pemidanaan pelaku penanam ganja untuk pengobatan...

177
PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Ega Yuni Rakhmawati 11150450000023 PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440/2018

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN

(Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau

Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Ega Yuni Rakhmawati

11150450000023

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440/2018

Page 2: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar
Page 3: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar
Page 4: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar
Page 5: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

iii

ABSTRAK

Ega Yuni Rakhmawati. NIM 11150450000023. “Pemidanaan Pelaku

Penanam Ganja Untuk Pengobatan (Analisis Putusan Pengadilan Negeri

Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag)”. Program Studi Hukum Pidana

Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2014 M. + 95 halaman + 1 lampiran.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah pemidanaan terhadap pelaku

penanaman ganja yang ditetapkan dalam putusan Pengadilan Negeri

Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag. Pengadilan Negeri Sanggau

memvonis 8 (delapan) bulan penjara terhadap Terdakwa Fidelis Arie

Sudewarto yang dinyatakan bersalah dalam kasus penanaman ganja yang

dilakukan untuk pengbatan istri terdakwa. Fidelis juga diwajibkan untuk

membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan

ketentuan apabila denda terseut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara

selama 1 (satu) bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan

hukum dan pertimbangan hakim dalam menentukan hukuman terhadap

terdakwa dan untuk mengetahui dampak dari putusan yang telah ditetapkan

hakim dalam perkara ini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan

metode pendekatan Case Approach dan Statue Approach dengan

menggunakan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-

buku, jurnal-jurnal dan kitab-kitab fikih yang berkaitan dengan judul skripsi

ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kasus Fidelis seharusnya

hakim memperhatikan alasan terdakwa melanggar ketentuan pidana dan

seharusnya tidak dipenjara karena dengan demikian mengakibatkan istri

terdakwa tidak mendapatkan perawatan.

Kata Kunci: Pemidanaan, Penanaman Ganja, Pengobatan.

Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung, S.H., M.H.

Pembimbing II : Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : 1994 - 2018

Page 6: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim...

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

tugas akhir dalam menempuh studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan selalu kepada Baginda Nabi

Agung, Muhammad S.A.W yang telah membawa umatnya dari zaman

jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan kasih sayang.

Selanjutnya dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa,

yang terhormat:

1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Dekan

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarf

Hidayatullah Jakarta.

2. Qosim Arsadani, M.A. Kepala Program Studi Hukum Pidana Islam

(Jinayah).

3. Mohamad Mujibur Rohman, M.A Sekretaris Program Studi Hukum

Pidana Islam (Jinayah).

4. Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung, S.H., M.H. Dosen

Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak

memberikan masukan, arahan serta bersedia meluangkan waktunya

dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

5. Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H. Dosen Pembimbing II dalam

penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan,

arahan serta bersedia meluangkan waktunya dengan penuh

keikhlasan kepada penulis.

Page 7: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

v

6. Dr. H. Abd. Rahman M.A. dosen penasihat akademi yang selalu

memberikan arahan kepada penulis.

7. Nurohim Yunus LLM. Sekretaris prodi tahun 2015 samapi dengan

2018 dosen yang selalu memberi arahan, semangat dan membatu

penulis dalam melaksanakan studi di kampus ini.

8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepada Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas

untuk mengadakan studi kepustakaan pada penulisan skripsi ini.

10. Kepada Kedua Orang Tua Papah tercinta (alm) Sudarso dan Mama

tercinta Rochanah yang sangat berjasa dan teristimewa bagi hidup

saya. Yang selalu menyayangi, mensupport, mendoakan dan

memenuhi segala keperluan diri saya. Terimakasih telah menjadi

orang yang selalu ada untuk saya dan begitu penulis banggakan.

dan terimakasih untuk Maulida Evialita selaku adik saya yang telah

mengantarkan penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

Dan seluruh keluarga lainnya, budeh, pakde, mas dan mba serta

sepupu lainnya. Terimakasih atas kasih sayang, bimbingan dan

pengorbanan yang tiada henti untuk penulis. Semoga Allah SWT

selalu melindungi kalian dan Allah SWT selalu berkahi langkah

kalian kapan dan dimana pun berada.

11. Kepada Yulianto Firman selaku orang yang selalu ada disamping

penulis dalam suka maupun duka. Yang selalu mendukung langkah

penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga segala

pengorbanan yang dilakukan dibalas Allah SWT dengan hal yang

indah dikemudian hari.

12. Sahabat setia seperti keluarga yang selalu memotifasi, Tyas, Meita,

Dibba, Tity, Asin, Mute, Anyi, Aqilah, Lusi, Beker, Yasinta, Dita,

Agilia Gunawan, Santi Sartika,

13. Teman-teman kelas Hukum Pidana Islam Angkatan 2015,

khusunya kepasa Sofia Azmi, Salwa Nailadtafad, Siti Salamah,

Page 8: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

vi

Rasifah, Selly Rosyanaya, Risky Oktavianti, Syifa Ulkhair, Nada

Yasmin, Milla Istiqoah, Milati Azka, Arinda Yefa, Ike Nurmala

dan Ayu Widiwati terimakasih telah menjadi teman berproses

bersama-sama selama 4 tahun ini.

14. Anggota KKN Gundam 027 yang selalu memberikan motifasi yang

tiada henti.

15. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. Ciputat,

(LKBHMI) Cab. Ciputat, keluarga besar HMI Komfaksy, kepada

Serta telah menjadi wadah berproses, menambah ilmu pengetahuan

yang sangat bernilai bagi kehidupan penulis.

16. Senior-Senior yang selalu mengarahkan Bang Khusnus, Bang

Ncek, Bang Hariri, Bang Fahmi, Bang Mujib, Kak Rere, Kak

Agnes, Kak Agsel, Kak Ume, Kak Rita, Kak Aini yang telah

memberikan banyak pengalaman dan ilmu kepada penulis.

Akhirnya, hanya kata syukur alhamdulillah dan terimakasih. Besar

harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin ya Rabbal’alamin...

Jakarta, 18 Juli 2019

15 Dzulkaidah 1440 H

Ega Yuni Rakhmawati

Page 9: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii

ABSTRAK ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11

E. Metode Penelitian ................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ....................................................................... 19

B. Kerangka Konseptual .............................................................. 34

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ........................................ 40

BAB III PENGGUNAAN GANJA SEBAGAI PENGOBATAN

A. Pengertian Narkotika ............................................................... 43

B. Dasar hukum ........................................................................... 44

C. Jenis-Jenis Narkotika ............................................................... 50

D. Deskripsi Kasus Fidelis ........................................................... 59

E. Legalitas Penggunaan Ganja dalam Undang-Undang ............... 71

F. Legalitas Penggunaan Ganja dalam Pandangan Hukum

Islam ....................................................................................... 73

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

SANGGAU NOMOR 111/Pid.Sus/2017.PNSag

A. Faktor yang mendasari terdakwa melakukan penanaman

ganja dalam putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor

111/Pid.Sus/2017.Pnsag ........................................................ 78

Page 10: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

viii

B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor

111/Pid.Sus/2017.Pnsag ........................................................ 79

C. Pemidanaan pelaku penanaman ganja menurut pandangan

hukum islam ............................................................................ 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 93

B. Rekomendasi ......................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 95

LAMPIRAN

Page 11: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika awalnya merupakan hasil proses kemajuan teknologi yang

berkembang dalam norma sosial untuk keperluan kepentingan pengobatan

dan ilmu pengetahuan lainnya. Kebijakan penanggulangan bahaya dan

penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah dimulai sejak berlakunya

Ordonansi Obat Bius.1 Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan

umat manusia khususnya kesehatan, namun dengan semakin

perkembangannya zaman narkotika dugunakan untuk hal-hal negatif.

Fenomena penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada masyarakat

umum, untuk itulah diperlukan adanya tindakan nyata untuk memberantas

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tersebut. Tindak pidana

Narkotika merupakan tindak pidana khusus karena tindak pidana ini tidak

menggunakan KUHP sebagai dasar hukumnya, tetapi menggunakan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.2

Untuk menjatuhkan hukuman khususnya pidana narkotika seharusnya

bertujuan untuk membuat efek jera bagi pemakainya juga bertujuan untuk

mencegah penyalah gunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap

narkotika. Eksistensi penegakan hukum dalam hal visi dan misi penegakan

hukumnya, baik tingkat penyidik penuntut sampai pengadilan harusnya

memiliki presensi yang sama sesuai tuntutan hukum dan keadilan

masyarakat.3 dengan adanya Undang-Undang narkotika yakni Undang-

1 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam

Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana, 2008), h., 185.

2 Andri Wijaya Laksana, Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku Penyalahgunaan

Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi, Jurnal Pembaharuan Hukum, II, 1 (Januari – April, 2015),

h. 75.

3 Andri Wijaya Laksana, Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku Penyalahgunaan

Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi, h.75.

Page 12: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

2

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yang mana merupakan

merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap

penanggulangan tindak pidana narkotika.

Pembentukan Undang narkotika diharapkan dapat menanggulangi

peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika.4 Selain itu juga untuk

mengatur mengenai pemanfaatan narkotika untuk kepentingan pengobatan

dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.5

Sebenarnya, upaya dalam menyelesaikan permasalahan narkotika sudah

dilakukan baik dari aspek preventif maupun represif dengan adanya peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan narkotika. Secara khusus upaya

preventif telah dilakukan misalnya oleh aparat yang berkepentingan

khususnya dari Badan Narkotika Nasional, Kepolisian Republik Indonesia

dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil maupun melalui partisipasi aktif

masyarakat yaitu dengan adanya lembaga-lembaga yang peduli akan bahaya

narkoba. Namun selama ini upaya pencegahan narkotika dirasa kurang

maksimal, seringnya pemerintah hanya melakukan sosialisasi ke sekolah-

sekolah. Kurangnya upaya preventif juga mengakibatkan banyak masyarakat

yang belum mengetahui bahaya narkotika itu sendiri. Rata-rata pemerintah

hanya melakukan upaya represif yang dilakukan mulai dari penangkapan

sampai dengan proses hukum di pengadilan, dimana setelah penjatuhan

pidana terdakwa akan dibimbing dan dibina agar tidak melakukan

penyalahgunaan terhadap narkotika kembali. Karena itu, walaupun istilah-

istilah “dengan kekuatan” dan “dengan paksaan” bertebaran di dalam

pembahasan perilaku hukum, terutama mengenai sanksi, pada umumnya hal

itu dimaksudkan sebagai ancaman penggunaan kekuatan dan paksaan, bukan

4 Anton Sudanto, Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia, Adil Jurnal Hukum,

VII, 1, h. 144

5 Siswanto S, Politik Hukum Dalam Undang-UndangNarkotika, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2012), h., 1

Page 13: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

3

kekuatan dan paksaan itu sendiri.6 Fungsi sanksi pidana dalam hukum pidana

tidak boleh semata-mata hanya untuk menakut-nakuti atau sebagai ancaman

bagi para pelanggar, akan tetapi diharapkan lebih dari itu, sanksi yang

diberikan juga haruslah mendidik memperbaiki si pelaku.

Pendekatan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum benar-

benar terpadu dan terlihat setiap instansi atau kelompok masyarakat bekerja

sendiri-sendiri sehingga hasil yang diperoleh belum optimal, sebenarnya

seluruh lapisan masyarakat berhak memberikan upaya penegakan

penanggulangan penyalahgunaan narkotika, namun stigma masyarakat masih

beranggapan bahwa pengguna narkotika adalah penjahat. kurang adanya

rangkulan dari masyarakat, mereka tidak memperdulikan alasan apa sehingga

mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut. Pecandu narkotika dan

korban penyalahgunaan narkotika wajib rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial.7

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

menganut dua jenis hukuman yakni upaya sanksi pidana dan sanksi tindakan.

Rehabilitasi inilah merupakan salah satu bentuk sanksi tindakan. Hakim dapat

memutuskan agar pecandu narkotika menjalani rehabilitasi. Reformasi hukum

pidana khususnya tentang rehabilitasi terhadap pengguna narkotika

merupakan bentuk langkah pembaharuan hukum yang menunjukkan adanya

kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

pengguna narkotika tidak lagi menyalahgunakan narkotika tersebut. Oleh

masyarakat maupun aparat penegak hukum, penyalahgunaan narkotika

dianggap sebagai pelaku tindak pidana yang harus dijatuhi hukuman penjara.

Situasi ini mengakibatkan timbulnya masalah baru misalnya beban lapas

menjadi sangat melebihi batas, selain itu peredaran narkotika di dalam lapas

6 Lawrance M. Friedman, The Lagal System; A Social Science Perspective. Penerjemah M.

Khosim. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Diterjemahkan dari buku Lawrance M. Friedman,

Bandung: Nusa Media, 2009, h., 90.

7 Siswanto S, Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU NO.35 TAHUN 2009),

(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 257

Page 14: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

4

juga marak terjadi bahkan lapas digunakan sebagai tempat memproduksi

narkotik. Upaya penegakan hukum dengan menjatuhkan sanksi pidana kepada

penyalahgunaan narkotika agar mendapatkan efek jera sedangkan dengan

menggunakan upaya rehabilitasi dapat mengurangi permintaan masyarakat

akan hal terlarang tersebut.

Lembaga peradilan pidana adalah salah satu ranah pencari keadilan untuk

memperjuangkan hak-haknya. Hakim sebagai aktor utama dalam proses

peradilan senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, kecerdasan

moral, dan profesional dalam menegakkan hukum dan keadilan dalam wujud

putusan nya.8 Secara praktis, penerapan dan penegakan hukum di lembaga

peradilan, lebih jelasnya dapat dimaknai sebagai suatu proses yang secara

internal adalah konsisten, dapat diduga, tepat dan logis.9 Putusan hakim harus

selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan

kepada masyarakat khususnya pencari keadilan. Menjadi persoalan ketika

akan mengadili menurut hukum karena terkait persoalan keadilan. Agar

putusan hakim itu adil-manusiawi, maka hakim perlu waktu

mempertimbangkan putusan yang akan diambilnya, selain harus selalu

mempertimbangkan kenyataan kemasyarakatan, juga harus selalu mengacu

cita-hukum yang berintikan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan demi

mewujudkan ketertiban berkeadilan.10

Ruang kebebasan hakim yang diberikan oleh negara meliputi kebebasan

mengadili, kebebasan dari campur tangan pihak luar, kebebasan berekspresi

dalam rangka mengembangkan hukum praktis, kebebasan menggali nilai-nilai

hukum sesuai rasa keadilan masyarakat, termasuk kebebasan menyampingi

ketentuan hukum tertulis jika dinilai tidak lagi sesuai rasa keadilan

8 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta: Kencana,

2015), h., 1.

9 Ahmad Mujahidin , “Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan ,

XXX, 347 (Oktober, 2014), h., 31.

10 Ahmad Mujahidin , “Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan ,

XXX, 347 (Oktober, 2014), h. 33.

Page 15: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

5

masyarakat.11

Kebebasan hakim di sini bukanlah kebebasan yang tanpa batas,

karena dalam menetapkan dasar-dasar hukum harus tidak boleh bertentangan

dengan ideologi negara, Undang-Undang yang sederajat dan harus

melindungi hak asasi manusia (HAM) serta yang lebih penting haruslah

mengamanatkan keadilan. Namun di dalam praktik hukum formal yang

sifatnya kaku seolah-olah menutup pintu untuk mempertimbangkan

substansial tersebut, sehingga kadang-kadang orang mempertentangkan

keadilan formal atau kepastian hukum dengan keadilan materiil atau

substansial.12

Hakim dapat mempertimbangkan jenis pidana apa yang paling

sesuai untuk kasus tertentu dengan mengetahui efek dari berbagai sanksi

pidana. Untuk pemidanaan yang sesuai layaknya hakim mengetahui lebih

banyak informasi tentang terdakwa, informasi tersebut tidak cukup hanya dari

pribadinya saja melainkan juga tentang keadaan-keadaan yang menyertai

alasan terdakwa melakukan perbuatan yang dituduhkan.

Pada awal tahun 2017 lalu di indonesia baik media cetak ataupun media

elektronik ramai diperbincangkan berita tentang Fidelis Arie Sudewarto

seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau

yang ditangkap atas dugaan melakukan tindak pidana menanam Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya melebihi 1 kilogram. Yang

kemudian diketahui bahwa alasan penanaman Narkotika Golongan I tersebut

ia gunakan untuk pengobatan istrinya, Yeni Riawati. Sang istri menderita

penyakit Syringomyelia yang mana tumbuhnya kista pada sumsum tulang

belakang yang merupakan penyakit langka. Penanaman Ganja tersebut diakui

terdakwa bukan untuk diedarkan.

Adapun perkara ini telah masuk ke dalam ranah pidana, yang mana

proses persidangan telah di mulai pada tanggal 2 Mei 2017. Penuntut umum

menyatakan terdakwa Fidelis bersalah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana, sesuai dengan dakwaan yakni Pasal 111 ayat (2) Undang-Undang

11 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 3.

12 AR Sujono dan Bony Daniel, Apa Yang Diharapkan Masyarakat Dari Seorang Hakim,

Jurnal Varia Peradilan , XXV, 293 (September, 2010), h., 17.

Page 16: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

6

Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan

menjatuhkan pidana berupa pidana penjara 05 (lima) bulan dikurangi selama

terdakwa dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan

membayar denda sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)

subsidair 1 (satu) bulan penjara.

Pemidanaan Fidelis Ari Sudewarto perhatian publik dan memicu

berbagai macam perdebatan. Perdebatan yang muncul yakni apakah adil

apabila Fidelis dipenjara padahal ia tidak mengedarkan ataupun menjual

Narkotika Golongan I tersebut. Hal tersebut yang merupakan alasan

masyarakat khususnya masyarakat miskin sering bertanya di mana rasa

keadilan tersebut, dan seringkali selalu dijawab oleh pemerintah atau aparatur

penegak hukum dengan argumentasi-argumentasi prosedural hukum. Pada

hakikatnya fungsi kejaksaan adalah untuk menegakkan jaminan Undang-

Undang Dasar 1945 terhadap warga negaranya melalui proses hukum yang

adil dalam rangka mewujudkan negara hukum.13

Ketidakpuasan masyarakat

pencari keadilan terhadap putusan-putusan hakim, dapat disebabkan antara

lain karena ketidak sesuaian antar keadilan yang tumbuh dalam setiap hukum

masyarakat dan keadilan yang diberikan oleh hakim sebagai aktor pengadilan

berdasarkan skenario yang digariskan undang-undang.14

Penyalahgunaan narkotika sudah dilakukan oleh semua lapisan

masyarakat, dari mulai pejabat, orang tua, mahasiswa, anak sekolah bahkan

anak-anak. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika harus segera disikapi

dengan ketegasan aparat penegak hukum. Namun, misi suci lembaga

peradilan bukanlah semata-mata untuk menegakkan hukum demi hukum itu

sendiri, melainkan untuk menegakkan hukum demi keadilan. Untuk

menjalankan misi suci tersebut seharusnya institusi peradilan dalam

mengadili proses hukum di persidangan diharapkan mencari kebenaran yang

tidak hanya semata-mata diikat oleh prosedur atau aturan-aturan yang ketat.

13 Abdul Latif , Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil, Jurnal Varia

Peradilan , XXVI, 310 (September, 2011), h. 18.

14 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 8

Page 17: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

7

Melainkan mengadili untuk mewujudkan keadilan. Hal ini didukung oleh

pernyataan Bismar Siregar seorang mantan Hakim Agung, yang menyatakan

bahwa: “bila untuk menegakkan keadilan lalu kepastian hukum harus

dikorbankan, maka itu yang dilakukan. Karena hukum itu sarana sedangkan

tujuannya adalah keadilan.”15

Demikian pula menurut Scholten, penentu

mengenai apa hukumnya mengenai suatu kasus tertentu keadilan lah yang

merupakan taruhan utamanya, ia dimulai dari keadilan dan diakhiri dengan

keadilan.16

Bahwa pada dasarnya hukum yang baik yaitu ketika hukum tersebut

memuat kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Sekalipun ketiganya

merupakan cita hukum, namun masing-masing nilai mempunyai substansi

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga ketiganya

mempunyai potensi untuk saling bertentangan. Dalam hal ini ada tiga tujuan

hukum yang selalu ingin diwujudkan secara integratif di dalam pertimbangan

hukum putusan hakim, yaitu: keadilan dalam hubungannya dengan norma

hukum positif (kepastian hukum), keadilan dalam hubungannya dengan

norma sosial (kemanfaatan), dan keadilan dalam hubungannya dengan norma

moral (filosofis).17

Prinsip kepastian hukum lebih menonjol di dalam tradisi kawasan Eropa

Kontinental dengan konsep negara hukum rechstaat adapun rasa keadilan

lebih menonjol di dalam tradisi hukum kawasan Anglo Saxon dengan konsep

negara hukum the rule of law.18

Apabila terjadi kesenjangan antara Undang-

Undang dengan hukum yang hidup sesuai rasa keadilan masyarakat, maka

cara mengatasi kesenjangan itu harus diciptakan hukum baru oleh pembuat

undang-undang. Tetapi yang sering menjadi permasalahan ialah seringnya

terjadi kasus yang dibutuhkan pemecahannya melalui putusan pengadilan,

15 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2008), h., 156.

16 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h., 101.

17 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 4.

18 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 5.

Page 18: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

8

namun pembentukan Undang-Undang yang baru belum dilakukan, maka

dalam kasus seperti inilah peran hakim sebagai penemu hukum harus

dilakukan. Hakim dalam menemukan hukum secara silogisme, yaitu undang-

undang sebagai premis mayor dan fakta hukum sebagai premis minor

kemudian ditarik kesimpulan sebagai pendapat hukum.19

Hakikat hukum bertumpu pada keadilan dan kekuatan moral. Moral

justice adalah keadilan berdasarkan standar moral yang memisahkan yang

baik dan yang buruk. Standar tersebut bersumber dari kitab-kitab suci yang

merupakan keadilan Ilahi sebagai representasi dari keadilan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.20

Penegakan proses hukum yang adil atau yang

berkeadilan diakomodir dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang

memberikan perlindungan dan manfaat bagi setiap warga negara dalam

rangka tegaknya supremasi konstitusi sebagai hukum dasar negara, bahwa

sistem peradilan kita berpegang teguh pada asas proses hukum yang adil

menjadi sangat penting. Proses hukum yang adil oleh penegak hukum sering

diartikan dengan hanya peneraan secara tekstual hukum. Padahal makna yang

seharusnya tidak bisa diabaikan adalah sebagai sikap batin penghormatan

terhadap hak-hak yang dimiliki warga negara.

Jika tindakan Fidelis Ari Sudewarto menanam ganja dilihat dari sisi

moralitas semata, tentulah perbuatan tersebut dianggap telah melanggar

moral. Pendapat ini dikarenakan atas dasar segala pengetahuan dan peraturan

yang ada yang menyatakan bahwa Narkotika Golongan I termasuk obat-

obatan terlarang, sehingga haruslah dilarang pembudidayaan nya. Yang mana

peraturan tersebut telah tertanam dalam benak masyarakat sehingga terpatri

menjadi moralitas.

Menurut pendapat Penulis, tindakan yang telah dilakukan oleh Fidelis

Ari Sudewarto bukanlah merupakan suatu tindakan yang patut

dikriminalisasi. Ia bukanlah merupakan pengedar terlebih jika dilihat dari

hasil tes urine nya yang negatif menandakan bahwa ia juga bukanlah pemakai

19 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 7.

20 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 9.

Page 19: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

9

dari hasil tanaman ganja yang ia tanam di rumahnya. Ia hanyalah seorang

suami yang ingin menyembuhkan penyakit yang telah diderita sang istri

selama bertahun-tahun.

Sejak istrinya didera penyakit, Fidelis telah menempuh berbagai cara

untuk menyembuhkan penyakit yang diderita yang sang istri, hingga suatu

waktu ia mendapati artikel di Google tentang manfaat Narkotika Golongan I

yang berbentuk tanaman ekstrak daun Cannabis Sativa alias Ganja yang bisa

meringankan rasa sakit orang yang ia cintai, serta untuk mengembalikan

senyum kekasihnya yang sudah lama hilang.21

Keputusan ini ia ambil

beranjak dari hasil penalaran nya. Sambaran tindakan atau keputusan manusia

yang “disengaja” dalam pengertian tertentu, dihasilkan melalui penalaran.

Dan benar saja, khasiatnya dapat membuat keadaan sang istri membaik, yang

tadinya tidurnya tidak nyenyak, menjadi nyenyak. Yang sebelumnya tidak

nafsu makan sekarang menjadi nafsu makan dan perubahan yang lebih

signifikan ialah keadaan sang istri yang sebelumnya tidak bisa berbicara

setelah mengkonsumsi ganja tersebut sang istri perlahan dapat berbicara

kembali. Fidelis pun telah berniat sebelumnya, apabila keadaan fisik Yeni

telah membaik akibat mengkonsumsi ekstrak ganja tersebut ia akan

membawa sang istri untuk melakukan operasi terhadap penyakitnya tersebut.

Rehabilitasi merupakan jenis pemidanaan yang tepat dan sesuai bagi

pengguna narkotika. Dengan dilakukannya rehabilitasi diharapkan para

pelaku tindak pidana narkotika dapat sembuh dari ketergantungan nya

sehingga mereka tidak akan merasa butuh untuk memakai zat haram tersebut

lagi. Namun hal ini tidak didapatkan oleh keluarga Fidelis khususnya sang

istri, Yeni. Hampir seluruh tindak kejahatan yang ditangani oleh sistem

peradilan pidana di Indonesia selalu berakhir di penjara. Akibat yang

dirugikan dari tindakan ini bukanlah negara, ataupun aparatur penegak hukum

bahkan masyarakat dan keluarga sekitar tetapi yang justru dirugikan ialah

ketika Fidelis sudah tidak bisa lagi melakukan tindakannya untuk mengurangi

21 Lawrance M. Friedman, Sisitem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, h., 307.

Page 20: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

10

rasa sakit yang diderita sang istri yang menyebabkan Yeni meninggal dunia

akibat tidak mendapatkan pengobatan terlebih sang istri yang sangat

dicintainya meninggal pada saat Fidelis sedang menjalankan masa

tahanannya. Begitulah hukum, merupakan cerminan seberapa jahat hukum

jika tidak diberlakukan atas dasar hati nurani, moralitas serta keadilan.

Dari permasalahan di atas penulis merasa perlu dikaji lebih lanjut dalam

sebuah karya ilmiah dengan judul : PEMIDANAAN PELAKU PENANAM

GANJA UNTUK PENGOBATAN (Analisis Putusan Pengadilan Negeri

Sanggau No.111/Pid.Sus/2017/PnSag)

B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat ditemukan sejumlah permasalahan yang

cukup penting untuk dikaji lebih mendalam sehingga dapat ditemukan

titik terang mengenai permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini

peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan

masalah yang akan diteliti, antara lain:

a. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika

b. Penggunaan ganja sebagai obat

c. Konsumsi narkotika yang menyebabkan ketergantungan

d. Peredaran narkotika

e. Penanaman tanaman ganja

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya

lebih jelas, terarah serta untuk menghindari kemungkinan tumpang tindih

dengan masalah di luar wilayah tema penelitian yang diharapkan penulis.

Di sini penulis hanya akan membahas analisis pertimbangan hakim

dalam menentukan putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag dan dampak

dari keputusan tersebut.

Page 21: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

11

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor yang mendasari terdakwa melakukan penanaman ganja

dalam putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag?

2. Bagaimana dampak putusan hakim tentang larangan penanaman

ganja untuk pengobatan dalam konteks penegakan hukum?

3. Bagaimana pemidanaan pelaku penanam ganja menurut pandangan

hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Supaya pembahasan terkait analisis putusan No.

111/Pid.Sus/2017/PNSag lebih terarah dan mendalam sesuai dengan

permasalahan-permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari

penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan terdakwa melakukan

penanaman ganja pada putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag

2. Untuk mengetahui dampak putusan hakim tentang larangan penanaman

ganja untuk pengobatan dalam konteks penegakan hukum.

3. Untuk mengetahui pemidanaan pelaku penanam ganja menuurt

pandangan hukum islam

D. Manfaat Penelitian

Karena banyaknya kasus tentang putusan hakim yang dinilai jauh dari

rasa keadilan untuk semua masyarakat. Serta masih sedikitnya penulis yang

ingin membahas judul ini, selain itu masih sedikitnya sumber referensi. Maka

ini menjadi tantangan bagi penulis dan diharakan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu hukum terutama di bidang pidana.

Adapun manfaat dari penulisan proposal skripsi ini dibagi dalam 3

manfaat sesuai subjeknya, diantaranya adalah:

a) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku

bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif

Page 22: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

12

Hidayatullah Jakata, khususnya di Fakultas Syariah Dan Hukum pada

program studi Hukum Pidana Islam selain itu, juga dapat dimanfaatkan

sebagai bahan penelitian lanjutan bagi Mahasiswa atau Peneliti yang

akan meneliti dalam bidang yang sama.

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi lembaga-lembaga penegak hukum dalam menerapkan hukum di

Indonesia

c) Manfaat Masyarakat

Hasil studi ini diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman bagi masyarakat mengenai penggunaan ganja sebagai obat.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

jenis penelitian normatif, yang mana merupakan penelitian yang

memfokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-

norma dalam hukum positif.22

Dalam penelitian hukum normatif

menggunakan studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum,

misalnya megkaji Undang-Undang. Pokok kajiannya adalah hukum yang

dikonsepkan sebagai suatu norma atau kaidah yang berlaku dalam

masyarakat serta menjadi acuan seseorang dalam berperilaku. Sehingga

penelitian ini berfokus pada inventerisasi hukum positif, asas-asas dan

doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik

hukum, taraf sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.23

Penulis memutuskan menggunakan metode penelitian hukum

normatif untuk meneliti dan menulis pembahasan karya ilmiah ini

sebagai metode penelitian hukum. Penggunaan metode penelitian

22 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2006), h., 295.

23 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2004), h., 52.

Page 23: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

13

normatif dalam penulisan karya ilmiah ini didasari oleh kesesuaian teori

dengan metode penelitian yang dibutuhkan penulis.

Menurut Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya yang berjudul

Penelitian hukum berpendapat bahwa tidak diperlukannya istilah

penelitian hukum normatif. Alasannya karena istilah legal research

selalu normatif, sama halnya dengan istilah yuridis – normatif yang

sebenarnya juga tidak dikenal dalam penelitian hukum. Jika type

penelitian harus dinyatakan dalam bentuk tulisan, cukup dikemukakan

bahwa penelitian ini adalah penelitian hukum. Dengan pernyataan

demikian sudah jelas bahwa penelitian tersebut bersifat normatif, hanya

saja pendekatan dan bahan-bahan yang digunakan harus dikemukakan.

Adapun penelitian hukum (legal research) adalah menemukan kebenaran

koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah

norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip

hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma

hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum.24

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Case Approach

yaitu studi kasus yang mana penulis akan meneliti kasus yang terjadi di

Provinsi Kalimantan Kabupaten Sanggau. Statute Approach yang mana

akan melakukan pendekatan terhadap Undang-Undang yang terkait.

Pendekatan studi kasus bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-

norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.

Terutama mengenai kasus-kasus yang telah di putus sebagaimana yang

dapat kita lihat dalam yurisprudensi terhadap suatu perkara-perkara yang

menjadi fokus penelitian, yaitu perkara pidana.25

Pendekatan kasus dalam penelitian normatif memiliki tujuan untuk

mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam

praktik hukum. Dalam menggunakan pendekatan kasus yang perlu

24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h., 47.

25 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h., 321.

Page 24: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

14

diperhatikan adalah ratio decidendi, yaitu alasan hukum yang digunakan

oleh hakim dalam putusan nya.26

Menurut Goodheart sebagaimana

dikutip oleh Peter Mahmud Marzuki, ratio decidendi dapat ditemukan

dengan memperhatikan fakta materiil, fakta tersebut bisa berupa orang,

tempat, waktu dan segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti

sebaliknya.27

3. Sumber Bahan Hukum

dalam pengumpulan data kualitatif, ada data yang berupa bahan

hukum yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer antara lain : Al quran, Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika, KUHP, KUHAP, dan peraturan

perundang-undangan dan hasil putusan Nomor

111/Pid.Sus/2017/PNSag terkait tentang kasus penyalahgunaan

Narkotika Golongan I,

b. Bahan hukum sekunder yang mana fungsinya dapat memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yang akan didapatkan dari

Hadis, hasil penelitian terdahulu, pendapat para ahli hukum, buku-

buku, artikel, jurnal, skripsi dan situs web yang objek kajiannya

mengenai hukum yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.

c. Bahan hukum tertier, dengan tujuan untuk memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum yang digunakan dalam sumber bahan

hukum tersier yakni berupa kamus–kamus, baik kamus Bahasa

Indonesia, kamus hukum maupun kamus ilmiah populer.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah

data kualitatif. Adapun cara dalam mengumpulkan data dalam penelitian

ini yaitu menggunakan studi kepustakaan dalam pengumpulan data.

Kajian kepustakaan adalah pengindentifikasian secara sistematis dan

26 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h., 119.

27 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h., 120.

Page 25: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

15

melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi

yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian.28

Study

kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat dan

memuat ulasan-ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan

pertimbangan hakim dalam memutuskan putusan.

Pengumpulan bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum

primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari perundang-

undangan yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini bahan

hukum primernya berupa putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.

sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan pada penelitian ini

ialah dilakukan dengan mencari serta memperoleh data dari literatur dan

referensi yang berhubungan dengan judul skripsi ini, jurnal-jurnal

hukum, serta wawancara dengan para hakim dan dosen hukum yang

terkait.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Analisis pengolahan data ini dengan cara mengumpulkan bahan

hukum melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan

perundang-undangan, serta mengklasifikasi dan mensistematisasi bahan

hukum sesuai dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik

pengumpulan data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah dengan

studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca

menelaah dan mencatat serta membuat ulasan dari bahan-bahan pustaka

yang ada kaitannya dengan kasus yang diangkat. Pada penelitian ini,

pengolahan data dilakukan dengan cara membuat klasifikasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan

konstruksi.29

28 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h., 14.

29 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h., 252.

Page 26: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

16

Setelah data terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder serta bahan hukum tertier, kemudian penulis mengolah

data dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode

kualitatif, yaitu menggunakan penafsiran hukum dan argumentasi

rasional kemudian data tersebut penulis uraikan dalam bentuk narasi

sehingga menjadi kalimat yang jelas dan dapat dipahami. Metode analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap berikut

ini:30

a. Pemeriksaan data (Editing), peneliti akan memeriksa kembali semua

data tentang analisis yuridis putusan Hakim Pengadilan Negeri

terhadap terdakwa yang dianggap menyalahgunakan narkotika,

berkas-berkas, penjelasan makna, kesesuaian dan keselarasan antara

satu dengan yang lain yang berasaskan keadilan sehingga rumusan

masalah dapat terjawabkan.

b. Penandaan data (Coding), peneliti akan memberikan tanda yang

diperoleh dari studi pustaka ataupun dokumen-dokumen dengan

menggunakan tanda dan kata tertentu yang menunjukkan golongan

atau kelompok atau klasifikasi data menurut jenis dan sumbernya

agar memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

c. Penyusunan atau sistematis data (Organizing), peneliti akan

menyusun dan mensistematika data-data tersebut menjadi sebuah

pokok bahasan yang tersusun.

d. Analising, yaitu menganalisa putusan Hakim Pengadilan Negeri

Kabupaten Sanggau Kalimantan.

