Download - Forum Alumni No. I, April-Mei '09
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 1
FORUMFORUMALUMNIALUMNI
ALUMNI BERDIALOG
MEMBANGUN KEUNGGULAN BARU BANGSA
Wawancara R inaldi F i rmansyah
Basket ‘‘Mata Kuliah’’ Favorit Saya
DWIBULANANNO. 01
APRIL-MEI2009
M E M B A N G U N S I N E R G I A L U M N I I T B U N T U K B A N G S A
Purwacaraka:Rindu Pisan Euy ….!
CALEG ALUMNI
MENGHITUNG SUARA
ALMAMATER
DIES EMAS ITB
Sekolah dan FakultasApa Bedanya?
Purwacaraka:
Pengganti Ongkos Cetak Rp. 15.000,-MAJALAH KOMUNITAS ALUMNI ITB
2 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
PT. M
EG
AC
IPTA
SE
NTR
APE
RSA
DA
MEC
HAN
ICAL
, ELE
CTR
ICAL
& E
NG
INEE
RIN
G C
ON
TRAC
TOR
Kom
plek
Ruk
o Ta
man
Pon
dok
Kel
apa
Blo
k D
-6Jl
. Ray
a Po
ndok
Kel
apa
- Jak
arta
Tim
ur 1
3450
Telp
. 021
865
0339
– 4
0, F
ax. 0
21 8
6503
20Em
ail:
info
@m
egac
ipta
.com
; meg
acip
ta20
05@
yaho
o.co
m
Web
site
: http
://w
ww
.meg
acip
ta.c
om
EMPO
RIUM
PL
UIT
MAL
L &
HOTE
L
RUM
AH S
AKIT
CAHY
A KA
WAL
UYAN
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 3
B E R I TA D A N K E G I ATA N
4 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Candil mengaku persiapannya untuk tampil dengan kolaborasi alat musik angklung ini telah dipersiapkannya sejak dua minggu yang lalu. Dia juga menegaskan kerjasama ini nantinya tidak hanya sekedar menempelkan karakter vokalnya yang nge-rock dengan alunan musik etnik angklung. ’’Sejujurnya saya juga tidak ingin terlalu nge-rock, harapannya bagaimana bisa berjalan seimbang dan bisa menonjolkan angklungnya. Makanya sampai sekarang saya masih terus menggali dan belajar,’’ katanya. n mt rizky
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 5
TAMPIL WAJAH BARU
GE
RB
AN
G
TAMPIL BARU. Begitu mungkin ko-
mentar Anda ketika majalah ini sampai
di tangan Anda.
Benar, FORUM ALUMNI memang
tampil baru. Dari sisi desain, Forum
Alumni berusaha tampil segar, bersih
dan modern; sementara dari sisi redaksi
kita berusaha tampil encer, meski
masalah yang ditulis mungkin serius
atau sedikit serius dengan rubrikasi
yang lebih beragam.
Tampilan Forum Alumni wajah baru
ini tak lepas dari pertimbangan akan
perlunya majalah yang lebih repre-
sentatif yang bisa menjadi jembatan
komunikasi dan sinergi antar alumni,
pengurus pusat dan pengda, serta
antara IA-ITB dengan almamaternya,
ITB; serta antara IA-ITB, ITB dan alum-
ninya dengan masyarakat luas.
Selain itu, wajah baru ini sekaligus
merupakan realisasi dari hasil rakernas
IA-ITB yang berlangsung di Aula Barat,
6 Maret 2009. Salah satu keputusan
rakernas adalah menerbitkan media ko-
munikasi dan informasi berupa majalah
Forum Alumni ITB dengan periodesasi
terbit dua bulan sekali.
Dilihat ke belakang, majalah dwibu-
lanan ini merupakan pengembangan
dari buletin yang sebelumnya sem-
pat terbit tiga kali sepanjang tahun
2008. Heri Sugiharto (Wakil Sekjen/
TK 87) bertindak sebagai Pemred dan
Erick Ridzky (GM 86) sebagai wakilnya.
Sementara untuk urusan redaksi dita-
ngani oleh Eko Supriyanto (GL 86) yang
memang berpengalaman di media
(mantan wartawan dan pernah menjadi
koresponden harian Republika di AS).
Untuk Sekretaris Redaksi dan Produksi
masing-masing dikomandani oleh
Setiawan Eko (MT 94) dan M Meylana
Hermawan (FT 89). Sehari-hari tim
pengelola Forum Alumni berkantor di
alamat yang sama dengan Sekretariat
IA-ITB, yaitu di Taman Patra II, Kuningan,
Jakarta.
Pada penerbitan perdana ini kami
sengaja mengambil tema yang menjadi
perhatian bersama, yaitu perlunya
bangsa ini membangun faktor keung-
gulan baru untuk meningkatkan daya
saing. Pemilihan tema ini didasari atas
keprihatinan rendahnya daya saing
bangsa di tingkat internasional, di
bawah negara tetangga seperti Si-
ngapura, Malaysia dan Thailand.
Selain itu, tentu saja edisi perdana
ini juga memuat isu-isu yang berkem-
bang di rakernas/ KLB, berita yang
berkembang di almamater kita, dan
berita-berita lain, lokal/nasional, yang
kita anggap penting dan layak menjadi
perhatian kita semua.
Akhirnya, dengan dukungan Anda
semua semoga penerbitan majalah
ini akhirnya bisa mencapai tujuannya
dan bisa berlangsung secara berkesi-
nambungan. Masukan, kritik memba-
ngun sangatlah kita harapkan.
Akhirnya, selamat membaca!
Redaksi
D A R I R E D A K S I
PENANGGUNGJAWABFreddy P. Zen
DEWAN REDAKSIEky S Pratomo-Tedjo
Ramli KadirJohn Heilmy
Herry SugihartoNanang T. PuspitoSawaludin Lubis
Adamsyah WahabM. Azhar
PEMIMPIN REDAKSIHerry Sugiharto
WAKIL PEMIMPIN REDAKSIErick Ridzky
REDAKTUR PELAKSANAEko Supriyanto
SEKRETARIS REDAKSISetiawan Eko N.
PRODUKSIM. Meylana Hermawan
SIRKULASI & DISTRIBUSISamjah
ALAMAT REDAKSI/IKLANJl. Taman Patra II No. 16
Kuningan, Jakarta SelatanTelp. (021) 529 21564/65
Fax. (021) 520 7573Email:
MITRA REDAKSIAdi Cipta Media
Redaksi menerima sumbangan ar-tikel/tulisan dari pembaca. Kirimkan
artikel/tulisan Anda ke [email protected].
FORUMFORUMALUMNIALUMNI
Majalah Dwi BulananIKATAN ALUMNIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
MEMBAHAS EDISI PERDANA: Tim redaksi sedang mendiskusikan wajah baru Forum Alumni dengan Freddy P. Zen/Sekjen IA-ITB (foto tengah)
6 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Dengan adanya
perubahan paradigma
pembangunan, maka
strategi pembangunan
bangsa tidak mungkin
dilakukan melalui
pendekatan faktor
endowment tradisional,
seperti buruh murah
dan kekayaan sumber
daya alam sebagaimana
dilakukan selama ini.
Tetapi harus merupakan
kombinasi produktif keunggulan komperatif, keunggulan
kompetitif dan kemampuan human capital berkualitas. Oleh
karenanya, ada 3 pilar yang berperan penting yaitu pilar budaya
kreatif, teknologi dan inovasi. Alumni ITB terpanggil menjadi
pelopor kemajuan peradaban dunia, pembangunan nasional
menuju kehidupan adil, makmur dan sejahtera.
Sepanjang tahun 2008 tidak kurang dari 31 mata kegiatan
baik lokal (internal) maupun berskala nasional telah dilaksanakan
PP IA-ITB, dengan melibatkan para Alumni, Pengurus Daerah,
Pengurus Jurusan, sivitas akademika ITB, maupun pemerintah dan
masyarakat umum.
Tentunya program-program IA-ITB baik yang telah maupun
yang akan dilaksanakan selama periode kepengurusan 2007-2011
ini, tidak akan berarti apapun tanpa dukungan dan peran aktif
dari semua pihak, baik Jajaran Pengurus Pusat, Pengurus Daerah,
Pengurus Program Studi/Jurusan seluruh Indonesia, maupun para
alumni dimanapun berada, dan almamater kita tercinta, ITB.
Hasil rakernas 2009 digulirkan tak kurang dari 70 mata kegiatan
yang terbagi dalam tujuh bidang, antara lain: bidang organisasi,
bidang hubungan almamater, bidang pelayanan dan hubungan
alumni, bidang bisnis dan teknopreneur, bidang kemitraan,
kebendaharaan, dan kesekjenan.
Penerbitan majalah Forum Alumni merupakan pengembangan
dari bulletin Forum Alumni dimaksudkan untuk memberikan
informasi lebih lengkap bagi para alumni tentang dinamika
alumni meliputi kegiatan kepengurusan, termasuk di daerah,
prodi dan komisariat, informasi tentang almamater kita ITB,
pengembangan riset dan teknologi. Termasuk di dalamnya bisnis
dan kiprah para alumni. Hal ini merupakan bentuk peningkatan
pelayanan dari pengurus pusat dalam rangka membangun sinergi
antar alumni untuk bangsa.
Semoga partisipasi kita itu, dapat menjadi modal utama
terbangunnya sinergi kemandirian bangsa di masa depan.
Freddy P. Zen/Sekjen PP IA-ITB
D A F TA R I S I
Membangun Faktor Keunggulan Bangsa yang Baru ............................................... 13Berbeda dengan masa klasik, kemakmuran bangsa tak lagi ditentukan oleh sumber daya tradisional seperti kekayaan alam. Daya saing bangsalah yang akan menentukan kemakmuran suatu bangsa di masa kini dan yang akan datang. Bagaimana sinergi alumni bisa dibangun untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia?
12 Pilar Tolok Ukur Daya Saing Bangsa ..............26Apa saja pilar-pilar yang menjadi tolok ukur indeks daya saing bangsa
Caleg Alumni: ‘Deg-degan’ Menghitung Suara.........................30Ada lebih dari 300 orang alumni menjadi caleg legislatif, baik di pusat maupun daerah, pada pemilu lalu. Siapa saja merekla dan bagaimana sebaran alumni di partai-partai?
Rekernas dan KLB ................................................34Isu yang hangat dan menjadi perdebatan
Dies Emas ITB ......................................................44Bulan Maret tahun ini merupakan bulan istimewa bagi ITB, almamater kita. Tahun ini ITB merayakan Dies Emas
Ada Sekolah, Ada Fakultas .................................48Apa yang membedakannya? Mengapa departemen dihapus?
Siapa Calon Rektor Baru? ..................................50Pergantian rektor baru masih akan berlangsung tahun depan. Tetapi isu siapa calon penggantinya sudah bergulir
Wawancara Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah...53Pernah diusir dosen keluar kelas
Srikandi ITB di Pertamina ................................... 56Tantangan Karen, Dirut Pertamina yang baru
Dari RS Pertamina hingga Bin Laden .................58Herry Moelyanto, Niat, menjaga kepercayaan, dan profesional. Itulah kunci sukses bisnis alumni FT 83 ini
Kencan ..................................................................62Dari Purwacaraka hingga Candil
D A R I P E N G U R U S
Sinergi untuk Kemandirian Bangsa
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 7
S U A R A A L U M N I
AGENDA ALUMNI28-Maret s/d 5-April 2005 Pengurus Pusat menerjunkan Tim IA-ITB
TANGGAP untuk membantu Masyarakat
Korban Situ Gintung
Lokasi Posko: Depan FK UMJ, Ciputat,
Tangerang.
4-April Rapat Bidang Organisasi: Pembahasan
Rencana Kegiatan 2009
Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra
II/16, Jakarta Selatan
15-AprilSeminar Nasional “ Peluang dan Tantangan
Manajemen Limbah B-3”
Tempat: Hotel Nikko - Jakarta
Keynote Speaker: Menteri Negara Lingkungan
Hidup
Penyelenggara: IA-ITB Kimia
17-April Rapat Pengurus Harian: Pembahasan
Program Kerja hasil RAKERNAS 2009
Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra
II/16, Jakarta Selatan
17-MeiTurnamen Golf Alumni ITB’83
Tempat: Emeralda Golf, Cimanggis, Bogor
28-MeiForum Lesehan Alumni: Orientasi Caleg
Alumni ITB Terpilih, Mau kemana?
Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra
II/16, Jakarta Selatan
29-Mei*)
Dialog Nasional ‘‘Menghadapi Kecenderun-
gan Nasionalisasi dan Proteksi Akibat Krisis
Keuangan Dunia’’
Tempat: Gedung Joeang 45, Jl. Cikini Raya,
Jakarta
30-MeiWorkshop Website Maker
Tempat: Sekretariat IA-ITB, Jl. Taman Patra
II/16, Jakarta Selatan*)
Penyelenggara: Dep. Kominfo bekerjasama
dengan Khania Studio
30-31 Mei Turnamen Tenis Piala Ketua Umum IA-ITB
“Hatta Rajasa”
Tempat: The Executive Club, Hotel Sultan, Jl.
Gatot Subroto, Jakarta Selatan
*) Tentatif
AGENDA ITBAGENDA NON-AKADEMIKPertemuan ITB - Univ Twente (Belanda)1 April 2009. Jam 9:00-11:30.
Bertempat di Ruang Seminar FTMD (Gedung
Lab Tek II, lt 2)
Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen BencanaGelombang I, 6-9 April 2009
Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak
Jauh (CRS) ITB
Jl. Ganesha no. 10 Bandung
Pelatihan Pembuatan Peta Tutupan Lahan, Penggunaan Lahan dan Peta Kemiringan Lahan untuk Manajemen BencanaGelombang I, 6-9 April 2009
Bertempat di Pusat Pengindeeraan Jarak
Jauh (CRS) ITB
Jl. Ganesha no. 10 Bandung
PSTK: Tanggap Warsa 3818 dan 25 April 2009
DIES UKM18, 23, 25 April 2009
GAMAIS ITB Industrial and Technology Training
Maret s.d Mei 2009
AGENDA AKADEMIK2 April 2009
Batas Waktu Pendaftaran Peserta Wisuda
Kedua Tahun Akademik 2008/2009 dan Batas
Akhir FPN Mata kuliah KP/TA/Tesis/Disertasi
Semester II-2007/2008
18 April 2009
Hari Wisuda Kedua Tahun Akademik
2008/2009
15 Mei 2009
Hari Terakhir Masa Kuliah Semester
II-2008/2009
18 Mei - 29 Mei 2009
Ujian Akhir Semester II-200812009
AGENDA JAKARTAJakarta International Handicraft Trade Fair or
INACRAFT 2009
Tanggal 22-26 April 2009
Bertempat di Balai Sidang Jakarta Convention
Center
GALERI NASIONAL INDONESIA16-28 April
Pameran karya Nashar
Kurator: Agus Dermawan T
Kerjasama: Emmitan Fine Art Gallery, ASPI
4-16 Mei
Festival Printemps Prancis (Pameran Gambar)
Kerjasama: CCF
20-31 Mei
Pameran Seni Rupa Nusantara
Kurator: Kuss Indarto
Penyelenggara: GNI
5-12 Juni
Pameran Keramik F Widayanto
“Semarak 30 Semar”
Kerjasama: Gallery F Widayanto
KALENDER KEGIATAN
Selamat untuk FORUM ALUMNI
Salam!
Kami ucapkan selamat dan sukses
atas terbitnya Majalah Forum Alumni
ITB edisi perdana ini. Media cetak
yang diperuntukkan bagi para alumni
ini, diharapkan mampu menjalin
komunikasi dan informasi baik aktifi tas
profesional, kegiatan kemasyarakatan,
maupun kiprah para alumni dimanapun
berada.
Semoga media ‘dari dan untuk’
alumni ini menjadi jembatan
komunikasi terbangunnya sinergi antar
alumni ITB.
Sekali lagi kami ucapkan Selamat.
Viva Alumni ITB!
Aulia Prima/FI’89
Sekjen IA-ITB Jakarta
Kesan Rakernas
Kepada yth., Pengurus Pusat IA-ITB
Berikut kami sampaikan kesan kami
mengikuti Rakernas dan KLB IA-ITB di
Bandung tanggal 6-8 Maret 2009 yll,
yaitu
1. Perencanaan waktu kegiatan telah
dilakukan dengan baik, bertepatan
dengan Ulang Tahun Emas ITB
sehingga memberikan kesempatan
untuk mengamati kemajuan
kampus dan mengunjungi berbagai
stand pameran/presentasi yang
bernilai tinggi.
2. Acara telah dilaksanakan secara
efektif dan efesien, waktu yang
dialokasikan cukup singkat namun
dapat menyelesaikan permasalahan
yang dibahas sangat bermanfaat
untuk penyelesaian masalah.
3. Peserta cukup antusias dan
berpartisipasi untuk ikut serta
dalam setiap pembahasan masalah,
merupakan cerminan interes yang
tinggi dalam melaksanakan rencana
kerja selanjutnya.
4. Konsumsi dan akomodasi cukup
layak, penggantian uang perjalanan
cukup praktis dan mudah.
5. Kami ucapkan selamat dan sukses
bagi panitia yang telah berhasil
melaksanakan dan menyampaikan
pesan Rakernas dan KLB kepada
peserta dengan sangat baik.
Saran kami selanjutnya adalah:
1. Berikan tanggung jawab kepada
Pengurus Daerah untuk
mengadakan kegiatan-
kegiatan sejenis, untuk memotivasi
dan meningkatkan peran Pengda
tersebut secara daerah maupun
nasional. Waktunya mungkin bisa
berupa Raker, seminar, pameran
setiap tahun.
2. Follow up acara tersebut segera,
seperti ucapan orang bijak ‘rencana
yang baik hanya bermanfaat jika
dilaksanakan’.
Demikian.
Wassalam.
Irwansyah Putra/SI ‘90
Ketua IA-ITB Aceh
8 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
GANESIANA
Yang dipelajari kan seluas bumi ..
Di masa lalu, ada mahasiswa jurusan-jurusan tertentu di
ITB yang masa kuliahnya sangat lama, sampai-sampai ada
istilah mahasiswa abadi. Dalam salah satu wisuda jurusan
Geologi tahun 1986 atau 1987 misalnya, kalau tak salah
ada salah seorang wisudawannya angkatan 1969. Jadi
waktu diwisuda bukan calon istri atau pacar yang dibawa,
tapi sudah anak-anak dan istrinya.
Ada cerita khusus mengapa jurusan Timur Jauh ini lama
selesai kuliahnya. Syahdan, ada percakapan antara maha-
siswi Kedokteran Gigi Unpad dengan mahasiswa Geologi
ITB. Keduanya secara tak sengaja ketemu di suatu tempat
dan berkenalan. Setelah menyebut nama, asal, dan sete-
rusnya, percakapan sampai pada soal kuliah.
Mahasiswa GL: Masuk FKG tahun berapa?
Mahasiswi FKG: Tahun 1983. Sekarang (tahun 1988) ham-
pir wisuda. Kalau Mas masuk tahun berapa?
Mahasiswa GL: 1982.
Mahasiswi FKG : Wah, sudah selesai dong kuliahnya..
Mahasiswa GL : Sarjana Muda juga belum.
Mahasiswi FKG (kaget): Lama banget. Mahasiswa abadi
dong kalau begitu ….
Mahasiswa GL (mulai sewot) : Untuk mempelajari barang
seluas mulut saja kamu butuh waktu enam tahun. Lha
yang kupelajari kan seluas bumi! Butuh waktu lebih lama
lagiii .....
Susu Dancow Istimewa
Pada masa lalu, banyak mahasiswa ITB yang berasal dari
berbagai daerah dan sebagian di antaranya berasal dari
kalangan ekonomi yang tidak mampu. Salah seorang di
antaranya sebutlah namanya Bambang.
Di kota asal, emaknya berprofesi sebagai pedagang pasar.
Kiriman bulanan kadang hanya Rp 10 ribu saja (untuk tahun
1985, itu jumlah yang jauh dari cukup untuk sebulan).
Karena itu, dia sering nomaden: selalu berpindah-pindah
dari kos temen yang satu ke kos temen yang lainnya. Untuk
menyambung hidup, dia kadang ngajar privat, kadang juga
bekerja sebagai buruh kasar. Syahdan, suatu hari kantong
dan perutnya kempes secara bersamaan. Karena mulai
liburan semester, temen-temennya sebagian besar sudah
mudik …. kecuali satu orang, sebutlah Sapto. Yang ini
belum mudik karena masih sibuk mempersiapkan kegiatan
di unit kampus.
Pagi itu Sapto, semalaman tidur di markas unit, baru
pulang ke kos. Dia kaget menemukan sobatnya tidur ter-
lentang dan merintih. Kalau sobatnya nyelonong tiba-tiba
ditemukan di kamarnya, Sapto tak heran karena dia me-
mang selalu meninggalkan kunci kamar di tempat tertentu
yang hanya kawan-kawan terdekatnya yang tahu. Tapi dia
terlentang dan merintih? ‘’Kamu kenapa?’’ sambil menyelidik
Sapto bertanya.
Bambang pun menjawab panjang dan lebar: ‘’Aku tadi
malam datang pengen makan. Kamu nggak ada. Aku
ngecek ke dapur. Beras ada. Indomie ada. Telur ada. Wahh
lengkap … senangnya. Aku ke dapur, mau menyalakan
kompor. Celaka, minyak tanah habis. Pusing aku, nggak
ada duit. Akhirnya aku cari-cari di lemari makan. Ketemu
susu Dancow. Aku ambil gelas besar .. wong lapar, mompa
air sumur, dan bikin susu. Hasilnya seperti ini: bukannya
kenyang, malah perutku sakitnya setengah mati semalaman
….’’
Bukannya kasihan, Sapto malah tertawa berkepanjangan
…
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 9
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN
PP IA-ITB turut berduka cita atas wafatnya Bapak Mertua dari Andri Fajria (FT’89/Ketua Departe-men SosialPP IA-ITB/PJ Posko IA-ITB Tanggap
“Situ Gintung”)
Pada hari Selasa (malam) 31 Maret 2009 di Bandung
Semoga arwah dan amal ibadah almarhum diterima disisi Allah SWT, dan keluarga/sanak/famili yang ditinggalkan
diberikan kekuatan iman dan kesabaran.Amin.
PP. IA-ITB
Hatta Rajasa Freddy P. Zen Ketua Umum Sekretaris Jenderal
INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJIUN
Telah berpulang ke rahmatullah Bapak Mertua dari Muhammad Hariyanto (Pengurus Departe-
men Pengembangan Karir Alumni PP IA-ITB)
Hari Rabu, 11 Maret 2009, pukul 2 dini hari
Keluarga Besar IA-ITB turut berduka cita. Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya. Amin ya
rabbal alamin
PP. IA-ITB
Hatta Rajasa Freddy P. Zen Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Database Diperbaharui
Salam!
Kalau bisa database alumni diperbaharui. Selain itu untuk mencari
nama alumni jangan hanya berdasarkan jurusan dan angkatan tapi
juga ada opsi untuk mencari berdasarkan lokasi tempat tinggal.
Pertanyaan saya: Apakah ada komisariat alumni ITB di AS?
Nanda
Kartu Anggota
Salam!
Saya ingin menanyakan mengenai kartu anggota IA-ITB, apakah
masih bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk pembuatannya atau
ada kebijakan terbaru yang lain? Kalau masih, di Bank Mandiri mana
saja yang ditunjuk untuk pembuatan kartu tersebut? Karena saya
sudah mencoba membuat kartu IA ITB di Bank Mandiri Cabang Metro,
Lampung Tengah, tetapi pihak bank tersebut menyatakan sudah
tidak membuat kartu itu Tolong informasinya lebih lanjut. Trims.
Agung Kurniawan
Berdasarkan informasi dari Sekretariat, bahwa penerbitan Kartu
Anggota terpisah dengan Kartu Kredit IA-ITB. Saat database dan kartu
anggota sedang dalam penyelesaian . Dan penerbitan Kartu Kredit IA-ITB
sedang dijajaki bekerjasama dengan Bank Mega.
S2 saja, Apa Termasuk Alumni
Mau tanya nih. Yang dimaksud alumnus itu terbatas S1 saja? atau
bisa S2 atau S3? Saya lulusan S2 saja. Terima kasih.
Wijono
Sesuai dengan AD/ART IA-ITB hasil KLB 2009, yang termasuk alumni
ITB adalah orang yang pernah mengikuti salah satu jenjang pendidikan
formal di ITB. Jadi Anda termasuk alumni ITB dan berhak menjadi
anggota IA-ITB.
Keterangan: Forum Alumni menyediakan rubrik SUARA ALUMNI, merupakan
surat pembaca. Mohon data Nama pengirim dilengkapi dengan Jurusan,
Angkatan, dan Email. Terimakasih.
S U A R A A L U M N I ( l a n j u t a n )SUARA ALUMNI (lanjutan)
A K T I V I TA S P E N G U R U S
RAPAT PENGURUS HARIAN membahas tentang tindak lanjut hasil keputusan rakernas 2009 yang baru lalu. Hadir pada rapat tersebut (dari ki-ka): Amir Sambodo (Ketua Bidang Bisnis dan Teknopreneur), Jetti R. Hadi (Ketua Bidang Organisasi), Bakti S. Luddin (Bendahara Umum), Freddy P. Zen (Sekjen), dan Rinaldi Firmansyah (Ketua Bidang Pe-layanan dan Hubungan Alumni) terlibat aktif dalam pemba-hasan program kerja 2009. Rapat bertempat di Sekretariat pada 17 April.
WAKIL BENDAHARA (AHMAD YANI) berdiskusi dengan Ketua Bidang Organisasi (Jetti R. Hadi) dalam rangka men-jajagi penerbitan kartu kredit bagi para alumni bekerja sama dengan Bank Mega, awal April lalu.
10 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
YA SILATURAHMI, YA PRESTASI. Begitulah kira-kira latar belakang dan tujuan penyelenggaraan Turnamen Tenis antar alumni yang menurut rencana akan digelar pada 30-31 Mei menda-tang, di lapangan hardcourt outdoor, Lapangan Tenis The Executive Club Hotel Sultan, Jakarta. Turnamen ini akan memperebutkan piala bergilir Ketua Umum Hatta Rajasa.
Menurut Ketua Panitia Edi Purnomo (MA 77), kegiatan ini dimaksudkan untuk membangun semangat silatu-rahmi dan jiwa sportifi tas dalam nuansa keakraban melalui wahana olahraga. ‘’Yang sudah sepuh biar nyambung kembali sama yang muda,’’ katanya. Sementara Eky, Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi IA-ITB, menambahkan, penyelenggaraan turnamen ini diharapkan bisa menjadi wahana untuk menciptakan hubungan kekeluargaan yang lebih solid diantara sesama alumni ITB dan pengurus IA ITB. Selain itu, seperti laiknya kompetisi lainnya, turnamen ini pun dimaksudkan untuk menjaring bibit-bibit berbakat di
kalangan alumni ITB. Diharapkan setiap pengurus daerah
maupun pengurus program studi atau pengurus komisariat IA-ITB seluruh Indonesia dapat mengirimkan perwakil-an timnya.
Adapun nomor yang dipertanding-kan terbatas hanya nomor Ganda, baik campuran maupun putra/putri. Dan jenis pertandingan dalam turnamen adalah berpasangan fun dan berpasang-an prestasi.
Sementara itu, bahwa pasangan pemain akan dilakukan secara undian. “Dengan sistem Pertandingan adalah setengah kompetisi, dimana setiap pemain melaksanakan 5 pertandingan ganda (double) masing-masing game 8. Setiap peserta diperbolehkan mengikuti kelompok fun maupun prestasi,’’ kata Edi. Juara turnamen merupakan perse-orangan yang mempunyai jumlah nilai (score) terbanyak.
Menurut salah seorang panitia, pendaftaran sudah dapat dilakukan di Sekretariat IA-ITB, jalan Taman Patra II/16, Kuningan-Jakarta Selatan. Ayo, siapa punya nyali?
Turnamen Tenis Buat Yang Punya Nyali Turnamen Golf ITB ‘83: Mari Berbagi
Merupakan kebanggaan kita bersama bahwa
Alumni ITB telah menjadi bagian dari kemajuan
bangsa Indonesia. Didorong oleh hal itu, alumni ITB
angkatan 83 betekad untuk memberikan makna
lebih terhadap kontribusi alumni ITB semangat
‘Berbagi’. Demikian yang melatarbelakangi inisiasi
melalui Turnamen Golf yang digagas Yayasan G83.
Turnamen yang direncanakan akan diselenggara-
kan pada 17 Mei, di Emerald Golf Course, Cimang-
gis, Bogor itu, ditujukan untuk mewadahi semangat
berbagi dan program sosial ITB angakatan 83 dalam
mengembangkan dana abadi ITB untuk mem-
bantu mahasiswa ITB yang mengalami kesulitan
biaya kuliah, mendukung upaya-upaya peningkat-
an entepreneurship mahasiswa ITB, mendukung
kepedulian akan kualitas pendidikan, khususnya
di lingkungan sekitar ITB, dan menjalin terjalinnya
sinergi antar alumni ITB angkatan 83. Hal itu semua
menjadi misi dari pembentukan Yayasan G83, seba-
gai inisiator kegiatan ini.
“Pada pelaksanaan Turnamen Golf ini, Yayasan
G83 berkerjasama dengan Persatuan Golf Ganesa
(PGG-ITB)”. Demikian diiformasikan Fauzi Utomo,
sebagai contact person informasi kegiatan ini yang
juga alumnus jurusan Penerbangan ITB angkatan
94.[]
K I L A S A N B E R I TA
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 11
Tenis Persahabatan Antar-Alumni29 JANUARY 2009 . AlumnI enam perguruan tinggi adu
kelihaian di lapangan tenis. Pertandingan tenis persahabatan
alumni ITB, Unpad, Unpar, IPB, UI, dan UGM itu berlangsung
di lapangan tenis indoor Kemayoran, Jakarta.
Pertandingan diawali upacara pembukaan yang sedianya
dilakukan oleh Ketua IA-ITB Hatta Rajasa. Karena yang ber-
sangkutan berhalangan, pembukaan pun diwakilkan pada
Hermanto Dardak (kabid Hubungan Almamater PP IA-ITB).
Pertandingan siap dimulai di 6 lapangan indoor pada seki-
tar pukul 08.00. Masing-masing tim menurunkan lima pasang
pemain. Pertandingan dijuarai tim alumni UGM sementara
ITB, yang menjadi tuan rumah, ada posisi paling buncit.
K I L A S A N B E R I TA
Kunjungan Ikatan Alumni dan Perwakilan Mahasiswa GD
Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa menaruh perhatian terhadap
kasus meninggalnya mahasiswa Teknik Geodesi ITB, Dwiyanto
Wisnunogroho (19) usai mengikuti kegiatan penerimaan anggota
baru Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB 7-8 Januari lalu. Hatta, Kamis
(12/2/09) sore berkenan menerima kunjungan perwakilan maha-
siswa dan alumni ITB. Dalam pertemuan sore hari di sekretariat
IA-ITB itu hadir dari IMG (Ikatan Mahasiswa Geodesi) Gunawan
Raditya “Agun”(Ketua IMG), Arif Rohman ( wakil ketua Eksternal),
Aditya Yudha (Ketua divisi Kaderisasi), serta M. Zahrul Aff endi
(Koordinator Lapangan). Hadir pula perwakilan KM-ITB (Keluarga
Mahasiswa ITB), dan beberapa alumni ITB.
Ketua IMG, Agun dalam kesempatan tersebut memaparkan la-
tar belakang kegiatan Proses Penerimaan Anggota Baru (PPAB) Ika-
tan Mahasiswa Geodesi. Ia kemudian juga menjelaskan kronologis
kejadian PPAB sekaligus menjelaskan perihal wafatnya Dwiyanto
Wisnunogroho (19) seorang peserta kegiatan tersebut.
Ketua Ikatan Alumni Geodesi ITB, Sobri Syawie yang juga
hadir dalam kesempatan itu menyampaikan pandangannya agar
ITB cooling down hingga jelas duduk permasalahannya. Ia juga
berharap agar ITB tidak mengeluarkan sanksi DO bagi panitia yang
terlibat sebagaimana yang dikhawatirkan mahasiswa. Sobri lebih
lanjut berharap agar para alumni dapat menempatkan kasus ini
dengan proporsional.
Pengurus IA-ITB Sulawesi Selatan Periode 2009 – 2013 DilantikHARIYADI Kaimuddin terpilih sebagai ketua IA-ITB Sulawesi Selatan
Periode 2009-2013. Pemilihan yang diikuti dua calon, Hariyadi dan
Sampara Salman, itu dilaksanakan pada hari pertama musyawarah
daerah (Musda), Jumat (20/2). Acara Musda dua hari itu berlangsung
di Baruga Anging Mamiri, rumah jabatan wali kota, Makassar.
Pemilihan ketua IA-ITB Sulawesi Selatan dilakukan melalui
penghitungan suara yang dihadiri 82 orang. Dari hasil perhitungan
suara Hariyadi Kaimuddin mengumpulkan 60 suara, Sampara Sal-
man mendapat 19 suara. Sementara itu 1 suara abstain dan 2 suara
dinyatakan batal.
Selain Musda, IA-ITB Sulsel juga menggelar seminar sehari di Hotel
Sahid Jaya Makassar, Sabtu (21/2). Seminar bertema Penguatan Sosial
Kapital Sulsel itu menghadirkan Gubernur Gorontalo Fadel Muham-
mad sebagai keynote speaker dan tiga pemateri masing-masing Prof
Mappadjantji Amien, Prof Darmawan Salman, dan Prof Veny Hadju.
Pada kesempatan itu Fadel membawakan materi "Peta Kesenjan-
gan Timur-Barat dan Selatan-Utara".
SBM ITB ‘Sulit’ Ciptakan Enterpreneur Sekolah Bisnis dan Managemen (SBM) ITB kian sulit menjadikan
alumninya sebagai enterpreneur. Sejak kuliah mahasiswanya sudah
diincar perusahaan. Padahal keberadaan SBM ITB awalnya untuk
menciptakan enterpreuner.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Hatta Rajasa
dalam malam peringatan 5 Tahun SMB ITB dan Peresmian IA SMB ITB
di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesha No 10, Sabtu (3/1) malam.
Menurut Hatta, sejak SBM ITB berdiri lima tahun silam, SBM ITB
telah memiliki tantangan besar. Sebab, sejak di bangku kuliah, para
mahasiswanya sudah ditarik oleh perusahaan-perusahaan. Padahal
awal berdirinya SMB ITB adalah untuk menciptakan enterpreneur.
