ganjar kurnia seimbangkan hidup terapi kerontokan rambut dengan seni · c ukup banyak karya sajak...

1
C UKUP banyak karya sajak sunda yang telah ditulis seorang Ganjar Kurnia. Satu di antaranya yang populer ia beri judul Era (Malu), yang mengingatkan siapa saja untuk mencari jati diri dan menjunjung rasa malu dalam prosesnya. Rektor Universitas Padja- djaran (Unpad) Bandung ini mengingatkan, ketika men- cari jati diri, seseorang bisa saja menemukan bahwa di- rinya memiliki perangai yang kurang baik. Sebuah renungan yang pas untuk menyindir perangai banyak tokoh di negeri ini yang tidak mem- beri teladan kepada anak bangsa bahkan sudah putus urat malunya jika berhasrat kekuasaan dan meteri. Berlatar belakang pendidik- an ilmu pertanian ternyata tidak membuat pria kelahiran Bandung, 3 Januari 1956, ini melupakan minatnya berkese- nian. Dia pun mengakui ke- senian Sunda telah dikenal- nya sejak kecil dan semakin membuatnya bergairah untuk terus berkarya memasuki usia paruh baya ini. “Saya hidup di keluarga yang sehari-hari menjalankan aktivitas keagamaan, tetapi mereka juga cukup moderat untuk hal-hal yang terkait dengan kesenian,” cerita Guru Besar bidang Sosiologi Perta- nian ini. Karena kecintaannya ter- hadap kesenian Sunda, ber- anjak remaja Ganjar mengaku sengaja memilih untuk me- nekuni ilmu sosial untuk memperkuat basis kesenian- nya. “Kegemaran saya men- dengarkan siaran RRI Ban- dung membuat saya saat itu bercita-cita menjadi seorang penyiar,” kisahnya. Bahkan saat duduk di bangku SMA, Ganjar mulai senang menonton pertunjuk- an-pertunjukan teater seperti yang dipentaskan Bengkel Teater, antara lain Mastodon dan Burung Kondor, SEKDA, dan Kisah Perjuangan Suku Naga. “Malah, dulu cita-cita saya waktu SMA itu adalah melanjutkan ke Yogja, bukan untuk sekolah, tapi bergabung dengan Bengkel Teater,” lan- jutnya. Namun angan-angan Gan- jar untuk menjadi seniman kandas. Dorongan keluarga akhirnya memutuskan untuk menempuh pendidikan tinggi di Bandung. Pilihan pun ia jatuhkan pada Fakultas Pertanian Un- pad, bukan semata untuk melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu pasti yang sudah diperolehnya semasa SMA. “Selain karena sekolahnya masih tetap eksak, di fakultas pertanian saat itu di sana juga ada suasana berkesenian yang cukup baik.” Ilmu-ilmu pertanian yang bersifat eksak, yang didapat Ganjar sebelum masuk ke ju- rusan sosial ekonomi perta- nian, telah mengembangkan kerangka berpikir eksak da- lam dirinya. Kini kerangka berpikir tersebut ia rasakan manfaatnya dalam memahami fenomena-fenomena ilmu so- sial. Menurutnya, fenomena sosial, pada bagian-bagian tertentu, adalah pengejawan- tahan variabel-variabel dari fenomena-fenomena yang lain. Ia mengakui, ada perbedaan pola pemikiran antara mereka yang berasal dari ilmu sosial murni dengan yang berla- tar belakang ilmu eksakta, dalam memahami realitas sosial. Namun, bagi Ganjar, pola pemikiran eksakta bisa pula diaplikasikan di bidang- bidang sosial. Ganjar Kurnia kini tengah menjalani masa jabatan ke- duanya sebagai Rektor Unpad hingga tahun 2015. Sebagai orang nomor satu di salah satu PTN besar di Bandung, Gan- jar tentu disibukkan dengan beragam rutinitas, baik yang bersifat keilmuan maupun kegiatan administratif sehari- hari. Untuk menghindari ke- jenuhan yang mungkin mun- cul, peraih peringkat kelima dalam penghargaan Top 100 Educators of the Year versi majalah CampusAsia tahun 2008 ini membutuhkan pe- nyeimbang. “Salah satu penyeimbang saya adalah berkesenian. Se- telah itu, ketika kembali ke rutinitas, pikiran akan lebih segar.” Tanggung jawab berkesenian Bergelar insinyur, Ganjar kini juga dikenal sebagai bu- dayawan. Aktif menulis sejak 2004, ia sempat memublikasi- kan sajak-sajak karyanya di blog pribadinya, http://gan- jarkurnia.unpad.ac.id , pada 2007. Februari lalu, Ganjar bersa- ma dua puluh satu sastrawan dan budayawan Sunda lain- nya hadir untuk membacakan sajak dalam acara Aki Nini Maca Sajak Jilid III. Acara tahunan tersebut diseleng- garakan di Unpad pertama kali pada 2008, dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia. Sebelumnya, di awal ta- hun 2011, Ganjar berkolabo- rasi dengan komposer Ubun Kubarsah menggelar Syair Keur Syiar, pergelaran kompo- sisi tembang islami dari syair- syair lagu ciptaannya. Kendati terbilang eksis, Ganjar mengaku tidak punya basis berkesenian. “Saya tanpa latar belakang ataupun ke- mampuan seni seperti bermain alat musik, nembang, ataupun menari. Yang saya miliki ada- lah kecintaan, perhatian, dan sense terhadap kesenian. Saya lebih