fitokimia
DESCRIPTION
kkkkTRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus ( Anonim, 2013).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling
banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius
pada tahun 1838 (Anonim, 2013).
Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang
berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama
lain berdasarkan tipe, jumlah dan susunan asam aminonya. Perbedaan ini
menyebabkan perbedaan struktur molekuler, kandungan nutrisi dan sifat
fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting dalam makanan, dimana
protein merupakn sumber energi sekaligus mengandung asam-asam amino
esensial seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine, isoleucine dan valine
(esensial berarti penting bagi tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam
tubuh). Protein juga merupakan komponen utama dalam berbagai makanan
alami, yang menentukan tekstur keseluruhan, misalnya keempukan produk
daging atau ikan, dan sebagainya. Protein terisolasi sering digunakan dalam
makanan sebagai unsur kandungan (ingredient) karena sifat atau fungsi
uniknya, antara lain kemampuannya menghasilkan penampilanm tekstur atau
stabilitas yang diinginkan. Misalnya, protein digunakan sebagai agen
pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi (emulsifier), pembentuk busa
(foaming agent) dan pengental (thickener). Beberapa protein makanan
merupakan enzim yang mampi meningkatkan laju reaksi biokimia tertentu,
baik yang menguntungkan maupun yang merugikan merusak. Di dalam
analisis makanan, mengetahui kadar total, jenis, struktur molekul dan sifat
fungsional dari protein sangat penting (Girindra 1993).
Protein juga merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh.
Protein berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber
energi, penyangga racun, pengatur pH, dan sebagai pembawa sifat turunan
dari generasi ke generasi. Protein tersusun atas atom C, H, O, dan N serta
unsur lainnya yaitu P dan S yang membentuk unit-unit asam amino (Girindra
1993). Protein-protein tersebut merupakan hasil ekspresi dari informasi
genetik masing-masing suatu organisme tak terkecuali pada bakteri
(Campbell et al., 2009; Lehninger et al., 2004). Protein dan gen memiliki
hubungan yang sangat dekat dimana kode genetik berupa DNA dienkripsi
dalam bentuk kromosom yang selanjutnya kode genetik tersebut
ditranslasikan menjadi protein melalui serangkain mekanisme yang
melibatkan RNA dan ribosom (Vo-Dinh, 2005).
Protein tersusun dari peptida-peptida sehingga membentuk suatu
polimer yang disebut polipeptida. Setiap monomernya tersusun atas suatu
asam amino. Asam amino adalah molekul organik yang memiliki gugus
karboksil dan gugus amino yang mana pada bagian pusat asam amino
terdapat suatu atom karbon asimetrik (Gambar 1). Pada keempat
pasangannya yang berbeda itu adalah gugus amino, gugus karboksil, atom
hidrogen, dan berbagai gugus yang disimbolkan dengan huruf R. Gugus R
disebut juga sebagai Rantai samping yang berbeda dengan gugus amino.
(Campbell et al., 2009).
Gambar 1. Struktur umum asam amino (Lehninger et al., 2004).
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai
macam struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein
disusun oleh asam amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu
protein akan terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang
dihubungkan oleh ikatan sulfida. Selanjutnya protein bisa mengalami
pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang bermacam-macam. Adapun
struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier,
dan struktur kuartener (Gambar 2) (Berg et al., 2006).
Gambar 2. Level dari struktur protein (Berg et al., 2006).
Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-
urutan asam amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan
huruf dalam sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai (Gambar 4).
Struktur primer terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus
α–karboksil (Gambar 3). Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau
ikatan amida. Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam amino dari
suatu polipeptida (Berg et al., 2006).
Gambar 4. Struktur primer dari protein (Campbell et al., 2009).
Struktur sekunder merupakan kombinasi antara struktur primer yang
linear distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus =CO dan =NH di
sepanjang tulang belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur sekunder
adalah α-heliks dan β-pleated (Gambar 5 dan 6). Struktur ini memiliki
segmen-segmen dalam polipeptida yang terlilit atau terlipat secara berulang.
(Campbell et al., 2009).
Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih
di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan
dari ikatan antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino (Gambar
10). Struktur ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada
hubungan spasial antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat
macam ikatan, yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan
hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein.
Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam
protein globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino
yang bersifat hodrofilik secara umum akan berada di sisi permukaan luar
yang berikatan dengan air di sekelilingnya (Lehninger et al, 2004).
Gambar 10. Bentuk struktur tersier dari protein denitrificans cytochrome C550 pada bakteri Paracoccus
denitrificans (Berg et al, 2006).
Struktur kuarterner adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau
promoter protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-
unit protein dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks
yang fungsional. ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan
nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik. Protein
dengan struktur kuarterner sering disebut juga dengan protein multimerik.
Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut dengan protein dimerik
dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan protein tetramerik
(Gambar 11) (Lehninger et al, 2004
Gambar 11. Beberapa contoh bentuk struktur kuartener.
B i o s i n t e s i s p r o t e i n m e r u p a k a n p o l i m e r y a n g
b e r f u n g s i s e b a g a i penyusun protoplasma dan struktur tubuh lainnya.
Protein dapat berupa enzim atau hormon, antara lain sebagai penyusun
pigmen pada tumbuhan. Penyusun hemoglobin dalam darah manusia dan
hewan. Serta penyusunan serum dalam plasma. Jenis dan rangkain yang
menyusun protein berbeda antara protein yang satu dengan protein yang
lainnya. Mekanisme sisntesis protein terjadi melalui dua tahap utama
yaitu transkripsi dan translasi. Sintesis protein merupakan proses
yang sangat kompleks. Informasi genetik yang dikode pada susunan basa
DNA diterjemah kedalam 20 macam asam amino (Campbell et al., 2009).
Transkrip adalah percetakan mRNA oleh DNA. Sedangkan
translasi adalah penerjemahan kode oleh tRNA berupa urutan yang dikehendaki.
Proses transkripsi terjadi selama proses inisiasi, elogasi, dan terminasi.
Enzim yang berperan dalam ternskrip adalah RNA pol imerase.
Ada lima tahapan sintesis protein dan masing –masing memerlukan jumlah komponen
(Campbell et al., 2009).
Biosintesis protein yang terjadi dalam sel merupakan reaksi kimia yang
kompleks dan mel ibatkan beberapa senyawa penting, terutama
DNA dan R N A . m o l e k u l D N A m e r u p a k a n r a n t a i
p o l i n u k l e u t i d a y a n g m e m p u n y a i beberapa jenis basa purin dan
piramidin, dan berbentuk heliks ganda. D e n g a n d e m i k i a n a k a n
t e r j a d i h e l i k s g a n d a y a n g b a r u d a n p r o s e s terbentunya
molekul DNA baru ini disebut replikasi, urutan basa purin
dan piramidin pada molekul DNA menentukan urutan asam amino
dalam pembentukan protein. Peran dari DNA itu sendri sebagai pembawa
informasi genetik atau sifat-sifat keturunan pada seseorang. Dua
tahap pembentukan protein (Campbell et al., 2009).:
1 . T a h a p p e r t a m a d i s e b u t t r a n s k r i p s i ,
y a i t u p e m b e n t u k a n m o l e k u l R N A sesuai
pesan yang diberikan oleh DNA.
2. T a h a p k e d u a d i s e b u t t r a n s l a s i , y a i t u
m o l e k u l R N A m e n e r j e m a h k a n informasi genetika
kedalam proses pembentukan protein.
Biosintesis protein terjadi dalam ribosom, yaitu suatu
partikel yang t e r d a p a t d a l a m s i t o p l a s m a r R N A b e r s a m a
d e n g a n p r o t e i n m e r u p a k a n komponen yang membentuk ribosom
dalam sel, peranannya dalam dalam sintesis protein yang berlangsung dalam
ribosom belum diketahui. mRNA diproduksi dalam inti sel dan
merupakan RNA yang paling s e d i k i t j u m l a h n y a . K o d e
g e n e t i k a y a n g b e r u p a u r u t a n b a s a p a d a r a n t a i nukleutida
dalam molekul DNA. Tiap tiga buah basa yang berurutan disebut
kodon, sebagai contoh AUG adalah kodon yang terbentuk dalam dari kombinasi adenin-
urasil-guanin, GUG adalah kodon yang terbentuk dari kombinasi
guanin-urasil-guanin. Kodon yang menunjuk asam amino yang sama disebut
sinonim, misalnya CAU dan CAC adalah sinonim untuk histidin. Perbedaan
antara sinonim tersebut pada umumnya adalah basa pada
kedudukan ketiga misalnya GUU,GUA,GUC,GUG (Campbell et al., 2009).
