gerbatama: ini ui! edisi 75, "tiras peristiwa 2014"

20
gerbatama 75 // 75 edisi DESember 2014 Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter @sumaUI // Gratis ini UI ! Tiras Peristiwa 2014

Upload: suara-mahasiswa-universitas-indonesia

Post on 07-Apr-2016

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Soal waktu, tak ada yang tahu nasibnya dan ke mana kita dibawanya. Selama setahun, Sivitas UI sudah melewati banyak hal, tepilihnya rektor baru dan dinamika organisasi mahasiswa adalah segilintirnya saja. Yang sudah lewat, biasanya gampang dilupakan, kecuali diingatkan. Di penghujung tahun 2014, sebagaimana edisi-edisi tahun sebelumnya, Gerbatama menampilkan kembali apa-apa saja yang sudah dilewati Sivitas UI selama tahun 2014. Bukan hanya untuk mengenang, tetapi memahami kembali, sedang dibawa ke mana kita oleh waktu. Langkah-langkah selanjutnya paling tidak dapat dimaknai bahwa kita sedang berada di dalam proses sejarah. Peristiwa-peristiwa penting sudah, sedang, dan akan terjadi. Tanpa kesigapan mengambil kesempatan di dalamnya, semua terlewat, dan tak ada bedanya kita dengan arsip-arsip majalah lama.

TRANSCRIPT

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

75edisi

DESember2014

Unduh Gerbatama Digital di www.suaramahasiswa.com // Twitter @sumaUI // Gratis

ini UI !

TirasPeristiwa2014

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 q

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 q

Soal waktu, tak ada yang tahu nasibnya dan ke mana kita dibawanya. Selama setahun, Sivitas UI sudah melewati banyak hal, tepilihnya rektor baru dan dinamika organisasi mahasiswa adalah segilintirnya saja. Yang sudah lewat, biasanya gampang

dilupakan, kecuali diingatkan.

Di penghujung tahun 2014, sebagaimana edisi-edisi tahun sebelumnya, Gerbatama menampilkan kembali apa-apa saja yang sudah dilewati Sivitas UI selama tahun 2014. Bukan hanya untuk mengenang, tetapi memahami kembali, sedang dibawa ke mana

kita oleh waktu.

Langkah-langkah selanjutnya paling tidak dapat dimaknai bahwa kita sedang berada di dalam proses sejarah. Peristiwa-peristiwa penting sudah, sedang, dan akan terjadi. Tanpa kesigapan mengambil kesempatan di dalamnya, semua terlewat, dan tak ada bedanya kita dengan arsip-arsip majalah lama.

e d i s iD E S E M B E R 2 0 1 4

e d i t o r i a l

KONTEN

Langkah Terjal Peraturan Kegiatan Organisasi di UI

JPO Untuk Warga Apartemen4

6

Rektor Definitif Terpilih!

Rektor Definitif Terpilih!

Advertorial : Peran Asuransi dalam Merencanakan Masa Depan

10

14

19

8 Biaya Kuliah Akan Naik?

12

18

Riset : Ketua BEM dari Tahun ke Tahun

Catatan Akhir

“Kita--anjing diburu--hanya melihat seba-gian dari sandiwara sekarang

Tidak tahu Romeo dan Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang”

--Chairil Anwar

SUara NYATA

‘‘Pemimpin Redaksi Syamsul Bahri Fikri Redaktur Artistik Dian Pratiwi Redaktur Riset Muhammad Egi Reporter Dimas A., Melati S. Paramita, Roni Resky Pauji, Anggino T., Retno Andhini, Vita Fotografer Hana Maulida, Diah Desita, Muhammad Fachrizal Helmi Peneliti dan Pengembang Savran Billahi, Putri Diani, Fauzan Widyarman Desain Tata Letak Dian Pratiwi, Megawati Asselia Putri,

Wulan Suci Handayani Sirkulasi Bayu Soleman

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 04

JPO UNTUK WARGA APARTEMEN

Menyeberang Jalan Margonda mesti bertaruh nyawa, ter-tuama bagi warga UI dan

sekitarnya. Pasalnya, Jembatan Pe-nyeberangan Orang (JPO) yang ter-letak di dekat kampus jumlahnya minim, hanya terdapat di depan De-pok Town Square (Detos). Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mem-buat JPO di wilayah lain. Rencana pembangunan itu sebetulnya sudah ada sejak tahun 2010. Suara Mahasiswa UI melapor-kan, pembangunan terkendala dana dan lahan yang sulit didapat. Wahyu-din Joko, Kasubid Pengembangan Perkotaan Depok, pada tahun 2011 menuturkan, pemerintah pun kesuli-tan menentukan lokasi titik pemban-gunan JPO. Tidak hanya itu, prosedur yang bertahap-tahap menyebabkan JPO lama dibangun. Wahyudin ketika itu menuturkan, rancangan pemban-gunan JPO mesti diusulkan dulu ke dalam sistem anggaran. Kemudian diadakan studi kelayakan dan pembe-basan lahan. Baru, terakhir, JPO mulai dibangun. Selama JPO belum diban-gun, warga yang ingin menyeberang diberikan fasilitas penghambat ke-cepatan (speed bump) oleh pemer-intah. Penghambat kecepatan itu ditaruh di dekat Gang Kober dan Sta-siun Pondok Cina. Namun kondisinya dalam beberapa saat sudah raib, ka-rena terlalu banyak kendaraan yang melewatinya. “Berasa bedanya sama ta-hun lalu, sekarang speedbump-nya hampir rata sama jalanan, nyeberang jadi taruhan nyawa karena pengen-dara yang enggak tahu diri,” ujar Ber-na, Mahasiswi FISIP UI yang tinggal di daerah Kober Tidak hanya itu, lampu lalu lintas untuk menyeberang jalan kerab

