gagal ginjal kronik
DESCRIPTION
Kompilasi jawaban lembar kerja Farmakoterapi ke 6TRANSCRIPT
Nomor 1
Faktor resiko GGK diklasifikasikan menjadi tiga kategori: (1) Susceptibility factors; (2) Initiation factors; (3) Progression factors. Jelaskan!
Jawab:
1. Susceptibility factors Usia lanjut Masa ginjal berkurang Berat badan lahir rendah Riwayat keluarga Ras Infeksi sistemik
2. Initiation Factor Secara langsung menyebabkan Gagal ginjal kronik Dapat dimodifikasi dengan terapi farmakologis Tiga penyebab paling umum dari GGK di Amerika Serikat adalah diabetes
mellitus, hipertensi, dan glomerulonefritis. Mencapai sekitar 75% dari kasus GGK (37% untuk diabetes, 24% untuk hipertensi, dan 14% untuk glomerulonefritis
Diabetes tipe 2 lebih sering terkena gagal ginjal akut bila dibandingkan dengan tipe 1
Hipertensi meningkatkan 21% kemungkinan gagal ginjal kronik. Tekanan yang tinggi akan membuat rusak glomerulus
Glomerulonefritis sulit untuk diprediksi namun sangat cepat berkembang menjadi gagal ginjal bila tidak segera diatasi
3. Progression factors Proinuria (protein dalam urin) merupakan salah satu tanda gagal ginjal yang
perlu diwaspadai. 1 gram eksresi protein dikaitkan dengan 5x lipat peningkatan perkembangan gagal ginja kronik
Hiperglikemia sering disalahkan akibat terjadinya nefropati yang membuat protein bisa lolos keluar melalui urin
Efek merokok akan menyebabkan glumerular hiper iinfiltrasi, membuat tekanan darah meningkat dann merusak tubulus proksimal.
Nomor 2FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Beragam faktor etiologi dapat merusak ginjal melalui berbagai jalur. Jelaskan!
Jawab:
Kerusakan pada ginjal yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal kronik
stadium akhir terjadi dalam waktu hitungan bulan sampai tahunan. Perkembangan
gagal ginjal tersebut dapat dilihat dari laju filtrasi glomerulus yang semakin menurun.
Faktor-faktor etiologi gagal ginjal kronik merusak ginjal dengan berbagai cara.
Kerusakan ginjal pada mulanya disebabkan oleh beberapa faktor etiologi seperti
yang sudah dijelaskan oleh kelompok 1. Kerusakan ginjal tersebut pada umumnya
terjadi melalui 3 jalur utama, yaitu :
1. Perubahan massa nefron
2. Peningkatan tekanan kapiler glomerulus
3. Proteinuria
Faktor-faktor etiologi tersebut menyebabkan perubahan massa nefron
(nefron yang pada normalnya bekerja sebanyak sekitar 2 juta nefron, maka jumlah
nefron yang bekerja menjadi kurang dari 2 juta, nefronnya juga tidak bekerja seperti
dulu lagi) sehingga menyebabkan terjadinya hipertrofi (sisa nefron yang ada menjadi
bekerja lebih keras lagi). Parameter klinis yang dapat dilihat untuk mengetahui
kondisi ini adalah dengan menguji sampel urin dan melihat kadar serum kreatinin.
Serum kreatinin yang meningkat (>1,3 mg/dl) menunjukkan adanya gangguan pada
fungsi ginjal (kreatinin adalah produk buangan hasil peruraian otot).
Kemudian, selama proses perkembangan kerusakan ginjal, terjadi
peningkatan tekanan kapiler glomerulus yang dimediasi oleh angiotensin II. Coba
ingat lagi peran angiotensin II atau AT II dalam RAAS (Renin Angiotensin
Aldosterone System). AT II merupakan penyebab vasokontriksi dan merangsang
pelepasan hormon aldosterone (meretensi Na dan air) sehingga tekanan darah
menjadi naik. Terjadinya peningkatan tekanan kapiler glomerulus tadi menyebabkan
terbentuknya pori-pori pada membrane glomerulus sehingga memungkinkan protein
untuk masuk ke dalam glomerulus.
Protein (albumin, transferrin, faktor komplemen, immunoglobulin, dan sitokin
dengan BM yang berbeda-beda) yang disaring di glomerulus dan direabsorpsi di
tubulus, dapat menstimulasi sel tubulus untuk memproduksi faktor inflamasi dan
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
sitokin vasoaktif seperti endotelin, MCP-1, dan RANTES. Kondisi demikian dapat
menyebabkan kerusakan pada nefron-nefron sisa tadi sehingga menambah
keparahan dari kerusakan ginjal.
