fix

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis. Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi, lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.

Upload: sitti-nur-qomariah

Post on 09-Dec-2014

271 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai mastikasi, fonetik,

dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat paling

rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya, seperti

produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik,

kimiawi, dan mekanis.

Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan.

Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi,

lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu

upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan

minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari

besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Masyarakat

akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika

terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam

menunjang kesehatan seseorang.

Salah satu penyakit yang sudah tidak asing lagi ialah stomatitis. Stomatitis

dapat disebabkan oleh rangsangan mekanik, termal, kimia, dan fisik. Selain itu juga

disebabkan karena malnutrisi, diabetes, dan sistem hemopoietik. Faktor- faktor

lainnya yang meyebabkan stomatitis adalah protesa yang tidak tepat, benda asing,

makan atau minum yang panas, pengaruh alkali dan juga asam.

Salah satu jenis stomatitis yaitu angular cheilitis. Angular cheilitis merupakan

lesi yang ditandai dengan keretakan atau fisur pada sudut mulut. angular cheilitis

disebut juga cheilitis, angular stomatitis atau perleche dimana penderitanya mencapai

jutaan diseluruh dunia. angular cheilitis juga ditandai dengan ulser yang merah dan

Page 2: Fix

sudut bibir pecah- pecah. Meskipun tidak membahayakan kehidupan atau benar-

benar menular, ulser pada sudut bibir ini sangat mengganggu estetik dan membuat

penderita malu dan memberikan dampak sosial.

Ada berbagai alasan mengapa angular cheilitis terjadi. Hal ini dapat

disebabkan oleh infeksi jamur atau infeksi bakteri atau virus, dan malnutrisi atau

kekurangan gizi. angular cheilitis sering terjadi pada anak dikarenakan kekurangan

gizi. Kekurangan gizi memiliki dampak yang besar, salah satunya gangguan

kesehatan.

Berdasarkan penjelasan diatas, walaupun pengetahuan dan teknologi dalam

bidang kedokteran gigi semakin berkembang, namun berbagai penyakit gigi dan

mulut juga semakin beragam. Berbagai penyakit yang bisa dikatakan masih awam

atau asing pada masyarakat harus segera disosialisasikan agar pencegahan dan

penyembuhannya dapat diterapkan pada masyarakat. Tetapi, penyakit- penyakit yang

sudah tidak asing lagi tetap menjadi polemik dalam bidang kedokteran gigi, karena

tidak jarang kita temukan masyarakat yang pengetahuannya masih sangat minim

untuk mencegah maupun terapi penyakit tersebut. Sebagai dokter gigi hendaknya

kita mampu mendiagnosa suatu penyakit baik berdasarkan pemeriksaan klinis

pemeriksaan obyektif, maupun pemeriksaan penunjang. Selain itu kita juga dituntut

untuk dapat melakukan rencana perawatan bagi penderita.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja dasar- dasar penegakan diagnosis penyakit mulut?

1.2.2 Bagaimana cara melakukan anamnesis?

1.2.3 Bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan klinis?

1.2.4 Bagaimanakah cara menentukan rencana perawatan?

Page 3: Fix

1.2.5 Bagaimana cara menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan

bagaimana cara membaca hasil pemeriksaan penunjang?

1.2.6 Bagaimana prognosis dari penyakit tersebut?

1.2.7 Apa saja macam- macam diagnosis dan dasar penegakannya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mampu mengetahui dasar- dasar penegakan diagnosis penyakit mulut.

1.3.2 Mampu melakukan anamnesis

1.3.3 Mampu melakukan pemeriksaan klinis

1.3.4 Mampu menentukan rencana perawatan

1.3.5 Mampu menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan membaca

hasil pemeriksaan penunjang

1.3.6 Mampu mengetahui prognosis penyakit

1.3.7 Mampu mengetahui macam- macam diagnosis dan dasar penegakannya

Page 4: Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dari Angular Cheilitis

Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan

suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,

berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa

kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah

ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut

yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke

kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya

seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan

disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.

