pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam …repository.utu.ac.id/378/1/bab i_v.pdf ·...

63
PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya) SKRIPSI Di Ajukan OLEH HASFERIZARTI JERBA 08c20210003 PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 04-Jul-2020

35 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA

DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya)

SKRIPSI

Di Ajukan

OLEH

HASFERIZARTI JERBA

08c20210003

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH – ACEH BARAT

2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) di

Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama

dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga) dan makro

(ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan

dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar.

Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para

remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang

unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transis i dari

remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu

krisis karena belum menemukan jati diri, sedangkan kepribadiannya sedang

mengalami pembentukan.

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa

yang berbahaya, karena pada masa ini seseorang mengalami masa transisi atau

peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering

ditandai dengan krisis kepribadian. Perkembangan masa remaja merupakan proses

perubahan yang berhubungan dengan hidup dan kejiwaan remaja (individu) yang

perubahan perubahan tersebut melahirkan tingkah laku.(Elibrahim, 2011, h. 4)

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak kanak

dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan

berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Hampir

2

keseluruhan dari remaja masih sekolah, sekolah menegah pertana, sekolah

menengah atas dan perguruan tinggi.

Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama

pada usia remaja, melalui bujukan dan tekanan seseorang atau teman sebaya, dan

didorong oleh rasa ingin tahu atau ingin mencoba sehingga mereka mau

menerimanya, selanjutnya tidak sulit menerima tawaran berikutnya, dari

pemakaian sekali kemudian beberapa kali dan akhirnya menjadi ketergantungan

terhadap zat yang digunakan Martono dan Joewana, 2006, h. 1)

Karena bahaya ketergantungan, penggunaan dan peredaran narkoba maka

oleh pemerintah di cantumkan dalam Undang-undang, yaitu Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997, tentang narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997

tentang psikotropika. Penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada

perundang-undangan yang berlaku.

Penyalahgunaan ganja ternyata berpengaruh pada Pribadi/individu,

keluarga dan lingkungan masyarakat serta bangsa dan negara. Keseluruhan dari

aspek bahayanya merupakan ancaman, yang akan berdampak terhadap kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Ugan T. Aceng, 2008, h. 72-75).

Hal yang sama juga terjadi di salah satu Gampong pada Provinsi Aceh,

tepatnya pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan

Raya. Pemakai narkoba jenis ganja yang sering dijumpai para remaja, yang pada

umumnya adalah para pelajar. Pada jam-jam pelajaran di sekolah baik di tingkat

SLTP maupun SLTA, kerap ditemui pelajar yang bolos mereka mencari tempat-

tempat yang sepi untuk memakai ganja ini. Bahkan ada juga yang berani di

jalanan umum tanpa takut terlihat oleh orang lain. Biasanya para pelajar tidak

3

sendiri mereka mengajak temannya dua atau tiga orang bahkan lebih untuk sama-

sama menikmati ganja tersebut.

Para remaja yang seharusnya diharapkan dapat memberikan konstribusi

bagi pembangunan baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat Gampong

Rameuan dan juga Aceh nantinya malah menjadi “pesakitan” yang harus segera

mendapat perhatian dan penanggulangan untuk direhabilitasi namun terkait

dengan hal ini perlu adanya kerjasama berbagai pihak baik dari keluarga,

masyarakat, aparatur Gampong serta penegak hukum demi menyelamatkan putra-

putri Aceh, khususnya Gampong Rameuan dari kehancuran yang disebabkan oleh

ganja.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melakukan suatu

penelitian dengan judul” Pengaruh Ganja Terhadap Remaja dalam kehidupan

bermasyarakat, studi kasus pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya”

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena

langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan

masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya

akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008, h. 23). Adapun yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan

bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten

Nagan Raya?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku remaja memakai ganja di

4

Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam

kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya.

2. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku

remaja di Gampong Rameuan Kabupaten Nagan Raya memakai ganja.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, peneliti berharap dapat mengambil beberapa

manfaat yaitu sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah dengan sistematis dan metodologis sebagai wacana baru guna memperkaya

aspek kognitif, akademisnya, agar menjadi masukan bagi perpustakaan jurusan

ilmu sosiologi mengingat minimnya wacana seperti ini, dan juga sebagai referensi

bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini lebih

lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan kontribusi mengenai data dan informasi yang dapat

membantu peneliatan lebih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mengenai

pengaruh ganja terhadap remaja dalam kehidupan bermasyarakat.

5

1.5 Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan dasar

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan teori teori

yang relevansi dengan hal yang diteliti.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data serta jadwal penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui

dilapangan, yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi

dengan landasan teori sebagai pijakan serta pembahasan

mengenai hasil penelitian keseluruhan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

secara keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis

baca diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lydia Harlina Martono dkk,

dengan dukungan WHO (World Health Organization) – SEARO (South East Asia

Region) tahun 1987-2000, dengan judul Pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah, dalam penelitian ini disebutkan,

penggunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia SD

atau SMP, SMA dan PT.

Selanjutnya hasil kajian yang dilakukan oleh Ugan T. aceng dengan judul

bahaya Napza bagi remaja, dalam penelitiannya menyebutkan Napza merupakan

ancaman bagi kaum remaja, karena remaja berusia 14-16 tahun sedang mengalami

proses perkembangan fisik, psikologis maupun sosial yang pesat yang dapat

menjadi pencetus remaja mencoba menggunakan dan bahkan kecanduan Napza.

2.2 Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat

berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika,

alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan

narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA

(Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA

(Narkotika,Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). (Witarsa, 2006, h. 34).

7

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam

tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/o tak sehingga

bilamana di salah gunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan

fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk

penyalahgunaan narkoba yaitu Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

psikotropika dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika,

zat yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan

Golongan psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis

namun bukan narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif)

melalui pengaruhnya pada susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan

perubahaan tertentu pada aktivitas mental dan perilaku. narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun

semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai

menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).

Jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin

(putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain.

Sedangkan jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin,

ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil

koplo, BK, termasuk LSD, mushroom.

8

Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang

umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu

kecanduan (adiksi).

Berikut ini beberapa gambar narkotika yang sering disalahgunakan.

Gambar 1. Methadone

Methadone termasuk kedalam narkotika golongan 2, dan digunakan dalam

terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Gambar 2. Kodein

Kodein termasuk kedalam narkotika golongan 3, termasuk garam/turunan

dari opium/candu, efeknya lebih lemah dari pada heroin, penggunaannya untuk

pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.

9

Gambar 3. Heroin

Heroin termasuk kedalam narkotika golongan 1, dibuat secara semisintetis

digunakan sebagai media pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta

sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan, dan masih banyak lagi

narkotika jenis yang lain seperti ekstasi, shabu-shabu, ampetamin, morfin, dan

kokain.

Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan narkotika & psikotropika

seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia)

maupun zat pelarut (solven). Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama

pada kelompok remaja (usia 14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena

umumnya pemakaian kedua zat tersebut cenderung menjadi pintu masuk

penyalahgunaan narkoba lain yang lebih berbahaya.

Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau tanaman baik

sintesis maupun semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut Undang-Undang

10

Nomor 22 Tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan

ketergantungannya, yaitu :

1. Narkotika golongan 1 seperti, Heroin, Kokain dan Ganja. Putauw adalah

Heroin tidak murni berupa bubuk.

2. Narkotika golongan 2 seperti, Morfin, Petidin, dan Metodon.

3. Narkotika golongan 3 seperti, Kodein.

Psikotropika, yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan

narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat dan menyebabkan perubahan khas pada perubahan mental dan perilaku.

1. Psikotropika golongan 1 seperti, MDMA (ekstasi), LSD dan STP.

2. Psikotropika golongan 2 seperti, Amfetamin, Metamfetamin (Sabu),

Fensiklidin dan Retalin.

3. Psikotropika golongan 3 seperti, Pentobarbital dan Flunitrazepan.

4. Psikotropika golongan 4 seperti, Diazepam, Klobazam, Fenobarbital,

Klorazepam, Klordiazepoxide dan Nitrazepam (Nipam, pil KB/Koplo,

DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain- lain).

