fome

78
KEGIATAN I. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP ANAK. A DENGAN VENTRICULAR SEPTAL DEFECT TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Alamat lengkap : Bendungan, RT 03/01, Dawungan, Sragen Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Keduduka n L / P Umur Pendidikan Pekerja an Ket 1. Sukisno Kakek (KK) L 55 th SD/ sederajat Tukang jahit - 2. Painem Nenek P 47 th - Ibu rumah tangga - 3. Kasno Paman L 27 th SMP/ sederajat Buruh - 4. Martun Bibi P 23 th SMP/ sederajat Buruh - 5. Amar Ayah L 26 th SMP/ sederajat Pedagan g Bekerja di Sumatra 1

Upload: titis-ummi-nur-jannati

Post on 16-Apr-2015

63 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

POST REVISI

TRANSCRIPT

Page 1: FOME

KEGIATAN I. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA

TERHADAP ANAK. A DENGAN VENTRICULAR SEPTAL

DEFECT

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Bendungan, RT 03/01, Dawungan, Sragen

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan

L

/

P

Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1. Sukisno Kakek (KK) L 55 th SD/ sederajatTukang

jahit-

2. Painem Nenek P 47 th -Ibu rumah

tangga-

3. Kasno Paman L 27 th SMP/sederajat Buruh -

4. Martun Bibi P 23 th SMP/sederajat Buruh -

5. Amar Ayah L 26 th SMP/ sederajat PedagangBekerja di

Sumatra

6. Rusmini Ibu P 21 th SD/ sederajatIbu rumah

tangga-

7. Lirih Paman L 15 th SMP/sederajat Pelajar -

8. Diana Sepupu P 5 th TK Pelajar -

7. Adip Anak L 10 bln - - -

(Sumber:Data Primer, November 2012).

Kesimpulan: Keluarga extended family dengan masalah kesehatan

Ventricular Septal Defect

1

Page 2: FOME

TAHAP II

STATUS PASIEN

A. Pendahuluan

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang anak laki-laki berusia 10

bulan dengan diagnosis ventricular septal defect dan rencana dilakukan operasi di

RS Persahabatan Jakarta pada bulan januari 2013. Pasien tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Masaran I dan setiap satu bulan sekali kontrol ke RSUD Moewardi

Surakarta.

B. Identitas Penderita

Nama : An. Adib Satrianuha (10 bulan)

Jeniskelamin : Laki-laki

Pendidikan : -

Agama : Islam

Alamat : Bendungan, RT 03/01, Dawungan, Sragen

Tanggal periksa : 6, 9, 13 November 2012

C. Anamnesis

1. Keluhan Utama : kuku biru

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 9 bulan yang lalu ibu pasien mengeluh kuku pasien mulai

berwarna biru, sering panas menggigil yang disertai batuk berdahak yang

sulit keluar, kejang (-). Ibu pasien juga mengeluh pasien menangis terus

sehingga tidak bisa tidur sepanjang hari. Keluhan tersebut dirasakan

sepanjang hari, bertambah berat jika berbaring di tempat tidur dan

berkurang jika digendong.

7 bulan yang lalu pasien mengalami BAB cair 2x sehari, dengan

konsistensi cairan disertai ampas, lendir (-), darah (-). Pasien masih mau

minum ASI akan tetapi terkadang muntah setelahnya. Karena keluhan

2

Page 3: FOME

tersebut dirasakan semakin memberat, ibu pasien membawa pasien ke

puskesmas Masaran I. Di puskesmas tersebut oleh dokter dikatakan

menderita kelainan jantung bawaan. Oleh karena keterbatasan sarana,

pasien dirujuk ke bagian anak Rumah Sakit Dokter Moewardi Surakarta

(RSDM).

Di RSDM, pasien dilakukan beberapa pemeriksaan dan didiagnosis

Ventricular Septal Defect lalu disarankan untuk dilakukan operasi. Karena

keterbatasan dana, kemudian keluarga pasien mengajukan dana kasih ke

KEMENKES RI dan disetujui untuk dilakukan operasi di Rumah Sakit

Persahabatan Jakarta pada bulan Januari 2013.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

- R. Alergi : disangkal

- R. Infeksi : (+) berupa diare 7 bulan yang lalu

- R. mondok :(+) 7bulan yang lalu dengan keluhan diare dengan

dehidrasi dan dirawat selama 5 hari di Rumah sakit Amal Sehat

Sragen.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat sakit batuk lama & batuk darah : disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal

- Riwayattekanandarahtinggi : disangkal

- Riwayatsakit gula : disangkal

5. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Faringitis : disangkal

Varicella : disangkal

Diare : (+) saat usia 2 bulan

Thypus abdominalis : disangkal

Cacingan : disangkal

3

Page 4: FOME

6. Riwayat Makan Minum Anak

Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis

atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 10 kali dan lama

menyusui 15 menit, bergantian kiri kanan.

Usia 6-10 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan

diselingi dengan ASI jika bayi lapar.

7. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat.

Frekuensi pemeriksaan1 kali pada trimester I, 1 kali pada trisemester II

dan 2 kali pada trimester III. Penyakit kehamilan (-).

Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum

adalah vitamin dan tablet penambah darah.

8. Riwayat Kelahiran

Penderita lahir di RSUD Sragen, partus normal ,ditolong oleh bidan,

cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 3500

gram, panjang badan saat lahir 49 cm.

9. Riwayat Pemeriksaan Post Natal

Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di dokter spesialis anak

selama 2 kali, pada minggu ke 2 dan ke setelah melahirkan.

10. Riwayat Imunisasi

BCG 1x, tidak dilakukan.

Hepatitis 3x, satu minggu setelah lahir

DPT tidak dilakukan

Polio tidak dilakukan

Campak tidak dilakukan

Kesan : Belum lengkap sesuai IDAI.

4

Page 5: FOME

11. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar

Mengangkat kepala : 3 bulan

Tengkurap kepala tegak : 4 bulan

Duduk sendiri : 6 bulan

Berdiri sendiri : -

Berjalan : -

Bahasa

Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan

Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan

Berkata 2-3 kata spesifik : -

Motorik halus

Memegang benda 3,5 bulan

Menunjukkan benda : -

Personal sosial

Tersenyum : 2 bulan

Mulai makan : 6 bulan

Kesan : Perkembangan sesuai usia.

.

D. Anamnesis Sistem

1. Kulit : kulitgatal (-)

2. Kepala : sakitkepala (-), pusing (-),

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-)

4. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah

(-)

5. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-)

6. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan normal, nyeri perut

(-) di ulu hati, BAB tidak ada keluhan

5

Page 6: FOME

7. Genitourinaria : BAK lancar, + 3 kali/hari warna kuning dan jumlah +

satu gelas.

8. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kebas (-)

Psikiatrik : emosi relatif stabil, mudah

menangis(+)

9. Ekstremitas : Atas : bengkak (-/-), kuku biru(+/+)

Bawah : bengkak(-/-), kuku biru (+/+)

E. Pemeriksaan Fisik

1. KeadaanUmum : baik

DerajatKesadaran : compos mentis

Status gizi : kesan gizi cukup

2. Vital sign

S : 36,6oC per aksiler

N : 140 x/menit, ireguler, simetris, isi dan tegangan cukup.

RR : 50 x/menit, tipe abdominotorakal

BB : 7 kg

PB : 68 cm

Status gizi :

BB/U : 8,9/11,8 x 100 % = 75,4 % (percentil< 3)Gizikurang

TB/U : 71/82 x 100 % = 86,6 % (percentil< 3) Gizikurang

BB/TB: 8,9/9,1 x 100 % = 97,8 % normal

BMI : 8,9/(0,71)2 = 17,66

Z- Score : > -1SD

Kesan : normal dengan riwayat malnutrisi.

