fix
TRANSCRIPT
BIOREGULATOR
HORMON TIROID
Anggia Rose S. 101810301004
Hefinda Erfiandika 101810301019
Ach. Haris E. 101810301021
Luluk Masnia 101810301032
Moch. Yoris Alidion 101810301044
Melia Dwi R. 101810301052
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2012
Hormon tiroid
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau
kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran
sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke
seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan
merangsang terjadinya perubahan.
Hormon tiroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang
disintesis dari asam amino tirosin dengan menggunakan yodium. Hormon tiroid
berperan dalam mengatur ekspresi gen, differensiasi jaringan dan perkembangan
umum seperti perkembangan otak, perkembangan organ seks serta berperan
sebagai antiproteolitik dari hormon insulin. Hormon tiroid diklasifikasikan
menjadi dua jenis yakni 3,5,3’-triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin (T4).
Hormon tiroid mempunyai keunikan karena mengandung 59-65% unsur
iodin. Tironin yang diiodinisasi diturunkan dari iodinisasi cincin fenolik dari
residu tirosin dalam triglobulin membentuk mono dan diiodotirosin, yang
digabungkan membentuk T3 dan T4.
Hormon tiroid sukar larut dalam air dan lebih dari 99% senyawa T3 dan T4
yang berada dalam sirkulasi darah terikat dengan protein pembawa. Prinsip
pembawa hormon tiroid adalah thyroxine-binding globulin, glikoprotein yang
disintesis dalam hati. Dua jenis pembawa yang lain adalah transthyrein dan
albumin. Keberadaan pembawa yang mengikat hormon tiroid tersebut
memberikan bentuk yang stabil dari hormon tiroid tersebut dalam sirkulasi darah
dan selalu berada dalam bentuk senyawa yang aktif, pelepasan hormon tersebut
berdasarkan pada pengambilan kembali oleh sel target.
Pembahasan lebih lanjut mengenai hormon tiroid ini akan dibagi menjadi
beberapa sub bahasan antara lain:
a. Kelenjar tiroid
b. Struktur hormon tiroid
c. Peran hormon tiroid
d. Sintesis hormon tiroid
e. Pengikat spesifik hormon tiroid
f. Reseptor hormon tiroid
g. Mekanisme kerja hormon tiroid
h. Defisiensi hormon tiroid
A. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang berada di kanan dan kiri trakhea
anterior dan dihubungan oleh suatu ismus. Bentuknya menyerupai huruf H atau
dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir
tidak teraba, tetapi bila membesar dapat diraba dengan mudah dan suatu benjolan
bisa tampak dibawah atau di samping jakun.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
Berat kelenjar orang normal bervariasi tergantung pada asupan iodin dari
makanan, umur dan berat badan. Berat kelenjar tiroid orang dewasa beratnya
sekitar 15-25 g. Sekitar 48% orang, lobus kanan dari kelenjar tiroid didapati lebih
besar dari lobus kiri, sedangkan sekitar 12% orang memiliki lobus kiri lebih besar
dari yang kanan.
Kelenjar tiroid terdiri dari serangkaian folikel dengan ukuran bervariasi.
Sel-sel folikel mensintesis triglobulin yang dikeluarkan ke dalam lumen folikel.
Biosintesis T3 dan T4 berlangsung di dalam triglobulin ini. Banyak mikrovili
menonjol dari permukaan folikel dalam lumen, mikrovili ini berperan dalam
endositosis dari triglobulin yang kemudian dihidrolisis dalam sel untuk
melepaskan hormon tiroid.
Kelenjar tiroid di bawah pengontrolan kelenjar pituitari, yang merupakan
kelenjar yang kecil sebesar kacang polong yang berada pada bagian bawah dari
otak. Kadar hormon tiroid (T3 dan T4) akan dihasilkan secara perlahan-lahan, di
mana kelenjar pituitari akan menghasilkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
yang menstimulasi kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon tiroid. Di bawah
pengaruh TSH, kelenjar tiroid akan memproduksi dan mensekresi hormon T3 dan
T4 sehingga akan meningkatkan kadarnya dalam darah. Setelah itu kelenjar
pituitari akan menahan diri dengan memberikan respon penurunan produksi TSH,
akibatnya kelenjar tiroid akan berpengaruh terhadap panas tubuh, sedangkan
kelenjar pituitari akan berperan sebagai termostat.