Zat Psiko-aktif lain, yaitu zat atau bahan lain bukan narkotika dan

psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Tidak tercantum dalam

perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika yang sering disalah

gunakan seperti, Alkohol, Inhalansia/Solven, Nikotin, dan Kafein. (Lydia Harlina

Martono, et. all. 2006, h. 6)

Berikut ini data tindakan pidana narkoba di Provinsi Aceh terhitung sejak

tahun 2007 sampai 2011

11

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA PROVINSI ACEH TAHUN 2007 - 2011

Tabel 1. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-2011

No Kasus Tahun

Jumlah 2007 2008 2009 2010 2011

1 Ganja 605 401 405 316 325 2.052 2 Heroin 18 18

3 Hashish 0 4 Kokain 0

5 Kodein 0 6 Morfin 0

7 Ekstasi 1 4 5 8 Shabu(meth) 134 185 218 250 325 1.112

9 Daftar G 0

10 Benzodiazepine 0 11 Barbiturate 0

12 Ketamine 0 13 Miras 13 6 2 21

Jumlah 753 614 625 566 650 3.208

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 2. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan, 2007-2011

No Tahun Kasus

Jumlah Kultivasi Produksi Distribusi Konsumsi

1 2007 40 0 411 302 753

2 2008 17 0 385 393 795

3 2009 19 0 424 367 810 4 2010 8 0 424 347 779

5 2011 10 0 455 382 847 Jumlah 94 0 2.099 1.791 3.984

% 2,36% 0,00% 52,69% 44,95% 100,00

%

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 3. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia, 2007-

2011

No Tahun Kelompok Usia

Jumlah <16 16-19 20-24 25-29 >30

1 2007 6 88 324 305 456 1.173 2 2008 1 61 195 205 333 795

3 2009 2 44 179 214 371 810 4 2010 3 47 176 200 353 779

5 2011 7 67 189 226 358 847

Jumlah 19 307 1.063 1.150 1.871 4.410 % 0,43% 6,96% 24,10% 26,08% 42,43% 100,00

%

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

12

Tabel 4. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pendidikan, 2007-2011

No Tahun Pendidikan

Jumlah SD SMP SMA PT

1 2007 152 259 747 21 1.179

2 2008 75 242 453 25 795 3 2009 144 273 390 33 810

4 2010 89 236 416 38 779

5 2011 83 274 463 27 847 Jumlah 513 1.284 2.469 144 4.410

% 11,63% 29,12% 55,99% 3,27% 100,00%

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

Tabel 5. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pekerjaan, 2007-2011

No Tahun Pekerjaan

PNS POL/TNI

SWT WST TAN

I BRH

Mahasiswa

PLJ PNG

1 2007 25 23 333 243 254 39 49 123 90 2 2008 10 19 178 251 134 21 32 101 49

3 2009 15 23 168 296 14 34 28 73 29 4 2010 17 14 138 283 107 47 38 100 35

5 2011 10 10 137 327 142 40 43 80 51 Jumlah 77 89 954 1.40

0 781 181 190 477 254

% 1,75%

2,02%

21,67%

31,80%

55,99%

17,74%

4,11% 10,83%

5,77%

Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

2.2.1 Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA Oleh Remaja

1. Faktor sosial

Faktor sosial yang sering dikatakan berpengaruh pada penyalahgunaan

narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yaitu tekanan

hidup dan etika kebudayaan

2. Faktor pribadi

Faktor ini yang paling menentukan seseorang terjerumus atau tidak

kedalam penyalahgunaan NAPZA, yaitu

a. Rasa ingin tahu

b. Mencari hiburan dan kesenangan

13

c. Ketidaktahuan

d. Kesadaran diri

e. Berontak

f. Pelarian

g. Kompulsi

h. Merusak diri

i. Agar diterima oleh kelompok

(Ugan T. Aceng 2008, h. 55)

2.2.2 Pengertian Ganja

Ganja termasuk kedalam jenis narkotika, ganja adalah tanaman perdu

dengan nama latinnya Cannabis sativa, Mempunyai bentuk daun menyerupai

daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Tanaman ganja biasanya

dipotong kecil-kecil, dikeringkan dan dicampur dengan tembakau dan digulung

menjadi rokok. Tumbuhan ini di Indonesia banyak tumbuh di daerah Aceh,

Sumatra dan Jawa. Nama lain dari ganja yang lebih dikenal yaitu, Mariyuana,

Grass, Pot, Weed, Tea, Mary Jane, dan Cimeng. (Widharto, 2007, h. 7).

Gambar 4. Daun Ganja

14

Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut

Tetrahyldrocannabinol (THC), bahan ini bersifat racun dan dapat mempengaruhi

suasana hati, penglihatan dan pendengaran. Kadar THC tertinggi terdapat pada

bunga ganja yang mulai mekar. Daun ganja biasanya digunakan sebagai bumbu

penyedap masakan. Ganja dianggap sipemakai sebagai narkoba yang aman

dibandingkan dengan putauw dan shabu.

Namun kenyataannya jika menggunakan ganja pikiran menjadi lamban,

sering kali pemakai ganja mencari obat-obatan yang lebih keras dan lebih

mematikan, akibat-akibat lain dari pemakaian ganja antara lain kehilangan

konsentrasi, menurunnya daya ingat, meningkatnya denyut nadi, keseimbangan

dan koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, despresi,

kebingunggan dan halusinasi. (Widharto 2007, h.7).

2.2.3 Dampak Ganja

Efek yang dihasilkan ganja jika salah digunakan, antara lain:

1. Denyut jantung atau nadi lebih cepat.

2. Mulut dan tenggorokan kering.

3. Merasa lebih santai, banyak berbicara dan bergembira.

4. Sulit mengingat sesuatu kejadian.

5. Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan

koordinasi.

6. Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan.

7. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan kepala, mual yang

berkepanjangan, rasa letih/capek.

8. Gangguan kebiasaan tidur.

15

9. Berkeringat, berfantasi dan nafsu makan bertambah.

Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok

atau dengan menggunakan pipa rokok.

Dampak ganja dapat menyebabkan berbagai efek samping pada setiap

pengguna baik yang menggunakannya secara kasual ataupun pengguna jangka

panjang. Beberapa gejala dari gangguan-gangguan ini meliputi hal-hal seperti

gangguan tidur, gangguan mengingat, gangguan koordinasi motorik, kesulitan

dalam memahami pembicaraan atau memahami situasi dan peristiwa, halusinasi,

pikiran atau perasaan yang cenderung paranoid, serta serangan panik. Sementara

beberapa dari masalah ini mungkin tidak terlihat serius (serta tidak menimbulkan

kematian), namun semua hal itu dapat menyebabkan masalah jangka panjang dan

akan membuat gangguan pada kondisi dan situasi sosial.

1. Dampak sosial gangguan belajar

Penggunaan ganja dapat mengganggu proses belajar, berpikir kritis dan

fungsi kognitif terkait lainnya selama 24 jam setelah dosis terakhir diambil. Studi

tersebut dilakukan dengan cara mengamati siswa sebelum, selama dan setelah

mereka menggunakan ganja. Hasil yang ditemukan bahwa setelah mengkonsumsi

ganja siswa jauh lebih mungkin menderita masalah memori, kesulitan

berkonsentrasi dan penurunan dalam pemahaman dan keterampilan kognitif. Efek

ini mungkin jauh lebih parah pada pengguna jangka panjang dikarenakan adanya

perubahan yang terjadi pada otak ketika mengkonsumsi ganja dalam jangka

waktu yang lama.

16

2. Dampak sosial gangguan motivasi

Salah satu efek utama yang disebabkan karena ganja adalah kurangnya

motivasi. Ganja dapat menyebabkan penggunanya untuk menjadi mudah

terganggu/distracted, dan meskipun mereka dapat membuat rencana yang sangat

kreatif, mereka bisa dengan mudah melupakannya atau tidak cukup termotivasi

untuk melakukannya. Secara fisik memang tidak ada yang salah, tetapi secara

mental adanya gangguan motivasi pada pengguna. Pecandu kemudian dapat

mengalami apa yang dikenal sebagai Sindrom Motivasi, di mana mereka

kehilangan motivasi tentang semua aspek dalam kehidupan mereka, seperti

sekolah, kerja, keluarga dan berkurangnya tanggung jawab.

3. Dampak sosial gangguan perilaku sosial

Secara sosial, dampak sosial yaitu kurangnya motivasi dapat menyebabkan

beberapa masalah yang cukup serius. Bagi yang sudah bekerja, gangguan motivasi

akan dapat menyebabkan penurunan performa dalam kinerja, masalah disiplin

atau mungkin dapat berakhir dengan terminasi. Bagi yang bersekolah/pelajar,

kurangnya motivasi dapat menyebabkan masalah dalam proses belajar dan

performa secara umum. Persahabatan juga dapat terancam, karena kurangnya

motivasi untuk bersahabat dengan orang lain selain orang-orang yang menghisap

ganja. http://www.apakabardunia.com/2012/10.