Senada dengan Hatta, Ketua IA SBM ITB Mandala Widi Muchlis
berharap dengan adanya IA SBM ITB, para alumni akan menjadi
mentor bagi mahasiswa SBM. Menurutnya, selama ini kendala yang
dialami oleh alumni SBM ITB adalah tidak adanya mentor.
IA ITB Jabar Persiapkan “Temu Alumni” IA- ITB Jawa Barat menjadi panitia pelaksana Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) dan Kongres Luar Biasa (KLB) IA-ITB. Acara berlangsung
pada 6 Maret 2009 di kampus ITB. Sebagai ketua pelaksana adalah
Abdul Aziz, ketua IA-ITB Jabar.
Rakernas IA-ITB yang merupakan ajang konsolidasi tahunan
IA-ITB diikuti para pengurus IA-ITB pusat, daerah, jurusan, dan
komisariat. Sementara itu KLB yang akan dilaksanakan merupakan
amanat kongres IA-ITB tahun 2007 yang akan membahas tentang
perubahan AD/ART.
12 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
IKATAN Keluarga Alumni Universitas
Sriwijaya (IKA Unsri) Palembang berkun-
jung ke Sekretariat PP IA-ITB, Jakarta,
Senin (16/2). Rombongan yang terdiri
10 orang itu disambut tuan rumah Amir
Sambodo, kabid Bisnis dan Teknopreneur
, yang didampingi pengurus pusat lain
di antaranya A Yani (bendahara), Herry
Sugiharto (wakil sekjen), dan Sawaluddin
( wakil sekjen), serta Badan Eksekutif PP IA-
ITB Erick Ridzky dan Ekon Nugroho.
Kepada rombongan pengurus IA Unsri,
Amir menjelaskan IA-ITB berikut kiprahnya.
Amir menjelaskan mengenai kartu
kredit IA-ITB dan pengelolaan endown-
ment fund . Amir memaparkan upaya or-
ganisasi membantu pendanaan almama-
ter lewat pengelolaan endownment fund.
Keuntungan pengelolaan itu diserahkan
untuk pengembangan ITB seperti hibah
riset. Upaya lain yang dikembangkan saat
ini adalah modal ventura untuk pengem-
bangan bisnis di kalangan alumni ITB.
Menjelang akhir diskusi, IKA Unsri
mengajak IA-ITB bekerja sama dalam
menggulirkan program-programnya.
Sebab, banyak anggota IKA Unsri yang
juga merupakan anggota IA-ITB . Amir
Sambodo menyambut baik usulan
kerjasama antar-Ikatan Alumni. Apalagi
jumlah alumni Unsri cukup besar, sekitar
57.000 alumni. Acara IKA Unsri dilanjut-
kan dengan kunjungan ke kampus ITB di
Bandung.
Law Offi ces Prihartono & Partners Penasihat Hukum IA-ITBPERJANJIAN jasa hukum antara IA-ITB dan
Law Offi ces Prihartono & Partners ditanda-
tangani, Jumat (23/1). Penandatanganan
dilakukan oleh Freddy P Zen, sekjen IA-ITB,
dan R Dwiyanto Prihartono. Selaku partner
Hendardi.
Jasa hukum yang diberikan untuk IA-ITB
berupa memberikan konsultasi atau nasihat
hukum dan/atau pendapat hukum, secara
lisan dan atau tertulis, melakukan legal audit,
dan menghadiri rapat-rapat dalam rangka
pembahasan aspek hukum terhadap aktivitas
organisasi IA-ITB, termasuk IA-ITB Daerah,
Jurusan, maupun Komisariat.
ASMARA ASRAMAKU: Kehidupan Mahasiswa ITB Era 90-an
RAMAINYA novel-novel
ber- setting universitas
asing, membuat Sudi-
harto tergelitik. Alumni
TM ITB 94 ini menulis
sebuah novel kehidupan
kemahasiswaan ITB pada
tahun 1990-an: Asmara
Asramaku.
’’ITB yang notabene
universitas paling terkemuka di negeri ini kok
seolah-olah tidak ada yang membanggakan-
nya,’’ kata Ir Sudiharto, MT. Dari pemikiran itu, ia
merasa perlu membuat suatu novel fenomenal
yang mengangkat nama besar ITB . Untuk men-
jaring pasar dan komunitas di luar ITB dan diluar
Asrama, Sudiharto yang menggunakan nama
pena Sudyus Barbassy menyinergikan judulnya
dengan Asrama Aramaku yang menceritakan
tentang kehidupan mahasiswa ITB yang tinggal
di Asrama B Charade dengan bumbu cinta kasih
absud ala mahasiswa.
YAYASAN Alumni ITB dan IA-ITB
Sumatra Selatan mengadakan
kerjasama Program Penyediaan
Air Bersih Pedesaan di Sumsel.
Acara penandatanganan kerjasama
berlangsung di Sekretariat IA-ITB,
Jakarta, Jumat (6/2),
Program ini rencananya akan
dilaksanakan di Desa Sumber Rejo,
Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten
Banyuasin, Sumatra Selatan. Pen-
andatangan perjanjian kerjasama
kedua belah pihak diwakili masing-
masing oleh Ketua Yayasan Alumni
ITB, Muchlis Moechtar dan Ketua II
IA-ITB Daerah Sumatra Selatan yang
juga bertindak selaku Pembantu
Rektor I Universitas Sriwijaya, Zulkifl i
Dahlan. Sedangkan dari PP IA-ITB
turut menandatangani adalah Amir
Sambodo (ketua Bidang Bisnis dan
Teknoprenuer). Penandatanganan
perjanjian kerjasama ini disaksikan
oleh Hendardi selaku penasihat
hukum IA-ITB serta para pengurus
harian. IA-ITB akan menurunkan tim
ahli yang mendampingi pelak-
sanaan program penyediaan air
bersih itu. Kerjasama ini diharapkan
dapat berjalan dengan baik dan
turut meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Desa Sumber Rejo.
Program Penyediaan Air Bersih dari Alumni ITBuntuk Rakyat Sumsel
Hendardi selaku Partner Law Offi ces Prihar-
tono & Partners (kanan)
IKA UNSRI Berkunjung ke IA-ITB
K I L A S A N B E R I TA
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 13
Tahun 1960-an, Koes Plus
mempopulerkan banyak
lagu yang bercerita
mengenai kemakmur-
an Indonesia. Dengan
syair romantik bahkan
hiperbolik, Koes Plus bercerita ten-
tang tanah subur dan kaya, sehingga
‘’tongkat kayu dan batu’’-pun bisa
menjadi tanaman. Kini, berpuluh ta-
hun kemudian, bahkan sang pencipta
lagu itu sendiri pun tampaknya sudah
tak yakin dengan kebenaran isi syair
lagu tersebut (album terbarunya, yang
disponsori mantan Ketua Umum IA
ITB Laksamana Soekardi dan partainya
PDP, Koes Plus justru banyak bercerita
soal kesengsaraan rakyat).
Ada sebagian dari kita yang men-
gungkit tentang sindrom ‘’jebakan
kutukan sumber daya alam’’ – istilah
yang merujuk kepada beberapa ne-
gara yang, meski sumberdaya alamnya
melimpah, terjerembab ke dalam je-
bakan ‘’negara gagal’’. (Nigeria, si kaya
minyak yang sekarang terjerembab
ke kemiskinan, sering disebut sebagai
salah satu contoh ‘’negara gagal’’ dan
kena sindrom ‘’kutukan sumber daya
alam’’). Ketika Indonesia mengalami
krisis ekonomi babak pertama, dan
paling lambat keluar dari krisis itu
dibanding negara-negara tetangga
seperti Thailand, Malaysia dan Si-
ngapura, sebagian kita dari ada yang
bertanya: adakah Indonesia tengah
terjangkit sindrom yang sama?
Ketika dampak dari krisis babak
pertama masih belum sepenuhnya
teratasi, tiba-tiba badai krisis kedua
datang. Berbeda dari krisis babak
pertama yang pemicunya dari dalam,
krisis babak kedua ini merupakan im-
bas krisis global. Lagi-lagi kita bertanya:
apakah krisis global ini, yang dipicu
oleh kegagalan subprime mortgage
di Amerika Serikat yang kemudian
mengimbas ke Eropa dan akhirnya
ke seluruh dunia, bakal membuat
Indonesia jatuh ke jurang resesi? Apa
yang harus dilakukan agar bisa ber-
MEMBANGUN FAKTOR KEUNGGULAN BARU
BO
UL
EV
AR
DL A P O R A N U TA M A
ALUMNI BERDIALOG
14 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
tahan dari tantangan lingkungan global
yang makin kompleks? Akhirnya juga:
bagaimana membayangkan Indonesia,
katakanlah, pada tahun 2020 menda-
tang? Indonesia yang berhasil keluar
dari krisis ke krisis, bahkan menjadi salah
satu pemenangnya?
Wacana-wacana inilah yang menjadi
perhatian dalam acara Alumni Berdialog
tentang Daya Saing dan Masa Depan
Bangsa, yang dilakukan berbarengan
dengan perayaan Dies Emas ITB, di Aula
Barat ITB 7 Maret lalu.
Alkimia Krisis Finansial‘’Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan
bukan hal yang baru,’’ komentar Raden
Pardede, ekonom ITB yang menjadi
salah satu pembicara dalam seminar itu.
‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik
dalam skala nasional, regional maupun
global,’’ tambahnya. Sejarah ekonomi
modern mencatat krisis keuangan
sudah terjadi sejak 1618 di kerajaan Ro-
mawi karena spekulasi koin. Pada abad
20, ada depresi besar yang melanda AS
yang terjadi pada 1929-1933. Lalu krisis
Asia dan Indonesia pada 1997/1998.
Pada tahun 2008, krisis fi nansial terjadi
lagi.
‘‘Kalau dilihat sejarah, krisis keuangan bukan hal yang baru,’’
komentar Raden Pardede, ekonom ITB yang menjadi salah pembicara
dalam seminar itu. ‘’Krisis sudah terjadi berulang kali, baik dalam
skala nasional, regional maupun global,’’ tambahnya.
Isu Kunci: Meningkatkan Peran Teknologi dalam PembangunanCina dan India merupakan dua contoh
negara yang berhasil membangun karena pilihan yang tegas terhadap strategi pemban-gunan, yaitu memilih pembangunan yang berbasis teknologi (technology based develop-ment). Dengan ciri khas kekuatan ekonominya masing-masing, Cina sebagai negara manufak-tur terbesar dan India sebagai negara outsource IT terbesar, kedua negara berhasil menghapus kemiskinan absolute dalam jumlah yang tak terbayangkan. ‘’ India membebaskan 200 juta rakyatnya dari kemiskinan, sedangkan China 300 juta,’’ kata Kepala BPPT Dr. Ir. Marzan A. Iskandar dalam paparan makalahnya, pada kesempatan Seminar Temu Alumni ITB.
Karena di masa yang akan datang, tantan-gan terbesar bagi strategi pembangunan Indo-nesia adalah bagaimana mendorong teknologi berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian diharapkan Indone-sia, yang saat ini masih masuk dalam kategori negara dengan keunggulan mendasar berubah men-jadi negara yang masuk dalam kategori innovation driven (lihat bagan ).
Umar Juoro, yang banyak berbicara mengenai pentingnya menumbuhkan lingkungan bisnis mikro, menyatakan hal serupa. ‘’Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada modal dan tenaga kerja (tangible capital). Total Factor Productivity (TFP) tumbuh hanya sekitar 0.2% dan sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi di bawah 10%,’’ katanya. Selain itu, ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk padat karya (tekstil, garmen, elektronika, dan alas kaki), serta produk sumberdaya alam (min-
yak, gas, batubara, CPO, karet) yang kandungan teknologinya relatif rendah.
Dalam laporan World Economic Forum tentang in-deks daya saing bangsa, Indonesia masih ditempatkan pada “kasta” terendah yaitu key driven dimana masih dalam taraf awal tingkat keunggulan kompetitif. Strata ini didukung oleh faktor-faktor dasar seperti in-stitusi, infrastruktur, stabilitas makro ekonomi, keseha-tan dan pendidikan dasar yang masih rendah. Untuk dapat memperbaiki peringkat kompetitif di dunia, Indonesia harus memperbaiki daya saingnya terutama di sektor infrastruktur, kesiapan teknologi (technology readiness), kecanggihan bisnis (business sophistication) dan kapasitas inovasi (innovation capacity).
yak, gas, batubara, CPO, karet) yang kandungan
Tantangan Peran TeknologiDalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkatkan kontribusi teknologi pada komponen
pertumbuhan ekonomi (GDP)
KomponenPertumbuhan
Ekonomi
KomponenPertumbuhan
Ekonomi
MODAL
TENAGA KERJA
TENAGA KERJA
MODAL
TEKNOLOGI(TFP) - 3%TEKNOLOGI
(TFP) - 0,1%Peran Teknologi
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 15
Jika dilihat secara mendasar, kata
Raden Pardede, alkimia dan akar
masalah krisis sebenarnya sama:
‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang
tidak berubah. Sebagian Anda tentu
ingat Gordon Gekko dalam fi lm Wall
Street yang menjadi klasik? Gekko,
tokoh antagonis fi lm itu, menyatakan
bahwa uang tidak pernah tidur, dan
oleh karena itu tamak itu baik. ‘’Greed is
good,’’ katanya. (Begitu bagusnya fi lm
ini menggambarkan praktek animal
spirit dalam ekonomi modern, sampai-
sampai Micheal Douglas, aktor sang
pemeran Gekko, ditanyai wartawan
ketika crash melanda Wall Street tahun
2008 lalu).
Rocket Scientist dan Financial EngineerDalam praktik ekonomi modern,
animal spirit ini makin memperoleh
kanalnya oleh karena kehadiran para
“rocket scientist” dan para “fi nancial engi-
neer’’ pada lembaga keuangan.
Rocket scientist dalam industri
keuangan? Ya. Jangan membayangkan
mereka adalah ilmuwan roket beneran,
seperti yang bekerja di lembaga LAPAN
atau NASA. Ini hanyalah istilah dalam
industri keuangan yang ditujukan
kepada orang-orang yang memanfaat-
kan keahliannya di bidang sains dan
matematika untuk membuat model
kuantitatif kompleks yang membantu
bank, asuransi dan perusahaan investasi
untuk ‘’menghargai’’ suatu piranti atau
instrument investasi.
Sementara fi nancial engineer adalah
suatu bidang keahlian multidisiplin –
komputasi, keuangan, metoda numerik
dan simulasi komputer; yang mem-
bantu pengambilan keputusan dalam
investasi, hedging, maupun perdagang-
an. Mereka akan membantu menen-
tukan risiko fi nansial dari instrument
keuangan tertentu yang ‘’diciptakan’’.
Yang menjadi masalah dalam praktik
Wall Street adalah: keduanya makin
‘’kreatif’’ dan ‘’inovatif’’. Para rocket scien-
tist punya cara untuk mentranform su-
rat hutang BB dan unrated yang berisiko
tinggi menjadi CDO dengan rating AAA
atau Aaa yang berisiko rendah. Semen-
tara para insinyur keuangan semakin
kreatif dan inovatif dalam menciptakan
produk kompleks, seperti Prime dan
sub-prime Mortgage Loan (produk
KPR), Asset Backed Securities/Mortgage
Backed Securities (MBS) /Commercial
MBS/Residential MBS (produk sekuriti-
sasi yang dicatat diluar buku lembaga
keuangan), Collateral Debt Obligation
(hutang dengan agunan hutang juga),
dan Credit Default Swaps (semacam
asuransi terhadap kegagalan bayar
kredit/hutang).
Pasar Over OptimistikKarena uang tak pernah tidur, maka
investor pun memburu berbagai
macam perangkat investasi yang mem-
berikan tingkat pengembalian tinggi,
sementara pada sisi lain mereka makin
toleran terhadap risiko. ‘’Bank dan
lembaga keuangan agresif memberi
pinjaman dan sembarangan kepada in-
dividu yang tidak punya sejarah kredit,
tidak punya dokumen, tidak punya
pendapatan rutin. Mereka mengejar
bonus penjualan setiap tahun,’’ kata
Raden Pardede menjelaskan. Pada saat
yang sama, para pelaku di Wall Street
menciptakan produksi produk derivatif
yang kompleks dengan sangat kre-
atif dengan bantuan “rocket scientist”
dan “fi nancial engineer” tadi. ‘’Mereka
mendapat bayaran yang jauh lebih
tinggi lho daripada insinyur benaran,’’
selorohnya.
Kronologi KrisisKrisis ini sudah terlihat tanda-tanda-
nya sejak pertengahan 2007. Di tengah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan bunga bank yang rendah, banyak
pelaku ekonomi menjadi over optimis-
tik. ’Ketika itu aktivitas saham menaik
secara drastis,’’ kata Raden Pardede.
Tapi optimisme tiba-tiba mengalami
titik balik hingga akhirnya harga saham
dan komoditas tiba-tiba menurun.
Sinyal itu dimulai dari Wall Street,
bersamaan dengan kolapsnya dua pe-
rusahaan hedge fund karena investasi
subprime mortgage yang gagal. Sikap
optimisme, yang dipicu oleh asumsi
‘‘Jika dilihat secara mendasar, alkimia dan akar masalah krisis sebe-narnya sama, yaitu ‘’animal spirit’’ ekonomi manusia yang tidak
berubah. ‘‘
L A P O R A N U TA M A
16 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Pergeseran peran ICT bisa dilihat pada ilustrasi bagan I dan bagan II. Jika dilihat pada penentuan tingkat daya saing suatu bangsa (Global Competitiveness Index) di-
lakukan oleh World Economic Forum, ICT termasuk dalam sub-indeks teknologi dan menjadi bagian atau pilar tolok ukur indeks daya saing bangsa. Ada tiga sub-indeks daya saing bangsa, yaitu: (1) teknologi; (2) institusi publik; dan (3) ekonomi makro. Jika dilihat pada sub-indeks teknologi terdiri dari (a) inovasi; (b) transfer teknologi; dan (c) ICT.
Menurut Rinaldi, ada beberapa area di mana ICT memi-liki impak yang signifi kan, di antaranya:
• Pendidikan dan Pelatihan• Layanan dan Adminitrasi Sektor Publik• Aktivitas Produksi dan Operasi• Peningkatan Produktivitas untuk operasi industri
agrikultur• Sektor swasta, terutama untuk sector layanan• Pembangunan pedesaan
• Pendukung kegiatan komersial dan perdagangan• Good Governance• Poverty Alleviation and Wealth Creation.
Jika dilihat secara sekilas lingkungan industri teleko-munikasi di Indonesia, maka dapat disimpulkan Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling kompetitif di dunia. Ada tak kurang 11 operator yang melayani 227 juta penduduk, 56% di antaranya merupakan generasi muda yang dinamis.
Kerasnya pasar telekomunikasi di Indonesia bisa dilihat dari persaingan ketat antar provider. Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai wilayah dengan tarif komu-nikasi termahal secara regional, kini dikenal sebagai pasar dengan tarif komunikasi termurah. Perubahan dari tariff termahal menjadi wilayah dengan tariff termurah ini hanya berlangsung dalam 24 bulan.
Selain itu, perkembangan pasar ICT di Indonesia juga melahirkan sejumlah peluang dengan makin populernya pemanfaatan internet di masyarakat, baik untuk sekadar browsing melalui google, aktivitas chatting melalui frien-ster, mempublikasikan dan melihat video melalui Youtube, membuat blog, hingga melakukan aktivitas jejaring social melalui facebook. Di dalam negeri, pertumbuhan ICT ini juga mendorong berkembangnya industri content karya anak bangsa.
Dengan semakin berkembangnya pasar ICT di dalam negeri, maka perlu dukungan untuk pengembangan ICT Nasional hingga 2010 dengan memperhatikan tiga hal: perluasan akses, pengembangan industri content, dan pengenalan entity/komunitas pengguna ICT di Indonesia (bagan III).
Epilog: Tantangan dan Rekomendasi
Kondisi saat ini: • Karena terbatasnya kapasitas, jangkauan dan kualitas
infrastruktur ICT nasional sehingga kesenjangan digital belum dapat dikurangi.
Tantangan ke depan:• Dapat menempatkan teknologi informasi dan komu-
nikasi sebagai enabler pembangunan. • Menumbuhkan iklim usaha yang sehat dalam industri
ICT baik dari sisi supply maupun demand. Rekomendasi:• Sinergi antara pemerintah dan penyelenggara, serta
masyarakat pengguna sesuai dengan peran dan kapasitas masing-masing dalam menumbuhkan peran industri ICT dalam pembangunan nasional.
Isu Kunci: ICT sebagai PeluangPerubahan masyarakat industri ke masyarakat infor-masi ditandai dengan semakin meningkatnya peran informasi dalam kehidupan manusia. Menurut Dirut PT Telkom Tbk. Rinaldi Firmansyah, pergeseran ini makin membuat sektor ICT berperan strategis tidak saja berperan dalam percepatan pembangunan ekonomi tetapi juga peningkatan kualitas hidup masyarakat dan daya saing nasional.
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 17
bahwa pasar akan berjalan dengan
sempurna, bergerak ke arah sebaliknya.
Krisis kepercayaan terjadi. Saham dan
komoditas anjlok. ‘’Negara maju menga-
lami depresi ekonomi hebat, yang han-
ya bisa dibandingkan dengan peristiwa
“great depression” tahun 1930. ‘’Karena
mengalami tekanan yang luar biasa,
mereka harus menarik modal-modal
yang mereka tanam ke luar, terutama di
negara-negara berkembang, termasuk
di antaranya di Indonesia.’
Dari sinilah krisis lalu merembet ke
negara lain, bahkan ke sektor lain.
’’Awalnya hanya sektor keuangan.
Sekarang merambah ke sektor riil, yang
menyebabkan defl asi yang membuat
pertumbuhan ekonomi yang negatif
selama dua kali berturut-turut.’’ Karena
krisis ini, maka pertumbuhan ekonomi
dunia diperkirakan hanya bertumbuh
0.5% pada tahun 2009, jauh dibawah
perkiraan semula. ‘’Itu pun mungkin
masih akan ada koreksi pertumbuhan
tersebut.’’
Kabar Baik: Pertumbuhan Masih TinggiSalah satu efek skunder dari krisis
adalah mengkerutnya pasar ekspor.
Maklum, krisis itu bermula dari Amerika
Serikat, yang merupakan negara pasar
besar dunia. Untungnya, sebagaimana
dilukiskan Fauziah Swasono, ekonom
alumni ITB yang juga dosen FEUI, kontri-
busi ekspor bagi pertumbuhan ekono-
mi Indonesia tidak besar. ‘’Sumbangan
terbesar pertumbuhan ekonomi Asia,
termasuk Indonesia, masih sangat besar
disumbang dari konsumsi swasta dan
investasi. Ekspor tidak terlalu besar. Ini
yang membuat kita mungkin lega. Di
tempat lain sudah mulai rata dengan
tanah, kita – minimal – masih bisa
bernafas untuk berbuat lebih banyak,’’
kata Fauziah, dalam roundtable IA-ITB
di Jakarta, Februari lalu.
Malahan, menurut Pardede, per-
tumbuhan ekonomi Indonesia yang
mencapai 4% akan menjadi pertum-
buhan tertinggi ketiga di dunia setelah
Cina dan India. ‘’Petumbuhan kita jauh
melampaui petumbuhan negara ne-
gara di ASEAN lainnya.’’ Selain masalah
ekspor yang relatif kecil, Indonesia juga
diuntungkan oleh pasar domestik yang
besar. ‘’Tentu saja adalah menjadi PR
bersama bagaimana kita harus bisa
bersaing di tanah sendiri.’’
Hal-hal lain yang juga membantu
adalah: tingkat ketergantungan yang
relatif kecil terhadap sumber pembi-
ayaan global (dibanding negara negara
tetangga), lembaga keuangan sudah
lebih terawasi, kepastian hukum dan
politik lebih baik, dan respon kebijakan
yang lebih cepat dibanding tahun
ketika krisis 19 97/98.
Kabar Baik, tapi Juga Kabar BurukSekalipun begitu, bukan berarti kabar
baik tidak memiliki potensi kabar buruk.
Marilah kita melihat detail ekonomi kita,
yang sebagian masih merupakan efek
lanjutan dari krisis jilid pertama. Ambil-
lah sektor industri, yang memberikan
kontribusi hampir 27% PDB kita. . ‘’Per-
tumbuhannya cenderung menurun dari
2005,’’ komentar Amir Sambodo, Ketua
Bidang Bisnis dan Techoprenuer IA ITB.
Pada 2005, pertumbuhannya
mencapai 4,6 %. Pada kuartal kedua
tahun 2008, pertumbuhannya hanya
4,1%. Bisa dibayangkan apa yang terjadi
jika sektor ini tidak tumbuh di atas 7%.
‘’Pertumbuhan yang rendah di sektor
industri akan sangat berpengaruh pada
rendahnya penyerapan tenaga kerja
dan rendahnya produktivitas nasional.’’
Industri menengah kecil, yang
selama ini digadang-gadang pemer-
intah sebagai sektor yang memiliki
kelembaman tinggi dalam menyiasati
krisis, tidak mengalami pertumbuhan
baik karena kurangnya dukungan
dana dan pembinaan. Pada krisis jilid
pertama, industri menengah kecil dan
UKM, memang bisa bertahan karena
pasar global tumbuh dengan baik. Tapi
krisis jilid dua ini berbeda karena justru
mengakibatkan mengkerutnya pasar
global. Akibatnya, sektor industri pun
makin kelimpungan. ’’Pertumbuhan in-
dustri sangat rendah, bahkan ada gejala
deindustrialisasi’’.
‘‘Untungnya, ekspor kita tidak
terlalu besar. Ini yang membuat
kita mungkin lega. Di tempat
lain sudah mulai rata dengan
tanah, kita – minimal – masih
bisa bernafas untuk berbuat lebih
banyak.’’ Fauziah Swasono, ekonom alumni ITB yang juga dosen FEUI
L A P O R A N U TA M A
18 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Fauziah Swasono sepakat dengan
sinyalemen itu. “Saya berkesempatan
mengunjungi Cikarang dan Cimahi
dalam waktu satu tahun lalu,’’ ceritanya.
‘’Saya menyaksikan puluhan perusahaan
tutup di satu kabupaten, seperti yang
terjadi misalnya di Cimahi. Ini berarti
gelombang PHK seperti tak terelakkan.’’
Selain masalah penutupan usaha
dan pengangguran, masih ada sejum-
lah risiko yang harus diantisipasi ke
depan. ‘’Pengusaha masih akan sulit
mendapatkan kredit karena ketidak pas-
tian dan saling tidak percaya. Apalagi
dari sejarah masa lampau pemulihan
bisa saja lama,’’ kata Raden Pardede.
Dalam jangka pendek, pemerintah
memang telah mengeluarkan kebijakan
stimulus fi skal senilai Rp 73,3 trilyun,
dengan rincian Rp 56,3 trilyun berupa
stimulus perpajakan (penurunan tariff
PPh, Ppn dan bea masuk) serta Rp. 17
trilyun untuk belanja negara.
Strategi Untuk Mengeliat dari Krisis?Nah, jika dalam jangka pendek kebi-
jakan stimulus fi skal tampaknya sudah
disepakati semua pihak (bahkan sudah
diimplementasi pemerintah saat ini),
yang tampaknya akan menjadi wacana
bagi para pengambil kebijakan adalah
bagaimana strategi pembangunan
di masa mendatang. Soal inilah yang
menjadi wacana menarik, baik secara
internal di kalangan alumni ITB mau-
pun ekonom/ahli secara luas, politisi
dan masyarakat pada umumnya. Di
tengah aroma kampanye yang pekat
saat pemilu misalnya, beberapa partai
politik mengusung tema perubahan
kebijakan dari ekonomi pasar bebas
kepada ekonomi yang lebih berpihak
kepada masyarakat. Alumni ITB yang
mencalonkan diri jadi capres seperti
Rizal Ramli juga mengusung tema
perubahan kebijakan ekonomi secara
mendasar. Pertanyaannya adalah: pe-
rubahan seperti apa?
Tanpa mengabaikan sejumlah ke-
unggulan komparatif tradisional seperti
sumber daya alam, tenaga kerja dan
pasar, serta mengalirnya sumber daya
modal; memang diperlukan kebijakan
untuk memperkuat ekonomi mikro
yang membuat ekonomi tumbuh dan
berkembang lebih efi sien serta lebih
memiliki nilai tambah.
Umar Juoro merupakan salah satu
pembicara yang memberikan perhatian
pada masalah ini. ‘’Stabilitas ekonomi
yang baik saat ini masih belum didu-
kung oleh daya saing mikro,’’ komen-
tarnya. Umar, yang lulusan FT ini,
melihat pengambil kebijakan masih me-
mandang soal hukum dan infrastruktur
sebagai permasalahan utama. ‘’Kedua
hal itu memang penting,’’ akunya.
Namun, katanya meneruskan, daya
saing di tingkat mikro berupa kecang-
gihan strategi perusahaanlah yang
bisa mensinergikan faktor input seperti
sumber daya alam, SDM dan teknologi;
persaingan, industri pendukung, dan
pasar yang kompetitif (khusus untuk teknologi, lihat box halaman 8: Me-
ningkatkan Peran Teknologi dalam
Pembangunan)
Membangun Faktor Keunggulan BaruDengan mendasarkan diri pada
model yang dikembangkan Micheal
E. Porter yang dikenal sebagai Porter’s
Diamond, Umar Juoro menekankan
perlunya bangsa Indonesia mengem-
bangkan faktor keunggulan baru.
Melalui bukunya The Competitive
Advantage of Nations, Porter merupakan
ahli yang pertama mengembangkan
faktor keunggulan bangsa, di luar faktor
FIRM STRATEGY, STRUCTURE AND
RIVALRY
RELATED AND SUPPORTING IN-
DUSTRIES
DEMANDCONDITIONS
FACTOR CONDITIONS
GOVERNMENT
FACT
CHANCE
GGGGOGOOOG VEVEVERRRGGG
TTOROR TOR
ATED A
Porter’s Diamond Model
‘’Stabilitas ekonomi yang baik saat ini masih belum didukung oleh
daya saing mikro ... (Padahal) daya saing di tingkat mikro
berupa kecanggihan strategi perusahaanlah yang bisa mensinergikan
faktor input seperti sumber daya alam, SDM dan teknologi; persaingan, i
ndustri pendukung, dan pasar yang kompetitf.‘‘
Umar Juoro, ekonom alumni ITB
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 19
keunggulan konvensional seperti tanah,
lokasi yang strategis, sumber daya alam,
tenaga kerja yang besar, dan jumlah
penduduk. Bukunya, yang lahir setelah
melalui riset yang intensif di 10 negara
dengan pertumbuhan perdagangan
terbesar, merupakan buku pertama
yang menyebutkan tingkat produktivi-
tas yang disebabkan oleh persaingan
sehat perusahaan sebagai faktor keung-
gulan suatu negara. Dengan menggu-
nakan diagram berbentuk intan, Porter
mengembangkan kerangka kerja yang
menggambarkan bagaimana keung-
gulan tersebut terbangun (lihat Bagan
Porter’s Diamond Model).
Berbeda dengan kebijakan konven-
sional yang selama ini dipahami, Porter
juga menyatakan bahwa faktor-faktor
kunci produktivitas yang menjadi input
dasar (tenaga kerja terlatih, modal dan
infrastruktur) itu harus ‘’diciptakan’’
dan bukan ‘’diwariskan’’. Porter bahkan
menyebut faktor tenaga kerja murah
dan melimpahnya raw material bukan
sebagai faktor kunci (non-key factor).
Faktor ini gampang diduplikasi dan
tidak berkesinambungan. Karena itu
sebagai input dasarnya, Porter menyo-
dorkan input yang terspesialisasi yang
lebih bernilai, dan pada saat yang sama,
tidak gampang diduplikasi.
Umar Juoro memilih model ini untuk
mengembangkan Lingkungan Bisnis
Ekonomi Mikronya (lihat bagan). Empat
sudut diamond yang menjadi faktor
tersebut adalah Input (efi siensi, kualitas
dan spesialisasi input), Strategi dan Per-
saingan (Investasi Perusahaan, strategi,
dan intensitas persaingan), Permintaan
(Permintaan dan tekanan pembeli un-
tuk memperbaiki produk dan jasa), dan
Industri Pendukung (Ketersediaan dan
kualitas pemasok lokal-industri terkait,
kluster). Keempatnya saling terkait satu
sama lain.
Membangun Klaster EkonomiHal penting yang juga disinggung
Umar Juoro adalah mengembangkan
kluster ekonomi, suatu istilah juga
diperkenalkan Porter.
Klaster adalah kelompok perusa-
haan yang secara geografi s berdekatan
terkait dengan kelembagaan tertentu,
dalam suatu bidang tertentu yang
terkait satu dengan yang lain karena
kesamaan dan saling melengkapi.
‘’Kluster itu realitas, fenomena yang
tidak direncanakan. Klaster berkembang
dengan proses evolusinya sendiri yang
dapat saja dipengaruhi oleh tindakan
pemerintah maupun swasta, tetapi
sangat sulit untuk membentuknya.’’
Sekalipun untuk mewujudkan bukan
hal mudah, pengenalan adanya kluster
ekonomi itu penting. Selain untuk meng-
optimalkan potensi lokal, pemahaman
akan kluster ekonomi juga berfungsi
untuk meningkatkan produktivitas dan
efi siensi, minstimulasi inovasi, dan me-
ningkatkan komersialisasi.
Ada beberapa model kluster
ekonomi sering disebut. Di Amerika
ada Silicon Valley (IT/Computer) dan
Hollywood (industri fi lm dan kreatif); di
India ada Bengalore (software out-
soures) dan Bollywood (industri fi lm); di
Prancis ada Paris (mode); di Belanda ada
Rotterdam (industri logistik). Kalau di
Indonesia mungkin ada Bali (pariwisata),
Gorontalo yang berhasil dikembangkan
sabuk jagung Indonesia oleh Gubernur
Gorontalo yang juga alumni ITB Fadel
Muhammad, dan mungkin perlu dikem-
bangkan lagi kluster-kluster ekonomi
lain secara lebih luas.
Peran PemerintahPertanyaannya, bagaimana peran
pemerintah? Apakah tumbuhnya Ling-
kungan Ekonomi Mikro yang baik ini
diserahkan sepenuhnya kepada mekan-
isme pasar? Atau harus lewat kebijakan
melalui mekanisme politik?
Ada sejumlah pilihan dan model.