Bagian molekut tRNA yang penting dalam biosintesis
protein ialah lengan asam amino yang mempunyai fungsi
mengikat molekul asam amino t e r t e n t u d a l a m l i p a t a n a n t i
k o d o n . L i p a t a n a n t i k o d o n m e m p u n y a i f u n g s i menemukan
kodon yang menjadi pasangannya dalam mRNA yang tedapat
d a l a m r i b o s o m . P a d a p r o s e s b i o s i n t e s i s p r o t e i n , t i a p
m o l e k u l . t R N A membawa satu molekul asam amino masuk kedalam
ribosom. Pembentukkan ikatan asam amino dengan tRna ini berlangsung
dengan bantuan enzim amino asli tRNA sintetase dan ATP melalui dua tahap reaksi
(Campbell et al., 2009) :
1 . A s a m a m i n o d e n g a n e n z i m d a n
A M P m e m b e n t u k k o m p l e k s aminosil-AMP-
enzim.
2 . Reaksi antara kompleks aminoasil-AMP-enzim dengan tRNA.
Proses biosintesis akan berhenti apabila pada m RNA terdapat
kodon UAA,UAG,UGA. Karena dalam sel normal tidak terdapat
tRNA yangmempunyai antikodon komplementer.
2. METODOLOGI
Alat-alat yang digunakan untuk analisis protein antara lain yaitu
tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas ukur 50 ml/100 ml, pipet ukur 10
ml pakai pengisap, gelas piala 50 ml, spatel, timbangan analitik, sikat tabung
reaksi, batang pengaduk kaca, corong 0,5 cm, rak tabung reaksi, gelas ukur
25 ml, pipet ukur 5 ml pakai pengisap, penangas air, lumping, spatula, botol
semprot, dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis protein antara lain yaitu
Hg-Nitrat (Hg2(NO3)2), Asam Nitrat (HNO3), Fenol (C6H5-OH), Urea
(CO(NH2)2), Amonium Sulfat (NH4)2SO4), Hg-Khlorida (Hg2Cl2), Asam
klorida (HCl), Asam Pikrat, Hg-Nitrit (Hg2(NO2)2), Natrium Hidroksida
(NaOH), Kupri Sulfat (CuSO4), Kertas Lakmus, Pb. Asetat (CH3COO)2Pb),
Perak Nitrat (AgNO3), Buffer Asetat, dan Asam trikhor asetat
Prosuder dari tes Biuret yaitu masukkan 3 ml larutan protein
(konsentrasi 2 ) ke dalam tabung reaksi. Lalu tambahkan 1 ml NaOH 40%.
Kemudian tambahkan setetes demi setetes larutan 0,5 % CuSO4 sehingga
terjadi warna merah muda atau ungu. Selanjutnya pada tabung reaksi yang
lain, panaskan sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil hingga
cair dan mendidih (hati-hati jangan sampai menjadi arang). Tambahkan 1 ml
NaOH 40%. Lalu tambahkan setetes demi setetes larutan 0,5 % CuSO4
amati apa yang terjadi.
Prosuder kerja dari uji Millon yaitu masukkan 2 ml larutan protein
(konsentrasi 2 %) kedalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi
merkurisulfat (1 % HgSo4) dilarutkan dalam 10% asam sulfat). Lalu
panaskan campuran ini, mungkin terbentuk endapan kuning. Dinginkan
tabung dengan air mengalir. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan NaNO2
1%. Panaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah.
Prosuder kerja dari uji Xantoprotein yaitu masukkan 3 ml larutan
protein (konsentrasi 2 %) ke dalam tabung reaksi. Lalu tambahkan 1 ml
HNO3 pekat. Kemudian panaskan campuran sampai larutan menjadi kuning
tua hati-hati jangan sampai terhirup uap /asap saat proses
pemanasan. Dinginkan tabung dengan kran air mengalir. Kemudian
tambahkan amonia hingga warnanya berubah menjadi jingga, atau
tambahkan setetes demi setetes larutan NaOH pekat sampai larutan dalam
tabung menjadi basa (uji dengan lakmus merah) dan amati perubahan warna
yang terjadi. Catatan : beberapa senyawa benzena juga memeberi reaksi
yang positiif. Lakukan uji xanthoprotein ini dengan larutan fenol 2 %.
