forum alumni no. i, april-mei '09

64
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 1 FORUM FORUM ALUMNI ALUMNI ALUMNI BERDIALOG MEMBANGUN KEUNGGULAN BARU BANGSA Wawancara Rinaldi Firmansyah Basket ‘‘Mata Kuliah’’ Favorit Saya DWIBULANAN NO. 01 APRIL-MEI 2009 MEMBANGUN SINERGI ALUMNI ITB UNTUK BANGSA Purwacaraka: Rindu Pisan Euy ….! CALEG ALUMNI MENGHITUNG SUARA ALMAMATER DIES EMAS ITB Sekolah dan Fakultas Apa Bedanya? Purwacaraka: Pengganti Ongkos Cetak Rp. 15.000,- MAJALAH KOMUNITAS ALUMNI ITB

Upload: forum-alumni-itb

Post on 11-Jun-2015

3.062 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Forum AlumniMajalah Komunitas Alumni ITBTerbit Dwi Bulanan

TRANSCRIPT

Page 1: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 1

FORUMFORUMALUMNIALUMNI

ALUMNI BERDIALOG

MEMBANGUN KEUNGGULAN BARU BANGSA

Wawancara R inaldi F i rmansyah

Basket ‘‘Mata Kuliah’’ Favorit Saya

DWIBULANANNO. 01

APRIL-MEI2009

M E M B A N G U N S I N E R G I A L U M N I I T B U N T U K B A N G S A

Purwacaraka:Rindu Pisan Euy ….!

CALEG ALUMNI

MENGHITUNG SUARA

ALMAMATER

DIES EMAS ITB

Sekolah dan FakultasApa Bedanya?

Purwacaraka:

Pengganti Ongkos Cetak Rp. 15.000,-MAJALAH KOMUNITAS ALUMNI ITB

Page 2: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

2 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

PT. M

EG

AC

IPTA

SE

NTR

APE

RSA

DA

MEC

HAN

ICAL

, ELE

CTR

ICAL

& E

NG

INEE

RIN

G C

ON

TRAC

TOR

Kom

plek

Ruk

o Ta

man

Pon

dok

Kel

apa

Blo

k D

-6Jl

. Ray

a Po

ndok

Kel

apa

- Jak

arta

Tim

ur 1

3450

Telp

. 021

865

0339

– 4

0, F

ax. 0

21 8

6503

20Em

ail:

info

@m

egac

ipta

.com

; meg

acip

ta20

05@

yaho

o.co

m

Web

site

: http

://w

ww

.meg

acip

ta.c

om

EMPO

RIUM

PL

UIT

MAL

L &

HOTE

L

RUM

AH S

AKIT

CAHY

A KA

WAL

UYAN

Page 3: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 3

B E R I TA D A N K E G I ATA N

Page 4: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

4 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Candil mengaku persiapannya untuk tampil dengan kolaborasi alat musik angklung ini telah dipersiapkannya sejak dua minggu yang lalu. Dia juga menegaskan kerjasama ini nantinya tidak hanya sekedar menempelkan karakter vokalnya yang nge-rock dengan alunan musik etnik angklung. ’’Sejujurnya saya juga tidak ingin terlalu nge-rock, harapannya bagaimana bisa berjalan seimbang dan bisa menonjolkan angklungnya. Makanya sampai sekarang saya masih terus menggali dan belajar,’’ katanya. n mt rizky

Page 5: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 5

TAMPIL WAJAH BARU

GE

RB

AN

G

TAMPIL BARU. Begitu mungkin ko-

mentar Anda ketika majalah ini sampai

di tangan Anda.

Benar, FORUM ALUMNI memang

tampil baru. Dari sisi desain, Forum

Alumni berusaha tampil segar, bersih

dan modern; sementara dari sisi redaksi

kita berusaha tampil encer, meski

masalah yang ditulis mungkin serius

atau sedikit serius dengan rubrikasi

yang lebih beragam.

Tampilan Forum Alumni wajah baru

ini tak lepas dari pertimbangan akan

perlunya majalah yang lebih repre-

sentatif yang bisa menjadi jembatan

komunikasi dan sinergi antar alumni,

pengurus pusat dan pengda, serta

antara IA-ITB dengan almamaternya,

ITB; serta antara IA-ITB, ITB dan alum-

ninya dengan masyarakat luas.

Selain itu, wajah baru ini sekaligus

merupakan realisasi dari hasil rakernas

IA-ITB yang berlangsung di Aula Barat,

6 Maret 2009. Salah satu keputusan

rakernas adalah menerbitkan media ko-

munikasi dan informasi berupa majalah

Forum Alumni ITB dengan periodesasi

terbit dua bulan sekali.

Dilihat ke belakang, majalah dwibu-

lanan ini merupakan pengembangan

dari buletin yang sebelumnya sem-

pat terbit tiga kali sepanjang tahun

2008. Heri Sugiharto (Wakil Sekjen/

TK 87) bertindak sebagai Pemred dan

Erick Ridzky (GM 86) sebagai wakilnya.

Sementara untuk urusan redaksi dita-

ngani oleh Eko Supriyanto (GL 86) yang

memang berpengalaman di media

(mantan wartawan dan pernah menjadi

koresponden harian Republika di AS).

Untuk Sekretaris Redaksi dan Produksi

masing-masing dikomandani oleh

Setiawan Eko (MT 94) dan M Meylana

Hermawan (FT 89). Sehari-hari tim

pengelola Forum Alumni berkantor di

alamat yang sama dengan Sekretariat

IA-ITB, yaitu di Taman Patra II, Kuningan,

Jakarta.

Pada penerbitan perdana ini kami

sengaja mengambil tema yang menjadi

perhatian bersama, yaitu perlunya

bangsa ini membangun faktor keung-

gulan baru untuk meningkatkan daya

saing. Pemilihan tema ini didasari atas

keprihatinan rendahnya daya saing

bangsa di tingkat internasional, di

bawah negara tetangga seperti Si-

ngapura, Malaysia dan Thailand.

Selain itu, tentu saja edisi perdana

ini juga memuat isu-isu yang berkem-

bang di rakernas/ KLB, berita yang

berkembang di almamater kita, dan

berita-berita lain, lokal/nasional, yang

kita anggap penting dan layak menjadi

perhatian kita semua.

Akhirnya, dengan dukungan Anda

semua semoga penerbitan majalah

ini akhirnya bisa mencapai tujuannya

dan bisa berlangsung secara berkesi-

nambungan. Masukan, kritik memba-

ngun sangatlah kita harapkan.

Akhirnya, selamat membaca!

Redaksi

D A R I R E D A K S I

PENANGGUNGJAWABFreddy P. Zen

DEWAN REDAKSIEky S Pratomo-Tedjo

Ramli KadirJohn Heilmy

Herry SugihartoNanang T. PuspitoSawaludin Lubis

Adamsyah WahabM. Azhar

PEMIMPIN REDAKSIHerry Sugiharto

WAKIL PEMIMPIN REDAKSIErick Ridzky

REDAKTUR PELAKSANAEko Supriyanto

SEKRETARIS REDAKSISetiawan Eko N.

PRODUKSIM. Meylana Hermawan

SIRKULASI & DISTRIBUSISamjah

ALAMAT REDAKSI/IKLANJl. Taman Patra II No. 16

Kuningan, Jakarta SelatanTelp. (021) 529 21564/65

Fax. (021) 520 7573Email:

[email protected]

MITRA REDAKSIAdi Cipta Media

Redaksi menerima sumbangan ar-tikel/tulisan dari pembaca. Kirimkan

artikel/tulisan Anda ke [email protected].

FORUMFORUMALUMNIALUMNI

Majalah Dwi BulananIKATAN ALUMNIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

MEMBAHAS EDISI PERDANA: Tim redaksi sedang mendiskusikan wajah baru Forum Alumni dengan Freddy P. Zen/Sekjen IA-ITB (foto tengah)

Page 6: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

6 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Dengan adanya

perubahan paradigma

pembangunan, maka

strategi pembangunan

bangsa tidak mungkin

dilakukan melalui

pendekatan faktor

endowment tradisional,

seperti buruh murah

dan kekayaan sumber

daya alam sebagaimana

dilakukan selama ini.

Tetapi harus merupakan

kombinasi produktif keunggulan komperatif, keunggulan

kompetitif dan kemampuan human capital berkualitas. Oleh

karenanya, ada 3 pilar yang berperan penting yaitu pilar budaya

kreatif, teknologi dan inovasi. Alumni ITB terpanggil menjadi

pelopor kemajuan peradaban dunia, pembangunan nasional

menuju kehidupan adil, makmur dan sejahtera.

Sepanjang tahun 2008 tidak kurang dari 31 mata kegiatan

baik lokal (internal) maupun berskala nasional telah dilaksanakan

PP IA-ITB, dengan melibatkan para Alumni, Pengurus Daerah,

Pengurus Jurusan, sivitas akademika ITB, maupun pemerintah dan

masyarakat umum.

Tentunya program-program IA-ITB baik yang telah maupun

yang akan dilaksanakan selama periode kepengurusan 2007-2011

ini, tidak akan berarti apapun tanpa dukungan dan peran aktif

dari semua pihak, baik Jajaran Pengurus Pusat, Pengurus Daerah,

Pengurus Program Studi/Jurusan seluruh Indonesia, maupun para

alumni dimanapun berada, dan almamater kita tercinta, ITB.

Hasil rakernas 2009 digulirkan tak kurang dari 70 mata kegiatan

yang terbagi dalam tujuh bidang, antara lain: bidang organisasi,

bidang hubungan almamater, bidang pelayanan dan hubungan

alumni, bidang bisnis dan teknopreneur, bidang kemitraan,

kebendaharaan, dan kesekjenan.

Penerbitan majalah Forum Alumni merupakan pengembangan

dari bulletin Forum Alumni dimaksudkan untuk memberikan

informasi lebih lengkap bagi para alumni tentang dinamika

alumni meliputi kegiatan kepengurusan, termasuk di daerah,

prodi dan komisariat, informasi tentang almamater kita ITB,

pengembangan riset dan teknologi. Termasuk di dalamnya bisnis

dan kiprah para alumni. Hal ini merupakan bentuk peningkatan

pelayanan dari pengurus pusat dalam rangka membangun sinergi

antar alumni untuk bangsa.

Semoga partisipasi kita itu, dapat menjadi modal utama

terbangunnya sinergi kemandirian bangsa di masa depan.

Freddy P. Zen/Sekjen PP IA-ITB

D A F TA R I S I

Membangun Faktor Keunggulan Bangsa yang Baru ............................................... 13Berbeda dengan masa klasik, kemakmuran bangsa tak lagi ditentukan oleh sumber daya tradisional seperti kekayaan alam. Daya saing bangsalah yang akan menentukan kemakmuran suatu bangsa di masa kini dan yang akan datang. Bagaimana sinergi alumni bisa dibangun untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia?

12 Pilar Tolok Ukur Daya Saing Bangsa ..............26Apa saja pilar-pilar yang menjadi tolok ukur indeks daya saing bangsa

Caleg Alumni: ‘Deg-degan’ Menghitung Suara.........................30Ada lebih dari 300 orang alumni menjadi caleg legislatif, baik di pusat maupun daerah, pada pemilu lalu. Siapa saja merekla dan bagaimana sebaran alumni di partai-partai?

Rekernas dan KLB ................................................34Isu yang hangat dan menjadi perdebatan

Dies Emas ITB ......................................................44Bulan Maret tahun ini merupakan bulan istimewa bagi ITB, almamater kita. Tahun ini ITB merayakan Dies Emas

Ada Sekolah, Ada Fakultas .................................48Apa yang membedakannya? Mengapa departemen dihapus?

Siapa Calon Rektor Baru? ..................................50Pergantian rektor baru masih akan berlangsung tahun depan. Tetapi isu siapa calon penggantinya sudah bergulir

Wawancara Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah...53Pernah diusir dosen keluar kelas

Srikandi ITB di Pertamina ................................... 56Tantangan Karen, Dirut Pertamina yang baru

Dari RS Pertamina hingga Bin Laden .................58Herry Moelyanto, Niat, menjaga kepercayaan, dan profesional. Itulah kunci sukses bisnis alumni FT 83 ini

Kencan ..................................................................62Dari Purwacaraka hingga Candil

D A R I P E N G U R U S

Sinergi untuk Kemandirian Bangsa

Page 7: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 7

S U A R A A L U M N I

AGENDA ALUMNI28-Maret s/d 5-April 2005 Pengurus Pusat menerjunkan Tim IA-ITB

TANGGAP untuk membantu Masyarakat

Korban Situ Gintung

Lokasi Posko: Depan FK UMJ, Ciputat,

Tangerang.

4-April Rapat Bidang Organisasi: Pembahasan

Rencana Kegiatan 2009

Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra

II/16, Jakarta Selatan

15-AprilSeminar Nasional “ Peluang dan Tantangan

Manajemen Limbah B-3”

Tempat: Hotel Nikko - Jakarta

Keynote Speaker: Menteri Negara Lingkungan

Hidup

Penyelenggara: IA-ITB Kimia

17-April Rapat Pengurus Harian: Pembahasan

Program Kerja hasil RAKERNAS 2009

Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra

II/16, Jakarta Selatan

17-MeiTurnamen Golf Alumni ITB’83

Tempat: Emeralda Golf, Cimanggis, Bogor

28-MeiForum Lesehan Alumni: Orientasi Caleg

Alumni ITB Terpilih, Mau kemana?

Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra

II/16, Jakarta Selatan

29-Mei*)

Dialog Nasional ‘‘Menghadapi Kecenderun-

gan Nasionalisasi dan Proteksi Akibat Krisis

Keuangan Dunia’’

Tempat: Gedung Joeang 45, Jl. Cikini Raya,

Jakarta

30-MeiWorkshop Website Maker

Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra

II/16, Jakarta Selatan*)

Penyelenggara: Dep. Kominfo bekerjasama

dengan Khania Studio

30-31 Mei Turnamen Tenis Piala Ketua Umum IA-ITB

“Hatta Rajasa”

Tempat: The Executive Club, Hotel Sultan, Jl.

Gatot Subroto, Jakarta Selatan

*) Tentatif

AGENDA ITBAGENDA NON-AKADEMIKPertemuan ITB - Univ Twente (Belanda)1 April 2009. Jam 9:00-11:30.

Bertempat di Ruang Seminar FTMD (Gedung

Lab Tek II, lt 2)

Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen BencanaGelombang I, 6-9 April 2009

Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak

Jauh (CRS) ITB

Jl. Ganesha no. 10 Bandung

Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen BencanaGelombang I, 6-9 April 2009

Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak

Jauh (CRS) ITB

Jl. Ganesha no. 10 Bandung

PSTK: Tanggap Warsa 3818 dan 25 April 2009

DIES UKM18, 23, 25 April 2009

GAMAIS ITB Industrial and Technology Training

Maret s.d Mei 2009

AGENDA AKADEMIK2 April 2009

Batas Waktu Pendaftaran Peserta Wisuda

Kedua Tahun Akademik 2008/2009 dan Batas

Akhir FPN Mata kuliah KP/TA/Tesis/Disertasi

Semester II-2007/2008

18 April 2009

Hari Wisuda Kedua Tahun Akademik

2008/2009

15 Mei 2009

Hari Terakhir Masa Kuliah Semester

II-2008/2009

18 Mei - 29 Mei 2009

Ujian Akhir Semester II-200812009

AGENDA JAKARTAJakarta International Handicraft Trade Fair or

INACRAFT 2009

Tanggal 22-26 April 2009

Bertempat di Balai Sidang Jakarta Convention

Center

GALERI NASIONAL INDONESIA16-28 April

Pameran karya Nashar

Kurator: Agus Dermawan T

Kerjasama: Emmitan Fine Art Gallery, ASPI

4-16 Mei

Festival Printemps Prancis (Pameran Gambar)

Kerjasama: CCF

20-31 Mei

Pameran Seni Rupa Nusantara

Kurator: Kuss Indarto

Penyelenggara: GNI

5-12 Juni

Pameran Keramik F Widayanto

“Semarak 30 Semar”

Kerjasama: Gallery F Widayanto

KALENDER KEGIATAN

Selamat untuk FORUM ALUMNI

Salam!

Kami ucapkan selamat dan sukses

atas terbitnya Majalah Forum Alumni

ITB edisi perdana ini. Media cetak

yang diperuntukkan bagi para alumni

ini, diharapkan mampu menjalin

komunikasi dan informasi baik aktifi tas

profesional, kegiatan kemasyarakatan,

maupun kiprah para alumni dimanapun

berada.

Semoga media ‘dari dan untuk’

alumni ini menjadi jembatan

komunikasi terbangunnya sinergi antar

alumni ITB.

Sekali lagi kami ucapkan Selamat.

Viva Alumni ITB!

Aulia Prima/FI’89

Sekjen IA-ITB Jakarta

Kesan Rakernas

Kepada yth., Pengurus Pusat IA-ITB

Berikut kami sampaikan kesan kami

mengikuti Rakernas dan KLB IA-ITB di

Bandung tanggal 6-8 Maret 2009 yll,

yaitu

1. Perencanaan waktu kegiatan telah

dilakukan dengan baik, bertepatan

dengan Ulang Tahun Emas ITB

sehingga memberikan kesempatan

untuk mengamati kemajuan

kampus dan mengunjungi berbagai

stand pameran/presentasi yang

bernilai tinggi.

2. Acara telah dilaksanakan secara

efektif dan efesien, waktu yang

dialokasikan cukup singkat namun

dapat menyelesaikan permasalahan

yang dibahas sangat bermanfaat

untuk penyelesaian masalah.

3. Peserta cukup antusias dan

berpartisipasi untuk ikut serta

dalam setiap pembahasan masalah,

merupakan cerminan interes yang

tinggi dalam melaksanakan rencana

kerja selanjutnya.

4. Konsumsi dan akomodasi cukup

layak, penggantian uang perjalanan

cukup praktis dan mudah.

5. Kami ucapkan selamat dan sukses

bagi panitia yang telah berhasil

melaksanakan dan menyampaikan

pesan Rakernas dan KLB kepada

peserta dengan sangat baik.

Saran kami selanjutnya adalah:

1. Berikan tanggung jawab kepada

Pengurus Daerah untuk

mengadakan kegiatan-

kegiatan sejenis, untuk memotivasi

dan meningkatkan peran Pengda

tersebut secara daerah maupun

nasional. Waktunya mungkin bisa

berupa Raker, seminar, pameran

setiap tahun.

2. Follow up acara tersebut segera,

seperti ucapan orang bijak ‘rencana

yang baik hanya bermanfaat jika

dilaksanakan’.

Demikian.

Wassalam.

Irwansyah Putra/SI ‘90

Ketua IA-ITB Aceh

Page 8: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

8 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

GANESIANA

Yang dipelajari kan seluas bumi ..

Di masa lalu, ada mahasiswa jurusan-jurusan tertentu di

ITB yang masa kuliahnya sangat lama, sampai-sampai ada

istilah mahasiswa abadi. Dalam salah satu wisuda jurusan

Geologi tahun 1986 atau 1987 misalnya, kalau tak salah

ada salah seorang wisudawannya angkatan 1969. Jadi

waktu diwisuda bukan calon istri atau pacar yang dibawa,

tapi sudah anak-anak dan istrinya.

Ada cerita khusus mengapa jurusan Timur Jauh ini lama

selesai kuliahnya. Syahdan, ada percakapan antara maha-

siswi Kedokteran Gigi Unpad dengan mahasiswa Geologi

ITB. Keduanya secara tak sengaja ketemu di suatu tempat

dan berkenalan. Setelah menyebut nama, asal, dan sete-

rusnya, percakapan sampai pada soal kuliah.

Mahasiswa GL: Masuk FKG tahun berapa?

Mahasiswi FKG: Tahun 1983. Sekarang (tahun 1988) ham-

pir wisuda. Kalau Mas masuk tahun berapa?

Mahasiswa GL: 1982.

Mahasiswi FKG : Wah, sudah selesai dong kuliahnya..

Mahasiswa GL : Sarjana Muda juga belum.

Mahasiswi FKG (kaget): Lama banget. Mahasiswa abadi

dong kalau begitu ….

Mahasiswa GL (mulai sewot) : Untuk mempelajari barang

seluas mulut saja kamu butuh waktu enam tahun. Lha

yang kupelajari kan seluas bumi! Butuh waktu lebih lama

lagiii .....

Susu Dancow Istimewa

Pada masa lalu, banyak mahasiswa ITB yang berasal dari

berbagai daerah dan sebagian di antaranya berasal dari

kalangan ekonomi yang tidak mampu. Salah seorang di

antaranya sebutlah namanya Bambang.

Di kota asal, emaknya berprofesi sebagai pedagang pasar.

Kiriman bulanan kadang hanya Rp 10 ribu saja (untuk tahun

1985, itu jumlah yang jauh dari cukup untuk sebulan).

Karena itu, dia sering nomaden: selalu berpindah-pindah

dari kos temen yang satu ke kos temen yang lainnya. Untuk

menyambung hidup, dia kadang ngajar privat, kadang juga

bekerja sebagai buruh kasar. Syahdan, suatu hari kantong

dan perutnya kempes secara bersamaan. Karena mulai

liburan semester, temen-temennya sebagian besar sudah

mudik …. kecuali satu orang, sebutlah Sapto. Yang ini

belum mudik karena masih sibuk mempersiapkan kegiatan

di unit kampus.

Pagi itu Sapto, semalaman tidur di markas unit, baru

pulang ke kos. Dia kaget menemukan sobatnya tidur ter-

lentang dan merintih. Kalau sobatnya nyelonong tiba-tiba

ditemukan di kamarnya, Sapto tak heran karena dia me-

mang selalu meninggalkan kunci kamar di tempat tertentu

yang hanya kawan-kawan terdekatnya yang tahu. Tapi dia

terlentang dan merintih? ‘’Kamu kenapa?’’ sambil menyelidik

Sapto bertanya.

Bambang pun menjawab panjang dan lebar: ‘’Aku tadi

malam datang pengen makan. Kamu nggak ada. Aku

ngecek ke dapur. Beras ada. Indomie ada. Telur ada. Wahh

lengkap … senangnya. Aku ke dapur, mau menyalakan

kompor. Celaka, minyak tanah habis. Pusing aku, nggak

ada duit. Akhirnya aku cari-cari di lemari makan. Ketemu

susu Dancow. Aku ambil gelas besar .. wong lapar, mompa

air sumur, dan bikin susu. Hasilnya seperti ini: bukannya

kenyang, malah perutku sakitnya setengah mati semalaman

….’’

Bukannya kasihan, Sapto malah tertawa berkepanjangan

Page 9: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 9

INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN

PP IA-ITB turut berduka cita atas wafatnya Bapak Mertua dari Andri Fajria (FT’89/Ketua Departe-men SosialPP IA-ITB/PJ Posko IA-ITB Tanggap

“Situ Gintung”)

Pada hari Selasa (malam) 31 Maret 2009 di Bandung

Semoga arwah dan amal ibadah almarhum diterima disisi Allah SWT, dan keluarga/sanak/famili yang ditinggalkan

diberikan kekuatan iman dan kesabaran.Amin.

PP. IA-ITB

Hatta Rajasa Freddy P. Zen Ketua Umum Sekretaris Jenderal

INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN

Telah berpulang ke rahmatullah Bapak Mertua dari Muhammad Hariyanto (Pengurus Departe-

men Pengembangan Karir Alumni PP IA-ITB)

Hari Rabu, 11 Maret 2009, pukul 2 dini hari

Keluarga Besar IA-ITB turut berduka cita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya. Amin ya

rabbal alamin

PP. IA-ITB

Hatta Rajasa Freddy P. Zen Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Database Diperbaharui

Salam!

Kalau bisa database alumni diperbaharui. Selain itu untuk mencari

nama alumni jangan hanya berdasarkan jurusan dan angkatan tapi

juga ada opsi untuk mencari berdasarkan lokasi tempat tinggal.

Pertanyaan saya: Apakah ada komisariat alumni ITB di AS?

Nanda

[email protected]

Kartu Anggota

Salam!

Saya ingin menanyakan mengenai kartu anggota IA-ITB, apakah

masih bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk pembuatannya atau

ada kebijakan terbaru yang lain? Kalau masih, di Bank Mandiri mana

saja yang ditunjuk untuk pembuatan kartu tersebut? Karena saya

sudah mencoba membuat kartu IA ITB di Bank Mandiri Cabang Metro,

Lampung Tengah, tetapi pihak bank tersebut menyatakan sudah

tidak membuat kartu itu Tolong informasinya lebih lanjut. Trims.

Agung Kurniawan

[email protected]

Berdasarkan informasi dari Sekretariat, bahwa penerbitan Kartu

Anggota terpisah dengan Kartu Kredit IA-ITB. Saat database dan kartu

anggota sedang dalam penyelesaian . Dan penerbitan Kartu Kredit IA-ITB

sedang dijajaki bekerjasama dengan Bank Mega.

S2 saja, Apa Termasuk Alumni

Mau tanya nih. Yang dimaksud alumnus itu terbatas S1 saja? atau

bisa S2 atau S3? Saya lulusan S2 saja. Terima kasih.

Wijono

[email protected]

Sesuai dengan AD/ART IA-ITB hasil KLB 2009, yang termasuk alumni

ITB adalah orang yang pernah mengikuti salah satu jenjang pendidikan

formal di ITB. Jadi Anda termasuk alumni ITB dan berhak menjadi

anggota IA-ITB.

Keterangan: Forum Alumni menyediakan rubrik SUARA ALUMNI, merupakan

surat pembaca. Mohon data Nama pengirim dilengkapi dengan Jurusan,

Angkatan, dan Email. Terimakasih.

S U A R A A L U M N I ( l a n j u t a n )SUARA ALUMNI (lanjutan)

A K T I V I TA S P E N G U R U S

RAPAT PENGURUS HARIAN membahas tentang tindak lanjut hasil keputusan rakernas 2009 yang baru lalu. Hadir pada rapat tersebut (dari ki-ka): Amir Sambodo (Ketua Bidang Bisnis dan Teknopreneur), Jetti R. Hadi (Ketua Bidang Organisasi), Bakti S. Luddin (Bendahara Umum), Freddy P. Zen (Sekjen), dan Rinaldi Firmansyah (Ketua Bidang Pe-layanan dan Hubungan Alumni) terlibat aktif dalam pemba-hasan program kerja 2009. Rapat bertempat di Sekretariat pada 17 April.

WAKIL BENDAHARA (AHMAD YANI) berdiskusi dengan Ketua Bidang Organisasi (Jetti R. Hadi) dalam rangka men-jajagi penerbitan kartu kredit bagi para alumni bekerja sama dengan Bank Mega, awal April lalu.

Page 10: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

10 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

YA SILATURAHMI, YA PRESTASI. Begitulah kira-kira latar belakang dan tujuan penyelenggaraan Turnamen Tenis antar alumni yang menurut rencana akan digelar pada 30-31 Mei menda-tang, di lapangan hardcourt outdoor, Lapangan Tenis The Executive Club Hotel Sultan, Jakarta. Turnamen ini akan memperebutkan piala bergilir Ketua Umum Hatta Rajasa.

Menurut Ketua Panitia Edi Purnomo (MA 77), kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun semangat silatu-rahmi dan jiwa sportifi tas dalam nuansa keakraban melalui wahana olahraga. ‘’Yang sudah sepuh biar nyambung kembali sama yang muda,’’ katanya. Sementara Eky, Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi IA-ITB, menambahkan, penyelenggaraan turnamen ini diharapkan bisa menjadi wahana untuk menciptakan hubungan kekeluargaan yang lebih solid diantara sesama alumni ITB dan pengurus IA ITB. Selain itu, seperti laiknya kompetisi lainnya, turnamen ini pun dimaksudkan untuk menjaring bibit-bibit berbakat di

kalangan alumni ITB. Diharapkan setiap pengurus daerah

maupun pengurus program studi atau pengurus komisariat IA-ITB seluruh Indonesia dapat mengirimkan perwakil-an timnya.

Adapun nomor yang dipertanding-kan terbatas hanya nomor Ganda, baik campuran maupun putra/putri. Dan jenis pertandingan dalam turnamen adalah berpasangan fun dan berpasang-an prestasi.

Sementara itu, bahwa pasangan pemain akan dilakukan secara undian. “Dengan sistem Pertandingan adalah setengah kompetisi, dimana setiap pemain melaksanakan 5 pertandingan ganda (double) masing-masing game 8. Setiap peserta diperbolehkan mengikuti kelompok fun maupun prestasi,’’ kata Edi. Juara turnamen merupakan perse-orangan yang mempunyai jumlah nilai (score) terbanyak.

Menurut salah seorang panitia, pendaftaran sudah dapat dilakukan di Sekretariat IA-ITB, jalan Taman Patra II/16, Kuningan-Jakarta Selatan. Ayo, siapa punya nyali?

Turnamen Tenis Buat Yang Punya Nyali Turnamen Golf ITB ‘83: Mari Berbagi

Merupakan kebanggaan kita bersama bahwa

Alumni ITB telah menjadi bagian dari kemajuan

bangsa Indonesia. Didorong oleh hal itu, alumni ITB

angkatan 83 betekad untuk memberikan makna

lebih terhadap kontribusi alumni ITB semangat

‘Berbagi’. Demikian yang melatarbelakangi inisiasi

melalui Turnamen Golf yang digagas Yayasan G83.

Turnamen yang direncanakan akan diselenggara-

kan pada 17 Mei, di Emerald Golf Course, Cimang-

gis, Bogor itu, ditujukan untuk mewadahi semangat

berbagi dan program sosial ITB angakatan 83 dalam

mengembangkan dana abadi ITB untuk mem-

bantu mahasiswa ITB yang mengalami kesulitan

biaya kuliah, mendukung upaya-upaya peningkat-

an entepreneurship mahasiswa ITB, mendukung

kepedulian akan kualitas pendidikan, khususnya

di lingkungan sekitar ITB, dan menjalin terjalinnya

sinergi antar alumni ITB angkatan 83. Hal itu semua

menjadi misi dari pembentukan Yayasan G83, seba-

gai inisiator kegiatan ini.

“Pada pelaksanaan Turnamen Golf ini, Yayasan

G83 berkerjasama dengan Persatuan Golf Ganesa

(PGG-ITB)”. Demikian diiformasikan Fauzi Utomo,

sebagai contact person informasi kegiatan ini yang

juga alumnus jurusan Penerbangan ITB angkatan

94.[]

K I L A S A N B E R I TA

Page 11: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 11

Tenis Persahabatan Antar-Alumni29 JANUARY 2009 . AlumnI enam perguruan tinggi adu

kelihaian di lapangan tenis. Pertandingan tenis persahabatan

alumni ITB, Unpad, Unpar, IPB, UI, dan UGM itu berlangsung

di lapangan tenis indoor Kemayoran, Jakarta.

Pertandingan diawali upacara pembukaan yang sedianya

dilakukan oleh Ketua IA-ITB Hatta Rajasa. Karena yang ber-

sangkutan berhalangan, pembukaan pun diwakilkan pada

Hermanto Dardak (kabid Hubungan Almamater PP IA-ITB).

Pertandingan siap dimulai di 6 lapangan indoor pada seki-

tar pukul 08.00. Masing-masing tim menurunkan lima pasang

pemain. Pertandingan dijuarai tim alumni UGM sementara

ITB, yang menjadi tuan rumah, ada posisi paling buncit.

K I L A S A N B E R I TA

Kunjungan Ikatan Alumni dan Perwakilan Mahasiswa GD

Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa menaruh perhatian terhadap

kasus meninggalnya mahasiswa Teknik Geodesi ITB, Dwiyanto

Wisnunogroho (19) usai mengikuti kegiatan penerimaan anggota

baru Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB 7-8 Januari lalu. Hatta, Kamis

(12/2/09) sore berkenan menerima kunjungan perwakilan maha-

siswa dan alumni ITB. Dalam pertemuan sore hari di sekretariat

IA-ITB itu hadir dari IMG (Ikatan Mahasiswa Geodesi) Gunawan

Raditya “Agun”(Ketua IMG), Arif Rohman ( wakil ketua Eksternal),

Aditya Yudha (Ketua divisi Kaderisasi), serta M. Zahrul Aff endi

(Koordinator Lapangan). Hadir pula perwakilan KM-ITB (Keluarga

Mahasiswa ITB), dan beberapa alumni ITB.

Ketua IMG, Agun dalam kesempatan tersebut memaparkan la-

tar belakang kegiatan Proses Penerimaan Anggota Baru (PPAB) Ika-

tan Mahasiswa Geodesi. Ia kemudian juga menjelaskan kronologis

kejadian PPAB sekaligus menjelaskan perihal wafatnya Dwiyanto

Wisnunogroho (19) seorang peserta kegiatan tersebut.

Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB, Sobri Syawie yang juga

hadir dalam kesempatan itu menyampaikan pandangannya agar

ITB cooling down hingga jelas duduk permasalahannya. Ia juga

berharap agar ITB tidak mengeluarkan sanksi DO bagi panitia yang

terlibat sebagaimana yang dikhawatirkan mahasiswa. Sobri lebih

lanjut berharap agar para alumni dapat menempatkan kasus ini

dengan proporsional.

Pengurus IA-ITB Sulawesi Selatan Periode 2009 – 2013 DilantikHARIYADI Kaimuddin terpilih sebagai ketua IA-ITB Sulawesi Selatan

Periode 2009-2013. Pemilihan yang diikuti dua calon, Hariyadi dan

Sampara Salman, itu dilaksanakan pada hari pertama musyawarah

daerah (Musda), Jumat (20/2). Acara Musda dua hari itu berlangsung

di Baruga Anging Mamiri, rumah jabatan wali kota, Makassar.

Pemilihan ketua IA-ITB Sulawesi Selatan dilakukan melalui

penghitungan suara yang dihadiri 82 orang. Dari hasil perhitungan

suara Hariyadi Kaimuddin mengumpulkan 60 suara, Sampara Sal-

man mendapat 19 suara. Sementara itu 1 suara abstain dan 2 suara

dinyatakan batal.

Selain Musda, IA-ITB Sulsel juga menggelar seminar sehari di Hotel

Sahid Jaya Makassar, Sabtu (21/2). Seminar bertema Penguatan Sosial

Kapital Sulsel itu menghadirkan Gubernur Gorontalo Fadel Muham-

mad sebagai keynote speaker dan tiga pemateri masing-masing Prof

Mappadjantji Amien, Prof Darmawan Salman, dan Prof Veny Hadju.

Pada kesempatan itu Fadel membawakan materi "Peta Kesenjan-

gan Timur-Barat dan Selatan-Utara".

