gambaran persepsi pernikahan pada remaja yang …thesis.binus.ac.id/doc/ringkasanind/2011-2-00079-ps...

45
GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI SKRIPSI Oleh : Christine Artha Rajagukguk 1100015445 JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA 2012

Upload: vankhanh

Post on 05-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

GAMBARAN PERSEPSI

PERNIKAHAN PADA REMAJA

YANG ORANGTUANYA

BERCERAI

SKRIPSI

Oleh :

Christine Artha Rajagukguk

1100015445

JURUSAN PSIKOLOGI - FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

JAKARTA

2012

Page 2: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA

REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI

Christine Artha Rajagukguk

1100015445

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi pernikahan pada remaja yang orangtuanya bercerai. Subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 70 responden remaja yang orangtuanya bercerai yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok subjek SMP sebanyak 36 responden dan kelompok subjek SMA sebanyak 34 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan tehnik non-probability sampling. Alat ukur dalam penelitian ini dikonstruk oleh peneliti berdasarkan pada teori Stinnett & Stinnett (dalam Sofiana, 2001). Stinnett & Stinnett menjelaskan bahwa terdapat 6 faktor yang menjadi alasan individu untuk menikah yaitu commitment, one to one relationship, companionship, love, happiness, dan legitimation of sex and children. Dalam penelitian ini 6 faktor tersebut yang mencerminkan persepsi pernikahan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari total 70 responden yaitu sebanyak 40 responden (57.2%) memiliki persepsi pernikahan yang positif dan sebanyak 30 resposden (42.8%) memiliki persepsi pernikahan yang negatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari domain-domain yang mencerminkan persepsi pernikahan pada masing-masing kelompok subjek, yaitu pada kelompok subjek SMP domain yang paling tinggi adalah domain companionship dengan nilai mean sebesar 3.3, dan domain yang paling rendah adalah domain commitment dengan nilai mean sebesar 2.8. Sedangkan pada kelompok subjek SMA domain yang paling tinggi adalah domain commitment dan love dengan nilai mean sebesar 3.3, dan domain yang paling rendah adalah domain one to one relationship dengan nilai mean sebesar 2.9.

Kata kunci: Persepsi Pernikahan, Perceraian Orangtua, Remaja

Page 3: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu.

Hal tersebut menjadi suatu kabar sukacita bagi keluarga, sanak saudara,

ataupun relasi jika ada seseorang yang ingin melangsungkan pernikahan.

Segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut pernikahan tersebut

dipersiapkan sebaik mungkin sehingga dapat menciptakan suatu kenangan

yang tidak terlupakan bagi pasangan dan bagi orang lain.

Pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang

diakui secara sosial dalam mensahkan hubungan seksual dan pengasuhan

anak, serta adanya pembagian hubungan kerja antara suami dan isteri

(Duvall & Miller, 1977). Terjadinya pernikahan juga mempunyai fungsi

yang menyangkut tentang hak dan kewajiban suami-isteri untuk dapat

saling memenuhi kebutuhan, saling mengembangkan diri, dan yang paling

penting adalah dapat memahami arti pernikahan itu sendiri (Olson &

DeFrain, 2006). Mendukung pernyataan di atas Garrison (2010)

mengemukakan bahwa setiap pasangan dalam pernikahan harus mampu

memahami bahwa masing-masing pasangan telah menandatangani ikatan

komitmen terhadap pasangannya yang mengandung harapan, kesetiaan,

kebersamaan, dan saling berbagi dengan pasangan.

Pada hakekatnya, setiap pasangan dalam pernikahan senantiasa

ingin agar pernikahannya dapat berjalan dengan baik, bahagia dan kekal.

Namun, untuk menciptakan pernikahan yang bahagia tidaklah mudah, ada

Page 4: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

saatnya muncul berbagai permasalahan, perselisihan dan konflik yang

dapat membahayakan keberlangsungan pernikahan seperti terjadinya

perceraian antara suami dan isteri. Akan hal tersebut, Rosmadi (2012)

menyebutkan ada beberapa faktor penyebab terjadinya perceraian di antara

suami dan isteri seperti tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga,

terus menerus berselisih di antara suami dan isteri, terjadinya poligami,

terjadinya krisis akhlak, cemburu, kawin paksa, masalah ekonomi, tidak

adanya tanggung jawab, kawin dibawah umur, menyakiti jasmani dan

rohani, dihukum, cacat biologis, politis, gangguan pihak ketiga, dan lain-

lain.

Kendati demikian, terjadinya berbagai permasalahan dalam

pernikahan tersebut diharapkan dapat memperkuat ikatan antara suami dan

isteri dalam mewujudkan visi dan misi pernikahan mereka. Namun pada

kenyataannya, harapan tersebut seakan-akan hanya menjadi sebuah fiksi,

karena berdasarkan data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama

Mahkamah Agung sepanjang tahun 2011 ada sebanyak 276.690 putusan

perkara perceraian yang terjadi di Indonesia, dan pada tahun 2010 ada

sebanyak 285.184 putusan perkara perceraian yang menduduki jumlah

tertinggi sejak 5 tahun terakhir dalam perkara perceraian di Indonesia.

Atas berbagai dasar tersebut, tidak sedikit pasangan suami dan isteri dalam

pernikahan cenderung untuk memutuskan ikatan pernikahan mereka

dengan mengambil keputusan dengan bercerai (Rosmadi, 2012).

Keputusan untuk bercerai bukan merupakan suatu keputusan yang

mudah untuk dilakukan. Lazimnya, tidak satu pun pasangan berharap

Page 5: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

bahwa pernikahan mereka akan berakhir dengan perceraian. Akan tetapi,

tidak sedikit pasangan beranganggapan bahwa perceraian dapat dijadikan

sebagai solusi terbaik guna mengatasi segala permasalahan,

ketidakcocokan dan konflik yang terjadi dengan pasangan. Menanggapi

hal tersebut, E.Jones & Gallois (dalam Rice & Dolgin, 2008) menyatakan

bahwa terjadinya permasalahan dan konflik dalam rumah tangga dapat

menghancurkan cinta dan pernikahan yang dinyatakan baik di antara

kedua individu dalam pernikahan. Berpatokan juga pada pandangan

E.Jones & Gallois (dalam Rice & Dolgin, 2008) bahwa perceraian dapat

dipandang sebagai solusi positif untuk menghindari konflik yang destruktif

seperti permasalahan, perselisihan, dan pertikaian yang terjadi di antara

suami dan isteri dalam pernikahan.

Menyikapi pernyataan E.Jones & Gallois di atas, Gottman &

Notarius (dalam Eldar, 2012) mengemukakan bahwa terjadinya

peningkatan pada perceraian menyebabkan meningkat pula jumlah anak-

anak yang orangtuanya bercerai. Terjadinya hal tersebut mencerminkan

perubahan sosial yang lebih luas sehingga menciptakan pergeseran dalam

persepsi dan penerimaan sosial perceraian. Berkaitan dengan pernyataan

tersebut Coontz (dalam Eldar, 2012) mengemukakan bahwa terjadinya

perceraian mengakibatkan peran pernikahan dalam mengkoordinasikan

kehidupan sosial semakin terkikis dan banyak anak dibesarkan dalam

pengaturan alternatif.

Berkaitan dengan pernyataan di atas, Garrison (2010) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa terjadinya perceraian dalam pernikahan

Page 6: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

menimbulkan dampak terhadap suami, isteri dan anak. Hal tersebut juga

dinyatakan oleh Turner & Helms (1995) yang menyatakan bahwa apabila

suatu pernikahan berakhir dengan perceraian, maka dampak yang

ditimbulkan tidak hanya kepada suami dan isteri saja, melainkan juga

kepada anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut. Mendukung

pernyataan tersebut, Shienvold (2011) dalam penelitiannya berpendapat

bahwa remaja dengan orangtua yang bercerai mengalami masalah pada

perilaku internal dan eksternal, mengalami kesulitan dalam menjalin

hubungan dengan teman sebaya, mengalami kesulitan dalam beradaptasi

dengan situasi baru, dan mempunyai masalah sebagai orang dewasa

dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

mempertahankan hubungan menuju pernikahan.

