gerbatama ini ui edisi 55 : tarik ulur jurnal ilmiah

27

Upload: suara-mahasiswa-universitas-indonesia

Post on 08-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

TRANSCRIPT

Page 1: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah
Page 2: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

“USAHA MEMBUAT PERSATUAN SECARA

PAKSA HANYA AKAN

MENGHASILKAN RASA

SAKIT, TERSESAT,

DAN MERUSAK

PERGERAKAN ”

SUTAN SJAHRIR (1909 – 1966)

Page 3: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Setelah kurang lebih satu setengah bulan rehat, roda kehidupan kampus mulai digulirkan lagi. Suasana hangat diakhir tahun lalu masih belum terasa, nampaknya masih

banyak berbenah diri.Namun, terdengar celetukan dari para penggagas sistem pendidikan di pusat sana. Sebuah kebijakan bahwasanya

para mahasiswa tingkat akhir yang siap menyandang titel sarjana dibelakang namanya harus mampu

menempatkan karya tulisnya di lembaran jurnal ilmiah. Kontan kebijakan yang terkesan sepihak ini

mengundang sikap. Ada yang sudah menyatakan untuk menolak, ada pula pihak yang sebenarnya mendukung

baik kebijakan ini.Lantas sikap para pemegang otoritas di kampus ini masih belum terlihat jelas, apakah ada di sisi tolak,

sisi terima, atau tidak dikeduanya dan membuat sikap lain. Semoga saja masih banyak pihak yang mampu

memilih tindakan dengan penuh pertimbangan yang logis, sehingga bermanfaat bagi semua pihak termasuk

mahasiswa sekalian.

E D I T O R I A L

g e r b ata m a 5 5

Pemimpin Redaksi Tubagus Ramadhan Wakil Pemimpin Redaksi Ananda Putri Redaktur Pelaksana Yanuardi Budilaksono Redaktur

Artistik Rizky C.Fuadhi Redaktur Bahasa Civita Patriana Redaktur Foto Dias Asilatiningsih Reporter Fachmi Ardhi, Agustina Pringganti,

Sri Praptadina, Jonathan Nainggolan, Carla Helsi, Ika Kartika, Elsan Muhammad, Izzan Fathurrahman, Yasinta Sonia, Ananda Putri, Elinda Sintaresmi, Izzatun Nida, Hurun Aini Fotografer Rana Fathya, Olivia Febrina, Rifki Fadhillah, Dias Asilatiningsih, Febriana Diah Desain Sampul Chandra Kartika, Pandu Abiyoga Desain Tata Letak SuciFadhila, Rizki Putri Soliha Pracetak Dino E. Putra Tim Riset Happy

Ferdian, Muthmainnah, Muhammad Syifaudin Iklan Abjure Samuel, Nurlita Dewi, Indang Ayu, Anindya Fitriyani, Sarah Sofiana Sirkulasi

dan Promosi Anggara Irhas, Ashilla Ramadhani, Anton Budiharjo

/ / / M A R E T 2 0 1 2 \ \ \

Page 4: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

REMINDER

1 MaretHari Kehakiman Indonesia; Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

6 MaretHari Kostrad

8 MaretHari Perempuan Internasi-onal

9 MaretHari Perempuan Indonesia; Hari Musik Nasional

11 MaretHari Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

18 MaretHari Arsitektur Indonesia

20 MaretHari Kehutanan Dunia

22 MaretHari Air Internasional

23 MaretHari Meteorologi Dunia

24 MaretHari Peringatan Bandung Lautan Api

29 MaretHari Filateli Indonesia

30 MaretHari Film Indonesia

Page 5: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

SURA

T PEM

BACA

Tidak ada banyak hal yang dapat di -lakukan dikampus selama beberapa minggu awal perkuliahan ini. Sep -erti biasa para mahasiswa mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, para dosen mengajar, memberikan materi kuliah. Berbanding terbalik dengan keadaan luar sana, masyarakat gon -jang-ganjing mendengar isu adanya kenaikan harga BBM. Sudah barang tentu kenaikan bahan yang selama ini sudah dapat dikatakan sebagai bahan pokok ini sangat meresahkan warga. Terlebih lagi kita masih belum dapat mencari alternatif pengganti dari ba -han bakar tersebut, apalagi setelah komoditas serupa seperti bahan ba -kar gas atau bahan bakar berbasis bioteknologi masih sangat sulit dijan -gkau harganya. Sungguh paradoksial kejadian ini, sudah sepantasnya kita tidak hanya diam dan menunggu hasil saja bukan...

SatriaMahasiswa FISIP 2010

Page 6: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

PUBLIKASI JURNAL ILMIAH

(BUKAN)SEBAGAI PRASYARAT

Page 7: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

waktu lalu mengenai Publikasi Jurnal Ilmiah sebagai prasyarat kelulusan mengundang banyak tanggapan di berbagai universitas tak terkecuali Universitas Indonesia.

Kum

pula

n sk

ripsi

dan

tesis

yang

dap

at d

ijadi

kan

refe

rens

i pen

ulisa

n ka

rya

ilmia

h ba

nyak

ters

edia

di r

uang

kole

ksi P

erpu

stak

aan

Pusa

t Uni

vers

itas I

ndon

esia

.RAN

A / S

UMA

OLEH:

FACHMI ARDHI

AGUSTINA PRINGGANTI

SRI PRAPTADINA

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L A P O R A N U TA M A 07

Page 8: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi dan dituangkan ke dalam Surat Edaran

pada 27 Januari 2012 silam, tentang publikasi jurnal ilmiah sebagai prasyarat kelulusan akademis bagi S1, S2 dan S3 menghebohkan dunia pendidikan. Hal ini mengundang polemik di masyarakat terutama kalangan sivitas akademika.

Universitas Indonesia merespon positif surat edaran Dirjen Dikti namun memiliki kebijakan tersendiri dalam menanggapi hal tersebut. Menurut keterangan Dr.Ir. Muhamad Anis, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, UI sudah membentuk tim untuk mengakategorisasikan kemudian menyiapkan infrastruktur apa yang mendukung jurnal serta merumuskan ketentuan-ketentuannya. Tim diberikan tenggat waktu 2 bulan terhitung sejak akhir Februari.

Kebijakan ini dinilai baik untuk meningkatkan karya-karya ilmiah di kalangan mahasiswa UI baik S1, S2 maupun S3. “Yang namanya akademik itu ya menulis,

menyebarkan ke khalayak ramai dan justru merupakan suatu penghargaan akademik jika penulisnya itu bisa dikutip,” ucap Jodi Afila Ryandra, Ketua Kajian KSM Eka Prasetya UI dalam menanggapi kebijakan tersebut.

