all + down syndrome

51
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik Hemato-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Leukemia Limfositik Akut (LLA) + Demam Neutropenia + Selulitis Disusun oleh: Andi Amalia Nefyanti (1410029033) Pembimbing: dr. Diane M. Supit, Sp. A

Upload: andiamalia

Post on 12-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ALL + Down syndrome

TRANSCRIPT

Bagian Ilmu Kesehatan AnakTutorial Klinik Hemato-OnkologiFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

Leukemia Limfositik Akut (LLA) + Demam Neutropenia + Selulitis

Disusun oleh:Andi Amalia Nefyanti (1410029033)

Pembimbing:dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2015

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLeukemia adalah proliferasi 1 jenis atau lebih sel hematopoetik secara berlebihan,ganas, sering disertai kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian (Wirawan, 2002). Faktor predisposisi leukemia belum dapat diidentifikasi secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi yaitu genetik, sinar radioaktif dan infeksi virus.Leukemia menurut jenisnya dapat dibagi menjadi leukemia akut dan kronik. Leukemia akut dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) sedangkan leukemia kronik dibagi menjadi 2 jenis yaitu Leukemia Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik(LMK) (Mansyur, 2001).Leukemia limfoblastik akut merupakan jenis leukemia yang paling sering didapatkan pada anak usia 1-5 tahun dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun (80%) sedangkan pada dewasa hanya 20%. Insidensi leukemia limfoblastik akut juga berhubungan dengan jenis kelamin dan ras.

1.2TujuanTujuan pembuatan laporan kasus ini adalah :1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan yang terdapat pada kasus.3. Melatih mahasiswa dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.

BAB IITutorial Kasus

Identitas pasien Nama : An. AR Jenis kelamin : Perempuan Umur: 12 tahun Alamat: Jl. Gatot subroto RT 26, Samarinda Anak ke: 1 MRS: 23 Maret 2015

Identitas Orang Tua Nama Ayah: Tn. S Umur: 37 tahun Alamat: Jl. Gatot subroto RT 26, Samarinda Pekerjaan: Pegawai rumah makan Pendidikan Terakhir: SD Ayah perkawinan ke: 1 Status perkawinan: Duda / Cerai Riwayat kesehatan: Tidak ada penyakit yang menyertai

Nama Ibu: Ny. TD Umur: 37 tahun Alamat: Blitar Pekerjaan: Tidak tau Pendidikan Terakhir: SD Ibu perkawinan ke: 1 Status perkawinan: Janda / Cerai Riwayat kesehatan: Tidak ada penyakit yang menyertai

AnamnesisAnamnesis dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 7 Maret 2015 dengan ayah kandung pasien.

Keluhan Utama :Nyeri kaki kiri dan tangan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengalami nyeri pada kaki kiri dan tangan kiri sejak pagi hari sebelum dibawa berobat ke rumah sakit. Orang tua pasien menyadari hal tersebut saat melihat gaya berjalan pasien yang sedikit pincang. Sebelumnya pasien mengalami demam tinggi terus menerus sejak 2 hari SMRS. Ayah pasien mengaku telah memberikan paracetamol namun demam hanya turun sebentar tidak lama kemudian demam naik lagi. Selain itu, pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sejak mengalami demam tinggi dan terlihat sangat pucat. Oleh karena itu ayah pasien membawa pasien untuk berobat ke poli anak RSUD AWS. Pada saat pasien berjalan memasuki ruangan dokter, tiba-tiba pasien merasakan nyeri yang hebat di kaki kirinya, sehingga pasien tidak bisa berjalan dan harus digendong untuk masuk ke ruangan dokter. Kemudian dokter spesialis anak yang memeriksa memutuskan untuk merawat inap pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien telah di diagnosa menderita ALL-L1 sejak tahun 2013. Pasien telah menjalani kemoterapi rutin saat ini pada tahap maintenance. Awalnya pada tahun 2013 pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan demam dan saat dilakukan pemeriksaan darah didapatkan nilai trombosit yang rendah sehingga pasien di diagnosa dokter dengan demam berdarah. Setelah membaik pasien keluar dari rumah sakit. Namun selama dirumah, pasien mengalami penurunan nafsu makan, berat badannya menurun, malas beraktifitas dan sering demam hingga menggigil. Lalu pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat jalan. Selama meminum obat dari puskesmas, pasien mengalami perbaikan namun saat obatnya habis keluhan-keluhan pasien muncul lagi, sehingga pasien dibawa ke puskesmas lagi dan di puskesmas di lakukan pemeriksaan darah lengkap. Setelah hasilnya keluar, pasien di rujuk ke RSUD AWS Samarinda. Pasien dirawat inap dan dilakukan pemeriksaan darah dan BMP. Setelah hasilnya keluar, pasien didiagnosa dokter dengan ALL-L1 dan sejak saat itu pasien rutin menjalani kemoterapi.Riwayat Penyakit Keluarga :Kakek pasien menderita penyakit darah atau kanker sel darah.

