fix

44
TOKSIKOLOGI “Tugas Analisis Obat” oleh Karina Diana Safitri NIM 132310101019

Upload: karina-diana

Post on 16-Sep-2015

257 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

toksikologi

TRANSCRIPT

TOKSIKOLOGI

Tugas Analisis Obat

olehKarina Diana SafitriNIM 132310101019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

diajukan guna melengkapi tugas individu mata kuliah Toksikologi dengan dosen Ns. Wantiyah., M.Kep

Analisis Obat Berdasarkan Aspek Farmakologi

olehKarina Diana SafitriNIM 132310101019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

1. CEFIXIME1. Farmakosetik1) Nama Generik : cefiixime2) Bentuk sediaan obat : kapsul dan suspensi3) Komposisi a. Lanfix : tiap kapsul mengandung Cefixime trihydrate 112 mg setara dengan cefixime 100mgb. Lanfix 200 : : tiap kapsul mengandung Cefixime trihydrate 224 mg setara dengan cefixime 200mgc. Lanfix DS : tiap 5ml suspensi mengandung Cefixime trihydrate 112 mg setara dengan cefixime 100mg

2. Farmakokinetika) Konsentrasi dalam serumPemberian per oral dosis tunggal 50,100 atau 200 mg (potensi) cefixime pada orang dewasa sehat dalam keadaan puasa, kadar puncak serum dicapai setelah 4 jam pemberian yaitu masing-masing 0,69; 1,13; dan 1,95 g/ml. Waktu paruh serum adalah 2,3-2,5 jam. Pemberian per oral dosis tunggal 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kg cefixime pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal normal, kadar puncak serum dicapai setelah 3-4 jam pemberian yaitu masing-masing 1,14; 2,01; dan 3,97 ?g/ml. Waktu paruh serum adalah 3,2-3,7 jam.b) DistribusiPenetrasi ke dalam sputum, tonsil, jaringan maxillary sinus mucosal, otorrhea, cairan empedu dan jaringan kandung empedu adalah baik. c) MetabolismeTidak ditemukan adanya metabolit yang aktif sebagai antibakteri di dalam serum atau urin.

d) EliminasiCefixime terutama diekskresikan melalui ginjal. Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral 50,100 atau 200 mg (potensi) pada orang dewasa sehat dalam keadaan puasa kurang lebih 20-25% dari dosis yang diberikan. Kadar puncak urin masing-masing 42,9; 62,2 dan 82,7g/ml dicapai dalam 4-6 jam setelah pemberian. Jumlah ekskresi urin (sampai 12 jam) setelah pemberian oral 1,5; 3,0; atau 6,0 mg (potensi)/kgBB pada penderita pediatrik dengan fungsi ginjal yang normal kurang lebih 13-20%.

3. FarmakodinamikCefixime mempunyai aktivitas spektrum luas terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif, seperti sefalosporin oral yang lain, cefixime mempunyai aktivitas yang poten terhadap mikroorganisme gram positif seperti streptococcus sp., Streptococcus pneumoniae, dan gram negatif seperti Branhamella catarrhalis, Escherichia coli, Proteus sp., Haemophilus influenzae.Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis dinding sel. Cefixime memiliki afinitas tinggi terhadap penicillin-binding-protein (PBP) 1 (1a, 1b, dan 1c) dan 3, dengan tempat aktivitas yang bervariasi tergantung jenis organismenya. Cefixime stabil terhadap beta-laktamase yang dihasilkan oleh beberapa organisme, dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap organisme penghasil laktamase.

4. Implikasi Keperawatan Dalam hal ini perawat harus lebih teliti dalam pemberian obat Cefixime. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat yaitua. menanyakan apakah pasien mempunyai riwayat hipersensitivitas terhadap Cefixime, seperti pasien dengan riwayat asma bronchial, ruam kulit, urtikaria.b. Memastikan pasien tidak mempunyai masalah pada system pencernaan (kolitis), pasien tidak hamil dan menyusuic. Pada proses pemberian obat yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu 12 Benar. d. Sebelum memberikan obat pasien diberitahu efek samping dari obat agar tidak terjadi kebingungan nantinya.e. Apabila pasien menolak untuk diberikan obat wiaflox, perawat harus memberikan Inform consent kepada pasien tersebut.f. Setelah obat diberikan perawat melakukan observasi terhadap efek kerja obat pada pasien.