2.3 Pengaruh Ganja

Pemakaian ganja mempengaruhi 3 aspek sosial didalam kehidupan,

diantaranya:

1. Terhadap Pribadi/individu.

17

Mampu merubah kepribadian korban secara drastis, seperti berubah

menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap apapun dan siapapun,

Menimbulkan sikap masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak

lagi memperhatikan pakaian, tempat dimana dia tidur dan lain sebagainya,

Semangat belajar menjadi demikian menurun dan suatu ketika bisa saja korban

bersikap seperti orang gila karena reaksi dari zat yang digunakan karena

pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, terhadap adat, budaya, dan

ketentuan agama sudah sedemikian longgar, bahkan kadang-kadang pupus sama

sekali, tidak segan-segan menyiksa diri, karena ingin menghilangkan rasa nyeri

atau sifat ketergantungan terhadap obat bius, Menjadi pemalas dan hidup santai.

2. Terhadap keluarga

Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang-barang di rumah

yang bisa diuangkan, tidak lagi menjaga sopan santun di rumah, bahkan melawan

kepada orang tua, kurang menghargai harta milik di rumah, seperti mengendarai

kendaraan tanpa memperhitungkan rusak atau menjadi hancur sama sekali,

mencemarkan nama keluarga.

3. Terhadap Masyarakat

Berbuat yang tidak senonoh dengan orang lain, yang tidak saja berakibat

terhadap diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat yang

berkepanjangan, mengambil milik orang lain demi memperoleh uang,

mengganggu ketertiban umum, kebut-kebutan sehingga menimbulkan kecelakaan

dan bahaya terhadap orang lain, bertindak kriminal, pada umumnya korban sudah

kehilangan harga diri dan perasaan, hingga tega berbuat apa saja demi

18

mendapatkan apa yang dia inginkan seperti berkelahi, mencuri, memeras,

menodong, merampok bahkan membunuh.

4. Terhadap Bangsa dan Negara

Merusak generasi muda sebagai pewaris Bangsa yang seyogyanya yang

siap menerima tongkat estafet generasi dalam meneruskan cita-cita Bangsa dan

tujuan nasional, hilangnya rasa patriotisme dan rasa cinta tanah air yang pda

gilirannya mudah mudah dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan yang menjadi

anacaman terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional. (Lydia Harlina

Martono, et. all. 2006, h. 8).

2.4 Perilaku

2.4.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau

pengalaman. Ada dua jenis perilaku manusia, yakni perilaku normal dan perilaku

abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat

pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa

diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma

sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang

atau perilaku bermasalah. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 43).

Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada masa

perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan berperilaku normal.

Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan tugas

perkembangannya. Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak

yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior). Perilaku anak

19

menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan

lingkungannya. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 65)

Perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena

penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan

yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula

masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut. (Hurlock 2004, h. 39).

2.4.2 Teori Perubahan perilaku

Berikut ini beberapa teori mengenai perubahan perilaku, Mead dalam

Doyle P Jhonson, (1986: 9-10) seorang tokoh sosiologi Klasik mengungkapkan “

Organisme terus menerus terlibat dalam usaha penyesuain diri dengan

lingkungannya dan bahwa melalui proses ini bentuk atau karakteristik organisme

mengalami perubahan yang terus menerus”, lebih lanjut Mead menegaskan

“perilaku dijelaskan menurut gerak-gerak refles yang dipelajari atau yang sudah

menjadi kebiasaan, ransangan-ransangan lingkungan, atau proses psikologis yang

pada prinsipnya semua itu dapat diukur secara empiris,…Pikiran atau kesadaran

muncul dalam proses tindakan, namun demikian, individu- individu tidak

bertindak sebagai organism yang terasing, sebaliknya,tindakan-tindakan mereka

saling berhubungan tergantung”.

Menurut cooley dalam (Doyle 1986: 27) mengemukakan bahwa “ individu

dan masyarakat saling berhubungan secara organis, tidak dapat dimengerti tanpa

ada yang lain. Suatu gaya hidup atau pola-pola perilaku seseorang tidak

merupakan hasil dari insting atau karakteristik biologis yang ditransmisikan lewat

keturunan, sebaliknya susunan biologis manusia mudah dibentuk dan tidak

terbatas dan dapat dikembangkan dengan berbagai cara,…tetapi perkembangan

20

individu sebagai seorang manusia sebagai suatu kepribadian tersendiri berbentuk

perilaku tertentu merupakan hasil pengaruh warisan social yang ditranmisikan

melalui komunikasi manusia”.

Thomas dalam (Doyle 1986: 33), seorang ahli sosiologi klasik lainnya

mengemukakan”Faktor- faktor biologis dan psikologis yang dibawa sejak lahir,

yang menjelaskan perilaku manusia. Hal ini tercermin misalnya, dalam

seperangkat kemauan yang cukup terkenal itu yang diperlihatkan dalam the polish

peasant: 1). Keinginan akan pengalaman baru, 2). Keinginan akan penghargaan,

3), keinginan akan penguasaan, 4). Keinginan akan keamanan,..Dalam hal ini

perilaku secara bertahap dibentuk oleh lingkungan social budayanya”

Beberapa teori perubahan perilaku. (Soekidjo Notoatmodjo 2003: 185)

Yaitu:

1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya

kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan

perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti

stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti

21

disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada

perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses

berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan

maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut

(perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya

apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang

diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori

ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti

bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan

psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai

keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka

berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance

(keseimbangan).

22

Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu

terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen

kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu

menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan

pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu

sendiri maka terjadilah dissonance.

3. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu

tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)

perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz

berasumsi bahwa :

a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan

memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak

(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.

Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya

maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban

apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.

b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan

perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi

ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat

23

menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut

merupakan ancaman bagi dirinya.

c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam

peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut

seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek

atau stimulus yang dihadapi.

Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut

dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila

seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia

akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di

warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam

menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri

seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu

perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang

dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan

sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk

menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan

lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan

manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

24

4. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan

kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila

terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.

Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang

itu, yakni :

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya

stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan

perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-

informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya

seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak

sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah

perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB

dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya

stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada

orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan

yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi

perubahan perilaku pada orang tersebut.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan

keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti

contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian

25

terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya

kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan

pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

2.4.3 Penyimpangan Perilaku Akibat Ganja

Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi

karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap

sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang

melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif

maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari

norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka

yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu

penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah

suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan

secara terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar

lalu lintas,buang sampah sembarangan dan lain lain. (Robert M.Z Lawang, 2005,

h. 55)

Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang

tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali

seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan

lain- lain. (Kamanto Sunarto, 2006, h. 78). perilaku menyimpang tidak berarti dari

26

norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga perlu dibedakan dari

perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang menyimpang.

Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari

aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku menyimpang

dari aturan normatif itu tidak diinginkan. Perilaku menyimpang disebut sebagai

salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit

masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai,

melanggar norma-norma umum, adat- istiadat, hukum formal, atau tidak bisa

diintegrasikan dalam pola tingkah- laku umum. Disebut sebagai penyakit

masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus

menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu

fungsinya. (Soerjono Soekanto 2006, h. 65).

Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial,

baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat

negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang

dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, perilaku menyimpang tidak

serta merta selalu membawa dampak yang negatif.

Untuk mengatur ketertiban dan kepatuhan terhadap norma kehidupan

bermasyarakat diperlukan suatu norma hukum. (Hoeber dalam Schoorl 2000,

h.80) menyebutkan empat fungsi dasar hukum sebagai sarana kontrol sosial dalam

kehidupan bermasyarakat, yaitu :

1. Untuk menetapkan hubungan-hubungan antar anggota masyarakat,

dengan menunjukan jenis-jenis perilaku apa saja yang diperbolehkan

dan yang dilarang.

27

2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang

mewakili kewenangan untuk melakukan pemaksaan, serta siapa saja

yang harus mentaatinya. Sekalipun memilihkan sanksi-sanksi yang

tepat dan efektif

3. Menyelesaikan sikap sengketa dan memelihara kemampuan

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang

berubah, dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan antar

anggota masyarakat. Apabila fungsi- funsgi ini dijalankan dengan benar

dan konsekuen, dapat diharapkan perilaku manusia dan tata kehidupam

masyarakat akan sesuai dengan kaidah, norma, nilai dan aturan yang

berlaku secara universal.

Namun demikian untuk menjalankan fungsi hukun tersebut menurut

(Parsons 2004, h.98) terdapat beberapa masalah penting yang harus diselesaikan

terlebih dahulu, yaitu :

1. Masalah legitimasi, yang berkaitan dengan landasan bagi pentaatan

kepada peraturan.

2. Masalah interpretasi, yang menyangkut masalah penetapan hak dan

kewajiban individu melalui proses penerapan peraturan.

