gambaran kadar enzim serum glutamic oxaloacetic … muza_opt.pdf · 2018. 9. 17. · enzim ini...

56
1 GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI POLTEKKES KEMENKES KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan PendidikanDiploma IIIPoliteknik Kesehatan Kemenkes Kendari Oleh : MUZADILA JUMEI P00341015026 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    1

    GAMBARAN KADAR ENZIM Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transminase(SGOT) PADA MAHASISWA OBESITAS DI

    POLTEKKES KEMENKES KENDARI

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan PendidikanDiploma

    IIIPoliteknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    Oleh :

    MUZADILA JUMEI

    P00341015026

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    2018

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

    RIWAYAT HIDUP

    A. IdentitasDiri

    Nama : Muzadila Jumei

    NIM : P00341015026

    Tempat, TanggalLahir : Wale-ale, 07 Mei 1998

    Suku/bangsa :Muna/Indonesia

    JenisKelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Kel. Lepo-lepo

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri4Tongkuno Selatan, Tamattahun 2009

    2. SMP Negeri 2 Tongkuno Selatan, Tamattahun 2012

    3. SMA Negeri1Tongkuno, Tamattahun 2015

    4. Tahun 2015 melanjutkanpendidikan di PoliteknikKesehatan Kemenkes

    Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

    v

  • 6

    MOTTO

    Kita Hidup Bukan Di Dunia Mimpi

    Tapi, Kita Hidup Untuk Mengejar Mimpi

    Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada

    Almamaterku,

    Ayahanda dan ibunda tercinta

    Keluargaku tersayang

    Sahabat-sahabatku tersayang

    Agama, bangsa dan negaraku

    vi

  • 7

    ABSTRAK

    Muzadila Jumei (P00341015026)Analisis Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    Dibimbing oleh bapak Akhmad dan Ibu Supiati(xiii + 34 halaman + 3 tabel + 7

    lampiran).Latar Belakangobesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan

    akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga

    dapat mengganggu kesehatan.Keterlibatan SGOT pada penderita Obesitasyaitu

    akan menyebabkan kelainan pada sel jantung, sel hati, sel otot dan rangka jika

    kadar SGOT meningkat dalam tubuh.Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kadar

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita Obesitas Di

    Poltekkes Kemenkes Kendari. Metode penelitianDeskriptif dengan sampel

    penelitian berjumlah 30 penderita Obesitas. Pengambilan sampel menggunakan

    teknik Total Sampling. HasilpenelitianMenunjukkan dari 30 sampel sebagian

    besar MahasiswaObesitas hasil normal sebanyak 22 MahasiswaObesitasdan yang

    mengalami peningkatan 8MahasiswaObesitas.KesimpulanDari hasil penelitian

    dapat disimpulkan bahwa dari 30 penderita Obesitas yang diperiksa kadarSerum

    Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGTO) jumlah kadar SGOT yang normal

    lebih banyak dari jumlah kadar SGOT yang tinggi.Saran Penelitian ini

    diharapakan dapat dijadikansebagai bahan informasi, bagi masyarakat khususnya

    penderita Obesitas agar sering melekuken pemeriksaanSerum Glutamic

    Oxaloacetic Transaminase (SGOT) untuk mengetahui lebih dini mencegah

    kerusakan Sel jantung, sel hati, otot dan rangka.

    Kata kunci:Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT),Penderita

    Obesitas

    DaftarPustaka:15 buah (2006 - 2017)

    vii

  • 8

    KATA PENGANTAR

    Assalamua’alaikumWr.Wb

    Alhamdulillahirobbil‟ „Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas

    segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepadahamba-Nya,

    sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kadar Enzim Serum

    Glutamic Oxaloacetic Transminase(SGOT) Pada Penderita Obesitas Di Poltekkes

    Kemenkkes Kendari”. Penelitian inidisusun dalam rangka melengkapi salah

    satusyarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) pada

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

    Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

    Ayahanda Muslima S.Pd Dan Ibunda Sarnia S.Pd.i tercinta atas semua bantuan

    moril maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya

    demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai

    selesainya karyatulis ini. Terimakasih pula kepada saudara-saudariku Muh..

    Syadikin Hawo,S.Hi , Yusra Saroni Hawo,SPd.i dan Syahiddun Razak,S.Kom

    yang selalu mendukung dan memberi motivasi sampai saat ini.

    Proses penulisan karyatulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang,

    dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak.

    Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih

    kepada Bapak Akhmad, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Supiati,

    STP.,MPH selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran

    dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama

    menyusun karyatulis ini. Ucapan terimakasih penulis juga tujukan kepada:

    1. Askrening, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

    2. Dr. Ir. Sukanto Toding, MSP, MA selaku kepala Badan Penelitian dan

    Pengembangan Provinsi Sulawesi TenggaraSultra yang telah memberikan izin

    untuk melakukan penelitian.

    viii

  • 9

    3. Tuti Dwiyana, Amd.Anakes,SKM selaku Kepala Laboratorium Rumah Sakit

    Umum Daerah Kota Kendari yang telah memberi kemudahan dalam penelitian.

    4. Anita Rosanty, SST. M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

    5. Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd dan Tuty Yuniarty, S.Si.,M.Kes selaku

    penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

    6. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan

    serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik

    yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

    7. Teristimewa dan takterhingga penuli sucapkan terimakasih kepada kedua

    orangtua dan keluarga besar saya yang selalu menemani dalam suka dan duka,

    membantu, mendukung dan mendoakan penulis.