Prosedur kerja dari uji Ninhidrin yaitu atau pH larutan protein sampai
0,5 % sampai pH 7. Ambil 1 ml larutan protein tersebut (dalam tabung
reaksi), tambahkan 10 tetes larutan nihidrin 0,2 %. Kemudian panaskan pada
suhu 100 selama 10 menit. Selanjutnya amati perubahan yang terjadi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein merupakan konstituen penting
dalam makanan, dimana protein merupakn sumber energi sekaligus
mengandung asam-asam amino esensial seperti lysine, tryptophan,
methionine, leucine, isoleucine dan valine (esensial berarti penting bagi
tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh). Protein juga merupakan
komponen utama dalam berbagai makanan alami, yang menentukan tekstur
keseluruhan, misalnya keempukan produk daging atau ikan, dan sebagainya.
Protein terisolasi sering digunakan dalam makanan sebagai unsur
kandungan (ingredient) karena sifat atau fungsi uniknya, antara lain
kemampuannya menghasilkan penampilanm tekstur atau stabilitas yang
diinginkan. Misalnya, protein digunakan sebagai agen pembentuk gel (gelling
agent), pengemulsi (emulsifier), pembentuk busa (foaming agent) dan
pengental (thickener). Di dalam analisis makanan, mengetahui kadar total,
jenis, struktur molekul dan sifat fungsional dari protein sangat penting. Oleh
karena itu berkembang berbagai metode analisis protein. Analisa protein
dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Analisa kualitatif: Test Biuret, Test
Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin; dan 2) Analisa
kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol, Turbidimetri
atau kekeruhan, Metode Kjeldahl.
Berikut adalah reaksi dari uji Biuret :
Larutan Protein + NaOH + CuSO4 lembayung
Berlaku untuk senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan
peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai untuk penentuan protein
secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu
cara untuk mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret
memberikan warna violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks
Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana
basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein mempunyai daya
untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat garam-garam
anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan
protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan pengendapan.
Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton
atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan
distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga
menghasilkan protein yang dipol.
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro
dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein maka akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi ini positif untuk fenol
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksil yang
berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara langsung akan
menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang terbentuk
berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan protein yang
akan dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu harus
dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari pereaksi
akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi dengan asam
nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor dapat merusak kompleks
berwarna.
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam
larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan putih yang dapat
berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi ialah nitrasi
pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif
untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam nitrat
berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau mengidentifikasi
adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat menunjukan adanya
senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene seperti fenilalanin,
tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah larutan yang diduga
mengandung senyawa protein ditambahkan larutan asam nitrat pekat
sehingga terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut
mengandung protein maka endapan putih tersebut apabila dipanaskan akan
berubah menjadi warna kuning.
Uji Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam
amino maka akan terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat
ditentukan secara kuntitatif dengan jalan menggunakan intensitas warna
yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Pada
reaksi ini dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan
secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan.
Prolin dan hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda
warnanya dengan asam amino lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk
mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia yang
dilepaskan pada oksidasi asam amino. Hasil uji positif pada uji ninhidrin
diberikan pada asam amino yang mengandung asam α-amino dan peptida
yang memiliki gugus α-amino yang bebas.
Akhir-akhir ini, teknik instrumen otomastis telah berkembang dengan
kemampuan penentuan kadar protein dalam sampel dengan cepat. Teknik ini
berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Dumas lebih dari 1,5 abad
yang lalu, dan mulai berkompetisi dengan metode Kjeldahl sebagai metode
standart penentuan kadar protein karena lebih cepat.
