form work

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang. Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat 1

Upload: cynthia-thya-carera

Post on 10-Aug-2015

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

materi sipil mencakup formwork

TRANSCRIPT

Page 1: Form Work

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung,

jembatan maupun bangunan lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari

beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu bangunan yang terdiri dari

campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar,  yang berfungsi untuk menopang beban

yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur

tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat

berfungsi sebagaimana mestinya.

Beton merupakan bahan bangunan  yang hanya dapat menahan gaya tarik

namun tidak dapat menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang

maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan. Dalam

perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan

gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan

ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.

Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat

bantu yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form

Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan

yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai

dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara

yang harus kuat   dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan

kerusakan pada beton.

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir

dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan

kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur

bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya

seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan

mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.

1

Page 2: Form Work

1.2 Tujuan dan Manfaat

Acuan dan Perancah merupakan suatu konstruksi yang berbahaya dan perlu

pemahamanan yang tinggi. Pekerjaan acuan perancah merupakan suatu pekerjaan

yang memerlukan suatu pemahaman atau nalar yang tinggi. Dalam Acuan Perancah

kita harus memperhatikan Instruktur yang menerangkan suatu pekerjaan, karena jika

tidak kita tidak akan dapat paham bagaimana kita menyelsaikan suatu pekerjaan

tersebut. Dalam pekerjaan Acuan Perancah ini kita harus dapat membaca suatu

gambar konstruksi dan paham serta tahu bagaimana cara membuat pekerjaan ini

selesai sesuai dengan yang kita harapkan. Acuan Perancah 2 ini memberikan suatu

ilmu baru seperti cara membaca gambar dengan baik dan benar dan kita harus dapat

menuangkan gambar yang kita baca tersebut kedalam suatu pekerjaan konstruksi,

kerja sama yang tinggi, serta kita harus dapat memikirkan dan memhami bagaimna

menyelasaikan suatu pekerjaan konstruksi itu dengan teknik yang baik benar serta

mudah dan cepat. Pekerjaan Acuan Perancah merupakan sutu pekerjaan yang

berbahaya yang mana kita harus memperhatikan aturan-aturan yang terdapat dalam

pekerjaan tersebut dan kita harus memiliki sikap displin yang tinggi dan kerja sama

yang tinggi sesama teman serta harus memperhatikan keselamatan kerja. Adapun

tujuan dari Acuan Perancah II ini antara lain:

Membentuk mahsiswa dapat membaca gambar suatu konstruksi dengan baik dan

benar dan paham bagaimana menyelesaikannya dengan teknik yang benar

Membentuk mahasiswa berpikir bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan

konstruksi itu dengan baik dan benar

Membentuk mahasiswa memiliki sikap disiplin,rasa gotong royong yang tinggi

dan saling menghormati sesama mahasiswa

Kita harus memilki sikap disiplin yang tinggi dan kerja sama sesama pekerja

agar tercipta suatu pekerjaan yang tadinya berbahaya dapat menjadian suatu pekerjaan

yang tenang dan menyenangkan.

2

Page 3: Form Work

BAB IIFORMWORK

2.1 Definisi

Formwork adalah suatu konstruksi sementara,yang terdiri dari acuan dan

perancah,dan berfungsi untuk mendukung terlaksananya pengerjaan adonan beton

yang dicorkan sesuai dengan bentuk yang dikehendaki.Acuan merupakan bagian dari

bekisting yang berfungsi sebagai cetakan untuk membentuk beton yang diinginkan

yang sifatnya sementara.perancah merupakan bagian dari bekisting yang berfungsi

sebagai dudukan acuan dan menahan beban acuan.Jadi acuan pekerja pengecor beton

dan lain sebagainya, sampai beton mengeras, sehingga dapat menahan berat sendiri

dan beban kerja. Acuan beton terdiri dari bidang bagian bawah dan samping.

Papanpapan bagian bawah dari acuan yang tidak terletak langsung di atas tanah

dipikul oleh gelagar acuan, sedangkan gelagar acuan didukung oleh perancah. Pada

konstruksi beton yang langsung terletak di atas tanah, bagian bawah tidak perlu diberi

cetakan, tetapi cukup dipasang lantai kerja dari beton dengan campuran 1 semen :

3pasir : 5 krikil dengan ketebalan 5 cm. Jadi, yang perlu diberi papan acuan bagian

samping saja.

Untuk pekerjaan beton yang akan difinishing dengan plesteran, papan acuan

tidak perlu dihaluskan, tetapi bila pekerjaan beton tidak memerlukan finishing, maka

permukaan acuan harus licin. Untuk pekerjaan tersebut biasnya digunakan acuan dari

multipleks, plywood, atau pelat baja.

2.2 Fungsi Acuan dan Perancah

1.     Memberikan bentuk kepada konstruksi beton

2.     Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan

3.     Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan

mampu memikul beban sendiri maupun beban luar

4.     Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran

5.     Sebagai isolasi panas pada beton.

3

Page 4: Form Work

2.3 Macam-macam Konstruksi

Dalam ilmu teknik sipil terdapat 3 macam jenis konstruksi, yaitu :

a. konstruksi kayu

b. konstruksi baja

c. konstruksi beton bertulang

Masing-masing konstruksi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan:.

a)    Konstruksi kayu

Keuntungan :

-   Mudah dalam perawatan.