3. Masalah sanksi, berkaitan dengan penegasan sanksi-sanksi yang akan

timbul apabila terdapat pentaatan atau pelanggaran peraturan, serta

menegaskan siapa yang berhak menerapkan sanksi tersebut.

4. Masalah yirisdiksi, yaitu berkaitan dengan penetapan garis

kewenangan tentang siapa yang akan berhak menegakan norma-norma

28

hukum dan apa saja yang akan diatur oleh norma hukum tersebut

(perbuatan, orang, golongan dan peranan).

Keempat masalah ini menjadi amat penting, karena produk hukum yang

berupa peraturan hukum harus memenuhi dan menjamin rasa keadilan

masyarakat.

Penyimpangan bukanlah suatu yang melekat pada perilaku tertentu

melainkan dikarenakan oleh definisi sosial. Menurut Lemert (dalam Sunarto,

2004, h, 80) penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap/ label dari

masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan

penyimpangan tersebut. Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang

bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat

ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah

sembarangan, dan lain- lain.

Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat

toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti

merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain- lain.

Penyimpangan sosial mau tidak mau kerap sekali terjadi, bahkan peristiwa

ini terjadi disekitar kita tanpa kita sadari misalkan saja kasus penggunaan ganja

oleh para remaja yang pada umumnya adalah pelajar yang kerap terjadi di

Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan Raya. Penyimpangan dapat dikatagorikan

penyimpangan yang bersifat negatif.

29

Dalam penyimpangan sosial negatif, sang pelaku bertindak kearah nilai-

nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem

sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima oleh masyarakat

bobot penyimpangan sosial dapat diukur menurut kaidah yang dilanggar.

2.5 Remaja

Berikut beberapa difenisi remaja menurut para ahli. Berbicara masalah

generasi muda tidak lepas dari kata remaja, para pemuda pemudi yang beranjak

tumbuh dewasa, pada masa transisi ini mereka sering dikatakan sebagai generasi

muda. Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai remaja.

Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak

termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Remaja

sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

Sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan

tidak lagi memiliki status anak. DeBrun; rice dalam (M.Nur Elibrahim 2011, h. 1)

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi

wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Sri Rumini & Siti

Sundari 2004. h. 53)

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun

bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa

peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak

mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

30

perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun

cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

(Zakiah Darajat 1990, h. 23)

Hal senada diungkapkan oleh (Santrock 2003, h. 26) bahwa Remaja

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa

yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,

yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja

pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan

Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja

10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18

tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun. (Deswita, 2006, h. 192)

2.6 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar, mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu

meliputi pengelompokan-pengelompokan kecil. J. L. Gilin dalam (H. Hartomo

et.all 2001, h. 88)

Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang

memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan dalam

mencapai tujuan bersama. Masyarakat sekelompok manusia yang telah lama

bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan (undang-

undang) yang mengatur tata hidup mereka, untuk menuju kepada tujuan yang

sama. (H. Hartomo. et.all. 2001, h. 90)

31

Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, masyarakat adalah

kelompok manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang saling

berinteraksi, dan memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut serta adanya

keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif. yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran

kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan

melakukan studi pada situasi alami.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat, post propositivisme (Pendapat yang menuju ke lebih logis, benar),

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci. (Sugiyono 2011, h. 9). Sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bogdan dan Taylor dalam

Moleong (2001, h. 3). Bertujuan untuk membantu menjelaskan karakteristik objek

dan subjek penelitian. (Arikunto 1998, h. 88)

Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. (Nazir, 2005, h. 54).

33

Tujuan penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Emzir 1999, h. 63)

Adapun Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu

mengidentifikasikan fenomena sosial kehidupan remaja yang berhubungan dengan

ganja di dalam hidup bermasyarakat di Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan

Raya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka

Makmue, Kabupaten Nagan Raya. Peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat

penelitian karena melihat ketimpangan dalam masyarakat khususnya perilaku

remaja Ramean yang menggunakan ganja, sehingga berpengaruh dalam hidup

bermasyarakat.

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer dan sekunder

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Sedangkan data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen. (Sugiyono 2011, h. 225).

3.3.2 Informan Penelitian

Dalam menentukan informan pada penelitian ini, peneliti tidak

menetapkan jumlah informan namun informan yang ada nantinya terbagi dalam

34

informan kunci dan informan biasa. Data yang diperoleh dari informan

dikumpulkan dan dihubungkan, kemudian data tersebut dikelompokkan

berdasarkan permasalahan yang mencuat, jadi penelitian ini bersifat induktif.

Peneliti memilih Informan guna mendapat informasi lebih dalam dan

akurat mengenai hal yang akan di bahas, sedangkan informan dipilih melalui

Snowball sampling.

Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang

pada awal nya jumlah sumbernya sedikit lama–lama menjadi besar, Hal ini

dilakukan karena karena dari sumber data yang sedikit tersebut belum mampu

memberi data yang memuaskan, maka peneliti mencari orang lain lagi yang dapat

digunakan sebagai sumber data. (Sugiyono 2011, h. 219).

Pemilihan informan bedasarkan pertimbangan atas jawaban-jawaban

informan yang mengarah pada jawaban yang sama dengan kata lain mencapai

pada titik jenuh sehingga dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini

menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian.

Untuk kelengkapan data yang menjadi informan pada penelitian ini

berjumlah dua puluh lima informan, yang terdiri dari:

1. Keuchik Gampong Rameuan, peneliti menetapkan Keuchik sebagai

informan inti karena Keuchik merupakan pimpinan dalam Gampong yang

harus dan dianggap lebih mengetahui mengenai permasalahan yang terjadi

di dalam Gampong.

2. Tokoh masyarakat 2 (dua) orang, Tuha peut 3 (tiga) orang, masyarakat

biasa 6 (enam) orang yang merupakan bagian dari masyarakat secara luas

dalam penelitian ini, yang dimintai tanggapannya sebagai orang tua,

35

keluarga maupun orang yang menilai dan menanggapi fenomena yang

terjadi di Gampong.

3. Remaja sebanyak 13 (tiga belas) informan sebagai bagian dari masyarakat

dalam penelitian ini yang melihat, mengalami serta menanggapi persoalan

ini.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Pengamatan (Observasi)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik pengamatan, yaitu

pengamatan yang berperan serta atau pengamatan yang terlibat. Pengamatan

terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta

dalam kehidupan orang yang diteliti. Pengamatan terlibat mengikuti orang-orang

yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari mereka lakukan, kapan, dengan siapa,

dan dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan mereka. Becker

et.al., dalam (Mulyana, 2001, h. 162).

Dalam penelitian ini dengan kata lain peneliti mengadakan observasi

langsung terhadap remaja di sekitar obyek penelitian, peneliti juga melakukan

percakapan yang tidak direncanakan dan tidak formal. Tetapi percakapan dan

pembicaraan tersebut dapat diambil sebagai data yang dapat mendukung

penelitian yang sedang diteliti. Dengan adanya pengamatan secara terlibat peneliti

diharapkan dapat memahami, mempelajari, menjelaskan, dan menganalisis apa

yang mereka lakukan dalam kehidupan keseharian, dan peneliti dapat beradaptasi

dan berkomunikasi dengan informan yang diteliti.

36

b. Wawancara mendalam

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam dan tidak

terstrukrur artinya wawancara dilakukan tidak disusun sedemikian rupa tetapi

dilakukan secara kualitatif dan berlangsung secara alami dan menjurus pada

persoalan penelitian. Dalam hal ini informan tidak diarahkan tetapi jawaban

diserahkan kepada informan, biarpun berkembang namun sesuai dengan keinginan

informan. Wawancara mendalam juga dilakukan peneliti terhadap orang yang

berhubungan dengan fenomena seperti Keuchik, Guru SMP Rameuan, serta

beberapa tokoh masyarakat dan remaja setempat.

c. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan misal, catatan harian, Sejarah kehidupan, biografi, cerita,

peraturan dan kebijakan. Berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa

dan lain- lain. Atau karya-karya monumental dari seseorang misalnya film, patung,

gambar dan lain- lain. (Sugiyono 2011, h. 240). Dokumentasi digunakan sebagai

pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami, maka

peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Moleong 2002, h. 4).

Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data

yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam

pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti:

37

Panduan wawancara: Berfungsi untuk mempermudah penulis dalam

mengajukan pertanyaan kepada informan, dengan begitu kegiatan

wawancara akan lebih terarah.

Pulpen: Berfungsi untuk menulis data yang ditemukan dalam wawancara.

Buku catatan: Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dalam

wawancara.

