fiqih
DESCRIPTION
makalah ini berisi tentang hukum-hukum fiqih seperti Thaharah, wudlu, tayammum dan istinja.TRANSCRIPT
FIQIH
A. Pengertian Thoharoh
Kata Thaharah berasal dari bahasa arab At Thoharoh
yang artinya menurut bahasa sama dengan An-Nadhofah
yang berarti bersih, suci, dan terbebas dari kotoran, baik
bersifat hissi ( konkrit atau dapat di indra ) maupun
ma’nawi ( abstrak)1[4]
Sedangkan Thoharoh secara Terminologis ( syara’ )
adalah suatu kegiatan bersuci dari hadast dan najis
sehingga seseorang diperboehkan untuk mengerjakan
sesuatu ibadah untuk dituntut harus dalam keadaan suci
seperti Sholat dan Thowaf.
Dari pengertian diatas, thoharoh secara syariat Islam
terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Thoharoh dari hadast
dan thoharoh dari najis
1. Thoharoh dari hadast ada tiga bagian, yaitu : wudlu,
mandi, dan tayamum. Alat yang digunakan untuk bersuci
adalah air untuk wudlu dan mandi, dan tanah (debu)
untuk tayamum.
Air2[5] dan tanah sebagai alat bersuci harus memenuhi
persyaratan , yaitu suci mensucikan. Selain air dan tanah
ada juga alat bersuci lainnya yaitu dabigh ( penyamak
1
2
kulit ) yang digunakan untuk membersihkan kulit bangkai ,
dan takhallul ( pembuat cuka ) untuk mensucikan khomr.
2. Thoharoh dari najis dan kotoran yaitu dengan membasuh
dan membersihkan najis dan kotoran dengan air dan alat
thoharoh lainnya.
B. Macam macam pembagian air
Ditinjau dari segi hukumnya air dibagi menjadi empat
macam
1. Air suci mensucikan dan tidak dimakruhkan ( Air
muthlaq).3[6]
Al Jurjani di dalam Al-Ta’rifatnya 195” menandaskan air
muthlaq adalah air yang masih dalam asal kejadiannya,
tidak terkena najis dan tdak pula tercampuri barang
barang suci yang lain secara berlebihan. Yang termasuk
jenis air muthlaq ini yaitu air hujan,air laut dan air yang
lainnya yang sudah di paparkan dihalaman sebelumnya.
وأنزل]7[4مـــن السمــــإ مـــأ طهورا
Artinya : dan kami turunkan dari langit air yang amat
bersih.
2. Air yang suci mensucikan, tetapi makruh digunakan
( air musyammas )
3
4
Yang dimaksud air musyammas yaitu air yang terkena
panas terik matahari yang mana air tersebut didalam
tempat logam yang terbuat dari seng atau besi, tembaga,
baja, auminium yang masing masing benda logam itu
barkarat. Air musyammas adalah air yang suci mensucikan
akan tetapi makruh dipakai karena dikhawatirkan akan
menimbulkan pencemaran ataupun penyakit.
Adapun air yang ditempat logam yang tidak berkarat
dan terkena terik matahari tidak termasuk air
musyammas, demikian juga air yang ditempatkan tidak
pada logam dan dipanaskan diterik matahari tidak
termasuk air musyammas, atau air yang dipanaskan bukan
pada terik matahari.5[8] juga bukan air musyammas.
3. Thohir ghoiru muthohir ( air musta’mal )
Yang dimaksu air thohir ghoiru muthohir adalah bahwa
air ini hukumnya suci tetapi tidak dapat mensucikan
Ada tiga macam jenis air ini, yaitu :
a. Air suci yang dicampur dengan benda suci ainnya
sehingga air itu berubah salah satu sifatnya (warnanya,
rasanya, baunya) contoh : air kopi, air teh, dll.
b. Air suci yang kurang dari dua qullah6[9] yang sudah
digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah sifatnya,
5
6
atau air yang cukup dua qullah yang sudah dipergunakan
untuk bersuci dan teah berubah sifatnya.
c. Air buah buahan atau air yang ada didalam pohon,
misalnya : pohon bambu, dll.
4. Air mutanajis atau air yang bernajis
Yang dimaksud dari air ini yaitu air yang tadinya suci
kurang dari dua qullah tetapi terkena najis dan telah
berubah salah satu sifatnya (misalnya warnanya, baunya,
rasanya). Air seperti ini hukumnya najis, tidak boleh
diminum, tidak sah dipergunakan untuk wadlu, mandi atau
menuci benda yang terkena najis.
