pemidanaan pelaku penanam ganja untuk pengobatan...
TRANSCRIPT
PEMIDANAAN PELAKU PENANAM GANJA UNTUK PENGOBATAN
(Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau
Nomor 111/Pid.Sus/2017/PnSag)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Ega Yuni Rakhmawati
11150450000023
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440/2018
iii
ABSTRAK
Ega Yuni Rakhmawati. NIM 11150450000023. “Pemidanaan Pelaku
Penanam Ganja Untuk Pengobatan (Analisis Putusan Pengadilan Negeri
Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag)”. Program Studi Hukum Pidana
Islam (Jinayah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2014 M. + 95 halaman + 1 lampiran.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah pemidanaan terhadap pelaku
penanaman ganja yang ditetapkan dalam putusan Pengadilan Negeri
Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag. Pengadilan Negeri Sanggau
memvonis 8 (delapan) bulan penjara terhadap Terdakwa Fidelis Arie
Sudewarto yang dinyatakan bersalah dalam kasus penanaman ganja yang
dilakukan untuk pengbatan istri terdakwa. Fidelis juga diwajibkan untuk
membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan
ketentuan apabila denda terseut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara
selama 1 (satu) bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan
hukum dan pertimbangan hakim dalam menentukan hukuman terhadap
terdakwa dan untuk mengetahui dampak dari putusan yang telah ditetapkan
hakim dalam perkara ini.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dan
metode pendekatan Case Approach dan Statue Approach dengan
menggunakan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-
buku, jurnal-jurnal dan kitab-kitab fikih yang berkaitan dengan judul skripsi
ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kasus Fidelis seharusnya
hakim memperhatikan alasan terdakwa melanggar ketentuan pidana dan
seharusnya tidak dipenjara karena dengan demikian mengakibatkan istri
terdakwa tidak mendapatkan perawatan.
Kata Kunci: Pemidanaan, Penanaman Ganja, Pengobatan.
Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung, S.H., M.H.
Pembimbing II : Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : 1994 - 2018
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim...
Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
tugas akhir dalam menempuh studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan selalu kepada Baginda Nabi
Agung, Muhammad S.A.W yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan kasih sayang.
Selanjutnya dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa,
yang terhormat:
1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Dekan
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarf
Hidayatullah Jakarta.
2. Qosim Arsadani, M.A. Kepala Program Studi Hukum Pidana Islam
(Jinayah).
3. Mohamad Mujibur Rohman, M.A Sekretaris Program Studi Hukum
Pidana Islam (Jinayah).
4. Prof. Dr. H. A. Salman Manggalatung, S.H., M.H. Dosen
Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak
memberikan masukan, arahan serta bersedia meluangkan waktunya
dengan penuh keikhlasan kepada penulis.
5. Muhammad Ishar Helmi, S.H., M.H. Dosen Pembimbing II dalam
penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan,
arahan serta bersedia meluangkan waktunya dengan penuh
keikhlasan kepada penulis.
v
6. Dr. H. Abd. Rahman M.A. dosen penasihat akademi yang selalu
memberikan arahan kepada penulis.
7. Nurohim Yunus LLM. Sekretaris prodi tahun 2015 samapi dengan
2018 dosen yang selalu memberi arahan, semangat dan membatu
penulis dalam melaksanakan studi di kampus ini.
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi kepustakaan pada penulisan skripsi ini.
10. Kepada Kedua Orang Tua Papah tercinta (alm) Sudarso dan Mama
tercinta Rochanah yang sangat berjasa dan teristimewa bagi hidup
saya. Yang selalu menyayangi, mensupport, mendoakan dan
memenuhi segala keperluan diri saya. Terimakasih telah menjadi
orang yang selalu ada untuk saya dan begitu penulis banggakan.
dan terimakasih untuk Maulida Evialita selaku adik saya yang telah
mengantarkan penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
Dan seluruh keluarga lainnya, budeh, pakde, mas dan mba serta
sepupu lainnya. Terimakasih atas kasih sayang, bimbingan dan
pengorbanan yang tiada henti untuk penulis. Semoga Allah SWT
selalu melindungi kalian dan Allah SWT selalu berkahi langkah
kalian kapan dan dimana pun berada.
11. Kepada Yulianto Firman selaku orang yang selalu ada disamping
penulis dalam suka maupun duka. Yang selalu mendukung langkah
penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga segala
pengorbanan yang dilakukan dibalas Allah SWT dengan hal yang
indah dikemudian hari.
12. Sahabat setia seperti keluarga yang selalu memotifasi, Tyas, Meita,
Dibba, Tity, Asin, Mute, Anyi, Aqilah, Lusi, Beker, Yasinta, Dita,
Agilia Gunawan, Santi Sartika,
13. Teman-teman kelas Hukum Pidana Islam Angkatan 2015,
khusunya kepasa Sofia Azmi, Salwa Nailadtafad, Siti Salamah,
vi
Rasifah, Selly Rosyanaya, Risky Oktavianti, Syifa Ulkhair, Nada
Yasmin, Milla Istiqoah, Milati Azka, Arinda Yefa, Ike Nurmala
dan Ayu Widiwati terimakasih telah menjadi teman berproses
bersama-sama selama 4 tahun ini.
14. Anggota KKN Gundam 027 yang selalu memberikan motifasi yang
tiada henti.
15. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. Ciputat,
(LKBHMI) Cab. Ciputat, keluarga besar HMI Komfaksy, kepada
Serta telah menjadi wadah berproses, menambah ilmu pengetahuan
yang sangat bernilai bagi kehidupan penulis.
16. Senior-Senior yang selalu mengarahkan Bang Khusnus, Bang
Ncek, Bang Hariri, Bang Fahmi, Bang Mujib, Kak Rere, Kak
Agnes, Kak Agsel, Kak Ume, Kak Rita, Kak Aini yang telah
memberikan banyak pengalaman dan ilmu kepada penulis.
Akhirnya, hanya kata syukur alhamdulillah dan terimakasih. Besar
harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin ya Rabbal’alamin...
Jakarta, 18 Juli 2019
15 Dzulkaidah 1440 H
Ega Yuni Rakhmawati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
E. Metode Penelitian ................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ....................................................................... 19
B. Kerangka Konseptual .............................................................. 34
C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ........................................ 40
BAB III PENGGUNAAN GANJA SEBAGAI PENGOBATAN
A. Pengertian Narkotika ............................................................... 43
B. Dasar hukum ........................................................................... 44
C. Jenis-Jenis Narkotika ............................................................... 50
D. Deskripsi Kasus Fidelis ........................................................... 59
E. Legalitas Penggunaan Ganja dalam Undang-Undang ............... 71
F. Legalitas Penggunaan Ganja dalam Pandangan Hukum
Islam ....................................................................................... 73
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
SANGGAU NOMOR 111/Pid.Sus/2017.PNSag
A. Faktor yang mendasari terdakwa melakukan penanaman
ganja dalam putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor
111/Pid.Sus/2017.Pnsag ........................................................ 78
viii
B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor
111/Pid.Sus/2017.Pnsag ........................................................ 79
C. Pemidanaan pelaku penanaman ganja menurut pandangan
hukum islam ............................................................................ 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 93
B. Rekomendasi ......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 95
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Narkotika awalnya merupakan hasil proses kemajuan teknologi yang
berkembang dalam norma sosial untuk keperluan kepentingan pengobatan
dan ilmu pengetahuan lainnya. Kebijakan penanggulangan bahaya dan
penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah dimulai sejak berlakunya
Ordonansi Obat Bius.1 Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan
umat manusia khususnya kesehatan, namun dengan semakin
perkembangannya zaman narkotika dugunakan untuk hal-hal negatif.
Fenomena penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada masyarakat
umum, untuk itulah diperlukan adanya tindakan nyata untuk memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tersebut. Tindak pidana
Narkotika merupakan tindak pidana khusus karena tindak pidana ini tidak
menggunakan KUHP sebagai dasar hukumnya, tetapi menggunakan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.2
Untuk menjatuhkan hukuman khususnya pidana narkotika seharusnya
bertujuan untuk membuat efek jera bagi pemakainya juga bertujuan untuk
mencegah penyalah gunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap
narkotika. Eksistensi penegakan hukum dalam hal visi dan misi penegakan
hukumnya, baik tingkat penyidik penuntut sampai pengadilan harusnya
memiliki presensi yang sama sesuai tuntutan hukum dan keadilan
masyarakat.3 dengan adanya Undang-Undang narkotika yakni Undang-
1 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam
Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana, 2008), h., 185.
2 Andri Wijaya Laksana, Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku Penyalahgunaan
Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi, Jurnal Pembaharuan Hukum, II, 1 (Januari – April, 2015),
h. 75.
3 Andri Wijaya Laksana, Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku Penyalahgunaan
Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi, h.75.
2
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yang mana merupakan
merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap
penanggulangan tindak pidana narkotika.
Pembentukan Undang narkotika diharapkan dapat menanggulangi
peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika.4 Selain itu juga untuk
mengatur mengenai pemanfaatan narkotika untuk kepentingan pengobatan
dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.5
Sebenarnya, upaya dalam menyelesaikan permasalahan narkotika sudah
dilakukan baik dari aspek preventif maupun represif dengan adanya peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan narkotika. Secara khusus upaya
preventif telah dilakukan misalnya oleh aparat yang berkepentingan
khususnya dari Badan Narkotika Nasional, Kepolisian Republik Indonesia
dan Pejabat Pegawai Negeri Sipil maupun melalui partisipasi aktif
masyarakat yaitu dengan adanya lembaga-lembaga yang peduli akan bahaya
narkoba. Namun selama ini upaya pencegahan narkotika dirasa kurang
maksimal, seringnya pemerintah hanya melakukan sosialisasi ke sekolah-
sekolah. Kurangnya upaya preventif juga mengakibatkan banyak masyarakat
yang belum mengetahui bahaya narkotika itu sendiri. Rata-rata pemerintah
hanya melakukan upaya represif yang dilakukan mulai dari penangkapan
sampai dengan proses hukum di pengadilan, dimana setelah penjatuhan
pidana terdakwa akan dibimbing dan dibina agar tidak melakukan
penyalahgunaan terhadap narkotika kembali. Karena itu, walaupun istilah-
istilah “dengan kekuatan” dan “dengan paksaan” bertebaran di dalam
pembahasan perilaku hukum, terutama mengenai sanksi, pada umumnya hal
itu dimaksudkan sebagai ancaman penggunaan kekuatan dan paksaan, bukan
4 Anton Sudanto, Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia, Adil Jurnal Hukum,
VII, 1, h. 144
5 Siswanto S, Politik Hukum Dalam Undang-UndangNarkotika, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2012), h., 1
3
kekuatan dan paksaan itu sendiri.6 Fungsi sanksi pidana dalam hukum pidana
tidak boleh semata-mata hanya untuk menakut-nakuti atau sebagai ancaman
bagi para pelanggar, akan tetapi diharapkan lebih dari itu, sanksi yang
diberikan juga haruslah mendidik memperbaiki si pelaku.
Pendekatan penyalahgunaan narkoba di Indonesia saat ini belum benar-
benar terpadu dan terlihat setiap instansi atau kelompok masyarakat bekerja
sendiri-sendiri sehingga hasil yang diperoleh belum optimal, sebenarnya
seluruh lapisan masyarakat berhak memberikan upaya penegakan
penanggulangan penyalahgunaan narkotika, namun stigma masyarakat masih
beranggapan bahwa pengguna narkotika adalah penjahat. kurang adanya
rangkulan dari masyarakat, mereka tidak memperdulikan alasan apa sehingga
mereka mengkonsumsi obat-obatan terlarang tersebut. Pecandu narkotika dan
korban penyalahgunaan narkotika wajib rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial.7
Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
menganut dua jenis hukuman yakni upaya sanksi pidana dan sanksi tindakan.
Rehabilitasi inilah merupakan salah satu bentuk sanksi tindakan. Hakim dapat
memutuskan agar pecandu narkotika menjalani rehabilitasi. Reformasi hukum
pidana khususnya tentang rehabilitasi terhadap pengguna narkotika
merupakan bentuk langkah pembaharuan hukum yang menunjukkan adanya
kebijakan hukum pidana yang merupakan kebijakan dengan bertujuan agar
pengguna narkotika tidak lagi menyalahgunakan narkotika tersebut. Oleh
masyarakat maupun aparat penegak hukum, penyalahgunaan narkotika
dianggap sebagai pelaku tindak pidana yang harus dijatuhi hukuman penjara.
Situasi ini mengakibatkan timbulnya masalah baru misalnya beban lapas
menjadi sangat melebihi batas, selain itu peredaran narkotika di dalam lapas
6 Lawrance M. Friedman, The Lagal System; A Social Science Perspective. Penerjemah M.
Khosim. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Diterjemahkan dari buku Lawrance M. Friedman,
Bandung: Nusa Media, 2009, h., 90.
7 Siswanto S, Politik Hukum dalam Undang-Undang Narkotika (UU NO.35 TAHUN 2009),
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 257
4
juga marak terjadi bahkan lapas digunakan sebagai tempat memproduksi
narkotik. Upaya penegakan hukum dengan menjatuhkan sanksi pidana kepada
penyalahgunaan narkotika agar mendapatkan efek jera sedangkan dengan
menggunakan upaya rehabilitasi dapat mengurangi permintaan masyarakat
akan hal terlarang tersebut.
Lembaga peradilan pidana adalah salah satu ranah pencari keadilan untuk
memperjuangkan hak-haknya. Hakim sebagai aktor utama dalam proses
peradilan senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, kecerdasan
moral, dan profesional dalam menegakkan hukum dan keadilan dalam wujud
putusan nya.8 Secara praktis, penerapan dan penegakan hukum di lembaga
peradilan, lebih jelasnya dapat dimaknai sebagai suatu proses yang secara
internal adalah konsisten, dapat diduga, tepat dan logis.9 Putusan hakim harus
selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan
kepada masyarakat khususnya pencari keadilan. Menjadi persoalan ketika
akan mengadili menurut hukum karena terkait persoalan keadilan. Agar
putusan hakim itu adil-manusiawi, maka hakim perlu waktu
mempertimbangkan putusan yang akan diambilnya, selain harus selalu
mempertimbangkan kenyataan kemasyarakatan, juga harus selalu mengacu
cita-hukum yang berintikan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan demi
mewujudkan ketertiban berkeadilan.10
Ruang kebebasan hakim yang diberikan oleh negara meliputi kebebasan
mengadili, kebebasan dari campur tangan pihak luar, kebebasan berekspresi
dalam rangka mengembangkan hukum praktis, kebebasan menggali nilai-nilai
hukum sesuai rasa keadilan masyarakat, termasuk kebebasan menyampingi
ketentuan hukum tertulis jika dinilai tidak lagi sesuai rasa keadilan
8 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta: Kencana,
2015), h., 1.
9 Ahmad Mujahidin , “Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan ,
XXX, 347 (Oktober, 2014), h., 31.
10 Ahmad Mujahidin , “Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan ,
XXX, 347 (Oktober, 2014), h. 33.
5
masyarakat.11
Kebebasan hakim di sini bukanlah kebebasan yang tanpa batas,
karena dalam menetapkan dasar-dasar hukum harus tidak boleh bertentangan
dengan ideologi negara, Undang-Undang yang sederajat dan harus
melindungi hak asasi manusia (HAM) serta yang lebih penting haruslah
mengamanatkan keadilan. Namun di dalam praktik hukum formal yang
sifatnya kaku seolah-olah menutup pintu untuk mempertimbangkan
substansial tersebut, sehingga kadang-kadang orang mempertentangkan
keadilan formal atau kepastian hukum dengan keadilan materiil atau
substansial.12
Hakim dapat mempertimbangkan jenis pidana apa yang paling
sesuai untuk kasus tertentu dengan mengetahui efek dari berbagai sanksi
pidana. Untuk pemidanaan yang sesuai layaknya hakim mengetahui lebih
banyak informasi tentang terdakwa, informasi tersebut tidak cukup hanya dari
pribadinya saja melainkan juga tentang keadaan-keadaan yang menyertai
alasan terdakwa melakukan perbuatan yang dituduhkan.
Pada awal tahun 2017 lalu di indonesia baik media cetak ataupun media
elektronik ramai diperbincangkan berita tentang Fidelis Arie Sudewarto
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau
yang ditangkap atas dugaan melakukan tindak pidana menanam Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya melebihi 1 kilogram. Yang
kemudian diketahui bahwa alasan penanaman Narkotika Golongan I tersebut
ia gunakan untuk pengobatan istrinya, Yeni Riawati. Sang istri menderita
penyakit Syringomyelia yang mana tumbuhnya kista pada sumsum tulang
belakang yang merupakan penyakit langka. Penanaman Ganja tersebut diakui
terdakwa bukan untuk diedarkan.
Adapun perkara ini telah masuk ke dalam ranah pidana, yang mana
proses persidangan telah di mulai pada tanggal 2 Mei 2017. Penuntut umum
menyatakan terdakwa Fidelis bersalah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana, sesuai dengan dakwaan yakni Pasal 111 ayat (2) Undang-Undang
11 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 3.
12 AR Sujono dan Bony Daniel, Apa Yang Diharapkan Masyarakat Dari Seorang Hakim,
Jurnal Varia Peradilan , XXV, 293 (September, 2010), h., 17.
6
Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan
menjatuhkan pidana berupa pidana penjara 05 (lima) bulan dikurangi selama
terdakwa dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan dan
membayar denda sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)
subsidair 1 (satu) bulan penjara.
Pemidanaan Fidelis Ari Sudewarto perhatian publik dan memicu
berbagai macam perdebatan. Perdebatan yang muncul yakni apakah adil
apabila Fidelis dipenjara padahal ia tidak mengedarkan ataupun menjual
Narkotika Golongan I tersebut. Hal tersebut yang merupakan alasan
masyarakat khususnya masyarakat miskin sering bertanya di mana rasa
keadilan tersebut, dan seringkali selalu dijawab oleh pemerintah atau aparatur
penegak hukum dengan argumentasi-argumentasi prosedural hukum. Pada
hakikatnya fungsi kejaksaan adalah untuk menegakkan jaminan Undang-
Undang Dasar 1945 terhadap warga negaranya melalui proses hukum yang
adil dalam rangka mewujudkan negara hukum.13
Ketidakpuasan masyarakat
pencari keadilan terhadap putusan-putusan hakim, dapat disebabkan antara
lain karena ketidak sesuaian antar keadilan yang tumbuh dalam setiap hukum
masyarakat dan keadilan yang diberikan oleh hakim sebagai aktor pengadilan
berdasarkan skenario yang digariskan undang-undang.14
Penyalahgunaan narkotika sudah dilakukan oleh semua lapisan
masyarakat, dari mulai pejabat, orang tua, mahasiswa, anak sekolah bahkan
anak-anak. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika harus segera disikapi
dengan ketegasan aparat penegak hukum. Namun, misi suci lembaga
peradilan bukanlah semata-mata untuk menegakkan hukum demi hukum itu
sendiri, melainkan untuk menegakkan hukum demi keadilan. Untuk
menjalankan misi suci tersebut seharusnya institusi peradilan dalam
mengadili proses hukum di persidangan diharapkan mencari kebenaran yang
tidak hanya semata-mata diikat oleh prosedur atau aturan-aturan yang ketat.
13 Abdul Latif , Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil, Jurnal Varia
Peradilan , XXVI, 310 (September, 2011), h. 18.
14 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 8
7
Melainkan mengadili untuk mewujudkan keadilan. Hal ini didukung oleh
pernyataan Bismar Siregar seorang mantan Hakim Agung, yang menyatakan
bahwa: “bila untuk menegakkan keadilan lalu kepastian hukum harus
dikorbankan, maka itu yang dilakukan. Karena hukum itu sarana sedangkan
tujuannya adalah keadilan.”15
Demikian pula menurut Scholten, penentu
mengenai apa hukumnya mengenai suatu kasus tertentu keadilan lah yang
merupakan taruhan utamanya, ia dimulai dari keadilan dan diakhiri dengan
keadilan.16
Bahwa pada dasarnya hukum yang baik yaitu ketika hukum tersebut
memuat kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Sekalipun ketiganya
merupakan cita hukum, namun masing-masing nilai mempunyai substansi
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga ketiganya
mempunyai potensi untuk saling bertentangan. Dalam hal ini ada tiga tujuan
hukum yang selalu ingin diwujudkan secara integratif di dalam pertimbangan
hukum putusan hakim, yaitu: keadilan dalam hubungannya dengan norma
hukum positif (kepastian hukum), keadilan dalam hubungannya dengan
norma sosial (kemanfaatan), dan keadilan dalam hubungannya dengan norma
moral (filosofis).17
Prinsip kepastian hukum lebih menonjol di dalam tradisi kawasan Eropa
Kontinental dengan konsep negara hukum rechstaat adapun rasa keadilan
lebih menonjol di dalam tradisi hukum kawasan Anglo Saxon dengan konsep
negara hukum the rule of law.18
Apabila terjadi kesenjangan antara Undang-
Undang dengan hukum yang hidup sesuai rasa keadilan masyarakat, maka
cara mengatasi kesenjangan itu harus diciptakan hukum baru oleh pembuat
undang-undang. Tetapi yang sering menjadi permasalahan ialah seringnya
terjadi kasus yang dibutuhkan pemecahannya melalui putusan pengadilan,
15 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h., 156.
16 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h., 101.
17 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 4.
18 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 5.
8
namun pembentukan Undang-Undang yang baru belum dilakukan, maka
dalam kasus seperti inilah peran hakim sebagai penemu hukum harus
dilakukan. Hakim dalam menemukan hukum secara silogisme, yaitu undang-
undang sebagai premis mayor dan fakta hukum sebagai premis minor
kemudian ditarik kesimpulan sebagai pendapat hukum.19
Hakikat hukum bertumpu pada keadilan dan kekuatan moral. Moral
justice adalah keadilan berdasarkan standar moral yang memisahkan yang
baik dan yang buruk. Standar tersebut bersumber dari kitab-kitab suci yang
merupakan keadilan Ilahi sebagai representasi dari keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.20
Penegakan proses hukum yang adil atau yang
berkeadilan diakomodir dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang
memberikan perlindungan dan manfaat bagi setiap warga negara dalam
rangka tegaknya supremasi konstitusi sebagai hukum dasar negara, bahwa
sistem peradilan kita berpegang teguh pada asas proses hukum yang adil
menjadi sangat penting. Proses hukum yang adil oleh penegak hukum sering
diartikan dengan hanya peneraan secara tekstual hukum. Padahal makna yang
seharusnya tidak bisa diabaikan adalah sebagai sikap batin penghormatan
terhadap hak-hak yang dimiliki warga negara.
Jika tindakan Fidelis Ari Sudewarto menanam ganja dilihat dari sisi
moralitas semata, tentulah perbuatan tersebut dianggap telah melanggar
moral. Pendapat ini dikarenakan atas dasar segala pengetahuan dan peraturan
yang ada yang menyatakan bahwa Narkotika Golongan I termasuk obat-
obatan terlarang, sehingga haruslah dilarang pembudidayaan nya. Yang mana
peraturan tersebut telah tertanam dalam benak masyarakat sehingga terpatri
menjadi moralitas.
Menurut pendapat Penulis, tindakan yang telah dilakukan oleh Fidelis
Ari Sudewarto bukanlah merupakan suatu tindakan yang patut
dikriminalisasi. Ia bukanlah merupakan pengedar terlebih jika dilihat dari
hasil tes urine nya yang negatif menandakan bahwa ia juga bukanlah pemakai
19 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 7.
20 Syarif Mappiasse, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, h., 9.
9
dari hasil tanaman ganja yang ia tanam di rumahnya. Ia hanyalah seorang
suami yang ingin menyembuhkan penyakit yang telah diderita sang istri
selama bertahun-tahun.
Sejak istrinya didera penyakit, Fidelis telah menempuh berbagai cara
untuk menyembuhkan penyakit yang diderita yang sang istri, hingga suatu
waktu ia mendapati artikel di Google tentang manfaat Narkotika Golongan I
yang berbentuk tanaman ekstrak daun Cannabis Sativa alias Ganja yang bisa
meringankan rasa sakit orang yang ia cintai, serta untuk mengembalikan
senyum kekasihnya yang sudah lama hilang.21
Keputusan ini ia ambil
beranjak dari hasil penalaran nya. Sambaran tindakan atau keputusan manusia
yang “disengaja” dalam pengertian tertentu, dihasilkan melalui penalaran.
Dan benar saja, khasiatnya dapat membuat keadaan sang istri membaik, yang
tadinya tidurnya tidak nyenyak, menjadi nyenyak. Yang sebelumnya tidak
nafsu makan sekarang menjadi nafsu makan dan perubahan yang lebih
signifikan ialah keadaan sang istri yang sebelumnya tidak bisa berbicara
setelah mengkonsumsi ganja tersebut sang istri perlahan dapat berbicara
kembali. Fidelis pun telah berniat sebelumnya, apabila keadaan fisik Yeni
telah membaik akibat mengkonsumsi ekstrak ganja tersebut ia akan
membawa sang istri untuk melakukan operasi terhadap penyakitnya tersebut.
Rehabilitasi merupakan jenis pemidanaan yang tepat dan sesuai bagi
pengguna narkotika. Dengan dilakukannya rehabilitasi diharapkan para
pelaku tindak pidana narkotika dapat sembuh dari ketergantungan nya
sehingga mereka tidak akan merasa butuh untuk memakai zat haram tersebut
lagi. Namun hal ini tidak didapatkan oleh keluarga Fidelis khususnya sang
istri, Yeni. Hampir seluruh tindak kejahatan yang ditangani oleh sistem
peradilan pidana di Indonesia selalu berakhir di penjara. Akibat yang
dirugikan dari tindakan ini bukanlah negara, ataupun aparatur penegak hukum
bahkan masyarakat dan keluarga sekitar tetapi yang justru dirugikan ialah
ketika Fidelis sudah tidak bisa lagi melakukan tindakannya untuk mengurangi
21 Lawrance M. Friedman, Sisitem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, h., 307.
10
rasa sakit yang diderita sang istri yang menyebabkan Yeni meninggal dunia
akibat tidak mendapatkan pengobatan terlebih sang istri yang sangat
dicintainya meninggal pada saat Fidelis sedang menjalankan masa
tahanannya. Begitulah hukum, merupakan cerminan seberapa jahat hukum
jika tidak diberlakukan atas dasar hati nurani, moralitas serta keadilan.
Dari permasalahan di atas penulis merasa perlu dikaji lebih lanjut dalam
sebuah karya ilmiah dengan judul : PEMIDANAAN PELAKU PENANAM
GANJA UNTUK PENGOBATAN (Analisis Putusan Pengadilan Negeri
Sanggau No.111/Pid.Sus/2017/PnSag)
B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas dapat ditemukan sejumlah permasalahan yang
cukup penting untuk dikaji lebih mendalam sehingga dapat ditemukan
titik terang mengenai permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini
peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti, antara lain:
a. Tindak pidana penyalahgunaan narkotika
b. Penggunaan ganja sebagai obat
c. Konsumsi narkotika yang menyebabkan ketergantungan
d. Peredaran narkotika
e. Penanaman tanaman ganja
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,
penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya
lebih jelas, terarah serta untuk menghindari kemungkinan tumpang tindih
dengan masalah di luar wilayah tema penelitian yang diharapkan penulis.
Di sini penulis hanya akan membahas analisis pertimbangan hakim
dalam menentukan putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag dan dampak
dari keputusan tersebut.
11
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa faktor yang mendasari terdakwa melakukan penanaman ganja
dalam putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag?
2. Bagaimana dampak putusan hakim tentang larangan penanaman
ganja untuk pengobatan dalam konteks penegakan hukum?
3. Bagaimana pemidanaan pelaku penanam ganja menurut pandangan
hukum Islam?
C. Tujuan Penelitian
Supaya pembahasan terkait analisis putusan No.
111/Pid.Sus/2017/PNSag lebih terarah dan mendalam sesuai dengan
permasalahan-permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari
penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan terdakwa melakukan
penanaman ganja pada putusan No. 111/Pid.Sus/2017/PNSag
2. Untuk mengetahui dampak putusan hakim tentang larangan penanaman
ganja untuk pengobatan dalam konteks penegakan hukum.
3. Untuk mengetahui pemidanaan pelaku penanam ganja menuurt
pandangan hukum islam
D. Manfaat Penelitian
Karena banyaknya kasus tentang putusan hakim yang dinilai jauh dari
rasa keadilan untuk semua masyarakat. Serta masih sedikitnya penulis yang
ingin membahas judul ini, selain itu masih sedikitnya sumber referensi. Maka
ini menjadi tantangan bagi penulis dan diharakan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu hukum terutama di bidang pidana.
Adapun manfaat dari penulisan proposal skripsi ini dibagi dalam 3
manfaat sesuai subjeknya, diantaranya adalah:
a) Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
12
Hidayatullah Jakata, khususnya di Fakultas Syariah Dan Hukum pada
program studi Hukum Pidana Islam selain itu, juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan penelitian lanjutan bagi Mahasiswa atau Peneliti yang
akan meneliti dalam bidang yang sama.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi lembaga-lembaga penegak hukum dalam menerapkan hukum di
Indonesia
c) Manfaat Masyarakat
Hasil studi ini diharapkan juga dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman bagi masyarakat mengenai penggunaan ganja sebagai obat.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
jenis penelitian normatif, yang mana merupakan penelitian yang
memfokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-
norma dalam hukum positif.22
Dalam penelitian hukum normatif
menggunakan studi kasus normatif berupa produk perilaku hukum,
misalnya megkaji Undang-Undang. Pokok kajiannya adalah hukum yang
dikonsepkan sebagai suatu norma atau kaidah yang berlaku dalam
masyarakat serta menjadi acuan seseorang dalam berperilaku. Sehingga
penelitian ini berfokus pada inventerisasi hukum positif, asas-asas dan
doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik
hukum, taraf sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.23
Penulis memutuskan menggunakan metode penelitian hukum
normatif untuk meneliti dan menulis pembahasan karya ilmiah ini
sebagai metode penelitian hukum. Penggunaan metode penelitian
22 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2006), h., 295.
23 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2004), h., 52.
13
normatif dalam penulisan karya ilmiah ini didasari oleh kesesuaian teori
dengan metode penelitian yang dibutuhkan penulis.
Menurut Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya yang berjudul
Penelitian hukum berpendapat bahwa tidak diperlukannya istilah
penelitian hukum normatif. Alasannya karena istilah legal research
selalu normatif, sama halnya dengan istilah yuridis – normatif yang
sebenarnya juga tidak dikenal dalam penelitian hukum. Jika type
penelitian harus dinyatakan dalam bentuk tulisan, cukup dikemukakan
bahwa penelitian ini adalah penelitian hukum. Dengan pernyataan
demikian sudah jelas bahwa penelitian tersebut bersifat normatif, hanya
saja pendekatan dan bahan-bahan yang digunakan harus dikemukakan.
Adapun penelitian hukum (legal research) adalah menemukan kebenaran
koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah
norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip
hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma
hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum.24
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Case Approach
yaitu studi kasus yang mana penulis akan meneliti kasus yang terjadi di
Provinsi Kalimantan Kabupaten Sanggau. Statute Approach yang mana
akan melakukan pendekatan terhadap Undang-Undang yang terkait.
Pendekatan studi kasus bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-
norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.
Terutama mengenai kasus-kasus yang telah di putus sebagaimana yang
dapat kita lihat dalam yurisprudensi terhadap suatu perkara-perkara yang
menjadi fokus penelitian, yaitu perkara pidana.25
Pendekatan kasus dalam penelitian normatif memiliki tujuan untuk
mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam
praktik hukum. Dalam menggunakan pendekatan kasus yang perlu
24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h., 47.
25 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h., 321.
14
diperhatikan adalah ratio decidendi, yaitu alasan hukum yang digunakan
oleh hakim dalam putusan nya.26
Menurut Goodheart sebagaimana
dikutip oleh Peter Mahmud Marzuki, ratio decidendi dapat ditemukan
dengan memperhatikan fakta materiil, fakta tersebut bisa berupa orang,
tempat, waktu dan segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti
sebaliknya.27
3. Sumber Bahan Hukum
dalam pengumpulan data kualitatif, ada data yang berupa bahan
hukum yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer antara lain : Al quran, Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, KUHP, KUHAP, dan peraturan
perundang-undangan dan hasil putusan Nomor
111/Pid.Sus/2017/PNSag terkait tentang kasus penyalahgunaan
Narkotika Golongan I,
b. Bahan hukum sekunder yang mana fungsinya dapat memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer yang akan didapatkan dari
Hadis, hasil penelitian terdahulu, pendapat para ahli hukum, buku-
buku, artikel, jurnal, skripsi dan situs web yang objek kajiannya
mengenai hukum yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
c. Bahan hukum tertier, dengan tujuan untuk memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum yang digunakan dalam sumber bahan
hukum tersier yakni berupa kamus–kamus, baik kamus Bahasa
Indonesia, kamus hukum maupun kamus ilmiah populer.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan hukum yang dikumpulkan dalam penulisan skripsi ini adalah
data kualitatif. Adapun cara dalam mengumpulkan data dalam penelitian
ini yaitu menggunakan studi kepustakaan dalam pengumpulan data.
Kajian kepustakaan adalah pengindentifikasian secara sistematis dan
26 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h., 119.
27 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h., 120.
15
melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi
yang berkaitan dengan tema, objek dan masalah penelitian.28
Study
kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat dan
memuat ulasan-ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan
pertimbangan hakim dalam memutuskan putusan.
Pengumpulan bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum
primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari perundang-
undangan yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini bahan
hukum primernya berupa putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/Pn.Sag.
sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan pada penelitian ini
ialah dilakukan dengan mencari serta memperoleh data dari literatur dan
referensi yang berhubungan dengan judul skripsi ini, jurnal-jurnal
hukum, serta wawancara dengan para hakim dan dosen hukum yang
terkait.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Analisis pengolahan data ini dengan cara mengumpulkan bahan
hukum melalui prosedur inventarisasi dan identifikasi peraturan
perundang-undangan, serta mengklasifikasi dan mensistematisasi bahan
hukum sesuai dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu, teknik
pengumpulan data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah dengan
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca
menelaah dan mencatat serta membuat ulasan dari bahan-bahan pustaka
yang ada kaitannya dengan kasus yang diangkat. Pada penelitian ini,
pengolahan data dilakukan dengan cara membuat klasifikasi terhadap
bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan
konstruksi.29
28 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h., 14.
29 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h., 252.
16
Setelah data terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan
hukum sekunder serta bahan hukum tertier, kemudian penulis mengolah
data dan menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode
kualitatif, yaitu menggunakan penafsiran hukum dan argumentasi
rasional kemudian data tersebut penulis uraikan dalam bentuk narasi
sehingga menjadi kalimat yang jelas dan dapat dipahami. Metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap berikut
ini:30
a. Pemeriksaan data (Editing), peneliti akan memeriksa kembali semua
data tentang analisis yuridis putusan Hakim Pengadilan Negeri
terhadap terdakwa yang dianggap menyalahgunakan narkotika,
berkas-berkas, penjelasan makna, kesesuaian dan keselarasan antara
satu dengan yang lain yang berasaskan keadilan sehingga rumusan
masalah dapat terjawabkan.
b. Penandaan data (Coding), peneliti akan memberikan tanda yang
diperoleh dari studi pustaka ataupun dokumen-dokumen dengan
menggunakan tanda dan kata tertentu yang menunjukkan golongan
atau kelompok atau klasifikasi data menurut jenis dan sumbernya
agar memudahkan rekonstruksi serta analisis data.
c. Penyusunan atau sistematis data (Organizing), peneliti akan
menyusun dan mensistematika data-data tersebut menjadi sebuah
pokok bahasan yang tersusun.
d. Analising, yaitu menganalisa putusan Hakim Pengadilan Negeri
Kabupaten Sanggau Kalimantan.
6. Metode Penulisan
Penulisan pada penelitian ini menggunakan metode penulisan skripsi
yang mengacu pada “Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2017
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta”
30 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, h., 91.
17
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disajikan untuk memudahkan pembaca dalam
memahami materi yang akan dibawa selanjutnya dalam proposal ini. Dengan
adanya sistematika ini diharapkan pembaca dapat mengetahui secara garis
besar isi proposal ini.
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing
bab terdiri dari sub-sub bahasan dilakukan guna untuk memudahkan
penulisan dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai materi
pokok penulisan serta memudahkan para pembaca dalam memahami dan
mempelajari urutan penulisan skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan proposal ini adalah :
Pertama, merupakan pendahuluan mengenai proposal ini, dipaparkan
mengenai latar belakang masalah dari permasalahan yang menjadi pokok
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini,
kemudian selanjutnya yaitu merumuskan metode yang digunakan dan
rancangan sistematika penelitian.
Kedua, merupakan kajian pustaka, yang terdiri dari: kerangka
konseptual, kerangka teori serta tinjauan (review) studi terdahulu.