‘’Pada beberapa negara seperti Taiwan
dan India perkembangan industri high
tech ditentukan oleh mekanisme pasar,
bahkan mengikuti persaingan global,’’
kata Umar Juoro memberikan con-
toh. Hal yang sama juga terjadi pada
sejumlah sektor industri di Amerika dan
sejumlah negara Barat. (‘’Kecuali industri
pertahanan. Di AS, juga dikebanyakan
negara, ditentukan oleh keputusan poli-
tik.’’) Sebaliknya di kebanyakan negara
berkembang, peran pemerintah domi-
nan membentuk lingkungan ekonomi
mikro ini. Contoh yang baik dan berhasil
barangkali adalah Cina.
Lalu bagaimana sebaiknya strategi
yang dipilih Indonesia? Di mata Umar,
sinergi antara keputusan politik dan
mekanisme pasar sebagai hal yang
lebih realities. Indonesia bisa mengam-
bil contoh Jepang dan Korea. ‘’Pen-
galaman kedua negara menunjukkan
berhasilnya sinergi yang optimal antara
putusan politik dan mekanisme pasar
dalam pengembangan teknologi dan
industri,’’ katanya.
Raden Pardede juga menambahkan
pentingnya memperkuat arsitektur
keuangan yang menjamin pembiayaan
jangka panjang, dengan mengem-
bangkan lembaga keuangan yang lebih
spesifi k. Misalnya, ada bank pembangu-
nan, bank infrastruktur, bank pertanian,
venture capital untuk produk teknologi,
dan bank pedesaan sebagai pember-
dayaan dan peluasan fungsi yang sudah
dijalankan oleh BRI saat ini..
STRATEGI & PERSAIN-GAN:Investasi Perusahaan, strategi, dan intensitas persaingan
INDUSTRI PENDUKUNG, Ketersediaan dan kualitas pemasok lokal dan industri berkaitan, kluster
PERMINTAANPermintaan domestik dan tekanan pembeli utk memperbaiki produk dan jasa
INPUTEfi siensi, kualitas,dan spesialisasi input: Sumber daya manusia Modal Infrastruktur fi sik Infrastruktur administratif Infrastruktur informasi Infrastruktur iptek Sumber daya alam
ututkppropp
ENENDUKDUKUU
Lingkungan Bisnis Ekonomi Mikro (Diadopsi dari Porter’s Diamond)
L A P O R A N U TA M A
20 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan
milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu
golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai
Merauke!
Ir. Soekarno – Presiden RI Pertama, Alumni ITB
Membangun bangsa adalah
sebuah kerja besar yang
menuntut kerja keras dan
komitmen kuat dari seluruh
warga bangsa. Setelah lebih dari 63 tahun
Indonesia, capaian pembangunan yang
berhasil dilakukan telah menempatkan
Indonesia menjadi bangsa yang jauh lebih
maju dan lebih kokoh dibandingkan den-
gan kondisi di awal kemerdekaan
Jika kita lihat dalam sejarah, sejatinya se-
menjak diproklamirkannya negara ini, maka
bingkai kehidupan berpolitik yang kita sep-
akati bersama adalah kehidupan demokrasi.
Bagi bangsa Indonesia, demokrasi adalah
roh roh kehidupan berpolitik, teru-
tama dalam penyelenggaran kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa
Indonesia, demokrasi juga menjadi syarat
dan sarana untuk mewujudkan kesejahter-
aan seluruh rakyat sebagai bentuk dan cara
hidup bernegara dan bermasyarakat. Oleh
karena itu, dalam menilai tingkat kemajuan
kehidupan berpolitik ditanah air, maka hal
itu sama artinya dengan mengukur kualitas
kemajuan pembangunan demokrasi.
Pembangunan Demokrasi IndonesiaDilihat ke belakang, pembangunan
demokrasi di Indonesia dimulai dari 1
November 1945, ketika keluar Maklumat X
(Maklumat Moh. Hatta) yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk
mendirikan Partai Politik. Setelah diter-
uskan dengan penyelenggaraan Pemilu
1955, sebagai pemilu dengan sistem multi
partai dan paling demokratis dalam sejarah
bangsa Indonesia. Setelah itu, periode dua
ditandai dengan kecenderungan Pseudo
demokratis, yaitu demokrasi yang dikon-
trol ketat oleh pemerintah pada masa
Orde Baru. Setelah reformasi, demokrasi di
Indonesia kembali menemukan tempatnya
dengan digelarnya Pemilu 2004. Dalam
pemilu ini, untuk pertama kalinya pemi-
lihan presiden dan pilkada dipilih secara
langsung. Pertama kali dalam sejarah
demokrasi nasional, every vote counts.
Pembangunan demokrasi di Indonesia
makin berkembang maju sejalan dengan
penghapusan diskriminasi ras dan etnis,
seiring dengan lahirnya UU 40/2008
tentang penghapusan diskriminasi ras
dan etnis. Pada saat ini, lahir UU 10/2008
yang mendewasakan partai politik. UU ini
menegaskan fungsi Parpol sebagai sarana
pembelajaran politik bagi masyarakat.
Keberhasilan pembangunan di bidang
demokrasi dan penyelenggaran pemer-
intahan yang demokratis telah menem-
patkan Indonesia sebagai tiga negara
demokrasi terbesar di dunia bersama-sama
Amerika Serikat dan India. Ini dibuktikan
Indeks Demokrasi (democracy index) yang
cukup baik (no empat, setelah Swedia,
AS dan India). Indonesia bahkan lebih
demokratis dibandingkan beberapa negara
ASEAN. [Ref.: The Economist Unit’s Intel-
legence of Democracy, Data January 2007]
Membangun Daya Saing BangsaSelain berhasil melaksanakan pemban-
gunan di bidang demokrasi, kita juga terus
KRISIS SEBAGAI TITIK UNTUK MEMULAI PERUBAHANTetap Optimis dan bersikap rasional. Itulah ajakan Ketua Umum IA-ITB Hatta
Rajasa dalam kesempatan Acara Ikatan Alumni – Institut Teknologi Band-
ung, 7 Maret lalu. Berikut presentasi/makalah yang disampaikan oleh Ketua
Umum IA-ITB Hatta Rajasa:
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 21
berupaya membangun daya saing bangsa,
yang antara lain ditandai dengan keber-
hasilan menyelenggarakan pembangunan
yang berprestasi internasional, antara lain:
• Keberhasilan mengatasi krisis kenaikan
harga pangan. Pada KTT Pangan di Roma,
8 Juni 2008, FAO Memuji Indonesia sebagai
negara yang tidak saja berhasil mening-
katkan produktivitas pangan tetapi juga
mengendalikan harga. FAO rekomendasi-
kan strategi Indonesia sebagai role-model
bagi bangsa bangsa lain.
• Keterlibatan nyata mengatasi dampak
lingkungan. Pada Pertemuan G-8 Plus D-8,
Indonesia dipuji sebagai negara dengan
peran yang sangat aktif dalam mengatasi
dampak pemanasan global melalui pra-
karsa Conference on Parties (COP) ke-13 di
Bali dan disepakatinya Bali RoadMap.
• Keberhasilan dalam menurunkan ting-
kat kemiskinan. Kita berhasil menurunkan
kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi
15,4% (2008) dan pengangguran, dari
10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World
Bank menilai penurunan angka kemiskinan
adalah terendah dalam 10 tahun terakhir.
Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu
memberikan kontribusi pada pembangu-
nan peradaban global. Penurunan tingkat
kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut
memberikan kontribusi pada pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium
Ada juga sejumlah bukti lain yang
menunjukkan daya saing bangsa yang
meningkat, di antaranya:
• Penilaian OECD. Negara maju yang
tergabung dalam OECD bulan Juli 2008,
telah menempatkan Indonesia kedalam
kelompok Enhanced Engagement Coun-
tries, yaitu negara yang harus ditingkatkan
keterlibatannya dengan negara maju.
• Global Competitiveness Index me-
nyatakan bahwa ranking Indonesia terus
membaik dari peringkat ke-69 (2004) ke
ranking 55 (2008).
• Penilaian PriceWaterHouse Coopers: In-
donesia menjadi The Emerging Seven (E-7)
atau 7 negara maju di dunia ditahun 2030.
• Dokumen “Global Trend 2025: A Trans-
formed World”, lansiran Pemerintah AS
(2008) secara eksplisit menyebutkan bahwa
Indonesia bersama dengan Iran dan Turki
akan menjadi pilar kekuatan ekonomi dunia
setelah India, Cina, Brasil dan Russia.
• Keberhasilan dalam menurunkan ting-
kat kemiskinan; kita berhasil menurunkan
kemiskinan dari 17,7% (2006) menjadi
15,4% (2008) dan pengangguran, dari
10,5% (2006) menjadi 8,5% (2008). World
Bank menilai penurunan angka kemiskinan
adalah terendah dalam 10 tahun terakhir.
Capaian-Bangsa Indonesia itu tentu
memberikan kontribusi pada pembangu-
nan peradaban global. Penurunan tingkat
kemiskinan di Indonesia dipastikan ikut
memberikan kontribusi pada pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium
Penataan BirokrasiKita juga melakukan penataan di bidang
birokrasi dan pemerintahan yang makin
bersih dan makin akuntabel. Penataan ini
ditujukan perbaikan tiga Indeks Korupsi,
yaitu Indeks Pengendalian Korupsi (Control
Corruption Index, CCI), Indeks Potensi Koru-
psi (International Country Risk Guide, ICRG),
dan Indeks Persepsi Korupsi, Corruption
Perception Index (CPI). Patut dikemukakan
bahwa ketiganya saat ini terus membaik.
• Indeks Pengendalian Korupsi (CCI) terus
menunjukkan perbaikan, yaitu dari– 1,01
pada tahun 2000 menjadi -0,77 pada tahun
2006 untuk skala antara -2,50 – 2,50.
• Untuk indeks Potensi Korupsi (ICRG),
nilai potensi korupsi Indonesia pada tahun
2006 berada pada skala 2,33, membaik
dibandingkan posisi tahun 2000 yaitu 1,92
pada skala 0 – 6, dengan skala 6 adalah nilai
untuk potensi korupsi paling kecil.
• Untuk indeks Persepsi Korupsi (CPI),
nilai persepsi korupsi Indonesia terus mem-
baik, dengan memperoleh nilai 2,30 pada
tahun 2007, dibandingkan dengan nilai
1,70 di tahun 2000 , untuk skala 1 – 10, den-
gan nilai 10 untuk potensi korupsi paling
kecil (Ref : Buku UNDP Report on Corruption
for 2008, UNDP 2008 )
Meningkatkan Kemandirian BangsaKita bertekad untuk terus meningkatkan
kemandirian bangsa. Ini antara lain dibuk-
tikan oleh bangsa Indonesia yang berhasil
berhasil melunasi seluruh hutang IMF,
senilai US$ 7,8 milyar, Oktober 2006. Pada
tahun yang sama, kita pun keluar dari CGI.
Untuk menciptakan kemandirian dan
daya saing yang berkelanjutan (sustainable
competitiveness), pemerintah bersama
DPR telah membuat terobosan besar yaitu
dengan mengalokasikan anggaran pen-
didikan sebesar 20% dari APBN 2009, atau
senilai Rp 207,4 Trilyun.
Sebagai bangsa, kita terus terlibat
aktif dalam memberikan kontribusi pada
pembangunan peradaban global. Patut
diingat, Indonesia adalah negara dengan
perpaduan tiga budaya besar dunia yaitu:
Barat, Timur (Hindu dan Budha) dan Islam.
Indonesia memiliki potensi yang signifi kan
untuk memainkan peran dalam percaturan
budaya dan peradaban.
EpilogDalam kesempatan ini saya mengajak
kepada segenap alumni ITB untuk terus
terlibat aktif dan berpartisipasi aktif
dengan mengedepankan kreatifitas dan
inovasi untuk MEMELIHARA DAN MENIN-
GKATKAN momentum Pembangunan.
Saat ini memang tengah terjadi krisis
global yang pengaruhnya kita rasakan di
Indonesia. Tapi kita harus tetap optimis
dan bersikap rasional dalam menyikapi
krisis dan tantangan pembangunan.
Pegang teguh prinsip: crisis, if handled
correctly, can be the starting point of
change and reform. Tetap bina dan
perkokoh kerjasama lintas alumni
untuk meraih peluang sebaik-baiknya:
strengthen relationships and seize op-
portunities.
‘‘Tapi kita harus tetap optimis dan bersikap rasional dalam menyikapi krisis dan tantangan pembangunan. Pegang teguh prinsip: crisis, if handled correctly, can be the starting point of change and reform.’’
M. Hatta Rajasa, Ketua Umum PP IA-ITB
L A P O R A N U TA M A
22 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Secara sederhana dapat dika-takan bahwa korupsi terjadi sebagai pertemuan antara niat dan kesempatan. Niat terkait
dengan perilaku dan perilaku tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai. Sementara kesempatan untuk melaku-kan korupsi banyak dibuka oleh kelemahan sistem.
Berdasarkan pengertian itulah maka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK) didefi nisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mence-gah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan-penyidikan-penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat.
Ketika upaya pemberantasan ko-rupsi dilakukan, banyak tudingan oleh sebagian kalangan seolah-olah pem-berantasan korupsi telah menghambat roda ekonomi. Seolah-olah melambat-nya perputaran roda ekonomi sektor riil dialamatkan pada upaya pemberan-tasan korupsi, terutama yang dilakukan oleh KPK. Timbul pertanyaan: apakah benar dana APBN/D tertahan karena orang takut bermasalah dengan KPK, atau apakah ada yang diuntungkan dari kelambatan ini? Kalau APBN/D di-jalankan dengan transparansi, partisi-pasi dan akuntabilitas, tidak ada alasan untuk timbulnya rasa ‘ketakutan’ itu.
Memang, di masa lalu ada pandan-gan di sebagian para ahli yang ber-pendapat bahwa korupsi berdampak positif bagi pembangunan karena terjadi terjadi pengumpulan rente ekonomi sebagai modal pembangu-nan dan pertumbuhan ekonomi.
Tapi apa fakta yang terbukti sekarang? Negara-negara korup harus membayar hutang yang lebih besar. Negara-negara yang tingkat korup-sinya tinggi harus membayar harga infrastruktur yang lebih tinggi . Tingkat korupsi yang tinggi ternyata me-nyebabkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, menurunkan investasi
dan karenanya menurunkan pertum-buhan ekonomi.
Sebaliknya negara-negara yang di-anggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara-negara yang dianggap lebih rentan terhadap kegiatan korupsi. Persepsi korupsi ternyata memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap arus investasi.
Sebuah penelitian yang dilaku-kan oleh Ben Olken/Abhijit Banerjee (Harvard Univ, MIT, & J- Poverty Action Lab) mengenai ongkos sosial yang dibayar karena maraknya praktek korupsi menyimpulkan fakta menarik. Pertama, pada praktik suap, besaran uang suap yang berpindah hanya merupakan ’money transfered’ dan ’bu-kan social cost’ itu sendiri. Uang suap itu tetap dapat beredar dan memutar roda ekonomi. Kedua, ini yang perlu diperhatikan, tindakan koruptif itulah yang membawa akibat sosial sekalipun tanpa adanya uang suap/gratifi kasi.
Ongkos sosial yang harus dibayar di antaranya adalah: kegagalan fungsi aturan, terjadinya mis-alokasi (ang-garan), rendahnya kualitas barang dan jasa yang dihasilkan karena praktek korupsi, kelambatan mobilisasi sumber daya, dan lain sebagainya; yang pada akhirnya akan menghambat pencapai-an cita-cita bangsa.
TINDAK PIDANA KORUPSIANTARA NIAT DAN KESEMPATAN
Tak diragukan lagi,
pemberantasan tindak pidana
korupsi merupakan hal yang
penting untuk memperkuat
sub-indeks daya saing bangsa,
khususnya di sisi kelembagaan.
Berikut penyampaian makalah
Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Antasari Azhar.
Negara-negara
yang dianggap memiliki
tingkat korupsi yang relatif
rendah selalu menarik
investasi lebih banyak dari
pada negara-negara yang
dianggap lebih rentan
terhadap korupsi ...
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 23
Kamis, 19 Pebruari 2009,
18 orang terlibat diskusi
serius di salah satu ruang-
an hotel bintang lima di
pusat kota Jakarta. Meski
ruangan cukup dingin,
namun para peserta diskusi tetap
semangat melontarkan gagasan. Acara
yang difasilitasi oleh PP Ikatan Alumni
(IA) ITB itu menghadirkan sejumlah ci-
tivitas akademika ITB seperti guru besar,
dosen, KM ITB dan alumni ITB. Diskusi
yang berlangsung selama tiga jam itu
bertemakan meningkatkan daya saing
bangsa Indonesia.
Acara berformat roundtable itu
merupakan kelanjutan dari diskusi
sebelumnya yang difasilitasi oleh PP
IA ITB guna menyambut Dies Natalis
ITB ke 50. Diskusi pertama berlang-
sung pada tanggal 4 Desember 2008
di Jakarta. Kemudian disusul dengan
acara seminar pada 18 Desember 2008
bertempat di Graha Telkom, Jakarta.
Amir Sambodo, Ketua Bidang Bisnis
dan Techoprenuer IA ITB saat ditemui
disela-sela roundtable mengatakan,
diskusi tersebut bertujuan untuk me-
nyempurnakan draft tentang visi pem-
bangunan Indonesia 2020. Rencananya
konsep itu akan disampaikan dalam
acara Dies Natalis ITB pada tanggal 7
Maret 2009. “Bentuk sumbangsih IA ITB
terhadap bangsa,” ujar Amir.
Dipilihnya tema diskusi roundtable
II seperti tertulis dalam TOR, karena
menurut World Economic Forum (WEF)
tingkat daya saing Indonesia pada tahun
2008 berada di peringkat ke 55. Posisi itu
menurun satu tingkat jika dibandingkan
tahun 2007 yang menduduki peringkat
ke-54 dari 132 negara yang disurvei.
World Economic Forum mengelom-
pokkan tingkat daya saing suatu negara
dalam tiga kategori yaitu innovation
driven, effi ciency driven dan key driven.
Indonesia ditempatkan pada “kasta”
terendah yaitu key driven dimana
masih dalam taraf awal tingkat keung-
gulan kompetitif. Strata ini didukung
oleh faktor-faktor dasar seperti institusi,
infrastruktur, stabilitas makro ekonomi,
kesehatan dan pendidikan dasar yang
masih rendah.
Untuk dapat memperbaiki peringkat
kompetitif di dunia, Indonesia harus
memperbaiki daya saingnya teru-
tama di sektor infrastruktur, kesiapan
teknologi (technology readiness), ke-
canggihan bisnis (business sophistica-
tion) dan kapasitas inovasi (innovation
capacity).
Amir menambahkan, peningkatan
daya saing bangsa merupakan salah
satu tujuan yang akan dicapai dari visi
pembangunan Indonesia 2020 yang
berbasis pada budaya kreatif, sains dan
teknologi. “IA ITB dan civitas akademika
ITB harus terlibat aktif didalamnya.”
Selain meningkatkan daya saing
bangsa, visi Indonesia 2020 memi-
liki tiga tujuan lain yaitu pemerataan
hasil pembangunan, pengembangan
potensi lokal dan penguatan budaya
kreatif, sains dan teknologi.
ROUNDTABLE DISCUSSION MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA
Guna membuat draft
rancangan tentang Visi
Pembangunan Indonesia
2020, PP IA-ITB menggelar
roundtable yang berlang-
sung pada 4 Desember dan
19 Februari di Jakarta.
L A P O R A N U TA M A
24 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Pemerataan hasil pembangunan
dengan memprioritaskan pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal Nasional
(SPM) meliputi tiga sub sektor yaitu
percepatan pembangunan daerah
tertinggal dan perbatasan melalui
peningkatan kapasitas lokal, SPM yang
mendukung modal dasar penguatan
kompetensi bangsa dan mempriori-
taskan pembangunan nasional (fokus)
dan keunggulan lokal (locus).
Sedangkan pengembangan potensi
lokal dan regional harus berlandaskan
pembangunan yang berkelanjutan.
Beragamnya potensi lokal yang terse-
bar di seluruh Nusantara mesti dikelola
dengan optimal. Untuk itu dibutuhkan
pemetaan yang dapat mengidentifi kasi
kelebihan suatu daerah dengan daerah
lainnya.
Sementara budaya kreatif, sains
dan teknologi harus ditunjang de-
ngan riset. Untuk itu Amir berharap
agar riset-riset yang diproduksi oleh
ITB dapat disesuaikan dengan kondisi
pasar. Dengan begitu, sumbangsih ITB
dapat lebih nyata dalam mendorong
kemajuan bangsa. “Manfaatkan semua
sarana untuk mempromosikan hasil
riset,” ucap Amir yang juga menjabat
sebagai Presiden Direktur PT Tuban
Petrochemical Industries ini.
Bagi Amir, riset tidaklah harus
melakukan invention yang baru. Tetapi
dapat juga memanfaatkan sesuatu
yang telah ada di pasar. ‘Harus cermat
melihat peluang di pasar,” ucapnya.
Melalui hasil riset yang bermutu maka
industri akan tertarik untuk bermitra
dengan kampus.
Sejauh ini, ITB telah memiliki inkuba-
tor bisnis sedangkan IA mempunyai
modal ventura dan technoprenuer fo-
rum yang dapat dimanfaatkan sebagai
sarana promosi hasil riset ITB.
Sementara itu, Fauziah, ekonom
IA ITB, dalam kesempatan yang sama
mengungkapkan visi Indonesia 2020
diperlukan sebagai acuan dalam
proses pembangunan. “Agar lebih
sistematis dan jelas standar penguku-
rannya,” ucapnya. Untuk itu, pelaksan-
aannya perlu dilakukan secara berta-
hap sesuai dengan kemampuan.
Tahap pertama yang mesti di-
lakukan adalah pemetaan daerah.
Hal itu bertujuan untuk mengetahui
keunggulan daerah yang tentunya
berbeda dengan yang daerah lain-
nya. “Bisa ditempuh dalam 1-2 tahun
mendatang,” ucapnya. Dengan begitu,
pengembangan sains dan teknologi
dapat disesuaikan dengan potensi
lokal setempat. “Akan menghasilkan
nilai ekonomis bagi bangsa,” ucapnya.
Fauziah menambahkan, pasca
pemetaan maka dibutuhkan pengga-
langan dana untuk riset dan develop-
ment. Untuk itu peran serta pemerin-
tah dan swasta sangat dibutuhkan.
... riset tidaklah
harus melakukan
invention yang baru.
Tetapi dapat juga
memanfaatkan sesuatu
yang telah ada
di pasar.
ROUNTABLE II: Suasana roundtable kedua yang berlangsung pada 19 Februari 2009
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 25
VISI :
Indonesia Sejahtera melalui pembangunan yang merata seba-gai hasil dari peningkatan produktivitas berbasis budaya kreatif, sains, dan teknologi dengan memanfaatkan potensi lokal.
TUJUAN:
A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintahB. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal NasionalC. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan nasional yang berkelanjutan D. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk men-dukung kemandirian bangsa.
STRATEGI
A. Meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan dan dukungan pemerintah:
a. Pendidikan berbasis kebutuhan jangka menengah dan panjang
b. Pemetaan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan perkem-bangan budaya kreatif, sains dan teknologi bangsa: Dilakukan dengan menguatkan dengan pemahaman ilmu dasar sejak pen-didikan dasar dan membuat kurikulum nasional yang harmoni dengan arah pembangunan sains dan teknologi Indonesia.
B. Regulasi yang meningkatkan iklim investasi yang kondusif. Dilakukan dengan mengubah paradigma ‘kedaerahan’ menjadi ‘keekonomian’ dan memerangi ekonomi biaya tinggi
C. Pemerataan pembangunan dengan prioritas pemenuhan standar pelayanan minimum nasional:
a. Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan melalui peningkatan kapasitas lokal. Pemetaan potensi dan kebu-tuhan daerah tertinggal/perbatasan Belanja daerah diarahkan untuk prioritas pembangunan
b. SPM mendukung modal dasar penguatan kompetensi bangsa: SPM yang memenuhi kebutuhan dasar dan realistis. Dan Pe-menuhan SPM pada tiga sektor pokok: pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar.
c. Prioritas pembangunan nasional (fokus) dan keunggulan lokal (lokus). Penetapan prioritas pembangunan nasional jangka menengah dan panjang yang konsisten Sinergi prioritas nasional dengan keunikan dan keberagaman lokal
D. Mengembangkan potensi lokal dan regional dengan konsep pembangunan berkelanjutan melalui: Pembangunan berbasis potensi lokal, Kerja sama antardaerah yang saling mengun-tungkan, dan Konsep pembangunan yang berkelanjutan secara nasional.E. Penguatan budaya kreatif, sains, dan teknologi untuk men-dukung kemandirian bangsa• Mengembangkan teknologi hijau (green technology ) sesuai dengan prioritas pembangunan berkelanjutan • Kerja sama pemerintah nasional dan daerah dengan universitas.• Pengembangan universitas unggulan melalui pengembangan riset
kreatif, sains, dan teknologi, technology park.
KONSEP PEMBANGUNAN INDONESIA 2020
• Supply dan kebutuhan tidak sesuai
• Arah pendidikan sebagai pem-bentuk dasar kompetensi bangsa tidak jelas
• Potensi lokal belum diberdaya-kan
• Ketidaksesuaian yang minimum antara supply dan demand tenaga kerja.• Pilihan jenis dan jenjang pen-didikan yang disesuaikan dengan target pembangunan daya saing bangsa.• Arahan kompetensi peserta didik untuk menguasai pemanfaatan potensi lokal
2009 2020
• Ristek terpisah dari Pendidikan
• Kurikulum IPA dikdasmen berori-entasi teori dan hapalan• Kurang kerjasama antara PT dengan lembaga riset nasional (LIPI, BPPT, Batan, dsb)
• Pengembangan Sains dan Teknologi menjadi bagian terinte-grasi dengan Pendidikan• Kurikulum IPA yang menarik dan berfokus pada pemahaman • Kerjasama yang erat antara PT dan lembaga riset nasional.
2009 2020
• Masih banyak regulasi yang bersifat red-tape dan menimbulkan HCE• Masih ada bagian dalam perizinan usaha yang kewenan-gan antara pusat dan daerah belum jelas• Masih banyak daerah yang kapasitasnya kurang untuk men-dorong iklim investasi
• Regulasi menjadi sederhana, efektif, dan tidak membebani iklim usaha• Kejelasan kewenangan pusat dan daerah dalam perizinan
• Daerah memiliki kemampuan kompetitif untuk menciptakan iklim usaha yang sehat
2009 2020
• Defi nisi daerah tertinggal masih tidak tegas
• Fokus terhadap daerah terting-gal masih pada masalahnya, bukan potensinya• Pembangunan DT/P tidak signifi kan dan terencana dengan baik sehingga tidak banyak perbaikan yang berarti
• Pendefi sinian dan pemetaan kebutuhan dan potensi daerah tertinggal• Fokus pada pengembangan potensi untuk menyelesaikan per-masalahannya• Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan DT/P secara terukur dan berbasis potensi lokal.
2009 2020
• Belum ada SPM yang realistis
• Semua K/L membuat SPM tanpa melihat kemampuan untuk mencapainya
• Kemampuan daerah mencapai SPM sangat variatif
• SPM yang realistis dan sesuai dengan kemampuan nasional• SPM berfokus pada sektor yang merupakan modal dasar kom-petensi: pendidikan, kesehatan, infrastruktur.• Kemampuan daerah untuk men-capai SPM dasar cukup merata
2009 2020
• Prioritas pembangunan nasional jangka panjang dan menengah belum diterjemahkan ke dalam prioritas pembangunan tahunan• Waktu perencanaan yang san-gat singkat menyebabkan evaluasi tidak efektif• Kurang harmonisasi dan sinergi antara prioritas nasional dan prioritas daerah
• Konsistensi prioritas pembangu-nan jangka panjang, menengah, dan pendek.
• Menerapkan Multi-Terms Expendi-ture Framework (MTEF)
• Harmonisasi prioritas nasional dan potensi daerah yang beragam
2009 2020
L A P O R A N U TA M A
26 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Pilar 1: Kelembagaan
Dalam suatu talkshow TV mengenai
besarnya minat orang Indonesia terhadap
properti di Australia dan Singapura, terselip
satu pertanyaan penting: mengapa?
Jawaban yang dikemukakan narasumber,
seorang pengamat property Indonesia,
adalah: kepastian hukum. Pembeli percaya
bahwa, meski mereka warga asing, hak
milik mereka akan dilindungi. Pembeli
juga percaya bahwa investasi mereka akan
terjaga, dan karena itu mereka tak segan
untuk mengeluarkan uang lagi untuk
merawat dan menjaga hak milik mereka
karena mereka pun yakin bahwa pasar
skunder bisa memberi nilai tambah terh-
adap investasi yang mereka tanam. Mereka
pun percaya bahwa pihak otoritas akan
melindungi dan mendukung mereka da-
lam bertransaksi, dalam proses pembelian
awal maupun transaksi di pasar skunder
berikutnya.
Cerita lain, dalam suatu publikasi
majalah pertanian terkemuka di Indonesia,
seorang penyilang tanaman langka lebih
suka mematenkan hasil karyanya di Amer-
ika Serikat dan bukan di Indonesia. Alasan-
nya? Proses di negeri Paman Sam tersebut
lebih mudah dan cepat. Selain itu, dia
pun merasa hasil kerja kerasnya selama
bertahun-tahun lebih dilindungi.’’Di sini,
penemunya sering gigit jari sementara
yang lain bisa menikmati keuntungan
ekonomi yang lebih. Kita, yang bekerja
keras sejak awal, jadi keki,’’ katanya.
Benar merah dari keduanya adalah
faktor kelembagaan, yang menjadi pilar
pertama yang menentukan daya saing
bangsa.
Kelembagaan merupakan suatu jar-
ingan kompleks yang melibatkan inter-
aksi antara birokasi, perangkat hukum/
regulasi, kebijakan, pihak swasta maupun
masyarakat umum yang menciptakan
hubungan timbal balik. Pada satu segi
kelembagaan – seperti kepastian hukum,
transparasi, keberpihakan pada pasar,
efektivitas birokrasi, dan lain-lain -- bisa
mendorong pendistribusian manfaat
maupun keuntungan. Tapi pada sisi lain,
kelembagaan juga bisa menyebabkan
biaya yang diakibatkan oleh pilihan strategi
pembangunan dan kebijakan serta kinerja
Kelembagaan
merupakan jaringan
kompleks yang melibatkan
interaksi antara birokasi,
perangkat hukum/regulasi,
kebijakan, pihak swasta
maupun masyarakat
umum
L A P O R A N U TA M A
12 Pilar Daya Saing versi World Economic Forum
DARI INSTITUSI HINGGA INOVASI
Negara itu boleh terhempas ke dalam
krisis keuangan yang parah. Tapi Amerika
Serikat, negara yang menjadi biang keladi
krisis global saat ini, tetapi menduduki
ranking 1 dunia untuk indeks daya saing
bangsa. Ada beberapa satu alasan penting
mengapa Amerika tetap menduduki posisi
teratas dalam laporan yang dikeluarkan
WEF tersebut. Pasar fi nansial hanyalah
satu dari sekian puluhan komponen yang
dipilah ke dalam 12 pilar utama. Stabilitas
makro negara itu boleh menduduki posisi
yang jeblok, bebeberapa malah ada pada posisi 100-an dari 134 negara
yang disurvei. Tapi banyak komponen lainnya, seperti ukuran pasar,
ketersediaan teknologi, infrastruktur yang baik, sumberdaya yang ahli
dan terlatih, dan terutama sekali inovasi di bidang teknologi baru; tetap
membuat negeri ini layak memperoleh sebutan sebagai negara adidaya.
Secara score total Amerika tetap menduduki rangking pertama untuk
indeks daya saing bangsa, yang berarti tidak berbeda dengan laporan
lembaga yang sama, yang dirilis pada tahun sebelumnya.
Berikut 12 Pilar yang menentukan Daya Saing Bangsa sebagaimana
diringkas dari laporan World Economic Forum tahun 2009:
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 27
aparat birokrasi. Birokrasi yang eksesif,
over-regulasi, korupsi, kurangnya trans-
paransi dan ketergantungan yang terlalu
kental pada proses politik akan berpengar-
uh pada biaya ekonomi dan melambatnya
pertumbuhan.
Kelembagaan tak hanya penting untuk
investasi, tapi juga penting untuk mendor-
ong tumbuhnya pasar yang lebih dinamis.
Di masa lalu, kelembagaan biasanya
hanya difokuskan pada lembaga hukum
dan pemerintahan. Tapi sekarang, dan
dibuktikan dalam krisis dan skandal keuan-
gan dalam beberapa tahun terakhir, fokus
kelembagaan juga diarahkan pada organ-
isasi swasta. Artinya, tuntutan transparasi
dan akutanbilitas juga tak hanya dituntut
dari pihak pemerintah, tapi juga dari sektor
swasta.
Pilar Kedua: Infrastruktur
Dalam suatu arahan di depan para pe-
jabat kabupaten dan kota, seorang pejabat
di Dirjen Depdagri memberikan pertan-
yaan berikut: ‘’Bapak-bapak, mengapa
jeruk Medan lebih mahal dari jeruk Cina
ketika tiba di supermarket di Jakarta?’’ Ia
menjawab sendiri pertanyaan itu. Katanya:
‘’Jeruk Cina langsung tiba di Jakarta melalui
bandara. Kutipannya cuma satu. Semen-
tara jeruk medan harus melewati banyak
kabupaten yang memperlakukan kutipan
dan ….. jalanan buruk yang panjang.’’
Selain kelembagaan (yang menyebab-
Basic requirements• Institutions• Infrastructure• Macroeconomic stability• Health and primary education
• Higher education and training
• Financial market sophistication • Technological readiness• Market size
Innovation and sophistication factors• Business sophistication• Innovation
Key for
factor-driveneconomies
Key for
economies
Key for
innovation-driveneconomies
Pada masa klasik, mungkin tanah dan
kekayaan alam tolok ukuran kemak-
muran bangsa. Pada zaman neoklasik
Adam Smith, para ahli lebih memberikan
penekanan terjadap spesialisasi tenaga
kerja dan investasi di bidang insfrastruk-
tur fi sik. Kini, para ahli sepakat bahwa
sumber kemakmuran semakin kompleks:
pendidikan, ketersediaan teknologi (baik
ditemukan sendiri atau diperoleh dari
negara lain), transparansi dan kelem-
bagaan yang berfungsi dengan baik,
inovasi, dan sebagainya. Semuanya se-
cara matrik akan membentuk suatu relasi
yang kompleks yang disebut sebagai
‘’daya saing bangsa’’.