Rosululloh bersabda :
Yang artinya : “Air itu tidak dinajisi sesuatu, kecuai telah
berubah rasanya, warnanya atau baunya”. 7[10]
Sebaliknya apabila air itu banyak (dua qullah atau lebih)
walaupun terkena najis tetapi tidak berubah salah satu
sifatnya, maka air itu hukumnya tetap suci mensucikan, air
tersebut boleh diminum, sah dipergunakan untuk bersuci
baik untuk menghilangkan hadast atau najis. Rasulullah
bersabda :
Yang artinya : “Apabila air itu cukup dua qullah tidak
dinajisi oleh suatu apapun”.8[11]
7
8
C. Macam macam Najis dan Cara Mensucikannya
Najis yang bisa mencegah sahnya sholat ada
kemungkinan melekat pada badan, pada pakaian atau
tempat yang dipergunakan untuk sholat.
Najis najis tersebut terbagi menjadi 3 (tiga) macam :9[12]
1. Najis mukhaffafah yang artinya najis yang ringan
2. Najis mutawasithah yang artinya najis sedang
3. Najis mugholadhah yang artinya najis berat
a. Najis mukhaffafah
Yang termasuk najis mukhoffafah ialah air kencing anak
laki laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan
maupun minum sesuatu keculi air susu ibu (ASI)
Cara mensucikan najis mukhafafah
Adalah dengan memercikkan air pada benda yang
terkena najis mukhofafah itu. Yang dimaksu dengan
memercikkan air iaah cukup dengan percikan air yang
tidak dituntut percikan itu sampai menimbulkan air itu
mengali, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Dibasuh dari kencing perempuan dan dipercikkan dari air
kencing anak laki laki” (HR. Abu dawud dan An-Nasa’i)
b. Najis mutawasithah
Yang termasuk najis mutawasithoh ialah:
9
1) bangkai binatang darat yang berdarah sewaktu hidupnya
adalah termasuk najis, Alloh SWT berfirman yang artinya:
“diharamkan atas kamu bangkai10[13]
Yang dimaksud dengan bangkai adalah binatang yang
mati karena tidak disembelih, atau disembelih tetapi tidak
menurut aturan syari’at islam. Yang termasuk golongan
bangkai ialah daging yang dipotong dari binatang yang
masih hidup, seperti memotong paha suatu binatang.
Rosulullah SAW. Bersabda yang artinya:
“Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup
termasuk bangkai”.11[14]
2) Darah
Semua macam darah termasuk najis Jika darah itu
sedikit, maka dapat dimaafkan seperti : darah nyamuk
yang melekat pada badan atau pakaian, darah bisul dan
darah karena luka kecil.
3) Nanah
Nanah pada hakikatnya adalah darah yang tidak sehat
dan sudah membusuk
4) Muntah
Muntah termasuk najis tetapi kalau sedikit dapat
dimaafkan
5) Kotoran manusia dan kotoran binatang
10
11
Semua benda baik yang padat maupun yang cair yang
keuar dari qubu dan dubur manusia ataupun binatang
hukumnya najis kecuali Mani. Biarpun air mani tidak
termasuk najis tetapi disunnahkan untuk dibersihkan.
6) Arak (Khamr)
Semua minuman keras yang mamabukkan termasuk
benda najis berdasarkan firman Allah SWT yang artinya:
“Sesungguhnya (meminum) arak, berjudi (berkorban
untuk) berhala dan mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuiatan syaithon.12[15]
Najis mutawasithah dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a) Najis ainiyah
Yaitu najis mutawasithoh yang masih keliahatan
wujudnya dan baunya.
b) Najis hukmiyah
Yaitu adalah najis yang diyakini adanya, tetapi sudah
tidak kelihatan wujudnya, warna dan baunya. Contoh : air
kencing yang sudah kering yang terdapat pada pakaian.
Cara mensucikan najis mutawasithoh ainiyah13[16]
Adalah dengan menghilangkan najis tersebut dan
membasuhnya dengan air sampai hilang warna, rasa dan
baunya.
12
13
Cara mensucikan najis mutawasithaoh
hukmiyah14[17]
adalah cukup dengan menggenangi air mutlaq pada
tempat najis hukmiyah tersebut. Dengan demikian
seseorang tidak perlu membasuh seluruh lantai. Dan
apabila bekas najis yang sudah dicuci sampai berulang
ulang masih juga tidak dapat hilang semua, maka yang
demikian itu dapat dimaafkan dan dianggap suci.
c. Najis mugholadhoh
Yang termasuk najis ini ialah air liur dan kotoran
binatang ajing dan babi.