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :Berat badan lahir : 2600 gramPanjang badan lahir : 49 cmBerat badan sekarang : 33 kgTinggi badan sekarang: 130 cmGigi keluar: lupaTersenyum : lupaMiring : lupaTengkurap : lupaDuduk : lupaMerangkak : lupaBerdiri : lupaBerjalan : 12 bulanBerbicara 2 suku kata: lupa

Makan dan minum anakASI: Mulai diberikan sejak lahir hingga usia 1 tahun 5 bulan, berhenti karena ayah dan ibu pasien berceraiSusu sapi: Sejak usia 1 tahun 5 bulan hingga usia 5 tahun , jenis susu : SGMBubur susu: sejak usia 7 bulanTim saring: -Buah: sejak usia 7 bulanLauk dan makan padat: sejak usia 1 tahunPemeliharaan PrenatalPeriksa di : PuskesmasPenyakit Kehamilan: -Obat-obatan yang sering diminum: Vitamin

Riwayat Kelahiran :Lahir di : RumahPersalinan ditolong oleh : Dukun bayiBerapa bulan dalam kandungan : 9 bulanJenis partus : Spontan per vaginam

Pemeliharaan postnatal :Periksa di: PuskesmasKeadaan anak: SehatKeluarga berencana : Tidak

IMUNISASIImunisasiUsia saat imunisasi

IIIIIIIVBooster IBooster II

BCG+////////////////////////////////////

Polio++++--

Campak+-////////////////////////////

DPT+++///////--

Hepatitis B+++///////--

PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 7 Maret 2015Kesan umum : sakit sedangKesadaran: E4V5M6 Tanda Vital Frekuensi nadi: 98 x/menit, isi cukup, reguler Frekuensi napas: 24 x/menit Temperatur: 38,2o C per axilaAntropometriBerat badan : 33 kgTinggi badan : 130 cm

KepalaRambut :HitamMata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks Cahaya (+/+), PupilIsokor (3mm), mata cowong (-/-)Mulut:Lidah kotor (-), Gusi bengkak (+), faring Hiperemis (-), mukosa bibir basah, pembesaran Tonsil (-/-)LeherPembesaran Kelenjar :Pembesaran KGB submandibular (-/-)

ThoraksInspeksi:Bentuk dan gerak dinding dada simetris dextra = sinistra, retraksi (-), Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Fremitus raba dekstra = sinistra, Ictus cordis tidak terabaPerkusi: Sonor di semua lapangan paruBatas jantung Kiri : ICS V midclavicula line sinistraKanan : ICS III para sternal line dextraAuskultasi: vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), S1S2 tunggal reguler, bising (-)AbdomenInspeksi: Tampak datarPalpasi : soefl, nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-) splenomegali (-) Perkusi:TimpaniAuskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas: Akral hangat (+), pitting oedem (-), capillary refill test < 2 detik, sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran KGB inguinal (-/-), Terdapat peradangan pada regio brachii dextra 1/3 distal. Tampak oedem, teraba hangat dan didapatkan nyeri tekan.

Pemeriksaan Penunjang24/327/329/330/31/42/46/4Nilai normal

WBC2.2101.0900,90,950,9901.0500,7104.800-10.800 /uL

Hb7,58,87,47,28,27,97,011,3-14,1 gr/dl

MCV79,379,678,281,681,581,6107,280-100

MCH28,228,527,528,229,22927,927-34

MCHC35,535,835,234,635,835,62632-36

HCT21,124,62120,822,922,226,933-41 %

PLT39.00016.0007.0008.00015.00016.0009.000150.000-450.000

URIN LENGKAP27/37/4

Bj10141005

Hb+3+3

WarnaKuningKuning

KejernihanJernihAgak keruh

PH+6,5+6,5

Sel Epitel++

Leukosit0-12-4

Eritrosit20-3010-20

KristalCa Oxalate +2Ca Oxalate +2

Bakteri+-

KDL23/327/3

SGOT3842

SGPT4437

Ur36,521

Cr0,70,7

Na129134

K4,24,2

Cl99100

IgG Anti Dengue-

IgM Anti Dengue-

Tubex TestE skala 2

2/4/2015 Kultur Urin : Jumlah kuman >2.500.000/ml/24jam Jenis kuman : Streptococcus pyogenes Hasil pewarnaan gram : Coccus gram positif Uji kepekaan antibiotic : resisten

