ganja

6
Kegunaan Medis GANJA Sejarah penggunaan marijuana sebagai obat. Cannabis pertama kali diketahui dapat digunakan untuk pengobatan yaitu dalam terapi pharmacopoeia di negeri Cina yang di sebut Pen Ts’ao. Pharmacopoeia adalah sebuah buku yang berisi daftar obat-obatan serta cara persiapan dan penggunaannya. Cannabis disebut sebagai “Superior Herb” oleh Kaisar Shen Nung (2737-2697 SM), yang diyakininya sangat manjur dan mujarab. Cannabis direkomendasikan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit umum. Sekitar periode yang sama di Mesir, ganja digunakan sebagai pengobatan untuk sakit mata. Ramuan ini digunakan di India dalam upacara budaya dan agama, dan dicatat dalam kitab suci teks Sansekerta sekitar 1.400 SM. Ganja dianggap sebagai ramuan kudus dan ditandai sebagai ” soother of grief ” atau ” the sky flyer,” dan “surga orang miskin.” Berabad-abad kemudian, sekitar 700 SM, orang-orang bangsa Asyur menggunakan ramuan yang mereka sebut Qunnabu yang digunakan sebagai dupa. Orang Yunani kuno menggunakan ganja sebagai obat untuk mengobati peradangan, sakit telinga, dan edema (pembengkakan bagian tubuh karena pengumpulan cairan). Tak lama setelah 500SM seorang sejarawan dan ahli geografi, Herodotus mencatat bahwa masyarakat Scythians menggunakan ganja untuk menghasilkan linen yang halus.

Upload: eka-setiawan

Post on 29-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

js

TRANSCRIPT

Page 1: Ganja

Kegunaan Medis

GANJA

Sejarah penggunaan marijuana sebagai obat.

Cannabis pertama kali diketahui dapat digunakan untuk pengobatan yaitu dalam terapi

pharmacopoeia di negeri Cina yang di sebut Pen Ts’ao. Pharmacopoeia adalah sebuah buku yang

berisi daftar obat-obatan serta cara persiapan dan penggunaannya. Cannabis disebut sebagai

“Superior Herb” oleh Kaisar Shen Nung (2737-2697 SM), yang diyakininya sangat manjur dan

mujarab. Cannabis direkomendasikan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit umum.

Sekitar periode yang sama di Mesir, ganja digunakan sebagai pengobatan untuk sakit mata.

Ramuan ini digunakan di India dalam upacara budaya dan agama, dan dicatat dalam kitab suci

teks Sansekerta sekitar 1.400 SM. Ganja dianggap sebagai ramuan kudus dan ditandai sebagai ”

soother of grief ” atau ” the sky flyer,” dan “surga orang miskin.” Berabad-abad kemudian,

sekitar 700 SM, orang-orang bangsa Asyur menggunakan ramuan yang mereka sebut Qunnabu

yang digunakan sebagai dupa. Orang Yunani kuno menggunakan ganja sebagai obat untuk

mengobati peradangan, sakit telinga, dan edema (pembengkakan bagian tubuh karena

pengumpulan cairan). Tak lama setelah 500SM seorang sejarawan dan ahli geografi, Herodotus

mencatat bahwa masyarakat Scythians menggunakan ganja untuk menghasilkan linen yang

halus. Mereka juga menyebutnya sebagai rempah Cannabis dan menggunakannya dengan cara

menghirup uapnya yang dihasilkan ketika dibakar. Pada tahun 100 SM bangsa Cina telah

menggunakan ganja untuk membuat kertas.

Budidaya ganja serta penggunaannya bermigrasi dan bergerak ke berbagai pedagang dan

pelancong. Pengetahuan mengenai nilai herbal ini menyebar ke seluruh Timur Tengah, Eropa

Timur, dan Afrika. Sekitar tahun 100 sesudah masehi, Dioscorides, seorang ahli bedah di

Legions Romawi di bawah Kaisar Nero, menamakan rempah ini dengan nama Cannabis sativa

herbal dan tercatat penggunaannya untuk berbagai obat. Pada abad kedua, dokter dari negeri

Cina yang bernama Hoa-Tho, menggunakan ganja dalam prosedur pembedahan yang di

sesuaikan pada sifat analgesik nya. Di India kuno, sekitar tahun 600, penulis Sansekerta mencatat

Page 2: Ganja

resep untuk ” pills of gaiety”  atau “pil keriangan”, yaitu suatu kombinasi antara ganja dan gula.

Pada tahun 1150, umat Islam telah menggunakan serat ganja dalam produksi kertas pertama di

Eropa. Ini adalah penggunaan ganja sebagai sumber terbarukan yang tahan lama untuk serat

kertas yang berlanjut hingga 750 tahun berikutnya.

Pada sekitar tahun 1300-an, pemerintah dan otoritas agama khawatir tentang efek

psikoaktif pada masyarakat yang mengkonsumsi ramuan ganja tersebut dan berusaha

menempatkan pembatasan keras terhadap penggunaannya. Emir Soudon Sheikhouni dari

Joneima mengatakan bahwa ganja dilarang digunakan oleh orang miskin. Dia menghancurkan

tanaman dan memerintahkan pelanggaran penggunaan ganja. Pada 1484, Paus Innosensius VIII

melarang penggunaan Hashish, yaitu suatu bentuk concentrated dari ganja. Budidaya Cannabis

terus berlanjut karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Sedikit lebih dari satu abad kemudian,

Ratu Inggris Elizabeth I mengeluarkan dekrit yang memerintahkan agar pemilik tanah yang

memegang enam puluh hektar ladang ganja atau lebih harus membayar denda.

Kegunaan Medis Tanaman Ganja

Tanaman ganja secara keseluruhan, termasuk kuncup, daun, biji, dan akar, semuanya telah

digunakan sebagai ramuan obat sepanjang sejarah. Meskipun batasan hukum yang tegas dan

hukuman pidana berat untuk penggunaan terlarang, ganja semakin banyak digunakan di Amerika

Serikat dan di seluruh dunia, baik untuk sifat-sifatnya mengubah suasana hati dan penerapannya

sebagai obat-obatan yang telah terbukti. Diskusi mengenai manfaat ganja dari segi keamanan dan

efektivitas sangat bermuatan politis.

Marijuana telah terbukti sebagai obat analgesik, anti muntah, anti-inflamasi, penenang,

anticonvulsive, dan tindakan pencahar. Studi klinis telah menunjukkan efektivitas ganja dalam

mengurangi mual dan muntah setelah kemoterapi untuk pengobatan kanker. Tanaman ini juga

telah terbukti mengurangi tekanan intra-okular di mata sebanyak 45%, dalam pengobatan

glaukoma. Cannabis telah terbukti sebagai anticonvulsive, dan dapat membantu dalam merawat

penderita epilepsi. Penelitian lain telah mendokumentasikan sebuah in-vitro efek penghambat

tumor THC. Marijuana juga dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi rasa mual dan

telah digunakan pada pasien AIDS untuk mencegah penurunan berat badan serta efek lain yang

mungkin timbul dari penyakit ini. Dalam sebuah studi penelitian beberapa kandungan kimia dari

Page 3: Ganja

ganja menampilkan aksi antimikroba dan efek antibakteri. Komponen CBC dan d-9-

tetrahydrocannabinol telah terbukti dapat menghancurkan dan menghambat pertumbuhan bakteri

streptokokus dan staphylococci.

Ganja mengandung senyawa kimia yang dikenal sebagai canabinoid. Jenis canabinoid

yang berbeda-beda memiliki efek yang berbeda pula pada tubuh setelah di konsumsi. Penelitian

ilmiah mengindikasikan bahwa zat ini mempunyai nilai potensi terapi untuk menghilangkan rasa

sakit, kontrol mual dan muntah-muntah, serta stimulasi nafsu makan. Zat aktif utama ganja yang

teridentifikasi sampai saat ini adalah 9-tetrahydro-cannabinol, yang dikenal sebagai THC. Bahan

kimia ini kemungkinan mengandung sebanyak 12% dari bahan kimia aktif dalam ramuan, dan

memberikan pengaruh sebanyak 7-10% dari akibat yang di timbulkan seperti rasa gembira, atau

“high” yang dialami saat mengkonsumsi ramuan ganja. Kualitas ramuan “euforia” ini tergantung

pada saldo bahan aktif lain dan kesegaran bahan ramuan. THC ter-degradasi ke komponen yang

dikenal sebagai cannabinol, atau CBN. Kimia aktif ini relatif tidak menonjol dalam ganja yang

telah disimpan terlalu lama sebelum digunakan. Komponen kimia lain, cannabidiol, atau dikenal

sebagai CBD, memiliki efek sedatif dan analgesik ringan, dan memberikan kontribusi ke somatic

heaviness yang kadang-kadang dialami oleh pengguna ganja.

Pelarangan/prohibition Sebelum adanya larangan, ganja direkomendasikan untuk pengobatan

gonore, angina pektoris (konstriksi nyeri di dada karena darah tidak cukup untuk jantung), dan

cocok untuk mengatasi tersedak. Ganja juga dapat digunakan untuk mengatasi insomnia,

neuralgia, reumatik, gangguan pencernaan, kolera, tetanus, epilepsi, keracunan strychnine,

bronkitis, batuk rejan, dan asma. Kegunaan lain adalah sebagai phytotherapeutic (nabati

terapeutik) termasuk pengobatan borok, kanker, paru-paru, migrain, penyakit Lou Gehrig, infeksi

HIV, dan multiple sclerosis.

Kebijakan pemerintah federal Amerika Serikat melarang dokter menggunakan resep ganja,

bahkan untuk pasien sakit serius karena alasan efek samping yang mungkin diakibatkan dari efek

adiktif cannabis yang berbahaya. Jaksa Agung AS Janet Reno memperingatkan bahwa para

dokter di setiap negara yang memberikan resep ganja pada pasiennya akan kehilangan hak untuk

menulis resep, kecuali dari Medicare dan Medicaid dan bahkan dituntut sebagai kejahatan

federal, menurut sebuah editorial 1997 dalam Jurnal Kedokteran New England. (cpt)

Page 4: Ganja

Medical Marijuana

Kesulitan Konsentrasi, Hiperaktifitas, Kecanduan Stimulan dan Pemakaian Ganja,

Tinjauan Sebuah Jurnal

LGN di Proklamasi II

6 Langkah Relaksasi dengan Ganja

Usaha Legalisasi Ganja Di Jepang

Keuntungan Fisik Pengguna Ganja? (2)

6 Efek Jangka-Panjang Penggunaan Ganja (Bukti yang Bertentangan)

Keuntungan Fisik Penggunaan Ganja? (1)

Ganja Bukan Narkotika

Ganja Sebagai Obat Asma

Senyawa Dalam Ganja Menghambat Kanker