gerbatama, ini ui! agustus 2009

9
Pembangunan Fisik Terus Digalakkan; Kualitas Patut Dipertanyakan EDISI 39 | AGUSTUS 2009 Buletin Gerbatama dapat diunduh di www.suma.ui.ac.id

Upload: suara-mahasiswa-universitas-indonesia

Post on 11-Mar-2016

233 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Suara Mahasiswa UI

TRANSCRIPT

Page 1: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Pembangunan Fisik Terus Digalakkan; Kualitas Patut Dipertanyakan

EDISI 39 | AGUSTUS 2009

Buletin Gerbatam

a dapat diunduh di ww

w.sum

a.ui.ac.id

Page 2: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Assalamu’alaikum..Tak terasa kini telah memasuki bulan Agustus.Bulan hadirnya dua tamu istimewa kita. Mereka adalah para MABA UI 2009 dan Ramadhan.Saya ingin mengucapkan selamat datang kepada adik-adik hebat yang telah berkompetisi untuk men-capai impiannya.Saya harap, status kalian yang sudah di-update menjadi mahasiswa, dapat di-update juga menjadi lebih dewasa dan bijaksana.Saya tak akan berkomentar mengenai biaya masuk UI yang katanya naik. Saya hanya berharap, apapun kebijakan yang ada, titel UI sebagai kampus rakyat akan tetap abadi. Kepada seluruh rakyat Indonesia, jangan pernah takut masuk UI, karena disini akan ada banyak teman yang siap membantu, khususnya ma-salah biaya.Bulan Ramadhan akan tiba. Mungkin ini akan menjadi suasana belajar baru. Insya Allah, akan menjadi ke-berkahan sendiri buat kita semua.. so, let’s enjoy it..Selamat datang MABA UI 2009, Selamat datang Bulan Ramadhan, Selamat datang di Kampus Kebanggaan.

Siti MasitohFarmasi, FMIPA Angkatan 2007

suara nyata

Kesalahan satu-satunya adalah kita tidak mau

belajar.

-John Powell

remindereditorialTak terasa waktu berlalu begitu cepat. 64 tahun

Indonesia merdeka. Begitu banyak kemajuan yang telah diperbuat. Begitu banyak pembangunan yang dilakukan. Sama halnya dengan UI yang sedang melakukan pembangunan perpustakaan megah berdana milyaran rupiah. Namun bagaimana pro-kontra mahasiswa dapat kalian baca di rubrik laporan utama.

Kemenangan tak akan ada tanpa pengorbanan, salah satunya mengorbankan sejumlah dana. Hal itulah yang dilakukan para Maba (Mahasiswa Baru-red) 2009 untuk dapat menjejakkan kaki di kampus UI tercinta ini. Tim Gerbatama ini ui mencoba mengulik secara lengkap transparansi dana pendaftaran para Maba yang disajikan dalam rubrik liputan khusus.

Perjuangan ‘45 juga dilakukan oleh para kontingen UI dalam ajang bergengsi Triennial Intervarsity Games (TIG) 2009 di Singapura. Sepak terjang mereka dapat kalian simak di rubrik bentang.

Di edisi kali ini, kami menghadirkan Wimmy dan Edo di rubrik sosok. Abang None Jakarta 2009 ini patut dijadikan inspirasi. Kemudian sebagai ucapan “Selamat Datang” untuk Maba 2009, Gerbatama ini UI memberikan serangkaian menu kuliner yang wajib dicoba. Tak lengkap rasanya bila belum membaca rubrik riset dan resensi yang menarik dan bermanfaat untuk kalian ketahui.

Menjelang Bulan Ramadhan, BO Pers Suara Mahasiswa meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kami lakukan. Lembaran putih adalah awal yang indah untuk bulan kebaikan. Akhir kata kami mengucapkan Selamat Datang untukmu Maba 2009!.

IRedaksiI

surat pembacaedisi 38, Mei 2009

DITERBITKAN OLEH BADAN OTONOM PERS SUARA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIAPemimpin Umum Sururudin Sekretaris Umum Devi Raissa R. Bendahara Umum Denissa FaraditaPemimpin Penerbitan Achdyati Sumi P. Manajer Riset Faishal Dwi Ismail Pemimpin Perusahaan Rifki HidayatManajer Kesekretariatan Happy Indah N. Manajer SDM Dian Rousta F. Manajer Website Buanawista Fajar G.Manajer Humas Lila K. Hairani Manajer Event Organizer Aisha Ayu S. Manajer Proyek Iqbal Fitrah H.Kepala Divisi Reporter Susi Sakti A. Kepala Divisi Fotografer Ade IrawanKepala Divisi Desain, Tata Letak, dan Pracetak Dian Kusumawardhani Kepala Divisi Marketing Karina Larasati

Alamat Redaksi, Sirkulasi, Iklan, dan Promosi Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) Lantai 2 Kampus Universitas Indonesia, Depok, 16424email: [email protected] website: http://suma.ui.edu

agenda

Kulit MukaFoto:Ayuningdyah S

Tata Letak:Yoga Pradipta R

19 Agustus :Hari Departemen Luar Negeri21 Agustus :Hari Maritim Nasional1 September :Hari POLWAN8 September :Hari Aksara Internasional9 September :Hari Olahraga Nasional16 September :Hari Perlindungan Lapisan Ozon Internasional17 September :Hari Palang Merah Indonesia21 September :Hari Perdamaian Dunia24 September :Hari Agraria Nasional / Hari Tani 25 September :Hari Jantung Dunia (WHO)28 September :Hari Kereta Api 29 September :Hari Sarjana

19 Agustus = D3 FISIP Farewell @ FISIP UI20 Agustus = Capital Market & Career Day Bersama Mandiri Sekuritas & Mandiri Investasi@ FEUI 29 Agustus = Tenda Purnama (Dapur) @ Psikologi UI31 Agustus = Simposium Ekonomi Nasional 2009 @ FEUI30 September = Puncak Lifidentra @ PSJ UI

“” Seputar beberapa proyek yang dilakukan oleh UI.

Saya berpendapat kali ini kekecewaan menyelubungi benak para mahasiswa. Hal ini disebabkan karena UI tidak memberikan keterangan yang jelas mengenai sistem alur keuangan yang ada. Majelis Wali Amanah yang notabene menjadi wakil berbagai unsur yang ada di universitas seakan kehilangan amanatnya dalam menyuarakan transparansi yang ada. Hal ini disebabkan karena pada pengangkatannya,anggota-anggota MWA tersebut sudah disumpah untuk tidak membeberkan hasil audit secara umum kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, saya mengharap-kan ke depannya UI yang sekarang sedang menuju Research University mampu memberikan pengelolaan dan profesionalitas di segala bidang, terutama dalam hal transparansi. Hal ini sejalan dengan keinginannya untuk bisa bersaing menembus pergulatan basis-basis keilmuan yang ada di dunia.