6

Page 7: FOME

3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor baik

4. Kepala : bentuk mesocephal, 1ingkar kepala 40 cm (-2SD - +2SD), UUB

belum menutup, rambut hitam, distribusi merata, tidakzmudah

rontok dan sukar dicabut

5. Muka : sembab (-),

6. Mata : sedikit cekung (-/-), air mata berkurang (-/-), konjungtiva anemis

(+/+), sklera ikterik (-/-)

7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-), sekret(-),darah

( -),deformitas(-)

8. Mulut : mukosa bibir dan mulut kering (-),sianosis (-),gusi berdarah(-),

susunan gigi normal

9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1–T1, faring hiperemis (-)

10. Telinga : bentuk normal, prosesus mastoideus tidak nyeri tekansekret (-)

11. Leher : bentuk normal, kelenjar getah bening tida membesar,kelenjar

thyroid tidak membesar

12. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat teraba di SIC

3 LMCDekstra

Perkusi : Batas jantung dekstro posisi

Auskultasi :aBJ I-II intensitas normal, reguler, abising

(+) sistolik grade III PM di SIC IV

LPSDekstra

Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan =kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

Auskultasi :SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)

13. Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggidindingperut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani

7

Page 8: FOME

- ---

- ---

+ +++

- ---

Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien

tidak teraba, turgor baik.

14. Urogenital : dalam batas normal

15. Ekstremitas:

akraldingin sianosis oedem wasting

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah

Hb : 11,5 gr%

LED : 25 mm/jam

Hematokrit : 34 %

Leukosit : 8900 /ul

Trombosit : 233.000 /ul

Eusinofil : 1 %

Basofil : 0 %

Limfosit : 62 %

Monosit : 7 %

S. Typhi H. : 1/160

S. Paratyphi AH : 1/80

S. Paratyphi BH : 1/160

S. Paratyphi CH : negatif

S. Typhi O : 1/80

S. Paratyphi AO : negatif

S. Paratyphi BO : negatif

S. Paratyphi CO : negatif

8

Page 9: FOME

2. Hasil pemeriksaan echocardiography :

Gambar 1. Hasil pemeriksaan echocardiography An. Adip

Ditemukan RV dan LV dengan VSD

Ditemukan ventrikel dan atrium dengan AV valve

G. Clinical Assessment

Pasien menderita ventricular septal defect

I. Follow Up

1. Tanggal 6 November 2012

S : kuku biru

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : N : 140 x/menit Rr : 50 x/menit

S : 36,40C

A : Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Bawaan sianotik

Diagnosis Anatomi : Ventricular Septal Defect

Diagnosis Fungsional : Respiratory distress severity score (RDSS) 1

9

Page 10: FOME

P : Terapi medikamentosa lanjut terapi yang diberikan oleh dokter

spesialis anak di RSDM. Dukungan psikologis untuk ibu pasien,

penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga pasien

mengenai kesiapan keluarga dalam menyiapkan buah hati untuk

dilakukan operasi.

2. Tanggal 9 November 2012

S : kuku biru

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : N : 140 x/menit Rr : 55 x/menitS : 36,80C

A : Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Bawaan sianotik

Diagnosis Anatomi : Ventricular Septal Defect

Diagnosis Fungsional : Respiratory distress severity score (RDSS) 1

P : Terapi medikamentosa lanjut terapi yang diberikan oleh dokter

spesialis anak di RSDM. Dukungan psikologis untuk ibu pasien,

penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga pasien

mengenai kesiapan keluarga dalam menyiapkan buah hati untuk dilakukan

operasi.

3. Tanggal 13 November 2012

S : kuku biru

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : N : 140 x/menit Rr : 52 x/menit S : 36,4 0C

A : Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Bawaan sianotik

Diagnosis Anatomi : Ventricular Septal Defect

Diagnosis Fungsional : Respiratory distress severity score (RDSS) 1

P : Terapi medikamentosa lanjut terapi yang diberikan oleh dokter

spesialis anak di RSDM. Dukungan psikologis untuk ibu pasien,

penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga pasien

mengenai kesiapan keluarga dalam menyiapkan buah hati untuk dilakukan

operasi.

10

Page 11: FOME

J. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

1. Edukasi Keluarga Pasien

Edukasi yang ditujukan untuk kedua orang tua pasien mengenai

Ventricular Septal Defect dan Komplikasinya serta

penatalaksanaannya. Pada proses edukasi juga diberikan penjelasan

mengenai prosedur operasi yang akan dilakukan.

Medikamentosa (Lanjut terapi dari dokter spesialis anak)

1. Furosemid 2,5 mg 2 x sehari

2. Captopril 1 mg 2x sehari

3. Spironolacton 6,25 mg 2x sehari

4. Digoxin 0,025 mg 2xsehari

H. Flow sheet follow up

Nama : An. Adip

Diagnosis : Venticular Septal Defect

Tabel 2. Flowsheet An. Adip

TanggalKeluhan

Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

Tanda Vital

6 Nov 2012 Kuku biru

Nadi : 140x/menitRR : 50x/menitSuhu : 36,1

Furosemid 2 x 2,5 mg

Captopril 2 x 1 mg

Spironolacton 2 x 6,25 mg

Digoxin 2 x 0, 025 mg

Motivasi keluarga, edukasi keluarga tentang penyakit

Keluarga paham tentang penyakit, dapat mendukung segala terapi untuk kesembuhan An. Adip

9 Nov 2012 Kuku biru

Tensi : 120/80Nadi : 80 x/menitRR : 20x/menitSuhu : 36,7

Furosemid 2 x 2,5 mg

Captopril 2 x 1 mg

Spironolacton

Motivasi keluarga, edukasi keluarga tentang

Keluarga paham tentang penyakit, dapat

11

Page 12: FOME

2 x 6,25 mg Digoxin 2 x 0,

025 mg

penyakit mendukung segala terapi untuk kesembuhan An. Adip

13 Nov 2012

Kuku biru

Tensi : 120/70Nadi : 76x/menitRR : 20x/menitSuhu : 37,0

Furosemid 2 x 2,5 mg

Captopril 2 x 1 mg

Spironolacton 2 x 6,25 mg

Digoxin 2 x 0, 025 mg

Motivasi keluarga, edukasi keluarga tentang penyakit

Keluarga paham tentang penyakit, dapat mendukung segala terapi untuk kesembuhan An. Adip

TAHAP III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

12

Page 13: FOME

Keluarga terdiri atas Kakek (Sukisno, 55 tahun), Nenek (Painem,

47 tahun), mereka memiliki 3 anak yaitu : Martun, Amar, Lirih. Hubungan

mereka dengan penderita adalah sebagai berikut : Ayah (Amar, 26 tahun),

Ibu (Rusmini, 21 tahun), Bibi (Martun, 23 tahun), Paman (Kasno, 27

tahun), Sepupu (Diana, 5 tahun), Paman (Lirih, 15 tahun), Penserita (Adib

10 bulan). Sembilan orang tersebut tinggal bersama dalam rumah, Secara

umum, keluarga ini cukup sehat.

2. Fungsi Psikologis

Penderita tinggal serumah dengan orang tua, kakek nenek, paman

bibi dan sepupunya. Hubungan penderita dengan ibu dan keluarganya

sangat harmonis. Penyelesaian masalah keluarga yang ada didiskusikan

bersama (kakek, nenek, orang tua, paman dan bibi). Pengambil keputusan

utama dalam keluarga diserahkan pada kakek.

3. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Kakek penderita bekerja sebagai seorang penjahit. Ayah penderita

bekerja sebagai pedagang. Paman dan bibi penderita bekerja sebagai

buruh. Penderita tidak bekerja. Penghasilan per tahun dari keluarga

penderita kurang lebih sebanyak Rp.3.000.000,00 yang dugunakan untuk

biaya hidup sehari-hari.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh kakek

penderita. Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak ada

masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga

sekitar terjalin dengan baik.

Fungsi holistik keluarga : Cukup baik, karena fungsi biologis, psikologis

sosial budaya, penguasaan masalah dan adaptasi

baik.

