fix
DESCRIPTION
Material ElektroteknikTRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sejarah peradaban manusia dapat dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman
batu, zaman perunggu dan besi. Batu, perunggu dan besi ternyata merupakan
material yang melambangkan penggunaan populer di zaman-zaman tersebut.
Material-material terdapat disekitar kita telah menjadi bagian dari kebudayaan dan
pola pikir manusia bahkan telah menyatu dengan kehidupan manusia, dan tidak
saja merupakan bagian gaya hidup melainkan turut memegang peran penting
dalam kesejahteraan dan keselamatan bangsa.
Apakah hakekat material itu? Bagaimana memahami, mengolah dan
menggunakannya? Material dengan sendirinya merupakan bagian dari alam
semesta, akan tetapi lebih terinci bahwa material-material adalah benda yang
dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam bagunan, mesin, peralatan
atau produk. Termasuk di dalamnya logam, keramik, semi konduktor, polimer
(plastik), gelas, dielektrik, serat, kayu pasir, batu dan berbagai komposit.
Material-material yang digunakan manusia mengikuti siklus bahan mulai dari
ekstraksi, pembuatan sampai pelapukan. Material mentah diambil dari bumi
melalui penambangan, pengeboran, penggalian; kemudian diolah menjadi bahan
baku seperti logam, batu belah, material petrokimia, kayu gelondongan; kemudian
diolah menjadi material-material teknik seperti kawat listrik, besi beton, plastik dan
kayu lapis, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akhirnya stelah digunakan
selama beberapa waktu, material-material tersebut kembali ke aslinya, ke bumi
sebagai material bekas/sisa (scrap) atau memasuki siklus untuk diolah kembali dan
digunakan lagi sebelum dibuang.
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 2
Suatu aspek yang sangat penting dalam konteks siklus material adalah
kaitan yang erat antara material, energi dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa
ketiga-tiganya harus diperhitungkan dalam perencanaan nasional dan penkajian
teknologi. Pertimbangan-pertimbangan ini menjdi sangat penting karena
meningkatkan kelangkaan energi dan material, pada saatnya dimana penduduk
bumi mulai sadar akan arti lingkungan hidup yang baik. Sebagai contoh, bila
aluminium bekas dapat diolah kembali secara efektif, maka hanya diperlukan
seperdua puluh dari energi untuk mengolah aluminium primer dari biji setiap
atomnya, dan bumi tidak perlu dikeruk penambangan.
Penemuan material baru yang diikuti dengan aplikasi akan memberikan
perubahan dalam masyarakat. Kebenaran hal ini dapat diamati dari kemajuan yang
pesat dari berbagai bidang seperti energi, telekomunikasi, multimedia, komputer,
kontruksi dan tranportasi. Kita tidak mungkin naik pesawat jet jarak jauh bila tidak
ditemukan material baru untuk pembuatan mesin jet yang berada dengan mesin
lainnya. Juga aplikasi komputer dalam segala bidang tak mungkin ada bila
teknologi material untuk rangkaian mikrolelektronik tidak mengalami kemajuan
pesat seperti sekarang.
Pada saat ini dimana dunia terasa semakin kecil, faktor jarak hampir tidak
berpengaruh dalam komunikasi. I tupun tidak luput dari pesatnya perkembangan
aplikasi material dalam telekomunikasi. Pendek kata penemuan dan aplikasi
material baru dapat membuat dunia baru yang boleh jadi tidak pernah
dibayangkan oleh si penemunya sendiri. Penemuan semikonduktor tidak pernah
membayangkan sebelumnya bahwa dengan semikonduktor akan terjadi revolusi
komunikasi. Dalam memasuki milenium ketiga perlu juga diantisipasi material baru
apa yang akan diaplikasikan sehingga terjadi sesuatu yang baru di alam global.
Jelaslah, bahwa dalam perkembangan pengetahuan, orang melihat bahwa
ilmu dan teknologi material melangkah maju dalam perbendaharawan ilmu. Secara
ringkas, ilmu dan teknologi material, meliputi pengembangan dan penerapan
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 3
pengetahuan mengenai hubungan antara komposisi, struktur dan pemrosesan
material dengan sifat-sifat dan pemakaiannya.
Seorang ahli teknik (insinyur) mengadaptasi material dan energi untuk
keperluan masyarakat. Profesi sebagai insinyur harus dibekali dengan
pemahaman tentang material. Dalam menjalankan tugas kereyakasaan selalu
dihadapkan dengan pemilihan material yang cocok dan tidak jarang harus
melakukan modifikasi atau proses supaya memenuhi syarat-syarat tekno-
ekonomis. Seorang insinyur elektro harus berbekal diri dengan pemahaman
material-material yang terkait dengan dunia elektroteknik.
Gambar 1.1 berikut ini memperlihat kaitan yang erat antara struktur, sifat,
proses, fungsi dan kinerja material.
Gambar 1.1. Gambaran unsur ilmu dan teknologi material dan kaitannya dengan
aliran pengetahuan ilmiah dan pengetahuan empiris
I lmu dasar dan keteknikan sangat diperlukan untuk mengetahui struktur material.
Dan pihak masyarakat sebagai pengguna memerlukan suatu kinerja (performance)
tertentu dari material tersebut. Dari kedua arah ini dilakukan investigasi sifat
(properties) material dan selanjutnya dilakukan pemrosesan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam siklus proses di atas maka baik pengalaman ilmiah
(scientific) maupun pengalaman empiris sangat diperlukan.
Ilmu Dasar dan
Keteknikan
Struktur ------ Sifat ------- Kinerja
Pemrosesan
Kebutuhan Masyarakat
dan Pengalaman
Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan Empiris
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 4
Teknologi material mencakup sintesa dan penerapan ilmu dasar maupun
ilmu empiris untuk pengembangan, persiapan, modifikasi dan memanfaatkan
material untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Jelas bahwa perbedaan antara ilmu
material dan teknologi material terletak pada cara pendekatan atau titik berat
perhatian; tidak ada garis pemisah antara kedua daerah tersebut dan akan lebih
masuk akal bila keduanya digabungkan dan disebut ilmu dan teknologi material.
Jadi jelas bahwa ilmu dan teknologi material merupakan suatu bidang yang
serba guna dan sangat luas, mulai dari atom dan elektron dalam alam mikro
hingga pengetahuan mengenai fungsi dan penggunaan material untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Bagian lingkar dalam gambar 1.2 melukiskan pengetahuan
manusia, mulai dari pengetahuan dasar (bagian inti), meluas ke pengetahuan
terapan (bagian tengah) hingga ke berbagai bidang teknologi (bagian kulit luar). Di
pusat terdapat fisika dan kimia diapit oleh matematika dan mekanika; dan bila
bergeser ke luar kita jumpai berbagai disiplin terapan. Bagian dari bagian ini yang
berwarna semu gelap di sebelah kanan adalah sektor ilmu dan teknologi material,
yang dapat dibandingkan dengan sektor lainnya.
REKAYASA
KEDOKTERAN
ILMU TERAPAN
BIOLOGI
ILMU BUMI ALAM
ILMU DASAR
MEKANIKA FIFIKA KIMIA
MATEMATIKA
PERTAMBANGAN TEKNOLOGI
MINERAL DAN GEOLOGI
RUANG ANGKASA
NUKLIR
LISTRIK
MESIN
KIMIA
SIPIL
METALURGI KERAMIK
POLIMER
ILMU DAN TEKNOLOGI
BAHAN
Gambar 1.2. I lmu dan
teknologi material yang
menggambarkan antara
material dengan sifat
yang penting bagi ahli
teknik.
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 5
Ilmu dan teknologi material bersifat antar-disiplin yang mecakup beberapa
disiplin (seperti metalurgi dan keramik) dan sub disiplin (seperti fisika zat padat
dan kimia polimer) lainnya dan mungkin tumpang-tindih dengan beberapa disiplin
teknik.
Dengan sendirinya banyak ilmuwan dan ahli teknik yang menjadi ahli
material - ahli metalurgi, keramik dan ahli kimia polimer
kemudian melibatkan
diri dalam ilmu dan teknologi material.
Perlu dicatat, menurut data statistik pemerintah Amerika terbukti bahwa
satu diantara enam jam kerja ahli teknik tercurahkan pada permasalahan dan
penggunaannya. Perbandingan ini makin besar untuk ahli kimia dan fisika.
Akibatnya, sekitar setengah juta ilmuwan dan ahli teknik (seluruhnya kurang lebih
dua juta orang) menghasilkan karya dibidang ini demi peningkatan produk dan
kesejahteraan nasional.
Ilmu dan teknologi material merupakan bidang kerja para ahli dalam
berbagai disiplin, mereka menyelidiki proses alam dan bersamaan dengan itu
memajukan pengetahuan memenuhi tantangan kebutuhan manusia yang semakin
meningkat. Sifat-sifat material yang diinginkan sangat banyak, termasuk sifat
mekanik (kekuatan, kekerasan, kekakuan, keliatan, keuletan, kekuatan impak dsb),
sifat-sifat listrik (daya hantar, dielektrik, dsb), sifat magnetik (permeabilitas,
koersivitas, histerisis, dsb), sifat-sifat termal (panas jenis, pemuaian, konduktivitas,
dsb); sifat-sifat kimia (reaksi kimia, kombinasi, korosi, dsb), sifat-sifat fisik (ukuran,
massa jenis, struktur, dsb) dan masih banyak lainnya. Kebanyakan sifat-sifat
tersebut ditentukan oleh jenis dan perbandingan atom yang membentuk material,
yaitu unsur dan komposisinya.
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 6
1.2. MATERIAL ELEKTROTEKNIK
Material-material yang digunakan dalam peralatan elektroteknik dapat dibagi
dalam dua kelompok:
Pertama, adalah material-material konstruksi yang digunakan untuk membuat
bagian mekanis.
Contoh: knop, dial, chasis, roda gigi pada variabel kapasitor, sekrup, ring
dan lain-lain.
Kedua, adalah material-material yang menentukan kinerja (performance) dari
peralatan/komponen listrik elektronika dan sistem insolasinya, seperti dalam
membangkitan, mentransmisikan, meyearahkan, memperkuat modulasi
sinyal listrik.
Dalam pengoperasian peralatan dan komponen listrik/elektronik, material-
material tersebut diterpa medan listrik atau medan magnetik. Berdasarkan sifat
material-material listrik dalam medan listrik dan medan magnetik, material elektrik
dapat digolongkan ke dalam material konduktor, semikonduktor, dielektrik,
material magnetik dan nonmagnetik.
Sifat dasar material-material terhadap medan listrik adalah tergantung
konduktivitas listriknya, yaitu sifat mengantarkan arus listrik terhadap adanya
pengaruh tegangan listrik. Berikut ini dapat dibedakan sifat dasar yang dimiliki dari
empat golongan material tersebut:
a. Material konduktor, bersifat menghantarkan arus listrik karena memiliki
konduktivitas yang tinggi (resistivitas relatip rendah). Yang juga termasuk
dalam material-material ini adalah superkonduktor dan cryakonduktor dan
material-material resistip.
BAB I PENDAHULUAN
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 7
b. Material semikonduktor, sifat hantaran listrik dipengaruhi oleh adanya
energi dari luar, seperti tegangan, temperatur, iluminasi dan faktor-faktor
lain. Pada temperaur 0 oK material ini bersifat sebagai material isolator.
Sedangkan pada temperatur di atas 0 oK seperti pada temperatur ruang
(300 oK) bersifat sebagai konduktor.
c. Material insolator atau dielektrik, bersifat tidak menghantarkan (isolasi)
arus listrik.
d. Material magnetik, material yang dapat dimagnetisasi bila ditempatkan
dalam pengaruh medan megnetik. Beberapa diantaranya tetap memiliki
sifat magnetik setelah tidak dipengaruhi medan magnet lagi. Sedangkan
material non-magnetik tidak dapat dimagnetisasi bila ditempatkan dalam
suatu medan magnetik.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 8
BAB II
STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Untuk dapat mengerti secara kualitatif maupun kuantitatif tentang material-
material di alam khususnya material listrik perlu diingatkan kembali beberapa sifat
penting material yang tergantung dari susunan geometrik atom dan juga interaksi
antara atom dan molekul-molekul. Akibat interaksi antar atom dan molekul maka
muncullah teori pita energi yang ternyata sangat berguna dalam menjelaskan sifat-
sifat material. Aplikasi material dalam berbagai bidang dan divais sebagian besar
dirancang dengan memanfaatkan teori pita energi dalam analisa mobilitas
pembawa muatan.
Pada bab ini akan memberikan pengenalan struktur atom yang akan dimulai
dari konsep dasar struktur atom, model atom, struktur kristal, ikatan kimia dan
model jalur energi.
2.1. STRUKTUR ATOM
Tiap atom terdiri dari suatu nukleus yang sangat kecil mengandung proton
dan neutron yang dikelilingi oleh perputaran elektron. Baik elektron maupun
proton adalah bermuatan listrik, besarnya muatan listrik tersebut adalah 1,6 x 10-19
Coulomb. Elektron bermuatan negatip, proton bermuatan positip sedangkan
neutron bermuatan netral. Massa partikel subatom tersebut sangatlah kecil, proton
dan neutron memiliki massa yang hampir sama sebesar 1,6 x 10-27 kg, massa
tersebut lebih besar dari massa elektron sebesar 9,1 x 10-37 kg.
Tiap unsur kimia dikarekterisasi dengan jumlah proton dalam nukleus atau
nomor atom (Z). Untuk atom netral atau atom kompleks, nomor atom sama
dengan jumlah elektron. Setiap unsur memiliki nomor atom tersendiri, khususnya
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 9
elektron yang paling luar menentukan sifat-siafat yang diutamakan dalam teknik,
yaitu:
Menentukan sifat-sifat kimia,
Menentukan ikatan antara atom-atom, dengan demikian menentukan
karakteristik mekanik dan kekuatan,
Menentukan ukuran atom dan mempengaruhi konduktivitas listrik material,
Mempengaruhi karakteristik optik.
Massa atom A dari atom spesifik dinyatakan sebagai jumlah massa proton
dan neutron dalam nukleus. Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom dari
suatu elemen, jumlah neutron N dapat menjadi variabel. Sehingga, atom dari
beberapa elemen mempunyai dua atau lebih massa atom yang berbeda disebut
isotop. Berat atom berkaitan dengan rata-rata berat massa atomik dari atom
secara alamiah menjadi isotop. Satuan massa atom, amu (atomic mass unit)
digunakan untuk perhitungan berat atom. 1 amu didefinisikan sebagai 1/12 massa
atom dari isotop karbon, karbon 12 (12C): (A = 12,00000). Massa proton dan
neutron adalah sedikit lebih besar dari satu, dengan persmaan
A
Z + N (2.1)
Berat atom suatu elemen atau berat molekul dari suatu campuran secara spesifik
berdasarkan amu per atom (molekul) atau massa per mole material. Dalam satu
mole zat adalah 6, 023 x 1023 (bilangan Avogadro) atom atau molekul. Perhitungan
berat dua atom berkaitan dengan persamaan berikut,
1 amu/atom (atau molekul) = 1 g/mole
Contoh, berat atom besi adalah 55,85 amu/atom atau 55,85 g/mole. Kadang-
kadang menggunakan amu per atom atau molekul dikonversi dengan cara lain g
(atau kg)/mole.
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 10
2.2. MODEL ATOM
Menurut model atom Bohr, suatu atom terdiri atas sebuah inti yang
bermuatan positip, yang dikelilingi oleh sebuah inti yang bermuatan positip, yang
dikelilingi oleh sebuah atau lebih elektron yang bermuatan negatip sehingga atom
tersebut netral (muatan inti + muatan elektron
neutron = 0).
Tempat-tempat kedudukan elektron sudah tertentu dan terdiri dari
beberapa kulit (shell) yang masing-masing disebut K, L, M, N dan seterusnya,
dengan konfigurasi sebagai berikut:
Gambar 2.1. Model atom Bohr, beserta tempat-tempat kedudukan elektron
K u l i t:
Pertama : K dapat menampung maksimum 2 elektron
Kedua : L dapat menampung maksimum 8 elektron
Ketiga : M dapat menampung maksimum 18 elektron
Keempat : N dapat menampung maksimum 32 elektron
: :
Ke X : X dapat menampung maksimum 2 X2 elektron
Susunan dan konfigurasi elektron atom unsur-unsur pada setian kulit dan
subkulit seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1.
K
L
M
N
inti
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 11
TABEL 2.1. KONFIGURASI ELEKTRON ATOM UNSUR-UNSUR YANG DIISOLIR
Nomor Unsur Jumlah Elektron Nomor Unsur Jumlah ElektronAtom K L M N Atom O P
1s 2s 2p 3s 3p 3d 4s 4p 4d 4f 5s 5p 4d 4f 5s 5p 5d 5f 5g 6s 6p 6d 6f 7s
1 H 1 51 Sb 10 - 2 3 - - - - - - - -2 He 2 52 Te 10 - 2 43 Li 2 1 53 I 10 - 2 54 Be 2 2 54 Xe 10 - 2 65 B 2 2 1 55 Cs 10 - 2 6 16 C 2 2 2 56 Ba 10 - 2 6 27 N 2 2 3 57 La 10 - 2 6 1 28 O 2 2 4 58 Ce 10 2 2 6 - 29 F 2 2 5 59 Pr 10 3 2 6 - 210 Ne 2 2 6 60 Nd 10 4 2 6 - 211 Na 2 2 6 1 61 Pm 10 5 2 6 - 212 Mg 2 2 6 2 62 Sm 10 6 2 6 - 213 Al 2 2 6 2 1 63 Eu 10 7 2 6 - 214 Si 2 2 6 2 2 64 Gd 10 7 2 6 1 215 P 2 2 6 2 3 65 Tb 10 8 2 6 1 216 Si 2 2 6 2 4 66 Dy 10 9 2 6 1 217 Cl 2 2 6 2 5 67 Ho 10 10 2 6 1 218 A 2 2 6 2 6 68 Er 10 11 2 6 1 219 K 2 2 6 2 6 - 1 69 Tm 10 12 2 6 1 220 Ca 2 2 6 2 6 - 2 70 Yb 10 13 2 6 1 221 Se 2 2 6 2 6 1 2 71 Lu 10 14 2 6 1 222 Ti 2 2 6 2 6 2 2 72 Hf 10 14 2 6 2 223 V 2 2 6 2 6 3 2 73 Ta 10 14 2 6 3 224 Cr 2 2 6 2 6 5 1 74 W 10 14 2 6 4 225 Mn 2 2 6 2 6 5 2 75 Re 10 14 2 6 5 226 Fe 2 2 6 2 6 6 2 76 Os 10 14 2 6 6 227 Co 2 2 6 2 6 7 2 77 Ir 10 14 2 6 9 028 Ni 2 2 6 2 6 8 2 78 Pt 10 14 2 6 9 129 Cu 2 2 6 2 6 10 1 79 Au 10 14 2 6 10 130 Zn 2 2 6 2 6 10 2 80 Hg 10 14 2 6 10 231 Ga 2 2 6 2 6 10 2 1 81 TI 10 14 2 6 10 2 132 Ge 2 2 6 2 6 10 2 2 82 Pb 10 14 2 6 10 2 233 As 2 2 6 2 6 10 2 3 83 Bi 10 14 2 6 10 2 334 Se 2 2 6 2 6 10 2 4 84 Po 10 14 2 6 10 2 435 Br 2 2 6 2 6 10 2 5 85 At 10 14 2 6 10 2 536 Kr 2 2 6 2 6 10 2 6 86 Rn 10 14 2 6 10 2 637 Rb 2 2 6 2 6 10 2 6 - - 1 87 Fr 10 14 2 6 10 2 6 138 Sr 2 2 6 2 6 10 2 6 - - 2 88 Ra 10 14 2 6 10 2 6 239 Y 2 2 6 2 6 10 2 6 1 - 2 89 Ac 10 14 2 6 10 2 6 1 240 Zr 2 2 6 2 6 10 2 6 2 - 2 90 Th 10 14 2 6 10 2 6 2 241 Nb 2 2 6 2 6 10 2 6 3 - 1 91 Pa 10 14 2 6 10 2 6 3 242 Mo 2 2 6 2 6 10 2 6 4 - 1 92 U 10 14 2 6 10 2 6 4 243 Tc 2 2 6 2 6 10 2 6 5 - 1 93 Np 10 14 2 6 10 5 2 6 - 244 Ru 2 2 6 2 6 10 2 6 6 - 1 94 Pu 10 14 2 6 10 5 2 6 1 245 Rh 2 2 6 2 6 10 2 6 7 - 1 95 Am 10 14 2 6 10 6 2 6 1 246 Pd 2 2 6 2 6 10 2 6 8 - - 96 Cm 10 14 2 6 10 7 2 6 1 247 Ag 2 2 6 2 6 10 2 6 10 - 1 97 Bk 10 14 2 6 10 8 2 6 1 248 Cd 2 2 6 2 6 10 2 6 10 - 2 98 Cr 10 14 2 6 10 9 2 6 1 249 In 2 2 6 2 6 10 2 6 10 - 2 1 99 Es 10 14 2 6 10 10 2 6 1 250 Sn 2 2 6 2 6 10 2 6 10 - 2 2 100 Fm 10 14 2 6 10 11 2 6 1 2
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 12
Jika diteliti lebih lanjut konfigurasi elektron ini terpecah lagi menjadi grup-grup
kwantum menurut notasi spektroskopi sebagai berikut:
K menjadi 1 s
L menjadi 2 s, 2 p
M menjadi 3 s, 3 p, dan 3 d
N menjadi 4 s, 4 p, 4 d dan 4 f
Dimana subkulit:
s dapat menampung maksimum 2 elektron
p dapat menampung maksimum 6 elektron
d dapat menampung maksimum 10 elektron
f dapat menampung maksimum 14 elektron.
2.3. STRUKTUR KRISTAL
Wujud material-material listrik dapat diklasifikasikan sebagai zat padat, cair
dan gas. Selain dari fasa-fasa wujud tersebut, terdapat tiga wujud gas terionisasi
yaitu plasma. Semua logam, sebagian besar keramik dan beberapa polimer
membentuk kristal ketika bahan tersebut membeku. Dengan ini dimaksudkan
bahwa atom-atom mengatur diri secara teratur dan berulang dalam pola 3
dimensi, struktur semacam ini disebut kristal. Struktur zat padat dapat digolongan
sebagai monokristal, polikristal, amorphous amorphous-kristal.
a. Monokristal
Zat monokristal bersifat homogen dan mempunyai susunan atom-atom
yang teratur di seluruh bagian dan membentuk sel-sel kristal yang identik dan
periodik. Sel-sel kristal tersebut sebagai sel primitif (sel satuan). Sel satuan ini
yang mempunyai volume terbatas, masing-masing memiliki ciri yang sama dengan
kristal secara keseluruhan.
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 13
Sel primitif ini dibentuk oleh tiga vektor dasar a, b, c yang tersusun secara
berulang di dalam bahan dengan vektor pergeseran (translation vektor):
R = n1 a + n2 b + n3 c (n1, n2, n3 = 0,
1,
2, ..........)
Bentuk sel-sel primitif ditentukan oleh sudut , ,
dari ketiga vektor dasar
tersebut. Ada tujuh sistem kristal, dengan karakteristik geometriknya seperti
tercantum dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sistem Kristal
Sistem Sumbu (axes) Sudut sumbu (axial angles)
Kubik a = b = c
=
=
= 90o
Tetragonal a = b
c
=
=
= 90o
Ortorombik a
b
c
=
=
= 90o
Monoklinik a
b
c
-
- 90o
Triklinik a
b
c
90o
Heksagonal a = a
c
=
= 90o;
=120o
Rombohedral a = a = c
=
=
90o
(a) (b) (c)
Gambar 2.2. Kristal bukan kubik (a) tetrogonal: a1 = b2
c; sudutnya = 90o. (b) Ortorombik a
b
c; sudutnya = 90º . (c) Heksagonal: a1 = a2
c; sudutnya 90º, dan 120o
120o
c
a
a
c
a
b
a
b
c
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 14
b. Polikristal
Bahan polikristal tersusun atas grain-grain kristal kristal yang terikat
bersama dan bermacam-macam dengan orientasi yang random. Biasanya arah
kristal berbeda-beda, tetapi bila dibuat arahnya tertentu, dikenal sebagai bahan
polikristal grainoriented atau textured .
c. Amorphous
Bahan Amorphous sama sekali tidak mempunyai susunan atom-atom yang
teratur. Berasal dari cairan yang berubah menjadi fasa padat, yaitu dengan
menurunkan temperatur yang mencegah terjadinya pembentukan dan
pertumbuhan kristal.
d. Bahan Amorphous-Kristal
Bersifat amorphous tetapi terdapat keadaan kristal di beberapa bagian.
2.4. IKATAN ATOM DAN MOLEKUL
Ikatan kimia terjadi untuk mendapatkan kondisi lebih stabil dibanding bila
berdiri sendiri-sendiri. Secara umum ikatan kimia dibagi dua menjadi kelompok
yaitu ikatan primer atau ikatan kuat dan ikatan sekunder atau ikatan lemah. Ikatan
primer terdiri dari tiga macam yaitu ikatan ionik, ikatan konvalen dan ikatan logam.
(a) Ikatan Ionik
Ikatan atom yang paling mudah dijelaskan adalah ikatan ionik, yang
terbentuk oleh adanya gaya tarik menarik antara muatan positip dengan muatan
negatip melalui gaya Coulomb. Atom-atom unsur Na dan Ca yang masing-masing
mempunyai satu dan dua elektron pada orbital valensinya, dengan mudah
melepaskan elektron luarnya dan menjadi ion positip. Atom Cl dan O dengan
mudah menerima tambahan elektron pada orbital valensinya sampai mencapai
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 15
delapan buah elektron. Dengan menerima satu atau dua elektron, keduanya
menjadi ion bermuatan negatip. Gaya elektrostatik antara ion positif dengan ion
negatif mencirikan ikatan yang banyak dimiliki bahan dielektrik, inorganik dimana
komposisinya terdiri dari ion bukan sejenisnya.
Muatan negatip dapat menarik semua muatan positip dan muatan positip
dapat menarik semua muatan negatip. Akibatnya, ion natrium dikelilingi oleh
sejumlah ion Cl dikelilingi oleh sejumlah ion Na positip. Gaya tarik menarik merata
kesegala jurusan. Persyaratan utama dalam material dengan ikatan ion ialah
bahwa jumlah muatan positip harus sama dengan jumlah muatan negatip. Jadi
komposisi natrium klorida adalah NaCl. Magnesium klorida mempunyai komposisi
MgCl2, karena atom magnesium dapat memberikan dua elektron dari kulit
valensinya, sedang atom klor hanya dapat menerima satu saja.
Karena gaya tarik menarik Coulomb ini melibatkan semua tetangga, bahan
dengan ikatn ion sangat stabil, khususnya bila menyangkut ion valensi ganda.
Sebagai contoh, bila magnesium dan oksigen bergabung membentuk MgO, energi
yang dilepaskan adalah 570 kJ/mol (136.000 kalori) per 0,6 x 1024 ion Mg2+ dan
0,6 x 1024 ion O2-. Jadi MgO harus dipanaskan sampai sekitar 2800 oC sebelum
mempunyai cukup energi dan mencair.
(b) Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk dengan adanya pemakaian bersama elektron-
elektron. Jenis ikatan ini dimiliki oleh atom-atom material semikonduktor dan
banyak ditemui pada atom diatomik seperti H2, O2, N2, F2, karbon, Si, Ge dan
kebanyakan polimer. Sebagai contoh atom oksigen yang mempunyai nomor atom
8 mempunyai konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p4. Konfigurasi elektron ini dapat
menjadi stabil seperti konfigurasi Neon dengan saling memakai 2 elektron pada
2p4 menjadi 2p6.
Dalam ikatan kovalen makin banyak elektron dipakai bersama maka energi
ikatan akan semakin besar dan hal ini menyebabkan panjang ikatan semakin
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 16
pendek. Sebagai contoh karbon dengan satu ikatan C-C mempunyai energi ikatan
370 kJ/mol dengan panjang ikatan 1,54 A sedangkan untuk ikatan rangkap C=C
melibatkan energi 680 KJ/mol dengan panjang ikatan 1,3 A. harga energi dan
panjang ikatan untuk beberapa material dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Energi dan panjang ikatan beberapa material
Ikatan Energi Ikatan (kJ/mol)
Panjang Ikatan (A)
C-C 370 1,54 C=C 680 1,3 C=C 890 1,2 C-H 435 1,1 C-N 305 1,5 C-O 360 1,4 C=O 535 1,2 C-F 450 1,4 C-Cl 340 1,6 O-H 500 1,0 O-O 220 1,5 N-O 250 1,2 N-H 430 1,0 F-F 160 1,4
(c) Ikatan Logam
Ion-ion logam berikatan yaitu antara ion positif dan elektron valensi yang
telah terlepas dari atomnya. Ikatan logam lebih lemah daripada ikatan kovalen
bahan semikonduktor.
Ikatan logam dijumpai pada logam. Atom-atom logam tersusun secara
teratur membentuk suatu pola tertentu. Elektron terluar (elektron valensi) dari
suatu atom mengalami gaya atraksi dari inti atom beberapa atom lain di sekitarnya.
Sehingga elektron-elektron ini tidak menjadi milik suatu atom secara spesifik
akan tetapi membentuk suatu awan elektron milik bersama atom-atom. Sebagai
contoh setiap atom tembaga (Cu) yang mempunyai struktur face centered cubic
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 17
(FCC) bertetangga dengan 12 atom lain dan awan elektron dapat terbentuk dari
kelompok atom-atom ini.
(d) Ikatan van der Waals
Disamping ketiga ikatan primer di atas masih ada lagi ikatan sekunder yaitu
ikatan van der waals dan ikataan hidrogen. Ikatan van der waals muncul pada
atom atau molekul yang mempunyai dipol baik permanen atau tidak permanen.
Ikatan antara molekul yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
elektrostatik diantara muatan-muatan yang tidak sejenis dari molekul-molekul.
Ikatan ini yang mengikat molekul-molekul dari hidrogen, nitrogen, CO2, dan
bahan-bahan organik. Sifat ikatan molekul adalah lemah, sehingga titik didih dan
leleh material-material ini adalah rendah.
2.5. MODEL JALUR ENERGI
Bila model atom Bohr pada Gambar 2.1 diperbesar, maka yang terlihat
hanya sebagian dari lintasan elektron seperti terlihat pada Gambar 2.3 (a). Untuk
mempermudah, maka lintasan elektron pada model atom Bohr dibuat menjadi
garis-garis horizontal seperti terlihat pada Gambar 2.3 (b) dan disebut tingkat
energi.
Gambar 2.3 (a) Sebagian dari model atom Bohr, (b) tingkat energi atom
R3
R2
R1
Inti atom
Lintasan 1
Lintasan 2
Lintasan 3
(a)
ER1
ER2
ER3
Tingkat Energi
tepi inti
(b)
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 18
Jadi lintasan K disebut tingkat energi 1 dan seterusnya. Setiap tingkat
energi mempunyai energi yang berbeda-beda. Makin besar jarak lintasan (tingkat
energi) dari inti atom, makin besar energi yang dipunyai elektron. Jadi bila atom
tersebut mendapatkan tambahan energi, maka elektron dapat pindah ke tingkat
energi yang lebih besar.
Lintasan-lintasan elektron atau tingkat tingkat energi pada zat, tidak hanya
dipengaruhi oleh atom masing-masing lintasan, tetapi juga oleh atom-atom
lainnya. Karena setiap elektron pada kristal berada pada posisi berlainan, maka
energi dari elektron elektron tersebut tidak sama. Tingkat tingkat energi dari zat
padat akan membentuk jalur energi seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Model jalur energi bahan-bahan.
Elektron elektron di jalur energi lebih dalam dari jalur energi valensi karena
ikatannya yang kuat dengan inti atom tidak memberikan arti apa-apa pada sifat
konduksi material.
Elektron elektron di jalur energi valensi apabila memperoleh eksitasi energi
luar maka akan meninggalkan jalur energi valensi dan berlaku sebagai elektron
bebas. Elektron bebas ini akan bersifat menghantarkan arus listrik. Terdapatnya
elektron bebas ini bahan bersifat konduktif.
ER1
ER2
ER3
Energi
Jalur pertama
Jalur kedua
Jalur ketiga
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 19
Dalam model jalur energi elektron bebas melakukan konduksi listrik dalam
suatu jalur energi yaitu jalur energi konduksi.
Karena jalur energi lebih rendah dari jalur energi tidak memberikan arti apa-
apa bagi sifat konduksi listrik material, maka model jalur energi material
disederhanakan dengan hanya terdiri atas jalur energi valensi dan jalur energi
konduksi.
Pada Gambar 2.5 di bawah ini diperlihatkan model jalur energi material.
Antara jalur energi valensi dengan jalur energi konduksi terdapat celah energi
(energy gap, Eg). Celah energi menggambarkan berapa energi eksitasi yang
diperlukan untuk mengeksitasi elektron valensi menjadi elektron bebas yang
memberikan sifat konduksi listrik material.
Gambar 2.5. Model jalur energi suatu bahan (semikonduktor atau Insulator)
Model jalur energi pada Gambar 2.5 menggambarkan keadaan tingkat energi
velensi dan konduksi bahan semikonduktor atau insulator, dimana terdapat celah
energi Eg > 0. Dalam pembahasan selanjutnya model jalur energi material-
material akan jelas perbedaan kedua bahan tersebut.
Elektron-elektron pada material-material konduktor maupun semikonduktor
dapat diemisikan ke luar (Evac) material-material tersebut.