Berdasarkan gambar pada soal nomor 2, dapat dilihat bagaimana suatu
kondisi atau faktor risiko dapat menyebabkan gagal ginjal, misalnya pada kondisi
diabetes, hipertensi, dan hiperlipidemia. (Gambar nomor 2 itu pada intinya sama
saja seperti yang dijelaskan di atas tentang perjalanan terjadinya gagal ginjal).
1. Diabetes
Individu yang menderita diabetes tipe 1 memiliki resiko CKD 40%. Sedangkan
individu yang menderita diabetes tipe 2 memiliki resiko CKD 50% (Dipiro, 2005).
Diabetes yang tidak diobati dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan
menyababkan nefropati diabetes. Pada nefrotapi, pembuluh darah kecil pada
ginjal mengalami kerusakan. Kadar gula darah yang tinggi membuat ginjal
menyaring lebih banyak darah dan beban kerja tambahan ini pada akhirnya
dapat menguras kemampuan ginjal untuk menyaring. Filtrasi glukosa yang
berlebihan di dalam darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan osmotik
sel dan penebalan membran kapiler sehingga akan terjadi proteinuria.
2. Hipertensi
Hipertensi dapat meningkatkan resiko CKD, karena ginjal memiliki peranan
penting dalam pengembangan dan modulasi tekanan darah tinggi (Chisholm-
Burns et al, 2008). Hipertensi akan mengakibatkan kerusakan sel mesangial,
sel endothelial, dan sel epithelial glomerulus, yang pada akhirnya akan
berkembang menjadi glomerulosklerosis dan meyebabkan kerusakan ginjal.
3. Hiperlipidemia
Deposit lemak pada darah menyebabkan aktivasi makrofag dan monosit, yang
dapat mensekresikan faktor pertumbuhan yang menstimulasi proliferasi sel dan
oksidasi lipoprotein. Hal ini menyebabkan disfungsi endotel dan kerusakan sel
pada ginjal. Penumpukan lemak pada sel mesangial menyebabkan
terbentuknya sitokin dan makrofag yang mengimplikasikan terjadinya CKD
(Chronic Kidney Disease). LDL dapat merusak glomerulus dengan cara
merusak sel mesangial.
Nomor 3
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Seorang wanita Ny N adalah wanita obesitas berumur 62 tahun dengan riwayat diabetes dan hipertensidatang ke sebuah klinik untuk control kesehatan. Gula darah puasa pasien tersebut mengalami kenaikan,diatara 180 hingga 250 mg/dL (10 – 13.8 mmol/L).a) Riwayat Penyakit: Diabetes Melitus (8 tahun) dan Hipertensi (5 tahun) yang tidak
terkontrol, sertab) hyperlipidemia yang diatasi dengan terapi dietc) Riwayat Keluarga: Ibu berumur 87 tahun menderita penyakit jantung coroner,
ayah meninggald) karena diabetes, tidak memiliki saudarae) Riwayat merokok dan alcohol: pasien tidak bekerja, merokok 1 pak per hari,
mengaku tidakf) mengkonsumsi alcohol atau menyalahgunakan obat-obatan. Pasien tidak
banyak melakukang) aktifitas fisikh) Pengobatan: Furosemid 20 mg/ hari, Nifedipin 30 mg/hari, dan Glyburide 10 mg/
harii) Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital: Tekanan Darah 145/92 mmHg, denyut nadi 82/menit, suhu 36.9 °C, Tinggi
badan 162.5 cm, Berat badab 86.4 kg Cardiovaskuler: kecepatan dan ritme regular; normal S1, S2; tidak ada
murmur, paru bersih Abdomen: obese, tidak ada organomegali, murmur, ataupun kelembutan, (+)
suara perut; (-) darah dalam tinja Ekstrimitis: edema pada kaki kanan dan kiri, kehilangan sensitifitas kaki
ketika disentuh, tidak ada lesi
j) Hasil laboratorium: Sodium 145 mEq/L (145 mmol/L); potassium 3.2 mEq/L(3.2 mmol/L); chloride 112 mEq/L (112 mmol/L); carbon dioxide 26 mEq/L (26 mmol/L); blood urea nitrogen 20 mg/dL (7.14 mmol/L urea); serum creatinine 1.4 mg/dL (123.76 μmol/L); glucose 240 mg/dL (13.32 mmol/L); total cholesterol 196 mg/dL (5.07 mmol/L); low-density lipoprotein cholesterol 112 mg/dL (2.90 mmol/L); highdensity lipoprotein cholesterol 28 mg/dL (0.72 mmol/L); triglycerides 280 mg/dL (3.16 mmol/L); hemoglobinA1c (HbA1c) 10% (0.1); urine microalbumin 270 mg/dL (2.7 g/L)
a. Faktor resiko apa yang pasien miliki untuk menderita GGKb. Jelaskan tanda dan gejala penyakit GGK secara umum.c. Sebutkan tanda dan gejala yang Ny N. miliki yang menunjukkan bahwa
pasien mengalami GGKd. Sebutkan klasifikasi GGK dan tentukan Ny N. mengalami GGK stage
berapa
Jawab:
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
a. Faktor resiko yang pasien miliki untuk menderita GGK1. Susceptibility (kerentanan)
Sejarah keluarga2. Initiation (inisiasi)
Diabetes mellitus Hipertensi
3. Progression (kemajuan) Tekanan darah tinggi Merokok
(Dipiro, 2005).
