profil alumni

58
WAWASAN ALUMNI Profil Alumni Lulusan 1972,1974, 1976, 1977, 1982 dan 1987 SMP Muhammadiyah 7 Kotagede PENULIS Erwito Wibowo

Upload: galih-takumi-fujiwara-wijaya

Post on 12-Sep-2015

351 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kumpulan profil Alumni SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta

TRANSCRIPT

  • WAWASAN

    ALUMNI Profil Alumni Lulusan 1972,1974,

    1976, 1977, 1982 dan 1987

    SMP Muhammadiyah 7

    Kotagede

    PENULIS

    Erwito Wibowo

  • "Ketika Masa Depan Adalah Sesuatu

    Yang Belum Pasti,

    Seringkali Membuat Kita Diliputi

    Beragam Pertanyaan.

    Maka,

    Nasib Dan Keberuntungan

    Seseorang Menempuh

    Perjalanan Hidup

    Melalui Rute Yang Berbeda-beda.

    Inilah Sosok-Sosok Profil

    Alumni Lulusan 1972, 1974, 1976,

    1982 dan 1987.

    SMP Muhammadiyah 7

    Kotagede."

  • Abstraksi 1

    REUNI

    "Mengenang

    hal yang menyenangkan,

    ketika ternyata

    kenangan berada

    di masa depan."

  • Abstraksi 2

    REUNI

    Setiap orang pada dasarnya mencari

    rasa aman.

    Hal ini antara lain bisa diperoleh

    lewat kenangan masa lalu,

    melalui pertemuan reuni dengan

    teman-teman lama.

    Dengan reuni bisa memberikan

    perasaan positip emosional, orang

    merasa aman dan nyaman kembali

    berada di tengah teman-teman yang

    sejak dulu dikenalnya dengan baik.

  • Abstraksi 3

    REUNI

    Reuni tak sekedar silaturahmi,

    tapi silaturahmi dengan kedekatan,

    Kedekatan hati, kedekatan perasaan,

    dengan begitu menjadi sarana

    mengenal lebih dalam tentang sosok

    manusia, yang tiada lain teman kita

    sendiri.

    Karakter seseorang bisa menunjukkan

    kemana dia akan bekerja nantinya.

    Itu semua disimpulkan dari acara

    reuni.

    Dengan reuni bisa membuat rasa

    kebersamaan yang hadir

    semakin kuat, rasa persahabatan

    makin mengental, memunculkan rasa

    kesetiakawanan.

  • Abstraksi 4

    REUNI

    Begitu banyak orang yang

    memerlukan reuni.

    Reuni bagi sebagian orang bukan

    acara yang menghabiskan waktu.

    Kesempatan ini justru

    ditunggu-tunggu, antara lain untuk

    mendapatkan aura yang berbeda dari

    kejenuhan ritme kehidupan

    sehari-hari.

    Reuni selain demi menyambung

    silaturahmi juga bermanfaat

    membentuk jaringan komunikasi.

  • Abstraksi 5

    REUNI

    Mengapa orang suka reuni ?

    Antara lain karena dalam acara itu

    mereka bisa mengenang hal-hal pada

    masa lalu yang menyenangkan.

    Orang akan segan datang reuni kalau

    pada acara itu mereka justru

    mengingat kembali hal yang tak

    menyenangkan atau bahkan traumatis

    dalam hidupnya.

  • Abstraksi 6

    REUNI

    Dengan reuni,

    banyak teman yang lama tidak

    diketahui kabar beritanya,

    seperti tiba-tiba muncul.

    Mereka bekerja di berbagai bidang.

    Ini merupakan aset informasi, karena

    dari situ seseorang bisa mendapatkan

    banyak hal, mulai dari cerita yang

    mencerahkan hidup sampai

    kesempatan berusaha.

    Karena rasa percaya dan setia kawan,

    mereka akhirnya membantu kawan

    lama yang membutuhkan kerjasama

    usaha.

  • Abstraksi 7

    REUNI

    Reuni juga mampu membuat

    seseorang lepas dari statusnya

    sehari-hari.

    Kalau biasanya dia adalah seorang

    suami/istri, dalam reuni mereka

    semua menjadi lajang kembali.

    Reuni akan lebih asyik tanpa

    melibatkan keluarga.

    Tidak perlu lagi menjaga image,

    keluarga juga enggak merasa

    dilupakan, karena biasanya kalau

    reuni, selama proses penyiapannya,

    aktifitasnya seseorang pasti akan lupa

    diri pada keluarga.

  • Abstraksi 8

    REUNI

    Reuni menjadi ajang mengenang

    kenakalan, masa muda, rasa jatuh

    cinta, dan mengklarifikasi gosip.

    Cerita tentang siapa pacaran dengan

    siapa dan sekarang nikah dengan

    siapa, sering menjadi trending topik

    sebuah reuni.

    Atau soal berantem, musuhan, saling

    jothakan dan saling meledek, tetapi

    tetap yang namanya teman adalah aset

    nomer satu.

  • Abstarksi 9

    REUNI

    Reuni juga bisa melebarkan jaringan

    pertemanan.

    Ini bukan hanya membuat hidup

    seseorang menjadi kaya teman,

    tetapi juga kaya informasi.

    Rasa setia kawanan dan persahabatan

    yang kembali muncul saat reuni,

    kemudian bisa berlanjut,

    ini yang tak bisa dimiliki denagn uang.

  • Brigjen. Drs. H. Bambang Sudarisman, SH.MM

    Bambang Sudarisman kelahiran 29 Mei 1958 pernah sekolah di

    SMP Muhammadiyah 7 Kotagede sampai kelas II kemudian

    melanjutkan ke sekolah lain. Kita mengenangnya sebagai teman yang

    punya pengalaman dan kenangan yang sama terhadap guru, karyawan

    dan lingkungan sekolah ketika belajar di lembaga pendidikan yang

    namanya sekolah. Bambang Sudarisman ini berkulit gelap, sehingga

    ketika sekolah di SMP Muhammadiyah 7 selalu mengenakan baju

    berlengan panjang, maksudnya agar perjalanan dari rumahnya di desa

    Condrowangsan, Potorono, Bantul sampai sekolahan tidak terlalu lama

    disengat matahari sehingga makin tidak menghitamkan kulitnya. Dia

    agak merasa terganggu dengan kulit gelapnya.

    Menurut pengakuan Suwarjono teman alumni seangkatan yang

    rumahnya di nJomblangan, mengatakan bahwa pernah Bambang

    Sudarisman mengunjungi Suwarjono yang tengah berbaring sakit,

    Bambang Sudarisman berkata: "Saya mau menggantikan kamu sakit

    asal sebagai gantinya kulit saya tiba-tiba bisa kuning." Begitulah logika

    anak SMP masih lucu dan terdengar aneh.

  • Bambang Sudarisman lulusan Akpol Magelang tahun 1983,

    berpangkat Letda Pol, memperoleh pendidikan jurusan reserse,

    kemudian ditempatkan di PAMAPTA Poltabes Palembang. Kemudian

    antara tahun 1984-1986 banyak ditempatkan di Jambi, sampai

    berpangkat Lettu Pol. Pernah menjabat Kanit Reserse Polresta Jambi,

    Kasit Lantas Polresta Jambi, hingga Kapores Selektif Polresta Jambi.

    Mungkin begitu leluasa panjang bertugas di Jambi sehingga sempat

    mengenal seorang wanita saat itu berusia 20 tahun yang menjadi

    jodohnya. Wanita itu kebetulan kelahiran Jambi, bernama Warmayani

    (16 Februari 1968). Dari pernikahannya itu memperoleh anak semata

    wayang diberi nama Putri Maharani, kelahiran Jakarta 30 Mei 1988.

    Kabar berita perkembangan karir dan prestasi yang

    membanggakan terus mengalir deras menjadi informasi baru bagi

    penulis. Bambang Sudarisman berhasil menempuh pendidikan di PTIK

    Bandung angkatan XXIV lulus 1989, dan berhak menyandang gelar

    dokterandus serta pangkat Kapten Pol, dan ditempatkan di Polres

    Ambon. Pada tahun-tahun itu Bambang Sudarisman banyak

    ditempatkan di kawasan Indonesia Timur. 1990 bertugas di Maluku.

    1993 menjabat sebagai Wakapolres di Maluku Utara. 1994 menjabat

    sebagai Kapolres Halmahera. 1995 di Polda Maluku.

    Bambang juga sadar sebagai seorang penegak hukum, maka dia

    harus memiliki wawasan hukum secara akademik, lantas dia studi

    hukum hingga meraih gelar sarjana hukum. Pendidikan tersebut

    ditempuh di SISPIM. Lulus tahun 1998 dengan pangkat Letkol Pol.

    Sejak itu antara tahun 1997-2009, dia banyak bertugas dan

    ditempatkan di Jawa. Pernah menjabat Kapolres Wonogiri, Kapolres

    Cilacap, Kapolresta Surakarta dan Kapolwil Pekalongan. Kabar-kabar

    berita yang menggembirakan terus mengalir bermunculan melalui HP

    penulis maupun email.

    Pada 2003, ketika menjabat sebagai Kapoltabes Jambi pangkatnya

    sudah Kombes Pol. Pada 2005, Bambang bertugas menjadi pendidik di

    Gabungan Pendidikan Utama Akpol di Semarang. Kemudian, sebelum

    ditempatkan tugas di Dir Intelkam Polda Jateng pada 2008, harus

    menempuh pendidikan di SESPATI pada 2007.

    Ketika menjabat sebagai Kapolwil Pati pada 2009, Bambang juga

    berhasil melakukan program SP2HP (Surat Pemberitahuan

    Perkembangan Hasil Penyidikan). SP2HP merupakan program kerja

    akselerasi transformasi menuju Polri yang mandiri, profesional dan

    dipercaya masyarakat. Jadi setiap laporan polisi, masyarakat luas yang

    ingin menanyakan perkembangan kasusnya, bisa dapat melihat dari

  • internet. Sukses melaksanakan program di Kapolwil Pati, Bambang

    terus dipanggil ke Jakarta, memegang jabatan sebagai Direktur

    Ekonomi Baintelkrim. Penugasan keluar negeri yang pernah dijalani,

    dia pernah tugas di Singapura, Sidney Australia, Wellington, New

    Zealand.

    Semakin tinggi jabatan struktural di organik Polri, menjadi

    tantangan bagi Bambang untuk studi Magister Manajemen, karena

    untuk mengelola dan mengendalikan personil secara struktural

    membutuhkan pengetahuan dan wawasan manajemen. Meski begitu,

    menurut pengakuan Bambang, dulu ketika menjabat Kapolres, dia

    tidak pernah membaca seluruh laporan-laporan yang tebal-tebal,

    personil bawahannya yang sering diminta membacakan resume laporan,

    lantas Bambang tinggal mengambil kebijakan sebagai keputusan.

    Begitulah cerdiknya Bambang Sudarisman.

    Kini, masa depan berada di pangkuannya. Ungkapan rasa syukur

    berada di depan mata. Cakrawala nampak luas dan jernih dihiasi

    pelangi. Puncak karir Bambang sekarang menjabat sebagai Kapolda

    Jambi, dengan pangkat brigjen, memiliki anak perempuan bernama

    Putri Maharani, anak semata wayang ini sudah dinikahkan dan

    menganugerahkan dua cucu, laki-laki dan perempuan. Menantu

    Bambang juga seorang polisi karir, bernama Dani Kusuma Negara

    kelahiran Semarang 28 Juni 1997.

  • drh. Suwardi

    drh. Suwardi (lahir 2 November 1958), hidupnya sudah cukup

    mapan dan terpandang. Rumahnya bersih dan apik di kampung

    Patalan KG II/749 Kotagede, menunjukkan orang yang tertib dan

    disiplin. Di ruang tamunya banyak dihiasi foto-foto keluarga dalam

    bingkai besar. Dia lulusan SMP Muhammadiyah 7, 1974. Drh. Suwardi

    menikah tahun 1986 dengan gadis kampung Patalan bernama

    Kusdarmiati. Dari pernikahannya dikarunia dua anak putra dan putri.

    Anak sulungnya perempuan bernama drh. Medania Purwaningrum

    MSc, kelahiran Medan 1987, sudah bersuami juga seorang dokter

    hewan. Anak keduanya bernama Arif Tirtana kelahiran 6 Agustus 1992,

    lulusan STAN , kini bekerja di bea cukai.