Dalam hubungannya dengan pernikahan, terjadinya perceraian

orangtua menimbulkan dampak terhadap sikap dan pandangan setiap

individu akan pernikahan dan kehidupan berkeluarga (Amato, 2012).

Dalam penelitiannya, Amato (2012) mengemukakan bahwa individu yang

mengalami perceraian orangtua cenderung memiliki pandangan yang

kompleks terhadap pernikahan. Individu menghargai pernikahan namun

menyadari akan adanya keterbatasan dan bersikap lebih toleran terhadap

alternatif-alternatif pernikahan. Selain itu, Wallerstein & Kelly (dalam

Amato, 2012) juga menyatakan bahwa remaja yang mengalami perceraian

orangtua cenderung menunjukkan sikap dengan memperlihatkan

kecemasan akan pernikahannya kelak, seperti individu memutuskan untuk

tidak menikah atau menjadi lebih selektif dan bijaksana dalam

Page 7: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

menentukan pasangan hidup. Amato (2012) juga menambahkan bahwa

remaja yang berasal dari keluarga yang bercerai akan menjadi lebih

pesimis terhadap kelanggengan pernikahannya kelak. Selanjutnya, Amato

(2012) juga menyatakan bahwa perceraian orangtua cenderung

meningkatkan resiko perceraian pada keturunannya. Melalui proses

sosialisasi, perceraian orangtua cenderung meningkatkan kemungkinan

keturunannya membentuk suatu persepsi atau pandangan yang diwujudkan

melalui sikap dan orientasi antar individu yang dapat mengganggu

hubungan intim di masa dewasa.

Berbagai dampak terjadinya perceraian orangtua menimbulkan

sejumlah reaksi terhadap pikiran dan perilaku remaja (Amato, 2012).

Untuk mendukung pernyataan tersebut Turner & Helms (1995)

mengemukakan bahwa dalam proses berpikir, remaja cenderung

menekankan pada unsur seperti mengamati, berpikir, dan memahami

terhadap suatu objek atau peristiwa yang dialami individu tersebut untuk

kemudian diinterpretasikan ke dalam perilaku dan sikap individu terhadap

peristiwa atau objek tersebut. Proses berpikir tersebut yang membentuk

suatu persepsi individu akan suatu hal yang diamatinya Dengan demikian,

remaja yang mengalami perceraian orangtua, mampu mengamati, berpikir,

dan memahami akan terjadinya peristiwa perceraian orangtuanya tersebut

yang kemudian diinterpretasikan ke dalam perilaku dan sikap remaja

terhadap makna dari suatu pernikahan yang mencerminkan persepsi atau

pandangan remaja yang orangtuanya bercerai terhadap pernikahan.

Page 8: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Berkaitan dengan pernyataan di atas, Cunningham & Thornton

(2012) dalam penelitiannya, menyelidiki hubungan pernikahan orangtua

dan sikap individu yang orangtuanya bercerai pada saat remaja terhadap

perilaku seks pranikah, kumpul kebo, hidup sendiri atau tanpa mempunyai

pasangan seumur hidup dan perceraian. Cunningham & Thornton (2012)

mempunyai hipotesis bahwa kualitas pernikahan orangtua yang negatif

mempunyai hubungan terhadap anak-anak dalam perilaku di masa

dewasanya, bahwa anak yang orangtuanya bercerai cenderung membawa

sikap bawaan dari orangtuanya terhadap pernikahan. Dalam penelitiannya

Cunningham & Thornton (2012) menemukan bukti bahwa kualitas

pernikahan orangtua mempengaruhi sikap anak yang cenderung kuat

terhadap perceraian, seks pranikah, anak menjadi selektif dalam

menentukan pasangan hidup atau memilih untuk tidak menikah.

Selain itu, Amato (dalam Rice & Dolgin, 2008) juga menyatakan

bahwa terjadinya perceraian orangtua menimbulkan reaksi terhadap

perilaku remaja seperti reaksi emosional pada remaja yang memandang

perceraian orangtua sebagai kejadian traumatis yang bersifat tiba-tiba dan

berada di luar kontrol, sehingga muncul sejumlah reaksi negatif seperti

perasaan depresi, dan tertekan, marah, trauma, sulit untuk memaafkan, dan

menimbulkan pandangan yang negatif terhadap pernikahan yang

ditunjukkan remaja ketika menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Dengan demikian, Johnston & Thomas (dalam Martin, 2011)

menyatakan bahwa perceraian orantua telah menjadi suatu peristiwa

penting dalam kehidupan setiap individu yang orangtuanya mengalami

Page 9: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

perceraian, dengan mengingat bahwa angka perceraian yang cenderung

tinggi. Akan adanya kecenderungan yang lebih tinggi terhadap perceraian

sehingga menyebabkan peran pernikahan menjadi semakin terkikis,

ditunjukkan melalui sikap dan perilaku individu yang orangtuanya bercerai

terhadap pernikahan, seperti dengan menunjukkan rasa kurang percaya

terhadap lembaga pernikahan, seperti menunjukkan perasaan takut dalam

mengambil keputusan untuk menikah dan untuk membangun sebuah

keluarga.

Rogers & Amato (1997) dan Umberson et.al. (2005) (dalam

Cunningham 2012) menyimpulkan bahwa terjadinya perceraian

menyebabkan penurunan akan makna pernikahan yang mempunyai

implikasi bagi pandangan dan sikap individu terhadap pernikahan yang

akan dikaitkan dengan sikap dan perilaku individu terhadap pernikahannya

kelak. Hal tersebut disebabkan karena individu mengamati pernikahan

orangtua mereka, dan karena pernikahan orangtua merupakan indikator

anak untuk meniru orangtua mereka yang akan dikaitkan dengan

pernikahannya kelak. Perceraian orangtua cenderung meningkatkan

keturunannya membentuk sifat dan orientasi antar individu yang dapat

mengganggu hubungan intim di masa dewasa. Individu cenderung

memiliki sikap yang lebih positif terhadap perceraian, yang mencerminkan

persepsi atau pandangan individu tersebut akan sebuah pernikahan. Atas

dasar itu, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana

‘gambaran persepsi pernikahan pada remaja yang orangtuanya bercerai’.

Page 10: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah peneliti

ingin mengetahui bagaimana ‘gambaran persepsi pernikahan pada remaja

yang orangtuanya bercerai”?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mengetahui ‘gambaran persepsi pernikahan pada remaja yang orangtuanya

bercerai’.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini terdiri dari

manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam

bidang psikologi, terutama dalam psikologi perkembangan yang

berkaitan gambaran persepsi pernikahan pada remaja yang

orangtuanya bercerai, serta dapat menjadi gerbang pembuka bagi siapa

saja untuk dapat lebih dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada

pembaca, khususnya:

Page 11: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

• Bagi Pasangan Suami dan Isteri

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

informasi bagi pasangan suami-isteri untuk dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam membangun dan

mempertahankan pernikahan. Meskipun akan terjadi berbagai

permasalahan dan konflik dalam pernikahan, namun

diharapkan pasangan dapat dengan bijaksana untuk

memutuskan segala sesuatu yang berkaitan terhadap

keberlangsungan pernikahan, terutama dengan kaitannya

terhadap anak dalam tahap perkembangannya.