WF
EF
EC
EV
EVdc
Asumsi: EF = EC
EF = tingkat energi Fermi
BAB II STRUKTUR ATOM DAN STATISTIK ELEKTRON
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 20
EC
Jalur kenduksi
Jalur valensi
Terdapat tingkat energi acuan ruang hampa (Evac) di mana perbedaannya
dengan tingkat energi Fermi material EF, menyatakan fungsi kerja (work function
WF) material tersebut. Fungsi kerja menyatakan berapa energi yang diperlukan
bagi elektron bebas di dalam material untuk menjadi elektron bebas di ruang
hampa.
Pada Gambar 2.6 memperlihatkan model jalur energi dari insulator,
semikonduktor, dan konduktor. Untuk insulator dan semikonduktor, masing-
masing terdiri dari jalur energi valensi, jalur energi terlarang dan jalur energi
konduksi. Sedangkan untuk konduktor, hanya terdiri dari jalur energi valensi dan
jalur energi konduksi saja.
Bahan-bahan insulator memiliki celah energi yang lebar dengan Eg biasanya
> 6 eV.
Bahan-bahan semikonduktor memiliki celah energi yang lebih sempit yaitu
Eg < 6 eV, biasanya disekitar 1 eV (Si memiliki Eg = 1,1 eV). Sedangkan bahan
konduktor tidak memiliki celah energi. Jalur energi konduksi bahan ini berimpit
(over lapping) dengan jalur energi valensi jadi tidak ada perbedaan tingkat energi
elektron valensi dengan elektron bebas.
Gambar 2.6. Model jalur energi dari :
(a) Isolator; (b) Semikonduktor; (c) Konduktor
Energi
Jalur kenduksi
Jalur terlarang
EV
Energi
Energi
Eg
6 eV
Eg
1 eV
EC
EV
EC
EV
(a)
(b)
(c)
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 21
BAB III
MATERIAL KONDUKTOR
Berbagai material yang dapat digunakan oleh ahli teknik (insinyur) dan
ilmuan mempunyai konduktivitas yang berbeda. Secara umum material
elektroteknik dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan, yaitu: material
konduktor termasuk material super konduktor, material semi konduktor, material
isolator (dielektrik) dan material magnetik. Penggolongan material tersebut
didasarkan pada response setiap material terhadap medan listrik dan medan
magnetik luar yang diberikan. Material konduktor sering diasosiasikan sebagai
logam.
Dalam teori medan elektromagnetik, sifat konduktor atau isolator sangat
dipengaruhi oleh frekuensi medan. Suatu material dapat berubah dari konduktor
menjadi isolator atau sebaliknya dengan perubahan frekuensi. Pada bab ini akan
dibahas material konduktor. Pembahasan dalam bab ini didasarkan kepada medan-
medan frekuensi rendah. Kondutivitas dan beberapa faktor yang mempengaruhi
akan ditelaah secara detail. Material konduktor khusus yaitu superkonduktor juga
akan diperkenalkan pada bab ini.
3.1. ELEKTRON DI DALAM MATERIAL KONDUKTOR
Material konduktor mempunyai elektron bebas (free elektron) dalam jumlah
yang besar. Elektron bebas dalam matrerial konduktor dapat terjadi karena sifat
dari ikatan metalik yaitu antara elektron valensi dengan inti atom bahan
semikonduktor yang sangat lemah.
Teori klasik elektron yang memperlakukan konduktor sebagai suatu sistem
atom-atom (ion-ion) yang terletak pada kisi-kisi kristral yang penuh dikelilingi oleh
elektron seakan akan sebagai suatu gas (lautan).
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 22
Konsep dan hukum statistik gas, diberlakukan pada gas elektron,
menurunkan persamaan matematik yang menentukan konduksi listrik (Hukum
Ohm), energi listrik (Kukum Joule-Lenz) dan hubungan antara konduktivitas
elektrik dengan termal (Hukum Wiedemann-Franz-Lorentz).
3.2. INTERAKSI ELEKTRON DI DALAM MATERIAL
Misalkan sebuah atom melepaskan sebuah elektron menjadi elektron bebas
(konduksi) maka elektron tersebut berada dalam suatu potensial, yang timbul oleh
kation yang membentuk kisi.
Bila tidak ada kesalahan bentuk (ketidaksempurnaan) dari kisi (defaul) dan
bila kation tersebut diam, elektron-elektron tersebut akan bergerak dalam suatu
potensial yang periodik dan akan mempunyai energi yang tetap. Seperti halnya
seperti sebuah roda yang bergerak pada rel yang licin (tidak ada gesekan).
Dalam kenyataannya keadaan kristal tidaklah demikian sempurna, sehingga
elektron-elektron konduksi tersebut akan berinteraksi dengan kisi-kisi. Akibatnya
pergerakan elektron-elektron tersebut akan mengalami gangguan dengan
terjadinya benturan-benturan dengan kisi atom.
Logam biasanya tergolong dalam konduktor. Ciri khas logam sebagai
konduktor adalah kehadiran elektron bebas yang berada pada pita konduksi (yang
overlap dengan pita valensi) dan siap untuk berkonduksi. Elektron bebas yang
membentuk awam elektron diilustrasikan pada Gambar 3.1(a). Elektron inilah yang
memegang peranan penting dalam proses konduksi dalam logam. Pada kondisi tak
ada medan luar, elektron bebas bergerak diantara kisi-kisi atom dengan arah
random akibat eksitasi termal dengan kecepatan yang berbeda-beda seperti
Gambar 3.1(c). Keadaan demikian menyebabkan arus total nol atau tidak arus
neto yang mengalir pada konduktor. Pergerakan elektron dipengaruhi oleh
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 23
susunan atom-atom di dalam material. Makin rapat susunan atom dan makin hebat
getaran atom maka elektron semakin tidak bebas untuk bergerak.
Gangguan/benturan tersebut akan menghasilkan suatu pertukaran energi
dalam rangka tercapainya keadaan kesetimbangan termodinamik pada material.
Misalnya peningkatan energi kenetik dari elektron-elektron konduksi akibat terpaan
medan listrik yang menyebabkan naiknya temperatur kisi (naiknya energi kisi).
Gambar 3.1. Elektron bebas dalam logam:
(a) Elektron valensi membentuk awan elektron
(b) Elektron valensi sebagai muatan negatif individual
(c) Ion-ion logam yang bervibrasi
Bila elektron bergerak dan menumbuk atom, maka arah pergerakan akan
berubah bahkan bisa berbalik. Hal ini disebabkan karena massa atom yang lebih
besar dari massa elektron (lebih dari 1000 kali).
Kehadiran medan akan mempengaruhi gerak elektron. Bila suatu medan
listrik E diberikan maka akan terjadi gaya pada elektron sebesar F = -e.E. Tanda
negatif untuk menujukkan bahwa elektron mengalami gaya dengan arah
berlawanan dengan arah medan listrik E akibat muatan negatif elektron. Elektron
akan bergerak dipercepat dengan percepatan a = F/m, dimana m adalah massa
elektron = 9,1x10 31 kg. Dengan demikian, disamping pergerakan yang random
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
-
-
e
e
(a)
(b)
(c)
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 24
akibat eksitasi termal, elektron akan mendapatkaan kecepatan searah dengan
gaya kehadiran medan E.
Elektron berada diantara atom-atom (kristal). Dapat diasumsikan bahwa
kecepatan elektron hilang bila bertumbukan dengan atom. Karena massa elektron
yang lebih kecil dari atom (massa atom lebih dari 1000 x massa elektron). Setelah
terjadi tumbukan dengan atom, elektron mulai bergerak dipercepat lagi dari
kondisi kecepatan awal nol, dan menumbuk atom lagi daan seterusnya seperti
ilustrasi pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2. Kecepatan pergerakan elektron di bawah medan listrik
Bila waktu rata-rata antara dua tumbukan adalah t maka kecepatan drift
yaitu kecepatan rata-rata elektron akibat medan listrik E adalah :
VD = Eme
(3.1)
Besaran (e /m) sering disebut mobilitas (m2v-1s-1) yang menyatakan
kemampuan elektron/pembawa muatan untuk bergerak di dalam medan listrik.
Sehingga
VD = e E (3.2)
Kecepatan
Terjadi tumbukan dengan atom
Waktu (t)
Kecepatan rata-rata
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 25
Bila diasumsikan seluruh elektron bergerak dengan kecepatan VD maka
total elektron yang menembus suatu bidang per unit luas adalah Ne VD
dimana Ne
adalah kerapatan elektron. Rapat arus diperoleh sebesar :
J = eNeVD (3.3)
Perlu dicatat bahwa kecepatan random tidak berkontribusi terhadap rapat
arus. Dengan mengkobinasikan dua persamaan terakhir diperoleh
J = eNe eE (3.4)
Persamaan ini tidak lain adalah persamaan Hukum Ohm
J = E
sehingga konduktivitas ( ) dapat ditulis sebagai :
= eNe e (3.5)
dari persaman konduktivitas terlihat bahwa konduktivitas adalah perkalian dari dua
faktor, yaitu kerapatan muatan ( e) dan mobilitas ( e). Dengan demikian tingginya
konduktivitas dapat diperoleh dari tingginya kerapatan muatan atau tingginya
mobilitas. Untuk logam, mobilitas elektron relatif rendah, sehingga konduktivitas
yang tinggi dari logam adalah sebagai akibat tingginya kerapatan elektron bebas.
Hukum Ohm berlaku secara teliti untuk hampir semua logam. Harga tipikal
e= 5 x 10-3 m2v-1s-1 yang akan memberikan kecepatan drift VD = 5 x 10-3 m/s
untuk medan listrik sebesar 1 V/m.
Contoh soal:
Tembaga mempunyai konduktivitas 5 x 107 s/m, ( e = 0,0032 m2v-1s-1). Medan
listrik 1 V/m diberikan pada tembaga dengan penampang 1 cm2.
Tentukan:
a. rapat arus d. kecepatan drift
b. arus e. kerapatan elektron
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 26
c. kerapatan muatan
Jawab:
a. rapat arus J = E = 5,8 x 107 x 1 = 58 MA/m2
b. Arus I = JS = 5,8 x 107. 10-4 = 5,8 kA
c. Rapat muatan = / e = 18 GC/m3
d. Kecepatan drift Vd = - eE = -0,0032.1 = -0,0032 m/s = -0,32 cm/s
e. Kerapatan elektron: /e = 1,124 x 1029 / m3
3.3. KONDUKTIVITAS DAN TEMPERATUR
Resistansi elektrik dari suatu bahan adalah akibat adanya gangguan pada
perjalanan elektron-elektron (karena adanya ketidaksempurnaan ).
Ketidaksenpurnaan ini terdiri atas 3 macam :
- phonon ( ph)
- ketidaksmpurnaan kimia (impurity) ( imp)
- ketidaksempurnaan kristal akibat perubahan bentuk mekanis ( def).
Maka konstanta probabilitas sebuah elektron dikenai benturan dalam waktu 1
detik:
= ph + imp + def (3.6)
Waktu benturan :
ph = 1/ ph; imp = 1/ imp ; def = 1/ def
1 = ph
1
+ imp
1 + def
1
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 27
Dari
=
n
2
mne
didapat :
1
=
=
2n
ne
m , maka = ).
111(
ne
m
defimpph2n
ph + imp + def (3.7)
dari percobaan: imp dan ef f (temperatur)
dengan catatan bahwa banyaknya default / volume tetap kecil, temperatur tidak
terlalu besar.
Didapat bahwa : lim ph = O (3.8) T
0O K
Di atas suatu temperatur dimana ph
imp + def
Terdapat perubahan linear dari ph fungsi temperatur. Untuk temperatur
dimana besarnya = temperatur kamar; secara aproksimatik ;
( ) =
(
= 0 ) [ 1 +
] , dimana
adalah koefisien temperatur dari = 4 x 10 3 c
= temperatur
( ) =
(
= 0 ) (3.9)
[ 1 +
]
3.3.1. Perubahan konduktivitas logam akibat deformasi
Konduktivitas logam dapat berubah akibat deformasi elastis, yang dihasilkan
akibat perubahan amplitude vibrasi kisi-kisi kristal. Amplitude vibrasi meningkat
karena stres tekanan keluar dan berkurang dengan stres komprensif. Vibrasi kisi
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 28
yang meningkat menyebabkan mobiltas pembawa-pembawa muatan pun
berkurang, akibatnya konduktivitas ( ) menurun, demikian sebaliknya
konduktivitas bertambah .
Deformasi plastik biasanya menurunkan konduktivitas logam akibat distorsi
kisi kristal. Perubahan konduktivitas
logam akibat pemuluran atau pengerutan
elastis ditunjukkan hubungannya dalam persamaan berikut :
)ns1(0
(3.10)
Dimana o = konduktivitas logam dalam keadaan tanpa stress .
s = stress mekanis
n =faktor stress masing-masing jenis logam .
3.3.2. Benturan elektronik dan hukum joule
Mengalirnya arus pada suatu konduktor akan diikuti dengan suatu
kehilangan enersi :
P =
E (3.11)
Daya ini melalui benturan elektron di transfer kepada bahan.
Bukti : Misal suatu medan EX dipakai untuk arah x, pada suatu bahan dengan
persamaan kecepatan setelah benturan :
v = vx + vy + vz
Dengan adanya Ex maka :
v = vx - nm
e Ex t + vy + vz ; ax =
nme
Ex
perubahan enersi kinetis setelah benturan :
E kin (t) = ½ m n (v 2 )2 - (v 1 )
2
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 29
= ½ m n (v x
(e/m n ) E x t )
2 - v x2
= ½ m n ( nm
e E x t )
2 - nme2
v x E x t
Bila ada N buah elektron, masing-masing mempunyai waktu benturan yang sama
bersama-sama E kin naik. Perubahan enersi kinetik dari N buah elektron :
E kin ( t ) = N
1 N
1i
1/2 m n tEvm
e2)tE
me
( xxin
2x
n
vxi adalah harga v x untuk elektron yang ke i.
Karena benturan ini sama maka :
xi
N
1i
v = 0 ;
E kin(t) = ½ m n (nm
eE xt)
2
Dengan melihat rumus : exp (- t)
dt = - dn
nto
probabilitas sebuah elektron mendapat benturan pertama pada t
t + dt.
Maka : kenaikan rata-rata dari enersi elektron antara 2 benturan :
kinE =
~
0t n
222
kin mEe
dt)texp()t(E (3.14)
Bila n elektron berada dalam volume 1 dm2 akan mendapatka n
benturan, dalam
waktu 1 detik, maka :
2
n
2
kinJ Em
neE
nP
=
E2 (3.15)
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 30
3.3.3. Konduktivitas Termal
Perpindahan panas pada metal terutama dilakukan oleh elektron bebas
yang sama dengan elektron konduksi. Hubungan antara konduktivitas termal ( )
dengan konduktivitas listrik ( ) ditunjukkan oleh persamaan Wiedeman Franz
Lorentz :
TL0
(3.16)
dimana T = temperatur absolut
L0 adalah bilangan Lorentz:
L0 = 2,45 x 10-18 v2/K2
Hukum Wiedemann
Franz
Lorentz berlaku pada temperatur normal atau pada
kenaikan temperatur tertentu.
Tabel 3.1. Konduktivitas Berbagai Bahan pada Temperatur Ruang
Bahan Konduktivitas (S/m)
Klasifikasi
Emas (Siver) 6,17 x 107
Konduktor Tembaga (Copper) 5,8 x 107
Konduktor Aluminium 3,82 x 107
Konduktor Brass 2,56 x 107
Konduktor Tungsten 1,83 x 107
Konduktor Nikel (Nickel) 1,45 x 107
Konduktor Besi (Ion) 1,03 x 107
Konduktor Mercury 1,0 x 107
Konduktor Graphite ~ 3,0 x 104
Konduktor Air Laut ~ 4,0 Konduktor Germanium intrinsik ~ 2,2 Semikonduktor intrinsik Ferrite ~ 1,0 x 10-2
Semikonduktor intrinsik Silikon intrinsik ~ 0,44 x 10-3
Semikonduktor intrinsik Akuades (destiled water) ~ 1,0 x 10-4
Isolator Bakelit ~ 1,0 x 10-9
Isolator Glass ~ 1,0 x 10-12
Isolator Mika ~ 1,0 x 10-15
Isolator Kuarsa (Quartz) ~ 1,0 x 10-17
Isolator
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 31
3.3.4. Pengaruh temperatur
Konduktivitas listrik dari logam bervariasi, tergantung dari temperatur
mengikuti suatu perilaku tertentu. Variasi ini biasanya didiskusikan dengan
hubungan antara resistivitas ( ) terhadap temperatur T.
Gambar 3.3. Hubungan antara resistivitas terhadap temperatur
Pada T = 0 K,
berharga konstan yang kecil. Bila T dinaikkan
juga naik.
Mula-mula
naik secara pelan-pelan terhadap T dan pada temperatur yang lebih
tinggi
naik secara linear terhadap T. Perilaku linear berlaku hingga titik leleh
dicapai dan ditemukan pada hampir semua logam. Pada suhu ruang biasanya
logam menunjukkan perilaku linear ini.
Konduktivitas elektrik telah diturunkan sebagai :
= meN 2
e
(3.17)
sehingga resistivitas
= 1
eNm
2e
(3.18)
adalah waktu rata-rata antara dua tumbukan dan 1/
adalah probabilitas elektron
menderita tumbukan perunit waktu sehingga bila
= 10-14 s, maka hal itu berarti
ada 1014 elektron mengalami tumbukan tiap detik.
Temperatur (T)
Res
istiv
itas
()
o
0
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 32
Terjadi tumbukan antara elektron dengan atom terjadi karena susunan
atom-atom yang tidak teratur secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh dua hal,
yaitu :
a. Getaran kisi-kisi atom dari sekitar keseimbangan akibat eksitasi termal
(phonon)
b. Ketidaksempurnaan kisi akibat ketidakmurnian
Probabilitas elektron terhabrul oleh getaran kisi dan ketidakmurnian bersifat saling
memperkuat sehingga ditulis sebagai berikut.
1ph
111
(3.18)
dimana suku pertama ruas kanan adalah akibat phonon oleh getaran atom yang
sangat dipengaruhi oleh temperatur dan suku kedua akibat ketidakmurnian kristal.
ph
2ei
2e
ph1
1
eN
m1
eN
m
(3.19)
Dari persaamaan ini terlihat baahwa
dapat dipisahkan menjadi dua
bagian, yaitu :
a. i akibat ketidakmurnian yang praktis tidak tergantung oleh T
b. ph (T) akibat phonon yang tergantung dari T dan sering dusebut harga
resistivitas ideal mengingat harga ini terjadi pada saat tak ada
ketidakmurnian dalam bahan. Pemisahan resistivitas menjadi dua
komponen disampaikan oleh Matthiessen.
Pada temperatur yang sangat rendah pengaruh phonon dapat diabaikan
karena osilasi atom kecil. Pada kondisi ini ph besar sekali dan ph mendekati nol,
sehingga
= i yaitu suatu konstanta. Bila T naik maka pengaruh photon menjadi
besar sehingga ph (T) juga naik. Hal ini yang menyebabkan kenaikan . Pada
temperatur yang lebih tinggi maka pengaruh photon ndah i sebanding dengan
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 33
konsentrasi ketidakmurnian Ni. Namun demikian perlu dicatat bahwa untuk Ni yang
kecil ph >> i kecuali untuk temperatur yang sangat rendah.
Koefisien temperatur
Untuk mengetahui pengaruh temperatur pada konduktivitas/resistivitas
maka akan dilihat pertama-tama pengaruh temperatur pada jarak bebas. Jarak
bebas akan menentukan mobilitas yang akhirnya menentukan konduktivitas. Suatu
elektron yang bergerak dengan kecepatan u akan mengalami scattering
(hambluran) pada daerah seluas S berupa lingkaran dengan radius a. Pusat
scattering bisa berupa atom, ketidakmurnian atau defect. Bila
adalah waktu rata-
rata scattering dan Ns adalah konsentrasi pusat scattering maka
= SNuS
1
Atom bervibrasi secara random pada daerah seluas S = a2 dimana a adalah
amplitudo vibrasi. Vibrasi termal atom dapat diidentikan dengan vibrasi harmonik
suatu massa M yang terikat pada suatu pegas. Energi kinetik rata-rata dari osilasi
adalah
22aM41
dimana
adalah frekuensi vibrasi/osilasi. Energi ini setara dengan energi termal
(1/2 kT) sehingga
M a2 2 = 2 kT (3.20)
Dengan demikian a2 sebanding dengan T. kenyataan ini dapat diterima secara
intuisi karena dengan menaikkan temperatur maka amplitudo vibrasi akan naik
juga. Dengan demikian maka waktu bebas rata-rata
T1
a
12
atau T
C
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 34
dimana C adalah suatu konstanta. Dengan memasukkan harga
dalam mobilitas
didapatkan
=
mT
eC
Dengan demikian resistivitas logam menjadi
= Cne
mTne11
2
(3.21)
atau dapat disederhanakan menjadi
= A T
Disini A adalah suatu konstanta. Dengan demikian untuk logam murni maka
resistivitas naik secara linier terhadap temperatur.
Dengan kehadiran ketidakmurnian di dalam material maka secara umum
resistivitas dapat dinyatakan sebagai
= A T + B (3.22)
Dengan A dan B suatu konstanta
Secara praktis untuk menyatakan ketergantungan resistivitas terhadap
temperatur diperkenalkan koefisien temperatur yaitu
oTToo T
1
(3.23)
dimana o adalah resistivitas pada To yang biasanya diambil 273 oK atau 0 °C atau
293 oK (20° C).
Resistivitas pada temperatur tertentu dapat dicari dari persamaan yang
sudah sangat kita kenal yaitu:
(T) = o [ 1 + o (T - To) ] (3.24)
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 35
Harga o dan o untuk berbagai material pada 273 oK tertera pada tabel berikut .
Tabel 3.2
Harga O dan O untuk berbagai material pada 273 oK
Material o (n m)
o (1/oK)
Aluminium, Al 25,0 1/233
Antimony, Sb 38,0 1/195
Tembaga, Cu 15,7 1/232
Emas, Au 22,8 1/251
Indium, In 78,0 1/196
Platina, Pt 98,0 1/255
Perak, Ag 14,6 1/244
Tantalum 117,0 1/294
Timah, Sn 110,0 1/247
Wolfram, W 50,0 1/202
Besi, Fe 84,0 1/152
Nikel, Ni 59,0 1/125
Contoh soal:
Diketahui kecepatan gerak elektron rata-rata dalam tembaga 1.25 x 106 m/s dan
frekuensi vibrasi 4 x 1012 Hz. Kerapatan tembaga adalah 8,96 g/cm dan massa
atom adalah 63,56 g/mol. Tentukan mobilitas dan konduktivitas.
Jawab:
Karena
ditentukan oleh vibrasi atom maka :
Ns = 3283
233A m/105,8
1056,63
1002,6.1096,8M
dN
dengan persamaan vibrasi atom didapat
S = 2222
2 m104M
kT2a
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 36
Sehingga
= s1035,2NuS
1 14
s
Mobilitas adalah
= 1123 sVm1013,4me
dan konduktivitas adalah
= 115s cm106,5Ne
3.4. EFEK HALL
Timbulnya suatu arus listrik bila suatu bahan konduktor diinduksikan oleh
medan magnet, fenomena ini sering dikaitkan dengan elektron sebagai partikel
adalah efek Hall, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Terjadinya Medan Hall
Dengan adanya arus (J) dengan arah berlawanan sumbu y, maka material akan
mengalami induksi magnet B dengan arah sumbu x, yang akan menimbulkan gaya
Lorentz F pada elektron (arah sumbu z).
F = - q (vd x B) (3.25)
I
x
y
z
B
EH
+++
+
++
++
++
++
++
++
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
B
F
vd
V
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 37
Adanya F akan membentuk akumulasi elektron pada permukaan atas dari material,
pada bagian permukaan bawah terjadi pengurangan elektron. Akibat terjadinya
medan listrik baru EH disebut sebagai Medan Hall. Efek EH berlawanan dengan
efek B.
Suatu keseimbangan akan terjadi bila:
q EH = q ( Vd x B )
Bila J = - n q vd maka :
)Bxnq
J(EH
)BxJ(RE HH
(3.26)
Dengan RH = nq1
adalah konstanta HALL
RH negatif dalam konduktor metalik hanya ada satu pembawa muatan (elektron).
Dalam semikonduktor ada dua pembawa muatan
RH = 1/nq untuk hole.
Penggunaan effek HALL:
Dipakai untuk mengukur besaran besaran seperti:
mobilitas,
banyaknya muatan persatuan volume,
medan magnet.
Mobilitas didapatkan sebagai berikut :
EH = BxEnq1
n = nq
Sehingga n = BxE
EH
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 38
3.5. EFEK TERMOELEKTRIK
Bahan konduktor logam/metal yang berlainan jenis dibuat kontak, maka
timbul perbedaan potensial antara kedua bahan logam ini. Fenomena ini dapat
terjadi karena perbedaan fungsi kerja untuk bahan metal yang tidak sama dan
juga karena perbedaan kerapatan elektron bebas.
Bila temperatur pada titik titik kontak metal ini sama dengan nol.
Kesetimbangan akan berubah apabila satu junction (kontak) kedua metal memiliki
temperatur (T1) yang lebih tinggi dari junction yang lain (T2 , T1 >T2 ) gaya gerak
listrik (emf, V) akan timbul antara kedua junction :
V = B
A21 n
nln)TT(
qk
(3.19)
k = konstanta Boltzman
q = muatan elektron
nA , nB = kerapatan elektron bebas masing masing logam.
Pemanfaatan efek termolektrik dikenal dengan termokopel 2 material
konduktor logam yang berlainan jenis dibuat junction. Bila junction dipanaskan
maka diperoleh perbedaan potensial di antara kedua logam.
3.6. POTENSIAL KONTAK
Setiap metal mempunyai fungsi kerja masing-masing. Fungsi kerja
merupakan energi yang diperlukan oleh suatu elektron untuk terlepas dari
permukaan logam. Dalam diagram energi merupakan perbedaan antara Fermi
Level dengan Vacum Level. Potensial kontak muncul apabila dua buah metal yang
berbeda fungsi kerja disambungkan.
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 39
elektron
Vacuum Level
Fermi Level
5,63 eV
Pt
-
-
-
+ + +
1,16 eV
elektron
4,20
Mo
Fermi Level
+
+
+
Gambar 3.5. Ilustrasi potensial kontak antara Pt dan Mo
Sebagai ilustrasi bila Platina (Pt) yang mempunyai fungsi kerja 5,36 eV dan
Molibdenium (Mb) dengan fungsi kerja 4,20 dihubungkan. Dalam metal tingkat
energi hingga level Fermi terisi secara penuh. Karena level Fermi Mo lebih tinggi
dari level Fermi Pt maka berarti elektron di dalam Mo lebih energik (mempunyai
energi lebih besar). Sehingga elektron dari Mo akan pindah ke permukaan Pt
karena level energi lebih rendah. Perpindahan elektron dari Mo ke Pt menyebabkan
daerah permukaan Pt menjadi lebih negatif dan daerah permukaan Mo menjadi
lebih positif. Keadaan setimbang dicapai bila Fermi Level kedua metal telah
menjadi satu (Gambar 3.5b). Sebagai akibat perpindahan elektron dari Mo ke Pt
maka pada keadaan setimbang didaerah sambungan terjadi perbedaan potensial.
Potensial inilah yang disebut dengan potensial kontak.
elektron elektron
Vacuum
Fermi Level
5,63 eV
4,20
Pt
Mo
Fermi Level
a. sebelum kontak
Vacum level
b. setelah kontak
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 40
baja paduan aluminium
aluminium
ACSR ACAR
Gambar 3.6. Penampang penghantar dari aluminium
Potensial kontak yang terjadi tergantung dari perbedaan fungsi kerja kedua
matel yaitu
e V = W1
W2 = W pt
W Mo = 1,16 eV
Dengan demikian potensial kontak antara Pt dan Mo adalah 1,16 Volt.
Pada daerah didalam mo yang jatuh dari kontak masing berlaku fungsi
kerja sebesar W = 4,20 eV begitu pula didalam Pt tetap berlaku W = 5,36 eV.
3.7. FUNGSI DAN SIFAT MATERIAL KONDUKTOR
Fungsi penghantar pada teknik listrik adalah untuk menyalurkan energi
listrik dari satu titik ke titik lain. Penghangtar yang lazim digunakan adalah
alumunium dan tembaga.
a. Alumunium
Alumunium murni (Al) mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, titik leleh 658 oC dan
tidak korosif. Daya hantar Al sebesar 35 m/ohm.mm2 atau kira-kira 61,4% daya
hantar tembaga.
Al murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tarikya hanya 9 kg/mm2. Untuk
itu jika Al digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu
diperkuat dengan baja atau paduan Al. Penggunaan yang demikian misalnya
pada: ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium
Conductor Alloy Reinforced). Konstruksi penghantar-penghantar dari Al seperti
terlihat pada Gambar 3.6.
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 41
Penggunaan aluminium yang lailn adalah untuk busbar dan karena alasan tertentu
misalnya, karena alasan ekomomi, dibuat penghantar aliminium yang berisolasi,
misalnya : ACSR
OW.
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi 57 .mm2/m pada suhu 20 0C. Koefisien suhu ( ) tembaga 0,004 per 0C.
Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah sebagai
penghantar, misalnya:
kawat berisolasi (NYA, NYAF)
kabel (NYM,NYY,NYFGbY)
busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin ac.
Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis
tembaga murni pada 20 0C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 1083 oC. kekekuatan tarik
tembaga tidak tinggi yaitu berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm2, kekuatan tarik
batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil penampangnya
untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Untuk penghantar yang penampangnya lebih kecil dari 16 mm2 digunakan
penghantar pejal, sedangkan untuk penghantar yang penampangnya
16 mm2
digunakan penghantar serabut yang dipilih.
c. B a j a
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran karbon.
Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi 3 yaitu: baja
dengan kadar karbon rendah (0 - 0,25%), baja dengan kadar karbon menengah
(0,25 - 0,55%), baja dengan kadar karbon tinggi (> 0,55 %).
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 42
Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu 7,7 m/ mm2 tetapi digunakan pada
penghantar transmisi yaitu ACSR, fungsi baja dalam hal ini adalah untuk
memperkuat konduktor aluminium secara mekanis setelah digalvanis dengan seng.
Keuntungan dipakainya baja pada ACSR adalah menghemat pamakaian
aluminium. Berdasarkan pertimbangan tersebut dibuat penghantar bimetal seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.7 (jangan dikacaukan dengan termal bimetal yang
biasanya untuk pengaman).
Gambar 3.7. Penampang kawat Bimetal
Dua hal yang menguntungkan dari penghantar bimetal, yaitu :
a. Pada arus bolak balik ada kecenderungan arus melalui bagian luar konduktor
(efek kulit ).
b. Dengan melapisi baja menggunakan tembaga maka, baja sebagai penguat
penghantar terhindar dari korosi.
Pemakain penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar adalah untuk:
busbar, pisau hubung.
d. W o l f r a m
Logam ini berwarna abu-abu keputih-putihan, mempunyai massa jenis 20 g/cm3,
titik leleh 3410 oC, titik didih 5900 oC,
4,4. 10-6 per oC, tahanan jenis 0,055
.mm2/m.
Wolfram diperoleh dari tambang yang pemisahnya dari penambangan
dengan menggunakan magnetik atau proses kimia. Dengan reaksi reduksi asam
wolfram (H2WO4) dengan suhu 700 oC diperoleh bubuk wolfram. Bubuk wolfram
tersebut kemudian dibentuk menjadi batangan dengan suatu proses yang disebut
metalurgi bubuk yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi (2000 atmosfir, 1600
tembaga
baja
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 43
oC) tanpa terjadi oksidasi. Dengan menggunakan mesin penarik, batang wolfram
diameternya dapat dikecilkan menjadi 0,01 mm ( penarikannya dilakukan pada
keadaan panas).
Penggunaan wolfram pada teknik listrik antara lain: filamen (lampu pijar,
lampu halogen, lampu ganda), elektroda, tabung elektronik.
e. Molibdenum
Logam ini mirip dengan wolfram dalam hal sifatnya, demikian pula cara
mendapatkannya. Molibdernum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik leleh
2620 oC, titik didih 3700 oC,
53.10-17 per oC, resistivitasnya 0,048 .mm2/m
koefisien suhu 0,0047 per oC.
Di antara penggunaan Molibdenum adalah pada: tabung sinar X, tabung
hampa udara, karena molibdenum dapat membentuk lapisan yang kuat dengan
gelas. Sebagai campuran logam yang digunakan untuk keperluan yang keras,
tahan korosi, bagian-bagian yang digunakan pada suhu tinggi.
f. Platina
Platina merupakan logam berat, berwarna putih keabu-abuan, tidak korosif, sulit
terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia. Massa jenisnya
21,4 g.cm3,
nya 9.10-6 per oC, titik leleh 1775 oC, titik didih 4530 oC,
resistivitasnya 0,1 .mm2/m, koefisien suhu 0,0037 per oC.
Platina dapat dibentuk menjadi filamen yang tipis dan batang yang tipis-
tipis. Penggunaan platina pada teknik listrik antara lain untuk elemen pemanas di
laboratorium tentang oven atau tungku pembakaran yang memerlukan suhu tinggi
diatas 1300 oC, untuk termokopel platina-rhodium (diatas 1600 oC), platina dengan
diameter ± 1 mikron digunakan untuk menggantung bagian gerak pada meter listrik
dan instrumen sensitif lainnya, bahan untuk potensiometer.
g. Bimetal Bahan yang umum digunakan untuk bimetal adalah invar (63,1% Fe + 36,1% Ni
+0,4% Mn + 0,4% Cu) sebagai logam yang mempunyai kecil yaitu 1,5. 10-6 per
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 44
oC untuk suhu 0 hingga 100 oC. Sedangkan untuk logam kedua dengan
yang
lebih besar dapat digunakan: besi, nikel, konstantan, tembaga dengan proses
dingin, perunggu atau monel ( 66% Ni + 28% Cu +Fe, Mn) atau baja non magnetik.