13

Page 14: FOME

B. Fungsi Fisiologis

Fungsi fisiologis diketahui dengan menggunakan alat APGAR.

ADAPTATION

Penderita cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang

lain. Penyakit yang diidap penderita mengganggu aktifitas sehari-hari.

Keluarga penderita kurang mendapat penyuluhan tentang penyakit yang diidap

penderita.

PARTNERSHIP

Penderita sering berkumpul dan bercanda dengan keluarganya.

Aktivitas sehari-hari banyak dihabiskan penderita dengan bermain bersama

ibu dan neneknya.

GROWTH

Perkembangan penyakit penderita dirasakan oleh keluarganya

membaik setelah pemberian medikamentosa dari dokter. Penderita akan

menjalani operasi pada bulan Januari 2013. Penderita mendapat dukungan dari

keluarganya.

AFFECTION

Hubungan kasih sayang antara penderita dengan anggota keluarga

yang lain cukup baik.

RESOLVE

Penderita tampak puas dan gembira dengan kebersamaan dan waktu

yang dihabiskan dengan keluarganya. Sejak sakit penderita mendapat kasih

sayang dan kepedulian yang melimpah dari keluarga.

Tabel 3. APGAR Score keluarga An. Adip

APGAR keluarga An. A Tn. S Ny. P Ny. R Ny. M Tn. K An. LA Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah2 2 2 1 2 2

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan

2 2 2 2 1 1

14

Page 15: FOME

sayaG Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

2 1 2 1 1 1

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

1 2 2 2 1 1

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

2 1 2 1 2 1

Total Nilai 9 8 10 7 7 6

Fungsi fisiologis keluarga = (9+8+10+7+7+6)/6 = 47/6 = 7 (BAIK)

C. Fungsi Patologis

Fungsi patologis diketahui dengan menggunakan alat SCREEM.

Tabel 4. Fungsi Patologis Keluarga An. Adip

Sumber Patologi Keterangan PatologisSocial Interaksi sosial keluarga penderita baik. Partisipasi

keluarga penderita dalam masyarakat baik. -

Cultural Belum mengerti kebudayaan daerah dengan baik. Namun banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Saat hari raya, tahun baru, ulang tahun, ada perayaan khusus meskipun sederhana.

-

Religius Pemahaman agama baik ditandai dengan penerapan ajaran agama yang baik, kelurga penderita menjalankan sholat lima waktu dan berpuasa.

-

Economic Ekonomi keluarga kurang stabil. Pemasukan relatif kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seluruh anggota keluarga. Tidak ada sisa uang untuk ditabung.

+

Education Pendidikan anggota keluarga tidak memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga masih rendah. Keinginan untuk memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran rendah.

+

Medical Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan apabila jumlah pembiayaan besar sebagai contoh rawat inap maupun operasi. Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga ini menggunakan

+

15

Page 16: FOME

Laki-laki Perempuan Penderita Ventricular Septal Deffect

Ad

Puskesmas dan RSU dengan memakai biaya dari dana kasih.

Kesimpulan :

Fungsi patologis keluarga : kurang baik, karena fungsi social, cultural,

religius, baik sementara untuk fungsi economic,

education, dan medical kurang.

D. Genogram

Alamat lengkap : Bendungan, RT 03/01, Dawungan, Sragen

Bentuk Keluarga : Extended Family

D

R M

P S

Ad

A L K

Gambar 2. Genogram Keluarga An. A

Keterangan:

S : Tn. Sukisno (55 th) K : Tn. Kasno (27 th) L : An. Lirih (15 th)

P : Ny. Painem (47 th) A: Tn. Amar (26 th) D : An. Diana (5 th)

M : Ny. Martun (26 th) R : Ny. Rusmini (21 th ) Ad : An. Adip (10 bln)

Sumber : Data Primer, November 2012

Kesimpulan :

16

Page 17: FOME

Laki-laki Perempuan Penderita Ventricular Septal Deffect

Ad

Anggota keluarga yang lain tidak mempunyai penyakit yang sama

(Kemungkinan pola genetik belum diketahui).

Tidak terdapat anggota keluarga dalam satu rumah yang menderita

penyakit menular.

E. Pola Interaksi Keluarga

Gambar 3. Pola interaksi keluarga An. Adip

Keterangan:

S : Tn. Sukisno (55 th) K : Tn. Kasno (27 th) L : An. Lirih (15 th)

P : Ny. Painem (47 th) A: Tn. Amar (26 th) D : An. Diana (5 th)

M : Ny. Martun (26 th) R : Ny. Rusmini (21 th ) Ad : An. Adip (10 bln)

Sumber : Data Primer, November 2012

: Harmonis

17

Page 18: FOME

: Tidak harmonis

Kesimpulan : Hubungan penderita dengan anggota keluarga yang lain harmonis,

hubungan anggota keluarga yang satu dengan yang lain harmonis.

F. Faktor Perilaku Dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Perilaku keluarga ini untuk hidup sehat sudah cukup baik karena

jika sakit penderita segera diperiksakan Keluarga ini sudah menyadari

bahwa sakit dari penderita merupakan suatu penyakit medis dan bukan

karena hal-hal mitos maupun takhayul.

2. Faktor Non Perilaku

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai. Lantai rumah

perpaduan semen dan sebagian tanah. dinding terbuat dari tembok bata,

pencahayaan ruangan cukup tetapi ventilasi kurang. Sumber air berasal

dari air sumur, kamar mandi sudah memadai. Rumah sudah dialiri listrik.

Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi sanitasi lingkungan.

Sampah keluarga dibuang ke kebun dan dibakar.

G. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

a. Indoor

Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, ruang makan

yang menjadi satu dengan tempat sholat, dan kamar mandi. Lantai

rumah sebagian sudah disemen, ventilasi rumah kurang, penerangan

cukup, dinding rumah dari tembok, atap dari genteng tanpa langit-

langit.

b. Outdoor

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 m x 10 m

dengan total luas tanah 100 m2 menghadap ke selatan, dalam

18

Page 19: FOME

lingkungan pemukiman di tepi jalan. Pekarangan terdapat pada bagian

depan dan belakang. Kondisi pelataran terkesan bersih.

2. Denah Rumah

Dapur

Gudang

Ruang Makan

Tempat sholat R. Tidur

R. Tidur

R. Tidur

Ruang Tamu

Teras Rumah

8 m e t e r

10 meter

U

Gambar 4. Denah Rumah An. Adip

Kesimpulan :Lingkungan indoor sudah baik, Tempat tinggal memadai,

lingkungan outdoor cukup baik.

Tabel 5. Kesimpulan Fungsi Keluarga An. Adip

No. Fungsi Keterangan

1. Holistik Baik,

2. Fisiologis Baik

3. Patologis (+) pada faktor economic,

19

Page 20: FOME

education dan medical

4. Genogram Baik

5. Pola interaksi Baik, interaksi antar

anggota keluarga

berlangsung harmonis

6. Perilaku Baik

7 Non Perilaku Baik

8 Indoor Cukup, ventilasi rumah

kurang

9 Outdoor Baik

Sumber: Data Primer, November 2012

Secara keseluruhan, fungsi keluarga An. Adip Baik.

TAHAP IV

DIAGNOSIS HOLISTIK

An Adip , 10 bulan, extended family, dalam permasalahan Ventricular

Septal Defect. Dari segi psikologis hubungan An. Adip dengan keluarganya

20

Page 21: FOME

terjalin harmonis harmonis, sering bercanda, dan menghabiskan waktu bersama.

Kemudian dari segi sosial, keluarga An. Adip mempunyai status ekonomi yang

kurang, tingkat pendidikan yang kurang, dengan lingkungan rumah yang

memadai, dan perilaku yang cukup sehat. Hubungan Keluarga An. Adip dengan

masyarakat sekitar baik.

