gerbatama ini ui edisi 55 : tarik ulur jurnal ilmiah
DESCRIPTION
Gerbatama ini UI edisi 55 : Tarik Ulur Jurnal IlmiahTRANSCRIPT
“USAHA MEMBUAT PERSATUAN SECARA
PAKSA HANYA AKAN
MENGHASILKAN RASA
SAKIT, TERSESAT,
DAN MERUSAK
PERGERAKAN ”
SUTAN SJAHRIR (1909 – 1966)
Setelah kurang lebih satu setengah bulan rehat, roda kehidupan kampus mulai digulirkan lagi. Suasana hangat diakhir tahun lalu masih belum terasa, nampaknya masih
banyak berbenah diri.Namun, terdengar celetukan dari para penggagas sistem pendidikan di pusat sana. Sebuah kebijakan bahwasanya
para mahasiswa tingkat akhir yang siap menyandang titel sarjana dibelakang namanya harus mampu
menempatkan karya tulisnya di lembaran jurnal ilmiah. Kontan kebijakan yang terkesan sepihak ini
mengundang sikap. Ada yang sudah menyatakan untuk menolak, ada pula pihak yang sebenarnya mendukung
baik kebijakan ini.Lantas sikap para pemegang otoritas di kampus ini masih belum terlihat jelas, apakah ada di sisi tolak,
sisi terima, atau tidak dikeduanya dan membuat sikap lain. Semoga saja masih banyak pihak yang mampu
memilih tindakan dengan penuh pertimbangan yang logis, sehingga bermanfaat bagi semua pihak termasuk
mahasiswa sekalian.
E D I T O R I A L
g e r b ata m a 5 5
Pemimpin Redaksi Tubagus Ramadhan Wakil Pemimpin Redaksi Ananda Putri Redaktur Pelaksana Yanuardi Budilaksono Redaktur
Artistik Rizky C.Fuadhi Redaktur Bahasa Civita Patriana Redaktur Foto Dias Asilatiningsih Reporter Fachmi Ardhi, Agustina Pringganti,
Sri Praptadina, Jonathan Nainggolan, Carla Helsi, Ika Kartika, Elsan Muhammad, Izzan Fathurrahman, Yasinta Sonia, Ananda Putri, Elinda Sintaresmi, Izzatun Nida, Hurun Aini Fotografer Rana Fathya, Olivia Febrina, Rifki Fadhillah, Dias Asilatiningsih, Febriana Diah Desain Sampul Chandra Kartika, Pandu Abiyoga Desain Tata Letak SuciFadhila, Rizki Putri Soliha Pracetak Dino E. Putra Tim Riset Happy
Ferdian, Muthmainnah, Muhammad Syifaudin Iklan Abjure Samuel, Nurlita Dewi, Indang Ayu, Anindya Fitriyani, Sarah Sofiana Sirkulasi
dan Promosi Anggara Irhas, Ashilla Ramadhani, Anton Budiharjo
/ / / M A R E T 2 0 1 2 \ \ \
REMINDER
1 MaretHari Kehakiman Indonesia; Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949
6 MaretHari Kostrad
8 MaretHari Perempuan Internasi-onal
9 MaretHari Perempuan Indonesia; Hari Musik Nasional
11 MaretHari Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
18 MaretHari Arsitektur Indonesia
20 MaretHari Kehutanan Dunia
22 MaretHari Air Internasional
23 MaretHari Meteorologi Dunia
24 MaretHari Peringatan Bandung Lautan Api
29 MaretHari Filateli Indonesia
30 MaretHari Film Indonesia
SURA
T PEM
BACA
Tidak ada banyak hal yang dapat di -lakukan dikampus selama beberapa minggu awal perkuliahan ini. Sep -erti biasa para mahasiswa mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, para dosen mengajar, memberikan materi kuliah. Berbanding terbalik dengan keadaan luar sana, masyarakat gon -jang-ganjing mendengar isu adanya kenaikan harga BBM. Sudah barang tentu kenaikan bahan yang selama ini sudah dapat dikatakan sebagai bahan pokok ini sangat meresahkan warga. Terlebih lagi kita masih belum dapat mencari alternatif pengganti dari ba -han bakar tersebut, apalagi setelah komoditas serupa seperti bahan ba -kar gas atau bahan bakar berbasis bioteknologi masih sangat sulit dijan -gkau harganya. Sungguh paradoksial kejadian ini, sudah sepantasnya kita tidak hanya diam dan menunggu hasil saja bukan...
SatriaMahasiswa FISIP 2010
PUBLIKASI JURNAL ILMIAH
(BUKAN)SEBAGAI PRASYARAT
waktu lalu mengenai Publikasi Jurnal Ilmiah sebagai prasyarat kelulusan mengundang banyak tanggapan di berbagai universitas tak terkecuali Universitas Indonesia.
Kum
pula
n sk
ripsi
dan
tesis
yang
dap
at d
ijadi
kan
refe
rens
i pen
ulisa
n ka
rya
ilmia
h ba
nyak
ters
edia
di r
uang
kole
ksi P
erpu
stak
aan
Pusa
t Uni
vers
itas I
ndon
esia
.RAN
A / S
UMA
OLEH:
FACHMI ARDHI
AGUSTINA PRINGGANTI
SRI PRAPTADINA
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L A P O R A N U TA M A 07
Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi dan dituangkan ke dalam Surat Edaran
pada 27 Januari 2012 silam, tentang publikasi jurnal ilmiah sebagai prasyarat kelulusan akademis bagi S1, S2 dan S3 menghebohkan dunia pendidikan. Hal ini mengundang polemik di masyarakat terutama kalangan sivitas akademika.
Universitas Indonesia merespon positif surat edaran Dirjen Dikti namun memiliki kebijakan tersendiri dalam menanggapi hal tersebut. Menurut keterangan Dr.Ir. Muhamad Anis, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, UI sudah membentuk tim untuk mengakategorisasikan kemudian menyiapkan infrastruktur apa yang mendukung jurnal serta merumuskan ketentuan-ketentuannya. Tim diberikan tenggat waktu 2 bulan terhitung sejak akhir Februari.
Kebijakan ini dinilai baik untuk meningkatkan karya-karya ilmiah di kalangan mahasiswa UI baik S1, S2 maupun S3. “Yang namanya akademik itu ya menulis,
menyebarkan ke khalayak ramai dan justru merupakan suatu penghargaan akademik jika penulisnya itu bisa dikutip,” ucap Jodi Afila Ryandra, Ketua Kajian KSM Eka Prasetya UI dalam menanggapi kebijakan tersebut.