Tampaknya bukan hal kebetulan kalau
Micheal Porter, ekonom Harvard pence-
tus The Competitive Advantage of Nations,
terlibat dalam laporan World Economic
Forum (WEF) ini. Sejak tahun 2000 Porter
bergabung dengan WEF, dan mem-
perkenalkan Business Competitiveness
Index (BCI) yang fokus kepada kemak-
muran yang didorong oleh daya saing
lingkungan mikroekonomi. Pengaruh
Porter jelas terlihat dalam penyempur-
naan pilar-pilar yang menentukan indeks
daya saing bangsa ini.
Secara teoritis, daya saing bangsa ini
ditentukan 12 pilar utama. Keduabelas
pilar ini terbagi dalam tiga kunci utama
(lihat bagan), yaitu:
Pertama, Kunci Faktor Pendorong
Ekonomi yang menjadi dasar bagi bagi
tumbuhnya daya saing bangsa. Dilihat
secara keseluruhan, ini merupakan
tahapan dan tataran yang paling rendah.
Kedua, Kunci Pendorong Efi siensi
Ekonomi. Ini merupakan tahap lanjut
yang mendorong daya saing bangsa.
Ketiga, Kunci Pendorong Inovasi
Ekonomi. Ini merupakan tataran tertinggi
yang menjadi tolok ukur daya saing
bangsa.
Laporan World Economic Forum ini
menempatkan Indonesia pada kelompok
negara-negara yang masih dalam kelom-
pok key driven yaitu taraf awal tingkat
keunggulan kompetitif yang dukungan
oleh faktor-faktor dasar.
Tingkat daya saing Indonesia pada
tahun 2008, menurut laporan tahunan
itu, berada di peringkat ke 55. Posisi ini
menurun jika dibandingkan tahun 2007,
Indonesia menduduki peringkat ke-54
dari 132 negara yang disurvei.
Posisi ini memperlihaktkan bahwa
Indonesia masih berada di posisi yang
kurang kompetitif dibandingkan negara-
negara Asean seperti Singapura, Malaysia
dan Thailand.
Ketika Adam Smith Tak Memadai Lagi
Infrastruktur
yang baik mengurangi
efek yang ditimbulkan oleh
jarak antar daerah, sehingga
membuat suatu titik bisa
terintegrasi sepenuhnya
dengan pasar nasional,
sebelum lalu terintegrasi
dengan pasar antar negara
dan regional.
L A P O R A N U TA M A
28 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
kan ekonomi biaya tinggi), masalah
infrastruktur menjadi faktor krusial yang
menentukan daya saing bangsa. Menurut
WEF, infrastruktur yang efi sien dan eksten-
sif merupakan faktor yang esensial untuk
mendorong daya saing.
Infrastruktur yang baik akan mengu-
rangi efek yang ditimbulkan oleh jarak
antar daerah, sehingga membuat suatu
titik bisa terintegrasi sepenuhnya dengan
pasar nasional, sebelum lalu terintegrasi
dengan pasar antara negara dan regional.
Kasus ‘’jeruk medan di atas’’, seperti meng-
gambarkan keberhasilan integrasi pasar
jeruk Cina dengan pasar regional, dan
kegagalan integrasi jeruk medan dengan –
ironisnya – pasar nasional.
Infrastruktur yang baik dan eksten-
sif penting untuk pergerakan manusia,
barang-barang perdagangan dan layanan.
Pengusaha bisa mengirim barang ke
pasar dengan aman dan tepat waktu. Para
pekerja bisa bergerak mudah dari satu
wilayah ke wilayah lainnya.
Selain jalan raya, bandara, atau pelabu-
han, infrastruktur juga mencakup jaringan
listrik dan telekomunikasi.
Pilar Ketiga: Stabilitas Makroekonomi
Stabilitas makroekonomi merupakan
hal yang penting bagi bisnis. Benar, dalam
beberapa kasus sering kali stabilitas makro
itu sendiri tidak bisa menjadi pendorong
produktivitas bangsa. Ketika krisis fi nansial
global melanda banyak negara, termasuk
Indonesia, kenaikan suku bunga yang
bertujuan untuk mempertahakan kondisi
makro ternyata berakibat pada perlam-
batan malah lumpuhnya pertumbuhan
sektor riil. Tapi yang pasti, ketidakstabilan
ekonomi makro pasti berakibat buruk pada
pertumbuhan ekonomi. Ketika infl asi ber-
jalan di luar kontrol, ketika pemerintahan
tidak bisa melayani masyarakat maupun
sektor swasta karena tingginya beban
bunga yang harus dibayar karena hutang
masa lalu, maka iklim usaha pun tak akan
kondusif. Stabilitas ekonomi tak selalu
mendorong produktivitas – itu benar.
Tapi tanpa stabilitas makro, ekonomi pun
tak akan mungkin bisa didorong untuk
tumbuh.
Pilar Keempat: Kesehatan dan Pendidikan
Dasar
Dalam banyak kesempatan dan pub-
likasi, banyak praktisi bisnis, pengambil
kebijakan dan pakar yang berteriak menge-
nai pentingnya mencegah dari pada
mengobati. Kesehatan buruk bisa memicu
ekonomi biaya tinggi – dan itu tentu saja
buruk bagi bisnis. Pekerja yang sakit cend-
erung absen dan tidak, bekerja dengan
kapasitas yang rendah, kurang produktif,
dan tidak bisa menggali potensinya secara
maksimal. Investasi di bidang kesehatan
tak cuma penting bagi daya saing, tapi
secara moral itu ‘’harus’’. Bersama dengan
kesehatan adalah pendidikan dasar. Karena
perkembangan teknologi, pilar ini makin
menjadi penting bagi daya saing.
Pilar Kelima: Pendidikan Tinggi dan Training
Kekayaan tak lagi bersandar pada tanah,
tenaga kerja atau pun modal. Banyak dis-
kusi di Indonesia kini berbicara mengenai
‘’kutukan’’ negara dengan sumber alam
melimpah tapi salah kelola.
Sudah jauh-jauh hari para jawara masa
depan mengingatkan soal ini. Pada 1991,
dalam sebuah artikel di New Perspectives
Quarterly yang berjudul Economic Time
Zones: Fast versus Slow, suami istri Alvin
dan Heidi Toffl er mengingatkan mengenai
‘’fast versus slow’’ zone. Ketika itu mereka
meramalkan bahwa negara yang berbasis
pada pengetahuan akan menjadi bagian
dari wilayah yang pertumbuhannya cepat;
sebaliknya negara yang menyandarkan
diri pada pembangunan yang berbasis
tenaga kerja murah, bahan mentah, dan
mesin produksi konvensional akan menjadi
wilayah yang pertumbuhannya lambat.
Pengetahuan dan informasi, den-
gan teknologi telekomonikasi sebagai
makcomblang, lebih banyak menentukan
kemakmuran, dan dengan demikian, daya
saing bangsa. Lingkungan semacam ini
menuntut sumberdaya manusia yang
lebih, yaitu sumberdaya yang berpendidi-
kan tinggi dan ahli yang bisa dengan cepat
beradaptasi dan mengadopsi lingkungan
global yang berubah dengan cepat. Sum-
berdaya yang dihasilkan oleh pendidikan
tinggi yang berkualitas dan training mau-
pun pendidikan lanjutan yang diadakan
oleh masyarakat bisnis, professional dan
perusahaan menjadi kunci bagi pilar ini.
Pilar Keenam: Efi siensi Pasar
Negara dengan pasar yang lebih efi sien
akan memproduksi rangkaian produk
dan layanan yang lebih ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, dan diper-
dagangkan dalam kondisi ekonomi yang
paling efektif. Kompetisi pasar yang sehat,
baik dalam negeri maupun luar negeri,
menjadi pilar penting yang mendorong
efi siensi, dan akhirnya juga produktivitas.
Distorsi ekonomi, pungutan maupun pajak
yang tidak perlu akan membuat lingkun-
gan pasar menjadi tidak efi sien.
Selain itu, tuntutan dan orientasi
konsumen pun bisa menjadi factor yang
Stabilitas ekonomi
tak selalu mendorong
produktivitas – itu benar.
Tapi tanpa stabilitas makro,
ekonomi pun tak akan
mungkin bisa didorong
untuk tumbuh.
Kesehatan buruk
bisa memicu ekonomi
biaya tinggi – tentu saja itu
buruk bagi bisnis. Bersama
dengan kesehatan adalah
pendidikan dasar.
L A P O R A N U TA M A
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 29
L A P O R A N U TA M A
menguntungkan bagi kompetisi, dan men-
jadi perusahaan menjadi lebih berorientasi
pada layanan, dan mendorong mereka
untuk lebih inovatif.
Pilar Ketujuh: Pasar Tenaga Kerja
yang Efi sien
Efi siensi dan fl eksibilitas pasar tenaga
kerja menjadi factor penting sehingga
pekerja bisa diberdayakan pada kondisi
ekonomi yang paling efi sien, dengan ja-
minan insentif yang baik sehingga mereka
bisa bekerja secara maksimal. Pasar tenaga
kerja harus fl eksibel, bisa bergerak dari satu
aktivitas ekonomi ke aktivitas lainnya secara
cepat dengan biaya yang lebih rendah.
Pasar tenaga kerja yang efi sien harus
menjamin hubungan yang jelas antara
insentif pekerja dan usaha mereka, serta
memiliki kemampuan untuk menyerap
bakat terbaik yang ada., tidak membeda-
kan laki-laki maupun perempuan.
Pilar Kedelapan: Pasar Finansial yang Baik
Krisis fi nancial global saat ini telah
memberikan pelajaran berharga kepada
kita pentingnya aspek pasar fi nancial dalam
fungsi ekonomi nasional. Sektor fi nancial
yang efi sien penting untuk mengalokasikan
dana masyarakat maupun sumber-sumber
dana asing yang masuk ke sector investasi
yang paling produktif. Kanal saluran terse-
but berupa proyek-proyek investasi atau
usaha yang bisa memberikan keuntungan
yang tinggi, dan bukan koneksi politik.
Sektor fi nansial yang efi sien juga pen-
ting untuk menjamin bahwa inovasi dan
gagasan yang baik akan mendapatkan
akses, dan dengan demikian bisa menjadi
produk atau layanan yang secara ekonomis
menguntungkan.
Pilar Kesembilan: Ketersiapan Teknologi
Dalam lingkungan global saat ini,
teknologi menjadi factor penting bagi
perusahaan untuk berkompetisi. Lebih
khusus lagi adalah ICT, yang kini men-
jadi factor penting bagi semua proses
dalam ekonomi kita saat ini. Alhasil, akses
terhadap ICT, kerangka regulasinya, dan
pemanfaatannya menjadi komponen
penting dalam pilar ini.
Pertanyaan apakah teknologi ini
berkembang di negara tertentu atau
negara lainnya tidaklah relevan dalam pe-
nilaian pilar ini. Poin utama adalah: apakah
perusahaan-perusahaan yang beroperasi
di negara tersebut memiliki akses dan
memiliki kemampuan untuk memanfaat-
kannya. Alhasil, tidaklah penting apakah
suatu produk – katakanlah komputer atau
internet – ditemukan di suatu negara
tertentu. Yang penting adalah: apakah
masyarakat bisnis yang ada di negara
tersebut memiliki akses atau tidak. Karena
dalam pilar ini dibedakan untuk keterse-
diaan teknologi dan kemampuan suatu
negara melakukan inovasi.
Pilar Kesepuluh: Ukuran Pasar
Besarnya ukuran pasar jelas memiliki
pengaruh terhadap produktivitas karena
pasar yang besar membuka peluang bagi
perusahaan untuk memperbesar skala
efektivitas ekonomi mereka.
Secara tradisional, cakupan pasar
biasanya dipagari oleh batas-batas negara.
Tapi di era global saat ini, batas negara
menjadi tidak relevan. Pasar internasional
telah menjadi substitute dari pasar domes-
tik – ini terutama berlaku untuk negara-
negara yang kecil pasar domestiknya. Jadi,
ekspor harus dipertimbangkan sebagai
substitute pasar domestik ketika menilai
ukuran pasar. Dengan menyertakan pasar
domestik dan ekspor, tim WEF memberi-
kan nilai lebih untuk kebijakan ekonomi
yang mendorong ekspor dan wilayah
geografi s yang besar seperti Uni Eropa
yang, sekalipun terpecah-pecah dalam
puluhan negara, tapi secara garis besar
tergabung dalam pasar yang sama.
Pilar Kesebelas: Bisnis yang Canggih
Bisnis yang canggih adalah lingkungan
bisnis kondisif yang mendorong produksi
dan layanan berjalan lebih efi sien. Ling-
kungan ini pada akhirnya akan mendorong
kea rah produktivitas, yang sudah pasti
pada akhirnya akan meningkatkan daya
saing bangsa. Faktor yang dilihat dalam
pilar ini adalah jejaring bisnis negara dan
pendukungnya secara keseluruhan mau-
pun kualitas dan strategis masing-masing
perusahaan dalam jejaring itu.
Salah satu faktor yang dinilai adalah jum-
lah dan kualitas supplier lokal dan luasnya
interaksi antar jejaring bisnis yang tumbuh di
kawasan itu. Ketika sebuah perusahaan dan
supplier-nya tumbuh dan berkembang da-
lam kedekatan seperti laiknya cluster, maka
bisnis akan berjalan lebih efi sien, kesempa-
tan untuk melakukan inovasi menjadi lebih
besar, dan halangan bagi tumbuhnya usaha
baru menjadi lebih kecil.
Pilar Keduabelas: Inovasi
Pilar terakhir yang menjadi tolok ukur
daya saing bangsa adalah inovasi. Adalah
benar bahwa perbaikan lembaga, pemban-
gunan infrastruktur, kestabilan ekonomi,
dan perbaikan kualitas sumberdaya ma-
nusia akan memberikan imbal balik yang
positif bagi daya saing bangsa. Hal yang
sama juga berlaku untuk pasar tenaga kerja
yang efi sien, system keuangan yang baik
dan pasar yang bagus. Tapi dalam jangka
panjang, peningkatan standar hidup hanya
bisa dicapai melalui inovasi teknologi.
Inovasi hanya bisa lahir dalam ling-
kungan yang kondusif untuk melakukan
inovasi, yang didukung baik oleh sektor
swasta maupun publik. Secara lebih kasat
mata, lingkungan yang kondusif ini antara
lain ditandai oleh hadirnya lembaga riset
dan pengembangan yang berkualitas, dan
kolaborasi yang ekstensif lembaga riset
universitas, lembaga publik dan industri.
Selain itu, negara memberikan perlindun-
gan yang baik dan memadai terhadap hak
cipta yang lahir dari riset tersebut.
negara yang berbasis pada
pengetahuan akan menjadi
bagian dari wilayah yang
pertumbuhannya cepat;
sebaliknya negara yang
menyandarkan diri pada
pembangunan yang berbasis
tenaga kerja murah, bahan
mentah, dan mesin produksi
konvensional akan menjadi
wilayah yang pertumbu-
hannya lambat.
30 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Pesta pencontrengan itu akh-
irnya selesai sudah -- dengan
sejumlah catatan. Banyaknya
pelanggaran, kualitas pemilu
yang masih belum berubah
dibanding yang lalu, masalah
Daftar Pemilih Tetap (DPT), keterlamabatan
pengiriman logistik, dan sebagainya .... Daf-
tar panjang yang kemudian mendorong
sejumlah pihak, pengamat maupun parpol,
berpendapat pemilu kali ini sebagai pelak-
sanaan pemilu terburuk sejak era reformasi
digulirkan.
Tapi apa pun kondisinya, satu tahapan
telah terlampaui. Bagi para caleg, kinilah
saat ‘‘deg-degan’’ menunggu penghi-
tungan suara. Ini tentu berbeda dengan
bulan-bulan dan minggu-minggu sebe-
lumnya. Ketika mereka asyik menyelusup
ke daerah-daerah terpencil, desa-desa,
kampung-kampung, gang-gang menyapa
konstituennya. Hari yang melelahkan itu,
minimal secara fi sik, tampaknya sudah
lewat. Tinggallah masa penantian, yang
sebetulnya tak kalah menegangkan.Teru-
tama untuk caleg yang perolehan suaranya
mepet tapi masih punya peluang dan bisa
bersaing untuk lolos ke Senayan.
Lalu bagaimana caleg-caleg ITB? Tam-
paknya sama saja, kecuali tentu saja yang
sudah dipastikan bisa lolos ke Senayan.
Berdasarkan catatan, banyak alumni
yang ikut mencalonkan diri dalam pemi-
lihan legislatif yang lalu. Rinciannya, ada
lebih 60 alumni ITB yang maju sebagai
caleg DPR RI. Jika dijumlah dengan caleg
lokal, DPRD tingkat I dan II, total jendral tak
kurang ada sekitar 300-an yang menjadi
caleg dalam pemilu lalu. Di antara partai
politik, PDIP memiliki jumlah caleg alumni
terbesar, 16 orang.
Sebagian dari para caleg ini merupakan
nama-nama yang sudah menjadi anggota
DPR atau dikenal sebagai politisi senior
sebelumnya. Dari PDIP misalnya ada Sekjen
PDIP Pramono Anung (TA 82)menjadi
caleg PDIP daerah pemilihan Jatim VI dan
Heri Akhmadi (TA 72) untuk Jatim VII. Dari
PAN ada anggota DPR Tjatur Sapto Edi
(TL 89) dan Alimin Abdullah (TM 73) yang
mewakili daerah pemilihan Lampung. Lalu
ada Laksamana Sukardi (SI 75), mantan
Ketua IA ITB, yang sebelumnya aktif
sebagai politisi di PDIP kini menjadi caleg
untuk partai pecahan partai berlambang
banteng itu, yaitu PDP. Ada Samuel Koto
(GD 73), yang dulu dikenal sebagai pento-
lan PAN namun kini menjadi caleg untuk
Hanura. Lalu ada Syahganda Nainggolan
(GD 84) yang menjadi caleg untuk Partai
Golkar daerah pemilihan Jabar V.
Yang menarik, ajang caleg pemilu
kali ini juga diramaikan oleh kemuncu-
lan kembali para aktivis senior, seperti
misalnya Indro Tjahyono (angkatan 73 dan
yang di masa Orba malang melintang di
LSM, tapi kini menjadi caleg Hanura untuk
Jateng); Theodorus Jakob Koekeritz atau
Ondoz (GL 82, caleg PDIP untuk Jatim);
Hetifah (PL 82, caleg Golkar untuk Kaltim).
Di antara para alumni, I Gede Aradea
SETELAH PENCONTRENGAN USAI
‘DEG-DEGAN’ MENGHITUNG SUARA
L A P O R A N K H U S U S
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 31
Daftar Caleg Alumni ITB1. Partai Bintang Reformasi (PBR)
Jumlah caleg alumni: 5 orang
M. Adamsyah Wahab/ TL 88 / Jabar I / no urut 1Koster Rinaldi/ SI 99 /Jabar I /no urut 2Verry Antoni/ SR 87 / Jabar I/ no urut 3Agustin Peranginangin/ SI 94 / Jabar II /no urut 2I Gede Aradea Permadi/ TK 01 / Bali /no urut 1
2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Jumlah caleg alumni: 7 orang
Jhon Heilmy Anwar / TK 82 / Sumbar I / no urut 4Dini Mentari / KI 90 / Jabar III / no urut 3Abdul Munif / GD 88 / Jateng V / no urut 2Romahurmuzy / FT 93 / Jateng VII / no urut 1M Quyum / TI 93 / Jatim IV / no urut 2Eddy Suntjahjo / TK 82 / Jabar IV / no urut 3Nurkhalik / TM 82 / Jateng X / no urut 4 3. Partai Amanat Nasional (PAN)
Jumlah caleg alumni: 5 orang
Tjatur Sapto Edy / TL 89 / Jateng VI / no urut 1Ibnu Mahmud / EL 86 / Jateng IV / no urut 1Budi Youyastri / SI 86 / Jabar X / no urut 7Alimin Abdullah / TM 73 / Lampung II / no urut 1 Siswanda HS / EL 79 / JABAR II / no urut 9
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuang an
(PDIP)
Jumlah caleg alumni: 16 orang
Rivera / FT 90 / Sumut 1 / no urut 6Rio Sahala Siagaian / TA 96 / Jambi / no urut 8
Gde Ngurah P Jaya/ GD 77 / Banten II / no urut 4Wayan Koster / MA 79 / Bali / no urut 1Edi S (Bang Gemboz) / GD 75 / Jabar II / no urut 3Ketut Sustiawan / SI 82 / Jabar I / no urut 2Basar Simanjuntak / SI 83 / Jabar VII / no urut 2Daryatmo / TA 72 / Jateng II / no urut 1Daniel Budi / MS / Jateng I / no urut 2Pramono Anung W/ TA 82 / Jatim VI / no urut 1Anton Leonard / GD 74 / Jateng III / no urut 11 T J Koekeritz ( ONDOZ ) / GL 82 / Jatim VI / no urut 2Heri Akhmadi / TA 72 / Jatim VII / no urut 1Mindo Sianipar / TK 73 / Jatim VIII / no urut 1Dolfi e / FT 88 / Kalbar / no urut 1Emir Moeis / TI 69 / Kaltim / no urut 1
5. Partai Golongan Karya (GOLKAR)
Jumlah caleg alumni: 7 orang
Neil Daulay / AR 88 / Sumut II / no urut 5Rully Chairul Azwar / TI 73 / Bengkulu / no urut 1Syahganda Nainggolan / GD 84 / Jabar V / no urut 5Lutfi / TI 96 / Jabar VIII / no urut 8Gesang / AR 78 / Jatim I / no urut 9Hetifah / PL 82 / Kaltim / no urut 2Gatot Sudaryono / TA / Jabar III / no urut 1
6. Partai Demokrat
Jumlah caleg alumni: 3 orang
Doddy Nawangsari / GL / Jatim II / no urut 2Saruam Sianipar / TK 82 / Jatim VI / no urut 10Milton Pakpahan / 83 / Papua / no urut 2
7. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Jumlah caleg alumni: 2 orang
M Azhar / 93 / NAD II / no urut 4Wahyudin Munawir / GM ‘78/ Jabar IX / no urut 2
8. Hanura
Jumlah caleg alumni: 3 orang
Indro S Cahyono / 73 / Jateng III / no urut 1Samuel Koto / GD 73 / DKI II / no urut 1Ramli Kadir / MS 86 / Sulsel I / no urut 4
9. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP
Jumlah caleg alumni: 7 orang
Laksamana Sukardi / SI 75 / Jatim I / no urut 1Sunggu Aritonang / EL 70 / Sumsel I / no urut 1Ramadana Siregar / PL 89 /Jambi / no urut 2Pamudji / PL 75 / Jabar I / no urut 1Aprilia Sovietina / TK 76 / Jabar II / no urut 2Yasman Hadi / SI 70 / Jabar II / no urut3Noor Cholis / GD 88 / Jateng I / no urut 2
10. Partai Matahari Bangsa (PMB)
Jumlah caleg alumni: 4 orang
M. Danil Daud / AR 84 / DKI II / no urut 2Anne Rufaida / SR 79 / Jabar I / no urut 1Hesthi Raharja / PL 85 / Jabar IX / no urut 2A. Zainal Abidin / EL 77 / Jatim II / no urut 1
11. Gerindra
Jumlah caleg alumni: 1 orang
Hari Krismis / MS 82 / Jatim VII / no urut 2
12. Partai Merdeka
Jumlah caleg alumni: 1 orang
A. Syarbini / GD 86 / Sumut II / no urut 1
Calon DPD RI
Ali Assegaf / MS 84 / Jatim / no urut 10Riza Falepi/El ‘89 / Sumbar / no urut 31
Permadi (TK 01), caleg PBR untuk daerah
pemilihan Bali, mungkin akan tercatat
sebagai caleg termuda. Yang juga layak
menjadi catatan adalah kemunculan nama
Ali Assegaf (MS 84) yang kini menjadi
satu-satunya calon anggota DPD daerah
pemilihan Jatim.
Bukan Hal AnehDilihat dari perspektif sejarah, sebenarnya
bukan hal aneh bila alumni ITB – yang
latar belakang keilmuannya teknik dan
eksakta – terjun dan kemudian berhasil di
bidang politik. Nama-nama seperti Sarwono
Kusumaatmaja, Siswono Yudohusodo,
Rachmat Witoelar merupakan contoh politisi
senior yang berasal dari alumni.
Kalau dilihat dalam persfektif sejarah, bu-
kankah Presiden RI yang pertama, Soekarno,
juga merupakan alumni ITB?
Biasanya, benih politik alumni sudah dipu-
puk sejak dari kampus. Artinya, latar belakang
keaktifan mereka selama di kampus akan
menjadi embrio bagi karir yang dipilih alumni
setelah lulus. ‘’Alumnus yang dulunya intens
di KM ITB, maka hampir bisa dipastikan me-
reka nantinya akan menjadi politisi,’’ komentar
Eddy Zanur, Ketua Bidang Kemitraan PP IA ITB.
Apalagi, realitasnya semua bidang itu saling
perhubungan.
Ia lalu mengemukakan contoh. ’’Jika
anda ingin menjadikan ITB atau kampus lain
memiliki riset unggulan, tentunya membu-
tuhkan dana yang tidak sedikit. Dari mana
sumbernya? Bisa dari alumni, pemerintah dan
pengusaha. Nah, jika ingin mendapat dana
dari negara, tentunya harus melalui persetu-
juan DPR. Disinilah peran politisi dibutuhkan,’’
tambahnya.
Rizal Ramli (FI 73), alumni yang maju seba-
gai calon Presiden RI untuk pemilihan tahun
2009, malah mengharapkan lebih banyak
lagi alumni yang aktif di politik dan menjadi
anggota DPR. ’’Pada pemilu 2004, ada sekitar
18 alumni ITB berada di DPR. ’’ katanya. Kini
tinggal ditunggu, jumlah itu bakal meningkat
atau malah berkurang.
Lepas dari kuantitas, yang tak kalah pen-
ting tentu saja komitmen caleg yang terpilih
terhadap konstituennya, yang tak lain adalah
rakyat Indonesia.
Dalam acara silaturahmi yang digagas
IA-ITB Jakarta beberapa waktu lalu, para
alumni bahkan membuat semacam komunike
bersama berupa “Tuntutan Komunitas Alumni
ITB” terhadap caleg-caleg alumni ITB, yang
antara lain berbunyi:
Pertama, agar sepenuh hati memper-
juangkan amanat rakyat dengan SELALU
mengutamakan kepentingan Bangsa lebih
dari kepentingan pribadi dan kelompok.
Kedua, agar para caleg alumni ITB
mengedepankan rasionalitas dan intelekuali-
tas, serta secara sungguh-sungguh mem-
perjuangkan perwujudan cita-cita Bangsa
sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan
UUD 1945, khususnya dalam mewujudkan
kemandirian ekonomi dan peningkatan kes-
ejahteraan rakyat sebagai agenda mendesak
bangsa saaat ini.
Dan ketiga,agar para caleg menjaga integ-
ritas pribadi dan selalu menjaga nama baik
komunitas alumni serta almamater ITB.
Mudah-mudahan tuntutan itu bisa
dipenuhi para caleg yang lolos ke Senayan.
Untuk yang tidak lolos, tak usah ikut-ikutan
stress seperti yang melanda sejumlah caleg
lain. Toh, masih banyak lapangan lain di
luar lembaga legislatif yang bisa dijadikan
pijakan untuk tetap mengabdi kepada bangsa
Indonesia. Bisa juga menunggu pertarungan
pada pemilu lima tahun lagi.Lagi pula, lolos
atau tak lolos ke Senayan, tetap masih alumni
ITB khan?
Dilihat dari
perspektif sejarah,
sebenarnya bukan hal aneh
bila alumni ITB – yang latar
belakang keilmuannya
teknik dan eksakta – terjun
dan \kemudian berhasil di
bidang politik
L A P O R A N K H U S U S
32 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
L A P O R A N K H U S U S
Di luar jalur normal melalui partai politik, ada juga alumni yang konsisten
memperjuangkan jalur independen. Siapa lagi kalau bukan Fadjroel Rachman (KI 82), aktivis tahun 1980-an.
Meski Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak permohonan uji materiil undang-undang nomor 42 tahun 2008 tentang Pemilihan umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden, toh Fadjroel tak menyurutkan langkah untuk tetap berjuang di jalur independen.
Menurut Fadjroel, sebenarnya semua hakim MK mendukung ide capres independen. Hanya saja 5 hakim MK mensyaratkan amandemen terlebih dahulu pasal 6 UUD 45, sedangkan 3 lainnya tidak harus leat amandemen. ”Hanya berbeda prosedur saja,” ucapnya. Dalam keputusan MK itu 3 hakim agung memberikan dissenting opinion (opini berbeda) dari keputusan MK.
Kegigihan alumni ITB jurusan Kimia itu untuk maju sebagai capres independen didorong oleh dua hal. ”Mewujudkan arsitektur baru politik Indonesia dan menuntaskan agenda reformasi,” ujar Fadjroel.
Arsitektur politik baru dapat terwujud jika proses rekruitmen legislatif dan eksekutif melalui dua jalur yaitu partai politik dan perseorangan. Untuk level pemilihan kepala daerah (pilkada) Indonesia sudah menganut sistem dua jalur tersebut. Namun tidak demikian halnya untuk pemilihan presiden.
Fadjroel menambahkan, jalur perseorangan dalam politik Indonesia sebenarnya bukanlah barang baru. Faktanya, M Hasan mewakili Sumatra yang berasal dari independen dapat duduk sebagai anggota legislatif pada tahun 1955. Namun karena hegemoni penguasa orde baru sistem ini kemudian dihapus dari kehidupan politik nasional.
Lebih jauh, pria yang menggondol gelar sarjana ekonomi dari UI ini membandingkan dengan demokrasi di negara tetangga. Di Malaysia, sudah ada dua anggota calon independen yang masuk ke DPR-nya. Begitu pula yang terjadi di Korea Selatan, dimana calon independen boleh mengisi kursi eksekutif dan legislatif. ”Jalur independen merupakan praktek politik modern,” ujarnya.
Sementara kehidupan politik Indonesia masih terbilang tradisional. Faktanya, banyak parpol yang merekrut kader berdasarkan hubungan darah. Kondisi itu menyebabkan terjadinya oligarki dan nepotisme. ”Parpol sudah tidak lagi berfungsi sebagai penyalur aspirasi rakyat,” ucapnya.
Belum tuntasnya agenda reformasi juga mendorongnya untuk keukeuh menjadi capres independen. ”Kejahatan orde baru yaitu korupsi dan pelanggaran HAM belum ada yang dituntaskan,” ujarnya. Secara ilustratif, ia mempertanyakan bagaimana mau membersihkan lantai yang kotor
jika sapunya tidak bersih. ”Harus ada pergantian generasi,” ujarnya.
Berdasarkan argumentasi tersebut ia menolak jika kegigihannya menjadi capres independen hanya mengejar popularitas. ”Memangnya aku ini selebritis,” ujarnya berseloroh.
Terkait dengan modal yang dimilikinya untuk maju sebagai capres independen, ia menyebut kekuatan jaringan berbasis teknologi. Menurut Fadjroel, ia terinspirasi oleh kemenangan Obama yang memanfaatkan jejaring sosial berbasis internet. Oleh sebab itu ikut sebagai member dalam situs jejaring sosial sepeti facebook.
Meski pengguna internet di Indonesia tidak sebanyak di AS, namun orang-orang yang memegang posisi strategis dalam penggiringan opini publik di Indonesia banyak yang terlibat didalamnya. Oleh sebab itu, ia dapat memetakan berapa besar dukungan publik terhadap pencalonannya.
Selain itu, karena ia telah lama aktif dalam gerakan prodemokrasi, maka jaringan kerjanya juga cukup luas. Apalagi sebagian alumni ITB ada juga yang mendukung niatnya untuk maju sebagai capres independen.
Di akhir pembicaraan, ia mengakui berhutang budi kepada ITB. Sebab, proses selama menjadi mahasiswa ITB lah yang menyebabkan dirinya seperti sekarang. ”ITB mengasah keberanian dan intelektualku,” ujarnya.
MEMILIH
JALURINDEPENDEN
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 33
Bagi mahasiswa berprestasi
namun memiliki kendala pem-
biayaan selama pendidikan di
ITB, tidak perlu khawatir lagi. Saat ini
telah diluncurkan Program “ITB Untuk
Semua”, yakni skema penerimaan maha-
siswa baru Institut Teknologi Bandung
yang secara khusus menyediakan
bangku kuliah bagi para lulusan sekolah
menengah umum dari keluarga yang
tidak mampu secara ekonomi. Beasiswa
ITB Untuk Semua adalah program
beasiswa paling ambisius di Tanah Air
yang benar-benar memberi kesempa-
tan kepada anak-anak tak mampu untuk
kuliah di sekolah terbaik di negaranya.
Ia berupaya ikut memotong lingkar
kemiskinan.
Dari segi jumlah, beasiswa ini be-
rambisi mengisi 10% dari mahasiswa
baru Institut Teknologi Bandung (300
orang) dengan anak-anak pandai dan
berbakat dari keluarga berpenghasilan
di bawah Upah Minimum Regional.
Beasiswa ini akan membiayai uang
kuliah dan kehidupan selama penerima
beasiwa menempuh studi. “Uang
pendidikan, ongkos tempat tinggal, dan
biaya hidup selama menempuh kuliah
di Bandung akan didanai beasiswa ITB
Untuk Semua”, demikian paparan Betti
Alisjahbana, inisiator program ini kepada
Sekjen IA-ITB, Freddy Zen di Sekretariat
IA-ITB pada Rabu sore (1/4).
Bagi para mahasiswa penerima
program ITB Untuk Semua, telah
diprogramkan selama masa kuliah akan
mendapat pembimbing khusus untuk
membantu menyelesaikan kendala
studi dan mengatasi persoalan personal
yang mungkin muncul selama men-
empuh kuliah di ITB. Para mahasiswa
juga akan diberi kesempatan mengikuti
ceramah-ceramah inspirasional, studi
banding ke lokasi-lokasi penerapan
teknologi tepat guna, dsb.
“Para lulusan penerima beasiswa
program ITB untuk Semua diharapkan
kelak akan menjadi agen perubahan
di lingkungan sosial mereka”, ujar Betti
menjelaskan.
Dana beasiswa ITB untuk Semua akan
dikelola Satuan Kekayaan dan Dana
(SKD) ITB. Para penerima beasiswa akan
dilayani Kantor Pembantu Rektor III
bidang Kemahasiswaan dan Alumni
ITB. Kantor ini secara khusus bertugas
membantu para penerima beasiswa,
memantau perkembangan (studi dan
kehidupan) mereka, mengkoordinir
kegiatan-kegiatan, serta melakukan
evaluasi keseluruhan program.
