fix laporan kasus penanganan peritonitis dalam anestesiologi
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
1/36
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadaan ini memerlukan penanganan segera yang sering berupa tindak
bedah, misalnya pada perforasi, obstruksi, atau perdarahan masif di rongga perut
maupun di saluran cerna. Infeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.1,2
Peradangan peritoneum peritonitis! merupakan komplikasi berbahaya
yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ"organ abdomen misalnya
apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal!, ruptura saluran cerna,
komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.
Peritonitis menggambarkan sebuah penyebab penting morbiditas dan mortalitas
bedah.1,#,$
Peritonitis dapat terjadi secara lokalisata maupun generalisata, dan
diperkirakan melalui tiga fase% pertama, fase pembuangan cepat kontaminan"
kontaminan dari ka&um peritoneum ke sirkulasi sistemik' kedua, fase interaksi
sinergistik antara aerob dan anaerob' dan ketiga' fase usaha pertahanan tubuh
untuk melokalisasi infeksi. Peritonitis generalisata umumnya sering berhubungan
dengan disfungsi(kegagalan organ, dan mortalitas dapat mencapai 2)"$)*.$
1
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
2/36
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis Pribadi
+ama % n. -
mur % $) tahun
/lamat % 0hoksukon
anggal asuk % 2 3ktober 2)12
Pukul % 22.)) 4I5
2.2 Anamnesis Penyakit
Keluhan tama % +yeri seluruh lapangan perut6iwayat penyakit sekarang % 7al ini dialami pasien 8 sejak 1 minggu yang lalu.
/walnya nyeri dirasakan di daerah ulu hati
kemudian menjalar ke perut kanan bawah dan
menetap selama 8 # hari, kemudian menjalar ke
seluruh lapangan perut. ual dan muntah tidak
dijumpai. 9emam dialami sejak 2 hari ini. 5/5
tidak dijumpai dan 5/K dijumpai. :ebelumnya
pasien sudah berobat ke poli penyakit dalam 6:9
;ut eutia dan didiagnosis dengan apendisitis.
Pasien dikonsulkan ke bagian bedah untuk tindakan
operasi namun pasien menolak.6iwayat penyakit dahulu % "
6iwayat penyakit keluarga % "
2. Time Sequence
1)
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
3/36
5 Breathing ! % :pontan, 66% #) ?(menit, :P% &esikuler ka@ki, :% "(",
pernapasan cuping hidung "!, hematopneumotoraks "!,
jejas pada toraks "!, flail chest "!
; Circulation! % /kral 9((K, +adi% 1)) ?(menit, reguler, t(& kurang, 9%
11)() mm7g, suhu% #>,>A;
9 Disability! % G;: 1B C$DB=!, pupil% isokor, E ka@ki #mm(#mm!,
6; F(F, pingsan "!, kejang "!, muntah "!
C Exposure! % Cdema "!, fraktur "!
2., Penanganan di *-D #$anggal 1& "ebr%ari 2&1' P%k%l 22.&& )*B+
" 3ksigenisasi nasal canule 2 liter(menit
" Pasang ID line dengan abocath no. 1>G
" Pasien diklasifikasikan%
9ehidrasi ringan defisit #"B* 55! @ B(1)) ? )))) gram! @ #B)) cc
6ehidrasi lambat% B)* defisit cairan F rumatan diberikan dalam > jam
pertama kemudian B)* defisit cairan F rumatan diberikan dalam 1= jam
kedua.
• > jam pertama %
B)* defisit cairan F rumatan %
B)* defisit cairan @ B)* ? #B)) @ 1B) cc dalam > jam!
@ 2>1,B cc(jam
Kebutuhan 6umatan cairan rumatan 55 @ ) kg adalah %
1)?$! F 1)?2! F B)?1! @ 11) cc(jam
aka, dalam > jam pertama diberikan cairan sebanyak%
2>1,B cc(jam F 11) cc(jam @ #2>,B cc(jam
@ #2>,B ? 2) tetes(=) menit
@ 1) tetes(menit
• 1= jam berikutnya %
B)* defisit cairan F rumatan %B)* defisit cairan @ B)* ? #B)) @ 1B) cc dalam 1= jam!
@ 1),#B cc(jam
Kebutuhan 6umatan cairan rumatan 55 @ ) kg adalah %
1)?$! F 1)?2! F B)?1! @ 11) cc(jam
aka, dalam > jam pertama diberikan cairan sebanyak%
1),B cc(jam F 11) cc(jam @ 21,B cc(jam
@ 21,B ? 2) tetes(=) menit
@ #,12B tetes(menit
" Pemasangan +G
" Pemasangan kateter urin
" /mbil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium dan crossmatch
#
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
4/36
" Persiapan alat dan obat anestesi
" ,A;
5# % :ens% ;ompos mentis, pupil isokor, E #mm@#mm, 6; F(F
5$ % 3P residual >) cc, kateter terpasang warna kuning pekat
5B % /bdomen distensi, nyeri tekan pada seluruh lapangan perut F!, peristaltik
F! lemah, +G terpasang warna kuning kehijauan.