tidak dipatuhi oleh pengendara dan penyeberang. Bahkan, kendati di-patuhi pun lampu menyeberang ini kerap kali menjadi biang macet. Maka dari itu, JPO adalah kebutuhan pent-ing. Alokasi anggaran untuk pembangunan JPO sudah ada sejak tahun 2012. Namun baru setahun kemudian alokasi anggaran ini dapat diwujudkan ke dalam bentuk rangka jembatan. Suara Mahasiswa UI men-catat pada Mei 2013, tiang pertama di JPO mulai dipasang. JPO akan dibangun di depan apartemen Mar-gonda Residence (Mares), bukan di dekat Gang Kober atau Stasiun Pon-dok Cina, yang sama-sama ramai oleh pejalan kaki. Marbudiantono, Kepala Seksi Jaringan Transportasi Dinas Per-hubungan Depok, pada menuturkan, letak pembangunan JPO mengikuti ketersediaan lahan yang ada. Kendati begitu, titik pembangunan JPO su-dah diteliti lebih dulu sebagai tempat teramai penyeberang jalan. Empat titik itu antara lain, Balai Kota Depok, Terminal Depok, Apartemen Margonda Residen, dan Jalan Akses Universitas Indonesia. “Itu telah disurvey oleh Dinas Per-hubungan sebagai titik teramai pe-nyeberangan di Margonda,” ungkap Marbudiantono ketika ditemui di ru-ang kerjanya pada November 2013. Namun, ternyata titik pem-bangunan JPO dipilih bukan seka-dar karena hasil survei. Deny Irawan selaku Supervisor Tenant Relation Apartemen Mares menuturkan, pihak Mares memang mengirim surat kepa-da Pemerintah Kota (Pemkot) Depok agar di depan apartemen dibangun JPO. Menurut Ari Manggala, Kepala Seksi Manajemen dan Re-kayasa Bidang Lalu Lintas Dinas

Perhubungan (Dishub) Kota Depok, alasan dibangunnya JPO di depan Mares karena pihak pengelola Mares bersedia bekerjasama dengan meng-hibahkan lahan untuk dibangun JPO. Namun demikian, pihak Mares tidak dilibatkan pada konstruksi JPO. Sejatinya, rangka jembatan sudah mulai dibangun pada tahun 2013. Namun, hingga penghujung 2014, pembangunan JPO ini terkesan dilakukan setengah-setengah dan tak kunjung selesai. “Pembangunan kon-struksi terkendala kontraktor yang tidak profesional pekerjaannya,” un-gkap Ari ketika diwawancara Suara Mahasiswa UI pada April 2014. Berdasarkan pantauan Suara Mahasiswa UI, memasuki bu-lan Desember 2014, kondisi JPO di depan Mares masih dalam tahap akhir pengerjaan. JPO tersebut juga belum berfungsi. Hanya terdapat segelintir pekerja yang terlihat mengerjakan konstruksi bangunan JPO tersebut. Tidak hanya di Mares, JPO di Jalan Margonda di sekitaran UI akan dibangun lagi. Menurut Ari, pembangunan JPO selanjutnya akan dibangun didekat Kampus D, Univer-sitas Gunadarma, yang akan men-ghubungkan Kampus Gunadarma dengan Jalan Kapuk di seberangnya. JPO kedua akan dibangun di dekat Apartemen Taman Melati. Kendati jaraknya cukup jauh, warga Gang Kober yang ingin menyeberang diharapkan dapat menggunakan JPO yang berada di dekat apartemen tersebut. “Karena untuk di Gang Sawo sendiri memang tidak memungkinkan untuk dibangun JPO,” tutup Ari ***

OLEH : DIMAS ANDI SADEWO

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 05

Tiang awal pembangunan JPO

JPO di depan Mares belum juga selesai dibangun JPO di depan Mares belum bisa dipakai

Arsip Suara Mahasiswa UI, Juli 2013

Diah Desita, Mei 2014 Muhammad Fachrizal Helmi, Desember 2014

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 06

Pertengahan 2014, tepatnya pada 21 Agustus 2014, men-jadi awal berlakunya SK Organ-

isasi Tata Laksana (Ortala) UI edisi yang telah direvisi. SK ini mengatur segala kegiatan organisasi di kam-pus, mulai dari proses inisiasi sampai regenerasi. Revisi SK Ortala UI menjadi agenda wajib bagi universitas karena sejak pertama kali beredar pada ta-hun 2008, sudah banyak perubahan yang terjadi di lingkungan UI. Ketika SK Ortala UI masih berbentuk draf revisi, gelombang protes muncul dari kalangan mahasiswa. Pasal 13 menjadi bahan perdebatan panjang karena berisi tentang pembatasan kegiatan ma-hasiswa baru (Kamaba). Salah satu ayat dalam pasal tersebut memuat larangan Kamaba lebih dari sebulan setelah perkuliahan. Nada kurang setuju terha-dap aturan pembatasan Kamaba di-tunjukan oleh Ausof Ali, mahasiswa Ilmu Sejarah UI. Ketidaksetujuan-nya disebabkan Kamaba merupakan salah satu ajang kaderisasi maha-siswa dalam sebuah organisasi. Ia juga menuturkan bahwa penanaman nilai positif pada Kamaba tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Aturan yang memuat pembatasan Kamaba akhirnya men-dapat kelonggaran. Kamaba secara keseluruhan diperbolehkan, bah-kan kegiatan ini dapat melebihi dari batas waktu yang tertera pada SK Ortala UI. Dalam hal ini, Kamaba da-pat berlangsung selama mendapat-kan izin dan tidak ada tanda-tanda kekerasan. Arman Nefi, Direktur Ke-mahasiswaan UI, menuturkan salah satu tujuan SK Ortala UI yang baru adalah untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan berlangsung. Dirinya tidak meng-

inginkan kelalaian pendidik mem-buat kegiatan mahasiswa rentan akan tindak kekerasan. “Pada dasarn-ya UI tidak melarang setiap kegia-tan,”ujarArmanNefi. Pihak fakultas di UI pun tidak mempermasalahkan keber-langsungan kegiatan mahasiswa asalkan ada izin dari pihak dekanat. Meski begitu, fakultas tetap mempu-nyai hak untuk mengatur dan men-gawasi setiap kegiatan mahasiswa, termasuk Kamaba. Reynaldo De Archelli, Wak-il Manajer Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, mengaku tidak akan membatasi Kamaba. Namun, menurutnya kegiatan seperti itu

harus berorientasi pada pengem-bangan softskill sekaligus sisi akad-emis pesertanya. Lokasi berlangsungnya Kamaba juga sempat menjadi perbincangan hangat. SK Ortala UI sebelumnya melarang Kamaba dilak-sanakan di luar wilayah kampus UI. Namun, hal itu tidak akan dilarang apabila ada dosen pendamping ke-tika berlangsungnya kegiatan. Peran pendamping selain bertindak sebagai pengawas dalam suatu kegiatan, juga sebagai pihak yang berhak melapor jika sewaktu-