sering menempatkan diri sebagai ‘orang luar’. Se- bagai penonton, saya harus mendapatkan kenikmatan tersendiri. Apresiasi sebagai penonton itulah yang kemu- dian saya aplikasikan,” kata Ganjar merendah. Selain menggunakan sudut pandang penonton dalam berkesenian, Ganjar banyak memfasilitasi acara-acara pergelaran kesenian. Saat bertugas sebagai Atase Pen- didikan di Prancis, misalnya, ia sering kali mengundang mahasiswa untuk menampil- kan kesenian Indonesia. “Berkesenian itu tidak se- lamanya harus terjun lang- sung. Yang paling penting, seseorang punya tanggung jawab terhadap kesenian.” Bagi Ganjar, gelar insinyur dan kiprahnya sebagai bu- dayawan bisa berjalan ber- iringan. Toh, berkaca pada pe- ngalaman pribadinya, Ganjar berpendapat bahwa seseorang semakin tua biasanya akan menjadi semakin generalis. “Prinsip dasarnya, kuliah jurusan apa pun, asal ditekuni dan profesional, seseorang akan bisa berhasil. Berkese- nian misalnya.” (*/M-1) [email protected] KESIBUKANNYA yang menghabiskan waktu membuat presenter Indra Herlambang harus pintar menyisipkan olahraga. Naik tangga dan jalan kaki menjadi pilihannya. “Gue paling senang didrop agak jauh, jadi bisa jalan kaki. Terus, kalau syuting di studio, gue naik tangga setidaknya tiga lantai, luma- yanlah,” katanya, ditemui seu- sai menjadi pembawa acara launching produk camilan di Jakarta, Selasa (12/4). Olahraga bagi Indra penting untuk menunjang stamina. Ia mengaku suka ngegym jika ada waktu. Saat sedang rajin, lima kali se- minggu pun ia lakukan. Namun, jika sedang malas atau padat kegiatan, sebulan bisa hanya sekali datang. “Gue juga suka ngepel. Mengepel lantai loh. Tapi, itu untuk kamar gue aja, ga seru- mah loh ya,” sam- bung lelaki berusia 35 tahun ini sambil tertawa. Tidak hanya olahraga, ia juga sering mengon- sumsi sayur dan buah. Segala sayur dikonsumsi karena pengaruh bunda yang selalu menyediakan itu di meja makan. “Gue itu berpikiran khasiat nomor satu, rasa nomor dua. Jamu pun gue minum, suka banget sama temulawak,” pungkas- nya. (Din/M-1) SIAPA sangka rambut Duta Film Prancis 2011 Sigi Wimala Somya- dewi bermasalah dengan kerontokan. Hal itu dialaminya seusai ia melahirkan Maxine Sara Tjahjanto pada 22 Maret 2010. Karena itu, ia pun merasa perlu untuk merawat rambut lebih intens untuk meng- atasinya. “Rambutku rontok banget. Aku kira itu normal, tapi kok lama-ke- lamaan banyak banget. Sampai-sampai nutupin saluran pembuangan di kamar mandi sehabis keramas. Lama-lama jadi parno juga,” ujarnya saat ditemui seusai mengisi acara di Jakarta, Selasa (12/4). Mantan Gadis Sampul ini mengaku baru mengalami kerontokan rambut setelah 40 hari melahirkan putrinya. Ia beranggapan hal itu didorong ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada ibu menyu- sui. Pun ia menolak pergi ke dok- ter, tapi lebih memilih ke salon yang memiliki perawatan khusus untuk mengatasi kerontokan. Perawatannya juga diimbangi dengan perawatan di rumah secara intensif. “Aku enggak suka mewarnai rambut. Tapi, sering banget di- blow atau dicatok. Aku enggak mau dinilai klien banyak mau- nya, jadi mau enggak mau rawatnya harus di luar itu kan,” tutur perem- puan kelahiran 21 Juni 1983 ini. Merasa perawatan- nya membuahkan hasil, kini ia ingin meman- jangkan rambutnya. Apalagi, ia tak pernah berambut panjang sejak dikenal publik. “Aku terdorong un- tuk potong rambut pendek karena ron- tok itu soalnya,” pungkasnya. (Din/M-1) SEIMBANGKAN HIDUP DENGAN SENI Kesibukannya sebagai rektor dan latar belakangnya yang lebih banyak bergelut dengan ilmu-ilmu eksakta tetap membuat sosok yang satu ini menggandrungi kesenian Sunda. GANJAR KURNIA IWAN KURNIAWAN Indra Herlambang Sigi Wimala Somyadewi MI/IRFAN MI/ERI ANUGRAH Suka Temulawak Terapi Kerontokan Rambut Berkesenian itu tidak selamanya harus terjun langsung. Yang paling penting, seseorang punya tang- gung jawab terhadap kesenian.” KAMIS, 14 APRIL 2011 5 S O SOK Nama : Ganjar Kurnia Lahir : Bandung, 3-1-1956 Pendidikan : • Lulus DEA (S-2) studi Sosi- ologi dan Ekonomi Masyarakat dari Universitas Paris X Nan- terre (1983) • Lulus S-3 studi Sosiologi Pedesaan, Universitas Paris Nanterre Karier : • Dosen Fakultas Pertanian Unpad (1979-sekarang) • Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebudayaan Jawa Barat Unpad (2000- 2004) • Rektor Unpad (2007-2011) Kegiatan di Jawa Barat : • Anggota Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan (2000- 2004) Kegiatan nasional : • Wakil Ketua Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia Jabar (1996-2002) MI/IWAN KURNIAWAN