(Susan,ZL. 2009)

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada

sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke

mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan

angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis yang

disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah digeneralisasikan

untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi. ( Burket’s . 1994)

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat

tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak

berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang

dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan

kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi

Page 5: Fix

akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan

mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai

dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka.(Murray, J.J.

2008)

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang

cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular

cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia

tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak-

anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin.

(Murray, J.J. 2008)

Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma

perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika

penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi

monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga

beberapa tahun, tergantung etiologinya. (Murray, J.J. 2008)

2.2 Etiologi Angular Cheilitis

Etiologi angular cheilitis antara lain disebabkan oleh anemia defisiensi besi,

dental sore mouth dan defisiensi vitamin B kompleks. Selain itu dapat disebabkan

oleh kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan mental dimana anak sering

mengeluarkan air ludah seperti penderita rhagades pada mongolism. Membasahi bibir

dengan air ludah, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur

(mengences). Jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah

Page 6: Fix

lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi

lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar

matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti oleh demam. Pada

beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh sensitivitas terhadapa

kontak dengan agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat

– obatan dan kosmetik serta terapi antibiotic dalam jangka waktu yang lama.

(Burket’s. 1994)

Defisiensi vitamin B yang menyebabkan angular cheilitis adalah akibat dari

kekurangan riboflavin (vitamin B2), asam folat dan piridoksin (vitamin B6).

Sedangkan vitamin lainnya yang juga tergabung di dalam B kompleks tidak

menyebabkan terjadinya angular cheilitis walaupun menimbulkan lesi – lesi di rongga

mulut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa angular cheilitis dapat

disebabkan oleh defisiensi riboflavin(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan

infeksi jamur atau infeksi bakteri. Penelitian dilakukan oleh Ohman dkk (1985) yang

melibatkan 64 pasien (31 pria dan 33 wanita) usia 18-89 tahun yang menderita

angular cheilitis unilateral dan bilateral. Dimana dari hasil penelitian didapat hasil

mikroorganisme penyebab angular cheilitis selain candida albicans yaitu

staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolitikus. (Derrick, DD. 1987)

Cawson mengevaluasi sekelompok pasien yang menderita denture sore mouth

yang banyak menderita angular cheilitis. Ia mampu mengisolasi candida albicans dan

mikroorganisme lainnya dalam jumlah yang besar, dan menyimpulkan bahwa angular

cheilitis disebabkan oleh infeksi intraoral oleh candida albicans. Hal ini sesuai dengan

pendapat ahli lain yang menyatakan bahwa lebih dari 80% pasien penderita angular

cheilitis dimana sebelumnya menderita denture stomatitis.(Burket’s. 1994)

Rose (1968) menduga bahwa terlihat hubungan antara angular cheilitis dengan

defisiensi zat besi dalam plasma darah, dimana pasiennya seorang wanita yang

menderita lesi ini diberikan pengobatan selama 1 minggu, tetapi setelah 10 hari tidak

juga menunjukkan penyembuhan. Setelah dilakukan pemeriksaan secara hematologi

dan biokimia menunjukkan bahwa terjadi defisiensi besi. Kemudian pasien

Page 7: Fix

dianjurkan terapi besi secara sistemik dan pengaturan diet. Sepuluh hari kemudian

hemoglobinnya normal dan lesinya menghilang. (Burton, JF.1969)

Beberapa factor yang dianggap sebagai factor predisposisi antara lain :

1) Penyakit – penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes

labialis dan sifilis

2) Penyakit kulit seperti dermatitis

3) Terapi obat – obatan dan antibiotika dalam jangku waktu yang lama

4) Xerostomia

5) Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan

6) Sensitivitas terhadap sinar matahari

7) Malnutrisi

Secara garis besar, ada beberapa factor yang dapat dikelompokkan sebagai

factor utama etiologi cheilitis angular :

1) Candidiasis

Candidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang

awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa

menyebabkan rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan

mengubah indera perasa. Candidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih muda

dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa

dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri

mulut. Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis

atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi

gangguan kesehatan ini. (Murray, J.J. 2008)

Page 8: Fix

2) Trauma

Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik, kimia, dan

termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:

1. Trauma cups yang tajam

2. Peralatan ortodonti

3. Menggigit bibir atau pipi

Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan

ukuran ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi biasanya

mulai sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain dari

ulserasi harus dicurigai.