5= % Cdema "!, fraktur "!
2./ Pemeriksaan Lab0rat0ri%m #1& "ebr%ari 2&1'+
Dara Lengka
" 7emoglobin % 1#,2 g*" 7ematokrit % $#,B *" 0eukosit % 11,$ ?1)#(mm#
" rombosit % 2=2?1)#(mm#
"aal Hem0stasis
" ;(5 % =#) menit ( 21B menit
2.( Pemeriksaan Radi0l0gi dan EK-
"0t0 $0raks
"0t0 P0l0s
Abd0m
$
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
5/36
2. Ren3ana Pre4 Oerasi
9iagnosa Pre" 3perasi %
9iffuse
Peritonitis d(t
/ppendiks
Perforasi
indakan %
C?plorasi 0aparotomy F /ppendectomy
P: /:/ % 1C
/nestesi % G/"C
Posisi % :upine
2.1& Pemeriksaan "isik
#$anggal 115&252&1' P%k%l 12.& )*B+
51 % Airway clear , terintubasi, dengan manual bagging 1=?(menit, :P%
&esikuler, : "(", :p32 1))*
52 % /kral% 7((K, 9 11)() mm7g, 76 ) ?(menit, (D kuat(cukup,
reguler, suhu % #>,BA;
5# % :ens% ;ompos mentis, pupil isokor, J # mm(# mm, 6; F(F
5$ % 3P F!, &ol. 8 $))cc( 2 jam, warna kuning jernih
5B % /bdomen distensi F!, peristaltik F! lemah, +G F!5= % Cdema "!
2.11 Anestesi
" eknik anestesi G/ C!
Premedikasi dengan midaolam B mg dan fentanyl 1)) mcg
secara ID
Induksi dengan propofol 1)) mg
6elaksasi dengan +otri?um #) mg
Intubasi C no.
;uff F!
:uara pernapasan% kanan @ kiri
B
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
6/36
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
7/36
2.1 P0st Oerasi
9iagnosa Post L3perasi%
Post 0aparotomy a(i
9iffuse Peritonitis F
/ppendectomy
2.1! Pemeriksaan "isik P0st Oerasi di RR
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
8/36
51 % Airway clear , pasien diekstubasi. 66%1$?(men, :P &esikuler, : "(", :p32
1))*52 % /kral% 7((K, 9 11)(=) mm7g, 76 >$ ?(menit, (D kuat(cukup,
reguler, suhu % #>,1A;
5# % :ens % 9P3, pupil isokor, J # mm(# mm, 6; F(F
5$ % 3P F!, &ol. 8 B))cc( 2 jam, warna kuning
5B % /bdomen distensi "!, peristaltik "!, +G F!, luka operasi tertutup
&erband, drain satu buah di kanan
5= % Cdema "!, fraktur "!
2.1, Ren3ana P0st Oerasi
" ;ek darah rutin
" ;ek elektrolit
" ;ek 6)mg(12 jam i&
" Inj. 6anitidin B)mg(12 jam
2.1/ Problem List Pre4Oerasi
6asala Peme3aan
" 3perasi emergency F gangguan
peristaltik à gastric emptying time
memanjang à anggap lambung
penuhà bahaya aspirasi
" Pasien dehidrasi ringan F ancaman
syok
" +P3 sejak direncanakan operasi,
pasang +G dekompresi! à suction
aktifà pilihan G/ C
" Pemasangan i! line dengan abocath
+o. 1> G à rehidrasi cairan à target
perbaikan hemodinamik, &olume
cairan cukup, 3P @ ),B"1
cc(kg55(jam
" Pasang kateter urin M menilai 3P
>
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
9/36
" Pasien dengan leukositosis
menilai respons rehidrasi!
" 5eri antibiotik yang adekuat
2.1( Problem List D%rante Oerasi
6asala Peme3aan
" /ntisipasi operasi berkepanjangan
à penguapan besar
" 3perasi lama, suhu kamar 3K,
cairan
" Balance anesthesia
" 5alans cairan penguapan =">
cc(kg55 ditambah dengan
maintenance 2 cc(kg55, target urine
output per jam ),B"1 cc(kg55,
ingatkan operator untuk
membungkus hollow organ untuk
mengurangi e&aporasi, pertahankansuhu ruangan H 21); terutama pada
1 jam pertama anestesi!
" atras penghangat, hangatkan
cairan, hangatkan cairan pembilas,
" emonitor hemodinamik, sedasi
cukup, analgetika adekuat, relaksasi
cukup, operator nyaman
2.1 Problem List P0st Oerasi
6asala Peme3aan
" +yeri pasca operasi à luka insisi
tinggi à nyeri saat napas
dalam(batuk à &olume tidal N à
atelektasis à &(O mismatch
shunting ! à oksigenasi N, selain
itu batuk tidak adekuat à mucous
stasis à pneumonia
" Infeksi pasca operasi
" +utrisi pasca operasi à pasca
pembedahan à stres metabolik à
hiperkatabolisme à bila sumber
energi tak adekuat à protein
dirombak à nitrogen balance "!