6. Metode Penulisan

Penulisan pada penelitian ini menggunakan metode penulisan skripsi

yang mengacu pada “Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta”

30 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, h., 91.

Page 27: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

17

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disajikan untuk memudahkan pembaca dalam

memahami materi yang akan dibawa selanjutnya dalam proposal ini. Dengan

adanya sistematika ini diharapkan pembaca dapat mengetahui secara garis

besar isi proposal ini.

Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing

bab terdiri dari sub-sub bahasan dilakukan guna untuk memudahkan

penulisan dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai materi

pokok penulisan serta memudahkan para pembaca dalam memahami dan

mempelajari urutan penulisan skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah :

Pertama, merupakan pendahuluan mengenai proposal ini, dipaparkan

mengenai latar belakang masalah dari permasalahan yang menjadi pokok

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini,

kemudian selanjutnya yaitu merumuskan metode yang digunakan dan

rancangan sistematika penelitian.

Kedua, merupakan kajian pustaka, yang terdiri dari: kerangka

konseptual, kerangka teori serta tinjauan (review) studi terdahulu.

Ketiga, merupakan pemaparan penggunaan ganja sebagai pengobatan,

yang terdiri dari: pengertian narkotika, dasar hukum narkotika, jenis-jenis

narkotika, deskripsi kasus Fidelis, legalitas penggunaan ganja dalam

pandangan Undang-Undang serta legalitas penggunaan ganja dalam

pandangan hukum islam.

Keempat, merupakan analisis putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.

111/Pid.Sus/2017.PNSag, yang terdiri dari: kedudukan hukum, pertimbangan

hakim dan analisis putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.

111/Pid.Sus/2017.PNSag tentang larangan penggunaan ganja sebagai

pengobatan.

Page 28: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

18

Penutup, memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori yang

menggambarkan secara umum permasalahan yang dibahas utuk kemudian

ditarik kesimpulannya, selain itu dalam bab ini juga mencakup saran-saran

dari penulis atas permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk

mencapai tujuan dari yang diharapkan.

Page 29: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Teori Pemidanaan

Pemidanaan dapat diartikan sebagai suatu tahapan dalam

menetapkan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum

pidana. Tujuan dalam pemberian sanksi pidana harus memperhatikan

kesejahteraan serta pengayoman masyarakat.31

Mengenai teori

pemidanaan, pada umumya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan

besar, yaitu teori absolut atau teori pembalasan, teori relatif atau teori

tujuan dan teori menggabungkan

1) Teori Absolut atau Teori Pembalasan

Menurut teori ini penjatuhan hukuman pidana karena orang telah

melakukan kejahatan, pidana sebagai akibat yang didapatkan karena

orang tersebut telah melakukan kejahatan.32

Menurut teori ini pidana

dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan

atau tindak pidana. Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada

sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melaukan kejahatan.

Jadi, dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau telah

terjadinnya kejahatan itu sendiri. Immanuel Kant memandang pidana

sebagai“Kategorische Imperatief” maksudnya: seseorang harus

dipidana karena ia telah melakukan kejahatan. Pidana bukan

merupakan alat untuk mencapai tujuan, melainkan mencerminkan

keadilan. 33

2) Teori Relatif atau Teori Tujuan

31 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju

Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 74

32 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67

33 Mulyadi,dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: PT.

Alumni, 2010), h., 12.

Page 30: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

20

Teori tujuan membenarkan bahwa pemidanaan berdasarkan pada

tujuan pemidanaan, yaitu untuk perlindungan masyarakat atau

pencegahan terjadinya kejahatan. Berbeda dengan teori pembalasan,

maka teori tujuan mempersoalkan akibat-akibat dari pemidanaan

kepada penjahat atau kepada kepentingan masyarakat.

dipertimbangkan juga untuk masa yang akan datang. Selain itu, teori

ini juga menyadarkan hukuman pada maksud atau tujuan hukuman,

artinya teori ini lebih mengedepankan kepada manfaat dari pada

hukuman itu sendiri.34

Teori ini sering disebut juga teori utilitarian, merupakan teori

yang lahir dari teori absolut. Tujuan dipidananya seseorang menurut

teori ini bukanlah sekadar pembalasan melainkan mewujudkan

ketertiban di dalam masyarakat. jadi tujuannya adalah untuk

mencegah agar ketertiban masyarakat tidak terganggu. Jeremy

Bantham (1748-1832), merupakan tokoh yang pendapatnya dapat

dijadikan landasan dalam teori ini. Menurutnya manusia merupakan

makhluk yang rasional yang akan memilih secara sadar kesenangan

dan menghindari kesusahan. Berkenaan dengan pandangan ini,

persoalan muncul bahwasanya kejahatan dilakukan dengan motif yang

beragam. Tidak semua kejahatan dapat dilakukan dengan rasional

melainkan lebih pada dorongan emosional yang kuat sehingga

rasional nya terkalahkan. Artinya, sisi motif kejahatan dapat

diklasifikasikan atas kejahatan dengan motif rasional dan kejahatan

dengan motif emosional. 35

Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan

absolut dari keadilan, melainkan hanya sebagai sarana untuk

melindungi kepentingan masyarakat. oleh karena itu menurut, J.

Andenaes teori ini disebut “teori perlindungan masyarakat”. menurut

34 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju

Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 76

35 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67

Page 31: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

21

Nigel Walker teori ini lebih tepat disebut teori atau aliran reduktif

karena dasar pembenaran pidana menurut teori ini ialah untuk

mengurangi frekuensi kejahatan. Pidana bukanlah sekadar untuk

melakukan pembalasan kepada orang yang telah melakukan suatu

tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang

bermanfaat. Oleh karena itulah teori ini sering juga disebut sebagai

teori tujuan (Utilitarian theory). Jadi dasar pembenaran nya ialah

terletak pada tujuannya, pidana dijatuhkan bukan karena orang

membuat kejahatan tetapi supaya orang jangan melakukan

kejahatan.36

3) Teori Gabungan

Menurut teori ini tujuan pidana itu selain membalas kesalahan

penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan

mewujudkan ketertiban. Pada hakikatnya teori ini lahir dari

ketidakpuasan terhadap gagasan teori pembalasan maupun unsur-

unsur yang positif dari kedua teori tersebut yang kemudian dijadikan

titik tolak dari teori gabungan. Teori ini berusaha untuk menciptakan

keseimbangan antara unsur pembalasan dengan tujuan memperbaiki

pelaku kejahatan. 37

Teori ini merupakan dasar gabungan dari teori absolut dan teori

relatif yang digabungkan menjadi satu. Menurut teori ini hukumannya

itu terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan.

Selain itu menjadi dasar tujuan daripada hukuman. Artinya dasar

pemidanaan terletak pada kejahatan dan tujuan dari pidana itu sendiri.

Maka dari itu, teori gabungan tidak saja hanya mempertimbangkan

masa lalu (seperti dalam teori pembalasan) tetapi juga harus

mempertimbangkan masa yang akan datang (seperti maksud dari teori

tujuan). Dengan demikian konsep dalam penjatuhan suatu sanksi

36 Mulyadi,dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, h., 18.

37 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67

Page 32: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

22

pidana haruslah memberikan kepuasan baik bagi pelaku kejahatan

maupun korban serta masyarakat.38

2. Teori Moralitas Hukum

Antara hukum dan moral ibarat dua sisi mata uang, di mana yang

satu dapat menjustifikasi yang lain. Moral tanpa hukum tidak berdaya

begitu pula hukum tanpa moral tidak bernilai, hukum efektif apabila

berlandaskan moral, memberikan keadilan, kepastian hukum, manfaat

dan kesinambungan. Hukum seharusnya mampu melakukan perubahan

terhadap masyarakat, berdimensi etis dan mengandung nilai-nilai hukum

yang hidup dalam masyarakat. Moral dapat menjadi basis bagi hukum

untuk menetapkan dan menjalankan kaidah-kaidah nya.39

Moral

merupakan tingkah laku manusia yang sangat subjektif, karena moral

setiap orang tentu berbeda, karena perbedaan itulah dibuatkan standar

yang ideal secara normatif yang disebut tata atau aturan-aturan.40

Yang

dinamakan sebagai moralitas adalah kehendak untuk mengikuti norma-

norma, karena semua itu adalah kehendak tuhan, atau etika yang baik

atau alih-alih karena hal itu berguna bagi kita atau bagi yang lainnya.41

Bahwasanya moralitas sosial memiliki karakteristik berupa “nilai”

yang suci yang merupakan kebijakan yang abadi, yang bersumber pada

akal pikiran manusia (human reason).42

Moral merupakan sikap yang

harus dilakukan dalam menjalankan aktivitas manusia sebagai makhluk

sosial, moralitas seseorang tergantung pada akhlak yang bersangkutan,

oleh karenanya moral bersifat individu dan subjektif, walaupun demikian

dalam kehidupan diperlukan adanya standar yang dijadikan pedoman

38 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju

Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 76.

39 Munir Fuadi, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana,

2013), h., 69.

40 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, (Jakarta : Kencana, 2012), h., 82.

41 Lawrance M. Friedman, Sisitem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, h., 146.

42 Munir Fuadi, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, h., 70.

Page 33: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

23

dalam bentuk tertulis yang kemudian untuk melindungi dan menjaga

serta menghindari adanya perbuatan menyimpang antar sesama makhluk

sosial.

Yang pertama kali mengemukakan moral sebagai aturan hukum

adalah Thomas Aquinas. Berpegang kepada pandangan inilah Thomas

Aquinas menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengingkari

keberadaan tubuhnya, tubuhnya inilah yang memicu adanya tindakan,

keinginan, dan hawa nafsu. Melalui panca inderanya, manusia dapat

melihat, meraba, mendengar, mencium dan merasa sehingga manusia

tertarik kepada keinginan-keinginan yang menyenangkan dan membenci

keinginan-keinginan yang tidak menyenangkan.43

Dalam pandangan

islam moral dan moralitas tidak dapat dipisahkan dari pandangan ajaran

dan agama, dimana islam sangatlah menjunjung tinggi moral. Islam

menghendaki adanya ketegangan batin seseorang, badan hukum,

masyarakat, negara, dan antar negara yang dilihat dari segi norma dan

filsafat kehidupan.44

Hukum bersifat institusional, moralitas bersifat kontroversial dan

personal. Hukum bersifat otoriter, mengatasi masalah dengan tindakan

otoriter pula, sedangkan moralitas berbeda dan mandiri, dalam arti

moralitas selalu terbuka terhadap adu argumentasi untuk mencapai kata-

kata yang sama.45

Agar hukum dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maka

hukum harus bersendikan moral, hukum yang menjunjung etika, hukum

yang ada bukan saja sebagai suatu aturan baik tertulis atau tidak tertulis

tetapi dapat mengikuti dinamika masyarakat.46

Oleh karenanya antara

43 Peter Mahumud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), h., 141.

44 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 85.

45 Kusnus Goesnadi S, Prespektif Moral Penegakan Hukum yang Baik, Jurnal Hukum,

XVII, 2 (April, 2010), h. 203

46 Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu Keutamaan, Jurnal

Hukum dan Peradilan , IV, 3 (November, 2015), h. 387

Page 34: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

24

hukum dan moral haruslah saling berhubungan agar dapat memberikan

perlindungan kepada masyarakat. bahwasanya hukum yang baik adalah

hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

maka diperlukan dalam menciptakan hukum dengan proses yang benar

dan sesuai dengan aspirasi masyarakat dengan mengacu pada masyarakat

dan kepentingan sosial.

3. Teori Keadilan

Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita

hukum tidak lain daripada keadilan. Salah satu gagasan terpenting yang

sangat berpengaruh dalam pembentukan hukum dan bekerjanya hukum,

sangat memengaruhi sikap-sikap dan perilaku tentang hukum, tak lain

adalah gagasan tentang keadilan (justice dan fairness).47

Dalam teori

hukum keadilan adalah tujuan dari terbentuknya hukum, hukum diadakan

sebagai upaya untuk meraih sebuah keadilan.48

Bagi kebanyakan orang

keadilan adalah prinsip umum, bahwa individu-individu tersebut

seharusnya berhak menerima apa yang sepatutnya mereka terima. Namun

demikian pada kenyataannya di dalam setiap masyarakat terdapat

perbedaan dalam menafsirkan keadilan itu sendiri. Esensi keadilan

dengan demikian berpangkal pada moral manusia yang telah terwujud

rasa cinta kasih dan sikap kebersamaan.49

Hukum tidak akan bermakna jika tidak dikaitkan dengan keadilan,

begitupun sebaliknya keadilan tidak akan bermakna jika tidak dikaitkan

dengan hukum, artinya hukum adalah fondasi keadilan dan keadilan

adalah rohnya. Menurut teori ini tujuan hukum hanya ditempatkan pada

perwujudan keadilan yang semaksimal mungkin dalam tata tertib

47 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan

(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang(Legalprudence), (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), h., 224.

48 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), (Jakarta:

Kencana, 2015), h., 47.

49 Peter Mahumud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, h., 139.

Page 35: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

25

masyarakat.50

keadilan bisa dimengerti apabila keadilan itu diposisikan

sebagai keadaan yang ingin diwujudkan oleh hukum, upaya

mewujudkannya merupakan proses yang dinamis sehingga memerlukan

waktu. ketika manusia menggerakan hukum, esensi hukum tidak berisi

keadilan karena keadilan itu sendiri baru akan dicapai atau dituju oleh

hukum, maka logis jika dikatakan bahwa hukum tidak pernah adil,

karena kendaraan tidak pernah sampai pada tujuannya.51

Harifin A.

Tumpa menyatakan memaksakan sesuatu kehendak dengan dalih

keadilan adalah tidak dapat dibenarkan, oleh karena keadilan yang ingin

dipaksakan tersebut tentunya sangat subjektif, keadilan menurut

perorangan atau kelompok orang selalu sifatnya subjektif, yang belum

tentu mencerminkan keadilan yang sesungguhnya.52

Dalam kajian filsafat hukum islam, keadilan bukanlah tujuan dari

hukum, hukum tidak hendak menuju keadilan, jika hukum hendak

menuju atau mencapai keadilan berarti hukum islam tidak bernuansa

keadilan karena masih hendak ditujunya.53

Maka keadilan dalam hukum

islam adalah bersama keadilan, dan ia beserta moral pelaku hukum

adalah isi atau substansi hukum.54

karena itu Allah memerintahkan

kepada seluruh umat manusia untuk berperilaku adil karena adil itu lebih

dekat dengan ketakwaan. Sesuai dengan firman Allah [Q.S Al-Maidah

[5] : 8]55

dalam ayat tersebut kita tidak diminta menuju keadilan akan

tetapi kita diminta-Nya berbuat adil.

Keadilan dalam konsep manusia tentunya terbatas karena sifat

manusia yang tidak mutlak melainkan berada dalam bayang akal yang

50 H. Mujar Ibnu Syarif & Kmarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2009), h., 11.

51 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.

52 Abdul Latif , Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil, h. 15.

53 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.

54 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.

55 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 88.

Page 36: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

26

relatif. Keadilan dalam proses pergerakan hukum, dimana setiap aparat

hukum yang terlibat berlaku adil dengan memberikan kepada setiap

orang apa yang menjadi haknya, dan menerapkan asas equality before the

law. 56

Keadilan sebagai roh dari hukum menunjukkan bahwa inilah

moral hukum yang wajib dijalankan oleh para penegak hukum.57

Tujuan

hukum bukanlah menuju keadilan, karena keadilan telah bersama hukum

secara seketika. Dengan hukum dan keadilan yang melekat, maka setiap

pribadi pengemban hukum menggunakannya untuk mencapai tujuan.58

4. Restoratif Justice

Dalam masyarakat apabila menemukan suatu tindak pidana biasanya

cenderung menggunakan cara melalui jalur pengadilan yang secara

konseptual dan teoritis diharapkan akan menciptakan keadilan, namun

pada kenyataannya hal ini merupakan hal yang sulit untuk dicapai.

Menanggapi persoalan di atas, dalam perkembangan terkini muncul

sebuah alternatif yang ditawarkan yakni dengan melaksanakan konsep

keadilan restiratif (restoratif justice), konsep keadilan restiratif (restoratif

justice) adalah alternatif yang populer di berbagai belahan dunia untuk

penanganan perbuatan melawan hukum (melawan hukum dalam arti

formal) karena menawarkan solusi yang komprehensif dan efektif.59

Pemikiran mengenai restoratif justice atau yang lebih dikenal

sebagai keadilan restoratif muncul pertama kali di kalangan para ahli

hukum pidana sebagai reaksi atas dampak negatif dari penerapan hukum

pidana sebagai sifat represif dan koersifnya. Dengan mengkaji dampak

negatif dari penerapan hukum pidana, para penggagas keadilan retoratif

56 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan

(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang(Legalprudence), h., 246.

57 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 49.

58 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 36.

59 Kristian & Christine Tanuwijaya, Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan

Restoratif (Restoratif Justice) Dala Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, Jurnal Mimbar

Justitia, I, 02 (Juli-Desember,2015), h., 595.

Page 37: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

27

hendak menggantikannya dengan sarana reparatif. Singkatnya konsep

restoratif justice pertama kali diperkenalkan oleh Albert Englash, namun

peradaban dan tradisi arab kuno, yunani, romawi kuno dan hindustan

sebetulnya telah mengenal keadilan restoratif khususnya dalam kejahatan

penghilangan nyawa. Meskipun pada saat itu tidak mengenal istilah

restoratif. Demikian pula pada kalangan masyarakat budha, tao dan

konfusius yang jauh-jauh hari telah mendorong keadilan dalam

menyelesaikan masalah hukum mereka., melalui semboyan “he who

atones is forgiven“ artinya dia yang menebus, diampuni.60

Kelompok

kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memberikan pengertian

mengenai restoratif justice, yaitu suatu proses dimana semua pihak yang

berhubungan dengan tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan

suatu masalah dan memikirkan bagaimana menangani akibat yang akan

datang.61

Restoratif justice atau yang dalam Bahasa Indonesia nya disebut

keadilan restoratif merupakan suatu langkah untuk menyelesaikan kasus

pidana yang di dalamnya terlibat antara masyarakat, korban dan pelaku

tindak pidana dengan tujuan agar tercapainya keadilan bagi seluruh pihak

dengan harapan terciptanya suatu keadaan yang sama seperti sebelum

terjadinya suatu perbuatan tindak pidana dan mencegah terjadinya

kejahatan lebih lanjut baik yang akan dilakukan oleh pelaku maupun

masyarakat sekitar. Dalam menyikapi tindakan kejahatan yang dianggap

dapat di restorasi kembali dikenal suatu paradigma penghukuman yang

disebut sebagai restoratif justice, dimana pelaku didorong untuk

memperbaiki kerugian yang telah ditimbulkannya kepada korban,

keluarganya dan juga masyarakat. keadilan yang dilandasi perdamaian

60 Hariman Satria, restoratif justice: paradigma baru peradilan pidana. Jurnal Media

Hukum, XXV, 1 (Juni, 2018), h., 177

61 Kadek Rudi Sagita, Model Pendekatan Restoratif Justice Dalam Penyelesaian Tindak

Pidana Ringan Di POLRESTA Yogyakarta, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya

Yogyakarta, 2016, h., 3

Page 38: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

28

lah yang menjadi moral etik restoratif justice. Prinsip ini mengingatkan

kita bahwa keadilan dan perdamaian pada dasarnya tidak dapat dipisah,

perdamaian tanpa keadilan adalah penindasan, keadilan tanpa

perdamaian adalah bentuk baru penganiayaan atau tekanan.62

Untuk memberlakukan atau mengimplementasikan restoratif justice

adalah sebuah sistem hukum ada umumnya dan pada sistem peradilan

pidana khususnya terletak pada mekanisme penyelesaian yang

ditawarkan oleh pendekatan atau konsep keadilan restoratif berbeda

dengan mekanisme penyelesaian yang ditawarkan oleh sistem peradilan

pidana yang ada saat ini sehingga masih sulit untuk diterima. Hal ini

dikarenakan mekanisme yang ditawarkan oleh pendekatan atau konsep

keadilan restoratif lebih mengedepankan konsep perdamaian di mana

pelaku, korban, aparat penegak hukum dan masyarakat luas berpartisipasi

secara langsung dalam menyelesaikan perkara pidana yang tentunya

berbanding terbalik atau bertentangan dengan sistem peradilan pidana

yang sudah berlaku sejak lama dan masih berlaku saat ini.63

Dengan memperhatikan konstruksi pemikiran proses peradilan

retoratif dan keadilan restoratif yang dihasilkannya, perlindungan hak-

hak dan kepentingan korban tindak pidana tidak semata-mata berupa

perlakuan yang menghargai hak-hak asasi para korban tindak pidana

dalam mekanisme sistem peradilan pidana, melainkan yang mencakup

upaya sistematis untuk memperbaiki dan memulihkan dampak kerusakan

atau kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan pelaku tindak pidana baik

yang bersifat kebendaan nya maupun yang bersifat emosional.64

62 Kuat Puji Prayitno, Restoratif Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Prespektif Yuridis

Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika Hukum, XII, 3 (September,

2012), h. 408

63 Kristian & Christine Tanuwijaya, Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan

Restoratif (Restoratif Justice) Dala Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, h., 597.

64 Natangsa Surbakti, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan hak korban

tindak pidana, Jurnal Ilmu Hukum, XIV, 1 (Maret, 2011), h., 99.

Page 39: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

29

Restoratif justice juga menekankan pada hak asasi manusia dan

kebutuhan untuk mengenali dampak dari ketidakadilan sosial dan dalam

cara-cara yang sederhana untuk mengembalikan mereka dari pada secara

sederhana memberikan perilaku keadilan formal atau hukum dan korban

tidak mendapatkan keadilan apapun.65

Keadilan restoratif sebagai

pendekatan alternatif dalam penyelesaian tindak pidana, tidak

mengabaikan peran formal dari sistem peradilan pidana untuk

menjatuhkan pidana pada pelaku yang bersalah. Namun lebih dari itu,

pendekatan keadilan ini menghendaki penyelesaian kasus yag disertai

dengan upaya-upaya untuk memperbaiki dampak negatif yang dialami

pihak korban tindak pidana.66

Restoratif justice merupakan alternatif atau

cara lain peradilan kriminal dengan mengedepankan pendekatan integrasi

pelaku di satu sisi dan korban atau masyarakat di lain sisi sebagai satu

kesatuan untuk mencari solusi serta kembali pada pola hubungan baik

dalam masyarakat.67

5. Teori Kemanfaatan Hukum

Dalam ilmu filsafat hukum teori kemanfaatan dikenal dengan istiah

Utilitarianisme atau Utilism. Aliran ini merupakan aliran yang

meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama sebuah hukum. Baik

buruk atau adil tidaknya suatu hukum bergantung kepada apakah hukum

itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.68

Tokoh utama dalam aliran ini adalah Jeremi betham (1748-1832),

yang mengetengahkan pada satu prinsip dalam alirannya ke dalam

lingkungan hukum, yaitu manusia akan bertindak untuk mendapatkan

65 Siswanto S, Politik Hukum dalam Undang-UndangNarkotika (UU NO.35 TAHUN 2009),

(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 228

66 Natangsa Surbakti, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan hak korban

tindak pidana, h., 99.

67 Kuat Puji Prayitno, Restoratif Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Prespektif Yuridis

Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In Concreto), h., 409.

68 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, (Jakarta:

Kencana, 2013), h., 111.

Page 40: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

30

kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang

dan mengurangi penderitaannya.69

Menurut Jhon Stuart Mill (1806-

1873) yang ingin dicapai oleh manusia itu bukanlah benda atau sesuatu

hal tertentu, melainkan kebahagiaan yang dapat ditimbulkannya.70

Aliran

ini juga mempunyai tokoh lain yaitu Rudolf von Jhering (Lahering) yang

mengembangkan ajaran yang bersifat sosial.71

Menurutnya tujuan hukum

ialah melindungi kepentingan-kepentingan. Sama dengan ajaran Bentham

kepentingan yang dimaksud di sini ialah dengan mengutamakan

kesenangan dan menghindari penderitaan.

Tujuannya hanyalah mencari kesenangan dan menghindari

kesusahan, .memberikan kebahagiaan dan kesusahan, manusia selalu

memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahan.72

Bahwa

akhirnya pengaturan oleh hukum tidak menjadi sah semata-mata karena

ia adalah hukum, tetapi karena mengejar suatu tujuan dan cita-cita

tertentu, hukum hendaknya bisa memberi kebahagiaan kepada rakyat dan

bangsanya.73

Kata-kata kebahagiaan itu hanya ingin menyiaratkan betapa

besar nilai menghendaki kebahagiaan.74

Kebahagiaan sewajarnya layak dirasakan oleh setiap individu, tetapi

apabila tidak dimungkinkan adanya kebahagiaan itu untuk dinikmati

maka sepatutnya diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh

masyarakat. untuk menyeimbangkan antara kepentingan individu dan

masyarakat, Bentham menyarankan agar adanya rasa “simpati” dari tiap-

tiap individu.75

Kendati demikian, fokus perhatian harus tetap pada

individu itu, karena apabila setiap individu sudah mendapatkan

69 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 58.

70 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 114

71 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 117

72 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 112

73 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,

2010), h., 37.

74 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, h., 38.

75 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 112

Page 41: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

31

kebahagiaan nya, dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat akan

dapat diwujudkan secara berkelanjutan. Kepentingan individu harus

dijadikan sebagai tujuan sosial dengan menghubungkan natar tujuan

individu dan kepentingan masyarakat lain. Dengan adanya kesadaran diri

akan kebaikan bersama diharapkan terciptanya masyarakat yang

merasakan keadilan satu sama lain. Menurut Hobbes, manusia siap untuk

menerima hukum dan mematuhi Undang-Undang hanya karena mereka

telah mengakui perdamaian dan ketentraman sebagai hal yang

bermanfaat.76

Tujuan perundang-undangan menurut Bentham adalah untuk

menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat. untuk itu perundang-

undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan:77

a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup)

b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang

berlimpah)

c. To provide security (untuk memberikan perlindungan)

d. To attain equity (untuk mencapai persamaan)

Menurut teori ini, pidana bukanlah sekadar untuk melakukan

pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu

tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan tertentu yang bermanfaat. Dasar

pembenaran adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada

tujuannya, pidana dijatuhkan bukan karena orang yang membuat

kejahatan melainkan supaya orang jangan melakukan kejahatan. Menurut

teori ini, pemidanaan merupakan sarana untuk melindungi kepentingan

76 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Jakarta: Nusa Media, 2008),

h., 109

77 Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum (Pemikiran

Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat), (Jakarta: Rajawali Pers: 2012), h., 112.

Page 42: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

32

masyarakat.78

menurut Mill, pada hakikatnya perasaan individu akan

keadilan akan membuat individu itu menyesal dan ingin membalas

dendam kepada tiap apa yang tidak menyenangkan. Rasa sesal dan

keinginan demikian dapat diperbaiki dengan perasaan sosialnya.79

Aliran ini sesungguhnya dapat dimasukkan kedalam positivisme

hukum, mengingat paham aliran ini menyimpulkan bahwa tujuan hukum

adalah menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk

memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang

terbanyak.80

6. Teori Maslahah Mursalah

Dalam kajian teori hukum islam (usul al-fiqh), maslahah

diidentifikasikan dengan sebutan yang bervariasi, yakni prinsip

(principle, al-asl, al-qa‟idah, al-mabda), sumber atau dalil hukum

(source, masdar, dalil), doktrin (doctrine, al-dabit), konsep (concept, al-

fikrah), metode (metod, al-tariqah), dan teeori (theory, al-nazariyyah).

Secara etimologis, al-maslahah dapat diartikan sebagai kebaikan,

kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, kepatutan.

Sedangkan secara terminologi, menurut Al-Ghazali misalnya yang

diartikan maslahah bahwa setiap sesuatu yang dapat menjamin dan

melindungi eksistensi kelima hal dalam maqasid syariah. Maka dari itu

hal-hal yang mencegah dan menghilangkan sesuatu yang demikian

dikualifikasikan sebagai maslahah.81

Sedangkan kata al-mursalah secara

etimologi berarti terlepas atau bebas. Dan apabila digabungkan dengan

78 Timur Abimanyu, “Perspektif Hukum Tindak Pidana Narkotik Menurut UU No. 35

Tahun 2009 Dan Tinjauan Hukum Terhadap Jenis Katinon Dalam Kategori Narkotik Serta

Analisis Hukumnya”, Jurnal Varia Peradilan , XXIX, 336 (November, 2013), h. 35.

79 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 115.

80 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 111.

81 Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, Salam; Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum,

(November, 2014), h., 314.

Page 43: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

33

kata maslahah maka memiliki arti “terlepas atau bebas dari keterangan

yang menunjukkan boleh atau tidak bolehnya sesuatu untuk dilakukan”82

Maslahah mursalah merupakan salah satu dalil Hukum Islam yang

digunakan untuk menetapkan suatu masalah baru yang secara eksplisit

belum disebutkan di dalam sumber utama yaitu al quran dan hadis.

Pencetus pertama teori maslahah mursalah sebagai dalil hukum ini

dinisbatkan kepada Imam Maliki. Maslahah mursalah sebagai dalil

hukum ini bermula dari wafatnya Rasulullah SAW sebagai nabi dan rasul

bersamaan dengan itu pula wahyu Alquran telah berhenti turun dan

sabda-sabda Nabi-Pun otomatis terhenti pula. Sementara itu

permasalahan terus berkembang bersamaan dengan perkembangan

masyarakat itu sendiri.83

Masa ini merupakan awal permasalahan dalam

perkembangan hukum Islam. Persoalan hukum yang dimunculkan oleh

perkembangan zaman dan perkembangan teknologi serta perubahan

sosial terus mengemuka sebagai dinamika kehidupan manusia. Solusi

penyelesaian dalam bentuk ijtihad merupakan proses berfikir secara

rasional dalam menetapkan hukum islam dengan tetap mengacu pada

kedua sumber hukum islam dengan tetap mengacu pada Al Quran dan

Hadis agar dapat ditemukan jawaban atas permasalahan yang muncul.

Maslahah mursalah merupakan salah satu metode penetapan hukum

yang sangat efektif dalam merespon, menyikapi serta memberikan

solusi.84

Konsep maslahah sebagai inti dari maqasid al-syariah merupakan

alternatif terbaik untuk pengembangan metode-metode ijtihad,dimana al

quran dan hadis harus dipahami melalui metode-metode ijtihad dengan

memberi penekanan pada dimensi maslahah. Konsep maslahah

82 Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”, MADANIA, XIX,

1, (Juni, 2015),, h., 121.

83 Imron Rosyadi, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”, PROFETIKA,

Jurnal Studi Islam, XIV, 1, (Juni, 2013), h., 79.

84 Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”, h., 120.

Page 44: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

34

merupakan alat bagi perubahan hukum. Melalui konsep ini para ulama

fiqh memiliki kerangka kerja untuk menangani masalah hukum yang

berhubungan erat dengan sistem hukum yang didasarkan pada nass

syara‟ Alquran dan hadis. Dengan demikian, konsep maslahah

memberikan legitimasi bagi aturan hukum baru yang memungkinkan

para penegak hukum memecahkan masalah yang tidak ditegaskan dalam

nass syara‟, perubahan hukum yang bisa dicapai dari teori maslahah

tergantung pada pola penalaran hukum yang diterapkan oleh penegak

hukum.85

Oleh sebab itu, penggunaan dalil maslahah mursalah adalah

kesejalanan antara kemaslahatan yang dikandung dalam suatu masalah

baru dan konsep maqasid al-syariah yang tidak ditunjuk secara langsung

oleh nash. Adapun jika dilihat dari maslahahnya dikategorikan menjadi 3

(tiga), antara lain: pertama, maslahah yang dikandung tersebut dapat

diterima eksistensinya karena sejalan dengan petunjuk syara‟. Contoh

dari maslahah ini adalah hukum qishas untuk menjaga jiwa dan raga

manusia. Kedua, maslahah yang terkandung didasarkan pada pemikiran

subjektif manusia tetapi ditolak oleh syara‟ karena bertentangan dengan

nash. Ketiga, maslahah yang ditemukan dalam suatu masalah baru tidak

ditunjuk oleh dalil khusus tetapi juga tidak ada dalil yang membernarkan

atau menolaknya.86

B. Kerangka Konseptual

Sesuai dengan judul penelitian, pokok bahasannya adalah pemidanaan

pelaku penanaman ganja untuk pengobatan. Untuk lebih memberikan batasan

dan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukannya, maka perlu

peneliti jelaskan apa pengertian dari pemidanaan, pelaku penanaman ganja

dan ganja sebagai obat.

85 Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, h., 318.

86 Imron Rosyadi, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”, h., 86.

Page 45: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

35

1. Pemidanaan

Sejak dahulu sampai saat ini efektivitas pidana penjara dinilai

meragukan, berangkat dari penelitian yang dilakukan Djisman Samosir di

Lembaga Pemasyarakatan Cipinang pada tahun 1990, diambil sampel 85

orang dari 100 narapidana yang diteliti menyatakan bahwa pidana

penjara dirasa bukan sesuatu yang menakutkan, pasalnya sebelum

melakukan suatu tindak pidana mereka sudah mengetahui resiko dari

perbuatannya yaitu dijatuhi hukuman penjara.87

selain alasan tersebut,

penerapan sanksi pidana penjara juga menimbulkan ampak negatif baik

bagi masyarakat. bagi terpidana, penderitaan tidak hanya dialami sendiri

namun juga bagi keluarganya dan orang-orang yang hidupnya

bergantung pada si terpidana. Sedangkan bagi masyarakat, kerugian

terlihat dari seringnyatimbul residivisme sebagai akibat dari penjatuhan

pidana penjara.88

Menurut Muladi, tujuan pemidanaan dijadikan patokan dalam rangka

menunjang bekerjanya sistem peradilan pidana dimaksudkan untuk

menciptakan sinkronisasi yang bersifat fisik, meliputi sinkronisasi

struktural, sinkronisasi substansial, dan dapat pula bersifat sinkronisasi

kultural. Dalam hal sinkronisasi struktural, merupakan keserempakan dan

keselarasan terjadi antara mekanisme administrasi peradilan pidana

dengan hubungan antar lembaga penegak hukum, dalam hal sinkronisasi

substansial merupakan keserasian baik vertikal maupun horizontal dalam

kaitannya dalam hukum positif yang berlaku. Sementara dalam hal

sinkronisasi kultural mengandung makna untuk selalu serempak dalam

87 Victory Prawira Yan Lepa, “Pidana Pengawasan Dalam Sistem Pemidanaan Di

Indonesia”, Lex Administratum, II, 3 (Jul-Okt, 2014), h., 68.

88 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju

Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h., 72

Page 46: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

36

menghayati pandangan-pandangan, sikap-sikap dan falsafah yang secara

menyeluruh mendasari jalannya sistem peradilan pidana.89

Pemidanaan tidak hanya berangkat pada pemikiran pembalasan

kepada pelaku kejahatan atau pencegahan supaya melindungi masyarakat

tetapi telah meluas hingga kepada suatu sistem pidana yang terpadu yang

menyatukan berbagai elemen penegak hukum dalam melaksanakan

sistem tersebut sesuatu dengan apa yang telah dicita-citakan. Pemidanaan

selayaknya tidak hanya berorientasi pada pembalasan tapi juga harus

berorientasi kepada kepentingan individu (pelaku kejahatan) dan

kepentingan masyarakat sekitar.90

2. Pelaku penanaman ganja

Ganja merupakan tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih

dikenal dengan kandungan zat narkotika yang terdapat pada bijinya, yaitu

tetrahidrokanabino (THC, (tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat

pemakainya mengalami rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab

(euphoria). Namun ganja sendiri berguna juga di dunia kesehatan,

digunakan sebagai obat bius dan penenang untuk menghilangkan rasa

sakit bagi pasien yang akan melakukan operasi, terapi ataupun dalam

tahap pemulihan. Tanaman ganja biasanya tingginya mencapai 2 meter,

berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman yang

berbeda yang dinamakan tumbuhan berumah dua, bunganya kecil-kecil

dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan

tropis dengan ketinggian di atas 1.00 meter di atas permukaan laut.91

Pada masyarakat di Indonesia ganja sangat terkenal, tidak ada orang

yang tdak mengenal ganja. Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak

89 Marcus Priyo Gunarto, Sikap Memidana Yang Berorientasi Pada Tujuan Pemidanaan,

Mimbar Hukum, XXI, 1 (Februari, 2009), h., 96.