• Bagi Remaja

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

informasi bagi remaja khususnya bagi remaja yang

orangtuanya bercerai. Setidaknya, melalui informasi yang ada

dalam penelitian ini dapat membantu menumbuhkan

pandangan atau persepsi yang lebih baik terhadap pernikahan

pada remaja yang mengalami perceraian orangtua.

Page 12: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan

2.1.1 Definisi Pernikahan

Dalam pengertiannya, Olson & DeFrain (2006)

mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen emosional dan

hukum dari dua individu dalam berbagi keintiman emosional dan

fisik, berbagi tugas dan sumber daya ekonomi. Selain itu, Duvall &

Miller (1977) mendefinisikan pernikahan sebagai suatu hubungan

antara pria dan wanita yang diakui secara sosial dalam mensahkan

hubungan seksual dan pengasuhan anak, serta adanya pembagian

hubungan kerja antara suami dan isteri, yang bertujuan untuk

membangun keluarga yang bahagia dan kekal.

Dengan demikian berdasarkan pada definisi-definisi di atas,

dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan suatu bentuk

perwujudan dalam komitmen antara pria dan wanita yang diakui

oleh masyarakat dan hukum dalam mensahkan hubungan seksual,

pengasuhan anak, serta membentuk pembagian tugas antara suami

dan isteri dengan tujuan membangun keluarga yang bahagia dan

kekal.

2.1.2 Alasan Menikah bagi Individu

Menurut Stinnet & Stinnet (dalam Sofiana, 2001)

kebahagiaan dan kesuksesan dalam pernikahan tercermin dari

alasan menikah bagi individu. Setiap individu mempunyai alasan

Page 13: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

yang berbeda untuk menikah. Stinnet & Stinnet (dalam Sofiana,

2001) mengemukakan beberapa faktor yang menjadi alasan bagi

individu untuk menikah yaitu sebagai berikut:

a. Commitment

Setiap individu berharap ada seseorang yang diperuntukkan bagi

mereka sepenuhnya. Individu beranggapan bahwa pernikahan

sebagai lembaga untuk mengekspresikan komitmen antara kedua

individu yang juga dilandasi dengan kesepakatan yang jelas.

Individu memperlihatkan cinta dan penghargaan satu sama lain

terhadap pasangannya dengan spontan dan jujur. Individu dan

pasangan lebih bekerja sama daripada berkompetisi satu sama lain.

Ada beberapa unsur yang terdapat dalam suatu komitmen yaitu:

- Terciptanya komunikasi yang efektif

Terciptanya komunikasi secara spontan, jujur, terbuka, dan

saling menghargai dalam suatu hubungan, mampu

mengekspresikan perasaan negatif maupun positif individu

terhadap konflik yang dihadapi sehingga dapat diatasi dengan

baik.

- Adanya kebersamaan

Menghabiskan waktu bersama-sama, saling mencurahkan

perasaan, saling berbagi pengalaman, saling melibatkan

pasangan dalam suatu kegiatan, serta melakukan rekreasi

bersama mampu menciptakan hubungan yang harmonis dalam

rumah tangga.

Page 14: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

- Mempunyai nilai dan aturan

Mempunyai nilai dan aturan yang telah disepakati dan harus

dipatuhi bersama. Namun, penting bagi kedua individu untuk

mendiskusikan dan mempraktekkan nilai dan aturan tersebut,

sehingga dapat menciptakan rasa toleransi dan saling

menghargai satu sama lain.

- Kemampuan mengatasi masalah secara efektif

Masalah yang muncul dapat dihadapi secara optimis dengan

tujuan untuk menemukan pemecahan masalah dengan

melibatkan pasangan untuk dapat saling membantu.

b. One to One Relationship

Pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk menjalin

hubungan intim dengan oranglain yang diharapkan langgeng dan

bersifat monogami. Setiap individu juga mengharapkan seseorang

yang dapat memenuhi kebutuhan dasar akan harga diri, kasih

sayang, penghargaan, dan saling percaya satu sama lain.

c. Companionship

Pernikahan memungkinkan kesempatan untuk mengatasi rasa

kesepian dan terisolasi dengan adanya aktivitas yang dapat

dilakukan bersama dengan pasangan hidup. Turner & Helms

(dalam Sofiana, 2001) mengatakan bahwa cinta, penghargaan, dan

persahabatan merupakan kualitas yang penting di dalam suatu

pernikahan. Selain itu, companionship memungkinkan pasangan

Page 15: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

dalam pernikahan mendapatkan tempat berlindung dalam

menghadapi gejolak kehidupan yang dialami individu tersebut.

d. Love

Setiap individu dapat merasakan kepuasan hidup apabila dirinya

berarti bagi oranglain. Setiap individu berharap menemukan

seseorang yang dapat memberikan cinta tak terbatas dan dapat

membalas perasaan tersebut.

e. Happiness

Pada dasarnya setiap individu dalam segi kehidupannya berusaha

mencari kebahagiaan dengan menikah, walaupun sebenarnya

kebahagiaan tidak terletak pada lembaga pernikahan melainkan

bersumber pada masing-masing pribadi individu dalam berinteraksi

antara satu sama lain.

f. Legitimation of sex and children

Hubungan seksual disetujui oleh norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat bagi pasangan individu yang sudah menikah. Selain itu

dengan menikah, individu dapat mensahkan anak menurut hukum

yang berlaku.

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi Persepsi

Persepsi merupakan salah satu bagian dari aspek yang

paling mendasar dalam tahap perkembangan manusia. Menurut

Lahey (2007) persepsi merupakan suatu proses mental dari adanya

Page 16: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

stimulus yang diterima oleh otak kemudian diorganisasikan dan

diinterpretasikan ke dalam perilaku. Santrock (2009)

mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman individu terhadap

suatu objek atau peristiwa yang dituangkan ke dalam cara pandang

individu tersebut terhadap objek atau peristiwa yang diamati.

Melalui pengalaman tersebut individu mempunyai pengetahuan

dan pemahaman terhadap suatu objek ataupun peristiwa yang

diamati.

Dengan demikian dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses mental dalam

memberikan arti terhadap suatu objek atau peristiwa yang dialami

individu yang kemudian diinterpretasikan ke dalam sikap dan

perilaku individu terhadap objek atau peristiwa yang diamati.

Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

persepsi pernikahan merupakan suatu proses mental yang dialami

oleh individu dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan

individu terhadap pernikahan yang kemudian diinterpretasikan ke

dalam perilaku dan sikap individu tersebut terhadap pernikahan.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi Remaja

Menurut Golinko (dalam Rice & Dolgin, 2008) “remaja”

berasal dari bahasa latin yaitu ‘adolescere’ yang berarti “tumbuh”

atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam Kamus Psikologi, remaja

Page 17: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

merupakan suatu tahap periodisasi perkembangan manusia yang

berada pada di antara usia pubertas sampai dengan memasuki usia

dewasa.

Secara lebih luas dalam tahap perkembangannya, Hurlock

(1978) mengemukakan bahwa masa remaja mencakup pada proses

menuju kematangan kognitif seperti individu sudah mampu

membedakan dan membandingkan hal yang satu dengan hal yang

lain, individu mampu menghubungkan suatu peristiwa yang satu

dengan yang lain, dan individu mampu mengolah cara berpikir

sehingga mampu memunculkan suatu ide baru; kematangan

psikososial seperti cara individu berhubungan dengan orang lain

dan menyatakan emosi secara unik; dan kematangan fisik seperti

terjadinya perubahan pada bentuk tubuh, tinggi badan, dan berat

badan, serta menuju pada kematangan organ seksual dan fungsi

reproduksi.

