fix laporan kasus penanganan peritonitis dalam anestesiologi

Upload: kiara-alia-advani

Post on 07-Aug-2018

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    1/36

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di

    rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan

    utama. Keadaan ini memerlukan penanganan segera yang sering berupa tindak 

     bedah, misalnya pada perforasi, obstruksi, atau perdarahan masif di rongga perut

    maupun di saluran cerna. Infeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat

    menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi

    saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.1,2 

    Peradangan peritoneum peritonitis! merupakan komplikasi berbahaya

    yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ"organ abdomen misalnya

    apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal!, ruptura saluran cerna,

    komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen.

    Peritonitis menggambarkan sebuah penyebab penting morbiditas dan mortalitas

     bedah.1,#,$ 

    Peritonitis dapat terjadi secara lokalisata maupun generalisata, dan

    diperkirakan melalui tiga fase% pertama, fase pembuangan cepat kontaminan"

    kontaminan dari ka&um peritoneum ke sirkulasi sistemik' kedua, fase interaksi

    sinergistik antara aerob dan anaerob' dan ketiga' fase usaha pertahanan tubuh

    untuk melokalisasi infeksi. Peritonitis generalisata umumnya sering berhubungan

    dengan disfungsi(kegagalan organ, dan mortalitas dapat mencapai 2)"$)*.$ 

    1

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    2/36

    BAB 2

    LAPORAN KASUS

    2.1 Anamnesis Pribadi

     +ama % n. -

    mur % $) tahun

    /lamat % 0hoksukon

    anggal asuk % 2 3ktober 2)12

     Pukul % 22.)) 4I5

    2.2 Anamnesis Penyakit

    Keluhan tama % +yeri seluruh lapangan perut6iwayat penyakit sekarang % 7al ini dialami pasien 8 sejak 1 minggu yang lalu.

    /walnya nyeri dirasakan di daerah ulu hati

    kemudian menjalar ke perut kanan bawah dan

    menetap selama 8 # hari, kemudian menjalar ke

    seluruh lapangan perut. ual dan muntah tidak 

    dijumpai. 9emam dialami sejak 2 hari ini. 5/5

    tidak dijumpai dan 5/K dijumpai. :ebelumnya

     pasien sudah berobat ke poli penyakit dalam 6:9

    ;ut eutia dan didiagnosis dengan apendisitis.

    Pasien dikonsulkan ke bagian bedah untuk tindakan

    operasi namun pasien menolak.6iwayat penyakit dahulu % "

    6iwayat penyakit keluarga % "

    2. Time Sequence

    1)

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    3/36

    5  Breathing ! % :pontan, 66% #) ?(menit, :P% &esikuler ka@ki, :% "(",

     pernapasan cuping hidung "!, hematopneumotoraks "!,

     jejas pada toraks "!, flail chest  "!

    ; Circulation! % /kral 9((K, +adi% 1)) ?(menit, reguler, t(& kurang, 9%

    11)() mm7g, suhu% #>,>A;

    9  Disability! % G;: 1B C$DB=!, pupil% isokor, E ka@ki #mm(#mm!,

    6; F(F, pingsan "!, kejang "!, muntah "!

    C  Exposure! % Cdema "!, fraktur "!

    2., Penanganan di *-D #$anggal 1& "ebr%ari 2&1' P%k%l 22.&& )*B+

    " 3ksigenisasi nasal canule 2 liter(menit

    " Pasang ID line dengan abocath no. 1>G

    " Pasien diklasifikasikan%

    9ehidrasi ringan defisit #"B* 55! @ B(1)) ? )))) gram! @ #B)) cc

    6ehidrasi lambat% B)* defisit cairan F rumatan diberikan dalam > jam

     pertama kemudian B)* defisit cairan F rumatan diberikan dalam 1= jam

    kedua.

    • > jam pertama %

    B)* defisit cairan F rumatan %

    B)* defisit cairan @ B)* ? #B)) @ 1B) cc dalam > jam!

      @ 2>1,B cc(jam

    Kebutuhan 6umatan cairan rumatan 55 @ ) kg adalah %

    1)?$! F 1)?2! F B)?1! @ 11) cc(jam

    aka, dalam > jam pertama diberikan cairan sebanyak%

    2>1,B cc(jam F 11) cc(jam @ #2>,B cc(jam

      @ #2>,B ? 2) tetes(=) menit

    @ 1) tetes(menit

    • 1= jam berikutnya %

    B)* defisit cairan F rumatan %B)* defisit cairan @ B)* ? #B)) @ 1B) cc dalam 1= jam!

      @ 1),#B cc(jam

    Kebutuhan 6umatan cairan rumatan 55 @ ) kg adalah %

    1)?$! F 1)?2! F B)?1! @ 11) cc(jam

    aka, dalam > jam pertama diberikan cairan sebanyak%

    1),B cc(jam F 11) cc(jam @ 21,B cc(jam

      @ 21,B ? 2) tetes(=) menit

    @ #,12B tetes(menit

    " Pemasangan +G

    " Pemasangan kateter urin

    " /mbil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium dan crossmatch

    #

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    4/36

    " Persiapan alat dan obat anestesi

    " ,A;

    5# % :ens% ;ompos mentis, pupil isokor, E #mm@#mm, 6; F(F

    5$ % 3P residual >) cc, kateter terpasang warna kuning pekat

    5B % /bdomen distensi, nyeri tekan pada seluruh lapangan perut F!, peristaltik 

    F! lemah, +G terpasang warna kuning kehijauan.