" ekanisme nyeri yang
multipathway à analgetika
multimodal à +:/I9 perifer!
3pioid sentral!, menurunkan dosis
tiap regimen à efek samping obat
berkurang
" Pastikan analgesia cukup
" /ntibiotika empirik à hasil kultur
keluar à antibiotika tunggal yang
sensitif deesklasi!
" /wasi asupan nutrisi, kebutuhan
protein meningkat untuk regenerasi
sel dan jaringanà penyembuhan
" Peritonitis à peristaltik
membutuhkan waktu untuk pulih,
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
10/36
à malnutrisià wound dehisence
" End point resuscitation
mulai dengan diet enteral, bila
tidak mencukupi kombinasi dengan
parenteral untuk memenuhikebutuhan kalori
BAB
$*N7AUAN PUS$AKA
.1 6ana8emen Anestesi Pre40erati9
.1.1 Penilaian Pre0erati9
:ebelum dilakukan tindakan operasi sangat penting untuk dilakukan
persiapan preoperasi salah satunya adalah kunjungan terhadap pasien sebelum
pasien dibedah sehingga dapat diketahui adanya kelainan di luar kelainan yang
akan dioperasi.
ujuannya adalah%
1. emperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien
2. elihat kelainan yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya
riwayat hipertensi, asma, atau alergi serta manifestasinya baik berupa
dyspneu maupun urtikaria!.
#. 6iwayat penyakit pasien, obat"obatan yang diminum pasien
$. ahapan risiko anestesi status /:/! dan kemungkinan perbaikan status
praoperasi pemeriksaan tambahan dan atau(terapi diperlukan!
B. Pemilihan jenis anestesi dan penjelasan persetujuan operasi informed
consent ! kepada pasien.
=. Pemberian obat"obatan premedikasi sehingga dapat mengurangi dosis obat
induksi#.
Kunjungan preoperatif dapat melihat kelainan yang berhubungan dengan
anestesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi, atau decompensatio
cordis. :elain itu dapat mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan, dokter
1)
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
11/36
anestesi bisa menentukan cara anestesi dan plihan obat yang tepat pada pasien.
Kunjungan preoperasi pada pasien juga bisa menghindarkan kejadian salah
identitas dan salah operasi. C&aluasi preoperasi meliputi history taking
/P0C!, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,
CKG, :G, foto thora?, dll. :elanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan
mendiskusikan kepada pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan,
hal ini tercermin dalam inform consent #.
History Taking
History ta"ing bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat alergi
terhadap makanan, obat"obatan dan suhu, alergi manifestasi dispneu atau skin
rash! harus dibedakan dengan intoleransi biasanya manifestasi gastrointestinal!.
6iwayat penyakit sekarang dan dahulu juga harus digali begitu juga riwayat
pengobatan termasuk obat herbal!, karena adanya potensi terjadi interaksi obat
dengan agen anestesi. 6iwayat operasi dan anestesi sebelumnya bisa
menunjukkan komplikasi anestesi bila ada. Pertanyaan tentang re&iew sistem
organ juga penting untuk mengidentifikasi penyakit atau masalah medis lain yang
belum terdiagnosis.
Pemeriksaan "isik
Pemeriksaan fisik dan history ta"ing melengkapi satu sama lain.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik setidaknya
meliputi tanda"tanda &ital tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu! dan
pemeriksaan airway, jantung, paru"paru, dan system musculoskeletal.
11
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
12/36
Pemeriksaan neurologis juga penting terutama pada anestesi regional sehingga
bisa diketahui bila ada defisit neurologis sebelum diakukan anestesi regional.
Pentingnya pemeriksaan airway tidak boleh diremehkan. Pemeriksaan gigi
geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar, leher pendek dan kaku sangat
penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi.
Kesesuaian masker untuk anestesi yang jelek harus sudah diperkirakan pada
pasien dengan abnormalitas wajah yang signifikan. ikrognatia jarak pendek
antara dagu dengan tulang hyoid!, incisi&us bawah yang besar, makroglosia,
Range of Motion yang terbatas dari #emporomandibular $oint atau &ertebrae
ser&ikal, leher yang pendek mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk
dilakukan intubasi trakeal.
:koring allampati%
I. erlihat tonsil, u&ula, dan palatum mole secara keseluruhan
II. erlihat palatum mole dan durum, bagian atas tonsil dan u&ula
III. erlihat palatum mole dan durum, dan dasar u&ula
ID. 7anya terlihat palatum durum
Gambar #.1. Kriteria allampati
Klasifikasi status fisik /:/ bukan alat perkiraan risiko anestesi, karena
efek samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari efek samping pembedahan.
12
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
13/36
Penilaian /:/ diklasifikasikan menjadi B kategori. Kategori ke"= selanjutnya
ditambahkan untuk ditujukan terhadap braindead organ donor% :tatus fisik /:/
secara umum juga berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperatif. Karena
underlying disease hanyalah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap
komplikasi perioperatif, maka tidak mengherankan apabila hubungan ini tidak
sempurna. eskipun begitu, klasifikasi satus fisik /:/ tetap berguna dalam
perencanaan manajemen anestesi, terutama teknik monitoring$.
