formulasi sediaan salep ekstrak gambir uncaria gambir …repository.helvetia.ac.id/2296/6/skripsi...

103
FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI LUKA GORES PADA TIKUS SKRIPSI Oleh: ARTIKA ANGGRAINI NIM: 1501196181 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 02-Jun-2020

17 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK GAMBIR

(Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI LUKA GORES

PADA TIKUS

SKRIPSI

Oleh:

ARTIKA ANGGRAINI

NIM: 1501196181

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK GAMBIR

(Uncaria gambir Roxb) SEBAGAI LUKA GORES

PADA TIKUS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Pada Program Studi S1 Farmasi

Fakultas Farmasi dan Kesehatan

Institut Kesehatan Helvetia

Oleh:

ARTIKA ANGGRAINI

NIM: 1501196181

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Gambir

(Uncaria gambir Roxb) Sebagai Luka Gores

pada Tikus

Nama Mahasiswa : Artika Anggraini

Nomor Induk Mahasiswa : 1501196181

Minat Studi : S1 Farmasi

Medan, ........................................

Menyetujui

Komisi Pembimbing

,

Pembimbing I

(H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt)

Pembimbing II

(Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt)

Mengetahui:

Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan

Institut Kesehatan Helvetia Medan

(H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt)

NIDN. 0125096601

Telah di Uji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt

Anggota : 1. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt

2. Drs. Jacub Tarigan, M.Kes, Apt

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik Sarjana Farmasi (S.Farm), di Fakultas Farmasi dan Kesehatan

Institut Kesehatan Helvetia.

2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukkan tim

penelaah/tim penguji.

3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, ,

Yang Membuat Pernyataan,

Artika Anggraini

NIM: 1501196181

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : Artika Anggraini

Tempat/Tanggal Lahir: Sambirejo Timur, 29 Desember 1985

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara

II. Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Juhari

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Nursiah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Makmur Dusun VI Kenanga No. 22 Tembung

III. Riwayat Pendidikan

Tahun 1992-1998 : SD Negeri 106164 Tembung

Tahun 1998-2001 : SLTP Sabilina Tembung

Tahun 2001-2004 : SMF Farmasi Apipsu Jl. Jambi No. 59 Medan

Tahun 2015-2019 : S 1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan

i

ABSTRAK

FORMULASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK GAMBIR (Uncaria gambir

Roxb) SEBAGAI LUKA GORES PADA TIKUS

ARTIKA ANGGRAINI

1501196181

Gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki kandungan zat bioaktifnya diduga

kuat dapat digunakan sebagai obat luka. Dugaan ini dimungkinkan karena senyawa

yang terkandung dalam gambir memiliki potensi sebagai pembunuh mikroba,

pemicu regenerasi sel dan jaringan serta dapat menstabilkan komponen- komponen

fisiologis lainnya. Senyawa yang paling banyak didapatkan diantaranya yaitu

katekin. Katekin merupakan metabolit sekunder yang termasuk golongan flavonoid

yang berpotensi sebagai anti inflamasi, antioksidan, anti tumor, dan anti virus.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental Laboratorium dengan

membuat formulasi sediaan salep dari Gambir (Uncaria gambir Roxb) dengan cara

maserasi. Objek yang diteliti adalah potensi ekstrak gambir pada penyembuhan luka

gores pada tikus. Jumlah tikus yang digunakan adalah 25 ekor yang dibagi menjadi

5 kelompok: kelompok kontrol positif (Betadin®), kelompok ekstrak gambir dengan

konsentrasi 25%, 35%, 45%, dan kelompok kontrol negatifkemudian dibandingkan

dengan melakukan uji homogenitas dan uji luka gores pada tikus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol gambir dengan

konsentrasi 25%, 35%, 45% mampu mempercepat penyembuhan luka gores pada

tikus sehingga tidak ada perbedaan diantara konsentrasi tersebut. Hasil analisis data

menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa data tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan nilai signifikansi >0,05 adalah 0,07 Hasil tes menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan antara masing- masing konsentrasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa salep yang

mengandung ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) pada konsentrasi 25%, 35%,

dan 45% mampu mempercepat penyembuhan luka gores pada tikus putih.

Kata Kunci: Gambir (Uncaria gambir Roxb), Luka, salep.

ii

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Salep Gambir

(Uncaria Gambir Roxb) Terhadap Luka Gores Pada Tikus” yang disusun

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan programS1 Farmasi di

Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Selama Proses penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bentuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes., M.Sc., selaku Ketua Pembina

Yayasan Helvetia Medan.

2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan

Helvetia.

3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan.

4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan dan sekaligus Dosen

Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan

Skripsi.

5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut

Kesehatan Helvetia Medan.

6. Chemayanti Surbakti, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing II

yang memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.

7. Drs. Jacob Tarigan, M.Kes., Apt., selaku Dosen Penguji yang memberikan

masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Skripsi ini.

8. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah

memberikan Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama

pendidikan.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Juhari dan Ibunda Nursiah serta Abang,

Kakak serta Suami tercinta Zulkifly Pulungan yang telah memberikan

dukungan baik dari segi moril, material, dan Doa sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

10. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah

membantu dan mendukung penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara menyusun

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk kesempurnaan Skripsi ini.

iv

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Medan,

Penulis,

Artika Anggraini

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PANITA PENGUJI

LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ................................................................................................ i

ABSTRACT ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 3 1.3. Hipotesis ........................................................................... 3 1.4. Tujuan Penelitian .............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5 2.1. Tanaman Gambir .............................................................. 5

2.1.1. Uraian Tanaman Gambir ...................................... 5

2.1.2. Klasifikasi Gambir ............................................... 6

2.1.3. Kandungan Kimia ................................................ 7

2.1.4. Nama Daerah ........................................................ 7

2.1.5. Morofologi Gambir .............................................. 7

2.1.6. Pengolahan Gambir .............................................. 8

2.1.7. Asal dan Tempat Tumbuh .................................... 10

2.1.8. Kandungan Kimia ................................................ 10

2.1.9. Khasiat dan Kegunaan .......................................... 10

2.2. Ekstrak .............................................................................. 11

2.2.1. Pengertian Ekstrak ............................................... 11 2.3. Kulit ................................................................................. 14

2.3.1. Pengertian Kulit ................................................... 14

2.3.2. Fisiologi Kulit ...................................................... 15

2.3.3. Histologi Kulit ...................................................... 19

2.4. Luka .................................................................................. 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 27

3.1. Metode Penelitain ............................................................. 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 27

3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................... 27

3.2.2. Waktu penelitian ................................................... 27

3.3. Sampel Penelitian ............................................................. 27

vi

3.4. Alat dan Bahan ................................................................. 27

3.4.1. Alat ....................................................................... 27

3.4.2. Bahan .................................................................... 28

3.5. Prosedur Kerja .................................................................. 28

3.5.1. Identifikasi Tumbuhan ......................................... 28

3.5.2. Pengumpulan Sampel ........................................... 28

3.5.3. Pembuatan Salep .................................................. 28

3.5.4. Karakteristik Simplisia Gambir ............................ 28

3.5.5. Skrining Fitokimia ............................................... 30

3.5.6. Pembuatan Ekstrak ............................................... 32

3.5.7. Pembuatan Salep .................................................. 33

3.5.8. Uji Sifat Fisik Sediaan .......................................... 34

3.5.9. Penyiapan Hewan Uji ........................................... 35

3.5.10. Pembautan Luka Gores ........................................ 35

3.5.11. Uji Aktivitas Ekstrak Gambir (Uncaria gambir

Roxb) Pada Punggung Tikus ............................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 37

4.1. Hasil ................................................................................. 37

4.1.1. Determinasi .......................................................... 37

4.1.2. Ekstraksi ............................................................... 37

4.1.3. Karakteristik Simplisia ......................................... 38

4.1.4. Skring Fitokimia .................................................. 39

4.1.5. Hasil Evaluasi Sediaan Salep ............................... 40

4.1.6. Uji Daya Sebar ..................................................... 40

4.1.7. Hasil Uji pH ......................................................... 41

4.1.8. Hasil Pengukuran Panjang Luka Gores Pada

Tikus ..................................................................... 42

4.1.9. Hasil persentase penyembuhan luka gores .......... 43

4.2. Pembahasan ...................................................................... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 50

5.1. Kesimpulan ...................................................................... 50

5.2. Saran ................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 51

LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambir .................................................................................. 6

Gambar 4.1. Pengukuran Panjang Luka Gores Tikus ................................ 42

Gambar 4.2. Persentase Penyembuhan Luka Gores Tikus ........................ 44

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik Gambir (Uncaria gambir Roxb) ...................... 38

Tabel 4.2. Hasil penapisan Fitokimia ekstrak Gambir (Uncaria gambir

Roxb) .................................................................................... 39

Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Salep Ekstrak Gambir ................................... 40

Tabel 4.4. Rata-rata Hasil Pengukuran Daya Sebar ............................... 40

Tabel 4.5. Rata-rata Hasil Uji pH .......................................................... 41

Tabel 4.6. Rata-rata Panjang Luka Tiap Kelompok .............................. 42

Tabel 4.7. Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka Gores Tikus ........ 43

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Determinasi Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) ..... 53

Lampiran 2. Pemeriksaan Rendemen Ekstrak Gambir ........................... 54

Lampiran 3. Karakteristik Simplisia Gambir .......................................... 55

Lampiran 4. Uji Daya Sebar ................................................................... 58

Lampiran 5. Uji pH ................................................................................. 61

Lampiran 6. Ethical Clearance ................................................................ 64

Lampiran 7. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus ............................... 65

Lampiran 8. Data Pengamatan ................................................................ 71

Lampiran 9. Flow Sheet .......................................................................... 73

Lampiran 10. Data Analisis Statistik Pengukuran Panjang Luka Gores

Tikus .................................................................................. 74

Lampiran 11. Data Analisis Deskriptif Pengukuran Luka Gores Tikus ... 77

Lampiran 12. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ................................ 78

Lampiran 13. Permohonan Ijin Penelitian ................................................ 79

Lampiran 14. Surat Selesai Penelitian ...................................................... 80

Lampiran 15. Surat Hasil Identifikasi ....................................................... 81

Lampiran 16. Rekomendasi Peersetujuan Etik Penelitian Kesehatan ....... 82

Lampiran 17. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Proposal .............. 83

Lamprian 18. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi ................. 84

Lampiran 19. Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 1 ......................... 85

Lampiran 20. Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 2 ......................... 86

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan mega biodiversity (keaneka-

ragamanhayati) Berdasarkan data yang dibuat oleh Indo-Pacific Conservation

Alliance (IPCA) tahun 2006, Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati

tumbuhan nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil dengan jumlah tumbuhan sekitar

38.000 jenis. apabila potensi bahan alam Indonesia dapat dikembangkan dengan

baik oleh para ahli kesehatan Indonesia, sehingga suatu saat, Indonesia akan dapat

menjadi negara pengekspor terbesar bahan obat alami yang saat ini dipegang oleh

Cina. Indonesia dapat mengurangi impor bahan baku obat, dimana pada saat ini

indonesia masih mengimpor bahan baku obat sekitar 90% dari berbagai negara. Dan

sekitar 80% obat - obat yang digunakan saat ini bersumber dari bahan alam(1).

