ini saya terjemahan secara bebas dan ada yang diringkas dari artikel aslinya yang ditulis oleh: Ibn al-Hashimi, di http://www.ahlelbayt.com

Diterjemahkan dari artikel Ibn al-Hashimi

Wallahu A’lam…..