    5= % Cdema "!, fraktur "!

    2./ Pemeriksaan Lab0rat0ri%m #1& "ebr%ari 2&1'+

    Dara Lengka

    " 7emoglobin % 1#,2 g*" 7ematokrit % $#,B *" 0eukosit % 11,$ ?1)#(mm#

    " rombosit % 2=2?1)#(mm#

    "aal Hem0stasis

    " ;(5 % =#) menit ( 21B menit

    2.( Pemeriksaan Radi0l0gi dan EK-

    "0t0 $0raks

     

    "0t0 P0l0s

    Abd0m

    $

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    5/36

     

    2. Ren3ana Pre4 Oerasi

    9iagnosa Pre" 3perasi %

    9iffuse

    Peritonitis d(t

    /ppendiks

    Perforasi

    indakan %

    C?plorasi 0aparotomy F /ppendectomy

    P: /:/ % 1C

    /nestesi % G/"C

    Posisi % :upine

    2.1& Pemeriksaan "isik

    #$anggal 115&252&1' P%k%l 12.& )*B+

    51 %  Airway clear , terintubasi, dengan manual bagging   1=?(menit, :P%

    &esikuler, : "(", :p32 1))*

    52 % /kral% 7((K, 9 11)() mm7g, 76 ) ?(menit, (D kuat(cukup,

    reguler, suhu % #>,BA;

    5# % :ens% ;ompos mentis, pupil isokor, J # mm(# mm, 6; F(F

    5$ % 3P F!, &ol. 8 $))cc( 2 jam, warna kuning jernih

    5B % /bdomen distensi F!, peristaltik F! lemah, +G F!5= % Cdema "!

    2.11 Anestesi

    " eknik anestesi G/ C!

    Premedikasi dengan midaolam B mg dan fentanyl 1)) mcg

    secara ID

    Induksi dengan propofol 1)) mg

    6elaksasi dengan +otri?um #) mg

    Intubasi C no.

    ;uff F!

    :uara pernapasan% kanan @ kiri

    B

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    6/36

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    7/36

    2.1 P0st Oerasi

    9iagnosa Post L3perasi%

    Post 0aparotomy a(i

    9iffuse Peritonitis F

    /ppendectomy

    2.1! Pemeriksaan "isik P0st Oerasi di RR

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    8/36

    51 %  Airway clear , pasien diekstubasi. 66%1$?(men, :P &esikuler, : "(", :p32

    1))*52 % /kral% 7((K, 9 11)(=) mm7g, 76 >$ ?(menit, (D kuat(cukup,

    reguler, suhu % #>,1A;

    5# % :ens % 9P3, pupil isokor, J # mm(# mm, 6; F(F

    5$ % 3P F!, &ol. 8 B))cc( 2 jam, warna kuning

    5B % /bdomen distensi "!, peristaltik "!, +G F!, luka operasi tertutup

    &erband, drain satu buah di kanan

    5= % Cdema "!, fraktur "!

    2.1, Ren3ana P0st Oerasi

    " ;ek darah rutin

    " ;ek elektrolit

    " ;ek 6)mg(12 jam i&

    " Inj. 6anitidin B)mg(12 jam

    2.1/  Problem List  Pre4Oerasi

    6asala Peme3aan

    " 3perasi emergency  F gangguan

     peristaltik à  gastric emptying time

    memanjang à  anggap lambung

     penuhà bahaya aspirasi

    " Pasien dehidrasi ringan F ancaman

    syok

    " +P3 sejak direncanakan operasi,

     pasang +G dekompresi! à  suction

    aktifà pilihan G/ C

    " Pemasangan i! line  dengan abocath

     +o. 1> G à rehidrasi cairan à  target

     perbaikan hemodinamik, &olume

    cairan cukup, 3P @ ),B"1

    cc(kg55(jam

    " Pasang kateter urin M menilai 3P

    >

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    9/36

    " Pasien dengan leukositosis

    menilai respons rehidrasi!

    " 5eri antibiotik yang adekuat

    2.1(  Problem List  D%rante Oerasi

    6asala Peme3aan

    " /ntisipasi operasi berkepanjangan

    à  penguapan besar 

    " 3perasi lama, suhu kamar 3K,

    cairan

    "  Balance anesthesia

    " 5alans cairan penguapan =">

    cc(kg55 ditambah dengan

    maintenance 2 cc(kg55, target urine

    output   per jam ),B"1 cc(kg55,

    ingatkan operator untuk  

    membungkus hollow organ  untuk 

    mengurangi e&aporasi, pertahankansuhu ruangan H 21); terutama pada

    1 jam pertama anestesi!

    " atras penghangat, hangatkan

    cairan, hangatkan cairan pembilas,

    " emonitor hemodinamik, sedasi

    cukup, analgetika adekuat, relaksasi

    cukup, operator nyaman

    2.1  Problem List  P0st Oerasi

    6asala Peme3aan

    " +yeri pasca operasi à  luka insisi

    tinggi à  nyeri saat napas

    dalam(batuk à  &olume tidal N à

    atelektasis à  &(O mismatch

     shunting ! à  oksigenasi N, selain

    itu batuk tidak adekuat à  mucous

     stasis  à  pneumonia

    " Infeksi pasca operasi

    " +utrisi pasca operasi à  pasca

     pembedahan à  stres metabolik à

    hiperkatabolisme à  bila sumber 

    energi tak adekuat à  protein

    dirombak à  nitrogen balance  "!

