fiqh dakwah haraki2

8
Muqaddimah Dakwah adalah profesi para Rasul dan para Nabi sejak awal, tidak ada profesi yang sangat mulia dibanding profesi sebagai juru dakwah atau Da’I, karena dakwah adalah kegiatan dan pekerjaan menyelamatkan orang lain dari jalan yang salah menuju jalan yang benar, dari kesesatan menuju petunjuk dan dari kegelapan menuju cahaya, dakwah telah dimulai sejak adanya manusia dimuka bumi dan sejak lahirnya pertarungan abadi antara kebaikan dan keburukan. Dakwah bisa berupa seruan dan ajakan berbuat baik atau sebaliknya, dan dakwah bisa berbentuk seruan dan ajakan menuju Allah swt atau kepada selain Allah swt. Dakwah adalah jalan suci yang penuh tantangan dan cobaan, penuh onak dan duri karena dengan dakwah kelompok kejahatan akan terusik dan terganggu, karena dakwahlah yang mebuat para Nabi dan rasul dibunuh seperti nabi Zakariah, Yahya, Isa dan yang lainnya, karena dakwahlah nabi Nuh, Luth, Ibrahim dihina dan disiksa, karena dakwahlah Nabi Yusuf, Nabi Yunus dan Nabi Muhammad diusir dan diancam pembunuhan, dakwah penuh cobaan dan ujian, sehingga ketika seorang telah komitmen dalam jalan dakwah, maka disana telah ada rintangan bahkan musuh-musuh dakwah telah siap menghadapnya. Namun demikian dakwah adalah jalan menuju surge jalan hidup yang penuh kebahagiaan dan kasih saying Allah swt, bahkan nabi saw berkata kepada Ali ra: “Wahai Ali bila Allah member petunjuk seseorang karena tanganmu, maka itu lebih baik disisi Allah dari dunia dan seluruh isinya” (HR.) Pengertian ilmu Dakwah Dakwah sebagai ilmu yang mandiri dan sebagai salah satu cabang ilmu- ilmu islam baru dikenal sekitar abad 20 M, akan tetapi dakwah sebagai praktek dan sebagai aplikasi menyeru dan mengajak manusia kejalan Allah telah diperaktekkan oleh manusia sejak Nabi Adam diutus oleh Allah swt sebagai Nabi di dunia. Walaupun dakwah yang disampaikan Nabi Adam as masih dalam praktek yang sangat sederhana, dalam bentuk nasihat-nasihat kepada anak-anaknya, (QS: ) namun materi dakwah yang disampaikanya adalah sama dengan materi dakwah yang disampaikan oleh

Upload: irfan-prasetyo

Post on 01-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: FIQH DAKWAH HARAKI2

Muqaddimah

Dakwah adalah profesi para Rasul dan para Nabi sejak awal, tidak ada profesi yang sangat mulia dibanding profesi sebagai juru dakwah atau Da’I, karena dakwah adalah kegiatan dan pekerjaan menyelamatkan orang lain dari jalan yang salah menuju jalan yang benar, dari kesesatan menuju petunjuk dan dari kegelapan menuju cahaya, dakwah telah dimulai sejak adanya manusia dimuka bumi dan sejak lahirnya pertarungan abadi antara kebaikan dan keburukan. Dakwah bisa berupa seruan dan ajakan berbuat baik atau sebaliknya, dan dakwah bisa berbentuk seruan dan ajakan menuju Allah swt atau kepada selain Allah swt.

Dakwah adalah jalan suci yang penuh tantangan dan cobaan, penuh onak dan duri karena dengan dakwah kelompok kejahatan akan terusik dan terganggu, karena dakwahlah yang mebuat para Nabi dan rasul dibunuh seperti nabi Zakariah, Yahya, Isa dan yang lainnya, karena dakwahlah nabi Nuh, Luth, Ibrahim dihina dan disiksa, karena dakwahlah Nabi Yusuf, Nabi Yunus dan Nabi Muhammad diusir dan diancam pembunuhan, dakwah penuh cobaan dan ujian, sehingga ketika seorang telah komitmen dalam jalan dakwah, maka disana telah ada rintangan bahkan musuh-musuh dakwah telah siap menghadapnya. Namun demikian dakwah adalah jalan menuju surge jalan hidup yang penuh kebahagiaan dan kasih saying Allah swt, bahkan nabi saw berkata kepada Ali ra: “Wahai Ali bila Allah member petunjuk seseorang karena tanganmu, maka itu lebih baik disisi Allah dari dunia dan seluruh isinya” (HR.)