    8. Terkhusus penulis ucapkan terimakasih kepada Arif Hidayat Abdurrahman.SP,

    Bripda Charles Stephan Kumesan,Sri Dinaca,Nurhasnah dan Wahyul yang

    selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesah penulis.

    9. Terimahkasih Kepada Sahabat-Sahabatku Oktavia Rama Ayu Wandani,Alfrida

    Fitra Amalia,Karnila,Janiati Ija dan Marsaina yang selalu memberi semangat

    kepada penulis.

    10. Terimakasih kepada seluruh teman – teman Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

    Kemenkes Kendari angkatan tahun 2015 yang selalu memberikan semangat

    kepada penulis.

    Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk

    menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian

    selanjutnya .Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib di lewati dari masa

    studi yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis

    Amin.

    WassalamualaikumWr.Wb

    Kendari, 26 Juni 2018

    Peneliti

    ix

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

    MOTTO ............................................................................................................. vi

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah................................................................................. 3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang SGOT .......................................................... 4

    B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas ....................................................... 7

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Teori Kerangka Konsep ...................................................................... 18

    B. Bagan Kerangka Konsep .................................................................... 19

    C. Variabel Penelitian ............................................................................. 19

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................................ 20

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ................................................................................... 21

    B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 21

    C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 21

    x

  • 11

    D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 22

    E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 22

    F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium.................................................. 23

    G. Jenis Data ............................................................................................ 25

    H. Analisis Data....................................................................................... 25

    I. Pengolahan Data ................................................................................. 25

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................... 24

    B. Hasil Penelitian ................................................................................... 25

    C. Pembahasan ........................................................................................ 27

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 31

    B. Saran ................................................................................................... 31

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    xi

  • 12

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

    Penderita Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Penderita

    Obesitas Di Poltekkes Kemenkes Kendari

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic

    Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Pada Penderita Obesitas Di

    Poltekkes Kemenkes Kendari

    xii

  • 13

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Lembar Hasil Penelitian

    Lampiran 2 : Tabulasi Data

    Lampiran 3 : Master Tabel

    Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Kendari

    Lampiran 5 : Surat Izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah

    Provinsi Sulawesi Tenggara

    Lampiran 6 : Surat keterangan telah melakukan penelitian

    Lampiran 7 : Dokumentasi Proses Penelitian

    xiii

  • 14

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 mendefinisikan

    obesitas adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan

    resiko bagi kesehatan. Obesitas merupakan dua hal yang berbeda, namun

    demikian keduanya sama-sama menunjukan adanya penumpukan lemak yang

    berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indek massa

    tubuh (IMT) di atas normal.

    Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

    dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi

    perluasan ke dalam jaringan organnya.Terjadinya obesitas lebih ditentukan

    oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik,

    maupun keduanya (Misnadierly, 2007).

    Hasil pemeriksaan obesitas di sulawesi tenggara pada tahun 2016

    menunjukan dari 86.430 penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang

    dilakukan pemeriksaan, 22.025 atau 25,48% di antaranya mengalami

    obesitas. Pada obesitas lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan

    jumlah 29,13% sedangkan pada laki-laki sebesar 13,20%. Hasil tersebut

    cukup mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya

    jumlah obesitas baik di indonesia maupun dunia, padahal sulawesi tenggara

    dalam hal gaya hidup dan pola konsumsi belumlah seperti kota atau daerah

    yang lebih maju lainnya di indonesia (profil Dinkes,2016).

    Hasil penelitian weni kurdanti (2015) menunjukkan bahwa asupan energi

    merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja sejalan dengan hasil

    penelitian yang menemukan asupan energi berlebih lebih banyak ditemukan

    pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok non-obesitas. Rata-rata

    asupan energi remaja obesitas diperoleh dari jenis makanan tinggi energi

    seperti kontribusi konsumsi sumber energi yaitu nasi 3 kali sehari, roti putih 2

    lembar sekali makan, kentang, mie bihun, mie instan, dan dari jenis umbi-

    umbian. Dari hasil wawancara dengan subjek juga didapatkan bahwa

    1

  • 2

    makanan yang dikonsumsi menyumbangkan asupan energi tinggi yaitu

    makanan dari makanan cepat saji (fast food). Dalam satu minggu remaja

    obesitas dapat pergi ke outlet-outlet atau restoran cepat saji sebanyak 1-2 kali.

    Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda

    usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT

    (Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi

    pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan

    SGPT terjadi peningkatan.

    Aspartate amino transferase(AST) atau SGOT adalah enzim yang

    biasanya terdapat dalam jaringan tubuh,terutama dalam jantung dan hati.

    Enzim ini dilepaskan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera jaringan,oleh

    karena itu kosentrasi dalam serum SGOT dapat meningkat pada penyakit

    infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati (dorland,1998).