    Selepas dari SMP Mutu, Suwardi meneruskan sekolah di SMA PIRI

    Baciro Yogyakarta tahun 1975. Lantas meneruskan di Fakultas

    Kedokteran Hewan UGM lulus tahun 1986. Suwardi ini mahir dalam

    menghitung. Sewaktu di SD Muhammadiyah Kleco I, ketika akan

    menghadapi ujian, sekolah menyelenggarakan belajar bersama

    dilakukan malam hari di sekolahan. Pak Kasidi selaku guru membuat

    soal di papan tulis, kemudian diselesaikan secara bersama-sama. Lantas

    ketika pak Kasidi membuat soal lain yang angka-angkanya sudah

  • dirubah ditawarkan kepada murid-murid siapa yang bisa

    menyelesaikan silakan maju. Semua tidak ada yang berani maju.

    Kecuali Suwardi yang berani menyelesaikan soal-soal, murid-murid

    lainnya tinggal menyalin hasilnya. Di SMP Mutu juga begitu, ketika

    menyelenggarakan belajar malam hari, yang berani tampil maju

    mengerjakan soal, cuma Suwardi dan Hendro Asmoro Yuwono. Murid

    lainnya tinggal nyalin.

    Ketika kenangan itu ditanyakan Suwardi, bahwa anda kuat dalam

    hitung-menghitung kenapa mengambil kedokteran hewan yang harus

    menghafal nama-nama latin yang sulit dilafalkan dan diingat. Jawaban

    Suwardi, begini : "Pada permulaannya memang sulit, tapi itu harus

    dikuasai sejak awal."

    drh. Suwardi bekerja di Medan selama 16 tahun (1986-2001).

    Sempat di Jakarta 1,5 tahun. Tahun 2004 bertugas di Semarang. Mulai

    2014 pindah ke Yogyakarta. Kantornya di Bandara Adi Sucipto

    bertugas di karantina pengawasan lalu lintas komoditas pertanian

    dalam rangka pencegahan masuknya hama penyakit. Ada karantina

    hewan dan tumbuhan. Dari sisi administrasi dan teknis, komoditas

    pertanian bisa bebas keluar masuk syaratnya harus dilengkapi

    dokumen. "Saya bekerja secara sift (giliran tugas), karena mengikuti

    gerak bandara yang tidak boleh libur meskipun hanya sehari," ungkap

    Suwardi yang nomor HP 0818469209

    Tugas drh. Suwardi menguji di laboratorium, membuat diagnose

    ada dan tidaknya penyakit untuk barang ekspor maupun impor.

    Kemudian memberikan jaminan setelah dinyatakan sehat berupa

    dokumen sertifikat kesehatan. Kalau ada yang tidak lolos, harus

    dikarantina diobati sampai sembuh dan dinyatakan sehat. Di kantor

    karantina banyak orang yang bekerja dari berbagai disiplin ilmu.

    Untuk pengeluaran serifikasi yang berkompenten harus seorang dokker

    hewan.

    Drh. Suwardi di masa-masa mudanya merupakan sosok orang yang

    gigih dan ulet. Orang kebanyakan kalau sudah kesulitan uang akan

    sulit untuk meneruskan sekolah yang memerlukan banyak pembiayaan.

    Istilah bahasa Jawanya, kepentok. Kepentok biayanya juga kepentok

    kemampuan daya pikirnya. Suwardi melihat tantangan menghalangi

    pandangannya. Tirai yang mengganggu pandangan ia singkap, dengan

    berusaha sak sak kecekele agar mampu membiayai sekolahnya. Dia

    berpikir mata pencaharian apa yang mampu cepat mendapatkan uang

    tunai untuk biaya hidup dan sekolahnya. Jadilah dia loper minyak

    tanah dari rumah ke rumah. Dengan sepeda jengki phonik jerigen di

  • samping boncengan menuju agen minyak tanah di warung Bronjong.

    Dari minyak tanah itulah drh. Suwardi meraih kemapanan baru sesuai

    dengan pendidikan yang ditempuh.

    Suwardi sempat pernah mengabdikan diri di SMP Muhammadiyah

    7 Kotagede sebagai tenaga pengajar praktikum mapel biologi. Juga

    pernah ngajar di Mahad Islamy. Ketika ditanya suka dukanya bekerja

    di karantina bandara, Suwardi mengatakan bahwa kalau terjadi mutasi

    kerja di pelosok tanah air, tetap kantor tempatnya bekerja mesti dekat

    bandara, dimana tentu saja selalu berada di kota tidak dipelosok.

    Suwardi juga pernah ditempatkan di kota Belawan. "Cuma yang

    menyedihkan ketika harus mengurus syarat-syarat administrasi

    kepindahan sekolah kedua anak-anaknya, " ungkap dia lebih lanjut.

  • H.M. Warjono

    Warjono, kelahiran 10 April 1957 beralamat di Jomblangan RT 2

    Banguntapan, merupakan alumni SMP Muhammadiyah 7 angkatan

    1974, sekarang menjabat sebagai kabag pemerintahan kecamatan

    Banguntapan bernomer kontak 6287839805281, dia juga pemilik rumah makan dan pemancingan Projomino, juga mengelola Yayasan

    Pondok Pesantren Wira Usaha Sunan Kalijaga dan panti asuhan yatim

    dan dhuafa "Sabillu ssalam"

    Semula, desa Jomblangan bersuasana agraris telah diubah dengan

    kehadiran rumah makan dan pondok pesantrennya menjadi

    bersuasana dan warna santri. Santri-santri yang statusnya yatim

    bahkan piatu berada di asrama dekat tempat usahanya bahkan mereka

    belajar mengelola bisnis rumah makan dan pemancingan. Warjono

    membuka dirinya, "Silakan siapa saja yang memilki kerabat yatim

    piatu titipkan ke pondok pesantern saya. Di sini akan memperoleh

    pendidikan dan belajar wira usaha,"ungkapnya dengan tulus.

    Pada waktu pertama kali membuat gagasan pondok pesantren wira

    usaha "Sunan Kalijaga" banyak masyarakat yang memandang sebelah

    mata. Warjono mampu membuktikan. Dan berhasil. Pesantrennya,

    bukan sembarang pondok pesantren. Pondok pesantren yang berbeda.

  • Pondok pesantren yang mampu melengkapi daripada pondok pesantren

    yang telah mapan. Pesantren yang tidak hanya membekali para santri

    ilmu agama, tapi juga wira usaha. Sudah cukup banyak pesantren

    berdiri tapi hanya mengajarkan ilmu agama, bukan ilmu untuk

    mempertahankan hidup dengan berusaha. "Saya yakin, seseorang akan

    hidup terhormat dengan wirasawsta. Umat Islam hanya bisa bangkit

    dan terpandang dengan wiraswasta. Dengan wira swasta seseorang

    akan mandiri dan produktif." ungkap Warjono yang beristrikan Hj. Sri

    Sunarti asal Moyudan, Sleman.

    Rumah makan dan pemancingan serta pondok pesantrennya tidak

    berpagar. Sangat terbuka. Terbuka terhadap pemandangan alam

    pedesaan yang asri, tapi juga pemandangan hatinya. Hatinya lebih

    terbuka lagi terhadap kerjasama dengan lembaga lain sebagai mitra

    relasi yang mampu mengantarkan kebahagiaan dunia akherat. Banyak

    lembaga mengulurkan tangan melakukan kerjasama. Kerjasama yang

    berhasil dirintis dibukanya Pusat Pendidikan Pertanian Terpadu, yang

    diresmikan oleh ketua PP Muhammadiayah, Prof.DR. Din Syamsudin.

    Pusat Diklat yang dikelola Warjono juga pernah menghadirkan 236

    Majelis Pemberdayaan Masyarakat utusan dari Pimpinan Wilayah

    Muhammadiyah se Indonesia. Kemudian, pada 13 Agustus 2009 Pondok

    Pesantren Wira Usaha "Sunan Kalijaga" diresmikan Hidayat Nur

    Wahid selaku ketua MPR RI. Di Pondok Pesantren ini juga seorang

    Cholid Mahmud selaku Dewan Perwakilan Daerah bersedia duduk di

    Divisi Pengembangan Pondok.

    Warjono mengaku bahwa : "Saya bekerjasama dengan siapa saja,

    dengan siapa pun, tidak beraktifitas politik, tidak mengayunkan

    bendera politik, tapi saya berbuat mengayunkan langkah semata-mata

    untuk keumatan. Hidup harus bermanfaat. Hidup harus berguna untuk

    orang lain. Saya tidak mengenal bendera politik." Bahkan dia mampu

    mendirikan TK Alam dengan siswa sebanyak 35 anak. Pendidikan yang

    diberikan agar anak-anak menyukai tanaman dan mampu memelihara.

    Yayasannya tidak mengambil untung. Biaya dibuat seringan-ringannya.

    Dari yayasan ada yang mengelola. Bahkan sempat ada yang tidak

    mampu, lalu Warjono yang membayar ke Yayasan miliknya.

    Warjono merintis pondok pesantren ini ketika masih kuliah

    Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Lulus sarjana muda 1982.

    Keberhasilan usahanya banyak didukung karena luas pergaulannya.

    Dari pergaulan itu muncul kemitraan. Tahun 1986 pernah dinobatkan

    sebagai Pemuda Pelopor tingkat DIY. Tahun 1988 menjadi Pemuda

    Pelopor tingkat nasional yang dilantik oleh mempora Akbar Tanjung.

  • Ketika membuat produk pelatihan yang berupa diklat Warjono melalui

    yayasannya melakukan kerjasama dengan Prof. Ali Agus, dekan

    fakultas peternakan UGM. Bagaimana beternak kambing, bebek,

    bagaimana peminjahan lele.

    Pondok pesantrennya memiliki uztad yang mampu ngopeni kelinci,

    kambing. Cara bertanam dan memelihara ikan. Waktu merintis

    memang pengadaan operasional mahal, untuk pelatihan perlu

    menyiapkan bahan-bahan, termasuk menyiapkan (orang) pelatih yang

    spesialis.

    Kemudian yang menonjol justru diklat-diklat tersebut, disamping

    pondok pesantrennya. Ada diklat cuma satu hari. Bahkan ada yang

    cuma satu jam. Pesertanya para pensiunan jasa marga yang kepingin

    mengisi hari tuanya dengan wira usaha. Bagaimana membuat pupuk

    organik. Pupuk dibuat bahannya dari kencing kambing dan kelinci.

    Keuntungan hasil penjualan pupuk organik melebihi harga daging

    kambing. Penggemukan kambing dengan permentasi. Hasilnya

    dagingnya bisa dua kali lipat dari cara konvensional.

    Warjono dikaruniai empat putra laki-laki semua. Anak pertama,

    Nurdin Bimawan, kelahiran 6 Desember 1986 alumni komunikasi UII,

    juga alumni SMP Muhammadiyah 7, telah memberikan kegembiraan

    berupa cucu pada Warjono. Anak kedua, Fathillah Fahmi kelahiran

    1990, lulusan hukum melanjutkan kuliah notariat di UII. Anak ketiga,

    Bekti Muzbakhaliq, kelahiran 1994 kuliah di Fakultas Ekonomi UII.

    Anak keempat, Wikan Dinu Satoto, kelahiran 1998 masih sekolah di

    MAN Lab UIN.

    Kenangan Warjono terhadap SMP Muhammadiyah 7 ketika dia

    dipercaya menjadi ketua IPM selama 3 tahun. Waktu itu sekolah di

    SMP Muhammadiyah 7 belum banyak siswa mengenakan sepatu, cuma

    nyeker. Kalau bersepatu akan tampak lain sendiri, asing di tengah

    teman-temannya yang nyeker seperti wong angon bebek. Agar tidak

    berbeda, setiap individu setia pada kebersamaan nasibe nyeker.

    Weladhalah, celaka bagi Warjono. Dia sebagai ketua IPM ranting SMP

    Muhammadiyah 7 memperoleh undangan rapat di IPM kota. Terpaksa

    pulang dulu mengenakan sepatu baru berani berangkat ke kota.

    Sebagai ketua Paguyuban Alumni Mutu Warjono berharap pada

    teman-teman untuk rajin menjalin silaturahmi. Peran alumni besar

    sekali. Warjono membandingkan dengan alumni jamaah haji satu regu

    (kelompok) itu rajin sebulan sekali menyelenggarakan pertemuan

    untuk menjaga kemabruran. Itu jamaah haji yang intens bersama

    selama hanya 45 hari di Mekkah. Caba bandingkan dengan para

  • alumni, bertemu secara intens selama minimal 3 tahun. Mestinya kita

    juga mampu menjaga kemabruran alumni. Perlu dicoba. Dan siapa

    tahu muncul kemitraan baru dengan teman yang lama sudah dikenal.

  • H. Iswanto Agus Harfian

    Iswanto Agus Harfian kelahiran 8 Juli 1957, pekerjaan terakhir

    sebagai lurah di Tahunan (2011-2013). Menikah tahun 1983 dengan

    Yustina Rusnawati dikarunia dua putra. Putra pertama bernama Muh.