Namun dibalik tujuan baik kebijakan tersebut ada beberapa faktor yang kurang menjadi pertimbangan karena belum matangnya infrastruktur untuk mewajibkan publikasi jurnal dan kualitas menulis mahasiswa yang masih rendah. “Menurut gue sih kalau tujuannya untuk kemajuan pendidikan dan keilmuan di Indonesia ya gue setuju. Tapi satu hal yang
nggak bisa diberlakukan secara tiba-tiba mahasiswa disuruh menerbitkan jurnal,” ungkap Panji Kadar Rahminto, mahasiswa
makin banyak yang lulusnya telat dan segala macam karena review jurnal itu nggak sebentar, perlu waktu yang lama terus birokrasinya mungkin agak susah. Terus juga kalaupun mau diterapkan, secara bertahap. Pertama, dari tingkatan yang paling tinggi S3, S2 baru S1,” Panji menambahkan.
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L A P O R A N U TA M A08
Lain halnya yang dikatakan oleh Fajar Reihan, Mantan Manajer Bidang Penelitian Lembaga Kajian dan Keilmuan Fakultas Hukum 2011, “Kalau kebijakan itu berasal dari surat edaran ya sifatnya nggak mengikat jadi nggak wajib diikuti, ini sesuai UU No. 11 tahun 2012 mengenai hierarki perundang-undangan” ujarnya.
bahwa UI merespon positif kebijakan ini bukan dalam artian untuk mengikutinya. Namun merespon positif untuk menggalakkan mahasiswa membuat karya ilmiah dan mempublikasikannya.
keseluruhan dalam bentuk jurnal. Karena setiap fakultas dan mahasiswa memiliki karya ilmiah dalam berbagai bentuk dan beragam cara publikasi. “Kita respon positif terhadap suratnya bukan kebijakannya”.
Kendala yang dihadapi UIDisisi lain dampak positif yang diharapkan adapula yang menjadi kendala bagi para mahasiswa untuk
menulis jurnal. Dalam Indonesian Scientific Journal Database di tahun 2009 hanya terdapat 2100 jurnal yang berkategori ilmiah dan aktif, 406 diantaranya telah terakreditasi. Jumlah ini sangat timpang dengan calon sarjana UI yang mencapai hampir 3000-4000 setiap tahunnya, belum lagi ditambah dengan lulusan universitas lain.
Tujuan dikti untuk membudayakan menulis pada mahasiswa ini dinilai kurang tepat jika dijadikan sebagai prasyarat kelulusan. Karena jurnal memiliki kriteria tertentu yang dijadikan acuan dalam publikasinya. “Jadi ada filter, mana yang cocok di jurnal dan tidak cocok. Tapi kalau ada 100 dan semuanya di jurnal ya tidak mungkin. Bukan berarti Anda bikin karya ilmiah, dan Anda lulus skripsinya terus Anda ringkas dan diupload ke jurnal online. Kalau begitu sih jangankan Agustus,
Meski begitu, UI sudah siap jika ada mahasiswa yang ingin mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal. Selain
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L A P O R A N U TA M A 09
Jurnal Makara, UI juga sudah memiliki Jurnal Online untuk menampung karya-karya ilmiah mahasiswa yang berkualitas. DRPM, Perpustakaan, dan PPMI sudah menyiapkan infrastrukturnya seperti database untuk dijadikan bank info bagi setiap karya ilmiah di UI yang jurnalnya mungkin skripsi.
Citra Wardhani, Staf Ahli Publikasi Ilmiah dan Sistem Informasi mengatakan bahwa skripsi adalah academic exercise maka jika pengambilan data, metode penelitian dan segala hal yang menjadi unsur dalam skripsi dinilai sudah baik dan bagus lalu mahasiswa berhasil mendapatkan nilai A maka nilai A tersebut diperuntukkan bagi skripsi. Namun hal tersebut tak menjadi patokan untuk langsung bisa mempublikasikannya di dalam jurnal. Ada syarat bagi karya ilmiah untuk bisa dipublikasikan dalam jurnal, yakni adanya sumbangan pada ilmu pengetahuan, kurang lebih penilaian dilihat dari argumentasi ilmiah yang ditonjolkan. Jurnal yang dapat dipublikasikan adalah yang memberikan sumbangan (ilmu pengetahuan) atau hal yang belum pernah dipublikasikan atau diteliti oleh orang lain.
Kejar-kejaran dengan Malaysia?
“Sebagaimana kita ketahui pada saat sekarang ini, jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, hanya sekitar sepertujuh. Hal ini menjadi tantangan kita bersama untuk meningkatkannya.” Adalah pernyataan Dirjen Dikti pada bait awal surat edarannya yang bernomor 152/E/T/2012.
Kebijakan Dirjen Dikti tersebut disinyalir terdapat unsur ‘main kejar-kejaran’ dengan Malaysia karena perbandingan yang timpang antara Indonesia dan Malaysia pada jumlah Dirjen Dikti dinilai hanya berorientasi pada kuantitas namun kurang mempertimbangkan kualitas. “Saya lebih melihat ketidaksiapan dari Dikti, jadi dalam menyusun sebuah kebijakan hanya berdasarkan pada kalah kuantitas jurnal,” ujar Jodi menanggapi pernyataan yang tertera pada bait awal surat edaran tersebut. “Amat disayangkan dan mengecewakan apabila hal yang tertera di surat itu benar adanya” tutup mahasiswa FISIP angkatan 2009 itu
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L A P O R A N U TA M A10
Menuai pro-kontra, surat edaran ‘dikendurkan’
Seperti yang dilansir banyak media massa, Dirjen Dikti yang awalnya mewajibkan berlakunya kebijakan yang tertera pada Surat Edaran Dirjen Dikti 152/E/T/2012 akhirnya mengendurkan kebijakan tersebut. Pihak Dikti menyatakan bahwa surat tersebut hanya merupakan himbauan agar mahasiswa membudayakan menulis. Karena menurutnya jumlah karya ilmiah dan jurnal ilmiah tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa itu sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Muhamad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2012 pada Senin (27/2) lalu di Pusdiklat Kemendikbud, Depok, Jawa Barat.
Meskipun tidak ada sanksi hukum, namun tetap ada sanksi predikat. “Sanksinya tidak ada, kecuali predikat kelulusan. Mahasiswa yang IPK 4 belum dinyatakan cumlaude jika gagal dalam publikasi. Sebaliknya, mahasiswa dengan IPK 3,7 bisa cumlaude jika berhasil melakukan publikasi” hal ini disampaikan oleh Idrus Paturusi, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri pada RNKP.
Pernyataan Idrus ini menuai kecaman, “Itu namanya pelacuran intelektualitas. Menurut saya, jurnal ya jurnal. IPK ya IPK,” kata Jodi yang meskipun aktif berkecimpung di organisasi yang menekankan pada keaktifan menulis namun tetap tidak setuju dengan sanksi predikat ini.