Dilain pihak, selama kurun satu ta-
hun (2008), IA-ITB telah menyalurkan
lebih dari limaratusjuta rupiah untuk
program serupa. Program beasiswa ini
menjadi salah satu program utama IA-
ITB, dimana penyalurannya bekerjasama
dengan Ikatan Orangtua Mahasiswa ITB
(IOM). Walau dirasa belum optimal den-
gan jumlah mahasiswa yang membu-
tuhkan. Diharapkan partisipasi aktif dari
para Alumni menjadi donatur program
beasiswa di ITB.
“Pengurus Pusat sangat mengapre-
siasi dan mendukung inisiatif-inisiatif
program sejenis. Apalagi telah menjadi
komitmen dari Pengurus Pusat saat ini,
mendukung peningkatan SDM yang
berkualitas baik berupa dukungan
pengembangan riset maupun pro-
gram beasiswa di ITB. Kesemuanya itu
diharapkan menjadi investasi konkret
kita dalam rangka membangun daya
saing bangsa ke depan”. Ujar Freddy
usai menerima Ketua Program ITB Untuk
Semua itu kepada FORUM ALUMNI.
“Kita akan dukung program ini dan
mensosialisasikannya melalui Pengu-
rus Daerah di seluruh Indonesia”, ujar
Sekjen yang juga Guru Besar Fisika ITB
itu menambahkan.
B E R I TA K E G I ATA N
PROGRAM ITB UNTUK SEMUA
CENDERA MATA: Sekjen IA-ITB Freddy P Zen menyerahkan cendera mata ‘Buku Setahun Kiprah Kita’ kepada Betti Alisjahbana, inisiator Program ITB untuk Semua.
34 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Aula Barat Institut Teknologi
Bandung (ITB), Jumat (6/3)
siang tampak meriah. Ratusan
peserta rapat kerja nasional
(rakernas) dan kongres luar biasa (KLB)
Ikatan Alumni (IA) ITB, memenuhi ruang
pertemuan di kampus Ganesa. Sejak
pukul 14.00 WIB, peserta rakernas baik
Pengurus Pusat (PP) IA-ITB, Pengurus
Daerah (Pengda) maupun Pengurus
Jurusan (Pengjur), mengikuti kegiatan
yang dihadiri Ketua Umum PP IA-ITB, M
Hatta Rajasa.
Rakernas yang dibuka langsung
Hatta Rajasa, yang juga menjabat Men-
teri Sekretaris Negara, dibagi dalam tiga
sesi. Sesi pertama pembukaan disusul
dengan laporan ketua panitia pelaksana,
sambutan ketua umum, dan sambutan
dewan penasihat. Usai istiharat pukul
14.20-14.30, dilanjutkan dengan sesi
kedua dengan materi acara laporan
umum kegiatan PP IA-ITB 2008, dilanjut-
kan dengan laporan para ketua bidang.
Sedangkan pada sesi ketiga, diisi
antara lain pemaparan rencana pro-
gram kerja PP IA-ITB 2009, masukan
peserta rakernas, masukan dari Keluarga
Mahasiswa (KM) ITB, tanggapan PP
IA-ITB, dan peluncuran kartu anggota
IA-ITB. Pada sesi peluncuran kartu ang-
gota IA-ITB, terjadi perdebatan sengit
antar pengurus PP IA-ITB dengan para
peserta, khususnya pengurus pengda
dan pengjur.
Perdebatan tersebut seputar iuran
wajib anggota IA-ITB dan penggantian
format kartu anggota IA-ITB. Perso-
alan ini pun akhirnya menyita waktu
sehingga panitia dan peserta rakernas
sepakat untuk membahas persoalan
tersebut dalam KLB.
Sesi masukan dari peserta rakernas,
benar-benar dimanfaatkan oleh peserta
untuk menyampaikan uneg-uneg mer-
eka terhadap PP IA-ITB. Salah seorang
pengurus Pengda Sulsel, misalnya,
meminta agar PP membantu program
daerah dalam meningkatkan minat
lulusan SMA di Sulsel untuk masuk ITB.
Saat ini, jumlah siswa asal Sulsel yang
meneruskan kuliah di ITB jumlahnya
hanya belasan orang tiap tahunnya.
Padahal, potensi lulusan SMA di Sulsel
cukup lumayan bagus. Salah satu pro-
gram yang bisa dilakukan, yaitu dengan
memberikan beasiswa kepada siswa asal
Sulsel yang diterima di ITB.
Sedangkan peserta dari Pengda
Sumsel, mengatakan, program nyata
yang dilakukan IA-ITB di Pulau Harimau,
Kec Sumberejo, Kab Komering Ilir, man-
faatnya sangat dirsakan oleh masyarakat
setempat. Selama puluhan tahun,
masyarakat di pulau tersebut tak tersen-
tuh pembangunan pemerintah daerah,
terutama masalah air bersih. Dengan
program air bersih yang dilakukan IA-ITB
di Pulau Harimau, masyarakat sangat
merasakan manfaatnya.
Selain diikuti oleh seluruh pengda
dan pengjur, rakernas juga dihadiri
pengurus Komisariat IA-ITB Singapura.
Sandi, juru bicara Komisariat Singapura,
mengatakan, pihaknya siap menjadi
jembatan bagi para mahasiswa ITB
yang baru lulus. ‘’Silahkan manfaatkan
keberadaan kami di Singapura. Banyak
peluang bagi para alumni di Singapura
untuk berkarya,’’kata dia, seraya disam-
but tepuk tangan peserta rakernas.
Sementara dalam laporan kerja 2008,
pengurus PP IA-ITB periode 2007-2011
ini menyampaikan hasil yang telah dan
belum mereka capai. Sepanjang 2008,
kata Hatta Rajasa, tidak kurang dari 31
mata kegiatan baik lokal (internal) mau-
pun berskala nasional telah dilaksana-
kan. Kegiatan tersebut, tentunya den-
gan melibatkan para alumni, pengda,
pengjur, sivitas akademika ITB, maupun
SETAHUN SUDAH KITA BERKIPRAH
B E R I TA K E G I ATA N
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 35
pemerintah dan masyarakat umum.
Dalam masa kepengurusan satu
tahun, kata Hatta, PP IA telah melaksan-
akan berbagai kegiatan yang diselengg-
arakan oleh setiap bidang dan departe-
men yang terbagi dalam tujuh bidang.
Antara lain program kerja kesekjenan,
bendahara umum, bidang organisasi,
hubungan almamater, pelayanan dan
hubungan alumni, bisnis dan tekno-
preuneur, dan kemitraan.
Dari berbagai program yang
diselenggarakan tersebut, kata Hatta,
secara khusus IA-ITB mendukung
pengembangan fasilitas pendidikan,
mendorong aktifi tas dan pengemban-
gan riset di ITB. Untuk itu, imbuh dia,
PP IA memfasilitasi terselenggaranya
bantuan dana dari para alumni untuk
SKD ITB sebesar Rp 102 miliar, program
hibah riset kepada ITB sebesar Rp 1,25
miliar per tahun selama empat tahun.
‘’Selain itu memfasilitasi beasiswa bagi
mahasiswa sebesar Rp 500 juta, dimana
penyalurannya bekerjasama dengan
Majelis Wali Amanah ITB,’’ tutur dia.
Sedangkan dalam pengelolaan basis
data anggota IA-ITB, sambung Hatta, PP
IA telah mengembangkan sistem data-
base alumni. Dari 49.000 data alumni,
telah lebih dari 15.000 data dalam
proses validasi.
‘’Untuk program pengemban-
gan para alumni teknopreuneur dan
pebisnis pemula, telah dicanangkan
program modal ventura bagi alumni
yang mengembangkan usaha berbasis
ekonomi kreatif, inovasi, dan pengem-
bangan teknologi,’’ujar dia.
Hal itu, kata Hatta, dilakukan untuk
mengkatalis lahirnya pengusaha-
pengusaha muda dari para alumni yang
bergerak dalam bidang tersebut. Dalam
kurun waktu satu tahun, kata dia, telah
disalurkan bantuan modal ventura
kepada empat perusahaan milik alumni
sebesar Rp 200 juta.
PP IA-ITB, kata Hatta, terus mendo-
rong dan memprogramkan adaptasi
terhadap perubahan iklim saat ini,
dengan menggulirkan program aksi
untuk adaptasi perubahan iklim global
bekerjasama dengan Kementrian Koor-
dinator Kesejahteraan Rakyat, Kementri-
an Negara Lingkungan Hidup, Pemprov
Riau, dan masyarakat. ‘’Program ini telah
dimulai sejak 2008.
Salah satu implementasinya den-
gan melaksanakan aksi hijau Indone-
sia , yaitu kegiatan menanam 10.000
tanaman langka di lahan tandus di
wilayah sekitar jalan tol Cipularang KM
92,600,’’tutur dia.
Selama tahun 2008, ada dua program besar PP IA-ITB yang belum bisa direalisasikan. Karena itu kedua program tersebut, yaitu
pembangunan menara ITB di Jakarta dan pembangunan teknopark di kampus ITB Bandung, akan diwujudkan dalam pro-gram kerja 2009. Mengapa kedua program tersebut belum bisa terealisasi? Ketua Umum PP IA-ITB, M Hatta Rajasa memberi-kan alasannya. Berikut wawancaranya. Apa yang menjadi kendala pembangunan teknopark?Proyek tersebut terkendala lahan. Karena teknopark itu harus berada di kampus ITB.Disitu budaya teknopreuneur itu tumbuh karena ada teknopark itu. Apakah di 2009 proyek itu bisa direlisasikan?Dalam rakernas kita bicarakan masalah tersebut. Ke-mungkinan pembangunan teknopark itu di asrama A, cikal bakalnya disitu dan rektor sudah mengizinkan. Yang kita bayangkan betul-betul ada semacam cyber building yang para mahasiswa atau calon-calon enterpreuneur itu benar-benar bisa berkreasi di situ. Jadi benar-benar sebuah kegiatan kreatif ekonomi di situ. Idealnya me-mang di kampus ITB. Mungkin ada daerah-daerah lain yang bisa dimanfaatkan. Kita ditawari di daerah Bekasi atau Jatinangor. Menurut kami itu terlalu jauh dengan ITB. Di lingkungan ITB sangat memungkinkan. Darimana anggaran untuk membangun teknopark?
Anggaran tersebut merupakan patungan dari kawan-kawan alumni ITB. Mungkin juga ada sumbangan dari pihak lain untuk membangun itu.Apakah proyek itu tergolong mercusuar? Itu bukan proyek mercusuar. Apanya yang mercusuar? Itu proyek yang sangat basik. Ngak ada lagi kampus besar world uni-versity yang tidak punya teknoprak-nya. Nggak ada, karena disitu terjadi interaksi calon-calon entrepeuneur itu melakukan kreativitasnya, usahanya.
Bagaimana dengan proyek menara ITB ? Untuk proyek ini pun sudah kita bahas dalam rakernas dan kita optimis bisa merealisasikannya pada 2009 ini. Untuk menara kemungkinan di Jakarta . Apakah tidak ada program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah? Jelas program yang bersifat lokal akan digarap oleh PP dan pengda serta pengjur. Kegiatan di daerah sangat tergantung oleh kebutuhan masyarakat di daerah tersebut. Misalnya masyarakat pesisir dengan masyarakat pertanian jelas berbeda kebutuhannya. Kalau daerah per-tanian kita pikirkan bagaimana membantu masyarakat dalam menciptakan teknologi pertanian tepat guna. Demikian pula untuk masyarakat di pesisir kita mencip-takan teknologi yang sesuai dan dibutuhkan dengan kondisi masyarakat setempat. Intinya dimanapun alumni ITB berada dia harus memberi manfaat yang positif bagi kehidupan masyarakat.
Dua Program Besar Tertunda
B E R I TA K E G I ATA N
36 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Setahun sudah kepengu-rusan IA-ITB di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa berjalan. SDalam setahun
itu, banyak hal sudah dilakukan.Menurut Sekjen IA-TB, Prof. Dr. Freddy P Zein, selama satu tahun kepengurusan, sedikitnya ada 31 program yang telah dijalankan di hampir seluruh pengda yang ada. ‘’Dengan demikian dalam satu bulan ada tiga program yang telah direalisasikan,’’ujar dia.
Proyek Air Bersih
Sebagian besar program yang te-lah dijalankan di 19 pengda tersebut, kata Freddy, bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, khususnya yang berada di daerah. Ia mencontohkan program yang telah digarap pengda di Sumsel. Program yang menelan biaya Rp 70 juta itu, kata dia, yaitu proyek pengolahan air
payau menjadi air layak minum. ‘’Proyek tersebut dilaksana-kan di Kab Komering Ilir,’’ujar dia.
Selain di Sumsel, kata Freddy, pro-gram yang terakhir dikerjakan antara lain di Pengda Bali , Sulsel, Batam, dan Jabar. Untuk di Jabar, lanjut dia, pengda menggarap proyek pengola-han air bersih di Kab Subang. Proyek tersebut, imbuh dia, sudah dilak-sanakan dan hasilnya bisa dirasakan masyarakat. ‘’Apa yang kita kerjakan bukan semata untuk kepentin-gan alumni, tapi untuk seluruh masyarakat Indonesia ,’’tutur dia.Membantu Alumni Baru
Program lainnya yang juga digarap oleh pengurus IA ITB, kata Freddy, yaitu membantu para alumni yang barus lulus kuliah. Bantuan tersebut, imbuh dia, berupa pelatihan dan mengembangkan jar-ingan. Tujuannya, kata dia, agar para alumni yang barus lulus itu mudah dalam memperoleh pekerjaan atau
bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
Program Beasiswa
’’Kita juga menggelang beasiswa bagi mahasiswa ITB yang tidak mampu. Sekarang ini kita telah menggalang sekitar Rp 500 juta. Kita kerjasama dengan ikatan orangtua mahasiswa,’’imbuh dia.
Beasiswa yang dihimpun dari para alumni dan para orangtua maha-siswa itu, lanjut Freddy, disalurkan setiap tahun. Rata-rata, kata dia, dalam setahun dan yang disalurkan untuk beasiswa sebesar Rp 100 juta. ‘’Program ini sangat membantu ma-hasiswa ITB yang benar-benar tidak mampu dan memiliki prestasi,’’kata dia.
Hibah Penelitian
Bantuan tak hanya diberikan kepada mahasiswa. IA-ITB juga memberikan perhatian kepada para dosen peneliti di kampus tersebut. Bentuk bantuan tersebut, berupa biaya penelitian. Setelah melalui seleksi yang ketat, ata dia, ada sebanyak 13 judul penelitian yang akan dibiayai oleh IA. Masing-masing judul mendapatkan bantuan Rp 75 juta. ‘’Jadi para dosen peneliti itu bersaing secara sehat. Mereka memamarkan papernya masing-masing,’’kata dia.
Dari Air Bersih hingga Beasiswa
Selama satu
tahun kepengu-
rusan, sedikitnya
ada 31 program
yang telah
dijalankan di
hampir seluruh
pengda yang ada.
B E R I TA K E G I ATA N
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 37
Ikatan Alumni (IA) ITB bekerja sama
dengan Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) ITB mengadakan Program
Hibah Riset (HR) IA-ITB dalam upaya
mempercepat terwujudnya ITB seba-
gai world class university. Program ini
memberi kesempatan kepada dosen-
dosen ITB untuk meningkatkan kom-
petensi risetnya agar mampu berkiprah
dan mendapatkan pengakuan pada
tataran internasional.
Grant Ceremony & Seminar on
Research Funding Program Hibah Riset
Ikatan Alumni 2008-2009 dilaksanakan
pada hari Jumat(06/03/09), bertempat
di Aula Barat ITB. Dalam kesempatan
tersebut, Ikatan Alumni ITB memberikan
hibah riset Rp 1,25 miliar untuk ITB. “Hi-
bah riset tahun ini kami naikkan Rp 100
juta per dosennya. Diharapkan hibah ini
menjadi agenda tahunan ikatan alumni,
siapa saja nanti ketua umumnya,” ujar
Ketua Umum IA-ITB Hatta Rajasa.
Meski dana riset Indonesia jauh di
bawah standar Persatuan Bangsa Bang-
sa (PBB), namun perkembangan riset
Indonesia maju pesat. PBB menentu-
kan standar riset sebesar 2% dari APBN.
‘’Saat ini kita belum mencapai 0,5%. Tapi
kita sudah mengalami kemajuan,’’ kata
Hatta, yang sempat menjabat sebagai
menristek ini.
Berdasarkan riset indeks saintifi k
2008, kata Hatta, Indonesia berada di
peringat 39 melampaui Thailand di po-
sisi 57 dan Filipina di peringkat 87. “Riset
kita maju pesat, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Kita harus dorong
mahasiswa untuk menggandrungi riset,”
katanya. Riset yang dihasilkan, lanjut
Hatta, tentunya harus bisa digunakan.
Sehingga hasil riset tak hanya sebatas
temuan, tapi juga bisa masuk pasar dan
digunakan orang banyak. Karena itu,
IA ITB akan mendorong mahasiswa ITB
untuk menyenangi riset dalam bidang
ilmu yang mereka dalami. “Tak hanya IA
ITB, tapi juga kita akan bersinergi den-
gan alumni dari perguruan tinggi lain.’’
Tahun ini, 13 riset terpilih dari 63
riset yang diajukan untuk mendapat-
kan hibah. Keseluruhannya berasal dari
berbagai fakultas, sekolah dan jurusan,
karena tidak ditentukan kategori khusus
tema risetnya. Namun, 13 riset tersebut
terbagi menjadi dua kategori yaitu ka-
tegori Program Internasional Unggulan,
dan Program Riset Internasional. “Riset
yang dipilih diharapkan menghasilkan
output berkelas internasional sehingga
dapat di-worldwide-kan melalui jurnal
internasional,” ujar Edi Suwarno, pelak-
sana acara seminar dari LPPM ITB.
Program Hibah Riset IA ITB meru-
pakan program yang sesuai dengan
visi misi ITB yaitu meningkatkan peran
ITB untuk meningkatkan daya saing
nasional. Program ini diharapkan bisa
mewujudkan atmosfer riset yang baik
dan budaya riset yang kokoh, berkelan-
jutan dan berkualitas sebagai landasan
utama menuju world class university.
PROGRAM HIBAH RISET IAITB
LEMPANGKAN JALAN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY
Penerima Dana Program Hibah Riset IA ITB
1. AB Initio Study of Amino Acid Adsorption on PolyPyrrole by Ir.Hermawan K. Dipojono, MSEE., Ph.D.2. A Study on Global Parameters of Hilal Visibility in Perspective of Metonic and Saros Cycle by Moedji Raharto, D.Sc.3. Supersymmetric Flows in Supergravity From Matter Multiplet by Dr. rer. nat. Bobby Eka Gunara, M. Si4. Molecular Characterization of Soil Indigeous Bacterial Community in Industrial Wastewater - polluted 5. Agricultural Soils : Implications for Bioremediation by Siti Khodijah Chaerun, Ph.D6. Mathematical Modelling of Surfactant Effects on The Rupture of Condensate Thin fi lms Occurred in a Gass Transmission Pipeline by Dr. Agus Yodi Gunawan7. Modelling granullar oscillation induced by chaos using fl ux equation and neural network by Dr.rer.nat. Sparisoma Viridi8. Mapping the Seismic Energy Release due to Plate Subduction Activities in Indone-sia: An Attempt to Predict Earthquake by Prof. Sri Widiyantoro, Ph.D.9. Astrometric Study of Southern Loose Star Groupings Lo 1095, Lo 1339, and Lo 1409 by Dr.Suhardja D Wiramihardja10. Application of Compressive Sensing in Signal Processing, Imaging, and Com-munication by Andriyan B. Suksmono, MT., Ph.D.11. Preparation on Nanoporous Modifi ed Metal Oxide Thin Film for Environmental Sensor by Ir.Nugraha, Ph.D.12. Hybrid Direct Power Control On 3-Phase 4-Wire Active Power Filter by Dr. Ir.Pekik Argo DahonoUtility of Fatigue Measures for Overhead Construction Works by Yassierli, Ph.D.13. New Alternative Thermal Energi Production While Reducing Greenhouse Gas Emission from Coal Mine Flue Gas Using a Novel Technology of Reverse Flow Reac-tor by Dr. Ir.Yogi Wibisono Budhi
B E R I TA K E G I ATA N
38 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Jumat (6/3) malam itu Hatta, Ketua
Umum PP IA-ITB, seperti memperton-
tonkan kembali kapasitasnya sebagai
‘veteran’ politik yang ulung. Lewat
kepiwaiannya sebagai Ketua Sidang,
mantan Ketua Fraksi di DPR tersebut ter-
lihat rileks dan fl eksibel menjembatani
perdebatan yang alot mengenai soal
yang sulit: status alumni dalam Kongres
Luar Biasa (KLB) ITB di Gedung Aula
Barat ITB, Bandung.
Seperti sudah diduga dari awal,
masalah inilah yang bakal alot dan
memicu perdebatan. Tapi akhirnya, set-
elah melalui diskusi panjang di Kongres,
pembahasan status alumni ITB yang
berhak menjadi anggota IA ITB kembali
pada status semula. Akhirnya .. plong!
Semua pihak pun lega!
Penyempurnaan anggaran dasar/
anggaran rumah tangga (AD/ART) IA
ITB tentang status anggota tersebut
merupakan rekomendasi kongres VII
tahun 2007 dan penyesuaian perkem-
bangan ITB -BHMN. ’’Penyempurnaan
AD/ART yang terfokus pada keang-
gotaan IA tersebut merupakan salah
satu amanah kepengurusan lama,’’ kata
Sekjen IA ITB Prof. Dr. Freddy P Zen.
Gagasan perubahan status alumnii
muncul lantaran pendataan IA diang-
gap membingungkan. Sebab, ada se-
jumlah anggota IA ITB yang tak menye-
lesaikan program studinya baik di D3
maupun S1. Beberapa anggota kongres
berpendapat, sesuai dengan ketetapan
kampus, bahwa defi nisi alumni adalah
setiap individu yang menyelesaikan pro-
gram studinya di kampus ITB. Mereka
yang drop out (DO) tak bisa dikatego-
rikan sebagai alumni. ’’Namun, mereka
berhak menjadi anggota IA ITB namun
dibedakan namanya menjadi Anggota
Luar Biasa,’’ saran para pendukung
perubahan status alumni.
Artinya, anggota yang tak menye-
lesaikan kuliahnya di ITB tidak berhak
mencalonkan diri untuk posisi ketua
umum IA ITB. Draft AD/ART yang telah
memasukkan rekomendasi kongres
2007 itu sebelumnya pernah dibahas
oleh tim penyempurnaan AD/ART.
Selain itu, pembahasan juga dilakukan
oleh forum pembahasan perubahan
AD/ART bersama pengda, pengjur
maupun pihak ITB. Draft inilah yang
diajukan dalam KLB untuk dimintai
persetujuan dan disahkan sebagai
bagian dari perubahan AD/ART.
Sejumlah peserta kongres yang
lain tak sepakat. Mereka menganggap
pendapat tersebut merupakan bentuk
diskriminasi. Mereka lantas menyebut
beberapa mahasiswa yang tidak me-
nyelesaikan kuliah di ITB malah mereka
yang berjasa untuk negara Indonesia,
seperti BJ Habibie. Selain itu ada juga
yang di-DO bukan karena nilainya yang
jeblok melainkan terlalu sibuk memper-
juangkan nasib bangsa.
Setelah berdebat selama sekitar satu
jam lebih, akhirnya Hatta Rajasa selaku
pimpinan kongres menawarkan dua
pilihan. Pertama, apakah anggota IA ITB
terdiri dari Anggota Biasa dan Anggota
SETELAH BERDEBAT HANGAT
KEMBALI KE STATUS SEMULA
B E R I TA K E G I ATA N
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 39
Kehormatan saja atau, kedua, IA ITB terdiri dari Anggota Biasa,
Anggota Luar Biasa, dan Anggota Kehormatan.
Hatta Rajasa kemudian meminta rektor ITB, Djoko Santoso,
selaku penasihat IA ITB untuk menyampaikan pandangan-
nya tentang masalah tersebut. Namun Djoko pun ternyata
menyerahkan permasalahan tersebut kepada forum. “Silakan
semuanya tentukan maunya apa, asal setelah disepakati
semuanya harus konsisten mematuhi keputusan tersebut.’’
Setelah perdebatan yang cukup lama dan tidak kunjung
usai, akhirnya Hatta Rajasa menawarkan untuk kembali
ke ketetapan AD/ART sebelumnya. Yakni, siapa pun yang
pernah berkuliah di ITB, lulus maupun DO, dianggap sebagai
alumni ITB dan boleh menjadi anggota IA ITB. Semua setuju
(untuk lengkapnya poin-poin yang menjadi perdebatan dan
keputusan KLB, lihat artikel box).
Kongres pun memutuskan keanggotaan IA ITB hanya
terdiri dari dua macam, yaitu anggota biasa dan anggota
kehormatan yaitu pihak yang berjasa kepada ITB meskipun
dia tidak pernah kuliah di ITB.
Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlu-
nya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, dari
pembahasan sidang, KLB memutuskan bahwa ketua umum
terpilih jika diperlukan dapat mengangkat wakil ketua umum
dalam kepengurusannya
Sidang KLB juga menghasilkan belasan keputusan lain. Di
antaranya, setuju memasukkan klausul yang mendeskripsikan
dan mengatur hubungan antara ITB dan IA ITB. Sidang setuju
memasukkan klausul ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diseleng-
garakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang
membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai
luhur almamater ”.
KLB juga menetapkan, dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB
sebagai ketua Dewan Penasihat. Jumlah pengurus pusat pun
tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan
disesuaikan dengan kebutuhan (fl eksibel) agar partisipasi
dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB.
Selain itu, KLB memutuskan IA-ITB berkedudukan di ibu
kota negara danmemiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .
1. Dalam AD/ART harus ada klausul yang mendeskripsikan dan mengatur hubungan antara ITB dan IA-ITB . Sidang setuju me-masukkan kalusul : ”Hubungan IA-ITB dengan ITB diselenggarakan berdasarkan asas kekeluargaan dan kemitraan yang membangun satu kesatuan yang utuh dan berbasis nilai-nilai luhur almamater ”.
2. Tata kerja menjadi bagian AD/ART.
3. Perumusan Visi dan Misi IA-ITB diselaraskan dengan Visi dan Misi ITB. Hal ini dimasukkan dalam bagian pendahuluan AD yakni “Bah-wa Alumni ITB merupakan bagian dari ITB yang turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB berdasarkan pada nilai-nilai keunggulan, kepeloporan, kejuangan, dan pengabdian, yang secara utuh menjadi wujud kontribusinya yang bermanfaat bagi lingkungannya.” Selain itu juga dimasukkan dalam pasal mengenai tujuan IA-ITB yakni “Turut serta dalam pencapaian visi ITB dan perwujudan misi ITB.”
4. IA-ITB berkedudukan di ibukota negara. Selain itu ditetapkan bahwa IA-ITB juga memiliki sekretariat (kantor) di kampus ITB .
5. Rekomendasi kongres 2007 yang mencantumkan perlunya struktur Wakil Ketua Umum dalam AD/ART. Namun, KLB memutus-kan bahwa ketua umum terpilih jika diperlukan dapat menggangkat wakil ketua umum dalam kepengurusannya.
6. Disetujui bahwa dalam struktur PP IA-ITB, Rektor ITB ditetapkan sebagai ketua Dewan Penasihat .
7. Secara umum dalam anggaran dasar disebutkan mengenai Bab Susunan Organisasi IA-ITB yakni terdiri dari pimpinan pusat, pimpi-nan daerah, pimpinan program studi (menggantikan terminology juruesan yang tidak dikenal di ITB saat ini) dan pimpinan komisariat, yangmasing masing terdiri dari dewan penasehat dan pengurus
8. Lambang IA-ITB perlu disesuaikan dengan lambang ITB-BHMN. Lambang yang dipakai saat ini dianggap tetap merepresentasikan hal ini.
9. Kongres 2007 memajukan klausul agar ada defi nisi anggota alumni yang tegas. Dalam draft yang diajukan disebutkan adanya anggota biasa, anggota luar biasa , serta anggota kehormatan. Setelah melalui pembahasan dan argumentasi yang beragam baik dari peserta rapat maupun pandangan Rektor ITB, akhirnya diputuskan bahwa anggota IA-ITB kembali kepada defi nisi anggota IA-ITB yang lama yakni terdiri dari anggota biasa dan anggota kehormatan.
10. Kongres Luar Biasa memutuskan bahwa masa kepengurusan IA-ITB Daerah dan IA-ITB Jurusan/prodi mengikuti periode kepenguru-san pusat, yakni 4 (empat) tahun.
11. Disetujui bahwa Istilah ”pra kongres” dihilangkan, seluruh acara yang dimulai dari pembukaan s.d. pemilihan ketua umum IA-ITB yang baru merupakan satu rangkaian kongres
12. Disetujui bahwa jumlah pengurus pusat tidak harus berjumlah 8, 17, atau 45 orang Kepengurusan disesuaikan dengan kebutuhan (fl eksibel) agar partisipasi dan kontribusi alumni terwadahi di IA-ITB.13. Selain hal tersebut di atas kongres kali ini juga memasukkan “Kegiatan Hibah Riset” dan “kegiatan teknopreneurship” sebagai bagian dari usaha IA-ITB yang harus dijalankan oleh setiap kepen-gurusan IA-ITB, siapapun pengurusnya.
Naskah AD/ART perubahan yang telah dibahas dalam KLB saat ini sedang dalam proses penyusunan redaksional oleh PP IA-ITB didampingi oleh notaris.
Poin-poin penting yang menjadi perdebatan:
UTUSAN PENDA: Gaya peserta KLB dari
Pengda Bali.
B E R I TA K E G I ATA N
40 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Pengurus Pusat IA-ITB telah
menerjunkan Tim IA-ITB
TANGGAP sejak Minggu
(29/3) jam 03.00 dini hari,
setelah sore hari sebelumnya
melakukan survey lokasi untuk pendi-
rian Posko. Posko didirikan di depan
Fakultas Ekonomi, Universitas Mu-
hammadiyah Jakarta (UMJ). Tim yang
berjumlah 10 orang ini, bertugas men-
dukung para relawan evakuasi mayat
dan membersihkan rumah-rumah yang
tertimbun lumpur. ‘’Ketika kita tiba,
bantuan dari masyarakat sudah banyak.
Akhirnya kita lebih fokus pada relawan
dan perlengkapan yang dibutuhkan
relawan,’’ Andri Fajria, Ketua Departe-
men Sosial IA-ITB, di Posko IA-ITB TANG-
GAP kepada FORUM ALUMNI Senin
siang lalu. Dari sini, Tim IA-ITB Tanggap
langsung mengirimkan bantuan berupa
sarung tangan, obat-obatan, perlengka-
pan untuk evakuasi mayat, anti septik,
sapu, dan sepatu boot.
Selain itu, Tim IA-ITB Tanggap juga
melakukan pendataan korban, khusus-
nya anak-anak usia sekolah. “Dalam
pelaksanaannya kita berkoordinasi den-
gan Satkorlak Propinsi Banten dan UMJ,’’
cerita Andri, alumnus FT 89, yang juga
dikenal sebagai juragan kambing ini.
Tim yang diterjunkan itu, akan
beroperasi selama 7 hari hingga Min-
ggu (5/4). Selama di lapangan IA-ITB
TANGGAP bekerjasama dengan Ikatan
Mahasiswa UMJ, Yayasan Al-Amin
Dharma Mulia, dan P2B. Sementara itu,
sebagaimana dijelaskan Erick Ridzky/
GM 86, Koordinator IA-ITB TANGGAP,
bahwa, dalam melakukan pendataan
masyarakat korban akan difokuskan
pada anak-anak usia sekolah, berkoor-
dinasi dengan Lurah Cireundeu yang
akan dilakukan mulai Rabu besok (1/4).
Selain mengirim bantuan perleng-
kapan pendukung untuk sukarelawan,
Tim IA-ITB Tanggap juga terjun lang-
sung, bersama-sama dengan sukar-
elawan lain yang sudah aktif di sana.
‘’Tim IA-ITB Tanggap mengirimkan lima
orang untuk membantu membersihkan
rumah-rumah yang masih tertimbun
lumpur,’’ kata Setiawan Eko/MT 94,
kepala Biro Sekretariat dan Koordinator
Lapangan IA-ITB TANGGAP.
Khusus untuk pendataan anak usia
sekolah, IA-ITB Tanggap juga mener-
junkan tim pendataan. Tim diterjunkan
Selasa siang (31/3), langsung melaku-
kan koordinasi dengan para relawan
dari beberapa elemen lain diantaranya
FK UMJ, BEM UI, Psikologi UI dan
Yayasan Al-Amin. Setelah itu, dengan
bantuan beberapa orang mahasiswa
dari kedokteran UMJ dengan terlebih
dahulu berkoordinasi dengan Lurah
Cireundeu. tim pendataan sejak pagi
hingga sore hari. Hasilnya, tercatat
ada 100 orang anak usia sekolah dan
balita korban bencana Situ Gintung
(lihat daftar). Masing-masing anak telah
di-recheck bersama para orang tuanya
yang mengungsi sementara di gedung
Fakultas Kedokteran UMJ. “Saat ini me-
reka tengah dilakukan trauma healing
bekerjasama dengan teman-teman dari
psikologi UI dan Fakultas Kedokteran
UMJ”, kata Kumara Sadana, relawan tim
pendataan IA-ITB TANGGAP.