Adapun instrumen yang di gunakan dalam observasi, yaitu Panduan

observasi berfungsi agar mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan

berupa lembar pengamatan (check list) yaitu untuk membantu peneliti dalam

melakukan pengukuran terhadap aspek perilaku remaja, pengamatan terhadap

penggunaan ganja, pengamatan terhadap kehidupan bermasyarakat di Rameuan

dan pengamatan bentuk perhatian pemerintah Gampong.

Adapun instrumen yang digunakan dalam dokumentasi adalah: Camera.

Pendokumentasian memakai insrumen ini penting dilakukan untuk memudahkan

dalam pengolahan data, sekligus untuk mengetahui data-data yang belum lengkap,

sehingga mudah dalam mencari data selanjutnya.

Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data

yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam

pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti panduan

wawancara. Adapun langkah-langkah penyusunan wawancara yaitu, peneliti

melakukan hal- hal sebagai berikut:

Menetapkan informan yang ingin diwawancarai

Menyiapkan topik-topik masalah yang akan jadi pembicaraan

Membuka atau mengawali wawancara

38

Melangsungkan wawancara

Mengkonfirmasikan intisari dar wawancara dan mengakhirinya

Menuliskan wawancara ke dalam catatan lapangan

Mengindentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah peneliti

peroleh.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis data

yang terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif (Miles dan

Huberman1984, h.21-23), yaitu:

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data berujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,

abstraksi dan pentranformasian” data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan

tertulis. Reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang

diorientasikan secara kualitatif. (Emzir 2010, h. 129)

3.5.2 Model Data (Data Display)

Setelah data direduksi, selanjutnya melakukan kegiatan analisis data yaitu

model data. Model sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun ysng

memperbolehkan pendeskrepsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Sedangkan model dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda, dari pengukur

bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Melihat sebuah tayangan membantu

kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau

tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut. Penyajian data melalui uraian

singkat dalam bentuk teks naratif sehingga memudahkan peneliti untuk

memahami yang sedang terjadi saat ini. (Emzir, 2010, h. 131).

39

3.5.3 Penarikan dan Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis data adalah penarikan dan verifikasi

kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai memutuskan

apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi

yang mungkin, alur kusal dan proposisi-proposisi. (Emzir 2010, h. 133),

Peneliti melakukan perumusan pada kesimpulan-kesimpulan sebagai

temuan sementara yang dilakukan dengan cara mensintesiskan semua data yang

terkumpul. Dan data akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila bukti-bukti

data serta temuan di lapangan yang peneliti temukan pada tahap awal konsisten

serta valid maka kesimpulan yang didapat adalah kredibel. Dan kesimpulan itu

berupa temuan yang bersifat deskripsi atau gambaran mengenai pengaruh Ganja

terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan

yang masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.6 Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan, perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif serta

membercheck. Digunakan uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih

mendalam mengenai subyek penelitian. (Sugiyono 2008, h. 270)

3.6.1 Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa dapat direkam secara pasti dan sistematis. Yaitu peneliti

40

membaca referensi baik dari buku atau hasil penelitian yang lain serta

dokumentasi-dokumentasi terkait dengan hal yang diteliti, sehingga dengan

pengetahuan yang peneliti dapat nantinya dari hasil membaca tersebut berguna

untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau salah. (Sugiyono 2011, h.

272).

3.6.2 Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kreabilitas data ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Dari berbagai sumber, peneliti mengecek data baik dari informan kunci dan

informan biasa, bacaan referensi dan lain sebagainya, dilakukan dengan berbagi

teknik yang berbeda-beda guna mendapat informasi dan dilakukan pada berbagai

waktu yang memungkinkan jawaban tidak berdasarkan pada ke lelahan dan lain

sebagainya. Wiersma dalam (Sugiyono 2011, h. 273),

3.6.3 Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada penerima data untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Peneliti perlu mengadakan

membercheck dalam penelitian ini guna mengetahui informasi yang diperoleh dan

yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan. (Sugiyono 2011, h. 276)

3.7 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian tentang pengaruh ganja terhadap perilaku remaja

dalam kehidupan bermasyarakat, pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya, selama enam bulan atau satu semester.

41

TABEL JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan

7 8 9 10 11 12

1 Persiapan Kebutuhan untuk proses di lapangan

Perizinan √

Pemilihan beberapa orang sebagai informan √

Pemilihan instrumen yang digunakan dalam penelitian

2 Penelitian

Mengamati kegiatan remaja yang memakai

ganja pada gampong Ramean Kabupaten Nagan Raya

Mengamati faktor yang melatarbelakangi remaja memakai ganja khususnya di

Gampong Rameuan

3 Pengolahan data dan pembuatan laporan hasil penelitian

4 Persiapan Ujian √

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis

Gampong Rameuan adalah salah satu Gampong yang terdapat di

Kabupaten Nagan Raya tepatnya di Kecamatan Suka Makmue. Luas Gampong

Rameuan kurang lebih 20KM/Segi, dan terbagi beberapa Dusun yaitu Dusun Suak

Trieng, Dusun Rameuan dan Dusun Lampoh Teube. Adapun bahasa yang mereka

pergunakan sehari-hari adalah Bahasa Aceh, selain itu mereka juga dapat

berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia apabila mereka

berhadapan dengan etnis lain.

Tabel 6

Data luas wilayah Gampong Rameuan.

Gampong Luas wilayah Kebun Sawah Pemukiman

Rameuan 20Km/segi 50Ha 25Ha 25Ha

Sumber: Profil Gampong Rameuan 2013

4.1.1 Penduduk

Gampong Rameuan memiliki kepadatan penduduk sebanyak 549 jiwa,

dengan banyak jumlah kepala keluarga 165 KK. Dengan perincian dapat dilihat

dalam table berikut ini :

43

Tabel 7

Klasifikasi penduduk Gampong Rameuan berdasarkan Jurong/Dusun

No Jurong/Dusun Jumlah

KK Laki-Laki Perempuan

Jumlah (Jiwa)

1 Suak Trieng 78 128 123 251

2 Rameuan 35 63 56 119

3 Lampoh Teube 52 91 88 179

Total 165 282 267 549

Sumber: Profil Gampong Rameuan, 2013

Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia

No U r a i a n Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa) Lk Pr

1. 0 bulan – 12 bulan 10 11 21

2. 13 bulan – 04 tahun 12 15 27

3. 05 tahun – 06 tahun 14 24 38

4. 07 tahun – 12 tahun 21 30 51

5. 13 tahun – 15 tahun 31 31 62

6. 16 tahun – 18 tahun 34 22 56

7. 19 tahun – 25 tahun 33 24 57

8. 26 tahun – 35 tahun 32 21 53

9. 36 tahun – 45 tahun 21 20 41

10. 46 tahun – 50 tahun 21 20 41

11. 51 tahun – 60 tahun 20 19 39

12. 61 tahun – 75 tahun 18 15 33

13. Diatas 75 tahun 15 15 30

T O T A L 282 267 549

Sumber: Profil Gampong Rameuan, 2013

Jika dilihat dari segi pendidikan, masyarakat Gampong Rameuan sekarang

ini secara keseluruhan tampak adanya perkembangan dalam bidang pendidikan,

terlebih lagi dengan adanya sarana pendidikan seperti SD/sederat, SLTP/sederajat,

SLTA/sederajat, naiknya antusias masyarakat di bidang pendidikan terlihat dari

kenginanan untuk melanjutkan menimba ilmu sampai pada jenjang perguruan

44

tinggi, ini satu hal yang sangat patut diberi apresiasi positif bagi kelangsungan

pembangunan pendidikan di Aceh, khususnya masyarakat Gampong Rameuan.

Dari data di atas dapat dilihat banyaknya yang bekerja, namun tampak

perbedaan jumlah yang bekerja sebagai remaja dibandingkan dengan yang bekerja

di bidang lain. Dalam hal ini penulis menetapkan informan menurut klasifikasi

menurut pekerjaan sehingga nanti akan dapat memberikan data tingkat pengaruh

Narkoba pada remaja Gampong Rameuan

4.1.2 Hasil Penelitian

Data ini diambil untuk mengetahui sejauh mana pemahaman informan

dalam memahami pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam hidup

bermasyarakat.