b. Tanda dan gejala penyakit GGK secara umum1. Umum
Pengembangan dan perkembangan CKD biasanya berbahaya dan tersembunyi pd onsetnya, sering tanpa adanya gejala terlihat.
Minimal, diagnosis CKD memerlukan pengukuran kreatinin serum, perhitungan GFR dan penilaian urine untuk microalbumin atau total protein dalam urin.
Diagnosis Tahapan 3, 4, dan 5 CKD memerlukan analisis tambahan untuk komplikasi umum lainnya termasuk anemia, risiko kardiovaskular, penyakit tulang metabolik, kekurangan gizi, dan gangguan cairan dan elektrolit.
2. Gejala Gejala umumnya tidak muncul pd CKD Tahapan 1 dan 2, dan mungkin
muncul sedikit selama Tahap 3 dan 4. Gejala klasik yang terkait dengan Tahap 5 CKD termasuk pruritus,
dysgeusia, mual, muntah, dan kelainan perdarahan. Gejala yang berhubungan dengan anemia meliputi intoleransi dingin,
sesak napas, dan kelelahan. Tingkat keparahan gejala terkait dengan laju perkembangan anemia dan
tingkat pengurangan hemoglobin.3. Tanda
Kardiovaskular: ventrikel Kiri hipertrofi, gagal jantung kongestif, hiperhomosisteinemia, dislipidemia, palpitasi, aritmia, perubahan elektrokardiografi, meningkatnya creatine kinase – miokard bound (CK-MB) dan creatine kinase (CK), memburuknya hipertensi, dan edema.
Muskuloskeletal: Kram dan nyeri otot. Neuropsikiatri: Depresi, kecemasan, gangguan kognisi mental, kelelahan,
dan disfungsi seksual. Gastrointestinal: Gastroesophageal reflux disease, sembelit, perdarahan
GI, mual, dan muntah.
4. Tes LaboratoriumFONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
GFR normal atau tidak normal dengan atau tanpa didokumentasikan kelainan struktural ginjal
Adanya albumin atau protein dlm urin; dan penilaian patologis dari jaringan ginjal.
Endokrin: Peningkatan sensitivitas terhadap insulin, hiperparatiroidisme sekunder, penurunan aktivasi vitamin D, microglobulin deposisi β2-, dan asam urat.
Hematologi: Anemia, kekurangan zat besi, dan perdarahan.(Dipiro, 2005).
c. Sebutkan tanda dan gejala yang Ny N. miliki yang menunjukkan bahwa pasien mengalami GGK
Test Hasil dari pasien Nilai normal Sumber Ket.
Tekanan darah 145/92 mmHg100/60 -140/90
mmHg
(Manampiring,
2010)Tinggi
Denyut 82/menit 60-100/min (Harahap, 2013) Normal
Temperatur 36.9 C 36,5-37,5oC (Badiaraja, 2014) Normal
Sodium120-150 mEq/L (120-
150 mmol/L)
145 mEq/L (145
mmol/L)
(Chisho-Burns,
2008)Normal
Potasium 3.2 mEq/L(3.2 mmol/L) 5 mEq/L(5 mmol/L)(Chisho-Burns,
2008)Rendah
Chlorida 112 mEq/L97-110 mEq
/L
(Schwinghammer,
2009)Tinggi
Carbon
dioksida26 mEq/L 22-30 mEq/L
(Schwinghammer,
2009)Normal
BUN 20 mg/dL 8-25 mg/dL(Schwinghammer,
2009)Normal
Serum
kreatinin
1.4 mg
dL(123.76µmol/L)
2 mg/dL (176.8
mmol/L)
(Chisho-Burns,
2008)Normal
Glukosa 240 mg/dL 65-109 mg/dL (Schwinghammer, Tinggi
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
2009)
Total
Kolesterol196mg/dL < 200 mg/dL
(Schwinghammer,
2009)Normal
LDL 112 mg/dL 100mg/dL(Chisho-Burns,
2008)Tinggi
HDL 28 mg/dLGreater than 35
mg/dL
(Schwinghammer,
2009)Rendah
Trigliserida 280 mg/dL Less than 160 mg/dL(Schwinghammer,
2009)Tinggi
Hemoglobin
A1c (HbA 1c)10 % 4.0-6.0 %
(Schwinghammer,
2009)Tinggi
Urin
mikroalbumin270mg/dL
30-300 mg/dL
creatinine
(Schwinghammer,
2009)Normal
Tekanan darah mungkin meningkat (hipertensi merupakan penyebab umum dan hasil CKD), pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi selama 5 tahun, selain itu terlihat dari hasil lab pasien tekanan darahnya 145/92 mmHg di atas normal yang merupakan tanda penyakit GGK
Hiperglikemia (diabetes yang tidak terkontrol sebagai penyebab CKD), pasien memiliki riwayat diabetes mellitus selama 8 tahun
Edema, ada edema pada kaki kanan dan kiri pasien
d. Sebutkan klasifikasi GGK dan tentukan Ny N. mengalami GGK stage berapa ?