3) Gigi Tiruan

Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana ketidaknormalan

anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian dengan stabilitas yang tidak

baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual yang terletak pada gigi anterior,

kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa memakai gigi tiruan. Pada

kasus ini, pasien sering mengalami bilateral angular cheilitis dan dengan periode yang

lama. Selain itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan baik dapat menyebabkan

penutupan mulut yang kurang tepat sehingga menyebabkan saliva memenuhi sudut

mulut dan terjadi infeksi. Bagian- bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan oleh

gigi tiruan yang tidak pas dapat menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, gigi tiruan

yang tidak pas dapat menyebabkan saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi.

4) Status Gizi Pada Usia Anak – Anak

Angular cheilitis disebabkan oleh kekurangan zat besi dan beberapa jenis

vitamin. Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada masa

dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat

Page 9: Fix

produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini makin

menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada. Hasil- hasil

analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan kekurangan gizi

pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada dewasa yang justru

merupakan usia produktif.

Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin

dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu.

Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.

a) Defisiensi Zat Besi

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan angular cheilitis mengganggu

perkembangan mental dan motorik anak dan juga menyebabkan anemia. Mengingat

tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek negatifnya, maka

suplementasi zat gizi seperti zat besi pada anak- anak akan sangat bermanfaat,

khususnya karena secara praktis sulit meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola

makan bayi yang ada selama ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak

cenderung menghambat penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di

dalam padi- padian dan susu sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi

Sampai saat ini, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah gangguan

nutrisi yang paling umum di dunia dan mempengaruhi lebih dari 700 juta orang di

dunia. ADB lebih banyak terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia.

Diperkirakan pada negara berkembang terjadi sebesar 36% atau sekitar 1,4 milyar

populasi. Walaupun pada pria dewasa juga memiliki resiko terjadinya ADB, namun

resiko terbesar adalah pada masa bayi, prasekolah, remaja, dan wanita usia

reproduktif.

Konsekuensi anemia defisiensi zat besi diakui memberi pengaruh terhadap

metabolisme energi dan fungsi kekebalan yang akan berpengaruh pada fungsi

kognitif dan perkembangan motorik. Defisiensi zat besi juga berhubungan dengan

menurunnya fungsi kekebalan yang diukur dengan perubahan dalam beberapa

Page 10: Fix

komponen sistem kekebalan yang terjadi selama defisiensi zat besi. Konsekuensi dari

perubahan fungsi kekebalan adalah resistensi terhadap penyakit infeksi. Pada anak-

anak defisiensi zat besi berhubungan dengan kelesuan, daya tangkap rendah, mudah

marah dan menurunnya kemampuan belajar.(Tageman, CA.2010)

b) Defisiensi vitamin B

Kekurangan yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini ditemukan

terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B12 biasanya terlihat

pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan faktor intrinsik lambung yang

dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan

dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan

pada akhirnya menyebar dengan fissuring yang disebut dengan atrofi papiler. Angular

stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat dilihat. Beberapa pasien mungkin

memiliki burning mouth sindrom.

Kekurangan vitamin B 12 dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia),

yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa vitamin B12, folat tidak

dapat berperan dalam pembentukan sel- sel darah merah. Gejala kekurangan lainnya

adalah sel- sel darah merah menjadi belum matang (immature) yang menunjukkan

sintesis DNA yang lambat. Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi

system syaraf, berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan.

Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit.(Tageman CA.2010)

2.3 Gambaran Klinis Angular Cheilitis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan

rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema

yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,

krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka

panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.

Page 11: Fix

Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi

dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi

besi. Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien

dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated

tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan

ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat

diduga dikarenakan defisiensi seng.(Burket’s.1994)

2.4 Diagnosa Banding Angular Cheilitis

Page 12: Fix

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dasar Penegakan Diagnosis Penyakit Mulut

Untuk penegakan diagnosis penyakit, dapat dilakukan dengan pemeriksaan

subyektif, obyektif, dan penunjang.

a. Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan subjektif (anamnesis). Anamnesis merupakan percakapan

professional antara dokter dengan pasienuntuk mendapatkan data/riwayat penyakit

yang dikeluhkan pasien.Informasi tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian :

riwayat sosial,dental dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna

merupakan dasar dari rencana perawatan.

b. Pemeriksaan Obyektif

Terdiri dari riwayat penyakit, keluhan, kondisi umum (sistemik), pada

keluhan dipertanyakan lokasi, lama waktu, rasa sakit seperti apa, dan apa pemicunya.

Pemeriksaan obyektif terdiri dari:

Melihat

Palpasi

Perkusi

Sonde

Termis

Pemeriksaan klinis ini meliputi:

1. Pemeriksaan Ekstra-oral

Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan

riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, cara berjalan,

Page 13: Fix

corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe. Pemeriksaan ekstraoral

meliputi pemeriksaan terhadap:

a. Bentuk muka/wajah

b. Bentuk bibir

c. Sendi Rahang

2. Pemeriksaan Intra-oral

Pemeriksaan intraoral meliputi pemeriksaan terhadap gigi, antara lain:

a. Gigi yang hilang

b. Keadaan gigi yang tinggal

c. Oral Hygiene

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Radiograf

Berfungsi sebagai informasi tambahan bagi pemeriksan klinis.

b. Pemeriksaan  Laboratorium

Meliputi pemeriksaan mikrobiologi, HPA, dll.

3.2 Cara Melakukan Anamnesis

Data diri:

Data pribadi termasuk nama, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan penderita

Riwayat keluhan termasuk lokasi terjadinya, berapa lama onset, factor

pencetus, riwayat keluarga, serta riwayat social

Kondisi sistemik: yaitu apakah terdapat penyakit sistemik seperti diabetes

mellitus, hipertensi, dll.

Page 14: Fix

Dari skenario diketahui penderita berusia 60 tahun, sakit pada sudut mulut kiri

dan kanan, sedangkan etiologinya dikarenakan gigi tiruan penuh. Gigi tiruan yang

tidak terpasang dengan baik dapat menyebabkan penutupan mulut yang kurang tepat

sehingga menyebabkan saliva memenuhi sudutmulut dan terjadi infeksi. Bagian-

bagian yang tajam dan celah yang dihasilkan oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat

menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, kebersihan gigi tiruan juga harus

diperhatikan dan dirawat.

Selain itu pada anamnesa juga didapatkan keterangan dari penderita bahwa

penderita menggunakan pengobatan dengan madu. Madu mempunyai sedikit khasiat

untuk penyembuhan jaringan tetapi mungkin karena usia penderita yang sudah tua

mempengaruhi daya regenerasi dan daya tahan tubuh.

3.3 Cara Melakukan Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam

memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan

fisik merupakan peninjauan tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien

dan memungkinkan dokter gigi untuk membuat penilaian klinis.

METODE PEMERIKSAAN FISIK

INSPEKSI

Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan

metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Inspeksi juga

merupakan proses observasi. Dokter gigi menginspeksi untuk mendeteksi

karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan.

PALPASI

Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah

kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah

diperoleh melaluiinspeksi sebelumnya.. Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh

yang dilakukan melalui indera peraba. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan

pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap tanda fisik termasuk posisi, ukuran,

kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas.