Penggunaan bimetal pada teknik listrik adalah untuk rele-termal misalnya
pada: Miniature Circuit Breaker (MCB), Over Load Relay (OLR). Bimetal sebagai
rele-termal tidak selamanya dilewati arus, kecuali arus yang tidak terlaku besar.
Untuk memutuskan arus besar, pada rele ada belitan pemanas khusus yang
ditempatkan di sekeliling bimetal. Pengaruh panas dari lilitan inilah yang digunakan
untuk mempengaruhi pembegkokan bimetal. Hal ini ditempuh sebab bila bimetal
langsung dilewati arus besar dan sekaligus sebagai pemutus, bimetal cepat arus.
h. Bahan-bahan Resistivitas Tinggi
Bahan-bahan resistivitas tinggi yang digunakan untuk peralatan yang memerlukan
resistansi yang besar agar bila dialiri arus akan terjadi tegangan anjlok yang besar.
Contoh penggunaan bahan-bahan resistivitas yang tinggi antara lain pada
pemanas listrik, rheostat dan resistor.
Bahan-bahan ini harus mempunyai koefisien suhu yang rendah. Untuk
elemen pemanas, pada suhu yang tinggi untuk waktu lama tidak boleh teroksidasi
dan meleleh.
Bahan-bahan yang resistivitasnya tinggi antara lain: konstanta, manganin,
nikrom dan fehral yang komposisinya ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Bahan resistivitas tinggi
Nama paduan Komposisi (%) Massa jenis Resistivitas
. mm2/m Koefisien
Suhu 10-5/oC Konstantan Kromel
Manganin
Nikron
Fechral
Nikelin
60 Cu, 40 Ni 0,7 Mn, 0,6 Ni, s/d 27 Cr, 4,5 s/d 6,5 Al + Fe
86 Cu, 12 Mn, 2Ni
1,5 Mn, 75 s.d 78 Ni 20 s/d 23 Cr sisanya Fe
0,7 Mn, 0,6 Ni, 12 s/d 15 Cr, 3,5 s/d 5 Al, sisanya Fe 54 Cu, 26 Ni, 20 Zn
8,9 6,9 s/d 7,3
8,4
8,4 s/d 8,5
7,1 s/d 7,5 -
0,48
0,52 6,5
0,42 s/d 0,48
1 s/d 1,1
1,2 s/d 1,35
0,4 s/d 0,47
5,25 6,5
5,3
10 s/d 20
10 s/d 12
23
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 45
i. Karbon
Peranan karbon pada teknik listrik juga sangat penting jika dilihat kegunaannya
sebagai berikut; sikat sikat pada mesin listrik, resistor dan rheostat, elektroda
pada tungku pembakaran (tanur ) busur kolam galvanis. Beberapa perangkat
elektronik dan telekomunikasi juga terbuat dari karbon.
Untuk penggunaan karbon sebagai sikat pada mesin listrik, fungsinya adalah
sebagai jembatan yang harus dilalui arus.
Beberapa jenis yang digunakan sebagai sikat adalah: karbon-grafit, grafit
elektro-grafit, grafit-tembaga, dan grafit-kuningan. Grafit-tembaga dan grafit-
kuningan paling banyak digunakan karena resistivitasnya rendah, tegangan anjlok
pada persinggungan antara sikat dengan komutator atau cincin seret adalah
rendah.
Pada tungku pembakaran busur, elektroda yang digunakan diantaranya
adalah grafit dan karbon. Pertimbangan penggunaan karbon atau grafit adalah
karena; tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut, kemurnian kimianya,
kekuatan mekanis dan tahan terhadap kejutan termal. Secara kimia, karbon dan
grafit adalah sama, tetapi secara fisis dan elektris banyak perbedaanya.
Sebagai sikat pada bagian berputar pada mesin listrik, karbon mempunyai
kelebihan karena :
a. Tahan terhadap efek yang disebabkan suhu tinggi. Hal ini karen sikat karbon
mampu menahan suhu hingga 3000o C.
b. Kepadatannya renda. Karbon lebih ringan dibanding logam pada umumnya
(kecuali magnesim). Hal ini memudahkan adaptasi dengan permukaan yang
tidak beraturan.
c. Tidak terjadi pengelasan (menyatu) dengan logam pada kondisi yang sama jika
logam-logam menyatu satu sama lain, misalnya karena panas.
Untuk kebutuhan sikat sikat komutator atau slip-ring pada mesin listrik bubuk
karbon dicampur dengan bubuk konduktor antara lain : tembaga, perunggu.
Berdasarkan tingkatannya, sikat karbon dibedakan seperti pada tabel 3.4.
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 46
Tabel 3.4. Jenis-jeni sikat Karbon
Jenis Kekerasan (vickers)
Resistivitas 10-3
. cm
Rugi kontak Aplikasi
Karbon resistivitas tinggi
Karbon resistivitas rendah
Elektrografit
Elektrogafit Kecepatan tinggi
Grafit tembaga
-
30
15
15
10 s/d 20
5 hingga 30
4
4
6
0,5 s/d 0,003
Tinggi
Rendah
Sedang
sedang
rendah
Motor kecil, daya < 1 HP. Crane
Mesin dc
Generator turbo
Mesin ac & dc.
j. Timah Hitam
Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak lunak , meleleh pada suhu
327 oC , titik didih 1560 oC, warna abu-abu dan sangat mudah dibentuk.
Merupakan bahan tahan korosi dan mempunyai konduktivitas 4,5 m/ .mm2.
Pemakaian timah hitam pada teknik listrik antara lain; sel akumulator, selubung
kabel tanah disamping digunakan sebagai pelindung pada industri nuklir.
Timah hitam tidak tahan terhadap pengaruh getaran dan mudah mengikat
sisa asam. Pemakaiannya sebagai pelindung kabel tanah jika ditanam pada
tempat tempat tersebut, diperlukan perlindungan tambahan. Kapur basah, air laut
dan semen basah dapat bereaksi dengan timah hitam. Itulah sebabnya disamping
timah hitam sebagai pelindung kabel tanah, digunakan paduan dari timah hitam
yang mempunyai struktur kristal yang lebih luas, kuat, tahan getaran. Tetapi lebih
mudah korosi. Timah dan komponennya mengandung racun.
k. Material Konduktor Bentuk Cair
Air raksa adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu ruang.
Resistivitasnya adalah 0,95 .mm2/m, koefisien suhu 0,00027 per oC.
Pada pemanasan di udara air raksa sangat mudah terjadi oksidasi. Air raksa dan
campurannya khususnya uap air raksa adalah beracun.
BAB III MATERIAL KONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 47
Penggunaan air raksa antara lain: gas pengisi tabung tabung elektronik,
penghubung pada saklar air raksa, cairan pada pompa diffusi, elektroda pada
instrumen untuk mengukur sifat elektris bahan dielektrik padat.
Logam-logam lain yang juga banyak digunakan pada teknik listrik di
antaranya adalah tantalum dan niobium. Tantalum dan niobium dipadukan dengan
aluminium banyak di gunakan sebagai kapasitor elektronik.
l. Material Konduktor Bentuk Gas
Pada umumnya gas digunakan dalam lampu penerangan. Tidak semua berfungsi
sebagai penghantar, misalnya pada lampu pijar. Dahulu lampu pijar tidak berisi
gas atau hampa, tetapi sekarang umumnya berisi gas. Beberap jenis gas yang
banyak digunakan antara lain: Argon, kripton, neon, helium dan sebagainya. Gas
yang berfungsi penghantar pada lampu fluorescent yaitu waktu sakelar
dihubungkan (start) arus mengalir, setelah menyala starter terbuka sehingga arus
mengalir melalui gas.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 48
BAB IV
SEMIKONDUKTOR
Perkembangan kemajuan elekronika sangat pesat dan telah menjadi tulang
punggung dalam dunia modern. Kemajuan yang sangat cepat terjadi setalah
ditemukannya komponen semikonduktor (zat padat) yang memberikan bayak sifat-
sifat listrik yang unik yang hampir dapat memecahka semua persoalan elektronika.
Dengan ditemukannya semikonduktor maka komponen menjadi sangat ringan,
murah dan sangat kompak, inilah dan persatuan luas mempunyai kepadatan
rangkaian yang sangat tinggi, inilah yang mendorong penggunaan semikonduktor
secara meluas, seperti teknologi komputer. Dalam bab ini menjelaskan secara
sederhana mengenai material semikonduktor.
4.1. SEMIKONDUKTOR INTRINSIK
Semikonduktor dan Isolator dibedakan berdasarkan ukuran sela energi
terlarang dalam semikonduktor, besar sela energi sedemikian sehingga jumlah
elektron yang berarti dapat melompat melalui sela antara pita valensi yang terisi
ke pita konduksi yang kosong (Gambar 4.1). Dalam semikonduktor sebagian
elektron velensi melompati sela energi terlarang. Elektron adalah pembawa
muatan negatif dalam pita konduksi. Lubang elektron merupakan pembawa
muatan positif dalam pita valensi.
Elektron dengan energi tambahan sekarang dapat membawa muatan ke
elektron positif, disamping itu lubang elektron yang terjadi dalam pita valensi
dapat menghantarkan muatan karena elektron yang terletak di bagian yang lebih
dalam dari pita dapat bergerak ke atas mengisi level yang dikosongkan tadi.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 49
Gambar 4.1 Pita valensi dan pita konduksi dalam Semikonduktor.
Tabel 4.1 Sela energi dalam unsur semikonduktor
Pada 20o C Sela energi (energi gap) Bagian dari konduktivitas
elektron valensi ohm-1.m-1
Unsur 10-18 J eV dengan energi > Eg
C (intan) 0,96 ~ 6 ~ 1/30 x 1021 < 10 -16
Si 0,176 1,1 ~ 1/1013 5 x 10-4
Ge 0,112 0,7 ~ 1/1010 2 Sn(kelabu) 0,016 0,1 ~ 1/5000 106
Pada Gambar 4.2 terlihat sela energi untuk C (intan), Si, Ge, dan Sn
(kelabu). Sela dalam intan terlalu besar untuk dapat menghasilkan sejumlah
pembawa muatan, sehingga intan termasuk kelompok isolator (Tabel 4.1). Jumlah
pembawa muatan meningkat kalau kita lihat dari kelompok IV susunan periodik ke
silikon, germanium, dan timah putih; akibatnya konduktivitas meningkat.
Konduktivitas ini merupakan sifat dasar dari bahan dan tidak ditimbulkan oleh
ketidakmurnian. Oleh karena itu disebut semikonduktivitas intrinsik.
Elektron Konduksi Lubang elektron
E = Eg
Pita Konduksi
Pita Valensi
Sela
E = 0
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 50
4
3a
Struktur kristal intan diulangi dalam Gambar 4.3 (a). Setiap atom karbon
mempunyai bilangan koordinasi 4 dan setiap pasangan atom tetangga membawa
sepasang elektron. Semua unsur ini dapat mempunyai struktur yang sama dan
mempunyai pita yang terisi. Karena timah putih memiliki sela energi yang terkecil,
pada suhu ruang, ia mempunyai elektron yang terbanyak dalam pita konduksi
(CB), oleh karena itu mempunyai konduktivutas tertinggi (lihat Tabel 5
4.1.).
Gambar 4.2. Sela energi dalam unsur kelompok IV (Skematik).
Gambar 4.3. Struktur kristal dari semikonduktor yang terkenal. (a) Intan, Silikon, germanium, dan timah putih. (b) ZnS, GaP, GaAs, InP dsbnya. Kedua struktur ini serupa, kecuali ada dua jenis atom pada kedudukan yang berlainan dalam senyawa semikonduktor valensi per atom dan dua elektron per ikatan.
6 eV
CB
VB
Karbon (a)
1,1 eV
Silikon (b)
0,7 eV
Germanium (c)
Germanium (c)
0,1eV
Timah putih (kelabu) (d)
(a) (b)
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 51
Silikon, germanium dan timah kelabu mempunyai struktur yang sama.
Timah putih adalah polimorf yang dikenal. Stabil di atas suhu 13o C (tetapi dapat
mengalami pendinginan lanjut). Timah putih (tpr) lebih padat daripada timah
kelabu ( w = 7,3 Mg/m3 = 7,3 g/cm3 , sedang g = 5,7 Mg/m3); oleh karena itu
pita energi timah putih saling tumpang tindih dan fase ini merupakan konduktor
logam. Pada Gambar 4.4. terlihat secara skematis mekanisme semikonduktivitas
untuk germanium.
Keempat unsur Kelompok IV tersebut di atas merupakan satu-satunya unsur
yang bersifat semikonduktor dengan struktur seperti Gambar 4.3(a). Beberapa
senyawa I I I IV mempunyai struktur yang sama (Gambar 4.3b). Atom-atom unsur
kelompok II I dari tabel periodik (B, Al, Ga, In) bertukar letak dengan atom-atom
Kelompok V (N, P, As, Sb). Hampir semua senyawa unsur dari ke-16 senyawa I I I
V merupakan semikonduktor karena setiap atom memiliki empat tetangga, dan
jumlah rata-rata elektron valensi yang terbagi adalah empat.
Gambar 4.4. Semikonduktor intrisik (germanium). (a) Gambaran skematik. Menampilkan elektron dalam ikatan kovalen ( dan pita valensinya) (b) pasangan elektron hole (c) Sela energi, suatu elektron harus ditingkatkan energinya sehingga menghasilkan konduksi
Ge
Ge
(b)
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
(a)
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Ge
Sela
Pita Konduksi
Pita Valensi
0,7eV
0
(c)
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 52
4.1.1 Mobilitas Muatan
Rumus mengenai konduktivitas harus diubah sehingga memenuhi Gambar
4.1 karena semikonduktor intrinsik mempunyai pembawa negatip dan positip.
Elektron yang melompat ke pita konduksi disebut pembawa muatan jenis
negatif. Konduktivitas yang dihasilkan tergantung pada mobolitas n dalam pita
konduksi semikonduktor. Lubang elektron yang terjadi dalam pita valensi
merupakan pembawa muatan jenis-positif. Konduktivitas yang dihasilkan
tergantung pada mobilitas p dalam pita valensi semikonduktor. Konduktivitas
seluruhnya merupakan gabungan dari keduanya.
.qnqn ppnn
(4.1)
Dengan sendirinya, baik lubang maupun elektron membawa muatan dasar yang
sama yaitu 0,16 x 10-18 Coulomb.
Dalam semikonduktor intrinsik, dimana terdapat perbandingan
pembentukan elektron konduksi dan lubang, sama banding satu; nn = np ; pers.
(4.1) dapat disederhanakan. Untuk semikonduktor ekstrinsik nn tidak sama dengan
np sehingga bentuk pers. (4.1) tetap digunakan. Pada tabel 4.2 terdapat sifat-sifat
dari beberapa semikonduktor. Kita dapat membuat dua pernyataan umum.
1. Besar sela energi biasanya berkurang bila kita bergerak dari (C
Si
Ge
Sn) atau (GaP
GaAs
GaSb), atau (AISb
GaSb
InSb) dalam Tabel
periodik.
2. Mobilitas elektron dalam suatu semikonduktor lebih besar daripada mobilitas
lubang elektron dalam semikonduktor yang sama ).
Hubungan ini berlaku untuk semua semikonduktor yang ada di tabel 4.2, dengan
kemungkinan pengecualian AlSb, karena data mobilitas belum dapat ditentukan
dengan teliti.
Perbedaan ini penting artinya ketika membahas kegunaan semikonduktor
jenis - n dibandingkan dengan semikonduktor jenis - p .
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 53
Tabel 4.2. Sifat beberapa semikonduktor umum (20o C)*
Mobilitas M2 /Volt/detik
Bahan Sela Energi Eg , Konduktivitas Konstanta 10-18 J eV n p intrinsik kisi
ohm-1.m-1 a,nm Unsur
C(intan) 0,9 ~6 0,17 0,12 <10-16 0,357
Silikon 0,176 1,1 0,19 0,0425 5 x 10-4 0,543
Germanium 0,112 0,7 0,36 0,23 2 0,566
Timah putih 0,016 0,1 0,20 0,10 106 0,649
Senyawa
AlSb 0,26 1,6 0,02
0,613
GaP 0,37 2,3 0,019 0,012
0,545
GaAs 0,22 1,4 0,88 0,04 10- 6 0,565
GaSb 0,11 0,7 0,60 0,08
0,612
InP 0,21 1,3 0,47 0,015 500 0,587
InAs 0,058 0,36 2,26 0,026 104 0,604
InSb 0,029 0,18 8,2 0,17
0,648
ZnS 0,59 3,7 0,014 0,0005
SiC(heksagonal) 0,48 3 0,01 0,002
* dikumpulkan oleh B. Matters.
4.1.2 Semikonduktivitas (intrinsik) sebagai fungsi dari suhu
Tidak seperti logam, yang mengalami kenaikan tahanan dalam penurunan
konduktivitas bila suhu lebih tinggi, konduktivitas semikonduktor intrinsik
meningkat dengan naiknya suhu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: jumlah
pembawa muatan, n, bertambah sebanding dengan jumlah elektron yang dapat
melompati sela. Pada suhu 0o K, tidak ada elektron yang mampunyai cukup energi
untuk melompat; akan tetapi dengan naiknya suhu, energi; elektron bertambah.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 54
Pada 20o C, sejumlah elektron valensi dalam silikon, germanium dan timah memilki
energi melebihi Eg , yaitu energi sela. Hal yang sama terjadi pada semikonduktor
senyawa.
Distribusi elektron yang mendapat energi termal adalah
.en E)/kT(gi
(4.2a)
dimana, ni adalah jumlah elektron/m3 dalam pita konduksi (atau jumlah lubang/m3
dalam pita valensi). Dalam sela energi terlarang dari semikonduktor intrinsik.
Energi rata-rata E terdapat ditengah-tengah sela, Eg/2. Oleh karena itu
.en Eg/2kTi
(4.2b)
T adalah suhu absolut (K) dan k adalah konstanta Bolztman dan dinyatakan dalam
86,1 x 10- 6 eV/K dan bukan 13,8 x 10
24 J/K.
Konduktivitas berbanding lurus dengan jumlah pembawa muatan, n ; oleh
karena itu;
.2/0
kTEge
(4.3a)
dimana
0 adalah konstanta pembanding yang mencakup faktor-faktor, q dan . Mobilitas
memang tergantung pada suhu akan tetapi perubahan tersebut berada dalam
batas-batas daerah kerja semikonduktor umumnya dan kecil dibandingkan dengan
perubahan eksponensil dari jumlah pembawa muatan n. Jadi kita dapat
menuliskan kembali persamaan terakhir dalam bentuk Arrhenius;
.2/0 kTEInIn g
(4.3b)
Bila konduktivitas (atau tahanan) semikonduktor diukur di laboratorium maka Eg
dapat ditentukan dari kemiringan kurva, InT terhadap Eg yaitu kemiringan =-Eg/2k.
Sebaliknya bila diketahui Eg dan , kita dapat menghitung pada suhu tertentu.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 55
4.1.3 Foto Konduksi
Kemungkinan bagi suatu elektron pita valensi silikon untuk memperoleh
energi tambahan dengan agitasi termal sehingga dapat melompati sela energi dan
masuk ke pita konduksi adalah kecil sekali (~ 1 dalam 1013 , sesuai tabel 4.1).
Sebaliknya, foton sinar merah ( = 660 nm) mempunyai energi sebesar 1,9 eV
yang jauh lebih besar dari energi yang diperlukan suatu elektron untuk melompati
sela energi 1.1 eV dalam silikon (Gamb. 4.5). Jadi konduktivitas silikon meningkat
dengan menyolok karena aktivitas foto bila terkena cahaya.
Gambar 4.5. Fotokonduksi, Suatu foton (yaitu energi cahaya) memacu elektron agar melompati sela energi. Mengahasilkan sepasang elektron konduksi dan lubang Valensi atau pasangan pembawa muatan. Penggabungan Kembali terjadi ketika elektron masuk Kembali ke dalam pita valensi.
4.1.4 Penggabungan kembali
Reaksi yang menghasilkan pasangan elektron-lubang, sebagaimana terlihat
pada Gambar 4.5 dapat ditulis sebagai:
E
n + p (4.4a)
Dimana E adalah energi, n adalah elektron konduksi dan p adalah lubang dalam
pita valensi. Dalam hal ini energi berasal dari cahaya, akan tetapi dapat pula
berasal dari sumber energi lain seperti panas atau elektron berkecepatan tinggi.
Pita Konduksi
Pita Valensi
Sela
Eg
0 Foton
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 56
Karena semua bahan lebih stabil bila energi berkurang, pasangan elektron
lubang, cepat atau lambat akan menggabung kembali:
n + p
E (4.4b)
Elektron masuk kembali ke pita valensi dari pita konduksi, terjadi kebalikan
dari Gambar 4.4(c). Karena cahaya atau sumber energi lainnya terus-menerus
menghasilkan pasangan elektron-lubang tambahan, pita konduksi tidak kehabisan
pasangan.
Waktu yang diperlukan untuk penggabungan kembali berbeda dari bahan
ke bahan. Namun mengikuti pola yang sama, dalam bahan tertentu, setiap
elektron konduksi mempunyai kemungkinan yang sama untuk bergabung kembali
dalam batas tertentu (detik atau menit).
Hal ini menghasilkan persamaan :
/
0teNN
(4.5a)
yang dapat disusun kembali menjadi :
/)/( 0 tNNIn
(4.5b)
Pada persamaan ini, No adalah jumlah elektron dalam pita konduktor pada
saat tertentu (misalkan, saat cahaya dipadamkan). Setelah waktu t tertentu jumlah
elektron konduksi yang tersisa adalah N.
disebut waktu relaksasi atau waktu
penggabungan kembali merupakan karakteristik beban.
4.1.5 Perpendaran cahaya
Energi yang dilepaskan pada pers. (4.4b) dapat berbentuk kalor atau
cahaya. Bila demikian halnya, maka disebut perpendaran cahaya (Gambar 4.6)
Kadang kadang perpendaran cahaya dibagi dalam beberapa kelompok.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 57
Perpendaharaan cahaya foto adalah cahaya yang dipancarkan setelah
elektron di aktivi oleh foton cahaya dan memasuki pita konduksi. Istilah
perpendaraan cahaya kimia digunakan bila aktivasi mula berasal dari reaksi kimia.
Perpendaraan cahaya elektro terjadi pada tabung TV, disini suatu berkas elektron
(berkas sinar katoda ) menyusuri layar, mengaktivi elektron dalam fosfor sehingga
memasuki pita konduksi. Pada saat yang bersamaan, elektron dan lubang
bergabung kembali, memancarkan energi dalam bentuk cahaya tampak.
Gambar 4.6. Perpendaran cahaya. Tiap detik, sebagian dari elektron yang memperoleh energi tambahan dan mencapai pita konduksi kembali ke pita valensi. Pada saat elektron turun melalui sela, energi dibebaskan dalam bentuk toton cahaya.
Karena laju penggabungan kembali sebanding dengan jumlah, elektron
yang diaktivi, intensitas perpendaran cahaya memenuhi persmaan 4. 5b:
In(Io /I) = t/
(4.7)
Untuk tabung TV, ahli teknik memilih fosfor dengan waktu relaksasi
sedemikian sehingga cahaya dipancarkan terus menerus sampai penyusuran
berikutnya. Jadi mata kita tidak akan mengamati kilauan terang-gelap. Namun,
Pita Konduksi
Pita Valensi
Sela
Eg
0
Foton
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 58
identitas cahaya dari runutan sebelumnya harus lemah sehingga tidak melebihi
runutan berikutnya dengan selang waktu 1/30 detik.
Sarana pembantu belajar (semikonduktor intrinsik). Dalam buku study Aids
for Introductory Material Courses terdapat satu bagian mengenai semikonduktor
intrinsik dimana dibahas pita energi, konduktor, semikonduktor, Isolator,
hubungan antara konduktivitas dengan ukuran sela dan suhu. Beberapa gambar
tambahan menjelaskan cara kerja beberapa alat semikonduktor intrinsik.
4.2. SEMIKONDUKTOR EKSTRINSIK
4.2.1 Semikonduktor jenis n
Ketidakmurnian mempengaruhi karakteristik bahan semikonduktor dengan
menimbulkan elektron dan lubang elektron tambahan. Ambillah silikon yang
mengandung fosfor sebagai contoh. Fosfor mempunyai lima elektron valensi
sedang silikon memiliki empat elektron. Pada Gambar 4.7(a), elektron tambahan
tetap ada, terpisah dari pasangan elektron yang merupakan ikatan antara atom
yang berdekatan elektron ini dapat membawa muatan ke arah elektroda positif
(Gambar 4.7b). Sebaliknya, dalam Gambar 4.7(c) elektron tambahan yang tidak
dapat tinggal dalam pita valensi karena pita ini sudah penuh menempati
kedudukan dekat puncak sela energi.
Dari tempat ini yaitu level donor Ed elektron tambahan tadi dengan
mudah dapat diaktivitasikan memasuki pita konduksi. Tanpa mengindahkan jenis
model yang digunakan, Gambar 4.7(b) atau 4.7(c), Atom-atom kelompok V (N, P,
As dan Sb) dari tabel periodik dapat menghasilkan pembawa muatan negatif, atau
jenis n, untuk semikonduktor.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 59
Gambar 4.7. Semikonduktor ekstrinsik (jenis-n). Atom grup V merupakan elektron valensi tambahan disamping keempat lainnya, seperti terlihat pada Gamb. 4.3 Elektron yang kelima dapat terlepas dari atom induk dengan energi tambahan sedikit saja, dan diberikan pada pita konduksi sebagai pembawa muatan. Level energi donor, Ed, sedikit dibawah puncak sela Energi. (a) jenis n, seperti fosfor. (b) Atom fosfor yang terionisir (elektroda positif berada disebelah kiri).(c) Model pita.
4.2.2 Semikonduktor jenis p
Kelompok I I I (B, Al, Ga dan In) hanya mempunyai tiga elektron valensi.
Oleh karena itu bila unsur tersebut ditambahkan pada silikon sebagai ketidak-
murnian, terjadilah lubang elektron. Pada Gambar 4.8(a) dan (b) terlihat bahwa
setiap atom aluminium dapat menerima sebuah elektron. Dalam proses ini, suatu
muatan positif bergerak mendekati elektrode negatif. Menggunakan pita Gambar
4.8(c) tercatat bahwa perbedaan enersi untuk elektron agar dapat pindah dari pita
valensi ke level akseptor, Ea, jauh kurang dari sela energi penuh. Oleh karena itu,
elektron lebih mudah diaktivasikan untuk menduduki tempat akseptor
(b)
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Pita konduksi
Level donor
Pita valensi (c)
Sela
Ed
Eg
+
0
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
P
(a)
Si
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 60
dibandingkan dengan pita konduksi. Lubang elektron yang tertinggal dalam pita
valensi dapat menjadi pembawa muatan positif untuk semikonduktor jenis
p.
Gambar 4.8. Semikonduktor ekstrinsik (jenis-p). Atom-atom unsur kelompok I I I kurang satu elektron valensi dari rata-rata empat elektron seperti terlihat pada Gamb. 4.3. Atom ini dapat menerima sebuah elektron dari pita valensi, sehingga meninggalkan sebuah lubang elektron sebagai pembawa muatan. Level energi akseptor,Ea, sedikit di atas bagian bawah sela energi. (a) ketidakmurnian jenis-p seperti aluminium yang teriosinir (elektroda negatif di sebelah kanan), (c) Model pita.
4.2.3 Kehabisan donor (dan kejenuhan ekseptor)
Karena elektron donor hanya memerlukan lompatan kecil saja untuk
memasuki pita konduksi, mereka menimbulkan konduktivitas ekstrinsik pada suhu
yang relatif rendah. Bila suhu ditingkatkan, kemiringan kurva Arrhenius menjadi
(Eg
Ed )/k sebagai mana terlihat pada Gambar 4.9.
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Al
(a) (b)
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Al
Pita konduksi
Akseptor level
Pita valensi (c)
Sela
Ea
Eg
0
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 61
Bila ketidak-murnian donor terbatas (misalnya: 1021 P/m3 dalam silikon),
hampir semua elektron donasi bergerak memasuki pita konduksi pada suhu di
bawah suhu pemakaian biasa. Persediaan ini telah terkuras habis.
Persediaan telah habis terkuras. Pada contoh 1021/m3 di atas, konduktivitas
ekstrinsik adalah :
ex = (1021 /m3) (0,16 x 10-18 A.sek) (0,19 m2 /V.sek)
= 30 ohm -1.m-1.
Gambar 4.9. Kehabisan donor. Konduktor intrinsik (kurva sebelah kiri) dan ekstrinsik (kurva sebelah kanan ) masing- masing memerlukan energi Eg dan (Eg-Ed), untuk meningkatkan elektron ke pita konduksi. Pada suhu yang lebih rendah, elektron donorlah yang menjadi penghantar. Pengurasan terjadi bila semua elektron donor telah memasuki pita konduksi, dan suhu belum cukup tinggi untuk memungkinkan elektron valensi melompati sela energi. Konduktivitas hampir tetap pada daerah suhu ini.
Konduktivitas ekstrinsik tidak akan naik terus menerus dengan naiknya suhu
dan akan dijumpai dataran konduktivitas.
Sementara itu, konduktivitas intrinsik sangat rendah pada semikonduktor
seperti silikon (5x10 4 ohm 1, m 1 pada 20 oC sesuai Tabel 4.1). kurva
Arheniusnya terdapat disebelah kiri Gamb. 4.50, dengan kemiringan intrinsik -Eg
Rendah
Suhu, Skala 1/ T
Tinggi 1/293 K
Pembawa ketidak-murnian
Kemiringan ( Eg Ed ) /k Pembawa
Intrinsik Pembawa Intrinsik
Jangkau terkuras
Kemiringan Eg /zk
Kon
dukt
ivita
s, I
n
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 62
/2k, yaitu, 1,1 eV/2k = 6400 K. Hanya pada suhu tinggi saja konduktivitas
keseluruhan naik mencapai nilai diatas dataran terkuras.
Pengurasan donor semikonduktor jenis n mirip dengan penjenuhan
akseptor semikonduktor jenis p (Pembaca dipersilahkan merujuk pada pasal-
pasal sebelumnya untuk analogi kejenuhan). Pengurasan donor dan penjenuhan
akseptor penting bagi ahli teknik bahan dan listrik, karena keadaan ini
menghasilkan daerah dimana konduktivitas dapat dianggap konstan. Hal ini berarti
bahwa tidak perlu diadakan kompensasi untuk perubahan suhu dalam rangkaian
listrik kecuali jika karakteristik log terhadap 1/T mengikuti garis yang terus
menerus naik.
4.2.4 Semikonduktor cacat
Oksida besi memilki ion Fe3+ disamping ion Fe2+. Hal yang sama terdapat
pada Gambar 4.10(a) dimana NiO teroksidasi membentuk ion Ni3+, suatu hal yang
lazim pada oksidasi logam transisi yang memiliki valensi ganda. Pada oksida nikel,
tiga Ni2+ digantikan oleh dua Ni3+ dan satu kekosongan . Dengan demikian
keseimbangan muatan terpelihara; dan difusi lebih mudah demikian pula
konduktivitas ion. Akan tetapi hal lebih penting adalah kenyataan bahwa elektron
dapat melompat dari ion Ni2+ ke letak akseptor dalam ion Ni3+.
Sebaliknya, suatu lubang elektron bergerak dari ion nikel yang satu ke ion
lainnya dalam pergerakannya ke elektroda negatif. Oksida nikel dan oksida lainnya
dengan struktur M1 x
O yang tercatat adalah semikonduktor jenis p .
Selain itu terdapat pula oksida jenis n. Oksida seng, bila berada dalam
atmosfir reduksi, menjadi Zn1+yO dengan hilangnya oksigen. Akan tetapi dalam
hal ini kekosongan oksigen tidak terbentuk. Ion seng menduduki letak interstisi
(Gamb. 4.10b). Ion Zn+ yang timbul untuk mengimbangi muatan memiliki
kelebihan satu elektron dibandingkan dengan ion-ion Zn2+ lainnya. Ion-ion lainnya
ini dapat memberikan elektron pada pita konduksi menghasilkan semikonduktivitas
jenis n.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 63
Gambar 4.10. Semikonduktor cacat. (a) Ni1-xO. Ion Ni3+ menjadi akseptor elektron, sehingga lubang O terbentuk dalam pita valensi. (b) Zn1+yO. Ion Zn+ merupakan donor elektron, , pada pita konduksi untuk semikonduktor jenis n.
4.3 PERANGKAT SEMIKONDUKTOR(SEMICONDUCTOR DEVICES)
Semikonduktor banyak digunakan dalam alat-peralatan elektronika. kita
akan membahas beberapa diantaranya
4.3.1 Alat konduksi dan tahanan
Telah kita ketahui bahwa konduktivitas dari foto konduktor tergantung pada
jumlah sinar datang. Kemampuan inilah yang digunakan dalam alat penginderaan
cahaya. Radiasi tidak perlu dapat dilihat dapat berupa sinar ultraviolet atau
(b)
O2-
Donor
Zn2+
Zn+
CB
VB
(a)
O2-
Ni3+
Ni3+
Kekosongan
Akseptor
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 64
inframerah, asalkan foton memiliki energi yang setara atau lebih besar daripada
sela energi.