-   Tidak dapat menghantarkan listrik.

Kerugian :

-    Susah untuk dibentuk sesuai dengan keinginan.

-    Mudah lapuk atau di makan rayap.

b) Konstruksi baja

Keuntungan :

-   Baja memiliki tingkat keutuhan yang lebih tinggi.

c)   Konstruksi beton

Keuntungan :

-    Mudah didalam pembuatan.

2.4 Syarat–syarat Umum Acuan dan Perancah

1.    Kuat

Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban

lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu

acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.

   Berat Sendiri (Beton)

Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.

4

Page 5: Form Work

   Berat Hidup

Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang

mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu

Gempa atau Retakan.

Pembebanan :

  Beban mati (DL)

         Akibat beton

         Akibat acuan

  Beban hidup (LL)

2.    Kaku

Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena

apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan

dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.

3.    Mudah dibongkar

Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat

sementara, dan  hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton

yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.

4. Ekonomis dan Efisien

Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus,

namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus

membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu

dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali

sehingga menghemat biaya.

5.   Rapi

Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah

dalam penyusunan dan pembongkaran.

6.    Rapat

Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran.

Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai

tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena

pasta semen keluar dari bekisting

5

Page 6: Form Work

7.   Bersih

Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak

bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke

dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran

tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga

sulit untuk dibersihkan..

2.5 Kerugian–kerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik

1.      Perubahan geometric

Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan

rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku,

akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan

pekerjaan finishing lagi.

2.      Penurunan mutu beton

Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air

yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi

berkurang

3.      Terjadinya perubahan dimensi

Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika

terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya.

Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya

lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.

2.6 Bagian–bagian Acuan dan Perancah

a)      Bagian pada acuan

1.    Papan Cetakan

Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan

maka penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun

memanjang,perlu diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-

benar rapat agar tidak ada air yang keluar.

2.    Klam Perangkai

Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :

6

Page 7: Form Work

a)   Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang

maupun melebar

b)   Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.

klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong

potong sesuai ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan

sisa yang masih cukup panjang dengan lebar papan yang disambung.

b)    Bagian pada perancah

1.    Tiang acuan/Tiang Penyangga

Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan

besi. Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut

kolom.

Perletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga

ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah

sebaiknya ditanam sedalam 20 cm untuk menjaga agar konstruksi tidak

bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.

Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :

>      beban yang ditopang

>      ukuran balok

>      ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri

>      skur/pengaku.

Dalam Acuan dan Perancah II terdapat 2 macam tiang yang

digunakan,yaitu:

1)      Tiang tunggal (pipe support/steel proof).

2)      Tiang rangka (scaffolding).

2.    Gelagar

Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada

serta dapat berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan.

Gelagar  terbuat dari bahan kayu berukuran balok maupun papan.

Penggunaan bahan gelagar dari kayu berukuran balok maupun berukuran

papan tergantung dari perencanaan pemakaian bahan, tetapi yang pasti

gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk menopang

beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4  x 6 cm

maupun papan 2 x 20 cm.

7

Page 8: Form Work

Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang

dibutuhkan. Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan

kemudian gelagar bagian tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai

papan duga terhadap gelagar bagian tengah

Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;        

>     Ukuran penampang bahan gelagar

>        Beban yang dipikul

>        Ketebalan papan acuan.

3.    Skur

Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk

memperkokoh atau memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada.

Agar didapat suatu sistem acuan perancah yang memenuhi persyaratan

kekakuan,  maka skur dipasang pada dua posisi :

a)  Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk

mempersatukan tiang penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut

akan bekerja bersamaan pada saat mendapatkan gaya

b)  Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal,

yang mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal

( goyangan ) yang timbul pada tiang penyangga.

Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja

tidak mampu menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang

penyangga dan  yang bisa terjadi tiang akan melendut. Kombinasi antara

skur horizontal dan diagonal akan mempunyai kemampuan menopang gaya,

karena terjadi kekompakan tiang dan skur.

4.    Landasan

Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak.

Landasan yang digunakan biasanya berupa  balok kayu, baja atau beton.

Landasan berfungsi  sebagai:

1)    Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung

-ujung tiang penyangga

8

Page 9: Form Work

2)   Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung

tiang akibat adanya gaya-gaya horizontal

3)    Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang

apabila tiang-tiang tersebut harus dipasang pada tempa- tempat

bergelombang.

5.    Penyokong

Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong

diletakkan diatas papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–

tiang tersebut dapat berdiri dengan tegak dan kokoh.

2.7 Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah

1.      System  Tradisional

Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan

konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya sampai pada beberapa

kali penggunaan untuk bentuk yang rumit akan banyak memakan waktu dan

tenaga.

2.      Semi System

Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan

campuran antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-

menerus, oleh karena itu penggunaan metode ini hanya untuk pekerjaan yang

mengalami beberapa kali pembuatan terus-menerus.