A. Diagnosis Biologis :

Diagnosis Etiologi : Penyakit Jantung Bawaan sianotik

Diagnosis Anatomi : Ventricular Septal Defect

Diagnosis Fungsional : Respiratory distress severity score (RDSS)1

B. Diagnosis Psikologis : Hubungan antara An. Adip dengan keluarga baik.

C. Diagnosis Sosial :

1. Status ekonomi yang kurang

2. Tingkat pendidikan kurang

3. Tempat tinggal memadai

4. Status gizi cukup

TAHAP V

PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan

21

Page 22: FOME

Ventricular septal defect adalah kelainan jantung bawaan dimana

terdapat lubang (defek/kontinuitas) pada septum ventrikel yang terjadi karena

kegagalan fusi septum intraventrikel pada masa janin. Ventricular septal defect

terjadi pada 1,5 – 3,5 dari 1000 kelahiran hidup dan sekitar 20-25% dari

seluruh angka kejadian kelainan jantung kongenital. Umumnya lubang terjadi

pada daerah membranosa (70%) dan muscular (20%) dari septum.

Faktor risiko ventricular septal defect antara lain adanya infeksi virus

rubella atau virus lainnya pada saat kehamilan, gizi ibu hamil yang buruk, ibu

yang alkoholik, usia ibu diatas 40 tahun saat kehamilan, dan ibu yang

menderita diabetes. Karena kondisi ekonomi yang kurang, pemenuhan

kebutuhan gizi ibu dari An. Adip juga terbengkalai. Hal ini ditunjang juga dari

segi pendidikan ibu yang hanya merupakan lulusan SD sehingga pemahaman

dan pengetahuan tentang pemenuhan gizi hamil dirasakan sangat kurang.

Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga An. Adip secara umum

sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal

edukasi yaitu, ibu dan kakek An. Adip merupakan lulusan SD sedang anggota

keluarga lainnya lulusan SMP dan neneknya tidak mengenyam pendidikan

formal. Hal ini mempengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup

sehat. Dari segi ekonomi keluarga ini tergolong kurang mampu. Pemenuhan

kebutuhan sehari-hari relatif kurang, sehingga tidak ada sisa uang untuk

ditabung. Keterbatasan dari segi ekonomi tersebut berimbas pada segi medis.

Karena keterbatasan dana tersebut, untuk berobat ke rumah sakit penderita

mendapat bantuan dari dana kasih.

Anak- anak membutuhkan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan.

Biasanya anak dengan ventricular septal defect merasa cepat lelah saat bermain

ataupun saat makan, untuk mengatasinya perlu diberikan makanan dengan

kalori yang cukup tinggi. Hal ini bisa disiasati dengan pemberian susu formula

kalori tinggi. Anak dengan ventricular septal defect juga rentan terhadap

endokarditis infektif sehingga kebersihan gigi dan mulut harus dijaga dengan

menggosok gigi secara teratur dan pemeriksaan gigi dan mulut secara berkala.

Pencegahan terhadap ISPA juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya

22

Page 23: FOME

endokarditis. Keluarga An. Adip rutin membawa penderita ke puskesmas untuk

melakukan perawatan gigi dan mulut. Keluarga menjaga kebersihan gigi An.

Adip dengan rutin menggosok gigi penderita 2-3 kali perhari. Keluarga juga

sudah mulai menerapkan pemenuhan kebutuhan gizi An. Adip dengan

memberinya asupan makanan tinggi kalori dan cukup protein dan vitamin.

Ventricular septal defect kecil tanpa gejala tidak perlu diterapi. Pada

gagal jantung diberikan diuretik misalnya furosemid 1-2 mg/kgBB/hari,

vasodilator misalnya kaptopril 0,5 – 1 mg/kgBB/kali tiap 8 jam. Kalau perlu

dapat ditambahkan digoksin 0,01 mg/kg/hari. Pemberian makanan berkalori

tinggi dilakukan dengan frekuensi sering secara oral/enteral (melalui NGT).

Penutupan ventricular septal defect dapat dikerjakan dengan intervensi non-

bedah menggunakan Amplatzer ventricular septal defect occluder atau dengan

tindakan bedah. An. Adip mendapat terapi medikamentosa berupa furosemid,

captopril, spironolakton dan digoxin dari rumah sakit. Ventricular septal defect

pada penderita cukup besar sehingga diperlukan tindakan penutupan dengan

terapi bedah. Operasi penutupan defek pada An. Adip rencananya akan

dilakukan bulan Januari 2013 di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.

B. Saran Komprehensif

Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:

Promotif

Edukasi kepada keluarga pasien untuk:

Pemberian makanan kalori tinggi atau ASI

Makan cukup buah dan sayur

Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

Menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai penyakit,

komplikasi, penatalaksanaan, dan prosedur operasi.

Preventif

Pemeriksaan dan perawatan gigi secara rutin

Istirahat cukup dan tidur teratur

Pencegahan terhadap ISPA

23

Page 24: FOME

Pemberian profilaksis endokarditif bacterial subakut bila

dilakukan tindakan cabut gigi atau bedah minor lainnya.

Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter

Kuratif

Non Medikamentosa

Penambahan susu formula dengan asupan kalori tinggi

Penambahan suplemen untuk ASI

Pemberian susu disarankan tidak menggunakan botol susu tapi

menggunakan gelas atau sendok

Medikamentosa

Furosemid 2 x 2,5 mg

Captopril 2 x 1 mg

Spironolacton 2 x 6,25 mg

Digoxin 2 x 0,025 mg

Penutupan ventricular septal defect dengan terapi bedah

Rehabilitatif

Rehabilitasi pasca operasi dengan pemberian latihan stimulatif. Misalnya

latihan memiringkan badan secara bolak-balik dan rangsangan untuk bermain

pada kursi duduk. Penderita dirangsang untuk dapat beraktivitas sesuai

dengan masa tumbuh kembangnya.

24

Page 25: FOME

DAFTAR PUSTAKA

Gray Huon H., 2005. Lecture Notes : Kardiologi . Jakarta : Erlangga.

DEPKES RI. 2007. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan Tanpa Bedah.

Jakarta : DEPKES RI

25

Page 26: FOME

KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN KELUARGA

TERHADAP

NY. S DENGAN ULKUS DIABETIKUM

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Plosorejo RT 02/04, Sepat, Masaran, Sragen

Tabel 6. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1. Tn. Mangun Suami L 60 th SD/ sederajat Petani -

2. Ny. Sumiyem Istri P 52 th SMP/sederajat Mantan Dukun bayi -

(Sumber:Data Primer, Nopember 2012).

Kesimpulan : Keluarga Nuclear family dengan masalah kesehatan Ulkus

Diabetikum

26

Page 27: FOME

TAHAP II

STATUS PENDERITA

A. Pendahuluan

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang penderita Diabetes Mellitus,

perempuan berusia 52 tahun yang diperbolehkan rawat jalan dari RSUD sragen

kurang lebih 2 bulan yang lalu setelah rawat inap selama 1 bulan dengan diagnosa

ulkus diabetikum. Pasien tinggal di wilayah Puskesmas Masaran I dan setiap satu

bulan sekali kontrol ke RSUD Sragen.

B. Identitas Penderita

Nama : Ny. Sumiyem (52 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD/ sederajat

Agama : Islam

Alamat : Sepat RT 02, Masaran, Sragen

Tanggal periksa : 6, 8, 13 Nopember 2012

C. Anamnesis

Keluhan Utama : luka yang tak kunjung sembuh

Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 4 bulan yang lalu pasien mengeluh luka melepuh seperti

terkena api di bagian belakang tungkai bawah kaki kanannya. Luka kemudian

pecah dan bernanah yang tak kunjung sembuh dan dirasakan semakin

melebar hingga kurang lebih seluas telapak tangan. Pasien sebelumnya tidak

menyadari apa yang menyebabkan luka tersebut.