Cara menyucikan najis mugholadhoh
Ialah dengan menyuci najis ntersebut sebanyak tujuh
kali dengan air dan satu kali dengan debu. Rosululah SAW.
bersabda yang artinya:
“sucinya tempat dan peralatan salah seorang kamu,
apabila dijilat anjing hendaklah dicuci tujuh kali, permulaan
dari tujuh kali harus dengan tanah atau dengan
debu”15[18]
WUDLU
14
15
A. Pengertian Wudlu
Kata wudlu berasal dari bahasa arab yang diadopsi
dari kata “Wadlo ah” yang berarti baik dan bersih. Menurut
syara’ wudlu adalah perbuatan tertentu yang dinilai
dengan niat. Wudlu dapat juga diartikan menyengaja
membasuh anggota badan tertentu yang telah
disyariatkan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang
membutuhkannya, seprti sholat dan thowaf.
Dalil wajibnya wudlu didasarkan pada Al Qur an16[19],
hadist (sunnah) dan ijma’ uama’.
B. Syarat dan fardlu wudlu
Untuk sahnya wudlu harus terpenuhi beberapa
syarat dan fardunya. Para ulama’ telah menyepakati
bahwa syarat sahnya wudlu sebagai berikut :
1. Islam
2. Tamyiz (memasuki usia dewasa)
3. Air mutlaq (suci mensucikan)
16
4. Tidak ada yang menghalangi pada anggota wudlu baik
Hissi17[20] maupun syar’i18[21].
5. Masuk waktu sholat (khusus bagi yang hadastnya
berkepanjangan)
C. Fardlu Wudlu
Fardlu wudlu ada 6, yaitu :
1. Niat
2. Membasuh muka
3. Membasuh tangan
4. Mengusap kepala
5. Membasuh kaki
6. Tertib
D. Sunnah wudlu
Ada beberapa hal yang disunahkan dalam
berwudlu19[22].
1. Membaca Basmallah
17
18
19
2. Membersihkan sela-sela jari kedua tangan
3. Membasuh kedua telapak tangan sampai ke pergelangan
sebanyak 3 kali sebelum berkumur
4. Madmadloh (berkumur)
5. Istinsyaq dan istinsyar (menghisap air kehidung kemudian
membuangnya)
6. Menyela nyela jenggot yang tebal sampai merata dan
bersih
7. Membasahi rambut kepala sampai merata
8. Memasukkan telunjuk tangan ke telinga kanan dan
telunjuk kiri ke telinga kiri dibantu dengan dua buah ibu
jari.
9. Membersihkan sela sela jari kaki kanan dan kiri memakai
tangan kiri sampai bersih
10. Mendahulukan anggota wudlu yang kanan dari yang kiri
11. Membasuh setiap anggota wudlu masing masing tiga kali
12. Memelihara (menjaga) agar percikan wudlu tidak terkena
pada anggota wudlu yang lain
13. Tidak berbicara selama berwudlu kecuai jika sangat
penting
14. Tidak meminta tolong kepada orang lain dalam
melaksanakan wudlu
15. Tidak menyeka / mengelap air wudlu setelah selesai
wudlu
16. Menghadap qiblat ketika berwudlu
17. Menghadap qiblat setelah selesai berwudlu dan membaca
do’a
E. Batalnya wudlu
Ada beberapa hal yang menyebabkan menyebabkan
wudlu seseorang batal20[23], diantaranya :
1. Keluarnya sesuatu dari jalan dua (Qubul dan Dubur)
2. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk dengan mantap
3. Hilang akal karena gila, mabuk, marah, penyakit atau
yang lainnya.
4. Bersentuhan antara kulit laki laki dan perempuan
5. Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak
tangan tanpa alas
20
6. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW yang artinya : “Barang
siapa menyentuh kemaluannya, hendaklah ia berwudlu”.21
[24]
TAYAMUM
A. Pengertian Tayamum
Kata tayamum berasal dari kata bahasa arab
Tayammamu yang artinya menyengaja atau menuju.