Alat jenis kedua adalah termistor, yaitu suatu semikonduktor dengan
tahanan yang telah dikalibrasi terhadap suhu. Bila sela energi besar, sehingga
kurva In terhadap 1/T terjal , maka dapat dirancang suatu termistor yang dapat
mencatat perubahan bahan suhu sebesar 10 40
oC.
Karena banyak bahan semikondktor mempunyai faktor tumpukan yang
rendah, mereka memiliki kompresibilitas yang tinggi. Percobaan menunjukkan
bahwa bila volum ditekan, ukuran sela energi turun; hal ini dengan sendiirinya
meningkatkan jumlah elektron yang dapat melompati sela energi. Dengan
demikian tekan dikalibrasikan terhadap tahanan untuk alat pengukur tekanan.
Alat foto multiflier bekerja berdasarkan aktivitas elektron, pertama oleh
foton dan kemudian oleh elektron-elektron sendiri. Sebagai contoh, misalkan ada
sumber cahaya yang sangat lemah, berupa sebuah foton yang mengenai elektron
valensi. Mata kita tidak mungkin dapat mengamatinya. Akan tetapi bila elektron
tadi ditingkatkan sampai pita konduksi dan sekaligus berada dalam medan listrik
yang kuat sekali, elektron itu akan dipercepat sampai mencapai kecepatan tinggi
dan energi tinggi. Elektron ini juga dapat mengaktivasi elektron atau beberapa
elektron lainnya yang juga dapat dipengaruhi oleh medan yang kuat. Efek
penggandaan ini dapat dimanfaatkan.
Suatu signal cahaya yang sangat lemah dapat diperbesar. Melalui
pengfokusan yang baik, suatu benda dalam kegelapan akan dapat dilihat.
4.3.2 Alat junction (dioda)
Beberapa peralatan menggunakan sambungan antara semikonduktor
jenis n dan jenis p, yang paling sering digunakan adalah LED (dioda pemancar
cahaya) LED ini digunakan pada display digital (merah) yang ditempatkan di
kalkulator. Prinsip kerja LED terlhat pada Gambar 4.11. Pembawa muatan pada
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 65
sisi-n dan sisi p dari junction adalah elektron dan lubang. Bila arus melalui alat
dalam arah seperti terlihat pada gambar, lubang dalam pita valensi bergerak
melalui junction kedalam bahan jenis n, sebaliknya elektron pita konduksi
memasuki bahan jenis p, Berdekatan dengan junction terdapat pembawa muatan
yang berlebihan yang bergabung kembali dan menghasilkan perpendaran cahaya.
n + p foton (4.8)
Bila digunakan GaAs, foton yang dikeluarkan dalam daerah penggabungan kembali
berwarna merah; GaP akan menghasilkan foton hijau.
Gambar 4.11. Dioda
pemancar cahaya, (a) suatu LED adalah alat yang terdiri dari junction antara semikonduktor jenis n dan jenis p, (b) Bila terdapat kecenderungan kemuka pada pada junction, kedua jenis pembawa muatan melintasi junction dimana keduanya bergabung dan menghasilkan sebuah foton.
Junction pada Gambar 4.11 dapat juga digunakan sebagai penyearah arus
(rectifier); yaitu menjadi suatu check valve yang dapat melakukan arus dalam
suatu arah dan tidak sebaliknya. Dengan bias maju sesuai Gambar 4.12(a), arus
dapat lewat karena pembawa muatan baik elektron maupun lubang bergerak
melalui junction. Dengan bias balik sesuai Gambar 4.12(b), pembawa muatan
(a)
n
p n
p n
p
(b)
foton
Elektron
Arus
Daerah penggabungan kembali
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 66
tertarik menjauhi kedua sisi junctin, meninggalkan daerah yang kekurangan
pembawa muatan atau daerah isolasi pada pada junction.
Bila tegangan ditingkatkan daerah yang kosong betambah besar. Arus
hanya dapat mengalir pada bias maju.
Gambar 4.12. Penyearah arus (rectifier). (a) Arus mengalir denga bias maju karena pembawa muatan melalui junction. (b) Dengan bias terbalik, pembawa muatan meninggalkan daerah junction. konduktivitas ekstrinsik menghilang dari daerah junction dan hanya tersisa sejumlah kecil konduktivitas Intrinsik.
Hal ini berlaku untuk jangkau tegangan balik yang cukup besar. Akan tetapi,
ada suatu titik, di mana arus dapat lewat karena terjadi suatu hubung-singkatan
ada di daerah kosong. Khususnya, beberapa pembawa muatan yang ada di daerah
kosong dipercepat hingga mencapai kecepatan tinggi oleh perbedaan potensial
yang tajam. Sama halnya dengan alat fotomultilflier yang telah diuraikan tadi,
elektron berenergi tinggi dapat melepaskan elektron lainnya. Terjadi banjir yang
menghasilkan arus yang besar. Pada hakikatnya, kita-kini memiliki katup
pengaman yang terbuka pada tegangan tertentu.
Daerah Isolasi
(b) Bias terbalik.
n p Elektron Arus
Daerah penggabungan kembali (recombination zone)
(a) Bias maju.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 67
Dioda, berdasarkan prinsip tersebut di atas, dapat dirancang untuk
tegangan tembus antara 1 atau 2 Volt hingga beberapa ratus volt dengan arus
yang berkisar dari milliamper hingga beberapa amper. Dioda yang disebut dioda
zener, dapat digunakan sebagai filter, gate dan pengontrol voltage tetap.
4.3.3 Transistor
Transistor adalah alat junction yang dapat memperkuat sinyal yang lemah
menjadi besaran yang lebih kuat dan dapat dimanfaatkan. Transistor paling
sederhana memanfaatkan daerah yang kekurangan pembawa-muatan untuk
memperkuat keluaran (output) suatu rangkaian. Ini disebut transistor-efek medan
(FET. field-effect-transistor ). Pada Gambar 4.13, junction p-n, oleh sinyal masuk
menjadi bias balikan. Dengan perubahannya sinyal, daerah yang kekurangan
pembawa-muatan berubah dan dengan demikian mengubah resistivitas antara
sumber dan penerima. Sebalikya, arus yang mangalir ke luar berubah secara
terkendali. Sinyal yang lemah dapat menghasilkan fluktuasi arus yang berarti.
Gambar 4.13. Transistor (efek-medan). Di sini digunakan junction n-p tunggal. Tegangan pada gate yang bersifat bias-balikan mengubah lebar daerah yang kekurangan dan kerenanya penampang saluran konduksi antara sumber dan penerima. Perubahan kecil saja pada tegangan masuk menghasilkan perubahan besar pada arus yang melalui saluran konduksi.
Daerah yang kekurangan
Saluran konduksi
n Masukan
p
Penerima
Sumber
Gate
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 68
Dikenal transistor umum dengan dua junction yang dihubungkan secara
seri. Jenisnya adalah p-n-p atau n-p-n dan disebut transistor junction. Jenis
pertama banyak digunakan pada waktu dahulu ; akan tetapi, kita akan membahas
transistor n-p-n, karena lebih mudah menggambarkan pergerakan elektron
dibandingkan dengan pergerakan lubang. Namun prinsipnya sama saja.
Sebelum membahas susunan transistor, perlu diingat kembali bahwa jika
lubang bergerak melintasi junction dengan bias maju (Gambar 4.12a), mereka
akan bergabung kembali dengan elektron dalam bahan jenis-n sesuai pers. (4.4b).
Elektron bergabung dengan lubang ketika elektron melintasi junction dan
memasuki bahan jenis-p. Namun, reaksi Pers. (4.4b) tidak terjadi seketika itu.
Sebenarnya, kelebihan jumlah pembawa-muatan positif dan negatif dapat
bergerak cukup jauh melewati junction, Jumlah pembawa-muatan yang tidak
bergabung kembali yang berlebihan merupakan fungsi eksponensial dari tegangan
terpasang dan penting untuk operasi transistor.
Gambar 4.14. Transistor (n p n) jumlah elektron yang melintas dari junction pemancar sangat peka terhadap tegangan pemancar. Bila basis sempit, pembawa muatan ini bergerak ke junction basis kolektor dan lebih jauh lagi sebelum menggabung kembali. Jumlah arus fluks total, dari pemancar ke basis, dibesarkan oleh fluktuasi dalam tegangan pemancar.
n
n
p
n
n
p
Pemancar Basis Kolektor
Ve
Ve
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 69
Suatu transistor terdiri dari pemancar, basis, dan kolektor. (Gambar. 6.14).
Untuk sementara, baiklah ditinjau junction pemancar saja yang biased
sedemikian rupa sehingga elektron bergerak ke basis (dan menuju ke kolektor).
Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya, jumlah elektron yang melintasi junction
ini dan memasuki bahan jenis p merupakan fungsi eksponensil dari tegangan
pemancar, Ve. Dengan sendirinya, elektron-elektron tersebut serentak mulai
bergabung dengan lubang-lubang dalam basis, akan tetapi bila base sempit, atau
bila waktu penggabungan kembali lama (
pada pers. 4.5). elektron akan terus
bergerak bebas kerena kolektor merupakan semikonduktor jenis n, Arus total
yang mengalir melalui kolektor dikendalikan oleh tegangan pemancar, Ve. Bila
tegangan pemancar berubah-ubah, arus kolektor, lc berubah secara eksponensil.
Secara logaritmis dapat ditulis sebagai berikut :
In Ic In Io + Ve /B, (4.9a)
atau
,eII /BVOC
e
(4.9b)
dimana Io dan B merupakan konstan. Jadi, bila tegangan dalam pemamcar
dinaikkan sedikit saja, pertambahan arus cukup besar. Hubungan inilah yang
menyebabkan mengapa transistor digunakan sebagai amplifier.
4.4 PEMROSESAN SEMIKONDUKTOR
Komposisi semikonduktor sangat menentukan. Beberapa jenis
ketidakmurnian merupakan pembawa donor dan pembawa negatif (jenis-n); jenis
lain lagi merupakan pembawa akseptor dan pembawa negatif (jenis-p). Dopant ini
meskipun sengaja ditambahkan, jumlahnya harus terkontrol dengan ketat hingga
level perjutaan (ppm) bahkan kurang. Oleh karena itu, biasanya silikon dimurnikan
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 70
(atau semikonduktor lainnya) semurni mungkin, kemudian baru ditambahkan
dopant tepat sesuai diinginkan.
4.4.1 Pertumbuhan kristal
Untuk sebagian besar pemakaian semikonduktor diperlukan kristal tunggal,
karena batas butir mengurangi mobilitas pembawa muatan dan mengurangi waktu
rekombinasi pembawa muatan terlebih. Pengurangan waktu rekombinasi
mempengaruhi daya guna sejumlah peralatan junction. Penumbuhan kristal
biasanya memanfaatkan salah satu dari dua teknik yang dikenal dalam teknologi
semikonduktor, yaitu metode penarikan kristal dan metode zona-mengambang
(Gambar 4.15).
Gambar 4.15. Pertumbuhan kristal tunggal semikonduktor (a) metode penarikan kristal, benih berupa kristal tunggal ditarik ke atas perlahan-lahan. Cairan berkristalisasi pada permukaan bawah, (b) Prosedur zona mengambang. Zona atau daerah cair diangkat sepanjang semikonduktor yang membeku pada bagian bawah sebagai suatu kristal tunggal. Cairan tetap berada pada posisinya oleh tegangan permukaan dan tidak bersinggungan dengan wadahnya.
Pertama-tama bahan semikonduktor lebur; kemudian benih kristal tunggal
dikenakan kepermukaan dan ditarik keatas dengan perlahan-lahan (~ 1 mm/menit)
sambil diputar (~ 1/det). Bila cairan sedikit di atas titik cairnya, maka akan
(a) (b)
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 71
membeku pada kristal benih ketika benih ditarik ke atas. Atom bersolidifikasi
sesuai dengan struktur kristal benih. Dapat ditambahkan bahan dopant kelompok
I I I atau kelompok V pada bahan cair dalam jumlah (~ 10 6
% atom) yang
diperlukan untuk menghasilkan produk jenis-p dan n.
Teknik tersebut (Gambar 4.15a) cukup memuaskan untuk germanium dan
bahan lain yang mencair di bawah 1000 oC. Namun, kurang sesuai untuk silikon.
Silikon mencair di atas 1400 oC dan, oleh karena itu lebih mudah terkena kotoran
yang berasal dari tempat dan dinding dapur. Selain itu, dopant mudah menguap
hingga pengendalian komposisi lebih sulit, oleh karena itu digunakan proses
daerah mengambang.
Zona mengambang diawali dengan batang (diameter > 5 cm ) dari silikon
polikristalin yang telah dimurnikan. yang berada di atas piring kristal tunggal yang
telah dipersiapkan. Keduanya mencair ditempat bersinggungan dengan pemanasan
r-f. kumparan r-f diangkat perlahan-lahan (Gambar 4.15b) untuk menggerakkan
daerah yang cair ke arah atas. Bahan polikristal mencair mengikuti pergerakan ke
atas dan mengumpan zona cair. Kristal tunggal awal tumbuh ke atas mengikuti
pergerakan daerah bawah yang cair yang kemudian mencair. Sama dengan proses
penarikan kristal, pergerakan ke atas dari zona cair adalah sekitar ~1 mm/menit.
Kemudian batang dipotong-potong menjadi keping yang halus (~ 0,25 mm).
keping tersebut dipolis dan diberikan secara kimia, kemudian ditambahkan dopant
pada lapisan epitaksial. Lapisan ini adalah lapisan yang tumbuh pada permukaan
sebagai kelanjutan kristal yang berada di bawahnya. Pertumbuhan berasal dari
campuran gas dengan komposisi sedemikian rupa sehingga lapisan jenis-n atau
jenis-p. SiCl4H2 dan PH3 untuk silikon jenis-n, dan SiCl4, H2, dan B2H6 untuk silikon
jenis-p.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 72
4.5. CONTO-CONTOH SOAL
1. (a) Beberapa bagian dari muatan dalam silikon intrinsik berasal dari elektron ?
(b) Dari lubang elektron ?
Jawab:
Dari Pers. (4.1) dan tabel 4.2 dengan nn = nP untuk semikonduktor intrinsik
n / = n / ( n + p)
= (0,19 m2 /V. det )/(0,2325 m2 /V .det) = 0,82
p /
= 0,18.
Catatan: Konduktivitas dalam pita konduksi lebih tinggi dari konduktivitas
lubang elektron dalam pita valensi.
2. Dari Tabel 4.2, diketahui bahwa senyawa arsen gallium mempunyai
konduktivitas intrinsik sebesar 10 6 ohm-1.m-1 pada 20 0C. Berapa jumlah
elektron yang melompati celah energi ?
Jawab : Dari pers. (4.1.).
n = (10-6 ohm-1 m-1)/(0,16 x 10-18 amp.detik)(0,88+0,04 m2/V. detik)
= 6,8 x 1012 /m3
Catatan: Terdapat 1,36 x 1013 pembawa /m3 kerena untuk setiap elektron
yang diaktivir melompati sela energi tersedia satu lubang elektron.
3. Setiap atom timah kelabu memiliki 4 elektron valensi. Ukuran sel satuan
(Gamb. 4.3a) adalah 0,649 nm. Perhitungan tersendiri menunjukkan bahwa
ada 2x 025 elektron konduksi perm3. Berapa bagian dari elektron telah diaktivir
hingga pita konduksi ?
Jawab: Menurut Gamb. 4.3. terdapat 8 atom per sel satuan
Elektron valensi /cm3 = selsatuan/)cm10x649,0(
)atom/cl4)(selsatuan/atom8(39
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 73
= 1,17 x 1029 /m3.
Bagian yang diaktivir = 0002,01017,1
10229
25
x
x
4. Tahanan germanium pada 20 0C adalah 0,5 ohm.m. Berapa tehanannya pada 400 C ?
Jawab : berdasarkan Pers. (4.3) dan sela energi sebesar 0,7 eV (Tabel 4.2):
.1
2
2/0
2/0
2
1
1
2kTEg
kTEg
e
e
.11
2/
2121 TTk
EIn
g
= .9,0K3I3
1
K293
1
)K/eV101,86(,2
eV7,06
2 / 1 = ~ 2,5.
Jadi bila 20 = 0,5 0hm.m. C040
= 0,2 ohm.m.
5. Berkas tabung TV menyusuri layar dengan kecepatan 30 rangka per detik.
Berapa waktu relaksasi dari elektron fosfor yang diaktivir bila intensitas sisa
adalah 20% pada penyusuran berikutnya ?
Jawab : Dari pers. (4.7).
In(1,00/0,20) = (0,033 detik )/
= 0,02 detik.
Catatan: Kita gunakan istilah pendar fluor bila waktu relaksasi pendek
dibandingkan dengan waktu relaksasi visual kita. Bila perpendaran cahaya memiliki
waktu pijar sisa yang berarti, kita menggunakan istilah pender fosfor.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 74
6. Sesuai dengan Tabel 4.2. silikon mempunyai konduktivitas sebesar 5x10 4
ohm 1.m 1
dalam keadaan murni. Seorang ahli teknik ingin menghasilkan
konduktivitas sebesar 200 ohm 1.m 1
bila ditambahkan aluminium sebagai
ketidakmurnian. Berapa jumlah atom aluminium per m3 ?
Jawab: Karena konduktivitas intrinsik rendah dibandingkan dengan 200
ohm 1,m 1, hampir semua konduktivitas dihasilkan oleh lubang yang berasal
dari atom akseptor :
np = (200 ohm 1,m 1)/(0,16 x 10 18
amp sek )(0,0425 m2/volt sek)
= 3 x 1023 /m3 .
Catatan : setiap aluminium menghasilkan satu letak akseptor dan satu lubang
elektron. oleh karena itu diperlukan 3x1022 atom aluminium perm3. Jumlah
yang cukup besar, akan tetapi masih kecil (0,6 ppm) dibandingkan dengan
jumlah atom silikon per-m3 (lihat soal 1a).
7. Transistor terdahulu menggunakan germanium dengan tahanan ekstrinsik
sebesar 0,02 ohm.m dan konsentrasi elektron konduksi sebesar 0,87x1021 /m3
(a) Hitunglah mobilitas elektron dalam germanium (b) Sebutkan unsur ketidak
murnian yang dapat ditambahkan pada germanium agar menghasilkan
elektron konduksi.
Jawab: Karena kita sedang membahas konduktivitas ekstrinsik elektron, yaitu
jenis-n.
a) n = 1/(0,02 ohm.m) (0,87 x 1021 /m3 ) (0,16 x 10 18
amp sek)
= 0,36 m3 /volt.sek
b) Unsur Kelompok V: N, P,As, Sb.
Catatan: Mobilitas elektron tidak tergantung pada unsur kelompok V yang
ditambahkan karena elektron, sekali mamasuki pita konduksi, bergerak melalui
kisi silikon tidak tergantung pada donor.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 75
Unsur Kelompok VI dapat juga ditambahkan. Karena mereka memiliki elektron
tambahan kedua (disamping empat lainnya utuk ikatan ), hanya dipulukan
0,4x1021/m atom untuk menghasilkan 0,8x1021/m3 elektron konduksi.
8. Terdapat 1022 Al/m3 dalam silikon untuk menghasilkan semikonduktor jenis-p.
Pada suhu berapa konduktivitas intrinsik silikon akan sama dengan konduktivitas
ekstrinsik maksimum.
Jawab: Pada saat jenuh
ex = (1022 /m3)(0,16 x 10 18
A. sek)(0,0425 m2 / v. sek)
= 68 ohm 1,m 1
dari Tabel 2.
In = 5 x 10 4
ohm 1.m 1
pada 20oC
pers (3) ;68
1052/1.1
)293(2/1,1
11
114
kTo
Kko
e
e
mohm
mohm
In (5 x 10 4
/68) = 11,8 = :1
293
1
)/101,86(2
1,16 TKKeV
eV
T = 640 K (atau 367o C).
catatan :Persamaan umum untuk konduktivitas dalam semikonduktor adalah:
= In + ( n)ex + ( p)ex
= (nInq)( n + p ) + (nnq n)ex + (npq p)ex
Biasanya, hanya satu dari ketiga suhu tersebut yang penting pada suatu waktu
tertentu dan lainnya dapat diabaikan. Pada contoh ini , hanya ( p)ex yang penting
pada 20oC.
9. Sulfida seng digunakan sebagai termistor. Berapa tingkat ketelitian,
pengukuran tahanan agar dapat dicatat perubahan suhu 0,001 oC ?
Jawab: karena ukuran konstan
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 76
;11
2
1
1
2
1
21
1
21
R
RR
;1)001,0(2/7,3
2/7,3
2
1TkeV
O
kTeVO
e
e
In .10
11
)/101,86(2
7,3)1(
36 TTKeV
eV
karena
)10(
)10(
10
113
3
3 TT
TT
TT~ .
102
3
T
In (1
) = ( 21,500 K) (10-3 K/[293 K]2 )
= 2,5 x 10 4
= 0,00025 (atau 0,025%)
Catatan : diperlukan alat pengukur jenis jembatan.
10. Suatu transistor mempunyai arus kolektor sebesar 4,7 miliamper bila tegangan
pemancar = 17 milivolt. Pada 28 milivolt arus besarnya 27,5 miliamper. Bila
diketahui bahwa tegangan pemancar = 39 milivolt, berapa besar arus ?
Jawab: Berdasarkan (4.9).
In 4,7 In Io + 17/B = 1,55
In 27,5
In Io + 28/B = 3,31
Penyelesaian memberikan : In Io
1,17
dan B
6,25
Pada 39 milivolt. In Ic
1,17 + 39/6,25
5.07.
I c
160 miliamp.
Catatan: Seorang ahli listrik mengubah Pers. (4.9) untuk menentukan efek arus
tambahan. Hal ini ternyata tidak merubah hubungan dasar: Variasi arus kolektor
jauh lebih besar dibandingkan dengan perubahan tegangan sinyal.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 77
BAB V
MATERIAL DIELEKTRIK
Konsep penting dalam permasalahan dielektrik adalah momen dipol listrik
yang merupakan ukuran pengaruh medan listrik pada sepasang muatan listrik
yang besarnya sama tapi berlawanan tanda. Ketika medan listrik diberikan kepada
material maka fenomena populasi muncul. Bahkan dielektrik dipergunakan
terutama terkait dengan kemampuannya menyimpan muatan atau energi
elektrostatik. Dalam kaitan ini diperkenalkan beberapa konstanta material dielektrik
berkaitan dengan interaksinya dengan medan listrik diantaranya adalah
permitivitas dan susceptibilitas untuk besaran makro dan konstanta polarisasi
untuk skala mikro. Di lain pihak material dielektrik juga sangat luas dipakai sebagai
isolasi tegangan/medan tinggi. Dalam keadaan demikian maka fungsi utama
material adalah untuk menahan medan listrik. Sebagai isolasi dikenal kekuatan
dielektrik/isolasi dan suatu konstanta penting yaitu rugi rugi dielektrik.
Baik fungsinya sebagai dielektrik maupun sebagai isolasi, materil dielektrik
memegang peranan sangat penting dalam elektroteknik. Komponen komponen
seperti kapasitor, hingga isolasi pada peralatan listrik seperti motor motor listrik,
generator, peralatan listrik rumah tangga adalah beberapa contoh peran material
dielektrik dalam kehidupan sehari hari.
Pada Bab ini akan dibahas mengenai material dielektrik sebagai dielektrik
maupun sebagai isolasi. Bertitik tolak dari polarisasi dan macam macamnya,
konstanta dielektrik serta pengaruh frekuensi dielektrik hingga kekuatan dielektrik
serta macam macam tembus isolasi.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 78
5.1. KAPASITANSI
Jika tegangan searah (dc) diberikan pada suatu kapasitor, antara kedua plat
yang satu bermuatan positip dan yang lainnya bermuatan negatip tergantung
polaritas medan listrik positip dan negatip. Besarnya kapasitansi C tergantung
muatan Q yang tersimpan antara kedua plat.
C = Q/V (5.1)
Dimana V adalah tegangan yang diberikan pada kapasitor. Satuan kapasitansi
coulomb per volt atau Farad.
Suatu kapasitor plat sejajar yang berisi udara antara kedua plat seperti
pada Gamber 5.1, maka kapasitansi dapat diketahui dengan persamaan,
A
C o
(5.2)
Dimana A luas plat, l jarak antara kedua plat, o permitivitas udara (kapasitansi
dalam vakum) dengan nilai 8,854x10-12 Farad/m.
Jika material dielektrik dimasukkan diantara kedua plat (lihat Gambar 5.1a),
maka kapasitansi adalah,
A
C
(5.3)
Dimana
adalah permitivitas material dielektrik yang biasanya lebih besar o.
Prmitivitas relativ adalah r juga sering disebut konstanta dielektrik, yaitu rasio
antara permitivitas material dielektrik dengan permitivitas udara,
o
r
(5.4)
Jika nilai r lebih besar dari satu, menunjukkan lebih tinggi kapasitas muatan
material dielektrik dari udara antara kedua plat. Konstanta dielektrik merupakan
salah satu sifat material yang dijadikan pertimbangan dalam mendesain kapasitor
dan isolator. Nilai r dari beberapa material dielektrik dapat diihat pada Tabel 5.1.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 79
Gambar 5.1. Kapasitor plat sejajar (a) antara kedua plat berisi udara (vakum), (b) antara kedua plat berisi material dielektrik.
Tabel 4.1 Konstanta dan Kekuatan Dilektrik Beberapa Material
Material Konstata Dielektrik Kekuatan Dielektrik 60 Hz 1 MHz (V/mil)*
Keramik Keramik Titanium - 15-10.000 50-300 Mika - 5,4 8,7 1000-2000 Steatite (MgO-SiO2) - 5,5-7,5 200-350 Soda-Lime Galas 6,9 6,9 250 Porselen 6,0 6,0 40-400 Silika Fuse 4,0 3,8 250
Polimer Phenol-Formaldehyde 5,3 4,8 300-400 Nylon 6,6 4,0 3,6 400 Polystyrene 2,6 2,6 500-700 Polyethylene 2,3 2,3 450-500 Polytetrafluoroethylene 2,1 2,1 400-500 * 1 mil = 0,001 in
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 80
5.2. POLARISASI (P) DAN KONSTANTA DIELEKTRIK )( r
Bila suatu material ditempatkan pada medan listrik maka terjadilah momen
dipol didalam material. Peristiwa ini dapat diilustrasikan dengan penempatan
material di antara dua pelat kapasitor yang diberi medan listrik E seperti pada
Gambar 5.2. Pada Gambar 5.2a material terpolarisasi dan pada pelat terinduksi
muatan yang berlawanan tanda. Gambar 5.2b menunjukkan bagian material saja
di mana dalam material terdapat untaian muatan positif
negatif secara berantai.
Dengan demikian dilihat secara ruah (bulk) maka tidak ada muatan netto. Namun
demikian pada permukaan perbatasan dengan pelat terdapat muatan terikat
masing masing -Qp dan + Qp. Dua muatan inilah yang mewakili peristiwa polarisasi
secara bulk yang dialami oleh material akibat kehadiran medan listrik yang
diekspresikan dengan Gambar 5.2c.
Gambar 5.2: Ilustrasi polarisasi material dielektrik
Polarisasi di dalam material direpresentasikan dengan besaran polarisasi P
yang menyatakan momen dipol per satuan volume. Bila momen dipol per dipol p =
q.d, dan kerapatan dipol N per meter kubik maka polarisasi dapat dinyatakan
sebagai :
(a)
(b)
(c)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 81
P = Np (5.5)
Polarisasi tergantung dari besarnya medan listrik yang diberikan. Untuk material
yang bersifat homogen dan isotropik maka
P = e0 E (5.6)
Dimana 0
= permitivitas ruang hampa dan E = kuat medan listrik, e
adalah
susceptibilitas listrik material. Dengan demikian maka
P = P/N = e0 E/N atau P = N E
Dimana
= e0 / N disebut sebagai konstanta polarisasi.
Bila dibandingkan dengan sebelum ditempatkannya material dielektrik di
antara dua pelat maka pada saat tidak dielektrik (ruangan diisi ruang hampa
/udara ) berlaku hubungan
D = O E (5.7)
Dimana D = kerapatan fluk listrik.
Pada saat ruang hampa diganti dengan bahan dielektrik maka hubungan
menjadi
D = E = Or E (5.8)
Dimana = permitivitas dielektrik dan r = permitivitas relatif = O/
Perubahan pada D dengan kehadiran dielektrik disebabkan oleh
munculnya polarisasi di dalam dielektrik.
D = E = O E + P
Dengan demikian polarisasi
P = ( EE)1 eOOr (5.9)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 82
5.3. MACAM MACAM POLARISASI
Polarisasi dibedakan atas polarisasi elektronik, polarisasi atomik/ionik,
polarisasi dipolar dan polarisasi interfacial. Deskripsi dari masing masing polarisasi
adalah sebagai berikut:
5.3.1 Polarisasi Elektronik
Teori atom menyatakan bahwa suatu atom tersusun atas inti atom
bemuatan positif dan elektron yang mengitari inti bermuatan negatif. Muatan neto
dalam atom adalah netral. Dalam keadaan tidak ada pengaruh medan luar maka
pusat muatan positif inti atom terimpit dengan pusat muatan negatif elektron.
Dengan demikian tidak ada momen dipol dalam atom. Namun bila atom berada
pada daerah dengan medan listrik maka muatan akan berinteraksi dengan medan
dan terjadilah pergeseran pusat muatan baik positif maupun negatif. Munculah
polarisasi. Polarisasi demikan disebut dengan polarisasi elektronik seperti
diilustrasikan pada gambar berikut.
Gambar 5.3. Polarisasi elektronik
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 83
Pergeseran pusat muatan sejauh x akan oleh medan E menimbulkan gaya atraksi
antar pusat muatan yang cenderung untuk mendekat. Bila atom mempunyai
nomor Z yang berarti mempunyai Z elektron maka gaya yang mendorong elektron
menjauh dari inti atom akibat medan listrik adalah ZeE. Di lain pihak gaya yang
mendorong elektron untuk mendekati inti adalah sebanding dengan pergeseran x
yaitu xFr . Di sini
adalah konstanta dan tanda negatif menunjukkan bahwa
gaya berarah ke inti atom. Dalam keadaan seimbang maka berlaku
ZeE = x
Dengan demikian besar momen dipol induksi elektronik adalah
EeZ
ZeEp22
e (5.10)
momen dipol ini akan tetap bila medan yang diberikan adalah DC dan konstan. Bila
tiba tiba medan hilang gaya atraksi berperan. Pergerakan pusat muatan negatif
dapat dinyatakan dengan persamaan
2
2
e dtxd
Zmx (5.11)
Penyelesaian dari persamaan diferensial ini kan menghasilkan persamaan posisi
yaitu
t)cos(xx(t) oo (5.12)
dimana
1/2
eo Zm
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 84
Adalah frekuensi osilasi awan elektron disekitar inti atom dan xo merupakan jarak
sebelum medan dihilangkan. Konstanta polarisasi elektronik dapat dinyatakan
sebagai
2oe
2
em
ZeEp
(5.13)
5.3.2. Polarisasi Ionik
Yaitu polarisasi pada molekul/ ion yang disusun beberapa atom dengan
kehadiran medan listrik. Kristal ionik seperti NaCl, KCl dan sebagainya mempunyai
susunan rantai ion positif dan negatif. Sebagai contoh kita lihat untuk NaCl. Pada
saat tidak ada medan luar maka NaCl tidak terjadi polarisasi karena rantai tersusun
oleh momen dipol yang sama besar dan berlawanan arah seperti pada Gambar
(5.4a. Namun dengan kehadiran medan luar maka posisi ion positif dan negatif
sedikit bergeser dan terjadilah polarisasi netto seperti ditunjukkan oleh Gambar
(5.4b.
Gambar 5.4. Ilustrasi polarisasi ionik pada NaCl (a) tidak ada medan (b) ada medan
Sebagaimana pada polarisasi elektronik maka dikenal adanya konstanta
polarisasi ionik/atomik.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 85
lokale E
p
Besar konstanta polarisasi ionik dapat dicari dengan persamaan Clasium Mossotti
yang akan dibicarakan kemudian.
5.3.3. Polarisasi Orientasi (dipolar)
Yaitu polarisasi akibat dipol dipol di dalam bahan dielektrik mengalami
perubahan orientasi akibat medan listrik. Polarisasi ini terjadi di dalam material
dielektrik yang mempunyai dipol permanen (dipolar) seperti HCl. Pada saat tidak
ada medan luar maka dipol dipol terorientasi secara acak dan tidak ada polarisasi
netto. Gambar a dan b menunjukkan momen dipol permanen HCl dan orientasi
random dari dipol pada saat tidak ada medan.
Kehadiran akan membuat orientasi dipol dipol mengarah pada medan dan
muncullah polarisasi netto seperti ditunjukkan Gambar (5.5c dan (5.5d.
Gambar 5.5 : I lustrasi polarisasi orientasi (dipolar)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 86
Konstanta polarisasi orientasi tergantung dari temperatur dan dapat dihitung
dengan menggunakan statistik Boltzmann dan diperoleh
kT3
1 2
o (5.14)
dimana adalah dipol permanen, k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah
temperatur.
5.3.4. Polarisasi Interfacial
Yaitu polarisasi akibat terjadi penumpukan muatan pada perbatasan bahan
dielektrik yang tidak homogen.