waktu terjadi hal-hal negatif ketika pelaksanaan kegiatan mahasiswa. Muhammad Rifki Trias, Ketua DPM UI, memiliki pandangan tersendiri seputar pentingnya peran pendamping. Menurutnya, peran pendamping penting untuk evaluasi kegiatan di masa mendatang. Selain itu, Rifki berpen-dapat bahwa semua kegiatan, tak terkecuali Kamaba, harus memiliki timbal balik yang bisa didapatkan saat mengikuti kegiatan tersebut. “Misal, tanyakan apa yang bisa di-dapatkan dari mengikuti Kamaba,” terangnya. Rifki yang mewakili pihak DPM UI, mengaku mendukung ber-lakunya SK Ortala UI, termasuk pera-turan tentang Kamaba selama tidak ada pihak yang mengintervensi dan pembatasan terhadap kegiatan ma-hasiswa. Seiring dengan berjalan-nya waktu, pihak universitas belum menemukan adanya protes dari kalangan mahasiswa. Hal ini disam-paikanolehArmanNefi.Iamengkon-firmasi ada beberapa jurusan di UIyang sempat memiliki kendala akibat penerapan SK Ortala UI. Namun, hal ini masih dalam skala kecil. Hal senada juga diuta-rakan oleh Arsel, panggilan dari Reynaldo De Archelli. Ia menyebut bahwa pada level fakultas belum ada hal yang benar-benar menjadi kendala saat SK Ortala UI yang baru diterapkan. Selainitu,baikArmanNefimaupun Arsel sama-sama belum da-pat memberikan evaluasi terhadap penerapan SK Ortala UI. Hal ini men-urut mereka masih dapat dimaklum-kan karena butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengevaluasi SK Or-tala UI. ***

Langkah Terjal Peraturan Kegiatan Organisasi di UI

OLEH : DIMAS ANDI SADEWO

...salah satu tujuan SK Ortala UI yang baru

adalah untuk meminimalisir

hal-hal yang tidak diinginkan saat

kegiatan berlangsung.

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 07g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

L A P O R A N U TA M A 07

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 08

Senin pagi di awal Oktober tam-paknya menjadi hari mengejut-kan di UI. Beredar surat dengan

kop resmi disertai tanda-tangan Pejabat Rektor Universitas Indonesia, Muhammad Anis, tentang kenaikan biaya kuliah. Surat itu ternyata palsu. Tidak jelas siapa pembuat dan pengedar pertamanya. Yang pasti, ada motif di balik penyebaran surat ini. Mohammad Amar Khaerul, Majelis Wali Amanat UI Unsur Maha-siswa (MWA UI UM) 2014, mengata-kan, sebelum surat itu beredar luas, ia mendapatkannya dari Muslim Amidu-din, Kepala Departemen Aksi dan Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa (Kastrat BEM) FMIPA UI 2014. Kemudian, ia menyebarkan surat itu ke grup media sosial Kastrat dan bagian Advokasi dan Kesejahter-aan Mahasiswa (Adkesma) BEM se-UI untuk diklarifikasi. Sampai di situ, iamengaku surat sudah menyebar ke publik lewat media sosial. “Ada orang di luar grup tersebut yang menye-barkan,” maksud Amar menerangkan bagaimana surat itu bisa menyebar. Suara Mahasiswa UI men-cari tahu asal-usul surat itu pada Muslim. Muslim mengaku, surat itu ia dapatkan dari salah seorang stafnya.

“Dan staf gue dapet dari temennya, dan temennya lagi dapet dari temen-nya, jadi emang udah berantai,” tukas Muslim, yang mengaku sedang rapat di kantor Sekertariat Negara pada Rabu sore, 8 Oktober 2014, melalui pesan singkat. Sementara itu Muham-mad Delly, Sekertaris Jendral Badan Kelengkapan (BK) MWA UM UI 2014, mengakui hal yang sama seperti Amar: surat itu diberikan Muslim ke-pada MWA UM UI, lalu MWA UM UI menyebarkan ke grup media sosial Kastrat dan Adkesma BEM se-UI un-tukdiklarifikasi,kemudiansuratpalsuitu menyebar ke publik tanpa diketa-hui penyebarnya. “MWA pertama kali dikonfirmasimengenaisuratitusamaMuslim,” demikian katanya, “tapi ke-mudian Muslim membatasi kami un-tuk menelusuri surat tersebut.” Amar beranggapan kalau penyebar surat palsu berusaha meny-ampaikan isu kenaikan biaya kuliah ini kepada mahasiswa. Amar meminta publik agar tidak hanya fokus pada siapa si pemalsu tersebut, melainkan pada pesan yang coba disampaikan-nya. “Jangan sampai publik sesat pikir, maksudnya, jangan sampai ka-rena surat tersebut palsu, isu kanai-

kan biaya kuliah kita lupakan. Tetap ada kemungkinan biaya kuliah akan naik,” ujarnya. Maka dari itu, Amar menuturkan, penyebar surat palsu memberi pencerahan bagi mahasiswa UI. “Mungkin salah (caranya), tapi mencerahkan,” tuturnya. Mengenai peraturan bi-aya kuliah Perguruaan Tinggi Negeri (PTN), tertera dalam pasal 88 UU tentang Pendidikan Tinggi tahun 2012 bahwa biaya kuliah mengguna-kan standar. Standar tersebut diatur lewat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No-mor 55 tahun 2013. Dari peraturan tersebut, dikenal istilah Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan Uang Kuliah Tung-gal (UKT) sebagai dasar penentuan biaya kuliah bagi PTN. BKT merupakan keseluru-han hasil dari perhitungan biaya ope-rasional mahasiswa per semester. Se-dangkan UKT adalah biaya yang harus dibayarkan mahasiswa dengan pem-biayaan dari pemerintah. Pada pasal 1 ayat 4 Permendikbud, tertulis bahwa UKT adalah BKT dikurangi biaya yang ditanggung pemerintah. Besaran BKT juga diatur lewat Permendikbud tersebut. ***

BIAYA KULIAH AKAN NAIK?