Ketiga, merupakan pemaparan penggunaan ganja sebagai pengobatan,
yang terdiri dari: pengertian narkotika, dasar hukum narkotika, jenis-jenis
narkotika, deskripsi kasus Fidelis, legalitas penggunaan ganja dalam
pandangan Undang-Undang serta legalitas penggunaan ganja dalam
pandangan hukum islam.
Keempat, merupakan analisis putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.
111/Pid.Sus/2017.PNSag, yang terdiri dari: kedudukan hukum, pertimbangan
hakim dan analisis putusan Pengadilan Negeri Sanggau No.
111/Pid.Sus/2017.PNSag tentang larangan penggunaan ganja sebagai
pengobatan.
18
Penutup, memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori yang
menggambarkan secara umum permasalahan yang dibahas utuk kemudian
ditarik kesimpulannya, selain itu dalam bab ini juga mencakup saran-saran
dari penulis atas permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk
mencapai tujuan dari yang diharapkan.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Teori Pemidanaan
Pemidanaan dapat diartikan sebagai suatu tahapan dalam
menetapkan sanksi dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum
pidana. Tujuan dalam pemberian sanksi pidana harus memperhatikan
kesejahteraan serta pengayoman masyarakat.31
Mengenai teori
pemidanaan, pada umumya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan
besar, yaitu teori absolut atau teori pembalasan, teori relatif atau teori
tujuan dan teori menggabungkan
1) Teori Absolut atau Teori Pembalasan
Menurut teori ini penjatuhan hukuman pidana karena orang telah
melakukan kejahatan, pidana sebagai akibat yang didapatkan karena
orang tersebut telah melakukan kejahatan.32
Menurut teori ini pidana
dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan
atau tindak pidana. Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada
sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melaukan kejahatan.
Jadi, dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau telah
terjadinnya kejahatan itu sendiri. Immanuel Kant memandang pidana
sebagai“Kategorische Imperatief” maksudnya: seseorang harus
dipidana karena ia telah melakukan kejahatan. Pidana bukan
merupakan alat untuk mencapai tujuan, melainkan mencerminkan
keadilan. 33
2) Teori Relatif atau Teori Tujuan
31 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju
Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 74
32 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67
33 Mulyadi,dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: PT.
Alumni, 2010), h., 12.
20
Teori tujuan membenarkan bahwa pemidanaan berdasarkan pada
tujuan pemidanaan, yaitu untuk perlindungan masyarakat atau
pencegahan terjadinya kejahatan. Berbeda dengan teori pembalasan,
maka teori tujuan mempersoalkan akibat-akibat dari pemidanaan
kepada penjahat atau kepada kepentingan masyarakat.
dipertimbangkan juga untuk masa yang akan datang. Selain itu, teori
ini juga menyadarkan hukuman pada maksud atau tujuan hukuman,
artinya teori ini lebih mengedepankan kepada manfaat dari pada
hukuman itu sendiri.34
Teori ini sering disebut juga teori utilitarian, merupakan teori
yang lahir dari teori absolut. Tujuan dipidananya seseorang menurut
teori ini bukanlah sekadar pembalasan melainkan mewujudkan
ketertiban di dalam masyarakat. jadi tujuannya adalah untuk
mencegah agar ketertiban masyarakat tidak terganggu. Jeremy
Bantham (1748-1832), merupakan tokoh yang pendapatnya dapat
dijadikan landasan dalam teori ini. Menurutnya manusia merupakan
makhluk yang rasional yang akan memilih secara sadar kesenangan
dan menghindari kesusahan. Berkenaan dengan pandangan ini,
persoalan muncul bahwasanya kejahatan dilakukan dengan motif yang
beragam. Tidak semua kejahatan dapat dilakukan dengan rasional
melainkan lebih pada dorongan emosional yang kuat sehingga
rasional nya terkalahkan. Artinya, sisi motif kejahatan dapat
diklasifikasikan atas kejahatan dengan motif rasional dan kejahatan
dengan motif emosional. 35
Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan
absolut dari keadilan, melainkan hanya sebagai sarana untuk
melindungi kepentingan masyarakat. oleh karena itu menurut, J.
Andenaes teori ini disebut “teori perlindungan masyarakat”. menurut
34 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju
Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 76
35 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67
21
Nigel Walker teori ini lebih tepat disebut teori atau aliran reduktif
karena dasar pembenaran pidana menurut teori ini ialah untuk
mengurangi frekuensi kejahatan. Pidana bukanlah sekadar untuk
melakukan pembalasan kepada orang yang telah melakukan suatu
tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat. Oleh karena itulah teori ini sering juga disebut sebagai
teori tujuan (Utilitarian theory). Jadi dasar pembenaran nya ialah
terletak pada tujuannya, pidana dijatuhkan bukan karena orang
membuat kejahatan tetapi supaya orang jangan melakukan
kejahatan.36
3) Teori Gabungan
Menurut teori ini tujuan pidana itu selain membalas kesalahan
penjahat juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan
mewujudkan ketertiban. Pada hakikatnya teori ini lahir dari
ketidakpuasan terhadap gagasan teori pembalasan maupun unsur-
unsur yang positif dari kedua teori tersebut yang kemudian dijadikan
titik tolak dari teori gabungan. Teori ini berusaha untuk menciptakan
keseimbangan antara unsur pembalasan dengan tujuan memperbaiki
pelaku kejahatan. 37
Teori ini merupakan dasar gabungan dari teori absolut dan teori
relatif yang digabungkan menjadi satu. Menurut teori ini hukumannya
itu terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan.
Selain itu menjadi dasar tujuan daripada hukuman. Artinya dasar
pemidanaan terletak pada kejahatan dan tujuan dari pidana itu sendiri.
Maka dari itu, teori gabungan tidak saja hanya mempertimbangkan
masa lalu (seperti dalam teori pembalasan) tetapi juga harus
mempertimbangkan masa yang akan datang (seperti maksud dari teori
tujuan). Dengan demikian konsep dalam penjatuhan suatu sanksi
36 Mulyadi,dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, h., 18.
37 Usman, Analisis Perkembangan Hukum Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, h., 67
22
pidana haruslah memberikan kepuasan baik bagi pelaku kejahatan
maupun korban serta masyarakat.38
2. Teori Moralitas Hukum
Antara hukum dan moral ibarat dua sisi mata uang, di mana yang
satu dapat menjustifikasi yang lain. Moral tanpa hukum tidak berdaya
begitu pula hukum tanpa moral tidak bernilai, hukum efektif apabila
berlandaskan moral, memberikan keadilan, kepastian hukum, manfaat
dan kesinambungan. Hukum seharusnya mampu melakukan perubahan
terhadap masyarakat, berdimensi etis dan mengandung nilai-nilai hukum
yang hidup dalam masyarakat. Moral dapat menjadi basis bagi hukum
untuk menetapkan dan menjalankan kaidah-kaidah nya.39
Moral
merupakan tingkah laku manusia yang sangat subjektif, karena moral
setiap orang tentu berbeda, karena perbedaan itulah dibuatkan standar
yang ideal secara normatif yang disebut tata atau aturan-aturan.40
Yang
dinamakan sebagai moralitas adalah kehendak untuk mengikuti norma-
norma, karena semua itu adalah kehendak tuhan, atau etika yang baik
atau alih-alih karena hal itu berguna bagi kita atau bagi yang lainnya.41
Bahwasanya moralitas sosial memiliki karakteristik berupa “nilai”
yang suci yang merupakan kebijakan yang abadi, yang bersumber pada
akal pikiran manusia (human reason).42
Moral merupakan sikap yang
harus dilakukan dalam menjalankan aktivitas manusia sebagai makhluk
sosial, moralitas seseorang tergantung pada akhlak yang bersangkutan,
oleh karenanya moral bersifat individu dan subjektif, walaupun demikian
dalam kehidupan diperlukan adanya standar yang dijadikan pedoman
38 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju
Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h. 76.
39 Munir Fuadi, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana,
2013), h., 69.
40 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, (Jakarta : Kencana, 2012), h., 82.
41 Lawrance M. Friedman, Sisitem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, h., 146.
42 Munir Fuadi, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, h., 70.
23
dalam bentuk tertulis yang kemudian untuk melindungi dan menjaga
serta menghindari adanya perbuatan menyimpang antar sesama makhluk
sosial.
Yang pertama kali mengemukakan moral sebagai aturan hukum
adalah Thomas Aquinas. Berpegang kepada pandangan inilah Thomas
Aquinas menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengingkari
keberadaan tubuhnya, tubuhnya inilah yang memicu adanya tindakan,
keinginan, dan hawa nafsu. Melalui panca inderanya, manusia dapat
melihat, meraba, mendengar, mencium dan merasa sehingga manusia
tertarik kepada keinginan-keinginan yang menyenangkan dan membenci
keinginan-keinginan yang tidak menyenangkan.43
Dalam pandangan
islam moral dan moralitas tidak dapat dipisahkan dari pandangan ajaran
dan agama, dimana islam sangatlah menjunjung tinggi moral. Islam
menghendaki adanya ketegangan batin seseorang, badan hukum,
masyarakat, negara, dan antar negara yang dilihat dari segi norma dan
filsafat kehidupan.44
Hukum bersifat institusional, moralitas bersifat kontroversial dan
personal. Hukum bersifat otoriter, mengatasi masalah dengan tindakan
otoriter pula, sedangkan moralitas berbeda dan mandiri, dalam arti
moralitas selalu terbuka terhadap adu argumentasi untuk mencapai kata-
kata yang sama.45
Agar hukum dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maka
hukum harus bersendikan moral, hukum yang menjunjung etika, hukum
yang ada bukan saja sebagai suatu aturan baik tertulis atau tidak tertulis
tetapi dapat mengikuti dinamika masyarakat.46
Oleh karenanya antara
43 Peter Mahumud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2009), h., 141.
44 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 85.
45 Kusnus Goesnadi S, Prespektif Moral Penegakan Hukum yang Baik, Jurnal Hukum,
XVII, 2 (April, 2010), h. 203
46 Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu Keutamaan, Jurnal
Hukum dan Peradilan , IV, 3 (November, 2015), h. 387
24
hukum dan moral haruslah saling berhubungan agar dapat memberikan
perlindungan kepada masyarakat. bahwasanya hukum yang baik adalah
hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
maka diperlukan dalam menciptakan hukum dengan proses yang benar
dan sesuai dengan aspirasi masyarakat dengan mengacu pada masyarakat
dan kepentingan sosial.
3. Teori Keadilan
Dalam banyak literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita
hukum tidak lain daripada keadilan. Salah satu gagasan terpenting yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan hukum dan bekerjanya hukum,
sangat memengaruhi sikap-sikap dan perilaku tentang hukum, tak lain
adalah gagasan tentang keadilan (justice dan fairness).47
Dalam teori
hukum keadilan adalah tujuan dari terbentuknya hukum, hukum diadakan
sebagai upaya untuk meraih sebuah keadilan.48
Bagi kebanyakan orang
keadilan adalah prinsip umum, bahwa individu-individu tersebut
seharusnya berhak menerima apa yang sepatutnya mereka terima. Namun
demikian pada kenyataannya di dalam setiap masyarakat terdapat
perbedaan dalam menafsirkan keadilan itu sendiri. Esensi keadilan
dengan demikian berpangkal pada moral manusia yang telah terwujud
rasa cinta kasih dan sikap kebersamaan.49
Hukum tidak akan bermakna jika tidak dikaitkan dengan keadilan,
begitupun sebaliknya keadilan tidak akan bermakna jika tidak dikaitkan
dengan hukum, artinya hukum adalah fondasi keadilan dan keadilan
adalah rohnya. Menurut teori ini tujuan hukum hanya ditempatkan pada
perwujudan keadilan yang semaksimal mungkin dalam tata tertib
47 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan
(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang(Legalprudence), (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), h., 224.
48 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), (Jakarta:
Kencana, 2015), h., 47.
49 Peter Mahumud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, h., 139.
25
masyarakat.50
keadilan bisa dimengerti apabila keadilan itu diposisikan
sebagai keadaan yang ingin diwujudkan oleh hukum, upaya
mewujudkannya merupakan proses yang dinamis sehingga memerlukan
waktu. ketika manusia menggerakan hukum, esensi hukum tidak berisi
keadilan karena keadilan itu sendiri baru akan dicapai atau dituju oleh
hukum, maka logis jika dikatakan bahwa hukum tidak pernah adil,
karena kendaraan tidak pernah sampai pada tujuannya.51
Harifin A.
Tumpa menyatakan memaksakan sesuatu kehendak dengan dalih
keadilan adalah tidak dapat dibenarkan, oleh karena keadilan yang ingin
dipaksakan tersebut tentunya sangat subjektif, keadilan menurut
perorangan atau kelompok orang selalu sifatnya subjektif, yang belum
tentu mencerminkan keadilan yang sesungguhnya.52
Dalam kajian filsafat hukum islam, keadilan bukanlah tujuan dari
hukum, hukum tidak hendak menuju keadilan, jika hukum hendak
menuju atau mencapai keadilan berarti hukum islam tidak bernuansa
keadilan karena masih hendak ditujunya.53
Maka keadilan dalam hukum
islam adalah bersama keadilan, dan ia beserta moral pelaku hukum
adalah isi atau substansi hukum.54
karena itu Allah memerintahkan
kepada seluruh umat manusia untuk berperilaku adil karena adil itu lebih
dekat dengan ketakwaan. Sesuai dengan firman Allah [Q.S Al-Maidah
[5] : 8]55
dalam ayat tersebut kita tidak diminta menuju keadilan akan
tetapi kita diminta-Nya berbuat adil.
Keadilan dalam konsep manusia tentunya terbatas karena sifat
manusia yang tidak mutlak melainkan berada dalam bayang akal yang
50 H. Mujar Ibnu Syarif & Kmarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), h., 11.
51 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.
52 Abdul Latif , Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil, h. 15.
53 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.
54 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 47.
55 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 88.
26
relatif. Keadilan dalam proses pergerakan hukum, dimana setiap aparat
hukum yang terlibat berlaku adil dengan memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya, dan menerapkan asas equality before the
law. 56
Keadilan sebagai roh dari hukum menunjukkan bahwa inilah
moral hukum yang wajib dijalankan oleh para penegak hukum.57
Tujuan
hukum bukanlah menuju keadilan, karena keadilan telah bersama hukum
secara seketika. Dengan hukum dan keadilan yang melekat, maka setiap
pribadi pengemban hukum menggunakannya untuk mencapai tujuan.58
4. Restoratif Justice
Dalam masyarakat apabila menemukan suatu tindak pidana biasanya
cenderung menggunakan cara melalui jalur pengadilan yang secara
konseptual dan teoritis diharapkan akan menciptakan keadilan, namun
pada kenyataannya hal ini merupakan hal yang sulit untuk dicapai.
Menanggapi persoalan di atas, dalam perkembangan terkini muncul
sebuah alternatif yang ditawarkan yakni dengan melaksanakan konsep
keadilan restiratif (restoratif justice), konsep keadilan restiratif (restoratif
justice) adalah alternatif yang populer di berbagai belahan dunia untuk
penanganan perbuatan melawan hukum (melawan hukum dalam arti
formal) karena menawarkan solusi yang komprehensif dan efektif.59
Pemikiran mengenai restoratif justice atau yang lebih dikenal
sebagai keadilan restoratif muncul pertama kali di kalangan para ahli
hukum pidana sebagai reaksi atas dampak negatif dari penerapan hukum
pidana sebagai sifat represif dan koersifnya. Dengan mengkaji dampak
negatif dari penerapan hukum pidana, para penggagas keadilan retoratif
56 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan
(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang(Legalprudence), h., 246.
57 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 49.
58 Fokky Fuad Wasitaatmadja, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum), h., 36.
59 Kristian & Christine Tanuwijaya, Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan
Restoratif (Restoratif Justice) Dala Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, Jurnal Mimbar
Justitia, I, 02 (Juli-Desember,2015), h., 595.
27
hendak menggantikannya dengan sarana reparatif. Singkatnya konsep
restoratif justice pertama kali diperkenalkan oleh Albert Englash, namun
peradaban dan tradisi arab kuno, yunani, romawi kuno dan hindustan
sebetulnya telah mengenal keadilan restoratif khususnya dalam kejahatan
penghilangan nyawa. Meskipun pada saat itu tidak mengenal istilah
restoratif. Demikian pula pada kalangan masyarakat budha, tao dan
konfusius yang jauh-jauh hari telah mendorong keadilan dalam
menyelesaikan masalah hukum mereka., melalui semboyan “he who
atones is forgiven“ artinya dia yang menebus, diampuni.60
Kelompok
kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memberikan pengertian
mengenai restoratif justice, yaitu suatu proses dimana semua pihak yang
berhubungan dengan tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan
suatu masalah dan memikirkan bagaimana menangani akibat yang akan
datang.61
Restoratif justice atau yang dalam Bahasa Indonesia nya disebut
keadilan restoratif merupakan suatu langkah untuk menyelesaikan kasus
pidana yang di dalamnya terlibat antara masyarakat, korban dan pelaku
tindak pidana dengan tujuan agar tercapainya keadilan bagi seluruh pihak
dengan harapan terciptanya suatu keadaan yang sama seperti sebelum
terjadinya suatu perbuatan tindak pidana dan mencegah terjadinya
kejahatan lebih lanjut baik yang akan dilakukan oleh pelaku maupun
masyarakat sekitar. Dalam menyikapi tindakan kejahatan yang dianggap
dapat di restorasi kembali dikenal suatu paradigma penghukuman yang
disebut sebagai restoratif justice, dimana pelaku didorong untuk
memperbaiki kerugian yang telah ditimbulkannya kepada korban,
keluarganya dan juga masyarakat. keadilan yang dilandasi perdamaian
60 Hariman Satria, restoratif justice: paradigma baru peradilan pidana. Jurnal Media
Hukum, XXV, 1 (Juni, 2018), h., 177
61 Kadek Rudi Sagita, Model Pendekatan Restoratif Justice Dalam Penyelesaian Tindak
Pidana Ringan Di POLRESTA Yogyakarta, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2016, h., 3
28
lah yang menjadi moral etik restoratif justice. Prinsip ini mengingatkan
kita bahwa keadilan dan perdamaian pada dasarnya tidak dapat dipisah,
perdamaian tanpa keadilan adalah penindasan, keadilan tanpa
perdamaian adalah bentuk baru penganiayaan atau tekanan.62
Untuk memberlakukan atau mengimplementasikan restoratif justice
adalah sebuah sistem hukum ada umumnya dan pada sistem peradilan
pidana khususnya terletak pada mekanisme penyelesaian yang
ditawarkan oleh pendekatan atau konsep keadilan restoratif berbeda
dengan mekanisme penyelesaian yang ditawarkan oleh sistem peradilan
pidana yang ada saat ini sehingga masih sulit untuk diterima. Hal ini
dikarenakan mekanisme yang ditawarkan oleh pendekatan atau konsep
keadilan restoratif lebih mengedepankan konsep perdamaian di mana
pelaku, korban, aparat penegak hukum dan masyarakat luas berpartisipasi
secara langsung dalam menyelesaikan perkara pidana yang tentunya
berbanding terbalik atau bertentangan dengan sistem peradilan pidana
yang sudah berlaku sejak lama dan masih berlaku saat ini.63
Dengan memperhatikan konstruksi pemikiran proses peradilan
retoratif dan keadilan restoratif yang dihasilkannya, perlindungan hak-
hak dan kepentingan korban tindak pidana tidak semata-mata berupa
perlakuan yang menghargai hak-hak asasi para korban tindak pidana
dalam mekanisme sistem peradilan pidana, melainkan yang mencakup
upaya sistematis untuk memperbaiki dan memulihkan dampak kerusakan
atau kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan pelaku tindak pidana baik
yang bersifat kebendaan nya maupun yang bersifat emosional.64
62 Kuat Puji Prayitno, Restoratif Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Prespektif Yuridis
Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In Concreto), Jurnal Dinamika Hukum, XII, 3 (September,
2012), h. 408
63 Kristian & Christine Tanuwijaya, Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan
Restoratif (Restoratif Justice) Dala Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, h., 597.
64 Natangsa Surbakti, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan hak korban
tindak pidana, Jurnal Ilmu Hukum, XIV, 1 (Maret, 2011), h., 99.
29
Restoratif justice juga menekankan pada hak asasi manusia dan
kebutuhan untuk mengenali dampak dari ketidakadilan sosial dan dalam
cara-cara yang sederhana untuk mengembalikan mereka dari pada secara
sederhana memberikan perilaku keadilan formal atau hukum dan korban
tidak mendapatkan keadilan apapun.65
Keadilan restoratif sebagai
pendekatan alternatif dalam penyelesaian tindak pidana, tidak
mengabaikan peran formal dari sistem peradilan pidana untuk
menjatuhkan pidana pada pelaku yang bersalah. Namun lebih dari itu,
pendekatan keadilan ini menghendaki penyelesaian kasus yag disertai
dengan upaya-upaya untuk memperbaiki dampak negatif yang dialami
pihak korban tindak pidana.66
Restoratif justice merupakan alternatif atau
cara lain peradilan kriminal dengan mengedepankan pendekatan integrasi
pelaku di satu sisi dan korban atau masyarakat di lain sisi sebagai satu
kesatuan untuk mencari solusi serta kembali pada pola hubungan baik
dalam masyarakat.67
5. Teori Kemanfaatan Hukum
Dalam ilmu filsafat hukum teori kemanfaatan dikenal dengan istiah
Utilitarianisme atau Utilism. Aliran ini merupakan aliran yang
meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama sebuah hukum. Baik
buruk atau adil tidaknya suatu hukum bergantung kepada apakah hukum
itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.68
Tokoh utama dalam aliran ini adalah Jeremi betham (1748-1832),
yang mengetengahkan pada satu prinsip dalam alirannya ke dalam
lingkungan hukum, yaitu manusia akan bertindak untuk mendapatkan
65 Siswanto S, Politik Hukum dalam Undang-UndangNarkotika (UU NO.35 TAHUN 2009),
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 228
66 Natangsa Surbakti, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan hak korban
tindak pidana, h., 99.
67 Kuat Puji Prayitno, Restoratif Justice Untuk Peradilan Di Indonesia (Prespektif Yuridis
Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In Concreto), h., 409.
68 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 2013), h., 111.
30
kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang
dan mengurangi penderitaannya.69
Menurut Jhon Stuart Mill (1806-
1873) yang ingin dicapai oleh manusia itu bukanlah benda atau sesuatu
hal tertentu, melainkan kebahagiaan yang dapat ditimbulkannya.70
Aliran
ini juga mempunyai tokoh lain yaitu Rudolf von Jhering (Lahering) yang
mengembangkan ajaran yang bersifat sosial.71
Menurutnya tujuan hukum
ialah melindungi kepentingan-kepentingan. Sama dengan ajaran Bentham
kepentingan yang dimaksud di sini ialah dengan mengutamakan
kesenangan dan menghindari penderitaan.
Tujuannya hanyalah mencari kesenangan dan menghindari
kesusahan, .memberikan kebahagiaan dan kesusahan, manusia selalu
memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahan.72
Bahwa
akhirnya pengaturan oleh hukum tidak menjadi sah semata-mata karena
ia adalah hukum, tetapi karena mengejar suatu tujuan dan cita-cita
tertentu, hukum hendaknya bisa memberi kebahagiaan kepada rakyat dan
bangsanya.73
Kata-kata kebahagiaan itu hanya ingin menyiaratkan betapa
besar nilai menghendaki kebahagiaan.74
Kebahagiaan sewajarnya layak dirasakan oleh setiap individu, tetapi
apabila tidak dimungkinkan adanya kebahagiaan itu untuk dinikmati
maka sepatutnya diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh
masyarakat. untuk menyeimbangkan antara kepentingan individu dan
masyarakat, Bentham menyarankan agar adanya rasa “simpati” dari tiap-
tiap individu.75
Kendati demikian, fokus perhatian harus tetap pada
individu itu, karena apabila setiap individu sudah mendapatkan
69 M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan, h., 58.
70 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 114
71 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 117
72 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 112
73 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2010), h., 37.
74 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, h., 38.
75 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 112
31
kebahagiaan nya, dengan sendirinya kesejahteraan masyarakat akan
dapat diwujudkan secara berkelanjutan. Kepentingan individu harus
dijadikan sebagai tujuan sosial dengan menghubungkan natar tujuan
individu dan kepentingan masyarakat lain. Dengan adanya kesadaran diri
akan kebaikan bersama diharapkan terciptanya masyarakat yang
merasakan keadilan satu sama lain. Menurut Hobbes, manusia siap untuk
menerima hukum dan mematuhi Undang-Undang hanya karena mereka
telah mengakui perdamaian dan ketentraman sebagai hal yang
bermanfaat.76
Tujuan perundang-undangan menurut Bentham adalah untuk
menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat. untuk itu perundang-
undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan:77
a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup)
b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang
berlimpah)
c. To provide security (untuk memberikan perlindungan)
d. To attain equity (untuk mencapai persamaan)
Menurut teori ini, pidana bukanlah sekadar untuk melakukan
pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu
tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan tertentu yang bermanfaat. Dasar
pembenaran adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada
tujuannya, pidana dijatuhkan bukan karena orang yang membuat
kejahatan melainkan supaya orang jangan melakukan kejahatan. Menurut
teori ini, pemidanaan merupakan sarana untuk melindungi kepentingan
76 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Jakarta: Nusa Media, 2008),
h., 109
77 Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum (Pemikiran
Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat), (Jakarta: Rajawali Pers: 2012), h., 112.
32
masyarakat.78
menurut Mill, pada hakikatnya perasaan individu akan
keadilan akan membuat individu itu menyesal dan ingin membalas
dendam kepada tiap apa yang tidak menyenangkan. Rasa sesal dan
keinginan demikian dapat diperbaiki dengan perasaan sosialnya.79
Aliran ini sesungguhnya dapat dimasukkan kedalam positivisme
hukum, mengingat paham aliran ini menyimpulkan bahwa tujuan hukum
adalah menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk
memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang
terbanyak.80
6. Teori Maslahah Mursalah
Dalam kajian teori hukum islam (usul al-fiqh), maslahah
diidentifikasikan dengan sebutan yang bervariasi, yakni prinsip
(principle, al-asl, al-qa‟idah, al-mabda), sumber atau dalil hukum
(source, masdar, dalil), doktrin (doctrine, al-dabit), konsep (concept, al-
fikrah), metode (metod, al-tariqah), dan teeori (theory, al-nazariyyah).
Secara etimologis, al-maslahah dapat diartikan sebagai kebaikan,
kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, kepatutan.
Sedangkan secara terminologi, menurut Al-Ghazali misalnya yang
diartikan maslahah bahwa setiap sesuatu yang dapat menjamin dan
melindungi eksistensi kelima hal dalam maqasid syariah. Maka dari itu
hal-hal yang mencegah dan menghilangkan sesuatu yang demikian
dikualifikasikan sebagai maslahah.81
Sedangkan kata al-mursalah secara
etimologi berarti terlepas atau bebas. Dan apabila digabungkan dengan
78 Timur Abimanyu, “Perspektif Hukum Tindak Pidana Narkotik Menurut UU No. 35
Tahun 2009 Dan Tinjauan Hukum Terhadap Jenis Katinon Dalam Kategori Narkotik Serta
Analisis Hukumnya”, Jurnal Varia Peradilan , XXIX, 336 (November, 2013), h. 35.
79 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 115.
80 Sukarno Aburaera, Muhadar, Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, h., 111.
81 Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, Salam; Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum,
(November, 2014), h., 314.
33
kata maslahah maka memiliki arti “terlepas atau bebas dari keterangan
yang menunjukkan boleh atau tidak bolehnya sesuatu untuk dilakukan”82
Maslahah mursalah merupakan salah satu dalil Hukum Islam yang
digunakan untuk menetapkan suatu masalah baru yang secara eksplisit
belum disebutkan di dalam sumber utama yaitu al quran dan hadis.
Pencetus pertama teori maslahah mursalah sebagai dalil hukum ini
dinisbatkan kepada Imam Maliki. Maslahah mursalah sebagai dalil
hukum ini bermula dari wafatnya Rasulullah SAW sebagai nabi dan rasul
bersamaan dengan itu pula wahyu Alquran telah berhenti turun dan
sabda-sabda Nabi-Pun otomatis terhenti pula. Sementara itu
permasalahan terus berkembang bersamaan dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri.83
Masa ini merupakan awal permasalahan dalam
perkembangan hukum Islam. Persoalan hukum yang dimunculkan oleh
perkembangan zaman dan perkembangan teknologi serta perubahan
sosial terus mengemuka sebagai dinamika kehidupan manusia. Solusi
penyelesaian dalam bentuk ijtihad merupakan proses berfikir secara
rasional dalam menetapkan hukum islam dengan tetap mengacu pada
kedua sumber hukum islam dengan tetap mengacu pada Al Quran dan
Hadis agar dapat ditemukan jawaban atas permasalahan yang muncul.
Maslahah mursalah merupakan salah satu metode penetapan hukum
yang sangat efektif dalam merespon, menyikapi serta memberikan
solusi.84
Konsep maslahah sebagai inti dari maqasid al-syariah merupakan
alternatif terbaik untuk pengembangan metode-metode ijtihad,dimana al
quran dan hadis harus dipahami melalui metode-metode ijtihad dengan
memberi penekanan pada dimensi maslahah. Konsep maslahah
82 Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”, MADANIA, XIX,
1, (Juni, 2015),, h., 121.
83 Imron Rosyadi, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”, PROFETIKA,
Jurnal Studi Islam, XIV, 1, (Juni, 2013), h., 79.
84 Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”, h., 120.
34
merupakan alat bagi perubahan hukum. Melalui konsep ini para ulama
fiqh memiliki kerangka kerja untuk menangani masalah hukum yang
berhubungan erat dengan sistem hukum yang didasarkan pada nass
syara‟ Alquran dan hadis. Dengan demikian, konsep maslahah
memberikan legitimasi bagi aturan hukum baru yang memungkinkan
para penegak hukum memecahkan masalah yang tidak ditegaskan dalam
nass syara‟, perubahan hukum yang bisa dicapai dari teori maslahah
tergantung pada pola penalaran hukum yang diterapkan oleh penegak
hukum.85
Oleh sebab itu, penggunaan dalil maslahah mursalah adalah
kesejalanan antara kemaslahatan yang dikandung dalam suatu masalah
baru dan konsep maqasid al-syariah yang tidak ditunjuk secara langsung
oleh nash. Adapun jika dilihat dari maslahahnya dikategorikan menjadi 3
(tiga), antara lain: pertama, maslahah yang dikandung tersebut dapat
diterima eksistensinya karena sejalan dengan petunjuk syara‟. Contoh
dari maslahah ini adalah hukum qishas untuk menjaga jiwa dan raga
manusia. Kedua, maslahah yang terkandung didasarkan pada pemikiran
subjektif manusia tetapi ditolak oleh syara‟ karena bertentangan dengan
nash. Ketiga, maslahah yang ditemukan dalam suatu masalah baru tidak
ditunjuk oleh dalil khusus tetapi juga tidak ada dalil yang membernarkan
atau menolaknya.86
B. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan judul penelitian, pokok bahasannya adalah pemidanaan
pelaku penanaman ganja untuk pengobatan. Untuk lebih memberikan batasan
dan gambaran yang jelas dari penelitian yang dilakukannya, maka perlu
peneliti jelaskan apa pengertian dari pemidanaan, pelaku penanaman ganja
dan ganja sebagai obat.
85 Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, h., 318.
86 Imron Rosyadi, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”, h., 86.
35
1. Pemidanaan
Sejak dahulu sampai saat ini efektivitas pidana penjara dinilai
meragukan, berangkat dari penelitian yang dilakukan Djisman Samosir di
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang pada tahun 1990, diambil sampel 85
orang dari 100 narapidana yang diteliti menyatakan bahwa pidana
penjara dirasa bukan sesuatu yang menakutkan, pasalnya sebelum
melakukan suatu tindak pidana mereka sudah mengetahui resiko dari
perbuatannya yaitu dijatuhi hukuman penjara.87
selain alasan tersebut,
penerapan sanksi pidana penjara juga menimbulkan ampak negatif baik
bagi masyarakat. bagi terpidana, penderitaan tidak hanya dialami sendiri
namun juga bagi keluarganya dan orang-orang yang hidupnya
bergantung pada si terpidana. Sedangkan bagi masyarakat, kerugian
terlihat dari seringnyatimbul residivisme sebagai akibat dari penjatuhan
pidana penjara.88
Menurut Muladi, tujuan pemidanaan dijadikan patokan dalam rangka
menunjang bekerjanya sistem peradilan pidana dimaksudkan untuk
menciptakan sinkronisasi yang bersifat fisik, meliputi sinkronisasi
struktural, sinkronisasi substansial, dan dapat pula bersifat sinkronisasi
kultural. Dalam hal sinkronisasi struktural, merupakan keserempakan dan
keselarasan terjadi antara mekanisme administrasi peradilan pidana
dengan hubungan antar lembaga penegak hukum, dalam hal sinkronisasi
substansial merupakan keserasian baik vertikal maupun horizontal dalam
kaitannya dalam hukum positif yang berlaku. Sementara dalam hal
sinkronisasi kultural mengandung makna untuk selalu serempak dalam
87 Victory Prawira Yan Lepa, “Pidana Pengawasan Dalam Sistem Pemidanaan Di
Indonesia”, Lex Administratum, II, 3 (Jul-Okt, 2014), h., 68.
88 Puteri Hikmawati, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana Bersyarat Menuju
Keadilan Restoratif”, Negara Hukum, VII, 1 (Juni, 2016), h., 72
36
menghayati pandangan-pandangan, sikap-sikap dan falsafah yang secara
menyeluruh mendasari jalannya sistem peradilan pidana.89
Pemidanaan tidak hanya berangkat pada pemikiran pembalasan
kepada pelaku kejahatan atau pencegahan supaya melindungi masyarakat
tetapi telah meluas hingga kepada suatu sistem pidana yang terpadu yang
menyatukan berbagai elemen penegak hukum dalam melaksanakan
sistem tersebut sesuatu dengan apa yang telah dicita-citakan. Pemidanaan
selayaknya tidak hanya berorientasi pada pembalasan tapi juga harus
berorientasi kepada kepentingan individu (pelaku kejahatan) dan
kepentingan masyarakat sekitar.90
2. Pelaku penanaman ganja
Ganja merupakan tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih
dikenal dengan kandungan zat narkotika yang terdapat pada bijinya, yaitu
tetrahidrokanabino (THC, (tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat
pemakainya mengalami rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab
(euphoria). Namun ganja sendiri berguna juga di dunia kesehatan,
digunakan sebagai obat bius dan penenang untuk menghilangkan rasa
sakit bagi pasien yang akan melakukan operasi, terapi ataupun dalam
tahap pemulihan. Tanaman ganja biasanya tingginya mencapai 2 meter,
berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman yang
berbeda yang dinamakan tumbuhan berumah dua, bunganya kecil-kecil
dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan
tropis dengan ketinggian di atas 1.00 meter di atas permukaan laut.91
Pada masyarakat di Indonesia ganja sangat terkenal, tidak ada orang
yang tdak mengenal ganja. Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak
89 Marcus Priyo Gunarto, Sikap Memidana Yang Berorientasi Pada Tujuan Pemidanaan,
Mimbar Hukum, XXI, 1 (Februari, 2009), h., 96.
90 Dafit Supriyanto Daris Warsito, Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Penyalahguna Narkotika, Jurnal Daulat Hukum, I, 1 (Maret, 2018), h., 37
91 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Jurnal Independent, V, 2, h., 47.
37
lama karena banyak manfaatnya, ganja bisa digunakan sebagai bahan
pembuat plastik karena seratnya yang akan dihasilkan sangat kuat, serta
biji ganja juga bisa digunakan sebagai sumber minyak industri dan
minyak esensial. Namun ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika
dan karenanya akan menghasilkan sumber penghasilan maka orang lebih
banyak menanamnya untuk hal ini. Faktor ekonomi merupakan salah satu
faktor penyebab seseorang melakukan penanaman ganja, faktor ini
terbagi dari dua sisi, yang pertama faktor ekonomi keluarga dan yang
kedua penghasilan lebih menguntungkan jika menanam ganja. Faktor
yang lainnya ialah cara menanamnya sangatlah mudah. Selain itu faktor
alam juga menentukan tumbuhnya tanaman ini.92
Pada tahun 2009 Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan Surat
Edaran Mahkamah Agung (SEMA) yang menjelaskan syarat dan
prosedur untuk mengirimkan pengguna napza ke pusat rehabilitasi.