$abel .1 Klasi9ikasi ASA
Kelas I Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau psikiatri.
Kelas II Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang, tanpa limitasi
akti&itas sehari"hari.
Kelas III Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi akti&itas
normal.
Kelas ID Pasien dengan penyakit berat yang mengancam nyawa dengan
maupun tanpa operasi.
Kelas D Pasien sekarat yang memiliki harapan hidup kecil tapi tetap dilakukanoperasi sebagai upaya resusitasi.
Kelas DI Pasien dengan kematian batang otak yang organ tubuhnya akan
diambil untuk tujuan donor
C 3perasi emergensi, statusnya mengikuti kelas I Q DI diatas.
Pemeriksaan Pen%n8ang
9asar dan luas cakupan pemeriksaan preanestesi tergantung pada umur
pasien, ada tidaknya kondisi co"morbid saat ini, sama seperti dasar dan luas dari
prosedur bedah yang direncanakan.
$abel .2 Pemeriksaan $ambaan yang Dib%t%kan
Pemeriksaan r%tin *ndikasi
1#
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
14/36
rinalisis Pada semua pasien periksa konsentrasi
glukosa darah jika glukosa urine positif!
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
15/36
est fungsi hati Penyakit hepatobilier
6iwayat penyahgunaan alcohol
umor dengan metastase ke hepar 1) es fungsi thyroid 5edah thyroid
6iwayat penyakit thyroid
;uriga abnormalitas endokrin seperti tumor
pituitary
7asil pemeriksaan normal adalah &alid selama periode waktu, jarak dari
yang 1 minggu
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
16/36
pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesi harus dipantangkan
dari masukan oral puasa! selama periode tertentu sebelum induksi anestesi.
$abel .! Fasting Guideline Pre-oeratif #Ameri3an S03iety 09
Anestesi0l0gist; 2&11+,
Usia asien *ntake 0ral Lama %asa
#8am+
< %asa yg diberikan
S = bln ;lear fluid
5reast milk
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
17/36
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan mengalami
deficit cairan karena durasi puasa. 9efisit bisa dihitung dengan mengalikan
kebutuhan cairan maintenance dengan waktu puasa.
.1.! Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1"2 jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia
diantaranya%
• eredakan kecemasan dan ketakutan
• emperlancar induksi anesthesia
• engurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
• eminimalkan jumlah obat anestetik
• engurangi mual muntah pasca bedah
• enciptakan amnesia
• engurangi isi cairan lambung
• engurangi reflek yang membahayakan
$abel .' Obat4Obat >ang Daat Dig%nakan Unt%k Premedikasi
+o. -enis 3bat 9osis 9ewasa!
1 Sedati9:
9iaepam
9ifenhidramin
Promethain
idaolam
B"1) mg
1 mg(kg55
1 mg(kg55
),1"),2 mg(kg55
2 Analgetik Oiat
Petidin
orfin mg i&! dewasa
1) mg i&! dewasa
B Pr09ilaksis asirasi
;imetidin
6anitidine
/ntasid
9osis disesuaikan
1
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
18/36
Pemberian premedikasi dapat diberikan secara a! suntikan intramuskuler,
diberikan #)"$B menit sebelum induksi anestesia. b! suntikan intra&ena diberikan
B"1) menit sebelum induksi anestesia. Komposisi dan dosis obat premedikasi
yang akan diberikan kepada pasien serta cara pemberiannya disesuaikan dengan
masalah yang dijumpai pada pasien.
.1., Persiaan Di Kamar Oerasi
7al"hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah%
a. eja operasi dengan asesoris yang diperlukan
b. esin anestesi dengan sistem aliran gasnya
c. /lat"alat resusitasi :/I;:!
d. 3bat"obat anestesia yang diperlukan.
e. 3bat"obat resusitasi, misalnya' adrenalin, atropine, aminofilin, natrium
bikarbonat dan lain"lainnya.
f. iang infus, plaster dan lain"lainnya.
g. /lat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan CKG dipasang.
h. /lat"alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya'
UPulse 3?ymeterV dan U;apnografV.
i. Kartu catatan medic anestesia
j. :elimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.
abel #. Komponen :/I;:
: :cope :tetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
0aringo":cope% pilih bilah atau daun blade! yang sesuaidengan usia pasien. 0ampu harus cukup terang.
ubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. sia S B tahun tanpa balon
cuffed! dan HB tahun dengan balloon cuffed!.
/ /irways Pipa mulut"faring Guedel, orotracheal airway! atau pipa
hidung"faring nasi"tracheal airway!. Pipa ini menahan lidah
saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan
napas.
apes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I Introducer andarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic kabel! yang
mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
1>
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
19/36
; ;onnector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.
: :uction Penyedot lendir, ludah dan lain"lainnya.