Pengertian ilmu Dakwah

Dakwah sebagai ilmu yang mandiri dan sebagai salah satu cabang ilmu-ilmu islam baru dikenal sekitar abad 20 M, akan tetapi dakwah sebagai praktek dan sebagai aplikasi menyeru dan mengajak manusia kejalan Allah telah diperaktekkan oleh manusia sejak Nabi Adam diutus oleh Allah swt sebagai Nabi di dunia. Walaupun dakwah yang disampaikan Nabi Adam as masih dalam praktek yang sangat sederhana, dalam bentuk nasihat-nasihat kepada anak-anaknya, (QS: ) namun materi dakwah yang disampaikanya adalah sama dengan materi dakwah yang disampaikan oleh para Nabi setelahnya (Qs: ) materi dakwah itu adalah akidah isamiyah halal-haram, akhlak dan sebagainya (QS: )

Untuk mengetahui Definisi Ilmu dakwah, terlebih dahulu kita mendefinsikan ilmu dan dakwah. Ilmu secara bahasa adalah: “mengetahui sesuatu apa adanya”1. Dalam kamus Al-Muhith dikatakan ilmu adalah; “Pengetahuan tentang seuatu sesuai hakikatnya, atau Kumpulan masalah-masalah dan prinsip-prinsip global yg dihimpun dalam satu arah, seperti ilmu kalam, ilmu nahwu dan seterusnya”2. Dalam Lisanul Arab Ilmu adalah; “Lawan dari kebodohan”3. Aristoteles menyebutkan bahwa Ilmu adalah; “Hasil dari kerja akal”4 . Ibnu Qayim berpendapat bahwa ilmu

1 Al-Jurjani, At-ta;rifaat, hal 1552 Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam Al-Washith, (Kairo: Majma’aul Buhuts, jilid 2, 1972),hal. 6243 Ibnu Manzur, Lianul Arab, (Kairo: Daar Al-Hadits, jilid 6, 2003), hal. 4154 Muhammad Labib An-Najihiy, Muqaddimah Falsafah Tarbawiyah, (Kairo; Maktabah Anglo Al-mahriyah, 1963), hal. 291

Page 2: FIQH DAKWAH HARAKI2

adalah “ Mengetahui sesuatu apa adanya, Ilmu berbeda dengan pngetahuan, ilmu adalah pembenaran pada sesuatu, sementara pengetahan adalah gambaran tentang sesuatu itu”5. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu adalah kemampuan mengetahui sesuatu sesuai hakikatnya yang diperoleh dari hasil kerja akal manusia.

Dakwah, dari segi bahasa adalah; berasal dari mashdar kata – – دعوة يدعو دعاyang berarti meminta, memangil dan mengajak, ini berarti kata dakwah secara bahasa adalah: “meminta atau mengajak seseorang kepada sesuatu” 6. Dalam Lisanul Arab kata dakwah berarti memanggil, misalnya; “saya memanggil sifulan”7. Pada pengertian bahasa ini dakwah bisa berarti positif maupn negative, dakwah bisa berarti seruan kepada yang baik maupun yang buruk kepada Al-hak maupun kepada al-batil.

Dalam Al-Qur’an kata dakwah dalam bentuk mashdar memiliki دعوة bermacam-macam pengertian, diantaranya; dakwah bermakna do’a (QS: Al-Baqarah: 186), bermakna ajakan (QS: Ar-ra’du: 14), bermakna membangkitkan (QS: Ar-rum: 25), bermakna seruan (QS: Al-Mukmin: 43). Bila dilihat semua makna dakwah dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas, maka dapat dipahami bahwa dakwah mengandung makna yang bervariasi yang semuanya cocok untuk makna dakwah itu sendiri, bila dakwah bermakna do’a, maka akan sejalan dengan aktifitas dakwah itu sendiri, dimana seorang Da’I selalu mendoakan mad’unya agar mendapat petunjuk Allah swt, bila dakwah bemakna ajakan, maka sesuai pula dengan fungsi dakwah itu sendiri sebagai aktifitas mengajak manusia ke jalan Allah swt, demikian pula bila bermakna membangkitkan, maka tujuan dakwah itu sendiri adalah membangkitkan semangat keislaman seseorang dari kelalaiannya dan bila dakwah bermakna seruan, maka jelas bahwa tugas ara da’I adalah menyeru manusia kepada Allah swt dan yang memberi petunjuk hanya Allah swt.