Ditanyai mengenai hal ini Anis memiliki jawaban tegas, “Penentuan cumlaude atau tidak itu peraturan yang berlaku di masing-masing perguruan tinggi. Nggak bisa dia bikin aturan untuk Universitas Indonesia. Kita kan ada ketentuan dari Senat Akademik Universitas yang mengatakan cumlaude itu kalau Anda lulus 8 semester atau lebih sedikit dan IPK diatas 3.50,” jelasnya
Anis menilai kebijakan dengan sanksi predikat ini telah mengintervensi kebijakan otonomi kampus yang telah ada. “Cumlaude adalah hak dari setiap mahasiswa yang memang mampu mendapatkanya. Apabila hal ini diintervensi, kebijakan ini bukan lagi kebijakan, akan tetapi aturan”, tutup Bapak yang juga pengajar di departemen teknik metalurgi ini.
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L A P O R A N U TA M A 11
PENEMUAN SENJATA DI U I :KASUISTIK ATAU PRESEDEN
Ilustrasi - Senjata milik teroris ditemukan di hutan kota UI.
SENJATA DI U I :KASUISTIK ATAU PRESEDEN
Universitas Indonesia kembali menjadi sorotan media nasional setelah ditemukannya beberapa amunisi dan senjata di kawasan hutan UI. Kejadian ini seolah menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan UI yang dianggap sebagai “kampus yang sangat terbuka”. Minimnya
satu faktor penyebab terjadinya kasus yang meresahkan ini.
OLEH:
JONATHAN NAINGGOLAN
CARLA HELSI
IKA KARTIKA
Ilustrasi - Senjata milik teroris ditemukan di hutan kota UI.
OLI
VIA
.F./S
UM
A
Satu buah senjata dan sejumlah amunisi ditemukan di kawasan hutan sekitar Fakultas Ekonomi (FE) UI, Kamis (9/2).
Sub Direktorat Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) ikut membantu penemuan senjata dan peluru bersama Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88). Cukup mencengangkan, mereka menemukan 100 butir peluru V2, 100 butir peluru 7.62mm, 90 butir peluru 9mm, satu magasin FN, dan ratusan peluru mulai dari kaliber .38 hingga 5.56mm dan sepucuk senjata jungle seri 6732335. Informasi adanya senjata dan amunisi didapatkan dari keterangan yang diberikan oleh Mulyadi, anggota jaringan teroris kelompok Abu Omar.
Ismail Sukmawijaya, selaku asisten kepala Subdit PLK menyatakan bahwa penemuan senjata kali ini merupakan pengembangan dari kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Beliau menjelaskan bahwa kasus ini bukan hanya tanggung jawab PLK semata, namun juga merupakan tanggung jawab semua civitas akademika UI. “Pengamanan kampus memang menjadi tanggung jawab PLK, tetapi mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat sekitar yang memanfaatkan area kampus, harus turut berperan,” ucap Ismail. Lebih jauh Ismail berkata bahwa kita tidak seharusnya membuat generalisasi dari kejadian yang bersifat kasuistik ini. “Jangan sampai hal yang bersifat kasuistik menjadi sebuah generalisasi,” imbuhnya.
Pernyataan sebaliknya justru diutarakan oleh Adrianus Meliala, selaku Ketua Departemen Kriminologi UI. Beliau menyatakan bahwa UI sebagai kampus yang sangat terbuka tentu memiliki potensi yang besar untuk disalahgunakan oleh pihak tertentu. Bukan tidak mungkin kasus semacam ini akan terulang kembali. Ada kecenderungan pengamanan selalu satu langkah di belakang fenomena kejahatan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi kreatif dalam rangka pencegahan tindak kejahatan. Pengadaan Closed Circuit Television (CCTV) merupakan salah satu solusi yang patut dipertimbangkan. “Gedung-gedung seperti ini –yang berkontur seperti gedung-gedung di UI– sudah harus dijaga dengan sistem CCTV.”, ujar Adrianus.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Adrianus, salah seorang mahasiswa yang pernah berhubungan dengan jaringan teroris berpendapat demikian. Mahasiswa yang pernah berhubungan dengan jaringan teroris ini (nama ada pada redaksi), berpendapat bahwa UI berpotensi untuk dimanfaatkan oleh banyak unsur. Pemasangan CCTV sudah sangat penting. “Pemasangan CCTV di sejumlah titik, akan secara efektif menyebabkan menurunnya tingkat kejahatan,” menurutnya.
Namun demikian, Ismail berpendapat bahwa pemasangan CCTV sangat terbatas.
VTCC ,raseb gnay ayaib nakhutubid nialeSjuga mudah rusak. Tampaknya, PLK tidak
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L i p u ta n k h u s u s14
mau mengambil risiko. Padahal, urgensi pengadaan CCTV sudah sangat penting. “Setiap hal tidak bisa dilihat secara materi. Kerugian yang lebih besar akan dirasakan apabila penggunaan CCTV tidak dioptimalkan,” jelas Adrianus sebagai pakar kriminologi.
Pihak PLK justru menyarankan agar UI kembali menjadi kampus terbuka tapi terbatas. Siapa saja boleh masuk ke dalam wilayah UI, namun ada syarat-syarat yang membatasi. Seperti, menyaring kendaraan bermotor yang diperbolehkan masuk ke dalam kawasan UI. Hal ini akan mendatangkan pro dan kontra dari masyarakat sekitar. Seperti kejadian di pintu Barel beberapa waktu lalu, masyarakat menentang keras kebijakan tersebut. Masyarakat sekitar merasa memiliki keterikatan sejarah dengan perkembangan kampus UI selama lima belas tahun ini.
Uci, mahasiswa Farmasi berpendapat bahwa tidak mungkin membuat UI menjadi tertutup. “ Kalo lingkungan UI harus dibuat tertutup dari daerah luar itu kayaknya agak impossible. Mungkin dari aparat keamanan saja yang lebih diperketat. Misalnnya ada ronda tiap minggu atau apalah. Pengecekan setiap orang yang keluar masuk UI yang agak mencurigakan juga perlu” ujar Uci mengemukakan pendapatnya.
Berbeda dengan Uci, Khalil, mahasiswa FMIPA berpendapat bahwa masalah ini bukan hanya kesalahan dan kelalaian satpam (PLK) saja, namun juga mahasiswa sebagai agent of change . “Pengertian agent of change disini bukanlah sebagai perubah dunia, tapi sebagai perubah agar kawasan UIi ini menjadi lebih baik,” Khalil memperjelas maksudnya.
Diperlukan solusi nyata secepatnya dalam menghadapi masalah keamanan UI. Tidak hanya efekti�tas patroli yang harus ditingkatkan, PLK sebagai penanggung jawab utama keamanan UI harus mencari solusi lain. Di luar dari rentannya CCTV, urgensi ke arah sana sudah harus dipertimbangkan oleh PLK.