    Farid Isnawan kelahiran 1 Oktober 1984, lulusan SMA Taruna

    Nusantara memperoleh bea siswa sekolah pertambangan di Singapura,

    tepatnya di Nanyang Technological University, Singapura. Sekolah 4

    tahun dan 6 tahun mengabdi kerja sebagai konsekuensi kontrak bea

    siswa. Genapnya sudah hidup selama 11 tahun di Singapura

    ditempatkan di Singapura Air Line. Merasa jenuh di Singapura, Farid

    akhirnya sekarang bekerja di PT. Uniliver Indonesia di Surabaya.

    Anak kedua Iswanto bernama Rizka Agung Herlambang, lahir 1

    April 1988, lulusan UAD 2009 jurusan ilmu komputer, sekarang bekerja

    di bagian pelayanan umum kantor pemerintah kecamatan Kotagede.

    Anak-anak yang berhasil menjadi hiasan mata bagi orang tuanya.

    Menjadi penyejuk hati bagi kedua orang tua ketika mengenang saat

    bagaimana memperbesarkannya. Iswanto ini lulusan SMP

    Muhammadiyah 7 1974 kemudian melanjutkan di SMA

    Muhammadiyah I Yogyakarta. Selepas SMA, Iswanto sempat bekerja di

  • perusahaan kerajinan imitasi Padi Mas milik KH. As'ad Humam di

    Selokraman. Tugasnya memasarkan barang dagangan kerajinan imitasi

    di Bandung dan Purwokerto selama 1978-1979.

    Sambil berwiraswasta seperti itu, diam-diam Iswanto rajin

    memasukkan lamaran-lamaran kerja. Salah satu lamarannya ada yang

    nyanthol, dia diterima di Departemen Penerangan, berangkatlah dia

    pada tahun 1980 dan bekerja di Departemen Penerangan kantornya di

    jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat. Pada tahun 1983

    dipindahtempatkan di Kanwil Penerangan propinsi DIY di jalan KHA

    Dahlan Yogyakarta. Di Yogyakarta Iswanto malang melintang sebagai

    jupen (juru penerangan) di beberapa kecamatan, seperti :

    Gondokusuman, Gedong Tengen, Pakualaman, Mergangsan. Tugasnya

    memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap kebijakan

    pemerintah pusat dan daerah melalui forum yang diselenggarakan

    masyarakat seperti: PKK, RT, RW, Dasawisma, PAUD, LPMK,

    pengajian kampung dan lain-lain yang semuanya dilangsungkan di

    malam hari, di luar jam kantor. Meski repot, boros waktu dalam

    melayani masyarakat, alhamdulillah, Iswanto mampu menyisihkan

    waktunya untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2010 bersama

    istrinya.

    Ketika Departemen Penerangan dibubarkan masa pemerintahan

    Gus Dur, Iswanto dilimpahkan ke Dinas Sosial tugasnya melayani

    masyarakat, tidak jauh berbeda ketika berada di Penerangan. Di Dinas

    Sosial kebanyakan tugasnya melayani komplain masyarakat terhadap

    tingkat ketidakpuasan yang disebabkan produk kebijakan pemerintah.

    Masalah limbah di tengah masyarakat, perceraian hingga wong padu

    harus ditangani. Selain itu, juga menangani Gelandangan dan Pengemis,

    Anak Jalanan, Rumah Singgah Anjal yang fiktif, Penyandang Cacat,

    KMS, Rumah Tidak Layak Huni. Persoalan-persoalan masyarakat

    bawah menjadi santapan sehari-hari Iswanto, karena begitu

    menguasainya sehingga mengantarkan dia memperoleh jabatan lurah

    di kalurahan Tahunan. Iswanto bernomer kontak 081328785957.

    Harapan Iswanto terhadap Alumni SMP Mutu, "Agar di antara

    alumni ada ruang untuk saling komunikasi. Meskipun setahun hanya

    sekali. Biar ada kesinambungan terhadap adanya alumni. Perwakilan

    guru bisa juga diundang untuk mengetahui perkembangan SMP Mutu.

    Membuat wadah untuk kegiatan alumni, kalau perlu difasilitasi sekolah.

    Siapa tahu kalau kita pergi keluar kota bisa mampir ke teman sesama

    alumni, kalau tujuan pokok sudah dikunjungi."

  • Hendro Asmoro Yuwono

    Hendro Asmoro Yuwono kelahiran 18 Februari 1958 yang beralamat

    di kampung Pasegan RW 05 kalurahan Purbayan Kotagede, selepas

    dari SMP Muhammadiyah 7 Kotagede masuk di STM Pembangunan

    Mrican Yogyakarta, lulus pada 1980, Lantas, tiba-tiba, pada 1981

    muncul proyek dari Bank Dunia, Hendro dipilih dan ditunjuk

    sekolahnya untuk membantu melakukan perakitan mesin-mesin di

    BLPT (Balai Latihan Kerja Teknis), seperti mesin bubut, mesin pres

    dan segala teknik mesin.

    Dari pengalaman adanya proyek Bank Dunia itulah yang

    mengantarkan Hendro melanjutkan diklat guru D3 di Bandung pada

    tahun 1982. Dan, akhirnya pada 1985 Hendro harus memilih menjadi

    guru di BLPT yang berkantor jalan Kyai Mojo no 70 Yogyakarta.

    Sampai tahun 2012, Hendro menjadi guru terus-menerus, dari mutasi

    ke mutasi lainnya. Termasuk ketika muncul Surat Keputusan Bersama

    (SKB) 5 kementerian yang menyatakan bahwa di BLPT di Daerah

    Istimewa Yogyakarta tidak ada posisi untuk jabatan guru, yang ada

    adalah posisi untuk jabatan instruktur. Hendro kawus tidak berkutik.

    Surat Keputusan Bersama 5 kementerian menjadi rintangan yang

    dilematis bagi Hendro Asmoro Yuwono yang bernomer HP

  • 081392299438. Karena menurut penuturan Hendro bahwa profesi guru

    jelas hanya menangani pendidikan formal, sedangkan profesi

    instruktur hanya menangani pendidikan non formal. Meski begitu,

    Hendro cerdik lebih memilih status guru, karena masa pensiunnya lebih

    lama dibanding profesi instruktur. Ditambah lagi, profesi guru

    memperoleh fasilitas tunjangan guru, tunjangan fungsional, tunjangan

    intelektual, termasuk tunjangan profesional, karena posnya

    anggarannya berbeda-beda dan sendiri-sendiri. "Kalau saya memilih

    menjadi instruktur sekarang mungkin sudah pensiun, tapi karena saya

    memilih menjadi guru sampai sekarang masih aktif mengajar,"

    begitulah penjelasan Hendro yang beristrikan Endang Yamsiningsih

    dan memberikan karunia 3 orang anak.

    Sampai sekarang Hendro mengajar di SMK 2 Sihono dan SMK

    Muhammadiyah I Patuk, keduanya di wilayah Gunungkidul yang harus

    dilaju dari rumahnya di Kotagede. Di SMK 2 Sihono, kompentensinya

    Hendro tidak sesuai, karena hanya mengajar elektronik industri yang

    hanya mampu mengumpulkan 6 jam pelajaran, di situ Hendro hanya

    sebagai guru definitif. Dengan kecerdikannya, Hendro mengambil 24

    jam pelajaran bidang elektrik audio dan video di SMK Muhammadiyah

    I Patuk, agar memperoleh akumulasi 30 jam wajib yang harus

    diperolehnya.

    Untuk mensiasati penuh sesaknya lalu lintas di sepanjang jalan

    Wonosari, Hendro memilih mengajar sedikit siang hari, karena dia

    hafal hari-hari dan jam-jam tertentu lalu lintas ramai. Pada hari Senin

    banyak orang dari arah Gunungkidul turun bekerja atau sekolah di

    Yogyakarta. Sementara pada hari Sabtu orang-orang Gunungkidul

    pulang dari arah Yogyakarta.

    Hendro juga sudah melakukan sertifikasi guru. Dari basis

    pengembangan diri, masa kerja dan pengalaman yang sudah dimiliki,

    termasuk penelitian dan menulis karya tulis sebagai buku pegangan

    siswa, juga sudah dilakukan. Malam-malam ketika suasana sepi dan

    hening, adalah saat yang nyaman bagi Hendro untuk melakukan

    aktifitas menulis. Buku-buku yang ditulis antara lain: (1) Dasar-Dasar

    Televisi Berwarna dan Instalasi Sound System, (2) Teknik Dasar

    Reparasi Televisi Warna. (3) Dasar-Dasar Radio Reparasi AM dan FM,

    (4) Pengetahuan Dasar CD,VCD, DVD dan Tape Recorder, kurikulum

    2006.

    Hendro dikarunia 3 putra yang membanggakan hidupnya, menjadi

    semangat dan penerus cita-cita keluarga. Anak sulungnya bernama

    Satiyaksa Restu Baskoro, kelahiran 12 Desember 1985, Lulus SMK

  • lantas kerja di Jakarta, ketika muncul PHK kembali ke Yogyakarta

    kepingin menjadi dosen, sekarang kuliah di Fakultas Hukum

    Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Anaknya nomer dua bernama

    Al-Husen Flower Rizki, kelahiran 3 Maret 1991 menjadi dosen di

    STTNAS Yogyakarta, lulusan S2 Geologi UGM. Anaknya ragil,

    perempuan bernama Al-Ilhami Nur Habibi Takwa Kalmi menempuh

    pendidikan di Poltekkes Yogyakarta.

  • Subagyo Ja'far Shadiq

    Tim kreatif program infotaiment Hitam Putih Trans 7 dengan host

    Deddy Corbuzier, tertarik pada usaha seseorang menawarkan jual jasa

    garap soal spesialis matematika untuk SD, SMP dan SMA yang biasa

    mangkal di pojok kantor pos Kotagede, yang sebelumnya sudah

    diunggah media sosial semacam Detik.com, Kompas.com, Media.com,

    di web. Dampak pengungahan berita itu menjadikan makin deras

    telpon datang bertubi-tubi, sekadar mencari informasi saja.

    Subagyo berangkat ke Jakarta 17 Desember 2014, tanpa

    pengarahan dan simulasi gladi resik, langsung masuk ruang make up

    lalu take, sehingga ketika ada pertanyaan mendadak Deddy, Subagyo

    agak grogri, kurang mampu menyusun dan menemukan kata-kata yang

    tepat. "Apa anda yakin dengan usaha itu ?" tanya Deddy. Jawaban

    Subagyo waktu itu begini : "Saya masih ragu-ragu, tapi saya akan

    berusaha dimana suatu saat pasti saya menemukan keberhasilan."

    Subagyo masih berargumen dengan jawaban spontan itu. "Coba

  • bayangkan, kalau anda merasa dan meyakini pekerjaan anda yakin

    berhasil, itu menjadi belum tentu. Tapi, sebaliknya, kalau tidak yakin

    tapi justru berhasil. Saya tidak terpengaruh dengan jawaban saya yang

    ragu-ragu ."

    Semula, anak Subagyo diberi buku-buku paket dari tempatnya

    sekolah, seperti biologi, kimia, fisika dan matematika. Kemudian dia

    tertarik membantu mengerjakan PR matematika anaknya, hasilnya

    bagus. Hal itu menjadikan memacu Subagyo untuk mengerjakan

    matematika lainnya dari kumpulan soal-soal dan penjelasannya. "Ini

    seperti untuk melatih kembali kemampuan saya, " kenang Subagyo.

    Subagyo ini lulusan SMP Muhammadiyah 7 1974. Dia langsung

    duduk di bangku kelas III karena sempat beberapa tahun dia

    meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja. Di kelas III SMP, mata

    pelajaran yang sangat dikuasai untuk ulangan harian adalah Bahasa

    Inggris, Ilmu Kimia, Ilmu Ukur dan Aljabar, masing-masing

    memberikan nilai 10. Habib Chirzin guru bahasa Inggris, waktu itu

    kalau dengan Subagyo sudah melakukan percakapan harian dengan

    bahasa Inggris, bukan lagi sebatas grammer.

    Subagyo melanjutkan SMA Yub di malam hari. Kemudian masuk

    Fakultas Teknik Kimia UGM 1979 hanya beberapa semester saja.

    Setelah putus kuliah, dia membuka bimbingan les di rumahnya.

    Membuka jasa terjemahan bahasa Inggris. Mengerjakan jasa ketik

    skripsi. Semua itu dikerjakan ketika bertempat tinggal di daerah

    Pogung 1988. Kemudian menjadi penulis freelance untuk beberapa

    koran, seperti : Kompas, Kedaulatan Rakyat, Gatotkaca, Joko Lodhang.

    Pernah menjadi reporter di Yogya Post pada 1990. Pernah kerja di

    Suara Muhammadiyah mengerjakan advertorial ( profil pengusaha dan

    usahanya).