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) adalah enzim hepar

    yang membantu produksi protein,enzim ini juga mengkatalis transfer suatu

    gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat yang menghasilkan oksaloasetat

    dan glutamate. Kadar normal pada SGOT yaitu

  • 3

    otot akan bekerja lebih keras. Kadar Enzim SGOTpun akan meningkat

    dikarenakan aktifitas pada jantung dan otot berlebih. Berdasarkan hal ini

    maka peneliti tertarik untuk meneliti “gambaran Enzim SGOT pada obesitas

    di Poltekkes Kemenkes Kendari”

    B. Rumusan masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana hasil kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transminase) pada Penderita Obisitas di Poltekkes Kemenkkes Kendari

    C. Tujuan penelitian

    1.Tujuan umum:

    Mengetahui hasil pemeriksaan kadar Enzim SGOT (Serum

    GlutamicOxaloacetic Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes

    Kemenkes Kendari

    2. Tujuan khusus:

    a. Untuk mengetahui kadar Enzim SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transminase) pada Penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi institusi pendidikan

    sebagai sumbangan ilmiah terhadap Almamater Jurusan Analis

    Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari. Serta bahan informasih dan

    masukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan bagi calon

    pranata Laboratorium Kesehatan terutama di bidang Kimia Klinik

    2.Manfaat bagi peneliti

    menambah wawasan,pengalaman dan pengetahuan serta bahan dalam

    penerapan ilmu metode penelitian,khususnya tentang pemeriksaan

    Kadar Enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase pada Penderita

    Obesitas.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase

    (SGOT)

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) Serum ini merupakan

    enzim hepar yang membantu produksi protein. Enzim ini mengkatalisa transfer

    suatu gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat menghasilkan oksaloasetat

    dan glutamat. Selain di hepar, enzim ini juga ditemukan pada organ lain seperti

    jantung, otot rangka, otak, dan ginjal. Kerusakan pada salah satu dari beberapa

    organ tersebut bisa menyebabkab peningkatan kadar pada enzim dalam darah.

    Kadar normal ada pada kisaran

  • 5

    1. Patofisiologi Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT)

    Serum Glutamic Oksaloasetik Transminase (SGOT) yang berada sedikit di

    atas normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit bisa saja

    peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. Kadar SGOT juga

    gampang berubah mungkin pada saat pemeriksaan, kadarnya sedang tinggi.

    Namun setelah itu, dia akan kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat

    di periksa, kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Karena

    itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk

    membuat kesimpulan (Widjaja, 2009).

    2. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamiv

    OksaloasetikTransminase (SGOT)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang

    berhubungan dengan nilai SGOT, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    kadar SGOT yaitu:

    a. Istirahat tidur

    Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya

    atau waktu tidurnya kurang dari 7 atau 8 jam dapat mempengaruhi

    kadar SGOT.

    b. Kelelahan

    Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau

    kelelahan yang diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi

    kadar SGOT.

    c. Konsumsi obat-obatan

    Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGOT.

    Seperti Isoniasid,Metildopa,Fenitoin dan Asam Valproat.

  • 6

    3. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium

    a. Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST

    b. Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat

    menurunkan kadar SGOT/AST

    c. Hemolisis sampel darah

    d. Obat-obatan dapat meningkatkan kadar: antibiotik (ampisilin,

    karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,

    linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat,

    piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),

    antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat

    digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin),

    isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat

    menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

    4. Kondisi yang terjadi jika meningkatnya kadar SGOT/AST:

    a. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut,

    infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis

    infeksiosa

    b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu,

    aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau

    primer), distrophia muscularis

    c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark

    paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).

    5. Masalah klinis SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

    a. Penurunan kadar: kehamilan, diabetik ketoasidosis, beri-beri.

    b. Peningkatan kadar: Infark miokard akut (IMA), ensefalitis, nekrosis

    hepar, penyakit dan trauma muskuloskeletal, pankreatitis akut,

    ekslampsia, gagal jantung kongestif (GJK). Obat-obat yang dapat

    meningkatkan nilai AST: Antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat,

    pidoksin, vitamin A), antihipertensi (metildopa Aldoment, guanetidin),

  • 7

    teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin

    (Indocin), isoniazid (INH), rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi

    intramuskular (IM) (Joyce, 1997)

    B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas

    1. pengertian

    Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada

    jaringan adipose Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu

    keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di

    jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

    Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak

    kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk

    menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut

    disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).

    Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi

    pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk

    makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan,

    maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi

    tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan

    adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi

    pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori

    yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak

    disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga

    intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali

    menimbun cukup lemak pada orang obesitas.Perkembangan obesitas pada

    orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan

    peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat

    memiliki adiposity sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit

    memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus (Guyton, 2007)

  • 8

    Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat

    menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena

    itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat

    membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu

    akan meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan

    menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel

    otot dan rangka

    2. Etiologi Obesitas

    Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan

    penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya

    hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang

    dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh

    karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain

    aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007).

    a.Genetik

    Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetic yang

    pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena

    anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola

    aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan

    bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetic.Gen

    dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau

    lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta

    penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas

    adalah mutasi MCR-4,yaitu penyebab monogenik tersering untuk

    obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang

    diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi

    reseptor leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab

    monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari

    seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi

  • 9

    dengan faktor lingkunganuntuk mempengaruhi jumlah dan distribusi

    lemak (Guyton,2007)

    b.Aktivitas fisik

    Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama

    obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang

    teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak

    tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak kuat dapat menyebabkan

    pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu

    pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat

    meningkatkan pengeluaran energy melebihi asupan makanan, yang

    berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

    Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap

    pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua

    faktor: yaitu tingkat aktivitas dan olahraga secara umum dan angka

    metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk

    mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua factor tersebut

    metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari

    pengeluaran energi orang normal.Meski aktivitas fisik hanya

    mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat

    normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas

    fisik memiliki peran yang sangat penting.Pada saat berolahraga kalori

    terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang

    hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme

    basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn

    metabolism basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan

    menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan

    olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan

    kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi

    turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat

    penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar

  • 10

    kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya

    metabolisme normal (Guyton, 2007).