Sedangkan di Indonesia, Sarwono (2006) mendefinisikan

masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa

dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai

persiapan memasuki masa dewasa. Oleh karena keberadaan remaja

yang dalam masa transisi atau peralihan tersebut membuat pola

sikap dan tindakan remaja diarahkan untuk memperoleh

penghargaan terhadap eksistensi atau keberadaannya di dalam

lingkungan.

Page 18: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

2.4 Perceraian

2.4.1 Definisi Perceraian

Menurut definisinya, Hurlock (1978) menyatakan bahwa

perceraian merupakan akumulasi dari penyesuaian pernikahan

yang buruk yang terjadi bila di antara suami dan isteri sudah tidak

mampu lagi untuk menyelesaikan permasalahan dalam pernikahan.

Papalia, Olds & Feldman (2009), perceraian bukanlah suatu

kejadian tunggal melainkan serangkaian proses yang dimulai

sebelum perpisahan fisik dan berpotensial menjadi pengalaman

stress serta menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi suami,

isteri dan anak.

Selain itu, Duvall & Miller (1977) menyatakan bahwa

perceraian tidak hanya didasarkan pada ketidakpuasan dalam

pernikahan saja, tetapi bisa juga disebabkan karena adanya tekanan

dari luar seperti pilihan karir, ketertarikan fisik dengan orang lain

di luar pernikahan. Lemer & Hultsch (dalam Rice & Dolgin, 2008),

perceraian merupakan suatu proses yang menyakitkan serta dapat

membuat seseorang yang mengalaminya mengalami stres, depresi,

kesepian, merasa rendah diri, merasa sangat bersalah dan tidak

berguna, kurang produktif dalam bekerja, dan merasa cemas dalam

menghadapi situasi sosial yang disebabkan karena adanya

pengalaman baru seperti pengaturan keuangan, pengaturan hidup,

menangani masalah rumah tangga dan anak.

Page 19: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

perceraian merupakan serangkaian proses dari terjadinya hal yang

tidak diinginkan, penuh dengan tekanan, serta menimbulkan

konsekuensi yang tidak diinginkan oleh seluruh anggota keluarga,

dimulai dari sebelum perpisahan fisik pasangan dan diakhiri

dengan pemutusan hubungan pernikahan secara hukum.

Page 20: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

3 METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional

3.1.1.1 Persepsi Pernikahan

Dalam pengertiannya, Olson & DeFrain (2006) mendefinisikan

pernikahan sebagai komitmen emosional dan hukum dari dua individu

untuk berbagi keintiman emosional dan fisik, berbagi tugas dan sumber

daya ekonomi. Selain itu, Duvall & Miller (1977) mendefinisikan

pernikahan sebagai suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui

secara sosial dalam mensahkan hubungan seksual dan pengasuhan anak,

serta adanya pembagian hubungan kerja antara suami dan isteri, yang

bertujuan untuk membangun keluarga yang bahagia dan kekal.

Sedangkan definisi persepsi itu sendiri menurut Lahey (2007)

persepsi merupakan suatu proses mental dari adanya stimulus yang

diterima oleh otak kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan ke

dalam perilaku. Santrock (2009) mendefinisikan persepsi sebagai

pengalaman individu terhadap suatu objek atau peristiwa yang

dituangkan ke dalam cara pandang individu tersebut terhadap objek atau

peristiwa yang diamati. Melalui pengalaman tersebut individu

mempunyai pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu objek ataupun

peristiwa yang diamati.

Dalam penelitian ini, persepsi pernikahan dicerminkan dari

faktor yang menjadi alasan individu untuk menikah. Stinnet & Stinnet

(dalam Sofiana, 2001), mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

menjadi alasan bagi individu untuk menikah, yaitu commitment, one to

one relationship, companionship, love, happiness, dan legitimation of sex

Page 21: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

and children. Keenam faktor-faktor yang menjadi alasan individu untuk

menikah tersebut yang mencerminkan persepsi pernikahan pada individu

yang dalam penelitian ini adalah remaja yang orangtuanya bercerai.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

pernikahan merupakan suatu proses mental yang dialami oleh individu

dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan individu terhadap

pernikahan yang kemudian diinterpretasikan ke dalam perilaku dan sikap

individu tersebut terhadap pernikahan.

Dalam penelitian ini, persepsi pernikahan yang positif yaitu

ditunjukkan dari sikap dan pandangan positif individu terhadap

pernikahan yang dijadikan sebagai lembaga dalam mempersatukan ikatan

komitmen antara pria dan wanita. Sedangkan persepsi pernikahan yang

negatif ditunjukkan dari sikap dan pandangan negatif individu terhadap

pernikahan seperti dengan menunjukkan rasa kurang percaya terhadap

lembaga pernikahan, seperti menunjukkan perasaan takut dalam

mengambil keputusan untuk menikah dan membangun sebuah keluarga.

3.2 Subyek Penelitian & Tehnik Sampling

3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan pada tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu

ingin mengetahui gambaran persepsi pernikahan pada remaja di

Jakarta yang orangtuanya bercerai. Maka dari itu, subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Remaja laki-laki dan Remaja perempuan

2. Berusia antara 11 sampai 18 tahun

Page 22: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Batasan usia remaja yang digunakan dalam penelitian ini berdasar

pada batasan usia remaja Indonesia yaitu 11 sampai 24 tahun

(Sarwono, 2006). Namun, subjek yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan yang

mempunyai rentang usia antara 13 sampai 18 tahun dan belum

menikah, yang terdiri dari dua kelompok subjek berdasarkan pada

tingkat pendidikan yaitu remaja SMPN dan remaja SMAN di

Jakarta Timur. Hal tersebut dikarenakan, peneliti mengambil

responden pada instansi pendidikan atau sekolah. Namun, dalam

penelitian ini instansi pendidikan tempat peneliti mengambil

responden tidak dipublikasikan.

3. Remaja yang orangtuanya telah bercerai

Dalam penelitian ini, responden remaja mempunyai karakteristik

khusus yaitu remaja yang orangtuanya telah bercerai, sehingga

dengan karakteristik subjek tersebut penelitian ini diharapkan dapat

menjawab tujuan dari dilakukannya penelitian ini.

4. Bersekolah

Responden dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekolah.

Hal ini dilakukan karena responden diwajibkan untuk mampu

dalam membaca kuesioner, sehingga dapat menjawab kuesioner

tersebut dengan baik dan tepat.

3.2.2 Tehnik Sampling

3.2.2.1 Populasi

Page 23: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Nazir (2005) mengatakan bahwa populasi adalah

sekumpulan individu dengan kualitas serta ciri yang telah

ditetapkan. Nazir mengatakan bahwa populasi merupakan

keseluruhan atau totalitas objek psikologis yang dibatasi

oleh kriteria tertentu.

Dalam penelitian ini, populasi subjek terdiri dari

seluruh siswa-siswi di salah satu SMPN di Jakarta Timur

dan seluruh siswa-siswi di salah satu SMAN di Jakarta

Timur yang orangtuanya bercerai. Peneliti mengambil

subjek pada siswa-siswi SMPN dan SMAN yang terletak di

daerah Jakarta Timur tersebut karena pada lokasi tersebut

peneliti mempunyai kerabat sehingga memberikan

kemudahan kepada peneliti dalam mengambil subjek

penelitian yaitu remaja yang orangtuanya bercerai.

3.2.2.2 Sampel

Nazir (2005) juga mengatakan bahwa sampel

merupakan suatu kelompok kecil yang diambil dari

populasi atau suatu anggota kelompok tertentu yang ingin

diukur. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan

adalah sebagian dari siswa-siswi di salah satu SMPN di

Jakarta Timur dan sebagian dari siswa-siswi di salah satu

SMAN di Jakarta Timur yang orangtuanya bercerai yaitu

berjumlah 70 responden pada field test yang terdiri atas 36

Page 24: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

remaja tingkat SMPN yang orangtuanya bercerai dan 34

remaja tingkat SMAN yang orangtuanya bercerai.