Sehingga penggunaan bahan alam sebagai obat alternatif dalam

penyembuhan penyakit semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena efek

terapeutik dari bahan alam bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan

sangat kecil sehingga bahan alam relatif lebih aman daripada bahan kimiawi.

Salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai obat tradisional

adalah tumbuhan gambir (Uncaria gambir Roxb) yang termasuk famili Rubiaceae.

Tumbuhan digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit seperti luka

terbakar, luka, sariawan, radang gusi (getahnya), radang tenggorokan, diare,

disentri, batuk, haid banyak, demam kuning, dan suara parau(2).

2

Gambir dengan berbagai kandungan zat bioaktifnya diduga kuat dapat

digunakan sebagai obat luka. Dugaan ini dimungkinkan karena senyawa yang

terkandung pada gambir memiliki potensi sebagai pembunuh mikroba, pemicu

regenerasi sel dan jaringan serta dapat menstabilkan komponen-komponen

fisiologis lainnya. Senyawayang paling banyak didapatkan diantaranya yaitu

katekin. Katekin merupakan metabolit sekunder yang termasuk golongan

flavonoid, yang berpotensi sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor dan

antivirus (1) KatekinMenurut Anggraini et all, (2011) Kandungan utama gambir

adalah katekin (51%) yang merupakan metabolit sekunder dari golongan flavonoid,

senyawa flavonoid memiliki efek antiinflamasi yang berfungsi sebagai antiradang

dan mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Selain itu gambir mengandung Zat

penyamak (20-25%), asam chatecutannat, quarsetin, pirocatechol (20-30%) dan

golongan polifenol seperti senyawa alkaloid, terpenoid, dan polifenkatekiol (1).

Luka merupakan proses rusaknya komponen jaringan atau hilangnya

sebagian komponen dari jaringan tubuh, sehingga terdapat substansi jaringan yang

rusak atau hilang. Luka tersebut dapat disebabkan oleh fisik dan mekanik.

Berdasarkan mekanisme terjadinya luka dapat dapat dibagi menjadi 7 macam,

yaitu: luka insisi, luka memar, luka lecet, luka tusuk, luka gores, luka tembus dan

luka bakar. Proses penyembuhan luka pada umumnya dibagi atas beberapa fase

yang masing-asing saling berkaitan mulai dari fase inflamasi (eksudatif),

proliferasi, sampai fase maturasi. Segera setelah terjadi luka, lingkungan sekitar

luka kekurangan oksigen akibat kerusakan pembuluh darah, yang disebabkan suatu

3

trauma atau disebabkan ”highoxygen consumption ” akibat dari akitifitas sel pada

pada proses katabolik (3).

Untuk luka ringan, penanganan luka dilakukan dengan cara membersihkan

luka dan mengoleskan obat luka. Masyarakat umumnya sering mengkonsumsi obat

amoxillin sebagai obat antibiotik. Namun secara umum penggunaan obat

tradisional dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini

disebabkan obat tradisional memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan

obat modern. Selain itu, keberadaan obat-obatan yang biasanya berada

dipekarangan rumah (4). Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti gambir sebagai

obat luka gores pada tikus.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat diformulasikan dalam

sediaan salep?

b. Apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam sediaan salep dapat

menyembuhkan luka gores pada tikus?

c. Apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat mempercepat dalam

penyembuhan luka gores dibanding salep Betadin?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka jawaban sementara dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Ekstrak gambir(Uncaria gambir Roxb)dapat diformulasikan dalam sediaan

salep.

4

b. Pemberian ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap proses

penyembuhan luka gores pada tikus.

c. Pemberian ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam penyembuhan luka

gores dibanding salep Betadin.

1.4 Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat

diformulasikan dalam sediaan salep.

b. Untuk mengetahuipenyembuhanluka gores dari ekstrak gambir (Uncaria

gambir Roxb) dalam sediaan salep.

c. Untuk mengetahui percepatan penyembuhan luka gores dari ekstrak gambir

(Uncaria gambir Roxb) dan salep betadin.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Gambir

2.1.1. Uraian Tanaman Gambir

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan salah satu komoditas

perkebunan rakyat yang berorientasi ekspor, dimana indonesia adalah negara

pemasok utama gambir dunia (80%) secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan

sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna, sebagai bahan campuran dalam

menyirih dan telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, diantaranya untuk

luka bakar, obat diare dan disentri serta obat kumur-kumur pada sakit tenggorokan.

Pemanfaatan gambir pada produk pangan selama ini masih terbatas sehingga

menyebabkan gambir belum dimanfaatkan secara optimal serta kurangnya

pengetahuan masyarakat dalam metode mengekstraksi gambir. Varietas gambir

yang palinh banyak ditanam petani dan memiliki kadar polifenol yang tinggi adalah

tipe gambir Cubadak (5).

Komponen fitokimia terbanyak pada daun gambir adalah flavonoid dengan

komponen utamanya katekin sebesar 75%, yang mengindikasikan bahwa tanaman

gambir diduga memiliki aktifitas sebagai anti bakteri. Oleh karena itu dibutuhkan

senyawa anti bakteri yang mampu menghambat atau membunuh pertumbuhan

bakteri patogen penyebab kerusakan pangan seperti Esherichiacoli ATCC 25922,

Salmonellatyphimuriu, Staphylococcus aureus ATCC29213 dan Bacilluscereus(5).

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara

terutama pulau Sumatera dan dibudidayakan terutama di daerah Sumatera Barat,

6

gambir dapat dijadikan sebagai campuran obat, untuk luka bakar, sakit kepala,

diare, disentri, obat sariawan, obat sakit kulit dan pelengkap untuk mengkonsumsi

sirih. Saat ini penggunaan gambir berkembang menjadi bahan kebutuhan berbagai

jenis industri, seperti industri farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit,

biopestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap

makanan. Amalia (2009) menyatakan bahwa ekstrak gambir dapat berperan sebagai

imunomodulator. Selain itu, gambir juga terbukti sebagai obat analgetik,

antiinflamasi, hipoglikemik(6).

Gambar 2.1. Gambir

2.1.2. Klasifikasi Gambir

Kerajaan : Plantarum

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Dycotyledonae

Bangsa : Rubiaceae

Suku : Rubiacea

Marga : Uncaria

Jenis/Spesies : Uncaria gambir Roxb

Sinonim : Ourouparia gambir RoxbNouciae gambir.

7

2.1.3. Kandungan Kimia

Kandungan utama ekstrak Gambiradalah katekin sekitar 7-33%,dan. Selain

katekin ekstrak Gambir mengandung bermacam-macam komponen, antara lain:

Asam kathechu tannat 20-55%, pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %,

katechu merah 3- 5%, quersetin 2-4 %, fixed oil 1-2% dan wax 1-2 % (7).

2.1.4. Nama Daerah

Tumbuhan ini dikenal di Sumatera :

Sebagai gambee, gani, kacu, sontang, gambe, gambie, gambu, gimber,

pengilom, dan sepelet. Di Jawa dikenal sebagai santun dan ghambhir. Di

Kalimantan dikenal sebagai gamelo, gambit, game, gambiri, gata, dan gaber. Di

Nusa Tenggara dikenal sebagai tagambe, gembele, gamelo, gambit, gambe,

gambiri, gata, dan gaber. Di Maluku dikenal sebagai kampir, kambir, ngamir,

gamer, gabi, tagabere, gabere, gaber, dan gambe (7).

2.1.5. Morfologi Gambir

Gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi

Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Gentianales, famili Rubiaceae, genus

Uncaria, spesies Uncaria gambir. Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi

1-3 m. Batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat.

Daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat,

ujung meruncing, panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau.

Bunga gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak

daun, panjang lebih kurang 5 cm, mempunyai mahkota sebanyak 5 helai yang

berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang

8

lebih kurang 1.5 cm, dan berwarna hitam. Tanaman gambir dapat tumbuh

diketinggian bervariasi antara 2 - 500 m dari permukaan laut dan memerlukan

cahaya matahari yang banyak dan merata sepanjang tahun. Tanaman ini dapat juga

tumbuh dengan baik di daerah tebing dengan aliran air yang baik. Tanaman gambir

dapat tumbuh dengan baik di daerah khatulistiwa dengan curah hujan 2.500-3.000

mm per tahun. Daerah penanaman gambir di Indonesia terutama di Sumatera Barat,

Indragiri, Kepulauan Riau, Pantai Timur Sumatera, Pulau Bangka Belitung, dan

Kalimantan Barat (7).

Batang tegak berkayu,bulat,percabangan simplodial dan warna coklat

pucat. Daun tunggal berbentuk lonjong.Letak berhadapan,tepi bergerigi pangkal

bulat ujung meruncing panjang 8-13cm,lebar 4-7cm dan berwarna hijau. Bunga

majemuk berbentuk lonceng muncul diketiak daun panjang 5cm. Mahkota bunga

berjumlah 5helai berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat

telur,panjang sekitar 15cm dan berwarna hitam(8).

2.1.6. Pengolahan Gambir

Proses pengolahan daun Gambir didaerah penelitian masih menggunakan

alat sederhana yang tahap kegiatannya sebagai berikut:

1) Perebusan daun

Perebusan daun dilakukan melalui dua tahap perebusan dengan lama waktu

perebusan untuk setiap tahap antara 30menit sampai 60 menit. Pada tahap

pertama, daun gambir basah atau segar direbus dengan menggunakan air

bersih Perebusan ini menyebabkan jumlah air di dalam dandang berkurang.

9

Selanjutnya ke dalam dandang ditambah air baru, sampai batas saat

perebusan pertama dan kembali proses perebusan (tahap kedua).

Setelah perebusan tahap kedua daun diangkat dan ditiriskan, kemudian di

pres dengan alat kempa sederhana.

2) Pengempaan daun

Daun gambir yang telah direbus dimasukkan ke dalam karung, kemudian

diletakkan diantara dua buah kayu. Kedua buah kayu tersebut disatukan

dengan menggunakan besi yang salah satu ujungnya berupa kait.

3) Pengendapan

Cairan getah dari proses perebusan daun tahap pertama dan tahap kedua

disaring dan dipindahkan ke dalam wadah pengendapan.

4) Penirisan endapan

Penirisan endapan gambir dilakukan dengan cara memasukkan endapan

gambir ke dalam karung goni, kemudia karung di gantung. Lama waktu

penirisan 12 jam.

5) Pencetakan

Pencetakan menggunakan balok kelapa dengan diameter berkisar 9cm

sampai 12cm dan tebal 2cm sampai 3cm.

6) Pengeringan

Gambir yang sudah dicetak, disususn diatas rak pengering yang terbuat dari

anyaman bambu, selanjutnya dijemur atau diletakkan diatas tungku

pemasakan.

10

2.1.7. Asal dan Tempat Tumbuh

Tanaman gambir ini merupakan tanaman perdu yang berasal dari daerah

Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan dan ditempat-tempat

lain yang tingginya 200-900 m dari permukaan laut, tanahnya agak miring dan

cukup mendapat sinar matahari. Di daerah Sumatera dan Kalimantan tanaman

gambir ini umumnya di tanam orang di kebun-kebun(8).

