fixdddd

29
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional pekerja keperawatan non profesional. Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinansecara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional. Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajeme tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanak oleh seorang pemimpin. eorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian!pendapat orang atau sekelompokorang tanpa menanyakan alasan"alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana"rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama"sama #Panji $nogara, Page %&'. B. Rumusan Masalah $dapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ( ). *agaimana konsep kepemimpinan+ %. $pa saja teori kepemimpinan+ &. *agaimana karakteristik kepemimpinan+ . *agaimana gaya kepemimpinan+ -. $pa yang dimaksud dengan kepemimpinan efektif+ . $pa yang dimaksud dengan kepemimpinan transformasional dan transaksional+ /. *agaimana konsep penyelesaian masalah+ 0. *agaimana cara pengambilan keputusan+ C. u!uan

Upload: rifdatul-kh

Post on 07-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfdg

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangManajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional.

Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23).

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :

1. Bagaimana konsep kepemimpinan?

2. Apa saja teori kepemimpinan?

3. Bagaimana karakteristik kepemimpinan?

4. Bagaimana gaya kepemimpinan?

5. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan efektif?

6. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan transformasional dan transaksional?

7. Bagaimana konsep penyelesaian masalah?

8. Bagaimana cara pengambilan keputusan?

C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :1. Mengetahui konsep kepemimpinan.

2. Mengetahui teori kepemimpinan.

3. Mengetahui karakteristik kepemimpinan.

4. Mengetahui gaya kepemimpinan.

5. Mengetahui kepemimpinan efektif.

6. Mengetahui kepemimpinan transformasional dan transaksional.

7. Mengetahui konsep penyelesaian masalah.

8. Mengetahui pengambilan keputusan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Kepemimpinan1. Definisi Kepemimpinan Kepemimipinan adalah sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimipinan dapat diartikan juga sebagai seni atau proses untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain dengan senang hati melakukan tugas yang diberikan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan dari kelompok anggota yang dari kelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Beberapa teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin antara lain teori genetis, pemimpin tidak dibuat akan tetapi menjadi pemimpin karena bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. Ia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun (mis, pangeran Charles, Pangeran Williams). Menurut teori social, pemimpin harus disiapkan, dididik, dibentuk dean tidak terlahir begitu saja. Setiap orang dapat menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri. Menurut teori ekologis/sintesis, seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahir sudah ada bakat memimpin dan bakat ini sudah dikembangkan dan dididik.Belajar dari teori lahirnya seorang pemimpin ini, muncul aktivitas yang dipimpin dan pemimpin yang merupakan dua macam kegiatan yang berbeda, yang kemudian memunculkan dua kelompok besar pemimpin yaitu:a. Pemimpin formalOrang yang ditunjuk sebagai pemimpin berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban untuk menjadi sasaran organisasi. Ciri pemimpin formal:1) Status didasarkan atas legalitas formal oleh penunjukan pihak berwenang.

2) Harus memenuhi beberapa syarat formal

3) Diberi dukungan oleh organisasi formal menjalankan tugasnya

4) Memperoleh balas jasa materil dan imateril tertentu

5) Boleh mencapai promosi atau naik pangkat formal dan dapat dimutasikan

6) Salah dikenakan sanksi

7) Selama menjabat kepemimpinan ia diberikan kekuasaan dan wewenang.

b. Pemimpin informalOrang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, ia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan perilaku serta kelompok atau masyarakat. Adapun ciri-cirinya adalah:1) Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimasi sebagai pemimpin.

2) Kelompok menunjuk dirinya sebagai pemimpin, berlangsung selama kelompok masih mau mengakui dan menerima pribadinya.

3) Tidak mendapat dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas.

4) Biasanya tidak mendapat imbal jasa, atau imbal jasa diberi sukarela.

5) Tidak mencapai promosi. Tidak mempunyai atasan, tidak memenuhi persyaratan formal tertentu.

6) Jika ia bersalah ia tidak dapat di hokum, hanya respek orang terhadapnya berkurang dan mungkin akan ditinggalkan oleh massa.

Pemimpin informal dapat terjadi karena keturunan, kekayaan, taraf pendidikan, pengalaman hidup, jasa yang diberi pada kelompok, memiliki sifat kharismatik.