2. AminophyllineA. Farmakosetik1. Nama Generik : Aminophylline2. Bentuk sediaan obat : Larutan jernih, steril tidak berwarna dalam ampul amber 10 ml3. Komposisi Tiap ml mengandung : Aminophylline 24mgB. Farmakokinetika) AbsorpsiOral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL (range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg pada dewasa. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi.b) DistribusiVd: 0.45 L/kg (range 0.3 L/kg-0.7 L/kg); Protein binding: 40%, khususnya dengan albumin. (2); Metabolisme; Hepatic; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1 tahun, 90% metabolisme terjadi di hati.;Metabolit aktif: 3-methylxanthine; ;caffeine (tidak ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat menyebabkan efek farmakologi). c) Ekskresi Pada ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), 10% tidak berubah; (neonatus), 50% tidak berubah. Teofilin, terdialisis pada hemodialysis; tidak terdialisis pada peritoneal dialysis. 3-methylxanthine,;Ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), merupakan rute utama.C. FarmakodinamikAminophylline sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels.

D. Implikasi Keperawatan Perawat sebagai tenaga kesehatan bertugas sebagai kolaborasi, penkes dan pengawas minum obat kepada pasien. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi medical error dan merugikan pihak pasien. Perawat wajib memeriksa riwayat pasien sebelum memberikan obat, seperti:1) Hindari pemeberian Aminophylline kepada pasien yang mempunyai penyakit diabetes, tukak lambung, dan pasien yang hipersensitif terhadap Aminophylline atau komponen obat.2) Hindari pemberian Aminophylline bersamaan dengan obat lain, seperti golongan beta-blocker, rifampicin, verapamil, preparat santhine.3) Sebelum memberikan obat hendaknya mengecek 12 benar pada pasien agar tidak terjadi medical error. 4) Berikan obat pada pasien apabila tidak ada kontraindikasi dan lakukan observasi terhadap efek kerja obat.

3. Metronidazole infus 5 mg/mlA. Farmakosetik1. BSO (bentuk sediaan obat) : tablet, cairan infus, suppositoria, sirup2. Dosis : untuk dewasa diberikan dosis awal IV 15 mg/kg diikuti dengan dosis pemeliharaan 7,5 mg/kg setiap 6 jam3. Pengemasan : box, botol @100 mlB. Farmakokinetik1. Absorpsi : setelah pemberian infus IV selama 1 jam dengan dosis 15 mgkg kemudian diikuti dengan pemberian infus IV metronidazole HCL selama 1 jam dengan dosis 7,5 mg/kg setiap jam.2. Distribusi : metronidazole didistribusikan secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh termasuk tulang, empedu, air liur, cairan pleural, cairan peritoneal, cairan vagina, cairan seminal, cairan serebrospinal, abses hati dan otak. Distribusi pada pemberian oral maupun IV adalah sama.3. Metabolisme : metronidazole bermetabolisme di hati.4. Eliminasi : waktu paruh dalam plasma dari metronidazole adalah 6-8 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal dan hepar normal. Pada orang dewasa dengan gangguan fungsi hepar waktu paruh sekitar 10-29 jamC. FarmakodinamikMetronidazole injeksi bekerja sebagai bakterisid, amubisid, dan trikomonasid. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Metronidazole tidak terionisasi pada pH fisiologik dan siap diambil oleh sel anaerob. Pada individu yang sensitive, metronidazole mengalami proses reduksi oleh protein transport electron potensial redoks rendah sehingga produk polar yang telah kehilangan gugus nitro menjadi tidak dikenal.produk reduksi inilah yang tampaknya bertanggung jawab atas sitotoksik dan antimikroba metronidazole, yang meliputi gangguan pada DNA dan inhibisi sintesis asam nukleat. Metronidazole sama efektifnya terhadap sel yang sedang membelah maupun yang tidak.

