g12ian

22
KERAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI KAWISTA (Limonia acidissima L.) DI KABUPATEN REMBANG IRWANTO ADHI NUGROHO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: adhietdhamara

Post on 20-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

q

TRANSCRIPT

  • KERAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI KAWISTA

    (Limonia acidissima L.) DI KABUPATEN REMBANG

    IRWANTO ADHI NUGROHO

    DEPARTEMEN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2012

  • ABSTRAK

    IRWANTO ADHI NUGROHO. Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.)

    di Kabupaten Rembang. Dibimbing oleh ALEX HARTANA dan DORLY.

    Kawista atau Kawis (Limonia acidissima L.) merupakan buah unggulan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, bahan untuk membuat sirup kawista yang aromanya serupa cola. Populasi

    pohon kawista di Rembang cukup banyak, tetapi dikhawatirkan berkurang karena peremajaan melalui

    biji memerlukan waktu 15 tahun sampai berbuah. Keragaman kawista di daerah ini belum pernah

    dilaporkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis keragaman kawista di Kabupaten Rembang. Pohon

    contoh yang diamati diambil secara acak dan proporsional sesuai banyaknya pohon kawista di tiap

    kecamatan. Morfologi tanaman yang diamati berupa panjang dan lebar daun, warna daun, diameter

    dan warna buah, dan warna batang. Anatomi daun diamati dari sediaan sayatan paradermal dan

    transversal daun. Data morfologi, anatomi, dan keduanya dianalisis menggunakan NTSYS versi 2.1,

    dan hubungan antar pohon kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang dikelompokkan

    berdasarkan dendrogram kemiripan. Berdasarkan morfologi daun, buah, dan warna batang, pohon

    kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang tidak semuanya mempunyai kemiripan 100% dan cukup beragam, walaupun beberapa pohon sangat mirip, tetapi tidak semuanya berada di kecamatan

    yang sama. Keragaman pohon kawista cukup besar berdasarkan anatomi daun, dan kemiripan kawista

    berdasarkan keragaman morfologi dan anatomi tidak mencapai 75% baik dari kecamatan yang sama

    maupun yang berbeda dalam Kabupaten Rembang.

    Kata kunci: Kawista, Limonia acidissima, kemiripan, keragaman, Rembang

    ABSTRACT

    IRWANTO ADHI NUGROHO. The Morphology and Anatomy Diversity of Kawista (Limonia

    acidissima L.) in Rembang Regency. Supervised by ALEX HARTANA and DORLY.

    Kawista or Kawis (Limonia acidissima L.) is a unique fruit in Rembang Regency, Center of

    Java that used to produce syrup tasted like cola favour. Kawista trees in Rembang are quite a lot, but

    their population could decrease due to replanting from seeds need 15 years to be fruiting. Kawista

    diversity in this area has not been reported. The objective of this research was to analyze the diversity

    of kawista in Rembang. Tree samples were taken randomly and proportionally according to the number of kawista trees in five subdistricts in Rembang regency. Morphological characters observed

    were length and width of leaf, leaf color, fruit diameter, fruit color, and stem color. Anatomical

    characters were observed on the paradermal and transversal leaf section preparates. Morphological,

    anatomical data, and both were analyzed separately using NTSYS ver. 2.1 and the relationship among

    kawista tree samples from 5 subdistricts in Rembang was grouped on similarity dendrogram. Based on

    the leaf morphology, fruit, and stem color of kawista trees, from 5 subdistricts in Rembang regency

    have not 100% similarity and quite diverse, although some trees were very similar, but not always

    from the same subdistrict. Kawista tree based leaf anatomy was diversed if compared to their

    morphology. However, based on morphology and anatomy character of kawista tree in Rembang has

    75% similarity.

    Key word: Kawista, Limonia acidissima, similarity, diversity, Rembang

  • KERAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI KAWISTA

    (Limonia acidissima L.) DI KABUPATEN REMBANG

    IRWANTO ADHI NUGROHO

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains pada

    Departemen Biologi

    DEPARTEMEN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2012

  • iv

    Judul : Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.) di

    Kabupaten Rembang

    Nama : Irwanto Adhi Nugroho

    NRP : G34070083

    Disetujui,

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc. Dr. Ir. Dorly, M.Si.

    NIP 19491230 197503 1 001 NIP 19640416 199103 2 002

    Diketahui,

    Ketua Departemen

    Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

    NIP 19641002 198903 1 002

    Tanggal Lulus:

  • v

    PRAKATA

    Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-

    Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan lancar serta dapat menyelesaikan karya

    ilmiah dengan judul Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.) di

    Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2011. Karya ilmiah ini telah diseminarkan di Seminar Nasional Biologi PBI XXI di Universitas Syiah Kuala,

    Banda Aceh, pada 26-27 November 2011.

    Saya menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak bisa terlepas dari bimbingan dan

    saran dari pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini. Oleh karena itu,

    saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc. sebagai

    pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. sebagai pembimbing II atas bimbingan dan arahan

    kepada saya selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Ibu Dr. Dra.

    Triadiati, M.Si. selaku penguji dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan

    saran dalam penulisan karya ilmiah ini.

    Demikian pula saya ucapkan terima kasih kepada Henny, Nisful, dan Rita atas

    bantuannya di laboratorium. Tidak lupa juga ucapan terimakasih atas dukungannya kepada orang tua, teman-teman Biologi 44, dan berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

    Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan

    dalam laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita

    semua.

    Bogor, Februari 2012

    Irwanto Adhi Nugroho

  • vi

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 3 Maret 1989 dari ayah Mochammad Zuhdi

    dan ibu Sri Sunarti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA

    Negeri 1 Rembang pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui

    jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

    Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi dan

    Morfologi Tumbuhan, Biologi Dasar, Fisiologi Tumbuhan, Ilmu Lingkungan, dan Pertumbuhan

    dan Perkembangan Tumbuhan tahun 2011. Selain itu, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

    antara lain sebagai anggota badan semi otonom Bioworld di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) IPB 2008-2010, ketua Himpunan Keluarga Rembang di Bogor 2009/2010, ketua

    divisi Dekorasi dan Dokumentasi Grand Biodiversity tahun 2010. Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan tahun 2009 di Wana Wisata Cangkuang,

    Sukabumi dengan judul Ragam Cendawan Entomopatogen di Wana Wisata Cangkuang yang

    dibimbing oleh Ir. Agustin Wydia Gunawan, MS. Penulis melakukan kegiatan praktik lapangan

    tahun 2010 di Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) dengan judul Efektivitas Gula Hasil Ekstrak Tembakau terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura L.) yang dibimbing

    oleh Dr. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Sujak SP. Penulis mengambil Supporting Course (SC)

    untuk mata kuliah Meteorologi Dasar, Klimatologi Dasar, Pengantar Manajemen, Perdagangan

    Pertanian, dan Agrogeologi.

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. vii

    PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

    Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

    Tujuan ...................................................................................................................................... 2

    BAHAN DAN METODE ............................................................................................................ 2

    Waktu dan Tempat .................................................................................................................... 2

    Bahan dan Alat ......................................................................................................................... 2

    Metode ..................................................................................................................................... 2

    Pengambilan Contoh. .......................................................................................................... 2

    Pengamatan Morfologi. ....................................................................................................... 2

    Pengamatan Anatomi. .......................................................................................................... 2

    Analisis Keragaman............................................................................................................. 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................................... 4

    SIMPULAN .............................................................................................................................. 11

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 11

    LAMPIRAN .............................................................................................................................. 13

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1 Jumlah pohon kawista di 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ...................................................5

    2 Morfologi daun, buah, dan batang kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ..................6

    3 Hasil pengamatan sayatan paradermal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ...9

    4 Hasil pengamatan sayatan transversal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ....9

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Bagian-bagian kawista ...............................................................................................................1

    2 Peta Kabupaten Rembang ..........................................................................................................3

    3 Pengukuran daun kawista. .........................................................................................................4

    4 Pengukuran buah kawista. .........................................................................................................4

    5 Perbedaan warna dan bentuk daun kawista ................................................................................5

    6 Perbedaan warna batang kawista ...............................................................................................5

    7 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi. .......................................................6

    8 Sayatan paradermal daun kawista ..............................................................................................7

    9 Sayatan transversal daun lemon dan daun kawista ......................................................................7

    10 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri anatomi. ........................................................ 10

    11 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi dan anatomi. ............................... 11

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Klasifikasi tanaman kawista..................................................................................................... 14

    2 Komposisi larutan seri Johansen .............................................................................................. 14

    3 Komposisi larutan Gifford ....................................................................................................... 14

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kawista (Limonia acidissima L. syn

    Feronia limonia Swingle.) termasuk suku

    Rutaceae. Klasifikasi lengkap tanaman ini

    dapat dilihat pada Lampiran 1. Tanaman ini merupakan genus monotipe yaitu dalam satu

    genus hanya terdapat satu spesies. Swingle

    pertama kali mengajukan nama F. limonia

    pada 1914 dan menyatakan bahwa L.

    acidissima merupakan nama ambigu.

    Namun, Airy-Shaw (1939) mendukung

    nama L. acidissima. Panigrahi (1977)

    mengajukan penolakan terhadap nama L.

    acidissima dengan mengajukan nama L.

    elephantum, namun Stone dan Nicolson

    (1978) menolaknya (Krueger & Navarro 2007).

    Kawista merupakan pohon yang

    meranggas, tinggi mencapai 12 m.

    Percabangan berduri runcing dan ramping,

    duri lurus panjangnya sampai 4 cm. Daun

    majemuk menyirip dengan rakis dan tangkai

    daun yang bersayap; anak daun saling

    berhadapan dalam 2 - 3 pasang dan 1 anak

    daun di bagian ujung, anak daun bundar

    telur terbalik, panjang sampai 4 cm, terdapat

    bercak-bercak kelenjar minyak yang apabila

    diremas berbau aromatik. Posisi bunga aksiler atau terminal. Bunga berwarna merah biasanya dengan malai longgar, kepala sari

    berwarna merah, terletak di ujung ranting

    atau di ketiak daun. Buah buni berbentuk

    bulat panjang, bergaris tengah sampai 10

    cm, berkulit keras, daging buah aromatik

    dan mengandung banyak biji yang kotor

    (Gambar 1). Panjang biji 5 - 6 mm,

    berambut dan berkulit tebal, berkotiledon

    hijau (Jones 1992).

    Kawista termasuk pohon buah langka

    yang jarang dikenal orang. Pohon ini

    tumbuh alami di daerah kering di India, Sri

    Lanka, Myanmar, Indocina, Malaysia, dan

    Indonesia. Di Indonesia, pohon ini tumbuh

    di daerah pantai Sumatera, Jawa, Madura,

    Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Jones 1992).

    Nama lokal untuk kawista antara lain kawis

    (Jawa), kusta (Bali), dan buah batok (Aceh).

    Kawista lebih cocok tumbuh di daerah yang

    beriklim monsun atau tropika kering pada ketinggian sampai 450 mdpl. Pohon ini

    banyak tumbuh di daerah pantai dan toleran

    terhadap kekeringan serta telah beradaptasi

    baik pada tanah yang kurang subur

    (Sukamto 2000). Sifat toleran kering pohon

    kawista menyebabkan pohon ini dapat

    digunakan sebagai batang bawah pohon

    jeruk yang membuat pohon jeruk berbunga

    lebih awal dan terus menerus (Jones 1992).

    Kawista memiliki beberapa manfaat.

    Duri dan kulit batang kawista digunakan dalam pengobatan pada sakit menstruasi,

    gangguan hati, gigitan dan sengatan

    serangga, serta mabuk laut. Kayunya dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan bangunan

    rumah dan peralatan pertanian. Gum yang

    berasal dari batangnya dapat digunakan

    sebagai pengganti gum arab. Selain itu,

    gumnya dapat pula digunakan sebagai obat

    untuk diare dan disentri (Qureshi et al.

    2010). Kawista juga menghasilkan senyawa

    kimia seperti kumarin yang diperoleh dari akar kawista (Agrawal et al. 1989), zat anti

    tumor pektat polisakarida (Saima et al.

    2000), sebagai anti mikroba yang berasal

    dari bagian kulit kayunya (Rahman & Gray

    2002), dan sebagai larvasida (Rahuman et al.

    2000).

    Gambar 1 Bagian-bagian kawista, (a) Pohon kawista, (b) Ranting kawista (Reuther et al. 1967),

    (c) Bunga kawista, (d) Buah kawista.

    a b c d 1 cm 2 cm 2 cm

  • 2

    Salah satu tempat dijumpai banyak

    terdapat tanaman kawista ialah di Kabupaten

    Rembang. Kabupaten Rembang terletak di

    ujung Timur Laut Provinsi Jawa Tengah dan

    dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur

    Pantura). Secara astronomis berada pada

    garis koordinat 111 00 111 30 Bujur Timur dan 6 30 7 60 Lintang Selatan (Pemkab Rembang 2011).

    Buah kawista telah banyak dimanfaatkan

    oleh warga Kabupaten Rembang. Buahnya telah diolah menjadi sirup dan minuman

    penyegar. Sirup kawis atau Cola van

    Java ini mulai diproduksi massal oleh

    masyarakat Rembang, Jawa Tengah, sejak

    puluhan tahun yang lalu. Banyaknya buah

    kawista sebagai bahan baku utama di

    Rembang mendorong masyarakat Rembang

    untuk memproduksi sirup kawis

    sebagai usaha pokok mereka sehari-hari. Tak

    heran bila keberadaan sirup kawis mudah

    ditemukan di pasaran kota Rembang. Sensasi rasanya yang unik membuat

    minuman segar ini sering dijadikan sebagai

    oleh-oleh wajib bagi para wisatawan yang

    berkunjung ke kota tersebut. Buahnya dapat

    pula diolah menjadi dodol, selai, dan

    madumongso.

    Di Kabupaten Rembang, pohon kawista

    kurang lebih berjumlah 1400 pohon

    (Distanak 2010). Kawista termasuk pohon

    yang tumbuhnya lambat. Pohon yang berasal

    dari biji memerlukan waktu hingga 15 tahun untuk berbuah. Buahnya banyak dibutuhkan

    untuk industri rumah tangga, sedangkan

    jumlah pohon semakin berkurang. Selain itu,

    pohon ini juga masih jarang diteliti

    khususnya keragamannya. Oleh sebab itu,

    perlu adanya studi keragaman yang

    diharapkan dapat memudahkan dalam

    pelestarian dan sebagai dasar bagi

    penelitian-penelitian selanjutnya.

    Tujuan Penelitian ini bertujuan menganalisis

    keragaman kawista di Kabupaten Rembang berdasarkan ciri morfologi tanaman dan

    anatomi daun.

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

    April sampai Agustus 2011 di Kabupaten

    Rembang dan Laboratorium Mikroteknik

    Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

    Bahan dan Alat Bahan yang digunakan ialah pohon

    kawista, alkohol 70%, dan alkohol 100%,

    HNO3 (50-100%), kloroks, entelan, larutan

    fiksatif FAA (Formaldehid:Asam

    asetat:Alkohol = 5:5:90), larutan seri

    Johansen I-VII (Lampiran 2), parafin,

    albumin-gliserin, pewarna safranin, dan

    fastgreen. Alat-alat yang digunakan antara

    lain gunting pohon, penggaris, jangka

    sorong, alat tulis, mikroskop, mikrotom, tabung film, gelas arloji, pinset, kuas, pipet

    tetes, oven, cutter, dan kamera digital.

    Metode

    Pengambilan Contoh. Penelitian ini

    bersifat eksploratif. Pohon contoh dipilih

    dengan kriteria sudah pernah berbuah dan

    memiliki diameter batang 30-40 cm. Contoh

    pohon diambil dari 5 kecamatan di

    Kabupaten Rembang, yaitu 7 pohon dari

    Kecamatan Rembang, 3 pohon dari

    Kecamatan Lasem, dan masing-masing 2 pohon dari Kecamatan Pamotan, Kecamatan

    Sulang, dan Kecamatan Kaliori. Lokasi

    pengambilan contoh tertera pada Gambar 2.

    Untuk keperluan pengamatan anatomi

    diambil daun dewasa yang berukuran lebar

    penuh dari 3 cabang per contoh pohon. Daun

    untuk sayatan paradermal diambil dari daun

    majemuk ke-4 dari pucuk, dan daun untuk

    sayatan transversal diambil dari daun

    majemuk ke-3 dari pucuk. Contoh daun

    dimasukkan dalam alkohol 70%. Pengamatan Morfologi. Pohon kawista

    diamati dan dicatat ciri morfologinya

    meliputi warna batang, warna daun, panjang

    dan lebar daun (Gambar 3), ukuran buah

    (Gambar 4), dan warna buah matang

    fisiologis yang telah jatuh dari pohon.

    Pengukuran panjang dan lebar daun

    dilakukan 5 ulangan dari 3 cabang dalam 1

    pohon, sedangkan pengukuran buah

    dilakukan 5 ulangan dari 1 pohon.

    Pengamatan Anatomi. Struktur anatomi

    daun kawista diamati perbedaannya. Pengamatan anatomi dilakukan terhadap

    sediaan mikroskopis sayatan paradermal dan

    transversal. Sayatan paradermal dibuat

    dalam bentuk preparat semi permanen

    dengan metode sediaan utuh (Sass 1951).

    Daun yang telah difiksasi dalam alkohol

    70% dicuci akuades dan direndam dalam

    larutan asam nitrat 50-100% selama 30

    menit sampai beberapa jam hingga lunak

    kemudian dibilas dengan air dalam cawan

    petri.

  • 3

    Gambar 2 Peta Kabupaten Rembang, ( ) lokasi pengambilan contoh.

    Daun diletakkan pada gelas arloji

    kemudian disayat dengan silet pada lapisan

    epidermis atas (adaksial) maupun bawah

    (abaksial) kemudian direndam dalam larutan

    kloroks selama 1-5 menit. Tahap

    selanjutnya, lapisan epidermis tersebut

    dibilas dengan akuades lalu diwarnai dengan

    safranin 1%, kemudian diletakkan pada

    gelas obyek yang diberi gliserin 30% dan

    ditutup dengan gelas penutup. Pengamatan

    sediaan mikroskopis sayatan paradermal

    dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada 5 ulangan bidang pandang. Karakter

    yang diamati pada sediaan sayatan

    paradermal ialah kerapatan dan indeks

    stomata, serta panjang dan lebar stomata.

    Karakter sayatan paradermal diamati pada

    permukaan daun bagian atas (adaksial) dan

    permukaan bagian bawah (abaksial).

    Kerapatan stomata (KS) dan indeks stomata

    (IS) dihitung dengan rumus:

    KS =

    IS =

    Untuk sayatan transversal, contoh daun

    difiksasi dengan larutan FAA. Sayatan

    transversal dibuat dengan metode parafin

    (Johansen 1940). Daun yang difiksasi

    selama 48 jam dalam larutan FAA dicuci

    dengan larutan alkohol 50% sebanyak 4 kali

    dengan selang waktu 1 jam. Daun lalu

    direndam dalam larutan seri Johansen I-VII

    (Lampiran 2). Infiltrasi parafin dilakukan

    secara bertahap di oven pada suhu 60C. Daun kemudian ditanam dalam blok parafin,

    dibiarkan beku, dan direndam dalam larutan Gifford (Lampiran 3). Selanjutnya daun

    diiris setebal 10m dengan mikrotom putar.

    Pita yang diperoleh direkatkan pada gelas

    objek dengan albumin-gliserin dan

    dikeringkan pada hot plate suhu 40C selama 24 jam. Selanjutnya diwarnai dengan

    safranin 2% dan fastgreen 0,5%. Preparat

    kemudian ditetesi entelan dan ditutup

    dengan gelas penutup. Pengamatan

    dilakukan dengan menggunakan mikroskop

    pada 2 ulangan bidang pandang. Parameter pengamatan pada sayatan

    transversal daun ialah tebal lapisan kutikula

    atas dan kutikula bawah, jaringan epidermis

    atas, jaringan epidermis bawah, jaringan

    Stomata

    Luas Bidang Pandang

    Stomata + Sel Epidermis

    Stomata x 100

    Kabupaten

    Rembang

    Laut Jawa

  • 4

    hipodermis, jaringan palisade, dan jaringan

    bunga karang, serta tebal daun.

    Gambar 3 Pengukuran daun kawista, (a)

    panjang dan (b) lebar.

    Gambar 4 Pengukuran buah kawista, (a)

    diameter logitudinal dan (b)

    diameter transversal.

    Analisis Keragaman. Data kualitatif diubah ke dalam bentuk skor bilangan. Data

    kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh

    kemudian dianalisis dengan program

    Numerical Taxonomy System (NTSYS) versi

    2.1 hingga diperoleh dendrogram kemiripan.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Contoh pohon yang diambil mewakili

    jumlah pohon kawista di Kabupaten

    Rembang. Semakin banyak jumlah pohon di

    satu kecamatan, maka jumlah pohon yang

    diamati akan semakin banyak (Tabel 1).

    Pengamatan morfologi pohon ,kawista

    meliputi morfologi daun, buah, dan batang.

    Morfologi pohon kawista yang diamati dari

    5 kecamatan di Kabupaten Rembang pada

    umumnya serupa, hanya bervariasi ukuran

    dan warna (Tabel 2).

    Daun kawista diukur panjang dan lebar,

    dan diamati warnanya. Daun kawista

    memiliki panjang antara 2,0-3,2 cm,

    sedangkan lebarnya antara 0,9-1,8 cm. Rasio

    daun kawista antara 1,7-2,2. Semakin tinggi rasio daun, maka bentuk daun akan semakin

    lonjong (Gambar 5).

    Warna daun kawista RBG5 dan RBG6

    dari Kecamatan Rembang hijau muda,

    sedangkan warna daun contoh kawista

    lainnya hijau tua (Gambar 5). Warna batang

    yang diamati juga menunjukkan hal yang

    sama, RBG5 dan RBG6 memiliki warna

    batang cokelat cerah, sedangkan warna

    batang kawista yang lain berwarna cokelat

    (Gambar 6). Buah kawista matang berwarna khas

    yaitu krem hingga coklat muda yang

    cenderung sama pada semua pohon yang

    diambil dari 5 kecamatan. Buah kawista

    diukur diameter longitudinal dan diameter

    transversal. Diameter longitudinal buah

    kawista antara 6,7-8,0 cm, sedangkan

    diameter transversalnya antara 7,9-8,9 cm.

    Perbedaan ciri morfologi yang ada

    diduga terjadi karena pengaruh lingkungan.

    Warna daun dan batang sangat dipengaruhi oleh cahaya dan unsur hara. Demikian juga

    dengan ukuran buah yang dipengaruhi hara

    di tanah.

    Kemiripan kawista berdasarkan

    morfologi daun, buah, dan batang diolah

    menggunakan NTSYS ver 2.1 yang

    menghasilkan dendrogram kemiripan

    (Gambar 7).

    Secara umum, ada 3 kelompok utama

    dalam dendrogram berdasarkan karakter

    morfologi. Kelompok I dan II memiliki

    kemiripan 66%. Beberapa contoh pohon kawista memiliki kemiripan yang sangat

    tinggi mendekati 100% yaitu RBG1, RBG4,

    SLG1, SLG2, dan KAL2 di kelompok I dan

    RBG3 dan KAL1 dari cabang lain di

    kelompok yang sama, sedangkan di

    kelompok II kemiripan hampir 100% ada

    pada RBG7 dan PMT1. Kelompok III yang

    beranggotakan RBG5 dan RBG6 yang

    berasal dari Kecamatan Rembang terpisah

    dari kelompok I dan II, dan mengelompok

    kembali dengan kemiripan sekitar 39%.

    a

    b

    2 cm

    a

    b

    0,5 cm

  • 5

    Gambar 5 Perbedaan warna dan bentuk daun kawista, (a) hijau tua bentuk membulat dan (b)

    hijau muda bentuk lonjong

    Gambar 6 Perbedaan warna batang kawista, (a) cokelat dan (b) cokelat cerah

    Tabel 1 Jumlah pohon dan contoh pohon kawista di 5 kecamatan di Kabupaten Rembang

    Kecamatan Jumlah Pohon* Jumlah contoh Kode Contoh

    Rembang 918 7 RBG1, RBG2, RBG3, RBG4, RBG5, RBG6, RBG7

    Lasem 30 3 LSM1, LSM2, LSM3

    Pamotan 13 2 PMT1, PMT2

    Sulang 13 2 SLG1, SLG2

    Kaliori 15 2 KAL1, KAL2

    *(Distanak 2010)

    a b 1 cm 1 cm

    a

    b

  • 6

    Tabel 2 Morfologi daun, buah, dan batang kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang

    Kecamatan Kode Ukuran daun (cm) Rasio

    Daun

    Warna Daun Warna

    Batang

    Diameter buah (cm) Rasio

    Dia-

    meter Panjang lebar Longitu-

    dinal

    Trans-

    versal

    Rembang RBG1 3,1 1,6 1,9 Hijau Tua Cokelat 7,5 8,1 1,1

    RBG2 2,3 1,1 2,0 Hijau Tua Cokelat 7,9 8,2 1,0

    RBG3 3,0 1,5 2,0 Hijau Tua Cokelat 6,7 7,8 1,2

    RBG4 2,7 1,6 1,7 Hijau Tua Cokelat 7,5 8,3 1,1

    RBG5 2,0 1,1 1,9 Hijau

    Muda

    Cokelat

    Cerah

    7,3 7,9 1,1

    RBG6 2,2 1,1 1,9 Hijau

    Muda

    Cokelat

    Cerah

    7,7 8,6 1,1

    RBG7 2,2 1,3 1,7 Hijau Tua Cokelat 6,9 8,0 1,2

    Lasem LSM1 2,8 1,4 1,9 Hijau Tua Cokelat 7,9 8,5 1,1

    LSM2 2,7 1,5 1,8 Hijau Tua Cokelat 7,9 8,9 1,1

    LSM3 2,0 0,9 2,2 Hijau Tua Cokelat 8,0 8,9 1,1

    Pamotan PMT1 2,1 1,2 1,8 Hijau Tua Cokelat 6,6 7,8 1,2

    PMT2 2,7 1,5 1,8 Hijau Tua Cokelat 6,7 7,8 1,2

    Sulang SLG1 2,6 1,8 1,4 Hijau Tua Cokelat 7,7 8,3 1,1

    SLG2 3,2 1,8 1,8 Hijau Tua Cokelat 8,0 8,5 1,1

    Kaliori KAL1 3,1 1,6 1,9 Hijau Tua Cokelat 7,0 8,1 1,2

    KAL2 2,7 1,6 1,7 Hijau Tua Cokelat 7,9 8,2 1,0

    Gambar 7 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi

    RBG1, RBG4, SLG1, SLG2, dan KAL2

    memiliki ciri yang relatif serupa pada semua

    ciri morfologi yang diamati. RBG 3 dan

    KAL1 memiliki diameter longitudinal buah yang lebih kecil yang membedakannya

    dengan RBG1, RBG4, SLG1, SLG2, dan

    KAL2. LSM2 memiliki diameter buah relatif

    lebih besar dari pohon yang lain dari

    kelompok yang sama, sehingga membuatnya

    terpisah dengan lainnya.

    RBG 7 dan PMT1 memiliki ciri yang

    relatif serupa, dan berbeda dengan RBG2

    yang memiliki diameter longitudinal dan

    transversal buah yang lebih besar. LSM1 dan

    PMT2 mengelompok dengan kemiripan 86%.

    Diameter longitudinal dan transversal buah

    yang lebih besar memisahkan LSM1 dari

    PMT2. Daun LSM1 dan PMT2 cenderung lebih panjang dibandingkan daun RBG2,

    RBG7, dan PMT1, sehingga keduanya

    terpisah pada kemiripan 79%. LSM3 memiliki

    daun berukuran kecil dan buah dengan

    diameter yang relatif besar dibandingkan

    dengan contoh lainnya, sehingga

    memisahkannya dari anggota lain di

    kelompok II pada kemiripan 71%.

    RBG5 dan RBG6 terlihat memisah dengan

    kemiripan yang kecil dibandingkan kelompok

    I

    II

    III

    Koefisien kemiripan morfologi

    39%

    66%

  • 7

    lainnya. Kedua pohon ini memiliki ciri warna

    daun dan batang yang berbeda dengan contoh

    pohon lainnya. Selain itu, ukuran daun yang

    relatif lebih kecil dibandingkan pohon lainnya

    membuatnya terpisah jauh dengan kelompok

    lainnya.

    Ciri morfologi tidak membedakan antara

    contoh pohon yang berasal dari daerah

    kecamatan dekat pantai atau yang jauh dari

    pantai terlihat dari dendrogram yang tidak

    mengelompokkan contoh pohon kawista berdasarkan lokasi yang dekat atau jauh dari

    pantai. Namun, ada contoh kawista dari

    daerah yang dekat pantai yang berbeda dari

    daerah yang jauh dari pantai, yaitu RBG5 dan

    RBG6 yang memiliki warna daun dan batang

    yang lebih muda.

    Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang,

    dan Kecamatan Lasem merupakan kecamatan

    yang berbatasan langsung dengan pantai,

    sedangkan Kecamatan Pamotan dan

    Kecamatan Sulang jauh dari pantai.

    Pengamatan morfologi tanaman kawista

    dilengkapi dengan pengamatan struktur

    anatomi daun kawista. Pengamatan struktur

    anatomi daun kawista dilakukan pada sediaan

    sayatan paradermal dan transversal. Hasil

    sayatan paradermal menunjukkan bahwa

    seluruh contoh kawista memiliki tipe stomata

    aktinositik. Aktinositik yaitu stoma yang

    dikelilingi sel tetangga yang tersusun

    melingkar (Evert 2006). Stomata dapat

    ditemukan pada permukaan adaksial dan abaksial (Gambar 8). Daun dengan stomata di

    kedua sisinya disebut daun amfistomatik

    (Hidayat 1995). Jumlah stomata pada bagian

    abaksial lebih banyak daripada permukaan

    adaksial. Daerah Kabupaten Rembang

    merupakan daerah yang kering, sehingga

    untuk mengurangi laju penguapan, jumlah

    stomata di bagian adaksial lebih sedikit.

    Rembang merupakan daerah terkering di Jawa

    Tengah dengan curah hujan 1.140 mm/tahun

    dan hari hujan hanya 55 hari (Dephut 2006).

    Gambar 8 Sayatan paradermal daun kawista, (a) adaksial dan (b) abaksial

    Gambar 9 Sayatan transversal (a) Daun lemon (Citrus limon) (Esau 1977), (b) Daun kawista,

    (1) kutikula atas, (2) epidermis atas, (3) hipodermis, (4) jaringan palisade, (5) jaringan pembuluh, (6) jaringan bunga karang, (7) epidermis bawah, (8) kutikula

    bawah

    a b

    stomata epidermis

    stomata

    epidermis

    2

    3

    4

    7

    6

    8

    1

    5

    a b

    1 2

    4

    5

    6

    8 7

  • 8

    Hasil pengamatan sayatan paradermal

    daun dapat dilihat pada Tabel 3. Daun kawista

    SLG1 memiliki kerapatan stomata adaksial

    terbanyak yaitu 54,8 stomata/mm2. Kerapatan

    stomata adaksial kawista RBG1 tersedikit

    yaitu 39,0 stomata/mm2. Indeks stomata

    adaksial terbesar dijumpai pada kawista SLG1

    dan PMT2, yaitu 1,6. Kawista RBG1 memiliki

    indeks stomata adaksial terkecil yaitu 1,0.

    Panjang stomata adaksial antara 24,3-26,7

    m, sedangkan lebar stomata adaksial antara 15,4-17,7 m.

    KAL2 memiliki kerapatan stomata

    abaksial yang paling rapat 519,3

    stomata/mm2. Kawista KAL1 memiliki

    kerapatan stomata abaksial kurang rapat 353,5

    stomata/mm2. Indeks stomata abaksial yang

    paling tinggi terdapat di KAL2 yaitu 12,5,

    sedangkan yang terendah terdapat pada LSM1

    yaitu 9,0. Panjang stomata abaksial antara

    24,2-26,1 m, sedangkan lebar stomata

    abaksial antara 14,9-17,0 m. Anatomi sayatan transversal dari semua

    daun contoh kawista dari 5 kecamatan di

    Kabupaten Rembang memiliki susunan dan

    struktur yang sama (Gambar 9). Struktur

    susunan anatomi daun kawista yaitu lapisan

    kutikula atas, jaringan epidermis atas, jaringan

    hipodermis, jaringan palisade, jaringan bunga

    karang, jaringan epidermis bawah, lapisan

    kutikula bawah. Jaringan hipodermis kawista

    berisi eksudat yang diduga merupakan

    senyawa metabolit sekunder. Jaringan palisade kawista ada di bagian atas daun,

    sedangkan jaringan bunga karang berada di

    bagian bawah. Daun yang seperti ini disebut

    daun dorsiventral atau bifasial (bermuka dua)

    (Hidayat 1985). Hasil pengamatan pada

    sediaan mikroskopis transversal daun dapat

    dilihat pada Tabel 4. Kutikula atas kawista

    memiliki tebal antara 2,3-4,0 m, sedangkan

    kutikula bawah memiliki tebal antara 0,7-1,5

    m. Kutikula atas yang tebal dijumpai pada

    kawista SLG1 setebal 4 m, sedangkan daun

    kawista LSM2 memiliki kutikula atas yang tipis yaitu 2,3 m. Daun kawista KAL1

    memiliki kutikula bawah yang paling tebal,

    sedangkan daun kawista RBG2 memiliki

    kutikula bawah yang paling tipis. Kutikula

    merupakan senyawa lemak yang ada di

    permukaan epidermis. Kutikula yang tebal

    merupakan ciri adaptasi tumbuhan xerofit

    yang berguna untuk mengurangi penguapan

    (Fahn 1991).

    Tebal epidermis atas daun kawista

    berukuran 11,7-15,4 m. Daun kawista yang

    memiliki lapisan epidermis atas paling tebal

    ialah daun kawista PMT1 dengan tebal 15,4

    m. Tebal epidermis bawah daun kawista

    berkisar antara 13,1-17,9 m . Kawista PMT2

    memiliki tebal epidermis bawah yang paling

    tebal, sedangkan RBG1 memiliki epidermis

    yang paling tipis.

    Tebal hipodermis daun kawista berukuran

    26,0-31,5 m. Daun LSM3 memiliki lapisan hipodermis yang paling tebal yaitu 31,5 m.

    Daun kawista RBG6 memiliki palisade paling

    tebal yaitu 120,8 m, sedangkan yang paling

    tipis pada kawista RBG1 dengan tebal 82,3

    m. Tebal bunga karang yang diukur

    menunjukkan bahwa SLG1 memiliki bunga

    karang yang paling tebal yaitu 129,0 m,

    sedangkan yang paling tipis pada kawista

    KAL1 yaitu 100,4 m. Tebal daun yang

    paling tebal ialah SLG 1 dengan tebal 311,7

    m, sedangkan RBG 1 memiliki ketebalan yang paling tipis yaitu 247,5 m. Daun yang

    tebal tidak berarti bahwa jaringan-jaringan

    penyusunnya juga tebal (Tabel 4).

    Faktor penting yang dapat mempengaruhi

    perkembangan daun ialah ketersediaan air dan

    cahaya (Esau 1977). Chartzoulakis et al.

    (2002) melaporkan bahwa pada Persea

    americana yang diairi memiliki ketebalan

    yang lebih tinggi daripada yang diberi

    cekaman. Sementara itu, Allard dan Nelson

    (1991) melaporkan bahwa pada Festuca arundinacea Schreb. berkurangnya intensitas

    cahaya akan menurunkan kerapatan stomata.

    Selain itu, intensitas cahaya yang rendah

    menyebabkan area daun menjadi lebih luas

    dan daun menjadi lebih tipis. Daun tumbuhan

    dikotil berkayu kebanyakan memiliki daun

    dengan mesofil yang berdiferensiasi dengan

    baik menjadi parenkim palisade dan bunga

    karang dengan letak parenkim palisade berada

    di bagian adaksial daun. Sayatan anatomi

    daun kawista memiliki perbedaan dengan

    sayatan melintang daun lemon (Citrus limon) yang berasal dari anggota Rutaceae. Daun

    lemon memiliki palisade yang kompak dan

    tidak memiliki hipodermis, sedangkan daun

    kawista memiliki palisade yang agak longgar

    dan memiliki hipodermis. Kesamaannya ialah

    memiliki jaringan bunga karang yang longgar

    dan tebal (Gambar 9) (Esau 1977).

  • 9

    Tabel 3 Hasil pengamatan sayatan paradermal sisi adaksial dan abaksial daun kawista dari 5

    kecamatan di Kabupaten Rembang

    Tabel 4 Hasil pengamatan sayatan transversal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten

    Rembang

    Kecamatan

    Kode Tebal

    Kutiku-

    la Atas

    (m)

    Tebal

    Kutiku-

    la Bawah

    (m)

    Tebal

    Epider-

    mis Atas

    (m)

    Tebal

    Epider-

    mis

    Bawah

    (m)

    Tebal

    Hipoder-

    mis

    (m)

    Tebal

    Palisa-

    de

    (m)

    (m)

    Tebal

    Bunga

    Karang

    (m)

    Tebal

    Daun

    (m)

    Rembang RBG1 2,8 1,3 11,7 13,1 25,8 82,3 109,4 247,5

    RBG2 3,1 0,7 11,9 15,0 27,9 97,9 112,7 284,2

    RBG3 2,8 0,8 12,5 17,3 26,0 115,8 118,8 295,8

    RBG4 3,2 0,8 13,3 14,4 27,9 95,6 115,8 275,0

    RBG5 2,4 0,9 12,9 14,4 27,7 114,8 107,3 286,7

    RBG6 3,3 1,3 12,7 15,6 29,0 120,8 116,0 297,5

    RBG7 3,2 0,8 14,2 15,2 29,0 105,6 121,3 280,8

    Lasem LSM1 3,3 1,3 11,9 13,3 28,5 114,0 108,3 277,5

    LSM2 2,3 0,8 13,8 14,6 27,7 104,2 113,8 280,0

    LSM3 3,3 1,7 14,2 15,6 31,5 112,9 113,1 302,5

    Pamotan PMT1 3,4 1,9 15,4 17,1 29,0 115,4 112,5 293,3

    PMT2 2,6 0,8 12,7 17,9 24,8 104,0 113,3 270,0

    Sulang SLG1 4,0 1,1 13,1 15,6 30,4 117,5 129,0 311,7

    SLG2 3,0 1,4 12,1 13,5 25,0 102,7 106,9 271,7

    Kaliori KAL1 3,7 2,3 12,3 13,3 26,3 112,9 100,4 267,5

    KAL2 3,4 1,5 12,7 15,4 28,5 99,0 123,3 274,2

    Untuk memudahkan melihat keragaman

    atau kemiripan kawista berdasarkan

    pengamatan anatomi daunnya, maka data

    anatomi daun kawista dianalisis menggunakan

    NTSYS ver 2.1 yang menghasilkan

    dendrogram kemiripan (Gambar 10).

    Ada 5 kelompok utama dalam dendrogram

    kemiripan berdasarkan ciri anatomi pada

    kemiripan sekitar 30%. Kelompok pertama

    terdiri dari RBG1, LSM1, RBG7, RBG2,

    RBG 6, dan PMT1 yang memiliki kemiripan

    44%.

    Kecamatan Kode

    Adaksial Abaksial

    Kerapatan

    Stomata

    (stomata

    /mm2)

    Indeks

    Stomata

    Panjang

    Stomata

    (m)

    Lebar

    Stomata

    (m)

    Kerapatan

    Stomata

    (stomata

    /mm2)

    Indeks

    Stomata

    Panjang

    Stomata

    (m)

    Lebar

    Stomata

    (m)

    Rembang RBG1 39,0 1,0 24,7 15,7 383,8 9,4 24,9 16,3

    RBG2 40,0 1,2 25,9 16,9 378,9 10,9 25,3 16,4

    RBG3 50,9 1,5 26,6 17,3 357,9 9,6 26,1 16,8

    RBG4 46,1 1,3 25,2 15,5 496,1 12,0 25,4 16,7

    RBG5 50,9 1,4 25,7 17,3 400,9 11,9 25,0 16,5

    RBG6 44,3 1,2 25,6 16,9 390,4 10,5 24,8 16,3

    Lasem RBG7 47,8 1,2 25,3 16,4 393,4 11,0 25,2 16,4

    LSM1 41,2 1,1 25,6 16,2 368,4 9,0 24,9 16,3

    LSM2 44,3 1,4 24,9 16,4 414,5 9,8 23,3 14,9

    Pamotan LSM3 52,2 1,4 24,8 16,4 367,1 10,4 25,9 16,4

    PMT1 41,2 1,1 25,7 16,6 411,4 11,3 24,9 17,0

    Sulang PMT2 49,6 1,6 24,8 16,3 361,4 9,8 24,2 16,2

    SLG1 54,8 1,6 24,3 15,4 407,0 11,1 25,9 16,9

    Kaliori SLG2 44,3 1,2 24,6 15,7 416,2 9,9 24,6 17,0

    KAL1 43,0 1,2 25,5 16,4 353,5 9,9 25,9 16,9

    KAL2 46,1 1,3 26,7 17,7 519,3 12,5 25,4 16,6

  • 10

    Gambar 10 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri anatomi

    Kelompok kedua terdiri dari RBG3,

    RBG4, RBG5, SLG2, dan KAL2. RBG4 dan

    RBG5 memiliki kemiripan 50%. Kelompok

    ketiga ialah LSM2, LSM3, dan PMT2.

    Ketiganya bersatu pada kemiripan 25%.

    Kelompok keempat hanya terdiri dari KAL1

    dan kelompok kelima hanya terdiri dari SLG1.

    RBG1 dan LSM1 memiliki kemiripan

    yang terbesar dibandingkan kawista lainnya. Panjang dan lebar stomata abaksial keduanya

    serupa sehingga memiliki kemiripan yang

    lebih tinggi dibandingkan lainnya. Selain itu,

    keduanya memiliki indeks stomata, tebal

    kutikula atas, tebal kutikula bawah, tebal

    epidermis atas, tebal epidermis bawah, dan

    tebal bunga karang yang relatif sama. Contoh

    kawista lainnya hanya mempunyai satu hingga

    dua karakter saja yang serupa, sehingga

    kemiripan di antara mereka menjadi rendah.

    KAL1 dan SLG1 memiliki kemiripan yang paling rendah dengan anggota lainnya. KAL1

    dan SLG1 memiliki lapisan kutikula atas yang

    jauh lebih tebal daripada yang lain. KAL1

    juga memiliki lapisan kutikula bawah yang

    paling tebal, sedangkan SLG1 memiliki

    kerapatan stomata, tebal hipodermis, tebal

    palisade, tebal bunga karang, dan tebal daun

    yang paling tinggi dibandingkan dengan yang

    lain.

    KAL1 dan SLG1 masing-masing terpisah

    membentuk kelompok yang anggotanya hanya

    1 pohon kawista. Dendrogram tersebut

    menunjukkan bahwa contoh yang sebelumnya

    berkelompok ketika menggunakan morfologi

    sebagai ciri pembeda menjadi terpencar dan

    lebih beragam. RBG1, RBG4, SLG1, SLG2,

    dan KAL2 yang pada dendrogram kemiripan

    morfologi dalam satu kelompok ternyata

    terpencar ketika menggunakan ciri anatomi.

    Bahkan SLG1 terpisah jauh dengan kemiripan

    hanya 14%, demikian juga pada RBG3 dan KAL 1 yang terpisah cukup jauh, dan hanya

    RBG1 dan PMT1 yang masih dalam satu

    kelompok walaupun dengan kemiripan yang

    rendah.

    Dendrogram tersebut menunjukkan tidak

    adanya hubungan antara ciri morfologi dengan

    anatomi. Hampir tidak ada anggota yang

    ketika menggunakan ciri morfologi dan ciri

    anatominya tetap dalam satu kelompok.

    Dendrogram tersebut juga menunjukkan tidak

    ada perbedaan yang khas antara kawista yang tumbuh dekat pantai dengan yang jauh dari

    pantai.

    Ciri anatomi yang telah diukur tidak

    menunjukkan hubungan dengan ciri

    morfologinya. Ukuran ciri morfologi tidak

    berhubungan dengan ukuran ciri anatomi.

    Keragaman dan kemiripan kawista di

    Kabupaten Rembang dianalisis lebih lanjut

    dengan menggunakan keragaman morfologi

    dan anatominya menggunakan NTSYS ver 2.1

    yang menghasilkan dendrogram pada Gambar

    11.

    Koefisien kemiripan anatomi

    I

    II

    III

    IV V

    14%

    23%

    30%

  • 11

    Gambar 11 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi dan anatomi

    Dendrogram dari Gambar 12

    menggunakan ciri morfologi dan anatomi

    kawista menghasilkan 4 kelompok utama.

    Kelompok pertama, yaitu RBG1, LSM1,

    RBG4, SLG2, KAL2, RBG3, dan KAL1.

    Kelompok ini bergabung dengan kelompok

    kedua, yaitu LSM2, LSM3, dan PMT2 dengan

    kemiripan 43%. Kedua kelompok tersebut

    bergabung dengan kelompok ketiga, yaitu

    SLG1 pada kemiripan 33%. Kelompok

    keempat terdiri dari RBG2, RBG7, PMT1, RBG5, dan RBG6. Kelompok ini kemudian

    bergabung dengan kelompok lainnya dengan

    kemiripan 32%. Hasil dari penggabungan

    antara ciri morfologi dan anatomi

    menunjukkan adanya perbedaan dengan hasil

    dari analisis kemiripan pada ciri morfologi

    atau ciri anatomi saja.

    RBG1. RBG4, SLG2, dan KAL2 yang

    memiliki kemiripan hampir 100% ketika

    menggunakan ciri morfologi dan terpencar

    ketika menggunakan ciri anatomi kembali

    menyatu dalam satu kelompok. Hanya SLG1 yang terpisah dari kelompoknya. Begitu pula

    dengan RBG3 dan KAL1 serta RBG7 dan

    PMT1 yang kembali menyatu dalam satu

    kelompok. Hampir semua kelompok kembali

    menjadi satu kelompok ketika ciri morfologi

    dan anatomi digabung. Morfologi tumbuhan

    berperan besar dalam pengelompokkan

    berdasarkan kemiripan pohon dibandingkan

    berdasarkan anatomi daun kawista.

    Perbedaan yang tampak pada tiap

    anggota spesies menyebabkan adanya

    keragaman dalam spesies. Keragaman dalam

    spesies menyebabkan tiap anggota spesies

    dapat dilihat adanya kekerabatannya satu

    sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-

    ciri yang dimiliki semakin dekat

    kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit

    persamaan dalam ciri-ciri yang dimiliki

    semakin jauh kekerabatannya (Sofro 1994).

    SIMPULAN

    Keragaman kawista di Kabupaten

    Rembang masih cukup besar berdasarkan

    morfologi sebagai pembeda. Tetapi, beberapa pohon kawista memiliki kemiripan yang

    mendekati 100%. Namun, tidak ada kawista

    yang memiliki kemiripan lebih dari 75% jika

    menggunakan anatomi maupun gabungan

    morfologi dan anatomi sebagai ciri pembeda.

    Keragaman anatomi daun kawista lebih besar

    dari keragaman morfologi kawista, dan kedua

    ciri tersebut tidak berhubungan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agrawal A, Siddiqui IR, Singh J. 1989.

    Coumarins from the roots of Feronia

    limonia. Phytochemistry 28: 1229-1231.

    Allard G, Nelson CJ. 1991. Shade effects on

    growth of tall fescue: i. Leaf anatomy and

    dry matter partitioning. Crop Sci 31:163-

    167

    Koefisien kemiripan morfologi dan anatomi

    I

    II

    III

    IV

    32%

    42%

    33%

    48%

  • 12

    Chartzoulakis K, Patakas A, Kofidis G,

    Bosabalidis A, Nastou A. Water stress

    affects leaf anatomy, gas exchange, water

    relations and growth of two avocado

    cultivars. Sci Hort 95:3950

    [Dephut] Departemen Kehutanan. 2006.

    Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove

    Wilayah Balai Pengelolaan DAS Pemali

    Jratun Provinsi Jawa Tengah Tahun

    Anggaran 2006. Semarang: Departemen

    Kehutanan.

    [Distanak] Dinas Pertanian dan Peternakan.

    2010. Inventarisasi Tanaman di

    Kabupaten Rembang. Rembang: Dinas

    Pertanian dan Peternakan

    Esau K. 1977. Anatomy of Seed Plants. 2nd

    Ed. California: J Wiley.

    Evert FR. 2006. Esau's Plant

    Anatomy: Meristems, Cells, and Tissues

    Of The Plant Body: Their Structure,

    Function, and Development. New Jersey:

    J Wiley.

    Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ed ke-3.

    Soediarto A, Koesoemaningrat RMT,

    Natasaputra M, Akmal H, penerjemah;

    Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta:

    Universitas Gadjah Mada Pr. Terjemahan

    dari: Plant Anatomy.

    Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan

    Berbiji. Bandung: ITB Pr.

    Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.

    New York: McGraw-Hill.

    Jones DT. 1992. Edible Fruits and Nuts. Di dalam: Verheij EWM, Coronel RE, editor.

    Plant Resources of South-East Asia 2.

    Bogor: Prosea. Hlm 190-191.

    Krueger RR, Navarro L. 2007. Citrus

    Germplasm Resources. 2007. Di dalam:

    Khan IA, editor. Citrus: Genetics,

    Breeding, and Biotechnology.

    Oxfordshire: CABI. Hlm 45-140.

    [Pemkab Rembang] Pemerintah Kabupaten

    Rembang. 2011. Keadaan umum

    Kabupaten Rembang. [Terhubung

    berkala]. http:/rembangkab.go.id. [15

    Oktober 2011].

    Qureshi AA, Kumar KE, Omar S. 2010. Feronia limonia- a path less travelled. Int

    J Res Ayurveda Phar 1: 98-106

    Rahman MM, Gray AI. 2002. Antimicrobial

    constituents from the stem bark of Feronia

    limonia. Phytochemistry 59: 73-77.

    Rahuman AA, Gopalkrishnan G, Ghouse BS,

    Arumugam S, Himalayan B. 2000. Effect

    of Feronia limonia on mosquito larvae.

    Fitoterapia 71: 553-555

    Reuther W, Batchelor LD, Webber HJ .1967.

    The Citrus Industry. California: University of California Pr.

    Saima Y, Das AK, Sarkar KK, Sen AK, Sur P.

    2000. An antitumor pectic polysaccharide

    from Feronia limonia. Int J Biol

    Macromol 27: 333-335.

    Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique.

    Iowa: Iowa State College.

    Sofro ASM. 1994. Keanekaragaman Genetik.

    Yogyakarta: Andi Offset.

    Sukamto LA. 2000. Kultur biji kupas dan

    tanpa kupas kawista secara in vitro. Di dalam: Pengembangan Wilayah Lahan

    Kering. Prosiding Seminar Nasional III;

    Bandar Lampung, 3-4 Oktober 2000.

    Bandar Lampung: Universitas Lampung.

    hlm 160-163.

  • 13

    LAMPIRAN

  • 14

    Lampiran 1 Klasifikasi Tanaman Kawista.

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Sapindales

    Famili : Rutaceae

    Genus : Limonia

    Spesies : Limonia acidissima L.

    Lampiran 2 Komposisi Larutan Seri Johansen.

    Komposisi Larutan Johansen

    I II III IV V VI VII

    Air 50% 30% 15% - - - -

    Etanol 95% 40% 50% 50% 45% - - -

    Etanol 100% - - - - 25% - -

    Tertier butil alkohol 10% 20% 35% 55% 75% 100% 50%

    Minyak parafin - - - - - - 50%

    Lampiran 3 Komposisi Larutan Gifford.

    Komposisi Volume (ml)

    Alkohol 60% 80

    Asam asetat glacial 20

    Gliserin 5