6/4/2015 Kultur darah : tidak ada pertumbuhan bakteri

Diagnosis Kerja: LLA L1Diagnosis Lain: Demam neutropenia dan selulitis

PenatalaksanaanD51/2 ns 21 tpmPct tab 3x500mgSucralfat syr 3xcth2Inj meropenem 3x450 mgEntrahid 3x250 mlLeucogen 0,5cc/hari (7 hari)Gentamisin zalf s/s kloramfenikol zalfInj ranitidine 2x40 mgRawat luka : kompres NaclBetadine Kumur 2x1

Prognosis : Dubia

Follow Up6/4S : Sakit dan bengkak di lengan kiri (+) sakit kaki kiri (-) , nyeri perut 50.000 x 109/L Lebih dari 1000 sel blast/m3 pada pemeriksaan darah tepi setelah 1 minggu mulai terapi pada LLA kelompok risiko biasa (RB) Massa mediastinum > 2/3 dari diameter rongga thorak Terdapat > 15/3 ( 5 m) sel leukemia di cairan liquor serebrospinal (Cerebrospinal-meningeal leukemia) T-cell leukemia Mixed leukemia (bilineage leukemia)Pasien dengan B-sel leukemia/limfoma (FAB morfologi L-3) harus diterapi dengan protokol khusus.

Obat obat sitostatika1. PrednisonMekanisme kerja : sebagai glukokortikoid, dan bersifat menekan sistem imun dan anti radang. Digunakan pada Risiko Biasa (RB) dan Risiko Tinggi (RT). Pada RB, window period diberikan dosis 60 mg/m2 per oral dibagi dalam 3 dosis selama 1 minggu. Selanjutnya diberikan 40 mg/m2 selama 5 minggu (total 6 minggu). Setelah 5 minggu dosis harus diturunkan setiap 3 hari menjadi separuh dosis sebelumnya, dan berhenti pada hari ke 42. Pada RT dosis ditingkatkan secara bertahap. 2. Vincristine Efek : inhibisi mitosis. Efek samping utama : lekopenia, trombositopenia (jarang terjadi) konstipasi, kram perut, ileus paralitik, gangguan sensoris, parese nervus kranialis, stomatitis, alopesia, sindoma SIADH , arefleksi, kelemahan otot, neuralgia. 3. Deksametason Bekerja dengan cara mengikat reseptor sel intrasitoplasma , selanjutnya memblok secara ireversibel fase G1 dan interfase pada sel limfoid. Untuk mematikan reseptor sel dibutuhkan beberapa hari.Deksametason dapat menembus sawar darah otak (blood brain barrier) dan efektif pada sistem saraf pusat. Efek samping : sebagian besar menunjukkan efek glukokortikoid, sedikit mineralokortikoid. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Menambah gluconeogenesis (hiperglikemia) dan katabolisme protein.Inhibisi pada aksis hypothalamus-pituitary-adrenal. Imunosupresi. adipositas, osteoporosis, sindroma cushing, hipertensi, hiperglikemia, pseudotumor serebri, miopati. 4. L-Asparaginase Efek :split L-Asparagin pada L-Asparaginase dan ammonia. Efek samping : reaksi alergi, demam, menggigil, mual, muntah, koagulopati, gangguan fungsi liver, hipobetalipoproteinemia, non-ketosis hiperglikemia. Peringatan : Pengobatan sebaiknya tidak diinterupsi ( karena risiko sensibilitas). Jika ternyata tidak dapat dihindari, maka dosisnya dimulai dari dosis rendah. Bila diberikan sesaat sebelum atau bersamaan dengan VCR akan menyebabkan toksisitas meningkat. 5. Methotrexate Efek : antifolat antimetabolit (antagonis asam folat ).Efek samping : anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, diare, mukositis, dermatitis, anemia, leukopenia, trombositopenia, gangguan fungsi hati. 6. 6-Mercaptopurine Efek : purin antimetabolit. Efek samping :gangguan fungsi hati, leukopenia, trombositopenia, anoreksia, mual, muntah, stomatitis, imunosupresi. 7. Citarabine Efek : antimetabolit, antagonis piridin, inhibitor kompetitif polimerase DNA, efek sitotoksik pada fase G1 siklus sel. Efek samping : leukopenia, mual, muntah, trombositopenia, demam, stomatitis, diare, gangguan fungsi hati, imunoseupresi. 8. Doxorubicin, Daunorubicin Efek : inhibisi mitosis Efek samping : mielosupresi, mual, muntah, diare, stomatitis, alopesia, gagal jantung (decompensatio cordis), kardiomiopati. 9. Cyclophosphamide Mekanisme kerja : didalam tubuh mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidrosisiklofosfamid dan aldosfamid dan menghambat perkembangan progesif sel-sel ganasEfek samping : mielosupresi, perdarahan sistitis (dicegah dengan pemberian Mesna), kardiomiopati, SIADH , stomatitis, mual, muntah dan alopesia.

