fiqih ramadhan

44

Upload: imtina-black-ahda

Post on 06-Nov-2015

315 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

BERISI TENTANG FIQIH RAMADHAN BESERTA DALIL DALIL YANG KUAT

TRANSCRIPT

  • Ammi Nur Baits

  • Dari Hudzaifah bin al-Yaman, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Janganlah kalian mendahului masuknya bulan hingga kalian melihat hilal sebelumnya atau menggenapkan hitungan. (HR. Nasai, Abu Daud, Ibnu Hibban dan dishahihkan al-Albani).

  • Allah berfirman, Barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (al-Baqarah: 185)Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Berpuasalah karena jika melihat hilal, dan berlebaran lah jika melihatnya (Bukhari & Muslim)

  • Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Jika hilal tidak kelihatan, genapkanlah bulan syaban menjadi 30 hari. (Bukhari & Muslim)

  • Hadis dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian tertutupi sehingga tidak melihat hilal, faq duruu lah (Bukhari & Muslim)Kata faq duruu lah dipahami: tetapkan dengan prediksi

  • Ada 2 pendapat makna faq duruu lah: Makna kata [ ] adalah [ ..] persempit jumlah hari syaban menjadi 29 hari pendapat masyhur imam Ahmad Maknanya dibawa kepada riwayat lain, yaitu: [ ] genapkan syaban menjadi 30 hari mayoritas ulama. (Taisir Alam Syarh Umdatul Ahkam, 1/315).

  • Pendapat jumhur lebih kuat, karena berdasarkan kaidah ushul fiqh, lafadz mujmal (global) dibawa pada makna mubayyan (yang jelas). (al-Ushul min Ilmi Ushul, hlm. 47)

  • Tidak ada ulama yang memahami kata [ ] dengan hisabAllah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam mengkaitkan awal masuk bulan dengan ruyatul hilal bukan dengan wujudul hilal. Hasil hisab falak hanya bersifat dzan (dugaan) dan tidak qathi (pasti). Karena perhitungan hanya memprediksi.Beribadah atas dasar hisab, beribadah atas dasar dzan (dugaan)

  • Ada 2 Macam:Ibadah Fardi: ibadah yang dilakukan sendiriIbadah jamai: ibadah yang hanya dilakukan secara berjamaah. Diantaranya: ibadah yang dilakukan di bulan tertentu, contoh: puasa ramadhan, hari raya, wukuf arafah, dst.

  • Pelaksanaan ibada jamai ditentukan berdasarkan kesepakatan bersamaNabi shallallahu alaihi wa sallam, Hari berpuasa (tanggal 1 Ramadhan) adalah pada hari dimana kalian semua berpuasa. Hari fitri (tanggal 1 Syawal) adalah pada hari dimana kalian semua melakukan hari raya, dan hari Idul Adha adalah pada hari dimana kalian semua merayakan Idul Adha. (HR. Turmudzi 697, Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya 2181)

  • Setelah menyebutkan hadis ini, At-Turmudzi mengatakan: : Sebagian ulama menjelaskan hadis ini, dimana beliau mengatakan: Makna hadis ini, bahwa puasa dan hari raya dilakukan bersama jamaah (kaum muslimin) dan seluruh masyarakat. (Sunan At-Turmudzi, 3/71)

  • Allah menjadikan hilal sebagai acuan waktu ibadah bagi seluruh manusia. Allah berfirman: Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Jawablah, hilal adalah mawaqit (acuan waktu) bagi manusia dan acuan ibadah haji. (QS. Al-Baqarah: 189).

  • Hilal disebut hilal, karena ustuhilla bihi bainan-nas (terkenal di tengah masyarakat)Syaikhul Islam mengatakan, Hilal adalah nama (acuan waktu) ketika dia terkenal. Karena Allah jadikan hilal sebagai acuan waktu bagi seluruh umat manusia dan untuk acuan haji. Dan semacam ini hanya bisa terjadi ketika dia dikenal masyarakat dan sangat masyhur. (Majmu Fatawa, 6/65)

  • Berpuasa dan Berhari Raya Bersama Pemerintah

  • Dalam kitab Al-Wajiz fi Aqidati Ahlis Sunah wal Jamaah dinyatakan: : Ahlus sunah wal jamaah memiliki prinsip: Shalat (di masjid negara pen.), jumatan, hari raya harus dilakukan di atas komando pemimpin. Amar maruf nahi munkar, jihad, dan pelaksanaan manasik haji harus dilakukan bersama pemimpin. Baik dia pemimpin yang jujur maupun pemimpin yang fasik (Al-Wajiz fi Aqidati Ahlis Sunah, Hal. 130)

  • Imam Ibnu Bathah mengatakan, Bahwa shalat jumat, shalat id, acara di mina dan arafah, perang dan jihad, dilakukan bersama pemerintah, baik dia adil maupun dzalim. (as-Syarh wa al-Ibanah)

  • Syaikhul Islam mengatakan, Ahlus sunah memiliki prinsip, pelaksanaan haji, jihad, jumatan, serta hari raya harus bersama (keputusan) pemimpin, baik pemimpinnya adil ataupun dzalim. (al-Aqidah al-Wasithiyah)

  • Inti niat: al-qashdu [] keinginan untuk melakukan perbuatanLisan: hanya ikrar dan bukan niat dengan sepakat ulamaImam An-Nawawi mengatakan: Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan, (Raudhah at-Thalibin, 1/84)

  • Dari Hafshah, Nabi bersabda, Barangsiapa yang belum berniat puasa di malam hari (sebelum subuh) maka puasanya batal. (HR. Nasai & dishahihkan al-Albani)Dalam riwayat lain, Nabi bersabda, Barangsiapa yang belum berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya. (HR. Abu Daud, Ibnu khuzaimah, Baihaqi)