SBM ITB ‘Sulit’ Ciptakan Enterpreneur Sekolah Bisnis dan Managemen (SBM) ITB kian sulit menjadikan

alumninya sebagai enterpreneur. Sejak kuliah mahasiswanya sudah

diincar perusahaan. Padahal keberadaan SBM ITB awalnya untuk

menciptakan enterpreuner.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Hatta Rajasa

dalam malam peringatan 5 Tahun SMB ITB dan Peresmian IA SMB ITB

di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No 10, Sabtu (3/1) malam.

Menurut Hatta, sejak SBM ITB berdiri lima tahun silam, SBM ITB

telah memiliki tantangan besar. Sebab, sejak di bangku kuliah, para

mahasiswanya sudah ditarik oleh perusahaan-perusahaan. Padahal

awal berdirinya SMB ITB adalah untuk menciptakan enterpreneur.

Senada dengan Hatta, Ketua IA SBM ITB Mandala Widi Muchlis

berharap dengan adanya IA SBM ITB, para alumni akan menjadi

mentor bagi mahasiswa SBM. Menurutnya, selama ini kendala yang

dialami oleh alumni SBM ITB adalah tidak adanya mentor.

IA ITB Jabar Persiapkan “Temu Alumni” IA- ITB Jawa Barat menjadi panitia pelaksana Rapat Kerja Nasional

(Rakernas) dan Kongres Luar Biasa (KLB) IA-ITB. Acara berlangsung

pada 6 Maret 2009 di kampus ITB. Sebagai ketua pelaksana adalah

Abdul Aziz, ketua IA-ITB Jabar.

Rakernas IA-ITB yang merupakan ajang konsolidasi tahunan

IA-ITB diikuti para pengurus IA-ITB pusat, daerah, jurusan, dan

komisariat. Sementara itu KLB yang akan dilaksanakan merupakan

amanat kongres IA-ITB tahun 2007 yang akan membahas tentang

perubahan AD/ART.

Page 12: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

12 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

IKATAN Keluarga Alumni Universitas

Sriwijaya (IKA Unsri) Palembang berkun-

jung ke Sekretariat PP IA-ITB, Jakarta,

Senin (16/2). Rombongan yang terdiri

10 orang itu disambut tuan rumah Amir

Sambodo, kabid Bisnis dan Teknopreneur

, yang didampingi pengurus pusat lain

di antaranya A Yani (bendahara), Herry

Sugiharto (wakil sekjen), dan Sawaluddin

( wakil sekjen), serta Badan Eksekutif PP IA-

ITB Erick Ridzky dan Ekon Nugroho.

Kepada rombongan pengurus IA Unsri,

Amir menjelaskan IA-ITB berikut kiprahnya.

Amir menjelaskan mengenai kartu

kredit IA-ITB dan pengelolaan endown-

ment fund . Amir memaparkan upaya or-

ganisasi membantu pendanaan almama-

ter lewat pengelolaan endownment fund.

Keuntungan pengelolaan itu diserahkan

untuk pengembangan ITB seperti hibah

riset. Upaya lain yang dikembangkan saat

ini adalah modal ventura untuk pengem-

bangan bisnis di kalangan alumni ITB.

Menjelang akhir diskusi, IKA Unsri

mengajak IA-ITB bekerja sama dalam

menggulirkan program-programnya.

Sebab, banyak anggota IKA Unsri yang

juga merupakan anggota IA-ITB . Amir

Sambodo menyambut baik usulan

kerjasama antar-Ikatan Alumni. Apalagi

jumlah alumni Unsri cukup besar, sekitar

57.000 alumni. Acara IKA Unsri dilanjut-

kan dengan kunjungan ke kampus ITB di

Bandung.

Law Offi ces Prihartono & Partners Penasihat Hukum IA-ITBPERJANJIAN jasa hukum antara IA-ITB dan

Law Offi ces Prihartono & Partners ditanda-

tangani, Jumat (23/1). Penandatanganan

dilakukan oleh Freddy P Zen, sekjen IA-ITB,

dan R Dwiyanto Prihartono. Selaku partner

Hendardi.

Jasa hukum yang diberikan untuk IA-ITB

berupa memberikan konsultasi atau nasihat

hukum dan/atau pendapat hukum, secara

lisan dan atau tertulis, melakukan legal audit,

dan menghadiri rapat-rapat dalam rangka

pembahasan aspek hukum terhadap aktivitas

organisasi IA-ITB, termasuk IA-ITB Daerah,

Jurusan, maupun Komisariat.

ASMARA ASRAMAKU: Kehidupan Mahasiswa ITB Era 90-an

RAMAINYA novel-novel

ber- setting universitas

asing, membuat Sudi-

harto tergelitik. Alumni

TM ITB 94 ini menulis

sebuah novel kehidupan

kemahasiswaan ITB pada

tahun 1990-an: Asmara

Asramaku.

’’ITB yang notabene

universitas paling terkemuka di negeri ini kok

seolah-olah tidak ada yang membanggakan-

nya,’’ kata Ir Sudiharto, MT. Dari pemikiran itu, ia

merasa perlu membuat suatu novel fenomenal

yang mengangkat nama besar ITB . Untuk men-

jaring pasar dan komunitas di luar ITB dan diluar

Asrama, Sudiharto yang menggunakan nama

pena Sudyus Barbassy menyinergikan judulnya

dengan Asrama Aramaku yang menceritakan

tentang kehidupan mahasiswa ITB yang tinggal

di Asrama B Charade dengan bumbu cinta kasih

absud ala mahasiswa.

YAYASAN Alumni ITB dan IA-ITB

Sumatra Selatan mengadakan

kerjasama Program Penyediaan

Air Bersih Pedesaan di Sumsel.

Acara penandatanganan kerjasama

berlangsung di Sekretariat IA-ITB,

Jakarta, Jumat (6/2),

Program ini rencananya akan

dilaksanakan di Desa Sumber Rejo,

Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten

Banyuasin, Sumatra Selatan. Pen-

andatangan perjanjian kerjasama

kedua belah pihak diwakili masing-

masing oleh Ketua Yayasan Alumni

ITB, Muchlis Moechtar dan Ketua II

IA-ITB Daerah Sumatra Selatan yang

juga bertindak selaku Pembantu

Rektor I Universitas Sriwijaya, Zulkifl i

Dahlan. Sedangkan dari PP IA-ITB

turut menandatangani adalah Amir

Sambodo (ketua Bidang Bisnis dan

Teknoprenuer). Penandatanganan

perjanjian kerjasama ini disaksikan

oleh Hendardi selaku penasihat

hukum IA-ITB serta para pengurus

harian. IA-ITB akan menurunkan tim

ahli yang mendampingi pelak-

sanaan program penyediaan air

bersih itu. Kerjasama ini diharapkan

dapat berjalan dengan baik dan

turut meningkatkan kualitas hidup

masyarakat Desa Sumber Rejo.

Program Penyediaan Air Bersih dari Alumni ITBuntuk Rakyat Sumsel

Hendardi selaku Partner Law Offi ces Prihar-

tono & Partners (kanan)

IKA UNSRI Berkunjung ke IA-ITB

K I L A S A N B E R I TA

Page 13: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 13

Tahun 1960-an, Koes Plus

mempopulerkan banyak

lagu yang bercerita

mengenai kemakmur-

an Indonesia. Dengan

syair romantik bahkan

hiperbolik, Koes Plus bercerita ten-

tang tanah subur dan kaya, sehingga

‘’tongkat kayu dan batu’’-pun bisa

menjadi tanaman. Kini, berpuluh ta-

hun kemudian, bahkan sang pencipta

lagu itu sendiri pun tampaknya sudah

tak yakin dengan kebenaran isi syair

lagu tersebut (album terbarunya, yang

disponsori mantan Ketua Umum IA

ITB Laksamana Soekardi dan partainya

PDP, Koes Plus justru banyak bercerita

soal kesengsaraan rakyat).

Ada sebagian dari kita yang men-

gungkit tentang sindrom ‘’jebakan

kutukan sumber daya alam’’ – istilah

yang merujuk kepada beberapa ne-

gara yang, meski sumberdaya alamnya

melimpah, terjerembab ke dalam je-

bakan ‘’negara gagal’’. (Nigeria, si kaya

minyak yang sekarang terjerembab

ke kemiskinan, sering disebut sebagai

salah satu contoh ‘’negara gagal’’ dan

kena sindrom ‘’kutukan sumber daya

alam’’). Ketika Indonesia mengalami

krisis ekonomi babak pertama, dan

paling lambat keluar dari krisis itu

dibanding negara-negara tetangga

seperti Thailand, Malaysia dan Si-

ngapura, sebagian kita dari ada yang

bertanya: adakah Indonesia tengah

terjangkit sindrom yang sama?

Ketika dampak dari krisis babak

pertama masih belum sepenuhnya

teratasi, tiba-tiba badai krisis kedua

datang. Berbeda dari krisis babak

pertama yang pemicunya dari dalam,

krisis babak kedua ini merupakan im-

bas krisis global. Lagi-lagi kita bertanya:

apakah krisis global ini, yang dipicu

oleh kegagalan subprime mortgage

di Amerika Serikat yang kemudian

mengimbas ke Eropa dan akhirnya

ke seluruh dunia, bakal membuat

Indonesia jatuh ke jurang resesi? Apa

yang harus dilakukan agar bisa ber-

MEMBANGUN FAKTOR KEUNGGULAN BARU

BO

UL

EV

AR

DL A P O R A N U TA M A

ALUMNI BERDIALOG

Page 14: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

14 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

tahan dari tantangan lingkungan global

yang makin kompleks? Akhirnya juga:

bagaimana membayangkan Indonesia,

katakanlah, pada tahun 2020 menda-

tang? Indonesia yang berhasil keluar

dari krisis ke krisis, bahkan menjadi salah

satu pemenangnya?

Wacana-wacana inilah yang menjadi

perhatian dalam acara Alumni Berdialog

tentang Daya Saing dan Masa Depan

Bangsa, yang dilakukan berbarengan

dengan perayaan Dies Emas ITB, di Aula

Barat ITB 7 Maret lalu.

Alkimia Krisis Finansial‘’Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan

bukan hal yang baru,’’ komentar Raden

Pardede, ekonom ITB yang menjadi

salah satu pembicara dalam seminar itu.

‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik

dalam skala nasional, regional maupun

global,’’ tambahnya. Sejarah ekonomi

modern mencatat krisis keuangan

sudah terjadi sejak 1618 di kerajaan Ro-

mawi karena spekulasi koin. Pada abad

20, ada depresi besar yang melanda AS

yang terjadi pada 1929-1933. Lalu krisis

Asia dan Indonesia pada 1997/1998.

Pada tahun 2008, krisis fi nansial terjadi

lagi.

‘‘Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan bukan hal yang baru,’’

komentar Raden Pardede, ekonom ITB yang menjadi salah pembicara

dalam seminar itu. ‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik dalam

skala nasional, regional maupun global,’’ tambahnya.

Isu Kunci: Meningkatkan Peran Teknologi dalam PembangunanCina dan India merupakan dua contoh

negara yang berhasil membangun karena pilihan yang tegas terhadap strategi pemban-gunan, yaitu memilih pembangunan yang berbasis teknologi (technology based develop-ment). Dengan ciri khas kekuatan ekonominya masing-masing, Cina sebagai negara manufak-tur terbesar dan India sebagai negara outsource IT terbesar, kedua negara berhasil menghapus kemiskinan absolute dalam jumlah yang tak terbayangkan. ‘’ India membebaskan 200 juta rakyatnya dari kemiskinan, sedangkan China 300 juta,’’ kata Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar dalam paparan makalahnya, pada kesempatan Seminar Temu Alumni ITB.

Karena di masa yang akan datang, tantan-gan terbesar bagi strategi pembangunan Indo-nesia adalah bagaimana mendorong teknologi berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian diharapkan Indone-sia, yang saat ini masih masuk dalam kategori negara dengan keunggulan mendasar berubah men-jadi negara yang masuk dalam kategori innovation driven (lihat bagan ).

Umar Juoro, yang banyak berbicara mengenai pentingnya menumbuhkan lingkungan bisnis mikro, menyatakan hal serupa. ‘’Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada modal dan tenaga kerja (tangible capital). Total Factor Productivity (TFP) tumbuh hanya sekitar 0.2% dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi di bawah 10%,’’ katanya. Selain itu, ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk padat karya (tekstil, garmen, elektronika, dan alas kaki), serta produk sumberdaya alam (min-

yak, gas, batubara, CPO, karet) yang kandungan teknologinya relatif rendah.

Dalam laporan World Economic Forum tentang in-deks daya saing bangsa, Indonesia masih ditempatkan pada “kasta” terendah yaitu key driven dimana masih dalam taraf awal tingkat keunggulan kompetitif. Strata ini didukung oleh faktor-faktor dasar seperti in-stitusi, infrastruktur, stabilitas makro ekonomi, keseha-tan dan pendidikan dasar yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki peringkat kompetitif di dunia, Indonesia harus memperbaiki daya saingnya terutama di sektor infrastruktur, kesiapan teknologi (technology readiness), kecanggihan bisnis (business sophistication) dan kapasitas inovasi (innovation capacity).

yak, gas, batubara, CPO, karet) yang kandungan

Tantangan Peran TeknologiDalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Meningkatkan kontribusi teknologi pada komponen

pertumbuhan ekonomi (GDP)

KomponenPertumbuhan

Ekonomi

KomponenPertumbuhan

Ekonomi

MODAL

TENAGA KERJA

TENAGA KERJA

MODAL

TEKNOLOGI(TFP) - 3%TEKNOLOGI

(TFP) - 0,1%Peran Teknologi

L A P O R A N U TA M A

Page 15: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 15

Jika dilihat secara mendasar, kata

Raden Pardede, alkimia dan akar

masalah krisis sebenarnya sama:

‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang

tidak berubah. Sebagian Anda tentu

ingat Gordon Gekko dalam fi lm Wall

Street yang menjadi klasik? Gekko,

tokoh antagonis fi lm itu, menyatakan

bahwa uang tidak pernah tidur, dan

oleh karena itu tamak itu baik. ‘’Greed is

good,’’ katanya. (Begitu bagusnya fi lm

ini menggambarkan praktek animal

spirit dalam ekonomi modern, sampai-

sampai Micheal Douglas, aktor sang

pemeran Gekko, ditanyai wartawan

ketika crash melanda Wall Street tahun

2008 lalu).

Rocket Scientist dan Financial EngineerDalam praktik ekonomi modern,

animal spirit ini makin memperoleh

kanalnya oleh karena kehadiran para

“rocket scientist” dan para “fi nancial engi-

neer’’ pada lembaga keuangan.

Rocket scientist dalam industri

keuangan? Ya. Jangan membayangkan

mereka adalah ilmuwan roket beneran,

seperti yang bekerja di lembaga LAPAN

atau NASA. Ini hanyalah istilah dalam

industri keuangan yang ditujukan

kepada orang-orang yang memanfaat-

kan keahliannya di bidang sains dan

matematika untuk membuat model

kuantitatif kompleks yang membantu

bank, asuransi dan perusahaan investasi

untuk ‘’menghargai’’ suatu piranti atau

instrument investasi.

Sementara fi nancial engineer adalah

suatu bidang keahlian multidisiplin –

komputasi, keuangan, metoda numerik

dan simulasi komputer; yang mem-

bantu pengambilan keputusan dalam

investasi, hedging, maupun perdagang-

an. Mereka akan membantu menen-

tukan risiko fi nansial dari instrument

keuangan tertentu yang ‘’diciptakan’’.

Yang menjadi masalah dalam praktik

Wall Street adalah: keduanya makin

‘’kreatif’’ dan ‘’inovatif’’. Para rocket scien-

tist punya cara untuk mentranform su-

rat hutang BB dan unrated yang berisiko

tinggi menjadi CDO dengan rating AAA

atau Aaa yang berisiko rendah. Semen-

tara para insinyur keuangan semakin

kreatif dan inovatif dalam menciptakan

produk kompleks, seperti Prime dan

sub-prime Mortgage Loan (produk

KPR), Asset Backed Securities/Mortgage

Backed Securities (MBS) /Commercial

MBS/Residential MBS (produk sekuriti-

sasi yang dicatat diluar buku lembaga

keuangan), Collateral Debt Obligation

(hutang dengan agunan hutang juga),

dan Credit Default Swaps (semacam

asuransi terhadap kegagalan bayar

kredit/hutang).

Pasar Over OptimistikKarena uang tak pernah tidur, maka

investor pun memburu berbagai

macam perangkat investasi yang mem-

berikan tingkat pengembalian tinggi,

sementara pada sisi lain mereka makin

toleran terhadap risiko. ‘’Bank dan

lembaga keuangan agresif memberi

pinjaman dan sembarangan kepada in-

dividu yang tidak punya sejarah kredit,

tidak punya dokumen, tidak punya

pendapatan rutin. Mereka mengejar

bonus penjualan setiap tahun,’’ kata

Raden Pardede menjelaskan. Pada saat

yang sama, para pelaku di Wall Street

menciptakan produksi produk derivatif

yang kompleks dengan sangat kre-

atif dengan bantuan “rocket scientist”

dan “fi nancial engineer” tadi. ‘’Mereka

mendapat bayaran yang jauh lebih

tinggi lho daripada insinyur benaran,’’

selorohnya.

Kronologi KrisisKrisis ini sudah terlihat tanda-tanda-

nya sejak pertengahan 2007. Di tengah

pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dan bunga bank yang rendah, banyak

pelaku ekonomi menjadi over optimis-

tik. ’Ketika itu aktivitas saham menaik

secara drastis,’’ kata Raden Pardede.

Tapi optimisme tiba-tiba mengalami

titik balik hingga akhirnya harga saham

dan komoditas tiba-tiba menurun.

Sinyal itu dimulai dari Wall Street,

bersamaan dengan kolapsnya dua pe-

rusahaan hedge fund karena investasi

subprime mortgage yang gagal. Sikap

optimisme, yang dipicu oleh asumsi

‘‘Jika dilihat secara mendasar, alkimia dan akar masalah krisis sebe-narnya sama, yaitu ‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang tidak

berubah. ‘‘

L A P O R A N U TA M A

Page 16: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

16 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Pergeseran peran ICT bisa dilihat pada ilustrasi bagan I dan bagan II. Jika dilihat pada penentuan tingkat daya saing suatu bangsa (Global Competitiveness Index) di-

lakukan oleh World Economic Forum, ICT termasuk dalam sub-indeks teknologi dan menjadi bagian atau pilar tolok ukur indeks daya saing bangsa. Ada tiga sub-indeks daya saing bangsa, yaitu: (1) teknologi; (2) institusi publik; dan (3) ekonomi makro. Jika dilihat pada sub-indeks teknologi terdiri dari (a) inovasi; (b) transfer teknologi; dan (c) ICT.

Menurut Rinaldi, ada beberapa area di mana ICT memi-liki impak yang signifi kan, di antaranya:

• Pendidikan dan Pelatihan• Layanan dan Adminitrasi Sektor Publik• Aktivitas Produksi dan Operasi• Peningkatan Produktivitas untuk operasi industri

agrikultur• Sektor swasta, terutama untuk sector layanan• Pembangunan pedesaan

• Pendukung kegiatan komersial dan perdagangan• Good Governance• Poverty Alleviation and Wealth Creation.

Jika dilihat secara sekilas lingkungan industri teleko-munikasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling kompetitif di dunia. Ada tak kurang 11 operator yang melayani 227 juta penduduk, 56% di antaranya merupakan generasi muda yang dinamis.

Kerasnya pasar telekomunikasi di Indonesia bisa dilihat dari persaingan ketat antar provider. Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai wilayah dengan tarif komu-nikasi termahal secara regional, kini dikenal sebagai pasar dengan tarif komunikasi termurah. Perubahan dari tariff termahal menjadi wilayah dengan tariff termurah ini hanya berlangsung dalam 24 bulan.

Selain itu, perkembangan pasar ICT di Indonesia juga melahirkan sejumlah peluang dengan makin populernya pemanfaatan internet di masyarakat, baik untuk sekadar browsing melalui google, aktivitas chatting melalui frien-ster, mempublikasikan dan melihat video melalui Youtube, membuat blog, hingga melakukan aktivitas jejaring social melalui facebook. Di dalam negeri, pertumbuhan ICT ini juga mendorong berkembangnya industri content karya anak bangsa.

Dengan semakin berkembangnya pasar ICT di dalam negeri, maka perlu dukungan untuk pengembangan ICT Nasional hingga 2010 dengan memperhatikan tiga hal: perluasan akses, pengembangan industri content, dan pengenalan entity/komunitas pengguna ICT di Indonesia (bagan III).

Epilog: Tantangan dan Rekomendasi

Kondisi saat ini: • Karena terbatasnya kapasitas, jangkauan dan kualitas

infrastruktur ICT nasional sehingga kesenjangan digital belum dapat dikurangi.

Tantangan ke depan:• Dapat menempatkan teknologi informasi dan komu-

nikasi sebagai enabler pembangunan. • Menumbuhkan iklim usaha yang sehat dalam industri

ICT baik dari sisi supply maupun demand. Rekomendasi:• Sinergi antara pemerintah dan penyelenggara, serta

masyarakat pengguna sesuai dengan peran dan kapasitas masing-masing dalam menumbuhkan peran industri ICT dalam pembangunan nasional.

Isu Kunci: ICT sebagai PeluangPerubahan masyarakat industri ke masyarakat infor-masi ditandai dengan semakin meningkatnya peran informasi dalam kehidupan manusia. Menurut Dirut PT Telkom Tbk. Rinaldi Firmansyah, pergeseran ini makin membuat sektor ICT berperan strategis tidak saja berperan dalam percepatan pembangunan ekonomi tetapi juga peningkatan kualitas hidup masyarakat dan daya saing nasional.

L A P O R A N U TA M A

Page 17: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 17

bahwa pasar akan berjalan dengan

sempurna, bergerak ke arah sebaliknya.

Krisis kepercayaan terjadi. Saham dan

komoditas anjlok. ‘’Negara maju menga-

lami depresi ekonomi hebat, yang han-

ya bisa dibandingkan dengan peristiwa

“great depression” tahun 1930. ‘’Karena

mengalami tekanan yang luar biasa,

mereka harus menarik modal-modal

yang mereka tanam ke luar, terutama di

negara-negara berkembang, termasuk

di antaranya di Indonesia.’

Dari sinilah krisis lalu merembet ke

negara lain, bahkan ke sektor lain.

’’Awalnya hanya sektor keuangan.

Sekarang merambah ke sektor riil, yang

menyebabkan defl asi yang membuat

pertumbuhan ekonomi yang negatif

selama dua kali berturut-turut.’’ Karena

krisis ini, maka pertumbuhan ekonomi

dunia diperkirakan hanya bertumbuh

0.5% pada tahun 2009, jauh dibawah

perkiraan semula. ‘’Itu pun mungkin

masih akan ada koreksi pertumbuhan

tersebut.’’

Kabar Baik: Pertumbuhan Masih TinggiSalah satu efek skunder dari krisis

adalah mengkerutnya pasar ekspor.

Maklum, krisis itu bermula dari Amerika

Serikat, yang merupakan negara pasar

besar dunia. Untungnya, sebagaimana

dilukiskan Fauziah Swasono, ekonom

alumni ITB yang juga dosen FEUI, kontri-

busi ekspor bagi pertumbuhan ekono-

mi Indonesia tidak besar. ‘’Sumbangan

terbesar pertumbuhan ekonomi Asia,

termasuk Indonesia, masih sangat besar

disumbang dari konsumsi swasta dan

investasi. Ekspor tidak terlalu besar. Ini

yang membuat kita mungkin lega. Di

tempat lain sudah mulai rata dengan

tanah, kita – minimal – masih bisa

bernafas untuk berbuat lebih banyak,’’

kata Fauziah, dalam roundtable IA-ITB

di Jakarta, Februari lalu.

Malahan, menurut Pardede, per-

tumbuhan ekonomi Indonesia yang

mencapai 4% akan menjadi pertum-

buhan tertinggi ketiga di dunia setelah

Cina dan India. ‘’Petumbuhan kita jauh

melampaui petumbuhan negara ne-

gara di ASEAN lainnya.’’ Selain masalah

ekspor yang relatif kecil, Indonesia juga

diuntungkan oleh pasar domestik yang

besar. ‘’Tentu saja adalah menjadi PR

bersama bagaimana kita harus bisa

bersaing di tanah sendiri.’’

Hal-hal lain yang juga membantu

adalah: tingkat ketergantungan yang

relatif kecil terhadap sumber pembi-

ayaan global (dibanding negara negara

tetangga), lembaga keuangan sudah

lebih terawasi, kepastian hukum dan

politik lebih baik, dan respon kebijakan

yang lebih cepat dibanding tahun

ketika krisis 19 97/98.

Kabar Baik, tapi Juga Kabar BurukSekalipun begitu, bukan berarti kabar

baik tidak memiliki potensi kabar buruk.

Marilah kita melihat detail ekonomi kita,

yang sebagian masih merupakan efek

lanjutan dari krisis jilid pertama. Ambil-

lah sektor industri, yang memberikan

kontribusi hampir 27% PDB kita. . ‘’Per-

tumbuhannya cenderung menurun dari

2005,’’ komentar Amir Sambodo, Ketua

Bidang Bisnis dan Techoprenuer IA ITB.

Pada 2005, pertumbuhannya

mencapai 4,6 %. Pada kuartal kedua

tahun 2008, pertumbuhannya hanya

4,1%. Bisa dibayangkan apa yang terjadi

jika sektor ini tidak tumbuh di atas 7%.

‘’Pertumbuhan yang rendah di sektor

industri akan sangat berpengaruh pada

rendahnya penyerapan tenaga kerja

dan rendahnya produktivitas nasional.’’

Industri menengah kecil, yang

selama ini digadang-gadang pemer-

intah sebagai sektor yang memiliki

kelembaman tinggi dalam menyiasati

krisis, tidak mengalami pertumbuhan

baik karena kurangnya dukungan

dana dan pembinaan. Pada krisis jilid

pertama, industri menengah kecil dan

UKM, memang bisa bertahan karena

pasar global tumbuh dengan baik. Tapi

krisis jilid dua ini berbeda karena justru

mengakibatkan mengkerutnya pasar

global. Akibatnya, sektor industri pun

makin kelimpungan. ’’Pertumbuhan in-

dustri sangat rendah, bahkan ada gejala

deindustrialisasi’’.

‘‘Untungnya, ekspor kita tidak

terlalu besar. Ini yang membuat

kita mungkin lega. Di tempat

lain sudah mulai rata dengan

tanah, kita – minimal – masih

bisa bernafas untuk berbuat lebih

banyak.’’ Fauziah Swasono, ekonom alumni ITB yang juga dosen FEUI

L A P O R A N U TA M A

Page 18: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

18 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Fauziah Swasono sepakat dengan

sinyalemen itu. “Saya berkesempatan

mengunjungi Cikarang dan Cimahi

dalam waktu satu tahun lalu,’’ ceritanya.

‘’Saya menyaksikan puluhan perusahaan

tutup di satu kabupaten, seperti yang

terjadi misalnya di Cimahi. Ini berarti

gelombang PHK seperti tak terelakkan.’’

Selain masalah penutupan usaha

dan pengangguran, masih ada sejum-

lah risiko yang harus diantisipasi ke

depan. ‘’Pengusaha masih akan sulit

mendapatkan kredit karena ketidak pas-

tian dan saling tidak percaya. Apalagi

dari sejarah masa lampau pemulihan

bisa saja lama,’’ kata Raden Pardede.

Dalam jangka pendek, pemerintah

memang telah mengeluarkan kebijakan

stimulus fi skal senilai Rp 73,3 trilyun,

dengan rincian Rp 56,3 trilyun berupa

stimulus perpajakan (penurunan tariff

PPh, Ppn dan bea masuk) serta Rp. 17

trilyun untuk belanja negara.

Strategi Untuk Mengeliat dari Krisis?Nah, jika dalam jangka pendek kebi-

jakan stimulus fi skal tampaknya sudah

disepakati semua pihak (bahkan sudah

diimplementasi pemerintah saat ini),

yang tampaknya akan menjadi wacana

bagi para pengambil kebijakan adalah

bagaimana strategi pembangunan

di masa mendatang. Soal inilah yang

menjadi wacana menarik, baik secara

internal di kalangan alumni ITB mau-

pun ekonom/ahli secara luas, politisi

dan masyarakat pada umumnya. Di

tengah aroma kampanye yang pekat

saat pemilu misalnya, beberapa partai

politik mengusung tema perubahan

kebijakan dari ekonomi pasar bebas

kepada ekonomi yang lebih berpihak

kepada masyarakat. Alumni ITB yang

mencalonkan diri jadi capres seperti

Rizal Ramli juga mengusung tema

perubahan kebijakan ekonomi secara

mendasar. Pertanyaannya adalah: pe-

rubahan seperti apa?

Tanpa mengabaikan sejumlah ke-

unggulan komparatif tradisional seperti

sumber daya alam, tenaga kerja dan

pasar, serta mengalirnya sumber daya

modal; memang diperlukan kebijakan

untuk memperkuat ekonomi mikro

yang membuat ekonomi tumbuh dan

berkembang lebih efi sien serta lebih

memiliki nilai tambah.

Umar Juoro merupakan salah satu

pembicara yang memberikan perhatian

pada masalah ini. ‘’Stabilitas ekonomi

yang baik saat ini masih belum didu-

kung oleh daya saing mikro,’’ komen-

tarnya. Umar, yang lulusan FT ini,

melihat pengambil kebijakan masih me-

mandang soal hukum dan infrastruktur

sebagai permasalahan utama. ‘’Kedua

hal itu memang penting,’’ akunya.

Namun, katanya meneruskan, daya

saing di tingkat mikro berupa kecang-

gihan strategi perusahaanlah yang

bisa mensinergikan faktor input seperti

sumber daya alam, SDM dan teknologi;

persaingan, industri pendukung, dan

pasar yang kompetitif (khusus untuk teknologi, lihat box halaman 8: Me-

ningkatkan Peran Teknologi dalam

Pembangunan)

Membangun Faktor Keunggulan BaruDengan mendasarkan diri pada

model yang dikembangkan Micheal

E. Porter yang dikenal sebagai Porter’s

Diamond, Umar Juoro menekankan

perlunya bangsa Indonesia mengem-

bangkan faktor keunggulan baru.

Melalui bukunya The Competitive

Advantage of Nations, Porter merupakan

ahli yang pertama mengembangkan

faktor keunggulan bangsa, di luar faktor

FIRM STRATEGY, STRUCTURE AND

RIVALRY

RELATED AND SUPPORTING IN-

DUSTRIES

DEMANDCONDITIONS

FACTOR CONDITIONS

GOVERNMENT

FACT

CHANCE

GGGGOGOOOG VEVEVERRRGGG

TTOROR TOR

ATED A

Porter’s Diamond Model

‘’Stabilitas ekonomi yang baik saat ini masih belum didukung oleh

daya saing mikro ... (Padahal) daya saing di tingkat mikro

berupa kecanggihan strategi perusahaanlah yang bisa mensinergikan

faktor input seperti sumber daya alam, SDM dan teknologi; persaingan, i

ndustri pendukung, dan pasar yang kompetitf.‘‘

Umar Juoro, ekonom alumni ITB

L A P O R A N U TA M A

Page 19: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 19

keunggulan konvensional seperti tanah,

lokasi yang strategis, sumber daya alam,

tenaga kerja yang besar, dan jumlah

penduduk. Bukunya, yang lahir setelah

melalui riset yang intensif di 10 negara

dengan pertumbuhan perdagangan

terbesar, merupakan buku pertama

yang menyebutkan tingkat produktivi-

tas yang disebabkan oleh persaingan

sehat perusahaan sebagai faktor keung-

gulan suatu negara. Dengan menggu-

nakan diagram berbentuk intan, Porter

mengembangkan kerangka kerja yang

menggambarkan bagaimana keung-

gulan tersebut terbangun (lihat Bagan

Porter’s Diamond Model).

Berbeda dengan kebijakan konven-

sional yang selama ini dipahami, Porter

juga menyatakan bahwa faktor-faktor

kunci produktivitas yang menjadi input

dasar (tenaga kerja terlatih, modal dan

infrastruktur) itu harus ‘’diciptakan’’

dan bukan ‘’diwariskan’’. Porter bahkan

menyebut faktor tenaga kerja murah

dan melimpahnya raw material bukan

sebagai faktor kunci (non-key factor).

Faktor ini gampang diduplikasi dan

tidak berkesinambungan. Karena itu

sebagai input dasarnya, Porter menyo-

dorkan input yang terspesialisasi yang

lebih bernilai, dan pada saat yang sama,

tidak gampang diduplikasi.

Umar Juoro memilih model ini untuk

mengembangkan Lingkungan Bisnis

Ekonomi Mikronya (lihat bagan). Empat

sudut diamond yang menjadi faktor

tersebut adalah Input (efi siensi, kualitas

dan spesialisasi input), Strategi dan Per-

saingan (Investasi Perusahaan, strategi,

dan intensitas persaingan), Permintaan

(Permintaan dan tekanan pembeli un-

tuk memperbaiki produk dan jasa), dan

Industri Pendukung (Ketersediaan dan

kualitas pemasok lokal-industri terkait,

kluster). Keempatnya saling terkait satu

sama lain.

Membangun Klaster EkonomiHal penting yang juga disinggung

Umar Juoro adalah mengembangkan

kluster ekonomi, suatu istilah juga

diperkenalkan Porter.

Klaster adalah kelompok perusa-

haan yang secara geografi s berdekatan

terkait dengan kelembagaan tertentu,

dalam suatu bidang tertentu yang

terkait satu dengan yang lain karena

kesamaan dan saling melengkapi.

‘’Kluster itu realitas, fenomena yang

tidak direncanakan. Klaster berkembang

dengan proses evolusinya sendiri yang

dapat saja dipengaruhi oleh tindakan

pemerintah maupun swasta, tetapi

sangat sulit untuk membentuknya.’’

Sekalipun untuk mewujudkan bukan

hal mudah, pengenalan adanya kluster

ekonomi itu penting. Selain untuk meng-

optimalkan potensi lokal, pemahaman

akan kluster ekonomi juga berfungsi

untuk meningkatkan produktivitas dan

efi siensi, minstimulasi inovasi, dan me-

ningkatkan komersialisasi.