Transplantasi Sumsum Tulang Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker

Kriteria evaluasi terapi a. Semua kasus LLA harus di registrasi dengan baik, evaluasi faktor risiko dan kemudian bandingkan hasil terapi yang kita peroleh dengan hasil terapi yang ada diliteratur. b. Hasil terapi induksi dievaluasi setelah terapi 6 minggu dengan melakukan aspirasi sumsum tulang. c. Remisi komplit (complete remission) : Hasil pemeriksaan aspirasi sumsum tulang didapatkan leukemic blast kurang dari 5% dari 200 sel berinti Tidak didapatkan sel leukemi pada pemeriksaan darah tepi Tidak didapatkan sel leukemi pada pemeriksaan cairan cerebrospinal Tidak didapatkan infiltrasi sel leukemi pada bagian organ tubuh yang lain.d. Remisi tidak komplit (incomplete remission) : Didapatkan 5-20% sel blast pada sumsum tulang. Dilakukan ulangan pemeriksaan sumsum tulang 7-14 hari kemudian.

e. Kambuh/relap (Relapse) : Lebih dari 20% blast diantara 200 sel inti pada sumsum tulang Dan/ atau didapatkan leukemic blast pada darah tepi Dan/atau cerebromeningeal leukemia ; adanya limfoblast pada apusan dari sample cairan serebrospinal yang diambil dengan interval 24 jam Dan/ atau adanya leukemic infiltrate ditempat lain

H. PrognosisFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap buruknya prognosis leukemia limfoblastik akut, sebagai berikut : Jumlah leukosit awal lebih dari 50.000/mm3 Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun Fenotipe imunologis (immunophenotype) Jenis kelamin laki-laki Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi inisial, dilihat melalui BMP, sel blast di sumsung tulang >1000 mm3 Kelainan jumlah kromosom, pasien dengan indeks DNA >1,16 (hiperdiploid) mempunyai prognosis yang lebih baik