90 Dafit Supriyanto Daris Warsito, Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Penyalahguna Narkotika, Jurnal Daulat Hukum, I, 1 (Maret, 2018), h., 37

91 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Jurnal Independent, V, 2, h., 47.

Page 47: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

37

lama karena banyak manfaatnya, ganja bisa digunakan sebagai bahan

pembuat plastik karena seratnya yang akan dihasilkan sangat kuat, serta

biji ganja juga bisa digunakan sebagai sumber minyak industri dan

minyak esensial. Namun ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika

dan karenanya akan menghasilkan sumber penghasilan maka orang lebih

banyak menanamnya untuk hal ini. Faktor ekonomi merupakan salah satu

faktor penyebab seseorang melakukan penanaman ganja, faktor ini

terbagi dari dua sisi, yang pertama faktor ekonomi keluarga dan yang

kedua penghasilan lebih menguntungkan jika menanam ganja. Faktor

yang lainnya ialah cara menanamnya sangatlah mudah. Selain itu faktor

alam juga menentukan tumbuhnya tanaman ini.92

Pada tahun 2009 Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat

Edaran Mahkamah Agung (SEMA) yang menjelaskan syarat dan

prosedur untuk mengirimkan pengguna napza ke pusat rehabilitasi.

Dianggap sebagai pelengkap Undang-Undang Nomor 35 tentang

narkotika, surat edaran tersebut secara rinci membedakan pengguna dan

pengedar narkotika berdasarkan jumlah barang bukti pada saat dilakukan

penangkapan. Pada tahun 2010 Mahkamah Agung merevisi Surat Edaran

tersebut, yang mana menggarisbawahi pentingnya proses rehabilitasi

medis dan sosial untuk para pengguna napza, termasuk memperbaiki

daftar jenis narkotika serta batasan konsumsi yang diperbolehkan. Surat

edaran itu menegaskan bahwa setiap orang yang tertangkap memiliki

ganja kurang dari 5 gram seharusnya dianggap sebagai pengguna yang

memilki hak untuk menjalani program rehabilitasi, kecuali ada bukti

yang menunjukkan bahwa ia telah terlibat dalam kegiatan penjualan atau

peredaran ganja tersebut.93

92 Nyak Fadhullah, Kajian Kriminollogi Terhadap Penanam Ganja (Studi Kasus Di

Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya, Legitimasi, VI, 1 (Januari – Juni

2017), h., 104.

93 Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi, Produksi Dan

Kebijakan), Drug Policy Briefing, XLIV, h., 15.

Page 48: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

38

Kemungkinan dilegalkannya ganja tersebut dengan penggunaan yang

diawasi dan dibatasi bagi pengobatan pengguna ganja demi kesembuhan

yang mana ganja tersebut digunakan sebagai obat seerti di beberapa

negara dengan catatan tidak disalahgunakan.94

3. Ganja sebagai obat

Penggunaan ganja dalam ilmu kesehatan dianggap sebagai sesuatu

yang sulit diterima bagi sebagian masyarakat di indonesia. Selama ini

ganja memiliki reputasi buruk dalam masalah kesehatan, karena

kebanyakan disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung

jawab. Efek samping ganja yang memberikan rasa kecanduan, rasa cemas

dan kerusakan pada saraf otak yang berkaitan dengan daya ingat.

Ketersediaan narkotika di satu sisi merupakan obat yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dimana pada sisi yang lain menimbulkan ketergantungan

yang sangat merugikan apabila disalahgunakan. Maka salah satu upaya

pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penyediaan narkotika

demi kepentingan pengobatan dan kesehatan ialah dengan melakukan

pengaturan secara hukum tentang pengedaran, impor, ekspor, menanam,

penggunaan narkotika secara terkendali dan dilakukan pengawasan yang

ketat.95

Dibalik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak positif.

Jika digunakan sebagaimana mestinya terutama untuk menyelamatkan

jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain : Opium dapat digunakan

sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare,

Kokain digunakan untuk mendapatkan efek stimulan seperti untuk

meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah dan

94 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, h., 48.

95 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 1.

Page 49: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

39

ganja digunakan untuk bahan pembuat kantong karena serat yang

dihasilkan sangat kuat dan juga biji ganda dapat pula digunakan sebagai

bahan pembuat minyak.96

Dalam dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhan

nya sebagai penghilang rasa nyeri, selain itu sudah ratusan tahun orang

menggunakannya sebagai obat buang air besar terus-menerus (mencret)

dan obat batuk. Euphoria adalah keadaan yang senang sekali akibat

pengaruh yang timbul akibat mengkonsumsi narkotika, mengikuti

hilangnya rasa nyeri. Namun ada efek sampingnya yaitu menyebabkan

ketergantungan. Oleh karena itu penemuan obat yang khasiatnya seperti

narkotika tetapi tidak akan menimbulkan ketagihan, diteruskan. Obat

yang alami misalnya ditemukan dari tanaman ganja (cannabissativa).

Tanaman bisa menghasilkan ganja kering, hashis dan minyak hashis yang

semuanya itu disebut marihuana atau ,mariyuana. Dari zat kanaboida

(canaboid) tanaman ganja antara lain dikembangkan sebagai obat

penghilang rasa mual dan muntah-muntah yang dikenal sebagai THC

(delta-9-tetrahydrocannabino).97

Seringkali ganja dikenal sebagai zat yang bisa menambah nafsu

makan, dan bisa juga berfungsi sebagai pengganti opium, daun ganja

biasanya dicampur dan dipakai dengan tembakau, bisa juga dicincang

lalu direndam dalam air, dikeringkan dan dilinting layaknya sebuah

rokok. Akar ganja digunakan untuk mengobati penyakit gonorea

(kencing nanah) sementara bagian daunnya kadang diseduh dan

96 Dewi Anggreni, Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif

(NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu, Ejournal Sosiatri-Sosiologi, III, 3 (2015),

h., 44.

97 Andi Hamzah dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1994) h., 8.

Page 50: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

40

digunakan untuk mengurangi penyakit asma, nyeri dada pleuritik dan

sekresi empedu. 98

Penggunaan ganja untuk pengobatan beberapa penyakit memang

bermanfaat, namun disisi lainnya melanggar hukum dan ganja tersebut

mengakibatkan efek samping yang masih diperdebatkan. Padahal

kebutuhan ganja untuk pengobatan sudah ada sejak lalu. Para peneliti

menemukan bahwa di dalam ganja terdapat komponen zat aktif yang

kemungkinan bisa membantu pengobatan (cannabinoid). Konon, zat

tersebut bisa membantu menyembuhkan dan mengurangi gejala penyakit

tertentu seperti radang usus, kanker dan juga dapat meningkatkan nafsu

makan pada penderita HIV/AIDS, hepatitis C, gangguan stress, pasca

trauma, glaukoma, epilepsi, dan beberapa penyakit lainnya.99

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Adapun beberapa karya ilmiah yang menyangkut tentang

penyalahgunaan narkotika sebagai obat yang penulis ketahui dan sedikit

banyaknya telah membantu sebagai tambahan referensi ialah sebagai berikut:

1. Skripsi tahun 2012 karya Septiawan dari Universitas Bengkulu yang

berjudul “Tinjauan Kriminologi Terhadap Pelaku Penanaman Ganja Di

Kabupaten Kepahiang”.

Skripsi ini membahas faktor penyebab seseorang menjadi pelaku

penanaman ganja, sebagai berikut : terpengaruh oleh teman-teman

maupun keluarga yang terlebih dahulu sudah melakukan penanaman

ganja, tuntutan ekonomi untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari,

faktor pendidikan yang sangat rendah, keadaan geografis yang

mendukung dan minimnya jumlah aparatur kepolisian. Serta membahas

terkait upaya yang dilakukan aparatur penegak hukum melalui upaya

preventif dan represif.

98Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi, Produksi Dan

Kebijakan), , h.,

99 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, h., 50.

Page 51: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

41

Perbedaan dengan penelitian penulis yakni pada penelitian ini akan

membahas terkait faktor penyebab atau alasan utama yang dilakukan

pelaku penanaman ganja yakni ingin menyembuhkan penyakit sang istri.

Serta upaya yang dilakukan aparatur pemerintahan negeri sanggau tidak

adanya upaya preventif terlebih dahulu, contohnya melakukan

pengawasan dan melakukan sosialisasi terhadap pelaku penanaman

ganja, sehingga dalam kasus ini Fidelis sangat minim informasi.

2. Skripsi tahun 2015 karya Muhammad Masrur Fuadi dari Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Konsep

Rehailitasi Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Prespektif Hukum

Positif Dan Hukum Islam”.

Skripsi ini membahas faktor penyebab seseorang menjadi pelaku

penanaman ganja, sebagai berikut : terpengaruh oleh teman-teman

maupun keluarga yang terlebih dahulu sudah melakukan penanaman

ganja, tuntutan ekonomi untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari,

faktor pendidikan yang sangat rendak, keadaan geografis yang

mendukung dan minimnya jumlah aparatur kepolisian. Serta membahas

terkait upaya yang dilakukan aparatur penegak hukum melalui upaya

preventif dan represif.

Perbedaan dengan penelitian penulis yakni pada penelitian ini akan

membahas terkait faktor penyebab atau alasan utama yang dilakukan

pelaku penanaman ganja yakni ingin menyembuhkan penyakit sang istri.

Serta upaya yang dilakukan aparatur pemerintahan negeri Sanggau tidak

adanya upaya preventif terlebih dahulu, contohnya melakukan

pengawasan dan melakukan sosialisasi terhadap pelaku penanaman

ganja, sehingga dalam kasus ini Fidelis sangat minim informasi.

3. Skripsi tahun 2014 Mira Natasya Aulia Siregar dari Universitas

Indonesia yang berjudul “Sikap Mahasiswa Terhadap Gagasan

Legalisasi Ganja Di Indonesia”.

pada skripsi ini membahas terkait konsep sikap (attitude) serta hasil

analisis deskriptif yang dilakukan oleh Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar.

Page 52: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

42

Serta faktor-faktor yang mempergaruhi sikap responden. Pada hasil karya

ilmiah milik Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar

hasil penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar

memiliki memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis yakni terkait legalitas penggunaan ganja. Namun jelas pada

penelitian penulis lebih memfokuskan kepada landasan pertimbangan

hakim serta dampak putusan hakim terhadap penegakan hukum

substantif.

Page 53: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

43

BAB III

PENGGUNAAN GANJA SEBAGAI PENGOBATAN

A. Pengertian Narkotika

Definisi narkotika dapat kita ketahui dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi100

:

“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagimana terlampir dalam

Undang-Undang ini.”

Narkotika menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) adalah zat yang dapat

menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsi nya dengan cara

memasukan zat tersebut kedalam tubuh. Pengaruuh tersebut bisa berupa

pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau

dapat menimbulkan khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut sering dijumpai

dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan

kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan

lain-lain.101

Dicantumkan pula pada pasal 7 Undang-UndangNo.35 Tahun

2009 tentang narkotika bahwasanya narkotika hanya dapat digunakan untuk

pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.102

Narkotika dikenal juga dengan istilah lain yaitu NAPZA yang merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain. NAPZA adalah

bahan atau zat atau obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan

mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat sehingga dapat

100 Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan

zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 52.

101 Maudy Pritha Amanda, Suhadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Penyalahgunaan

Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Subtance Abuse), Jurnal Penelitian Dan PPM, IV, 2

(Juli, 2017), h., 341.

102 Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan

zat adiktif lainnya”, h., 56.

Page 54: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

44

menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial lainnya

karena akan menimbulkan kebiasaan, ketergantungan serta ketagihan. Istilah

NAPZA umumnya digunakan oleh pihak kedokteran yang menitikberatkan

pada upaya penanggulangan dari segi kesehatan fisik, psikis dan sosial.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika

mengartikan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat pula menimbulkan

ketergantungan (adiktif).103

Dari peradaban-peradaban tua sering kita dengar bahwa manusia suka

melakukan terobosan-terobosan agar kesedihan dan kesepiannya terlupakan.

Jalan pintasnya adalah mabuk-mabukan, atau menghisap zat yang

memberikan kenikmatan, atau menelan obat yang menenangkan walau hanya

untuk sesaat. Di India, ganja sudah dikenal dan digunakan orang pada zaman

prasejarah, bahkan pada mulanya di agama hindu tidak ada larangan

penggunaannya bahwa dibutuhkan pada saat upacara-upacara tertentu.104

B. Dasar Hukum

Pada waktu perang vietnam sedang mencapai puncaknya sekitar tahun

1970-an, hampir semua negara di dunia terutama Amerika Serikat

penyalahgunaan narkotika sangat meningkat dan sebagian besar korbannya

adalah anak-anak muda. Gejala tersebut juga berdampak pada Indonesia

dalam waktu yang hampir bersamaan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika sudah meluar dihampir setiap kalangan masyarakat. akhirnya

Presiden Republik Indonesia pada Tahun 1971 mengeluarkan Instruksi

Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional

untuk menanggulangi beberapa pokok permasalahan nasional yang salah satu

103 Dewi Anggreni, Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

(NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu, h., 39.

104 Andi Hamzah dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1994) h., 4.

Page 55: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

45

diantaranya ialah penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan

terlarang. Kemudian dengan instruksi tersebut, Kepala Badan Koordinasi

Intelijen Nasional membentuk Bakorlak Inpres Tahun 1971 yang salah satu

tugasnya adalah untuk menanggulangi bahaya narkoba. Namun sayangnya,

badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapatkan

anggaran tersendiri dari APBN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan

internal BAKIN.105

Perkembangan hukum narkotika dan psikotropika di Indonesia secara

sejarahnya diawali dengan perkembangan peredaran narkotika, yang mana

diatur dalam Verdovende Middelen Ordonnantie (Staatsblad Nomor. 278 jo

Nomor 536) yang mana dalam masyarakat lebih dikenal sebagai aturan obat

bius. Peraturan perundang-undangan ini, materinya hanya mengatur mengenai

perdagangan dan penggunaan narkotika, sedangkan mengenai pemberian

pelayanan kesehatan masyaarakat untuk usaha penyembuhan pecandunya

belum diatur. Selain itu, Indonesia yang merupakan negara peserta

Konverensi Tunggal Narkotika 1961, berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 1976, pemerintah Indonesia telah melakukan

pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol yang

mengubahnya. Konvensi ini merupakan hasil dari United Nations Conference

for Adoption of a Single Convention on Narcotic Drug, yang diselenggarakan

di New York pada tanggal 24 Januari sampai tanggal 30 Maret 1961. Secara

prinsipil, tujuan adanya konvensi ini adalah untuk menciptakan suatu

konvensi internasional terhadap pengawasan internasional terhadap narkotika,

menyempurnakan cara-cara pengawasan dan mengawasi penggunaan hanya

untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan serta menjamin suatu

kerja sama dalam upaya pengawasan narkotika tersebut. Namun sangat

disayangkan, aturan ini dianggap tidak dapat mengikuti perkembangan lalu-

105 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 8.

Page 56: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

46

lintas dan alat-alat transportasi yang mendorong terjadinya kegiatan

penyebaran dan pemasokan narkotika ke Indonesia.106

Ketidakpuasan akan pelaksanaan kegiatan penanggulangan narkotika dan

obat-obatan terlarang telah mengakibatkan bangsa Indonesia untuk

menyempurnakan peraturan tentang narkotika karena Ordonasi Obat Bius

(Verdoovende Middelen Ordonnantie, Staatblad.1927 Nomor. 278 jo Nomor

536) dirasakan tidak mampu lagi untuk meredam pertumbuhan kejahatan

narkotika. Yang mana sebetulnya narkotika itu sendiri diperlukan dalam

bisang pengobatan dan ilmu pengetahuan, namun diketahui pula dapat

menimbulkan kerugian yang sangat merugikan apabila digunakan secara

tidak wajar tanpa pembatasan dan pengawasan. Di samping itu pula untuk

mengatur cara penyediaan dan penggunaan narkotika untuk keperluan

pengobatan dan ilmu pengetahuan serta upaya untuk pencegahan dan

menanggulangi bahaya-bahaya yang diakibatkan dari penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika serta mengatur tentang rehabilitasi bagi pecandu

narkotika dirasa sangatlah diperlukan, maka diterbitkanlah Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 1976 sebagai pengganti Verdoovende Middelen Ordonantie

sebagai bagian dari kebijakan pencegahan dalam upaya pemberantasan

narkoba.107

Seiring dengan perkembangannya waktu, Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1976 dirasa tidak mampu lagi untuk mengakomodir banyak hal yang

ditimbulkan akibat kejahatan narkotika. Kejahatan narkotika telah bersifat

tradisional dan telah menggunakan modus operandi dan menggunakan

teknologi yang canggih, oleh sebab itulah peraturan perundang-undangan

yang sudah ada dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi dan

106 Siswanto, Politik Hukum dalam Undang-UndangNarkotika (Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009), (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h., 5.

107 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 10.

Page 57: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

47

kondisi yang berkembang.108

Berdasarkan Konvensi Wina 1988, tentang

pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika jugalah yang

menyebabkan negara Indonesia merasa membutuhkan ratifikasi sebagai

tindak lanjut berlakunya konvensi internasional di suatu negara. Maka dari

itulah pemerintah Indonesia menerbitkan dua undang-undang, yakni :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997

tentang Narkotika. Tujuan dibentuknya undang-undnag ini adalah untuk

menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika guna kepentingan

pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika dan psikotropika serta sebagai upaya pemberantas

peredaran gelap narkotika dan psikotropika.109

Baik Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1997 maupun Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 di dalamnya

tertuang lah dengan jelas dan tegas keinginan Pemerintah Republik Indonesia

untuk memberantas peredaran dan penggunaan narkotika dan psikotropika

secara tuntas yang tidak seusia dengan standar mediks.110

Regulasi pengaturan pengendalian penggunaan narkoba, dalam hal ini

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika dibedakan dibedakan ke

dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Tujuan pembentukan Undang-Undang ini, yang terdapat pada Pasal 4 huruf b

dan c mengatakan bahwa Undang-Undang tentang narkotika bertujuan untuk

mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

Penyalahgunaan Narkotika serta memberantas peredaran gelap Narkotika dan

108 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 12.

109 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009), h., 6.

110 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 31.

Page 58: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

48

Prekusor Narkotika.111

Kebijakan peraturan ini mengupayakan untuk

meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika yang sangat mencemaskan, merugikan dan

membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya

perubahan ini untuk mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana

narkotika melalui ancaman sanksi pidana. Selain itu juga mengatur mengenai

pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta

mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.112

Perumusan ketentuan pidana yang berkaitan dengan pemberantasan

tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika telah dirumuskan sedemikian

rupa dengan harapan agar efektif serat mencapai tujuan yang dikehendaki.

Terdapat dua hal pokok yang dapat ditemukan dalam rumusan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu adanya semangat

untuk memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika

serta perlindungan terhadap pengguna narkotika. Konsekuensi dari dua

semangat tersebut adalah pengedar tindak pidana narkotika dan prekusor

narkotika diberikan sanksi keras, sedangkan pengguna narkotika maupun

korban penyalahgunaan narkotika memperoleh perawatan melalui rehabilitasi

medis atau rehabilitasi sosial sebagaimana dalam tujuan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tantang Narkotika.113

Untuk lebih mengefektifkan pencegahan serta pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran narkotika maka diaturlah mengenai penguatan

kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional atau lebih

sering disingkat BNN. BBN tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden

111 Muntaha, “Aspek Yuridis Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja”, Mimbar

Hukum, XXIII, 1 (Februari 2011), h., 213.

112 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 2.

113 Adelia Yunita, “Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkotika Jenis Baru Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”, JOM Fakultas Hukum, I, 2 (Oktober,

2014), h., 9.

Page 59: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

49

Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan

Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten atau kota. BBN

bertanggung jawab langsung kepada presiden, dan di Undang-Undang ini

BBN ditingkatkan menjadi lembaga pemerintahan non kementerian (LPNK)

yang mana sebelumnya hanyalah lembaga nonsruktural. Selain itu BNN juga

diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan.114

Namun sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika kinerja BNN sangat mendapatkan perhatian dari berbagai

kalangan. Banyak yang menyebutkan bahwa BBN belum maksimal dalam

memberantas peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia.

Penilaian tersebut dibuktikan dengan semakin marak dan beredarnya

penyalah gunaan narkotika yang semakin meresahkan. Sangat keliru apabila

BNN sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dalam memberantas

penyalahgunaan narkoba hanya diberikan fungsi koordinatif yang

menyerahkan penanganannya kepada institusi Polri. Akhirnya dirumuskan lah

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai jawaban

atas banyaknya para pihak yang berpendapat tentang kelemahan BNN sebagai

badan yang diharapkan mampu memberantas tuntas peredaran gelap

narkotika. Disebutkan pada pasal 71 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas pemberantasan

penyalahgunaan narkotika dan peredarannya BNN berwenang melakukan

penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika.115

114 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 2.

115 AR Sujono dan Boni Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h., 129

Page 60: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

50

C. Jenis-Jenis Narkotika

Narkotika bukan lagi kalimat asing ditelinga masyarakat, banyak sekali

berita baik berita cetak maupun berita elektronik yang memberitakan tentang

penyalahgunaan narkotika. Namun belum banyak yang mengetahui mengenai

jenis-jenis narkotika itu sendiri. Biasanya yang mereka ketahui bahwasanya

narkotika itu merupakan barang yang dilarang peredarannya di masyakat luas.

Menurut pasal 5 dan 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Thun 2009 tentang Narkotika dijelaskan pada pasal 5 bahwasanya pengaturan

tentang narkotika dalam Undang-Undang meliputi segala bentuk kegiatan dan

atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekusor.116

Pada

pasal 6 narkotika yang dimaksud pada pasal sebelumnya digolongkan ke

dalam :117

1. Narkotika golongan I; adalah narkotika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu dan pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan

ketergantungan.

2. Narkotika golongan II; adalah narkotika yang berkhasiat sebagai

pengobatan yang dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

menyebabkan ketergantungan.

3. Narkotika golongan III; adalah narkotika berkhasiat untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

ketergantungan.

116 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika

dan zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 56.

117 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika

dan zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 199.

Page 61: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

51

Sehubung dengan pasal 153 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

yang mengatur :118

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran-

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698); dan

b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahunn 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3671) yang telah dipindahkan menjadi Narkotika

golongan I menurut undang-undang ini.

Zat atau obat yang dikategorikan sebagai narkotika dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika digolongkan menjadi 3

(tiga) golongan :119

a. Narkotika golongan I yang menurut lampiran Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 terdiri dari :

1. Tanaman Papaver Somniferun Tanaman Papaver Somniferum L dan

semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali

bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku dengan sendirinya yang

diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya

mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan

pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

3. Opium masak, yang terdiri dari:

a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu

rentetan pengolahan khusus dengan cara pelarutan, pemanasan

118 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 47

119 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 49

Page 62: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

52

dan peragian dengan ataupun tanpa penambahan bahan-bahan

lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang

cocok untuk pemadatan.

b) Jicing, yang merupakan sisa-sisa dari candu setelah dihisap

tanpa memperhatikan apakah candu tersebut telah dicampur

dengan daun atau bahan lain.

c) Jicingko, yang diperoleh dari pengolahan Jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythoxylon dari keluarga

Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

5. Daun koka, baik yang belum atau yang sudah dikeringkan maupun

yang sudah berbentuk serbuk dari semua tanaman genus

Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan

kokain secara langsung ataupun melalui perubahan kimia;

6. Kokain mentah, yaitu semua hasil yang diperoleh dari daun koka

yang dapat dioleh secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina;

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus Cannabis dan semua bagian

dari tanaman termasuk biji, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau

bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo

kimianya;

10. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya;

11. Asetorfina: 3-0-acetiltetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-

endoeteno-oripavina;

12. Acetil-alfa-metilfentanil: N-[1-a- metilfenetil)-4-piperidil] aset-

anilida;

13. Alfa-metilfentail: N-[1(a-metilfenetil)-4-piperidil] propionalida;

14. Alfa-metiltiofentanil: N-[1-]1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-piperidil pro-

pionanilida

15. Beta-hidroksifentanil: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil] pro-

pionalida;

Page 63: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

53

16. Beta-hidroksi-3-metil-: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-4-fen-

tanil piperidil] propionanilida;

17. Desomorfina: dihidrodeoksimorfina;

18. Etorfina: tetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6,14-endoeteno-ori-

pavina;

19. Heroina: diacetilmorfina;

20. Ketobemidona: 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4-propionilpiperidina;

21. 3-metilfentanil: N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida;

22. 3-metiltiofentanil: N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]

propionanilida;

23. MPPP: 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester);

24. Para-fluorofentanil; 4‟-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionani-

lida;

25. PEPAP: 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinol asetat (ester);

26. Tiofentanil: N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida.

27. BROLOMFETAMINA, nama lain DOB: (±)-4-bromo-2,5-

dimetoksi-α-metilfenetilamina;

28. DET: 3-[2-( dietilamino )etil] indol;

29. DMA: ( + )-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina;

30. DMHP: 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-

dibenzo[b, d]piran-1-ol;

31. DMT: 3-[2-( dimetilamino )etil] indol;

32. DOET: (±)-4-ETIL-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina;

33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE: N-etil-1-fenilsikloheksilamina;

34. ETRIPTAMINA: 3-(2aminobutil) indole;

35. KATINONA: (-)-(s)- 2-aminopropiofenon;

36. ( + )-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25: 9,10-didehidro-N, N-

dietil-6-metilergonila-8 β –karboksamida;

37. MDMA: (±)-N, α –dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina;

38. Meskalina: 3,4,5-trimetoksifenetilamina;

39. Metkatinona: 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on;

Page 64: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

54

40. 4- metilaminoreks: (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina;

41. MMDA: 5-metoksi- α –metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina;

42. N-etil MDA: (±)-n-etil- α –metil-3,4-metilendioksi)fenetilamin;

43. N-hidroksi MDA: (±)-N-[ α –metil-3,4-(metilendioksi)fenetil]hidro

ksilamina;

44. Paraheksil: 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo

[b,d] piran-1-ol;

45. PMA: p-metoksi- α –metildenetilamina;

46. Prilosina, psilotsin: 3-[2-( dimetilamino ) etil]indol-4-ol;

47. Psilosibina: 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat;

48. ROLISIKLIDINA, nama lain PHP,PCPY: 1-( 1-

fenilsikloheksil)pirolidina;

49. STP, DOM:2,5-dimetoksi- α ,4-dimettilfenetilamina;

50. TENAMFETAMINA, nama lain MDA: α-metil-3,4-

(metilendioksi)fenetilamina;

51. TENOSIKLIDINA, nama lain TCP: 1- [1-(2-tienil) sikloheksil]

piperidina;

52. TMA: (±)-3,4,5-trimetoksi- α –metilfenetilamina;

53. Amfetaina: (±)- α –metilfenetilamina;

54. Deksamfetamina: ( + )- α –metilfenetilamina;

55. FENETILINA: 7-[2-[( α –metilfenetil)amino]etil]teofilina;

56. FENMETRAZINA: 3- metil- 2 fenilmorfolin;

57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP: 1-( 1- fenilsikloheksi)piperidina;

58. LAVAMFETEMINA, nama lain levamfetamina: (- )-(R)- α –

metilfenetilamina;

59. Levometamfetamina: ( -) N, α –dimetilfenetilamina;

60. MEKLOKUALON: 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon;

61. METAMFETAMINA: (+ ) –(S)-N, α –dimetilfenetilamina;

62. METAKUALON: 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)-kuinazolinon;

63. ZIPEPROL: α – ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1-

piperazinetanol

Page 65: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

55

64. Opium Obat;

65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan

narkotika.

b. Narkotika golongan II yang menurut lampiran Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 terdiri dari :

1. Alfasetilmetadol: Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-difenilhep-

tana;

2. Alfameprodina: alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;

3. Alfametadol: alfa-6-dimetalimino-4,4-difenil-3-heptanol;

4. Alfaprodina: alfa-1,3-dimetil-4-fenil-4- propionoksipiperdina;

5. Alfentanil: N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-ekso-1H-tetrazol-1-il)etil]4-

(metoksimetil)-4-piperidinil]-N-finilpropanamida;

6. Allilprodina: 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;

7. Anileridina: asam 1-para-aminofeneril-4-fenilpiperidina)-4-kar-

boksilat etil ester;

8. Asetilmetador: 3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana;

9. Benzetidin; asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat

etil ester;

10. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina;

11. Betameprodina: beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;

12. Betametadol: beta-6-dimetilamino-4, 4-difenil-3- heptanol;

13. Betaprodina: beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;

14. Betasetilmetadol: beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilhep-

tana;

15. Bezitramida: 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1-

benzimidazolinil)-piperidina;

16. Dekstromoramida: (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3- dofenil-4-(1-piroli-

dinil) butil]-morfolina;

17. Diampromida: N-[2-(metilfenetilamino)- propil]propionanilida;

18. Dietiltiambutena: 3-dietilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1-butena;

Page 66: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

56

19. Difenoksilat: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester;

20. Difenoksin: asam 1-(3-siano-3,3- difenilpropil)-4-fenilisonipekotik;

21. Dihisromorfina;

22. Dimefeptanol: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3- heptanol;

23. Dimenoksadol: 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat;

24. Dimetiltiambutena: 3-dimetilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1- butena;

25. Dioksafetil butirat: etil-4-morfolino-2,2-difenilbutirat;

26. Dipipanona: 4.4-difenil-6-piperidina-3-heptanona;

27. Drotebanol: 3,4-dimetoksi-17-metilmorfian-6β,14-diol;

28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan

ekggonina dan kokaina;

29. Etilmetilambutena: 3-etilmetilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1-butena;

30. Etokseridina: asam 1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester;

31. Etonitazena: 1-dietilaminoetil-2-para- etoksibenzil-5-nitrobenzi-

medazol;

32. Furetidina: asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksieti)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester);

33. Hidrokodona: dihidrokodeinona;

34. Hidroksipetidina: asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-

karboksilat etil ester;

35. Hidromorfinol: 14-hidroksidihidromorfina;

36. Hidromorfina: dihidromorfinol;

37. Isometadonal: 6-dimetilamino-5-metil-4,4-difenil-3-heksanona;

38. Fenadoksona: 6-morfolino-4,4-difenil-3-heptanona;

39. Fenampromida: N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida;

40. Fenazosina: 2‟-hidroksi-5,9-dimetil-2-fenetil-6,7-benzomorfan;

41. Fenomorfan: 3-hidroksi-N-fenetilmorfinan;

42. Fenoperidina: asam 1-(3-hidrpksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester;

Page 67: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

57

43. Fentanil: 1-fenetil-4-N-propionilanilinopepridina;

44. Klonitazena: 2-paraa-klorbenzil-1-dietilaminoetil 5-nitrobenzimid-

azol;

45. Kodoksima: dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima;

46. Levofenasilmorfan: (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan;

47. Levomoramida: (-)-4-[2-meil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-

butil] morfolina;

48. Levormetorfan: 910-3-metoksi-N-metilmorfinan;

49. Levorfanol: (-)-hidroksi-N-metilmorfinan;

50. Metadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanona;

51. Metadona intermdiat: 4-siano-2-dimetilamino-4,-difenilbutana;

52. Metazonia: 2‟-hidroksi-2,5,9-trimetil-6,7-benzomorfan;

53. Metildesorfina: 6-metil-delta-6-deoksimorfina;

54. Metildihidromorfina: 6-metildihidromprfina;

55. Metopon: 5-metildihidromorfinona;

56. Mirofina: miristilbenzilmorfina;

57. Moramida intermediat: asam (2-metil-3-morfolino-1,1-difenilpro-

pana karboksilat;

58. Mofedina: asa, 1-(2-morfolineotil)-4-fenilpiperidia-4-karboksilat etil

ester;

59. Morfina-N-oksida;

60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent

lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya

kodeina-N-oksida;

61. Morfina;

62. Nikomorfina: 3,6-dinikotilmorfina;

63. Norasimetadol: (±)-alfa-3-asetoksi-6-metilamino-4,4-difenilheptana;

64. Norlevorfanol: (-)-3-hidroksimorfinan;

65. Normetadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona;

66. Normorfina: dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina;

67. Norpipanona: 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona;

Page 68: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

58

68. Oksikodona: 14-hidroksidihidrokodeinona;

69. Oksimorfona: 14-hidroksidihidromorfinona;

70. Petidina intermediat A: 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina;

71. Petidina intermediat B: asam 4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil

ester;

72. Petidina intermediat C: assam 1-metil-4-fenilpiperidinna-4-

karboksilat;

73. Petidina: asam 1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester;

74. Piminodina: asam 4-fenil-1-(3-fenilaminopropil)-piperidina-4-

karboksilat etil ester;

75. Piritramida: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(1-piperidino)-

piperidina-4-karboksilat amida;

76. Proheptasina: 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloptana

77. Propedina: asam 1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilatisopropil

ester;

78. Rasemetorfan: (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan;

79. Rasemoramida: (±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidil)-

butil]-morfolina;

80. Rasemorfan: (±)-3-hidrolsi-N-metilmorfinan;

81. Sufentanil: N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil]-4-

pip/eridil]propionalida

82. Tebaina;

83. Tebakon: asetildihidrokodeinona;

84. Tilidina: (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksana-1-

karboksilat;

85. Trimeperidina: 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;

86. Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut di atas.

c. Naroktika golongan III yang menuurt lampiran Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 terdiri dari :

1. Asetildihodrokodeina;

Page 69: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

59

2. Dekstropopoksifena: α-(+)-4-dimetilamino-1,2- difenil-3-metil-2-

butanol;

3. Dihidrokodeina;

4. Etilmorfina: 3-etil morfina

5. Kodeina: 3-metil morfina;

6. Nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina;

7. Nikokodina: 6-nikotilkodeina;

8. Norkodeina: N-demetilkodeina;

9. Polkodina: morfoliniletilmorfina;

10. Propiram: N-(1-metil-2-pieridinoetil)-N-2-piridilpropionamida;

11. Buprenorfina: 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpro-

pil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina;

12. Garam-garam dari narkotika delam golongan tersebut di atas;

13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan

narkotika;

14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan

narkotika;

D. Deskripsi Kasus Fidelis

1. Kronologi Kasus

Terdakwa yang bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto als Nduk

Anak FX Surajiyo. Lahir di Sanggau, 24 April 1981, merupakan seorang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang beragama Katholik yang bertempat

tinggal di Jalan Jendral Sudirman Nomor 28 RT01/RW01 Kelurahan

Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau, pada hari minggu tanggal

19 Februari 2017 sekitar pukul 11.00 WIB didakwa dengan dakwaan

“tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain”. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa

dengan cara-cara sebagai berikut:120

120 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 15.