    c.Perilaku makan

    Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak

    baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,

    diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti

    dengan meningkatnya prevalensi obesitas di Negara maju.Sebab lain

    yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,

    dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran

    stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak

    sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam

    obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel

    lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama

    kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin

    besar pula jumlah sel lemak.Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak

    cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti(Guyton,

    2007).

    d.Dampak penyakit lain

    Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma

    dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas

    adalah hypogonadism,Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,

    craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa

    anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik

    oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka

    sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada

    berat badan (Flier et al, 2005)

    3. Klasifikasi Obesitas

    Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana dari berat

    badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan

    kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Hal ini

  • 11

    didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan

    kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).5

    Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi

    berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh (IMT)

    merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang

    dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi

    dengan kwadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman,2007).

    Rumus menentukan IMT: IMT =BB

    TB(m)2

    Tabel:dibawah ini merupakan klasifikasi berat badan berlebih dan

    obesitas pada orang dewasa menurut WHO.

    Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi

    tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT

    digunakan untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan

    pola hidup, kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak

    dan protein, serta rendah karbohidrat.IMT tidak dapat membedakan otot

    dengan lemak, selain itu pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam

    tubuh yang merupakan factor penentu utama risiko gangguan metabolisme

    yang dikaitkan dengan kelebihan berat badan.Pola penyebaran lemak

    tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio lingkar pinggang dan pinggul

    atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur pada titik yang

    Klasifikasih IMT (kg/m2) Resiko obesitas

    Kurus =25

    Pre-obes 25-29,9 Meningkat

    Obes 1 30-34,9 Sedang

    Obes 2 35-39,9 Berat

    Obes 3 >40 Sangat berat

  • 12

    tersempit sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu ukuran

    pinggang dibagi dengan ukuran pinggul (Arora et al,2007).

    Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas

    yaitu:

    a. Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan

    pertumbuhanlemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu

    sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada umumnya

    dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang

    menumpuk adalah lemak jenuh.

    b. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada

    bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe

    ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah

    lemak tidak jenuh

    Gambar 1. Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Peashaped.

  • 13

    3. Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul(RLPP)

    1. Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas (2013) yaitu

    sebagai berikut:

    a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian

    bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang

    rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.

    b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

    c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.

    d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir

    titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik

    tengah tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri

    tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).

    e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah

    kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut

    kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.

    f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut

    kebawah,pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu

    berakhir pada titik tengah tersebut lagi.

    g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang

    mendekati angka 0,1 cm.

    4. Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas (2013) yaitu

    sebagai berikut:

    a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata

    pada setiap kaki.

    b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha

    c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita

    biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya

    sekitar 2 - 4 cm bawah pusar.

    d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan.

    e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm.

  • 14

    4. Teknik pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO yaitu

    sebagai berikut:

    a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat

    badan dan dicatat.

    b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat berapa

    tinggi badan dan dicatat.

    c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan

    cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi badan (cm)

    (dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter diubah ke meter).

    d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai Indeks

    Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden dinyatakan

    Obesitas.

    6. Dampak Obesitas

    Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan.Obesitas

    berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena

    meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab

    dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya,dan terutama

    oleh sebab kardiovaskular.Beberapa efek patologis dari obesitas adalah

    resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2, gangguan pada system

    reproduksi, penyakit kardiovaskular, penyakit pulmoner, Gallstones (batu

    empedu), penyakit tulang, sendi dan kulit (Flier et al, 2005).

    7. Tipe-tipe obesitas

    Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan

    Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu:

    a. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel

    yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-

    selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-

  • 15

    anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa

    anak-anak akan lebih sulit.

    b. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang

    lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini

    terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan

    lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

    c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi

    karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini

    dimulai pada masa anak – anak dan terusberlangsung sampai setelah

    dewasa.Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini

    merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya

    komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

    8. Resiko obesitas

    Dari segi fisik,orang yang mengalami obesitas akan mengalami rendah

    diri dan merasa kurang percaya diri. Sehingga seringkali akan mengalami

    tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya (Purwati,

    2001).

    Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan idial, akan

    menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi

    organ tubuh (Misnadierly, 2007).

    Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit

    degeneratif. Penyakit – penyakit tersebut antara lain:

    a. Hipertensi

    Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi

    terhadap Penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan

    bahwa pada usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua

    kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan orang

    yang mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).

    b. Jantung koroner

  • 16

    Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi

    akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil

    penelitianmenyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar

    88 % mendapat resiko terserang penyakit jantung koroner.

    Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan

    terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga

    menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40 tahun ternyata

    berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan

    kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).

    c. Diabetes

    Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi

    tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan.

    Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa

    adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes

    mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan

    bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat badan sebaiknya

    dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan sumber lemak

    dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat (Purwati, 2001)

    d. Gout Penderita

    Obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi

    yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya

    ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan

    berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001)

    e. Batu Empedu

    Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih

    tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan

    menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi didalam

    hati dan disimpan dalam kantong empedu.Penyakit batu empedu lebih

    sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat

    badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya

    membantu dalam pencegahannya. Sedangkan untuk mengobati batu

  • 17

    empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui

    pembedahan (Andrianto, 1990).

    f. Kanker

    Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan

    obesitas akan beresiko terkena kanker usus besar, rectum, dan kelenjar

    prostate.Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim

    dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi

    lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan

    sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap

    resiko penyakit kanker payudara (Purwati, 2001).