Upload: vuongngoc

Post on 09-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

CUKUP banyak karya sajak sunda yang telah ditulis seorang Ganjar Kurnia. Satu

di antaranya yang populer ia beri judul Era (Malu), yang mengingatkan siapa saja untuk mencari jati diri dan menjunjung rasa malu dalam prosesnya.

Rektor Universitas Padja-djaran (Unpad) Bandung ini mengingatkan, ketika men-cari jati diri, seseorang bisa saja menemukan bahwa di-rinya memiliki perangai yang kurang baik. Sebuah renungan yang pas untuk menyindir perangai banyak tokoh di negeri ini yang tidak mem-beri teladan kepada anak bangsa bahkan sudah putus urat malunya jika berhasrat kekuasaan dan meteri.

Berlatar belakang pendidik-an ilmu pertanian ternyata tidak membuat pria kelahiran Bandung, 3 Januari 1956, ini melupakan minatnya berkese-nian. Dia pun mengakui ke-senian Sunda telah dikenal-

nya sejak kecil dan semakin membuatnya bergairah untuk terus berkarya memasuki usia paruh baya ini.

“Saya hidup di keluarga yang sehari-hari menjalankan aktivitas keagamaan, tetapi mereka juga cukup moderat untuk hal-hal yang terkait dengan kesenian,” cerita Guru Besar bidang Sosiologi Perta-nian ini.

Karena kecintaannya ter-hadap kesenian Sunda, ber-anjak remaja Ganjar me ngaku sengaja memilih untuk me-nekuni ilmu sosial untuk memperkuat basis kesenian-nya. “Kegemaran saya men-dengarkan siaran RRI Ban-dung membuat saya saat itu bercita-cita menjadi seorang penyiar,” kisahnya.

Bahkan saat duduk di bangku SMA, Ganjar mulai senang menonton pertunjuk-an-pertunjukan teater se perti yang dipentaskan Bengkel Teater, antara lain Mastodon dan Burung Kondor, SEKDA, dan Kisah Perjuangan Suku Naga. “Malah, dulu cita-cita saya waktu SMA itu adalah melanjutkan ke Yogja, bukan untuk sekolah, tapi bergabung dengan Bengkel Teater,” lan-jutnya.

Namun angan-angan Gan-jar untuk menjadi seniman kandas. Dorongan keluarga akhirnya memutuskan untuk menempuh pendidikan tinggi di Bandung.