    Kemampuan bahasa Inggrisnya juga sempat dipergunakan ketika

    menjadi guide di art shop dan workshop MD Silver Kotagede, tahun

    1980 an. Dan jangan lupa, Subagyo pernah juga kerja di perusahaan

    kerajinan kuningan. Dia spesialis ngondel untuk teko, barang berupa

    selinder kemudian diblendukkan, sebelum masuk SMP Mutu di kelas

    III.

    Kenapa Subagyo memilih Jual Garap Jasa Soal Matematika ? Dia

    melihat bahwa mata pelajaran matematika itu dianggap momok bagi

    orang tua, dan tidak setiap orang tua mampu mendidik anaknya untuk

    mapel matematika, ditambah lagi mereka malas mengajari anaknya.

    Larinya pasti les bimbingan. Peluang itu saya tangkap menjadi basis

    usaha saya. Insya Allah jasa saya ini akan menjadi jalan keluar bagi

  • para orang tua. Saya mencoba peruntungan baru dengan membuka

    lapak di pojok kantor pos Kotagede, di samping di rumahnya di

    Pungkuran Timur RT 05 Plered atau bisa kontak HP 087738405830.

    Menurut Subagyo yang beristrikan Suwarti (50), "Matematika itu

    unik. Kalau sudah pusing belajar matematika pasti akan menemukan

    jawaban. Jangan berpikiran bahwa yang ahli matematika itu gampang

    menyelesaikan, yang ahli pun melalui proses menemukan jawabannya."

    Pesan Subagyo, yang terpenting dalam belajar matematika, ikuti

    prosesnya dan jangan patah semangat.

    Subagyo Ja'far Shodiq yang dikarunia dua orang anak, mempunyai

    pengalaman yang unik bersama matematika. "Saya pernah

    mengerjakan matematika milik perguruan tinggi. Saya mengerjakan

    sejak pagi pukul 08.00 baru selesai ketemu jawabannya pukul 19.00."

    "Saya berani mengatakan bahwa tidak ada orang jenius yang tanpa

    latihan. Itulah matematika. Jika ingin mencintai matematika, carilah

    guru sebanyak-banyaknya, buku-buku sebanyak-banyaknya. Belajar

    matematika itu harus senang. Caranya dengan mengulang pelajaran,

    menggunakan rumus dan menerapkan dan mencoba contoh-contoh

    baru, " begitu kiat Subagyo.

    Di akhir perbincangan, Subagyo menyarankan kepada para orang

    tua dalam menghadapi anak yang kesulitan pelajaran matematika, tak

    perlu khawatir. Berilah solusi dan fasilitasi anak agar mau giat belajar.

    Orang tua jangan masa bodoh jika anaknya lemah dalam pelajaran

    matematika.

  • Erwito Wibowo

    Erwito Wibowo lahir tidak jauh dari titik nol Km kota Yogyakarta

    (26 Mei 1958), tepatnya di rumah praktek dr. Hendri, sekarang menjadi

    toko batik Prapanca, selatan kantor KONI DIY jl. Trikora (Pangurakan)

    no 3 Yogyakarta. Ketika itu di Kotagede belum ada klinik bersalin yang

    memadai, sehingga seluruh keluarganya lahir di sana.

    Dia menghabiskan masa mudanya di pojok pasar, persisnya jalan

    Mentaok Raya no 2 Kotagede, yang merupakan pusat geografi sosial

    dan ekonomi di Kotagede. Pernah bekerja di majalah remaja muslim

    "Estafet" berkantor di gedung Maya Indah Building jalan Kramat

    Raya No 3 N, Jakarta Pusat (1986). Melanjutkan kerja di majalah

    "Kiblat", jl. Agus Salim no 24, Jakarta Pusat (1988).

    Memperhatikan perkembangan hidupnya yang senantiasa berada di

    pusat keramaian, menghasilkan sosok pribadi yang selalu gelisah

    terhadap dinamika kehidupan masyarakat. Akan tetapi, kegelisahannya

    bukan bersifat fisik, justru berbanding terbalik dengan dunia

    keramaian yang gegap gempita. Karena dia berminat pada dunia

    penulisan, dunia penulisan adalah jalan sunyi. Dia berada di pusaran

    kesunyian.

  • Sebagai orang Kotagede asli, Erwito Wibowo sering mencermati

    kehidupan kampung-kampung di Kotagede, menjadi tim penulis buku

    Toponim Kotagede, asal muasal nama-nama Kampung di Kotagede

    yang diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya

    Pemerintah Pusat Jakarta bekerjasama dengan Java Recovery Funding

    Rekompak (2011). Juga menulis naskah komik Seri Pendidikan Pusaka

    Untuk Anak, diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen

    Cipta Karya Pemerintah Pusat bekerja sama dengan JRF REKOMPAK.

    (2011). Erwito Wibowo bernomer HP 087839155415. Email

    [email protected] atau [email protected]

    Bekal pendidikannya termasuk kurang berhasil, lulus SD

    Muhammadiyah Kleco I (1971). SMP Muhammadiyah 7 Kotagede

    (1974). SMA Muhammadiyah I Yogyakarta (1977). Sempat kuliah

    sampai tingkat doktoral 1, di Fakultas Ekonomi Universitas Proklamasi

    '45 jalan Dagen no 20 Yogyakarta (1981). Minatnya pada dunia

    penulisan sehingga sering memberi kontribusi tulisan pada media,

    terutama cetak. Tahun 1982, pernah bekerja sebagai reporter di

    Bengkel Jurnalistik Gelanggang di jalan Candrakirana no 23 Sagan

    Yogyakarta, yang melayani media terbitan bernama "Gelanggang"

    milik unit kerohanian Jamaah Shalahuddin UGM dan terbitan berkala

    bernama "Islamic Courier". Tahun 1985, bekerja di penerbitan buku

    Islam progresif "Shalahuddin Press" di Ngadiwinatan Yogyakarta.

    Tahun 1986, mengikuti Sanggar Kerja Total penulisan skenario film

    (TV play) yang diselenggarakan TVRI Stasiun Yogyakarta kerjasama

    dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dan Lembaga

    Penelitian Penerbitan Press Yogyakarta (LP3Y).

    Sering bergaul dengan teman-teman peminat sastra, terlibat dalam

    penulisan buku "Orang-Orang Malioboro, Kiprah Persada Studi Klub

    1967-1977" Diterbitkan oleh Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan

    Pemerintah Pusat Jakarta (2010). Buku ini diterbitkan untuk

    mengenang presiden penyair Malioboro : Umbu Landu Paranggi yang

    orang Sumbawa. Tulisannya juga ada di "Embun Tajalli" Seikat Sajak

    Dan Cerpen penulis Yogyakarta, terbitan Divisi Sastra Festifal Kesenian

    Yogyakarta (FKY XII, 2000). Antologi cerpen karya pribadi berjudul

    "Cincin" diterbitkan penerbit Binar Press Yogyakarta (2005), yang

    merupakan kumpulan cerpennya yang dimuat di Kuntum, Masa Kini,

    Yogya Post, Suara Muhammadiyah, Bunga Rampai Kebudayaan

    "Refleksi" dan majalah sastra "Horison" Jakarta. Namanya masuk

    dalam Buku Pintar Sastra Indonesia berisi biografi pengarang dan

    karyanya dengan editor Pamusuk Eneste, Penerbit Buku Kompas 2001.

  • Erwito Wibowo dulu, sewaktu kelas I di SMP Muhammadiyah 7,

    sering diolok-olok teman-teman kampung yang mengatakan : "SMP

    Buntu ! SMP Buntu !" Adapun maksudnya, masuk sekolah di SMP

    Muhammadiyah 7 akan mengalami kebuntuan, tidak akan bisa

    meneruskan ke sekolah lanjutan. Ungkapan SMP Buntu meneror

    suasana hatinya. Sekarang dia mampu memberi kontribusi pada SMP

    Muhammadiyah 7 Kotagede, dia diberi ruang kapling di buletin Qolami,

    untuk mengisi rubrik Wawasan Kotagede. Dia menulis di rubrik itu

    sejak tahun 2008. Tulisannya juga berada di antologi "Fasisme"

    terbitan Kalam Elkama (1996). Termasuk antologi "Zamrud

    Khatulistiwa" terbitan Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta

    bekerjasama dengan Taman Budaya Yogyakarta (1997). Terlibat

    menulis di buku "Muhammadiyah Sebagai Gerakan Seni Dan Budaya,

    Suatu Warisan Intelektual Yang Terlupakan" Diterbitkan oleh LPM

    Universitas Ahmad Dahlan kerjasama dengan Pustaka Pelajar dan

    Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (2009).

    Erwito Wibowo, meski tidak berada di amal usaha Muhammadiyah,

    tapi aktif berada persyarikatan Muhammmadiyah secara struktural.

    Menjadi anggota Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah

    Muhammadiyah dua periode 2005-2010 dan 2010-2015. Ketika LSBO

    PWM DIY memproduksi cinema Muhammadiyah "Matahari Masih

    Bersinar" ikut terlibat menulis 5 naskah film pendek. Termasuk

    menulis naskah "Sang Jendral" sebuah sandiwara yang dipentaskan

    selama dua hari di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta produksi

    LSBO PWM DIY (2014). Sebagai penggagas ide cerita naskah ketoprak

    "Jumeduling Surya Ora Tau Owah" di pentaskan 2 hari di Concert

    Hall Taman Budaya Yogyakarta diproduksi LSBO PDM kota

    Yogyakarta (2015). Menulis naskah ketoprak "mBok Rondo Bodon Dan

    Ki Ageng Paker" dipentaskan di Gedung Dakwah Muhammadiyah

    PDM Bantul, diproduksi Dinas Kebudayaan propinsi DIY (2015).

    Merasa memiliki banyak kegiatan tapi masih tetap bisa pulang di

    rumahnya di Dolahan KG III/580 Kotagede. Itu semua dikarenakan

    terpanggil kalimat : "Omah kang sejati sak temene biso kanggo deleh

    ati." Kemudian itu menjadikan prinsipnya terhadap konsep rumah.

    Rumah adalah tempat ketika hati dinaungi rasa damai dan waktu

    seolah melambat karena canda tawa keluarga begitu menentramkan,

    terutama dua anak putrinya: Deva Renata (17) dan Devi Izdihar Rif'at

    (13) Dan terik matahari telah diteduh-nyamankan dengan pohon-pohon

    besar di pekarangan rumahnya. Rumahnya terbuka tanpa pagar. Bisa

    dimasuki orang kapan saja. Terbuka dan kokoh terhadap segala gejala

  • perubahan. Tahun 2008, ketika muncul keperihatinan terhadap

    kampung-kampung dimana banyak rumah tanpa halaman, lantas di

    pekarangan rumahnya diselenggarakan peristiwa budaya namanya

    Babad Kampung Festifal Kesenian Yogyakarta (FKY XX, 2008) dengan

    tema : Kampung Kelangan Kebon. Dimaksudkan untuk menggugah

    kesadaran kembali masyarakat agar menata ulang konsep pekarangan

    depan rumah untuk tidak sekedar nyaman, tetapi membangun suasana

    segar tanpa rasa sumpek menghimpit hati, perasaan dan menekan

    tetangga lainnya.

    Erwito Wibowo aktif di beberapa lembaga. Seperti di Kampung

    Wisata Purbayan, serta di jaringan kota dan propinsi. Di Yayasan

    Pusdok (Pusat Studi, Dokumentasi Dan Pengembangan Budaya

    Kotagede). Di Forum Musyawarah Bersama Sahabat Pusaka Kotagede.

    Di Lembaga Informasi Dan Pengendali "Living Museum Budaya"

    Kotagede. Di Forum Badan Pengelola Cagar Budaya Kotagede yang

    dibentuk Dinas Kebudayaan DIY. Menjadi sekretaris II di Forum

    Musyawarah Seniman Dan Budayawan Muslim DIY. Juga berkiprah di

    Jaringan Jurnalis Indonesia Pengda DIY. Tahun 2001 pernah menjadi

    tutor penulisan kreatif yang diselenggarakan jaringan Forum Lingkar

    Pena Indonesia untuk cabang Yogyakarta kegiatannya diadakan di

    rumputan depan gedung induk Fakultas Ekonomi Bulaksumur UGM.

  • Like Suryadi

    Like Suryadi kelahiran 17 Juli 1958 beralamat di Pondongan,

    selepas dari SMP Muhammadiyah 7 1974 mengikuti banyak

    kursus-kursus. Kursus elektronik, bahasa Inggris dan potong rambut.

    Kemudian masuk dunia kerja, karena hidup di lingkungan Kotagede

    maka lapangan kerja yang terbuka luas adalah pengrajin. Like

    menekuni kerajinan emas sejak 1975-1983.

    Karena kerbatasan ekonomi tidak bisa melanjutkan pendidikan.