Pada akhirnya, seharusnya sivitas akademika juga harus ikut berperan aktif dalam menjaga keamanan kampus. Untuk mendapatkan suasana kampus yang aman, dibutuhkan peran aktif dari seluruh warga UI yang menikmati fasilitas kampus ini.
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
L i p u ta n k h u s u s 15
Surat Dirjen Dikti Kemendikbud bertanggal 27 Januari 2012 tentang publikasi karya ilmiah untuk mahasiswa
S-1, S-2, dan S-3 sebagai syarat kelulusan yang berlaku mulai Agustus 2012 mendapatkan reaksi yang beragam dari berbagai kalangan, terutama dari para mahasiswa. Berbagai reaksi mewarnai perbincangan mengenai kebijakan jurnal ilmiah ini. Berdasarkan riset yang disebar acak di mahasiswa Universitas Indonesia (UI), mayoritas menyatakan kebijakan dikti tersebut belum sesuai dengan kondisi perguruan tinggi nasional saat ini. Hal ini antara lain dikarenakan masih sedikitnya ketertarikan mahasiswa dalam bidang penelitian, masih sulitnya aksebilitas mahasiswa pada dosen, serta belum massifnya publikasi isu ini.
Namun di sisi lain, beberapa responden mengatakan bahwa isu tentang kewajiban jurnal imliah ini sudah relevan dengan kondisi mahasiswa UI saat ini. Bukti
pendukungnya dapat dilihat dari fasilitas �sik yang cukup lengkap, seperti contoh perpustakaan pusat yang menjadi terbesar se-Asia Tenggara. Terlepas dari itu semua, mayoritas responden juga mengharapkan pihak UI melakukan berbagai kebijakan terkait jurnal ilmiah itu sendiri, antara lain dengan memberikan penjelasan mengenai kuali�kasi jurnal itu sendiri, memperbanyak pembimbing dalam menyusun, dan juga lebih meningkatkan kualitas dari berbagai fasilitas �sik yang telah dimiliki UI.Riset ini dilakukan pada tanggal 22-24 Februari 2012 dengan total responden 184 orang yang tersebar di Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Adapun teknik yang digunakan pada suvey ini adalah simple random sampling . Survey ini tidak bisa mewakili seluruh elemen mahasiswa UI.
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
r i s e t / / / / / / 17
ILUST
RASI
: PA
ND
U A
BIY
OG
A
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
R A G A M / / / / / / /18
UI Fashion WeekUI Fashion Week adalah salah satu acara perdana mahasiswa UI yang bertemakan fashion. UI Fashion Week ini menjadi perhatian karena ide dan konten acara yang unik dan baru. Sebuah pagelaran fashion yang mencoba m e n e r a p k a n
standar internasional dalam pelaksanaannya. Acara ini sesungguhnya tidak semata-mata independen karena UI Fashion Week yang diprakarsai oleh tujuh mahasiswa FIB UI ini di bawahi oleh DKIB atau Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis yang dibawahi langsung oleh Rektorat UI. UI Fashion Week memilih untuk berpayung pada DKIB dibanding dengan lembaga lainnya di UI seperti BEM, DPM, atau lainnya karena adanya perbedaan visi. “Kami merasa DKIB punya misi yang sama dengan kita, sebuah wadah yang concern dengan kewirausahaan dan jiwa enterpreneurship mahasiswa, beda sama BEM atau DPM yang biasanya lebih concern ke isu sosial dan sejenisnya”, ucap Yukke, mahasiswi Sastra Jerman yang bertindak sebagai Project Officer dari UI Fashion Week.
Tujuan dari UI Fashion Week ini adalah membuka peluang bagi mahasiswa UI dengan jalan memperkenalkan dunia fashion beserta label-label dari anak UI sendiri yang dinilai tidak kalah dari label-label lokal lainnnya . UI Fashion Week juga ingin membentuk image baru dari mahasiswa UI yaitu bahwa mahasiswa UI bisa memiliki jiwa creative-preuneur yang nyatanya sangat banyak peminatnya. Diharapkan melalui acara ini, image dunia fashion yang dipandang sebagai sesuatu yang glamor akan dapat berubah.
@TheBeatlesUI@TheBeatlesUI adalah akun Twitter yang dibentuk pada tanggal 9 Desember 2011 oleh tiga mahasiswa Fakultas Teknik yaitu Bastino Gunawan Siregar, Patrick Siregar, dan Prabu Setiawan dengan tujuan menjaring dan
mengumpulkan penggemar grup musik legendaris The Beatles di Universitas. “Sebenarnya kami yakin bahwa penggemar The Beatles di UI ini pasti sangat banyak, hanya saja mereka belum kelihatan. Nah, dari situ kenapa nggak dibuat perkumpulannya yang berawal dari Twitter ini”, cerita Prabu yang merupakan salah satu adminnya.
@TheBeatlesUI saat ini masih bersifat perkumpulan informal dan sebatas jejaring sosial di twitter, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya @TheBeatlesUI akan bersifat formal. “Saat ini sih masih bersifat informal, belum berstruktur. “Cuma mengumpulkan dan menjaring doang. Tapi kedepannya kita pingin benar-benar total ada The Beatles UI di UI itu sendiri”, ujar Prabu. Mengenai rencana kerja sama dengan lembaga formal seperti BEM, @TheBeatlesUI mengaku selalu siap dan terbuka terhadap segala bentuk tawaran kerja sama dari pihak manapun untuk mengadakan event-event seperti jamming dengan membawakan lagu-lagu dari The Beatles.
Di lain pihak, BEM Fakultas Teknik UI yang ketika dikonfirmasi mengenai @TheBeatlesUI ini mengaku bahwa mereka mengetahui akan adanya komunitas tersebut dan menyatakan dukungannya. “Kita sebenarnya open sih sama komunitas seperti itu, asalkan mereka jelas , apalagi mahasiswa sekarang juga biasanya senang dengan adanya event-event seperti itu”, ujar Muhammad Anugerah, Kepala Bidang Kreasi Mahasiswa BEM FT UI.
Kedua bentuk acara tersebut memilki kesamaan, mereka terbentuk secara informal dari ide-ide kreatif para mahasiswa yang ingin fokus pada suatu bidang tertentu. Meskipun tidak bisa dikatakan benar-benar independen. Keberadaan komunitas-komunitas informal semacam UI Fashion Week dan @TheBeatlesUI merupakan suatu hal yang tentunya patut diapresiasi. Komunitas-komunitas ini menawarkan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan mengekspos ide-ide kreatif. Melihat respon baik yang diterima oleh kedua komunitas ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedua komunitas ini memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi lebih besar dan mampu mendatangkan keuntungan baik keuntungan materi maupun sosial bagi para mahasiswa.