TIM ‘‘IA-ITB TANGGAP’’ TERJUN KE SITU GINTUNG
B E R I TA K E G I ATA N
Mendirikan Posko
di Situ Gintung,
Tim IA-ITB Tanggap
menyalurkan bantuan
untuk korban, terjun
langsung sebagai
relawan, dan terli-
bat dalam kegiatan
Trauma Healing anak-
anak Situ gintung
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 41
Trauma Healing dan Mobil PintarSelain itu, bekerja sama dengan
Yayayasan Solidaritas Istri Kabinet In-
donesia Bersatu (SIKIB), IA-ITB Tanggap
juga mengirimkan Mobil Pintar. Seba-
gaimana disampaikan Ketua Bidang
Organisasi Jetty R. Hadi (PL 75), konfi r-
masi kepastian pengiriman Mobil Pintar
tersebut diperoleh dari Oktiniwati Ulfa
Dariah, atau yang lebih disapa akrab
dengan panggilan Mbak Uke, melalui
telepon Jumat, 3 April. Bahkan sejak hari
itu juga Mobil Pintar, semacam perpus-
takaan berjalan untuk anak dan remaja,
sudah berada di lokasi. Bersama-sama
1. Imas Pandini, 15 th, SMK Grafi ka, kelas 1,
Kampung Poncol
2. Pandu Nugroho, 8 th, SDN Pondok Pinang,
kelas 2, Kampung Poncol
3. Balqis Karima Az Zahra, 8 th, SDN Situ
Gintung, kelas 2, Kampung Poncol
4. Muhammad Faizal, 16 th, SMAN 2 Ciputat,
kelas 11, Kampung Gintung
5. Ahmad Fauzi, 19 th, SMK Grafi ka Lebak Bulus,
Kelas 3, Kampung Gintung
6. Ahmad Mahmudin, 16 th, SMP Muhammadi
yah 17 Gintung, kelas 3, Kampung Gintung
7. Fuad Buchari, 7 th, MI Al-Hidayah Kp Gunung,
kelas 1, Kampung Gintung
8. Annisa Maulidinov, 12 th, MTs Negeri 3
Jakarta, kelas 1, Kampung Gintung
9. Sandriane Meiladinov, 8 th, SDN Situ
Gintung I, kelas 2, Kampung Gintung
10. Elsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8,
Kampung Gintung
11 Alsa Agustin, 13 th, SMP Makarya, kelas 8,
Kampung Gintung
12. Devia Rahayu, 10 th, SDN Gintung I, kelas 5,
Kampung Gintung
13. Ghufron Kamil, 17 th, MA Darul Ma’arif,
kelas 3, Kampung Gintung
14. A. Lutfi Fuadi, 16 th, MAN 11 Jakarta, kelas 2,
Kampung Gintung
15. Hilmi Karim, 15 th, SMP 164 Jakarta, kelas 3,
Kampung Gintung
16. Mutia Alifi a, 6 th, TK Santosa, Kampung
Gintung
17. Roy Dwi Cahyo, 12 th, SMP Al Hidayah Lebak
Bulus, Kampung Gintung
18. Fanny Setiawati, 17 th, SMAN 87, kelas 12,
Kampung Gintung
19. Fahri S, 13 th, MTs. Nurul Salam, kelas 1,
Kampung Gintung
20. Syara Anisa, 15 th, SMP Muhammadiyah
Tanah Kusir, kelas 3, Kampung Gintung
21. Rayza Yonivan Bramasta, 11 th, SDN Pondok
Pinang 10, kelas 5, Kampung Gintung
22. Darwin Setiawan, 17 th, SMAN 87, kelas 12,
Kampung Poncol
23. Retno Wulandari, 13 th, SMPN 240, kelas 8,
Kampung Poncol
24. Risma Cahyani, 14 th, SMPN 87 Jakarta,
kelas 3, Kampung Poncol
25. Devi Safi tri, 10 th, SDN 12 Jakarta, kelas 4,
Kampung Poncol
26. Alfi , 9 th, SD Gintung I, kelas 3, Kampung
Gintung
27. Dani, 7 th, SD Gintung 2, kelas 1, Kampung
Gintung
28. Annis A, 13 th, SMP 87, kelas 2, Kampung
Gintung
29. Faizal Arafat, 9 th, SD Min Terpadu, kelas 3,
Kampung Gintung
30. Putri, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung
Gintung
31. Ayu, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2, Kampung
Gintung
32.Ine Prestiwi, 12 th, SDN Situ Gintung 61,
kelas 6, Kampung Gintung
33.Irgo Agustina, 8 th, SDN Situ GIntung 1, keas 2,
Kampung Gintung
34. Nur Ikromah, 6 th, Playgroup Bintang Kecil,
Kampung Gintung
35. Ihsan, 8 th, SD Gintung 2, kelas 2,
Kampung Gintung
36. Annisa, 6 th, TK,, Kampung Gintung
37. Aria, 6 th, TK,, Kampung Gintung
38. Faisal, 12 th, SDN Gintung, kelas 6, Kampung
Gintung
39. Arif, 15 th, SMP YMJ, kelas 3, Kampung
Gintung
40. Albi, 7 th, SD Gintung, kelas 1, Kampung
Gintung
41. Keyla Putri Sabana, 2.5 th, Balita,, Kampung
Gintung
42. Maulana Tabrani, 19 th,,,Kampung Gintung
43. Nila Mandarini, 14 th, SMP Fatahillah, kelas 9,
Kampung Gintung
44. Raff a Erlagga, 6 bln, Balita,, Kampung
Gintung
45. Nadita, 10 th, SDN Pondok Pinang 10 Pagi,
kelas 5, Kampung Gintung
46. Dini Alfi onita, 15 th, Man II Pd Labu, kelas 10,
Kampung Gintung
47. Rio Andika, 17 th, Man II Pd Labu, kelas 10,
Kampung Gintung
48. Arreisya Citra Noorsabitha, 6 th, TK Sentosa,
kelas B2, Kampung Gintung
49. Rizki Nur Rachman, 18 th,,,, Kampung
Gintung
50. Sartika Yuliasih, 15 th, MTs. Nurussalam,
kelas 3, Kampung Gintung
51. Mardi Sudrajat, 12 th, SDN Situ Gintung 1,
kelas 6, Kampung Gintung
52. Sabrina, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung
53. Pandu, 13 th, SMP Makarya, kelas 1, Kam
pung Gintung
54. Dimas, 16 th, TM IMJ, kelas 1, Kampung
Gintung
55. Rika, 7 th, SD Situ Gintung, kelas 1, Kampung
Gintung
56. Fadil, 6 th, TK,,, Kampung Gintung
57. Esa, 4 th, Balita,,, Kampung Gintung
58. Reza Damu Susanto, 13 th, SMP, kelas 2,
Kampung Gintung
59. Mita, 14 th, SMP, kelas 3, Kampung Gintung
60. Kemal, 8 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung
61. Fahri, 8 bln, Balita,,, Kampung Gintung
62. Irsal, 18 th,,,,, Kampung GIntung
63. Mirsa Edi Saputra, 12 th, SMP, kelas 1,
Kampung Gintung
64. Sherin, 10 th, SD, kelas 4, Kampung Gintung
65. Angga Saputra, 19 th, STM, kelas 3, Kampung
Gintung
66. Indah, 16 th, SMA, kelas 2, Kampung Gintung
67. Fika, 14 th,SMP , kelas 3, Kampung Gintung
68. Shela, 7 th, SD, kelas 1, Kampung Gintung
69. Jaya Kusumah, 18 th,,, Kampung Gintung
70. Jaelani, 15 th,,,, Kampung Gintung
71. Zakaria, 10 th, SD, kelas 3, Kampung Gintung
72. Zeki, 5 th, Balita,,, Kampung Gintung
73. Muhammad Supriyadi, 15 th, SMP, kelas 3,
Kampung Gintung
74. Tia, 8 th, SD, kelas 2, Kampung Gintung
75. Suhaida, 16 th, Pesantren,, Kampung Gintung
76. Sulastri Septiana, 17 th, Pesantren, kelas 3,
Kampung Gintung
77. Wiwi Nur Faidah, 12 th, Madrasah, kelas 5,
Kampung Gintung
78. Nurul Hidayah, 8 th, Madrasah, kelas 1,
Kampung Gintung
79. Abdul Rauf, 12 th, Madrasah, kelas 5,
Kampung Gintung
80. Nasifa, 8 th, Madrasah, kelas 1, Kampung
Gintung
81. Ichvannus, 17 th, SMA 2 Mei, kelas 3,
Kampung Gintung
82. Deka, 8 th, SD Pondok Pinang, kelas 3,
Kampung Gintung
83. Deni, 15 th, SMP Muhammadiyah, kelas 3,
Kampung Gintun
84. Meta, 6 thg, SDN Situ Gintung, kelas 1,
Kampung Gintung
85. Ina Maryana, 19 th,,,, Kampung Gintung
86. Indra Lesmana, 15 th, SMP, kelas 2, Kampung
Gintung
87. Kiki Erawati, 11 th, SD, kelas 5, Kampung
Gintung
88. Reza, 10 th, SD Muhammadiyah, kelas 4,
Kampung Gintung
89. Dimas, 7 th, SD Muhammadiyah, kelas 1,
Kampung Gintung
90. Ferry, 11 th, Korban Yatim Piatu,, Kampung
Gintung
91. Yanuar, 4 th, Balita,, Kampung Gintung
92. Akbar, 20 bln, Balita,, Kampung Gintung
93. Eva, 7 bln, Balita,, Kampung Gintung
94. Galih, 2 th, Balita,, Kampung Gintung
95. Widia, 2 th, Balita,, Kampung Gintung
96. Arin, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung
97. Salma, 8 bln, Balita,, Kampung Gintung
98. Wulan, 4 th, Balita,, Kampung Gintung
99. Citra, 1 th, Balita,, Kampung Gintung
100.Robi, 3 th, Balita,, Kampung Gintung
101.Zahra, 5 th, Balita,, Kampung Gintung
102.Andini, 3 th, Balita,, Kampung Gintung
103.Dinda, 2 bln, Balita,, Kampung Gintung
104.Aryanti, 5 th, Balita,, Kampung Gintung
105. Anis, 5 th, Balita,, Kampung Gintung
106.Luki, 5 th, Balita,, Kampung Gintung
107.Amanda, 1 th, Balita,, Kampung Gintung
108.Sasa, 3 th, Balita,, Kampung Gintung
109.Tolet, 1 th, Balita,, Kampung Gintung
110.Aryo, 5 th, Balita,, Kampung Gintung
111.Dika, 2 th, Balita,, Kampung Gintung
Data korban Situ Gintung Anak usia
sekolah dan Balita yang sudah
masuk ke redaksi FORUM ALUMNI
hingga pukul 21.30 wib (3/4),
tercatat sebagaimana dilaporkan Tim
Pendataan IA-ITB TANGGAP adalah
sebagai berikut:
Data Anak Usia Sekolah dan Balita Korban Bencana Situ Gintung
B E R I TA K E G I ATA N
42 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
dengan Tim Trauma Healing, Mobil Pin-
tar ini bisa menjadi teman bermain dan
belajar bagi anak-anak korban bencana.
Evaluasi Kelayakan Gedung Perintis UMJSelain itu, IA-ITB Tanggap sedang
menyiapkan tim untuk melakukan
evaluasi/studi kelayakan lokasi dan
bangunan kampus UMJ. Sebagaimana
diketahui, kampus ini merupakan salah
satu korban bencana Situ Gintung den-
gan kerugian lebih dari Rp. 8 Milliar.
‘’Tim ini kita siapkan untuk menin-
daklanjuti surat permohonan Dekan Dr.
Rahmat Salam, Msi untuk melakukan
evaluasi atas kondisi fi sik bangunan
Gedung Perintis 1 tempat perkuliahan
Fakulatas Ilmu Sosial dan Politik, Agama
Islam dan Kesehatan. Kebetulan ini kan
kompeten dengan bidang kita, yaitu di
bidang keteknikan,’’ kata Andri.
Untuk menindaklanjuti hal terse-
but, departemen sosial IA-ITB akan
melakukan konsultasi dengan Kepala
Bidang Hubungan Almamter Hermanto
Dardak. ‘’Insya Allah kami akan mem-
bantu untuk menyiapkan tim ini,’’ kata
Andri.
Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun
Musibah jebolnya Tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Tangerang, Banten yang melanda saudara-saudara kita di Tangerang turut menjadi keprihatinan PP IA-ITB. Untuk itu PP IA-ITB mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi yang tidak sedikit tersebut.
Bantuan para Alumni untuk Masyarakat Korban Situ Gintung, dapat disalurkan melalui :
qq. Dompet Amal IA-ITB Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391
Bantuan berupa peralatan sekolah bagi korban anak usia sekolah dapat dikirimkan ke:
Sekretariat IA-ITB Jl. Taman Patra II No.16, Kuningan, Jakarta Selatan.
DOMPET AMAL IA-ITB UNTUK MASYARAKAT KORBAN SITU GINTUNG
Bank Mandiri A/C. 070-000-436-3391
Tangga Nama Alumni Jurusan/ Jumlah Donasi Donatur Angkatan
1-Apr 08158014575 1.000.000,-
1-Apr Dian Syarief FA/83 1.000.000,-
2-Apr Sri Inayati ITB/83 1.000.000,-
4-Apr Karyawan
PT Taka Turbo-
machinery
Indonesia 4.340.000,-
6-Apr Hamba Allah 500.000,-
6-Apr Doni Tertana 3.000.000,-
8-Apr Dessi Snorrason ITB/78 3.000.000,-
21-Apr JUMLAH 13.840.000,-
B E R I TA K E G I ATA N
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 43
PELAJARAN DARI SITU GINTUNGImam A. Sadisun, ST, MT
SITU, dalam istilah yang lebih
umum, dikenal sebagai danau
berukuran relatif kecil, dapat
terbentuk secara alamiah maupun
buatan. Situ-situ ini mendapatkan
pasokan air baik dari curah hujan, mata air, atau
bahkan sungai-sungai yang terdapat di seki-
tarnya. Beberapa situ memiliki saluran keluar
(outlet) yang terkadang juga dapat terbentuk
secara alamiah. Namun bisa juga merupakan
konstruksi buatan, yaitu dengan membangun
bendungan kecil atau tanggul.
Pada mulanya, situ yang terletak di wilayah
Cirendeu, Tangerang ini terbentuk secara
alamiah. Tanggul pada situ ini dibangun sejak
zaman Pemerintahan kolonial Hindia-Belanda,
yaitu pada 1933 (dikutip dari detik.com, 27/3).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Jakarta
dan Kepulauan Seribu yang dibuat Turkandi
dkk.(1992), Situ Gintung berada pada satuan
batuan endapan volkanik.
Berdasarkan jenis materialnya, tanggul Situ
Gintung berupa urugan tanah yang relatif ho-
mogen (earth dam). Pada umumnya, tanggul
jenis ini terdiri dari satu jenis tanah kedap air
yang dipadatkan, yang seharusnya dilengkapi
dengan sistem penyalir horizontal (horizontal
drain) atau cerobong (chimney drain). Sistem
penyalir merupakan bagian yang penting
dalam konstruksi tanggul, terutama berfungsi
menurunkan garis aliran rembesan di dalam
tubuh tanggul.
Ketidakstabilan tanggul disebabkan berba-
gai faktor, yang dapat memainkan peranannya
secara terpisah maupun gabungan. Salah satu
faktor adalah erosi bawah permukaan di bagian
hilir tanggul atau erosi buluh (piping erosion).
Tanah yang umumnya kohesif hasil pelapukan
endapan volkanik, cenderung mudah menga-
lami proses ini. Erosi ini kadang diawali dengan
retaknya lereng tanggul di bagian hilir, disusul
dengan runtuhnya badan tanggul. Runtuhnya
badan tanggul bisa juga dipengaruhi kemung-
kinan rusaknya tanah bawah (subsoil) akibat
erosi buluh.
Bahaya akibat keruntuhan tanggul akan
diperparah apabila kondisi genangan air di situ
terlalu tinggi (overtopping) atau bahkan me-
limpas tanggul. Lebih dari itu, volume air yang
melimpah tentunya akan menjadi ancaman
yang lebih besar setelah badan tanggul runtuh.
Hal-hal tersebut sangat mungkin terjadi
di tanggul Situ Gintung, yang mengakibatkan
jebolnya badan tanggul, Jumat (27/03/09) dini
hari. Sebelum tanggul runtuh, banyak yang
melaporkan adanya retakan-retakan di badan
tanggul. Kemungkinan besar, ini berkaitan
dengan proses erosi buluh dan penurunan
sebagian badan bendungan.
Hujan deras yang terjadi beberapa hari sebe-
lum jebolnya tanggul Situ Gintung, merupakan
penyebab utama naiknya genangan air di situ
tersebut. Situ dengan luas genangan diperkira-
kan mencapai 21 ha itu dan dengan volume air
mencapai 1,5 juta meter kubik, telah memun-
tahkan sebagian besar isinya setelah badan
tanggul jebol. Tak salah bila banyak korban
bencana yang menyatakan banjir bandang ini
seakan tsunami kecil. Bentuk morfologi permu-
kaan tanah yang tidak rata di bagian hilir sangat
memengaruhi larinya banjir bandang dan juga
penyebarannya.
Sistem pemantauanDengan umur yang sangat tua, selayaknya
Situ Gintung mendapatkan perhatian yang
cukup. Tidak hanya sebatas faktor kapasitas dan
kualitas air yang mengisi situ tersebut, tetapi
menyangkut kestabilan badan tanggulnya.
Apalagi, Situ Gintung ini merupakan salah satu
alternatif tempat tujuan wisata yang tak jauh
dari ibu kota negara, maka jaminan keamanan
kepada para wisatawan pun harus diberikan.
Keamanan tanggul harus selalu dievaluasi.
Adanya potensi keruntuhan badan tanggul,
seharusnya dapat diidentifi kasi secara dini.
Usaha-usaha pencegahan ini sangat penting
dan sekecil apapun gejala terhadap kemungki-
nan kejadian keruntuhan badan tanggul harus
selalu diperhitungkan. Metode lain yang cukup
penting yaitu pemantauan atau monitoring.
Gejala-gejala adanya ketidakstabilan
lereng bendungan umumnya dapat dipantau
secara visual. Ciri-ciri umum yang seringkali
dijumpai adalah rembesan atau bahkan mata
air di bagian sisi hilir kaki tanggul secara liar.
Mata air ini lambat laun bisa berkembang
dan akan mengakibatkan proses erosi bawah
permukaan. Proses perkembangan erosi bawah
permukaan kadang-kadang disertai dengan
retaknya tanggul, yang akhirnya mengakibat-
kan runtuhnya seluruh badan tanggul.
Seiring dengan semakin berkembangnya
teknik instrumentasi, bukannya tidak mungkin
memasang alat pantau di setiap tanggul atau
bendungan. Dari jenis alat pantau yang hanya
digunakan untuk mengukur perubahan level
genangan air seperti AWLR (Automatic Water
Level Recording), hingga jenis alat pantau yang
dapat mendeteksi pergeseran pada permukaan
ataupun di dalam tubuh tanggul , seperti halnya
ekstensometer. Hampir seluruh alat pantau
tersebut dapat dikontrol dari jarak jauh secara
real-time.
Mitigasi bencanaDengan telah berkembang kawasan
pemukiman yang relatif cukup padat di
bagian hilir tanggul Situ Gintung, sebenarnya
sangat disayangkan mengapa hal ini terjadi.
Dengan kasatnya potensi risiko bencana yang
ada, usaha-usaha mitigasi bencana terhadap
kemungkinan jebolnya tanggul Situ Gintung
seharusnya dilakukan.
Mitigasi dapat dilakukan secara struktural,
misalnya dengan memberikan tambahan
sistem perkuatan tanggul. Bisa juga secara
nonstruktural, antara lain dengan melakukan
berbagai sosialisasi dan arahan yang tepat
tentang potensi berbagai risiko bencana yang
mungkin terjadi di sekitar kita. Mitigasi secara
umum dilakukan sebelum bencana tiba, ser-
ingkali tidak menentu atau bahkan lebih cepat
dari waktu-waktu yang diperkirakan. Bahkan
terkadang memiliki intensitas yang jauh lebih
besar dari perkirakan semula.
Belajar dari peristiwa jebolnya tanggul Situ
Gintung, sepertinya bencana ini sama sekali
tidak disangka-sangka. Meskipun ada warga
mengetahui indikasi ketidakstabilan tanggul,
tetapi tindakan kesiapsiagaan yang dilakukannya
belum terancang dan terorganisasi dengan baik.
Yang perlu mendapat perhatian di sini adalah
keresahan masyarakat yang tinggal di sekitar
tanggul atau bendungan wilayah lain (khusus-
nya berada di bagian hilir). Apakah hal ini akan
dibiarkan terus menerus berlangsung?***
Penulis adalah Anggota Kelompok Keilmuan
Geologi Terapan, FITB - ITB dan Ketua Divisi
Geologi Teknik - IAGI
O P I N I
44 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
DIES EMASDARI PENGHARGAAN HINGGA PAMERAN PENDIDIKAN
Pada Maret 2009 ini, Insti-tut Teknologi Bandung (ITB) genap berusia 50 ta-hun. Dalam memperinga-ti usianya yang setengah abad (dies emas), salah
satu perguruan tinggi terkemuka di ta-nah air ini merayakannya dengan ber-bagai kegiatan. Acara yang dipusatkan di kampus ITB, Jl Ganesa, Bandung ini, dibuka oleh Wkil Presiden RI , Jusuf Kalla (JK) Senin (2/3) lalu.
JK tak hanya membuka acara yang tergolong akbar tersebut. Ia juga ren-cananya akan menerima penghargaan Ganesa Prajamanggala Bhakti dari ITB. Penghargaan serupa, juga akan diberikan kepada mantan Presiden RI , BJ Habibie. Kedua tokoh tersebut akan hadir dalam acara yang dipusatkan di kampus ITB. Penghargaan Ganesa Pra-jamanggala Bakti Adiutama, juga akan diberikan kepada 17 orang alumni ITB baik yang sedang menduduki jabatan menteri maupun maupun mantan menteri.
Mereka yang mendapat penghar-gaan Ganesa Prajamanggala Bakti Utama, yaitu Wiranto Arismunandar
(mantan rektor ITB), Rizal Ramli (man-tan menteri), Ginanjar Kartasasmita, Jusman Syafi ’i (menteri Perhubun-gan), Aburizal Bakrie (menko Kesra), dan Hatta Rajasa (menteri Sekretaris Negara).
Tak hanya itu, ITB juga menganu-grahi 29 orang diluar alumni dalam lima kategori penghargaan. Mereka antara lain Andi F Noya, Hariadi P Soepangat, dan sejumlah nama lain-nya. Penghargaan diberikan dalam ac-ara puncak yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla.
Panen penghargaan, itulah yang terjadi dalam dies emas kali ini. Menurut Wakil Rektor Senior Bidang Akadmik, Adang Surahman, ini adalah
penghargaan terbanyak yang pernah dikeluarkan pihak civitas akademika selama 50 tahun ITB berdiri. ‘’Ini se-jarah baru. Selama ini ITB pelit dalam memberikan penghargan,’’ujar dia yang ditemui di ruang kerjanya.
Ada makna penting dalam pembe-rian penghargan tersebut. Menurut Adang, fi losofi dari pemberian peng-hargaan tersebut yaitu kalu kita ingin dihargai maka harus bisa menghargai orang lain. ‘’Ini makna terpenting dari pemberian enghargaan tersebut,’’ujar Adang, yang juga anggota senat akademik ITB.
Rangkaian kegiatan menyambut dies emas tersebut, sudah dimulai se-jak Jumat (27/2) hingga puncak acara pada Senin (2/3). Kegiatan tersebut, kata Wakil Rektor Bidang Komunikasi dan Kesekretariatan, ITB, Dr Ir Bene-dictus Kombaitan., antara lokakarya dengan tema ‘Model Transpormasi Sikap, Karakter, dan Intelektualitas dari Posisi Siwa ke Mahasiswa’. Peserta kegiatan tersebut, yaitu para guru SMUse-Jabar dan bertempat di Cam-pus Center Sayap Barat ITB.
Selain kegiatan tersebut, panitia
A L M A M AT E R
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 45
Menarik Perhatian Pengunjung Melalui Stand Pameran dan Presentasi
Dalam rangka Dies Emas ITB, diadakan open house berupa pameran stand-stand tiap fakultas/sekolah di ITB, kantor-
kantor pimpinan ITB, unit-unit kerja di ITB dan presentasi fakultas/sekolah pada tanggal 27 Februari - 1 Maret 2009 di Aula Barat dan Aula Timur ITB.
Pada setiap stand terdapat penjelasan-penjelasan mengenai program studi (prodi) tiap fakultas/sekolah dan penjelasan mengenai unit-unit kerja di ITB. Sedangkan, presentasi diperuntukkan bagi pengunjung yang mayoritas masih duduk di bangku SMA, berlangsung di Aula Barat ITB, merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan kegiatan pendidikan, penelitian, dan
Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (WRMA), Balai Penelitian (BP), Satuan Penjamin Mutu (SPM), Rektorat ITB dan Sarana dan Prasarana (SarPras).
Sedangkan, di Aula Timur terdapat stand pameran Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Sekolah Bisnis dann Manajemen (SBM), Sekolah Arsitektur dan Perencanaan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), dan Sekolah Pascasarjana (SPS). Untuk stand lainnya, terdapat stand Unit Sumber Daya dan Informasi (USDI), Unit Penyelenggara Teknis (UPT), Pojok Konseling, dan lain-lainnya.
Di stand FTMD, terdapat model pesawat WiSe Craft hasil pengembangan teknologi bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Selain itu, pengunjung juga dapat memainkan simulator pesawat WiSe Craft yang dapat dikendalikan oleh pilot dan co-pilot dengan joystick. Di stand SF, terdapat alat pembuat tablet secara manual.
Di stand FITB, terdapat simulator gempa yang terbuat dari kotak kaca sederhana dan pasir tiup berwarna. Di stand FMIPA, terdapat teropong bintang yang dijadikan properti pameran, sedangkan di stand SITH terdapat alat fermentasi buatan dan produk-produk hasil riset berupa cendawan yang dikemas dalam bentuk teh seduh, kapsul dan sirup untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Beralih ke Aula Timur, dapat dilihat karya-karya mahasiswa FSRD berupa kursi rotan dengan berbagai bentuk futuristik dan hasil kerajinan tangan lainnya, di stand SAPPK dipamerkan maket-maket hasil karya studio mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota serta mahasiswa Arsitektur.
juga menggelar resentasi fakultas/sekolah. Kegiatan ini merupakan wadah sosialisasi tentang keilmuan dan keg-iatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan masing-masing fakultas / sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat ITB.
Dies kali ini juga diisi den-gan pameran pendidikan dengan mengedepankan sistem pendidikan dan penelitian di ITB. Kegiatan ini diikuti oleh fakultas/sekolah, program studi, kelompok keahlian dan keilmuan, kantor-kantor pimpinan ITB dan unit kerja di lingkungan kampus tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Ba-rat, Aula Timur dan Campus
Center ITB pada Jum’at 27 Februari - Minggu 1 Maret 2009.
Selain itu, juga digelar pa-meran hasil-hasil penelitian berupa prototipe jasa atau-pun produk jadi dari berbagai fakultas/sekolah, kelompok keahlian / keilmuan, pusat penelitian dan unit – unit kerja di ITB. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Barat, Aula Timur dan Campus Center ITB pada Jum’at 27 Februari – Minggu 1 Maret 2009. Seluruh rangkaian keg-iatan tersebut terbuka untuk umum. ITB juga membuka program kunjungan ke kam-pus tersbeut baik perorangan maupun pelajar dan kalangan guru.
300 Keping Koin Dies EmasDalam rangka memperingati Dies
Emas atau HUT ke-50, Institut Teknologi
Bandung akan meluncurkan koin emas.
Koin emas ini hanya akan dibuat 300
keping saja.
Menurut Iman Sujudi, perancang
koin emas ini, koin-koin tersebut terdiri
dari dua jenis. Masing-masing seberat
35 gram dengan diameter 5 cm dan
berat 25 gram dengan diameter 3,5 cm.
Bila dinominalkan, koin-koin terbuat
dari emas murni 24 karat ini berharga
masing-masing Rp 50 juta dan Rp 30
juta.
Sebagian dari koin-koin ini
rencananya akan diberikan kepada
tokoh masyarakat atau alumni yang
dinilai berjasa kepada ITB. Di antaranya
BJ Habibie dan Hatta Rajasa.
AU
LA
BA
RA
T
pengabdian masyarakat yang dilakukan masing-masing fakultas/sekolah.
Lokasi pameran sains, teknologi dan seni terbagi menjadi dua, di Aula Barat dan Aula Timur ITB. Di Aula Barat terdapat stand pameran dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Fakultas Ilmu dan Teknologi Bumi (FITB), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Sekolah Farmasi (SF), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH). Untuk kantor-kantor pimpinan dan unit-unit kerja di ITB, terdapat Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Majelis Guru Besar (MGB), Satuan Kekayaan dan Dana (SKD), Wakil Rektor
46 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Setelah beberapa
pekan silang pendapat,
penganugerahan gelar
doktor kehormatan
(honoris causa/HC)
kepada Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY)ditunda. Penundaan
itu, menurut Rektor ITB Djoko Santoso,
atas permintaan pribadi presiden yang
disampaikan secara langsung.
”Atas keinginan dan kearifan Presiden,
pemberian gelar HC kepada beliau
ditunda setelah Pemilu selesai, baik
pemilu legislatif ataupun pemilu
Presiden. Setelah semua selesai baru
hal itu dibicarakan,” kata Prof Dr Ir Djoko
Santoso MSc usai menemui Presiden di
Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.(6/2).
Sedianya gelar doktor kehormatan
itu akan dianugerahkan tepat pada
Peringatan Dies Emas ITB pada 2 Maret
2009. Momen itu juga bertepatan
dengan 89 tahun pendidikan teknologi
di Indonesia. Dan, Yudhoyono dinilai
tepat mendapat anugerah
pada mo men penting itu.
Menurut Djoko, penundaan itu
dilandasi pertimbangan Presiden
terhadap berbagai aspek. Baik persoalan
luar kampus maupun masalah dalam
kampus ITB sendiri. Jubir Kepresidenan
Andi Alifi an Mallarangeng menyatakan
secara lebih gamblang tentang alasan
permintaan Presiden.”Agar jangan ada
yang beranggapan penganugerahan
gelar ini ada hubungannya dengan
pemilu,’’ katanya, ’’Itu tidak baik baik ITB
dan tidak baik bagi Presiden.’’
Kendati urung diberikan saat
ulang tahun emas, penundaan gelar
HC dinilai banyak pihak tetap saja
menguntungkan SBY. Rekshidatu
Lestahulu, ketua Hima Teknik Mesin
ITB, isu penganugeraan itu sendiri
sudah mengangkat citra SBY secara
tak langsung. Dan, versi Arya Pradipta
THY, ketua Hima Matematika ITB, citra
itu semakin terdongkrak. ’’Permintaan
penundaan itu datang langsung dari
SBY.’’
Godokan dua tahun
Rektor ITB menyangkal adanya
muatan politik di balik rencana
penganugerahan ini. ”Salah satu alasan
pemberian gelar itu karena beliau ini
menunjukkan adanya hardwork, clean
government, cermat, dan menghasilkan
improvement di dalam membangun
industri teknologi di Indonesia,’’ katanya.
Ia menyebutkanpenganugeraan itu
adalah hasil keputusan ITB secara
institusional. Artinya, telah melalui
penelaahan di Senat Akademik.
Proses pengajuan gelar doktor HC
kepada Susilo Bambang Yudhoyono,
menurut Ketua Senat Akademik
ITB Prof Dr Ir Yanuarsyah Haroen,
dilakukan sejak 16 April 2007. Selama
dua tahun senat mengumpulkan
data, mengadakan survei kelayakan,
dan melihat kiprah calon penerima
anugerah.
Dan, palu pun diketuk pada 16
Januari 2009 di Gedung Majelis Guru
Besar ITB, Jl Surapati No 1, Bandung.
Keputusan diambil lewat sidang pleno
yang dihadiri 33 dari 50 anggota senat.
Dari hasil rapat senat yang sudah
memenuhi kuorum itu, sebanyak
60 persen mendukung pemberian
gelar dan 40 persen menolak.’’Biasa
kalau yang kontra itu suaranya lebih
keras,’’kata Wakil Rektor Senior ITB,
Bidang Akademik, Prof Dr Ir Adang
Surahman MSc PhD.
Perubahan sikap ITB
Media massa lokal maupun nasional
langsung menyambar rencana
penganugerahan itu dengan debat pro-
kontra. Pasalnya, selama ini ITB dikenal
sangat selektif dalam menganugerahi
HC. Sejak berdiri, hanya hitungan
jari jumlah orang yang mendapat
gelar kehormatan itu. Mereka adalah
presiden pertama RI, Ir Soekarno,
mantan Dirjen Pertambangan Umum
Sutaryo Sigit, dan mantan Menteri
Perindustrian Hartarto.
Sejumlah tokoh mahasiswa dan
alumni pun angkat suara. Sebagian
dari mereka bersuara kritis. Mereka
mempertanyakan kapabilitas keilmuan
SBY dan status SBY sebagai presiden
dan kandidat presiden mendatang (lihat
galeri pendapat).
Mantan aktivis ITB Fajroel Rachman
adalah salah satu alumni yang paling
bersuara keras yang paling banyak di
kutip di media massa. Ia berpendapat,
pemberian gelar HC mestinya untuk
tokoh yang diakui kapabilitasnya.
Ia mencontohkan Ir Soekarno
mendapatkan doktor honoris causa dari
ITB karena sumbangan keilmuan teknik
sipilnya, terlebih latar belakangnya
memang teknik sipil ITB Ia khawatir
pemberian gelar itu akan terlihat di
mata publik sebagai bentuk dukungan
kampus terhadap calon presiden
mendatang. ”Ini sangat tidak baik untuk
keilmuan,” kata Fadjroel.
Kekhawatiran soal nuansa politis
itu ditampik Adang Surahman.
Lagipula, Adang menyebut SBY bukan
satu-satunya tokoh yang menerima
penghargaan. Ada lima tokoh yang
sudah dan tengah digodok. Dua di
antaranya berbarengan dengan SBY.
Namun, Adang mengunci rapat-rapat
nama-nama tersebut. ’’Takut menjadi
polemik seperti sekarang.’’
Ia melihat pemberian penghargaan
dari ITB sebagai bentuk kedewasaan.
‘’Jika kita ingin dihargai oleh orang lain,
maka kita pun harus melakukan hal
serupa,’’ kata dia. jaka/bandung
GELAR HC UNTUK SBY
MENUNGGUPASCA PEMILU 2009
A L M A M AT E R
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 47
A L M A M AT E R
GALERI PENDAPAT
Arya Pradipta THYKetua Hima Matematika ITB
’’Pemberian Gelar Harus Lebih Selektif’’ Pemberian gelar tersebut tidak layak untuk SBY.
Apalagi gelar tersebut kalau tidak salah di bidang informasi teknologi. Terlalu murah ITB memberikan gelar tersebut kepada SBY yang kita ketahui tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut. Seharus-nya rektorat lebih selektif lagi dalam memberikan gelar. Jangan karena dia presiden lantas gelar terse-but diberikan.