    " ekanisme nyeri yang

    multipathway  à  analgetika

    multimodal à +:/I9 perifer!

    3pioid sentral!, menurunkan dosis

    tiap regimen à efek samping obat

     berkurang

    " Pastikan analgesia cukup

    " /ntibiotika empirik à hasil kultur 

    keluar à  antibiotika tunggal yang

    sensitif deesklasi!

    " /wasi asupan nutrisi, kebutuhan

     protein meningkat untuk regenerasi

    sel dan jaringanà penyembuhan

    " Peritonitis à  peristaltik 

    membutuhkan waktu untuk pulih,

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    10/36

    à malnutrisià wound dehisence 

    "  End point resuscitation

    mulai dengan diet enteral, bila

    tidak mencukupi kombinasi dengan

     parenteral untuk memenuhikebutuhan kalori

    BAB

    $*N7AUAN PUS$AKA

    .1 6ana8emen Anestesi Pre40erati9 

    .1.1 Penilaian Pre0erati9 

    :ebelum dilakukan tindakan operasi sangat penting untuk dilakukan

     persiapan preoperasi salah satunya adalah kunjungan terhadap pasien sebelum

     pasien dibedah sehingga dapat diketahui adanya kelainan di luar kelainan yang

    akan dioperasi.

    ujuannya adalah%

    1. emperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien

    2. elihat kelainan yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya

    riwayat hipertensi, asma, atau alergi serta manifestasinya baik berupa

    dyspneu maupun urtikaria!.

    #. 6iwayat penyakit pasien, obat"obatan yang diminum pasien

    $. ahapan risiko anestesi status /:/! dan kemungkinan perbaikan status

     praoperasi pemeriksaan tambahan dan atau(terapi diperlukan!

    B. Pemilihan jenis anestesi dan penjelasan persetujuan operasi informed 

    consent ! kepada pasien.

    =. Pemberian obat"obatan premedikasi sehingga dapat mengurangi dosis obat

    induksi#.

    Kunjungan preoperatif dapat melihat kelainan yang berhubungan dengan

    anestesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi, atau decompensatio

    cordis. :elain itu dapat mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan, dokter 

    1)

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    11/36

    anestesi bisa menentukan cara anestesi dan plihan obat yang tepat pada pasien.

    Kunjungan preoperasi pada pasien juga bisa menghindarkan kejadian salah

    identitas dan salah operasi. C&aluasi preoperasi meliputi history taking

    /P0C!, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,

    CKG, :G, foto thora?, dll. :elanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan

    mendiskusikan kepada pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan,

    hal ini tercermin dalam inform consent #.

     History Taking 

     History ta"ing   bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat alergi

    terhadap makanan, obat"obatan dan suhu, alergi manifestasi dispneu atau skin

    rash! harus dibedakan dengan intoleransi biasanya manifestasi gastrointestinal!.

    6iwayat penyakit sekarang dan dahulu juga harus digali begitu juga riwayat

     pengobatan termasuk obat herbal!, karena adanya potensi terjadi interaksi obat

    dengan agen anestesi. 6iwayat operasi dan anestesi sebelumnya bisa

    menunjukkan komplikasi anestesi bila ada. Pertanyaan tentang re&iew sistem

    organ juga penting untuk mengidentifikasi penyakit atau masalah medis lain yang

     belum terdiagnosis.

    Pemeriksaan "isik 

    Pemeriksaan fisik dan history ta"ing   melengkapi satu sama lain.

    Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik setidaknya

    meliputi tanda"tanda &ital tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu! dan

     pemeriksaan airway, jantung, paru"paru, dan system musculoskeletal.

    11

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    12/36

    Pemeriksaan neurologis juga penting terutama pada anestesi regional sehingga

     bisa diketahui bila ada defisit neurologis sebelum diakukan anestesi regional.

    Pentingnya pemeriksaan airway tidak boleh diremehkan. Pemeriksaan gigi

    geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar, leher pendek dan kaku sangat

     penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi.

    Kesesuaian masker untuk anestesi yang jelek harus sudah diperkirakan pada

     pasien dengan abnormalitas wajah yang signifikan. ikrognatia jarak pendek 

    antara dagu dengan tulang hyoid!, incisi&us bawah yang besar, makroglosia,

     Range of Motion  yang terbatas dari #emporomandibular $oint   atau &ertebrae

    ser&ikal, leher yang pendek mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk 

    dilakukan intubasi trakeal.

    :koring allampati%

    I. erlihat tonsil, u&ula, dan palatum mole secara keseluruhan

    II. erlihat palatum mole dan durum, bagian atas tonsil dan u&ula

    III. erlihat palatum mole dan durum, dan dasar u&ula

    ID. 7anya terlihat palatum durum

    Gambar #.1. Kriteria allampati

    Klasifikasi status fisik /:/ bukan alat perkiraan risiko anestesi, karena

    efek samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari efek samping pembedahan.

    12

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    13/36

    Penilaian /:/ diklasifikasikan menjadi B kategori. Kategori ke"= selanjutnya

    ditambahkan untuk ditujukan terhadap braindead organ donor% :tatus fisik /:/

    secara umum juga berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperatif. Karena

    underlying disease hanyalah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap

    komplikasi perioperatif, maka tidak mengherankan apabila hubungan ini tidak 

    sempurna. eskipun begitu, klasifikasi satus fisik /:/ tetap berguna dalam

     perencanaan manajemen anestesi, terutama teknik monitoring$.