    Obesitas terjadi bila jumlah sel lemak bertambah pada tubuh

    seseorang.Bila seseorang bertambah berat badannya,maka ukuran sel

    lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah

    banyak.Secara fisiologis obesitas di defenisikan sebagai suatu keadaan

    dengan akumuasi lemak yang tidak normal,keadaan obesitas ini dapat

    berisiko pada penyakit kardiovaskuler (jantung).

    Pada penderita obesitas aktifitas fisik yang tidak baik dapat

    menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh

    karena itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan

    dapat membuat tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh

    tubuh yaitu akan meningkatkan kadar SGOT.Peningkatan enzim SGOT

    akan menyebabkan penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel

    hati,sel otot dan rangka.

  • 18

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran

    Obesitas merupakan kondisi kronis pada tubuh dimana terjadinya

    penumpukkan lemak berlebih dalam tubuh melebihibatas yang baik untuk

    kesehatan.Seseorang dianggap menderita Obesitas bila indeks massa tubuh

    (IMT), yaituhasil ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan

    dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari

    30 kg/m2.

    Menurut peniliti guiraudou m et al (2013) mengemukakan bahwa obesitas

    dapat meningkatkan viskositas darah karena kenaikan hematokrit (HCT) dan

    dapat meingkatkan Enzim hati atau peningkatan kadar serum glutamic

    oxaloacetictransminase (SGOT) yang dapat menyebabkan kerusakan hati,otot

    rangka,ginjal dan jantung.

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim

    yang biasanya terdapat dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan

    hati,enzim itu dilepasakan ke dalam serum sebagai akibat dari cedera

    jaringan, oleh karena itu konsentrasi dalam serum SGOTdapat meningkat

    pada penyakit infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati. Tujuan

    pemeriksaan SGOT yaitu untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati

    dan pendeteksian infeksi bahkan kerusakan atau cedera pada jaringan otot,

    jantung bahkan hati.

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) banyak terdapat dalam

    mitokondria dan dalam sitoplasma, Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut,

    maka akan terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak

    mengeluarkan enzim Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)

    jadi,jika kadarnya meningkat karna pengaruh kerusakan mitokondria maka

    akan menyebabkan kelainan pada sel jantung.

  • 19

    Obesitas akan menyebabkan jantung bekerja keras dalam memompa darah

    untuk diedarkan keseluruh tubuh sehingga jantung akan bekerja lebih cepat

    dan memyebabkan jantung membesar hal ini sangat berpotensi yang dapat

    meningkatkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT).

    Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) meningkat karna

    terjadi aktivitas jantung yang berlebihan sehingga menyebabkan SGOT

    meningkat

    Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti kadar Enzim SGOT pada

    Penderita Obesitas di Poltekkes Pemenkes Kendari

    B. Bagan Kerangka Konsep

    Mahasiswa Obesitas

    Pengambilan Darah Vena

    Pemeriksaan Kadar enzim SGOT

    (serumglutamic 0xaloacetik transminase)

    Hasil Pemeriksaan

    Kadar SGOT Normal

    Hasil Pemeriksaan

    Kadar SGOT

    Abnormal

  • 20

    C. Variabel Penelitian

    Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, kadar Serum Glutamic

    0xaloacetik Transminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas

    a. VariabelBebas

    Mahasiswa obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.

    b. VariabelTerikat

    Pemeriksaan Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT)

    Pada Mahasiswa Obesitas di Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari.

    D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

    1. Devenisi Oprasional

    a.Obesitas adalah orang yang memiliki Berat Badan 20 % atau lebih dikali

    tinggi badan normal atau IMT = ≥ 30

    b. Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase (SGOT) merupakan enzim

    yang berfungsi untuk menggambarkan fungsi hati atau kondisi hati dan

    pendeteksian infeksi pada jaringan otot jantung dan hati dengan

    memeriksa serum menggunakan alat Polio 100.

    2. Kriteria Objektif

    a. Nilai normal pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetik Transminase

    (SGOT),yaitu

    1. Pada Laki-laki dikatakan normal jika kadar serum SGOT

    =35 µl

    2. Pada Perempuan dikatakan normal jika kadar serum SGOT= < 31 µl

    sedangkan dikatakn tidak normal jika kadar serum SGOT = > 31 µl

  • 21

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang digunakan untuk

    memperoleh Gambaran Enzim SGOT (Serum Glutamic oxaloacetic

    Transminase) di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    B. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat

    Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium RSUD Kota Kendari.

    2. Waktu

    Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 – 13 April 2018

    C. Populasi Dan Sampel

    1. Popuasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah 30 Mahasiswa Obesitas yang

    berada di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    2. Sampel

    Sampel merupakan yang menderita obesitas dari populasi yang

    dipilih untuk digunakan dalam penelitian. Teknik dalam pengambilan

    sampel yaitu total sampling.