Page 15: Fix

Jenis Palpasi

1. Palpasi ringan : perawat memberikan tekanan perlahan, lembut dan hati2, sedalam

kira2 1 cm

2. Palpasi dalam : untuk memeriksa kondisi organ, penekanan sedalam 2-4 cm

PERKUSI

Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh

secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau

cairan atau udara di bawahnya. Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan

ujung2 jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ2 tubuh dan

menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Perkusi juga dapat dilakukan

dengan menggunakan alat- alat tertentu.

AUSKULTASI

Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar. Auskultasi dilakukan secara

langsung maupun menggunakan stetoskop.

Berdasarkan scenario pemeriksaan klinis bisa dilakukan secara visual atau

inspeksi dimana didapatkan tanda klinis berupa adanya fisur, dan eritema yang

terdapat pada sudut mulut. Dengan cara palpasi mungkin bisa didapatkan adanya

pembesaran kelenjar limfa. Bisa juga dengan menggunakan audioskopi.

3.4 Menentukan Rencana Perawatan

Terapi pertama kali yang dapat dilakukan adalah terapi simptomatis. Terapi

ini berfungsi untuk menghilangkan keluhan-keluhan yang ada, misalnya perih saat

mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam. Untuk menghilangkan keluhan seperti

ini dapat digunakan cream, misalnya Decubal cream (merk dagang). Cream ini

berfungsi sebagai pelembab. Cream ini mengandung lanolin dalam bentuk murni dan

bersifat hipoalergenik. Decubal cream juga mengandung zat lemak yang sama dengan

Page 16: Fix

zat-zat lemak yang terdapat pada kulit, sehingga membuat cream ini mudah meresap

ke dalam kulit dan melumasi mukosa sudut mulut.

Selain Decubal cream, juga dapat diberikan Solcoseryl. Solcoseryl merupakan

obat topical lesi mulut. Solcoseryl ini berfungsi meningkatkan regenerasi sel dan

bekerja degam cara merekat pada mukosa dengan membentuk suatu selaput yang

dapat melindungi mukosa terhadap iritasi selama makan.

Selanjutnya dapat diberikan anti jamur, misalnya Mikostatin dan Polyene.

Anti jamur ini bersifat fungisidal, artinya dapat berikatan dengan sterol pada dinding

membran sehingga merusak permeabilitas dinding jamur dan metabolisme sel jamur.

Dapat diberikan tiap 6 jam selama 4 minggu. Selain anti jamur, juga dapat diberikan

antibiotik, dalam hal ini adalah Efisol liquid yang bekerja dengan cara memusnahkan

bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang bersifat pathogen. Penggunannya

dengan cara kumur-kumur. Jika terdapat kekurangan vitamin dan zat besi, maka juga

diberikan suplai vitamin dan zat besi. Hal ini bisa didapatkan dari produk makanan

olahan yang mengandung susu, cereal atau biji bijian, kemudian sayuran yang

berdaun dan sebagainya.

Yang paling penting sebelum terapi di atas adalah Dental Health Education.

Artinya pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan mulut juga memegang peranan

penting. Misalnya saja tanpa kita sadari, kebiasaan membasahi bibir, terutama pada

sudut mulut dengan saliva mengakibatkan Candida dan bakteri berkumpul pada sudut

tersebut dan akhirnya dapat menginfeksi jaringan mukosa ketika sistem imun tubuh

menurun. Hasil dari infeksi tersebut secara klinis, mukosa sudut mulut menjadi

merah, lunak dan berulserasi, setelah itu menjadi fisura eritematosa yang dalam dan

melebar dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir, selanjutnya menimbulkan ulkus dan

keropeng dan membentuk nodula-nodula. Bila terdapat faktor predisposisi denture

atau gigi palsu, maka diperlukan perawatan atau pembuatan denture atau gigi tiruan

yang baru.

Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi spesifik yang tetap

tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan dapat bertahan sampai

beberapa tahun. Harus diingat adanya infeksi merupakan etiologi sekunder, jika

Page 17: Fix

penyebab utama tidak dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak akan menghasilkan

kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui mulut pada anak harus

dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan lain. Bila disebabkan oleh

penyakit sistemik maka perawatan secara local tidak akan berhasil bila tidak disertai

perawatan secara sistemik. Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin

B perawatannya dengan memeberikan suplemen vitamin B kompleks atau

multivitamin yang mengandung vitamin B .Akan tetapi,defisiensi satu jenis vitamin

biasanya diikuti gejala defisiensi nutrisi,maka dalam perawatannya pemberian

multivitamin lebih efektif daripada pemberian vitamin B kompleks saja.Dilaporkan

pengobatan penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat

sembuh dalam waktu 3 minggu (Decker RT,2005). Pemberian antimikroba pada

penderita angular cheilitis yang disebabakan defisiensi nutrisi hanya berfungsi

menyingkat waktu penyembuhan.

3.5 Menentukan Pemeriksaan Penunjang dan Membaca Hasil Pemeriksaan

Penunjang

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk menunjang

diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya.

Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuh

dan jaringan guna membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati

pasien. 

Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit

(keluhan dan tanda), dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit

penyebab. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan

kemungkinan penyakit yang menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan

darah, jika positif amat mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan

diagnosis.  

Page 18: Fix

Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah, terutama pada

permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski

dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada

tahap permulaan dokter tidak selalu dapat menentukan diagnosis penyakit.

Diperlukan data-data tambahan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

penunjang lain.

Untuk memastikan diagnosa angular cheilitis pada skenario, dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaaan mikrobiologi. Angular cheilitis ini lebih

baik dilakukan pemeriksaan penunjang, dalam hal ini adalah biopsi dari hasil swab

pada daerah yang tererosi. Hasil swab tersebut diletakkan pada glass obyek dan

difiksasi dengan alcohol 95 %, setelah itu langsung dikirim ke laboratorium

mikrobiologi guna diteliti etiologi dari angular cheilitis. Dari pemeriksaan patologi

tersebut dapat diketahui etiologi dari angular cheilitis, apakah single etiologi atau

multiple etiologi. Mengetahui banyaknya etiologi suatu penyakit merupakan hal yang

penting karena berhubungan erat dengan penatalaksaannya. Jika etologinya jamur,

nantinya pada pemeriksaan mikrobiologi akan terlihat bentukan hifa-hifa dari

Candida albicans. Sedangkan jika etiologinya adalah bakteri maka akan terlihat

koloni-koloni bakteri.

Hapusan dan usapan secara terpisah harus dilakukan untuk tiap sudut mulut,

setiap anterior nares, palatum, dan permukaan geligi tiruan atas yang berkontak

dengan palatum. Bekas kumur-kumur juga harus dikirim untuk pemeriksaan kultur.

Jika berdasarkan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, etiologi kasus yang

ada pada skenario merupakan multiple faktor, dalam hal ini karena jamur (Candida

albicans) dan bakteri (Staphilokokus aureus atau Streptokokus aureus). Maka terapi

yang diberlakukan juga lebih dari satu.

Pada oral swab jamur Candida, spora bersifat non pathogen karena dapat

dinetralisir oleh tubuh, sedangkan hifa bersifat paogen dan dapat menyebabkan

penyakit.

Page 19: Fix

Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan darah yaitu untuk mengetahui

adanya etiologi lain seperti defisiensi zat besi.

Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan dengan rujukan pada klinik

prostodonsia jika dimungkinkan etiologi terjadinya angular cheilitis karena

penggunaan gigi tiruan yang kurang pas.

3.6 Menentukan Prognosis Penyakit

Prognosis adalah memprediksi atau meramalkan kemungkinan terjadinya

penyakit, lama dan akibat yang di timbulkan berdasarkan patogenesis penyakit, dan

adanya faktor resiko untuk penyakit. Ditentukan setelah diagnosis dan sebelum

rencana terapi di tetapkan. Prognosis selain berdasarkan pada informasi spesifik

mengenai penyakit, juga di pengaruhi oleh pengalaman klinisi.