    $abel .1 Klasi9ikasi ASA

    Kelas I Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau psikiatri.

    Kelas II Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang, tanpa limitasi

    akti&itas sehari"hari.

    Kelas III Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi akti&itas

    normal.

    Kelas ID Pasien dengan penyakit berat yang mengancam nyawa dengan

    maupun tanpa operasi.

    Kelas D Pasien sekarat yang memiliki harapan hidup kecil tapi tetap dilakukanoperasi sebagai upaya resusitasi.

    Kelas DI Pasien dengan kematian batang otak yang organ tubuhnya akan

    diambil untuk tujuan donor 

    C 3perasi emergensi, statusnya mengikuti kelas I Q DI diatas.

    Pemeriksaan Pen%n8ang

    9asar dan luas cakupan pemeriksaan preanestesi tergantung pada umur 

     pasien, ada tidaknya kondisi co"morbid saat ini, sama seperti dasar dan luas dari

     prosedur bedah yang direncanakan.

    $abel .2 Pemeriksaan $ambaan yang Dib%t%kan

    Pemeriksaan r%tin *ndikasi

    1#

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    14/36

    rinalisis Pada semua pasien periksa konsentrasi

    glukosa darah jika glukosa urine positif!

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    15/36

    est fungsi hati Penyakit hepatobilier  

    6iwayat penyahgunaan alcohol

    umor dengan metastase ke hepar 1) es fungsi thyroid 5edah thyroid

    6iwayat penyakit thyroid

    ;uriga abnormalitas endokrin seperti tumor 

     pituitary

    7asil pemeriksaan normal adalah &alid selama periode waktu, jarak dari

    yang 1 minggu

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    16/36

     pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesi harus dipantangkan

    dari masukan oral puasa! selama periode tertentu sebelum induksi anestesi.

    $abel .! Fasting Guideline Pre-oeratif #Ameri3an S03iety 09 

    Anestesi0l0gist; 2&11+,

    Usia asien *ntake 0ral Lama %asa

    #8am+

    < %asa yg diberikan

    S = bln ;lear fluid

    5reast milk 

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    17/36

    Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan mengalami

    deficit cairan karena durasi puasa. 9efisit bisa dihitung dengan mengalikan

    kebutuhan cairan maintenance dengan waktu puasa.

    .1.! Premedikasi

    Premedikasi ialah pemberian obat 1"2 jam sebelum induksi anestesi

    dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia

    diantaranya%

    • eredakan kecemasan dan ketakutan

    • emperlancar induksi anesthesia

    • engurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

    • eminimalkan jumlah obat anestetik 

    • engurangi mual muntah pasca bedah

    • enciptakan amnesia

    • engurangi isi cairan lambung

    • engurangi reflek yang membahayakan

    $abel .' Obat4Obat >ang Daat Dig%nakan Unt%k Premedikasi

     +o. -enis 3bat 9osis 9ewasa!

    1 Sedati9:

      9iaepam

      9ifenhidramin

      Promethain

      idaolam

    B"1) mg

    1 mg(kg55

    1 mg(kg55

    ),1"),2 mg(kg55

    2 Analgetik Oiat

      Petidin

      orfin  mg i&! dewasa

    1) mg i&! dewasa

    B Pr09ilaksis asirasi

      ;imetidin

      6anitidine

      /ntasid

    9osis disesuaikan

    1

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    18/36

    Pemberian premedikasi dapat diberikan secara a! suntikan intramuskuler,

    diberikan #)"$B menit sebelum induksi anestesia. b! suntikan intra&ena diberikan

    B"1) menit sebelum induksi anestesia. Komposisi dan dosis obat premedikasi

    yang akan diberikan kepada pasien serta cara pemberiannya disesuaikan dengan

    masalah yang dijumpai pada pasien.

    .1., Persiaan Di Kamar Oerasi

    7al"hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah%

    a. eja operasi dengan asesoris yang diperlukan

     b. esin anestesi dengan sistem aliran gasnya

    c. /lat"alat resusitasi :/I;:!

    d. 3bat"obat anestesia yang diperlukan.

    e. 3bat"obat resusitasi, misalnya' adrenalin, atropine, aminofilin, natrium

     bikarbonat dan lain"lainnya.

    f. iang infus, plaster dan lain"lainnya.

    g. /lat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan CKG dipasang.

    h. /lat"alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya'

    UPulse 3?ymeterV dan U;apnografV.

    i. Kartu catatan medic anestesia

     j. :elimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.

    abel #. Komponen :/I;:

    : :cope :tetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

    0aringo":cope% pilih bilah atau daun blade! yang sesuaidengan usia pasien. 0ampu harus cukup terang.

    ubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. sia S B tahun tanpa balon

    cuffed! dan HB tahun dengan balloon cuffed!.

    / /irways Pipa mulut"faring Guedel, orotracheal airway! atau pipa

    hidung"faring nasi"tracheal airway!. Pipa ini menahan lidah

    saat pasien tidak sadar untuk mengelakkan sumbatan jalan

    napas.

    apes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

    I Introducer andarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic kabel! yang

    mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea

    mudah dimasukkan.

    1>

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    19/36

    ; ;onnector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.

    : :uction Penyedot lendir, ludah dan lain"lainnya.

    Induksi intra&ena

    o Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intra&ena dikerjakan

    dengan hati"hati, perlahan"lahan, lembut dan terkendali. 3bat induksi

     bolus disuntikan dalam kecepatan antara #)"=) detik. :elama induksi

    anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan

    selalu diberikan oksigen. 9ikerjakan pada pasien yang kooperatif.

    o 3bat"obat induksi intra&ena%

    $i0ental #ent0tal; ti0ent0n!à amp B)) mg atau 1))) mg sebelum

    digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,B* 1ml @

    2Bmg!. hanya boleh digunakan untuk intra&ena dengan dosis #" mg(kg

    disuntikan perlahan"lahan dihabiskan dalam #)"=) detik. 5ergantung dosis

    dan kecepatan suntikan tiopental akan menyebabkan pasien berada dalam

    keadaan sedasi, hypnosis, anestesia atau depresi napas. iopental

    menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor, tekanan intracranial dan

    diguda dapat melindungi otak akibat kekurangan 32 . 9osis rendah bersifat

    anti"analgesi.

    Pr0090l #diri?an; re3090l+ 9ikemas dalam cairan emulsi lemak 

     berwarna putih susu bersifat isotonic dengan kepekatan 1* 1ml @ 1o mg!.

    suntikan intra&ena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik 

    sebelumnya dapat diberikan lidokain 1"2 mg(kg intra&ena.

    9osis bolus untuk induksi 2"2,B mg(kg, dosis rumatan untuk anestesia

    intra&ena total $"12 mg(kg(jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 

    ).2 mg(kg. pengenceran hanya boleh dengan dekstrosa B*. idak 

    dianjurkan untuk anak S # tahun dan pada wanita hamil.

    1

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    20/36

    Ketamin #ketalar+

    Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia, hipertensi,

    hipersali&asi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat menimbulkan mual"

    muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk. :ebelum pemberian

    sebaiknya diberikan sedasi midaolam dormikum! atau diaepam

    &alium! dengan dosis),1 mg(kg intra&ena dan untuk mengurangi sal&ias

    diberikan sulfas atropin ),)1 mg(kg.

    9osis bolus 1"2 mg(kg dan untuk intramuscular #"1) mg. ketamin dikemas

    dalam cairan bening kepekatan 1* 1ml @ 1)mg!, B* 1 ml @ B) mg!,

    1)* 1ml @ 1)) mg!.

    Oi0id #m0r9in; etidin; 9entanil; s%9entanil+

    9iberikan dosis tinggi. idak menggaggu kardio&askular, sehingga banyak 

    digunakan untuk induksi pasien dengan kelianan jantung. ntuk anestesia

    opioid digunakan fentanil dosis 2)"B) mg(kg dilanjutkan dosis rumatan

    ),#"1 mg(kg(menit.

    Induksi intramuscular 

    :ampai sekarang hanya ketamin ketalar! yang dapat diberikan secara

    intramuskulardengan dosis B" mg(kg55 dan setelah #"B menit pasien

    tidur.

    Induksi inhalasi

    o N2O  gas gelak, laughing gas, nitrous o?ide, dinitrogen monoksida!à

     berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan

     beratnya 1,B kali berat udara. Pemberian harus disertai 32 minimal 2B*.

    5ersifat anastetik lemah, analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk 

    mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang

    digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan salah satu cairan anastetik 

    lain seperti halotan.

    o Hal0tan #9l%0tan+

    2)

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    21/36

    :ebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan anestesinya cukup

    dalam, stabil dan sebelum tindakan diberikan analgesi semprot lidokain $*

    atau 1)* sekitar faring laring.

    Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis,

    terjadi hipotensi, bradikardi, &asodilatasi perifer, depresi &asomotor, depresi

    miokard, dan inhibisi refleks baroreseptor. erupakan analgesi lemah,

    anestesi kuat. 7alotan menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan

    kadar gula darah.o En9l%ran #etran; aliran+

    Cfek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif 

    dibanding halotan. 9epresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan,

    tetapi lebih jarang menimbulkan aritmia. Cfek relaksasi terhadap otot lurik 

    lebih baik disbanding halotan.

    o *s09l%ran #90ran; aeran+

    eninggikan aliran darah otak dan tekanan intracranial. Peninggian aliran

    darah otak dan tekanan intracranial dapat dikurangi dengan teknik anestesi

    hiper&entilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.

    Cfek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga

    digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien

    dengan gangguan koroner.

    o Des9l%ran #s%rane+

    :angat mudah menguap. Potensinya rendah /; =.)*!, bersifat

    simpatomimetik menyebabkan takikardi dan hipertensi. Cfek depresi

    napasnya seperti isofluran dan etran. erangsang jalan napas atas sehingga

    tidak digunakan untuk induksi anestesi.

    o Se?09l%ran #%ltane+

    21

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    22/36

    Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan isofluran. 5aunya

    tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas, sehingga digemari

    untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.

    Induksi per rectal

    ;ara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau

    midaolam.

    Induksi mencuri

    9ilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa

    hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita

     berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup

    muka kita tempelkan.

    Pel%m% 0t0t n0nde0larisasi $ra3%ri%m 2& mg #Antra3%ri%m+

    o 5erikatan dengan reseptor nikotinik"kolinergik, tetapi tidak menyebabkan

    depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga

    asetilkolin tidak dapat bekerja.

    o 9osis awal ),B"),= mg(kg55, dosis rumatan ),1 mg(kg55, durasi selama

    2)"$B menit, kecepatan efek kerjanya "2 menit.

    oanda"tanda kekurangan pelumpuh otot%

    " ;egukan hiccup!