Induksi intra&ena
o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intra&ena dikerjakan
dengan hati"hati, perlahan"lahan, lembut dan terkendali. 3bat induksi
bolus disuntikan dalam kecepatan antara #)"=) detik. :elama induksi
anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan
selalu diberikan oksigen. 9ikerjakan pada pasien yang kooperatif.
o 3bat"obat induksi intra&ena%
$i0ental #ent0tal; ti0ent0n!à amp B)) mg atau 1))) mg sebelum
digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,B* 1ml @
2Bmg!. hanya boleh digunakan untuk intra&ena dengan dosis #" mg(kg
disuntikan perlahan"lahan dihabiskan dalam #)"=) detik. 5ergantung dosis
dan kecepatan suntikan tiopental akan menyebabkan pasien berada dalam
keadaan sedasi, hypnosis, anestesia atau depresi napas. iopental
menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan intracranial dan
diguda dapat melindungi otak akibat kekurangan 32 . 9osis rendah bersifat
anti"analgesi.
Pr0090l #diri?an; re3090l+ 9ikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1* 1ml @ 1o mg!.
suntikan intra&ena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik
sebelumnya dapat diberikan lidokain 1"2 mg(kg intra&ena.
9osis bolus untuk induksi 2"2,B mg(kg, dosis rumatan untuk anestesia
intra&ena total $"12 mg(kg(jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif
).2 mg(kg. pengenceran hanya boleh dengan dekstrosa B*. idak
dianjurkan untuk anak S # tahun dan pada wanita hamil.
1
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
20/36
Ketamin #ketalar+
Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia, hipertensi,
hipersali&asi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual"
muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. :ebelum pemberian
sebaiknya diberikan sedasi midaolam dormikum! atau diaepam
&alium! dengan dosis),1 mg(kg intra&ena dan untuk mengurangi sal&ias
diberikan sulfas atropin ),)1 mg(kg.
9osis bolus 1"2 mg(kg dan untuk intramuscular #"1) mg. ketamin dikemas
dalam cairan bening kepekatan 1* 1ml @ 1)mg!, B* 1 ml @ B) mg!,
1)* 1ml @ 1)) mg!.
Oi0id #m0r9in; etidin; 9entanil; s%9entanil+
9iberikan dosis tinggi. idak menggaggu kardio&askular, sehingga banyak
digunakan untuk induksi pasien dengan kelianan jantung. ntuk anestesia
opioid digunakan fentanil dosis 2)"B) mg(kg dilanjutkan dosis rumatan
),#"1 mg(kg(menit.
Induksi intramuscular
:ampai sekarang hanya ketamin ketalar! yang dapat diberikan secara
intramuskulardengan dosis B" mg(kg55 dan setelah #"B menit pasien
tidur.
Induksi inhalasi
o N2O gas gelak, laughing gas, nitrous o?ide, dinitrogen monoksida!à
berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan
beratnya 1,B kali berat udara. Pemberian harus disertai 32 minimal 2B*.
5ersifat anastetik lemah, analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk
mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang
digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik
lain seperti halotan.
o Hal0tan #9l%0tan+
2)
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
21/36
:ebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan anestesinya cukup
dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi semprot lidokain $*
atau 1)* sekitar faring laring.
Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis,
terjadi hipotensi, bradikardi, &asodilatasi perifer, depresi &asomotor, depresi
miokard, dan inhibisi refleks baroreseptor. erupakan analgesi lemah,
anestesi kuat. 7alotan menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan
kadar gula darah.o En9l%ran #etran; aliran+
Cfek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif
dibanding halotan. 9epresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan,
tetapi lebih jarang menimbulkan aritmia. Cfek relaksasi terhadap otot lurik
lebih baik disbanding halotan.
o *s09l%ran #90ran; aeran+
eninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial. Peninggian aliran
darah otak dan tekanan intracranial dapat dikurangi dengan teknik anestesi
hiper&entilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.
Cfek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga
digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien
dengan gangguan koroner.
o Des9l%ran #s%rane+
:angat mudah menguap. Potensinya rendah /; =.)*!, bersifat
simpatomimetik menyebabkan takikardi dan hipertensi. Cfek depresi
napasnya seperti isofluran dan etran. erangsang jalan napas atas sehingga
tidak digunakan untuk induksi anestesi.
o Se?09l%ran #%ltane+
21
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
22/36
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan isofluran. 5aunya
tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari
untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.
Induksi per rectal
;ara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
midaolam.
Induksi mencuri
9ilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa
hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita
berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup
muka kita tempelkan.
Pel%m% 0t0t n0nde0larisasi $ra3%ri%m 2& mg #Antra3%ri%m+
o 5erikatan dengan reseptor nikotinik"kolinergik, tetapi tidak menyebabkan
depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga
asetilkolin tidak dapat bekerja.
o 9osis awal ),B"),= mg(kg55, dosis rumatan ),1 mg(kg55, durasi selama
2)"$B menit, kecepatan efek kerjanya "2 menit.
oanda"tanda kekurangan pelumpuh otot%
" ;egukan hiccup!