Namun dibalik tujuan baik kebijakan tersebut ada beberapa faktor yang kurang menjadi pertimbangan karena belum matangnya infrastruktur untuk mewajibkan publikasi jurnal dan kualitas menulis mahasiswa yang masih rendah. “Menurut gue sih kalau tujuannya untuk kemajuan pendidikan dan keilmuan di Indonesia ya gue setuju. Tapi satu hal yang

nggak bisa diberlakukan secara tiba-tiba mahasiswa disuruh menerbitkan jurnal,” ungkap Panji Kadar Rahminto, mahasiswa

makin banyak yang lulusnya telat dan segala macam karena review jurnal itu nggak sebentar, perlu waktu yang lama terus birokrasinya mungkin agak susah. Terus juga kalaupun mau diterapkan, secara bertahap. Pertama, dari tingkatan yang paling tinggi S3, S2 baru S1,” Panji menambahkan.

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L A P O R A N U TA M A08

Page 9: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Lain halnya yang dikatakan oleh Fajar Reihan, Mantan Manajer Bidang Penelitian Lembaga Kajian dan Keilmuan Fakultas Hukum 2011, “Kalau kebijakan itu berasal dari surat edaran ya sifatnya nggak mengikat jadi nggak wajib diikuti, ini sesuai UU No. 11 tahun 2012 mengenai hierarki perundang-undangan” ujarnya.

bahwa UI merespon positif kebijakan ini bukan dalam artian untuk mengikutinya. Namun merespon positif untuk menggalakkan mahasiswa membuat karya ilmiah dan mempublikasikannya.

keseluruhan dalam bentuk jurnal. Karena setiap fakultas dan mahasiswa memiliki karya ilmiah dalam berbagai bentuk dan beragam cara publikasi. “Kita respon positif terhadap suratnya bukan kebijakannya”.

Kendala yang dihadapi UIDisisi lain dampak positif yang diharapkan adapula yang menjadi kendala bagi para mahasiswa untuk

menulis jurnal. Dalam Indonesian Scientific Journal Database di tahun 2009 hanya terdapat 2100 jurnal yang berkategori ilmiah dan aktif, 406 diantaranya telah terakreditasi. Jumlah ini sangat timpang dengan calon sarjana UI yang mencapai hampir 3000-4000 setiap tahunnya, belum lagi ditambah dengan lulusan universitas lain.

Tujuan dikti untuk membudayakan menulis pada mahasiswa ini dinilai kurang tepat jika dijadikan sebagai prasyarat kelulusan. Karena jurnal memiliki kriteria tertentu yang dijadikan acuan dalam publikasinya. “Jadi ada filter, mana yang cocok di jurnal dan tidak cocok. Tapi kalau ada 100 dan semuanya di jurnal ya tidak mungkin. Bukan berarti Anda bikin karya ilmiah, dan Anda lulus skripsinya terus Anda ringkas dan diupload ke jurnal online. Kalau begitu sih jangankan Agustus,

Meski begitu, UI sudah siap jika ada mahasiswa yang ingin mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal. Selain

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L A P O R A N U TA M A 09

Page 10: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Jurnal Makara, UI juga sudah memiliki Jurnal Online untuk menampung karya-karya ilmiah mahasiswa yang berkualitas. DRPM, Perpustakaan, dan PPMI sudah menyiapkan infrastrukturnya seperti database untuk dijadikan bank info bagi setiap karya ilmiah di UI yang jurnalnya mungkin skripsi.

Citra Wardhani, Staf Ahli Publikasi Ilmiah dan Sistem Informasi mengatakan bahwa skripsi adalah academic exercise maka jika pengambilan data, metode penelitian dan segala hal yang menjadi unsur dalam skripsi dinilai sudah baik dan bagus lalu mahasiswa berhasil mendapatkan nilai A maka nilai A tersebut diperuntukkan bagi skripsi. Namun hal tersebut tak menjadi patokan untuk langsung bisa mempublikasikannya di dalam jurnal. Ada syarat bagi karya ilmiah untuk bisa dipublikasikan dalam jurnal, yakni adanya sumbangan pada ilmu pengetahuan, kurang lebih penilaian dilihat dari argumentasi ilmiah yang ditonjolkan. Jurnal yang dapat dipublikasikan adalah yang memberikan sumbangan (ilmu pengetahuan) atau hal yang belum pernah dipublikasikan atau diteliti oleh orang lain.

Kejar-kejaran dengan Malaysia?

“Sebagaimana kita ketahui pada saat sekarang ini, jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, hanya sekitar sepertujuh. Hal ini menjadi tantangan kita bersama untuk meningkatkannya.” Adalah pernyataan Dirjen Dikti pada bait awal surat edarannya yang bernomor 152/E/T/2012.

Kebijakan Dirjen Dikti tersebut disinyalir terdapat unsur ‘main kejar-kejaran’ dengan Malaysia karena perbandingan yang timpang antara Indonesia dan Malaysia pada jumlah Dirjen Dikti dinilai hanya berorientasi pada kuantitas namun kurang mempertimbangkan kualitas. “Saya lebih melihat ketidaksiapan dari Dikti, jadi dalam menyusun sebuah kebijakan hanya berdasarkan pada kalah kuantitas jurnal,” ujar Jodi menanggapi pernyataan yang tertera pada bait awal surat edaran tersebut. “Amat disayangkan dan mengecewakan apabila hal yang tertera di surat itu benar adanya” tutup mahasiswa FISIP angkatan 2009 itu

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L A P O R A N U TA M A10

Page 11: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Menuai pro-kontra, surat edaran ‘dikendurkan’

Seperti yang dilansir banyak media massa, Dirjen Dikti yang awalnya mewajibkan berlakunya kebijakan yang tertera pada Surat Edaran Dirjen Dikti 152/E/T/2012 akhirnya mengendurkan kebijakan tersebut. Pihak Dikti menyatakan bahwa surat tersebut hanya merupakan himbauan agar mahasiswa membudayakan menulis. Karena menurutnya jumlah karya ilmiah dan jurnal ilmiah tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Muhamad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2012 pada Senin (27/2) lalu di Pusdiklat Kemendikbud, Depok, Jawa Barat.

Meskipun tidak ada sanksi hukum, namun tetap ada sanksi predikat. “Sanksinya tidak ada, kecuali predikat kelulusan. Mahasiswa yang IPK 4 belum dinyatakan cumlaude jika gagal dalam publikasi. Sebaliknya, mahasiswa dengan IPK 3,7 bisa cumlaude jika berhasil melakukan publikasi” hal ini disampaikan oleh Idrus Paturusi, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri pada RNKP.

Pernyataan Idrus ini menuai kecaman, “Itu namanya pelacuran intelektualitas. Menurut saya, jurnal ya jurnal. IPK ya IPK,” kata Jodi yang meskipun aktif berkecimpung di organisasi yang menekankan pada keaktifan menulis namun tetap tidak setuju dengan sanksi predikat ini.