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
(Dipiro, JT. 2005)
(Chishol-Burns, Marie. A., et. al, 2008)
Ny. N mengalami stage berapa ?
(Chishol-Burns, Marie. A., et. al, 2008)
GFR pada Ny. N adalah 186 x (1.4 mg/dL)-1,154 x (62)-0,203 x 0,742) = 40 ml/min/1,73 m2
Sehingga dapat disimpulkan Ny. N berada pada stage 3 yaitu kerusakan ginjal dgn penurunan GFR sedang
Nomor 4FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Jelaskan terapi farmakologi (mencakup terapi untuk diabetes, dan terapi untuk mengontrol hipertensi) dan non farmakologi (mencakup pengaturan diet) untuk pasien GGK dengan diabetes
Jawab:
1. Terapi farmakologi : Terapi insulin intensif (Intensive Insulin Therapy/IIT): adalah pemberian insulin
sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari melalui injeksi atau dengan pompa
eksternal untuk mencapai kadar glukosa darah preprandial dan postprandial
masing-masing sebesar 70-120 mg/dL dan < 180 mg/dL. IIT mengurangi
insindensi mikroalbuminuria dan albuminuria dibandingkan dengan terapi
standar. Studi menunjukkan keuntungan kontrol glukosa darah intensif pada
pasien diabetes tipe 1 dengan berkurangnya frekuensi, keparahan, serta
perlambatan perkembangan komplikasi diabetes, termasuk nefropati.
Mengoptimalkan kontrol hipertensi: Komite nasional untuk pencegahan,
deteksi, evaluasi dan penanganan tekanan darah tinggi merekomendasikan
batas tekanan darah < 130/85 mmHg untuk pasien penyakit ginjal dan <
125/75 mmHg untuk pasien proteinuria. Berdasarkan beberapa penelitian,
pengaruh kontrol tekanan darah yang ketat pada proteinuria dan
perkembangan penyakit ginjal pada penderita diabetes tipe 1 dapat
menyebabkan penurunan proteinuria. Selain itu, dapat mengurangi
menurunnya GFR dan tingkat albuminuria pada diabetes tipe 1 dan 2 dengan
hipertensi. Untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan, tiga atau lebih
medikasi tekanan darah yang berbeda perlu dilakukan.
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
2. Non FarmakologiDiet makanan berproteinMengakibatkan penurunan di tingkat pengembangan fungsi ginjal, merusak efek
proteinuria pada ginjal termasuk kerusakan penghalang filtrasi, dan peningkatan
pengiriman besi, melengkapi, dan lipid ke tubulus.
Pasien dengan sindrom nefrotik berisiko tinggi untuk protein terkait kerusakan
ginjal karena kandungan protein tinggi dalam urin, disaring sekunder untuk
kerusakan struktural glomerulus. Tingkat pembatasan protein berkisar antara 0,5
sampai 0,85 g / kg per hari dalam meta-analisis yang terdiri dari diabetik.
Konseling gizi pada penderita diabetes disarankan bahwa pasien harus patuh
untuk jangka panjang, diet rendah protein luar, dan intervensi ini tidak mungkin
efektif. Pedoman National Kidney Foundation untuk nutrisi pada pasien dengan
CKD merekomendasikan asupan protein diet 0,6 g / kg per hari untuk pasien
dengan GFR <25 mL / min.98 Titrasi asupan protein hingga 0,75 g / kg per hari
disarankan untuk pasien yang tidak dapat mencapai atau mempertahankan
status gizi yang memadai dengan rendah protein (0,6 g / kg per hari).
