gg. mental+down syndrome

35
GANGGUAN MENTAL DAN DOWN SYNDROME Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus Disusun oleh : Mahdita Sekar AMY M2A OO5 048 Novita M2A 005 055 Pratiwi Wijayanti M2A 005 058 Qorizky Muharani M2A 005 061 Scholastika Gita A M2A 005 072 FAKULTAS PSIKOLOGI UNVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Upload: slalu-fiqoh-dech

Post on 30-Jun-2015

130 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: gg. mental+down syndrome

GANGGUAN MENTAL DAN

DOWN SYNDROMEDisusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus

Disusun oleh :

Mahdita Sekar AMY M2A OO5 048

Novita M2A 005 055

Pratiwi Wijayanti M2A 005 058

Qorizky Muharani M2A 005 061

Scholastika Gita A M2A 005 072

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2007

Page 2: gg. mental+down syndrome

BAB I

LATAR BELAKANG

Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari

pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum mengetahui

banyak informasi mengenai Down Syndrome dan retardasi mental, para penderita

ganggua ini mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Perlakuan yang tidak

layak dalam konteks ini adalah mungkin dianggap ‘gila’ oleh masyarakat atau

tidak mendapat perawatan yang tepat. Labeling ini lah yang menghambat proses

pengoptimalisasian potensi yang dimiliki anak-anak dengan gangguan mental dan

Down Syndrome. Tak jarang juga keluarga penderita juga mendapat atribusi yang

tidak mengenakkan dari masyarakat.

Berkaca dari keadaan para penderita baik gangguan mental maupun Down

Syndrome di luar negeri, eksistensi mereka di Indonesia pun dapat dioptimalkan.

Jika di luar di negeri kita sering mendengar mereka dapat bersekolah, bekerja,

bahkan di Rusia ada yang berhasil menjadi aktor, di Indonesia pun tak ada kata

tidak mungkin untuk melakukannya.

Melalui makalah ini kami mencoba untuk memberi sedikit informasi

mengenai karakteristik penderita, hal apa saja yang dapat kita ajarkan pada para

penderita, juga penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab gangguan, kami

berharap dapat membwei wacan mengenai langkah preventif yang dapat

dilakukan.

Page 3: gg. mental+down syndrome

BAB II

KASUS

Tr adalah seorang anak berusia 10 tahun yang mengalami Down

Syndrome. Ciri-ciri fisiknya adalah tangan kecil, dahi lebar, rambut agak pirang,

lemas, dan sedikit, dahinya lebar, matanya sipit tidak punya punya kelopak, suka

melongo, mengeluarkan lidah, kakinya lebar, serta kulitnya putih. Tr adalah anak

bungsu dari tiga bersaudara. Kaka pertamanya sudah menikah dan mempunyai

anak, sedangkan kakak keduanya sudah lulus SMA. Karena perkembangannya

yang tidak sama dengan anak seusianya, Tr cenderung menghabiskan waktunya

dengan bermain seorang diri. Tr senang bermain peran sendiri dan berbicara

sendiri. Bila disapa dia diam saja, tetapi bila yang memanggil keluarganya dia

masih mau menyahut. Bicaranya tidak jelas, tidak ada korelasi antara kata satu

dengan akat yang lainnya. Bahkan terkadang ia tidak berkata-kata, hanya

menggumam. Keterampilan mengurus diri agak renadah. Kalau memakai baju, dia

masih dipakaikan orang lain. Pernah terlihat memakai sendiri, tetapi bajunya

terbalik-balik. Penerimaan keluarganya, baik orang tua maupun kakak-kakanya,

dapat dikatakan baik. Hal itu terlihat dari cara keluarganya mengurusi dan

merawat Tr. Tr pernah sekolah, akan tetapi karena tidak dapat mengikuti maka dia

tidak sekolah lagi hingga sekarang.