Hal tersebut sesuai dengan pandangan Guilford dan

Frutcher (1978) yang berpendapat bahwa dalam penelitian

kuantitatif responden yang digunakan sebaiknya tidak

kurang dari 30 responden. Hal tersebut dilakukan agar tidak

terjadi bias dalam hasil penelitian yang disebabkan karena

jumlah subjek yang kurang mencukupi.

3.2.2.3 Tehnik Sampling

Menurut Nazir (2005), kata sampling berarti

mengambil sampel atau mengambil sesuatu dari bagian

populasi. Maka dapat dikatakan bahwa tehnik sampling

adalah suatu tehnik untuk mengambil sampel.

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tehnik non-probability sampling, karena

pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak. Tehnik

non-probability sampling digunakan karena dalam

pengambilan sampel, tidak setiap anggota populasi

mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi

anggota sampel penelitian, sehingga cara pemilihan

sampelnya adalah accidental sampling.

Nazir (2005) menyatakan bahwa pertimbangan yang

paling mendasar dalam pemilihan tehnik accidental

Page 25: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

sampling ini adalah bila sampel penelitian didapat karena

menurut peneliti, individu tersebut memenuhi kriteria

subjek yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Dengan

kata lain, setiap individu yang ditemui peneliti dan

memiliki karakteristik sampel yang telah ditentukan dapat

dijadikan sebagai subjek untuk penelitian ini.

3.3 Desain Penelitian

Nazir (2005) mengemukakan definisi penelitian sebagai suatu

proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan

menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Dalam

suatu penelitian terdapat berbagai macam jenis desain penelitian. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif

berbentuk deskriptif dengan menggunakan desain non-eksperimental.

Nazir (2005) menjelaskan bahwa penelitian studi deskriptif merupakan

studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.

Penelitian ini juga dilakukan peneliti guna memperoleh gambaran

secara sistematis akan suatu situasi, masalah, dan fenomena. Hal tersebut

sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu untuk mendapatkan gambaran

persepsi pernikahan pada remaja yang orangtuanya bercerai. Menurut

Nazir (2005), desain non-eksperimental merupakan telaah empirik

sistematis dimana penelitian tidak mengontrol secara langsung variabel

bebas karena manifestasi dari variabel bebas telah ada atau karena variabel

Page 26: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

bebas tersebut tidak dapat dikontrol. Penelitian ini tidak melakukan

manipulasi terhadap variabel-variabel yang ada.

3.4 Alat Ukur Penelitian

Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner.

Menurut Nazir (2005) kuesioner merupakan seperangkat pertanyaan

tertulis yang ditujukan kepada subjek penelitian agar kemudian

pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh subjek penelitian. Pertanyaan

dalam kuesioner tersebut dirancang sesuai dengan indikator-indikator yang

telah ditentukan.

3.4.1 Alat Ukur Persepsi Pernikahan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat

ukur Persepsi Pernikahan yang dikonstruk oleh peneliti berdasar

pada Stinnett & Stinnett (dalam Sofiana, 2001) yang dicerminkan

dari beberapa faktor yang menjadi alasan individu untuk menikah

yaitu: commitment, one to one relationship, companionship, love,

happiness, dan legitimation of sex and children.

Adapun skala pengukuran alat ukur tersebut berupa skala

Likert, dimana skala tersebut digunakan untuk mengukur sikap

terhadap variabel yang ingin diukur dalam suatu penelitian, dengan

menggunakan angka-angka sebagai metode perhitungannya (Nazir,

2005). Pada item favorable, perhitungan skala 1 menunjukkan

bahwa responden ”sangat tidak setuju” dengan pernyataan tersebut,

Page 27: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

skala 2 menunjukkan bahwa responden ”tidak setuju” dengan

pernyataan tersebut, skala 3 menunjukkan bahwa responden

”setuju” dengan pernyataan tersebut, dan skala 4 menunjukkan

bahwa responden ”sangat setuju” dengan pernyataan tersebut.

Perhitungan tersebut berlaku untuk item favorable.

Sedangkan untuk item unfavorable, perhitungan skala 4

menunjukkan bahwa responden ”sangat tidak setuju” dengan

pernyataan tersebut, skala 3 menunjukkan bahwa responden ”tidak

setuju” dengan pernyataan tersebut, skala 2 menunjukkan bahwa

responden ”setuju” dengan pernyataan tersebut, dan skala 1

menunjukkan bahwa responden ”sangat setuju” dengan pernyataan.

Dalam penelitian ini, persepsi pernikahan yang positif dan

persepsi pernikahan yang negatif ditentukan berdasarkan hasil

perolehan mean dari mean yang diperoleh dari total skor subjek

pada keenam domain yang mencerminkan persepsi pernikahan.

Apabila nilai yang diperoleh masing–masing domain berada di atas

mean, maka dapat dikatakan bahwa persepsi pernikahan individu

tersebut positif yang dicerminkan dari domain yang dijadikan

alasan individu untuk menikah. Begitu juga sebaliknya, apabila

nilai yang diperoleh masing-masing domain berada di bawah

mean, maka dapat dikatakan bahwa persepsi pernikahan individu

tersebut negatif yang dicerminkan dari kurangnya rasa percaya

individu terhadap domain-domain yang menjadi alasan individu

untuk menikah.

Page 28: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran Persepsi Pernikahan pada Remaja yang

Orangtuanya Bercerai

Tabel 4.4 Gambaran Persepsi Pernikahan 70 Responden SMP (%) SMA (%) TOTAL SUBJEK

(%)

Positive 19 52.8% 21 61.8% 40

57.2%

Negative 17 47.2% 13 38.2% 30 42.8%

Mean 3.1

Total 36 100% 34 100% 70 100%

Sumber : Data Penelitian 2012

Berdasarkan pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa hasil yang

diperoleh dari 70 responden remaja yang orangtuanya bercerai yaitu

terdapat sebanyak 40 responden atau sebesar 57.2% yang mempunyai

persepsi pernikahan yang positif. Sedangkan total subjek yang mempunyai

persepsi pernikahan negatif terdapat sebanyak 30 responden atau sebesar

42.8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki

persepsi pernikahan positif cenderung lebih tinggi dari subjek yang

memiliki persepsi pernikahan yang negatif.

Page 29: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Persepsi pernikahan positif dan persepsi pernikahan negatif

ditentukan berdasarkan pada mean, dimana persepsi pernikahan positif

memiliki nilai di atas nilai mean, dan persepsi pernikahan yang negatif

memiliki nilai di bawah nilai mean. Perolehan mean dari 70 responden

dalam penelitian ini yaitu sebesar 3.1.

Menanggapi hasil tersebut, menurut Hetherington & Anderson

(dalam Hines, 2012) dalam tahap perkembangannya, remaja mengalami

beberapa perubahan perkembangan, dan efek dari terjadinya perceraian

orangtua mengakibatkan timbulnya kerentanan terhadap proses

perkembangan remaja seperti adanya perubahan struktur keluarga yang

membentuk perubahan pola dan rutinitas pada remaja, timbulnya masalah

dalam hubungan sosial dan interpersonal remaja.

Kendati demikian, Hetherington & Anderson (dalam Hines, 2012)

juga mengemukakan bahwa terjadinya perceraian orangtua tidak selalu

memberikan dampak buruk terhadap perkembangan anak. Dalam

penelitiannya, ditemukan beberapa remaja yang memperoleh kekuatan

tertentu dari pengalaman perceraian orangtuanya, khususnya dalam rasa

tanggung jawab dan meningkatnya kemampuan kompetensi anak. Akan

hal tersebut, Santrock (2007) mengatakan bahwa dalam perkembangan

remaja, individu lebih cenderung mempersiapkan diri untuk memasuki

masa dewasa, mencurahkan perhatian terhadap perencanaan dan persiapan

masa depannya, termasuk persiapan untuk kehidupan berkeluarga.