Aditia Muara P.Ilmu Sejarah, 2008

Foto : istimew

a

opini foto Foto : Vidi Amelia

Pemimpin RedaksiChrissendy T.L. Sitorus Wakil Pemimpin Redaksi Sri Wulandah FitrianiRedaktur Pelaksana Muhammad MegahRedaktur ArtistikDian KusumawardhaniRedaktur Foto Riomanadona Mayastiardy PutraReporterLisan Sulaiman, Febi Purnamasari, Naimah, Tati Anggraini, Galih Wahyu Pratama, Desy Nurhayati, Dearesti Jodistia Rakanita, Laras LarasatiFotograferVidi Amelia, Ayuningdyah S, Putri AyuningtyasDesain Tata Letak dan PracetakYoga Pradipta RTim RisetS. Roy N., Sarah Albar, Tomy Pasca Rivai, Arie Putra, Nina Fidyastuti Pratiwi, Dian Novikrisna, Taufi ka Dianny, Rendy Pratama, Dyah N Duhita, Dody Yanrival, Christiana, Ingrid, Arghita M.S., Nurmalia Safitri, Nurvina A.D, M. Ricky Pratama, Andri RamawanIklan Raisha SadrinaSirkulasi dan PromosiKarina Larasati, Aisha Ayu, Sylvia A., Budiono, Raisha Sadrina, Dody Cahyadi Rismal

Redaksi menerima tanggapan, saran, kritik, surat pembaca, opini, maupun usulan topik yang berkaitan dengan UI melalui email [email protected], atau sampaikan langsung ke sekretariat redaksi Gerbatama di Pusgiwa Lt. 2.

kandang rusa atau tempat pembuangan sampah?

322

Page 3: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Donanta Dhaneswara, Direktur Direktorat Umum dan Fasilitas memiliki jawaban sendiri ketika ditanya alasan pemindahan perpustakaan ini. Menurutnya, secara infrastruktur gedung perpustakaan pusat saat ini tidak dapat lagi menampung jumlah buku dan mahasiswa yang terus meningkat. “Gedung tersebut di pindahkan karena secara infrasturuktur tidak bisa menampung lagi dan kebetulan letaknya menurut kita secara geografis tidak menguntungkan”, ujar Donanta. Selain itu, adanya perpustakaan di fakultas masing-masing, koleksi buku yang tidak up-date, dan ketidaknyamanan tempat membuat perpus pusat saat ini jarang dikunjungi mahasiswa. Oleh karena itu, Donanta mengharapkan agar perpustakaan pusat yang tengah dibangun ini dapat lebih baik.

Nasib Perpustakaan di Tiap Fakultas

Koleksi buku dan laboratorium komputer yang ada di tiap fakultas akan dipindahkan ke perpustakaan pusat baru setelah rampung nanti. Sebagai gantinya, di tiap fakultas hanya akan disediakan ruang baca. Seperti yang dikatakan oleh Rumi, Senior Professional Staff Perpustakan Mariam Budiardjo Resources center (MBRC) FISIP. “Setelah koleksi buku serta laboratorium komputer dipindah, perpustakaan di fakultas hanya berfungsi sebagai reading room dan referensi buku, selebihnya ada di perpustakaan pusat” ujarnya.

Jawaban yang sama pun dilontarkan Luluk Tri Wulandari, SS., M.Hum, “Untuk di fakultas psikologi sendiri masih mungkin akan disisakan buku berupa textbook yang akan dipakai kuliah dan untuk ruang baca saja. Jadi, selebihnya pindah ke perpustakaan pusat”. Untuk alokasi dana perpustakaan tiap fakultas nantinya akan ada sedikit perbedaan.“Pilihannya itu, kalau fakultas mau tetap ada ruang baca, anggarannya dari dana fakultas. Kalo sekarang kan masih ada tambahan dari UI” ujar Kepala Perpustakaan Fakultas Psikologi ini.

Pro Kontra di Kalangan MahasiswaPro-kontra tentang pembangunan perpustakan

pusat yang baru memang terjadi di kalangan mahasiswa. Emir Hartato, Mahasiswa FMIPA, Geografi 2008 mengatakan bahwa ia kurang setuju dengan dibangunnya perpusatakan pusat yang baru. “Saya kurang setuju dibangunnya gedung perpustakaan pusat yang baru. Soalnya, UI lebih menonjolkan sisi prestisiusnya, sedangkan infrastruktur yang lain terkadang kurang diperhatikan.Misalnya, gedung B yang ada di MIPA kurang diperhatikan kelayakannya”

tegas Emir ketika diwawancarai tim Gerbatama ini ui. Saran membangun dilontarkan oleh Iva, Mahasiswi Sastra Arab 2008, “Mau ngebangun perpustakaan yang termegah di dunia pun kualitasnya juga harus bagus jangan cuma kemegahan gedung semata saja yang bagus tetapi isi dan kualitasnya juga harus bagus”.

Banyak yang menilai bahwa pembangunan perpustakaan pusat baru tidak efektif dan efisien.

Adanya masalah sistem pengelolaan operasional perpustakaan yang berbeda di tiap fakultas serta jarak yang di tempuh oleh mahasiswa dari masing-masing fakultas yang berbeda, menimbulkan kendala tersendiri bagi mahasiswa. Ibu Luki menuturkan bahwa dari segi pengguna memang tidak nyaman karena pelayanan yang dulunya ada di fakultas sekarang harus ke pusat. “Sedangkan dari sisi manajemen, pengelolaan dan perawatan lebih efisien dan hanya membutuhkan sekitar 70 orang staff sehingga lebih efektif dan efisien”, lanjut Ibu Luki. Sementara itu gedung perpustakaan pusat yang sudah ada saat ini rencananya akan

dijadikan gedung pusat data UI, pengembangan sistem informasi, pembudaya mahasiswa berkreaksi dan untuk aktifitas mahasiswa.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, setidaknya pembangunan gedung perpustakaaan yang baru di UI tidak lain adalah untuk kepentingan mahasiswa/i sendiri. Oleh karena itu, diharapkan perpustakaan baru ini dapat meningkatkan mutu lulusan, menjadikan mahasiswa lulus tepat waktu, dan adanya integrasi antara mahasiswa dengan ilmu.