Dianggap sebagai pelengkap Undang-Undang Nomor 35 tentang
narkotika, surat edaran tersebut secara rinci membedakan pengguna dan
pengedar narkotika berdasarkan jumlah barang bukti pada saat dilakukan
penangkapan. Pada tahun 2010 Mahkamah Agung merevisi Surat Edaran
tersebut, yang mana menggarisbawahi pentingnya proses rehabilitasi
medis dan sosial untuk para pengguna napza, termasuk memperbaiki
daftar jenis narkotika serta batasan konsumsi yang diperbolehkan. Surat
edaran itu menegaskan bahwa setiap orang yang tertangkap memiliki
ganja kurang dari 5 gram seharusnya dianggap sebagai pengguna yang
memilki hak untuk menjalani program rehabilitasi, kecuali ada bukti
yang menunjukkan bahwa ia telah terlibat dalam kegiatan penjualan atau
peredaran ganja tersebut.93
92 Nyak Fadhullah, Kajian Kriminollogi Terhadap Penanam Ganja (Studi Kasus Di
Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan Raya, Legitimasi, VI, 1 (Januari – Juni
2017), h., 104.
93 Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi, Produksi Dan
Kebijakan), Drug Policy Briefing, XLIV, h., 15.
38
Kemungkinan dilegalkannya ganja tersebut dengan penggunaan yang
diawasi dan dibatasi bagi pengobatan pengguna ganja demi kesembuhan
yang mana ganja tersebut digunakan sebagai obat seerti di beberapa
negara dengan catatan tidak disalahgunakan.94
3. Ganja sebagai obat
Penggunaan ganja dalam ilmu kesehatan dianggap sebagai sesuatu
yang sulit diterima bagi sebagian masyarakat di indonesia. Selama ini
ganja memiliki reputasi buruk dalam masalah kesehatan, karena
kebanyakan disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Efek samping ganja yang memberikan rasa kecanduan, rasa cemas
dan kerusakan pada saraf otak yang berkaitan dengan daya ingat.
Ketersediaan narkotika di satu sisi merupakan obat yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dimana pada sisi yang lain menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugikan apabila disalahgunakan. Maka salah satu upaya
pemerintah dalam melakukan pencegahan dan penyediaan narkotika
demi kepentingan pengobatan dan kesehatan ialah dengan melakukan
pengaturan secara hukum tentang pengedaran, impor, ekspor, menanam,
penggunaan narkotika secara terkendali dan dilakukan pengawasan yang
ketat.95
Dibalik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak positif.
Jika digunakan sebagaimana mestinya terutama untuk menyelamatkan
jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Antara lain : Opium dapat digunakan
sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare,
Kokain digunakan untuk mendapatkan efek stimulan seperti untuk
meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah dan
94 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, h., 48.
95 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 1.
39
ganja digunakan untuk bahan pembuat kantong karena serat yang
dihasilkan sangat kuat dan juga biji ganda dapat pula digunakan sebagai
bahan pembuat minyak.96
Dalam dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhan
nya sebagai penghilang rasa nyeri, selain itu sudah ratusan tahun orang
menggunakannya sebagai obat buang air besar terus-menerus (mencret)
dan obat batuk. Euphoria adalah keadaan yang senang sekali akibat
pengaruh yang timbul akibat mengkonsumsi narkotika, mengikuti
hilangnya rasa nyeri. Namun ada efek sampingnya yaitu menyebabkan
ketergantungan. Oleh karena itu penemuan obat yang khasiatnya seperti
narkotika tetapi tidak akan menimbulkan ketagihan, diteruskan. Obat
yang alami misalnya ditemukan dari tanaman ganja (cannabissativa).
Tanaman bisa menghasilkan ganja kering, hashis dan minyak hashis yang
semuanya itu disebut marihuana atau ,mariyuana. Dari zat kanaboida
(canaboid) tanaman ganja antara lain dikembangkan sebagai obat
penghilang rasa mual dan muntah-muntah yang dikenal sebagai THC
(delta-9-tetrahydrocannabino).97
Seringkali ganja dikenal sebagai zat yang bisa menambah nafsu
makan, dan bisa juga berfungsi sebagai pengganti opium, daun ganja
biasanya dicampur dan dipakai dengan tembakau, bisa juga dicincang
lalu direndam dalam air, dikeringkan dan dilinting layaknya sebuah
rokok. Akar ganja digunakan untuk mengobati penyakit gonorea
(kencing nanah) sementara bagian daunnya kadang diseduh dan
96 Dewi Anggreni, Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif
(NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu, Ejournal Sosiatri-Sosiologi, III, 3 (2015),
h., 44.
97 Andi Hamzah dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1994) h., 8.
40
digunakan untuk mengurangi penyakit asma, nyeri dada pleuritik dan
sekresi empedu. 98
Penggunaan ganja untuk pengobatan beberapa penyakit memang
bermanfaat, namun disisi lainnya melanggar hukum dan ganja tersebut
mengakibatkan efek samping yang masih diperdebatkan. Padahal
kebutuhan ganja untuk pengobatan sudah ada sejak lalu. Para peneliti
menemukan bahwa di dalam ganja terdapat komponen zat aktif yang
kemungkinan bisa membantu pengobatan (cannabinoid). Konon, zat
tersebut bisa membantu menyembuhkan dan mengurangi gejala penyakit
tertentu seperti radang usus, kanker dan juga dapat meningkatkan nafsu
makan pada penderita HIV/AIDS, hepatitis C, gangguan stress, pasca
trauma, glaukoma, epilepsi, dan beberapa penyakit lainnya.99
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Adapun beberapa karya ilmiah yang menyangkut tentang
penyalahgunaan narkotika sebagai obat yang penulis ketahui dan sedikit
banyaknya telah membantu sebagai tambahan referensi ialah sebagai berikut:
1. Skripsi tahun 2012 karya Septiawan dari Universitas Bengkulu yang
berjudul “Tinjauan Kriminologi Terhadap Pelaku Penanaman Ganja Di
Kabupaten Kepahiang”.
Skripsi ini membahas faktor penyebab seseorang menjadi pelaku
penanaman ganja, sebagai berikut : terpengaruh oleh teman-teman
maupun keluarga yang terlebih dahulu sudah melakukan penanaman
ganja, tuntutan ekonomi untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari,
faktor pendidikan yang sangat rendah, keadaan geografis yang
mendukung dan minimnya jumlah aparatur kepolisian. Serta membahas
terkait upaya yang dilakukan aparatur penegak hukum melalui upaya
preventif dan represif.
98Dania Putri Dan Tom Blickman, Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi, Produksi Dan
Kebijakan), , h.,
99 Enik Isnaini, Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, h., 50.
41
Perbedaan dengan penelitian penulis yakni pada penelitian ini akan
membahas terkait faktor penyebab atau alasan utama yang dilakukan
pelaku penanaman ganja yakni ingin menyembuhkan penyakit sang istri.
Serta upaya yang dilakukan aparatur pemerintahan negeri sanggau tidak
adanya upaya preventif terlebih dahulu, contohnya melakukan
pengawasan dan melakukan sosialisasi terhadap pelaku penanaman
ganja, sehingga dalam kasus ini Fidelis sangat minim informasi.
2. Skripsi tahun 2015 karya Muhammad Masrur Fuadi dari Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Konsep
Rehailitasi Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Prespektif Hukum
Positif Dan Hukum Islam”.
Skripsi ini membahas faktor penyebab seseorang menjadi pelaku
penanaman ganja, sebagai berikut : terpengaruh oleh teman-teman
maupun keluarga yang terlebih dahulu sudah melakukan penanaman
ganja, tuntutan ekonomi untuk memenuhi kehidupan hidup sehari-hari,
faktor pendidikan yang sangat rendak, keadaan geografis yang
mendukung dan minimnya jumlah aparatur kepolisian. Serta membahas
terkait upaya yang dilakukan aparatur penegak hukum melalui upaya
preventif dan represif.
Perbedaan dengan penelitian penulis yakni pada penelitian ini akan
membahas terkait faktor penyebab atau alasan utama yang dilakukan
pelaku penanaman ganja yakni ingin menyembuhkan penyakit sang istri.
Serta upaya yang dilakukan aparatur pemerintahan negeri Sanggau tidak
adanya upaya preventif terlebih dahulu, contohnya melakukan
pengawasan dan melakukan sosialisasi terhadap pelaku penanaman
ganja, sehingga dalam kasus ini Fidelis sangat minim informasi.
3. Skripsi tahun 2014 Mira Natasya Aulia Siregar dari Universitas
Indonesia yang berjudul “Sikap Mahasiswa Terhadap Gagasan
Legalisasi Ganja Di Indonesia”.
pada skripsi ini membahas terkait konsep sikap (attitude) serta hasil
analisis deskriptif yang dilakukan oleh Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar.
42
Serta faktor-faktor yang mempergaruhi sikap responden. Pada hasil karya
ilmiah milik Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sdri. Mira Natasya Aulia Siregar
memiliki memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis yakni terkait legalitas penggunaan ganja. Namun jelas pada
penelitian penulis lebih memfokuskan kepada landasan pertimbangan
hakim serta dampak putusan hakim terhadap penegakan hukum
substantif.
43
BAB III
PENGGUNAAN GANJA SEBAGAI PENGOBATAN
A. Pengertian Narkotika
Definisi narkotika dapat kita ketahui dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi100
:
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.”
Narkotika menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) adalah zat yang dapat
menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang mengkonsumsi nya dengan cara
memasukan zat tersebut kedalam tubuh. Pengaruuh tersebut bisa berupa
pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau
dapat menimbulkan khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut sering dijumpai
dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan
kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan
lain-lain.101
Dicantumkan pula pada pasal 7 Undang-UndangNo.35 Tahun
2009 tentang narkotika bahwasanya narkotika hanya dapat digunakan untuk
pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.102
Narkotika dikenal juga dengan istilah lain yaitu NAPZA yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain. NAPZA adalah
bahan atau zat atau obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat sehingga dapat
100 Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan
zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 52.
101 Maudy Pritha Amanda, Suhadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, Penyalahgunaan
Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Subtance Abuse), Jurnal Penelitian Dan PPM, IV, 2
(Juli, 2017), h., 341.
102 Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan
zat adiktif lainnya”, h., 56.
44
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial lainnya
karena akan menimbulkan kebiasaan, ketergantungan serta ketagihan. Istilah
NAPZA umumnya digunakan oleh pihak kedokteran yang menitikberatkan
pada upaya penanggulangan dari segi kesehatan fisik, psikis dan sosial.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
mengartikan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat pula menimbulkan
ketergantungan (adiktif).103
Dari peradaban-peradaban tua sering kita dengar bahwa manusia suka
melakukan terobosan-terobosan agar kesedihan dan kesepiannya terlupakan.
Jalan pintasnya adalah mabuk-mabukan, atau menghisap zat yang
memberikan kenikmatan, atau menelan obat yang menenangkan walau hanya
untuk sesaat. Di India, ganja sudah dikenal dan digunakan orang pada zaman
prasejarah, bahkan pada mulanya di agama hindu tidak ada larangan
penggunaannya bahwa dibutuhkan pada saat upacara-upacara tertentu.104
B. Dasar Hukum
Pada waktu perang vietnam sedang mencapai puncaknya sekitar tahun
1970-an, hampir semua negara di dunia terutama Amerika Serikat
penyalahgunaan narkotika sangat meningkat dan sebagian besar korbannya
adalah anak-anak muda. Gejala tersebut juga berdampak pada Indonesia
dalam waktu yang hampir bersamaan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika sudah meluar dihampir setiap kalangan masyarakat. akhirnya
Presiden Republik Indonesia pada Tahun 1971 mengeluarkan Instruksi
Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional
untuk menanggulangi beberapa pokok permasalahan nasional yang salah satu
103 Dewi Anggreni, Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu, h., 39.
104 Andi Hamzah dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1994) h., 4.
45
diantaranya ialah penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang. Kemudian dengan instruksi tersebut, Kepala Badan Koordinasi
Intelijen Nasional membentuk Bakorlak Inpres Tahun 1971 yang salah satu
tugasnya adalah untuk menanggulangi bahaya narkoba. Namun sayangnya,
badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapatkan
anggaran tersendiri dari APBN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan
internal BAKIN.105
Perkembangan hukum narkotika dan psikotropika di Indonesia secara
sejarahnya diawali dengan perkembangan peredaran narkotika, yang mana
diatur dalam Verdovende Middelen Ordonnantie (Staatsblad Nomor. 278 jo
Nomor 536) yang mana dalam masyarakat lebih dikenal sebagai aturan obat
bius. Peraturan perundang-undangan ini, materinya hanya mengatur mengenai
perdagangan dan penggunaan narkotika, sedangkan mengenai pemberian
pelayanan kesehatan masyaarakat untuk usaha penyembuhan pecandunya
belum diatur. Selain itu, Indonesia yang merupakan negara peserta
Konverensi Tunggal Narkotika 1961, berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1976, pemerintah Indonesia telah melakukan
pengesahan Konvensi Tunggal Narkotika 1961 beserta Protokol yang
mengubahnya. Konvensi ini merupakan hasil dari United Nations Conference
for Adoption of a Single Convention on Narcotic Drug, yang diselenggarakan
di New York pada tanggal 24 Januari sampai tanggal 30 Maret 1961. Secara
prinsipil, tujuan adanya konvensi ini adalah untuk menciptakan suatu
konvensi internasional terhadap pengawasan internasional terhadap narkotika,
menyempurnakan cara-cara pengawasan dan mengawasi penggunaan hanya
untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan serta menjamin suatu
kerja sama dalam upaya pengawasan narkotika tersebut. Namun sangat
disayangkan, aturan ini dianggap tidak dapat mengikuti perkembangan lalu-
105 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 8.
46
lintas dan alat-alat transportasi yang mendorong terjadinya kegiatan
penyebaran dan pemasokan narkotika ke Indonesia.106
Ketidakpuasan akan pelaksanaan kegiatan penanggulangan narkotika dan
obat-obatan terlarang telah mengakibatkan bangsa Indonesia untuk
menyempurnakan peraturan tentang narkotika karena Ordonasi Obat Bius
(Verdoovende Middelen Ordonnantie, Staatblad.1927 Nomor. 278 jo Nomor
536) dirasakan tidak mampu lagi untuk meredam pertumbuhan kejahatan
narkotika. Yang mana sebetulnya narkotika itu sendiri diperlukan dalam
bisang pengobatan dan ilmu pengetahuan, namun diketahui pula dapat
menimbulkan kerugian yang sangat merugikan apabila digunakan secara
tidak wajar tanpa pembatasan dan pengawasan. Di samping itu pula untuk
mengatur cara penyediaan dan penggunaan narkotika untuk keperluan
pengobatan dan ilmu pengetahuan serta upaya untuk pencegahan dan
menanggulangi bahaya-bahaya yang diakibatkan dari penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika serta mengatur tentang rehabilitasi bagi pecandu
narkotika dirasa sangatlah diperlukan, maka diterbitkanlah Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1976 sebagai pengganti Verdoovende Middelen Ordonantie
sebagai bagian dari kebijakan pencegahan dalam upaya pemberantasan
narkoba.107
Seiring dengan perkembangannya waktu, Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1976 dirasa tidak mampu lagi untuk mengakomodir banyak hal yang
ditimbulkan akibat kejahatan narkotika. Kejahatan narkotika telah bersifat
tradisional dan telah menggunakan modus operandi dan menggunakan
teknologi yang canggih, oleh sebab itulah peraturan perundang-undangan
yang sudah ada dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi dan
106 Siswanto, Politik Hukum dalam Undang-UndangNarkotika (Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009), (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h., 5.
107 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 10.
47
kondisi yang berkembang.108
Berdasarkan Konvensi Wina 1988, tentang
pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika jugalah yang
menyebabkan negara Indonesia merasa membutuhkan ratifikasi sebagai
tindak lanjut berlakunya konvensi internasional di suatu negara. Maka dari
itulah pemerintah Indonesia menerbitkan dua undang-undang, yakni :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997
tentang Narkotika. Tujuan dibentuknya undang-undnag ini adalah untuk
menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika guna kepentingan
pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika serta sebagai upaya pemberantas
peredaran gelap narkotika dan psikotropika.109
Baik Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1997 maupun Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 di dalamnya
tertuang lah dengan jelas dan tegas keinginan Pemerintah Republik Indonesia
untuk memberantas peredaran dan penggunaan narkotika dan psikotropika
secara tuntas yang tidak seusia dengan standar mediks.110
Regulasi pengaturan pengendalian penggunaan narkoba, dalam hal ini
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika dibedakan dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Tujuan pembentukan Undang-Undang ini, yang terdapat pada Pasal 4 huruf b
dan c mengatakan bahwa Undang-Undang tentang narkotika bertujuan untuk
mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
Penyalahgunaan Narkotika serta memberantas peredaran gelap Narkotika dan
108 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 12.
109 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009), h., 6.
110 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, h., 31.
48
Prekusor Narkotika.111
Kebijakan peraturan ini mengupayakan untuk
meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memberantas penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika yang sangat mencemaskan, merugikan dan
membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan adanya
perubahan ini untuk mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana
narkotika melalui ancaman sanksi pidana. Selain itu juga mengatur mengenai
pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta
mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.112
Perumusan ketentuan pidana yang berkaitan dengan pemberantasan
tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika telah dirumuskan sedemikian
rupa dengan harapan agar efektif serat mencapai tujuan yang dikehendaki.
Terdapat dua hal pokok yang dapat ditemukan dalam rumusan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu adanya semangat
untuk memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika
serta perlindungan terhadap pengguna narkotika. Konsekuensi dari dua
semangat tersebut adalah pengedar tindak pidana narkotika dan prekusor
narkotika diberikan sanksi keras, sedangkan pengguna narkotika maupun
korban penyalahgunaan narkotika memperoleh perawatan melalui rehabilitasi
medis atau rehabilitasi sosial sebagaimana dalam tujuan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tantang Narkotika.113
Untuk lebih mengefektifkan pencegahan serta pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran narkotika maka diaturlah mengenai penguatan
kelembagaan yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional atau lebih
sering disingkat BNN. BBN tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden
111 Muntaha, “Aspek Yuridis Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja”, Mimbar
Hukum, XXIII, 1 (Februari 2011), h., 213.
112 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 2.
113 Adelia Yunita, “Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkotika Jenis Baru Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”, JOM Fakultas Hukum, I, 2 (Oktober,
2014), h., 9.
49
Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN), Badan
Narkotika Provinsi dan Badan Narkotika Kabupaten atau kota. BBN
bertanggung jawab langsung kepada presiden, dan di Undang-Undang ini
BBN ditingkatkan menjadi lembaga pemerintahan non kementerian (LPNK)
yang mana sebelumnya hanyalah lembaga nonsruktural. Selain itu BNN juga
diperkuat kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan.114
Namun sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika kinerja BNN sangat mendapatkan perhatian dari berbagai
kalangan. Banyak yang menyebutkan bahwa BBN belum maksimal dalam
memberantas peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia.
Penilaian tersebut dibuktikan dengan semakin marak dan beredarnya
penyalah gunaan narkotika yang semakin meresahkan. Sangat keliru apabila
BNN sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dalam memberantas
penyalahgunaan narkoba hanya diberikan fungsi koordinatif yang
menyerahkan penanganannya kepada institusi Polri. Akhirnya dirumuskan lah
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sebagai jawaban
atas banyaknya para pihak yang berpendapat tentang kelemahan BNN sebagai
badan yang diharapkan mampu memberantas tuntas peredaran gelap
narkotika. Disebutkan pada pasal 71 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas pemberantasan
penyalahgunaan narkotika dan peredarannya BNN berwenang melakukan
penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
dan prekursor narkotika.115
114 Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undangn Narkotika (Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h., 2.
115 AR Sujono dan Boni Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h., 129
50
C. Jenis-Jenis Narkotika
Narkotika bukan lagi kalimat asing ditelinga masyarakat, banyak sekali
berita baik berita cetak maupun berita elektronik yang memberitakan tentang
penyalahgunaan narkotika. Namun belum banyak yang mengetahui mengenai
jenis-jenis narkotika itu sendiri. Biasanya yang mereka ketahui bahwasanya
narkotika itu merupakan barang yang dilarang peredarannya di masyakat luas.
Menurut pasal 5 dan 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Thun 2009 tentang Narkotika dijelaskan pada pasal 5 bahwasanya pengaturan
tentang narkotika dalam Undang-Undang meliputi segala bentuk kegiatan dan
atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekusor.116
Pada
pasal 6 narkotika yang dimaksud pada pasal sebelumnya digolongkan ke
dalam :117
1. Narkotika golongan I; adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu dan pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan.
2. Narkotika golongan II; adalah narkotika yang berkhasiat sebagai
pengobatan yang dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
menyebabkan ketergantungan.
3. Narkotika golongan III; adalah narkotika berkhasiat untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
ketergantungan.
116 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika
dan zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 56.
117 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undangpsikotropika, narkotika
dan zat adiktif lainnya”, (Bandung: Fokus Media, 2011), h., 199.
51
Sehubung dengan pasal 153 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
yang mengatur :118
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran-
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698); dan
b. Lampiran mengenai jenis Psikotropika Golongan I dan Golongan II
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahunn 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3671) yang telah dipindahkan menjadi Narkotika
golongan I menurut undang-undang ini.
Zat atau obat yang dikategorikan sebagai narkotika dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika digolongkan menjadi 3
(tiga) golongan :119
a. Narkotika golongan I yang menurut lampiran Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 terdiri dari :
1. Tanaman Papaver Somniferun Tanaman Papaver Somniferum L dan
semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali
bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku dengan sendirinya yang
diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya
mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan
pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3. Opium masak, yang terdiri dari:
a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khusus dengan cara pelarutan, pemanasan
118 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 47
119 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 49
52
dan peragian dengan ataupun tanpa penambahan bahan-bahan
lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang
cocok untuk pemadatan.
b) Jicing, yang merupakan sisa-sisa dari candu setelah dihisap
tanpa memperhatikan apakah candu tersebut telah dicampur
dengan daun atau bahan lain.
c) Jicingko, yang diperoleh dari pengolahan Jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythoxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka, baik yang belum atau yang sudah dikeringkan maupun
yang sudah berbentuk serbuk dari semua tanaman genus
Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan
kokain secara langsung ataupun melalui perubahan kimia;
6. Kokain mentah, yaitu semua hasil yang diperoleh dari daun koka
yang dapat dioleh secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina;
8. Tanaman ganja, semua tanaman genus Cannabis dan semua bagian
dari tanaman termasuk biji, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau
bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo
kimianya;
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya;
11. Asetorfina: 3-0-acetiltetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-
endoeteno-oripavina;
12. Acetil-alfa-metilfentanil: N-[1-a- metilfenetil)-4-piperidil] aset-
anilida;
13. Alfa-metilfentail: N-[1(a-metilfenetil)-4-piperidil] propionalida;
14. Alfa-metiltiofentanil: N-[1-]1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-piperidil pro-
pionanilida
15. Beta-hidroksifentanil: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil] pro-
pionalida;
53
16. Beta-hidroksi-3-metil-: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-4-fen-
tanil piperidil] propionanilida;
17. Desomorfina: dihidrodeoksimorfina;
18. Etorfina: tetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6,14-endoeteno-ori-
pavina;
19. Heroina: diacetilmorfina;
20. Ketobemidona: 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4-propionilpiperidina;
21. 3-metilfentanil: N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida;
22. 3-metiltiofentanil: N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]
propionanilida;
23. MPPP: 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester);
24. Para-fluorofentanil; 4‟-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionani-
lida;
25. PEPAP: 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinol asetat (ester);
26. Tiofentanil: N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida.
27. BROLOMFETAMINA, nama lain DOB: (±)-4-bromo-2,5-
dimetoksi-α-metilfenetilamina;
28. DET: 3-[2-( dietilamino )etil] indol;
29. DMA: ( + )-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina;
30. DMHP: 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-
dibenzo[b, d]piran-1-ol;
31. DMT: 3-[2-( dimetilamino )etil] indol;
32. DOET: (±)-4-ETIL-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina;
33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE: N-etil-1-fenilsikloheksilamina;
34. ETRIPTAMINA: 3-(2aminobutil) indole;
35. KATINONA: (-)-(s)- 2-aminopropiofenon;
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25: 9,10-didehidro-N, N-
dietil-6-metilergonila-8 β –karboksamida;
37. MDMA: (±)-N, α –dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina;
38. Meskalina: 3,4,5-trimetoksifenetilamina;
39. Metkatinona: 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on;
54
40. 4- metilaminoreks: (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina;
41. MMDA: 5-metoksi- α –metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina;
42. N-etil MDA: (±)-n-etil- α –metil-3,4-metilendioksi)fenetilamin;
43. N-hidroksi MDA: (±)-N-[ α –metil-3,4-(metilendioksi)fenetil]hidro
ksilamina;
44. Paraheksil: 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo
[b,d] piran-1-ol;
45. PMA: p-metoksi- α –metildenetilamina;
46. Prilosina, psilotsin: 3-[2-( dimetilamino ) etil]indol-4-ol;
47. Psilosibina: 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat;
48. ROLISIKLIDINA, nama lain PHP,PCPY: 1-( 1-
fenilsikloheksil)pirolidina;
49. STP, DOM:2,5-dimetoksi- α ,4-dimettilfenetilamina;
50. TENAMFETAMINA, nama lain MDA: α-metil-3,4-
(metilendioksi)fenetilamina;
51. TENOSIKLIDINA, nama lain TCP: 1- [1-(2-tienil) sikloheksil]
piperidina;
52. TMA: (±)-3,4,5-trimetoksi- α –metilfenetilamina;
53. Amfetaina: (±)- α –metilfenetilamina;
54. Deksamfetamina: ( + )- α –metilfenetilamina;
55. FENETILINA: 7-[2-[( α –metilfenetil)amino]etil]teofilina;
56. FENMETRAZINA: 3- metil- 2 fenilmorfolin;
57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP: 1-( 1- fenilsikloheksi)piperidina;
58. LAVAMFETEMINA, nama lain levamfetamina: (- )-(R)- α –
metilfenetilamina;
59. Levometamfetamina: ( -) N, α –dimetilfenetilamina;
60. MEKLOKUALON: 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon;
61. METAMFETAMINA: (+ ) –(S)-N, α –dimetilfenetilamina;
62. METAKUALON: 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)-kuinazolinon;
63. ZIPEPROL: α – ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1-
piperazinetanol
55
64. Opium Obat;
65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan
narkotika.
b. Narkotika golongan II yang menurut lampiran Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 terdiri dari :
1. Alfasetilmetadol: Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-difenilhep-
tana;
2. Alfameprodina: alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;
3. Alfametadol: alfa-6-dimetalimino-4,4-difenil-3-heptanol;
4. Alfaprodina: alfa-1,3-dimetil-4-fenil-4- propionoksipiperdina;
5. Alfentanil: N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-ekso-1H-tetrazol-1-il)etil]4-
(metoksimetil)-4-piperidinil]-N-finilpropanamida;
6. Allilprodina: 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;
7. Anileridina: asam 1-para-aminofeneril-4-fenilpiperidina)-4-kar-
boksilat etil ester;
8. Asetilmetador: 3-asetoksi-6-dimetilamino-4,4-difenilheptana;
9. Benzetidin; asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat
etil ester;
10. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina;
11. Betameprodina: beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;
12. Betametadol: beta-6-dimetilamino-4, 4-difenil-3- heptanol;
13. Betaprodina: beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;
14. Betasetilmetadol: beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilhep-
tana;
15. Bezitramida: 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1-
benzimidazolinil)-piperidina;
16. Dekstromoramida: (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3- dofenil-4-(1-piroli-
dinil) butil]-morfolina;
17. Diampromida: N-[2-(metilfenetilamino)- propil]propionanilida;
18. Dietiltiambutena: 3-dietilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1-butena;
56
19. Difenoksilat: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester;
20. Difenoksin: asam 1-(3-siano-3,3- difenilpropil)-4-fenilisonipekotik;
21. Dihisromorfina;
22. Dimefeptanol: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3- heptanol;
23. Dimenoksadol: 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat;
24. Dimetiltiambutena: 3-dimetilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1- butena;
25. Dioksafetil butirat: etil-4-morfolino-2,2-difenilbutirat;
26. Dipipanona: 4.4-difenil-6-piperidina-3-heptanona;
27. Drotebanol: 3,4-dimetoksi-17-metilmorfian-6β,14-diol;
28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan
ekggonina dan kokaina;
29. Etilmetilambutena: 3-etilmetilamino-1,1-di-(2‟-tienil)-1-butena;
30. Etokseridina: asam 1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester;
31. Etonitazena: 1-dietilaminoetil-2-para- etoksibenzil-5-nitrobenzi-
medazol;
32. Furetidina: asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksieti)-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester);
33. Hidrokodona: dihidrokodeinona;
34. Hidroksipetidina: asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-
karboksilat etil ester;
35. Hidromorfinol: 14-hidroksidihidromorfina;
36. Hidromorfina: dihidromorfinol;
37. Isometadonal: 6-dimetilamino-5-metil-4,4-difenil-3-heksanona;
38. Fenadoksona: 6-morfolino-4,4-difenil-3-heptanona;
39. Fenampromida: N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida;
40. Fenazosina: 2‟-hidroksi-5,9-dimetil-2-fenetil-6,7-benzomorfan;
41. Fenomorfan: 3-hidroksi-N-fenetilmorfinan;
42. Fenoperidina: asam 1-(3-hidrpksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-
karboksilat etil ester;
57
43. Fentanil: 1-fenetil-4-N-propionilanilinopepridina;
44. Klonitazena: 2-paraa-klorbenzil-1-dietilaminoetil 5-nitrobenzimid-
azol;
45. Kodoksima: dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima;
46. Levofenasilmorfan: (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan;
47. Levomoramida: (-)-4-[2-meil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-
butil] morfolina;
48. Levormetorfan: 910-3-metoksi-N-metilmorfinan;
49. Levorfanol: (-)-hidroksi-N-metilmorfinan;
50. Metadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanona;
51. Metadona intermdiat: 4-siano-2-dimetilamino-4,-difenilbutana;
52. Metazonia: 2‟-hidroksi-2,5,9-trimetil-6,7-benzomorfan;
53. Metildesorfina: 6-metil-delta-6-deoksimorfina;
54. Metildihidromorfina: 6-metildihidromprfina;
55. Metopon: 5-metildihidromorfinona;
56. Mirofina: miristilbenzilmorfina;
57. Moramida intermediat: asam (2-metil-3-morfolino-1,1-difenilpro-
pana karboksilat;
58. Mofedina: asa, 1-(2-morfolineotil)-4-fenilpiperidia-4-karboksilat etil
ester;
59. Morfina-N-oksida;
60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent
lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya
kodeina-N-oksida;
61. Morfina;
62. Nikomorfina: 3,6-dinikotilmorfina;
63. Norasimetadol: (±)-alfa-3-asetoksi-6-metilamino-4,4-difenilheptana;
64. Norlevorfanol: (-)-3-hidroksimorfinan;
65. Normetadona: 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona;
66. Normorfina: dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina;
67. Norpipanona: 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona;
58
68. Oksikodona: 14-hidroksidihidrokodeinona;
69. Oksimorfona: 14-hidroksidihidromorfinona;
70. Petidina intermediat A: 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina;
71. Petidina intermediat B: asam 4-fenilpiperidina-4- karboksilat etil
ester;
72. Petidina intermediat C: assam 1-metil-4-fenilpiperidinna-4-
karboksilat;
73. Petidina: asam 1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester;
74. Piminodina: asam 4-fenil-1-(3-fenilaminopropil)-piperidina-4-
karboksilat etil ester;
75. Piritramida: asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(1-piperidino)-
piperidina-4-karboksilat amida;
76. Proheptasina: 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloptana
77. Propedina: asam 1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilatisopropil
ester;
78. Rasemetorfan: (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan;
79. Rasemoramida: (±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidil)-
butil]-morfolina;
80. Rasemorfan: (±)-3-hidrolsi-N-metilmorfinan;
81. Sufentanil: N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil]-4-
pip/eridil]propionalida
82. Tebaina;
83. Tebakon: asetildihidrokodeinona;
84. Tilidina: (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksana-1-
karboksilat;
85. Trimeperidina: 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina;
86. Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut di atas.
c. Naroktika golongan III yang menuurt lampiran Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 terdiri dari :
1. Asetildihodrokodeina;
59
2. Dekstropopoksifena: α-(+)-4-dimetilamino-1,2- difenil-3-metil-2-
butanol;
3. Dihidrokodeina;
4. Etilmorfina: 3-etil morfina
5. Kodeina: 3-metil morfina;
6. Nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina;
7. Nikokodina: 6-nikotilkodeina;
8. Norkodeina: N-demetilkodeina;
9. Polkodina: morfoliniletilmorfina;
10. Propiram: N-(1-metil-2-pieridinoetil)-N-2-piridilpropionamida;
11. Buprenorfina: 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpro-
pil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina;
12. Garam-garam dari narkotika delam golongan tersebut di atas;
13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan
narkotika;
14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan
narkotika;
D. Deskripsi Kasus Fidelis
1. Kronologi Kasus
Terdakwa yang bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto als Nduk
Anak FX Surajiyo. Lahir di Sanggau, 24 April 1981, merupakan seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang beragama Katholik yang bertempat
tinggal di Jalan Jendral Sudirman Nomor 28 RT01/RW01 Kelurahan
Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau, pada hari minggu tanggal
19 Februari 2017 sekitar pukul 11.00 WIB didakwa dengan dakwaan
“tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain”. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa
dengan cara-cara sebagai berikut:120
120 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 15.
60
Bahwa sekitar tahun 2013 saat istri terdakwa (sdri. Yeni Riawati)
sedang mengandung anak terdakwa yang kedua dengan usia kehamilan
kurang lebih 5 (lima) bulan jatuh sakit sehingga mengalami kelumpuhan
pada kaki sebelah kanan kemudian dilarikan dan dirawat di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Sanggau selama kurang lebih 1 (satu) pekan menjalani
perawatan di Rumah Sakit istri terdakwa kembali sehat. Kemudian pada
tahun 2014 sekitar bulan Oktober istri terdakwa jatuh sakit lagi dan
mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit
Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari, dikarenakan tidak ada
kemajuan maka akhirnya terdakwa membawa istrinya ke pengobatan
alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Perindu Kabupaten
Sanggau akhirnya kuran lebih selama 1 (satu) bulan istri terdakwa sudah
dapat beraktivitas kembali. Namun sekitar bulan november 2015 istri
terdakwa mengalami lumpuh pada kedua kakinya dan kembali lagi
dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau untuk kemudian dirujuk ke
Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama
kurang lebih 1 (satu) Pekan namun karena tidak ada perubahan dalam
kesehatannya maka terdakwa membawa istri terdakwa pulang ke
Kabupaten Sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau
untuk dirawat, kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau istri
terdakwa di rujuk kembali ke RSUD Soedarso dan dirawat selama
kurang lebih 2 (dua) pekan, dikarenakan tidak ada kemajuan lagi maka
terdakwa akhirnya membawa istri terdakwa pulang ke Kabupaten
Sanggau untuk dirawat di rumah yang masa saat itu keadaan istri
terdakwa sudah lumpuh pada kedua kakinya, badan dan tangan sebelah
kiri serta mengalami luka pada beberapa bagian di tubuhnya.121
Melihat kondisi sang istri yang tidak kunjung membaik, maka
terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari
informasi dengan cara membaca buku hingga mencari informasi di
121 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16
61
internet sebagai upaya untuk mengobati istri terdakwa. Dari beberapa
buku dan sumber informasi yang terdakwa peroleh dari internet tentang
khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu pengobatan, hal itu
dikarenakan terdakwa sudah putus asa lalu terdakwa mulai mecari
informasi lebih mendalam tentang bagaimana dapat memperoleh dan
membeli ganja tersebut.122
Kemudian, sekitar bulan april tahun 2016, terdakwa bertemu dengan
seseorang yang terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung
kopi di Terminal Bis Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat
membantu terdakwa untuk memperoleh ganja. Selanjutnya terdakwa
meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan ganja sebanyak 1 (satu)
ons dan terdakwa dimintai sejumlah uang oleh orang tersebut sebesar
Rp900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) kemudian terdakwa berikan
sesuai kesepakatan. Kemudian orang tersebut memberitahukan terdakwa
agar menunggu selama 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya
akan datang.123
Kurang dari 3 (tiga) hari, terdakwa menerima telephone dari
seseorang yang mengaku sebagai kernet bis yang meminta terdakwa agar
segera ke Terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket
kiriman dari pontianak. Setelah sampai ke terminal untuk mengambil
paket yang tidak ada nama dan alamat pengirimnya, selanjutnya paket
tersebut dibawa pulang ke rumah terdakwa. Sesampainya di rumah,
terdakwa membuka paket tersebut ternyata berisikan daun ganja kering
disertai dengan biji bunga ganja.124
122 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.
123 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.
124 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 16.
62
Kemudian, bunga ganja kering tersebut terdakwa olah menjadi
cairan sedangkan biji bunga ganja nya terdakwa semai di dalam pot dan
terdakwa pelihara dengan cara diberikan pencahayaan dengan aliran
listrik dan lampu, dan menggunakan alat pengukur suhu serta diberi
pupuk agar tumbuh sehat. Setelah batang pohon ganja itu tumbuh, daun
ganja nya terdakwa masak bersama-sama dengan makanan yang
terdakwa masak untuk kemudian diberikan kepada istri terdakwa.