B. Struktur hormon tiroid
Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk
hormon tiroid yaitu 3,5,3’-triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin atau tiroksin
(T4). Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang
mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino. Bahan dasar
dari hormon tiroid ini adalah asam amino tirosin yang membentuk ikatan kovalen
dengan iodium dengan tiga atau empat posisi pada inti aromatik. Asam amino
tirosin termasuk dalam asam amino esensial yang artinya asam amino ini tidak
dapat disintesis sendiri dari dalam tubuh namun diperlukan oleh tubuh. Asam
amino ini diperoleh dari makanan yang berprotein. Struktur tirosin adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Struktur Asam Amino Tirosin
1. Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap
molekulnya. Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan
protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod. Pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi
ketika diperlukan. Kurang lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin
pengikat-protein (TBG; thyroid-binding globulin). Bentuk T4 yang terdapat secara
alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin
hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L. Struktur dari hormon tiroksin (T4)
adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Struktur Hormon Tiroksin (T4)
Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 μg/dL (103
nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2 ng/dL (Gambar 2). Hanya terdapat sedikit
T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume
distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES)
sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.
2. 3,5,3’-triiodotironin (T3)
T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan
diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa
beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg (7
nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15
μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam
keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian
besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit.
Struktur hormon T3 ini yaitu:
Gambar 4. Struktur Triiodotironin
Sekitar 70% dari iodium
didalam tiroglobulin terdapat
sebagai prekursor pengaktif yaitu
monoiodotirosin (MIT) dan
diiodotirosin (DIT), sementara 30%
lagi berada dalam residu yodotironil,
T3 dan T4. Asupan iodium harus
mencukupi rasio T3 : T4 sekitar 7 : 1.
Pada keadaan defisiensi iodium,
rasio ini akan menurun dengan
menurunna rasio DIT : MIT.
Molekul yang teriodinasi
tidak seperti posisi T3 (3,5,3’-
triodothyronine) tetapi bentuk lain Gambar 5. Hormon Tiroid
dari T3 dengan struktur 3,3’,5’-triodothyronine yang disebut sebagai kebalikan T3
menunjukkan sifat yang tidak aktif.
C. Peran hormon tiroid
Adapun fungsi dari hormon tiroid adalah :
Mempertinggi metabolisme sel;
Mempertinggi pemakaian oksigen;
Menstimulir pembentukan protein di dalam sel;
Mempercepat pertumbuhan sel;
Mempercepat kerja jantung & peredaran darah;
Memperkuat peristaltik lambung-usus.
Fungsi paling utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan
aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum
dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme
sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut
berperan dalam konsumsi oksigen dan oleh perubahan sifat responsif jaringan
terhadap hormon yang lain.
Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang kuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap
metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang
penting. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid
merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat dan penting untuk pertumbuhan dan
pematangan normal.
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic, melalui pengaturan ekspresi
gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui efek langsung pada sitosol sel,
membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan
somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat.
D. Sintesis hormon tiroid
Hal pertama yang terjadi dalam pembentukan hormon tiroid adalah
kelenjar Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak)
menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar
hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan
namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Yodium yang dikonsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang
masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber
energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP-ase, ion
klorat dan ion sianat. Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut
Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi Monoiodotironin
(MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara
MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT
akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
Gambar 6. Proses Pemrakarsaan Sekresi Hormon Tiroid
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding iodine).