Ada beberapa model kluster

ekonomi sering disebut. Di Amerika

ada Silicon Valley (IT/Computer) dan

Hollywood (industri fi lm dan kreatif); di

India ada Bengalore (software out-

soures) dan Bollywood (industri fi lm); di

Prancis ada Paris (mode); di Belanda ada

Rotterdam (industri logistik). Kalau di

Indonesia mungkin ada Bali (pariwisata),

Gorontalo yang berhasil dikembangkan

sabuk jagung Indonesia oleh Gubernur

Gorontalo yang juga alumni ITB Fadel

Muhammad, dan mungkin perlu dikem-

bangkan lagi kluster-kluster ekonomi

lain secara lebih luas.

Peran PemerintahPertanyaannya, bagaimana peran

pemerintah? Apakah tumbuhnya Ling-

kungan Ekonomi Mikro yang baik ini

diserahkan sepenuhnya kepada mekan-

isme pasar? Atau harus lewat kebijakan

melalui mekanisme politik?

Ada sejumlah pilihan dan model.

‘’Pada beberapa negara seperti Taiwan

dan India perkembangan industri high

tech ditentukan oleh mekanisme pasar,

bahkan mengikuti persaingan global,’’

kata Umar Juoro memberikan con-

toh. Hal yang sama juga terjadi pada

sejumlah sektor industri di Amerika dan

sejumlah negara Barat. (‘’Kecuali industri

pertahanan. Di AS, juga dikebanyakan

negara, ditentukan oleh keputusan poli-

tik.’’) Sebaliknya di kebanyakan negara

berkembang, peran pemerintah domi-

nan membentuk lingkungan ekonomi

mikro ini. Contoh yang baik dan berhasil

barangkali adalah Cina.

Lalu bagaimana sebaiknya strategi

yang dipilih Indonesia? Di mata Umar,

sinergi antara keputusan politik dan

mekanisme pasar sebagai hal yang

lebih realities. Indonesia bisa mengam-

bil contoh Jepang dan Korea. ‘’Pen-

galaman kedua negara menunjukkan

berhasilnya sinergi yang optimal antara

putusan politik dan mekanisme pasar

dalam pengembangan teknologi dan

industri,’’ katanya.

Raden Pardede juga menambahkan

pentingnya memperkuat arsitektur

keuangan yang menjamin pembiayaan

jangka panjang, dengan mengem-

bangkan lembaga keuangan yang lebih

spesifi k. Misalnya, ada bank pembangu-

nan, bank infrastruktur, bank pertanian,

venture capital untuk produk teknologi,

dan bank pedesaan sebagai pember-

dayaan dan peluasan fungsi yang sudah

dijalankan oleh BRI saat ini..

STRATEGI & PERSAIN-GAN:Investasi Perusahaan, strategi, dan intensitas persaingan

INDUSTRI PENDUKUNG, Ketersediaan dan kualitas pemasok lokal dan industri berkaitan, kluster

PERMINTAANPermintaan domestik dan tekanan pembeli utk memperbaiki produk dan jasa

INPUTEfi siensi, kualitas,dan spesialisasi input: Sumber daya manusia Modal Infrastruktur fi sik Infrastruktur administratif Infrastruktur informasi Infrastruktur iptek Sumber daya alam

ututkppropp

ENENDUKDUKUU

Lingkungan Bisnis Ekonomi Mikro (Diadopsi dari Porter’s Diamond)

L A P O R A N U TA M A

Page 20: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

20 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan

milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu

golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai

Merauke!

Ir. Soekarno – Presiden RI Pertama, Alumni ITB

Membangun bangsa adalah

sebuah kerja besar yang

menuntut kerja keras dan

komitmen kuat dari seluruh

warga bangsa. Setelah lebih dari 63 tahun

Indonesia, capaian pembangunan yang

berhasil dilakukan telah menempatkan

Indonesia menjadi bangsa yang jauh lebih

maju dan lebih kokoh dibandingkan den-

gan kondisi di awal kemerdekaan

Jika kita lihat dalam sejarah, sejatinya se-

menjak diproklamirkannya negara ini, maka

bingkai kehidupan berpolitik yang kita sep-

akati bersama adalah kehidupan demokrasi.

Bagi bangsa Indonesia, demokrasi adalah

roh roh kehidupan berpolitik, teru-

tama dalam penyelenggaran kehidupan

berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa

Indonesia, demokrasi juga menjadi syarat

dan sarana untuk mewujudkan kesejahter-

aan seluruh rakyat sebagai bentuk dan cara

hidup bernegara dan bermasyarakat. Oleh

karena itu, dalam menilai tingkat kemajuan

kehidupan berpolitik ditanah air, maka hal

itu sama artinya dengan mengukur kualitas

kemajuan pembangunan demokrasi.

Pembangunan Demokrasi IndonesiaDilihat ke belakang, pembangunan

demokrasi di Indonesia dimulai dari 1

November 1945, ketika keluar Maklumat X

(Maklumat Moh. Hatta) yang memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk

mendirikan Partai Politik. Setelah diter-

uskan dengan penyelenggaraan Pemilu

1955, sebagai pemilu dengan sistem multi

partai dan paling demokratis dalam sejarah

bangsa Indonesia. Setelah itu, periode dua

ditandai dengan kecenderungan Pseudo

demokratis, yaitu demokrasi yang dikon-

trol ketat oleh pemerintah pada masa

Orde Baru. Setelah reformasi, demokrasi di

Indonesia kembali menemukan tempatnya

dengan digelarnya Pemilu 2004. Dalam

pemilu ini, untuk pertama kalinya pemi-

lihan presiden dan pilkada dipilih secara

langsung. Pertama kali dalam sejarah

demokrasi nasional, every vote counts.

Pembangunan demokrasi di Indonesia

makin berkembang maju sejalan dengan

penghapusan diskriminasi ras dan etnis,

seiring dengan lahirnya UU 40/2008

tentang penghapusan diskriminasi ras

dan etnis. Pada saat ini, lahir UU 10/2008

yang mendewasakan partai politik. UU ini

menegaskan fungsi Parpol sebagai sarana

pembelajaran politik bagi masyarakat.

Keberhasilan pembangunan di bidang

demokrasi dan penyelenggaran pemer-

intahan yang demokratis telah menem-

patkan Indonesia sebagai tiga negara

demokrasi terbesar di dunia bersama-sama

Amerika Serikat dan India. Ini dibuktikan

Indeks Demokrasi (democracy index) yang

cukup baik (no empat, setelah Swedia,

AS dan India). Indonesia bahkan lebih

demokratis dibandingkan beberapa negara

ASEAN. [Ref.: The Economist Unit’s Intel-

legence of Democracy, Data January 2007]

Membangun Daya Saing BangsaSelain berhasil melaksanakan pemban-

gunan di bidang demokrasi, kita juga terus

KRISIS SEBAGAI TITIK UNTUK MEMULAI PERUBAHANTetap Optimis dan bersikap rasional. Itulah ajakan Ketua Umum IA-ITB Hatta

Rajasa dalam kesempatan Acara Ikatan Alumni – Institut Teknologi Band-

ung, 7 Maret lalu. Berikut presentasi/makalah yang disampaikan oleh Ketua

Umum IA-ITB Hatta Rajasa:

L A P O R A N U TA M A

Page 21: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 21

berupaya membangun daya saing bangsa,

yang antara lain ditandai dengan keber-

hasilan menyelenggarakan pembangunan

yang berprestasi internasional, antara lain:

• Keberhasilan mengatasi krisis kenaikan

harga pangan. Pada KTT Pangan di Roma,

8 Juni 2008, FAO Memuji Indonesia sebagai

negara yang tidak saja berhasil mening-

katkan produktivitas pangan tetapi juga

mengendalikan harga. FAO rekomendasi-

kan strategi Indonesia sebagai role-model

bagi bangsa bangsa lain.

• Keterlibatan nyata mengatasi dampak

lingkungan. Pada Pertemuan G-8 Plus D-8,

Indonesia dipuji sebagai negara dengan

peran yang sangat aktif dalam mengatasi

dampak pemanasan global melalui pra-

karsa Conference on Parties (COP) ke-13 di

Bali dan disepakatinya Bali RoadMap.

• Keberhasilan dalam menurunkan ting-

kat kemiskinan. Kita berhasil menurunkan

kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi

15,4% (2008) dan pengangguran, dari

10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World

Bank menilai penurunan angka kemiskinan

adalah terendah dalam 10 tahun terakhir.

Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu

memberikan kontribusi pada pembangu-

nan peradaban global. Penurunan tingkat

kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut

memberikan kontribusi pada pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium

Ada juga sejumlah bukti lain yang

menunjukkan daya saing bangsa yang

meningkat, di antaranya:

• Penilaian OECD. Negara maju yang

tergabung dalam OECD bulan Juli 2008,

telah menempatkan Indonesia kedalam

kelompok Enhanced Engagement Coun-

tries, yaitu negara yang harus ditingkatkan

keterlibatannya dengan negara maju.

• Global Competitiveness Index me-

nyatakan bahwa ranking Indonesia terus

membaik dari peringkat ke-69 (2004) ke

ranking 55 (2008).

• Penilaian PriceWaterHouse Coopers: In-

donesia menjadi The Emerging Seven (E-7)

atau 7 negara maju di dunia ditahun 2030.

• Dokumen “Global Trend 2025: A Trans-

formed World”, lansiran Pemerintah AS

(2008) secara eksplisit menyebutkan bahwa

Indonesia bersama dengan Iran dan Turki

akan menjadi pilar kekuatan ekonomi dunia

setelah India, Cina, Brasil dan Russia.

• Keberhasilan dalam menurunkan ting-

kat kemiskinan; kita berhasil menurunkan

kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi

15,4% (2008) dan pengangguran, dari

10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World

Bank menilai penurunan angka kemiskinan

adalah terendah dalam 10 tahun terakhir.

Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu

memberikan kontribusi pada pembangu-

nan peradaban global. Penurunan tingkat

kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut

memberikan kontribusi pada pencapaian

Tujuan Pembangunan Milenium

Penataan BirokrasiKita juga melakukan penataan di bidang

birokrasi dan pemerintahan yang makin

bersih dan makin akuntabel. Penataan ini

ditujukan perbaikan tiga Indeks Korupsi,

yaitu Indeks Pengendalian Korupsi (Control

Corruption Index, CCI), Indeks Potensi Koru-

psi (International Country Risk Guide, ICRG),

dan Indeks Persepsi Korupsi, Corruption

Perception Index (CPI). Patut dikemukakan

bahwa ketiganya saat ini terus membaik.

• Indeks Pengendalian Korupsi (CCI) terus

menunjukkan perbaikan, yaitu dari– 1,01

pada tahun 2000 menjadi -0,77 pada tahun

2006 untuk skala antara -2,50 – 2,50.

• Untuk indeks Potensi Korupsi (ICRG),

nilai potensi korupsi Indonesia pada tahun

2006 berada pada skala 2,33, membaik

dibandingkan posisi tahun 2000 yaitu 1,92

pada skala 0 – 6, dengan skala 6 adalah nilai

untuk potensi korupsi paling kecil.

• Untuk indeks Persepsi Korupsi (CPI),

nilai persepsi korupsi Indonesia terus mem-

baik, dengan memperoleh nilai 2,30 pada

tahun 2007, dibandingkan dengan nilai

1,70 di tahun 2000 , untuk skala 1 – 10, den-

gan nilai 10 untuk potensi korupsi paling

kecil (Ref : Buku UNDP Report on Corruption

for 2008, UNDP 2008 )

Meningkatkan Kemandirian BangsaKita bertekad untuk terus meningkatkan

kemandirian bangsa. Ini antara lain dibuk-

tikan oleh bangsa Indonesia yang berhasil

berhasil melunasi seluruh hutang IMF,

senilai US$ 7,8 milyar, Oktober 2006. Pada

tahun yang sama, kita pun keluar dari CGI.

Untuk menciptakan kemandirian dan

daya saing yang berkelanjutan (sustainable

competitiveness), pemerintah bersama

DPR telah membuat terobosan besar yaitu

dengan mengalokasikan anggaran pen-

didikan sebesar 20% dari APBN 2009, atau

senilai Rp 207,4 Trilyun.

Sebagai bangsa, kita terus terlibat

aktif dalam memberikan kontribusi pada

pembangunan peradaban global. Patut

diingat, Indonesia adalah negara dengan

perpaduan tiga budaya besar dunia yaitu:

Barat, Timur (Hindu dan Budha) dan Islam.

Indonesia memiliki potensi yang signifi kan

untuk memainkan peran dalam percaturan

budaya dan peradaban.

EpilogDalam kesempatan ini saya mengajak

kepada segenap alumni ITB untuk terus

terlibat aktif dan berpartisipasi aktif

dengan mengedepankan kreatifitas dan

inovasi untuk MEMELIHARA DAN MENIN-

GKATKAN momentum Pembangunan.

Saat ini memang tengah terjadi krisis

global yang pengaruhnya kita rasakan di

Indonesia. Tapi kita harus tetap optimis

dan bersikap rasional dalam menyikapi

krisis dan tantangan pembangunan.

Pegang teguh prinsip: crisis, if handled

correctly, can be the starting point of

change and reform. Tetap bina dan

perkokoh kerjasama lintas alumni

untuk meraih peluang sebaik-baiknya:

strengthen relationships and seize op-

portunities.

‘‘Tapi kita harus tetap optimis dan bersikap rasional dalam menyikapi krisis dan tantangan pembangunan. Pegang teguh prinsip: crisis, if handled correctly, can be the starting point of change and reform.’’

M. Hatta Rajasa, Ketua Umum PP IA-ITB

L A P O R A N U TA M A

Page 22: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

22 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Secara sederhana dapat dika-takan bahwa korupsi terjadi sebagai pertemuan antara niat dan kesempatan. Niat terkait

dengan perilaku dan perilaku tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Sementara kesempatan untuk melaku-kan korupsi banyak dibuka oleh kelemahan sistem.

Berdasarkan pengertian itulah maka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK) didefi nisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mence-gah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikan-penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat.

Ketika upaya pemberantasan ko-rupsi dilakukan, banyak tudingan oleh sebagian kalangan seolah-olah pem-berantasan korupsi telah menghambat roda ekonomi. Seolah-olah melambat-nya perputaran roda ekonomi sektor riil dialamatkan pada upaya pemberan-tasan korupsi, terutama yang dilakukan oleh KPK. Timbul pertanyaan: apakah benar dana APBN/D tertahan karena orang takut bermasalah dengan KPK, atau apakah ada yang diuntungkan dari kelambatan ini? Kalau APBN/D di-jalankan dengan transparansi, partisi-pasi dan akuntabilitas, tidak ada alasan untuk timbulnya rasa ‘ketakutan’ itu.

Memang, di masa lalu ada pandan-gan di sebagian para ahli yang ber-pendapat bahwa korupsi berdampak positif bagi pembangunan karena terjadi terjadi pengumpulan rente ekonomi sebagai modal pembangu-nan dan pertumbuhan ekonomi.

Tapi apa fakta yang terbukti sekarang? Negara-negara korup harus membayar hutang yang lebih besar. Negara-negara yang tingkat korup-sinya tinggi harus membayar harga infrastruktur yang lebih tinggi . Tingkat korupsi yang tinggi ternyata me-nyebabkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, menurunkan investasi

dan karenanya menurunkan pertum-buhan ekonomi.

Sebaliknya negara-negara yang di-anggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara-negara yang dianggap lebih rentan terhadap kegiatan korupsi. Persepsi korupsi ternyata memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi.

Sebuah penelitian yang dilaku-kan oleh Ben Olken/Abhijit Banerjee (Harvard Univ, MIT, & J- Poverty Action Lab) mengenai ongkos sosial yang dibayar karena maraknya praktek korupsi menyimpulkan fakta menarik. Pertama, pada praktik suap, besaran uang suap yang berpindah hanya merupakan ’money transfered’ dan ’bu-kan social cost’ itu sendiri. Uang suap itu tetap dapat beredar dan memutar roda ekonomi. Kedua, ini yang perlu diperhatikan, tindakan koruptif itulah yang membawa akibat sosial sekalipun tanpa adanya uang suap/gratifi kasi.

Ongkos sosial yang harus dibayar di antaranya adalah: kegagalan fungsi aturan, terjadinya mis-alokasi (ang-garan), rendahnya kualitas barang dan jasa yang dihasilkan karena praktek korupsi, kelambatan mobilisasi sumber daya, dan lain sebagainya; yang pada akhirnya akan menghambat pencapai-an cita-cita bangsa.

TINDAK PIDANA KORUPSIANTARA NIAT DAN KESEMPATAN

Tak diragukan lagi,

pemberantasan tindak pidana

korupsi merupakan hal yang

penting untuk memperkuat

sub-indeks daya saing bangsa,

khususnya di sisi kelembagaan.

Berikut penyampaian makalah

Ketua Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) Antasari Azhar.

Negara-negara

yang dianggap memiliki

tingkat korupsi yang relatif

rendah selalu menarik

investasi lebih banyak dari

pada negara-negara yang

dianggap lebih rentan

terhadap korupsi ...

L A P O R A N U TA M A

Page 23: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 23

Kamis, 19 Pebruari 2009,

18 orang terlibat diskusi

serius di salah satu ruang-

an hotel bintang lima di

pusat kota Jakarta. Meski

ruangan cukup dingin,

namun para peserta diskusi tetap

semangat melontarkan gagasan. Acara

yang difasilitasi oleh PP Ikatan Alumni

(IA) ITB itu menghadirkan sejumlah ci-

tivitas akademika ITB seperti guru besar,

dosen, KM ITB dan alumni ITB. Diskusi

yang berlangsung selama tiga jam itu

bertemakan meningkatkan daya saing

bangsa Indonesia.

Acara berformat roundtable itu

merupakan kelanjutan dari diskusi

sebelumnya yang difasilitasi oleh PP

IA ITB guna menyambut Dies Natalis

ITB ke 50. Diskusi pertama berlang-

sung pada tanggal 4 Desember 2008

di Jakarta. Kemudian disusul dengan

acara seminar pada 18 Desember 2008

bertempat di Graha Telkom, Jakarta.

Amir Sambodo, Ketua Bidang Bisnis

dan Techoprenuer IA ITB saat ditemui

disela-sela roundtable mengatakan,

diskusi tersebut bertujuan untuk me-

nyempurnakan draft tentang visi pem-

bangunan Indonesia 2020. Rencananya

konsep itu akan disampaikan dalam

acara Dies Natalis ITB pada tanggal 7

Maret 2009. “Bentuk sumbangsih IA ITB

terhadap bangsa,” ujar Amir.

Dipilihnya tema diskusi roundtable

II seperti tertulis dalam TOR, karena

menurut World Economic Forum (WEF)

tingkat daya saing Indonesia pada tahun

2008 berada di peringkat ke 55. Posisi itu

menurun satu tingkat jika dibandingkan

tahun 2007 yang menduduki peringkat

ke-54 dari 132 negara yang disurvei.

World Economic Forum mengelom-

pokkan tingkat daya saing suatu negara

dalam tiga kategori yaitu innovation

driven, effi ciency driven dan key driven.

Indonesia ditempatkan pada “kasta”

terendah yaitu key driven dimana

masih dalam taraf awal tingkat keung-

gulan kompetitif. Strata ini didukung

oleh faktor-faktor dasar seperti institusi,

infrastruktur, stabilitas makro ekonomi,

kesehatan dan pendidikan dasar yang

masih rendah.

Untuk dapat memperbaiki peringkat

kompetitif di dunia, Indonesia harus

memperbaiki daya saingnya teru-

tama di sektor infrastruktur, kesiapan

teknologi (technology readiness), ke-

canggihan bisnis (business sophistica-

tion) dan kapasitas inovasi (innovation

capacity).

Amir menambahkan, peningkatan

daya saing bangsa merupakan salah

satu tujuan yang akan dicapai dari visi

pembangunan Indonesia 2020 yang

berbasis pada budaya kreatif, sains dan

teknologi. “IA ITB dan civitas akademika

ITB harus terlibat aktif didalamnya.”

Selain meningkatkan daya saing

bangsa, visi Indonesia 2020 memi-

liki tiga tujuan lain yaitu pemerataan

hasil pembangunan, pengembangan

potensi lokal dan penguatan budaya

kreatif, sains dan teknologi.

ROUNDTABLE DISCUSSION MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA

Guna membuat draft

rancangan tentang Visi

Pembangunan Indonesia

2020, PP IA-ITB menggelar

roundtable yang berlang-

sung pada 4 Desember dan

19 Februari di Jakarta.

L A P O R A N U TA M A

Page 24: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

24 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Pemerataan hasil pembangunan

dengan memprioritaskan pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal Nasional

(SPM) meliputi tiga sub sektor yaitu

percepatan pembangunan daerah

tertinggal dan perbatasan melalui

peningkatan kapasitas lokal, SPM yang

mendukung modal dasar penguatan

kompetensi bangsa dan mempriori-

taskan pembangunan nasional (fokus)

dan keunggulan lokal (locus).

Sedangkan pengembangan potensi

lokal dan regional harus berlandaskan

pembangunan yang berkelanjutan.

Beragamnya potensi lokal yang terse-

bar di seluruh Nusantara mesti dikelola

dengan optimal. Untuk itu dibutuhkan

pemetaan yang dapat mengidentifi kasi

kelebihan suatu daerah dengan daerah

lainnya.

Sementara budaya kreatif, sains

dan teknologi harus ditunjang de-

ngan riset. Untuk itu Amir berharap

agar riset-riset yang diproduksi oleh

ITB dapat disesuaikan dengan kondisi

pasar. Dengan begitu, sumbangsih ITB

dapat lebih nyata dalam mendorong

kemajuan bangsa. “Manfaatkan semua

sarana untuk mempromosikan hasil

riset,” ucap Amir yang juga menjabat

sebagai Presiden Direktur PT Tuban

Petrochemical Industries ini.

Bagi Amir, riset tidaklah harus

melakukan invention yang baru. Tetapi

dapat juga memanfaatkan sesuatu

yang telah ada di pasar. ‘Harus cermat

melihat peluang di pasar,” ucapnya.

Melalui hasil riset yang bermutu maka

industri akan tertarik untuk bermitra

dengan kampus.

Sejauh ini, ITB telah memiliki inkuba-

tor bisnis sedangkan IA mempunyai

modal ventura dan technoprenuer fo-

rum yang dapat dimanfaatkan sebagai

sarana promosi hasil riset ITB.

Sementara itu, Fauziah, ekonom

IA ITB, dalam kesempatan yang sama

mengungkapkan visi Indonesia 2020

diperlukan sebagai acuan dalam

proses pembangunan. “Agar lebih

sistematis dan jelas standar penguku-

rannya,” ucapnya. Untuk itu, pelaksan-

aannya perlu dilakukan secara berta-

hap sesuai dengan kemampuan.

Tahap pertama yang mesti di-

lakukan adalah pemetaan daerah.

Hal itu bertujuan untuk mengetahui

keunggulan daerah yang tentunya

berbeda dengan yang daerah lain-

nya. “Bisa ditempuh dalam 1-2 tahun

mendatang,” ucapnya. Dengan begitu,

pengembangan sains dan teknologi

dapat disesuaikan dengan potensi

lokal setempat. “Akan menghasilkan

nilai ekonomis bagi bangsa,” ucapnya.

Fauziah menambahkan, pasca

pemetaan maka dibutuhkan pengga-

langan dana untuk riset dan develop-

ment. Untuk itu peran serta pemerin-

tah dan swasta sangat dibutuhkan.

... riset tidaklah

harus melakukan

invention yang baru.

Tetapi dapat juga

memanfaatkan sesuatu

yang telah ada

di pasar.

ROUNTABLE II: Suasana roundtable kedua yang berlangsung pada 19 Februari 2009

L A P O R A N U TA M A

Page 25: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 25

VISI :

Indonesia Sejahtera melalui pembangunan yang merata seba-gai hasil dari peningkatan produktivitas berbasis budaya kreatif, sains, dan teknologi dengan memanfaatkan potensi lokal.

TUJUAN:

A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintahB. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal NasionalC. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan nasional yang berkelanjutan D. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk men-dukung kemandirian bangsa.

STRATEGI

A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintah:

a. Pendidikan berbasis kebutuhan jangka menengah dan panjang

b. Pemetaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkem-bangan budaya kreatif, sains dan teknologi bangsa: Dilakukan dengan menguatkan dengan pemahaman ilmu dasar sejak pen-didikan dasar dan membuat kurikulum nasional yang harmoni dengan arah pembangunan sains dan teknologi Indonesia.

B. Regulasi yang meningkatkan iklim investasi yang kondusif. Dilakukan dengan mengubah paradigma ‘kedaerahan’ menjadi ‘keekonomian’ dan memerangi ekonomi biaya tinggi

C. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan standar pelayanan minimum nasional:

a. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan melalui peningkatan kapasitas lokal. Pemetaan potensi dan kebu-tuhan daerah tertinggal/perbatasan Belanja daerah diarahkan untuk prioritas pembangunan

b. SPM mendukung modal dasar penguatan kompetensi bangsa: SPM yang memenuhi kebutuhan dasar dan realistis. Dan Pe-menuhan SPM pada tiga sektor pokok: pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar.

c. Prioritas pembangunan nasional (fokus) dan keunggulan lokal (lokus). Penetapan prioritas pembangunan nasional jangka menengah dan panjang yang konsisten Sinergi prioritas nasional dengan keunikan dan keberagaman lokal

D. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan berkelanjutan melalui: Pembangunan berbasis potensi lokal, Kerja sama antardaerah yang saling mengun-tungkan, dan Konsep pembangunan yang berkelanjutan secara nasional.E. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk men-dukung kemandirian bangsa• Mengembangkan teknologi hijau (green technology ) sesuai dengan prioritas pembangunan berkelanjutan • Kerja sama pemerintah nasional dan daerah dengan universitas.• Pengembangan universitas unggulan melalui pengembangan riset

kreatif, sains, dan teknologi, technology park.

KONSEP PEMBANGUNAN INDONESIA 2020

• Supply dan kebutuhan tidak sesuai

• Arah pendidikan sebagai pem-bentuk dasar kompetensi bangsa tidak jelas

• Potensi lokal belum diberdaya-kan

• Ketidaksesuaian yang minimum antara supply dan demand tenaga kerja.• Pilihan jenis dan jenjang pen-didikan yang disesuaikan dengan target pembangunan daya saing bangsa.• Arahan kompetensi peserta didik untuk menguasai pemanfaatan potensi lokal

2009 2020

• Ristek terpisah dari Pendidikan

• Kurikulum IPA dikdasmen berori-entasi teori dan hapalan• Kurang kerjasama antara PT dengan lembaga riset nasional (LIPI, BPPT, Batan, dsb)

• Pengembangan Sains dan Teknologi menjadi bagian terinte-grasi dengan Pendidikan• Kurikulum IPA yang menarik dan berfokus pada pemahaman • Kerjasama yang erat antara PT dan lembaga riset nasional.

2009 2020

• Masih banyak regulasi yang bersifat red-tape dan menimbulkan HCE• Masih ada bagian dalam perizinan usaha yang kewenan-gan antara pusat dan daerah belum jelas• Masih banyak daerah yang kapasitasnya kurang untuk men-dorong iklim investasi

• Regulasi menjadi sederhana, efektif, dan tidak membebani iklim usaha• Kejelasan kewenangan pusat dan daerah dalam perizinan

• Daerah memiliki kemampuan kompetitif untuk menciptakan iklim usaha yang sehat

2009 2020

• Defi nisi daerah tertinggal masih tidak tegas

• Fokus terhadap daerah terting-gal masih pada masalahnya, bukan potensinya• Pembangunan DT/P tidak signifi kan dan terencana dengan baik sehingga tidak banyak perbaikan yang berarti

• Pendefi sinian dan pemetaan kebutuhan dan potensi daerah tertinggal• Fokus pada pengembangan potensi untuk menyelesaikan per-masalahannya• Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan DT/P secara terukur dan berbasis potensi lokal.

2009 2020

• Belum ada SPM yang realistis

• Semua K/L membuat SPM tanpa melihat kemampuan untuk mencapainya

• Kemampuan daerah mencapai SPM sangat variatif

• SPM yang realistis dan sesuai dengan kemampuan nasional• SPM berfokus pada sektor yang merupakan modal dasar kom-petensi: pendidikan, kesehatan, infrastruktur.• Kemampuan daerah untuk men-capai SPM dasar cukup merata

2009 2020

• Prioritas pembangunan nasional jangka panjang dan menengah belum diterjemahkan ke dalam prioritas pembangunan tahunan• Waktu perencanaan yang san-gat singkat menyebabkan evaluasi tidak efektif• Kurang harmonisasi dan sinergi antara prioritas nasional dan prioritas daerah

• Konsistensi prioritas pembangu-nan jangka panjang, menengah, dan pendek.

• Menerapkan Multi-Terms Expendi-ture Framework (MTEF)

• Harmonisasi prioritas nasional dan potensi daerah yang beragam

2009 2020

L A P O R A N U TA M A

Page 26: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

26 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Pilar 1: Kelembagaan

Dalam suatu talkshow TV mengenai

besarnya minat orang Indonesia terhadap

properti di Australia dan Singapura, terselip

satu pertanyaan penting: mengapa?

Jawaban yang dikemukakan narasumber,

seorang pengamat property Indonesia,

adalah: kepastian hukum. Pembeli percaya

bahwa, meski mereka warga asing, hak

milik mereka akan dilindungi. Pembeli

juga percaya bahwa investasi mereka akan

terjaga, dan karena itu mereka tak segan

untuk mengeluarkan uang lagi untuk

merawat dan menjaga hak milik mereka

karena mereka pun yakin bahwa pasar

skunder bisa memberi nilai tambah terh-

adap investasi yang mereka tanam. Mereka

pun percaya bahwa pihak otoritas akan

melindungi dan mendukung mereka da-

lam bertransaksi, dalam proses pembelian

awal maupun transaksi di pasar skunder

berikutnya.

Cerita lain, dalam suatu publikasi

majalah pertanian terkemuka di Indonesia,

seorang penyilang tanaman langka lebih

suka mematenkan hasil karyanya di Amer-

ika Serikat dan bukan di Indonesia. Alasan-

nya? Proses di negeri Paman Sam tersebut

lebih mudah dan cepat. Selain itu, dia

pun merasa hasil kerja kerasnya selama

bertahun-tahun lebih dilindungi.’’Di sini,

penemunya sering gigit jari sementara

yang lain bisa menikmati keuntungan

ekonomi yang lebih. Kita, yang bekerja

keras sejak awal, jadi keki,’’ katanya.

Benar merah dari keduanya adalah

faktor kelembagaan, yang menjadi pilar

pertama yang menentukan daya saing

bangsa.

Kelembagaan merupakan suatu jar-

ingan kompleks yang melibatkan inter-

aksi antara birokasi, perangkat hukum/

regulasi, kebijakan, pihak swasta maupun

masyarakat umum yang menciptakan

hubungan timbal balik. Pada satu segi

kelembagaan – seperti kepastian hukum,

transparasi, keberpihakan pada pasar,

efektivitas birokrasi, dan lain-lain -- bisa

mendorong pendistribusian manfaat

maupun keuntungan. Tapi pada sisi lain,

kelembagaan juga bisa menyebabkan

biaya yang diakibatkan oleh pilihan strategi

pembangunan dan kebijakan serta kinerja

Kelembagaan

merupakan jaringan

kompleks yang melibatkan

interaksi antara birokasi,

perangkat hukum/regulasi,

kebijakan, pihak swasta

maupun masyarakat

umum

L A P O R A N U TA M A

12 Pilar Daya Saing versi World Economic Forum

DARI INSTITUSI HINGGA INOVASI

Negara itu boleh terhempas ke dalam

krisis keuangan yang parah. Tapi Amerika

Serikat, negara yang menjadi biang keladi

krisis global saat ini, tetapi menduduki

ranking 1 dunia untuk indeks daya saing

bangsa. Ada beberapa satu alasan penting

mengapa Amerika tetap menduduki posisi

teratas dalam laporan yang dikeluarkan

WEF tersebut. Pasar fi nansial hanyalah

satu dari sekian puluhan komponen yang

dipilah ke dalam 12 pilar utama. Stabilitas

makro negara itu boleh menduduki posisi

yang jeblok, bebeberapa malah ada pada posisi 100-an dari 134 negara

yang disurvei. Tapi banyak komponen lainnya, seperti ukuran pasar,

ketersediaan teknologi, infrastruktur yang baik, sumberdaya yang ahli

dan terlatih, dan terutama sekali inovasi di bidang teknologi baru; tetap

membuat negeri ini layak memperoleh sebutan sebagai negara adidaya.

Secara score total Amerika tetap menduduki rangking pertama untuk

indeks daya saing bangsa, yang berarti tidak berbeda dengan laporan

lembaga yang sama, yang dirilis pada tahun sebelumnya.

Berikut 12 Pilar yang menentukan Daya Saing Bangsa sebagaimana

diringkas dari laporan World Economic Forum tahun 2009:

Page 27: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 27

aparat birokrasi. Birokrasi yang eksesif,

over-regulasi, korupsi, kurangnya trans-

paransi dan ketergantungan yang terlalu

kental pada proses politik akan berpengar-

uh pada biaya ekonomi dan melambatnya

pertumbuhan.

Kelembagaan tak hanya penting untuk

investasi, tapi juga penting untuk mendor-

ong tumbuhnya pasar yang lebih dinamis.

Di masa lalu, kelembagaan biasanya

hanya difokuskan pada lembaga hukum

dan pemerintahan. Tapi sekarang, dan

dibuktikan dalam krisis dan skandal keuan-

gan dalam beberapa tahun terakhir, fokus

kelembagaan juga diarahkan pada organ-

isasi swasta. Artinya, tuntutan transparasi

dan akutanbilitas juga tak hanya dituntut

dari pihak pemerintah, tapi juga dari sektor

swasta.

Pilar Kedua: Infrastruktur

Dalam suatu arahan di depan para pe-

jabat kabupaten dan kota, seorang pejabat

di Dirjen Depdagri memberikan pertan-

yaan berikut: ‘’Bapak-bapak, mengapa

jeruk Medan lebih mahal dari jeruk Cina

ketika tiba di supermarket di Jakarta?’’ Ia

menjawab sendiri pertanyaan itu. Katanya:

‘’Jeruk Cina langsung tiba di Jakarta melalui

bandara. Kutipannya cuma satu. Semen-

tara jeruk medan harus melewati banyak

kabupaten yang memperlakukan kutipan

dan ….. jalanan buruk yang panjang.’’

Selain kelembagaan (yang menyebab-

Basic requirements• Institutions• Infrastructure• Macroeconomic stability• Health and primary education

• Higher education and training

• Financial market sophistication • Technological readiness• Market size

Innovation and sophistication factors• Business sophistication• Innovation

Key for

factor-driveneconomies

Key for

economies

Key for

innovation-driveneconomies

Pada masa klasik, mungkin tanah dan

kekayaan alam tolok ukuran kemak-

muran bangsa. Pada zaman neoklasik

Adam Smith, para ahli lebih memberikan

penekanan terjadap spesialisasi tenaga

kerja dan investasi di bidang insfrastruk-

tur fi sik. Kini, para ahli sepakat bahwa

sumber kemakmuran semakin kompleks:

pendidikan, ketersediaan teknologi (baik

ditemukan sendiri atau diperoleh dari

negara lain), transparansi dan kelem-

bagaan yang berfungsi dengan baik,

inovasi, dan sebagainya. Semuanya se-

cara matrik akan membentuk suatu relasi

yang kompleks yang disebut sebagai

‘’daya saing bangsa’’.

Tampaknya bukan hal kebetulan kalau

Micheal Porter, ekonom Harvard pence-

tus The Competitive Advantage of Nations,

terlibat dalam laporan World Economic

Forum (WEF) ini. Sejak tahun 2000 Porter

bergabung dengan WEF, dan mem-

perkenalkan Business Competitiveness

Index (BCI) yang fokus kepada kemak-

muran yang didorong oleh daya saing

lingkungan mikroekonomi. Pengaruh

Porter jelas terlihat dalam penyempur-

naan pilar-pilar yang menentukan indeks

daya saing bangsa ini.

Secara teoritis, daya saing bangsa ini

ditentukan 12 pilar utama. Keduabelas

pilar ini terbagi dalam tiga kunci utama

(lihat bagan), yaitu:

Pertama, Kunci Faktor Pendorong

Ekonomi yang menjadi dasar bagi bagi

tumbuhnya daya saing bangsa. Dilihat

secara keseluruhan, ini merupakan

tahapan dan tataran yang paling rendah.

Kedua, Kunci Pendorong Efi siensi

Ekonomi. Ini merupakan tahap lanjut

yang mendorong daya saing bangsa.

Ketiga, Kunci Pendorong Inovasi

Ekonomi. Ini merupakan tataran tertinggi

yang menjadi tolok ukur daya saing

bangsa.

Laporan World Economic Forum ini

menempatkan Indonesia pada kelompok

negara-negara yang masih dalam kelom-

pok key driven yaitu taraf awal tingkat

keunggulan kompetitif yang dukungan

oleh faktor-faktor dasar.

Tingkat daya saing Indonesia pada

tahun 2008, menurut laporan tahunan

itu, berada di peringkat ke 55. Posisi ini

menurun jika dibandingkan tahun 2007,

Indonesia menduduki peringkat ke-54

dari 132 negara yang disurvei.

Posisi ini memperlihaktkan bahwa

Indonesia masih berada di posisi yang

kurang kompetitif dibandingkan negara-

negara Asean seperti Singapura, Malaysia

dan Thailand.

Ketika Adam Smith Tak Memadai Lagi

Infrastruktur

yang baik mengurangi

efek yang ditimbulkan oleh

jarak antar daerah, sehingga

membuat suatu titik bisa

terintegrasi sepenuhnya

dengan pasar nasional,

sebelum lalu terintegrasi

dengan pasar antar negara

dan regional.

L A P O R A N U TA M A

Page 28: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

28 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

kan ekonomi biaya tinggi), masalah

infrastruktur menjadi faktor krusial yang

menentukan daya saing bangsa. Menurut

WEF, infrastruktur yang efi sien dan eksten-

sif merupakan faktor yang esensial untuk

mendorong daya saing.

Infrastruktur yang baik akan mengu-

rangi efek yang ditimbulkan oleh jarak

antar daerah, sehingga membuat suatu

titik bisa terintegrasi sepenuhnya dengan

pasar nasional, sebelum lalu terintegrasi

dengan pasar antara negara dan regional.

Kasus ‘’jeruk medan di atas’’, seperti meng-

gambarkan keberhasilan integrasi pasar

jeruk Cina dengan pasar regional, dan

kegagalan integrasi jeruk medan dengan –

ironisnya – pasar nasional.

Infrastruktur yang baik dan eksten-

sif penting untuk pergerakan manusia,

barang-barang perdagangan dan layanan.

Pengusaha bisa mengirim barang ke

pasar dengan aman dan tepat waktu. Para

pekerja bisa bergerak mudah dari satu

wilayah ke wilayah lainnya.

Selain jalan raya, bandara, atau pelabu-

han, infrastruktur juga mencakup jaringan

listrik dan telekomunikasi.

Pilar Ketiga: Stabilitas Makroekonomi

Stabilitas makroekonomi merupakan

hal yang penting bagi bisnis. Benar, dalam

beberapa kasus sering kali stabilitas makro

itu sendiri tidak bisa menjadi pendorong

produktivitas bangsa. Ketika krisis fi nansial

global melanda banyak negara, termasuk

Indonesia, kenaikan suku bunga yang

bertujuan untuk mempertahakan kondisi

makro ternyata berakibat pada perlam-

batan malah lumpuhnya pertumbuhan

sektor riil. Tapi yang pasti, ketidakstabilan

ekonomi makro pasti berakibat buruk pada

pertumbuhan ekonomi. Ketika infl asi ber-

jalan di luar kontrol, ketika pemerintahan

tidak bisa melayani masyarakat maupun

sektor swasta karena tingginya beban

bunga yang harus dibayar karena hutang

masa lalu, maka iklim usaha pun tak akan

kondusif. Stabilitas ekonomi tak selalu

mendorong produktivitas – itu benar.

Tapi tanpa stabilitas makro, ekonomi pun

tak akan mungkin bisa didorong untuk

tumbuh.

Pilar Keempat: Kesehatan dan Pendidikan

Dasar

Dalam banyak kesempatan dan pub-

likasi, banyak praktisi bisnis, pengambil

kebijakan dan pakar yang berteriak menge-

nai pentingnya mencegah dari pada

mengobati. Kesehatan buruk bisa memicu

ekonomi biaya tinggi – dan itu tentu saja

buruk bagi bisnis. Pekerja yang sakit cend-

erung absen dan tidak, bekerja dengan

kapasitas yang rendah, kurang produktif,

dan tidak bisa menggali potensinya secara

maksimal. Investasi di bidang kesehatan

tak cuma penting bagi daya saing, tapi

secara moral itu ‘’harus’’. Bersama dengan

kesehatan adalah pendidikan dasar. Karena

perkembangan teknologi, pilar ini makin

menjadi penting bagi daya saing.

Pilar Kelima: Pendidikan Tinggi dan Training

Kekayaan tak lagi bersandar pada tanah,

tenaga kerja atau pun modal. Banyak dis-

kusi di Indonesia kini berbicara mengenai

‘’kutukan’’ negara dengan sumber alam

melimpah tapi salah kelola.

Sudah jauh-jauh hari para jawara masa

depan mengingatkan soal ini. Pada 1991,

dalam sebuah artikel di New Perspectives

Quarterly yang berjudul Economic Time

Zones: Fast versus Slow, suami istri Alvin

dan Heidi Toffl er mengingatkan mengenai

‘’fast versus slow’’ zone. Ketika itu mereka

meramalkan bahwa negara yang berbasis

pada pengetahuan akan menjadi bagian

dari wilayah yang pertumbuhannya cepat;

sebaliknya negara yang menyandarkan

diri pada pembangunan yang berbasis

tenaga kerja murah, bahan mentah, dan

mesin produksi konvensional akan menjadi

wilayah yang pertumbuhannya lambat.

Pengetahuan dan informasi, den-

gan teknologi telekomonikasi sebagai

makcomblang, lebih banyak menentukan

kemakmuran, dan dengan demikian, daya

saing bangsa. Lingkungan semacam ini

menuntut sumberdaya manusia yang

lebih, yaitu sumberdaya yang berpendidi-

kan tinggi dan ahli yang bisa dengan cepat

beradaptasi dan mengadopsi lingkungan

global yang berubah dengan cepat. Sum-

berdaya yang dihasilkan oleh pendidikan

tinggi yang berkualitas dan training mau-

pun pendidikan lanjutan yang diadakan

oleh masyarakat bisnis, professional dan

perusahaan menjadi kunci bagi pilar ini.

Pilar Keenam: Efi siensi Pasar

Negara dengan pasar yang lebih efi sien

akan memproduksi rangkaian produk

dan layanan yang lebih ditentukan oleh

permintaan dan penawaran, dan diper-

dagangkan dalam kondisi ekonomi yang

paling efektif. Kompetisi pasar yang sehat,

baik dalam negeri maupun luar negeri,

menjadi pilar penting yang mendorong

efi siensi, dan akhirnya juga produktivitas.

Distorsi ekonomi, pungutan maupun pajak

yang tidak perlu akan membuat lingkun-

gan pasar menjadi tidak efi sien.

Selain itu, tuntutan dan orientasi

konsumen pun bisa menjadi factor yang

Stabilitas ekonomi

tak selalu mendorong

produktivitas – itu benar.

Tapi tanpa stabilitas makro,

ekonomi pun tak akan

mungkin bisa didorong

untuk tumbuh.

Kesehatan buruk

bisa memicu ekonomi

biaya tinggi – tentu saja itu

buruk bagi bisnis. Bersama

dengan kesehatan adalah

pendidikan dasar.

L A P O R A N U TA M A

Page 29: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 29

L A P O R A N U TA M A

menguntungkan bagi kompetisi, dan men-

jadi perusahaan menjadi lebih berorientasi

pada layanan, dan mendorong mereka

untuk lebih inovatif.

Pilar Ketujuh: Pasar Tenaga Kerja

yang Efi sien

Efi siensi dan fl eksibilitas pasar tenaga

kerja menjadi factor penting sehingga

pekerja bisa diberdayakan pada kondisi

ekonomi yang paling efi sien, dengan ja-

minan insentif yang baik sehingga mereka

bisa bekerja secara maksimal. Pasar tenaga

kerja harus fl eksibel, bisa bergerak dari satu

aktivitas ekonomi ke aktivitas lainnya secara

cepat dengan biaya yang lebih rendah.

Pasar tenaga kerja yang efi sien harus

menjamin hubungan yang jelas antara

insentif pekerja dan usaha mereka, serta

memiliki kemampuan untuk menyerap

bakat terbaik yang ada., tidak membeda-

kan laki-laki maupun perempuan.

Pilar Kedelapan: Pasar Finansial yang Baik

Krisis fi nancial global saat ini telah

memberikan pelajaran berharga kepada

kita pentingnya aspek pasar fi nancial dalam

fungsi ekonomi nasional. Sektor fi nancial

yang efi sien penting untuk mengalokasikan

dana masyarakat maupun sumber-sumber

dana asing yang masuk ke sector investasi

yang paling produktif. Kanal saluran terse-

but berupa proyek-proyek investasi atau

usaha yang bisa memberikan keuntungan

yang tinggi, dan bukan koneksi politik.

Sektor fi nansial yang efi sien juga pen-

ting untuk menjamin bahwa inovasi dan

gagasan yang baik akan mendapatkan

akses, dan dengan demikian bisa menjadi

produk atau layanan yang secara ekonomis

menguntungkan.

Pilar Kesembilan: Ketersiapan Teknologi

Dalam lingkungan global saat ini,

teknologi menjadi factor penting bagi

perusahaan untuk berkompetisi. Lebih

khusus lagi adalah ICT, yang kini men-

jadi factor penting bagi semua proses

dalam ekonomi kita saat ini. Alhasil, akses

terhadap ICT, kerangka regulasinya, dan

pemanfaatannya menjadi komponen

penting dalam pilar ini.

Pertanyaan apakah teknologi ini

berkembang di negara tertentu atau

negara lainnya tidaklah relevan dalam pe-

nilaian pilar ini. Poin utama adalah: apakah

perusahaan-perusahaan yang beroperasi

di negara tersebut memiliki akses dan

memiliki kemampuan untuk memanfaat-

kannya. Alhasil, tidaklah penting apakah

suatu produk – katakanlah komputer atau

internet – ditemukan di suatu negara

tertentu. Yang penting adalah: apakah

masyarakat bisnis yang ada di negara

tersebut memiliki akses atau tidak. Karena

dalam pilar ini dibedakan untuk keterse-

diaan teknologi dan kemampuan suatu

negara melakukan inovasi.

Pilar Kesepuluh: Ukuran Pasar

Besarnya ukuran pasar jelas memiliki

pengaruh terhadap produktivitas karena

pasar yang besar membuka peluang bagi

perusahaan untuk memperbesar skala

efektivitas ekonomi mereka.

Secara tradisional, cakupan pasar

biasanya dipagari oleh batas-batas negara.

Tapi di era global saat ini, batas negara

menjadi tidak relevan. Pasar internasional

telah menjadi substitute dari pasar domes-

tik – ini terutama berlaku untuk negara-

negara yang kecil pasar domestiknya. Jadi,

ekspor harus dipertimbangkan sebagai

substitute pasar domestik ketika menilai

ukuran pasar. Dengan menyertakan pasar

domestik dan ekspor, tim WEF memberi-

kan nilai lebih untuk kebijakan ekonomi

yang mendorong ekspor dan wilayah

geografi s yang besar seperti Uni Eropa

yang, sekalipun terpecah-pecah dalam

puluhan negara, tapi secara garis besar

tergabung dalam pasar yang sama.

Pilar Kesebelas: Bisnis yang Canggih

Bisnis yang canggih adalah lingkungan

bisnis kondisif yang mendorong produksi

dan layanan berjalan lebih efi sien. Ling-

kungan ini pada akhirnya akan mendorong

kea rah produktivitas, yang sudah pasti

pada akhirnya akan meningkatkan daya

saing bangsa. Faktor yang dilihat dalam

pilar ini adalah jejaring bisnis negara dan

pendukungnya secara keseluruhan mau-

pun kualitas dan strategis masing-masing

perusahaan dalam jejaring itu.

Salah satu faktor yang dinilai adalah jum-

lah dan kualitas supplier lokal dan luasnya

interaksi antar jejaring bisnis yang tumbuh di

kawasan itu. Ketika sebuah perusahaan dan

supplier-nya tumbuh dan berkembang da-

lam kedekatan seperti laiknya cluster, maka

bisnis akan berjalan lebih efi sien, kesempa-

tan untuk melakukan inovasi menjadi lebih

besar, dan halangan bagi tumbuhnya usaha

baru menjadi lebih kecil.

Pilar Keduabelas: Inovasi

Pilar terakhir yang menjadi tolok ukur

daya saing bangsa adalah inovasi. Adalah

benar bahwa perbaikan lembaga, pemban-

gunan infrastruktur, kestabilan ekonomi,

dan perbaikan kualitas sumberdaya ma-

nusia akan memberikan imbal balik yang

positif bagi daya saing bangsa. Hal yang

sama juga berlaku untuk pasar tenaga kerja

yang efi sien, system keuangan yang baik

dan pasar yang bagus. Tapi dalam jangka

panjang, peningkatan standar hidup hanya

bisa dicapai melalui inovasi teknologi.

Inovasi hanya bisa lahir dalam ling-

kungan yang kondusif untuk melakukan

inovasi, yang didukung baik oleh sektor

swasta maupun publik. Secara lebih kasat

mata, lingkungan yang kondusif ini antara

lain ditandai oleh hadirnya lembaga riset

dan pengembangan yang berkualitas, dan

kolaborasi yang ekstensif lembaga riset

universitas, lembaga publik dan industri.

Selain itu, negara memberikan perlindun-

gan yang baik dan memadai terhadap hak

cipta yang lahir dari riset tersebut.

negara yang berbasis pada

pengetahuan akan menjadi

bagian dari wilayah yang

pertumbuhannya cepat;

sebaliknya negara yang

menyandarkan diri pada

pembangunan yang berbasis

tenaga kerja murah, bahan

mentah, dan mesin produksi

konvensional akan menjadi

wilayah yang pertumbu-

hannya lambat.

Page 30: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

30 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Pesta pencontrengan itu akh-

irnya selesai sudah -- dengan

sejumlah catatan. Banyaknya

pelanggaran, kualitas pemilu

yang masih belum berubah

dibanding yang lalu, masalah

Daftar Pemilih Tetap (DPT), keterlamabatan

pengiriman logistik, dan sebagainya .... Daf-

tar panjang yang kemudian mendorong

sejumlah pihak, pengamat maupun parpol,

berpendapat pemilu kali ini sebagai pelak-

sanaan pemilu terburuk sejak era reformasi

digulirkan.

Tapi apa pun kondisinya, satu tahapan

telah terlampaui. Bagi para caleg, kinilah

saat ‘‘deg-degan’’ menunggu penghi-

tungan suara. Ini tentu berbeda dengan

bulan-bulan dan minggu-minggu sebe-

lumnya. Ketika mereka asyik menyelusup

ke daerah-daerah terpencil, desa-desa,

kampung-kampung, gang-gang menyapa

konstituennya. Hari yang melelahkan itu,

minimal secara fi sik, tampaknya sudah

lewat. Tinggallah masa penantian, yang

sebetulnya tak kalah menegangkan.Teru-

tama untuk caleg yang perolehan suaranya

mepet tapi masih punya peluang dan bisa

bersaing untuk lolos ke Senayan.

Lalu bagaimana caleg-caleg ITB? Tam-

paknya sama saja, kecuali tentu saja yang

sudah dipastikan bisa lolos ke Senayan.

Berdasarkan catatan, banyak alumni

yang ikut mencalonkan diri dalam pemi-

lihan legislatif yang lalu. Rinciannya, ada

lebih 60 alumni ITB yang maju sebagai

caleg DPR RI. Jika dijumlah dengan caleg

lokal, DPRD tingkat I dan II, total jendral tak

kurang ada sekitar 300-an yang menjadi

caleg dalam pemilu lalu. Di antara partai

politik, PDIP memiliki jumlah caleg alumni

terbesar, 16 orang.

Sebagian dari para caleg ini merupakan

nama-nama yang sudah menjadi anggota

DPR atau dikenal sebagai politisi senior

sebelumnya. Dari PDIP misalnya ada Sekjen

PDIP Pramono Anung (TA 82)menjadi

caleg PDIP daerah pemilihan Jatim VI dan

Heri Akhmadi (TA 72) untuk Jatim VII. Dari

PAN ada anggota DPR Tjatur Sapto Edi

(TL 89) dan Alimin Abdullah (TM 73) yang

mewakili daerah pemilihan Lampung. Lalu

ada Laksamana Sukardi (SI 75), mantan

Ketua IA ITB, yang sebelumnya aktif

sebagai politisi di PDIP kini menjadi caleg

untuk partai pecahan partai berlambang

banteng itu, yaitu PDP. Ada Samuel Koto

(GD 73), yang dulu dikenal sebagai pento-

lan PAN namun kini menjadi caleg untuk

Hanura. Lalu ada Syahganda Nainggolan

(GD 84) yang menjadi caleg untuk Partai

Golkar daerah pemilihan Jabar V.

Yang menarik, ajang caleg pemilu

kali ini juga diramaikan oleh kemuncu-

lan kembali para aktivis senior, seperti

misalnya Indro Tjahyono (angkatan 73 dan

yang di masa Orba malang melintang di

LSM, tapi kini menjadi caleg Hanura untuk

Jateng); Theodorus Jakob Koekeritz atau

Ondoz (GL 82, caleg PDIP untuk Jatim);

Hetifah (PL 82, caleg Golkar untuk Kaltim).

Di antara para alumni, I Gede Aradea

SETELAH PENCONTRENGAN USAI

‘DEG-DEGAN’ MENGHITUNG SUARA

L A P O R A N K H U S U S

Page 31: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 31

Daftar Caleg Alumni ITB1. Partai Bintang Reformasi (PBR)

Jumlah caleg alumni: 5 orang

M. Adamsyah Wahab/ TL 88 / Jabar I / no urut 1Koster Rinaldi/ SI 99 /Jabar I /no urut 2Verry Antoni/ SR 87 / Jabar I/ no urut 3Agustin Peranginangin/ SI 94 / Jabar II /no urut 2I Gede Aradea Permadi/ TK 01 / Bali /no urut 1

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Jumlah caleg alumni: 7 orang

Jhon Heilmy Anwar / TK 82 / Sumbar I / no urut 4Dini Mentari / KI 90 / Jabar III / no urut 3Abdul Munif / GD 88 / Jateng V / no urut 2Romahurmuzy / FT 93 / Jateng VII / no urut 1M Quyum / TI 93 / Jatim IV / no urut 2Eddy Suntjahjo / TK 82 / Jabar IV / no urut 3Nurkhalik / TM 82 / Jateng X / no urut 4 3. Partai Amanat Nasional (PAN)

Jumlah caleg alumni: 5 orang

Tjatur Sapto Edy / TL 89 / Jateng VI / no urut 1Ibnu Mahmud / EL 86 / Jateng IV / no urut 1Budi Youyastri / SI 86 / Jabar X / no urut 7Alimin Abdullah / TM 73 / Lampung II / no urut 1 Siswanda HS / EL 79 / JABAR II / no urut 9

4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuang an

(PDIP)

Jumlah caleg alumni: 16 orang

Rivera / FT 90 / Sumut 1 / no urut 6Rio Sahala Siagaian / TA 96 / Jambi / no urut 8

Gde Ngurah P Jaya/ GD 77 / Banten II / no urut 4Wayan Koster / MA 79 / Bali / no urut 1Edi S (Bang Gemboz) / GD 75 / Jabar II / no urut 3Ketut Sustiawan / SI 82 / Jabar I / no urut 2Basar Simanjuntak / SI 83 / Jabar VII / no urut 2Daryatmo / TA 72 / Jateng II / no urut 1Daniel Budi / MS / Jateng I / no urut 2Pramono Anung W/ TA 82 / Jatim VI / no urut 1Anton Leonard / GD 74 / Jateng III / no urut 11 T J Koekeritz ( ONDOZ ) / GL 82 / Jatim VI / no urut 2Heri Akhmadi / TA 72 / Jatim VII / no urut 1Mindo Sianipar / TK 73 / Jatim VIII / no urut 1Dolfi e / FT 88 / Kalbar / no urut 1Emir Moeis / TI 69 / Kaltim / no urut 1

5. Partai Golongan Karya (GOLKAR)

Jumlah caleg alumni: 7 orang

Neil Daulay / AR 88 / Sumut II / no urut 5Rully Chairul Azwar / TI 73 / Bengkulu / no urut 1Syahganda Nainggolan / GD 84 / Jabar V / no urut 5Lutfi / TI 96 / Jabar VIII / no urut 8Gesang / AR 78 / Jatim I / no urut 9Hetifah / PL 82 / Kaltim / no urut 2Gatot Sudaryono / TA / Jabar III / no urut 1

6. Partai Demokrat

Jumlah caleg alumni: 3 orang

Doddy Nawangsari / GL / Jatim II / no urut 2Saruam Sianipar / TK 82 / Jatim VI / no urut 10Milton Pakpahan / 83 / Papua / no urut 2

7. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Jumlah caleg alumni: 2 orang

M Azhar / 93 / NAD II / no urut 4Wahyudin Munawir / GM ‘78/ Jabar IX / no urut 2

8. Hanura

Jumlah caleg alumni: 3 orang

Indro S Cahyono / 73 / Jateng III / no urut 1Samuel Koto / GD 73 / DKI II / no urut 1Ramli Kadir / MS 86 / Sulsel I / no urut 4

9. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP

Jumlah caleg alumni: 7 orang

Laksamana Sukardi / SI 75 / Jatim I / no urut 1Sunggu Aritonang / EL 70 / Sumsel I / no urut 1Ramadana Siregar / PL 89 /Jambi / no urut 2Pamudji / PL 75 / Jabar I / no urut 1Aprilia Sovietina / TK 76 / Jabar II / no urut 2Yasman Hadi / SI 70 / Jabar II / no urut3Noor Cholis / GD 88 / Jateng I / no urut 2

10. Partai Matahari Bangsa (PMB)

Jumlah caleg alumni: 4 orang

M. Danil Daud / AR 84 / DKI II / no urut 2Anne Rufaida / SR 79 / Jabar I / no urut 1Hesthi Raharja / PL 85 / Jabar IX / no urut 2A. Zainal Abidin / EL 77 / Jatim II / no urut 1

11. Gerindra

Jumlah caleg alumni: 1 orang

Hari Krismis / MS 82 / Jatim VII / no urut 2

12. Partai Merdeka

Jumlah caleg alumni: 1 orang

A. Syarbini / GD 86 / Sumut II / no urut 1

Calon DPD RI

Ali Assegaf / MS 84 / Jatim / no urut 10Riza Falepi/El ‘89 / Sumbar / no urut 31

Permadi (TK 01), caleg PBR untuk daerah

pemilihan Bali, mungkin akan tercatat

sebagai caleg termuda. Yang juga layak

menjadi catatan adalah kemunculan nama

Ali Assegaf (MS 84) yang kini menjadi

satu-satunya calon anggota DPD daerah

pemilihan Jatim.

Bukan Hal AnehDilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya

bukan hal aneh bila alumni ITB – yang

latar belakang keilmuannya teknik dan

eksakta – terjun dan kemudian berhasil di

bidang politik. Nama-nama seperti Sarwono

Kusumaatmaja, Siswono Yudohusodo,

Rachmat Witoelar merupakan contoh politisi

senior yang berasal dari alumni.

Kalau dilihat dalam persfektif sejarah, bu-

kankah Presiden RI yang pertama, Soekarno,

juga merupakan alumni ITB?

Biasanya, benih politik alumni sudah dipu-

puk sejak dari kampus. Artinya, latar belakang

keaktifan mereka selama di kampus akan

menjadi embrio bagi karir yang dipilih alumni

setelah lulus. ‘’Alumnus yang dulunya intens

di KM ITB, maka hampir bisa dipastikan me-

reka nantinya akan menjadi politisi,’’ komentar

Eddy Zanur, Ketua Bidang Kemitraan PP IA ITB.

Apalagi, realitasnya semua bidang itu saling

perhubungan.

Ia lalu mengemukakan contoh. ’’Jika

anda ingin menjadikan ITB atau kampus lain

memiliki riset unggulan, tentunya membu-

tuhkan dana yang tidak sedikit. Dari mana

sumbernya? Bisa dari alumni, pemerintah dan

pengusaha. Nah, jika ingin mendapat dana

dari negara, tentunya harus melalui persetu-

juan DPR. Disinilah peran politisi dibutuhkan,’’

tambahnya.

Rizal Ramli (FI 73), alumni yang maju seba-

gai calon Presiden RI untuk pemilihan tahun

2009, malah mengharapkan lebih banyak

lagi alumni yang aktif di politik dan menjadi

anggota DPR. ’’Pada pemilu 2004, ada sekitar

18 alumni ITB berada di DPR. ’’ katanya. Kini

tinggal ditunggu, jumlah itu bakal meningkat

atau malah berkurang.

Lepas dari kuantitas, yang tak kalah pen-

ting tentu saja komitmen caleg yang terpilih

terhadap konstituennya, yang tak lain adalah

rakyat Indonesia.

Dalam acara silaturahmi yang digagas

IA-ITB Jakarta beberapa waktu lalu, para

alumni bahkan membuat semacam komunike

bersama berupa “Tuntutan Komunitas Alumni

ITB” terhadap caleg-caleg alumni ITB, yang

antara lain berbunyi:

Pertama, agar sepenuh hati memper-

juangkan amanat rakyat dengan SELALU

mengutamakan kepentingan Bangsa lebih

dari kepentingan pribadi dan kelompok.

Kedua, agar para caleg alumni ITB

mengedepankan rasionalitas dan intelekuali-

tas, serta secara sungguh-sungguh mem-

perjuangkan perwujudan cita-cita Bangsa

sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan

UUD 1945, khususnya dalam mewujudkan

kemandirian ekonomi dan peningkatan kes-

ejahteraan rakyat sebagai agenda mendesak

bangsa saaat ini.

Dan ketiga,agar para caleg menjaga integ-

ritas pribadi dan selalu menjaga nama baik

komunitas alumni serta almamater ITB.

Mudah-mudahan tuntutan itu bisa

dipenuhi para caleg yang lolos ke Senayan.

Untuk yang tidak lolos, tak usah ikut-ikutan

stress seperti yang melanda sejumlah caleg

lain. Toh, masih banyak lapangan lain di

luar lembaga legislatif yang bisa dijadikan

pijakan untuk tetap mengabdi kepada bangsa

Indonesia. Bisa juga menunggu pertarungan

pada pemilu lima tahun lagi.Lagi pula, lolos

atau tak lolos ke Senayan, tetap masih alumni

ITB khan?

Dilihat dari

perspektif sejarah,

sebenarnya bukan hal aneh

bila alumni ITB – yang latar

belakang keilmuannya

teknik dan eksakta – terjun

dan \kemudian berhasil di

bidang politik

L A P O R A N K H U S U S

Page 32: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

32 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

L A P O R A N K H U S U S

Di luar jalur normal melalui partai politik, ada juga alumni yang konsisten

memperjuangkan jalur independen. Siapa lagi kalau bukan Fadjroel Rachman (KI 82), aktivis tahun 1980-an.

Meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak permohonan uji materiil undang-undang nomor 42 tahun 2008 tentang Pemilihan umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden, toh Fadjroel tak menyurutkan langkah untuk tetap berjuang di jalur independen.

Menurut Fadjroel, sebenarnya semua hakim MK mendukung ide capres independen. Hanya saja 5 hakim MK mensyaratkan amandemen terlebih dahulu pasal 6 UUD 45, sedangkan 3 lainnya tidak harus leat amandemen. ”Hanya berbeda prosedur saja,” ucapnya. Dalam keputusan MK itu 3 hakim agung memberikan dissenting opinion (opini berbeda) dari keputusan MK.

Kegigihan alumni ITB jurusan Kimia itu untuk maju sebagai capres independen didorong oleh dua hal. ”Mewujudkan arsitektur baru politik Indonesia dan menuntaskan agenda reformasi,” ujar Fadjroel.

Arsitektur politik baru dapat terwujud jika proses rekruitmen legislatif dan eksekutif melalui dua jalur yaitu partai politik dan perseorangan. Untuk level pemilihan kepala daerah (pilkada) Indonesia sudah menganut sistem dua jalur tersebut. Namun tidak demikian halnya untuk pemilihan presiden.

Fadjroel menambahkan, jalur perseorangan dalam politik Indonesia sebenarnya bukanlah barang baru. Faktanya, M Hasan mewakili Sumatra yang berasal dari independen dapat duduk sebagai anggota legislatif pada tahun 1955. Namun karena hegemoni penguasa orde baru sistem ini kemudian dihapus dari kehidupan politik nasional.

Lebih jauh, pria yang menggondol gelar sarjana ekonomi dari UI ini membandingkan dengan demokrasi di negara tetangga. Di Malaysia, sudah ada dua anggota calon independen yang masuk ke DPR-nya. Begitu pula yang terjadi di Korea Selatan, dimana calon independen boleh mengisi kursi eksekutif dan legislatif. ”Jalur independen merupakan praktek politik modern,” ujarnya.

Sementara kehidupan politik Indonesia masih terbilang tradisional. Faktanya, banyak parpol yang merekrut kader berdasarkan hubungan darah. Kondisi itu menyebabkan terjadinya oligarki dan nepotisme. ”Parpol sudah tidak lagi berfungsi sebagai penyalur aspirasi rakyat,” ucapnya.

Belum tuntasnya agenda reformasi juga mendorongnya untuk keukeuh menjadi capres independen. ”Kejahatan orde baru yaitu korupsi dan pelanggaran HAM belum ada yang dituntaskan,” ujarnya. Secara ilustratif, ia mempertanyakan bagaimana mau membersihkan lantai yang kotor

jika sapunya tidak bersih. ”Harus ada pergantian generasi,” ujarnya.

Berdasarkan argumentasi tersebut ia menolak jika kegigihannya menjadi capres independen hanya mengejar popularitas. ”Memangnya aku ini selebritis,” ujarnya berseloroh.

Terkait dengan modal yang dimilikinya untuk maju sebagai capres independen, ia menyebut kekuatan jaringan berbasis teknologi. Menurut Fadjroel, ia terinspirasi oleh kemenangan Obama yang memanfaatkan jejaring sosial berbasis internet. Oleh sebab itu ikut sebagai member dalam situs jejaring sosial sepeti facebook.

Meski pengguna internet di Indonesia tidak sebanyak di AS, namun orang-orang yang memegang posisi strategis dalam penggiringan opini publik di Indonesia banyak yang terlibat didalamnya. Oleh sebab itu, ia dapat memetakan berapa besar dukungan publik terhadap pencalonannya.

Selain itu, karena ia telah lama aktif dalam gerakan prodemokrasi, maka jaringan kerjanya juga cukup luas. Apalagi sebagian alumni ITB ada juga yang mendukung niatnya untuk maju sebagai capres independen.

Di akhir pembicaraan, ia mengakui berhutang budi kepada ITB. Sebab, proses selama menjadi mahasiswa ITB lah yang menyebabkan dirinya seperti sekarang. ”ITB mengasah keberanian dan intelektualku,” ujarnya.

MEMILIH

JALURINDEPENDEN

Page 33: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 33

Bagi mahasiswa berprestasi

namun memiliki kendala pem-

biayaan selama pendidikan di

ITB, tidak perlu khawatir lagi. Saat ini

telah diluncurkan Program “ITB Untuk

Semua”, yakni skema penerimaan maha-

siswa baru Institut Teknologi Bandung

yang secara khusus menyediakan

bangku kuliah bagi para lulusan sekolah

menengah umum dari keluarga yang

tidak mampu secara ekonomi. Beasiswa

ITB Untuk Semua adalah program

beasiswa paling ambisius di Tanah Air

yang benar-benar memberi kesempa-

tan kepada anak-anak tak mampu untuk

kuliah di sekolah terbaik di negaranya.

Ia berupaya ikut memotong lingkar

kemiskinan.

Dari segi jumlah, beasiswa ini be-

rambisi mengisi 10% dari mahasiswa

baru Institut Teknologi Bandung (300

orang) dengan anak-anak pandai dan

berbakat dari keluarga berpenghasilan

di bawah Upah Minimum Regional.

Beasiswa ini akan membiayai uang

kuliah dan kehidupan selama penerima

beasiwa menempuh studi. “Uang

pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan

biaya hidup selama menempuh kuliah

di Bandung akan didanai beasiswa ITB

Untuk Semua”, demikian paparan Betti

Alisjahbana, inisiator program ini kepada

Sekjen IA-ITB, Freddy Zen di Sekretariat

IA-ITB pada Rabu sore (1/4).

