Download - Ganja
Kegunaan Medis
GANJA
Sejarah penggunaan marijuana sebagai obat.
Cannabis pertama kali diketahui dapat digunakan untuk pengobatan yaitu dalam terapi
pharmacopoeia di negeri Cina yang di sebut Pen Ts’ao. Pharmacopoeia adalah sebuah buku yang
berisi daftar obat-obatan serta cara persiapan dan penggunaannya. Cannabis disebut sebagai
“Superior Herb” oleh Kaisar Shen Nung (2737-2697 SM), yang diyakininya sangat manjur dan
mujarab. Cannabis direkomendasikan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit umum.
Sekitar periode yang sama di Mesir, ganja digunakan sebagai pengobatan untuk sakit mata.
Ramuan ini digunakan di India dalam upacara budaya dan agama, dan dicatat dalam kitab suci
teks Sansekerta sekitar 1.400 SM. Ganja dianggap sebagai ramuan kudus dan ditandai sebagai ”
soother of grief ” atau ” the sky flyer,” dan “surga orang miskin.” Berabad-abad kemudian,
sekitar 700 SM, orang-orang bangsa Asyur menggunakan ramuan yang mereka sebut Qunnabu
yang digunakan sebagai dupa. Orang Yunani kuno menggunakan ganja sebagai obat untuk
mengobati peradangan, sakit telinga, dan edema (pembengkakan bagian tubuh karena
pengumpulan cairan). Tak lama setelah 500SM seorang sejarawan dan ahli geografi, Herodotus
mencatat bahwa masyarakat Scythians menggunakan ganja untuk menghasilkan linen yang
halus. Mereka juga menyebutnya sebagai rempah Cannabis dan menggunakannya dengan cara
menghirup uapnya yang dihasilkan ketika dibakar. Pada tahun 100 SM bangsa Cina telah
menggunakan ganja untuk membuat kertas.
Budidaya ganja serta penggunaannya bermigrasi dan bergerak ke berbagai pedagang dan
pelancong. Pengetahuan mengenai nilai herbal ini menyebar ke seluruh Timur Tengah, Eropa
Timur, dan Afrika. Sekitar tahun 100 sesudah masehi, Dioscorides, seorang ahli bedah di
Legions Romawi di bawah Kaisar Nero, menamakan rempah ini dengan nama Cannabis sativa
herbal dan tercatat penggunaannya untuk berbagai obat. Pada abad kedua, dokter dari negeri
Cina yang bernama Hoa-Tho, menggunakan ganja dalam prosedur pembedahan yang di
sesuaikan pada sifat analgesik nya. Di India kuno, sekitar tahun 600, penulis Sansekerta mencatat
resep untuk ” pills of gaiety” atau “pil keriangan”, yaitu suatu kombinasi antara ganja dan gula.
Pada tahun 1150, umat Islam telah menggunakan serat ganja dalam produksi kertas pertama di
Eropa. Ini adalah penggunaan ganja sebagai sumber terbarukan yang tahan lama untuk serat
kertas yang berlanjut hingga 750 tahun berikutnya.
Pada sekitar tahun 1300-an, pemerintah dan otoritas agama khawatir tentang efek
psikoaktif pada masyarakat yang mengkonsumsi ramuan ganja tersebut dan berusaha
menempatkan pembatasan keras terhadap penggunaannya. Emir Soudon Sheikhouni dari
Joneima mengatakan bahwa ganja dilarang digunakan oleh orang miskin. Dia menghancurkan
tanaman dan memerintahkan pelanggaran penggunaan ganja. Pada 1484, Paus Innosensius VIII
melarang penggunaan Hashish, yaitu suatu bentuk concentrated dari ganja. Budidaya Cannabis
terus berlanjut karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Sedikit lebih dari satu abad kemudian,
Ratu Inggris Elizabeth I mengeluarkan dekrit yang memerintahkan agar pemilik tanah yang
memegang enam puluh hektar ladang ganja atau lebih harus membayar denda.
Kegunaan Medis Tanaman Ganja
Tanaman ganja secara keseluruhan, termasuk kuncup, daun, biji, dan akar, semuanya telah
digunakan sebagai ramuan obat sepanjang sejarah. Meskipun batasan hukum yang tegas dan
hukuman pidana berat untuk penggunaan terlarang, ganja semakin banyak digunakan di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia, baik untuk sifat-sifatnya mengubah suasana hati dan penerapannya
sebagai obat-obatan yang telah terbukti. Diskusi mengenai manfaat ganja dari segi keamanan dan
efektivitas sangat bermuatan politis.