Page 70: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

60

Bahwa sekitar tahun 2013 saat istri terdakwa (sdri. Yeni Riawati)

sedang mengandung anak terdakwa yang kedua dengan usia kehamilan

kurang lebih 5 (lima) bulan jatuh sakit sehingga mengalami kelumpuhan

pada kaki sebelah kanan kemudian dilarikan dan dirawat di Rumah Sakit

Umum Kabupaten Sanggau selama kurang lebih 1 (satu) pekan menjalani

perawatan di Rumah Sakit istri terdakwa kembali sehat. Kemudian pada

tahun 2014 sekitar bulan Oktober istri terdakwa jatuh sakit lagi dan

mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit

Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari, dikarenakan tidak ada

kemajuan maka akhirnya terdakwa membawa istrinya ke pengobatan

alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Perindu Kabupaten

Sanggau akhirnya kuran lebih selama 1 (satu) bulan istri terdakwa sudah

dapat beraktivitas kembali. Namun sekitar bulan november 2015 istri

terdakwa mengalami lumpuh pada kedua kakinya dan kembali lagi

dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau untuk kemudian dirujuk ke

Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama

kurang lebih 1 (satu) Pekan namun karena tidak ada perubahan dalam

kesehatannya maka terdakwa membawa istri terdakwa pulang ke

Kabupaten Sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau

untuk dirawat, kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau istri

terdakwa di rujuk kembali ke RSUD Soedarso dan dirawat selama

kurang lebih 2 (dua) pekan, dikarenakan tidak ada kemajuan lagi maka

terdakwa akhirnya membawa istri terdakwa pulang ke Kabupaten

Sanggau untuk dirawat di rumah yang masa saat itu keadaan istri

terdakwa sudah lumpuh pada kedua kakinya, badan dan tangan sebelah

kiri serta mengalami luka pada beberapa bagian di tubuhnya.121

Melihat kondisi sang istri yang tidak kunjung membaik, maka

terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari

informasi dengan cara membaca buku hingga mencari informasi di

121 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16

Page 71: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

61

internet sebagai upaya untuk mengobati istri terdakwa. Dari beberapa

buku dan sumber informasi yang terdakwa peroleh dari internet tentang

khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu pengobatan, hal itu

dikarenakan terdakwa sudah putus asa lalu terdakwa mulai mecari

informasi lebih mendalam tentang bagaimana dapat memperoleh dan

membeli ganja tersebut.122

Kemudian, sekitar bulan april tahun 2016, terdakwa bertemu dengan

seseorang yang terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung

kopi di Terminal Bis Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat

membantu terdakwa untuk memperoleh ganja. Selanjutnya terdakwa

meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan ganja sebanyak 1 (satu)

ons dan terdakwa dimintai sejumlah uang oleh orang tersebut sebesar

Rp900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) kemudian terdakwa berikan

sesuai kesepakatan. Kemudian orang tersebut memberitahukan terdakwa

agar menunggu selama 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya

akan datang.123

Kurang dari 3 (tiga) hari, terdakwa menerima telephone dari

seseorang yang mengaku sebagai kernet bis yang meminta terdakwa agar

segera ke Terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket

kiriman dari pontianak. Setelah sampai ke terminal untuk mengambil

paket yang tidak ada nama dan alamat pengirimnya, selanjutnya paket

tersebut dibawa pulang ke rumah terdakwa. Sesampainya di rumah,

terdakwa membuka paket tersebut ternyata berisikan daun ganja kering

disertai dengan biji bunga ganja.124

122 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.

123 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.

124 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.

Page 72: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

62

Kemudian, bunga ganja kering tersebut terdakwa olah menjadi

cairan sedangkan biji bunga ganja nya terdakwa semai di dalam pot dan

terdakwa pelihara dengan cara diberikan pencahayaan dengan aliran

listrik dan lampu, dan menggunakan alat pengukur suhu serta diberi

pupuk agar tumbuh sehat. Setelah batang pohon ganja itu tumbuh, daun

ganja nya terdakwa masak bersama-sama dengan makanan yang

terdakwa masak untuk kemudian diberikan kepada istri terdakwa.

Sedangkan bunganya terdakwa keringkan di dalam ruangan selama

kurang lebih 1 (satu) hari yang kemudian terdakwa rendam menggunakan

alkohol dalam sebuah mangkuk sambil diaduk dan setelah 5 (lima) menit

warnanya akan berubah menjadi warna hijau bunga ganja kemudian

terdakwa pisahkan dari alkohol nya dengan cara diangkat menggunakan

sendok kemudian alkohol yang masih ada di dalam mangkuk tersebut

terdakwa kukus sehingga yang tertinggal hanya cairan endapan hasil

pengkukusan kemudian cairannya dicampur dengan madu dan minyak

kelapa kemudian setelah dingin dimasukkan ke dalam botol kecil yang

terbuat dari kaca berwarna bening yang terdakwa gunakan untuk

mengobati luka-luka pada tubuh istri terdakwa.125

Setelah diberikan

pengobatan ganja, istri terdakwa mengalami perubahan yang sangat

signifikan, dari yang tidak bisa tidur saat itu tidurnya menjadi pulas, tidak

doyan makan menjadi lahap makannya bahwa sampai bisa berbicara

padahal tadinya tidak. Itulah yang menyebabkan terdakwa melanjutkan

pengobatannya tersebut apabila keadaannya sudah memungkinkan

terdakwa akan membawanya ke Rumah Sakit agar ditangani secara

medis.

Berawal pada hari Minggu 19 Februari 2017 sekitar pukul 10.10

WIB, saksi Sudijarto mendapatkan informasi dari masyarakat tentang

terdakwa menanam ganja di rumahnya, kemudian saksi Sudijarto

bersama dengan saksi Eko Wahyudi dan saksi Salbani mendatangi rumah

125 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 17.

Page 73: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

63

terdakwa dan melihat beberapa batang pohon yang diduga narkotika jenis

tanaman ganja serta melihat istri terdakwa dalam keadaan sakit parah

terbaring di kamarnya yang menurut keterangan terdakwa, sang istri

sudah kurang lebih 3 (tiga) tahun sakit tidak dapat bergerak dan mudah

schok. Melihat situasi tersebut saksi Sudijarto membawa terdakwa ke

kantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogasi dan pada

saat itu terdakwa mengakui sengaja menanam ganja untuk pengobatan

istri terdakwa yang menderita sakit parah. Namun berdasarkan surat

keterangan dari BNN Kabupaten Sanggau tentang pengujian terhadap

urine Fidelis Arie Sudewarto menggunakan alat test narkoba dengan hasil

negatif. Sedangkan berdasarkan surat keterangan dari BNN Kabupaten

Sanggau melakukan pengecekan terhadap urine Yeni Riawati yang

dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 dengan hasil Positif THC (+) &

MET (+).126

2. Tuntutan Penuntut Umum

Menyatakan agar terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als Nduk Anak

FX Surajiyo dinyatakan bersalah dan meyakinkan melakukan tindak pida

“ menanam Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon “ sesuai

dengan dakwaan kedua Penuntut umum yakni Pasal 111 ayat (2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika.127

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als

Nduk Anak FX Surajiyo berupa pidana penjara selama 05 (lima) bulan

dikurangi masa tahanan terdakwa dan membayar denda sebesar

126 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 19.

127 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 2.

Page 74: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

64

Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan

penjara.128

Jaksa dalam surat dakwaannya mengajukan dakwaan alternatif yaitu:

a. Pasal 111 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika.

b. Pasal 113 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009

Tentang Narkotika.

c. Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika.

3. Dalil-dalil Pemohon

Menyatakan bahwa terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als Nduk Anak

FX Surajiyo tidak terbukti secara sah terlibat sebagai penyalah guna,

pengedar, dan perdagangan narkoba sebagai mana dituntut oleh jaksa

penuntut umum pasal 111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika. Serta menyatakan bahwa perbuatan yang

terdakwa lakukan yaitu menanam pohon ganja untuk pengobatan istrinya

yang merupakan suatu perbuatan yang tergolong Overmacht

sebagaimana diatur dalam pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana yang berbunyi “barang siapa yang melakukan perbuatan karena

pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana”.129

Maka dari itu terdakwa beserta kuasa hukumnya memohon kepada

Majelis Hakim untuk dapat menjatuhkan Putusan Bebas Murni kepada

terdakwa Fidelis Arie Sudewarto; memulihkan nama baik terdakwa di

masyarakat dan meminta seluruh barang bukti untuk diserahkan kembali

128 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 2.

129 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.

Page 75: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

65

kepada terdakwa dan saksi yang bernama Tri Raman Jaya. Serta

membebankan biaya kepada Negara.130

Serta terdakwa juga melakukan pembelaan secara tertulis pada saat

persidangan yang pada intinya menceritakan dan menjelaskan alasan

Terdakwa menanam dan menggunakan Narkotika Golongan I jenis

tanaman yitu ganja kepada istrinya, terdakwa juga memohon kepada

Majelis Hakim agar diberikan keadilan dan diampunkan kesalahannya

dalam melanggar hukum tersebut.131

3. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana khusus

dalam Putusan Perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag adalah:132

Menimbang bahwa terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum

dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga majelis hakim

memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut di atas memilih langsung

dakwaan alternatif ke tiga sebagaimana diatur dalam pasal 116 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yang unsur-

unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang;

Bahwa dalam perkara ini penuntut umum menghadirkan seorang

laki-laki bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak

FX Surajiyo dengan segala identitasnya yang telah disebutkan di

atas;

Menimbang atas dasar bahwa dalam persidangan majelis hakim

telah memeriksa seluruh berkas perkara yang mana benar bahwa

terdakwa yang dimaksud ialah saudara Fidelis arie Sudewarto

130 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.

131 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.

132 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 47.

Page 76: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

66

dengan dibuktikan bahwa selama persidangan terdakwa dapat

menjawab dengan tegas semua pertanyaan yang diberikan keadaan

majelis hakim maupun penuntut umum, berdasarkan pertimbangan

tersebut majelis hakim berpendapat bahwa unsur setiap orang telah

terpenuhi dan terbukti menurut hukum.

2. Tanpa hak atau melawan hukum;

Menimbang bahwa ketentuan Pasal 7 undang-undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur bahwa narkotika hanya

dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pasal 8

secara khusus disebutkan larangan penggunaan Narkotika Golongan

I yaitu:

1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan.

2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan

untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia

laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas

rekomendasi Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan;

Menimbang bahwa dari beberapa pasal perundang-

undangan yang dimaksud, disimpulkan bahwa Narkotika

Golongan I tidak secara mutlak dilarang beredar di wilayah

Republik Indonesia, tetapi dalam proses penyaluran maupun

pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, hal ini dikarenakan adanya bahaya yang

ditimbulkan terhadap penyalahgunaan narkotika tersebut,

sehingga setiap orang yang akan memanfaatkan narkotika

golongan I harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang

berwenang.

3. Menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau

memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain.

Page 77: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

67

Bahwa unsur di atas bersifat alternatif artinya bahwa untuk

menyatakan seseorang bersalah melakukan tindak pidana dalam

pasal tersebut tidak harus terbukti semua perbuatan dilakukan

oleh si pelaku akan tetapi cukup salah satu saja perbuatan

tersebut terbukti dilakukan. Maka unsur diatas dianggap telah

terpenuhi seluruhnya.

Hakim menimbang bahwa yang dimaksud dengan

menggunakan narkotika dapat diartikan sebagai memasukkan ke

dalam tubuh baik secara langsung maupun melalui mulut

ataupun dengan menggunakan alat bantu.

Menimbang bahwa selanjut nya majelis hakim akan

mempertimbangkan apakah dalam menggunakan Narkotika

Golongan I jenis tanaman ganja tersebut dilakukan terdakwa

secara tanpa hak atau melawan hukum atau tidak;

Menimbang oleh karena semua unsur dari pasal 116 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah

terpenuhi, maka terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ke tiga penuntut

umum.133

Menimbang bahwa majelis hakim tidak sependapat dengan

penuntut umum yang membuktikan dakwaan kedua yaitu

perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam pasal 111 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika dan Majelis Hakim memilih membuktikan

dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pertimbangan

yaitu tujuan utama dari perbuatan terdakwa tersebut adalah

133 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 52

Page 78: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

68

mempergunakan narkotika jenis ganja untuk mengobati istrinya

yang sedang sakit sedangkan perbuatannya menanam

sebagaimana yang telah dibuktikan dalam surat tuntutan

penuntut umum menurut majelis hakim adalah merupakan suatu

proses hingga selanjutnya ganja tersebut dapat dipergunakan

untuk mengobati istrinya.134

Menimbang bahwa selanjutnya majelis hakim akan

mempertimbangkan Nota Pembelaan atau Pledoi yang

disampaikan oleh terdakwa dan penasihat hukum terdakwa.

Bahwa pada persidangan penasihat hukum terdakwa

menyampaikan pembelaan secara tertulis yang pada pokoknya

memohon kepada majelis hakim untuk membebaskan terdakwa

dengan alasan perbuatan terdakwa tidak terbukti sebagaimana

tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, selain itu menurut

penasihat hukum terdakwa bahwa perbuatan terdakwa menanam

ganja dilakukan karena adanya daya paksa atau Overmacht

sedangkan terdakwa dalam pembelaannya yang juga dilakukan

secara tertulis menceritakan alasan terdakwa menanam dan

menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja

kepada istrinya, terdakwa mohon keadilan kepada majelis hakim

dan terdakwa mohon diampunkan kesalahannya dalam

melanggar hukum tersebut.135

Bahwa terhadap pembelaan penasihat hukum terdakwa

tersebut majelis hakim akan mempertimbangkannya sebagai

berikut; bahwa terhadap pembelaan tersebut majelis hakim

berpendapat karena dakwaan penuntut umum bersifat alternatif

dan majelis hakim berdasarkan fakta di persidangan telah

134 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 53.

135 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 53.

Page 79: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

69

memilih dan membuktikan dakwaan ketiga penuntut umum dan

mengenai uraian pertimbangan tersebut majelis hakim uraikan

dalam pertimbangan di atas dan telah dinyatakan terbukti

sedangkan penasihat hukum terdakwa dalam pembelaannya

hanya menguraikan dan mengupas dakwaan kedua yaitu pasal

111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika saja sedangkan dakwaan ketiga yaitu pasal 116 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

tidak dibahas oleh penasihat hukum, oleh karenanya terhadap

pembelaan penasihat hukum majelis hakim kesampingkan

sedangkan terhadap pembelaan penasihat hukum yang

menyatakan bahwa terdakwa tidak dapat dipidana karena

Overmarch terkait perbuatan terdakwa menggunakan ganja

tersebut, majelis hakim tidak sependapat, karena menurut

majelis hakim selama di persidangan penasihat hukum terdakwa

tidak pernah menghadiri ahli di bidang medis serta

membuktikan yang dapat mendukung pernyataan dari penasihat

hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri mengenai manfaat

tanaman ganja tersebut.136

Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di

persidangan mengenai perbuatan terdakwa Majelis Hakim

menilai bahwa perbuatan terdakwa lebih pantas dikenakan

melanggar Pasal 116 Ayat (2) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bahwa

selanjutnya mengenai penjatuhan hukuman terdakwa lebih tepat

sesuai dengan Kepastian Hukum yaitu yang tertera pada Pasal

116 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pidana minimal 5 Tahun

dan maksimal 15 Tahun. Alasan pendapat tersebut didasarkan

136 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 54.

Page 80: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

70

karena ada fakta yang terungkap dalam persidangan bahwa pada

saat terdakwa hendak ditangkap oleh petugas BNN Kabupaten

Sanggau terdakwa sempat menyuruh adik terdakwa untuk

membuang daun ganja milik terdakwa, berdasarkan perbuatan

tersebut terdakwa dinilai sadar dan paham akan perbuatannya

yang telah menanam dan menggunakan ganja selain itu alasan

penerapan pasal tersebut dikarenakan agar memberikan efek jera

atau contoh kepada masyarakat lain bahwa menanam dan

menggunakan ganja tersebut adalah merupakan perbuatan yang

salah dan tidak dapat dibenarkan apapun alasannya.137

Menimbang bahwa dalam menentukan pidana yang pantas

diterapkan terhadap terdakwa berdasarkan atas keadilan hukum

dan kepastian hukum. Namun demikian lamanya pidana yang

akan dijatuhkan patut juga mempertimbangkan dampak atau

akibat yang akan terjadi pada masyarakat.138

Menimbang bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa maka perlu mempertimbangkan hal-hal yang

memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa:139

Hal yang memberatkan terdakwa:

Terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam

memberantas Narkotika

Hal-hal yang meringankan terdakwa:

Terdakwa belum pernah dihukum

Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya atau jujur

137 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 58

138 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 59.

139 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 61.

Page 81: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

71

Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk

mengobati istrinya

Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan

tumpuan terakhir anaknya setelah istrinya meninggal dunia.

Pertimbangan di atas menjadi alasan Hakim dalam

menjatuhkan Pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dan denda

sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan

pidana penjara selama 1 (satu) bulan, lebih berat dari tuntutan

Jaksa kepada Terdakwa Fidelis Arie Sudewarto dengan

memperhatikan Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

4. Amar Putusan

Dengan memperhatikan Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 48 Tahun

2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-

undangan lain yang bersangkutan, maka landasan hukum yang digunakan

oleh Hakim dalam Putusan Perkara tersebut yaitu Pasal 116 ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika sesuai dengan tuntutan jaksa pada alternatif ke tiga yaitu

dengan menjatuhi hukuman pidana penjara selama 8 (delapan) bulan

dengan denda sebesar Rp1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dengan

ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan

pidana penjara selama satu tahun.

E. Legalitas Penggunaan Ganja Dalam Undang-Undang

Gagasan legalitas secara historis telah mengklaim dapat memerikan

kepastian hukum dalam penegakan hukum. L.J van Apeldoorn berupaya

menerangkan bagaimana asas legalitas itu lahir. Mulanya van Apeldoorn

mengungkapkan pemikiran J.J Rouseau (1712-1778) tentang proses

pembentukan hukum, proses tersebut semata-mata kewenangan istimewa

Page 82: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

72

pembentuk undang-undang. Tidak ada tempat bagi kebiasaan yang hidup

dalam keseharian masyarakat untuk menjadi dasar pembentukan hukum. Pada

masa abad ke-19 lahirlah sebuah gerakan hukum “legisme”, menurut van

Apeldoorn gerakan ini adalah gerakan isme hukum yang mengasumsikan

bahwa setiap kegiatan penerapan hukum, semata-mata hanyalah penerapan isi

dari undang-undang terhadap perkara-perkara konkret. Penerapan ini haruslah

dilaksanakan secara rasional dan logis.140

Di Indonesia terdapat salah satu organisasi antimainstream yang

memperjuangkan legalisasi ganja di Indonesia yang mereka namai organisasi

LGN (Lingkar Ganja Nusantara). Organisasi ini hadir untuk memberikan

sebuah pengertian bahwasanya tanaman ganja tidak hanya mempunyai

dampak negatif melainkan juga mempunyai dampak positif seperti halnya

tanaman lainnya. Dalam memperjuangkan Legalisasi Ganja di Indonesia

organisasi LGN memakai cara advokasi, menuliskan berita seputar dampak

positif tanaman ganja serta membentuk organisasi masyarakat tentang

pengertian bahwa ganja sebagai tumbuhan ciptaan tuhan yang memiliki

manfaat pengenalannya pun melalui cara positif seperti menggunakan unsur-

unsur kesenian dan kebudayaan. Gerakan ini dipelopori oleh Mahasiswa

Universitas Indonesia yang ingin menggali lebih dalam tentang manfaat dan

keberadaan tanaman ganja. Mereka memberikan informasi serta edukasi

tentang tanaman ganja, jenis ganja, manfaat ganja, serta dampak penggunaan

ganja. Dasar perjuangan organisasi ini adalah upaya dalam memperjuangkan

legalisasi ganja di Indonesia, munculnya organisasi ini dikarenakan adanya

kriminalisasi terhadap Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika, menurut undang-undang ini ganja dimasukkan pada golongan

pertama narkotika yang dianggap berbahaya dan tidak memiliki manfaat

setara dengan heroin, sabu-sabu, kokain, ekstasi, putaw, padahal jika dilihat

lebih mendalam sesungguhnya narkotika golongan pertama ini merupakan

bahan-bahan kimia buatan tangan manusia. Hal tersebut dirasa berbeda

140 E. Fernando M. Manulang, Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum, (Jakarta:

Kencana, 2017), h., 15.

Page 83: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

73

dengan ganja yang merupakan tanaman ciptaan Tuhan dan sesungguhnya

tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia yang tidak memberikan manfaat.141

Pandangan terhadap perubahan hukum para ahli hukum sepakat bahwa

hukum itu harus dinamis, tidak boleh statis dan harus dapat mengayomi

masyarakat. Oleh karena itu, hukum harus dapat dijadikan pendorong dan

pelopor untuk mengubah kehidupan masyarakat kepada yang lebih baik dan

bermanfaat untuk semua pihak. Ada dua pandangan yang sangat dominan

dalam rangka perubahan hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

dalam suatu negara. Kedua pandangan tersebut dikenal dengan pandangan

tradisional dan pandangan modern. Pada pandangan tradisional dalam rangka

perubahan hukum mengatakan bahwa masyarakat perlu berubah terlebih

dahulu, barulah hukum akan datang untuk mengaturnya. Di sini kedudukan

hukum sebagai pembenar apa yang telah terjadi, hukum berkembang

mengikuti kejadian di suatu tempat dan selalu berada di belakang peristiwa

yang terjadi. Meskipun hukum itu datang kemudian, diharapkan hukum yang

ada itu dapat menampung segala perkembangan yang baru terjadi. Sedangkan

pada pandangan modern mengatakan bahwa hukum diusahakan agar dapat

menampung segala perkembangan baru. Perubahan hukum tidak semata-mata

dilakukan karena hukum dirasa kurang memadai lagi untuk mengatur

kehidupan masyarakat melainkan dikarenakan masyarakat sendiri sudah

mengalami perubahan dan perubahan ini bertujuan untuk menciptakan

masyarakat baru sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.

pembaharuan hukum itu senantiasa berjalan melaui proses dialektika dan

berangkat dari problem-problem nyata dalam masyarakat.142

F. Legalitas Penggunaan Ganja Dalam Pandangan Hukum Islam

Bahwa keberadaan syariat disandarkan kepada prinsip mempermudah

dan menghindarkan kesulitan manusia. Taklif Allah SWT atas hambanya

disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Allah SWT berfirman :

141 Mohammad Darry Abbiyyu, Strategi Gerakan Lngkar Ganja Nusantara Dalam

Memperuangkan Legaliasai Ganja di Indonesia, Jurnal Politik Muda, V, 3, h. 310

142 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, (Jakarta : Kencana, 2013), h., 10

Page 84: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

74

(242: 2)البقرة / . ..قلىاليكلف الل ن فساإالوسعها

Artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesaggupannya.”

Selain itu kaidah tersebut didasarkan pula kepada hadis Nabi Muhammad

SAW, yang dikutip dari buku Suparman Usman yang berjudul Hukum Islam

Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islm Dalam Tata Hukum Indonesia,

yang bunyinya sebagagi berikut :

)رواه مالك وابن ماجو( ال ضرروالضرارفياإلسالم

Artinya: “tidak boleh memudaratkan atau menyulitkan orang lain dan

tidak boleh ada kemudaratan atau kesulitan bagi diri sendiri dalam Islam.”

(H.r. Malik dari Ibnu Majah)

Kaidah-kaidah hukum Islam (al-qawaidh al-fiqhiyah), adalah kaidah-

kaidah umum yang disusun oleh para ulama berdasarkan norma yang terdapat

dalam nash (al-quran dan hadis) melalui metode induktif. Kaidah tersebut

kemudian dijadikan pedoman dalam menentukan hukum berbagai peristiwa

dan masalah yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Kaidah-kaidah

tersebut dibangun berdasarkan ketentuan-ketentuan umum dalam nash. dalam

pembahasan karya tulis ilmiah ini kita mengambil kaidah yaitu:

رري زال الض

(Al-Dharraru Yuzalu). “kemudharatan, kesulitan, kesempitan atau bahaya

harus dihilangkan”

Selanjutnya dari kaidah tersebut lahirlah beberapa kaidah cabang, sebagai

berikut:143

رر الضررالي زال ابلض

(Al-Dharararu la Yuzalu bi al-Dharari). “kesulitan tidak bisa

dihilangkan dengan kesulitan lagi, atau yang menimbulkan kesulitan

lain”

143 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h., 69

Page 85: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

75

رورات تبيح المحظورات الض

(Al-Dhararatu Tubihu al-Makhdurat). “keadaan darurat itu

membolehkan yang dilarang”

رورةي ق ربقدرىاماأبيح للض د

(Ma Ubiha li al-Dharurat Yuqaddaru Biqadriha). “apa yang dibolehkan

karena darurat, diukur sebatas (menurut) ukuran darurat nya”.

م على جلب المصالح درءالمفاسدمقد

(Dar‟u al-Mafasid Muqaddamun „ala jalbi al-Mashalih). “mengihindari

kesulitan harus didahulukan dari mendatangkan kemaslahatan”.

هما إذاتعارض مفسدتن روعى أعظمهماضرراابرتكاب أخف

(Idza ta‟aradha mafsadatani ruiya a‟dhamuhuma dhararan bi irtikabi

akhaffihima). “apabila ada dua kesulitan yang bertentangan, maka

diutamakan menghindari kerusakan yang lebih besar risikonya, dengan

jalan melakukan sesuatu yang lebih ringan risikonya.”

Dengan kata lain bahwa kesimpulannya kaidah di atas berkaitan dengan

prinsip Islam bahwa kemudaratan atau kesulitan itu harus dihilangkan.

Karena itu di kala muncul kesulitan, maka hal yang sebenarnya dilarang

boleh dilakukan. Hukum yang muncul akibat dari kaidah ini antara lain :

apabila dalam keadaan mendesak atau darurat, sebagai contoh untuk

pengobatan, diperbolehkan mempergunakan Khamr. Contoh lainnya yaitu

apabila seseorang kelaparan yang mengancam jiwanya, dan hanya daging

babi yang tersedia, maka ia diperbolehkan memakan daging babi tersebut

untuk sekedar bertahan hidup menghadapi ancaman mautnya.144

Prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan juga patut

diperlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan nash qat‟i atau kaidah

syariat yang bersifat pasti, dan dalam memberlakukannya mendapatkan

144 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h., 71.

Page 86: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

76

legalitas formal di bawah naungan Nash dan kaidah Islam yang bersifat

umum dengan dua pertimbangan yaitu:145

Prinsip menghilangkan kesulitan dituangkan dalam kaidah

ر يسي ة تلب الت شق

امل

“kesulitan menghendaki adanya kemudahan”.

Kaidah ini meliputi seluruh komponen hukum rukhsah berdasarkan

syariat dan diperuntukkan bagi mukallaf dengan beberapa yang henghendaki

adanya keringanan. Sebagai contoh sakit ( ض ر ام ) karena adanya sebab sakit,

maka diperbolehkan:

a. Tidak berpuasa pada hari ramadhan;

b. Melakukan tayammum karena tidak diizinkan memakai air ketika

berwudhu;

c. Melaksanakan shalat dengan duduk; dan

d. Mengkonsumsi barang haram sebagai obat, karena tidak ada jalan lain.

Secara tersirat kaidah ini menegaskan bahwa suatu bahaya bisa saja

menimbulkan bahaya yang lainnya, namun kadar bahaya yang ditimbulkan

harus lebih ringan dari bahaya sebelumnya. Maka apabila seseorang hendak

menghilangkan suatu bahaya, harus memperhitungkan terlebih dahulu

dampak yang akan ditimbulkannya. Apabila dampaknya seimbang atau

bahkan lebih besar maka ia harus mengurungkan niatnya, namun apabila

dampak yang ditimbulkan lebih kecil maka ia boleh meneruskan niatnya.146

Pada kasus ini, setelah terdakwa Fidelis memberikan racikan ganja yang ia

buat sendiri dengan mencampurkan kedalam makanan yang akan dimakan

oleh istri terdakwa, kondisi istrinya mengalami perkembangan, yang semula

tidak doyan makan menjadi lahap makannya, yang semula sulit untuk

145 Ahmad Sudirman Abbas, Dasar-dasr Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Banyu Kencana,

2003), h.,

146 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 140.

Page 87: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

77

berbicara menjadi bisa berbicara, yang tadinya sulit tidur sekarang tidurnya

nyenyak.

Page 88: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

78

BAB IV

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017.PNSag

A. Faktor Yang Mendasari Terdakwa Melakukan Penanaman Ganja

Dalam Putusan No. 111/Pid.Sus/2017/Pnsag

Menurut pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana khusus

dalam Putusan Perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag adalah:147

Menimbang bahwa ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati

istri terdakwa yang sedang menderita penyakit Syringomyelia yang

dideritanya sejak bulan Oktober tahun 2013.

Menimbang bahwa terdakwa telah berusaha melakukan upaya medis

untuk mengobati istri terdakwa dengan membawa istri terdakwa ke Rumah

Sakit Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum di Pontianak dan Rumah Sakit

Antonius di Pontianak, terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa

ke Rumah Sakit Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu terdakwa

juga sudah berusaha mengobati dengan pengobatan alternatif seperti tukang

urut. Terdakwa juga sudah berniat membawa istri berobat ke Jawa namun niat

tersebut harus di urungkan dikarenakan Dokter mengatakan kondisi istri

terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan dikhawatirkan akan

drop dan membahayakan jiwa istri. Sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi

namun kondisi istri terdakwa pada saat itu tidak memungkinkan untuk

dioperasi dikarenakan terlalu beresiko sementara dari rumah sakit sendiri

sudah tidak ada lagi penanganan medis. Setelah menjalani berbagai macam

usaha pengobatan kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin

parah bahkan tidak lagi bisa makan kemudian terdakwa mendapat artikel

ganja di internet.

Menimbang bahwa terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika

jenis ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika

untuk dikonsumsi dirinya sendiri, ganja tersebut hanya digunakan terdakwa

147 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang

Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 47.

Page 89: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

79

untuk mengobati istrinya yang sedang sakit. Selanjutnya dilakukan

pengecekan tes urine yang dilakukan oleh terdakwa yang hasilnya negatif.

Selanjutnya BNN juga melakukan pengecekan terhadap urine Yeni Riawati

yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 dengan hasil Positif THC (+)

& MET (+).

Menimbang bahwa dari uraian tersebut disimpulkan bahwa benar

terdakwa telah menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja

kepada istri terdakwa dan mencampur ganja tersebut ke dalam minuman istri

terdakwa, dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi

dan terbukti menurut hukum.

Menimbang bahwa didalam persidangan didapati fakta bahwa Narkotika

Golongan I yang digunakan terdakwa terdapat istrinya tersebut dengan tujuan

untuk mengobati istrinya terdakwa yang menderita penyakit syringomyelia.

Menimbang bahwa berdasarkan uraian di atas didapati kesimpulan

bahwa benar terdakwa dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis

tanaman berupa Ganja terhadap istri terdakwa tersebut dilakukan secara tanpa

hak dan melawan hukum dengan demikian unsur ini telah terbukti dan

terpenuhi menurut hukum;

B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor

111/Pid.Sus/2017.PNSag tentang Larangan Penggunaan Ganja Sebagai

Pengobatan.

Putusan perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017.PN Sag merupakan perkara

yang diatur dalam Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan

Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan

Page 90: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

80

pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan

paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).”148

Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwasanya terdakwa telah

melakukan upaya pengobatan medis yang dilakukan dengan cara membawa

istri terdakwa ke berbagai Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Sanggau,

namun karena hasilnya tidak ada perubahan dan tim medis juga telah angkat

tangan terkait rangkaian pengobatan demi kesembuhan istri terdakwa, maka

terdakwa memiliki inisiatif untuk menyembuhkan istrinya agar ada

peningkatan kesehatan dalam upaya bentuk membahagiakan serta

meringankan rasa sakit yang diderita istri terdakwa.

Dalam konsiderans pertimbangan huruf c dalam Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika dinyatakan bahwa: “narkotika di satu sisi

merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau

pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan ...”149

selain itu

disebutkan juga dalam Pasal 4 butir (a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika yang menyatakan tujuan undang-undang ini adalah

menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.150

Bahwa dalam hukum pidana juga dikenal adanya alasan pembenar

sebagaimana menurut pendapat E. Utrecht yang dikutip oleh Frans Maramis

dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di

Indonesia, adalah sebagai berikut:

“Rechtvaardigingsgronden (alasan-alasan yang membenarkan) itu

menghapuskan wederrechtelijkheid dan schulduitsluitingsgronden

(alasan-alasan yang menghilangkan kesalahan dalam arti kata luas) hanya

menghilangkan pertanggungjawaban (toerekenbaarheid) pembuat atas

peristiwa yang diadakannya. Umum diterima pendapat bahwa

148 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 265.

149 https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf diakses pada tanggal 23 mei 2019

pukul 13.34 WIB

150 https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf diakses pada tanggal 23 mei 2019

pukul 13.34 WIB

Page 91: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

81

rechtvaardigingsgronden menghapuskan suatu peristiwa pidana, yaitu

kelakuan yang bersangkutan bukan suatu peristiwa pidana, biarpun sesuai

dengan lukisan suatu kelakuan tertentu yang dilarang dalam undang-

undang pidana, sedangkan dalam hal schulduitsluitingsgronden kelakuan

yang bersangkutan tetap suatu peristiwa pidana, tetapi tidak dapat

dipertanggungjawabkan (toegerekend) kepada pembuat.”151

Menurut Moeljatno, alasan pembenar merupakan alasan yang dapat

menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang

dilakukan oleh terdakwa selanjutnya menjadi perbuatan yang patut dan

dibenarkan.152

Selain alasan pemnghapusan pidana di dalam undang-undang

dikenal pula alasan penghapusaan pidana di luar undang-undang. Menurut

Utrech, seharusnya kita menerima keberadaan dari alasan-alasan

penghapusan pidana di luar undang-undang, di mana sumber untuk itu adalah

hukum kebiasaan, hukum adat, dan norma-norma lainnya yang tidak

tercantum dalam undang-undang.153

Bahwa dalam ketententuan KUHP disebutkan alasan pembenar diatur

dalam pasal 48 (keadaan darurat), Pasal 49 yat (1) (pembelaan terpaksa).

Dalam keadaan tertentu, terdakwa tidak dapat berbuat lain yang berujung

pada terjadinya tindak pidana, sekalipun sebenarnya tidak diinginkan.

Terjadinya tindak pidana tidak dapat dihindari oleh terdakwa karena sesuatu

yang berasal dari luar dirinya. Faktor inilah yang menyebabkan terdakwa

tidak dapat berbuat lain yang mengakibatkan kesalahannya menjadi

terhapus.154

Menurut penulis, jenis sanksi yang ditetapkan oleh pengadilan negeri

sangau juga dirasa kurang efektif, terlebih akibat penjatuhan sanksi tersebut

kondisi sang istri menurun bahkan sampai meninggal. Penulis merasa akibat

terdakwa ditahan di dalam penjara, istri terdakwa tidak ada yang mengurus.

Padahal masih banyak sanksi alternatif yang dirasa lebih efektif. Jenis-jenis

151 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012), h., 135.

152 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, h., 135.

153Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, h., 139.

154 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h., 180.

Page 92: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

82

sanksi yang diterapkan di dalam KUHP, khususnya dalam pasal 10 KUHP

yakni:

a) Pidana pokok

1) Pidana mati;

2) Pidana penjara;

3) Pidana kurungan;

4) Pidana denda; dan

5) Pidana tutupan.

b) Pidana tambahan

1) Pencabutan hak-hak tertentu;

2) Perampasan batang-barang tertentu

3) Pengumuman putusan hakim.

