fisiologi proses menelan

7
FISIOLOGI PROSES MENELAN Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Seetiap unsur yang berperan dalam proses menelan harus bekerja secara integrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu: 1 1. ukuran bolus makanan 2. diameter lumen esofagus yang dilalui bolus 3. kontraksi peristaltik esofagus 4. fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah 5. kerja otot-otot rongga mulut dan lidah. Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuro-muskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula, persarafan intrinsik otot-otot esofagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan lancar. 1 Dalam proses menelan akan terjadi hal seperti berikut: 1 1. pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik 2. upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini ke dalam fase- fase menelan 3. mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring saat respirasi 4. mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring 5. kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung

Upload: anonymous-a2nxiq5

Post on 18-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Fisiologi Menelan

TRANSCRIPT

FISIOLOGI PROSES MENELAN

Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Seetiap unsur yang berperan dalam proses menelan harus bekerja secara integrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu:11. ukuran bolus makanan2. diameter lumen esofagus yang dilalui bolus3. kontraksi peristaltik esofagus4. fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah5. kerja otot-otot rongga mulut dan lidah.Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuro-muskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula, persarafan intrinsik otot-otot esofagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan lancar.1Dalam proses menelan akan terjadi hal seperti berikut:11. pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik2. upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini ke dalam fase-fase menelan3. mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring saat respirasi4. mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring5. kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung6. usaha untuk membersihkan kembali ke esofagus.Proses pencernaan diawali dengan dikunyah (mastikasi) makanan dan dicampur dengan sekresi saliva. Mastikasi adalah proses pemecahan makanan secara mekanik yang sistematik di mulut. Jumlah mastikasi yang diperlukan untuk menelan makanan bergantung pada jenis makanan yang diingesti. Mastikasi melibatkan aktivitas terkoordinasi dari gigi, otot-otot rahang, sendi temporomandibula, lidah, serta struktur-struktur lain seperti bibir, palatum, dan kelenjar saliva.3Selama mastikasi, tiga pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual menyekresi saliva. Fungsi utama saliva adalah melembabkan dan melubrikasi mulut pada saat beristirahat, tetapi terutama selama makan dan berbicara, untuk melarutkan molekul-molekul makanan sehingga bereaksi dengan reseptor gustatorik dan menghasilkan sensasi rasa, mempermudah menelan, dan memulai bagian awal dari pencernaan, serta melindungi rongga oral dengan melapisi gigi dengan protein kaya prolin atau pelikel yang dapat berfungsi sebagai sawar pelindung permukaan gigi. Saliva juga mengandung imunoglobulin yang berperan sebagai pelindung untuk mencegah infeksi bakteri.3Gambar 1. Anatomi kelenjar liur4

Saliva bersifat hipotonik dan mengandung campuran zat anorganik maupun organik. Komposisi saliva dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi saliva3Kelenjar parotis (asinus serosa)Saliva berprotein yang encer, kaya elektrolit dan enzim (amilase) tetapi sedikit mukus.

Kelenjar sublingual (asinus musinosa)Saliva mukus kental kaya musin, antibodi dan antigen, protein, dan karbohidrat.

Kelenjar submandibula (campuran asinus serosa dan musinosa)Mengandung elektrolit, enzim, dan sel penyekresi mukus.

Kelenjar saliva minor (sebagian besar asinus musinosa)

Kontrol sekresi saliva bergantung pada respon refleks, melalui stimulasi reseptor gustatorik (pengecapan) dan mekanoreseptor periodontal dan mukosa selama mastikasi. 3Gambar 2. Sekresi saliva5

Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase: fase oral, fase faringeal, dan fase esofageal.1-3,61. Fase oral1Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsik lidah.Kontraksi m.levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m.levator veli palatini. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglossus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.Gambar 3. Ujung lidah terangkat ke bagian anterior palatum durum, bolus makanan terdorong ke posterior, palatum mole terdorong ke atas dan posterior 1,7

2. Fase faringealFase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Fase ini merupakan respon refleks yang diinisiasi oleh stimulasi mekanoreseptor dengan aferen nervus glosofarigeal (IX) dan nervus vagus (X) ke medula dan pons (batang otak); di batang otak, terdapat kelompok neuron (pusat menelan) yang mengkoordinasikan urutan kejadian kompleks yang akhirnya menghantarkan bolus ke esofagus. 1,3Fase ini dapat dibagi dalam 3 tahap:2a. Tahap pertama dimulai segera setelah timbul refleks menelan berupa:1) Kontraksi pilar2) Elevasi palatum mole3) Kontraksi otot konstriktor faring superior yang menimbulkan penonjolan pada dinding faring atasFungsi dari tahap pertama adalah untuk membantu bolus masuk ke faring dan mencegah masuknya bolus ke nasofaring atau kembali ke mulut.Gambar 4. Ujung lidah makin luas menekan palatum durum, lidah mendorong bolus makanan ke posterior, palatum mole terangkat ke atas dan menutup nasofaring 1,8

b. Fase kedua, terjadi proses fisiologis berupa:1) Kontraksi otot faring dengan peregangan ke atas2) Penarikan pangkal lidah ke arah depan untuk mempermudah pasase bolus3) Elevasi laring karena kontraksi otot hioid tepat di bawah penonjolan pangkal lidah.4) Adduksi pita suara asli dan palsu.5) Penutupan epiglotis ke arah pita suara.Fungsi dari tahap kedua adalah menarik bolus ke arah faring sehingga dapat menyebar masuk ke valekula yang terletak di atas garis epiglotis sebelum didorong oleh gerakan peristaltik. Proteksi jalan nafas terutama terjadi pada 3 tempat yang berbeda:1) Pintu masuk laring (aryepiglottic folds)2) Pita suara palsu dan pita suara asli3) Penutupan epiglotis.Bolus akan melewati san mengelilingi epiglotis, turun dan masuk ke sfingter krikofaring dilanjutkan dengan pergerakan os hioid dan elevasi laring ke arah atas dari lekukan tiroid.Gambar 5. Bolus makanan sampai ke valekula, os hioid dan laring terangkat ke atas dan ke depan, ujung epiglotis terdorong ke belakang dan ke bawah 1,8

Gambar 6. Epiglotis tertekan ke bawah dan melindungi aditus laring dari masuknya bolus makanan ke laring 1,8

c. Fase ketiga, bolus akan terdorong melewati sfingter krikofaring dalam keadaan relaksasi dan masuk ke esofagus. Proses fisiologis yang terjadi berupa:1) Peristaltik faring2) Relaksasi sfingter krikofaringPeristaltik faring terjadi oleh karena relaksasi otot dinding faring yang terletak di depan bolus, dilanjutkan dengan kontraksi otot di belakang bolus, yang akan mendorong bolus dengan gerakan seperti gelombang. Sfingter krikofaring selalu dalam keadaan kontraksi untuk mencegah masuknya udara ke dalam lambung.Bila makanan telah melewati sfingter krikofaring, fase esofageal dimulai dan otot faring, velum, laring, dan hioid akan relaksasi, saluran nafas terbuka dan dilanjutkan dengan proses pernafasan.

Gambar 7. Palatum mole turun ke bawah mendekati pangkal lidah, nasofaring tertutup, rongga mulut tertutup akibat kontraksi muskulus konstriktor faring superior, relaksasi muskulus krikofaring 1,8

Gambar 8. Vestibulum laring tertutup akibat kontraksi plika ariepiglotik dan plika ventrikularis 1,7

3. Fase esofagealFase esofageal adalah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi relaksasi m.krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esofagus pada waktu istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari.1Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus. Dalam keadaan istrirahat sfingter esofagus bagian bawah selalu tertutup dengan tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung, sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.1