3.      Full System

Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan

konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya bisa digunakan

secara terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan

petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan

banyak pertimbangan karena harga bekisting ini cukup mahal. Sebelum

pekerjaan dimulai kita harus menghitung terlebih dahulu beban-beban yang

akan diterima.

9

Page 10: Form Work

Dalam Acuan dan Perancah II, metode yang digunakan adalah metode Semi Systerm.

Perencanaan Konstruksi Acuan & Perancah

Pembebanan

- Acuan horizontal, contoh : lantai

- Acuan vertikal, contoh: kolom

Pembebanan Vertikal

Perkiraan Tekanan yang dikembangkan oleh Beton

Ada 4 tekanan yang mungkin berbeda:

1. P. Hidrostatis

Phs = h = tinggi beton

P = tekanan beton = berat jenis beton (kg/m2)

2. Beton pada saat dituangkan tidak langsung rata, membentuk lengkungan dan

mendesak ke samping.

P. arching = P.arc =

R = Laju kecepatan vertikal pengecoran (m/jam)

d = Tebal beton (mm) dipertimbangkan jika d 500mm (faktor lengkung

tidak mendesak lagi)

3. Faktor pengaruh kekentalan dan suhu diabaikan

P. Stiffering = P.st =

K = nilai koreksi antara suhu dan slump

Tabel Nilai K

10

Page 11: Form Work

4. P. Impect = P. imp =

Bila tekanan jatuh Beton lebih dari 2m, pada waktu menghitung ditambahkan

dengan P. Impect. Apabila berat untuk beton lembek sangat berbeda dari nila

2400 kN/m2 maka suatu koreksi harus dibuat dengan rumus :

Keadaan Khusus:

Dengan campuran zat penghambat hanya Ph dan Pg dapat

dipertimbangkan.

Pada Beton dengan campuran zat Plasticizer hanya Ph dapat

dipertimbangkan.

Pada Beton dengan kemantapan S> 80 mm (Turun) dan getaran luar hanya

Ph dan Pv dapat dipertimbangkan.

Pada pengecoran Beton dengan pipa, dimana ujungnya berda dibeton,maka

tekanan hidrostatik sepanjang pipa keseluruhan harus dipertimbangkan.

Pengecoran Beton dengan menggunakan pompa,diaman ujung pipa berada

didalam Beton, maka 150% dari tekanan hidrostatik yang ada harus

ditambahkan.

Pembebanan Horizontal

o Biasanya terjadi akibat tekanan hidrostatis dari beton basah dan gaya getar

11

Kemantapan

Penurunan

(mm)

Suhu Beton (C°)

15 20 25 30 35

25 K-C, 8 0,60 0,45 0,35 0,30

50 1,10 0,80 0,60 0,45 0,40

75 1,35 1,00 0,75 0,55 0,50

100 1,60 1,15 0,90 0,65 0,60

Page 12: Form Work

2.8 Alat-alat yang digunakan

1. Palu

2. Gergaji

3. Waterpas

12

Page 13: Form Work

4. Mesin Potong

5. Benang

6. Unting-unting

7. Penggaris siku

8. Rol meteran

13

Page 14: Form Work

9. Linggis

10. Pensil / Kapur

Pensil / kapur digunakan sebagai bahan penanda atau batasan.

A. Peralatan Khusus

Peralatan Khusus merupakan peralatan yang tidak pernah digunakan dalam Acuan

Perancah I,antara lain:

1. Rapid Klem

Rapid Klem merupkan alat penjepit dengan memsaukkan tulangan besi untuk

penjepitnya dan dikunci hingga sesuatu yang akan diikat itu tidak bergerak

lagi atau kuat. Rapid Klem diikat dengan perantara kunci rapid klem yang

diputar hingga kencang.

14

Page 15: Form Work

2. Plat Besi

Plat Besi juga memiliki fungsi hampir sama dengan rapid klem, akan tetapi

plat besi lebih simple dari rapid klem karena plat besi hanya ditaruh dan kunci

dengan plat besi yang berbentuk segitiga pada tiap lubang yang sesuai.

3. Steel Prop

Steel Prop memiliki fungsi yang sma dengan dolken pada Acuan Perancah

I,akan tetapi steel prop biasanya digunakan pada gedung yang tinggi.Steel

Prop memiliki tinggi yang dapat diatur.

Kelebihan Steel Prop dari dolken ,antara lain:

Steel Prop lebih simple dari dolken

Steel Prop memiliki bentuk yang sama sehingga mempermudah dlam

penegakannya dan pengaturan kedatarannya

Ketinggian Steel dapat diatur sesuai dengan yang dinginkan sedangkan

Dolken jika tinggnya kurang harus disambung.

15

Page 16: Form Work

4. Schaffoelding

Schaffoelding merupakan alat perancah yang terbuat dari baja. Alat Perancah

ini digunakan untuk konstruksi besar dan ini dapat digunakan terus sampai alat

perancah ini rusak. Alat Perancah ini dapat disambung–sambung sesuai

dengan kegunaannya. Alat Perancah ini selain sebagai alat perancah juga

memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat orang berkerja yang dialasnya dapat

dipasang roda.