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Nomor 5
Jelaskan pula terapi non-farmakologi (mencakup manajemen nutrisi) dan terapi farmakologi untuk pasien GGK tanpa diabetes. Apa perbedaan terapi tersebut jika dibandingkan dengan terapi pasien GGK dengan diabetes
Jawab:
a. Terapi non farmakologi untuk pasien GGK tanpa diabetesTerapi non farmakologik disini bertindak untuk mempertahankan status gizi
optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal agar tidak memberatkan kerja ginjal. Selain itu, juga digunakan untuk mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus. Sebenarnya ada banyak terapi non farmakologik yang dapat dilakukan untuk pasien GGK tanpa diabetes, diantaranya adalah menghentikan kebiasaan merokok, olahraga, menjaga berat badan dan manajemen nutrisi. Namun, disini hanya akan dibahas terkait manajemen nutrisi untuk pasien GGK tanpa diabetes. Adapun manajemen nutrisi yang dapat dilakukan adalah DIET RENDAH PROTEIN (DRP).
Diet rendah protein dilakukan untuk membatasi penumpukan produk limbah dalam tubuh mengingat seseorang yang mengalami gagal ginjal kronik, ginjalnya gagal untuk menyaring dengan baik. Telah terbukti bahwa dengan melakukan diet rendah protein untuk pasien tanpa diabetes dan pasien dengan diabetes memberikan efek yang menguntungkan, yaitu dengan membatasi asupan protein sekitar 0,6-0,8 g/kg/hari. Adapun manajemen protein yang harus diberikan adalah: Untuk pasien dewasa DENGAN atau TANPA DIABETES serta GFR <30
ml/min/1,73 m2 , asupan protein yang dilakukan adalah 0,8 g/kg/hari.
Untuk pasien dengan GFR <25 mL / min / 1,73 m2 (penyakit ginjal berat),
asupan proteinnya adalah 0,6 g / kg per hari.
Untuk pasien yang tidak dapat mencapai atau mempertahankan status gizi
yang memadai dengan diet rendah protein (0,6 g / kg per hari), asupan
protein yang disarankan 0,75 g/kg per hari.
Untuk pasien non diabetes yang memasuki stadium 3 dengan angka
GFRnya 25-55 mL / menit / 1,73 m2, maka asupan proteinnya adalah 0,58
g/kg/hari.
Untuk pasien non diabetes yang memasuki stadium 4 dengan angka
GFRnya 13-24 mL / menit / 1.73m2, maka lakukan diet protein yang sangat
rendah yaitu dengan asupan protein 0,28 g / kg / hari.
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
(Dipiro, 2005) dan (Applied Therapeutic, 2009).
b. Terapi farmakologi untuk pasien GGK tanpa diabetes1) Agen Antihipertensi- ACEI (the Angiotensin-converting enzyme inhibitors)
a) Benazepril 10 mg 1x sehari
Obat ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang cepat terutama pada pasien dengan gagal ginjal atau pasien yang mendapat terapi diuretika.Obat ini bersifat renoprotektif pada berbagai kelainan ginjal dan dapat mengurangi proteinuria. Ini digunakan untuk nilai GFRnya 46-60 mL/min/1,73m2) dan nilai GFRnya 30-45 mL/min/1,73m2
b) Ramipril
Ramipril adalah jenis obat yang disebut ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitors yang bekerja dengan cara mengendurkan pembuluh darah. Hal ini membantu mengecilkan tekanan darah 2,5 mg 1 x sehari : digunakan untuk nilai GFRnya 20-70 ml/min/1,73m2
1,25-5 mg 1x sehari : digunakan untuk yang mengalami proteinuria 1,3 g/hari
- ARB (The angiotensin II receptor blockers)
a) Losartan
Obat ini akan menghambat semua efek angiotensin II (seperti vasokontriksi, sekresi aldosteron, ranggsangan saraf simpatis, sekresi vasopresin, rangsangan haus, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertropi otot polos pembuluh darah dan miokard). 50 mg 1x sehari : digunakan untuk yang mengalami proteinuria25 mg 1x sehari : digunakan untuk angka GFRnya 36-93 ml/min/1,73m2
2) Terapi suportif Treatment penurunan lipid (3-hidroksi-3-methylglutaryl koenzim A (HMG-
CoA) reduktase inhibitor dan gemfibrozil) yang digunakan jika tujuan
utamanya untuk penyakit kardiovaskular aterosklerotik dan tujuan
sekundernya untuk penyakit dengan fungsi ginjal yang menurun.
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Berhenti merokok yang memberi efek perlindungan terhadap proteinuria
dan kejadian penurunan angka GFR. Nikotin yang ada pada rokok dapat
menyebabkan penurunan angka GFR dan meningkatkan ekresi albumin.