Sedangkan subjek yang mempunyai persepsi pernikahan yang

negatif, cenderung menganggap bahwa pernikahan bukanlah suatu

Page 30: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

lembaga yang dapat dipercaya untuk dapat mempertahankan suatu

hubungan antara suami dan isteri yang ada dalam pernikahan. Sehubungan

dengan hal tersebut, Amato (dalam Rice & Dolgin, 2008) berpendapat

bahwa persepsi yang dimiliki individu tercermin dari cara pandang, sikap

dan tingkah laku individu terhadap sesuatu objek atau peristiwa yang

terjadi disekelilingnya. Individu mempunyai persepsi akan sesuatu hal

yang dialaminya baik bersifat positif maupun negatif. Hal tersebut terjadi

karena individu yang menentukan cara pandangnya dalam mengambil

sikap atau tingkah laku dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang

dimilikinya. Dari nilai yang dimiliki individu yang berasal dari

pengalamannya akan perceraian orangtuanya tersebut menimbulkan

persepsi yang positif maupun persepsi yang negatif terhadap pernikahan.

4.2.2 Gambaran Persepsi Pernikahan pada Remaja yang

Orangtuanya Bercerai Berdasarkan Domain pada

masing-masing Kelompok Subjek yaitu SMP dan

SMA.

Page 31: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Tabel 4.6 Diagram Persepsi Pernikahan Pada Kelompok SMP dan SMA Berdasarkan Domain

Sumber: Data Penelitian 2012

Tabel-tabel di bawah ini adalah tabel perolehan gambaran

persepsi pernikahan pada remaja yang orangtuanya bercerai

berdasarkan domain pada kelompok subjek SMP dan SMA, yaitu:

Tabel 4.7 Gambaran persepsi pernikahan berdasarkan domain pada kelompok responden SMP

SMP N Mean

Commitment 36 2.8

One to One Relationship 36 3.2

Companionship 36 3.3

Love 36 3.0

Happiness 36 3.2

Legitimation of Sex and

Children 36 3.1

Valid N (listwise) 36

Page 32: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Tabel 4.7 merupakan tabel gambaran persepsi pernikahan

berdasarkan pada domain-domain yang menjadi alasan menikah

bagi individu yang mencerminkan persepsi pernikahan pada

kelompok responden SMP.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kelompok subjek

SMP terhadap persepsi pernikahan yang tercermin dari keenam

domain-domain yang menjadi alasan menikah bagi individu, dapat

dilihat bahwa dari keenam domain tersebut domain yang paling

tinggi yaitu domain companionship dengan nilai mean sebesar 3.3,

dan domain yang paling rendah yaitu domain commitment dengan

nilai mean sebesar 2.8.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

kelompok subjek SMP domain companionship dapat dijadikan

sebagai alasan bagi individu untuk menikah. Berdasarkan teori

(Stinnett & Stinnett, dalam Sofiana, 2001) tentang alasan individu

untuk menikah, companionship menggambarkan bahwa pernikahan

memungkinkan kesempatan untuk mengatasi rasa kesepian dan

terisolasi dengan adanya aktivitas yang dapat dilakukan bersama

dengan pasangan hidup. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan

hasil mean dimana hasil yang diperoleh pada domain

companionship berada di atas mean.

Sedangkan pada domain commitment yang merupakan

domain terendah pada kelompok subjek SMP memiliki nilai mean

sebesar 2.8. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa dari

Page 33: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

keenam domain yang menggambarkan persepsi pernikahan yang

diperoleh dari kelompok responden SMP bahwa responden

menunjukkan persepsi yang negatif terhadap domain commitment,

dimana domain tersebut menggambarkan bahwa responden

menunjukkan rasa kurang percaya bahwa lembaga pernikahan

dapat dijadikan sebagai lembaga untuk mengekspresikan komitmen

antara kedua individu yang juga dilandasi dengan kesepakatan

yang jelas. Mendukung hal tersebut dalam penelitiannya,

Wallerstein & Blakeslee (dalam Jacquet, 2012) menyatakan bahwa

remaja dari keluarga bercerai ragu untuk berkomitmen dalam

menjalin hubungan dan kurang mampu untuk mengekspresikan

keinginan untuk hubungan jangka panjang.

Tabel 4.8 Gambaran persepsi pernikahan berdasarkan domain pada

kelompok responden SMA

Tabel 4.8 merupakan tabel gambaran persepsi pernikahan

yang berdasar pada enam domain dari faktor-faktor yang menjadi

SMA N Mean

Commitment 34 3.3

One to One Relationship 34 2.9

Companionship 34 3.2

Love 34 3.3

Happiness 34 3.0

Legitimation of Sex and Children 34 3.0

Valid N (listwise) 34

Page 34: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

alasan menikah bagi individu yang mencerminkan persepsi

pernikahan pada kelompok responden SMA. Berdasarkan pada

domain tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat dua domain yang

memiliki nilai tertinggi dari keenam domain pada kelompok

responden SMA yaitu domain commitment dan love dengan nilai

mean sebesar 3.3, sedangkan nilai yang terendah dari keenam

domain pada kelompok responden SMA yaitu domain one to one

relationship dengan nilai mean sebesar 2.9.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa dari keenam

domain yang mencerminkan persepsi pernikahan yang diperoleh

dari kelompok responden SMA bahwa domain tertinggi yaitu

domain commitment dan love dan domain yang terendah yaitu

domain one to one relationship, dimana domain commitment dan

love tersebut menggambarkan bahwa pernikahan merupakan

sebagai suatu lembaga dalam mengekspresikan komitmen dengan

pasangan yang bersifat kekal serta perlu dilandasi dengan cinta

yang tak terbatas guna memperkuat suatu hubungan. Sedangkan

pada domain one to one relationship yang merupakan domain

dengan nilai terendah pada kelompok subjek SMA. Dari hasil yang

diperoleh pada domain one to one relationship kelompok subjek

SMA menggambarkan bahwa individu dalam kelompok subjek

SMA mempunyai kesulitan untuk menjalin hubungan intim dengan

oranglain yang

Page 35: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

diharapkan langgeng dan bersifat monogami, sehingga hasil yang

diperoleh terhadap domain one to one relationship berada di bawah

nilai mean.

Dalam penelitiannya, Amato & Booth (dalam Risch, 2012)

yang menyatakan bahwa remaja yang mengalami perceraian

orangtua cenderung memiliki pandangan dan sikap yang lebih

positif terhadap perceraian. Sikap dan pandangan remaja tersebut

yang mencerminkan persepsi remaja terhadap pernikahan. Dalam

hal tersebut, remaja mampu mengamati bagaimana orangtua

mereka berhubungan, dengan menggunakan pengetahuan dan

pengalaman sebagai bagian dari landasan untuk mengembangkan

hubungan dengan oranglain yang akan dikaitkan terhadap

pernikahan remaja tersebut kelak (Risch, 2012).

Namun dalam penelitian ini. sebagian besar responden

yaitu sebanyak 40 responden dengan persentase sebesar 57.2%

memiliki persepsi pernikahan positif. Akan hal tersebut, responden

dalam penelitian ini masih menganggap bahwa pernikahan

merupakan suatu lembaga yang dapat menyatukan suatu komitmen

dari dua individu menjadi sepasang suami-isteri. Akan hal tersebut,

dapat disimpulkan bahwa remaja yang orangtuanya bercerai

mempunyai suatu harapan, keinginan dan cita-cita untuk

mempunyai suatu pernikahan dan keluarga yang bahagia dengan

pasangannya kelak. Hal tersebut didukung oleh, Hetherington &

Anderson (dalam Hines, 2012) mengemukakan bahwa terjadinya

Page 36: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

perceraian orangtua tidak selalu memberikan dampak buruk

terhadap perkembangan anak. Dalam penelitiannya, ditemukan

beberapa remaja yang memperoleh kekuatan tertentu dari

pengalaman perceraian orangtuanya, khususnya dalam rasa

tanggung jawab dan meningkatnya kemampuan kompetensi anak.