Page 4: gg. mental+down syndrome

BAB III

TEORI

A. GANGGUAN MENTAL

1. PENGERTIAN GANGGUAN MENTAL

Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti

terbelakang mental. Retardasi mental sering disepadankan dengan istilah-

istilah, sebagai berikut:

1. Lemah fikiran ( Feeble-minded);

2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);

3. Bodoh atau dungu (Idiot);

4. Pandir (Imbecile);

5. Tolol (Moron);

6. Oligofrenia (Oligophrenia);

7. Mampu Didik (Educable);

8. Mampu Latih (Trainable);

9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;

10. Mental Subnormal;

11. Defisit Mental;

12. Defisit Kognitif;

13. Cacat Mental;

14. Defisiensi Mental;

15. Gangguan Intelektual

Di Amerika Serikat prevalensi gangguan ini adalah 3:100 orang (The

Arc, 2001). American Psychiatric Accociation tahun 2000 (dalam Rathus,

2005, h.149-153) menyatakan penyebab dari retardasi mental dapat

disebabkan oleh:

a. Sindrom down dan abnormalitas kromosom lainnya

Wade pada tahun 2000 menyatakan abnormalitas kromosom

yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down

Page 5: gg. mental+down syndrome

yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga

pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah

kromosom menjadi 47.

Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri

fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan

kecil yang mengarah kebawah pada kulit dibagian ujung mata yang

memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan

berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang

melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak

proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupaka ciri-ciri anak

dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental

dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan

pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan.

b. Sindrom Fragile X dan Abnormalitas genetik lainnya

Sindrom fragile X merupakan tipe umum dari retardasi mental

yang diwariskan. Gangguan ini disebabkan oleh mutasi gen pada

kromosom X. gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak

rapuh, sehingga disebut sindrom fragile X. sindrom ini menyebabkan

retardasi mental pada 1000-1500 pria dan hambatan mental pada setiap

2000-2500 perempuan. Efek dari sindrom fragile X berkisar antara

gangguan belajar ringan sampai retardasi parah yang dapat menyebabkan

gangguan bicara dan fungsi yang berat.

Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan genetik yang

terjadi pada satu diantara 10000 kelahiran. Gangguan ini disebabkan

adanya satu gen resesif yang menghambat anak untuk melakukan

metabolisme. Konsekuensinya, phenilalanin dan turunannya asam

phenilpyruvic, menumpuk dalam tubuh, menyebabkan kerusakan pada

system saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan

emosional.

c. Faktor prenatal

Page 6: gg. mental+down syndrome

Penyebab retardasi mental adalah infeksi dan penyalahgunaan

obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah

Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat

menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes

genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat

mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat

fisik dan retardasi mental yang parah.

Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering

lahir dengan sindrom fetal fetal, dan merupakan kasus paling nyata

sebagai penyebab retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti

kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti encephalitis

dan meningitis, terkena racun, seperti cat yang mengandung timah sangat

berpotensi menyebabkan retardasi mental.

d. Faktor-faktor psikososial

Penyebab retardasi mental pada sebagian kasus disebabkan faktor

psikososial, seperti lingkungan rumah, atau sosial yang miskin, yaitu yang

tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari

orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam

perkembangan retardasi mental.

Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut

sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Individu

dalam keluarga miskin kekurangan keperluan untuk menerima pendidikan

dan pengembangan keterampilan-keterampilan. Akibatnya, individu

menjadi retardasi mental akibat dari kemiskinan, tidak menerima

pendidikan dan larangan-larangan pada budaya tertentu untuk

mengembangkan keterampilan-keterampilan individu.

Menurut PPDGJ III Retardasi mental adalah suatu keadaan

perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama

ditandai oleh adanya penurunan keterampilan selama masa perkembangan,

sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi yaitu kemampuan

kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

Page 7: gg. mental+down syndrome

American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan

Retardasi mental sebagai kelainan:

1. Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average),

yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes;

2. Yang muncul sebelum usia 16 tahun;

3. Yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Sedangkan pengertian Retardasi mental menurut Japan League for

Mentally Retarded (1992) sebagai berikut:

1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes

inteligensi baku.

