referat somatisasi

27
BAB I PENDAHULUAN Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. 1,2,7 Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering 1

Upload: hdharmayanti

Post on 04-Jul-2015

718 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: referat somatisasi

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup

serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau

gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau

pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi

bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan

durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang

disadari atau gangguan buatan. 1,2,7

Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala

fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal

tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait

dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari

beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita

somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalahdiagnosiskan menjadi

somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak

menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada gangguan ini sering kali

terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang

kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya

memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-

IV) mempertahankan sebagian besar diagnosis yang dituliskan di dalam edisi ketiga

yang direvisi (DSM-III-R) . Lima gangguan somatoform spesifik adalah dikenali

(tabel 1). (1) Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai

banyak sistem organ. (2) Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan

1

Page 2: referat somatisasi

neurologis. (3) hipokondriasis ditandai oleh focus gejala yang lebih ringan dari

kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu. (4) Gangguan dismorfik

tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa

suatu bagian tubuh mengalami cacat. (5) Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri

yang semata-mata berhubungan dengan factor psikologis atau secara bermakna

dieksaserbasi oleh factor psikologis. DSM-IV juga memilikik dua kategori diagnostik

residual untuk gangguan somatoform. (1) Gangguan somatoform yang tidak

dibedakan (undifferentiated) termasuk gangguan somatoform, yang tidak dijelaskan

lain, yang ada selama enam bulan atau lebih. (2) Gangguan somatoform yang tidak

ditentukan (NOS ; not otherwise specified) adalah kategori untuk gejala somatoform

yang tidak memenuhi diagnosis gangguan somatoform yang sebelumnya ditentukan.

2

Page 3: referat somatisasi

BAB II

GANGGUAN SOMATOFORM

2.1 Definisi

Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti “tubuh”.

Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada

gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan

penyebabnya. Gangguan somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura-

puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini

juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu suatu gangguan yang ditandai oleh

pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas.

Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen yaitu suatu

tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.11

Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok

gangguan, ditandai dengan keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak

dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik.6 Pada gangguan somatoform, orang

memiliki simptom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada

abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan

keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan

pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan

somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang

bermacam-macam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini biasanya

sudah berlangsung lama dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun berganti-

ganti tempat. Pasien biasanya telah sering pergi ke berbagai macam dokter ( doctor

shopping). Beberapa pasien bahkan ada yang sampai dilakukan operasi namun

hasilnya negatif. Keluhan yang paling sering biasanya berhubungan dengan sistem

3

Page 4: referat somatisasi

organ gastrointestinal ( perasaan sakit, kembung, bertahak, mual dan muntah ) dan

keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar, kesemutan, baal dan pedih. Pasien juga

sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai organ atau sistem tubuh, misalnya nyeri

kepala, punggung, persendian, tulang belakang, dada atau nyeri saat berhubungan

badan. Kadang juga terdapat keluhan disfungsi seksual dan gangguan haid. 10

Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Biasanya bermula

sebelum usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien biasanya tidak mau

menerima pendapat dokter bahwa mungkin ada dasar psikologis yang mendasari

gejalanya.k berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.

2.2 Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam

transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan

metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non

dominan. 3

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:6

1. Faktor-faktor Biologis

Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada

gangguan somatisasi).

2. Faktor Lingkungan Sosial

Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran sakit”

yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

3. Faktor Perilaku

Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

a. Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang

tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).

b. Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”.

4

Page 5: referat somatisasi

c. Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan

dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan

dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang

dipersepsikan.

4. Faktor Emosi dan Kognitif

Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda

yang terlibat adalah sebagai berikut:

a. Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simptom fisik sebagai tanda dari adanya

penyakit serius (hipokondriasis).

b. Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls

yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam symptom fisik (gangguan

konversi).

c. Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu

strategi self-handicaping (hipokondriasis).

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik

yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada

kelainan yang mendasari keluhannya.3 Beberapa orang biasanya mengeluhkan

masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan di dalam

tenggorokan”. Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang

berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan

dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simptom muncul dalam bentuk yang lebih

tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan

kerja sistem saraf. Dalam kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana

seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius,

namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan. 6

5

Page 6: referat somatisasi

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus

lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun

tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.

Gambaran keluhan gejala somatoform:

1. Neuropsikiatri:

a. “Kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik”

b. “Saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”

2. Kardiopulmonal:

a “ Jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”

3. Gastrointestinal:

a. “Saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada

dokter yang dapat menyembuhkannya”

4. Genitourinaria:

a. “Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan

pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa”

5. Musculoskeletal

a. “Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang

waktu”

6. Sensoris:

a. “Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak

akan membantu”

2.4 Klasifikasi dan Diagnosis

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik

(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis

yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan

6

Page 7: referat somatisasi

penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien

untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan

somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu

penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah

tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.

Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem

organ.

Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.

Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien

bahwa ia menderita penyakit tertentu.

Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-

lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.

Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor

psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.

DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform.

Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkan

salah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :

1. F.45.0 gangguan somatisasi

2. F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

3. F.45.2 gangguan hipokondriasis

4. F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

5. F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

6. F.45.5 gangguan somatoform lainnya

7

Page 8: referat somatisasi

7. F.45.6 gangguan somatoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ

ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian

psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan

hipokondriasis.

2.5 Gangguan Somatisasi (F 45.0)

2.5.1 Definisi

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat

dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena

banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang multipel (sebagai contoh,

gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala

ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai

dengan penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan,

dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.2

Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan

somatik yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun

biasanya pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan

berakibat antara menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti

dalam memenuhi peran sosial atau pekerjaan.

Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan

somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau

penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan

somatoform: pertama, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala

yang ada merupakan bukti adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas

(dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang

8

Page 9: referat somatisasi

gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomik

persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).5

Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk

gangguan somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat

diperkirakan hanya mengenai wanita. Kata “histeria” didapatkan dari bahasa yunani

untuk rahim, hystera.,2, 5

Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ

yang berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem

menstruasi/seksual, orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik,

gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang

sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya

beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan

gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan

medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi

apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut

juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima

perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama.

2.5.2 Etiologi

Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi banyak teori

telah diajukan untuk menjelaskan penyebab somatisasi yaitu:

1. Neurologis

Pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk

menyebabkan gangguan pada proses atensional.

2. Psikodinamik

Somatisasi merupakan suatu mekanisme pertahanan.

3. Perilaku

9

Page 10: referat somatisasi

Somatisasi merupakan suatu perilaku yang dipelajari sehingga pendorong-pendorong

lingkungan melestarikan perilaku sakit yang abnormal. Teori yang ada yaitu teori

belajar, terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk

mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan

orang lain.

4. Sosiokultural

Cara-cara “benar” menghadapi emosi dan perasaan-perasaan ditetapkan oleh budaya.

Teori-teori ini satu sama lain tidak eksklusif, dan kemungkinan somatisasi

merupakan suatu fenomena komplek dengan banyak faktor resiko yang memainkan

penyebabnya. Pada seorang pasien tertentu, tiga kesatuan atau kelompok faktor berikut dapat

ditemukan:

a. Faktor predisposisi

Termasuk karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan sosiokultural

pasien. Teori bahwa somatisasi disebabkan oleh pengaturan sistem saraf pusat yang

abnormal untuk informasi sensorik yang masuk (inhibisi kortikufugal).

b. Faktor pencetus

Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal: penyakit)

dan konflik antar pribadi.

c. Faktor penunjang

Termasuk interaksi-interaksi antar pasien, keluarga dan dokter dan sistem sosial.

Keuntungan finansial dan bentuk-bentuk lain keuntungan sekunder memperkuat

somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti pengujian yang tidak

perlu, efek samping obat, dan komplikasi pemeriksaan pemeriksaan invasif.9

2.5.3 Epidemiologi

1) Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda

2) Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun

3) Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform

(berisiko 10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat)

10

Page 11: referat somatisasi

Penyakit ini sering didapatkan, berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk.

Lebih banyak pada wanita. Pasien pada umumnya  mempunyai riwayat keluhan

fisik yang banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien

telah banyak mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi.

Pasien ini  terus mencari  penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan

bersedia untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun

dia tahu hal tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah

normal, atau ada gangguan kecil.10

Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan  yang akan memperberat

gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya  telah hidup

dengan didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami

gangguan hubungan interpersonal. Riwayat keluarga biasanya  menunjukkan hal

yang sama terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.10

2.5.4 Gambaran Klinis

Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-

kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak

ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.

Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan

antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya,

bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi. 8

2.5.5 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi

Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal

berikut:

1) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang

tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah

berlangsung sedikitnya 2 tahun.

11

Page 12: referat somatisasi

2) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-

keluhannya.

3) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang

berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari

perilakunya.

atau:

1) Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode

beberapa tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan

menyebabkan individu tersebut mencari penanganan atau gangguan

yang bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting

lainnya.

2) Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, yaitu:

a) 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang

berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak,

dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau

selama miksi)

b) 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri

(misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,

diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

c) 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri

(misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,

menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah

sepanjang kehamilan).

d) 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit

yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas

pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis,

sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,

12

Page 13: referat somatisasi

pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif

seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

3) Salah satu 1) atau 2):

a) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria 2)

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis

umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya

efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

b) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan

social atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa

yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau

temuan laboratorium.

4) Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti

gangguan buatan atau pura-pura).

2.5.6 Tatalaksana

Pada gangguan somatisasi, tujuan pengobatannya antara lain:

1) Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan

pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk

kehidupan nyata.

2) Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes

diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.

3) Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid

(memperparah kondisi).

Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial :

1) Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama

2) Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai

3) Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke

masalah social

13

Page 14: referat somatisasi

Berikut adalah penanganan pada gangguan somatisasi.

1. Farmakoterapi

Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer.

Obat-obat yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :

a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala,

mialgia, dan bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan

antidepresan trisiklik. Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi

aprazolam, benzodiazepin, atau beta-bloker. Walaupun pasien-pasien

tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan panik atau kecemasan.

b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)

2. Konsultasi psikiatrik

Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau

kepada seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi

psikiatrik jangka pendek selain strategi-strategi penatalaksanaan yang

dianjurkan oleh dokter di perawatan primer.

Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan

dengan program-program terapi rawat inap.9

3. Strategi penatalaksanaan

Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat

jika diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mungkin perlu

dibantu untuk mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.5

Terapi kognitif-behavioral, untuk mengurangi pemikiran atau sifat

pesimis pada pasien. Teknik behavioral, terapis bekerja secara lebih

langsung dengan si penderita gangguan somatoform, membantu orang

tersebut belajar dalam menangani stress atau kecemasan dengan cara

yang lebih adaptif. Terapi kognitif, terapis menantang keyakinan klien

yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan cara

menyemangati mereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan

bukti yang jelas

14

Page 15: referat somatisasi

Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber

reinforcement sekunder (keuntungan sekunder), memperbaiki

perkembangan keterampilan untuk menangani stress, dan memperbaiki

keyakinan yang berlebihan atau terdistorsi mengenai kesehatan atau

penampilan seseorang. Terapi ini berusaha untuk membantu individu

melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata

tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya.

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik :

1) Diberikan hanya bila indikasinya jelas

2) Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi

3) Anti anxietas dan antidepresan

2.5.7 Prognosis

Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh

tanpa intervensi khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan

yang akut dan durasi gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi,

tidak ada penyakit organik, dan tidak ada gangguan kepribadian.

Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad

malam, dan biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Pasien susah sembuh

walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien

wanita berakhir pada percobaan bunuh diri. Bila somatisasi merupakan

sebuah “topeng” atau gangguan psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada

prognosis masalah primernya.

Gejala-gejala konversi mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-

gejala ini mungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi

atau berespons baik terhadap psikoterapi spesifik. 9

BAB III

15

Page 16: referat somatisasi

KESIMPULAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari gangguan

somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau

mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan

yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau konflik.

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada

kelainan yang mendasari keluhannya.

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi: gangguan

somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis, disfungsi

otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, gangguan somatoform

lainnya, dan gangguan somatoform YTT. Sedangkan pada DSM-IV, ada tujuh

kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan

konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: referat somatisasi

1. Kaplan, Hl dan Saddock BJ. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry vol.2

6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.

2. Wiguna, IM (editor). 1997. Sinopsis Psikiatri jilid II. Ed 7. Jakarta:

BinanupaAksara. Hal 276-303.

3. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. 2001. Media Aesculapicus : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik Departemen Kesehatan RI : Jakarta

5. Maramis, WF. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.

Airlangga University Press : Surabaya

6. Nevid, JS, dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga :

Jakarta

7. Pardamean E. 2007. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka

Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Somatoform. Ikatan

Dokter Indonesia Cabang Jakarta Barat.

8. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ

III, jakarta: 2001, hal 84-86

9. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa

Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709

10. Medika G. Gangguan Somatoform.

http://chanantha.wordpress.com/2009/09/28/gangguan-somatisasi di akses 29

April 2011.

11. Hartati N, Gangguan Disosiatif dan Somatoform, di unduh dari

hhtp://catatankuliah.wordpres.com/2008/11/08.gangguan-disosiatif-dan-

somatisasi// di akses 29 April 2011

17

Page 18: referat somatisasi

12. Djunaidi AR. Gangguan Psikosomatik. Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Palembang. http://www.docstoc.com/docs/68607705/psikosomatik.

Diakses 7 Mei 2011

18