Karena luka semakin melebar dan membusuk, pasien memeriksakan diri

ke Puskesmas Masaran I, kemudian pasien dirujuk ke RSUD Sragen,

didiagnosa infeksi Ulkus diabetikum. Pasien mendapatkan perawatan selama

1 bulan dan mendapat tindakan operasi pembersihan jaringan

27

Page 28: FOME

mati/debridement. Sejak saat itu pasien berobat jalan rutin 2 hari sekali

kontrol ke praktek dokter umum untuk kontrol luka dan penyakitnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat sakit gula : (+) diketahui sejak 15 tahun yang lalu di

Puskesmas Masaran I, tidak terkontrol.

- Riwayat sesak nafas : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat batuk darah : disangkal

- Riwayat sakit jantung : disangkal.

- Riwayat mondok : (+) 3 tahun yang lalu dengan keluhan yang

sama dan dirawat selama 1 bulan di Rumah sakit Amal Sehat Sragen.

- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat sakit batuk lama & batuk darah : disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal

- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

- Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat Kebiasaan :

Kesukaan minum minuman manis setiap hari: (+) sejak muda

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah mantan dukun bayi yang tinggal serumah dengan suaminya

seorang petani. Penghasilan keluarga sekitar 5 juta pertahun. Sempat berobat

di RSUD Sragen dengan biaya Jamkesda.

Riwayat Gizi :

Penderita sehari-harinya makan 2-3 kali sehari dengan nasi satu piring,

sayuran, lauk pauk seperti tempe dan tahu, kadang dengan ayam. Kadang

ditambah dengan buah seperti pepaya. Dahulunya sehari-hari minum

minuman manis seperti teh manis, kolak, dan lain-lain setiap hari.

28

Page 29: FOME

D. Anamnesis Sistem

1. Kulit : kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-),

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-)

4. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah

(-)

5. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-)

6. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan normal, nyeri perut

(-) di ulu hati, BAB tidak ada keluhan

7. Genitourinaria : BAK lancar, + 3 kali/hari warna kuning dan jumlah +

satu gelas.

8. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kebas (-),

sensasi rangsang nyeri menurun (+) di kedua tungkai

Psikiatrik : emosi relatif stabil, mudah marah

(-)

9. Ekstremitas : Atas : bengkak (-/-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-/-), sakit (-)

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6 ), gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

BB :50 kg TB : 150 cm BMI : BB/TB2 = 50 / 1,52 = 22,2

normoweight (normal BMI = 20-25)

Tensi :130/80 mmHg

Nadi : 92 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan :18x/menit Suhu : 36,5 oC

3. Mata : Konjungtiva pucat (- / -), oedem palpebra (-)

4. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-)

29

Page 30: FOME

5. Leher : JVP tidak meningkat (R+2) cm, trakea ditengah,

pembesaran kelenjar tiroid (-)

6. Thoraks : Simetris, retraksi supraklavikuler (-), retraksi interkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tidak tampak

P : ictus cordis tidak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LPSD

batas kiri bawah :SIC V 2 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan melebar caudo lateral

A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis dan dinamis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)

7. Abdomen :

I :dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-)

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) normal

8. Ektremitas: palmar eritema(-/-), uremic frost (-/-), jejas (+) lihat status

lokalis

akral dingin oedem

9. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Sensorik :

30

- -

- -

- -

- -

N N

Page 31: FOME

10. Status Lokalis

Regio cruris posterior inferior dekstra : Tampak ulkus diabetik yang telah

mengalami penyembuhan dengan luas 3 x 15 cm

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pernah dilakukan tetapi hasil hilang.

Pemeriksaan rontgen pernah dilakukan tetapi hasil hilang.

G. Diagnosis Holistik

1. Diagnosis Biologis :

Ulkus Diabetikum regio cruris inferior posterior

2. Diagnosis Psikologis :

Interaksi kepala keluarga dengan penderita harmonis

3. Diagnosis Sosial :

b. Tingkat pendidikan keluarga cukup

c. Tingkat ekonomi keluarga cukup

d. Tempat tinggal memadai

e. Jumlah anak cukup

f. Status gizi cukup

I. Follow Up

1. Tanggal 6 Nopember 2012

S : -

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : T : 130/80 mmHg Rr : 18 x/menit

N : 90 x/menit S : 36,4 0C

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologi : dalam batas normal.

Status Psikiatri :

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

31

Page 32: FOME

Afek : appropriate

Proses pikir : Bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight : baik

Psikomotor : normoaktif

Arus : koheren

Gula darah Sewaktu : 169 mg/dl

Assesment : Diabetes Mellitus Tipe 2 non-obese terkontrol

Ulkus diabetikum dalam proses penyembuhan

Planning : terapi medikamentosa berupa OAD kombinasi

metformin dengan glibenklamide. Selain itu juga dilakukan terapi medikasi

perawatan luka dan patient centered management : berupa dukungan

psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga

pasien, serta menimbulkan rasa tanggung jawab pada keluarga pasien.

2. Tanggal 9 Nopember 2012

S : Gringgingen kedua kaki

O : KU baik, CM, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T : 120/80 mmHg Rr : 16 x/menit

N : 88 x/menit S : 36,4 0C

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal

Status Psikiatri :

Kesadaran : kualitatif tidk berubah, kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Proses pikir : bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight : baik

Psikomotor : normoaktif

Arus : koheren

Assesment : Diabetes Mellitus Tipe 2 non-obese terkontrol

32

Page 33: FOME

Neuropati diabetikum

Ulkus diabetikum dalam proses penyembuhan

Planning : lanjut terapi medikamentosa berupa OAD

kombinasi metformin dengan glibenclamide dan neurodex (vitamin

neurotropik). Selain itu juga dilakukan terapi medikasi perawatan luka dan

patient centered management : berupa dukungan psikologis, penentraman

hati, penjelasan, basic conseling, edukasi keluarga pasien, serta

menimbulkan rasa tanggung jawab pada keluarga pasien.

3. Tanggal 13 Nopember 2012

S : -

O : KU baik, CM, gizi kesan cukup

Tanda Vital : T : 120/70 mmHg Rr : 18 x/menit

N : 88 x/menit S : 36,5 0C

Status Generalis : dalam batas normal

Status Neurologis : dalam batas normal

Status Psikiatri :

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Proses pikir : bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Insight : baik

Psikomotor : normoaktif

Arus : koheren

Assesment : Diabetes Mellitus Tipe 2 non-obese terkontrol

Ulkus diabetikum dalam proses penyembuhan

Planning : lanjut terapi medikamentosa berupa OAD

kombinasi metformin dengan glibenclamide. Selain itu juga dilakukan terapi

medikasi perawatan luka dan patient centered management : berupa

dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic conseling, edukasi

33

Page 34: FOME

keluarga pasien, serta menimbulkan rasa tanggung jawab pada keluarga

pasien.

J. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

2. Istirahat cukup

Diharapkan pasien istirahat yang cukup oleh karena jika pasien terlalu

banyak aktivitas akan menurunkan daya tahan tubuh pasien yang

akibatnya penyakit yang diderita akan kambuh lagi.

3. Diet DM 1300 Kkal

Dengan gizi yang cukup bagi penderita DM, akan meningkatkan daya

tahan tubuh pasien melawan penyakit sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka/ulkus.

4. Medikasi

Perawatan luka dengan pembersihan luka secara rutin.menggunakan

larutan saline dan penutupan luka menggunakan kassa dan perban

steril.