Sedangkan bunganya terdakwa keringkan di dalam ruangan selama
kurang lebih 1 (satu) hari yang kemudian terdakwa rendam menggunakan
alkohol dalam sebuah mangkuk sambil diaduk dan setelah 5 (lima) menit
warnanya akan berubah menjadi warna hijau bunga ganja kemudian
terdakwa pisahkan dari alkohol nya dengan cara diangkat menggunakan
sendok kemudian alkohol yang masih ada di dalam mangkuk tersebut
terdakwa kukus sehingga yang tertinggal hanya cairan endapan hasil
pengkukusan kemudian cairannya dicampur dengan madu dan minyak
kelapa kemudian setelah dingin dimasukkan ke dalam botol kecil yang
terbuat dari kaca berwarna bening yang terdakwa gunakan untuk
mengobati luka-luka pada tubuh istri terdakwa.125
Setelah diberikan
pengobatan ganja, istri terdakwa mengalami perubahan yang sangat
signifikan, dari yang tidak bisa tidur saat itu tidurnya menjadi pulas, tidak
doyan makan menjadi lahap makannya bahwa sampai bisa berbicara
padahal tadinya tidak. Itulah yang menyebabkan terdakwa melanjutkan
pengobatannya tersebut apabila keadaannya sudah memungkinkan
terdakwa akan membawanya ke Rumah Sakit agar ditangani secara
medis.
Berawal pada hari Minggu 19 Februari 2017 sekitar pukul 10.10
WIB, saksi Sudijarto mendapatkan informasi dari masyarakat tentang
terdakwa menanam ganja di rumahnya, kemudian saksi Sudijarto
bersama dengan saksi Eko Wahyudi dan saksi Salbani mendatangi rumah
125 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 17.
63
terdakwa dan melihat beberapa batang pohon yang diduga narkotika jenis
tanaman ganja serta melihat istri terdakwa dalam keadaan sakit parah
terbaring di kamarnya yang menurut keterangan terdakwa, sang istri
sudah kurang lebih 3 (tiga) tahun sakit tidak dapat bergerak dan mudah
schok. Melihat situasi tersebut saksi Sudijarto membawa terdakwa ke
kantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogasi dan pada
saat itu terdakwa mengakui sengaja menanam ganja untuk pengobatan
istri terdakwa yang menderita sakit parah. Namun berdasarkan surat
keterangan dari BNN Kabupaten Sanggau tentang pengujian terhadap
urine Fidelis Arie Sudewarto menggunakan alat test narkoba dengan hasil
negatif. Sedangkan berdasarkan surat keterangan dari BNN Kabupaten
Sanggau melakukan pengecekan terhadap urine Yeni Riawati yang
dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 dengan hasil Positif THC (+) &
MET (+).126
2. Tuntutan Penuntut Umum
Menyatakan agar terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als Nduk Anak
FX Surajiyo dinyatakan bersalah dan meyakinkan melakukan tindak pida
“ menanam Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon “ sesuai
dengan dakwaan kedua Penuntut umum yakni Pasal 111 ayat (2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.127
Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als
Nduk Anak FX Surajiyo berupa pidana penjara selama 05 (lima) bulan
dikurangi masa tahanan terdakwa dan membayar denda sebesar
126 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 19.
127 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 2.
64
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) subsidair 1 (satu) bulan
penjara.128
Jaksa dalam surat dakwaannya mengajukan dakwaan alternatif yaitu:
a. Pasal 111 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika.
b. Pasal 113 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009
Tentang Narkotika.
c. Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika.
3. Dalil-dalil Pemohon
Menyatakan bahwa terdakwa Fidelis Arie Sudewarto als Nduk Anak
FX Surajiyo tidak terbukti secara sah terlibat sebagai penyalah guna,
pengedar, dan perdagangan narkoba sebagai mana dituntut oleh jaksa
penuntut umum pasal 111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika. Serta menyatakan bahwa perbuatan yang
terdakwa lakukan yaitu menanam pohon ganja untuk pengobatan istrinya
yang merupakan suatu perbuatan yang tergolong Overmacht
sebagaimana diatur dalam pasal 48 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang berbunyi “barang siapa yang melakukan perbuatan karena
pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana”.129
Maka dari itu terdakwa beserta kuasa hukumnya memohon kepada
Majelis Hakim untuk dapat menjatuhkan Putusan Bebas Murni kepada
terdakwa Fidelis Arie Sudewarto; memulihkan nama baik terdakwa di
masyarakat dan meminta seluruh barang bukti untuk diserahkan kembali
128 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 2.
129 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.
65
kepada terdakwa dan saksi yang bernama Tri Raman Jaya. Serta
membebankan biaya kepada Negara.130
Serta terdakwa juga melakukan pembelaan secara tertulis pada saat
persidangan yang pada intinya menceritakan dan menjelaskan alasan
Terdakwa menanam dan menggunakan Narkotika Golongan I jenis
tanaman yitu ganja kepada istrinya, terdakwa juga memohon kepada
Majelis Hakim agar diberikan keadilan dan diampunkan kesalahannya
dalam melanggar hukum tersebut.131
3. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana khusus
dalam Putusan Perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag adalah:132
Menimbang bahwa terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum
dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga majelis hakim
memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut di atas memilih langsung
dakwaan alternatif ke tiga sebagaimana diatur dalam pasal 116 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yang unsur-
unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang;
Bahwa dalam perkara ini penuntut umum menghadirkan seorang
laki-laki bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak
FX Surajiyo dengan segala identitasnya yang telah disebutkan di
atas;
Menimbang atas dasar bahwa dalam persidangan majelis hakim
telah memeriksa seluruh berkas perkara yang mana benar bahwa
terdakwa yang dimaksud ialah saudara Fidelis arie Sudewarto
130 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.
131 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 5.
132 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 47.
66
dengan dibuktikan bahwa selama persidangan terdakwa dapat
menjawab dengan tegas semua pertanyaan yang diberikan keadaan
majelis hakim maupun penuntut umum, berdasarkan pertimbangan
tersebut majelis hakim berpendapat bahwa unsur setiap orang telah
terpenuhi dan terbukti menurut hukum.
2. Tanpa hak atau melawan hukum;
Menimbang bahwa ketentuan Pasal 7 undang-undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur bahwa narkotika hanya
dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pasal 8
secara khusus disebutkan larangan penggunaan Narkotika Golongan
I yaitu:
1) Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan.
2) Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan;
Menimbang bahwa dari beberapa pasal perundang-
undangan yang dimaksud, disimpulkan bahwa Narkotika
Golongan I tidak secara mutlak dilarang beredar di wilayah
Republik Indonesia, tetapi dalam proses penyaluran maupun
pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, hal ini dikarenakan adanya bahaya yang
ditimbulkan terhadap penyalahgunaan narkotika tersebut,
sehingga setiap orang yang akan memanfaatkan narkotika
golongan I harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang
berwenang.
3. Menggunakan narkotika golongan I terhadap orang lain atau
memberikan narkotika golongan I untuk digunakan orang lain.
67
Bahwa unsur di atas bersifat alternatif artinya bahwa untuk
menyatakan seseorang bersalah melakukan tindak pidana dalam
pasal tersebut tidak harus terbukti semua perbuatan dilakukan
oleh si pelaku akan tetapi cukup salah satu saja perbuatan
tersebut terbukti dilakukan. Maka unsur diatas dianggap telah
terpenuhi seluruhnya.
Hakim menimbang bahwa yang dimaksud dengan
menggunakan narkotika dapat diartikan sebagai memasukkan ke
dalam tubuh baik secara langsung maupun melalui mulut
ataupun dengan menggunakan alat bantu.
Menimbang bahwa selanjut nya majelis hakim akan
mempertimbangkan apakah dalam menggunakan Narkotika
Golongan I jenis tanaman ganja tersebut dilakukan terdakwa
secara tanpa hak atau melawan hukum atau tidak;
Menimbang oleh karena semua unsur dari pasal 116 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah
terpenuhi, maka terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ke tiga penuntut
umum.133
Menimbang bahwa majelis hakim tidak sependapat dengan
penuntut umum yang membuktikan dakwaan kedua yaitu
perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam pasal 111 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika dan Majelis Hakim memilih membuktikan
dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur
dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pertimbangan
yaitu tujuan utama dari perbuatan terdakwa tersebut adalah
133 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 52
68
mempergunakan narkotika jenis ganja untuk mengobati istrinya
yang sedang sakit sedangkan perbuatannya menanam
sebagaimana yang telah dibuktikan dalam surat tuntutan
penuntut umum menurut majelis hakim adalah merupakan suatu
proses hingga selanjutnya ganja tersebut dapat dipergunakan
untuk mengobati istrinya.134
Menimbang bahwa selanjutnya majelis hakim akan
mempertimbangkan Nota Pembelaan atau Pledoi yang
disampaikan oleh terdakwa dan penasihat hukum terdakwa.
Bahwa pada persidangan penasihat hukum terdakwa
menyampaikan pembelaan secara tertulis yang pada pokoknya
memohon kepada majelis hakim untuk membebaskan terdakwa
dengan alasan perbuatan terdakwa tidak terbukti sebagaimana
tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, selain itu menurut
penasihat hukum terdakwa bahwa perbuatan terdakwa menanam
ganja dilakukan karena adanya daya paksa atau Overmacht
sedangkan terdakwa dalam pembelaannya yang juga dilakukan
secara tertulis menceritakan alasan terdakwa menanam dan
menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja
kepada istrinya, terdakwa mohon keadilan kepada majelis hakim
dan terdakwa mohon diampunkan kesalahannya dalam
melanggar hukum tersebut.135
Bahwa terhadap pembelaan penasihat hukum terdakwa
tersebut majelis hakim akan mempertimbangkannya sebagai
berikut; bahwa terhadap pembelaan tersebut majelis hakim
berpendapat karena dakwaan penuntut umum bersifat alternatif
dan majelis hakim berdasarkan fakta di persidangan telah
134 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 53.
135 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 53.
69
memilih dan membuktikan dakwaan ketiga penuntut umum dan
mengenai uraian pertimbangan tersebut majelis hakim uraikan
dalam pertimbangan di atas dan telah dinyatakan terbukti
sedangkan penasihat hukum terdakwa dalam pembelaannya
hanya menguraikan dan mengupas dakwaan kedua yaitu pasal
111 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika saja sedangkan dakwaan ketiga yaitu pasal 116 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
tidak dibahas oleh penasihat hukum, oleh karenanya terhadap
pembelaan penasihat hukum majelis hakim kesampingkan
sedangkan terhadap pembelaan penasihat hukum yang
menyatakan bahwa terdakwa tidak dapat dipidana karena
Overmarch terkait perbuatan terdakwa menggunakan ganja
tersebut, majelis hakim tidak sependapat, karena menurut
majelis hakim selama di persidangan penasihat hukum terdakwa
tidak pernah menghadiri ahli di bidang medis serta
membuktikan yang dapat mendukung pernyataan dari penasihat
hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri mengenai manfaat
tanaman ganja tersebut.136
Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di
persidangan mengenai perbuatan terdakwa Majelis Hakim
menilai bahwa perbuatan terdakwa lebih pantas dikenakan
melanggar Pasal 116 Ayat (2) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bahwa
selanjutnya mengenai penjatuhan hukuman terdakwa lebih tepat
sesuai dengan Kepastian Hukum yaitu yang tertera pada Pasal
116 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pidana minimal 5 Tahun
dan maksimal 15 Tahun. Alasan pendapat tersebut didasarkan
136 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 54.
70
karena ada fakta yang terungkap dalam persidangan bahwa pada
saat terdakwa hendak ditangkap oleh petugas BNN Kabupaten
Sanggau terdakwa sempat menyuruh adik terdakwa untuk
membuang daun ganja milik terdakwa, berdasarkan perbuatan
tersebut terdakwa dinilai sadar dan paham akan perbuatannya
yang telah menanam dan menggunakan ganja selain itu alasan
penerapan pasal tersebut dikarenakan agar memberikan efek jera
atau contoh kepada masyarakat lain bahwa menanam dan
menggunakan ganja tersebut adalah merupakan perbuatan yang
salah dan tidak dapat dibenarkan apapun alasannya.137
Menimbang bahwa dalam menentukan pidana yang pantas
diterapkan terhadap terdakwa berdasarkan atas keadilan hukum
dan kepastian hukum. Namun demikian lamanya pidana yang
akan dijatuhkan patut juga mempertimbangkan dampak atau
akibat yang akan terjadi pada masyarakat.138
Menimbang bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa maka perlu mempertimbangkan hal-hal yang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa:139
Hal yang memberatkan terdakwa:
Terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam
memberantas Narkotika
Hal-hal yang meringankan terdakwa:
Terdakwa belum pernah dihukum
Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya atau jujur
137 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 58
138 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 59.
139 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 61.
71
Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk
mengobati istrinya
Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan
tumpuan terakhir anaknya setelah istrinya meninggal dunia.
Pertimbangan di atas menjadi alasan Hakim dalam
menjatuhkan Pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dan denda
sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
pidana penjara selama 1 (satu) bulan, lebih berat dari tuntutan
Jaksa kepada Terdakwa Fidelis Arie Sudewarto dengan
memperhatikan Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
4. Amar Putusan
Dengan memperhatikan Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan, maka landasan hukum yang digunakan
oleh Hakim dalam Putusan Perkara tersebut yaitu Pasal 116 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika sesuai dengan tuntutan jaksa pada alternatif ke tiga yaitu
dengan menjatuhi hukuman pidana penjara selama 8 (delapan) bulan
dengan denda sebesar Rp1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan
pidana penjara selama satu tahun.
E. Legalitas Penggunaan Ganja Dalam Undang-Undang
Gagasan legalitas secara historis telah mengklaim dapat memerikan
kepastian hukum dalam penegakan hukum. L.J van Apeldoorn berupaya
menerangkan bagaimana asas legalitas itu lahir. Mulanya van Apeldoorn
mengungkapkan pemikiran J.J Rouseau (1712-1778) tentang proses
pembentukan hukum, proses tersebut semata-mata kewenangan istimewa
72
pembentuk undang-undang. Tidak ada tempat bagi kebiasaan yang hidup
dalam keseharian masyarakat untuk menjadi dasar pembentukan hukum. Pada
masa abad ke-19 lahirlah sebuah gerakan hukum “legisme”, menurut van
Apeldoorn gerakan ini adalah gerakan isme hukum yang mengasumsikan
bahwa setiap kegiatan penerapan hukum, semata-mata hanyalah penerapan isi
dari undang-undang terhadap perkara-perkara konkret. Penerapan ini haruslah
dilaksanakan secara rasional dan logis.140
Di Indonesia terdapat salah satu organisasi antimainstream yang
memperjuangkan legalisasi ganja di Indonesia yang mereka namai organisasi
LGN (Lingkar Ganja Nusantara). Organisasi ini hadir untuk memberikan
sebuah pengertian bahwasanya tanaman ganja tidak hanya mempunyai
dampak negatif melainkan juga mempunyai dampak positif seperti halnya
tanaman lainnya. Dalam memperjuangkan Legalisasi Ganja di Indonesia
organisasi LGN memakai cara advokasi, menuliskan berita seputar dampak
positif tanaman ganja serta membentuk organisasi masyarakat tentang
pengertian bahwa ganja sebagai tumbuhan ciptaan tuhan yang memiliki
manfaat pengenalannya pun melalui cara positif seperti menggunakan unsur-
unsur kesenian dan kebudayaan. Gerakan ini dipelopori oleh Mahasiswa
Universitas Indonesia yang ingin menggali lebih dalam tentang manfaat dan
keberadaan tanaman ganja. Mereka memberikan informasi serta edukasi
tentang tanaman ganja, jenis ganja, manfaat ganja, serta dampak penggunaan
ganja. Dasar perjuangan organisasi ini adalah upaya dalam memperjuangkan
legalisasi ganja di Indonesia, munculnya organisasi ini dikarenakan adanya
kriminalisasi terhadap Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika, menurut undang-undang ini ganja dimasukkan pada golongan
pertama narkotika yang dianggap berbahaya dan tidak memiliki manfaat
setara dengan heroin, sabu-sabu, kokain, ekstasi, putaw, padahal jika dilihat
lebih mendalam sesungguhnya narkotika golongan pertama ini merupakan
bahan-bahan kimia buatan tangan manusia. Hal tersebut dirasa berbeda
140 E. Fernando M. Manulang, Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum, (Jakarta:
Kencana, 2017), h., 15.
73
dengan ganja yang merupakan tanaman ciptaan Tuhan dan sesungguhnya
tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia yang tidak memberikan manfaat.141
Pandangan terhadap perubahan hukum para ahli hukum sepakat bahwa
hukum itu harus dinamis, tidak boleh statis dan harus dapat mengayomi
masyarakat. Oleh karena itu, hukum harus dapat dijadikan pendorong dan
pelopor untuk mengubah kehidupan masyarakat kepada yang lebih baik dan
bermanfaat untuk semua pihak. Ada dua pandangan yang sangat dominan
dalam rangka perubahan hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
dalam suatu negara. Kedua pandangan tersebut dikenal dengan pandangan
tradisional dan pandangan modern. Pada pandangan tradisional dalam rangka
perubahan hukum mengatakan bahwa masyarakat perlu berubah terlebih
dahulu, barulah hukum akan datang untuk mengaturnya. Di sini kedudukan
hukum sebagai pembenar apa yang telah terjadi, hukum berkembang
mengikuti kejadian di suatu tempat dan selalu berada di belakang peristiwa
yang terjadi. Meskipun hukum itu datang kemudian, diharapkan hukum yang
ada itu dapat menampung segala perkembangan yang baru terjadi. Sedangkan
pada pandangan modern mengatakan bahwa hukum diusahakan agar dapat
menampung segala perkembangan baru. Perubahan hukum tidak semata-mata
dilakukan karena hukum dirasa kurang memadai lagi untuk mengatur
kehidupan masyarakat melainkan dikarenakan masyarakat sendiri sudah
mengalami perubahan dan perubahan ini bertujuan untuk menciptakan
masyarakat baru sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
pembaharuan hukum itu senantiasa berjalan melaui proses dialektika dan
berangkat dari problem-problem nyata dalam masyarakat.142
F. Legalitas Penggunaan Ganja Dalam Pandangan Hukum Islam
Bahwa keberadaan syariat disandarkan kepada prinsip mempermudah
dan menghindarkan kesulitan manusia. Taklif Allah SWT atas hambanya
disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Allah SWT berfirman :
141 Mohammad Darry Abbiyyu, Strategi Gerakan Lngkar Ganja Nusantara Dalam
Memperuangkan Legaliasai Ganja di Indonesia, Jurnal Politik Muda, V, 3, h. 310
142 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, (Jakarta : Kencana, 2013), h., 10
74
(242: 2)البقرة / . ..قلىاليكلف الل ن فساإالوسعها
Artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesaggupannya.”
Selain itu kaidah tersebut didasarkan pula kepada hadis Nabi Muhammad
SAW, yang dikutip dari buku Suparman Usman yang berjudul Hukum Islam
Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islm Dalam Tata Hukum Indonesia,
yang bunyinya sebagagi berikut :
)رواه مالك وابن ماجو( ال ضرروالضرارفياإلسالم
Artinya: “tidak boleh memudaratkan atau menyulitkan orang lain dan
tidak boleh ada kemudaratan atau kesulitan bagi diri sendiri dalam Islam.”
(H.r. Malik dari Ibnu Majah)
Kaidah-kaidah hukum Islam (al-qawaidh al-fiqhiyah), adalah kaidah-
kaidah umum yang disusun oleh para ulama berdasarkan norma yang terdapat
dalam nash (al-quran dan hadis) melalui metode induktif. Kaidah tersebut
kemudian dijadikan pedoman dalam menentukan hukum berbagai peristiwa
dan masalah yang berhubungan dengan perbuatan manusia. Kaidah-kaidah
tersebut dibangun berdasarkan ketentuan-ketentuan umum dalam nash. dalam
pembahasan karya tulis ilmiah ini kita mengambil kaidah yaitu:
رري زال الض
(Al-Dharraru Yuzalu). “kemudharatan, kesulitan, kesempitan atau bahaya
harus dihilangkan”
Selanjutnya dari kaidah tersebut lahirlah beberapa kaidah cabang, sebagai
berikut:143
رر الضررالي زال ابلض
(Al-Dharararu la Yuzalu bi al-Dharari). “kesulitan tidak bisa
dihilangkan dengan kesulitan lagi, atau yang menimbulkan kesulitan
lain”
143 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h., 69
75
رورات تبيح المحظورات الض
(Al-Dhararatu Tubihu al-Makhdurat). “keadaan darurat itu
membolehkan yang dilarang”
رورةي ق ربقدرىاماأبيح للض د
(Ma Ubiha li al-Dharurat Yuqaddaru Biqadriha). “apa yang dibolehkan
karena darurat, diukur sebatas (menurut) ukuran darurat nya”.
م على جلب المصالح درءالمفاسدمقد
(Dar‟u al-Mafasid Muqaddamun „ala jalbi al-Mashalih). “mengihindari
kesulitan harus didahulukan dari mendatangkan kemaslahatan”.
هما إذاتعارض مفسدتن روعى أعظمهماضرراابرتكاب أخف
(Idza ta‟aradha mafsadatani ruiya a‟dhamuhuma dhararan bi irtikabi
akhaffihima). “apabila ada dua kesulitan yang bertentangan, maka
diutamakan menghindari kerusakan yang lebih besar risikonya, dengan
jalan melakukan sesuatu yang lebih ringan risikonya.”
Dengan kata lain bahwa kesimpulannya kaidah di atas berkaitan dengan
prinsip Islam bahwa kemudaratan atau kesulitan itu harus dihilangkan.
Karena itu di kala muncul kesulitan, maka hal yang sebenarnya dilarang
boleh dilakukan. Hukum yang muncul akibat dari kaidah ini antara lain :
apabila dalam keadaan mendesak atau darurat, sebagai contoh untuk
pengobatan, diperbolehkan mempergunakan Khamr. Contoh lainnya yaitu
apabila seseorang kelaparan yang mengancam jiwanya, dan hanya daging
babi yang tersedia, maka ia diperbolehkan memakan daging babi tersebut
untuk sekedar bertahan hidup menghadapi ancaman mautnya.144
Prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan juga patut
diperlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan nash qat‟i atau kaidah
syariat yang bersifat pasti, dan dalam memberlakukannya mendapatkan
144 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h., 71.
76
legalitas formal di bawah naungan Nash dan kaidah Islam yang bersifat
umum dengan dua pertimbangan yaitu:145
Prinsip menghilangkan kesulitan dituangkan dalam kaidah
ر يسي ة تلب الت شق
امل
“kesulitan menghendaki adanya kemudahan”.
Kaidah ini meliputi seluruh komponen hukum rukhsah berdasarkan
syariat dan diperuntukkan bagi mukallaf dengan beberapa yang henghendaki
adanya keringanan. Sebagai contoh sakit ( ض ر ام ) karena adanya sebab sakit,
maka diperbolehkan:
a. Tidak berpuasa pada hari ramadhan;
b. Melakukan tayammum karena tidak diizinkan memakai air ketika
berwudhu;
c. Melaksanakan shalat dengan duduk; dan
d. Mengkonsumsi barang haram sebagai obat, karena tidak ada jalan lain.
Secara tersirat kaidah ini menegaskan bahwa suatu bahaya bisa saja
menimbulkan bahaya yang lainnya, namun kadar bahaya yang ditimbulkan
harus lebih ringan dari bahaya sebelumnya. Maka apabila seseorang hendak
menghilangkan suatu bahaya, harus memperhitungkan terlebih dahulu
dampak yang akan ditimbulkannya. Apabila dampaknya seimbang atau
bahkan lebih besar maka ia harus mengurungkan niatnya, namun apabila
dampak yang ditimbulkan lebih kecil maka ia boleh meneruskan niatnya.146
Pada kasus ini, setelah terdakwa Fidelis memberikan racikan ganja yang ia
buat sendiri dengan mencampurkan kedalam makanan yang akan dimakan
oleh istri terdakwa, kondisi istrinya mengalami perkembangan, yang semula
tidak doyan makan menjadi lahap makannya, yang semula sulit untuk
145 Ahmad Sudirman Abbas, Dasar-dasr Masail Fiqhiyyah, (Jakarta: Banyu Kencana,
2003), h.,
146 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 140.
77
berbicara menjadi bisa berbicara, yang tadinya sulit tidur sekarang tidurnya
nyenyak.
78
BAB IV
Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017.PNSag
A. Faktor Yang Mendasari Terdakwa Melakukan Penanaman Ganja
Dalam Putusan No. 111/Pid.Sus/2017/Pnsag
Menurut pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara pidana khusus
dalam Putusan Perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag adalah:147
Menimbang bahwa ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati
istri terdakwa yang sedang menderita penyakit Syringomyelia yang
dideritanya sejak bulan Oktober tahun 2013.
Menimbang bahwa terdakwa telah berusaha melakukan upaya medis
untuk mengobati istri terdakwa dengan membawa istri terdakwa ke Rumah
Sakit Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum di Pontianak dan Rumah Sakit
Antonius di Pontianak, terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa
ke Rumah Sakit Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu terdakwa
juga sudah berusaha mengobati dengan pengobatan alternatif seperti tukang
urut. Terdakwa juga sudah berniat membawa istri berobat ke Jawa namun niat
tersebut harus di urungkan dikarenakan Dokter mengatakan kondisi istri
terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan dikhawatirkan akan
drop dan membahayakan jiwa istri. Sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi
namun kondisi istri terdakwa pada saat itu tidak memungkinkan untuk
dioperasi dikarenakan terlalu beresiko sementara dari rumah sakit sendiri
sudah tidak ada lagi penanganan medis. Setelah menjalani berbagai macam
usaha pengobatan kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin
parah bahkan tidak lagi bisa makan kemudian terdakwa mendapat artikel
ganja di internet.
Menimbang bahwa terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika
jenis ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika
untuk dikonsumsi dirinya sendiri, ganja tersebut hanya digunakan terdakwa
147 Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor : 111/Pid.Sus/2017/PNSag. Tentang
Larangan Penggunaan Ganja Sebagai Pengobatan, h., 47.
79
untuk mengobati istrinya yang sedang sakit. Selanjutnya dilakukan
pengecekan tes urine yang dilakukan oleh terdakwa yang hasilnya negatif.
Selanjutnya BNN juga melakukan pengecekan terhadap urine Yeni Riawati
yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2017 dengan hasil Positif THC (+)
& MET (+).
Menimbang bahwa dari uraian tersebut disimpulkan bahwa benar
terdakwa telah menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja
kepada istri terdakwa dan mencampur ganja tersebut ke dalam minuman istri
terdakwa, dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi
dan terbukti menurut hukum.
Menimbang bahwa didalam persidangan didapati fakta bahwa Narkotika
Golongan I yang digunakan terdakwa terdapat istrinya tersebut dengan tujuan
untuk mengobati istrinya terdakwa yang menderita penyakit syringomyelia.
Menimbang bahwa berdasarkan uraian di atas didapati kesimpulan
bahwa benar terdakwa dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis
tanaman berupa Ganja terhadap istri terdakwa tersebut dilakukan secara tanpa
hak dan melawan hukum dengan demikian unsur ini telah terbukti dan
terpenuhi menurut hukum;
B. Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor
111/Pid.Sus/2017.PNSag tentang Larangan Penggunaan Ganja Sebagai
Pengobatan.
Putusan perkara Nomor 111/Pid.Sus/2017.PN Sag merupakan perkara
yang diatur dalam Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan bahwa:
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
80
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).”148
Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwasanya terdakwa telah
melakukan upaya pengobatan medis yang dilakukan dengan cara membawa
istri terdakwa ke berbagai Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Sanggau,
namun karena hasilnya tidak ada perubahan dan tim medis juga telah angkat
tangan terkait rangkaian pengobatan demi kesembuhan istri terdakwa, maka
terdakwa memiliki inisiatif untuk menyembuhkan istrinya agar ada
peningkatan kesehatan dalam upaya bentuk membahagiakan serta
meringankan rasa sakit yang diderita istri terdakwa.
Dalam konsiderans pertimbangan huruf c dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika dinyatakan bahwa: “narkotika di satu sisi
merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan ...”149
selain itu
disebutkan juga dalam Pasal 4 butir (a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika yang menyatakan tujuan undang-undang ini adalah
menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.150
Bahwa dalam hukum pidana juga dikenal adanya alasan pembenar
sebagaimana menurut pendapat E. Utrecht yang dikutip oleh Frans Maramis
dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di
Indonesia, adalah sebagai berikut:
“Rechtvaardigingsgronden (alasan-alasan yang membenarkan) itu
menghapuskan wederrechtelijkheid dan schulduitsluitingsgronden
(alasan-alasan yang menghilangkan kesalahan dalam arti kata luas) hanya
menghilangkan pertanggungjawaban (toerekenbaarheid) pembuat atas
peristiwa yang diadakannya. Umum diterima pendapat bahwa
148 AR Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), h., 265.
149 https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf diakses pada tanggal 23 mei 2019
pukul 13.34 WIB
150 https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf diakses pada tanggal 23 mei 2019
pukul 13.34 WIB
81
rechtvaardigingsgronden menghapuskan suatu peristiwa pidana, yaitu
kelakuan yang bersangkutan bukan suatu peristiwa pidana, biarpun sesuai
dengan lukisan suatu kelakuan tertentu yang dilarang dalam undang-
undang pidana, sedangkan dalam hal schulduitsluitingsgronden kelakuan
yang bersangkutan tetap suatu peristiwa pidana, tetapi tidak dapat
dipertanggungjawabkan (toegerekend) kepada pembuat.”151
Menurut Moeljatno, alasan pembenar merupakan alasan yang dapat
menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang
dilakukan oleh terdakwa selanjutnya menjadi perbuatan yang patut dan
dibenarkan.152
Selain alasan pemnghapusan pidana di dalam undang-undang
dikenal pula alasan penghapusaan pidana di luar undang-undang. Menurut
Utrech, seharusnya kita menerima keberadaan dari alasan-alasan
penghapusan pidana di luar undang-undang, di mana sumber untuk itu adalah
hukum kebiasaan, hukum adat, dan norma-norma lainnya yang tidak
tercantum dalam undang-undang.153
Bahwa dalam ketententuan KUHP disebutkan alasan pembenar diatur
dalam pasal 48 (keadaan darurat), Pasal 49 yat (1) (pembelaan terpaksa).
Dalam keadaan tertentu, terdakwa tidak dapat berbuat lain yang berujung
pada terjadinya tindak pidana, sekalipun sebenarnya tidak diinginkan.
Terjadinya tindak pidana tidak dapat dihindari oleh terdakwa karena sesuatu
yang berasal dari luar dirinya. Faktor inilah yang menyebabkan terdakwa
tidak dapat berbuat lain yang mengakibatkan kesalahannya menjadi
terhapus.154
Menurut penulis, jenis sanksi yang ditetapkan oleh pengadilan negeri
sangau juga dirasa kurang efektif, terlebih akibat penjatuhan sanksi tersebut
kondisi sang istri menurun bahkan sampai meninggal. Penulis merasa akibat
terdakwa ditahan di dalam penjara, istri terdakwa tidak ada yang mengurus.
Padahal masih banyak sanksi alternatif yang dirasa lebih efektif. Jenis-jenis
151 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012), h., 135.
152 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, h., 135.
153Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA, h., 139.
154 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h., 180.
82
sanksi yang diterapkan di dalam KUHP, khususnya dalam pasal 10 KUHP
yakni:
a) Pidana pokok
1) Pidana mati;
2) Pidana penjara;
3) Pidana kurungan;
4) Pidana denda; dan
5) Pidana tutupan.
b) Pidana tambahan
1) Pencabutan hak-hak tertentu;
2) Perampasan batang-barang tertentu
3) Pengumuman putusan hakim.
Masalah jenis pidaana dan tindakan juga dibahas dalam Rancangan
Undang-Undang Hukum Pidana yang berlaku saat ini. Yang agak menonjol
adalah dimasukkannya “pidana kerja sosial” yang selama ini tidak dikenal
dalam KUHP. Dalam hal pidana kerja sosial dijatuhkan, hakim bisa saja
menetapkan pidana ini dengan pertimbangan sebagai berikut:155
1) Pengakuan terpidana terhadap tindak pidana yang dilakukan;
2) Usia layak kerja terpidana menurut undang-undang;
3) Persetujuan terpidana, sesudah hakim menjelaskan tujuan dan segala hal
yang berkaitan dengan pidana kerja sosial;
4) Riwayat sosial terpidana;
5) Pidana kerja sosial tidak boleh bertentangan dengan keyakinan agama
terpidana;
6) Pidana kerja sosial tidak boleh dikomersilkan;
7) Perlindungan keselamatan kerja terpidana;
8) Dalam hal pidana ini dijatuhkan sebagai pengganti denda, maka
sebelumnya harus ada surat permohonan terpidana mengenai apa alasan
terpidana tidak mampu membayar denda tersebut;
155 Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep Baru
KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2010), h., 107.
83
Menuurt penulis, syarat-syarat yang telah disebutkan di atas hampir
semuanya masuk ke dalam kualifikasi terdakwa. Bahwasanya terdakwa telah
mengakui bahwa ia memang menanam narkotika golongan I jenis ganja di
halaman belakang rumahnya. Di persidangan terdakwa tidak mengelak
terhadap perbuatan yang dilakukannya. Namun test urine menunjukkan
bahwa terdakwa bersih konsumsi ganja tersebut artinya tindakan terdakwa
dilakukan memang murni untuk mengobati penyakit istri terdakwa yang tidak
sembuh bertahun-tahun. Selain itu usia terdakwa layak untuk menjalani
hukuman pidana kerja sosial. Selain itu, dilihat dari hal-hal-hal yang
meringankan terdakwa dalam putusan tercantum bahwa terdakwa sebelumnya
belum pernah melakukan tidak pidana artinya nama terdakwa masih bersih di
catatan kepolisian.
Karena dalam kasus ini pidana penjara dirasa kurang efektif sampai hars
mengakibatkan nyawa istri terdakwa meninggal akibat pengadilan fokus
terhadap sanksi pidana terdakwa tanpa memikirkan upaya untuk melanjutkan
pengobatan kepada sdri Yeni selaku istri terdakwa agar bisa terus bertahan
hidup. Indonesia terus dilakukan usaha untuk mencari alternatif-alternatif dari
pidana perampasan kemerdekaan (penjara), pembaruan hukum pidana yang
berupa lembaga pidana tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teori-teori
tentang tujuan pemidanaan serta aliran yang ada di dalam hukum pidana yang
mempengaruhi teori-teori tersebut. Contohnya pidana gabungan. Gagasan
mengenai pidana ini ialah pidana penjara dan pidana pengawasan. Pidana
penjara menghendaki terpidana menjalani pidananya di dalam penjara.
sedangkan pidana pengawasan menghendaki terpidana menjalani pidananya
di luar penjara atau di lingkungan masyarakat tetapi tetap dalam pengawasan
sebagai terpidana.156
Jenis pidana penggabungan pidana ini dapat disebut dengan istilah
“pidana terbatas”, pidana ini dimaksudkan terpidana hanya menjalani
156 Abdul Kholiq, dkk, Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan Dan Reorientasi Terhadap
Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum Pidana Di Indonesia, Jurnal Law Reform, II, 1 (2015),
h., 102.
84
sebagian dari pidana penjara dan sebagian lainnya dijalani di luar lembaga
tetapi tetap dalam pengawasan. Kualitas pidana ini berada di antara pidana
penjara dan pidana pengawasan. Artinya lebih ringan dari pidana penjara
namun lebih berat dari pidana pengawasan. Untuk mengurangi resiko dari
akibat negatif kedua jenis pidana itu apabila diterapkan secara terpisah, maka
dirasa perlu jenis pidana yang lebih ringan dari pidana penjara namun lebih
berat dari pidana pengawasan. Maka perlu adanya pengembangan jenis
pidana yang diperkirakan dapat mewujudkan keseimbangan antara
kepentingan perlindungan masyarakat dan kepentingan individu. Disediakan
kemungkinan bagi hakim untuk menjatuhkan pidana gabungan ini diharapkan
ada keuntungan praktis yang dapat dicapai:157
1. Memberikan motivasi yang lebih meyakinkan bagi penegak hukum
(jaksa dan hakim) untuk lebih mengefektifkan jenis pidana ini. Dalam
praktiknya selama ini sedikit sekali perkara yang dituntut atau dijatuhi
pidana bersyarat. Alasannya karena kemampuan untuk mengawasi
terpidana yang masih sangat terbatas karena belum tersedianya sarana
atau prasarana yang cukup.
2. Memberikan kemantapan dan kelegaan bagi masyarakat pada umumnya
dan korban tindak pidana pada khususnya, bahkan juga terpidana itu
sendiri.
3. Pemidanaan Pelaku Penanam Ganja Menurut Pandangan Hukum Islam
Narkoba di dalam islam sendiri tidak dijelaskan secara gamblang.
Alquran hanya menyebutkan istilah khamr, namun demikian, apabila suatu
hukum belum ditetapkan statusnya, dapat diselesaikan melalui metode qiyas.