Kegiatan Manajemen Kepemimpinan

Penyusunan rencanaPerencanaan dan pengarahan penentuan rencana secara spesifik dari kegiatan untuk pencapaian tujuan serta mengalokasikan segala sumber daya yang dibutuhkanPenentuan arah kegiatan menyusun visi atau tujuan jangka panjang yang akan diraih oleh organisasi serta strategi perubahan yang harus dilakukan

Membangun relasi antar manusiaPengorganisasian dan penempatan SDM, menyusun struktur organisasi, prosedur kerja, tanggung jawab, dari setiap bagian organisasi, serta metode implementasi.Menyampaikan visi kepada orang-orang serta membangun kerja sama dengan orang-orang yang siap untuk mewujudkan visi secara bersama-sama.

Implementasi rencanaPengawasan dan pemecahan masalah. Pada tahap ini, tugas manajer adalah melakukan pengawasan dan pengendalian atas berbagai kendala yang mungkin ditemui.Memotivasi dan memberikan inspirasi. Peran ini adalah memotivasi orang-orang yang telah sepakat bekerja sama untuk melakukan implementasi dari apa yang telah dibangun sebagai upaya pencapaian visi.

Hasil yang diperolehSesuatu yang telah diperkirakan atau ditargetkan sebelumnya.Suatu perubahan yang akan mendukung pencapaian visi.

2. Teori kepemimpinan

a. Teori Trait (Bakat)

Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuatmereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan Great Man Theory. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya (Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).

Swanburg (2001) menyatakan ciri ciri pemimpin menurut teori bakat adalah :

1) Inteligensi

Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa ydan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin. 2) Kepribadian

Sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.3) Kemampuan

Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, kemasyuran, dan keterampilan interpersonal untuk memberikan symbol, memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam system tersebut. b. Teori Perilaku Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan kepada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lain (Swanburg, 2000).

c. Teori Contigency dan situationalTeori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara factor bawaan, perilaku dan situasi. Tannenbaum & schmid (1983) menekankan bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratik diperlukan oleh manajer dimana unsur utama manajer adalah tergantung dari situasi suatu organisasi. Yaitu kemampuan manajer, penghargaan kepada kelompok. Fielder (1967) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah ideal dengan situasi. Dia menekankan hubungan antara kelompok manajer dan pegawai merupakan unsur yang penting dalam menilai sebagai manajer yang baik.Sebaliknya Mouton dan Blake (1964) mengembangkan suatu bagan bahwa manajer mengendalikan tentang produktivitas, tugas, orang dan hubungannya. Fokus metode manajemen ini menekankan pada perilaku manajer yang menekankan pada produksi dan manusia. Dalam kelompok perlu adantya komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi, kompetisi antar anggota kelompok dapat dikurangi, dan komunikasi serta adanya kebersamaan yang dapat ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal Blake & Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V.H. (1999).

d. Teori Kontemporer (kepemimpinan dan manajemen) Teori ini menekankan terhadap 4 kompenen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu: 1) manajer/pemimpin, 2) staf dan atasan, 3) pekerjaan, dan 4) lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpin harus mengintregrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.

e. Teori motivasiTeori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1) Maslow, 2) Aldefer, 3) Herzberg, 4) McCelland, 5) Adams, dan 6) V.Vroom. Tabel di bawah ini menggambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kesehatan.Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya

TeoriPenjelasan

1. Hierarki kebutuhan (Maslow)Fisiologis = gaji pokok

Aman = perencanaan yang regular (gaji)

Kasih sayang = kerja sama secara tim

Harga diri = pencapaian posisi

Aktualisasi = tantangan dalam bekerja

2. Teori ERG (Clayton Aldefer)E = Existence (fisiologis)

R = Relatedness (kasih sayang)

G = Growth (harga diri dan aktualisasi)

3. Teori dua faktor (Frederich Herzberg)Motivators = kepuasan kerja

Hygiene = lingkungan yang kondusif

4. Teori belajar (McClelleand)Affiliation = bersahabat

Power = memerintah orang lain

Achievement = suka tantangan, kompetisi, dan menyelesaikan masalah secara detail.