Secara umum sintesis hormon tiroid melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Sintesis thyroglobulin
2. Pengambilan yodium (yodium perangkap)
3. Oksidasi Iodida Ion
4. Iodination dari tirosin (organification)
5. Coupling MIT dan DIT
6. Pelepasan hormon tiroid
Biosintesis hormon tiroid melibatkan beberapa proses yang rumit, seperti
metabolism yodida, biosintesis tiroglobulin, dan hidrolisis tiroglubulin.
a. Metabolisme Yodida dalam kelenjar tiroid
Konsentrasi yodida
Yodida masuk dalam kelenjar tiroid dengan bantuan transporter (protein
pengangkut). Aktivitas transporter ini dikendalikan oleh hormone TSH
(Thyroid Stimulating Hormone). Yodida akan dipekatkan di dalam kelenjar
tiroid, dengan bantuan Na+ K+. 70% yodida disimpan dalam bentuk inaktif
yaitu monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT), 30%nya dalam bentuk
residu iodotironil, T3 dan T4. Transporter yodida dapat dihambat oleh molekul
perklorat (ClO4-), perrhenat (ReO4
-) dan perteknetat (TcO4 -). Ketiganya
bersaing untuk mendapatkan transporter yodida dan dipekatkan dalam tiroid.
Oksidasi Yodida
Oksidasi yodida terjadi pada permukaan lumen sel folikular dan
melibatkan enzim peroksidase. Oksidasi yodida dihambat oleh obat-obatan
antitiroid (golongan tiourea) yaitu tiourasil, propiltiourasil dan metimazol.
Iodinasi Tirosin
Yodida yang teroksidasi akan bereaksi dengan tirosin dalam tiroglobulin
dengan melibatkan enzim tiroperoksidase. Kemudian terjadi reaksi
organifikasi yaitu Pembentukan MIT dan DIT, terjadi dalam waktu beberapa
detik saja.
Perangkaian iodotirosil
2 molekul DIT membentuk T4 dan 1 molekul DIT ditambah 1 molekul
MIT membentuk T3. Enzim yang berperan dalam perangkaian ini belum
diketahui pasti, diperkirakan tiroperoksidase juga. Obat yang menghambat
perangkaian ini juga diperkirakan sama dengan obat yang menghambat
oksidasi yodida yaitu dari golongan tiourea. Hormon tiroid (T3 dan T4) yang
terbentuk tetap menjadi bagian integral tiroglobulin sampai saatnya diurai dan
dilepas ke dalam darah dengan proses hidrolisis. Hidrolisis tersebut
dirangsang TSH dan dihambat oleh yodida. Kalium yodida digunakan untuk
menghambat pembentukan hormone tiroid pada penderita hipertiroidisme.
b. Biosintesis Tiroglobulin
Tiroglobulin disintesis di bagian basal sel kemudian bergerak ke lumen
dan disimpan di koloid ekstrasel. Tiroglobulin tersusun dari 115 residu tirosin.
Terbentuk dari 8-10% karbohidrat, 0,2-1% yodida. 70% yodida yang ada tersebut
terdapat sebagai precursor inaktif yaitu monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin
(DIT), 30% nya lagi berada dalam residu iodotironil, T3 dan T4. Bila yodium
mencukupi rasio T4:T3 adalah 7:1. Bila terjadi defisiensi yodium rasio tersebut
turun, begitu juga rasio DIT:MIT. Tiroglobulin akan dihidrolisis menjadi T3 dan
T4 aktif. Selama proses hidrolisis tiroglobulin kembali masuk ke dalam sel. Semua
tahapan ini dirangsang oleh TSH (Thyroid Stimulating Hormone) dan juga
meningkatkan transkripsi gen tiroglobulin.
c. Hidrolisis tirogobulin
T3 dan T4 disimpan dalam tiroglobulin di koloid ekstrasel dan dalam
kelenjar tiroid normal pasokan hormone ini disimpan beberapa minggu. Ketika
ada stimulasi dari oleh TSH dalam waktu beberapa menit akan terjadi peningkatan
mikrovili pada membran apical. Mikrotubulus akan menangkap tiroglobulin dan
pinositosis selanjutnya mengembalikan tiroglobulin ke dalam sel folikular.