Medikamentosa:

1. Glibenklamide 5 mg 0-1-0-0

2. Metformin 500 mg 1-0-0-0

34

Page 35: FOME

K. Flow Sheet

Nama : Ny. T

Diagnosis : Diabetes Mellitus Tipe 2 non obese terkontrol baik

Tabel 7. Flow Sheet pasien Ny. S

NO Tgl Keluhan Hasil Pemeriksaan

Terapi Planning Target

1 6/11 Luka tak kunjung sembuh di tungkai kanan

TD : 130/80 mmHgHR : 92x/menitRR: 18x/menitT : 36,6 BB : 50 kgTB : 150 cmIMT : 22,22

GDS : 169 mg/dl

Glibenklamid 5 mg 1-0-0

Metformin 500 mg 0-0-1

Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik

Motivasi keluarga, Edukasi DM dan diet DM, dan medikasi luka

Keluarga dan pasien lebih waspada terhadap komplikasi

2 8/11 Luka tak kunjung sembuh di tungkai kanan

TD : 120/80 mmHgHR :90x/menitRR : 18x/menitT : 36,4BB : 50 kgTB : 150 cmIMT : 22,22

GDS : 150 mg/dl

Glibenklamid 5 mg 1-0-0

Metformin 500 mg 0-0-1

Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik

Motivasi keluarga, Edukasi DM dan diet DM, dan medikasi luka

Keluarga dan pasien lebih waspada terhadap komplikasi

3 13/11 Luka tak kunjung sembuh di tungkai kanan, kesemutan di kedua kaki

TD : 120/ 70 mmHgHR : 90x/menitRR : 16x/menitT : 36,5BB : 50 kgTB : 150 cmIMT : 22,22

Glibenklamid 5 mg 1-0-0-0

Metformin 500 mg 0-0-1-0

Edukasi diet DM dan peningkatan aktivitas fisik

Motivasi keluarga, Edukasi DM dan diet DM, dan medikasi luka

Keluarga dan pasien lebih waspada terhadap komplikasi

35

Page 36: FOME

TAHAP III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri atas penderita (Ny. S, 52 tahun) dan suami (Tn.

M, 60 th). Kedua orang tersebut tinggal dalam satu rumah. Secara umum,

keluarga ini cukup sehat.

2. Fungsi Psikologis

Penderita tinggal serumah dengan suaminya. Hubungan penderita

dengan suaminya baik. Penyelesaian masalah keluarga yang ada

didiskusikan bersama suaminya.

3. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Namun

demikian, keluarga ini masih cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Suami penderita bekerja sebagai buruh. Penghasilan yang

didapatkan kira-kira Rp 400.000,00 perbulan yang di gunakan untuk

biaya hidup sehari-hari.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh suami

penderita. Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak ada

masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga

sekitar terjalin dengan baik.

Kesimpulan :

Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Ny. S adalah baik.

Hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis. Dari segi ekonomi

pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini bukan

merupakan tokoh masyarakat tetapi cukup aktif dalam kegiatan

36

Page 37: FOME

kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,

dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga.

B. Fungsi Fisiologis Keluarga (Apgar Score)

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR

score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari

sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptation

Dalam menghadapi masalah selama ini, penderita cukup mendapatkan

perhatian dari anggota keluarga yang lain (suami penderita). Penyakit

yang diidap penderita mengganggu aktivitas sehari-hari. Penderita dan

keluarganya jarang mendapat penyuluhan tentang penyakit yang diidap

penderita dari petugas kesehatan.

2. Partnership

Hubungan serta komunikasi antara penderita dan suaminya berjalan

dengan baik. Aktivitas sehari-hari banyak dihabiskan penderita untuk

beristirahat.

3. Growth

Pasien yang dulunya tidak mampu berjalan sama sekali sekarang sudah

bisa berjalan walaupun belum maksimal. Luka pasien juga sudah

menutup dan mengering.

4. Affection

Hubungan kasih sayang antara penderita dengan suaminya cukup baik.

5. Resolve

Penderita merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diluangkan

suami dan anak-anak penderita. Meskipun sudah tidak tinggal bersama,

tetapi anak-anak penderita masih sering mengunjunginya.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin, Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

37

Page 38: FOME

Tabel 8. APGAR Keluarga Ny. S

Scoring APGAR Tn. M Ny. S

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

2 2

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

2 2

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru

2 2

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

1 1

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

1 1

Total Nilai 8 8

Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga = (8+8)/2 = 16/2 = 8 (BAIK)

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Ny. S adalah 16,

sehingga rata-rata A.P.G.A.R. dari keluarga Ny. S adalah 8. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. S dalam

keadaan baik.

38

Page 39: FOME

C. Fungsi Patologis

Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score dengan rincian

sebagai berikut :

Tabel 10. SCREEM Score keluarga Ny. S

SumberPatologi

Keterangan Patologis

Social Interaksi sosial penderita kurang. Partisipasi penderita dalam masyarakat kurang.

-

Cultural Belum mengerti kebudayaan daerah dengan baik. Namun banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Saat hari raya, tahun baru, ulang tahun, ada perayaan khusus meskipun sederhana.

-

Religius Pemahaman agama baik ditandai dengan penerapan ajaran agama yang baik, penderita sudah diajarkan menjalankan sholat lima waktu dan berpuasa.

-

Economic Ekonomi keluarga relatif stabil. Pemasukan cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seluruh anggota keluarga..

-

Education Pendidikan anggota keluarga tidak memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga masih rendah. Keinginan untuk memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran rendah.

-

Medical Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga ini menggunakan Puskesmas dengan memakai JPS.

+

Kesimpulan:

Fungsi patologis keluarga : cukup, karena fungsi social, economic, cultural,

dan religius masih baik.

39

Page 40: FOME

Laki-laki Perempuan Penderita Ulkus Dm Tinggal dalam satu rumah

X

D. Genogram

Fungsi genetik dinilai dari genogram keluarga

Alamat lengkap : Plosorejo RT 02/04, Sepat, Masaran, Sragen

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

J W Srr

X M

A Su B

L D

T

Gambar 4. Genogram Keluarga Ny. S

Keterangan:

M : Tn. Mangun (60 th) K : Ny. Warni (27 th) L : An. Lela (9 th)

X: Ny. S (52 th) A: Tn. Amat (29 th) D : An. Dwi (5 th)

M : Tn.Barjo (35 th) R : Tn. Sukirno (25 th ) T : An. Tami (3 th)

Sr : Ny. Sri (30 th) J : Ny. Jumi (23 th)

Sumber : Data Primer, Nopember 2012

Kesimpulan :

Penyakit DM Ny. S tidak menurun ke anggota keluarga lain.

Tidak terdapat korelasi terhadap faktor genetik

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular

40

Page 41: FOME

Ny. S, 52 tahun

Tn. M, 60 tahun

E. Interaksi Keluarga

Sumber : Data Primer, Nopember 2012

Gambar 5. Pola Interaksi Keluarga Ny. S

Keterangan :

harmonis

tidak harmonis

Kesimpulan :

Dari diagram di atas pola interaksi 2 arah antar anggota keluarga

berjalan baik dan harmonis yaitu antara kepala keluarga yakni Tn. M dan

istrinya Ny. S.

F. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1) Faktor Perilaku Keluarga

Perilaku di dalam keluarga ini dipengaruhi oleh kesadaran pasien dan

keluarga tentang kesehatan. Karena pasien sendiri sebelumnya bekerja

sebagai dukun bayi, sehingga pasien cukup tahu tentang kesehatan. Sikap

keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup

positif yakni mengusahakan kesembuhan dengan mendorong dan

menyediakan fasilitas bagi penderita untuk berobat, membantu proses

kesembuhannya, serta mengembalikan fungsi tubuh. Jika ada anggota

keluarga yang sakit diperiksakan ke puskesmas atau dokter.

41

Page 42: FOME

2) Faktor Non Perilaku Keluarga

Rumah yang dihuni keluarga ini sudah cukup memadai, Lantai sudah

disemen, dinding dari tembok, pencahayaan ruangan dan ventilasi cukup.

Sumber air berasal dari sumur, listrik sudah ada, kamar mandi sudah ada.

Sampah keluarga dibuang ke kebun. Jika berobat pasien dan keluarga

menggunakan biaya pribadi.

G. Identifikasi Lingkungan Rumah

3. Gambaran Lingkungan

a. Indoor

Rumah terdiri dari satu kamar tidur, ruang tamu, dapur, ruang

makan yang menjadi satu dengan dapur, dan kamar mandi. Lantai

rumah sudah disemen, ventilasi rumah cukup, penerangan cukup,

dinding rumah dari tembok, atap dari genteng tanpa langit-langit.