" 9inding perut kaku
" /da tahanan pada inflasi paruRU6A$AN ANES$ES* #6A*N$A*NAN=E+
9apat dikerjakan secara intra&ena anestesi intra&ena total! atau dengan
inhalasi atau dengan campuran intra&ena inhalasi.
22
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
23/36
6umatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaitu tidur rinan hypnosis!
sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak
menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.
6umatan intra&ena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 1)"
B) Tg(kg55. 9osis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur dengan analgesia
cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh otot. 6umatan intra&ena
dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan
infuse propofol $"12 mg(kg55(jam. 5edah lama dengan anestesi total intra&ena,
pelumpuh otot dan &entilator. ntuk mengembangkan paru digunakan inhalasi
dengan udara F 32 atau +23 F 32.
6umatan inhalasi biasanya menggunakan campuran +23 dan 32 dengan
perbandingan #%1 ditambah halotan ),B"2 &ol* atau enfluran 2"$* atau isofluran
2"$ &ol* atau se&ofluran 2"$* bergantung apakah pasien bernapas spontan,
dibantu atau dikendalikan.
$A$ALAKSANA 7ALAN NAPAS
7ubungan jalan napas dan dunia luar melalui 2 jalan%
1. 7idung
enuju nasofaring
2. ulut
enuju orofaring
7idung dan mulut dibagian depan dipisahkan oleh palatum durum dan
palatum molle dan dibagian belakang bersatu di hipofaring. 7ipofaring menuju
esophagus dan laring dipisahkan oleh epiglotis menuju ke trakea. 0aring terdiri
dari tulang rawan tiroid, krikoid, epiglotis dan sepasang aritenoid, kornikulata dan
kuneiform.
/. anu&er tripel jalan napas
2#
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
24/36
erdiri dari%
1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto"oksipital.
2. andibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula#. ulut dibuka
9engan maneu&er ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas,
sehingga gas atau udara lancer masuk ke trakea lewat hidung atau mulut.
5. -alan napas faring
-ika maneu&er tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan
napas mulut"faring lewat mulut oro"pharyngeal airway! atau jalan
napas lewat hidung naso"pharyngeal airway!.
;. :ungkup mukaengantar udara ( gas anestesi dari alat resusitasi atau system
anestesi ke jalan napas pasien. 5entuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan
tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut
atau hidung.
9. :ungkup laring 0aryngeal mask!
erupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa
besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya
dapat dikembang"kempiskan seperti balon pada pipa trakea. angkai
0/ dapat berupa pipa kerasdari poli&inil atau lembek dengan spiral
untuk menjaga supaya tetap paten.
9ikenal 2 macam sungkup laring%
1. :ungkup laring standar dengan satu pipa napas2. :ungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan
lainnya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan
esophagus.
C. Pipa trakea endotracheal tube!
engantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya
dibuat dari bahan standar poli&inil"klorida. Pipa trakea dapat
2$
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
25/36
dimasukan melalui mulut orotracheal tube! atau melalui hidung
nasotracheal tube!.
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
26/36
isalnya saat resusitasi, memungkinkan penggunaan relaksan dengan
efisien, &entilasi jangka panjang.#. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Kes%litan int%basi
1. 0eher pendek berotot
2. andibula menonjol
#. aksila(gigi depan menonjol
$. &ula tak terlihat
B. Gerak sendi temporo"mandibular terbatas
=. Gerak &ertebra ser&ikal terbatas
K0mlikasi int%basi
1. :elama intubasi
a. rauma gigi geligi
b. 0aserasi bibir, gusi, laring
c. erangsang saraf simpatis
d. Intubasi bronkus
e. Intubasi esophagus
f. /spirasig. :pasme bronkus
2. :etelah ekstubasi
a. :pasme laring
b. /spirasi
c. Gangguan fonasi
d. Cdema glottis"subglotis
e. Infeksi laring, faring, trakea
Ekst%basi
1. Ckstubasi ditunda sampai pasien benar"benar sadar, jika%
a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan
b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi
2. Ckstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah ringan
dengan catatan tak akan terjadi spasme laring.
:ebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan cairan
lainnya.
2=
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
27/36
.2 Pemilian $eknik Anestesi
:ecara umum, pemilihan teknik anestesi harus selalu memprioritaskan
keamanan dan kenyamanan pasien.
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
28/36
d. Pasien obesitas. 5ila disertai leher pendek atau besar atau sering timbul
gangguan sumbatan jalan nafas, sebaiknya dipilih teknik anestesi regional,
spinal, atau anestesi umum ndotrakeal.
#. Posisi pembedahan
Posisi seperti miring, tengkurap, duduk, atau litotomi memerlukan anestesi
umum endotrakea untuk menjamin &entilasi selama pembedahan. 9emikian juga
dengan pembedahan yang berlangsung lama.
$. Keterampilan dan kebutuhan dokter bedah
emilih obat dan teknik anestesi juga disesuaikan dengan keterampilan
dan kebutuhan dokter bedah, antara lain teknik hipotensif untuk mengurangi
perdarahan, relaksasi otot pada laparotomi, pemakaian adrenalin untuk bedah
plastik, dna lain"lain.