    Like Suryadi cerdik, tidak kehilangan akal. Agar terus nyambung

    dengan wawasan baru, dia ikut nimbrung temannya yang kuliah untuk

    mengikuti mendengarkan kuliah untuk menambah dan membuka

    wawasan baru. Waktu itu, sistem perkuliahan tidak memperlakukan

    disiplin yang ketat, sehingga memungkinkan sekali seseorang diajak

    temannya mengikuti mendengarkan kuliah tanpa dibebani

    mengerjakan tugas-tugas. Biasanya, fakultas ekonomi dan hukum satu

    kelas ruang kuliah berisi 300 orang mahasiswa. Seorang mahasiswa bisa

    mengajak teman akrab dari kampungnya untuk mengikuti

    mendengarkan mata kuliah. Like Suryadi memanfaatkan situasi

    tersebut untuk memperoleh pengetahuan.

  • Disamping sebagai pengrajin emas, Like Suryadi juga menerima

    reparasi radio dan TV unit mobil. Kecintaannya pada dunia elektronik

    menjalar merambah ke ORARI 1976, dia termasuk salah satu diantara

    pendirinya, sempat menjabat sebagai bendahara ORARI lokal

    kabupaten Bantul. Di ORARI, Like Suryadi bertemu jodohnya. Dia

    menikah dengan gadis kelahiran Solo bernama Saturnina Tytut

    Krisharianti pada 22 Mei 1959. Dari pernikahannnya, dikarunia 2

    orang anak, yakni Devita Surnaningtyas 1983 juga alumnus SMP Mutu

    yang telah memberikan seorang cucu. Anak kedua, Yudi Dwi Arifianto

    kelahiran 1986 juga alumnus SMP Mutu.

    Yudi Dwi ini mewarisi bakat ayahnya, Yudi juara pertama nasional

    kaligrafi yang diselenggarakan UIN Kalijaga, sebagaimana bakat Like

    Suryadi ketika kelas II di SMP Muhammadiyah 7, juara II melukis

    kelas ornamen yang diselenggarakan SSRI, bersama Dwi Astuti dan

    Herlani. Yudi Dwi Arifianto juga sering mengikuti MTQ tingkat

    nasional bidang kaligrafi. Sekarang Yudi menjadi guru kaligrafi di

    SMK N 5 Yogyakarta. Juga kerja di Grama Surya, percetakan milik

    Muhammadiyah. Yudi juga sering kerjasama dengan Erros Sheila on 7

    mengerjakan asesoris guitar listrik, kelas internasional.

    Sekitar tahun 2000, Like Suryadi harus mengakhiri usaha kerajinan

    emas yang mengalami kemrosotan order secara luar biasa. Istrinya

    membuka warung kelontong di rumahnya. Sekarang, Like Suryadi

    mengabdikan dirinya di Masjid Gede Mataram Kotagede. Tugas

    pokoknya di kantor sekretariat Masjid Gede Mataram Kotagede

    menjabat sebagai kepala rumah tangga. Mengingat Masjid Gede

    Mataram Kotagede ini bagian dari keistimewaan Yogyakarta serta

    kraton Mataram Yogyakarta memiliki kewewenangan mengelola. Oleh

    karena itu, atas kesetiaan Like Suryadi dalam mengabdikan diri di

    masjid tersebut maka kraton mengangkat dia sebagai abdi dalem

    keprajan, memperoleh gelar Mas Ngabehi Renggo Suryadi (2013).

    Sebagai abdi dalem Like Suryadi sering ditimbali ke masjid Panepen

    kraton Yogyakarta untuk mengikuti pengajian.

    Like Suryadi sadar bahwa Masjid Gede Mataram ini menjadi pusat

    informasi masyarakat yang ingin tahu lebih banyak tentang kompleks

    masjid, maka sebagai kepala rumah tangga masjid, dia banyak

    menerima tamu mulai dari TK, SD, SMP, SMA, guru, mahasiswa, dosen,

    guru. Tamu-tamu yang sifatnya lokal, nasional sampai internasional

    sering dilayani, seperti: Malaysia, Thailand, Belanda, Amerika, Jepang.

    Banyak juga rombongan mahasiswa non muslim yang kepingin tahu

    tentang sejarah masjid, tentang agama Islam dan banyak respon baik

  • dari mereka. Menurut Like, yang semula tidak tahu Islam menjadi tahu.

    Masjid Gede Mataram ini menjadi langganan kunjungan mahasiswa

    UIN seluruh Indonesia untuk penelitian atau studi wisata. Mahasiswa

    non muslim yang akan melakukan penelitian terkoordinir melalui

    lembaga gereja di Kotabaru.

    Like Suryadi mengaku dalam melayani tamu-tamu dia bekerjasama

    dengan Warisman (alumni lulusan 1970). "Pelayanan yang diberikan

    muncul dari berbagai disiplin bidang, ada jurusan arsitektur, ada yang

    sejarah, ada yang budaya serta komunikasi. Bagaimana komunikasi

    yang merupakan bagian dari peradaban terbangun antara masjid

    dengan masyarakat serta lingkungan," ungkap Like menjelaskan.

    Like Suryadi juga melayani masyarakat yang ingin

    mempergunakan sebagian wilayah masjid untuk acara akad nikah,

    resepsi serta acara keagamaan lainnya. Permintaan itu tidak hanya

    masyarakat lokal, tapi nasional bahkan internasional ada. Juga

    melayani kelompok hobby studi fotografi yang mengambil obyek

    kompleks masjid. Sebagai kepala rumah tangga masjid juga melayani

    santunan terhadap 80 anak-anak yatim. 90 anak yang duduk di TPA di

    bawah binaan Masjid Gede Mataram. Termasuk menyantuni berupa

    sembako untuk 139 orang jamaah. Dan membuka klinik kesehatan

    gratis untuk umum 2 kali seminggu, hari Jum'at dan Sabtu.

    Like Suryadi juga sering menjelaskan bahwa sebaiknya peziarah

    masuk kompleks masjid mulai dari gerbang utara meski gerbang utama

    dari arah timur. Alasan dia, kalau dari gerbang utara, pengunjung

    langsung ketemu tempat wudhu dan bisa mengambil air wudhu dan

    mengerjakan sholat. Kalau dari sisi gerbang timur, pengunjung akan

    menemukan dua pilihan ketika berada di depan bangunan kuncungan

    masjid. Mau ke kanan mengambil air wudhu atau ke kiri masuk

    makamkeramat.

    Adapun kenangan Like Suryadi terhadap para alumni SMP

    Muhammadiyah 7, ia merasa sampai sekarang ini teman-teman masih

    menjadi teman yang hangat bahkan ada yang seperti keluarga sendiri

    karena kedekatannya. Like juga terkenang pada penanaman ideologi

    Muhammadiyah melalui mata pelajaran kemuhammadiyahan yang

    dibawakan pak Hajuwat (alm). Penanaman itu sangat membekas

    dirasakan Like Suryadi, sehingga seorang lulusan SMP

    Muhammadiyah 7 akan beridentitas dan berkarakter kuat sebagai

    pribadi muslim, hal seperti itulah termasuk yang ikut mengantarkan

    Like Suryadi menjadi anggota Pimpinan Ranting Muhammadiyah

    Jagalan.

  • Like Suryadi juga terkenang akan gurunya pak Kamali Anwar dan

    pak Arsyad AU. Di SMP Muhammadiyah 7, Like punya prestasi bagus

    di bidang mata pelajaran eksata. Menurut pak Arsyad, itu merupakan

    anugerah yang tidak dimiliki siswa lain. Sebagai bagian dari

    masyarakat Kotagede pak Kamali Anwar, pak Arsyad AU dan Like

    Suryadi sering bertemu di Masjid Gede Mataram. Pertemuan yang

    secara kebetulan itu sering dimanfaatkan untuk melakukan

    perbincangan hangat. Bukan perbincangan antara murid dan guru,

    melainkan perbincangan antar masyarakat Kotagede. Kemudian Like

    berkesimpulan : " Hidup ini indah walau ada tingkat kesulitan. Dari

    banyak kekurangan tetap merasa hidup bahagia. Dari satu sisi merasa

    bisa, dari sisi lain mungkin tidak. Tapi yang namanya kenangan

    tetaplah indah. Terus dimana letak kenangan ? Kenangan berada di

    masa depan. Dan sangat indah dinikmati ketika kita menapaki usia

    tua."

  • PROFIL ALUMNI LULUSAN 1972

    Prof. DR. Darwis Khudori

    Darwis Khudori (59), lulusan SMP Muhammadiyah 7 tahun 1972.

    Semula dia sudah lulus dari PGAL (Pendidikan Guru Agama Lengkap)

    Mahad Islamy Kotagede. Dimana lulusana PGAL MI dipersiapkan

    lulusannya menjadi tenaga pendidik guru agama setingkat SD dan SMP.

    Darwis Khudori kepingin masuk SMP Muhammadiyah 7 duduk di

    kelas 3 (tiga), agar kelak setelah lulus bisa masuk ke sekolah umum. Dia

    membiayai sekolahnya dengan bekerja sebagai tenaga tukang obras di

    Penjahit "Panjenengan" milik Januzi orang kampung Pondongan.

    Lulus dari SMP Muhammadiyah 7 masuk SMA I Teladan

    Yogyakarta tahun 1973. Lulus dari SMA Teladan masuk Fakultas

    Teknik jurusan arsitektur Universitas Gajah Mada, dan lulus tahun

    1984. Kemudian memperdalam studinya di bidang permukiman dan

    perkotaan di negeri Belanda (1987 dan 1989), dan menempuh studi

    lanjut di bidang sejarah di Perancis (1989-1999). Thesisnya tentang

    transformasi sosial dan arsitektural di kota Ismalia, Mesir. Di kota

    Ismailia banyak bangunan dipengaruhi lagam asitektur Perancis yang

    menjadi perhatian penelitiannya, karena Mesir waktu pernah menjadi

    jajahan Perancis.

  • Thesisnya memberikan gelar Doktor dari Universitas

    Paris-Sorbonne pada tahun 1999. Sejak tahun 1995, Darwis Khudori

    orang dari kampung Selokraman menjadi pengajar dan peneliti di

    Universitas Le Havre, Perancis, dalam bidang Bahasa-Bahasa dan

    Peradaban-Peradaban Timur. Karya-karya tulisnya belakangan, yang

    berupa esai dan artikel ilmiah, terbit dalam bahasa Perancis, Inggris,

    Belanda dan Indonesia tentu saja.

    Setelah lama tak terdengar kabarnya, 27 tahun kemudian, pada 25

    Oktober 2010, tiba-tiba Darwis Khudori datang ke Kotagede

    bekerjasama dengan Lembaga Informasi Dan Pengendali "Living

    Museum Budaya" di kampung Dolahan KG III/580 Kotagede yang

    dikelola Erwito Wibowo. Darwis datang ke Kotagede sebagai inisiator

    dan koordinator acara Diversity in Globalised Society, dengan tema

    "The Rule of Asia of Afrika for Sustainable World the Commemoration

    of 1955 Bandung Asia Afrika Conference" Darwis dengan membawa 70

    orang tamu asing dalam acara mengenang 55 tahun Konferensi Asia

    Afrika, melakukan santap malam diiringi siteran, orkes keroncong

    Timpasko Baru dan menyaksikan tarian karonsih di pendopo budaya

    kampung Dolahan.

    Perjalanan hidup Darwis Khudori yang unik tidak lepas dari masa

    kanak-kanak dan remajanya. Lahir dan dibesarkan dalam keluarga

    santri (Muhammadiyah) di tengah masyarakat yang sangat diwarnai

    oleh tradisi kejawen yang kuat, Kotagede, ia selalu cenderung terlibat

    dalam kegiatan yang berkaitan dengan masalah keagamaan,

    kebudayaan, keilmuan dan kemasyarakatan, dimana dia berada.

    Pendidikan keislamannya yang ketat di masa kanak-kanak dan

    remaja tak menghalanginya untuk menjadi pemikir bebas, kawan dan

    rekan berbagai golongan, bangsa dan agama. Misalnya, di jurusan

    arsitektur UGM dia berkenalan dengan Romo Mangun yang segera

    menjadi guru, sahabat dan rekan sekerjanya, baik di kampus, di studio

    arsitektur maupun di tengah-tengah masyarakat, khususnya di

    kampung Lembah Code, terutama sejak tahun 1978 hingga

    keberangkatannya ke Perancis pada 1989.

    Sikap Darwis Khudori yang bebas dari batas-batas agama dan

    kecenderungannya untuk mencari akar-akar kebudayaan yang dalam

    juga membuatnya dekat dengan orang-orang NU yang cenderung

    memekarkan tradisi seperti Gus Dur dan Hikam yang merupakan

    kawan-kawannya sejak lama, meskipun Darwis dibesarkan di kalangan

    Muhammadiyah yang cenderung meninggalkan tradisi.