Masalah jenis pidaana dan tindakan juga dibahas dalam Rancangan

Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku saat ini. Yang agak menonjol

adalah dimasukkannya “pidana kerja sosial” yang selama ini tidak dikenal

dalam KUHP. Dalam hal pidana kerja sosial dijatuhkan, hakim bisa saja

menetapkan pidana ini dengan pertimbangan sebagai berikut:155

1) Pengakuan terpidana terhadap tindak pidana yang dilakukan;

2) Usia layak kerja terpidana menurut undang-undang;

3) Persetujuan terpidana, sesudah hakim menjelaskan tujuan dan segala hal

yang berkaitan dengan pidana kerja sosial;

4) Riwayat sosial terpidana;

5) Pidana kerja sosial tidak boleh bertentangan dengan keyakinan agama

terpidana;

6) Pidana kerja sosial tidak boleh dikomersilkan;

7) Perlindungan keselamatan kerja terpidana;

8) Dalam hal pidana ini dijatuhkan sebagai pengganti denda, maka

sebelumnya harus ada surat permohonan terpidana mengenai apa alasan

terpidana tidak mampu membayar denda tersebut;

155 Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep Baru

KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2010), h., 107.

Page 93: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

83

Menuurt penulis, syarat-syarat yang telah disebutkan di atas hampir

semuanya masuk ke dalam kualifikasi terdakwa. Bahwasanya terdakwa telah

mengakui bahwa ia memang menanam narkotika golongan I jenis ganja di

halaman belakang rumahnya. Di persidangan terdakwa tidak mengelak

terhadap perbuatan yang dilakukannya. Namun test urine menunjukkan

bahwa terdakwa bersih konsumsi ganja tersebut artinya tindakan terdakwa

dilakukan memang murni untuk mengobati penyakit istri terdakwa yang tidak

sembuh bertahun-tahun. Selain itu usia terdakwa layak untuk menjalani

hukuman pidana kerja sosial. Selain itu, dilihat dari hal-hal-hal yang

meringankan terdakwa dalam putusan tercantum bahwa terdakwa sebelumnya

belum pernah melakukan tidak pidana artinya nama terdakwa masih bersih di

catatan kepolisian.

Karena dalam kasus ini pidana penjara dirasa kurang efektif sampai hars

mengakibatkan nyawa istri terdakwa meninggal akibat pengadilan fokus

terhadap sanksi pidana terdakwa tanpa memikirkan upaya untuk melanjutkan

pengobatan kepada sdri Yeni selaku istri terdakwa agar bisa terus bertahan

hidup. Indonesia terus dilakukan usaha untuk mencari alternatif-alternatif dari

pidana perampasan kemerdekaan (penjara), pembaruan hukum pidana yang

berupa lembaga pidana tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teori-teori

tentang tujuan pemidanaan serta aliran yang ada di dalam hukum pidana yang

mempengaruhi teori-teori tersebut. Contohnya pidana gabungan. Gagasan

mengenai pidana ini ialah pidana penjara dan pidana pengawasan. Pidana

penjara menghendaki terpidana menjalani pidananya di dalam penjara.

sedangkan pidana pengawasan menghendaki terpidana menjalani pidananya

di luar penjara atau di lingkungan masyarakat tetapi tetap dalam pengawasan

sebagai terpidana.156

Jenis pidana penggabungan pidana ini dapat disebut dengan istilah

“pidana terbatas”, pidana ini dimaksudkan terpidana hanya menjalani

156 Abdul Kholiq, dkk, Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan Dan Reorientasi Terhadap

Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum Pidana Di Indonesia, Jurnal Law Reform, II, 1 (2015),

h., 102.

Page 94: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

84

sebagian dari pidana penjara dan sebagian lainnya dijalani di luar lembaga

tetapi tetap dalam pengawasan. Kualitas pidana ini berada di antara pidana

penjara dan pidana pengawasan. Artinya lebih ringan dari pidana penjara

namun lebih berat dari pidana pengawasan. Untuk mengurangi resiko dari

akibat negatif kedua jenis pidana itu apabila diterapkan secara terpisah, maka

dirasa perlu jenis pidana yang lebih ringan dari pidana penjara namun lebih

berat dari pidana pengawasan. Maka perlu adanya pengembangan jenis

pidana yang diperkirakan dapat mewujudkan keseimbangan antara

kepentingan perlindungan masyarakat dan kepentingan individu. Disediakan

kemungkinan bagi hakim untuk menjatuhkan pidana gabungan ini diharapkan

ada keuntungan praktis yang dapat dicapai:157

1. Memberikan motivasi yang lebih meyakinkan bagi penegak hukum

(jaksa dan hakim) untuk lebih mengefektifkan jenis pidana ini. Dalam

praktiknya selama ini sedikit sekali perkara yang dituntut atau dijatuhi

pidana bersyarat. Alasannya karena kemampuan untuk mengawasi

terpidana yang masih sangat terbatas karena belum tersedianya sarana

atau prasarana yang cukup.

2. Memberikan kemantapan dan kelegaan bagi masyarakat pada umumnya

dan korban tindak pidana pada khususnya, bahkan juga terpidana itu

sendiri.

3. Pemidanaan Pelaku Penanam Ganja Menurut Pandangan Hukum Islam

Narkoba di dalam islam sendiri tidak dijelaskan secara gamblang.

Alquran hanya menyebutkan istilah khamr, namun demikian, apabila suatu

hukum belum ditetapkan statusnya, dapat diselesaikan melalui metode qiyas.

Narkoba termasuk ke dalam kategori khamr, karena zat nya yang

memabukkan. Pertama kali narkoba digunakan untuk kepentingan

pengobatan dan menolong orang sakit. Sejarah mencatat, ganja sudah

digunakan sejak tahun 2700SM.158

Dalam mendefinisikan tentang khamr M.

157 Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep Baru

KUHP Baru), h., 200.

158 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), h., 171.

Page 95: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

85

Nurul Irfan dan Masyrofah dalam bukunya yang berjudul Fiqh Jinayah

mengutip pendapat Al-Qurthubi yang mengemukakan bahwa:

“Kata khamar berasal dari kata khamara atau satara yang berarti

menutup. Oleh karena itu, ada istilah kerudung wanita. Setiap benda yang

menutup sesuatu yang laun, selalu disebut khamr, seperti dalam kalimat

“tutuplah wadah-wadah kalian”. Jadi, khamr dapat menutup akal,

menyumbat dan membungkusnya.”

Allah telah menurunkan dalil-dalil yang mana menunjukkan

diperbolehkannya sesuatu yang diharamkan dalam keadaan darurat. Pertama,

Allah Ta‟ala menuturkan mengenai keterpaksaan mengkonsumsi hal-hal yang

diharamkan dalam beberapa ayat Al-Qur‟an diantaranya adalah sebagai

berikut:

ر م ولم النزيرومآاىل بلغيالل فمن اضطرغي تة والد احرم عليكم المي ابغ والعادفآلاث عليو ان الل ان

(331: 2)البقره / غفوررحيم

Artinya: “sesungguhnya dia (allah) hanya mengharamkan atasmu

bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan

(menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya),

bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak

ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Muhammad Ath-Thariqy dalam bukunya yang berjudul Fikih Darurat

mengutip beberapa pendapat ulama mengenai penjelasan terkait surat Al-

Baqarah ayat 172, pendapat tersebut antara lain: 159

1. Menurut As-Sadi, makna firman Allah “sedang dia tidak

menginginkannya” ialah seseorang yang memakan hal-hal yang

diharamkan tersebut semata-mata karena memang terpaksa, bukan malah

menikmatinya. Sedangkan makna firman Allah “dan tidak melampaui

batas” ialah memakannya sehingga melampaui batas kenyang.

159 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 19

Page 96: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

86

2. Menurut Al Qurthubi, Allah memperbolehkan seseorang memakan

semua yang diharamkan dalam keadaan darurat, karena ia sudah tidak

sanggup mendapatkan semua yang diperbolehkan, jika tidak adanya

sesuatu yang diperbolehkan itulah yang menjadi syarat diperkenankannya

sesuatu yang diharamkan.

Bahwasanya tujuan syariat Islam itu ialah mendatangkan kemaslahatan

dan menolak kemafsadatan. Untuk merealisasikan maqasid al-syari‟ah

dengan menolak mafsadah bisa menggunakan cara menghilangkan

kemudharatan atau setidaknya meringankan nya. Kewajiban untuk berobat

juga termasuk ke dalam contoh kaidah “kemudharatan harus dihilangkan”.

Istilah khamr yang diambil dari bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia dengan kata „arak‟ dari pemaparan diatas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa penggunaan istilah arak sebagai terjemahan dari

kata khamr adalah bersifat temporal, maksudnya kata yang merujuk pada

sesuatu yang berlaku lampau. Dengan demikian, hukum berobat dengan

sesuatu yang haram dengan menggunakan arak menurut mayoritas ulama ahli

fiqh diperbolehkan kalau dalam keadaan darurat dan tidak ditemukan lagi

yang lainnya. Adapun meminum arak untuk pengobatan,

Para ulama yang memperbolehkan berobat dengan arak juga mengajukan

dalil dengan mengqiyashkan dengan diperbolehkannya memakan barang-

barang yang diharamkan dalam keadaan darurat. Allah memperbolehkan

memakan bangkai, darah, daging anjing bagi orang-orang yang dalam

keadaan darurat jika ia tidak bisa menemukan makanan lain yang bisa

menyelamatkan hidupnya. Demikian juga dengan arak. Arak diharamkan

berdasarkan nash Alquran, namun menjadi boleh apabila digunakan sebagai

obat dalam keadaan darurat, sama seperti memakan bangkai, darah dan

daging babi dalam keadaan darurat.160

Kata Abdul Aziz bin Abdussalam yang

dikutip dalam buku Fikih Darurat karya Abdullah bin Muhammad Ath-

Thariqy berpendapat bahwa boleh hukumnya berobat dengan barang-barang

160 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 115

Page 97: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

87

najis kalau memang tidak ditemukan barang yang suci yang bisa

menggantikan kedudukannya. Karena kemaslahatan kesehatan dan

keselamatan itu jauh lebih besar daripada kemaslahatan menjauhi najis.

Pada kasus ini Terdakwa Fidelis telah berupaya untuk membawa Istri

terdakwa ke berbagai rumah sakit selama bertahun-tahun, namun tidak

adanya perubahan bahwa pihak rumah sakit pun hampir menyerah. Hal ini

yang menyebabkan terdakwa memberikan pengobatan kepada Istri terdakwa

berupa daun ganja yang ia oleh sebagai bahan campuran makanan dan olesan

untuk luka-luka yang diderita istri.

Kedua, firman Allah

احرم عليكم االمااضطررت اف يو و مالكم ال و ل لكم م راليضلون ان ك تكلواماذكراسم الل عليو وقدفص ثي

( 355: 2األنعام / ) ابىوآئهم بغيعلم ان ربك ىواعلم ابلمعتدين

Artinya : “Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging

hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah

menjelaskan kepadamu apa yang telah diharamkan-Nya kepadamu, kecuali

jika kami dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh, banyak yang menyesatkan

orang dengan keinginannya tanpa dasar pengetahuan. Tuhanmu lebih

mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” makna firman Allah,

“kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” yaitu berupa hal-hal yang

sebenarnya telah diharamkan atas kalian, apabila dalam keadaan terpaksa

maka hal itu diperbolehkan kepada kalian.

Ketiga, firman Allah

م ولم النزيرومآاىل لغيالل بو فمن اضطرابغ تةوالد احرم عليكم المي م ررحي غفو والعادفان الل ان

(331: 33)النحل /

Artinya : “sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai,

darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama)

selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan keran

menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha

Pengampun, Maha Penyayang.” Ayat ini menuturkan pengecualian karena

Page 98: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

88

alasan darurat demi menjaga keselamatan nyawa dari kematian, sehingga

mengesampingkan adanya bahaya yang menjadi sebab pengharaman.

Muhammad Ath-Thariqy dalam bukunya yang berjudul Fikih Darurat

mengutip beberapa pendapat ulama mengenai penjelasan terkait surat An-

Nahl ayat 115, pendapat tersebut antara lain: 161

1. Menurut Al Bazdawi dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya bahwa

sesungguhnya dalam keadaan darurat Allah memberikan pengecualian.

Jadi hukum yang berlaku dalam keadaan darurat adalah sama saja dengan

berlaku sebelum adanya keharaman, yakni sama-sama diperbolehkan.

Selain dalil-dalil Alquran Al Karim, dijelaskan pula dari dalil-dalil As-

Sunah yang menunjukkan dibolehkannya memakan atau mengkonsumsi

makanan yang haram dalam keadaan darurat diantaranya yang dikutip dari

buku Fiqh Darurat karya Muhammad Ath-Thariqy sebagai berikut:162

ل لنامن ب ناباممصةفماي برض تصي تة؟قال:ا عن أب واقدالليشي قال،ق لت يرسواللل إن ذال المي

رواه امحد() تصطبحواولمت غتبقواول تتفئواب قالفشأنكم با

Bersumber dari Abu Waqid Al-Laitsi ia berkata, aku bertanya kepada

Rasulullah, “Rasulullah, kami berada di sebuah daerah yang tengah dilanda

bencana kelaparan. Apakah kami halal memakan bangkai?” beliau menjawab,

:kalau memang kalian tidak bisa menemukan makanan yang bisa kalian

makan pada pagi dan sore hari dan bahkan tidak mendapatkan sayuran yang

bisa kalian petik, maka silahkan kalian makan bangkai itu.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pendapat para ulama ahli fiqh

menyatakan bahwa boleh hukumnya berobat menggunakan barang-barang

haram selain arak, dengan syarat kalau memang sudah tidak ada lagi obat lain

yang bisa menyembuhkannya. Sebagian ulama memperbolehkannya dengan

alasan karena sesungguhnya dalam barang haram itu mengandung obat.

161 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 22.

162 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 24.

Page 99: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

89

Disebutkan dalam kitab Al Fataawa Al Hindiyyah yang dikutip dalam buku

Fikih Darurat karya Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy berpendapat

bahwa, 163

“apabila seseorang yang tengah menderita sakit boleh meminum

darah atau air kencing dan memakan bangkai untuk berobat kalau memang

menurut keterangan seorang dokter muslim barang-barang itu mengandung

obat, dan tidak ditemukan barang-barang halal sebagai gantinya”.

Mendahulukan sisi haram di sini adalah untuk menolak atau mencegah

suatu kerusakan yang lebih besar. Oleh karenanya, apabila ada pertentangan

antara dalil yang menunjukkan keharaman, dan dalil yang menunjukkan

mubah, maka yang diutamakan adalah uang menunjukkan keharaman karena

bertujuan untuk menolak mafsadah.164

Sesuatu yang dilakukan karena dalam keadaan darurat, diperbolehkan

melakukannya secukupnya saja, maksudnya melakukan kadar yang cukup

untuk menghilangkan darurat tersebut. Kaidah ini bermaksud untuk memberi

peringatan bahwa sesuatu yang pada asalnya diharamkan, kemudian pada saat

darurat maka diperbolehkan, dengan syarat dilakukan secukupnya untuk

menghilangkan dlalar.165

Di kasus ini, terdakwa telah berencana apabila

kondisi sang istri sudah agak berbaik dan memungkinkan agar dibawa ke luar

pulau kalimantan untuk melakukan pengobatan secara medis. namun belum

sempat terealisasikan, terdakwa ditahan oleh Pengadilan Negeri Sangau. Dan

sang istri meninggal dunia saat terdakwa mendekam di bui.

Al-Husaini dalam buku karya A. Djazuli dalam bukunya yang berjudul

Kaidah-Kaidah Fikih mengartikan bahwa al-dlalar adalah “bagimu ada

manfaat tetapi bagi tetanggamu ada mudharat” sedangkan al-dhirar “bagimu

tidak ada manfaatnya tetapi bagi orang lain memudharatkan”. Kesimpulannya

163 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 132.

164 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 150.

165 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 151.

Page 100: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

90

bahwa kita tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan.

Dengan demikian terjadi keadilan dalam perilaku serta moral yang

menunjukkan memuliakan akhlak karena tidak mau memudharatkan orang

lain tetapi juga tidak mau dimudharatkan oleh orang lain sebaliknya kita

harus memberikan manfaat bagi orang lain maka orang lain akan memberi

manfaat kepada kita.166

Hikmah diperbolehkannya mengkonsumsi makan barang-barang yang

haram dengan alasan darurat itu adalah demi menjaga keselamatan nyawa

orang-orang yang bersangkutan. Suatu hikmah kebijaksanaan Ilahi ia

diperbolehkan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, sebab kalau

sampai diharamkan justru akan menimbulkan bahaya yang sangat besar

contoh digambarkan dalam bentuk meninggal dunia. Oleh karenanya prinsip

menghilangkan kesulitan itu harus selalu terikat dengan kaidah yang

menyatakan bahwa kesempitan tidak boleh dihilangkan dengan kesempitan

baru.167

Ibnu Al Qayyim berkata dalam buku Fikih Darurat karya Abdullah

bin Muhammad Ath-Thariqy bahwasannya seseorang yang mengkonsumsi

barang-barang haram jelas ia akan terkena dampak negatifnya, misalnya ia

bisa disebut dengan sebutan berjiwa buruk karena yang ia konsumsi adalah

hal-hal yang buruk. Tetapi dalam keadaan darurat yang menyangkut

keselamatan nyawa, ia boleh mengkonsumsi barang haram tersebut. Sebab

pada dasarnya sesuatu yang diperbolehkan itu sudah pasti baik dan yang

diharamkan menjadi buruk, ini apabila berada dalam situasi normal.

Berbeda ceritanya dengan dalam keadaan darurat. Seseorang boleh

mengkonsumsi makanan yang haram, namun cap buruk tetap ada pada

makanan atau barang haram tersebut. Sebab menjaga keselamatannya jauh

lebih diutamakan daripada tetap mempertahankan keharaman. Apabila

dalam situasi yang darurat maka barang-barang yang dicap buruk tersebut

166 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih(Kaidah-Kaidah Hukum Silam dalam Menyelesaikan

Masalah-Masalah Yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2007), h, 69.

167 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 29.

Page 101: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

91

secara otomatis hilang. Sebab cap buruk tersebut tidak berdiri sendiri,

melainkan ia pasti selalu berkaitan dengan masalah yang ada. Saat dalam

kondisi normal, sangat berbahaya mengkonsumsi barang atau makanan yang

haram, karena kondisinya memungkinkan untuk ia masih bisa

mengkonsumsi makanan yang baik-baik. Tetapi apabila berada dalam

keadaan ia sangat membutuhkan dan tidak ada obat lain yang bisa

dikonsumsi mengingat terjadi kemajuan setelah mengkonsumsi obat

tersebut, bahaya mengkonsumsi nya yang tadinya buruk dengan sendirinya

akan hilang sama sekali. Bahkan hal itu menjadi sangat berguna untuk

dirinya. Pada dasarnya sesuatu yang diharamkan tidak boleh dilakukan

kecuali karena adanya alasan darurat. Dan sesuai dengan penjelasan pada

bab sebelumnya penulis menyepakati bahwasanya batasan darurat apabila ia

tidak mengkonsumsi sesuatu yang dilarang ia akan tambah menderita atau

bisa saja mati, maka ia diperbolehkan memakan sesuatu yang diharamkan.

Mengenai batasan darurat yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi

sesuatu yang diharamkan para ulama ahli fiqih terdapat beberapa pendapat,

antara lain:168

1. Menurut para ulama dari Madzhab Hanafi, ialah seandainya seseorang

tidak mau mengkonsumsi barang haram dikhawatirkan ia bisa saja

meninggal dunia atau setidaknya anggota tubuhnya menjadi cacat.

Keharaman menjadi gugur apabila adanya paksaan yang disertai dengan

ancaman yang beresiko sangat menakutkan. Disebutkan dalam kitab

Taisiirut-Tahriir, gugurnya keharaman arak dan bangkai bagi seseorang

yang terpaksa harus meminum arak atau memakannya, adalah karena ia

merasa khawatir atas keselamatan nyawanya.

2. Menurut para Ulama dari Madzhab Maliki, darurat yang diperbolehkan

mengkonsumsi sesuatu yang haram karena rasa takut akan keselamatan

nyawa baik berdasarkan keyakinan atau hanya sekadar dugaan. Ada pula

yang berpendapat bahwasanya darurat ialah menjaga jiwa dari kematian

168 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),

h., 31.

Page 102: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

92

atau bahaya yang sangat berat. Mengkonsumsisi nya pun tidak

diharuskan menunggu sampai kondisinya benar-benar menjelang

kematian, ia harus disegerakan melakukan upaya untuk menyelamatkan

nyawanya.

3. Menurut para ulama Madzhab Syafi‟i, mereka sepakat tidak wajib harus

menunggu sampai kematian datang.

4. Menurut para ulama dari Madzhab Hambali, darurat yang

diperbolehkannya seseorang mengkonsumsi sesuatu yang haram ialah

yang membuatnya merasa khawatir akan mati kalau sampai tidak

memakannya. Pendapat yang dikutip dari Imam bin Hambal menyatakan

bahwa yang disebut dalam keadaan darurat apabila seseorang yakin

bahwa nyawanya nyaris terancam melayang kalau sampai ia tidak mau

memakan sesuatu yang haram.

Page 103: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan bab-bab terdahulu maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Faktor yang menyebabkan terdakwa Fidelis melakukan penanaman

ganja di halaman belakang rumahnya merupakan upayanya untuk

merawat dan menyembuhkan penyakit yang diderita istrinya Yeni

Riawati yang terkena penyakit syringomyelia (tumbuhnya kista berisi

cairan di dalam sumsum tulang belakang). Hal tersebut merupakan

upaya terakhir yang dilakukan terdakwa karena sebelumnya terdakwa

pernah beberapa kali melakukan upaya pengobatan dengan

mengunjungi beberapa rumah sakit dan istri terdakwa pun sempat

dirawat di beberapa rumah sakit tersebut selain itu terdakwa sudah

berusaha melakukan upaya alternatif namun tidak ada hasilnya bahkan

rumah sakit pun angkat tangan. Akhirnya terdakwa melakukan upaya

pengobatan dengan racikan dari batang pohon ganja yang ia tanam

sendiri dan istrinya menunjukan kemajuan dalam kesehatannya.

Terdakwa akui apabila istri terdakwa sudah membaik dan istri terdakwa

sudah mampu untuk di bawa ke rumah sakit yang berada di luar kota ia

akan membawa istrinya untuk berobat ke luar kota.

2. Dampak dari putusan Hakim tentang larangan penanaman ganja untuk

pengobatan, ialah berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat akan

pengadilan sebagai tempat untuk mencari keadilan. Selain itu, Fidelis

dan keluarganya kehilangan Istrinya yang meninggal dunia akibat tidak

ada upaya apapun yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit Istri

Fidelis.jika berfokus pada formalitas atau kepastian hukum, memang

sudah sepantasnya fidelis dipidana sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Namun, apa yang terjadi di kasusu ini dibutuhkan penilaian

hukum secara substantif maksudnya kasus ini membutuhkan

Page 104: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

94

pertimbangan hukum yang didasari oleh akal budi, keadilan serta hati

nurani sebagai manusia. Dalam kasus ini pertimbangan asas

kemanfaatan hukum dan keadilan sangat diperlukan guna penegakan

keadilan selanjutnya.

3. Menurut Hukum Islam keadaan darurat membolehkan seseorang

melakukan upaya pengobatan dalam rangka menjaga nyawa. Darurat

disini karena sebelumnya istri terdakwa sudah menjalani upaya ke

berbagai rumah sakit dan pengobatan alternatif lainnya namun tidak ada

kemajuan sama sekali bahkan kondisinya semakin menurun. Hal-hal

yang dilarang dalam syariat boleh dilakukan jika ada kebutuhan yang

mendesak, yakni dalam suatu keadaan darurat. Yaitu sebuah keadaan

yang mana apabila ia tidak melakukan hal yang diharamkan tersebut, ia

bisa kehilangan nyawanya.

B. Rekomendasi

Setelah selesainya penulisan skripsi ini, maka kiranya penulis perlu

memberikan sumbangsih saran sebagai berikut:

1. Penyelesaian kasus narkotika sebagai obat yang mengacu pada Pasal

116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

sebaiknya dijatuhkan hukuman yang lebih mempertimbangkan hal apa

yang meringankan terdakwa. Selain itu, diharapkan hakim sebaiknya

lebih berani keluar dari aturan yang berlaku demi rasa keadilan, namun

tetap memperhatikan efek jera.

2. Pengadilan negeri sanggau sebaiknya memberikan pengobatan

alternatif kepada istri terdakwa setidaknya sampai terdakwa selesai

menjalani masa tahanannya agar istri terdakwa tidak sampai kehilangan

nyawanya serta hakim sebaiknya mempertimbangkan bawah terdakwa

masih memiliki anak kecil yang hidupnya pun bergantung kepada

terdakwa.

3. Hakim memiliki posisi sentral dalam pengadilan. Putusan hakim dalam

suatu perkara di pengadilan menggambarkan keadaan penegakkan

hukum dan keadilan suatu negara. Dalam kasus ini sebaiknya untuk

Page 105: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

95

hakim genarasi selanjutnya diharapkan menguasai juga ilmu-ilmu

dalam kajian islam terlebih untuk hakim yang muslim wajib hukumnya

untuk selalu berpegang teguh dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT

di dalam Al Quran dengan Sunnah Rasulullah Saw dan ijma para ulama

didalam menjalankan profesinya sebagai hakim agar keadilan bisa

dirasakan seluruh masyarakat.

Page 106: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

95

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abbas, Ahmad Sudirman, Dasar-dasr Masail Fiqhiyyah, Jakarta: Banyu

Kencana, 2003.

-------------------------------, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh,

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004.

Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, Jakarta: Pustaka

Azzam, 2001.

Aburaera, Sukarno, Muhadar dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan

Praktik, Jakarta: Kencana, 2013.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,

Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan

(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang

(Legalprudence), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan

Penyusunan Konsep Baru KUHP Baru), Jakarta: Kencana, 2010.

-----------------------------, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan

Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana,

2008

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Page 107: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

96

Djazuli, A, Kaidah-Kaidah Fikih(Kaidah-Kaidah Hukum Silam dalam

Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta: Kencana,

2007.

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Jakarta: Nusa

Media, 2008.

Fuadi, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Jakarta:

Kencana, 2013.

Hamzah, Andi dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,

Jakarta: Sinar Grafika, 1994.

Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undang psikotropika,

narkotika dan zat adiktif lainnya Bandung: Fokus Media, 2011.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2006.

Irfan, M. Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013.

M. Lawrance, Friedman, The Lagal System; A Social Science Perspective.

Penerjemah M. Khosim. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial,

Bandung: Nusa Media, 2009.

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta : Kencana, 2013.

Manulang, E. Fernando M., Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum,

Jakarta: Kencana, 2017.

Page 108: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

97

Mappiasse, Syarif, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, Jakarta:

Kencana, 2015.

Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.

----------------------------, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2009.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2004.

Mulyadi, dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,

Bandung: PT. Alumni, 2010.

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan

Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan zat adiktif lainnya”,

Bandung: Fokus Media, 2011.

Prasetyo, Teguh & Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum

(Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat),

Jakarta: Rajawali Pers: 2012.

Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

---------------------, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara, 2010.

Page 109: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

98

S., Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012

Santoso, M. Agus, Hukum, Moral & Keadilan, Jakarta : Kencana, 2012.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Sujono, AR dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika,

2011.

Syarif, Mujar Ibnu & Kmarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Usman, Suparman, Hukum Islam Asas-Ass dan Pengantar Studi Hukum

Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama,

2002.

Wasitaatmadja, Fokky Fuad, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum),

Jakarta: Kencana, 2015.

Putusan Pengadilan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2019 tentang Narkotika

Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor: 111/Pid.Sus/2017/PNSag.

Jurnal

Abbiyyu, Mohammad Darry, Strategi Gerakan Lngkar Ganja Nusantara

Dalam Memperuangkan Legaliasai Ganja di Indonesia, Jurnal Politik

Muda, Vol. 5.

Page 110: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

99

Abimanyu, Timur, “Perspektif Hukum Tindak Pidana Narkotik Menurut

UU No. 35 Tahun 2009 Dan Tinjauan Hukum Terhadap Jenis Katinon

Dalam Kategori Narkotik Serta Analisis Hukumnya”, Jurnal Varia

Peradilan, Vol, 29, (2013).

Amanda, Maudy Pritha, Suhadi Humaedi, “Meilanny Budiarti Santoso,

Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Subtance

Abuse)”, Jurnal Penelitian Dan PPM, Vol. 4, (2017).

Anggreni, Dewi, “Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat

Adiktif (NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu”,

Ejournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 3, (2015).

Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, Salam; Jurnal Filsafat dan

Budaya Hukum, (2014)

Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”,

MADANIA, Vol. 19, (2015)

Fadhullah, Nyak, “Kajian Kriminollogi Terhadap Penanam Ganja (Studi

Kasus Di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan

Raya”, Legitimasi, Vol. 6, (2017).

Gunarto, Marcus Priyo, “Sikap Memidana Yang Berorientasi Pada Tujuan

Pemidanaan”, Mimbar Hukum, Vol. 21, (2009).

Hikmawati, Puteri, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana

Bersyarat Menuju Keadilan Restoratif”, Negara Hukum,Vol. 7,

(2016).

Page 111: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

100

Isnaini, Enik, “Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”, Jurnal

Independent, Vol. 5.

Laksana, Andri Wijaya, “Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku

Penyalahgunaan Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi”, Jurnal

Pembaharuan Hukum, Vol. 1, (2015).

Latif, Abdul, “Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil”,

Jurnal Varia Peradilan, Vol. 2011, 26, (2011).Ahmad Mujahidin ,

“Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan,

Vol. 30, (2014).

Lepa, Victory Prawira Yan, “Pidana Pengawasan Dalam Sistem

Pemidanaan Di Indonesia”, Lex Administratum, Vol. 2, (2014).

Kholid, Abdul, dkk, “Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan Dan

Reorientasi Terhadap Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum

Pidana Di Indonesia”, Jurnal Law Reform,Vol. 2, (2015).

Kristian & Christine Tanuwijaya, “Penyelesaian Perkara Pidana Dengan

Konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dala Sistem

Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia”, Jurnal Mimbar Justitia,Vol.

1, (2015).

Muntaha, “Aspek Yuridis Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja”,

Mimbar Hukum, Vol. 23, (2011).

Prayitno, Kuat Puji, “Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia

(Prespektif Yuridis Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In

Concreto)”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, (2012).

Page 112: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

101

Putri, Dania Dan Tom Blickman, “Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi,

Produksi Dan Kebijakan)”, Drug Policy Briefing, Vol. 44.

Rosyadi, Imron, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”,

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, (2013)

S, Kusnus Goesnadi, Prespektif Moral Penegakan Hukum yang Baik, Jurnal

Hukum, Vol. 17, (2010).

Sagita, Kadek Rudi, “Model Pendekatan Restorative Justice Dalam

Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Di POLRESTA Yogyakarta”,

Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, (2016).

Satria, Hariman, “restorative justice: paradigma baru peradilan pidana”,

Jurnal Media Hukum, Vol. 25, (2018).

Sudanto, Anton, “Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia”, Adil

Jurnal Hukum,Vol. 7.

Surbakti, Natangsa, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan

hak korban tindak pidana, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, (2011).

Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu

Keutamaan, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 4, (2015).

Sujono, A. R. dan Bony Daniel, “Apa Yang Diharapkan Masyarakat Dari

Seorang Hakim”, Jurnal Varia Peradilan, Vol. 25, (2010).

Page 113: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

102

Yunita, Adelia, Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkotika Jenis Baru

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, Vol. 1, (2014).

Warsito, Dafit Supriyanto Daris, “Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika”, Jurnal Daulat Hukum, Vol.

1 (2018).

Internet

https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf

Page 114: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

NOMOR 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Sanggau yang mengadili perkara pidana dalam peradilan

tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, menjatuhkan putusan sebagai

berikut, dalam perkara terdakwa :

Nama lengkap : Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx

Surajiyo

Tempat lahir : Sanggau

Umur/ Tgl. Lahir : 36 Tahun/24 April 1981;

Jenis Kelamin : Laki­laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jalan Jendral Sudirman No 28 RT 01 RW 01

Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau;

A g a m a : Katolik;

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Terdakwa ditangkap sejak tanggal 19 Februari 2017 sampai dengan tanggal 22

Februari 2017 dan diperpanjang tanggal 22 Februari 2017 sampai dengan tanggal 25

Februari 2017 kemudian ditahan di Rumah Tahanan Negara Sanggau oleh:

1 Penyidik sejak tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan tanggal 16

Maret 2017;

2 Penyidik perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 18 Maret

2017 sampai dengan tanggal 26 April 2017;

3 Penuntut Umum sejak tanggal 19 April 2017 sampai dengan tanggal 8

Mei 2017;

4 Hakim Pengadilan Negeri Sanggau sejak tanggal 21 April sampai

dengan tanggal 20 Mei 2017;

Halaman 1 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 115: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

5 Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Sanggau sejak tanggal 21 Mei

2017 sampai dengan tanggal 19 Juli 2017;

6 Perpanjangan yang pertama oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak

sejak tanggal 20 Juli 2017 sampai dengan tanggal 18 Agustus 2017;

Terdakwa dipersidangan didampingi oleh Marcelina Lin, SH, sebagai

Penasihat Hukumnya berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 19 April 2017 dan

didaftarkan di Kepaniteraan Negeri Sanggau dengan Nomor 23/SK/V/2017/PN Sgu

tanggal 2 Mei 2017;

Pengadilan Negeri tersebut;

Setelah membaca:

• Penetapan Ketua Pengadilan Negeri .Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/

PN Sag tanggal 21 April 2017 tentang penunjukan Majelis Hakim;

• Penetapan Majelis Hakim Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag tanggal 21

April 2017 tentang penetapan hari sidang;

• Berkas perkara dan surat­surat lain yang bersangkutan;

• Setelah mendengar keterangan saksi­saksi dan terdakwa dipersidangan;

Setelah mendengar dan membaca tuntutan pidana dari Penuntut Umum tanggal

12 Juli 2017 yang menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sanggau yang

mengadili perkara ini memutuskan:

1 Menyatakan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK

Anak FX SURAJIYO bersalah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana “ menanam Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman

beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon “ sesuai dengan dakwaan kedua Penuntut Umum yakni Pasal 111 ayat (2)

UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO

Als NDUK Anak FX SURAJIYO berupa pidana penjara selama 05

(Lima) Bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan dengan perintah

agar terdakwa tetap ditahan dan membayar denda sebesar Rp.

800.000.000,00 (Delapan ratus juta rupiah) subsidair 1 (Satu) Bulan

penjara.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 116: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3 Menyatakan barang bukti berupa :

1 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah

bata terbuat dari plastik.Diberi kode 1.

2 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah

bata terbuat dari plastik.Diberi kode 2.

3 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah

bata terbuat dari plastik.Diberi kode 3.

4 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 4.

5 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 5.6 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 6.

7 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 7.

8 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 8.

9 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 9.

10 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang

didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang

didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika

Golongan I jenis tanaman ganja. Di berik kode 10.

11 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang

didalamnya terdapat cairan diduga hasil olahan narkotika jenis tanaman

ganja. Diberi kode 11.­

12 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.

13 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu.

Halaman 3 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 117: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

14 1 (alat) pengukur suhu ruangan.

15 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.

16 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai.

17 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.

18 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.

19 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.

20 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.

21 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.

22 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.

23 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.

24 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.

25 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.

26 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?.27 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.28 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.

29 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.­

30 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.­

31 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.

Dirampas untuk dimusnahkan.

1 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

Dikembalikan kepada Terdakwa.

1 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB

3235 UY.

2 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY

Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.

4 Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,­

(dua ribu rupiah).

Menimbang, bahwa atas tuntutan penuntut umum tersebut Penasihat Hukum

terdakwa mengajukan pembelaan yang disampaikan secara tertulis dipersidangan

yang pada pokoknya mohon agar Majelis hakim menjatuhkan putusan sebagai

berikut:

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 118: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 Menyatakan terdakwa Fidelis Arie Sudewarto,

tidak terbukti secara sah terlibat sebagai penyalah

guna, pengedar, dan perdagangan narkoba

sebagaimana dituntut oleh jaksa menurut pasal 111

ayat (2) Undang­Undang No 35 tahun 2009

Tentang Narkotika;

2 Menyatakan bahwa perbuatan terdakwa menanam

ganja untuk mengobati istrinya adalah suatu

perbuatan yang tergolong sebagai Overmacht

sebagaimana diatur dalam pasal 48 KUHP yang

berbunyi “Barangsiapa yang melakukan perbuatan

karena pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana”

karenanya kami bermohon kepada Majelis Hakim

agar dapat menjatuhkan Putusan Bebas Murni

kepada terdakwa Fidelis Arie Sudewarto;

3 Memulihkan nama baik terdakwa dalam harkat

martabatnya di masyarakat

4 Meminta seluruh barang bukti:

• 1 (satu) buah handphone warna hitam merk Lenovo Tab 2 A7

• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarnto.

Dikembalikan kepada terdakwa

• 1 (satu) buah motor Honda Vario warna putih Nomor Polisi KB 3235 UY

• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor Polisi KB 3235 UY

• Dikembalikan kepada saksi Tri Raman Jaya’

1 Membebankan biaya kepada Negara.

Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa juga mengajukan pembelaan

secara tertulis yang pada pokoknya menceritakan alasan terdakwa menanam dan

menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada istrinya,

Halaman 5 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 119: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terdakwa mohon keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan

kesalahannya dalam melanggar hukum tersebut;

Menimbang, bahwa atas pembelaan Penasihat Hukum terdakwa dan terdakwa

tersebut Penuntut Umum telah menanggapinya secara lisan yang pada intinya tetap

pada tuntutannya, demikian pula halnya dengan Penasihat Hukum Terdakwa dan

terdakwa yang menyatakan tetap pada pembelaanya;

Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum

didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

Pertama :

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau

setidak­tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk

dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal

Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau atau setidak­tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum

memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I

dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)

batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara­cara

sebagai berikut :

Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang

kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI

RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian

dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan

perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014

sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua

kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari

dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan

alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan

selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,

namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami

lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya

dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang

lebih 1 (satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa

membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau

istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 120: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa

pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri

Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri

serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.

Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian

Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan

cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk

mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa

peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu

pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa

mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.

Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang

yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis

Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja,

selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa

ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa

sebesar Rp 900.000,­ (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang

tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada

Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah

datang".

Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa

menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta

Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket

kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal

Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa

terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa

bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut

yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.

Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,

kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa

pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan

lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar

tumbuh sehat.

Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja tersebut Terdakwa masak bersama­sama dengan makanan yang Terdakwa masak

Halaman 7 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 121: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa

keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja

yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah

mangkok sambil Terdakwa aduk­aduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)

menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut

Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok

kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus

menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan

endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur

dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan

kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan

tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati luka­luka pada tubuh istri Terdakwa.

Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10

Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang

Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH

bersama­sama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi

rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga

narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan

istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut

keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak

dapat bergerak dan mudah shock.

Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa

kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu

Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri

Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi

DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9

(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja, setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga

Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor

Honda Vario Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik

merk D.I GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat)

pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih

yang masing­masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1

(satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­masing

didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok

makan terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 122: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

merk rinnai, 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu)

set panci alat kukus terbuat dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green

flower, 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah

buku dengan judul marijuana plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National

Geographic Indonesia Ganja Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan

judul Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow

Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual, 1 (satu) buah

buku dengan judul Cannabis Alchemy, selajutnya barang­barang tersebut berikut 1

(satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah

Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario

Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan

Nomor polisi KB 3235 UY, dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih

lanjut.

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

­ 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika jenis

ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon ganja yang

disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima) gram mengandung

Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) kantongberat Netto

4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga) gram.

­ Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika,

Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di

Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

­ 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja berat

Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram mengandung Ganja

(termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh dua) gram.

Halaman 9 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 123: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG

ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil

NEGATIF.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang

bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari

2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG

SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET

(+).

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO, telah menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau

menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1

(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon dan menggunakannnya diluar

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi

dengan surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.

Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 113 Ayat (2) UU

RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

A T A U

Kedua :

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau

setidak­tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk

dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal

Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau atau setidak­tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum

menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 124: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

atau melebihi 5 (lima) batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa

dengan cara­cara sebagai berikut :

Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang

kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI

RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian

dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan

perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014

sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua

kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari

dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan

alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan

selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,

namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami

lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya

dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang

lebih 1(satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa

membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau

istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)

pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa

pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri

Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri

serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.

Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian

Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan

cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk

mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa

peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu

pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa

mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.

Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang

yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis

Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja,

selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa

ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa

sebesar Rp 900.000,­ (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan

sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada

Halaman 11 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 125: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah

datang".

Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa

menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta

Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket

kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal

Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa

terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa

bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut

yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.

Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,

kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa

pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan

lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar

tumbuh sehat.

Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja tersebut Terdakwa masak bersama­sama dengan makanan yang Terdakwa masak

kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa

keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja

yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah

mangkok sambil Terdakwa aduk­aduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)

menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut

Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok

kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus

menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan

endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur

dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan

kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan

tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati luka­luka pada tubuh istri Terdakwa.

Berawal pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10

Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang

Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH

bersama­sama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi

rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut

Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga

narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 126: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak

dapat bergerak dan mudah shock.

Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa

kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu

Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri

Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi

DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9

(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja,

setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga Narkotika

Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario

Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I

GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat) pengukur suhu

ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1 (satu) buah

jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­masing didalamnya terdapat

carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1

(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat

pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat

dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green flower, 1(satu) buah buku

dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana

plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1

(satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan

judul canabis care manual, 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy,

selajutnya barang­barang tersebut berikut 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas

nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk

LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor

polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY,

dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih lanjut.

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika

jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon

Halaman 13 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 127: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)

gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU

RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)

gram.

• Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan

ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian

Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I),

dengan hasil sebagai berikut :

• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja

berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram

mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh

dua) gram.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG

ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil

NEGATIF.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang

bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari

2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG

SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET

(+).

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO dalam memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika

golongan I bukan tanaman dan menggunakannya diluar kepentingan pengembangan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 128: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari

pejabat yang berwenang dalam hal ini Departemen Kesehatan RI.

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, telah memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram

atau melebihi 5 (lima) batang pohon dan menggunakannnya diluar kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin

yang sah dari pejabat yang berwenang.

Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (2) UU

RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

A T A U

Ketiga :

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau

setidak­tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk

dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal

Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten

Sanggau atau setidak­tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam

Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum

menggunakan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain”. Perbuatan

tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara­cara sebagai berikut :

Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang

kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI

RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian

dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan

perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014

sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua

kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari

dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan

alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan

selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,

namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami

lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang

lebih 1(satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa

Halaman 15 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 129: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah

Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau

istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)

pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa

pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri

Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri

serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.

Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian

Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan

cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk

mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa

peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu

pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa

mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.

Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang

yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis

Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja, selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa

ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa

sebesar Rp 900.000,­ (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan

sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang

tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada

Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah

datang".

Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa

menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta

Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket

kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal

Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa

terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa

bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut

yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.

Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,

kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa

pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan

lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar

tumbuh sehat.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 130: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja

tersebut Terdakwa masak bersama­sama dengan makanan yang Terdakwa masak

kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa

keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja

yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah

mangkok sambil Terdakwa aduk­aduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)

menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut

Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok

kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus

menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan

endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur

dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan

kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan

tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati luka­luka pada tubuh istri Terdakwa.

Berawal pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10

Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang

Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH bersama­sama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi

rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut

Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga

narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan

istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut

keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak

dapat bergerak dan mudah shock.

Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa

kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu

Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri

Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi

DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9

(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja,

setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga Narkotika

Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario

Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I

GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat) pengukur suhu

ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­masing didalamnya terdapat

Halaman 17 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 131: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1

(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna

hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat

pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat

dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green flower, 1(satu) buah buku

dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana

plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1

(satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan

judul canabis care manual, 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy,

selajutnya barang­barang tersebut berikut 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas

nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk

LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor

polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY,

dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih lanjut.

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika

jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon

ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)

gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU

RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)

gram.

Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja

berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram

mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 132: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh

dua) gram.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG

ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil

NEGATIF.

Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten

Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu tanggal 20 Pebruari 2017,

yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH

Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang

bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG

SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET

(+).

Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, telah meggunakan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain

dan menggunakannnya diluar kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.

Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 116 ayat (1) UU

RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;

Menimbang bahwa atas dakwaan penuntut umum tersebut, terdakwa melalui

penasihat hukumnya mengajukan keberatan/eksepsi dan atas keberatan/eksepsi

tersebut telah pula ditanggapi oleh Penuntut Umum yang selanjutnya Majelis Hakim

telah menjatuhkan putusan sela yang amarnya sebagai berikut:

1 Menyatakan keberatan dari terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx

Surajiyo tersebut tidak diterima;

2 Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara Nomor

111/Pid.Sus/2017/PN Sag atas nama terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk

Anak Fx Surajiyo tersebut di atas;3 Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;

Halaman 19 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 133: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah

mengajukan saksi­ saksi di persidangan sebagai berikut :

1.Saksi Sudijarto.,SH dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan

dengan saksi telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa

sehubungan kepemilikan tanaman pohon ganja;

• Bahwa kejadian penangkapan terjadi pada hari minggu tanggal 19 Februari

sekira jam 10.10 wib di rumah terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28

Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau;

• Bahwa saksi mengetahui terdakwa ada menanam ganja berdasarkan

informasi dari masyarakat dan bedasarkan pengembangan yang dilakukan

karena yang bersangkutan adalah pegawai Negeri Sipil di Kesbangpol maka saksi selalu berkoordinasi dengan kepala kantor tersebut;

• Bahwa pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes urine di Kantor

Kesbangpol atas permintaan Kepala Kesbangpol dan diketahui ada dua

orang yang positif kemudian untuk terdakwa saat itu memang Negatif

selanjutnya kedua orang yang positif berserta terdakwa tersebut di bawa ke

Kantor BNN Sanggau untuk diminta keterangan dan dari situlah terdakwa

ada mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak

dijelaskan secara sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut adalah

ganja;

• Bahwa pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa bersama

terdakwa dan ditemukan tanaman ganja tersebut dirumah terdakwa dan

berdasarkan pengalaman bahwa pohon yang ditanam terdakwa tersebut

merupakan pohon ganja;

• Bahwa setelah melihat tanaman ganja tersebut terdakwa tidak langsung

diamankan karena ketika sampai dirumah terdakwa tersebut ternyata isteri

terdakwa dalam kondisi sakit dan berada disalah satu kamar rumah tersebut berbaring;

• Bahwa saksi mendapatkan penjelasan dari terdakwa bahwa ganja yang

ditanam tersebut untuk mengobati isterinya yang sedang sakit sehinga

pada saat itu saksi tidak melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan

saksi masih lagi melaporkan kepada pimpinan bagaimana tindak lanjut

dari pada perkara ini karena di TKP tersebut ada seorang isteri yang

sedang sakit keras;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 134: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa sebelumnya pihak BNN tidak mengetahui bahwa tanaman ganja

yang ditanam oleh terdakwa tersebut untuk mengobati isterinya yang

sedang sakit dan dari pihak BNN tahunya setelah kejadian ini;

• Bahwa setelah mendatangi rumah terdakwa pada tanggal 14 Februari 2017

tersebut pihak BNN tetap berupaya semaksimal mungkin menyikapi

karena secara kemanusian belum mampu untuk melakukan tindakan

karena pihak BNN memerlukan dukungan moral, dukungan moral ini juga

dilaporkan ke kepala BNNP kemudian BNN Sanggau juga menembuskan

laporan tersebut ke BNN pusat bagaimana menyikapi adanya kasus ini

petunjuk dan perintah dari pimpinan apapun alasanya ini adalah tindakan

pidana;

• Bahwa terdakwa belum pernah melaporkan ke pihak BNN Sanggau atau

menyampaikan dalam hubungannya menanam ganja tersebut;

• Bahwa pohon ganja yang ditemukan dirumah terdakwa pada saat

penindakan tanggal 19 Feruari 2017 ada 9 pohon/batang dan yang tercabut

ada 30 pohon/batang dan jumlah semuanya ada 39 pohon/batang;

• Bahwa selain pohon ganja, petugas juga menemukan buku­buku mengenai

tanaman ganja dirumah terdakwa tersebut;

• Bahwa pada saat pihak BNN datang ke rumah terdakwa tanggal 19

Februari 2017 terhadap pohon ganja sebanyak 30 (tiga) puluh batang

sudah dicabut oleh saksi Klara yang merupakan adik kandung terdakwa

dan dibawa saksi TRI RAMAN JAYA yang merupakan pacar saksi Klara

tersebut;

• Bahwa pohon yang ganja yang disita termasuk cairan yang diamankan

dirumah terdakwa yang merupakan ekstrak pohon ganja tersebut sudah

dilakukan tes di Balai Pom;

• Bahwa ekstrak ganja tersebut yang merupakan obat untuk mengobati

isterinya dengan cara dioleskan pada bagian yang luka pada tubuh

isterinya

• Bahwa hasil penyelidikan tidak ditemukan bahwa ganja tersebut dijual

kepada orang lain maupun dipakai oleh terdakwa melainkan tanaman

ganja tersebut ditaman oleh terdakwa hanya semata­mata untuk

pengobatan isterinya yang sakit;

• Bahwa terdakwa mendapatkan bibit ganja tersebut dengan cara membeli

dari seseorang melalui internet;

Halaman 21 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 135: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa terdakwa tidak ada meminta izin kepada pihak yang berwenang

terkait perbuatan terdakwa menanam ganja tersebut;

• Bahwa peruntukkan ganja tersebut adalah untuk ilmu pengetahuan bukan

untuk obat/pengobatan;

• Bahwa kurang lebih satu bulan sejak terdakwa ditahan, istri terdakwa

tersebut meninggal yaitu pada tanggal 25 maret 2017;

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa menyatakan ada yang tidak benar

yaitu ia pernah menyampaikan kepada pihak BNN Sanggau untuk mengurus masalah

tanaman ganja tersebut namun tidak ada tanggapan dari pihak BNN Sanggau dan

atas bantahan tersebut saksi menyatakan tetap pada keterangannya;

2.Saksi Klara Arinta Anak FX Surajiyo dibawah janji pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan abang

kandung saksi bernama Fidelis ditangkap dan diamankan oleh petugas

BNN Sanggau karena menanan Narkotika Jenis tanaman ganja;

• Bahwa saksi mengetahui terdakwa menanam ganja dirumah setelah

petugas BNN Sanggau datang kerumah dan menjelaskan bahwa tanaman

tersebut adalah ganja;

• Bahwa pada tanggal 19 Februari 2017 sebelum petugas dari BNN Sanggau

datang kerumah terdakwa saksi sudah disuruh terdakwa melalui telpon

untuk mencabut dan membuang tanaman ganja tersebut

• Bahwa Melaui HP abang saksi mengatakan kepada saksi “Dik kamu

dimana posisi, kamu kerumah sekarang, cabut tanaman obat yang dilemari

tu terus dibuang sekarang, kemudian saksi jawab dirumah, emang kenapa

dibuang lalu abang saksi bilang pada saksi dengan nada agak marah “udah

jangan banyak tanya dibuang saja karena saksi merasa takut lalu saksi

pergi kerumah abang saksi yang berjarak 15 meter – 20 meter dari rumah

saksi tersebut;

• Bahwa tanaman pohon ganja yang saksi cabut dengan cara batangnya

saksi patahkan satu­persatu lalu saksi masukan ke dalam kantong plastik

kresek warna hitam setelah itu saksi masukan lagi ke dalam karung plastik

warna putih karena saksi pikir tanaman tersebut tanaman obat yang untuk dibuang lalu saksi suruh pacar saksi membawa pergi tanaman yang ada

didalam karung tersebut dan tidak lama kemudian petugas dari BNN

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 136: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sanggau datang dan meminta pacar saksi untuk pulang dan membawa

pohon ganja yang ada dalam karung platik yang dibawa tersebut;

• Bahwa saksi tidak pernah melihat orang asing datang atau berkunjung

kerumah terdakwa;

• Bahwa terdakwa tidak pernah cerita pada saksi bahwa tanaman yang

ditanamnya tersebut tanaman ganja hanya dia pernah bilang bahwa

tanaman yang ditanamnya tersebut adalah tanaman obat;

• Bahwa Isteri terdakwa kemudian dirawat dirumah sakit Sanggau dan

kurang lebih satu bulan sejak terdakwa ditahan, istri terdakwa tersebut

meninggal yaitu pada tanggal 25 maret 2017;

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;

3.Saksi Tri Raman Jaya Bin Miswar dibawah sumpah pada pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan

dengan terdakwa Fidelis ditangkap dan diamankan oleh Petugas dari BNN

Sanggau karena kedapatan menanam pohon ganja;

• Bahwa pada saat terdakwa diamankan saksi sedang berada dijalan

menggunakan sepeda motor Vario Putih No.Pol KB. 3235 UY milik saksi;

• Bahwa saksi pernah dimintai tolong oleh saksi Klara untuk membawa

karung plastik warna putih yang berasal dari dalam rumah terdakwa akan

tetapi tidak lama kemudian saksi diminta kembali lagi;

• Bahwa saksi tidak tahu isi karung yang disuruh saksi Klara bawa tersebut

dan karung tersebut saksi masukan dalam jok motor;

• Bahwa saksi tidak ada menanyakan kepada saksi Klara barang tersebut apa

dan akan dibawa kemana;’

• Bahwa saksi mengetahui barang yang saksi bawa tersebut adalah ganja

setelah di Kantor BNN Sanggau;

• Bahwa saksi tahu isteri terdakwa sakit karena saksi pernah menjengguknya

namun terdakwa tidak pernah cerita kalau terdakwa mengobati isterinya

dengan menggunakan ganja;

• Bahwa saksi dengar isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sum­sum

tulang belakang dan ada borok dibelakang tubuhnya;

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;

Menimbang, bahwa masih ada keterangan dari saksi yang harus didengar,

namun oleh karena Penuntut Umum telah melakukan pemanggilan dengan cara yang

Halaman 23 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 137: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sepatutnya, akan tetapi ternyata saksi tersebut tidak datang menghadap kemuka

persidangan dan tidak ada jaminan dari Penuntut Umum dapat menghadirkannya

kembali, maka atas permintaan Penuntut Umum serta persetujuan dari terdakwa,

keterangan saksi kepada penyidik yang selengkapnya terurai dalam BAP (Berita

Acara Pemeriksaan) saksi yang disumpah atas nama Dimitri Indastri Putra dibacakan

dipersidangan:

• Bahwa saya diperiksa sekarang ini sehubungan dengan saya telah

melakukan penangkapan terhadap orang kedapatan menanam, memelihara,

memiliki, menyimpan, menguasai, memproduksi Narkotika jenis Tanaman dan menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain;

• Bahwa dapat saya jelaskan bahwa saya bersama rekan­rekan melakukan

penangkapan terhadap Sdr FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK

Anak FX SURAJIYO saat itu pada hari Minggu sekira jam 10.00 wib.

Dirumah Sdr FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX

SURAJIYO Jin Jenderal Sudirman No.28 Rt.001 Rw.001 Kelurahan Bunut

Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.

• Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira jam 09.45

wib Sdr.Sudijarto, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang

Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO

yang menanam ganja dirumahnya. Selanjutnya Sdr.Sudijarto, SH selaku

Kasi Berantas BNN Kabupaten Sanggau mengumpulkan kami selaku

anggota BNN Kabupaten Sanggau dan memberikan arahan kepada kami

kemudian Sdr. Sudijarto, SH bersama­sama dengan Sdr. Eko Wahyudi dan

Sdr. salbani pergi ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO yang dimaksud namun saya menunggu di

kantor BNNK Sanggau saat itu dan tidak lama kemudian saya melihat Sdr.

Sudijarto,SH datang ke kantor BNNK Sanggau dengan membawa seorang

laki­laki yang kemudian saya ketahui bernama Sdr. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO bersama­sama dengan

seorang laki­laki yang bernama Sdr. YACOB HORHORUW selaku Lurah

kemudian saya bertanya kepada Sdr. Sudijarto,SH dengan mengatakan

"Sdr. EKO WAHYUDI DAN SDR. SALBANI DIMANA PAK?" dan Sdr.

Sudijarto,SH menjawab "Sdr. EKO WAHYUDI DAN SDR. SALBANI SAYA PERINTAHKAN UNTUK MENGAWASI DAN MEMONITOR

RUMAH TERSANGKA setelah itu kami melakukan Interogasi terhadap

Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO di

Kantor BNN Kabupaten Sanggau lalu pada saat diinterogasi ketika itu Sdr.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 138: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO

meminta ijin untuk buang air kecil kemudian saya mengantar Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO ke WC

kantor BNNK Sanggau dan pada saat Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO

Alias NDUK anak FX SURAJIYO di dalam WC tersebut saya mendengar

seperti suara Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX

SURAJIYO sedang menelpon seseorang dan tidak lama kemudian Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO keluar

dari WC lalu kami kembali lagi ke ruang pemeriksaan untuk melanjutkan

interogasi yang kemudian sekira Jam 10.53 wib Sdr.Sudijarto, SH

menerima telpon setelah itu Sdr. Sudijarto, SH memberitahukan kepada

saya dengan mengatakan "Sdr. Eko Wahyudi nelpon saya dan dia

mengatakan bahwa melihat ada seorang laki­laki dan seorang perempuan

sedang melakukan aktivitas mencurigakan di rumah Sdr. FIDELIS ARIE

SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO tersebut" yang

kemudian Sdr. Sudijarto,SH mengajak saya dan pak Lurah Sdr. YACOB

HORHORUW untuk pergi menuju ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO dan sesampainya kami

di rumah tersebut sekira jam 11.00 wib dan saya melihat ada seorang

perempuan yang kemudian saya ketahui bernama Sdri. KLARA ARINTA

Alias KLARA Anak FX SURAJIYO yang merupakan adik kandung Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO

didalam rumah tersebut dan kemudian dengan disaksikan oleh pak Lurah

Sdr. YACOB HORHORUW dan Sdri. KLARA ARINTA lalu kami

melakukan penggeledahan di dalam rumah tersebut dan menemukan 9

(sembilan) batang pohon tanaman yang ditanam didalam pot plastic diduga

narkotika Golongan I Jenis tanaman ganja di dapur rumah Sdr. FIDELIS

ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO. Selanjutnya

Sdr.Sudijarto, SH bertanya kepada Sdri. KLARA ARINTA Alias Klara

Anak FX SURAJIYO dengan kata­kata kurang kebih "mana tanaman

ganja lainnya?" kemudian dijawab oleh Sdri. KLARA ARINTA Alias

Klara Anak FX SURAJIYO dengan kata­kata kurang lebih" tanaman ganja

apa pak? tidak ada tanaman ganja?" kemudian Sdr.Sudijarto,SH bekata

kepada Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX SURAJIYO

dengan kata­kata kurang­lebih "tanaman yang seperti ini, yang memiliki

ciri­ciri sama seperti ini? (sambil memperlihatkan 9 (sembilan) batang

tanaman ganja yang ditanaman dialam pot yang petugas ditemukan di bagian dapur rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK

Halaman 25 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 139: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

anak FX SURAJIYO)" kemudian Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA

Anak FX SURAJIYO menjawab dengan kata­kata kurang lebih "ada dan

tanaman lainnya telah dibawa teman dari Sdri. KLARA ARINTA Alias

KLARA Anak FX SURAJIYO yang bernama sdr TRI RAMAN JAYA

Alias TRI Bin MISWAR". Selanjutnya Sdr.Sudijarto,SH memerintahkan

Sdri. KLARA ARINTA Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk

menghubungi Sdr. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan

memerintahkan membawa kembali tanaman tersebut. Selanjutnya sdr. TRI

RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR datang kerumah Sdr. FIDELIS

ARIE SUDEWARTO, Alias NDUK anak FX SURAJIYO dengan

mengendari sepeda motor Honda Vario Warna Putih Nopol KB 3235 UY.

Selanjutnya dilakukan penggeledahan terhadap sepeda motor Honda Vario

Warna Putih Nopol KB 3235 UY tersebut dan didalam jok motor

didapatkan 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai

yang dialamnya terdapat kantong plastik warna hitam yang didalamnya

terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika jenis tanaman

ganja. Kemudian saya bersama­sama petugas BNN Kabupaten Sanggau melanjutkan penggeledahan terhadap rumah tersebut dan meminta Sdr.

TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan Sdri. KLARA ARINTA

Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk ikut menyaksikan proses

penggeledahan. Kemudian barang­barang bukti dibawa ke kantor BNN

Kabupaten Sanggau untuk dilakukan proses lebih lanjut. Setiba di kantor

BNN Kabupaten Sanggau saya bersama sama dengan Sdr. Sudijarto

memperlihatkan seluruh barang bukti yang saya amankan saat melakukan

penggeledahan dirumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK

anak FX SURAJIYO kepada Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias

NDUK anak FX SURAJIYO dan Sdr.Sudijarto bertanya kepada Sdr.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO dengan

kata­kata kurang lebih" milik siapa seluruh barang barang bukti ini?

kemudian dijawab oleh Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK

anak FX SURAJIYO "KESULURAHAN BARANG YANG BAPAK

TUNJUKAN KEPADA SAYA ADALAH MILIK SAYA, TERKECUALI

SEPEDA MOTOR HONDA VARIO WARNA PUTIH NOPOL KB 3235

UY DAN 1 (SATU) BUAH STNK DENGAN NOMOR POLISI KB 3235

YANG MERUPAKAN MILIK SDR. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin

MISWAR".

Atas keterangan saksi yang dibacakan tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 140: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa telah mangajukan saksi­saksi yang

meringankan (Ad De Charge) yaitu sebagai berikut:

1.Saksi Antonius, dibawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

• Bahwa saksi adalah atasan terdakwa di Kesbangpol;

• Bahwa selama mengerjakan tugas dikantor terdakwa termasuk baik;

• Bahwa selama bekerja di Kesbangpol terdakwa tidak pernah punya

masalah dengan pegawai yang lain;

• Bahwa pada tahun 2016 kantor saksi pernah melakukan tes urine atas

inisiatif sendiri dan menindaklanjuti program pemerintah, saksi

mengharapkan agar staf saksi semua terbebas dari Narkotika dan tidak ada

indikasi lain;

• Bahwa dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) pegawai dikantor saksi

yang positif narkotika dan terdakwa tidak termasuk yang positif tersebut;

• Bahwa kedua orang pegawai yang positif narkoba tersebut tidak ada

hubungannya dengan terdakwa;

• Bahwa terdakwa pernah menyampaikan tentang kondisi isterinya yang

tidak sehat dan saksi juga pernah kerumah terdakwa dan melihat keadaan

isteri terdakwa yang saat itu saksi lihat dalam kedaan sakit dan berbaring

didalam kamar;

• Bahwa saksi pernah menyarankan supaya terdakwa mencari pengobatan

Alternatif;

• Bahwa terdakwa pernah manyampaikan kepada saksi bahwa penyakit

istrinya tersebut hanya bisa diobati dengan ganja;

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan

membenaarkannya; 2.Saksi Trisna Rizano, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

berikut:

• Bahwa saksi adalah ketua RT dilingkungan terdakwa tinggal;

• Bahwa jarak rumah saksi dengan rumah terdakwa sekitar 50 sampai 60

meter

• Bahwa saksi mengetahui istri terdakwa menderita sakit namun Persisnya

penyakit yang diderita isteri terdakwa saksi kurang tahu hanya saksi tahu

isteri terdakwa menderita lumpuh dan ada luka pada bagian belakang dan

yang saksi ketahui isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sum­sum

tulang belakang;

Halaman 27 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 141: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa saksi pernah menjenguknya namun pada saat itu saksi tidak masuk

hanya isteri saksi yang masuk dan melihat isteri terdakwa yang ada

didalam kamar dalam keadaan berbaring serta tidak dapat bergerak;

• Bahwa pada saat penangkapan terhadap terdakwa tersebut saksi sedang

sedang diluar tidak menyaksikannya;

• Bahwa saksi tidak tahu kalau terdakwa ada menanam ganja karena selama

kerumah terdakwa saksi tidak melihat sesuatu yang mencurigakan;

Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;

Menimbang bahwa dipersidangan, terdakwa telah pula mengajukan ahli yang

bernama DR. Sy. Asyim Azizurrahman,SH.M.Hum dibawah sumpah pada pokoknya

memberikan pendapat sebagai berikut:

• Bahwa tujuan penegakan hukum tersebut ada tiga hal pertama harus dilihat

kepada kepastian hukum, kedua keadilan hukum dan ketiga kemanfaatan

hukum dalam kapasitas kepastian hukum adalah penerapan norma­norma

sesuai secara legal yang memenuhi unsur­unsur dari tindak pidana disisi

lain kalau dia ada pertentangan asas kepastian hukum maka yang harus

diutamakan haruslah keadilan hukum walaupun dalam kepastian hukum

adalah norma yang secara limit maka yang harus diutamakan adalah

kepastian hukum berikutnya kalau ada pertentangan antara kepastian

hukum dengan keadilan hukum dan kemanfaatan hukum maka yang

diutamakan adalah kemanfaatan hukum karena dalam kapasitas tertentu

dalam kasus tindak pidana itu pasti ada sifat hukum yang walaupun ia

tidak identik dengan kesamaan yang pasti ada perbuatan hukum dan

sifatnya melawan hukum. Sebagai contoh ada suatu kasus yang sudah

berusaha dalam kapasitas melakukan pengobatan baik secara medis dan non medis berarti ada jalan terakhir yang kapasitas apakah itu kapasitas

sebagai Nostan atau kapasitas over kobelatif ini yang perlu dicerna

tentunya Majelis Hakim harus dapat melihat dalam posisi Kostan yang

dalam hal ini penghapusan atau kemanfaatan dalam kapsitas kalau dia

secara kepastian hukum unsur­unsurnya tentunya harus melihat apakah

perbuatannya sudah sesuai atau tidak.

• Bahwa kita harus melihat unsur tindak pidana dalam unsur tindak pidana

ada unsur objektif dan subjektif, unsur objektif adalah suatu perbuatan

yang dalam arti apakah dia melanggar suatu kewajiban atau larangan yang

kedua harus ada unsur akibat dan keadaan, akibat harus ada dalam delik

yang sifatnya Materiil, unsur kedua dalam posisi tertentu bisa dalam posisi

penghapusan pemidanaan atau penghapusan dalam eksekusi dan azas sifat

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 142: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dalam kategori subjektif ada unsur pertanggungjawaban pidana atau unsur

kaitan dengan unsur kesalahan dengan kaitan pertanggung jawaban pidana

dan kita mengenal ada empat kategori hukum pidana berkaitan dengan

pertanggung jawaban pidana dalam kapasitas tertentu ada beberapa

undang­undang yang mengandung Mensbility namun pasal­pasal yang lain

mengandung Sosialbility dan masing­masing dalam sistem pertanggung

jawaban yang berbeda;

• Bahwa terkait dengan tindak pidana Narkotika dan hal ini tergantung mana

pasal yang didakwakan, berikutnya ada sifat menghukum dan kalau kita lihat sifat menghukum ini ada kaitan dengan formil dan materiil, yang

formil adalah secara korbolatif termuat dalam pasal­pasal tertentu yang

memang menyangkut azas legalitas, paham legalitas ini atau kaitan azas

legalitas ini harus termuat dalam rumusan pasal­pasal tertentu, tetapi

sebaliknya ada juga penghukuman secara materiil yang tidak termuat

dalam rumusan pasal dalam hal ini mengandung 2 kategori ada fungsi

Negatif dan ada fungsi positif kalau dia pungsi negatif ada suatu undang­

undang baik itu sifatnya larangan ataupun kewajiban yang dilanggar tapi

ini dalam hal azas kepatutan tidak bisa dikenakan tetapi ada yang positif

walaupun tidak ada aturan tertentu dalam suatu undang­undang secara

limitif dan normatif ia dapat dikenakan karena azas kepatutan dalam

masyarakat yang identik dengan nilai­nilai hukum karena hukum itu ada

yang tertulis dan tidak tertulis ia bisa dilakukan penerapan hukum

berikutnya harus ada unsur kesalahan walaupun tidak secara normatif tidak

secara tegas jelas ada dalam rumusan yang regalitas dimasukan dalam

rumusan pasal.

• Bahwa adanya Dolus atau kesengajaan terbagi dalam tiga kategori ada

yang Dolus secara tujuan ada Dolus gagal kemungkinan ada Dolus sebagai

kepastian tentunya dalam kapasitas ini tidak bisa ditemukan dalam

rumusan pasal karena ini secara teori Majelis Hakimlah yang dapat

menilai apakah perbuatan itu termasuk sengaja sebagai kepastian, sengaja

sebagai kemungkinan atau sengaja sebagai tujuan masing­masing berbeda

dalam taraf atau kadar pemidanaannya haruslah berbarengan terhadap

sangsi atau ancaman sengaja sebagai kemungkinan atau sengaja sebagai

tujuan haruslah lebih ringan sebagai kemungkinan dari pada sengajan

sebagai tujuan dalam hal kapasitas tertentu sangsi sengaja sebagai

kemungkinan ini hampir identik dengan Culpa dalam arti lata.