Schaffoelding ada 2 macam sesuai dengan tinggi standarnya:

Schaffoelding Besar

Schaefolding merupakan alat perancah yang memiliki tinggi standard 170

cm.

Schaffoelding kecil

Extra Folding merupakan tambahan scahefolding yang memiliki tinggi 90

cm

16

Page 17: Form Work

Tampak Samping

Tampak Depan

5. Pipa Penyambung Schaffoelding

Pipa Penyambung ini digunakan jika kita ingin menyambung dengan

schaffoelding yang lainnya.

17

Page 18: Form Work

6. Extra Foelding

Extra Foelding adalah suatu alat tambah dalam Schaffoelding yang berfungsi

sebagai alas dan tempat balok sesuai dengan bentuknya.

Bahan – bahan yang digunakan

B. Bahan Utama

18

Page 19: Form Work

Pada Acuan Perancah 2 ada sedikit perbedaan dengan Acuan Perancah 1, pada

bahan yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan pada Acuan Perancah 2 ini

antara lain:

1. Kayu

Kayu merupakan bahan utama dalam suatu konstruksi bangunan,begitu juga

dalam Acuan Perancah II ini kayu sangat diperlukan kegunaanya.Dalam Acuan

Perancah ini akan digunakan balok kayu yang berukuran 8 X 12 cm dan papan

yang difungsikan sebagai penguat atau skur dan klem

Papan

Papan harus disimpan dengan baik dan harus telindung dari pengaruh

cuaca dan serangan serangga serta peresapan air tanah.

Untuk penyimpanan papan harus diberi tumpuan .Bagi kayu yang basah

tiap satu papan diberi tumpuan teapi bagi papan yang kering tiap

tumpukan 5 papan diberi tumpuan

Dolken (Gelam)

Dolken biasa digunakan dalam perancah, dan dolken yang digunakan

biasanya bersal dari jenis pinus akasia, kayu manis, kayu laut dan lain-lain.

Doken harus tahan akan cuaca .Ukuran yang biasa digunakan dolken

dalam perancah yaitu memeiliki diameter 6-10 cm dengan panjang (tinggi)

4m.

Kasau

Tidak berbeda dengn penyimpanan papan.Ukuran kasau yang digunakan

untuk acuan :4/6 –400 cm ,5/7-400 cm.

2. Plywood / Multiplex

Pada Acuan Perancah II tidak hanya bahan yang dari alam saja yang

digunakan tetapi juga digunakan bahan buatan, yaitu plywood yang

merupakan salah satu bahan utama dalam Acuan Perancah II ini. Dalam

Acuan Perancah ini, akan digunakan Plywood sebagai bahannya , yang

digunakan untuk cetakan. Digunakan Plywood sebagai cetakan karena

permukaan dari plywood yang telah rata dan halus sehingga tidak perlu

diketam lagi.Keunggulan dari cetakan dengan plywood anatara lain:

Hasil beton akan lebih baik dari pada cetakan papan

Permukaannya telah rata dan halus sehingga tidak perlu untuk diketam

19

Page 20: Form Work

Ukuran plywood telah memenuhi standard (1,22 m X 2,44 m)

Plywood tidak mengalami perubahan bentuk plywood sendiri,sedangkan

papan mengalami perubahan akibat dari factor alam dan manusia seperti

melentingnya suatu papan yang mempengaruhi kekuatan suatu beton

Plywood biasanya digunakan pada pekerjaan yang cukup besar dan untuk

permukaan beton yang tidak diplaster lagi tidak memerlukan finishing

(exposed concret). Pada acuan yang menggunakan plywood diusahakan agar

tidak banyak pemakuan, agar pembongkaran dapat mudah dilakukan dan

kemungkinan plywood rusak sangat kecil, sehingga dapat digunakan berkali-

kali (yang baik dapat digunakan 10 kali). Untuk plywood berkualitas baik,

penggunaan paku yang sedit pada plywood dapat dilaksanakan kalau

kestabilan konstruksi perencanaan nya dilaksanakan dengan baik. Adapun

plywood yang sering diperginakan di Indonesia khusus untuk acuan termasuk

kelas II dan tebal 1,8 cm.

3. Baja Tulangan

Baja selain digunakan dalam pembuatan beton, pada Acuan Perancah II ini

baja tulangan digunakan sebagai alat penjepit pada pembuatan Kolom atau

Balok dengan Rapid Klem.

4. Paku

Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan dan perancah ialah

yang berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah didalam

pembongkarannya.

Panjang paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang

dibuat atau maximal sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh

melebihi tebal sambungan karena bagian ujung paku yang dibengkokkan

akan menyuklitkan pekerjaan pembongkaran.

Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang

berlaku pula untuk tebal kayu yang akan di sambung.

Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Dalam arah gaya

12.d. untuk tepi kayu yang dibebani

20

Page 21: Form Work

5.d. untuk tepi kayu yang tidak dibebani

10.d. untuk jarak antar paku

b. Dalam arah tegak lurus arah gaya

5.d. untuk jarak sampai tepi kayu

5.d. untuk jarak barisan paku

Penggunaan sambungan dengan paku harus memenuhi persyaratan PKKI

sebagai berikut :

a) Paku yang dipergunakan dapat mempunyai penampang melintang

yang berbentuk bulat persegi atau berakhir lurus.

b) Kekuatan paku berpenampang bulat diberikan dalam tebal II

PKKI dibawah ini dan berlaku untuk tebal kayu seperti tertera pada daftar

tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak tergantung dari besar sudut yaitu

sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.

c) Untuk sambungan yang menyimpang tebal dari II, dapat dipakai

rumus dibawah ini dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti

tertera dalam table III.

1. Sambungan berpenampang Satu

S = ½ b d b 7d

S = 3,5 d2 7d b

2. Sambungan berpenampang dua

S = b d. b 7d

S = 7 d2 7d b

Ket :

S = gaya yang diperkenankan /paku

b = tebal paku

D = diameter paku (tebal II )

= kokoh desak kayu

d) Ujung paku yang keluar dari sambungan, sebaiknya

dibengkokkan tegaklurus arah serst, asal pembengkokan tersebut tidak

akan merusak kayu

e) Apabila dalam suatu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku

maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20

batang harus dikurangi 20%.

21

Page 22: Form Work

f) Pada sambungan dengan paku ,paling sedikit harus digunakan 4 batang

paku.

5. Kawat Beton

Kawat Beton merupakan bahan pembantu dalam Acuan Perancah II ini,kawat

beton digunakan sebagai pengikat antara Steel Prop dengan skur (Karena Skur

tidak dipakukan pada Steel Prop).

BAB IIIJOB 1

BEKISTING KOLOM

3.1 Definisi

Kolom adalah tiang yang menahan suatu konstruksi bangunan. Kolom

merupakan bagian terpenting dalam suatu konstruksi,sehingga kita harus teliti dalam

merencanakan suatu kolom yang baik, tegak lurus dan kuat serta memiliki mutu yang

baik.

Rapid Klem adalah suatu alat yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat

menjepit atau membuat kaku suatu cetakan dengan menjepit baja tulanang sebagai

penjepitnya. Kolom yang dibuat cetakannya dengan pengakuan Rapid Klem sangat

kuat cetakan tersebut, akan tetapi Cetakan Kolom yang menggunakan Rapid Klem

relatif susah dalam pemasangan Rapid Klem dan berbahaya, sehingga kita harus dapat

memahami cara atau teknik pemasangan Kolom dengan Rapid Klem.

Tujuan :

Pada akhir dari pelajaran Mahasiswa diharapkan dapat:

1. Membuat cetakan dengan baik dan benar serta rapi sesuai dengan bentuknya

2. Menggunakan alat dan bahan dengan baik dan benar

3. Menghitung bahan yang digunakan setiap kolom

4. Menegakkan kedudukan cetakan jika daerahnya tidak rata

5. Membuat kolom yang lurus dan jika dilhat seperti garis lurus

22

Page 23: Form Work

Bahan dan alat :

Panel 2/244 x 40 cm

Skur baja vertikal

Tirus

Klem perangkai

Meteran

Stager

Unting-unting

Tangga lipat

Instruksi Umum :

1. Perhatikanlah Keselamatan Kerja

2. Persiapkanlah bahan dan peralatan yang digunakan

3. Perhatikanlah instruktur menerangkan

4. Pahamilah gambar kerja yang akan dilaksanakan

Langkah kerja:

Mempelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan.

Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan

digunakan.

Rangkaikan papan – papan sebagai cetakan kolom dengan

menggunakan klam perangkai, sesuai dengan ukuran yang

tercantum di gambar kerja..

Buat papan duga, tentukan letak as kolom.

Pasang tulangan beserta penjaga jarak ( tebal selimut beton )

pada tempatnya.

Letakkan cetakan pada tempatnya.

Rangkaikan tiang acuan dengan papan gelagar. Jarak gelagar

sama dengan jarak klam perangkai, tetapi diukur dari as klam

perangkai.

Tiang acuan harus tegak

23

Page 24: Form Work

Memasang papan penjepit untuk bagian atas dan bawah terlebih

dahulu, bagian tengah menyusul setelah cetakan kolom benar –

benar telah tegak.

Untuk menegakkan kolom dipakai unting – unting.

Kedudukan kolom harus benar – benar tegak dan siku / lurus

terhadap kedudukan kolom yang lain.

Selanjutnya setelah kolom berdiri tegak, pasanglah balok

vertikal pada kolom dan harus segaris jika tampak dari jauh.

Agar balok vertikal tersebut kuat, sebaiknya kita pasang skoor

diantara keduanya.

24

Page 25: Form Work

25

Page 26: Form Work

Detail bekisting kolom dengan metode semi system hasil praktek kelas 2 gedung

2 pagi

Foto bekisting kolom pada proyek gedung baru di politeknik negeri Jakarta

Gambar bekisting kolom dengan metode full system

26

Page 27: Form Work

BAB IVJOB II

BEKISTING BALOK

4.1 Definisi

Balok dapat disebut kolom horizontal yang mana cetakan kolom dan balok

memiliki cara yang sama serta memiliki fungsi sebagai penahan tekanan baik beban

mati maupun beban hidup.