Pada umumnya masyarakat Gampong Rameuan mengerti dan memahami

pengaruh ganja terhadap perilaku remaja, hal ini didukung oleh Bapak

Muhammad Isa, selaku keuchik Rameuan yang menyatakan,

“Sebahagian besar masyarakat Gampong Rameuan ini sudah mengerti dan

memahami pengaruh ganja terhadap perilaku remaja, yang dapat merusak diri

sendiri seperti perubahan sel otak, juga berpengaruh terhadap orang lain karena

perilaku yang susah ditebak seperti lekas marah, kebut kebutan motor sehingga

meresahkan masyarakat”

Hasil Wawancara: Muhammad Isa, Keuchik Rameuan (20 Agustus 2013)

Masyarakat Gampong Rameuan sebahagian paham pengaruh ganja

terhadap perilaku remaja, hal ini terlihat dari banyak jumlah informan sebanyak

45

enam belas orang dari dua puluh lima informan yang menyatakan hal tersebut,

salah seorang tokoh masyarakat, Rameuan yang menyatakan,

“Remaja yang memakai ganja itu memang terlihat dari perilaku mereka setelah

mengisap ganja seperti terlalu banyak bicara, ngawur, berhalusinasi, mata merah,

selera makannya meningkat”.

Hasil Wawancara: Zulkifli, Tokoh masyarakat Rameuan (22 Agustus 2013)

Hal lainnya juga diungkapkan oleh salah seorang remaja siswa SLTP

Rameuan “Pengaruh ganja terhadap perilaku remaja menurut saya sangat besar,

selain merusak saraf juga membuat kecanduan sehingga mengesampingkan norma

yang ada demi mendapatkan ganja, seperti melawan orang tua, mencuri”

Hasil Wawancara: Efendi, remaja Gampong Rameuan (4 Agustus 2013).

Terdapat kasus Azhar seorang remaja rameuan yang mengkonsumsi ganja

melakukan tindakan mencuri ayam demi mendapatkan uang untuk membeli ganja.

Perilaku remaja ini jelas telah meresahkan masyarakat serta berpengaruh buruk

terhadap kehidupan dalam bermasyarakat.

Sedangkan M. Akmal mengatakan “Sepengatahuan saya pengaruh ganja

terhadap perilaku remaja memang sangat mengkhawatirkan, selain

membahayakan diri sendiri juga bisa membahayakan orang lain, seperti jika sudah

kecanduan dan butuh ganja tetapi tidak punya uang maka jalan apapun akan

ditempuh si pemakai yang sudah kecanduan melawan orang tua, mencuri

misalnya”.

Hasil Wawancara: M. Akmal Remaja Gampong Rameuan, (2 september 2013).

46

Dari data yang diperoleh bahwa pemakaian Ganja oleh Remaja, sangat

berpengaruh pada perilaku si remaja sendiri seperti yang diungkapkan oleh salah

seorang informan masyarakat Rameuan yang menyatakan,

“Saya pribadi melihat sendiri pengaruh ganja terhadap perilaku putra sulung saya ketika saya mulai mencurigai kalau ia memakai ganja, sifat lekas marah yang

tidak dapat dijelaskan, kurang berbicara dengan orang lain, kehilangan minat padahal dulunya ia paling hobi olah raga, malas mengurus diri, juga malas beribadah padahal biasanya rajin, akhirnya ketahuan kalau ia memakai ganja”.

Hasil Wawancara: Halimah Masyarakat Rameuan, (6 September 2013)

Dari data yang diperoleh bahwa pengaruh ganja terhadap perilaku remaja

dalam hidup bermasyarakat pada umumnya remaja yang memakai ganja kurang

berinteraksi dengan masyarakat, mereka lebih suka kumpul dengan sesama

pemakai ganja. Berikut ungkapan salah seorang informan yang menyatakan hal

tersebut.

“Ganja memang sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja dalam hidup

bermasyarakat, pada umumnya mereka kurang berinteraksi dengan masyarakat,

tidak ada yang namanya tegur sapa, mata merah, banyak bicara ngawur, suka buat

resah masyarakat karena kebut kebutan sepeda motor, entah bagaimana generasi

kita di masa depan nanti”.

Hasil Wawancara: Fatimah, masyarakat Rameuan (3 September 2013)

Salah seorang tokoh masyarakat, Rameuan lainnya menyatakan, “Dalam

hidup bermasyarakat pasti terdapat aturan, norma serta interaksi dengan semua

tetapi bagi remaja yang memakai ganja, hal ini sering dikesampingkan”.

Hasil Wawancara: Hafnidar, Tokoh masyarakat Rameuan, (6 September 2013)

Dari data yang diperoleh perilaku remaja gampong Rameuan yang

memakai ganja mereka lebih agresif dan mudah marah sehingga dapat

47

menimbulkan kekerasan hal ini di sebabkan oleh umur mereka yang masih muda

mengkonsumsi ganja sehingga emosi jadi tidak terkontrol.

Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang remaja Gampong Rameuan yang

menyatakan,

“Ganja sangat berpengaruh pada kehidupan perilaku remaja gampong Rameuan, karena selain merusak diri sendiri, mereka lebih agresif, gampang marah, kehilangan minat, juga merusak keluarga

dengan melawan orang tua, lekas marah, acuh tidak acuh terhadap anggota keluarga, tidak memperdulikan perasaan orang lain dan juga

masyarakat di sekitarnya dengan perilaku juga bisa menimbulkan kekerasan karena mereka masih muda dan labil dalam emosi” Hasil Wawancara: Jafar, remaja Rameuan (26 September 2013).

Hal ini juga senada yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh

masyarakat, Rameuan yang menyatakan,

“Akibat dari pemakaian Ganja oleh remaja Rameuan, perilaku nya jadi tidak

teratur, melawan oarang tua dan dan membuat resah warga Gampong”.

Hasil Wawancara: Nya`Man, Tuha Peut Rameuan, (26 September 2013)

Dari data yang diperoleh mengenai faktor yang mempengaruhi remaja

Gampong Rameuan memakai ganja bahwa selalu terdapat alasan yang mendasari

remaja khususnya untuk melakukan segala sesuatu, baik itu berasal dari diri

sendiri maupun orang lain, begitu pula beberapa hal yang melatarbelakangi remaja

di Gampong Rameuan memakai ganja.

Berikut ini beberapa alasan yang melatarbelakangi remaja memakai ganja,

seperti yang diungkapkan oleh salah seorang masyarakat Rameuan yang

menyatakan,

“Salah satu yang menyebabkan remaja memakai Ganja menurut saya pada

dasarnya karena rasa ingin tahu dan ikut ikutan, karena masa remaja sering kali

48

dipenuhi oleh rasa ingin tahu dan mencoba segala sesuatu tanpa alasan yang

jelas”.

Hasil Wawancara Syarifah Humaira, Masyarakat Rameuan, (27 September 2013)

Banyak hal yang mempengaruhi remaja rameauan menggunakan Ganja

salah satunya karena ikut ikutan dan tidak mendapat perhatian keluarga. Berikut

pernyataan yang dikemukakan oleh salah seorang informan.

“Saya pribadi sering memperhatikan remaja Rameuan yang memakai ganja,

pertama cuma ikut ikutan teman, asyik ngumpul sama teman ketimbang di rumah

“setia kawan” itu istilah mereka, sehingga untuk menunjukkan solidaritasnya

mereka ikut memakai ganja, hal ini terungkap dari tiga remaja teman saya yang

memang keluarganya tidak akur”

Hasil Wawancara Efendi, remaja Rameuan, (27 September 2013)

Hal ini juga dikemukakan oleh salah seorang Guru di salah satu SLTP di

Rameuan yang menyatakan,

“Banyak hal yang mempengaruhi perilaku remaja rameauan menggunakan Ganja

menurut saya, seperti karena ketidaktahuan tentang ganja yang dapat

menimbulkan dampak negatif yang bisa berakibat fatal, seperti ketidaktahuan

akibatnya terhadap fisik, mental moral, masa depan, keluarga, kehidupan

bermasyarakat juga bangsa serta kehidupan diakhirat”.

Hasil Wawancara: Mahdalena Guru di Rameuan, (26 September 2013)

Iklan ternyata juga mempunyai pengaruh besar dalam menetukan

kebiasaan merokok seseorang terutama remaja, sebagian remaja mengkonsumsi

merek rokok yang paling sering diiklankan yang mengakibatkan remaja

menganggap merokok itu menarik dan ingin mencobanya, jika remaja sudah

49

merokok maka membuka peluang untuk menggunakan ganja juga. Seperti

pernyataan salah seorang informan, masyarakat Rameuan yang mengatakan

bahwa

“Saya pribadi selaku orang tua yang mana anak masih SMP sudah kedapatan

merokok katanya ikut iklan di TV, laki laki merokok. Karena saya larang dia

merokok sembunyi sembunyi dan malah memakai ganja kata temannya. Sekarang

yang saya lakukan bukan lagi upaya pencegahan tapi penyembuhan, dia saya

kirim ke pesantren, dan alhamdulillah sudah sembuh dan sudah dua tahun di sana,

agama adalah hal yang sangat penting sebagai landasan remaja agar remaja

terhindar dari ganja”

Hasil Wawancara: Umi Kalsum, Masyarakat Rameuan, (27 September 2013)

Dari data yang diperoleh remaja yang memakai ganja di Gampong

Rameuan hampir pada umumnya dari keluarga yang tergolong mampu dalam hal

ekonomi. Dalam hal ini pemakaian ganja oleh remaja tergantung pada kepribadian

masing masing. Baik tidaknya kepribadian seseorang tergantung pada pemahaman

dan keyakinan terhadap agama. Apabila kepribadian seseorang labil dan mudah

dipengaruhi orang lain akan mudah terjerumus dan tergoda memakai ganja seperti

yang terjadi pada beberapa remaja di Gampong Rameuan.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang informan masyarakat

Gampong Rameuan yang mengemukakan “Menurut saya faktor yang sangat fatal

yang dapat mempengaruhi seseorang memakai ganja yaitu kepribadian seseorang

dan keyakinan terhadap agama. Apabila kepribadian seseorang kurang baik serta

keyakinan agamanya mudah goyah akan mudah dipengaruhi orang lain dan akan

mudah tergoda untuk memakai ganja”.