Halaman 29 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 143: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Dalam kapasitas tertentu selain sengaja ada kelalaian atau kealpaan, Culpa

terbagi dua katagori yaitu Lepis atau Lata yang terberat Lata dalam

kapasitas ini untuk memenuhi apa yang telah diungkap secara ilustrasi

perbuatan ini masuk tidaknya dalam unsur pidana kalau dia masuk perlu

dipertimbangkan juga sifat menghukumnya apakah sifat menghukumnya

secara formil atau secara materiil selain itu juga menjadi pertimbangan

apakah tujuan hukum hanya semata­mata menghukum atau mencari

keadilan atau mencari kemanfaatan tentunya dalam hal ini dan dalam

kapasitas tertentu dilihat aturan yang menjembatani secara Yuridis atau pilsolofis kalau kita melihat Undang­undang Narkotika bahwa landasan

filsolofis dalam suatu rumusan. Menimbang adalah untuk pengobatan

dalam kapasitas pengaturan dan tidak ada penyalah gunaan dan dari sini

dapat dicerna ada hal­hal dan tujuan mulia dari undang­undang tidak

hanya dalam arti kafasitas pemidanaan tapi juga melihat bagaimana

penyalahgunaan dalam kapasitas tertentu karena kalau dilihat Undang­

undang Narkotika pada prinsipnya dibolehkan asal tidak disalah gunakan

dalam hal ini kalau kita melihat rumusan­rumusan yang ada dalam

Undang­undang Narkotika ada pertanggung jawaban, gambaran

sepenuhnya itu dinilai kepada modus operandi yang dilakukan tentunya

ada suatu perbuatan yang memang sudah dilakukan yang dilarang oleh

Undang­undang ada usaha secara medis atau non medis dan dilakukan

bukan untuk menguntungkan diri sendiri;

• Bahwa dalam pasal 3 Undang­undang Narkotika dari huruf a sampai huruf

h suatu posisi a adalah azas keadilan disamping itu juga ada azas kepastian

hukum kalau dilihat dari sisi dalam suatu penelusuran perbuatan dari suatu

norma hukum pidana pengaturan tentang letak kata ada tujuannya,

sehingga tujuan Narkotika tersebut tujuan utamanya adalah azas keadilan

makannya makna utamanya adalah untuk melaksanakan fungsi keadilan;

• Bahwa setiap perbuatan yang dikatagorikan perbuatan hukum pasti ada

unsurnya niat yang dikatagorikan niat jahat disini karena untuk suatu

tindak pidana kejahatan pasti ada niat dan kesempatan dalam kapasita niat

ini tidak bisa kita tanyakan kepada sesorang apakah momennya pencurian dan tidak bisa dinilai atau kita percaya saja dengan niat tertentu tetapi

harus dilihat pada modus operandinya bagaimana sih perbuatanya

sehingga tergambar niat yang ada maka diilustrasikan bahwa sudah

dilakukan secara medis dan non medis nah niat terakhirnya apa sih untuk

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 144: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menggunakan kaitan dengan Narkotika apakah ada niat jahatnya atau tidak

walaupun dalam kapasitas tertentu perbuatannya sudah ada dan sudah

terjadi niat ini sebagaimana diungkapkan tadi ada perbuatan menanam ada

perbuatan menggunakan dan tujuan apa dibalik perbuatan tersebut pasti

ada niat dan tujuan, tujuan jahat inilah yang dikemukakan yang di

aplikasikan secara normatif yang diaplikasikan dengan penjabaran niat.

Kausalitas di Indonesia yang menggunakan teori Relevansi dalam

kapasitas tertentu ada niat yang dijelmakan dalam suatu perbuatan, tidak

mungkin suatu perbuatan tanpa ada niat walaupun itu dalam kapasitas

adanya suatu perbuatan yang dikatagorikan kelalaian atau kealpaan/kurva,

sehingga kalau dalam kapasitas tertentu apakah niat jahat ini bisa

mengakomodir kesemua perbuatan dalam suatu tindak pidana sehingga

harus digambarkan selain niat ada tempus dan lopus delekti dalam

kapasitas tertentu unsur­unsur tindak pidana harus juga meliputi niat

tempus dan lopus sehingga ada suatu rumusan secara komulatif yang harus

di penuhi suatu unsur tindak pidana sehingga baru bisa diminta

pertanggung jawaban secara pidana;

• Bahwa untuk melihat pertanggung jawaban pidana harus dilihat pertama

sistem pertanggung jawaban pidana dalam suatu Undang­undang, dalam

suatu undang­undang juga terdapat berbagai sistem pertanggung jawaban

pidana dalam suatu rumusan pasal­pasalnya yang mana pasal yang

didakwakan dan yang mana pasal itu juga dilakukan itu harus dilihat dulu

pasal itu termasuk rumusan sistem pertanggung jawaban yang mana

apakah dia menstrability, rumusan pasal­pasal inilah baru dicerna barulah

bisa menganalisa dan mencermati apakah pertanggung jawaban kalau

tujuan untuk melakukan kejahatan tetapi untuk tujuan melakukan

kemanfaatan sehingga gambaran tersebut harus dicerna kalau didalam

kapasitas menstability harusnya dilihat unsur kesalahannya apakah

kesalahan tersebut dilakukan dengan sengaja atau kelalaian kalau dilakukan dengan sengaja dan kesalahan yang disengaja baggaimana kalau

dalam kapasitas tertentu di Indonesia memang ada dua ketentuan tapi

kalau dilihat sejarah di Inggris dalam kapasitas tertentu ada kesempurnaan

ini maknanya dari niat apa yang ingin dilakukan suatu perbuatan orang

berjalan keluar maksudnya untuk apa disini haruslah diinplementasikan

dengan perbuatan, khususnya dalam kapasitas Narkotika walaupun dalam

keadaan tertentu, Narkotika dalam pasal 1 huruf a dijelaskan bahwa itu

adalah fungsinya untuk pelayanan kesehatan atau untuk pengobatan dan

untuk ketertiban dan sebagainya, sehingga yang berlaku adalah undang­

Halaman 31 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 145: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

undang Narkotika bukan tindak pidana Narkotika maka yang dikaitkan

penyalahgunaaan Narkotikalah maka itulah tindak pidana Narkotika

gambaran seperti itu kalau dipertanyakan kepada saya apakah bisa

dipertanggung jawabkan maka harus ditemukan dulu unsur dan sistim

tindak pidana terhadap pasal yang didakwakan tersebut;

• Bahwa Penyalahgunaan Narkotika itu berkaitan dengan perbuatan jadi

kata­kata dalam rumusan pasal­pasalnya adalah rumusan normatifnya

dalam rumusan normatif pasti ada dengan subjek hukumnya dan objek

hukumnya, pasti ada sifat hukumnya, pasti ada unsur perbuatannya, pasti ada ancaman pidananya kalau dalam katagori ada spekasi tertentu yang

siapa subjek hukumnya yang diancam dengan pasal tertentu, ini tentunya

ada rumusan normatifnya rumusan pasal itu apakah ada perbuatan, siapa

yang sebagai subjek hukumnya kalau tidak salah kaitan subjek hukum bisa

berkaitan dengan orang, bisa berkaitan orang, persorangan sehingga dari

sini kita dapat melihat ada sistim pertanggung jawaban kaborasi, kalau kita

lanjut dengan sistim rumusan pasal, itu tanpa hak dan melawan hukum

disini maknnanya kita lihat pencernaan rumusan atau kata ini sistim

pertanggung jawaban menstrialbriti sehingga rumusan dalam pasal ini

dilihat didasari kepada sistim pertanggung jawaban pidana yang

menstribility dalam kapasitas ini haruslah ada unsur kesalahan, unsur

kesalahan itu dilihat apakah dia itu sengaja atau lalai selain itu ada sifat

hukum formil atau materiil kalau dia formil tentunya harus dilihat/

tergambar dalam rumusan pasal itu kalau dia materiil bagaimana rumusan

apakah rumusan azas kepatutan yang bisa memposisikan atau

menegatifkan disinilah letak dalam menganalisa masing­masing aparat

hukum termasuk Advokat, Penuntut umum dan Hakim untuk mencermati

apakah sistem pertanggung jawaban dalam sistim sifat melawan hukum

dari suatu perbuatan ini termasuk dalam rumusan sifat melawan hukum

yang mana sehingga rumusannya harus secara komulatif untuk mempertimbangkan serta untuk menentukan sifat keadilan;

• Bahwa azas kepatutan dapat dinilai dari norma­norma hukum yang tidak

tertulis karena hukum itu ada yang tertulis dan tidak tertulis dalam

kapasitas tertentu untuk melihat sesuatu perbuatan dari pada niat atau

tujuan apakah niat tersebut ada niat jahat atau tidak ini akan mempunyai

korilasi dengan perbuatan yang dilakukan apakah niat tadi menanam atau

melakukan suatu pengobatan dan berkaitan dengan niat jahat atau tidak

tujuan utamanya adalah untuk melakukan suatu pemanfaatan bahwa sudah

ada suatu upaya yang secara medis maupun non medis sudah dilakukan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 146: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tinggal jalan terakhir upaya yang sifatnya dalam keadaan tertentu akan

memaksa ia mencermati adanya suatu informasi yang berkaitan dengan

melakukan suatu perbuatan yang memang secara normatif dalam kapasitas

ini apakah yang niatnya yang bisa dikatagorikan sebagai kondisi

mendesak dalam kaitan itu ita bisa nilai ada konstan yang bertentangan

dengan hukum, kalau kita lihat ini ada pertentangan antara kewajiban

hukum dan kepentingan hukum yang mana harus diutamakan, tentunya

untuk mengutamakan berbalik lagi dengan tujuan hukum tentunya melihat

tentang kapasitas hukum apabila ada aturan disinilah letaknya kepastian

hukum itu;

• Bahwa tujuan hukum ada tiga yaitu kemanfaatan, keadilan dan kepastian

dan Kalau melihat dari ketiga tujuan tersebut yang diutamakan azas

kemanfaatan karena dalam kapasitas tertentu ketertiban suatu hukum dia

tidak bisa terbangun tanpa adanya suatu kesamaan pemikiran dalam arti

upaya tujuan sosial hukum adalah bagian dari masyarakat sosial dalam

hukum itu ada konteks sosial, konteks sosial terbagi adanya wan pastaen

dalam arti konteks kesejahteraan masyarakat adanya kaitan politik atau

kebijakan dan kaitan perlindungan masyarakat, kaitan dengan

kesejahteraan masyarakat disini dan ini diutamakan untuk ketertiban dan

membangun masyarakat supaya nyaman dan tentram terkait dengan

perlindungan masyarakat ini adanya suatu upaya penal dan non penal

dalam kapasitas tertentu hukum pidana ini adalah salah satu sarana untuk

melaksanakan upaya penal tetapi dalam kapasitas lain ada upaya non penal

sehingga dalam kaitan dengan suatu upaya hukum. Contoh ada larangan

membunuh ini maknanya bukan dalam arti mengancam seseorang untuk

dia menderita walaupun dalam prinsifnya dalam tujuan hukum itu paling

tidak ada unsur penderitaan tetapi kalau kita lihat dalam azas hukum itu

adalah pengayoman walaupun kenyataannya masih berbantahan orang

yang dipidana tersebut pada dasarnya menderita tetapi disana ada masalah pengayoman kaitan dengan itu maka dalam kapasitas orang dilarang misal

dalam pasal 338 pada prinsipnya adalah prinsif pengayoman perlindungan

terhadap jiwa seseorang karena kepentingan hukum itu ada kepentingan

Negara, ada kepentingan umum masyarakat dan ada kepentingan individu

kapasitas orang dilarang tidak boleh mencuri untuk perlindungan harta

benda orang lain sehingga untuk rumusan larangan itu untuk perlindungan

yang berkaitan dalam masyarakat kapasitas tertentu bahwa kalau dia

dilindungi dengan upaya non penal tentunya harus didahulukan upaya non

penal tapi kalau tidak bisa upaya non penal harus dilakukan dengan upaya

Halaman 33 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 147: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

penal sehingga dalam kapasitas tertentu upaya penal inilah sebagai suatu

penjelmaan dari proses propentifnya diupayakan supaya ini tidak terjadi

dalam suatu masalah tindak pidana karena apa dalam kasus pembunuhan

seseorang sudah dibunuh dan negara sudah menghukum tapi paling tidak

orang yang didekatnya pasti ada balas dendam dan kebencian tidak

mungkin itu tidak ada karena manusia itu mahluk sosial tidak mungkin

dalam kapasitas ini walaupun dari salah satu keluarga korban mungkin

hukuman tersebut terlalu ringan tapi dari sisi pelaku, hukuman tersebut

terlalu berat disini ada suatu pertentangan yang mana sih tentunya masalah

keadilan dan kontrabusi, makanya ada beberapa pendapat terkait dengan

bagaimana tujuan keadilan itu sehingga dipertemukanlah kalau dia bergaul

inilah tujuan keadilan yang sebenarnya, makanya sekarang keskoratif

diutamakan dalam arti bagaimana mengarahkan penjelmaan masalah

keadilan itu sendiri kaitan dengan itu kalau dipertanyakan kepada saya

kalau ada pertentangan antara kepastian hukum dengan kemanfaatan

hukum maka yang harus didahulukan adalah kemanfaatan hukum, kalau

ada pertentangan antara keadilan hukum dengan kemanfaatan hukum maka yang diutamakan adalah kemanfaatan hukum, kalau ada

pertentangan antara keadilan dengan kepastian hukum harus dimenangkan

keadilan hukum makanya pengadilan itu namanya keadilan/pengadilan

bukan memastikan kalau dia dalam kapasitas tujuannya hanya kepastian

hukum dia hanya tunduk pada Undang­undang makanya Hakim diberi

wewenang untuk mengali, mencermati, menganalisis sehingga walaupun

dalam kapasitas pasal 1 ayat 1 azas legalitas masih mengartikan itu azas

legal secara formil tapi dibalik itu ada azas legal sifatnya materiil dalam

kaitan ini karena hukum itu ada yang tertulis dan tidak tertulis tentunya

masalah keadilan ini berkaitan dengan masyarakat, masalah kepastian

hukum berkaitan dengan Negara. Hukum berlaku dalam ruang lingkup

masyarakat disitulah letaknya walaupun dalam kepastian hukum ada

tujuan untuk ketentraman tapi kita harus melihat kepada konstan kaitan

dengan pemberlakuan karena dalam kaitan dengan rumusan Undang­

undang harus dia terpenuhi 3 unsur tersebut yaitu ada Filosopis, sosiologis

dan yuridis tidak musti dia hanya berkaitan dengan yuridis karena dalam

hal ini Undang­undang itu saja bisa berubah dalam suatu keadaan tertentu

karena perubahan tersebut didasari nilai­nilai fisiologis dan sosiologis

makanya mungkin hari ini Undang­undang dilarang, besok hari sudah

dirubah itu juga terbukti dalam pasal1 ayat 2 kalau misal ada perubahan maka yang lebih diutamakan adalah yang menguntungkan terdakwa;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 148: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa hukum itu berkaitan dengan fungsi atau kebijakan politik ia terbagi

dalam kebijakan ada kebijakan politik ada kaitan dengan unsur

kesejahteraan masyarakat dan kapasitas ini tentunya yang diutamakan

antara masyarakat mana unsur pertama dengan perlindugan adalah yang

pertama dan yang kedua baru perlindunggan masyarakat dan yang ketiga

perlindungan individu kaitan dengan itu maka dalam kapasitas tertentu

tidak hanya dalam kapasitas pelayanan Negara terhadap masyarakat

sehingga upaya pelayanan itu bisa dari Undang­Undang, bisa dari Fasilitas

baik dari fisik maupun mental dan dalam kapasitas tertentu nilai­nilai yang diutamakan adalah kesejahteraan masyarakat;

• Kalau dilihat dari Undang­undang Narkotika sebagaimana konsiliasinya

Narkotika adalah untuk pelayanan kesehatan untuk obat dan untuk

ketertiban supaya jangan ada penyalah gunakan. Undang­undang

Narkotika tidak seperti Undang­undang lainnya ia adalah tentang

pengaturan, maka ada kaitan dengan pelakunya bukan tindak pidana

Narkotika maka di aturlah Narkotika itu apa, baru ia dikatakan dengan

tindak pidana Narkotika apabila penyalah gunaan dari pengaturan

Narkotika tadi maka dalam kaitan ini niat apa sih yang berkaitan dengan

suatu upaya penanaman tandi niat ini yang di akumulasikan masuk tidak

dia dengan kausalitas sistem terori Relafansi tadi dengan perbuatan jahat.

Dalam kapasitas tertentu tujuan untuk apa karena dalam perbuatan pasti ada tujuan tidak mungkin orang melakukan sesuatu tanpa tujuan dan pasti

ada tujuan apakah tujuan itu disadari atau tanpa disadari, tujuan inilah

yang melakukan suatu perbuatan sehingga tujuan inilah membuat suatu

keadilan tapi kalau untuk keadilan harus dilihat dari unsur dan niat yang

diniat atau modus operandinya dan hasilnya apa sehingga dia harus

komulatif melihat dari niatnya tersebut tadi;

• Bahwa tujuan suatu pempidanaan adalah Pertama untuk menjerakan

seseorang. Kedua untuk supaya menanggulagi kejahatan dan yang ketiga

dalam jangka panjang untuk mensejahterakan masyarakat;

Atas keterangan ahli tersebut terdakwa menyatakan tidak keberatan;

Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa terdakwa mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan

dengan terdakwa menanam ganja sebanyak 39 batang pohon;

Halaman 35 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 149: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa terdakwa menanam pohon ganja tersebut kurang lebih pada bulan

Mei tahun 2016;

• Bahwa terdakwa menanam ganja karena isteri terdakwa menderita sakit

semenjak tahun 2013 bulan oktober saat itu isteri terdakwa sedang hamil

kurang lebih 5 bulan dan awalnya isteri terdakwa seperti demam biasa dan

tubuhnya sering mengeluarkan keringat, kaki sering kram jadi terdakwa

bawa kerumah sakit sanggau yang ditangani oleh Dokter kandungan dan

kemudian Dokter bilang itu hanya bawaan hamil saja dan dirawat kurang

lebih satu minggu dan dikasih vitamin akhirnya diperbolehkan pulang;

• Bahwa dari diaknosa dokter juga tidak berani memastikan apa penyakitnya

kemudian terdakwa mengobati isteri terdakwa dengan seseorang yang

namanya Mak Ngah yang bisa membantu orang yang melahirkan lalu istri

terdakwa diurut kalau dia capek­capek sampai isteri terdakwa bisa beraktifitas kembali walaupun tidak begitu terlalu baik dan sampai

akhirnya normal kembali, kemudian pada umur anak terdakwa yang kedua

kurang lebih 5 bulan isteri terdakwa kembali mengalami gangguan dan

tubuhnya yang sebelah kanan sering berkeringat dan kesemutan sampai

akhirnya tidak bisa buang air kecil lalu terdakwa bawa ke Rumag sakit

Sanggau dan dari hasil pemeriksaan dokter tersebut juga tidak berani

memastikan dengan jelas apa penyakit yang diderita isteri terdakwa

tersebut;

• Bahwa kemudian sampai tahun 2014 kondisi isteri terdakwa tersebut

kembali dan tidak bisa buang air kecil lagi karena di Sanggau sebelumnya

tidak menemukan apa masalah penyakit isteri terdakwa, kemudian istri

terdakwa dirujuk berobat ke Pontianak dan dirumah sakit tersebut isteri terdakwa mulai diperiksa namun Dokter yang menanganinya tersebut juga

tidak berani memantikan apa sebenarnya penyakit yang diderita isteri

terdakwa tersebut akan tetapi dugaan Dokter isteri terdakwa menderita

penyakit Syringomyelia waktu itu kondisi kondisi separuh tubuhnya tidak

bisa digerakan lalu terdakwa usul sama Dokter untuk membawa isteri

terdakwa berobat ke Jawa karena isteri terdakwa tersebut sering juga

mengalami sesak napas dan Dokter memberitahukan kepada terdakwa

kalau diterbangkan, khawatir terjadi hal­hal yang tidak diinginkan karena

dipesawat tidak ada fasititas kesehatan, sedangkan dirumah sakit tidak ada

lagi tindakan yang bisa dilakukan Dokter;

• Bahwa akhirnya terdakwa dan istri diijinkan pulang namun sebelum

pulang ke Sanggau terdakwa singgah ke Bodok dan membawa isteri

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 150: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terdakwa berobat Alternatif dan disana berobat kurang lebih dua minggu

dan terdakwa lihat kondisi isteri terdakwa mulai membaik dan sudah bisa

menggerakan kakinya namun yang mengobati isteri terdakwa tersebut

bilang pada terdakwa belum tahu apa penyebabnya;

• Bahwa konsisi isteri terdakwa tersebut sudah mulai membaik akhirnya

terdakwa bawa pulang ke rumah ternyata setelah dirumah kurang lebih

satu bulan yang mengobati isteri terdakwa tersebut meninggal jadi

penggobatan Alternatif tersebut terhenti,

• Bahwa kemudian terdakwa menemui Nenek Anjeli dan Nenek Anjeli ini

biasa mengobati orang dan isteri terdakwa sempat beberapa kali berobat

dengannya akan tetapi tidak ada perubahan akhirnya terdakwa beralih lagi

berobat ke tempat panti pijat (repleksi) yang setiap seminggu sekali

terdakwa panggil kerumah namun mereka juga tidak tahu penyakit apa

yang dialami isteri terdakwa dan kondisi isteri terdakwa juga tidak

membaik;

• Bahwa pada bulan Desember 2015 isteri terdakwa kembali tidak bisa

buang air kecil lagi kemudian terdakwa bawa ke rumah Sakit Umum

Sanggau dan juga tidak ditemukan apa masalahnya dan nafsu makannya

berkurang kadang­kadang muntah, dengan ada sesuatu yang mengagetkan

ia lalu mengalami kram, melihat kondisi tersebut lalu Dokter menyarankan

untuk memeriksa kondisi piskiologis dan sempat di rujuk ke Singkawang

namun karena disana tidak ada ruang untuk rawat inap jadi isteri terdakwa

dialihkan ke rumah sakit lain yang ada dikota Singkawang kemudian isteri

terdakwa diperiksa namun dokter tersebut juga tidak ada menemukan

masalah kejiwaan isteri terdakwa tersebut;

• Bahwa terdakwa disarankan untuk mengembalikan kondisi kejiwaannya

lebih baik dirumah saja, kemudian terdakwa bawa lagi isteri terdakwa

pulang ke Sanggau namun baru satu hari kembali lagi isteri terdakwa tidak

dapat bisa buang air kecil kemudian terdakwa bawa lagi kerumah sakit

Umum Sanggau dan setelah dirawat beberapa hari dari Kotektor yang

dipasang tersebut terjadi pendarahan lalu Dokter bilang ada dugaan isteri

terdakwa terkena Syringomyelia lalu disarankan untuk di bawa ke

Pontianak (Rumah sakit Sudarso) pada saat itu terdakwa ada melihat luka

kecil dipunggung isteri terdakwa, dan setelah diperiksa dan di USG tidak

ditemukan apa penyakitnya kemudian dilakukan pemeriksaan lebih dalam

dari situ barulah Dokter menyatakan bahwa isteri terdakwa tersebut

Halaman 37 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 151: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terkena penyakit Syringomyelia dan Dokter bilang kalau kondisi fisiknya

sudah menurun dan solusi penyakit tersebut sebenarnya harus dioperasi

akan tetapi kondisi isteri terdakwa tidak memungkinkan untuk dioperasi

karena terlalu berisiko sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada

lagi penanganan medis jadi terdakwa disarankan untuk menistirahatkan

isteri dirumah, dan semenjak saat itulah terdakwa lalu mencari tahu dan

informasi tentang penyakit tersebut, sementara luka yang dipinggang isteri

terdakwa semakin membesar;

• Bahwa pada tahun 2014 terdakwa juga pernah membawa istri terdakwa ke

Rumah Sakit Antonius di Pontianak dan dilakukan tes urine, darah dan

ronsen dan Dokter bilang dari kondisi fisik tidak ada kelainan dan bagus

hanya kenapa tidak mampu menggerakan dan Dokter juga tidak berani

memastikan apakah itu Syringomyelia;

• Bahwa pertama kali terdakwa mendapat informasi Syringomyelia itu dari

internet dan terdakwa kenal dengan seseorang bernama Bet Muyen dia

Warga Negara Amerika kebetulan dia sendiri menderita Syringomyelia dan

dia mempunyai organisasi tentang perawatan penyakit tersebut;

• Bahwa Bet Muyen mengatakan sebenarnya penyakit tersebut belum ada

obatnya kalaupun dioperasi hanya untuk meringankan saja dan sangat

berisiko kemudian terdakwa mencari lagi informasi dan menemukan satu

halaman yang ditulis Asna Evan dari Kanada dia juga penderita

Syringomyelia dan sudah tiga tahun menggunakan pengobatan secara

medis namun tidak ada hasil kemudian ternyata ia menggunakan ganja dan

dia bisa bertahan dan merasa lebih baik;

• Bahwa kemudian terdakwa mencari tahu lagi dan menemukan artikel salah

satu hasil penelitian dari seorang Dokter yang berasal dari Israel dia

sendiri adalah orang pertama yang berhasil meisolasikan salah satu

kandungan dari ganja dan dikatakan bahwa kandungan yang ada pada

ganja tersebut mampu untuk mengobati beberapa penyakit kanker, efilepsi

dan lain­lain. Kemudian terdakwa mencari lagi ternyata banyak penelitian

tentang ganja tersebut dan terdakwa merasa yakin bahwa ganja tersebut

bisa digunakan untuk obat;

• Bahwa setelah terdakwa merasa yakin bahwa ganja tersebut bisa untuk

obat lalu terdakwa mencari informasi bagaimana cara mendapatkan ganja

tersebut, namun terdakwa masih kebingunan karena setiap kawan yang

terdakwa tanyakan mereka mempunyai pandangan Negartif tentang ganja

tersebut;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 152: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa terdakwa sempat menghubungi kawan terdakwa bernama Erwin

yang seorang anggota Polisi dan terdakwa minta tolong kepada dia untuk

mendapatkan ganja tersebut dan bagaimana prosedurnya karena ganja

tersebut untuk obat isteri terdakwa namun teman terdakwa tersebut tidak

bisa membantu;

• Bahwa kemudian terdakwa juga pernah datang ke Dokter Puskesmas dan

berkonsultasi bagaimana tentang ganja dan dokter tersebut menyatakan

dalam dunia medis tidak mengetahui bahwa ganja tersebut bisa untuk obat/

pengobatan dan dokter juga tidak mengetahui bagaimana terdakwa bisa

mendapatkan ganja tersebut;

• Bahwa kondisi isteri terdakwa semakin parah dan terdakwa merasa

frustrasi, obatnya tidak ketemu, ganjanya tidak dapat, bahkan untuk makan saja isteri terdakwa tidak bisa;

• Bahwa pada saat terdakwa diterminal untuk membeli gado­gado untuk

isteri terdakwa sambil menunggu pesanan tersebut terdakwa duduk lalu

ada orang nanya kepada terdakwa kenapa muka terdakwa sedih kemudian

terdakwa bercerita bahwa isteri terdakwa sakit tidak bisa sembuh dan

sudah dibawa berobat kemana­mana lalu terdakwa bilang dari informasi

yang terdakwa dapatkan yang bisa mengobati isteri terdakwa itu ganja dan

ganja ini bisa membantu untuk menambah nafsu makan, membuat bisa

tidur lalu terdakwa bilang tidak tahu harus mencari kemana ganja tersebut;

• Bahwa kemudian orang tersebut bersedia membantu terdakwa mencarikan

bibit ganja tersebut dan mengatakan harga 1 ons ganja tersebut

Rp.900,000,­ (sembilan ratus ribu) lalu terdakwa memberikan uang kepada

orang tersebut kemudian terdakwa memberikan nomor HP dan orang

berpesan kepada terdakwa untuk menunggu selama 2 atau 3 hari mengenai

kabar Ganja tersebut;

• Bahwa 3 (tiga) hari kemudian ada yang menghubungi terdakwa lewat HP

dan terdakwa disuruh datang ke terminal Bis Sanggau untuk mengambil

paket, dan setelah terdakwa datang lalu dikasih kotak kecil dan dikotak

tersebut ada nomor HP terdakwa kemudian paket tersebut terdakwa ambil

dan bawa pulang kerumah setelah dibuka ternyata didalamnya terdapat

ganja kering lengkap dengan, daun, batang dan bunganya;

• Bahwa bagian dari ganja yang digunakan adalah bunganya jadi terdakwa

pisahkan bunganya, lalu disitu ada bijinya kemudian bunganya tersebut

terdakwa olah dan bijinya disimpan terlebih dahulu;

Halaman 39 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 153: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa terdakwa langsung membuat exstrak ganja tersebut dan diberikan

kepada isteri terdakwa dan hal yang pertama terdakwa lihat isteri terdakwa

langsung mau minta makan kurang lebih 30 menit setelah terdakwa

memberikan ekstrak ganja tersebut walaupun tidak banyak akan tetapi

lebih banyak makan dari biasanya;

• Bahwa setelah melihat ada perubahan pada istri terdakwa tersebut baru

terdakwa terpikir dengan biji ganja tersebut, dari buku yang terdakwa baca

dari seorang ahli Akupuntur dari Amerika serikat yang mengatakan kalau

ganja itu untuk pengobatan tidak seperti ganja pada umumnya dan ganja

tersebut ditanam secara khusus untuk mendapatkan kandungan untuk

pengobatan dan ganja tersebut ditanam secara organik tidak

mempergunakan pupuk;

• Bahwa kemudian terdakwa berpikir bagaimana terdakwa bisa

mendapatkan ganja lagi serta tidak tahu kualitas ganja tersebut serta

darimanja asal ganja tersebut lalu terdakwa berpikir untuk mencoba

menanam biji ganja tersebut;

• Bahwa dari beberapa biji yang terdakwa tanam tidak semuanya tumbuh

ada sekitar empat pohon yang tumbuh dan dari empat pohon yang tumbuh

tersebut terdakwa pergunakan untuk bibit lagi sampailah menjadi 39 (tiga

puluh sembilan) batang tersebut;

• Bahwa untuk dipakai sebagai pengolahan obat terdakwa pakai bunganya

sebagai obat intinya namun ada juga daunnya terdakwa gunakan untuk

dicampurkan dalam makanan sedangkan bunganya terdakwa olah menjadi

Exstrak/minyak;

• Bahwa Untuk exstrak/minyak sebenarnya ada dua hasil yang salah satunya

itu untuk obat luar/obat luka jadi bunga ganja yang sudah terdakwa

keringkan tersebut kemudian dilarutkan dengan menggunakan Alkohol

kemudian ampasnya diangkat dan Alkohol tersebut diuapkan dengan

menggunakan kompor kemudian dari hasil uap tersebut itulah yang menjadi minyak/Exstrak kemudian kalau untuk pengobatan luar terdakwa

campurkan dengan madu dan minyak kelapa;

• Bahwa minyak/exstrak itu ada dua satu untuk obat luka sedangkan minyak

murni untuk dicampur dalam makanan dan kalau daun ganjanya banyak

saja jadikan jus untuk dibuatkan minuman untuk isteri terdakwa;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 154: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa untuk mendapatkan ektstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan

kurang lebih 4 (empat) batang pohon dan ektsrak ganja sebanyak 3 ml

dapat digunakan selama seminggu untuk dioleskan diluka istri terdakwa;

• Bahwa terdakwa menanam ganja tersebut didalam rumah terdakwa dan

didalam lemari tujuan terdakwa supaya ganja tersebut agar mudah untuk

perawatannya terutama masalah pencahayaan, pengaturan suhu dan mudah

untuk mengendalikan hama;

• Bahwa terdakwa mengetahui tentang penggolahan ganja tersebut dari

buku­buku yang pernah terdakwa baca dan buku­buku tersebut adalah

buku tentang Marijuana;

• Bahwa BNN Sanggau mengetahui tamanan ganja yang terdakwa tanam

tersebut pada tanggal 14 Pebruari 2017 karena kebetulan saat itu dikantor

terdakwa ada dilakukan tes Urine secara mendadak kemudian setelah

selesai tes urine tersebut, kebetulan ada salah satu petugas BNN tersebut

yang sudah terdakwa kenal bernama Heri kemudian terdakwa tanyakan

namun sebelumnya terdakwa ceritakan dulu masalah penyakit isteri

terdakwa dan hanya bisa diobati dengan menggunakan ganja kemudian

terdakwa juga tanyakan bagaimana cara supaya terdakwa dapat ijin

menggunakan ganja tersebut untuk obat namun teman terdakwa tersebut

belum bisa memberikan jawaban bisa atau tidak akan tetapi akan

mengkonsultasikan dulu sama atasannya di Kantor lalu teman terdakwa

minta nomor HP terdakwa dan setelah ituterdakwa pulang ke Kantor BNN

Sanggau;

• Bahwa setelah satu jam kemudian terdakwa mendapat telpon dari Kantor

BNN agar datang ke sana, setelah terdakwa datang ke Kantor BNN

terdakwa bertemu dengan Heri lalu dirinya menjelaskan kepada terdakwa

kalau untuk ganja tidak ada istilah inin atau dispensasi yang ada kalau

orang menggunakan ganja diproses hukum atau direhap lalu terdakwa

cerita kalau penyakit yang diderita isteri terdakwa tersebut adalah penyakit

langka dan tidak ada obatnya walaupun terdakwa sudah berusaha sana

kemari tapi tidak ada kesembuhan dan penyakit isteri terdakwa tersebut

hanya bisa diobati dengan menggunakan ganja dan hal tersebut terdakwa

sudah mencobanya pada isteri terdakwa dan terdakwa bilang terdakwa

dirumah ada menanam ganja itu;

• Bahwa terdakwa kemudian minta ijin untuk pulang guna memberi makan

isteri terdakwa dan saat itu sdr Sudijarto mengatakan pada terdakwa bahwa

ia mau melihat tanaman ganja tersebut kerumah dan terdakwa

Halaman 41 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 155: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

memperbolehkannya setelah terdakwa sampai dirumah tidak lama

kemudian sdr Sudijarto datang bersama 2 orang dari BNN Sanggau dan

mereka ada melihat tanaman ganja tersebut serta melihat keadaan isteri

terdakwa yang sedang sakit berbaring didalam kamar;

• Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2017 sore hari Sdr Sudijarto datang lagi

kerumah terdakwa dan menanyakan kondisi penyakit isteri terdakwa dan

terdakwa jelaskan setelah itu sdr Sudijarto pulang lagi, kemudian pada

tanggal 19 Pebruari 2017 saksi Sudijarto datang lagi dan mengajak

terdakwa ngomong­ngomong di kantor, setelah sampai di Kantor BNN Sanggau ternyata pak Sudijarto mengatakan kepada terdakwa akan

mengajukan proses hukum pada terdakwa kemudian sdr Sudijarto

menjelaskan mengenai pasal­pasal yang akan dikenakan kepada terdakwa;

• Bahwa terdakwa teringat pada isteri terdakwa dan menanyakan bagaimana

nanti namun pihak BNN Sanggau tidak menjelaskan lebih lanjut untuk

penanganan isteri terdakwa karena hanya terdakwa sendiri lah yang tahu

cara mengobati dan menangani isteri terdakwa tersebut, lalu terdakwa

berpikir kalau ditahan dan ditangkap bagaimana dengan nasib isteri dan

anak­anak terdakwa,kemudian terdakwa menelpon adik terdakwa dan

terdakwa menyuruh adik terdakwa tersebut mencabut semua tanaman obat

yang ada didalam lemari rumah terdakwa tersebut dan kalau ganjanya

tidak banyak mungkin hukuman terdakwa tidak lama;

• Bahwa pihak keluarga dan teman­teman terdakwa tidak ada yang

mengetahui kalau terdakwa ada menanam ganja;

• Bahwa terdakwa menggunakan ganja untuk mengobati isteri terdakwa

dikarenakan obat lain sudah dicoba akan tetapi tidak berhasil;

• Bahwa terdakwa mengetahui kalau tanaman ganja tersebut terlarang dari

Undang­Undang Narkotika;

Menimbang bahwa dipersidangan penuntut umum telah mangajukan barang

bukti sebagai berikut :

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata

terbuat dari plastik

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah

bata terbuat dari plastik.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 156: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah

bata terbuat dari plastik.Diberi kode 3.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 4.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 5.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 6.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 7.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 8.

• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman

ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam

terbuat dari plastik.Diberi kode 9.

• 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB

3235 UY

• 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya

terdapat cairan

• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY.

• 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.

• 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu.

• 1 (alat) pengukur suhu ruangan.

• 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.

• 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.

• 1 (satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.

• 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.

• 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.

Halaman 43 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 157: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.

• 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.

• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

• 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.

• 1 (satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.

• 1 (satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.

• 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?.

• 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.

• 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.

• 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.

• 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.

• 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.

• 1 (satu) buah Handphone merk Xiaomi warna hitam berikut simcard

dengan nomor 085228171619.