D. Implikasi Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat hendaknya mengetahui farmakologi dari obat metronidazole, karena nantinya perawat yang akan bertanggung jawab dalam pemberian obat tersebut. Untuk itu, diharuskan perawat dapat memberikan obat metronidazole secara aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung jawab terhadap pemberian obat metronidazole yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat metronidazole telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga akan terjadi. Agar perawat terhindar dari kesalahan pemberian obat metronidazole, yang harus dilakukan perawat adalah1. Selalu memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.2. Membaca label obat metronidazole minimal 3 kali, yaitu pada saat melihat botol atau kemasan obat, sebelum dan setelah menuang/menghisap obat. Hendaknya perawat memeriksa apakah perintah pengobatan metronidazole sudah lengkap dan sah, alasan mengapa pasien menerima obat metronidazole dan memberikan obat metronidazole sebelum tanggal kadaluarsa.3. Memberikan obat metronidazole pada pasien yang terinfeksi bakteri anaerob, amebiasis dan trikomonasis sesuai dengan dosis yang tepat, untuk pasien dewasa diberikan dosis awal IV 15 mg/kg diikuti dengan dosis pemeliharaan 7,5 mg/kg setiap 6 jam. Obat metronidazole tidak diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap obat metronidazole dan kehamilan trisemester 14. Sebelum memberikan obat metronidazole, hendaknya perawat memberitahu pasien tentang efek yang akan ditimbulkan setelah mengkonsumsi obat metronidazole5. Apabila pasien menolak untuk diberikan obat metronidazole, perawat harus memberikan Inform consent kepada pasien tersebut.6. Jika pasien menyetujui untuk diberikan obat metronidazole, sebelum memberikan obat tersebut perawat harus selalu memeriksa TTV (Tanda-tanda vital)7. Setelah pemberian obat, perawat hendaknya melihat/ memantau efek kerja dari obat.

4. Levofloxacin infusA. Farmakosetika) Nama Generik : Levofloxacinb) Bentuk sediaan obat: infusec) Komposisi : Tiap ml infus mengandung levofloxacin hemihydrates 5,12 mg setara dengan levofloxacin 5mg.Levofloxacin 0,5% infus, botol @100ml. B. FarmakokinetikProfil konsentrasi plasma dan AUC levofloksasin setelah pemberian IV dan oral adalah serupa, sehingga pemberian parenteral dapat dipertimbangkan untuk menggantikan pemberian secara oral, begitu pula sebaliknya. Setelah pemberian dosis 500 mg sekali sehari secara multipel, konsentrasi plasma maksimum dan minimum levofloksasin berturut-turut 6,4 g/mL dan 0,6 g/mL.Levofloksasin terikat pada protein serum kira-kira 24-38%. Levofloksasin didistribusikan secara cepat dan luas dalam blister fluid. Levofloksasin juga mempunyai penetrasi yang baik ke dalam jaringan paru. Kadar levofloksasin di dalam jaringan paru pada umumnya 2 sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar dalam plasma. Levofloksasin dimetabolisme dalam jumlah kecil dan sebagian besar diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan sisanya melalui feses. Rata-rata waktu paruh eliminasi plasma setelah pemberian levofloksasin dosis multipel adalah 6-8 jam.Mekanisme kerja dari Levofloxacin adalah melalui penghambatan topoisomerase type II DNA gyrase, yang menghasilkan penghambatan replikasi dan transkripsi DNA bakteri. Levofloxacin didistribusikan ke seluruh tubuh dalam konsentrasi yang tinggi dan berpenetrasi ke dalam jaringan paru-paru dengan baik. Konsentrasi dalam jaringan paru-paru biasanya lebih tinggi 2-5 kali dari konsentrasi dalam plasma, dan berkisar antara 2,4 sampai 11,3 g/g selama 24 jam setelah pemberian tunggal dosis oral 500 mg.C. FarmakodinamikLevofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari campuran rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum antibakteri yang luas. Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk bakteri anaerob. Selain itu, levofloksasin juga memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap Chlamydia pneumonia dan Mycoplasma pneumonia. Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang sama dengan atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal. Mekanisme kerja levofloksasin yang utama adalah melalui penghambatan DNA gyrase bakteri (DNA topoisomerase II), sehingga terjadi penghambatan replikasi dan transkripsi DNA.D. ImplikasiPerawat dalam hal ini memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga mengenai alasan kenapa pasien menggunakan infus levofloxacin. Sebagian besar pasien yang terkena infeksi yang disebabkan oleh bakteri dianjarurkan menggunakan infus levofloxacin kecuali pasien yang kontraindikasi terhadap cairan ini. Sebelum memberikan infus levofloxacin perawat harus mengecek riwayat dari pasien seperti ada tidaknya hipersensitifitas terhadap obat, pasien dengan gangguan tendon, pasien epilepsi, dan anak anak atau remaja dalam pertumbuhan. Selain itu perawat memberitahu pasien mengenai efek samping dari pemberian infus levofloxacin seperti mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri abdomen, perut kembung dan anoreksia. Sebelum memberikan infus perawat pengecekan 12 benar, apabila tidak terdapat kontraindikasi infus dapat digunakan pada pasien. Setelah itu lakukan observasi, apabila trjadi reaksi hipersensitivitas hentikan penggunaannya.