Terbentuk fagolisosom yang di dalamnya terdapat berbagai enzim protease dan
peptidase. Enzim-enzim tersebut akan menghidrolisis tiroglobulin menjadi asam
amino termasuk iodotironin (T3 dan T4). T3 dan T4 akan dilepas dari bagian basal
sel ke dalam darah. Sebagian yodida dalam bentuk DIT dan MIT akan mengalami
deiodinasi oleh enzim deiodinase menjadi yodida bebas dan tirosin. Hormon tiroid
yang dilepas sebanyak 50 µg/hari. Rata-rata yodida yang yang dipakai untuk
pembentukan hormone ini sekitar 25-30% yodida yang dikonsumsi. Kebutuhan
yodida perhari 150-200 µg. Gambaran sintesis hormon tiroid ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
Gambar 7. Mekanisme Sintesis Hormon Tiroid
E. Pengikat spesifik hormon tiroid
Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma,
diantaranya :
(1) globulin pengikat tiroksin (TBG).
(2) prealbumin pengikat tiroksin (TBPA).
(3) albumin pengikat tiroksin (TBA).
a. Tiroksin Binding Globulin (TBG)
Tiroksin Binding Globulin (TBG) memiliki 58.000 MW rantai tunggal
glikoprotein polipeptida dari jenis alpha-globulin protein plasma pada manusia.
TBG signifikan dalam regulasi tingkat plasma dari hormon tiroid, yang berfungsi
sebagai protein plasma transportasi utama untuk tiroksin. Tiroksin binding
globulin (TBG) adalah salah satu protein (bersama dengan transthyretin dan
albumin) yang bertanggung jawab untuk membawa tiroid hormon tiroksin (T4)
dan 3,5,3'-triiodothyronine (T3) di aliran darah. Dari 3 protein pengikat, TBG
memiliki afinitas tertinggi untuk T4 dan T3, walaupun konsentrasinya rendah.
Meskipun konsentrasi rendah, TBG membawa sejumlah T4 dalam darah. Berbeda
transthyretin TBG memiliki situs pengikatan tunggal untuk T4/T3. TBG disintesis
terutama dalam hati sebagai protein kDa 54.
Struktur thyroxine-binding globulin(TBG) adalah bentuk nonglycosylated
rekombinan dari molekul karena TBG plasma yang diturunkan tahan terhadap
kristalisasi. TBG memiliki BM 54 kDa dan memiliki 394 asam amino yang
panjang. Memiliki 13 heliks dan 19 helai yang bernama A dan B-sheet. 13 heliks
masing-masing awal berhuruf dengan huruf A. Molekul memiliki lima residu
sistein tetapi tidak memiliki ikatan disulfida Struktur umum dari thyroxine-
binding globulin dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 8. Struktur TBG
Situs pengikatan tiroksin-binding globulin ditemukan antara helai 3-5 dari A dan
B heliks. Tiroksin berlabuh di TBG karena interaksi hidrofobik dari residu dan
ikatan hidrogen dari ujung amino molekul tiroksin dengan residu di dekat itu.
Residu berikut terlibat dalam thyroxine-binding oleh TBG:, Ser23 Ser24, Gln238,
Asp240, Leu246, Leu248, Ser266, Leu269, Lys270, Trp272, Asn273, Leu276,
Leu376, Arg378, dan Arg381. Asn 273 dan Arg378 khusus berinteraksi dengan
tiroksin melalui ikatan hidrogen. Residu lain mungkin berinteraksi dengan tiroksin
melalui ikatan hidrogen dan / atau hidrofobik. Pengikatan tiroksin oleh TBG dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:
Kegiatan TBG sangat penting untuk sirkulasi hormon tiroid karena membawa
baik tiroksin dan triiodothyronine dan karenanya memberikan ukuran yang baik
dari fungsi tiroksin mengikat darah. Tiroksin-binding globulin (TBG) adalah
protein pembawa dan merupakan anggota dari keluarga serpin inhibitor protease,
meskipun tidak inhibitor protease. TBG tidak memiliki fungsi penghambatan
seperti sisa protein dalam sejenisnya.
c. Thyroxine binding prealbumin (TBPA)/ Transthyretin (TTR)
Thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau Transthyretin (TTR) adalah
serum dan cairan cerebrospinal pembawa hormon tiroid tiroksin (T4) dan retinol
Gambar 9. Pengikatan Tiroksin dengan TBG
binding protein terikat retinol. TTR awalnya disebut prealbumin (atau Tiroksin-
mengikat prealbumin) karena kecepatannya lebih cepat dari albumin. Hati
mengeluarkan transthyretin ke dalam darah, dan pleksus koroid secretes TTR ke
cairan cerebrospinal. TTR adalah homotetramer 62-kDa dengan struktur dimer
kuartener yang disintesis dalam hati, kotoid pleksus, dan epitel pigmen retina
untuk sekresi ke dalam aliran darah, cairan serebrospinal dan mata,. Monomer
masing-masing adalah 127-residu polipeptida yang kaya akan struktur beta sheet.
Asosiasi dari dua monomer melalui keunggulannya yakni beta-Sheet membentuk
lapisan beta yang panjang. Asosiasi lebih lanjut dari dua dari dimer secara face-to-
face menghasilkan struktur homotetramerik dan menciptakan dua thyroxine situs
pengikat per tetramer yang mengikat T4 antarmuka dimer-dimer yang lemah.
Gambar 10. Mode pengikatan TTR dengan T4
Gambar sebelah kanan adalah perbandingan mode mengikat TTR dari T4
dalam struktur cocrystal (merah), T4 di kompleks berlabuh (cyan). Rongga
mengikat ditunjukkan oleh lipofilik (LP) permukaan potensial sekitar residu.
Garis kuning putus-putus menunjukkan ikatan hidrogen, dan residu kunci dan
ligan diberi label dan ditampilkan sebagai modus tongkat.
c. Albumin
Albumin (bahasa latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam,
dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Albumin memiliki berat molekul
sekitar 65 kD dan terdiri dari 584 asam amino tanpa karbohidrat. Gen untuk
albumin terletak pada kromosom 4, dengan panjang sekitar 16.961 nukleotida
dengan 15 ekson yang terbagi ke dalam 3 domain simetris, sehingga diperkirakan
merupakan triplikasi dari domain primordial yang tunggal. Tiap domain terbagi
lagi menjadi masing-masing 2 sub-domain. Berikut ini adalah struktur gambar
albumin:
Gambar 11. Struktur Albumin
Albumin sangat sedikit mengikat T3 dan T4 karena afinitas yang rendah
terhadap keduanya.
TBG disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk mengikat dua
hormon tiroid, tiroksin (T4) dan 3,5,3 '-triiodothyronine (T3) dalam aliran darah. T4
adalah prekursor T3, versi aktif dari hormon tiroid. Transthyretin dan albumin juga
mengikat hormon tiroid, namun thyroxine-binding globulin(TBG) memiliki
afinitas tertinggi bagi mereka. Namun, TBG memiliki konsentrasi terendah dari
tiga protein dalam serum darah sesuai dengan tabel dibawah ini:
Protein Afinitas Konsentrasi plasma
Thyroxine binding globulin(TBG) paling tinggi terendah
transthyretin (TTR) rendah tertinggi
Albumin Sangat rendah jauh lebih tinggi
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling
spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein
pengikat ini di bandingkan dengan triiodotironin.
Meskipun pada konsentrasi rendah thyroxine-binding globulin dalam
serum darah, bahkan lebih rendah dari T3 dan T4, pada waktu tertentu hanya ada
sekitar 20% dari thyroxine-binding globulin terikat T4. TBG memiliki keuntungan
lebih transthyretin dan albumin karena dapat memicu pelepasan tiroksin mudah di
jaringan target.
Sebuah serine yang mengalami mutasi Treonin pada posisi 23, dapat
mempengaruhi pengikatan tiroksin. Kelompok metil ekstra dalam rantai sisi
Treonin sterik menghalangi pengikatan tiroksin ke situs pengikatan TBG. Serin
tidak memiliki kelompok metil ekstra dan tidak menghambat pengikatan tiroksin.
Alanin yang mengalami mutasi Treonin pada posisi 191 mengganggu ikatan
hidrogen yang biasanya menstabilkan kantung pengikat, dan dapat menurunkan
jumlah ikatan tiroksin dengan TGB.
T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan
diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa
beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg (7
nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15
μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam
keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian
besar sisanya pada albumin dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit seperti
pada tabel :
F. Reseptor hormon tiroid
Jumlah hormon dalam tubuh tidak sedikit sehingga sel pada jaringan target
harus bisa membedakan berbagai hormon tersebut. Cara sel target membedakan
hormon-hormon tersebut adalah dengan adanya reseptor. Reseptor adalah molekul
pengenal spesifik hormon yang terikat pada sel target yang umumnya merupakan
senyawa protein. Reseptor ini bersifat reversibel dan non kovalen. Reseptor ini
bisa terdapat pada permukaan sel (membran sel) atau inti sel. Setiap reseptor
mengandung tiga daerah spesifik yakni:
1. Suatu daerah amino terminal
Daerah yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor biasa disebut daerah
transaktivasi yang berinteraksi dengan faktor transkripsi untuk membentuk
kompleks
2. Suatu daerah pengikat DNA sentral
Daerah yang berikatan dengan DNA dalam inti sel yang dikenal dengan
hormon respon elemen (HRE)
3. Suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil
Daerah ini merupakan daerah terikatnya hormon pada reseptor. Hormon
tiroid memiliki reseptor spesifik yang terdapat dalam inti sel target.
Reseptor hormon tiroid biasa disingkat sebagai hTR (hormone Thyroid
Reseptor). hTR dibedakan menjadi dua jenis yaitu: hTR α dan hTR β. hTR α
mengandung 410 asam amino dengan berat molekul sekitar 47.000 Da dan gennya
terletak pada kromosom 17. Struktur 3D dari hTR α adalah sebagai berikut:
Gambar 12. Struktur 3D HTR-α
hTR β mengandung 456 asam amino dengan berat molekul sekitar 52.000
Da dan gennya terletak pada kromosom 3. Berikut ini adalah struktur 3D dari hTR
β:
Reseptor hormon tiroid yang ada dalam tubuh manusia terdapat dalam 4
bentuk yaitu hTR-α1, hTR-α2, hTR-β1 dan hTR-β2. Namun hanya tiga bentuk
saja yang mampu mengikat hormon tiroid kecuali hTR-α2. Perbedaan keempat
bentuk ini ada pada tempatnya. Keberadaan reseptor akan ditunjukkan di bawah
ini:
1. hTR- α1 banyak terdapat di otot jantung dan rangka
2. hTR-α2 tidak dapat mengikat hormon
3. hTR-β1 didominasi dalam otak, hati dan ginjal
4. hTR-β2 terbatas pada hipotalamus dan hipofisis
Gambar 14. Perbedaan reseptor hormon tiroid
Gambar di atas menunjukkan perbedaan dari keempat reseptor hormon
tiroid. Keempat reseptor hormon tiroid memiliki daerah pengikat DNA yang
sama. hTR-α1 dan hTR-α2 memiliki daerah transaktivasi yang sama namun hTR-
Gambar 13. Struktur 3D hTR β
α2 tidak mampu berikaatb dengan T3 sehingga bentuk pengikat hormonnya
berbeda. Kebalikannya, hTR-β1 dan hTR-β2 memiliki daerah pengikat hormon
yang sama namun daerah transaktivasinya berbeda.
Terikatnya hormon tiroid dalam hal ini T3 mengakibatkan terbentuknya
kompleks hormon reseptor yang akan mengaktifkan proses transkripsi. Struktur
terikatnya T3 ke dalam hTR-α dan hTR-β dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Kompleks hormon reseptor beta
Interaksi T3 dengan reseptor tidak dalam bentuk nonkovalen. Artinya
interaksi yang terjadi hanya dalam bentuk ikatan hidrogen. Yang membedakan
kedua kompleks hormon reseptor tersebut adalah posisi residu asam amino yang
berinteraksi.
