fraktur tulang

19
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa/ trauma. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah, (Brunner&Suddrath, 2002) Fraktur tibia(Fraktur Colles) adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan akibat jatuh yang bertumpu pada tangan dorsifleksi terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporesis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat jatuh, (Brunner&Suddrath, 2002)

Upload: na-marina

Post on 02-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fraktur tulang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa/ trauma. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya

benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan

ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada

tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah,

(Brunner&Suddrath, 2002)

Fraktur tibia(Fraktur Colles) adalah fraktur yang terjadi pada bagian

tibia sebelah kanan akibat jatuh yang bertumpu pada tangan dorsifleksi

terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia

dengan tulang osteoporesis dan tulang lemah yang tak mampu menahan

energi akibat jatuh, (Brunner&Suddrath, 2002)

2. Jenis- Jenis Patah tulang:

a. Patah tulang terbuka atau tertutup

Patah tulang terbuka yaitu bila tulang yang patah menembus jaringan

lunak disekitarnya dan terjadi hubungan antara tulang dan udara. Patah

tulang tertutup yaitu patah tulang yang tidak menyebabkan jaringan kulit

robek.

b. Patah tulang lengkap dan tidak lengkap

Page 2: fraktur tulang

Patah tulang lengkap (Complete) bila patahan- patahan tulang satu sama

lainnya. Patah tulang tidak lengkap yaitu bila antara patahan tulang

masih terjadi hubungan sebagian. Patah tulang tidak lengkap sering

terjadi pada anak yang tulangnya lebih lentur.

c. Tulang Menurut garis patahnya

1) Patah tulang melintang

2) Patah tulang oblik atau miring

3) Patah tulang memanjang

4) Patah Tulang bertindih yaitu bagian tulang yang patah saling

berhadapan dan berdekatan

5) Patah Tulang Baji yaitu kepingan tulang masuk kebagian tulang yang

lunak, (Oswari, 1995)

3. Etiologi

Fraktur dapat terjadi diakibat oleh beberapa hal:

a. Kekerasan langsung yaitu tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu

sendiri, biasanya bersifat terbuka dengan garis patah melintang atau

miring

Page 3: fraktur tulang

b. Kekerasan tidak langsung yaitu patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan, biasanya terjadi pada bagian paling lemah

dalam jalur hantaran vektor kekerasan, (Oswari, 1995).

4. Patofisiologi

Terjadinya trauma yang mengakibatkan fraktur akan dapat

merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai dari otot fascia, kulit

sampai struktur neuromuskuler atau organ- organ penting lainnya, pada

saat kejadian kerusakan terjadilah respon peradangan dengan pembentukan

gumpulan atau bekuan fibrin , osteoblas mulai muncul dengan jumlah

yang besar untuk membentuk suatu metrix baru antara Fragmen- fragmen

tulang. Klasifikasi terjadinya fraktur dapat dibedakan yang terdiri dari

fraktur tertutup dan fraktur terbuka, fraktur tertutup yaitu tidak ada luka

yang menghubungkan fraktur dengan kulit, fraktur terbuka yaitu terdapat

luka yang menghubungkan luka dengan kulit,(Potter&Pery, 2006).

Setelah terjadinya fraktur periosteum tulang terkelupas dari tulang

dan terobek terus kesisi berlawanan dari sisi yang mendapat truma,

akibatnya darah keluar melalui celah- celah periosteum dan ke otot

disekitarnya dan disertai dengan oedema, selain keluar melalui celah

periosteum yang rusak, darah juga keluar akibat terputusnya pembuluh

darah didaerah terjadinya fraktur.

Infiltrasi dan pembengkakan segera terjadi dan bertambah selam 24

jam pertama, menjelang akhir periode ini otot menjadi hilang elastisitasya,

Page 4: fraktur tulang

oleh karena itu reposisi lebih mudah dilakukan selama beberapa jam

setelah cedera, setelah dilakukan reposisi atau immobilitas maka

pertumbuhan atau penyatuan tulang dimulai dengan pembentukan kallus,

5. Gejala klinis

Menurut Corwin (2000), gejala klinis fraktur tibia dapat dibedakan sebagai

berikut:

a. Bentuk anggota badan yang diduga patah tampak berubah

b. Patah lengan atau tungkai bawah, menyebabkan anggota gerak tampak

lebih pendek

c. Anggota badan yang patah tidak dapat digerakkan

d. Anggota badan yang patah bila digerakkan akan terasa gesekan tulang

e. Daerah yang patah terasa sakit, bengkak dan berubah warna.

f. Gejala yang pasti ialah bila dibuat foto rontgent.

6. Penatalaksanaan

Menurut Brunner & suddarth (2002). Prinsip penanganan Fraktur meliputi:

a. Reduksi fraktur Adalah Mengembalikan fregmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis

Page 5: fraktur tulang

b. Imobolisasi fraktur Adalah mempertahankan dalam posisi dan kesejajaran

yang benar sampai terjadi penyatuan, imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi ekterna dan interna.

c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi adalah segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, reduksi dan

imobilisasi harus dipertahan kan sesuai dengan kebutuhan.

7. Fase Penyembuhan tulang

Menurut Brunner&Suddrath (2002) fase penyembuhan tulang meliputi:

a. Fase Hematoma

Proses penyembuhan yang terjadi dari proses perdarahan disekitar

patahan tulang, proses ini terjadi secara biologis alami pada setiap

patahan tulang.

b. Fase jaringan fibrosis

Hematoma akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis,

jaringan ini yang menyebabkan fregmen tulang saling menempel.

c. Fase Pembentukan Kallus

Jaringan fibrosis yang menempel pada patahan tulang akan

membentuk kodroid yang merupakan bahan dasar pembentukan

tulang.