Galih Wahyu Pratama, Desy Nurhayati

‘‘... infrastruktur tidak dapat

menampung lagi...”

Donanta Dheswara,Direktur Direktorat Umum dan Fasilitas

Sebagai world class research university, UI terus mengembangkan berbagai proyek pembangunan yang tertera dalam master plan pembangunan

yang disetujui sejak 2008 lalu dan telah mendapat izin dari walikota terkait, yaitu Walikota Depok, Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Isma’il, M.Sc. Pembangunan UI yang termasuk master plan, antara lain rumah sakit, Gedung Liberal Arts, stadion UI yang diperbaiki, perpustakan pusat baru, dan stasiun UI.

Salah satu tujuan dilaksanakannya proyek pembangunan perpustakaan pusat yang baru adalah untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa/i dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memfasilitasi kegiatan mereka. Gedung perpustakaan yang sedang di bangun ini, berlokasi di dekat danau kenanga dan rencananya akan dibangun dengan delapan lantai. Di dalam gedung perpustakaan pusat yang baru tersebut akan disediakan berbagai fasilitas untuk mahasiswa seperti podium, toko buku, toko cendera mata, internet lounge, kafe dan restoran, fitness centre, reading room, silent room, lecturer hall serta tentunya di perpustakaan tersebut disediakan tempat untuk menyimpan koleksi buku-buku yang lengkap serta berbagai jurnal internasional, seperti yang tertera dalam Kerangka Kerja Sayembara Perancangan Gedung Perpustakaan Pusat, Pusat Kegiatan Mahasiswa & Bisnis Akademik

dan Gedung Kuliah Bersama di Kampus UI Depok. Rencananya pembangunan proyek perpustakaan pusat yang baru ini akan selesai pada Desember 2009.

Sedangkan dana yang didapat untuk membiayai pembangunan perpustakaan pusat berasal dari anggaran APBN pemerintah dan menggalang dana dari para donatur. Sementara itu, menurut Luki Wijayanti, Pimpinan Pepustakaan Pusat saat ini, menanggapi besarnya dana yang diperlukan dalam pembangunan menuturkan “Kalau saya lebih melihat pada fungsionalnya. Berapapun dananya ketika sesuatu kita bangun fungsinya harus kita optimalkan”.

Alasan pindahnya gedung perpustakaan Pusat

Pembangunan gedung perpustakaan pusat ini tidak hanya ingin meningkatkan prestisius semata. Melainkan demi kepentingan para mahasiswa pada umumnya. Wanita yang akrab disapa Ibu Luki ini menambahkan bahwa dengan adanya integrasi perpustakaan diharapkan agar mahasiswa/i dapat berdikusi dari teman-teman antar fakultas serta adanya interdisplin ilmu. “Kalo perpustakaan jadi satu, saya berharap mahasiswa jadi makin kaya ilmu. Seperti novel kita hanya bias dapat di FIB. Dengan adanya sentralisasi mudah-mudahan mahasiswa banyak mendapatkan wawasan dari berbagai bidang ilmu” ujarnya.

Ibu Luki juga menuturkan bahwa gedung perpustakaan pusat saat ini masih memiliki kekurangan dalam koleksi buku dan jurnal-jurnal serta terbatasnya fasilitas yang dapat diakses oleh mahasiswa itu sendiri. “Kami tidak hanya menginginkan pandai otak kiri saja tetapi juga otak kanan, makanya nanti kita buat fitness center dan studio untuk berkreasi supaya mahasiswa juga menghargai karya sendiri ataupun karya temannya”.

PROYEK PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN PUSAT BARU DI UI

laporan utama laporan utama

akankah perpustakan pusat yang lama terlupakan setelah perpustakaan pusat baru berdiri?

Saat ini UI sedang sibuk mengerjakan proyek pembangunan perpustakaan pusat yang baru. Begitu banyak spekulasi dari dibangunnya perpusatakan pusat yang baru tersebut. Apakah ini bentuk dari world class research university ataukah UI hanya ingin menampilkan kemegahan prestisius sebagai world class research university?

Foto

: Ay

unin

gdya

h S

4 5

RALAT :Rubrik Liputan Khusus pada Gerbatama edisi #38 Mei 2009 terdapat kesalahan penulisan. Seharusnya “Tukang ojek dikena-kan Rp200.000,00 pada pendaftaran per-tama, semester selanjutnya dikenakan biaya Rp25.000,00“

Page 4: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

“Kita berangkat tanggal 4 Juli, tanggal 14 Juli kita pulang” ujar Anggun salah satu atlet dari tim basket puteri UI. Anggun tidak menyangka sebelumnya dapat membela UI dalam ajang TIG ini. Awalnya kita tahu cuma individu-individu aja yang akan dikirimkan ke sana. Sedangkan kita membawa nama tim. UI kayanya belum punya anggaran yang cukup untuk memberangkatkan banyak atlet,” ujarnya.

Namun, nasib berkata lain. Berbekal niat tulus dan semangat juang yang luar biasa, tim basket puteri UI akhirnya dipersilakan untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Walau harus merogoh kocek pribadi untuk menanggung biaya transportasi, mereka tetap bersemangat berprestasi. “Kita ingin bisa nunjukin ke UI keberadaan kita di sana juga bisa mengharumkan nama UI,” tutur mahasiswi Extensi Fisip UI ini.

TIG merupakan suatu event olahraga tiga tahunan antar universitas negeri di tingkat Asia. Digagas pertama kali sekitar tahun 1960-an oleh empat negara, UI (Indonesia), University Malaya (Malaysia), NUS (Singapura) dan The Universty of Hongkong (Hongkong). Awalnya TIG ini merupakan pertandingan yang dilangsungkan setiap tiga tahun sekali dan hanya diikuti oleh empat universitas pemrakarsa. Pada TIG sebelumnya di Hongkong, UI sempat absen. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi dan politik di Indonesia.

Tahun ini TIG selesai diselenggarakan di NUS, Singapura 6-12 Juli 2009 lalu. UI turut berpartisipasi dengan mengirimkan total 70 atlet terbaiknya untuk mengikuti 6 cabang dari 13 cabang yang dipertandingkan, yaitu renang, tenis lapangan, tenis meja putera, bulu tangkis, atletik serta bola basket puteri. “Anggaran kita memang terbatas.” ujar Albert Roring, M.Hum ketua kontingen UI di TIG kemarin, yang juga mempunyai jabatan sebagai Manajer Hubungan Mahasiswa dan Alumni (Mahalum) FIB UI.