Bagi para mahasiswa penerima

program ITB Untuk Semua, telah

diprogramkan selama masa kuliah akan

mendapat pembimbing khusus untuk

membantu menyelesaikan kendala

studi dan mengatasi persoalan personal

yang mungkin muncul selama men-

empuh kuliah di ITB. Para mahasiswa

juga akan diberi kesempatan mengikuti

ceramah-ceramah inspirasional, studi

banding ke lokasi-lokasi penerapan

teknologi tepat guna, dsb.

“Para lulusan penerima beasiswa

program ITB untuk Semua diharapkan

kelak akan menjadi agen perubahan

di lingkungan sosial mereka”, ujar Betti

menjelaskan.

Dana beasiswa ITB untuk Semua akan

dikelola Satuan Kekayaan dan Dana

(SKD) ITB. Para penerima beasiswa akan

dilayani Kantor Pembantu Rektor III

bidang Kemahasiswaan dan Alumni

ITB. Kantor ini secara khusus bertugas

membantu para penerima beasiswa,

memantau perkembangan (studi dan

kehidupan) mereka, mengkoordinir

kegiatan-kegiatan, serta melakukan

evaluasi keseluruhan program.

Dilain pihak, selama kurun satu ta-

hun (2008), IA-ITB telah menyalurkan

lebih dari limaratusjuta rupiah untuk

program serupa. Program beasiswa ini

menjadi salah satu program utama IA-

ITB, dimana penyalurannya bekerjasama

dengan Ikatan Orangtua Mahasiswa ITB

(IOM). Walau dirasa belum optimal den-

gan jumlah mahasiswa yang membu-

tuhkan. Diharapkan partisipasi aktif dari

para Alumni menjadi donatur program

beasiswa di ITB.

“Pengurus Pusat sangat mengapre-

siasi dan mendukung inisiatif-inisiatif

program sejenis. Apalagi telah menjadi

komitmen dari Pengurus Pusat saat ini,

mendukung peningkatan SDM yang

berkualitas baik berupa dukungan

pengembangan riset maupun pro-

gram beasiswa di ITB. Kesemuanya itu

diharapkan menjadi investasi konkret

kita dalam rangka membangun daya

saing bangsa ke depan”. Ujar Freddy

usai menerima Ketua Program ITB Untuk

Semua itu kepada FORUM ALUMNI.

“Kita akan dukung program ini dan

mensosialisasikannya melalui Pengu-

rus Daerah di seluruh Indonesia”, ujar

Sekjen yang juga Guru Besar Fisika ITB

itu menambahkan.

B E R I TA K E G I ATA N

PROGRAM ITB UNTUK SEMUA

CENDERA MATA: Sekjen IA-ITB Freddy P Zen menyerahkan cendera mata ‘Buku Setahun Kiprah Kita’ kepada Betti Alisjahbana, inisiator Program ITB untuk Semua.

Page 34: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

34 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Aula Barat Institut Teknologi

Bandung (ITB), Jumat (6/3)

siang tampak meriah. Ratusan

peserta rapat kerja nasional

(rakernas) dan kongres luar biasa (KLB)

Ikatan Alumni (IA) ITB, memenuhi ruang

pertemuan di kampus Ganesa. Sejak

pukul 14.00 WIB, peserta rakernas baik

Pengurus Pusat (PP) IA-ITB, Pengurus

Daerah (Pengda) maupun Pengurus

Jurusan (Pengjur), mengikuti kegiatan

yang dihadiri Ketua Umum PP IA-ITB, M

Hatta Rajasa.

Rakernas yang dibuka langsung

Hatta Rajasa, yang juga menjabat Men-

teri Sekretaris Negara, dibagi dalam tiga

sesi. Sesi pertama pembukaan disusul

dengan laporan ketua panitia pelaksana,

sambutan ketua umum, dan sambutan

dewan penasihat. Usai istiharat pukul

14.20-14.30, dilanjutkan dengan sesi

kedua dengan materi acara laporan

umum kegiatan PP IA-ITB 2008, dilanjut-

kan dengan laporan para ketua bidang.

Sedangkan pada sesi ketiga, diisi

antara lain pemaparan rencana pro-

gram kerja PP IA-ITB 2009, masukan

peserta rakernas, masukan dari Keluarga

Mahasiswa (KM) ITB, tanggapan PP

IA-ITB, dan peluncuran kartu anggota

IA-ITB. Pada sesi peluncuran kartu ang-

gota IA-ITB, terjadi perdebatan sengit

antar pengurus PP IA-ITB dengan para

peserta, khususnya pengurus pengda

dan pengjur.

Perdebatan tersebut seputar iuran

wajib anggota IA-ITB dan penggantian

format kartu anggota IA-ITB. Perso-

alan ini pun akhirnya menyita waktu

sehingga panitia dan peserta rakernas

sepakat untuk membahas persoalan

tersebut dalam KLB.

Sesi masukan dari peserta rakernas,

benar-benar dimanfaatkan oleh peserta

untuk menyampaikan uneg-uneg mer-

eka terhadap PP IA-ITB. Salah seorang

pengurus Pengda Sulsel, misalnya,

meminta agar PP membantu program

daerah dalam meningkatkan minat

lulusan SMA di Sulsel untuk masuk ITB.

Saat ini, jumlah siswa asal Sulsel yang

meneruskan kuliah di ITB jumlahnya

hanya belasan orang tiap tahunnya.

Padahal, potensi lulusan SMA di Sulsel

cukup lumayan bagus. Salah satu pro-

gram yang bisa dilakukan, yaitu dengan

memberikan beasiswa kepada siswa asal

Sulsel yang diterima di ITB.

Sedangkan peserta dari Pengda

Sumsel, mengatakan, program nyata

yang dilakukan IA-ITB di Pulau Harimau,

Kec Sumberejo, Kab Komering Ilir, man-

faatnya sangat dirsakan oleh masyarakat

setempat. Selama puluhan tahun,

masyarakat di pulau tersebut tak tersen-

tuh pembangunan pemerintah daerah,

terutama masalah air bersih. Dengan

program air bersih yang dilakukan IA-ITB

di Pulau Harimau, masyarakat sangat

merasakan manfaatnya.

Selain diikuti oleh seluruh pengda

dan pengjur, rakernas juga dihadiri

pengurus Komisariat IA-ITB Singapura.

Sandi, juru bicara Komisariat Singapura,

mengatakan, pihaknya siap menjadi

jembatan bagi para mahasiswa ITB

yang baru lulus. ‘’Silahkan manfaatkan

keberadaan kami di Singapura. Banyak

peluang bagi para alumni di Singapura

untuk berkarya,’’kata dia, seraya disam-

but tepuk tangan peserta rakernas.

Sementara dalam laporan kerja 2008,

pengurus PP IA-ITB periode 2007-2011

ini menyampaikan hasil yang telah dan

belum mereka capai. Sepanjang 2008,

kata Hatta Rajasa, tidak kurang dari 31

mata kegiatan baik lokal (internal) mau-

pun berskala nasional telah dilaksana-

kan. Kegiatan tersebut, tentunya den-

gan melibatkan para alumni, pengda,

pengjur, sivitas akademika ITB, maupun

SETAHUN SUDAH KITA BERKIPRAH

B E R I TA K E G I ATA N

Page 35: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 35

pemerintah dan masyarakat umum.

Dalam masa kepengurusan satu

tahun, kata Hatta, PP IA telah melaksan-

akan berbagai kegiatan yang diselengg-

arakan oleh setiap bidang dan departe-

men yang terbagi dalam tujuh bidang.

Antara lain program kerja kesekjenan,

bendahara umum, bidang organisasi,

hubungan almamater, pelayanan dan

hubungan alumni, bisnis dan tekno-

preuneur, dan kemitraan.

Dari berbagai program yang

diselenggarakan tersebut, kata Hatta,

secara khusus IA-ITB mendukung

pengembangan fasilitas pendidikan,

mendorong aktifi tas dan pengemban-

gan riset di ITB. Untuk itu, imbuh dia,

PP IA memfasilitasi terselenggaranya

bantuan dana dari para alumni untuk

SKD ITB sebesar Rp 102 miliar, program

hibah riset kepada ITB sebesar Rp 1,25

miliar per tahun selama empat tahun.

‘’Selain itu memfasilitasi beasiswa bagi

mahasiswa sebesar Rp 500 juta, dimana

penyalurannya bekerjasama dengan

Majelis Wali Amanah ITB,’’ tutur dia.

Sedangkan dalam pengelolaan basis

data anggota IA-ITB, sambung Hatta, PP

IA telah mengembangkan sistem data-

base alumni. Dari 49.000 data alumni,

telah lebih dari 15.000 data dalam

proses validasi.

‘’Untuk program pengemban-

gan para alumni teknopreuneur dan

pebisnis pemula, telah dicanangkan

program modal ventura bagi alumni

yang mengembangkan usaha berbasis

ekonomi kreatif, inovasi, dan pengem-

bangan teknologi,’’ujar dia.

Hal itu, kata Hatta, dilakukan untuk

mengkatalis lahirnya pengusaha-

pengusaha muda dari para alumni yang

bergerak dalam bidang tersebut. Dalam

kurun waktu satu tahun, kata dia, telah

disalurkan bantuan modal ventura

kepada empat perusahaan milik alumni

sebesar Rp 200 juta.

PP IA-ITB, kata Hatta, terus mendo-

rong dan memprogramkan adaptasi

terhadap perubahan iklim saat ini,

dengan menggulirkan program aksi

untuk adaptasi perubahan iklim global

bekerjasama dengan Kementrian Koor-

dinator Kesejahteraan Rakyat, Kementri-

an Negara Lingkungan Hidup, Pemprov

Riau, dan masyarakat. ‘’Program ini telah

dimulai sejak 2008.

Salah satu implementasinya den-

gan melaksanakan aksi hijau Indone-

sia , yaitu kegiatan menanam 10.000

tanaman langka di lahan tandus di

wilayah sekitar jalan tol Cipularang KM

92,600,’’tutur dia.

Selama tahun 2008, ada dua program besar PP IA-ITB yang belum bisa direalisasikan. Karena itu kedua program tersebut, yaitu

pembangunan menara ITB di Jakarta dan pembangunan teknopark di kampus ITB Bandung, akan diwujudkan dalam pro-gram kerja 2009. Mengapa kedua program tersebut belum bisa terealisasi? Ketua Umum PP IA-ITB, M Hatta Rajasa memberi-kan alasannya. Berikut wawancaranya. Apa yang menjadi kendala pembangunan teknopark?Proyek tersebut terkendala lahan. Karena teknopark itu harus berada di kampus ITB.Disitu budaya teknopreuneur itu tumbuh karena ada teknopark itu. Apakah di 2009 proyek itu bisa direlisasikan?Dalam rakernas kita bicarakan masalah tersebut. Ke-mungkinan pembangunan teknopark itu di asrama A, cikal bakalnya disitu dan rektor sudah mengizinkan. Yang kita bayangkan betul-betul ada semacam cyber building yang para mahasiswa atau calon-calon enterpreuneur itu benar-benar bisa berkreasi di situ. Jadi benar-benar sebuah kegiatan kreatif ekonomi di situ. Idealnya me-mang di kampus ITB. Mungkin ada daerah-daerah lain yang bisa dimanfaatkan. Kita ditawari di daerah Bekasi atau Jatinangor. Menurut kami itu terlalu jauh dengan ITB. Di lingkungan ITB sangat memungkinkan. Darimana anggaran untuk membangun teknopark?

Anggaran tersebut merupakan patungan dari kawan-kawan alumni ITB. Mungkin juga ada sumbangan dari pihak lain untuk membangun itu.Apakah proyek itu tergolong mercusuar? Itu bukan proyek mercusuar. Apanya yang mercusuar? Itu proyek yang sangat basik. Ngak ada lagi kampus besar world uni-versity yang tidak punya teknoprak-nya. Nggak ada, karena disitu terjadi interaksi calon-calon entrepeuneur itu melakukan kreativitasnya, usahanya.

Bagaimana dengan proyek menara ITB ? Untuk proyek ini pun sudah kita bahas dalam rakernas dan kita optimis bisa merealisasikannya pada 2009 ini. Untuk menara kemungkinan di Jakarta . Apakah tidak ada program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah? Jelas program yang bersifat lokal akan digarap oleh PP dan pengda serta pengjur. Kegiatan di daerah sangat tergantung oleh kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Misalnya masyarakat pesisir dengan masyarakat pertanian jelas berbeda kebutuhannya. Kalau daerah per-tanian kita pikirkan bagaimana membantu masyarakat dalam menciptakan teknologi pertanian tepat guna. Demikian pula untuk masyarakat di pesisir kita mencip-takan teknologi yang sesuai dan dibutuhkan dengan kondisi masyarakat setempat. Intinya dimanapun alumni ITB berada dia harus memberi manfaat yang positif bagi kehidupan masyarakat.

Dua Program Besar Tertunda

B E R I TA K E G I ATA N

Page 36: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

36 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Setahun sudah kepengu-rusan IA-ITB di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa berjalan. SDalam setahun

itu, banyak hal sudah dilakukan.Menurut Sekjen IA-TB, Prof. Dr. Freddy P Zein, selama satu tahun kepengurusan, sedikitnya ada 31 program yang telah dijalankan di hampir seluruh pengda yang ada. ‘’Dengan demikian dalam satu bulan ada tiga program yang telah direalisasikan,’’ujar dia.

Proyek Air Bersih

Sebagian besar program yang te-lah dijalankan di 19 pengda tersebut, kata Freddy, bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, khususnya yang berada di daerah. Ia mencontohkan program yang telah digarap pengda di Sumsel. Program yang menelan biaya Rp 70 juta itu, kata dia, yaitu proyek pengolahan air

payau menjadi air layak minum. ‘’Proyek tersebut dilaksana-kan di Kab Komering Ilir,’’ujar dia.

Selain di Sumsel, kata Freddy, pro-gram yang terakhir dikerjakan antara lain di Pengda Bali , Sulsel, Batam, dan Jabar. Untuk di Jabar, lanjut dia, pengda menggarap proyek pengola-han air bersih di Kab Subang. Proyek tersebut, imbuh dia, sudah dilak-sanakan dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat. ‘’Apa yang kita kerjakan bukan semata untuk kepentin-gan alumni, tapi untuk seluruh masyarakat Indonesia ,’’tutur dia.Membantu Alumni Baru

Program lainnya yang juga digarap oleh pengurus IA ITB, kata Freddy, yaitu membantu para alumni yang barus lulus kuliah. Bantuan tersebut, imbuh dia, berupa pelatihan dan mengembangkan jar-ingan. Tujuannya, kata dia, agar para alumni yang barus lulus itu mudah dalam memperoleh pekerjaan atau

bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Program Beasiswa

’’Kita juga menggelang beasiswa bagi mahasiswa ITB yang tidak mampu. Sekarang ini kita telah menggalang sekitar Rp 500 juta. Kita kerjasama dengan ikatan orangtua mahasiswa,’’imbuh dia.

Beasiswa yang dihimpun dari para alumni dan para orangtua maha-siswa itu, lanjut Freddy, disalurkan setiap tahun. Rata-rata, kata dia, dalam setahun dan yang disalurkan untuk beasiswa sebesar Rp 100 juta. ‘’Program ini sangat membantu ma-hasiswa ITB yang benar-benar tidak mampu dan memiliki prestasi,’’kata dia.

Hibah Penelitian

Bantuan tak hanya diberikan kepada mahasiswa. IA-ITB juga memberikan perhatian kepada para dosen peneliti di kampus tersebut. Bentuk bantuan tersebut, berupa biaya penelitian. Setelah melalui seleksi yang ketat, ata dia, ada sebanyak 13 judul penelitian yang akan dibiayai oleh IA. Masing-masing judul mendapatkan bantuan Rp 75 juta. ‘’Jadi para dosen peneliti itu bersaing secara sehat. Mereka memamarkan papernya masing-masing,’’kata dia.

Dari Air Bersih hingga Beasiswa

Selama satu

tahun kepengu-

rusan, sedikitnya

ada 31 program

yang telah

dijalankan di

hampir seluruh

pengda yang ada.

B E R I TA K E G I ATA N

Page 37: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 37

Ikatan Alumni (IA) ITB bekerja sama

dengan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat

(LPPM) ITB mengadakan Program

Hibah Riset (HR) IA-ITB dalam upaya

mempercepat terwujudnya ITB seba-

gai world class university. Program ini

memberi kesempatan kepada dosen-

dosen ITB untuk meningkatkan kom-

petensi risetnya agar mampu berkiprah

dan mendapatkan pengakuan pada

tataran internasional.

Grant Ceremony & Seminar on

Research Funding Program Hibah Riset

Ikatan Alumni 2008-2009 dilaksanakan

pada hari Jumat(06/03/09), bertempat

di Aula Barat ITB. Dalam kesempatan

tersebut, Ikatan Alumni ITB memberikan

hibah riset Rp 1,25 miliar untuk ITB. “Hi-

bah riset tahun ini kami naikkan Rp 100

juta per dosennya. Diharapkan hibah ini

menjadi agenda tahunan ikatan alumni,

siapa saja nanti ketua umumnya,” ujar

Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa.

Meski dana riset Indonesia jauh di

bawah standar Persatuan Bangsa Bang-

sa (PBB), namun perkembangan riset

Indonesia maju pesat. PBB menentu-

kan standar riset sebesar 2% dari APBN.

‘’Saat ini kita belum mencapai 0,5%. Tapi

kita sudah mengalami kemajuan,’’ kata

Hatta, yang sempat menjabat sebagai

menristek ini.

Berdasarkan riset indeks saintifi k

2008, kata Hatta, Indonesia berada di

peringat 39 melampaui Thailand di po-

sisi 57 dan Filipina di peringkat 87. “Riset

kita maju pesat, baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Kita harus dorong

mahasiswa untuk menggandrungi riset,”

katanya. Riset yang dihasilkan, lanjut

Hatta, tentunya harus bisa digunakan.

Sehingga hasil riset tak hanya sebatas

temuan, tapi juga bisa masuk pasar dan

digunakan orang banyak. Karena itu,

IA ITB akan mendorong mahasiswa ITB

untuk menyenangi riset dalam bidang

ilmu yang mereka dalami. “Tak hanya IA

ITB, tapi juga kita akan bersinergi den-

gan alumni dari perguruan tinggi lain.’’

Tahun ini, 13 riset terpilih dari 63

riset yang diajukan untuk mendapat-

kan hibah. Keseluruhannya berasal dari

berbagai fakultas, sekolah dan jurusan,

karena tidak ditentukan kategori khusus

tema risetnya. Namun, 13 riset tersebut

terbagi menjadi dua kategori yaitu ka-

tegori Program Internasional Unggulan,

dan Program Riset Internasional. “Riset

yang dipilih diharapkan menghasilkan

output berkelas internasional sehingga

dapat di-worldwide-kan melalui jurnal

internasional,” ujar Edi Suwarno, pelak-

sana acara seminar dari LPPM ITB.

Program Hibah Riset IA ITB meru-

pakan program yang sesuai dengan

visi misi ITB yaitu meningkatkan peran

ITB untuk meningkatkan daya saing

nasional. Program ini diharapkan bisa

mewujudkan atmosfer riset yang baik

dan budaya riset yang kokoh, berkelan-

jutan dan berkualitas sebagai landasan

utama menuju world class university.

PROGRAM HIBAH RISET IAITB

LEMPANGKAN JALAN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY

Penerima Dana Program Hibah Riset IA ITB

1. AB Initio Study of Amino Acid Adsorption on PolyPyrrole by Ir.Hermawan K. Dipojono, MSEE., Ph.D.2. A Study on Global Parameters of Hilal Visibility in Perspective of Metonic and Saros Cycle by Moedji Raharto, D.Sc.3. Supersymmetric Flows in Supergravity From Matter Multiplet by Dr. rer. nat. Bobby Eka Gunara, M. Si4. Molecular Characterization of Soil Indigeous Bacterial Community in Industrial Wastewater - polluted 5. Agricultural Soils : Implications for Bioremediation by Siti Khodijah Chaerun, Ph.D6. Mathematical Modelling of Surfactant Effects on The Rupture of Condensate Thin fi lms Occurred in a Gass Transmission Pipeline by Dr. Agus Yodi Gunawan7. Modelling granullar oscillation induced by chaos using fl ux equation and neural network by Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi8. Mapping the Seismic Energy Release due to Plate Subduction Activities in Indone-sia: An Attempt to Predict Earthquake by Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D.9. Astrometric Study of Southern Loose Star Groupings Lo 1095, Lo 1339, and Lo 1409 by Dr.Suhardja D Wiramihardja10. Application of Compressive Sensing in Signal Processing, Imaging, and Com-munication by Andriyan B. Suksmono, MT., Ph.D.11. Preparation on Nanoporous Modifi ed Metal Oxide Thin Film for Environmental Sensor by Ir.Nugraha, Ph.D.12. Hybrid Direct Power Control On 3-Phase 4-Wire Active Power Filter by Dr. Ir.Pekik Argo DahonoUtility of Fatigue Measures for Overhead Construction Works by Yassierli, Ph.D.13. New Alternative Thermal Energi Production While Reducing Greenhouse Gas Emission from Coal Mine Flue Gas Using a Novel Technology of Reverse Flow Reac-tor by Dr. Ir.Yogi Wibisono Budhi

B E R I TA K E G I ATA N

Page 38: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

38 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Jumat (6/3) malam itu Hatta, Ketua

Umum PP IA-ITB, seperti memperton-

tonkan kembali kapasitasnya sebagai

‘veteran’ politik yang ulung. Lewat

kepiwaiannya sebagai Ketua Sidang,

mantan Ketua Fraksi di DPR tersebut ter-

lihat rileks dan fl eksibel menjembatani

perdebatan yang alot mengenai soal

yang sulit: status alumni dalam Kongres

Luar Biasa (KLB) ITB di Gedung Aula

Barat ITB, Bandung.

Seperti sudah diduga dari awal,

masalah inilah yang bakal alot dan

memicu perdebatan. Tapi akhirnya, set-

elah melalui diskusi panjang di Kongres,

pembahasan status alumni ITB yang

berhak menjadi anggota IA ITB kembali

pada status semula. Akhirnya .. plong!

Semua pihak pun lega!

Penyempurnaan anggaran dasar/

anggaran rumah tangga (AD/ART) IA

ITB tentang status anggota tersebut

merupakan rekomendasi kongres VII

tahun 2007 dan penyesuaian perkem-

bangan ITB -BHMN. ’’Penyempurnaan

AD/ART yang terfokus pada keang-

gotaan IA tersebut merupakan salah

satu amanah kepengurusan lama,’’ kata

Sekjen IA ITB Prof. Dr. Freddy P Zen.

Gagasan perubahan status alumnii

muncul lantaran pendataan IA diang-

gap membingungkan. Sebab, ada se-

jumlah anggota IA ITB yang tak menye-

lesaikan program studinya baik di D3

maupun S1. Beberapa anggota kongres

berpendapat, sesuai dengan ketetapan

kampus, bahwa defi nisi alumni adalah

setiap individu yang menyelesaikan pro-

gram studinya di kampus ITB. Mereka

yang drop out (DO) tak bisa dikatego-

rikan sebagai alumni. ’’Namun, mereka

berhak menjadi anggota IA ITB namun

dibedakan namanya menjadi Anggota

Luar Biasa,’’ saran para pendukung

perubahan status alumni.

Artinya, anggota yang tak menye-

lesaikan kuliahnya di ITB tidak berhak

mencalonkan diri untuk posisi ketua

umum IA ITB. Draft AD/ART yang telah

memasukkan rekomendasi kongres

2007 itu sebelumnya pernah dibahas

oleh tim penyempurnaan AD/ART.

Selain itu, pembahasan juga dilakukan

oleh forum pembahasan perubahan

AD/ART bersama pengda, pengjur

maupun pihak ITB. Draft inilah yang

diajukan dalam KLB untuk dimintai

persetujuan dan disahkan sebagai

bagian dari perubahan AD/ART.

Sejumlah peserta kongres yang

lain tak sepakat. Mereka menganggap

pendapat tersebut merupakan bentuk

diskriminasi. Mereka lantas menyebut

beberapa mahasiswa yang tidak me-

nyelesaikan kuliah di ITB malah mereka

yang berjasa untuk negara Indonesia,

seperti BJ Habibie. Selain itu ada juga

yang di-DO bukan karena nilainya yang

jeblok melainkan terlalu sibuk memper-

juangkan nasib bangsa.

Setelah berdebat selama sekitar satu

jam lebih, akhirnya Hatta Rajasa selaku

pimpinan kongres menawarkan dua

pilihan. Pertama, apakah anggota IA ITB

terdiri dari Anggota Biasa dan Anggota

SETELAH BERDEBAT HANGAT

KEMBALI KE STATUS SEMULA

B E R I TA K E G I ATA N

Page 39: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 39

Kehormatan saja atau, kedua, IA ITB terdiri dari Anggota Biasa,

Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan.

Hatta Rajasa kemudian meminta rektor ITB, Djoko Santoso,

selaku penasihat IA ITB untuk menyampaikan pandangan-

nya tentang masalah tersebut. Namun Djoko pun ternyata

menyerahkan permasalahan tersebut kepada forum. “Silakan

semuanya tentukan maunya apa, asal setelah disepakati

semuanya harus konsisten mematuhi keputusan tersebut.’’

Setelah perdebatan yang cukup lama dan tidak kunjung

usai, akhirnya Hatta Rajasa menawarkan untuk kembali

ke ketetapan AD/ART sebelumnya. Yakni, siapa pun yang

pernah berkuliah di ITB, lulus maupun DO, dianggap sebagai

alumni ITB dan boleh menjadi anggota IA ITB. Semua setuju

(untuk lengkapnya poin-poin yang menjadi perdebatan dan

keputusan KLB, lihat artikel box).

Kongres pun memutuskan keanggotaan IA ITB hanya

terdiri dari dua macam, yaitu anggota biasa dan anggota

kehormatan yaitu pihak yang berjasa kepada ITB meskipun

dia tidak pernah kuliah di ITB.

Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlu-

nya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, dari

pembahasan sidang, KLB memutuskan bahwa ketua umum

terpilih jika diperlukan dapat mengangkat wakil ketua umum

dalam kepengurusannya

Sidang KLB juga menghasilkan belasan keputusan lain. Di

antaranya, setuju memasukkan klausul yang mendeskripsikan

dan mengatur hubungan antara ITB dan IA ITB. Sidang setuju

memasukkan klausul ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diseleng-

garakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang

membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai

luhur almamater ”.

KLB juga menetapkan, dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB

sebagai ketua Dewan Penasihat. Jumlah pengurus pusat pun

tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan

disesuaikan dengan kebutuhan (fl eksibel) agar partisipasi

dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB.

Selain itu, KLB memutuskan IA-ITB berkedudukan di ibu

kota negara danmemiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .

1. Dalam AD/ART harus ada klausul yang mendeskripsikan dan mengatur hubungan antara ITB dan IA-ITB . Sidang setuju me-masukkan kalusul : ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diselenggarakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai luhur almamater ”.

2. Tata kerja menjadi bagian AD/ART.

3. Perumusan Visi dan Misi IA-ITB diselaraskan dengan Visi dan Misi ITB. Hal ini dimasukkan dalam bagian pendahuluan AD yakni “Bah-wa Alumni ITB merupakan bagian dari ITB yang turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB berdasarkan pada nilai-nilai keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian, yang secara utuh menjadi wujud kontribusinya yang bermanfaat bagi lingkungannya.” Selain itu juga dimasukkan dalam pasal mengenai tujuan IA-ITB yakni “Turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB.”

4. IA-ITB berkedudukan di ibukota negara. Selain itu ditetapkan bahwa IA-ITB juga memiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .

5. Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlunya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, KLB memutus-kan bahwa ketua umum terpilih jika diperlukan dapat menggangkat wakil ketua umum dalam kepengurusannya.

6. Disetujui bahwa dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB ditetapkan sebagai ketua Dewan Penasihat .

7. Secara umum dalam anggaran dasar disebutkan mengenai Bab Susunan Organisasi IA-ITB yakni terdiri dari pimpinan pusat, pimpi-nan daerah, pimpinan program studi (menggantikan terminology juruesan yang tidak dikenal di ITB saat ini) dan pimpinan komisariat, yangmasing masing terdiri dari dewan penasehat dan pengurus

8. Lambang IA-ITB perlu disesuaikan dengan lambang ITB-BHMN. Lambang yang dipakai saat ini dianggap tetap merepresentasikan hal ini.

9. Kongres 2007 memajukan klausul agar ada defi nisi anggota alumni yang tegas. Dalam draft yang diajukan disebutkan adanya anggota biasa, anggota luar biasa , serta anggota kehormatan. Setelah melalui pembahasan dan argumentasi yang beragam baik dari peserta rapat maupun pandangan Rektor ITB, akhirnya diputuskan bahwa anggota IA-ITB kembali kepada defi nisi anggota IA-ITB yang lama yakni terdiri dari anggota biasa dan anggota kehormatan.

10. Kongres Luar Biasa memutuskan bahwa masa kepengurusan IA-ITB Daerah dan IA-ITB Jurusan/prodi mengikuti periode kepenguru-san pusat, yakni 4 (empat) tahun.

11. Disetujui bahwa Istilah ”pra kongres” dihilangkan, seluruh acara yang dimulai dari pembukaan s.d. pemilihan ketua umum IA-ITB yang baru merupakan satu rangkaian kongres

12. Disetujui bahwa jumlah pengurus pusat tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan disesuaikan dengan kebutuhan (fl eksibel) agar partisipasi dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB.13. Selain hal tersebut di atas kongres kali ini juga memasukkan “Kegiatan Hibah Riset” dan “kegiatan teknopreneurship” sebagai bagian dari usaha IA-ITB yang harus dijalankan oleh setiap kepen-gurusan IA-ITB, siapapun pengurusnya.

Naskah AD/ART perubahan yang telah dibahas dalam KLB saat ini sedang dalam proses penyusunan redaksional oleh PP IA-ITB didampingi oleh notaris.

Poin-poin penting yang menjadi perdebatan:

UTUSAN PENDA: Gaya peserta KLB dari

Pengda Bali.

B E R I TA K E G I ATA N

Page 40: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

40 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Pengurus Pusat IA-ITB telah

menerjunkan Tim IA-ITB

TANGGAP sejak Minggu

(29/3) jam 03.00 dini hari,

setelah sore hari sebelumnya

melakukan survey lokasi untuk pendi-

rian Posko. Posko didirikan di depan

Fakultas Ekonomi, Universitas Mu-

hammadiyah Jakarta (UMJ). Tim yang

berjumlah 10 orang ini, bertugas men-

dukung para relawan evakuasi mayat

dan membersihkan rumah-rumah yang

tertimbun lumpur. ‘’Ketika kita tiba,

bantuan dari masyarakat sudah banyak.

Akhirnya kita lebih fokus pada relawan

dan perlengkapan yang dibutuhkan

relawan,’’ Andri Fajria, Ketua Departe-

men Sosial IA-ITB, di Posko IA-ITB TANG-

GAP kepada FORUM ALUMNI Senin

siang lalu. Dari sini, Tim IA-ITB Tanggap

langsung mengirimkan bantuan berupa

sarung tangan, obat-obatan, perlengka-

pan untuk evakuasi mayat, anti septik,

sapu, dan sepatu boot.

Selain itu, Tim IA-ITB Tanggap juga

melakukan pendataan korban, khusus-

nya anak-anak usia sekolah. “Dalam

pelaksanaannya kita berkoordinasi den-

gan Satkorlak Propinsi Banten dan UMJ,’’

cerita Andri, alumnus FT 89, yang juga

dikenal sebagai juragan kambing ini.

Tim yang diterjunkan itu, akan

beroperasi selama 7 hari hingga Min-

ggu (5/4). Selama di lapangan IA-ITB

TANGGAP bekerjasama dengan Ikatan

Mahasiswa UMJ, Yayasan Al-Amin

Dharma Mulia, dan P2B. Sementara itu,

sebagaimana dijelaskan Erick Ridzky/

GM 86, Koordinator IA-ITB TANGGAP,

bahwa, dalam melakukan pendataan

masyarakat korban akan difokuskan

pada anak-anak usia sekolah, berkoor-

dinasi dengan Lurah Cireundeu yang

akan dilakukan mulai Rabu besok (1/4).

Selain mengirim bantuan perleng-

kapan pendukung untuk sukarelawan,

Tim IA-ITB Tanggap juga terjun lang-

sung, bersama-sama dengan sukar-

elawan lain yang sudah aktif di sana.

‘’Tim IA-ITB Tanggap mengirimkan lima

orang untuk membantu membersihkan

rumah-rumah yang masih tertimbun

lumpur,’’ kata Setiawan Eko/MT 94,

kepala Biro Sekretariat dan Koordinator

Lapangan IA-ITB TANGGAP.

Khusus untuk pendataan anak usia

sekolah, IA-ITB Tanggap juga mener-

junkan tim pendataan. Tim diterjunkan

Selasa siang (31/3), langsung melaku-

kan koordinasi dengan para relawan

dari beberapa elemen lain diantaranya

FK UMJ, BEM UI, Psikologi UI dan

Yayasan Al-Amin. Setelah itu, dengan

bantuan beberapa orang mahasiswa

dari kedokteran UMJ dengan terlebih

dahulu berkoordinasi dengan Lurah

Cireundeu. tim pendataan sejak pagi

hingga sore hari. Hasilnya, tercatat

ada 100 orang anak usia sekolah dan

balita korban bencana Situ Gintung

(lihat daftar). Masing-masing anak telah

di-recheck bersama para orang tuanya

yang mengungsi sementara di gedung

Fakultas Kedokteran UMJ. “Saat ini me-

reka tengah dilakukan trauma healing

bekerjasama dengan teman-teman dari

psikologi UI dan Fakultas Kedokteran

UMJ”, kata Kumara Sadana, relawan tim

pendataan IA-ITB TANGGAP.