Page 6: fraktur tulang

d. Osifikasi

Terjadi penulangan total yang disebabkan oleh kallus fibrosa menjadi

kallus tulang

e. Ree modelling

Kemampuan tulang unuk menyesuaikan bentuknya seperti bentuk

semula.

B. Konsep Dasar Teoritis Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematika untuk

mengumpulkan data atau informasi dan menganalisanya sehingga dapat

diketahui kebutuhan pasien.

a. Identitas Pasien

Identitas bertujuan untuk mengenal pasien yang perlu ditanyakan adalah

nama, umur (batas usia akan mempengaruhi dalam proses tindakan

pembedahan), pendidikan (pendidikan masyarakat yang rendah cenderung

memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap

menerima pelaksanaan kesehatan secara modern), pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Page 7: fraktur tulang

Merupakan suatu faktor yang penting bagi petugas kesehatan dalam

menegakkan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien.

Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa

melakukan banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun,

(Brunner & suddarth, 2002)

c. Riwayat Penyakit dahulu

Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses

perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong, 1998)

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Fraktur bukan merupakan suatu penyakit keturunan akan tetapi adanya

riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat

mempengaruhi perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong,

1998)

e. Pola Kebiasan

1. Pola Nutrisi

Umumnya pola nutrisi pasien tidak mengalami perubahan, namun ada

beberapa kondisi dapat menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri

yang hebat, dampak hospitalisasi terutama bagi pasien yang merupakn

pengalaman pertama masuk rumah sakit, (Doenges, 2000).

2. Pola Eliminasi

Page 8: fraktur tulang

Pasien dapat cenderung mengalami gangguan eliminasi BAB seperti

konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program

eliminasi dilakukan ditempat tidur, (Doenges, 2000)

3. Pola Istirahat

Umumnya kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami

perubahan yang berarti, namun ada beberapa kondisi dapat

menyebabkan pola istirahat terganggu atau berubah seperti timbulnya

rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitali, (Doenges, 2000)

4. Pola Aktivitas

Umumnya pasien tidak dapat melakukan aktivitas (rutinitas)

sebagaimana biasanya, yang hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat

tidur. Hal ini dilakukan karena ada perubahan fungsi anggota gerak serta

program immobilisasi, untuk melakukan aktivitasnya pasien harus

dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan

pasien masih dapat melakukannya sendiri, (Doenges, 2000)

5. Personal Hygiene

Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun harus ada

bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat

tidur. (Doenges, 2000)

f. Riwayat Psikologis

Page 9: fraktur tulang

Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas terhadap fraktur, selain itu

dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image, jika terjadi atropi

otot kulit pucat, kering dan besisik. Dampak psikologis ini dapat muncul

pada pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit. Hal ini dapat

terjadi karena adanya program immobilisasi serta proses penyembuhan

yang cukup lama, (Doenges, 2000)

g. Riwayat Spiritual

Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak mengalami

gangguan yang berarti, pasien masih tetap bisa bertoleransi terhadap

agama yang dianut, masih bisa mengartikan makna dan tujuan serta

harapan pasien terhadap penyakitnya, (Doenges, 2000)

h. Riwayat Sosial

Dampak sosial adalah adanya ketergantungan pada orang lain dan

sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena

merasa dirinya tidak berguna (terutama kalau ada program amputasi),

(Doenges, 2000)

i. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan

dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara

berurutan dari kepala sampai kejari kaki.

1. Inspeksi

Page 10: fraktur tulang

Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat,

Laserasi, kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur

adanya spasme otot dan keadaan kulit.

2. Palpasi

Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakan otot oleh

sentuhan kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana

daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan

di daerah luka insisi.

3. Perkusi

Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.

4. Auskultasi

Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui

struktur berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit

bergerak. Pada pasien fraktur pemeriksaan ini pada areal yang sakit

jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)

j. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan leukosit urine

Page 11: fraktur tulang

Bisa cenderung dapat terjadi formasi batu kemih yang menetap akibat

Program Immobilisasi.

b. Darah

Hitung darah lengkap: memotokrit mungkin meningkat, atau menurun

karena pendarahan bermakna pada sisi fraktur.

2. Rontgent

Untuk mengetahui secara pasti lokasi fraktur, luas fraktur, dan

menunjukkan jenis kerusakan sehingga dapat ditegakkan diagnosa pasti,

(Doenges, 2000)

2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

a. Data Subjektif

- Keluhan rasa nyeri yang hebat pada daerah Fraktur

- Kebas/ kesemutan

- Tangan sakit bila digerakkan

- Takut cacat

- Takut melakukan pergerakan

- Cemas yang berlebihan

Page 12: fraktur tulang

b. Data Objektif

- Keadaan umum lemah

- Nyeri tekan pada daerah fraktur

- Ekpresi wajah meringis

- Menolak untuk melakukan pergerakan

- Penurunan kekuatan otot

- Pembengkakan jaringan pada sisi cedera

- Perdarahan pada daerah fraktur

- Adanya luka

- Cemas/ gelisah

Menurut Doenges (2000). Dari data diatas dapat dirumuskan kemungkinan

diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada pasien fraktur adalah:

1. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan

integeritas tulang ( fraktur)

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,

oedema dan cedera pada jaringan lunak

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler

Page 13: fraktur tulang

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integeritas kulit/ jaringan berhubungan

fraktur terbuka

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurang mengingat

Page 14: fraktur tulang

Daftar pustaka

- Corwin, Elizabeth. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta. 2009.

- Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3.

Jakarta: EGC. 2002

- Potter and Perry. Fundamental Dalam Keperawatan. Edisi 4. Vol 2.

Jakarta: EGC. 2006

- Dongoes M, Geissler A, Moorhouse M. Rencana Asuhan Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: EGC. 2000