Adapun menurut istilah syara’, tayamum adalah mengusap
tanah yang suci pada muka dan kedua tangan sebagai
pengganti wudlu atau mandi dengan beberapa syarat dan
rukun tertentu. Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau salah
seorang diantara kamu datang dari tempat buang air atau
kamu menyentuh perempuan kemudian kamu tidak
mendapatkan air maka bertayammumlah kamu dengan
debu yang suci, maka usaplah nukamu dan tanganmu,
sesungguhnya Alloh maha pemaaf lagi maha
pengampu”22[25]
B. Syarat Tayammum
21
22
Seseorang dibenarkan bertayammum apabila
memenuhi syarat syarat berikut :
1. Sudah masuk waktu sholat Tayammum untuk sholat yang
berwaktu, baik wajib maupun yang sunnah, hanya
dibenarkan setelah masuk waktunya. Alasannya
tayammum itu karena darurat dan tidak ada keadaan
darurat sebelum masuk waktu sholat.
2. Telah berusaha mencari air tapi tidak mendapatkannya
3. Ada udzur sehingga tidak dapat menggunakan air. Udzur
menggunakan air itu terjadi karena musafir, sakit, atau
hajat.
4. Dengan tanah yang murni dan suci. Tayammum hanya
sah dengan menggunakan tanah yang suci dan berdebu
(turob). Bahan bahan lainnya seperti semen, batu,
belerang atau tanah yang bercampur dengannya tidak sah
digunakan untuk bertayammum.
C. Rukun Tayammum
Tayammum terdiri dari empat rukun :
1. Niat Istibahah (niat membolehkan) sholat atau ibadah lain
yang memerlukan thaharah, seperti thawaf dan sujud. Dalil
wajibnya niat ini berlaku seperti pada wudlu23[26].
2. Mengusap wajah, sebagaimana dijelaskan dalam QS. An
Nisa’ ayat 43.
23
3. Mengusap kedua tangan hingga kedua siku
4. Orang yang meaksanakan tayammum harus melepaskan
sesuatu yang menghalangi sampainya usapan pada tangan
tersebut, seperti cincin dan gelang.
5. Tartib (berurutan) yaitu mendahulukan wajah dari tangan
D. Hal hal yang membatalkan tayammum
1. Segala sesuatu yang membatalkan wudlu termasuk
membatalkan tayammum
2. Mendapatkan / melihat air sebelum mengerjakan shalat
bagi orang yang tayammum karena ketiadaan air. Bagi
orang yang menemukan air setelah selesai mengerjakan
shalat, ia tidak wajib mengulangi shalatnya walaupun
waktu sholat masih ada.
ISTINJA’
A. Pengertian Istinja’
Istinja’ menurut bahasa artinya terlepas atau
selamat, dari bahasa arab Al Istija’a. Sedangakan istinja’
menurut istilah syari’at islam adalah bersuci sesudah
buang air besar atau buang air kecil.
B. Cara beristinja’
Beristinja’ ini hukumnya adalah wajib bagi orang
yang baru saja buang air besar maupun buang air kecil,
baik dengan air ataupun dengan benda selain air. Benda
selain air yang dapat digunakan untuk beristinja’ adalah
benda yang keras dan kesat seperti batu, kertas atau daun
daun yang sudah kering.
Cara beristinja’ dapat dilakukan dengan salah satu tiga
cara sebagai berikut :24[27]
1. Membasuh atu membersihkan tempat keluar kotoran air
besar atau air kecil dengan air sampai bersih25[28].
2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air
besar atau air kecil dengan batu, kemudian dibasuh dan
dibersihkan dengan air.
3. Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air
besar atau air kecil dengan batu atau benda benda kesat
lainnya sampai bersih26[29].
C. Syarat beristinja’
Syarat syarat berstinja’ terdiri dari enam macam,
yaitu :
1. Batu atau benda itu keras/ kesat dan harus suci serta
dapat dipakai untuk membersihkan najis.
24
25
26
2. Batu atau benda itu tidak termasuk yang di hormati
misalnya bahan makanan dan batu masjid.
3. Sekurang-kurangya dengan tiga kali usapan dan sampai
bersih.
4. Najis yang di bersihkan belum sampai kering.
5. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya.
6. Najis itu tidak bercampur dengan benda lain, meskipun
benda itu suci dan tidak terpecik oleh air.
DAFTAR PUSTAKA
Al-ustadz Saiful Anwar, “Audlohul Mawahib” jawaban pelbagai kemusykian kitab Fathul Qorib cet 1,Darul Hikmah,Jombang,2008
Drs. Supiana, M.Ag & M. Karman, M.Ag, Materi Pendidikan Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2001
Drs. H. Amir Abyan, MA dkk, Fiqih, PT Karya Toha Putra, Semarang,1997