Akan hal tersebut, Santrock (2007) mengatakan bahwa dalam

perkembangan remaja, individu lebih cenderung mempersiapkan

diri untuk memasuki masa dewasa, mencurahkan perhatian

terhadap perencanaan dan persiapan masa depannya, termasuk

persiapan untuk kehidupan berkeluarga.

Page 37: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

5 SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil yang diperoleh dalam menggambarkan persepsi pernikahan

pada remaja yang orangtuanya bercerai berdasarkan total keseluruhan 70

responden yaitu terdapat 40 responden yang memiliki persepsi pernikahan yang

positif yaitu sebesar 57.2% dan sebanyak 30 responden yang memiliki persepsi

pernikahan yang negatif yaitu sebesar 42.8%.

Dalam penelitian ini, persepsi pernikahan yang positif dan persepsi

pernikahan yang negatif ditentukan berdasarkan hasil perolehan mean dari mean

yang diperoleh dari total skor subjek pada keenam domain yang mencerminkan

persepsi pernikahan. Apabila nilai yang diperoleh masing-masing domain berada

di atas mean, maka dapat dikatakan bahwa persepsi pernikahan individu tersebut

positif yang dicerminkan dari domain yang dijadikan alasan individu untuk

menikah. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai yang diperoleh masing-masing

domain berada di bawah mean, maka dapat dikatakan bahwa persepsi pernikahan

individu tersebut negatif yang dicerminkan dari kurangnya rasa percaya individu

terhadap domain-domain yang menjadi alasan individu untuk menikah.

Hasil yang diperoleh dari dua kelompok subjek yaitu SMP dan SMA

terhadap persepsi pernikahan, yaitu pada responden SMP terdapat 19 responden

dengan persepsi pernikahan yang positif atau sebesar 52.8% dan sebanyak 17

responden dengan persepsi pernikahan yang negatif atau sebesar 47.2%.

Sedangkan pada kelompok subjek SMA, terdapat 21 responden dengan persepsi

pernikahan yang positif yaitu sebesar 61.8% dan sebanyak 13 responden dengan

persepsi pernikahan yang positif atau sebesar 38.2%.

Page 38: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Sedangkan hasil yang diperoleh berdasarkan pada masing-masing

domain dari kedua kelompok subjek yaitu bahwa dalam kelompok subjek SMP

domain tertinggi terdapat pada domain companionship dengan nilai mean sebesar

3.3 sedangkan domain terendah terdapat pada domain commitment dengan nilai

mean sebesar 2.8. Sedangkan pada kelompok subjek SMA domain terbesar

terdapat pada domain commitment dan love yang jumlah keduanya mean-nya

sebesar 3.3 sedangkan domain terendah terdapat pada domain one to one

relationship dengan nilai mean sebesar 2.9.

5.2 Diskusi

Terjadinya perceraian orangtua tidak dapat membawa dampak yang

positif terhadap anak. Hal tersebut didukung oleh Amato (2012) yang dalam

penelitiannya menyatakan bahwa perceraian orangtua cenderung membawa

dampak buruk pada anak yang orangtuanya bercerai. Selain itu, Hetherington &

Anderson (dalam Hines, 2012) juga mengemukakan bahwa dalam tahap

perkembangannya, remaja mengalami beberapa perubahan perkembangan, dan

efek dari terjadinya perceraian orangtua mengakibatkan timbulnya kerentanan

terhadap proses perkembangan remaja seperti adanya perubahan struktur

keluarga yang membentuk perubahan pola dan rutinitas pada remaja, timbulnya

masalah dalam hubungan sosial dan interpersonal remaja, dan remaja sulit untuk

menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Mendukung hal tersebut, Amato (dalam Rice & Dolgin, 2008) juga

menyatakan bahwa terjadinya perceraian orangtua menimbulkan reaksi terhadap

perilaku remaja seperti reaksi emosional pada remaja yang memandang

perceraian orangtua sebagai kejadian traumatis yang bersifat tiba-tiba dan berada

di luar kontrol, sehingga muncul sejumlah reaksi negatif seperti perasaan depresi,

Page 39: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

dan tertekan, marah, trauma, sulit untuk memaafkan, dan menimbulkan

pandangan yang negatif terhadap pernikahan yang ditunjukkan remaja ketika

menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Mendukung hal tersebut juga, Cunningham & Thornton (2012)

menyatakan bahwa pernikahan orangtua yang buruk cenderung berpengaruh

terhadap sikap dan pandangan individu terhadap pernikahannya kelak. Hal

tersebut ditunjukkan dengan perilaku seks pranikah, hidup sendiri tanpa

mempunyai pasangan, lebih selektif dalam memilih pasangan hidup, dan juga

perceraian terhadap pernikahannya kelak pada individu yang orangtuanya

bercerai. Maka dari itu, Rogers & Amato (1997) dan Umberson et.al. (2005)

(dalam Cunningham 2012) menyimpulkan bahwa terjadinya perceraian

menyebabkan penurunan akan makna pernikahan yang mempunyai implikasi

bagi pandangan dan sikap individu terhadap pernikahan yang akan dikaitkan

dengan sikap dan perilaku individu terhadap pernikahannya kelak. Hal tersebut

disebabkan karena individu mengamati pernikahan orangtua mereka, dan karena

pernikahan orangtua merupakan indikator anak untuk meniru orangtua mereka

yang akan dikaitkan dengan pernikahannya kelak.

Apabila merujuk pada beberapa pernyataan dari tokoh-tokoh di atas,

seharusnya terjadinya perceraian orangtua cenderung menimbulkan dampak yang

buruk terhadap sikap, perilaku dan pandangan remaja terhadap pernikahan dan

perceraian. Namun dalam penelitian ini, berdasarkan hasil yang diperoleh dari

total 70 responden yaitu terdapat sebanyak 40 responden memiliki persepsi

pernikahan yang positif dan 30 responden memiliki persepsi pernikahan yang

negatif. Dengan demikian hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terkait

dengan gambaran persepsi pernikahan yang dimiliki remaja yang orangtuanya

Page 40: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

bercerai cenderung memiliki jumlah yang lebih tinggi terhadap persepsi

pernikahan yang positif dibandingkan dengan persepsi pernikahan yang negatif.

Akan hal tersebut, Hetherington & Anderson (dalam Hines, 2012)

mengemukakan bahwa terjadinya perceraian orangtua tidak selalu memberikan

dampak buruk terhadap perkembangan anak. Dengan demikian, dari hasil yang

diperoleh bahwa terjadinya perceraian orangtua tidak selalu membawa dampak

buruk terhadap anak. Walaupun dalam prosesnya tidak dapat dipungkiri bahwa

hal tersebut sangat menyakitkan bagi anak, sehingga membutuhkan beberapa

waktu bagi anak untuk dapat menerima dan beradaptasi akan terjadinya

perceraian orangtuanya.