Marijuana telah terbukti sebagai obat analgesik, anti muntah, anti-inflamasi, penenang,
anticonvulsive, dan tindakan pencahar. Studi klinis telah menunjukkan efektivitas ganja dalam
mengurangi mual dan muntah setelah kemoterapi untuk pengobatan kanker. Tanaman ini juga
telah terbukti mengurangi tekanan intra-okular di mata sebanyak 45%, dalam pengobatan
glaukoma. Cannabis telah terbukti sebagai anticonvulsive, dan dapat membantu dalam merawat
penderita epilepsi. Penelitian lain telah mendokumentasikan sebuah in-vitro efek penghambat
tumor THC. Marijuana juga dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi rasa mual dan
telah digunakan pada pasien AIDS untuk mencegah penurunan berat badan serta efek lain yang
mungkin timbul dari penyakit ini. Dalam sebuah studi penelitian beberapa kandungan kimia dari
ganja menampilkan aksi antimikroba dan efek antibakteri. Komponen CBC dan d-9-
tetrahydrocannabinol telah terbukti dapat menghancurkan dan menghambat pertumbuhan bakteri
streptokokus dan staphylococci.
Ganja mengandung senyawa kimia yang dikenal sebagai canabinoid. Jenis canabinoid
yang berbeda-beda memiliki efek yang berbeda pula pada tubuh setelah di konsumsi. Penelitian
ilmiah mengindikasikan bahwa zat ini mempunyai nilai potensi terapi untuk menghilangkan rasa
sakit, kontrol mual dan muntah-muntah, serta stimulasi nafsu makan. Zat aktif utama ganja yang
teridentifikasi sampai saat ini adalah 9-tetrahydro-cannabinol, yang dikenal sebagai THC. Bahan
kimia ini kemungkinan mengandung sebanyak 12% dari bahan kimia aktif dalam ramuan, dan
memberikan pengaruh sebanyak 7-10% dari akibat yang di timbulkan seperti rasa gembira, atau
“high” yang dialami saat mengkonsumsi ramuan ganja. Kualitas ramuan “euforia” ini tergantung
pada saldo bahan aktif lain dan kesegaran bahan ramuan. THC ter-degradasi ke komponen yang
dikenal sebagai cannabinol, atau CBN. Kimia aktif ini relatif tidak menonjol dalam ganja yang
telah disimpan terlalu lama sebelum digunakan. Komponen kimia lain, cannabidiol, atau dikenal
sebagai CBD, memiliki efek sedatif dan analgesik ringan, dan memberikan kontribusi ke somatic
heaviness yang kadang-kadang dialami oleh pengguna ganja.
Pelarangan/prohibition Sebelum adanya larangan, ganja direkomendasikan untuk pengobatan
gonore, angina pektoris (konstriksi nyeri di dada karena darah tidak cukup untuk jantung), dan
cocok untuk mengatasi tersedak. Ganja juga dapat digunakan untuk mengatasi insomnia,
neuralgia, reumatik, gangguan pencernaan, kolera, tetanus, epilepsi, keracunan strychnine,
bronkitis, batuk rejan, dan asma. Kegunaan lain adalah sebagai phytotherapeutic (nabati
terapeutik) termasuk pengobatan borok, kanker, paru-paru, migrain, penyakit Lou Gehrig, infeksi
HIV, dan multiple sclerosis.
Kebijakan pemerintah federal Amerika Serikat melarang dokter menggunakan resep ganja,
bahkan untuk pasien sakit serius karena alasan efek samping yang mungkin diakibatkan dari efek
adiktif cannabis yang berbahaya. Jaksa Agung AS Janet Reno memperingatkan bahwa para
dokter di setiap negara yang memberikan resep ganja pada pasiennya akan kehilangan hak untuk
menulis resep, kecuali dari Medicare dan Medicaid dan bahkan dituntut sebagai kejahatan
federal, menurut sebuah editorial 1997 dalam Jurnal Kedokteran New England. (cpt)
Medical Marijuana
Kesulitan Konsentrasi, Hiperaktifitas, Kecanduan Stimulan dan Pemakaian Ganja,
Tinjauan Sebuah Jurnal
LGN di Proklamasi II
6 Langkah Relaksasi dengan Ganja
Usaha Legalisasi Ganja Di Jepang
Keuntungan Fisik Pengguna Ganja? (2)
6 Efek Jangka-Panjang Penggunaan Ganja (Bukti yang Bertentangan)
Keuntungan Fisik Penggunaan Ganja? (1)
Ganja Bukan Narkotika
Ganja Sebagai Obat Asma
Senyawa Dalam Ganja Menghambat Kanker