Namun kebersihan rumah kurang baik.

b. Outdoor

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 m x 5 m dengan

total luas tanah 40 m2 menghadap ke timur, dalam lingkungan

pemukiman biasa di tepi jalan. Pekarangan terdapat pada bagian

belakang sebagai tempat pembuangan sampah.

4. Denah Rumah

Kamar Mandi

Gudang

R u a n g T a m u

Kamar Tidur

Dapur U

8 cm

5 c m

Gambar 6. Denah Rumah Ny. S

42

Page 43: FOME

Kesimpulan :Lingkungan indoor kurang baik, Tempat tinggal memadai,

lingkungan outdoor cukup baik.

Tabel 11. Kesimpulan Fungsi Keluarga Ny. S

No. Fungsi Keterangan

1. Holistik Baik

2. Fisiologis Baik

3. Patologis (+) pada faktor medical

4. Genogram Baik

5. Pola interaksi Baik, interaksi antar

anggota keluarga

berlangsung harmonis

6. Perilaku Baik

7 Non Perilaku Kurang

8 Indoor Kurang

9 Outdoor Kurang

Sumber: Data Primer,

Nopember 2012

Secara keseluruhan, fungsi keluarga Ny. S Baik.

H. Faktor-Faktor Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan

1. Pengetahuan

Ny. S adalah seorang istri dari seorang suami dan memiliki tiga

orang anak. Sejak 4 bulan yang lalu penderita diketahui mengalami ulkus

diabetikum. Suami dan ketiga anaknya belum banyak memiliki

pengetahuan tentang kesehatan khususnya DM tipe 2. Keluarga tersebut

juga kurang memahami besarnya pengaruh kebersihan lingkungan

terhadap kesehatan penderita.

2. Sikap

Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang

dideritanya cukup positif. Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud

43

Page 44: FOME

dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu keadaan yang

menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya

kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka tidak dapat bekerja lagi

sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi beban

anggota keluarga lainnya. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi

menyangkut masalah penyakit, mereka lebih mempercayakan pemeriksaan

atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter puskesmas, keluarga ini

juga menggunakan kartu jamkesmas untuk berobat.

3. Tindakan

Penderita sendiri kontrol rutin ke puskesmas sebulan sekali dan

mengkonsumsi obat teratur. Sikap keluarga yang positif terhadap penyakit

yang diderita penderita dan kesadaran serta kemauan dari penderita sendiri

untuk kembali pulih, membuat penderita mau memeriksakan dirinya ke

puskesmas terdekat. Namun, belum ada tindakan untuk memperbaiki

sanitasi lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Hal ini tercermin

dari kebersihan rumah yang kurang dan sampah yang belum dikelola dengan

baik.

I. Faktor-Faktor Non Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan

1. Lingkungan

Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan

kondisi kurang memadai, ukuran 40 m2 . Kebersihan lingkungan rumah

kurang terjaga dengan baik. Dengan pencahayaan ruangan dan ventilasi

cukup memadai.

2. Keturunan

Di dalam garis keturunan ibu dan bapak tidak didapatkan penyakit

yang diturunkan.

3. Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik.

Rumah penderita tidak terlalu jauh dengan puskesmas. Karena penyakit

berupa ulkus diabetikum yang diharuskan rutin kontrol, maka penderita rutin

44

Page 45: FOME

Ny. S

Pemahaman:Keluarga paham mengenai penyakit penderita

Keturunan:Tidak ada faktor keturunan

Pelayanan Kesehatan:Jika sakit keluarga Ny. S berobat ke puskesmasJarak rumah dan puskesmas dekatSarana dan prasarana di Puskesmas cukup

Tindakan:Keluarga mengantarkan Ny. S. untuk periksa ke puskesmas secara rutin dan mengonsumsi obat teratur

Sikap:Sadar akan pentingnya kesehatan

kontrol ke puskesmas maupun ke bidan desa. Namun belakangan ini bila

tidak ada biaya, penderita melakukan medikasi luka sendiri dibantu suami.

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Kesimpulan :

Faktor perilaku keluarga sudah mendukung ke arah pola hidup sehat, namun

faktor non perilaku belum sepenuhnya mendukung ke arah pola hidup sehat.

45

Lingkungan: Lingkungan rumah kurang

bersih Kondisi pencahayaan dan

ventilasi rumah cukup memadai

Page 46: FOME

J. Identifikasi Indoor Dan Outdoor

Kamar Mandi

Gudang

R u a n g T a m u

Kamar Tidur

Dapur U

8 cm

5 c m

Gambar 6. Denah indoor dan outdoor

Keterangan :

Indoor

- Luas rumah 40 m2, memenuhi kriteria kepadatan hunian sehat (10 m2/orang).

- Lantai rumah berupa lantai bersemen.

- Pencahayaan dan ventilasi cukup baik.

- Sampah belum terkelola dengan baik

- Jarak jamban dengan sumber air bersih > 10 meter.

- Sumber air bersih dari sumur

Outdoor

- Jarak rumah dengan jalan raya ± 7 meter.

- Tingkat kebisingan di sekitar rumah rendah.

- Letak rumah jauh dengan sungai dan tempat pembuangan sampah umum.

Kesimpulan :

Untuk gambaran lingkungan dalam rumah (indoor) belum memenuhi syarat-

syarat kesehatan. Sedangkan gambaran lingkungan luar rumah (outdoor) telah

memenuhi syarat kesehatan.

46

Page 47: FOME

K. Daftar Masalah

1. Masalah Medis

- Diabetes mellitus tipe 2

2. Masalah Non Medis

- Gangguan Fungsi Holistik : (-)

- Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR : (-)

- Gangguan Fungsi Patologis SCREEM : (+) pada medical

- Gangguan Genogram : (-)

- Gangguan Fungsi Interaksi keluarga : (-)

- Gangguan Perilaku : (-)

- Gangguan Non Perilaku : (+)

- Gangguan Fungsi Indoor : (+)

- Gangguan Fungsi Outdoor : (+)

47

Page 48: FOME

TAHAP IV

DIAGNOSIS HOLISTIK

Ny. S berusia 40 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis DM Tipe 2.

Keluarga cukup harmonis dengan kehidupan sosial cukup aktif sebagai anggota

masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga dengan baik serta aktif mengikuti

kegiatan kemasyarakatan. Ny. S tidak terlibat dalam kepengurusan dalam

lingkungan tempat tinggalnya. Penghasilan keluarga ± Rp. 400.000 per bulan dan

pengeluaran ± Rp. 700.000 per bulan.

1. Diagnosis Biologis

DM Tipe 2 sejak 15 tahun yang lalu

2. Diagnosis Psikologis

Hubungan Ny. S dengan suaminya saling mendukung, saling

memperhatikan dan saling pengertian.

3. Diagnosis Sosial dan Ekonomi

Kehidupan sosial Ny. S cukup aktif sebagai anggota masyarakat.

Walaupun Keluarga Ny. S tidak terlibat dalam kepengurusan di

lingkungan tempat tinggalnya namun Keluarga Ny. S berinteraksi dengan

tetangga dengan baik serta aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan.

Penghasilan keluarga ± Rp. 400.000 per bulan pengeluaran ± Rp. 700.000

per bulan

4.

48

Page 49: FOME

TAHAP V

PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan

Untuk dapat mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015,

WHO menekankan bahwa kuncinya adalah dengan memperkuat sistem

pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) sehingga perlu adanya

integrasi dari Community Oriented Medical Education (COME) ke Family

Oriented Medical Education (FOME) dengan pelayanan kedokteran keluarga

yang melaksanakan pelayanan kesehatan secara holistik dan komprehensif

dengan memandang setiap individu adalah bagian dari keluarga.