Dengan mempertimbangkan tiga macam polarisasi yaitu elektronik, ionik
dan orientasi maka polarisasi dapat diuraikan menjadi :
P = Pe + Pi + PO (5.15
Dengan
Pe = e NE
Pi = i NE
Po = o NE
Dengan demikian
= e + i + o
Yaitu total koefisien polarisasi merupakan penjumlahan dari komponen koefisien
polarisasi. Koefisien polarisasi total menjadi :
= e + i + 2 / (3kT) (5.16)
dan
e + i + 2 /(3kT) = o ( r
1 )/N
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 87
Tabel 5.1
Permetivitas relatif beberapa material dan jenis polarisasi
Material Polarisasi Permitivitas Statik
Gas Argon Elektronik 1,0005
Argon Cair Elektronik 1,53
Si Elektronik 11,9
NaCl Ionik 5,9
CsCl Ionik 7,2
Air Orientasi / dipolar 80
PVC Orientasi / dipolar 7
5.4. POLARI SASI PADA ZAT PADAT DAN PERSAMAAN
CLAUSIUS MOSSOTTI.
Pada zat pada antar atom berinteraksi sehingga antar dipol juga
berinteraksi. Dalam nengevaluasi koefisien polarisasi maka pengaruh dipol
disekitarnya perlu dipertimbangkan. Bila medan E diberikan ke dalam dielektrik
maka suatu titik di dalam dielektrik akan mengalami medan tambahan akibat
interaksi dipol seperti digambarkan berikut.
Gambar 5.6. Medan luar dan medan lokal
-
+
+
+
-
-
E1
E
P
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 88
Medan lokal di dalam dielektrik adalah E* = E + E1
Medan akibat dipol E1 dapat dihitung dengan penjumlahan seluruh pengaruh dipol
dan akan menghasilkan
E1 = P/3 O
Dengan demikian medan total dapat dituliskan sebagai ;
E* = E + P/3 O (5.17)
dan konstanta polarisasi menjadi
a = P/NE* = P/N (E + E1)
Dengan subtitusi persamaan sebelumnya akan didapat
N /3 O = ( r
1)/( r + 2) (5.18)
Pada frekuensi optik maka yang ada hanyalah polarisasi elektronik maka
persamaan dapat dituliskan menjadi
N e / 3 O = ( re
1)/( re +2) (5.19)
Pada kondisi ini dipenuhi hubungan bahwa re = n 2 dimana n adalah indek bias
bahan dielektrik. Subtitusi n ke dalam persamaan sebelumnya diperoleh
persamaan Clausius Mossotti yaitu
N e / 3 O = (n2
1)/(n2 + 2) (5.20)
Bila Polarisasi orientasi tidak ada maka
N( e + i )/ 3 O = ( r
1)/( r +2) (5.21)
Karena N = Na x /M dimana Na = bilangan Avogadro dan kerapatan maka
/M x Na ( e + i )/3 O = ( r
1)/( r +2) (5.22)
Didefinisikan konstanta polarisasi molar yaitu besar polarisasi per satu molar
dielektrik yaitu:
Na( e + I )/3 O = M/ x ( r
1)/( r +2) (5.23)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 89
5.5. PENGARUH FREKUENSI
Konstanta dielektrik statik adalah konstanta dielektrik akibat polarisasi
dalam keadaan DC. Bila signal/medan yang diberikan adalah sinusoidal maka
konstanta dielektrik dalam keadaan sionusoidal ini akan berbeda dengan pada
keadaan DC. Kehadiran medan sinusoidal akan membuat besar dan arah
polarisasi berubah secara periodik mengikuti perubahan medan. Jika momen dipol
dapat mengikuti perubahan medan secara sempurn maka
Ep d (5.24)
dengan konstanta polarisasi maksimum
3kTp
a2
od (5.25)
Kehadiran medan sinusoidal akan membawa kepada kondisi dimana tidak semua
dipol dapat mengikuti perubahan medan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor.
Faktor pertama adalah agitasi thermal yang cenderung membuat orientasi dipol
menjadi random. Faktor kedua adalah friksi dengan atom/kisi/dipol di sekitarnya
yang cenderung untuk menghambat terjadinya orientasi untuk mengikuti medan.
Bila medan berubah dengan cepat maka dipol tidak dapat lagi mengikuti
perubahan medan dan sebagai akibatnya sebagian besar dipol tetap berada pada
kondisi random. Pada frekuensi yang sangat tinggi maka ad akan cenderung
menjadi nol. Dengan demikian maka ad maksimum pada kondisi DC dan
mengecil menuju pada frekuensi tinggi.
Anggap pada suatu dielektrik gas diberikan medan DC untuk waktu lama
dan tiba
tiba medan diturunkan dari Eo menjadi E seperti pada Gambar (5.7.
Karena E menjadi lebih kecil maka dipol induksi DC juga mengecil dan dapat
dinyatakan sebagai
(0)Ed (5.26)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 90
dimana )0(d
adalah konstanta polarisasi pada frekuensi = 0. dengan demikian
momen dipol induksi per molekul akan berkurang atau mengalami relaksasi dari
Od E)0( ke E)0(d .
Bila
adalah waktu relaksasi rata rata di antara dua tumbukan / gesekan selama
proses relaksasi maka waktu yang diperlukan sehingga dipol induksi menjadi
random adalah . Bila momen induksi sesaat adalah p maka p - E)0(d adalah
momen dipol induksi sisa yang harus menjadi random selama relaksasi untuk t
mendekati tak hingga. Kecepatan perubahan momen dipol dapat dituliskan sebagai
(0)Ep
dtdp d (5.27)
Gamba 5.7. perubahan polarisasi akibat perubahan medan pada DC
Untuk kondisi AC, dapat diasumsikan mempunyai bentuk
)( tsinEE O
atau dalam bentuk eksponensial t)(j expEE o , didapat
t)(jexp(0)p
dtdp d
(5.28)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 91
Solusi dari persamaan ini diperoleh momen dipol induksi sesaat sebagai
)tjexp(E)(p Od (5.29)
dimana
j1
)0()( d
d (5.30)
yang menyatakan konstanta polarisasi pada keadaan AC. Konstanta polarisasi pada
keadaan AC merupakan bilangan kompleks yang menyatakan bahwa dalam
keadaan AC antara p dan E berbeda phasa.
Bila N adalah jumlah molekul per unit volume maka P = Np. Pada frekuensi
rendah maka )(,1t d
mendekati )0(d
dan p sephasa dengan E. Pada
frekuensi tinggi ,1t kecepatan relaksasi 1/
jauh lebih lambat dari kecepatan
perubahan medan sehingga tidak bisa mengikuti.
Gambar 5.8 (a) Medium dipolar dengan medan AC
(b) Permitivitas relatif kompleks.
Untuk kerapatan molekul N per satuan volume maka konstanta dielektrik dapat
dinyatakan sebagai
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 92
O
dr
N1 (5.31)
Dalam bentuk kompleks dituliskan sebagai
2
O
d
Orrr )(1
j1)0(N1
j1
)0(N1"j
(5.32)
Besaran N )0(d
merupakan konstanta dielektrik DC sehingga
o
dr
)0(N1)0(
(5.33)
Pemisahan bagian riil dan imajiner didapatkan
2
rr )(1
1)0(1'
2
rr )(1
1)0(" (5.34)
Persamaan ini disebut dengan persamaan Debye yang menggambarkan perilaku
konstanta dielektrik kompleks terhadap frekuensi.
Gambar 5.9. Ketergantungan terhadap frekuensi dari komponen ril dan imajiner dari konstanta dielektrik untuk berbagai polarisasi
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 93
5.8. RUGI RUGI DIELEKTRIK
Konstanta dielektrik kompleks merupakan konstanta material. Dalam aplikasi
kerekayasaan kita meminimasi komponen imajiner untuk suatu harga komponen
riil. Didefinisikan konstanta rugi rugi dielektrik (loss tangent, loss factor, fektor
rugi rugi) sebagai tan /"
yang tergantung dari frekuensi dan mencapai
maksimum disekitar /1 .
Untuk medan sinusoidal maka rugi
rugi dielektrik per satuan volume adalah
tanEW ro2
vol (5.35)
Dengan demikian rugi rugi dielektrik per satuan volume ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:
- Frekuensi, makin tinggi frekuensi makin tinggi pula rugi rugi
- Medan, makin tinggi medan listrik makin tinggi pula rugi rugi
- Konstanta rugi rugi, makin tinggi konstanta rugi rugi makin tinggi pula
rugi rugi dielektrik.
Sebagai contoh untuk bahan cross linked polyethylene (XLPE) yang banyak
digunakan untuk kabel dan alumina yang banyak digunakan untuk komponen
elektronik pada frekuensi 60 Hz dan 1 MHz dan pada medan sebesar 100 kV/cm
dapat dihitung losses per cm kubik (silakan coba) seperti pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Rugi rugi dielektrik untuk XLPE dan Alumina
Material
60 Hz 1 MHz
r
tan
W (W/cm3) r
tan
W (W/cm3)
XLPE 2,3 3 10-4 0,23 2,3 40 10-4 5,12
Alumina
8,5 10 10-4 0,84 8,5 10 10-4 47,3
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 94
5.7. RANGKAIAN EKIVALEN DIELEKTRIK
Apabila kepada suatu kapasitor yang berisi dielektrik diberikan tegangan AC
dengan frekuensi maka akan mengalir arus listrik sebesar
I = VCjdV/dtC OOr r (5.36)
Dengan memasukkan permitivitas kompleks dielektrik yaitu "j' rrr
maka
didapat
)V'j"(CI rrO (5.37)
Co adalah kapasitansi kapasitor bila tidak diisi dengan bahan dielektrik (berisi ruang
bebas.
Gambar 5.10. (a) Dielektrik dengan arus AC
(b) Diagram phasor arus
Dielektrik yang diberi tegangan AC dapat dinyatakan dengan rangkaian ekivalen
seri atau pararel seperti pada Gambar 5.10 berikut:
(a) (b)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 95
(a) (b)
Gambar 5.11. Rangkaian ekivalen dielektrik (a) pararel (b) seri
Pada rangkaian ekivalen pararel komponen permitivitas relatif kompleks terdiri dari
O
p
C
C"
CR1
'Op
(5.38)
Dengan demikian konstanta rugi rugi dielektrik menjadi
tan CR1
'"
Op
(5.39)
Selain rangkaian pararel ini dapat juga dipergunakan rangkaian ekivalen seri
seperti Gambar 5.10(b). Hubungan hubungan yang dapat diturunkan adalah
2p
2p
2
pS
CR1
RR
p
2p
2
2p
2p
2
SCR
CR1C (5.40)
Konstanta rugi rugi dinyatakan sebagai tan CR SS
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 96
5.8. KEKUATAN DIELEKTRIK DAN TEMBUS DIELEKTRIK
Material dielektrik banyak dipakai sebagai isolasi tegangan tinggi. Sebagai
isolasi maka kekuatan menahan medan listrik yang besar merupakan syarat. Suatu
bahan dielektrik mampunyai kekuatan menahan medan listrik tertentu. Kekuatan
menahan medan listrik tertentu disebut dengan kekuatan isolasi (satuan kV/cm
dll.). Setiap bahan isolasi mampunyai harga kekuatan isolasi masing masing.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan isolasi seperti struktur
molekul, kehadiran ketidakmurnian, temperatur dan kelembaban. Secara umum
material isolasi padat mempunyai kekuatan isolasi paling tinggi dan isolasi gas
mempunyai harga yang paling rendah.
Bila kepada bahan dielektrik tersebut diberikan medan listrik melebihi
kemampuannya maka isolasi akan mengalami kegagalan berupa tembus
(breakdown). Tembus pada zat padat bersifat permanen sedangkan tembus pada
isolasi cair dan terutama gas pada umumnya bersifat sementara. Kejadian tembus
isolasi diikuti oleh kenaikan arus yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat pada diagram
karakteristik arus tegangan ditandai dengan kenaikan arus yang sangat tajam.
Gambar 5.12. Karakteristik arus tegangan
Ib Tegangan
Aru
s
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 97
5.8.1. Tembus pada dielektrik gas
Dielektrik gas mempunyai susunan molekul/atom yang relatif jarang
dibandingkan dengan dielektrik cair atau padat. Untuk terjadinya tembus perlu ada
elektron awal. Elektron awal dapat muncul dalam gas melalui berbagai cara seperti
akibat radiasi kosmik, eksitasi termal atau elektron dari permukaan katoda akibat
berbagai proses seperti radiasi atau emisi medan.
Bila suatu elektron awal telah tersedia di dalam gas maka bila medan listrik
dalam gas cukup besar maka elektron akan bergerak dipercepat dan akan
memperoleh energi kinetik yang besar pula. Energi kinetik yang besar yang dimiliki
elektron memungkinkan mengionisasi molekul/atom gas bila bertumbukan.
Dengan adanya ionisasi gas ini maka muncul elektron kedua. Kedua elektron akan
memulai proses serupa untuk menghasilkan dua elektron baru dan seterusnya.
Sehingga didalam gas akan terjadi multiplikasi elektron secara eksponensial.
Peristiwa ini disebut dengan Avalanche. Bila kenaikan elektron berjalan terus maka
suatu ketika kedua elektroda akan dijembatani oleh avalanche elektron dan
terjadila tembus.
Tembus gas dipengaruhi oleh tekenan gas. Makin tinggi tekanan gas maka
kerapatan juga makin tinggi. Hal ini mengakibatkan jarak rata rata antara molekul
atau atom semakin kecil dan sebagai akibatnya energi kinetik elektron lebih kecil
dan ionisasi molekul/atom gas semakin sulit. Dengan demikian secara umum maki
tinggi tekanan gas makin tinggi pula kekuatan tembus.
Tembus gas juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian gas tersebut.
Kandungan zat pengotor dan kelembaban dapat menurunkan kekuatan dielktrik.
Temperatur juga dapat mempengaruhi kekuatan dielektrin cair namun biasanya
terkait dengan parameter phisik yang lainnya.
Pada tekanan 1 atm dan frekuensi 60 Hz maka kekuatan tembus udara
adalah 31 kV/cm. Pada saat ini telah ditemukan dielektrik gas dengan kekuatan
isolasi tinggi misalnya SF6. Yang mempunyai kekuatan pada 1 atm 79,3 kV/cm,
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 98
CHCl3 dengan kekuatan sekitar 150 kV/cm, CCl4 dengan kekuatan yang lebih tinggi
yaitu sekitar 215 kV/cm.
5.8.2. Tembus pada dielektrik cair
Kejadian tembus pada dielektrik cair masih menyimpan banyak misteri dan
tidak sejelas dielektrik gas. Kehadiran gelembung gas (buble) dan partilek
konduktif di dalam dielektrik cair dianggap sebagai bertanggungjawab atas
terjadinya tembus pada dielektrik cair. Gelembung gas akan tembus walaupun
dielektrik cair masih sehat karena kekuatan tembus dielektrik cair lebih tinggi dari
gas. Tembus didalam gelembung gas akan menghasilkan gas baru yang akan
memperbanyak jumlah gelembung atau memperbesar ukuran gelembung gas.
Juga dapat timbul partilek konduktif akibat oksidasi selama tembus gas dalam
gelembung berlangsung. Emisi elektron dari permukaan elektroda juga mungkin
terjadi. Bila kejadian ini berlangsung terus
menerus maka suatu saat dapat
menjembatani kedua elektroda dan terjadilah tembus dielektrik cair.
Tabel 5.3
Kekuatan dielektrik cair
Material dielektrik Cair Kekuatan dielektrik (kV/cm)
exana 130
Benzena 110
Nitrogen cair 170
Oksigen cair 240
Minyak trasformator 150
Minyak kapasitor 200
Askarel 200
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 99
5.8.3 Tembus pada dielektrik padat
Secara umum kekuatan dielektrik padat lebih besar dari dielektrik gas dan
cair. Tembus dielektrik padat dibagi atas :
tembus interisik (intrinsic breakdown)
tembus thermal (thermal brekdown)
tembus elektomekanik (electromechanical breakdown)
tembus peluahan (discharge breakdown)
a. Tembus intrisik
Bila ke dalam dielektrik diberikan tegangan tinggi maka munculah medan
tinggi. Bila di dalam bahan dielektrik terdapat elektron konduksi maka elektron
akan dipercepat. Percepatan elektron berbanding lurus dengan kuat medan listrik.
Elektron yang dipercepat akan mendapatkan energi kinetik dalam perjalanannya
karena kecepatan makin bertambah. Elektron ini bergerak diantara atom atom
dielektrik. Bila selama tumbukan dengan atom semua energi elektron tidak dapat
diserap oleh atom maka elektron mengionisasi atom dan munculah elektron baru
yang siap mengalami proses yang sama. Dengan demikian sepanjang perjalanan
muncul elektron makin banyak. Terjadilah konduksi elektron yang sangat besar
disebut dengan elektron avalanche. Tembus intrisik sering disebut juga dengan
tembus elektronik. Hal ini karena proses terjadinya tembus yang disominasi oleh
proses elektronik.
Kekuatan tembus intrinsik bahan isolasi berharga sangat tinggi dan biasanya
diperoleh dengan pemberian tagangan yang sangat cepat (impuls). Polyethylene
mempunyai harga mencapai 500 Mega Volt per meter.
b. Tembus thermal
Tembus jenis ini muncul bila isolasi beroperasi pada kondisi yang
memanaskan kisi kisi bahan. Pemanasan bisa terjadi karena dielectric losses.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 100
Sebagian panas dapat disalurkan ke lingkungan, Sebagian lagi akan memanaskan
isolasi. Persamaan keseimbangan kalor/panas memenuhi hubungan.
Kalor yang dihasilkan Laju penambahan kalor Laju disipasi kalor Oleh pemanasan listrik dalam bahan berupa kenaikan ke lingkungan
Temperatur bahan
Secara sistematis persamaan dapat dinyatakan sebagai
T).(dtdT
CE2
(5.41)
dimana
adalah konduktivitas panas dan CV adalah kapasitas kalor bahan.
Bila kalor yang dihasilkan oleh pemanasan listrik sedikit dan dapat diatasi
dengan disipasi ke lingkungan maka temperatur meterial akan tetep stabil. Akan
tetapi bila pemanasan listrik membesar maka suatu saat kalor tidak lagi dapat
dibuang ke lingkungan dan sebagai akibatnya temperatur kisi kisi material akan
naik dan mencapai harga kritis Tc.
Bila pemanasan lebih hebat lagi maka temperatur akan lebih tinggi lagi.
Akibat pemanasan ini maka atom akan lebih mudah terionisasi oleh tumbukan
elektron. Dengan demikian dapat diperkirakan tegangan tembus jenis ini akan jauh
lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tembus intrinsik. Sebagai contoh untuk
polyethylence tegangan tembus dapat turun menjadi hanaya mega 5 Volt per
meter pada daerah frekuensi relaksasi (losses tinggi).
Gambar 5.13 : ilustrasi kesetimbangan thermal dan tembus termal
=
+
Waktu, t
Tem
pera
tur
kisi
tert
ingg
i da
lam
mat
eria
l, T
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 101
c. Tembus elektromekanik
Ketika dielektrik padat dikenai medan listrik tinggi maka akan muncul gaya
kompresi yang menekan dieletrik tersebut. Bila tebal spesimen adalah do dan
terkompresi menjadi d akibat medan oleh suatu tegangan V maka berlaku
hubungan
d
dlnY
d2
V o2
2
ro (5.42)
dimana Y adalah modulus Young dari dielektrik.
Penyelesaian dari persamaan di (5.40
Dari eksperimen mekanik didapatkan bahwa secara empirik instabilitas mekanik
akan terjadi bila kompresi terlah menyebabkan d/do = 0,5. Dengan memasukkan
kriteria instabilitas ini sebagai awal terjadinya tembus elektromekanik maka
diperoleh besarnya medan kritis untuk terjadinya tembus elektromekanik sebagai.
2/1Y
6,0Ero
max (5.43)
Stark dan garton telah mengamati peristiwa tembus elektromekanik ini pada
dielektrik polyethylene.
d. Discharge breakdown
Bahan bahan seperti mika atau keramik atau bahan pada lainnya sering kali
ditemukan gas yang terperangkap di dalamnya. Gas mempunyai kekuatan isolasi
yang lebih kecil dari isolasi padat. Secara umum gas mempunyai konstanta
dielektrik kecil (mendekati 1) sedangkan isolasi padat mempunyai konstanta
dielektrik 2 5. Dengan demikian gas yang berada di dalam isolasi padat akan
mendapatkan kuat medan yang lebih besar dari isolasi padat. Padahal
kekuatannya lebih rendah. Dengan demikian gas akan tembus pada saat isolasi
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 102
pada masih jauh lebih tembus. Tembus ini sering disebut dengan tembus sebagian
(partial discharge).
Pada isolasi polimer seringkali ditemukan tembus sebagian ini. Dari tembus
sebagian di dalam void dapat tumbuh kanal bercabang cabang membentuk suatu
struktur menyerupai ranting pohon yang disebut dengan pepohonan listrik
(electrical treeing). Pepohonanan listrik makin lama makin makin panjang dan
jumlah cabang akan semakin banyak seperti pada Gambar 5.14. Bila pepohonanan
listrik ini telah menjembatani kedua elektroda maka biasanya isolasi padat sudah
tidak dapat lagi berfungsi untuk menahan medan normal. Terjadilah kegagalan
isolasi.
Gambar 5.14. Pepohonan (treeing) listrik di dalam isolasi polimer (a) Proses awal terbentunya treeing, (b) Treeing menjembatangi kedua elektroda
Pepohonan listrik juga dapat bermula dari medan yang sangat tinggi di
dalam isolasi padat karena adanya permukaan konduktor yang tajam atau ada
kontaminan konduktif. Medan lokal sebesar lebih dari 1 MV/m dapat muncul di
daerah seperti ini. Degradasi lokal akibat stress medan listrik seperti ini akan
menginisiasi munculnya pemohonana listrik. Daerah dengan medan sangat tinggi
(a)
(b)
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 103
ini bisa menyebabkan kegagalan lokal isolasi padat sehingga pemohonan listrik
akan timbul.
Teknik pembuatan, material dasar, pemasangan dan pengoperasian
merupakan faktor faktor penting yang dapat mempengaruhi pemunculan titik titik
isolasi yang menyebabkan bermulanya kegagalan isolasi.
Tabel 5.4 Kekuatan dielektrik material padat
Material Permitivitas Relatif
( r) Kekuatan dielektrik
(kV/cm) XLPE 2,3 217
Silicon rubber 3,7 158
Polystyrene 2,5 200-250
Polyester 3,2 175
Mika 6,9 1000
Al2O3 (keramik) 8,5 1000
5.9. PIEZOELEKTRIK
Ada penomena yang disebut dengan electrostriction yaitu keadaan dimana
polarisasi mengubah dimensi material dan sebaliknya perubahan dimensi dielektrik
menyebabkan perubahan polarisasi yang berakibat munculnya medan atau
tegangan.
Dielektrik yang menunjukkan sifat demikian disebut piezoelectric. Kejadian
ini diilustrasikan sebagai berikut :
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 104
Gambar 5.15. Efek piezoelektrik
Pada Gambar 5.15a. tidak ada tekanan makanik maupun medan sehingga
tidak ada perubaan bentuk maupun keluaran tegangan. Pada Gambar 5.15b
kepada material diberikan tekanan maka timbul polarisasi yang akan menghasilkan
tegangan. Pada Gambar 5.15c. dan 15.15d karena kepada material diberikan
tegangan maka terjadilah perubahan bentuk/ukuran hanya saja perubahan
tergantung juga oleh polaritas tegangan yang diberikan.
Kristal piezoelektrik tidak mempunyai pusat simetri. Sebagai contoh kristal
kubik mempunyai pusat simetri sehingga tidak menunjukkan sifat piezoelektrik
(Gambar 5.16). Sebaliknya kristal heksagonal tidak mempunyai pusat simetri
sehingga menunjukkan sifat piezoelektrik (Gambar 5.17).
Gambar 5.16. Kristal kubik tidak menunjukkan sifat piezoelektrik
(a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan
Gaya
(a) (b) (c) (d)
(a) (b)
Gaya
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 105
Ganbar 5.17. Kristal heksagonal (a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan arah vertikal (c) dengan tekanan arah horizontal
Secara umum tekanan pada arah tertentu kepada kristal piezoelektrik akan
memberikan polarisasi pada arah yang lainnya. Konstanta kristal piezoelektrik (d)
biasanya menyatakan beberapa meter pengecilan atau pembesaran dengan
pemberian tegangan satu volt. Disamping itu juga ada konstanta efisiensi (K) yang
menyatakan rasio dari input energi mekanik menjadi energi listrik atau sebaliknya
dari energi listrik menjadi energi mekanik. Harga d dan K untuk beberapa kristal
piezoelektrik diberikan pada Tabel 5.5. Aplikasi yang paling banyak dari material
piezoelektrik adalah untuk pengukuran tekanan (tekanan tegangan), transmisi
gelombang elestik dalam zat padat dan sebagainya.
Tabel 5.5
Konstanta piezoelektrik d dan K untuk beberapa kristal
Kristal Piezoelektrik KonstantaEfisiensi
(K) Konstanta piezoelektrik
d (m/V)x10-12
Quartz 0,1 2,3
BaTiO3 0,49 100
PbZrTiO6 0,27 250
Polyvinylidene ( PVD ) - 18
PbNb2O6 - 80
(a) (b) (c)
Gaya
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 106
5.10. CONTOH SOAL
1. Suatu dielektrik mempunyai konstanta 2,5 dan diberi tegangan DC. Bila
ketebalan 0,5 mm dan tegangan yang diberikan 100V, berapa polarisasi ?
Jawab:
E = V/d = 100/0,0005 = 20 kV/m
P = ( r
1) o E = 1,5 x 8,85.10-12 x 2.105 = 2,7.10-6 C/m2.
2. Suatu spesimen dielektrik padat mempunyai permitivitas relatif 4,2 dan tan
=
0,001 pada frekuensi 50 Hz. Bila kepada spesimen diberikan medan sebesar 50
kV/cm. Tentukan kalor yang timbul akibat rugi rugi dielektrik.
Jawab:
Rugi rugi dielektrik padza suatu medan dapat dituliskan sebagai
W = E2
o r tan
Dengan memasukkan harga harga yang ada didapatkan kalor sebesar 0,291
mJ/cm3 per detik.
3. Kristal LiF mempunyai konstanta dielektrik 9,27, indeks refraksi 1,395 dan
kerapatan 2,635x103 kg/m3 . Tentukan konstanta polarisasielektronik dan ionik
molar per unit volume.
Jawab :
LiF merupakan kristal ionik non polar sehingga polarisasi dipolar dapat diabaikan.
Yang adalah polarisasi ionik dan elektronik. Dengan demikian :
M
21
3N
3N
r
r
o
iA
o
eA
dimana M adalah berat molar dan NA adalah bilangan Avogadro.
Untuk komponen elektronik berlaku
M
2
1
3
N
r
r
o
iA
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 107
Sehingga untuk ionik dapat dinyatakan sebagai
M
2
1
2
1
3
N
re
re
r
r
o
iA
Diketahui indeks refraksi LiF adalah 1,395 maka re = (1,395)2 = 1,94. Dengan
demikian didapat konstanta polarisasi ionik.
9,4M
294,1
194,1
227,9
127,9
3
N
o
iA
4. Kristal CsCl tiap pasang ion ionnya mempunyai parameter a = 0,412 nm.
Konstanta polarisasi ion Cs+ dan ion Cl- adalah 3,35x10 40 Fm2 serta konstanta
polarisasi ionik 6x10 0 Fm2. Berapakah konstanta dielektrik pada frekuensi
rendah dan frekuensi tinggi ?
Jawab :
Jumlah pasangan ion per unit volume adalah
3283i m1043,1
a
1N
Ni juga merupakan kerapatan kation dan anion.
Dari persamaan Claussius Mossotti diperoleh
iieieior
r N)Cl(N)Cs(N3
1
2
1
= 12
40404028
1085,83
)101,6104,31035,3(1043,1
ro = 2,71
Jadi konstanta dielektrik pada frekuensi tinggi menjadi 2,71.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 108
5. Suatu kabel koaksial mempunyai konduktivitas dalam dan luar a dan b. Bila
tegangan yang diberikan antara konduktor dalam dan luar adalah V, tentukan:
a. Kuat medan listrik sebagai fungsi dari jarak dari sumbu kabel.
b. Bila a = 5 mm dan isolasi antara kedua konduktor adalah XLPE dengan
ketebalan 5 mm dimana permitivitas relatif = 2,3 dan V = 220 kV, tentukan
kuat medan maksimum.
c. Bagaimana bila dalam isolasi terdapat void berisi udara ?
Jawab:
a. Dari Hukum Gaus didapat
or2
E
Medan listrik terjadi pada r = a yaitu pada permukaan konduktor dalam. Di
tempat ini kuat medan listrik adalah
ora2
E
Karena E merupakan fungsi r maka
V = rln2
Edror
Bila tegangan yang diberikan V maka
V = a
bln
2 or
b. Dari rumus sebelumnya didapat kuat medan maksimum adalah
kV2,765
10ln10.5000.22
a
blnaEV 3
maksbr
c. Bila dalam isolasi terdapat void berisi udara maka medan pada void akan
lebih besar dari medan pada isolasi. Dalam hal ini karena permitivitas relatif
isolasi (XLPE) adalah 2,3 maka kuat medan listrik dalam void akan 2,3 kali
lebih besar dari kuat medan pada isolasi sehat. Karena kuat medan listrik
pada isolasi XLPE merupakan fungsi dari posisi radial maka kuat medan
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 109
listrik di dalam void tergantung dari posisi viod. Bila void berada pada
daerah permukaan konduktor dalam maka akan mengalami kuat medan
yang sangat tinggi. Sebaliknya bila void berada di daerah permukaan
konduktor luar maka kuat medan tidak terlalu tinggi bahkan boleh jadi lebih
rendah dari kuat medan listrik XLPE di daerah permukaan konduktor
dalam.
6. Suatu kapasitor pelat sejajar berfungsi untuk menyimpan muatan sebesar 0,1
mC pada tegangan 3 kV. Ketebalan dielektrik 0,1 mm. Berapakah luas dielektrik
bila dielektrik tersebut adalah teflon, BaTiO3 dan mika ?
Jawab:
C = Q/V = 33,3 nF
A = Cd/ r
Dengan memasukkan harga harga diperoleh A = 0,7525/ r m2. Sehingga,
Untuk teflon dengan permitivitas relatif 2 didapat A = 0,35 m2.
Untuk BaTiO3 dengan permitivitas relativ 3000 didapat A = 2,5 cm2.
Untuk nika dengan permitivitas relatif 7 didapat A = 0,11 m2.
5.11. SOAL SOAL LATIHAN
1. Sebutkan jenis jenis polarisasi dan apa perbedaan masing masing.
2. Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap polarisasi ?
3. Suatu material diberi medan listrik 2 kV/m dan timbul polarisasi didalamnya
sebesar 50 Nc/m2. Perkirakan konstanta dielektrik material tersebut.?
4. Tentukan kuat medan yang diperlukan agar di dalam polietilen terjadi polarisasi
sebesar 100 Nc/m2.
5. Berapakah tegangan diperlukan untuk menghasilkan muatan sebesar 25 nC
dalam kapasitor pelat sejajar ukuran 20 x 20 mm dan jarak pisah 0,1 mm bila
dielektrik adalah (a) vakum (b) politelin.
BAB V MATERIAL DIELEKTRIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 110
6. Suatu material ditempatkan di dalam medan listrik 200 V/m dan menghasilkan
polarisasi 50 nC/m2. Tentukan konstanta dielektrik material tersebut.
7. Tentukan medan yang diperlukan agar terjadi polarisasi 200 nC/m2 di dalam
polietilen. Mampukah polietilen menahan medan tersebut ?
8. Polistiren dengan ukuran 25x25x0,01 mm dipakai sebagai dielektrik kapasitor
yang beroperasi pada frekuensi 1 MHz. Berapa tegangan maksimum yang
diberikan agar losses tidak melebihi harga 0,1 W ?
9. Kristal silikon mempunyai konstanta dielektrik 11,9 dan kerapatan 5x1028/m3.
Tentukan:
a. Konstanta polarisasi elektronik.
b. Berapakah frekuensi resonansi ?
10. KCL mempunyai konstanta kristal a = 0,629 nm. Konstanta polarisasi elektronik
untuk K+ adalah 1,26x10-40 Fm2 sedangkan untuk Cl- adalah 3,4x10-40 Fm2 .
Tentukan permitivitas relatif padas frekuensi optik. Bandingkan harganya
dengan hasil pengukuran 2,2.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
111
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
6.1. PENDAHULUAN
Banyak devais elektronik seperti induktor, tranformator, mesin–mesin listrik,
antena ferrit, audio visual recording dan lain–lain memanfaatkan sifat–sifat
magnetik material, juga banyak contoh dimana magnet permanen dimanfaatkan
seperti pada mesin listrik dengan kutub permanen atau pengeras suara (loud
speaker).
Material magnetik telah berkembang sejak lama. Penemuan Alnico pada
awal abad ke-20 telah membawa pada era baru dimana kekuatan magnet
permanen meningkat drastis lebih dari 10 kali dari material sebelumnya.
Penemuan campuran Cobalt-Elemen tanah jarang pada tahun 60-an telah
meningkatkan lagi kemampuan magnet permanen dengan faktor 10 kali dari
sebelumnya pada tahun 70-an. Peningkatan kekuatan magnetik material baru
telah dapat menurunkan ukuran motor–motor listrik dan mempengaruhi desain
teknik yang memanfatkan sifat–sifat magnetik material.
Secara umum kita beranggapan bahwa bahan magnetik adalah logam,
namun demikian ferrit magnetik yang termasuk dalam golongan keramik banyak
dipakai terutama untuk aplikasi frekuensi tinggi dimana rugi–rugi eddy akan sangat
besar bila dipakai logam.