Ditanyai mengenai hal ini Anis memiliki jawaban tegas, “Penentuan cumlaude atau tidak itu peraturan yang berlaku di masing-masing perguruan tinggi. Nggak bisa dia bikin aturan untuk Universitas Indonesia. Kita kan ada ketentuan dari Senat Akademik Universitas yang mengatakan cumlaude itu kalau Anda lulus 8 semester atau lebih sedikit dan IPK diatas 3.50,” jelasnya

Anis menilai kebijakan dengan sanksi predikat ini telah mengintervensi kebijakan otonomi kampus yang telah ada. “Cumlaude adalah hak dari setiap mahasiswa yang memang mampu mendapatkanya. Apabila hal ini diintervensi, kebijakan ini bukan lagi kebijakan, akan tetapi aturan”, tutup Bapak yang juga pengajar di departemen teknik metalurgi ini.

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L A P O R A N U TA M A 11

Page 12: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

PENEMUAN SENJATA DI U I :KASUISTIK ATAU PRESEDEN

Ilustrasi - Senjata milik teroris ditemukan di hutan kota UI.

Page 13: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

SENJATA DI U I :KASUISTIK ATAU PRESEDEN

Universitas Indonesia kembali menjadi sorotan media nasional setelah ditemukannya beberapa amunisi dan senjata di kawasan hutan UI. Kejadian ini seolah menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan UI yang dianggap sebagai “kampus yang sangat terbuka”. Minimnya

satu faktor penyebab terjadinya kasus yang meresahkan ini.

OLEH:

JONATHAN NAINGGOLAN

CARLA HELSI

IKA KARTIKA

Ilustrasi - Senjata milik teroris ditemukan di hutan kota UI.

OLI

VIA

.F./S

UM

A

Page 14: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Satu buah senjata dan sejumlah amunisi ditemukan di kawasan hutan sekitar Fakultas Ekonomi (FE) UI, Kamis (9/2).

Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) ikut membantu penemuan senjata dan peluru bersama Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88). Cukup mencengangkan, mereka menemukan 100 butir peluru V2, 100 butir peluru 7.62mm, 90 butir peluru 9mm, satu magasin FN, dan ratusan peluru mulai dari kaliber .38 hingga 5.56mm dan sepucuk senjata jungle seri 6732335. Informasi adanya senjata dan amunisi didapatkan dari keterangan yang diberikan oleh Mulyadi, anggota jaringan teroris kelompok Abu Omar.

Ismail Sukmawijaya, selaku asisten kepala Subdit PLK menyatakan bahwa penemuan senjata kali ini merupakan pengembangan dari kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Beliau menjelaskan bahwa kasus ini bukan hanya tanggung jawab PLK semata, namun juga merupakan tanggung jawab semua civitas akademika UI. “Pengamanan kampus memang menjadi tanggung jawab PLK, tetapi mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat sekitar yang memanfaatkan area kampus, harus turut berperan,” ucap Ismail. Lebih jauh Ismail berkata bahwa kita tidak seharusnya membuat generalisasi dari kejadian yang bersifat kasuistik ini. “Jangan sampai hal yang bersifat kasuistik menjadi sebuah generalisasi,” imbuhnya.

Pernyataan sebaliknya justru diutarakan oleh Adrianus Meliala, selaku Ketua Departemen Kriminologi UI. Beliau menyatakan bahwa UI sebagai kampus yang sangat terbuka tentu memiliki potensi yang besar untuk disalahgunakan oleh pihak tertentu. Bukan tidak mungkin kasus semacam ini akan terulang kembali. Ada kecenderungan pengamanan selalu satu langkah di belakang fenomena kejahatan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi kreatif dalam rangka pencegahan tindak kejahatan. Pengadaan Closed Circuit Television (CCTV) merupakan salah satu solusi yang patut dipertimbangkan. “Gedung-gedung seperti ini –yang berkontur seperti gedung-gedung di UI– sudah harus dijaga dengan sistem CCTV.”, ujar Adrianus.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Adrianus, salah seorang mahasiswa yang pernah berhubungan dengan jaringan teroris berpendapat demikian. Mahasiswa yang pernah berhubungan dengan jaringan teroris ini (nama ada pada redaksi), berpendapat bahwa UI berpotensi untuk dimanfaatkan oleh banyak unsur. Pemasangan CCTV sudah sangat penting. “Pemasangan CCTV di sejumlah titik, akan secara efektif menyebabkan menurunnya tingkat kejahatan,” menurutnya.

Namun demikian, Ismail berpendapat bahwa pemasangan CCTV sangat terbatas.

VTCC ,raseb gnay ayaib nakhutubid nialeSjuga mudah rusak. Tampaknya, PLK tidak

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L i p u ta n k h u s u s14

Page 15: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

mau mengambil risiko. Padahal, urgensi pengadaan CCTV sudah sangat penting. “Setiap hal tidak bisa dilihat secara materi. Kerugian yang lebih besar akan dirasakan apabila penggunaan CCTV tidak dioptimalkan,” jelas Adrianus sebagai pakar kriminologi.

Pihak PLK justru menyarankan agar UI kembali menjadi kampus terbuka tapi terbatas. Siapa saja boleh masuk ke dalam wilayah UI, namun ada syarat-syarat yang membatasi. Seperti, menyaring kendaraan bermotor yang diperbolehkan masuk ke dalam kawasan UI. Hal ini akan mendatangkan pro dan kontra dari masyarakat sekitar. Seperti kejadian di pintu Barel beberapa waktu lalu, masyarakat menentang keras kebijakan tersebut. Masyarakat sekitar merasa memiliki keterikatan sejarah dengan perkembangan kampus UI selama lima belas tahun ini.

Uci, mahasiswa Farmasi berpendapat bahwa tidak mungkin membuat UI menjadi tertutup. “ Kalo lingkungan UI harus dibuat tertutup dari daerah luar itu kayaknya agak impossible. Mungkin dari aparat keamanan saja yang lebih diperketat. Misalnnya ada ronda tiap minggu atau apalah. Pengecekan setiap orang yang keluar masuk UI yang agak mencurigakan juga perlu” ujar Uci mengemukakan pendapatnya.

Berbeda dengan Uci, Khalil, mahasiswa FMIPA berpendapat bahwa masalah ini bukan hanya kesalahan dan kelalaian satpam (PLK) saja, namun juga mahasiswa sebagai agent of change . “Pengertian agent of change disini bukanlah sebagai perubah dunia, tapi sebagai perubah agar kawasan UIi ini menjadi lebih baik,” Khalil memperjelas maksudnya.

Diperlukan solusi nyata secepatnya dalam menghadapi masalah keamanan UI. Tidak hanya efekti�tas patroli yang harus ditingkatkan, PLK sebagai penanggung jawab utama keamanan UI harus mencari solusi lain. Di luar dari rentannya CCTV, urgensi ke arah sana sudah harus dipertimbangkan oleh PLK.