Sepengetahuan saya, ITB pernah memberi-kan gelar serupa kepada Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Menurut saya, Soekarno sebagai seorang proklamator, layak mendapatkan gelar tersebut. Kita ketahui perjuangan dia begitu besar dan dia merupakan tokoh pembaharu negeri ini. Bah-kan kiprah Bung Karno tak hanya dikenang oleh masyarakat Indonesia . Tapi, kalangan dunia pun mengakui kemampuan Bung Karno. Jadi menurut saya gelar dari ITB kepada Bung Karno sangat layak.
Saya melihat ada agenda politik dibalik ren-cana pemberian gelar tersebut. Mengapa kepada SBY dan diberikan menjelang pemilu. Masyarakat umum saja, akan paham bahwa ada kepentingan politik dibalik pemberian gelar tersebut. Kalau sekarang rencana pemberian gelar tersebut diundur setelah pemilu, sebenarnya itu hal yang wajar. Apalagi permintaan penundaan itu datang langsung dari SBY. Ini akan mendongkrak citra SBY dalam pemilu nanti. jk
Rekshidatu LestaluhuKetua Hima Teknik Mesin ITB
’’Kriteria Penghargaan Mesti Terbuka ’’Saya yakin pemberian gelar kepada Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) melalui mekanisme yang berlaku di ITB. Tentunya pemberian gelar tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Namun, saya sendiri tidak mengetahui secara pasti kriteria tersebut. Ini mestinya disampaikan pihak rektorat secara terbuka kepada masyarakat umum agar tidak jadi rumor yang negatif.
Menurut penilaian saya, pemberian gelar tersebut layak diterima oleh SBY. Saya melihat SBY mampu memperbaiki kondisi disaat krisis. Meksi perbaikannya belum maksimal, namun kinerja pemerintahan SBY sudah dianggap baik. Mungkin kalau kondisi Indonesia tidak sedang krisis, apa yang dilakukan SBY akan lebih terlihat lagi.
Saya melihat pemberian gelar tersebut memang ber-muatan politis karena diungkapkan ke media menjelang Pemilu 2009. Saya tidak tahu siapa yang mengeluarkan isu tersebut pertama kali. Bisa saja dari kalangan rektorat ataupun kalangan parpol. Dari kalangan rektorat mung-kin ada pihak yang mempunyai keinginan-keinginan, misalkan menjadi menteri, kalau SBY terpilih kembali. Ini baru dugaan saja.
Meski pada akhirnya rencana pemberian gelar terse-but ditunda, namun isu tersebut sudah terlanjur menye-bar d masyarakat. Saya setuju rencana tersebut ditunda setelah pemilu nanti. Namun tetap saj isu tersebut telah mengangkat citra SBY secara tidak langsung.
Pemberian gelar doktor honorius causa (HC) kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pertim-bangannya murni akademik, kenapa harus takut?
Dengan banyak memberikan gelar kepada orang lain, bukan berarti ITB memurah-murahkan gelar atau merendahkan diri sendiri. Justru sebaliknya, pembe-rian gelar lebih banyak sebagai bentuk kedewasaan ITB dalam pergaulan dengan masyarakat. .ITB mulai memandang perlu memberikan gelar kepada orang di luar ITB. Dulu-dulu kita pelit. Kalau memberi gelar itu tidak diartikan menghinakan kita. Bahkan sebaliknya kalau kita menghargai orang lain maka orang lain akan menghargai kita.
Pemberian gelar tersebut, jangan dikaitkan dengan dengan masalah lain, termasuk politik. Pihak-pihak yang mempertanyakan pemberian gelar tersebut, tentunya mereka melihatnya dari kacamata politik. Tolong jangan dicampuradukkan. Kita tidak berpikiran ke sana,.
Gelar doktor HC, bukan gelar doktor beneran. Jadi, jangan menilai apakah seseorang itu pantas atau tidak mendapat gelar itu. Ini bukan gelar doktor sesungguhnya. Jangan terjebak ke situ.
Biasanya pemberian gelar HC dikaitkan dengan prestasi meskipun bukan di bidang itu. Meski demikian, pemberian gelar tersebut ujung-
ujungnya memang harus bisa dikaitkan dengan keil-muan di perguruan tinggi yang bersangkutan. Etikanya, memang harus bidang yang terkait dengan keilmuan ITB. Saya kira itu logika. Nggak mungkin ITB memberi gelar HC kedokteran. Harus ada kaitannya. Sedikit saja kaitannya nggak apa-apa.
Bidang teknologi informasi (TI), merupakan salah satu bidang yang jadi pertimbangan ITB dalam mem-berikan gelar tersebut. SBY merupakan satu-satunya presiden yang concern terhadap masalah TI. SBYsatu-satunya presiden yang pernah mengundang ITB dan meminta ITB untuk memikirkan masalah TI. Presiden mana di Indonesia yang memikirkan masalah TI?
Prof Dr Ir Adang Surahman, MSc PhDWakil Rektor Senior Institut Teknologi (ITB) Bandung , Bidang Akadmeik
’’Bentuk Kedewasaan ITB’’
48 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Sudah tiga tahun ini Institut Teknologi Bandung (ITB) menjalankan roda organ-isasinya yang baru. Karena
tergolong baru, maka tak heran jika organisasi ITB yang berubah berdasar-kan Keputusan Senat Akademik No 34/SK/Ko1-SA/2003 ini masih banyak mengalami kekurangan di sana-sini. ’’Ibaratnya dulu terbiasa jalan kaki, sekarang harus nyetir. Jadi belum terbiasa,’’ komentar Wakil Rektor Se-nior Bidang Akademik, Prof.Dr. Adang Surahman.
Nah, merunut ke proses awalnya, perubahan struktur baru ini tak lepas dari amanat Peraturan Pemerintah (PP) No 155 Tahun 2000 tentang Kelem-bagaan ITB tentang status ITB sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Tidak Hirarkis
Sesuai yang diamanatkan PP, pe-
nataan tugas dan fungsi setiap organ
beserta perangkat organisasi di ITB ini
dimaksudkan untuk mencapai beberapa
tujuan sekaligus. Pertama, tentu saja
untuk menjadikan ITB sebagai lembaga
pendidikan yang berbasis penelitian dan
keilmuan. Secara manajerial, penataan
juga ditujukan untuk membagi secara
jelas organ yang berfungsi akademik dan
kemahasiswaan pada satu sisi; dan organ
yang lebih berfungsi administratif, mana-
jerial, dan pendukung pada sisi lainnya.
Selain itu, penataan juga bertujuan untuk
membuat organisasi ITB lebih efi sien. ’’Kita
ingin organisasi ITB lebih datar atau fl at
dan tidak berjalan secara hirarkis,’’ kata
Adang, yang juga dikenal sebagai pakar
teknik sipil ini.
Dasar penataan tak lain adalah visi dan
misi ITB sendiri. Dalam visi misi ITB, kata
Adang lebih jauh, tergambar cita-cita
luhur untuk mewujudkan masyarakat dan
bangsa Indonesia agar mampu sejajar
dengan bangsa maju dunia. Untuk mewu-
judkannya, diperlukan keinginan kuat sivi-
tas akademika ITB memunculkan nilai-nilai
dan potensi lokal, yakni tradisi dan budaya
nusantara (geososioekokultur Indonesia).
Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar bagi
pengembangan sistem keilmuan melalui
pencapaian kegiatan penelitian berkelas
dunia, keunggulan ilmiah korporatif dan
kecendekiawanan yang tinggi.
Untuk bisa mewujudkan visi dan mis-
inya sebagai universitas berciri teknologi
ITB harus didukung oleh sistem organisasi
yang memadai. Pengelompokan fungsi-
fungsi organisasi yang sekarang berlaku,
kata Adang, telah diputuskan berdasarkan
pemikiran yang mendalam tapi tetap ber-
pegang pada prinsip pohon keilmuan tapi
ADA SEKOLAH, ADA FAKULTAS
ADA JURUSAN,ADA PRODI
Jika Anda lama tidak menengok Kampus
Ganesha dan berkunjung ke sana saat ini,
mungkin Anda akan menemukan hal-hal
baru yang membuat Anda bertanya-
tanya. Tak hanya kinclong gedung dan
namanya, tapi juga organisasinya.
Misalnya, istilah departemen kini tidak
dipakai lagi. Sebagai gantinya, muncul
istilah Fakultas, Sekolah dan Program
Studi. Apa sih perbedaannya dengan yang
lama sebenarnya?
A L M A M AT E R
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 49
A L M A M AT E R
kontekstual. ’’Artinya, disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat agar mudah
melakukan penetrasi budaya yang sesuai
dengan arah kebijakan ITB, dan pada saat
yang sama secara efi sien dapat dikelola,’’
papar Adang panjang lebar.
Menghilangkan Departemen
Dalam sistem organisasi yang lama,
ITB mengenal rektor, dekan, departemen
(jurusan), program studi (prodi), KBK,
dan dosen. Dengan keluarnya SK No 34,
struktur organisasi itu dipotong setingkat.
‘’Sebenarnya pilihannya ada dua, fakul-
tas yang dihilangkan atau departemen.
Selama ini terjadi duplikasi peran. Akhirnya
yang dipotong departemen,’’ kata pria
kelahiran Cimahi ini.
Sebelum reorganisasi dilakukan, ITB
terdiri dari lima fakultas dan 34 departe-
men. Dengan posisi ini, dekan kadang
harus membawahi enam sampai de-
lapan program studi. ’’Ini kan berat,’’
komentarnya. Karena itulah maka fakultas
dipecah menjadi 12 fakultas. Selain beban
dekan menjadi lebih masuk akal, jalur dari
rektor ke bawah pun jadi lebih efi sien.
’’Secara organisatoris, kan lebih baik rektor
membawahi 12 fakultas daripada 34 de-
partemen,’’ kata Adang menggambarkan.
Sementara pada saat yang sama beban
dekan pun jadi lebih rasional. ’’Dekan
tak harus membawahi enam, tujuh atau
kadang delapan prodi. Cukup tiga atau
empat saja,’’ katanya.
Yang jadi masalah, karena organisas-
inya masih baru maka diperlukan waktu
untuk penyesuaian. ‘’Kalau ada kesan
organisasi sekarang lebih jelek diband-
ing yang dulu, ini karena belum paham.
Ibaratnya, ya itu tadi, kita tadinya jalan
kaki kemudian menyetir mobil. Karena
nyetirnya belum bagus, maka logika kita
pun jadi terbalik: lebih baik jalan kaki saja
deh. Itu yang terjadi.’’
Sekalipun tata laksana organisasi baru
ini sudah berjalan sekitar 80%, harus diakui
masih ada kekurangan di sana sini. ’’Untuk
mengatasinya memang diperlukan ko-
munikasi dan penjelasan yang lebih besar
lagi,’’ kata Adang, menambahkan.
Sekolah versus Fakultas
Yang mungkin menimbulkan tanda
tanya, barangkali adalah adanya dualisme
sekolah dan fakultas. Misalnya, ada Seko-
lah Arsitektur, Perencanaan dan Pengem-
bangan Kebijakan (SAPPK), Sekolah Bisnis
dan Manajemen (SBM), dan seterusnya.
Di luar itu, ada fakultas-fakultas, seperti
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
(FITB), Fakultas Teknologi Indonesia (FTI),
dan lain sebagainya. Lha, apakah sekolah
dan fakultas merupakan dua ’’binatang’’
yang berbeda?
’’Tidak. Itu hanya perbedaan identitas
saja,’’ jawab Adang. Fakultas yang prod-
inya serumpun dikelompokkan menjadi
satu, yang disebut ’’fakultas’’. ‘’Untuk
gampangnya, fakultas menyangkut rum-
pun yang 25-50 persen mata kuliahnya
sama,’’ katanya menjelaskan. Nah, kalau
sekolah adalah penamaan rumpun yang
mata kuliahnya hampir 50 persen sejenis.
’’Misalnya Program Studi Arsitek dan
Planologi. Karena mata kuliah yang serum-
pun hampir mencapai 50%, maka disebut
’sekolah’.’’
Apakah memang pembedaan nama
ini harus dilakukan? Menurut Adang, iya. ’’
Kelihatannya memang seolah-olah sama
saja. Tapi cara kita memandang, kita bisa
membedakan sekolah atau fakultas. Kalau
di sekolah pengaturan keseragamannya
lebih gampang, bikin kurikulumnya pun
mudah karena memang lebih banyak
kesamaannya. Tapi di fakultas lain. Ketika
kita mencoba melakukan penyesuaian
itu susah karena tiap prodi punya ciri-ciri
sendiri lebih besar,’’ imbuh dia.
Pembagian Peran yang Jelas
Dalam organisasi yang baru, pem-
bagian peran sangat jelas. Peran unit
terkecil, fakultas atau sekolah, dipimpin
oleh dekan yang membawahi tiga tiga
entitas, yaitu prodi (mirip eks departemen
dulu), para dosen yang tergabung dalam
kelompok keahli an/keilmuan (KK), dan
entitas yang membawahi instusi penun-
jang/pendukung.
Dalam penataan yang baru, Ketua
Prodi tak bertugas mengurusi dosen.
Dosen itu wilayahnya fakultas. ‘’Dulu ada
dualisme. Saya kadang mengurus sesuatu
ke ketua jurusan dan ketika mengurus gaji
kenaikan pangkat ke fakultas.’’ Sekarang,
Ketua Prodi hanya mengurus pendidikan
mahasiswa dan pembinaan kehidupan
kemahasiswaan.
Para dosen berada di bawah Kelom-
pok Keahlian (KK) yang masing-masing
dimpimpin oleh seorang ketua. Di luar
KK, ada perpustakaan, laboratarium, dan
studio. Entitas penunjang semuanya se-
cara organisatoris langsung ada di bawah
dekan. jaka/bandung
50 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Tak hanya caleg, tapi juga carek yang tampaknya ramai jadi pembicar-aan di ITB. Carek? Jan-
gan bingung, ini hanya kependekan ngawur untuk ’’calon rektor’’. Musim pemilu sih ....
Ya, tidak terasa empat tahun sudah rektor seka-rang, Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, M.Sc. menjabat sebagai pimpinan tert-inggi ITB. Karena masa jabatannya bakal berakhir pada 2010 menda-tang, maka tidak mengherankan bila saat ini, di tengah keramaian Dies Emas 2009 ini, sudah ada kasak-kusuk: siapa nih calon rektor periode mendatang? Nah, setelah keramaian Dies Emas usai, bisa dipastikan ITB bakal diramaikan lagi oleh momen lima tahunan yang selalu ditunggu-tunggu ini. Gebyarnya memang beda, tapi pasti tak kalah seru.
Harapan MahasiswaYang jelas, kalangan mahasiswa
sudah ada yang mulai ikut-ikutan buka suara. Para mahasiswa ber-harap mereka bisa turut dilibat-kan, meski secara tidak langsung. Paling tidak suara dan harapan mahasiswa bisa didengar oleh Senat Akademik (SA), Majelis Guru Besar (MGB), dan Majelis Wali Amanah (MWA). ‘’Minimal kami bisa mengusulkan kriteria calon rektor,’’ kata Rakshidatu Lestaluhu, Ketua Hima Mesin ITB.
Menurut Ketua Senat Akademik ITB, Prof Dr Yanuarsyah Haroen, masukan tak hanya diharapkan dari kalangan mahasiswa. Pihak luar pun, yaitu masyarakat, juga diminta masukannya dalam proses
pemilihan rektor. ‘’Karena itulah maka kami akan mulai bergerak dari sekarang,’’katanya.
Waktu yang panjang untuk proses pemilihan rektor, kata Yanuarsyah, diharapkan menjadi bekal tersendiri. Pada pemilihan rektor sebelumnya, pihaknya hanya memiliki sekitar empat bulan saja. Tapi sekarang masih ada waktu lebih dari enam
bulan untuk melakukan persiapan. ‘’Dengan waktu yang panjang, diharapkan bisa menam-bah kualitas hasilnya.’’
TahapanDalam tradisi ITB, pemilihan
rektor akan dilakukan melalui tahapan-tahapan. Tahap per-tama yang akan dilakukan adalah membentuk tim kecil. Tim inilah yang akan merumuskan tahapan-tahapan pemilihan rektor. Tim ini berisikan orang-orang yang berkompeten, baik dari kalangan Senat Akademik maupun para dosen. Tim ini juga akan meran-cang program pemilihan rektor pada periode berikutnya.
Berdasarkan PP 155 Tahun 2000 tentang Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pasal 36 ayat 1 butir h, Senat Akademik bertugas mengusulkan calon rektor kepada MWA yang tata caranya diatur lebih lanjut dalam keputusan SA. Hal itu diperkuat dengan ang-garan rumah tangga ITB pasal 40 ayat 1 butir m.
Masa Jabatan Empat Tahun
Berbeda dengan pemilihan rektor sebelumnya, periode masa jabatan rektor mendatang lebih pendek, hanya empat tahun. Na-
mun payung hukum yang diguna-kan untuk proses pemilihan tetap menggunakan aturan yang lama. Masa kerja empat tahun ini men-gacu pada PP 155 Tahun 2000.
Lalu seperti apa fi gur yang tepat untuk meminpin ITB? ’’Figur itu harus memahami tata kelola ITB. Apalagi, dalam tiga tahun ke depan ITB sedang menata diri sesuai dengan amanah UU BHP. Figur tersebut tentunya juga harus memahami keputusan Majelis Wali Amanah dan SA. Misalnya kepu-tusan WMA mengenai RIP atau RENIP ITB sampai dengan tahun 2025,’’ kata pakar Elektronika Gaya dan Sistem Penggerak Listrik ini.
Tak hanya itu. Calon rektor juga harus memahami agenda akade-mik 2008-2013, harkat pendidikan di ITB, kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni di ITB, nilai-nilai ITB BHMN, kebijakan universitas riset.
Kriteria akan Disusun Nantinya, kriteria calon rektor
secara lengkap akan disusun oleh panitia pemilihan. Ketika meny-usun kriteria, panitia bisa belajar dari pengalaman pemilihan rektor lima tahun lalu.
Menurut Yanuarsyah, kriteria adalah evaluation judgment. Misalnya integritas, komitmen, kepemimpinan, jiwa wirausaha-wan, wawasan dan kemampuan manajerial. ‘’Sedangkan perysratan lain lebih pada verifi kasi adminis-trasi, yaitu warga negara Indonesia , sehat jasmani rohani, dan ber-pendidikan doktor, usia tidak akan memasuki masa pensiun ketika menjabat rektor.
Mengenai usia yang tepat bagi seorang rektor ITB mendatang, Yanuarsyah tak mempersoalkan-nya. Kata dia, soal usia jangan dijadikan dikotomi karena itu menyangkut kodrat alam. Apalagi kalau dicari-cari lemahnya, pasti akan ketemu. ‘’Yang tua bisa di-sebut ngeyel, kalau yang muda dianggap belum berpengalaman.’’
Nah, repot khan? jaka/bandung
HAYO, SIAPA MAU
JADI ’’CAREK’’?
A L M A M AT E R
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 51
A L M A M AT E R
Tim GARUDA 77 dari ITB yang beranggota-kan Andhika Putra Pratama, Raka Pradipta Nandiwardhana , Saifullah Abas Wahid ke-luar sebagai tim
terbaik nasional dalam Pan-Asian Ratailing Simulation Game 2008 - Indonesia (PARSG 2008). Dengan demikian, tim GARUDA 77 berhak mewakili Indonesia untuk mengikuti kompetisi fi nal di National Central University, Taiwan. Kompetisi fi nal tingkat dunia, akan diselenggarakan pada 15-18 Mei, memperebutkan grand prize uang tunai US$ 10.000.
Sedangkan GARUDA 72 dari ITB
yang beranggotakan Adriansyah Ibnu Hikam dan Henny Triana berhak atas tropi juara 2. Di tem-pat ketiga GARUDA 75 dari UNPAR yang beranggotakan Samuel Erlang Pratama, Yandi Tanaga, serta Trixie Aniela Suwondo.
Pan-Asian Retailing Simulation Game 2009 (PARSG 2009) adalah sebuah kompetisi yang dicetuskan oleh Departemen Administrasi Bisnis, National Central Universty, Taiwan. Kompetisi ini bertujuan meningkatkan pemahaman maha-siswa mengenai bisnis ritel di Asia.
“Saat menjalani ronde 1-3 kami masih mengambil keputusan ber-dasarkan perhitungan dan analisis yang mendalam, namun pada ronde ke-4 kami hampir tidak dapat memprediksi strategi apa yang harus diambil untuk dapat me-nang. Akhirnya berdasarkan analisis dicampur dengan feeling yang kuat
kami dapat menentukan strategi yang tepat,” Demikian Andhika bertestimoni.
The Retailing Simulation Game adalah kompetisi online. Mahasiswa akan bersaing dengan mengguna-kan suatu program yang disebut Chain Store Master (CSM). Program ini memungkinkan mahasiswa men-gubah dan menyesuaikan parame-ter lingkungan bisnis sesuai dengan keinginan guna memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dibutuh-kan pemikiran strategis yang cepat dan akurat dalam proses pengambi-lan keputusan untuk dapat berkom-petisi disini. Pada akhir periode, program CSM akan mengevaluasi kinerja dari setiap tim.
Panitia lokal kompetisi ini di-selenggarakan oleh Penelitian dan Pengembangan Manajemen Fakul-tas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. (sumber:www.itb.ac.id)
ITB Raih Dua Award pada Lomba Perancangan Prosesor di Jepang
TIM GANESHA ANT berhasil
meraih penghar-
gaan tertinggi dari
Japan Society of
Information and
Communication, IEICE, pada lomba
perancangan chip: LSI-Design Contest
2009. Ganesha ANT, beranggotakan
mahasiswa STEI ITB: Tyson, Aisar L.
Romas, dan R. Siti Intan, berhasil meny-
isihkan fi nalis dari Universitas ternama
di Jepang dan Korea. Pada lomba yang
sama, satu tim lagi, yaitu Team Zoiros,
mendapat penghargaan dari Multina-
tional Company, Xilinx® Award.
Team Ganesha ANT mengajukan
rancangan prosesor baru yang dapat
mengeksekusi proses secara paralel.
Prosesor tersebut memiliki keunggulan
dalam kecepatan proses dibanding
prosesor yang umum dipakai sekarang.
Hasil rancangan tim tersebut berupa
prototipe komputer kecil yang dapat
menjalankan “Game Hangman”.
Para juri sangat terkesan dengan
inovasi baru dalam prosesor terse-
but. Hal tersebut dibuktikan dengan
harapan yang disampaikan juri agar
prosesor tersebut dapat diterapkan di
Industri IT. Para juri pun berujar bahwa
prosesor karya mahasiswa ITB ini dapat
meningkatkan kinerja perangkat elek-
tronika seperti Komputer, PDA, Smart
Phone dan lain sebagainya. Teknologi
prosesor sendiri saat ini biasanya dikua-
sai oleh industri-industri hi-tech, seperti
Intel, Sun Microsystems, dan IBM.
Tim Zoiros yang membuat rancan-
gan prosesor dengan kecepatan men-
capai 1 GigaHertz berhasil menunjukkan
keunggulan sistem mereka. Prototipe
komputer tim yang beranggotakan
mahasiswa STEI ITB: Randy Hari Widialak-
sono, Ahmad Fajar Firdaus, dan Iman
Prayudi juga dapat memperagakan ke-
mampuan prosesor dalam menjalankan
“Video Game Sokoban”.
Kedua Tim dipersiapkan selama
6 bulan melalui kuliah perancangan
chip di STEI ITB oleh Dr. Trio Adiono.
Lomba ini merupakan lomba tahunan
bertaraf internasional yang diada-
kan di kota resort paling terkenal di
Jepang, yaitu Okinawa. Para juri pada
lomba ini berasal dari akademisi dan
perusahaan-perusahaan terkenal di
dunia elektronika internasional. Prestasi
ini menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki kompetensi yang tidak kalah
dengan negara industri lainnya. Hal ini
juga sekaligus menunjukan kesiapan
ITB sebagai institusi pendidikan bertaraf
internasional. Keberangkatan tim didu-
kung oleh Cisco Systems Indonesia dan
Alumni ITB 75. (sumber:www.itb.ac.id)
Mahasiswa ITB wakili Indonesia Dalam Kompetisi PARSG 2009 di Taiwan
Dua Tim SBM ITB lolos National Final L’oreal Brandstorm
DUA TIM DARI SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN
ITB lolos ke dalam babak empat besar national fi nal
L’oreal Brandstorm. Kedua tim tersebut, Tim Odyssey
(Amal, Ifad, dan Safi r) dan Tim Ganesha (Frank, Arini,
dan Dito), akan bersaing dengan tim dari Universitas
Indonesia dan Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Tim
pemenang national fi nal akan mewakili Indonesia di
Paris.
Prestasi ITB dalam sejarah kompetisi L’Oreal e-Strat
Business Challenge patut diacungi jempol. Hampir set-
iap tahun ITB mengirimkan wakilnya. Tahun 2007, tim
Rajawali ITB berhasil memenangkan dua penghargaan
tingkat internasional, yaitu juara tiga internasional
dan penghargaan SharePriceIndex (SPI, harga saham)
tertinggi dunia pada fi nal kompetisi ini di Paris.
L’oreal Brandstorm adalah kompetisi marketing
berskala internasional yang diadakan L’oreal.Tema
marketing L’oreal Brandstorm tahun ini adalah produk
parfum dari perusahaan kosmetik Maybelline New York.
Dalam perlombaan setiap tim dituntut untuk
mengembangkan strategi pemasaran bermutu interna-
sional. Strategi dimulai dari tahap market research,
product development, product launching, hingga com-
munication strategy seperti pembuatan iklan media
cetak dan TV Commercial.
Setelah melewati tiga babak penyisihan, tim fi nalis
diwajibkan melakukan presentasi di babak fi nal pada
24 April 2009 mendatang. Sebelumnya, setiap fi nalis
akan mendapatkan pembekalan materi dari praktisi
marketing McCann Erickson (Jakarta), salah satu mar-
keting agency terbesar di dunia yang berkantor pusat di
New York. (sumber:www.itb.ac.id)
52 FORUM ALUMNI I April-Mei 200952 FORUM ALALUUMNIM I April-Mei 2000099
Beginilah suasana ITB 50 tahun lalu,
tepatnya tanggal 2 Maret 1959 Presiden
Soekarno datang ke kampus Ganesha
untuk meresmikan ITB.
Foto-foto diambil dari blog-nya Rinaldi
Munir, dosen IF pada Sekolah Teknik Elektro
dan Informatika ITB ( http://rinaldimunir.
wordpress.com/2009/01/20/foto-foto-
peresmian-itb-tahun-1959-oleh-bung-
karno/).
Rinaldi (IF 85), dosen IF yang blognya
lumayan informatif (dan direkomendasikan
untuk dikunjungi) memperoleh koleksi
foto-foto langka dari STEI. Nah, foto-foto
ini dipindai dari album milik Proff esor T.M.
Soelaiman, salah satu guru besar di Teknik
Elektro ITB.
1. Barisan mahasiswa siap-siap menyambut kedatangan Presiden Soekarno. Foto ini di lapangan bola yang terletak di tengah kampus (sekarang sudah berganti bangunan LabTek V, VI, VII, VIII, dan XI). 2. Presiden Soekarno datang dengan mobil sedan. Bung Karno memakai payung sendiri dan duduk agak tinggi. 3. Presiden Soekarno dan Rektor ITB saat itu berjalan dari pintu gerbang menuju lapangan bola. 4. Mahasiswa berbagai Departemen dan Fakul-tas berbaris rapih di pinggir lapangan bola. 5. Para dosen dan istri dosen duduk rapih di pinggir lapangan. 6. Mahasiswa berpakaian adat/nasional menuju meja protokler.7. Bung Karno berpidato tanpa teks sambil bernostalgia menceritkan masa kuliahnya dulu di kampus TH (sekarang ITB).8. Rektor dan Bung Karno membuka prasasti. Sekarang prasasti atau tugu ini berada tepat di tengah kampus (antara LabTek V dan LabTek VIII). Di kemudian hari mahasiswa menyebut-nya sebagai Tugu Soekarno.
1
2
3
4
5 6
7
8
MENYAMBUT BUNG
KARNO
IOT
A T
AU
BE
TA
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 53
BASKET DANMERPATI PUTIH
MATAKULIAHFAVORIT SAYA
Direktur Utama PT Telkom, Tbk.
Rinaldi Firmansyah
WAWA N C A R A
54 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
WAWA N C A R A
Kalau kebetulan sedang berkunjung
kembali ke ITB, apa yang paling diingat?
’’Lapangan Basket!’’ jawaban ini langsung
meluncur dari Direktur Utama PT Telkom
Tbk. Rinaldi Firmansyah, dalam kesempa-
tan wawancara dengan Forum Alumni
di kantor Telkom, Graha Telkom, Jl. Gatot
Subroto, Jakarta, Senin sore 2 Maret lalu.
Harap maklum. Alumnus Teknik Elektro
angkatan 79 ini memang pehobi basket
dan sempat menjadi kapten tim basket
ITB. ’’Biasalah kalau pemain basket itu
banyak fans ceweknya, tapi istri saya
bukan dari ITB lho, tapi dari Trisakti,’’
katanya.
Selain aktif di unit basket, ayah tiga
anak ini (dua perempuan, satu laki-laki)
juga aktif di unit silat Merpati Putih. Malah
kalau ditanya apa mata kuliah terfavorit,
pria kelahiran Tanjung Pinang, 10 Juni
1960 langsung menjawab, ’’Basket dan
Merpati Putih ha ha ha ...!’’
Di luar ’’mata kuliah’’ kegemarannya,
Rinaldi juga bercerita mengenai banyak
hal: bisnis telekomunikasi di Indonesia,
organisasi alumni, dan ITB secara keselu-
ruhan. Berikut penuturan lengkapnya:
Bagaimana Bapak melihat
ramainya pemain industri teleko-
munikasi baik lokal maupun asing di
Indonesia?
Saya rasa ramainya industri karena
beberapa hal yaitu besarnya market di
Indonesia dan industri ICT Indonesia
masih sangat menarik, walaupun saat ini
sudah terlalu banyak pemainnya.
Berapa sih sebenarnya jumlah
ideal pemain industri telekomunika-
si di Indonesia?
Susah juga memastikan jumlah ide-
alnya. Tetapi kalau kita bandingkan den-
gan negara-negara lain rata-rata jumlah-
nya sebanyak 4-6 perusahaan. Seperti di
Singapura cuma 3 perusahaan, Malaysia
juga 3, Thailand 4, Australia 4, China 4,
India 6-7 perusahaan. Sementara Indo-
nesia lebih banyak pemainnya.
Apa efeknya bagi industri?
Pertama pemakaian frekuensi
menjadi tidak efi sien, dan kedua terjadi
perang tarif akibat perebutan pelang-
gan. Hal itu sebagai upaya new comer
untuk merebut hati konsumen.
Bukankah diuntungkan jika harga
murah?
Kita harus melihatnya dari tiga pilar
industri yaitu operator, konsumen dan
regulator. Industri yang sehat itu tidak
bisa hanya melihat dari satu sisi saja,
seperti dari konsumen misalnya. Tetapi
harus memperhatikan keseimbangan
dua pilar lainya. Jika salah satu ada yang
terganggu, maka seperti sekarang yang
terjadi, dimana ada beberapa operator
yang mulai goyang seperti tidak mam-
pu membayar utang. Hal itu menanda-
kan bisnis model mereka sudah mulai
berubah. Meski sudah menggunakan
strategi tarif murah untuk merebut
konsumen, namun faktanya tidak semua
perusahaan berhasil.
Bagaimana Telkom menyiasati
kondisi tersebut?
Kalau Telkom itukan pemain incum-
bent sehingga kenyang pengalaman.
Pelayanan dan jasa kita paling lengkap
di sini. Sebenarnya awalnya kita tidak
mau perang tarif, tetapi tentu saja tidak
bisa terus menerus membiarkan kom-
petitor kita merajalela. Akhirnya terpaksa
kita harus ikut juga. Kita pernah kehilan-
gan banyak pelanggan, namun ketika
kahir tahun 2007, kita turunkan tariff
sehingga kita memperoleh banyak pe-
langgan kembali. Namun Telkom harus
rela kehilangan revenue akibat tarif
murah tersebut. Biasanya memang yang
terkena dampak penurunan tarif itu
incumbent terlebih dahulu. Akan tetapi
dalam jangka menengah dan panjang,
akan kembali ke equilibrium yang baru.
Konsumen juga semakin cerdas dengan
tidak terjebak kepada operator yang
mempromosikan tarif murah namun
pelayanannya kurang.
Tadi disebutkan adanya peran
regulator. Bagaimana Bapak melihat
peran regulator dalam mengatur
jumlah pemain di industri ini?
Seharusnya mereka turut bertang-
gung jawab, toh mereka yang mener-
bitkan lisensi kepada perusahaan-peru-
sahaan tersebut. Telkom sendiri hanya
salah satu player di industri ini. Tetapi
tidak mudah juga bagi regulator untuk
membatasi jumlah pemain, kecuali ada
kesadaran sendiri dari si pemain untuk
merger misalkan. Yang perlu diingat
fungsi regulator adalah menyehatkan
industri.
Apakah selama ini fungsi tersebut
sudah berjalan baik?
Sebetulnya fungsi regulator itu mem-
berikan arahan dan standar yang sama
untuk seluruh pemain. Jika sudah be-
gini, sulit juga bagi regulator untuk me-
maksa mereka merger. Ambil contoh di
industri perbankan, dimana ada aturan
modal minimum sehingga jika ada
bank yang tidak memenuhi ketentuan
itu maka mau tidak mau, bank tersebut
harus merger. Namun sekarang belum
ada regulasi seperti itu di industri teleko-
munikasi. Mengherankan juga regulator
bisa memberikan lisensi begitu banyak
kepada perusahaan telekomunikasi.
Ke depan, persaingan industri
telekomunikasi akan ditentukan oleh
sejauh mana perusahaan kreatif da-
lam hal konten. Bagaimana Telkom
melihat hal itu?
Telkom sudah mengantisipasinya
sejak dua tahun lalu. Salah satu strate-
ginya kita beri nama defend the legacy
growing the new wave. Bisnis Telkom
itu sebenarnya tumbuh semua, namun
ada satu line bisnis yang turun cukup
signifi kan sebesar 14% yaitu fi xed line
(telepon rumah). Jumlah pelanggan-
nya tidak turun namun penggunaan-
nya yang turun akibat perubahan gaya
hidup dan tuntutan jaman. Untuk
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 55
menutup kekurangan tersebut, kita
bikin satu anak perusahaan yang khusus
menangani konten dan multimedia,
namanya PT Metra. Kita juga mulai
bergerak ke bidang IT Services dengan
mengakuisisi PT Sigma Cipta Caraka.