Demam NeutropeniaNeutropenia merupakan keadaan yang sering terjadi pada pasien keganasan, yang dapat diakibatkan oleh infiltrasi sel keganasan pada sumsum tulang atau dampak mielosupresif kemoterapi. Kondisi neutropenia tersebut seringkali disertai demam yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi maupun proses noninfeksi, misalnya defisiensi imun akibat perjalanan penyakit keganasan, efek samping kemoterapi ataupun reaksi transfusi. Pemberian antibiotik yang tepat sangat diperlukan pada pasien keganasan dan neutropenia yang mengalami demam akibat infeksi terutama pasien yang mengalami bakteremia. Kasus keganasan terbanyak yang dirawat inap di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM dalam 1 tahun kurun waktu penelitian adalah LLA. Hal ini sesuai dengan laporan epidemiologi bahwa jenis keganasan terbanyak pada anak adalah leukemia akut, terutama LLA. Neutropenia pada pasien leukemia akut dapat terjadi akibat infiltrasi sel keganasan secara primer pada sumsum tulang (misalnya pada pasien yang belum mengalami remisi dan pasien yang mengalami relaps) maupun akibat dampak mielosupresif kemoterapi (misalnya pasien yang telah mengalami remisi atau belum mengalami remisi namun sudah berada pada minggu-minggu terakhir fase induksi kemoterapi. Hampir seluruh episode neutropenia disertai demam. Neutrofil yang berfungsi sebagai sel fagosit sangat berperan penting dalam sistem imunologis. Keadaan neutropenia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga pasien menjadi mudah terinfeksi. Mahmud S dkk dalam penelitiannya pada 50 pasien anak usia di bawah 12 tahun dengan berbagai penyakit keganasan menemukan 62 episode demam neutropenia; LLA merupakan kasus terbanyak (44%). Dari 62 episode demam neutropenia tersebut ditemukan 29 pasien biakan positif yaitu 16 dari biakan darah (9 organisme Gram-positif dan 7 Gram negatif ) dan 13 dari cairan tubuh lain. Uji sensitivitas menunjukkan 86,6% sensitif terhadap cefotaxim, 90,9% sensitif terhadap amikacin, 93,3% sensitive terhadap ceftazidim, ofloxacin, dan ciprofloxacin, serta 100% sensitif terhadap vancomycin. Burney dkk merekomendasikan kombinasi sefalosporin generasi 3 dengan aminoglikosid pada kasus demam neutropenia; kombinasi tersebut memiliki potensi sinergis terhadaporganisme Gram-negatif sebagai penyebab utama septikemia dan syok septik, dengan kemungkinan resistensi yang minimal. Sebagian besar antibiotik yang digunakan pada pasien dengan penyakit keganasan adalah cefotaxim, yang termasuk golongan sefalosporin berspektrum luas; beberapa pasien mendapat tambahan antibiotik lain (misalnya aminoglikosida) atau penggantian antibiotic (misalnya karbapenem), umumnya akibat respons yang kurang adekuat terhadap sefalosposrin. Institut Jules Bordet, Belgia, melaporkan bahwa monoterapi dengan sefalosprin spektrum luas dan karbapenem berhasil memperpendek masa infeksi pada pasien dengan demam neutropenia. Untuk pasien infeksi berat dengan neutropenia yang berat (ANC < 100/L), neutropenia yang lama (ANC < 500/L lebih dari 10 hari), atau dengan ancaman syok septik, Hung dkk membuktikan bahwa meropenem sebagai monoterapi lebih efektif dibanding kombinasi ceftazidim dan amikacin. (Sudewi et al, 2007) SelulitisSelulitis adalah infeksi streptokokus grup A, streptokokus piogenes atau stapilokokus aureus dari kulit dan jaringan subkutan yang biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti dari port d entry. Gejalanya berupa kulit yang bengkak, kemerahan, hangat dan nyeri tekan. Gejala lainnya berupa demam, menggigil dan nyeri otot.

BAB IVPEMBAHASAN

AnamnesisTeoriKasus

- Leukemia limfoblastik akut merupakan jenis leukemia yang paling sering didapatkan pada anak usia 1-5 tahun. Usia pasien saat didiagnosis leukemia menentukan prognosisnya. Jika umur pasien kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun, maka prognosisnya lebih buruk.-Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan-Faktor Genetik riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia. -Lebih dari sepertiga pasien muncul dengan gejala pincang, nyeri tulang, atralgia atau menolak untuk berjalan akibat infiltrasi leukemia di periosteum, tulang, sendi atau ekspansi marrow cavity oleh sel leukemia- Sering demam dan mengalami infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena berkurangnya jumlah sel darah putih yang baik yang bertugas sebagai untuk melawan organisme-organisme penyebab penyakit. - Anoreksia merupakan gejala LLA- Kegagalan sumsum tulang yang progresif menyebabkan anemia dan menimbulkan gejala lemas dan pucat. Anak perempuan usia 12 tahun, didiagnosa LLA dan menjalani kemoterapi sejak usia 10 tahun Ibu tidak pernah mengalami penyakit selama kehamilan Terdapat riwayat keluarga yang mengalami penyakit serupa Gejala : Datang dengan keluhan nyeri pada kaki kiri dan tangan kiri Demam tinggi terus menerus Penurunan nafsu makan Pucat dan lemas

Pemeriksaan FisikTeoriKasus

Dikatakan demam bila suhu > 37,5 Pada LLA biasanya ditemukan Organomegali (splenomegali dan hepatomegali) Pada selulitis dapat ditemukan kulit yang bengkak, kemerahan hangat dan nyeri tekan. Pada pasien ini terjadi neutropenia. Neutrofil yang berfungsi sebagai sel fagosit sangat berperan penting dalam sistem imunologis. Keadaan neutropenia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga pasien menjadi mudah terinfeksi.