Adapun dakwah dari pengertian istilah, para Ulama memberikan pengertian yang bervariasi tentang makna istilah dakwah ini, di antaranya menurut Ibnu Taimiyah, ia mendefinisikan dakwah secara komprehensif bahwa dakwah adalah; "Seruan kepada keimanan pada Allah Swt dan terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw, sehingga manusia meyakini apa yang diberitakan kepada mereka dan taat pada perintah para asul-Nya, termasuk dakwah kepada dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, menunaikan ibadah haji, juga berdakwah kepada keimanan pada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab yang diturunkanNya, Rasul-raul yang diutusNya, hari kebangkitan, iman kepada Qadha dan QadarNya yang baik maupun yang buruk, serta dakwa kepada penyembahan Allah swt seakan-akan melihat Allah swt "8.

5 Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Madarijus salikin, (Kairo: Daarul Hadits, jilid 3, 2003), hal. 2666 Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam Al-Washith, op.cit, hal. 2867 Ibnu Manzur, Lisanul Arab, Op.cit, Jilid III, hal. 3678 Abdullah Rasyid Al-Hausyani, Manhaj Ibnu Taimiyah Fi Ad-da’wah, (Riyadh, Daar Syiblia, Jilid 1, 1996), hal 51

Page 3: FIQH DAKWAH HARAKI2

Menurut ibnu Taimiyah dakwah adalah semua bentuk seruan dan ajakan kepada Aqidah dan Syari’ah Islamiyah serta ketaatan melaksankan seluruh prinsip-prinsip aqidah dan syari’at tersebut, bahkan sampai pada tingkat ihsan menyembah Allah seakan-akan melihatNya.

Imam Hasan Al-Banna’ menjelaskan bahwa dakwah yang sesungguhnya adalah seruan dan ajakan kepada Allah yang tidak mengandung tendensi pribadi, materi dan untuk tujuan kelompok tertentu kecuali hanya mengharap keridhaan Allah swt, sebagaimana firman Allah swt dalam surat yusuf: 1089. Dalam pengertian dakwah ini Imam Hasan Al-Banna’ sangat memfokuskan dakwah pada seluruh usaha sadar menyeru dan mengajak manusia hanya kepada Allah swt, ini sesuai dengan slogan dakwah beliau yang tertkenal “Allah adalah tujuan kami”.

Abdul Karim Zaidan berkata: “Yang dimaksud dengan dakwah kejalan Allah adalah seruan dan ajakan kepada agama Allah swt yaitu Islam, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang bersumber dari Allah swt, oleh karenanya Islam adalah hakikat dan materi utama dakwah islamiyah”10. Pengertian dakwah menurut Abdul Karim Zaidan di atas hampir sama dengan Ibnu Taimiyah yang menekankan bahwa inti utama dakwah adalah seruan kepada Islam.

Pengertian dakwah di atas adalah pengertian umum dan orisinil tentang dakwah islamiyah yang terus berkembang sampai saat ini, namun para ulama dakwah berikutnya berusaha memberikan definisi konseptual dan haraki (dinamis) tentang dakwah diantaranya yang disampaikan Adam Abdullah bahwa adakwah adalah “Upaya merubah pandangan dan pemikiran manusia kepada akidah yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan ahiraat 11. Atau menurut Bahi Kahuliy seorang Ulama besar Al-Azar University, bahwa dakwah adalah “Upaya memindahkan kondisi umat islam dari kondisi yang ada kepada kondisi yang lebih baik”12. Definisi ini sangat umum untuk semua usaha kepada perbaikan kondisi umat pada semua dimensi kehidupannya, aqidah, syari’ah, akhlak, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Bahkan Ra’uf Syalabi seorang Ulama besar Mesir lainnya mendefinisikan dakwah dengan “Gerakan Islam, baik dalam bentuk teori maupun praktek”13.