    " 9inding perut kaku

    " /da tahanan pada inflasi paruRU6A$AN ANES$ES* #6A*N$A*NAN=E+

    9apat dikerjakan secara intra&ena anestesi intra&ena total! atau dengan

    inhalasi atau dengan campuran intra&ena inhalasi.

    22

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    23/36

    6umatan anestesi mengacu pada trias anestesi yaitu tidur rinan hypnosis!

    sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak 

    menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.

    6umatan intra&ena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 1)"

    B) Tg(kg55. 9osis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur dengan analgesia

    cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh otot. 6umatan intra&ena

    dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan

    infuse propofol $"12 mg(kg55(jam. 5edah lama dengan anestesi total intra&ena,

     pelumpuh otot dan &entilator. ntuk mengembangkan paru digunakan inhalasi

    dengan udara F 32 atau +23 F 32.

    6umatan inhalasi biasanya menggunakan campuran +23 dan 32 dengan

     perbandingan #%1 ditambah halotan ),B"2 &ol* atau enfluran 2"$* atau isofluran

    2"$ &ol* atau se&ofluran 2"$* bergantung apakah pasien bernapas spontan,

    dibantu atau dikendalikan.

    $A$ALAKSANA 7ALAN NAPAS

    7ubungan jalan napas dan dunia luar melalui 2 jalan%

    1. 7idung

    enuju nasofaring

    2. ulut

    enuju orofaring

    7idung dan mulut dibagian depan dipisahkan oleh palatum durum dan

     palatum molle dan dibagian belakang bersatu di hipofaring. 7ipofaring menuju

    esophagus dan laring dipisahkan oleh epiglotis menuju ke trakea. 0aring terdiri

    dari tulang rawan tiroid, krikoid, epiglotis dan sepasang aritenoid, kornikulata dan

    kuneiform.

    /. anu&er tripel jalan napas

    2#

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    24/36

    erdiri dari%

    1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto"oksipital.

    2. andibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula#. ulut dibuka

    9engan maneu&er ini diharapkan lidah terangkat dan jalan napas bebas,

    sehingga gas atau udara lancer masuk ke trakea lewat hidung atau mulut.

    5. -alan napas faring

    -ika maneu&er tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan

    napas mulut"faring lewat mulut oro"pharyngeal airway! atau jalan

    napas lewat hidung naso"pharyngeal airway!.

    ;. :ungkup mukaengantar udara ( gas anestesi dari alat resusitasi atau system

    anestesi ke jalan napas pasien. 5entuknya dibuat sedemikian rupa

    sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan

    tekanan positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat mulut

    atau hidung.

    9. :ungkup laring 0aryngeal mask!

    erupakan alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa

     besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya

    dapat dikembang"kempiskan seperti balon pada pipa trakea. angkai

    0/ dapat berupa pipa kerasdari poli&inil atau lembek dengan spiral

    untuk menjaga supaya tetap paten.

    9ikenal 2 macam sungkup laring%

    1. :ungkup laring standar dengan satu pipa napas2. :ungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan

    lainnya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan

    esophagus.

    C. Pipa trakea endotracheal tube!

    engantar gas anestesi langsung ke dalam trakea dan biasanya

    dibuat dari bahan standar poli&inil"klorida. Pipa trakea dapat

    2$

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    25/36

    dimasukan melalui mulut orotracheal tube! atau melalui hidung

    nasotracheal tube!.

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    26/36

    isalnya saat resusitasi, memungkinkan penggunaan relaksan dengan

    efisien, &entilasi jangka panjang.#. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

    Kes%litan int%basi

    1. 0eher pendek berotot

    2. andibula menonjol

    #. aksila(gigi depan menonjol

    $. &ula tak terlihat

    B. Gerak sendi temporo"mandibular terbatas

    =. Gerak &ertebra ser&ikal terbatas

    K0mlikasi int%basi

    1. :elama intubasi

    a. rauma gigi geligi

     b. 0aserasi bibir, gusi, laring

    c. erangsang saraf simpatis

    d. Intubasi bronkus

    e. Intubasi esophagus

    f. /spirasig. :pasme bronkus

    2. :etelah ekstubasi

    a. :pasme laring

     b. /spirasi

    c. Gangguan fonasi

    d. Cdema glottis"subglotis

    e. Infeksi laring, faring, trakea

    Ekst%basi

    1. Ckstubasi ditunda sampai pasien benar"benar sadar, jika%

    a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan

     b. Pasca ekstubasi ada risiko aspirasi

    2. Ckstubasi dikerjakan pada umumnya pada anestesi sudah ringan

    dengan catatan tak akan terjadi spasme laring.

    :ebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan cairan

    lainnya.

    2=

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    27/36

    .2 Pemilian $eknik Anestesi

    :ecara umum, pemilihan teknik anestesi harus selalu memprioritaskan

    keamanan dan kenyamanan pasien.

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    28/36

    d. Pasien obesitas. 5ila disertai leher pendek atau besar atau sering timbul

    gangguan sumbatan jalan nafas, sebaiknya dipilih teknik anestesi regional,

    spinal, atau anestesi umum ndotrakeal.

    #. Posisi pembedahan

    Posisi seperti miring, tengkurap, duduk, atau litotomi memerlukan anestesi

    umum endotrakea untuk menjamin &entilasi selama pembedahan. 9emikian juga

    dengan pembedahan yang berlangsung lama.