Akhir-akhir ini, beberapa kalangan mahasiswa UI menginisiasi event-event yang sedikit berbeda. Sebut saja UI Fashion Week yang berhasil menyentuh mahasiswa UI yang tertarik di bidang fashion. Lalu ada komunitas yang fondasinya berawal dari
mahasiswa UI penggemar The Beatles dan berencana melakukan jamming membawakan lagu-lagu nostalgia.
YANG TENAR DI LUAR LEMBAGA FORMAL
OLEH:
ELSAN MUHAMMAD
IZZAN FATHURAHMAN
YASHINTA SONIA
GHIT
A/SU
MA
Sesi beauty class pada UI fashion week
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
s a i n s t e k / / / / / 19
Diawali oleh keinginan untuk membantu menyembuhkan kakaknya yang mengidap
kanker payudara, Dr. Warsito P. Taruno, seorang dosen pascasarjana di Departemen Fisika Universitas Indonesia menciptakan alat untuk terapi kanker. Penelitiannya dilakukan di perusahaan miliknya yang bernama Edwar Technology yang merupakan perusahaan berbasis R&D (Research and Development). Produk yang sedang dikembangakan oleh perusahaan tersebut adalah ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) dan ECCT (Electro Capacitive Cancer Treatment). Selain diuji kepada kakaknya, alat temuan Dr. Warsito ini juga dipakai oleh penderita kanker otak stadium akhir bernama Willy yang sekarang telah dinyatakan sembuh.
Menurut Marlin, seorang peneliti di Edwar Technology, tomografi adalah suatu teknik untuk melihat suatu struktur objek tanpa membelah objek tersebut. “Di Edwar Technology, ECVT dimanfaatkan sebagai alat diagnosis berupa pemindai empat dimensi. Sedangkan ECCT adalah alat untuk terapi kanker,” ungkap Marlin. ECCT mengadopsi prinsip dasar ECVT untuk membangkitkan medan listrik AC yang akan melumpuhkan sel-sel kanker yang sedang membelah. Penggunaan ECCT dinilai praktis karena tidak perlu melakukan pembedahan terhadap pasien. Selain itu, ECCT lebih ekonomis dibanding kemoterapi dari segi biaya yang harus dikeluarkan. ECCT untuk penderita kanker payudara bentuknya berupa pakaian seperti rompi yang dihubungkan dengan sebuah kotak kecil yang di dalamnya berisi baterai dan berbagai komponen elektronika.
Menurut Ahmad, mahasiswa Fisika Medis angkatan 2008 yang pernah terlibat dalam penelitian di Edwar
Technology, penemuan tersebut adalah hal yang membahagiakan karena alat itu akan sangat bermanfaat bagi para penderita kanker. Akan tetapi, alat ini ternyata juga memiliki efek samping yaitu munculnya gejala seperti panas, pusing bahkan tubuh mengeluarkan nanah setelah pemakaian ECCT. Gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa ECCT sedang bekerja menghancurkan sel kanker yang sedang membelah.
Namun, dr.Ahmad Kurnia, Sp. B.K.Onk, dokter ahli bedah kanker dari RSCM dan staff pengajar di FK UI, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penemuan tersebut. “Sampai sekarang cara yang
baik untuk penghilangan kanker itu dengan operasi.” Menurutnya, sel kanker sebaiknya dihilangkan dengan operasi oleh tenaga medis yang berkompeten di bidang kanker. Masih menurutnya, pembuktian keefektifan suatu alat penyembuhan kanker juga tidak dapat hanya mengandalkan pada kesembuhan satu pasien saja. Lebih lanjut, diperlukan juga pembuktian melalui hasil biopsi atau pengambilan lapisan tisu dari penderita penyakit kanker untuk diperiksa guna menunjukkan apakah alat tersebut dapat menghilangkan sel kanker dengan baik atau tidak karena selama ini penemuan alat-alat penghilang kanker tidak menunjukkan hasil yang baik.
Dalam pandangan dr. Kurnia, pengobatan yang tidak dilakukan oleh dokter dapat dikatakan sebagai pengobatan alternatif dan hal tersebut dirasa kurang aman karena dikhawatirkan ada risiko yang membahayakan pasien. Resiko ini dapat muncul karena pengobatan alternatif yang cenderung memakan waktu memiliki kemungkinan membiarkan sel kanker untuk berkembang ke arah yang lebih parah. Selain itu, ditinjau dari etika medis uji coba alat langsung kepada manusia adalah hal yang tidak etis. “Etika medisnya tidak dipakai”, ungkap dr.Kurnia.
ECCT:HANCURKAN SEL KANKER DENGAN L ISTRIK STATIS
membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Menurut WHO, pada tahun 2010 kanker
angka mencapai 13% dari sdi dunia. Namun, ditangan seorang ilmuwan Indonesia, kanker
Salah satu produk yang diciptakan oleh Edwar Technology.
DIAS
/ SU
MA
OLEH:
ANANDA PUTRA
ELINDA SINTARESMI
IZZATUN NIDA
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
AKBAR HAMID :UNTUK PARA IBU KAMPUNG
KELAPA GEDONGDi balik megahnya pusat perbelanjaan Margocity Depok berdiri kampung Kelapa Gedong yang sebagian masyarakatnya masih berada di garis kemiskinan.
mencukupi kebutuhan dapur, beriringan dengan para istri yang rerata hanyalah ibu rumah tangga. Fenomena ini membuat Akbar Hamid dan lima kawannya
pemberdayaan. Tercetuslah ‘Senyum Ibu’.
OLEH:
HURUN AINI
S O S O K / / / / / / /20
Akbar Hamid yang akrab dipanggil Abay adalah
alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
yang tahun ini memperoleh titel Sarjana Ekonomi
di belakang namanya. Saat menjadi mahasiswa, ia pernah
dikenal aktif dalam lembaga eksekutif mahasiswa tingkat
fakultas ataupun universitas. Ia dan beberapa temannya
menginisiasi sebuah gerakan bertemakan ‘Senyum Ibu’
yang bertujuan untuk memberdayakan para ibu rumah
tangga di sekitar wilayah Kelapa Gedong.
Dari kondisi rumah masyarakat disekitar Kelapa Gedong,
terlihat bahwa masyarakatnya tampak berkecukupan.
Akan tetapi, realita masyarakatnya tidak seperti yang
terlihat dari bentuk fisiknya. “Rumah bagus gak jaminan
kalau orangnya mampu, rumah kan Cuma warisan dan
gak bisa dimakan” ujar Santi, seorang ibu peserta program
Senyum Ibu. Semenjak sang suami meninggal beberapa
tahun lalu, ia memutuskan membuka warung untuk
penghidupannya.
Fenomena tersebut merupakan satu dasar bagi Abay
untuk membentuk gerakan Senyum Ibu dengan sasaran
para ibu di Kelapa Gedong. “Sebenarnya kami hanya
ingin melihat para ibu tersenyum melihat anaknya dapat
bersekolah dengan uang yang dihasilkannya sendiri” ujar
Abay yang pernah menjabat sebagai Ketua BEM FE UI
2010. Niat baik ini tidak semata-mata diterima secara baik
pula, “Sulit membujuk ibu-ibu tersebut karena mereka kan
membutuhkan penghasilan yang bisa segera digunakan,
maklum urusan perut gak bisa ditunda” jelas Abay.
Dengan bantuan dari pengurus Rukun Warga setempat,
akhirnya Abay diterima oleh beberapa ibu dan program ini
mulai berjalan dengan cukup baik.
Pemberdayaan yang bergerak secara independen ini
mengutamakan usaha tata boga bagi para ibu rumah
tangga. “Mengapa dibidang tata boga? Karena makanan
adalah kebutuhan dasar manusia dan kami melihat
peluang di kampus yang sering mengadakan seminar dan
membutuhkan makanan tersebut” ungkap Abay yang
lulus dengan predikat terbaik FE UI untuk kategori aktivis.
Dengan dibantu oleh empat rekannya di FE UI, para
penggerak Senyum Ibu mulai mengadakan sebuah
pelatihan tata boga untuk para peserta program Senyum
Ibu dengan trainer seorang yang telah berhasil dalam
usaha catering. Abay pun memiliki pandangan bahwa
pada nantinya, 20% dari penghasilan para ibu yang ikut
serta dalam program, akan dialokasikan untuk pendidikan
masyarakat sekitar Kelapa Gedong.
Abay yang sekarang disibukkan sebagai peneliti di
Kementrian Perindustrian dan di Provinsi DKI Jakarta
pada Lembaga Demografi UI, serta asisten pengajar di
Universitas Asyafi’iyah mengaku bahwa semangat dari
para ibu peserta program, turut menaikkan semangatnya
untuk melihat senyum para ibu tersebut. “Kami
berharap mahasiswa UI yang lain dapat berpartisipasi
dalam program ini, paling tidak berkontribusi sesuai
kemampuannya” tutup Abay.
Abay sedang berbincang mengenai program Senyum Ibu.
FEBR
IAN
A/SU
MA
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
KEHIDUPAN DALAM TANDA TANYA
OLEH:
M. SYIFAUDIN
Agama adalah
alat provokasi
paling murah.
Di seluruh dunia, dapat
kita temukan berbagai
contoh betapa mudahnya
memprovokasi dan
menggerakkan massa
dengan melemparkan
isu agama. Tentu bukan
salah Tuhan bila kita
ditakdirkan hidup di
Indonesia yang begitu
plural. Bukan hanya agama yang berbeda-beda,
namun juga suku, pandangan politik, serta budaya
yang beraneka-rupa dari Sumatra hingga tanah Papua.
Kebhinekaan bagi Indonesia adalah sebuah keniscayaan.
Diantara harmoni kebhinekaan Indonesia itulah, kadang
terselip satu-dua nada sumbang yang, sayangnya, lebih
sering mendapat sorotan. Novel drama yang terinspirasi
dari sebuah film karya sineas Hanung Brahmantyo ini
mencoba menjadi cermin untuk Indonesia yang rukun
dan bahagia dalam perbedaan.
Latar novel ini berpusat di sebuah gang di kawasan
pecinan Pasar Baru, Semarang. Sebuah lingkungan kecil
dengan penduduk yang mempunyai latar belakang
agama, suku, dan status sosial beraneka-ragam. Mereka
menghadapai problematika yang berbeda-beda, mulai
dari agama, cinta, rumah tangga, pekerjaan, sampai
hubungan sesama mereka sebagai anggota masyarakat.
Cerita dari masing-masing tokoh melaju paralel dan
seolah tidak saling berkaitan, namun dari sanalah
tercipta ruang-ruang untuk kita ikut menghayati
pengalaman batin yang ada. Laju cerita yang bergerak
maju-mundur mampu menahan atensi pembaca untuk
terus larut mebaca hingga halaman terakhir.
Problematika-problematika yang tersaji menciptakan
tegangan yang intens dalam novel ini. Tegangan dan
klimaks yang tercipta dari konflik dan pergulatan batin
tokoh-tokohnya dijejerkan dengan begitu apik, cukup
mengaduk-aduk emosi pembaca. Penggambaran gejolak
batin tokoh-tokohnya, terutama gejolak batin seorang
wanita, dilakukan dengan sangat baik hingga mampu
menarik pembacanya untuk turut berempati.
Seperti halnya kebhinekaan Indonesia yang kadang
tersandung kerikil-kerikil kecil, dalam harmoni cerita
indah masih terselip “nada-nada sumbang” dalam novel
ini. Ketidakcermatan ejaan yang muncul beberapa kali
adalah contoh kecil “nada sumbang” tersebut. “Nada
sumbang” berikutnya terkait narasi cerita. Di bagian-
bagian awal kita temui narasi yang ringan mengalir,
kadang terselip penggambaran emosi dengan kata-kata
yang cukup “puitis”. Namun ketika kita terus bergerak
ke halaman belakang, kita akan menemukan narasi
dengan rangkaian kata-kata yang terkesan “slang” dan
mengganggu dalam penggambaran suasana.
Beberapa ketidaklogisan yang kita temui lolos dari
penyuntingan cukup akan terasa mengganggu
ketika kita tengah larut dalam arus cerita. Salah satu
ketidaklogisan yang terdapat dalam novel ini adalah
fakta-fakta dalam cerita yang beberapa kali justru
bertentangan satu sama lain.
Melvi Yendra dan Andriyati dengan cerdas
menghadirkan ending yang menggantung untuk
novel ini. Setelah bergumul dengan segala gejolak
serta pengalaman batin tokoh-tokoh dalam cerita,
kedua penulis novel ini memulangkannya kepada diri
masing-masing pembaca. Tidak ada kesan menggurui,
apalagi dikotomi benar-salah dalam novel ini. Pesan-
pesan moral tercecer begitu rupa di sepanjang cerita,
memulangkannya kepada diri kita untuk mengambil
sikap. Apakah akan terus membiarkan nada-nada
sumbang terdengar dan merusak harmoni. Ataukah
mulai bertindak untuk mewujudkan masyarakat yang
rukun dan bahagia dalam naungan Negara yang ber-
Bhineka Tunggal Ika
R E S E N S I / / / / / / 21
Judul : Harmoni Dalam “?”
Penulis : Melvi Yendra & Andriyati
Penerbit : Mahaka Publishing
Cetakan : Cetakan I, Desember 2011
Jumlah halaman : iv + 344
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
K I L A S A N / / / / /22
Depok, 13-16 Februari 2012 – Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia akan mengadakan
Kompetisi Ekonomi 14 (KOMPeK 14) dengan
tema ”INSIGHT – Improving National Strenghts on
Investment, Goods Quality, and Human Resources for
Global Trading” yang akan diikuti oleh siswa/siswi SMA/
SMK se-Indonesia.
KOMPeK 14 dilaksanakan sebagai bentuk
kepekaan terhadap kebutuhan bangsa yang dapat
ditandai dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
yang edukatif, yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Serta sebagai bentuk riil
dari Visi FEUI, yaitu “Terwujudnya knowledge society
FEUI yang berwawasan internasional, peka terhadap
kebutuhan bangsa, serta mengedepankan prinsip good
governance”.
KOMPeK 14 kali ini terdiri dari empat bidang lomba,
yakni Economics Quiz, Economics Debate Competition,
Business Challenge, dan Economics Research Paper.
Dimulai KOMPeK gathering pada tanggal 12 Februari
2012, serta talkshow dan company visit pada tanggal
13 Februari 2012, diikuti oleh empat jenis lomba
yang diadakan pada hari-hari selanjutnya. Selain
itu, KOMPeK 14 juga mengadakan supporting event
seperti KOMPeK Gathering, Opening Ceremony,
Talkshow, KOMPeK Journey and Technical Meeting,
Training KOMPeK, Presentasi Fakultas, dan Closing
Ceremony. Talkshow KOMPeK yang didukung oleh
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia dengan
tema “Meningkatkan Kompetensi Roda Penggerak
Perdagangan Bebas Indonesia” dihadiri oleh pembicara-
pembicara profesional di bidangnya yakni: Bapak Gita
Wirjawan (Menteri Perdagangan) , Bapak Sudirman
MR (CEO Astra Daihatsu Motor), Bapak Prof. Lepi dan
Ibu Lana Soelistyaningsih (pihak akademisi). KOMPeK
juga mengadakan Company Visit di Garuda Indonesia
Training Center. Bagi guru pendamping, KOMPeK
mengadakan training guru yang akan dibawakan oleh
Bapak Faisal Basri (FEUI) dan Bapak Budi Matindas
(Psikologi UI) dengan tema “Mempersiapkan Generasi
Muda Menghadapi Perdagangan Global”. Selain itu,
ada pula presentasi dari 3 jurusan FEUI, yaitu Akuntansi,
Manajemen, dan Ilmu Ekonomi.
KOMPeK AS A WHOLEKOMPeK telah menginjak penyelenggaraan yang
keempatbelas kalinya, menjadikannya sebagai salah
satu kompetisi ilmu ekonomi yang tertua di antara
kompetisi-kompetisi sejenis.
KOMPeK adalah kompetisi ekonomi tingkat SMA/SMK
terbesar dan terprestisius mengingat ruang lingkup
kompetisi yang mencakup se-Indonesia.
KOMPeK adalah proyek kedua terbesar dari ratusan
proyek yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa
FEUI, dilihat dari segi dana, jumlah panitia, dan umur
penyelenggaraan.
KOMPeK 9 adalah KOMPeK dengan pengalokasian
budget terbesar sepanjang sejarah, di mana pada
KOMPeK inilah pertama kali terjadi KOMPeK go
national, yaitu ruang lingkup kompetisi meluas dari
tadinya level Jawa-Sumatera menjadi se-Indonesia.
Penyelenggaraan Company Visit pertama kali diadakan
dalam KOMPeK 11, dengan nama SME Journey.
KOMPeK 12 adalah KOMPeK pertama yang bekerjasama
dengan kementrian, dan kesuksesan ini akhirnya
dilanjutkan oleh KOMPeK 13 (Kemenbudpar) dan
KOMPeK 14 (Kemendag).
CABANG LOMBA DALAM KOMPeKEconomics Quiz (Lomba Cepat Tepat Ekonomi)
adalah cabang lomba tertua yang pertama kali
diselenggarakan dalam rangkaian acara KOMPeK.
Business Challenge adalah cabang lomba termuda
yang diadakan pertama kali dalam KOMPeK 11,
sebagai evolusi dari Marketing Strategy Challenge yang
KOMPeK 14-KONTRIBUSI NYATA MAHASISWA BAGI
PENDIDIKAN BANGSA
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
K I L A S A N / / / / / 23
diadakan di KOMPeK 10.
Sistem seleksi regional pertama kali dilakukan dalam
KOMPeK 10 untuk cabang Economics Quiz, untuk
mengantisipasi banyaknya jumlah peserta yang
mendaftar. Sebelumnya, setiap peserta yang mendaftar
cabang lomba Economics Quiz akan langsung mengikuti
kompetisi di FEUI.
Sejak KOMPeK 9, penyelenggaraan EDC dilakukan dalam
bahasa Inggris.
PESERTA KOMPeKSekolah yang paling sering juara dalam rangkaian acara
KOMPeK adalah SMAK 3 BPK Penabur, yaitu lewat cabang
lomba Economics Quiz.
Sekolah terjauh yang pernah menjadi partisipan KOMPeK
adalah SMKN 2 Papua , lewat partisipasinya dalam
Economics Quiz KOMPeK 14
Peserta KOMPeK terbanyak adalah dalam
penyelenggaraan KOMPeK 8, di mana belum diadakan
sistem seleksi regional.
Total ada sekitar 224 tim yang berpartisipasi dalam
KOMPeK 14 kali ini, yang berasal dari sekolah-sekolah
seluruh Indonesia. Namun, berdasarkan seleksi yang telah
dilakukan, hanya 74 tim yang berhak lolos untuk ikut
berkompetisi secara langsung di FEUI Depok (terdiri dari
24 EDC, 40 EQ, 5 ERP, dan 5 BC).
PANITIA KOMPeK
Panitia KOMPeK adalah mahasiswa-mahasiswa
terpilih yang telah melalui proses open tender dan
seleksi interview. Terbukti, banyak dari panitia KOMPeK
sebelumnya berhasil mengukir prestasi akademis di
kampus.
Jumlah panitia KOMPeK secara total mencapai 146
orang, mencakup 31 orang badan pengurus harian, 71
staf, dan 44 LO. Keseluruhan panitia itu terbagi ke dalam
Pengurus Inti dan 10 divisi, yaitu Acara, Materi, Liaison
Officer, Perlengkapan, Transportas Akomodasi, Konsumsi,
Humas dan Registrasi, Publikasi Design Dokumentasi,
Kesekretariatan, dan Dana Usaha.
Setiap tahun penyelenggaraan KOMPeK dikelola oleh
mahasiswa FEUI tahun kedua untuk Pengurus Inti dan
Badan Pengurus Harian. Sedangkan mahasidwi tahun
pertama untuk staff. Hal ini berlangsung sejak KOMPeK
8, di mana sebelumnya penyelenggaraan KOMPeK selalu
dikelola mahasiswa tahun ketiga.
Sebagian dari panitia KOMPeK adalah peserta KOMPeK
ketika mereka masih SMA.