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan prosesnya

TeoriPenjelasan

1. Teori keadilan (Adams)Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan terhadap karyawan.

2. Teori harapan (George Paulos Moheny, Jonesh, dan Vroom)Rumus: M = Job outcomes x valensis x expektansy x instrumentality

Job outcomes: penghargaan (promosi, kenaikan gaji, dan pengakuan)

Valenses: keinginan/ perasaan berhasil

Expektansi: kemungkinan berhasil dengan kerja keras

Instrumentality: keyakinan akan bethasil berdasarkan kerja keras dan situasi

3. Teori penguatan (B.F.Skinner)Stimulus/ respons/ konsekuensi

4. Teori belajar (McClelleand)Tujuan yang harus dicapai oleh suatu organisasi.

Motivasi akan menjadi masalah apabila tiga hal tidak dapat terpenuhi. Tiga hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak jelas, hambatan dalam pelaksanaan, dan kurang atau tidak adanya penghargaan.Masalah motivasi dan solusinya

Masalah motivasiPotensial solusi

1. Pembagian tugas yang tidak jelasa. Penjabaran job deskription

b. Penjabaran standard pelaksanaan

c. Tujuan

d. Umpan balik pelkasanaan

2. Hambatan dalam pelaksanaana. Seleksi karyawan yang baik

b. Penyusunan ulang penugasan

c. Menciptakan lingkungan yang sehat (aman dan nyaman, gaji, waktu istirahat, peralatan yang lengkap dll.)

3. Kurang atau tidak adanya penghargaan (reward)a. Reinvorcement

b. Penghargaan secara adil

c. Peningkatan kualitas karyawan

d. Peningkatan harga diri dan pemberian peran

e. Peningkatan kerja sama antar karyawan dan atasan.

f. Teori Z

Teori z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan dari teori Y dari McGregor dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis. Kompenen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan yang holistic terhadap staf. Pada teori ini lebih menekankan pada staf dibandingkan dengan kualitas produksi, sehingga di amerika teori ini masih banyak yang diperdebatkan.

g. Teori Interaktif

Schein 1970 menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai suatu system terbuka yang selalu berinteraksi denga sekitarnya dan berkembang secara dinamis. System tersebut dianggap suatu system yang terbuka, jika terjadi adanya perubahan, energi, dan informasi dengan lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut:

1) Manusia memiliki karakteristik tyang sangat komplek. Mereka mempunyai motivasi ang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan

2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu

3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula

4) Penampilan seseorang dan produktifitas dipengaruhi oleh tugas yang harus diseleseikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.

5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

Hollander (1978) mendukung teori tersebut, dimana ia menekankan bahwa antara peran pemimpin dan staf dipengauhi oleh peran yang lainnya. Dia menekankan bahwa pemimpin adalah sebagai proses dua arah yang dinamis. Dia menekankan 3 dasar kompenen yang terlibat dalam perubahan pemimpin:

1) Pemimpin, termasuk personality pemimpin, persepsi dan kemampuan

2) Staf, termasuk personality, persepsi, dan kemampuan

3) Lingkungan,/ situasi dimana pemimpin dan staf berfungsi, termasuk norma kelompok baik formal maupun informal, ukuran, kekuatan dan cirri-ciri yang lainnya.

Menurut Holander, pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggunakan proses penyelesaian masalah, mempertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukkan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan menengembangkan identifikasi kelompok.3. Karakteristik Kepemimpinan Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:a. Seorang yang belajar seumur hidup Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar. b. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.c. Membawa energi yang positifSetiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti: 1) Percaya pada orang lainSeorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

2) Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.3) Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata tantangan sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.4) Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.5) Latihan mengembangkan diri sendiriSeorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: a) Pemahaman materib) Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; c) Mengajar materi kepada orang laind) Mengaplikasikan prinsip-prinsipe) Memonitoring hasil f) Merefleksikan kepada hasil g) Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi h) Pemahaman barui) Kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:

a. Kemauan dan keinginan sepihakb. Kebanggaan dan penolakanc. Ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.4. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut

a. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt.

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepemimpinan organisasi harus didahulukan jika dibandingkan dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih ototriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisispasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b. Gaya kepemimpinan menurut Likert

Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam 4 sistem:1) Sistem otoriter Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah kebawah (top down).

2) Sistem Benevolent Otoritatif (Authoritative)

Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu memotivasi, bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan komunikasi keatas. Pemimpin memperthatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

3) Sistem konsultatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar erhadap bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentive) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

4) Sistem partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi, bawahan komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

c. Gaya kepemimpinan menurut teori X dan teori Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua kutub utamaa, yaitu sebagai teori X dan teori Y. Teori X mengansumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu sennag bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi 4 macam.

1) Gaya kepemimpinan diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan teori X.

2) Gaya kepemimpinan otokratis

Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang segala keputusan ada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.3) Gaya kepemimpinan demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y.

4) Gaya kepemimpinan santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terklihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).

d. Gaya kepemimpinan menurut Robert House.

Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalan Nursalam (2002) mengemukakan 4 gaya kepemimpinan.

1) Direktif

Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.

2) Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah kepada bawahan.

3) Partisipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.