    3. Kriteria inklusi dan eksklusi

    a. Kriteria inklusi

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

    suatu populasi. Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti

    adalah:

    1. Seseorang yang di duga obesitas yang berada di Poltekkes

    Kemenkes Kendari dengan nilai IMT > 30

    2. Responden bersedia di ambil darahnya

    21

  • 22

    b. Kriteria eksklusi

    Kriteria eksklusi adalah keadaaan yang menyebabkan subjek

    memenuhi kriteria inklusi namun tidak di ikut sertakan dalam

    penelitian. Adapun kriteria eksklusi sampel yang akan di teliti adalah:

    1. Seseorang yang tidak di duga obesitasyang berada di Poltekkes

    Kemenkes Kendari dengan nilai IMT

  • 23

    d. Tips kuning dan biru

    e. Alkohol 70%

    f. Spoit 3cc

    g. Kapas

    h. Tisu

    F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

    1. Pra analitik:

    a.Persiapan Sampel:

    1. Persiapan Responden

    a. Lakukan penimbangan pada responden untuk melihat berapa berat

    badan dan dicatat.

    b. Lakukan pengukuran tinggi badan pada responden utuk melihat

    berapa tinggi badan dan dicatat.

    c. Setelah itu lakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

    dengan cara berat badan responden (kg) dibagi dengan tinggi

    badan (cm) (dalam perhitungan ini tinggi badan dari centimeter

    diubah ke meter).

    d. Hitung berapa Indeks Massa Tubuh pada responden,Jika nilai

    Indeks Massa Tubuh (IMT) responden > 30 maka responden

    dinyatakan Obesitas.

    2. Pengambilan darah vena

    a. Persiapan alat dan bahan.

    b. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan

    pasien senyaman mungkin.

    c. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak

    melakukan aktivitas dan pasang tali pembendung (tourniquet)

    kira-kira 10 cm diatas lipat siku.

    d. Pilih bagian vena median cubital atau chepalic. Lakukan perabaan

    (palpasi) untuk memastikan posisi vena.

  • 24

    g. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas

    alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah di bersihkan

    jangan di pegang lagi.

    h. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas.

    Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk

    ke dalam semprit.

    i. Letakkan kapas kering ditempat suntikan lalu segera lepaskan atau

    tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-

    kira 15 menit.

    3. Cara memperoleh serum

    a. Disediakan tabung centrifuge yang bersih dan kering.

    b. Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 3 ml, kemudian

    diamkan beberapa menit lalu dimasukkan dalam centrifuge dan

    putar selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

    c. Tabung dikeluarkan dari centrifuge, cairan kuning yang terdapat di

    bagian atas yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan.

    2. Analitik:

    a. Disiapkan semua alat yang akan digunakan

    b. Pastikan alat sudah standby

    c. Letakkan botol reagent pada botol reagent sesuai dengan no dan

    posisinya masing-masing yang dapat dilihat atau disamakan dilayar

    pada menu status

    d. Siapkan sampel pasien yang akan dikerjakan,kemudian ambil serum

    pasien

    e. Masukkan serum kedalam cup Min. 300 µl dengan mikropipet,lalu

    masukkan pada sampel cup. (Hindari adanya gelembung pada serum

    pasien yang ada di sampek cup)

    f. Klik work list pada pojok kiri bawah layar dan akan masuk ketampilan

    pengisian data pasien.

  • 25

    g. Klik SMP untuk mengerjakan sampel pasien,kemudia isikan

    - ID code (urut dengan no. Sebelumya)

    - Sample type: Serum

    - Patient type: Male/fimale/pedriatic

    - Tube type: Sampel cup

    h. Kemudian pilih parameter yang ingin dikerjakan,dengan cara mengKlik

    parameter yang diinginkan hingga lampu bulat menyala.

    i. Setelah itu isikan data pasien dengan mengKlik Patient Private

    Data,kemudian akan tampil kolom pengisian data pasien. Isikan No

    Unique Id sama dengan No. Id Code pasien. Selanjutnya isikan sesuai

    data pasien.

    j. Kemudian klik SAVE untuk menyimpan data pasien dan klik close

    untuk keluar dari kolom Patient Private Data

    k. Selanjutnya klik SAVE In WL

    3. Pasca analitik:

    Nilai rujukan:

    a. Normal laki-laki:

  • 26

    H. Pengolahan Data

    1. Menggunakan RumusIMT = BB

    TB(m)2

    2. Frekuensi Dari =

    x 100%

    I. Penyajian Data

    Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian

    dijelaskan dalam bentuk narasi

  • 27

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

    RSUD Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung peninggalan

    pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan telah

    mengalami beberapa kali perubahan yaitu : dibangun oleh Pemerintah

    Belanda pada tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang

    pada tahun 1942 – 1945 menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 –

    1960, menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi

    Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi RSU Kota

    Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota Kendari No.17 Tahun

    2001.

    Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota Kendari

    oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003.Pada tanggal 9

    Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari

    resmi menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto

    No: 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12 – 14

    Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit

    (KARS), dan berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan

    (Administrasi & Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,

    Pelayanan Medik dan IGD) Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16

    Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD

    Kota Kendari sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.

    2. Letak Geografis

    RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari, tepatnya di

    Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan

    luas bangunan 1.800 M2. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari

    telah membebaskan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit,

    27

  • 28

    yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP,

    DAK dan DPPIPD.