    Darwis merasa prihatin dengan kesulitan masyarakat muslim

  • menghadapi modernisasi dan globalisasi, yang sering membawanya

    kepada fanatisme dan formalisme agama, dia sengaja mempelajari

    secara mendalam sebuah masyarakat muslim yang mengalami

    transformasi budaya akibat pertemuannya dengan peradaban Barat.

    Darwis sempat mondar-mandir antara Mesir dan Perancis untuk

    melakukan penelitian dan menghayati kehidupan masyarakat Mesir

    yang menjadi bahan studi doktornya. Di samping kegiatan utamanya

    sebagai pengajar dan peneliti, dia juga berperan serta, seperti masa di

    Indonesia, dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan dan LSM di Perancis.

    Kesukaannya berkelana dan kegiatan-kegiatan profesionalnya,

    telah membawanya ke berbagai negara, khususnya di Dunia Arab,

    India, Cina, Eropa dan Amerika Utara. Darwis juga suka menulis fiksi.

    Ketika duduk di kelas III SMP Muhammadiyah 7, cerpennya dimuat di

    koran Kompas Minggu. Di tahun 1976 dan 1977, dua cerpennya

    memenangkan sayembara penulisan cerpen di majalah Gadis. Naskah

    dramanya berjudul Joko Bodo memenangkan sayembara penulisan

    naskah drama remaja Dewan Kesenian Jakarta.

    Sebagian karya fiksinya sudah diterbitkan dalam bentuk buku,

    seperti : Rahasia Sebuah Arca, Untung Sahabatku dan Terlepas dari

    Hukuman ( kertiganya merupakan cerita anak-anak, 1983). Kumpulan

    cerpennya Gadis Dalam Lukisan (1982). Antologi cerpennya

    "Orang-Orang Kotagede" sangat fenomenal, diterbitkan Bentang

    Budaya (2000). Puisi-puisinya dimuat dalam antologi "Tugu" bersama

    penyair-penyair pilihan dari Yogyakarta (1987). Puisi-puisi lainnya

    dimuat dalam antologi "Tonggak" (1988) bersama penyair-penyair

    pilihan seluruh Indonesia.

  • PROFIL ALUMNI LULUSAN 1976

    Drs. Kuswanto

    Di masa damai dunia yang paling menarik adalah bidang pendidikan.

    Hal itu dikarenakan dunia ini dianggap bidang paling strategis dan

    penting. Strategis dan penting karena baik buruknya suatu generasi

    ditentukan sejauh mana bidang pendidikan menyiapkan sumber daya

    manusia terbaiknya. Memiliki sistematika, metodologi dan jenjang

    pentahapan serta intensitas secara total setiap hari berinteraksi dengan

    murid.

    Drs. Kuswanto kelahiran 5 Juli 1960, lulusan SMP Muhammadiyah

    7 beralamat rumah di kampung Pekaten KG III/832 Prenggan

    Kotagede. Dia termasuk dari sekian ratus alumni yang hidup dari dunia

    pendidikan. Selepas SMP Muhammadiyah 7 masuk SPG Negeri 2

    Yogyakarta 1980. Tahun 1980 dunia pendidikan diundur setengah

    tahun menyesuaikan sistem tahun anggaran pemerintah, maka antara

    tahun 1980 sampai 1982 sempat menganggur. Baru pada tahun 1982

    Kuswanto masuk IKIP Muhammadiyah dan lulus tahun 1988. Sebelum

    lulus kuliah sempat mengajar di sekolah-sekolah dasar secara

  • berpindah-pindah. Seperti di SD Cokrodirjan 1, SD Cokrodirjan 2 dan

    SD Kotagede 7.

    Kemudian baru antara rentang waktu 1995-2013 dia benar-benar

    hidup sebagai pendidik dengan spesialis menjabat sebagai kepala

    sekolah. Pertama kali diangkat sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2

    Nglegi, Patuk, Gunungkidul. Seterusnya berbagai lembaga pendidikan

    sekolah dasar dimana dia menjabat sebagai kepala sekolahnya bisa

    dideretkan, seperti di : SD Negeri Serayu 2, SD Negeri Keputren, SD

    Negeri Panembahan, SD Negeri Pujokusuman 1, SD Negeri

    Suryowijayan, dan SD Negeri Percobaan Yogyakarta.

    Sebagai kepala sekolah Kuswanto merasakan secara mendalam,

    pernah menangani sekolah dasar buruk dan favorit. Sekolah dasar yang

    buruk itu berada di lingkungan dan kawasan masyarakat yang buruk.

    Dia pernah menjadi kepala sekolah di SD Negeri di pinggir sungai

    Winongo dan Code. Masyarakatnya miskin, bodoh tidak berpendidikan

    dan moralnya kurang bagus. Hal itu terjadi ketika dia menjabat

    sebagai kepala sekolah di kawasan slam, rural urban. Di belakang

    gedung sekolah yang berhimpitan dengan perkampungan miskin

    masyarakatnya biasa mabuk, berjudi dan mengumbar umpatan buruk

    (misuh) Hal seperti itu bukan pemandangan yang idealnya bagi tumbuh

    kembang pribadi anak usia sekolah dan belum saatnya mengetahui. Hal

    yang buruk itu menjadi makanan sehari-hari bagaimana mungkin

    dunia pendidikan mampu mengimbangi dengan menciptakan insan

    berkualitas. "Di kawasan seperti itu, membutuhkan kesabaran,

    keteladanan dan masyarakatnya berharap diuwongke " ujarnya.

    Kuswanto terkenang ketika ditempatkan di kawasan kampung gali

    pada tahun 1983. "Saya masih muda, dengan karakter pribadi saya

    lembut, tidak temperamental, apik, malah justru bisa diterima di

    tengah-tengah masyarakat yang keras. Mereka menganggap saya masih

    lugu belum tahu betul dunia mereka. Dan sekarang bekas murid-murid

    saya dari masyarakat perkampungan pinggir sungai Code, banyak yang

    berhasil menjadi pedagang batik di pasar Beringharjo. Saya sering

    berjumpa. Saya menganggap melalui sentuhan pendidikan dasar, saya

    berhasil menaklukan karakter lingkungan. Berhasil merubah sikap

    mereka. Mereka bisa menaruh hormat," ungkap dia mengenangkan.

    Kalau teringat dahulu bagaimana susahnya menghadapi mereka.

    Mau menghadapi ujian saja tidak siap. Mereka mengalami kejenuhan

    belajar. Mereka belum memiliki kesadaran bahwa akhir pendidikan itu

    harus menempuh yang namanya ujian. Bagi mereka nggak ikut ujian

    tidak menjadi soal. Bukan perkara penting. Sekolah harus merayu agar

  • bisa mengikuti ujian akhir.

    Hal yang menyenangkan bagi Kuswanto kalau menjadi kepala

    sekolah di daerah yang masyarakatnya mapan, sekolahnya termasuk

    favorit. Banyak wali murid yang kritis karena datang dari kalangan

    masyarakat terdidik, seperti dosen, PNS dan wiraswasta yang sukses.

    Mereka bersikap kritis terhadap suatu kebijakan. Mereka tahu lebih

    dahulu mengenai kebijakan dari pemerintah pusat di bidang

    pendidikan dan bagaimana penerapannya di daerah. Mereka sering

    menjadi patner komunikasi yang baik antara sekolah dengan wali

    murid melalui komite sekolah.

    Menjadi kepala sekolah yang paling susah ketika ditempatkan di SD

    Negeri 2 Nglegi, Patuk, Gunungkidul. Dan itu hanya mampu dijalani

    Kuswanto selama satu tahun ajaran (1995-1996). SD Negeri 2 Nglegi,

    Patuk, termasuk kategori SD terpencil dan sulit dijangkau, letaknya di

    atas bukit. Sepeda motor guru diparkir di halaman kantor kalurahan,

    untuk menuju tempat sekolah harus mendaki bukit terjal lamanya

    antara 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Guru hanya effektif mengajar

    hanya 2 jam, pukul 11.00 siang harus turun. Murid-murid juga harus

    mampu menaklukan medan yang berat itu setiap hari. Orang tua murid

    memilihkan anaknya sekolah di situ, meskipun di bawah

    perkampungan mereka ada juga gedung sekolah. Alasan mereka, agar

    kalau pulang sekolah siang-siang dalam kondisi lapar dan letih, tinggal

    terdorong menuruni turunan terjal masih kuat. Berbeda kalau letak

    sekolahnya di bawah, saat pulang harus menaiki bukit terjal dalam

    kondisi sudah tidak bertenaga.

    Di SD Negeri 2 Nglegi, Patuk tidak guru perempuan. Kalau ada

    penempatan guru perempuan di situ, pasti ia segera minta SK pindah

    dikarenakan kondisi medannya yang berat. Banyak guru yang

    rumahnya di Beran atau Bantul, membuat dan mengatur jadwal

    mengajar sendiri. Seminggu mereka membuat jadwal mengajar hanya

    tiga hari. Misalnya Senin, Rabu dan Sabtu. Mereka merasa capek

    dengan medan perjalanan yang harus dilalui. Kejadian seperti itu

    berada di depan mata, karena tingkat kesulitannya juga di depan mata.

    Dan kepala sekolah tidak mampu berbuat apa-apa. Tidak bisa

    melarang dan hanya mampu membiarkan. "Pernah dan sering upacara

    sekolah tiap hari Senin pagi hanya diikuti 2 orang guru. Sekarang

    mungkin kondisinya tidak seperti itu lagi. Tapi letak sekolah di atas

    bukit tetap tidak berubah. Dan yang paling berkesan, dengan kondisi

    alam yang berat seperti itu, tapi justru murid-muridnya berprestasi,"

    ungkap Kuswanto mengenang waktu lalu.

  • Dan sudah lama Kuswanto membuka les bimbingan untuk anak

    tingkat sekolah dasar, sejak 1999. Semula hanya membimbing anaknya

    belajar. Kemudian anak tetangga kiri kanan mulai berminat dan

    mempercayakan untuk mengikuti les sore hari. Bimbingan belajar ini

    sudah berkempang pesat. Pesertanya ada yang datang dari Sleman dan

    Bantul. Untuk melayani dia dibantu 2 orang tenaga pengajar.

    Tahun 2014-2015 ini, Drs. Kuswanto yang beristrikan Ismudianti

    dari kampung Cokrodirjan, menunggu pengangkatan kembali sebagai

    kepala sekolah. Sejak tahun 2010 muncul peraturan pemerintah bahwa

    jabatan kepala sekolah hanya untuk 2 periode (8 tahun). Di Yogyakarta

    baru bisa diterapkan trahun 2013. Dan untuk menjadi kepala sekolah

    harus mengikuti diklat. Alhamdulillah, Kuswanto sudah memiliki

    NUKS (Nomer Urut Kepala Sekolah) tinggal menunggu pengangkatan

    kembali. Selama menunggu pengangkatan statusnya harus turun

    menjadi guru agar masih bisa mengajar.

    Kuswanto dikaruniai 3 putra putri. Anak sulungnya bernama

    Wikan Haqi Baihaqi kelahiran 1988, lulusan STAN Jakarta, statusnya

    pegawai Badan Pengawas Keuangan (BPK) di Samarinda. Anak kedua

    putri bernama Qorataayun Nindyo Pawestri, kelahiran 1995 mahasiswa

    UAD Yogyakarta. Anak ketiga bernama Qorataayun Natali Paska

    Ramadhan,kelahiran 2000, masih sekolah di SMP Muhammadiyah 7

    Kotagede.

    Kuswanto juga aktif Majelis Kader di PRM Prenggan, juga aktif

    temu alumni angkatan 1976 maupun lintas angkatan.

    "Saya sangat berharap, agar lulusan SMP Muhammadiyah 7

    menjadi kadernya Muhammadiyah. Bisa ditempuh dengan cara dimana

    dia bertempat tinggal bisa aktif dimana di situ ada kegiatan ranting."

    "Harapan saya terhadap alumni, agar alumni memiliki kepedulian

    dalam bentuk memberikan kontribusi berupa materi atau pemikiran

    bagi kemajuan SMP Mutu dan sebaliknya, sekolahan bersedia

    memfasilitasi program alumni, " begitu harapan Kuswanto.

  • PROFIL ALUMNI LULUSAN 1978

    FAJAR TRIAWAN (53)

    Fajar Triawan kelahiran 29 Mei 1962, beralamat di Dolahan KG

    III/580 Kotagede lulusan SMP Muhammadiyah 7 tahun 1978. Di SMP

    guru pelajaran menggambar kebetulan bapak Suharjo MS, ketika

    masuk SMSR Karangmalang mengambil jurusan patung, ketemu lagi

    bapak Suharjo selaku kepala sekolah di sana. Lama pendidikan di

    SMSR 4 tahun.