Prognosis sangat bagus (exellent) jika kerjasama pasien bagus, tidak ada

faktor sistemik/lingkungan.

Prognosis bagus, bila ada satu atau lebih keadaan berikut: kemungkinan untuk

mengontrol faktor etiologi, kerjasama pasien cukup, tidak ada faktor

sistemik/lingkungan, atau bila ada faktor sistemik dapat dikontrol.

Prognosis sedang (Fair Prognosis) bila ada satu atau lebih keadaan berikut:

dapat dilakukan pemeliharaan, kerjasama penderita dapat diterima, ada faktor

sistemik/lingkungan ringan.

Prognosis jelek, bila ada satu atau lebih keadaan berikut : sulit melakukan

pemeliharaan daerah dan/atau kerjasama pasien diragukan, ada faktor

sistemik/lingkungan.

Berdasarkan scenario, angular cheilitis memiliki prognosis yang baik bila

factor predisposisi bisa diminimalkan atau dihilangkan, dan bisa sembuh jika gigi

tiruan yang berperan sebagai etiologi dikoreksi.

Page 20: Fix

3.7 Menentukan Macam- Macam Diagnosis Dan Diagnosis Banding Angular

Cheilitis

Macam- Macam Diagnosa

- Early Diagnosa: Diagnosa awal yang ditegakkan sebelum dapat dipastikan kelainan

spesifik.

- Clinical Diagnosa: Diagnosis yang berdasarkan tanda, geajala dan pemeriksaan

laboratorium.

- Rontenologis Diagnosa: Penegakkan diagnosa berdasarkan hasail pemeriksaan

radiolagi.

- Differantial Diagnosa: Penentuan satu dari beberapa penyakit yang dihasilkan oleh

beberapa gejala, yang mempunyai gejala yang serupa.

- Final Diagnosa: Penegakkan diagnosa penyakit secara pasti bedasarkan tanda dan

gejala spesifik dan pemeriksaan penunjang yang mengarah kesuatau penyakit

tertentu.

Diagnosa Banding Angular Cheilitis

Angular cheilitis juga dapat didiagnosa bandingdengan lesi herpes labialis,

ulser, impetigo dan lesi dari sifilis sekunder.

A. Herpes Labialis

Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simplex. Virus dapat

menjadi aktif dalam keadaan panas, dingin dan juga stress. Pasien sering mengeluh

telah ada lesi yang sama seperti pada waktu sebelumnya. Terlihat vesikel atau lesi

yang ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus junction sudut mulut atau

dibawah hidung.

Pada saat perkembanganannya lesi sering terasa gatal, bias juga dijumpai flu

ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada daerah mucocutaneus

junction di bibir, sudut mulut dan bawah hidung. Vesikel akan pecah setelah 36-48

Page 21: Fix

jam, kemudian bergabung membentuk krusta kekuning – kuningan. Proses

penyembuhan terjadi selama 7-10 hari. Emapt puluh delapan jam pertama adalah

waktu infeksi mncapai puncaknya dan menurun. Ulser dapat hilang tanpa

terbentuknya parut. Biasanya lesi akan rekuren dan tampak pada tempat yang sama.

(Langlais RP.1984)

B. Ulser

Merupakan kerusakan kulit atau membrane mukosa yang lebih dalamdan

dapat mencapai jaringan dibawah epitel. Tepi dari sebuah ulser bias tampak kasar dan

mencolok, sera semakin lama semakin dalam. Ulser bisa terbentuk akibat penyakit

local ataupun sistemik atau dapat berupa gambaran sekunder dari suatu lesi primer.

Ulser dapat terjadi akibat factor fisika seperti panas atau dingin, factor kimia seperti

asam atau basa, factor trauma seperti gigi – gigi tajam, makanan – makanan kering,

bulu – bulu sikat gigi yang tajam, ataupun benda asing didalam mulut. Ulser bias

tidak terasa sakit dan nyeri, tetapi bias sangat sensitive. (Kerr DA.1974)