    3. Sarana Laboratorium

    a. Ruang registrasi pasien

    b. Ruang sampling

    c. Ruang hematologi dan imunoserologi

    d. Ruang kimia klinik

    e. Ruang inkubator

    f. Ruang petugas laboratorium

    g. Ruang bakteriologi/BTA dan parasitologi

    h. Ruang dokter patologi klinik

    i. Ruang pantry

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

    (SGOT) pada penderita Obesitas di Poltekkes Kemenkes Kendari yang

    dilakukan pada bulan April 2018. Dengan jumlah sampel sebanyak 30

    penderita Obesitas terdiri atas 3 laki-laki dan 27 perempuanyang Berada di

    Poltekkes Kemenkes Kendari lalu dilakukan pemeriksaan Serum Glutamic

    Oxaloacetic Transaminase (SGOT)

    1. Karakteristik Responden

    Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes Kemenkes

    Kendari

    Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

    Laki – Laki 2 25

    Perempuan 6 75

    Total 8 100

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    Berdasarkan tabel 5.1 penderita Obesitas yang telah dilakukan

    pemeriksaan SGOT jenis kelamin laki-laki 2 penderita Obesitas dengan

    28

  • 29

    persentase 25%. Dan jenis kelamin perempuan sebanyak 6 penderita

    Obesitas dengan persentase 75%. Sehingga dapat diketahui jumlah

    penderita Obesitas lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan di

    bandingkan laki-laki.

    2. Variasi Penelitian

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Serum Glutamic

    Oxalacetic Transaminase (SGOT) Pada Mahasiswa

    Obesitas Di Poltekkes Kendari

    No. Hasil Frekuensi (n) Persentase (%)

    1 Normal 22 73

    2 Tinggi 8 27

    Total 30 100

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan

    Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada penderita

    Obeitas Di Poltekkes Kendari. Terdiri dari kadar normal 22 penderita

    Obesitas dengan persentase 73% dan kadar tinggi 8 penderita Obesitas

    dengan persentase 27%.

    C. Pembahasan

    Dari hasil penelitian tentang pemeriksaan kadar Serum Glutamic

    Oxaloacetic Transaminase (SGOT) pada Mahasiswa Obesitas Di Poltekkes

    Kemenkes Kendari ditemukan bahwa dari 30 penderita Obesitas sebagian

    besar kadar Serum Glutamic Oxaloacetc Transaminase (SGOT) dengan kadar

    normal sebanyak 22yang terdiri dari 21 perempuan dan 1 laki-laki sedangkan

    dengan kadar tidak normal didapatkan sebanyak 8 yang terdiri dari 6

    perempuan dan 1 laki-laki. Hal ini sesuai teori Joko (2006) mengatakan

    bahwa jika pada Obesitas memiliki pola tidur yangteratur, tidak kelelahan,

    tidak memiliki aktivitas fisik yang banyak dan tidak mengomsumi obat-

    obatantidakakan menyebabkan kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transaminasedalam tubuh meningkat.

  • 30

    Menurut penelitian Friedly 2014 tentang enzim hati pada dewasa muda

    usia 18 sampai 21 tahun mendapatkan hasil bahwa peningkatan kadar SGOT

    (Serum Gluamic Oxaloacetic Transminase) dan SGPT lebih tinggi terjadi

    pada laki-laki karna dipengaruhi oleh estrogen yang menyebabkan SGOT dan

    SGPT terjadi peningkatan.

    Pada penelitian ini mendapatkan hasil dari 30 orang Mahasiswa

    Obesitasdidapatkan 8 orang diantaranya 2 laki-laki dan 6 perempuan

    memiliki kadar SGOT lebih tinggi terjadi pada perempuan. Salah satu faktor

    yang dapat mempengaruhi kadar Serum Glutamic OxaloaceticTransminase

    pada perempuan yaitu Hormon Estrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Guyton.C (2007) yang mengatakan bahwa mengomsumsi obat – obattan

    seperti Pil KB dapat meningkatkan Hormon Estrogen dalam tubuh. Dalam

    penelitian ini responden yang diperiksa kadar Serum Glutamic Oxaloacetic

    Transminasemerupakan perempuan dewasa yang sudah menikah.

    Adapun faktor – faktor lain yang dapat meningkatkan Kadar Serum

    Glutamic Oxaloacetic Transminase yaitu pola tidur yang kurang baik. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Tarwoto dan Wartonah (2006) bahwa kelompok

    umur dengan kategori dewasa dimana pola tidur yang dialami oleh kelompok

    ini sering mengalami Insomnia dan sulit untuk dapat tidur dengan teratur.

    Penulis juga berasumsi bahwa aktifitas fisik yang tidak baik dapat

    menyebabkan kegagalan dalam proses penurunan berat badan. Oleh karena

    itu pada obesitas peningkatan aktivitas tubuh yang berlebihan dapat membuat

    tubuh kelelahan. Kelelahan yang di akibatkan oleh tubuh yaitu akan

    meningkatkan kadar SGOT. Enzim SGOT yang tinggi akan menyebabkan

    penderita mengalami kelainan pada sel jantung,sel hati,sel otot dan rangka.

    Transminase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam

    proses pemindahan gugus alpha amino alanin untuk menjadi asam glutamate

    dan asam pyruvat. Enzim ini didapat pada sel hati dalam kadar yang jauh

    lebih tinggi dari pada sel-sel jantung dan otot. Dalam keperluan klinik test

    SGOT enzim ini juga membantu dalam mendeteksi nekrosis sel hepar, tapi

    dianggap petanda yang kurang spesifik untuk kerusakan sel hepar sebab

  • 31

    enzim ini juga bisa menggambarkan kelainan pada jantung, otot rangka, otak,

    dan ginjal (Daniel S. Pratt, 2010).

    Kadar SGOT meningkat pada beberapa kelainan pada jantung,otot

    rangka,otak dan ginjal. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya

    dengan keadaan yang menyebabkankerusakan hepatoseluler akut, infark

    miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa

    Dari penelitian pemeriksaan SGOT, dengan jumlah 30 pasien terjadi

    peningkatan kadar SGPOT sebanyak 8 pasien, namun peningkatan kadarnya

    bersifat sedang dengan rata-rata peningkatanya 1-2 kali normal. Karena itu

    satu kali pemeriksaan saja belum bisa dijadikan kesimpulan bahwa terjadi

    adanya kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal.