2. Kekurangan dalam perilaku adaptif

3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia

18 tahun.

A. PENYEBAB RETARDASI MENTAL

Retardasi mental dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Genetik.

a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.

b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).

c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada

umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism)

dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.

2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal).

a. Infeksi Rubella (Cacar)

b. Faktor Rhesus (Rh)

3. Pada saat kelahiran (perinatal)

Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi

pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas

(asphyxia), dan lahir rematur.

Page 8: gg. mental+down syndrome

4. Pada saat setelah lahir (post-natal)

Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada

selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya:

kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat

menyebabkan retardasi mental.

5. Faktor sosio-kultural.

Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi

perkembangan intelektual manusia.

6. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.

a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu

gangguan pada enzym Phenylketonuria.

b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa

kecil, dan otak.

c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena

defisiensi yodium.

Secara umum, Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab retardasi

mental akibat dari:

1. infeksi dan/atau intoxikasi,

2. rudapaksa dan/atau sebab fisik lain,

3. gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),

4. penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),

5. akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak

diketahui,

6. akibat kelainan kromosomal,

7. gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),

8. gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik

disorders),

9. pengaruh-pengaruh lingkungan, dan

kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.

Page 9: gg. mental+down syndrome

B. KARAKTERISTIK ANAK RETARDASI MENTAL

Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery &

Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996

menyatakan:

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan

dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu

cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.

2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.

3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.

4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga retardasi

mental berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak

dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka

lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit

menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.

5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak

retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti:

berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu

memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat

bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai

retardasi mental berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin

disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan

perhatian terhadap lawan main.

7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi

mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka

seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan

melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit

diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.

Page 10: gg. mental+down syndrome

C. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL

Pengklasifikasian/penggolongan Anak Retardasi mental untuk keperluan

pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam

Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:

1. EDUCABLE

Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik

setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.

2. TRAINABLE

Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan

penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat

pendidikan secara kademik.

3. CUSTODIAL

Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih

anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang

bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan

dukungan yang terus menerus.

Sedangkan penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah

sebagai berikut:

1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban

belajar (slow learner) dengan IQ 70 – 85.

2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50

– 75 atau 75.

3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50

atau IQ 35 – 5

4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded)

dengan IQ dibawah 25 atau 30

Page 11: gg. mental+down syndrome

Penggolongan Retardasi mental secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979,

adalah sebagai berikut:

1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).

2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).

3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).

4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).

5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan

6. Retardasi mental tak tergolongkan.

Adapun penggolongan Retardasi mental secara Sosial-Psikogis terbagi 2 (dua)

kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif.

Ada 4 (empat) taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut

skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26),

yaitu:

1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.

2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.

3. Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.

4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20

kebawah.

5. Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif

tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial.

Hal ini juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:

a. Ringan;

b. Sedang;

c. Berat; dan

d. Sangat Berat.

Page 12: gg. mental+down syndrome

TINGKAT RETARDASI MENTAL

 

Derajat keparahan Perkiraan tentang IQ Jumlah penyandang

Retardasi mental dalam

rentang ini.

Retardasi mental ringan

(mild)

50-55 sampai sekitar 70 Kira-kira 85%

Retardasi mental sedang

(moderate)

35-40 sampai 50-55 10%

Retardasi mental berat

(severe)

20-25 sampai 35-40 3-4%

Retardasi mental parah

(profound)

Di bawah 20-25 1-2%

TINGKAT RETARDASI MENTAL, PERKIRAAN RENTANG IQ, DAN JENIS

TINGKAH LAKU ADAPTIF YANG TERLIHAT

Perkiraan

rentang skor IQ

Usia prasekolah 0-5 tahun

kematangan&perkembangan

Usia sekolah 6-21 tahun

Pelatihan dan pendidikan

Ringan 50-70 Sering terlihat tidak

memiliki gangguan tetapi

lambat dalam berjalan,

makan sendiri dan bicara

dibanding anak-anak

lainnya

Menguasai keterampilan

praktis serta kemampuan

membaca dan aritmatika

sampai kelas 3-6 SD dengan

pendidikan khusus. Dapat

diarahkan pada konformitas

sosial.

