gangguan ekstrapiramidal

5
GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL PENDAHULUAN Gangguan pada system ini menyebabkan manifestasi klinik yang sering disebut Parkinson atau parkinsonismus. Penyakit Parkinson (paralysis agitans) merupakan suatu penyakit karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus. Sindrom Parkinson adalah penyakit yang menyerupai penyakit Parkinson, namun memiliki etiologi tertentu. Parkinsonisme paling sering terjadi pada orang - orang yang berusia 50-an dan 60-an. ETIOLOGI Parkinsonisme dapat terjadi setelah serangan encephalitis epidemica, arteriosclerosis cerebri, keracunan CO atau mangan, trauma pada kepala, neurosyphilis, atau karena cerebrovaskuler accident. Dalam hal ini, penyakit dianggap sebagai akibat degenerasi sel serta tractus dari korpus striatum dan substansia nigra. Gangguan metabolisme amino otak merupakan dasar terjadinya parkinsonisme, dimana ditemukan konsentrasi dopamine dalam korpus striatum dan substansia nigra sangat berkurang. KLASIFIKASI 1. Parkinsonismus primer atau idiopatik (penyakit Parkinson/paralysis agitans). 2. Parkinsonismus sekunder atau simptomatik: - Pasca encephalitis virus. - Pasca infeksi lainnya missal sifilis meningovaskular, tuberculosis. - Iatrogenic karena golongan reserpin, fenotiazin, tetrabenazin. - Toksik

Upload: tobias-reinaldo

Post on 25-Jul-2015

352 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL

GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL

PENDAHULUANGangguan pada system ini menyebabkan manifestasi klinik yang sering disebut Parkinson atau parkinsonismus. Penyakit Parkinson (paralysis agitans) merupakan suatu penyakit karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus. Sindrom Parkinson adalah penyakit yang menyerupai penyakit Parkinson, namun memiliki etiologi tertentu. Parkinsonisme paling sering terjadi pada orang - orang yang berusia 50-an dan 60-an.

ETIOLOGIParkinsonisme dapat terjadi setelah serangan encephalitis epidemica, arteriosclerosis cerebri, keracunan CO atau mangan, trauma pada kepala, neurosyphilis, atau karena cerebrovaskuler accident. Dalam hal ini, penyakit dianggap sebagai akibat degenerasi sel serta tractus dari korpus striatum dan substansia nigra. Gangguan metabolisme amino otak merupakan dasar terjadinya parkinsonisme, dimana ditemukan konsentrasi dopamine dalam korpus striatum dan substansia nigra sangat berkurang.

KLASIFIKASI1. Parkinsonismus primer atau idiopatik (penyakit Parkinson/paralysis agitans).2. Parkinsonismus sekunder atau simptomatik:

- Pasca encephalitis virus.- Pasca infeksi lainnya missal sifilis meningovaskular, tuberculosis.- Iatrogenic karena golongan reserpin, fenotiazin, tetrabenazin.- Toksik - Lain-lainya: perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang

– ulang pada petinju, infark lakunar, tumor cerebri, hipoparatiroid, kalsifikasi.

3. Sindrom paraparkinson (Parkinson’s plus):- Sindrom Shy-drager.- Sindrom Steele-Richardson-Olszweski.- Penyakit Wilson- Degenerasi striatonigral- Atrofi palidal- Penyakit creutzfeldt-jakob- Penyakit Hallervorden-Spatz- Hidrosefalus normotensif- Kompleks demensia parkinsonisme Guam.

GEJALA KLINIKOnset sindrom biasa insidious dan bertahap, serta perjalanan penyakitnya lambat. Gejala-gejala pertama biasanya berupa perasaan lemas yang cenderung untuk

Page 2: GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL

gemetar, terutama pada lengan dan jari-jari tangan. Gejala ini berkembang secara lambat. Gejala klinis utama terdiri atas 3 gejala, yaitu: tremor, rigiditas, bradikinesia.

1. Tremor:- Resting/alternating tremor, yang bertambah hebat saat emosi.- Tremor bersifat kasar dan pelan (3-7/detik).- Pola tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung

pil (pil rolling).- Tremor mulai pada tangan, namun dapat meluas ke bibir dan seluruh

kepala, juga dapat meluas ke kaki.2. Rigiditas:

- Hipertoni pada seluruh gerakan.- Fenomena roda gigi (cogwheel phenomenon) positif.

3. Akinesia/bradikinesia-hipokinesia:- Gerakan volunteer yang lamban dan sulit terutama pada gerakan halus.- Gerakan asosiatif yang berkurang, misalnya gerakan lengan yang

berkurang dan melekat pada badan sewaktu berjalan, lengan dalam kedudukan fleksi dan aduksi.

- Gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng.4. Langkah dan gaya jalan:

Penderita berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat, kepala dan badan doyong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan sendiri, bisa mendadak dapat berhenti-membeku sehingga bisa jatuh terjungkal kadang – kadang doyong ke belakang atau kesamping dan juga mempunyai kecenderungan beralih seperti gerakan berlari serta sulit atau tidak dapat berbalik dengan cepat.

5. Lain-lain:- Tanda Myerson positif, yaitu kedua mata berkedip-kedip dengan

gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya.- Kesukaran dalam usaha pengosongan kandung kencing dan juga sering

mengalami obstipasi kronik.- Rasa nyeri pada otot, terutama otot betis pada malam hari.- Juga dapat kesukaran bila hendak berlari dari kursi atau tempat tidur

yang rendah.- Gejala – gejala pelengkap lain yang disesuaikan dengan kausa

parkinsonismus atau sindrom Parkinson, missal hipotensi ortostatik, takikardi, hipohidrosis, sekresi kelenjar lemak kulit yang meninggi, amosi yang labil, impotensia, inteligensi tetap utuh atau mulai mengalami kemunduran sampai demensia, kelumpuhan neuron motorik sentral, oftalmoplegia, krisis okulogirik, gangguan serebelum dll.

TERAPI1. Pada penyakit Parkinson tahap dini:

Diberikan psikoterapi suportif, fisioterapi dan obat-obat penunjang yang sesuai gejala klinis. Pemberian obat anti Parkinson (L-dopa) pada tahap dini, akan memberikan perbaikan yang dramatis, tapi akan mempercepat efek yang

Page 3: GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL

tidak diharapkan. Obat-obat penunjang yang dipertimbangkan yaitu: golongan beta bloker mis propanolol atau primidone untuk memberantas tremor. Untuk mencegah timbulnya depresi diberikan imipramin 25-50 mg/hari amitriptilin 25-50 mg/hari. Juga dapat diberikan penenang mis valium 2-6 mg/hari.

2. Pada penyakit Parkinson ringan-sedang:Jika gejala tremor dan rigiditas sangat mengganggu penderita, dipertimbangkan pemberian obat antikolinergik yang dapat diberikan bersama-sama dengan antihistamin atau beta bloker seperti trihexyphenidil 1-12 mg/hari, benztropin 1-4 mg/hari, sulfas atropine 0,5-1,5 mg/hari. Efek sampingnya yaitu: mulut kering, penglihatan kabur, hipohidrosis, miksi dan defekasi tidak lancer, mengantuk, pelupa, disorientasi dan halusinasi. Jika bradikinesia yang menjadi keluhan utama, dapat diberikan amantadine 100-300 mg/hari yang berkasiat meningkatkan produksi dopamine. Efek sampingnya yaitu: edema pada tungkai, nyeri epigastrium, kembung, nyeri kepala, sukar tidur, depresi, gelisah sampai halusinasi, retensi urin. Kombinasi amantadine dan obat antikolinergik paling baik untuk Parkinson tahap ini.

3. Pada penyakit Parkinson tahap berat:Dapat diberikan L-dopa 100-200 mg dalam 2 kali pemberian yang berangsur-angsur ditingkatkan setiap minggu sampai dosis maksimal 800mg/hari. L-dopa dapat mengakibatkan timbulnya halusinasi visual yang dapat diberantas dengan pemberian thioridzine. Efek samping L-dopa yaitu: palpitasi, hipotensi, gangguan gastrointestinal, kam betis, distonia, akitisia, demensia dan aritmia. Kasiat L-dopa dihambat oleh vitamin B6 dalam dosis tinggi dan efeknya diperkuat oleh monoamine oksidasi inhibitor. Pemakaian L-dopa yang lama dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan yaitu efek on-off. Keadaan ini dapat ditolong dengan libur obat dan pemberian direct-acting dopamine agonist misalnya dengan pemberian bromokriptin 15-20 mg dan dapat ditingkatkan hingga mencapai 40-100mg. efek samping bromokriptin yaitu: palpitasi, hipotensi, gangguan gastrointestinal, kram betis, nyeri kepala, gelisah sampai halusinasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chusid, JG. Neuroanatomi korelatif dan Neuroanatomi Fungsional bagian II. In: Penyakit Degeneratif pada System Saraf Pusat Terj: dr. Andri Hartono, Gadjah Mada University Press. 1983. Jogjakarta. P635-656.

2. Hadinoto, S. Kapita Selekta Neurologi. Edisi dua. In: Gangguan Ekstrapiramidal dan Keseimbangan, Gadjah Mada University Press. 2003. Jogjakarta. P331-339.

Page 4: GANGGUAN EKSTRAPIRAMIDAL