4) Berorientasi tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak, 1990)

e. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard

Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya kepemimpinan tersebut.

1) Instruksi.

a) Tinggi tugas dan rendah hubungan.

b) Komunikasi sejarah.

c) Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran bawahan sangat minimal.

d) Pemimpin banyak memberikanpengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.

2) Konsultasi

a) Tinggi tugas dantinggi hubungan.

b) Komunikasi dua arah.

c) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung keluhan.

3) Partisipasi

a) Tinggi hubungan tapi rendah tugas.

b) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan.

4) Delegasi

a) Rendah hubungan dan rendah tugas.

b) Komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan pemecahan masalah.

f. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K.WhiteMenurut lippit dan white, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: Oteriter, demokrasi,dan liberal yang mulai dikembangkan di universitas Iowa.1) Otoriter.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

a) Wewenang mutlak berada pada pimpinan;

b) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpinan;

c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan;

d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;

e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawaan dilakukan secara ketat;

f) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan;

g) Tidak ada kesempata bagi bawahan untuk memberikan saran,pertimbangan atau pendapat;

h) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif;

i) Lebih banyak kritik dari pada pujian;

j) Pimpinan menurut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat;

k) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat;

l) Cendrung adanya paksaan, ancaman dan hukuman;

m) Kasar dalam bersikap;

n) Tanggung jawab kebrhasilan organisasi hanya dipikul oleh kepemimpinan.

2) DemoktratisKepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhiorang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pemimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:

a) Wewenang pimipinan tidak muklat.

b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan.

c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.

d) Kemunikasi berlangsung timbal balik.

e) Pengawasan dilakukan secara wajar.

f) Prakarsa dapat datang dari bawahan.

g) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan.

h) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif.

i) Pujian dan kritik seimbang.

3) Liberal atau laissez faireKepemimpinan gaya liberal atau laissez faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersediah bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan kegiatan kepada bawahan. Ciri gaya kepemimpinan ini atara lain:

a) Pemimpin merupakan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan.

b) Keputusan lebih banyak di buat oleh bawahan.

c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan.

d) Pimponan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oelh bawahan.

e) Hamper tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan;

f) Prakarsa selalu berasa Dari bawahan.

g) Hamper tidak ada pengarahan dari pimpinan.

g. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenangMenurut gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat:

1) Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorentasi pada tugas atau pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya kepada kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman.

2) Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotifasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapanya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

3) Partisipatif

Merupakan gabungan antara oteriter dan demoktratif, yaitu pemimpin menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahanya. Pemimpin minta saran dan kritik serta mempertimbangkan respon staff terhadap usulanya. Keputusan akhir yang di ambil bergantung pada kelompok.

4) Bebas tindak

Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, superfisi dan koordinasi. Staf atau bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.5. Kepemimpinan Efektif Kepemimpinan yang dianggap efektif, yaitu:a. Eksekutif.Gaya ini mempunyai perhatianyang banyak terhadap tugas tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan produktivitas yang tinggi.

b. Pencinta pengembangan (developer)Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adala minim.

c. Otokratis yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan (tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali, tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahanya.

Kepemimpinan yang dianggap tidak efektif adalah sebagai berikut.

a. Pencinta kompromi (compromiser)Gaya kompromi ini menitikberatkan perhatian pada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi.

b. Misionari

Manajer seperti ini menilai keharmonsan sebagai suatu tujuan,dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.

c. Otokrat

Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.

d. Lari dari tugas (deserter)

Manajer yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubungan kerja.6. Paradigma Kepemimpinan Transformasional Dan TransaksionalBurrs (1978), seorang ahli dibidang interaksi pemimpin- bawahan, menyatakan bahwa pemimpin dan bawahan memiliki kemampuan untuk saling mendukung ketingkatan motivasi dan moral yang lebih tinggi. Dengan mengidentifikasi konsep ini sebagai kepemimpinan transformasional, burns menyatakan bahwa ada 2 tipe pemimpin dalam manajemen. Manager tradisional berfokus pada pelaksanaan keseharian, dengan istilah pemimpin transaksional, sedangkan manager sekarang adalah orang yang loyal, memiliki visi, dan mampu memberdayakan orang lain yang visinya, dengan istilah pemimpin transformasional.