L A P O R A N U TA M A

OLEH : MELATI SUMA PARAMITA

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 09O P I N I S K E T S A

WULAN / SUMA UI

09g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

O P I N I S K E T S A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 10

REKTOR DEFINITIF TERPILIH

Sejak 18 November 2014, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis resmi ter-pilih sebagai rektor UI periode

2014-2019. Peresmian dilakukan mel-alui Rapat Khusus Pemungutan Suara oleh Majelis Wali Amanat (MWA UI) serta perwakilan dari Kementerian Ri-set, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Bedasarkan hasil perhitun-gan suara yang dibacakan Erry Riyana Hardjapamekas, S.E selaku Ketua MWA UI, suara terbanyak di raih oleh Prof. Anis dengan jumlah dua belas suara. Sedangkan Prof. Nasikin mem-peroleh tujuh suara, dan Prof. Rinaldy memperoleh empat suara. Menelusuri kembali je-jaknya, pilrek UI diawali saat MWA UI membentuk pansus (panitia khusus), beberapa bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Gumilar R. Soemantri, 14 Agustus 2012. Kemudian, proses pilrek sempat beberapa kali mengala-mi penundaan seiring keluarnya putu-san sela Pengadilan Tata Usaha Ne-gara (PTUN) atas gugatan Paguyuban Pekerja UI, yang memberhentikan semua pokok gugatan yang terkait. Dasar hukum pelaksanaan pilrek ter-masuk ke dalam pokok gugatan. “Meskipun persiapan pil-rek kala itu sudah matang, kita harus tetap patuh dengan putusan pen-gadilan,” ujar Kurnia Toha selaku ang-gota MWA unsur dosen.

Tak sampai di situ, proses pilrek kembali tertunda hingga enam bulan karena pansus harus meny-iapkan statuta baru mengenai pasal peralihan pilrek UI. Sehingga, atas permintaan MWA UI, kekosongan kepemimpinan diserahkan kepada Djoko Santoso sebagai Pejabat Se-mentara (Pjs) Rektor UI, 14 Agustus 2012, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan MWA No 003/SK/MWA-UI/2013 dan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga UI pasal 40, Prof. Anis yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Aka-demik dan Kemahasiswaan dan Plh Rektor, ditetapkan sebagai Pejabat Rektor (PJ) UI yang bertugas sampai terpilihnyarektordefinitif. Baru setelah pengesahan UU No.12 Tahun 2012 tentang Pen-didikan Tinggi (UU DIKTI) dan PP No.68 Tahun 2013 tentang Statuta UI Oktober 2013 silam, UI diamanahkan untuk segera mungkin melaksanakan Pilrek.Keterlibatan Mahasiswa dalam Pilrek Untuk pertama kalinya pada pilrek kali ini, mahasiswa akan dilibatkan dalam penjaringan dan penyeleksian. Perwakilan mahasiswa, yakni MWA UI Unsur Mahasiswa, akan masuk dalam Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR) yangbertugasuntukmengidentifika-si dan merekomendasikan sejumlah nama calon Rektor yang kemudian disodorkan ke MWA UI untuk dipilih. Penjaringan calon dilaku-kan secara terbuka. Setelah 25 nama terjaring, disaring kembali menjadi tujuh untuk kemudian diserahkan ke MWA. P3CR kemudian melakukan penyaringan sehingga mengerucut menjadi tiga nama yang akan dipilih oleh anggota MWA UI. Mohammad Amar Khaerul, selaku Ketua MWA UI Unsur Maha-siswa mengatakan bahwa satu peran terbesar mahasiswa dalam pilrek ada-lah berpartisipasi menilai proses pen-yaringan dari 25 ke tujuh calon. Juga ikut berpartisipasi dalam gerakan Halo Pilrek, yang telah menyajikan

kajian serta bimbingan isu. Sehari sebelum pemilihan oleh MWA , 17 November2014, Amar menyatakan kepada Suara Mahasiswa UI bahwa ia memilih Prof. Anis sete-lah melalui musyawarah di Forum Mahasiswa, yang dihadiri ketua-ketua organisasi mahasiswa di UI. Pemilihan Prof. Anis didasari oleh beberapa per-timbangan, seperti rekam jejak dan komitmen dengan rekomendasi ke-bijakan yang dibuat mahasiswa, yang meliputi penolakan kenaikan biaya kuliah serta perbaikan tata kelola UI jangka panjang. “Dia memiliki pengala-man sebagai eksekutif. Dalam rapat Paripurna MWA, dia bilang akan merombak seluruh jajaran PAU (Pusat Administrasi Universitas-red). Komit-men untuk mengganti SDM itu yang membuat saya memilih beliau,” ka-tanya. “Untuk internalnya (sudut pandang publik terhadap sivitas—red), pengakuan dari sivitas UI ter-masuk para dekan akan lebih kuat karena adanya rektor,” jawab Amar ketika ditanya seberapa penting rek-tor untuk UI. Mengenai tanggapan Prof. Anis selaku rektor baru saat ditemui setelah peresmian, ia mengatakan bahwa langkah awal yang akan dik-erjakannya setelah menjabat seba-gai rektor adalah melakukan rapat dengan MWA UI, wakil rektor, dan beberapa pihak terkait agar tejalin sinergi. ***

L A P O R A N U TA M A

OLEH : MELATI SUMA PARAMITA

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

11

RIWAYAT PENDIDIKAN

RIWAYAT KARIR

SD Perguruan Cikini Jakarta (1963-1969)

SMP Perguruan Cikini Jakarta (1970-1973)

SMA Negeri 4 Jakarta (1973-1976)

S-1 Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

(1977-1983)S-2 School of Material,

Universitas Sheffield, UK (1983-1988)

S-3 School of Material, Universitas Sheffield, UK

(1988-1991)

Fakultas

Pembantu Dekan Bidang Akademik, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

(1993-1997)Pembantu Dekan Bidang Kerjasama,

Fakultas Teknik Universitas Indonesia (1997-2000)

Anggota Senat FT UI (1993-1997), (1997-2000), (2000-2003),(2003-2006)

Ketua Jurusan Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Indonesia

(2002-2003)

Universitas Anggota Senat Universitas Indonesia

(1997-2000)Anggota Senat Akademik

Universitas Indonesia (2000-2003), (2003-2006) Direktur Pendidikan UI

(2003-2007)Wakil Rektor Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan (2007-2012)

Pelaksana Harian Rektor (2012-2014)

Penanggung Jawab Rektor (2014)

Rektor Universitas Indonesia (2014-2019)

“Mahasiswa Universitas Indonesia adalah calon-calon pemimpin yang akan berkiprah dengan persaingan ketat.

Jadikan masa kuliah sebagai tempat menggali potensi untuk mewujudkan mimpi, bukan hanya sebagai rutinitas.