    Lepas dari SMSR masuk STSRI (ASRI) di Gampingan no 1

    Yogayakarta 1982. Ketika di STSRI (ASRI), dia menjadi mahasiswa

    kesayangannya Edy Sunarso (dosen). Edy Sunarso langganan dipercaya

    pemerintah sejak presiden Soekarno untuk menggarap

    monumen-monumen. Seperti : Patung Pancoran, Tugu Selamat Datang

    di jalan Thamrin, Putung Pembebasan di Lapangan Banteng. Patung di

    depan gedung DPR/MPR di Senayan. Sewaktu menggarap Monumen

    Yogya Kembali, Fajar Triawan sebagai mahasiswa STSRI dilibatkan.

    Fajar Triawan bersama Hery Crus, coleganya di STSRI, tahun 1983

    namanya dikenal ketika menggarap model untuk monumen patung Ari

    Hanggara atas pesanan Nugroho Notosusanto selaku menteri

    Pendidikan Nasional. Model patung Ari Hanggara diekspose koran

    lokal maupun nasional. Ari Hanggara adalah anak korban keganasan

  • orang tua. Menteri Nugroho Notosusanto kepingin agar anak usia

    sekolah jangan diperlakukan secara sadis. Untuk mengenang dan

    memaknai maksud itu direncanakan pembuatan patung Ari Hanggara.

    Konsep ide pemikiran mendikbud Nugroho Notosusanto

    memperoleh penolakan dari masyarakat luas dan diekspos melalui

    media cetak. Opini masyarakat mengatakan bahwa kalau dibuat

    patung, justru malah tidak mendidik karena patung sifatnya abadi.

    Sesuatu yang abadi sulit dilupakan dan hanya menyisakan trauma saja.

    Patung model Ari Hanggara sudah selesai dikerjakan tetapi gagal

    menjadi monumen karena penolakan dari masyarakat. Ironisnya, kisah

    sedih Ari Hanggara berhasil difilmkan, menjadi produksi film nasional

    dan sangat komersiel sekali, mengeruk banyak uang dari

    mengeksploitasi kesedihan. Dan film juga bersifat abadi karena ada

    sifat dokumentasi. Sebuah kebijakan yang berbeda untuk kasus yang

    sama.

    Fajar Triawan ini perupa spesialis monumen, Isi monumen, ada

    patung, relief dan diorama. Dia bersama teman-teman 1984

    mengerjakan relief di selasar Gedung Pemuda yang diresmikan

    Menpora Abdul Ghofur. Termasuk membuat relief sepanjang 143 meter

    di Pacitan yang diresmikan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

    Monumen Si8liwangi di Jawa Barat. Dia bekerja di beberapa stodio

    patung di seputaran Yogyakarta. Di antara stodio-stodio patung di

    Yogyakarta spesialis monumen, siapapun pemenang tender proyek,

    yang mengerjakan modelnya sebelum dicor pasti Fajar Triawan. Dia

    bekerja di banyak stodio patung, di antaranya milik Yusman yang baru

    saja mengerjakan 7 patung presiden RI. Pernah kerja di tempat

    seniman terkenal di Bandung, di Selasar Sunaryo dan Barli.

    Fajar Triawan memilih seni rupa patung yang lebih menjanjikan

    daripada seni rupa lukis. Untuk tingkat ketrampilan urusan

    menggambar, dia termasuk mahir,matang dan menguasai detail.

    Makanya dia memilih patung, karena sketsa patung membutuhkan

    teknik penguasaan gambar bentuk yang matang. Karya patung itu

    anonim, dikerjakan banyak orang. Berbeda dengan seni rupa lukis

    yang dikerjakan secara individual. Kalau tidak punya style dan nama

    besar, seni rupa lukis sulit terangkat harga nominalnya. Sedangkan seni

    rupa patung inklud pada totalitas bentuk monumen. Biasanya, yang

    namanya monumen pasti merupakan proyek berbiaya besar. Begitulah

    pilihan yang diikuti sesuai dengan jalan pikirannya.

    Stodio-stodio tempatnya dia bekerja banyak memperoleh proyek

    besar untuk kawasan Indonesia Timur. Dia terlibat mengerjakan 3

  • patung tokoh agama setinggi 23 meter berbahan fiber glass yang

    dipasang di Timor Leste, Raja Ampat Papua barat dan Di Sulawesi

    Tengah.

  • PROFIL ALUMNI LULUSAN 1982

    HAMID NURI

    Hamid Nuri kelahiran 8 Desember 1968 bertempat tinggal di

    Prenggan Selatan KG II/926 Prenggan Kotagede, bernomer kontak

    6285790096657 lulusan SMP Muhammadiyah 7 1982 meneruskan di

    MAN 2 Yogyakarta lulus 1986. Berani hidup dari menulis. Dunia

    tulis-menulis dimulai ketika menulis di majalah pelajar "Kuntum" 1986.

    Merambah ke surat kabar harian sebagai reporter di "Masakini" pada

    1985-1986. Di Yogya Post 1989-1998.

    Wawasan jurnalistiknya makin meluas, mulai berani merambah di

    koran-koran daerah yang sifatnya nasional, menempati sebagai

    reporter maupun redaksi. Di surat kabar harian "Pos Kita" 2000-2004.

    Bengawan Pos di Solo memegang desk rubrik liputan daerah meliputi

    kawasan Klaten, Boyolali, Sragen dan Karanganyar. Sudirman Pos di

  • Purwokerto daerah liputannya meliputi Kedu, Magelang dan Wonosobo.

    2011 bekerja di SKH "Yogya Raya" di Yogyakarta. 2011 ketika di

    Radar Yogya sebagai desk mengendalikan rubrik "komunitas"

    Di Radar Yogya juga bertugas meliput berita daerah meliputi kawasan

    Magelang, Kedu dan sekitarnya. Juga sempat sebagai pembantu lepas

    pada tabloid "Kliwonan" terbitan Yogyakarta.

    Sekarang, Hamid Nuri harus berhadapan dengan titik tolak baru di

    bidang jurnalistik. Karena munculnya perkembangan teknologi era

    digital, dimana memang harus diperhitungkan adaptasi masyarakat

    terhadap minat baca yang begitu berbeda dengan masuknya media

    sosial yang berbasis gadget. Sangat jelas teknologi digital mengubah

    konsep jurnalisme. Dampaknya, semua orang pemilik gadget menjadi

    sumber dan sekaligus nara sumber untuk menyampaikan minat

    bidangnya masing-masing, bermunculan tanpa kendali dan tidak

    memerlukan komplikasi campur tangan sentuhan editor yang

    berbelit-belit di meja redaksi. Memiliki daya tarik yang lebih memikat

    ditunjang keindahan visualisasi. Jurnalisme media cetak akan banyak

    kehilangan akal berhadapan dengan gadget. Kehadiran berita online

    yang menyuguhkan berita secara cepat dan gratis mengancam dan

    mematikan sejumlah media cetak terutama koran dan majalah.

    Prestasi-prestasi yang pernah diraih Hamid Nuri sebagai penulis

    bisa disebutkan antara lain : Juara 1 lomba penulisan esai saat even

    Piala Bulu Tangkis Dunia yang diselenggarakan di gedung olah raga

    Amongrogo Yogyakarta. Juara 1 loma penulisan esai saat even Lomba

    Dark Rise, Yogya-Surabaya-Jakarta. Juara 3 lomba penulisan artikel

    tentang Air Minum tahun 2003. Juara 2 penulisan Cerkak yang

    diselenggarakan Yayasan Karmel Malang.

    Hamid Nuri disamping menulis dalam bahasa Indonesia juga

    menulis dalam bahasa daerah (Jawa) sebagai penulis lepas. Tulisannya

    sering dimuat di majalah berbahasa Jawa seperti: "Joko Lodhang"

    -Yogyakarta."Penyebar Semangat"-Surabaya."Jawa Anyar"-Surakarta.

    "Joyoboyo"-Surabaya. "Mekarsari"-Yogyakarta. Untuk tulisan berita

    yang berbahasa Indonesia, banyak dimuat seperti : di Suara

    Merdeka-Semarang.Solo Pos - Solo. Majalah "Metropolitan"-Surabaya.

    Koran "Mimbar Umum" - Medan. Koran "Semangat" - Padang. Koran

    "Gala" - Bandung. Koran "Aceh" - Aceh.

    Tugas yang paling mengesankan menurut penuturan Hamid Nuri

    saat meliput bencana Gunung Kelud di Jawa Timur pada 1990. Fasilitas

    teknologi masih terbatas tapi harus secepatnya mengirim berita ke

    kantor harian. Maka dia menggunakan saluran telpon, berita dikirim

  • melalui percakapan lesan melalui saluran telpon dengan penanggung

    jawab desk rubrik. Kemudian gambar liputan foto dikirim melalui jasa

    kurir via bis antar kota antar propinsi. Segalanya masih serba susah

    tanpa fasilitas teknologi yang memadai.

    Hal yang menyedihkan juga pernah dialami ketika memperoleh tugas

    meliput korban pembunuhan di kota Trenggalek, Jawa Timur. Sampai

    di Trenggalek belum tahu tempat lokasinya. Ketika sampai di lokasi

    ternyata medannya berat dan asing. Untuk menuju lokasi

    mempergunakan kendaraan colt untuk angkutan barang. Sempat

    menimbulkan kecurigaan warga. Mestinya mewawancarai malah

    diinterogasi. Ditanyai macam-macam. Puncak kesulitannya ketika

    harus bermalam di terminal Trenggalek.

    Tahun 1997, ketika bertugas meliput Sea Games di Jakarta.

    Keterbatasan fasilitas yang disediakan media tempat kerja yang

    memberi tugas, sementara media lain sudah canggih, sudah mampu

    mempergunakan email dan online, sudah memiliki stodio di lapangan.

    Memburu kecepatan berita dengan adanya peran teknologi, tapi minim

    sentuhan akhir tangan redaksi sehingga hasil tulisan akhir kurang

    sempurna.

    Hal yang menyenangkan bagi Hamid Nuri ketika menjadi reporter

    media koran. "Bisa pergi atau berwisata tanpa mengeluarkan biaya

    pribadi," ujarnya. "Semua biaya ditanggung media koran atau

    penyelenggara even yang menugaskan untuk melakukan peliputan,"

    tambah Hamid. Dan yang sangat berkesan bagi Hamid bisa secara

    dekat mewawancarai tokoh-toko nasional. Hamid pernah ikut

    mewawancarai Gus Dur sewaktu Muktamar NU di Krapyak

    Yogyakarta 1989. Pernah mewawancarai pak AR Fakhruddin ketua PP

    Muhammadiyah ketika Muktamar di Yogyakarta. Pernah juga

    dimarahai Lukman Harun bekas sekjen PP Muhammadiyah. Karena

    ada intrik di berita Muktamar. Ada yang mengerjai Lukman Harun

    dari Yogyakarta sehingga dia terlempar tidak masuk 13 orang

    formatur.

    Dan, yang paling menjengkelkan ketika Hamid kekancingan di

    gedung Istora Senayan Jakarta. Waktu itu tempat press room di lantai

    bawah. Sehabis menulis berita, Hamid naik ke lantai atas dan

    menemukan sofa empuk. Karena capek dan letih, sementara berita

    sudah selesai ditulis. Hamid mencoba sofa untuk istirahat melepaskan

    penat. Saking empuknya sofa, terlanjur kebablasan ketiduran. Ternyata

    petugas gedung sudah mengunci semua pintu-pintu di Istora. Jadilah

    Hamid Nuri semalaman tidur di Istora, Senayan.

  • Sekarang Hamid mengaku sebagai penulis lepas. Hasil yang bisa

    dicapai penulis lepas adalah tingkat produktifitas. Semakin prodiktif

    semakin nampak hasilnya. Untuk bisa kaya penulisan haruslah kaya

    bahan bacaan. Untuk memperkaya khazanah penulisannya, Hamid

    sudah biasa nongkrong di perpustakaan daerah kota Yogyakarta untuk

    mencari buku-buku yang bisa dijadikan referensi baru. Atau membuka

    internet. Hamid sering juga mengikuti kegiatan yang diselenggarakan

    Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta di Balai Bahasa Yogayakarta.

    Sebagai penulis, Hamid juga sudah menghasilkan buku, seperti :

    Toponim Kotagede, buku Trans Yogya, Antologi Puisi Bersama yang

    berjudul "Di Bawah Lampu Mercuri".