Telkom juga bermain di sistem layanan
pembayaran yaitu PT Finnet. Semuanya
itu dibawah kendali PT Metra.
Bagaimana pertumbuhan bisnis
konten dan multimedia tersebut?
Harus diakui dari sisi revenue jum-
lahnya masih kecil, namun pertumbu-
hannnya cukup signifi kan sebesar 30%
per tahun. Di bisnis new wave tum-
buhnya di atas 50% per tahun. Namun
karena basisnya masih kecil belum
dapat menutup penurunan di fi xed line
tadi. Ke depannya kita tidak punya pili-
han lain selain mengembangkan bisnis
berbasis konten dan multimedia.
Kontribusi pendapatan Telkom
yang terbesar darimana?
Pertama seluler, kedua fi xed line
termasuk interkoneksi, ketiga baru
multimedia dan konten. Seluler masih
tumbuh, new wave tumbuh di atas
50%, fi xed line yang turun.
Terkait dengan Ikatan Alumni ITB.
Ada yang beranggapan organisasi
semacam ini hanya sekadar ajang
kangen-kangenan. Benarkah ang-
gapan itu menurut Bapak?
Tidak ada yang salah juga juga
sebagian fungsi ikatan alumni dan yang
sejenisnya sebagai sarana untuk bernos-
talgia. Tetapi disamping itu ikatan alum-
ni berfungsi untuk saling sharing, punya
link dengan almamater. Bahkan bagi
almamater seperti ITB, IA ITB diposisikan
sebagai saluran untuk menjaring suara
alumni. Di IA ITB, Ketuanya kan sebagai
ex offi cio anggota Majelis Wali Amanat.
Pengurus IA ITB itu bukan orang yang
bekerja full time, meski ada Direktur
Eksekutif yang bekerja secara full time.
Namun yang harus digarisbawahi IA ITB
itu terikat dengan program-program
yang sudah dibuat. Sehingga tidak bisa
digunakan secara cepat untuk mer-
espon isu-isu nasional.
Apa program bapak selaku ketua
Bidang Pelayanan dan Hubungan
Alumni IA ITB?
Pertama pemberian informasi
kepada alumni. Yang sudah berjalan itu
sub ketua Sdr. Eki, ada komunikasi ikatan
alumni dengan sesama alumni dan
ITB. Kedua, program pengembangan
karir seperti keikutsertaan dalam carrier
day. Ketiga, peningkatan skill alumni
yang sudah kita adakan beberapa kali
baik yang berupa majelis reboan (kita
undang alumni ke sekretariat untuk sal-
ing sharing) kedua kita punya program
training namanya self inside awareness
melanjutkan program pengurus yang
lama. Program itu ditujukan untuk
alumni-alumni muda, dimana mereka
dibekali kemampuan non teknikal agar
bisa sukses. Program ini sudah berjalan
tiga kali dan pesertanya cukup lumayan
banyak Pesertanya mayoritas dari ITB
dan sedikit dari luar ITB. Feedbacknya
cukup baik selama ini.
Bagaimana sinergisitas IA ITB
dengan rektorat ITB?
Selama ini memang masalah sinergi
IA dengan ITB belum jelas arahnya. Na-
mun dalam dua tahun terakhir ada pen-
ingkatan kejelasan hubungan tersebut.
Di ITB sendiri sudah ada struktur yang
mengurusi hubungan alumni. Beberapa
program kemitraan yang dijalankan
antara IA dengan ITB juga kerap dilaku-
kan. Sehingga bisa dikatakan selama
dua tahun ini hubungannya harmonis.
Perwakilan alumni juga sudah duduk di
Majelis Wali Amanat.Sebenarnya kalau
dari IA ITB sudah baik sejak dulu, namun
baru dua tahun ini rektorat mempunyai
pejabat yang secara khusus menangani
hubungan dengan alumni.
Bagaimana kualitas lulusan ITB
sekarang?
ITB masih jadi yang terbaik sampai
saat ini di Indonesia. Selain masalah
keteknikan yang sudah mereka kuasai,
para fresh graduate ITB harus ditingkat-
kan skill non teknisnya.
ITB dikenal sebagai kampus
nomor wahid. Namun kenapa alumn-
inya banyak yang berkiprah justru di
luar bidang teknik?
Di ITB itu lokasi kampusnya sangat
solid karena satu lokasi. Kedua, kebe-
basan berekspresi sangat dihargai. Ke-
tiga unit kegiatan mahasiswanya banyak
yang tidak berhubungan dengan ilmu
yang dipelajari mulai dari olahraga,
seni dan ilmu kemasyarakatan. Input
mahasiswa ITB juga berasal dari yang
terbaik di sekolahnya sehingga mereka
memang memiliki kelebihan dibanding
yang lain.
Masih main basket sekarang?
Di Telkom kan ada sarana lapan-
gan basket, makanya saya masih main
basket. Selain itu, anak saya yang kecil
juga ikut klub basket, sehingga sambil
nganterin dia ya saya main juga.
Apa yang paling berkesan dari
ITB?
Sistem pembelajarannya tidak
ortodoks, dan saling mengenal satu
sama lain karena adanya masa orientasi
di tahun pertama. Selain itu ITB juga
memberi kebebasan kepada mahasiswa
untuk tidak ikut kuliah asalkan bisa lulus.
Ada dosen favorit?
Yang favorit tidak ada, tetapi yang
berkesan itu ada yaitu Profesor Sudjana
Syafei (mantan rektor ITB). Saat itu ketika
mengajar analisa numerik yang penuh
dengan diferensial dan integral yang
rumit, saya tanya “Pak, kalau sudah bek-
erja, apa gunanya rumus-rumus itu?”.
Beliau langsung marah dan menyuruh
saya keluar dari kelas. Tapi alhamdulilah
mata pelajaran itu saya lulus dan dapat
“A”. Kedua, ketika saya mau tugas akhir,
saya pinjam desktop IPTN karena butuh
algoritma yang besar melalui beliau, kar-
ena saat itu beliau ketua laboratorium
IPTN. Beliau memberikan memo dan
saya bisa pinjam desktop itu. Dari situ
saya menilai beliau bukan tipe penden-
dam dan sangat demokratis.
...
yang berkesan itu
Profesor Sudjana Syafei.
Ketika mengajar analisa
numerik yang penuh dengan
diferensial dan integral yang
rumit, saya tanya “Pak, kalau
sudah bekerja, apa gunanya
rumus-rumus itu?”. Beliau
langsung marah dan menyuruh
saya keluar dari kelas ...
WAWA N C A R A
56 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
W ajahnya memerah menahan kesal, matanya berkaca-kaca. Mungkin Karen tak menduga, ia bakal
kena pelonco di Komisi VII DPR. Gara-gara ia minta izin tak mengikuti sidang sampai selesai lantaran dipanggil Istana Negara untuk membahas gas ke pabrik Pupuk Kujang, anggota DPR kesal. Ia pun harus mendengarkan tumpahan kekesalan itu. Ujung-ujungnya, anggota DPR itu mempermasalahkan pemilihan direksi Pertamina.
’’Anda itu tidak cukup umur dan dengan masuknya Anda merusak merit system yang ada di Pertamina. Anda tidak memiliki kualitas dan pengalaman untuk menjadi dirut salah satu BUMN andalan negara,’’ tuding sang anggota DPR.
Pertikaian Pertamina dan Komisi VII DPR selama sepekan lebih itu sempat meramaikan media massa. Namun, masal-ah rampung begitu direksi Pertamina ber-salaman, menyatakan permintaan maaf.
Begitulah pengalaman hari-hari pertama Karen Agustiawan menjadi Dirut Pertamina. Sorotan pada Karen memang amat tajam. Ia adalah perempuan pertama yang mengomandani perusahaan minyak negara yang sudah berumur 41 tahun itu.
Dipandang sebelah mata di dunia maskulin sudah biasa bagi alumni ITB itu. Sebagian besar kariernya malang-melintang di industri minyak yang identik dengan maskulinitas.
” Saat saya masuk, banyak yang mempertanyakan, bisa apa cewek ini.” ungkap perempuan kelahiran Bandung,19 Oktober 1958 ini dalam sebuah wawancara. Banyak yang mengakui, she did bring something.
Srikandi Pertama di PertaminaIr.Galaila Karen Agustiawan dilantik
BUMN Sofyan Djalil, pada 5 Februari 2009. Sarjana Teknik Fisika ITB angkatan 1978 memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai analis dan programer dalam pemetaan sistem eksplorasi pada 1984. Empat belas tahun ia meniti karier di Mobil Oil Indonesia, dan sempat bergabung bersama Halliburton Indonesia. Dan, sejak 2006 ia masuk Pertamina sebagai staf khusus. Tahun kedua di tempat barunya ini, ia mendapat kepercayaan menjadi direktur hulu. Belum lagi menyelesaikan jabatannya, ia diberi tanggung jawab lebih besar lagi: dirut Pertamina.
Karena pengalamannya di bidang perminyakan itulah, menurut sebuah
IR GALAILA KAREN AGUSTIAWAN
DI ‘KURSI PANAS’
SRIKANDI
ITB
K I P R A H A L U M N I
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 57
IKLAN DISPLAY 1 HALAMAN
215 X 280 MM
media, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengusulkan nama Karen. Suatu posisi puncak yang merupakan ’kursi panas’. Betapa tidak, sejak 2006 sudah sebanyak enam nama silih berganti memegang tampuk pimpinan Pertamina. Mereka diganti sebelum masa jabatan berakhir. Seperti Ari H Sumarno bersama direksi baru akan habis masa jabatannya pada 2011.
Bersama Omar S Anwar yang menjabat wakil dirut Pertamina, nama Karen seolah muncul tanpa terduga. Kedua nama itu tak terdeteksi media massa saat fi t and proper test pada Sabtu (31/1) dan Minggu (1/2). Tak heran nama mereka tak muncul di media massa hingga pagi hari menjelang pelantikan.
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu secara tak terduga menyingkirkan sejumlah nama lain yang juga disebut-sebut berpeluang menggantikan Ari H Soemarno. Orang-orang itu adalah Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal, mantan Senior Country Offi cer JP Morgan Indonesia Gita Wirjawan, dan mantan Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Bahkan tokoh kawakan seperti mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Erry Riyana Hardjapamekas serta mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto.
Purnomo Yusgiantoro menampik latar belakang politik di balik terpilihnya Karen Agustiawan dan Omar S Anwar. Alasannya karena pemerintah menginginkan BUMN perminyakan tersebut seperti PT PLN (Persero). ”Karena PLN ini pimpinannya mengerti teknis dan Wakil Dirutnya mengerti manajemen,” ungkap dia.
Karen didampingi Omar S Anwar yang sebelumnya menjabat Dirut PT Rio Tinto dan mantan direktur Bank Mandiri, menurut Menteri Negara BUMN Sofj an Djalil, merupakan upaya penyegaran
di Pertamina. Misi yang dibebankan pada mereka adalah menjadikan Pertamina menjadi perusahaan migas kelas dunia. Bagi Karen, khususnya, pemerintah menginginkan Pertamina bisa mendongkrak kinerja produksi migas. Sebab, sektor hulu inilah yang menjadi sumber keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.
Kepada wartawan, istri Herman Agustiawan ini mencermati adanya
perubahan cara berpikir di Pertamina. Dulu orang masuk Pertamina lebih untuk keamanan kerja, masuk Pertamina untuk menghidupi keluarga. ”Sekarang harus diubah menjadi I’m proud to be Pertamina family. Kayak dulu di ITB zaman Posma, kan ada spanduk selamat datang putra-putri terbaik Indonesia. Saya pengen begitu di Pertamina, selamat datang sarjana terbaik di Pertamina.”
Saat tongkat komando ada di tangannya, Karen punya bayangan apa yang harus dihadapinya. Ia menginginkan Pertamina mampu menerapkan good corporate governance. ”Kalau ini jalan, maka segala bentuk intervensi yang merugikan perusahaan dan negara, at all cost, tidak tolerir,” tegas ibu tiga anak ini.
TantanganInilah tantangan yang langsung
dihadapi Karen dan Omar memegang kendali Pertamina: kelangkaan gas dan BBM. Masalah itu menggoyang kepemimpinan pendahulu mereka.
Salah satu kasus yang parah adalah saat Pertamina tak mampu menjamin kelancaran distribusi premium ketika pemerintah menurunkan harga premium pada 1 dan 15 Desember 2008. Saat itu, banyak pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang enggan mengisi stoknya sesuai volume normal, karena mereka khawatir merugi akibat selisih harga beli dan harga jual.
Pertamina dianggap tak mampu menyiapkan mekanisme kompensasi atas potensi kerugian yang dialami pengelola SPBU, agar pasokan premium tetap terjamin. Menanggapi kelangkaan tersebut, Presiden sempat menyatakan kemarahannya kepada manajemen Pertamina.
Karen sendiri mengaku tertantang oleh ‘medan tempur’ di depan matanya. ’’Saya sekarang memimpin tujuh anak perusahaan, itu berat, tetapi menantang.” Putri Prof Dr Soemiatno, mantan dirut PT Biofarma, ini ingin akan menjadikan Pertamina minimal sama dengan Petronas, perusahaan minyak Malaysia. Kendalanya,”Ini soal keseimbangan, we can not see our selves as a full private corporate karena ini kan perusahaan pelat merah yang mengemban tugas negara.” .
Karen memandang Pertamina di satu sisi sebagai korporat, maka untung harus diraih. Sisi hulu pun digenjot. Namun, di sisi hilir, banyak aspek sosial yang harus dihadapi. .
Dalam melaksanakan tugasnya, Karen menegaskan tidak akan menerima intervensi dari pihak mana pun. ”Kalau intervensi merugikan Pertamina dan negara tidak akan saya layani,” tegasnya.
berbagai sumber/nn
Pengalaman kerja :
System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986) Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indondonesia (1987-1988),Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992)Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data
manajemen (1998), Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999), di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008)Direktur Hulu Pertamina (Persero) (2008-2009)Dirut Pertamina (Persero) (2009)
Ir Galaila Karen Agustiawan
Lahir : Bandung, 19 Oktober 1958.Pendidikan
terakhir : Sarjana Teknik Fisika ITB:
Karier:
Dimulai di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun1984. Sebelum diangkat menjadi Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) menjabat sebagai staf ahli Direktur Utama Bidang Hulu PT Pertamina (Persero).
Saat saya
masuk, banyak
yang mempertanyakan,
bisa apa
cewek ini?
58 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Untuk mendapatkan kepercayaan dari klien bukanlah perkara mudah. “Perlu pengorbanan dan kesabaran,” kata Herry. Demi mendapatkan kredibilitas agar bisa dipercaya oleh pasar, ia rela menerima bayaran jauh di bawah harga normal.
Hal tersebut dialaminya ketika merenovasi Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta pada tahun 1993. Herry dipercaya untuk mengerjakan desain mechanical engeneering (ME) RSPP. Mengingat besarnya nilai proyek, idealnya ia mendapat bayaran sekitar Rp 400 juta. Namun ia hanya menerima nilai kontrak sebesar Rp12 juta. Itu pun realisasi pembayarannya hanya Rp 9 juta. Padahal ia harus mengerjakan desain ME tersebut selama enam bulan.
Ajang Pembuktian DiriMenurut Herry, bukan tanpa alasan jika ia menerima
tawaran yang tidak masuk akal tersebut. “Ajang pembuktian diri,” ujarnya. Ia ingin agar karyanya bisa diketahui oleh pasar, sehingga mendapatkan reputasi.
Perkiraannya ternyata tidak meleset, karena setelah itu Megacipta kebanjiran order. Herry mengungkapkan, proyek RSPP merupakan titik awal kesuksesannya sebagai kontraktor. Sebab setelah itu banyak proyek berskala besar yang dikerjakan oleh Herry.
Beberapa proyek tersebut antara lain pembangunan Gedung Pewayangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Gedung Graha Energi milik grup Medco, dan stadion Palaran di Samarinda, Kalimantan Timur.
Taman Mini dan Pinjaman Ibu TienHerry memiliki kisah menarik soal pembangunan
gedung wayang di TMII.. Sebelumnya ibu Tien menunjuk salah satu perusahaan kontraktor BUMN untuk mengerjakan proyek tersebut, namun tidak deal karena masalah nilai kontrak. Kontraktor tersebut meminta nilai kontrak sebesar Rp4 miliar, namun dana yang tersedia hanya sebesar Rp2,2 miliar.
Kemudian ibu Tien meminta Herry untuk mengerjakan proyek tersebut karena terkesan dengan karyanya di RSPP. Setelah dianalisa, Herry menyanggupi permintaan
tersebut. Ibu Tien sempat terkaget-kaget dengan kesanggupan dirinya. “Kok,
kamu bisa dengan dana sebesar itu, padahal perusahaan BUMN saja
tidak sanggup,” ujarnya menirukan perkataan ibu Tien saat itu. Karena tidak memiliki uang, maka Herry meminta ibu Tien menalangi dan deal tercapai. “Jadinya dana proyek pinjam uang ibu Tien.”
Modal bukanlah faktor utama untuk menjadi pengusaha sukses. Hal itu telah
dibuktikan oleh Herry Moelyanto, pendiri PT Megacipta Sentra Persada dan PT NH
Persada, perusahan yang bergerak di bidang konstruksi, rekayasa dan perdagangan.
Dengan modal awal yang relatif kecil, ia ternyata sukses mengembangkan bisnisnya.
“Bisa menjaga kepercayaan klien,” ujarnya membuka rahasia suksesnya.
HERRY MOELYANTO
DARI RS
PERTAMINA
HINGGA
BIN LADEN
K I P R A H A L U M N I
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 59
Tawaran Bin LadenKesuksesan Herry sebagai kontraktor
juga diakui oleh dunia internasional. Buktinya pengusaha sekelas Bin Laden pernah memintanya untuk mengerjakan proyek di Arab Saudi. “Nilai kontraknya cukup menggiurkan,” ujarnya.
Namun tawaran tersebut terpaksa tidak diturutinya. Sebab, Bin Laden memintanya memboyong 700 orang tenaga kerja ke negeri kaya minyak tersebut. “lha, bagaimana dengan proyek yang disini,” ujarnya. Tawaran lain juga pernah datang dari negara Oman dan ia pun menolaknya.
Tanpa bermaksud menyombongkan diri, dengan reputasi yang dimilikinya, ia tidak perlu repot-repot mencari proyek. “Alhamdulilah, proyek datang sendiri.”
Niat, Menjaga Kepercayaan dan ProfesionalMenurut Herry, kunci sukses dalam
bisnis apapun tergantung pada tiga hal yaitu niat, kemampuan menjaga trust dan profesionalitas. Sebagai mantan aktivis Salman ITB, ia menilai niat memiliki peran penting dalam menggapai keberhasilan. “Semua amal tergantung dari niat,” ujarnya.
Sedangkan kepercayaan atau trust dapat diperoleh jika bekerja dengan perform terbaik. Berdasarkan pengalamannya, untuk menjadi kontraktor yang dapat dipercaya dibutuhkan waktu minimal lima tahun.
Karena merupakan kontraktor yang sudah dipercaya, maka Herry mendapatkan kemudahan dari prinsipal untuk membayar barang secara tempo. Dengan begitu, cashfl ow perusahaan tidak terbebani.
Profesional Kadang Siap RugiSikap profesional juga sangat
dijunjung tinggi olehnya. Profesional berarti mengerjakan proyek sesuai dengan isi kontrak, apapun kondisi yang terjadi. Seperti saat ini, dimana nilai kurs dan harga-harga barang material melonjak rata-rata dua kali lipat dari
harga normal. Akibatnya, nilai kontrak yang sudah
disepakati tidak lagi menguntungkan. “Risiko bisnis konstruksi,” ujarnya. Herry sendiri pernah rugi hingga Rp1,7 miliar pada proyek di Pluit. Demi menjaga sikap profesionalnya proyek itu tetap dikerjakan hingga selesai.
Omset Megacipta mencapai puncaknya pada tahun 2007 hingga mencapai Rp100 miliar . Namun karena adanya krisis fi nansial maka omsetnya kini merosot sebesar 50% menjadi Rp 50 miliar. Tenaga kerja tetap sebanyak 70 orang dan tenaga kontrak sebanyak 500 orang.
Ke depan, Herry mentargetkan Megacipta akan go public. “Insya allah 5 tahun lagi,” ucapnya. Ia juga berharap krisis segera berakhir dan pemilu menghasilkan pemimpin yang dapat
menciptakan stabilitas keamanan yang kondusif.
Dari Software hingga Biro Perjalanan HajiSejak aktif di Kokesma, Herry tidak
pernah berpikir untuk menjadi pegawai meski di perusahaan ternama sekalipun. Ia tetap konsisten ingin menjadi pengusaha. Makanya tidak heran, ketika lulus dari ITB tahun 1989, ia langsung merintis usaha. “Bisnis pembuatan aplikasi softtware,” ujarnya. Bisnis softwarenya hanya bertahan enam bulan karena kemudian ia mendapat tawaran dari alumni ITB untuk mengerjakan proyek ME.
Bersama seorang temannya sesama aktivis Kokesma, Nurhuda, ia mendirikan perusahaan kontraktor. Uniknya, mereka saling bertukaran posisi, dimana pada PT Megacipta Herry bertindak sebagai direktur dan Nurhuda sebagai Komisaris. Sedangkan di PT NH Persada, Herry menjadi komisaris sedangkan Nurhuda menjadi direktur. “Chemistry kami cocok,” ujarnya.
drajat
Jiwa bisnis Herry sudah terasah sejak ia menjadi pengurus Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) ITB tahun 1985. Alumnus ITB Teknik Fisika’83 ini menjabat sebagai ketua bidang pengembangan pendidikan dan latihan (bangdiklat). Tugas utamanya adalah menyebarkan “virus” entrepreneurship kepada mahasiswa ITB. “Saya belajar banyak tentang bisnis selama di Kokesma,” ucap Herry.
Bisnis Kokesma meliputi kantin mahasiswa, toko buku, dan fotocopy dan lain-lain. Total dana kelolaan Kokesma mencapai ratusan juta rupiah. Sebagian besar diperoleh dari kantin.
Di Kokesma Herry jadi mengerti proses bisnis seperti harga bahan baku, proses produksi, hingga menentukan harga jual. “Kokesma ibarat kawah candra dimuka,” ujarnya. Herry menerima gaji dari Kokesma sebesar Rp25 ribu per bulan.
Belajardi KOKESMA
kunci sukses dalam bisnis
apapun tergantung pada tiga hal
yaitu niat, kemampuan menjaga
trust dan profesionalitas.
K I P R A H A L U M N I
60 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
G AYA H I D U P
Rumput hijau, udara segar, dan
lingkungan indah yang jauh dari
kebisingan kota, lalu apa yang
menjadikannya kurang?
Benar. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa
lapangan golf telah menjadi salah satu
tempat favorit pilihan bagi kaum me-
nengah ke atas yang mapan di sejumlah
kota besar di Indonesia, termasuk kota
besar seperti Jakarta. Lapangan tak
hanya menjadi tempat bermain golf
atau sarana membangun kebersamaan
bersama teman-teman, tetapi juga
menjadi sarana untuk lobi dan membi-
carakan bisnis bersama relasi.
Total, tak kurang ada sekitar 40 lapan-
gan golf di sekeliling kota metropolitan
Jakarta – tersebar di empat penjuru
angin dengan akses jalan tol atau jalan
lingkar. Sebagian besar terletak di ka-
wasan suburban Bogor, Tangerang dan
Bekasi (Botabek).
Berikut adalah beberapa lapangan
golf yang ada di lingkungan jalan Jago-
rawi, Jakarta.
Emeralda: Tuan Rumah Indonesia Open 2006
Salah satu lapangan di kawasan ini
adalah Emeralda Golf Club, terletak di
desa Tapos, Cimanggis, Depok – seki-
tar 30 menit perjalanan lewat tol dari
Semanggi, Jakarta. Sebagai salah satu
lapangan golf terbaik di area Botabek,
lapangan 27 holes rancangan Arnold
Palmer dan Jack Nicklaus ini menjadi
saksi bagi sejumlah turnamen lokal
dan internasional. Di antaranya Enjoy
Jakarta HSBC Indonesia Open 2006 yang
merupakan rangkaian dari turnamen
bergengsi PGA Tour Eropa.
Dengan clubhouse bergaya klasik
kolonial, lapangan yang dibangun sejak
tahun 1994 ini memiliki keanggotaan
baik warga lokal maupun ekspatriat
serta turnamen bulanan untuk anggota.
Jagorawi: Bukan untuk PemulaTak jauh dari Emeralda, ada Jagorawi
Golf and Country Club. Terletak di Jl
Karanggan, Desa Cipaeun, Cibinong-
Bogor, lapangan 45 holes ini merupakan
lapangan tertua di kawasan Botabek.
Terletak di lokasi yang strategis, di tepi
jalan tol Jagorawi dan relatif dekat den-
gan kota Jakarta.
Dibangun secara bertahap sejak
tahun 1975, lapangan rancangan Peter
Thompson, Zakir dan Michael Wolver-
idge dikenal sebagai lapangan yang pal-
ing sulit di Jakarta. Sebuah majalah golf
asing malah melukiskan Jagorawi Golf
sebagai ‘lapangan yang tidak memberi
ampun terhadap pemain pemula.’
Keanggotaan di klub ini relatif
beragam, warga lokal dan ekspatriat
Eropa/AS/Australia, Jepang serta se-
bagian besar warga Korea yang bekerja
di Indonesia.
Permata Sentul: Medan Perbukitan yang Menantang
Agak ke selatan lagi menyusuri jalan
tol Jagorawi lalu keluar ke arah Sentul,
ada Permata Sentul Golf & Country Club.
Lapangan yang menjadi bagian dari
kelompok Ciputra, perusahaan property
kenamaan di Indonesia, terletak di Jl.
Leuwinutug, Desa. Tangkil
Citeureup, Bogor. Dengan desain
standar internasional, lapangan hasil
rancangan Thompson, Wolveridge
& Perret ini memiliki 18 holes den-
gan dominasi lapangan perbukitan.
Di 9 holes bagian depan didominasi
permainan naik kearah perbukitan, se-
mentara 9 holes ke belakang didominasi
permainan menuruni perbukitan. Selain
medannya yang lumayan menguras
tenaga, ruang geraknya pun terbatas
dan menjadi tantangan bagi pegolf
yang main di sana.
KESEGARAN DI SEKITAR
TOL JAGORAWI
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 61
Setelah beberapa lama
baru beredar versi oprekannya,
akhirnya iPhone 3G secara resmi
diperkenalkan ke publik di Pacifi c
Place, Pavilion-South Entrance,
Jakarta Selatan, 20 Maret 2009.
Seperti biasa, iPhone 3G ini selalu
mengandeng operator seluler di suatu negara ketika memasarkan produk
tersebut. Di sini, iPhone rupanya memilih berjodoh dengan Telkomsel.
Melalui situs web resminya, Telkomsel pun telah menyediakan formulir
pemesanan untuk pembelian iPhone 3G. Soal harga, Telkomsel membedakan
antara pascabayar dan prabayar. Untuk prabayar iPhone 3G 8GB dijual dengan
harga Rp.9.605.000,- sedangkan 16GB dijual dengan harga Rp 11.205.000,-.
Harga termasuk bonus akses internet 500 MB.
Sedangkan bagi pelanggan pasca bayar, Telkomsel menawarkan
berbagai Paket PostPaid Turbo, PostPaid Turbo Plus, Paket Post PaidTurbo
Premium (rinciannya bisa dilihat website Telkomsel).
Dengan peluncuran iPhone 3G versi resmi, bisa dipastikan versi oprekan
akan turun harganya. Pada sisi lain, beredarnya iPhone resmi ini makin
meramaikan persaingan pasar smartphone di Indonesia.
iPHONE 3G VERSI ‘‘RESMI ‘‘
GADGET
Perubahan Iklim. Mungkin kata ini sudah sering Anda dengar dan Anda
baca. Tapi seperti Perubahan Iklim (Climate Change) sebenarnya? Fondasi
dan perdebatan ilmiahnya? Yang pro dan yang kontra? Protokol Kyoto dan
perdagangan karbon? Dampaknya bagi manusia? Apakah dia akan benar-
benar terjadi atau hanya sekadar gosip ilmiah saja?
Jika Anda ingin memiliki panduan yang bisa dengan cepat dan gampang
mengenai perubahan iklim, buku ini mungkin bisa menjadi pilihan pertama.
Disajikan dengan bahasa populer yang tidak membuat kening berkerut, The
Rough Guide to Climate Change memang bisa menjadi panduan bagi
siapa saja. Sebagai panduan, buku ini terbilang komprehensif
karena dia memaparkan tak cuma sebagai isu politik yang
hangat, tapi juga kontroversi dan perdebatan ilmiahnya.
Jika Anda bukan tipe orang yang suka membaca secara
detail, buku ini pun layak menjadi pilihan karena bisa dibaca
dengan secara tidak urut, melompat-lompat, dari pointer
satu ke pointer lainnya – terserah apa yang menjadi per-
hatian Anda. Atau kebingungan Anda. Perannya mungkin
seperti ensiklopedi ringan.
Karena bentuknya yang kompak, buku ini cukup
ringan untuk diselipkan ke tas notebook atau bahkan
ditenteng. Dan Anda pun bisa membacanya di mana
saja: di mobil, di kafe, atau malah mungkin (maaf) di toilet!
siapa saja
karena d
hangat,
Jika
detail,
denga
satu k
hatia
sepe
K
ring
dit
saja: di mobil, di kafe, a
‘‘CLIMATE CHANGE’’ YANG ENCER
REHAL
62 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009
Purwacaraka
Terus Terang, Rindu Pisan Euy ….!
Bagi Purwatjaraka perayaan Dies Emas ITB ternyata menyimpan sebuah makna personal. Komposer kondang yang juga berstatus sebagai alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku dengan adanya perayaan Dies Emas yang akan dihelat 2 Maret 2009 telah memberinya kesempatan kembali ke kampus. ‘’Terus terang sudah rindu pisan euy,’’ kata Kang Purwa, dengan logat Sundanya yang medok ‘’Tapi selama ini kan
tidak pernah sempat karena mencari waktunya itu yang susah,’’ tambah pemusik yang kini banyak beraktivitas di Jakarta. Kembalinya Kang Purwa ke kampus ini masih berkaitan dengan profesinya sebagai seorang musisi. Selama sebulan terakhir, ayah tiga anak ini secara rutin melatih Paduan Suara Mahasiswa (PSM) yang akan tampil pada pementasan musikal merayakan 50 tahun ITB. Jadwal rutin tersebut biasanya dilakoni sekali dalam sepekan. ’’Di sini saya diberi tugas mengemas sebuah pertunjukan musikal yang menggambarkan perjalanan ITB dari tahun ke tahun. Konsepnya mirip-mirip opera yang dibantu dengan audio visual. Terus terang saya sangat bangga dan senang bisa mendapat kesempatan ini,’’ kata pria kelahiran Beograd, yang 31 Maret mendatang bakal genap berusia 49 tahun. Ngomong-ngomong terakhir kali Kang Purwa masuk ke kampus kapan yah? ’’Wah sudah lama sekali. Jadi lupa euy,’’ jawabnya spontan. Kemudian dari mulutnya meluncur lagi kalimat, ’’Mungkin kalau tidak ada acara seperti ini saya mah tidak akan pernah sempat-sempat masuk ke kampus.’’ Padahal, dia mengaku dirinya memiliki hubungan emosional sangat erat dengan almamaternya. ’’Almarhum mertua dulu dosen di ITB. Jadi saya mah sebenarnya masih termasuk di dalam lingkungan ITB. Tetapi sejak berkiprah di dunia musik seperti sekarang ini, saya memang menjadi terasa sangat jauh dengan kampus,’’ ujar suami dari Sri Susanti ini.
Panji Pragiwaksono
Yang Lagi Laris
Profesi sebagai pesohor dari panggung hiburan Indonesia mungkin saja sangat dinikmati oleh Panji
Pragiwaksono, presenter yang mula-mula populer karena acara Kena Deh! yang ditayangkan AN-TV. Meski begitu, bukan berarti ilmu yang pernah ditimbanya dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB menjadi raib alias tak terpakai. ’’Justru saya bisa seperti sekarang ini karena saya menerapkan mindset atau cara berpikir dari ilmu Desain
Produk. Sampai sekarang saya berusaha menjalankan semua prinsip-prinsip dasar dari ilmu yang dulu pernah saya timba di kampus,’’ kata Panji yang kini pamornya tengah laris manis sebagai bintang iklan dan presenter program hiburan di televisi. Sebagai bukti paling anyar dari implementasi ilmu Desain Produk itu baru saja dituangkannya ke dalam sebuah buku. Buku yang diberinya judul How I Sold 1000 CDs in 30 Days tersebut merupakan intisari dari sejumlah buku marketing serta pengetahuan dasarnya terhadap ilmu yang pernah dikenyamnya di kampus ITB.
Buku tersebut, kata Panji, menjadi rangkaian besar atas kesuksesannya merilis album musik hip hop setahun silam. ’’Jadi sepertinya tidak ada yang pernah terbuang tuh ilmu yang dulu pernah saya dapatkan dari kampus,’’ cetusnya.
Dian Dipa ’Candil’ Chandra
Rocker Juga Main Angklung
Candil, mantan vokalis grup band Seurieus yang antara lain populer karena lagunya Rocker Juga Manusia, punya kesibukan baru: rocker juga main angklung. Alumnus Desain Grafi s ITB 1993 ini memang mengaku sedang getol mempelajari musik angklung. Ada apa gerangan? ’’Angklung itu memang masih sesuatu yang baru buat saya. Walau alat musik ini sudah terkenal ke mana-mana, buat saya sendiri memepalajari alat musik ini masih sangat baru. Tadinya sih tidak terpikir. Tetapi setelah berkenalan dengan orang-orang dari Sawung Hijau, ternyata asik juga mempelajari angklung ini,’’ kata pemilik nama asli Dian Dipa Chandra ini bercerita. Pergelutan dengan alat musik angklung ini ternyata menjadi jalan buat Candil untuk tampil di panggung Festival Java Jazz, 6 Maret mendatang. ’’Saya tengah mempersiapkan diri berkolaborasi dengan musik angklung untuk tampil di Java Jazz nanti. Pokoknya saya akan memberikan sesuatu yang baru,’’ kata musisi kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Agustus 1974 ini.
K E N C A N
April -Mei 2009 I FORUM ALUMNI 63
64 FORUM ALUMNI I April-Mei 2009