B. Keterampilan dan pengalaman dokter anestesi
Preferensi pengalaman dan keterampilan dokter anestesiologi sangat
menentukan pilihan"pilihan teknik anestesi. :ebaiknya tidak melakukan teknik
anestesi tertentu bila belum ada pengalaman dan keterampilan.
=. Keinginan pasien
Keinginan pasien untuk pilihan teknik anestesi dapat diperhatikan dan
dipertimbangkan bila keadaan pasien memang memungkinkan dan tidak
membahayakan keberhasilan operasi.
. 5ahaya kebakaran dan ledakan
Pemakaian obat anestesi yang tidak terbakar dan tidak eksploratif adalah
pilihan utama pada pembedahan dengan memakai alat elektrokauter.
>. Pendidikan
2>
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
29/36
9i kamar bedah rumah sakit pendidikan, operasi mungkin dapat berjalan
lama karena sering terjadi percakapan instruktor dengan residen, mahasiswa, atau
perawat. 3leh sebab itu, sebaiknya pilihan adalah anestesi umum atau bila dengan
anestesi spinal atau regioal perlu diberikan sedasi yang cukup#.
.2 D%rante Oerasi dan 60nit0ring
erapi cairan intra&ena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. ;airan kristaloid adalah cairan dengan ion low molecular
weight garam! dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga
mengandung at"at high molecular weight seperti protein atau glukosa polimer
besar. ;airan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian
besar intra&askular, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dengan
dan mendistribusikan seluruh ruang cairan ekstraseluler =.
;airan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan.
ntuk kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan cairan
hipotonik, juga disebut cairan jenis maintenance. -ika kehilangan melibatkan baik
air dan elektrolit, penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut
cairan jenis replacement.
Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik, cairan
jenis replacement yang umumnya digunakan. ;airan yang paling umum
digunakan adalah larutan 6inger laktat. eskipun sedikit hipotonik, menyediakan
sekitar 1)) m0 free water per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium
serum 1#) mCO ( 0, 6inger laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit
pada komposisi cairan ekstraseluler dan merupakan menjadi cairan yang paling
2
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
30/36
fisiologis ketika &olume besar diperlukan. Kehilangan darah durante operasi
biasanya digantikan dengan cairan 60 sebanyak # hingga empat kali jumlah
&olume darah yang hilang=.
itik transfusi dapat ditentukan saat preoperasi dari hematokrit dan
estimated blood !olume C5D!. Pasien dengan hematokrit normal biasanya
ditransfusi hanya apabila kehilangan lebih dari 1)"2)* dari &olume darah. 4aktu
yang tepat untuk transfusi ditentukan oleh kondisi pasien dan prosedur operasi
yang dilakukan. -umlah kehilangan darah yang dibutuhkan untuk menurunkan
hematokrit ke #)* dihitung seperti berikut%
1. Estimate Blood )olume
Pada orang dewasa, C5D dapat dihitung rata"rata ) cc(kg55. etapi ada
sumber yang menyebutkan bahwa C5D pria dihitung dengan B cc(kg55 dan
wanita =B cc(kg55.
2. Estimate the red blood cell !olume 65;D! pada 65;D pre operasi
#. Perkiraan 65;D pada heatokrit #)* 65;D#)*!, menunjukkan &olume
darah normal telah dicapai.
$. enghitung kehilangan sel darah merah jika hematokrit W #)* dengan cara
65;Dlost @ 65;Dpreop Q 65;D#)*.
B. Kehilangan darah yang terjadi @ 65;Dlost ? #.
Kehilangan cairan tambahan diperhitungkan sesuai dengan jenis operasi
apakah ringan, sedang atau berat=.
$abel . Keb%t%an 3airan berdasarkan dera8at tra%ma
9erajat rauma Kebutuhan cairan tambahan
6ingan herniorrhaphy! )"2 ml(kg
:edang cholecystectomy! 2"$ ml(kg
5erat bowel resection! $"> ml(kg
#)
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
31/36
:alah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang
dianestesi selama operasi. Karena proses monitoring sangat membantu dalam
mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard monitoring
intraoperatif yang diadopsi dari /:/, yaitu *tandard Basic Anesthetic
Monitoring .
:tandard ini diterapkan di semua perawatan anestesi walaupun pada
kondisi emergensi, appropriate life support harus diutamakan. :tandar ini
ditujukan hanya tentang monitoring anestesi dasar, yang merupakan salah satu
komponen perawatan anestesi. Pada beberapa kasus yang jarang atau tidak laim
1! beberapa metode monitoring ini mungkin tidak praktis secara klinis dan 2!
penggunaan yang sesuai dari metode monitoring mungkin gagal untuk mendeteksi
perkembangan klinis selanjutnya.
:tandard I
Personel anestesi yang kompeten harus ada di kamar operasi selama
general anestesi, regional anestesi berlangsung, dan memonitor perawatan
anestesi.