T 38,2 N 98x/mnt, RR 24x/mntAne (-/-), ikt (-/-), sia (-), Rho (-/-), Whz (-/-), BU(+) N, Nyeri tekan (-) hepatomegali (-), splenomegali (-), akral hangat (+), Terdapat peradangan pada regio brachii dextra 1/3 distal. Tampak oedem, teraba hangat dan didapatkan nyeri tekan.

Pemeriksaan PenunjangTeoriKasus

-Penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Selain itu juga didapatkan penurunan eritrosit dan trombosit. Sel limfoblast menempati sumsum tulang dan menggantikan element normal sumsum tulang, sehingga menyebabkan berkurangnya produksi sel darah yang normal. Anemia, leukopenia dan trombositopenia juga bisa terjadi akibat efek samping obat-obat kemoterapi.-Neutropenia pada pasien leukemia akut dapat terjadi akibat infiltrasi sel keganasan secara primer pada sumsum tulang (misalnya pada pasien yang belum mengalami remisi dan pasien yang mengalami relaps) maupun akibat dampak mielosupresif kemoterapi (misalnya pasien yang telah mengalami remisi atau belum mengalami remisi namun sudah berada pada minggu-minggu terakhir fase induksi kemoterapi.

Leukosit 0,710Hb 7,0HCT 26,9PLT 9.000

PenatalaksanaanTeori Kasus

Terapi cairan menggunakan D51/2 NS untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan pemeliharaan cairan. Sebagian besar antibiotik yang digunakan pada pasien dengan penyakit keganasan adalah cefotaxim, yang termasuk golongan sefalosporin berspektrum luas; beberapa pasien mendapat tambahan antibiotik lain (misalnya aminoglikosida) atau penggantian antibiotic (misalnya karbapenem), umumnya akibat respons yang kurang adekuat terhadap sefalosposrin. Paracetamol diberikan sebagai antipiretik dan anti nyeri. Pemberian ranitidine inj. untuk menghambat sekresi asam lambung dan sucralfat untuk melindungi mukosa lambung. Pengobatan selulitis menggunakan kompres Nacl dan diberikan salep antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kuman. Betadine kumur diberikan untuk menjaga kebersihan mulut dan membebaskan dari fokus infeksi.

D51/2 ns 21 tpm Inj meropenem 3x450 mg Paracetamol tab 3x500mg Sucralfat syr 3xcth2 Inj ranitidine 2x40 mg Entrahid 3x250 ml Gentamisin zalf s/s kloramfenikol zalf Rawat luka : kompres Nacl Betadine Kumur

BAB VPENUTUP

KesimpulanPasien an. AR, perempuan, berusia 12 tahun, datang dengan keluhan utama adanya nyeri pada kaki kiri dan tangan kiri. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis pada pasien ini adalah Leukimia limpositik akut. Tatalaksana yang diperoleh pasien ini adalah terapi umum, terapi simptomatis dan terapi kausal. Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Permono B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar Hematologi-onkologi anak. Jakarta: IDAI, 2010. H. 197-2062. Basso G, Buldini B, de Zen L, Orfao A. Acute Leukemias. Haematologica.2001;86:67592. 3. Seiter K. Acute Lymphoblastic Leukemia. Emedicine. 2005. 4. Wirawan wijaya. Pravelensi leukemia dijawa barat , 20025. Mansyur T. Pencegahan secara dini terkena Leukimia 2001.6. Lukens JN, Rodgers GM, Paraskevaz F, Glader B, editors. Wintrobes Clinical Hematology. 11th edition. Philadelphia, New York, London, Hongkong, Sydney, Tokyo, Lippincott Williams & Wilkins, 20047. Nguyen D, Diamond LW, Braylan RC. Flow cytometry in Hematopathology: A visual data approach to data analysis and interpretation. New Jersey, Humana Press, 2003.8. Seiter, K. 2014. Acute Lymphoblastic Leukimia. Diunduh 25/1/2015 dari http://emedicine.medscape.com/article/207631-overview#aw2aab6b2b3.9. Sudewi, Ni Putu, et al. Kejadian Demam Neutropenia pada Keganasan: Sari Pediatri, Vol.8, No.3, Januari 2007:68-72

29