50

Hasil Wawancara: Firman, Masyarakat Rameuan (28 September 2013).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Ganja Terhadap Perilaku Remaja dalam Kehidupan

Bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue

Kabupaten Nagan Raya

Bahaya ganja dapat menyerang dari berbagai celah tanpa peduli usia jenis

kelamin ataupun latar belakang sosial keluarga. Pemakai ganja yang sering di

jumpai adalah remaja yang pada umumnya para pelajar hal ini juga terjadi di

Gampong Rameuan kecamatan Suka Makmue Kabupaten Aceh Barat. Pada jam-

jam pelajaran di sekolah baik tingkat SLTP maupun SLTA di Rameuan kerap di

temui pelajar yang bolos, mereka mencari tempat-tempat yang sepi untuk

memakai ganja ini. Bahkan ada juga yang berani di jalanan umum tanpa takut

terlihat oleh orang lain.

Biasanya para pelajar tidak sendiri mereka mengajak temannya dua atau

tiga orang bahkan lebih untuk sama-sama menikmati ganja tersebut. Transaksi

dilakukan pada malam hari, menurut beberapa remaja yang pemakai mereka

mendapatkan ganja dari seseorang yang sudah dikemas dalam plastik kecil ukuran

seperdelapan, dengan bandrol harga lima belas ribu untuk satu kemasan, dari hasil

temuan terdapat sembilan enam belas remaja Rameuan yang sudah positif

mengkonsumsi ganja.

Menurut keterangan yang diperoleh dari pihak kepolisian bidang Narkoba

Nagan raya, memang di Aceh kasus ganja makin meningkat, begitu juga halnya di

Kabupten Nagan Raya, memang ada beberapa remaja yang kedapatan namun

sudah diproses sesuai jalur hukum mengingat mereka adalah remaja yang

manyoritas adalah pelajar, pihak kepolisian sendiri sudah berupaya melacak

51

keberadaan pengedar yang ada di Nagan Raya, mengenai upaya penanggulangan

seperti sosialisasi bahaya Narkoba khususnya pada remaja memang masih kurang

dilakukan.

Dari data hasil temuan diperoleh bahwa ganja berpengaruh terhadap

perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku remaja Rameuan yang

mengkonsumsi mereka cenderung tidak mau berinteraksi dan komunikasi dengan

keluarga juga masyarakat di sekitarnya, hal bisa disebabkan oleh reaksi tidak mau

menerima saran atau permintaan sederhana dari orang lain dan sifat marah yang

tidak terkontrol, sehingga menyebabkan berkurangnya perhatian terhadap

perasaan orang lain yang ada di sekitarnya. Sehingga remaja Pemakai ganja di

Rameuan mengacuhkan semua peraturan yang ada dalam keluarga maupun

masyarakat tempat tinggalnya.

Hal ini relevan dengan yang diutarakan oleh para ahli bahwa Ganja

termasuk kedalam narkotika golongan 1 dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun

1997, yang mengandung sejenis bahan kimia yang disebut Tetrahyldrocannabinol

(THC), bahan ini bersifat racun dan dapat mempengaruhi suasana hati,

penglihatan dan pendengaran. Pemakaian ganja mempengaruhi 3 aspek sosial

didalam kehidupan, diantaranya mampu merubah kepribadian korban secara

drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap

apapun dan siapapun.

Dari data yang ditemukan bahwa perilaku remaja yang memakai ganja

mereka lebih agresif dan mudah marah sehingga dapat menimbulkan kekerasan

hal ini di sebabkan oleh umur mereka yang masih muda mengkonsumsi ganja

sehingga emosi jadi tidak terkontrol.

52

Pada satu kasus di Rameuan, Azhar seorang remaja rameuan yang

mengkonsumsi ganja melakukan tindakan mencuri ayam demi mendapatkan uang

untuk membeli ganja. Perilaku remaja ini jelas telah meresahkan masyarakat serta

berpengaruh buruk terhadap kehidupan dalam bermasyarakat.

Hal ini relevan dengan yang diungkapkan oleh para ahli, berbuat yang

menganggu orang lain, yang tidak saja berakibat terhadap diri yang berbuat

melainkan mendapat hukuman masyarakat yang berkepanjangan, mengambil

milik orang lain demi memperoleh uang, mengganggu ketertiban umum, kebut-

kebutan sehingga menimbulkan kecelakaan dan bahaya terhadap orang lain,

bertindak kriminal, pada umumnya korban sudah kehilangan harga diri dan

perasaan, hingga tega berbuat apa saja demi mendapatkan apa yang dia inginkan

seperti berkelahi, mencuri, memeras, menodong, merampok bahkan membunuh.

Lydia Harlina Martono, et.all. (2006, h: 6)

Pemakaian ganja dalam jangka panjang menyebabkan daya tahan tubuh

terhadap infeksi menurun, peradangan paru paru, aliran darah ke jantung menjadi

berkurang serta terjadi perubahan pada sel sel otak. Tehadap keluarga tidak segan

mencuri uang atau bahkan menjual barang-barang di rumah yang bisa diuangkan,

tidak lagi menjaga sopan santun di rumah, bahkan melawan kepada orang tua,

kurang menghargai harta milik di rumah seperti mengendarai kendaraan tanpa

memperhitungkan rusak atau menjadi hancur sama sekali, mencemarkan nama

keluarga.

Penggunaan ganja termasuk dalam katagori perilaku menyimpang, adapun

perilaku menyimpang dalam perspektif sosiologi merupakan perilaku yang tidak

sesuai atau berbeda dalam masyarakat. Masyarakat dalam perilakunya selalu

53

berusaha agar setiap anggotanya berperilaku sesuai dengan harapannya, namun

kita selalu menjumpai adanya perilaku masyarakat yang berbeda. Perbedaan

tersebut dapat dikatagorikan perilaku menyimpang.

Dari hasil penelitian di lapangan didapat data mengenai perubahan

perilaku pada remaja Rameuan dipengaruhi oleh perkembangan remaja itu sendiri,

dalam perspektif psikologi remaja mengalami perkembangan fisik maupun psikis

atau sering disebut masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak

menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian atau krisis

percaya diri atau dengan kata lain kurang percaya diri. Perubahan fisik dan psikis

yang sangat cepat menyebabkan perubahan peranan yang berujung pada

perubahan perilaku remaja, seperti timbul rasa tertekan, dorongan untuk

mendapatkan kebebasan, kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol,

adanya fantasi yang berlebihan, ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas

diri.

54

Berikut beberapa data hasil penelitian mengenai pengaruh ganja terhadap

perilaku remaja yang dideskripsikan melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.2.1 Data Perilaku Remaja Pemakai Ganja

No Perilaku remaja pemakai ganja Jumlah

1 Perilaku yang susah ditebak 1

2 Banyak bicara ngawur 2

3 Berhalusinasi 1

4 Mata merah 2

5 Nafsu makan meningkat 1

6 Mengesampingkan norma yang ada 2

7 Mencuri 2

8 Lekas marah 3

9 Komunikasi dengan orang lain berkurang 2

10 Kehilangan minat 2

11 Malas mengurus diri 1

12 Kebut kebutan 1

13 Meresahkan masyarakat 4

14 Melawan orang tua 4

15 Malas beribadah 3

Jumlah 31

Sumber: Hasil Penelitian Rameuan 2013

4.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Memakai Ganja di Gampong

Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya

Pada data temuan lapangan yang peneliti peroleh, didapatkan beberapa

faktor yang mempengaruhi remaja memakai ganja di Gampong Rameuan yaitu:

Remaja memakai ganja pertama sekali didorong oleh rasa ingin tahu dan

ikut ikutan teman, sehingga untuk menunjukkan solidaritas setia kawan mereka

ikut memakai ganja. Hal lainnya yaitu karena ketidaktahuan tentang bahaya ganja

yang dapat menimbulkan dampak negatif yang bisa berakibat fatal, seperti

ketidaktahuan akibatnya terhadap fisik, mental moral, masa depan, keluarga,

kehidupan bermasyarakat juga bangsa serta kehidupan di akhirat

55

Lingkungan merupakan hal kedua yang didapat oleh seorang anak setelah

keluarga, remaja akan mudah terpengaruh jika teman, keluarga dan lingkungan

tempat tinggalnya tidak mendukungnya untuk bertindak baik serta kurangnya

pengawasan dari orang tua dan keadaan keluarga yang tidak akur atau harmonis

mendorong remaja mencari tempat yang menurutnya dapat memahami diri dan

permasalahannya yang bisa membuat tenang dan lupa akan masalah yang

dihadapinya. Hal ini relevan dengan yang dikemukakan oleh salah seorang pakar

Hurlock (2004: h.39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau

menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap

tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan

perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut.