Sedang 35-49 Keterlambatan yang nyata

pada perkembangan

motorik, terutama dalam

bicara ; berespon terhadap

pelatihan dalam berbagai

aktivitas self help

Dapat mempelajari komunikasi

sederhana, perawatan

kesehatan dan keselamatan

dasar, serta keterampilan

tangan sederhana; tidak

mengalami kemajuan dalam

Page 13: gg. mental+down syndrome

fungsi membaca atau

aritmatika

Berat 20-34 Ditandai dengan adanya

keterlambatan dalam

perkembangan motorik,

kemampuan komunikasi

yang minim atau tidak ada

sama sekali; dapat berespon

terhadap pelatihan self help

mendasar misalnya makan

sendiri.

Biasanya mampu berjalan,

tetapi memiliki

ketidakmampuan yang

spesifik; dapat mengerti

pembicaraan dan memberikan

respon; tidak memiliki

kemajuan dalam kemampuan

membaca atau aritmatika

Parah dibawah

20

Retardasi motorik kasar;

kapasitas minimal untuk

berfungsi pada area sensori

motor; membutuhkan

bantun rawat

Keterlambatan yang terlihat

jelas dalam semua area

perkembangan; dapat

menunjukkan respon

emosional dasar; mungkin

berespon terhadap pelatihan

keterampilan dengan

menggunakan kaki, tangan,

dan rahang;memerlukan

supervisi/ pengawasan yang

ketat

SINDROM DOWN (DOWN SYNDROME)

A. Pengertian Sindrom Down

Down syndrome pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh

John Langdom Down pada tahun 1886, namun baru sekitar awal tahun

1960-an ditemukan diagnosis pastinya setelah penelitian pada kromosom

penderita yang diduga mengalami down syndrome.

Page 14: gg. mental+down syndrome

Ciri dan karakteristik fisik yang nampak dari penderita down syndrome

antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head),

mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata,

alis mata miring (slatning of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang

mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki

mungil.

Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami anak yang menderita

down syndrome antara lain :

1. sakit jantung berlubang

2. mudah mendapat salesma, radang tenggorok, radang paru-paru

3. kurang pendengaran

4. lambat/bermasalah dalam bertutur

5. penglihatan kurang jelas

B. Klasifikasi Down Syndrome

Berdasarkan tipe gangguan kromosom yang ditemukan, down syndrome

dibagi menjadi :

1. Non disjunction

Tipe ini paling banyak terjadi dan dialami oleh penderita down

syndrome. Penyebabnya adalah terdapat kelebihan kromosom pada sel

telur yang seharusnya 23 menjadi 24, penambahan terjadi pada

kromosom 22. Hal ini mengakibatkan distribusi kromosom pada waktu

pembelahan sel tidak merata. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal

ini terjadi antara lain :

a.Genetik, peningkatan resiko berulang pada keluarga dengan penderita

down syndrome

b. Radiasi, yang terjadi di daerah perut ibu sebelum

melakukan konsepsi yang mempengaruhi terhadap jumlah kromosom

ibu.

c.Umur ibu, yaitu ibu yang mendekati masa menopause lebih besar

terkena resiko down syndrome pada anak yang dikandungnya.

2. Mozaikisme

Page 15: gg. mental+down syndrome

Sama seperti non disjunction, pnyebab utamanya adalah karena

distribusi kromosom tidak merata saat terjadi pembelahan sel.

Perbedaannya pada mozaikisme, distribusi kromosom tadi terjadi setelah

pembuahan normal dan tidak disebabkan oleh faktor herediter sehingga

tidak semua gejala down syndrome akan terlihat, tergantung dari

banyaknya sel yang normal dalam tubuh.