Balok pada Acuan Perancah 2 ini berbeda dengan balok pada Acuan Perancah 1,

perbedaan itu terdapat pada tiang perancah yang digunakan:

● Balok pada Acuan Perancah 1 tiang perancah yang digunakan yaitu dolken,

sedangkan pada Acuan Perancah 2 ini akan digunakan Steel Prop atau tiang perancah

yang terbuta dari baja.

● Balok pada Acuan Perancah 1 lebih rumit pada saat penegakan Balok, karena

kadang-kadang dolken yang digunakan tidak memiliki tinggi yang sama sehingga

perlu disambung jika kurang, sedangkan Steel Prop pada Acuan Perancah 2 tingginya

dapat diatur daan dilahat kedataran dengan WaterPass agar memiliki tinggi yang

sama.

Alat dan bahan:

Panel 2/244 x 40 cm

Papan 2/20-400cm

Kaso 4/6-400cm

Paku 4,5,7cm

Balok borneo 8/12-400cm

Meteran

Gergaji

Palu

Klem penjepit

Selang air

Tangga

Steel Prop

Schafoelldieng

Circular Hand Saw

Klem penjepit

27

Page 28: Form Work

Papan cetakan

Klam penjepit

Papan gelagar

schaffoeldieng

Skur samping

Skur horizontal

Langkah kerja :

Mempelajari gambar kerja dan hitung kebutuhan bahan.

Menyiapkan peralatan, bahan dan lokasi kerja yang akan digunakan.

Rangkaikan papan – papan sebagai cetakan balok dengan menggunakan

klam perangkai, sesuai dengan ukuran yang tercantum di gambar kerja.

Dirikan tiang perancah dengan jarak antara tiang perancah sama dengan

jarak klam perangkai.

Tiang perancah dikakukan ke arah panjangnya dengan skor.

Menimbang dan memasang gelagar.

Letakkan cetakan pada tempatnya di atas gelagar.

Pasang klam penjepit dan skor atas.

Pasang tulangan beserta penjaga jarak ( tebal selimut beton ) pada

tempatnya

Periksa kesikuan balok dan sambungan antara balok dan kolom.

28

Page 29: Form Work

Detail bekisting balok dengan metode semi system hasil praktek kelas 1 gedung 2 pagi

29

Page 30: Form Work

Bekisting balok pada proyek gedung di politeknik negeri Jakarta yang sudah di

perbaiki setelah mengalami patah akibat salah konstruksi.

BAB V

30

Page 31: Form Work

JOB IIIBEKISTING LANTAI

5.1 Definisi

Cetakan lantai adalah lantai yang bisanya terletak diatas lantai dasar yang

mana lantai itu harus kuat dan plat lantai harus terikat kuat satu sama lainnya.

Cetakan lantai biasanya disuatu konstruksi bangunan rumah lantai 2 dan

seterusnya dan gedung.Lantai ini harus terikat denngan balok

5.2 Tujuan

Pada akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat:

1. Membuat cetakan lantai dengan benar.

2. Meperhitungkan kekuatan terhadap lantai.

3. Mepergunakan bahan dan perlata dengan baik dan benar.

Alat dan bahan:

Papan 2/20-400cm

Kaso 4/6-400cm

Paku 4,5,7cm

Balok borneo 8/12-400cm

Meteran

Gergaji

Palu

Klem penjepit

Selang air

Tangga

Steel Prop

Schafoelldieng

Circular Hand Saw

Klem penjepit

Skur horizontal

U head

Jack base

Pipa galvanis

5.3 Instruksi Umum

31

Page 32: Form Work

1. Perhatikan Keselamatan Kerja.

2. Pahamilah Instruktur menerangkan dan bertanyalah jika kurang

mengerti.

3. Pahamilah cara menghitung kebutuhan bahan dan lata yang

digunakan.

4. Gunakanlah waktu seefektif mungkin

5.4 Langkah Kerja

1. Persiapkanlah bahan dan alat yang akan digunakan.

2. Taruhlah Schefolding 170 cm ditengah dengan jarak kanan-kiri

50 cm.

3. Pasanglah Extra folding Alas di Schaefolding dan pasanglah

penyambung Schaefolding dan pasanglah juga shcaefolding 90

cm dan taruhlah juga Extra Folding terbuka, sebaiknya

Schaefolding dialasi papan yang rata .

4. Aturlah ketinggian Schaefolding sampai dengan ketinggian 298

cm, yaitu:

Jadi Tingginya yaitu:

32

Tinggi = Papan Alas+T.Schaefolding I+Schaefolding II+Balok penyangga+Gelagar+Extrafolding[atur sampai sesuai dengan

ukurannya]

Page 33: Form Work

[2 + 170 + 90 + 12 +12 + 7(Extrafolding Bawah)+7(Extrafolding)]=300 cm(Sisa

14 cm dibagi ½ sehingga 7 cm untuk atas dan 7cm untuk bawah)

5. Setelah telah dipasang Schaefolding ,taruhlah Balok penyangga

8/12 300 cm di extra folding atas, pakukan dan ikat dengan kawat

beton agar kuat.

6. Setelah Balok penyangga dipasang taruhlah gelagar dengan jarak

50-60 cm, dan kedataranya dilihat dengan WaterPass.

7. Setelah dipsang dan pakukan semuanya taruhlah papan multiplex

uk.2.44 X1.22 m dengan tebal 2 cm diatas a gelagar dan harus

rapat dengan ½ dari tebal tep balok 30 cm.

8. Setelah selesai, periksanlah pekerjaan pada Instruktur.

9. Selanjutnya, rapikanlah bahan dan peralatan yang digunakan dan

simpan pada tempat semula.

BAB IVMEMBUAT CETAKAN DINDING

33

Page 34: Form Work

4.1 Definisi

Dinding dengan Rapid Klem memiliki cara teknik pekerjaanya sama dengan

Kolom dengan Rapid Klem. Dinding dengan Rapid Klem itu harus kuat dan kaku

serta siku dalam pembuatan cetakannya ,agar menghasilkan dinding sesuai dengan

harapan kita dan bermutu yang baik. Cetakan Dinding dengan menggunakan Rapid

Klem relatif rumit dan perlu ketelitian dan kehati-hatian,karena dalam pembuatan

cetakan dinding dengan Rapid Klem cetakan itu harus siku dan memiliki jarak sama

tiap dinding serta datar dan tegak.

4.2 Tujuan

Pada akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :

1. Membuat cetakan dinding dengan rapid klem dengan baik dan benar.

2. Memperhitungkan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan dalam

pembuatan cetakan dinding dengan rapid klem.

3. Menggunakan peralatn dengan baik dan benar.

Alat dan bahan:

Panel 2/244 x 40 cm

Kaso 4/6-400cm

Paku 4,5,7cm

tirut

Meteran

Gergaji

Palu

Klem penjepit

Tangga

Circular Hand Saw

Pipa galvanis

Skur vertical

Pipa PVC

4.3 Instruksi Umum

1. Perhatikanlah Keselamatan Kerja

34

Page 35: Form Work

2. Perhatikanlah Instruktur menerangkan cara pembuatan cetakan dinding dengan

rapid klem.

3. Persiapknlah bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

4. Gunakanlah waktu seefektif mungkin.

4.4 Langkah Kerja

1. Persiapkanlah bahan dan peralatan yang akan digunakan.

2. Buatlah Papan Duga dengan lebar dinding 100 cm

3. Setelah papan duga dibuat,pasanglah tiang vertical rapat dengan benang dengan

jarak masing-masing 60 cm dari AS dan di skoor horizontal dan miring.

4. Periksakanlah ketegakanya dengan dengan WaterPass dan pasanglah skoor tiap

Balok vertical.

5. Setelah kita pasang balok vertical, pasanglah cetakan dinding dengan tinggi 30

cm + 1cm + 122 cm + 1cm + 122 cm sehingga tinggi total dari dinding tersebut

276 cm.

6. Pakukanlah cetakan tersebut pada balok vertikal dengan kuat.

7. Cetakan memiliki panjang 244 cm

8. Usahakan cetakan tersebut datar dan tegak dengan melihat kaedah Unting-Unting

dan WaterPass.

9. Usahakan cetakan harus siku denga kaedah siku.

10. Setelah, cetakan dinding terpasangan, jepitlahlah dengan rapid klem.

11. Sebelum memasang balok 8/12 sebagai penjepitnya, buatlah jarak dengan

memasang klem dan WaterPasskanlah klem tersebut serta setelah itu taruhlah

balok 8/12 tersebut dan jepitlah dengan kuat dengan Rapid Klem.

12. Setelah dinding dibagian bawah dipasang Rapid Klem lakukan dengan cara yang

sama untuk Rapid Klem bagian Atas.

13. Setelah dinding semuanya dipasang Rapid Klem, periksalah ketegakannya dan

kedataranya dengan WaterPass dan Unting-Unting.

14. Periksakanlah pekerjaan pada Instruktur.

15. Setelah selesai, rapikanlah bahan dan perlatannya yang digunakan dan simpan

pada tempat semula.

Detail cetakan dinding hasil praktek kelas 1 gedung 2 pagi

35

Page 36: Form Work

BAB VJOB V

36

Page 37: Form Work

MEMBUAT CETAKAN TANGGA ¼ LINGKARAN

5.1 Definisi

Tangga merupakan suatu konstruksi yang digunakan untuk tempat yang tinggi

(rumah berlantai 2, gedung besar, dll) merupakan perantarat jalan dari bawah keatas

atupun sebaliknya. Bentuk tangga berbagai macam baik dari segi bentuk,bahan serta

fungsinya. Beberapa bentuk tangga kebanyakan di Indonesia,diantaranya:

Tangga biasa

Tangga ¼ Lingkaran

Tangga ½ Lingkaran

Tangga Lingkaran

Dan lain sebagainya

Sebelum kita membuat Tangga kita harus memperhitungakn dahulu tangga yang akan

kita buat tersebut, Perhitungan Pembuatan Tangga ¼ Lingkaran

Hitunglah tinggi dinding ,tinggi tangga ialah sama dengan jumlah banyaknya optride

Setelah Kita menghitung tinggi tangga, tentukanlah optride dan antride

5.2 Tujuan

37

2 Optride +Antride = 57-65 cmOptride minimal =18 cm

Page 38: Form Work

Pada akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menghitung dan membuat berbagai bentuk tangga.