Gambir tumbuh pada area terbuka di dalam hutan. Kawasan hutan yang

lembab, area terbuka bekas perladangan atau pinggir hutan(8).

2.1.8. Kandungan Kimia

Kandungan utama ekstrak Gambir

adalah katekin sekitar 7-33%,dan. Selain katekin ekstrak Gambir mengandung ber

macam-macam komponen, antara lain :Asam kathechu tannat 20-55%,

pyrokatechol 20-30 %, gambir floresen 1-3 %, katechu merah 3-5%, quersetin 2-4

%, fixed oil 1-2% dan wax 1-2 %(9).

2.1.9. Khasiat dan Kegunaan.

Kegunaan gambir secara tradisional ialahsebagai pelengkap makan sirih dan

obat-obatan, seperti di Malaysia gambir digunakan sebagai obat luka bakar, di

samping rebusan daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare dan disentri

serta obat kumur-kumur pada sakit kerongkongan. Secara moderen gambir banyak

digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, di antaranya bahan

baku obat penyakit hati dengan paten “catergen”, bahan baku permen yang

melegakan kerongkongan bagi perokok di Jepang karena gambir mampu

11

menetralisir nikotin. Sedangkan di Singapura gambir digunakan sebagai bahan

baku obat sakit perut dan sakit gigi(9).

2.2. Ekstrak

2.2.1. Pengertian Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai ,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara

perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan

pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sedikit mungkin terkena panas.

Untuk mendukung hal tersebut maka berapa target ekstraksi,

diantaranya(10).

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme

3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara

struktural.

Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber

tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya dua

jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam kondisi

yang berbeda.

Proses ekstraksi khususnya bahan yang berasal dari tumbuhan adalah

sebagai berikut :

12

a) Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll) pengeringan dan

penggilingan bagian tumbuhan.

b) Pemilihan pelarut

c) Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

d) Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.

e) Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya.

Ekstraksi

Macam-macam jenis ekstraksi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Maserasi

Maserasi merupakan metode yang sederhana yang paling banyak

digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri.

(Ekstraksi,pemisahan senyawa).

Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut

yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses

ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa

dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,

pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode

maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak,

dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa

mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode

maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa yang bersifat termolabil,dapat

digunakan adalah sebagai berikut : Maserasi merupakan metode sederhana yang

13

paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala

industri.

Ultrasound Assisted Solvent Extraction Merupakan metode maserasi

yangdimodifikasi dengan menggunakan bantuan ultrasound (sinyal dengan

frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk sampel ditempatkan dalam

wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan

mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat

menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan

hasil ekstraksi.

1. Perkolasi

Pada metode perkolasi serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah

perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).

Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes

perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa

dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam

perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain

itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.

2. Soxhletasi

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung

selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas

labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan

suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah

proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil

14

kondensasi sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan

banyak waktu. Kerugiannnya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat

terdegradasi karena ekstrak yang di peroleh terus-menerus berada pada titik didih.

3. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu

yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik

didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses

yangsama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial

(campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan

destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur) ditampung dalam

wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini ialah

senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi(10).

2.3. Kulit

2.3.1. Pengertian Kulit.

Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh manusia.Kulit berfungsi

melindungi tubuh dari patogen luar yang menyerang. Kulit terdiri dari jutaan sel

kulit, sel kulit manusia dapat mengalami kematian dan selanjutnya mengelupas dan

digantikan dengan sel kulit hidup yang baru tumbuh(11).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan peka. Masalah pada kulit yang sering dijumpai adalah luka(12).

15

Terapi topikal merupakan salah satu metode pengobatan yang sering

digunakan dalam bidang dermatologis. Contohnya salep, salep merupakan sediaan

semi solid yang dapat digunakan pada kulit maupun mukosa. Kelebihan dari

sediaan salep ini adalah mempunyai bentuk yang lunak, halus, homogen, dan

mudah dioleskan, sehingga dapat digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi

dan ekskoriasi, sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,

sebagai bahan pelumas pada kulit, sebagai pelindung untuk kulit (mencegah kontak

permukaan kulit dengan larutan berair) dan sebagai obat luar(13).

2.3.2. Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostatis

tubuh. Fungsi- fungsi tersebut dapat proteksi, absorpsi ekspresi, persepsi,

pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan pembentukan vitamin D . Kulit juga

sebagai barier infeksi dan memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi

lingkungan (14).

1. Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai

berikut:

a) Keratin melindungi kulit dari mikroba,abrasi (gesekan), panas dan zat

kimia.

b) Lipid yang dilepaskan mencegah masuknya air dari permukaan kulit dan

dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh

melalui kulit.

16

c) Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut

dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi

meembunuh bakteri dari permukaan kulit.

d) Pigmen melanin melindungi dari efek sinar UV yang berbahaya. Pada

stratum basal sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel

disekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar

matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila

terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.

e) Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang

pertama adalah sel Lagerhans yang mempresentasikan antigen terhadap

mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang memfagositosis mikroba yang

masuk melawan keratindan sel Lagerhans.

2. Fungsi Absorpsi.

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti

vitamin A, D, E dan K. Obat-obatan tertentu oksigen dan karbondioksida.

Permeabilitas kulit terhadap oksigen. Karbondioksia dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi (14).

Selainitubeberapa material toksik dan diserap seperti aseton, CCL4 dan

merkuri. Beberapa obat untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu

berpenetrasi kekulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,hidrasi,

kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung

17

melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang

melalui sel-sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi

a) Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar

eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kelejar sebasea

merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid

yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika

muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga

sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaaan kulit. Sebum

tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan

elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi

dan memproteksi keratin.

b) Kelenjar keringat

Walupun stratum korneum kedap air ,namun sekitar 400ml air dapat keluar

dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang

bekerja dalam ruangan mengekresikan 200ml keringat tambahan, dan bagi

orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air

panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekspresikan garam.

Karbondioksida dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu

amoniak dan urea.

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan

kelenjar keringat merokrin(ekrin).

18

c) Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara, dan

pubis,serta aktif pada usia pubertas dan manghasilkan sekret yang kental

dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari

sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang adadi sekeliling

kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya

kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke

permukaan luar.

d) Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan

kaki sekretnya mangandung air, elektrolit, nutrien organik dan sampah

metabolism. Kadar pH-nya berkisar 4,0 -6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat

merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan

elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit

perlekatan agenasing dan menghasilkan dermicidin(sebuah peptida kecil

dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorikdi dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan

subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di

dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,

demikian pula badan Merkel Ranvier yang di epidermis. Sedangkan terhadap

tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut

lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

19

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh(Termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh(termoregulasi) melalui

dua cara pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler.

Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak

serta memperlebar pembuluh darah(vasodilatasi), sehingga panas akan terbawa

keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah tubuh akan mengeluarkan lebih

sedikit keringatdan mempersempitpembuluh darah(vasokontriksi) sehingga

mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh .

6. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi

kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu

memodifikasi prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif.

Calctriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium

makanan dari traktus gastrointestinal kedalam pembuluh darah .

Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum

memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D

sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan

emosi karena adanya pembuluh darah kelenjar keringat dan otot-otot di bawah kulit.

2.3.3. Histologi Kulit

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan yaitu epidermis dan dermis .

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang

berbeda beda: 400-600 µm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki)

20

75-150 µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut

selain sel epitel epidermis juga tersusun atas lapisan):

1. Melanosit yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis

2. Sel langerhans yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang

yang merangsang sel limfosit T. Sel langerhans juga mengikat, mengolah dan

merepresentasikan antigen kepada sel limfosit T dengan demikian, langerhans

berperan penting dalam imunologi kulit.

3. Sel merkel yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensorik dan

berhubungan fungsi dengan sistem neuro endokrin difus.

4. Keratinosid yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam.

2.4 Luka

Luka adalah putusnya keseimbangan kulit dan jaringan dibawah kult oleh

karena trauma (15). Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau mukosa

yang terjadi akibat kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.

Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus bisa

mengakibatkan hilangnya lapisan dari epidermis, bagian dari dermis, dna bahkan

lemak subkutan. Suatu ulkus yang muncul pada kulit sering terlihat sebagai jaringan

yang meradang luas dan warnanya memerah.

Proses penyembuhan luka pada saat sel dan jaringan sedang mengalami

cedera, terjadi peristiwa perusakan sekaligus penyiapan sel yang bertahan hidup

untuk melakukan replikasi. Berbagai rangsang yang menginduksi kematian

beberapa sel dapat memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya; sel radang

yang direkrut tidak hanya membersihkan debris nekrotik, tetapi juga menghasilkan

21

mediator yang merangsang sintesis matriks ekstraselular yang baru. Oleh karena

itu, pada proses peradangan, pemulihan dimulai sangat dini dan melibatkan dua

proses yang sangat berbeda:

a. Regenerasi jaringan yang mengalami jejas oleh sel parenkim dari jenis yang

sama

b. Penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis), yang menimbulkan suatu jaringan

parut. Pemulihan jaringan (penyembuhan) umumnya melibatkan

kombinasikedua proses. Regenerasi dan pembentukan jaringan parut juga

melibatkan mekanisme yang serupa, yaitu migrasi, proliferasi, dan

diferensiasi sel, serta sintesis matriks . Oleh karena itu, walaupun keempat

fase utama dalam mekanisme penyembuhan luka, yaitufase hemostasis,

inflamasi, proliferasi atau granulasi, dan fase remodeling atau maturasi,

dijelaskan secara terpisah pada pembahasan selanjutnya, kenyataannya

keempat fase tersebut saling berkesinambungan dan tumpang-tindih antara

satu fase ke fase lainnya.

1. Hemostasi

Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami

konstriksi dan retraksi (spasme vaskuler) disertai reaksi hemostasis. Fase

hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling

melengket (membentuk sumbat trombosit), dan bersama dengan jala fibrin

yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah

(Guyton dan Hall, 1997; Sherwood, 2001). Pembentukan bekuan (koagulasi

darah) memperkuat sumbattrombosit dan mengubah darah di sekitar tempat

22

cedera menjadi suatu gel yang tidak mengalir. Sebagian besar faktor yang

diperlukan untuk pembekuan darah selalu terdapat di dalam plasma dalam

bentuk prekursor inaktif. Sewaktu pembuluh mengalami cedera, kolagen

yang terpapar kemudian mengawali reaksi berjenjang yang melibatkan

suksesif faktor-faktor pembekuan tersebut, yang akhirnya mengubah

fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin, suatu molekul berbentuk benang yang

tidak larut, ditebarkan membentuk jaringan bekuan; jaring ini kemudian

menangkap sel-sel darah dan menyempurnakan, pembentukan bekuan.