Hetherington & Anderson (dalam Hines, 2012) yang dalam penelitiannya

menemukan beberapa remaja yang memperoleh kekuatan tertentu dari

pengalaman perceraian orangtuanya, khususnya dalam rasa tanggung jawab dan

meningkatnya kemampuan kompetensi anak. Akan hal tersebut, Santrock (2007)

mengatakan bahwa dalam perkembangan remaja, individu lebih cenderung

mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa, mencurahkan perhatian

terhadap perencanaan dan persiapan masa depannya, termasuk persiapan untuk

kehidupan berkeluarga.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak mengambil data

subjek secara mendalam sebagai informasi tambahan seperti pengelompokkan

usia yang lebih banyak, jumlah bersaudara, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jenis

perceraian orangtua, perasaan yang dirasakan saat orangtua bercerai dan lain-lain.

Dan setelah disimpulkan bahwa informasi-informasi tersebut di atas mampu

memberikan penguatan terhadap hasil perolehan persepsi pernikahan responden,

sehingga dapat dijadikan sebagai pembanding dalam tahap perkembangan.

Page 41: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Responden dalam penelitian ini harusnya terdiri minimal 161 responden dari

remaja yang orangtuanya bercerai, namun karena keterbatasannya waktu

sehingga peneliti tidak dapat mengambil responden sebanyak 161 responden.

5.3 Saran

Penulis menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam penelitian ini

dari segala aspek. Untuk itu diharapkan dalam penelitian selanjutnya, jika peneliti

selanjutnya tetap ingin melakukan penelitian terhadap remaja, diharapkan peneliti

dapat meneliti tentang hubungan atau gambaran mengenai dampak perceraian

orangtua terhadap perilaku kencan di kalangan remaja. Namun, jika peneliti

selanjutnya ingin memperdalam lagi mengenai penelitian ini, diharapkan dalam

menentukan karakteristik subjek penelitian, peneliti sebaiknya menggunakan

subjek yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda, agar memperoleh

hasil yang lebih baik dan relevan terhadap variabel yang ingin diukur yaitu

persepsi pernikahan.

Tidak hanya itu saja, dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti

dapat menggunakan campuran dalam metode penelitian yaitu dengan metode

kuantitatif dan metode kualitatif yang dapat digunakan sebagai untuk

memperoleh informasi yang lebih mendalam yang dapat mendukung penelitian.

Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menentukan beberapa

data kontrol seperti usia, jenis kelamin, tinggal bersama, pekerjaan ayah,

pekerjaan ibu, lamanya perceraian orangtua, jenis perceraian apa yang terjadi saat

orangtuanya bercerai, yang dapat dijadikan sebagai perbandingan hasil sehingga

dapat memperkaya suatu penelitian dengan tujuan untuk memperoleh suatu

gambaran tertentu.

Page 42: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

DAFTAR PUSTAKA

Amato, P.R. (2012). Parental Divorce and Attitudes toward Marriage and Family

Life. Journal of Marriage and the Family, 50(2), 453. Retrieved from

ProQuest Education Journals database.

Amato, P.R. (2012). Explaining the Intergenerational Transmission of Divorce.

Journal of Marriage and the Family, 58(3), 628-640. Retrieved from ProQuest

Education Journals database.

Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi. (edisi ke-7). Jakarta: Indeks.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bird, G., & Melville, K. (1994). Families and Intimate Relationship (6th ed.).

New York; Prentice Hall.

DeGenova, Mary.K., & Rice, Philip.F. (2005). Intimate Relationships, Marriages,

and Families (6th ed.). New York: McGraw-Hill.Inc.

Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1977). Marriage and Family Development (5th ed.).

New York: J.B Lippincott Company.

Eldar, D.A. (2012). Divorce Is A Part Of My Life…Resilience, Survival, and

Vulnerability: Young Adults’ Perception of the Implications of Parental

Divorce. Journal of Marital and Family Therapy, 35(1), 30-46. Retrieved from

ProQuest Education Journals database.

Garrison, M. (2010). The Decline of Formal Marriage: Inevitable or Reversible?

Journal of Family Law Quarterly, 41(3), 491-520. Retrieved from ProQuest

Education Journals database.

Page 43: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Hines, A.M. (2012). Divorced-Related Transitions, Adolescent Development, and

the Role of the Parent-Child Relationship: A Review of the Literature. Journal

of Marriage and the Family, 59(2), 375-388. Retrieved from ProQuest

Education Journals database.

Hurlock, E.B. (1978). Child Growth and Development (5th ed.). New York:

McGraw-Hill.Inc.

Jacquet, S.E., Surra, C.A. (2012). Parental Divorce and Premarital Couples:

Commitment and Other Relationship Characteristics. Journal of Marriage and

Family, 63(3), 627-638. Retrieved from ProQuest Education Journals

database.

Lahey, B.B. (2007). Psychology an Introduction (9th ed.). New York:

McGraw-Hill.Inc.

Martin, P.D. (2010). Expressed Attitudes of Adolescents Toward Marriage and

Family Life. Adolescence, 38, 359-67. Retrieved from ProQuest Education

Journals database.

Mulcahy.J. (2011). Get Real on Divorce's Damage to Kids. Journal of Marriage

and the Family, A 14. Retrieved from ProQuest Education Journals database.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Olson, David. H., & DeFrain, J. (2006). Marriages and Families; Intimacy,

Diversity, and Strengths (5th ed.). New York: McGraw-Hill.Inc.

Orbuch, T.L., Thornton, A., & Cancio, J. (2010). The Impact of Marital Quality,

Divorce, and Remarriage on the Relationships Between Parents and Their

Children. Marriage and Family Review, 29(4), 221. Retrieved from ProQuest

Education Journals database.

Page 44: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Papalia, D., Olds., & Feldman, R.D. (2009). Human Development (11th ed.).

Boston: McGraw-Hill.Inc.

Priyatno, D. (2011). Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS. Jakarta:

PT. Buku Seru.

Rice, P.F., Dolgin, K.G. (2008). The Adolescent: Development, Relationship, and

Culture (12th ed.). Boston: Pearson education, Inc.

Richardson, S. (2011). Parental Divorce during Adolescence and Adjustment in

Early Adulthood. Adolescence, 36(143), 467-89. Retrieved from ProQuest

Education Journals database.

Risch, S.C., Jodl, K.M., Eccles, J.S. (2012) . Role of the Father – Adolescent

Relationship in Shaping Adolescents’ Attitudes Toward Divorce. Journal of

Marriage and Family, 66(1), 46-58. Retrieved from ProQuest Education

Journal database.

Rosmadi. (2012). Informasi Keperkaraan Peradilan Agama Tahun 2011.

Retrieved from http://badilag.net/statistik-perkara/10119-informasi-

keperkaraan-peradilan-agama-tahun 2011.html

Sarwono. S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: CV.Rajawali.

Santrock, J.W. (2009). Adolescence (12th ed.). New York: McGraw-Hill.Inc.

Shienvold, A.T. (2011). High Conflict Divorce and Children Adjustment. Journal

of Marriage and The Family, 34(1), 32-34. Retrieved from ProQuest Education

Journals database.

Sofiana, Y. (2001). Perbedaan persepsi mengenai perkawinan pada dewasa

muda dari keluarga bercerai dan keluarga utuh. Program Sarjana Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Page 45: GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-00079-PS Ringkasan001.pdf · dengan keintiman, mengalami kesulitan dalam membangun dan

Statistik Perkara. (2011). Rekap Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian

Pada Tiap-tiap MSy.P/PTA Seluruh Indonesia. Retrieved from

http://badilag.net/data/ditbinadpa/Subdit%20Stadok/Rekap%20faktor%20perce

raian%20tabel%20IV.pdf

Stinnett, N., & Stinnett, N. (2005). Relationship in Marriage and The Family (8th

ed.). New York: Pearson Custom Publishing.

Wardhani, A.K. (2012). Berselisih Jadi Alasan Perceraian Tamara dan Mike

Lewis. Retrieved from http://www.tribunnews.com/2012/05/04/berselisih-jadi-

alasan-perceraian-tamara-dan-mike-lewis