Sampel dengan massa tertentu dipanaskan dalam tangas pada suhu
tinggi (sekitar 900 oC) dengan adanya oksigen. Cara ini akan melepaskan
CO2, H2O dan N2. Gas CO2 dan H2O dipisahkan dengan melewatkan gas
pada kolom khusus untuk menyerapnya. Kandungan nitrogen kemudian
dihitung dengan melewatkan sisa gas melalui kolom dengan detector
konduktivitas termal pada ujungnya. Kolom ini akan membantu memisahkan
nitrogen dari sisa CO2 dan H2O. Alat dikalibrasi dengan senyawa analis
yang murni dan telah diketahui jumlah nitrogennya, seperti EDTA (= 9,59
%N). Dengan demikian sinyal dari detektor dapat dikonversi menjadi kadar
nitrogen. Dengan metode Kjeldahl diperlukan konversi nitrogen dalam
sampel menjadi kadar protein, tergantung susunan asam amino protein.
Sejumlah metode telah ditemukan untuk pengukuran kadar protein
berdasarkan spektroskopi UV-visible. Metode ini berdasarkan kemampuan
protein menyerap (atau membaurkan) cahaya di daerah UV-visible. Atau
secara kimiawi atau fisik memodifikasi protein untuk membuatnya menyerap
(atau membaurkan) cahaya di daerah UV-visible. Prinsip dasar di balik
masing-masing uji ini serupa.
Pertama-tama, semua serapan kurva kalibrasi (atau turbiditas) vs
kadar protein disiapkan menggunakan satu seri larutan protein yang sudah
diketahui kadarnya. Serapan (atau turbiditas) larutan yang dianalisis
kemudan diukur pada panjang gelombang yang sama, dan kadar protein
ditentukan dari kurva kalibrasi. Perbedaan utama pengujian ini adalah gugus
fungsi yang berperan untuk absorbsi atau pembiasan radiasi
elektromagnetik, misalnya ikatan peptida, rantai samping aromatis, gugus inti
dan agregat protein.
Molekul protein yang umumnya larut dapat dibuat mengendap
dengan penambahan senyawa kimia tertentu, seperti asam trikloroasetat.
Pengendapan protein menyebabkan larutan menjadi keruh, sehingga
konsentrasi protein dapat ditentukan dengan mengukur derajat kekeruhan
(turbiditas).
Metode Kjeldahl dikembangkan pada tahun 1883 oleh pembuat bir
bernama Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga
melepaskan nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya dengan teknik titrasi
yang sesuai. Jumlah protein yang ada kemudian dihitung dari kadar nitrogen
dalam sampel.
Prinsip dasar yang sama masih digunakan hingga sekarang,
walaupun dengan modifikasi untuk mempercepat proses dan mencapai
pengukuran yang lebih akurat. Metode ini masih merupakan metode standart
untuk penentuan kadar protein. Karena metode Kjeldahl tidak menghitung
kadar protein secara langsung, diperlukan faktor konversi (F) untuk
menghitung kadar protein total dan kadar nitrogen.
Faktor konversi 6,25 (setara dengan 0,16 g nitrogen per gram protein)
digunakan untuk banyak jenis makanan, namun angka ini hanya nilai rata-
rata, tiap protein mempunyai factor konversi yang berbeda tergantung
komposisi asam aminonya. Metode Kjeldahl terdiri dari tiga langkah : digesti,
netralisasi dan titrasi.
a. Digestion
Sampel makanan yang akan dianalisis ditimbang dalam labu
digesti dan didigesti dengan pemanasan dengan penambahan
asam sulfat (sebagai oksidator yang dapat mendigesti
makanan), natrium sulfat anhidrat (untuk mempercepat
tercapainya titik didih) dan katalis sepert tembaga (Cu),
selenium, titanium, atau merkurium (untuk mempercepat
reaksi).
Digesti mengubah nitrogen dalam makanan (selain yang
dalam bentuk nitrat atau nitrit) menjadi amonia, sedangkan
unsur oganik lain menjadi CO2 dan H2O. Gas amonia tidak
dilepaskan ke dalam larutan asam karena berada dalam
bentuk ion amonium (NH4 +) yang terikat dengan ion sulfat
(SO4 2-) sehingga yang berada dalam larutan adalah :
N(makanan) (NH4)2SO4 (1)
b. Netralisasi
Setelah proses digesti sempurna, labu digesti dihubungkan
dengan labu penerima (receiving flask) melalui sebuah
tabung. Larutan dalam labu digesti dibasakan dengan
penambahan NaOH, yang mengubah amonium sulfat menjadi
gas amonia :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH 2 NH3 + 2 H2O + Na2SO4 (2)
Gas amonia yang terbentuk dilepaskan dari larutan dan
berpindah keluar dari labu digesti masuk ke labu penerima,
yang berisi asam borat berlebih. Rendahnya pH larutan di labu
penerima mengubah gas amonia menjadi ion amonium serta
mengubah asam borat menjadi ion borat:
NH3 + H3BO3 NH4+ + H2BO3- (3)
c. Titrasi
Kandungan nitrogen diestimasi dengan titrasi ion amonium
borat yang terbentuk dengan asam sulfat atau asam
hidroklorida standar, menggunakan indikator yang sesuai
untuk menentukan titik akhir titrasi.
H2BO3- + H+ H3BO3 (4)
Kadar ion hidrogen (dalam mol) yang dibutuhkan untuk
mencapai titik akhir titrasi setara dengan kadar nitrogen dalam
sampel makanan (persamaan 3).
Keuntungan dari metode Kjeldahl yaitu metode Kjeldahl digunakan
secara luas di seluruh dunia dan masih merupakan metode standar
dibanding metode lain. Serta sifatnya yang universal, presisi tinggi dan
reprodusibilitas baik membuat metode ini banyak digunakan untuk penetapan
kadar protein. Sedangkan kerugiannya yaitu metode ini tidak memberikan
pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam
makanan bersumber dari protein. Kedua, protein yang berbeda memerlukan
faktor koreksi yang berbeda karena susunan residu asam amino yang
berbeda. Ketiga, penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya,
demikian juga beberapa katalis. Serta teknik ini membutuhkan waktu lama.
Keuntungan dari metode Dumas termodifikasi yaitu jauh lebih cepat
dari pada metode Kjeldahl (di bawah 4 menit per pengukuran, dibandingkan
dengan 1-2 jam pada Kjeldahl). Metode ini juga tidak menggunakan senyawa
kimia atau katalis toksik. Banyak sampel dapat diukur secara otomatis serta
mudah digunakan. Sedangkan kerugiannya yaitu mahal, tidak memberikan
ukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam makanan
berasal dari protein, protein yang berbeda membutuhkan faktor koreksi yang
berbeda karena susunan asam amino yang berbeda. Serta ukuran sampel
yang kecil menyulitkan mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan teknik UV-visible merupakan teknik yang cepat dan
sederhana, serta sensitif terhadap protein dengan konsentrasi rendah.
Sedangkan kerugiannya yaitu Sebagian besar teknik UV-visible memerlukan
larutan yang encer dan jernih, serta tidak mengandung senyawa kontaminan
yang dapat mengabsorpsi atau memantulkan cahaya pada panjang
gelombang di mana protein akan dianalisis. Karena diperlukan larutan jernih,
maka makanan harus mengalami sejumlah tahap preparasi sampel sebelum
dianalisis, seperti homogenisasi, ekstraksi pelarut, sentrifugasi, filtrasi, dsb.
yang dapat menyita waktu dan tenaga. Selain itu, kadang-kadang sulit untuk
secara kuantitatif mengekstraksi protein dari jenis makanan tertentu,
terutama bila makanan tersebut telah mengalami proses dimana protein
menjadi agregat atau terikat secara kovalen dengan senyawa lain.
Kelemahan lain adalah, serapan tergantung pada jenis protein (karena
protein yang berbeda mempunyai sekuens/urutan asam amino yang berbeda
pula).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. “Protein”. http://id.wikipedia.org/wiki/Protein. Diakses pada
tanggal 07 Juni 2013.
Berg, A. 2006. Protein. Jakarta: CV Rajawali.
Campbell., dkk. 2009. Biology. San Fransisco : Pearson.
Girindra, A. 1993. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Lehninger, A. L., Nelson, D. L., Cox, M. M. 2004. Principles of Biochemistry.
New York : Worth Pr.
Vo-Dinh. 2005. Methods in Molecular Biology, Protein Nanotechnology,
Protocols, Instrumentation and Applications. Totowa : Humana Press Inc.