Darah yang telah keluar ke dalam jaringan juga mengalami koagulasi

setelah bertemu dengan tromboplastin jaringan yang juga memungkinkan

terjadinya proses pembekuan. Jika tidak lagi diperlukan, bekuan darah

dilarutkan oleh plasmin, suatu faktor fibrinolitik yang juga diaktifkan

apabila berkontak dengan kolagen (15). Komponen hemostasis akan

melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi faktor pertumbuhan

epidermis (epidermal growth factor, EGF), faktor pertumbuhan mirip

insulin (insulin-like growth factor, IGF), faktor pertumbuhan yang berasal

dari trombosit (platelet-derived growth factor, PDGF), dan faktor

pertumbuhan β yang bertransformasi (beta transforming growth factor,

TGF-β). yang berperan untuk terjadinya kemotaksis neutrofil, makrofag,

mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Fibroblas ini nantinya akan

membentuk jaringan parut dalam proses penyembuhan luka. Bersamaan

dengan ini terjadi pula fase inflamasi. Fase ini berlangsung sejak terjadinya

luka hingga 4-5 hari.

23

2. Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kirahari

kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan

vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan

reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari

pembuluh darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang terbentuk

membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah sementara itu terjadi

reaksi inflamasi. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa

warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa

nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakkan leukosit menembus

dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis.

Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri

dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut

menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri ini (fagositosis).

Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru

sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.

3. Proliferasi atau granulasi

Proliferasi sel secara umumnya dapat dirangsang oleh faktor pertumbuhan

intrinsik, jejas, kematian sel, atau bahkan oleh deformasi mekanis jaringan.

Sel yang sedang berproliferasi berkembang melalui serangkaian tempat dan

fase yang sudah ditentukan yang disebut siklus sel. sel tersebut terdiri atas

24

(secara berurutan) fase pertumbuhan prasintesis 1, atau G1; fase sintesis

DNA, atau S; fase pertumbuhan pramitosis 2, atau G2; dan fase mitosis, atau

M. Sel istirahat berada dalam keadaan fisiologis yang disebut G0.

Pemulihan jaringan yang cedera dilakukan dengan pemusnahan dan

pembuangan jaringan yang rusak (melalui proses peradangan yang telah

disebutkan di atas), regenerasi sel atau pembentukan jaringan granulasi.

Siklus sel terdiri dari fase G1 (prasintesis) ,S (sintesis DNA), G2

(pramitosis), dan M (mitosis). Sel-sel inaktif yang berada dalam keadaan

fisiologik disebut G0. Meskipun sebagian besar jaringan tersusun terutama

dari sel-sel dalam G0 (yang secara berkala memasuki siklus sel), terdapat

juga kombinasi sel-sel yang selalu membelah, sel- sel yang mengadakan

diferensiasi akhir, dan sel-sel induk, jaringan tubuh dibagi menjadi tiga

kelompok menurut kemampuan proliferasinya:

1) Sel yang terus-menerus membelah (labil): sel-sel ini merupakan sel-sel

yang beregenerasi dengan cepat dengan cara berproliferasi sepanjang

hidupnya dan menggantikan sel-sel yang rusak (misalnya, sel-sel epitel

permukaan dan sel-sel hematopoisis sumsum tulang). Sel ini

mempunyai fase G0 (fase istirahat) yang singkat. Biasanya, sel-sel

matur berasal dari sel-sel induk dengan kemampuan yang tidak terbatas

untuk beregenerasi dan dengan kemampuan yang beragam untuk

berdiferensiasi.

2) Sel inaktif (stabil): Sel-sel tersebut berada pada fase G0 pada waktu

yang lama tetapi mempunyai kemampuan untuk masuk siklus mitosis

25

sel di mana dibutuhkan. Sel-sel ini normalnya terlibat dalam proses

replikasi tingkat rendah karena mempunyai kapasitas regenerasi

terbatas, tetapi mampu melakukan pembelahan cepat ketika merespons

rangsangan (misalnya, sel-sel hati, ginjal, fibroblast, otot polos dan sel-

sel endotel.

3) Sel yang tidak membelah (permanen): sel-sel ini tidak dapat melakukan

pembelahan dalam kehidupan pasca kelahiran (misalnya: sel-sel neuron,

otot skeletal, dan otot jantung). Tidak terjadi regenerasi sehingga

kerusakan sel permanen merupakan kelainan ireversibel dan bilamana

luas akan mengakibatkan gangguan fungsional permanen, faktor

pertumbuhan fibroblas dasar (basal fibroblast growth factor, bFGF), dan

TGF-β. Sumber dari berbagai faktor ini antara lain: endotel teraktivasi

dan sel radang terutama sel makrofag.

Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuankontraktil dan

disebut miofibroblas, yang mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan

kemudian mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan

berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini

menghasilkan kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian akan

mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan

menghasilkan fibrosis pada (pembentukan jaringan parut kolagen), yang

dapat melakukan remodeling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu.

26

4. Remodeling atau maturasi

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan

kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi,

dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat

berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua tanda

radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang

menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Edema dan sel radang

diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap

kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan

regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat,

tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Pengerutan maksimal

terlihat pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan

regangan kira-kira 80 % kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira-kira

tiga sampai enam bulan setelah penyembuhan (15).

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat Eksperimen yang dilakukan di Laboratorium Institut

Kesehatan Helvetia Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Institut Kesehatan Helvetia Medan

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitianini dilakukan mulai bulan Juni-Juli 2019.

3.3. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan

tumbuhan serupa lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gambir

(Uncaria gambir Roxb) yang diperoleh dari Pasar MMTC Jl. Pancing Medan,

Pasar Gambir Jl. Besar Tembung.

3.4. Alat dan Bahan yang digunakan

3.4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan adalah: alat cukur, gunting, cawan porselin,

lumpang dan stemper, batang pengaduk, sudip, pipet tetes, timbangan listrik, pisau

scalpel, kapas, kamera digital, pot plastik, blender, kandang tikus, mistar, serbet,

makanan tikus (biji-bijian), sekam, Estesia cream 5 gram.

28

3.4.2. Bahan

Gambir (Uncaria gambir Roxb),cera Alba, vaselin Alba, salep Betadin,

tikus putih, NaCl 0,9, Estesia cream 5 gram, alkohol 96%.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense Universitas

Sumatera utara Medan.

3.5.2. Pengumpulan sampel

Gambir yang dikumpulkan sebanyak 1kg kemudian dihaluskan dengan

blender, simpan dalam wadah

3.5.3. Pembuatan salep

Dasar salep yang digunakan adalah dasar salep berminyak (dasar salep

hidrokarbon).

3.5.4. Karakteristik Simplisia Gambir

a. Kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotroph, tahapannya

adalah sebagai berikut: Tabung penampung dan kondensor dibilas dengan air,

kemudian dikeringkan dalam oven dan dimasukkan 200-300 ml toluen yang telah

dijenuhkan dengan aquadestilata ke dalam labu destilasi tersebut. Sejumlah

simplisia dimasukkan ke dalam labu bundar. Labu perlahan-lahan dididihkan

selama lebih kurang 15 menit. Serpihan porslen ditambahkan, setelah mendidih,

suling dengan kecepatan 2 tetes/detik hingga sebagian besar air tersuling kemudian

kecepatan penyulingan dinaikkan menjadi 4 tetes/detik. Setelah semua air tersuling,

29

dibilas bagian dalam kondensor dengan toluen, selanjutnya dilanjutkan

penyulingan selama 5 menit, kemudian pemanasan dihentikan. Tabung penerima

didinginkan sampai suhu kamar. Tetesan air yang menempel pada dinding tabung

penerima dihilangkan. Air dan toluen dibiarkan memisah dalam tabung penerima,

mengamati volume air dalam tabung penerima dan menghitung kadar air dalam

persen.

b. Kadar abu total

Cawan platina ditimbang dengan teliti, kemudian serbuk daun gambir yang

telah ditimbang dengan seksama seberat kurang lebih 2 gram dimasukkan ke dalam

krus dan ditimbang kembali. Cawan platina tersebut kemudian dipijar pada

oven (tanur pemanas) pada suhu 600 derajat celcius hingga diperoleh isi berupa abu

putih dengan berat yang konstan (16).

c. Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapankadarabu total dididihkandengan 25 ml

asam klorida P, dicuci dengan air panas, pijar hingga bobot tetap. Kadar abu yang

penetapan tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat simplisia dinyatakan

dalam % b/b.

d. Penetapan Kadar Sari LarutEtanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisa dimaserai dengan 100 ml etanol selama

24 jam seperti tertera pada monografi, menggunakan labu bersumbat sambil sekali-

Kadar abu total= Sisa pengabuan x 100%

berat awal simplisia

Kadar air % = mL x Bj air (g/mL) x 100%

Berat bahan awal (g)

30

sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring cepat, 20 ml

filtrate diuapkan dalam cawan berdasar rata (yang telah ditara) diatas penangas air

hingga kering, panas kansisa pada suhu 105 ºC hingga bobot tetap.

e. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 ml air kloroforom

(2,5 mL kloroforom dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu

bersumbat samba lsekali –sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian

didiamkan. Disaring cepat, 20 ml filtrate diuapkan dalam cawan dangkal berdasar

rata (yang telah ditara) diatas penangas air hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu

105ºC hingga bobot tetap. Kadar dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara.

3.5.5. Skrining Fitokimia

1. Uji alkaloid

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu diasamkan dengan asam

klorida 2N, lalu disaring. Filtrat dibasakan dengan larutan amonia 10%, kemudian

ditambahkan kloroform dan dikocok kuat-kuat. Lapisan kloroform disaring,

kemudian ditambahkan asam klorida 2N lalu dikocok kuat - kuat sampai terdapat

dua lapisan kembali. Lapisan asam dipipet dan dibagi kedalam tiga tabung, pada

tabung 1 ditambahkan pereaksi Mayer apabila timbul endapan putih atau kekeruhan

menandakan positif alkaloid, pada tabung 2 ditambahkan pereaksi Dragendorff

apabila timbul endapan jingga-kuning atau kekeruhan menandakan positif alkaloid,

dan tabung 3 digunakan sebagai blangko.

31

2. Uji flavonoid

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2N, pasif larutan

dicampur dan dipanaskan diatas penangas air selama 5-10 menit kemudian disaring.

Filtrat yang didapat ditambahkan amil alkohol lalu dikocok kuat-kuat. Apabila

timbul warna merah, kuning, jingga pada lapisan alkohol menandakan positif

flavonoid.

3. Uji saponin

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit, lalu disaring. Filtrat

dibiarkan sampai dingin, lalu dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan arah

vertikal. Apabila muncul busa setinggi ± 1 cm yang bertahan selama 10 menit dan

busa tersebut masih bertahan (tidak hilang) setelahditambahkan beberapa tetes

asam klorida maka menandakan positif saponin.

4. Uji fenol

Kedalam 5 mL larutan ditambahkan beberapa tetes besi (III) klorida.

Terbentuknya warna hijau, biru kehitaman menunjukkan adanya senyawa fenol.

5. Uji tanin

Simplisia ditempatkan pada tabung reaksi lalu ditambahkan air 5-10 ml,

kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu disaring. Kepada filtrat ditambahkan

larutan gelatin 1%. Apabila muncul endapan putih menandakan positif tannin.

32

6. Uji steroid dan triterpenoid

Simplisia ditambahkan eter kemudian digerus dan disaring hingga halus.

Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap dan dibiarkan menguap sampai kering,

lalu ditambahkan larutan pereaksi Liebermann Burchard. Apabila timbul warna

merah-ungu menandakan positif triterpenoid, sedangkan apabila timbul warna

hijau-biru menunjukkan positif steroid(16).

3.5.6. Pembuatan Ekstrak

Ekstrak dari serbuk kering simplisia dengan cara maserasi menggunakan

pelarut yang sesuai menurut Farmakope Herbal Edisi I Tahun 2013adalah sebagai

berikut: (17).

1. Masukkan 1 kg bagian serbuk kering dalam maserator

2. Tambahkan 10 liter bagian pelarut etanol 96%.

3. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-kali diaduk, kemudian diamkan

selama 18 jam.

4. Pisahkan maserat dengan cara sentrifugasi, dekantasi, atau filtrasi.

5. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya satu kali dengan pelarut yang sama

dan jumlah volume pelarut sebanyak setengah kali jumlah volume pelarut pada

penyarian pertama, lakukan penyarian sampai 3 kali.

6. Kumpulkan semua maserat.

7. Uapkan dengan penguap vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh

ekstrak kental.

8. Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen

dan bobot serbuk simlplisia yang digunakan dengan penimbangan.

33

9. Rendemen harus mencapai angka sekurang- kurangnya sebagaiman ditetapkan

pada masing-masing monografi ekstrak.

3.5.7. Pembuatan Salep

Formula standart salep menurut Formularium Nasional :

Dasar salep hidrokarbon

R/ Malam putih 50

Vaselin putih 950

m.f unguentum 1000

Formula modifikasi dari ekstrak gambir

Bahan F1 F2 F3 F0

Ekstrak

gambir

5 gram 7 gram 9 gram 20 gram

Cera Alba 1 gram 1 gram 1 gram -

Vaselin Alba 14gram 12 gram 10 gram -

Keterangan : F1 = Konsentrasi 25%

F2 = Konsentrasi 35%

F3 = Konsentrasi 45%

F0 = Dasar salep

*Cara pembuatan Salep ekstrak Gambir.

Proses pembuatan salep diawali dengan menimbang semua bahan yang

diperlukan sesuai perhitungan. Dimasukkan cera flavum dan vaselin flavum lebur

kedalam cawan porselen yang telah dilapisi kain kassa, lalu dilebur diatas penangas

air. Setelah meleleh hasil leburan diserkai dan dimasukkan dalam lumpang, digerus

hingga homogen dan dingin dan ditambahkan ekstrak gambir sedikit demi sedikit

sambil digerus hingga homogen dan menjadi massa setengah padat. Keluarkan

massa (salep) dari lumpang lalu timbang sebanyak 20 g dan masukkan kedalam

wadah pot plastik.

34

3.5.8. Uji Sifat Fisik Sediaan

a. Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi tekstur, warna, dan bau

yang diamati secara visual.

b. Daya Sebar

Salep sebanyak 0,5g diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik

yangdiberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan kaca objek

glass yang diberi beban 1g dan dibiarkan selama 60 detik, pertambahan luas

yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung dengan menambahkan beban

menjadi 3 g dan 5 g. Berdasarkan grafik hubungan antara beban dan luas

salep yang menyebar dengan, pengulangan masing-masing 3 kali untuk tiap

salepyang diperiksa.

c. Daya Lekat

Salep sebanyak 0,5g diletakkan diatas gelas objek yang telah diketahui

luasnya dan gelas objek yang lain diletakkan di atas salep tersebut.

Kemudian ditekan dengan beban 1 g selama 5 menit. Dipasang gelas objek

pada alat tes, beban seberat 80g kemudian dilepaskan dan dicatat waktunya

hingga kedua gelas objek ini terlepas. Tes dilakukan untuk formula salep

dengan masing-masing 3 kali percobaan.

d. Uji pH.

Sebanyak 1g sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling

hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang

diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi

35

tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat dan dibandingkan

dengan rentang pH kulit antara 4,5 - 6,5(18).

3.5.9. Penyiapan Hewan Uji

Tikus putih yang digunakan pada pengujian terlebih dahulu disiapkan dan

dikondisikan selama 1 minggu dengan dilakukan penimbangan berat badan tikus

sekali setiap hari sebelum pengujian, misalnya berat tikus per ekor adalah 180 -200

g. Penyiapan hewan uji dilakukan agar hewan uji dapat beradaptasi dengan

lingkungan baru, mengontrol kesehatan dan menyeragamkan makanannya.

3.5.10. Pembuatan Luka Gores

Sebelum pembuatan luka, bulu disekitar area punggung tikus dicukur,

lakukan prosedur anastesidengan Estesia Krim Lidocaine 2.5%, Prilocaine 2.5%,

agar tikus tidak merasakan sakit dan menghindari gerak berlebihan yang akan

ditimbulkan oleh tikus,luka gores yang dibuat pada punggung tikus menggunakan

pisau skalpel, sesuai luas area yang diinginkan yaitu dengan panjang luka 2cm dan

kedalaman 2 mm hingga lapisan dermis yang ditandai dengan keluarnya darah.

Pengukuran luas permukaan luka dengan menggunakan jangka sorong (14).

3.5.11. Uji Aktivitas Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb )Pada Punggung

Tikus

Disiapkan sediaan uji yaitu salep Betadin, dasar salep dan ekstrak gambir,

kemudian 5 hewan uji yang terdiri dari 5 tikus tiap kelompok yaitu :

Kelompok I (K1) : Kontrol positif (salep Betadin®)

Kelompok II (K2) : Ekstrak Gambir Konsentrasi 25%.

Kelompok III (K3) : Ekstrak Gambir Konsentrasi 35%.

Kelompok IV (K4) : Ekstrak Gambir Konsentrasi 45%.

36

Kelompok V (K5) : Kontrol Negatif.

Tikus yang telah dilukai pada bagian kulit punggungnya masing-masing

diberi perawatan berdasarkan kelompoknya. Perawatan dilakukan mulai hari

pertamasetelah dilukai sampai luka sembuh selama 14 hari. Dioleskan dengan salep

sebanyak 5mg sehari 2 kalisampai luka sembuh. Luka gores dirawat secara terbuka

hingga sembuh yang ditandai dengan merapat dan tertutupnya luka selama 14

hari(19).

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Determinasi

Berdasarkan hasil Determinasi yang dilakukan di Herbarium Medanense

Sumatera Utara menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan

Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang terdapat pada lampiran 1 halaman 53.

4.1.2 Ekstraksi

Sebanyak 1000 gram serbuk Gambir (Uncaria gambir roxb). Dimaserasi

dengan pelarut etanol 96% sebanyak 10 liter. Filtrat yang diperoleh kemudian

dikentalkan dengan vacuum rotary evaporator, dan didapatkan ekstrak kental

sejumlah 110.858 gram. Rendemen yang didapat adalah 11, 0858%. Perhitungan

rendemen dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 54.

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan

perendaman dan pengadukan beberapa kali pada temperatur ruangan. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi larutan

zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Proses

ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan

diluar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol

air atau pelarut lainnya(20).

38

4.1.3 Karakteristik Simplisia

Hasil Karakteristik Simplisia Gambir hasil pemeriksaaan Karateristik

Gambir (Uncaria gambir Roxb) yang meliputi : Kadar air, Kadar Abu Total, Kadar

Abu Tidak Larut Asam, Kadar Sari Larut Etanol, Kadar Sari Larut Air.Berdasarkan

hasil dari Karakteristik Gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Karakteristik Syarat Sampel

Kadar air ≤14% 2,26%

Kadar abu total ≤0,5% 0,47%

Kadar abu tidak larut asam ≤5% 2,07%

Kadar sari larut air - 12,80%

Kadar sari larut etanol - 8,9%

Hasil penetapan kadar air serbuk gambir yang dilakukan sebanyak 3 kali

didapatkan rata-rata 2,26%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah air dalam sampel

memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 14%(21).

Hasil penetapan kadar abu total yang dilakukan sebanyak 3 kali didapatkan

rata-rata 0,47%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu dalam sampel memenuhi

syarat yaitu tidak lebih dari 0,5%(21).

Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam yang dilakukan sebanyak 3 kali

didapatkan rata – rata 2,07%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kadar abu tidak larut

asam dalam sampel memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 5%(21).

Hasil penetapan kadar sari larut air yang dilakukan sebanyak 3 kali didapatkan

rata-rata 12, 80% , penetapan kadar sari larut etanol yang dilakukan sebanyak 3 kali

didapatkan rata-rata 8,9%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa simplisia gambir

39

memiliki kandungan senyawa-senyawa (sari) yang layak untuk diekstraksi. Data uji

karakteristik gambir dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 54.

4.1.4 Skrining Fitokimia

Berdasarkan pemeriksaan pada skrining fitokimia baik pada serbuk maupun

ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) terdapat kandungan Alkaloid, Flavonoid,

Saponin , Tannin, Kuinolon. Berdasarkan hasil dari Skrining Fitokimia pada

tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil penapisan Fitokimia ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Jenis Pengujian Hasil Pengujian

Serbuk Simplisia Ekstrak

Alkaloid + +

Flavonoid + +

Saponin + +

Tanin + +

Steroid & Triterpenoid - -

Minyak atsiri - -

Kumarin - -

Keterangan :

(+) Memberikan reaksi positif.

(-) Memberikan reaksi negatif

Dalam identifikasi flavonoid ini reaksi positif ditunjukkan dengan warna

merah, kuning atau jingga pada amil alkohol, dalam identifikasi alkaloid reaksi

positif ditunjukkan dengan endapan merah bata, dalam identifikasi saponin reaksi

positif ditunjukkan buih atau busa yang selama tidak kurang selama 10 menit

setinggi 1-10 cm, dan dalam identifikasi tannin reaksi positif ditunjukkan terjadi

warna biru atau hijau kehitaman(22).

40

Dimana gambir mengandung senyawa katekin (flavonoid, tannin) yang

berfungsi sebagai antioksidan yang diasumsikan dapat menghilangkan nyeri

danradang serta mempercepat penyembuhan luka.

4.1.5 Hasil Evaluasi Sediaan Salep.

Evaluasi salep ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) meliputi uji

organoleptis. Hasil evaluasi salep ekstrak gambir dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Salep Ekstrak Gambir

Jenis Pemeriksaan Hasil

Bentuk

Warna

Bau

Serbuk

Kuning kecoklatan

Khas

Rasa Kelat, Pahit yang diakhiri rasa agak manis

Hasil pemeriksaan organoleptis berdasarkan tabel tersebut menunjukkan

bahwa sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gambir.

4.1.6 Uji Daya Sebar.

Salep sebanyak 0,5g diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik

yangdiberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan kaca objek glass

yang diberi beban 1g dan dibiarkan selama 60 detik, pertambahan luas yang

diberikan oleh sediaan dapat dihitung dengan menambahkan beban menjadi 3 g dan

5 g. Rata – rata hasil evaluasi pengukuran daya sebar dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Rata – rata hasil Pengukuran Daya Sebar.

Rata - rata Uji

Daya Sebar

Konsentrasi

25%

Konsentrasi

35% Konsentrasi 45%

5,2 cm 5,5 cm 5,6 cm

Evaluasi daya sebar salep dilakukan untuk mengetahui luasnya penyebaran

salep pada saat dioleskan ke kulit, sehingga dapat dilihat kemudahan pengolesan

41

sediaan kekulit. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menariknya

pembebanan ditunjukan untuk menggambarkan karakteristik daya sebar. Dimana

luas permukaan yang dihasilkan berbanding lurus dengan kenaikan beban yang

ditambahkan. Daya sebar salep yang baik antara 5-7 cm. Gambar pengukuran uji

daya sebar dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 58.

4.1.7 Hasil Uji pH

Sebanyak 1g sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling

hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa,

jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang

ditunjukkan jarum pH meter dicatat dan dibandingkan dengan rentang pH kulit

antara 4,5 - 6,5.Rata - ratahasil evaluasi uji pH dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rata - Rata Hasil Uji pH

Rata – rata

Uji pH Konsentrasi 25% Konsentrasi 35% Konsentrasi 45%

6,4 6,6 6,6

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan salep saat digunakan,

jika sediaan salep memiliki sediaan yang rendah atau asam dapat mengiritasi kulit

dan sebaliknya jika pH sediaan terlalu tinggi akan mengakibatkan kulit menjadi

kering saat penggunaan. Sediaan salep harus memenuhi persyaratan, karena apabila

pH terlalu basa berakibat kulit menjadi bersisik, sebaliknya jika pH kulit terlalu

asam dapat terjadi iritasi pada kulit. Gambar rata – rata hasil uji pH dapat dilihat

pada lampiran 5 halaman 61.

42

4.1.8 Hasil Pengukuran Panjang Luka Gores Pada Tikus

Hasil pengukuran luka gores hingga menutup sempurna baik pada

kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok konsentrasi 25%,

kelompok konsentrasi 35%, kelompok konsentrasi 45%.Data perubahan rata- rata

panjang luka pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.6 Rata- Rata Panjang Luka Tiap Kelompok

Hari

ke K1 K2 K3 K4 K5

2 2 2 2 2

2 1,72 1,88 1,8 1,72 1,76

3 1,38 1,68 1,56 1,38 1,62

4 0,8 1,5 1,32 1,06 1,46

5 0,48 1,12 0,94 0,74 1,32

6 0,24 0,72 0,66 0,42 1,2

7 0,1 0,48 0,38 0,22 1,02

8 0 0,3 0,12 0,06 0,86

9 0,08 0 0 0,6

10 0 0,34

11 0,14

12 0

13

14

Keterangan K1 = Kontrol Positif

K2 = Konsentrasi 25%

K3 = Konsentrasi 35%

K4 = Konsentrasi 45%

K5 = Kontrol negatif

Gambar 4.1 Pengukuran Panjang Luka Gores Tikus.

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Pan

jan

g lu

ka (

mm

)

Hari

43

Keterangan K1 = Kontrol Positif

K2 = Konsentrasi 25%

K3 = Konsentrasi 35%

K4 = Konsentrasi 45%

K5 = Kontrol negatif

Pengamatan penyembuhan luka dilakukan dari hari ke-1 hingga hari ke-14

untuk melihat luka selama penelitian. Sedangkan pengukuran panjang luka

dilakukan setiap hari, pengukuran panjang luka gores tikus menggunakan jangka

sorong. Dari rata- rata panjang luka dapat dilihat bahwa penutupan luka gores pada

K1 luka menutup paling cepat pada hari ke-8. Pada K2 luka menutup paling cepat

pada hari ke-10. Pada K3 luka menutup paling cepat pada hari ke-9. Pada K4 luka

menutup paling cepat pada hari ke-9. Sedangkan pada K5 luka menutup paling

cepat pada hari ke-12.

4.1.9 Hasil persentase penyembuhan luka gores dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.7 Rata-Rata Persentase Penyembuhan Luka Gores Tikus

Kelompok K1 K2 K3 K4 K5

Rata – rata

persentase

penyembuhan

luka gores

tikus

92% 94% 93% 94% 89%

44

Gambar 4.2 Persentase Penyembuhan Luka Gores Tikus

Keterangan K1 = Kontrol Positif

K2 = Konsentrasi 25%

K3 = Konsentrasi 35%

K4 = Konsentrasi 45%

K5 = Kontrol negatif

Berdasarkan pengamatan pada grafik diatas terlihat bahwa pada kelompok

konsentrasi 25%(K2), 35%(K3), dan 45%(K4) memperlihatkan waktu proses

penyembuhan luka gores pada tikus lebih cepat dibandingkan dengan kelompok

kontrol negatif(K5) yang hanya diberi Dasar salep. Pada kelompok K1 proses

penyembuhan luka gores pada tikus terlihat berbeda dengan kelompok K5.

4.2 Pembahasan

Penetapan kadarair ditentukan untuk mengetahui jumlah air

yangterkandung dalam simplisia dan kadar abu ditentukan untuk mengetahui

senyawa anorganik yang terkandung. Nilai kadar air yang melewati batas dapat

mempengaruhi pada formulasi karena banyaknya kadar air dapat menyebabkan

mikroba sehingga sediaan menjadi tidak tahan lama. Dari tabel diatas dilihat hasil

penetapan kadar air pada ekstrak Gambir yaitu 2,26 %. Hasil yang didapat tidak

K1 K2 K3 K4 K5

Pe

rse

nta

se p

en

yem

bu

han

lu

ka (

%)

45

melewati batas nilaikadar air yang sesuai dengan (Depkes 2008), maka nilai kadar

air pada simplisia Gambir ini masih aman.

Pada kadar abu, kadar abu total yang diperoleh tidak boleh memiliki nilai

yang tinggi. Apabila kadar abu total tinggi maka sediaan yang dibuat dapat

berbahaya karena kadar abu total menunjukkan jumlah logam- logam alkali dan

logam – logam tanah serta silikat yang terkandung dalam simplisia. Hasil kadar abu

total yang didadapat pada pengujian ini adalah 0,47 % , nilai tersebut masih dalam

standar simplisia yang tercantum pada (Depkes 2008) (16).

Dari hasil skrining fitokimia ekstrak Gambir mengandung Flavonoid,

Alkaloid, Saponin, Tannin, Kuinolon. Menurut jurnal the key to medicinal plants

reseach revolves around the detection, isolation and characterisation of

antioxidans as therapeutic agent mengatakan bahwa Gambir dapat digunakan

sebagai analgetik dan antiinflamasi karena Gambir mengandung katekin

(flavonoid) tannin dan gambiriin yang berfungsi sebagai antioksidan yang

diasumsikan dapat menghilangkan nyeri dan radang (23).

Uji aktifitas penyembuhan luka dalam penelitian ini didasarkan pada

pengaruh ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) terhadap panjang luka gores,

waktu penyembuhan luka pada tikus dan persentase penyembuhan luka gores(23).

Gambir (Uncaria gambir Roxb) merupakan tanaman yang sedang gencar

dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia dan Gambir sejak lama digunakan

sebagai campuran menyirih yang dipercayakan dapat menguatkan gigi. Ekstrak

Gambir mengandung (+) katekin sebagai komponen utama, yang berpotensi

sebagai antibakteri. Sebelum digunakan dalam penelitin, dilakukan determinasi

46

tanaman untuk memastikan kebenaran tanaman ini yaitu Gambir (Uncaria gambir

Roxb ) yang berfamili Rubiaceae.

Ekstrak Gambir diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut

etanol 96%. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk Gambir selama 6

jam pertama sambil diaduk sekali- kali kemudian didiamkan selama 18 jam pada

suhu kamar. Maserasi dipilih karena baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan

terhadap panas dan memilki keuntungan diantaranya peralatan yang sederhana dan

proses pengerjaan yang mudah. Penggunaan etanol sebagai pelarut yang

mempunyai sifat selektif, dapat bercampur dengan air dengan segala perbandingan

, ekonomis, mampu mengekstrak sebagian besar senyawa kimia yang terkandung

dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, fenol, tannin, steroid dan

triterpenoid (24).

Pengujian organoleptis meliputi bentuk, warna , dan bau. Salep yang

dihasilkan memiliki bentuk setengah padat yang merupakan karakteristik dari salep

itu sendiri. Warna coklat kemerahan berasal dari ekstrak Gambir. Hal ini tampak

dari perubahan warna basis salep yang semula berwarna putih menjadi coklat

kemerahan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang terkandung maka warna akan

semakin coklat, begitu pula dengan aroma khas ekstrak Gambir yang tercium dari

salep dengan konsentrasi 25%, 35%, dan 45%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak,

maka semakin tercium aroma khas ekstrak Gambir.

Pengujian homogenitas merupakan pengujian terhadap ketercampuran

bahan – bahan dalam sediaan salep yang menunjukkan susunan yang homogen .

Pengujian dilakukan dengan basis salep (K5) dan salep dengan konsentrasi 25 (K2),

47

35% (K3), dan 45% (K4). Uji I yang mengandung ekstrak 25%, uji II yang

mengandung ekstrak 35% menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat

adanya butiran halus. Uji III yang mengandung ekstrak 45% terlihat tidak homogen

yang ditandai adanya butiran halus.

Berdasarkan hasil penelitian dari 25 ekor tikus putih, luka gores terlihat

eritema pada hari ke -1 sampai hari ke– 4. Setelah dilakukan perlakuan dengan salep

Betadin (K1),salep dengan konsentrasi 25% (K2), 35% (K3), 45% (K4) dan dasar

salep (K5). Akan tetapi pada hari ke- 9 dosis salep K2 dan K3,kelima tikus tidak

mengalami eritema.Pembengkakan terjadi disebabkan hiperemi dan sebagian besar

ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan

interstitial.

Pada penelitian ini luka menutup terlihat dari hari ke 7 pada perlakuan K1

pada tikus ke 1 dan 4 dan pada perlakuan K4 tikus ke 5, sedangkan ke empat tikus

yang lain masih mengalami kemerahan dan pembengkakan. Pada perlakuan K2 dan

K3 luka gores sudah ada yang mengalami penutupan luka akan tetapi belum

menutup dengan sempurna. Pada perlakuan K3 luka menutup dengan sempurna

pada hari ke 8 pada tikus ke tiga. Pada perlakuan K5luka gores menutup sempurna

pada hari ke 11 pada tikus 2 dan 3. Dan pada perlakuan K4 adalah salah satu tikus

yang sudah menutup sempurna yaitu pada hari ke 7 pada tikus ke lima.Menurut

Argamula, mengatakan bahwa proses luka menutup setelah luka mengalami proses

lepasnya keropeng. Hal ini menandakan sudah terjadi pertumbuhan sel-sel baru

dengan merapatnya tepi luka. Proses keropeng terlepas dimana jaringan

dibawahnya sudah kering dan tepi-tepi luka mulai tertarik ke tengah (25).

48

Berdasarkan hasil penelitian untuk luka tertutup pada penggunaan masing-

masing formula juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara masing-masing konsentrasi. Hal ini terlihat dari hasil analisis statistik

Annova secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) hubungan antara formula dan

kecepatan luka tertutup dimana Fhitung > dari F table. Fhitung = 0,073 dan nilai F

tabel = 0,05. Hasil data analisis statistik Annova ini terdapat pada lampiran 10

halaman 73.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pemberian salep ekstrak Gambir (Uncaria

gambir Roxb) yang diberi perlakuan dengan mengoleskan 2 x sehari pada bagian

punggung tikus putih pada jam 7 pagi dan jam 5 sore.

Sejumlah studi sebelumnya menunjukkanbahwa kehadiran saponin,

alkaloid, polifenol,flavonoid, steroid, triterpenoid dan di berbagai bagian tanaman

mungkin memiliki efek penyembuhan pada luka(26).

Sebagai tambahan jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penelitian

ini menunjukkan hasil yang lebih baik dengan ditemukannya aktifitas antioksidan

pada dosis yang lebih tinggi dari dosis yang digunakan pada penelitian sebelumnya.

Pada penelitian sebelumnya hanya digunakan 3 kelompok uji, yakni kontrol positif,

kontrol negatif, dan dosis uji isolat katekin gambir 10 mg / kg BB tanpa adanya

dosis bertingkat yang digunakan.

Hal ini yang membedakan pada penelitian ini yaitu digunakannya dosis

bertingkat yang akan memperlihatkan potensi isolat katekin gambir secara lebih

luas dengan adanya dosis bertingkat.

49

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan dosis K2, K3, K4 salep

ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb) mampu mempercepat penyembuhan luka

gores pada tikus putih. Hal ini dikarenakan ekstrak Gambir mengandung tannin

yang mampu menghambat hipersekresi cairan mukosa dan menetralisir protein

inflamasi.Tannin memiliki afinitas terhadap protein sehingga dapat terkonsentrasi

pada area luka(25).

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambir(Uncaria gambir Roxb) dapat diformulasikan dalam sediaan salep.

2. Gambir (Uncaria gambir Roxb) memiliki efek penyembuhan luka gores pada

konsentrasi 25%, 35%, 45%.

3. Salep Betadin dangambir(Uncaria gambir roxb) dapat menyembuhkan luka

gores pada tikus.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, maka diajukan saran

sebagai berikut :

1. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar membuat gambir (Uncaria gambir

Roxb) dalam sediaan gel sebagai antiseptik.

2. Disarankan kepada masyarakat kiranya dapat menggunakan obat tradisioanal

sebagai penyembuhan luka gores.

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran F, Ilmu DAN, Farmasi PS. Uji Aktivitas Antiinflamasi Isolat

Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Udem Kaki Tikus Putih

Jantan Galur Sparague- Dawley Yang Di Induksi Karagenan. 2016.

2. Syilfia Hasti HM dan AB. Uji Aktivitas Hepatoproteksi dan Toksisitas Akut

dari Ekstrak Gambir Terstandarisasi. J Penelit Farm Indones.

2012;1(1)(September 2012: 34-38):34–8.

3. Novriansyah R. Penutup Oklusif Hidrokoloid Selama 2 Dan 14 HarI The

Difference of Collagen Density Around Wistar Mice Wound Incision Dressing

with Conventional Gauze and Occlusive Program Pasca Sarjana Program

Pendidikan Dokter Spesialis I.

4. Lyndyanasari A. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Alpukat (Persea

americana Mill.) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gores Mencit (Mus

musculus L.) Jantan Balb-C Dan Pemanfaatannya Sebagai Leaflet Sumber

Belajar Masyarakat. 2016;(120210103053).

5. Magdalena NV, Kusnadi J. uji anti bakteri gambir. J Pangan dan Agroindustri.

2015;3(1):124–35.

6. Desfita. Efektivitas Gambir (Uncaria gambir Roxb.) sebagai Anti

Hiperkolesterolemia dan Stabilisator Nilai Darah pada Mencit Putih (Mus

musculus) Jantan Effectivity of Gambier (Uncaria gambir Roxb.) as Anti

Hypercholesterolemic and Stabilizer of Blood Value. 2014;3(September):231–

7.

7. Ariyanti PR, Aditya M. Manfaat Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai

Antioksidan. Majority. 2016;5(3):129–33.

8. Putri MAH. Uji aktivitas antibakteri (+) - katekin gambir terhadap jenis bakteri

gram negatif. 2010;

9. Isnawati A, Raini M, Dwi Sampurno O, Mutiatikum D, Widowati L, Gitawati

Dr, Et Al. Karakterisasi Tiga Jenis Ekstrak Gambir (Uncaria Gambir Roxb)

Dari Sumatera Barat Characterization Of 3 Types Gambir Extract (Uncaria

Gambir Roxb) From Sumatera Barat. 2012;201–8.

10. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif. J

Kesehat. 2014;VII(2):361–7.

11. Setiawan AF, Wijoyo, Sunaryo. Sistem Cerdas Penghitung Sel Kulit Mati

Manusia dengan Metode Improved Counting Morphology. J EECCIS.

2013;7(1):28–34.

12. Handayani, F., Siswanto, E., Ayu, L., dan Pangesti T. Uji Aktifitas Ekstrak

Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar

pada Kulit Punggung Mencit Putih Jantan (Mus musculus). J Ilm Manuntung.

2015;1(2):133–9.

13. Fauzia RR, Sulastri I. Uji Efektivitas Anti Inflamasi Salep Ekstrak Rimpang

Kencur (Kaempferia galanga L) Terhadap Luka. Sains dan Ilmu Farm.

2017;2(3):104–14.

14. Binti Ida Umaya. Jurnal Fisiologi Kulit. Univ Nusant PGRI Kediri [Internet].

2017;1:1–7. Available from: http://www.albayan.ae

52

15. Dewi SP. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achatina fulica) Dan Gel

BioplacentonTMTerhadap. 2010.

16. Aisyahni M. Formulasi Sediaan Krim Wajah Ekstrak Daun Gambir (Uncaria

Gambir Roxb.) Dengan Basis Virgin Coconut Oil (VCO). 2012;

17. kemetrian kesehatan Ri. farmakope herbal. jakarta; 2013.

18. Jantan T, Wistar G. Uji Aktivitas Salep Fase Minyak Ekstrak Ikan Toman (

Channa micropeltes) Terhadap Luka Sayat Pada Tikus Jantan Galur Wistar

123. :1–10.

19. Pemberian P, Salep K, Kesembuhan P, Insisi L. Skripsi Oleh : Anang Masrur.

Vol. 6. 2018.

20. Putri DEAA. Dea alvicha putri a1f010005. 2014;

21. kupdf.net_farmakope-herbal-indonesia-edisi-pertama.pdf.

22. Lingkungan JB, Etanol E, Uncaria G, Hunter W, Hunter GW, By R. BioLink

Secara Perkolasi Phytochemical Screening And Formulation Of Peel-Off Mask

Spring Formulation Of Ethanol Extract Of Gambir ( Uncaria Berbagai bahan

alami dari tumbuhan yang mempunyai aktivitas antioksidan , November 2016

sampai Februari 2017 suatu memerlukan mendapatkan khasiat yang efektif .

Maka terjadinya kerusakan senyawa kimia yang mengekstraksi gambir secara

perkolasi menggunakan kemudian. 2019;5(2):114–22.

23. Sari GP, Farmasi PS, Kedokteran F, Ilmu DAN, Islam U, Syarif N. Uji efek

analgetik dan antiinflamasi ekstrak kering air gambir secara. 2010;

24. uji aktifitas antibakteri ekstrak daun jarak pagar dan gambir terhadap bakteri

staphylococcus dan ecoli. 2018;1–109.

25. Biologi J, Matematika F, Ilmu DAN, Alam P, Semarang UN. (Euphorbia

tirucalli) Pada Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Rattus norvegicus)

skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Biologi Oleh Siti Qomariah. 2014;

26. Cordifolia A, Steenis T. Muhammadiyah Journal of Nursing. 2011;27–39.

53

Lampiran 1. Determinasi Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb)

54

Lampiran 2. Pemeriksaan Rendemen Ekstrak Gambir

1. Perhitungan Rendemen Ekstrak Gambir

Diketahui : Berat serbuk simplisia = 1000 gram

Berat ekstrak kental = 110, 858 gram

% Rendemen = SimplisiaBerat

xKentalEkstrakBerat %100

= gram

xgram

1000

%100858,110

= 11,0858 %.

55

Lampiran 3.Karakteristik Simplisia Gambir

2. Uji kadar airGambir

a. Pengukuran 1

Jumlah sampel yang ditimbang = 1, 0050 gram.

Hasil kadar air simplisia (% MC) = 2,68%

b. Pengukuran 2

Jumlah sampel yang ditimbang = 1, 0045 gram.

Hasil kadar air simplisia (% MC) =1, 60%

c. Pengukuran 3

Jumlah sampel yang ditimbang =1, 0028 gram.

Hasil kadar air sampel (%MC) = 2, 49%

Rata – rata kadar air simplisa

Gambir =3

321 PengukuranPengukuranPengukuran ++

= 3

%49,2%60,1%68,2 ++

=2, 26%

3. Uji kadar sari larut air Gambir.

a. Jumlah ekstrak yang ditimbang = 5, 0010 gram.

Hasil kadar sari larut air simplisia (% MC) = 11,11%

b. Jumlah ekstrak yang ditimimbang = 5, 0020 gram.

Hasil kadar sari larut air simplisia (% MC) = 14, 34%

c. Jumlah ekstrak yang ditimbang =5, 0018 gram.

Hasil kadar sari larut air simplisia (% MC) = 12, 96%.

56

Rata – rata kadar sari larut air

Gambir = 3

321 PengukuranPengukuranPengukuran ++

= 3

%96,12%34,14%11,11 ++

=12, 80%.

4. Uji kadar abu total Gambir.

a. Jumlah ekstrak yang ditimbang =2, 00 gram.

Hasil kadar abu total simplisia (% MC) = 0,75%.

b. Jumlah ekstrak yang ditimbang = 2, 0050 gram.

Hasil kadar abu total simplisia (% MC) = 0,31%.

c. Jumlah ekstrak yang ditimbang =2, 0010 gram.

Hasil kadar abu total simplisia (% MC) =0,37%.

Rata– rata kadar abu total Gambir

= 3

321 PengukuranPengukuranPengukuran ++

= 3

%37,0%31,0%75,0 ++

=0, 47%.

5. Uji kadar abu tidak larut asam.

a. Jumlah ekstrak yang ditimbang = 2, 0050 gram.

Hasil kadar abu tidak larut asam (%MC ) = 1,09%.

b. Jumlah ekstrak yang ditimbang =2, 0030 gram.

Hasil kadar abu tidak larut asam (%MC) =2, 95%.

c. Jumlah ekstrak yang ditimbang =2,0020 gram.

57

Hasil kadar abu tidak larut asam (% MC) =2,19 %.

Rata – rata kadar abu tidak larut asam

= 3

321 PengukuranPengukuranPengukuran ++

= 3

%19,2%95,2%09,1 ++

=2, 07%.

6. Uji kadar sari larut etanol

a. Jumlah ekstrak yang ditimbang = 5, 0040 gram.

Hasil kadar sari larut etanol (%MC) = 6,49%.

b. Jumlah ekstrak yang ditimbang = 5, 0020 gram.

Hasil kadar sari larut etanol (%MC) =9,89 %.

c. Jumlah ekstrak yang ditimbang =5, 0021 gram.

Hasil kadar sari larut etanol (%MC) =10, 82%.

Rata – rata kadar sari larut etanol

= 3

321 PengukuranPengukuranPengukuran ++

= 3

%82,10%89,9%49,6 ++

=8,9%.