Visi merupakan inti kepemimpinan transformasional. Visi mengisyaratkan kemampuan menggambarkan keadaan masa depan menjelaskannya pada orang lain sehingga mereka mengetahuinya. Menyamakan visi baru memberi energy yang diperlukan untuk menggerakkan unit organisasi menuju masa depan. Wolf dan rekan (1994) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai hubungan interaktif, dilandasi kepercayaan, yang secara positif berdampak pada pemimpin dan bawahan. Tujuan pimpinan dan bawahan menjadi terfokus, menciptakan kesatuan, tujuan menyeluruh dan kolektif. pemimpin transformasional dengan kinerja tinggi menunjukkan komitmen kuat pada profesi dan organisasi serta mampu mengatasi hambatan dengan menerapkan pembelajaran kelompok (group learning). Kepercayaan diri datang dari rasa kendali diri yang kuat. Pemimpin transformasional juga mampu menciptakan lingkungan sinergis yang mempercepat perubahan. Perubahan terjadi karena pemimpin transformasional yang futuristic berfokus pada kreatifitas dan inovasi. Pemimpin transformasional juga memperhatikan budaya oraganisasi dan menekankan nilai dan perilaku yang sama secara terus menerus pada stafnya.

Tyrrell (1994) yang mengidentifikasi bahwa memiliki visi adalah atribut pemimpin transformasional, menyatakan bahwa perawat pada semua tingkatan diharapkan menetapkan kepemimpinan dalam lingkungan praktek keperawatan, dan kepemimpinan yang memiliki visi memungkinkan perawat menciptakan gambaran masa depan yang ideal. Dalam menjelaskan visinya, pemimpin transformasional memberdayakan stafnya untuk menggali kesamaan dan rasa keterikatan.Pemimpin transaksionalPemimpin transformasional

Berfokus pada tugas manajemen

seorang pengurus

menggunakan pertukaran (trade offs) untuk mencapai tujuan

nilai bersama tidak diidentifikasi

mengkaji penyebab

menggunakan hadiah kontingensiMengidentifikasi nilai yang umum

Berkomitmen

Menginspirasi orang lain dengan visi

Memiliki visi jangka panjang

Melihat efek

Memberdayakan orang lain

Meskipun pemimpin transformasional merupakan model yang ideal saat ini, banyak teori tikus manajemen, termasuk Bass dan rekan (1987) serta Dunham dan klafehn (1990), mengkritik kepemimpinan transformasional. Menurut mereka, meskipun kualitasnya sangat diterima, pemimpin transformasional harus juga lebih melakukan peran manajerial tradisional (transaksional). Kedua karakteristik tersebut harus ada pada diri individu yang sama dalam derajat yang berbeda. Menurut Bass dan rekan, pemimpin transformasional akan gagal tanpa ketrampilan manajemen tradisional.

Bennis (1989) menyampaikan kritik yang berbeda terhadap kepemimpinan transformasional bahwa konspirasi tidak disadari yang muncul dalam masyarakat kontemporer menghalangi pemimpin apapun visi mereka, untuk melakukan pengambil alihan dan membuat perubahan. Bennis secara rinci menunjukkan bahwa kegoncangan birokrasi dan komitmen terhadap status quo mengganggu pemimpin dan bahwa keteganggan antara hak individu dan penyediaan fasilitas melemahkan keberadaan pemimpin.

Perlu diingat bahwa organisasi dan lingkungan berperan penting dalam mengembangkan dan mendukung ketrampilan kepemimpinan transformasional dan transaksional para karyawannya. Jalinan kerja sama tersebut harus disimbiosis. B. Konsep Penyelesaian Masalah1. Definisi Penyelesaian masalah merupakan bagian pengambilan keputusan. Proses sistematik yang berfokus pada upaya menganalisis situasi sulit ini selalu mencakup langkah pengambilan keputusan. 2. Pendekatan Teoritis Untuk Menyelesaikan Masalah Dan Mengambil KeputusanSebagai suatu langkah dalam proses penyelesaian masalah, pengambilan keputusan merupakan tugas penting yang sangat bergantung pada keterampilan berfikir kritis. (Maquis & Huston, 1994)Beberapa pendidik berpendapat bahwa orang tidak mampu menguasai keterampilan tersebut karena dulu tidak diajarkan bagaimana berpikir logis yang penuh wawasan dari berbagai sudut pandang. Beeken & rekan (1997) menyatakan bahwa instruksi formal dalam berfikir kritis adalah hal penting. Carnavali & Thomas (1993) mengatakan bahwa proses dan struktur bermanfaat untuk proses pengambilan keputusan dan menguarkan orang menjadi spesifik dalam memilih dan memisahkan masalah dari nila-nilai.3. Langkah-Langkah Kritis dalam Penyelesaian Masalah Dan Pengambilan KeputusanLangkah-langkah berikut dianggap krusial dalam proses penyelesaian masalah dan sering kali mengakibatkan buruknya kualitas keputusan, diantaranya:a. Tetapkan tujuanPengambilan keputusan sering melangkah ke proses penyelesaian masalah tanpa menentukan tujuannya terlebih dahulu. Bahkan, saatn keputusan harus diambil dengan cepat, masih ada waktu untuk berpikir dan melihat lagi pada tujuan keputusan. Jika tujuan keputusan kurang jelas atau jika tujuan tidak konsisten dengan pernyataan filosofi individu atau organisasi, kemugkinan keputusan berkualitas buruk.