Pilihan pun ia jatuhkan pada Fakultas Pertanian Un-pad, bukan semata untuk melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu pasti yang sudah

diperolehnya semasa SMA. “Selain karena sekolahnya masih tetap eksak, di fakultas pertanian saat itu di sana juga ada suasana berkesenian yang cukup baik.”

Ilmu-ilmu pertanian yang bersifat eksak, yang didapat Ganjar sebelum masuk ke ju-rusan sosial ekonomi perta-nian, telah mengembangkan kerangka berpikir eksak da-

lam dirinya. Kini kerangka berpikir tersebut ia rasakan manfaatnya dalam memahami fenomena-fenomena ilmu so-sial. Menurutnya, fenomena sosial, pada bagian-bagian tertentu, adalah pengejawan-tahan variabel-variabel dari fenomena-fenomena yang lain.

Ia mengakui, ada perbedaan pola pemikiran antara mereka yang berasal dari ilmu sosial murni dengan yang berla-tar belakang ilmu eksakta, dalam memahami realitas sosial. Namun, bagi Ganjar, pola pemikiran eksakta bisa pula diaplikasikan di bidang-bidang sosial.

Ganjar Kurnia kini tengah menjalani masa jabatan ke-duanya sebagai Rektor Unpad hingga tahun 2015. Sebagai

orang nomor satu di salah satu PTN besar di Bandung, Gan-jar tentu disibukkan dengan beragam rutinitas, baik yang bersifat keilmuan maupun kegiatan administratif sehari-hari.

Untuk menghindari ke-jenuhan yang mungkin mun-cul, peraih peringkat kelima dalam penghargaan Top 100 Educators of the Year versi majalah CampusAsia tahun 2008 ini membutuhkan pe-nyeimbang.

“Salah satu penyeimbang saya adalah berkesenian. Se-telah itu, ketika kembali ke rutinitas, pikiran akan lebih segar.”

Tanggung jawab berkesenianBergelar insinyur, Ganjar

kini juga dikenal sebagai bu-dayawan. Aktif menulis sejak 2004, ia sempat memublikasi-kan sajak-sajak karyanya di blog pribadinya, http://gan-jarkurnia.unpad.ac.id, pada 2007.

Februari lalu, Ganjar bersa-ma dua puluh satu sastrawan dan budayawan Sunda lain-nya hadir untuk membacakan sajak dalam acara Aki Nini Maca Sajak Jilid III. Acara tahunan tersebut diseleng-garakan di Unpad pertama kali pada 2008, dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia.

Sebelumnya, di awal ta-hun 2011, Ganjar berkolabo-rasi dengan komposer Ubun Kubarsah menggelar Syair Keur Syiar, pergelaran kompo-sisi tembang islami dari syair-syair lagu ciptaannya.

Kendati terbilang eksis, Ganjar mengaku tidak punya basis berkesenian. “Saya tanpa latar belakang ataupun ke-mampuan seni seperti bermain alat musik, nembang, ataupun menari. Yang saya miliki ada-lah kecintaan, perhatian, dan sense terhadap kesenian. Saya lebih sering menempatkan diri sebagai ‘orang luar’. Se-bagai penonton, saya harus mendapatkan kenikmatan tersendiri. Apresiasi sebagai penonton itulah yang kemu-dian saya aplikasikan,” kata Ganjar merendah.

Selain menggunakan sudut pandang penonton dalam berkesenian, Ganjar banyak memfasilitasi acara-acara pergelaran kesenian. Saat bertugas sebagai Atase Pen-didikan di Prancis, misalnya, ia sering kali mengundang mahasiswa untuk menampil-kan kesenian Indonesia.

“Berkesenian itu tidak se-lamanya harus terjun lang-sung. Yang paling penting, se seorang punya tanggung jawab terhadap kesenian.”

Bagi Ganjar, gelar insinyur dan kiprahnya sebagai bu-dayawan bisa berjalan ber-iringan.

Toh, berkaca pada pe-ngalaman pribadinya, Ganjar berpendapat bahwa seseorang semakin tua biasanya akan menjadi semakin generalis.

“Prinsip dasarnya, kuliah jurusan apa pun, asal ditekuni dan profesional, seseorang akan bisa berhasil. Berkese-nian misalnya.” (*/M-1)

[email protected]

KESIBUKANNYA yang menghabiskan waktu membuat presenter Indra Herlambang harus pintar menyisipkan olahraga. Naik tangga dan jalan kaki menjadi pilihannya.