Manajemen anemia yang dapat memperbaiki fungsi ginjal yang menurun.
Diketahui bahwa seseorang yang mengalami anemia akan kehilangan
fungsi ginjalnya
c. Perbedaan terapi antara terapi dengan pasien GGK dengan diabetes dan tanpa diabetes
Terapi GGK dengan Diabetes Terapi GGK tanpa DiabetesAdanya terapi insulin intensif
Pengontrolan hipertensi dengan
agen-agen:
- ACEI
(Captopril 25 mg 3x sehari,
Enalapril 5 mg 1x sehari)
- ARB
(Irbesartan 150 mg 1 x sehari,
Losartan 50-100 mg 1x sehari)
Adanya pengendalian kadar glukosa
Tanpa adanya terapi insulin
Pengontrolan hipertensi dengan
agen-agen:
- ACEI
(Benazepril 10 mg 1x sehari)
- ARB
(Losartan 25 mg 1x sehari)
Tanpa adanya pengendalian kadar glukosa
Keterangan : Angiotensin II bekerja di ginjal dengan menahan ekskresi cairan (Na+ dan
H2O) yang dapat menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan tahanan
perifer. Meningkatnya tahanan perifer akan berefek pada peningkatan
tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor maka tidak akan terbentuk
angiotensin II, mengurangi retensi cairan, terjadi vasodilatasi, dan
mengurangi kerja jantung. Jika terjadi vasodilatasi, maka akan terjadi
peningkatan GFR.
Nilai GFR normal untuk laki laki adalah 125 ml/min dan untuk wanita adalah
110 ml/min
Jika rerata tekanan darah arteri meningkat, arteriol aferen berkontriksi untuk
menurunkan aliran darah ginjal dan mengurangi GFR. Jika rerata tekanan
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
darah arteri menurun, terjadi vasodilatasi arteriol aferen untuk meningkatkan
GFR.
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Nomor 6
Kembali ke kasus Ny.N1. Tentukan goal terapi untuk Ny N2. Perubahan gaya hidup seperti apa yang anda rekomendasikan untuk
pasien tersebut3. Alternatif terapi farmakologi apa yang cocok untuk kondisi GGK pasien
Jawab:
1. Tentukan goal terapi untuk Ny N Untuk meningkatkan identifikasi terhadap pasien yang beresiko GGK,
sehingga intervensi/ pengobatan yang tepat dapat dimulai pada awal penyakit.
Intervensi nonfarmakologis dan farmakologis tersedia untuk memperlambat atau menghentikan laju perkembangan CKD dan dengan demikian menurunkan insiden dan prevalensi ESKD (end-stage kidney disease)
Tujuannya adalah untuk menunda perkembangan CKD, meminimalkan pengembangan atau keparahan komplikasi .
(Dipiro et al, 2009).
2. Perubahan gaya hidup seperti apa yang anda rekomendasikan untuk pasien tersebut Mengontrol kadar tekanan darah Ny N dengan cara mengurangi konsumsi
makanan yang dapat meningkat kan hipertensi. Pengurangan konsumsi garam (2-3 gram perhari) dan pembatasan cairan (ISO Farmakoterapi, 2011 hal 348).
Mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang dapat memicu peningkatan gula darah, karena berdasarkan Dipiro 2005 hal 801, individu dengan riwayat penyakit diabetes mellitus memilki resiko lebih tinggi 40 % untuk terkena penyakit GGK.
Mengurangi dan lebih baik lagi apabila menghentikan konsumsi rokok, karena rokok dapat meningatkan resiko GGK (Dipiro, 2005 hal 802).
Mengurangi jumlah lemak dalam tubuh agar terapi pengobatan lebih efektif (Dipiro, 2005 hal 803). Selain itu prevalensi hiperlipidemia meningkat seiring dengan bertambahnya usia (ISO Farmakoterapi, 2011 hal 348).
Diet rendah protein (0,6 – 0,75 g/kg/hari) dapat membantu perlambatan perkembangan GGK pada pasien dengan atau tanpa diabetes (ISO Farmakoterapi, 2011 hal 337).
3. Alternatif terapi farmakologi apa yang cocok untuk kondisi GGK pasien Diuretik thiazide Inhibitor enzim angiotensin-converting (ACEI), menurunkan dosis awal agen
ini mungkin diperlukan ka-rena T1/2 dari senyawa induk (kaptopril dan
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
lisinopril) atau metabolit aktif (enalapril, benazepril, atauramipril) yang berkepanjangan dpt menyebabkan ESKD pada pasien
Calcium channel blokers Kebanyakan pasien dengan hipertensi dan CKD memerlukan rejimen obat
yang ermasuk tiga atau lebih obat anti hipertensi untuk mencapai sasaran tekanan darah. Pengurangan tekanan darah dapat dicapai dengan agen disemua kelas anti hipertensi, dan pilihan harus dipandu oleh keadaan penyakit penyerta individu pasien.
Pada populasi ESKD mungkin ada beberapa pertimbangan khusus untuk penggunaan terapi antihipertensi lainnya
Terapi farmakologis GGK dengan diabetes
Diabetes Control dan Komplikasi Trial (DCCT) Terapi intensif pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 untuk mengurangi
komplikasi mikrovaskuler, termasuk nefropati. Terapi intensif dapat mencakup insulin atau obat oral dan melibatkan pengujian
gula darah setidaknya tiga kali sehari. Perkembangan CKD dapat dibatasi oleh kontrol optimal hiperglikemia dan
hipertensi .
Nomor 7FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Jelaskan intervensi-intervensi lain yang dapat dilakukan untuk memperlambat progesifitas penyakit GGK. Tentukan pula intervensi apa yang cocok untuk meminimalkan progesifitas GGK Ny N
Jawab:
a. Kontrol ketat glukosa darah : Target yang harus dicapai untuk pasien DM tipe 1
atau 2, adalah kadar glukosa darah puasa < 110 mg% dan kadar HbA1C 7% –
7.5% ada yang menganjurkan nilai HbA1C < 7%
b. kontrol tekanan darah : target tekanan darah pasien penyakit ginjal diabetes dan
non-diabetes tanpa melihat ada tidaknya proteinuria, adalah < 130/80 mmHg.
c. modifikasi gaya hidup : berhenti merokok
d. penurunan proteinuria : . Target penurunan proteinuria diharapkan < 0.5 g/ hari
e. pembatasan asupan protein : asupan fosfat per hari perlu dibatasi hanya 800
hingga 1.000 mg.
f. koreksi anemia
g. Hindari obat Nefrotoksik : Penggunaan obat-obatan seperti anti inflamasi non-
steroid, antibiotik amin-oglikosid, dan bahan kontras untuk pemeriksaan
radiologi, sebaiknya di- hindari pada penderita PGK
(Firmansyah, 2010).
1. Treatment untuk hiperlipidemia: Meskipun ada beberapa obat yang tersedia untuk
menurunkan lipid, 3 hidroksi-3-methylglutaryl koenzim A (HMG-CoA) inhibitor reduktase dan gemfibrozil telah digunakan paling sering pada pasien dislipidemia untuk GGK dengan dan tanpa proteinuria. Sedangkan tujuan utama pengobatan adalah untuk mengurangi kadar lipid dan menurunkan risiko seseorang untuk penyakit kardiovaskular aterosklerotik progresif, tujuan kedua pengobatan adalah pengurangan proteinuria dan pada fungsi ginjal yang menurun. Sebuah meta-analisis dari 13 percobaan terkontrol
melakukan menyimpulkan bahwa terapi penurun lipid dapat menurunkan
proteinuria dan memperlambat laju penurunan GFR (oleh 0,156 mL / menit per
bulan). Ia telah mengemukakan bahwa HMG-CoA reduktase inhibitor mungkin
memiliki beberapa keuntungan lain yang dapat membantu mengurangi
perkembangan penyakit ginjal selain pengurangan lipid, seperti pengurangan
monosit infiltrasi, proliferasi sel mesangial, ekspansi matriks mesangial, dan
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
peradangan dan fibrosis tubulointerstitial. Target penurunan kadar LDL adalah <
100 mg/dL (< 2.6 mmol/L)
2. Koreksi anemia: Anemia berkepanjangan telah dikaitkan dengan hipertrofi
ventrikel kiri dan bahkan gagal jantung, tetapi hanya sekitar 15% sampai 23% dari
pasien GGK anemia menerima terapi sebelum inisiasi dialisis. Kehadiran anemia
sebenarnya bisa dikaitkan dengan peningkatan laju perkembangan GGK. Para
peneliti telah menciptakan istilah "cardio-ginjal sindrom anemia" untuk
menggambarkan aspek yang saling terkait anemia, gagal jantung kongestif (GJK),
dan GGK. Telah dihipotesiskan bahwa dengan aktif mengobati CHF dan anemia,
perkembangan kedua CHF dan GK dapat dikurangi. Sebuah penelitian terbaru di
penerima transplantasi ginjal menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal pada
pasien yang baru mengalami anemia yang memiliki terapi erythropoietin dimulai,
sementara ada pengurangan hilangnya fungsi ginjal pada pasien yang memiliki
anemia untuk jangka waktu yang singkat dan kemudian terapi menerima dengan
erythropoietin. Jaringan hipoksia terkait dengan anemia dapat menjadi stimulus
untuk cedera ginjal lanjutan pada mereka dengan Tahapan 3-5 Ginjal kronik.
Selain itu, perubahan anemia terkait aktivitas saraf simpatis ginjal dan
peningkatan terkait dalam stres oksidatif telah dilaporkan. Anemia dapat menyebabkan atau memperburuk gagal jantung kronis dan penyakit ginjal kronis, gagal jantung kronis dapat menyebabkan atau memperburuk anemia dan penyakit ginjal kronis, dan penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan atau memperburuk baik anemia dan gagal jantung kronis. Interaksi ini dipanggil antara tiga kondisi sindrom anemia kardiorenal. Implikasi dari interaksi ini adalah bahwa manajemen yang memadai dari gagal jantung kronis dan anemia akan mencegah perkembangan dari kedua gagal jantung kronis dan penyakit ginjal kronis (Donald, 2009).
3. Modifikasi gaya hidup: Berhenti merokok adalah hal utama. Merokok diketahui dapat merusak ginjal. antara lain melalu hiperfiltrasi yang dapat merusak nefron, peningkatan tekanan darah dengan hilangnya efek penurunan tekanan darah nokturnal, peningkatan kadar aldosteron plasma, dan meningkatnya agregrasi platelet. Meskipun efek fisiologis yang tepat dari
merokok pada fungsi ginjal belum dijelaskan sepenuhnya, merokok dapat
mengakibatkan beberapa perubahan akut, termasuk penurunan GFR dan
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
peningkatan yang sesuai dalam denyut jantung dan tekanan darah, kemungkinan
untuk nikotin. Nikotin juga telah terbukti dapat menyebabkan peningkatan ekskresi
albumin urin. Banyak studi menunjukkan bahwa berhenti merokok terbukti
menurunkan progresifitas GK. Selain berhenti merokok, diet rendah garam (3-5
gram natrium per hari), mengurangi konsumsi alkohol, gerak badan secara teratur
dapat dilakukan... Salah satu penelitian terbaru menunjukkan bahwa berhenti
merokok mengakibatkan efek perlindungan terhadap proteinuria dan mengurangi
GFR. Berdasarkan data yang berkembang mengenai efek merugikan dari
merokok pada ginjal, adalah bijaksana untuk mendidik pasien tentang risiko ini.
4. Mekanisme seseorang mengalami gagal ginjal kronik yang berlanjut menjadi
gagal ginjal terminal yang diinduksi oleh rokok, terjadi melalui tiga cara.
Mekanisme pertama yaitu melalui nonhemodinamik (Nonhemodynamic
mechanisms as potential mediators of smoking-induced renal damage). Secara
sederhana dapat dideskripsikan bahwa zat-zat racun yang terkandung di dalam
rokok telah mengakibatkan terjadinya disfungsi endotelial. Nikotin menyebabkan
sel manusia mengalami proliferasi disamping meningkatkan fibronectin sampai
50%. Hal ini menginduksi ginjal mengalami fibrosis yang pada akhirnya
mengurangi kerja ginjal dalam mengeksresikan urin. Zat lain yang turut merusak
ginjal yaitu cadmium (Cd) yang terkandung di dalam rokok dimana penumpukan
zat ini di korteks ginjal mengakibatkan kerusakan jaringan karena toksisitas zat
tersebut yang akan menimbulkan jaringan parut pada ginjal. Mekanisme
selanjutnya yaitu terjadi secara hemodinamik (Hemodynamic mechanisms as
potential mediators of smoking-induced renal damage). Zat-zat berbahaya di
dalam rokok selain memicu perubahan secara langsung pada organ ginjal,
beresiko meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah
merupakan faktor penting terhadap progresifitas penyakit gagal ginjal kronik.
Mekanisme kerusakan ginjal terakhir dapat terlihat secara histopatologik
(Histopathologic features of smoking-induced renal damage). Gambaran
histopalotogik yang ditemukan memperlihatkan progressi kerusakan glomerulus
ginjal pada perokok yang berat, hiperplasia arteri intra renal, penebalan dinding
arteri yang memicu nefrosklerosis dan kerusakan-kerusakan lainnya (Orth dan
Hallan, 2008).
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B
Intervensi yang cocok untuk meminimalkan progesifitas GGK Ny, N selalu mengontrol tekanan darah , karena Ny.N sudah 5 tahun tidak
mengontrol tekanan darahnya dengan memberikan regimen obat seperti captopril, atenolol, maupun diltiazem
berhenti dalam konsumsi rokok mengontrol glukosa darah pasien serta pembatasan terapi diet
FONDA FAMY RESHA(J1E112217)KELOMPOK 6 B