• 1 (satu) buah Handphone merk Prine type PC­3 warna hijau berikut

Simcard dengan nomor 081345024241;

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan

diperoleh fakta­fakta hukum sebagai berikut:

• Bahwa benar pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam 10.10 wib

di rumah terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28 Rt.001/Rw.001

Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau terdakwa

ditangkap Petugas dari BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau terkait

narkotika jenis ganja;

• Bahwa benar sebelumnya pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes

urine di Kantor Kesbangpol dan dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua)

orang yang positif namun terdakwa tidak termasuk yang positif tersebut;

• Bahwa benar selanjutnya 2 (dua) orang yang positif dan terdakwa dibawa

ke kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau untuk dimintai

keterangan;

• Bahwa benar di kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau

terdakwa ada mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan secara sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut

adalah ganja;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 158: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa benar kemudian pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa

dan mendapati tanaman ganja yang ditanam oleh terdakwa dan istri

terdakwa yang sedang terbaring sakit;

• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa sebanyak 39 (tiga puluh

sembilan) batang pohon;

• Bahwa benar terdakwa menanam ganja tersebut sejak bulan Mei tahun

2013;

• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa dapatkan dengan membeli dengan

cara memesan lewat seseorang yang tidak sengaja terdakwa bertemu di

terminal Bus Sanggau pada saat terdakwa sedang membeli makanan;

• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa beli dengan harga Rp 900.000,00

(sembilan ratus ribu rupiah);

• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati istri

terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia;

• Bahwa benar istri terdakwa menderita sakit tersebut sejak bulan Oktober

tahun 2013;

• Bahwa benar terdakwa sudah melakukan upaya medis untuk mengobati

istri terdakwa yaitu dengan cara membawa istri terdakwa tersebut ke

Rumah Sakit Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum Di Pontianak dan

Rumah Sakit Antonius di Pontianak, terdakwa juga sudah pernah

membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah Sakit di Singkawang untuk

diperiksa kejiwaannya selain itu juga terdakwa pernah mengobati istri

terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut;

• Bahwa benar terdakwa juga pernah akan membawa istri terdakwa tersebut

untuk berobat di Jawa namun niat tersebut belum dilakukan karena Dokter

mengatakan kondisi terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh

dan dikhawatirkan akan drop;

• Bahwa benar menurut Dokter yang merawat istri terdakwa tersebut,

sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi akan tetapi kondisi isteri

terdakwa tidak memungkinkan untuk dioperasi karena terlalu berisiko

sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada lagi penanganan medis;

• Bahwa benar setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut

kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan

tidak lagi bisa makan;

Halaman 45 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 159: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa benar kemudian terdakwa mendapatkan artikel mengenai ganja di

internet;

• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian

terdakwa olah untuk mengobati istri terdakwa tersebut;

• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian diolah

yaitu bunga ganja tersebut menjadi ekstrak atau minyak yang dioleskan di

luka istri terdakwa yang terdapat di punggung istri terdakwa dan ada juga

yang dicampur kedalam makanan istri terdakwa sedangkan daun ganja

tersebut diolah dan dicampurkan ke dalam minuman istri terdakwa dengan

cara dijadikan jus;

• Bahwa benar untuk mendapatkan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan

4 batang pohon dan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama

seminggu;

• Bahwa benar pada tanggal 25 Maret 2017 istri terdakwa meninggal dunia

pada saat terdakwa berada dalam tahanan.

• Bahwa benar terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika jenis

ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika

tersebut untuk dirinya sendiri, ganja tersebut digunakan terdakwa untuk

mengobati istrinya yang sedang sakit;

• Bahwa benar terdakwa mengetahui tanaman ganja tersebut dilarang di

Indonesia dari Undang­Undang Narkotika;

• Bahwa benar terdakwa pernah menyampaikan masalah ganja ini kepada

teman terdakwa yang bekerja di BNN Sanggau namun hal tersebut hanya

sebatas obrolan saja dan tidak pernah diajukan permohonan untuk

penggunaan ganja secara resmi;

• Bahwa benar pada saat sebelum terdakwa ditangkap terlebih dahulu

terdakwa memerintahkan adik terdakwa agar mencabut dan membuang

tanaman ganja tersebut;

• Bahwa benar terdakwa tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang

terkait narkotika jenis ganja tersebut;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta­fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan

telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 160: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan

fakta­fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif ketiga

sebagaimana diatur pasal 116 ayat (1) Undang­Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang unsur­unsurnya adalah sebagai berikut:

1 Setiap orang;

2 Tanpa hak atau melawan hukum;

3 Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan

Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;

Ad.1. Unsur setiap orang :

Menimbang, bahwa Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

tidak memberikan definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan setiap

orang, namun demikian terminologi setiap orang yang dimaksud disini tidak lain

merupakan padanan kata dari barangsiapa yang biasa dipergunakan dalam rumusan

delik dalam KUHP yang merupakan subyek hukum yaitu orang atau manusia yang

memiliki hak dan kewajiban dalam lapangan hukum, subyek hukum mana dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam hal subyek hukum tersebut melakukan

tindak pidana;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menghadirkan

seorang laki­laki bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx

Surajiyo dengan segala identitasnya sebagaimana yang telah diuraikan diawal

putusan ini sebagai terdakwa ;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa secara seksama seluruh

berkas perkara ini, ternyata terdakwa tersebut merupakan orang yang dimaksud oleh

Penuntut Umum didalam surat dakwaannya dengan demikian tidaklah terjadi terjadi

kekeliruan mengenai orang (error inpersona) dalam perkara ini, selain itu selama

proses pemeriksaan dipersidangan, terdakwa dapat menjawab dengan tegas semua

pertanyaan yang diajukan kepadanya baik oleh majelis hakim maupun penuntut

umum sehingga berdasarkan pertimbangan­pertimbangan tersebut majelis hakim

berpendapat unsur setiap orang telah terpenuhi dan terbukti menurut hukum;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan unsur tanpa hak atau

melawan hukum, terlebih dahulu majelis hakim akan mempertimbangkan unsur ke­3

dari Pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yakni unsur

Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika

Golongan I untuk digunakan orang lain sebagai berikut ;

Halaman 47 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 161: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Ad.3. Unsur Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau

memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;

Menimbang, bahwa unsur diatas bersifat alternatif, artinya bahwa untuk

menyatakan seseorang bersalah melakukan tindak pidana dalam pasal tersebut tidak

harus terbukti semua perbuatan dilakukan oleh si pelaku akan tetapi cukup salah satu

saja perbuatan yang terbukti dilakukan, maka unsur diatas dianggap telah terpenuhi

seluruhnya;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan menggunakan narkotika dapat

diartikan sebagai memasukkan kedalam tubuh baik secara langsung melalui mulut

maupun melalui alat bantu;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta­fakta yang ditemukan dipersidangan

yang terangkai dari keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti serta

petunjuk bahwa pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam 10.10 wib di rumah

terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28 Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut

Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau terdakwa ditangkap Petugas dari BNN

(Badan Narkotika Nasional) Sanggau;

Menimbang, bahwa sebelumnya pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes

urine di Kantor Kesbangpol dan dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) orang yang

positif namun terdakwa tidak termasuk yang positif kemudian 2 (dua) orang yang

positif dan terdakwa dibawa ke kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau

untuk dimintai keterangan.

Bahwa di kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau terdakwa ada

mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan secara

sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut adalah ganja selanjutnya pihak

BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa dan mendapati tanaman ganja yang

ditanam oleh terdakwa dan istri terdakwa yang sedang terbaring sakit;

Menimbang, bahwa ganja yang ditanam oleh terdakwa sebanyak 39 (tiga puluh

sembilan) batang pohon dan terdakwa menanam ganja tersebut sejak bulan Mei

tahun 2013;

Menimbang, bahwa ganja tersebut terdakwa dapatkan dengan membeli dengan

cara memesan lewat seseorang yang tidak sengaja terdakwa bertemu di terminal Bus

Sanggau pada saat terdakwa sedang membeli makanan dan ganja tersebut terdakwa

beli dengan harga Rp 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah);

Menimbang, bahwa ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati istri

terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia yang dideritanya sejak bulan Oktober

tahun 2013;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 162: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa terdakwa sudah melakukan upaya medis untuk mengobati

istri terdakwa yaitu dengan cara membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah Sakit

Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum Di Pontianak dan Rumah Sakit Antonius di

Pontianak, terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah

Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga terdakwa pernah

mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut. Bahwa

terdakwa juga pernah akan membawa istri terdakwa tersebut untuk berobat di Jawa

namun niat tersebut urung dilakukan karena Dokter mengatakan kondisi terdakwa

tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan dikhawatirkan akan drop dan

membahayakan jiwa istri terdakwa selain itu menurut Dokter yang merawat istri

terdakwa tersebut, sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi akan tetapi kondisi isteri

terdakwa pada saat itu tidak memungkinkan untuk dioperasi dikarenakan terlalu

berisiko sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada lagi penanganan medis;

Menimbang, bahwa setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut

kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi

bisa makan kemudian terdakwa mendapatkan artikel mengenai ganja di internet;

Menimbang, bahwa ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian terdakwa olah untuk mengobati istri terdakwa dengan cara bunga ganja tersebut

diolah menjadi ekstrak atau minyak yang dioleskan di luka istri terdakwa dan ada

juga yang dicampur kedalam makanan istri terdakwa sedangkan daun ganja tersebut

diolah dan dicampurkan ke dalam minuman istri terdakwa dengan cara dijadikan jus;

Menimbang, bahwa untuk mendapatkan ekstrak ganja sebanyak 3 ml

dibutuhkan 4 batang pohon dan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama

seminggu untuk mengobati istri terdakwa tersebut;

Menimbang, bahwa terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika jenis

ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika tersebut untuk

dirinya sendiri, ganja tersebut hanya digunakan terdakwa untuk mengobati istrinya

yang sedang sakit;

Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut:

• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika

jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon

ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)

gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU

Halaman 49 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 163: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)

gram.

Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :

LP­17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda

tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.

196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak

(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :

• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja

berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram

mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1

(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh

dua) gram.

Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika

Nasional Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu

tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten

Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An.

FIDELIS ARIE SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine /

Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek

MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel

dengan hasil NEGATIF.Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika

Nasional Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNK­Sgu

tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten

Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An.

YENI RIAWATI, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada

tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG

ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil

Positif THC (+) & MET (+).

Menimbang bahwa dari uraian tersebut diatas didapati kesimpulan bahwa

benar terdakwa telah menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja

kepada istrinya dengan cara mengoleskan esktrak atau minyak ganja tersebut ke luka

yang diderita istri terdakwa dan mencampur ganja tersebut kedalam minuman istri

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 164: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terdakwa, dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi dan

terbukti menurut hukum;

Ad.2. Unsur Tanpa hak atau melawan hukum :

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “tanpa hak” adalah tidak memiliki

kewenangan dalam melakukan suatu perbuatan, sedangkan yang dimaksud dengan

“melawan hukum” dapat diartikan secara formil sebagai suatu perbuatan yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang­undangan yang berlaku atau

bertentangan dengan hukum positif atau secara materiil yakni suatu perbuatan tidak

diatur dalam suatu peraturan perundang­undangan namun karena perbuatan tersebut

dirasa bertentangan dengan kepatutan maka perbuatan tersebut dilarang;

Menimbang, bahwa didalam ketentuan Pasal 7 Undang­undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur bahwa Narkotika hanya dapat digunakan

untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sedangkan dalam Pasal 8 secara khusus disebutkan larangan

penggunaan Narkotika Golongan I yaitu:

1 Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan ;2 Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk

reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan

persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Pasal 39 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika menyebutkan bahwa “Narkotika hanya dapat disalurkan oleh

Industri Farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan

ketentuan dalam Undang­Undang ini.”;

Menimbang, bahwa dari beberapa pasal perundang­undangan dimaksud, dapat

disimpulkan bahwa Narkotika Golongan I tidak secara mutlak dilarang beredar di

wilayah Republik Indonesia, akan tetapi dalam proses penyaluran maupun

pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku

hal ini dikarenakan adanya bahaya yang ditimbulkan terhadap penyalahgunaan

narkotika tersebut, sehingga setiap orang yang akan memanfaatkan narkotika

golongan I harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang yakni Menteri

atas persetujuan atau rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,

sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (2) Undang­Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika;

Halaman 51 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 165: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dalam pertimbangan unsur sebelumnya

dan telah dinyatakan terbukti bahwa terdakwa Fidelis telah menggunakan Narkotika

Golongan I jenis tanaman yaitu ganja, bahwa ganja tersebut digunakan terdakwa

untuk mengobati istrinya;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja tersebut

dilakukan terdakwa secara tanpa hak atau melawan hukum atau tidak;

Menimbang, bahwa dipersidangan didapati fakta bahwa Narkotika Golongan I

yang digunakan terdakwa terhadap istrinya tersebut bertujuan untuk mengobati istri

terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia, namun walaupun demikian perbuatan

terdakwa tersebut tidak dapat dibenarkan karena sebagaimana telah dijelaskan diatas

bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan;

Bahwa terdakwa pernah menanyakan masalah Narkotika jenis ganja tersebut

kepada teman terdakwa yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN) Sanggau

namun hal tersebut hanya sebatas obrolan dan tidak dilakukan secara resmi oleh terdakwa tersebut, terdakwa juga dipersidangan tidak dapat menunjukkan ijin dari

pihak yang berwenang terkait perbuatan terdakwa dalam menggunakan Narkotika

Golongan I jenis tanaman berupa ganja untuk istri terdakwa tersebut dan terdakwa

menggunakan Narkotika Golongan I tersebut juga bukan untuk kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta

reagensia laboratorium serta tidak memiliki surat persetujuan dari Menteri atas

rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;

Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas didapati kesimpulan

bahwa benar terdakwa dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman

berupa ganja terhadap istri terdakwa tersebut dilakukan secara tanpa hak dan

melawan hukum dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi

dan terbukti menurut hukum;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 116 ayat (1) Undang­

Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka terdakwa

haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ketiga Penuntut Umum;

Menimbang bahwa Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum

yang membuktikan dakwaan kedua yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam pasal 111 ayat (2) Undang­Undang No 35 tahun 2009 tentang

Narkotika dan Majelis Hakim memilih membuktikan dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) Undang­

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 166: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan pertimbangan yaitu tujuan

utama dari perbuatan terdakwa tersebut adalah mempergunakan Narkotika jenis

ganja untuk mengobati istrinya yang sedang sakit sedangkan perbuatan menanam

sebagaimana yang dibuktikan dalam surat tuntutan Penuntut Umum menurut Majelis

Hakim adalah merupakan suatu proses sehingga selanjutnya ganja tersebut dapat

dipergunakan untuk mengobati istri terdakwa;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan Nota

Pembelaan atau Pledoi yang disampaikan oleh terdakwa dan Penasihat Hukum

terdakwa;

Menimbang, bahwa penasihat hukum terdakwa dipersidangan menyampaikan

pembelaan secara tertulis yang pada pokoknya, mohon kepada Majelis Hakim untuk

membebaskan terdakwa dengan alasan perbuatan terdakwa tidak terbukti

sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar pasal 111 ayat (2)

Undang­Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika selain itu menurut penasihat

hukum terdakwa, bahwa perbuatan terdakwa menanam ganja tersebut dilakukan

karena adanya daya paksa atau Overmacht sedangkan terdakwa dalam pembelaannya

yang juga dilakukan secara tertulis menceritakan alasan terdakwa menanam dan menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada istrinya,

terdakwa mohon keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan

kesalahannya dalam melanggar hukum tersebut;

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan Penasihat Hukum terdakwa tersebut

Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut dibawah ini;

Menimbang bahwa Penasihat Hukum Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim

agar terdakwa dibebaskan karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan terlibat

sebagai penyalahguna, pengedar dan perdagangan Narkotika sebagaimana dituntut

oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan dakwaan kedua yaitu pasal 111 ayat (2)

Undang­Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

Bahwa terhadap pembelaan tersebut Majelis Hakim berpendapat karena

dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif dan Majelis Hakim berdasarkan fakta

dipersidangan telah memilih dan membuktikan dakwaan ketiga Penuntut Umum dan

mengenai uraian pertimbangan tersebut telah Majelis Hakim uraikan dalam

pertimbangan diatas dan telah dinyatakan terbukti sedangkan Penasihat Hukum

Terdakwa dalam pembelaannya hanya menguraikan dan mengupas dakwaan kedua

yaitu pasal 111 ayat (2) Undang­Undang Nomor 35 Nomor 2009 Tentang Narkotika

saja sedangkan dakwaan ketiga yaitu pasal 116 ayat (1) Undang­Undang Nomor 35

Nomor 2009 Tentang Narkotika tidak dibahas oleh Penasihat Hukum, oleh karena

itu terhadap pembelaan Penasihat Hukum tersebut Majelis Hakim kesampingkan, sedangkan terhadap pembelaan Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa terdakwa

Halaman 53 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 167: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tidak dapat dipidana karena adanya Overmacht terkait perbuatan terdakwa

menggunakan ganja tersebut, Majelis Hakim juga tidak sependapat karena menurut

Majelis Hakim selama dipersidangan Penasihat hukum terdakwa tidak pernah

menghadirkan Ahli dibidang medis serta membuktikan yang dapat mendukung

pernyataan dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri mengenai

manfaat tanaman ganja tersebut, sehingga menurut Majelis Hakim perbuatan

terdakwa terkait menggunakan Narkotika jenis ganja tersebut merupakan perbuatan

melawan hukum dan tidak dapat dikategorikan sebagai Overmacht yang kemudian

menjadi alasan pemaaf ataupun alasan pembenar untuk membebaskan terdakwa

namun demikian tujuan terdakwa tersebut menjadi pertimbangan Majelis Hakim

dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dan akan diuraikan dalam

pertimbangan mengenai pidana yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa, oleh karena

itu pembelaan Penasihat Hukum terdakwa tersebut Majelis tolak dan kesampingkan;

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan terdakwa yang pokoknya mohon

keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan kesalahannya

karena melanggar hukum tersebut akan Majelis Hakim pertimbangkan dalam uraian

pertimbangan mengenai pidana yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa;Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal­

hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan

pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka

terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa sebelum penjatuhan pidana Majelis Hakim perlu pula

mempertimbangkan hal­hal sebagai berikut:

Bahwa terdakwa menggunakan ganja tersebut untuk mengobati istrinya yang

menderita sakit Syringomyelia;

Bahwa istri terdakwa menderita sakit Syringomyelia sejak bulan Oktober

tahun 2013;

Bahwa istri terdakwa tersebut sudah pernah menjalani pengobatan medis di

RSUD Sanggau, RS Antonius dan RSUD Sudarso Pontianak;

Bahwa terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke

Rumah Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga

terdakwa pernah mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut dan memberikan suplemen vitamin;

Bahwa terdakwa pernah akan membawa istri terdakwa tersebut untuk berobat

di Jawa namun niat tersebut urung dilakukan karena Dokter mengatakan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 168: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kondisi istri terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan

dikhawatirkan akan drop dan membahayakan jiwa istrinya;

Bahwa Dokter juga tidak menyarankan istri terdakwa tersebut dilakukan

tindakan operasi karena kondisi istri terdakwa yang tidak memungkinkan;

Bahwa setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut kondisi istri

terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi bisa

makan;

Bahwa terdakwa tidak pernah menjual, mengedarkan atau menggunakan ganja

tersebut untuk digunakan kepada dirinya sendiri;

Bahwa terhadap terdakwa pernah dilakukan tes urine dengan hasilnya terdakwa

negatif dan terhadap istri terdakwa juga dilakukan tes urine dengan hasil Positif

THC (+) & MET (+);

Bahwa pada tanggal 25 Maret 2017 istri terdakwa tersebut meninggal dunia

pada saat terdakwa berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa suatu putusan harus mengakomodasi 3 unsur, yaitu

yuridis, sosiologis, dan filosofis. Yuridis, artinya suatu putusan harus didasarkan

kepada suatu peraturan perundang­undangan yang sah; sosiologis, artinya putusan itu

harus memperhatikan rasa keadilan atau nilai­nilai yang ada dan tumbuh dalam

masyarakat, sedangkan filosofis, putusan itu harus mengandung hakekat nilai­nilai

keadilan yang universal;

Menimbang, bahwa selain itu dalam menegakkan hukum, harus diperhatikan 3

hal yaitu Kepastian Hukum, Keadilan Hukum dan kemanfaatan hukum Ketiga unsur

tersebut haruslah mendapatkan porsi yang seimbang antara satu dengan yang lainnya.

Bahwa kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, tanpa adanya kepastian

hukum orang tidak akan mengetahui apa yang harus diperbuatnya, dan akhirnya akan

menimbulkan kekacauan dan keresahan dimasyarakat akan tetapi terlalu

menitikberatkan kepada unsur kepastian hukum akibatnya akan kaku dan dapat

menimbulkan ketidak adilan;

Menimbang, bahwa unsur selanjutnya adalah keadilan hukum, yang mana

keadilan hukum ini merupakan tujuan hukum yang paling penting atau utama; Menimbang, bahwa Adil berarti ditengah, Adil hakikatnya adalah kita

memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Adil bukan berarti

menyamaratakan segala sesuatunya akan tetapi yang dimaksud dengan Adil itu

adalah memberikan sesuatu sesuai dengan porsinya masing­masing agar terciptanya

keseimbangan pada masyarakat. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada artinya sama

Halaman 55 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 169: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sekali, bahkan ada yang berpendapat bahwa hukum itu hanyalah sarana sedangkan

tujuannya adalah keadilan;

Menimbang, bahwa mengenai keadilan ini juga telah diatur dan dimuat di

dalam pasal 2 ayat (1) Undang­Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman yang menyatakan Asas penyelenggaran Peradilan yang berdasarkan

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA hal ini

juga termuat dalam setiap Putusan Hakim di Indonesia yang mana setiap putusan

tersebut harus mencantumkan irah­irah yang berbunyi “DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” begitu pentingnya irah­irah

ini untuk di ucapkan oleh Hakim dalam setiap memutus suatu perkara, karena apabila

hal tersebut tidak dilakukan maka putusan tersebut dinyatakan batal demi hukum,

irah­irah tersebut sejatinya bukan hanya untuk dicantumkan dan hanya diucapkan

oleh Hakim yang memutus suatu perkara akan tetapi irah­irah tersebut haruslah

dipahami dan diresapi karena makna dan hakikat irah­irah putusan tersebut sangat

luhur dan sakral yang bertujuan bahwa setiap menjatuhkan putusan, Hakim harus

mempertimbangkan nilai­nilai keadilan dan mempertanggung jawabkannya kepada

TUHAN YANG MAHA ESA. Selain itu didalam pasal 5 ayat (1) Undang­Undang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan pula bahwa “Hakim

dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai­nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, hal ini bermakna dalam memutus

suatu perkara, Hakim tidak hanya terikat dengan suatu Undang­Undang atau

Peraturan akan tetapi Hakim tersebut wajib mengikuti nilai­nilai keadilan yang ada

ditengah­tengah masyarakat;

Menimbang, bahwa dalam perkara a quo terdakwa didakwa dengan Undang­

Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan berdasarkan pasal 3

dinyatakan bahwa Undang­Undang 35 tahun 2009 tentang Narkotika berasaskan :

a Keadilan

b Pengayoman

c Kemanusiaan

d Ketertiban

e Perlindungan

f Keamanan

g Nilai­nilai ilmiah

h Kepastian Hukum

Menimbang bahwa dalam Undang­undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika asas keadilan diletakkan pada urutan teratas hal ini menunjukkan bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 170: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dalam penanganan tindak pidana Narkotika, penegak hukum ataupun pihak yang

berkepentingan haruslah meletakkan ataupun mendahulukan asas keadilan bagi

setiap pihak yang terlibat dengan Narkotika ini dibandingkan dengan asas­asas yang

lain;

Menimbang bahwa unsur ketiga yang harus termuat dalam menegakkan hukum

adalah kemanfaatan hukum, Hukum ataupun suatu peraturan perundang­undangan

haruslah mempunyai mamfaat bagi masyarakat. Bahwa selain Kepastian Hukum dan

Keadilan Hukum, kemamfaatan hukum juga harus diperhatikan karena semua orang

mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum, jangan sampai

penegakan hukum itu sendiri menimbulkan keresahan ditengah­tengah masyarakat;

Menimbang bahwa sejatinya ketiga unsur dalam menegakkan hukum tersebut

haruslah proporsional ataupun berimbang antara satu dengan yang lainnya, namun

faktanya didalam praktek tidak selamanya ketiga unsur tersebut dapat sejajar ataupun

seimbang, hal ini di dapati dalam perkara A quo yaitu terdakwa yang telah

dinyatakan Majelis Hakim telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan penuntut umum dalam dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa

tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) Undang­Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan dalam pasal tersebut memberlakukan hukuman

minimal 5 (lima) tahun penjara dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000.00 (satu

milyar rupiah) namun berdasarkan fakta­fakta yang ditemukan dipersidangan,

Majelis Hakim melihat perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tidak bertujuan jahat

atau mencelakai istrinya, terdakwa menggunakan Narkotika jenis ganja tersebut

untuk mengobati istrinya yang sakit keras, Narkotika jenis Ganja tersebut juga bukan

untuk terdakwa edarkan ataupun terdakwa konsumsi sendiri sehingga menghilangkan

kesadaran terdakwa, sehingga menurut Majelis Hakim dalam perkara A quo ada

pertentangan antara unsur Kepastian Hukum dan Unsur Keadilan Hukum untuk

diterapkan dalam perkara A quo;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian mengenai Kepastian Hukum, Keadilan

Hukum dan Kemamfaatan Hukum diatas Majelis Hakim lebih mengutamakan asas

Keadilan hukum daripada asas Kepastian hukum untuk diterapkan dalam perkara

Aquo, karena Majelis Hakim melihat tujuan terdakwa menggunakan ganja tersebut

untuk mengobati orang yang sangat dicintainya yaitu istrinya yang pada akhirnya

meninggal dunia pada saat terdakwa berada dalam tahanan, terdakwa sebelumnya

sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan pengobatan yang terbaik bagi

istrinya tersebut baik itu secara medis maupun non medis namun usahanya tersebut

tidak berhasil sehingga akhirnya terdakwa menggunakan Narkotika jenis Ganja yang

dilarang digunakan di Indonesia untuk pelayanan kesehatan dan terdakwa menyadari hal tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan namun hal tersebut tetap dilakukan

Halaman 57 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 171: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

terdakwa untuk mengobati istrinya akan tetapi walaupun demikian telah terdapat

perbedaan pendapat dalam Majelis Hakim guna menentukan apakah terhadap

terdakwa tersebut lebih pantas diterapkan kepastian hukum atau keadilan hukum

karena salah satu Hakim berpendapat sebagai berikut:

Bahwa menurut Hans Kelsen hukum adalah sebuah sistim norma. Sedangkan

Norma sendiri mengandung arti pernyataan yang menekankan aspek seharusnya atau

das sollen dengan menyertakan beberapa peraturan yang harus dilaksanakan atau

dilakukan;

Bahwa Norma – norma adalah produk dari manusia yang bersifat mengingat

dan harus dipatuhi agar ketertiban dapat terjadi;

Bahwa dalam hidup bermasyarakat yang mana melibatkan banyak orang

dengan karakter dan kemauan yang berbeda – beda pula, oleh karenanya perlu

dibentuk norma untuk mengatur dan membatasi kepentingan banyak orang ;

Bahwa Undang – undang yang berisi aturan – aturan yang bersifat umum

menjadi pedoman bagi individu dalam bertingkah laku dalam masyarakat atau

dengan kata lain dengan adanya aturan

Bahwa terdakwa telah didakwa dengan dakwaan yang berbentuk alternative yakni Pasal 113 Ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau kedua :

melanggar Pasal 111 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau

ketiga : melanggar Pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap didepan persidangan mengenai

perbuatan terdakwa oleh Majelis Hakim menilai bahwa perbuatan terdakwa lebih

pantas di kenakan atau diputus melanggar pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun

2009 tentang Narkotika sebagaimana yang tertera dalam dakwaan ketiga penuntut

umum ;

Bahwa selanjutnya mengenai penjatuhan hukuman terhadap terdakwa lebih

tepat sesuai dengan Kepastian Hukum yaitu yang tertera dalam pasal 116 ayat (1) UU

RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pidana minimal 5 Tahun dan

maksimal 15 Tahun;

Bahwa alasan pendapat tersebut disebabkan karena ada fakta yang terungkap

dalam persidangan bahwa pada saat terdakwa hendak akan ditangkap oleh Petugas

Badan Narkotika Nasional ( BNN ) Kabupaten Sanggau terdakwa menyuruh adik

terdakwa yakni saksi Clara untuk membuang daun ganja milik terdakwa;

Bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas terlihat bahwa sebenarnya terdakwa

sadar dan paham akan perbuatan terdakwa yang telah menanam dan menggunakan

daun ganja ;

Bahwa apapun alasan yang terdakwa sampaikan di dalam persidangan tentang perbuatan terdakwa yang telah menanam kemudian menggunakan daun ganja

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 172: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tersebut, maka sudah sepantasnya adalah hukuman seperti yang tertera dalam pasal

116 ( 1 ) Undang – undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika karena berat atau

lamanya terdakwa dijatuhi pidana akan memberikan efek atau contoh kepada

masyarakat lain bahwa menanam dan menggunakan ganja tersebut adalah merupakan

perbuatan yang salah dan tidak dapat dibenarkan apapun alasannya;

Menimbang, bahwa oleh karena terdapat perbedaan pendapat dalam

musyawarah Majelis Hakim sehingga tidak tercapai kata sepakat maka diambil suara

terbanyak dalam menentukan pidana yang pantas diterapkan terhadap diri terdakwa

apakah berdasarkan Keadilan Hukum atau Kepastian Hukum;

Menimbang, bahwa oleh karena 2 (dua) orang Hakim berpendapat pidana yang

tepat untuk diterapkan terhadap diri terdakwa adalah keadilan hukum maka pidana

yang akan dijatuhkan adalah berdasarkan asas Keadilan Hukum;

Menimbang, bahwa walaupun pidana yang akan dijatuhkan tersebut

berdasarkan asas keadilan hukum, maka lamanya pidana yang akan dijatuhkan terhadap diri terdakwa patut juga mempertimbangkan dampak atau akibat yang akan

terjadi pada masyarakat;

Menimbang, bahwa selain itu penjatuhan hukuman bukan bertujuan untuk

melakukan pembalasan dendam kepada terdakwa apalagi sebagai upaya

menyengsarakan terdakwa, akan tetapi tujuan dari pemidanaan selain menjadi sarana

edukasi bagi masyarakat agar tidak melakukan hal yang serupa yang terpenting

adalah sebagai upaya melakukan pembinaan bagi terdakwa agar kelak dalam

kehidupan bermasyarakat dapat bersikap dengan lebih baik dan bijaksana;

Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim pidana yang akan dijatuhkan

terhadap diri terdakwa diharapkan akan membuat efek jera juga terhadap masyarakat

sehingga diharapkan masyarakat tidak melakukan perbuatan yang sama;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan­pertimbangan diatas Majelis

Hakim berpendapat pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa telah tepat dan cukup

adil dengan kadar kesalahan terdakwa yang selanjtnya akan ditentukan dalam amar

putusan ini;

Menimbang, bahwa dalam pasal ini selain pidana penjara juga berlaku

ketentuan denda yang harus dijatuhkan maka terhadap terdakwa juga patut

dijatuhkan denda yang besarnya ditentukan dalam amar putusan;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan

penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Halaman 59 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 173: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap

Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap

berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan dalam perkara ini

Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut yaitu 9 (sembilan)

Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja merupakan Narkotika

Golongan I dan dikhawatirkan Narkotika tersebut disalahgunakan maka terhadap

Narkotika jenis Ganja tersebut haruslah dirampas untuk dimusnahkan sedangkan

terhadap 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang

didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang didalamnya

terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja, 1

(satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya terdapat

cairan hasil olahan narkotika jenis tanaman ganja, 2 (dua) buah botol pupuk organik

merk D.I GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat)

pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih

yang masing­masing didalamnya terdapat carian alkohol, 1 (satu) buah jeriken

ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­masing didalamnya terdapat cairan alkohol, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok kecil

terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah

kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna

putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles, 1 (satu)

buah buku dengan judul green flower,1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana

Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care, 1 (satu) buah buku

dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa Benar Bermanfaat, 1 (satu)

buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) buah buku dengan judul How

To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual, 1 (satu)

buah buku dengan judul Cannabis Alchemy, 1 (satu) buah Handphone warna hitam

merk LenovoTab 2 A7 merupakan alat yang dijadikan sarana oleh terdakwa untuk

melakukan tindak pidana tersebut maka terhadap barang bukti tersebut juga

dinyatakan dirampas untuk dimusnahkan selain itu terhadap barang bukti berupa 1

(satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto karena

merupakan kartu identitas terdakwa dan tidak terkait dengan tindak pidana yang

dilakukan oleh terdakwa maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dikembalikan

kepada terdakwa, sedangkan terhadap barang bukti berupa 1 (satu) Buah motor

Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY berserta STNK nya

adalah milik Saksi Tri Raman Jaya dan saksi tersebut tidak mengetahui bahwa

barang yang dibawanya tersebut adalah Narkotika jenis Ganja maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dikembalikan kepada saksi Tri Raman Jaya;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 174: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka terdakwa

haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa maka perlu

juga dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang

meringankan Terdakwa :

Keadaan yang memberatkan:

• Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam

pemberantasan Narkotika;

Keadaan yang meringankan:

• Terdakwa belum pernah dihukum

• Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;

• Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk mengobati istrinya;

• Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan tumpuan terakhir

anak­anaknya setelah istrinya meninggal;

Memperhatikan, Pasal 116 ayat (1) Undang­Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika, Undang­Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang­undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

serta peraturan perundang­undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1 Menyatakan Terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx Surajiyo

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Tanpa Hak Dan Melawan Hukum Menggunakan Narkotika Golongan I

Terhadap Orang Lain”;

2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 8 (delapan) Bulan dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar

diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan;

3 Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Halaman 61 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 175: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4 Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;

5 Menetapkan barang bukti berupa:

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata terbuat

dari plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat

dari plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang

ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari

plastik;

• 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang

didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang

didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman Narkotika Golongan

I jenis tanaman ganja;

• 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya

terdapat cairan hasil olahan nNarkotika jenis tanaman ganja;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 176: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW;

• 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu;

• 1 (alat) pengukur suhu ruangan;

• 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan;

• 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing­

masing didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai;

• 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.

• 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.

• 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.

• 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.

• 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.

• 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.

• 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.

• 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.

• 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.

• 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja

Apa Benar Bermanfaat?.

• 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.

• 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.

• 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.­

• 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.­

• 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.

Dirampas untuk dimusnahkan.

• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.

Dikembalikan kepada Terdakwa.

• 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB

3235 UY.

• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY

Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.

6 Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp

2.000,­ (dua ribu rupiah);

Halaman 63 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 177: PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Sanggau, pada hari Senin, tanggal 24 Juli 2017, oleh Achmad Irfir

Rochman.,SH,MH sebagai Hakim Ketua, John Malvino Seda Noa Wea.,SH dan

Maulana Abdillah.,SH.,MH masing­masing sebagai Hakim Anggota, putusan

tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 2

Agustus 2017 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut,

dibantu oleh Ratmin Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Sanggau, serta

dihadiri oleh Erhan Lidiansyah.,SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri

Sanggau dan terdakwa serta Penasihat hukumnya;

Hakim­hakim Anggota, Hakim Ketua,

Ttd Ttd

John Malvino Seda Noa Wea, S.H. Achmad Irfir Rochman, S.H.MH

Ttd

Maulana Abdillah, S.H.MH

Panitera Pengganti

Ttd

Ratmin

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64