“Gue paling senang didrop agak jauh, jadi bisa jalan kaki. Terus, kalau syuting di studio, gue naik tangga setidaknya tiga lantai, luma-yanlah,” katanya, ditemui seu-sai menjadi pembawa acara launching produk camilan di Jakarta, Selasa (12/4).

Olahraga bagi Indra penting untuk menunjang stamina. Ia mengaku suka ngegym jika ada waktu. Saat sedang rajin, lima kali se-minggu pun ia lakukan. Namun, jika sedang malas atau padat kegiatan, sebulan bisa hanya sekali datang.

“Gue juga suka ngepel. Mengepel lantai loh. Tapi, itu untuk kamar gue aja, ga seru-mah loh ya,” sam-bung lelaki berusia 35 tahun ini sambil tertawa.

Tidak hanya olahraga, ia juga sering mengon-sumsi sayur dan buah. Segala sayur dikonsumsi karena pengaruh bunda yang selalu menyediakan itu di meja makan. “Gue itu berpikiran khasiat nomor satu, rasa nomor dua. Jamu pun gue minum, suka banget sama temulawak,” pungkas-nya. (Din/M-1)

SIAPA sangka rambut Duta Film Prancis 2011 Sigi Wimala Somya-dewi bermasalah dengan kerontokan. Hal itu dialaminya seusai ia melahirkan Maxine Sara Tjahjanto pada 22 Maret 2010. Karena itu, ia pun merasa perlu untuk merawat rambut lebih intens untuk meng-atasinya.

“Rambutku rontok banget. Aku kira itu normal, tapi kok lama-ke-lamaan banyak banget. Sampai-sampai nutupin saluran pembuangan di kamar mandi sehabis keramas. Lama-lama jadi parno juga,” ujarnya saat ditemui seusai mengisi acara di Jakarta, Selasa (12/4).

Mantan Gadis Sampul ini mengaku baru mengalami kerontokan rambut setelah 40 hari melahirkan putrinya. Ia beranggapan hal itu didorong ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada ibu menyu-sui.

Pun ia menolak pergi ke dok-ter, tapi lebih memilih ke salon yang memiliki perawatan khusus untuk mengatasi kerontokan. Perawatannya juga diimbangi dengan perawatan di rumah secara intensif.

“Aku enggak suka mewarnai rambut. Tapi, sering banget di-blow atau dicatok. Aku enggak mau dinilai klien banyak mau-nya, jadi mau enggak mau rawatnya harus di luar itu kan,” tutur perem-puan kelahiran 21 Juni 1983 ini.

Merasa perawatan-nya membuahkan hasil, kini ia ingin meman-jangkan rambutnya. Apalagi, ia tak pernah berambut panjang sejak dikenal publik. “Aku terdorong un-tuk potong rambut pendek karena ron-tok itu soalnya,” p u n g k a s n y a . (Din/M-1)

SEIMBANGKAN HIDUP DENGAN SENI

Kesibukannya sebagai rektor dan latar belakangnya yang lebih banyak bergelut dengan ilmu-ilmu eksakta tetap membuat sosok yang satu ini menggandrungi kesenian Sunda.

G A N J A R K U R N I A

IWAN KURNIAWAN

Indra Herlambang

Sigi Wimala Somyadewi

MI/IRFAN

MI/ERI ANUGRAH

Suka Temulawak

Terapi Kerontokan Rambut

Berkesenian itu tidak selamanya

harus terjun langsung. Yang paling penting, se seorang punya tang-gung jawab terhadap kesenian.”

KAMIS, 14 APRIL 2011 5SOSOK

Nama : Ganjar Kurnia

Lahir : Bandung, 3-1-1956

Pendidikan :• Lulus DEA (S-2) studi Sosi-

ologi dan Ekonomi Masyarakat dari Universitas Paris X Nan-terre (1983)

• Lulus S-3 studi Sosiologi Pedesaan, Universitas Paris Nanterre

Karier :• Dosen Fakultas Pertanian

Unpad (1979-sekarang)• Kepala Pusat Pengkajian dan

Pengembangan Kebudayaan Jawa Barat Unpad (2000-2004)

• Rektor Unpad (2007-2011)

Kegiatan di Jawa Barat :• Anggota Dewan Pangaping

Paguyuban Pasundan (2000-2004)

Kegiatan nasional :• Wakil Ketua Badan Koordinasi

Kesenian Nasional Indonesia Jabar (1996-2002)

MI/IWAN KURNIAWAN