    SGOT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan

    seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibatadanya

    kelainan pada jantung,otot rangka,otak dan ginjal. Kadar SGOT juga

    gampang naik turun. Mungkin saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi.

    Namun setelah itu kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa,

    kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Oleh karena itu, satu

    kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk membuat

    kesimpulan.Selain itu, banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

    peningkatan pada SGOT seperti, obat tertentu, Kurangnya istirahat tidur,

    kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau kelelahan

    yang diakibatkan karena olahraga.

    Kekurangan dari penelitian ini ialah jumlah sampel yang diperiksa

    terbatas. Dikarenakan pada saat turun ke lapangan banyak dari masyarakat

    yang sedang tidak ada ditempat dan ada juga yang tidak berkenan menjadi

    responden dikarenakan berbagai alasan, mungkin karena agak sedikit malu

    dengan berat badan yang tidak Ideal Khususnya utuk wanita bahkan takut

    dengan jarum suntik sehingga banyak yang menolak menjadi responden.

    Sampel dalam penelitian ini laki-laki 3 oang dan perempuan 27 yang

    berjumlah 30 orang.

  • 32

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian tentang analisis kadar Serum Glutamic

    OxaloaceticTransaminase (SGOT) yang dilakukan pada 30 penderita

    Obesitas dapat disimpulkan bahwa ditemukan 8 penderita Obesitas yang

    memiliki kadar SGOT tidak normal dengan persentase 27% dan didapatkan

    22 penderita Obesitas yang memiliki kadar SGOT normal dengan persentase

    73%.

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan:

    1. Diharapkan bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    khususnya Jurusan Analis Kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan

    informasi menyangkut dengan pengembangan penelitian mahasiswa

    selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

    2. Diharapkan bagi Rumah Sakitkhususnya Laboratorium untuk memberikan

    anjuran kepada penderita Obesitas untuk melakukan pemeriksaan Serum

    Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) guna mengetahui

    pemeriksaan faal hati.

    3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk memeriksa Kadar Serum

    Glutamic Oxaloacetic Transminase pada penderita obesitas yang berkaitan

    dengan faktor – faktor yang dapat meningkat kadar SGOT dalam tubuh.

    Misalakan pada penderita Obesitas yang mengomsumsi obat – obattan

    tertentu.

    32

  • 33

    DAFTAR PUSTAKA

    Alimul hidayat A.A.2010.metode penelitian kesehatan para digma

    kuantitatif.jakartaheath books.

    Arora,M.,koley,S.,gupta,s & Shandu,J.S,.2007. A study on lipid profile andbody fa

    in patients with diabetes mellitus.anthropologist.9(4):295-298

    Aru W,sudoyo.2009.buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi v.jakarta;interna

    publishing.

    Dorland.1998.kamus saku kedokteran Dorland,edisi 25.jakarkata:EGC

    Flier,J.S.Flier,E.Mkasper,D.L.,Fauci,A.s,.longo,D.L.,Braunwald,E.

    ,Hauser,S.L.,& jameson ,J.L.Harrison‟s. 2005. Obesty in principle of

    internalMedicine.New York:McGraw-Hill,422-427.

    Guiraudou M, Varlet-Marie E, Raynaud de Mauverger E, Brun JF. 2013.

    Obesityrelated increase in whole blood viscosity includes different profiles

    according to fat localization. Clin Hemorheol Microcirc. 2013;55;63-73

    Guyton A.C and J.E. hall.2007. buku ajar fisiologi kedokeran.edisi

    9.jakara:EGC.74,76,80-81,244,248,606,636,1070,1340.

    Joycelefever kee.1997.buku saku pemeriksaan laboratorium & diagnosikdengan

    implikasi keperawatan.EGC.jakarta.

    Kurdanti Weni et al. 2015. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas

    pada remaja” Jurnal gizi klinik Indonesia. (11): 179-190.

    Pratt Daniel .S.2010.liver chemistry and function test.In:Feldma

    M,Friedma,L.S.,Brandt,L.J.,eds.Sceisenger and Fordtran‟s

    Gastrointestinaland liver disease.saunders Elsevier.philadelphia,PA.

    Profile DINKES.2016.Pedoman umum gizi seimbang.Kemenkes RI:

    http://gizinet.org.id/PGS2016

    RISKESDAS.2013. Badan penelitian dan pengembangan kesehatankementrian

    RI tahun 2013.Diakses: 19 0ktober 2014 dari http://www.depkes.go.id/resources/download.general/hasil%20Riskesdas%202013.pdf

    Widjaj,H.2009.Anatomi abdomen. Jakarta:EGC,128 hlm.

    WHO.2008.WHO resport on the global tobacco epidemic.WHO available from :

    http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower report full 2008.pdf. (accessed

    2011 july 12)

  • 34

    WHO.2013.About cardiovascular diseaces.world healt organization. Ganeva.

    Cited july 15th

    2014 .Availablefrom .URL

    :http://www.who.int/cardiovascular/abot/_cvd/en/accessed.on

  • 35

  • 36

  • 37

  • 38

  • 39

  • 32

  • 32

  • 32

    1. Alat dan bahan yang gunakan:

  • 33

    Proses pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel