fs fix cover & kata pengantar

49
MAKALAH FIELD STUDY Disusun oleh : Kelompok 19 Eka Ulfatul Fitriani (1310211001) Alfiah (1310211019) Iin Intansari (1310211030) Ita Rosita (1310211064) Rahajeng Darayani Adzahana (1310211083) Pembimbing : drg. Nunuk Nugrohowati, MS

Upload: eka-ulfatul-fitriani

Post on 17-Feb-2016

253 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fieldstudy

TRANSCRIPT

Page 1: FS Fix Cover & Kata Pengantar

MAKALAH FIELD STUDY

Disusun oleh :

Kelompok 19

Eka Ulfatul Fitriani (1310211001)

Alfiah (1310211019)

Iin Intansari (1310211030)

Ita Rosita (1310211064)

Rahajeng Darayani Adzahana (1310211083)

Pembimbing :

drg. Nunuk Nugrohowati, MS

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2015/2016

Page 2: FS Fix Cover & Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan Field Study ini dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada koordinator Field Study dan dosen-dosen pembimbing, serta pihak puskesmas yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan ini.

Laporan ini kami buat sebagai hasil dari kunjungan ke Kelurahan Pondok Cina dalam rangka menjalani program Field Study FK UPN Veteran Jakarta yang mana di dalamnya kami melakukan upaya promosi kesehatan bertemakan

Pencegahan dan Penanggulangan Diare dalam bentuk penyuluhan kepada perwakilan ibu-ibu

tiap RW Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Depok.

Demikian Laporan Field Study ini kami buat, mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan dan pengolahan data. Semoga dapat memenuhi syarat penilaian dari program Field Study.

Jakarta, 6 Desember 2015

Penyusun

Page 3: FS Fix Cover & Kata Pengantar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia,

dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

sebesar 2,2 juta per tahun (Arvelo et al., 2010). Sebanyak 6% kematian yang disebabkan

diare, sebagai akibat dari konsumsi air yang berasal dari sumber air yang tidak aman,

sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk, perilaku yang buruk dan praktek kebersihan

makanan (Masangwi et al.,2010). Di Indonesia penyakit diare juga masih menjadi masalah

di bidang kesehatan. Angka kesakitan diare sekitar 15-43% tiap tahun. Dari jumlah tersebut

60-80% diderita oleh anak balita. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor

penyebab antara lain virus, bakteri, parasit, jamur, alergi makanan, minuman maupun obat-

obatan serta faktor penyebab lainnya seperti keadaan gizi, hiegine dan sanitasi, sosial

budaya, musim dan sosial ekonomi. (Winarno & Sundari, 1996). Di Indonesia diare

merupakan salah satu penyebab kematian pada anak diantaranya karena infeksi rotavirus

(Umam, 2012). Hasil Riskesdas 2007 bahwa diare merupakan penyebab kematian bayi

tertinggi yaitu 42 % dibanding Pneumonia sebesar 24 %. Pada golongan umur 1-4 tahun

sebanyak 25,2 % kasus kematian disebabkan diare dan 15,5 % disebabkan oleh pneumonia.

Kejadian diare pada setiap balita per tahunnya adalah 1,6-2 kali kejadian. Diperkirakan

kejadian diare sebanyak 40 juta setiap tahunnya dengan jumlah kematian 200.000-400.000

balita. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa telah terjadi KLB diare di 15 provinsi dengan

penderita berjumlah 8.443 orang, dengan jumlah kematian 209 orang atau Case Fatality Rate

(CFR) 2,48 % (Subagyo, 2012). Diare selalu masuk dalam 10 besar masalah kesehatan dan

penyakit yang terjadi pada seluruh puskesmas di Indonesia bersama Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) (Achmadi, 2008). Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih 2

menjadi penyebab utama kematian dan menyumbangkan sekitar 33 % total kematian semua

kelompok umur. Masalah ini disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakmampuan

Page 4: FS Fix Cover & Kata Pengantar

masyarakat dalam memelihara kesehatan lingkungan misalnya pembuangan kotoran, air

limbah, pembuangan sampah dan penyediaan air bersih, yang akan berpengaruh terhadap

kondisi kesehatan khususnya tingginya masalah penyakit infeksi pencernaan diantaranya

penyakit diare (Slamet, 2004). Setiap hari lebih dari 5000 balita meninggal dunia

dikarenakan infeksi penyakit ini, penyebab utamanya yaitu tidak baiknya kondisi sanitasi.

Diare adalah penyakit berbasis lingkungan yang sering berhubungan dengan air, dan sering

disebut water borne disease atau penyakit bawaan air. Gambaran dari transmisi penyakit ini

adalah siklus faecal oral dimana siklus ini dikenal dengan five fs yaitu fingers, fields, fluids,

foods and files yang berhubungan dengan lingkungan (Bartram, 2008). Cara dan tempat

penyimpanan air bersih yang tidak benar di daerah sulit air dapat menyebabkan kontaminasi

dan berhubungan dengan kejadian diare. Kebiasaan tidak melakukan cuci tangan sebelum

makan dan sesudah buang air besar dapat menjadi risiko diare dengan meningkatkan tingkat

kematian lebih dari 40 % (Shrestha et al., 2006). Berkembangnya penyakit diare berkaitan

dengan perilaku hidup sehat. Transmisi penularan diare secara fecal oral melalui tangan, air,

tanah, makanan dan minuman dapat diputus dengan sanitasi lingkungan yang baik, perilaku,

peningkatan pengetahuan dan tersedianya sumber air yang memenuhi syarat kesehatan

(Soemirat, 2011). Penyakit diare merupakan penyakit berpotensi terjadi penularan secara

besar-besaran dan menimbulkan KLB. Terjadinya penyakit yang diketahui atau diduga

disebabkan oleh infeksi atau infestasi parasit, melampaui jumlah wajar atau tidak selayaknya

ada di tempat dan waktu tertentu dikatagorikan sebagai KLB. Ancaman terjadinya KLB

terwujud bila didukung populasi manusia yang rentan, penyebab penyakit dan adanya

mekanisme penularan penyakit secara besar-besaran misalnya kontaminasi sumber air dan

populasi vektor yang membengkak (Bres, 1995).

Maka dari itu, penting dilakukan suatu upaya intervensi terhadap tingkat pengetahuan di

lini dasar terlebih dahulu, yakni lingkungan rumah. Intervensi dilakukan dalam bentuk

promosi kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,

promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri, serta mengembangkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri serta

Page 5: FS Fix Cover & Kata Pengantar

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat

dan didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan. (Kemenkes RI, 2011).

Kami melakukan kegiatan fieldstudy tanggal 2 Desember 2015, kami melakukan upaya

promosi kesehatan bertemakan Pencegahan dan Penanggulangan Diare dalam bentuk

penyuluhan kepada perwakilan ibu-ibu tiap RW Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji,

Depok.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud Diare beserta perilaku / kebiasaan yang dapat menyebabkan

penyakit diare?

1.2.2. Bagaimana cara penanganan pasien diare yang dapat dilakukan di lingkungan rumah

tangga?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengidentifikasi hubungan kejadian diare dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada

masyarakat Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Depok.

1.3.2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengetahuan, pencegahan dan penanganan

terhadap diare pada masyarakat Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Depok.

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Mahasiswa/i

Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang diare

serta penanganan diare dalam rumah tangga.

1.3.2. Bagi Masyarakat

Peneliti mengharapkan bahwa dari hasil penelitian ini masyarakat bisa mendapatkan

informasi mengenai penyakit diare beserta penanganannya didalam rumah tangga

sehingga masyarakat bisa lebih siaga dan sigap apabila anggota keluarganya terkena

penyakit diare.

Page 6: FS Fix Cover & Kata Pengantar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep diare

2.1.1. Definisi Diare

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak

normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair. (Bagian ilmu

kesehatan anak FK UI, 1998).Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran

serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan

tanpa lender darah. (Aziz, 2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi

dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan

tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah,2002).Diare merupakan salah satu gejala dari

penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.

(Ngastiyah, 2003). Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali

sehari dengan konsistensi tinja yang encer.

2.1.2. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

a. Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja

yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu

kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung

kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan

banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat

Page 7: FS Fix Cover & Kata Pengantar

dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan

dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan

dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare

dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.

b. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari

diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

c. Diare kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-

infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang

menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik

adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

2.1.3. Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor Infeksi

1. Infeksi enteral

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare

pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus:

Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus

dan lain-lain. (c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur

(candida albicans).

Page 8: FS Fix Cover & Kata Pengantar

2. Infeksi parenteral

Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis

Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.

Malabsorbsi lemak3. Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare

terutama pada anak yang lebih besar.

e. Faktor Pendidikan

Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke

atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik

pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah.

Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik

tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

f. Faktor pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai pendidikan

yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani.

Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi

Page 9: FS Fix Cover & Kata Pengantar

ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga

mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.

g. Faktor umur balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24

bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.

h. Faktor lingkungan

Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi lingkungan. Dua

faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare.

i. Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan

dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi

dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini

disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi

yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.

j. Faktor sosial ekonomi masyarakat

Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare.

Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli

yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang

memenuhi persyaratan kesehatan.

Page 10: FS Fix Cover & Kata Pengantar

k. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak

dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada

kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan

kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat

makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri

Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta

parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan).

l. Faktor terhadap Laktosa (susu kalemg)

Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang

tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI

penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol

susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI

mengandung antibody yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab

diare seperti Sigella dan V.Cholerae.

2.1.4. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Page 11: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan

cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.

Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa

larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya

akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa

larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam

lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan

darah,sehingga terjadi pula diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal

misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan

sekresi klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan

peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Diare mengakibatkan terjadinya:

(1) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi,

asidosis metabolik dan hypokalemia.

(2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai

akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang

sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila

tak cepat diobati penderita dapat meninggal.

(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena diare dan

muntah. Kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena takut

bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam

bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah

menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan, sehingga akibat

Page 12: FS Fix Cover & Kata Pengantar

hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat menyebabkan kejang dan koma

(Suharyono, 2008).

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare

pula.

Patogenesis diare akut adalah:

(a) Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung.

(b) Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus.

(c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik).

(d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis Diare kronis: Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah

infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

2.1.5. Patofisiologi

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),

bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa

mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi

enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada

dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral

dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa

kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus

Page 13: FS Fix Cover & Kata Pengantar

berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat

toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi

diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan

gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:

(a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya).

(b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah).

(c) Hipoglikemia,

(d) Gangguan sirkulasi darah.

2.1.6. Manifestasi Klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin

disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan

karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya

defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat

yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah

dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut

meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita

telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat

badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung,

selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan

berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan

hipertonik. (Mansjoer, 2009)

Page 14: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Table 2.1

Penentua

n Derajat

Dehidrasi

WHO No

Tanda dan

Gejala

Dehid

rasi

Ringa

n

Dehi

drasi

Seda

ng

Dehidrasi Berat

1 Keadaan

Umum

Sadar

,

gelisa

h,

haus

Geli

sah,

men

gant

uk

Mengantuk, lemas,

anggota gerak dingin,

berkeringat, kebiruan,

mungkin koma, tidak

sadar.

2 Denyut nadi Norm

al

kuran

g dari

120/

menit

Cep

at

dan

lema

h

120-

140/

men

it

Cepat, haus, kadang-

kadang tak teraba,

kurang dari 140/menit

3 Pernafasan Norm

al

Dala

m,

mun

gkin

cepa

t

Dalam dan cepat

4 Ubun-ubun

besar

Norm

al

Cek

ung

Sangat cekung

5 Kelopak mata Norm

al

Cek

ung

Sangat cekung

6 Air mata Ada Tid Sangat kering

Page 15: FS Fix Cover & Kata Pengantar

ak

ada

7 Selaput lendir Lemb

ab

Ker

ing

Sangat kering

8 Elastisitas kulit Pada

pencu

bitan

kulit

secar

a

elasti

s

kemb

ali

secar

a

norm

al

La

mba

t

Sangat lambat (lebih

dari 2 detik)

9 Air seni

warnanya tua

Norm

al

Ber

kur

ang

Tidak kencing

Page 16: FS Fix Cover & Kata Pengantar

2.1.7. Epidemiologi

Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan sebagai berikut:

a. Host

Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi pada balita, dimana

daya tahan tubuh yang lemah/menurun system pencernaan dalam hal ini adalah lambung

tidak dapat menghancurkan makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan

dan betah tinggal di dalam lambung, sehingga mudah bagi kuman untuk menginfeksi

saluran pencernaan. Jika terjadi hal demikian, akan timbul berbagai macam penyakit

termasuk diare.

b. Agent

Agent merupakan penyebab terjadinya diare, sangatlah jelas yang disebabkan oleh faktor

infeksi karena faktor kuman, malabsorbsi dan faktor makanan. Aspek yang paling banyak

terjadi diare pada balita yaitu infeksi kuman e.colli, salmonella, vibrio chorela (kolera)

dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebih dan patogenik (memanfaatkan

kesempatan ketika kondisi lemah) pseudomonas. (Widjaja, 2004).

c. Environment

Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu (host)

dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu

lingkungan biologis (flora dan fauna disekitar manusia) yang bersifat biotik:

mikroorganisme penyebab penyakit, reservoir penyakit infeksi (binatang, tumbuhan),

vector pembawa penyakit, tumbuhan dan binatang pembawa sumber bahan makanan,

obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat abiotic: yaitu udara, keadaan

tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan lingkungan yang sehat dapat ditunjang oleh

sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebiasaan masyarakat untuk

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi

Page 17: FS Fix Cover & Kata Pengantar

perkembangan agent yang berdampak pada host (penjamu) sehingga mudah untuk timbul

berbagai macam penyakit, termasuk diare.

2.1.8. Cara Penularan

Menurut junadi, purnawan dkk, (2002), bahwa penularan penyakit diare pada balita

biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena:

(1) Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air).

(2) Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut : (a) Tidak

memadainya penyediaan air bersih, (b) kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air

oleh tinja, (c) penyiapan dan penyimpanan makanan tidak secara semestinya.

Cara penularan penyakit diare adalah Air (water borne disease), makanan (food borne

disease), dan susu (milk borne disease). Menurut Budiarto (2002) bahwa secara umum

faktor resiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh terjadinya penyakit diare yaitu

faktor lingkungan (tersedianya air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah,

pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi

saluran pencernaan, alergi, malabsorbsi, keracunan, imunodefisiensi, serta sebab-sebab

lain. Sedangkan menurut Sutono (2008) bahwa pada balita faktor resiko terjadinya diare

selain faktor intrinsic dan ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan

pengasuh balita karena balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat

bergantung pada lingkungannya. Dengan demikian apabila ibu balita atau ibu pengasuh

balita tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita

tidak dapat dihindari. Diakui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya diare tidak berdiri

sendiri, tetapi sangat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

berkaitan satu sama lain, misalnya faktor gizi, sanitasi lingkungan,

keadaan social ekonomi, keadaan social budaya, serta faktor lainnya. Untuk terjadinya

diare sangat dipengaruhi oleh kerentanan tubuh, pemaparan terhadap air yang tercemar,

system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri. Kerentanan tubuh sangat dipengaruhi

oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan kemiskinan.

2.1.9. Pencegahan Diare

Page 18: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral, angka kesakitan bayi dan anak balita yang

disebabkan diare makin lama makin menurun. Menurut Suharti (2007), bahwa kesakitan

diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu jalan pintas

yang sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh

virus maupun bakteri. Untuk dapat membuat vaksin secara baik, efisien, dan efektif

diperlukan pengetahuan mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama

kekebalan saluran pencernaan makanan.

1. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan tersedia dalam

bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI

saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada

makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Menurut Supariasa dkk (2002), bahwa

ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan

mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu manapun. Tetapi pada

pertengahan abad ke-18 berbagai pernyataan penggunaan air susu binatang belum

mengalami berbagai modifikasi. Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi

secara masal susu kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril

berbeda dengan sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan dengan air

atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa

cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut disusui

secara penuh. Menurut Sulastri (2009), bahwa bayi-bayi harus disusui secara penuh

sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI

harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI

mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibody dan zat-zat lain

yang dikandungnya, ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang

baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap

diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.

Page 19: FS Fix Cover & Kata Pengantar

2. Makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan

dengan makanan orang dewasa. Menurut Supariasa dkk (2002) bahwa pda masa tersebut

merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan

pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun

penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping

ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan

pendamping ASI diberikan. Untuk itu menurut Shulman dkk (2004) bahwa ada beberapa

saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih

baik, yaitu (1) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi teruskan

pemberian ASI. Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.

Berikan makanan lebih sering (4x sehari), setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua

makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6x sehari, teruskan pemberian ASI bila mungkin.

(2) Tambahkan minyak, lemak, gula, kedalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energy.

Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan

sayuran berwarna hijau kedalam makanannya. (3) Cuci tangan sebelum menyiapkan

makanan dan menyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih. (4) Masak atau

rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan

dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) bahwa untuk melakukan pola perilaku hidup

bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara lain :

(1) penimbangan balita. Apabila ada balita pertanyaannya adalah apakah sudah ditimbang

secara teratur keposyandu minimal 8 kali setahun,

(2) Gizi, anggota keluarga makan dengan gizi seimbang,

(3) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur) untuk keperluan sehari-

hari,

Page 20: FS Fix Cover & Kata Pengantar

(4) Jamban keluarga, keluarga buang air besar dijamban/WC yang memenuhi syarat

kesehatan,

(5) Air yang diminum dimasak terlebih dahulu,

(6) Mandi menggunakan sabun mandi,

(7) Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun,

(8) Pencucian peralatan menggunakan sabun,

(9) Limbah,

(10) Terhadap faktor bibit penyakit :

(a) Membrantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita maupun

carrier atau dengan meniadakan reservoir penyakit,

(b) Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik ditempat umum maupun dilingkungan

rumah,

(c) Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan memelihara

kesehatan,

(d) Terhadap faktor lingkungan, mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup

sehingga faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak

membahayakan kesehatan manusia.

2.1.10. Penatalaksaan

Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara lain dengan rehidrasi, nutrisi,

medikamentosa,

(a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang

melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui

keringat, urin, pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui

tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat

dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur,

(b) Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindari efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare

akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi

Page 21: FS Fix Cover & Kata Pengantar

anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan

makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein,

makanan tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah

dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI

diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian

vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup,

(c) Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-

obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium,

adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk prometazin dan

kloropomazin.

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga yaitu

rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan sebagai berikut:

a. Rencana pengobatan A

Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi

diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang

dianjurkan seperti oralit, makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti

dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 kebutuhan

Oralit Per

Kelompok

Umur Umur

(Tahun)

3 jam pertama

atau tidak

haus atau

sampai tidak

gelisah lagi

Selanjutnya

tiap kali

mencret

<1 1 ½ gelas ½ gelas

1-5 3 gelas 1 gelas

>5 6 Gelas 4 Gelas

Page 22: FS Fix Cover & Kata Pengantar

b. Rencana pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang dengan

cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak tidak diketahui, berikan

oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:

Tabel 2.3

Umur <1

Tahun

1 – 5

Tahun

>5

tahun

Jumlah

oralit 300 600 1200

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk meneruskan

ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200ml air

masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian

pilih rencana A, B, dan C untuk melanjutkan.

c. Rencana pengobatan C

Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat berat. Pertama-

tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik

maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana

pengobatan yang sesuai.

2.1.11. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dari diare adalah:

a. Pemeriksaan tinja

b. Makroskopis dan mikroskopis

Page 23: FS Fix Cover & Kata Pengantar

c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga

terdapat intoleransi gula.

d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan pH

dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut

ASTRUP (bila memungkinkan).

f. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam

serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite

secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.1.12. Penanganan Diare

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah masalah

kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi

dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita diare ringan

diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena

atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh

adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan

akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara

langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus,

2008).

2.1.13. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai

macam komplikasi seperti:

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik

Page 24: FS Fix Cover & Kata Pengantar

c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

perubahan pada elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan

vili mukosa usus halus.

f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami

kelaparan.

Page 25: FS Fix Cover & Kata Pengantar

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam kegiatan fieldstudy pada tanggal 2 Desember 2015, kami melakukan serangkaian

kegiatan penyuluhan di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok. Kami

melakukan penyuluhan di kantor Kelurahan selama satu jam dengan peserta sebanyak 23

orang. Kegiatan dimulai dengan perkenalan diri, kemudian kami lakukan bina suasana

dengan para peserta penyuluhan. Setelah suasana kondusif, kami memberikan lembar

kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum dilakukan penyuluhan.

Setelah semua peserta sudah selesai menjawab kuesioner, kami membagikan leaflet

kepada para peserta dan mempresentasikan materi dengan powerpoint dan poster.

Setelah presentasi materi berakhir kami melakukan diskusi dan tanya jawab dengan para

peserta peyuluhan, kemudian, kami membagikan kuesioner yang sama kepada para

peserta untuk mengetahui tingkat pengetahuan mereka setelah penyuluhan.

Promosi Kesehatan

1. Bina Suasana

untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong anggota penyuluhan untuk mau

menerapkan pengetahuan yang mereka dapat melalui penyuluhan, kami melakukan bina

suasana kelompok di kantor Kelurahan Kecamatan Beji, Kelurahan Pondok Cina, Depok.

2. Pemberian Materi

Kami menyampaikan materi tentang pencegahan dan penanggulangan diare dengan

menggunakan media poster, leaflet, powerpoint dan video. Kami menggunakan poster

dan leaflet dari Departemen Kesehatan RI tentang diare dan juga menampilkan video

pada akhir materi. Selain itu kami juga melakukan interaksi dengan tanya jawab langsung

terhadap peserta penyuluhan.

3. Kuesioner

Kuesioner berisikan karakteristik responden berupa nama, umur, jenis kelamin dan

tingkat pendidikan responden; dan sembilan pernyataan mengenai pengetahuan diare

dimana para peserta dapat memilih apakah pernyataan tersebut benar atau salah.

Page 26: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Data yang kami dapatkan berupa data primer hasil kuesioner peserta. Data tersebut kami

olah ke dalam SPSS 17.0 untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pengetahuan para

peserta sebelum dan sesudah penyuluhan.

Page 27: FS Fix Cover & Kata Pengantar

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pre-Test dan Post-Test

Nama Responden Nilai Pre-Test Nilai Post-Test

Siti Komariah 9 9Napsiah 3 7Amiyati 5 7Rumyanih 8 8Rusyanih 7 8Rita Ningsih 8 9Siti Salbiah 8 9Titin 8 9Rusiyanah 6 8Nurimah 8 9Nini 9 9Dede Armanih 8 5Suyati 8 8Lissy 7 7Mariamah 7 7Parisin 8 9Siti Nurseha 8 9Sriyanti 9 8Choiriah 9 9Marwani 7 8Tati Elawati 6 7Yunita 8 9Ais Rahayu 6 7JUMLAH RESPONDEN 23

Tabel 4.1 Hasil nilai pre-test dan post-test

4.2 Statistik Deskriptif

4.2.1 Rata-rata

Untuk data tak berkelompok:

Rata-rata nilai pre-test : 7,39

Page 28: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Rata-rata nilai post-test : 8,04

Kesimpulan : terdapat peningkatan nilai rata-rata dari hasil 7,39 pada pre-test dan 8.04 pada post-test, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan nilai ataupun pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan

4.2.2 Median

Responden berjumlah 23 (ganjil) sehingga rumus yang digunakan adalah rumus median untuk data ganjil.

Nilai Pre-Test Nilai Post-Test3 55 76 76 76 77 77 77 87 88 88 88 88 88 98 98 98 98 98 99 99 99 99 9

Page 29: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Table 4.2 Hasil pre-test dan post-test setelah data diurutkan dari terkecil ke data terbesar.

Median pada nilai pre-test = 8

Median pada nilai post-test = 8

4.2.3 Modus

Modus = Nilai dengan frekuensi terbanyak

Nilai Pre-Test Nilai Post-Test3 55 76 76 76 77 77 77 87 88 88 88 88 88 98 98 98 98 98 99 99 99 99 9

Tabel 4.3 Hasil pre-test dan post-test

Modus dari data pre-test = 8

Modus dari data post-test = 9

Kesimpulan = terdapat perbedaan dan peningkatan nilai modus dari data nilai pre-test dan post-test, hal ini menandakan terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan.

Page 30: FS Fix Cover & Kata Pengantar

4.2.4 Hasil SPSS

4.3 Statistik Analitik

4.3.1 Uji Normalitas

Hipotesis :Ho = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal

Asumsi :nilai signifikan / P-Value < 0,05 ; maka Ho ditolak.nilai signifikan / P-Value > 0,05 ; maka Ho diterima.

Responden berjumlah 23 maka table yang dilihat adalah Shapiro-Wilk.

Sig. untuk pre-test : 0.002 < 0,05; maka Ho ditolak

Sig. untuk post-test : 0.001 < 0.05; maka Ho ditolak

Kesimpulan : data tidak berdistribusi normal

Karena data tidak normal, dilakukan transformasi data.

Statistics

pre_test post_test

N Valid 23 23

Missing 1 1Mean 7.39 8.04Median 8.00 8.00Mode 8 9

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre_test .273 23 .000 .839 23 .002post_test .250 23 .001 .805 23 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 31: FS Fix Cover & Kata Pengantar

4.3.2 Transformasi Data

Pre test Post Test

9.00 9.00

3.00 7.00

5.00 7.00

8.00 8.00

7.00 8.00

8.00 9.00

8.00 9.00

8.00 9.00

6.00 8.00

8.00 9.00

9.00 9.00

8.00 5.00

8.00 8.00

7.00 7.00

7.00 7.00

8.00 9.00

8.00 9.00

9.00 8.00

9.00 9.00

7.00 8.00

6.00 7.00

8.00 9.00

6.00 7.00

Table 4.4 Hasil transformasi data

Page 32: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Uji Normalitas:

Hipotesis :Ho = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal

Asumsi :nilai signifikan / P-Value < 0,05 ; maka Ho ditolak.nilai signifikan / P-Value > 0,05 ; maka Ho diterima.

Hasil uji normalitas : data tidak berdistribusi normalKesimpulan : Data tetap tidak normal setelah ditransformasi, sehingga tidak dapat diuji dengan uji parametrik ( uji t dependen). Maka data akan diuji dengan uji non parametrik ( uji wilcoxon ).

4.3.3 Uji Wilcoxon

Hipotesis :Ho = tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara hasil nilai pre-test dengan nilai post-testHi = terdapat perbedaan pengetahuan antara hasil nilai pretest dengan nilai

posttest

Asumsi :nilai signifikan / P-Value < 0,05 ; maka Ho ditolak.nilai signifikan / P-Value > 0,05 ; maka Ho diterima.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre_test1 .273 23 .000 .839 23 .002post_test1 .250 23 .001 .805 23 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 33: FS Fix Cover & Kata Pengantar

Test Statisticsb

post_test - pre_test

Z -2.529a

Asymp. Sig. (2-tailed)

.011

a. Based on negative ranks.b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Signifikan / P-Value = 0.011 < 0,05 Ho diterima

Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara hasil nilai pretest dengan nilai posttest

Page 34: FS Fix Cover & Kata Pengantar

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan antara antara nilai pretest dengan nilai posttest dapat

disimpulkan bahwa nilai keseluruhan pengetahuan peserta terhadap penyakit diare tergolong

kurang sebelum dilakukan penyuluhan namun terjadi peningkatan pengetahuan setelah

dilakukan penyuluhan.

5.2 Saran

Meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai penyakit diare dengan bantuan dokter atau

para kader puskesmas, tentang cara penularan, pencegahan, gejala, dan cara

menanggulangi penyakit diare pada balita dengan tepat. Penyuluhan mengenai

pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu ditingkatkan agar masyarakat

mengetahui perilaku umum kebersihan secara benar.

Perlu ditingkatkan pengetahuan ibu dengan memasyarakatkan oralit atau pengganti oralit

sewaktu balita terkena penyakit diare dan memberikan penerangan tentang cara

pembuatan cairan pengganti oralit yang dapat dilakukan dalam keadaan mendesak

(larutan gula dan garam).

Meningkatkan kerjasama lintas sektoral dan lintas program dalam penyediaan sarana air

bersih untuk keperluan masyarakat.

Penulis juga menyarankan untuk tokoh masyarakat setempat, dalam hal ini ketua RW

atau ketua RT untuk mengatur kerja bakti lingkungan minimal diadakan seminggu satu

kali dan mengadakan kegiatan desinfeksi sumur bila terdapat sumur yang tercemar.

Mengajak atau menganjurkan agar tokoh masyarakat setempat, pemuka agama, ketua

RW dan ketua RT untuk meningkatkan penyebaran informasi kepada masyarakat luas

dan pemberian contoh perilaku hidup bersih agar masyarakat setempat dapat ikut

berpartisipasi dalam pencegahan dan penanganan penyakit diare.

Page 35: FS Fix Cover & Kata Pengantar