Prestasi UI secara keseluruhan tidak begitu memuaskan dalam kejuaraan ini. UI hanya berhasil meraih dua medali emas, dua perak, dan 14 perunggu. Tidak heran, UI hanya menempati urutan ke-5 dari 6 peserta dalam pengumpulan medali terbanyak. Jauh tertinggal di bawah NUS yang berhasil mengantongi 18 emas, The Universty of Hongkong 13 emas, Fudan Universty (China) 12 emas, dan University Malaya tiga emas. Namun Albert Roring menyanggah hasil ini disebutkan sebagai sebuah kegagalan. “Dalam event ini kalah pun bukan berarti tidak menang. Pengalaman dan tambahan jam terbang merupakan sebuah hasil yang kita bawa untuk ke depannya” ujarnya.

Serupa dengan pendapat Audrey Jiwajjenie, salah satu atlet renang UI, mahasiswi Kriminologi 2003. Menurutnya hasil yang ada memang sudah menggambarkan materi yang ada, di luar kendala dana yang terbatas dan juga segala permasalahan non teknis.

Berdasarkan kesepakatan bersama, event ini akan kembali diadakan dua tahun sekali seperti pada awal pembentukannya. Namanya pun berubah kembali menjadi Biennial Intervarsity Games (BIG), “Secara kebetulan pula ketika penutupan kemarin, kita (UI-red) mendapat mandat untuk menjadi tuan rumah pada tahun 2011 nanti” ujar Albert. Ketika ditanya kesiapan UI menyelenggarakan event tersebut, Albert Roring yang pernah menyabet medali perak di nomor 110 m cabang lari gawang dari event serupa ini menjawab dengan nada optimis, “Kita setidaknya sudah memiliki sumber daya. 2010 RKAT sudah harus disusun. Kalau dari segi fasilitas memang kita belum bisa membandingkannya. Namun sebenarnya kita tidak perlu khawatir. Saya yakin kita bisa membuat yang lebih bagus. Cuma mungkin prioritas ke situnya juga harus kita lihat. UI ini memprioritaskan kemana?”

Lisan Sulaiman

Sekelompok mahasiswa UI bertalenta olahraga berangkat menuju Singapura. Tekad, harapan, dan mimpi telah ada dalam pikiran. Semua letih dilakukan hanya untuk menunjukkan bahwa mereka berdaya dalam segala keterbatasan. Hanya saja kemenangan belum dapat digenggam.

Triennial Intervarsity Games (TIG) 2009: UI GAGAL DI SINGAPURA

“Mercusuar Pendidikan Bangsa:Selamat Datang Maba!”

Universitas Indonesia, dambaan setiap siswa. Tak pelak adanya persaingan. Sulitnya mendapatkan golden tiket tak menjemukan harapan. Sekali gagal, jalur lain pun ditempuh. Ratusan rupiah pun rela dikeluarkan sekedar untuk mendapatkan formulir tanpa kepastian. Apakah ini karakter kampus rakyat?

Tahun ini tercatat ada delapan jalur resmi masuk UI, diantaranya SIMAK UI (Seleksi Masuk Universitas Indonesia), UMB (Ujian Masuk Bersama) dan SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ketiga jalur tersebut mengharuskan peserta merogoh kocek cukup dalam untuk pembelian formulir.

Harga formulir masing-masing jalur berbeda, tergantung kebijakan panitia lokal masing-masing daerah. Misal untuk IPA-IPS dan IPC, jalur SIMAK UI dan UMB di daerah Jabodetabek seharga Rp 200.000 dan Rp 225.000 per formulir, sedangkan untuk jalur SNMPTN Rp 150.000 dan Rp 175.000 per formulir. Agak berbeda dengan formulir pendaftaran S1, untuk program Ekstensi harga formulir pendaftaran mencapai Rp 400.000,-. Pihak UI sendiri mematok harga penjualan maksimal Rp 500.000,- untuk setiap formulir pendaftaran. Harga formulir tersebut terbilang cukup mahal. Hal ini disebabkan karena ketidakpastian pendaftar menjadi mahasiswa UI.

Impian masuk UI memaksa peserta yang gagal untuk mencoba masuk melalui jalur lainnya. Hal ini tentunya menambah jumlah uang yang harus dikeluarkan. Seperti yang dilakukan Ridoti Kemal, mahasiswa Fakultas Hukum 2009 yang masuk melalui jalur UMB. Sebelumnya ia gagal dalam SIMAK UI. Ridoti juga sudah membeli formulir SNMPTN, tetapi karena dirinya lulus melalui jalur UMB, maka ia tidak mengikuti tes SNMPTN lagi.

Bapak Johan, orang tua dari Ridoti menyatakan “Sebenarnya ada yang lebih murah, tetapi harga segitu (Rp 400.000, untuk SIMAK UI dan UMB serta Rp.175.000,- untuk SNMPTN-red) sedang-sedang saja, karena yang murah itu (universitas-red) kurang dikenal. Saya masih menganggap wajar.”

Total calon mahasiswa baru dari seluruh nusantara yang mengikuti tes masuk UI mencapai ribuan orang. Hal ini tentu menambah jumlah pundi-pundi uang UI. Belum lagi jika setiap orang mengikuti dua jalur masuk.

Lantas digunakan untuk apa pundi uang tersebut?. Humas Officer UI, Devi Rahmawati, S.Sos,

menyatakan bahwa dana formulir pendafataran yang terkumpul digunakan untuk mendanai operasional ujian seperti pengurusan formulir, pendistribusian soal ke tempat ujian berlangsung, pembayaran pengawas, pembuatan soal, pengambilan kembali jawaban, pembelian LJK (Lembar Jawaban Kerja-red), pengamanan polisi, penyediaan transportasi, serta pemeriksaan jawaban.

Besarnya dana yang dikeluarkan hanyalah segelintir kecil pengorbanan yang harus dilakukan para Maba agar dapat menjadi mahasiswa UI. Sudah sewajarnya jika setelah masuk, mereka mempunyai pengharapan yang besar kepada universitas impian mereka.

Dian, Maba FKM menyatakan harapan besarnya akan UI. “Saya berharap bisa menjalani kuliah dengan lancar dan mendapat hasil (nilai-red) yang maksimal. Saya berharap bisa menjadi orang yang sukses”. Bukan hanya Maba yang menggantungkan harapan kepada kampus Go Green ini, tetapi juga keluarga Maba, terutama orang tua.“Semoga

ketika lulus nanti, bisa optimal melayani dan berperan di masyarakat” ujar Bapak Johan ketika ditanya perihal harapannya.

Kini saatnya UI membuktikan identitasnya sebagai “Kampus Rakyat” tidak hanya sebagai title, tetapi juga sebagai universitas yang terdepan dalam pelayanan dan pengabdian pada masyarakat dan rakyat Indonesia.

Pendidikan adalah kunci kemandirian. Mahasiswa adalah tulang punggung rakyat Indonesia yang mampu mencapainya. Untuk itu, akses ke pendidikan haruslah sama besar bagi setiap Warga Negara Indonesia. Di sinilah letak kecemasan anak bangsa sekaligus kunci akan solusi untuk membentuk sistem pendidikan yang pro-rakyat.

Naimah, Tati Anggraini, Dearesti Jodistia Rakanita

laporan khusus bentang

Foto: Vidi

Foto: Istimewa

Sebagian dari kontingten UI berfoto pada saat penutupan TIG 2009

6 7

Page 5: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Keberhasilan mereka tak semata-mata berkat tampilan fisik belaka. Kecerdasan dan kemampuan menjadi modal utama. Gelar yang disandang tak membuat diri mereka lupa bahwa mereka tetaplah mahasiswa.

Wimmy, None Jakarta 2009 Wimmy tak pernah bermimpi menjadi None

Jakarta. Gadis 20 tahun ini mengaku mengikuti ajang Abnon (Abang None-red) karena paksaan teman yang berpengalaman di ajang tersebut. Walaupun tak bermula dari keinginannya sendiri, mahasiswi jurusan Komunikasi angkatan 2006 ini tetap serius dan percaya diri menjalani karantina Abnon yang berlangsung sebulan penuh.

Public speaking menjadi kemampuan andalannya. Betapa tidak, alumni SMAN 8 Jakarta ini telah terbiasa menjadi master of ceremony di berbagai acara. Selain itu, kegemaran traveling membuat dirinya juga terbiasa bersosialisasi dengan orang asing. Tak heran jika ia terpilih menjadi None Jakarta 2009.

Sejumlah tugas yang dibebankan kepada dirinya sebagai None Jakarta tak membuat dirinya terganggu. Wimmy memang sudah terbiasa sibuk sejak dulu. Terlihat ketika awal dirinya masuk kuliah, Wimmy aktif mengikuti inisiasi jurusannya, bergabung dengan BEM FISIP, dan ia berhasil menjadi Project Officer Scroundbites! pertama. Selain itu, gadis keturunan Solo-Surabaya ini aktif pula di luar kampus, seperti magang dan bekerja. Menanggapi hal itu, Wimmy mengatakan bahwa terkadang kuliahnya memang keteteran tetapi lama kelamaan akan terbiasa dan dapat terimbangi.

Ahmad Murtadho, Abang Jakarta 2009Berbeda dengan Wimmy, saat masih kecil Ahmad

Muthardho pernah bermimpi menjadi Abang Jakarta. Namun, tak jauh berbeda, keikutsertaannya juga berkat dukungan teman-temannya.

Edo, begitu ia biasa dipanggil, tak kalah unggul dari sang None. Kemampuan analisis dan berbahasa

Inggrisnya patut diacungi jempol. “Gue biasa debat Bahasa Inggris,” ujar lelaki berdarah Arab-Malaysia-Betawi ini. Terbukti ia berhasil meraih medali perunggu dalam debat Bahasa Inggris Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI.

Prestasi mahasiswa Ilmu Komputer angkatan 2007 ini cukup banyak di bidang akademis. Ia pernah dikirim ke Semarang untuk mewakili UI sebagai penyaji tingkat nasional dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa ke-21. Edo juga sudah dua kali lolos seleksi dalam

program kreativitas mahasiswa dari DIKTI. Di sela-sela pembicaraan ia pun berpesan, “Buat anak baru, banyak-banyaklah meneliti biar mendukung UI untuk maju.”

Edo tergolong mahasiswa yang aktif “Gue pernah ikut BEM dan kegiatan lainnya” ujar alumni SMAN 78 Jakarta ini. Selain itu, dia juga bergabung dalam KASTRAD, lembaga dakwah Ukhuwah Kajian Islam serta Riset dan Teknologi FASILKOM UI. Baginya, bergabung ke dalam komunitas-komunitas di kampus merupakan suatu kesenangan bisa berkuliah di UI. Menurutnya belajar itu tidak hanya sekedar kuliah, tetapi juga harus belajar bersosialiasi.

Tips dan Trik untuk MaBa UISehubungan dengan masuknya Maba 2009, Wimmy dan Edo ingin memberi beberapa tips. “Ikutin dengan baik dan serius orientasi yang diberikan sama senior di fakultas masing-masing,” ujar Edo. Dengan demikian Maba lebih mengetahui kondisi kampus dan tahu bagaimana cara beradaptasi. Selain itu, Edo juga menyarankan para Maba untuk mulai bergabung dengan organisasi kampus sebagai permulaan. “Tapi jangan banyak-banyak dan di mulai dari tingkat fakultas aja dulu, tanpa mengganggu kegiatan perkuliahan. Intinya, time-management,” ujar mahasiswa kelahiran 23 Oktober 1989 ini menambahkan. Sementara itu, Wimmy menyarankan para MaBa untuk lebih terbuka dengan lingkungan kampusnya yang baru. Harus mau banyak belajar, banyak berteman, aktif, serta membuka diri dan wawasan. “Karena era mahasiswa itu waktunya untuk mandiri,” tambahnya menutup wawancara.

Febi Purnamasari

Wimmy dan Ahmad Murtadho: Abang None Jakarta 2009 Asal UI

Foto: Vidi

sosok

Pasang iklan?di

berita aktual,terpercaya,terbit rutin bulanan,investasi iklan menjanjikan

CP: Ghita (0812 66 00 193)

segera

RECRUITMENT 19#open

mahasiswaSUARA

universitas indonesia

OCTOBERONuniversitas indonesia

OCTOBER

selembut embun di pagi harikaki melangkah menampak bumi

ucapkan salam setulus hati

selamat menunaikan ibadah puasa (1430) H

mohon maaf lahir dan batin

8 9

Page 6: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Merantau : Beda!G

amba

r : Is

timew

aresensi

Sabtu, 26 Juni 2009 lalu, Badan Otonom (BO) Pers Suara Mahasiswa UI genap berusia 17 tahun. Momen ini pun dirayakan dalam bentuk syukuran yang digelar di Galeri Nasional, Jakarta Pusat. Bertemakan Refleksi 17 Tahun Eksistensi Suara Mahasiswa, peringatan hari jadi ini berlangsung meriah. “Tema ini diangkat karena semakin dewasa usia Suara Mahasiswa, kita juga harus mengevaluasi diri, baik dari sistem organisasi maupun karya-karya Suara Mahasiswa supaya lebih baik lagi ke depannya,” ungkap Hapy Indah Nurlita, ketua pelaksana acara ini.

Syukuran hari jadi SUMA (Suara Mahasiswa-red) ini dimulai pada pukul 16.00 dengan pembukaan oleh duo pembawa acara, Adi dan Laras. Selanjutnya diikuti dengan sambutan dari ketua panitia dan Pemimpin Umum BO Pers Suara Mahasiswa, Sururudin. Sambutan ini kemudian dilanjutkan dengan launching bundel harian Bergerak!, sebuah terbitan SUMA yang hadir menyapa mahasiswa UI di era reformasi dan juga buku berjudul Pemilu 2009: Menitipkan Harapan pada Kursi Rakyat.

Hari beranjak sore, para tamu undangan yang terdiri dari anggota SUMA aktif dan alumni pun mulai memadati ruangan. Selanjutnya, diadakan focus group discussion (FGD) tentang keberlanjutan organisasi SUMA, seperti masalah redaksi, pendanaan, hubungan suara mahasiswa dengan rektorat, dan lain sebagainya. Beragam masalah yang dialami SUMA selama ini dibahas dengan seksama oleh para hadirin yang datang. Diskusi ini kemudian menghasilkan strategi-strategi jitu agar SUMA tetap eksis dan terus berkembang di masa mendatang.

Setelah rehat ibadah shalat maghrib dan makan malam bersama, sampailah pada puncak acara, yakni pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh alumni SUMA tersenior yang hadir, yakni Sutono (angkatan 5) dan Sururudin. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan deklarasi paguyuban alumni SUMA yang diketuai oleh Sutono. Paguyuban alumni ini diharapkan akan semakin mengeratkan hubungan alumni Suara

Merayakan 17 Tahun Eksistensi Suara Mahasiswa

Mahasiswa. Acara kemudian ditutup tepat pukul 21.00, bersamaan dengan momen bersejarah, yakni foto bersama yang melibatkan lebih dari 80 tamu yang hadir, mulai dari sesepuh hingga didikan muda SUMA kini.

Selamat ulang tahun SUMA! Semoga tambah eksis di masa mendatang!

Laras Larasati

GREAT : Ahli dan Bersih di Dunia Kerja

Untuk ketiga kalinya, D3 Perpajakan Universitas Indonesia dan MUC Registered Tax Consultants bekerja sama mengadakan GREAT, sebuah seminar pelatihan perpajakan, tanggal 14-15 Juli 2009 di FISIP UI. Generating Real Excellence in Area of Taxation telah diadakan sejak tahun 2006 dan Universitas Indonesia merupakan tuan rumah pertama seminar tahunan ini.

Tak hanya di UI, MUC juga menjalin kerja sama dengan Universitas Syah Kuala, Universitas Mulawarman, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Semarang. Namun, GREAT di Universitas Indonesia merupakan yang paling special sejauh ini. Pasalnya, sementara di sekolah atau kampus lain GREAT hanya diadakan sehari, Universitas Indonesia mengadakannya dua hari berturut-turut. “Baru UI yang memanfaatkan peluang ini. Yang di luar kita baru satu hari,” ujar Direktur Administrasi MUC Ika Fithriyadi. Selain itu, hanya seratus tiga puluh mahasiswa yang dapat mengikuti seminar ini dan mereka pun diikutsertakan melalui penyeleksian. Hal itu dikarenakan adanya keterbatasan tempat dan fasilitas, misalnya komputer. Dengan begitu, pembekalan dari GREAT merupakan pengalaman berharga bagi para pesertanya. Lantas, apa saja yang dapat mereka peroleh dari seminar tersebut?

Di hari pertama, seminar yang merupakan Corporate Social Responsibility MUC ini memberikan motivasi dan pelatihan praktis tentang perpajakan. Lalu, di hari kedua, peserta GREAT UI mendapatkan pembekalan yang ‘spesial’, yakni seminar bertemakan antikorupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi juga persiapan lainnya dalam dunia kerja, seperti tata cara pembuatan CV dan sikap yang baik dalam menghadapi interview. Menurut Bapak Ika, hal-hal itu merupakan pembekalan penting karena para peserta dapat memiliki kemampuan yang tidak diajarkan dalam perkuliahan, misalnya seminar KPK yang merupakan pembekalan dari segi moralitas.

Febi Purnamasari

kilasan

Ketika Yuda (Iko Uwais) menginjak dewasa, ia bersiap merantau dengan meninggalkan ibu tercinta, Wulan (Christine Hakim) dan saudaranya, Yayan (Donny Alamsyah) serta kampung halamannya. Berbekal ilmu pencak silat yang ia miliki dari Perguruan Silat Harimau Minang, Yuda berniat menjejaki Kota Jakarta dengan menjadi guru pencak silat. Dalam perjalanan, Yuda berkenalan dengan Erick (Yayan Ruhian) yang memberi nasehat bagaimana hidup di Jakarta.

Setelah tiba di Jakarta, Yuda mengalami banyak tantangan. Nasib mempertemukannya dengan Adit (Yusuf Aulia) dan kakaknya, Astri (Sisca Jessica) yang hidup tanpa orangtua yang kemudian menjadi korban organisasi perdagangan orang ilegalyang dipimpin Ratger (Mads Koudal). Yuda tak punya pilihan selain melawan orang-orang yang menyerangnya untuk menyelamatkan mereka.

Film bertajuk “Merantau” yang disutradarai Gareth Huw Evans ini mengangkat seni bela diri tradisional yakni Silat Harimau yang berasal dari Sumatera Barat. Bila dibandingkan dengan Film-Film Indonesia sebelumnya yang didominasi genre komedi-romantis dan horor, kisah

Merantau memang cukup datar. Namun dengan keahliannya, Gareth mampu membuat para penonton berdecak kagum menikmati suguhan akting para pemainnya.

Tidak heran Merantau mendapat penghormatan menjadi film penutup di ajang 13th Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan. Kelebihan film ini antara lain pertunjukan teknik beladiri (koreografi) yang memukau, pengambilan sudut pandang (sinematografi) yang sangat apik, dan ending yang cukup mengejutkan. Dengan demikian, film ini sangat disarankan untuk ditonton karena mengangkat cerita dan tradisi budaya Indonesia yang sangat jarang dijumpai.