Jadilah anak bangsa yang punya peran masing-masing,”

Muhammad Anis kepada Suara Mahasiswa UI, 13 Juni 2014.

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 12

KETUA BEM UIDARI TAHUN KE TAHUN

Oleh Savran Bilahi dan Muhamad Ginanjar

Pada gelaran Pemilihan Raya IKM UI tahun ini Calon Ketua BEM UI, yaitu Andi Aulia Rahman, berasal dari Fakultas Hukum. Sejak tahun 1999-2000 ada dua orang ketua BEMUIyangberasaldarifakultasdenganmakaramerahtersebut,yaituTaufikRiyadi

(2000-2001) dan Ali Abdillah (2013).

Di luar Fakultas Hukum, ternyata sejak tahun 1999-2000 BEM UI pernah dipimpin oleh ketua dari lima fakultas lain. Berikut merupakan paparan mengenai asal fakultas dari Ketua – Ketua BEM UI sejak tahun 1999-2000:

FT UI : 6

FPsi : 1

FMIPA : 4

FISIP : 2

FHUI : 2

FIB : 1

R I S E T

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 13R I S E T

1999 - 2000

2000-2001

2001 - 2002

2002 - 2003

2003 - 2004

2004-2005

2005-2006

2006-2007

2007*

2008

2009

2010

2011

2012

2014

2013

Mohamad Ivan Riansa

Imaduddin Abdullah

Faldo Maldini

Gari Primananda

Rico Marbun

Taufik Riyadi

Edwin Nofsan Naufal

Ahmad Fathul Bari

Ali Abdilah

Trie Setiatmoko

Achmad Nur Hidayat

Wisnu Sunandar

Bachtiar Firdaus

Maman Abdurrakhman

Muhammad Tri Andika

Azman Muammar

FT

FISIP

FMIPA

FMIPA

FMIPA

FH

FPsi

FIB

FH

FMIPA

FT

FT

FT

FT

FISIP

FT

*Tahun 2007 adalah masa transisi lembaga se-UI sehingga periode pemerintahan BEM UI 2007 hanya berlangsung satu semester, bukan satu tahun.

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 14

Mengulas kembali liputan Su-ara Mahasiswa UI mengenai dunia keorganisasian di UI,

muncul organisasi-organisasi di luar badan eksekutif dan legislatif dengan halspesifikyangmerekabawa,yakniideologi.

Semar UI Pertama adalah Serikat Ma-hasiswa Progresif (SEMAR) UI. Tahun 2012, sekelompok mahasiswa yang mayoritas tergabung dalam Departe-men Pusgerak dan Departemen Aksi dan Propaganda Badan Eksekutif Ma-hasiswa (BEM) UI 2013 sering berdis-kusi dan berdebat mengenai isu-isu sosial politik bedasarkan perspektif Marx. Kelompok diskusi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya SEMAR UI. Dicky Dwi Ananta, salah satu pendiri SEMAR UI mengata-kan, mayoritas anggota SEMAR yang awalnya masih tergabung di BEM UI lebih memilih untuk menyatu pada gerakan buruh, petani, dan gerakan akar-rumput lainnya. Perbedaan inilah yang membuat mereka memutuskan untuk keluar dan mendirikan SEMAR UI di bulan Agustus 2013. “Ini lebih ke permasalahan ideologi. Semenjak itu, kita (pendiri SEMAR UI—red) berger-ak sendiri, misalkan saat demo BBM, kita sudah pisah,” jelasnya. Soal ideologi, Dicky men-egaskan bahwa kalau yang di usung SEMAR UI adalah ideologi Marxisme. Menurutnya, Marxisme dapat diguna-kan sebagai pendekatan ilmiah untuk menjelaskan kenyataan sosial. “Marx-isme masih relevan untuk menjelas-kan kenyataan sosial seperti kenapa penggusuran stasiun kemarin terjadi, kenapa BBM harus naik, juga kenapa pendidikan diprivatisasi. Itu adalah dampak-dampak liberalisme,” ungka-pnya. Tidak hanya melakukan propaganda di dalam kampus, SEMAR UIjugaberafiliasidengangerakanlaindi luar kampus, seperti serikat petani dan buruh. Hal ini diakui oleh Dicky.

“Misalnya dengan petani di Serikat Petani Pasundan dan Serikat Petani Indonesia,” ujarnya.

UI LDSC Kemudian, selang beberapa bulan, muncul kelompok mahasiswa UI yang mengusung tema liberal. Dibentuk pada 11 September 2013, mereka menamai diri sebagai UI Lib-eral and Democratic Study Club (UI LDSC). Fokus UI LDSC, yakni sebagai kelompok belajar dan kelompok de-bat mahasiswa, berawal dari kepri-hatinan perihal minimnya program pendidikan tentang ideologi untuk publik. Muhammad Luthfi, salahsatu pendirinya, mengaku bahwa UI LDSC memiliki visi dan misi un-tuk membawa ideologi liberal dan demokrasi ke dalam setiap aspek ke-hidupan kampus, sosial masyarakat dan kebangsaan dalam lingkup yang lebih besar. Gagasan ini, menurutnya, dibangun lewat diskusi, debat, dan membaca. Lebih lanjut Luthfi men-egaskan bahwa UI LDSC bukan organ-isasi yang murni ideologi liberal. “Mas-ing-masing anggota memiliki ideologi yang berbeda-beda. Seperti beberapa orang ada yang liberal, neo-marxis, dan ada banyak ideologi lain yang berkembang di kalangan mahasiswa yang juga tergabung dalam UI LDSC,” ujarnya. Berbeda dengan SEMAR UI yang membangun gerakannya den-ganorganisasidi luarkampus,Luthfimengaku UI LDSC tidak berafiliasidengan pihak luar. “Cuma dalam be-berapa kegiatan, bekerja sama den-gan beberapa pihak luar,” ungkapnya. Persamaan SEMAR UI dan UI LDSC selain sama-sama menjadikan Marxisme dan Liberalisme sebagai perspektif, adalah kepemilikan blog sebagai media untuk menampung gagasannya. Menurut pantauan Su-ara Mahasiswa UI (16/4), blog SEMAR UI yaitu serikatmahasiswaprogresif.

blogspot.com sudah aktif sejak Agus-tus 2013. Sedangkan blog UI LDSC yaitu liberaldemokratui.wordpress.com, aktif sejak November 2013. Di bulan November 2013 saat keduanya dapat dikatakan baru terbentuk, UI LDSC mempublikasikan tulisan kritik berjudul ‘COUNTER RE-VIEW TERHADAP PAMFLET SEMAR UI OKTOBER 2013’ yang mengkritik bahwa pandangan SEMAR UI terha-dap Marxisme perlu diperbarui di era ini. Membalas kritikan tersebut, SE-MAR UI menerbitkan dua tulisan yang mengatakan bahwa kritik UI LDSC tidak mendalam dan hanya bedasar-kan labelisasi, tanpa membaca litera-turnya lansung. Di tahun 2014, keduanya bersama sepuluh organisasi lainnya tergabung dalam Aliansi Mahasiswa untuk Demokrasi (AM) UI, yang tidak jauh berbeda dengan Aliansi sebel-umnya, yakni Aliansi Mahasiswa dan Alumni UI untuk Bangsa. Diinisiasi oleh SEMAR UI, AM UI yang diben-tuk pada 29 September 2014 atas dasar penolakan terhadap salah satu calon presiden pada pemilihan umum kemarin, memiliki motivasi untuk mencegah kemunculan neo-orde baru. Dicky mengakui, AM UI mem-punyai lingkup yang berbeda dengan BEM UI. Melihat jejak historis du-nia keorganisasian mahasiswa, Se-mar UI dan UI LDSC bukanlah yang pertama. Kemunculan organisasi di mulai dari tahun 1992, ketika Senat Mahasiswa UI kembali diperbolehkan setelah kebijakan Normalisasi Kehidu-pan Kampus (NKK). Lalu tahun 1998, muncul Forum Salemba dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Setelah Reformasi, banyak bermunculan kelompok mahasiswa dengan basisnya masing-masing: diantaranya, Front Aksi Mahasiswa (FAM) setahun setelahnya, lalu Pandu Budaya UI dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan (GMP) di tahun 2004.***

MENCARI ALTERNATIF SELAIN BEM

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

15K A M P U S15g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

L A P O R A N U TA M A

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 16 A N E K A

JUDUL: UDJO: DIPLOMASI ANGKLUNG

PENULIS: SULHAN SYAFII

PENERBIT: GRASINDO

TAHUN TERBIT: 2009

JUMLAH HALAMAN: 168 HALAMAN + VIII

OLEH : FAUZAN WIDYARMAN

PERJUANGAN MELESTARIKAN KESENIAN SUNDA

Ketika berkunjung ke Bandung, nama Saung Angklung Udjo bu-kanlah tujuan wisata yang asing.

Didirikan pada 1966, tempat wisata budaya yang sudah terkenal hingga ke mancanegara ini dijadikan tem-pat mengenal dan belajar alat musik tradisional khas Jawa Barat tersebut. Penilaian tersebut terbukti dengan ramainya pengunjung dari dalam dan luar negeri yang memenuhi tempat ini untuk menyaksikan pertunjukan angklung dan kesenian Sunda lainnya yang bernama Bambu Petang. Buku Udjo: Diplomasi An-gkulung mencerikatakan tentang Saung Angklung Udjo atau SAU yang terdapat di daerah Padasuka, Band-ung. Selain menceritakan bagaimana proses pendirian SAU dan segala jenis kesenian Sunda yang dipentaskan, buku ini juga menceritakan kehidu-pan pribadi sang pendiri SAU, Udjo Ngalagena. Udjo lahir pada 1929 mer-upakan seorang anak kampung yang berhasil menamatkan pendidikan se-kolah guru. Ia belajar banyak tentang angklung pada Daeng Soetigna dan pewayangan pada Tjetje Sumantri un-tuk melestarikan budaya Sunda. Per-

juangan Udjo mendirikan SAU dimulai dengan membeli tanah seluas 150 meter dan terus diperluas hingga 100 meter ke utara. Sedikit demi sedikit, jumlah tamu termasuk tamu kehor-matan dari luar negeri terus berdata-ngan ke SAU, seperti dari Eropa dan negara-negara tetangga. Selain menceritakan per-jalanan SAU, buku ini juga bercerita pengalaman Udjo tampil di berba-gai pentas di luar negeri, seperti di Belanda, Swiss, Inggris, Thailand, hingga Solomon. Cerita dalam buku ini didominasi kesan humanis, bagaimana Udjo mengurus anak-anaknya, mengembangkan SAU, bersama-sama kenalannya, hingga akhir hayatnya. Banyak nilai-nilai ke-hidupan yang dapat dipetik dari per-juangannya melestarikan kesenian Sunda maupun pribadinya yang ter-catat pada pesan-pesan di diary-nya yang juga ditampilkan dalam buku ini. Membaca buku ini mem-bantu kita memahami bagaimana upaya melestarikan kesenian tradi-sional tidaklah mudah. Dalam buku ini pula diceritakan bagaimana peran pemerintah daerah yang seharusnya

mampu memberikan banyak dukun-gan di masa itu, justru dikeluhkan oleh Udjo karena kurang menaruh per-hatian, misalnya ketika SAU diminta membayar untuk masuk katalog pa-riwisata dan ketika tidak didaftarkan dinas setempat untuk ikut tampil di luar negeri. Namun segala halangan tersebut tidak membuatnya meny-erah hingga SAU mampu semakin dikenal dan diplomasi angklung yang menjadi kerja kerasnya bertahan hingga sekarang. Sulit untuk menemukan kekurangan pada buku ini, namun ada beberapa foto yang belum terdesk-ripsi dengan jelas dan pesan-pesan di diary yang tidak dapat sepenuhnya ditangkap orang awam. Tetapi diluar itu, dengan berbagai cerita yang be-gitu menarik, pembaca akan dikenal-kan dengan perjuangan melestarikan kesenian tradisional yang sayangnya kini kurang diikuti banyak orang. ***

16 g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4

R E S E N S I

OLEH : FAUZAN WIDYARMAN

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 17

JUDUL : BATAVIA AWAL ABAD 20

PENULIS : HCC CLOCKENER BROUSSON

(DITERJEMAHKANACHMADSUNJAYADI)

PENERBIT: MASUP JAKARTA

TAHUN TERBIT: 2007

JUMLAH HALAMAN: 182 HALAMAN + XIII

JAKARTA DI MATASERDADUTUA

Kehidupan Batavia atau Jakarta pada awal abad 20 menjadi kesan

tersendiri yang menyenang-kan bagi seorang serdadu tua Belanda yang bertugas di Hindia Belanda saat itu. Dia pun menulis pengalamannya itu dan karena merasa ban-yak ceritanya yang menarik, dia mengirimkan naskah cer-itanya pada Clockener Brous-son untuk dipublikasikan. Jadi sebenarnya Brousson bukan-lah yang mengalami cerita tersebut, tetapi dia mengolah cerita dari seorang serdadu tua yang merasa tulisannya kurang teratur dan ingin cerita pengalamannya diterbitkan untuk dibaca banyak orang. Serdadu tua yang di-beri inisial XYZ itu merupakan seorang anak kampung dari Amsterdam yang sejak kecil punya ketertarikan menjela-jah dunia. Dia pun bergabung dengan tentara dan akhirnya dikirim ke Batavia. Cerita pada buku ini dimulai dengan mene-pinya kapal yang mengangkut serdadu tua tersebut di Tan-jung Priok setelah berbulan-bulan berlayar dari Belanda. Begitu tiba, dia dan penump-ang lainnya mulai merasakan suatu wilayah tropis yang me-nyenangkan untuk ditinggali. Selanjutnya dia menceritakan kehidupannya di tangsi militer di Batavia dan perjalanannya mengarungi kota ini. Kehidupan tentara di Batavia ternyata lebih indah dan menyenangkan diband-ingkan dengan di negara asalnya. Buku ini kemudian bercerita tentang perjalanan si serdadu selama di Bata-via, mulai dari Weltevreden (pusat kota Batavia), sungai Ciliwung, pecinan di Glodok, hingga kehidupan pribumi di Batavia. Pembaca diajak mengenali kehidupan kosmo-politan masyarakat Batavia dan bahkan buku ini seperti menjadi panduan wisata di

Batavia pada saat itu karena banyak sekali tempat-tempat menarik yang diceritakan oleh si serdadu. Brousson pun me-nambahkan dua bab untuk membuat cerita pada buku itu semakin menarik. Membaca buku ini juga dapat membayangkan bagaimana Batavia pada awal abad 20 sangat berbeda den-gan Jakarta di masa sekarang. Meskpun sama-sama men-jadi ibukota negara, suasana Batavia saat itu mengesankan sebuah kota yang indah dan menarik bagi para prajurit dari Eropa. Si serdadu ber-cerita jika saat itu penduduk Batavia sudah multietnis, seperti pribumi Melayu, ketu-runan Cina, Arab, maupun dari kalangan bangsa Eropa ada yang dari Belanda, Prancis, Jerman, Inggris, bahkan Ru-sia. Tidak lupa dia mencerita-kan kehidupan masa kecilnya di Belanda, kesehariannya di tangsi militer, kendaraan di Batavia pada saat itu, huku-man mati, dan serangkaian ce-rita lainnya yang menyentuh pembaca. Sedikit yang disay-angkan, foto-foto yang ada pada buku ini bukanlah foto asli penulis. Ramuan Brousson juga membuat tulisan serdadu menjadi kurang orisinal. Tetapi terlepas dari itu, buku saku ini menjadi suatu kisah menarik bagaimana orang asing meng-gambarkan Hindia Belanda pada saat itu dari sudut pan-dangnya. Seperti halnya orang asing yang menceritakan sua-tu negara, penilaian terhadap negara tersebut relatif tidak berlebihan. ***

OLEH : FAUZAN WIDYARMAN

R E S E N S I

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 18

UTOPIA

Sebagian mahasiswa UI yang masih niat menulis sekaligus mengkritik tak jarang men-

gatakan bahwa kondisi mahasiswa sekarang memprihatinkan. Seba-gian ini melihat bahwa mahasiswa semakin jauh dari takdirnya, se-makin jauh dari masyarakat, atau dalamdefinisi singkat:mahasiswaadalah kelas menengah ‘ngehe’. Mahasiswa UI kini tidak seperti para Pengawal Merah saat Revolusi Kebudayaan di Cina; atau tak perlu jauh-jauh: seperti maha-siswa-mahasiswa di masalah lalu, layaknya Hatta, Sjahrir, dan angka-tan 66. Bahwa kondisi sekarang telah berubah: itu faktanya. Bukan todongan senjata yang kita hadapi, melainkan kondisionalitas yang ideologis. Diri manusia yang be-gitu kompleks kini dikonstruksi-kan jadi ‘binatang ekonomi’, tak ubahnya binatang yang tak henti-hentinya mencari mangsa, namun dengancara-carayangdijustifikasiagama dan hukum. Manusia ditun-tut mencari untung, menghindari rasasakit,konflik,yangsemuanyatertuang dalam politik. Bila Tan Malaka berhasil menyerap segala penderitaan manusia-dijajah di mana pun ia berada, mahasiswa kini menyerap kondisionalitas ideologis. Kuriku-lum pendidikan kita terus-menerus dipadatkan agar tenaga kerja baru dapat masuk ke dalam pasar, agar prosesi suci bos-bos di langit dapat terlaksana. Tak ketinggalan bumbu agama dan hukum agar kita mera-sa benar dan tenang, meski sebet-ulnya hanya binatang. Bila Hatta menempat-kan ekonomi sebagai ilmu untuk mencapai keadilan sosial, maka kini ilmu ekonomi adalah cara untuk mengubah uang satu juta menjadi satu miliar, mengatur uang agar tetap stabil di pasaran, sehingga prosesi suci bos-bos di langit da-pat terlaksana. Ekonomi tak dapat dibedakan dengan Bisnis.