Untuk dapat menerapkan prinsip kedokteran keluarga maka kami

melakukan kunjungan ke salah satu pasien Bidan Desa Sepat. Berdasarkan

hasil kunjungan pada tanggal 6 Nopember 2012 pada keluarga Ny, S

didapatkan masalah medis berupa DM Tipe 2 dan non medis yaitu

permasalahan pada fungsi patologis SCREEM berupa masalah pembiayaan

dalam hal kesehatan, dan pada fungsi non perilaku tentang kebersihan rumah

yang kurang. Selain itu permasalahan yang lain berupa fungsi indoor berupa

kebersihan rumah yang kurang dan pada fungsi outdoor berupa sampah yang

tidak dikelola dengan baik.

Berdasarkan kunjungan tersebut tampak bahwa keluarga Ny. S

sebenarnya paham akan pentingnya kesehatan. Hal ini tampak pada tindakan

Ny. S yang kontrol rutin ke Puskesmas dan minum obat secara teratur.

Namun, keluarga ini belum memahami bahwa kesehatan tidak hanya dicapai

dengan berobat teratur saat sakit akan tetapi lebih dari itu perlu adanya

kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan perilaku hidup bersih

dan sehat. Sehingga pada kunjungan berikutnya kami menekankan pada

penerapan mengenai cara mencapai lingkungan yang sehat dan perilaku hidup

bersih dan sehat serta edukasi mengenai penyakit yang dialami oleh Ny. S.

Untuk mencapai lingkungan yang sehat maka dimulai dari lingkungan

di dalam rumah. Kondisi rumah Ny. S memang belum memeuhi syarat rumah

49

Page 50: FOME

sehat. Hal ini tampak dari kebersihan rumah yang kurang terjaga dan sampah

yang belum dikelola dengan baik. Sehingga kami memberikan intervensi

berupa penyuluhan mengenai lingkungan rumah yang sehat dan

mendiskusikan langkah praktis yang dapat dilakukan keluarga ini untuk

mencapai kondisi lingkungan rumah yang sehat berupa kebiasaan

membersihkan rumah minimal 2 kali sehari serta membuang sampah pada

tempat pembuangan sampah

Selanjutnya untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat kami

juga memberikan penyuluhan mengenai indikator-indikator perilaku hidup

bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan membuang sampah pada

tempatnya, membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kamar mandi

1x/minggu, tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan,

makan makanan yang bergizi seimbang, menggosok gigi sebelum tidur dan

olahraga teratur.

Setelah adanya komitmen untuk menciptakan lingkungan yang sehat

dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap anggota keluarga

maka selanjutnya kami melakukan edukasi kepada Ny. S dan anggota

keluarga mengenai penyakit yang dialami Ny. S. Tujuan edukasi ini adalah

untuk memberikan pemahaman mengenai penyakit DM .

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya 1,3. DM merupakan penyakit kronis yang tidak

dapat disembuhkan. Pengobatan yang diberikan hanya untuk mengontrol gula

darah saja sehingga tidak menimbulkan komplikasi DM berupa retinopati

DM, nefropati DM, neuropati DM, ulkus diabetik, dan PAD (Perifer Arteri

Disease). Bila sudah terjadi ulkus, pengobatan tidak hanya mengontrol gula

darah saja namun juga perawatan (medikasi) luka. Ulkus adalah kerusakan

lokal permukaan jaringan atau organ yang ditimbulkan oleh terkupasnya

jaringan nekrotik radang. Pada penderita diabetes, ulkus biasanya terdapat

pada kaki, dan disebabkan oleh neuropati, angiopati, atau komplikasi lainnya.

Penatalaksanaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik, pemberian

50

Page 51: FOME

obat hipoglikemik oral, terapi insulin, pemeriksaan gula darah secara rutin

dan perawatan diri 1,2,3. Sehingga perlu adanya kesadaran untuk rutin berobat,

rutin cek gula darah, patuh akan anjuran diet yang telah ditetapkan, dan

meningkatkan aktivitas serta menjaga kebersihan tubuh.

Terjadinya ulkus diawali dengan adanya hiperglikemia pada

penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada

pembuluh darah. Pada pasien ini (Ny. Sumiyem, 42 tahun) kemungkinan

telah terjadi proses hiperglikemia kronik mengingat pasien telah di diagnosis

menderita diabetes mellitus sejak 15 tahun yang lalu. Pasien memang telah

menjalani pengobatan dari dokter, akan tetapi pola makan dari pasien yang

tidak terkontrol dapat menyebabkan naiknya kadar gula darah. Apabila

keadaan ini berlanjut dapat menyebabkan komplikasi diantaranya neuropati

yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada

telapak kaki dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya ulkus. Oleh

karena itu pada pasien ini pengobatan tidak hanya mengontrol kadar gula

darahnya saja namun juga perawatan ulkus (luka). Hal ini perlu dilakukan

secara berkesinambungan dan perlu adanya dukungan keluarga untuk dapat

mengingatkan Ny. S untuk meminum obat secara teratur, mengantarkan Ny. S

untuk kontrol ke Puskesmas, menegur Ny. S jika tidak menaati diet yang

telah dianjurkan.

B. Saran Komprehensif

1. Promotif :

a. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit DM serta perlunya

pengendalian dan pemantauan DM dengan rutin kontrol dan rutin

berobat.

b. Edukasi pasien dan keluarga untuk dapat melakukan perawatan luka

sendiri bila tidak dapat kontrol berobat ke puskesmas serta menjaga

kebersihan diri pasien agar luka tidak mudah terkena infeksi.

c. Mengenalkan pola makan yang benar untuk penderita dan keluarga.

51

Page 52: FOME

d. Edukasi pasien dan keluargaa tentang tatanan rumah tangga untuk

menciptakan lingkungan rumah yang bersih dan setiap anggota

keluarga sehat dengan memperbaiki sistem ventilasi dan pencahayaan

dengan membuka jendela dan pintu rumah ketika pagi hingga sore

hari, membuang sampah pada tempat pembuangan sampah,

membersihkan rumah 2x/hari, membersihkan kamar mandi 1x/minggu,

tidak merokok di dalam rumah, mencuci tangan sebelum makan,

makan makanan yang bergizi seimbang, menggosok gigi sebelum tidur

dan olahraga teratur.

2. Preventif :

a. Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes, rendah

kolesterol, rendah garam, minum air putih minimal 8 gelas/ hari dan

mematuhi jadwal makan dengan kecukupan kalori yang dianjurkan.

b. Rutin kontrol gula darah, merawat luka terutama pada kaki sehingga

tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit DM.

c. Selalu memakai alas kaki untuk mencegah terjadi luka dan menjaga

kaki tetap bersih.

3. Kuratif :

Langkah pertama dalam mengelola diabetes mellitus selalu dimulai

dengan pendekatan non farmakologis berupa perencanaan makanan/terapi

nutrisi medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat

berat badan lebih atau obes. Bila dengan langkah-langkah tersebut sasaran

pengendali diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan

obat atau intrvensi farmakologis Terapi farmakologis dapat berupa

pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan pemberikan injeksi insulin 2

4. Rehabilitatif :

Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan membantu

penderita memiliki kembali rasa percaya diri untuk percaya terhadap

intervensi medis dan memberikan motivasi untuk terus merubah sikap dan

perilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat.

52

Page 53: FOME

a. Infection control: pengobatan infeksi secara agresif, jika terlihat tanda

klinis infeksi (indikasi adanya kolonisasi dari pertumbuhan organisme

pada hasil usap bukan merupakan infeksi, jika tidak terdapat tanda

klinis).

b. Wound control: pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrotis secara

teratur.

c. Pressure control: mengurangi tekanan. Tekanan yang berulang dapat

menyebabkan ulkus, sehingga harus dihindari. Hal itu sangat penting

dilakukan pada ulkus neuropatik, dan diperlukan pembuangan kalus

dan memakaikan sepatu yang pas yang berfungsi untuk mengurangi

tekanan

53

Page 54: FOME

DAFTAR PUSTAKA

1. Askandar, 1999. Diabetes Melitus klasifikasi, Diagnosis dan Terapi.ed 3. PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

2. Gustaviani R. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). 2011. Konsensus

Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

54