gangguan somatisasi
DESCRIPTION
SomatoformTRANSCRIPT
F. 45.0 Gangguan Somatisasi1,3,4,5,6
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan
somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun
biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan
berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti
dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ
yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem
menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik,
gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang
sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya
beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan
gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan
medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau
melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui.
Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu
sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat
yang sama.
Etiologi
Belum diketahui. Teori yang ada yaitu teori belajar, terjadi karena individu
belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan
kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain.
Epidemiologi
- Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
- Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun
- Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform
(berisiko 10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat).
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal
berikut:
A. Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang
terjadi selama periode lebih dari beberapa tahun dan menyebabkan pencarian
pengobatan atau hendaya dalam fungsi soaial, pekerjaan dan fungsi penting
lainnya
B. Tiap kriteria berikut harus memenuhi, dengan gejala individual yang terjadi
kapan pun selama perjalanan dari gangguan:
4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,
selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya
indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi
urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,
ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1) atau (2):
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala-gejalanya tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
gangguan buatan atau pura-pura).
Terapi
Pasien dengan gangguan somatisasi paling baik diobati jika mereka
memiliki seorang dokter tunggal sebagai perawat kesehatan utamanya. Jika
terlibat lebih dari satu klinisi, pasien memiliki banyak kesempatan untuk
mengekspresikan keluhan somatik. Klinisi primer harus memeriksa pasien
selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya dengan interval satu bulan.
Kunjungan harus relatif singkat, walaupun pemeriksaan fisik sebagian harus
dilakukan sebagai respons terhadap masing-masing keluhan somatik yang baru,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik tambahan biasanya harus dihindari.
Jika gangguan somatisasi telah didiagnosis, dokter yang mengobati pasien
harus mendengarkan keluhan somatik sebagai ekspresi emosional, bukannya
sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan keluhan somatisasi juga dapat
memiliki penyakit fisik, dengan demikian dokter harus selalu menggunakan
pertimbangannya mengenai gejala mana yang perlu diperiksa dan sampai
sejauh mana. Strategi yang luas baik bagi dokter perawatan primer adalah
meningkatkan kesadaran pasien tentang kemungkinan bahwa faktor psikologis
terlibat di dalam gejala sampai pasien mau mengunjungi klinisi kesehatan
mental, kemungkinan dokter psikiatrik, secara teratur.
Psikoterapi, baik individual dan kelompok, menurunkan biaya perawatan
kesehatan penderita gangguan somatisasi sebesar 50 persen, sebagian besar
karena penurunan jumlah perawata di rumah sakit. Dalam lingkungan
psikoterapeutik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari, dan untuk menggembangkan strategi
alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka.
3
Memberikan obat psikotropik ketika gangguan somatisasi timbul
bersamaan dengan gangguan mood atau gangguan ansietas selalu memiliki
resiko, tetapi juga diindikasikan terapi psikofarmakologis dan terapi
psikoterapeutik, pada gangguan yang timbul bersamaan. Obat harus diawasi
karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obatnya
dengan tidak teratur dan tidak dapat dipercaya. Pada pasien tanpa gangguan
jiwa lain, sedikit data yang tersedia menyatakan bahwa terapi farmakologis
efektif bagi mereka.
4