Kompleks hormon reseptor alpha
G. Mekanisme kerja hormon tiroid
Mekanisme kerja hormon tiroid
H.
Hormone tiroid merupakan hormon yang bersifat hidrofobik, sehingga
ketika hormon tiroid disekresikan dalam darah akan berikatan dengan protein
plasma. T3 dan T4 (Tyroid Hormone) yang telah dilepaskan kedalam darah menuju
jaringan target menyebrangi membrane sel secara transpor pasif. Hal ini
didasarkan bahwa TH bersifat lipofilik sehingga dengan mudah menyeberangi
lipid bilayer dari membrane sel. Pengangkutan TH ke sel target difasilitasi suatu
trasporter, yaitu MCT (Monocarboxylate trasporter). Di dalam sitoplasma terdapat
enzim deiodinase yang berfungsi untuk mengkatalis pelepasan iodin dari TH
(konversi hormone tiroid). Deiodinase tipe I, terletak terutama di tiroid, hati, dan
ginjal, memiliki afinitas relatif rendah untuk T4. Deiodinase tipe II memiliki
afinitas yang lebih tinggi untuk T4 dan ditemukan terutama di kelenjar hipofisis,
otak, dan kelenjar tiroid. Deiodinase tipe II menghasilkan peningkatan konversi T4
ke T3 pada jaringan seperti otak dan pituitari. Deiodinase tipe 3
menginaktivasi T4 dan T3. Semua jaringan target yang membutuhkan hormon
tiroid mengkonversi T4 ke T3 pada tingkat yang berbeda. T3 memiliki afinitas yang
lebih tinggi dibanding T4 dalam pembentukan komplek hormon-reseptor, sehingga
hanya T3 yang akan berikatan dengan reseptor. T3 yang terbentuk memasuki inti
sel dan berikatan dengan reseptor (TR).
I.
Pengikatan T3 pada reseptor akan menginduksi perubahan konformasi
pada reseptor yang menyebabkan pelepasan corepressor protein (suatu protein
yang bekerja dengan faktor transkripsi untuk menurunkan laju transkripsi gen)
dan pengikatan sekelompok protein coactivator protein (suatu protein yang
bekerja dengan faktor transkripsi untuk meningkatkan laju transkripsi gen).
Kompleks coactivator mengandung histon activity transasetilase (HAT) yang
berfungsi untuk membentuk konfigurasi terbuka pada kromatin DNA yang dapat
mengaktifkan proses transkripsi. Kompleks hormon-reseptor akan terikat pada
daerah spesifik pada DNA yang disebut TRE (Thyroid Response Element). TRE
adalah daerah pada DNA yang mengikat reseptor hormon tiroid. Pengikatan TRE
pada DNA terletak di daerah promotor gen target. Reseptor hormon tiroid dapat
terikat pada TRE sebagai monomer, homodimer atau heterodimer. Dalam bentuk
homodimer, kompleks hormon-reseptor akan berikatan reseptor X retinoid (RXR),
yang merupakan reseptor inti sel dengan mengikat 9-cis retinoic acid.
Heterodimer yang terbentuk ini memiliki afinitas tertinggi, dan diperkirakan
sebagai bentuk fungsional utama dari reseptor. Pengikatan kompleks hormon-
reseptor pada TRE menyebabkan perubahan konformasi DNA dan pembukaan
pilinan sehingga enzim RNA-polimerase dapat menempel pada DNA. Proses
transkripsi berjalan dan dihasilkan RNA (mRNA) yang kemudian kode-kode pada
mRNA diterjemahkan sehingga dihasilkan protein.
J. Defisiensi hormon tiroid
Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya
tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan
kecebolan (dwarfisme). Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan
iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar
gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin.
Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan
lambat dan kecerdasan menurun atau biasa disebut sebagai hipotiroidisme. Bila ini
terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental
yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih
ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.
Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik
tiroid (Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme
meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, kurus, takikardia, tremor dan
merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar
(eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar. Penyakit ini biasa disebut
hipertiroidisme.