5. DulcolaxA. Farmakosetika) Nama Generik : Dulcolaxb) Bentuk sediaan obat : tabletc) Komposisi : 1 tablet salut mengandung Bisacodyl 5mgKemasan : Dus berisi 20 strip @ 10 tablet Dus berisis 20 amplop @4 tabletB. FarmakokinetikPenggunaan baik secara oral ataupun rektal, pada prinsipnya secara terhidrolisa menjadi aktif bis- (p-hydroxyphenyl)-pyridyl-2-methane (BHPM), terutama oleh ekterases dari selaput mukosa. Ditemukan pada pemberian sebagai tablet salut enteric menghasilkan konsentrasi plasma BHPM yang maksimum. Penggunaan sebagai tablet salut enterik diketahui untuk menghasilkan konsentrasi plasma BPHM maksimum antara 4-10 jam paska pemberian sedangkan efek laksatif terjadi antara 6-12 jam paska pemberian. Sebaliknya, setelah pemberian sebagai suposutorial, efek laksatif terjadi rata- rata sekitar 20 menit setelah pemberian.; pada beberapa kasus terjadi 45 menit setelah pemberian. Konsentrasi plasma BPHM maksimum dicapai 0,5-3 jam setelah penggunaan supositoria. Oleh karena itu efek laksatif bisacodyl tidak berkorelasi dengan tingkat plasma BPHM. Sebaliknya BPHM bertindak secara local dibagian bawah usus dan tidak ada hubungan antara efek laksatif dan tingkap plasma gugusan aktif. Untuk alas an ini tablet salut bisacodyl diformulasikan untuk tahan terhadap cairan lambung dan usus halus. Hal ini menyebabkan pelepasan utama obat di usus besar yang merupakan tempat aksi yang diinginkan. Setelah pemberian secara oral dan rektal, hanya sejumlah kecil obat yang diabsorpsi dan hamper sepenuhnya terkonjungsi pada dinding usus dan hat membentuk glukorat BPHM inaktif. Eliminasi paruh plasma glukorat BPHM diperkirakan 16,5 jam. Setelah pemberian tablet salut Bisacodyl, rata rata 51,8% dari dosis itu ditemukan didalam kotoran sebagai BPHM bebas dan rata rata 10,5% dari dosis itu ditemukan dalam urin sebagai glukorat BPHM. Setelah pemberian sebagai supositoria, rata-rata 3,1 % dari dosis kembali sebagai glukuroid dalam urin. Tinja mengandung sejumlah BPHM (90% dari total ekskresi) disamping itu sejumlah kecil Bisacodyl tidak berubah.

C. FarmakodinamikBisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenilmetan. Sebagai laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), DULCOLAX merangsang gerakan peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air dan alektrolit dalam lumen usus besar. Hal in menghasilkan rangsangan buang air besar pengurangan waktu transit dan pelunakan tinja.D. Implikasi KeperawatanPerawat dalam hal ini menjelaskan kepada pasien alasan kenapa pasien disarankan menggunakan dulcolax. Biasanya pasien yang mengalami konsipasi yang menggunakan obat ini, namun dulcolax bisa digunakan sebagai persiapan prosedur diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi. Dalam hal ini perawat sebagai educator yaitu mengajarkan pada pasien bagaimana cara penggunaan dulcolax khusus yang supositoria karena apabila yang tablet pasien tanpa dibertahu sudah paham pengkonsumsiannya. Hanya saja diberitahu berapa kali mengkonsumsi per harinya (tablet) . Perawat juga memberitahu bahwa penggunaan dulcolax aman selam dosis tidak berlebih.6. Bronsolvan Theophylline

A. Farmakosetik a) Nama Generik : Theophyllineb) Bentuk sediaan obat : Tablet dan sirupc) Komposisi a. Tiap tablet mengandung theophylin 150mgb. Tiap 15ml sirup mengandung theophylin 150 mgB. Farmakokinetika. Absorpsi : bronsolvan diabsorpsi melalui saluran pencernaan sehingga efeknya akan tampak setelah 15 menit dan berlangsung selama 4 8 jam.b. Distribusi: merangsang susunan saraf pusat dan melepaskan otot polos terutama bronkus.c. Metabolisme: bronsolvan bermetabolisme dalam hatid. Eliminasi: Waktu paruh eliminasinya berkisar dari 2,7 sampai 5 jam.

C. FarmakodinamikTheophylline merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus. Menghambat enzim fofodiestrase sehingga menyebabkan dilatasi bronkusD. Implikasi KeperawatanPerawat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai pemberian bronsolvan. Perawat harus mengecek apakah terdapat kontraindikasi pada pasien seperti penderita tukak lambung dan hipersensitivitas terhadap komponen obat. Selain itu perawat juga menjelaskan pada pasien mengenai efek sampig yang dapat terjadi ketika mengknsumsi bronsolvan.

7. CanderinA. Farmakosetik1) Nama obat : Canderin 2) Bentuk sediaan obat : Tablet 3) Komposisi a. Canderin 8Tiap tablet mengandung: Candesartan cilexetil 8 mgb. Canderin 16Tiap tablet mengandung: Candesartan cilexetil 16 mgB. Farmakokinetik1) AbsorpsiSetelah pemberian oral, bioavailabilitas candesartan adalah sebesar 15% hingga 40%. Setelah konsumsi tablet, konsentrasi serum puncak (Cmax) tercapai setelah 3-4 jam. Makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas candesartan setelah pemberian candesartan. 2) DistribusiVolume distribusi candesartan adalah 0,13 L / kg. Candesartan sangat terikat pada protein plasma (> 99%). Pasien diabetic nefropati dengan proteinuria, dan mengalami penurunan kadar protein plasma, beresiko efek toksik apabila diberikan dengan dosis tinggi. 3) MetabolismeCandesartan dengan cepat dan lengkap diaktifasi melalui hidrolisis ester selama absorpsi dari saluran pencernaan. Candesartan mengalami metabolisme minor di hati oleh O-deethylation menjadi bentuk metabolit tidak aktif. Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa sitokrom P450 isoenzim CYP 2C9 terlibat dalam biotransformasi candesartan menjadi metabolit tidak aktif.4) EkskresiTotal klirens plasma candesartan adalah 0,37 mL / menit / kg, dengan klirens ginjal 0,19 mL / menit / kg. Candesartan terutama diekskresikan tidak berubah dalam urin dan feses (melalui empedu). Ekskresi renal candesartan menurun seiring dengan menurunnya fungsi ginjal. Hal ini menyebabkan perpanjangan waktu paruh obat.C. FarmakodinamikCandesartan menghambat efek angiostensin II tergantung pada dosis. Setelah pemberian 1 minggu dosis 8 mg candesartan satu kali sehari, efek inhibisinya adalah sekitar 90% pada konsentrasi puncak, dengan inhibisi yang masih bertahan 50% selama 24 jam. Konsentrasi plasma angisotensin I dan angiostensin II dan Plasma Rennin Activity (PRA), meningkat tergantung dari dosis setelah pemberian oral dan pengulangan dosis candesartan pada psubjek sehat, hipertensi, dan gagal jantung. Aktivitas ACE tidak berubah pada subjek sehat setelah pemberian candesartan berulang. Pemberian dosis candesartan satu kali sehari sampai 16 mg pada subjek sehat tidak mempengaruhi konsentrasi aldosteron plasma, tetapi menurunkan konsentrasi plasma aldosteron ketika diberikan pada dosis 32 mg pada pasien hipertensi. Disamping efek candesartan terhadap sekresi aldosteron, sedikit efek terhadap Natirum serum juga ditemukan.