Dari dua definisi terakhir dakwah lebih cenderung kepada gerakan reformasi kondisi umat dari kondisi statis dan stagnan kepada kondisi yang lebih baik dan menjadi umat yang dinamis bergerak untuk menjadi umat yang maju dan bermartabat, oleh karenanya seluruh usaha dan aktifitas menuju perbaikan kondisi umat pada semua level dan dimensi kehiduapannya adalah dakwah iti sendiri.

9 Hasan Al-Banna’, Majmu’at ar-rasa’il, (Kairo: Daar at-tauzi’ wannayri Al-Islami, 1992), hal. 1310 Abdul Karim Zaidan, Ushul ad-dakwah, (Beirut: Mua’ssasah ar-risalah, 2001), hal. 511 Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuniy, Al-Madkhal Ilaa Ilmi ad-dakwah, ( Beirut: Muassaah ar-risalah, 1993), hal. 1512 Ibid, hal 1813 Ibid, hal 18

Page 4: FIQH DAKWAH HARAKI2

Adapun Muhammad Abu al-fath al-Bayanuniy dalam riset dakwahnya selama puluhan tahun yang ditulis dalam bukunya “Pengantar Ilmu Dakwah, Studi Komprehnsif, sistematis terhadap sejarah, prinsip-prinsip, kurikulum, sarana, metode dan problematika dakwah” mendefinikan dakwah dengan definisi yang lebih akademik dengan mengatakan “ Dakwah adalah usaha sadar menyampaikan Islam kepada manusia mengajarkanya dan memperaktekkannya dalam kehidupan merka sehari-hari”14.

Dari seluruh definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa dakwah adalah “Seluruh usaha sadar mengajak orang lain kepada islam, merubah dan meningkatkan pengetahuan dan praktek keislaman mereka menjadi lebih baik dan dinamis (haraki) yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan karena Allah semata, demi keselamatan mereka di dunia dan ahirat”.

Oleh karenanya, dakwah sebagai ilmu yang mandiri sebagaimana cabang-cabang ilmu lainya dapat didefnisikan dengan “Ilmu tentang prinsip-prinsip dan seni mengajak manusia kedalam islam, merubah dan meningkatkan pengetahuan keislaman mereka menjadi lebih baik dan dinamis yang dilakukan dengan sistematis yang bertujuan karena Allah demi kebahagiaan di dunia dan akhirat”.

Hukum Dakwah

Dakwah ternyata bukan kegiatan yang mubah dan sunnah, akan tetapi dakwah adalah perintah Allah swt kepada para Nabi dan Rasul, yang diwariskan kepada umatnya, dakwah adalah kewajiban sebagaimana kewajiban terhadap ibadah lainnya.

Para Ulama sepakat bahwa hukum berdakwah kepada Allah adalah wajib, namun para Ulama berbeda pendapat tentang jenis wajibnya, apakah wajib kifayah atau wajib Aini?. Perbedaan pendapat para Ulama ini berdasarkan perbedaan interpretasi ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadit nabi saw tentang kewajiban berdakwah dan amar ma’ruf nahi munkar. Untuk lebih jelasnya di bawah ini penjelasan tentang dua pendapat di atas.

Pendapat yang mengatakan bahwa hukum dakwah adalah wajib aini (Fardhu ain) alasan dan dalil mereka adalah:

1. Dalam Al-qur’an Allah swt berfirman:

Artinya:

14 Ibid, hal 18

Page 5: FIQH DAKWAH HARAKI2

Hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang mengajak untuk mengikuti Allah dan Rasul-Nya, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran..” (Ali Imran: 104)Pendapat pertama ini mengatakan bahwa perintah wajib dakwah dan amar ma’ruf pada ayat tersebut adalah fardhu ain, karena kata min dalam ayat itu berfungsi sebagai penjelasan saja (lilbayan) bukan klasisfikasi atau pembagian (litab’idh) sehingga yang wajib berdakwah adalah kelompok tertentu15. Ayat ini ditegaskan pula oleh hadits Nabi saw: “Siapa diatara kalian yg melihat kemungkaran hendaknya dia egera mencegahnya dengan tangannya, bila tidak mampu maka dengan lidahnya, bila tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”16.