:tandard II
:elama semua prosedur anestesi, oksigenasi, &entilasi, sirkulasi, dan
temperature pasien harus die&alusi terus menerus.
Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi
adalah%
#1
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
32/36
-
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
33/36
/kti&itas 1. ampu menggerakkan $ ekstremitas
2. ampu menggerakkan 2 ekstremitas
#. idak mampu menggerakkan ekstremitas
2
1
)6espirasi 1. ampu nafas dalam dan batuk
2. :esak atau pernafasan terbatas
#. 7enti nafas
2
1
)
ekanan darah 1. 5erubah sampai 2) * dari pra bedah
2. 5erubah 2)"B)* dari pra bedah
#. 5erubah H B)* dari pra bedah
2
1
)
Kesadaran 1. :adar baik dan orientasi baik
2. :adar setelah dipanggil
#. ak ada tanggapan terhadap rangsang
2
1
)
4arna kulit 1. Kemerahan
2. Pucat agak suram
#. :ianosis
2
1
)
+ilai otal
Idealnya, pasien di"discharge bila total skor 1) atau minimal , tanpa ada
nilai ) pada kriteria penilaian objektif.
+%+%+ /un1ungan 0ost2peratif
C&aluasi post operatif harus dilakukan dalam 2$Q$> jam setelah operasi
dan dicatat dalam rekam medis pasien. Kunjungan ini harus meliputi re&iew dari
rekam medis, anamnesa terkair perasaan atau keluhan subjektif post operasi, dan
pemeriksaan fisik serta penunjang, termasuk pemeriksaan kemungkinan
komplikasi seperti muntah, nyeri tenggorokan, kerusakan gigi, cidera saraf, cidera
okular, pneumonia, atau perubahan status mental. 5ila diperlukan, harus
dilakukan terapi atau konsultasi lebih lanjut1)
##
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
34/36
BAB !
KES*6PULAN
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel"sel,
dan pus' biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada
abdomen, konstipasi, muntah, dan demam peradangan yang biasanya disebabkan
oleh infeksi pada peritoneum.
9iagnosis peritonitis biasanya secara klinis. Keluhan pokok pada peritonitis
adalah nyeri abdomen. :edangkan tanda penting yang dapat dijumpai pada pasien
peritonitis antara lain pasien tampak ketakutan, diam atau tidak mau bergerak,
perut kembung, nyeri tekan abdomen, defans muskular, bunyi usus berkurang atau
menghilang, dan pekak hati menghilang.
Pasien peritonitis umumnya datang dengan keadaan dehidrasi bahkan syok.
6esusitasi cairan merupakan hal penting dalam menangani keadaan tersebut.
:elain resusitasi cairan, umumnya terapi pembedahan dan antibiotik yang adekuat
juga penting dalam mengatasi peritonitis.
Prognosis peritonitis tergantung dari berapa lamanya proses peritonitis sudah
terjadi. :emakin lama orang dalam keadaan peritonitis akan mempunyai prognosis
yang makin buruk.
#$
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
35/36
DA"$AR PUS$AKA
1. :jamsuhidajat, 6., 9ahlan, urnial, dan -usi, 9jang. 5uku /jar Ilmu 5edah
Cdisi #. -akarta% CG;, 2)11' Gawat /bdomen.
2. -ames, 9a&id. /naesthetic /ssessment of Patients with Gastrointestinal
Problems. Anaesthesia and (ntensi!e Care Medicine 2))' 1) !% #1>"#22.
#. /rief, ., :uprohaita, 4ahyu, I.K., and 4ieiek, :. Kapita :elekta Kedokteran
Cdisi #. -akarta% edia /esculapius "1)1.
B. ortora, Gerard - and 9errickson, 5ryan. Principles of /natomy and
Physiology 12th Cdition. :/% -ohn 4iley :ons, 2)), ;hapter 2$' he
9igesti&e :ystem.
=. 6amli, 6osdiana. 2)11. Peradangan Peritoneum. /&ailable from%
http%((www.infokedokteran.com(info"obat(diagnosis"dan"penatalaksanaan"
pada"penyakit"peritonitis.html(feed. X/ccessed 1)B"o&er&iew. X/ccessed . 6asad, :., Kartoleksono, :., dan Ckayuda, I. 6adiologi 9iagnostik. -akarta%
Gaya 5aru, 1' /bdomen /kut.
#B
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://emedicine.medscape.com/article/789105-overviewhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://emedicine.medscape.com/article/789105-overview
-
8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi
36/36
. Komisi rauma IK/5I. 2))$. /0: /d&anced rauma 0ife :upport! ntuk
9okter.
1). 5ac 9"-, :iersema, P.9., ulder, P.G.7., 9e"arie, :., and 4ilson, -.P.7.
:pontaneous 5acterial Peritonitis% 3utcome and Predicti&e 2"#2).
1$. 0atief, :./., :uryadi, K./., dan 9achlan, .6. Petunjuk Praktis /nestesiologi
Cdisi Kedua. -akarta% 5agian /nestesiologi dan erapi Intensif