D. Implikasi Keperawatan Perawat sebagai tenaga kesehatan bertugas sebagai kolaborasi, penkes dan pengawas minum obat kepada pasien. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi medical error dan merugikan pihak pasien. Perawat wajib memeriksa riwayat pasien sebelum memberikan obat, seperti:5) Hindari pemeberian canderin kepada pasien yang mempunyai penyakit wanita hamil, menyusui, gangguan hati dan pasien yang hipersensitif terhadap canderin atau komponen obat.6) Hindari pemberian canderin bersamaan dengan obat lain, seperti antagonis reseptor angiotensi II7) Sebelum memberikan obat hendaknya mengecek 12 benar pada pasien agar tidak terjadi medical error. 8) Berikan obat pada pasien apabila tidak ada kontraindikasi dan lakukan observasi terhadap efek kerja obat.

8. Ceftazidime A. Farmakosetik1) Nama obat : Ceftazidime2) Bentuk sediaan obat : vial3) Komposisi :CEFTAZIDIME 1 g mengandung Ceftazidime pentahidrat setara dengan Ceftazidime 1 gCEFTAZIDIME dikemas dalam vial dengan tekanan rendah; tekanan positif dihasilkan dari rekonstitusi karena pengeluaran gas karbondioksida. Setelah direkonstruksi CEFTAZIDIME bertahan selama 18 jam bila disimpan pada suhu 25C dan selama 7 hari bila disimpan dalam lemari es. Sedikit peningkatan warna terjadi selama penyimpanan. CEFTAZIDIME untuk injeksi tercampur dengan cairan infus yang biasa digunakan. Larutan 1 mg/ml dan 40 mg/ml dalam larutan infus berikut dapat disimpan hingga 18 jam pada suhu di bawah 25C dan selama 7 hari dalam lemari es.B. FarmakokinetikCeftazidime diberikan secara IV dan IM. Terikat pada protein plasma sekitar 17-20%. Waktu paruh dalam plasma adalah 1,8 jam. Tidak mengalami metabolisme, dan diekskresi secara utuh melalui urin (75-85%).C. FarmakodinamikCeftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.D. Implikasi KeperawatanHal yang harus diperhatikan oleh perawat dalam memberikan obat antibiotik (Ceftradizime) yaitu a. Selalu memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri. Selin itu perawat perlu melakukan pemeriksaan riwayat reaksi hipersensitifitas terhadap Ceftazidime, sefalosporin, penisilin dan obat lainnya.b. Membaca label obat ceftradizime minimal 3 kali, yaitu pada saat melihat botol atau kemasan obat, sebelum dan setelah menuang/menghisap obat. Hendaknya perawat memeriksa apakah perintah pengobatan ceftradizime sudah lengkap dan sah, alasan mengapa pasien menerima obat ceftradizime metronidazole dan memberikan obat ceftradizime sebelum tanggal kadaluarsa.c. Melakukan Skin Test sebagai indikator apakah pasien ada alergi atau tidak terhadap antibiotik tersebut.d. Apabila setelah 15 menit terjadi reaksi tanda tanda alergi seperti kemerahan, gatal, bengkak jangan lakukan injeksi ceftradizime.e. Apabila setelah 15 menit injeksi SC tidak ada tanda tanda alergi dapat melakukan injeksi sesuai petunjuk dari dokter.f. Setelah pemberian obat, dilakukan pemantauan efek kerja dari obatg. Cara pembuatan larutan IM : vial 1 g, tambahkan 3,0 ml air untuk injeksiIV : vial 1 g, tambahkan 10,0 ml air untuk injeksi