3. Translokasi

Translokasi dapat diturunkan secara herediter. Kebanyakan adalah

translokasi Robertsonian, yaitu adanya pelekatan lengan panjang

kromosom 14, 21, atau 22. Translokasi kromosom 21 ke dalam

kromosom lainnya atau translokasi dalam bentuk bergandengan sangat

panjang.

C. Penyebab

Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21.

manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome,

kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom

(trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah

seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem

metabolisme di dalam sel .

Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat pasangan atau salah satu

pasangan stres, bisa menghasilkan keturunan (anak) yang kelak mengidap down

syndrome. Hipotesa itu diungkapkan ahli penyakit down syndrome Dr. Dadang

Syarief Effendi "Pada saat coitus atau hubungan seks dimungkinkan terjadi

pembuahan. Namun, jika hubungan seks dilakukan dalam kondisi stres, pada saat

pembuahan proses pembelahan kromosom terjadi secara tidak sempurna. Secara

normal, manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada penderita down syndrome,

kromosom nomor 21 membelah menjadi tiga bagian (trisomi). Padahal pada

mutasi yang normal, kromosom tersebut seharusnya membelah menjadi dua

bagian," katanya.

Page 16: gg. mental+down syndrome

Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa menyebabkan anak yang

dilahirkan mengidap down syndrome. Mutasi gen pada saat sperma dan ovum

bertemu, menyebabkan hasil pembuahan terkena down syndrome.

contoh USG janin yang diprediksi mengalami Down Syndrome

D. Karakteristik

1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head),

2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak

mata,

3. Alis mata miring (slanting of the eyelids),

4. Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi

5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung

dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga

menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun

lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga

menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

6. Otot lunak,

7. Persendian longgar (loose ligament),

8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau

malah tidak ada sama sekali

9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian

crease

Page 17: gg. mental+down syndrome

10. Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di

telunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang

normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga

sandal foot.

11. Hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti

dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering

kesulitan bernapas

12. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang

E. Onset

Ketika hamil, ibunya tidak pernah merasa ada sesuatu yang salah pada

kehamilannya. Setelah beberapa bulan kelahiran, baru ia menyadari ada sesuatu

yang salah pada putrinya. Di usianya yang sudah tujuh bulan, dimana bayi-bayi

lain sudah mulai duduk, ia bahkan belum bisa tengkurap. Ibunya memang merasa

heran, tapi karena pengetahuan yang kurang, keadaan ini dibiarkan saja.

F. Prevalensi

Mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir

3000 sampai 5000 anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia

prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa. Usia ibu diantara 35-39 tahun, maka

kemungkinan melahirkan anak dengan sindrom down adalah 1 berbanding 280

Page 18: gg. mental+down syndrome

BAB III

TREATMENT

A. TREATMENT RETARDASI MENTAL

Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak retardasi mental adalah:

1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)

Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk melatih gerak

funsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).

2. Play therapy (Terapi bermain)

Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara

bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak

diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.

3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri

Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan

pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari

(ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain

dan tidak tergantung kepada orang lain.

4. Life Skill (Keterampilan hidup)

Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di

bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator.

Bagi anak retardasi mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka

juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal

hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan

yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga

dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.

5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)

Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga

diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah

dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat bekerja.

Page 19: gg. mental+down syndrome

B. TREATMENT SINDROM DOWN

1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi

mendiri

2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian

mereka

3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak

4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan

untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak

hanyalah gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi

lebih rileks.

Page 20: gg. mental+down syndrome

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari ciri-ciri fisik yang ditunjukkan oleh Tr, yaitu :

a. tangan kecil

b. dahi lebar

c. rambut agak pirang, lemas, dan sedikit

d. dahinya lebar

e. matanya sipit tidak punya punya kelopak

f. kakinya lebar

g. kulitnya putih

Dapat disimpulkan bahwa Tr memiliki karakteristik fisik penderita Down

Syndrome. Sedangkan bila kita lihat dari karakteristik anak retardasi mental

menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children,

fifth edition, p.485-486, 1996 kriteria yang dapat ditemui pada Tr adalah:

1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru. Tr mengalami kesulitan

dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya, bahkan akibat dari kesulitannya

dalam belajar ia harus keluar dari sekolah.

2. Kemampuan bicaranya kurang. Tr kurang mampu mengelaborasikan kata

demi kata, terkadang ia pun hanya bergumam saja.

3. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Tr kesulitan untuk

melakukan pekerjaan untuk mengurus diri sendiri. Contohnya adalah Tr

belum dapat dengan baik memakai baju sendiri, ia masih harus dibantu

anggota keluarganya yang lain untuk melakukannya.

Meskipun tidak secara pasti diketahui berapa IQ yang dimiliki Tr, akan

tetapi dari beberapa karakteristik baik fisik maupun perilakunya menunjukkan

bahwa Tr pun mengalami retardasi mental. Apalagi Down Syndrome merupakan

salah satu penyebab dari terjadinya retardasi mental. Juga didukung oleh kriteria

yang dikeluarkan oleh American Asociation on Mental Deficiency, Tr pun

Page 21: gg. mental+down syndrome

mengalami kesulitan dalam perilaku adaptif dan kondidi yang dialaminya

berkembang dalam usianya yang belum menginjak 18 tahun.

Hal yang sangat disayangkan kemudian adalah Tr tidak dimasukkan

sekolah lagi. Tr, layaknya anak dengan retardasi mental dan Down Syndrome

lainnya, juga dapat bersekolah meskipun tetap membutuhkan bantuan individual

secara khusus. Dengan pendidikan dan dukungan yang tepat, Tr dapat diajari

untuk belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.

Tr juga memerlukan bantuan dalam kemampuan adaptasinya, yaitu

keterampilan untuk hidup, mengurus diri sendiri, bekerja, dan bergaul dalam

komunitas. Guru dan orang tua dapat membantunya untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan tersebut baik di rumah maupun di sekolah. Beberapa

keterampilan yang bisa diajarkan :

Berkomunikasi dengan orang lain

Mengurusi kebutuhan diri sendiri (memakai baju, pergi ke kamar mandi)

Kesehatan dan keselamatan

Pekerjaan rumah tangga (membantu untuk menata meja, membersihkan

rumah, atau membantu memasak)

Keterampilan sosial (perilaku yang baik, sopan santun, memainkan

permainan)

Membaca, menulis, matematika sederhana

Page 22: gg. mental+down syndrome

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang

mental. Down syndrome adalah kelainan dengan ciri dan karakteristik fisik antara

lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit

karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring

(slatning of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak,

persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki mungil.

Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21.

manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome,

kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom

(trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah

seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem

metabolisme di dalam sel

Abnormalitas kromosom yang paling umum memnyebabkan retardasi

mental adalah down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai

defisit dalam belajar dan perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit

memori, khususnya untuk informasi ynag ditampilkan secara verbal. Sehingga

sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan mengikuti

instruksi dari guru, dan mengekspresikan pemikiran dan kebutuhan mereka

dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik

mereka dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika

sederhana.

SARAN

1. bagi orang tua yang memiliki anak Down Syndrome dan retardasi

mental tidak perlu malu menerima keadaan anaknya dan mengusahakan

konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat memberikan pendidikan

yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak.

Page 23: gg. mental+down syndrome

2. menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang

optimal meski memiliki kebutuhan khusus.

Page 24: gg. mental+down syndrome

Daftar Pustaka

Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall,

Englewood Cliffs.

The Arc of the United States. 2004. Mental Retardation

http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September

2007

Down Syndrome. http://en.wikipedia.org/wiki/Down_syndrome. diakses tanggal 27

September 2007

Down Syndrome.

http://www.kidshealth.org/parent/medical/genetic/down_syndrome.html.

dfiakses tanggal 27 September 2007