Teknologi magnet untuk menghasilkan material magnetik dengan kualitas
tinggi sangat ditentukan oleh teknologi proses material. Kemajuan teknik
memproses material dalam skala molekuler/atomik dan pengaturan material dalam
level mikro sangat menentukan perkembangan material magnetik.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
112
6.2. DIPOL MAGNETIK
Dipol magnetik sering dilambangkan sebagai batangan magnet dengan
kutub utara dan selatan. Ditemukan didalam bahan–bahan magnetik. Dipol
magnetik dapat muncul secara permanen di dalam material dan dapat pula muncul
pada saat diberikan medan magnet luar. Di dalam pembahasan material dielektrik
maka dipol magnetik analog dengan dipol listrik. Momen dipol manetik
didefinisikan sebagai:
μm = I A an (6.1)
dimana I adalah loop arus listrik, A adalah luas loop dimana arus mengalir dan
an adalah vektor normal terhadap lias loop.
Gambar 6.1. Loop arus dan momen dipol magnetik
Bila ke dalam bahan magnetik diberikan madan magnet maka dipol akan
berinteraksi dengan medan magnet dan munculah torsi magnetik. Interaksi ini
dapat menyebabkan orientasi dipol–dipol berubah mengikuti arah medan magnet.
Gambar 6.2. Dipol magnetik mengikuti arah medan magnetik
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
113
Suatu momen dipol merupakan loop arus maka akan meninbulkan juga
medan magnetik di sekitarnya sebagaimana suatu batangan magnet.
Gambar 6.3. Dipol magnetik dan garis medan magnet
6.3. MOMEN MAGNET ATOMIK
Suatu atom tersusun oleh inti atom positif dan elektron yang mengorbit di
sekitar inti atom. Elektron yang mengorbit berperilaku selayaknya loop arus dan
menghasilkan momen dipol magnetik. Momen ini disebut sebagai momen
magnetik orbital seperti pada gambar berikut.
Gambar 6.4. Elektron yang mengorbit dan momen dipol magnetik
Bila frekuensi angular orbit elektron adalah ω, maka arus akibat orbit
elektron tersebut adalah:
2πeω
periodaeI −
=−
= (6.2)
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
114
Bila radius orbit elektron adalah r maka momen dipol magnetik orbital
elektron tersebut adalah
2
eωIπL2
orbrr2 −
== (6.3)
Momentum angular (L) elektron adalah
L = me v r = me ω r 2 (6.4)
Dengan demikian momen magnetik orbital elektron dapat dinyatakan sebagai
L2m
eμe
orb −= (6.5)
Terlihat bahwa momen magnetik sebanding dengan momentum angular
dan faktor yang ditentukan oleh rasio muatan dan massa elektron yaitu e/2me
yang sering disebut dengan rasio gyromagnetik. Tanda negatif nenuujukkan
bahwa momen magnetik mempunyai arah berlawanan dengan arah momentum
magnetik sebagai akibat muatan negatif elektron.
Elektron juga mempunyai momen magnetik spin akibat gerakan spinnya.
Momen ini dinyatakan sebagai
Smeμ
espin −= (6.6)
Dimana S adalah momentum angular spin yang basarnya adalah
S = /2atau/2 hh − (6.7)
Besar momen magnetik spin rata–rata suatu elektron adalah
Bee
spin μ2meS
meμ h
=−= (6.8)
Besaran μB sering sebagai magneton Bohr yang besarnya adalah 9,27x10-24
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
115
6.4. BEBERAPA VEKTOR MAGNETIK
Di dalam pembahasan material magnetik dipakai beberapa besaran magnetik
yang marupakan besaran–besaran vektor di antaranya adalah:
a. Kuat medan magnet (H) yang berasal dari luar. Satuan A/m. Bila medan
magnet berasal coil maka hubungannya adalah.
H = NI/L
N = jumlah belitan, I = arus, L= panjang.
b. Induksi magnetik (B) menyatakan besar kuat medan magnet di dalam
bahan yang dikenai medan magnet luar H. Satuan Weber/m2.
Hubungan–hubungan:
BO = μO H untuk vakum atau ruang bebas
B = μH = μrμoH untuk sembarang bahan
μ = permeabilitas bahan (Henry/m)
μO = permeabilitas vakun = 4πx10–7 Henry /m
μr = permeabilitas relatif
c. Magnetisasi (M) satuan A/m yang menyatakan tingkat orientasi dipol–
dipol magnetik di dalam bahan ketika diberikan medan magnet. Muncul
pada saat material magnetik diberikan medan magnet luar. Magnetisasi
merupkan momen dipol total per satuan volume yang secara matematis
dinyatakan sebagai
∑ ==i
i nmΔv1M mav (6.9)
dengan n adalah kerapatan atom.
Analogi dari magnetisasi dalam besaran listrik adalah polarisasi (P).
M = Hmχ
B = μo H + μo M = μ o H + μ o χm H
χm = susceptibilitas magnetik = μr - 1
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
116
(a) (b)
Gambar 6.5. (a) Solenoid tanpa bahan magnetik, (b) Solenoid dengan bahan
magnetik di dalamnya
6.5. KLASIFIKASI MATERIAL MAGNETIK
Secara umum material magnetik dapat diklasifikasikan sebagai
ferromagnetik, diamagnetik, paramagnetik, antiferromagnetik dan ferrimagnetik.
Klasifikasi tersebut didasarkan atas kandungan dipol–dipol magnetik dan interaksi
material terhadap medan magnetik luar. Berikut akan diuraikan untuk masing–
masing kelompok.
6.5.1. Ferromagnetik
Material ferromagnetik seperti besi dapat mempunyai magnetisasi
permanen yang sangant besar meskipun tanpa kehadiran medan magnetik luar.
Susceptibilitas magnetik biasanya sangat besar dan tergantung pada medan
magnet luar. Hubungan antara magnetisasi M dan intensitas medan magnet H
biasanya tidak linier. Sifat magnetik bahan muncul karena struktur elektron dalam
atom yang tidak lengkap. Artinya ditemukan beberapa elektron yang tidak
berpasangan sesuai dengan prinsip Pauli dan dengan demikian beberapa elektron
akan mempunyai spin yang sama dan saling memperkuat. Elektron dengan suatu
orientasi dan tidak dapat berpasangan dengan orientasi lawannya akan
menyebabakan dipol magnetik.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
117
Sifat ferromagnetik muncul karena atom mempunyai struktur elektron yang
tidak berpasangan dalam jumlah yang cukup banyak yang memungkinkan
munculnya momen dipol di dalamnya cukup besar. Untuk mengetahui suatu
material bersifat megnetik kuat atau tidak dapat dilihat struktur elektronnya.
Elektron yang dimiliki atom akan terdistribusi dalam orbital–orbital dengan cara
pengisian menurut tingkatan energinya.
Cara pengisian elektron didalam orbital dapat diurutkan sebagai berikut:
1s
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
Urutan pengisian seperti diagram diatas dapat dituliskan sebagai berikut:
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p dst.
Dengan menggunakan cara tersebut maka struktur elektron kulit luar
beberapa bahan magnetik adalah sebagai berikut:
Gambar 6.6. Struktur elektron bahan magnetik
Sebagai contoh bahan magnetik yang banyak dipakai yaitu Fe, Co dan Ni
mempunyai empat, tiga dan dua elektron pada 3d dengan spin sama. Sifat
magnetik berasal dari spin elektron ini.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
118
Setiap elektron yang dengan spinnya berperilaku seperti dipol magnetik. Bila
pada satu orbital terdapat dua elektron dengan spin yang berlawanan maka dipol total
= 0. Akan tetepi bila dalam suatu orbital hanya terdapat satu elektron maka munculah
suatu dipol yang disebut dengan magneton Bohr μB. Besar magnetisasi dalam suatu
bahan ditentukan oleh banyaknya dan orientasi magneton.
Bahan ferromagnetik mempunyai momen magnetik spontan pada saat tidak
ada medan magnet sekalipun. Beberapa contoh bahan ferromagnetik: Besi, Nikel,
Cobalt serta oksidasi dan carbidanya, godolium.
Pada bahan ferromagnetik, interaksi antar atom cukup kuat untuk menahan
agitasi termal agar momen dipol dan atom disekitarnya senantiasa pararel suatu
dengan yang lainnya. Sifat ferromagnetik muncul bila bahan memepunyai level
terluar tidak penuh seperti 3d untuk besi, Cobalt dan nikel serta 4f untuk
godonolium.
6.5.2. Diamagnetik
Bahan diagmetik tidak mempunyai dipol magnet permanen di dalam bahan
namun terdapat momen magnetik induksi yang lemah. Tipikal material ini mempunyai
susceptibilitas magnetik negatif dan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa material
diamagnetik cenderung menolak medan magnetik luar. Sebagai contoh kristal silikon
adalah diamagnetik dengan suscepbilitas magnetik sebesar –5,2x10-6 Dengan
demikian permeabilitas relatif material diamagnetik sedikit lebih kecil dari satu.
Bila bahan diamagnetik ditempatkan di dalam medan magnet H maka
vektor magnetisasi M akan berarah berlawanan dengan medan luar dan
menyebabkan medan di dalam material sedikit lebih kecil dari μ oH. Kristal–kristal
yang terikat kovalen dan beberapa kristal ionik bersifat diamagnetik karena atom–
tom penyusunnya tidak memepunyai sub kulit kosong. Super konduktor
merupakan kasus khusus dari material diamagnetik karena memepunyai sifat
menolak medan magnet luar secara sempurna dan dengan demikian mempunyai
susceptibilitas –1.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
119
Gambar 6.6. Ilustrasi diamagnetisme
6.5.3. Paramagnetik
Material paramagnetik mempunyai momen dipol permanen. Biasanya atom
mempunyai jumlah elektron ganjil. Material paramagnetik mempunyai
susceptibilitas magnetik positif dan sangat kecil. Sebagai contoh adalah
paramagnetik gas dengan susceptibilitas magnetik 2,1x10-6 pada tekanan atmosfir
dan suhu kamar. Setiap molekul oksigen mempunyai dipol yang kecil. Pada saat
tidak ada medan magnet luar maka dipol–dipol magnetik terorientasi random
sehingga magnetisasi total nol. Pada saat diberikan medan magnet luar maka
terjadi orientasi dipol pada arah medan luar. Dengan demikian magnetisasi makin
besar dengan peningkatan medan magnet luar. Contoh lain dari material
paramagnetik adalah magnesium dengan susceptibilitas 1,2x10-5.
Gambar 6.13. Material paramagnetik tanpa (a) dan dengan
(b) medan magnet luar
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
120
6.5.4. Antiferromagnetik
Bahan antiferromagnetik mempunyai susceptibilitas magnetik positif kecil.
Tak ada magnetisasi bila tidak ada medan luar. Material antiferromagnetik
mempunyai dipol dengan arah yang berlawanan yang berasal dari orientasi kristal
yang berlawanan arah. Sifat antiferromagnetik terjadi untuk temperatur di bawah
temperatur kritis yang disebut dengan temperatur Neel, TN. Pada temperatur di
atas TN maka material antiferromagnetik akan berubah menjadi paramagnetik.
Gambar 6.14. Ilustrasi Antiferromagnetisme
6.5.5. Ferrimagnetik
Material ferrimagnetik seperti ferrit (misalnya Fe3O4) menunjukkan sifat
serupa dengan material ferromagnetik untuk temperatur di bawah harga kritis yang
disebut dengan temperatur Curie, TC . Pada temperatur di atas TC maka material
ferrimagnetik berubah menjadi faramagnetik. Ciri khas material ferrimagnetik
adalah adanya momen dipol yang besarnya tidak sama dan berlawanan arah. Sifat
ini muncul karena atom-atom penyusunnya misalnya (A dan B) mempunyai dipol
dengan ukuran yang berbeda dan arahnya berlawanan. Material ini dapat
mempunyai magnetisasi walau dalam keadaan tanpa medan luar sekalipun.
Material ferrimagnetik seperti ferrit biasanya non konduktif dan bebas losses arus
eddy. Sehingga banyak diaplikasikan untuk medan magnetik dengan frekuensi
tinggi.
M = 0
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
121
Gambar 6.15. Ilustrasi kristal ferrimagnetik
Secara diagramagnetik dipol-dipol dalam material ferro, antiferro dan
ferrimagnetik diilustrasikan sebagai berikut :
Ferromagnetik Antiferromagnetik Ferrimagnetik
Gambar 6.16. Orientasi dipol-dipol magnetik
Sedangkan hubungan antara H dan B untuk material ferro, para dan
diamagnetik dapat dijelaskan dangan gambar berikut :
Gambar 6.17. Kurva H-B untuk material magnetik
paramagnetik
vakum
diamagnetik
ferromagnetik
H
Positif
Negatif
0
B
A B
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
122
6.6. BEBERAPA TEORI TENTANG MAGNETISME
6.6.1. Teori Langevin Untuk Diamagnetisme
Elektron yeng mengorbit menghasilkan momen dipol magnetik. Kehadiran
medan magnetik luar akan menginduksikan medan listrik yang akan menpengaruhi
kecepatan elektron (v) yang mengorbit. Dengan asumsi bahwa medan magnet luar
tegak lurus bidang orbit elektron maka besar perubahan kecepatan tersebut
adalah
2merHΔv −= (6-10)
Perubahan kecepatan elektron menyebabkan perubahan momen sebesar
mHrevre
m 42
22
−=Δ
=Δμ (6-11)
Bila medan magnet tidak tegak lurus bidang orbit elektron maka lebih tepat
dipakai perubahan momen rata-rata yaitu,
mHrevre
m 62
22
−=Δ
=Δμ (6-12)
Bila terdapat sejumlah Z elektron pada setiap atom maka momen magnetik
per atom adalah
m
HZrem 6
22
−=μΔ (6-13)
Magnetisasi akibat perubahan momen magnetik per satuan volume manjadi
mV
HZreM6
22
−= (6-14)
dan susceptibilitas magnetik
W
NmZre
mVZre
HM Oδχ ⋅−=−==
66
2222
(6-15)
dimana NO = bil. Avogadro, δ = kerapatan , W = berat atom.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
123
6.6.2. Faramagnetisme
Untuk menjelaskan paramagnetisme, Langevin mempostulatkan bahwa
momen elektron bertanggung jawab. Kehadiran medan magnetik luar H akan
mengarahkan momen elektron ke arah tertentu menghasilkan energi potensial
sebesar
αμ−= cosHE mp (6-16)
Gambar 6.18. Bola dengan pusat elektron dan orientasi momen
Temperatur akan melawan efek orientasi oleh medan luar dengan faktor
proporsional dengan exp(-Ep/kt). Elektron berada di pusat bola maka orientasi
momen bisa ke segala arah di dalam ruang. Jumlah momen magnetik dengan
energi Ep menembus luas dA adalah
)exp(.kTE
dAconsdn p−=
Bila terdapat n momen maka magnetisasi M dan susceptibilitas magnetik χ
secara matematik dapat didekati dengan
kT
HnM m
3
2μ= dan χ para =
TC
Tkn m 1.1.3
2
=μ (6-17)
C merupakan konstanta Curie.
μn
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
124
6.6.3. Teori Medan Molekular
Di dalam bahan diamagnetik dan paramagnetik, medan yang mempengaruhi
mome elektron berasal dari luar. Weiss mempostulatkan bahwa momen elektron
berinteraksi satu dengan yang lain menghasilkan medan molekular. Dengan
demikian medan total menjadi penjumlahan medan luar He dan medan molekular
Hm
met HHH +=
Susceptibilitas magnetik adalah
TC
MHM
HM
et
=γ+
==χ dan CT
CHM e
γ−=
maka θ−
==χT
CHM
e
(6-18)
Dalam hal ferromagnetik maka Weiss menjelaskan interaksi antar momen
magnetik cukup kuat pada temperatur di bawah temperatur Curie menghasilkan
magnetisasi di dalam domain. Interaksi juga menghasilkan medan magnetik
molekular yang besar. Dengan demikian Weiss memandang bahwa ferromagnetik
merupakan bahan paramagnetik dengan medan molekular yang besar.
6.7. KURVA MAGNETISASI
Hubungan antara B dan H cukup kompleks. Secara umum dapat dijelaskan
dengan kurva H−B yang juga disebut kurva magnetisasi.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
125
Gambar 6.19. Kurva magnetisasi
Suatu material magnetik yang telah dimagnetisasi dapat mempunyai
magnetisasi sisa (remanensi) meskipun medan magnetik luar telah dihilangkan.
Remanensi ini dapat dihilangkan dengan cara melakukan demagnetisasi dan
magnetisasi lagi dengan menggunakan medan yang besarnya makin menurun
seperti ilustrasi berikut.
Gambar 6.20. Menghilangkan remanensi di dalam material magnetik
Medan Magnet, H
Ker
apat
an fl
uks,
B
Slope = μr (max)
Bs
H
B
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
126
6.8. HISTERISIS
Histerisis didefinisikan sebagai keterlambatan perubahan magnetisasi dikala
H berubah. Bila bahan ferromagnetik diberikan H yang menaik dan menurun maka
plot dari H−B akan membentuk loop histerisis .
Pada saat H dinaikkan maka B juga naik mengikuti garis OB. Ketika H
diturunkan maka B Tidak menurun sesuai dengan garis OB melainkan menurut
garis BC. Pada titik C ketika H = 0, B masih mempunyai harga dan disebut
magnetisasi sisa. Bila H negatif diberikan maka akan terjadi demagnetisasi dan
didapat titik D dimana B = 0 pada saat H = HC .
Penurunan H lebih lanjut akan menghasilkan B negatif hingga titik E.
Kenaikan H pada langkah berikutnya akan mengikuti garis E-F. Di titik F meskipun
tidak ada H, di dalam bahan ditemukan B negatif cukup besar. Kenaikan H
selanjutnya akan menghasilkan loop B-C-D-E-F-G-B.
Gambar 6.21. Tipikal loop histerisis
Bahan magnetik yang mempunyai luas loop yang besar menunjukkan adanya
losses yang besar pada proses magnetisasi-demagnetisasi.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
127
Pemberian H yang berubah-ubah dapat terjadi misalnya dengan pemberian
medan yang berubah terhadap waktu (AC). Keberadaaan loop histerisis akan
menimbulkan rugi-rugi. Rugi-rugi ini terkait dengan luas loop.
Dari teori elektromagnetik, dalam suatu material magetik dengan medan
magnet maka kerapatan energi adalah dEvol = H dB sehingga total energi atau
kerja yang terlibat dalam magetisasi suatu material magnetik dari medan awal B1
ke medan akhir B2 adalah
∫=2
1
B
Bvol HdBE (6-19)
Anggap mula-mula berada pada titik P dan dimagnetisasi ke titik Q seperti
pada gambar berikut.
Gambar 6.22. Ilustrasi energi magnetisasi dan demagnetisasi
Proses magnetisasi dari P ke Q memasukkan energi ke dalam material
sebesar sebanding dengan luas PQRS. Pada proses demagnetisasi dari Q ke S
dimana B sama dengan ketika luas QRS. Energi ini lebih kecil dari energi
magnetisasi PQRS. Perbedaan energi adalah sebanding dengan luas di antara
kurva magnetisasi dan demagnetisasi. Energi inilah yang merepresentasikan rugi-
rugi energi histerisis. Untuk loop penuh (satu siklus magnetisasi ) maka losses
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
128
sebanding dengan luas loop histerisis tersebut, makin luas loop histerisis makin
besar losses.
Energi yang didisipasikan per unit volume sebagai losses histeris tergantung
dari material magnetik dan medan magetik. Berarti tergantung dari tingkat
pembebanan medan dalam material tersebut. makin besar beban medan magnet
makin besar pula losses histeris.
Untuk material yang dipergunakan sebagai inti transformator misalnya losses
histerisis dinyatakan secara empirik sebagai
nmn KfBP = (6.20)
dimana K adalah konstanta material (berharga sekitar 150), f adalah frekuensi
medan dan Bm adalah medan magnet maksimum, n adalah konstanta yang
besarnya 1,6. Dengan demikian losses histeris dapat diturunkan dengan
menurunkan frekuensi operasi medan yang dipergunakan.
Oleh karena itu aplikasi bahan magnetik (misalnya untuk inti transformator)
biasanya dipilih untuk bahan dengan loop sekecil mungkin.
6.9. TEMPERATUR CURIE
Pada suhu rendah semua bahan ferromagnetik hampir mengalami saturasi.
Bila temperatur dinaikkan vibrasi termal atom meningkat. Momen magnetik atom
relatif lebih bebas bergerak. Untuk bahan ferromagnetik, ferrimagnetik dan
antiferromagnetik, pergerakan termal berinteraksi dengan momen dipol atom di
sekelilingnya. Hal ini akan menyebabkan tingkat saturasi magnetisasi menurun
dan jika temperatur dinaikkan lebih lanjut maka bahan akan mengalami kehilangan
sifat magnetikya. Temperatur ini disebut dengan temperatur Curie yang berbeda-
beda untuk tiap-tiap bahan magnetik.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
129
Temperatur
Paramagnetik
Ferromagnetik
TC
Mag
netis
asi s
atur
asi M
sat
Gambar 6.23. Hubungan saturasi magnetik dan temperatur
Harga temperatur Curie untuk beberapa bahan adalah:
Tabel 6.1
Temperatur Curie beberapa Material
Dengan cara alloy dari beberapa bahan ferromagnetik atau dengan
menambahkan sedikit bahan non magnetik dapat diperoleh bahan dengan
temperatur Curie yang berbeda. Kristal BaTiO3 merupakan contoh kristal yang
menunjukkan sifat ferroelektrik seperti ditunjukkan pada Tabel 6.3.
Material Temperatur Curie (OC )
Fe 770
Co 1123
Gd 21
Ni 358
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
130
Tabel 6.2
Temperatur Curie beberapa material kristal
Material Temperatur Curie (0 C )
BaTiO3 130
PbZrO3 233
PbNb2O6 570
Sifat ferroelektrik adalah sifat material dimana bila medan listrik diberikan
maka terjadi polarisasi di dalamnya. Bila medan diberikan maka masih tersisa
polarisasi dalam material. Dengan demikian akan muncul polarisasi permanen.
Gambar 6.24. Kurva ferroelektrik
Sifat ferroelektrik akan tetap diperlihatkan untuk temperatur di bawah harga
tertentu yang dikenal dengan temperatur Curie. Di atas temperatur Curie sifat
ferroelektrik hilang.
Pengetahuan tentang temperatur Curie sangat penting dalam aplikasi seperti
motor, generator, transformator, rele dan magnet permanen. Temperatur Curie
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
131
harus lebih tinggi dari temperatur tertinggi yang mungkin terjadi pada operasi
peralatan. Bila tidak maka sifat magnetik akan hilang dan peralatan tidak berfungsi.
Gambar 6.25. Hubungan permeabilitas dan temperatur
Pada sisi lain splikasi alloy nikel dan besi untuk tabung sinar katoda atau
rangka kompas harus mempunyai temperatur Curie yang lebih rendah dari suhu
terendah operasi alat agar dalam pemakaian bahan berada pada kondisi non
magnetik. Pengaruh temperatur juga dapat diamati pada permeabilitas bahan akan
naik dengan kenaikan temperatur kemudian menurun tajam pada temperatur Curie
seperti terlihat pada Gambar 6.25.
6.10. TEORI DOMAIN
Teori domain magnetik diperkenalkan oleh P. Wiss menyatakan bahwa bahan
ferromagnetik disusun oleh sejumlah daerah sub mikron yang disebut dengan
domain. Setiap domain terdiri dari momen-momen magnetik yang pararel. Arah
momen magnetik masing-masing domain tidak selalu sama. Pada saat tanpa
medan luar maka tiap domain mempunyai orientasi sendiri-sendiri sehingga energi
yang diperlukan paling rendah dan tergantung dari struktur kristal. Resultan dari
TC Temperatur
Per
mea
bilit
as
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
132
berbagai arah dipol pada keseluruhan domain mungkin nol karena saling
menghilangkan.
Gambar 6.26. Domain dalam bahan magnetik
Ketika medan magnet luar diberikan kepada material ferromagnetik maka
domain magnetik yang semula momennya berarah pada domainnya sendiri akan
mengarah mengikuti medan luar.
Gambar 6.27. Perkembangan pergerakan domain
Reversible boundary motion
Gerakan dinding tak reversibel
Rotasi M Saturasi M
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
133
Ada dua pergerakan domain yaitu pergerakan dinding domain dan rotasi
domain. perkembangan domain dimulai dengan pergerakan dinding domain
karena diperlukan energi yang lebih kecil. Pada kondisi medan rendah maka
pergerakan dinding terjadi.
Gambar 6.28. Pergerakan domain magnetik.
Bila medan dinaikkan lebih lanjut maka rotasi domain terjadi. Rotasi domain
memerlukan energi lebih tinggi dari pergeseran dinding domain hal ini ditandai
dengan kemiringan kurva yang mengecil pada daerah saturasi pada saat terjadi
rotasi domain. Ketika medan dilepaskan maka bahan akan tetap termagnetisasi
meskipun berkurang akibat sebagian domain berorientasi menuju arah semula.
Contoh pergerakan domain diperlihatkan pada Gambar 6.27.
6.11. BAHAN MAGNETIK LUNAK DAN KERAS
6.11.1 Bahan Magnetik Lunak
Bahan magnetik lunak adalah bahan magnetik yang mudah dimagnetisasi
dan didemagnetisasi. Lawannya adalah bahan magnetik keras yaitu bahan yang
sulit dimagnetisasi dan sulit pada didemagnetisasi. Pada awalnya kata lunak
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
134
memang menunjukkan sifat fisik bahan yang memang lunak namun dalam
perkembangannya tidak selalu demikian.
Contoh bahan magnetik lunak adalah Fe + 3-4% Si yang banyak dipakai
pada inti transformator, motor atau generator dimana mempunyai loop histerisis
yang sempit dengan gaya koersif untuk demagnetisasi yang rendah.
(a) (b)
Gambar 6.29. Loop histerisis magnetik (a) lunak, (b) keras
Pada pihak lain bahan magnetik keras mempunyai loop histerisis yang luas
dangan gaya koersif yang cukup besar.
Karakteristik bahan magnetik lunak dapat dilihat dari loop histerisis yaitu
langsing dan kurus . Hal ini berarti permeabilitas bahan besar serta mudah untuk
dimagnetisasi. Sifat lain yang penting adalah tinggkat saturasi yang tinggi. Contoh
bahan magnetik lunak adalah besi-Si Alloy
Bahan yang paling banyak untuk magnetik lunak adalah Fe-Si Alloy.
Penambahan Si ke dalam Fe secara umum menurunkan rugi-rugi magnetik.
a. Si menaikkan tahahan jenis sehingga mengurangi rugi-rugi eddy curent.
b. Si menurunkan energi magnetoanistrophy besi sehingga menaikkan
permeabilitas dan menurunkan rugi-rugi histerisis
Kerugian penambahan Si ke dalam Fe adalah penurunan tingkat saturasi dan
temperatur Curie.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
135
6.11.2 Bahan Magnetik Keras Yaitu bahan magnetik yang sulit dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Ditandai
dengan:
− Gaya koersif (demagnetisasi ) tinggi
− Induksi magnetik sisa tinggi
Bahan magnetik keras sulit di demagnetisasi sekali di magnetisasi. Contoh:
Alnico alloy dan Alloy tanah jarang.
Gambar 6.30. Kurva demagnetisasi bahan magnet keras
1. Sm (Co,Cu)7.4 2. SmCo5 3. Bonded SmCo5
4. Alnico 5. Mn-Al-C 6. Alnico 8
7. Cr-Co-Fe 8. Ferrite 9. Bonded ferrite
Beberapa material magnetik lunak dan keras dengan aplikasinya dapat dilihat
masing-masing pada Tabel 6.3 dan Tabel 6.4.
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
136
Tabel 6.3. Beberapa material magnetik lunak dengan aplikasinya
Material μ0 He Bsat Br magnetik (T) (T) (T) μri μrmax Wh Aplikasi
Ideal 0 besar 0 besar besar 0 inti tranformator,induktor, mesin listrik, inti
elektromagnetik, tele dan head magnetik
Iron (commercial <10-4 2.2 <0.1 150 104 250 Arus eddy dan jarang grade, 0.2% dipakai untuk mesin listrik impurities) Silicon iron <10-4 2.0 0.5-1 103 104- 4 × 105 30-100 Resistivitas tinggi sehingga (Fe:2-4 % Si) rugi-rugi arus eddy kecil.Banyak untuk mesin listrik seperti transformator Supermalloy 2 × 10-7 0.7− 0.8 <0.1 105 106 <0.5 permeabilitas tinggi, rugi- (79Ni-15 Fe-5-5 rugi rendah. Banyak dipakai Mo-0.5Mn untuk transformator khusus, amplifier magnetik 78 Permalloy 5 × 10-6 0.87 <0.1 8 × 103 105 <0.1 Transformator audio, (78.5% Ni - 21.5% recording heads, filter. Fe) Glassy metals, 2 × 10-6 1.6 <10-6 - 105 20 Inti tranformator rugi-rugi (Fe-Si-B rendah Ferrites, 10 0.4 <0.01 2 × 103 5 × 103 <0.01 Aplikasi frekuensi tinggi Mn-Zn ferrite
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
137
Tabel 6.4. Material magetik keras dan aplikasinya
μ0 He Br (BH)max Material Magnetik (T) (T) (kJ m-3) Aplikasinya
Ideal Large Large Large Magnet permanen untuk banyak aplikasi
Alnico (Fe-AI-Ni-Co-Cu) 0.19 0.9 50 Magnet permanen untuk berbagai aplikasi Alnico (Columnar) 0.075 1.35 60
Strongtium ferrite 0.3–0.5 0.36–0.43 24–34 Motor stater, loudspeaker , penerima telepon, receivers, mainan.
Sm2 Co17 (sintered) 0.62–1.1 1.1 150–240 Servo motors, stepper motors, coupling, rem, audio, headphone.
NdFeB magnets 0.9–1.0 1.0–1.2 200–275 walkman, CD motors, komputer aplications. γ-Fe2O3 0.03 0.02 - Pita Audio dan video, floopy disks
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 138
Energi potensial magnetik dari bahan magnetik keras diukur dengan
perkalian antara B dan H. Satuan perkalian B-H adalah J per meter kubik.
Gambar 6.31. Diagram perkalian B-H
6.12. RUGI–RUGI MAGNETIK
Rugi-rugi magnetik dibagi atas rugi-rugi histerisis dan rugi-rugi eddy
current.
6.12.1. Rugi-rugi histerisis
Timbul akibat disipasi energi untuk mendorong dinding domain ke depan
dan ke belakang selama magnetisasi dan demagnetisasi. Kehadiran impuriti dan
ketidaksempurnaan kristal menyebabkan hambatan pergerakan didinding domain
sehingga menaikkan rugi-rugi histeristis. Luas loop histeristis merupakan ukuran
rugi-rugi histeristis. Rugi-rugi histeristis berbanding lurus dangan frekuensi karena
satu loop histeristis terkait dengan satu siklus medan magnetik atau tegangan.
Secara empirik rugi-rugi histeristis dapat dinyatakan sebagai
nmh KfBP = (6.21)
BH (BH)max 0
B
− Hc − H
Br
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 139
Dari persamaan ini terlihat besarnya rugi-rugi histeristis berbanding lurus dengan
frekuensi (f).
6.12.2. Rugi-rugi Eddy Curret Fluktuasi medan magnetik dalam suatu material magnetik oleh tegangan
AC akan menghasilkan tegangan induksi sesuai dengan persamaan Maxwell
∫ ∫ ∂∂
−==l S
i .dStBE.dlv (6.22)
atau dalam domain frekuensi dapat dituliskan sebagai
∫−=S
i B.dSjωv (6.23)
Karena tegangan induksi berada di dalam material maka akibat resiatansi
material muncullah arus. Arus ini disebut dengan arus Eddy. Besar arus eddy
sebanding dengan tegangan induksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya: (a) frekuensi (b) besar medan magnetik yang diberikan (c) luas
penampang dimana arus membentuk loop.
Gambar 6.32. Ilustrasi arus eddy dalam material magnetik
loop arus eddy
Fluks induksi
Fluks magnetik berubah terhadap waktu
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 140
Akibat arus eddy ini timbulah pemanasan Joule di dalam bahan dan
kerugian energi ini disebut dengan rugi-rugi eddy current. Rugi-rugi eddy current
dapat dikurangi dengan beberapa cara diantaranya:
(a) menggunakan laminasi atau lembaran-lembaran yang satu dengan lainnya
terisolasi secara listrik. Loop yang kecil akan membuat fluksi magnetik yang
terlingkupi juga kecil sehingga perubahan fluksi juga kecil. Tegangan induksi
menjadi kecil dan dengan demikian arus induksipun mengecil. Hal ini
dilakukan misalnya pada iti transformator.
(b) menurunkan frekuensi. Arus eddy berbanding lurus dengan tegangan induksi
sedangkan tegangan induksi sebanding dengan frekuensi. Dengan demikian
arus eddy sebanding dengan frekuensi. Rugi-rugi akibat arus eddy dalam
bentuk pemanasan Joule sebanding dengan kuadrat arus eddy sehingga
berbanding lurus dengan kuadrat frekuensi (f) dari medan magnet yang
diberikan.
(c) menurunkan kuat medan magnetik. Arus eddy sebanding dengan kuat medan
magnetik maksimum. Oleh karena itu rugi-rugi arus eddy sebanding dengan
kuadrat medan magnetik maksimum (Bm). Sebagai contoh untuk
transformator, penurunan tegangan kerja akan menurunkan kuat medan
magnetik dan hal ini menurunkan rugi-rugi secara kadratik.
(d) menaikkan resistansi material. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
material magnetik dengan konduktivitas rendah seperti ferrite Mn-Zn atau Ni-
Zn.
Secara empirik rugi-rugi arus eddy dinyatakan sebagai
Pe = Ke Kf f 2 2mB (6.24)
Kf : faktor bentuk gelombang
Ke : faktor rugi-rugi arus eddy (tergantung dari dimensi dan jenis material)
f : frekuensi
Bm: kuat medan magnetik maksimum
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 141
Bila suatu material magnetik diberi medan magnetik yang berubah terhadap
waktu maka rugi-rugi histerisis dan rugi-rugi arus eddy timbul secara bersama-
sama. Untuk mengetahui kontribusi masing-masing rugi-rugi biasanya dilakukan
dengan pemberian medan magnetik dengan frekuensi yang diubah-ubah. Bila hal
ini dilakukan maka rugi-rugi total (sering disebut dengan rugi-rugi inti) dapat
dituliskan sebagai:
Rugi-rugi inti = rugi-rugi histerisis + rugi-rugi eddy current
Pi = A f + B f2 (6.25)
atau
Pi /f = A + Bf (6.26)
Bila data-data diplot maka akan diperoleh gambar sebagai berikut:
Gambar 6.33. Hubungan antara rugi-rugi dan frekuensi
Dari gambar ini dapat ditentukan konstanta-konstanta yang terkait dengan
material magnetik yaitu dari A = kl2 Bm1,6 dari titik potong (intercept) sedangkan B
= Ke Kf Bm2 dari kemiringan (slope).
θ
A
Pi /f
f
BAB VI MATERIAL MAGNETIK
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 142
6.13. SOAL-SOAL LATIHAN
1. Tuliskan satuan M, H, B dalam SI
2. Jelaskan hubungan antara M,H,B
3. Jelaskan permeabilitas magnetik dan permeabilitas relatif
4. Jelaskan dan berikan contoh : ferromagnetik, ferrimagnetik , paramagnetik
dan antiferromagnetik
5. Mengapa Fe, Co, dan Ni ferromagnetik
6. Jelaskan teori domain magnetik
7. Apa itu temperatur Curie
8. Jelaskan kurva magnetisasi dan kurva histerisis
9. Jelaskan Jenis-jenis rugi-rugi magnetik dan mengapa timbul dan
begaimana cara menguranginya ?
10. Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap rugi-rugi magnetik. Jelakan
dengan rumus-rumus yang mendukung.
11. Apa yang disebut dengan bahan magnetik lunak dan keras berikan
contohnya serta contoh penggunaannya. Apakah keuntungan dan kerugian
material magnetik lunak dibandingkan material magnetik keras ?
12. Mengapa bahan magnetik dengan hambatan jenis tinggi diperlukan untuk
inti transformator frekuensi tinggi ?
13. Gambarkan kurva B-H magnetik. Tunjukkan induksi saturasi, induksi
remanen dan gaya koersif.
14. Apa yang terjadi dengan domain magnetik ketika berlangsung magnetisasi
dan demagnetisasi ?
15. Mengapa penambahan silikon sekitar 3% ke dalam besi dapat menurunkan
rugi-rugi inti transformator.
16. Mengapa inti transformator dalam prakteknya digunakan lempengan-
lempengan yang terisolasi satu sama lain ?
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 143
BAB VII
SUPER KONDUKTOR
Fenomena superkonduktivitas pertama kali diperkenalkan pada tahun 1911,
dan ini menarik perhatian para ilmuwan pada umumnya dan para ahli di bidang
tenaga listrik serta fisika khususnya. Sebagian mencoba untuk lebih jauh
memanfaatkannya dan sebagian lagi terus meneliti sebab-sebab terjadinya
keajaiban fenomena tersebut. Penggunaan prinsip superkonduktivitas sudah
sangat meluas walaupun belum seluruhnya dapat dinikmati oleh masyarakat
umum, dalam arti masih berskala laboratorium.
Beberapa di antaranya adalah penyaluran daya listrik (dengan kabel
kriogenik), generator superkonduktor, bubble-chamber, accelerator, antena dan
sistem suspensi magnetik (magnetic levitation) untuk kereta api supercepat.
7.1. PENGERTIAN UMUM
Superkonduktivitas adalah suatu sifat yang dimiliki oleh bahan
konduktor/penghantar yang dapat menghantarkan arus listrik dengan nilai
kerapatan arus yang sangat besar per satuan luasnya (contohnya; bahan NB3Sn
kerapatan arusnya 105 A/cm2 ), serta dengan harga resistivitas yang mendekati
nol. Hal ini menjanjikan terlaksananya penyaluran daya listrik dalam jumlah yang
sangat besar melalui penghantar berpenampang sangat kecil, sehingga dapat
mengurangi biaya, terutama biaya rugi-rugi energi.
Fenomena superkonduktivitas ini sebenarnya telah diketahui sejak
dikenalnya hubungan ketergantungan resistivitas suatu bahan terhadap
temperatur, tetapi ini hanya dianggap secara teoritis saja, karena tidak dapat
dibayangkan untuk mencapai temperatur sekitar 270 oC di bawah titik beku air.
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 144
Pada tahun 1911 Heike Kammerlingh Onnes, seorang ilmuwan Belanda
menyatakan keberhasilan percobaannya untuk mendapatkan sifat
superkonduktivitas pada logam merkuri yang direndam dalam helium cair (± 4oK),
kenyataan ini menjadi pemicu untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Satu lagi sifat logam superkonduktor ditemukan pada tahun 1933 yang
kemudian dikenal dengan sebutan Meissner Effect (nama penemunya) yang
berhubungan dengan kecenderungan logam superkonduktor untuk mendorong
keluar medan magnet yang ada padanya.
Sifat ini telah dimanfaatkan pada sistem suspensi magnetik seperti yang
dipakai pada kereta api supercepat. Perkembangan yang cukup menggembirakan
adalah dengan ditemukannya bahan campuran niobium – timah pada tahun 1950
yang memungkinkan superkonduktivitas pada temperatur yang relatif lebih tinggi,
yaitu sekitar 20oK , sehingga cairan kriogenik (kriogen) yang dibutuhkan menjadi
lebih murah.
7.2. TERJADINYA KEADAAN SUPERKONDUKTIVITAS Keadaan superkonduktivitas bisa dicapai dengan mendinginkan suatu bahan
logam tertentu sampai temperatur mendekati nol mutlak, atau temperatur kritisnya
(Tc).
Beberapa teori mengenai konduktivitas suatu bahan logam, semuanya
menunjukkan keseragaman perilaku konduktivitas terhadap temperatur yaitu
resistivitas suatu bahan logam akan naik bila temperatunya naik. Tetapi tidak ada
satupun dari model teori di atas yang dapat menjelaskan terjadinya fenomena
superkonduktivitas.
Teori terbaru yang dikemukakan oleh tiga ilmuwan dari University of Illinois,
yaitu Bardeen, Cooper, dan Schieffer yang kemudian dikenal dengan BSC Theory.
Teori ini menyatakan bahwa di bawah temperatur kritisnya (Tc), Elektron-elektron
konduksi pembawa muatan akan mencapai suatu tingkatan keadaan baru dan
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 145
membentuk pasangan elektron yang disebut Cooper Pairs. Pasangan inilah yang
kemudian bertindak sebagai pembawa muatan yang tidak dapat dihamburkan oleh
ketidaksempurnaan kisi kristal (energi yang tersedia tidak cukup untuk
memecahkan pasangan dan menghamburkannya) sehingga resistansi menjadi
kecil sekali (pada keadaan normal penghamburan elektron konduksi dalam arah
yang tidak tentu dipandang sebagai penyebab terjadinya resistansi bahan). Begitu
temperatur dinaikkan kembali melampaui Tc, maka energi yang bertambah sejalan
dengan naiknya temperatur akan memecahkan pasangan elektron tadi sehingga
otomatis kembali pada keadaan normalnya.
Secara komparatif perilaku elektron pada keadaan normal dan
superkonduktiv dinyatakan dengan dalam tabel 10.1. Fenomena terjadinya
keadaan superkonduktif tersebut terhadap temperatur dapat dilihat pada gambar
10.1 . Temperatur transisi Tc untuk bahan superkonduktif yang terbuat dari bahan
logam murni adalah sekitar 0,01o - 9,15 oK, sedangkan untuk bahan campuran, Tc
dari keadaan transisi superkonduktif adalah tergantung pada keadaan materialnya.
Tabel 7.1. Perbandingan Perilaku Elaktron dalam Keadaan Normal dan Superkonduktif
Normal Superkonduktif
− Pembawa muatan elektron
bebas.
− Diameter elektronnya 10-15.
− Jarak atom kisi kristal 10-10.
− Panjang gelombang < jarak kisi
− Elektron konduksi dihamburkan
dalam arah tak menentu,
akibatnya timbul resistansi
elektris.
− Pasangan elektron “Cooper
Pairs”
− Diameter CP~10-7.
− Jarak atom kisi kristal > 10-10.
− Panjang gelombang > jarak kisi.
− Tidak terjadi hamburan (energi
yang tersedia tidak mencukupi),
akibatnya resistansi elektron
menjadi nol.
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 146
Gambar 7.1. Perubahan resistivitas terhadap temperatur 7.3. KARAKTERISTIK DAN JENISNYA Sifat superkonduktivitas suatu bahan akan lenyap bila temperaturnya
melebihi Tc . Tapi pada percobaan pembuatan koil (coil) superkonduktif di mana
temperaturnya selalu dijaga tetap di bawah temperatur kritisnya, ternyata koil
kehilangan sifat konduktivitasnya pada saat arusnya mencapai harga tertentu. Ini
menunjukkan bahwa bahan superkonduktor juga mempunyai batas hantar arus
maksimum, yang membatasi percobaan di atas adalah medan magnet yang
bekerja pada bahan tersebut (H). Arus yang melalui bahan akan membangkitkan
medan magnet tertentu (kritis) Hc bahan akan kehilangan sifat
superkonduktivitasnya. Hal tersebut dapat diterangkan bahwa setelah melebihi Hc
maka energi interaksi antara elektron superkonduktif dengan medan magnet akan
cukup besar untuk dapat memecahkan ikatan yang terjadi pada pasangan elektron
Cooper Pairs. Nilai Hc tergantung pada temperatur bahan dan membentuk suatu
hubungan saliang ketergantungan yang berbentuk fungsi parabolik dengan Tc ,
yang ditunjukkan persamaan :
TemperaturTc0
Logam Biasa (contoh: Perak)
Superkonduktor (contoh: Timbal)
ρ sisa
Res
istiv
itas
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 147
Hc = Ho ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
2
1TcT (7.1)
Sedangkan B=H, bila u dianggap konstan, maka H dapat digantikan dengan B
(rapat fluksi), sehingga bentuk persamaan menjadi :
Bc = Bo ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
2
1TcT (7.2)
di mana Ho = medan magnet kritis pada T = 0oK Bo = rapat fluksi kritis pada T = 0oK Tc = temperatur kritis pada B =0 (temperatur tertinggi yang
diizinkan)
Kenyataan yang menarik adalah bahwa tidak semua jenis logam dapat
menunjukkan sifat superkonduktivitasnya. Platina dan perak yang pada kondisi
normalnya merupakan konduktor terbaik (resistivitasnya kecil) ternyata tidak bisa
dijadikan superkonduktor. Beberapa jenis logam yang mula-mula diketahui dapat
dijadikan superkonduktor atau yang disebut soft type superconductor atau
superkonduktor jenis I adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.2, di bawah
ini:
Tabel 7.2. Parameter Tc dan Bo dari superkonduktor Jenis-I
Bahan Tc (oK) Bo (T) Aluminium (Al) 1,2 0,010 Mercury (Hg) 4,2 0,041 Tantalum (Ta) 4,5 0,083 Timbal (Pb) 7,2 0,080 Niobium (Nb) 9,4 0,195 Pada saat awal superkonduktor jenis-I yang dikenal, tetapi usaha untuk
mengaplikasikannya untuk keperluan praktis selalu berakhir dengan kegagalan, hal
ini karena karakteristik Tc dan Bo yang sangat rendah.
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 148
Pada tahun 1950 ditemukan bahan superkonduktor jenis baru yang dikenal
sebagai hard type superconductor atau disebut juga superkonduktor jenis-II, yang
semuanya merupakan komposit/campuran/perpaduan dari dua jenis logam atau
lebih. Tabel 7.3, memeperlihatkan parameter Tc dan Bo dari superkonduktor jenis-
II.
Tabel 7.3. Parameter Tc dan Bo Superkonduktor Jenis-II Bahan Tc (oK) Bo (T) Niobium + Titanium (Nb0,44 Ti0,56 ) 8,7 1,2 Niobium + Zirconium (Nb0,50 Zr0,50) 9,5 11 Vanadium + Gallide (V3Ga) 14 50 Niobium + Gallide (Nb3Ga) 15 7 Niobium + Timah (Nb3Sn) 18 22
Pada Tabel 7.3, superkonduktor jenis-II mempunyai nilai Tc dan Bo yang
tinggi sehingga memberikan kemudahan untuk mengaplikasikannya pada
peralatan yang memerlukan medan magnet/listrik yang kuat serta kepraktisan
lainnya.
Karakteristik bahan superkonduktor yang paling penting ditemukan pada
tahun 1933 oleh dua ilmuwan jerman, V.Meissner dan R. Ochsenfeld. Mereka
menjelaskan bahwa bahan superkonduktor akan kehilangan sifat magnetisnya
pada saat didinginkan di bawah temperatur kritisnya dan menjadi bahan
diagmagnetik ideal, atau dengan kata lain permeabilitasnya mengecil drastis
mendekati nol. Medan magnet terdorong ke luar dan membentuk tirai di
permukaan konduktor (seperti efek kulit), dan medan magnet di bagian dalam
menjadi kecil sekali seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini.
Hx = Ho exp ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−
λX
(7.3)
di mana: Ho = medan magnet di permukaan x = jarak dari permukaan λ = kedalaman dari penetrasi (10-100 mm)
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 149
Kenyataan ini dimanfaatkan oleh Arkadyev (1953) seorang ilmuwan rusia
dalam percobaannya suspensi magnetic seperti pada gambar 7.2. Sebuah batang
magnet yang diletakkan di atas suatu bahan superkonduktor yang selalu dijaga
temperaturnya ternyata terangkat ke atas dan terus mengambang atau melayang
dalam keadan seimbang. Fenomena inilah yang kemudian menjadi dasar
perancangan kereta api supercepat(Maglev) yang melaju atau melayang di atas
bantalan rel magnet tanpa friksi/gesekan.
Gambar 7.2. Percobaan ”suspensi magnetik” dari Arkadyev
Bahan superkonduktor selalu dibuat dalam bentuk komposit, baik dalam
bentuk pita maupun kawat kumparan; bahan superkonduktor sering dilapisi
dengan bahan lain yang mempunyai konduktivitas termal maupun elektris yang
baik. Bahan pelapis biasanya dibuat dari tembaga dan disebut metriks, hal ini
untuk menambah kekuatan mekanis dan melindungi bahan superkonduktor dari
adanya ketidakstabilan temperatur yang biasa terjadi. Pada umumnya jenis bahan
superkonduktor di atas memerlukan pendinginan sekitar 4o K atau memerlukan
cairan helium sebagai pendingin. Superkonduktor merupakan teknologi yang
sangat mahal, disamping itu untuk mendapatkan helium cair juga tidak mudah dan
harganyapun mahal serta untuk mempertahankan kestabilan temperatur yang
sangat rendah bukan hal yang mudah.
MAGNET
super konduktor
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 150
Bahan Superkonduktor yang mempunyai temperatur transisi cukup tinggi
dan banyak digunakan adalah niobium-timah (Nb3Sn) yang ditemukan oleh Berndt
T.Matthias (Amerika Serikat) pada tahun 1954 yang juga menemukan campuran
bahan Nb0,79 (Ge0,25)0,21 yang mempunyai temperatur transisi kritis mendekati titik
cair hidrogen dan rapat fluksi kritis di atas 40 T, kemudian juga niobium-
germanide Nb3Ge dengan Tco sebesar 23,2oK.
7.4. APLIKASI SUPERKONDUKTOR DALAM BIDANG TENAGA LISTRIK
Dalam bidang tenaga listrik superkonduktor dapat dimanfaatkan untuk
keperluan dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan penghantaran daya listrik
yang besar, antara lain:
7.4.1. Generator Superkonduktor
Kapasitas daya dari mesin listrik adalah fungsi dari tegangan, arus dan beda
fasa antara keduanya. Besar tegangan ditentukan oleh laju pemotongan fluksi
terhadap konduktor, sedangkan arus dibatasi oleh disipasi ohmic pada belitan-
belitannya (lilitan). Superkonduktor memungkinkan pertambahan nilai bagi
keduanya, nilai rapat fluksi maupun kemampuan menghantarkan arus dengan
rugi-rugi ohmic yang sangat kecil. Dengan demikian diharapkan generator
superkonduktor mempunyai dimensi yang lebih kecil, lebih ringan dan efisien.
Pada prinsipnya generator ini bekerja seperti generator sinkron pada
umumnya, lilitan medan pada rotor menghasilkan fluksi magnet yang memotong
lilitan jangkar pada stator.
Perputaran lilitan medan akan menyebabkan perubahan fluksi terhadap
waktu pada jangkar yang akan membangkitkan tegangan. Pada generator ini lilitan
medan dibuat superkonduktif dengan mengalirkan helium cair untuk menurunkan
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 151
temperatur bahan superkonduktor pada lilitan tersebut, sedangkan lilitan jangkar
tetap dibuat pada temperatur kamar.
Massachustts Institute of technology (MIT), Cambridge, telah membuat
prototipe generator superkonduktif pada tahun 1969.
General Electric USA, juga telah membuat generator dengan kapasitas 20
MVA, sedangkan Westinghouse, Pittsburg bekerjasama dengan EPRI (Electric
Power Reseach Institute), California telah membuat sebuah prototipe generator
superkonduktif sebesar 300 MVA.
Pada bulan September 1982 dalam pertemuan ahli-ahli teknologi
superkonduktivitas di Paris menyatakan bahwa pembuatan generator
superkonduktor 1000 MVA akan 30% sampai dengan 50% lebih murah, 40% lebih
kecil dan 1% lebih efisien dibandingkan dengan generator konvensional yang
setara.
7.4.2. Transformator Superkonduktor
Transformator superkonduktor ini lebih kompak dan tidak ada bagian yang
bergerak (berputar), sehingga sistem pendinginnya maupun sistem isolasi
termalnya menjadi lebih mudah. Akan tetapi mempunyai kekurangan yang justru
membuat prospek transformator superkonduktor tidak secerah generatornya.
Pada transformator pemindahan daya listrik dari lilitan primer ke lilitan
sekunder terjadi secara magnetis sehingga rapat fluksi magnetik yang diperlukan
besar sekali, akibatnya;
− Tetap diperlukan inti dari bahan magnetik. Pada saat pendinginan,
kemampuan rapat fluksi bahan inti malah berkurang (bahan cenderung
bersifat diamagnetik), bahan cepat jenuh, rugi-rugi histerisis membesar.
Keadaan ini menyebabkan inti besi harus tetap dijaga pada temperatur
kamar, sehingga desain pendinginan menjadi sulit.
BAB VII SUPERKONDUKTOR
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 152
− Penetrasi fluksi kebawah permukaan konduktor mengakibatkan rugi-rugi
arus Eddy dan arus yang tidak merata.
7.4.3. Kabel Superkonduktor
Salah satu jenis kabel superkonduktor adalah kabel kriogenik. Kabel
kriogenik pada dasarnya adalah bentuk pengembangan kabel bawah tanah (under
ground cable), dengan meningkatkan kapasitas penyaluran daya dengan jalan
memberikan pendinginan. Perbedaannya adalah cairan pendinginnya, bukan air
atau minyak, melainkan cairan kriogenik yang mempunyai kemampuan
pendinginan beratus kali lebih baik sehingga kemampuan hantar arusnya jauh
meningkat. Cairan kriogenik yang digunakan adalah helium (titik didih 4,2oK),
hidrogen (titik didih 20,4 oK) dan nitrogen(titik didih 77,3 oK) dengan temperatur
lingkungan 300 oK membutuhkan isolasi termal yang canggih. Sistem pendinginan
dan sistem isolasi termal merupakan bagian kabel kriogenik yang mempunyai porsi
biaya terbesar dari biaya keseluruhan. Kabel kriogenik mempunyai volume yang
kecil dan dapat menghantarkan arus yang sangat besar serta dengan rugi-rugi
hantaran yang sangat kecil, kabel kriogenik dapat dibagi dalam dua jenis yaitu:
1. Jenis superkonduktif dengan resistivitas mendekati nol, serta digunakannya
bahan –bahan nonkonvensional seperti niobium dan turunannya sebagai
penghantar arus utama.
2. Jenis krio-resistif, kabel yang bersifat resistif walaupun mempunyai nilai
sangat kecil (dalam orde 10-9 ohm-meter), menggunakan bahan-bahan
konvensional seperti tembaga dan aluminium sebagai konduktornya.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 153
BAB VIII
MATERIAL POLIMER 8.1. UMUM Istilah Polimer adalah kata yang tepat untuk kelompok material yang pada
umumnya mengacu kepada plastik. Alasan material-material ini disebut plastik
karena banyak memperlihatkan perubahan bentuk, atau sifat plastik; dengan kata
lain plastik merenggang dan mulur sebelum rusak. Tidak semua Polimer
menunjukkan sifat-sifat keplastikan secara signifikan. Adapun istilah polimer (untuk
material plastik) dan elastomer (material elastik, seperti karet) yang digunakan
adalah untuk membedakan antara material polimerik dengan elastomerik dan
karakter mekanik yang diperlihatkan oleh material-material ini. Istilah resin juga
digunakan sebagai referensi polimer. Secara umum resin adalah material yang
berasal dari alam. Polimer resin adalah komponen utama dari “plastik”.
Kebanyakan polimer adalah material sintetis yang diizinkan penggunannya untuk
peralatan dan diterapkan secara luas, dan saat ini masih terus dikembangkan.
8.2. STRUKTUR POLIMERIK Polimer adalah sekelompok material yang dibentuk oleh rantai molekul yang
dibuat dari satuan yang lebih kecil yang disebut monomer, yang mayoritas
tergabung dengan disengaja. Nama polimer diambil dari bahasa yunani yang
berarti banyak bagian dan kata monomer berkaitan dengan sebuah molekul besar
yang terdiri dari satuan dasar molekul untuk rantai polimer. Kata mer adalah
pengulangan dalam molekul-molekul yang lebih besar, seperti monomer dan
polimer. Kebanyakan polimer adalah material organik (kaki-karbon) yang terdiri
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 154
dari molekul-molekul yang disusun dari variasi kombinasi hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan karbon. Empat elemen inilah yang biasanya paling banyak ditemukan
dalam polimer organik. Karbon membentuk ikatan utama dari rantai polimer, dan
unsur lainnya mengikat dirinya pada karbon tersebut. Rantai polimer ini terbelit
dan membentuk gulungan tak beraturan, yang memberikan kekuatan tambahan.
Kebanyakan polimer berbasis hidrokarbon, dimana elemen-elemen karbon
dan hidrogen membentuk kombinasi yang dapat diperkirakan berdasarkan
hubungan CnH2n+2 . Bahan petrokimia setengah jadi ini adalah bahan kimia yang
dibuat dari parafin dalam minyak dan gas alami, yang diproses lebih lanjut menjadi
produk polimer. Bahan setengah jadi ini adalah dasar untuk hampir semua karet
dan produk polimer. Bahan ini juga dapat diproduksi dari batu bara. Yang paling
penting dari bahan setengah jadi ini adalah etilen. Semua ini disebut bahan
setengah jadi olefin dan termasuk juga acetilen, butilen, isobutilen, dan butadiena.
Ikatan kovalen tunggal antaratom tidak menyediakan tempat untuk
penambahan atom, maka mereka dalam kondisi jenuh. Molekul jenuh memiliki
ikatan intramolekul yang kuat namun ikatan intermolekulnya lemah. Methan dan
ethane adalah contoh molekul jenuh. Pada saat bentuk karbon dan hidrogen tidak
jenuh, seperti ethylene dan acetylene, molekul akan membentuk 2 atau 3 ikatan
kovalen. Molekul yang jenuh tidak membutuhkan atom hidrogen untuk memenuhi
kulit terluar dari atom karbon. Banyak bentuk molekul dan ikatan ganda yang
berdasarkan senyawa polyunsaturated. Material-material ini umumnya digunakan
untuk minyak goreng dan margarin. Material ini tidak jenuh dan bahan ini sering
menimbulkan asap bila dibakar. Senyawa jenuh tidak akan menimbulkan asap bila
dibakar.
Polimerisasi, atau penggabungan dari unit molekul yang besar dinamakan
monomer, penggunaan valensi mengisi kulit terluar dari atom karbon (karbon
memiliki elektron valensi 4) untuk bergabung dengan unit yang lebih kecil dan
membentuk rantai molekul yang lebih besar. Oksigen, sulfur, silikon, atau nitrogen
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 155
bisa digunakan untuk menggantikan atom karbon. Gambar 8.1 memperlihatkan
perbedan antara ethane jenuh dan ethylene tidak jenuh.
(a) (b)
Gambar 8.1. Ethane (a) dan Ethylene (b).
Agar polimerisai terjadi maka 2 kondisi harus terpenuhi. Kondisi pertama
ialah molekul harus mempunyai setidaknya 2 lokasi yang tidak memenuhi ikatan,
dimana akan mudah bergabung dengan molekul lain. Syarat ini artinya harus
memulai dengan molekul yang mempunyai ikatan ganda, seperti karbon. Karena
molekul karbon memiliki ikatan ganda, setiap ikatan memiliki sepasang elektron
bersama. Apabila salah satu ikatan antarkarbon terbuka, ikatan tunggal akan
muncul, meninggalkan kedua elektron lain untuk bergabung dengan atom lain.
Apabila atom karbon lain melewati ikatan ganda yang telah terbuka, keduanya
akan bergabung untuk membentuk rantai. Prosedur ini berlanjut, menghasilkan
rantai polimer, dan dinamakan polimerisasi. Proses akan terus terjadi selama
kondisi kedua bertemu. Kondisi kedua yang diperlukan untuk polimerisasi adalah
bahwa setelah proses polimerisasi, sedikitnya 2 lokasi yang terbuka harus tersedia.
Rantai polimer banyak bentuknya. Bentuk rantainya membentuk urutan yang
mengelilingi setiap satu dengan yang lainnya.
Polimer bisa lebih kuat dengan ikatan silang (cross link). Ikatan ini terjadi
apabila ikatan ganda di antara atom-atom dalam rantai rusak, atau bentuk molekul
yang mempunyai hubungan dengan atom didekatnya. Hubungan ini menghasilkan
CC
CH
CHC
C C
C H
CH
C H
C H
C H
C H C CH
CH
C C CC
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 156
kekuatan tambahan pada rantai dan mengurangi kerenggangan yang terjadi
antarmolekul.
Sifat dari polimer juga bergantung pada struktur dan komposisi dari
molekul. Dua molekul dengan komposisi yang sama bisa membentuk 2 konfigurasi
yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula, seperti propil (1-propanol) dan
isopropil(2-propanol) alkohol. Variasi ini dinamakan isomer. Gambar 8.2
menunjukkan bagaimana kedua polimer ini berbentuk.
(a) (b)
Gambar 8.2. Propil (a) dan isopropil alkohol (b). Perlu diingat bahwa kedua material ini memiliki komponen yang sama,
disusun secara berbeda. Kedua polimer ini berdasarkan standar sistem penandaan
untuk ikatan organik yang dibuat oleh International Union of Pure and Applied
Chemist (IUPAC) untuk membedakan antarisomer.
8.3. MEKANISME POLIMERISASI
Polimerisasi mengambil tempat melewati penambahan polimerisasi,
kopolimerisasi, atau kondensasi polimerisasi. Pada proses polimerisasi, unit
CH
CHC CH
CH
CH CC COCC CHCC
CH
CH
CH
COC H
C H
C H C C CC CHCC
CH
CH
CH
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 157
molekul yang besar, monomer, ditambahkan ke monomer lain untuk membentuk
ranatai yang lebih besar, polimer ini (menunjukkan kebanyak bagian), di mana
memiliki angka dari unit-unit yang diulang, mers. Mers merupakan unit terkecil
pada suatu rantai yang bisa dikenali. Tingkatan dari polimerisasi adalah angka dari
unit yang diulang yang memiliki struktur yang identik dalam rantai yang dibentuk
oleh polimer. Penambahan polimerisasi hanya melibatkan 1 tipe mer. Gambar 8.3
memperlihatkan polimerisasi dengan penambahan.
Gambar 8.3. Polimerisasi Tambahan Pada kopolimerisasi, lebih dari 1 molekul membuat mer. Acrylonitrile-
butadine-stryrene (ABS) adalah contoh dari kopolimer.
Gambar 8.4 memperlihatkan proses kopolimerisasi untuk ABS polimer.
Polimerisasi kondensasi melibatkan reaksi kimia dari 2 atau lebih untuk membentuk
molekul yang baru. Reaksi kimia ini menghasilkan kondensasi atau nonplomerizable,
biasanya air. Katalis sering dibutuhkan untuk memulai dan memelihara reaksi.
Gambar 8.4. Kopolimerisasi
C H
C Cl
C H
C Cl
C C C C
Monomer
CH
CCl
CC
C H
C Cl
CH CC
CO
CH
C C
CH
CH
Mer
C C C
H
H H
C
HH
H C ≡ N
C C
H
H H
C
HH
H
= C C
H H
C
H
Butadine Styrene Styrene
Acrylonitrile
Benzena
+
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 158
8.4. SIFAT-SIFAT POLIMER
Sifat termoplastik dan termoset merupakan sifat-sifat polimer. Kedua sifat
inilah yang merupakan pengklarifikasian dari bahan-bahan polimer.
Polimer yang termoplastik biasanya berupa plastik, bersifat kenyal/dapat
diregangkan. Sifat ini dapat berbentuk dengan dipanaskan, didinginkan, dapat
dilelehkan dan berubah menjadi bentuk yang berbeda tanpa mengubah sifat
bahan dari polimer tersebut. Bagaimanapun, panas yang digunakan untuk
melelehkan dan membentuk kembali, termoplastik harus secara hati-hati dikontrol
atau bahan tersebut akan terdekomposisi/terurai. Sifat dari bahan termoplastik
sangat lemah, ikatan sekunder, seperti pada gaya van der waals. Dengan
pemberian panas dan tekanan, ikatan tersebut melemah, dan bahan dapat
berbentuk seperti semula. Pada keadaan panas dan tekanan tertentu, bahan akan
menjadi bentuk yang baru. Bahan polimer termoplastik yang umum adalah acrylic,
nilon(poliamide), selulosa, polisteren, polietilen, flurokarbon, dan vinil.
Polimer yang termoset memiliki ikatan primer yang kuat, dan biasanya
berbentuk dengan kondensasi. Polimer yang termoset selain memiliki ikatan primer
yang tinggi, juga struktur penyusunannya berupa molekul yang besar. Sifat ini
merupakan hasil perubahan kimiawi selama pemrosesan, berupa pemanasan
ataupun adanya pemakaian katalis. Setelah sertifikasi menjadi bentuk yang keras,
polimer termoset tidak dapat direnggangkan dan berubah menjadi bentuk semula,
karena sebagian molekul banyak yang terbuang selama proses pengembalian
bentuk. Jika panasnya dinaikkan kembali, maka polimer termoset akan berubah
menjadi arang, terbakar, dan terurai. Selama proses ini, bahan termoset akan
menjadi kaku, dan tidak larut dalam cairan seperti rantai polimer yang berlilitan
dan saling bersilangan. Contoh polimer yang termoset seperti fenol, asam amino,
poliester, epoxies, asam alkil.
Karena gaya intramolekul pada bahan polimer lebih lemah daripada gaya
intermolekuler, deformasi (pembentukam kembali) bahan ini merupakan hasil
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 159
perbedaan dan banyaknya molekul yang disebabkan pemecahan dari ikatannya
tersebut. Jika dipanaskan dan diberi tekanan, rantai polimer berubah dan saling
bertumbukan. Dan ketika panas dan tekanan tersebut kita hentikan, maka akan
berbentuk yang baru.
Secara umum, bahan polimer berupa bahan yang kuat, kaku, keras dan
dapat dilelehkan. Beberapa bahan dapat ditambahkan pada bahan polimer, untuk
meningkatkan beberapa sifat, mengurangi biaya bahan polimer, kemampuan
pembentukan dari bahan tersebut, dan atau mewarnai bahan tersebut. Bahan
aditif ini dapat berupa bahan pengisi, bahan pewarna, dan pelumas.
Dari bahan aditif tersebut dapat dibagi menjadi bahan aditif untuk
menyempurnakan tampilan, dan bahan aditif untuk mempercepat pemrosesan,
tergantung dari kegunaan yang diinginkan.
Sifat bahan polimer juga tergantung dari bahan aditifnya, beberapa bahan
ditambahkan untuk menambahkan kekuatan dari polimer, berbagai macam bahan
pengisi digunakan; di antaranya bahan pewarna, dan bahan pelunak, yang dapat
ditambahkan sebagai pelumas bagian dalam. Polimer termoplastik banyak
digunakan pada kertas film, lembaran kertas, mistar, pipa, dan beberapa bentuk
model cetakan dan bentuk yang terekstrusi. Bentuk dari polimer termoplastik yang
paling umum adalah bulatan pencetak. Polimer termoset tersedia dalam bentuk
bubuk atau cairan. Bahan ini mengandung bahan polimer dasar, bahan pengisi
(filler), bahan pewarna, bahan pelunak, bahan penguat (katalis), yang akan
membuat saling berhubungan dan sebuah ekselerator.
Untuk mendapatkan mers yang tidak jenuh dan memberikan reaksi antara
satu dengan yang lain dan bergabung secara bersamaan, maka digunakan sebuah
zat katalisator (biasanya bahan peroksida). Bahan awalan ini akan meningkatkan
panas, dengan peningkatan panas, akan mempercepat reaksi. Tetapi jika terlalu
panas (dengan menggunakan inisiator) maka bahan tersebut akan bergelembung
dan berbusa, proses ini akan memperkuat perbaikan cairan resin. Secara umum,
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 160
metil etil keton peroksida (MEKP) ditambahkan sebagai cairan resin dasar untuk
mengawali proses pengerasan.
Contoh bahan pengisi, seperti: bubuk, kain, serat, dan lain-lain digunakan
untuk mengubah sisi fisik dan mekanik dari polimer. Bahan tersebut digunakan
pada jumlah yang berbeda, tergantung aspek yang diinginkan dan biaya dari
sebuah produk.
Jika bahan pengisi (filler) yang digunakan terlalu banyak, maka polimer
akan menggumpal dan menghasilkan titik terendah dan banyak membuat
kekosongan, jadi akan mengurangi kegunaannya. Kegunaan utama dari filler
adalah mengurangi pergerakan dari rantai polimer, dan jadi meningkatkan
kekuatannya tetapi mengurangi kekenyalan/kelenturannya. Sebagai tambahan,
filler digunakan untuk mengurangi biaya dari produk tersebut. Bahan pengisi
(filler) juga dapat digunakan untuk mengontrol penyusutan produk atau
meningkatkan ketepatan bentuk dari bahan. Tabel 8.1. menampilkan beberapa
dari bahan pengisi (filler) yang banyak dipakai.
Tabel 8.1. Bahan Pengisi (Filler) yang Umum dan Kegunaannya
Serbuk Kayu Filler (bahan pengisi) yang banyak kegunaan, murah, cukup
kuat, dan pembentukannya bagus. Serat Pakaian Kuat, cukup dalam kemampuan bentuk Serat gelas Sangat kuat, sangat stabil, tembus cahaya Mika Sangat bagus untuk bahan listrik, mudah menyerap
kelembapan Bahan pewarna ditambahkan pada polimer biasanya berupa pewarna atau
pigmen. Pewarna yang dihasilkan, sedangkan pigmen akan mengubah warna dari
bahan tersebut. Sebagian bahan pengisi (filler) tidak menghasilkan warna yang
menarik, sehingga kegunaan dari bahan pewarna adalah untuk nilai estetika.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 161
Bahan pelunak, dalam jumlah yang sedikit, ditambahkan untuk
meningkatkan dan mengontrol dari aliran proses bahan. Bahan pelunak dapat
meningkatkan kegunaan dari polimer, dengan mengurangi friksi dan meningkatkan
fleksibilitas dari bahan dengan cara membuat rantai lebih mudah pindah.
Bahan pelunak digunakan juga sebagai pelumas bagian dalam. Bahan ini
secara umum berupa polimer dengan berat molekul yang ringan yang dapat
memisahkan rantai polimer dan mengurangi kekristalan. Bahan pelunak ini
ditambahkan dalam jumlah sedikit, karena akan mengganggu kestabilan dari
produk yang didiamkan dalam waktu yang lama. Pelumas juga dapat ditambahkan
dalam jumlah yang sedikit, untuk meningkatkan bentuk sebuah produk dan
mengurangi adanya jamur pada produk setelah pembentukan. Lilin, asam stearat,
dan sabun banyak dipakai sebagai pelumas. Jumlah dari pelumas ini selalu dalam
jumlah sedikit karena jika terlalu banyak akan mengganggu sifat dari bahan.
Biasanya polimer dalam bentuk amorf, tidak dalam bentuk kristal tetap. Dua
tipe utama dari struktur polimer ini yaitu: amorf, atau isotropik, dan anisatropik.
Isotropik akan sama memberikan sifat dari bahan polimer.
Kristalisasi pada polimer akan membutuhkan stuktur yang teratur, kuat dan
memiliki banyak penggunaan. Deformasi secara mekanik dan penambahan bahan
pengisi (filler) akan dapat meningkatkan kekristalan dari polimer dan
meningkatkan kekuatan dari sebuah polimer.
Derajat kekristalan berupa persentase dari sebuah bahan yang dapat
dikristalkan dibandingkan dengan keadaan penuh dari kondisi crystalline.
Secara umum, polimer berupa bahan yang ringan, isolasi listrik yang baik,
isolasi panas yang bagus, dan memiliki ketahanan terhadap korosi. Menyediakan
resistansi abrasi, dan memiliki resistansi terhadap serangan kimiawi. Bahan ini
dapat dibuat melalui berbagai proses, dan akan menghasilkan produk yang
menarik dan tersedia dalam berbagai warna. Selain itu, tanpa penyokong, namun
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 162
kekurangan utamanya adalah kurang kuat dibandingkan dengan bahan
manufaktur yang lain yaitu logam dan komposit.
Banyak polimer yang stabilitasnya sangat kurang karena tingkat
kekenyalannya tinggi dan tidak kaku. Kekenyalan merupakan keadaan di mana
sebuah bahan plastik dapat tertarik ketika usaha tarikan dalam waktu yang cukup
lama.
Polimer juga dipakai pada pabrik bahan ringan, yaitu yang membutuhkan
kekuatan rendah hingga menengah; isolasi terhadap listrik; isolasi terhadap panas;
busa lentur dipakai untuk pengemasan dan filler; adhesif atau bahan pengikat,
atau mengurangi bahan yang mahal seperti pelindung mobil, pintu, jendela, dan
lain-lain.
Polimer juga banyak dipakai dengan penambahan dari penguat, juga
membuat karakteristik, dan dengan penambahan kombinasi dari polimer yang
berbeda akan membuat bahan polimer ini berbeda dengan bahan yang lain.
Beberapa tipe yang umum dari polimer, kopolimer, dan karakteristiknya,
disajikan dalam tabel di bawah ini;
Tabel 8.2. Sifat Umum dari Beberapa Jenis Polimer, Kopolimer*
Jenis Polimer Keterangan
ABS Acrilonitril-butadin-stiren, ringan kuat, ketahanannya sangat bagus.
Acrilic Kualitas optikalnya sangat bagus, nama dagang: Lucit dan Plexiglas, tahan terhadap benturan/kejutan, tahan terhadap bengkokan dari luar dan tarikan dan kuat secara dielektrik.
Selulosa asetat Isolasi yang bagus, mudah terbentuk, menyerap kelembapan yang berlebih, resistansi terhadap bahan kimia kecil.
Selulosa asetat butirat Seperti pada selulosa asetat, tapi dapat tahan pada beberapa kondisi.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 163
Tabel 8.2. Lanjutan
Jenis Polimer Keterangan
Epoxies Ketahanannya bagus, elastis, tahan, terhadap bahan kimia, stabil, banyak digunakan pada pelindung, semen komponen listrik, peralatan.
Etil Selulosa Tahan terhadap arus listrik besar, kekuatan tahan terhadap benturan, tahan pada kondisi dingin, low tear strength.
Flurokarbon Inert tarhadap banyak bahan kimia, tahan terhadap temperatur yang tinggi, koefisien friksi yang kecil (teflon), dipakai pada pelindung yang dilumasi dan nonstic.
Melamin Tahan terhadap panas yang tinggi, air, bahan kimia, dipakai pada meja dan kertas olahan, pakaian.
Fenolik Keras, cukup kuat, murah, dapat terbentuk dengan mudah, tidak tembus cahaya; banyak pilihan dalam bentuk.
Poliamid Tahan terhadap abrasi dan stabilitas yang sangat bagus, dipakai pada bearing materials yang membutuhkan pelumas yang sedikit, bahan benang pancing dan tali tambang (rope).
Polikarbonat Kekuatan dan katahanan yang bagus, banyak dipakai pada gelas pengaman.
pada tutup botol, perkakas yang tahan pecah dan kabel isolasi.
Polipropilen Sangat ringan, lebih kuat dari polietilen. Polistiren Sangat stabil, dapat menyerap kelembapan yang
kecil, dielektrik yang bagus, mudah terbakar, resistansi terhadap beberapa bahan kimia sangat kecil.
Silikon Tahan terhadap panas, dapat menyerap kelembapan yang kecil, sifat dielektrik yang bagus.
Urea formaldehid vinil Seperti pada fenolik, dipakai dalam ruangan tahan terhadap tetesan air, lama dipakai, sangat stabil, tahan terhadap kelembapan yang berlebih, dipakai pada dinding dan lantai, bahan pakaian, selang.
Sumber: Larry Horath, Fundamental of Materials Sciense for Technologies
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 164
8.5. RESIN ALAMI Istilah resin banyak digunakan untuk material yang terjadi secara alami
seperti getah dan ekstraksinya. Resin alami banyak digunakan pada cat, pernis,
enamels, sabun, tinta, lem, dan plastik dari material polimer lain. Ini termasuk
shelllac, rosin, dan resin kopal.
Shellac merupakan material termoplastik yang digunakan sebagai bahan
dasar pelarut kimia, seperti pada bahan pelapis dan pencampur. Penggunaan
bahan ini berkurang karena sifatnya yang getas; walaupun begitu, bahan ini tetap
digunakan pada pabrik pembuat ban, di mana faktor elastisitas dibutuhkan. Ini
juga digunakan untuk pengkilap, lilin, tinta, dan vernis. Rosin adalah getah yang
didestilasi; terpenting di hasilkan sebagai produk sampingan. Rosin digunakan
untuk cat, dan vernis. Apabila resin kopal dicampur dengan seluloid, akan menjadi
pelembab dan tahan terhadap abrasi.
8.6. MATERIAL TERMOSETTING
Material termosetting termasuk fenol, aminoformaldehid, melamin, urea,
poelister, allyl, kasein. Epoxy, dan urethanes. Banyak produk plastik yang terbuat
dari Bakelite (berasal dari nama Dr. Leo Bakeland), adalah orang pertama yang
berhasil dalam membuat polimer fenolformaldehid. Fenolformaldehid dihasilkan
melalui proses reaksi kondensasi, dimana terjadi bentuk yang kaku. Pada bentuk
murninya, terlihat buram, subtansi putih susu yang disepuh dan dipanaskan.
Sedangkan pada pabrikasi warnanya coklat gelap atau hitam, walaupun biasa
dihasilkan dalam banyak variasi warna melewati penggunaan bahan pewarna,
nama lain dari fenolformaldehid adalah Bakelite.
Sifat dari material ini berubah-ubah tergantung dari bahan filter yang
digunakan. Fenolik memiliki berat yang medium dan termasuk polimer yang paling
keras. Keunggulannya adalah kekuatan kompresinya yang tinggi. Bahan ini
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 165
menunjukkan penguluran yang kecil sebelum patah. Produksi fenolik dihasilkan
melalui pembentukan kompresi dan digunakan untuk aplikasi elektronika dan
isolasi. Fenolik secara umum memiliki resistansi terhadap air, pelumas, alkohol, oli,
dan kimia untuk rumah tangga. Karena mereka memiliki resistansi terhadap bensin
dan oli, penggunaannya cukup luas pada beberapa bagian mesin kecil, mobil dan
aplikasi lain yang serupa. Bahan ini juga biasa dibuat berlapis dan berbentuk busa
atau digunakan pada sikat atau spray pada bahan pengawet.
Polimer amino (Gambar 8.5), seperti aminoformaldehid, juga terbentuk
melalui reaksi kondensasi yang melibatkan aldehid dan grup amino. Hal paling
penting dari bahan ini adalah urea formaldehd dan melamin formaldehd. Sifat dari
urea formaldehid serupa dengan fenolformaldehid, namun memiliki tingkat
resistansi yang lebih kecil terhadap kelembapan dan panas. Bahan yang dihasilkan
dengan kompresi molding,
Gambar 8.5. Urea dan Melamin
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 166
namun bubuk ini relatif lebih mahal. Bahan ini memiliki resistansi terhadap
detergen, cairan pembersih, minyak, pelumas, bensin, kerosin, dan tiner.
Walaupun begitu, bahan ini cenderung tahan terhadap kelembapan yang rendah.
Melamin formaldehid lebih mahal namun memiliki kekuatan mekanik yang
lebih besar dan memiliki resistansi panas dan kelembapan yang lebih besar.
Berdasarkan ketinggian tahanan, permukaan yang bagus, dan ketahanan terhadap
panas dan kimia, polimer amino biasanya digunakan untuk bahan-bahan rumah
tangga. Dengan alasan yang sama pula, polimer amino juga digunakan sebagai
peralatan dapur dan cucian (dengan nama Melmac).
Ester merupakan hasil reaksi asam dengan alkohol. Keebanyakan dari
poliester adalah termosetting, tetapi Dacron (Gambar 8.6) adalah polimer
termoplastik yang digunakan bahan tenunan. Aplikasi poliester yang paling umum
ialah dalam kombinasi dengan bahan filler, itu semua adalah massa molekul
rendah dan katalis atau bahan penguat.
Gambar 8.6. Poliester (Dacron)
Resultan dari kombinasi di atas menghasilkan struktur yang keras. Polimer
termosetting digunakan sebagai alat pencampur yang biasanya digunakan
feberglass. Grup ini dari poliester termosetting adalah alkid. Resin alkid biasanya
digunakan untuk cat, enamels, vernis, dan berhubungan dengan aplikasi lapisan
permukaan. Resin alkid memiliki memiliki tingkat absorpsi yang rendah. Tingkat
stabilitas dimensi yang bagus dan isolasi listrik yang cukup bagus.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 167
Epoxies (Gambar 8,7) harganya cenderung lebih mahal dibandingkan
dengan tipe lain. Kegunaannya dalam pabrik termasuk baru dibandingkan dengan
polimer lain. Aplikasinya yang pertama adalah sebagai bahan perekat untuk logam.
Epoxies memiliki berat yang medium, dan juga memiliki tingkat kekuatan yang
tinggi.
Gambar 8.7. Epoxies.
Epoxies dibuat dalam bermacam-macam bentuk padat maupun cair, dan
untuk yang keras ( biasanya mengandung grup amino) diaplikasikan untuk resin
yang dapat menghasilkan ikatan yang diperlukan. Pemakaian fiber atau bubuk
pengisi terkadang digunakan untuk penguat material. Karakteristiknya yang
menonjol adalah kemampuan untuk merekat pada semua jenis permukaan. Bahan-
bahan tersebut tahan terhadap suhu ruangan dan memiliki tingkat viskositas yang
rendah, selain itu juga memiliki resistansi terhadap kimia dan tingkat absorsi air
yang rendah. Aplikasi Epoxies bermacam-macam seperti seperti untuk perekat
yang sangat keras. Bahan ini juga digunakan sebagai aplikasi lapisan permukaan
lantai dan lapisan untuk aplikasi service yang keras. Sifat pelekatannya membuat
bahan ini menjadi pilihan material isolasi yang baik, (keduanya untuk panas dan
isolasi akustik) yang aplikasinya pada sayap dan badan pesawat terbang. Bahan ini
juga digunakan untuk shock resistansi untuk helm pada pilot, pembalap mobil, dan
balap motor.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 168
Polimer silikon (Gambar 8.8.) sering diklarifikasikan sebagai material
organik. Pada tabel periodik, silikon berada di bawah karbon. Untuk itu,
dibutuhkan 4 ikatan untuk setiap atom, silikon merupakan material yang
berlebihan. Polimer silikon lebih mahal dibandingkan polimer organik.
Gambar 8.8. Silikon
Polimer silikon memiliki berat yang ringan, dihasilkan dalam bentuk cairan
atau lilin, dan repellant air. Selain itu ada dalam bentuk buih silikon karet,
dibutuhkan katalis dalam material termosetting. Keunggualn utama dari polimer
silikon adalah aplikasi ketahanan temperatur yang besar. Karet silikon menahan
fleksibilitas pada temperatur rendah, dan polimer menahan properti pada
temperatur tinggi, serta digunakan juga sebagai anti busa untuk mengurangi
resiko terbakar dari minyak pelumas.
Polimer silikon digunakan untuk menghilangkan goresan pada mebel dan
mobil. Karena ketahanannya terhadap panas dan resistansi kimia, maka digunakan
juga sebagai pelepas cetakan. Memiliki tingkat perekatan yang baik dan biasanya
digunakan untuk bahan perekat dan pita dengan tekanan yang sensitif. Dengan
penambahan fiber, gelas silikon laminates memiliki tingkat isolasi elektrik yang
baik.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 169
8.7. MATERIAL TERMOPLASTIK
Material termoplastik mencakup polietilen, polipropilen, polivinilklorida
(PVC), polistiren, acrylonitrile-butadiene-styrene (ABS), akriliks, selulosa, selulosa
asetat, selulosa asetat butirat, poliasetal, polikarbonat, polieter keton (PEEK), dan
polifelin sulfida (PPS). Salah satu kekurangan dalam polimer rantai polietilen
adalah bereaksi (readily) dengan klorin, bromin, dan bahan kimia lain. Kekurangan
ini diatasi dengan mengganti atom hidrogen dan florin, sebuah elemen negatif
yang kuat. Dan menghasilkan tetra floro etena. Apabila ikatan ganda antara atom
karbon terbuka, tetra floro etena bisa dipolimerkan menjadi PTFE.
Polimer poliolefin mencakup polietilen dan polipropilen (Gambar 8.9).
Polietilen adalah salah satu dari polimer yang paling sederhana, secara kimia.
Gambar 8.9. Polietilen dan polipropilen.
Polimer ini adalah salah satu dari polimer yang ringan, dan menunjukkan
peregangan yang tinggi sebanyak 500% sebelum rusak, oleh karena itu sulit untuk
diputuskan.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 170
Polietilen atau disebut politen, merupakan sebuah material fleksibel dan
kuat yang anti air dan digunakan untuk isolasi listrik, pipa air dingin, pegangan,
pelapis, dan kertas pembungkus. Polietilen digunakan untuk membungkus daging
dan barang-barang segar (fresh product). Inilah pembungkus yang paling bagus
untuk aplikasi di atas karena bisa membuat material bernapas. Oksigen melewati
bungkusan, dan karbondioksida yang dibebaskan oleh material di dalamnya bisa
dilepaskan ke udara. Karena tahanan suhu rendahnya, polietilen mempunyai
keunggulan tambahan dalam lapisan pembungkus, aplikasi penahan panas
sebagaimana pembungkus.
Berdasarkan fleksibilitas, kekuatan, dan penyerapan air yang rendah,
poliefin digunakan untuk gelas minum, botol padat, dan peralatan dapur seperti
kotak es. Sifat material tergantung dari panjang rantai. Secara umum
diklasifikasikan dalam kepadatan yang tinggi atau rendah.
Polipropilen adalah polimer kristal yang lebih kuat dan kaku daripada
polietilan, selain lebih ringan juga lebih mahal untuk diproduksi. Kegunaannya
utamanya adalah untuk pegangan gagang bahan kimia yang steril (berdasarkan
tahanan suhu tingginya) dan untuk high-fatigue-strength parts.
Vinil polimer adalah yang paling penting tua di antara polimer-polimer. Vinil
murni cenderung keras dan mudah patah. Oleh karena itu, kegunaannya dibatasi
tanpa penambahan bahan pelunak (plastik). Sifat dari vinil polimer adalah berjarak
lebar, tergantung tipe khusus dan kegunaan tambahan. Secara umum vinil polimer
cenderung memiliki berat ringan sampai menengah, kekuatan rendah, tidak
gampang putus. Kelompok ini memiliki tahanan suhu rendah dan dengan tidak
menguntungkan dipengaruhi oleh banyak bahan kimia umum dan pelarut-pelarut.
Salah satu vinil polimer yang istimewa adalah provinil klorida atau PVC (Gambar
8.10), yang digunakan untuk membuat pipa, fitting, dan material tambal.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 171
Gambar 8.10. Polivinil klorida (PVC)
Polivinil klorida asetat digunakan secara besar-besaran dalam pembuatan
perlengkapan hujan dan pakaian tahan cuaca. PVC menunjukkan tahanan kimia
yang baik dan sangat ekonomis saat material pengisi digunakan. Aplikasi vinil
polimer lainnya adalah polivinil asetat, yang digunakan sebagai bahan perekat;
polivinil asetat yang digunakan sebagai lapisan dalam kaca pengaman; polivinil
alkohol polimer yang digunakan sebagai pipa untuk mentransfer zat cair; dan vinil
foam yang digunakan sebagai bantal dan material pakaian .
Polistiren (Gambar 8.11) adalah polimer yang paling banyak digunakan.
Polistiren diklasifikasikan dalam dua grup: general-purpose polistiren dan
campuran stiren. General-purpose polistiren bersifat ringan, kaku, tapi material
yang mudah patah ini sangat baik digunakan untuk isolasi listrik dan sebagai busa
tambahn dalam isolasi termal.
Gambar 8.12. Polistiren
Polistiren adalah material yang tak beracun, tak berbau dan tak berasa, yang
banyak dijadikan sebagai tempat minuman dan makanan.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 172
Campuran stiren pada umumnya tidak begitu mahal tapi lebih sulit
diproduksi daripada polistiren yang banyak dipakai. Kopolimer dari stiren dan
skrilonitril bisa diperkuat terus dengan kombinasi dengan karet butadine akrilonitril
ke bentuk kopolimer akrilonitril butadiena stiren (ABS). Campuran stiren digunakan
pada bagian plastik, cetakan mainan, tempat makanan dingin, dan tempat
bawaan. ABS terbukti sangat penting untuk bahan yang tahan kimia dan tumbukan
yang keras. Sering juga digunakan pada cetakan badan mobil, tempat baterai, dan
telepon. Stiren yang lebih dikembangkan digunakan dalam alat flotasi dan isolasi
termal.
Florokarbon (Gambar 8.13) dapat diklasifikasikan di bawah keluarga etilen.
Anggota terlama dan paling di kenal dari flokarbon adalah politetra floroetilen
(PTFE), yang pada umumnya di kenal dengan nama teflon, dan kloro trifloro etilen
(CFE).
Kelebihan dari PTFE dan CFE adalah tahan kimianya, kekuatan tumbukan
yang bagus, sifat listrik yang baik, dan koefisien gesekan yang kecil serta memiliki
daya serap air nol. Tidak dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sinar matahari, dan
suhu. PTFE tak tembus cahaya dan putih alami, sedangkan CFE transparan atau
tembus cahaya. Biasa digunakan untuk nonstick coating, nonstick film, material
penunjang, dan aplikasi lainnya yang hampir sama. Semua florokarbon relatif
mahal.
Gambar 8.13. Florokarbon
Poliamida (Gambar 8.14) adalah hasil dari reaksi kondensasi yang
melibatkan asam organik dan amino. Pada umumnya dikenal dengan nama nilon,
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 173
nilon sangat kuat, keras dan fleksibel, mempunyai kekuatan tumbukan yang kuat,
dan tahan abrasi.
Beberapa poliamida akan tahan pemanjangan sampai 300%. Nilon juga
memiliki koefisien gesekan yang sangat kecil sehingga cocok digunakan untuk
pakaian indor dan sering diproduksi dan digunakan sebagai serat. Selain itu nilon
juga cocok bila digunakan
Gambar 8.14. Poliamida
Sebagai peralatan memasak di mana tidak digunakan minyak, perkakas
rumah, dan tekstil seperti parasut. Poliamida aromatik digunakan untuk komposit
dan sebagai penambal ban. Salah satu produknya adalah serat poliamida
(dipasarkan oleh pemasaran Kevlar) di gunakan untuk topi baja dan sebagai
campuran penambal serat. Kekurangannya adalah penyerapan embun yang tinggi,
dengan disertai perubahan dimensi dan penurunan kekuatan .
Poliester bisa menjadi termoplastik ataupun termosetting, tergantung dari
asam dan alkohol yang digunakan dalam produksinya. Salah satu poliester adalah
polietilen teraptalad, yang dibuat dalam reaksi kondensasi antara asam teraptalik
dan etilen glikol. Hasil produksi utamanya digunakan sebagai serat ekstrusi, hampir
sama dengan serat nilon.
Akrilik yang paling umum adalah polimetil metakrilat, atau PMMA (Gambar
8.15) , yang dikenal dengan nama plexiglas. Dibuat dengan reaksi dari asam metil
akrilik dan sebuah alkohol. Hasil setengah jadinya adalah metakrilat. PMMA bersifat
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 174
keras, kaku, material transparan yang dengan mudah dibentuk dengan cetakan
injeksi. Kegunaannya adalah sebagai pelindung, lensa, dan aplikasi optik lainnya.
Gambar 8.15. Polimetil Metakrilat (PMMA)
PMMA sangat tahan pada kebanyakan bahan kimia tapi tidak pada gasolin,
aseton, dan unsur pembersih lainnya. Termasuk dalam akrilik adalah akrilonitril.
Akrilonitril diproduksi dengan penambahan polimerisasi dan dibentuk secara khas
seperti serat fiber.
Polimer selulosa berdasarkan molekul selulosa (8.16). Polimer selulosa
dibuat dari kayu alami atau serat kapas. Polimer selulosa terbaru digunakan untuk
memproduksi seluloid film. Lima dasar polimer selulosa adalah selulosa asetat,
selulosa nitrat, selulosa asetat butirat, etil selulosa, dan selulosa propionat.
Polimerisasi selulosa diperoleh melalui ikatan oksigen. Seluloid (selulosa
nitrat) merupakan bahan termoplastik. Tetapi, gampang terbakar dan tidak bisa
dilelehkan. Untuk alasan ini, bahan seluloid sering digantikan oleh bahan yang
lebih tahan api. Salah satu aplikasi dari selulosa nitrat adalah untuk keperluan
pembuatan pena dan topi. Daya tahan akan apinya membatasi aplikasinya. Salah
satu bahan pengganti selulosa nitrat adalah selulosa asetat, yang tidak mahal dan
mudah dibentuk, kemudian lebih tahan api
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 175
Gambar 8.16. Selulosa
daripada nitroselulosa dan mempertahankan warnanya. Selulosa asetat adalah
bahan yang mempunyai daya tahan tinggi, mempunyai daya tumbukan (impact)
yang kuat dan fleksibel, transparan dan ikatan larutannya gampang dibentuk.
Penyelesaian permukaan yang sempurna dan bentuk selulosa asetat membuatnya
menjadi bahan yang sangat praktis untuk berbagai aplikasi misalnya rak display
dan sikat gigi, peralatan toilet, dan pengepakan sepatu. Selulosa asetat
monofilamennya sangat kuat dan sering digunakan untuk serat baju.
Selulosa asetat tidak kedap air terhadap air, tapi selulosa asetat butirat
kedap air. Bahan seperti ini digunakan untuk penggunaan outdoor. Dalam
penggunaan indor, dapat menghasilkan bau yang tidak enak. Etil selulosa dan
benzil selulosa merupakan bahan polimer yang umum. Bahan-bahan ini biasa
disebut sebagai rayon dan cellophone.
Polimer poliasetal terdiri dari ikatan karbon-oksigen, yang merupakan
formaldehid tunggal, kecuali dari ikatan paling belakang dari rantai polimer. Asetal
menunjukkan tidak adanya titik lumer yang jelas. Bahan ini mempunyai stabilitas
dimensional yang hebat, daya tahan resistansi yang kuat, dan dapat menjadi
isolasi listrik yang baik. Kualitasnya yang terbaik adalah ketahanannya terhadap
bahan kimia terutama bahan pelarut.
Polikarbonat merupakan poliester yang dibuat dari asam karbonik dan fenol,
transparan dan mempunyai temperatur meleleh yang rendah. Bahan ini bisa
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 176
dipotong atau digores dengan mudah tetapi mempunyai bahan penyusun yang
mirip dengan akrilik dan mempunyai daya tumbuk yang baik. Salah satu nama
produk bahan ini adalah Lexan. Ini di gunakan untuk jendela kaca anti peluru.
8.8. POLIMER YANG DIPERKUAT
Polimer yang diperkuat merupakan polimer yang bahannya telah diubah
melalui penggunaan bahan penguat. Kaca, mineral, dan fiber karbon ditambah ke
polimer sebagai bahan penguatnya. Memang ini memerlukan biaya tambahan,
tetapi juga meningkatkan keseluruhan performanya. Kebanyakan polimer tersedia
dalam bentuk kaca fiber yang telah diperkuat. Kaca fiber, yang diameternya dari
0,0002 sampai 0,001 inci dilapisi dengan damar dan agen penyambung, bahan
meningkat 200% atau lebih baik dengan penguatan kaca fiber.
Kekuatan polimer yang diperkuat ini tergantung dari tipe dan jumlah dari
bahan isi yang digunakan dan tingkat di mana damar yang membasahi polimer
tersebut. Satu dari bahan isi yang biasa digunakan adalah fiber kaca.
Polister yang diberi bahan ini akan mempunyai struktur bahan yang kuat.
Polister ini bisa dikeringkan dalam suhu ruangan, sehingga membuat bahan ini
lebih praktis dan ekonomis. Karena polister bisa dikeringkan dalam suhu ruang,
maka akan mudah juga diperbaiki, serta lebih nyaman dan ekonomis untuk
digunakan sebagai tanduk kapal, bodi mobil, dan alat-alat sederhana, dan aplikasi
lainnya. Bodi mobil yang terbuat dari fiberglass digunakan dalam lomba mobil
berkecepatan tinggi, karena bobot mobil mudah disesuaikan. Polister yang
diperkuat mempunyai ketahanan yang kuat dan fleksibilitas yang baik, sehingga
dapat dijadikan tali pancing dan peralatan olahraga lainnya. Bahan ini juga bisa
untuk membuat film mylar. Film mylar digunakan untuk kapasitor dielektrik,
pelapis besi sebagai isolator,dan fotografi.
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 177
Polister yang diperkuat dengan karbon fiber harganya lebih mahal
dibandingkan dengan polister yang diperkuat dengan kaca fiber, bahkan sampai 3-
4 kali lipatnya. Polister yang diperkuat dengan karbon fiber mempunyai daya
renggang yang baik, kekakuan, dan bisa dengan baik digunakan untuk keperluan
mekanik. Bahan ini juga mempunyai efisiensi ekspansi yang lebih kecil, resistansi
pemuluran yang lebih baik, tidak mudah aus, serta daya tahan yang lebih tinggi.
Kaca dan karbon merupakan bahan untuk memperkuat fiber. Material lain
dalam penguatan fiber termasuk grafit, boron, dan katun.
Bahan penguat dapat tersedia dalam berbagai bentuk seperti, ikatan fiber,
potongan fiber dan kain. Bagaimanapun juga, peningkatannya tinggi dalam biaya
ekonomi. Kebanyakan dari polimer yang telah diperkuat merupakan poliester dan
epoksis. Fenol dan silikon digunakan juga dalam bentuknya yang diperkuat untuk
tingkat yang lebih kecil. Bentuk polimernya yang diperkuat digunakan untuk
tanduk kapal, bodi mobil, tangki penyimpanan, papan sirkit (circuit board),
perlengkapan pesawat terbang, gigi transmisi mobil, serta isolasi termal dan
elektrik.
Polimer yang diperkuat dalam penerapan yang beragam banyak
menggantikan logam, dan polimer menjanjikan kekuatan dengan sifat/karakteristik
yang sama, atau lebih baik dan seringkali dengan biaya yang lebih rendah. Polimer
lebih mudah dibuat dab tahap terhadap korosi dan bahan kimia.Selain itu proses
pabrikasi cukup beragam dari yang paling sederhana dan murah sampai dengan
yang prosesnya rumit.
8.9. ELASTOMER
Berikut ini adalah gambaran secara singkat mengenai elastomer. Elastomer
adalah material yang memiliki sifat hampir sama dengan polimer. Elaastomer
adalah material yang dapat meregang dan mulur berulang kali, atau memanjang
dan akan kembali ke bentuk semula dengan melepaskan tenaga yang dipakai
BAB VIII MATERIAL POLIMER
Diktat Kuliah Material Elektroteknik 178
untuk memanjangkannya. Dengan demikian elastomer memperlihatkan sifat
elastik, bila dibandingkan dengan polimer yang lebih banyak memperlihatkan sifat
plastiknya. Yang termasuk dalam kategori elastomer contohnya adalah karet dan
material semacam karet. Ada sedikit perbedaan antara karet dengan elastomer,
karet dapat tahan ditarik sampai 200% dan kembali dengan cepat ke kondisi
awalnya. Kemampuan material untuk kembali ke bentuk awal dari perubahan
bentuk elastiknya disebut resilience.
Karet alam diperoleh dari getah resin pohon tertentu. Getah tumbuhan ini
mengandung cairan/emulsi yang terdiri atas 40% air, dan mengandung partikel
karet. Partikel karet ini dipadatkan dengan menggunakan formic atau asam asetat.
Partikel-partikel yang dipadatkan ini kemudian dikemas dan dikirim ke pabrik untuk
proses selanjutnya. Karet dalam bentuk ini sering kali disebut lateks. Karet mentah
dipakai untuk beberapa keperluan karena mempunyai kuat peregangan yang
rendah dan meleleh pada temperatur yang cukup tinggi.
Untuk meningkatkan sifat-sifat daripada karet alam, maka bahan tambahan
(additive) yang menjadikan material keras dicampurkan kedalam karet.
Karet dapat dibentuk sesudah dicampur, kemudian diolah pada temperatur
tinggi sekitar 150oC. Karet yang keras (hard rubber) mempunyai tampilan phenol
formaldehyde (bakelite). Bakelite adalah bahan isolasi listrik yang sangat baik dan
banyak digunakan dalam pembuatan battery sebagai wadah (casing). Karet juga
banyak digunakan sebagai peredam getaran pada motor bakar maupun motor
listrik.