TIM ‘‘IA-ITB TANGGAP’’ TERJUN KE SITU GINTUNG

B E R I TA K E G I ATA N

Mendirikan Posko

di Situ Gintung,

Tim IA-ITB Tanggap

menyalurkan bantuan

untuk korban, terjun

langsung sebagai

relawan, dan terli-

bat dalam kegiatan

Trauma Healing anak-

anak Situ gintung

Page 41: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 41

Trauma Healing dan Mobil PintarSelain itu, bekerja sama dengan

Yayayasan Solidaritas Istri Kabinet In-

donesia Bersatu (SIKIB), IA-ITB Tanggap

juga mengirimkan Mobil Pintar. Seba-

gaimana disampaikan Ketua Bidang

Organisasi Jetty R. Hadi (PL 75), konfi r-

masi kepastian pengiriman Mobil Pintar

tersebut diperoleh dari Oktiniwati Ulfa

Dariah, atau yang lebih disapa akrab

dengan panggilan Mbak Uke, melalui

telepon Jumat, 3 April. Bahkan sejak hari

itu juga Mobil Pintar, semacam perpus-

takaan berjalan untuk anak dan remaja,

sudah berada di lokasi. Bersama-sama

1. Imas Pandini, 15 th, SMK Grafi ka, kelas 1,

Kampung Poncol

2. Pandu Nugroho, 8 th, SDN Pondok Pinang,

kelas 2, Kampung Poncol

3. Balqis Karima Az Zahra, 8 th, SDN Situ

Gintung, kelas 2, Kampung Poncol

4. Muhammad Faizal, 16 th, SMAN 2 Ciputat,

kelas 11, Kampung Gintung

5. Ahmad Fauzi, 19 th, SMK Grafi ka Lebak Bulus,

Kelas 3, Kampung Gintung

6. Ahmad Mahmudin, 16 th, SMP Muhammadi

yah 17 Gintung, kelas 3, Kampung Gintung

7. Fuad Buchari, 7 th, MI Al-Hidayah Kp Gunung,

kelas 1, Kampung Gintung

8. Annisa Maulidinov, 12 th, MTs Negeri 3

Jakarta, kelas 1, Kampung Gintung

9. Sandriane Meiladinov, 8 th, SDN Situ

Gintung I, kelas 2, Kampung Gintung

10. Elsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8,

Kampung Gintung

11 Alsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8,

Kampung Gintung

12. Devia Rahayu, 10 th, SDN Gintung I, kelas 5,

Kampung Gintung

13. Ghufron Kamil, 17 th, MA Darul Ma’arif,

kelas 3, Kampung Gintung

14. A. Lutfi Fuadi, 16 th, MAN 11 Jakarta, kelas 2,

Kampung Gintung

15. Hilmi Karim, 15 th, SMP 164 Jakarta, kelas 3,

Kampung Gintung

16. Mutia Alifi a, 6 th, TK Santosa, Kampung

Gintung

17. Roy Dwi Cahyo, 12 th, SMP Al Hidayah Lebak

Bulus, Kampung Gintung

18. Fanny Setiawati, 17 th, SMAN 87, kelas 12,

Kampung Gintung

19. Fahri S, 13 th, MTs. Nurul Salam, kelas 1,

Kampung Gintung

20. Syara Anisa, 15 th, SMP Muhammadiyah

Tanah Kusir, kelas 3, Kampung Gintung

21. Rayza Yonivan Bramasta, 11 th, SDN Pondok

Pinang 10, kelas 5, Kampung Gintung

22. Darwin Setiawan, 17 th, SMAN 87, kelas 12,

Kampung Poncol

23. Retno Wulandari, 13 th, SMPN 240, kelas 8,

Kampung Poncol

24. Risma Cahyani, 14 th, SMPN 87 Jakarta,

kelas 3, Kampung Poncol

25. Devi Safi tri, 10 th, SDN 12 Jakarta, kelas 4,

Kampung Poncol

26. Alfi , 9 th, SD Gintung I, kelas 3, Kampung

Gintung

27. Dani, 7 th, SD Gintung 2, kelas 1, Kampung

Gintung

28. Annis A, 13 th, SMP 87, kelas 2, Kampung

Gintung

29. Faizal Arafat, 9 th, SD Min Terpadu, kelas 3,

Kampung Gintung

30. Putri, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung

Gintung

31. Ayu, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung

Gintung

32.Ine Prestiwi, 12 th, SDN Situ Gintung 61,

kelas 6, Kampung Gintung

33.Irgo Agustina, 8 th, SDN Situ GIntung 1, keas 2,

Kampung Gintung

34. Nur Ikromah, 6 th, Playgroup Bintang Kecil,

Kampung Gintung

35. Ihsan, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2,

Kampung Gintung

36. Annisa, 6 th, TK,, Kampung Gintung

37. Aria, 6 th, TK,, Kampung Gintung

38. Faisal, 12 th, SDN Gintung, kelas 6, Kampung

Gintung

39. Arif, 15 th, SMP YMJ, kelas 3, Kampung

Gintung

40. Albi, 7 th, SD Gintung, kelas 1, Kampung

Gintung

41. Keyla Putri Sabana, 2.5 th, Balita,, Kampung

Gintung

42. Maulana Tabrani, 19 th,,,Kampung Gintung

43. Nila Mandarini, 14 th, SMP Fatahillah, kelas 9,

Kampung Gintung

44. Raff a Erlagga, 6 bln, Balita,, Kampung

Gintung

45. Nadita, 10 th, SDN Pondok Pinang 10 Pagi,

kelas 5, Kampung Gintung

46. Dini Alfi onita, 15 th, Man II Pd Labu, kelas 10,

Kampung Gintung

47. Rio Andika, 17 th, Man II Pd Labu, kelas 10,

Kampung Gintung

48. Arreisya Citra Noorsabitha, 6 th, TK Sentosa,

kelas B2, Kampung Gintung

49. Rizki Nur Rachman, 18 th,,,, Kampung

Gintung

50. Sartika Yuliasih, 15 th, MTs. Nurussalam,

kelas 3, Kampung Gintung

51. Mardi Sudrajat, 12 th, SDN Situ Gintung 1,

kelas 6, Kampung Gintung

52. Sabrina, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung

53. Pandu, 13 th, SMP Makarya, kelas 1, Kam

pung Gintung

54. Dimas, 16 th, TM IMJ, kelas 1, Kampung

Gintung

55. Rika, 7 th, SD Situ Gintung, kelas 1, Kampung

Gintung

56. Fadil, 6 th, TK,,, Kampung Gintung

57. Esa, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung

58. Reza Damu Susanto, 13 th, SMP, kelas 2,

Kampung Gintung

59. Mita, 14 th, SMP, kelas 3, Kampung Gintung

60. Kemal, 8 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung

61. Fahri, 8 bln, Balita,,, Kampung Gintung

62. Irsal, 18 th,,,,, Kampung GIntung

63. Mirsa Edi Saputra, 12 th, SMP, kelas 1,

Kampung Gintung

64. Sherin, 10 th, SD, kelas 4, Kampung Gintung

65. Angga Saputra, 19 th, STM, kelas 3, Kampung

Gintung

66. Indah, 16 th, SMA, kelas 2, Kampung Gintung

67. Fika, 14 th,SMP , kelas 3, Kampung Gintung

68. Shela, 7 th, SD, kelas 1, Kampung Gintung

69. Jaya Kusumah, 18 th,,, Kampung Gintung

70. Jaelani, 15 th,,,, Kampung Gintung

71. Zakaria, 10 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung

72. Zeki, 5 th, Balita,,, Kampung Gintung

73. Muhammad Supriyadi, 15 th, SMP, kelas 3,

Kampung Gintung

74. Tia, 8 th, SD, kelas 2, Kampung Gintung

75. Suhaida, 16 th, Pesantren,, Kampung Gintung

76. Sulastri Septiana, 17 th, Pesantren, kelas 3,

Kampung Gintung

77. Wiwi Nur Faidah, 12 th, Madrasah, kelas 5,

Kampung Gintung

78. Nurul Hidayah, 8 th, Madrasah, kelas 1,

Kampung Gintung

79. Abdul Rauf, 12 th, Madrasah, kelas 5,

Kampung Gintung

80. Nasifa, 8 th, Madrasah, kelas 1, Kampung

Gintung

81. Ichvannus, 17 th, SMA 2 Mei, kelas 3,

Kampung Gintung

82. Deka, 8 th, SD Pondok Pinang, kelas 3,

Kampung Gintung

83. Deni, 15 th, SMP Muhammadiyah, kelas 3,

Kampung Gintun

84. Meta, 6 thg, SDN Situ Gintung, kelas 1,

Kampung Gintung

85. Ina Maryana, 19 th,,,, Kampung Gintung

86. Indra Lesmana, 15 th, SMP, kelas 2, Kampung

Gintung

87. Kiki Erawati, 11 th, SD, kelas 5, Kampung

Gintung

88. Reza, 10 th, SD Muhammadiyah, kelas 4,

Kampung Gintung

89. Dimas, 7 th, SD Muhammadiyah, kelas 1,

Kampung Gintung

90. Ferry, 11 th, Korban Yatim Piatu,, Kampung

Gintung

91. Yanuar, 4 th, Balita,, Kampung Gintung

92. Akbar, 20 bln, Balita,, Kampung Gintung

93. Eva, 7 bln, Balita,, Kampung Gintung

94. Galih, 2 th, Balita,, Kampung Gintung

95. Widia, 2 th, Balita,, Kampung Gintung

96. Arin, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung

97. Salma, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung

98. Wulan, 4 th, Balita,, Kampung Gintung

99. Citra, 1 th, Balita,, Kampung Gintung

100.Robi, 3 th, Balita,, Kampung Gintung

101.Zahra, 5 th, Balita,, Kampung Gintung

102.Andini, 3 th, Balita,, Kampung Gintung

103.Dinda, 2 bln, Balita,, Kampung Gintung

104.Aryanti, 5 th, Balita,, Kampung Gintung

105. Anis, 5 th, Balita,, Kampung Gintung

106.Luki, 5 th, Balita,, Kampung Gintung

107.Amanda, 1 th, Balita,, Kampung Gintung

108.Sasa, 3 th, Balita,, Kampung Gintung

109.Tolet, 1 th, Balita,, Kampung Gintung

110.Aryo, 5 th, Balita,, Kampung Gintung

111.Dika, 2 th, Balita,, Kampung Gintung

Data korban Situ Gintung Anak usia

sekolah dan Balita yang sudah

masuk ke redaksi FORUM ALUMNI

hingga pukul 21.30 wib (3/4),

tercatat sebagaimana dilaporkan Tim

Pendataan IA-ITB TANGGAP adalah

sebagai berikut:

Data Anak Usia Sekolah dan Balita Korban Bencana Situ Gintung

B E R I TA K E G I ATA N

Page 42: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

42 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

dengan Tim Trauma Healing, Mobil Pin-

tar ini bisa menjadi teman bermain dan

belajar bagi anak-anak korban bencana.

Evaluasi Kelayakan Gedung Perintis UMJSelain itu, IA-ITB Tanggap sedang

menyiapkan tim untuk melakukan

evaluasi/studi kelayakan lokasi dan

bangunan kampus UMJ. Sebagaimana

diketahui, kampus ini merupakan salah

satu korban bencana Situ Gintung den-

gan kerugian lebih dari Rp. 8 Milliar.

‘’Tim ini kita siapkan untuk menin-

daklanjuti surat permohonan Dekan Dr.

Rahmat Salam, Msi untuk melakukan

evaluasi atas kondisi fi sik bangunan

Gedung Perintis 1 tempat perkuliahan

Fakulatas Ilmu Sosial dan Politik, Agama

Islam dan Kesehatan. Kebetulan ini kan

kompeten dengan bidang kita, yaitu di

bidang keteknikan,’’ kata Andri.

Untuk menindaklanjuti hal terse-

but, departemen sosial IA-ITB akan

melakukan konsultasi dengan Kepala

Bidang Hubungan Almamter Hermanto

Dardak. ‘’Insya Allah kami akan mem-

bantu untuk menyiapkan tim ini,’’ kata

Andri.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun

Musibah jebolnya Tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Tangerang, Banten yang melanda saudara-saudara kita di Tangerang turut menjadi keprihatinan PP IA-ITB. Untuk itu PP IA-ITB mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang telah

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi yang tidak sedikit tersebut.

Bantuan para Alumni untuk Masyarakat Korban Situ Gintung, dapat disalurkan melalui :

qq. Dompet Amal IA-ITB Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391

Bantuan berupa peralatan sekolah bagi korban anak usia sekolah dapat dikirimkan ke:

Sekretariat IA-ITB Jl. Taman Patra II No.16, Kuningan, Jakarta Selatan.

DOMPET AMAL IA-ITB UNTUK MASYARAKAT KORBAN SITU GINTUNG

Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391

Tangga Nama Alumni Jurusan/ Jumlah Donasi Donatur Angkatan

1-Apr 08158014575 1.000.000,-

1-Apr Dian Syarief FA/83 1.000.000,-

2-Apr Sri Inayati ITB/83 1.000.000,-

4-Apr Karyawan

PT Taka Turbo-

machinery

Indonesia 4.340.000,-

6-Apr Hamba Allah 500.000,-

6-Apr Doni Tertana 3.000.000,-

8-Apr Dessi Snorrason ITB/78 3.000.000,-

21-Apr JUMLAH 13.840.000,-

B E R I TA K E G I ATA N

Page 43: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 43

PELAJARAN DARI SITU GINTUNGImam A. Sadisun, ST, MT

SITU, dalam istilah yang lebih

umum, dikenal sebagai danau

berukuran relatif kecil, dapat

terbentuk secara alamiah maupun

buatan. Situ-situ ini mendapatkan

pasokan air baik dari curah hujan, mata air, atau

bahkan sungai-sungai yang terdapat di seki-

tarnya. Beberapa situ memiliki saluran keluar

(outlet) yang terkadang juga dapat terbentuk

secara alamiah. Namun bisa juga merupakan

konstruksi buatan, yaitu dengan membangun

bendungan kecil atau tanggul.

Pada mulanya, situ yang terletak di wilayah

Cirendeu, Tangerang ini terbentuk secara

alamiah. Tanggul pada situ ini dibangun sejak

zaman Pemerintahan kolonial Hindia-Belanda,

yaitu pada 1933 (dikutip dari detik.com, 27/3).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jakarta

dan Kepulauan Seribu yang dibuat Turkandi

dkk.(1992), Situ Gintung berada pada satuan

batuan endapan volkanik.

Berdasarkan jenis materialnya, tanggul Situ

Gintung berupa urugan tanah yang relatif ho-

mogen (earth dam). Pada umumnya, tanggul

jenis ini terdiri dari satu jenis tanah kedap air

yang dipadatkan, yang seharusnya dilengkapi

dengan sistem penyalir horizontal (horizontal

drain) atau cerobong (chimney drain). Sistem

penyalir merupakan bagian yang penting

dalam konstruksi tanggul, terutama berfungsi

menurunkan garis aliran rembesan di dalam

tubuh tanggul.

Ketidakstabilan tanggul disebabkan berba-

gai faktor, yang dapat memainkan peranannya

secara terpisah maupun gabungan. Salah satu

faktor adalah erosi bawah permukaan di bagian

hilir tanggul atau erosi buluh (piping erosion).

Tanah yang umumnya kohesif hasil pelapukan

endapan volkanik, cenderung mudah menga-

lami proses ini. Erosi ini kadang diawali dengan

retaknya lereng tanggul di bagian hilir, disusul

dengan runtuhnya badan tanggul. Runtuhnya

badan tanggul bisa juga dipengaruhi kemung-

kinan rusaknya tanah bawah (subsoil) akibat

erosi buluh.

Bahaya akibat keruntuhan tanggul akan

diperparah apabila kondisi genangan air di situ

terlalu tinggi (overtopping) atau bahkan me-

limpas tanggul. Lebih dari itu, volume air yang

melimpah tentunya akan menjadi ancaman

yang lebih besar setelah badan tanggul runtuh.

Hal-hal tersebut sangat mungkin terjadi

di tanggul Situ Gintung, yang mengakibatkan

jebolnya badan tanggul, Jumat (27/03/09) dini

hari. Sebelum tanggul runtuh, banyak yang

melaporkan adanya retakan-retakan di badan

tanggul. Kemungkinan besar, ini berkaitan

dengan proses erosi buluh dan penurunan

sebagian badan bendungan.

Hujan deras yang terjadi beberapa hari sebe-

lum jebolnya tanggul Situ Gintung, merupakan

penyebab utama naiknya genangan air di situ

tersebut. Situ dengan luas genangan diperkira-

kan mencapai 21 ha itu dan dengan volume air

mencapai 1,5 juta meter kubik, telah memun-

tahkan sebagian besar isinya setelah badan

tanggul jebol. Tak salah bila banyak korban

bencana yang menyatakan banjir bandang ini

seakan tsunami kecil. Bentuk morfologi permu-

kaan tanah yang tidak rata di bagian hilir sangat

memengaruhi larinya banjir bandang dan juga

penyebarannya.

Sistem pemantauanDengan umur yang sangat tua, selayaknya

Situ Gintung mendapatkan perhatian yang

cukup. Tidak hanya sebatas faktor kapasitas dan

kualitas air yang mengisi situ tersebut, tetapi

menyangkut kestabilan badan tanggulnya.

Apalagi, Situ Gintung ini merupakan salah satu

alternatif tempat tujuan wisata yang tak jauh

dari ibu kota negara, maka jaminan keamanan

kepada para wisatawan pun harus diberikan.

Keamanan tanggul harus selalu dievaluasi.

Adanya potensi keruntuhan badan tanggul,

seharusnya dapat diidentifi kasi secara dini.

Usaha-usaha pencegahan ini sangat penting

dan sekecil apapun gejala terhadap kemungki-

nan kejadian keruntuhan badan tanggul harus

selalu diperhitungkan. Metode lain yang cukup

penting yaitu pemantauan atau monitoring.

Gejala-gejala adanya ketidakstabilan

lereng bendungan umumnya dapat dipantau

secara visual. Ciri-ciri umum yang seringkali

dijumpai adalah rembesan atau bahkan mata

air di bagian sisi hilir kaki tanggul secara liar.

Mata air ini lambat laun bisa berkembang

dan akan mengakibatkan proses erosi bawah

permukaan. Proses perkembangan erosi bawah

permukaan kadang-kadang disertai dengan

retaknya tanggul, yang akhirnya mengakibat-

kan runtuhnya seluruh badan tanggul.

Seiring dengan semakin berkembangnya

teknik instrumentasi, bukannya tidak mungkin

memasang alat pantau di setiap tanggul atau

bendungan. Dari jenis alat pantau yang hanya

digunakan untuk mengukur perubahan level

genangan air seperti AWLR (Automatic Water

Level Recording), hingga jenis alat pantau yang

dapat mendeteksi pergeseran pada permukaan

ataupun di dalam tubuh tanggul , seperti halnya

ekstensometer. Hampir seluruh alat pantau

tersebut dapat dikontrol dari jarak jauh secara

real-time.

Mitigasi bencanaDengan telah berkembang kawasan

pemukiman yang relatif cukup padat di

bagian hilir tanggul Situ Gintung, sebenarnya

sangat disayangkan mengapa hal ini terjadi.

Dengan kasatnya potensi risiko bencana yang

ada, usaha-usaha mitigasi bencana terhadap

kemungkinan jebolnya tanggul Situ Gintung

seharusnya dilakukan.

Mitigasi dapat dilakukan secara struktural,

misalnya dengan memberikan tambahan

sistem perkuatan tanggul. Bisa juga secara

nonstruktural, antara lain dengan melakukan

berbagai sosialisasi dan arahan yang tepat

tentang potensi berbagai risiko bencana yang

mungkin terjadi di sekitar kita. Mitigasi secara

umum dilakukan sebelum bencana tiba, ser-

ingkali tidak menentu atau bahkan lebih cepat

dari waktu-waktu yang diperkirakan. Bahkan

terkadang memiliki intensitas yang jauh lebih

besar dari perkirakan semula.

Belajar dari peristiwa jebolnya tanggul Situ

Gintung, sepertinya bencana ini sama sekali

tidak disangka-sangka. Meskipun ada warga

mengetahui indikasi ketidakstabilan tanggul,

tetapi tindakan kesiapsiagaan yang dilakukannya

belum terancang dan terorganisasi dengan baik.

Yang perlu mendapat perhatian di sini adalah

keresahan masyarakat yang tinggal di sekitar

tanggul atau bendungan wilayah lain (khusus-

nya berada di bagian hilir). Apakah hal ini akan

dibiarkan terus menerus berlangsung?***

Penulis adalah Anggota Kelompok Keilmuan

Geologi Terapan, FITB - ITB dan Ketua Divisi

Geologi Teknik - IAGI

O P I N I

Page 44: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

44 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

DIES EMASDARI PENGHARGAAN HINGGA PAMERAN PENDIDIKAN

Pada Maret 2009 ini, Insti-tut Teknologi Bandung (ITB) genap berusia 50 ta-hun. Dalam memperinga-ti usianya yang setengah abad (dies emas), salah

satu perguruan tinggi terkemuka di ta-nah air ini merayakannya dengan ber-bagai kegiatan. Acara yang dipusatkan di kampus ITB, Jl Ganesa, Bandung ini, dibuka oleh Wkil Presiden RI , Jusuf Kalla (JK) Senin (2/3) lalu.

JK tak hanya membuka acara yang tergolong akbar tersebut. Ia juga ren-cananya akan menerima penghargaan Ganesa Prajamanggala Bhakti dari ITB. Penghargaan serupa, juga akan diberikan kepada mantan Presiden RI , BJ Habibie. Kedua tokoh tersebut akan hadir dalam acara yang dipusatkan di kampus ITB. Penghargaan Ganesa Pra-jamanggala Bakti Adiutama, juga akan diberikan kepada 17 orang alumni ITB baik yang sedang menduduki jabatan menteri maupun maupun mantan menteri.

Mereka yang mendapat penghar-gaan Ganesa Prajamanggala Bakti Utama, yaitu Wiranto Arismunandar

(mantan rektor ITB), Rizal Ramli (man-tan menteri), Ginanjar Kartasasmita, Jusman Syafi ’i (menteri Perhubun-gan), Aburizal Bakrie (menko Kesra), dan Hatta Rajasa (menteri Sekretaris Negara).

Tak hanya itu, ITB juga menganu-grahi 29 orang diluar alumni dalam lima kategori penghargaan. Mereka antara lain Andi F Noya, Hariadi P Soepangat, dan sejumlah nama lain-nya. Penghargaan diberikan dalam ac-ara puncak yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla.

Panen penghargaan, itulah yang terjadi dalam dies emas kali ini. Menurut Wakil Rektor Senior Bidang Akadmik, Adang Surahman, ini adalah

penghargaan terbanyak yang pernah dikeluarkan pihak civitas akademika selama 50 tahun ITB berdiri. ‘’Ini se-jarah baru. Selama ini ITB pelit dalam memberikan penghargan,’’ujar dia yang ditemui di ruang kerjanya.

Ada makna penting dalam pembe-rian penghargan tersebut. Menurut Adang, fi losofi dari pemberian peng-hargaan tersebut yaitu kalu kita ingin dihargai maka harus bisa menghargai orang lain. ‘’Ini makna terpenting dari pemberian enghargaan tersebut,’’ujar Adang, yang juga anggota senat akademik ITB.

Rangkaian kegiatan menyambut dies emas tersebut, sudah dimulai se-jak Jumat (27/2) hingga puncak acara pada Senin (2/3). Kegiatan tersebut, kata Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Kesekretariatan, ITB, Dr Ir Bene-dictus Kombaitan., antara lokakarya dengan tema ‘Model Transpormasi Sikap, Karakter, dan Intelektualitas dari Posisi Siwa ke Mahasiswa’. Peserta kegiatan tersebut, yaitu para guru SMUse-Jabar dan bertempat di Cam-pus Center Sayap Barat ITB.

Selain kegiatan tersebut, panitia

A L M A M AT E R

Page 45: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 45

Menarik Perhatian Pengunjung Melalui Stand Pameran dan Presentasi

Dalam rangka Dies Emas ITB, diadakan open house berupa pameran stand-stand tiap fakultas/sekolah di ITB, kantor-

kantor pimpinan ITB, unit-unit kerja di ITB dan presentasi fakultas/sekolah pada tanggal 27 Februari - 1 Maret 2009 di Aula Barat dan Aula Timur ITB.

Pada setiap stand terdapat penjelasan-penjelasan mengenai program studi (prodi) tiap fakultas/sekolah dan penjelasan mengenai unit-unit kerja di ITB. Sedangkan, presentasi diperuntukkan bagi pengunjung yang mayoritas masih duduk di bangku SMA, berlangsung di Aula Barat ITB, merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan kegiatan pendidikan, penelitian, dan

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (WRMA), Balai Penelitian (BP), Satuan Penjamin Mutu (SPM), Rektorat ITB dan Sarana dan Prasarana (SarPras).

Sedangkan, di Aula Timur terdapat stand pameran Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Sekolah Bisnis dann Manajemen (SBM), Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dan Sekolah Pascasarjana (SPS). Untuk stand lainnya, terdapat stand Unit Sumber Daya dan Informasi (USDI), Unit Penyelenggara Teknis (UPT), Pojok Konseling, dan lain-lainnya.

Di stand FTMD, terdapat model pesawat WiSe Craft hasil pengembangan teknologi bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, pengunjung juga dapat memainkan simulator pesawat WiSe Craft yang dapat dikendalikan oleh pilot dan co-pilot dengan joystick. Di stand SF, terdapat alat pembuat tablet secara manual.

Di stand FITB, terdapat simulator gempa yang terbuat dari kotak kaca sederhana dan pasir tiup berwarna. Di stand FMIPA, terdapat teropong bintang yang dijadikan properti pameran, sedangkan di stand SITH terdapat alat fermentasi buatan dan produk-produk hasil riset berupa cendawan yang dikemas dalam bentuk teh seduh, kapsul dan sirup untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Beralih ke Aula Timur, dapat dilihat karya-karya mahasiswa FSRD berupa kursi rotan dengan berbagai bentuk futuristik dan hasil kerajinan tangan lainnya, di stand SAPPK dipamerkan maket-maket hasil karya studio mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota serta mahasiswa Arsitektur.

juga menggelar resentasi fakultas/sekolah. Kegiatan ini merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan keg-iatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan masing-masing fakultas / sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat ITB.

Dies kali ini juga diisi den-gan pameran pendidikan dengan mengedepankan sistem pendidikan dan penelitian di ITB. Kegiatan ini diikuti oleh fakultas/sekolah, program studi, kelompok keahlian dan keilmuan, kantor-kantor pimpinan ITB dan unit kerja di lingkungan kampus tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Ba-rat, Aula Timur dan Campus

Center ITB pada Jum’at 27 Februari - Minggu 1 Maret 2009.

Selain itu, juga digelar pa-meran hasil-hasil penelitian berupa prototipe jasa atau-pun produk jadi dari berbagai fakultas/sekolah, kelompok keahlian / keilmuan, pusat penelitian dan unit – unit kerja di ITB. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Barat, Aula Timur dan Campus Center ITB pada Jum’at 27 Februari – Minggu 1 Maret 2009. Seluruh rangkaian keg-iatan tersebut terbuka untuk umum. ITB juga membuka program kunjungan ke kam-pus tersbeut baik perorangan maupun pelajar dan kalangan guru.

300 Keping Koin Dies EmasDalam rangka memperingati Dies

Emas atau HUT ke-50, Institut Teknologi

Bandung akan meluncurkan koin emas.

Koin emas ini hanya akan dibuat 300

keping saja.

Menurut Iman Sujudi, perancang

koin emas ini, koin-koin tersebut terdiri

dari dua jenis. Masing-masing seberat

35 gram dengan diameter 5 cm dan

berat 25 gram dengan diameter 3,5 cm.

Bila dinominalkan, koin-koin terbuat

dari emas murni 24 karat ini berharga

masing-masing Rp 50 juta dan Rp 30

juta.

Sebagian dari koin-koin ini

rencananya akan diberikan kepada

tokoh masyarakat atau alumni yang

dinilai berjasa kepada ITB. Di antaranya

BJ Habibie dan Hatta Rajasa.

AU

LA

BA

RA

T

pengabdian masyarakat yang dilakukan masing-masing fakultas/sekolah.

Lokasi pameran sains, teknologi dan seni terbagi menjadi dua, di Aula Barat dan Aula Timur ITB. Di Aula Barat terdapat stand pameran dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Fakultas Ilmu dan Teknologi Bumi (FITB), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Sekolah Farmasi (SF), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH). Untuk kantor-kantor pimpinan dan unit-unit kerja di ITB, terdapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Majelis Guru Besar (MGB), Satuan Kekayaan dan Dana (SKD), Wakil Rektor

Page 46: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

46 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Setelah beberapa

pekan silang pendapat,

penganugerahan gelar

doktor kehormatan

(honoris causa/HC)

kepada Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY)ditunda. Penundaan

itu, menurut Rektor ITB Djoko Santoso,

atas permintaan pribadi presiden yang

disampaikan secara langsung.

”Atas keinginan dan kearifan Presiden,

pemberian gelar HC kepada beliau

ditunda setelah Pemilu selesai, baik

pemilu legislatif ataupun pemilu

Presiden. Setelah semua selesai baru

hal itu dibicarakan,” kata Prof Dr Ir Djoko

Santoso MSc usai menemui Presiden di

Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.(6/2).

Sedianya gelar doktor kehormatan

itu akan dianugerahkan tepat pada

Peringatan Dies Emas ITB pada 2 Maret

2009. Momen itu juga bertepatan

dengan 89 tahun pendidikan teknologi

di Indonesia. Dan, Yudhoyono dinilai

tepat mendapat anugerah

pada mo men penting itu.

Menurut Djoko, penundaan itu

dilandasi pertimbangan Presiden

terhadap berbagai aspek. Baik persoalan

luar kampus maupun masalah dalam

kampus ITB sendiri. Jubir Kepresidenan

Andi Alifi an Mallarangeng menyatakan

secara lebih gamblang tentang alasan

permintaan Presiden.”Agar jangan ada

yang beranggapan penganugerahan

gelar ini ada hubungannya dengan

pemilu,’’ katanya, ’’Itu tidak baik baik ITB

dan tidak baik bagi Presiden.’’

Kendati urung diberikan saat

ulang tahun emas, penundaan gelar

HC dinilai banyak pihak tetap saja

menguntungkan SBY. Rekshidatu

Lestahulu, ketua Hima Teknik Mesin

ITB, isu penganugeraan itu sendiri

sudah mengangkat citra SBY secara

tak langsung. Dan, versi Arya Pradipta

THY, ketua Hima Matematika ITB, citra

itu semakin terdongkrak. ’’Permintaan

penundaan itu datang langsung dari

SBY.’’

Godokan dua tahun

Rektor ITB menyangkal adanya

muatan politik di balik rencana

penganugerahan ini. ”Salah satu alasan

pemberian gelar itu karena beliau ini

menunjukkan adanya hardwork, clean

government, cermat, dan menghasilkan

improvement di dalam membangun

industri teknologi di Indonesia,’’ katanya.

Ia menyebutkanpenganugeraan itu

adalah hasil keputusan ITB secara

institusional. Artinya, telah melalui

penelaahan di Senat Akademik.

Proses pengajuan gelar doktor HC

kepada Susilo Bambang Yudhoyono,

menurut Ketua Senat Akademik

ITB Prof Dr Ir Yanuarsyah Haroen,

dilakukan sejak 16 April 2007. Selama

dua tahun senat mengumpulkan

data, mengadakan survei kelayakan,

dan melihat kiprah calon penerima

anugerah.

Dan, palu pun diketuk pada 16

Januari 2009 di Gedung Majelis Guru

Besar ITB, Jl Surapati No 1, Bandung.

Keputusan diambil lewat sidang pleno

yang dihadiri 33 dari 50 anggota senat.

Dari hasil rapat senat yang sudah

memenuhi kuorum itu, sebanyak

60 persen mendukung pemberian

gelar dan 40 persen menolak.’’Biasa

kalau yang kontra itu suaranya lebih

keras,’’kata Wakil Rektor Senior ITB,

Bidang Akademik, Prof Dr Ir Adang

Surahman MSc PhD.

Perubahan sikap ITB

Media massa lokal maupun nasional

langsung menyambar rencana

penganugerahan itu dengan debat pro-

kontra. Pasalnya, selama ini ITB dikenal

sangat selektif dalam menganugerahi

HC. Sejak berdiri, hanya hitungan

jari jumlah orang yang mendapat

gelar kehormatan itu. Mereka adalah

presiden pertama RI, Ir Soekarno,

mantan Dirjen Pertambangan Umum

Sutaryo Sigit, dan mantan Menteri

Perindustrian Hartarto.

Sejumlah tokoh mahasiswa dan

alumni pun angkat suara. Sebagian

dari mereka bersuara kritis. Mereka

mempertanyakan kapabilitas keilmuan

SBY dan status SBY sebagai presiden

dan kandidat presiden mendatang (lihat

galeri pendapat).

Mantan aktivis ITB Fajroel Rachman

adalah salah satu alumni yang paling

bersuara keras yang paling banyak di

kutip di media massa. Ia berpendapat,

pemberian gelar HC mestinya untuk

tokoh yang diakui kapabilitasnya.

Ia mencontohkan Ir Soekarno

mendapatkan doktor honoris causa dari

ITB karena sumbangan keilmuan teknik

sipilnya, terlebih latar belakangnya

memang teknik sipil ITB Ia khawatir

pemberian gelar itu akan terlihat di

mata publik sebagai bentuk dukungan

kampus terhadap calon presiden

mendatang. ”Ini sangat tidak baik untuk

keilmuan,” kata Fadjroel.

Kekhawatiran soal nuansa politis

itu ditampik Adang Surahman.

Lagipula, Adang menyebut SBY bukan

satu-satunya tokoh yang menerima

penghargaan. Ada lima tokoh yang

sudah dan tengah digodok. Dua di

antaranya berbarengan dengan SBY.

Namun, Adang mengunci rapat-rapat

nama-nama tersebut. ’’Takut menjadi

polemik seperti sekarang.’’

Ia melihat pemberian penghargaan

dari ITB sebagai bentuk kedewasaan.

‘’Jika kita ingin dihargai oleh orang lain,

maka kita pun harus melakukan hal

serupa,’’ kata dia. jaka/bandung

GELAR HC UNTUK SBY

MENUNGGUPASCA PEMILU 2009

A L M A M AT E R

Page 47: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 47

A L M A M AT E R

GALERI PENDAPAT

Arya Pradipta THYKetua Hima Matematika ITB

’’Pemberian Gelar Harus Lebih Selektif’’ Pemberian gelar tersebut tidak layak untuk SBY.

Apalagi gelar tersebut kalau tidak salah di bidang informasi teknologi. Terlalu murah ITB memberikan gelar tersebut kepada SBY yang kita ketahui tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut. Seharus-nya rektorat lebih selektif lagi dalam memberikan gelar. Jangan karena dia presiden lantas gelar terse-but diberikan.