9. NoragesA. Farmakosetik1) Nama obat : Norages2) Bentuk sediaan obat : ampul 3) Komposisi : Tiap 1 ml NORAGES injeksi mengandung Metamizole sodium 500 mgB. FarmakokinetikC. FarmakodinamikNORAGES mengandung Metamizole sodium suatu senyawa yang memiliki efek analgesik. NORAGES injeksi dapat diberikan secara IV, hal ini memungkinkan untuk mendapatkan efek analgesik yang kuat untuk berbagai kondisi. Metamizole merupakan suatu derivat metansulfonat Aminopirin. Pengaruhnya terhadap susunan saraf pusat dan perifer. Secara sentral diduga bekerja pada hipotalamus dan secara perifer menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.D. Implikasi KeperawatanDalam hal ini perawat harus lebih teliti dalam pemberian obat Cefixime. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat yaitua. menanyakan apakah pasien mempunyai riwayat hipersensitivitas terhadap Cefixime, seperti pasien dengan riwayat asma bronchial, ruam kulit, urtikaria.b. Memastikan pasien tidak mempunyai masalah pada system pencernaan (kolitis), pasien tidak hamil dan menyusuic. Pada proses pemberian obat yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu 12 Benar. d. Sebelum memberikan obat pasien diberitahu efek samping dari obat agar tidak terjadi kebingungan nantinya.e. Apabila pasien menolak untuk diberikan obat wiaflox, perawat harus memberikan Inform consent kepada pasien tersebut.f. Setelah obat diberikan perawat melakukan observasi terhadap efek kerja obat pada pasien.

10. AminophyllineA. Farmakosetik1) Nama Generik : Aminophylline2) Bentuk sediaan obat : Larutan jernih, steril tidak berwarna dalam ampul amber 10 ml3) Komposisi a. Tiap ml mengandung : Aminophylline 24mgB. Farmakokinetik1) AbsorpsiOral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL (range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg pada dewasa. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorpsi.2) DistribusiVd: 0.45 L/kg (range 0.3 L/kg-0.7 L/kg); Protein binding: 40%, khususnya dengan albumin. (2); Metabolisme; Hepatic; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1 tahun, 90% metabolisme terjadi di hati.;Metabolit aktif: 3-methylxanthine; ;caffeine (tidak ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat menyebabkan efek farmakologi). 3) Ekskresi Pada ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), 10% tidak berubah; (neonatus), 50% tidak berubah. Teofilin, terdialisis pada hemodialysis; tidak terdialisis pada peritoneal dialysis. 3-methylxanthine,;Ginjal: (pasien dengan usia lebih dari 3 tahun), merupakan rute utama.C. FarmakodinamikAminophylline sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels.

D. Implikasi KeperawatanPerawat menjelaskan mengenai alasan penggunaan obat ini. Aminophylline merupakan obat yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit pernapasan, seperti asma, bronkitis, emfisema, dan penyakit paru-paru kronis. Selain itu, obat ini juga dapat meredakan gejala-gejala penyakit, seperti sesak napas, mengi, dan batuk-batuk.Aminophylline yang merupakan golongan bronkodilator ini bekerja dengan cara membuka saluran pernapasan di dalam paru-paru, sehingga udara dapat mengalir dengan lancar dan penggunanya dapat bernapas dengan lega.

diajukan guna melengkapi tugas individu mata kuliah Toksikologi dengan dosen Ns. Wantiyah., M.Kep

Analisis Obat ( Antibiotik Ceftadizime) Berdasarkan Aspek Toksikologi

olehKarina Diana SafitriNIM 132310101019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015

CEFTADIZIMEa. Farmasetik : 1. BSO (bentuk sediaan obat) : vial2. Dosis : ceftadizime digunakan secara parenteral,dosis tergantung pada tingkat keparahan,sensitivitas dan tipe infeksi serta usia,berat badan dan fungsi ginjal penderita.3. Pengemasan ceftadizime 1gr : Kotak, berisi 2 vial @1 g

b. Farmakokinetik 1. Absorpsi : ceftadizime diberikan secara IV maupun IM sebelum diedarkan ke seluruh tubuh2. Distribusi : ceftadizime didistribusikan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh,antibiotika ini termasuk dalam spektrum luas3. Metabolisme : Obat ini masuk dalam peredaran darah dan diedarkan ke seluruh tubuh4. Ekskresi : Obat ini diekskresikan melalui pembuangan urine, dan di eksresikan melalui air susu dengan demikian perlu perhatian khusus bila Ceftazidime diberikan ibu menyusui. c. FarmakodinamikCeftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap sintesis dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam range atau spektrum yang luas, termasuk strain yang resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase, plasmid dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.

d. Interaksi Obat1) Pemberian obat bersama sama dengan aminoglikosida dapat mengakibatkan inaktivasi.Bila diberikan bersamaan sebaiknya di injeksikan pada tempat (bagian tubuh) yang berbeda. Jangan mencampur kedua obat ini dalam kantong atau botol infuse yang sama. 2) Dengan Vankomisin dapat terjadi pengendapan sehingga untuk pemberian dengan infus harus dibilas terlebih dahulu bila menggunakan selang yang sama.e. Indikasi Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:1. Infeksi umum : Septikemia,bakteremia,peritonitis,meningitis,penderita ICU dengan problem spesifik,misalnya luka bakar yang terinfeksi2. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah: pneumonia, bronkopneumonia, pleuritis pada paru-paru, emfisema, bronkietaksis yang terinfeksi,abses pada paru-paru,infeksi paru-paru pada penderita fibrokistik3. Infeksi saluran kemih : pielonefritis akut dan kronis, pielitis, prostatitis, herhagai abses renal.4. Infeksi jaringan lunak dan kulit : selulitis,erisipelas,abses,mastitis,luka bakar atau luka lain yang terinfeksi,ulkus pada kulit5. Infeksi tulang dan sendi : osteitis,osteomielitis,artritis septik,bursitis yang terinfeksi6. Infeksi abdominal dan bilier : kolangitis,kolesistitis,empiema kandung empedu,peritonitis,divertikulitis,penyakit radang pelvik7. Dialisis : infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan hemodialisis dan dialisis peritonial dan CAPD (continous ambulatory peritoneal dialysis)

f. Dosis yang diberikana) Dosis umumCeftadizime digunakan secara parenteral,dosis tergantung pada tingkat keparahan,sensitivitas dan tipe infeksi serta usia,berat badan dan fungsi ginjal penderita.b) DewasaDosis ceftadizime untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per hari,dapat diberikan dosis masing-masing 500mg,1g atau 2g setiap 12 atau 8 jam secara IV atau IM.Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius,dosis 500mg atau 1g setiap 12 jam sudah mencukupi.Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1g setiap 8 jam atau 2g setiap 12 jam.Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita immunocompromised,termasuk neutropenia,dapat diberi dosis 2g setiap 8 jam atau 12 jam.Untuk penderita fibrosis kistik dengan fungsi ginjal normal yang mengalami infeksi paru-paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-150mg/kg/hari sebagai dosis terbagi.Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9gr/hari masih aman.

c) Bayi dan anak Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100 mg/kg/hari,diberikan sebagai dosis terbagi (2-3kali). Dosis hingga 150 mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari) dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada anak-anak yang menderita fibrocystic,infected immunocompromised dan meningitis.

d) Neonatus dan bayi di bawah 2 bulanDosis 25-60 mg/kg/hari diberikan sebagai dosis terbagi 2 kali sehari,telah terbukti efektif. Wakt paruh ceftadizime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih lama dibandingkan dengan orang dewasa.

e) Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjalCeftadizime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomerular,sehingga dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau diturunkan.Bersihan kreatinin (ml/menit)DosisFrekuensi pemberian

>5031-5016-306-15