b. Kumpulkan data secara cermatPengumpulan data dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau kesempatan untuk mengambil keputusan dan berlanjut ke proses penyelesaian masalah. Pengumpulan data selalu melibatkan orang, dan tidak ada instrumen atau mekanisme yang luput dari kesalahan.

c. Membuat banyak alternative

Definisi pengambilan keputusan mengimplikasikan sedikitnya dua pilihan dalam setiap keputusan. Beberapa teknik dapat membantu membuat lebih banyak alternatif dari beberapa pemikiran orang lain. Curah pendapat (brainstorming) adalah teknik lain yang dapat digunakan. Tujuannya, memikirkan semua kemungkinan alternatif, meskipun alternatif tersebut diluar target.

d. Berpikir logis

Selama proses penyelesaian masalah, seseorang harus menarik inferensi (simpulan) informasi. Inferensi adalah bagian berpikir deduktif. Orang harus mempertimbangkan informasi dan alternative secara cermat. Kesalahan berlogika pada titik ini akan mengarahkan pada kualitas keputusan yang buruk. Orang berpikir secara tidak logis terutama dalam tiga cara, yaitu:

1) Terlalu menganalisis, tipe berpikir illegal ini jika seseorang percaya bahwa karena A memiliki karakteristik khusus, setiap A lainya juga memiliki karakteristik yang sama. Contoh berpikir ini adalah jika pernyataan stereotip digunakan untuk menguatkan argument dan keputusan.2) Afirmasi konsekuensi, pada tipe berpikir tidak logis ini, seseorang memutuskan bahwa jika B adalah baik dan ia melakukan A, kemudian A mesti tidak baik. Sebagai contoh, jika metode baru dapat dijadikan cara terbaik utuk melaksanakan prosedur keperawatan dan perawat di unit anda tidak menggunakan teknik tersebut, adalah tidak logis menyatakan bahwa teknik yang saat ini digunakan di unit anda salah atau buruk.3) Beragumen dengan analogi, Pemikiran ini menggunakan komponen yang ada dalam dua konsep yang terpisah dan kemudian menyatakan bahwa karena A ada dalam B, kemudian A dan B serupa dalam segala hal. Sebagai contoh, karena intuisi berperan dalam keperawatan klinis dan manajerial, setiap karakteristik yang melekat pada perawat klinis yang baik juga akan dimiliki oleh perawat manajer yang baik. Namun, hal ini tidak selalu benar, perawat manajer yang baik tidak otomatis memiliki keterampilan klinis yang sama dengan perawat klinis yang baik.e. Memilih dan bertindak secara cepat dan efektifMengumpulkan informasi yang adekuat, berpikir logis, memilih di antara banyak alternative, dan memahami pengaruh nilai-nilai individu tidaklah cukup. Dalam analisis akhir, seseorang harus bertindak.banyak orang menjadi rentan pada titik akhir dalam proses penyelesaian masalah dan memilih untuk menunda bertindak karena mereka kurang berani untuk menghadapi konsekuensi pilihan yang mereka ambil. Contohnya, jika menjamin semua permintaan karyawan untuk libur, para manajer harus menerima konsekuensi keputusannya dengan berkurangnya staf.Hal ini dapat membantu mengngatkan pengambilan keputusan yang lalai bahwa keputusan-nya tidak sekeras batu, meskipun sering menimbulkan konsekuensi jangka panjang dan dampak yang sulit diatasi.keputusan yang tidak efektif atau tidak tepat sering kali dapat diganti. Dengan mengevaluasi keputusan, manajer dpat belajar banyak tentang kemampuan mereka dan dimana letak kesalahan penyelesaian masalah yang lalu. Namun, keputusan harus terus dibuat, meskipun beberapa kurang berkualitas. Melalui pengambilan keputusan yang terus menerus, individu dapat meningkatkan keterampilan dalam mengambil keputusan.