  • Ketentuan ini tidak berlaku untuk puasa sunahBerdasarkan riwayat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menemui Aisyah di siang hari di luar Ramadhan, kemudian beliau bertyanya: , Apa kamu punya makanan untuk sarapan? Jika tidak, saya tak puasa. (HR. Nasai, Ad-daruquthni, Ibnu Khuzaimah)

  • Kata: artinya sesuatu yang lembutDibaca fathah: sahur [] : makanan sahurDibaca dhommah: suhur []: kegiatan sahurWaktu sahur: sahar []

  • Allah berfirman, Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan mereka di waktu sahur (QS. Al-Qomar: 34)

  • Dalam kamus dinyatakan, : Waktu sahar adalah waktu mendekati subuh (al-Qamus al-Muhith)

    Karena itu, orang yang makan jauh sebelum subuh, tidak disebut sahur (al-Mausuah al-Fiqhiyah al-Muyasarah, 3/269).

  • Allah memperbolehkan orang yang hendak puasa untuk makan atau minum, sampai betul-betul jelas telah terbit fajar. Allah berfirman, Makan dan minumlah kalian, sampai betul-betul jelas bagi kalian benang putih di atas benang hitam, yaitu terbitnya fajar. (QS. Al-Baqarah: 187)

  • Dari Anas bin Malik, bahwa Abu Bakr as-Shidiq mengatakan, Jika ada 2 orang yang melihat fajar, dan salah satu masih ragu, hendaknya keduanya makan, hingga keduanya yakin fajar telah terbit. (al-Muhalla, 4/370)

  • Dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiallahu anhum, Bilal biasanya berazan di malam hari. Rasulullah bersabda, Makan dan minumlah kalian, sampai Ibnu Ummi Maktum berazan, karena tidaklah dia mengumandangkan azan kecuali setelah terbit fajar. (Bukhari & Muslim)

    Keterangan al-Qosim: Jarak antara adzan keduanya, yang satu naik dan yang satu turun (Shahih Bukhari)

  • Imam An-Nawawi mengatakan, Hadis ini menunjukkan bolehnya makan, minum, jima, dan segala sesuatu yang mubah, sampai terbit fajar. (Syarah Shahih Muslim, 7/202)

  • Al-Hafizh Ibnu Hajar, Termasuk bidah yang buruk adalah apa yang terjadi di zaman ini, yaitu melakukan azan kedua sekitar 20 menit sebelum fajar di bulan Ramadan, dan diiringi dengan memadamkan lampu sebagai tanda dilarangnya makan dan minum bagi orang yang hendak berpuasa, dengan anggapan bahwa orang melakukannya sebagai bentuk kehati-hatian dalam beribadah. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, 4/199)

  • Zaid bin Tsabit bercerita kepada Anas bin Malik, : " : Kami sahur bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian bangkit untuk melakukan shalat. Berapa jarak antara adzan dan sahur? tanya Anas. Sekitar 50 ayat. Jawab Zaid. (Bukhari & Muslim)

  • Hadis ini dijadikan dalil para ulama anjuran mengakhirkan sahurMakna adzan dalam hadis ini adalah iqamah (Taisir al-Alam, 1/318). Jarak antara mulai sahur hingga adzan adalah 50 ayat Hadis ini waqah al-Ain (kejadian insidental, bukan rutinitas).

  • Dari Amir bin Mathar, Saya mendatangi Ibnu Masud di rumahnya. Kemudian beliau mengeluarkan sisa sahurnya. Lalu kami sahur bersama beliau. Kemudian ditegakkan shalat, lalu kami ke masjid dan shalat bersama Ibnu Masud (al-Muhalla, 4/372)

  • Dari Abu Aqil, Saya sahur bersama Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau menyuruh muadzin untuk menegakkan shalat. (al-Muhalla, 4/371)

    Dari Makhul al-Azdi: : : : Aku melihat Ibnu Umar mengambil seciduk zam-zam, lalu beliau bertanya kepada 2 orang yang berada di luar: Apakah fajar sudah terbit? yang satu menjawab: Sudah terbit, satunya menjawab: Belum. Lalu beliau-pun minum. (al-Muhalla, 4/371)

  • MenangisFatawa Syabakah Islamiyah, Air mata yang keluar karena memotong bawang atau disebabkan aroma bawang, tidak membatalkan puasa. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 106644)

  • BerkumurUmar bin Khatab menceritakan, : : : : Suatu hari, syahwatku naik hingga aku mencium istri, padahal aku sedang puasa. Akupun mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Aku katakan: Hari ini aku melakukan perkara besar. Aku mencium istriku padahal aku sedang puasa. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apa pendapatmu jika kamu berkumur dengan menggunakan air ketika kamu sedang puasa? Boleh saja, tidak masalah. Jawab Umar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu menimpali, Lalu mengapa bingung? (HR. Ahmad 138, Ibnu Khuzaimah 1999, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

  • Menelan Ludah & DebuIbnu Qudamah memberikan rincian tentang masalah ini, Sesuatu yang tidak mungkin dihindari ketika puasa, seperti menelan ludah, tidak membatalkan puasa. Karena menghindari semacam ini sangat memberatkan. Kasusnya sebagaimana debu jalanan atau tebaran tepung. (Al-Mughni, 3/122).

  • Keluar DarahRiwayat dari Tsabit Al-Bunani, beliau pernah bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu anhu, . Apakah dulu kalian (para sahabat) tidak menyukai berbekam bagi orang yang berpuasa? Anas mengatakan, Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah. (HR. Bukhari no. 1940).

  • *