Narkoba termasuk ke dalam kategori khamr, karena zat nya yang
memabukkan. Pertama kali narkoba digunakan untuk kepentingan
pengobatan dan menolong orang sakit. Sejarah mencatat, ganja sudah
digunakan sejak tahun 2700SM.158
Dalam mendefinisikan tentang khamr M.
157 Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep Baru
KUHP Baru), h., 200.
158 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), h., 171.
85
Nurul Irfan dan Masyrofah dalam bukunya yang berjudul Fiqh Jinayah
mengutip pendapat Al-Qurthubi yang mengemukakan bahwa:
“Kata khamar berasal dari kata khamara atau satara yang berarti
menutup. Oleh karena itu, ada istilah kerudung wanita. Setiap benda yang
menutup sesuatu yang laun, selalu disebut khamr, seperti dalam kalimat
“tutuplah wadah-wadah kalian”. Jadi, khamr dapat menutup akal,
menyumbat dan membungkusnya.”
Allah telah menurunkan dalil-dalil yang mana menunjukkan
diperbolehkannya sesuatu yang diharamkan dalam keadaan darurat. Pertama,
Allah Ta‟ala menuturkan mengenai keterpaksaan mengkonsumsi hal-hal yang
diharamkan dalam beberapa ayat Al-Qur‟an diantaranya adalah sebagai
berikut:
ر م ولم النزيرومآاىل بلغيالل فمن اضطرغي تة والد احرم عليكم المي ابغ والعادفآلاث عليو ان الل ان
(331: 2)البقره / غفوررحيم
Artinya: “sesungguhnya dia (allah) hanya mengharamkan atasmu
bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan
(menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya),
bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Muhammad Ath-Thariqy dalam bukunya yang berjudul Fikih Darurat
mengutip beberapa pendapat ulama mengenai penjelasan terkait surat Al-
Baqarah ayat 172, pendapat tersebut antara lain: 159
1. Menurut As-Sadi, makna firman Allah “sedang dia tidak
menginginkannya” ialah seseorang yang memakan hal-hal yang
diharamkan tersebut semata-mata karena memang terpaksa, bukan malah
menikmatinya. Sedangkan makna firman Allah “dan tidak melampaui
batas” ialah memakannya sehingga melampaui batas kenyang.
159 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 19
86
2. Menurut Al Qurthubi, Allah memperbolehkan seseorang memakan
semua yang diharamkan dalam keadaan darurat, karena ia sudah tidak
sanggup mendapatkan semua yang diperbolehkan, jika tidak adanya
sesuatu yang diperbolehkan itulah yang menjadi syarat diperkenankannya
sesuatu yang diharamkan.
Bahwasanya tujuan syariat Islam itu ialah mendatangkan kemaslahatan
dan menolak kemafsadatan. Untuk merealisasikan maqasid al-syari‟ah
dengan menolak mafsadah bisa menggunakan cara menghilangkan
kemudharatan atau setidaknya meringankan nya. Kewajiban untuk berobat
juga termasuk ke dalam contoh kaidah “kemudharatan harus dihilangkan”.
Istilah khamr yang diambil dari bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia dengan kata „arak‟ dari pemaparan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan istilah arak sebagai terjemahan dari
kata khamr adalah bersifat temporal, maksudnya kata yang merujuk pada
sesuatu yang berlaku lampau. Dengan demikian, hukum berobat dengan
sesuatu yang haram dengan menggunakan arak menurut mayoritas ulama ahli
fiqh diperbolehkan kalau dalam keadaan darurat dan tidak ditemukan lagi
yang lainnya. Adapun meminum arak untuk pengobatan,
Para ulama yang memperbolehkan berobat dengan arak juga mengajukan
dalil dengan mengqiyashkan dengan diperbolehkannya memakan barang-
barang yang diharamkan dalam keadaan darurat. Allah memperbolehkan
memakan bangkai, darah, daging anjing bagi orang-orang yang dalam
keadaan darurat jika ia tidak bisa menemukan makanan lain yang bisa
menyelamatkan hidupnya. Demikian juga dengan arak. Arak diharamkan
berdasarkan nash Alquran, namun menjadi boleh apabila digunakan sebagai
obat dalam keadaan darurat, sama seperti memakan bangkai, darah dan
daging babi dalam keadaan darurat.160
Kata Abdul Aziz bin Abdussalam yang
dikutip dalam buku Fikih Darurat karya Abdullah bin Muhammad Ath-
Thariqy berpendapat bahwa boleh hukumnya berobat dengan barang-barang
160 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 115
87
najis kalau memang tidak ditemukan barang yang suci yang bisa
menggantikan kedudukannya. Karena kemaslahatan kesehatan dan
keselamatan itu jauh lebih besar daripada kemaslahatan menjauhi najis.
Pada kasus ini Terdakwa Fidelis telah berupaya untuk membawa Istri
terdakwa ke berbagai rumah sakit selama bertahun-tahun, namun tidak
adanya perubahan bahwa pihak rumah sakit pun hampir menyerah. Hal ini
yang menyebabkan terdakwa memberikan pengobatan kepada Istri terdakwa
berupa daun ganja yang ia oleh sebagai bahan campuran makanan dan olesan
untuk luka-luka yang diderita istri.
Kedua, firman Allah
احرم عليكم االمااضطررت اف يو و مالكم ال و ل لكم م راليضلون ان ك تكلواماذكراسم الل عليو وقدفص ثي
( 355: 2األنعام / ) ابىوآئهم بغيعلم ان ربك ىواعلم ابلمعتدين
Artinya : “Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging
hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah
menjelaskan kepadamu apa yang telah diharamkan-Nya kepadamu, kecuali
jika kami dalam keadaan terpaksa. Dan sungguh, banyak yang menyesatkan
orang dengan keinginannya tanpa dasar pengetahuan. Tuhanmu lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” makna firman Allah,
“kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” yaitu berupa hal-hal yang
sebenarnya telah diharamkan atas kalian, apabila dalam keadaan terpaksa
maka hal itu diperbolehkan kepada kalian.
Ketiga, firman Allah
م ولم النزيرومآاىل لغيالل بو فمن اضطرابغ تةوالد احرم عليكم المي م ررحي غفو والعادفان الل ان
(331: 33)النحل /
Artinya : “sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai,
darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama)
selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan keran
menginginkan dan tidak (pula) melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” Ayat ini menuturkan pengecualian karena
88
alasan darurat demi menjaga keselamatan nyawa dari kematian, sehingga
mengesampingkan adanya bahaya yang menjadi sebab pengharaman.
Muhammad Ath-Thariqy dalam bukunya yang berjudul Fikih Darurat
mengutip beberapa pendapat ulama mengenai penjelasan terkait surat An-
Nahl ayat 115, pendapat tersebut antara lain: 161
1. Menurut Al Bazdawi dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya bahwa
sesungguhnya dalam keadaan darurat Allah memberikan pengecualian.
Jadi hukum yang berlaku dalam keadaan darurat adalah sama saja dengan
berlaku sebelum adanya keharaman, yakni sama-sama diperbolehkan.
Selain dalil-dalil Alquran Al Karim, dijelaskan pula dari dalil-dalil As-
Sunah yang menunjukkan dibolehkannya memakan atau mengkonsumsi
makanan yang haram dalam keadaan darurat diantaranya yang dikutip dari
buku Fiqh Darurat karya Muhammad Ath-Thariqy sebagai berikut:162
ل لنامن ب ناباممصةفماي برض تصي تة؟قال:ا عن أب واقدالليشي قال،ق لت يرسواللل إن ذال المي
رواه امحد() تصطبحواولمت غتبقواول تتفئواب قالفشأنكم با
Bersumber dari Abu Waqid Al-Laitsi ia berkata, aku bertanya kepada
Rasulullah, “Rasulullah, kami berada di sebuah daerah yang tengah dilanda
bencana kelaparan. Apakah kami halal memakan bangkai?” beliau menjawab,
:kalau memang kalian tidak bisa menemukan makanan yang bisa kalian
makan pada pagi dan sore hari dan bahkan tidak mendapatkan sayuran yang
bisa kalian petik, maka silahkan kalian makan bangkai itu.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pendapat para ulama ahli fiqh
menyatakan bahwa boleh hukumnya berobat menggunakan barang-barang
haram selain arak, dengan syarat kalau memang sudah tidak ada lagi obat lain
yang bisa menyembuhkannya. Sebagian ulama memperbolehkannya dengan
alasan karena sesungguhnya dalam barang haram itu mengandung obat.
161 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 22.
162 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 24.
89
Disebutkan dalam kitab Al Fataawa Al Hindiyyah yang dikutip dalam buku
Fikih Darurat karya Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy berpendapat
bahwa, 163
“apabila seseorang yang tengah menderita sakit boleh meminum
darah atau air kencing dan memakan bangkai untuk berobat kalau memang
menurut keterangan seorang dokter muslim barang-barang itu mengandung
obat, dan tidak ditemukan barang-barang halal sebagai gantinya”.
Mendahulukan sisi haram di sini adalah untuk menolak atau mencegah
suatu kerusakan yang lebih besar. Oleh karenanya, apabila ada pertentangan
antara dalil yang menunjukkan keharaman, dan dalil yang menunjukkan
mubah, maka yang diutamakan adalah uang menunjukkan keharaman karena
bertujuan untuk menolak mafsadah.164
Sesuatu yang dilakukan karena dalam keadaan darurat, diperbolehkan
melakukannya secukupnya saja, maksudnya melakukan kadar yang cukup
untuk menghilangkan darurat tersebut. Kaidah ini bermaksud untuk memberi
peringatan bahwa sesuatu yang pada asalnya diharamkan, kemudian pada saat
darurat maka diperbolehkan, dengan syarat dilakukan secukupnya untuk
menghilangkan dlalar.165
Di kasus ini, terdakwa telah berencana apabila
kondisi sang istri sudah agak berbaik dan memungkinkan agar dibawa ke luar
pulau kalimantan untuk melakukan pengobatan secara medis. namun belum
sempat terealisasikan, terdakwa ditahan oleh Pengadilan Negeri Sangau. Dan
sang istri meninggal dunia saat terdakwa mendekam di bui.
Al-Husaini dalam buku karya A. Djazuli dalam bukunya yang berjudul
Kaidah-Kaidah Fikih mengartikan bahwa al-dlalar adalah “bagimu ada
manfaat tetapi bagi tetanggamu ada mudharat” sedangkan al-dhirar “bagimu
tidak ada manfaatnya tetapi bagi orang lain memudharatkan”. Kesimpulannya
163 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 132.
164 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 150.
165 Ahmad Sudirman Abbas, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004), h., 151.
90
bahwa kita tidak boleh memudharatkan dan tidak boleh dimudharatkan.
Dengan demikian terjadi keadilan dalam perilaku serta moral yang
menunjukkan memuliakan akhlak karena tidak mau memudharatkan orang
lain tetapi juga tidak mau dimudharatkan oleh orang lain sebaliknya kita
harus memberikan manfaat bagi orang lain maka orang lain akan memberi
manfaat kepada kita.166
Hikmah diperbolehkannya mengkonsumsi makan barang-barang yang
haram dengan alasan darurat itu adalah demi menjaga keselamatan nyawa
orang-orang yang bersangkutan. Suatu hikmah kebijaksanaan Ilahi ia
diperbolehkan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, sebab kalau
sampai diharamkan justru akan menimbulkan bahaya yang sangat besar
contoh digambarkan dalam bentuk meninggal dunia. Oleh karenanya prinsip
menghilangkan kesulitan itu harus selalu terikat dengan kaidah yang
menyatakan bahwa kesempitan tidak boleh dihilangkan dengan kesempitan
baru.167
Ibnu Al Qayyim berkata dalam buku Fikih Darurat karya Abdullah
bin Muhammad Ath-Thariqy bahwasannya seseorang yang mengkonsumsi
barang-barang haram jelas ia akan terkena dampak negatifnya, misalnya ia
bisa disebut dengan sebutan berjiwa buruk karena yang ia konsumsi adalah
hal-hal yang buruk. Tetapi dalam keadaan darurat yang menyangkut
keselamatan nyawa, ia boleh mengkonsumsi barang haram tersebut. Sebab
pada dasarnya sesuatu yang diperbolehkan itu sudah pasti baik dan yang
diharamkan menjadi buruk, ini apabila berada dalam situasi normal.
Berbeda ceritanya dengan dalam keadaan darurat. Seseorang boleh
mengkonsumsi makanan yang haram, namun cap buruk tetap ada pada
makanan atau barang haram tersebut. Sebab menjaga keselamatannya jauh
lebih diutamakan daripada tetap mempertahankan keharaman. Apabila
dalam situasi yang darurat maka barang-barang yang dicap buruk tersebut
166 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih(Kaidah-Kaidah Hukum Silam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2007), h, 69.
167 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 29.
91
secara otomatis hilang. Sebab cap buruk tersebut tidak berdiri sendiri,
melainkan ia pasti selalu berkaitan dengan masalah yang ada. Saat dalam
kondisi normal, sangat berbahaya mengkonsumsi barang atau makanan yang
haram, karena kondisinya memungkinkan untuk ia masih bisa
mengkonsumsi makanan yang baik-baik. Tetapi apabila berada dalam
keadaan ia sangat membutuhkan dan tidak ada obat lain yang bisa
dikonsumsi mengingat terjadi kemajuan setelah mengkonsumsi obat
tersebut, bahaya mengkonsumsi nya yang tadinya buruk dengan sendirinya
akan hilang sama sekali. Bahkan hal itu menjadi sangat berguna untuk
dirinya. Pada dasarnya sesuatu yang diharamkan tidak boleh dilakukan
kecuali karena adanya alasan darurat. Dan sesuai dengan penjelasan pada
bab sebelumnya penulis menyepakati bahwasanya batasan darurat apabila ia
tidak mengkonsumsi sesuatu yang dilarang ia akan tambah menderita atau
bisa saja mati, maka ia diperbolehkan memakan sesuatu yang diharamkan.
Mengenai batasan darurat yang diperbolehkan untuk mengkonsumsi
sesuatu yang diharamkan para ulama ahli fiqih terdapat beberapa pendapat,
antara lain:168
1. Menurut para ulama dari Madzhab Hanafi, ialah seandainya seseorang
tidak mau mengkonsumsi barang haram dikhawatirkan ia bisa saja
meninggal dunia atau setidaknya anggota tubuhnya menjadi cacat.
Keharaman menjadi gugur apabila adanya paksaan yang disertai dengan
ancaman yang beresiko sangat menakutkan. Disebutkan dalam kitab
Taisiirut-Tahriir, gugurnya keharaman arak dan bangkai bagi seseorang
yang terpaksa harus meminum arak atau memakannya, adalah karena ia
merasa khawatir atas keselamatan nyawanya.
2. Menurut para Ulama dari Madzhab Maliki, darurat yang diperbolehkan
mengkonsumsi sesuatu yang haram karena rasa takut akan keselamatan
nyawa baik berdasarkan keyakinan atau hanya sekadar dugaan. Ada pula
yang berpendapat bahwasanya darurat ialah menjaga jiwa dari kematian
168 Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001),
h., 31.
92
atau bahaya yang sangat berat. Mengkonsumsisi nya pun tidak
diharuskan menunggu sampai kondisinya benar-benar menjelang
kematian, ia harus disegerakan melakukan upaya untuk menyelamatkan
nyawanya.
3. Menurut para ulama Madzhab Syafi‟i, mereka sepakat tidak wajib harus
menunggu sampai kematian datang.
4. Menurut para ulama dari Madzhab Hambali, darurat yang
diperbolehkannya seseorang mengkonsumsi sesuatu yang haram ialah
yang membuatnya merasa khawatir akan mati kalau sampai tidak
memakannya. Pendapat yang dikutip dari Imam bin Hambal menyatakan
bahwa yang disebut dalam keadaan darurat apabila seseorang yakin
bahwa nyawanya nyaris terancam melayang kalau sampai ia tidak mau
memakan sesuatu yang haram.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan bab-bab terdahulu maka penulis dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Faktor yang menyebabkan terdakwa Fidelis melakukan penanaman
ganja di halaman belakang rumahnya merupakan upayanya untuk
merawat dan menyembuhkan penyakit yang diderita istrinya Yeni
Riawati yang terkena penyakit syringomyelia (tumbuhnya kista berisi
cairan di dalam sumsum tulang belakang). Hal tersebut merupakan
upaya terakhir yang dilakukan terdakwa karena sebelumnya terdakwa
pernah beberapa kali melakukan upaya pengobatan dengan
mengunjungi beberapa rumah sakit dan istri terdakwa pun sempat
dirawat di beberapa rumah sakit tersebut selain itu terdakwa sudah
berusaha melakukan upaya alternatif namun tidak ada hasilnya bahkan
rumah sakit pun angkat tangan. Akhirnya terdakwa melakukan upaya
pengobatan dengan racikan dari batang pohon ganja yang ia tanam
sendiri dan istrinya menunjukan kemajuan dalam kesehatannya.
Terdakwa akui apabila istri terdakwa sudah membaik dan istri terdakwa
sudah mampu untuk di bawa ke rumah sakit yang berada di luar kota ia
akan membawa istrinya untuk berobat ke luar kota.
2. Dampak dari putusan Hakim tentang larangan penanaman ganja untuk
pengobatan, ialah berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat akan
pengadilan sebagai tempat untuk mencari keadilan. Selain itu, Fidelis
dan keluarganya kehilangan Istrinya yang meninggal dunia akibat tidak
ada upaya apapun yang dilakukan untuk menyembuhkan penyakit Istri
Fidelis.jika berfokus pada formalitas atau kepastian hukum, memang
sudah sepantasnya fidelis dipidana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Namun, apa yang terjadi di kasusu ini dibutuhkan penilaian
hukum secara substantif maksudnya kasus ini membutuhkan
94
pertimbangan hukum yang didasari oleh akal budi, keadilan serta hati
nurani sebagai manusia. Dalam kasus ini pertimbangan asas
kemanfaatan hukum dan keadilan sangat diperlukan guna penegakan
keadilan selanjutnya.
3. Menurut Hukum Islam keadaan darurat membolehkan seseorang
melakukan upaya pengobatan dalam rangka menjaga nyawa. Darurat
disini karena sebelumnya istri terdakwa sudah menjalani upaya ke
berbagai rumah sakit dan pengobatan alternatif lainnya namun tidak ada
kemajuan sama sekali bahkan kondisinya semakin menurun. Hal-hal
yang dilarang dalam syariat boleh dilakukan jika ada kebutuhan yang
mendesak, yakni dalam suatu keadaan darurat. Yaitu sebuah keadaan
yang mana apabila ia tidak melakukan hal yang diharamkan tersebut, ia
bisa kehilangan nyawanya.
B. Rekomendasi
Setelah selesainya penulisan skripsi ini, maka kiranya penulis perlu
memberikan sumbangsih saran sebagai berikut:
1. Penyelesaian kasus narkotika sebagai obat yang mengacu pada Pasal
116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
sebaiknya dijatuhkan hukuman yang lebih mempertimbangkan hal apa
yang meringankan terdakwa. Selain itu, diharapkan hakim sebaiknya
lebih berani keluar dari aturan yang berlaku demi rasa keadilan, namun
tetap memperhatikan efek jera.
2. Pengadilan negeri sanggau sebaiknya memberikan pengobatan
alternatif kepada istri terdakwa setidaknya sampai terdakwa selesai
menjalani masa tahanannya agar istri terdakwa tidak sampai kehilangan
nyawanya serta hakim sebaiknya mempertimbangkan bawah terdakwa
masih memiliki anak kecil yang hidupnya pun bergantung kepada
terdakwa.
3. Hakim memiliki posisi sentral dalam pengadilan. Putusan hakim dalam
suatu perkara di pengadilan menggambarkan keadaan penegakkan
hukum dan keadilan suatu negara. Dalam kasus ini sebaiknya untuk
95
hakim genarasi selanjutnya diharapkan menguasai juga ilmu-ilmu
dalam kajian islam terlebih untuk hakim yang muslim wajib hukumnya
untuk selalu berpegang teguh dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT
di dalam Al Quran dengan Sunnah Rasulullah Saw dan ijma para ulama
didalam menjalankan profesinya sebagai hakim agar keadilan bisa
dirasakan seluruh masyarakat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abbas, Ahmad Sudirman, Dasar-dasr Masail Fiqhiyyah, Jakarta: Banyu
Kencana, 2003.
-------------------------------, Qawaidh Fiqhiyyah Dalam Prespektif Fiqh,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya dan Anglo Media, 2004.
Abdullah bin Muhammad Ath-Thariqy, Fikih Darurat, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2001.
Aburaera, Sukarno, Muhadar dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan
Praktik, Jakarta: Kencana, 2013.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,
Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Tegory) Dan Teori Peradilan
(Jurisprudance) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legalprudence), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep Baru KUHP Baru), Jakarta: Kencana, 2010.
-----------------------------, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan
Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana,
2008
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
96
Djazuli, A, Kaidah-Kaidah Fikih(Kaidah-Kaidah Hukum Silam dalam
Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta: Kencana,
2007.
Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Jakarta: Nusa
Media, 2008.
Fuadi, Munir, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Jakarta:
Kencana, 2013.
Hamzah, Andi dan RM Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Jakarta: Sinar Grafika, 1994.
Himpunan peraturan perundang-undangan Undang-Undang psikotropika,
narkotika dan zat adiktif lainnya Bandung: Fokus Media, 2011.
Ibrahim, Johny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing, 2006.
Irfan, M. Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2013.
M. Lawrance, Friedman, The Lagal System; A Social Science Perspective.
Penerjemah M. Khosim. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial,
Bandung: Nusa Media, 2009.
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Manan, Abdul, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Jakarta : Kencana, 2013.
Manulang, E. Fernando M., Legisme, Legalitas dan Kepastian Hukum,
Jakarta: Kencana, 2017.
97
Mappiasse, Syarif, Logika Hukum; Pertimbangan Putusan Hakim, Jakarta:
Kencana, 2015.
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis di INDONESIA,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.
----------------------------, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2009.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2004.
Mulyadi, dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung: PT. Alumni, 2010.
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, Himpunan peraturan perundang-undangan
Undang-Undangpsikotropika, narkotika dan zat adiktif lainnya”,
Bandung: Fokus Media, 2011.
Prasetyo, Teguh & Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori & Ilmu Hukum
(Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat),
Jakarta: Rajawali Pers: 2012.
Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
---------------------, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010.
98
S., Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012
Santoso, M. Agus, Hukum, Moral & Keadilan, Jakarta : Kencana, 2012.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Sujono, AR dan Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika,
2011.
Syarif, Mujar Ibnu & Kmarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Usman, Suparman, Hukum Islam Asas-Ass dan Pengantar Studi Hukum
Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2002.
Wasitaatmadja, Fokky Fuad, Filsafat Hukum (Akar Religiositas Hukum),
Jakarta: Kencana, 2015.
Putusan Pengadilan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2019 tentang Narkotika
Putusan Pengadilan Negeri Sanggau Nomor: 111/Pid.Sus/2017/PNSag.
Jurnal
Abbiyyu, Mohammad Darry, Strategi Gerakan Lngkar Ganja Nusantara
Dalam Memperuangkan Legaliasai Ganja di Indonesia, Jurnal Politik
Muda, Vol. 5.
99
Abimanyu, Timur, “Perspektif Hukum Tindak Pidana Narkotik Menurut
UU No. 35 Tahun 2009 Dan Tinjauan Hukum Terhadap Jenis Katinon
Dalam Kategori Narkotik Serta Analisis Hukumnya”, Jurnal Varia
Peradilan, Vol, 29, (2013).
Amanda, Maudy Pritha, Suhadi Humaedi, “Meilanny Budiarti Santoso,
Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Subtance
Abuse)”, Jurnal Penelitian Dan PPM, Vol. 4, (2017).
Anggreni, Dewi, “Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat
Adiktif (NAPZA)Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu”,
Ejournal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 3, (2015).
Asmawi, “Konseptualisasi Teori Maslahah”, Salam; Jurnal Filsafat dan
Budaya Hukum, (2014)
Asriaty, “Penerapan Maslahah Mursalah Dalam Siu-Isu Kontemporer”,
MADANIA, Vol. 19, (2015)
Fadhullah, Nyak, “Kajian Kriminollogi Terhadap Penanam Ganja (Studi
Kasus Di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang Kabupaten Nagan
Raya”, Legitimasi, Vol. 6, (2017).
Gunarto, Marcus Priyo, “Sikap Memidana Yang Berorientasi Pada Tujuan
Pemidanaan”, Mimbar Hukum, Vol. 21, (2009).
Hikmawati, Puteri, “Pidana Pengawasan Sebagagi Pengganti Pidana
Bersyarat Menuju Keadilan Restoratif”, Negara Hukum,Vol. 7,
(2016).
100
Isnaini, Enik, “Penggunaan Ganja Dalam Ilmu Pengobatan Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika”, Jurnal
Independent, Vol. 5.
Laksana, Andri Wijaya, “Tinjauan Hukum Pemidanaan Terhadap Pelaku
Penyalahgunaan Narkotika Dengan Sistem Rehabilitasi”, Jurnal
Pembaharuan Hukum, Vol. 1, (2015).
Latif, Abdul, “Jaminan Negara Hukum Dalam Proses Hukum Yang Adil”,
Jurnal Varia Peradilan, Vol. 2011, 26, (2011).Ahmad Mujahidin ,
“Antara Penerapan Hukum dan Keadilan”, Jurnal Varia Peradilan,
Vol. 30, (2014).
Lepa, Victory Prawira Yan, “Pidana Pengawasan Dalam Sistem
Pemidanaan Di Indonesia”, Lex Administratum, Vol. 2, (2014).
Kholid, Abdul, dkk, “Pidana Penjara Terbatas: Sebuah Gagasan Dan
Reorientasi Terhadap Kebijakan Formulasi Jenis Sanksi Hukum
Pidana Di Indonesia”, Jurnal Law Reform,Vol. 2, (2015).
Kristian & Christine Tanuwijaya, “Penyelesaian Perkara Pidana Dengan
Konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dala Sistem
Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia”, Jurnal Mimbar Justitia,Vol.
1, (2015).
Muntaha, “Aspek Yuridis Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja”,
Mimbar Hukum, Vol. 23, (2011).
Prayitno, Kuat Puji, “Restorative Justice Untuk Peradilan Di Indonesia
(Prespektif Yuridis Filosofis Dalam Penegakkan Hukum In
Concreto)”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, (2012).
101
Putri, Dania Dan Tom Blickman, “Ganja Di Indonesia (Pola Konsumsi,
Produksi Dan Kebijakan)”, Drug Policy Briefing, Vol. 44.
Rosyadi, Imron, “Pemikiran Asy-Syatibi Tentang Maslahah Mursalah”,
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 14, (2013)
S, Kusnus Goesnadi, Prespektif Moral Penegakan Hukum yang Baik, Jurnal
Hukum, Vol. 17, (2010).
Sagita, Kadek Rudi, “Model Pendekatan Restorative Justice Dalam
Penyelesaian Tindak Pidana Ringan Di POLRESTA Yogyakarta”,
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, (2016).
Satria, Hariman, “restorative justice: paradigma baru peradilan pidana”,
Jurnal Media Hukum, Vol. 25, (2018).
Sudanto, Anton, “Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia”, Adil
Jurnal Hukum,Vol. 7.
Surbakti, Natangsa, mediasi penal sebagai terobosan alternatif perlindungan
hak korban tindak pidana, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, (2011).
Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu
Keutamaan, Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 4, (2015).
Sujono, A. R. dan Bony Daniel, “Apa Yang Diharapkan Masyarakat Dari
Seorang Hakim”, Jurnal Varia Peradilan, Vol. 25, (2010).
102
Yunita, Adelia, Analisis Yuridis Tindak Pidana Narkotika Jenis Baru
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, Vol. 1, (2014).
Warsito, Dafit Supriyanto Daris, “Sistem Pemidanaan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika”, Jurnal Daulat Hukum, Vol.
1 (2018).
Internet
https://www.bphn.go.id/data/documents/09uu035.pdf
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
NOMOR 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Pengadilan Negeri Sanggau yang mengadili perkara pidana dalam peradilan
tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, menjatuhkan putusan sebagai
berikut, dalam perkara terdakwa :
Nama lengkap : Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx
Surajiyo
Tempat lahir : Sanggau
Umur/ Tgl. Lahir : 36 Tahun/24 April 1981;
Jenis Kelamin : Lakilaki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Jendral Sudirman No 28 RT 01 RW 01
Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten
Sanggau;
A g a m a : Katolik;
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Terdakwa ditangkap sejak tanggal 19 Februari 2017 sampai dengan tanggal 22
Februari 2017 dan diperpanjang tanggal 22 Februari 2017 sampai dengan tanggal 25
Februari 2017 kemudian ditahan di Rumah Tahanan Negara Sanggau oleh:
1 Penyidik sejak tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan tanggal 16
Maret 2017;
2 Penyidik perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 18 Maret
2017 sampai dengan tanggal 26 April 2017;
3 Penuntut Umum sejak tanggal 19 April 2017 sampai dengan tanggal 8
Mei 2017;
4 Hakim Pengadilan Negeri Sanggau sejak tanggal 21 April sampai
dengan tanggal 20 Mei 2017;
Halaman 1 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Sanggau sejak tanggal 21 Mei
2017 sampai dengan tanggal 19 Juli 2017;
6 Perpanjangan yang pertama oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak
sejak tanggal 20 Juli 2017 sampai dengan tanggal 18 Agustus 2017;
Terdakwa dipersidangan didampingi oleh Marcelina Lin, SH, sebagai
Penasihat Hukumnya berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 19 April 2017 dan
didaftarkan di Kepaniteraan Negeri Sanggau dengan Nomor 23/SK/V/2017/PN Sgu
tanggal 2 Mei 2017;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:
• Penetapan Ketua Pengadilan Negeri .Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/2017/
PN Sag tanggal 21 April 2017 tentang penunjukan Majelis Hakim;
• Penetapan Majelis Hakim Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag tanggal 21
April 2017 tentang penetapan hari sidang;
• Berkas perkara dan suratsurat lain yang bersangkutan;
• Setelah mendengar keterangan saksisaksi dan terdakwa dipersidangan;
Setelah mendengar dan membaca tuntutan pidana dari Penuntut Umum tanggal
12 Juli 2017 yang menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sanggau yang
mengadili perkara ini memutuskan:
1 Menyatakan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK
Anak FX SURAJIYO bersalah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana “ menanam Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon “ sesuai dengan dakwaan kedua Penuntut Umum yakni Pasal 111 ayat (2)
UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO
Als NDUK Anak FX SURAJIYO berupa pidana penjara selama 05
(Lima) Bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan dengan perintah
agar terdakwa tetap ditahan dan membayar denda sebesar Rp.
800.000.000,00 (Delapan ratus juta rupiah) subsidair 1 (Satu) Bulan
penjara.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3 Menyatakan barang bukti berupa :
1 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah
bata terbuat dari plastik.Diberi kode 1.
2 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah
bata terbuat dari plastik.Diberi kode 2.
3 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah
bata terbuat dari plastik.Diberi kode 3.
4 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 4.
5 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 5.6 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 6.
7 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 7.
8 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 8.
9 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 9.
10 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang
didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang
didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika
Golongan I jenis tanaman ganja. Di berik kode 10.
11 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang
didalamnya terdapat cairan diduga hasil olahan narkotika jenis tanaman
ganja. Diberi kode 11.
12 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.
13 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu.
Halaman 3 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
14 1 (alat) pengukur suhu ruangan.
15 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.
16 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai.
17 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.
18 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.
19 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.
20 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.
21 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.
22 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.
23 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.
24 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.
25 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.
26 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja
Apa Benar Bermanfaat?.27 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.28 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.
29 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.
30 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.
31 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.
Dirampas untuk dimusnahkan.
1 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.
Dikembalikan kepada Terdakwa.
1 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB
3235 UY.
2 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY
Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.
4 Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,
(dua ribu rupiah).
Menimbang, bahwa atas tuntutan penuntut umum tersebut Penasihat Hukum
terdakwa mengajukan pembelaan yang disampaikan secara tertulis dipersidangan
yang pada pokoknya mohon agar Majelis hakim menjatuhkan putusan sebagai
berikut:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1 Menyatakan terdakwa Fidelis Arie Sudewarto,
tidak terbukti secara sah terlibat sebagai penyalah
guna, pengedar, dan perdagangan narkoba
sebagaimana dituntut oleh jaksa menurut pasal 111
ayat (2) UndangUndang No 35 tahun 2009
Tentang Narkotika;
2 Menyatakan bahwa perbuatan terdakwa menanam
ganja untuk mengobati istrinya adalah suatu
perbuatan yang tergolong sebagai Overmacht
sebagaimana diatur dalam pasal 48 KUHP yang
berbunyi “Barangsiapa yang melakukan perbuatan
karena pengaruh daya paksa, tidak dapat dipidana”
karenanya kami bermohon kepada Majelis Hakim
agar dapat menjatuhkan Putusan Bebas Murni
kepada terdakwa Fidelis Arie Sudewarto;
3 Memulihkan nama baik terdakwa dalam harkat
martabatnya di masyarakat
4 Meminta seluruh barang bukti:
• 1 (satu) buah handphone warna hitam merk Lenovo Tab 2 A7
• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarnto.
Dikembalikan kepada terdakwa
• 1 (satu) buah motor Honda Vario warna putih Nomor Polisi KB 3235 UY
• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor Polisi KB 3235 UY
• Dikembalikan kepada saksi Tri Raman Jaya’
1 Membebankan biaya kepada Negara.
Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa juga mengajukan pembelaan
secara tertulis yang pada pokoknya menceritakan alasan terdakwa menanam dan
menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada istrinya,
Halaman 5 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terdakwa mohon keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan
kesalahannya dalam melanggar hukum tersebut;
Menimbang, bahwa atas pembelaan Penasihat Hukum terdakwa dan terdakwa
tersebut Penuntut Umum telah menanggapinya secara lisan yang pada intinya tetap
pada tuntutannya, demikian pula halnya dengan Penasihat Hukum Terdakwa dan
terdakwa yang menyatakan tetap pada pembelaanya;
Menimbang, bahwa terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum
didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:
Pertama :
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau
setidaktidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk
dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal
Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten
Sanggau atau setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I
dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan caracara
sebagai berikut :
Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang
kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI
RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian
dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan
perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014
sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua
kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari
dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan
alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan
selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,
namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami
lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya
dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang
lebih 1 (satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa
membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau
istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa
pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri
Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri
serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.
Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian
Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan
cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk
mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa
peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu
pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa
mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.
Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang
yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis
Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja,
selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa
ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa
sebesar Rp 900.000, (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang
tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada
Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah
datang".
Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa
menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta
Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket
kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal
Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa
terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa
bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut
yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.
Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,
kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa
pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan
lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar
tumbuh sehat.
Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja tersebut Terdakwa masak bersamasama dengan makanan yang Terdakwa masak
Halaman 7 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa
keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja
yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah
mangkok sambil Terdakwa adukaduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)
menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut
Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok
kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus
menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan
endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur
dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan
kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan
tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati lukaluka pada tubuh istri Terdakwa.
Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10
Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang
Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH
bersamasama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi
rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga
narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan
istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut
keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak
dapat bergerak dan mudah shock.
Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa
kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu
Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri
Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi
DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9
(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja, setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga
Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor
Honda Vario Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik
merk D.I GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat)
pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih
yang masingmasing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1
(satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masingmasing
didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok
makan terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
merk rinnai, 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu)
set panci alat kukus terbuat dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green
flower, 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah
buku dengan judul marijuana plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National
Geographic Indonesia Ganja Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan
judul Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow
Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual, 1 (satu) buah
buku dengan judul Cannabis Alchemy, selajutnya barangbarang tersebut berikut 1
(satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah
Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario
Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan
Nomor polisi KB 3235 UY, dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih
lanjut.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika jenis
ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon ganja yang
disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima) gram mengandung
Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) kantongberat Netto
4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga) gram.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika,
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di
Pontianak (selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja berat
Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram mengandung Ganja
(termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1 (satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh dua) gram.
Halaman 9 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE
SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada
tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG
ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil
NEGATIF.
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang
bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari
2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG
SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET
(+).
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO, telah menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon dan menggunakannnya diluar
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi
dengan surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.
Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 113 Ayat (2) UU
RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
A T A U
Kedua :
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau
setidaktidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk
dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal
Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten
Sanggau atau setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum
menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
atau melebihi 5 (lima) batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa
dengan caracara sebagai berikut :
Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang
kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI
RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian
dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan
perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014
sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua
kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari
dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan
alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan
selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,
namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami
lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya
dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang
lebih 1(satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa
membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau
istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)
pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa
pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri
Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri
serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.
Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian
Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan
cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk
mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa
peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu
pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa
mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.
Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang
yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis
Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja,
selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa
ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa
sebesar Rp 900.000, (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan
sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada
Halaman 11 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah
datang".
Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa
menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta
Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket
kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal
Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa
terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa
bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut
yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.
Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,
kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa
pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan
lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar
tumbuh sehat.
Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja tersebut Terdakwa masak bersamasama dengan makanan yang Terdakwa masak
kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa
keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja
yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah
mangkok sambil Terdakwa adukaduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)
menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut
Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok
kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus
menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan
endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur
dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan
kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan
tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati lukaluka pada tubuh istri Terdakwa.
Berawal pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10
Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang
Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH
bersamasama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi
rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut
Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga
narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak
dapat bergerak dan mudah shock.
Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa
kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu
Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri
Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi
DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9
(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja,
setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga Narkotika
Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario
Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I
GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat) pengukur suhu
ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1 (satu) buah
jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masingmasing didalamnya terdapat
carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1
(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat
pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat
dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green flower, 1(satu) buah buku
dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana
plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja
Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1
(satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan
judul canabis care manual, 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy,
selajutnya barangbarang tersebut berikut 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas
nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk
LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor
polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY,
dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih lanjut.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika
jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon
Halaman 13 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)
gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU
RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)
gram.
• Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan
ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP. 196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian
Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen Balai Besar POM di Pontianak (selaku Manajer Teknis I),
dengan hasil sebagai berikut :
• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja
berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram
mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh
dua) gram.
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE
SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada
tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG
ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil
NEGATIF.
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang
bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari
2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG
SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET
(+).
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO dalam memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika
golongan I bukan tanaman dan menggunakannya diluar kepentingan pengembangan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari
pejabat yang berwenang dalam hal ini Departemen Kesehatan RI.
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, telah memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram
atau melebihi 5 (lima) batang pohon dan menggunakannnya diluar kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin
yang sah dari pejabat yang berwenang.
Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (2) UU
RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
A T A U
Ketiga :
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX SURAJIYO, pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari 2017 sekira pukul 11.00 Wib atau
setidaktidaknya pada suatu waktu dalam bulan Pebruari 2017 atau masih termasuk
dalam tahun 2017 bertempat di rumah Terdakwa yang terletak di Jalan Jenderal
Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten
Sanggau atau setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam
Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau melawan hukum
menggunakan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain”. Perbuatan
tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan caracara sebagai berikut :
Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang
kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri. YENI
RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan kemudian
dirawat dirumah sakit umum kabupaten sanggau, selama kurang lebih 1 (satu) pekan
perawatan dirumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian pada tahun 2014
sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami lumpuh pada kedua
kakinya dan dirawat dirumah sakit Antonius Pontianak selama 14 (empat belas) hari
dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa bawa istri Terdakwa ke pengobatan
alternatif di daerah Dusun Bodok Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan
selama kurang lebih 1 (satu) bulan istri Terdakwa sudah dapat beraktiftas kembali,
namun sekira bulan November tahun 2015 istri Terdakwa kembali mengalami
lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah Sakit Umum Sanggau selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Santa Vincensius Singkawang dan dirawat selama kurang
lebih 1(satu) pekan, setelah itu karena tidak mengalami kemajuan Terdakwa
Halaman 15 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
membawa istri Terdakwa pulang ke Kabupaten sanggau dan membawanya ke Rumah
Sakit Umum Sanggau untuk dirawat kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau
istri Terdakwa dirujuk ke RSUD Soedarso dan dirawat selama kurang lebih 2 (dua)
pekan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa membawa istri Terdakwa
pulang Ke Kabupaten Sanggau untuk di rawat dirumah yang mana pada saat itu istri
Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki, badan dan tangan sebelah kiri
serta mengalami luka pada beberapa bagian tubuhnya.
Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian
Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi dengan
cara membaca buku hingga mencari informasi di internet sebagai upaya untuk
mengobati istri Terdakwa, dan dari beberapa buku dan informasi yang Terdakwa
peroleh di internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk membantu
pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu Terdakwa
mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.
Bahwa kemudian sekira bulan april 2016, Terdakwa bertemu dengan seseorang
yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi di terminal bis
Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediakan ganja, selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan Terdakwa
ganja sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada Terdakwa
sebesar Rp 900.000, (sembilan ratus ribu rupiah) yang kemudian Terdakwa berikan
sesuai permintaanya dan saat itu setelah menerima uang dari Terdakwa, orang
tersebut meminta nama dan nomor hanphone Terdakwa dan berkata kepada
Terdakwa “tunggu saja 2 (dua) atau 3 (tiga) hari lagi mungkin barangnya sudah
datang".
Bahwa kurang lebih 3 (tiga) hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa
menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bis yang meminta
Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil peket
kiriman dari pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke terminal
Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket tersebut yang setelah Terdakwa
terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa
bawa pulang kerumah, dan sesampainya dirumah Terdakwa membuka paket tersebut
yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.
Bahwa kemudian bunga ganja kering tersebut Terdakwa olah menjadi cairan,
kemudian terhadap biji bunga ganja Terdakwa semai didalam pot dan Terdakwa
pelihara dengan cara memberi pencahayaan menggunakan rangkaian listrik dan
lampu, menggunakan suatu alat pengukur suhu, serta Terdakwa beri pupuk agar
tumbuh sehat.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Bahwa setelah batang tanaman ganja tersebut tumbuh, selanjutnya daun ganja
tersebut Terdakwa masak bersamasama dengan makanan yang Terdakwa masak
kemudian Terdakwa berikan kepada istri Terdakwa sedangkan bunganya Terdakwa
keringkan didalam ruangan selama kurang lebih satu hari kemudian bunga ganja
yang sudah kering tersebut Terdakwa rendam menggunakan alkohol dalam sebuah
mangkok sambil Terdakwa adukaduk menggunakan sendok dan setelah 5 (lima)
menit dan alkohol berubah warna menjadi warna hijau bunga ganja tersebut
Terdakwa pisahkan dari alkohol dengan cara diangkat menggunakan sendok
kemudian alkohol yang masih didalam mangkok tersebut Terdakwa kukus
menggunakan panci atau alat pemasak nasi hingga yang tertinggal hanya cairan
endapan hasil pengukusan kemudian cairan hasil pengukusan Terdakwa campur
dengan madu dan minyak kelapa kemudian setelah dingin Terdakwa masukan
kedalam botol kecil terbuat dari kaca berwarna bening yang mana cairan hasil olahan
tersebut Terdakwa gunakan untuk mengobati lukaluka pada tubuh istri Terdakwa.
Berawal pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira pukul 10.10
Wib, saksi SUDIJARTO, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang
Terdakwa yang menanam ganja dirumahnya, kemudian saksi SUDIJARTO, SH bersamasama dengan saksi EKO WAHYUDI dan saksi SALBANI mendatangi
rumah Terdakwa di Jalan Jenderal Sudirman No.28 RT.001 RW.001 Kelurahan Bunut
Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dan melihat beberapa batang pohon diduga
narkotika jenis tanaman ganja serta melihat sdri. YENI RIWATI yang merupakan
istri dari Terdakwa dalam keadaan sakit parah terbaring dikamarnya yang menurut
keterangan Terdakwa sdri. YENI RIAWATI sudah kurang lebih 3 (tahun) sakit tidak
dapat bergerak dan mudah shock.
Bahwa melihat situasi tersebut saksi SUDIJARTO, SH membawa Terdakwa
kekantor BNN Kabupaten Sanggau untuk dilakukan interogerasi dan pada saat itu
Terdakwa mengakui sengaja menanam tanaman ganja tersebut untuk pengobatan istri
Terdakwa yang sakit parah, selanjutnya saksi SUDIJARTO, SH bersama saksi
DIMITRI INDASTRI PUTRA kembali pergi kerumah Terdakwa dan menemukan 9
(sembilan) batang pohon tanaman diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja,
setelah itu diketemukan juga 30 (tiga puluh) batang pohon tanaman diduga Narkotika
Golongan I jenis tanaman ganja didalam 1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario
Warna Putih No.pol KB 3235 UY, 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I
GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat) pengukur suhu
ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan, 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masingmasing didalamnya terdapat
Halaman 17 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
carian alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1
(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna
hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat
pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat
dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green flower, 1(satu) buah buku
dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana
plant care, 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja
Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1
(satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan
judul canabis care manual, 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy,
selajutnya barangbarang tersebut berikut 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas
nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk
LenovoTab 2 A7, 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor
polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY,
dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses lebih lanjut.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika
jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon
ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)
gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU
RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)
gram.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja
berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram
mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh
dua) gram.
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. FIDELIS ARIE
SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada
tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG
ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil
NEGATIF.
Berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu tanggal 20 Pebruari 2017,
yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten Sanggau NGATIYA, SH MH
Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An. YENI RIAWATI, yang
bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG
SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil Positif THC (+) & MET
(+).
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, telah meggunakan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain
dan menggunakannnya diluar kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tanpa dilengkapi dengan surat ijin yang sah dari pejabat yang berwenang.
Perbuatan Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 116 ayat (1) UU
RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
Menimbang bahwa atas dakwaan penuntut umum tersebut, terdakwa melalui
penasihat hukumnya mengajukan keberatan/eksepsi dan atas keberatan/eksepsi
tersebut telah pula ditanggapi oleh Penuntut Umum yang selanjutnya Majelis Hakim
telah menjatuhkan putusan sela yang amarnya sebagai berikut:
1 Menyatakan keberatan dari terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx
Surajiyo tersebut tidak diterima;
2 Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara Nomor
111/Pid.Sus/2017/PN Sag atas nama terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk
Anak Fx Surajiyo tersebut di atas;3 Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;
Halaman 19 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah
mengajukan saksi saksi di persidangan sebagai berikut :
1.Saksi Sudijarto.,SH dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan
dengan saksi telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa
sehubungan kepemilikan tanaman pohon ganja;
• Bahwa kejadian penangkapan terjadi pada hari minggu tanggal 19 Februari
sekira jam 10.10 wib di rumah terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28
Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau;
• Bahwa saksi mengetahui terdakwa ada menanam ganja berdasarkan
informasi dari masyarakat dan bedasarkan pengembangan yang dilakukan
karena yang bersangkutan adalah pegawai Negeri Sipil di Kesbangpol maka saksi selalu berkoordinasi dengan kepala kantor tersebut;
• Bahwa pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes urine di Kantor
Kesbangpol atas permintaan Kepala Kesbangpol dan diketahui ada dua
orang yang positif kemudian untuk terdakwa saat itu memang Negatif
selanjutnya kedua orang yang positif berserta terdakwa tersebut di bawa ke
Kantor BNN Sanggau untuk diminta keterangan dan dari situlah terdakwa
ada mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak
dijelaskan secara sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut adalah
ganja;
• Bahwa pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa bersama
terdakwa dan ditemukan tanaman ganja tersebut dirumah terdakwa dan
berdasarkan pengalaman bahwa pohon yang ditanam terdakwa tersebut
merupakan pohon ganja;
• Bahwa setelah melihat tanaman ganja tersebut terdakwa tidak langsung
diamankan karena ketika sampai dirumah terdakwa tersebut ternyata isteri
terdakwa dalam kondisi sakit dan berada disalah satu kamar rumah tersebut berbaring;
• Bahwa saksi mendapatkan penjelasan dari terdakwa bahwa ganja yang
ditanam tersebut untuk mengobati isterinya yang sedang sakit sehinga
pada saat itu saksi tidak melakukan penangkapan terhadap terdakwa dan
saksi masih lagi melaporkan kepada pimpinan bagaimana tindak lanjut
dari pada perkara ini karena di TKP tersebut ada seorang isteri yang
sedang sakit keras;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa sebelumnya pihak BNN tidak mengetahui bahwa tanaman ganja
yang ditanam oleh terdakwa tersebut untuk mengobati isterinya yang
sedang sakit dan dari pihak BNN tahunya setelah kejadian ini;
• Bahwa setelah mendatangi rumah terdakwa pada tanggal 14 Februari 2017
tersebut pihak BNN tetap berupaya semaksimal mungkin menyikapi
karena secara kemanusian belum mampu untuk melakukan tindakan
karena pihak BNN memerlukan dukungan moral, dukungan moral ini juga
dilaporkan ke kepala BNNP kemudian BNN Sanggau juga menembuskan
laporan tersebut ke BNN pusat bagaimana menyikapi adanya kasus ini
petunjuk dan perintah dari pimpinan apapun alasanya ini adalah tindakan
pidana;
• Bahwa terdakwa belum pernah melaporkan ke pihak BNN Sanggau atau
menyampaikan dalam hubungannya menanam ganja tersebut;
• Bahwa pohon ganja yang ditemukan dirumah terdakwa pada saat
penindakan tanggal 19 Feruari 2017 ada 9 pohon/batang dan yang tercabut
ada 30 pohon/batang dan jumlah semuanya ada 39 pohon/batang;
• Bahwa selain pohon ganja, petugas juga menemukan bukubuku mengenai
tanaman ganja dirumah terdakwa tersebut;
• Bahwa pada saat pihak BNN datang ke rumah terdakwa tanggal 19
Februari 2017 terhadap pohon ganja sebanyak 30 (tiga) puluh batang
sudah dicabut oleh saksi Klara yang merupakan adik kandung terdakwa
dan dibawa saksi TRI RAMAN JAYA yang merupakan pacar saksi Klara
tersebut;
• Bahwa pohon yang ganja yang disita termasuk cairan yang diamankan
dirumah terdakwa yang merupakan ekstrak pohon ganja tersebut sudah
dilakukan tes di Balai Pom;
• Bahwa ekstrak ganja tersebut yang merupakan obat untuk mengobati
isterinya dengan cara dioleskan pada bagian yang luka pada tubuh
isterinya
• Bahwa hasil penyelidikan tidak ditemukan bahwa ganja tersebut dijual
kepada orang lain maupun dipakai oleh terdakwa melainkan tanaman
ganja tersebut ditaman oleh terdakwa hanya sematamata untuk
pengobatan isterinya yang sakit;
• Bahwa terdakwa mendapatkan bibit ganja tersebut dengan cara membeli
dari seseorang melalui internet;
Halaman 21 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa terdakwa tidak ada meminta izin kepada pihak yang berwenang
terkait perbuatan terdakwa menanam ganja tersebut;
• Bahwa peruntukkan ganja tersebut adalah untuk ilmu pengetahuan bukan
untuk obat/pengobatan;
• Bahwa kurang lebih satu bulan sejak terdakwa ditahan, istri terdakwa
tersebut meninggal yaitu pada tanggal 25 maret 2017;
Atas keterangan saksi tersebut terdakwa menyatakan ada yang tidak benar
yaitu ia pernah menyampaikan kepada pihak BNN Sanggau untuk mengurus masalah
tanaman ganja tersebut namun tidak ada tanggapan dari pihak BNN Sanggau dan
atas bantahan tersebut saksi menyatakan tetap pada keterangannya;
2.Saksi Klara Arinta Anak FX Surajiyo dibawah janji pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan abang
kandung saksi bernama Fidelis ditangkap dan diamankan oleh petugas
BNN Sanggau karena menanan Narkotika Jenis tanaman ganja;
• Bahwa saksi mengetahui terdakwa menanam ganja dirumah setelah
petugas BNN Sanggau datang kerumah dan menjelaskan bahwa tanaman
tersebut adalah ganja;
• Bahwa pada tanggal 19 Februari 2017 sebelum petugas dari BNN Sanggau
datang kerumah terdakwa saksi sudah disuruh terdakwa melalui telpon
untuk mencabut dan membuang tanaman ganja tersebut
• Bahwa Melaui HP abang saksi mengatakan kepada saksi “Dik kamu
dimana posisi, kamu kerumah sekarang, cabut tanaman obat yang dilemari
tu terus dibuang sekarang, kemudian saksi jawab dirumah, emang kenapa
dibuang lalu abang saksi bilang pada saksi dengan nada agak marah “udah
jangan banyak tanya dibuang saja karena saksi merasa takut lalu saksi
pergi kerumah abang saksi yang berjarak 15 meter – 20 meter dari rumah
saksi tersebut;
• Bahwa tanaman pohon ganja yang saksi cabut dengan cara batangnya
saksi patahkan satupersatu lalu saksi masukan ke dalam kantong plastik
kresek warna hitam setelah itu saksi masukan lagi ke dalam karung plastik
warna putih karena saksi pikir tanaman tersebut tanaman obat yang untuk dibuang lalu saksi suruh pacar saksi membawa pergi tanaman yang ada
didalam karung tersebut dan tidak lama kemudian petugas dari BNN
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Sanggau datang dan meminta pacar saksi untuk pulang dan membawa
pohon ganja yang ada dalam karung platik yang dibawa tersebut;
• Bahwa saksi tidak pernah melihat orang asing datang atau berkunjung
kerumah terdakwa;
• Bahwa terdakwa tidak pernah cerita pada saksi bahwa tanaman yang
ditanamnya tersebut tanaman ganja hanya dia pernah bilang bahwa
tanaman yang ditanamnya tersebut adalah tanaman obat;
• Bahwa Isteri terdakwa kemudian dirawat dirumah sakit Sanggau dan
kurang lebih satu bulan sejak terdakwa ditahan, istri terdakwa tersebut
meninggal yaitu pada tanggal 25 maret 2017;
Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
3.Saksi Tri Raman Jaya Bin Miswar dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa saksi mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan
dengan terdakwa Fidelis ditangkap dan diamankan oleh Petugas dari BNN
Sanggau karena kedapatan menanam pohon ganja;
• Bahwa pada saat terdakwa diamankan saksi sedang berada dijalan
menggunakan sepeda motor Vario Putih No.Pol KB. 3235 UY milik saksi;
• Bahwa saksi pernah dimintai tolong oleh saksi Klara untuk membawa
karung plastik warna putih yang berasal dari dalam rumah terdakwa akan
tetapi tidak lama kemudian saksi diminta kembali lagi;
• Bahwa saksi tidak tahu isi karung yang disuruh saksi Klara bawa tersebut
dan karung tersebut saksi masukan dalam jok motor;
• Bahwa saksi tidak ada menanyakan kepada saksi Klara barang tersebut apa
dan akan dibawa kemana;’
• Bahwa saksi mengetahui barang yang saksi bawa tersebut adalah ganja
setelah di Kantor BNN Sanggau;
• Bahwa saksi tahu isteri terdakwa sakit karena saksi pernah menjengguknya
namun terdakwa tidak pernah cerita kalau terdakwa mengobati isterinya
dengan menggunakan ganja;
• Bahwa saksi dengar isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sumsum
tulang belakang dan ada borok dibelakang tubuhnya;
Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
Menimbang, bahwa masih ada keterangan dari saksi yang harus didengar,
namun oleh karena Penuntut Umum telah melakukan pemanggilan dengan cara yang
Halaman 23 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sepatutnya, akan tetapi ternyata saksi tersebut tidak datang menghadap kemuka
persidangan dan tidak ada jaminan dari Penuntut Umum dapat menghadirkannya
kembali, maka atas permintaan Penuntut Umum serta persetujuan dari terdakwa,
keterangan saksi kepada penyidik yang selengkapnya terurai dalam BAP (Berita
Acara Pemeriksaan) saksi yang disumpah atas nama Dimitri Indastri Putra dibacakan
dipersidangan:
• Bahwa saya diperiksa sekarang ini sehubungan dengan saya telah
melakukan penangkapan terhadap orang kedapatan menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, memproduksi Narkotika jenis Tanaman dan menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain;
• Bahwa dapat saya jelaskan bahwa saya bersama rekanrekan melakukan
penangkapan terhadap Sdr FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK
Anak FX SURAJIYO saat itu pada hari Minggu sekira jam 10.00 wib.
Dirumah Sdr FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO Jin Jenderal Sudirman No.28 Rt.001 Rw.001 Kelurahan Bunut
Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
• Bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Pebruari tahun 2017 sekira jam 09.45
wib Sdr.Sudijarto, SH mendapatkan informasi dari masyarakat tentang
Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO
yang menanam ganja dirumahnya. Selanjutnya Sdr.Sudijarto, SH selaku
Kasi Berantas BNN Kabupaten Sanggau mengumpulkan kami selaku
anggota BNN Kabupaten Sanggau dan memberikan arahan kepada kami
kemudian Sdr. Sudijarto, SH bersamasama dengan Sdr. Eko Wahyudi dan
Sdr. salbani pergi ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias
NDUK anak FX SURAJIYO yang dimaksud namun saya menunggu di
kantor BNNK Sanggau saat itu dan tidak lama kemudian saya melihat Sdr.
Sudijarto,SH datang ke kantor BNNK Sanggau dengan membawa seorang
lakilaki yang kemudian saya ketahui bernama Sdr. FIDELIS ARIE
SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO bersamasama dengan
seorang lakilaki yang bernama Sdr. YACOB HORHORUW selaku Lurah
kemudian saya bertanya kepada Sdr. Sudijarto,SH dengan mengatakan
"Sdr. EKO WAHYUDI DAN SDR. SALBANI DIMANA PAK?" dan Sdr.
Sudijarto,SH menjawab "Sdr. EKO WAHYUDI DAN SDR. SALBANI SAYA PERINTAHKAN UNTUK MENGAWASI DAN MEMONITOR
RUMAH TERSANGKA setelah itu kami melakukan Interogasi terhadap
Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO di
Kantor BNN Kabupaten Sanggau lalu pada saat diinterogasi ketika itu Sdr.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO
meminta ijin untuk buang air kecil kemudian saya mengantar Sdr.
FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO ke WC
kantor BNNK Sanggau dan pada saat Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO
Alias NDUK anak FX SURAJIYO di dalam WC tersebut saya mendengar
seperti suara Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX
SURAJIYO sedang menelpon seseorang dan tidak lama kemudian Sdr.
FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO keluar
dari WC lalu kami kembali lagi ke ruang pemeriksaan untuk melanjutkan
interogasi yang kemudian sekira Jam 10.53 wib Sdr.Sudijarto, SH
menerima telpon setelah itu Sdr. Sudijarto, SH memberitahukan kepada
saya dengan mengatakan "Sdr. Eko Wahyudi nelpon saya dan dia
mengatakan bahwa melihat ada seorang lakilaki dan seorang perempuan
sedang melakukan aktivitas mencurigakan di rumah Sdr. FIDELIS ARIE
SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO tersebut" yang
kemudian Sdr. Sudijarto,SH mengajak saya dan pak Lurah Sdr. YACOB
HORHORUW untuk pergi menuju ke rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO dan sesampainya kami
di rumah tersebut sekira jam 11.00 wib dan saya melihat ada seorang
perempuan yang kemudian saya ketahui bernama Sdri. KLARA ARINTA
Alias KLARA Anak FX SURAJIYO yang merupakan adik kandung Sdr.
FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO
didalam rumah tersebut dan kemudian dengan disaksikan oleh pak Lurah
Sdr. YACOB HORHORUW dan Sdri. KLARA ARINTA lalu kami
melakukan penggeledahan di dalam rumah tersebut dan menemukan 9
(sembilan) batang pohon tanaman yang ditanam didalam pot plastic diduga
narkotika Golongan I Jenis tanaman ganja di dapur rumah Sdr. FIDELIS
ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO. Selanjutnya
Sdr.Sudijarto, SH bertanya kepada Sdri. KLARA ARINTA Alias Klara
Anak FX SURAJIYO dengan katakata kurang kebih "mana tanaman
ganja lainnya?" kemudian dijawab oleh Sdri. KLARA ARINTA Alias
Klara Anak FX SURAJIYO dengan katakata kurang lebih" tanaman ganja
apa pak? tidak ada tanaman ganja?" kemudian Sdr.Sudijarto,SH bekata
kepada Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA Anak FX SURAJIYO
dengan katakata kuranglebih "tanaman yang seperti ini, yang memiliki
ciriciri sama seperti ini? (sambil memperlihatkan 9 (sembilan) batang
tanaman ganja yang ditanaman dialam pot yang petugas ditemukan di bagian dapur rumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK
Halaman 25 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
anak FX SURAJIYO)" kemudian Sdri. KLARA ARINTA Alias KLARA
Anak FX SURAJIYO menjawab dengan katakata kurang lebih "ada dan
tanaman lainnya telah dibawa teman dari Sdri. KLARA ARINTA Alias
KLARA Anak FX SURAJIYO yang bernama sdr TRI RAMAN JAYA
Alias TRI Bin MISWAR". Selanjutnya Sdr.Sudijarto,SH memerintahkan
Sdri. KLARA ARINTA Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk
menghubungi Sdr. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan
memerintahkan membawa kembali tanaman tersebut. Selanjutnya sdr. TRI
RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR datang kerumah Sdr. FIDELIS
ARIE SUDEWARTO, Alias NDUK anak FX SURAJIYO dengan
mengendari sepeda motor Honda Vario Warna Putih Nopol KB 3235 UY.
Selanjutnya dilakukan penggeledahan terhadap sepeda motor Honda Vario
Warna Putih Nopol KB 3235 UY tersebut dan didalam jok motor
didapatkan 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai
yang dialamnya terdapat kantong plastik warna hitam yang didalamnya
terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman diduga narkotika jenis tanaman
ganja. Kemudian saya bersamasama petugas BNN Kabupaten Sanggau melanjutkan penggeledahan terhadap rumah tersebut dan meminta Sdr.
TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin MISWAR dan Sdri. KLARA ARINTA
Alias Klara Anak FX SURAJIYO untuk ikut menyaksikan proses
penggeledahan. Kemudian barangbarang bukti dibawa ke kantor BNN
Kabupaten Sanggau untuk dilakukan proses lebih lanjut. Setiba di kantor
BNN Kabupaten Sanggau saya bersama sama dengan Sdr. Sudijarto
memperlihatkan seluruh barang bukti yang saya amankan saat melakukan
penggeledahan dirumah Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK
anak FX SURAJIYO kepada Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias
NDUK anak FX SURAJIYO dan Sdr.Sudijarto bertanya kepada Sdr.
FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK anak FX SURAJIYO dengan
katakata kurang lebih" milik siapa seluruh barang barang bukti ini?
kemudian dijawab oleh Sdr. FIDELIS ARIE SUDEWARTO Alias NDUK
anak FX SURAJIYO "KESULURAHAN BARANG YANG BAPAK
TUNJUKAN KEPADA SAYA ADALAH MILIK SAYA, TERKECUALI
SEPEDA MOTOR HONDA VARIO WARNA PUTIH NOPOL KB 3235
UY DAN 1 (SATU) BUAH STNK DENGAN NOMOR POLISI KB 3235
YANG MERUPAKAN MILIK SDR. TRI RAMAN JAYA Alias TRI Bin
MISWAR".
Atas keterangan saksi yang dibacakan tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa telah mangajukan saksisaksi yang
meringankan (Ad De Charge) yaitu sebagai berikut:
1.Saksi Antonius, dibawah janji pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa saksi adalah atasan terdakwa di Kesbangpol;
• Bahwa selama mengerjakan tugas dikantor terdakwa termasuk baik;
• Bahwa selama bekerja di Kesbangpol terdakwa tidak pernah punya
masalah dengan pegawai yang lain;
• Bahwa pada tahun 2016 kantor saksi pernah melakukan tes urine atas
inisiatif sendiri dan menindaklanjuti program pemerintah, saksi
mengharapkan agar staf saksi semua terbebas dari Narkotika dan tidak ada
indikasi lain;
• Bahwa dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) pegawai dikantor saksi
yang positif narkotika dan terdakwa tidak termasuk yang positif tersebut;
• Bahwa kedua orang pegawai yang positif narkoba tersebut tidak ada
hubungannya dengan terdakwa;
• Bahwa terdakwa pernah menyampaikan tentang kondisi isterinya yang
tidak sehat dan saksi juga pernah kerumah terdakwa dan melihat keadaan
isteri terdakwa yang saat itu saksi lihat dalam kedaan sakit dan berbaring
didalam kamar;
• Bahwa saksi pernah menyarankan supaya terdakwa mencari pengobatan
Alternatif;
• Bahwa terdakwa pernah manyampaikan kepada saksi bahwa penyakit
istrinya tersebut hanya bisa diobati dengan ganja;
Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan
membenaarkannya; 2.Saksi Trisna Rizano, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut:
• Bahwa saksi adalah ketua RT dilingkungan terdakwa tinggal;
• Bahwa jarak rumah saksi dengan rumah terdakwa sekitar 50 sampai 60
meter
• Bahwa saksi mengetahui istri terdakwa menderita sakit namun Persisnya
penyakit yang diderita isteri terdakwa saksi kurang tahu hanya saksi tahu
isteri terdakwa menderita lumpuh dan ada luka pada bagian belakang dan
yang saksi ketahui isteri terdakwa tersebut menderita penyakit sumsum
tulang belakang;
Halaman 27 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saksi pernah menjenguknya namun pada saat itu saksi tidak masuk
hanya isteri saksi yang masuk dan melihat isteri terdakwa yang ada
didalam kamar dalam keadaan berbaring serta tidak dapat bergerak;
• Bahwa pada saat penangkapan terhadap terdakwa tersebut saksi sedang
sedang diluar tidak menyaksikannya;
• Bahwa saksi tidak tahu kalau terdakwa ada menanam ganja karena selama
kerumah terdakwa saksi tidak melihat sesuatu yang mencurigakan;
Atas keterangan saksi tersebut terdakwa tidak keberatan dan membenarkannya;
Menimbang bahwa dipersidangan, terdakwa telah pula mengajukan ahli yang
bernama DR. Sy. Asyim Azizurrahman,SH.M.Hum dibawah sumpah pada pokoknya
memberikan pendapat sebagai berikut:
• Bahwa tujuan penegakan hukum tersebut ada tiga hal pertama harus dilihat
kepada kepastian hukum, kedua keadilan hukum dan ketiga kemanfaatan
hukum dalam kapasitas kepastian hukum adalah penerapan normanorma
sesuai secara legal yang memenuhi unsurunsur dari tindak pidana disisi
lain kalau dia ada pertentangan asas kepastian hukum maka yang harus
diutamakan haruslah keadilan hukum walaupun dalam kepastian hukum
adalah norma yang secara limit maka yang harus diutamakan adalah
kepastian hukum berikutnya kalau ada pertentangan antara kepastian
hukum dengan keadilan hukum dan kemanfaatan hukum maka yang
diutamakan adalah kemanfaatan hukum karena dalam kapasitas tertentu
dalam kasus tindak pidana itu pasti ada sifat hukum yang walaupun ia
tidak identik dengan kesamaan yang pasti ada perbuatan hukum dan
sifatnya melawan hukum. Sebagai contoh ada suatu kasus yang sudah
berusaha dalam kapasitas melakukan pengobatan baik secara medis dan non medis berarti ada jalan terakhir yang kapasitas apakah itu kapasitas
sebagai Nostan atau kapasitas over kobelatif ini yang perlu dicerna
tentunya Majelis Hakim harus dapat melihat dalam posisi Kostan yang
dalam hal ini penghapusan atau kemanfaatan dalam kapsitas kalau dia
secara kepastian hukum unsurunsurnya tentunya harus melihat apakah
perbuatannya sudah sesuai atau tidak.
• Bahwa kita harus melihat unsur tindak pidana dalam unsur tindak pidana
ada unsur objektif dan subjektif, unsur objektif adalah suatu perbuatan
yang dalam arti apakah dia melanggar suatu kewajiban atau larangan yang
kedua harus ada unsur akibat dan keadaan, akibat harus ada dalam delik
yang sifatnya Materiil, unsur kedua dalam posisi tertentu bisa dalam posisi
penghapusan pemidanaan atau penghapusan dalam eksekusi dan azas sifat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dalam kategori subjektif ada unsur pertanggungjawaban pidana atau unsur
kaitan dengan unsur kesalahan dengan kaitan pertanggung jawaban pidana
dan kita mengenal ada empat kategori hukum pidana berkaitan dengan
pertanggung jawaban pidana dalam kapasitas tertentu ada beberapa
undangundang yang mengandung Mensbility namun pasalpasal yang lain
mengandung Sosialbility dan masingmasing dalam sistem pertanggung
jawaban yang berbeda;
• Bahwa terkait dengan tindak pidana Narkotika dan hal ini tergantung mana
pasal yang didakwakan, berikutnya ada sifat menghukum dan kalau kita lihat sifat menghukum ini ada kaitan dengan formil dan materiil, yang
formil adalah secara korbolatif termuat dalam pasalpasal tertentu yang
memang menyangkut azas legalitas, paham legalitas ini atau kaitan azas
legalitas ini harus termuat dalam rumusan pasalpasal tertentu, tetapi
sebaliknya ada juga penghukuman secara materiil yang tidak termuat
dalam rumusan pasal dalam hal ini mengandung 2 kategori ada fungsi
Negatif dan ada fungsi positif kalau dia pungsi negatif ada suatu undang
undang baik itu sifatnya larangan ataupun kewajiban yang dilanggar tapi
ini dalam hal azas kepatutan tidak bisa dikenakan tetapi ada yang positif
walaupun tidak ada aturan tertentu dalam suatu undangundang secara
limitif dan normatif ia dapat dikenakan karena azas kepatutan dalam
masyarakat yang identik dengan nilainilai hukum karena hukum itu ada
yang tertulis dan tidak tertulis ia bisa dilakukan penerapan hukum
berikutnya harus ada unsur kesalahan walaupun tidak secara normatif tidak
secara tegas jelas ada dalam rumusan yang regalitas dimasukan dalam
rumusan pasal.
• Bahwa adanya Dolus atau kesengajaan terbagi dalam tiga kategori ada
yang Dolus secara tujuan ada Dolus gagal kemungkinan ada Dolus sebagai
kepastian tentunya dalam kapasitas ini tidak bisa ditemukan dalam
rumusan pasal karena ini secara teori Majelis Hakimlah yang dapat
menilai apakah perbuatan itu termasuk sengaja sebagai kepastian, sengaja
sebagai kemungkinan atau sengaja sebagai tujuan masingmasing berbeda
dalam taraf atau kadar pemidanaannya haruslah berbarengan terhadap
sangsi atau ancaman sengaja sebagai kemungkinan atau sengaja sebagai
tujuan haruslah lebih ringan sebagai kemungkinan dari pada sengajan
sebagai tujuan dalam hal kapasitas tertentu sangsi sengaja sebagai
kemungkinan ini hampir identik dengan Culpa dalam arti lata.
Halaman 29 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Dalam kapasitas tertentu selain sengaja ada kelalaian atau kealpaan, Culpa
terbagi dua katagori yaitu Lepis atau Lata yang terberat Lata dalam
kapasitas ini untuk memenuhi apa yang telah diungkap secara ilustrasi
perbuatan ini masuk tidaknya dalam unsur pidana kalau dia masuk perlu
dipertimbangkan juga sifat menghukumnya apakah sifat menghukumnya
secara formil atau secara materiil selain itu juga menjadi pertimbangan
apakah tujuan hukum hanya sematamata menghukum atau mencari
keadilan atau mencari kemanfaatan tentunya dalam hal ini dan dalam
kapasitas tertentu dilihat aturan yang menjembatani secara Yuridis atau pilsolofis kalau kita melihat Undangundang Narkotika bahwa landasan
filsolofis dalam suatu rumusan. Menimbang adalah untuk pengobatan
dalam kapasitas pengaturan dan tidak ada penyalah gunaan dan dari sini
dapat dicerna ada halhal dan tujuan mulia dari undangundang tidak
hanya dalam arti kafasitas pemidanaan tapi juga melihat bagaimana
penyalahgunaan dalam kapasitas tertentu karena kalau dilihat Undang
undang Narkotika pada prinsipnya dibolehkan asal tidak disalah gunakan
dalam hal ini kalau kita melihat rumusanrumusan yang ada dalam
Undangundang Narkotika ada pertanggung jawaban, gambaran
sepenuhnya itu dinilai kepada modus operandi yang dilakukan tentunya
ada suatu perbuatan yang memang sudah dilakukan yang dilarang oleh
Undangundang ada usaha secara medis atau non medis dan dilakukan
bukan untuk menguntungkan diri sendiri;
• Bahwa dalam pasal 3 Undangundang Narkotika dari huruf a sampai huruf
h suatu posisi a adalah azas keadilan disamping itu juga ada azas kepastian
hukum kalau dilihat dari sisi dalam suatu penelusuran perbuatan dari suatu
norma hukum pidana pengaturan tentang letak kata ada tujuannya,
sehingga tujuan Narkotika tersebut tujuan utamanya adalah azas keadilan
makannya makna utamanya adalah untuk melaksanakan fungsi keadilan;
• Bahwa setiap perbuatan yang dikatagorikan perbuatan hukum pasti ada
unsurnya niat yang dikatagorikan niat jahat disini karena untuk suatu
tindak pidana kejahatan pasti ada niat dan kesempatan dalam kapasita niat
ini tidak bisa kita tanyakan kepada sesorang apakah momennya pencurian dan tidak bisa dinilai atau kita percaya saja dengan niat tertentu tetapi
harus dilihat pada modus operandinya bagaimana sih perbuatanya
sehingga tergambar niat yang ada maka diilustrasikan bahwa sudah
dilakukan secara medis dan non medis nah niat terakhirnya apa sih untuk
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
menggunakan kaitan dengan Narkotika apakah ada niat jahatnya atau tidak
walaupun dalam kapasitas tertentu perbuatannya sudah ada dan sudah
terjadi niat ini sebagaimana diungkapkan tadi ada perbuatan menanam ada
perbuatan menggunakan dan tujuan apa dibalik perbuatan tersebut pasti
ada niat dan tujuan, tujuan jahat inilah yang dikemukakan yang di
aplikasikan secara normatif yang diaplikasikan dengan penjabaran niat.