  • PROFIL ALUMNI LULUSAN 1986

    SYAFARUDDIN (43)

    Syafaruddin kelahiran 19 April 1971, beralamat di kampung

    Cokroyudan Kotagede ini lulusan 1987 dari SMP Muhammadiyah 7

    Kotagede. Orangnya gagah. Hidupnya juga gagah. "Kehidupan yang

    gagah harus dijalani dengan kegagahan pula," begitulah prinsip

    hidupnya. Syafaruddin dikarunia postur yang gagah perkasa, fisiknya

    cocok bekerja di lapangan, sering dia dilibatkan dalam teknis

    pengamanan untuk mengendalikan massa, terutama untuk even-even

    yang berbasis massa banyak. Makanya dia berada di Kokam Kotagede,

    FKPM (Patuh) Kalurahan Purbayan dan Bumi Mataram Resque milik

    pemerintah kecamatan Kotagede.

    Pada even-even yang sering menggunakan jalan protokol Kotagede,

    siapa yang tak kenal Syafaruddin, dia spesialis voridij mengendarai

    American Jeep dan selalu disiplin mengenakan uniform. Selain Jeep,

    Syafaruddin juga menguasai kendaraan tipe gagah pula, sebuah truk,

    khusus yang ini untuk menunjang aktifitas mata pencahariannya.

    Dengan gagah pula Syafaruddin membuka usaha lapak penjualan

    keping VCD maupun DVD, ikut merintis keramaian pasar malam hari

  • di pojok pasar Kotagede. Dengan perkasa pula Syafaruddin memiliki 3

    anak, putra dan putri dari hasil pernikahannya dengan gadis Darakan

    Barat. Anaknya sulung bernama Ani Noor Aisya (16), M. Khairuddin

    (8), M. Rafa Firmansyah (7). Syafaruddin memang Gagah Gede Pidekso,

    siap diterjunkan di segala medan dan situasi keramaian untuk

    mengendalikan pengamanan. Pengendalian pengamanan dalam situasi

    sulit sering dijumpai, dalam situasi paling buruk pun dia tidak pernah

    kabur meninggalkan konsekuensinya.

    Pantas dia memperoleh julukan Raden Mas Gagah bukan sembrung

    lagi.

  • Alumni Profil Guru 1965-1966

    H. Muhammad Bachrun Nawawi

    M. Bahrun Nawawi adalah salah satu perintis sekolah SMP

    Muhammadiyah 7 dan dia menjadi kepala sekolah yang pertama ketika

    lembaga pendidikan tersebut mengambil tempat di musholah Aisyiyah

    di kampung Keboan Kotagede. Waktu itu, Bahrun Nawawi masih

    kuliah di Psikologi UGM. Tiba-tiba, dia dipanggil untuk mengikuti

    pendidikan di Australia, sebagai mahasiswa berprestasi. Ketika

    persiapan pembekalan di karantina, sempat omong-omong dengan

    mahasiswa lain yang juga akan berangkat dalam rombongannya.

    Mahasiswa tersebut ternyata anaknya tokoh ini dan tokoh itu, tidak

    memiliki prestasi, tanpa mengikuti tes penjaringan secara administratip

    maupun wawancara, hanya sebagai mahasiswa titipan menikmati

    fasilitas negara, menikmati kebanggaan bisa sekolah di luar negeri.

    Begitulah Indonesia dahulu yang kita cintai. Mungkin sekarang masih

    juga begitu, barangkali.

    Tahun 1966 terpaksa SMP Muhammadiyah 7 yang masih perlu

    perhatian dia tinggalkan untuk belajar di Australia. Di Australia selama

    sepuluh tahun hingga meraih gelar sarjana ilmu-ilmu sosial dan

  • pendidikan dari Perth, Australia Barat. Sekitar 1975 pulang ke

    Indonesia. Birokrasi pemerintah Orde Baru yang represif memeriksa

    dengan ketat kepulangan M. Bahrun Nawawi, karena kepergiannya ke

    Australia adalah tahun-tahun genting masa transisi dari Orla ke Orba.

    Dia diperiksa ada atau tidak indikasi politisnya sebagai mahasiswa

    pelarian keluar negeri karena masa pergolakan politik. Ternyata dia

    clear.

    Karena pengalamannya hidup di luar negeri, tahun 1976 dia

    diterima bekerja di staf Foster Parent Plan International (FPPI) DIY.

    FPPI itu suatu lembaga Internasional yang melakukan Pembinaan

    Kesejahteraan Anak dan Keluarga, suatu lembaga non-pemerintah

    yang bermarkas besar di London, Inggris. Anak-anak dari keluarga

    miskin dijadikan anak angkat oleh orang tua angkat di luar negeri

    tanpa harus memboyong anak tersebut. Konsekuensi pengangkatan

    tersebut dengan memberikan fasilitas pendidikan dan fasilitas sosial

    lainnya. Komunikasi anak angkat dan bapak angkat difasilitasi kantor

    FPPI.

    M. Bahrun Nawawi berkantor di Karangmojo, Gunungkidul. Setiap

    pagi ada jemputan yang menunggu di pojok pasar Kotagede, dia

    berangkat dari rumahnya di Trunojayan. Tahun 1977, dia menikah

    dengan Sumirahatun yang rumahnya di pojok pasar Kotagede. Tahun

    1978 ketika memiliki anak pertama M. Annas Irfani, keluarga M.

    Bahrun Nawawi pindah di pojok pasar Kotagede. Kepindahannya

    dimaksudkan agar mobil jemputan dari kantor tidak terlalu lama

    menunggu dia jalan kaki dari rumahnya di Trunojayan. Tahun 1981

    anak kedua lahir, M Barik Affandi.

    Ketika bertempat tinggal di pojok pasar Kotagede, setiap sore beliau

    sering menyirami jalan depan rumah yang kotor kemudian

    menyapunya. Ada orang yang kenal dan melihat, lalu menegurnya:

    "Direktur Plan Internasional, kok neng ngomah gelem nyapu." Jawaban

    M. Bahrun Nawawi taktis, begini : "Direktur ki nek neng kantor. Nek

    neng ngomah yo kepala rumah tangga. Di rumah, saya juga biasa

    nyetrika sendiri," jawabnya lebih jauh.

    Ketika kerja di FPPI banyak tugas keluar negeri harus dijalani,

    sehingga keluarganya sering ditinggalkan. Situasi itu menjadi perhatian

    ibu mertuanya. Ibu mertuanya suatu hari bilang padanya : " Run, kowe

    kuwi kerep lungo neng monco negoro mergo pinter boso asing, terus

    bojomu kuwi wedhi banget nek ketemu boso Inggris."

    Keperihatinan ibu mertuanya mengobsesei M. Bahrun Nawawi.

    Alhamdulillah, kemudian ada kabar baik. Ada tawaran bagi dia untuk

  • melamar program direktur internasional. Dia lolos dan ditempatkan

    tugas di Liberia, Afrika 1986-1990 dengan membawa seluruh

    keluarganya. Di Liberia pun, M. Bahrun Nawawi sering ditugaskan

    kantor keluar negeri, praktis keluarganya ditinggalkan di Liberia, hal

    itulah yang memaksa istrinya Sumirahatun harus berkomunikasi

    dengan bahasa Inggris, apalagi di Liberia mungkin hanya ada 4 orang

    yang berasal dari Indonesia, karena kantor kedutaan Indonesia tidak

    ada, dan harus dirangkap dengan negara terdekatnya.

    Di Liberia sesungguhnya program Direktur Internasional harus

    dijalani selama lima tahun. Karena muncul pergolakan politik di

    Liberia, sehingga M. Bahrun Nawawi ditarik dan ditempatkan bertugas

    di Sudan 1990-1994. Pada 1992, bersama keluarganya menunaikan

    ibadah haji melalui Sudan. Di Sudan mayoritas penduduknya muslim,

    sehingga ada perguruan tinggi internasional di sana. Banyak mahasiswa

    Indonesia menempuh pendidikan di Sudan. Setelah kenal dengan

    keluarga M. Bahrun Nawawi, lalu rumahnya sering dijadikan markas

    singgah mahasiswa Indonesia. Dan Sumirahatun tidak hanya bisa

    bahasa Inggris tapi juga Arab. Program FPPI di Sudan selesai, Bahrun

    Nawawi lalu ditugaskan sebagai Direktur FPPI di Nusa Tenggara Barat

    1994-1997, berkantor di Lombok. Selesai tugas di Lombok, 1997 pulang

    ke Kotagede. 1998 sesungguhnya ada tawaran program direktur

    internasional lainnya dari markas besar FPPI di London, Inggris.

    Karena ada staf FPPI di Indonesia yang iri akan prestasinya, surat itu

    lama sengaja tidak disampaikan. Sampai suatu saat markas besar

    menelpon menanyakan kenapa tidak ada respon. Ternyata ada sabotase

    administrasi.

    Sementara menunggu perkembangan kabar lebih lanjut, dia

    teringat keinginan ibu mertuanya. Dimana suatu saat pernah

    bilang :"Run, kowe kuwi direktur internasional, kapan kowe iso tuku

    omah?" Lalu dia menjawab, "Benjing menawi Gusti Allah maringi nek

    nggih kagungan. Kepasrahan yang tulus membuahkan hasil. Benar.

    Sebentar kemudian banyak orang yang menawarkan tanah, juga

    rumah. Mereka mengira direktur internasional itu uangnya banyak.

    Dia pribadi yang sederhana dan jujur. Ada famili yang punya tanah

    berupa sawah luas akan melakukan bagi waris, ditawarkan ke Bahrun

    Nawawi. "Nek jembare tanah semono, aku le iso tuku carane diangsur.

    Gelem pora dituku nganggo coro diangsur," begitu katanya. Hal serupa

    terjadi pada rumahnya yang sekarang ditempati di kampung

    Nyamplungan. Keluarga yang punya rumah sudah menunjuk bahwa

    hanya kamu yang saya pilih membeli rumah saya. "Saya ikhlas dan

  • senang kalau kamu yang membeli dan menempati," kata yang punya

    rumah. Akhirnya rumah di Nyamplungan itu dibeli juga dengan cara

    diangsur.

    1999 adalah tahun-tahun yang genting dan melahirkan reformasi. M.

    Bahrun Nawawi mengikuti aktifitas tersebut. Melalui partai politik

    PAN, dia menjadi DPRD kota Yogyakarta 1999-2004. Tahun 2004,

    beliau maju DPRD tingkat propinsi. Karena dia termasuk senior, oleh

    partai politik ditempatkan pada urutan no 3, sementara untuk generasi

    muda ditempatkan pada nomer jadi, yakni 1 dan 2. Sesungguhnya

    perolehan suara M. Bahrun Nawawi cukup signifikan. Tapi tidak

    memiliki daya dorong karena berada di urutan no 3. Sementara dari

    kalangan generasi muda Kotagede, M. Bahrun Nawawi didorong agar

    melakukan PAW. Sementara yunior yang akan di PAW berada di nomor

    lebih baik di atasnya, berargumen bahwa dia dengan M. Bahrun

    Nawawi tidak ada deal akan PAW secara tertulis. Kemudian muncul

    rumor, yunior yang terancam akan di PAW bersedia memberikan

    konpensasi sekian puluh juta pada beliau. Kematangan dan keteguhan

    pribadi serta nama baik, harga diri M. Bahrun Nawawi tidak akan

    dipertaruhkan terhadap upaya kelicikan konpensasi itu. Biarkan hal itu

    menjadi kenangan saja.

    Hj. Sumirahatun istrinya sekarang aktif di kantor KBIH Aisyiyah.

    Sudah 9 kali berangkat sebagai pembimbing. Kemampuan bahasa

    Arabnya dan Inggris sering dimanfaatkan ketika harus berkomunikasi

    dengan para Syeh pengendali Matap. M. Annas Irfani anaknya sulung

    adalah lulusan perguruan tinggi di Malaysia, sementara M. Barik

    Affandi lulusan perguruan tinggi di Australia, sekarang kerja di

    perusahaan advertising ditempatkan di Vietnam.

    M. Bahrun Nawawi juga aktif di persyarikatan Muhammadiyah.

    Menjabat di Hizbul Wathan Kwartir Pusat sebagai ketua bidang

    hubungan luar negeri. Ketua komite SMA Muhammadiyah 4 Kotagede.

    Ketua Pengajian Ahad pagi. Pernah menjadi Ketua RW

    Pekaten-Nyamplungan. Sekarang menjadi ketua LPMK kalurahan

    Prenggan. Bahkan pernah menjadi Ketua forum LPMK kota

    Yogyakarta. Dulu beliau pernah berpesan : "Nek iso ki wong-wong

    Muhammadiyah kuwi do podho dadi RT utowo RW, atau lebih jauh lagi.

    Maksudte ben iso memberi warna pada lembaga bentukan pemerintah di

    tingkat basis masyarakat. Nek ora ngono, masyarakat arep diwarnai

    warna liyo sing bedho karo warna Muhammadiyah. Kerja pengabdian

    Muhammadiyah dadi ora effisien. Wong liyo nggarap masyarakat,

    Muhammadiyah ugo nggarap masyarakat. Yen sing nggarap podho ora

  • susah mindhon gaweni."