Sepengetahuan saya, ITB pernah memberi-kan gelar serupa kepada Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Menurut saya, Soekarno sebagai seorang proklamator, layak mendapatkan gelar tersebut. Kita ketahui perjuangan dia begitu besar dan dia merupakan tokoh pembaharu negeri ini. Bah-kan kiprah Bung Karno tak hanya dikenang oleh masyarakat Indonesia . Tapi, kalangan dunia pun mengakui kemampuan Bung Karno. Jadi menurut saya gelar dari ITB kepada Bung Karno sangat layak.

Saya melihat ada agenda politik dibalik ren-cana pemberian gelar tersebut. Mengapa kepada SBY dan diberikan menjelang pemilu. Masyarakat umum saja, akan paham bahwa ada kepentingan politik dibalik pemberian gelar tersebut. Kalau sekarang rencana pemberian gelar tersebut diundur setelah pemilu, sebenarnya itu hal yang wajar. Apalagi permintaan penundaan itu datang langsung dari SBY. Ini akan mendongkrak citra SBY dalam pemilu nanti. jk

Rekshidatu LestaluhuKetua Hima Teknik Mesin ITB

’’Kriteria Penghargaan Mesti Terbuka ’’Saya yakin pemberian gelar kepada Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) melalui mekanisme yang berlaku di ITB. Tentunya pemberian gelar tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Namun, saya sendiri tidak mengetahui secara pasti kriteria tersebut. Ini mestinya disampaikan pihak rektorat secara terbuka kepada masyarakat umum agar tidak jadi rumor yang negatif.

Menurut penilaian saya, pemberian gelar tersebut layak diterima oleh SBY. Saya melihat SBY mampu memperbaiki kondisi disaat krisis. Meksi perbaikannya belum maksimal, namun kinerja pemerintahan SBY sudah dianggap baik. Mungkin kalau kondisi Indonesia tidak sedang krisis, apa yang dilakukan SBY akan lebih terlihat lagi.

Saya melihat pemberian gelar tersebut memang ber-muatan politis karena diungkapkan ke media menjelang Pemilu 2009. Saya tidak tahu siapa yang mengeluarkan isu tersebut pertama kali. Bisa saja dari kalangan rektorat ataupun kalangan parpol. Dari kalangan rektorat mung-kin ada pihak yang mempunyai keinginan-keinginan, misalkan menjadi menteri, kalau SBY terpilih kembali. Ini baru dugaan saja.

Meski pada akhirnya rencana pemberian gelar terse-but ditunda, namun isu tersebut sudah terlanjur menye-bar d masyarakat. Saya setuju rencana tersebut ditunda setelah pemilu nanti. Namun tetap saj isu tersebut telah mengangkat citra SBY secara tidak langsung.

Pemberian gelar doktor honorius causa (HC) kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertim-bangannya murni akademik, kenapa harus takut?

Dengan banyak memberikan gelar kepada orang lain, bukan berarti ITB memurah-murahkan gelar atau merendahkan diri sendiri. Justru sebaliknya, pembe-rian gelar lebih banyak sebagai bentuk kedewasaan ITB dalam pergaulan dengan masyarakat. .ITB mulai memandang perlu memberikan gelar kepada orang di luar ITB. Dulu-dulu kita pelit. Kalau memberi gelar itu tidak diartikan menghinakan kita. Bahkan sebaliknya kalau kita menghargai orang lain maka orang lain akan menghargai kita.

Pemberian gelar tersebut, jangan dikaitkan dengan dengan masalah lain, termasuk politik. Pihak-pihak yang mempertanyakan pemberian gelar tersebut, tentunya mereka melihatnya dari kacamata politik. Tolong jangan dicampuradukkan. Kita tidak berpikiran ke sana,.

Gelar doktor HC, bukan gelar doktor beneran. Jadi, jangan menilai apakah seseorang itu pantas atau tidak mendapat gelar itu. Ini bukan gelar doktor sesungguhnya. Jangan terjebak ke situ.

Biasanya pemberian gelar HC dikaitkan dengan prestasi meskipun bukan di bidang itu. Meski demikian, pemberian gelar tersebut ujung-

ujungnya memang harus bisa dikaitkan dengan keil-muan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Etikanya, memang harus bidang yang terkait dengan keilmuan ITB. Saya kira itu logika. Nggak mungkin ITB memberi gelar HC kedokteran. Harus ada kaitannya. Sedikit saja kaitannya nggak apa-apa.

Bidang teknologi informasi (TI), merupakan salah satu bidang yang jadi pertimbangan ITB dalam mem-berikan gelar tersebut. SBY merupakan satu-satunya presiden yang concern terhadap masalah TI. SBYsatu-satunya presiden yang pernah mengundang ITB dan meminta ITB untuk memikirkan masalah TI. Presiden mana di Indonesia yang memikirkan masalah TI?

Prof Dr Ir Adang Surahman, MSc PhDWakil Rektor Senior Institut Teknologi (ITB) Bandung , Bidang Akadmeik

’’Bentuk Kedewasaan ITB’’

Page 48: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

48 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Sudah tiga tahun ini Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalankan roda organ-isasinya yang baru. Karena

tergolong baru, maka tak heran jika organisasi ITB yang berubah berdasar-kan Keputusan Senat Akademik No 34/SK/Ko1-SA/2003 ini masih banyak mengalami kekurangan di sana-sini. ’’Ibaratnya dulu terbiasa jalan kaki, sekarang harus nyetir. Jadi belum terbiasa,’’ komentar Wakil Rektor Se-nior Bidang Akademik, Prof.Dr. Adang Surahman.

Nah, merunut ke proses awalnya, perubahan struktur baru ini tak lepas dari amanat Peraturan Pemerintah (PP) No 155 Tahun 2000 tentang Kelem-bagaan ITB tentang status ITB sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Tidak Hirarkis

Sesuai yang diamanatkan PP, pe-

nataan tugas dan fungsi setiap organ

beserta perangkat organisasi di ITB ini

dimaksudkan untuk mencapai beberapa

tujuan sekaligus. Pertama, tentu saja

untuk menjadikan ITB sebagai lembaga

pendidikan yang berbasis penelitian dan

keilmuan. Secara manajerial, penataan

juga ditujukan untuk membagi secara

jelas organ yang berfungsi akademik dan

kemahasiswaan pada satu sisi; dan organ

yang lebih berfungsi administratif, mana-

jerial, dan pendukung pada sisi lainnya.

Selain itu, penataan juga bertujuan untuk

membuat organisasi ITB lebih efi sien. ’’Kita

ingin organisasi ITB lebih datar atau fl at

dan tidak berjalan secara hirarkis,’’ kata

Adang, yang juga dikenal sebagai pakar

teknik sipil ini.

Dasar penataan tak lain adalah visi dan

misi ITB sendiri. Dalam visi misi ITB, kata

Adang lebih jauh, tergambar cita-cita

luhur untuk mewujudkan masyarakat dan

bangsa Indonesia agar mampu sejajar

dengan bangsa maju dunia. Untuk mewu-

judkannya, diperlukan keinginan kuat sivi-

tas akademika ITB memunculkan nilai-nilai

dan potensi lokal, yakni tradisi dan budaya

nusantara (geososioekokultur Indonesia).

Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar bagi

pengembangan sistem keilmuan melalui

pencapaian kegiatan penelitian berkelas

dunia, keunggulan ilmiah korporatif dan

kecendekiawanan yang tinggi.

Untuk bisa mewujudkan visi dan mis-

inya sebagai universitas berciri teknologi

ITB harus didukung oleh sistem organisasi

yang memadai. Pengelompokan fungsi-

fungsi organisasi yang sekarang berlaku,

kata Adang, telah diputuskan berdasarkan

pemikiran yang mendalam tapi tetap ber-

pegang pada prinsip pohon keilmuan tapi

ADA SEKOLAH, ADA FAKULTAS

ADA JURUSAN,ADA PRODI

Jika Anda lama tidak menengok Kampus

Ganesha dan berkunjung ke sana saat ini,

mungkin Anda akan menemukan hal-hal

baru yang membuat Anda bertanya-

tanya. Tak hanya kinclong gedung dan

namanya, tapi juga organisasinya.

Misalnya, istilah departemen kini tidak

dipakai lagi. Sebagai gantinya, muncul

istilah Fakultas, Sekolah dan Program

Studi. Apa sih perbedaannya dengan yang

lama sebenarnya?

A L M A M AT E R

Page 49: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 49

A L M A M AT E R

kontekstual. ’’Artinya, disesuaikan dengan

perkembangan masyarakat agar mudah

melakukan penetrasi budaya yang sesuai

dengan arah kebijakan ITB, dan pada saat

yang sama secara efi sien dapat dikelola,’’

papar Adang panjang lebar.

Menghilangkan Departemen

Dalam sistem organisasi yang lama,

ITB mengenal rektor, dekan, departemen

(jurusan), program studi (prodi), KBK,

dan dosen. Dengan keluarnya SK No 34,

struktur organisasi itu dipotong setingkat.

‘’Sebenarnya pilihannya ada dua, fakul-

tas yang dihilangkan atau departemen.

Selama ini terjadi duplikasi peran. Akhirnya

yang dipotong departemen,’’ kata pria

kelahiran Cimahi ini.

Sebelum reorganisasi dilakukan, ITB

terdiri dari lima fakultas dan 34 departe-

men. Dengan posisi ini, dekan kadang

harus membawahi enam sampai de-

lapan program studi. ’’Ini kan berat,’’

komentarnya. Karena itulah maka fakultas

dipecah menjadi 12 fakultas. Selain beban

dekan menjadi lebih masuk akal, jalur dari

rektor ke bawah pun jadi lebih efi sien.

’’Secara organisatoris, kan lebih baik rektor

membawahi 12 fakultas daripada 34 de-

partemen,’’ kata Adang menggambarkan.

Sementara pada saat yang sama beban

dekan pun jadi lebih rasional. ’’Dekan

tak harus membawahi enam, tujuh atau

kadang delapan prodi. Cukup tiga atau

empat saja,’’ katanya.

Yang jadi masalah, karena organisas-

inya masih baru maka diperlukan waktu

untuk penyesuaian. ‘’Kalau ada kesan

organisasi sekarang lebih jelek diband-

ing yang dulu, ini karena belum paham.

Ibaratnya, ya itu tadi, kita tadinya jalan

kaki kemudian menyetir mobil. Karena

nyetirnya belum bagus, maka logika kita

pun jadi terbalik: lebih baik jalan kaki saja

deh. Itu yang terjadi.’’

Sekalipun tata laksana organisasi baru

ini sudah berjalan sekitar 80%, harus diakui

masih ada kekurangan di sana sini. ’’Untuk

mengatasinya memang diperlukan ko-

munikasi dan penjelasan yang lebih besar

lagi,’’ kata Adang, menambahkan.

Sekolah versus Fakultas

Yang mungkin menimbulkan tanda

tanya, barangkali adalah adanya dualisme

sekolah dan fakultas. Misalnya, ada Seko-

lah Arsitektur, Perencanaan dan Pengem-

bangan Kebijakan (SAPPK), Sekolah Bisnis

dan Manajemen (SBM), dan seterusnya.

Di luar itu, ada fakultas-fakultas, seperti

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

(FITB), Fakultas Teknologi Indonesia (FTI),

dan lain sebagainya. Lha, apakah sekolah

dan fakultas merupakan dua ’’binatang’’

yang berbeda?

’’Tidak. Itu hanya perbedaan identitas

saja,’’ jawab Adang. Fakultas yang prod-

inya serumpun dikelompokkan menjadi

satu, yang disebut ’’fakultas’’. ‘’Untuk

gampangnya, fakultas menyangkut rum-

pun yang 25-50 persen mata kuliahnya

sama,’’ katanya menjelaskan. Nah, kalau

sekolah adalah penamaan rumpun yang

mata kuliahnya hampir 50 persen sejenis.

’’Misalnya Program Studi Arsitek dan

Planologi. Karena mata kuliah yang serum-

pun hampir mencapai 50%, maka disebut

’sekolah’.’’

Apakah memang pembedaan nama

ini harus dilakukan? Menurut Adang, iya. ’’

Kelihatannya memang seolah-olah sama

saja. Tapi cara kita memandang, kita bisa

membedakan sekolah atau fakultas. Kalau

di sekolah pengaturan keseragamannya

lebih gampang, bikin kurikulumnya pun

mudah karena memang lebih banyak

kesamaannya. Tapi di fakultas lain. Ketika

kita mencoba melakukan penyesuaian

itu susah karena tiap prodi punya ciri-ciri

sendiri lebih besar,’’ imbuh dia.

Pembagian Peran yang Jelas

Dalam organisasi yang baru, pem-

bagian peran sangat jelas. Peran unit

terkecil, fakultas atau sekolah, dipimpin

oleh dekan yang membawahi tiga tiga

entitas, yaitu prodi (mirip eks departemen

dulu), para dosen yang tergabung dalam

kelompok keahli an/keilmuan (KK), dan

entitas yang membawahi instusi penun-

jang/pendukung.

Dalam penataan yang baru, Ketua

Prodi tak bertugas mengurusi dosen.

Dosen itu wilayahnya fakultas. ‘’Dulu ada

dualisme. Saya kadang mengurus sesuatu

ke ketua jurusan dan ketika mengurus gaji

kenaikan pangkat ke fakultas.’’ Sekarang,

Ketua Prodi hanya mengurus pendidikan

mahasiswa dan pembinaan kehidupan

kemahasiswaan.

Para dosen berada di bawah Kelom-

pok Keahlian (KK) yang masing-masing

dimpimpin oleh seorang ketua. Di luar

KK, ada perpustakaan, laboratarium, dan

studio. Entitas penunjang semuanya se-

cara organisatoris langsung ada di bawah

dekan. jaka/bandung

Page 50: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

50 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Tak hanya caleg, tapi juga carek yang tampaknya ramai jadi pembicar-aan di ITB. Carek? Jan-

gan bingung, ini hanya kependekan ngawur untuk ’’calon rektor’’. Musim pemilu sih ....

Ya, tidak terasa empat tahun sudah rektor seka-rang, Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, M.Sc. menjabat sebagai pimpinan tert-inggi ITB. Karena masa jabatannya bakal berakhir pada 2010 menda-tang, maka tidak mengherankan bila saat ini, di tengah keramaian Dies Emas 2009 ini, sudah ada kasak-kusuk: siapa nih calon rektor periode mendatang? Nah, setelah keramaian Dies Emas usai, bisa dipastikan ITB bakal diramaikan lagi oleh momen lima tahunan yang selalu ditunggu-tunggu ini. Gebyarnya memang beda, tapi pasti tak kalah seru.

Harapan MahasiswaYang jelas, kalangan mahasiswa

sudah ada yang mulai ikut-ikutan buka suara. Para mahasiswa ber-harap mereka bisa turut dilibat-kan, meski secara tidak langsung. Paling tidak suara dan harapan mahasiswa bisa didengar oleh Senat Akademik (SA), Majelis Guru Besar (MGB), dan Majelis Wali Amanah (MWA). ‘’Minimal kami bisa mengusulkan kriteria calon rektor,’’ kata Rakshidatu Lestaluhu, Ketua Hima Mesin ITB.

Menurut Ketua Senat Akademik ITB, Prof Dr Yanuarsyah Haroen, masukan tak hanya diharapkan dari kalangan mahasiswa. Pihak luar pun, yaitu masyarakat, juga diminta masukannya dalam proses

pemilihan rektor. ‘’Karena itulah maka kami akan mulai bergerak dari sekarang,’’katanya.

Waktu yang panjang untuk proses pemilihan rektor, kata Yanuarsyah, diharapkan menjadi bekal tersendiri. Pada pemilihan rektor sebelumnya, pihaknya hanya memiliki sekitar empat bulan saja. Tapi sekarang masih ada waktu lebih dari enam

bulan untuk melakukan persiapan. ‘’Dengan waktu yang panjang, diharapkan bisa menam-bah kualitas hasilnya.’’

TahapanDalam tradisi ITB, pemilihan

rektor akan dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahap per-tama yang akan dilakukan adalah membentuk tim kecil. Tim inilah yang akan merumuskan tahapan-tahapan pemilihan rektor. Tim ini berisikan orang-orang yang berkompeten, baik dari kalangan Senat Akademik maupun para dosen. Tim ini juga akan meran-cang program pemilihan rektor pada periode berikutnya.

Berdasarkan PP 155 Tahun 2000 tentang Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pasal 36 ayat 1 butir h, Senat Akademik bertugas mengusulkan calon rektor kepada MWA yang tata caranya diatur lebih lanjut dalam keputusan SA. Hal itu diperkuat dengan ang-garan rumah tangga ITB pasal 40 ayat 1 butir m.

Masa Jabatan Empat Tahun

Berbeda dengan pemilihan rektor sebelumnya, periode masa jabatan rektor mendatang lebih pendek, hanya empat tahun. Na-

mun payung hukum yang diguna-kan untuk proses pemilihan tetap menggunakan aturan yang lama. Masa kerja empat tahun ini men-gacu pada PP 155 Tahun 2000.

Lalu seperti apa fi gur yang tepat untuk meminpin ITB? ’’Figur itu harus memahami tata kelola ITB. Apalagi, dalam tiga tahun ke depan ITB sedang menata diri sesuai dengan amanah UU BHP. Figur tersebut tentunya juga harus memahami keputusan Majelis Wali Amanah dan SA. Misalnya kepu-tusan WMA mengenai RIP atau RENIP ITB sampai dengan tahun 2025,’’ kata pakar Elektronika Gaya dan Sistem Penggerak Listrik ini.

Tak hanya itu. Calon rektor juga harus memahami agenda akade-mik 2008-2013, harkat pendidikan di ITB, kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni di ITB, nilai-nilai ITB BHMN, kebijakan universitas riset.

Kriteria akan Disusun Nantinya, kriteria calon rektor

secara lengkap akan disusun oleh panitia pemilihan. Ketika meny-usun kriteria, panitia bisa belajar dari pengalaman pemilihan rektor lima tahun lalu.

Menurut Yanuarsyah, kriteria adalah evaluation judgment. Misalnya integritas, komitmen, kepemimpinan, jiwa wirausaha-wan, wawasan dan kemampuan manajerial. ‘’Sedangkan perysratan lain lebih pada verifi kasi adminis-trasi, yaitu warga negara Indonesia , sehat jasmani rohani, dan ber-pendidikan doktor, usia tidak akan memasuki masa pensiun ketika menjabat rektor.

Mengenai usia yang tepat bagi seorang rektor ITB mendatang, Yanuarsyah tak mempersoalkan-nya. Kata dia, soal usia jangan dijadikan dikotomi karena itu menyangkut kodrat alam. Apalagi kalau dicari-cari lemahnya, pasti akan ketemu. ‘’Yang tua bisa di-sebut ngeyel, kalau yang muda dianggap belum berpengalaman.’’

Nah, repot khan? jaka/bandung

HAYO, SIAPA MAU

JADI ’’CAREK’’?

A L M A M AT E R

Page 51: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 51

A L M A M AT E R

Tim GARUDA 77 dari ITB yang beranggota-kan Andhika Putra Pratama, Raka Pradipta Nandiwardhana , Saifullah Abas Wahid ke-luar sebagai tim

terbaik nasional dalam Pan-Asian Ratailing Simulation Game 2008 - Indonesia (PARSG 2008). Dengan demikian, tim GARUDA 77 berhak mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi fi nal di National Central University, Taiwan. Kompetisi fi nal tingkat dunia, akan diselenggarakan pada 15-18 Mei, memperebutkan grand prize uang tunai US$ 10.000.

Sedangkan GARUDA 72 dari ITB

yang beranggotakan Adriansyah Ibnu Hikam dan Henny Triana berhak atas tropi juara 2. Di tem-pat ketiga GARUDA 75 dari UNPAR yang beranggotakan Samuel Erlang Pratama, Yandi Tanaga, serta Trixie Aniela Suwondo.

Pan-Asian Retailing Simulation Game 2009 (PARSG 2009) adalah sebuah kompetisi yang dicetuskan oleh Departemen Administrasi Bisnis, National Central Universty, Taiwan. Kompetisi ini bertujuan meningkatkan pemahaman maha-siswa mengenai bisnis ritel di Asia.

“Saat menjalani ronde 1-3 kami masih mengambil keputusan ber-dasarkan perhitungan dan analisis yang mendalam, namun pada ronde ke-4 kami hampir tidak dapat memprediksi strategi apa yang harus diambil untuk dapat me-nang. Akhirnya berdasarkan analisis dicampur dengan feeling yang kuat

kami dapat menentukan strategi yang tepat,” Demikian Andhika bertestimoni.

The Retailing Simulation Game adalah kompetisi online. Mahasiswa akan bersaing dengan mengguna-kan suatu program yang disebut Chain Store Master (CSM). Program ini memungkinkan mahasiswa men-gubah dan menyesuaikan parame-ter lingkungan bisnis sesuai dengan keinginan guna memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dibutuh-kan pemikiran strategis yang cepat dan akurat dalam proses pengambi-lan keputusan untuk dapat berkom-petisi disini. Pada akhir periode, program CSM akan mengevaluasi kinerja dari setiap tim.

Panitia lokal kompetisi ini di-selenggarakan oleh Penelitian dan Pengembangan Manajemen Fakul-tas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. (sumber:www.itb.ac.id)

ITB Raih Dua Award pada Lomba Perancangan Prosesor di Jepang

TIM GANESHA ANT berhasil

meraih penghar-

gaan tertinggi dari

Japan Society of

Information and

Communication, IEICE, pada lomba

perancangan chip: LSI-Design Contest

2009. Ganesha ANT, beranggotakan

mahasiswa STEI ITB: Tyson, Aisar L.

Romas, dan R. Siti Intan, berhasil meny-

isihkan fi nalis dari Universitas ternama

di Jepang dan Korea. Pada lomba yang

sama, satu tim lagi, yaitu Team Zoiros,

mendapat penghargaan dari Multina-

tional Company, Xilinx® Award.

Team Ganesha ANT mengajukan

rancangan prosesor baru yang dapat

mengeksekusi proses secara paralel.

Prosesor tersebut memiliki keunggulan

dalam kecepatan proses dibanding

prosesor yang umum dipakai sekarang.

Hasil rancangan tim tersebut berupa

prototipe komputer kecil yang dapat

menjalankan “Game Hangman”.

Para juri sangat terkesan dengan

inovasi baru dalam prosesor terse-

but. Hal tersebut dibuktikan dengan

harapan yang disampaikan juri agar

prosesor tersebut dapat diterapkan di

Industri IT. Para juri pun berujar bahwa

prosesor karya mahasiswa ITB ini dapat

meningkatkan kinerja perangkat elek-

tronika seperti Komputer, PDA, Smart

Phone dan lain sebagainya. Teknologi

prosesor sendiri saat ini biasanya dikua-

sai oleh industri-industri hi-tech, seperti

Intel, Sun Microsystems, dan IBM.

Tim Zoiros yang membuat rancan-

gan prosesor dengan kecepatan men-

capai 1 GigaHertz berhasil menunjukkan

keunggulan sistem mereka. Prototipe

komputer tim yang beranggotakan

mahasiswa STEI ITB: Randy Hari Widialak-

sono, Ahmad Fajar Firdaus, dan Iman

Prayudi juga dapat memperagakan ke-

mampuan prosesor dalam menjalankan

“Video Game Sokoban”.

Kedua Tim dipersiapkan selama

6 bulan melalui kuliah perancangan

chip di STEI ITB oleh Dr. Trio Adiono.

Lomba ini merupakan lomba tahunan

bertaraf internasional yang diada-

kan di kota resort paling terkenal di

Jepang, yaitu Okinawa. Para juri pada

lomba ini berasal dari akademisi dan

perusahaan-perusahaan terkenal di

dunia elektronika internasional. Prestasi

ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki kompetensi yang tidak kalah

dengan negara industri lainnya. Hal ini

juga sekaligus menunjukan kesiapan

ITB sebagai institusi pendidikan bertaraf

internasional. Keberangkatan tim didu-

kung oleh Cisco Systems Indonesia dan

Alumni ITB 75. (sumber:www.itb.ac.id)

Mahasiswa ITB wakili Indonesia Dalam Kompetisi PARSG 2009 di Taiwan

Dua Tim SBM ITB lolos National Final L’oreal Brandstorm

DUA TIM DARI SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN

ITB lolos ke dalam babak empat besar national fi nal

L’oreal Brandstorm. Kedua tim tersebut, Tim Odyssey

(Amal, Ifad, dan Safi r) dan Tim Ganesha (Frank, Arini,

dan Dito), akan bersaing dengan tim dari Universitas

Indonesia dan Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Tim

pemenang national fi nal akan mewakili Indonesia di

Paris.

Prestasi ITB dalam sejarah kompetisi L’Oreal e-Strat

Business Challenge patut diacungi jempol. Hampir set-

iap tahun ITB mengirimkan wakilnya. Tahun 2007, tim

Rajawali ITB berhasil memenangkan dua penghargaan

tingkat internasional, yaitu juara tiga internasional

dan penghargaan SharePriceIndex (SPI, harga saham)

tertinggi dunia pada fi nal kompetisi ini di Paris.

L’oreal Brandstorm adalah kompetisi marketing

berskala internasional yang diadakan L’oreal.Tema

marketing L’oreal Brandstorm tahun ini adalah produk

parfum dari perusahaan kosmetik Maybelline New York.

Dalam perlombaan setiap tim dituntut untuk

mengembangkan strategi pemasaran bermutu interna-

sional. Strategi dimulai dari tahap market research,

product development, product launching, hingga com-

munication strategy seperti pembuatan iklan media

cetak dan TV Commercial.

Setelah melewati tiga babak penyisihan, tim fi nalis

diwajibkan melakukan presentasi di babak fi nal pada

24 April 2009 mendatang. Sebelumnya, setiap fi nalis

akan mendapatkan pembekalan materi dari praktisi

marketing McCann Erickson (Jakarta), salah satu mar-

keting agency terbesar di dunia yang berkantor pusat di

New York. (sumber:www.itb.ac.id)

Page 52: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

52 FORUM ALUMNI I April-Mei 200952 FORUM ALALUUMNIM I April-Mei 2000099

Beginilah suasana ITB 50 tahun lalu,

tepatnya tanggal 2 Maret 1959 Presiden

Soekarno datang ke kampus Ganesha

untuk meresmikan ITB.

Foto-foto diambil dari blog-nya Rinaldi

Munir, dosen IF pada Sekolah Teknik Elektro

dan Informatika ITB ( http://rinaldimunir.

wordpress.com/2009/01/20/foto-foto-

peresmian-itb-tahun-1959-oleh-bung-

karno/).

Rinaldi (IF 85), dosen IF yang blognya

lumayan informatif (dan direkomendasikan

untuk dikunjungi) memperoleh koleksi

foto-foto langka dari STEI. Nah, foto-foto

ini dipindai dari album milik Proff esor T.M.

Soelaiman, salah satu guru besar di Teknik

Elektro ITB.

1. Barisan mahasiswa siap-siap menyambut kedatangan Presiden Soekarno. Foto ini di lapangan bola yang terletak di tengah kampus (sekarang sudah berganti bangunan LabTek V, VI, VII, VIII, dan XI). 2. Presiden Soekarno datang dengan mobil sedan. Bung Karno memakai payung sendiri dan duduk agak tinggi. 3. Presiden Soekarno dan Rektor ITB saat itu berjalan dari pintu gerbang menuju lapangan bola. 4. Mahasiswa berbagai Departemen dan Fakul-tas berbaris rapih di pinggir lapangan bola. 5. Para dosen dan istri dosen duduk rapih di pinggir lapangan. 6. Mahasiswa berpakaian adat/nasional menuju meja protokler.7. Bung Karno berpidato tanpa teks sambil bernostalgia menceritkan masa kuliahnya dulu di kampus TH (sekarang ITB).8. Rektor dan Bung Karno membuka prasasti. Sekarang prasasti atau tugu ini berada tepat di tengah kampus (antara LabTek V dan LabTek VIII). Di kemudian hari mahasiswa menyebut-nya sebagai Tugu Soekarno.

1

2

3

4

5 6

7

8

MENYAMBUT BUNG

KARNO

IOT

A T

AU

BE

TA

Page 53: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 53

BASKET DANMERPATI PUTIH

MATAKULIAHFAVORIT SAYA

Direktur Utama PT Telkom, Tbk.

Rinaldi Firmansyah

WAWA N C A R A

Page 54: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

54 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

WAWA N C A R A

Kalau kebetulan sedang berkunjung

kembali ke ITB, apa yang paling diingat?

’’Lapangan Basket!’’ jawaban ini langsung

meluncur dari Direktur Utama PT Telkom

Tbk. Rinaldi Firmansyah, dalam kesempa-

tan wawancara dengan Forum Alumni

di kantor Telkom, Graha Telkom, Jl. Gatot

Subroto, Jakarta, Senin sore 2 Maret lalu.

Harap maklum. Alumnus Teknik Elektro

angkatan 79 ini memang pehobi basket

dan sempat menjadi kapten tim basket

ITB. ’’Biasalah kalau pemain basket itu

banyak fans ceweknya, tapi istri saya

bukan dari ITB lho, tapi dari Trisakti,’’

katanya.

Selain aktif di unit basket, ayah tiga

anak ini (dua perempuan, satu laki-laki)

juga aktif di unit silat Merpati Putih. Malah

kalau ditanya apa mata kuliah terfavorit,

pria kelahiran Tanjung Pinang, 10 Juni

1960 langsung menjawab, ’’Basket dan

Merpati Putih ha ha ha ...!’’

Di luar ’’mata kuliah’’ kegemarannya,

Rinaldi juga bercerita mengenai banyak

hal: bisnis telekomunikasi di Indonesia,

organisasi alumni, dan ITB secara keselu-

ruhan. Berikut penuturan lengkapnya:

Bagaimana Bapak melihat

ramainya pemain industri teleko-

munikasi baik lokal maupun asing di

Indonesia?

Saya rasa ramainya industri karena

beberapa hal yaitu besarnya market di

Indonesia dan industri ICT Indonesia

masih sangat menarik, walaupun saat ini

sudah terlalu banyak pemainnya.

Berapa sih sebenarnya jumlah

ideal pemain industri telekomunika-

si di Indonesia?

Susah juga memastikan jumlah ide-

alnya. Tetapi kalau kita bandingkan den-

gan negara-negara lain rata-rata jumlah-

nya sebanyak 4-6 perusahaan. Seperti di

Singapura cuma 3 perusahaan, Malaysia

juga 3, Thailand 4, Australia 4, China 4,

India 6-7 perusahaan. Sementara Indo-

nesia lebih banyak pemainnya.

Apa efeknya bagi industri?

Pertama pemakaian frekuensi

menjadi tidak efi sien, dan kedua terjadi

perang tarif akibat perebutan pelang-

gan. Hal itu sebagai upaya new comer

untuk merebut hati konsumen.

Bukankah diuntungkan jika harga

murah?

Kita harus melihatnya dari tiga pilar

industri yaitu operator, konsumen dan

regulator. Industri yang sehat itu tidak

bisa hanya melihat dari satu sisi saja,

seperti dari konsumen misalnya. Tetapi

harus memperhatikan keseimbangan

dua pilar lainya. Jika salah satu ada yang

terganggu, maka seperti sekarang yang

terjadi, dimana ada beberapa operator

yang mulai goyang seperti tidak mam-

pu membayar utang. Hal itu menanda-

kan bisnis model mereka sudah mulai

berubah. Meski sudah menggunakan

strategi tarif murah untuk merebut

konsumen, namun faktanya tidak semua

perusahaan berhasil.

Bagaimana Telkom menyiasati

kondisi tersebut?

Kalau Telkom itukan pemain incum-

bent sehingga kenyang pengalaman.

Pelayanan dan jasa kita paling lengkap

di sini. Sebenarnya awalnya kita tidak

mau perang tarif, tetapi tentu saja tidak

bisa terus menerus membiarkan kom-

petitor kita merajalela. Akhirnya terpaksa

kita harus ikut juga. Kita pernah kehilan-

gan banyak pelanggan, namun ketika

kahir tahun 2007, kita turunkan tariff

sehingga kita memperoleh banyak pe-

langgan kembali. Namun Telkom harus

rela kehilangan revenue akibat tarif

murah tersebut. Biasanya memang yang

terkena dampak penurunan tarif itu

incumbent terlebih dahulu. Akan tetapi

dalam jangka menengah dan panjang,

akan kembali ke equilibrium yang baru.

Konsumen juga semakin cerdas dengan

tidak terjebak kepada operator yang

mempromosikan tarif murah namun

pelayanannya kurang.

Tadi disebutkan adanya peran

regulator. Bagaimana Bapak melihat

peran regulator dalam mengatur

jumlah pemain di industri ini?

Seharusnya mereka turut bertang-

gung jawab, toh mereka yang mener-

bitkan lisensi kepada perusahaan-peru-

sahaan tersebut. Telkom sendiri hanya

salah satu player di industri ini. Tetapi

tidak mudah juga bagi regulator untuk

membatasi jumlah pemain, kecuali ada

kesadaran sendiri dari si pemain untuk

merger misalkan. Yang perlu diingat

fungsi regulator adalah menyehatkan

industri.

Apakah selama ini fungsi tersebut

sudah berjalan baik?

Sebetulnya fungsi regulator itu mem-

berikan arahan dan standar yang sama

untuk seluruh pemain. Jika sudah be-

gini, sulit juga bagi regulator untuk me-

maksa mereka merger. Ambil contoh di

industri perbankan, dimana ada aturan

modal minimum sehingga jika ada

bank yang tidak memenuhi ketentuan

itu maka mau tidak mau, bank tersebut

harus merger. Namun sekarang belum

ada regulasi seperti itu di industri teleko-

munikasi. Mengherankan juga regulator

bisa memberikan lisensi begitu banyak

kepada perusahaan telekomunikasi.

Ke depan, persaingan industri

telekomunikasi akan ditentukan oleh

sejauh mana perusahaan kreatif da-

lam hal konten. Bagaimana Telkom

melihat hal itu?

Telkom sudah mengantisipasinya

sejak dua tahun lalu. Salah satu strate-

ginya kita beri nama defend the legacy

growing the new wave. Bisnis Telkom

itu sebenarnya tumbuh semua, namun

ada satu line bisnis yang turun cukup

signifi kan sebesar 14% yaitu fi xed line

(telepon rumah). Jumlah pelanggan-

nya tidak turun namun penggunaan-

nya yang turun akibat perubahan gaya

hidup dan tuntutan jaman. Untuk

Page 55: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 55

menutup kekurangan tersebut, kita

bikin satu anak perusahaan yang khusus

menangani konten dan multimedia,

namanya PT Metra. Kita juga mulai

bergerak ke bidang IT Services dengan

mengakuisisi PT Sigma Cipta Caraka.

Telkom juga bermain di sistem layanan

pembayaran yaitu PT Finnet. Semuanya

itu dibawah kendali PT Metra.

Bagaimana pertumbuhan bisnis

konten dan multimedia tersebut?

Harus diakui dari sisi revenue jum-

lahnya masih kecil, namun pertumbu-

hannnya cukup signifi kan sebesar 30%

per tahun. Di bisnis new wave tum-

buhnya di atas 50% per tahun. Namun

karena basisnya masih kecil belum

dapat menutup penurunan di fi xed line

tadi. Ke depannya kita tidak punya pili-

han lain selain mengembangkan bisnis

berbasis konten dan multimedia.

Kontribusi pendapatan Telkom

yang terbesar darimana?

Pertama seluler, kedua fi xed line

termasuk interkoneksi, ketiga baru

multimedia dan konten. Seluler masih

tumbuh, new wave tumbuh di atas

50%, fi xed line yang turun.

Terkait dengan Ikatan Alumni ITB.

Ada yang beranggapan organisasi

semacam ini hanya sekadar ajang

kangen-kangenan. Benarkah ang-

gapan itu menurut Bapak?

Tidak ada yang salah juga juga

sebagian fungsi ikatan alumni dan yang

sejenisnya sebagai sarana untuk bernos-

talgia. Tetapi disamping itu ikatan alum-

ni berfungsi untuk saling sharing, punya

link dengan almamater. Bahkan bagi

almamater seperti ITB, IA ITB diposisikan

sebagai saluran untuk menjaring suara

alumni. Di IA ITB, Ketuanya kan sebagai

ex offi cio anggota Majelis Wali Amanat.

Pengurus IA ITB itu bukan orang yang

bekerja full time, meski ada Direktur

Eksekutif yang bekerja secara full time.

Namun yang harus digarisbawahi IA ITB

itu terikat dengan program-program

yang sudah dibuat. Sehingga tidak bisa

digunakan secara cepat untuk mer-

espon isu-isu nasional.

Apa program bapak selaku ketua

Bidang Pelayanan dan Hubungan

Alumni IA ITB?

Pertama pemberian informasi

kepada alumni. Yang sudah berjalan itu

sub ketua Sdr. Eki, ada komunikasi ikatan

alumni dengan sesama alumni dan

ITB. Kedua, program pengembangan

karir seperti keikutsertaan dalam carrier

day. Ketiga, peningkatan skill alumni

yang sudah kita adakan beberapa kali

baik yang berupa majelis reboan (kita

undang alumni ke sekretariat untuk sal-

ing sharing) kedua kita punya program

training namanya self inside awareness

melanjutkan program pengurus yang

lama. Program itu ditujukan untuk

alumni-alumni muda, dimana mereka

dibekali kemampuan non teknikal agar

bisa sukses. Program ini sudah berjalan

tiga kali dan pesertanya cukup lumayan

banyak Pesertanya mayoritas dari ITB

dan sedikit dari luar ITB. Feedbacknya

cukup baik selama ini.

Bagaimana sinergisitas IA ITB

dengan rektorat ITB?

Selama ini memang masalah sinergi

IA dengan ITB belum jelas arahnya. Na-

mun dalam dua tahun terakhir ada pen-

ingkatan kejelasan hubungan tersebut.

Di ITB sendiri sudah ada struktur yang

mengurusi hubungan alumni. Beberapa

program kemitraan yang dijalankan

antara IA dengan ITB juga kerap dilaku-

kan. Sehingga bisa dikatakan selama

dua tahun ini hubungannya harmonis.

Perwakilan alumni juga sudah duduk di

Majelis Wali Amanat.Sebenarnya kalau

dari IA ITB sudah baik sejak dulu, namun

baru dua tahun ini rektorat mempunyai

pejabat yang secara khusus menangani

hubungan dengan alumni.

Bagaimana kualitas lulusan ITB

sekarang?

ITB masih jadi yang terbaik sampai

saat ini di Indonesia. Selain masalah

keteknikan yang sudah mereka kuasai,

para fresh graduate ITB harus ditingkat-

kan skill non teknisnya.

ITB dikenal sebagai kampus

nomor wahid. Namun kenapa alumn-

inya banyak yang berkiprah justru di

luar bidang teknik?

Di ITB itu lokasi kampusnya sangat

solid karena satu lokasi. Kedua, kebe-

basan berekspresi sangat dihargai. Ke-

tiga unit kegiatan mahasiswanya banyak

yang tidak berhubungan dengan ilmu

yang dipelajari mulai dari olahraga,

seni dan ilmu kemasyarakatan. Input

mahasiswa ITB juga berasal dari yang

terbaik di sekolahnya sehingga mereka

memang memiliki kelebihan dibanding

yang lain.

Masih main basket sekarang?

Di Telkom kan ada sarana lapan-

gan basket, makanya saya masih main

basket. Selain itu, anak saya yang kecil

juga ikut klub basket, sehingga sambil

nganterin dia ya saya main juga.

Apa yang paling berkesan dari

ITB?

Sistem pembelajarannya tidak

ortodoks, dan saling mengenal satu

sama lain karena adanya masa orientasi

di tahun pertama. Selain itu ITB juga

memberi kebebasan kepada mahasiswa

untuk tidak ikut kuliah asalkan bisa lulus.

Ada dosen favorit?

Yang favorit tidak ada, tetapi yang

berkesan itu ada yaitu Profesor Sudjana

Syafei (mantan rektor ITB). Saat itu ketika

mengajar analisa numerik yang penuh

dengan diferensial dan integral yang

rumit, saya tanya “Pak, kalau sudah bek-

erja, apa gunanya rumus-rumus itu?”.

Beliau langsung marah dan menyuruh

saya keluar dari kelas. Tapi alhamdulilah

mata pelajaran itu saya lulus dan dapat

“A”. Kedua, ketika saya mau tugas akhir,

saya pinjam desktop IPTN karena butuh

algoritma yang besar melalui beliau, kar-

ena saat itu beliau ketua laboratorium

IPTN. Beliau memberikan memo dan

saya bisa pinjam desktop itu. Dari situ

saya menilai beliau bukan tipe penden-

dam dan sangat demokratis.

...

yang berkesan itu

Profesor Sudjana Syafei.

Ketika mengajar analisa

numerik yang penuh dengan

diferensial dan integral yang

rumit, saya tanya “Pak, kalau

sudah bekerja, apa gunanya

rumus-rumus itu?”. Beliau

langsung marah dan menyuruh

saya keluar dari kelas ...

WAWA N C A R A

Page 56: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

56 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

W ajahnya memerah menahan kesal, matanya berkaca-kaca. Mungkin Karen tak menduga, ia bakal

kena pelonco di Komisi VII DPR. Gara-gara ia minta izin tak mengikuti sidang sampai selesai lantaran dipanggil Istana Negara untuk membahas gas ke pabrik Pupuk Kujang, anggota DPR kesal. Ia pun harus mendengarkan tumpahan kekesalan itu. Ujung-ujungnya, anggota DPR itu mempermasalahkan pemilihan direksi Pertamina.

’’Anda itu tidak cukup umur dan dengan masuknya Anda merusak merit system yang ada di Pertamina. Anda tidak memiliki kualitas dan pengalaman untuk menjadi dirut salah satu BUMN andalan negara,’’ tuding sang anggota DPR.

Pertikaian Pertamina dan Komisi VII DPR selama sepekan lebih itu sempat meramaikan media massa. Namun, masal-ah rampung begitu direksi Pertamina ber-salaman, menyatakan permintaan maaf.

Begitulah pengalaman hari-hari pertama Karen Agustiawan menjadi Dirut Pertamina. Sorotan pada Karen memang amat tajam. Ia adalah perempuan pertama yang mengomandani perusahaan minyak negara yang sudah berumur 41 tahun itu.

Dipandang sebelah mata di dunia maskulin sudah biasa bagi alumni ITB itu. Sebagian besar kariernya malang-melintang di industri minyak yang identik dengan maskulinitas.

” Saat saya masuk, banyak yang mempertanyakan, bisa apa cewek ini.” ungkap perempuan kelahiran Bandung,19 Oktober 1958 ini dalam sebuah wawancara. Banyak yang mengakui, she did bring something.

Srikandi Pertama di PertaminaIr.Galaila Karen Agustiawan dilantik

BUMN Sofyan Djalil, pada 5 Februari 2009. Sarjana Teknik Fisika ITB angkatan 1978 memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai analis dan programer dalam pemetaan sistem eksplorasi pada 1984. Empat belas tahun ia meniti karier di Mobil Oil Indonesia, dan sempat bergabung bersama Halliburton Indonesia. Dan, sejak 2006 ia masuk Pertamina sebagai staf khusus. Tahun kedua di tempat barunya ini, ia mendapat kepercayaan menjadi direktur hulu. Belum lagi menyelesaikan jabatannya, ia diberi tanggung jawab lebih besar lagi: dirut Pertamina.

Karena pengalamannya di bidang perminyakan itulah, menurut sebuah

IR GALAILA KAREN AGUSTIAWAN

DI ‘KURSI PANAS’

SRIKANDI

ITB

K I P R A H A L U M N I

Page 57: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 57

IKLAN DISPLAY 1 HALAMAN

215 X 280 MM

media, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengusulkan nama Karen. Suatu posisi puncak yang merupakan ’kursi panas’. Betapa tidak, sejak 2006 sudah sebanyak enam nama silih berganti memegang tampuk pimpinan Pertamina. Mereka diganti sebelum masa jabatan berakhir. Seperti Ari H Sumarno bersama direksi baru akan habis masa jabatannya pada 2011.

Bersama Omar S Anwar yang menjabat wakil dirut Pertamina, nama Karen seolah muncul tanpa terduga. Kedua nama itu tak terdeteksi media massa saat fi t and proper test pada Sabtu (31/1) dan Minggu (1/2). Tak heran nama mereka tak muncul di media massa hingga pagi hari menjelang pelantikan.

Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu secara tak terduga menyingkirkan sejumlah nama lain yang juga disebut-sebut berpeluang menggantikan Ari H Soemarno. Orang-orang itu adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal, mantan Senior Country Offi cer JP Morgan Indonesia Gita Wirjawan, dan mantan Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Bahkan tokoh kawakan seperti mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas serta mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto.

Purnomo Yusgiantoro menampik latar belakang politik di balik terpilihnya Karen Agustiawan dan Omar S Anwar. Alasannya karena pemerintah menginginkan BUMN perminyakan tersebut seperti PT PLN (Persero). ”Karena PLN ini pimpinannya mengerti teknis dan Wakil Dirutnya mengerti manajemen,” ungkap dia.

Karen didampingi Omar S Anwar yang sebelumnya menjabat Dirut PT Rio Tinto dan mantan direktur Bank Mandiri, menurut Menteri Negara BUMN Sofj an Djalil, merupakan upaya penyegaran

di Pertamina. Misi yang dibebankan pada mereka adalah menjadikan Pertamina menjadi perusahaan migas kelas dunia. Bagi Karen, khususnya, pemerintah menginginkan Pertamina bisa mendongkrak kinerja produksi migas. Sebab, sektor hulu inilah yang menjadi sumber keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.

Kepada wartawan, istri Herman Agustiawan ini mencermati adanya

perubahan cara berpikir di Pertamina. Dulu orang masuk Pertamina lebih untuk keamanan kerja, masuk Pertamina untuk menghidupi keluarga. ”Sekarang harus diubah menjadi I’m proud to be Pertamina family. Kayak dulu di ITB zaman Posma, kan ada spanduk selamat datang putra-putri terbaik Indonesia. Saya pengen begitu di Pertamina, selamat datang sarjana terbaik di Pertamina.”

Saat tongkat komando ada di tangannya, Karen punya bayangan apa yang harus dihadapinya. Ia menginginkan Pertamina mampu menerapkan good corporate governance. ”Kalau ini jalan, maka segala bentuk intervensi yang merugikan perusahaan dan negara, at all cost, tidak tolerir,” tegas ibu tiga anak ini.

TantanganInilah tantangan yang langsung

dihadapi Karen dan Omar memegang kendali Pertamina: kelangkaan gas dan BBM. Masalah itu menggoyang kepemimpinan pendahulu mereka.

Salah satu kasus yang parah adalah saat Pertamina tak mampu menjamin kelancaran distribusi premium ketika pemerintah menurunkan harga premium pada 1 dan 15 Desember 2008. Saat itu, banyak pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang enggan mengisi stoknya sesuai volume normal, karena mereka khawatir merugi akibat selisih harga beli dan harga jual.

Pertamina dianggap tak mampu menyiapkan mekanisme kompensasi atas potensi kerugian yang dialami pengelola SPBU, agar pasokan premium tetap terjamin. Menanggapi kelangkaan tersebut, Presiden sempat menyatakan kemarahannya kepada manajemen Pertamina.

Karen sendiri mengaku tertantang oleh ‘medan tempur’ di depan matanya. ’’Saya sekarang memimpin tujuh anak perusahaan, itu berat, tetapi menantang.” Putri Prof Dr Soemiatno, mantan dirut PT Biofarma, ini ingin akan menjadikan Pertamina minimal sama dengan Petronas, perusahaan minyak Malaysia. Kendalanya,”Ini soal keseimbangan, we can not see our selves as a full private corporate karena ini kan perusahaan pelat merah yang mengemban tugas negara.” .

Karen memandang Pertamina di satu sisi sebagai korporat, maka untung harus diraih. Sisi hulu pun digenjot. Namun, di sisi hilir, banyak aspek sosial yang harus dihadapi. .

Dalam melaksanakan tugasnya, Karen menegaskan tidak akan menerima intervensi dari pihak mana pun. ”Kalau intervensi merugikan Pertamina dan negara tidak akan saya layani,” tegasnya.

berbagai sumber/nn

Pengalaman kerja :

System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986) Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indondonesia (1987-1988),Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992)Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data

manajemen (1998), Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999), di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008)Direktur Hulu Pertamina (Persero) (2008-2009)Dirut Pertamina (Persero) (2009)

Ir Galaila Karen Agustiawan

Lahir : Bandung, 19 Oktober 1958.Pendidikan

terakhir : Sarjana Teknik Fisika ITB:

Karier:

Dimulai di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun1984. Sebelum diangkat menjadi Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) menjabat sebagai staf ahli Direktur Utama Bidang Hulu PT Pertamina (Persero).

Saat saya

masuk, banyak

yang mempertanyakan,

bisa apa

cewek ini?

Page 58: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

58 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Untuk mendapatkan kepercayaan dari klien bukanlah perkara mudah. “Perlu pengorbanan dan kesabaran,” kata Herry. Demi mendapatkan kredibilitas agar bisa dipercaya oleh pasar, ia rela menerima bayaran jauh di bawah harga normal.

Hal tersebut dialaminya ketika merenovasi Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta pada tahun 1993. Herry dipercaya untuk mengerjakan desain mechanical engeneering (ME) RSPP. Mengingat besarnya nilai proyek, idealnya ia mendapat bayaran sekitar Rp 400 juta. Namun ia hanya menerima nilai kontrak sebesar Rp12 juta. Itu pun realisasi pembayarannya hanya Rp 9 juta. Padahal ia harus mengerjakan desain ME tersebut selama enam bulan.

Ajang Pembuktian DiriMenurut Herry, bukan tanpa alasan jika ia menerima

tawaran yang tidak masuk akal tersebut. “Ajang pembuktian diri,” ujarnya. Ia ingin agar karyanya bisa diketahui oleh pasar, sehingga mendapatkan reputasi.

Perkiraannya ternyata tidak meleset, karena setelah itu Megacipta kebanjiran order. Herry mengungkapkan, proyek RSPP merupakan titik awal kesuksesannya sebagai kontraktor. Sebab setelah itu banyak proyek berskala besar yang dikerjakan oleh Herry.

Beberapa proyek tersebut antara lain pembangunan Gedung Pewayangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Gedung Graha Energi milik grup Medco, dan stadion Palaran di Samarinda, Kalimantan Timur.

Taman Mini dan Pinjaman Ibu TienHerry memiliki kisah menarik soal pembangunan

gedung wayang di TMII.. Sebelumnya ibu Tien menunjuk salah satu perusahaan kontraktor BUMN untuk mengerjakan proyek tersebut, namun tidak deal karena masalah nilai kontrak. Kontraktor tersebut meminta nilai kontrak sebesar Rp4 miliar, namun dana yang tersedia hanya sebesar Rp2,2 miliar.

Kemudian ibu Tien meminta Herry untuk mengerjakan proyek tersebut karena terkesan dengan karyanya di RSPP. Setelah dianalisa, Herry menyanggupi permintaan

tersebut. Ibu Tien sempat terkaget-kaget dengan kesanggupan dirinya. “Kok,

kamu bisa dengan dana sebesar itu, padahal perusahaan BUMN saja

tidak sanggup,” ujarnya menirukan perkataan ibu Tien saat itu. Karena tidak memiliki uang, maka Herry meminta ibu Tien menalangi dan deal tercapai. “Jadinya dana proyek pinjam uang ibu Tien.”

Modal bukanlah faktor utama untuk menjadi pengusaha sukses. Hal itu telah

dibuktikan oleh Herry Moelyanto, pendiri PT Megacipta Sentra Persada dan PT NH

Persada, perusahan yang bergerak di bidang konstruksi, rekayasa dan perdagangan.

Dengan modal awal yang relatif kecil, ia ternyata sukses mengembangkan bisnisnya.

“Bisa menjaga kepercayaan klien,” ujarnya membuka rahasia suksesnya.

HERRY MOELYANTO

DARI RS

PERTAMINA

HINGGA

BIN LADEN

K I P R A H A L U M N I

Page 59: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 59

Tawaran Bin LadenKesuksesan Herry sebagai kontraktor

juga diakui oleh dunia internasional. Buktinya pengusaha sekelas Bin Laden pernah memintanya untuk mengerjakan proyek di Arab Saudi. “Nilai kontraknya cukup menggiurkan,” ujarnya.

Namun tawaran tersebut terpaksa tidak diturutinya. Sebab, Bin Laden memintanya memboyong 700 orang tenaga kerja ke negeri kaya minyak tersebut. “lha, bagaimana dengan proyek yang disini,” ujarnya. Tawaran lain juga pernah datang dari negara Oman dan ia pun menolaknya.

Tanpa bermaksud menyombongkan diri, dengan reputasi yang dimilikinya, ia tidak perlu repot-repot mencari proyek. “Alhamdulilah, proyek datang sendiri.”

Niat, Menjaga Kepercayaan dan ProfesionalMenurut Herry, kunci sukses dalam

bisnis apapun tergantung pada tiga hal yaitu niat, kemampuan menjaga trust dan profesionalitas. Sebagai mantan aktivis Salman ITB, ia menilai niat memiliki peran penting dalam menggapai keberhasilan. “Semua amal tergantung dari niat,” ujarnya.

Sedangkan kepercayaan atau trust dapat diperoleh jika bekerja dengan perform terbaik. Berdasarkan pengalamannya, untuk menjadi kontraktor yang dapat dipercaya dibutuhkan waktu minimal lima tahun.

Karena merupakan kontraktor yang sudah dipercaya, maka Herry mendapatkan kemudahan dari prinsipal untuk membayar barang secara tempo. Dengan begitu, cashfl ow perusahaan tidak terbebani.

Profesional Kadang Siap RugiSikap profesional juga sangat

dijunjung tinggi olehnya. Profesional berarti mengerjakan proyek sesuai dengan isi kontrak, apapun kondisi yang terjadi. Seperti saat ini, dimana nilai kurs dan harga-harga barang material melonjak rata-rata dua kali lipat dari

harga normal. Akibatnya, nilai kontrak yang sudah

disepakati tidak lagi menguntungkan. “Risiko bisnis konstruksi,” ujarnya. Herry sendiri pernah rugi hingga Rp1,7 miliar pada proyek di Pluit. Demi menjaga sikap profesionalnya proyek itu tetap dikerjakan hingga selesai.

Omset Megacipta mencapai puncaknya pada tahun 2007 hingga mencapai Rp100 miliar . Namun karena adanya krisis fi nansial maka omsetnya kini merosot sebesar 50% menjadi Rp 50 miliar. Tenaga kerja tetap sebanyak 70 orang dan tenaga kontrak sebanyak 500 orang.

Ke depan, Herry mentargetkan Megacipta akan go public. “Insya allah 5 tahun lagi,” ucapnya. Ia juga berharap krisis segera berakhir dan pemilu menghasilkan pemimpin yang dapat

menciptakan stabilitas keamanan yang kondusif.

Dari Software hingga Biro Perjalanan HajiSejak aktif di Kokesma, Herry tidak

pernah berpikir untuk menjadi pegawai meski di perusahaan ternama sekalipun. Ia tetap konsisten ingin menjadi pengusaha. Makanya tidak heran, ketika lulus dari ITB tahun 1989, ia langsung merintis usaha. “Bisnis pembuatan aplikasi softtware,” ujarnya. Bisnis softwarenya hanya bertahan enam bulan karena kemudian ia mendapat tawaran dari alumni ITB untuk mengerjakan proyek ME.

Bersama seorang temannya sesama aktivis Kokesma, Nurhuda, ia mendirikan perusahaan kontraktor. Uniknya, mereka saling bertukaran posisi, dimana pada PT Megacipta Herry bertindak sebagai direktur dan Nurhuda sebagai Komisaris. Sedangkan di PT NH Persada, Herry menjadi komisaris sedangkan Nurhuda menjadi direktur. “Chemistry kami cocok,” ujarnya.

drajat

Jiwa bisnis Herry sudah terasah sejak ia menjadi pengurus Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) ITB tahun 1985. Alumnus ITB Teknik Fisika’83 ini menjabat sebagai ketua bidang pengembangan pendidikan dan latihan (bangdiklat). Tugas utamanya adalah menyebarkan “virus” entrepreneurship kepada mahasiswa ITB. “Saya belajar banyak tentang bisnis selama di Kokesma,” ucap Herry.

Bisnis Kokesma meliputi kantin mahasiswa, toko buku, dan fotocopy dan lain-lain. Total dana kelolaan Kokesma mencapai ratusan juta rupiah. Sebagian besar diperoleh dari kantin.

Di Kokesma Herry jadi mengerti proses bisnis seperti harga bahan baku, proses produksi, hingga menentukan harga jual. “Kokesma ibarat kawah candra dimuka,” ujarnya. Herry menerima gaji dari Kokesma sebesar Rp25 ribu per bulan.

Belajardi KOKESMA

kunci sukses dalam bisnis

apapun tergantung pada tiga hal

yaitu niat, kemampuan menjaga

trust dan profesionalitas.

K I P R A H A L U M N I

Page 60: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

60 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

G AYA H I D U P

Rumput hijau, udara segar, dan

lingkungan indah yang jauh dari

kebisingan kota, lalu apa yang

menjadikannya kurang?

Benar. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa

lapangan golf telah menjadi salah satu

tempat favorit pilihan bagi kaum me-

nengah ke atas yang mapan di sejumlah

kota besar di Indonesia, termasuk kota

besar seperti Jakarta. Lapangan tak

hanya menjadi tempat bermain golf

atau sarana membangun kebersamaan

bersama teman-teman, tetapi juga

menjadi sarana untuk lobi dan membi-

carakan bisnis bersama relasi.

Total, tak kurang ada sekitar 40 lapan-

gan golf di sekeliling kota metropolitan

Jakarta – tersebar di empat penjuru

angin dengan akses jalan tol atau jalan

lingkar. Sebagian besar terletak di ka-

wasan suburban Bogor, Tangerang dan

Bekasi (Botabek).

Berikut adalah beberapa lapangan

golf yang ada di lingkungan jalan Jago-

rawi, Jakarta.

Emeralda: Tuan Rumah Indonesia Open 2006

Salah satu lapangan di kawasan ini

adalah Emeralda Golf Club, terletak di

desa Tapos, Cimanggis, Depok – seki-

tar 30 menit perjalanan lewat tol dari

Semanggi, Jakarta. Sebagai salah satu

lapangan golf terbaik di area Botabek,

lapangan 27 holes rancangan Arnold

Palmer dan Jack Nicklaus ini menjadi

saksi bagi sejumlah turnamen lokal

dan internasional. Di antaranya Enjoy

Jakarta HSBC Indonesia Open 2006 yang

merupakan rangkaian dari turnamen

bergengsi PGA Tour Eropa.

Dengan clubhouse bergaya klasik

kolonial, lapangan yang dibangun sejak

tahun 1994 ini memiliki keanggotaan

baik warga lokal maupun ekspatriat

serta turnamen bulanan untuk anggota.

Jagorawi: Bukan untuk PemulaTak jauh dari Emeralda, ada Jagorawi

Golf and Country Club. Terletak di Jl

Karanggan, Desa Cipaeun, Cibinong-

Bogor, lapangan 45 holes ini merupakan

lapangan tertua di kawasan Botabek.

Terletak di lokasi yang strategis, di tepi

jalan tol Jagorawi dan relatif dekat den-

gan kota Jakarta.

Dibangun secara bertahap sejak

tahun 1975, lapangan rancangan Peter

Thompson, Zakir dan Michael Wolver-

idge dikenal sebagai lapangan yang pal-

ing sulit di Jakarta. Sebuah majalah golf

asing malah melukiskan Jagorawi Golf

sebagai ‘lapangan yang tidak memberi

ampun terhadap pemain pemula.’

Keanggotaan di klub ini relatif

beragam, warga lokal dan ekspatriat

Eropa/AS/Australia, Jepang serta se-

bagian besar warga Korea yang bekerja

di Indonesia.

Permata Sentul: Medan Perbukitan yang Menantang

Agak ke selatan lagi menyusuri jalan

tol Jagorawi lalu keluar ke arah Sentul,

ada Permata Sentul Golf & Country Club.

Lapangan yang menjadi bagian dari

kelompok Ciputra, perusahaan property

kenamaan di Indonesia, terletak di Jl.

Leuwinutug, Desa. Tangkil

Citeureup, Bogor. Dengan desain

standar internasional, lapangan hasil

rancangan Thompson, Wolveridge

& Perret ini memiliki 18 holes den-

gan dominasi lapangan perbukitan.

Di 9 holes bagian depan didominasi

permainan naik kearah perbukitan, se-

mentara 9 holes ke belakang didominasi

permainan menuruni perbukitan. Selain

medannya yang lumayan menguras

tenaga, ruang geraknya pun terbatas

dan menjadi tantangan bagi pegolf

yang main di sana.

KESEGARAN DI SEKITAR

TOL JAGORAWI

Page 61: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 61

Setelah beberapa lama

baru beredar versi oprekannya,

akhirnya iPhone 3G secara resmi

diperkenalkan ke publik di Pacifi c

Place, Pavilion-South Entrance,

Jakarta Selatan, 20 Maret 2009.

Seperti biasa, iPhone 3G ini selalu

mengandeng operator seluler di suatu negara ketika memasarkan produk

tersebut. Di sini, iPhone rupanya memilih berjodoh dengan Telkomsel.

Melalui situs web resminya, Telkomsel pun telah menyediakan formulir

pemesanan untuk pembelian iPhone 3G. Soal harga, Telkomsel membedakan

antara pascabayar dan prabayar. Untuk prabayar iPhone 3G 8GB dijual dengan

harga Rp.9.605.000,- sedangkan 16GB dijual dengan harga Rp 11.205.000,-.

Harga termasuk bonus akses internet 500 MB.

Sedangkan bagi pelanggan pasca bayar, Telkomsel menawarkan

berbagai Paket PostPaid Turbo, PostPaid Turbo Plus, Paket Post PaidTurbo

Premium (rinciannya bisa dilihat website Telkomsel).

Dengan peluncuran iPhone 3G versi resmi, bisa dipastikan versi oprekan

akan turun harganya. Pada sisi lain, beredarnya iPhone resmi ini makin

meramaikan persaingan pasar smartphone di Indonesia.

iPHONE 3G VERSI ‘‘RESMI ‘‘

GADGET

Perubahan Iklim. Mungkin kata ini sudah sering Anda dengar dan Anda

baca. Tapi seperti Perubahan Iklim (Climate Change) sebenarnya? Fondasi

dan perdebatan ilmiahnya? Yang pro dan yang kontra? Protokol Kyoto dan

perdagangan karbon? Dampaknya bagi manusia? Apakah dia akan benar-

benar terjadi atau hanya sekadar gosip ilmiah saja?

Jika Anda ingin memiliki panduan yang bisa dengan cepat dan gampang

mengenai perubahan iklim, buku ini mungkin bisa menjadi pilihan pertama.

Disajikan dengan bahasa populer yang tidak membuat kening berkerut, The

Rough Guide to Climate Change memang bisa menjadi panduan bagi

siapa saja. Sebagai panduan, buku ini terbilang komprehensif

karena dia memaparkan tak cuma sebagai isu politik yang

hangat, tapi juga kontroversi dan perdebatan ilmiahnya.

Jika Anda bukan tipe orang yang suka membaca secara

detail, buku ini pun layak menjadi pilihan karena bisa dibaca

dengan secara tidak urut, melompat-lompat, dari pointer

satu ke pointer lainnya – terserah apa yang menjadi per-

hatian Anda. Atau kebingungan Anda. Perannya mungkin

seperti ensiklopedi ringan.

Karena bentuknya yang kompak, buku ini cukup

ringan untuk diselipkan ke tas notebook atau bahkan

ditenteng. Dan Anda pun bisa membacanya di mana

saja: di mobil, di kafe, atau malah mungkin (maaf) di toilet!

siapa saja

karena d

hangat,

Jika

detail,

denga

satu k

hatia

sepe

K

ring

dit

saja: di mobil, di kafe, a

‘‘CLIMATE CHANGE’’ YANG ENCER

REHAL

Page 62: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

62 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009

Purwacaraka

Terus Terang, Rindu Pisan Euy ….!

Bagi Purwatjaraka perayaan Dies Emas ITB ternyata menyimpan sebuah makna personal. Komposer kondang yang juga berstatus sebagai alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku dengan adanya perayaan Dies Emas yang akan dihelat 2 Maret 2009 telah memberinya kesempatan kembali ke kampus. ‘’Terus terang sudah rindu pisan euy,’’ kata Kang Purwa, dengan logat Sundanya yang medok ‘’Tapi selama ini kan

tidak pernah sempat karena mencari waktunya itu yang susah,’’ tambah pemusik yang kini banyak beraktivitas di Jakarta. Kembalinya Kang Purwa ke kampus ini masih berkaitan dengan profesinya sebagai seorang musisi. Selama sebulan terakhir, ayah tiga anak ini secara rutin melatih Paduan Suara Mahasiswa (PSM) yang akan tampil pada pementasan musikal merayakan 50 tahun ITB. Jadwal rutin tersebut biasanya dilakoni sekali dalam sepekan. ’’Di sini saya diberi tugas mengemas sebuah pertunjukan musikal yang menggambarkan perjalanan ITB dari tahun ke tahun. Konsepnya mirip-mirip opera yang dibantu dengan audio visual. Terus terang saya sangat bangga dan senang bisa mendapat kesempatan ini,’’ kata pria kelahiran Beograd, yang 31 Maret mendatang bakal genap berusia 49 tahun. Ngomong-ngomong terakhir kali Kang Purwa masuk ke kampus kapan yah? ’’Wah sudah lama sekali. Jadi lupa euy,’’ jawabnya spontan. Kemudian dari mulutnya meluncur lagi kalimat, ’’Mungkin kalau tidak ada acara seperti ini saya mah tidak akan pernah sempat-sempat masuk ke kampus.’’ Padahal, dia mengaku dirinya memiliki hubungan emosional sangat erat dengan almamaternya. ’’Almarhum mertua dulu dosen di ITB. Jadi saya mah sebenarnya masih termasuk di dalam lingkungan ITB. Tetapi sejak berkiprah di dunia musik seperti sekarang ini, saya memang menjadi terasa sangat jauh dengan kampus,’’ ujar suami dari Sri Susanti ini.

Panji Pragiwaksono

Yang Lagi Laris

Profesi sebagai pesohor dari panggung hiburan Indonesia mungkin saja sangat dinikmati oleh Panji

Pragiwaksono, presenter yang mula-mula populer karena acara Kena Deh! yang ditayangkan AN-TV. Meski begitu, bukan berarti ilmu yang pernah ditimbanya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB menjadi raib alias tak terpakai. ’’Justru saya bisa seperti sekarang ini karena saya menerapkan mindset atau cara berpikir dari ilmu Desain

Produk. Sampai sekarang saya berusaha menjalankan semua prinsip-prinsip dasar dari ilmu yang dulu pernah saya timba di kampus,’’ kata Panji yang kini pamornya tengah laris manis sebagai bintang iklan dan presenter program hiburan di televisi. Sebagai bukti paling anyar dari implementasi ilmu Desain Produk itu baru saja dituangkannya ke dalam sebuah buku. Buku yang diberinya judul How I Sold 1000 CDs in 30 Days tersebut merupakan intisari dari sejumlah buku marketing serta pengetahuan dasarnya terhadap ilmu yang pernah dikenyamnya di kampus ITB.

Buku tersebut, kata Panji, menjadi rangkaian besar atas kesuksesannya merilis album musik hip hop setahun silam. ’’Jadi sepertinya tidak ada yang pernah terbuang tuh ilmu yang dulu pernah saya dapatkan dari kampus,’’ cetusnya.

Dian Dipa ’Candil’ Chandra

Rocker Juga Main Angklung

Candil, mantan vokalis grup band Seurieus yang antara lain populer karena lagunya Rocker Juga Manusia, punya kesibukan baru: rocker juga main angklung. Alumnus Desain Grafi s ITB 1993 ini memang mengaku sedang getol mempelajari musik angklung. Ada apa gerangan? ’’Angklung itu memang masih sesuatu yang baru buat saya. Walau alat musik ini sudah terkenal ke mana-mana, buat saya sendiri memepalajari alat musik ini masih sangat baru. Tadinya sih tidak terpikir. Tetapi setelah berkenalan dengan orang-orang dari Sawung Hijau, ternyata asik juga mempelajari angklung ini,’’ kata pemilik nama asli Dian Dipa Chandra ini bercerita. Pergelutan dengan alat musik angklung ini ternyata menjadi jalan buat Candil untuk tampil di panggung Festival Java Jazz, 6 Maret mendatang. ’’Saya tengah mempersiapkan diri berkolaborasi dengan musik angklung untuk tampil di Java Jazz nanti. Pokoknya saya akan memberikan sesuatu yang baru,’’ kata musisi kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Agustus 1974 ini.

K E N C A N

Page 63: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 63

Page 64: Forum Alumni No. I, April-Mei '09

64 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009