Kausalitas di Indonesia yang menggunakan teori Relevansi dalam
kapasitas tertentu ada niat yang dijelmakan dalam suatu perbuatan, tidak
mungkin suatu perbuatan tanpa ada niat walaupun itu dalam kapasitas
adanya suatu perbuatan yang dikatagorikan kelalaian atau kealpaan/kurva,
sehingga kalau dalam kapasitas tertentu apakah niat jahat ini bisa
mengakomodir kesemua perbuatan dalam suatu tindak pidana sehingga
harus digambarkan selain niat ada tempus dan lopus delekti dalam
kapasitas tertentu unsurunsur tindak pidana harus juga meliputi niat
tempus dan lopus sehingga ada suatu rumusan secara komulatif yang harus
di penuhi suatu unsur tindak pidana sehingga baru bisa diminta
pertanggung jawaban secara pidana;
• Bahwa untuk melihat pertanggung jawaban pidana harus dilihat pertama
sistem pertanggung jawaban pidana dalam suatu Undangundang, dalam
suatu undangundang juga terdapat berbagai sistem pertanggung jawaban
pidana dalam suatu rumusan pasalpasalnya yang mana pasal yang
didakwakan dan yang mana pasal itu juga dilakukan itu harus dilihat dulu
pasal itu termasuk rumusan sistem pertanggung jawaban yang mana
apakah dia menstrability, rumusan pasalpasal inilah baru dicerna barulah
bisa menganalisa dan mencermati apakah pertanggung jawaban kalau
tujuan untuk melakukan kejahatan tetapi untuk tujuan melakukan
kemanfaatan sehingga gambaran tersebut harus dicerna kalau didalam
kapasitas menstability harusnya dilihat unsur kesalahannya apakah
kesalahan tersebut dilakukan dengan sengaja atau kelalaian kalau dilakukan dengan sengaja dan kesalahan yang disengaja baggaimana kalau
dalam kapasitas tertentu di Indonesia memang ada dua ketentuan tapi
kalau dilihat sejarah di Inggris dalam kapasitas tertentu ada kesempurnaan
ini maknanya dari niat apa yang ingin dilakukan suatu perbuatan orang
berjalan keluar maksudnya untuk apa disini haruslah diinplementasikan
dengan perbuatan, khususnya dalam kapasitas Narkotika walaupun dalam
keadaan tertentu, Narkotika dalam pasal 1 huruf a dijelaskan bahwa itu
adalah fungsinya untuk pelayanan kesehatan atau untuk pengobatan dan
untuk ketertiban dan sebagainya, sehingga yang berlaku adalah undang
Halaman 31 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
undang Narkotika bukan tindak pidana Narkotika maka yang dikaitkan
penyalahgunaaan Narkotikalah maka itulah tindak pidana Narkotika
gambaran seperti itu kalau dipertanyakan kepada saya apakah bisa
dipertanggung jawabkan maka harus ditemukan dulu unsur dan sistim
tindak pidana terhadap pasal yang didakwakan tersebut;
• Bahwa Penyalahgunaan Narkotika itu berkaitan dengan perbuatan jadi
katakata dalam rumusan pasalpasalnya adalah rumusan normatifnya
dalam rumusan normatif pasti ada dengan subjek hukumnya dan objek
hukumnya, pasti ada sifat hukumnya, pasti ada unsur perbuatannya, pasti ada ancaman pidananya kalau dalam katagori ada spekasi tertentu yang
siapa subjek hukumnya yang diancam dengan pasal tertentu, ini tentunya
ada rumusan normatifnya rumusan pasal itu apakah ada perbuatan, siapa
yang sebagai subjek hukumnya kalau tidak salah kaitan subjek hukum bisa
berkaitan dengan orang, bisa berkaitan orang, persorangan sehingga dari
sini kita dapat melihat ada sistim pertanggung jawaban kaborasi, kalau kita
lanjut dengan sistim rumusan pasal, itu tanpa hak dan melawan hukum
disini maknnanya kita lihat pencernaan rumusan atau kata ini sistim
pertanggung jawaban menstrialbriti sehingga rumusan dalam pasal ini
dilihat didasari kepada sistim pertanggung jawaban pidana yang
menstribility dalam kapasitas ini haruslah ada unsur kesalahan, unsur
kesalahan itu dilihat apakah dia itu sengaja atau lalai selain itu ada sifat
hukum formil atau materiil kalau dia formil tentunya harus dilihat/
tergambar dalam rumusan pasal itu kalau dia materiil bagaimana rumusan
apakah rumusan azas kepatutan yang bisa memposisikan atau
menegatifkan disinilah letak dalam menganalisa masingmasing aparat
hukum termasuk Advokat, Penuntut umum dan Hakim untuk mencermati
apakah sistem pertanggung jawaban dalam sistim sifat melawan hukum
dari suatu perbuatan ini termasuk dalam rumusan sifat melawan hukum
yang mana sehingga rumusannya harus secara komulatif untuk mempertimbangkan serta untuk menentukan sifat keadilan;
• Bahwa azas kepatutan dapat dinilai dari normanorma hukum yang tidak
tertulis karena hukum itu ada yang tertulis dan tidak tertulis dalam
kapasitas tertentu untuk melihat sesuatu perbuatan dari pada niat atau
tujuan apakah niat tersebut ada niat jahat atau tidak ini akan mempunyai
korilasi dengan perbuatan yang dilakukan apakah niat tadi menanam atau
melakukan suatu pengobatan dan berkaitan dengan niat jahat atau tidak
tujuan utamanya adalah untuk melakukan suatu pemanfaatan bahwa sudah
ada suatu upaya yang secara medis maupun non medis sudah dilakukan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tinggal jalan terakhir upaya yang sifatnya dalam keadaan tertentu akan
memaksa ia mencermati adanya suatu informasi yang berkaitan dengan
melakukan suatu perbuatan yang memang secara normatif dalam kapasitas
ini apakah yang niatnya yang bisa dikatagorikan sebagai kondisi
mendesak dalam kaitan itu ita bisa nilai ada konstan yang bertentangan
dengan hukum, kalau kita lihat ini ada pertentangan antara kewajiban
hukum dan kepentingan hukum yang mana harus diutamakan, tentunya
untuk mengutamakan berbalik lagi dengan tujuan hukum tentunya melihat
tentang kapasitas hukum apabila ada aturan disinilah letaknya kepastian
hukum itu;
• Bahwa tujuan hukum ada tiga yaitu kemanfaatan, keadilan dan kepastian
dan Kalau melihat dari ketiga tujuan tersebut yang diutamakan azas
kemanfaatan karena dalam kapasitas tertentu ketertiban suatu hukum dia
tidak bisa terbangun tanpa adanya suatu kesamaan pemikiran dalam arti
upaya tujuan sosial hukum adalah bagian dari masyarakat sosial dalam
hukum itu ada konteks sosial, konteks sosial terbagi adanya wan pastaen
dalam arti konteks kesejahteraan masyarakat adanya kaitan politik atau
kebijakan dan kaitan perlindungan masyarakat, kaitan dengan
kesejahteraan masyarakat disini dan ini diutamakan untuk ketertiban dan
membangun masyarakat supaya nyaman dan tentram terkait dengan
perlindungan masyarakat ini adanya suatu upaya penal dan non penal
dalam kapasitas tertentu hukum pidana ini adalah salah satu sarana untuk
melaksanakan upaya penal tetapi dalam kapasitas lain ada upaya non penal
sehingga dalam kaitan dengan suatu upaya hukum. Contoh ada larangan
membunuh ini maknanya bukan dalam arti mengancam seseorang untuk
dia menderita walaupun dalam prinsifnya dalam tujuan hukum itu paling
tidak ada unsur penderitaan tetapi kalau kita lihat dalam azas hukum itu
adalah pengayoman walaupun kenyataannya masih berbantahan orang
yang dipidana tersebut pada dasarnya menderita tetapi disana ada masalah pengayoman kaitan dengan itu maka dalam kapasitas orang dilarang misal
dalam pasal 338 pada prinsipnya adalah prinsif pengayoman perlindungan
terhadap jiwa seseorang karena kepentingan hukum itu ada kepentingan
Negara, ada kepentingan umum masyarakat dan ada kepentingan individu
kapasitas orang dilarang tidak boleh mencuri untuk perlindungan harta
benda orang lain sehingga untuk rumusan larangan itu untuk perlindungan
yang berkaitan dalam masyarakat kapasitas tertentu bahwa kalau dia
dilindungi dengan upaya non penal tentunya harus didahulukan upaya non
penal tapi kalau tidak bisa upaya non penal harus dilakukan dengan upaya
Halaman 33 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penal sehingga dalam kapasitas tertentu upaya penal inilah sebagai suatu
penjelmaan dari proses propentifnya diupayakan supaya ini tidak terjadi
dalam suatu masalah tindak pidana karena apa dalam kasus pembunuhan
seseorang sudah dibunuh dan negara sudah menghukum tapi paling tidak
orang yang didekatnya pasti ada balas dendam dan kebencian tidak
mungkin itu tidak ada karena manusia itu mahluk sosial tidak mungkin
dalam kapasitas ini walaupun dari salah satu keluarga korban mungkin
hukuman tersebut terlalu ringan tapi dari sisi pelaku, hukuman tersebut
terlalu berat disini ada suatu pertentangan yang mana sih tentunya masalah
keadilan dan kontrabusi, makanya ada beberapa pendapat terkait dengan
bagaimana tujuan keadilan itu sehingga dipertemukanlah kalau dia bergaul
inilah tujuan keadilan yang sebenarnya, makanya sekarang keskoratif
diutamakan dalam arti bagaimana mengarahkan penjelmaan masalah
keadilan itu sendiri kaitan dengan itu kalau dipertanyakan kepada saya
kalau ada pertentangan antara kepastian hukum dengan kemanfaatan
hukum maka yang harus didahulukan adalah kemanfaatan hukum, kalau
ada pertentangan antara keadilan hukum dengan kemanfaatan hukum maka yang diutamakan adalah kemanfaatan hukum, kalau ada
pertentangan antara keadilan dengan kepastian hukum harus dimenangkan
keadilan hukum makanya pengadilan itu namanya keadilan/pengadilan
bukan memastikan kalau dia dalam kapasitas tujuannya hanya kepastian
hukum dia hanya tunduk pada Undangundang makanya Hakim diberi
wewenang untuk mengali, mencermati, menganalisis sehingga walaupun
dalam kapasitas pasal 1 ayat 1 azas legalitas masih mengartikan itu azas
legal secara formil tapi dibalik itu ada azas legal sifatnya materiil dalam
kaitan ini karena hukum itu ada yang tertulis dan tidak tertulis tentunya
masalah keadilan ini berkaitan dengan masyarakat, masalah kepastian
hukum berkaitan dengan Negara. Hukum berlaku dalam ruang lingkup
masyarakat disitulah letaknya walaupun dalam kepastian hukum ada
tujuan untuk ketentraman tapi kita harus melihat kepada konstan kaitan
dengan pemberlakuan karena dalam kaitan dengan rumusan Undang
undang harus dia terpenuhi 3 unsur tersebut yaitu ada Filosopis, sosiologis
dan yuridis tidak musti dia hanya berkaitan dengan yuridis karena dalam
hal ini Undangundang itu saja bisa berubah dalam suatu keadaan tertentu
karena perubahan tersebut didasari nilainilai fisiologis dan sosiologis
makanya mungkin hari ini Undangundang dilarang, besok hari sudah
dirubah itu juga terbukti dalam pasal1 ayat 2 kalau misal ada perubahan maka yang lebih diutamakan adalah yang menguntungkan terdakwa;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa hukum itu berkaitan dengan fungsi atau kebijakan politik ia terbagi
dalam kebijakan ada kebijakan politik ada kaitan dengan unsur
kesejahteraan masyarakat dan kapasitas ini tentunya yang diutamakan
antara masyarakat mana unsur pertama dengan perlindugan adalah yang
pertama dan yang kedua baru perlindunggan masyarakat dan yang ketiga
perlindungan individu kaitan dengan itu maka dalam kapasitas tertentu
tidak hanya dalam kapasitas pelayanan Negara terhadap masyarakat
sehingga upaya pelayanan itu bisa dari UndangUndang, bisa dari Fasilitas
baik dari fisik maupun mental dan dalam kapasitas tertentu nilainilai yang diutamakan adalah kesejahteraan masyarakat;
• Kalau dilihat dari Undangundang Narkotika sebagaimana konsiliasinya
Narkotika adalah untuk pelayanan kesehatan untuk obat dan untuk
ketertiban supaya jangan ada penyalah gunakan. Undangundang
Narkotika tidak seperti Undangundang lainnya ia adalah tentang
pengaturan, maka ada kaitan dengan pelakunya bukan tindak pidana
Narkotika maka di aturlah Narkotika itu apa, baru ia dikatakan dengan
tindak pidana Narkotika apabila penyalah gunaan dari pengaturan
Narkotika tadi maka dalam kaitan ini niat apa sih yang berkaitan dengan
suatu upaya penanaman tandi niat ini yang di akumulasikan masuk tidak
dia dengan kausalitas sistem terori Relafansi tadi dengan perbuatan jahat.
Dalam kapasitas tertentu tujuan untuk apa karena dalam perbuatan pasti ada tujuan tidak mungkin orang melakukan sesuatu tanpa tujuan dan pasti
ada tujuan apakah tujuan itu disadari atau tanpa disadari, tujuan inilah
yang melakukan suatu perbuatan sehingga tujuan inilah membuat suatu
keadilan tapi kalau untuk keadilan harus dilihat dari unsur dan niat yang
diniat atau modus operandinya dan hasilnya apa sehingga dia harus
komulatif melihat dari niatnya tersebut tadi;
• Bahwa tujuan suatu pempidanaan adalah Pertama untuk menjerakan
seseorang. Kedua untuk supaya menanggulagi kejahatan dan yang ketiga
dalam jangka panjang untuk mensejahterakan masyarakat;
Atas keterangan ahli tersebut terdakwa menyatakan tidak keberatan;
Menimbang bahwa dipersidangan terdakwa telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa terdakwa mengerti diperiksa dalam perkara ini yaitu sehubungan
dengan terdakwa menanam ganja sebanyak 39 batang pohon;
Halaman 35 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa terdakwa menanam pohon ganja tersebut kurang lebih pada bulan
Mei tahun 2016;
• Bahwa terdakwa menanam ganja karena isteri terdakwa menderita sakit
semenjak tahun 2013 bulan oktober saat itu isteri terdakwa sedang hamil
kurang lebih 5 bulan dan awalnya isteri terdakwa seperti demam biasa dan
tubuhnya sering mengeluarkan keringat, kaki sering kram jadi terdakwa
bawa kerumah sakit sanggau yang ditangani oleh Dokter kandungan dan
kemudian Dokter bilang itu hanya bawaan hamil saja dan dirawat kurang
lebih satu minggu dan dikasih vitamin akhirnya diperbolehkan pulang;
• Bahwa dari diaknosa dokter juga tidak berani memastikan apa penyakitnya
kemudian terdakwa mengobati isteri terdakwa dengan seseorang yang
namanya Mak Ngah yang bisa membantu orang yang melahirkan lalu istri
terdakwa diurut kalau dia capekcapek sampai isteri terdakwa bisa beraktifitas kembali walaupun tidak begitu terlalu baik dan sampai
akhirnya normal kembali, kemudian pada umur anak terdakwa yang kedua
kurang lebih 5 bulan isteri terdakwa kembali mengalami gangguan dan
tubuhnya yang sebelah kanan sering berkeringat dan kesemutan sampai
akhirnya tidak bisa buang air kecil lalu terdakwa bawa ke Rumag sakit
Sanggau dan dari hasil pemeriksaan dokter tersebut juga tidak berani
memastikan dengan jelas apa penyakit yang diderita isteri terdakwa
tersebut;
• Bahwa kemudian sampai tahun 2014 kondisi isteri terdakwa tersebut
kembali dan tidak bisa buang air kecil lagi karena di Sanggau sebelumnya
tidak menemukan apa masalah penyakit isteri terdakwa, kemudian istri
terdakwa dirujuk berobat ke Pontianak dan dirumah sakit tersebut isteri terdakwa mulai diperiksa namun Dokter yang menanganinya tersebut juga
tidak berani memantikan apa sebenarnya penyakit yang diderita isteri
terdakwa tersebut akan tetapi dugaan Dokter isteri terdakwa menderita
penyakit Syringomyelia waktu itu kondisi kondisi separuh tubuhnya tidak
bisa digerakan lalu terdakwa usul sama Dokter untuk membawa isteri
terdakwa berobat ke Jawa karena isteri terdakwa tersebut sering juga
mengalami sesak napas dan Dokter memberitahukan kepada terdakwa
kalau diterbangkan, khawatir terjadi halhal yang tidak diinginkan karena
dipesawat tidak ada fasititas kesehatan, sedangkan dirumah sakit tidak ada
lagi tindakan yang bisa dilakukan Dokter;
• Bahwa akhirnya terdakwa dan istri diijinkan pulang namun sebelum
pulang ke Sanggau terdakwa singgah ke Bodok dan membawa isteri
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terdakwa berobat Alternatif dan disana berobat kurang lebih dua minggu
dan terdakwa lihat kondisi isteri terdakwa mulai membaik dan sudah bisa
menggerakan kakinya namun yang mengobati isteri terdakwa tersebut
bilang pada terdakwa belum tahu apa penyebabnya;
• Bahwa konsisi isteri terdakwa tersebut sudah mulai membaik akhirnya
terdakwa bawa pulang ke rumah ternyata setelah dirumah kurang lebih
satu bulan yang mengobati isteri terdakwa tersebut meninggal jadi
penggobatan Alternatif tersebut terhenti,
• Bahwa kemudian terdakwa menemui Nenek Anjeli dan Nenek Anjeli ini
biasa mengobati orang dan isteri terdakwa sempat beberapa kali berobat
dengannya akan tetapi tidak ada perubahan akhirnya terdakwa beralih lagi
berobat ke tempat panti pijat (repleksi) yang setiap seminggu sekali
terdakwa panggil kerumah namun mereka juga tidak tahu penyakit apa
yang dialami isteri terdakwa dan kondisi isteri terdakwa juga tidak
membaik;
• Bahwa pada bulan Desember 2015 isteri terdakwa kembali tidak bisa
buang air kecil lagi kemudian terdakwa bawa ke rumah Sakit Umum
Sanggau dan juga tidak ditemukan apa masalahnya dan nafsu makannya
berkurang kadangkadang muntah, dengan ada sesuatu yang mengagetkan
ia lalu mengalami kram, melihat kondisi tersebut lalu Dokter menyarankan
untuk memeriksa kondisi piskiologis dan sempat di rujuk ke Singkawang
namun karena disana tidak ada ruang untuk rawat inap jadi isteri terdakwa
dialihkan ke rumah sakit lain yang ada dikota Singkawang kemudian isteri
terdakwa diperiksa namun dokter tersebut juga tidak ada menemukan
masalah kejiwaan isteri terdakwa tersebut;
• Bahwa terdakwa disarankan untuk mengembalikan kondisi kejiwaannya
lebih baik dirumah saja, kemudian terdakwa bawa lagi isteri terdakwa
pulang ke Sanggau namun baru satu hari kembali lagi isteri terdakwa tidak
dapat bisa buang air kecil kemudian terdakwa bawa lagi kerumah sakit
Umum Sanggau dan setelah dirawat beberapa hari dari Kotektor yang
dipasang tersebut terjadi pendarahan lalu Dokter bilang ada dugaan isteri
terdakwa terkena Syringomyelia lalu disarankan untuk di bawa ke
Pontianak (Rumah sakit Sudarso) pada saat itu terdakwa ada melihat luka
kecil dipunggung isteri terdakwa, dan setelah diperiksa dan di USG tidak
ditemukan apa penyakitnya kemudian dilakukan pemeriksaan lebih dalam
dari situ barulah Dokter menyatakan bahwa isteri terdakwa tersebut
Halaman 37 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terkena penyakit Syringomyelia dan Dokter bilang kalau kondisi fisiknya
sudah menurun dan solusi penyakit tersebut sebenarnya harus dioperasi
akan tetapi kondisi isteri terdakwa tidak memungkinkan untuk dioperasi
karena terlalu berisiko sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada
lagi penanganan medis jadi terdakwa disarankan untuk menistirahatkan
isteri dirumah, dan semenjak saat itulah terdakwa lalu mencari tahu dan
informasi tentang penyakit tersebut, sementara luka yang dipinggang isteri
terdakwa semakin membesar;
• Bahwa pada tahun 2014 terdakwa juga pernah membawa istri terdakwa ke
Rumah Sakit Antonius di Pontianak dan dilakukan tes urine, darah dan
ronsen dan Dokter bilang dari kondisi fisik tidak ada kelainan dan bagus
hanya kenapa tidak mampu menggerakan dan Dokter juga tidak berani
memastikan apakah itu Syringomyelia;
• Bahwa pertama kali terdakwa mendapat informasi Syringomyelia itu dari
internet dan terdakwa kenal dengan seseorang bernama Bet Muyen dia
Warga Negara Amerika kebetulan dia sendiri menderita Syringomyelia dan
dia mempunyai organisasi tentang perawatan penyakit tersebut;
• Bahwa Bet Muyen mengatakan sebenarnya penyakit tersebut belum ada
obatnya kalaupun dioperasi hanya untuk meringankan saja dan sangat
berisiko kemudian terdakwa mencari lagi informasi dan menemukan satu
halaman yang ditulis Asna Evan dari Kanada dia juga penderita
Syringomyelia dan sudah tiga tahun menggunakan pengobatan secara
medis namun tidak ada hasil kemudian ternyata ia menggunakan ganja dan
dia bisa bertahan dan merasa lebih baik;
• Bahwa kemudian terdakwa mencari tahu lagi dan menemukan artikel salah
satu hasil penelitian dari seorang Dokter yang berasal dari Israel dia
sendiri adalah orang pertama yang berhasil meisolasikan salah satu
kandungan dari ganja dan dikatakan bahwa kandungan yang ada pada
ganja tersebut mampu untuk mengobati beberapa penyakit kanker, efilepsi
dan lainlain. Kemudian terdakwa mencari lagi ternyata banyak penelitian
tentang ganja tersebut dan terdakwa merasa yakin bahwa ganja tersebut
bisa digunakan untuk obat;
• Bahwa setelah terdakwa merasa yakin bahwa ganja tersebut bisa untuk
obat lalu terdakwa mencari informasi bagaimana cara mendapatkan ganja
tersebut, namun terdakwa masih kebingunan karena setiap kawan yang
terdakwa tanyakan mereka mempunyai pandangan Negartif tentang ganja
tersebut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa terdakwa sempat menghubungi kawan terdakwa bernama Erwin
yang seorang anggota Polisi dan terdakwa minta tolong kepada dia untuk
mendapatkan ganja tersebut dan bagaimana prosedurnya karena ganja
tersebut untuk obat isteri terdakwa namun teman terdakwa tersebut tidak
bisa membantu;
• Bahwa kemudian terdakwa juga pernah datang ke Dokter Puskesmas dan
berkonsultasi bagaimana tentang ganja dan dokter tersebut menyatakan
dalam dunia medis tidak mengetahui bahwa ganja tersebut bisa untuk obat/
pengobatan dan dokter juga tidak mengetahui bagaimana terdakwa bisa
mendapatkan ganja tersebut;
• Bahwa kondisi isteri terdakwa semakin parah dan terdakwa merasa
frustrasi, obatnya tidak ketemu, ganjanya tidak dapat, bahkan untuk makan saja isteri terdakwa tidak bisa;
• Bahwa pada saat terdakwa diterminal untuk membeli gadogado untuk
isteri terdakwa sambil menunggu pesanan tersebut terdakwa duduk lalu
ada orang nanya kepada terdakwa kenapa muka terdakwa sedih kemudian
terdakwa bercerita bahwa isteri terdakwa sakit tidak bisa sembuh dan
sudah dibawa berobat kemanamana lalu terdakwa bilang dari informasi
yang terdakwa dapatkan yang bisa mengobati isteri terdakwa itu ganja dan
ganja ini bisa membantu untuk menambah nafsu makan, membuat bisa
tidur lalu terdakwa bilang tidak tahu harus mencari kemana ganja tersebut;
• Bahwa kemudian orang tersebut bersedia membantu terdakwa mencarikan
bibit ganja tersebut dan mengatakan harga 1 ons ganja tersebut
Rp.900,000, (sembilan ratus ribu) lalu terdakwa memberikan uang kepada
orang tersebut kemudian terdakwa memberikan nomor HP dan orang
berpesan kepada terdakwa untuk menunggu selama 2 atau 3 hari mengenai
kabar Ganja tersebut;
• Bahwa 3 (tiga) hari kemudian ada yang menghubungi terdakwa lewat HP
dan terdakwa disuruh datang ke terminal Bis Sanggau untuk mengambil
paket, dan setelah terdakwa datang lalu dikasih kotak kecil dan dikotak
tersebut ada nomor HP terdakwa kemudian paket tersebut terdakwa ambil
dan bawa pulang kerumah setelah dibuka ternyata didalamnya terdapat
ganja kering lengkap dengan, daun, batang dan bunganya;
• Bahwa bagian dari ganja yang digunakan adalah bunganya jadi terdakwa
pisahkan bunganya, lalu disitu ada bijinya kemudian bunganya tersebut
terdakwa olah dan bijinya disimpan terlebih dahulu;
Halaman 39 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa terdakwa langsung membuat exstrak ganja tersebut dan diberikan
kepada isteri terdakwa dan hal yang pertama terdakwa lihat isteri terdakwa
langsung mau minta makan kurang lebih 30 menit setelah terdakwa
memberikan ekstrak ganja tersebut walaupun tidak banyak akan tetapi
lebih banyak makan dari biasanya;
• Bahwa setelah melihat ada perubahan pada istri terdakwa tersebut baru
terdakwa terpikir dengan biji ganja tersebut, dari buku yang terdakwa baca
dari seorang ahli Akupuntur dari Amerika serikat yang mengatakan kalau
ganja itu untuk pengobatan tidak seperti ganja pada umumnya dan ganja
tersebut ditanam secara khusus untuk mendapatkan kandungan untuk
pengobatan dan ganja tersebut ditanam secara organik tidak
mempergunakan pupuk;
• Bahwa kemudian terdakwa berpikir bagaimana terdakwa bisa
mendapatkan ganja lagi serta tidak tahu kualitas ganja tersebut serta
darimanja asal ganja tersebut lalu terdakwa berpikir untuk mencoba
menanam biji ganja tersebut;
• Bahwa dari beberapa biji yang terdakwa tanam tidak semuanya tumbuh
ada sekitar empat pohon yang tumbuh dan dari empat pohon yang tumbuh
tersebut terdakwa pergunakan untuk bibit lagi sampailah menjadi 39 (tiga
puluh sembilan) batang tersebut;
• Bahwa untuk dipakai sebagai pengolahan obat terdakwa pakai bunganya
sebagai obat intinya namun ada juga daunnya terdakwa gunakan untuk
dicampurkan dalam makanan sedangkan bunganya terdakwa olah menjadi
Exstrak/minyak;
• Bahwa Untuk exstrak/minyak sebenarnya ada dua hasil yang salah satunya
itu untuk obat luar/obat luka jadi bunga ganja yang sudah terdakwa
keringkan tersebut kemudian dilarutkan dengan menggunakan Alkohol
kemudian ampasnya diangkat dan Alkohol tersebut diuapkan dengan
menggunakan kompor kemudian dari hasil uap tersebut itulah yang menjadi minyak/Exstrak kemudian kalau untuk pengobatan luar terdakwa
campurkan dengan madu dan minyak kelapa;
• Bahwa minyak/exstrak itu ada dua satu untuk obat luka sedangkan minyak
murni untuk dicampur dalam makanan dan kalau daun ganjanya banyak
saja jadikan jus untuk dibuatkan minuman untuk isteri terdakwa;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa untuk mendapatkan ektstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan
kurang lebih 4 (empat) batang pohon dan ektsrak ganja sebanyak 3 ml
dapat digunakan selama seminggu untuk dioleskan diluka istri terdakwa;
• Bahwa terdakwa menanam ganja tersebut didalam rumah terdakwa dan
didalam lemari tujuan terdakwa supaya ganja tersebut agar mudah untuk
perawatannya terutama masalah pencahayaan, pengaturan suhu dan mudah
untuk mengendalikan hama;
• Bahwa terdakwa mengetahui tentang penggolahan ganja tersebut dari
bukubuku yang pernah terdakwa baca dan bukubuku tersebut adalah
buku tentang Marijuana;
• Bahwa BNN Sanggau mengetahui tamanan ganja yang terdakwa tanam
tersebut pada tanggal 14 Pebruari 2017 karena kebetulan saat itu dikantor
terdakwa ada dilakukan tes Urine secara mendadak kemudian setelah
selesai tes urine tersebut, kebetulan ada salah satu petugas BNN tersebut
yang sudah terdakwa kenal bernama Heri kemudian terdakwa tanyakan
namun sebelumnya terdakwa ceritakan dulu masalah penyakit isteri
terdakwa dan hanya bisa diobati dengan menggunakan ganja kemudian
terdakwa juga tanyakan bagaimana cara supaya terdakwa dapat ijin
menggunakan ganja tersebut untuk obat namun teman terdakwa tersebut
belum bisa memberikan jawaban bisa atau tidak akan tetapi akan
mengkonsultasikan dulu sama atasannya di Kantor lalu teman terdakwa
minta nomor HP terdakwa dan setelah ituterdakwa pulang ke Kantor BNN
Sanggau;
• Bahwa setelah satu jam kemudian terdakwa mendapat telpon dari Kantor
BNN agar datang ke sana, setelah terdakwa datang ke Kantor BNN
terdakwa bertemu dengan Heri lalu dirinya menjelaskan kepada terdakwa
kalau untuk ganja tidak ada istilah inin atau dispensasi yang ada kalau
orang menggunakan ganja diproses hukum atau direhap lalu terdakwa
cerita kalau penyakit yang diderita isteri terdakwa tersebut adalah penyakit
langka dan tidak ada obatnya walaupun terdakwa sudah berusaha sana
kemari tapi tidak ada kesembuhan dan penyakit isteri terdakwa tersebut
hanya bisa diobati dengan menggunakan ganja dan hal tersebut terdakwa
sudah mencobanya pada isteri terdakwa dan terdakwa bilang terdakwa
dirumah ada menanam ganja itu;
• Bahwa terdakwa kemudian minta ijin untuk pulang guna memberi makan
isteri terdakwa dan saat itu sdr Sudijarto mengatakan pada terdakwa bahwa
ia mau melihat tanaman ganja tersebut kerumah dan terdakwa
Halaman 41 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memperbolehkannya setelah terdakwa sampai dirumah tidak lama
kemudian sdr Sudijarto datang bersama 2 orang dari BNN Sanggau dan
mereka ada melihat tanaman ganja tersebut serta melihat keadaan isteri
terdakwa yang sedang sakit berbaring didalam kamar;
• Bahwa pada tanggal 18 Pebruari 2017 sore hari Sdr Sudijarto datang lagi
kerumah terdakwa dan menanyakan kondisi penyakit isteri terdakwa dan
terdakwa jelaskan setelah itu sdr Sudijarto pulang lagi, kemudian pada
tanggal 19 Pebruari 2017 saksi Sudijarto datang lagi dan mengajak
terdakwa ngomongngomong di kantor, setelah sampai di Kantor BNN Sanggau ternyata pak Sudijarto mengatakan kepada terdakwa akan
mengajukan proses hukum pada terdakwa kemudian sdr Sudijarto
menjelaskan mengenai pasalpasal yang akan dikenakan kepada terdakwa;
• Bahwa terdakwa teringat pada isteri terdakwa dan menanyakan bagaimana
nanti namun pihak BNN Sanggau tidak menjelaskan lebih lanjut untuk
penanganan isteri terdakwa karena hanya terdakwa sendiri lah yang tahu
cara mengobati dan menangani isteri terdakwa tersebut, lalu terdakwa
berpikir kalau ditahan dan ditangkap bagaimana dengan nasib isteri dan
anakanak terdakwa,kemudian terdakwa menelpon adik terdakwa dan
terdakwa menyuruh adik terdakwa tersebut mencabut semua tanaman obat
yang ada didalam lemari rumah terdakwa tersebut dan kalau ganjanya
tidak banyak mungkin hukuman terdakwa tidak lama;
• Bahwa pihak keluarga dan temanteman terdakwa tidak ada yang
mengetahui kalau terdakwa ada menanam ganja;
• Bahwa terdakwa menggunakan ganja untuk mengobati isteri terdakwa
dikarenakan obat lain sudah dicoba akan tetapi tidak berhasil;
• Bahwa terdakwa mengetahui kalau tanaman ganja tersebut terlarang dari
UndangUndang Narkotika;
Menimbang bahwa dipersidangan penuntut umum telah mangajukan barang
bukti sebagai berikut :
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata
terbuat dari plastik
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah
bata terbuat dari plastik.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah
bata terbuat dari plastik.Diberi kode 3.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 4.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 5.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 6.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 7.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 8.
• 1 (satu) Batang Pohon yang diduga Narkotika Golongan I jenis tanaman
ganja yang ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam
terbuat dari plastik.Diberi kode 9.
• 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB
3235 UY
• 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya
terdapat cairan
• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY.
• 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW.
• 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu.
• 1 (alat) pengukur suhu ruangan.
• 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan.
• 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.
• 1 (satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.
• 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.
• 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.
Halaman 43 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.
• 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.
• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.
• 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.
• 1 (satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.
• 1 (satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.
• 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja
Apa Benar Bermanfaat?.
• 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.
• 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.
• 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.
• 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.
• 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.
• 1 (satu) buah Handphone merk Xiaomi warna hitam berikut simcard
dengan nomor 085228171619.
• 1 (satu) buah Handphone merk Prine type PC3 warna hijau berikut
Simcard dengan nomor 081345024241;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan
diperoleh faktafakta hukum sebagai berikut:
• Bahwa benar pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam 10.10 wib
di rumah terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28 Rt.001/Rw.001
Kelurahan Bunut Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau terdakwa
ditangkap Petugas dari BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau terkait
narkotika jenis ganja;
• Bahwa benar sebelumnya pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes
urine di Kantor Kesbangpol dan dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua)
orang yang positif namun terdakwa tidak termasuk yang positif tersebut;
• Bahwa benar selanjutnya 2 (dua) orang yang positif dan terdakwa dibawa
ke kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau untuk dimintai
keterangan;
• Bahwa benar di kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau
terdakwa ada mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan secara sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut
adalah ganja;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar kemudian pihak BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa
dan mendapati tanaman ganja yang ditanam oleh terdakwa dan istri
terdakwa yang sedang terbaring sakit;
• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa sebanyak 39 (tiga puluh
sembilan) batang pohon;
• Bahwa benar terdakwa menanam ganja tersebut sejak bulan Mei tahun
2013;
• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa dapatkan dengan membeli dengan
cara memesan lewat seseorang yang tidak sengaja terdakwa bertemu di
terminal Bus Sanggau pada saat terdakwa sedang membeli makanan;
• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa beli dengan harga Rp 900.000,00
(sembilan ratus ribu rupiah);
• Bahwa benar ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati istri
terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia;
• Bahwa benar istri terdakwa menderita sakit tersebut sejak bulan Oktober
tahun 2013;
• Bahwa benar terdakwa sudah melakukan upaya medis untuk mengobati
istri terdakwa yaitu dengan cara membawa istri terdakwa tersebut ke
Rumah Sakit Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum Di Pontianak dan
Rumah Sakit Antonius di Pontianak, terdakwa juga sudah pernah
membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah Sakit di Singkawang untuk
diperiksa kejiwaannya selain itu juga terdakwa pernah mengobati istri
terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut;
• Bahwa benar terdakwa juga pernah akan membawa istri terdakwa tersebut
untuk berobat di Jawa namun niat tersebut belum dilakukan karena Dokter
mengatakan kondisi terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh
dan dikhawatirkan akan drop;
• Bahwa benar menurut Dokter yang merawat istri terdakwa tersebut,
sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi akan tetapi kondisi isteri
terdakwa tidak memungkinkan untuk dioperasi karena terlalu berisiko
sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada lagi penanganan medis;
• Bahwa benar setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut
kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan
tidak lagi bisa makan;
Halaman 45 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar kemudian terdakwa mendapatkan artikel mengenai ganja di
internet;
• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian
terdakwa olah untuk mengobati istri terdakwa tersebut;
• Bahwa benar ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian diolah
yaitu bunga ganja tersebut menjadi ekstrak atau minyak yang dioleskan di
luka istri terdakwa yang terdapat di punggung istri terdakwa dan ada juga
yang dicampur kedalam makanan istri terdakwa sedangkan daun ganja
tersebut diolah dan dicampurkan ke dalam minuman istri terdakwa dengan
cara dijadikan jus;
• Bahwa benar untuk mendapatkan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dibutuhkan
4 batang pohon dan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama
seminggu;
• Bahwa benar pada tanggal 25 Maret 2017 istri terdakwa meninggal dunia
pada saat terdakwa berada dalam tahanan.