C. Konsep Pengambilan Keputusan1. Pengertian pengambilan keputusanPengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu. Definisi lain pengambilan keputusan adalah menentukan atau menetapkan (Webster,1991).

Menurut Robins dalam Mesiono pengambilan keputusan adalah: decision making is a process in which one choose between two or more alternatives. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan sebagai proses memilih satu pilihan di antara dua atau lebih alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama, mengemukakan suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan.Menurut Mc. Farland decision: a decision is anact of choice where in an executive froms a conclusion about what must or must not be done in a given situation. (Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan menentukan suatu kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan dalam situasi yang tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang tepat untuk situasi tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula.Sebelum mengambil suatu keputusan diperlukan informasi-informasi pendukung, misalnya informasi mengenai:

a. Laporan anggaran

b. Laporan sensus pasien

c. Catatan medis

d. Catatan personil pegawai

e. Lapora numlah waktu sakit pegawai

f. Waktu libur2. Jenis Keputusan

Adapun jenis keputusan yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis keputusan, diantaranya:a. Keputusan strategis, yaitu keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi, sehingga mendatangkan sumber daya berharga untuk mencapai tujuan jangka panjang (kesejahteraan unit kerja).b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dalam mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, peraturan-peraturan, petunjuk dan lain sebagainya.

Selain itu, berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan, keputusan dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan keseimbangan dan peraturan untuk membingbing pemecahan peristiwa yang sama. Misalnya, keputusan tentang cuti hamil.b. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya, keputusan yang berkaitan dengan pasien.3. Gaya Pengambilan Keputusan Terdapat beberapa gaya pengambilan keputusan, diantaranya:

a. Gaya pengambilan keputusan menurut Vroom dan Yetton

Gaya pengambilan keputusan Vroom dan Yetton mengindikasikan seberapa besar kemungkinan bagi bawahan untuk dapat diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Menurut para pengikut teori hubungan antara manusia, semakin besar peran serta para bawahan dalam ikut mengambil keputusan, semakin besar hasil akhir yang dapat dicapai. Penelitian dan pengalaman praktis telah memperlihatkan nbahwa peran serta bawahan dalam situasi yang lain. Gaya pengambilan keputusan dapat dilihat pada tabel berikut:Gaya pengambilan keputusanDeskripsiTingkat partisipasi bawahan

Autokratik 1 (A1)Pemimpin mengambil keputusan sendiri dengan mengunakan informasi yang dimilikinyaTidak ada

Autokratik 2 (A2)Pemimpin mendapatkan informasi yang diperlukan dari bawahan, kemudian mengambil keputusan sendiri. Bawahan bisa diberitahu atau tidak diberitahu mengenai tujuan dari pertanyaan yang diajukan kepadanya.Sedikit

Konsultatif 1 (C1)Pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahan dan mendengarkan gagasannya secara sendiri-sendiri. Setelah itu pemimpin mengambil keputusan sendiri. Keputusan ini bisa mencerminkan pandangan dari bawahan-bawahannya.Kurang

Konsutatif 2 (C2)Pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya dalam rapat kelompok dan mendengarkan gagasan-gagasan. Setelah itu pemimpin mengambil keputusan sendiri. Keputusan ini bisa mencerminkan pandangan dari bawahan-bawahannya.Sedang

Partisipasi Grup (GP)Pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya dalam rapat kelompok, dan memimpin serta mengarahkan rapat agar mencapai suatu keputusan akhir yang diterima oleh semua pihak. Namun, pemimpin tidak berusaha untuk memengaruhi maupun memaksakan keinginnnya agar menuju pada suatu keputusan tertentu.Tinggi

Dengan menggunakan model Vroom-Yetton-Jago yang sederhana dan praktis, manajer dapat menentukan sejauh mana masukan bawahan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan situasi.

b. Gaya alternatif dalam pengambilan keputusan dalam kelompok

Suatu langkah tertentu dalam proses pemecahan masalah adalah dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan cara atau metode tertentu. Satu metode belum berarti lebih baik dari pada metode lain, tergantung situasi yang dihadapi.Tiap metode memiliki kegunaan masing-masing, tergantung kelompoknya. Lama waktu yang tersedia bagi setiap metode juga akan mempunyai pengaruh tertentu bagi kelompok. Terdapat enam jenis kelompok atau tipe pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Pengambilan keputusan yang kurang tanggap

Metode ini banyak digunakan, tetapi sekaligus merupakan metode yang biasanya kurang diperhatikan. Seseorang mengetengahkan suatu saran sebelum diskusi dimulai, orang lain mengusulkan gagasan lain, prosesnya berulang sendiri sehingga akhirnya kelompok memperoleh beberapa gagasan. Semua gagasan telah menjadi keputusan bersama, tanpa pertimbangan dan tanpa tertulis. Sering terjadi dalam konferensi dimana terdapat saran atau gagasan yang tidak pernah dipertimbangkan atau didiskusikan.