58

Lampiran 4. Uji Daya Sebar.

Konsentrasi 25%.

Dengan penambahan beban 1 gram

I =4,5 cm

Dengan penambahan beban 3 gram.

II = 4,8 cm

Dengan penambahan beban 5 gram.

III = 6,4 cm.

Rata –rata uji daya sebar konsentrasi 25% :

4,5 cm+ 4,8cm + 6,4cm

3

= 15,7 cm

3

= 5,2 cm

59

Konsentrasi 35%

Dengan penambahan beban 1 gram.

I = 3,5 cm

Dengan penambahan beban 3 gram.

II = 3,8 cm

Dengan penambahan beban 5 gram

III = 4,2 cm.

Rata – rata uji daya sebar konsentrasi 35% :

= 3,5 cm + 3,8cm + 4,2 cm

3

= 11,5 cm

3

= 3,8 cm

60

Konsentrasi 45%

Dengan penambahan beban 1 gram

I = 3, 7 cm

Dengan penambahan beban 3 gram

II = 4,4 cm

Dengan penambahan beban 5 gram.

III =4,6 cm.

Rata – rata uji daya sebar konsentrasi 45% :

=3,7cm + 4,4 cm+ 4,6 cm

3

= 12, 7 cm

3

= 4, 2 cm

61

Lampira 5. Uji pH

Konsentrasi 25%

pH I = 6, 4

pH II = 6,5

pH III = 6,4

Rata – rata uji PH :

= 6,4 + 6,5 + 6,4

3

= 193

3

= 6,4

62

Konsentrasi 35%

pH I = 6,4

pH II = 6,5

pH III = 6, 9

Rata – rata uji Ph

= 6,4 + 6,5 + 6,9

3

= 198

3

= 6,6

63

Konsentrasi 45%

pH I = 6,4

pH II = 6,5

pH III = 6,4

Rata – rata uji Ph

=6,4 + 6,5 + 6,9

3

=198

3

= 6,6

64

Lampiran 6: Ethical Clearance

65

Lampiran 7. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus.

1. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Kontrol Positif (Betadine salep)

Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 5 Hari 6

Hari 7

66

2. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Konsentrasi 25%

Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7 Hari 8

Hari 9

H

Hari 10

67

3. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Konsentrasi 35%

Hari 1 Hari 2

Hari 3 Hari 4

Hari 5 Hari 6

Hari 7 Hari 8

68

4. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Konsentrasi 45%

Hari 1 Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7

69

5. Gambar Penutupan Luka Gores Tikus Pada Kontrol Negatif (Dasar Salep)

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7

Hari 8

70

Hari 9

Hari 10

Hari 11

71

Lampiran 8. Data Pengamatan

1. Kontrol Positif (Betadin Salep)

Tikus

Panjang luka (cm)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 1,5 1,0 0,8 0,4 0,2 0 - - - - - -

2 2 1,8 1,5 0,8 0,6 0,3 0,2 0 - - - - -

3 2 1,9 1,6 0,9 0,5 0,3 0,2 0 - - - - -

4 2 1,6 1,2 0,7 0,5 0,1 0 - - - - - -

5 2 1,8 1,6 0,8 0,4 0,3 0,1 0 - - - - -

Rerata 2 1,72 1,38 0,8 0,48 0,24 0,1 - - - - - -

2. Kontrol negatif (Dasar Salep).

Tikus

Panjang luka (cm)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 1,6 1,4 1,3 1,3 1,2 1,0 0,9 0,6 0,4 0,1 0 -

2 2 1,8 1,6 1,5 1,3 1,3 1,2 1,0 0,8 0,3 0 - -

3 2 1,9 1,8 1,6 1,4 1,3 1,1 0,9 0,4 0,1 0 - -

4 2 1,8 1,7 1,5 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,5 0,4 0 -

5 2 1,7 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,7 0,6 0,4 0,2 0 -

Rerata 2 1,76 1,62 1,46 1,32 1,2 1,02 0,86 0,6 0,34 0,14 - -

3. Konsentrasi 25%

Tikus

Panjang luka (cm)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 1,8 1,6 1,6 1,4 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - -

2 2 1,8 1,5 1,2 0,8 0,6 0,3 0,1 0 - - - -

3 2 2 1,8 1,7 1,4 0,7 0,5 0,5 0,2 0 - - -

4 2 1,8 1,8 1,4 1,0 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - -

5 2 2 1,7 1,6 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - -

Rerata 2 1,88 1,68 1,5 1,12 0,72 0,48 0,3 0,08 - - - -

72

4. Konsentrasi 35%

Tikus

Panjang luka (cm)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 1,9 1,6 1,5 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - -

2 2 1,8 1,6 1,4 1,2 0,8 0,5 0,2 0 - - - -

3 2 1,6 1,5 1,0 0,7 0,4 0,1 0 - - - - -

4 2 2 1,6 1,4 0,8 0,6 0,4 0,1 0 - - - -

5 2 1,7 1,5 1,3 1,0 0,8 0,5 0,2 0 - - - -

Rerata 2 1,8 1,56 1,32 0,94 0,66 0,38 0,12 - - - - -

5. Konsentrasi 45%

Tkus

Panjang luka (cm)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 1,7 1,5 1,0 0,8 0,4 0,1 0 - - - - -

2 2 1,6 1,2 0,9 0,6 0,5 0,4 0,2 0 - - - -

3 2 1,8 1,6 1,4 1,0 0,7 0,5 0,1 0 - - - -

4 2 1,9 1,5 1,2 0,9 0,4 0,1 0 - - - - -

5 2 1,6 1,1 0,8 0,4 0,1 0 - - - - - -

Rerata 2 1,72 1,38 1,06 0,74 0,42 0,22 0,06 - - - - -

73

Lampiran 9: Flow Sheet

Gambir Kering

Gambir Halus

Ekstrak Gambir

Bahan

Dasar Salep

Campuran

Bahan Dasar

Salep

Dasar Salep

Sediaan Salep

Gambir

Evaluasi

- Organoleptis

- pH

- Daya sebar

- Daya lekat

Uji aktivitas pada

tikus

Diukur diameter

luka (cm)

Timbang

Blender

Ekstraksi

74

Lampiran 10. Data Analisis Statistik Pengukuran Panjang Luka Gores Tikus

a. Uji Homogenitas

Tujuan : Untuk mengetahui data pengukuran luka gores terdistribusi

homogen atau tidak.

Hipotesis

Ho = Data pengukuran panjang luka gores terdistribusi homogen

Ha = Data pengukuran panjang luka gores tidak terdistribusi homogen.

Pengambilan keputusan = Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diteriam

= Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Panjang_Luka

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.061 4 43 .993

Keputusan

Ho ( Diterima ) = Data pengukuran panjang luka gores terdistribusi homogen

Nilai signifikansi ( p> 0,05 ) yaitu p = 0,993

b. Uji One – Way Anova

ANOVA

Panjang_Luka

Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Between

Groups

.160 4 .040 .073 .990

Within Groups 23.653 43 .550

Total 23.814 47

75

Keterangan :

Jika F hitung >F tabel = Tolak Ho artinya signifikan

Jika F hitung <Ftabel =Terima Ho artinya tidak signifikan

Dimana nilai F hitung =0,073 dan nilai F tabel 0,05

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

antara masing – masing konsentrasi.

Dimana nilai F hitung =0,073 dan nilai Ftabel 0,05

c. Uji Tukey HSD

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Panjang_Luka

Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error

Sig. 95%

Confidence

Interval

Lower

Bound

Kontrol positif

Kontrol

Negatif

-.07833 .33853 .999 -1.0421

Konsentrasi

25%

-.13600 .35181 .995 -1.1376

Konsentrasi

35%

-.13556 .36039 .996 -1.1615

Konsentrasi

45%

-.00444 .36039 1.000 -1.0304

Kontrol

Negatif

Kontrol positif .07833 .33853 .999 -.8854

Konsentrasi

25%

-.05767 .31757 1.000 -.9617

Konsentrasi

35%

-.05722 .32705 1.000 -.9883

Konsentrasi

45%

.07389 .32705 .999 -.8572

Konsentrasi

25%

Kontrol positif .13600 .35181 .995 -.8656

Kontrol

Negatif

.05767 .31757 1.000 -.8464

Konsentrasi

35%

.00044 .34078 1.000 -.9697

Konsentrasi

45%

.13156 .34078 .995 -.8386

Konsentrasi

35%

Kontrol positif .13556 .36039 .996 -.8904

Kontrol

Negatif

.05722 .32705 1.000 -.8738

Konsentrasi

25%

-.00044 .34078 1.000 -.9706

76

Konsentrasi

45%

.13111 .34963 .996 -.8642

Konsentrasi

45%

Kontrol positif .00444 .36039 1.000 -1.0215

Kontrol

Negatif

-.07389 .32705 .999 -1.0050

Konsentrasi

25%

-.13156 .34078 .995 -1.1017

Konsentrasi

35%

-.13111 .34963 .996 -1.1265

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Panjang_Luka

Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan 95% Confidence Interval

Upper Bound

Kontrol positif

Kontrol Negatif .8854

Konsentrasi 25% .8656

Konsentrasi 35% .8904

Konsentrasi 45% 1.0215

Kontrol Negatif

Kontrol positif 1.0421

Konsentrasi 25% .8464

Konsentrasi 35% .8738

Konsentrasi 45% 1.0050

Konsentrasi 25%

Kontrol positif 1.1376

Kontrol Negatif .9617

Konsentrasi 35% .9706

Konsentrasi 45% 1.1017

Konsentrasi 35%

Kontrol positif 1.1615

Kontrol Negatif .9883

Konsentrasi 25% .9697

Konsentrasi 45% 1.1265

Konsentrasi 45%

Kontrol positif 1.0304

Kontrol Negatif .8572

Konsentrasi 25% .8386

Konsentrasi 35% .8642

77

Lampiran 11. Data Analisa Deskriptif Pengukuran Luka Gores Tikus

Descriptives

Panjang_Luka

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval

for Mean

Lower

Bound

Upper

Bound

Kontrol positif 8 .8400 .77053 .27242 .1958 1.4842

Kontrol

Negatif

12 .9183 .71628 .20677 .4632 1.3734

Konsentrasi

25%

10 .9760 .75870 .23992 .4333 1.5187

Konsentrasi

35%

9 .9756 .73558 .24519 .4101 1.5410

Konsentrasi

45%

9 .8444 .73694 .24565 .2780 1.4109

Total 48 .9142 .71181 .10274 .7075 1.1209

Descriptives

Panjang_Luka

Minimum Maximum

Kontrol positif .00 2.00

Kontrol Negatif .00 2.00

Konsentrasi 25% .00 2.00

Konsentrasi 35% .00 2.00

Konsentrasi 45% .00 2.00

Total .00 2.00

78

Lampiran 12 Permohonan Pengajuan Judul Skripsi

79

Lampiran 13 Permohonan Ijin Penelitian

80

Lampiran 14 Selesai Penelitian

81

Lampiran 15 Hasil Identifikasi

82

Lampiran 16 Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan

83

Lampiran 17 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Proposal

84

Lampiran 18 Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi

85

Lampiran 19 Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 1

86

87

Lampiran 20 Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 2

88