2. Merencanakan Tangga yang ideal.

3. Membuat cetakan dan acuan tangga dengan bentuk ¼ lingkaran.

4. Menentukan panjang optride dan lebar antride.

Alat dan bahan:

Panel 2/244 x 40 cm

Kaso 4/6-400cm

Paku 4,5,7cm

Meteran

Gergaji

Palu

Klem penjepit

Tangga

Pipa galvanis

Skur vertical

5.3 Instruksi Umum

1. Perhatikanlah Keselamatan Kerja.

2. Persiapkanlah bahan dan peralatan yang diperlukan.

3. Perhatikanlah penjelasan cara pembuatan Tangga ¼ Lingkaran,bertanyalah pada

Intruktur jika kurang mengerti.

4. Pahamilah bentuk gambar kerja.

5. Gunakanlah waktu seefektif mungkin.

5.4 Langkah Kerja

1. Persiapkanlah bahan dan peralatan yang diperlukan.

2. Pelajarilah gambar kerja dan hitunglah kebutuhan bahan-bahan yang digunakan.

3. Hitunglah optride dan antride tangga yang akan kita buat.

4. Rencanakan pada optride keberapa tangga tersebut mulai membentuk lingkaran.

5. Gambarlah pada kedua dinding cetakan kedudukan daripada tangga tersebut

sesuai dengan kita rencanakan.

38

Page 39: Form Work

6. Pada gambar untuk lantai tangganya harus kita turunkan setebal papan-papan

cetakannya.

7. Potong papan sesuai dengan gambar tersebut dan masing-masing kita pakukan

pada dinding cetakan hingga sampa selesai .

8. Potongan papan-papan yang sudah dipasang harus kita sokong hingga

kedudukannya kuat dan kokoh.

9. Pasang papan-papan cetakan lantai tangga yang telah kita belah pada kedudukan

papan-papan tersebut sampai selesai,mengenai ukurannya dapat kita potong

ditempat.

10. Pada cetakan papan-papan cetakan tersebut ,ditengah-tengah anatara lebar papan

cetakan kita buatkan penyokong/pengaku.

11. Pasang papan-papan optride pada dinding yang telah kita gambar.

12. Pada masing-masing papan optride,ditengah-tengahnya (diantara) kita pasang

papan penyokong.

13. Periksanlah semua hasil pekerjaa sesuai dengan gambar kerja dan ketentuan-

ketentuan lainnya.

14. Kedudukan dari cetakan dan acuan tangga tersebut harus benar-benar kuat,kokoh

dan kaku.

15. Setelah selesai,periksanlah hasil pekerjaan pada Instruktur.

Gambar hasil praktek membuat cetakan tangga ¼ lingkaran

39

Page 40: Form Work

Gambar rencana

BAB VIPENUTUP

40

Page 41: Form Work

6.1 Kesimpulan

Acuan Perancah 2 merupakan pengembangan dari Acuan Perancah 1,yang

mana pada Acuan Perancah 1 kita tahu akan cara menbuat cetakan dengan bimbingan

Instruktur, tetapi pada Acuan Perancah 2 kita dituntut untuk berpikir bagaimana cara

menyelesaikan suatu konstruksi dengan baik dan benar.

Dalam Acuan Perancah 2 yang telah dilaksanakan di Bengkel Terbuka Teknik

Sipil Politeknik Negri Sriwijaya, banyak ilmu baru dan ketrampilan yang didapat,

antara lain:

Kita dapat menghitung kebutuhan bahan dan peralatan serta pekerja dalam suatu

konstruksi.

Kita dapat menghitung kekuatan suatu konstruksi yang akan kita buat.

Kita dapat merencanakan suatu konstruksi sendiri dengan meperhitungakan segala

kebutuhanya konstruksi yanag akan kita buat tersebut.

6.2 Saran

Dalam Acuan Perancah II ini, ada bebrapa perbedaan dengan Acuan Perancah

I, diantaranya peralatan serta bahan yang digunakan. Acuan Perancah II ini lebih

berbahaya dari Acuan Perancah I, karena dalam Acuan Perancah II ini peralatan yang

digunakan relati berbahaya serta kontruksi dalam Acuan Perancah II ini suatu ilmu

yang harus kita pahami benar, sehingga sebaiknya dalam pelaksanakan Acuan

Perancah II kita harus paham dan mengerti tentang Acuan Perancah II.

Adapun beberapa saran, diantaranya:

Mematuhi peraturan yang ada dalam Bengkel baik tertulis maupun tersirat.

Bersikap disiplin dan bekerja sama sehingga waktu yang digunakan efektif.

Gunakanlah pakaian kerja seperti helm dan sepatu.

Perhatikanlah Instruktur dalam menerangakan sutu pekerjaan.

41