2) Pengambilan keputusan dengan cara otomatis

Metode ini efisien jika pimpinan sidang atau rapat mendengarkan secara seksama gagasan para anggotanya. Gagasan dikemukakan, didiskusinkan, dan setelah pimpinan mendengarkanya dengan cukup, ia telah memiliki informasi yang berguna memiliki informasi yang berguna untuk membuat suatu keputusan bijaksana dengan segera. Walaupun demikian, metode ini sering di anggap, sebagai metode yang mempunyai partisipasi dari anggota kelompok yang kurang, dan keinginan untuk melaksanakan keputusan yang kurang pula.

3) Pengambilan keputusan minoritas

Hal ini terjadi jika satu atau dua anggota kelompok dapat mengatasi anggota kelompok yang lain. Penyebabnya adalah baik pengetahuan ataupun keahlian lebih menonjol atau karena orang tersebut dalam situasi posisi otoritas.

4) Keputusan mayoritas

Ini merupakan metode yang dikenal banyak orang. Pemungutan suara diadakan dari suatu mayoritas yang menentukanya. Kelemahan metode ini adalah bahwa pemungutan suara cenderung mengarah pada pembentukan kualisi, sehingga dapat timbul adanya minoritas yang dikalahkan, walaupun sebenarnya gagasan mereka kadang-kadang lebih baik dari yang dimiliki mayoritas.

5) Pengambilan keputusan dengan konsensus

Metode ini paling efektif, tetapi paling banyak menyita waktu karena keputusanya dibuat tidak dengan suara bulat, melainkan memeberikan kesempatan pada semua anggota kelompok untuk menyumbangkan gagasanya terhadap keputusan yang akan diambil.

6) Pengambilan keputusan dengan suara bulat

Bentuk yang paling ideal, tetapi paling sulit diperoleh. Keputusan terjadi jika semua anggota kelompok setuju dengan keputusan yang telah dipilih.

BAB 3

KASUS

Triger 1

Perawat Fatimah sudah 10 tahun bertugas sebagai perawat di RSU Dr. Ibnu Sina. Sekarang perawat Fatimah baru pulang dari tugas belajar Program Pendidikan Ners dan mendapatkan promosi sebagai kepala ruangan ismail. Perawat Fatimah selalu memberikan instruksi terhadap perawat Zubaidah sedangkan pada perawat Umi diberikan kebebasan untuk bertindak.Sasaran Belajar :

1. Mengidentifikasi Teori Kepemimpinan

Triger 1 ini menggunakan teori Kontigensi dan Situsional karena teori ini menekankan bahwa manager yang efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antar faktor bawaan , perilaku, dan situasi, yang menekankan bahwa kombinasi antar gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan oleh seorang manajer. Dan didalam trigger 1 ini perawat Fatimah bertindak otoriter kepada perawat Zubaidah dengan selalu memeberikan instruksi kepadanya, sedangkan kepada perawat Fatimah memeberikan sikap demokratis dengan memeberikan kebebasan dalam bertindak pada perawat Umi.

2. Mengidentifikasi Karakteristik Kepemimpinan

3. Mengidentifikasi Gaya Kepemimpinan

Triger 1 ini menggunakan gaya kepemimpinan Tannenbau dan Warrant H. Schimtdt. Yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manager, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibandingkan dengan kepentingan individu, maka pemimpin lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

4. Mengidentifikasi Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

Pemimpin transaksional

Berfokus pada tugas manajemen

seorang pengurus

menggunakan pertukaran (trade offs) untuk mencapai tujuan

nilai bersama tidak diidentifikasi

mengkaji penyebab

menggunakan hadiah kontingensi

Triger 1 ini menggunakan berdasarkan dengan ciri :

Karena perawat Fatimah membedakan antara perawat Zubaidah dan perawat Umi dikarenakan kemungkinan perawat Fatimah mengkaji penyebab yang dilakukan olehnya dengan menggunakan hadiah kontigensi dengan membiarkan perawat Umi melakukan tindakannya.

5. Mengidentifikasi Kepemimpinan Efektif

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika