gagal ginjal kronik

54
Makalah Program Based Learning Henderina Welmince Doko Rehi (10.2009.005) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510 Email : [email protected] PENDAHULUAN Tn. T 60 tahun, diantar keluarganya dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 6 jam yang lalu. Keluarga mengatakan pasien mulai merasakan sesak sejak 2 hari lalu. Muntah 4x, 1 hari yang lalu. Pasien saat ini tampak bingung, riwayat kencing manis dan darah tinggi di ketahui sejak 25 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Kaki pasien juga dirasa bengkak sejak 3 hari yang lalu. PF: TB: 170cm, BB 66kg, keadaan umum : TD 150/90, N:90x/menit, RR: 18x/menit, suhu 37,2. Thoraks Cor: BJ I-II normal, Pulmo: rongki basah kasar pada kedua lapangan paru, abdomen: bising usus + normal, nyeri tekan -, edem +. Lab: Hb 8g/dl, L:7900/ul, T: 334000/ul, Ht: 26%. Kreatini serum 4.6. ureum 150, GDS : 250mg/dl. PEMBAHASAN A. Anamnesis 1

Upload: henderina-doko-rehi

Post on 14-Aug-2015

129 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: gagal ginjal kronik

Makalah Program Based Learning

Henderina Welmince Doko Rehi (10.2009.005)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510

Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Tn. T 60 tahun, diantar keluarganya dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 6 jam

yang lalu. Keluarga mengatakan pasien mulai merasakan sesak sejak 2 hari lalu. Muntah 4x, 1

hari yang lalu. Pasien saat ini tampak bingung, riwayat kencing manis dan darah tinggi di ketahui

sejak 25 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Kaki pasien juga dirasa bengkak sejak 3 hari yang

lalu.

PF: TB: 170cm, BB 66kg, keadaan umum : TD 150/90, N:90x/menit, RR: 18x/menit, suhu

37,2. Thoraks Cor: BJ I-II normal, Pulmo: rongki basah kasar pada kedua lapangan paru,

abdomen: bising usus + normal, nyeri tekan -, edem +.

Lab: Hb 8g/dl, L:7900/ul, T: 334000/ul, Ht: 26%. Kreatini serum 4.6. ureum 150, GDS :

250mg/dl.

PEMBAHASAN

A. Anamnesis

Anamnesis merupakan hal yang wajib dilakukan dalam pemeriksaan setiap penyakit,

karena sebagian besar diagnosis dapat dipikirkan hanya dari anamnesis.

1

Page 2: gagal ginjal kronik

Ananmnesa umum

a. Identitas pasien

Identitas pasien meliputi :

1. Siapa nama anda?

2. Berapa umur anda?

3. Dimanakah anda lahir? Tanggal berapa anda lahir?

4. Dimana anda tinggal?

5. Apa pekerjaan anda?

6. Mohon maaf boleh tau anda beragama apa?

b. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga membawa pasien

pergi ke dokter. Berdasarkan kasus yang menjadi keluhan utama adalah sesak nafas yang

memberat sejak 6 jam yang lalu. Keluarga mengatakan pasien mulai merasakan sesak sejak 2

hari lalu. Muntah 4x, 1 hari yang lalu. Pasien saat ini tampak bingung, riwayat kencing manis

dan darah tinggi di ketahui sejak 25 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Kaki pasien juga

dirasa bengkak sejak 3 hari yang lalu. 1

Anamnesa terarah

Pada anamnesis terarah kita mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan

utama pasien.Dari kasus didapatkan keluhan yang membawa pasien ke dokter adalah sesak nafas

yang memberat sejak 6 jam yang lalu. Keluarga mengatakan pasien mulai merasakan sesak sejak

2 hari lalu. Muntah 4x, 1 hari yang lalu. Pasien saat ini tampak bingung, riwayat kencing manis

dan darah tinggi di ketahui sejak 25 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Kaki pasien juga dirasa

bengkak sejak 3 hari yang lalu. . Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien tersebut adalah:

- Riwayat penyakit sekarang

Yang perlu ditanyakan adalah sejak kapan mulai terasa sesak, sebelumnya pernah

merasakan sesak atau belum? Biasanya sesak saat melakukan pekerjaan atau tidak?

Apakah ada keluhan lain selain sesak??

2

Page 3: gagal ginjal kronik

- Riwayat penyakit terdahulu

Yang perlu ditanyakan adalah pernah mengalami keluhan yang sama pada masa lalu,

riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar

tempat tinggal, riwayat kontak dengan penderita penyakit dengan gejala yang sama,

riwayat kontak dengan serangga ataupun tanaman, riwayat pengobatan yang pernah

diterima dari dokter dan obat yang dibeli sendiri oleh pasien tanpa resep dokter.1

Riwayat keluarga,pekerjaan dan sosial meliputi :

- Apakah dalam keluarga ada yang sudah meninggal? Kalau umur berapa meninggal

dan ada apa penyebab kematiannya?

- Apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita hipertensi, diabetes atau stroke?

- Apakah pasien merupakan orang yang aktif merokok?

- Sejak kapan mulai merokok? Sehari berapa bungkus rokok yang di habiskan?

B. Pemeriksaan

Fisik dan penunjang

1. Inspeksi, melihat keadaan umum pasien (kesadaran pasien) apakah Kesadaran

koma,Kesadaran apatis, Kesadaran latergi,Kesadaran somnolen,Kesadaran sopor,

Kesadaran kompos mentis dan adanya tanda-tanda seperti adanya edema

ekstermitas, nafas yang dalam dan berat serta anemis. 1

2. Palpasi, palpasi regio abdomen yang khusus seperti palpasi ginjal (balotement dan

bimanual) biasanya ginjal normal tidak teraba dengan palpsi khusus ini. yang

dinilai adalah adanya nyeri dan terabanya ginjal. 1

3. Perkusi, yang terpenting adalah perkusi pada daerah CVA, yang dinilai adanya

nyeri atau tidak. 1

4. Auskultasi, biasanya kurang membantu diagnosis ginjal, tapi diperlukan untuk

melihat kompikasi yang ditimbulkan oleh ginjal seperti adanya kelaiana paru atau

jantung. 1

3

Page 4: gagal ginjal kronik

5. pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan darah

Variable Nilai normal Hasil pemeriksaan Interpretasi

Tekanan darah <120/<80 150/90 Hipetensi tahap I

Frekuensi nafas 16-20 kali/menit 18 kali/menit normal

Nadi 60-100 kali/menit 90 kali/menit Normal

Suhu (celcius) 36,5-37,5 37,2 Normal

Hemoglobin Laki-laki: 13-18 g/dl 8 g/dl Anemis

Leukosit 5000-10000 g/dl 7900 g/dl Normal

Trombosit 150.000-350.000 334.000 Normal

Hematokrit Laki-laki: 40-48 % 26% Menurun

Kreatinin serum Laki-laki 0,6-1,3 g/dl 4.6 g/dl Meningkat

Ureum serum Laki-laki 10-38 g/dl 150 g/dl Uremia

Gula darah sewaktu 200 g/dl 250 g/dl Diabetes

Adapun pemeriksaan labolatorium lain untuk mendukung diagnosis kita seperti gula darah

puasa (normal 70 – 110 mg/dL), pemeriksaan keasaman darah (normal 7,35-7,45), kalium

(normal 3,5-5,2 meq/l), LED, hiponatremia, hipokalsemia, hiperfosfatemia, hipermagnesemia,

hipoalbuminemia 3.5 sampai 5 g/dL.4

Pemeriksaan urinalisis didapatkan: volume yang meningkat, proteinuria (jika > 3 g/ hari

kerusakan glomelurus, jika <1,5 g/hari kerusakan tubulus), sedimen adanya sedimen eritrosit,

leukosit dan silinder granul, dan kita bisa melakukan pemeriksaan biakan urin untuk memastikan

ada tidaknya infeksi. Nilai rujukan untuk menghitung analisa gas darah PCO2: 3,5-45 mm HG

dan HCO3- 24-28 mEq/L.

4

Page 5: gagal ginjal kronik

Pemeriksaan penunajang : rontgen

Gambaran hipertrofi ventrikel kanan

Gambaran edema paru paru sentar, paru uremik

5

Page 6: gagal ginjal kronik

Pemeriksaan penunjang EKG di gunakan untuk melihat apakah ada hipertrofi ventrikel kanan

yang dapat mengindikasikan adanya hipertensi.

C. Gambaran klinis

Perjalanan klinis penyakit gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium.

- Stadium I disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan

kadan BUN (kadar nitrogen urea dalam darah) normal, pasien asimptomatik. Gangguan

fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi jika member beban kerja yang berat pada ginjal

seperti tes pemekatan urin yang lama atau mengadakan tes GFR yang teliti.

- Stadium II disebut insufisuensi ginjal. Bila lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah

rusak (GFR biasanya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat

di atas batas normal. Peningkatan kadar konsentrasi BUN berbeda tergantung kadar

protein yang dimakan. Pada stadium ini kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

melebihi kadar normal, azetomia biasanya ringan, dan timbul gejala nokturia dan poliuria.

- Stadium ke III disebut stadium akhir gagal ginjal progresif di sebut juga End Stage Renal

Disease (ESRD) atau uremia. Hal ini terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah

hancur atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari

normal. Pada stadium ini pasien mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah karena

ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan hoemostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Urin menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap sebesar 1,010. Pasien

6

Page 7: gagal ginjal kronik

biasanya menjadi oligourik. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang

dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.3

D. Diagnosis

Gagal ginjal kronik

Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi gagal ginjal akut dan gagal kinjal kronik. ada gagal

ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya

berlangsung beberapa tahun), dan sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau

minggu. Pada kedua kasus tersebut , ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan

volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun

ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal, tetap saja masing-

masing memiliki gambaran yang khas.2

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit merusak massa nefron ginjal.

Sebagaimana besar penyakit dasar ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral,

meskipun lesi obstruksi pada trakturs urianarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.

Pada awalnya beberapa penyakit menyerang glomerulus ginjal (glomerulonefritis) sedangkan

jenis lain menyerang tubuli ginjal (pielonefritis) atau dapat juga menganggu perfusi darah pada

parenkim ginjal (nefrosklerosis). Namun apabila proses penyakit ini tidak dihambat maka pada

semua kasus nefron akan hancur dan diganti dengan jaringan parut.2

Kriteria penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulang berupa

kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan GFR dengan manifestasi yaitu

kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal termaksud kelainan delam komposisi darah

atau urin atau kelainan dalam tes pencitraan. Selain GFR kurang dari 60/% ml/menit/1,73 m2

selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Berikut adalah tabel klasifikasi penyakit

ginjal kronik atas dasar derajat penyakit.2

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar GFR yang dihitung menggunakan rumus

Kockrcroft-Gault sebagai berikut :

7

Page 8: gagal ginjal kronik

GFR (ml/mnt/1,73m2) =(140 – umur) X berat badan

72 X kreatinin plasma (mg/dl)*

*Pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik :

Derajat Penjelasan GFR (ml/menit/1,73m2)

1Kerusakan ginjal dengan GFR

normal atau meningkat≥ 90

2Kerusakan ginjal dengan GFR

menurun ringan60-89

3Kerusakan ginjal dengan GFR

menurun sedang30-59

4Kerusakan ginjal dengan GFR

menurun berat15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialysis

Patofisiologi gagal ginjal kronik

Awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tetapi dalam perkembangan

selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan

hipertrofi nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul

vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang

diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung

singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.

Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit

dasarnya sudah tidak ada lagi. Adanya peningkatan aktivitas rennin-angiotensin-aldosteron,

sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β (TGF β). Beberapa

hal lain yang dianggap mempengaruhi progresifitas penyakit gagal ginjal kronik adalah

albuminuria, hipertensi, hiperglikemi, dislipidemia.2

8

Page 9: gagal ginjal kronik

Pada stadium dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal. Pada keadaan

ini GFR masih normal atau meningkat sedikit. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi

penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan peningkatan kadar kratinin serum

dan urea. Sampai pada GFR 60% pasien masih belum merasakan keluhan (asimptomatik) tapi

sudah ada peningkatan kadar kreatinin serum dan urea. Sampai pada GFR 30% mulai terjadi

keluhan pada pasien yaitu mual, muntah, nafsu makan berkurang, nokturia, dan penurunan berat

badan. Sampai pada GFR dibawah 30% pasien memperlihatkan tanda dan gejala uremia yang

nyata sepeti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,

pruritus, mual, muntah dan sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi saluran napas maupun

infeksi saluran cerna. Juga terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolumia,

gangguan keseimbangan elektrolit antara natrium dan kalium pada GFR 15% akan terjadi gejala

dan komplikasi lebih serius dan pasien sudah membutuhkan terapai penggantian ginjal. 2

Etiologi

Etiologi penyakit gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain.

Berikut adalah table perbedaan penyebab penyakit ginjal kronik di Amerika serikat dan di

Indonesia. 2

Penyebab penyakit gagal ginjal di Amerika

Penyebab Insidens

Diabetes mellitus 44 %

Diabetes mellitus tipe I 7 %

Diabetes mellitus tipe II 37%

Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar 27 %

Glomerulonefritis 10 %

Nefritis interstitialis 4 %

Kista dan penyakit bawaan lain 3 %

Penyakit sistemik (SLE) 2 %

Neoplasma 2 %

Tidak diketahui 4 %

9

Page 10: gagal ginjal kronik

Penyakit lain 4 %

Penyebab penyakit gagal ginjal di Indonesia

Penyebab Insidens

Glomerulonefritis 46,39 %

Diabetes mellitus 18,65 %

Obstruksi dan infeksi 12,85 %

Hipertensi 8,49 %

Sebab lain 13,65 %

Nefrosklerosis Hipertensif

Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat. Hipertensi mungkin merupakan

penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sebaliknya, penyakit ginjal kronik

yang berat dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan dalam hipertensi melalui

mekanisme resistensi natrium dan air, pengaruh vasopresor dan sistem rennin-angiotensin dan

mungkin pula melalui defisiensi prostaglandin. Kadang-kadang sulit bagi seseorang ahli

nefrologi untuk menentukan mana yang primer. Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukan

adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal akibat hipertensi. Keadaan ini

merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik, terutama pada populasi bukan orang

kulit putih.3

Hipertensi esensial dan ginjal

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap diatas batas normal

yang disepakati, yaitu diastolic 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Menurut definisi ini, sekitar

18% dari penduduk Amerika Serikat menderita hipertensi. Namun,sebanyak 50% individu

mungkin menderita gangguan ini pada usia 65 tahun. Sekitar 90% kasus hipertensi ini disebut

hipertensi esensial (etiologi dan pathogenesis tidak diketahui). Awitan hipertensi esensial

biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun, dan lebih sering dijumpai pada orang Afro-Amerika

dari pada populasi umum. Hipertensi esensial dapat diklasifikasin mejadi benigna dan maligna.

Hipertensi benigna bersifat progresif dan lambat sedangka hipertensi maligna adalah keadaan

10

Page 11: gagal ginjal kronik

klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat dan cepat sehingga dapat menyebabkan

kerusakan obat berat pada berbagai organ.

Laju perkembangan hipertensi esensial jinak berbeda-beda, tapi biasanya memiliki

perkembangan yang berjalan secara progresif lambat selama 20 sampai 30 tahun. Hipertensi

yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol

diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh darah.

Organ sasaran utama penyakit ini adalah jantung, otak, ginjal, dan mata. Penyebab tersering

kematian adalah infark miiokard, gagal jantung kongestif, atau gangguan serebrovaskular. Bila

hipertensi esensial tetap jinak, pasien tidak akan menderita kerusakan ginjal yang dapat

menyebabkan kematian akibat uremia. Sebagian besar kasus insufisuensi ginjal yang

dihubungkan dengan nefrosklerosis jinak memiliki penyakit ginjal yang mendasarinya.

Proteinuria dan azetomia tingan dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa gejala dan

kebanyakan pasien meninggal akibat uremia yang disebabkan oleh hipertensi yang sudah

memasuki stadium maligna, hal ini terjadi kurang dari 10% kasus hipertensi esensial.3

Hipertensi maligna bisa diartikan hipertensi berat dengan tekanan diastolic lebih tinggi dari

120 sampai 130 mmHg, retinopati stadium IV (mengacu pada perubahan yang paling berat

dalam retina yang disebabkan oleh hipertensi), dan disfungsi eksresi ginjal yang berkisar dari

proteinuria, hematuria, sampai azetomia. Hipertensi maligna dapat terjadi setiap saat dalam

perjalanan hipertensi jinak, tetapi biasanya baru terjadi sesusudah bertahun-tahun. Kadang-

kadang, terjadi juga secara de novo, terutama pada laki-laki Afro-Amerika pada decade ketiga

atau keempat.

Pada ginjal, arteriosklerosis ginjal akibat hipertensi lama dapat menyebabkan nefrosklerosis

benigna. Gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen

pembuluh darah intrra-renal. Ginjal dapat mengecil, biasanya simetris, dan mempunyai

permukaan yang berlubang-lubang dan bergranula. Secara histologist, lesi yang esensial adalah

sklerosis arteria-arteria kecil serta arteriol yang paling nyata pada arteriol aferen. Penyumbatan

arteri dan arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga seluruh

nefron rusak.

11

Page 12: gagal ginjal kronik

Nefrosklerosis maligna merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan perubahan

structural ginjal yang dikaitkan dengan fase maligna hipertensi esensial. Ginjal dapat berukuran

normal dengan sedikit granula dan beberapa petekia akibat pecahnya arteriol atau dapat mengisut

dan membentuk jaringan parut. Mula-mula terdapat penebalan nyata bagian intima arteria

interlobularis yang disebabkan oleh proliferasi sel-sel endotel. Perubahan ini menghasilkan suatu

bent k yang sering kali disebut sebagai kulit bawang. Lumen yang menyempit akan

mengakibatkan iskemia arteriol aferen dan pelepasan rennin yang akan semakin meningkatkan

tekanan darah tersebut. Nekrosis fokal kemudian akan terjadi pada dinding arteriol dank arena

darah yang mengalami nekrosis mengandung fibrin maka perubahan ini disebut nekrosis

fibrinoid. Bila tekanan darah tetap meningkat perubahan local ini semakin meluas di sertai

pembentukan thrombus, pendarahan glomerulus, infark seluruh nefron dan kematian yang cepat

dari semua sel ginjal. 3

Diabetes mellitus

Nefropati diabetika (penyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan salah satu penyebab

kematian terpenting pada diabetes mellitus yang lama. Lebih dari sepertiga pasien yang baru

masuk dalam program ESRD menderita gagal ginjal. Telah diperkirakan bahwa sekitar 30-40%

orang dengan diabetes mellitus tipe I akan berkembang menjadi gagal ginjal kronik dalam waktu

15 samkpai 20 tahun setelah awitan diabetes. Individu dengan diabetes tipe II lebih sedikit

berkembang maenjadi gagal ginjal kronik (sekitar 10 sampai 20%) dengan pengecualian pada

orang Indian pima dengan insidensi mendekati 50%. Pada penduduk Afro-Amerika dan

penduduk asli Amerika sangat beresiko mengalami gagal ginjal diabetik. 3

Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati

diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi di ginjal pada diabetes melitus.

Glomerulosklerosis adalah lesi yang paling khas dapat terjadi secara difus atau nodular.

Glomerulorsklerosis diabetik difus, merupakan lesi yang paling sering terjadi terdiri dari

penebalan difus matriks mesangial (jalinan tali seoerti busa dari trabecula yang menyerupai

membrane basalis pada bagian tengah lobules glomerulusyang mengelilingi sel-sel mesangial,

matrik mesangial ini menyatu dengan kapiler membrane basalis) dengan bahan eusinofilik

disertai penebalan membrane basalis kapiler. Glomerulosklerosis diabatik nodular (juga dikenal

12

Page 13: gagal ginjal kronik

sebagai glomerulosklerosis Kimmelstiel-Wilson) lebih jarang terjadi tetapi yang spesifik dari

penyakit ini yaitu terdiri dari bahan eusinofilik nodular yang menumpuk dan biasanya terletak

dalam perifer glomerulus di dalam inti lobus kapiler. Glomerulosklerosis diabetik hampir selalu

didahulaui dengan retinopati diabetik yang ditandai dengan mikroaneurisma di sekitar macula. 3

Riwayat perjalanan nefropati diabetikum dari awitan ESRD dapat dibagi menjadi lima fase

atau stadium. Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa komplikasi diabetes jangka panjang

seperti retinopati diabaeticum, neuropati dan nefropati, dapat dicegah dengan mengendalikan

kadar glukosa darah dan hipertensi secara ketat disertai dengan pembatasan protein dalam

makanan.

Stadium 1 atau fase perubahan fungsional dini. Ditandai dengan hipertrofi fan hiperfiltrasi

ginjal. Stadium 1 sebenarnya ditemukan pada semua pasien yang didiagnosis sebagai diabetes

melitus tipe (bergantung insulin) dan berkembang pada awal penyakit. Sering terjadi

peningkatan GFR hingga 40% diatas normal. Peningkatan ini disebabkan oleh banyak faktor,

dengan faktor yang memperburuk adalah kadar glukosa darah yang tinggi, glucagon yang

abnormal,hormone pertumbuhan, efek rennin, angiotensin II dan prostaglandin. Ginjal yang

menunjukan peningkatan GFR ukurannya lebih besar dari normal, dan glomerulus yang

bersangkutan akan lebih besar dengan daerah permukaan yang meningkat.

Stadium 2 atau fase perubahan struktural dini. Ditandai dengan penebalan membrane basalis

kapiler glomerulus dan penumpukan sedikit demi sedikit bahan matriks mesangial. Stadium ini

terjadi setelah 5 tahumsetelah awitan diabetes tipe 1 dan kelihatannya akan berkembang pada

semua pasien diabetes mellitus. Kerasnya penebalan atau perluasan mesangial yang terligat pada

stadium 2 secara positif berkaitan dengan perkembangan proteinuria yang akan datang dan

penurunan fungsi ginjal. Penumpukan matrik mesangial dapat mengenai lumen kapiler

glomerulus menyebabkan iskemia dan menurunkan daerah permukaan filtrasi, namun GFR

biasanya tetap dalam kisaran normal yang tinggi (menurun dari peningkatan GFR yang sangat

tinggi pada stadium 1). Eksresi albumin pada stadium ini biasanya normal, kecuali pada

mikroalbuminemia reversible yang terjadi pada waktu singkat. 3

13

Page 14: gagal ginjal kronik

Hiperglikemia persistenkelihatannya menjadi faktor terpenting dalam patogenesisnya

glomerulosklerosi diabetik dan melibatkan beberapa mekanisme yaitu :

- Vasodilatasi dengan meningkatkan permeabilitas mikrosirkulasi yang menyebabkan

peningkatan kebocoran zat terlarut kedalam dinding pembuluh darah dan jaringan

sekitarnya.

- Pembuangan glukosa melalui jalur pulyol (insulin independent) menyebabkan

penimbunan pulyol dan penurunan kadar komponen selular utama, termaksud glomerulus

- Glikosilasi protein struktur glomerulus.

Pada hiperglikemia, glukosa memberikan reaksi dengan mengedarkan protein structural

secara nonenzimatik (misalnya glikosilasi hemoglobin menghasilkan hemoglobin A10).

Glikosilasi membrane basalis dan protein mesangial dapat menjadi faktor utama bertanggung

jawab dalam peningkatan matriks mesangial dan perubahan permeabilitas membrane yang

menyebabkan proteinuria.

Stadium 3 mengacu pada nefropati insipient dan secara khas berkembang dalam waktu sekitar

10 tahun stelah awitan diabetes mellitus. Tanda khas dari stadium ini adalah mikroalbuminuria

yang menetap (ekresi albumin urin antara 30 hingga 300 mg/24 jam) yang hanya dapat terdeteksi

dengan radioimunnoassay atau metode labolatorium sensitive lainnya. Normal urun

mengeksresikan albumin dibawah 30 mg/ 24 jam, sedangkan eksresi albumin diatas 300 mg/24

jam memgarah pada proteinuria pasti yang dapat dibedakan dengan mikroalbuminuria.

Mikroalbuminuria yang menetap dapat dibuktikan dengan tiga atau lebih urin yang dikumpulkan

secara terpisah selama lebih dari 3 hingga 6 bulan. Mikroalbuminuria yang menetap dapat

dideteksi pada 25% sampai 40% pasien, dan besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi

nefropati stadiu, 4 dan 5 pada pasien yang mengalami mikroalnuminuria tersebut dan

kemungkinannya rendah pada pasien yang tidak menngalami mikroalbuminuria. Kadar GFR

biasanya normal hingga normal tinggi dan peningkatan tekanan darah juga merupakan gembaran

penting dari nefropati diabetik stadium 3. 3

Stadium 4 atau fase nefropati diabetik klinis ditandai dengan proteinuria yang positif dengan

carik celup (>300 mg/24 jam) dan dengan penurunan GFR yang progresif. Retinopati diabetik,

14

Page 15: gagal ginjal kronik

sertaa hipertensi hampir selalu ada pada stadium ini. Stadium ini kira-kira 15 tahun setelah awita

diabetes mellitus tipe 1 dan menyebabkan ESRD pada sebagian besar kasus. Namun banyak

pasien yang tidak mengalami ESRD karena kematian dini akibat penyakit jantung arterosklerosis

atau stroke.

Stadium 5 adata fase kegagalan atau insufisiensi ginjal progresif. Ditandai dengan azetomia

(peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum) disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat yang

pada akhirnya menyebabkan berkembangnya ESRD dan membutuhkan dialisis atau transplantasi

ginjal. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai staium ini adalah 20 tahun setelah

awitan diabetes mellitus tipe 1. Kecepatan rata-rata penurunan GFR adala 1 ml/bulan sehingga

ESRD kira-kira muncul sekita 5 sampai 10 tahun setelah awitan proteinuria. Nefropati diabetik

lanjut stadium 2 biasanya disertai dengan retinopati, hipertensi dan neuropati. 3

Stadium nefropati diabetikum

STADIUM 1 (PERUBAHAN FUNGSIONAL DINI)

Hipertrofi ginjal

Peningkatan daerah permukaan kapiler glomerulus

Peningkatan GFR

STADIUM 2 (PERUBAHAN STRUKTUR DINI)

Penebalan membrane basalis kapiler glomerulus

GFR normal atau sedikit meningkat

STADIUM 3 (NEFROPATI INSIPIDEN)

Mikroalbuminuria (30-300 mg/24jam)

Tekanan darah meningkat

15

Page 16: gagal ginjal kronik

STADIUM 4 (NEFROPATI KLINIS ATAU MENETAP)

Proteinuria (>30 mg/24 jam)

GFR menurun

STADIUM 5 (INSUFISUENSI ATAU GAGAL GINJAL PROGRESIF)

GFR menurun dengan cepat (-1 ml/bulan)

Ginjal kehilangan fungsinya setiap bulan hingga 3%

Hasil dari beberapa penilitian telah memperlihatkan bahwa pengaturan yang tepat dari

glukosa darah (dicapai melalui pengawasan ketat terhadap makanan, olahraga, pemantauan

glokosa darah pribadi, dan insulin harian multidosis) dapat memperlambat laju perkembangan

nefroapati, retinopati dan neuropati secara signifikan, khususnya pengobatan dimulai selama

stadium ketiga atau mikroabmuminuria. Pembatasan protein pada makanan dan penurunan

tekanan darah dengan penghambat ACE akan menurunkan eksresi albumin dan memperlambat

nefropati diabetik. Penghambat ACE efektif dalam memperlambat perkembangan gagal ginjal

karena penghambat ACE adalah satu-satunya obat yang bekerja dengan memperlebar arteriol

eferen sehingga tekanan intraglomerulus akan menurun. Sebaliknya antagonis kalsium (misalnya

verapamil) menyebabkan dilatasi arteriol aferen pada ginjal yang lebih dapat meningkatkan

tekanan intraglomerulus daripada menurunkan tekanan intraglomerulus. 3

Terapi penggantian ginjal sebaiknya dilakukan pada fase awal daripada dilakukan pada pasien

tanpa diabetes, karena uremia berkaitan dengan makin cepatnya timbul komplikasi diabetik lain

misalnya retinopati. Secara umum kematian pada pasien diabetes dengan dialisis jangka panjang

adalah tiga kali lebih tinggi daripada kematian pada pasien tanpa diabetes dalam usia yang sama.

Transplantasi ginjal dapat berhasil pada pasien diabetes yang usianya lebih muda dibandingkan

pada pasien yang usianya lebih tua.

Penyakit Ginjal Stadium Akhir : Sindrom Uremik

16

Page 17: gagal ginjal kronik

Yang menjadi dasar penyakit ginjal stadium akhir yaitu GFR. Apabila GFR menurun < 15%

dari keadaan normal dan terus mendekati nol maka pasien menderita sindrom uremik. Sindrom

uremik adalah kumpulan gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolit

nitrogen karena gagal ginjal. Pada uremia lanjut, sebagian fungsi dari semua sistem organ tubuh

menjadi abnormal. 2,3

Manifestasi sindrom uremik

Sistem tubuh Manifestasi Sistem tubuh Manifestasi

Biokimia Asidosis metabolic (HCO3- serum

18-20 mEq/L)

Azetomia (penurunan GFR, menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin)

Hiperkalemia

Retensi atau pembuangan natrium

Hipermagnesimia

Hiperurisemia

Saluran cerna Anoreksia, mual, muntah,

menyebabkan penurunan berat

badan

Napas berbau amoniak, rasa kecap

logam, mulut kering,

Stomatitis, parotitis, gastritis,

enteritis, pendarahan saluran cerna,

diare.

Genitourinaria Poliuria, berlanjut menjadi

oligouria lalu anuria

Nokturia, pembalikan irama

diurnal

Berat jenis urin kemih tetap

sebesar 1.010, proteinuria, silinder

Hilangnya libido, amenore,

impotensi dan steriltas

Metabolisme

intermedier

Protein – intoleransi, sintesis

abnormal

Karbohirat – hiperglikemia,

kebutuhan insulin menurun

Lemak – peningkatana kadar

trigliserida

Mudah lelah

Kardiovaskular Hipertensi, retinopati, dan

ensefalopati hipertensif

Beban sirkulasi berlebihan, edema

Gagal jantung kongestif

Neuromuscular Otot mengecil dan lemah

SSP (penurunan ketajaman mental,

konsentrasi buruk, apati, latergi

atau gelisa, insomnia, kekacaun

mental,otot berkedut, asteriksis,

17

Page 18: gagal ginjal kronik

Perikarditis (friction rub),

disaritmia kejang)

Neuropati perifer (konduksi saraf

lambat, sindrom restless leg.

Perubahan sensorik pada

ekstermitas – parasesti

Perubahan motorik – foot drop

yang belanjut menjadi paraplegia

Pernapasan Pernapasan kussmaul, dispnea

Edema paru

Pneumonitis

Gangguan

kalsium dan

rangaka

Hiperfosfatemia, hipokalsemia

Hiperparatiroidisme sekunder

Osteodistrofi ginjal

Fraktur patologik (demineralisasi

tulang)

Deposit garam kalsium pada

jaringan lunak (sekitar sendi,

pembuluh darah, jantung, paru)

Hematologic Anemia menyebabkan kelelahan

Hemolisis

Kecenderungan perdarahan

Menurunnya resistensi infeksi

(UTI, pneumonia, septicemia)

Kulit Pucat, pigmentasi

Perubahan rambut dan kuku (kuku

mudah patah, tipis, bergerigi, ada

garis-garis merah- biru yang

berkaitan dengan kehilangan

protein)

Pruritus, Kristal uremik, kulit

kering, memar

18

Page 19: gagal ginjal kronik

Ada dua kelompok gejala klinis yang dapat terjadi pada sindrom uremik:

1. Gejala-gejala yang paling nyata adalah gangguan fungsi pengaturan dan ekresi; kelainan

volume cairan dan elektrolit, ketidak seimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen

dan metabolit lainnya, serta anemia yang disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal.

2. Gabungan kelainan kardiovaskular, neuromuscular, saluran cerna, dan kelainannya

lainnya.

Berikut adalah penjelasan manifestasi lazim yang sering terjadi pada sindrom uremik:

Gangguan biokimiawi

a. Asidosis metabolic

Gagal ginjal ditandai dengan berbagai jenis gangguan biokimiawi. Salah satu kelainan

konstan yang selalu tampak pada penderita uremia adalah asidosis metabolic. Pada diet normal,

ginjal harus mengeluarkan 40-60 Meq ion hydrogen setiap harinya untuk mencegah asidosis.

Pada gagal ginjal terjadi ganggua untuk mengekresikan ion hydrogen mengakibatkan asidosis

metabolic sistemik disertai penurunan kadar bikarbonat dan PH plasma. Kadar bikarbonat turun

karena digunakan untuk mendapatkan ion hydrogen. Ekresi ammonium merupakan mekanisme

utama ginjal dalam usaha dalam usahanya mengeluarkan ion hydrogen dan pembentukan

kembali bikarbonat. Pada gagal ginajl, ekskrsi ammonium total berkurang karena berkurangnya

jumlah nefron. Ekskresi fosfat merupakan mekanisme lain dalam usaha mengeluarkan ion

hydrogen dalam bentuk asam yang dapat di titrasi. Namun, kecepatan ekskresi fosfat ditentukan

oleh kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa. Pada gagal ginajl fosfat

cenderung bertahan dalam tubuh karena berkurangnya massa nefron dank arena factor-faktor

yang berkaitan dengan metabolism kalsium.3

Kadar bikarbonat serum biasanya stabi pada sekitar 18-20 mEq/L(asidosis sedang) dan jarang

dibawah angka ini.

Agaknya gejala-gejala anoreksia, mual, dan lelah yang sering ditemukan pada pasien uremia,

sebagian disebabkan oleh asidosis. Salah satu gejala yang sudah jelas akibat asidosis adalah

pernapasan kuss-maul, meskipun gejala ini paling kurangnya pada asidosis kronik. Pernapasan

kuss-maul adalah pernapasan yang dalam dan berat, yang timbul karena kebutuan meningkatkan

ekskresi karbon dioksida, sehingga mengurai keparan asidosis.

19

Page 20: gagal ginjal kronik

b. Ketidakseimbangan kalium

Ketidak seimbangan kalium merupakan salah satu gangguan serius yang dapat terjadi pada

gagal ginajl, kalium plasma normal berkisar 3,5-5,5 mEq/L. sekitar 90% asupan normal yaitu

sebesar 50-150 mEq/hari di ekskresikan dalam urine. Hipokalemia dapat menyertai poliuria pada

gagal ginjal kronik dini, terutama pada penyakit-penyakit tubulus seperti pielonefritis kronik.

Akan tetapi hiperkalemia selalu akan timbul bila pasien mengalami oliguria pada gagal ginjal

kronik.

Disamping itu, asidosis sistemik juga dapat menimbulkan hiperkalemia melalaui pergeseran

Kalium dari dalam sel kecairan ekstraseluler. Efek hiperkalemia yang sangat mengancam

kehidupan adalah pengaruhnya pada hantaran listrik jantung. Bila kadar kalium serum mencapai

7-8 mEq/L, akan timbul disretmia yang fatal atau terhentinya denyut jantung.3

c. Keseimbangan Natrium

Pada kebanyakan orang normal, ginjal sangat fleksibel dalam ekskresi natrium sebagai respon

terhadapa asupan natrium yang sangat bervariasi. Ekskresi garam dapat berkisar dari hampir nol

sampai lebih dari 20g/hari. Pasien gagal ginjal kronik kehilangan kemapuan yang sangat

felksibel itu, sehingga dapat dikatan kemampuan ginjalnya untuk mengekskresikan natrium yang

sangat bervariasi itu seperti telur diujung tanduk. Pada insufisiensi ginjal dini (bila terjadi

poliuria) terjadi kehilangan natrium karena peningkatan beban zat yang terlarut pada nefrton

yang utuh. Dieresis osmotic mengakibatkan kehilangan natrium secara obligat. Keadaan ini

sering di dapatkan pada penderita pielonefritis kronik dan ginjal polikistik yang terutama

menyerang tubulus.

Apa bila ginjal terminal diikuti oleh oliguria, maka pasien cenderung memepertahankan

natrium. Retensi natrium dan air dapat menyebabkan beban sirkulasi, edema, hipertensi dan

gagal jantung kongesti. Gagal jantung kongesti terjadi sekundet akibat hipertensi dan

peningkatan kadar aldosteron pada pasien uremia juga ikut berperan dalam menyebabkan retensi

natrium.3

d. Hipermagnesimia

Seperti halnya kalium, mengnesium terutama merupakan kation intrasel dan terutama

diekskresikan oleh ginjal. Kadar serum normal adalah 1,5-2,3 mEq/L. penderita uremia akan

20

Page 21: gagal ginjal kronik

mengalami penurunan kemampuan untuk mengekskresikan magnesium. Namun

hipermagnesemia bukan masalah yang serius karena asupan magnesium biasanya menurun

akibat anoreksia, berkurangnya asupan protein dan penurunan absorbs dari saluran cerna.

Pembebanan magnesium secara tiba-tiba akibat minum laksatif seperti susu magnesia atau

magnesium sitrat dapat menyebabkan kematian.3

e. Azotemia

Seperti telah dibicarakan sebelumnya, peningkatan tajam kadar urea dan kreatinin plasma

biasanya merupakan tanda timbulnya gagal ginjal terminal dan menyertai gajala uremik. Tetapi

terdapat banyak bukti yangmenunjukan bahwa urea sendiri tidak bertanggung jawab atas gejala-

gejala dan gangguan metebolisme yang ditemukan pada uremia. Beberapa zat yang ditemukan

dalam darah pasien uremia yang mungkin bertidak sebagai racun adalah guanidine,fenol, amin,

urat, kreatinin, dan asam hidroksi aromatic dan indikan. Beberapa senyawa ini bertidandak

sebagai penghambat enzim yang kuat. Agaknya kambinasi factor-faktor asidosis dan gangguan

elektrolit lainnya, gangguan hormonal dan retensi racun dapat mengakibatkan gangguan

metabolisme dan terserang banyak sistem organ, penyelidakan -penyelidikan yang dilakukan

sekarang ini menyimpulkan bahwa racun uremik merupakan molekur ukuran sedang (urea

adalah molekul kecil, albumin adalah molekul yang besar) yang mengakibatkan timbulnya

hipotesis molekul dan penyelidikan-penyelidikan untuk mecarai cara pembungan molekul ini

secara lebih efisien. Misalnya hemodialisis fluks tinggi yang memiliki efisiensi tinggi (HEHF)

menggunakan membrane dialysis berpeamilitas tinggi yang lebih biokompatibel tidak hanya

dapat memperpendek waktu dialysis namun juga lebih baik dalam pembungan toksik uremik

potensial yang terdapat dalam ukuran molekul sedang.3

f. Hiperurisemia

Peningkatan kadar asam urat serum dan pembentukan Kristal-kristal yang menyumbat ginjal

dapat menyebabkan gagal ginjal akut atau kronik. Sebaliknya pada stadium dini gagal ginjal

kronik dapat timbul gangguan ekskresi ginjal sehingga kadar asam urat serum biasanya

meningkat, biasanya sekitar 75% dari total asam urat di ekskresik oleh ginjal. Peningkatan kadar

asam urat serum diatas normal yaitu 4-6mg/100 ml dapat atau tidak disertai gejala-gejala,

namun penderita uremia tidak jarang pula mengalami serangan atritis gout akibat endapan garam

urat pada sendi dan jaringan lunak.

21

Page 22: gagal ginjal kronik

Ganguan kemih-kelamin

Gejala-gejala saluran kemih pada uremia erat kali hubungannya dengan metabolism ait.

Poliuria akibat diureis ismotik lambat laun akan menjurus pada oliguriam bahkan juga anuria

karena kerusakan masa nefraom yang berlasung bertahap. Slain itu juga muncul gejala nucturia

dan pembalikan pola diurnal ekskresi urin normal, yang menyebabkan kecepatan pembentukan

urin relative konstan pada siang dan malam hari. Berat jenis urin relative konstan sekitar 1010

(285mOsm) pada pendetia uremia menunjukan hilannyga kemampuan pemekatan dan

pengencaran urin dari kadar plasma, perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan penderita

uremia mudah mengalami perubahan keseimbangan air yang akut. Diare atau muntah dapat

menyebabkan dehidrasi yang cepat dan mengakibatkan hipovolemia, penuruanan GFR, dan

memburuknya fungsi ginjal. Sementara asupan air yang berlebihan dapat menyebabkan

kelebihan beban sirkulasi, edema, dan gagal jantung kongesti. Dengan berkurangnya massa

nefron dan GFRm maka proteinuria yang mungkin sudahnyata pada awal penyakit penyakit

ginajl kronik menajdi semakin tak berarti atau kehingan sama sekali. Kadang-kadand dalam

sedimen urin bisa ditemukan selinder granular yang besar. Ini merupakan ciri khas gagal ginaj

lanjut.

Perempuan mudah yang menderita uremia umumnya berhenti mesturasi sedangkan laki-laki

menajdi impoten dan sterill bila GFR turun hingga 5ml/menit. Baik perempuan ataupun laki-laki

akan kehingan libido jiga uremia semakin menberat. Setalah menjalani transplantasi ginjal atau

hemodialisis yang teratur, fungsi seksual dan reprodoksi mungkin akan normal kembali.

Sebaiknya wanita yang mengalami insufiesiensi ginjal lanjut jangan hamil lagi. 2,3

Kelainan kardiovaskular

Sindrom uremik sering disertai hipertensi dan gagal jantung koengesti. Sekitar 90% hipertensi

bergantung pada volume dan berkaitan dengan retensi air dan natrium, sementara kurang dari

10% yang bergantung pada rennin. Kombinasi hipertensi , anemia dan kelebihan beban sirkulasi

yang disebabkan oleh retensi natrium dan air semuanya berperan dalam kecenderungan

meningakatnya kasus gagal jantung kongesti. Efek samping lain dari hipertensi yang berat adalah

retinopati dan enselopati. Gejala-gejala dari gangguan ini sama dengan pada pasien-pasien yang

tidak menderita uremia.

22

Page 23: gagal ginjal kronik

Perikarditis yang dulu sering sebagai komplikasi gagal ginjal kronik, sekarang sudah jarang

terjadi karena sudah dimulai dialysis sejak dini. Toksin metabolic yang menetap diyakini

merupakan penyebab pericarditis. Manifestasi klinis pasien perikarditis uremik serupa dengan

yang sebabkan oleh penyebab lain. Pasien dapat mengeluh nyeri pada inspirasi dalam atau pada

saat berbaring, tetapi sekitar 2/3 orang asimtomatik. Pada waktu auskulatasi didaerah prekordium

akan terdengar friction rub bolak-balik. Foto torak akan memperlihatkan gambaran jantung yang

membesar bila terjadi efusi pericardial. Kadang-kadang penderita perikarditis uremik dapat

mengalami efusi hemoragik massif dan tamponade jantung, khususnya bila digunakan

antikoagulan selama hemodialisis. Dalam keadaan darurat ini, aspirasi cairan secara cepat oleh

dokter dapat menolong nyawa pasien. Juga dapat terjadi aritmia jantung yang sering kali

menyertai ketidak seimbangan K+ pada gagal ginjal juga di pengaruhi oelh ketidakseimbangan

Na+, Ca++, H+, dan Mg++.2,3

Perubahan pernafasan

Pernafasan yang berat dan dalam (kussmaul) pada pasien yang menderita asidosis berat.

Namun penderita asidosis sedang akibat insufisiensi ginjal kronik cenderung mengeluhkan

dispnea pada waktu melakukan kegiatan fisik dan perubahan pernafasan yang makin dlam

tersebut sering kali diluputkan oleh pengamat yang kurang ahli.

Koplikasi lain pada pernafasan akibat gagal ginjal adalah paru uremik dan pnumonitis. Foto

toraks pada paru uremik memperlihatkan infiltrasi bilateral berbentuk kupu-kupu. Sebenarnya

keadaan ini merupakan suatu edema paru yang tentunya disertai kelebihan beban cairan akibat

retensi natrium dan air dan atau gagal ventrikel kiri.konfigurasi kupu-kupu pada edema paru

terjadi akibat peningkatan permeabilitas mambran kapiler alveolar disekitar hilus paru. Infeksi

bilateral penyebab pneumonitis dapat menanggapi paru basah kronik. Kongesti paru menghilang

dengan menurunya carian tubuh melalui pembatasan garam dan hodialisis.3

Perubahan kulit

Penimbunan pigmen urin(terutama urokrom) bersama anemia pada insufisensi ginjal lanjut

akan menyebabkan kulit pasien menjadi putih seakan-akan berlilin kekuningan . pada paseien

orang kulit coklat, kulit akan berwarna coklat kekuningan, sedangkan pada orang kulit hitam

berwarna abu-abu semu kuning terutama daerah telapak tangan dan kaki.

23

Page 24: gagal ginjal kronik

Kulit mungkin menjadi kering dan bersisik, sedangkan rambut menjadi rapuh dan berubah

warna. Kuku menjadi tipis dan rapuh, bergerigi dan memperlihatkan garis-garis terang dan

kemerahan berselang seling. Perubahan-perubahan pada kuku ini merupakan ciri khas protein

kronik(garis muehrcke). Penderita uremia sering mengalami pruritus dan ini dianggap sebagai

manifestasi peningkatan fungsi kelenjar paratiroid dan pengendapan kalsium dalam kulit.

Pruritus uremik biasanya sangat resisten terhadap pengobatan dialysis serta agen-agen topical.

Jika kadar BUN sangat tinggi, maka pada bagian-bagian kulit yang banyak berkeringat akan

timbul Kristal-kristal urea halus dan berwarna putih. Ini dikenal sebagai Kristal uremik, memar-

memar akibat trauma ringan sering terlihat pada kulit penderita uremia karena peningkatan

fragilitas kapiler.3

Gejala dan tanda saluran cerna

Manifestasi saluran cerna dari uremia dapat menyebabkan pasien sangat terganggu.

Anoreksia, mual, muntah merupakan gejala yang sering ditemukan pada uremia dan seringkali

menjadi gejala-gejala awal penyakit. Gejala-gejala ini ikut bertanggung jawab atas penurunan

berat badan yang cukup besar pada gagal ginjal kronik. Seluruh saluran cerna itu sendiri ikut

terserang pada uremia. Pasien sering mengeluh rasa kecap logam dimulutnya dan napasnya

mungkin berbau ammonia. Mulut dapat mengalami peradangan dan ulserasi (stomatitis), dan

lidah dapat menjadi kering dan berselaput. Terkadang timbul parotitis (peradangan kelenjar

parotis). Flora normal mulut terdiri dari organsime-organisme (bakteri karang gigi) yang dapat

memeceh urea dalam saliva sehingga memventuk ammonia. Inilah yang menyebabkan timbulnya

bau seperti urin pada napas dan dapat mengubah cita rasa, serta merupakan predisposisi

peradangan atau infeksi jaringan. Dapat berbentuk tukak pada mukosa lambung dan usus besar

dan kecil dan dapat menyebabkan perdarahan yang cukup berat. Efek perdarahan saluran cerna

sangat serius karena menurunkan tekanan darah akan semakin menurunkaln GFR. Sedangkan

darah yang dicerna akan menyebabkan peningkatan tajam kadar BUN. Kadang-kadang terjadi

diare yang dapat menimbulkan dehidrasi serius.

Meskipun infeksi hepatitis B (HBV) merupakan masalah yang signifikan dimasa lalu, namun

saat ini berkurang karena implementasi peringatan yang universal dan tersediannya vaksin HBV.

Infeksis hepatitis C (HCV), seperti HBV, ditransmisi melalui pajanan perkutan terhadap darah.

24

Page 25: gagal ginjal kronik

HCV adalah salah satu masalah, terutama bagi pasien yang akhirnya menjalani transplantasi

ginjal karena mempunyai hubungan erat dengan hepatitis aktif kronik dan berkembangnya

kanker hati.3

Kelainan metabolisme intermedia

Kelainan metabolisme intermedia merupakan cirri khas sindrom uremik, meskipun

mekanisme fisiologisnya belum dipahami dengan jelas.

- Protein

Apapun unsur lain yang menyebabkan gejala-gejala uremik, tetapi hasil pemecahan

metabolisme protein merupakan unsur yang paling penting. Diet pembatasan protein

umumnya agak dapat mengurangi lesu, letih, mual dan anorekisia dan semaki banyak

bukti yang menunjukan bahwa diet ini dapat menghambat kerusakan ginjal lebih lanjut.

Pasien cenderung mengurangi asupan protein tanpa disadarinya, karena [erkembangan

azetomia menyebabkan hilangnya nafsu makan terhadap makanan yang mengandung

protein. Alasan lain member diet pembatasan protein pada uremia adalah H+ , K+ dan

fosfat terutama dihasilkan dari makanan yang mengandung protein sehingga harus

dibatasi dengan ketat agar tidak terjadi penimbunan dalam darah. Sintesis protein

abnormal dalam darah nyata dari meningkat atau menurunnya asam-asam amino tertentu.

Makna klinis fenomena ini belum diketahui.

- Karbohidrat dan lemak

Gangguan metabolisme karbohidrat seringkali disebabkan oleh uremia. Kadar gula darah

puasa meningkat lebih dari 50% pasien uremia, tetapi biasanya tidak melebihi200mg/100

ml. mungkin yang menjadi penyebab adalah jaringan perifer yang tidak peka terhadap

insulin. Sebaliknya pada penderita diabetes bergantung insulin yang menderita uremia,

metabolisme karbohidrat membaik dan kebutuhan insulin menjadi rendah. Kenyataan ini

tampak bertentangan dengan intoleransi glukosa pada orang yang tidak menderita

diabetes. Hal ini dapat dijelaskan dengan peningkatan kadar insulin serum karena

perpanjangan waktu paruh insulin (ginjal biasanya akan menonaktifkan sekitar 20% dari

25

Page 26: gagal ginjal kronik

insulin) pada uremia. Metabolisme karbohidrat biasanya menjadi normal dengan

hemodialisis teratur.

Metabolisme lemak abnormal ditandai dengan kadar trigliserida serum yang tinggi pada

penderita uremia, bahkan pada pasien-pasien yang telah menjalani dialisis teratur. Faktor-

fator lain yang dapat berperan pada peningkatan kadar trigliserida antara lain peningkatan

kadar glukosa dan insulin sera penggunaan asetat pada dialisat. Kelainan metabolisme

karbohidrat dan lemak jelas ikut berperan dalam proses peningkatan arterosklerosis pada

pasien-pasien yang menjalani dialisis kronik.3

Kelainan Neuromuskular

Terlibatnya sistem neuromuscular merupakan komplikasi uremia yang universal. Baik sistem

saraf pusat maupun perifer, ikut terserang dengan akibat yang luas. Otot-otot dapat pula ikut

terserang, sebagian akibat dari neuropati perifer dan sebagai akibat pengicilan otot-otot.

- Sistem saraf perifer

Derajat gangguan serebral secara kasar pararel dengan derajat azetomia yang dialami.

Gejala-gejala dini antara lain adalah penurunan ketajaman serta kemampuan mental

untuk berpikir, apatis, dan kelelahan. Pasien mengeluh merasa letih, lesu dan tak dapat

menyelasaikan kerja normal sehari-hari tanpa harus beristirahat berulang kali. Kelelahan

mungkin diselingi periode-periode kegelisahan dan insomnia. Pasien yang tidak diobati

pada akhirnya akan menjadi gelisa dan koma. Jika timbul kejang, naka biasanya

menyertai ensefalopati hipertensif. Iritabilitas neuromuscular dinyatakan dengan sentakan

atau kedutan involunter pada otot-otot. Kadang-kadang timbul asteriksis (flapping

treamor pada tangan) yang merupakan manifestasi dari keracunan serebral. Tanda fisik

diinduksi dengan memerintahkan paseien untuk mengangkat kedua lengan dengan lengan

bawa difiksasi dan jari-jari diekstensikan. Hal ini akan menyebabkan perubahan fleksi

dan ekstensi pada pergelangan tangan (flapping treamor)

- Sindrom disekuilibrium dialisis merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan gejala-

gejala neurologic yang tidak terlokalisasi, seperti nyeri kepala, mual dan muntah,

26

Page 27: gagal ginjal kronik

kedutan, hipertensi, dan penglihatan kabur. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi konfusi

atau kejang. Disekuilibrium dialisis paling sering terjadi selama atau dalam waktu 12 jam

pertama setelah pengobatan dialisis awal, yang diyakini disebabkan oleh edema serebral.

Patogenesis ditandai dengan perubahan pH dan osmolalitas yang diinduksi dialisis cepat

antara cairan ekstraseluler dan intraseluler. Dementia dialisis merupakan gangguan

neurologic yang berkembang progresif dan seringkali fatal pada pasien-pasien yang

menjalani dialisis bertahun-tahun. Gejala awal adalah gangguan bicara, kejang dan

kadang-kadang demensia dan kematian. Walaupun patogenesisnya tidak tentu, faktor

utama yang diyakini adalah toksisitas aluminium pada otak, yang disebabkan oleh ingesti

antasida yang mengandung aluminium atau kadar aluminium yang tinggi dalam cairan

dialisis. 2,3

- Neuropati perifer

Gangguan sistem saraf perifer mengikuti pola perjalanan penyakit yang khas. Tanda-

tanda paling dini dari penyakit ini adalah perlambatan konduksi saraf. Tes ini biasanya

dilakukan pada saraf peroneus pada tungkai bawah. Penurunan kecepatan konduksi daraf

dapat timbul sebelum awitan gejala-gejala klinis. Restless leg sindrom kadang-kadang

merupakan gejala awal. Pasien menjalaskan gejala tersebut sebagai suatu perasaan yang

aneh yang dapat diredakan dengan berjalan-jalan atau mengerakan kaki. Stadium kedua

dari perkembangan neuropati perifer adalah timbulnya perubahan-perubahan sensorik

pada ekstermitas. Pasien mengalami nyeri seperti terbakar, perasaan baal atau prestesia

pada jari-jari kaki dan kaki yang kemudian menjalar ke tungkai seperti kaos kaki panjang.

Pada stadium selanjutnya gejala prestisia terjadi pada jari-jari tangan dan tangan.

Akhirnya saraf motorik terangsang. Gangguan motorik biasanya dimulai dengan foot

drop dan berkembang menjadi paraplegia. Gambaran patologi berupa kehilangan myelin

dan saraf-saraf perifer yang mungkin disebabkan oleh keracunan uremik dan

ketidakseimbangan elektrolit.

Hemodialisis dapat menghentikan perkembangan neuropati perifer, tetapi bila perubahan-

perubahan itu sudah terjadi maka sulit pulih kembali (sensorik) atau ireversibel (motorik).

Oleh karena itu, hemodialisis harus dilakukan sebelum timbul gejala atau tanda klinis.

27

Page 28: gagal ginjal kronik

Gangguan kalsium dan rangka

Bila penderita gagal ginjal kronik dapat bertahan cukup lama, maka ketidakseimbangan

kalsium dan fosfat yang disertai gangguan rangka tidak mungkin terelakan. Gangguan rangka

disebut osteodistrofi ginjal yang terdiri dari 3 lesi.

- Osteomalasia

Merupakan gangguan tulang yang sering ditemukan dan terlihat pada sekitar 60% dari

semua penderita gagal ginjal kronik. Kasus ini berhubungan dengan gangguan

mineralisasi tulang. Osteomalasia terdiri atas gangguan mineralisasi tulang dan

disebabkan oleh defisiensi 1,25-dihidroksikole-kalsiferol atau kalsitriol, bentuk paling

aktif vitamin D yang dimetabolisme oleh ginjal. Defisiensi bentuk paling aktif vitamin D

menyebabkan sangat terganggunya absorbsi kalsium diusus. Dalam tulang osteoblas terus

membentuk jaringan osteosid (rangka tempat garam kalsium diletakan untuk membentuk

tulang), tetapi kadar serum rendah dan kerja vitamin D yang tidak aktif pada tulang tidak

memungkinkan terjadinya mineralisasi. Jaringan osteosid akhirnya mengantikan tulang

normal, sehingga terjadi osteomalasia pada orang dewasa dan rakitis pada anak-anak.

Osteoid secara structural lemah dan dapat mengalami fraktur atau perubahan bentuk bila

mendapatkan tekanan.

- Osteitis fibrosa

Ditemukan pada lebih dari 30% pasien, dan ditandai dengan resorbsi osteoklastik tulang

serta penggantian oleh jaringan fibrosa. Demineralisasi tulang mungkin bersifat local dan

tampak seperti lesi kistik (osteitis fibrosa sistika), atau sebagai penurunan umum densitas

tulang pada radiogram. Osteitis fibrosa disebabkan oleh peningkatan kadar hormone

paratiroid (PTH) pada gagal ginjal kronik.

- Osteosklerosis

Merupakan jenis gangguan tulang ketiga yang lebih jarang ditemukan sering

bermanifestasi pada vertebra yang tampak berpita atau bergaris (rugger-jersey spine)

28

Page 29: gagal ginjal kronik

pada radiogram. Osteosklerosis disebabkan oleh selang seling antara pengurangan dan

peningkatan densitas tulang.

Setiap lesi tersebut diatas dapat timbul sendiri tetapi lebih sering timbul bersama.

Hemodialisis tidak dapat mencegah osteodistrofi ginjal. Faktor-faktor utama adalah penurunan

fungsi ginjal, hiperparatidisme sekunder, dan defisiensi atau resestensi vitamin D. Selain ketiga

jenis lesi klasik diatas, terdapat 3 jenis lain dari penyakit tulang dan rangka yang terlihat pada

pasien ESRD yang terdeteksi dengan biopsy tulang. Osteomalasia yang diinduksi aluminum

yang resisten vitamin D tersusun dari penimbunan metabolit aluminum di dalam tulang sehingga

menjadi faktor predisposisi fraktur patologis (terutama fraktur pangkal paha). Sumber

penyebabnya adalah obat-obat antasid aluminium hidroksida yang lasim digunakan sebagai obat

pengikat fosfat dalam diet. Penyakit tulang adinamik atau aplastik merupakan keadaan yang

akhir-akhir ini ditandai dengan penurunan mineralisasi tulang tetapi dengan osteoid dengan

jumlah normal. Sering terjadi pada orang dewasa , pasien diabetes dan pada orang-orang yang

diobati dengan dialisis peritoneal. Faktor-faktor penyebab toksisitas aluminum pada beberapa

kasus dan sangat tertekannya kadar PTH yang normalnya meningkat pada ESRD. 2,3

Amiloidosis terkait dialisis terkait akibat penimbunan fibril-fibril yang berasal dari

mikoroglobulin β2 pada tulang dan sendi karena pembatasan protein ini melaui dialisis dalam

ESRD. Manifestasi klinis yang paling sering terjadi adalah kista tulang, artropati, dan sindrom

terowongan karpal. Nyeri tulang dan fraktur patologi lazim terjadi pada ketiga keadaan ini.

Patogenesis osteodistrofi ginjal

Urutan peristiwa yang menyebabkan hiperparatiroidme sekunder dan osteodistrofi ginjal

paling mudah dipahami dengan mengikuti gambar ini

29

Page 30: gagal ginjal kronik

Dalam keadaan normal kalsium dan fosfat serum beada dalam keseimbangan dengan kalsium

fosfat fase padat dalam tulang. PTH dan kalsitrol merupakan pengatur utama proses absorbsi dari

usus, eksresi oleh ginjal serta pengendapan dan resorpsi mineral-mineral ini dari tulang. lebih

jauh kadar kalsium dan fosfat serum mempunyai hubungan yang terbalik yaitu kadar kalsium

naik maka kadar fosfat serum akan menurun. Hubungan yang saling mempengaruhi ini

berperanan dalam mempertahankan produksi campuran kalsium-fosfat dalam jumlah yang

konstan sehingga tidak terjadi pengendapan kalsium fosfat dalam sistem vaskuler. 2,3

Dengan semakin lanjutnya penyakit gagal ginjal maka hubungan antara kalsium dan fosfat

maka akan terganggu. Jika GFR turun sampai 25% dari normal maka fosfat akan ditahanoleh

ginjal. Retensi fosfat akanmenyebabkan penurunan kadar kasium serum. Keadaan azetomia juga

akan menganggu pengaktivan vitamin D3 oleh ginjal, yang diperlukan untuk absorbsi kalsium

dari usus. Kedua faktor tersebut menyebabkan keadaan hipokalsemia. Hipokalsemia akan

merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan lebih banyak PTH yang menyebabkan

resorbsi kalsium dan fosfat tulang, meningkatkan eksresi fosfat dan mengaktifkan vitamin D

oleh ginjal. Tetapi dengan menurunnya kadar GFR, kalsium serum yang rendah dan fosfat yang

tinggi terus merangsang aktivitas paratiroid. Kelenjar paratiroid dapat menuhjukan adanya

hiperplasi sel-sel sekretorik yang jelas lepas dari pengendalian fisiologis. Akibatnya terjadi

demineralisasi tulang rangka. Berlangsungnya proses tersebut terbukti dari peningkatan kadar

30

Page 31: gagal ginjal kronik

fosfatase basa serum. Produksi komplek kalsium fosfat menjadi tinggi sekali sehingga terbentuk

endapan garam kalsium fosfat di jaringan tubuh. 2,3

E. Epidemiologi

Di Amerika serikat data tahun 1995-1999 menyatakan insidens penyakit gagal ginjal kronik

diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun dan angka ini meningkat 8% pertahunnya. Di

Malaysia, dengan populasi 18 juta diperkirakan 1800 kasus baru gagal ginjal kronik pertahunnya.

Di Negara-negara berkembang lainnya insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta

penduduk pertahun. 2

F. Penatalaksanaan

Banyak faktor yang perlu dikendalikan untuk mencegah / memperlambat progresifitas

penurunan faal ginjal (LFG). diantara penyakit dasar ginjal glomerulopati tergantung dari

kelainan histopatologi ginjal, protein hewani, hiperkolesterolemia, hipertensi sistemik, gangguan

elektrolit (hipokalsemia dan hipokalemia) merupakan faktor-faktor yang memperburuk faal

ginjal. 2

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan

LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal

secara ultrasonografi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi

yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya, bila LFG sudah menurun samapai 20-30% dari

normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.

Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid ( comorbid condition )

Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien Penyakit

Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid (superimposed factors) yang dapat

memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara lain, gangguan keseimbanagn

cairan, hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius,

obat-obat nefrotoksik, bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.

31

Page 32: gagal ginjal kronik

Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal

Pembatasan Asupan Protein. Pembatasan asupan protein mulai dilakukan pada LFG ≤ 60

ml/mnt, sedangkan di atas nilai tersebut, pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan.

Protein diberikan 0,6-0,8/kg.bb/hari, yang 0,35-0,50 gr diantaranya merupakan protein nilai

biologi tinggi. Jumlah kalori yang diberikan  sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari. Dibutuhkan

pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan

kalori dan protein dapat ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan protein

tidak disimpan dalam tubuh tetapi  dipecah menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang

terutama diekskresikan melalui ginjal. Selain itu, makanan tinggi protein yang mengandung ion

hydrogen, fosfst, sulfat, dan ion unorganik lain juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena

itu, pemberian diet tinggi protein pada pasien Penyakit Ginjal Kronik akan mengakibatkan

penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis dan

metabolik yang disebur uremia. Dengan demikian, pembatasan asupan protein akan

mengakibatkan berkurangnya sindrom uremic. Masalah penting lain adalah, asupan protein

berlebih (protein overloaded) akan mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa

peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus (intaglomerulus hyperfiltration), yang

akan meningkatkan progresifitas pemburukan fungsi ginjal. Pembatasan asupan protein juga

berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu berasal dari sumber

yang sama. Pembatasan fosfat perlu untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia. 2

Pembatasan asupan protein & fosfat pada PGK:

LFG ml/mnt Asupan protein g/kg/hari Fosfat

g/kg/hr

> 60 Tidak dianjurkan Tdk dibatasi

25 – 60 0,6-0,8 kg/hr termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hr nilai

biologi tinggi

≤ 10 g

5 – 25 0,6-0,8 kg/hr termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hr nilai

biologi tinggi atau tambahan 0,3 g asam amino

esensial atau asam keto

≤ 10 g

32

Page 33: gagal ginjal kronik

< 60

(sindrom

nefrotik)

0,8/kg/hr (+1 gr protein / g proteinuria atau 0,3

g/kg tambahan asam amino esensial atau asam

keto

≤ 9 g

Penatalaksaan farmakologi pada kasus 6 meliputi penatalaksaan pada penyakit hipertensi,

diabetes mellitus dan gagal ginjal kronik itu sendiri. 2

- Hipertensi

Menggunakan ACE inhibitor misalnya kaptopril dapat bermanfaat untuk pasien

hipertensi dan diabetes esensial atau diabetes mellitus. Selain itu ACE inhibitor juga

dapat menurunkan proteinuria.

Bila pasien sedang mengalami hemodialisis maka pemberian antihipertensi harus

dihentikan. Selain itu ACE inhibitor terdapat penyekat kanal kalsium atau minodiksil

yang dapat digunakan untuk mengkontrol tekanan darah.

Dosis : 12,5 mg

- Diabetes melitus

Pengobatan diabetes mellitus dengan mengendalikan kadar gula darah. Pengobatannya

dengan menggunakan ACE inhibitor tetapi obat ini harus digunakan pada awal

pengobatan hipertensi karena mempunyai efek antiproteinurik.

- Gagal ginjal kronik

Derajat GFR (ml/menit/1,73m2) Rencana tatalaksana

1 ≥ 90

Terapi penyakit dasar, kondisi

komorbid,evaluasi perburukan

fungdi ginjal, memperbaiki

resiko kardiovaskular

33

Page 34: gagal ginjal kronik

2 60-89Menghambat pemburukan

fungsi ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29Persiapan untu terapi

penggantian ginjal

5 <15 atau dialisis Terapi pengganti ginjal

Terapi Penggantian Ginjal

Masa kini hanya ada 2 pilihan untuk Gagal Ginjal Terminal

Dialisis :

o Hemodialisis (HD)

o Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)

Tranplantasi.

Hemodialisi

Indikasi untuk inisiasi terapi dialisis :

a) Inisiasi terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan

nutrisi.tetapi terapi dialisis terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan

memperburuk faal ginjal (LFG).

b) Keputusan untuk inisiasi terapi dialisis berdasarkan parameter laboratorium bila LFG

antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2.

Pemeriksaan LFG (radionuklida) paling tepat untuk mencerminkan faal ginjal yang

sebenarnya, sesuai dengan klirens inulin. Pemeriksaan ini terbatas di RS rujukan. Untuk

kepentingan klinis, estimasi klirens kreatinin dapat digunakan formula Cockcroft dan Gault.

G. Komplikasi

DerajatGFR

(ml/menit/1,73m2)Penjelasan Komplikasi

1 ≥ 90Kerusakan ginjal dengan

GFR normal

2 60-89 Kerusakan ginjal dengan Tekanan darah mulai

34

Page 35: gagal ginjal kronik

penurunan GFR ringan meningkat.

3 30-59

Penurunan GFR sedang Hiperfosfatnemia

Hipokalemia

Anemia

Hiperparatiroid

Hipertensi

4 15-29

Penurunan GFR berat Malnutrisi

Asidosis metabolic

Cenderung hiperkalemia

Dislipidemia

5 <15 atau dialisisGagal ginjal Gagal jantung

Sindrom uremik

PENUTUPAN

Gagal ginjal merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh penyakit lain. Pada kasus ini

penyakit ginjalnya merupakan manifestasi dari hipertensi dan diabetes mellitus. Untuk itu

penyakit ini harus harus segeradi obati karena manifestasi klinis yang di timbulkan ialah sindrom

uremik.

Penatalaksanaan penyakit ginjal itu sendiri bergantung dari stadium yang di derita pasien

berdasarkan derajat GFR (Glomerulus Filtration Rate) yang dapat dihitung menggunakan

persamaan dari Kockrcroft-Gault.

35

Page 36: gagal ginjal kronik

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:

Balai penerbit FKUI 2003

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar ilmu penyakit

dalam edisi 5 jilid II. Jakarta : Interna Publishing 2009. 979-1089

3. Sylvia A. price, Lorraine M W. Patofisologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6

jilid II; EGC: 2006 912-990

4. Sudiono H, iskandar I, halim SL, santoso R dkk. Hematologi. Jakarta. 2009. 38-42

5. Sudiono H, iskandar I, halim SL, santoso R dkk. Urinalisis. Jakarta Edisi 2.2008. 13-79

6. Mansjoer A, kuspuji T, rakhmi S, wahyu I, dkk. Kapita selekta kedokteran. Jakarta 2008.

518-513

7. Baron DN. Patologi klinik. Jakarta. EGC. 1995. 232-255

36