Pada akhirnya, seharusnya sivitas akademika juga harus ikut berperan aktif dalam menjaga keamanan kampus. Untuk mendapatkan suasana kampus yang aman, dibutuhkan peran aktif dari seluruh warga UI yang menikmati fasilitas kampus ini.

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

L i p u ta n k h u s u s 15

Page 16: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

Surat Dirjen Dikti Kemendikbud bertanggal 27 Januari 2012 tentang publikasi karya ilmiah untuk mahasiswa

S-1, S-2, dan S-3 sebagai syarat kelulusan yang berlaku mulai Agustus 2012 mendapatkan reaksi yang beragam dari berbagai kalangan, terutama dari para mahasiswa. Berbagai reaksi mewarnai perbincangan mengenai kebijakan jurnal ilmiah ini. Berdasarkan riset yang disebar acak di mahasiswa Universitas Indonesia (UI), mayoritas menyatakan kebijakan dikti tersebut belum sesuai dengan kondisi perguruan tinggi nasional saat ini. Hal ini antara lain dikarenakan masih sedikitnya ketertarikan mahasiswa dalam bidang penelitian, masih sulitnya aksebilitas mahasiswa pada dosen, serta belum massifnya publikasi isu ini.

Namun di sisi lain, beberapa responden mengatakan bahwa isu tentang kewajiban jurnal imliah ini sudah relevan dengan kondisi mahasiswa UI saat ini. Bukti

pendukungnya dapat dilihat dari fasilitas �sik yang cukup lengkap, seperti contoh perpustakaan pusat yang menjadi terbesar se-Asia Tenggara. Terlepas dari itu semua, mayoritas responden juga mengharapkan pihak UI melakukan berbagai kebijakan terkait jurnal ilmiah itu sendiri, antara lain dengan memberikan penjelasan mengenai kuali�kasi jurnal itu sendiri, memperbanyak pembimbing dalam menyusun, dan juga lebih meningkatkan kualitas dari berbagai fasilitas �sik yang telah dimiliki UI.Riset ini dilakukan pada tanggal 22-24 Februari 2012 dengan total responden 184 orang yang tersebar di Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Adapun teknik yang digunakan pada suvey ini adalah simple random sampling . Survey ini tidak bisa mewakili seluruh elemen mahasiswa UI.

Page 17: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

r i s e t / / / / / / 17

ILUST

RASI

: PA

ND

U A

BIY

OG

A

Page 18: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

R A G A M / / / / / / /18

UI Fashion WeekUI Fashion Week adalah salah satu acara perdana mahasiswa UI yang bertemakan fashion. UI Fashion Week ini menjadi perhatian karena ide dan konten acara yang unik dan baru. Sebuah pagelaran fashion yang mencoba m e n e r a p k a n

standar internasional dalam pelaksanaannya. Acara ini sesungguhnya tidak semata-mata independen karena UI Fashion Week yang diprakarsai oleh tujuh mahasiswa FIB UI ini di bawahi oleh DKIB atau Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis yang dibawahi langsung oleh Rektorat UI. UI Fashion Week memilih untuk berpayung pada DKIB dibanding dengan lembaga lainnya di UI seperti BEM, DPM, atau lainnya karena adanya perbedaan visi. “Kami merasa DKIB punya misi yang sama dengan kita, sebuah wadah yang concern dengan kewirausahaan dan jiwa enterpreneurship mahasiswa, beda sama BEM atau DPM yang biasanya lebih concern ke isu sosial dan sejenisnya”, ucap Yukke, mahasiswi Sastra Jerman yang bertindak sebagai Project Officer dari UI Fashion Week.

Tujuan dari UI Fashion Week ini adalah membuka peluang bagi mahasiswa UI dengan jalan memperkenalkan dunia fashion beserta label-label dari anak UI sendiri yang dinilai tidak kalah dari label-label lokal lainnnya . UI Fashion Week juga ingin membentuk image baru dari mahasiswa UI yaitu bahwa mahasiswa UI bisa memiliki jiwa creative-preuneur yang nyatanya sangat banyak peminatnya. Diharapkan melalui acara ini, image dunia fashion yang dipandang sebagai sesuatu yang glamor akan dapat berubah.

@TheBeatlesUI@TheBeatlesUI adalah akun Twitter yang dibentuk pada tanggal 9 Desember 2011 oleh tiga mahasiswa Fakultas Teknik yaitu Bastino Gunawan Siregar, Patrick Siregar, dan Prabu Setiawan dengan tujuan menjaring dan

mengumpulkan penggemar grup musik legendaris The Beatles di Universitas. “Sebenarnya kami yakin bahwa penggemar The Beatles di UI ini pasti sangat banyak, hanya saja mereka belum kelihatan. Nah, dari situ kenapa nggak dibuat perkumpulannya yang berawal dari Twitter ini”, cerita Prabu yang merupakan salah satu adminnya.

@TheBeatlesUI saat ini masih bersifat perkumpulan informal dan sebatas jejaring sosial di twitter, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya @TheBeatlesUI akan bersifat formal. “Saat ini sih masih bersifat informal, belum berstruktur. “Cuma mengumpulkan dan menjaring doang. Tapi kedepannya kita pingin benar-benar total ada The Beatles UI di UI itu sendiri”, ujar Prabu. Mengenai rencana kerja sama dengan lembaga formal seperti BEM, @TheBeatlesUI mengaku selalu siap dan terbuka terhadap segala bentuk tawaran kerja sama dari pihak manapun untuk mengadakan event-event seperti jamming dengan membawakan lagu-lagu dari The Beatles.

Di lain pihak, BEM Fakultas Teknik UI yang ketika dikonfirmasi mengenai @TheBeatlesUI ini mengaku bahwa mereka mengetahui akan adanya komunitas tersebut dan menyatakan dukungannya. “Kita sebenarnya open sih sama komunitas seperti itu, asalkan mereka jelas , apalagi mahasiswa sekarang juga biasanya senang dengan adanya event-event seperti itu”, ujar Muhammad Anugerah, Kepala Bidang Kreasi Mahasiswa BEM FT UI.

Kedua bentuk acara tersebut memilki kesamaan, mereka terbentuk secara informal dari ide-ide kreatif para mahasiswa yang ingin fokus pada suatu bidang tertentu. Meskipun tidak bisa dikatakan benar-benar independen. Keberadaan komunitas-komunitas informal semacam UI Fashion Week dan @TheBeatlesUI merupakan suatu hal yang tentunya patut diapresiasi. Komunitas-komunitas ini menawarkan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan mengekspos ide-ide kreatif. Melihat respon baik yang diterima oleh kedua komunitas ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedua komunitas ini memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi lebih besar dan mampu mendatangkan keuntungan baik keuntungan materi maupun sosial bagi para mahasiswa.

Akhir-akhir ini, beberapa kalangan mahasiswa UI menginisiasi event-event yang sedikit berbeda. Sebut saja UI Fashion Week yang berhasil menyentuh mahasiswa UI yang tertarik di bidang fashion. Lalu ada komunitas yang fondasinya berawal dari

mahasiswa UI penggemar The Beatles dan berencana melakukan jamming membawakan lagu-lagu nostalgia.

YANG TENAR DI LUAR LEMBAGA FORMAL

OLEH:

ELSAN MUHAMMAD

IZZAN FATHURAHMAN

YASHINTA SONIA

GHIT

A/SU

MA

Sesi beauty class pada UI fashion week

Page 19: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

s a i n s t e k / / / / / 19

Diawali oleh keinginan untuk membantu menyembuhkan kakaknya yang mengidap

kanker payudara, Dr. Warsito P. Taruno, seorang dosen pascasarjana di Departemen Fisika Universitas Indonesia menciptakan alat untuk terapi kanker. Penelitiannya dilakukan di perusahaan miliknya yang bernama Edwar Technology yang merupakan perusahaan berbasis R&D (Research and Development). Produk yang sedang dikembangakan oleh perusahaan tersebut adalah ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) dan ECCT (Electro Capacitive Cancer Treatment). Selain diuji kepada kakaknya, alat temuan Dr. Warsito ini juga dipakai oleh penderita kanker otak stadium akhir bernama Willy yang sekarang telah dinyatakan sembuh.

Menurut Marlin, seorang peneliti di Edwar Technology, tomografi adalah suatu teknik untuk melihat suatu struktur objek tanpa membelah objek tersebut. “Di Edwar Technology, ECVT dimanfaatkan sebagai alat diagnosis berupa pemindai empat dimensi. Sedangkan ECCT adalah alat untuk terapi kanker,” ungkap Marlin. ECCT mengadopsi prinsip dasar ECVT untuk membangkitkan medan listrik AC yang akan melumpuhkan sel-sel kanker yang sedang membelah. Penggunaan ECCT dinilai praktis karena tidak perlu melakukan pembedahan terhadap pasien. Selain itu, ECCT lebih ekonomis dibanding kemoterapi dari segi biaya yang harus dikeluarkan. ECCT untuk penderita kanker payudara bentuknya berupa pakaian seperti rompi yang dihubungkan dengan sebuah kotak kecil yang di dalamnya berisi baterai dan berbagai komponen elektronika.

Menurut Ahmad, mahasiswa Fisika Medis angkatan 2008 yang pernah terlibat dalam penelitian di Edwar

Technology, penemuan tersebut adalah hal yang membahagiakan karena alat itu akan sangat bermanfaat bagi para penderita kanker. Akan tetapi, alat ini ternyata juga memiliki efek samping yaitu munculnya gejala seperti panas, pusing bahkan tubuh mengeluarkan nanah setelah pemakaian ECCT. Gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa ECCT sedang bekerja menghancurkan sel kanker yang sedang membelah.

Namun, dr.Ahmad Kurnia, Sp. B.K.Onk, dokter ahli bedah kanker dari RSCM dan staff pengajar di FK UI, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penemuan tersebut. “Sampai sekarang cara yang

baik untuk penghilangan kanker itu dengan operasi.” Menurutnya, sel kanker sebaiknya dihilangkan dengan operasi oleh tenaga medis yang berkompeten di bidang kanker. Masih menurutnya, pembuktian keefektifan suatu alat penyembuhan kanker juga tidak dapat hanya mengandalkan pada kesembuhan satu pasien saja. Lebih lanjut, diperlukan juga pembuktian melalui hasil biopsi atau pengambilan lapisan tisu dari penderita penyakit kanker untuk diperiksa guna menunjukkan apakah alat tersebut dapat menghilangkan sel kanker dengan baik atau tidak karena selama ini penemuan alat-alat penghilang kanker tidak menunjukkan hasil yang baik.

Dalam pandangan dr. Kurnia, pengobatan yang tidak dilakukan oleh dokter dapat dikatakan sebagai pengobatan alternatif dan hal tersebut dirasa kurang aman karena dikhawatirkan ada risiko yang membahayakan pasien. Resiko ini dapat muncul karena pengobatan alternatif yang cenderung memakan waktu memiliki kemungkinan membiarkan sel kanker untuk berkembang ke arah yang lebih parah. Selain itu, ditinjau dari etika medis uji coba alat langsung kepada manusia adalah hal yang tidak etis. “Etika medisnya tidak dipakai”, ungkap dr.Kurnia.

ECCT:HANCURKAN SEL KANKER DENGAN L ISTRIK STATIS

membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Menurut WHO, pada tahun 2010 kanker

angka mencapai 13% dari sdi dunia. Namun, ditangan seorang ilmuwan Indonesia, kanker

Salah satu produk yang diciptakan oleh Edwar Technology.

DIAS

/ SU

MA

OLEH:

ANANDA PUTRA

ELINDA SINTARESMI

IZZATUN NIDA

Page 20: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

AKBAR HAMID :UNTUK PARA IBU KAMPUNG

KELAPA GEDONGDi balik megahnya pusat perbelanjaan Margocity Depok berdiri kampung Kelapa Gedong yang sebagian masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan.

mencukupi kebutuhan dapur, beriringan dengan para istri yang rerata hanyalah ibu rumah tangga. Fenomena ini membuat Akbar Hamid dan lima kawannya

pemberdayaan. Tercetuslah ‘Senyum Ibu’.

OLEH:

HURUN AINI

S O S O K / / / / / / /20

Akbar Hamid yang akrab dipanggil Abay adalah

alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

yang tahun ini memperoleh titel Sarjana Ekonomi

di belakang namanya. Saat menjadi mahasiswa, ia pernah

dikenal aktif dalam lembaga eksekutif mahasiswa tingkat

fakultas ataupun universitas. Ia dan beberapa temannya

menginisiasi sebuah gerakan bertemakan ‘Senyum Ibu’

yang bertujuan untuk memberdayakan para ibu rumah

tangga di sekitar wilayah Kelapa Gedong.

Dari kondisi rumah masyarakat disekitar Kelapa Gedong,

terlihat bahwa masyarakatnya tampak berkecukupan.

Akan tetapi, realita masyarakatnya tidak seperti yang

terlihat dari bentuk fisiknya. “Rumah bagus gak jaminan

kalau orangnya mampu, rumah kan Cuma warisan dan

gak bisa dimakan” ujar Santi, seorang ibu peserta program

Senyum Ibu. Semenjak sang suami meninggal beberapa

tahun lalu, ia memutuskan membuka warung untuk

penghidupannya.

Fenomena tersebut merupakan satu dasar bagi Abay

untuk membentuk gerakan Senyum Ibu dengan sasaran

para ibu di Kelapa Gedong. “Sebenarnya kami hanya

ingin melihat para ibu tersenyum melihat anaknya dapat

bersekolah dengan uang yang dihasilkannya sendiri” ujar

Abay yang pernah menjabat sebagai Ketua BEM FE UI

2010. Niat baik ini tidak semata-mata diterima secara baik

pula, “Sulit membujuk ibu-ibu tersebut karena mereka kan

membutuhkan penghasilan yang bisa segera digunakan,

maklum urusan perut gak bisa ditunda” jelas Abay.

Dengan bantuan dari pengurus Rukun Warga setempat,

akhirnya Abay diterima oleh beberapa ibu dan program ini

mulai berjalan dengan cukup baik.

Pemberdayaan yang bergerak secara independen ini

mengutamakan usaha tata boga bagi para ibu rumah

tangga. “Mengapa dibidang tata boga? Karena makanan

adalah kebutuhan dasar manusia dan kami melihat

peluang di kampus yang sering mengadakan seminar dan

membutuhkan makanan tersebut” ungkap Abay yang

lulus dengan predikat terbaik FE UI untuk kategori aktivis.

Dengan dibantu oleh empat rekannya di FE UI, para

penggerak Senyum Ibu mulai mengadakan sebuah

pelatihan tata boga untuk para peserta program Senyum

Ibu dengan trainer seorang yang telah berhasil dalam

usaha catering. Abay pun memiliki pandangan bahwa

pada nantinya, 20% dari penghasilan para ibu yang ikut

serta dalam program, akan dialokasikan untuk pendidikan

masyarakat sekitar Kelapa Gedong.

Abay yang sekarang disibukkan sebagai peneliti di

Kementrian Perindustrian dan di Provinsi DKI Jakarta

pada Lembaga Demografi UI, serta asisten pengajar di

Universitas Asyafi’iyah mengaku bahwa semangat dari

para ibu peserta program, turut menaikkan semangatnya

untuk melihat senyum para ibu tersebut. “Kami

berharap mahasiswa UI yang lain dapat berpartisipasi

dalam program ini, paling tidak berkontribusi sesuai

kemampuannya” tutup Abay.

Abay sedang berbincang mengenai program Senyum Ibu.

FEBR

IAN

A/SU

MA

Page 21: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

KEHIDUPAN DALAM TANDA TANYA

OLEH:

M. SYIFAUDIN

Agama adalah

alat provokasi

paling murah.

Di seluruh dunia, dapat

kita temukan berbagai

contoh betapa mudahnya

memprovokasi dan

menggerakkan massa

dengan melemparkan

isu agama. Tentu bukan

salah Tuhan bila kita

ditakdirkan hidup di

Indonesia yang begitu

plural. Bukan hanya agama yang berbeda-beda,

namun juga suku, pandangan politik, serta budaya

yang beraneka-rupa dari Sumatra hingga tanah Papua.

Kebhinekaan bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

Diantara harmoni kebhinekaan Indonesia itulah, kadang

terselip satu-dua nada sumbang yang, sayangnya, lebih

sering mendapat sorotan. Novel drama yang terinspirasi

dari sebuah film karya sineas Hanung Brahmantyo ini

mencoba menjadi cermin untuk Indonesia yang rukun

dan bahagia dalam perbedaan.

Latar novel ini berpusat di sebuah gang di kawasan

pecinan Pasar Baru, Semarang. Sebuah lingkungan kecil

dengan penduduk yang mempunyai latar belakang

agama, suku, dan status sosial beraneka-ragam. Mereka

menghadapai problematika yang berbeda-beda, mulai

dari agama, cinta, rumah tangga, pekerjaan, sampai

hubungan sesama mereka sebagai anggota masyarakat.

Cerita dari masing-masing tokoh melaju paralel dan

seolah tidak saling berkaitan, namun dari sanalah

tercipta ruang-ruang untuk kita ikut menghayati

pengalaman batin yang ada. Laju cerita yang bergerak

maju-mundur mampu menahan atensi pembaca untuk

terus larut mebaca hingga halaman terakhir.

Problematika-problematika yang tersaji menciptakan

tegangan yang intens dalam novel ini. Tegangan dan

klimaks yang tercipta dari konflik dan pergulatan batin

tokoh-tokohnya dijejerkan dengan begitu apik, cukup

mengaduk-aduk emosi pembaca. Penggambaran gejolak

batin tokoh-tokohnya, terutama gejolak batin seorang

wanita, dilakukan dengan sangat baik hingga mampu

menarik pembacanya untuk turut berempati.

Seperti halnya kebhinekaan Indonesia yang kadang

tersandung kerikil-kerikil kecil, dalam harmoni cerita

indah masih terselip “nada-nada sumbang” dalam novel

ini. Ketidakcermatan ejaan yang muncul beberapa kali

adalah contoh kecil “nada sumbang” tersebut. “Nada

sumbang” berikutnya terkait narasi cerita. Di bagian-

bagian awal kita temui narasi yang ringan mengalir,

kadang terselip penggambaran emosi dengan kata-kata

yang cukup “puitis”. Namun ketika kita terus bergerak

ke halaman belakang, kita akan menemukan narasi

dengan rangkaian kata-kata yang terkesan “slang” dan

mengganggu dalam penggambaran suasana.

Beberapa ketidaklogisan yang kita temui lolos dari

penyuntingan cukup akan terasa mengganggu

ketika kita tengah larut dalam arus cerita. Salah satu

ketidaklogisan yang terdapat dalam novel ini adalah

fakta-fakta dalam cerita yang beberapa kali justru

bertentangan satu sama lain.

Melvi Yendra dan Andriyati dengan cerdas

menghadirkan ending yang menggantung untuk

novel ini. Setelah bergumul dengan segala gejolak

serta pengalaman batin tokoh-tokoh dalam cerita,

kedua penulis novel ini memulangkannya kepada diri

masing-masing pembaca. Tidak ada kesan menggurui,

apalagi dikotomi benar-salah dalam novel ini. Pesan-

pesan moral tercecer begitu rupa di sepanjang cerita,

memulangkannya kepada diri kita untuk mengambil

sikap. Apakah akan terus membiarkan nada-nada

sumbang terdengar dan merusak harmoni. Ataukah

mulai bertindak untuk mewujudkan masyarakat yang

rukun dan bahagia dalam naungan Negara yang ber-

Bhineka Tunggal Ika

R E S E N S I / / / / / / 21

Judul : Harmoni Dalam “?”

Penulis : Melvi Yendra & Andriyati

Penerbit : Mahaka Publishing

Cetakan : Cetakan I, Desember 2011

Jumlah halaman : iv + 344

Page 22: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

K I L A S A N / / / / /22

Depok, 13-16 Februari 2012 – Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia akan mengadakan

Kompetisi Ekonomi 14 (KOMPeK 14) dengan

tema ”INSIGHT – Improving National Strenghts on

Investment, Goods Quality, and Human Resources for

Global Trading” yang akan diikuti oleh siswa/siswi SMA/

SMK se-Indonesia.

KOMPeK 14 dilaksanakan sebagai bentuk

kepekaan terhadap kebutuhan bangsa yang dapat

ditandai dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan

yang edukatif, yang dapat meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia. Serta sebagai bentuk riil

dari Visi FEUI, yaitu “Terwujudnya knowledge society

FEUI yang berwawasan internasional, peka terhadap

kebutuhan bangsa, serta mengedepankan prinsip good

governance”.

KOMPeK 14 kali ini terdiri dari empat bidang lomba,

yakni Economics Quiz, Economics Debate Competition,

Business Challenge, dan Economics Research Paper.

Dimulai KOMPeK gathering pada tanggal 12 Februari

2012, serta talkshow dan company visit pada tanggal

13 Februari 2012, diikuti oleh empat jenis lomba

yang diadakan pada hari-hari selanjutnya. Selain

itu, KOMPeK 14 juga mengadakan supporting event

seperti KOMPeK Gathering, Opening Ceremony,

Talkshow, KOMPeK Journey and Technical Meeting,

Training KOMPeK, Presentasi Fakultas, dan Closing

Ceremony. Talkshow KOMPeK yang didukung oleh

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia dengan

tema “Meningkatkan Kompetensi Roda Penggerak

Perdagangan Bebas Indonesia” dihadiri oleh pembicara-

pembicara profesional di bidangnya yakni: Bapak Gita

Wirjawan (Menteri Perdagangan) , Bapak Sudirman

MR (CEO Astra Daihatsu Motor), Bapak Prof. Lepi dan

Ibu Lana Soelistyaningsih (pihak akademisi). KOMPeK

juga mengadakan Company Visit di Garuda Indonesia

Training Center. Bagi guru pendamping, KOMPeK

mengadakan training guru yang akan dibawakan oleh

Bapak Faisal Basri (FEUI) dan Bapak Budi Matindas

(Psikologi UI) dengan tema “Mempersiapkan Generasi

Muda Menghadapi Perdagangan Global”. Selain itu,

ada pula presentasi dari 3 jurusan FEUI, yaitu Akuntansi,

Manajemen, dan Ilmu Ekonomi.

KOMPeK AS A WHOLEKOMPeK telah menginjak penyelenggaraan yang

keempatbelas kalinya, menjadikannya sebagai salah

satu kompetisi ilmu ekonomi yang tertua di antara

kompetisi-kompetisi sejenis.

KOMPeK adalah kompetisi ekonomi tingkat SMA/SMK

terbesar dan terprestisius mengingat ruang lingkup

kompetisi yang mencakup se-Indonesia.

KOMPeK adalah proyek kedua terbesar dari ratusan

proyek yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa

FEUI, dilihat dari segi dana, jumlah panitia, dan umur

penyelenggaraan.

KOMPeK 9 adalah KOMPeK dengan pengalokasian

budget terbesar sepanjang sejarah, di mana pada

KOMPeK inilah pertama kali terjadi KOMPeK go

national, yaitu ruang lingkup kompetisi meluas dari

tadinya level Jawa-Sumatera menjadi se-Indonesia.

Penyelenggaraan Company Visit pertama kali diadakan

dalam KOMPeK 11, dengan nama SME Journey.

KOMPeK 12 adalah KOMPeK pertama yang bekerjasama

dengan kementrian, dan kesuksesan ini akhirnya

dilanjutkan oleh KOMPeK 13 (Kemenbudpar) dan

KOMPeK 14 (Kemendag).

CABANG LOMBA DALAM KOMPeKEconomics Quiz (Lomba Cepat Tepat Ekonomi)

adalah cabang lomba tertua yang pertama kali

diselenggarakan dalam rangkaian acara KOMPeK.

Business Challenge adalah cabang lomba termuda

yang diadakan pertama kali dalam KOMPeK 11,

sebagai evolusi dari Marketing Strategy Challenge yang

KOMPeK 14-KONTRIBUSI NYATA MAHASISWA BAGI

PENDIDIKAN BANGSA

Page 23: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

K I L A S A N / / / / / 23

diadakan di KOMPeK 10.

Sistem seleksi regional pertama kali dilakukan dalam

KOMPeK 10 untuk cabang Economics Quiz, untuk

mengantisipasi banyaknya jumlah peserta yang

mendaftar. Sebelumnya, setiap peserta yang mendaftar

cabang lomba Economics Quiz akan langsung mengikuti

kompetisi di FEUI.

Sejak KOMPeK 9, penyelenggaraan EDC dilakukan dalam

bahasa Inggris.

PESERTA KOMPeKSekolah yang paling sering juara dalam rangkaian acara

KOMPeK adalah SMAK 3 BPK Penabur, yaitu lewat cabang

lomba Economics Quiz.

Sekolah terjauh yang pernah menjadi partisipan KOMPeK

adalah SMKN 2 Papua , lewat partisipasinya dalam

Economics Quiz KOMPeK 14

Peserta KOMPeK terbanyak adalah dalam

penyelenggaraan KOMPeK 8, di mana belum diadakan

sistem seleksi regional.

Total ada sekitar 224 tim yang berpartisipasi dalam

KOMPeK 14 kali ini, yang berasal dari sekolah-sekolah

seluruh Indonesia. Namun, berdasarkan seleksi yang telah

dilakukan, hanya 74 tim yang berhak lolos untuk ikut

berkompetisi secara langsung di FEUI Depok (terdiri dari

24 EDC, 40 EQ, 5 ERP, dan 5 BC).

PANITIA KOMPeK

Panitia KOMPeK adalah mahasiswa-mahasiswa

terpilih yang telah melalui proses open tender dan

seleksi interview. Terbukti, banyak dari panitia KOMPeK

sebelumnya berhasil mengukir prestasi akademis di

kampus.

Jumlah panitia KOMPeK secara total mencapai 146

orang, mencakup 31 orang badan pengurus harian, 71

staf, dan 44 LO. Keseluruhan panitia itu terbagi ke dalam

Pengurus Inti dan 10 divisi, yaitu Acara, Materi, Liaison

Officer, Perlengkapan, Transportas Akomodasi, Konsumsi,

Humas dan Registrasi, Publikasi Design Dokumentasi,

Kesekretariatan, dan Dana Usaha.

Setiap tahun penyelenggaraan KOMPeK dikelola oleh

mahasiswa FEUI tahun kedua untuk Pengurus Inti dan

Badan Pengurus Harian. Sedangkan mahasidwi tahun

pertama untuk staff. Hal ini berlangsung sejak KOMPeK

8, di mana sebelumnya penyelenggaraan KOMPeK selalu

dikelola mahasiswa tahun ketiga.

Sebagian dari panitia KOMPeK adalah peserta KOMPeK

ketika mereka masih SMA.

ABOUT BRANDINGLogo KOMPeK pertama kali diciptakan pada tahun 2007

dan dipopulerkan lewat penyelenggaraan KOMPeK 9.

Namun, peresmian logo menjadi Official Logo baru

dilakukan pada KOMPeK 11.

Deskripsi logo: merupakan gabungan dari berbagai

lambang mata uang berbagai negara yang membentuk

kesatuan huruf K, dengan Rupiah sebagai pusatnya.

Definisi logo: KOMPeK adalah suatu wadah kompetisi

ekonomi yang mempersatukan peserta dari berbagai

daerah di seluruh Indonesia dan bertujuan meningkatkan

kualitas pendidikan nasional sebagai tulang punggung

kemajuan bangsa.

Official Color KOMPeK 14 adalah merah marun.

PEMENANG KOMPeK 14

Economic Quiz

Juara 1 SMA Xaverius 1 Palembang

Juara 2 SMAN 8 Pekanbaru

Juara 3 SMAN 8 Jakarta

Economic Debate Competition

Juara 1 SMA Tarakanita 2

Juara 2 SMAN 4 Denpasar

Juara 3 SMAN Modal Bangsa Aceh

Best Speaker - Mulyawati Moeliono from SMAN 4

Denpasar

Business Challenge

Juara 1 SMAN 1 Tuban

Juara 2 SMAN 1 Tuban

Juara 3 SMAN 4 Penabur

Economic Research Paper

Juara 1 SMAN 3 Jakarta

Juara 2 SMAN 1 Garut

Juara 3 SMAN 2 Kediri

Juara umum KOMPeK 14

SMAN 1 tuban

Page 24: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

United Integrated Nation of Creation merupakan

tema yang diusung dalam UI Fashion Week tahun

2012 ini. “United Integrated “itu sebenarnya

modifikasi singkatan UI, karena kita sebenarnya adalah

United Integrated, 13 Fakultas yang bersatu. Kenapa

Nation, karena kita sering banget denger kalau UI ibarat

kota sendiri. Dan Creation kita pengen selama 4 hari ini

bener-bener kita bikin ‘one little nation’ dimana intinya

kreativitas creative learner ini,” ujar Yuke Adora Iskandar,

Project Officer UI Fashion Week 2012.

Seminar UI Fashion Week yang bertema Fashion

Industry and Bring Batik to Modernity diselenggarakan

pada Sabtu (25/2) lalu di Perpustakaan Pusat UI lantai 6.

Seminar ini merupakan pre-event dari rangkaian acara

UI Fashion Week yang digelar untuk memfasilitasi dan

mensosialisasikan minat dan bakat anak muda terutama

mahasiswa UI untuk menjadi creative learner dan

pengembangan kewirausahaan di bidang fashion.

Seminar ini membahas tentang tren-tren fashion di

Indonesia dan bagaimana bertahan dengan industri

fashion di Indonesia. “Kalau di pasar lokal aku menciptakan

tren bahwa kekuatan dari desainer yang mempunyai

karakteristik kuat yaitu dengan teknik yang kuat” aku

Barli Asmara, desainer yang memiliki karakter pada teknik

makramenya. Selain itu, seminar ini juga membahas

tentang kolaborasi unsur batik pada desain dan

menekankan adaptasi tren dengan tetap memelihara

karakter sendiri. “Jangan sampai karya kita itu sama seperti

desainer-desainer lokal yang lain”, pesan Barli.

Ichwan Thoha, desainer kawakan yang khas

dengan unsur batik pada koleksinya ini juga sangat

menekankan bahwa desainer harus memiliki ciri khas

tersendiri pada desainnya. “Jangan takut dicela, yang

penting bakat desain tersalurkan,” ungkapnya

UI Fashion Week ini diselenggarakan dengan

tujuan mengangkat Creative Enterpreuner anak muda

zaman sekarang, terutama mahasiswa UI. Menurut Yuke,

UI Fashion Week ini sejalan dengan Pemerintah yang

sedang menggalakan enterpreunership. UI yang termasuk

universitas negeri kelas atas sampai saat ini belum

memiliki jurusan fashion desain untuk mengembangkan

bakat anak muda.

Sore itu, 14 Pebruari 2012, puluhan mahasiswa dari

20 universitas di Indonesia berkumpul di lobi utama

Fakultas Hukum Universitas Indonesia dalam

rangka menghadiri acara Islamic Law National Summit

(ILNS) yang diadakan oleh lembaga dakwah kampus

Serambi FH UI. “Acara ini adalah yang kedua setelah

pelaksanaannya yang pertama pada tahun 2010” tutur

Wahyu Ramdhani mahasiswa FH UI 2010, Project Officer

acara ILNS.

Acara yang berlangsung selama empat hari tersebut

merupakan sebuah rangkaian acara yang diisi oleh bazar,

seminar, workshop, muktamar, dan site visit. Wahyu

menerangkan bahwa ILNS 2012 ini juga bertujuan untuk

membahas kebermanfaatan hukum Islam di ranah

global, dengan mengusung tema Facing the Global

Challenge through Islamic Law para mahasiswa yang

seluruhnya berasal dari Fakultas Hukum di 20 universitas

yang mewakili seluruh Indonesia mendiskuTsikan

berbagai isu yang ada terkait dengan penggunaan

dan kebermanfaatan hukum Islam. Selain itu, Wahyu

menambahkan bahwa acara ini juga akan dijadikan

sebagai media untuk membahas wadah diskusi dari

mahasiswa-mahasiswa Muslim Fakultas Hukum yang

tergabung dalam FORDAFHI (Forum Lembaga Dakwah

Fakultas Hukum se-Indonesia).

“Muktamar nanti secara tidak langsung akan

melanjutkan diskusi kami di UGM beberapa bulan lalu”

tegas Wahyu. Muktamar tersebut juga menghasilkan

sebuah piagam yang akan dibicarakan dan disepakati

oleh seluruh peserta acara ILNS. Wahyu mengungkapkan

harapannya tentang terbangunnya kerja sama diantara

mahasiswa muslim fakultas hukum dalam pembahasan

tentang eksistensi hukum Islam di masa yang akan

datang.

SEMINAR PRE-EVENT UI FASHION WEEK:Fashion Industry and Bring Batik to Modernity

MENYOAL EKSISTENSI HUKUM ISLAM MELALUI ISLAMIC LAW NATIONAL SUMMIT

OLEH:

AGUSTINA

PRINGGANTI

K I L A S A N / / / / /24

Page 25: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

K O M I K / / / / / / / 25IL

LUST

RASI

: JO

ANN

A/SU

MA

Page 26: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

“ INI LAH PENYEBAB

MENGAPA SULIT

MENCARI BUKU DI

PERPUSTAKAAN

PUSAT UI”

O P I N I F O T O / / / /26 g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2

DIAS/SUMA

Page 27: Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal Ilmiah

DIAS/SUMA

DIGITAL