Tak terbayangkan be-berapa tahun ke depan sejak pres-iden kita, Joko Widodo, berambisi untuk menghubungkan universi-tasdanindustri.Barangkaliilmufil-safat suatu saat akan dipaksa mel-akukan hal yang sama seperti ilmu ekonomi masa kini: disuruh ber-pikir mengubah satu juta menjadi satu miliar. Atau Ilmu Politik di ke-mudian hari dipaksa untuk mencari format sistem politik yang tepat untuk menambah uang. Bahwa kondisi yang dis-ebut di atas yang kita hadapi, maka itu tidak ada kondisionalitas agar mahasiswa sekarang mesti kri-tis—kondisionalitasnya berbeda. Bahkan bukan hanya mahasiswa, siswa-siswa sekolah menengah hanya dididik untuk menyelesai-kan persoalan, tanpa harus men-carinya. Dengan kata lain, mereka kini sedang dididik untuk menyele-saikan perintah atasan. Pengamatan-pengama-tan para kritikus mahasiswa yang disebut di awal telah salah kaprah. Pikiran mereka datang dari lan-git—datang dari ideal-ideal yang tak ada di muka bumi, bahkan barangkali tak ditemukan. Cara pengamatan seperti itu tak ubahn-ya cara orang-orang neurotis me-mandang dunia. Tak ada yang datang dari langit, kecuali bintang mati, itulah yang kita hadapi. Pengama-tan-pengamatan harus dimulai dari kondisi rill, kemudian berang-kat ke langit. Kondisi rill adalah kondisionalitas yang ideologis itu. Maka itu, kritik-kritik mesti diarahkan pada ideologi, karena menjustifikasi-habis ekonomi-politik masyarakat. Kemudian, sesudah kritik menghancurkan ide-ologi, maka ekonomi-politik mesti dikondisionalitaskan-ulang. Itulah tugas dalam mengkritik. Posisi mahasiswa yang disubordinatkan dalam birokrasi kampus sekiranya jangan dipan-dang pesimis. Bahwa mahasiswa

merupakan status sementara, bahwa paling lama seseorang menyandang status ini hanya 5 tahun, maka status di luar itu yang mesti lebih dimanfaatkan, yakni menjadi bagian dari masyarakat: seorang baya yang hidup-menikah-punya anak, lalu meninggal. Status ini merupakan kesempatan besar. Suatu kesempatan be-sar untuk berpikir: bahwa ternyata seorang yang menjadi bagian kelas menengah hanyalah kepingan se-jarah, bahkan terlalu kecil: karena bukan mereka-yang-berkuasa dan bukan juga mereka-yang-tertindas. Kelas menengah adalah mereka yang tak banyak turut serta dalam proses penemuan diri sejarah. Tetapi menjadi kesem-patan besar, karena sudah waktu-nya kita mengambil posisi dalam perjuangan kelas—agar tak men-jadi kelas menengah Prussia, yang disebut Marx sebagai “mereka yang menggerutu pada penguasa, tetapi ketakutan pada kekuatan rakyat tertindas.” Adalah pengambilan posisi yang didahului pemahaman dari kondisi rill, itu yang terpent-ing. Jangan pula perjuangan kelas dikeringkan artinya menjadi seka-dar Revolusi Rusia atau Perancis di masa lalu. Perjuangan kelas di Indonesia mesti muncul ke dalam macam bentuk dan kreasi. Utopia bukan distopia, bahwa tiap-tiap dari kita yang ter-penting adalah menjadi gerigi roda sejarah, tetapi terus insyaf: bahwa utopia tak datang hari ini, bukan juga besok, tetapi sedang men-unggu di masa depan. ***

OLEH : SYAMSUL BAHRI FIKRI

C ATATA N A K H I R

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 19A D V E R T O R I A L

Mengenal Sistem dan Produk Ekonomi Syariah

Dua sistem ekonomi yang sudah cukup kita kenali adalah sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Pada sistem ka-pitalis, individu diberi kebebasan untuk mengeksploi-

tasi sumber daya, sebaliknya pada sistem sosialis pemerintah mengatur pengelolaan sumber daya ekonomi secara ketat sehingga ada kecenderungan pemerintah menjadi sangat dominan. Namun ada satu sistem ekonomi yang kini sedang berkembang yaitu sistem ekonomi syariah.

Fokus ekonomi syariah adalah keadilan distribusi pendapa-tan pada masyarakat yang bertujuan mengurangi kesen-jangan ekonomi serta memberikan dampak kemaslahatan bagi umat (maslahat). Sistem ekonomi syariah merupakan sistem yang disempurnakan dari sistem ekonomi terdahulu sehingga tetap dapat digunakan oleh masyarakat umum. Beberapa nilai positif yang dimiliki sistem ekonomi syariah di antaranya adalah prinsip keadilan antar pihak yang terli-bat, setiap kegiatan ekonomi yang terjalin didasarkan atas kegiatan riil dalam usaha dan saling membantu antar sesa-ma (muamalah). Nilai-nilai positif ini dengan sendirinya juga menjadi bagian penting dari produk-produk ekonomi sya-riah, termasuk asuransi syariah.

Asuransi SyariahDalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, asuransi sya-riah tumbuh dan memberikan kontribusi terhadap perkem-bangan sistem ekonomi syariah itu sendiri. Konsep risk-shar-ing (berbagi risiko) yang berdasarkan azas Ta’awun (saling menolong) menjadi daya tarik yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional.

Selain Ta’awun (saling menolong) asuransi syariah juga me-miliki konsep Takaful (saling menanggung) dimana setiap na-sabah yang ingin mengundurkan diri karena alasan tertentu dapat mengambil dana yang telah diasuransikannya, setelah dipotong dana tabarru’ (dana kebijakan) yang akan diguna-kan untuk keperluan tolong menolong antar peserta (pem-bayaran klaim). Selain itu, nasabah akan mendapatkan nilai tambah melalui sistem mudharabah, dimana pemilik modal (dalam hal ini nasabah) mempercayakan sejumlah modal ke-pada perusahaan asuransi syariah untuk dikelolaKapan kita perlu asuransi?

Sebagai mahasiswa, saat ini mungkin sebagian besar dari kita belum memikirkan pentingnya perencanaan keuangan, terlebih lagi pentingnya memiliki proteksi atau perlindungan seperti asuransi. Namun perencanaan keuangan atau protek-si dan perlindungan diri sebaiknya dipersiapkan sejak dini, ka-rena kita tidak dapat mengetahui risiko apa yang akan terjadi pada diri kita dan juga keuangan kita di masa depan. Seperti pepatah ‘If you fail to plan, you are planning to fail’, setiap orang sebaiknya merencanakan masa depannya dengan baik serta memastikan dirinya terlindungi dari risiko keuangan yang mungkin terjadi.

Dengan beragamnya jenis asuransi yang telah ada di Indo-nesia, saat ini para mahasiswa dapat dengan mudah memilih proteksi atau perlindungan diri dengan memiliki asuransi – dan asuransi syariah merupakan solusi alternatif diantaranya.

(Sumber: Prudential Indonesia)

g e r b ata m a 7 5 / / 1 2 - 2 0 1 4 20

SELAMAT TAHUN BARU

2015 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

REPUBLIK INDONESIA

STOP!M. TOHA SANTOSO