• Bahwa benar terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika jenis
ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika
tersebut untuk dirinya sendiri, ganja tersebut digunakan terdakwa untuk
mengobati istrinya yang sedang sakit;
• Bahwa benar terdakwa mengetahui tanaman ganja tersebut dilarang di
Indonesia dari UndangUndang Narkotika;
• Bahwa benar terdakwa pernah menyampaikan masalah ganja ini kepada
teman terdakwa yang bekerja di BNN Sanggau namun hal tersebut hanya
sebatas obrolan saja dan tidak pernah diajukan permohonan untuk
penggunaan ganja secara resmi;
• Bahwa benar pada saat sebelum terdakwa ditangkap terlebih dahulu
terdakwa memerintahkan adik terdakwa agar mencabut dan membuang
tanaman ganja tersebut;
• Bahwa benar terdakwa tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang
terkait narkotika jenis ganja tersebut;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah berdasarkan faktafakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan
telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan
faktafakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif ketiga
sebagaimana diatur pasal 116 ayat (1) UndangUndang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang unsurunsurnya adalah sebagai berikut:
1 Setiap orang;
2 Tanpa hak atau melawan hukum;
3 Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan
Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;
Ad.1. Unsur setiap orang :
Menimbang, bahwa Undang Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
tidak memberikan definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan setiap
orang, namun demikian terminologi setiap orang yang dimaksud disini tidak lain
merupakan padanan kata dari barangsiapa yang biasa dipergunakan dalam rumusan
delik dalam KUHP yang merupakan subyek hukum yaitu orang atau manusia yang
memiliki hak dan kewajiban dalam lapangan hukum, subyek hukum mana dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam hal subyek hukum tersebut melakukan
tindak pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menghadirkan
seorang lakilaki bernama lengkap Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx
Surajiyo dengan segala identitasnya sebagaimana yang telah diuraikan diawal
putusan ini sebagai terdakwa ;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memeriksa secara seksama seluruh
berkas perkara ini, ternyata terdakwa tersebut merupakan orang yang dimaksud oleh
Penuntut Umum didalam surat dakwaannya dengan demikian tidaklah terjadi terjadi
kekeliruan mengenai orang (error inpersona) dalam perkara ini, selain itu selama
proses pemeriksaan dipersidangan, terdakwa dapat menjawab dengan tegas semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya baik oleh majelis hakim maupun penuntut
umum sehingga berdasarkan pertimbanganpertimbangan tersebut majelis hakim
berpendapat unsur setiap orang telah terpenuhi dan terbukti menurut hukum;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan unsur tanpa hak atau
melawan hukum, terlebih dahulu majelis hakim akan mempertimbangkan unsur ke3
dari Pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yakni unsur
Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain sebagai berikut ;
Halaman 47 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Ad.3. Unsur Menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau
memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain;
Menimbang, bahwa unsur diatas bersifat alternatif, artinya bahwa untuk
menyatakan seseorang bersalah melakukan tindak pidana dalam pasal tersebut tidak
harus terbukti semua perbuatan dilakukan oleh si pelaku akan tetapi cukup salah satu
saja perbuatan yang terbukti dilakukan, maka unsur diatas dianggap telah terpenuhi
seluruhnya;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan menggunakan narkotika dapat
diartikan sebagai memasukkan kedalam tubuh baik secara langsung melalui mulut
maupun melalui alat bantu;
Menimbang, bahwa berdasarkan faktafakta yang ditemukan dipersidangan
yang terangkai dari keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti serta
petunjuk bahwa pada hari minggu tanggal 19 Februari sekira jam 10.10 wib di rumah
terdakwa dijalan Jenderal Sudirman N0.28 Rt.001/Rw.001 Kelurahan Bunut
Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau terdakwa ditangkap Petugas dari BNN
(Badan Narkotika Nasional) Sanggau;
Menimbang, bahwa sebelumnya pada tangal 14 Februari 2017 dilaksanakan tes
urine di Kantor Kesbangpol dan dari hasil tes urine tersebut ada 2 (dua) orang yang
positif namun terdakwa tidak termasuk yang positif kemudian 2 (dua) orang yang
positif dan terdakwa dibawa ke kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau
untuk dimintai keterangan.
Bahwa di kantor BNN (Badan Narkotika Nasional) Sanggau terdakwa ada
mengatakan bahwa ia ada memiliki tanaman obat akan tetapi tidak dijelaskan secara
sepesifik tanaman obat yang ditanamnya tersebut adalah ganja selanjutnya pihak
BNN Sanggau mendatangi rumah terdakwa dan mendapati tanaman ganja yang
ditanam oleh terdakwa dan istri terdakwa yang sedang terbaring sakit;
Menimbang, bahwa ganja yang ditanam oleh terdakwa sebanyak 39 (tiga puluh
sembilan) batang pohon dan terdakwa menanam ganja tersebut sejak bulan Mei
tahun 2013;
Menimbang, bahwa ganja tersebut terdakwa dapatkan dengan membeli dengan
cara memesan lewat seseorang yang tidak sengaja terdakwa bertemu di terminal Bus
Sanggau pada saat terdakwa sedang membeli makanan dan ganja tersebut terdakwa
beli dengan harga Rp 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah);
Menimbang, bahwa ganja tersebut terdakwa gunakan untuk mengobati istri
terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia yang dideritanya sejak bulan Oktober
tahun 2013;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa terdakwa sudah melakukan upaya medis untuk mengobati
istri terdakwa yaitu dengan cara membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah Sakit
Umum Sanggau, Rumah Sakit Umum Di Pontianak dan Rumah Sakit Antonius di
Pontianak, terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke Rumah
Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga terdakwa pernah
mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut. Bahwa
terdakwa juga pernah akan membawa istri terdakwa tersebut untuk berobat di Jawa
namun niat tersebut urung dilakukan karena Dokter mengatakan kondisi terdakwa
tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan dikhawatirkan akan drop dan
membahayakan jiwa istri terdakwa selain itu menurut Dokter yang merawat istri
terdakwa tersebut, sebenarnya istri terdakwa harus dioperasi akan tetapi kondisi isteri
terdakwa pada saat itu tidak memungkinkan untuk dioperasi dikarenakan terlalu
berisiko sementara dari rumah sakit sendiri sudah tidak ada lagi penanganan medis;
Menimbang, bahwa setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut
kondisi istri terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi
bisa makan kemudian terdakwa mendapatkan artikel mengenai ganja di internet;
Menimbang, bahwa ganja yang ditanam oleh terdakwa tersebut kemudian terdakwa olah untuk mengobati istri terdakwa dengan cara bunga ganja tersebut
diolah menjadi ekstrak atau minyak yang dioleskan di luka istri terdakwa dan ada
juga yang dicampur kedalam makanan istri terdakwa sedangkan daun ganja tersebut
diolah dan dicampurkan ke dalam minuman istri terdakwa dengan cara dijadikan jus;
Menimbang, bahwa untuk mendapatkan ekstrak ganja sebanyak 3 ml
dibutuhkan 4 batang pohon dan ekstrak ganja sebanyak 3 ml dapat digunakan selama
seminggu untuk mengobati istri terdakwa tersebut;
Menimbang, bahwa terdakwa tidak pernah terlibat peredaran narkotika jenis
ganja tersebut, terdakwa juga tidak pernah menggunakan narkotika tersebut untuk
dirinya sendiri, ganja tersebut hanya digunakan terdakwa untuk mengobati istrinya
yang sedang sakit;
Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut:
• 6 (enam) batang, daun, bunga dan biji bewarna hijau diduga Narkotika
jenis ganja (yang disihkan dari 39 (tiga puluh sembilan) batang pohon
ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua dua lima lima)
gram mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU
Halaman 49 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) kantongberat Netto 4,4683 (empat koma empat enam delapan tiga)
gram.
Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor :
LP17.098.99.20.06.0005.K tanggal 22 Pebruari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP.
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat
Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di Pontianak
(selaku Manajer Teknis I), dengan hasil sebagai berikut :
• 1 (satu) botol cairan kental warna coklat diduga Narkotika jenis ganja
berat Brutto 36,7520 (tiga enam koma tujuh lima dua nol) gram
mengandung Ganja (termasuk Narkotika golongan I menurut UU RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Label Sisa Barang Bukti 1
(satu) botol berat Brutto 28,4772 (dua delapan koma empat tujuh tujuh
dua) gram.
Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika
Nasional Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/13/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu
tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten
Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An.
FIDELIS ARIE SUDEWARTO, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine /
Narkoba pada tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek
MULTI/DRUG ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel
dengan hasil NEGATIF.Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan Narkotika
Nasional Kabupaten Sanggau Nomor : SKET/14/II/Ka/Rh.00/2017/BNNKSgu
tanggal 20 Pebruari 2017, yang di tanda tangani oleh kepala BNN Kabupaten
Sanggau NGATIYA, SH MH Tentang hasil pengujian terhadap Urine / Kencing An.
YENI RIAWATI, yang bersangkutan benar telah dilakukan Test urine / Narkoba pada
tanggal 20 Pebruari 2017, menggunakan alat Test Narkoba merek MULTI/DRUG
ONE STEP 6 DRUG SCREEN TEST PANEL Berjumlah 6 panel dengan hasil
Positif THC (+) & MET (+).
Menimbang bahwa dari uraian tersebut diatas didapati kesimpulan bahwa
benar terdakwa telah menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja
kepada istrinya dengan cara mengoleskan esktrak atau minyak ganja tersebut ke luka
yang diderita istri terdakwa dan mencampur ganja tersebut kedalam minuman istri
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terdakwa, dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi dan
terbukti menurut hukum;
Ad.2. Unsur Tanpa hak atau melawan hukum :
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “tanpa hak” adalah tidak memiliki
kewenangan dalam melakukan suatu perbuatan, sedangkan yang dimaksud dengan
“melawan hukum” dapat diartikan secara formil sebagai suatu perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku atau
bertentangan dengan hukum positif atau secara materiil yakni suatu perbuatan tidak
diatur dalam suatu peraturan perundangundangan namun karena perbuatan tersebut
dirasa bertentangan dengan kepatutan maka perbuatan tersebut dilarang;
Menimbang, bahwa didalam ketentuan Pasal 7 Undangundang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur bahwa Narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sedangkan dalam Pasal 8 secara khusus disebutkan larangan
penggunaan Narkotika Golongan I yaitu:
1 Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan ;2 Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan
persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pasal 39 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika menyebutkan bahwa “Narkotika hanya dapat disalurkan oleh
Industri Farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dalam UndangUndang ini.”;
Menimbang, bahwa dari beberapa pasal perundangundangan dimaksud, dapat
disimpulkan bahwa Narkotika Golongan I tidak secara mutlak dilarang beredar di
wilayah Republik Indonesia, akan tetapi dalam proses penyaluran maupun
pemanfaatannya harus sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
hal ini dikarenakan adanya bahaya yang ditimbulkan terhadap penyalahgunaan
narkotika tersebut, sehingga setiap orang yang akan memanfaatkan narkotika
golongan I harus mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang yakni Menteri
atas persetujuan atau rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan,
sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (2) UndangUndang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika;
Halaman 51 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dalam pertimbangan unsur sebelumnya
dan telah dinyatakan terbukti bahwa terdakwa Fidelis telah menggunakan Narkotika
Golongan I jenis tanaman yaitu ganja, bahwa ganja tersebut digunakan terdakwa
untuk mengobati istrinya;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan
apakah dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja tersebut
dilakukan terdakwa secara tanpa hak atau melawan hukum atau tidak;
Menimbang, bahwa dipersidangan didapati fakta bahwa Narkotika Golongan I
yang digunakan terdakwa terhadap istrinya tersebut bertujuan untuk mengobati istri
terdakwa yang menderita sakit Syringomyelia, namun walaupun demikian perbuatan
terdakwa tersebut tidak dapat dibenarkan karena sebagaimana telah dijelaskan diatas
bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan;
Bahwa terdakwa pernah menanyakan masalah Narkotika jenis ganja tersebut
kepada teman terdakwa yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN) Sanggau
namun hal tersebut hanya sebatas obrolan dan tidak dilakukan secara resmi oleh terdakwa tersebut, terdakwa juga dipersidangan tidak dapat menunjukkan ijin dari
pihak yang berwenang terkait perbuatan terdakwa dalam menggunakan Narkotika
Golongan I jenis tanaman berupa ganja untuk istri terdakwa tersebut dan terdakwa
menggunakan Narkotika Golongan I tersebut juga bukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta
reagensia laboratorium serta tidak memiliki surat persetujuan dari Menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
Menimbang bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas didapati kesimpulan
bahwa benar terdakwa dalam menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman
berupa ganja terhadap istri terdakwa tersebut dilakukan secara tanpa hak dan
melawan hukum dengan demikian menurut Majelis Hakim unsur ini telah terpenuhi
dan terbukti menurut hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 116 ayat (1) Undang
Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka terdakwa
haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan ketiga Penuntut Umum;
Menimbang bahwa Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum
yang membuktikan dakwaan kedua yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam pasal 111 ayat (2) UndangUndang No 35 tahun 2009 tentang
Narkotika dan Majelis Hakim memilih membuktikan dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) Undang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan pertimbangan yaitu tujuan
utama dari perbuatan terdakwa tersebut adalah mempergunakan Narkotika jenis
ganja untuk mengobati istrinya yang sedang sakit sedangkan perbuatan menanam
sebagaimana yang dibuktikan dalam surat tuntutan Penuntut Umum menurut Majelis
Hakim adalah merupakan suatu proses sehingga selanjutnya ganja tersebut dapat
dipergunakan untuk mengobati istri terdakwa;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan Nota
Pembelaan atau Pledoi yang disampaikan oleh terdakwa dan Penasihat Hukum
terdakwa;
Menimbang, bahwa penasihat hukum terdakwa dipersidangan menyampaikan
pembelaan secara tertulis yang pada pokoknya, mohon kepada Majelis Hakim untuk
membebaskan terdakwa dengan alasan perbuatan terdakwa tidak terbukti
sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar pasal 111 ayat (2)
UndangUndang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika selain itu menurut penasihat
hukum terdakwa, bahwa perbuatan terdakwa menanam ganja tersebut dilakukan
karena adanya daya paksa atau Overmacht sedangkan terdakwa dalam pembelaannya
yang juga dilakukan secara tertulis menceritakan alasan terdakwa menanam dan menggunakan Narkotika Golongan I jenis tanaman yaitu ganja kepada istrinya,
terdakwa mohon keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan
kesalahannya dalam melanggar hukum tersebut;
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan Penasihat Hukum terdakwa tersebut
Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut dibawah ini;
Menimbang bahwa Penasihat Hukum Terdakwa mohon kepada Majelis Hakim
agar terdakwa dibebaskan karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan terlibat
sebagai penyalahguna, pengedar dan perdagangan Narkotika sebagaimana dituntut
oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan dakwaan kedua yaitu pasal 111 ayat (2)
UndangUndang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
Bahwa terhadap pembelaan tersebut Majelis Hakim berpendapat karena
dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif dan Majelis Hakim berdasarkan fakta
dipersidangan telah memilih dan membuktikan dakwaan ketiga Penuntut Umum dan
mengenai uraian pertimbangan tersebut telah Majelis Hakim uraikan dalam
pertimbangan diatas dan telah dinyatakan terbukti sedangkan Penasihat Hukum
Terdakwa dalam pembelaannya hanya menguraikan dan mengupas dakwaan kedua
yaitu pasal 111 ayat (2) UndangUndang Nomor 35 Nomor 2009 Tentang Narkotika
saja sedangkan dakwaan ketiga yaitu pasal 116 ayat (1) UndangUndang Nomor 35
Nomor 2009 Tentang Narkotika tidak dibahas oleh Penasihat Hukum, oleh karena
itu terhadap pembelaan Penasihat Hukum tersebut Majelis Hakim kesampingkan, sedangkan terhadap pembelaan Penasihat Hukum yang menyatakan bahwa terdakwa
Halaman 53 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tidak dapat dipidana karena adanya Overmacht terkait perbuatan terdakwa
menggunakan ganja tersebut, Majelis Hakim juga tidak sependapat karena menurut
Majelis Hakim selama dipersidangan Penasihat hukum terdakwa tidak pernah
menghadirkan Ahli dibidang medis serta membuktikan yang dapat mendukung
pernyataan dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri mengenai
manfaat tanaman ganja tersebut, sehingga menurut Majelis Hakim perbuatan
terdakwa terkait menggunakan Narkotika jenis ganja tersebut merupakan perbuatan
melawan hukum dan tidak dapat dikategorikan sebagai Overmacht yang kemudian
menjadi alasan pemaaf ataupun alasan pembenar untuk membebaskan terdakwa
namun demikian tujuan terdakwa tersebut menjadi pertimbangan Majelis Hakim
dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dan akan diuraikan dalam
pertimbangan mengenai pidana yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa, oleh karena
itu pembelaan Penasihat Hukum terdakwa tersebut Majelis tolak dan kesampingkan;
Menimbang, bahwa terhadap pembelaan terdakwa yang pokoknya mohon
keadilan kepada Majelis Hakim dan terdakwa mohon diampunkan kesalahannya
karena melanggar hukum tersebut akan Majelis Hakim pertimbangkan dalam uraian
pertimbangan mengenai pidana yang patut dijatuhkan terhadap terdakwa;Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal
hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka
terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa sebelum penjatuhan pidana Majelis Hakim perlu pula
mempertimbangkan halhal sebagai berikut:
Bahwa terdakwa menggunakan ganja tersebut untuk mengobati istrinya yang
menderita sakit Syringomyelia;
Bahwa istri terdakwa menderita sakit Syringomyelia sejak bulan Oktober
tahun 2013;
Bahwa istri terdakwa tersebut sudah pernah menjalani pengobatan medis di
RSUD Sanggau, RS Antonius dan RSUD Sudarso Pontianak;
Bahwa terdakwa juga sudah pernah membawa istri terdakwa tersebut ke
Rumah Sakit di Singkawang untuk diperiksa kejiwaannya selain itu juga
terdakwa pernah mengobati istri terdakwa dengan pengobatan alternatif seperti tukang urut dan memberikan suplemen vitamin;
Bahwa terdakwa pernah akan membawa istri terdakwa tersebut untuk berobat
di Jawa namun niat tersebut urung dilakukan karena Dokter mengatakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kondisi istri terdakwa tidak kuat untuk menjalani perjalanan jauh dan
dikhawatirkan akan drop dan membahayakan jiwa istrinya;
Bahwa Dokter juga tidak menyarankan istri terdakwa tersebut dilakukan
tindakan operasi karena kondisi istri terdakwa yang tidak memungkinkan;
Bahwa setelah menjalani berbagai macam pengobatan tersebut kondisi istri
terdakwa tidak kunjung membaik dan semakin parah bahkan tidak lagi bisa
makan;
Bahwa terdakwa tidak pernah menjual, mengedarkan atau menggunakan ganja
tersebut untuk digunakan kepada dirinya sendiri;
Bahwa terhadap terdakwa pernah dilakukan tes urine dengan hasilnya terdakwa
negatif dan terhadap istri terdakwa juga dilakukan tes urine dengan hasil Positif
THC (+) & MET (+);
Bahwa pada tanggal 25 Maret 2017 istri terdakwa tersebut meninggal dunia
pada saat terdakwa berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa suatu putusan harus mengakomodasi 3 unsur, yaitu
yuridis, sosiologis, dan filosofis. Yuridis, artinya suatu putusan harus didasarkan
kepada suatu peraturan perundangundangan yang sah; sosiologis, artinya putusan itu
harus memperhatikan rasa keadilan atau nilainilai yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat, sedangkan filosofis, putusan itu harus mengandung hakekat nilainilai
keadilan yang universal;
Menimbang, bahwa selain itu dalam menegakkan hukum, harus diperhatikan 3
hal yaitu Kepastian Hukum, Keadilan Hukum dan kemanfaatan hukum Ketiga unsur
tersebut haruslah mendapatkan porsi yang seimbang antara satu dengan yang lainnya.
Bahwa kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, tanpa adanya kepastian
hukum orang tidak akan mengetahui apa yang harus diperbuatnya, dan akhirnya akan
menimbulkan kekacauan dan keresahan dimasyarakat akan tetapi terlalu
menitikberatkan kepada unsur kepastian hukum akibatnya akan kaku dan dapat
menimbulkan ketidak adilan;
Menimbang, bahwa unsur selanjutnya adalah keadilan hukum, yang mana
keadilan hukum ini merupakan tujuan hukum yang paling penting atau utama; Menimbang, bahwa Adil berarti ditengah, Adil hakikatnya adalah kita
memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Adil bukan berarti
menyamaratakan segala sesuatunya akan tetapi yang dimaksud dengan Adil itu
adalah memberikan sesuatu sesuai dengan porsinya masingmasing agar terciptanya
keseimbangan pada masyarakat. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada artinya sama
Halaman 55 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
sekali, bahkan ada yang berpendapat bahwa hukum itu hanyalah sarana sedangkan
tujuannya adalah keadilan;
Menimbang, bahwa mengenai keadilan ini juga telah diatur dan dimuat di
dalam pasal 2 ayat (1) UndangUndang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman yang menyatakan Asas penyelenggaran Peradilan yang berdasarkan
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA hal ini
juga termuat dalam setiap Putusan Hakim di Indonesia yang mana setiap putusan
tersebut harus mencantumkan irahirah yang berbunyi “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” begitu pentingnya irahirah
ini untuk di ucapkan oleh Hakim dalam setiap memutus suatu perkara, karena apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka putusan tersebut dinyatakan batal demi hukum,
irahirah tersebut sejatinya bukan hanya untuk dicantumkan dan hanya diucapkan
oleh Hakim yang memutus suatu perkara akan tetapi irahirah tersebut haruslah
dipahami dan diresapi karena makna dan hakikat irahirah putusan tersebut sangat
luhur dan sakral yang bertujuan bahwa setiap menjatuhkan putusan, Hakim harus
mempertimbangkan nilainilai keadilan dan mempertanggung jawabkannya kepada
TUHAN YANG MAHA ESA. Selain itu didalam pasal 5 ayat (1) UndangUndang No 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan pula bahwa “Hakim
dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilainilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, hal ini bermakna dalam memutus
suatu perkara, Hakim tidak hanya terikat dengan suatu UndangUndang atau
Peraturan akan tetapi Hakim tersebut wajib mengikuti nilainilai keadilan yang ada
ditengahtengah masyarakat;
Menimbang, bahwa dalam perkara a quo terdakwa didakwa dengan Undang
Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan berdasarkan pasal 3
dinyatakan bahwa UndangUndang 35 tahun 2009 tentang Narkotika berasaskan :
a Keadilan
b Pengayoman
c Kemanusiaan
d Ketertiban
e Perlindungan
f Keamanan
g Nilainilai ilmiah
h Kepastian Hukum
Menimbang bahwa dalam Undangundang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika asas keadilan diletakkan pada urutan teratas hal ini menunjukkan bahwa
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dalam penanganan tindak pidana Narkotika, penegak hukum ataupun pihak yang
berkepentingan haruslah meletakkan ataupun mendahulukan asas keadilan bagi
setiap pihak yang terlibat dengan Narkotika ini dibandingkan dengan asasasas yang
lain;
Menimbang bahwa unsur ketiga yang harus termuat dalam menegakkan hukum
adalah kemanfaatan hukum, Hukum ataupun suatu peraturan perundangundangan
haruslah mempunyai mamfaat bagi masyarakat. Bahwa selain Kepastian Hukum dan
Keadilan Hukum, kemamfaatan hukum juga harus diperhatikan karena semua orang
mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum, jangan sampai
penegakan hukum itu sendiri menimbulkan keresahan ditengahtengah masyarakat;
Menimbang bahwa sejatinya ketiga unsur dalam menegakkan hukum tersebut
haruslah proporsional ataupun berimbang antara satu dengan yang lainnya, namun
faktanya didalam praktek tidak selamanya ketiga unsur tersebut dapat sejajar ataupun
seimbang, hal ini di dapati dalam perkara A quo yaitu terdakwa yang telah
dinyatakan Majelis Hakim telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana
didakwakan penuntut umum dalam dakwaan ketiga yaitu perbuatan terdakwa
tersebut diatur dan diancam pidana dalam pasal 116 ayat (1) UndangUndang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan dalam pasal tersebut memberlakukan hukuman
minimal 5 (lima) tahun penjara dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000.00 (satu
milyar rupiah) namun berdasarkan faktafakta yang ditemukan dipersidangan,
Majelis Hakim melihat perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tidak bertujuan jahat
atau mencelakai istrinya, terdakwa menggunakan Narkotika jenis ganja tersebut
untuk mengobati istrinya yang sakit keras, Narkotika jenis Ganja tersebut juga bukan
untuk terdakwa edarkan ataupun terdakwa konsumsi sendiri sehingga menghilangkan
kesadaran terdakwa, sehingga menurut Majelis Hakim dalam perkara A quo ada
pertentangan antara unsur Kepastian Hukum dan Unsur Keadilan Hukum untuk
diterapkan dalam perkara A quo;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian mengenai Kepastian Hukum, Keadilan
Hukum dan Kemamfaatan Hukum diatas Majelis Hakim lebih mengutamakan asas
Keadilan hukum daripada asas Kepastian hukum untuk diterapkan dalam perkara
Aquo, karena Majelis Hakim melihat tujuan terdakwa menggunakan ganja tersebut
untuk mengobati orang yang sangat dicintainya yaitu istrinya yang pada akhirnya
meninggal dunia pada saat terdakwa berada dalam tahanan, terdakwa sebelumnya
sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan pengobatan yang terbaik bagi
istrinya tersebut baik itu secara medis maupun non medis namun usahanya tersebut
tidak berhasil sehingga akhirnya terdakwa menggunakan Narkotika jenis Ganja yang
dilarang digunakan di Indonesia untuk pelayanan kesehatan dan terdakwa menyadari hal tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan namun hal tersebut tetap dilakukan
Halaman 57 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
terdakwa untuk mengobati istrinya akan tetapi walaupun demikian telah terdapat
perbedaan pendapat dalam Majelis Hakim guna menentukan apakah terhadap
terdakwa tersebut lebih pantas diterapkan kepastian hukum atau keadilan hukum
karena salah satu Hakim berpendapat sebagai berikut:
Bahwa menurut Hans Kelsen hukum adalah sebuah sistim norma. Sedangkan
Norma sendiri mengandung arti pernyataan yang menekankan aspek seharusnya atau
das sollen dengan menyertakan beberapa peraturan yang harus dilaksanakan atau
dilakukan;
Bahwa Norma – norma adalah produk dari manusia yang bersifat mengingat
dan harus dipatuhi agar ketertiban dapat terjadi;
Bahwa dalam hidup bermasyarakat yang mana melibatkan banyak orang
dengan karakter dan kemauan yang berbeda – beda pula, oleh karenanya perlu
dibentuk norma untuk mengatur dan membatasi kepentingan banyak orang ;
Bahwa Undang – undang yang berisi aturan – aturan yang bersifat umum
menjadi pedoman bagi individu dalam bertingkah laku dalam masyarakat atau
dengan kata lain dengan adanya aturan
Bahwa terdakwa telah didakwa dengan dakwaan yang berbentuk alternative yakni Pasal 113 Ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau kedua :
melanggar Pasal 111 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau
ketiga : melanggar Pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;
Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap didepan persidangan mengenai
perbuatan terdakwa oleh Majelis Hakim menilai bahwa perbuatan terdakwa lebih
pantas di kenakan atau diputus melanggar pasal 116 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun
2009 tentang Narkotika sebagaimana yang tertera dalam dakwaan ketiga penuntut
umum ;
Bahwa selanjutnya mengenai penjatuhan hukuman terhadap terdakwa lebih
tepat sesuai dengan Kepastian Hukum yaitu yang tertera dalam pasal 116 ayat (1) UU
RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pidana minimal 5 Tahun dan
maksimal 15 Tahun;
Bahwa alasan pendapat tersebut disebabkan karena ada fakta yang terungkap
dalam persidangan bahwa pada saat terdakwa hendak akan ditangkap oleh Petugas
Badan Narkotika Nasional ( BNN ) Kabupaten Sanggau terdakwa menyuruh adik
terdakwa yakni saksi Clara untuk membuang daun ganja milik terdakwa;
Bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas terlihat bahwa sebenarnya terdakwa
sadar dan paham akan perbuatan terdakwa yang telah menanam dan menggunakan
daun ganja ;
Bahwa apapun alasan yang terdakwa sampaikan di dalam persidangan tentang perbuatan terdakwa yang telah menanam kemudian menggunakan daun ganja
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tersebut, maka sudah sepantasnya adalah hukuman seperti yang tertera dalam pasal
116 ( 1 ) Undang – undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika karena berat atau
lamanya terdakwa dijatuhi pidana akan memberikan efek atau contoh kepada
masyarakat lain bahwa menanam dan menggunakan ganja tersebut adalah merupakan
perbuatan yang salah dan tidak dapat dibenarkan apapun alasannya;
Menimbang, bahwa oleh karena terdapat perbedaan pendapat dalam
musyawarah Majelis Hakim sehingga tidak tercapai kata sepakat maka diambil suara
terbanyak dalam menentukan pidana yang pantas diterapkan terhadap diri terdakwa
apakah berdasarkan Keadilan Hukum atau Kepastian Hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena 2 (dua) orang Hakim berpendapat pidana yang
tepat untuk diterapkan terhadap diri terdakwa adalah keadilan hukum maka pidana
yang akan dijatuhkan adalah berdasarkan asas Keadilan Hukum;
Menimbang, bahwa walaupun pidana yang akan dijatuhkan tersebut
berdasarkan asas keadilan hukum, maka lamanya pidana yang akan dijatuhkan terhadap diri terdakwa patut juga mempertimbangkan dampak atau akibat yang akan
terjadi pada masyarakat;
Menimbang, bahwa selain itu penjatuhan hukuman bukan bertujuan untuk
melakukan pembalasan dendam kepada terdakwa apalagi sebagai upaya
menyengsarakan terdakwa, akan tetapi tujuan dari pemidanaan selain menjadi sarana
edukasi bagi masyarakat agar tidak melakukan hal yang serupa yang terpenting
adalah sebagai upaya melakukan pembinaan bagi terdakwa agar kelak dalam
kehidupan bermasyarakat dapat bersikap dengan lebih baik dan bijaksana;
Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim pidana yang akan dijatuhkan
terhadap diri terdakwa diharapkan akan membuat efek jera juga terhadap masyarakat
sehingga diharapkan masyarakat tidak melakukan perbuatan yang sama;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbanganpertimbangan diatas Majelis
Hakim berpendapat pidana yang dijatuhkan terhadap terdakwa telah tepat dan cukup
adil dengan kadar kesalahan terdakwa yang selanjtnya akan ditentukan dalam amar
putusan ini;
Menimbang, bahwa dalam pasal ini selain pidana penjara juga berlaku
ketentuan denda yang harus dijatuhkan maka terhadap terdakwa juga patut
dijatuhkan denda yang besarnya ditentukan dalam amar putusan;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan
penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Halaman 59 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap
Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap
berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan dalam perkara ini
Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut yaitu 9 (sembilan)
Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja merupakan Narkotika
Golongan I dan dikhawatirkan Narkotika tersebut disalahgunakan maka terhadap
Narkotika jenis Ganja tersebut haruslah dirampas untuk dimusnahkan sedangkan
terhadap 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang
didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang didalamnya
terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja, 1
(satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya terdapat
cairan hasil olahan narkotika jenis tanaman ganja, 2 (dua) buah botol pupuk organik
merk D.I GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (alat)
pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih
yang masingmasing didalamnya terdapat carian alkohol, 1 (satu) buah jeriken
ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masingmasing didalamnya terdapat cairan alkohol, 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok kecil
terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah
kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna
putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles, 1 (satu)
buah buku dengan judul green flower,1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana
Grow Bible, 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care, 1 (satu) buah buku
dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa Benar Bermanfaat, 1 (satu)
buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) buah buku dengan judul How
To Grow Marijuana, 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual, 1 (satu)
buah buku dengan judul Cannabis Alchemy, 1 (satu) buah Handphone warna hitam
merk LenovoTab 2 A7 merupakan alat yang dijadikan sarana oleh terdakwa untuk
melakukan tindak pidana tersebut maka terhadap barang bukti tersebut juga
dinyatakan dirampas untuk dimusnahkan selain itu terhadap barang bukti berupa 1
(satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto karena
merupakan kartu identitas terdakwa dan tidak terkait dengan tindak pidana yang
dilakukan oleh terdakwa maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dikembalikan
kepada terdakwa, sedangkan terhadap barang bukti berupa 1 (satu) Buah motor
Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY berserta STNK nya
adalah milik Saksi Tri Raman Jaya dan saksi tersebut tidak mengetahui bahwa
barang yang dibawanya tersebut adalah Narkotika jenis Ganja maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dikembalikan kepada saksi Tri Raman Jaya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka terdakwa
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa maka perlu
juga dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan Terdakwa :
Keadaan yang memberatkan:
• Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam
pemberantasan Narkotika;
Keadaan yang meringankan:
• Terdakwa belum pernah dihukum
• Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;
• Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk mengobati istrinya;
• Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan tumpuan terakhir
anakanaknya setelah istrinya meninggal;
Memperhatikan, Pasal 116 ayat (1) UndangUndang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika, UndangUndang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
serta peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
1 Menyatakan Terdakwa Fidelis Arie Sudewarto Alias Nduk Anak Fx Surajiyo
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Tanpa Hak Dan Melawan Hukum Menggunakan Narkotika Golongan I
Terhadap Orang Lain”;
2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 8 (delapan) Bulan dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan;
3 Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Halaman 61 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4 Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan;
5 Menetapkan barang bukti berupa:
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran besar warna merah bata terbuat
dari plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat
dari plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna merah bata terbuat
dari plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) Batang Pohon Narkotika Golongan I jenis tanaman ganja yang
ditanam di 1 (satu) buah pot berukuran sedang warna hitam terbuat dari
plastik;
• 1 (satu) bungkus karung beras warna putih merk madu tupai yang
didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kantong plastik warna hitam yang
didalamnya terdapat 30 (tiga puluh) batang tanaman Narkotika Golongan
I jenis tanaman ganja;
• 1 (satu) buah botol kecil terbuat dari kaca warna bening yang didalamnya
terdapat cairan hasil olahan nNarkotika jenis tanaman ganja;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• 2 (dua) buah botol pupuk organik merk D.I GROW;
• 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu;
• 1 (alat) pengukur suhu ruangan;
• 4 (empat) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang belum digunakan;
• 1 (satu) buah jeriken ukuran 1000 Mili liter warna putih yang masing
masing didalamnya terdapat carian alkohol yang sudah terpakai;
• 1 (satu) buah sendok makan terbuat dari besi.
• 1(satu) buah mangkok kecil terbuat dari keramik.
• 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau.
• 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai.
• 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako.
• 1 (satu) set panci alat kukus terbuat dari steinles.
• 1 (satu) buah buku dengan judul green flower.
• 1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible.
• 1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care.
• 1 (satu) buah buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja
Apa Benar Bermanfaat?.
• 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja.
• 1 (satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana.
• 1 (satu) buah buku dengan judul canabis care manual.
• 1 (satu) buah buku dengan judul Cannabis Alchemy.
• 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk LenovoTab 2 A7.
Dirampas untuk dimusnahkan.
• 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto.
Dikembalikan kepada Terdakwa.
• 1 (satu) Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB
3235 UY.
• 1 (satu) buah STNK dengan Nomor polisi KB 3235 UY
Dikembalikan kepada saksi TRI RAMAN JAYA.
6 Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
2.000, (dua ribu rupiah);
Halaman 63 dari 64 Hal...Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN Sag
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Sanggau, pada hari Senin, tanggal 24 Juli 2017, oleh Achmad Irfir
Rochman.,SH,MH sebagai Hakim Ketua, John Malvino Seda Noa Wea.,SH dan
Maulana Abdillah.,SH.,MH masingmasing sebagai Hakim Anggota, putusan
tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 2
Agustus 2017 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut,
dibantu oleh Ratmin Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Sanggau, serta
dihadiri oleh Erhan Lidiansyah.,SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Sanggau dan terdakwa serta Penasihat hukumnya;
Hakimhakim Anggota, Hakim Ketua,
Ttd Ttd
John Malvino Seda Noa Wea, S.H. Achmad Irfir Rochman, S.H.MH
Ttd
Maulana Abdillah, S.H.MH
Panitera Pengganti
Ttd
Ratmin
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64