    $. Keterampilan dan kebutuhan dokter bedah

    emilih obat dan teknik anestesi juga disesuaikan dengan keterampilan

    dan kebutuhan dokter bedah, antara lain teknik hipotensif untuk mengurangi

     perdarahan, relaksasi otot pada laparotomi, pemakaian adrenalin untuk bedah

     plastik, dna lain"lain.

    B. Keterampilan dan pengalaman dokter anestesi

    Preferensi pengalaman dan keterampilan dokter anestesiologi sangat

    menentukan pilihan"pilihan teknik anestesi. :ebaiknya tidak melakukan teknik 

    anestesi tertentu bila belum ada pengalaman dan keterampilan.

    =. Keinginan pasien

    Keinginan pasien untuk pilihan teknik anestesi dapat diperhatikan dan

    dipertimbangkan bila keadaan pasien memang memungkinkan dan tidak 

    membahayakan keberhasilan operasi.

    . 5ahaya kebakaran dan ledakan

    Pemakaian obat anestesi yang tidak terbakar dan tidak eksploratif adalah

     pilihan utama pada pembedahan dengan memakai alat elektrokauter.

    >. Pendidikan

    2>

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    29/36

    9i kamar bedah rumah sakit pendidikan, operasi mungkin dapat berjalan

    lama karena sering terjadi percakapan instruktor dengan residen, mahasiswa, atau

     perawat. 3leh sebab itu, sebaiknya pilihan adalah anestesi umum atau bila dengan

    anestesi spinal atau regioal perlu diberikan sedasi yang cukup#.

    .2 D%rante Oerasi dan 60nit0ring

    erapi cairan intra&ena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau

    kombinasi keduanya. ;airan kristaloid adalah cairan dengan ion low molecular 

    weight garam! dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga

    mengandung at"at high molecular weight  seperti protein atau glukosa polimer 

     besar. ;airan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian

     besar intra&askular, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dengan

    dan mendistribusikan seluruh ruang cairan ekstraseluler =.

    ;airan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang digantikan.

    ntuk kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan cairan

    hipotonik, juga disebut cairan jenis maintenance. -ika kehilangan melibatkan baik 

    air dan elektrolit, penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut

    cairan jenis replacement.

    Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik, cairan

     jenis replacement yang umumnya digunakan. ;airan yang paling umum

    digunakan adalah larutan 6inger laktat. eskipun sedikit hipotonik, menyediakan

    sekitar 1)) m0 free water per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium

    serum 1#) mCO ( 0, 6inger laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit

     pada komposisi cairan ekstraseluler dan merupakan menjadi cairan yang paling

    2

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    30/36

    fisiologis ketika &olume besar diperlukan. Kehilangan darah durante operasi

     biasanya digantikan dengan cairan 60 sebanyak # hingga empat kali jumlah

    &olume darah yang hilang=.

    itik transfusi dapat ditentukan saat preoperasi dari hematokrit dan

    estimated blood !olume  C5D!. Pasien dengan hematokrit normal biasanya

    ditransfusi hanya apabila kehilangan lebih dari 1)"2)* dari &olume darah. 4aktu

    yang tepat untuk transfusi ditentukan oleh kondisi pasien dan prosedur operasi

    yang dilakukan. -umlah kehilangan darah yang dibutuhkan untuk menurunkan

    hematokrit ke #)* dihitung seperti berikut%

    1.  Estimate Blood )olume

    Pada orang dewasa, C5D dapat dihitung rata"rata ) cc(kg55. etapi ada

    sumber yang menyebutkan bahwa C5D pria dihitung dengan B cc(kg55 dan

    wanita =B cc(kg55.

    2.  Estimate the red blood cell !olume 65;D! pada 65;D pre operasi

    #. Perkiraan 65;D pada heatokrit #)* 65;D#)*!, menunjukkan &olume

    darah normal telah dicapai.

    $. enghitung kehilangan sel darah merah jika hematokrit W #)* dengan cara

    65;Dlost @ 65;Dpreop Q 65;D#)*.

    B. Kehilangan darah yang terjadi @ 65;Dlost ? #.

    Kehilangan cairan tambahan diperhitungkan sesuai dengan jenis operasi

    apakah ringan, sedang atau berat=.

    $abel . Keb%t%an 3airan berdasarkan dera8at tra%ma

    9erajat rauma Kebutuhan cairan tambahan

    6ingan herniorrhaphy! )"2 ml(kg

    :edang cholecystectomy! 2"$ ml(kg

    5erat bowel resection! $"> ml(kg

    #)

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    31/36

    :alah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang

    dianestesi selama operasi. Karena proses monitoring sangat membantu dalam

    mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard monitoring

    intraoperatif yang diadopsi dari /:/, yaitu *tandard Basic Anesthetic

     Monitoring .

    :tandard ini diterapkan di semua perawatan anestesi walaupun pada

    kondisi emergensi, appropriate life support harus diutamakan. :tandar ini

    ditujukan hanya tentang monitoring anestesi dasar, yang merupakan salah satu

    komponen perawatan anestesi. Pada beberapa kasus yang jarang atau tidak laim

    1! beberapa metode monitoring ini mungkin tidak praktis secara klinis dan 2!

     penggunaan yang sesuai dari metode monitoring mungkin gagal untuk mendeteksi

     perkembangan klinis selanjutnya.

    :tandard I

    Personel anestesi yang kompeten harus ada di kamar operasi selama

    general anestesi, regional anestesi berlangsung, dan memonitor perawatan

    anestesi.