Tomy Pasca Rifai

“Berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah dibutuhkan untuk menjadikan bangsa maju dan bermartabat. Membuka pemikiran mahasiswa mengenai isu-isu negeri yang sedang hangat itulah tujuan kami, redaksi Cakrawala. Inilah terbitan terbaru BO Suara Mahasiswa, UKM UI yang bergerak dalam bidang jurnalistik. Cakrawala diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran dan menimbulkan kepedulian mahasiswa terhadap isu yang ada. Cakrawala akan hadir menyapa mahasiswa UI dua kali dalam sebulan dalam bentuk majalah dinding. Cakrawala dapat Anda temui dan baca di papan-papan mading setiap fakultas di UI.”

Foto: Putri

10 11

Page 7: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

Kedatangan Mahasiswa Baru (Maba) angkatan 2009 di Kampus Perjuangan Universitas Indonesia disambut hangat seperti yang terjadi setiap tahunnya. Kawasan Balairung tampak dipadati pengunjung, mulai dari para Maba, hingga mahasiswa lama yang datang penasaran ingin melihat wajah-wajah junior mereka.

Selanjutnya Maba akan disuguhi dengan serangkaian kegiatan penyambutan yang biasa disebut dengan masa orientasi kampus (istilah awamnya ospek). Kegiatan ini biasanya meliputi pengenalan terhadap sistem perkuliahan, fasilitas kampus, staf pengajar, dan hal-hal akademis lainnya. Maba juga diwajibkan datang pagi-pagi buta dengan memakai atribut yang telah ditentukan dan membawa tugas yang harus dibuat sebelumnya. Jika Maba datang terlambat atau atribut tidak lengkap, akan dikenakan hukuman. Biasanya semacam scotch-jump atau push-up dilengkapi dengan bentakan dari senior.

Ini bukanlah peristiwa langka karena sepertinya ospek sudah membudaya dan menjadi tradisi di berbagai lembaga institusi pendidikan di Indonesia seperti SMA dan perguruan tinggi. Pada dasarnya, kegiatan ospek atau penyambutan Maba ini memiliki tujuan yang baik. Namun dinamika pengenalan tersebut semakin berkembang. Terkadang harus melalui jalan yang salah.

Sangat ironis apabila mahasiswa yang memiliki image dewasa dan intelektualitas tinggi memiliki peran yang besar dalam pengadaan ospek yang kelewat batas. Sebab ospek adalah budaya pembodohan yang entah mengapa masih saja dilestarikan. Kepuasan nafsu kekuasaan senioritas dan ekspresi agresivitas sekelompok orang dalam lingkungan pendidikan mungkin menjadi salah satu penyebab. Tak lain, ospek

hanya melestarikan budaya feodal yang tidak sesuai dengan citra lembaga pendidikan.Selain itu, pembuatan aneka atribut merupakan suatu cara pemborosan uang dan waktu. Hal ini tidak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan. Tanpa panitia sadari, membeli dan mempersiapkan atribut tersebut telah memberatkan mahasiswa, baik dari segi finansial, maupun waktu, meskipun seringkali adanya embel-embel kebebasan ekspresi dan kreativitas.

Memang tak bisa disangkal bahwa mereka yang mengikuti ospek secara feodal jauh lebih solid dibandingkan dengan yang tidak ikut. Ospek terbukti dapat mengakrabkan para mahasiswa. Namun itu adalah bentuk kecil dari dampak positif yang ada. Keakraban antara senior dan junior ataupun antar angkatan bisa dilakukan dengan cara yang lebih halus dan cerdas tanpa harus ada kekerasan psikologis.

Sebenarnya mahasiswa baru pun bisa memilih. Mengikuti ospek, atau kegiatan pengakraban, atau pelantikan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan, atau apapun namanya itu karena rasa setia kawan dengan teman se-angkatan, agar dapat diterima menjadi ikatan kekeluargaan jurusannya, atau mungkin demi pengalaman sekali seumur hidup. Pilihan lain adalah menghindar dari budaya feodal tersebut yang cenderung menyiksa mental dengan konsekuensi pengucilan dan ketidaksolidan dalam angkatannya.

Jika ospek sudah mendarah daging dan telah menjadi tradisi yang dilestarikan, maka hampir tidak mungkin untuk menghapusnya. Boleh saja budaya ini dipertahankan, asalkan sistem dan prosesnya diperbaiki, termasuk penekanan mental dan kebebasan berekspresi dalam hal yang lebih positif dan bermanfaat.

Ospek: Budaya yang Harus Dipertahankan atau Diperbaiki?oleh Hapy Indah Nurlita, Mahasiswi Sastra Belanda 2006

opini

Dimulai dari makanan khas asal Jakarta, seperti ketoprak dan gado-gado. Jenis makanan yang terkenal dengan bumbu kacangnya ini memang sering ditemui di tempat lain, namun di Fakultas Hukum kamu dapat menikmatinya dengan cita rasa yang jauh lebih nikmat hanya dengan Rp 5.000,- untuk ketoprak dan Rp 7.000,- untuk gado-gado. Menurut mahasiswa hukum sendiri yang pernah menikmati gado-gado dan ketoprak ini mengatakan bahwa kelezatannya terletak pada bumbu kacangnya yang berbeda dari makanan sejenis di tempat lain. “Bumbu kacangnya lebih kental, sedap, dan mengundang selera makan.” seru Alyn, mahasiswi Sastra Perancis 2007.

Bosan dengan menu yang biasa? Kalian bisa menikmati makanan ala Jepang seperti katsu kombinasi (ayam, udang, ikan, dan cumi) dengan harga bervariasi Rp 8.000-Rp 10.000,- di kantin Fakultas Psikologi. Kantin ini juga menawarkan ayam bakar bumbu madu yang tak kalah menarik. Uang sebesar Rp 9.000,- akan segera tergantikan dengan perut kenyang. Hal yang sama juga akan kita rasakan dengan mencoba menu sate kambing dengan harga Rp 10.000,- yang menjadi andalan tersendiri di FISIP.

Namun, jika semua makanan yang ditawarkan di atas masih terasa mahal dan terlalu mencekik leher, kalian bisa mendapatkan makanan dengan harga bervariasi mulai dari Rp 2.000,- di kantin FIB dan FT, dua fakultas yang terhubung dengan jembatan Teksas.Walau murah, tetapi rasa ala rumah. “Walau pun agak jauh dari fakultas gue, dibela-belain deh ke FT buat nyoba makanannya yang enak-enak dan murah tentunya,” ujar Afif, mahasiswa hukum.

Masih kurang puas?. Kalian bisa mencicipi makanan ala karyawan rektorat di Kantin Prima. Beragam lauk-pauk ditawarkan dengan model prasmanan. Rasanya pun terkenal yummy. Walaupun agak mahal, biasanya dengan harga Rp 8.000 – Rp 15.000,-, kalian akan mendapatkan makanan lezat, bersih, serta pelayanan yang cukup bersahabat. Jika ditanya porsi

makanannya, semua tergantung dari bagaimana kalian mengambilnya, wong ini disajikan secara prasmanan.

Jika ingin sekedar menunda waktu lapar, kalian bisa mencicipi somay khas Bandung dengan cita rasa yang lumer di lidah. Dengan harga Rp 5.000,-, kalian bisa mendapatkannya di dalam stasiun UI. Atau jika sedang hujan, sempatkan juga untuk menikmati bakso dekat stasiun. Ada pilihan bakso urat atau bakso telur dengan harga khas mahasiswa, Rp 6.000,- hingga Rp.10.000,-.

Bila sudah kenyang menikmati makanan yang begitu lezat, bisa dilanjutkan dengan menikmati

minuman khas FE, yaitu minuman jelly merah yang menyegarkan. “Sumpah, jelly merahnya murah dan ramah di perut loh,” jawab Adi mahasiswa FE ketika ditanya seputar rasa jelly merah. Atau kalian bisa membawa pulang Kavera, minuman lidah buaya yang terkenal dari Fakultas MIPA. Selain segar, juga sangat baik untuk

kesehatan.Ingin mencoba tempat makan yang agak berbeda,

Fasilkom bisa menjadi pilihan yang oke. Makan di sana serasa berpetualang, karena letak Fasilkom yang tidak kasat mata. Mau yang lebih aneh?. Kalian harus mencoba makan di kantin FKM. Semua makanan di kantin ini tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan kupon warna-warni. Tidak perlu bingung, untuk mendapatkan kupon tersebut disediakan counter khusus yang melayani penukaran dengan uang. Hal ini dilakukan untuk menjaga tangan agar tetap bersih sewaktu makan. Selain bersih dan sehat, kantin ini juga menawarkan makanan yang enak, variatif, dan patut dicoba.

Menyambut bulan Ramadhan, sederet menu di atas dapat juga dijadikan pilihan menu berbuka. Beberapa kantin fakultas tetap buka di malam hari, seperti Kantek (kantin tenik-red) dan Kansas (kantin sastra-red). Kini, silakan mencoba!.

Wisata Kuliner ala UIStatus update “sekarang aku sudah jadi mahasiswa UI” layaknya bangga disandang para Maba. Namun

perlu juga disertai dengan beragam adaptasi tentunya. Mulai dari cara belajar yang jauh berbeda dibanding masa SMA, gaya berpakaian yang tidak berseragam lagi tentunya, dan juga penyesuaian lidah, khususnya untuk Maba dari luar Jakarta. Namun tidak perlu bingung, kampus Depok dengan sepuluh fakultas ini menyediakan beragam menu yang patut dicoba.

ragam

Muhammad Megah

Foto: Vidi

12 13

Page 8: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009

1849, tahun di mana Dokterdjawaschool Batavia berdiri. Sekolah inilah yang merupakan cikal bakal Universitas Indonesia.

1950, Universitas Indonesia resmi disahkan.

1951, UI hanya terdiri dari 10 fakultas yang tersebar di lima kota besar, yakni : Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, dan Makassar.

1952, tahun saat lambang UI, yang kita kenal sebagai makara, dibuat oleh Sumaxtono, mahasiswa Angkatan 1951jurusan Seni Rupa Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Bandung.

33.662, total seluruh mahasiswa UI (baik S1, S2, S3 domestik maupun internasional) pada semester 2 tahun 2008.

Sampai dengan semester 2 tahun 2008, terdapat 3.513 jumlah tenaga pengajar di UI. Sebanyak 825 merupakan tenaga pengajar FK, disusul FE dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 699, di peringkat ketiga , FT memliki 313 tenaga pengajar.

8.554, jumlah penelitian yang pernah ada di Universitas Indonesia.

53, jumlah program studi jenjang sarjana, yang tersedia di universitas Indonesia.

64, jumlah research center yang ada di Universitas Indonesia.

4.824, jumlah sumber daya manusia (non-mahasiswa) yang ada di Institusi Universitas Indonesia.

266, jumlah guru besar yang dimilki UI, per tanggal 4 juli 2009.

Sepanjang kampus ini berdiri, UI telah menghasilkan lebih dari 400.000 alumni.

UI d

alam

an

gka

riset

75% wilayah UI Depok adalah area hijau berwujud hutan kota sekaligus danau-danau di dalam kompleksnya.

Jumlah seluruh area yang menjadi aset tanah Universitas Indonesia adalah sekitar 350 ha (di Jakarta Pusat, Depok, Tangerang, dan Jakarta Timur).

24.855, total seluruh mahasiswa S1 Universitas Indonesia. FISIP memiliki 4181 mahasiswa, disusul FT sebanyak 4003 mahasiswa (data sampai semester 2 tahun 2008).

7,29 miliar rupiah, total pengeluaran dari seluruh perpustakaan yang ada di UI. (data per semester 2 tahun 2008)

3,09, rata-rata kumulatif nilai kelulusan program sarjana UI pada tahun 2007.

terdapat 133 institusi asing (kampus dan non kampus) dari 31 negara yang menjalin kerjasama dengan Universitas Indonesia.

162 miliar lebih, jumlah dana riset DRPM UI + seluruh fakultas yang ada di UI pada tahun 2007.

3700 penyanyi dalam paduan suara yang digelar Universitas Indonesia dalam menyambut hari kebangkitan nasional menjadi rekor tersendiri bagi UI dan mampu pecahkan rekor MURI.

6, jumlah danau resapan di UI yaitu Kenanga, Aghatis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam, yang merupakan danau resapan air yang dibuat dalam rangka penyangga alam.

2009, tahun di mana mega proyek perpustakan baru UI yang disinyalir termegah di dunia mulai dibangun. Perpustakaan pusat UI tersebut akan mampu menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari selain itu juga akan menampung 3-5 juta judul buku.

2012, Universitas Indonesia mencanangkan kampus bebas dari asap rokok.

Sumber : dihimpun dari berbagai sumber (website UI dan lainnya)

Divisi Riset Pers SUMA UI

riset

15151414

Page 9: Gerbatama, ini UI! Agustus 2009