Iklan ternyata juga mempunyai pengaruh besar dalam menentukan

kebiasaan merokok seseorang terutama remaja, sebagian remaja mengkonsumsi

merek rokok yang paling sering diiklankan yang mengakibatkan remaja

menganggap merokok itu menarik dan ingin mencobanya, jika remaja sudah

merokok maka membuka peluang untuk menggunakan ganja juga yang terakhir

adalah kepribadian, kepribadian seseorang tergantung pada pemahaman dan

keyakinan terhadap agama. Apabila kepribadian seseorang labil dan mudah

dipengaruhi orang lain akan mudah terjerumus dan tergoda memakai ganja

sehingga mengenyampingkan nilai serta norma yang ada dalam kehidupan

bermasyarakat seperti yang terjadi pada beberapa remaja di Gampong Rameuan.

Hal ini relevan dengan pendapat ahli mengenai penyebab remaja

menggunakan NAPZA yang ganja juga termasuk di dalamnya.

56

Faktor sosial yang sering dikatakan berpengaruh pada penyalahgunaan

narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yaitu tekanan hidup dan

etika kebudayaan. Selanjutnya faktor pribadi, faktor ini yang paling menentukan

seseorang terjerumus atau tidak kedalam penyalahgunaan NAPZA, yaitu Rasa

ingin tahu, mencari hiburan dan kesenangan, ketidaktahuan, kesadaran diri ,

berontak, pelarian, kompulsi, merusak diri, agar diterima oleh kelompok (Ugan T.

Aceng 2008, h. 55).

Berikut beberapa data hasil penelitian mengenai faktor penyebab remaja

Gampong Rameuan memakai ganja yang dideskripsikan melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.2.2 Faktor Penyebab Remaja Rameuan Memakai Ganja

No Faktor Penyebab Jumlah

1 Rasa ingin tahu 3

2 Ikut ikutan teman 4

3 Ketidaktahuan bahaya ganja 4

4 Lingkungan yang tidak positif 3

5 Iklan 2

6 Keyakinan agama yang labil 4

Jumlah 20

Sumber: Hasil Penelitian Rameuan 2013

Oleh karena itu untuk mengatur ketertiban dan kepatuhan terhadap norma

kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu norma hukum. Hoeber dalam Schoorl

(2000: h.80) menyebutkan empat fungsi dasar hukum sebagai sarana kontrol

sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu :

1. Untuk menetapkan hubungan-hubungan antar anggota masyarakat,

dengan menunjukan jenis-jenis perilaku apa saja yang diperbolehkan

dan yang dilarang.

2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang

mewakili kewenangan untuk melakukan pemaksaan, serta siapa saja

57

yang harus mentaatinya. Sekalipun memilihkan sanksi-sanksi yang

tepat dan efektif;

3. Menyelesaikan sikap sengketa

4. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan

kondisi kehidupan yang berubah, dengan cara merumuskan kembali

hubungan-hubungan antar anggota masyarakat. Apabila fungsi- funsgi

ini dijalankan dengan benar dan konsekuen, dapat diharapkan perilaku

manusia dan tata kehidupam masyarakat akan sesuai dengan kaidah,

norma, nilai dan aturan yang berlaku secara universal.

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Ganja terhadap

remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka

Makmue Kabupaten Nagan Raya, kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa,

1. Ganja berpengaruh terhadap remaja dalam kehidupan bermasyarakat

disebabkan,

a. Remaja yang mengkonsumsi ganja mereka sulit untuk berinteraksi dan

komunikasi baik dengan keluarga maupun masyarakat di sekitarnya,

hal bisa disebabkan oleh reaksi atau efek dari penggunaan ganja.

b. Reaksi yang berlebihan pada kritikan ringan atau permintaan

sederhana dari orang lain

c. Sifat marah remaja yang memakai ganja yang tidak terkontrol

d. Remaja yang memakai ganja mengacuhkan semua peraturan, nilai

serta norma yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakat tempat

tinggalnya.

2. Adapun faktor yang mempengaruhi remaja memakai Ganja adalah:

a. Remaja memakai ganja pertama sekali didorong oleh rasa ingin tahu

dan ikut ikutan teman, sehingga untuk menunjukkan solidaritas setia

kawan mereka ikut memakai ganja.

b. Ketidaktahuan tentang bahaya ganja yang dapat menimbulkan dampak

negatif yang bisa berakibat fatal, seperti ketidaktahuan akibatnya

59

terhadap fisik, mental moral, masa depan, keluarga, kehidupan

bermasyarakat juga bangsa serta kehidupan di akhirat.

c. Lingkungan merupakan hal kedua yang didapat oleh seorang anak

setelah keluarga, remaja akan mudah terpengaruh jika teman, keluarga

dan lingkungan tempat tinggalnya tidak mendukungnya untuk

bertindak baik.

d. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan keadaan keluarga yang

tidak akur atau harmonis mendorong remaja memakai ganja

e. Iklan mempunyai pengaruh besar dalam menentukan kebiasaan

merokok seseorang terutama remaja jika remaja sudah merokok maka

membuka peluang untuk menggunakan ganja.

f. Kepribadian seseorang labil dan mudah dipengaruhi orang lain akan

mudah terjerumus dan tergoda memakai ganja sehingga

mengenyampingkan nilai serta norma yang ada dalam kehidupan

bermasyarakat.

Fakta tersebut harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait,

baik masyarakat maupun aparat berwajib, karena penyalahgunaan narkoba itu

selain melanggar hukum juga dapat merusak moral generasi bangsa. Dalam

mengatasi penyalahgunaan narkoba tersebut, tidak cukup hanya dengan

menggunakan pendekatan penegakan hukum, tapi juga harus disertai dengan

upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenal bahaya narkoba kepada masyarakat,

terutama kepada remaja.

60

5.2 Saran

Dalam hal ini diperlukan perhatian banyak pihak dalam upaya-upaya

pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan ganja. Bagi para remaja, dapat

melakukan langkah dini pada diri sendiri yaitu kenali dan hargai diri sendiri,

gunakan waktu luang untuk kegiatan positif, pilih teman bergaul yang baik, atasi

masalah tanpa ganja atau narkoba, jika ada masalah yang dihadapi konsultasikan

kepada orang tua atau orang yang dapat dipercaya dan memperbanyak iman dan

taqwa kepada Tuhan, selain itu untuk menghindari pemakaian ganja hindarilah

rokok, karena rokok merupakan pintu pertama penyalahgunaan ganja khususnya

pada remaja.

61

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi. Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.

Lydia Harlina Martono. 2006. Pencegahan Dan Penanggulangan

Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Balai Pustaka: Jakarta Moloeng,lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Penerbit

Remaja Rosdakarya.

Parson. Talcott, 1969. Political and social structure, The Free Press. New York Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja.2003. Jakarta :

Badan Narkoba Nasional Republik Indonesia.

Robert M.Z. Lawang. 2005. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soerjono Soekanto, 2006. Sosiologi suatu pengantar terjemahan hasil ( Harry M

Johson, Sociology a Systematic Introduction. Bombay: Allied Publishers 1967:2)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta .

Siti Rahayu Haditono, 1999, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada. Ugan, T Aceng. 2008. Bahaya NAPZA Bagi Remaja. CV Alfarisi Putra.:

Bandung.

Widharto. 2007. Stop Mirasantika. Sunda Kelapa Pustaka: Klaten Sumber lainnya:

Undang-Undang Nomor. 5 tahun 1997

Undang-Undang Nomor. 22 tahun 1997

http://www.apakabardunia.com/2012/10/5-senyawa-ganja-yang-ampuh-

mengobati.html tanggal diakses 22-11-2012