     

    :tandard II

    :elama semua prosedur anestesi, oksigenasi, &entilasi, sirkulasi, dan

    temperature pasien harus die&alusi terus menerus.

    Parameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi

    adalah%

    #1

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    32/36

    -

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    33/36

    /kti&itas 1. ampu menggerakkan $ ekstremitas

    2. ampu menggerakkan 2 ekstremitas

    #. idak mampu menggerakkan ekstremitas

    2

    1

    )6espirasi 1. ampu nafas dalam dan batuk 

    2. :esak atau pernafasan terbatas

    #. 7enti nafas

    2

    1

    )

    ekanan darah 1. 5erubah sampai 2) * dari pra bedah

    2. 5erubah 2)"B)* dari pra bedah

    #. 5erubah H B)* dari pra bedah

    2

    1

    )

    Kesadaran 1. :adar baik dan orientasi baik 

    2. :adar setelah dipanggil

    #. ak ada tanggapan terhadap rangsang

    2

    1

    )

    4arna kulit 1. Kemerahan

    2. Pucat agak suram

    #. :ianosis

    2

    1

    )

     +ilai otal

    Idealnya, pasien di"discharge bila total skor 1) atau minimal , tanpa ada

    nilai ) pada kriteria penilaian objektif.

    +%+%+ /un1ungan 0ost2peratif 

    C&aluasi post operatif harus dilakukan dalam 2$Q$> jam setelah operasi

    dan dicatat dalam rekam medis pasien. Kunjungan ini harus meliputi re&iew dari

    rekam medis, anamnesa terkair perasaan atau keluhan subjektif post operasi, dan

     pemeriksaan fisik serta penunjang, termasuk pemeriksaan kemungkinan

    komplikasi seperti muntah, nyeri tenggorokan, kerusakan gigi, cidera saraf, cidera

    okular, pneumonia, atau perubahan status mental. 5ila diperlukan, harus

    dilakukan terapi atau konsultasi lebih lanjut1)

    ##

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    34/36

    BAB !

    KES*6PULAN

    Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel"sel,

    dan pus' biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada

    abdomen, konstipasi, muntah, dan demam peradangan yang biasanya disebabkan

    oleh infeksi pada peritoneum.

    9iagnosis peritonitis biasanya secara klinis. Keluhan pokok pada peritonitis

    adalah nyeri abdomen. :edangkan tanda penting yang dapat dijumpai pada pasien

     peritonitis antara lain pasien tampak ketakutan, diam atau tidak mau bergerak,

     perut kembung, nyeri tekan abdomen, defans muskular, bunyi usus berkurang atau

    menghilang, dan pekak hati menghilang.

    Pasien peritonitis umumnya datang dengan keadaan dehidrasi bahkan syok.

    6esusitasi cairan merupakan hal penting dalam menangani keadaan tersebut.

    :elain resusitasi cairan, umumnya terapi pembedahan dan antibiotik yang adekuat

     juga penting dalam mengatasi peritonitis.

    Prognosis peritonitis tergantung dari berapa lamanya proses peritonitis sudah

    terjadi. :emakin lama orang dalam keadaan peritonitis akan mempunyai prognosis

    yang makin buruk.

    #$

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    35/36

    DA"$AR PUS$AKA

    1. :jamsuhidajat, 6., 9ahlan, urnial, dan -usi, 9jang. 5uku /jar Ilmu 5edah

    Cdisi #. -akarta% CG;, 2)11' Gawat /bdomen.

    2. -ames, 9a&id. /naesthetic /ssessment of Patients with Gastrointestinal

    Problems. Anaesthesia and (ntensi!e Care Medicine 2))' 1) !% #1>"#22.

    #. /rief, ., :uprohaita, 4ahyu, I.K., and 4ieiek, :. Kapita :elekta Kedokteran

    Cdisi #. -akarta% edia /esculapius "1)1.

    B. ortora, Gerard - and 9errickson, 5ryan. Principles of /natomy and

    Physiology 12th Cdition. :/% -ohn 4iley :ons, 2)), ;hapter 2$' he

    9igesti&e :ystem.

    =. 6amli, 6osdiana. 2)11. Peradangan Peritoneum. /&ailable from%

    http%((www.infokedokteran.com(info"obat(diagnosis"dan"penatalaksanaan"

     pada"penyakit"peritonitis.html(feed. X/ccessed 1)B"o&er&iew. X/ccessed . 6asad, :., Kartoleksono, :., dan Ckayuda, I. 6adiologi 9iagnostik. -akarta%

    Gaya 5aru, 1' /bdomen /kut.

    #B

    http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://emedicine.medscape.com/article/789105-overviewhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-peritonitis.html/feedhttp://emedicine.medscape.com/article/789105-overview

  • 8/19/2019 Fix Laporan Kasus Penanganan Peritonitis Dalam Anestesiologi

    36/36

    . Komisi rauma IK/5I. 2))$. /0: /d&anced rauma 0ife :upport! ntuk 

    9okter.

    1). 5ac 9"-, :iersema, P.9., ulder, P.G.7., 9e"arie, :., and 4ilson, -.P.7.

    :pontaneous 5acterial Peritonitis% 3utcome and Predicti&e 2"#2).

    1$. 0atief, :./., :uryadi, K./., dan 9achlan, .6. Petunjuk Praktis /nestesiologi

    Cdisi Kedua. -akarta% 5agian /nestesiologi dan erapi Intensif