2. Firman Allah swt:

Artinya:“Kalian adalah Umat terbaik yang pernah ditampilkan ditengah-tengah manusia, agar kalian menyuruh manusia berbuat baik, mencegah perbuatan mungkar, dan beriman kepada Allah. ” (Ali Imran: 110).Kelompok ini berpendapat bahwa hukum dakwah menjadi fardhu ain dengan ayat ini, karena makna ayat ini umum ditujukan kepada semua umat islam bukan sebagian mereka saja17.

3. Firman Allah swt:Artinya: “Demi masa, semua manusia akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh dan orang-orang yang saling nasihat menasihati tentang kebenaran dan kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3). Ayat di atas menjelaskan bahwa semua manusia akan merugi dalam kehidupan di dunia dan akhirat, kecuali orang-orang yang melakukan tiga hal, beriman, beramal shaleh dan berdakwah dengan saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran terhadap semua ujian dan bencana, ridha terhadap semua keputusan Allah, oleh karenanya dakwah dalam islam adalah kewajiban, bahkan kewajiban semua manusia sesuai dengan kemampuannya18.

4. Firman Allah swt:Artinya:“Kaum Mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, mereka mengajak berbuat kebajikan, mencegah kemungkaran, mendirikan shalat, memgeluarkan zakat dan menaati Allah dan RasulNya”. (At-taubah: 71)

15 Lihat Tafir Ibnu Katsir, (Beirut: Daar el-fikr, 1994, jilid 1) hal 478 16 Hadits Riwayat Imam Muslim17 Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuniy, op.cit, hal 3218 Abdullah Nashih Ulwan, Silsilah Madrasah Du’at, Fushul Hadifah fii Fiqh dakwah wadda’iyah, (Kairo: Daar el-salam, jilid 1, 2005) hal 97

Page 6: FIQH DAKWAH HARAKI2

Allah swt menjelaskan bahwa karakteristik utama seorang mukmin adalah sebagai da’I yaitu melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, inilah yang membedakan antara mereka dengan kelompok munafik19. Nashih Ulwan mengomentari ayat ini berkata: “Kewajiban setiap mukmin adalah berdakwah, bila kewajiban dakwah ini ditinggalkan, maka mereka akan dihinggapi penyakit munafik, nauzu billah…”20

5. Firman Allah swt: Artinya: Wahai Muhammad katakanlah: Inilah jalanku. Aku mengajak manusia untuk bribadah kepada Allah semata engan hujjah yang benar. Aku bersama pengikutku mengikuti agama Allah. Maha suci Allah dan aku sama sekali tidak tergolong kaum musyrik” (Yusuf: 108)Qurtubi mengutip penjelaskan Ibnu Zaid, Ar-rabi’ dan Muqatil mengtakan: “Yang dimaksud “jalanku” adalah sunnahku, dakwahku atau agamaku (islam) keduanya adalah sama dimana aku berada didalamnya dan aku mendakwahkannya membawa kepada surga”21. Bila dakwah adalah sunnah bahkan agama Nabi Muhammad saw, tentu ini berarti bahwa dakwah itu adalah kewajiban yang harus dilakukan dan dilaksanakan oleh setiap muslim yang mengaku beriman kepadanya.

6. Dalam hadits Nabi saw bersabda:Artinya: Permisalan orang yang berada dalam larangan Allah swt adalah seperti orang-orang yang berada dalam sebuah kapal, sebagaian di lantai atas dan lantai bawah, ketika orang bagian bawah mengambil air untuk minum mereka harus melewati orang-orang di lantai atas, lalu mereka berinisitif untuk melubangi…

7. hh

19 Lebih jelasnya tentang ayat ini, lihat tafsir Al-Qurtubi, (Kairo: Maktabah Al-Iman, jilid 5, 2007) hal 19420 Abdullah Nashih Ulwan, Silsilah madrasah Du’at…op.cit, hal 9721 Tafsir Al-Qurtubi, jilid 5, op.cit, hal 548