ABOUT BRANDINGLogo KOMPeK pertama kali diciptakan pada tahun 2007
dan dipopulerkan lewat penyelenggaraan KOMPeK 9.
Namun, peresmian logo menjadi Official Logo baru
dilakukan pada KOMPeK 11.
Deskripsi logo: merupakan gabungan dari berbagai
lambang mata uang berbagai negara yang membentuk
kesatuan huruf K, dengan Rupiah sebagai pusatnya.
Definisi logo: KOMPeK adalah suatu wadah kompetisi
ekonomi yang mempersatukan peserta dari berbagai
daerah di seluruh Indonesia dan bertujuan meningkatkan
kualitas pendidikan nasional sebagai tulang punggung
kemajuan bangsa.
Official Color KOMPeK 14 adalah merah marun.
PEMENANG KOMPeK 14
Economic Quiz
Juara 1 SMA Xaverius 1 Palembang
Juara 2 SMAN 8 Pekanbaru
Juara 3 SMAN 8 Jakarta
Economic Debate Competition
Juara 1 SMA Tarakanita 2
Juara 2 SMAN 4 Denpasar
Juara 3 SMAN Modal Bangsa Aceh
Best Speaker - Mulyawati Moeliono from SMAN 4
Denpasar
Business Challenge
Juara 1 SMAN 1 Tuban
Juara 2 SMAN 1 Tuban
Juara 3 SMAN 4 Penabur
Economic Research Paper
Juara 1 SMAN 3 Jakarta
Juara 2 SMAN 1 Garut
Juara 3 SMAN 2 Kediri
Juara umum KOMPeK 14
SMAN 1 tuban
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
United Integrated Nation of Creation merupakan
tema yang diusung dalam UI Fashion Week tahun
2012 ini. “United Integrated “itu sebenarnya
modifikasi singkatan UI, karena kita sebenarnya adalah
United Integrated, 13 Fakultas yang bersatu. Kenapa
Nation, karena kita sering banget denger kalau UI ibarat
kota sendiri. Dan Creation kita pengen selama 4 hari ini
bener-bener kita bikin ‘one little nation’ dimana intinya
kreativitas creative learner ini,” ujar Yuke Adora Iskandar,
Project Officer UI Fashion Week 2012.
Seminar UI Fashion Week yang bertema Fashion
Industry and Bring Batik to Modernity diselenggarakan
pada Sabtu (25/2) lalu di Perpustakaan Pusat UI lantai 6.
Seminar ini merupakan pre-event dari rangkaian acara
UI Fashion Week yang digelar untuk memfasilitasi dan
mensosialisasikan minat dan bakat anak muda terutama
mahasiswa UI untuk menjadi creative learner dan
pengembangan kewirausahaan di bidang fashion.
Seminar ini membahas tentang tren-tren fashion di
Indonesia dan bagaimana bertahan dengan industri
fashion di Indonesia. “Kalau di pasar lokal aku menciptakan
tren bahwa kekuatan dari desainer yang mempunyai
karakteristik kuat yaitu dengan teknik yang kuat” aku
Barli Asmara, desainer yang memiliki karakter pada teknik
makramenya. Selain itu, seminar ini juga membahas
tentang kolaborasi unsur batik pada desain dan
menekankan adaptasi tren dengan tetap memelihara
karakter sendiri. “Jangan sampai karya kita itu sama seperti
desainer-desainer lokal yang lain”, pesan Barli.
Ichwan Thoha, desainer kawakan yang khas
dengan unsur batik pada koleksinya ini juga sangat
menekankan bahwa desainer harus memiliki ciri khas
tersendiri pada desainnya. “Jangan takut dicela, yang
penting bakat desain tersalurkan,” ungkapnya
UI Fashion Week ini diselenggarakan dengan
tujuan mengangkat Creative Enterpreuner anak muda
zaman sekarang, terutama mahasiswa UI. Menurut Yuke,
UI Fashion Week ini sejalan dengan Pemerintah yang
sedang menggalakan enterpreunership. UI yang termasuk
universitas negeri kelas atas sampai saat ini belum
memiliki jurusan fashion desain untuk mengembangkan
bakat anak muda.
Sore itu, 14 Pebruari 2012, puluhan mahasiswa dari
20 universitas di Indonesia berkumpul di lobi utama
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dalam
rangka menghadiri acara Islamic Law National Summit
(ILNS) yang diadakan oleh lembaga dakwah kampus
Serambi FH UI. “Acara ini adalah yang kedua setelah
pelaksanaannya yang pertama pada tahun 2010” tutur
Wahyu Ramdhani mahasiswa FH UI 2010, Project Officer
acara ILNS.
Acara yang berlangsung selama empat hari tersebut
merupakan sebuah rangkaian acara yang diisi oleh bazar,
seminar, workshop, muktamar, dan site visit. Wahyu
menerangkan bahwa ILNS 2012 ini juga bertujuan untuk
membahas kebermanfaatan hukum Islam di ranah
global, dengan mengusung tema Facing the Global
Challenge through Islamic Law para mahasiswa yang
seluruhnya berasal dari Fakultas Hukum di 20 universitas
yang mewakili seluruh Indonesia mendiskuTsikan
berbagai isu yang ada terkait dengan penggunaan
dan kebermanfaatan hukum Islam. Selain itu, Wahyu
menambahkan bahwa acara ini juga akan dijadikan
sebagai media untuk membahas wadah diskusi dari
mahasiswa-mahasiswa Muslim Fakultas Hukum yang
tergabung dalam FORDAFHI (Forum Lembaga Dakwah
Fakultas Hukum se-Indonesia).
“Muktamar nanti secara tidak langsung akan
melanjutkan diskusi kami di UGM beberapa bulan lalu”
tegas Wahyu. Muktamar tersebut juga menghasilkan
sebuah piagam yang akan dibicarakan dan disepakati
oleh seluruh peserta acara ILNS. Wahyu mengungkapkan
harapannya tentang terbangunnya kerja sama diantara
mahasiswa muslim fakultas hukum dalam pembahasan
tentang eksistensi hukum Islam di masa yang akan
datang.
SEMINAR PRE-EVENT UI FASHION WEEK:Fashion Industry and Bring Batik to Modernity
MENYOAL EKSISTENSI HUKUM ISLAM MELALUI ISLAMIC LAW NATIONAL SUMMIT
OLEH:
AGUSTINA
PRINGGANTI
K I L A S A N / / / / /24
g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
K O M I K / / / / / / / 25IL
LUST
RASI
: JO
ANN
A/SU
MA
“ INI LAH PENYEBAB
MENGAPA SULIT
MENCARI BUKU DI
PERPUSTAKAAN
PUSAT UI”
O P I N I F O T O / / / /26 g e r b ata m a 5 5 / / 0 3 - 2 0 1 2
DIAS/SUMA
DIAS/SUMA
DIGITAL